TINJAUAN PUSTAKA. dalam satu atau lebih daerah aliran sungai dan/atau pulau-pulau kecil yang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINJAUAN PUSTAKA. dalam satu atau lebih daerah aliran sungai dan/atau pulau-pulau kecil yang"

Transkripsi

1 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. ilayah Sungai ilayah Sungai (S) adalah kesatuan wilayah pengelolaan sumber daya air dalam satu atau lebih daerah aliran sungai dan/atau pulau-pulau kecil yang luasnya kurang dari atau sama dengan km 2. DAS (Daerah Aliran Sungai) adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan (UU Nomor 7 tahun 2004). Dalam pengelolaan DAS instansi pemerintah yang mengelola adalah Kementerian Kehutanan dan Kementerian PU. Kementerian Kehutanan lebih memfokuskan kegiatan pengelolaan di DAS berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 52/Kpts-II/2001 membagi klasifikasi DAS menjadi DAS lokal dan DAS secara regional terbagi menjadi DAS nasional dan DAS internasional. Kementerian PU melaksanakan pengelolaan di wilayah sungai berdasarkan Peraturan Menteri PU Nomor 11a/PRT/M/2006 dengan membagi wilayah sungai menjadi; 1. ilayah Sungai Lintas Negara;

2 9 2. ilayah Sungai Strategis Nasional; 3. ilayah Sungai Lintas Provinsi; 4. ilayah Sungai Lintas Kabupaten/Kota; dan 5. ilayah Sungai Lintas dalam satu Kabupaten/Kota. Dalam perkembangannya untuk menyamakan definisi dari DAS dan ilayah Sungai (S) terbit Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2012 tentang Penetapan ilayah Sungai. Provinsi Lampung terbagi menjadi 3 (tiga) S yaitu: 1. ilayah Sungai Seputih Sekampung sebagai S Strategis Nasional; 2. ilayah Sungai Mesuji Tulang Bawang sebagai S Lintas Provinsi; 3. ilayah Sungai Semangka sebagai S Lintas Kabupaten. Berdasarkan Perda Provinsi Lampung Nomor 3 tahun 2004 wilayah sungai Provinsi Lampung seluas ± ha terbagi dalam 10 (sepuluh) wilayah kabupaten/kota dan terbagi menjadi 2 (dua) kewenangan yaitu: 1. Pemerintah pusat untuk ilayah Sungai Seputih Sekampung sebagai ilayah Sungai Startegis Nasional dan ilayah Sungai Mesuji Tulang Bawang sebagai ilayah Sungai Lintas Provinsi; dan 2. Pemerintah Provinsi Lampung untuk ilayah Sungai Semangka sebagai ilayah Sungai Provinsi. B. ilayah Sungai (S) Seputih Sekampung ilayah Sungai Seputih Sekampung secara administrasi terletak di 10 (sepuluh) kabupaten/ kota, dengan luas kurang lebih 41,5% luas wilayah Provinsi Lampung yang mencapai ha yaitu dengan luas

3 ,574 km 2 terbagi menjadi 4 (empat) Daerah Aliran Sungai (DAS) (BBS Mesuji Sekampung, 2010) yaitu : 1. DAS Seputih luas 7.083,747 km 2 ; 2. DAS Sekampung luas 4.999,172 km 2 ; 3. DAS Jepara-Kambas luas 1.665,013 km 2 ; dan 4. DAS Bandar Lampung-Kalianda 812,642 km 2. Dalam pengelolaannya S Seputih Sekampung sebagai ilayah Sungai Srategis Nasional menjadi tanggung jawab pemerintah pusat. Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementerian PU di Provinsi Lampung yang bertanggung jawab adalah Balai Besar ilayah Sungai Mesuji Sekampung berdasarkan Peraturan Menteri PU Nomor 11.A/PRT/M/2006 yang mulai berdiri sejak tahun Berikut disajikan nama-nama sungai yang termasuk dalam DAS Sekampung dan DAS Seputih. Tabel 1. Sungai di DAS Sekampung No Nama 1 ay Sekampung Batutegi 2 Merabung, Ilahan, Sukoharjo 3 ay Sekampung Anak 4 ay Sekampung Argoguruh 5 ay Indomiwon 6 ay Jabung 7 ay Sragi 8 ay Pisang 9 ay Ketibung 10 ay Sulan 11 ay Bekarang 12 ay Galih 13 ay Kandis Besar 14 ay Semah 15 ay Bulok 16 ay Tebu Sumber : Hatmoko, 2011

4 11 Tabel 2. Sungai di DAS Seputih No Nama 1 ay Terusan Hulu 2 ay Terusan Hilir 3 Seputih Surabaya 4 ay Pegadungan 5 ay Sukadana 6 ay Batanghari Hulu 7 ay Raman 8 ay Bungur 9 ay Tipo 10 ay aya 11 ay Tatayan 12 ay Pubian 13 ay Seputih Segalamider 14 ay Pengubuan Hulu 15 ay Pengubuan Tengah 16 ay Pengubuan Hilir 17 Seputih Raman 18 ay Batanghari Hilir 19 ay Seputih Hulu 20 ay Komering Sumber : Hatmoko, Kondisi Topografi Daerah Hulu Sungai Seputih dan Sekampung berada di Pegunungan Barisan Barat dengan elevasi sekitar meter. Kondisi topografi S Seputih Sekampung adalah gunung-gunung berapi (BBS Mesuji Sekampung, 2010) yaitu: Tabel 3. Gunung di S Seputih Sekampung No Nama Gunung Ketinggian (m) 1 Betung Ratai Rajabasa Tanggamus Rindingan 1.775

5 12 Luas wilayah sungai S Seputih Sekampung 80% merupakan dataran rendah dengan garis kontur di bawah 100 meter dan memiliki kemiringan 0-4%. Gambar 1. Peta Topografi S Seputih Sekampung (BBS Mesuji Sekampung, 2010) 2. Kondisi Geologi Kondisi Geologi S Seputih Sekampung secara umum (Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, 1993 dalam BBS Mesuji Sekampung, 2010) meliputi: 1. Batuan Pra-Tersier terdiri dari batuan malihan, batuan sedimen, dan batuan terobosan, meliputi: Kompleks Gunung Kasih Tak Teruraikan, Sekis ay Galih, Batu Pualam Trimulyo, Kuarsit Sidodadi, Migmatit Jundeng, Formasi Menanga, Granodorit Sulan, Diorit Sekampung

6 13 Terdaunkan, Granodiorit Seputih, Granit Kalimangan, Granodorit Branti, dan Granit Kapur; 2. Batuan Tersier terdiri dari batuan sedimen dan batuan gunung api, meliputi: Formasi Kikim, Formasi Sabu, Formasi Campang, Formasi Tarahan, Formasi Hulu Simpang, Sumbat Basal, Granit Jati Baru, Batuan Granit Tak Terpisahkan, Formasi Gading, Formasi Talang Akar, Formasi Gumai, Formasi Surung Batang, dan Satuan Andesit; 3. Batuan Kuarter terdiri dari batuan sedimen, batuan gunung api, dan endapan permukaan meliputi: Formasi Lampung, Formasi Kasai, Batuan Gunung api Muda, Formasi Terbanggi, Basal Sukadana, Aluvium Tua, Aluvium, dan Endapan Rawa. Gambar 2. Peta Geologi S Seputih Sekampung (BBS Mesuji Sekampung, 2010)

7 14 3. Kondisi Iklim dan Klimatologi S Seputih Sekampung memiliki iklim tropis sepanjang tahun, bertemperatur relatif seragam dengan suhu rata-rata bulanan berkisar 26 o C - 27 o C, memiliki kelembaban tinggi dan bercurah hujan lebat (BBS Mesuji Sekampung, 2010). 4. Kependudukan Luas S Seputih Sekampung 41,5% dari seluruh luas Provinsi Lampung dan diperkirakan 68% penduduk tinggal di daerah wilayah sungai. Sekitar 20% dari jumlah penduduk tersebut berada di Kota Metro dan Bandar Lampung dengan pertumbuhan jumlah penduduk 1,07% per tahun. Berdasarkan data kependudukan tahun 2006 diketahui kepadatan penduduk di DAS Sekampung relatif tinggi sekitar 512 orang/km 2 dan kepadatan penduduk di DAS Seputih relatif rendah 198 orang/km 2 (BBS Mesuji Sekampung, 2010). 5. Tata Guna Lahan Lahan di S Seputih Sekampung terbagi (BBS Mesuji Sekampung, 2010) menjadi: a. Hutan di daerah perbukitan sekitar 8% dari luas wilayah sungai atau seluas ha; b. Lahan pertanian di dataran rendah terdiri atas tanaman padi dan kebun tebu seluas 80% dari seluruh luas wilayah sungai.

8 15 Gambar 3. Peta Tata Guna Lahan S Seputih Sekampung (BBS Mesuji Sekampung, 2010) C. ilayah Sungai (S) Mesuji Tulang Bawang ilayah Sungai (S) Mesuji Tulang Bawang dengan luas ± km 2 merupakan S lintas provinsi yaitu Provinsi Lampung dan Provinsi Sumatera Selatan (BBS Mesuji Sekampung, 2013). ilayah administrasi yang terletak dalam S Mesuji Tulang Bawang: A. Provinsi Lampung : 1. Kabupaten Lampung Barat; 2. Kabupaten Lampung Tengah; 3. Kabupaten Lampung Utara; 4. Kabupaten Mesuji; 5. Kabupaten Tulang Bawang; 6. Kabupaten Tulang Bawang Barat;

9 16 7. Kabupaten ay Kanan. B. Provinsi Sumatera Selatan : 1. Kabupaten Komering Ilir; 2. Kabupaten Komering Ulu Selatan; 3. Kabupaten Komering Ulu Timur. 1. Kondisi Topografi Keadaan topografi di S Mesuji Tulang Bawang merupakan daerah berbukit sampai bergunung, daerah dataran alluvial dan daerah pasang surut yang terbagi dalam (BBS Mesuji Sekampung, 2013): 1. Dataran rendah dengan ketinggian kurang dari 50m; 2. Daerah perbukitan dengan ketinggian m; dan 3. Daerah pegunungan dengan ketinggian lebih dari 500m. 2. Kondisi Geologi Keadaan geologi di S Mesuji Tulang Bawang terbagi dalam (BBS Mesuji Sekampung, 2013): 1. Middle and Upper Palembang Beds merupakan daerah dataran rendah di DAS Mesuji Tulang Bawang; 2. Andesit dan Tuffs berada di hulu DAS Tulang Bawang berupa pegunungan dan perbukitan; 3. Underterentiated Sedimentary Tuffs berada di hulu DAS Tulang Bawang berupa pegunungan dan perbukitan;dan

10 17 4. Lacrustrin Deposit of ay Lima Basin and Aludepo merupakan dataran rendah di DAS Mesuji Tulang Bawang N E S ang S. Pad KETERANGAN : Kabupaten Ma ti jah S. Cep er Formasi terbanggi Pasir kuarsa Sungai B. GA andesit basal Breksi GA Tuf Formasi Bal Formasi Kasai Formasi Kikim Formasi Ranau Formasi Talangakar Bu ru ng S. M es k abu u ji M es uji 0 Kab. OKI S. Ga 0 g an Men S. D S. DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL SDA BBS MESUJI SEKAMPUNG Muara Enim Kab. Tulang Bawang. Bua ya 2 M es uji. Bu ay a Formasi Baturaja ya.b 3 ya ua ay Bua 1 Formasi Lakitan Aluvium Endapan rawa Formasi airbenakat Formasi muaraenim Pid ay Bujuk Formasi Gumai Tu ad a la n Kab. OKU Timur B a la k an a ka u ra M ua ay ar Tu lun g em M as uyut Kir i-r M ir ay e lu ng un a ym Ku lur ay ay ay Sa bu k Kel aw as M ela n Ab ung ay B es ai Kab. Lampung Utara Lampung Tengah ay ay ay Tu lb ah ng lai La Pisa ay ay a yh i ay Sungka ay Sesah ng Kab. ay kanan ay Kab. Lampung Barat aw a m u B ay Nakau G iha p Um ula ng 0 Kab. OKU Selatan T Kan an u ng p wa Um pu i hm Ta m Ba g Kan Kan a n an U GAMBAR : g alin.g PETA GEOLOGI Lampung Timur Kilometers Gambar 4. Peta Geologi S Mesuji Tulang Bawang (BBS Mesuji Sekampung, 2013) 3. Kondisi Iklim dan Klimatologi Iklim di S Mesuji Tulang Bawang mempunyai ciri suhu yang tinggi, kelembaban tinggi berkisar 64% - 82%, kecepatan angin rendah berkisar 1,02 m/dt 2,05 m/dt dan suhu udara berkisar 23 C - 33 C (BBS Mesuji Sekampung, 2013).

11 Um pu ay Nakau N S. Padang S E DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL SDA BBS MESUJI SEKAMPUNG Muara Enim Kab. OKI S. Dabuk $T C.025 C.031 $T Kab. Tulang Bawang Mesuji M es u ji S. Menang S. Ceper S. Gajah Mati S. Burung KETERANGAN : Kabupaten Sungai DAS Tulang Bawang DAS Mesuji $T Klimatologi. Buaya 2 ay Buaya M esuji. Buaya 3. Buaya 1 ay Bujuk Pidada Tulan g Ba wa n g Kab. OKU Timur a y Pisa ng ay Lalai C.024$T Tahmi U m p u Kanan an Kab. ay kanan Kanan Tulang B awang Kab. OKU Selatan Giham Ump u C002 $T 3 $T Kab. Lampung C.022 Barat $T Besai ay Tul Buyut ay Hana kau ay Melungun ay Abung ay Sabuk ay Muara Balak ay Sungkai ay Kelawas.Galing ay Tulung Mas ay Kulur ay Mirah $T 7 ay Melan ay Sesah ay Kiri-Rarem Kab. Lampung Utara Lampung Tengah Lampung Timur GAMBAR : PETA LOKASI STASIUN KLIMATOLOGI Kilometers Gambar 5. Peta Klimatologi S Mesuji Tulang Bawang (BBS Mesuji Sekampung, 2013) Kependudukan Pertumbuhan penduduk tercatat sebesar 2,66% dengan jumlah penduduk di tahun jiwa dengan KK. Kepadatan penduduk terendah di OKU Timur sebesar 30 jiwa/km 2 dan tertinggi di Lampung Utara 205 jiwa/km 2 (BBS Mesuji Sekampung, 2013). 5. Tata Guna Lahan Lahan di S Mesuji Tulang Bawang sebagian besar tegalan/perkebunan seluas ,28 ha (62,08%) dan lahan tidur dengan kawasan lindung seluas 13%. Dari luas total kawasan lindung hanya 5,45% saja berfungsi sebagai hutan atau seluas 90,15 ha (BBS Mesuji Sekampung, 2013).

12 N E ang S. P ad S er ng S. C ep Kabupaten Sungai DAS Tulang Bawang DAS Mesuji Belukar Bukit Pasir Empang Hutan Kebun Pasir Pantai Pemukiman Rawa Sawah Sawah Tadah Hujan Sungai Tegalan u ru ng ji su.b S Me Me su ji 0 b uk hm a ti na Me S. # Kab. OKI Da S. DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL SDA BBS MESUJI SEKAMPUNG KETERANGAN : 0 Muara Enim S. G aja Kab. Tulang Bawang. B uaya 2 Mes uji ua.b ya 3.B y ua a aya ay Bu 1 P id ay B ujuk a Tu ad Kab. OKU Timur la n g ay ay Pi La la sa i ng g B aw an ng hm i ulan wa T Ka na pu Um pu Ta m Ba Kan Kan a n an U g n Kab. ay kanan zx ak au al B na k ra Ha M ua as M ut sa ar Tu lu ng Buy -R ir i ay M ir ah K ay Tul ay ay un.g Kab. Lampung Barat ay r ay Ku lu la ay Ke ay Sa bu k wa s Me la n g i Me lu ng Be ay Ab un ay a y Se sah u mp Lampung Tengah Kab. Lampung Utara zx ay N a kau G ih am U em ay ay i a y Sun gka Kab. OKU Selatan zx al ing GAMBAR : PETA PENGGUNAAN LAHAN Lampung Timur Kilometers Gambar 6. Peta Tata Guna Lahan S Mesuji Tulang Bawang (BBS Mesuji Sekampung, 2013)

13 Gambar 7. S Seputih Sekampung (BBS Mesuji Sekampung, 2013) 20

14 Um pu ay Nakau 0 Tulang Bawang DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL SDA BBS MESUJI SEKAMPUNG S. Padang KETERANGAN : Muara Enim 0 Kab. OKI 0 S. Dabuk Mesuji M esuji S. Menang S. Ceper S. Gajah Mati S. Burung ater District Kabupaten Sungai DAS Tulang Bawang DAS Mesuji Kab. Tulang Bawang. Buaya 2 ay Buaya Me suji. Buaya 3. Buaya 1 Kab. OKU Timur Kanan Kanan ay Bujuk Pidada Tulang Bawang ay Pisang ay Lalai Tahmi U mpu Kab. ay kanan Kanan Kab. OKU Selatan Giham Umpu Kab. Lampung Barat Besai ay Tul Buyut ay Hanakau ay Melungun ay Abung ay Sabuk ay Muara Balak ay Sungkai ay Kelawas.Galing ay Tulung Mas ay Kulur ay Mirah ay Melan ay Sesah ay Kiri-Rarem Kab. Lampung Utara Lampung Tengah Lampung Timur GAMBAR : PETA ATER DISTRICT Kilometers Gambar 8. S Seputih Sekampung (BBS Mesuji Sekampung, 2013)

15 22 D. Kualitas Air Sungai Air adalah semua air yang terdapat di atas dan di bawah permukaan tanah, kecuali air laut dan air fosil (PP Nomor 82 tahun 2001) dalam penggunaanya disesuaikan untuk peruntukannya seperti air baku, irigasi atau industri. Umumnya air yang digunakan berasal dari air permukaan yang bersumber dari sungai, waduk, embung atau tampungan air permukaan lainnya, sumur dangkal dan sumur dalam. Ketersediaan air yang terbatas dibandingkan kebutuhannya memerlukan upaya pengelolaan yang baik sehingga dapat digunakan secara adil oleh semua orang. Pengelolaan sumber daya air secara menyeluruh, terpadu berwawasan lingkungan hidup dengan mewujudkan kemanfaatan sumber daya air yang berkelanjutan untuk menjaga kelestarian air sungai tetap terjaga. Upaya pemanfaatan air dilakukan dengan prinsip penghematan penggunaan, ketertiban dan keadilan, ketepatan penggunaan, keberlanjutan penggunaan dan penggunaan yang saling menunjang antara air permukaan dan air tanah dengan memprioritaskan penggunaan air permukaan (Permen PU Nomor 06/PRT/M/2011, 2011). Kebutuhan air bukan semata-mata dalam jumlah yang banyak saja tetapi juga harus memenuhi secara kualitas sehingga air dapat digunakan manusia untuk memenuhi kebutuhan pokoknya. Kualitas air merupakan suatu cara untuk menggambarkan karakteristik air yaitu kimia, biologis dan fisika. Kualitas air juga dipengaruhi oleh kondisi alam seperti geologi, hidrologi dan iklim dan kegiatan manusia yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas air yang tersedia (HO, 2006).

16 23 E. Karakteristik Air Kualitas air dinyatakan dalam beberapa parameter yaitu parameter fisika (suhu, kekeruhan, padatan terlarut), parameter kimia (ph, oksigen terlarut, BOD dan kadar logam), dan parameter biologi (keberadaan plankton dan bakteri) (Effendi, 2003). Parameter air sungai yang digunakan dalam menentukan status kualitas air pada penelitian ini adalah: 1. ph ph adalah aktivitas relatif ion hidrogen dalam larutan (HO, 2006 ) dan merupakan ukuran keasaman atau basa suatu larutan. Besarnya nilai ph antara 0 14 dimana ph dibawah 7 bersifat asam dan diatas 7 bersifat basa dan nilai ph 7 adalah netral. ph dengan nilai 6,5-8,2 merupakan kondisi optimum untuk mahluk hidup. ph yang terlalu asam atau terlalu basa akan mematikan makhluk hidup (Rahayu dkk., 2009). Air hujan sebagai sumber air sungai secara alami bersifat asam (ph di bawah 7,0) biasanya sekitar 5,6 tetapi di beberapa daerah meningkat ke tingkat berbahaya antara 4,0 dan 5,0 ph akibat polutan di atmosfer yang diakibatkan oleh karbon hasil pembakaran fosil di udara (Khelmann, 2003). Berubahnya nilai ph dimungkinkan oleh pencemaran yang dihasilkan oleh industri, domestik atau kondisi alam. Air sungai di Indonesia umumnya memiliki nilai ph antara 2 10 (Balai Lingkungan Keairan, 2013).

17 24 2. Temperatur Temperatur merupakan parameter fisika yang sangat penting bagi proses metabolisme organisme di daerah perairan. Temperatur dapat bervariasi dipengaruhi oleh musim, letak berdasarkan lintang dan garis edar matahari, waktu pengukuran, kedalaman air serta tinggi terhadap permukaan laut. Perubahan temperatur mempengaruhi proses fisika, kimia dan biologi pada badan air. Kenaikan suhu menyebabkan metabolise organisme meningkat sehingga kebutuhan oksigen meningkat. Naiknya temperatur 1 C menyebabkan konsumsi oksigen meningkat 10% (Brown, 1987 dalam Efendi, 2003). 3. Oksigen Terlarut / Dissolved Oxygen (DO) Oksigen merupakan zat penting yang dibutuhkan semua mahluk hidup begitu pula untuk mahluk hidup di dalam air dalam bentuk oksigen terlarut dalam air. Kadar oksigen yang berkurang dimungkinkan terjadinya banyaknya mikroorganisme yang terkandung di dalamnya. Oksigen mempunyai peranan penting dalam oksidasi dan reduksi bahan organik dan anorganik untuk mengurangi beban pencemaran secara alami maupun secara aerobik untuk memurnikan air buangan industri dan rumah tangga (Salmin, 2005). Besarnya nilai DO untuk sungai di Indonesia berkisar antara 0 mg/l 9 mg/l (Balai Lingkungan Keairan, 2013) dan kadarnya berubah dipengaruhi oleh suhu dan ketinggian (Rahayu dkk., 2009).

18 25 Tabel 4. Hubungan temperatur dan oksigen terlarut jenuh (mg/liter) pada suhu tertentu dengan tekanan 760 mmhg Suhu ( C) DO (mg/lt) Suhu ( C) DO (mg/lt) Suhu ( C) DO (mg/lt) 0 14, , , , , , , , , , , , , , ,3 5 12, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,97 Sumber : Cole (1983) dalam Efendi (2003) Kadar oksigen jenuh tercapai jika kadar oksigen terlarut sama dengan jumlah kadar oksigen teoritis (Efendi, 2003). Kadar oksigen tidak jenuh ketika kadar oksigen lebih kecil dari kadar oksigen teoritis dan persen saturasi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: DO % = DO i DO t x100% (2.1) Dimana : DO i : DO hasil uji DO t : Konsentrasi oksigen jenuh (mg/liter) pada suhu tertentu dengan tekanan 760 mmhg(mg/liter) Satuan mg/liter setara dengan ppm (part per million) dengan asumsi satu liter air memiliki massa (berat) satu kilogram dan berat jenis (densitas) sama dengan satu (Efendi, 2003).

19 26 4. Biochemical Oxygen Demand (BOD) Biochemical Oxygen Demand (BOD) adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang digunakan bakteri untuk proses oksidasi bahan organik seperti karbohidrat, protein, bahan organik dari sumber alami dan polusi dan dinyatakan dalam mg/l atau (ppm) (Hacth dkk., 1997). Bahan organik mengandung karbon dan hidrogen dari hasil oksidasi menghasilkan karbon dioksida dan air. Nilai BOD digunakan untuk menetukan tingkat pencemaran di suatu perairan hal ini sebagai indikasi bahwa terjadi proses oksidasi oleh bakteri. Air yang bersih dan dapat digunakan adalah memiliki kadar oksigen yang cukup dan tidak mengandung banyak bakteri yang dapat membahayakan jika dikonsumsi. 5. Chemical Oxygen Demand (COD) Chemical Oxygen Demand (COD) adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang digunakan proses oksidasi bahan organik seperti karbohidrat, protein, bahan organik dari sumber alami dan polusi dan dinyatakan dalam mg/l atau (ppm) (Hacth dkk., 1997). Bahan organik mengandung karbon dan hidrogen dari hasil oksidasi menghasilkan karbon dioksida dan air. Bahan organik berasal dari tiga sumber utama (Sawyer dkk., 1978 dalam Effendi, 2003) yaitu 1. Alam misalnya fiber, minyak nabati dan hewani, lemak hewani, alkaloid, selulosa, kanji dan gula;

20 27 2. Sintesis, yang meliputi semua bahan organik yang diproses oleh manusia; 3. Fermentasi yang semuanya diperoleh melalui aktivitas mikroorganisme misalnya alkohol, aseton, gliserol, antibiotik, dan asam. Nilai parameter COD seharusnya lebih besar dari nilai BOD, hal ini disebabkan COD menghitung semua kebutuhan oksigen untuk proses oksidasi sedangkan BOD hanya memperhitungkan oksigen yang dibuhuhkan oleh bakteri saja. 6. Total Solid (TS) Total padatan (Total Solid) yang terkandung dalam air terdiri dari dua jenis yaitu TSS (Total Suspended Solid) dan TDS (Total Dissolved Solid). Secara matematis hubungan TSS, TDS dan TS dirumuskan : TS = TSS + TDS (2.2) Dimana: TSS : Total Suspended Solid (mg/lt) TDS : Total Dissolved Solid (mg/lt) a. TSS (Total Suspended Solid) Zat padat tersuspensi atau (Total Suspended Solid) adalah semua zat padat (pasir, lumpur, dan tanah liat) atau partikel-partikel yang tersuspensi dalam air dan dapat berupa komponen hidup (biotik) seperti fitoplankton, zooplankton, bakteri, fungi, ataupun komponen mati

21 28 (abiotik) seperti detritus dan partikel-partikel anorganik (Tarigan dkk., 2003). Ada tiga cara utama pengukuran sedimen di badan air dengan parameter kekeruhan (turbidity), total padatan tersuspensi (Total Suspended Solid), dan kejernihan air (Brash dkk., 2001). Konsentrasi dari TSS dapat mempengaruhi kondisi perairan karena konsentrasi yang tinggi dapat mengganggu kehidupan di perairan tersebut yang menghalangi sinar matahari yang membantu tumbuhan untuk melakukan fotosintesis. Daya Hantar Listrik (DHL) air juga dipengaruhi oleh TSS karena partikel akan menghalangi kemampuan air menghantarkan listrik. Secara matematis hubungan antara DHL dengan TSS disajikan dengan rumus (2.3) berikut: TSS (mg/l) = k x DHL (2.3) Dimana: k : koefisien dengan nilai 0,55 0,70 DHL : Daya Hantar Listrik ( µmhos/cm atau µs) Dalam penelitian ini menggunakan nilai koefisien 0,625 yang dianggap sebagai nilai rata-rata. b. TDS (Total Dissolved Solid) Total Suspended Solid (TDS) atau Zat Padat Terlarut adalah jumlah total dari semua anorganik termasuk mineral, garam, logam, kation dan anion yang tersebar dalam volume air dan ukuran lebih kecil untuk melalui saringan berukuran 2 mikrometer.

22 29 Sumber TDS adalah aliran permukaan dari daerah pertanian, perkotaan, air limbah industri, dan sumber-sumber alami seperti daun, lumpur, plankton, dan batu. 7. Ammonia Nitrogen (AN) Ammonia merupakan zat kimia yang sangat berbahaya dan umumnya digunakan untuk industri plastik, pupuk dan bahan peledak dalam bentuk amonia anhidrat dan amonium hidroksida. Amonia anhidrat diartikan "tanpa air dan ammonium hidroksida terbentuk ketika gas amonia dilarutkan dalam air (EPA, 2006). Ammonia yang berada di air sungai merupakan zat sisa yang berasal dari industri dan pupuk yang terbawa ke dalam sungai. Ammonia memiliki 2 (dua) bentuk yaitu NH 3 -N (amonia tak terionisasi) dan NH 4 + (amonia terionisasi) dan faktor yang mempengaruhi ph dan suhu dimana NH 3 -N bersifat racun dengan ph yang tinggi (Sallenave, 2012). Pembuangan limbah ammonia di Indonesia diatur oleh Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 03 Tahun 2010 mengatur kadar NH 3 -N dalam air limbah maksimum 20 mg/l sebelum dibuang ke sungai atau perairan lain atau dapat diatur dalam peraturan daerah yang dikeluarkan oleh walikota/bupati/gubernur.

23 30 8. Unsur Logam a. Fluorida (F) Fluorida merupakan elemen dengan reaktivitas tinggi sehingga mudah bereaksi dan ada di alam dalam bentuk mineral seperti flourspar, cryolite and fluorapatite (HO, 2004). Kadar unsur Fluoride di air permukaan memiliki konsentrasi kurang dari 0.1 mg/liter (Lennon dkk., 2004). Sumber unsur Fluoride berasal dari limbah industri dan di alam dipengaruhi oleh jenis batuan yang mengandung mineral Fluoride (Fawell dkk., 2006) b. Arsen (As) Arsen (As) adalah elemen dengan sifat mineral dan senyawa arsen berbeda antara senyawa organik dan anorganik dan sangat kompleks. Senyawa anorganik terpenting adalah Arsen Trioksida (AS 2 O 3 atau AS 4 O 6 ) dan senyawa arsen organik sangat jarang dan mahal (Sukar, 2003). Kadar arsen di air sungai terlarut dalam bentuk organik dan anorganik (Braman, 1973 dan Crecelius, 1974 dalam Sukar, 2003). Sumber Arsen yang terlarut dalam air sungai berasal dari kegiatan pertambangan, pertanian dan industri. c. Selenium (Se) Selenium merupakan logam yang berasal dari kerak bumi dan konsentrasi normal μg/kg dan di tanah selenium berbentuk

24 31 selenides (Se 2-), amorf (Se 0 ), Selenites (Se 4+ ) dan Selenates (Se 6+ ) (IPCS, 1987, UK EGVM, 2002 dalam HO, 2011). Tingkat selenium dalam air tanah dan air permukaan dari 0,06 mg/ltr untuk sekitar 400 mg / ltr (Smith dan estfall,1937, Scott dan Voegeli, 1961, Lindberg, 1968 dalam HO, 2011). Sumber selenium berasal dari kegiatan pertambangan dan tanah. Tanaman menggunakan selenium dalam alkali tanah untuk proses penyerapan. 9. Minyak Limbah buangan mengandung minyak yang dibuang langsung ke air lingkungan akan mengapung menutupi permukaan air sebagai akibat berat jenis minyak yang lebih kecil dari air. Lapisan minyak pada permukaan air dapat terdegradasi oleh mikroorganisme tertentu, tetapi membutuhkan waktu yang lama. Lapisan minyak di permukaan akan mengganggu mikroorganisme dalam air. Hal ini disebabkan lapisan tersebut menghalangi proses diffusi oksigen dari udara ke dalam air yang menyebabkan oksigen terlarut akan berkurang dan menghalangi masuknya sinar matahari ke dalam air yang mengganggu proses fotosintesa. Sumber limbah berminyak berasal dari kegiatan domestik (rumah tangga) dan kegiatan industri makanan dan pusat-pusat perbelanjaan yang menyediakan tempat penjualan makanan.

25 Total Coliform Lingkungan perairan dapat tercemari oleh bakteri berbahaya yang berasal dari limbah domestik daerah pemukiman, pertanian dan peternakan. Bakteri Escherichia Coli salah satu jenis utama Bakteri Coliform umum digunakan sebagai indikator kualitas air yang hidup di kotoran manusia dan hewan (Efendi, 2003). Bakteri Coliform sebagai indikasi lingkungan air tekontaminasi bakteri pathogen karena menghasilkan zat etionin yang dapat menyebabkan kanker dan zat yang bersifat racun seperti indol dan skatol jika jumlahnya berlebih dalam tubuh manusia (Randa, 2012). Bakteri Coliform total merupakan bakteri aerobik dan anaerobic fakultatif dan bakteri batang (Rod Shape) yang bisa memfermentasi laktosa dan menghasilkan gas dalam waktu 48 jam dengan suhu 38 C. Bakteri yang dominan hidup 97% di kotoran manusia dan hewan adalah Fecal Coliform dan jenis Bakteri Coliform total lain adalah Citrobacter, Escherichia Coli, Klebsiella dan Enterobacter (Efendi, 2003). F. Indek Kualitas Air / ater Quality Index (QI) Indeks kualitas air atau ater Quality Index (QI) adalah alat yang digunakan untuk menggambarkan status kualitas air secara keseluruhan melalui data tentang kualitas air dan sangat membantu untuk pemilihan strategi pengelolaan yang tepat untuk mengatasi permasalahan yang timbul bagi pembuat keputusan publik dan perundang-undangan (Tyagi dkk., 2013).

26 33 Hasil QI disajikan dalam angka dengan istilah numerik tunggal seperti tercemar, sedikit tercemar atau baik (Ibrahim dkk.). Metode QI dikenalkan pertama kali oleh Horton tahun 1965 di Amerika Serikat dengan 10 parameter (Tyagi dkk., 2013) selanjutnya dikenal dengan metode NSF-QI tahun Pada perkambangannya kemudian dikenal dengan banyak metode yaitu Oregon-QI tahun 1978, DOE-QI tahun 1981, DOE-QI Revisi tahun 2008, Smith s Index tahun 1990 dan Viatnam- QI tahun 2010 (Ibrahim dkk.). Air mempunyai sifat yang berbeda-beda dari satu sungai dengan sungai lainnya dipengaruhi tempat dan waktu sehingga kualitas air yang dihasilkan juga berbeda. Kondisi kualitas air yang dinilai berdasarkan parameter yang dinyatakan dalam satuan angka akan dianalisa sesuai standar kualitas air. Sungai yang berada di S Provinsi Lampung direkomendasikan untuk kelas air mutu B atau Kelas II (BBS Mesuji Sekampung, 2010). a. ater Quality Index DOE (Departement Of Environmental) Malaysia Metode perhitungan QI DOE Malaysia mengunakan parameter ph, DO, TSS atau SS, BOD, COD dan AN yang dianggap menyebabkan efek utama seperti perubahan habitat akibat polutan, tercemarnya air tanah, biomagnifikasi, bioakumulasi dan perubahan ekosistem (Environment Agency, 2002). Nilai QI dihitung menggunakan formula (Environment Agency, 2002) :

27 34 QI = 0,22SSIDO + 0,19SIBOD + 0,16SICOD + 0,15SIAN + 0,16SISS + 0,12SIpH (2.4) Dimana : QI = ater Quality Index SIDO = Sub-Index DO SIBOD = SICOD = Sub-Index BOD Sub-Index COD SIAN = Sub-Index NH 3- N SISS = Sub-Index SS SIpH = Sub-Index ph Formula untuk memperoleh nilai Sub-Index DO, Sub Index BOD, Sub Index COD, Sub Index AN, Sub Index ph dan Sub Index SS untuk menghitung nilai QI-DOE Malaysia adalah sebagai berikut: 1. Sub Index DO Formula untuk mendapatkan nilai Sub-Index DO (SIDO) adalah SIDO = 0 untuk DO 8 (2.5) SIDO = 100 untuk DO 92 (2.6) SIDO = 0, ,003 DO 2 0,0002 DO 3 Untuk 8 < DO <92 (2.7) 2. Sub Index BOD Formula untuk mendapatkan nilai Sub-Index BOD (SIBOD) adalah SIBOD = 100,4 4,23BOD (2.8)

28 35 Untuk BOD 5 SIBOD = 108 exp 0,055BOD 0,1BOD (2.9) Untuk BOD > 5 3. Sub Index COD Formula untuk mendapatkan nilai Sub-Index COD (SICOD) adalah: SICOD = 1,33COD + 99,1 untuk COD 20 (2.10) SICOD = 103 exp 0,0157COD 0,04COD (2.11) Untuk COD > Sub Index AN Formula untuk mendapatkan nilai Sub-Index AN (SIAN) adalah: SIAN = 100,5AN 105AN untuk AN 0,3 (2.12) SIAN = 94 exp 0,573AN 5 IAN 2I (2.13) Untuk 0,3 < AN <4 SIAN = 0 untuk AN 4 (2.14) 5. Sub Index SS Formula untuk mendapatkan nilai Sub-Index ph (SS) adalah: SISS = 97,5 exp 0,00676SS + 5 0,05SS (2.15) Untuk SS 100 SISS = 71 exp 0,0061x 0,015 0,05x (2.16) Untuk 100 < x <1000 SISS = 0 untuk SS 1000 (2.17)

29 36 6. Sub Index ph Formula untuk mendapatkan nilai Sub-Index ph (SIpH) adalah SIpH = 17,2 17,2pH + 5,02pH 2 untuk ph < 5,5 (2.18) SIpH = ,5pH 6,67pH 2 untuk 5,5 ph < 7 (2.19) SIpH = ,4pH 6,05pH 2 untuk 7 ph < 8,75 (2.20) SIpH = pH + 2,7pH 2 untuk ph 8,75 (2.21) Nilai Sub-Index juga dapat diperoleh dari hubungan grafik untuk mempermudah dalam perhitungan (Susilo dan Febrina, 2011). Berikut ditampilkan grafik hubungan antara parameter dan Sub-Index untuk perhitungan Metode QI DOE grafik di bawah ini. Gambar 9. Grafik hubungan SS dan SISS (Susilo dan Febrina, 2011) Gambar 10. Grafik hubungan ph dan SIpH (Susilo dan Febrina, 2011)

30 37 Gambar 11. Grafik hubungan DO dan SIDO (Susilo dan Febrina, 2011) Gambar 12. Grafik hubungan BOD dan SIBOD (Susilo dan Febrina, 2011) Gambar 13. Grafik hubungan COD dan SICOD (Susilo dan Febrina, 2011) Gambar 14. Grafik hubungan AN dan SIAN (Susilo dan Febrina, 2011) Perhitungan metode QI-DOE Malaysia menghasilkan angka antara 1 dan 100 untuk menentukan status mutu air yang disajikan pada Tabel 5.

31 38 Tabel 5. Kelas kelayakan air berdasarkan QI-DOE No Nilai QI-DOE Kelas Kualitas Air Deskripsi V Sangat tercemar IV Sangat tercemar III Sedikit tercemar II Bersih I Bersih Sumber : Susilo dan Febrina, 2011 Intreprestasi hasil hitungan QI-DOE Malaysia sesuai peruntukan air adalah sebagai berikut: I. Tabel 6. Kebutuhan Pemakaian Umum No Skor Deskripsi 1 0 x < 60 Sangat tercemar 2 60 x < 80 Sedikit tercemar 3 x > 80 Bersih Sumber : Susilo dan Febrina, 2011 II. Tabel 7. Suplai Kebutuhan Umum No Skor Deskripsi 1 0 x < 40 Tidak diijinkan 2 40 x < 50 Meragukan 60 x < 80 Perlu Pengolahan 80 x < 90 Membutuhkan sedikit pemurnian 3 x > 90 Tidak perlu pemurnian Sumber : Susilo dan Febrina, 2011 III. Tabel 8. Kebutuhan Rekreasi No Skor Deskripsi 1 0 x < 20 Tidak diijinkan 2 20 x < 30 Tampak ada pencemaran 3 30 x < 40 Hanya untuk pelayaran 4 40 x < 50 Mengkhawatirkan untuk kontak 5 50 x < 70 Masih tercemar dan perlu pemurnian bakteri 6 x > 70 Layak untuk semua olah raga Sumber : Susilo dan Febrina, 2011

32 39 IV. Tabel 9. Kebutuhan Perikanan dan Hewan lain No Skor Deskripsi 1 0 x < 30 Tidak diijinkan 2 30 x < 40 Mengkhawatirkan 3 40 x < 50 Hanya ikan tertentu 4 50 x < 60 Meragukan 5 60 x < 70 Agak Meragukan 6 x > 70 Aman bagi semua jenis ikan Sumber : Susilo dan Febrina, 2011 V. Tabel 10. Kebutuhan Pelayaran No Skor Deskripsi 1 0 x < 30 Tidak diijinkan 2 30 x < 40 Masih tampak pencemaran 3 x > 50 Diijinkan Sumber : Susilo dan Febrina, 2011 VI. Tabel 11. Kebutuhan Transportasi Air No Skor Deskripsi 1 0 x < 10 Tidak diijinkan 2 x > 10 Diijinkan Sumber : Susilo dan Febrina, 2011

33 40 40 Tabel 12. Intreprestasi Seluruh Hasil Hitungan QI QI Deskripsi Sangat Tercemar Sedikit Tercemar Bersih Kelas V IV III II I I Suplai Kebutuhan Umum Tidak diijinkan Meragukan Perlu pengolahan Membutuhkan sedikit pemurnian Tidak perlu pemurnian Rekreasi Tidak diijinkan Tampak ada pencemaran Hanya untuk pelayaaran Mengkhawatir kan untuk kontak Masih tercemar dan perlu pemurnian bakteri Layak untuk semua olah raga Perikanan dan Kebutuhan hewan lain Tidak diijinkan Mengkhawatir kan Hanya ikan tertentu Meragukan Agak meragukan Aman bagi semua jenis ikan Pelayaran Tidak diijinkan Masih tampak pencemaran Diijinkan Sumber : Susilo dan Febrina, 2011

34 41 Kelebihan Metode QI DOE Malaysia adalah: a. Penggunaan jumlah parameter yang sedikit dapat digunakan untuk menentukan status kualitas air sungai sehingga dapat digunakan jika dana yang tersedia terbatas dan areal pemantauan yang luas untuk menghemat waktu dan biaya; b. Metode ini dapat digunakan sebagai alternatif dalam penentuan kualitas air sungai di Indonesia dengan pertimbangan kondisi alam yang hampir sama dengan Malaysia; c. Ketersediaan data yang sedikit tetap dapat digunakan dalam menentukan status kualitas air sungai yang dipantau sehingga dapat menentukan keputusan penting dalam kondisi yang darurat. d. Format yang sederhana dan dapat digunakan untuk menggambarkan kondisi kualitas air secara nyata dalam skala besar (Tyagi dkk., 2013) Kelemahan pada metode QI DOE Malaysia adalah a. Penentuan status mutu air tidak memperhitungkan unsur logam yang mungkin sangat berpengaruh dalam mencemari sungai; b. Hasil status kualitas air tidak dapat menggambarkan secara detil kondisi kualitas air karena parameter yang digunakan hanya parameter biologi, fisika dan kimia tanpa melibatkan unsur logam. G. Indek Polutan Air / ater Pollutan Index (PI) PI dikembangkan pertama kali di Kolombia oleh Ramirez dkk., (1997). Perkembangan indeks polusi untuk menilai kualitas perairan pedalaman Kolombia oleh Ramírez dkk., tahun 1997 yang diperoleh dari multi variabel

35 42 berupa parameter kimia, fisika yang memberikan indikasi kontaminasi (Ramirez dkk., 1999) a. Storet Metoda Storet digunakan untuk mengetahui status mutu air berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 115 tahun Pada prinsipnya metode ini membandingkan parameter hasil uji dengan baku mutu sesuai kelas air dan memberikan skor nilai untuk setiap parameter. Kelebihan Metode Storet adalah dapat menyimpulkan status kualitas air sungai pada rentang tahun tertentu dengan kondisi tunggal tidak menggunakan rentang sehingga mudah dipahami oleh masyarakat awam. Kelemahan analisa menggunakan metode Storet adalah 1. Perlunya seri data yang cukup dalam penentuan kualitas air sungai yang memerlukan biaya dan waktu; 2. Penilaian sama untuk setiap kondisi yang melebihi baku mutu membuat keterbatasan penggunaan sungai yang masih mungkin masih dapat untuk dimanfaatkan masyarakat. Prosedur perhitungan Metode Stroret adalah sebagai berikut: 1. Mengumpulkan data kualitas air dan debit air secara periodik untuk mendapat data dari waktu ke waktu (time series data) minimal 2 seri data; 2. Membandingkan data hasil pengukuran dari masing-masing parameter air dengan nilai baku mutu sesuai dengan kelas air;

36 43 3. Apabila hasil pengukuran memenuhi nilai baku mutu air (hasil pengukuran < baku mutu) maka diberi skor Apabila hasil pengukuran tidak memenuhi nilai baku mutu air (hasil pengukuran lebih besar dari baku mutu), maka diberi skor : Tabel 13. Sistem nilai untuk parameter dan baku mutu Jumlah contoh (1) Nilai Parameter Fisika Kimia Biologi Maksimum <10 Minimum Rata-rata Maksimum Minimum Rata-rata Sumber : Canter,1977 dalam Kepmen LH No. 115, Catatan (1) : jumlah parameter yang digunakan untuk penentuan status mutu air. 5. Menghitung jumlah negatif dari seluruh parameter dan menentukan status mutunya dari jumlah skor yang didapat dengan menggunakan sistem nilai menggunakan sistem nilai dari US-EPA (Environmental Protection Agency) yaitu : Tabel 14. Penentuan sistem nilai untuk menentukan status mutu air Kelas Air Deskripsi Skor Keterangan A Baik Sekali 0 Memenuhi Baku Mutu B Baik -1 > x > -10 Cemar Ringan C Sedang -11 > x > -30 Cemar Sedang D Buruk x -31 Cemar Berat Sumber : Kepmen LH No. 115 Tahun 2003 b. Indeks Pencemaran Metode Indeks Pencemaran digunakan untuk menentukan status mutu air untuk data tunggal atau tidak ada seri data pada suatu titik pengujian.

37 44 Sumitomo dan Nemerow (1970) dalam Kepmen LH Nomor 115 tahun 2003 mengusulkan indeks yang berkaitan dengan senyawa pencemar yang bermakna untuk suatu peruntukan. Indeks Pencemaran (IP) ini dapat menilai kualitas badan air untuk suatu peruntukan serta melakukan tindakan untuk memperbaiki kualitas jika terjadi penurunan kualitas akibat kehadiran senyawa pencemar. Kelebihan Metode IP adalah : 1. Ketersediaan data yang sedikit dapat menentukan status mutu air sungai yang dipantau; 2. Penilaian yang diberikan dapat memberikan informasi kondisi sungai yang berbeda tergantung kondisi hasil pengukuran parameter sehingga memunginkan adanya usulan pemanfaatan sungai bagi masyarakat. Kelemahan pada Metode IP adalah 1. Perlunya parameter yang cukup banyak dalam penentuan kualitas air sungai yang cukup represetatif sehingga memerlukan biaya yang mahal dan waktu yang relatif lama; 2. Penilaian dalam kurun waktu 1 (satu) tahun menggunakan rentang membuat informasi status kualitas air rancu bagi masyarakat awam. Rumus yang digunakan untuk menghitung Indeks Pencemaran (IP) : IP j = C i L ij 2 M + C i L ij 2 2 R (2.22) dimana : IP j : Indeks Pencemaran bagi peruntukan j

38 45 C i L ij : Konsentrasi hasil uji parameter : Konsentrasi parameter sesuai baku mutu peruntukan air j (C i /L ij ) M : Nilai Ci/Lij maksimum (C i /L ij ) R : Nilai Ci/Lij rata rata Status mutu air berdasarkan hasil perhitungan Indeks Pencemaran disajikan sebagai berikut: Tabel 15. Penentuan status mutu air metode IP No Skor IP Deskripsi 1 0-1,0 Kondisi Baik 2 1,1 5,0 Cemar Ringan 3 5,1 10 Cemar Sedang 4 >10 Cemar Berat Sumber : Kepmen LH No. 115 Tahun 2003 Parameter dalam baku mutu memiliki tipe batas yang berbeda-beda sehingga dalam menentukan nilai C i /L ij dibagi menjadi: 1. Parameter dengan baku mutu dimana terjadi kondisi konsentrasinya menurun menyatakan tingkat pencemaran meningkat contohnya DO (Dissolved Oxygen). Untuk menetukan C i /L ij perlu ditentukan nilai teoritik atau nilai maksimum untuk menggantikan C i /L ij hasil uji. Rumus yang digunakan untuk menghitung C i /L ijbaru : C i L ij baru = C im C i uji C im L ij (2.23) dimana: C i uji : Konsentrasi hasil uji parameter C im : Konsentrasi teoritik

39 46 L ij : Konsentrasi parameter sesuai baku mutu peruntukan air j 2. Parameter dengan baku mutu dalam nilai rentang perlu ditentukan nilai L ij rata-rata dengan rumus : L ij rata rata = L ij maksimum + L ij minimum 2 (2.24) dimana : L ij rata-rata L ij maksimum L ij maksimum : Nilai rentang rata-rata : Nilai rentang maksimum : Nilai rentang minimum a. Untuk nilai C i L ij rata-rata C i L ij baru = C i L ij rata rata L ij rata rata L ij minimum (2.25) dimana : C i L ij rata-rata L ij maksimum L ij maksimum : Konsentrasi hasil uji parameter : Nilai rentang rata-rata : Nilai rentang maksimum : Nilai rentang minimum b. Untuk nilai C i >L ij rata-rata C i L ij baru = C i L ij rata rata L ij rata rata L ij maksimum (2.26) dimana : C i L ij rata-rata : Konsentrasi hasil uji parameter : Nilai rentang rata-rata

40 47 L ij maksimum L ij maksimum : Nilai rentang maksimum : Nilai rentang minimum 3. Untuk parameter yang lain digunakan rumus: a. Jika nilai C i / L ij uji < 1 digunakan C i / L ij uji b. Jika nilai C i / L ij uji > 1 digunakan rumus sebagai berikut: C i L ij baru = 1 + 5log C i L ij uji (2.27) dimana: (C i /L ij ) baru : Nilai Ci/Lij baru (C i /L ij ) uji : Nilai Ci/Lij hasil uji C i L ij : Konsentrasi hasil uji parameter : Konsentrasi parameter sesuai baku mutu peruntukan air j H. Sistem Informasi ebsite Sistem Informasi merupakan sistem yang menyediakan informasi yang digunakan untuk mendukung operasi, manajemen, serta pengambilan keputusan sebuah organisasi dikenal dengan banyak istilah seperti Sistem Informasi Manajemen, Sistem Pemrosesan Informasi atau Sistem Informasi dan Pengambil Keputusan (Davis dkk.,1984 dalam Ibrahim, 2008). Ciri khas sistem informasi menurut Davis, 2000 dalam Ibrahim, 2008 adalah : a. Proses Manajemen, seperti perencanaan strategis dan pengelolaan fungsi sistem informasi; b. Proses Pengembangan, seperti manajemen proyek pengembangan sistem;

41 48 c. Konsep Pengembangan, seperti konsep sosioteknikal dan konsep kualitas; d. Representasi, seperti sistem basis data dan pengkodean program; e. Sistem Aplikasi, seperti Knowledge Management dan Executive System. Sistem informasi berbasis web yaitu aplikasi yang dapat dijalankan dan diaplikasikan pada suatu web browser yang terhubung dalam suatu jaringan dan terkonfigurasi dengan setting web server-nya. 1. Komponen Dasar Sistem Informasi Berbasis eb Sistem Informasi berbasis web dapat beroperasi membutuhkan perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software) dan sumber daya manusia yang mengoperasikan (brainware). Komponen-komponen dasar sistem informasi berbasis web adalah : 1. Data Data yang digunakan dalam Sistem Informasi Berbasis eb ini merupakan data parameter uji kualitas air dan data statistik lainnya yang disusun menjadi sebuah basis data. 2. Perangkat Keras (Hardware) Perangkat keras yang dimaksud adalah komputer beserta alat pendukungnya yang digunakan dalam pengolahan data. 3. Perangkat Lunak (Software)

42 49 Perangkat lunak yang dimaksud adalah system yang berfungsi memasukkan, menyimpan dan mengeluarkan data yang diperlukan adalah PHP versi 5 dan MySQL versi Intelegensi Manusia (Brainware) Manusia merupakan pelaku yang mengendalikan seluruh sistem sehingga dituntut kemampuan dan penguasaan terhadap ilmu dan teknologi mutakhir. I. Penelitian Kualitas Air Berbasis ater Quality Index (QI) 1. Kajian Status Mutu Ai di Sungai Gajahwong dengan Berbagai Indeks Kualitas Air Penelitian ini dilakukan oleh Muslimin dan Saraswati di Sungai Gajahwong Provinsi Yogyakarta dengan mengunakan metode Gajahwong ater Quality Index (GQI) yang dibandingkan dengan Prakash QI dan NSF QI pada tahun 2013 dengan menggunakan data kurun waktu 2000 hingga Hasil penelitian ini menunjukan bahwa hasil perhitungan berdasarkan GQI, Prakash QI dan NSF QI menunjukkan hasil yang berbeda, hal ini disebabkan jumlah parameter yang digunakan dalam melakukan analisa serta metode masing-masing. Kualitas air Sungai Gajahwong terbagi 3 (tiga) ruas yang memiliki bagian hulu, ruas tengah dan hilir perlu upaya perbaikan kualitas air. Hal ini berdasarkan hasil analisis GQI dan Prakash QI terbagi atas 2 kelas mutu air yaitu baik dan sedang dan NSF QI menghasilkan kelas mutu air sedang.

43 50 2. Case Study Of ater Management Processes Serbian ater Quality Index Penelitian ini di dilakukan oleh Veljković, Lekić dan Jovičić dengan lokasi penelitian sungai di Provinsi Vojvodina, Danube, Sava, Danau Djerdap dan DAS Velika Morava Republik Serbia kurun waktu tahun dengan mengunakan metode Serbian ater Quality Index (SQI) menggunakan parameter Oxygen Saturation, BOD 5, Ammonium, ph, Total Oxidised Nitrogen, Orthophosphate, Suspended solids, suhu, Conductivity dan E.Coli dengan hasil bahwa kualitas air di Provinsi Vojvodina paling buruk kualitasnya akibat polusi dari limbah industri dan domestik.

METODE PENELITIAN. dan WS Mesuji Tulang Bawang yang disajikan pada Tabel 16 dan Tabel 17. Tabel 16. Sungai di WS Seputih Sekampung

METODE PENELITIAN. dan WS Mesuji Tulang Bawang yang disajikan pada Tabel 16 dan Tabel 17. Tabel 16. Sungai di WS Seputih Sekampung 51 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada sungai yang tersebar di WS Seputih Sekampung dan WS Mesuji Tulang Bawang yang disajikan pada Tabel 16 dan Tabel 17. Tabel 16.

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. masih merupakan tulang pungung pembangunan nasional. Salah satu fungsi lingkungan

1. PENDAHULUAN. masih merupakan tulang pungung pembangunan nasional. Salah satu fungsi lingkungan 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air sungai merupakan salah satu komponen lingkungan yang memiliki fungsi penting bagi kehidupan manusia, termasuk untuk menunjang pembangunan ekonomi yang hingga saat ini

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini, data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Penyajian grafik dilakukan berdasarkan variabel konsentrasi terhadap kedalaman dan disajikan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya sektor industri pertanian meningkatkan kesejahteraan dan mempermudah manusia dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak

Lebih terperinci

KAJIAN KUALITAS AIR UNTUK AKTIFITAS DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) KRUENG ACEH Susi Chairani 1), Siti Mechram 2), Muhammad Shilahuddin 3) Program Studi Teknik Pertanian 1,2,3) Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi. Manusia menggunakan air untuk memenuhi

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. pengambilan sampel pada masing-masing 3 lokasi sampel yang berbeda

METODOLOGI PENELITIAN. pengambilan sampel pada masing-masing 3 lokasi sampel yang berbeda 24 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Way Sekampung Tahun 2013 dan 2014, dimana pada Tahun 2013 dilakukan 4 kali pengambilan sampel dan pada Tahun 2014 dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak, bahkan oleh semua mahkluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air

BAB I PENDAHULUAN. banyak, bahkan oleh semua mahkluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua mahkluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITAS AIR SUNGAI KONAWEHA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

ANALISIS KUALITAS AIR SUNGAI KONAWEHA PROVINSI SULAWESI TENGGARA ANALISIS KUALITAS AIR SUNGAI KONAWEHA PROVINSI SULAWESI TENGGARA Umar Ode Hasani Jurusan Kehutanan, Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan UHO Email : umarodehasani@gmail.com Ecogreen Vol. 2 No. 2, Oktober

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pencemaran Perairan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pencemaran Perairan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pencemaran Perairan Menurut Odum (1971), pencemaran adalah perubahan sifat fisik, kimia dan biologi yang tidak dikehendaki pada udara, tanah dan air. Sedangkan menurut Saeni

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Keteguhan, yang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Keteguhan, yang III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Keteguhan, yang merupakan salah satu DAS pada DAS di Kota Bandar Lampung. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. Air merupakan komponen lingkungan hidup yang kondisinya

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. Air merupakan komponen lingkungan hidup yang kondisinya BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Air dan Sungai 1.1 Air Air merupakan komponen lingkungan hidup yang kondisinya mempengaruhi dan dipengaruhi oleh komponen lainnya. Penurunan kualitas air akan

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Metode Pengambilan Contoh Penentuan lokasi

3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Metode Pengambilan Contoh Penentuan lokasi 17 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan contoh air dilakukan pada bulan April sampai dengan Mei 2012. Lokasi penelitian di Way Perigi, Kecamatan Labuhan Maringgai, Kabupaten

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN BIDANG PENGENDALIAN KERUSAKAN PERAIRAN DARAT TAHUN 2015

PELAKSANAAN KEGIATAN BIDANG PENGENDALIAN KERUSAKAN PERAIRAN DARAT TAHUN 2015 PELAKSANAAN KEGIATAN BIDANG PENGENDALIAN KERUSAKAN PERAIRAN DARAT TAHUN 2015 A. PEMANTAUAN KUALITAS AIR DANAU LIMBOTO Pemantauan kualitas air ditujukan untuk mengetahui pengaruh kegiatan yang dilaksanakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. digunakan untuk seluruh mahluk hidup di muka bumi ini dengan. ketersediaannya di alam semesta dalam jumlah yang tetap.

I. PENDAHULUAN. digunakan untuk seluruh mahluk hidup di muka bumi ini dengan. ketersediaannya di alam semesta dalam jumlah yang tetap. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan karunia dari Tuhan Yang Maha Esa dan keberadaannya digunakan untuk seluruh mahluk hidup di muka bumi ini dengan ketersediaannya di alam semesta dalam jumlah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Air Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat di daratan, perairan lepas pantai (off shore water) dan perairan laut. Ekosistem air yang terdapat

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi Persepsi adalah kemampuan otak dalam menerjemahkan stimulus atau proses untuk menerjemahkan stimulus yang masuk ke dalam alat indera manusia. Proses ini yang memungkinkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah yang timbul akibat meningkatnya kegiatan manusia adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air karena menerima beban pencemaran yang melampui daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem merupakan suatu interaksi antara komponen abiotik dan biotik

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem merupakan suatu interaksi antara komponen abiotik dan biotik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang merupakan suatu interaksi antara komponen abiotik dan biotik yang saling terkait satu sama lain. di bumi ada dua yaitu ekosistem daratan dan ekosistem perairan. Kedua

Lebih terperinci

PEMANTAUAN KUALITAS AIR SUNGAI CIBANTEN TAHUN 2017

PEMANTAUAN KUALITAS AIR SUNGAI CIBANTEN TAHUN 2017 PEMANTAUAN KUALITAS AIR SUNGAI CIBANTEN TAHUN 2017 1. Latar belakang Air merupakan suatu kebutuhan pokok bagi manusia. Air diperlukan untuk minum, mandi, mencuci pakaian, pengairan dalam bidang pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selain memproduksi tahu juga dapat menimbulkan limbah cair. Seperti

BAB I PENDAHULUAN. selain memproduksi tahu juga dapat menimbulkan limbah cair. Seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri pembuatan tahu dalam setiap tahapan prosesnya menggunakan air dengan jumlah yang relatif banyak. Artinya proses akhir dari pembuatan tahu selain memproduksi

Lebih terperinci

Kombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi

Kombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi Metode Analisis Untuk Air Limbah Pengambilan sample air limbah meliputi beberapa aspek: 1. Lokasi sampling 2. waktu dan frekuensi sampling 3. Cara Pengambilan sample 4. Peralatan yang diperlukan 5. Penyimpanan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Danau Maninjau merupakan danau yang terdapat di Sumatera Barat, Kabupaten Agam. Secara geografis wilayah ini terletak pada ketinggian 461,5 m di atas permukaan laut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. segi kuantitas maupun dari segi kualitas airnya. meningkatnya kuantitas dan kualitas air. Kebutuhan air semakin hari akan

I. PENDAHULUAN. segi kuantitas maupun dari segi kualitas airnya. meningkatnya kuantitas dan kualitas air. Kebutuhan air semakin hari akan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan bagi setiap makhluk hidup. Tanpa air, manusia dan makhluk hidup lain, tidak akan dapat hidup dan berkembang biak. Begitu vitalnya fungsi

Lebih terperinci

Sungai berdasarkan keberadaan airnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu (Reid, 1961):

Sungai berdasarkan keberadaan airnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu (Reid, 1961): 44 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekologi Sungai Aspek ekologi adalah aspek yang merupakan kondisi seimbang yang unik dan memegang peranan penting dalam konservasi dan tata guna lahan serta pengembangan untuk

Lebih terperinci

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Plankton. Ima Yudha Perwira, SPi, Mp

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Plankton. Ima Yudha Perwira, SPi, Mp Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Plankton Ima Yudha Perwira, SPi, Mp Suhu Tinggi rendahnya suhu suatu badan perairan sangat mempengaruhi kehidupan plankton. Semakin tinggi suhu meningkatkan kebutuhan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi yang terdapat di Pulau

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi yang terdapat di Pulau IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Wilayah Propinsi Lampung 1. Geografi Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi yang terdapat di Pulau Sumatera dengan luas wilayah 35.288,35 Km 2. Propinsi

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : 115 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PENENTUAN STATUS MUTU AIR MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : 115 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PENENTUAN STATUS MUTU AIR MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, S A L I N A N KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : 115 TAHUN 003 TENTANG PEDOMAN PENENTUAN STATUS MUTU AIR MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. air limbah. Air limbah domestik ini mengandung kotoran manusia, bahan sisa

BAB I PENDAHULUAN. air limbah. Air limbah domestik ini mengandung kotoran manusia, bahan sisa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sekitar 80% air minum yang digunakan oleh manusia dibuang atau menjadi air limbah. Air limbah domestik ini mengandung kotoran manusia, bahan sisa pencucian barang

Lebih terperinci

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA BAB. II TINJAUAN PUSTAKA A. Keadaan Teluk Youtefa Teluk Youtefa adalah salah satu teluk di Kota Jayapura yang merupakan perairan tertutup. Tanjung Engros dan Tanjung Hamadi serta terdapat pulau Metu Debi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Keberadaan industri dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat namun juga tidak jarang merugikan masyarakat, yaitu berupa timbulnya pencemaran lingkungan

Lebih terperinci

Polusi. Suatu zat dapat disebut polutan apabila: 1. jumlahnya melebihi jumlah normal 2. berada pada waktu yang tidak tepat

Polusi. Suatu zat dapat disebut polutan apabila: 1. jumlahnya melebihi jumlah normal 2. berada pada waktu yang tidak tepat Polusi Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Status Mutu Air Sungai adalah salah satu dari sumber daya alam yang bersifat mengalir (flowing resources), sehingga pemanfaatan air di hulu akan menghilangkan peluang

Lebih terperinci

IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian merupakan wilayah Kabupaten Lampung Tengah Propinsi Lampung yang ditetapkan berdasarkan Undang-undang No 12 Tahun 1999 sebagai hasil pemekaran Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Aktivitas pencemaran lingkungan yang dihasilkan dari suatu kegiatan industri merupakan suatu masalah yang sangat umum dan sulit untuk dipecahkan pada saat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pencemaran Organik di Muara S. Acai, S. Thomas, S. Anyaan dan Daerah Laut yang Merupakan Perairan Pesisir Pantai dan Laut, Teluk Youtefa. Bahan organik yang masuk ke perairan

Lebih terperinci

ANALISA KEKERUHAN DAN KANDUNGAN SEDIMEN DAN KAITANNYA DENGAN KONDISI DAS SUNGAI KRUENG ACEH

ANALISA KEKERUHAN DAN KANDUNGAN SEDIMEN DAN KAITANNYA DENGAN KONDISI DAS SUNGAI KRUENG ACEH ANALISA KEKERUHAN DAN KANDUNGAN SEDIMEN DAN KAITANNYA DENGAN KONDISI DAS SUNGAI KRUENG ACEH Nurmalita, Maulidia, dan Muhammad Syukri Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Syiah Kuala, Darussalam-Banda Aceh

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. mana tinggi rendahnya konsentrasi TDS dalam air akan mempengaruhi besar

BAB V PEMBAHASAN. mana tinggi rendahnya konsentrasi TDS dalam air akan mempengaruhi besar 68 BAB V PEMBAHASAN Salah satu parameter penentu kualitas air adalah parameter TDS, yang mana tinggi rendahnya konsentrasi TDS dalam air akan mempengaruhi besar kecilnya DHL yang dihasilkan. Daya hantar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang lebih rendah dan setelah mengalami bermacam-macam perlawanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang lebih rendah dan setelah mengalami bermacam-macam perlawanan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Sungai Sebagian besar air hujan turun ke permukaan tanah, mengalir ke tempattempat yang lebih rendah dan setelah mengalami bermacam-macam perlawanan akibat gaya berat, akhirnya

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. mempergunakan pendekatan one river basin, one plan, and one integrated

IV. GAMBARAN UMUM. mempergunakan pendekatan one river basin, one plan, and one integrated IV. GAMBARAN UMUM A. Umum Dalam Pemenuhan kebutuhan sumber daya air yang terus meningkat diberbagai sektor di Provinsi Lampung diperlukan suatu pengelolaan sumber daya air terpadu yang berbasis wilayah

Lebih terperinci

PENENTUAN STATUS MUTU AIR

PENENTUAN STATUS MUTU AIR PENENTUAN STATUS MUTU AIR Sungai merupakan jaringan alur-alur pada permukaan bumi yang terbentuk secara alami, mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian hilir. Sungai berfungsi menampung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya kegiatan manusia akan menimbulkan berbagai masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air karena menerima beban pencemaran yang melampaui

Lebih terperinci

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 186 BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan 1. Secara umum suhu air perairan Teluk Youtefa berkisar antara 28.5 30.0, dengan rata-rata keseluruhan 26,18 0 C. Nilai total padatan tersuspensi air di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan salah satu wilayah yang berada di Pantai Barat Sumatera. Wilayahnya berada 0

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan salah satu wilayah yang berada di Pantai Barat Sumatera. Wilayahnya berada 0 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan salah satu wilayah yang berada di Pantai Barat Sumatera. Wilayahnya berada 0 1.266 m di atas permukaan laut serta terletak pada

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sepanjang aliran Sungai Cihideung dari hulu Gunung Salak Dua dimulai dari Desa Situ Daun hingga di sekitar Kampus IPB Darmaga.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pabrik tahu merupakan industri kecil (rumah tangga) yang jarang memiliki instalasi pengolahan limbah dengan pertimbangan biaya yang sangat besar dalam pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber pendapatan, juga memiliki sisi negatif yaitu berupa limbah cair. Limbah cair yang dihasilkan oleh

Lebih terperinci

Secara Geografis Propinsi Lampung terletak pada kedudukan Timur-Barat. Lereng-lereng yang curam atau terjal dengan kemiringan berkisar antara 25% dan

Secara Geografis Propinsi Lampung terletak pada kedudukan Timur-Barat. Lereng-lereng yang curam atau terjal dengan kemiringan berkisar antara 25% dan IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITMN 4.1 Geografi Propinsi Lampung meliputi areal seluas 35.288,35 krn2 termasuk pulau-pulau yang terletak pada bagian sebelah paling ujung tenggara pulau Sumatera. Propinsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang bersifat mengalir (flowing resources), sehingga

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang bersifat mengalir (flowing resources), sehingga I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sungai menjadi salah satu pemasok air terbesar untuk kebutuhan mahluk hidup yang memiliki fungsi penting bagi kehidupan manusia. Sungai adalah sumber daya alam yang bersifat

Lebih terperinci

Pemodelan Penyebaran Polutan di DPS Waduk Sutami Dan Penyusunan Sistem Informasi Monitoring Kualitas Air (SIMKUA) Pendahuluan

Pemodelan Penyebaran Polutan di DPS Waduk Sutami Dan Penyusunan Sistem Informasi Monitoring Kualitas Air (SIMKUA) Pendahuluan Pendahuluan 1.1 Umum Sungai Brantas adalah sungai utama yang airnya mengalir melewati sebagian kota-kota besar di Jawa Timur seperti Malang, Blitar, Tulungagung, Kediri, Mojokerto, dan Surabaya. Sungai

Lebih terperinci

BAB 1 KIMIA PERAIRAN

BAB 1 KIMIA PERAIRAN Kimia Perairan 1 BAB 1 KIMIA PERAIRAN Kompetensi Dasar: Menjelaskan komponen penyusun, sifat fisika dan sifat kimia di perairan A. Definisi dan Komponen Penyusun Air Air merupakan senyawa kimia yang sangat

Lebih terperinci

ES R K I R P I S P I S SI S S I TEM

ES R K I R P I S P I S SI S S I TEM 69 4. DESKRIPSI SISTEM SOSIAL EKOLOGI KAWASAN PENELITIAN 4.1 Kondisi Ekologi Lokasi studi dilakukan pada pesisir Ratatotok terletak di pantai selatan Sulawesi Utara yang termasuk dalam wilayah administrasi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 27 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Lokasi penelitian terletak di belakang Perumahan Nirwana Estate, Cibinong yang merupakan perairan sungai kecil bermuara ke Situ Cikaret sedangkan yang terletak di belakang Perumahan,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. (DAS) yaitu DAS Way Sekampung Batutegi, Way Ilahan Merabung, Way. Tebu, Way Bulok, Way Semah, Way Sekampung anak, Way Sekampung

TINJAUAN PUSTAKA. (DAS) yaitu DAS Way Sekampung Batutegi, Way Ilahan Merabung, Way. Tebu, Way Bulok, Way Semah, Way Sekampung anak, Way Sekampung 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Keadaan Umum Wilayah Way mempunyai 16 (enam belas) Daerah Aliran Sungai (DAS) yaitu DAS Way Batutegi, Way Ilahan Merabung, Way Tebu, Way Bulok, Way Semah, Way anak, Way Argo Guruh,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup orang banyak sehingga perlu dilindungi agar dapat bermanfaat bagi hidup dan kehidupan manusia serta mahkluk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Oseanografi Pesisir Kalimantan Barat Parameter oseanografi sangat berperan penting dalam kajian distribusi kontaminan yang masuk ke laut karena komponen fisik

Lebih terperinci

Standart Kompetensi Kompetensi Dasar

Standart Kompetensi Kompetensi Dasar POLUSI Standart Kompetensi : Memahami polusi dan dampaknya pada manusia dan lingkungan Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi jenis polusi pada lingkungan kerja 2. Polusi Air Polusi Air Terjadinya polusi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan manusia, karena air diperlukan untuk bermacam-macam kegiatan seperti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan manusia, karena air diperlukan untuk bermacam-macam kegiatan seperti BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Umum Air Air merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat ditinggalkan untuk kehidupan manusia, karena air diperlukan untuk bermacam-macam kegiatan seperti minum, pertanian,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.1 PENELITIAN PENDAHULUAN Penelitian pendahuluan dilakukan untuk menentukan titik kritis pengenceran limbah dan kondisi mulai mampu beradaptasi hidup pada limbah cair tahu. Limbah

Lebih terperinci

KONDISI WILAYAH STUDI

KONDISI WILAYAH STUDI 2 BAB II KONDISI WILAYAH STUDI 2.1 Tinjauan Umum Pada bab ini penulis mengumpulkan data-data yang dibutuhkan terkait dengan perencanaan pengendalian banjir di Sungai Tulang Bawang Lampung. Data-data tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan satu-satunya tanaman pangan yang dapat tumbuh pada tanah yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan satu-satunya tanaman pangan yang dapat tumbuh pada tanah yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan air permukaan dalam hal ini air sungai untuk irigasi merupakan salah satu diantara berbagai alternatif pemanfaatan air. Dengan penggunaan dan kualitas air

Lebih terperinci

Pengaruh Aktivitas Masyarakat di pinggir Sungai (Rumah Terapung) terhadap Pencemaran Lingkungan Sungai Kahayan Kota Palangka Raya Kalimantan Tengah

Pengaruh Aktivitas Masyarakat di pinggir Sungai (Rumah Terapung) terhadap Pencemaran Lingkungan Sungai Kahayan Kota Palangka Raya Kalimantan Tengah MITL Media Ilmiah Teknik Lingkungan Volume 1, Nomor 2, Agustus 2016 Artikel Hasil Penelitian, Hal. 35-39 Pengaruh Aktivitas Masyarakat di pinggir Sungai (Rumah Terapung) terhadap Pencemaran Lingkungan

Lebih terperinci

Bab V Hasil dan Pembahasan

Bab V Hasil dan Pembahasan biodegradable) menjadi CO 2 dan H 2 O. Pada prosedur penentuan COD, oksigen yang dikonsumsi setara dengan jumlah dikromat yang digunakan untuk mengoksidasi air sampel (Boyd, 1988 dalam Effendi, 2003).

Lebih terperinci

PERSYARATAN PENGAMBILAN. Kuliah Teknologi Pengelolaan Limbah Suhartini Jurdik Biologi FMIPA UNY

PERSYARATAN PENGAMBILAN. Kuliah Teknologi Pengelolaan Limbah Suhartini Jurdik Biologi FMIPA UNY PERSYARATAN PENGAMBILAN SAMPEL Kuliah Teknologi Pengelolaan Limbah Suhartini Jurdik Biologi FMIPA UNY Pengambilan sampel lingkungan harus menghasilkan data yang bersifat : 1. Obyektif : data yg dihasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air laut merupakan suatu medium yang unik. Sebagai suatu sistem, terdapat hubungan erat antara faktor biotik dan faktor abiotik, karena satu komponen dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Taman Nasional Way Kambas (TNWK) dengan luas ,30 ha. Tujuan penetapan kawasan ini untuk melindungi dan melestarikan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Taman Nasional Way Kambas (TNWK) dengan luas ,30 ha. Tujuan penetapan kawasan ini untuk melindungi dan melestarikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor 670/Kpts-II/1999 telah mengukuhkan kawasan register 9 dan sekitarnya sebagai Taman Nasional Way Kambas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mandi, mencuci, dan sebagainya. Di sisi lain, air mudah sekali terkontaminasi oleh

I. PENDAHULUAN. mandi, mencuci, dan sebagainya. Di sisi lain, air mudah sekali terkontaminasi oleh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan yang sangat pokok bagi kehidupan, karena selain dikonsumsi, juga digunakan dalam berbagai aktivitas kehidupan seperti memasak, mandi, mencuci, dan

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. 6.1 Ketaatan Terhadap Kewajiban Mengolahan Limbah Cair Rumah Sakit dengan IPAL

BAB VI PEMBAHASAN. 6.1 Ketaatan Terhadap Kewajiban Mengolahan Limbah Cair Rumah Sakit dengan IPAL BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Ketaatan Terhadap Kewajiban Mengolahan Limbah Cair Rumah Sakit dengan IPAL Berdasarkan hasil pengamatan sarana pengolahan limbah cair pada 19 rumah sakit di Kota Denpasar bahwa terdapat

Lebih terperinci

BAB V ANALISA AIR LIMBAH

BAB V ANALISA AIR LIMBAH BAB V ANALISA AIR LIMBAH Analisa air limbah merupakan cara untuk mengetahui karakteristik dari air limbah yang dihasilkan serta mengetahui cara pengujian dari air limbah yang akan diuji sebagai karakteristik

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Oleh karena itu,

BAB IV. GAMBARAN UMUM. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Oleh karena itu, BAB IV. GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Kota Bandar Lampung 1. Profil Wilayah Kota Bandar Lampung Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Oleh karena itu, selain merupakan pusat kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Air merupakan zat kehidupan, dimana tidak satupun makhluk hidup di planet bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 65 75% dari berat

Lebih terperinci

: Baku mutu air kelas I menurut Peraturan Pemerintah RI no. 82 tahun 2001 (hanya untuk Stasiun 1)

: Baku mutu air kelas I menurut Peraturan Pemerintah RI no. 82 tahun 2001 (hanya untuk Stasiun 1) LAMPIRAN 48 Lampiran 1. Hasil rata-rata pengukuran parameter fisika dan kimia perairan Way Perigi Parameter Satuan Baku Mutu Kelas I 1) Baku Mutu Sampling 1 Sampling 2 Sampling 3 Kelas III 2) Stasiun 1

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pantai Sei Nypah adalah salah satu pantai yang berada di wilayah Desa

TINJAUAN PUSTAKA. Pantai Sei Nypah adalah salah satu pantai yang berada di wilayah Desa TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Lokasi Pantai Sei Nypah adalah salah satu pantai yang berada di wilayah Desa Nagalawan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai, Propinsi Sumatera Utara dan merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengelolaan Lingkungan Hidup Dengan diberlakukannya Undang-Undang No. 4 Tahun 1982 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup yang disempurnakan dan diganti dengan Undang Undang

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pertumbuhan Mikroalga Laut Scenedesmus sp. Hasil pengamatan pengaruh kelimpahan sel Scenedesmus sp. terhadap limbah industri dengan dua pelakuan yang berbeda yaitu menggunakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Sungai.. ' Sungai merupakan Perairan Umum yang airnya mengalir secara terus

II. TINJAUAN PUSTAKA Sungai.. ' Sungai merupakan Perairan Umum yang airnya mengalir secara terus II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sungai.. ' Sungai merupakan Perairan Umum yang airnya mengalir secara terus menerus pada arah tertentu, berasal dari air tanah, air hujan dan air permukaan yang akhirnya bermuara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup lilin untuk membentuk corak hiasannya, membentuk sebuah bidang pewarnaan. Batik merupakan salah satu kekayaan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air sungai merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat vital bagi

BAB I PENDAHULUAN. Air sungai merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat vital bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air sungai merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat vital bagi pemenuhan kebutuhan hidup manusia sehingga kualitas airnya harus tetap terjaga. Menurut Widianto

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Studi dan Waktu Penelitian Lokasi Studi

METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Studi dan Waktu Penelitian Lokasi Studi III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Studi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Studi Daerah Irigasi Way Negara Ratu merupakan Daerah Irigasi kewenangan Provinsi Lampung yang dibangun pada tahun 1972 adapun

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 48 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Utara 1. Kondisi Geografis Kabupaten Lampung Utara merupakan salah satu dari 14 kabupaten/kota yang ada di Propinsi Lampung. Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya aktivitas industri akan memberikan dampak terhadap kondisi

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya aktivitas industri akan memberikan dampak terhadap kondisi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas air sungai dipengaruhi oleh kualitas pasokan air yang berasal dari daerah tangkapannya sedangkan kualitas pasokan air dari daerah tangkapan berkaitan dengan

Lebih terperinci

KLASIFIKASI LIMBAH. Oleh: Tim pengampu mata kuliah Sanitasi dan Pengolahan Limbah

KLASIFIKASI LIMBAH. Oleh: Tim pengampu mata kuliah Sanitasi dan Pengolahan Limbah KLASIFIKASI LIMBAH Oleh: Tim pengampu mata kuliah Sanitasi dan Pengolahan Limbah 1 Pengertian Limbah Limbah: "Zat atau bahan yang dibuang atau dimaksudkan untuk dibuang atau diperlukan untuk dibuang oleh

Lebih terperinci

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan Industri Tahu 1. Faktor Penyebab Terjadinya Pencemaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi kehidupan. Sekitar tiga per empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorangpun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Air merupakan salah satu senyawa kimia yang terdapat di alam secara berlimpah-limpah. Namun,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Air merupakan salah satu senyawa kimia yang terdapat di alam secara berlimpah-limpah. Namun, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Air merupakan salah satu senyawa kimia yang terdapat di alam secara berlimpah-limpah. Namun, ketersediaan air yang memenuhi syarat bagi keperluan manusia relatif sedikit

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Kota Timur merupakan kecamatan yang terdiri dari enam kelurahan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Kota Timur merupakan kecamatan yang terdiri dari enam kelurahan. 35 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Wilayah Penelitian Kecamatan Kota Timur merupakan kecamatan yang terdiri dari enam kelurahan. Masing masing kelurahan di kecamatan Kota Timur adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya aktifitas berbagai macam industri menyebabkan semakin

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya aktifitas berbagai macam industri menyebabkan semakin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya aktifitas berbagai macam industri menyebabkan semakin besarnya limbah yang di hasilkan dari waktu ke waktu. Konsekuensinya adalah beban badan air selama

Lebih terperinci

Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M.

Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M. Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : 35410453 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M.T TUGAS AKHIR USULAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN KINERJA LINGKUNGAN

Lebih terperinci

PENENTUAN STATUS MUTU AIR

PENENTUAN STATUS MUTU AIR PENENTUAN STATUS MUTU AIR I. METODE STORET I.. URAIAN METODE STORET Metode STORET ialah salah satu metode untuk menentukan status mutu air yang umum digunakan. Dengan metode STORET ini dapat diketahui

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 16 III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan dari bulan Juni 2009 sampai dengan bulan Agustus 2009. Lokasi penelitian berada di wilayah DAS Cisadane segmen Hulu, meliputi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air

TINJAUAN PUSTAKA. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air TINJAUAN PUSTAKA Sungai Sungai merupakan suatu bentuk ekositem aquatik yang mempunyai peran penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air (catchment area) bagi daerah di sekitarnya,

Lebih terperinci

RENCANA PENGELOLAAN SDA DAN LH DAS BARITO

RENCANA PENGELOLAAN SDA DAN LH DAS BARITO RENCANA PENGELOLAAN SDA DAN LH DAS BARITO Oleh: Firman Dermawan Yuda Kepala Sub Bidang Hutan dan Hasil Hutan Bidang Perencanaan Pengelolaan SDA dan LH I. Gambaran Umum DAS Barito Daerah Aliran Sungai (DAS)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air adalah sebutan untuk senyawa yang memiliki rumus kimia H 2 O. Air. Conference on Water and the Environment)

BAB I PENDAHULUAN. Air adalah sebutan untuk senyawa yang memiliki rumus kimia H 2 O. Air. Conference on Water and the Environment) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air adalah sebutan untuk senyawa yang memiliki rumus kimia H 2 O. Air merupakan komponen utama makhluk hidup dan mutlak diperlukan untuk kelangsungan hidupnya. Dublin,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekosistem Sungai Batang Toru Sungai Batang Toru merupakan salah satu sungai terbesar di Tapanuli Selatan. Dari sisi hidrologi, pola aliran sungai di ekosistem Sungai Batang

Lebih terperinci

: Limbah Cair dan Cara Pengelolaannya

: Limbah Cair dan Cara Pengelolaannya Topik : Limbah Cair dan Cara Pengelolaannya Tujuan : 1. Mahasiswa memahami sumber-sumber dan macam-macam limbah cair 2. Mahasiswa memahami karakteristik limbah cair 3. Mahasiswa memahami teknologi pengolahan

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data 1. Kondisi saluran sekunder sungai Sawojajar Saluran sekunder sungai Sawojajar merupakan aliran sungai yang mengalir ke induk sungai Sawojajar. Letak

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 34 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Bahan Pencemar Limbah Cair Yang Dibuang ke Perairan Hasil analisis karakteristik sifat fisika, kimia, dan mikrobiologi pada masingmasing lokasi pengambilan

Lebih terperinci

Mukhlis dan Aidil Onasis Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Padang

Mukhlis dan Aidil Onasis Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Padang OP-18 REKAYASA BAK INTERCEPTOR DENGAN SISTEM TOP AND BOTTOM UNTUK PEMISAHAN MINYAK/LEMAK DALAM AIR LIMBAH KEGIATAN KATERING Mukhlis dan Aidil Onasis Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik

Lebih terperinci

PENCEMARAN LINGKUNGAN. Purwanti Widhy H, M.Pd

PENCEMARAN LINGKUNGAN. Purwanti Widhy H, M.Pd PENCEMARAN LINGKUNGAN Purwanti Widhy H, M.Pd Pengertian pencemaran lingkungan Proses terjadinya pencemaran lingkungan Jenis-jenis pencemaran lingkungan PENGERTIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN Berdasarkan UU Pokok

Lebih terperinci