BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan faktor dan prosedur dalam melaksanakan audit sesuai dengan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan faktor dan prosedur dalam melaksanakan audit sesuai dengan"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep, Konstruk, Variabel Penelitian Faktor-faktor Audit Dalam melakukan pemeriksaan atas kertas kerja pemeriksaan harus sesuai dengan faktor dan prosedur dalam melaksanakan audit sesuai dengan ketentuan. Dilakukan para auditor sesuai dengan prosedur dan independen Pengertian Auditing dan Auditor Auditing memberikan nilai tambah bagi laporan keuangan perusahaan, karena akuntansi publik sebagai yang ahli dan independen pada akhir pemeriksaannya akan memberikan pendapat mengenai kewajaran posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan laporan arus kas. Auditing merupakan salah satu atestasi. Atestasi, pengertian umumnya merupakan suatu komunikasi dari seorang expert mengenai kesimpulan tentang realibilitas dari pernyataan seseorang. Berikut ini pengertian Auditing : Definisi Auditing Menurut ((Whittington, O. Ray dan Kurt Pann, 2012:4) auditing adalah Auditing is an examination of a company s financial statements by a firm of independent public accountants. The audit consists of a searching investigation of the accounting records and other evidence supporting those financial statements. By obtaining an understanding of the company s internal control, and by inspecting documents, observing of assets, making enquires 11

2 12 within and outside the company, and performing other auditing procedures, the auditors will gather the evidence necessary to determine whether the financial statements provide a fair and reasonably complete picture of the company s financial position and its activities during the period being audited. Audit adalah pemeriksaan laporan keuangan perusahaan oleh perusahaan akuntan publik yang independen. Audit terdiri dari penyelidikan mencari catatan akuntansi dan bukti lain yang mendukung laporan keuangan tersebut. Dengan memperoleh pemahaman tentang pengendalian internal perusahaan, dan dengan memeriksa dokumen, mengamati asset, membuat pertanyaan dalam dan di luar perusahaan dan melakukan prosedur audit lain, auditor akan mebgumpulkan bukti yang diperlukan untuk menentukan apakah laporan keuangan menyediakan adil dan cukup,elengkapi gambaran yang sebenarnya posisi keuangan perusahaan dan kegiatan selama periode yang diaudit. Seorang auditor harus mempunyai kemampuan memahami kriteria yang digunakan serta mampu menetukan sejumlah bahan bukti yang diperlukan untuk mendukung kesimpulan yang akan diambilnya. Auditor harus objektif dan mempunyai sikap mental independen. Sekalipun auditor seorang ahli, tetapi apabila dia tidak mempunyai sikap independen dalam pengumpulan informasi, maka informasi yang digunakan untuk mengmabil keputusan dianggap bisa. Tahap terakhir setelah selesai melakukan audit adalah penyusunan laporan audit yang merupakan alat penyampaian informasi kepada pemakai laporan. Definisi tersebut mengandung tujuh unsur-unsur penting yaitu (Menurut Mulyadi, 2002:9)

3 13 1. Suatu proses sistematis artinya audit merupakan suatu langkah atau prosedur yang logis, berkerangka dan terorganisasi. Auditing dilakukan dengan suatu urutan langkah yang direncanakan, terorganisasi dan bertujuan. 2. Untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif artinya proses sistematik ditujukan untuk memperoleh bukti yang mendasari pernyataan yang dibuat oleh individu atau badan usaha serta untuk mengevaluasi tanpa memihak atau berprasangka terhadap bukti-bukti tersebut. 3. Pernyataan mengenai kegiatan dan kejadian ekonomi artinya pernyataan mengenai kegiatan dan kejadian ekonomi merupakan hasil proses akuntansi. 4. menetapkan tingkat kesesuaian artinya pengumpulan bukti mengenai pernyataan dan evaluasi terhadap hasil pengumpulan bukti tersebut dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan. Tingkat kesesuaian antara pernyataan dengan kriteria tersebut kemungkinan dapat dikuantifikasikan, kemungkinan pula bersifat kualitatif. 5. kriteria yang telah ditetapkan artinya kriteria atau standar yang dipakai sebagai dasar untuk menilai pernyataan (berupa hasil akuntansi) dapat berupa: 6. peraturan yang ditetapkan oleh suatu badan legislatif

4 14 Penyampaian hasil auditing sering disebut dengan atestasi. Penyampaian hasil ini dilakukan secara tertulis dalam bentuk laporan audit. Atestasi dalam bentuk laporan tertulis ini dapat menaikkan atau menurunkan tingkat kepercayaan pemakai informasi keuangan atas asersi yang dibuat oleh pihak yang diaudit. 7. Para pemakai yang berkepentingan Para pemakai yang berkepentingan terhadap laporan keuangan yang diaudit adalah para pembuat keputusan yang menggunakannya sebagai dasar untuk membuat keputusan keputusan ekonomi. Para pemakai tersebut antara lain investor maupun calon investor dipasar modal, pemegang saham, kreditor maupun calon kreditor, badan pemerintahan, manajamen Prosedur Audit Prosedur audit adalah tindakan-tindakan yang dilakukan atau metoda dan teknik yang digunakan oleh auditor untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti audit. Prosedur audit terbagi menjadi: 1) Prosedur Analitis (Analytical Procedures) Prosedur ini terdiri dari kegiatan mempelajari dan membandingkan data yang memiliki hubungan. Dalam prosedur ini digunakan data finansial dan non finansial yang menghasiilkan bukti analitis.

5 15 2) Menginspeksi (Inspecting) Prosedur ini melakukan pemeriksaan secara teliti atas dokumen, catatan, pemeriksaan fisik atas sumber berujud. 3) Mengkonfirmasi (Confirming) Prosedur ini dilakukan melalui pengajuan pertanyaan yang memungkinkan auditor untuk mendapatkan informasi langsung dari sumber independen di luar organisasi klien. 4) Mengajukan Pertanyaan (Inquiring) Prosedur ini dilakukan secara lisan dan tertulis kepada sumber-sumber intern dalam perusahaan, seperti manajemen dan karyawan. 5) Menghitung (Counting) Prosedur ini dilakukan dengan penghitungan fisik atas barang-barang berujud dan penghitungan atas dokumen bernomor urut tercetak. 6) Menelusur (Tracing) Prosedur ini dilakukan dengan menelusur informasi sejak awal data direkam pertama kali pada dokumen hingga pelacakan pengolahan data tersebut dalam proses akuntansi. 7) Mencocokkan ke dokumen (Vouching) Prosedur ini dilakukan dengan pencocokan dokumen untuk mendeteksi terjadinya pencatatan di atas semestinya dalam catatan akuntansi.

6 16 8) Mengamati (Observing) Prosedur ini dilakukan dengan melihat pelaksanaan sejumlah kegiatan atau proses yang terjadi dalam perusahaan. 9) Melaksanakan ulang ( Reperforming) Prosedur ini dilakukan dengan menghitung ulang dan membuat rekonsiliasi yang telah dilakukan oleh klien/perusahaan. 10) Teknik audit berbantuan komputer (Computer assisted audit techniques) Prosedur ini dilakukan jika perusahaan menyelenggarakan catatan akuntansi dalam media elektronik Standar Audit Menurut PSAP 01 (2011: ) Standar auditing yang ditetapkan dan disahkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia terdiri atas sepuluh standar yang dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar, yaitu: a. Standar Umum 1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor. 2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor. 3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.

7 17 b. Standar Pekerjaan Lapangan 1. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya. 2. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan. 3. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit. c. Standar Pelaporan 1. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. 2. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidakkonsistenan penerapan standar akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan standar akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya. 3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor. 4. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara

8 18 keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor. (IAPI, 2011:150.1 & 150.2) Fase-fase Pelaksanaan Audit Dalam menjalankan tugasnya, seorang auditor harus mengunjungi unit kerja yang akan diaudit. Dalam menjalankan fungsinya, seorang auditor mempunyai hak untuk mendapatkan akses informasi yang dibutuhkan. Untuk itu maka pimpinan unit harus memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada auditor dalam berinteraksi dengan staf atau pimpinan unit tersebut. Ada beberapa cara yang dapat ditempuh auditor dalam mendapatkan informasi dari auditee, antara lain: 1. Mengamati Proses Kerja. Dalam hal ini, auditor dapat memulai tugasnya dengan mengamati atau melakukan observasi secara langsung proses kerja dalam perspektif manajemen mutu. Melalui pengamatan ini, auditor dapat mengumpulkan data/informasi dan mendeteksi apakah terdapat gejala adanya penyimpangan atau kesenjangan (diskrepansi).

9 19 2. Meminta Penjelasan Auditor dapat menggali informasi dengan cara meminta penjelasan dari unit kerja yang dikunjungi (auditee). Untuk mendapatkan informasi yang banyak, maka teknik bertanya auditor sebaiknya menggunakan pertanyaan terbuka. 3. Meminta Peragaan Dalam kasus tertentu, auditor dapat meminta auditee memperagakan suatu kegiatan. Ketika peragaan sedang dilakukan, auditor mengamati sambil membandingkan dengan ketentuan atau persyaratan yang telah diatur dalam Buku Pedoman Simintas. 4. Menelaah Dokumen Simintas Melalui proses telaah dokumen, auditor dapat mencatat berbagai informasi signifikan untuk ditanyakan kepada auditee. 5. Memeriksa Silang Dalam proses audit, auditor diperbolehkan mengumpulkan data/informasi dari unit-unit lain yang berkaitan. Misalnya untuk mengaudit Fakultas dalam penyiapan dan koreksi soal ujian, seorang auditor boleh memeriksa silang ke Pusat Pengujian. 6. Mencari Bukti-bukti Dalam proses audit, tujuan auditor adalah mencari informasi/data dan buktibukti objektif. Bukti objektif dapat berupa catatan, dokumen, atau kondisi faktual yang dapat dianalisis dan dibuktikan kebenarannya. Misalnya auditor menemukan suatu diskrepansi atau penyimpangan,

10 20 maka auditor perlu mencari bukti-bukti yang dapat mendukung untuk menguji kebenaran temuan tersebut. 7. Melakukan Survei Apabila dimungkinkan, seorang auditor boleh menggunakan seperangkat angket survei untuk mengecek hal-hal tertentu, misalnya tingkat kepuasan pelanggan, efektifitas komunikasi, masalah kepemimpinan, dan sebagainya KAP (Kantor Akuntan Publik) Pengertian Kantor Akuntan Publik (KAP) Kantor akuntan publik (KAP) merupakan wadah bagi para auditor dalam memberikan jasanya dan untuk melaksanakan tugasnya seorang auditor bekerja pada kantor akuntan publik (KAP). KAP sendiri menurut undangundang tentang akuntan publik no 5 tahun 2011, adalah badan usaha yang didirikan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dan mendapatkan izin usaha berdasarkan undang-undang akuntan publik no 5 tahun KAP ini bisa berbentuk usaha pereorangan, persekutuan perdata, firma, atau bisa juga berbentuk usaha lain sesuai dengan karakteristik profesi akuntan publik yang di atur dalam undang-undang.

11 Kegiatan Kantor Akuntan Publik Kantor akuntan publik melaksanakan empat kategori jasa yang utama yaitu: 1. Kegiatan pembuktian atau pengujian meliputi semua kegaitan kantor akuntan diamana diterbitkannya suatu laporan tertulis yang menyatakan kesimpulan atas keandalan dari pernyataan tertulis yang merupakan tanggung jawab pihak lain. Kegiatan pembuktian ini meliputi audit atas laporan keuangan historis, dan tinjauan atas laporan keuangan historis. 2. Penyuluhan pajak, menyusun surat pemberitahuan pajak dari perusahan dan peroarangan baik yang merupakan kliennya maupun yang bukan. 3. Konsultasi manjemen, jasa ini berkisar dari pemeberian saran sederhana, mengenai pembenahan sistem akuntansi sampai keikutsertaan dalam menyusun strategi pemasaran dan konsultasi asuransi. 4. Jasa akuntansi dan atministrasi pembukuan, ini dilakukan karena banyaknya klien kecil dengan staf akuntansi yang terbatas menyerahkan pembutan laporan keuangan kepada kantor akuntan publik..

12 Kewajiban dan Larangan KAP Kewajiban dan larangan KAP menurut Undang-Undang tentang Akuntan Publik no 5 tahun 2011 adalah sebagai berikut: 1. KAP atau cabang KAP wajib: a. mempunyai paling sedikit 2 (dua) orang tenaga kerja profesional pemeriksa di bidang akuntansi b. mempunyai kantor atau tempat untuk menjalankan usaha c. memiliki dan menjalankan sistem pengendalian mutu. d. memasang nama lengkap kantor pada bagian depan kantor. KAP wajib menyampaikan secara lengkap dan benar laporan kegiatan usaha dan laporan keuangan untuk takwim sebelumnya dan wajib menyampaikan laporan program dan realisasi tahunan program pengembangan profesi akuntan publik (auditor) dan/atau dunia pendidikan bagi KAP paling lambat pada ahkir bulan april kepada menteri, dalam memberikan jasanya akuntan publik dan KAP wajib menjaga independensi serta bebas dari benturan kepentingan, yang meliputi kepentingan keuangan atau memiliki kendali yang signifikan pada klien atau memperoleh manfaat ekonomis dari klien, memiliki hubungan kekeluargaan dengan orang yang memiliki posisi kunci di bidang keuangan, serta wajib menjaga kerahasian informasi yang diperoleh dari klien.

13 23 1. KAP dilarang untuk: a. Melakukan kerja sama dengan KAPA (kantor akuntan publik asing) OAA (organisasi audit asing) yang telah melakukan kerja sama dengan KAP lain. b. Mencantumkan nama KAPA atau OAA yang status terdaftar KAPA atau OAA tersebut pada menteri dibekukan atau di batalkan. c. Memiliki rekan non-akuntan publik yang tidak terdaftar pada menteri. d. Membuka kantor dalam bentuk lain, kecuali bentuk kantor cabang e. Membuat iklan yang menyesatkan Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit ( Acceptance Disfungsional Audit Behaviors) SAS No 82 dalam Pujaningrum (2012:14), menyatakan bahwa sikap auditor menerima perilaku disfungsional merupakan indikator perilaku disfungsional aktual. Dysfunctional audit behavior merupakan reaksi terhadap lingkungan (Donnelly et al., 2003:89). Beberapa perilaku disfungsional yang membahayakan kualitas audit yaitu: Underreporting of time, premature signoff, altering/ replacement of audit procedure. Underreporting of time menyebabkan keputusan personil yang kurang baik, menutupi kebutuhan revisi anggaran, dan menghasilkan time pressure untuk audit di masa datang yang tidak diketahui. Premature sign-off (PMSO) merupakan suatu keadaan yang menunjukan auditor menghentikan satu atau beberapa langkah audit yang diperlukan dalam prosedur audit tanpa

14 24 menggantikan dengan langkah yang lain (Marxen, 1990 dalam Pujaningrum, 2012:14). Graham (1985) menyimpulkan bahwa kegagalan audit sering disebabkan karena penghapusan prosedur audit yang penting dari pada prosedur audit yang tidak dilakukan secara memadai untuk beberapa item. Sedangkan altering/ replacing of audit procedure adalah penggantian prosedur audit yang seharusnya yang telah ditetapkan dalam standar auditing Turnover Intention Pengertian Turnover Intention Turnover intentions didefinisikan sebagai kemauan dengan kesadaran dan pertimbangan untuk meninggalkan organisasi (Tett dan Mayer, 1993). Pada awal pengembangan literatur behavioral intention (Fishbein dan Azjen, 1975) dikembangkan suatu model yang diidentifikasi sebagai prediktor tunggal terbaik dari perilaku individu untuk mengukur niat atau maksud untuk melakukan suatu tindakan. Jelasnya, turnover intentions merupakan elemen kunci dalam model tindakan turnover pegawai dan behavioral intention merupakan prediktor terbaik untuk turnover (Abrams, Ando dan Hinkle, 1998; Lee dan Mowday, 1987; Michael dan Spector, 1982). Jadi turnover intentions merupakan precursor terbaik untuk turnover Penyebab Turnover intention Turnover intentions dipengaruhi oleh adanya konflik pada organisasi atau profesi. Pengujian mengenai turnover intentions ini mendapatkan

15 25 perhatian penting ketika penelitian-penelitian sebelumnya menyarankan bahwa variable turnover intentions merupakan prediktor signifikan atas turnover aktual (Hom, Katerberg dan Hulin, 1979 dalam Pujaningrum,2012:20). Turnover intentions juga dipengaruhi oleh skill dan ability, dimana kurangnya kemampuan seseorang (auditor) bisa mengurangi keinginannya untuk meninggalkan organisasi (Aranya dan Ferrish, 1984). Turnover intentions dipengaruhi oleh adanya konflik pada organisasi atau profesi. Pengujian mengenai turnover intentions ini mendapatkan perhatian penting ketika penelitian-penelitian sebelumnya menyarankan bahwa variable turnover intentions merupakan prediktor signifikan atas turnover aktual (Hom, Katerberg dan Hulin, 1979 dalam Pujaningrum, 2012:21). Turnover intentions juga dipengaruhi oleh skill dan ability, dimana kurangnya kemampuan seseorang (auditor) bisa mengurangi keinginannya untuk meninggalkan organisasi (Aranya dan Ferrish, 1984) Kinerja Kinerja adalah suatu konsep yang menunjukkan adanya kaitan output dengan input yang dibutuhkan seorang tenaga kerja untuk menghasilkan produk. Kinerja adalah tingkat keberhasilan seseorang dalam melaksanakan pekerjaan (Vroom, 1964).Pengukuran kinerja dilakukan dengan melihat jumlah output yang dihasilkan oleh setiap karyawan selama sebulan. Seorang karyawan dapat dikatakan produktif apabila ia mampu menghasilkan jumlah produk yang lebih banyak dibandingkan dengan karyawan lain dalam waktu yang sama. Jadi kinerja karyawan terlihat melalui beberapa jumlah produk yang

16 26 dihasilkan oleh karyawan dalam waktu tertentu. Kinerja karyawan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : a. Penggunaan waktu istirahat b. Lamanya bekerja c. Umur d. Suhu dan peranginan e. Penerangan f. Suara g. Kerja yang senada h. Suara musik Meningkatkan kinerja karyawan merupakan suatu keinginan setiap perusahaan. Melalui para manajernya, perusahaan berusaha sekuat tenaga dan cara apapun untuk memaksimalkan potensi karyawan. Masalah meningkatkan kinerja karyawan bukan hanya penting bagi perusahaan yang mencari keuntungan melainkan juga penting bagi organisasi-organisasi sosial. Definisi kinerja manajerial (Mahoney et al, 1965) yaitu seberapa jauh manajer mampu melaksanakan fungsi-fungsi manajemen yang meliputi perencanaan, investigasi, koordinasi, evaluasi, supervisi, pemilihan staf, negosiasi, dan perwakilan. Kinerja manajerial merupakan refleksi dari fungsi manajemen perusahaan yang menentukan pencapaian tujuan perusahaan. Kinerja didifinisikan sebagai konstruksi multi dimensional dimana pengukurannya bervariasi tergantung variasi faktor faktornya, tergantung pada tujuan pengukuran untuk mengetahui hasil kinerja atau perilaku.

17 27 Kinerja manajerial menurut Mahoney et al (1965) adalah seberapa jauh manajer mampu melaksanakan fungsi-fungsi manajemen yang meliputi perencanaan, investigasi, koordinasi, evaluasi, supervisi, pemilihan staff, negosiasi dan perwakilan. Pengertian ini lebih banyak memberi pengertian kinerja dalam bentuk perilaku yang merupakan hasil tindakan seorang manajer dalam melaksanakan pekerjaanya. Pendapat lain mengatakan bahwa manajer yang sukses harus diukur dari kinerja kelompok/departement dimana dia ditugaskan dan bukan dari perkembangan karirnya. Kinerja adalah hasil yang dicapai oleh seseorang menurut kriteria yang berlaku untuk pekerjaan yang dilakukannya. Kriteria untuk mengukur kinerja bervariasi cukup lebar dan semua relevan sesuai tujuan pengukuran, sehingga Stewart (1995) menyarankan agar dalam pemilihan kriteria ditentukan berdasarkan tujuan suatu sistem. Dimana tujuan suatu sistem diturunkan dari tujuan organisasi dan tujuan pengukuran kinerja dalam organisasi tersebut. Hal ini didukung oleh Kane (1996) yang mendifinisikan kinerja adalah sesuatu yang seseorang kerjakan dan ada sebagai bagian dari suatu tujuan. Diperkuat oleh pendapat Brownell & Innes (1986) memberikan pengertian kinerja sebagai pekerjaan seseorang yang dapat diukur yang relevan dengan tujuan organisasi. Pengertian ini lebih banyak memberi pengertian kinerja dalam bentuk hasil akibat tindakan yang diambil oleh seorang manajer yang dikaitkan dengan tujuan keberadaan organisasi dimana manajer tersebut bekerja. Dengan demikian akan sangat tepat jika kinerja dalam hal ini diukur menggunakan ukuran kinerja yang dipakai oleh organisasi tersebut.

18 Komitmen Organisasi Pengertian Komitmen Organisasi Menurut Mahis dan Jackson (2000) memberikan definisi : Organizational Commitment is the degree to which employees believe in and accept organizational goals and desire to remain with the organization. Komitmen organisasional adalah derajat yang mana karyawan percaya dan menerima tujuan-tujuan organisasi dan akan tetap tinggal atau tidak akan meninggalkan organisasi. Mowday (1982) Komitmen kerja sebagai istilah lain dari komitmen organisasional. Komitmen organisasional merupakan dimensi perilaku penting yang dapat digunakan untuk menilai kecenderungan karyawan untuk bertahan sebagai anggota organisasi. Komitmen organisasional merupakan identifikasi dan keterlibatan seseorang yang relatif kuat terhadap organisasi. Komitmen organisasional adalah keinginan anggota organisasi untuk mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi dan bersedia berusaha keras bagi pencapaian tujuan organisasi. komitmen organisasional mencakup kebanggaan anggota, kesetiaan anggota, dan kemauan anggota pada organisasi (Lincoln, 1994),. Sedangkan (Blau dan Boal, 1995) komitmen organisasional didefinisikan sebagai suatu sikap yang merefleksikan perasaan suka atau tidak suka dari karyawan terhadap organisasi. Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa komitmen organisasi adalah suatu ikatan psikologis karyawan pada organisasi yang ditandai dengan adanya:

19 29 1. Sebuah kepercayaan dan penerimaan terhadap tujuan-tujuan dan nilai-nilai dari organisasi, 2. Sebuah kemauan untuk menggunakan usaha yang sungguh-sungguh guna kepentingan organisasi, 3. Sebuah keinginan untuk memelihara keanggotaan dalam organisasi Bentuk Komitmen Organisasi Kanter (1986) mengemukakan pendapat : 1. Komitmen berkesinambungan (continuance commitment), yaitu komitmen yang berhubungan dengan dedikasi anggota dalam melangsungkan kehidupan organisasi dan menghasilkan orang yang mau berkorban dan berinvestasi pada organisasi; 2. Komitmen terpadu (cohesion commitment), yaitu komitmen anggota terhadap organisasi sebagai akibat adanya hubungan sosial dengan anggota lain di dalam organisasi. Ini terjadi karena karyawan percaya bahwa norma-norma yang dianut organisasi merupakan normanorma yang bermanfaat; 3. Komitmen terkontrol (control commitment), yaitu komitmen anggota pada norma anggota organisasi yang memberikan perilaku yang diinginkannya. Norma yang dimiliki organisasi mampu memberikan sumbangan terhadap perilaku yang diinginkannya. Menurut Meyer, et al (1998) mengemukakan tiga komponen komitmen organisasional, yaitu:

20 30 1. Affective commitment, terjadi apabila karyawan ingin menjadi bagian dari organisasi karena adanya ikatan emosional; 2. Continuance commitment, muncul apabila karyawan tetap bertahan pada suatu organisasi karena membutuhkan gaji dan keuntungan lain, atau karena tidak menemukan pekerjaan lain; 3. Normative commitment, timbul dari nilai-nilai dalam diri karyawan. Karyawan bertahan menjadi anggota organisasi karena adanya kesadaran bahwa komitmen terhadap organisasi merupakan hal yang seharusnya dilakukan Faktor yang mempengaruhi Komitmen Organisasi Januarti, (2006 : 15) mengemukakan komitmen organisasi, terbangun bila tiap individu mengembangkan tiga sikap yang saling berhubungan terhadap organisasi dan atau profesi yaitu : Identification yaitu pemahaman atau penghayatan dari tujuan organisasi, Involment yaitu perasaan terlibat dalam suatu pekerjaan atau perasaan bahwa pekerjaannya adalah menyenangkan, dan Loyality yaitu perasaan bahwa organisasi adalah tempat bekerja dan tempat tinggal. Menurut David (1997) mengemukakan empat faktor yang mempengaruhi komitmen karyawan pada organisasi, yaitu: 1. Faktor personal, misalnya usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pengalaman kerja, kepribadian, dll; 2. Karakteristik pekerjaan, misalnya lingkup jabatan, tantangan, konflik, peran, tingkat kesulitan dalam pekerjaan, dll;

21 31 3. Karekteristik struktur, misalnya besar/kecilnya organisasi, bentuk organisasi (sentralisasi/desentralisasi), kehadiran serikat pekerja; 4. Pengalaman kerja. Pengalaman kerja karyawan sangat berpengaruh terhadap tingkat komitmen karyawan pada organisasi. 2.2 Hubungan antar Variabel Hubungan Kinerja terhadap Penerimaan Dysfungsional Audit Behaviours Tidak ada bukti meyakinkan mengenai hubungan antara kinerja dan perilaku disfungsional secara umum. Akan tetapi terdapat dukungan teoritis bahwa perilaku disfungsional lebih mungkin terjadi pada situasi ketika persepsi pribadi (self-perception) individu atas kinerjanya rendah. Gable dan De Angelo (1994) dalam Donnelly et al. (2003:91) menyatakan bahwa perilaku disfungsional terjadi pada situasi ketika individu merasa dirinya kurang mampu mencapai hasil yang diharapkan melalui usahanya sendiri. Dalam penelitian yang serupa, Solar dan Bruehl (1971) dalam Donnelly et al. (2003:91) menyatakan bahwa individu yang tingkat kinerjanya berada dibawah harapan supervisor memiliki kemungkinan yang lebih besar terlibat dalam perilaku disfungsional karena menganggap dirinya tidak mempunyai kemampuan untuk bertahan dalam organisasi melalui usahanya sendiri. Jadi, perilaku disfungsional dipandang sebagai hal yang perlu karena tujuan individu maupun organisasi tidak dapat dicapai melalui tingkat kinerja tersebut.

22 Hubungan Turnover Intention terhadap Penerimaan Dysfunctional Audit Behavior. Turnover intentions mengacu pada niat karyawan untuk mencari alternatif pekerjaan lain dan belum terwujud dalam bentuk perilaku nyata (Pasewark dan Strawser, 1996). Tinggi rendahnya turnover karyawan pada organisasi berakibat secara langsung pada biaya perekrutan, seleksi, dan pelatihan yang harus ditanggung organisasi (Mercer, 1988). Hal tersebut dapat mengganggu efisiensi operasional bila karyawan yang meninggalkan organisasi memiliki pengetahuan dan pengalaman, sehingga memerlukan persiapan dan biaya untuk penggantinya. Dampak positif turnover adalah jika menimbulkan kesempatan untuk menggantikan individu yang kinerjanya tidak optimal dengan individu yang berketerampilan dan bermotivasi tinggi (Dalton dan Todor, 1981) Malone dan Roberts (1996) dalam Donnelly et al. (2003:91) menyatakan bahwa auditor yang memiliki keinginan berpindah kerja lebih mungkin terlibat dalam perilaku disfungsional karena adanya penurunan rasa takut dari kondisi yang mungkin terjadi bila perilaku tersebut terdeteksi. Lebih lanjut, individu yang bermaksud meninggalkan perusahaan mungkin kurang memperhatikan pengaruh balik potensial dari dysfunctional behavior terhadap promosi dan penilaian kinerja Komitmen Organisasional dan Penerimaan Dysfunctional Audit Behavior Ferris (1981) dalam Donnelly et al. (2003:94) menemukan bahwa kinerja yang ditunjukkan oleh akuntan junior dipengaruhi oleh tingkat

23 33 komitmennya terhadap organisasi. Dalam penelitian yang hampir sama mengenai penentu kinerja auditor, Ferris dan Larcker (1983) dalam Donnelly et al. (2003:94) mengindikasikan bahwa kinerja auditor adalah bagian dari fungsi komitmen organisasional. Nouri dan Parker (1998) dalam Donnelly et al. (2003:94) menemukan bahwa komitmen organisasional secara positif mempengaruhi kinerja. Hasil penelitian Randall (1990) dalam Donnelly et al. (2003:94) menyatakan bahwa komitmen organisasional mempunyai hubungan positif dengan kinerja karyawan, tetapi hubungannya kecil. Luthans (1997) mengungkapkan bahwa sejalan dengan tingkat kepuasan kerja, terdapat bauran hasil (mixed outcomes) dari komitmen organisasional, salah satunya rendahnya turnover. 2.3 Penelitian Terdahulu TABEL 2.1 RINGKASAN PENELITIAN TERDAHULU No Nama Judul penelitian 1 Donnelly, Auditor David Acceptance of P. Jeffery J. Dysfunctional Quirin dan Audit David Behavior: O Brian An (2003) Explanatory Model Using Auditors Personal Characteristics Metodelogi Variabel Independen - Locus of Control - Organizational Commitment - Employ Performance - Turnover Intention Variabel Dependen - Acceptance Dysfunctional Alat Analisa Structural Equation Modeling (SEM) Hasil -Locus of control, employ performance, berpengaruh signifikan terhadap acceptance dysfunctional behavior - turnover intention tidak berpengaruh

24 34 2 Dwi Harini, dkk (2010) Analisis Penerimaan Auditor Atas Dysfunctional Audit Behavior : Sebuah Pendekatan Karakteristik Personal Auditor Behavior Responden Penelitian akuntan publik yang bekerja di kantor akuntan publik di Amerika dengan sampel 106 akuntan publik Variabel Independen - Locus of Control - Kinerja - Turnover Intention Variabel Dependen Dysfunctional Audit Behavior Responden Penelitian 20 akuntan publik yang bekerja di KAP di Jawa Tengah Structural Equation Modeling (SEM) terhadap acceptance dysfunctional behavior locus of control dan berpengaruh signifikan terhadap dysfunctional audit behavior - turnover intention tidak berpengaruh terhadap dysfunctional audit behavior 3 Pujaningrum (2012) Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Penerimaan Auditor Atas Penyimpangan Perilaku Dalam Audit Variabel Independen - Locus of Control - Kinerja - Turnover Intention - Komitmen Organisasi Variabel Dependen Dysfunctional Audit Behavior Regresi Linear berganda locus of control eksternal, kinerja dan turnover intention secara langsung berpengaruh signifikan terhadap penerimaan dysfunctional

25 35 Responden Penelitian 64 akuntan publik yang bekerja di KAP audit behavior masingmasing dengan arah yang sesuai sedangkan komitmen organisasi tidak berpengaruh signifikan. 2.4 Kerangka Pemikiran Secara ringkas penelitian ini akan menganalisis pengaruh antara variabel variabel komitmen organisasional, kinerja, turnover intention dan penerimaan dysfunctional audit behavior. Dalam situasi dimana eksternal tidak mampu memperoleh dukungan yang dibutuhkan untuk bertahan, mereka memandang manipulasi sebagai strategi untuk bertahan (Solar dan Bruehl, 1971). Gable dan Dangello (1994) menyatakan bahwa perilaku disfungsional terjadi pada situasi ketika individu merasa dirinya kurang mampu mencapai hasil yang diharapkan melalui usahanya sendiri. Dalam penelitian yang serupa, Solar dan Bruehl (1971) menyatakan bahwa individu yang tingkat kinerjanya berada dibawah harapan supervisor memiliki kemungkinan yang lebih besar terlibat dalam perilaku disfungsional karena menganggap dirinya tidak mempunyai kemampuan untuk bertahan dalam organisasi melalui usahanya sendiri. Jadi, perilaku disfungsional dipandang sebagai hal yang perlu karena tujuan individu maupun organisasi tidak dapat dicapai melalui tingkat kinerja tersebut. Untuk

26 36 dapat memudahkan dalam melaksanakan penelitian ini, disusun kerangka pemikiran sebagai berikut : X 1 X 2 Y X 3 Gambar 2.1 Model Hubungan Antar Variabel Keterangan: X 1 = Kinerja X 2 = Turnover intention X 3 = Komitmen Organisasi Y = Penerimaan Dysfunctional Audit Behavior

27 Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka penelitian diatas, maka hipotesis penetian dirumuskan sebgai berikut: Hipotesis 1 : behavior. Kinerja berpengaruh positif terhadap penerimaan dysfunctional audit Hipotesis 2 : Turnover Intention berpengaruh positif terhadap penerimaan dysfunctional audit behavior. Hipotesis 3 : behavior Komitmen berpengaruh positif terhadap penerimaan dysfunctional audit

BAB II LANDASAN TEORI. Standar Auditing (PSAP No. 01; 2011) dan Kode Etik Akuntan Indonesia.

BAB II LANDASAN TEORI. Standar Auditing (PSAP No. 01; 2011) dan Kode Etik Akuntan Indonesia. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Standar Auditing Dalam melakukan tugasnya, auditor harus mengikuti aturan yang berlaku yaitu Standar Auditing (PSAP No. 01; 2011) dan Kode Etik Akuntan Indonesia. Standar auditing

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai salah satu profesi pendukung kegiatan dunia bisnis, kebutuhan akan penggunaan jasa akuntan publik dewasa ini semakin meningkat, terutama kebutuhan atas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Belakang Masalah Profesi akuntan di Indonesia sangat terkenal sebagai jasa atas pengauditan laporan keuangan perusahaan oleh auditor dan jasa ini disediakan oleh Kantor Akuntan Publik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konsep Good Corporate Governance (GCG) telah diterapkan secara luas

BAB I PENDAHULUAN. Konsep Good Corporate Governance (GCG) telah diterapkan secara luas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsep Good Corporate Governance (GCG) telah diterapkan secara luas di Indonesia. Syakhroza (2003) dalam Wulandari (2009) mendefinisikan GCG sebagai suatu mekanisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam laporan keuangan (Mulyadi, 2002). A Statement Of Basic Auditing Concepts

BAB I PENDAHULUAN. dalam laporan keuangan (Mulyadi, 2002). A Statement Of Basic Auditing Concepts BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jasa audit akuntan publik dibutuhkan oleh pihak luar perusahaan, hal ini disebabkan karena pihak luar perusahaan memerlukan jasa audit akuntan publik untuk menentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai cara dan usaha dilakukan oleh perusahaan untuk menyajikan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai cara dan usaha dilakukan oleh perusahaan untuk menyajikan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai cara dan usaha dilakukan oleh perusahaan untuk menyajikan suatu laporan keuangan yang sesuai dengan standar akuntansi, akan tetapi tidak serta merta laporan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. (Suartana, 2010). Menurut Luthans, 2006 (dalam Harini et al., 2010), teori ini

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. (Suartana, 2010). Menurut Luthans, 2006 (dalam Harini et al., 2010), teori ini BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Atribusi Teori atribusi mempelajari proses bagaimana seseorang menginterpretasikan suatu peristiwa, alasan atau sebab perilakunya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan membutuhkan jasa audit akuntan publik, hal ini disebabkan karena perusahaan mempublikasikan laporan keuangannya kepada pihak luar yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan salah satu komponen penting dalam perusahaan. Dapat dikatakan demikian karena laporan keuangan perusahaan merupakan hasil akhir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Informasi akuntansi termasuk laporan keuangan memang. (Husnan, 2000). Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika telah banyak

BAB I PENDAHULUAN. Informasi akuntansi termasuk laporan keuangan memang. (Husnan, 2000). Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika telah banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Masalah Informasi akuntansi termasuk laporan keuangan memang mengandung sejumlah data yang dapat dikaji sebagai bahan penelitian (Husnan, 2000). Oleh karena itu, tidaklah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rerangka Teori 1. Teori Atribusi Teori atribusi menjelaskan tentang bagaimana proses penyebab perilaku seseorang atau tujuan seseorang dalam berperilaku. Teori ini diarahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan perusahaan yang diaudit. Apabila laporan keuangan suatu perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan perusahaan yang diaudit. Apabila laporan keuangan suatu perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran laporan keuangan perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi uraian mengenai latar belakang penelitian yang menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi uraian mengenai latar belakang penelitian yang menjelaskan BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi uraian mengenai latar belakang penelitian yang menjelaskan pentingnya pemahaman faktor internal individu terhadap penerimaan perilaku audit disfungsional, motivasi penelitian,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Atribusi Teori atribusi merupakan teori yang menjelaskan mengenai perilaku individu. Lebih khususnya, teori ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beroperasi di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya Kantor Akuntan

BAB I PENDAHULUAN. beroperasi di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya Kantor Akuntan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Profesi akuntan Indonesia mengalami tantangan yang semakin berat di masa mendatang. Seiring dengan semakin mengglobalnya keadaan ekonomi, akan mudah terjadi perpindahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Auditing Menurut Sukrisno Agoes (2012:4) Auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. sistematik mendapatkan dan mengevaluasi bukti-bukti secara objektif sehubungan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. sistematik mendapatkan dan mengevaluasi bukti-bukti secara objektif sehubungan BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Tinjauan Teoretis 2.1.1. Pengertian Audit Komite konsep audit dasar (committee on auditing concepts) telah merumuskan definisi umum dari audit: Audit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepercayaan dari masyarakat atas laporan keuangan yang di audit oleh akuntan

BAB I PENDAHULUAN. Kepercayaan dari masyarakat atas laporan keuangan yang di audit oleh akuntan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Ditinjau dari sudut profesi akuntan publik, auditor adalah akuntan profesional yang menjual jasanya kepada masyarakat umum, terutama dalam bidang pemeriksaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori keagenan (agency theory) Hubungan keagenan (agency relationship) terjadi ketika satu atau lebih individu, yang disebut sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Audit laporan keuangan pada sebuah entitas dilaksanakan oleh pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. Audit laporan keuangan pada sebuah entitas dilaksanakan oleh pihak yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Audit laporan keuangan pada sebuah entitas dilaksanakan oleh pihak yang memiliki kompeten, tidak memihak, dan objektif, yang disebut akuntan publik atau lebih dikenal

Lebih terperinci

BAHAN AJAR PEMERIKSAAN AKUNTAN 1. Oleh: Erni Suryandari F, SE., M.Si

BAHAN AJAR PEMERIKSAAN AKUNTAN 1. Oleh: Erni Suryandari F, SE., M.Si BAHAN AJAR PEMERIKSAAN AKUNTAN 1 Oleh: Erni Suryandari F, SE., M.Si FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA TAHUN 2016 BAB I PROFESI AKUNTAN PUBLIK Timbul dan Berkembangnya Profesi Akuntan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Teori Atribusi Teori atribusi memberikan penjelasan proses bagaimana kita menentukan penyebab atau motif perilaku seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi dari pihak yang melakukan audit (Weningtyas et al., 2006).

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi dari pihak yang melakukan audit (Weningtyas et al., 2006). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Lingkungan dunia usaha telah semakin berkembang. Semua bidang usaha berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik sehingga diperlukan pula usaha dari setiap bagian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan karena pihak luar perusahaan memerlukan jasa audit akuntan publik

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan karena pihak luar perusahaan memerlukan jasa audit akuntan publik BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jasa audit akuntan publik dibutuhkan oleh pihak luar perusahaan, hal ini disebabkan karena pihak luar perusahaan memerlukan jasa audit akuntan publik untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha di Indonesia memberikan dampak bagi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha di Indonesia memberikan dampak bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia usaha di Indonesia memberikan dampak bagi peningkatan kegiatan usaha perusahaan. Peningkatan kegiatan usaha tersebut disertai dengan semakin kompleksnya

Lebih terperinci

TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat Memperoleh derajad S-2 Magister Sains Akuntansi. Diajukan oleh : Nama : Provita Wijayanti NIM : C4C005146

TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat Memperoleh derajad S-2 Magister Sains Akuntansi. Diajukan oleh : Nama : Provita Wijayanti NIM : C4C005146 PENGARUH KARAKTERISTIK PERSONAL AUDITOR TERHADAP PENERIMAAN PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDIT (Studi Empiris pada Auditor Pemerintah Yang bekerja di BPKP Di Jawa Tengah dan DI Yogyakarta) TESIS Diajukan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disimak karena perubahan yang ada sangat mempengaruhi roda usaha dan juga

BAB I PENDAHULUAN. disimak karena perubahan yang ada sangat mempengaruhi roda usaha dan juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tidak dapat dipungkiri bahwa 69 tahun bangsa ini merdeka telah membawa perubahan pada perekonomian Indonesia. Hal ini sangatlah menarik untuk perlu terus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk menghindari perilaku menyimpang dalam audit (dysfunctional

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk menghindari perilaku menyimpang dalam audit (dysfunctional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku profesional akuntan publik salah satunya diwujudkan dalam bentuk menghindari perilaku menyimpang dalam audit (dysfunctional audit behavior). Perilaku

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Auditing Menurut Alvin A. arens dan james K. Loebbecke (2003,1) pengertian auditing adalah sebagai berikut : Auditing adalah merupakan akumulasi dan evaluasi bukti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan umumnya adalah perusahaan yang punya kepentingan dengan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan umumnya adalah perusahaan yang punya kepentingan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kantor Akuntan Publik merupakan suatu entitas yang menyediakan jasa-jasa yang berkaitan dengan pemeriksaan laporan keuangan. Perusahaan yang membutuhkan jasa akuntan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik kewajarannya lebih dapat

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik kewajarannya lebih dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu manfaat dari jasa akuntan publik adalah memberikan informasi yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan. Laporan keuangan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. entitas bisnis, terutama yang berskala menengah hingga berskala besar. Setiap tahunnya

BAB 1 PENDAHULUAN. entitas bisnis, terutama yang berskala menengah hingga berskala besar. Setiap tahunnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Profesi auditor saat ini memiliki peran yang penting dalam sebuah siklus bisnis. Sebuah entitas bisnis, terutama yang berskala menengah hingga berskala

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PERSONAL AUDITOR TERHADAP PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDIT

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PERSONAL AUDITOR TERHADAP PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDIT HUBUNGAN KARAKTERISTIK PERSONAL AUDITOR TERHADAP PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDIT SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Pada Fakultas Ekonomi Jurusan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. karena adanya pembelian dagangan secara kredit. kepercayaan. Utang usaha sering kali berbeda jumlah saldo utang usaha

BAB II KAJIAN PUSTAKA. karena adanya pembelian dagangan secara kredit. kepercayaan. Utang usaha sering kali berbeda jumlah saldo utang usaha BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian utang usaha Menurut Munawir, (2007:18) utang dagang adalah utang yang timbul karena adanya pembelian dagangan secara kredit. Jadi dapat disimpulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan terbentuknya ASEAN Economic Community (AEC) pada tahun 2015,

BAB I PENDAHULUAN. Dengan terbentuknya ASEAN Economic Community (AEC) pada tahun 2015, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan terbentuknya ASEAN Economic Community (AEC) pada tahun 2015, persaingan dunia usaha akan semakin ketat karena arus perdagangan barang dan jasa semakin luas.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Agoes (2004:3) pengertian auditing adalah Audit adalah suatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Agoes (2004:3) pengertian auditing adalah Audit adalah suatu BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 LandasanTeori 2.1.1 Pengertian Auditing Menurut Agoes (2004:3) pengertian auditing adalah Audit adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. teori yang digunakan harus mampu mencapai maksud penelitian. Teori utama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. teori yang digunakan harus mampu mencapai maksud penelitian. Teori utama BAB II TINJAUAN PUSTAKA Suatu teori dalam penelitian memegang peranan penting yang berfungsi untuk merumuskan hipotesis dan menjelaskan suatu fenomena. Oleh sebab itu, teori yang digunakan harus mampu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Arens, Beasley dan Elder (2011: 4)

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Arens, Beasley dan Elder (2011: 4) BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Audit Adapun pengertian auditing dirinci oleh beberapa pakar sebagai berikut: Menurut Arens, Beasley dan Elder (2011: 4) Auditing is the accumulation and evaluation

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan hasil audit memiliki posisi yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan hasil audit memiliki posisi yang sangat penting bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan hasil audit memiliki posisi yang sangat penting bagi penggunanya terutama investor, kreditor, dan pemerintah sehingga permintaan akan laporan hasil audit sangat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan pengambilan sampel. Hal ini

BAB III METODE PENELITIAN. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan pengambilan sampel. Hal ini BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Sampel dan Data Penelitian Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan pengambilan sampel. Hal ini dilakukan karena penelitian tidak mungkin dilakukan terhadap seluruh anggota

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. motif atas perilaku mereka. Teori atribusi yaitu teori yang mempelajari. alasan atas perilaku seseorang (Robbins, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. motif atas perilaku mereka. Teori atribusi yaitu teori yang mempelajari. alasan atas perilaku seseorang (Robbins, 2008). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Atribusi Memahami sebuah kondisi emosional seseorang dapat bermanfaat dalam beberapa hal. Pada umumnya hal tersebut dilakukan lebih jauh agar dapat mengetahui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Laporan Keuangan Menurut Ikatan Akuntan Publik (PSAK, 2012 : Paragraf 7) Laporan Keuangan adalah laporan yang menyediakan informasi yang menyangkut posisi

Lebih terperinci

Perpustakaan Unika LAMPIRAN

Perpustakaan Unika LAMPIRAN LAMPIRAN KUESIONER PENELITIAN IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama :... 2. Jenis Kelamin : L / P 3. Pendidikan D3 S1 S2 Lainnya. 4. Lama bekerja. tahun LOCUS OF CONTROL EKSTERNAL Locus of control eksternal adalah

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENERIMAAN AUDITOR ATAS PENYIMPANGAN PERILAKU DALAM AUDIT

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENERIMAAN AUDITOR ATAS PENYIMPANGAN PERILAKU DALAM AUDIT i ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENERIMAAN AUDITOR ATAS PENYIMPANGAN PERILAKU DALAM AUDIT (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Semarang) SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. hubungan antara agent dengan principal. Hubungan teori keagenan mucul

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. hubungan antara agent dengan principal. Hubungan teori keagenan mucul BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keanggenan (Agency Theory) adalah teori yang menjelaskan hubungan antara agent dengan principal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan audit laporan keuangan (Arens dan Loebbecke, 2003). Akuntan publik dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan audit laporan keuangan (Arens dan Loebbecke, 2003). Akuntan publik dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kantor akuntan publik merupakan sebuah organisasi yang bergerak di bidang jasa. Jasa yang diberikan berupa jasa audit operasional, audit kepatuhan, dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. yang digunakan oleh para pemakainya dalam proses pengambilan keputusan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. yang digunakan oleh para pemakainya dalam proses pengambilan keputusan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Akuntansi Keperilakuan 2.1.1.1 Pengertian Akuntansi Keperilakuan Akuntansi adalah suatu sistem untuk menghasilkan informasi keuangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Auditing Auditing merupakan ilmu yang digunakan untuk melakukan penilaian terhadap pengendalian intern dimana bertujuan untuk memberikan perlindungan dan pengamanan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori keagenan yang dikembangkan oleh Jensen dan Meckling tahun 1976

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori keagenan yang dikembangkan oleh Jensen dan Meckling tahun 1976 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Teori Keagenan Teori keagenan yang dikembangkan oleh Jensen dan Meckling tahun 1976 mencoba menjelaskan adanya konflik kepentingan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1. Laporan Keuangan Definisi laporan keuangan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2002 : PSAK par.7) Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan

Lebih terperinci

ANALISIS DYSFUNCTIONAL AUDIT BEHAVIOR: SEBUAH PENDEKATAN KARAKTERISTIK PERSONAL AUDITOR

ANALISIS DYSFUNCTIONAL AUDIT BEHAVIOR: SEBUAH PENDEKATAN KARAKTERISTIK PERSONAL AUDITOR JDA Vol. 3, No. 2, September 2011, pp. 67-76 ISSN 2085-4277 http://journal.unnes.ac.id/index.php/jda ANALISIS DYSFUNCTIONAL AUDIT BEHAVIOR: SEBUAH PENDEKATAN KARAKTERISTIK PERSONAL AUDITOR Agus Wahyudin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Auditor mempunyai peranan dalam membentuk kepercayaan para pemakai informasi pelaporan keuangan.audit atas laporan keuangan yang dilakukan oleh auditor bertujuan

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada. umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran laporan

BABI PENDAHULUAN. Tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada. umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran laporan BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran laporan keuangan perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Auditing Menurut Arens, Elder dan Beasley dalam buku berjudul Auditing dan Jasa Assurance (2011:4) audit adalah pengumpulan data dan evaluasi bukti tentang informasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berkualitas, mewujudkan pemerintahan yang good governance, dan menciptakan

BAB 1 PENDAHULUAN. berkualitas, mewujudkan pemerintahan yang good governance, dan menciptakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan dikeluarkannya PP 60 Tahun 2008 mengakibatkan tuntutan dan tantangan berat bagi auditor pemerintah untuk menghasilkan audit yang berkualitas, mewujudkan pemerintahan

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP 5.1. SIMPULAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Lokus kendali eksternal berpengaruh positif

BAB 5 PENUTUP 5.1. SIMPULAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Lokus kendali eksternal berpengaruh positif BAB 5 PENUTUP 5.1. SIMPULAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Lokus kendali eksternal berpengaruh positif terhadap perilaku disfungsional audit. Hal ini berarti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Kualitas Pelaksanaan Audit Internal Audit secara umum memiliki unsur penting yang diuraikan Mulyadi (2009:9) yaitu antara lain sebagai berikut: 1. Suatu

Lebih terperinci

DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume..., Nomor..., Tahun 2012, Halaman...

DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume..., Nomor..., Tahun 2012, Halaman... DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume..., Nomor..., Tahun 2012, Halaman... http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/accounting ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENERIMAAN AUDITOR ATAS

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. entitas yang wajib diaudit oleh Akuntan Publik kurang lebih entitas. Total

BAB I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. entitas yang wajib diaudit oleh Akuntan Publik kurang lebih entitas. Total BAB I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia saat ini terjadi scarcity (kelangkaan) akuntan publik. Berdasarkan data IAPI per 25 Maret 2008, Akuntan Publik (pemegang Izin Praktek)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Audit dalam bentuk umum yaitu pengumpulan dan evaluasi bukti mengenai

BAB 1 PENDAHULUAN. Audit dalam bentuk umum yaitu pengumpulan dan evaluasi bukti mengenai 16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Auditing adalah suatu proses pemeriksaan terhadap laporan keuangan perusahaan klien yang dilakukan oleh seseorang yang independen dan kompeten. Audit dalam

Lebih terperinci

laporan audit yang dibuatnya (Utami, 2003). Indonesia (IAPI), dengan kepercayaan dari masyarakat tersebut harus dapat

laporan audit yang dibuatnya (Utami, 2003). Indonesia (IAPI), dengan kepercayaan dari masyarakat tersebut harus dapat BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang persaingan antar perusahaan semakin meningkat diiringi dengan berbagai masalah yang dihadapi oleh perusahaan di Indonesia. Dalam menghadapi masalah itu para pengelola

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Audit Internal a. Pengertian Audit Internal Audit Internal merupakan pengawasan manajerial yang fungsinya mengukur dan mengeavaluasi sistem pengendalian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. variabel kompetensi, independensi, dan profesionalisme memiliki pengaruh

BAB II KAJIAN PUSTAKA. variabel kompetensi, independensi, dan profesionalisme memiliki pengaruh BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Agusti dan Pratistha (2013) membuktikan melalui penelitiannya bahwa variabel kompetensi, independensi, dan profesionalisme memiliki pengaruh signifikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dan melaporkan penyelewengan yang terjadi dalam sistem akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dan melaporkan penyelewengan yang terjadi dalam sistem akuntansi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Akuntan merupakan suatu profesi yang salah satu tugasnya adalah mengaudit laporan keuangan sebuah entitas dan memberikan opini atau pendapat mengenai saldo akun dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jenis jasa profesi akuntan publik di Indonesia yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jenis jasa profesi akuntan publik di Indonesia yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan jenis jasa profesi akuntan publik di Indonesia yang sangat pesat menyebabkan meningkatnya minat dan keinginan sumber daya manusia khususnya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN MASALAH. praktik bisnis perusahaan yang dipakai selama ini. Menurut Jensen dan Meckeling

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN MASALAH. praktik bisnis perusahaan yang dipakai selama ini. Menurut Jensen dan Meckeling BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN MASALAH 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan Teori keagenan (agency teori) merupakan basis teori yang mendasari praktik bisnis perusahaan yang dipakai selama ini. Menurut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 1.1.1 Teori U Terbalik (Inverted U Theory) Teori kurva U terbalik adalah model yang paling banyak digunakan untuk menjelaskan hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan digunakan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan dan

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan digunakan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan yang didirikan, baik besar maupun kecil pada umumnya mempunyai tujuan yang sama yaitu memperoleh laba. Laba yang diperoleh oleh suatu perusahaan

Lebih terperinci

PROFESIONALISME AUDITOR EKTERNAL TERHADAP PERTIMBANGAN TINGKAT MATERIALITAS UNTUK TUJUAN AUDIT LAPORAN KEUANGAN KLIEN

PROFESIONALISME AUDITOR EKTERNAL TERHADAP PERTIMBANGAN TINGKAT MATERIALITAS UNTUK TUJUAN AUDIT LAPORAN KEUANGAN KLIEN PROFESIONALISME AUDITOR EKTERNAL TERHADAP PERTIMBANGAN TINGKAT MATERIALITAS UNTUK TUJUAN AUDIT LAPORAN KEUANGAN KLIEN (Studi Empiris Pada KAP Di Wilayah Surabaya Pusat Dan Timur) SKRIPSI Diajukan Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jasa audit di Indonesia pun meningkat. Faktor-faktor yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. jasa audit di Indonesia pun meningkat. Faktor-faktor yang menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Seiring dengan perkembangan perusahaan di Indonesia, permintaan jasa audit di Indonesia pun meningkat. Faktor-faktor yang menjadi pendorong tingginya permintaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. akuntan. Ada beberapa pengertian auditing atau pemeriksaan akuntan menurut

BAB II LANDASAN TEORI. akuntan. Ada beberapa pengertian auditing atau pemeriksaan akuntan menurut 6 BAB II LANDASAN TEORI A. AUDITING 1. Definisi Auditing Kata auditing diambil dari bahasa latin yaitu Audire yang berarti mendengar dan dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah pemeriksaan akuntan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agar tujuan individu konsisten dengan tujuan organisasi itu sendiri (Anthony

BAB I PENDAHULUAN. agar tujuan individu konsisten dengan tujuan organisasi itu sendiri (Anthony BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi lingkungan yang cepat berubah, suatu perusahaan dituntut untuk meningkatkan efektifitas sistem pengendalian manajemen. Sistem pengendalian manajemen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Negara maka akan semakin kompleks masalah bisnis yang terjadi. Oleh karena itu

BAB 1 PENDAHULUAN. Negara maka akan semakin kompleks masalah bisnis yang terjadi. Oleh karena itu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan profesi akuntan publik atau auditor tidak terlepas dari perkembangan perekonomian suatu Negara. Semakin maju perekonomian suatu Negara maka akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akuntabel dalam menyajikan laporan keuangan perusahaan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. akuntabel dalam menyajikan laporan keuangan perusahaan agar dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketatnya persaingan industri di Indonesia menuntut perusahaan semakin akuntabel dalam menyajikan laporan keuangan perusahaan agar dapat menjadi laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep, Konstruk, Variabel Penelitian 2.1.1 Pengertian Auditing Menurut Mulyadi (2002) auditing adalah: Suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan.

BAB 1 PENDAHULUAN. pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akuntan memiliki peran yang sangat penting dalam penyajian informasi keuangan yang disajikan secara relevan dan andal oleh sebuah instansi atau perusahaan.

Lebih terperinci

Daftar Pertanyaan. Daftar pertanyaan berikut ini terdiri dari tipe isian, isilah pada tempat jawaban

Daftar Pertanyaan. Daftar pertanyaan berikut ini terdiri dari tipe isian, isilah pada tempat jawaban Daftar Pertanyaan Petunjuk Pengisian Daftar pertanyaan berikut ini terdiri dari tipe isian, isilah pada tempat jawaban yang disediakan dengan singkat dan jelas dan sandainya Bapak/Ibu berkeberatan mencantumkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. pemilik (principals) dengan pihak lain, yaitu manajer (agent). Dalam kontrak,

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. pemilik (principals) dengan pihak lain, yaitu manajer (agent). Dalam kontrak, BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Adanya hubungan keagenan, ketika terjadi kontrak antara satu pihak, yaitu pemilik (principals)

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Hirarki Standar Auditing Sumber: SPAP Per 1 Januari 2001 (IAI, 2001: )

Gambar 2.1 Hirarki Standar Auditing Sumber: SPAP Per 1 Januari 2001 (IAI, 2001: ) MODUL APLIKASI KOMPUTERISASI AUDITING BAB 1 PENGANTAR AUDITING 2.2 HIRARKI STANDAR AUDITING Landasan Konseptual Landasan Konseptual Umum Pekerjaan Lapangan Pelaporan Keahlian dan pelatihan teknis yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya pertumbuhan profesi auditor berbanding sejajar dengan

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya pertumbuhan profesi auditor berbanding sejajar dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Meningkatnya pertumbuhan profesi auditor berbanding sejajar dengan meningkatnya pertumbuhan perusahaan dalam bentuk badan hukum di Indonesia. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dinamakan pemeriksa (auditor). Seorang auditor pada mulanya bertindak sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dinamakan pemeriksa (auditor). Seorang auditor pada mulanya bertindak sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ruang Lingkup Pengawasan Internal Pengertian Auditing pertama kali dikenal dari bahasa latin, yaitu: audire, yang artinya mendengar. Sedangkan orang yang melaksanakan fungsi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Akuntan Publik a. Pengertian Akuntan Publik Menurut Halim (1997 :11) Akuntan publik atau biasa disebut Auditor Independen adalah para praktisi individual/ anggota

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan Profesi auditor tidak terlepas dari perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan Profesi auditor tidak terlepas dari perkembangan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan Profesi auditor tidak terlepas dari perkembangan perekonomian suatu negara. Semakin maju suatu negara maka akan semakin kompleks masalah bisnis

Lebih terperinci

: Tabel Distribusi Kuesioner pada KAP di Jakarta dan Tangerang

: Tabel Distribusi Kuesioner pada KAP di Jakarta dan Tangerang Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9 : Tabel Distribusi Kuesioner pada KAP di Jakarta dan Tangerang : Kuesioner : Hasil Uji Deskriptif : Hasil

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Auditing Agoes (2008:3), menyatakan bahwa auditing merupakan suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar dalam semua hal

BAB I PENDAHULUAN. apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar dalam semua hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ditinjau dari sudut profesi akuntan publik, auditor adalah akuntan profesional yang menjual jasanya kepada masyarakat umum, terutama dalam bidang pemeriksaan

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN 70 KUESIONER PENELITIAN Pengaruh Time Pressure, Risiko Audit, Materialitas, Prosedur review dan Kontrol Kualitas, locus of control, Komitmen Profesi terhadap Penghentian Prematur atas Prosedur Audit Identitas

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan yang digunakan sesuai dengan tujuan hipotesis yang dilakukan dengan analisis regresi linier berganda, maka dapat

Lebih terperinci

Struktur Organisasi. PT. Akari Indonesia. Pusat dan Cabang. Dewan Komisaris. Direktur. General Manager. Manajer Sumber Daya Manusia Kepala Cabang

Struktur Organisasi. PT. Akari Indonesia. Pusat dan Cabang. Dewan Komisaris. Direktur. General Manager. Manajer Sumber Daya Manusia Kepala Cabang 134 Struktur Organisasi PT. Akari Indonesia Pusat dan Cabang Dewan Komisaris Direktur Internal Audit General Manager Manajer Pemasaran Manajer Operasi Manajer Keuangan Manajer Sumber Daya Manusia Kepala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam melakukan audit (Mulyadi dan Puradiredja, (1998)

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam melakukan audit (Mulyadi dan Puradiredja, (1998) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesi akuntan publik atau auditor merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Masyarakat mengharapkan profesi akuntan publik melakukan penilaian yang bebas dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. melakukan pekerjaannya seorang auditor harus memiliki pedoman, langkah-langkah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. melakukan pekerjaannya seorang auditor harus memiliki pedoman, langkah-langkah BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Audit Audit atas laporan keuangan diperlukan untuk menghindari ketidakakuratan suatu laopran baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan dalam mengaudit laporan keuangan. Dari profesi akuntan

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan dalam mengaudit laporan keuangan. Dari profesi akuntan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Profesi Akuntan Publik adalah profesi kepercayaan masyarakat dan pemakai laporan keuangan dalam mengaudit laporan keuangan. Dari profesi akuntan publik,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan keuangan menyediakan berbagai informasi yang diperlukan sebagai saran dalam pengambilan keputusan baik oleh pihak internal maupun eksternal perusahaan. Menurut

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Freitz Heider teori Atribusi (Atribution) adalah proses yang

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Freitz Heider teori Atribusi (Atribution) adalah proses yang BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 1.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Atribusi Menurut Freitz Heider teori Atribusi (Atribution) adalah proses yang dilakukan orang-orang dalam menafsirkan penyebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang masalah. untuk mengaudit laporan keuangan perusahaan. Selain digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang masalah. untuk mengaudit laporan keuangan perusahaan. Selain digunakan oleh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Audit merupakan proses yang sistematik, independen dan terdokumentasi untuk memperoleh bukti audit dan mengevaluasinya secara objektif untuk menentukan sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disediakan bagi pemakai informasi keuangan. Timbul dan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. disediakan bagi pemakai informasi keuangan. Timbul dan berkembangnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Profesi akuntan publik dikenal oleh masyarakat dari jasa audit yang disediakan bagi pemakai informasi keuangan. Timbul dan berkembangnya profesi akuntan publik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian saat ini sedang mengarah pada persaingan usaha

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian saat ini sedang mengarah pada persaingan usaha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian saat ini sedang mengarah pada persaingan usaha diberbagai negara di dunia. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia saat ini mencapai 5,2%

Lebih terperinci

PERBEDAAN ANTARA AUDITING DAN AKUNTANSI

PERBEDAAN ANTARA AUDITING DAN AKUNTANSI BAB XI. AUDITING AUDITING ; pengumpulan serta pengevaluasian bukti-bukti atas informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian informasi tersebut dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Bentuk, Bidang, dan Perizinan Usaha Bentuk Usaha. Kantor Akuntan Publik Faisal Riza.

BAB I PENDAHULUAN Bentuk, Bidang, dan Perizinan Usaha Bentuk Usaha. Kantor Akuntan Publik Faisal Riza. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Bentuk, Bidang, dan Perizinan Usaha 1.1.1 Bentuk Usaha Kantor Akuntan Publik Faisal Riza., Ak CA CPA adalah Kantor Akuntan Publik terdaftar yang menyediakan jasa professional dibidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan. Jasa audit atas laporan keuangan atau lebih tepat disebut

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan. Jasa audit atas laporan keuangan atau lebih tepat disebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berkembangnya dunia usaha pada masa kini, menjadikan persaingan antar perusahaan semakin ketat, hal ini memicu semakin dibutuhkannya jasa audit atas laporan keuangan.

Lebih terperinci