BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Teori Atribusi Teori atribusi memberikan penjelasan proses bagaimana kita menentukan penyebab atau motif perilaku seseorang (Gibson et al., 1994 dalam Pujaningrum dan Sabeni, 2012). Teori ini mengacu kepada bagaimana seseorang menjelaskan penyebab perilaku orang lain/diri sendiri (Luthan, 1998 dalam Pujaningrum dan Sabeni, 2012), yang ditentukan apakah dari internal atau eksternal dan pengaruhnya akan terlihat dalam perilaku individu (Gibson et al., 1994; Luthan, 1998 dalam Pujaningrum dan Sabeni, 2012). Penyebab perilaku tersebut dalam persepsi sosial dikenal dengan dispositional attributions dan situasional attributions atau penyebab internal dan eksternal (Robbins, 1996 dalam Pujaningrum dan Sabeni, 2012). Dispositional attributions mengacu pada sesuatu yang ada dalam diri seseorang. Sementara situasional attributions mengacu pada lingkungan yang mempengaruhi perilaku. 10

2 11 Penentuan atribusi penyebab apakah individual atau situasi dipengaruhi oleh tiga faktor (Kelly, 1972 dalam Pujaningrum dan Sabeni, 2012): a. Konsensus (consensus): perilaku yang ditunjukkan jika semua orang yang menghadapi situasi serupa merespon dengan cara yang sama. b. Kekhususan (distinctiveness): perilaku yang ditunjukan individu berlainan dalam situasi yang berlainan. c. Konsistensi (consistency): perilaku yang sama dalam tindakan seseorang dari waktu ke waktu (konsisten). Perilaku dysfunctional audit merupakan suatu bentuk reaksi terhadap lingkungan atau semisal sistem pengendalian (Otley dan Pierce, 1996; Lightner et al., 1983; Alderman dan Deitrick, 1982 dalam Paino et al., 2012). Sistem pengendalian yang berlebihan akan menyebabkan terjadinya konflik dan mengarah kepada perilaku disfungsional. Donelly et al. (2003) menyatakan bahwa sikap auditor yang menerima perilaku disfungsional merupakan indikator perilaku disfungsional aktual. Perilaku ini bisa mempengaruhi kualitas audit baik secara langsung maupun tidak langsung. Perilaku seorang auditor dalam bentuk dysfunctional audit dapat disebabkan oleh dispositional attributions dan situasional attributions atau penyebab internal dan eksternal seperti yang dijelaskan dalam teori atribusi. Sesuai dengan teori atribusi, perilaku dysfunctional audit dapat dipengaruhi oleh faktor internal berupa karakteristik personal auditor,

3 12 organizational commitment dan faktor eksternal berupa time budget pressure. Dampak negatif dari perilaku dysfunctional audit adalah terpengaruhnya kualitas audit secara negatif dari segi akurasi dan reabilitas (Irawati dkk., 2005). 2. Kualitas Audit Institut Akuntan Publik Indonesia (2011) menyatakan bahwa audit yang dilakukan auditor dikatakan berkualitas, jika memenuhi standar auditing dan standar pengendalian mutu. Kualitas audit telah didefinisikan dalam berbagai cara. Watkins et al. (2004) dalam Paino et al. (2010) menuturkan bahwa literatur praktisi sering mendefinisikan kualitas pemeriksaan relatif terhadap sejauh mana pemeriksaan dilaksanakan sesuai dengan standar pemeriksaan yang berlaku. Paino et al. (2010) juga menyebutkan beberapa penelitian kualitas audit secara empiris (DeAngelo, 1981; Wooten, 2003) yang mendefinisikan kualitas audit relatif terhadap risiko pemeriksaan, dimana merupakan risiko bahwa pemeriksa mungkin gagal untuk memodifikasi pendapat atas laporan keuangan yang salah saji material. DeAngelo (1981) mendefinisikan kualitas audit sebagai probabilitas (kemungkinan) dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya. Dengan kata lain terdapat dua dimensi kualitas audit yang dikembangkan oleh DeAngelo (1981), pertama salah saji material harus

4 13 dideteksi dan kedua salah saji material harus dilaporkan. Dengan mengadopsi dimensi yang dikembangkan oleh DeAngelo (1981), untuk mengukur kualitas audit, Wooten (2003) menggunakan indikator sebagai berikut: (1) deteksi salah saji, (2) kesesuaian dengan SPAP, (3) kepatuhan terhadap SOP, (4) risiko audit, (5) prinsip kehati-hatian, (6) proses pengendalian atas pekerjaan oleh supervisor, dan (7) perhatian yang diberikan oleh manajer atau partner. Seorang auditor dituntut untuk dapat menghasilkan kualitas pekerjaaan yang tinggi, karena auditor mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan suatu perusahaan termasuk masyarakat. Tidak hanya bergantung pada klien saja. Kualitas audit dapat dilihat dari tingkat kepatuhan auditor dalam melaksanakan berbagai tahapan yang seharusnya dilaksanakan dalam sebuah kegiatan pengauditan (DeAngelo, 1981). Kualitas Audit sebenarnya melekat pada auditor sebagai pihak pelaksana dari audit, sehingga kualitas audit sangat tergantung kepada judgement dan integritas dari auditor itu sendiri (Otley dan Pierce, 1996). Auditor dalam menjalankan tugas profesinya akan mendapatkan konflik ketika harus melaporkan temuan-temuan yang mungkin tidak menguntungkan manajemen. Konflik terjadi ketika auditor dan klien tidak sepakat terhadap beberapa aspek dan tujuan pemeriksaan. Untuk itu auditor dihadapkan kepada pilihan-pilihan keputusan yang saling berlawanan terkait dengan aktivitas pemeriksaannya. Karena auditor

5 14 secara professional dilandasi oleh kode etik profesi dan standar pemeriksaan, maka auditor berada dalam sebuah dilema. Memenuhi tuntutan klien berarti melanggar standar pemeriksaan dan kode etik profesi. Pelanggaran standar pemeriksaan dan kode etik profesi mempunyai implikasi terhadap kualitas audit yang dihasilkan oleh auditor. Oleh karena itu, auditor secara professional harus dapat mempertahankan kode etik dan standar pemeriksaan yang telah ditetapkan (Riswan, 2012). Jadi dengan memenuhi tuntutan klien tersebut berarti auditor secara tidak langsung menerima perilaku dysfunctional audit yang berakibat menurunnya kualitas audit. Pernyataan ini diperkuat oleh hasil penelitian Kustinah (2013) yang menyebutkan bahwa perilaku peningkatan dysfunctional audit dapat menurunkan kualitas audit disebabkan karena auditor melanggar standar audit, menetapkan tingkat materalitas yang rendah, review dangkal atas dokumen klien, dan melaksanakan tugas tidak sesuai anggaran waktu audit. Walaupun hasil penelitian sebelumnya oleh Sososutiksno (2003) menyebutkan perilaku dysfunctional audit yang tercermin dari perilaku premature sign-off, under-reporting of time, dan audit quality reduction behavior tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. 3. Penerimaan Perilaku Dysfunctional Audit Perilaku dysfunctional audit berhubungan dengan menurunnya kualitas pemeriksaan. Hal ini sesuai dengan pemikiran Paino et al. (2012)

6 15 yang menyatakan bahwa dysfunctional audit behavior dapat memberi pengaruh negatif pada perusahaan akuntan publik terhadap perolehan pendapatannya, kualitas kerja profesional yang tepat waktu, dan akurasi mengenai evaluasi kinerja karyawan. Jika hal tersebut terus terjadi maka tidak dapat dipungkiri akan merusak kualitas audit yang dilakukan di masa depan. Perilaku dysfunctional audit merupakan suatu bentuk reaksi terhadap lingkungan atau semisal sistem pengendalian (Otley dan Pierce, 1995; Lightner et al., 1983; Alderman dan Deitrick, 1982 dalam Paino et al., 2012). Sistem pengendalian yang berlebihan akan menyebabkan terjadinya konflik dan mengarah kepada perilaku disfungsional. Penerimaan perilaku dysfunctional audit diukur dengan bagaimana auditor menerima beragam bentuk perilaku disfungsional. Bentuk perilaku disfungsional yang dilakukan auditor meliputi: penyelesaian tugas audit tanpa melengkapi keseluruhan prosedur yang telah ditetapkan (premature sign-off/pmso), menyelesaikan pekerjaan yang dibebankan dengan waktu pribadi auditor (under reporting of time/urt), dan mengurangi efektivitas pengumpulan bukti selama pengujian (audit quality reduction behavior/aqrb) (Sososutiksno, 2010). Beberapa perilaku dysfunctional audit yang membahayakan kualitas audit menurut Donelly et al. (2003), meliputi:

7 16 a. Melaporkan waktu audit dengan total waktu yang lebih pendek dari pada waktu yang sebenarnya (under-reporting of audit time). Tindakan ini dilakukan auditor dengan cara mengerjakan program audit dengan menggunakan waktu personal atau pribadi, dan tidak melaporkan waktu lembur yang digunakan dalam pengerjaan program audit. b. Perilaku yang mempengaruhi kualitas audit secara langsung adalah merubah prosedur yang telah ditetapkan dalam pelaksanaan audit di lapangan (replacing and altering original audit procedures). c. Penyelesaian langkah-langkah audit yang terlalu dini tanpa melengkapi keseluruhan prosedur (premature sigining-off of audit steps without completion of the procedure), gagal memahami prinsipprinsip akuntansi, melakukan review dokumen yang dangkal, serta menerima penjelasan lemah dari klien. 4. Karakeristik Personal Auditor Sumber daya yang terpenting dalam organisasi adalah sumber daya manusia, orang-orang yang memberikan tenaga, bakat, kreativitas dan usaha mereka kepada organisasi agar suatu organisasi dapat tetap eksistensinya. Setiap manusia memliki karakter individu (personal) yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Menurut Gibson, Ivancevich dan Donnely (2002) dalam Kartika (2009) karakteristik individu memiliki hubungan antara sikap, persepsi, kepribadian, nilai-nilai dan kinerja

8 17 individu. Karakteristik personal mengacu pada bagian karakteristik psikologi dalam diri seseorang yang menentukan dan mencerminkan bagaimana orang tersebut merespon lingkungannya (Lubis, 2010). Sehinggaa karakteristik personal auditor dapat diartikan sebagai sikap, persepsi, kepribadian, nilai-nilai dan kinerja seorang auditor dalam merespon lingkungannya, yaitu dalam melaksanakan tugas pemeriksaan. Dalam melaksanakan tugasnya, auditor harus mengikuti standar audit yang terdiri dari standar umum, standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan serta kode etik akuntan. Dalam kenyataan di lapangan, auditor banyak melakukan penyimpangan-penyimpangan terhadap standar audit dan kode etik. Perilaku ini diperkirakan sebagai akibat dari karakteristik personal yang kurang bagus yang dimiliki oleh seorang auditor. Pelanggaran yang dilakukan auditor dalam audit dapat dikategorikan sebagai penyimpangan perilaku dalam audit. Dampak negatif dari perilaku ini adalah terpengaruhnya kualitas audit secara negatif dari segi akurasi dan reabilitas (Irawati dkk, 2005). Paino et al. (2012) mengemukakan bahwa penyebab para auditor melakukan dysfunctional audit adalah karakteristik personal yang diproksikan melalui lokus kendali (locus of control), keinginan untuk berhenti bekerja (turnover intention), dan kinerja karyawan (employee performance) yang dimiliki oleh para auditor.

9 18 a. Locus of Control Menurut Rotter (1996) locus of control merupakan persepsi atau cara pandang seseorang terhadap sumber-sumber yang mengendalikan peristiwa-peristiwa baik atau buruk dalam hidupnya. Seseorang dapat diklasifikasikan sepanjang kontinum dari sangat internal sampai sangat eksternal. Individu dengan internal locus of control yang kuat yakin bahwa suatu kejadian selalu berada dalam kendalinya dan akan selalu mengambil peran dan tanggung jawab dalam benar atau salah. Individu dengan internal locus of control juga yakin bahwa keberhasilan atau kegagalan adalah hasil usaha mereka sendiri. Sebaliknya individu dengan eksternal locus of control yakin bahwa kejadian dalam hidupnya dikendalikan oleh keberuntungan, kesempatan, serta kekuatan di luar dirinya. Spector (1988) dalam Paino et al. (2012) menyebutkan bahwa eksternal locus of control berkinerja lebih baik ketika pengendalian dipaksakan atas individu. Karenanya auditor dengan eksternal locus of control memiliki kemungkinan menerima perilaku dysfunctional audit. b. Turnover Intention Pasewark dan Strawser (1996) dalam Paino et al. (2012) mendefinisikan turnover intention sebagai niat karyawan untuk mencari alternatif pekerjaan lain dan belum terwujud dalam bentuk perilaku nyata. Turnover intention yang tinggi dapat membuat

10 19 individu menjadi kurang peduli terhadap apa yang ia lakukan di dalam tempatnya bekerja. Sikap ini dapat berakibat buruk pada kinerja karyawan, sehingga memungkinkan terjadinya perilaku dysfunctional audit. Malone dan Roberts (1996) mengatakan auditor yang memiliki keinginan untuk meninggalkan perusahaan lebih dapat terlibat dalam perilaku disfungsional karena menurunnya ketakutan akan kemungkinan jatuhnya sangsi apabila perilaku tersebut terdeteksi. Selain itu, individu yang berniat meninggalkan perusahaan dapat dianggap tidak begitu peduli dengan dampak buruk dari perilaku disfungsional terhadap penilaian kinerja dan promosi. Jadi, auditor yang memiliki turnover intention yang lebih tinggi dari perusahaan lebih menerima perilaku dysfunctional audit. c. Employee Performance Secara etimologi kinerja berasal dari kata prestasi kerja (performance). Istilah kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance (prestasi kerja yang sesungguhnya dicapai seseorang) yang berarti hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang dalam melaksankan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya ( Menurut Harini dkk. (2010) kinerja terkait dengan usaha atau perilaku manusia atau anggota organisasi untuk mencapai tujuan, baik

11 20 tujuan personal maupun tujuan organisasi. Solar dan Bruehl (1971) dalam Donelly et al. (2003) menyatakan bahwa individu yang tingkat kinerjanya dibawah standar memiliki kemungkinan yang lebih besar terlibat perilaku disfungsional karena menganggap dirinya tidak mempunyai kemampuan untuk bertahan dalam organisasi melalui usaha sendiri. Dalam penelitian yang serupa Gable dan Dangello (1994) dalam Paino et al. (2012) menyatakan bahwa perilaku disfungsional terjadi pada situasi ketika individu merasa dirinya kurang mampu mencapai hasil yang diharapkan melalui usahanya sendiri. Berdasarkan uraian sebelumnya, penerimaan auditor atas perilaku dysfunctional audit akan lebih tinggi apabila auditor memiliki persepsi kinerja yang rendah atas dirinya. Hal ini terjadi karena seorang auditor yang memiliki tingkat kinerja dibawah standar merasa bahwa dirinya tidak mempunyai kemampuan untuk bertahan dalam organisasi melalui usaha sendiri. Oleh karena itu, auditor cenderung melakukan perilaku dysfunctional audit untuk mencapai tujuannya. Berdasarkan penjelasan diatas, karakteristik personal auditor dalam penelitian ini mengacu pada auditor yang memilki kecenderungan locus of control eksternal, besarnya tingkat keinginan untuk berpindah dari pekerjaannya dan auditor yang memiliki kinerja rendah. Karakteristik personal tersebut memungkinkan auditor menerima beragam bentuk

12 21 perilaku dysfunctional audit. Kustinah (2013) menyebutkan bahwa secara umum perilaku dysfunctional audit mempunyai dampak negatif yang signifikan terhadap kualitas audit. 5. Organizational Commitment Menurut Febrina (2012) organizational commitment merupakan rasa identifikasi (ketertarikan dan kepercayaan terhadap tujuan dan nilai organisasi), keterlibatan (kesediaan untuk berusaha sebaik mungkin demi kepentingan organisasi) dan loyalitas (keinginan untuk tetap menjadi anggota organisasi yang bersangkutan) yang dinyatakan oleh seorang pegawai terhadap organisasinya. Dari definisi tersebut, komitmen organisasi diartikan lebih dari sekedar keanggotaan formal, karena meliputi sikap menyukai organisasi dan kesediaan untuk mengusahakan tingkat upaya yang tinggi bagi kepentingan organisasi demi pencapaian tujuan. Jadi, organizational commitment merupakan komitmen seseorang terhadap organisasi tempatnya bekerja. Komitmen seseorang terhadap organisasi merupakan salah satu jaminan untuk menjaga kelangsungan organisasi tersebut. Penelitian-penelitian tentang komitmen organisasional telah menghadirkan suatu pandangan yakni munculnya konsensus tentang komitmen organisasi dalam konteks multi dimensional. Penelitianpenelitian tersebut di antaranya menguji pengaruh organizational commitment terhadap dysfunctional audit (Donelly et al., 2011;

13 22 Paino et al, 2011; Triono, 2012), employee performance dan turnover intention (Donelly et al. 2003; Wijayanti, 2009; Paino et al. 2012; Febrina, 2012) serta terhadap kualitas audit (Riswan, 2012). Mowday et al. (1979) dalam Triono (2012) mendefinisikan organizational commitment (OC) sebagai kekuatan relatif dari suatu identifikasi seseorang mengenai keterlibatannya di dalam suatu organisasi. Dalam penelitian Mowday et al. (1979), menganut aliran atitudinal yang difokuskan pada ikatan afektif antara individu dan organisasi serta kesediaan karyawan untuk tinggal dengan organisasi, yang dikategorikan dalam tiga faktor psikologis yaitu sebagai berikut: a. Kepercayaan dan penerimaan yang kuat pada tujuan dan nilai-nilai organisasi; b. Keinginan yang kuat untuk berusaha demi organisasi; dan c. Keinginan yang kuat untuk menjaga keanggotaaan dalam organisasi. Menurut Meyer (1991) dalam Riswan (2012), menggolongkan komitmen organisasi menjadi tiga komponen model yaitu: a. Komitmen afektif (affective commitment), adalah suatu pendekatan emosional dari individu dalam keterlibatan dengan organisasi, sehingga individu akan merasa dihubungkan dengan organisasi karena mempunyai ikatan emosional. b. Komitmen berkelangsungan (continuance commitment), adalah hasrat yang dimiliki individu untuk bertahan dalam organisasi, sehingga individu merasa membutuhkan hubungkan dengan organisasi. Dengan

14 23 kata lain, individu berada dalam organisasi karena membutuhkan organisasi tersebut. c. Komitmen normatif (normative commitment), adalah suatu perasaan wajib dari individu untuk bertahan dalam organisasi. Normatif merupakan perasaan-perasaan pegawai tentang kewajiban yang harus ia berikan kepada organisasi, dan tindakan tersebut merupakan hal benar yang harus dilakukan. Karyawan dengan komitmen normatif yang kuat akan tetap bergabung dalam organisasi karena mereka merasa sudah cukup puas untuk hidupnya. Dari ketiga jenis komitmen tersebut, komitmen afektif adalah jenis yang paling diinginkan oleh perusahaan. Dengan demikian, auditor yang mempunyai komitmen tinggi akan memiliki identifikasi terhadap organisasi, terlibat sungguh-sungguh dalam organisasi dan ada loyalitas serta afeksi positif terhadap organisasi. Selain itu, tingkah lakunya berusaha ke arah tujuan organisasi dan ingin tetap bergabung dengan organisasi dalam jangka waktu lama. Menurut Riswan (2012) komitmen organisasi bagi seorang auditor mutlak diperlukan berkaitan dengan loyalitas auditor terhadap organisasi dalam melaksanakan tugas untuk selalu mentaati norma aturan dan kode etik yang menjadi tuntutan profesi. Hasil penelitian Riswan (2012) menyebutkan komitmen organisasi secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit. Rendahnya komitmen organisasi seorang auditor dapat menurunkan kualitas audit yang dihasilkan, hal ini

15 24 akan menghilangkan kepercayaan publik terhadap profesi audit sehingga akan mempengaruhi kelangsungan usaha Kantor Akuntan Publik. 6. Time Budget Pressure Dalam pelaksanaan audit, banyak auditor menghadapi kendala tentang batasan waktu yang sering diberikan oleh klien untuk membuat laporan dengan waktu yang singkat. Seringkali anggaran waktu yang dibuat tidak realistis dengan pekerjaan yang harus dilakukan, akibatnya muncul perilaku-perilaku kontraproduktif yang menyebabkan kualitas audit menjadi lebih rendah (Prasita dan Adi, 2009; Manulang, 2010; dan Mansyur dkk., 2010). Dengan adanya batasan waktu tersebut, auditor merasa adanya tekanan waktu dalam menemukan temuan audit sebagai bukti laporan audit. Tekanan anggaran waktu didefinisikan sebagai kendala yang terjadi pada perikatan audit karena keterbatasan sumber daya berupa waktu yang dialokasikan untuk melaksanakan seluruh tugas audit (DeZoort dan Lord, 1997 dalam McNamara dan Liyanarachchi, 2008). Menurut Sososutiksno (2010) tekanan anggaran waktu adalah suatu keadaan yang menunjukkan auditor dituntut untuk melakukan efisiensi terhadap anggaran waktu yang telah disusun atau terdapat pembatasan waktu dalam anggaran yang sangat ketat dan kaku. Tekanan anggaran waktu merupakan gambaran normal dari sistem pengendalian auditor. Tekanan yang dihasilkan oleh anggaran waktu yang sangat ketat secara

16 25 konsisten berhubungan dengan perilaku disfungsional. Dalam penelitian Hutabarat (2012) menunjukkan bahwa sebagian besar auditor berusaha memenuhi anggaran waktu dan anggaran biaya audit dengan melakukan prilaku dysfunctional audit berupa premature sign-off untuk mencapai hal tersebut. Hasil penelitian yang dilakukan Mansyur dkk. (2010) menyebutkan bahwa time budget pressure berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kualitas audit. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan hasil penelitian Manulang (2010). 7. Penelitian Terdahulu Adapun hasil-hasil sebelumnya dari penelitian-penelitian terdahulu mengenai topik yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat dalam Tabel 2.1 Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No. Peneliti Metodelogi Penelitian 1. Otley dan Pierce (1996) Alat analisis: Regresi Berganda Responden: 260 auditor senior pada KAP besar di Irlandia Berlanjut ke halaman berikutnya Perbedaan Variabel Yang Digunakan Tidak ada variabel karakteristik personal auditor, OC dan kualitas audit Hasil Tekanan anggaran waktu berhubungan linier dengan perilaku audit disfungsional (RKA danurt). Pengaruh fee dari klien dan program audit yang dirasakan terhadap anggaran waktu audit, berpengaruh negatif terhadap ketercapaian anggaran waktu yang dirasakan.. Partisipasi dalam penyusunan anggaran waktu berhubungan positif dengan ketercapaian anggaran waktu yang dirasakan.

17 26 Tabel 2.1 (Lanjutan) No. Peneliti Metodelogi Penelitian 3. Wijayanti (2009) Alat analisis: SEM Responden: 140 auditor BPKP Perwakilan Jawa Tengah dan DIY Perbedaan Variabel Yang Digunakan Tidak ada variabel time budget pressure dan kualitas audit Hasil Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik personal auditor yang bekerja di BPKP wilayah Jawa Tengah dan DIY yaitu locus of control berhubungan positif terhadap penerimaan perilaku disfungsional audit tetapi tidak signifikan. 4. Harini dkk. (2010) 5. Sososutiksno (2010) 6. Mansyur dkk. (2010) Alat analisis: SEM dan LISREL Responden: 131 auditor KAP Jawa Tengah Alat analisis: SEM Responden: 54 auditor Bapeda Tk. I dan II Provinsi Maluku Alat analisis: analisis regresi dengan terlebih dahulu mengkonversikan skala ordinal ke skala interval melalui metode interval berurutan Tidak ada variabel time budget pressure dan kualitas audit Tidak ada variabel karakteristik personal auditor dan OC Tidak ada variabel karakteristik personal auditor dan OC Terdapat pengaruh positif yang signifikan antara LOC external terhadap dysfunctional audit behavior. Terdapat pengaruh negatif yang signifikan antara kinerja terhadap dysfunctional audit behavior. Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara turnover intention terhadap dysfunctional audit behavior. Tekanan anggaran waktu berpengaruh signifikan terhadap perilaku disfungsional yang dicirikan oleh tiga perilaku yaitu PMSO, URT, dan AQRB. Terdapat pengaruh time budget pressure dan perilaku disfungsional terhadap kualitas audit baik secara parsial maupun simultan Responden: 40 auditor BPKP Kota Jambi Bersambung ke halaman berikutnya

18 27 Tabel 2.1 (Lanjutan) No. Peneliti Metodelogi Penelitian 7. Paino et al. (2012) 8. Hutabarat (2012) Alat analisis: SEM Responden: 225 registered audit manager Malaysia Alat analisis: path analysis Responden: 85 auditor KAP di Jawa Tengah Perbedaan Variabel Yang Digunakan Tidak ada variabel time budget pressure dan kualitas audit Tidak menguji secara langsung variabel OC terhadap perilaku dysfunctional audit Tidak ada variabel OC dan dysfunctional audit Hasil Terdapat hubungan positif yang signifikan antara external locus of control dengan penerimaan perilaku disfungsional audit. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara kinerja auditor dengan penerimaan perilaku disfungsional audit. Terdapat hubungan negatif yang signifikan antara keinginan untuk berpindah dengan penerimaan disfungsional audit. Pengalaman audit, time budget pressure dan etika auditor secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. 9. Triono dkk. (2012) Alat analisis: regresi berganda Responden: 100 auditor KAP di Semarang Tidak ada kualitas audit Eksternal LOC berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerimaan perilaku disfungsional audit Posisi dan komitmen organisasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penerimaan perilaku disfungsional audit. 10. Kustinah (2013) Alat analisis: regresi berganda Responden: 225 registered Tidak ada variabel karakteristik personal auditor, time budget pressure dan OC Dysfunctional behavior dan individual culture mempengaruhi audit quality. Sumber: Diolah dari berbagai data

19 28 B. Rerangka Pemikiran Berdasarkan pada kajian teori dan hasil riset terdahulu, diperoleh sebuah rerangka pemikiran yang menggambarkan hubungan antar variabel sebagai berikut: Gambar 1. Rerangka Pemikiran Berdasarkan rerangka pemikiran di atas, peneliti akan menguji pengaruh variabel laten independen karakteristik personal auditor (KPA), organizational commitment (OC) dan time budget pressure (TP) terhadap variabel laten dependen penerimaan perilaku dysfunctional audit (DAB) dan

20 29 kualitas audit (KA). Masing-masing variabel laten dalam penelitian ini diukur melalui beberapa indikator. Variabel laten independen karakteristik personal auditor (KPA) diukur melalui 14 indikator, terdiri dari 4 indikator berkaitan dengan locus of control, 3 indikator berkaitan dengan turnover intention dan 7 indikator berkaitan dengan employee performance. Untuk variabel laten independen organizational commitment (OC) diukur melalui 4 indikator, dan variabel laten independen time budget pressure (TP) diukur melalui 3 indikator. Variabel laten dependen penerimaan perilaku dysfunctional audit (DAB) diukur melalui 12 indikator, terdiri dari 4 indikator berkaitan dengan under-reporting of audit time, 4 indikator berkaitan dengan replacing and altering original audit procedures dan 4 indikator berkaitan dengan premature sigining-off of audit steps without completion of the procedure. Sedangkan untuk variabel laten kualitas audit (KA) diukur melalui 7 indikator. C. Hipotesis 1. Pengaruh karakteristik personal auditor terhadap penerimaan perilaku dysfunctional audit Karakteristik personal auditor dalam penelitian ini mengacu pada auditor yang memilki kecenderungan locus of control eksternal, besarnya tingkat keinginan untuk berpindah dari pekerjaannya dan auditor yang memiliki kinerja rendah. Penelitian mengenai pengaruh perbedaan individu

21 30 terhadap penerimaan auditor terhadap perilaku disfungsional telah dilakukan oleh Donnelly et al. (2003). Disebutkan dalam penelitian bahwa penyebab para auditor melakukan perilaku disfungsional tersebut adalah karakteristik personal. Hasil penelitiannya menyatakan auditor yang memiliki kecenderungan external locus of control dan besarmya tingkat keinginan untuk berpindah dari pekerjaannya (turnover intention) akan memiliki tingkat penerimaan perilaku disfungsional yang tinggi. Wijayanti (2009) menunjukkan karakteristik personal auditor yang diproksikan dengan locus of control berhubungan positif dengan penerimaan perilaku disfungsional audit. Kemudian Harini dkk. (2010) melakukan penelitian tentang penyimpangan perilaku audit dengan mengadopsi penelitian Donnelly et al. (2003). Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif yang signifikan antara external locus of control terhadap penerimaan perilaku disfungsional audit, terdapat pengaruh negatif yang signifikan antara kinerja terhadap penerimaan perilaku disfungsional audit namun tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara turnover intention terhadap dysfunctional audit behavior. Selanjutnya hasil penelitian Paino et al. (2012) menunjukkan bahwa faktor individu/ karakteristik personal yang diproksikan melalui locus of control, turnover intention, dan employee performance berpengaruh signifikan terhadap penerimaan perilaku dysfunctional audit. Hasil ini diperkuat oleh hasil penelitian Pujaningrum dan Sabeni (2012). Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, hipotesis yang dapat dikembangkan adalah:

22 31 Ha1 : Terdapat pengaruh positif karakteristik personal auditor terhadap penerimaan perilaku dysfunctional audit. 2. Pengaruh organizational commitment terhadap penerimaan perilaku dysfunctional audit Mowday et al. (1979) dalam Tirono (2012) mendefinisikan organizational commitment (OC) sebagai kekuatan relatif dari suatu identifikasi seseorang mengenai keterlibatannya di dalam suatu organisasi. Dalam penelitian Mowday et al. (1979), menganut aliran atitudinal yang difokuskan pada ikatan afektif antara individu dan organisasi serta kesediaan karyawan untuk tinggal dengan organisasi. Penelitian yang dilakukan Otley dan Pierce (1996) menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara komitmen organisasi dengan perilaku audit disfungsional. Individu dengan komitmen organisasi yang tinggi akan memiliki keinginan agar organisasinya mencapai kesuksesan. Oleh karena itu individu tersebut akan lebih memilih untuk menolak perilaku audit disfungsional. Sebaliknya, individu dengan komitmen organisasi yang rendah akan memiliki keinginan untuk lebih berfokus pada kepentingan pribadi daripada kepentingan organisasi. Oleh karena itu individu tersebut akan lebih dapat menerima perilaku audit disfungsional. Hasil ini diperkuat oleh temuan Donelly et al. (2011), Paino et al. (2011), dan Triono (2012) yang juga mengungkapkan bahwa komitmen organisasi berpengaruh secara

23 32 negatif dan signifikan terhadap perilaku audit disfungsional. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, hipotesis yang dapat dikembangkan adalah: Ha2 : Terdapat pengaruh negatif organizational commitment terhadap penerimaan perilaku dysfunctional audit. 3. Pengaruh time budget pressure terhadap penerimaan perilaku dysfunctional audit Menurut Otley dan Pierce (1996) semakin ketat anggaran waktu yang ditetapkan maka auditor cenderung akan melakukan tindakan audit disfungsional untuk mencapai anggaran waktu yang telah ditargetkan, hal ini disebabkan anggaran waktu yang wajib di penuhi oleh auditor dirasakan tidak dapat tercapai oleh karena banyaknya prosedur audit yang harus dikerjakan. Sososutiksno (2010) menguji hubungan antara time budget pressure dan perilaku dysfunctional audit. Hasilnya menunjukkan bahwa time budget pressure berpengaruh signifikan terhadap peilaku disfungsional yang dicirikan oleh tiga perilaku yaitu: PMSO, URT, dan AQRB. Penelitian di Malaysia yang dilakukan oleh Paino et al. (2011) juga menemukan bahwa terdapat pengaruh positif antara tekanan anggaran waktu dengan perilaku audit disfungsional. Hasil penelitian keduanya diperkuat oleh Hutabarat (2012). Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, hipotesis yang dapat dikembangkan adalah: Ha3 : Terdapat pengaruh positif time budget pressure terhadap penerimaan perilaku dysfunctional audit.

24 33 4. Pengaruh karakteristik personal auditor terhadap kualitas audit Karakteristik personal auditor dalam penelitian ini mengacu pada auditor yang memilki kecenderungan locus of control eksternal, besarnya tingkat keinginan untuk berpindah dari pekerjaannya dan auditor yang memiliki kinerja rendah. Karakteristik personal auditor dapat mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap kualitas audit. Dalam konteks audit, manipulasi atau ketidakjujuran pada akhirnya akan menimbulkan penyimpangan perilaku dalam audit. Hasil dari perilaku ini adalah penurunan kualitas audit yang dapat dilihat sebagai hal yang perlu dikorbankan oleh individu untuk bertahan dalam lingkungan kerja audit (Irawati dkk., 2005). Malone dan Robert (1996) menginvestigasi hubungan antara munculnya perilaku pengurangan kualitas audit dengan karakteristik personal. Hasil penelitian menunjukkan bukti bahwa karakteristik personal auditor yang diproksikan dengan kebutuhan akan pengakuan atas sebuah pencapaian prestasi (need for achievement) yang diraih auditor berhubungan terbalik dengan perilaku pengurangan kualitas audit. Berdasar Malone dan Roberts (1996) reductional audit quality behavior adalah tindakan yang diambil auditor untuk mengurangi efektivitas pengumpulan bukti selama pengujian. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, hipotesis yang dapat dikembangkan adalah: Ha4 : Terdapat pengaruh negatif karakteristik personal auditor terhadap kualitas audit.

25 34 5. Pengaruh organizational commitment terhadap kualitas audit Organizational commitment didefinisikan sebagai tingkat penerimaan individu terhadap tujuan organisasi dan kesediaan untuk mencapai tujuan organisasi tersebut (Donelly et al. 2003). Ada 3 faktor yang secara tradisional digunakan untuk mengkarakterisasi konstruksi komitmen: keyakinan yang kuat dan penerimaan nilai organisasi, keinginan bekerja keras untuk mencapai tujuan organisasi, dan keinginan untuk mempertahankan keanggotaan dalam organisasi (Mowday et al dalam Triono, 2012). Menurut Riswan (2012) komitmen organisasi bagi seorang auditor mutlak diperlukan berkaitan dengan loyalitas auditor terhadap organisasi dalam melaksanakan tugas untuk selalu mentaati norma aturan dan kode etik yang menjadi tuntutan profesi. Hasil penelitian Riswan (2012) menyebutkan komitmen organisasi secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit. Rendahnya komitmen organisasi seorang auditor dapat menurunkan kualitas audit yang dihasilkan, hal ini akan menghilangkan kepercayaan publik terhadap profesi audit sehingga akan mempengaruhi kelangsungan usaha Kantor Akuntan Publik. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, hipotesis yang dapat dikembangkan adalah: Ha5 : Terdapat pengaruh positif organizational commitment terhadap kualitas audit.

26 35 6. Pengaruh time budget pressure terhadap kualitas audit Menurut Sososutiksno (2010) tekanan anggaran waktu adalah suatu keadaan yang menunjukkan auditor dituntut untuk melakukan efisiensi terhadap anggaran waktu yang telah disusun atau terdapat pembatasan waktu dalam anggaran yang sangat ketat dan kaku. McNamara dan Liyanarachchi (2008) menyatakan bahwa penurunan kualitas audit telah ditemukan akibat ketatnya anggaran waktu. Seringkali anggaran waktu yang dibuat tidak realistis dengan pekerjaan yang harus dilakukan, akibatnya muncul perilakuperilaku kontraproduktif yang menyebabkan kualitas audit menjadi lebih rendah (Prasita dan Adi, 2009). Hasil penelitian yang dilakukan Mansyur dkk. (2010) menyebutkan bahwa time budget pressure berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kualitas audit. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan hasil penelitian Manulang (2010). Penelitian ini berhasil membuktikan bahwa tekanan anggaran waktu (time budget pressure) mempunyai pengaruh terhadap berbagai perilaku auditor yang menyebabkan penurunan kualitas audit. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, maka hipotesis yang dapat dikembangkan adalah: Ha6 : Terdapat pengaruh negatif time budget pressure terhadap kualitas audit.

27 36 7. Pengaruh penerimaan perilaku dysfunctional audit terhadap kualitas audit Perilaku dysfunctional audit berhubungan dengan menurunnya kualitas pemeriksaan. Hal ini sesuai dengan pemikiran Paino et al. (2012), yang menyatakan bahwa dysfunctional audit behavior dapat memberi pengaruh negatif pada perusahaan akuntan publik terhadap perolehan pendapatannya, kualitas kerja profesional yang tepat waktu, dan akurasi mengenai evaluasi kinerja karyawan. Jika hal tersebut terus terjadi maka tidak dapat dipungkiri akan merusak kualitas pemeriksaan yang dilakukan di masa depan. Yuniarti (2012) dan Kustinah (2013) meneliti hubungan perilaku dysfunctional audit dengan kualitas audit yang menyebutkan bahwa secara umum perilaku dysfunctional audit mempunyai dampak negatif yang signifikan terhadap kualitas audit. Peningkatan perilaku dysfunctional audit dapat menurunkan kualitas audit disebabkan karena auditor melanggar standar audit, menetapkan tingkat materalitas yang rendah, review dangkal atas dokumen klien, dan melaksanakan tugas tidak sesuai anggaran waktu audit. Berdasarkan hasil penelitian dan penjelasan sebelumya, maka hipotesis yang dapat dikembangkan adalah: Ha7 : Terdapat pengaruh negatif penerimaan perilaku dysfunctional audit terhadap kualitas audit

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. (Suartana, 2010). Menurut Luthans, 2006 (dalam Harini et al., 2010), teori ini

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. (Suartana, 2010). Menurut Luthans, 2006 (dalam Harini et al., 2010), teori ini BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Atribusi Teori atribusi mempelajari proses bagaimana seseorang menginterpretasikan suatu peristiwa, alasan atau sebab perilakunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konsep Good Corporate Governance (GCG) telah diterapkan secara luas

BAB I PENDAHULUAN. Konsep Good Corporate Governance (GCG) telah diterapkan secara luas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsep Good Corporate Governance (GCG) telah diterapkan secara luas di Indonesia. Syakhroza (2003) dalam Wulandari (2009) mendefinisikan GCG sebagai suatu mekanisme

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai salah satu profesi pendukung kegiatan dunia bisnis, kebutuhan akan penggunaan jasa akuntan publik dewasa ini semakin meningkat, terutama kebutuhan atas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Auditing Menurut Sukrisno Agoes (2012:4) Auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi uraian mengenai latar belakang penelitian yang menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi uraian mengenai latar belakang penelitian yang menjelaskan BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi uraian mengenai latar belakang penelitian yang menjelaskan pentingnya pemahaman faktor internal individu terhadap penerimaan perilaku audit disfungsional, motivasi penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Weningtyas dkk. 2006:2). Kasus Enron merupakan salah satu bukti kegagalan. pihak mengalami kerugian materi dalam jumlah besar.

BAB I PENDAHULUAN. (Weningtyas dkk. 2006:2). Kasus Enron merupakan salah satu bukti kegagalan. pihak mengalami kerugian materi dalam jumlah besar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran laporan keuangan perusahaan yang diaudit (Silaban,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Audit laporan keuangan pada sebuah entitas dilaksanakan oleh pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. Audit laporan keuangan pada sebuah entitas dilaksanakan oleh pihak yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Audit laporan keuangan pada sebuah entitas dilaksanakan oleh pihak yang memiliki kompeten, tidak memihak, dan objektif, yang disebut akuntan publik atau lebih dikenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepercayaan dari masyarakat atas laporan keuangan yang di audit oleh akuntan

BAB I PENDAHULUAN. Kepercayaan dari masyarakat atas laporan keuangan yang di audit oleh akuntan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Ditinjau dari sudut profesi akuntan publik, auditor adalah akuntan profesional yang menjual jasanya kepada masyarakat umum, terutama dalam bidang pemeriksaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Informasi akuntansi termasuk laporan keuangan memang. (Husnan, 2000). Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika telah banyak

BAB I PENDAHULUAN. Informasi akuntansi termasuk laporan keuangan memang. (Husnan, 2000). Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika telah banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Masalah Informasi akuntansi termasuk laporan keuangan memang mengandung sejumlah data yang dapat dikaji sebagai bahan penelitian (Husnan, 2000). Oleh karena itu, tidaklah

Lebih terperinci

PERSEPSI AUDITOR TERHADAP PENERIMAAN PERILAKU DYSFUNCTIONAL AUDIT DAN PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS AUDIT

PERSEPSI AUDITOR TERHADAP PENERIMAAN PERILAKU DYSFUNCTIONAL AUDIT DAN PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS AUDIT PERSEPSI AUDITOR TERHADAP PENERIMAAN PERILAKU DYSFUNCTIONAL AUDIT DAN PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS AUDIT Reni Ratnawati Fakultas Ekonomi Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta Email:reni_ratnwati@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan perusahaan yang diaudit. Apabila laporan keuangan suatu perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan perusahaan yang diaudit. Apabila laporan keuangan suatu perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran laporan keuangan perusahaan yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PERSONAL AUDITOR TERHADAP PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDIT

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PERSONAL AUDITOR TERHADAP PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDIT HUBUNGAN KARAKTERISTIK PERSONAL AUDITOR TERHADAP PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDIT SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Pada Fakultas Ekonomi Jurusan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Belakang Masalah Profesi akuntan di Indonesia sangat terkenal sebagai jasa atas pengauditan laporan keuangan perusahaan oleh auditor dan jasa ini disediakan oleh Kantor Akuntan Publik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Standar Auditing (PSAP No. 01; 2011) dan Kode Etik Akuntan Indonesia.

BAB II LANDASAN TEORI. Standar Auditing (PSAP No. 01; 2011) dan Kode Etik Akuntan Indonesia. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Standar Auditing Dalam melakukan tugasnya, auditor harus mengikuti aturan yang berlaku yaitu Standar Auditing (PSAP No. 01; 2011) dan Kode Etik Akuntan Indonesia. Standar auditing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan hasil audit memiliki posisi yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan hasil audit memiliki posisi yang sangat penting bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan hasil audit memiliki posisi yang sangat penting bagi penggunanya terutama investor, kreditor, dan pemerintah sehingga permintaan akan laporan hasil audit sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya transparansi laporan keuangan terutama bagi perusahaan publik sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya transparansi laporan keuangan terutama bagi perusahaan publik sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pentingnya transparansi laporan keuangan terutama bagi perusahaan publik sangat dianjurkan dalam penggunaannya. Ikatan Akuntan Indonesia menyatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. teori yang digunakan harus mampu mencapai maksud penelitian. Teori utama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. teori yang digunakan harus mampu mencapai maksud penelitian. Teori utama BAB II TINJAUAN PUSTAKA Suatu teori dalam penelitian memegang peranan penting yang berfungsi untuk merumuskan hipotesis dan menjelaskan suatu fenomena. Oleh sebab itu, teori yang digunakan harus mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai cara dan usaha dilakukan oleh perusahaan untuk menyajikan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai cara dan usaha dilakukan oleh perusahaan untuk menyajikan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai cara dan usaha dilakukan oleh perusahaan untuk menyajikan suatu laporan keuangan yang sesuai dengan standar akuntansi, akan tetapi tidak serta merta laporan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan membutuhkan jasa audit akuntan publik, hal ini disebabkan karena perusahaan mempublikasikan laporan keuangannya kepada pihak luar yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 1.1.1 Teori U Terbalik (Inverted U Theory) Teori kurva U terbalik adalah model yang paling banyak digunakan untuk menjelaskan hubungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. permasalahan dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan kajian teoretis dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. permasalahan dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan kajian teoretis dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Landasan teori merupakan dasar berpikir yang bersumber dari suatu teori yang relevan dan dapat digunakan sebagai tuntunan untuk memecahkan permasalahan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beroperasi di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya Kantor Akuntan

BAB I PENDAHULUAN. beroperasi di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya Kantor Akuntan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Profesi akuntan Indonesia mengalami tantangan yang semakin berat di masa mendatang. Seiring dengan semakin mengglobalnya keadaan ekonomi, akan mudah terjadi perpindahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan.

BAB 1 PENDAHULUAN. pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akuntan memiliki peran yang sangat penting dalam penyajian informasi keuangan yang disajikan secara relevan dan andal oleh sebuah instansi atau perusahaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam laporan keuangan (Mulyadi, 2002). A Statement Of Basic Auditing Concepts

BAB I PENDAHULUAN. dalam laporan keuangan (Mulyadi, 2002). A Statement Of Basic Auditing Concepts BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jasa audit akuntan publik dibutuhkan oleh pihak luar perusahaan, hal ini disebabkan karena pihak luar perusahaan memerlukan jasa audit akuntan publik untuk menentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha di Indonesia memberikan dampak bagi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha di Indonesia memberikan dampak bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia usaha di Indonesia memberikan dampak bagi peningkatan kegiatan usaha perusahaan. Peningkatan kegiatan usaha tersebut disertai dengan semakin kompleksnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan perusahaan yang diaudit (Silaban, 2009). Pendapat auditor mengenai

BAB I PENDAHULUAN. keuangan perusahaan yang diaudit (Silaban, 2009). Pendapat auditor mengenai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya, tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran laporan keuangan perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan salah satu komponen penting dalam perusahaan. Dapat dikatakan demikian karena laporan keuangan perusahaan merupakan hasil akhir

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jasa audit merupakan suatu penugasan profesional yang dilakukan oleh orang-orang yang berkompeten dan independen dengan mengumpulkan dan mengevaluasi bahan bukti tentang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara sistematis untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena (fakta) (Cooper

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara sistematis untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena (fakta) (Cooper BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Teori adalah seperangkat konsep, definisi, dan proporsi yang terkait secara sistematis untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena (fakta) (Cooper dan Schindler,

Lebih terperinci

ANALISIS PENERIMAAN AUDITOR ATAS DYSFUNCTIONAL AUDIT BEHAVIOR : SEBUAH PENDEKATAN KARAKTERISTIK PERSONAL AUDITOR

ANALISIS PENERIMAAN AUDITOR ATAS DYSFUNCTIONAL AUDIT BEHAVIOR : SEBUAH PENDEKATAN KARAKTERISTIK PERSONAL AUDITOR ANALISIS PENERIMAAN AUDITOR ATAS DYSFUNCTIONAL AUDIT BEHAVIOR : SEBUAH PENDEKATAN KARAKTERISTIK PERSONAL AUDITOR SKRIPSI disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Prodi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi dari pihak yang melakukan audit (Weningtyas et al., 2006).

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi dari pihak yang melakukan audit (Weningtyas et al., 2006). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Lingkungan dunia usaha telah semakin berkembang. Semua bidang usaha berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik sehingga diperlukan pula usaha dari setiap bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang diaudit didasarkan atas evaluasi terhadap bukti-bukti audit yang

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang diaudit didasarkan atas evaluasi terhadap bukti-bukti audit yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran laporan keuangan perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori keagenan yang dikembangkan oleh Jensen dan Meckling tahun 1976

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori keagenan yang dikembangkan oleh Jensen dan Meckling tahun 1976 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Teori Keagenan Teori keagenan yang dikembangkan oleh Jensen dan Meckling tahun 1976 mencoba menjelaskan adanya konflik kepentingan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. mengenai seberapa banyak usaha yang dilakukan dalam situasi atau tugas tertentu.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. mengenai seberapa banyak usaha yang dilakukan dalam situasi atau tugas tertentu. BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori pengharapan (expectancy theory) Teori pengharapan merupakan teori yang mengarah kepada keputusan mengenai seberapa banyak usaha

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Auditor mempunyai peranan dalam membentuk kepercayaan para pemakai informasi pelaporan keuangan.audit atas laporan keuangan yang dilakukan oleh auditor bertujuan

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan yang digunakan sesuai dengan tujuan hipotesis yang dilakukan dengan analisis regresi linier berganda, maka dapat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. menentukan penyebab atau motif perilaku seseorang. Teori ini mengacu pada

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. menentukan penyebab atau motif perilaku seseorang. Teori ini mengacu pada BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Atribusi Teori atribusi akan memberikan penjelasan mengenai bagaimana cara menentukan penyebab atau motif perilaku seseorang.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Freitz Heider teori Atribusi (Atribution) adalah proses yang

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Freitz Heider teori Atribusi (Atribution) adalah proses yang BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 1.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Atribusi Menurut Freitz Heider teori Atribusi (Atribution) adalah proses yang dilakukan orang-orang dalam menafsirkan penyebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar dalam semua hal

BAB I PENDAHULUAN. apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar dalam semua hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ditinjau dari sudut profesi akuntan publik, auditor adalah akuntan profesional yang menjual jasanya kepada masyarakat umum, terutama dalam bidang pemeriksaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan umumnya adalah perusahaan yang punya kepentingan dengan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan umumnya adalah perusahaan yang punya kepentingan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kantor Akuntan Publik merupakan suatu entitas yang menyediakan jasa-jasa yang berkaitan dengan pemeriksaan laporan keuangan. Perusahaan yang membutuhkan jasa akuntan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk menghindari perilaku menyimpang dalam audit (dysfunctional

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk menghindari perilaku menyimpang dalam audit (dysfunctional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku profesional akuntan publik salah satunya diwujudkan dalam bentuk menghindari perilaku menyimpang dalam audit (dysfunctional audit behavior). Perilaku

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 LANDASAN TEORI 2.1.1 Teori Atribusi (Attribution Theory) Teori atribusi berpandangan bahwa suatu perilaku merupakan suatu akibat atau efek yang terjadi karena adanya sebab. Teori

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Auditor adalah akuntan publik yang memberikan jasa audit, menurut Mulyadi (2002: 5). Jasa seorang auditor sekarang ini banyak digunakan oleh suatu perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rerangka Teori 1. Teori Atribusi Teori atribusi menjelaskan tentang bagaimana proses penyebab perilaku seseorang atau tujuan seseorang dalam berperilaku. Teori ini diarahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi persaingan usaha yang semakin ketat mengharuskan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi persaingan usaha yang semakin ketat mengharuskan perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia usaha di Indonesia sudah semakin maju. Kemajuan tersebut menuntut perusahaan untuk mengembangkan kemampuan bersaingnya. Menghadapi persaingan

Lebih terperinci

Kata kunci: tekanan anggaran waktu, locus of control, sifat Machiavellian, pelatihan auditor, perilaku disfungsional auditor

Kata kunci: tekanan anggaran waktu, locus of control, sifat Machiavellian, pelatihan auditor, perilaku disfungsional auditor Judul : Tekanan Anggaran Waktu, Locus of Control, Sifat Machiavellian dan Pelatihan Auditor sebagai Anteseden Perilaku Disfungsional Auditor (Studi Kasus pada BPKP RI Perwakilan Provinsi Bali) Nama : Ni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era transparansi menjadikan jasa auditor semakin dibutuhkan di masa

BAB I PENDAHULUAN. Era transparansi menjadikan jasa auditor semakin dibutuhkan di masa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era transparansi menjadikan jasa auditor semakin dibutuhkan di masa yang akan datang mengingat perkembangan bisnis yang semakin kompleks. Pelaku bisnis tidak

Lebih terperinci

ANALISIS PENERIMAAN AUDITOR ATAS DYSFUNCTIONAL AUDIT BEHAVIOR : SEBUAH PENDEKATAN KARAKTERISTIK PERSONAL AUDITOR

ANALISIS PENERIMAAN AUDITOR ATAS DYSFUNCTIONAL AUDIT BEHAVIOR : SEBUAH PENDEKATAN KARAKTERISTIK PERSONAL AUDITOR ANALISIS PENERIMAAN AUDITOR ATAS DYSFUNCTIONAL AUDIT BEHAVIOR : SEBUAH PENDEKATAN KARAKTERISTIK PERSONAL AUDITOR Dwi Harini 1 Agus Wahyudin 2 Indah Anisykurlillah 3 ABSTRACT This research is aimed at finding

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. sistematik mendapatkan dan mengevaluasi bukti-bukti secara objektif sehubungan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. sistematik mendapatkan dan mengevaluasi bukti-bukti secara objektif sehubungan BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Tinjauan Teoretis 2.1.1. Pengertian Audit Komite konsep audit dasar (committee on auditing concepts) telah merumuskan definisi umum dari audit: Audit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disediakan bagi pemakai informasi keuangan. Profesi ini merupakan profesi

BAB I PENDAHULUAN. disediakan bagi pemakai informasi keuangan. Profesi ini merupakan profesi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesi akuntan publik dikenal oleh masyarakat dari jasa audit yang disediakan bagi pemakai informasi keuangan. Profesi ini merupakan profesi kepercayaan masyarakat.

Lebih terperinci

TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat Memperoleh derajad S-2 Magister Sains Akuntansi. Diajukan oleh : Nama : Provita Wijayanti NIM : C4C005146

TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat Memperoleh derajad S-2 Magister Sains Akuntansi. Diajukan oleh : Nama : Provita Wijayanti NIM : C4C005146 PENGARUH KARAKTERISTIK PERSONAL AUDITOR TERHADAP PENERIMAAN PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDIT (Studi Empiris pada Auditor Pemerintah Yang bekerja di BPKP Di Jawa Tengah dan DI Yogyakarta) TESIS Diajukan sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh auditor yang bekerja pada

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh auditor yang bekerja pada BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) yang terdaftar pada OJK. Sampel dari penelitian ini yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keputusan (Weningtyas dkk, 2006). a. Mengurangi jumlah sampel dalam audit. b. Melakukan review dangkal terhadap dokumen klien

BAB I PENDAHULUAN. keputusan (Weningtyas dkk, 2006). a. Mengurangi jumlah sampel dalam audit. b. Melakukan review dangkal terhadap dokumen klien BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Proses audit merupakan bagian dari assurance services, yang melibatkan usaha peningkatan kualitas informasi bagi pengambil keputusan serta independensi dan kompetensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik di instansi pemerintah maupun di sektor swasta di Indonesia. Auditor di instansi

BAB I PENDAHULUAN. baik di instansi pemerintah maupun di sektor swasta di Indonesia. Auditor di instansi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Profesi auditor mengalami banyak kemajuan dan mulai banyak dibutuhkan baik di instansi pemerintah maupun di sektor swasta di Indonesia. Auditor di instansi

Lebih terperinci

Lampiran 2 (Lanjutan) 79. Ringkasan Hasil Penelitian Sebelumnya

Lampiran 2 (Lanjutan) 79. Ringkasan Hasil Penelitian Sebelumnya Lampiran 2 (Lanjutan) 79 Ringkasan Hasil Penelitian Sebelumnya No Peneliti/Judul Variabel Uji Sampel Model Analisis Hasil Penelitian 1 Kelley dan Seiler Deskriptif 1) Tekanan anggaran (1982)/Auditor Stress

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses audit merupakan bagian dari assurance services, yang melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Proses audit merupakan bagian dari assurance services, yang melibatkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Proses audit merupakan bagian dari assurance services, yang melibatkan usaha peningkatan kualitas informasi bagi pengambil keputusan serta independensi dan kompetensi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori ini mendeskripsikan cara-cara penilaian perilaku seseorang baik yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori ini mendeskripsikan cara-cara penilaian perilaku seseorang baik yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori Teori Atribusi (Attribution Theory) Teori ini mendeskripsikan cara-cara penilaian perilaku seseorang baik yang berasal dari internal

Lebih terperinci

FAJAR DWI NUGROHO B

FAJAR DWI NUGROHO B PENGARUH TIME PRESSURE, RISIKO AUDIT, LOCUS OF CONTROL DAN KOMITMEN PROFESI TERHADAP PENGHENTIAN PREMATUR ATAS PROSEDUR AUDIT (Survey pada Kantor Akuntan Publik di Surakarta dan Daerah Istimewa Yogyakarta).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan karena pihak luar perusahaan memerlukan jasa audit akuntan publik

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan karena pihak luar perusahaan memerlukan jasa audit akuntan publik BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jasa audit akuntan publik dibutuhkan oleh pihak luar perusahaan, hal ini disebabkan karena pihak luar perusahaan memerlukan jasa audit akuntan publik untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia bisnis yang semakin pesat memunculkan adanya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia bisnis yang semakin pesat memunculkan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia bisnis yang semakin pesat memunculkan adanya persaingan yang terjadi antar entitas dalam berbagai sektor industri. Entitas bersaing untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. motif atas perilaku mereka. Teori atribusi yaitu teori yang mempelajari. alasan atas perilaku seseorang (Robbins, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. motif atas perilaku mereka. Teori atribusi yaitu teori yang mempelajari. alasan atas perilaku seseorang (Robbins, 2008). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Atribusi Memahami sebuah kondisi emosional seseorang dapat bermanfaat dalam beberapa hal. Pada umumnya hal tersebut dilakukan lebih jauh agar dapat mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu (Harahap, 2009:105) dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu (Harahap, 2009:105) dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu (Harahap, 2009:105) dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dan melaporkan penyelewengan yang terjadi dalam sistem akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dan melaporkan penyelewengan yang terjadi dalam sistem akuntansi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Akuntan merupakan suatu profesi yang salah satu tugasnya adalah mengaudit laporan keuangan sebuah entitas dan memberikan opini atau pendapat mengenai saldo akun dalam

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada. umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran laporan

BABI PENDAHULUAN. Tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada. umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran laporan BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran laporan keuangan perusahaan yang

Lebih terperinci

PENGARUH KARAKTERISTIK PERSONAL AUDITOR TERHADAP PROSEDUR PENGHENTIAN AUDIT PREMATUR (Studi Pada Kantor Akuntan Publik Kota Surakarta dan Yogyakarta)

PENGARUH KARAKTERISTIK PERSONAL AUDITOR TERHADAP PROSEDUR PENGHENTIAN AUDIT PREMATUR (Studi Pada Kantor Akuntan Publik Kota Surakarta dan Yogyakarta) PENGARUH KARAKTERISTIK PERSONAL AUDITOR TERHADAP PROSEDUR PENGHENTIAN AUDIT PREMATUR (Studi Pada Kantor Akuntan Publik Kota Surakarta dan Yogyakarta) NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Obyek yang diteliti dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) yang terletak di Jakarta. Responden yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. teoritis dalam penelitian ini terdiri dari grand theory dan supporting theory.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. teoritis dalam penelitian ini terdiri dari grand theory dan supporting theory. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Penelitian ini menggunakan kajian teoritis dan kajian empiris. Kajian teoritis dalam penelitian ini terdiri dari grand theory dan supporting theory. Grand theory

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan pengambilan sampel. Hal ini

BAB III METODE PENELITIAN. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan pengambilan sampel. Hal ini BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Sampel dan Data Penelitian Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan pengambilan sampel. Hal ini dilakukan karena penelitian tidak mungkin dilakukan terhadap seluruh anggota

Lebih terperinci

STUDI EMPIRIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDIT

STUDI EMPIRIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDIT STUDI EMPIRIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDIT Sarah Fitriani Istiqomah.P.P dan Rahmawati Hanny Y Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Y.A.I. Jakarta DAN Akademi Akuntansi YKPN Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Reduced Audit Quality Behaviour (perilaku pengurangan kualitas audit) adalah tindakan yang diambil auditor untuk mengurangi efektivitas pengumpulan bukti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan juga akan berkualitas tinggi. etik profesi. Dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) guna

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan juga akan berkualitas tinggi. etik profesi. Dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) guna BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini persaingan dunia usaha semakin ketat, termasuk persaingan dalam bisnis jasa akuntan publik. Untuk dapat bertahan di tengah persaingan yang ketat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyajian laporan keuangan suatu perusahaan. Jasa audit akuntan. publik dibutuhkan oleh pihak perusahaan untuk menentukan

BAB I PENDAHULUAN. penyajian laporan keuangan suatu perusahaan. Jasa audit akuntan. publik dibutuhkan oleh pihak perusahaan untuk menentukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Akuntan publik merupakan profesi akuntansi yang menyediakan jasa audit independen yang penting bagi eksistensi penyajian laporan keuangan suatu perusahaan.

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP 5.1. SIMPULAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Lokus kendali eksternal berpengaruh positif

BAB 5 PENUTUP 5.1. SIMPULAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Lokus kendali eksternal berpengaruh positif BAB 5 PENUTUP 5.1. SIMPULAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Lokus kendali eksternal berpengaruh positif terhadap perilaku disfungsional audit. Hal ini berarti

Lebih terperinci

By: Meilda Wiguna Faculty of Economics Riau University, Pekanbaru, Indonesia

By: Meilda Wiguna Faculty of Economics Riau University, Pekanbaru, Indonesia INFLUENCE OF LOCUS OF CONTROL, AFFECTIVE PROFESSIONAL COMMITMENT, CONTINUANCE PROFESSIONAL COMMITMENT AND NORMATIVE PROFESSIONAL COMMITMENT TO DYSFUNCTIONAL AUDIT BEHAVIOR (Empirical Study on Representation

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan dalam bisnis jasa akuntan publik yang semakin ketat,

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan dalam bisnis jasa akuntan publik yang semakin ketat, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Persaingan dalam bisnis jasa akuntan publik yang semakin ketat, keinginan menghimpun klien sebanyak mungkin dan harapan agar KAP tersebut semakin dipercaya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Auditor bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit

BAB 1 PENDAHULUAN. Auditor bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepercayaan masyarakat terhadap auditor sebagai pihak yang independen dalam mengaudit laporan keuangan perusahaan sangat besar. Auditor bertanggung jawab untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan kepada masyarakat pemodal, perlu adanya ketentuan untuk mengatur

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan kepada masyarakat pemodal, perlu adanya ketentuan untuk mengatur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam rangka melaksanakan prinsip keterbukaan dan memberikan perlindungan kepada masyarakat pemodal, perlu adanya ketentuan untuk mengatur keterbukaan informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab pertama dari skripsi adalah pendahuluan yang mencakup gambaran

BAB I PENDAHULUAN. Bab pertama dari skripsi adalah pendahuluan yang mencakup gambaran BAB I PENDAHULUAN Bab pertama dari skripsi adalah pendahuluan yang mencakup gambaran umum dalam penyusunan sesuai dengan judul. Penulis menyusun pembabakan dari ringkasan setiap isi dari bab per bab yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Teori Atribusi Menurut Fritz Heider pencetus teori atribusi, teori atribusi merupakan teori yang menjelaskan tentang perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kasus yang menimpa beberapa Kantor Akuntan Publik seperti kasus Enron, telah

BAB I PENDAHULUAN. Kasus yang menimpa beberapa Kantor Akuntan Publik seperti kasus Enron, telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kasus yang menimpa beberapa Kantor Akuntan Publik seperti kasus Enron, telah menimbulkan pertanyaan dan keraguan mengenai keberadaan dan fungsi Kantor Akuntan

Lebih terperinci

Taufik Qurrahman, Susfayetti, Andi Mirdah Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Jambi

Taufik Qurrahman, Susfayetti, Andi Mirdah Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Jambi e-jurnal BINAR AKUNTANSI Vol. 1 No. 1, September 2012 ISSN 2303-1522 PENGARUH TIME PRESURE, RESIKO AUDIT, MATERIALITAS, PROSEDUR REVIEW DAN KONTROL KUALITAS, LOCUS OF CONTROL SERTA KOMITMEN PROFESIONAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disediakan bagi pemakai informasi keuangan. Timbul dan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. disediakan bagi pemakai informasi keuangan. Timbul dan berkembangnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Profesi akuntan publik dikenal oleh masyarakat dari jasa audit yang disediakan bagi pemakai informasi keuangan. Timbul dan berkembangnya profesi akuntan publik

Lebih terperinci

DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume..., Nomor..., Tahun 2012, Halaman...

DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume..., Nomor..., Tahun 2012, Halaman... DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume..., Nomor..., Tahun 2012, Halaman... http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/accounting ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENERIMAAN AUDITOR ATAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kasus audit yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir membuat. kepercayaan masyarakat terhadap kualitas audit menurun.

BAB I PENDAHULUAN. Kasus audit yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir membuat. kepercayaan masyarakat terhadap kualitas audit menurun. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kasus audit yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir membuat kepercayaan masyarakat terhadap kualitas audit menurun. Masyarakat menjadi bertanya-tanya mengenai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Setiap pengambilan keputusan akan lengkap dan sempurna jika melibatkan

BAB II LANDASAN TEORI. Setiap pengambilan keputusan akan lengkap dan sempurna jika melibatkan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pertimbangan Etis Setiap pengambilan keputusan akan lengkap dan sempurna jika melibatkan pertimbangan etis sebab pertimbangan etis merupakan suatu kriteria

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan informasi tentang posisi keuangan perusahaan dan kinerja dari perusahaan tersebut. Hal ini dibuat sebagaimana untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan pengalaman auditor terhadap audit judgment membutuhkan kajian teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan pengalaman auditor terhadap audit judgment membutuhkan kajian teori BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Penelitian tentang pengaruh tekanan anggaran waktu, tekanan ketaatan, dan pengalaman auditor terhadap audit judgment membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah yang dihadapi oleh perusahaan di Indonesia. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah yang dihadapi oleh perusahaan di Indonesia. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan antar perusahaan semakin meningkat diiringi dengan berbagai masalah yang dihadapi oleh perusahaan di Indonesia. Dalam menghadapi masalah itu para pengelola

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi secara obyektif untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi secara obyektif untuk BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Pengertian Auditing Menurut Haryono (2010:11) auditing adalah suatu proses sistimatis untuk mendapatkan dan mengevaluasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengambil inisiatif untuk menanggapinya dengan melahirkan Forum of Firm

BAB I PENDAHULUAN. mengambil inisiatif untuk menanggapinya dengan melahirkan Forum of Firm BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Profesi auditor telah menjadi sorotan masyarakat beberapa tahun terakhir di dunia. Kegagalan audit mengisyaratkan bahwa jaringan internasional kantorkantor

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Bab ini terdiri atas kerangka berpikir yang menjelaskan secara teoritis

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Bab ini terdiri atas kerangka berpikir yang menjelaskan secara teoritis BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Bab ini terdiri atas kerangka berpikir yang menjelaskan secara teoritis hubungan antara variabel bebas dan terikat, konsep penelitian, dan hipotesis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tata kelola sektor publik, karena dengan audit dapat dilakukan penilaian obyektif

BAB I PENDAHULUAN. tata kelola sektor publik, karena dengan audit dapat dilakukan penilaian obyektif BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Audit dalam sektor publik merupakan landasan untuk dapat dilakukannya tata kelola sektor publik, karena dengan audit dapat dilakukan penilaian obyektif mengenai apakah

Lebih terperinci

Perpustakaan Unika LAMPIRAN

Perpustakaan Unika LAMPIRAN LAMPIRAN KUESIONER PENELITIAN IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama :... 2. Jenis Kelamin : L / P 3. Pendidikan D3 S1 S2 Lainnya. 4. Lama bekerja. tahun LOCUS OF CONTROL EKSTERNAL Locus of control eksternal adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (KAP) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah yang telah terdaftar

BAB III METODE PENELITIAN. (KAP) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah yang telah terdaftar BAB III METODE PENELITIAN A. Subyek Penelitian Subyek penelitian ini adalah auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah yang telah terdaftar dalam

Lebih terperinci

atas laporan keuangan yang diaudit (Rikarbo, 2012). Reckers et al. (1997)

atas laporan keuangan yang diaudit (Rikarbo, 2012). Reckers et al. (1997) situasi ini auditor biasanya tidak melaksanakan prosedur yang lengkap dengan mengabaikan salah satu atau beberapa langkah audit yang berlaku tanpa menggantinya dengan langkah lain dan tetap mengeluarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jasa audit di Indonesia pun meningkat. Faktor-faktor yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. jasa audit di Indonesia pun meningkat. Faktor-faktor yang menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Seiring dengan perkembangan perusahaan di Indonesia, permintaan jasa audit di Indonesia pun meningkat. Faktor-faktor yang menjadi pendorong tingginya permintaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Rendahnya loyalitas karyawan menjadi salah satu masalah dalam dunia bisnis yang melibatkan banyak kepentingan didalamnya. Jika ketidakloyalitasan karyawan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Atribusi Teori atribusi merupakan teori yang menjelaskan mengenai perilaku individu. Lebih khususnya, teori ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Perwakilan

BAB III METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Perwakilan BAB III METODE PENELITIAN A. Objek dan Lokasi Penelitian Objek penelitian ini adalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Perwakilan Provinsi Jawa Tengah. Lokasi penelitiannya adalah Semarang. B. Populasi dan

Lebih terperinci

(Empirical Study on Representation of Auditor at Pekanbaru and Padang) By: Meilda Wiguna

(Empirical Study on Representation of Auditor at Pekanbaru and Padang) By: Meilda Wiguna INFLUENCE OF LOCUS OF CONTROL, AFFECTIVE PROFESSIONAL COMMITMENT, CONTINUANCE PROFESSIONAL COMMITMENT AND NORMATIVE PROFESSIONAL COMMITMENT TO DYSFUNCTIONAL AUDIT BEHAVIOR (Empirical Study on Representation

Lebih terperinci