BAB III PEMBAHASAN A. PROFIL PERUSAHAAN. 1. Sejarah Perusahaan. Sejarah berdirinya PT Wijaya Karya, Tbk (WIKA) tak bisa di pisahkan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III PEMBAHASAN A. PROFIL PERUSAHAAN. 1. Sejarah Perusahaan. Sejarah berdirinya PT Wijaya Karya, Tbk (WIKA) tak bisa di pisahkan"

Transkripsi

1 23 BAB III PEMBAHASAN A. PROFIL PERUSAHAAN 1. Sejarah Perusahaan Sejarah berdirinya PT Wijaya Karya, Tbk (WIKA) tak bisa di pisahkan dari sejarah pembangunan Indonesia setelah kemerdekaan. Perusahaan ini adalah hasil nasionalisasi perusahaan Belanda, Naamloze Vennotschap Technische handel Maatschappij enbouwbedijf Vis en Co atau NV Vis en Co, pada 11 Maret Lahir dengan nama Perusahaan Negara Bangunan Widjaja Karja, WIKA mengawali usahanya dengan membangun Instalasi listrik dan pipa air. WIKA memiliki kontribusi dalam pembangunan infrastruktur yang menjadi ikon nasional hingga saat ini. Satu diantaranya adalah berperan dalam pembangunan Gelanggang Olah Raga Bung Karno. Kemudian WIKA berkembang menjadi pemborong pemasangan jaringan listrik tegangan rendah, menengah dan tinggi. Pada awal 1970-an, usahanya diperluas menjadi perusahaan kontraktor sipil dan bangunan perumahan. Perkembangan kian positif tatkala perusahaan berubah status menjadi Perseroan terbatas (Persero) pada 20 Desember WIKA pun melaju menjadi kontraktor kontruksi dengan menangani berbagai proyek penting seperti pemasangan jaringan listrik di PLTA Asahan dan proyek irigasi Jatiluhur.

2 24 WIKA tak pernah berhenti berinovasi. Pelan tapi pasti WIKA berubah menjadi perusahaan infrastruktur yang terintregasi. Agar kepak sayap bisnis bisa lebih tinggi, sejumlah anak perusahaan pun dibentuk seperti WIKA Beton, WIKA Intrade dan WIKA Realty. Keberhasilan WIKA untuk terus bertumbuh semakin mendapat pengakuan berbagai pihak. Hal ini tercermin dari keberhasilan penawaran saham perdana (Initial Public Offering/IPO) WIKA pada 27 oktober 2007 di Bursa Efek Indonesia. Ketika itu WIKA melepas 28,46 persen sahamnya ke publik, sisanya masih dipegang pemerintah Republik Indonesia. Sejak 31 Desember 2012, saham yang dilepas ke publik meningkat menjadi 35 persen. Dari sejumlah saham yang dijual tersebut, karyawan WIKA juga berkesempatan memilikinya melalui Employee/Management Stock Option Program (E/MSOP) dan Employee Stock Allocation (ESA). Berkat perolehan dana segar hasil IPO tersebut WIKA menjadi lebih leluasa berinovasi untuk tumbuh dan berkembang. Posisinya menjadi lebih kuat dalam menghadapi guncangan, bahkan saat terjadi krisis global yang dampaknya meluas di dalam negeri. Selain itu, WIKA pun mampu memperluas operasinya ke luar negeri. WIKA juga terus mengembangkan kemampuan Engineering, Procurement, and Construction (EPC). Setiap ada kesempatan untuk berinvestasi dan mengembangkan sejumlah proyek infrastruktur, WIKA tak pernah melewatkannya termasuk menggarap proyek pemerintah yang mendapat pendanaan Anggaran Pendapatan dan

3 25 Belanja Negara (APBN), maupun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Salah satu proyek infrastruktur penting yang turut dikerjakan WIKA adalah Jembatan Suramadu. Masyarakat kian hari kian merasakan manfaat dari jembatan yang menghubungkan Jawa dan Madura ini. Guna menghadapi perubahan dunia yang lebih mengglobal, pada tahun 2010, WIKA menyiapkan VISI Dengan visi tersebut WIKA ingin menjadi salah satu perusahaan EPC dan investasi terintegrasi terbaik di Asia Tenggara. Visi ini diyakini dapat membawa WIKA mencapai pertumbuhan yang lebih optimal, sehat dan berkelanjutan. Sejumlah proyek pembangkit listrik besar berhasil dituntaskan WIKA sepanjang tahun 2012, yakni; Pembangkit Listrik Tenaga Gas Borang (60MW), Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas Rengat (21MW), Pembangkit Listrik Tenaga diesel Ambon (34MW). Pada 2013 WIKA mendirikan usaha patungan PT Prima Terminal Peti Kemas bersama PT Pelindo I (Persero) dan PT Hutama Karya (Persero), mengakuisisi saham PT Sarana Karya (Persero) yang sebelumnya dimilki oleh Pemerintah Republik Indonesia, mendirikan usaha patungan PT WIKA Kobe dan PT WIKA Krakatau Beton melalui Entitas Anak Beton dan melakukan buyback saham sebanyak saham dengan harga perolehan rata-rata Rp ,00.

4 26 WIKA 2014 dengan cara pandang baru, WIKA membagi ulang segmen bisnisnya menjadi 5 pilar yakni : Industri, Infrastruktur dan Gedung, Energi dan Industrial Plant, Realty dan Properti dan Investasi. Dengan segmentasi seperti ini diharapkan kinerja WIKA akan lebih solid guna mewujudkan Operational excellence for best result melalui peningkatan kualitas produk, anggaran yang lebih efisien serta waktu penyelesaian proyek yang lebih cepat. Berkat memperoleh kontrak-kontrak baru di bidang pembangkit listrik dan migas WIKA makin memantapkan diri salah satu pemain di Industri tersebut. 2. VISI dan MISI a. VISI Menjadi salah satu perusahaan terbaik di bidang EPC (Engineering, Procurement and Construction) dan investasi yang terintegrasi di Asia Tenggara. b. MISI Menyediakan produk-produk unggul secara terpadu di bidang Energi, Industri dan Infrastruktur Memenuhi harapan pemangku kepentingan utama Mengimplementasikan etika bisnis untuk mendukung tata kelola perusahaan yang berkesinambungan Ekspansi strategis ke Luar Negeri Mengimplementasikan sistem manajemen terpadu secara praktis.

5 27 B. ANALISA RASIO (FUNDAMENTAL) 1) Rasio Likuiditas a. Rasio Lancar (Current Ratio) Berikut perhitungan rasio lancar atau current ratio : Tabel 1.1 Tahun Aset Lancar Kewajiban Lancar Rasio Lancar , , , , ,122 Berdasarkan data perhitungan rasio lancar PT Wijaya Karya, Tbk dapat disimpulkan bahwa dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 rasio lancar yang dimilki perusahaan mengalami fluktuatif. Walaupun pada tahun 2011 sampai tahun 2013 mengalami sedikit penurunan, akan tetapi penurunan tersebut tidak mencapai 20% yang berarti rasio lancar yang ada di perusahaan cenderung stabil. Rasio lancar yang dimilki PT Wijaya Karya, Tbk juga dapat dikatakan baik, hal ini tercermin dari rasio lancarnya yang diatas angka (1,) yang berarti PT Wijaya Karya, Tbk mampu membiayai kewajiban jangka pendeknya terhadap aset lancar perusahaan. Sebagai contoh pada tahun 2014 rasio lancar PT Wijaya Karya, Tbk adalah 1,360 yang berarti bahwa setiap 1 hutang lancarnya dibiayai oleh 1,360 aset lancarnya.

6 28 Kenaikan aset lancar PT Wijaya Karya, Tbk dalam 5 tahun terakhir mengalami kenaikan yang cukup tinggi. Pada tahun 2014 aset lancar mengalami kenaikan sebesar 19,02% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Peningkatan tersebut disebabkan naiknya kas dan setara kas, piutang usaha, tagihan bruto pemberi kerja, piutang lain-lain, uang muka, jaminan usaha dan asset real estate. Kenaikan jumlah aset lancar diiringi juga dengan naiknya jumlah kewajiban lancar PT Wijaya Karya, Tbk pada periode 5 tahun terakhir juga mengalami peningkatan 16,13%dari tahun sebelumnya. Naiknya jumlah kewajiban tersebut disebabkan dengan meningkatnya pinjaman jangka pendek, hutang usaha dan bagian jangka pendek dari pinjaman jangka panjang. Perusahaan bisa dikatakan bagus jika memiliki aset lancar lebih besar dibandingkan dengan aset tak lancarnya. Hal ini mengartikan perusahaan tersebut asetnya likuid dan mudah dicairkan jika sewaktu-waktu terjadi sesuatu yang tidak diinginkan misalnya perusahaan tersebut bangkrut. Variabel rasio lancar (current ratio) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap return saham periode kedepan. Hal ini mengindikasikan bahwa pemodal akan memperoleh return yang lebih tinggi jika kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya semakin tinggi. Hal ini sangat berpengaruh pada investor, setelah terjadinya krisis ekonomi investor

7 29 mulai memperhatikan manajemen kas, piutang, dan persediaan perusahaan sebelum mengambil keputusan berinvestasi di pasar modal. 2) Rasio Profitabilitas a. Margin Laba Bersih (Net Profit Margin) Berikut perhitungan margin laba bersih (net profit margin) : Tabel 1.2 Tahun Laba Bersih Penjualan Bersih NPM , , , , ,060 Setelah melakukan perhitungan mengenai rasio margin laba bersih selama periode tahun 2010 sampai tahun 2014, margin laba bersih nya mengalami peningkatan. Pada tahun 2014, margin laba bersih PT Wijaya Karya, Tbk cenderung lebih baik jika dibandingkan dengan 5 tahun terakhir. Misalnya pada tahun 2014 rasio margin laba bersih adalah 0,060 artinya bahwa laba bersih yang dicapai adalah 6% dari volume penjualan. Karema semakin tinggi margin laba bersih maka semakin baik operasi perusahaan.dengan demikian telah terjadi peningkatan kinerja manajemen dalam menghasilkan laba bagi perusahaan dan menekan biaya operasional yang terjadi.

8 30 PT Wijaya Karya, Tbk mampu mempertahankan pertumbuhan kinerja keuangan dengan peningkatan nilai penjualan dan laba bersih dalam 5 tahun terakhir. Peningkatan penjualan dan laba bersih tersebut diperoleh dari hasil kontrak baru dan kontrak yang dihadapi di bidang jasa Kontruksi, Energy, Industri dan Realty. Kontrak yang dihadapi tahun 2014 naik 8,23% dibandingkan dengan tahun Dengan adanya pencapaian kinerja PT Wijaya Karya, Tbk akan berpengaruh positif bagi perusahaan sebagai perusahaan terbaik di bidang Engineering, Procurement and Construction (EPC) dan investasi terintegrasi di Asia Tenggara. Peluang PT Wijaya Karya, Tbk untuk memperluas pasar yang berdampak pada peningkatan kinerja akan semakin terbuka seiring dengan berlanjutnya Program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) pada tahun ini. Semakin tinggi Net Profit Margin yang diperoleh perusahaan dapat berdampak pada peningkatan nilai perusahaan yang dalam hal ini return saham dalam beberapa tahun ke depan. Karena ketika laba bersih perusahaan meningkat, kemungkinan besar berdampak positif bagi investor. Dengan adanya peningkatan laba bersih perusahaan, return saham yang diperoleh oleh investor pun akan meningkat pula.

9 31 3) Rasio Solvabilitas a. Rasio Total Utang terhadap Asset (Debt to Asset Ratio/DAR) Berikut perhitungan total utang terhadap asset (debt to asset ratio/dar): Tabel 1.3 Tahun Total Kewajiban Total Asset DAR , , , , ,685 Berdasarkan perhitungan rasio hutang terhadap aset PT Wijaya Karya, Tbk mengalami fluktuatif, walaupun kenaikan dan penurunannya cenderung stabil dan tidak terlalu signifikan. Kas dan setara kas PT Wijaya Karya, Tbk dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Dari data diatas dapat diketahui bahwa rasio hutang terhadap aset pada tahun 2013 menunjukkan angka yang paling tinggi yaitu 0,744. Artinya, 74,4% aset perusahaan dibiayai oleh hutang. Total kewajiban PT Wijaya Karya, Tbk mengalami peningkatan selama periode 2010 sampai dengan Pada tahun 2014 jumlah kewajiban PT Wijaya Karya naik sebesar 16,74% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Naiknya jumlah kewajiban PT Wijaya Karya, Tbk didorong dengan kenaikan kewajiban jangka panjang dan kewajiban jangka

10 32 pendeknya. Peningkatan terutama disebabkan meningkatnya uang muka proyek jangka panjang dan pinjaman jangka panjang. Bentuk kewajiban yang buruk adalah utang bank, obligasi, senior notes dan semacamnya. Sebab bunga yang harus dibayar dari pinjamanpinjaman tersebut dapat dengan mudah menggerogoti laba bersih perusahaan, sehingga sebuah perusahaan bisa saja mengalami rugi bersih karena besarnya bunga pinjaman, meski pendapatan sebenarnya meningkat. Hati-hati jika sebuah perusahaan memiliki banyak utang dalam bentukbentuk tersebut dalam susunan kewajibannya. 4) Rasio Aktivitas a. Perputaran Total Aset (Total Asset Turnover) Berikut perhitungan Perputaran Total Aset (Total Asset Turnover) : Tabel 1.4 Tahun Penjualan Bersih Total Aset TAT , , , , ,573 Setelah melakukan perhitungan mengenai rasio perputaran total aset pada tahun 2010 sampai tahun 2014 perputaran total aset yang terjadi setiap tahunnya mengalami fluktuatif walaupun pada tahun 2014 mengalami sedikit yang sedikit signifikan. Rasio perputaran aset pada tahun 2010

11 33 paling baik jika dibandingkan dengan rasio perputaran total aset lainnya. Hal ini terjadi karena perbandingan kontribusi total aset terhadap penjualan pada tahun 2010 paling stabil dibandingkan tahun lainnya. Perputaran total aset pada tahun 2010 adalah 0,958 yang berarti bahwa setiap Rp. 1 total aset turut berkontribusi menciptakan Rp. 0,958 penjualan. Dalam hal ini penting bagi perusahaan untuk mengurangi sebagian aset yang kurang produksi seperti mesin-mesin, bangunan sebagai tempat penyimpanan yang kurang maksimal dalam penggunaanya dan pengurangan pembangunan-pembangunan dalam hal yang sifatnya investasi. Variabel perputaran total aset berpengaruh signifikan terhadap retun saham. Rasio antar perusahaan bisa berbeda karena perbedaan waktu perolehan aset. Misalnya, aset yang baru lebih efisien karena pengaruh teknologi dan jika keadaan inflasi, aset bisa menjadi lebih mahal. Meskipun rasio aktivitas belum mendapatkan perhatian dari investor untuk memprediksi return, diharapkan investor dapat mengamati aktivitas perusahaan berdasarkan rasio aktivitas ini. Faktor yang mempengaruhi harga saham menurut Weston dan Brigham (1993:26-27) dalam Endawati 2009 adalah proyeksi laba, tingkat risiko dari proyeksi laba, proporsi hutang perusahaan terhadap ekuitas, serta kebijakan pembagian deviden. Faktor lain yang dapat mempengaruhi pergerakan harga saham adalah keadaan eksternal seperti kegiatan perekonomian pada umumnya, pajak dan keadaan bursa saham

12 34 (Endawati,2009). Analisis keuangan yang mencakup analisis rasio keuangan, analisis kelemahan dan kekuatan di bidang finansial akan sangat membantu dalam menilai prestasi manajemen di masa lalu dan prospeknya di masa depan (Tri,2014). Apabila rasio keuangan dalam kinerja keuangan perusahaan mengalami pertumbuhan dengan menjaga keseimbangan antara pemeliharaan likuiditas yang cukup dengan pencapaian rentabilitas yang wajar serta pemenuhan modal yang memadai, maka hal yang sama akan terjadi pada pergerakan saham perusahaan (Ilham,2013). Beberapa rasio keuangan diatas digunakan untuk melihat kinerja perusahaan apakah kinerja perusahaan itu baik atau tidak. Angka-angka dalam perhitungan stiap rasio diatas untuk memperkuat dalam menganalisis harga saham PT Wijaya Karya, Tbk. Secara teoritis dapat dikatakan jika kinerja keuangan perusahaan mengalami peningkatan, maka harga saham akan merefleksikannya dengan peningkatan harga saham demikian juga sebaliknya (Ilham,2013). Karena untuk menetukan harga wajar tidaknya saham sebuah perusahaan, investor harus memperhatikan faktor eksternal dan internal. Faktor eksternalnya seperti analisa ekonomi dan analisa industri dari sektor perusahaan yang sejenis. Sedangkan faktor internalnya, investor harus memperhatikan laporan keuangan perusahaan yang dihitung dari rasio keuangan perusahaan dan harus memperhatikan angka dari Price Earning Ratio, Price Book Value, dan Earning Per Share. Untuk

13 35 menentukan angka Price Earning Ratio dan Earning Per Share, akan dibahas dalam metode Discounted Cash Flow. Price Earning Ratio digunakan sebagai dasar perhitungan dalam metode Discounted Cahs Flow karena Price Earning Ratio sangat berpengaruh terhadap harga saham suatu perusahaan. Untuk menentukan apakah harga sahamnya mahal atau tidak berdasarkan Price Earning Ratio, investor harus menilai apakah kinerja perusahaannya bagus atau tidak. Price Earning Ratio bisa bernilai minus, jika laba bersih perusahaan bernilai minus atau rugi. Untuk menentukan harga wajar saham, meski untuk lebih akuratnya dibutuhkan pengalaman yang cukup. Investor juga dapat melihat di Bursa Efek Indonesia untuk melihat rata-rata Price Book Value sementara rata-rata Price Earning Ratio dapat kita hitung dalam metode Discounted Cash Flow berikut. Sebelum melakukan perhitungan Metode Discounted Cash Flow investor harus tetap memperhatikan laporan keuangan perusahaan yang akan dianalisis dilihat dari rasio keuangannya dengan tujuan untuk mengetahui inerja perusahaan apakah bagus atau tidak. C. METODE DISCOUNTED CASH FLOWS Seperti yang sudah dijelaskan di Bab II, Discounted Cash Flows adalah teknik menilai Cash Flow yang diterima masa akan datang menjadi nilai sekarang dengan tingkat bunga yang diharapkan oleh investor. Pendekatan ini akan menggunakan metode Discounted Cash Flows (DCF). Di dalam Discounted Cash Flows terdapat deviden dan laba. Rasio Price Earning Pershare merupakan dasar

14 36 yang digunakan untuk menghitung harga saham PT Wijaya Karya, Tbk pada 5 tahun kedepan. Berikut merupakan perhitungan dari pendekatan metode Discounted Cash Flows (DCF) yang berkaitan dengan saham PT Wijaya Karya, Tbk : PT Wijaya Karya, Tbk (Persero) Tbk Tabel 2.1 Tahun Dividen per share Earning per Share (EPS) Dividen Payout Ratio (DPR) Pertumbuhan EPS Price Earning Ratio (PER) Price (Rp) (Rp) (%) P/E (Rp) A B C D = B/C E F G ,47 0, ,084 58,82 0,12 0,24 9, ,28 74,99 0,23 0, ,32 92,82 0,24 0, ,82 65,16 0,43-0, AVG 0,20 0,11 20 Untuk menghitung Pertumbuhan Earning Per Share : Pertumbuhan Earning Per Share pada tahun bersangkutan, dihitung dengan cara Earning Per Share tahun bersangkutan dikurangi dengan Earning Per Share tahun sebelumnya, kemudian dibagi dengan Earning Per Share tahun sebelumnya dan dikalikan 100%.

15 37 Contoh : Maka pertumbuhan Earning Per Share tahun 2011 adalah 24% atau 0,24. Berdasarkan perhitungan diatas, maka dapat kita ketahui bahwa : Rata-rata Pertumbuhan EPS = 0,11 Rata-rata PER = 20 DPR = 0,20 Selama tahun 2010 hingga tahun 2014 terlihat bahwa PT Wijaya Karya memiliki kinerja yang cukup baik, hal ini dapat dilihat harga pada saat closing price mengalami peningkatan. Pergerakan harga saham PT Wijaya Karya, Tbk juga digolong besar dikarenakan rata-rata pada saat closing price selalu meningkat. Earning Per Share merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan atau return yang diperoleh investor atau pemegang saham per lembar saham. Earning Per Share PT Wijaya Karya, Tbk bila dilihat dari tabel

16 38 pada tahun 2010 sampai tahun 2014 selalu mengalami peningkatan walaupun pada tahun 2014 mengalami penurunan. Kenaikan tersebut dipengaruhi oleh pencapaian laba persero yang tinggi pada tahun 2013 dan mempengaruhi pembagian laba kepada pemilik modal atas saham persero. Akan tetapi Earning Per Share mengalami penurunan menjadi Rp 65,16 akibat laba perusahaan mengalami penurunan. Selain itu faktor-faktor diluar perusahaan seperti penyelenggaraan pemilu di tengah tahun hingga transisi pemerintah yang baru, tertundanya beberapa proyek dan bergeser ke tahun depan turut mempengaruhi turunnya Earning Per Share. Semakin tinggi Earning Per Share, maka semakin besar pula laba yang disediakan bagi pemegang saham. Artinya, Earning Per Share merupakan ukuran tingkat kesejahteraan para pemegang saham. Oleh karena itu, investor lebih memilih berinvestasi pada perusahaan yang menawarkan saham dengan nilai Earning Per Share yang tinggi. Sedangkan berdasarkan perhitungan Price Earning Ratio PT Wijaya Karya, Tbk mengalami perkembangan yang baik, setiap tahunnya mengalami peningkatan walaupun pada tahun 2011 mengalami sedikit penurunan. Hal ini disebabkan oleh adanya faktor eksternal yaitu harga pasar saham pada tahun 2011 yang dimilki berada pada titik terendah dibandingkan dengan 5 tahun terakhir.

17 39 Price Earning Ratio menggambarkan apresiasi pasar terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Price Earning Ratio memiliki hubungan yang positif dan kuat, sehingga kenaikan Price Earning Ratio yang besar akan mempengaruhi kenaikan harga saham. Maka dari itu, investor lebih cenderung memperhatikan Earning Per Share dan Price Earning Ratio suatu perusahaan mana yang dapat menguntungkan pemegang saham maupun invetor dalam menanamkan dananya dalam bentuk saham.. Dari tabel diatas PT Wijaya Karya, Tbk memiliki pertumbuhan yang sangat baik. Hal ini dapat dilihat dengan adanya kenaikan yang signifikan harga saham dari tahun 2010 sampai tahun Kenaikan ini disebabkan oleh harga pasar perlembar saham yang dimiliki perusahaan berada di titik tertinggi yaitu Rp keberhasilan dalam penyelesaian beberapa proyek besar meningkatkan harga pasar saham perusahaan. Untuk Dividend Payout Ratio PT Wijaya Karya, Tbk dari tabel diatas, rasio pembayaran dividen yang tinggi menunjukkan pertumbuhan perusahaan yang rendah. Sedangkan, rasio pembayaran dividen yang rendah menunjukkan tingkat pertumbuhan perusahaan yang tinggi. Rasio pembayaran dividen PT Wijaya Karya, Tbk mengalami peningkatan yang menunjukkan terhambatnya pertumbuhan perusahaan. Pada tahun 2010 PT Wijaya Karya, Tbk tidak melakukan pembagian atas Dividend Payout Ratio, dan Dividend Payout Ratio dibagikan pada tahun 2011 sampai tahun PT Wijaya Karya, Tbk dalam membagikan dividen dengan tingkat

18 40 yang lebih tinggi dalam perolehan Earning Per Share yang lebih rendah dari tahun sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk mempertahankan investor dan sebagai langkah manajemen dalam melakukan pengembangan usaha. 1. FUTURE VALUE EPS Tabel 2.2 Tahun EPS Proyeksi EPS FV EPS (Rp) ,16 72, ,55 80, ,78 89, ,94 100, ,14 111,50 111,50 Maka proyeksi Earning Per Share (EPS) PT Wijaya Karya pada akhir tahun kelima adalah 111,50 Sehingga proyeksi harga saham di akhir tahun kelima dengan mengalikan FV EPS dan rata-rata PER : Harga saham = PER x EPS = 20 x 111,50 = 2230 Maka harga saham PT Wijaya Karya, Tbk diperkirakan pada tahun ke lima adalah Rp Akan tetapi harga saham PT Wijaya Karya, Tbk ini belum termasuk dengan akumulasi deviden yang akan diterima oleh pemegang saham maupun investor. Maka dari itu kita harus menghitung akumulasi devidennya untuk memperoleh total harga saham PT Wijaya Karya, Tbk.

19 41 2. AKUMULASI DIVIDEN Tabel 2.3 Tahun FV EPS (Rp) Deviden Total Deviden , , , , , , , , , , ,42 Maka total Dividen yang diterima selama lima tahun adalah Rp ,42 Sehingga, FV harga saham total pada tahun kelima adalah : FV Harga Saham = Rp Rp ,42 =Rp ,42 Untuk menghitung r atau tingkat imbal hasil sebagai berikut : Required rate of return atau discount rate (k) = R + P (Damodar, 2012) Tingkat Imbal-Hasil yang diharapkan (Required Rate of Return) : k = } + 10% k = {(1=0,0750)(1+0,048) 1} + 10% k = 12,66% + 10% k = 22,66% 23%

20 42 Perhitungan diatas merupakan hasil dari nilai r atau tingkat imbal hasil yang di isyaratkan, dengan Sertifikat Bank Indonesia Agustus ,50% dan Tingkat Inflasi sebesar 4,83%. Sehingga diperoleh hasil nilai r adalah 23% dari perhitungan diatas, (r merupakan tingkat pengembalian instrumen investasi bebas risiko ditambah premi tingkat inflasi sudah dihitung di dalamnya). Jadi untuk menghitung Tingkat Imbal-Hasil yang diharapkan (Required Rate of Return) kita harus tetap memperhatikan Sertifikat Bank Indonesia dan Tingkat Inflasi setiap bulannnya. Setiap bulan, Sertifikat Bank Indonesia dan Tingkat Inflasi dapat naik atau turun dikarenakan faktor faktor ekonomi global maupun faktor kebijakan pemerintan di Indonesia. Sehingga Present Value Harga Saham atau Nilai Wajarnya WIKA adalah : PV = FV / (1+r)n = Rp ,42 / (1+0,23) 5 = Rp ,00 Saham Nilai Wajar Rekomendasi WIKA Rp Beli, karena undervalue Maka bila dibandingkan dengan harga pasar sekarang (per 1 April 2016) Rp ,00 maka kesimpulannya, murah atau undervalue. Bisa di koleksi untuk saham ini secara teknikal fundamental. Karena sangat

21 43 menguntungkan bagi investor yang akan menanamkan dana nya untuk investasi saham. Walaupun harga saham PT Wijaya Karya, Tbk berubah setiap waktunya, namun dengan mengetahui nilai wajarnya kita akan lebih tenang di dalam menghadapi gejolak pasar ( I Putu,2009).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 39 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Gambaran Umum Perusahaan a. Sejarah Perusahaan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) terbentuk dari hasil proses nasionalisasi perusahaan

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP yang diukur dengan metode Discounted Cash Flow berdasarkan

BAB IV PENUTUP yang diukur dengan metode Discounted Cash Flow berdasarkan 44 BAB IV PENUTUP A. SIMPULAN Berdasarkan analisis fundamental dan penilaian terhadap kondisi perusahaan yang dilakukan penulis terhadap PT Wijaya Karya, Tbk pada tahun 2010-2014 yang diukur dengan metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang membutuhkan dana. Transaksi yang dilakukan dapat dengan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang membutuhkan dana. Transaksi yang dilakukan dapat dengan BAB I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal memiliki peran penting dalam melakukan bisnis perekonomian. Pasar modal menjembatani bertemunya investor yang menginvestasikan dananya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Obyek Penelitian BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1.1 PT Wijaya Karya (Persero), Tbk Berbicara tentang PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, (WIKA) tak bisa lepas dari sejarah pembangunan Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan kegiatan operasionalnya akan membutuhkan struktur. modal yang kuat untuk meningkatkan laba agar tetap mampu

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan kegiatan operasionalnya akan membutuhkan struktur. modal yang kuat untuk meningkatkan laba agar tetap mampu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perusahaan-perusahaan yang sedang mengalami masa perkembangan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya akan membutuhkan struktur modal yang kuat untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian dengan judul ANALISIS PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI YANG GO PUBLIC DI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang akan melakukan investasi pada perusahaan yang menurutnya baik dan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang akan melakukan investasi pada perusahaan yang menurutnya baik dan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Para investor atau penanam modal merupakan pihak yang kelebihan dana yang akan melakukan investasi pada perusahaan yang menurutnya baik dan memiliki keuntungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia khususnya dalam bidang investasi saham. Pasar modal merupakan sarana

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia khususnya dalam bidang investasi saham. Pasar modal merupakan sarana BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal memiliki peranan penting dalam meningkatkan perekonomian dunia khususnya dalam bidang investasi saham. Pasar modal merupakan sarana alternative

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini kegiatan privatisasi Badan Usaha Milik Negara atau disingkat BUMN menjadi isu yang sangat kontroversial. Privatisasi BUMN yang banyak dijalankan terutama di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jenis-Jenis Rasio Keuangan Ada banyak jenis-jenis rasio keuangan yang biasa digunakan dalam melakukan analisis keuangan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Horne dan Wachowicz

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ANALISIS FUNDAMENTAL 1. Definisi Analisis Fundamental Menurut Sulistiawan dan Liliana (2007:8) mengemukakan bahwa analisis fundamental adalah analisis sekuritas yang menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memiliki saham suatu perusahaan, jika harga saham suatu perusahaan selalu

BAB I PENDAHULUAN. untuk memiliki saham suatu perusahaan, jika harga saham suatu perusahaan selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Harga saham merupakan salah satu indikator minat dari calon investor untuk memiliki saham suatu perusahaan, jika harga saham suatu perusahaan selalu mengalami

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu negara dalam sebuah perekonomian modern bergantung pada adanya sektor keuangan yang efisien. Salah satu komponen penting dari sektor keuangan tersebut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pengertian dan Pemahaman Dividen

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pengertian dan Pemahaman Dividen BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1 Rerangka Teori dan Literatur II.1.1 Dividend Payout Ratio II.1.1.1 Pengertian dan Pemahaman Dividen Istilah dividen menurut Darmadji dan Fakhrudin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional maupun internasional, perusahaan yang ingin tetap bertahan dalam era

BAB I PENDAHULUAN. nasional maupun internasional, perusahaan yang ingin tetap bertahan dalam era BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dunia usaha sangat dipengaruhi oleh lingkungan ekonomi baik secara nasional maupun internasional, perusahaan yang ingin tetap bertahan dalam era persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menginvestasikan dananya adalah sektor properti. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian mengatakan sektor properti

BAB I PENDAHULUAN. menginvestasikan dananya adalah sektor properti. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian mengatakan sektor properti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pasar modal di Indonesia yang pesat menunjukan bahwa kepercayaan pemodal untuk menginvetasikan dananya di pasar modal cukup baik. Banyaknya pilihan saham

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Saham Saham merupakan salah satu instrument pasar keuangan yang paling banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Pembiayaan pendanaan perusahaan merupakan suatu hal yang tidak dapat

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Pembiayaan pendanaan perusahaan merupakan suatu hal yang tidak dapat BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pembiayaan pendanaan perusahaan merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari dari suatu perusahaan dalam menjalankan usahanya. Hal ini dapat dipenuhi dengan pembiayaan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. yang terkait dengan rumusan masalah yang telah disebutkan pada bab pertama antara lain:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. yang terkait dengan rumusan masalah yang telah disebutkan pada bab pertama antara lain: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka terdapat beberapa simpulan yang terkait dengan rumusan masalah yang telah disebutkan pada bab pertama antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat (investor) yang kemudian disalurkan kepada sektor-sektor yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat (investor) yang kemudian disalurkan kepada sektor-sektor yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian di Indonesia salah satunya dipengaruhi oleh transaksi saham yang berlaku dalam lantai bursa pasar modal. Hal ini dimungkinkan karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Investasi dapat diartikan sebagai suatu komitmen penempatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Investasi dapat diartikan sebagai suatu komitmen penempatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Investasi dapat diartikan sebagai suatu komitmen penempatan dana pada satu atau beberapa objek investasi dengan harapan akan mendapatkan keuntungan di masa mendatang.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan industri-industri manufaktur harus mencari sumber dana guna

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan industri-industri manufaktur harus mencari sumber dana guna 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri manufaktur merupakan industri yang mendominasi perusahaanperusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perusahaan dalam industri manufaktur tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kinerja perusahaan dalam suatu periode produksi perlu dilakukan evaluasi untuk melihat dan mengetahui pencapaian yang telah dilakukan perusahaan baik dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penjualan saham kepada publik dengan tujuan untuk mempertahankan kelancaran

BAB I PENDAHULUAN. penjualan saham kepada publik dengan tujuan untuk mempertahankan kelancaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan bisnis di era globalisasi yang semakin kompetitif, banyak perusahaan melakukan strategi dengan melakukan investasi tambahan melalui penjualan saham

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Enterprice (DICE) dan telah memiliki kapasitas produksi terpasang tahunan

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Enterprice (DICE) dan telah memiliki kapasitas produksi terpasang tahunan BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Perusahaan Sejarah PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk diawali pada tahun 197 dengan rampungnya pendirian pabrik Indocement yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dana atau modal. Dalam memenuhi kebutuhan dana atau modal, perusahaan sering

BAB I PENDAHULUAN. dana atau modal. Dalam memenuhi kebutuhan dana atau modal, perusahaan sering BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap perusahaan pada umumnya dalam melakukan kegiatan operasional memiliki tujuan untuk menghasilkan laba yang maksimal serta dapat mempertahankan kelangsungan hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan bertujuan untuk memperoleh laba yang merupakan hasil yang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan bertujuan untuk memperoleh laba yang merupakan hasil yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat pada umumnya mengukur keberhasilan suatu perusahaan melihat dari kinerjanya dan profitabilitasnya guna kelangsungan usahanya. Setiap perusahaan bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (subprime mortgage crisis) telah menimbulkan dampak yang signifikan secara

BAB I PENDAHULUAN. (subprime mortgage crisis) telah menimbulkan dampak yang signifikan secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis keuangan di Amerika Serikat yang bermula dari krisis kredit perumahan (subprime mortgage crisis) telah menimbulkan dampak yang signifikan secara global.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. panjang yang bisa diperjual-belikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal

BAB I PENDAHULUAN. panjang yang bisa diperjual-belikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal adalah pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjual-belikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Sutrisno (2003: 266) Rasio profitabilitas merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Sutrisno (2003: 266) Rasio profitabilitas merupakan BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Rasio Profitabilitas 2.1.1.1 Pengertian Rasio Profitabilitas Menurut Sutrisno (2003: 266) Rasio profitabilitas merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan tepat mengingat setiap keputusan keuangan yang diambil akan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan tepat mengingat setiap keputusan keuangan yang diambil akan 16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan memiliki tujuan yang ingin dicapai. Tujuan utama dari sebuah perusahaan adalah mendapatkan keuntungan bagi perusahaan tersebut. Tujuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai tujuan yaitu memperoleh laba atau profit yang diharapkan mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai tujuan yaitu memperoleh laba atau profit yang diharapkan mampu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan atau organisasi yang baik dan bertanggungjawab serta ingin memelihara kesinambungan usaha dan bisnisnya di masa yang akan datang dalam jangka

Lebih terperinci

PENGARUH EARNING PER SHARE (EPS) DAN DIVIDEND PAYOUT RATIO (DPR) TERHADAP HARGA SAHAM (Studi Kasus Pada PT. Astra International, Tbk)

PENGARUH EARNING PER SHARE (EPS) DAN DIVIDEND PAYOUT RATIO (DPR) TERHADAP HARGA SAHAM (Studi Kasus Pada PT. Astra International, Tbk) PENGARUH EARNING PER SHARE (EPS) DAN DIVIDEND PAYOUT RATIO (DPR) TERHADAP HARGA SAHAM (Studi Kasus Pada PT. Astra International, Tbk) Oleh RUSLI KARYANA NPM. 083403153 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. modal dan menawarkan sahamnya di masyarakat/publik (go public). Perusahan

BAB 1 PENDAHULUAN. modal dan menawarkan sahamnya di masyarakat/publik (go public). Perusahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini pasar modal memegang peranan penting bagi keberlangsungan perusahaan, baik perusahaan perbankan maupun perusahaan non bank. Munculnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun. Bentuk instrumen di pasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun. Bentuk instrumen di pasar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Pengertian Pasar Modal Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. yang ditetapkan dan struktur permodalan yang lemah dan sebagainya.

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. yang ditetapkan dan struktur permodalan yang lemah dan sebagainya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan perekonomian di Indonesia tidak dapat terlepas dari sektor perbankan, khususnya peran perbankan sebagai sumber pembiayaan industri dalam negeri. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam Undang-undang Pasar Modal no. 8 tahun 1995: Pasar Modal

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam Undang-undang Pasar Modal no. 8 tahun 1995: Pasar Modal 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi sekarang ini setiap negara harus mampu mengacu pada pembangunan dan perekonomian. Pasar modal memiliki peran yang penting dalam kegiatan perekonomian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kondisi perekonomian yang semakin berkembang pada saat ini menuntut

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kondisi perekonomian yang semakin berkembang pada saat ini menuntut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi perekonomian yang semakin berkembang pada saat ini menuntut perusahaan untuk dapat bersaing lebih ketat dengan para pesaingnya. Bagaimana cara perusahaan untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hal ini dikarenakan pasar modal memiliki fungsi sebagai sarana bagi pendanaan

BAB 1 PENDAHULUAN. hal ini dikarenakan pasar modal memiliki fungsi sebagai sarana bagi pendanaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar modal memiliki peran yang penting bagi perekonomian suatu negara hal ini dikarenakan pasar modal memiliki fungsi sebagai sarana bagi pendanaan usaha

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan. BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Nilai Perusahaan Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap perusahaan, yang sering dikaitkan dengan harga saham.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fungsi utama pasar modal adalah sebagai sarana untuk

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fungsi utama pasar modal adalah sebagai sarana untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu fungsi utama pasar modal adalah sebagai sarana untuk memobilisasi dana yang bersumber dari masyarakat ke berbagai sektor yang melaksanakan investasi.

Lebih terperinci

ANALISIS FUNDAMENTAL. 1

ANALISIS FUNDAMENTAL. 1 ANALISIS FUNDAMENTAL ririkyunita@yahoo.co.id 1 Your Investment options 2 Determine value without reference to price Analisis Fundamental # Sentimen #Likuiditas #Fundamental Overvalued NILAI Sekuritas Tumbuh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berkembangnya suatu perusahaan tergantung pada kinerja keuangan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berkembangnya suatu perusahaan tergantung pada kinerja keuangan yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berkembangnya suatu perusahaan tergantung pada kinerja keuangan yang dapat memberikan kontribusi pada harga saham yang dapat berpengaruh pada Bursa Efek Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jika dibandingkan dengan Indonesia timur. Oleh karena itu, Indonesia mampu menjadi alternatif dari pilihan negara untuk

BAB I PENDAHULUAN. jika dibandingkan dengan Indonesia timur. Oleh karena itu, Indonesia mampu menjadi alternatif dari pilihan negara untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan dengan pulau terbanyak di dunia. Banyaknya pulau dan kepulauan yang ada di Indonesia ternyata mempengaruhi struktur masyrakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dan penerimaan devisa. Di Negara yang sedang berkembang usaha yang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dan penerimaan devisa. Di Negara yang sedang berkembang usaha yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan suatu Negara memerlukan dana investasi dalam jumlah yang banyak sehingga perlu ada usaha yang mengarah pada dana investasi yang bersumber dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Harga saham a. Pengertian saham Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Efek Indonesia (Kristiana dan Sriwidodo, 2012). Pasar modal merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN. Efek Indonesia (Kristiana dan Sriwidodo, 2012). Pasar modal merupakan sarana 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkembangan pasar modal di Indonesia saat ini sudah semakin pesat, hal itu dapat dibuktikan dengan semakin banyaknya perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan pasti menginginkan adanya pertumbuhan laba yang diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan pasti menginginkan adanya pertumbuhan laba yang diperoleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan pasti menginginkan adanya pertumbuhan laba yang diperoleh pada tiap tahunnya. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan laba yaitu rasio profitabilitas, rasio

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perekonomian di Indonesia mengalami krisis moneter yang sempat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perekonomian di Indonesia mengalami krisis moneter yang sempat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian di Indonesia mengalami krisis moneter yang sempat melanda pada akhir tahun 2000, dimana banyak sekali perusahaan dari berbagai industri mengalami keterpurukan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu, umumnya suatu perusahaan memerlukan dana

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu, umumnya suatu perusahaan memerlukan dana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Seiring berjalannya waktu, umumnya suatu perusahaan memerlukan dana untuk melakukan ekspansi, memperbaiki struktur modal, meluncurkan produk baru atau untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan akan sektor properti dan real estate juga mengalami kenaikan sehingga

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan akan sektor properti dan real estate juga mengalami kenaikan sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan jumlah penduduk yang meningkat menyebabkan kebutuhan akan tempat tinggal, perkantoran, pusat perbelanjaan, taman hiburan, dan kebutuhan akan sektor properti

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Laporan keuangan. keuangan tersebut untuk menentukan atau menilai posisi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Laporan keuangan. keuangan tersebut untuk menentukan atau menilai posisi 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Laporan keuangan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Laporan keuangan bagi suatu perusahaan merupakan hasil akhir dari pekerjaan bagian pembukuan. Selanjutnya laporan keuangan tersebut untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat berperan di dalam meningkatkan perekonomian dimana dana-dana yang

BAB I PENDAHULUAN. sangat berperan di dalam meningkatkan perekonomian dimana dana-dana yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal sebagai salah satu sarana penghimpun dana dari masyarakat sangat berperan di dalam meningkatkan perekonomian dimana dana-dana yang terhimpun digunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1) Ni Luh Putu Ari Cintya Devi dan Luh Komang Sudjarni (2012)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1) Ni Luh Putu Ari Cintya Devi dan Luh Komang Sudjarni (2012) 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian yang sebelumnya telah dilakukan berkaitan dengan topik yang serupa antara lain: 1) Ni Luh Putu Ari Cintya Devi dan Luh Komang Sudjarni

Lebih terperinci

PENGARUH CURRENT RATIO

PENGARUH CURRENT RATIO PENGARUH CURRENT RATIO, EARNINGS PER SHARE DAN RASIO PERTUMBUHAN PERUSAHAAN TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2010 2014 AHSAN ARYA GUNA NPM: 141090292 Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari perusahaan go public semakin

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari perusahaan go public semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini pasar modal di negara Indonesia mengalami perkembangan yang cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari perusahaan go public semakin bertambah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi perekonomian yang sedang recovery ini masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi perekonomian yang sedang recovery ini masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam situasi perekonomian yang sedang recovery ini masyarakat dihadapkan pada berbagai pilihan mengenai cara menginvestasikan dana. Berbagai macam pilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan bertujuan untuk menyediakan informasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan perusahaan yang akan bermanfaat bagi sejumlah besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercatat sahamnya oleh BEI yaitu, industri real estate and property. Investasi

BAB I PENDAHULUAN. tercatat sahamnya oleh BEI yaitu, industri real estate and property. Investasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia perekonomian dari masa ke masa semakin pesat, setiap perusahaan bersaing untuk menjadi yang terbaik dan terbesar dibidangnya. Membangun sebuah

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisa Kinerja Operasi PT. Acset Indonusa Tbk Depresiasi dari Rupiah telah menyebabkan memburuknya defisit neraca berjalan. Bank Indonesia memprediksi defisit

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. penelitian ini maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. penelitian ini maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 126 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 1.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan dalam penelitian ini maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Profitabilitas PT Sepatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kalangan menengah kebawah hingga kalangan menengah keatas. Selain

BAB I PENDAHULUAN. kalangan menengah kebawah hingga kalangan menengah keatas. Selain BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dunia globalisasi saat ini, saham telah menjadi instrumen investasi yang cukup dikenal oleh masyarakat. Perkembangan investasi ini sudah memungkinkan untuk dilakukan

Lebih terperinci

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN Pada PT WIJAYA KARYA BETON Tbk Tahun 2014 dan 2015

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN Pada PT WIJAYA KARYA BETON Tbk Tahun 2014 dan 2015 ANALISIS LAPORAN KEUANGAN Pada PT WIJAYA KARYA BETON Tbk Tahun 2014 dan 2015 Dosen Pengampu: Arum Kusumaningdyah Adiati, S.E., M.M., Ak Oleh: Evrillya Rachmatika F3314046 PROGRAM STUDI DIPLOMA III AKUNTANSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan property dan real estate semakin marak diberbagai penjuru

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan property dan real estate semakin marak diberbagai penjuru BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan property dan real estate semakin marak diberbagai penjuru Indonesia, baik di kota-kota besar maupun didaerah. Pembangunan ini tentunya tidak terlepas dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saham adalah salah satu instrumen investasi yang dapat memberikan return UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Saham adalah salah satu instrumen investasi yang dapat memberikan return UKDW 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saham adalah salah satu instrumen investasi yang dapat memberikan return yang optimal yaitu melalui dividen dan capital gain. Selain memberikan return, risiko yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan yang memerlukan dana dalam jumlah

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan yang memerlukan dana dalam jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan salah satu sumber dana eksternal yang sering dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan yang memerlukan dana dalam jumlah yang besar untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 20 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Keuangan Pengertian manajemen keuangan menurut beberapa pendapat, yaitu: Segala aktifitas yang berhubungan dengan perolehan, pendanaan, dan pengelolaan aktiva dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lembaga profesi yang berkaitan dengan efek. dividen atau Capital Gain. Dividen merupakan pembagian keuntungan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. lembaga profesi yang berkaitan dengan efek. dividen atau Capital Gain. Dividen merupakan pembagian keuntungan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, perekonomian saat ini pun tumbuh dengan pesat dan menjadi perekonomian yang terbuka. Dalam situasi perekonomian pada saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan untuk mempertahankan hidup perusahaan semakin beraneka ragam.

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan untuk mempertahankan hidup perusahaan semakin beraneka ragam. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam perkembangan iklim di dunia bisnis yang pesat dewasa ini, kelangsungan untuk mempertahankan hidup perusahaan semakin beraneka ragam. Kondisi ekonomi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. satunya adalah dengan berinvestasi. Investasi adalah penanaman modal untuk satu

BAB 1 PENDAHULUAN. satunya adalah dengan berinvestasi. Investasi adalah penanaman modal untuk satu 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Banyak cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kemakmuran, salah satunya adalah dengan berinvestasi. Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau

Lebih terperinci

ANALISIS KEUANGAN PT. PLN (Persero)

ANALISIS KEUANGAN PT. PLN (Persero) ANALISIS KEUANGAN PT. PLN (Persero) I. Pendahuluan PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) (Persero) merupakan penyedia listrik utama di Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah berkepentingan menjaga kelayakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah telah memberikan beberapa kemudahan untuk dapat lebih

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah telah memberikan beberapa kemudahan untuk dapat lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan dunia usaha dalam situasi perekonomian saat ini semakin lama semakin ketat. Hal ini dikarenakan banyak perusahaan yang berkembang cukup pesat dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. macam aktivitas. Menginvestasikan sejumlah dana pada aset rill (tanah, emas, satu tahun, seperti saham dan oblogasi.

BAB I PENDAHULUAN. macam aktivitas. Menginvestasikan sejumlah dana pada aset rill (tanah, emas, satu tahun, seperti saham dan oblogasi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan dimasa datang. Istilah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berkembangnya teknologi dan pengetahuan dari tahun ke tahun mendorong

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berkembangnya teknologi dan pengetahuan dari tahun ke tahun mendorong 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkembangnya teknologi dan pengetahuan dari tahun ke tahun mendorong masyarakat saat ini untuk terus kreatif, inovatif serta mampu bersaing secara global untuk meciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjang perekonomian karena pasar modal dapat menghubungkan pihak yang membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. menunjang perekonomian karena pasar modal dapat menghubungkan pihak yang membutuhkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar modal sebagai sarana untuk memobilitasi dana yang bersumber dari masyarakat ke berbagai sektor yang melaksanakan investasi. Masuk ke pasar modal merupakan idaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat mereka peroleh dengan melakukan penerbitan saham kepada masyarakat luas yang

BAB I PENDAHULUAN. dapat mereka peroleh dengan melakukan penerbitan saham kepada masyarakat luas yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pesatnya perkembangan perusahaan-perusahaan di Indonesia menyebabkan meningkatnya kebutuhan perusahaan akan dana yang lebih besar. Sumber pendanaan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengambil keputusan investasi. Investor tidak terlibat secara langsung dalam

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengambil keputusan investasi. Investor tidak terlibat secara langsung dalam BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan sebuah informasi yang penting bagi investor dalam mengambil keputusan investasi. Investor tidak terlibat secara langsung dalam operasional

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. saran yang sesuai dengan penelitian analisis data yang telah dilakukan.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. saran yang sesuai dengan penelitian analisis data yang telah dilakukan. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Sebagai akhir dari penelitian ini, disampaikan beberapa kesimpulan dan saran yang sesuai dengan penelitian analisis data yang telah dilakukan. 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup pesat khususnya pada perusahaan go public. Hal ini ditandai

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup pesat khususnya pada perusahaan go public. Hal ini ditandai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa sekarang ini dalam dunia usaha mengalami perkembang yang cukup pesat khususnya pada perusahaan go public. Hal ini ditandai dengan berlakunya perdagangan bebas.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 27 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Initial Public Offering (IPO) adalah proses pertama suatu perusahaan berubah statusnya yaitu dari perusahaan milik perorangan menjadi perusahaan

Lebih terperinci

profitabilitas, rasio likuiditas, rasio aktivitas, dan rasio solvabilitas. Salah satu indikator penting dalam penilaian prospek sebuah perusahaan

profitabilitas, rasio likuiditas, rasio aktivitas, dan rasio solvabilitas. Salah satu indikator penting dalam penilaian prospek sebuah perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal atau pasar ekuitas (equity market) adalah tempat bertemu antara pembeli dan penjual dengan risiko untung dan rugi. Pasar modal merupakan sebuah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya perekonomian, memacu perusahaan untuk terus

BAB 1 PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya perekonomian, memacu perusahaan untuk terus BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya perekonomian, memacu perusahaan untuk terus menerus melakukan pengembangan, salah satunya yaitu melakukan perluasan atau ekspansi dalam usahanya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Tabel 1.1 Daftar Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Sektor Jumlah perusahaan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Tabel 1.1 Daftar Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Sektor Jumlah perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan perusahaan merupakan suatu hal yang diharapkan oleh semua pihak, baik internal maupun eksternal perusahaan. Pertumbuhan itu dapat dilihat dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan kondisi perekonomian dewasa ini, berkembang semakin cepat dan menuntut dunia usaha untuk terus berinovasi serta mengikuti perubahanperubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendapatkan tambahan modal ialah dengan menawarankan kepemilikan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendapatkan tambahan modal ialah dengan menawarankan kepemilikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era ekonomi yang modern saat ini, eksistensi pasar modal yang terdapat di Indonesia memiliki peran besar bagi perekonomian negara. Salah satu cara untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pengambilan keputusan investasi di pasar modal juga semakin kuat.

BAB 1 PENDAHULUAN. pengambilan keputusan investasi di pasar modal juga semakin kuat. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk sarana mendapatkan dana dalam jumlah besar dari masyarakat pemodal (investor), baik dari dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan perekonomian Indonesia setelah terjadinya krisis ekonomi pada sekitar awal tahun 1997 ternyata masih berbekas, dan bahkan dampak atas krisis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar BelakangMasalah. Banyaknya perusahaan dan kondisi perekonomian saat ini telah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar BelakangMasalah. Banyaknya perusahaan dan kondisi perekonomian saat ini telah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar BelakangMasalah Banyaknya perusahaan dan kondisi perekonomian saat ini telah menciptakan suatu persaingan yang ketat antar perusahaan. Sebuah perusahaan yang didirikan harus

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Bab ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu landasan teori dan pengembangan hipotesis.

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Bab ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu landasan teori dan pengembangan hipotesis. BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Bab ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu landasan teori dan pengembangan hipotesis. II.1 Landasan Teori Untuk mencapai sasaran studi diperlukan landasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para investor. Pesatnya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para investor. Pesatnya perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas investasi merupakan aktivitas yang dihadapkan pada berbagai macam resiko dan ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para investor. Pesatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja keuangan perusahaan merupakan salah satu faktor yang dilihat

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja keuangan perusahaan merupakan salah satu faktor yang dilihat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kinerja keuangan perusahaan merupakan salah satu faktor yang dilihat investor untuk menentukan pilihan dalam membeli saham. Analisis kinerja keuangan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Pasar Modal 2.1.1.1 Pengertian Pasar Modal Menurut Sunariyah (2011:4) mengemukakan bahwa pengertian pasar modal secara umum adalah suatu sistem keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan usaha di Indonesia yang semakin ketat saat ini mendorong banyak

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan usaha di Indonesia yang semakin ketat saat ini mendorong banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persaingan usaha di Indonesia yang semakin ketat saat ini mendorong banyak perusahaan untuk meningkatkan kinerjanya agar mampu mempertahankan kelangsungan usahanya.

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Istilah kinerja seringkali dikaitkan dengan kondisi keuangan perusahaan. Kinerja merupakan

II. LANDASAN TEORI. Istilah kinerja seringkali dikaitkan dengan kondisi keuangan perusahaan. Kinerja merupakan II. LANDASAN TEORI A. Kinerja Keuangan Istilah kinerja seringkali dikaitkan dengan kondisi keuangan perusahaan. Kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai perusahaan dimanapun, karena kinerja merupakan

Lebih terperinci

BAB 11 ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN

BAB 11 ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN BAB 11 ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN A. Arti Penting Analisis Laporan Keuangan Analisis terhadap laporan keuangan suatu perusahaan untuk mengetahui tingkat profitabilitas (keuntungan) dan tingkat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepada investor, yaitu keuntungan berupa dividen dan capital gain. Capital gain

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepada investor, yaitu keuntungan berupa dividen dan capital gain. Capital gain BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Dividen a. Pengertian Dividen Investasi dalam bentuk saham akan memberikan dua jenis keuntungan kepada investor, yaitu keuntungan berupa dividen dan capital

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Return Saham Menurut Jogiyanto (2000:107), return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa : 1. Return realisasi (realized

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Modigliani (1961) berpendapat bahwa pada dasarnya pada kondisi keputusan

BAB I PENDAHULUAN. Modigliani (1961) berpendapat bahwa pada dasarnya pada kondisi keputusan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dividen kas merupakan masalah yang sering kali menjadi topik pembicaraan yang hangat di antara para pemegang saham dan juga pihak manajemen perusahaan (emiten), bahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan dividen. Ketiga fungsi manajemen dilakukan dalam rangka. yang disimpan perusahaan sebagai laba ditahan.

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan dividen. Ketiga fungsi manajemen dilakukan dalam rangka. yang disimpan perusahaan sebagai laba ditahan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini di mana kita masuk dalam era globalisasi yang ketat, manajer keuangan mempunyai peranan yang sangat penting. Tugas manajer keuangan pada era ini tidak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) guna menjual

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) guna menjual BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan salah satu penggerak utama perekonomian dunia termasuk Indonesia, melalui pasar modal perusahaan dapat memperoleh dana untuk melakukan

Lebih terperinci