BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dalam bab ini akan dibahas mengenai temuan-temuan selama penelitian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dalam bab ini akan dibahas mengenai temuan-temuan selama penelitian"

Transkripsi

1 44 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai temuan-temuan selama penelitian berlangsung. Hasil dari penelitian ini merupakan deskripsi tentang proses dalam pembuatan video pembelajaran sifat diskontinu materi. Selain pembahasan tentang proses pembuatan, dalam bab ini juga akan membahas pendapat dosen dan guru mengenai, kualitas tampilan video, serta kesesuaian materi dengan video demonstrasi yang dibuat. 4.1 Hasil Penelitian Pembuatan Video Sifat Diskontinu Materi Pada Mata Pelajaran IPA SMP Dalam proses pembuatan video sifat diskontinu materi ini memerlukan waktu yang cukup lama, karena dalam proses penelitian ini harus dilakukan beberapa tahapan agar dihasilkan video yang layak atau dapat digunakan sebagai media dalam proses pembelajaran. Tahapan-tahapan yang dilakukan pada pembuatan video ini yaitu : Penentuan Materi, Analisis Materi dan Standar Isi, analisis level makroskopiknya, analisis level mikroskopik dan simboliknya, pembuatan rancangan prosedur percobaan, uji coba prosedur percobaan, validasi prosedur percobaan, pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, pembuatan Garis-garis Besar Isi Program Media (GBIPM), penulisan skenario dan pembuatan storyboard, validasi skenario dan storyboard, Uji coba prosedur dan

2 45 skenario, pengambilan gambar dan pembuatan animasi, serta editing. Tahapantahapan tersebut akan dijelaskan sebagai berikut : A. Penentuan Materi Penentuan materi ini merupakan tahapan pertama yang harus dilaksanakan. Tahapan ini merupakan tahapan penentu dari penelitian ini. Untuk penentuan materi ini peneliti melakukan bimbingan bersama dosen pembimbing. Setelah melakukan bimbingan maka diputuskan untuk pembuatan video pada materi sifat diskontinu materi pada mata pelajaran IPA Sekolah Menengah Pertama. Pengambilan judul materi ini dilakukan berdasarkan beberapa pertimbangan yaitu : 1. Karakteristik materi. Level kognitif pada tingkat SMP 3. Tujuan diberikannya materi ini Dari segi karakteristik sifat diskontinu materi merupakan materi yang abstrak dan sulit dipahami oleh siswa Sekolah Menengah Pertama. Materi sifat diskontinu ini perlu diberikan pada tingkatan SMP karena menurut tingkat pemahaman Piaget pada level tingkat SMP, siswa sudah dapat berpikir abstrak. Sehingga peneliti berasumsi bahwa materi ini dapat diberikan pada tingkatan tersebut. Selain itu dilihat dari jurnal yang berjudul How young children model chemical change bahwa pada anak usia 11 tahun ketika mereka diberikan pelajaran terlebih dahulu tentang

3 46 partikel benda, menghasilkan persentase yang tinggi dalam menggambarkan susunan partikel materi sehingga mereka dapat berpikir abstrak tentang keberadaan partikel. B. Analisis Level Makroskopik Level makroskopik yang akan ditampilkan pada video ini berupa fenomena-fenomena yang berhubungan dengan sifat diskontinu materi. Fenomena tersebut menjelaskan tentang adanya ruang hampa diantara partikel terkecil materi. Fenomena-fenomena ini antara lain: 1. Fenomena pencampuran alkohol dan aquades. Fenomena dari uji coba ini memperlihatkan pengurangan volum ketika kedua zat tersebut dicampurkan. Misalnya 50 ml alkohol ditambahkan dengan 50 ml aquades, secara ilmu pasti, 50 ml ditambah 50 ml menghasilkan 100 ml akan tetapi pada kenyataannya hanya menunjukan 97 ml.. Fenomena pencampuran gas CO dengan aquades. Dimana pada uji coba ini memperlihatkan fenomena perubahan volume gas CO ketika sebelum ditambah air dan sesudah ditambah air. Sebelum ditambah air volume gas CO adalah tetap 50 ml dan tidak berubah ketika ditekan ataupun dikocok. Akan tetapi setelah ditambah 0 ml air, volum air dan gas yang sebelum dikocok sebesar 75 ml berubah menjadi 65 ml setelah dikocok. 3. Fenomena pemasukan tablet effervescent pada kondisi aquades yang berbeda. Kondisi aquades pertama murni dan aquades kedua setelah

4 47 dilarutkan 1 buah tablet effervescent. Pada kondisi pertama volume gas yang dihasilkan oleh tablet effervescent lebih sedikit bila dibandingkan pada kondisi kedua. C. Analisis Level Mikroskopik dan Simbolik Pada analisis level mikroskopik yaitu menyangkut partikel-partikel yang menjelaskan fenomena pada level makroskopik di atas. Penggambaran pada tahapan level mikroskopik ini dapat menggunakan animasi atau penganalogian praktek. Level simbolik menyangkut simbolsimbol partikel senyawa yang terkait pada penjelasan fenomena-fenomena diskontinu materi. D. Pembuatan Rancangan Prosedur Percobaan. Setelah tahapan analisi level makroskopik, mikroskopik, dan simbolik, tahapan selanjutnya adalah pembuatan rancangan prosedur percobaan, karena pada video memuat demonstrasi untuk menjelaskan sifat diskontinu materi. Oleh sebab itu peneliti membuat rancangan prosedur percobaan agar dapat menjelaskan fenomena adanya partikel terkecil materi.

5 48 E. Uji Coba Prosedur Percobaan. Setelah perancangan prosedur percobaan maka prosedur percobaan tersebut diujicobakan. Uji coba prosedur ini berguna untuk melihat fenomena dan kesesuaian alat agar dapat mudah diamati oleh kamera. Setelah dilakukan uji coba prosedur percobaan dilakukan validasi oleh dosen ahli dari kesesuaian prosedur percobaan dengan isi materi yang akan disampaikan. Apabila prosedur yang dibuat tidak sesuai dengan fenomena yang ditujukan maka dilakukan perbaikan prosedur percobaan. F. Validasi Prosedur Percobaan. Peneliti melakukan validasi prosedur percobaan terhadap beberapa dosen ahli. Tujuan validasi ini adalah untuk menentukan kesesuaian prosedur percobaan dengan materi yang akan disampaikan serta kejelasan maksud percobaan untuk menjelaskan fenomena sifat diskontinu materi. G. Pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pembuatan RPP ini bertujuan untuk mengetahui waktu serta posisi penggunaan video pembelajaran ini dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan kata lain, pembuatan Rencana Pelaksanana Pembelajaran ini sebagai panduan untuk pengguna dalam menggunakan video pembelajaran ini. Selain hal di atas, dengan adanya Rencana Pelaksanan Pembelajaran terlebih dahulu, pengembang dapat menentukan tujuan dari pembuatan video pembelajaran ini.

6 49 H. Penyusunan Garis-Garis Besar Isi Program Media (GBIPM) Penyusunan Garis-Garis Besar Isi Program Media bertujuan untuk membuat acuan materi yang akan dibuat video pembelajarannya. Dalam penyusunan GBIPM ini disesuaikan dengan kompentensi dasar, materi, serta cara penyajian materi tersebut dalam video yang akan dibuat secara garis besarnya. Sehingga dengan penyusunan GBIPM ini dimungkinkan untuk mengurangi penyimpangan dari tujuan pembelajaran. I. Penulisan Skenario dan Pembuatan Storyboard Setelah penyusunan GBIPM maka langkah selanjutnya adalah pembuatan skenario video pembelajaran. Pembuatan skenario ini kurang lebih memakan waktu satu bulan. Skenario ini dibuat sebagai panduan atau petunjuk praktis yang dapat digunakan oleh orang-orang yang terlibat pada produksi video ini. Dalam skenario (lampiran 4) ini tergambar susunan-susunan tampilan video yang akan dibuat nantinya. Susunan-susunan adegan dalam video tersebut dibagi atas beberapa bagian adegan (scene) untuk dipahami sebagai petunjuk praktis yang jelas. Dalam setiap adegan ini terdapat penjelasan tentang bagaimana visual yang akan ditampilkan dan audio yang akan diperdengarkan. Storyboard (lampiran 5) merupakan susunan gambaran-gambaran visualisasi dari adegan yang akan diambil. Penyusunan storyboard ini dilakukan setelah pembuatan skenario. Tujuan dibuatnya storyboard akan

7 50 mempermudah juru kamera dalam pengambilan gambar sehingga tidak menyimpang dari video yang diharapkan. J. Uji Coba Prosedur Pengujian prosedur percobaan kali ini adalah uji coba prosedur untuk menyesuaikan percobaan dari aspek kesesuaiannya dengan materi dan aspek kapasitas pengambilan gambarnya. Uji coba prosedur kali ini disesuaikan dengan storyboard dan skenario yang ada. Uji coba prosedur ini dilaksanakan dua minggu dengan lima buah percobaan yang bertujuan agar mengoptimalkan pembuatan video pembelajaran ini. Percobaan yang akan didemonstrasikan dalam video pembelajaran ini bertujuan untuk menemukan konsep bahwa materi tersusun dari partikel-partikel terkecil materi serta adanya ruang vakum diantara partikel materi. Ada lima percobaan yang akan ditampilkan pada video ini. Percobaan pertama adalah pencampuran kacang bogor dan kacang hijau. Pada percobaan ini dicampurkan 50 ml kacang bogor dan 50 ml kacang hijau. Ada tahapan yang dilakukan sebelum pencampuran kedua jenis kacang tersebut, tahapan pertama adalah standarisasi gelas ukur dengan cara mencampurkan 50 ml kacang bogor dengan 50 ml kacang bogor dan hasilnya harus 500 ml. Apabila tidak menunjukan 500mL maka gelas ukur tersebut tidak dapat digunakan untuk percobaan ini. Setelah standarisasi, langkah selanjutnya adalah pencampuran 50 ml

8 51 kacang hijau dan 50 ml kacang bogor. Pada uji coba pertama volum yang dihasilkan adalah 445 ml dan pada percobaan kedua adalah 470mL. Tabel 4.1 Tabel Percobaan Pencampuran Kacang Bogor dan Kacang Hijau Percobaan Pencampuran Hasil Kacang Bogor Kacang Hijau Pencampuran 1 50 ml 50 ml 445 ml 50 ml 50 ml 470 ml Percobaan kedua adalah pengamatan gula pasir dari berbagai jarak pandang. Pengamatan gula pasir ini dengan cara melihat butiran gula pasir dari jarak dekat dengan butiran gula pasir dari jarak jauh. Agar terlihat jelas butiran gula dalam kamera video maka alat yang akan digunakan adalah gelas ukur 50 ml. Percobaan ketiga adalah percobaan pengamatan pola titik-titik dari berbagai jarak pandang. Pada percobaan ini digunakan kertas ukuran A4 dan spidol hitam besar untuk membuat pola titik-titik. Pola titik ini dibuat dengan jarak 5mM diantara tiap titik. Setelah dibuat pola, selanjutnya kertas tersebut ditempel pada papan tulis. Hasil uji coba menunjukan pola titik-titik tidak terlihat lagi oleh kamera pada jarak 5 Meter. Percobaan keempat adalah pencampuran Aquades dan Alkohol. Pencampuran ini antara 5 ml Alkohol dan 5 ml Aquades. Uji coba

9 5 pertama, pencampuran ini dilakukan dengan menggunakan gelas ukur, akan tetapi perubahan volum kurang dapat teramati oleh kamera. Oleh karena itu peneliti mengganti dengan buret 50 ml. Selain itu digunakan juga pipet volum 5mL. Hasil dari pencampuran ini, pertama kali menujukan volum 46mL. Kemudian pada percobaan kedua kalinya volum yang teramati adalah 47.8mL. Percobaan kelima adalah pelarutan effervescent. Pada percobaan ini dilakukan pengujian beberapa kali. Pertama, dengan menggunakan buah gelas ukur yang berbeda. Akan tetapi langkah kerja yang dilakukan cukup sulit, sehingga pada uji coba kedua digunakan satu gelas ukur yang sama. Pada percobaan ke enam adalah pencampuran gas dan cairan. Pencampuran ini menggunakan alat siring gelas. Pada ujicoba pertama digunakan gas CO murni. Volum awal campuran sebesar 80 ml setelah dilakukan pengocokan didapatkan volum campuran sebesar 65 ml. Dengan sedikit modifikasi pada uji coba berikutnya, gas CO didapatkan dari hasil pelarutan effervescent. Dari hasil pencampuran air dengan gas CO tersebut menunjukan pengurangan volum campuran setelah dikocok sebanyak 10 ml. Dengan volum awal campuran sebelum dikocok sebesar 65mL dan setelah dikocok sebesar 55mL.

10 53 K. Pengambilan Gambar Setelah pengujian prosedur percobaan dan penyesuaian dengan skenario, langkah selanjutnya adalah pengambilan gambar. Pengambilan gambar diperlukan waktu sekitar 1 bulan. Setiap bagian pengambilan gambar disesuaikan dengan skenario dan storyboard yang telah dibuat. Dengan adanya storyboard proses pengambilan gambar lebih mudah dilakukan. L. Pembuatan Animasi dan Komponen Tambahan Tahap selanjutnya adalah pembuatan animasi dan komponenkomponen yang dibutuhkan. Pembuatan animasi ini digunakan untuk memperjelas video yang digunakan. Komponen tambahan yang digunakan adalah gambar-gambar, tempelate, intro tempelate, dan lain-lain yang dibuat setelah pengambilan gambar. M. Proses Editing Editing adalah menyeleksi, menyusun, dan meletakan kembali potongan-potongan film dan rekaman suara. Sebelum proses editing sebelumnya, gambar yang telah diambil dipindahkan (capture) ke komputer. Proses pemindahan dan editing ini menggunakan software Adobe Premier CS3 dan Windows Movie Maker.

11 Analisis Data Mengenai Kualitas Video Sifat Diskontinu Materi. Berikut adalah jawaban dari dosen sebagai evaluator video mengenai kualitas video Pembelajaran Sifat Diskontinu Materi. Tabel 4.. Jawaban Dosen Mengenai Kesesuaiaan Isi Materi (Content ) Pada Segment Apresepsi Segment Apresepsi (Menjelaskan bahwa setiap wujud benda terdiri atas partikel terkecil materi ) Tampilan Pendahuluan dan motivasi mengenai jenis-jenis wujud benda Penjelasan tentang partikel terkecil materi dan animasi penjelasan tentang partikel terkecil materi. Animasi bahwa diantara partikel adanya ruang hampa Kesesuaian Sesuai Tidak Sesuai Jumlah jawaban 6 (100%) 0 (0 %) Dari tabel 4. dapat dinyatakan bahwa dari segmen apresepsi sudah sesuai.

12 55 Tabel.4.3 Jawaban Dosen Mengenai Kesesuaian Isi Materi (Content) Pada Segment Percobaan 1 Segment Tampilan Kesesuaian Sesuai Tidak Sesuai Percobaan 1 Judul : Pencampuran Kacang Bogor dan Kacang Hijau Pengenalan Alat Gelas Ukur 500 ml dan Bahan Gelas Ukur 50 ml Gelas Kimia 1000 ml Kacang Bogor Kacang Hijau Langkah Kerja Menuangkan kacang hijau ke dalam gelas ukur 50 ml Menuangkan kacang bogor ke dalam gelas ukur 50 ml Mencampurkan kacang bogor dan kacang hijau ke dalam gelas kimia 1000 ml Mengaduk campuran Mengamati volume Campuran Menuangkan campuran ke dalam gelas ukur 500 ml Mengamati hasil pencampuran kacang bogor dan kacang hijau. Jumlah jawaban 66 (100%) 0 (0 %)

13 56 Dari tabel 4.3 dapat dinyatakan bahwa isi materi pada percobaan 1 telah sesuai. Tabel 4.4 Jawaban Dosen Mengenai Kesesuaian Isi Materi (Content) Pada Segment Percobaan Segment Percobaan Tampilan Judul : Mengamati Gula Pasir Dari Berbagai Jarak Pandang Kesesuaian Sesuai Tidak Sesuai Pengenalan Alat Gelas Ukur 50 ml dan Bahan Gula Pasir Menuangkan Gula Pasir (Extra Close Up) Gula Pasir (Zoom Out) Tayangan ulang percobaan Penjelasan percobaan Jumlah jawaban 14 (100%) 0 (0 %) Dari tabel 4.4 didapat bahwa seluruh materi pada percobaan sesuai.

14 57 Tabel 4.5 Jawaban Dosen Mengenai Kesesuaian Isi Materi (Content) Pada Segment Percobaan 3 Segment Percobaan 3 Tampilan Judul : Pengamatan Pola Titik-titik dari Berbagai Jarak Pandang Kesesuaian Sesuai Tidak Sesuai Pengenalan Alat Kertas ukuran A4 dan Bahan Penggaris Spidol Hitam Langkah kerja Pembuatan pola titiktitik(extra Close Up) Menempelkan kertas berpola titik-titik di papan tulis Gambar pola titik-titik (Zoom Out) Penjelasan percobaan Jumlah jawaban 16 (100%) 0 (0 %) Dari tabel 4.5 didapat bahwa seluruh materi pada percobaan 3 sesuai.

15 58 Tabel 4.6 Jawaban Dosen Mengenai Kesesuaian Isi Materi (Content) Pada Segment Percobaan 4 Kesesuaian Segment Tampilan Sesuai Tidak Sesuai Percobaan 4 Pengenalan Alat dan Bahan Langkah Kerja Percobaan Pencampuran Alkohol dan Aquades Gelas Kimia 50 ml Buret 50 ml Pipet Volum 5 ml dan Ball Pipet Aquades Alkohol Menyiapkan 5 ml Aquades dengan menggunakan pipet volum Menyiapkan 5 ml Alkohol dengan menggunakan pipet volum Mencampurkan Alkohol dan Aquades ke dalam buret 50 ml Mengamati hasil pencampuran Penjelasan volum yang teramati Kesimpulan dan Penjelasan hasil percobaan Jumlah jawaban 4 (100%) 0 (0 %) Dari tabel 4.6 didapat bahwa seluruh materi pada percobaan 4 sesuai

16 59 Tabel 4.7 Jawaban Dosen Mengenai Kesesuaian Isi Materi (Content) Pada Segment Percobaan 5 Kesesuaian Segment Tampilan Percobaan 5 Pengenalan Alat dan Bahan Langkah Kerja Judul : Pelarutan Effervescent ke dalam Aquades Bejana Gelas Ukur Tablet Effervescent Aquades Memasukan Aquades ke dalam bejana Memasukan Aquades ke dalam gelas ukur Rangkaian alat Memasukan tablet effervescent pertama Proses pelarutan effervescent Sesuai Pengamatan volume gas yang tertampung Memasukan tablet effervescent kedua Proses pelarutan effervescent kedua Pengamatan volume gas yang tertampung Perbandingan hasil kedua percobaan Animasi penjelasan percobaan Perbandingan animasi partikel dari percobaan 1 dan percobaan Jumlah jawaban 34 (100%) 0 (0 %) Dari tabel 4.7 didapat bahwa seluruh materi pada percobaan 5 sesuai. Tidak Sesuai

17 60 Tabel 4.8 Jawaban Dosen Mengenai Kesesuaian Isi Materi (Content) Pada Segment Percobaan 6 Segment Kesesuaian Tampilan Sesuai Tidak Sesuai Percobaan 6 Judul : Pencampuran Gas Cair Pengenalan Alat Siring kaca 100 ml dan Bahan Tabung reaksi dan pipa bengkok Gelas kimia 50 ml Aquades Tablet effervescent Langkah kerja Merangkai alat Memasukan effervescent ke dalam tabung reaksi dan menambahkan air Membuka keran siring gelas Proses pemasukan gas ke dalam siring gelas Membuka siring dari rangkaian alat Pengepasan gas sampai volume 40 ml Menekan piston siring Proses pemasukan 0 ml air ke dalam siring Mengamati volume pencampuran 40 ml gas dan 0 ml air Pengocokan siring gelas Perbandingan volume yang dihasilkan dari kedua percobaan Penjelasan percobaan Jumlah jawaban 36 (100%) 0 (0 %)

18 61 Dari tabel 4.8 didapat bahwa seluruh materi pada percobaan 6 sesuai Hasil keseluruhan dari semua analisisi tabel di atas mengenai kualitas video ditinjau dari isi materinya ditemukan bahwa pada umumnya isi materi video Pembelajaran Sifat Diskontinu Materi telah sesuai. Analisis Data Mengenai Kualitas Video Dilihat Dari Segi Tampilannya Berikut ini adalah jawaban dosen mengenai kualitas video ditinjau dari tampilannya : Tabel 4.9. Evaluasi Dosen Mengenai Kualitas Gambar Sifat Diskontinu Materi Aspek Jawaban Kualitas Gambar Sangat Baik Baik Cukup Buruk Lain-lain Tata Warna Kekontrasan Kecerahan 1 1 Dari tabel 4.9. didapat hasil evaluasi : o Kualitas warna baik. o Kualitas kekontrasan gambar baik o Kecerahan cukup baik.

19 6 Tabel Evaluasi Dosen Mengenai Kualitas Narasi Video Sifat Diskontinu Materi Aspek Kualitas Narasi Jawaban 1. Narasi terdengar jelas Ya Tidak Lain-lain. Narasi dapat memperjelas percobaan yang ditampilkan Dari tabel didapat hasil evaluasi : o Narasi pada Video Sifat Diskontinu Materi dapat terdengar dengan jelas. o Narasi pada Video Sifat Diskontinu Materi dapat memperjelas mengenai percobaan yang dilakukan. Tabel Evaluasi Dosen Mengenai Kualitas TeksVideo Sifat Diskontinu Materi Aspek Kualitas Teks / Caption Jawaban Ya Tidak Lain-lain 1. Title /judul dapat memperjelas percobaan yang akan ditampilkan. Subtittle teks pada video dapat memperjelas maksud penyajian tampilan

20 63 Dari tabel didapat hasil evaluasi : o Title / judul pada Video Sifat Diskontinu Materi dapat memperjelas percobaan yang akan ditampilkan. o Subtitle pada Video Sifat Diskontinu Materi dapat memperjelas maksud penyajian percobaan yang dilakukan. Tabel 4.1. Evaluasi Dosen Mengenai Kecepatan tiap scene Video Sifat Diskontinu Materi Aspek Kecepatan Video Jawaban Terlalu cepat Cepat Cukup Lambat Lainlain Kecepatan tampilan tiap scene pada video pembelajaran Dari tabel 4.1. didapat hasil evaluasi : o Kecepatan tampilan tiap scene pada Video Sifat Diskontinu Materi adalah cukup. Tabel Evaluasi Dosen Mengenai KekomunikatifanVideo Sifat Diskontinu Materi Aspek Kekomunikatifan Jawaban Ya Tidak Lain-lain Kekkomunikatifan video untuk menunjang pemahaman anak.

21 64 Dari tabel didapat hasil pendapat dosen bahwa Video Pengenalan Sifat Diskontinu Materi komunikatif. Tabel Evaluasi Dosen Mengenai Kesesuaian Komposisi Musik pada Video Sifat Diskontinu Materi Aspek Kualitas Narasi Jawaban Ya Tidak Lain-lain Komposisi musik sesuai dengan tampilan gambar. Dari tabel didapat hasil evaluasi : o Komposisi musik pada Video Sifat Diskontinu Materi sesuai dengan tampilan gambar. Dari seluruh hasil evaluasi dosen di atas mengenai kualitas Video Sifat Diskontinu Materi ditinjau dari tampilannya ditemukan bahwa kualitas gambar pada video baik, kualitas narasi dan teks jelas, kecepatan tampilan tiap scene cukup, video bersifat komunikatif, dan komposisi musik sesuai dengan tampilan video Analisis Data Mengenai Pendapat Guru pada Video Sifat Diskontinu Materi Pada Mata Pelajaran IPA Sekolah Menengah Pertama. Dari hasil perolehan angket yang diisi oleh lima guru dari empat sekolah yang berbeda hampir semua sekolah mempunyai fasilitas untuk menayangkan video pembelajaran. Akan tetapi, ada satu guru yang tidak pernah menggunakan

22 65 fasilitas tersebut, serta ada satu guru yang hanya menggunakan fasilitas tersebut untuk kelas RSBI. Selain tentang keberadaan fasilitas tersebut kami juga menanyakan tentang materi yang akan kita sampaikan dalam video pembelajaran itu yaitu tentang Sifat Diskontinu Materi. Dari lima orang guru hanya satu orang yang pernah mengajarkan materi ini dan empat guru lainnya belum pernah mengajarkan materi ini. Selain itu pertanyaan mengenai perlunya mengajarkan materi tersebut didapatkan hasil bahwa empat guru menyatakan materi ini perlu disampaikan dan hanya satu orang yang menyatakan tidak perlu. Pertanyaan selanjutnya adalah tentang pentingnya video pembelajaran untuk menjelaskan materi tersebut. Semua guru yang menjadi sampel menyatakan bahwa video pembelajaran diperlukan untuk menerangkan tentang Sifat Diskontinu Materi. Selain itu semua guru menyatakan bahwa dengan video pembelajaran ini, memudahkan mereka untuk mengajarkan materi Sifat Diskontinu Materi. Ada pun tabel hasil kuisoner tentang perlu dan pentingnya video pembelajaran adalah sebagai berikut :

23 66 Tabel 4.15 Jawaban Guru Mengenai Pentingnya Video Sifat Diskontinu Materi Jawaban Pertanyaan Ya Tidak Lainnya Apakah perlu mengajarkan materi tersebut kepada siswa/siswi SMP sebelum memberikan pelajaran tentang wujud zat? 4 1 Jika Ya apakah video pembelajaran diperlukan untuk membantu pembelajaran sifat diskontinu materi? 5 Apakah dengan menggunakan video pembelajaran ini akan memudahkan Bapak/Ibu untuk mengajarkan materi ini? 5 Apakah isi video mempermudah siswa memahami sifat diskontinu materi? 5 Dari tabel 4.15 juga menanyakan pendapat guru tetang kebergunaan video ini untuk mempermudah memahami sifat diskontinu materi, semua guru menyatakan bahwa video ini dapat mempermudah pemahaman siswa tentang sifat diskontinu materi. Selain itu ditanyakan tentang kejelasan fenomena-fenomena yang ada dalam video percobaan tersebut :

24 67 Tabel 4.16 Jawaban Guru Mengenai Kejelasan Fenomena yang Ditampilkan Pada Video Percobaan. Jawaban Pertanyaan Ya Tidak Lainnya Apakah pada bagian apersepsi video terlihat jelas fenomena partikel terkecil materi serta ruang hampa diantara partikel materi? 4 1 Apakah pada video ini terlihat jelas fenomena yang terjadi pada percobaan pencampuran kacang bogor dan kacang hijau? 5 Apakah pada percobaan pengamatan ruang kosong diantara butiran gula pasir dapat teramati dengan jelas? 5 Apakah pada percobaan pengamatan ruang kosong diantara titik-titik yang dibuat pola terlihat jelas? 4 1 Apakah pada percobaan pencampuran alkohol dan aquades fenomena yang terjadi dapat teramati jelas? 5 Apakah pada percobaan pelarutan effervescent fenomena yang terjadi dapat diamati dengan jelas? 5 Apakah pada percobaan pencampuran gas dan air fenomena yang terjadi dapat diamati dengan jelas? 4 1 Dari tabel 4.16 dapat kita katakan bahwa setiap fenomena percobaan yang ada pada video pembelajaran Sifat Diskontinu Materi dapat teramati dengan jelas.

25 68 Selain fenomena-fenomena dalam video juga peneliti bertanya tentang komponen pendukung yang ada di dalam video diantaranya : 1. Narasi Tabel 4.17 Jawaban Guru Mengenai Kemudahan Pemahaman Narasi yang Ditampilkan Pada Video Percobaan. Jawaban Pertanyaan Sangat Mudah Mudah Cukup Mudah Sulit Lainnya Apakah narasi yang digunakan dalam video pembelajaran ini mudah dipahami? Dari table 4.17 bahwa narasi yang digunakan mudah dipahami dalam video pembelajaran ini.. Subtitle Tabel 4.18 Jawaban Guru Mengenai Kemudahan Pemahaman Subtitle yang Ditampilkan Pada Video Percobaan. Jawaban Pertanyaan Ya Tidak Lainnya Apakah subtitle (keteranganan) yang tertulis di video dapat membantu 5 menjelaskan fenomena yang ditampilkan? Subtitle pada video ini membantu menjelaskan fenomena yang ditampilkan.

26 69 3. Backsound Tabel 4.19 Jawaban Guru Mengenai Kesesuain Musik Backsound Pada Video Percobaan. Jawaban Pertanyaan Ya Tidak Lainnya Apakah musik backsound yang terdengar sesuai dengan pembelajaran? 5 Dari tabel 4.19 menyatakan bahwa musik backsound yang digunakan sesuai dengan pembelajaran. Tabel 4.0 Jawaban Guru Mengenai Kesesuain Lamanya Video Percobaan dengan Waktu Kegiatan Pembelajaran. Jawaban Pertanyaan Ya Tidak Lainnya Sebagai media pembelajaran untuk mendukung proses pembelajaran, apakah video ini dengan durasi sekitar 8,3 menit 4 1 sesuai dengan waktu pertemuan kegiatan pembelajaran? Dari tabel 4.0 didapat bahwa sebagai media pendukung untuk proses pembelajaran sesuai dengan waktu pertemuan dan hanya satu guru yang menyatakan tidak sesuai.

27 70 Tabel 4.1 Jawaban Guru Mengenai Pengaruh Video Percobaan dalam Menunjang Kegiatan Pembelajaran. Jawaban Pertanyaan Ya Tidak Lainnya Apakah video pembelajaran sifat diskontinu materi ini dapat menunjang kegiatan 5 pembelajaran pada materi pokok wujud zat? Dari data tabel 4.1 didapat bahwa semua guru menyatakan video pembelajaran sifat diskontinu materi ini dapat menunjang kegiatan pembelajaran pada materi pokok wujud zat Tabel 4. Jawaban Guru Mengenai Minat untuk Menggunakan Video Percobaan. Jawaban Pertanyaan Ya Tidak Lainnya Apakah Bapak/ Ibu berminat menggunakan video pembelajaran sifat diskontinu materi 5 sebagai pengantar konsep wujud zat? Apakah Bapak/ Ibu merasa memerlukan video pembelajaran untuk materi pokok 5 lain? Tabel 4. menunjukan bahwa kelima guru berminat untuk menggunakan video pembelajaran ini. Selain itu para guru memerlukan video pembelajaran untuk materi pokok yang lain.

28 71 4. Pembahasan Pada pembahasan penelitian dan pengembangan Video Pembelajaran Sifat Diskontinu Materi ini diarahkan pada empat titik masalah. Pertama adalah pembahasan yang berkenaan dengan proses pemroduksian video. Kedua adalah pembahasan yang berkenaan dengan kualitas video pembelajaran ditinjau dari isi materinya, kualitas video pembelajaran ditinjau dari tampilannya, dan pendapat guru mengenai video pembelajaran ini Pemroduksian video Pembelajaran Sifat Diskontinu Materi. Agar dihasilkan video demonstrasi yang berkualitas maka proses Pemroduksian video pembelajaran ini harus melalui beberapa tahap proses kerja. Dari setiap tahapan produksi video ini terdapat beberapa kendala atau masalah. Kendala ini perlu disampaikan pada pembahasan ini guna menjadi titik acuan untuk memperbaiki penelitian selanjutnya. Adapun kendala yang terjadi dari pembuatan video ini adalah pembuatan prosedur percobaan, penulisan skenario, uji coba prosedur percobaan, pengambilan gambar, dan proses editing. Pembuatan prosedur percobaan ini memakan waktu sekitar dua minggu. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan pada pembuatan prosedur percobaan ini yaitu :

29 7 Kesesuaian dengan konsep Prosedur percobaan yang dibuat harus sesuai dengan konsep yang akan kita sampaikan. Apabila tidak sesuai dikhawatirkan akan terjadi miskonsepsi dalam pembelajaran yang akan dilaksanakan. Materi yang akan disampaikan adalah sifat diskontinu materi. Pada materi ini dititikberatkan agar siswa menyadari bahwa setiap materi disusun oleh partikel terkecil materi atau materi bersifat diskontinu dimana dapat ditunjukan dengan keberadaan ruang hampa diantara partikel materi. Sehingga pada video ini bertujuan agar siswa menyadari adanya partikel terkecil materi dari setiap benda. Karena materi yang akan disampaikan cukup abstrak maka perlu hati-hati dalam penyusunan prosedur percobaan. Visibilitas prosedur saat pengambilan gambar Pada penyusunan prosedur percobaan visibilitas prosedur saat pengambilan gambar perlu diperhatikan, agar percobaan yang dilakukan dapat jelas dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan. Misalnya seperti percobaan pencampuran 5 ml alkohol dan 5 ml air. Data ujicoba pertama menunjukan pengurangan 1,5mL. Apabila alat yang digunakan adalah gelas ukur biasa dengan diameter tabung besar maka pengurangan volum kurang dapat teramati oleh kamera. Oleh karena itu pada percobaan ini digunakan alat yang lebih mudah teramati oleh kamera yaitu buret. Selain hal itu, agar volum yang didapat lebih kuantitatif maka alat yang digunakan pun harus

30 73 memiliki keakurasian yang tinggi. Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah pipet volum dan buret sehingga volum yang dihasilkan lebih akurat. Dengan memperhatikan kedua hal di atas maka dihasilkan prosedur percobaan (Lampiran ke 1). Setelah prosedur percobaan dihasilkan kemudian prosedur percobaan ini di evaluasi agar konten atau isi materi yang akan disampaikan sesuai dengan prosedur percobaan yang telah di assessment oleh para dosen ahli materi dan praktikum. Setelah prosedur percobaan dibuat maka langkah selanjutnya adalah pembuatan skenario. Pembuatan skenario ini harus sesuai dengan RPP, GBIPM, dan Prosedur Percobaan yang telah diujicobakan terlebih dahulu. Penulisan skenario ini dapat berubah sesuai dengan video yang dibuat. Hal ini dikarenakan adanya penyesuaian dengan masukkan dari para dosen ahli serta mengikuti penyesuaian tahapan belajar. Adapun kendala yang dialami sewaktu membuat skenario pembelajaran adalah kesulitan membuat bahasa narasi, dikarenakan narasi yang dibuat harus menggunakan bahasa interaktif, tidak kaku, dan bukan merupakan bahasa tulisan. Oleh karena itu, proses penulisan ini dilakukan selama satu bulan. Skenario yang dibuat kemudian di evaluasi kembali oleh para dosen ahli media. Evaluasi skenario ini bertujuan agar skenario yang kita buat sesuai untuk video pembelajaran sifat diskontinu materi.

31 74 Proses selanjutnya setelah pembuatan skenario adalah pembuatan storyboard. Pembuatan storyboard bertujuan menjelaskan ukuran gambar yang akan diambil. Storyboard ini dibuat berdasarkan scene-scene secara garis besar tentang isi video ini. Terdapat beberapa hal yang harus dipertimbangkan ketika membuat storyboard ini agar jelas. Adapula kendala yang dialami dalam pembutaan storyboard ini adalah kesulitan dalam menggambar sketsa video yang akan ditayangkan. Pembuatan stroyboard ini bersamaan dengan pembuatan skenario yang sifatnya dapat berubah sesuai dengan video yang akan ditayangkan. Pengambilan gambar adalah hal yang dilakukan setelah pembuatan skenario. Agar mendapatkan kualitas video yang baik terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan ketika melakukan pengambilan gambar, yaitu : a. Terminologi Shot Terminologi shot adalah gambaran posisi pengambilan gambar terhadap objek gambar. Misalnya longshot, medium shot, close up, dan lain-lain. Terminologi shot pada setiap gambar harus sesuai dengan fenomena yang ingin disampaikan. Misalnya memperhatikan butiran gula pasir, apabila kita menggunakan longshot maka butiran gula pasir tidak terlihat sehingga yang kita gunakaan adalah extra close-up agar tiap butiran serta ruang kosong antara butiran gula pasir dapat terlihat. b. Sudut Pengambilan Gambar (camera angel) Sudut pengambilan gambar pun harus diperhatikan karena sangat menentukan titik pandang mata penonton dalam menyaksikan suatu

32 75 adegan, sekaligus membangun kesan psikologis penonton terhadap objek tersebut. Adapun jenis-jenis camera angel diantaranya : Low Angle (pengambilan gambar dari bawah objek) High Angle (pengambilan gambar dari atas objek) Eye Level (pengambilan gambar sejajar dengan objek) Sudut pengambilan gambar ini harus sesuai dengan apa yang akan diperlihatkan pada penonton. Misalnya pada proses pembutan pola titik-titik menggunakan high angel, karena apabila menggunakan eye level, pesan tidak tersampaikan dengan baik. c. Background Background atau layar belakang harus dipertimbangkan dengan benar agar dihasilkan gambar yang kontras. Pada penelitian ini background yang diambil bermacam-macam sesuai dengan objek yang akan kita ambil gambarnya. Misalnya pada praktikum pencampuran alkohol dan aquades diperlihatkan background berwarna putih dari jas lab praktikan dan hitam agar posisi campuran dapat terlihat dengan jelas. Proses pengambilan gambar untuk pembuatan video pembelajaran ini dilakukan sekitar dua bulan. Waktu tersebut diperlukan karena beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam proses pengambilan gambar yaitu : a. Pengaturan Cahaya Pada proses pengambilan gambar diperlukan cahaya yang cukup agar didapatkan gambar yang bagus. Cukup sulit untuk mendapatkan

33 76 pencahayaan yang baik dan konstan, karena keberadaan ruangan pengambilan gambar yang dikelilingi oleh banyak jendela. Upaya untuk mengatasi masalah ini dilakukan dengan pengambilan gambar pada waktu tertentu. Misalnya pengambilan gambar dilakukan setiap jam 10 pagi. Oleh karena itu diperlukan waktu yang cukup lama untuk memperoleh gambar yang cukup baik. b. Penggunaan kamera. Penggunaan kamera sebenarnya merupakan faktor utama yang menentukan kualitas tampilan video. Untuk mendapatkan hasil gambar yang baik diperlukan teknik-teknik dalam penggunaan kamera. Akan tetapi, karena keterbatasan pengalaman dari juru kamera maka faktor tersebut menjadi keterbatasan pada hasil video ini. Kesulitan yang dialami juru kamera dapat terlihat dari hasil videonya. Misalnya kesulitan ketika akan melakukan zooming dan till down atau till up yang menghasilkan gambar yang kurang halus. Proses Editing. Selain pada proses pengambilan gambar, beberapa kendala terjadi pada saat editing video. Pada prose editing ini dilakukan penyusunan video pembelajaran ini. Penyusunan video ini berdasarkan dari tingkat pemahaan Johnstone yaitu dari aspek maksroskopik, mikroskopik, dan simbolik. Selain itu penysunan video ini mengikuti prinsip pembelajaran yaitu dari yang dekat menuju yang jauh, dari yang konkret menuju yang abstrak, dan dari yang sederhana menuju yang kompleks.

34 77 Pada proses editing ini terjadi beberapa hambatan. Adapun kendala yang terjadi diantaranya: a. Kesulitan pengaturan cahaya dari gambar hasil rekaman. Pengaturan cahaya yang dilakukan ketika mengambil gambar yang hasilnya hanya dapat dilihat di layar monitor yang terdapat pada kamera. Ketika akan melakukan proses editing maka hasil gambar harus dipindahkan ke komputer agar hasil gambar dapat di edit. Hasil gambar yang diperoleh tersebut berbeda ketika ditampilkan pada layar komputer. Hasil gambar yang diperoleh lebih gelap sehingga perlu adanya pengaturan cahaya. Agar hasil gambar yang diperoleh maksimal maka dilakukan pengaturan cahaya dengan penambahan brightnes dan color balance ketika proses editing. b. Kesulitan dalam menghasilkan narasi (hasil rekaman audio) yang bagus. Narasi yang bagus dan sesuai akan membantu penjelasan pada tayangan video. Akan tetapi kurangnya kemampuan narator untuk dapat menghasilkan suara hasil rekaman yang bagus merupakan salah satu faktor kendala pada proses ini. Selain faktor tersebut adapula faktor eksternal lainnya. Faktor lainnya adalah kesulitan untuk mendapatkan suara yang jernih karena proses perekaman tidak dilakukan pada ruang yang kedap suara sehingga suara yang dihasilkan tidak jernih. Agar dapat mendapatkan hasil suara yang bagus pengambilan suara dilakukan beberapa kali. Selain itu pengambilan suara dilakukan pada waktu yang bersamaan agar suara yang dihasilkan cukup bagus.

35 Kualitas Sifat Diskontinu Materi Untuk Tingkat Sekolah Menengah Pertama Di tinjau dari Isi Materinya. Walker dan Hess (dalam Arsyad, 00) mengungkapkan beberapa kriteria untuk mendapatkan media pembelajaran yang berkualitas salah satunya adalah kualitas isi dan tujuan. Kualitas media pembelajaran ditinjau dari isi dan tujuannya dilihat dari ketepatannya, kepentingannya, kelengkapannya, keseimbangnnya, minat, perhatian, keadilan, dan kesesuaian dengan situasi orang lain. Dari pernyataan di atas maka video sifat diskontinu materi ini harus mempunyai kualitas standar isi dan tujuan yang sesuai dengan kriteria tersebut. Dari hasil analisis data mengenai kualitas video sifat diskontinu materi dari segi isi materi (content) video, materi yang disampaikan sudah sesuai. Kesesuaian materi ini dapat kita lihat pada beberapa segmen misalnya segmen apresepsi. Apresepsi disini dilakukan oleh presenter dengan mengingatkan kembali berbagai macam jenis wujud benda. Hal itu sesuai pada tujuan penggunaan video pembelajaran ini sebagai awal siswa untuk dapat mengetahui tentang partikel terkecil materi yang diharapkan kedepannya siswa dapat mengenal wujud benda dari segi mikroskopiknya. Siswa diharapkan juga dapat menjelaskan tentang keberadaan ruang hampa diantara partikel materi atau materi bersifat diskontinu.

36 79 Selain pada segmen apresepsi kesesuaian juga terdapat pada segmen percobaan 1 yaitu percobaan pencampuran kacang bogor dan kacang hijau. Segmen percobaan ini untuk memberikan gambaran pada siswa bahwa setiap benda tersusun dari partikel terkecil dan diantara partikel materi terdapat ruang hampa. Percobaan ini bertujuan sebagai analogi tentang keberadaan ruang hampa diantara partikel materi. Percobaan ini sesuai, karena analogi yang disampaikan dekat dalam kehidupan kita sehari-hari. Pada segmen percobaan dan 3 sesuai dengan materi sifat diskontinu materi yang akan diajarkan. Pada kedua segmen tersebut bertujuan untuk menjelaskan bahwa kita tidak dapat melihat ruang hampa diantara partikel terkecil materi, karena keterbatasan kemampuan mata. Untuk memperoleh pemahaman tersebut, maka dianalogikan dengan mengatur jarak pandang kamera pada suatu objek. Pada percobaan ke- dan ke-3 ini objek yang digunakan adalah gula pasir dan kertas berpola yang dibuat dengan mempunyai jarak diantara tiap titik. Materi atau content pada video ini terlebih dahulu di evaluasi oleh dosen ahli materi sehingga materi yang akan digunakan sesuai dengan tujuan video pembelajaran ini. Akan tetapi secara teknis ada beberapa segmen video yang tidak sesuai, misalnya pada percobaan enam. Pada percobaan enam ketidaksesuaian terjadi pada pencampuran air dengan gas. Pada pencampuran air dengan gas ini dicampurkan 40 ml gas dan 0 ml air menghasilkan volume total sebesar 65 ml. Seharusnya 40 ml + 0 ml

37 80 sama dengan 60 ml. Hal tersebut dikarenakan faktor teknis, pada siring kaca terdapat mulut siring yang mempunyai rongga yang cukup besar untuk memasukan zat cair atau gas. Pada proses pemasukan zat cair, mulut siring kaca dimasukan terlebih dahulu ke dalam air. Udara yang terdapat pada rongga mulut siring terbawa masuk ke dalam siring dan menjadikan volum gas bertambah. Menurut peneliti hal tersebut tidak menjadi suatu masalah yang cukup besar, mengingat pada percobaan ini hanya membuktikan tentang keberadaan ruang hampa diantara partikel materi saja bukan dilihat dari segi kuantitatifnya. Pada percobaan ini hanya difokuskan pada fenomena perubahan volum, yaitu ketika pencampuran gas dan zat cair pada keadaan sebelum dikocok dan sesudah dikocok. Dari fenomena tersebut diharapkan siswa dapat memahami aspek mikroskopik dengan mengacu pada percobaan ke-1. Selain perihal kesesuaian dan ketidaksesuaian video di atas ada beberapa tambahan catatan dari dosen pembimbing mengenai teknis atau penambahan permasalahan pada video ini. Misalnya pada percobaan pertama pada proses pengadukan campuran kacang bogor dan kacang hijau ada salah satu dosen yang bertanya bagaimana apabila dikocok?, Sewaktu melakukan uji coba prosedur setiap cara dilakukan, dari pengadukan sampai pengocokan. Kedua cara tersebut mendapatkan volum yang sama yaitu kurang dari 500 ml. Peneliti memutuskan untuk mengambil gambar pengadukan agar proses penempatan ruang kosong

38 81 diantara kacang dapat teramati. Apabila dengan cara pengocokan fenomena kurang dapat teramati, yang teramati hanya perbedaan volumnya saja. Selain itu kelemahan kamera yang mengikuti arah gerak pengocokan, dapat menyebabkan siswa tidak dapat mengamati proses pemasukan ruang kosong diantara kacang-kacang Kualitas Video Sifat Diskontinu Materi Ditinjau dari Tampilannya. Selain kualitas isi dan tujuan Walker dan Hess (dalam Arsyad, 00) juga mengungkapkan bahwa kualitas suatu media pembelajaran dilihat dari kualitas teknis juga. Kriteria dari kualitas teknis menurut Walker dan Hess diantaranya Keterbacaan, Mudah digunakan, Kualitas tampilan / tayangan, Kualitas penanganan jawaban, Kualitas pengelolaan program, dan Kualitas pendokumentasian. Karena pada penelitian ini media yang digunakan adalah video pembelajaran, maka hanya akan dilihat dari kualitas tampilan saja. Hal ini dilakukan, karena dengan tampilan yang bagus akan mendorong keinginan siswa untuk mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Untuk mendapatkan data kualitas tampilan video yang baik ada beberapa kriteria yaitu: kecerahan, tata warna, tampilan subtitle, dan lainlain. Berdasarkan hasil temuan diperoleh bahwa kualitas warna baik, kualitas kekontrasan baik, dan kualitas kecerahan cukup baik. Dari hasil temuan tersebut mengindikasikan bahwa kualitas gambar dari segi tata

39 8 warna, kekontrasan, dan kecerahan dapat ditingkatan. Dengan hasil perolehan data tersebut video ini masih dapat digunakan dengan baik. Untuk kualitas narasi pada video Pembelajaran Sifat Diskontinu Materi ini, narasi dapat terdengar jelas. Selain itu narasi pada video pembelajaran ini dapat memperjelas percobaan yang ditampilkan pada video ini. Namun salah satu dosen berpendapat, agar cara penyampaian narasi dibawakan lebih luwes dan bukan merupakan bahasa tulisan. Pada video pembelajaran ini hanya beberapa segmen yang menggunakan narasi. Fungsi narasi disini hanya untuk memperjelas tampilan. Sebagai contoh pada proses penuangan kacang bogor dan kacang hijau, penuangan tidak perlu dinarasikan karena proses penuangannya sudah dapat terlihat oleh para audience. Selain itu narasi juga digunakan untuk menyimpulkan dan memperjelas animasi yang terdapat pada video ini. Selain kualitas narasi harus juga dilihat kualitas teks (caption) pada video pembelajaran sifat diskontinu materi. Teks atau caption pada video pembelajaran berfungsi untuk memperjelas tayangan video sehingga penonton dapat memperoleh informasi yang seutuhnya. Fungsi teks juga dapat membuat fokus penonton agar memperhatikan gambar sesuai dengan content yang ditampilkan. Fungsi lain dengan adanya caption adalah memungkinkan untuk mengurangi miskonsepsi yang akan terjadi pada video.

40 83 Pada pembuatan teks atau caption perlu diperhatikan pula tingkat keterbacaan karena media yang baik adalah media yang memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi sehingga mampu memberikan informasi yang optimal. Dari hasil temuan terlihat bahwa caption untuk judul / title dapat memberikan gambaran tentang eksperimen yang akan dilakukan. Selain title dan subtitle pada video Pembelajaran Sifat Diskontinu Materi ini dapat memperjelas maksud dan tujuan dari eksperimen yang ditampilkan. Video pembelajaran ini dibuat sebagai media pembelajaran untuk dapat memberikan kesempatan belajar kepada siswa. Oleh Karena itu perlu ada waktu tunggu (waiting time) kepada siswa untuk dapat mengamati dan mengkonservasi suatu fenomena tertentu, maka perlu diperhatikan kecepatan tiap scene agar proses pembelajaran dapat lebih efektif. Hasil dari temuan evaluasi dosen, kecepatan tiap scene pada video Pembelajaran ini cukup baik. Media pembelajaran yang dibuat harus bersifat komunikatif. Hal tersebut dilakukan agar pesan yang disampaikan melalui video ini dapat diterima dengan baik. Siswa diharapkan tidak hanya sekedar menyaksikan video akan tetapi terjadi proses berpikir dan belajar. Peneliti juga membuat video ini agar bersifat komunikatif dengan cara memberikan pertanyaanpertanyaan yang bersifat tertutup, hal tersebut dilakukan agar video ini memberikan dampak positif bagi proses belajar siswa. Dari hasil temuan

41 84 diperoleh bahwa kedua dosen mengatakan bahwa video ini bersifat komunikatif. Musik merupakan salah satu faktor penunjang untuk kualitas video ini. Musik juga berfungsi mempermudah proses penyerapan informasi yang didapat dari apa yang dilihat. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan musik yaitu musik yang digunakan tidak mengganggu proses pembelajaran serta komposisi musik yang sesuai. Untuk komposisi musik, salah satu dosen memilih opsi lainnya yaitu volum musik yang digunakan masih terlalu tinggi pada saat ada narasi akan tetapi untuk jenis musik sesuai Pendapat Guru Mengenai Video Sifat Diskontinu Materi. Video Pembelajaran Sifat Diskontinu Materi mempunyai fungsi sebagai media pendukung dalam proses pembelajaran siswa sebelum mempelajari wujud zat. Jadi video ini memperkenalkan tiga aspek level dalam pembelajaran kimia yaitu makroskopik, mikroskopik, dan simbolik. Dengan adanya video ini peneliti berharap siswa dapat mengenal partikel terkecil materi dengan mengamati fenomena yang ada. Sehingga secara tidak langsung siswa dapat mengetahui cara para ilmuwan menemukan suatu konsep dalam pembelajaran IPA. Selain membantu siswa dalam pembelajaran diharapkan video ini juga dapat membantu guru dalam menyampaikan materi tentang sifat diskontinu materi. Dengan

42 85 adanya video ini pula diharapkan guru dapat lebih mengeksplorasi cara memberikan metode pembelajaran. Seperti hal di atas bahwa peran guru juga berpengaruh besar dalam proses belajar mengajar maka peneliti mengambil sampel guru SMP untuk memberikan komentarnya pada video sifat diskontinu materi yang telah dibuat oleh peneliti ini. Adapun pertanyaan-pertanyaan yang dibuat oleh peneliti adalah mengenai pentingnya materi sifat diskontinu materi ini, kemudian dilihat dari segi fenomena yang dapat teramati atau tidak serta dari tampilan, komposisi musik, dan lain-lain. Dari data penemuan di atas perihal pentingnya materi sifat diskontinu materi hampir semua guru menyatakan bahwa materi ini penting disampaikan, hanya satu orang guru yang menyatakan bahwa materi ini tidak perlu diajarkan dengan alasan bahwa siswa harus diberikan pengalaman melalui percobaan yang dilakukan secara real. Menurut peneliti alasan seperti itu dapat dipermudah dengan menjawab bahwa percobaan ini dilakukan dengan menggunakan bahan-bahan yang mudah didapat sehingga untuk percobaan secara real dapat dilaksanakan. Untuk alasan keempat guru yang lain mengenai pentingnya sifat diskontinu materi untuk SMP sebelum mempelajari wujud zat dirasa perlu dengan alasan sebagai berikut: 1. Karena pengajaran mengenai materi merupakan pengantar dasar untuk pengajaran tentang wujud zat.

43 86. Karena zat tersusun atas partikel, maka diperlukan pemahaman terlebih dahulu mengenai partikel. 3. Sebagai pemahaman awal untuk menuju konsep perubahan wujud zat. 4. Menjadi dasar untuk pembahasan materi berikutnya. Dari pernyataan di atas peneliti menyimpulkan bahwa materi ini perlu disampaikan. Setelah memberikan pertanyaan tentang pentingnya materi ini peneliti memberikan pertanyaan mengenai pentingnya video sifat diskontinu materi ini. Semua guru menyatakan bahwa video sifat diskontinu materi ini sangat berguna untuk membantu siswa dalam pemahaman partikel terkecil yang sulit diamati. Selain itu melalui media video ini, guru dapat terbantu dalam menjelaskan fenomena-fenomena partikel terkecil yang bersifat mikroskopik. Pertanyaan selanjutnya perihal sudut pandang guru mengenai peran video ini untuk mempermudah dalam pemahaman sifat diskontinu materi bagi siswa. Semua guru menyatakan video ini dapat mempermudah siswa untuk dapat memahami sifat diskontinu materi, dengan alasan bahwa fenomena yang ada dalam video ini dapat dilihat dalam kehidupan seharihari. Pada video Pembelajaran sifat diskontinu materi, hampir semua fenomena yang ada dapat teramati dengan baik. Fenomena tersebut diantaranya :

44 87 1. Fenomena partikel terkecil materi serta ruang hampa diantara partikel materi pada bagian apresepsi.. Fenomena yang terjadi pada percobaan pencampuran kacang bogor dan kacang hijau. 3. Fenomena percobaan pengamatan ruang kosong diantara butiran gula pasir. 4. Fenomena pada percobaan pengamatan ruang kosong diantara titiktitik yang dibuat pola. 5. Fenomena percobaan pencampuran alkohol dan aquades. 6. Fenomena pada percobaan pelarutan effervescent. 7. Fenomena pada percobaan pencampuran gas dan air. Hampir semua fenomena di atas dapat teramati dengan jelas. Pada bagian apresepsi hanya satu guru yang menyatakan bahwa fenomena belum terlihat. Hal tersebut menurut peneliti dikatakan wajar karena dalam bagian apresepsi belum diperlihatkan secara jelas, tentang keberadan ruang hampa yang sebenarnya. Pada fenomena pencampuran kacang bogor dan kacang hijau semua guru menyatakan bahwa fenomena dapat teramati dengan jelas. Alasan guru tersebut karena ukuran antara kacang bogor dengan kacang hijau berbeda, dan memungkinkan adanya perbedaan ukuran kacang dengan menunjukan volume campuran yang kurang dari 500 ml. Pada fenomena pengamatan pola titik-titik dari berbagai jarak pandang hanya satu guru yang tidak dapat mengamati fenomena yang

45 88 terlihat. Beliau memberikan alasan bahwa jarak diantara titik terlalu lebar dan ukuran titik-titik tidak sama. Untuk percobaan ini sebenarnya bukan perihal ukuran titik-titik yang sama atau beda. Akan tetapi dengan jarak yang jauh pola titik-titik dan jarak diantara titik semakin tidak terlihat, hal ini diakibatkan kemampuan mata kita terbatas. Hal tersebut mengimplikasikan tentang adanya partikel terkecil dan ruang hampa diantara partikel materi, hanya saja mata kita memiliki keterbatasan untuk melihat partikel terkecil tersebut. Pada percobaan pencampuran gas dan cairan ada satu guru yang tidak dapat melihat fenomena pencampuran gas dan cairan. Alasan dari guru tersebut adalah batasan gas dan cairan tidak dapat teramati dengan jelas. Peneliti disini menjelaskan bukan melihat batasan antara cairan dan gas akan tetapi perubahan volum gas ketika tidak ditambah air dan ditambah air, serta ketika sebelum dilakukan pengocokan dan setelah dilakukan pengocokan. Dengan fenomena tersebut siswa diharapkan dapat menjelaskan fenomena tersebut dari segi mikorskopiknya. Untuk komponen pendukung seperti narasi, subtitle, dan musik backsound, semua komponen sesuai dengan video yang akan ditayangkan. Komponen tersebut mendukung dalam setiap tampilan video pembelajaran. Komponen ini sesuai dengan video yang dibuat oleh peneliti dan diperkuat oleh pernyataan para guru.

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai temuan penelitian dan

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai temuan penelitian dan BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas mengenai temuan penelitian dan pembahasannya. Hasil penelitian ini merupakan deskripsi tentang tahap-tahap proses pembuatan video demonstrasi pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 62 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian dan pembahasannya. Hasil penelitian ini merupakan deskripsi tentang tahap-tahap proses pembuatan video pembelajaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 43 BAB III METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah penelitian dan pengembangan (Research and Development). Menurut Borg dan Gall dalam Sukmadinata (2007), penelitian dan pengembangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pemroduksian video demonstrasi pada materi pokok larutan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pemroduksian video demonstrasi pada materi pokok larutan BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian pemroduksian video demonstrasi pada materi pokok larutan elektrolit dan nonelektrolit merupakan suatu penelitian dan pengembangan (Research and

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar tersebut

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Arsyad (2007), belajar merupakan suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar tersebut terjadi karena

Lebih terperinci

Tahapan Proses Pembuatan Animasi / Pipeline

Tahapan Proses Pembuatan Animasi / Pipeline Tahapan Proses Pembuatan Animasi / Pipeline Animasi Pipeline A. Pengertian Tahapan proses animasi (Animation pipeline) Adalah prosedur atau langkah langkah yang harus dijalani seorang animator ketika membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya proses belajar-mengajar adalah berkomunikasi, guru berperan sebagai pemberi informasi, peserta didik berperan sebagai penerima informasi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. abstrak melalui ceramah dan ilustrasi melalui gambar di papan tulis. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. abstrak melalui ceramah dan ilustrasi melalui gambar di papan tulis. Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran selama ini masih terbatas pada penjelasan konsep yang abstrak melalui ceramah dan ilustrasi melalui gambar di papan tulis. Permasalahan

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. mengenai pelaksanaan produksi dan pasca produksi.

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. mengenai pelaksanaan produksi dan pasca produksi. BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Laporan Tugas Akhir pada BAB IV ini, menjelaskan tentang proses produksi dan pasca produksi seperti penjelasan dari rancangan pra produksi pada bab sebelumnya tentang pembuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan persaingan kualitas dalam dunia pendidikan. Salah satu faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. dan persaingan kualitas dalam dunia pendidikan. Salah satu faktor yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang penting bagi masyarakat, karena dengan pendidikan akan terbentuk sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki kecakapan dalam

Lebih terperinci

PEMANFAATAN VIDEO SEBAGAI MEDIA PENYEBARAN INOVASI PERTANIAN 1. Pera Nurfathiyah, Armen Mara, Ratnawaty Siata, Aulia Farida dan Aprollita 2

PEMANFAATAN VIDEO SEBAGAI MEDIA PENYEBARAN INOVASI PERTANIAN 1. Pera Nurfathiyah, Armen Mara, Ratnawaty Siata, Aulia Farida dan Aprollita 2 30 PEMANFAATAN VIDEO SEBAGAI MEDIA PENYEBARAN INOVASI PERTANIAN 1 Pera Nurfathiyah, Armen Mara, Ratnawaty Siata, Aulia Farida dan Aprollita 2 ABSTRAK Tujuan dari kegiatan pengabdian ini adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN Latar Belakang.

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN Latar Belakang. DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii v viii xi xii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. 1.2.

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. pembuatan Film Pendek Tentang Bahaya Zat Karsinogen dengan Menggunakan

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. pembuatan Film Pendek Tentang Bahaya Zat Karsinogen dengan Menggunakan BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Pada bab ini akan dijelaskan lebih rinci tentang proses produksi dan pasca produksi seperti penjelasan tentang pra produksi pada bab sebelumnya tentang pembuatan Film Pendek Tentang

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. telah terencana pada pra-produksi yang tertulis pada bab sebelumnya. Berikut ini

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. telah terencana pada pra-produksi yang tertulis pada bab sebelumnya. Berikut ini BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Pada bab ini akan dijelaskan proses produksi dan pasca produksi, seperti yang telah terencana pada pra-produksi yang tertulis pada bab sebelumnya. Berikut ini penjelaskan proses

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. tugas akhir ini akan membuat sebuah film animasi 2D dengan gaya komik strip

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. tugas akhir ini akan membuat sebuah film animasi 2D dengan gaya komik strip BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Seperti yang telah dijelaskan pada bagian rumusan masalah pada Bab I, tugas akhir ini akan membuat sebuah film animasi 2D dengan gaya komik strip Pada Bab III telah dijelaskan

Lebih terperinci

BAB 5 EVALUASI. 5.1 Camera Person

BAB 5 EVALUASI. 5.1 Camera Person BAB 5 EVALUASI 5.1 Camera Person Sebuah program acara, seorang camera person sangat berperan penting dan bertanggung jawab atas semua aspek saat pengambilan gambar. Seperti pergerakan kamera, ukuran gambar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. game berjalan beriringan, dan para desainer saling bersaing secara kreatif. Fakta

BAB I PENDAHULUAN. game berjalan beriringan, dan para desainer saling bersaing secara kreatif. Fakta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inovasi dinamika teknologi dan industri multimedia kini telah berkembang pesat. Industri multimedia seperti desain brand, pembuatan video, dan pembuatan game berjalan

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. dan pasca produksi seperti penjelasan dari rancangan pra produksi pada bab

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. dan pasca produksi seperti penjelasan dari rancangan pra produksi pada bab BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Laporan Tugas Akhir pada BAB IV ini, menjelaskan tentang proses produksi dan pasca produksi seperti penjelasan dari rancangan pra produksi pada bab sebelumnya tentang pembuatan

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Pada Bab IV ini membahas tentang bagaimana penerapan elemen-elemen. rancangan karya terhadap pengembangan film pendek ini.

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Pada Bab IV ini membahas tentang bagaimana penerapan elemen-elemen. rancangan karya terhadap pengembangan film pendek ini. BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Pada Bab IV ini membahas tentang bagaimana penerapan elemen-elemen rancangan karya terhadap pengembangan film pendek ini. 4.1 Produksi Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Pada bab ini akan dijelaskan proses, produksi dan pasca produksi dalam pembuatan film AGUS. Berikut ini adalah penjelasan proses pembuatan film yang berjudul AGUS, sebagai berikut:

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Pada bab ini akan dijelaskan proses produksi dan pasca produksi, seperti yang telah terencana pada pra-produksi yang tertulis pada bab sebelumnya. Berikut ini penjelaskan proses

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Prototipe Produk 1. Hasil Pengumpulan Data Data dan informasi yang diperlukan dalam bab ini, penulis menggunakan tiga metode pengumpulan data. Adapun hasil

Lebih terperinci

AKTING UNTUK ANIMASI. Materi 5 STORYBOARD. Lecturer: M. MIFTAKUL AMIN, S.KOM., M.ENG.

AKTING UNTUK ANIMASI. Materi 5 STORYBOARD. Lecturer: M. MIFTAKUL AMIN, S.KOM., M.ENG. AKTING UNTUK ANIMASI Materi 5 STORYBOARD Lecturer: M. MIFTAKUL AMIN, S.KOM., M.ENG. 1 Sejarah Storyboard Proses membuat storyboard, awalnya dikembangkan oleh studio Walt Disney pada awal 1930 Menurut John

Lebih terperinci

PRAKTIKUM 2. PENGAMBILAN GAMBAR

PRAKTIKUM 2. PENGAMBILAN GAMBAR PRAKTIKUM 2. PENGAMBILAN GAMBAR Tujuan praktikum : Mahasiswa dapat melakukan pengambilan gambar dalam berbagai ukuran, angle kamera dan pergerakan kamera. 2.1. UKURAN GAMBAR Ukuran pengambilan gambar selalu

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA BAB IV IMPLEMENTASI KARYA 4.1 Produksi Setelah melakukan persiapan dalam proses pra produksi, dimulainya tahap observasi tempat yang sesuai dengan tema lalu memilih lokasi pengambilan gambar. Setelah melakukan

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Pada bab ini akan dijelaskan proses produksi dan pasca produksi, seperti yang telah terencana pada pra-produksi yang tertulis pada bab sebelumnya. Berikut ini penjelaskan proses

Lebih terperinci

SILABUS MATA PELAJARAN PENGAMBILAN GAMBAR BERGERAK (PAKET KEAHLIAN MULTIMEDIA)

SILABUS MATA PELAJARAN PENGAMBILAN GAMBAR BERGERAK (PAKET KEAHLIAN MULTIMEDIA) Satuan Pendidikan : SMK/MAK Kelas : XII Kompetensi Inti : KI 1 : KI 2 : KI 3 : KI 4 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya SILABUS MATA PELAJARAN PENGAMBILAN GAMBAR BERGERAK (PAKET KEAHLIAN

Lebih terperinci

BAB IV TEKNIS PRODUKSI MEDIA

BAB IV TEKNIS PRODUKSI MEDIA 61 BAB IV TEKNIS PRODUKSI MEDIA 4.1 Teknis Produksi Media Utama Pada perancangan iklan layanan masyarakat ini media utama dalam penyebaran pesan yaitu media elektronik yang berupa televisi. Semua media

Lebih terperinci

IV. HASIL PEMBAHASAN. bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan dengan Adobe

IV. HASIL PEMBAHASAN. bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan dengan Adobe IV. HASIL PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil dari penelitian pengembangan ini adalah multimedia pembelajaran sains bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan dengan Adobe Flash. Materi

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP DESAIN DAN TEKNIS PRODUKSI. cerita dan konsep yang dipadukan dengan elemen audio visual dan

BAB IV KONSEP DESAIN DAN TEKNIS PRODUKSI. cerita dan konsep yang dipadukan dengan elemen audio visual dan BAB IV KONSEP DESAIN DAN TEKNIS PRODUKSI 4.1 Konsep Desain Desain iklan layanan masyarakat yang berupa media utama yang berbasis media elektronik sebagai sarana untuk mensosialisasikan iklan layanan masyarakat

Lebih terperinci

SILABUS MATA PELAJARAN PENGAMBILAN GAMBAR BERGERAK (PAKET KEAHLIAN MULTIMEDIA)

SILABUS MATA PELAJARAN PENGAMBILAN GAMBAR BERGERAK (PAKET KEAHLIAN MULTIMEDIA) SILABUS MATA PELAJARAN PENGAMBILAN GAMBAR BERGERAK (PAKET KEAHLIAN MULTIMEDIA) Satuan Pendidikan : SMK/MAK Kelas : XII Kompetensi Inti : KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya KI

Lebih terperinci

Storyboard For Animation

Storyboard For Animation Storyboard For Animation Anda tidak perlu menjadi seorang kartunis yang bagus untuk menggambar storyboard yang baik. Jika Anda tidak bisa menggambar, maka akan memakan waktu lebih lama, tetapi Anda dapat

Lebih terperinci

SILABUS MATA PELAJARAN PENGAMBILAN GAMBAR BERGERAK (PAKET KEAHLIAN MULTIMEDIA)

SILABUS MATA PELAJARAN PENGAMBILAN GAMBAR BERGERAK (PAKET KEAHLIAN MULTIMEDIA) SILABUS MATA PELAJARAN PENGAMBILAN GAMBAR BERGERAK (PAKET KEAHLIAN MULTIMEDIA) Satuan Pendidikan : SMK/MAK Kelas : XII Kompetensi Inti : KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya KI

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 45454545 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Subjek Penelitian Penelitian ini mengkaji courseware multimedia pembelajaran interaktif pada sub materi pengaruh suhu terhadap laju reaksi yang dikembangkan untuk

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 Konsep Dasar Apa yang akan dibuat oleh penulis disini adalah sesuatu yang berhubungan dengan sebuah promosi bersifat komersial. Sebuah video promosi sebuah universitas di

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. telah terencana pada pra-produksi yang tertulis pada bab sebelumnya. Berikut ini

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. telah terencana pada pra-produksi yang tertulis pada bab sebelumnya. Berikut ini BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Pada bab ini menjelaskan proses produksi dan pasca produksi, seperti yang telah terencana pada pra-produksi yang tertulis pada bab sebelumnya. Berikut ini penjelaskan proses produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dalam penyampaian pesan. Salah satu media audio visual yaitu film.

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dalam penyampaian pesan. Salah satu media audio visual yaitu film. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perfilman di Indonesia akhir-akhir ini berkembang sangat pesat seiring dengan majunya era globalisasi. Hal ini menunjukkan bahwa di Indonesia memiliki orang-orang kreatif

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL ANIMASI EDUKASI MY MOM MY HERO

PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL ANIMASI EDUKASI MY MOM MY HERO PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL ANIMASI EDUKASI MY MOM MY HERO Annisa Erintansari Binus University, Jakarta, DKI Jakart, Indonesia Abstrak Tugas akhir berjudul My Mom My Hero ini adalah untuk memberitahukan

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. tugas akhir ini akan membuat sebuah film animasi 2D dengan rigging. Pada Bab

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. tugas akhir ini akan membuat sebuah film animasi 2D dengan rigging. Pada Bab BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Seperti yang telah dijelaskan pada bagian rumusan masalah pada Bab I, tugas akhir ini akan membuat sebuah film animasi 2D dengan rigging. Pada Bab III telah dijelaskan tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang populer lewat sistem operasi Android dan Apple, aplikasi dekstop. Multimedia sendiri berada didalam lingkungan komputer dan

BAB I PENDAHULUAN. yang populer lewat sistem operasi Android dan Apple, aplikasi dekstop. Multimedia sendiri berada didalam lingkungan komputer dan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Multimedia kini benar-benar hampir menguasai semua media komunikasi yang sering kita gunakan. Bisa dilihat, mulai dari telepon genggam yang sekarang sudah menjadi smartphone

Lebih terperinci

Pengertian Videografy

Pengertian Videografy Videografy Pengertian Videografy Videografi adalah media untuk merekam suatu moment/kejadian yang dirangkum dalam sebuah sajian gambar dan suara yang dapat kita nikmati dikemudian hari baik sebagai sebuah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Objek Penelitian Objek pada penelitian ini adalah bahan ajar kimia berbasis web pada materi ikatan kovalen kelas X yang disesuaikan dengan kurikulum 2013. B. Lokasi Penelitian

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian pengembangan yaitu media pembelajaran interaktif berbasis

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian pengembangan yaitu media pembelajaran interaktif berbasis 37 IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian pengembangan yaitu media pembelajaran interaktif berbasis teknologi informasi dan komunikasi untuk materi kemagnetan kelas IX

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa Laptop atau notebook dengan spesifikasi sebagai berikut: 1. Processor : Intel(R) Core(TM) i5 CPU M 520 @ 2.40GHz

Lebih terperinci

PENGENALAN PERANGKAT TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI BAGI ANAK USIA DINI MELALUI APLIKASI PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIMEDIA

PENGENALAN PERANGKAT TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI BAGI ANAK USIA DINI MELALUI APLIKASI PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIMEDIA PENGENALAN PERANGKAT TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI BAGI ANAK USIA DINI MELALUI APLIKASI PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIMEDIA Boldson Herdianto Situmorang 1), Aries Maesya 2) 1), 2) Program Studi Ilmu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subyek Penelitian Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII jurusan IPA di salah satu SMA Negeri di Kota Bandung. Subyek penelitian yang dipilih

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang tingkat ketertarikan siswa terhadap film animasi dalam pembelajaran,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang tingkat ketertarikan siswa terhadap film animasi dalam pembelajaran, BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Hasil Pengembangan Produk Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini berupa film animasi dalam bentuk 3 dimensi yang berisi materi Interaksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (educational research and development) yang bertujuan mengembangkan

BAB III METODE PENELITIAN. (educational research and development) yang bertujuan mengembangkan BAB III METODE PENELITIAN A. Model Pengembangan Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan pendidikan (educational research and development) yang bertujuan mengembangkan software media pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Diyanti, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Diyanti, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar adalah suatu proses yang komplek yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Belajar adalah suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh

Lebih terperinci

BASIC VIDEOGRAFI OLEH: R. WISNU WIJAYA DEWOJATI

BASIC VIDEOGRAFI OLEH: R. WISNU WIJAYA DEWOJATI BASIC VIDEOGRAFI OLEH: R. WISNU WIJAYA DEWOJATI BASIC PHOTOGRAFI Sebelum dikenalnya teknik Film, manusia lebih dulu mengenal teknik photografi, teknik ini lalu berkembang menjadi teknik film, pada dasarnya

Lebih terperinci

ABSTRAK PERANCANGAN VIDEO PROFILE PRODUK SOLAR PANEL TENAGA SURYA PT. INDOGREEN TECHNOLOGY AND MANAGEMENT

ABSTRAK PERANCANGAN VIDEO PROFILE PRODUK SOLAR PANEL TENAGA SURYA PT. INDOGREEN TECHNOLOGY AND MANAGEMENT ABSTRAK PERANCANGAN VIDEO PROFILE PRODUK SOLAR PANEL TENAGA SURYA PT. INDOGREEN TECHNOLOGY AND MANAGEMENT Oleh TRIO WAHYU SASONGKO NIM: 108300082 Solar panel tenaga surya mulai berkembang di Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan video dokumenter,

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan video dokumenter, BAB IV IMPLEMENTASI KARYA 4.1 Produksi Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan video dokumenter, merupakan rancangan yang sudah disusun dan dibuat pada saat pra produksi di implementasikan

Lebih terperinci

Produksi AUDIO VISUAL

Produksi AUDIO VISUAL Modul ke: Produksi AUDIO VISUAL Storyboard Shooting board Dorector board Fakultas ILMU KOMUNIKASI Dudi Hartono, S. Komp, M. Ikom Program Studi MARCOMM & ADVERTISING www.mercubuana.ac.id Pendahuluan: Storyboard

Lebih terperinci

BAB III. Strategi Perancangan dan Konsep Visual

BAB III. Strategi Perancangan dan Konsep Visual BAB III Strategi Perancangan dan Konsep Visual 3.1 Tujuan Komunikasi Video animasi Iklan Layanan Masyarakat (ILM) ini bertujuan untuk melakukan perubahan pada pola permainan anak-anak pada masa sekarang

Lebih terperinci

BAB IV TAHAPAN PRA PRODUKSI, PRODUKSI DAN PASCA PRODUKSI

BAB IV TAHAPAN PRA PRODUKSI, PRODUKSI DAN PASCA PRODUKSI 23 BAB IV TAHAPAN PRA PRODUKSI, PRODUKSI DAN PASCA PRODUKSI 4.1 PRA PRODUKSI Proses produksi adalah proses pelaksanaan dan perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Dalam hal ini adalah pembuatan script

Lebih terperinci

PERCOBAAN I PEMBUATAN DAN PENENTUAN KONSENTRASI LARUTAN

PERCOBAAN I PEMBUATAN DAN PENENTUAN KONSENTRASI LARUTAN PERCOBAAN I PEMBUATAN DAN PENENTUAN KONSENTRASI LARUTAN I. TUJUAN PERCOBAAN Tujuan percobaan praktikum ini adalah agar praktikan dapat membuat larutan dengan konsentrasi tertentu, mengencerkan larutan,

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Proses implementasi karya adalah tahap pembuatan film dokumenter

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Proses implementasi karya adalah tahap pembuatan film dokumenter BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Proses implementasi karya adalah tahap pembuatan film dokumenter Ludruk Irama Budaya. Dalam implementasi karya ini, terdapat tiga proses utama yang dilakukan, yaitu produksi,

Lebih terperinci

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN. Dalam pengembangan strategi pembelajaran intertekstual pada materi

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN. Dalam pengembangan strategi pembelajaran intertekstual pada materi BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN Dalam pengembangan strategi pembelajaran intertekstual pada materi pokok kesetimbangan kimia secara garis besar penelitian terbagi dalam beberapa tahapan yaitu: Tahap pertama

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. rigging 3D dengan gambar 2D dalam satu frame. Selanjutnya proses metode dan

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. rigging 3D dengan gambar 2D dalam satu frame. Selanjutnya proses metode dan BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Seperti yang telah dijelaskan pada Bab I bagian rumusan masalah, bahwa Tugas Akhir ini akan membuat sebuah film animasi 2D dengan menggabungkan rigging 3D dengan gambar 2D dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Produk yang dihasilkan dalam penelitian ini berupa media

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Produk yang dihasilkan dalam penelitian ini berupa media A. Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Pengembangan Produk Produk yang dihasilkan dalam penelitian ini berupa media pembalajaran berbasis Adobe Flash CS6 yang didalamnya membahas

Lebih terperinci

Kemampuan peserta. Daya Serap Peserta. Kemampuan pengajar. Efektifitas alat bantu pengajaran. Alat Bantu Pengajaran

Kemampuan peserta. Daya Serap Peserta. Kemampuan pengajar. Efektifitas alat bantu pengajaran. Alat Bantu Pengajaran Kemampuan peserta Kemampuan pengajar Daya Serap Peserta Efektifitas alat bantu pengajaran 2 Penglihatan 82% Pendengaran 11 % Penciuman 1 % Pencecapan 2,5 % Perabaan 3,5 % 3 10 % dari apa yang dibaca 20

Lebih terperinci

MENGIDENTIFIKASI TRANSISI SHOT. Untuk Memenuhi Tugas Penyuntungan Digital II Dosen Pengampu : Ranang Agung S., S.Pd., M.Sn

MENGIDENTIFIKASI TRANSISI SHOT. Untuk Memenuhi Tugas Penyuntungan Digital II Dosen Pengampu : Ranang Agung S., S.Pd., M.Sn MENGIDENTIFIKASI TRANSISI SHOT Untuk Memenuhi Tugas Penyuntungan Digital II Dosen Pengampu : Ranang Agung S., S.Pd., M.Sn Disusun Oleh : Reni Apriliana 14148155 Sekar Manik Pranipta 14148157 FAKULTAS SENI

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini adalah research and development atau penelitian

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini adalah research and development atau penelitian III. METODE PENELITIAN A. Model Pengembangan Metode penelitian ini adalah research and development atau penelitian pengembangan. Metode penelitian pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk

Lebih terperinci

Hasil Wawancara : Apa yang menjadi peran dan tanggung jawabjuru kamera dalam menentukan keberhasilan tayangan programx-factor Indonesia dilihat dari

Hasil Wawancara : Apa yang menjadi peran dan tanggung jawabjuru kamera dalam menentukan keberhasilan tayangan programx-factor Indonesia dilihat dari Hasil Wawancara : Apa yang menjadi peran dan tanggung jawabjuru kamera dalam menentukan keberhasilan tayangan programx-factor Indonesia dilihat dari segi visual berkualitas? Herman Effendy (Jurkam) : Keberhasilan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang tepat untuk penelitian ini adalah metode penelitian dan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang tepat untuk penelitian ini adalah metode penelitian dan 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan suatu media, metode penelitian yang tepat untuk penelitian ini adalah metode penelitian dan pengembangan atau

Lebih terperinci

2014 PENGEMBANGAN VIDEO PEMBELAJARAN YANG MENGINTEGRASIKAN LEVEL MAKROSKOPIK, SUB- MIKROSKOPIK, DAN SIMBOLIK PADA MATERI POKOK LARUTAN PENYANGGA

2014 PENGEMBANGAN VIDEO PEMBELAJARAN YANG MENGINTEGRASIKAN LEVEL MAKROSKOPIK, SUB- MIKROSKOPIK, DAN SIMBOLIK PADA MATERI POKOK LARUTAN PENYANGGA 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Salah satu upaya untuk mencapai keberhasilan dalam pembelajaran bagi siswa adalah tersedianya bahan ajar yang mudah digunakan dan dipahami. Dengan demikian, seorang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dipakai peneliti adalah penelitian dan pengembangan atau Educational Research and Development ( R & D ). Penelitian dan pengembangan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SMP : SMP Negeri 1 Berbah Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA ) Kelas/Semester : VII/1 Materi Pokok : Klasifikasi Benda Submateri : Pemisahan campuran Alokasi

Lebih terperinci

Bab 3 Metode Perancangan

Bab 3 Metode Perancangan Bab 3 Metode Perancangan 3.1 Metode Pengembangan Sistem Metode pengembangan sistem yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode prototype, proses utama dari metode ini adalah: Gambar 3.1 Metode prototype

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Hasil Pengembangan Produk Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah sumber belajar berbentuk komik yang diberi nama KOMIKA (Komik

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. kemudian berusaha mengembangkan bersama-sama dengan pencipta lagu.

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. kemudian berusaha mengembangkan bersama-sama dengan pencipta lagu. BAB IV IMPLEMENTASI KARYA 4.1 Pra Produksi 4.1.2 Ide Ide dasar pembuatan video klip ini diperoleh dari lirik lagu. Penulis kemudian berusaha mengembangkan bersama-sama dengan pencipta lagu. 4.1.3 Konsep

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. Orisinalitas Gambar 2.1 Animasi edukasi KOK BISA Sumber : Youtube Animasi yang digunakan sebagai media edukasi ini pernah dibuat oleh kanal Youtube asal Indonesia yang bernama

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN DIMENSI TIGA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN DIMENSI TIGA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) PENGEMBANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PADA POKOK BAHASAN DIMENSI TIGA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) Sanusi 1), Edy Suprapto 2), Davi Apriandi 3) 1 Prodi Pendidikan Matematika,

Lebih terperinci

Pengambilan Gambar (Video (Video Shooting Shooting )

Pengambilan Gambar (Video (Video Shooting Shooting ) Pengambilan Gambar (Video Shooting ) Siswa dapat mendefenisikan Video Shooting Siswa dapat mendefenisikan df iik Kamera Video Siswa dapat mengklassifikasikan macam macam Kamera Video Siswa dapat menjelaskan

Lebih terperinci

Nama : Aditia.R (03) Kelas : XI tel 4. Broadcast:1. Definisi Kamera Video

Nama : Aditia.R (03) Kelas : XI tel 4. Broadcast:1. Definisi Kamera Video Nama : Aditia.R (03) Kelas : XI tel 4 Broadcast:1 Definisi Kamera Video Kamera Video adalah perangkat perekam gambar video yang mampu menyimpan gambar digital dari mode gambar analog. Kamera Video termasuk

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. tugas akhir ini akan membuat sebuah film animasi 2D dengan teknik motion

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. tugas akhir ini akan membuat sebuah film animasi 2D dengan teknik motion BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Seperti yang telah dijelaskan pada bagian rumusan masalah pada Bab I, tugas akhir ini akan membuat sebuah film animasi 2D dengan teknik motion graphic novel yang pewarnaanya menggunakan

Lebih terperinci

APLIKASI PEMBELAJARAN INTERAKTIF TEKNIK ANIMASI 3D BERBASIS MULTIMEDIA

APLIKASI PEMBELAJARAN INTERAKTIF TEKNIK ANIMASI 3D BERBASIS MULTIMEDIA APLIKASI PEMBELAJARAN INTERAKTIF TEKNIK ANIMASI 3D BERBASIS MULTIMEDIA Triyanna Widiyaningtyas 1, I Made Wirawan 2, Ega Gefrie Febriawan 3 1,2 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri

Lebih terperinci

BAB III KONSEP PERANCANGAN. Tujuan peneliti dalam film dokumenter Creation Of Daniel s ini, peneliti

BAB III KONSEP PERANCANGAN. Tujuan peneliti dalam film dokumenter Creation Of Daniel s ini, peneliti BAB III KONSEP PERANCANGAN 3.1 Tujuan Komunikasi Tujuan peneliti dalam film dokumenter Creation Of Daniel s ini, peneliti ingin menunjukan karya dari Daniel Alamsjah kepada masyarakat bahwa Bukit Rhema

Lebih terperinci

BAB III ANALISA, KONSEP DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISA, KONSEP DAN PERANCANGAN BAB III ANALISA, KONSEP DAN PERANCANGAN 3.1 Analisa Sistem Tahap analisis merupakan tahapan awal dalam membuat sebuah perangkat lunak dimana penulis menganalisa kebutuhan dasar dari sistem yang akan dibuat.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan produk baru berupa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan produk baru berupa BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan produk baru berupa representasi kimia berbasis intertekstual yang dikemas dalam bentuk multimedia pembelajaran.

Lebih terperinci

DASAR-DASAR MULTIMEDIA INTERAKTIF (MMI) by: Agus Setiawan

DASAR-DASAR MULTIMEDIA INTERAKTIF (MMI) by: Agus Setiawan DASAR-DASAR MULTIMEDIA INTERAKTIF (MMI) by: Agus Setiawan Konsep MULTIMEDIA Multimedia is the combination of the following elements: text, color, graphics, animations, audio, and video MULTIMEDIA V.S MULTIMEDIA

Lebih terperinci

II. METODOLOGI. Budaya Lokal Betawi. Ondel-ondel. Bentuk Ondel-ondel. Data. Video, Artikel, Buku dan lain-lain. Macam-macam aplikasi ondel-ondel

II. METODOLOGI. Budaya Lokal Betawi. Ondel-ondel. Bentuk Ondel-ondel. Data. Video, Artikel, Buku dan lain-lain. Macam-macam aplikasi ondel-ondel II. METODOLOGI A. Kerangka Berpikir Studi Budaya Lokal Betawi Ondel-ondel Sejarah Ondel-ondel Bentuk Ondel-ondel Ornamen pada ondel-ondel dan pakaiannya. Data Ondel-ondel Boneka besar Topeng Rambut (kembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dipadukan dengan adanya perkembangan bidang multimedia

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dipadukan dengan adanya perkembangan bidang multimedia BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan teknologi informasi khususnya teknologi multimedia sekarang ini telah berkembang semakin pesat sehingga membuat kehidupan manusia sekarang ini menjadi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini adalah research and development atau penelitian dan

METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini adalah research and development atau penelitian dan 35 III. METODE PENELITIAN A. Setting Pengembangan Metode penelitian ini adalah research and development atau penelitian dan pengembangan. Pengembangan yang dimaksud adalah pembuatan media pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan resolusi tinggi serta reproduksi suara maupun video dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. dengan resolusi tinggi serta reproduksi suara maupun video dalam bentuk BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Teknologi multimedia adalah hasil dari perpaduan kemajuan teknologi elektronik, teknik komputer dan perangkat lunak. Kemampuan penyimpanan dan pengolahan gambar

Lebih terperinci

SOSIAL MEDIA. Munif Amin Romadhon. munifamin. Munif Amin. munifamin89

SOSIAL MEDIA. Munif Amin Romadhon. munifamin. Munif Amin. munifamin89 SOSIAL MEDIA Munif Amin Romadhon munifamin Munif Amin munifamin89 Apa itu Sinematografi? Berasal dari bahasa Yunani Kinema (gerakan) dan Graphoo atau Graphein (menulis / menggambar) Menulis dengan gambar

Lebih terperinci

BAB IV DESAIN DAN IMPLEMENTASI

BAB IV DESAIN DAN IMPLEMENTASI BAB IV DESAIN DAN IMPLEMENTASI Pada bab ini membahas tentang proses produksi dan post produksi CD Interaktif Company Profile yang meliputi pemotretan background, penataan cahaya, pemotretan karakter dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan pada pasal 19 ayat 1 yang menyatakan bahwa Proses pembelajaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Development (Penelitian dan Pengembangan) dalam menciptakan suatu video

BAB III METODE PENELITIAN. Development (Penelitian dan Pengembangan) dalam menciptakan suatu video BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian Research and Development (Penelitian dan Pengembangan) dalam menciptakan suatu video edukasi tentang penanganan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Pelaksanaan Tindakan Penelitian ini dilakukan dalam praktek pembelajaran dikelas V SD Negeri 3 Grabagan Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan dengan jumlah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berbasis film. Media yang dikembangkan berupa media

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berbasis film. Media yang dikembangkan berupa media 42 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan, pengembangan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengembangan media pembelajaran berbasis film.

Lebih terperinci

Revisi BAB I PENDAHULUAN

Revisi BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Judul Percobaan Penyaringan B. Tujuan Percobaan 1. Melatih kemampuan agar dapat menggunakan kertas saring untuk menyaring endapan hasil reaksi kimia. 2. Mengenal metode pemisahan secara

Lebih terperinci

DAFTAR LAMPIRAN...xi

DAFTAR LAMPIRAN...xi DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN...xi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 3 1.3 Batasan

Lebih terperinci

Finishing Audio Visual dengan Analisa Editing

Finishing Audio Visual dengan Analisa Editing Finishing Audio Visual dengan Analisa Editing ADA DUA MACAM EDITING LINEAR EDITING Proses pasca produksi yang masih menggunakan banyak peralatan editing profesional, player, recorder, monitor, ECU ( editing

Lebih terperinci

EDITOR ORANG YANG TERLATIH DAN TERDIDIK UNTUK MENGEDIT FILM DAN REKAMAN VIDEO

EDITOR ORANG YANG TERLATIH DAN TERDIDIK UNTUK MENGEDIT FILM DAN REKAMAN VIDEO TEKNIK EDITING EDITING Menggabungkan beberapa hasil pengambilan gambar dan suara dengan urutan urutan yang benar sesuai dengan naskah / script, dan juga menurut panjang dan irama tertentu yang tepat dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 28 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu penelitian yang dilaksanakan mulai dari bulan November 2016 sampai dengan bulan April 2017 bertempat di SDN Serang 11 Kota Serang yang

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan video feature,

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan video feature, BAB IV IMPLEMENTASI KARYA 4.1 Produksi Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan video feature, merupakan rancangan yang sudah disusun dan dibuat pada saat pra produksi di implementasikan

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. merancang naskah, hunting lokasi, merancang dan menyususl pada tahap prapoduksi

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. merancang naskah, hunting lokasi, merancang dan menyususl pada tahap prapoduksi BAB IV IMPLEMENTASI KARYA 4.1 Produksi Produksi merupakan proses lanjutan dalam proses pembuatan video, merancang naskah, hunting lokasi, merancang dan menyususl pada tahap prapoduksi dan di implementasikan

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. produksi. Proses tersebut akan digambarkan pada gambar 4.1. lokasi akan ditata seperti yang digambarkan pada storyboard.

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. produksi. Proses tersebut akan digambarkan pada gambar 4.1. lokasi akan ditata seperti yang digambarkan pada storyboard. BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Secara keseluruhan bab ini akan membahas tentang produksi hingga pasca produksi. Proses tersebut akan digambarkan pada gambar 4.1. Gambar 4.1 Gambar proses produksi dan pasca

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI PEKERJAAN

BAB IV DESKRIPSI PEKERJAAN BAB IV DESKRIPSI PEKERJAAN Video Teaser yang akan dibuat untuk acara Festival Video Edukasi (FVE) di Balai Pengembangan Media Televisi Pendidikan dan Kebudayaan (BPMTPK) ini merupakan video teaser yang

Lebih terperinci