PETA SOSIAL KAMPUNG URUMUSU. Sejarah Singkat Kampung Urumusu

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PETA SOSIAL KAMPUNG URUMUSU. Sejarah Singkat Kampung Urumusu"

Transkripsi

1 PETA SOSIAL KAMPUNG URUMUSU Sejarah Singkat Kampung Urumusu Sebelum tahun 1982, wilayah Distrik Uwapa pada umumnya termasuk Kampung Urumusu adalah daerah hutan rimba. Hutan tersebut secara ulayat dimiliki oleh Marga Wakei dan Madai dan beberapa marga lainnya yang merupakan lokasi perburuan dari marga-marga tersebut. Memasuki tahun 1983, Departemen Kehutanan memberikan Izin Hak Pengelolaan Hutan (IHPH) kepada PT. Djajanti Group di wilayah tersebut. Pada tahun yang sama juga Departemen Transmigrasi merencanakan untuk menempatkan transmigrasi di lokasi bekas pengambilan hasil hutan konsesi IHPH PT. Djajanti Group. Oktavianus Wakei (alm) sebagai kepala suku, meminta Pemerintah untuk memukimkan 100 Kepala Keluarga di Kampung Urumusu sebagai kompensasi atas penggunaan tanah ulayatnya oleh pemerintah untuk program transmigrasi dan pengambilan hasil hutan. Menyikapi permintaan tersebut, pada tahun 1984, lewat Departemen Sosial RI memukimkan 85 Kepala Keluarga pemilik ulayat di Kampung Urumusu. Sebelumnya, mereka adalah penduduk yang dimukimkan adalah warga Distrik Mapia, kurang lebih 138 kilo meter sebelah selatan dari Kampung Urumusu. Pada saat masih bermukim di Distrik Mapia, mereka adalah petani kopi dan kacang tanah. Kondisi fisik alami tidak memungkinkan mereka tetap menjadi petani kopi dan kacang tanah maka pada tahun 1985, Departemen Pertanian membuka lahan hutan seluas 87 hektar untuk menanam kakao. Setiap kepala keluarga mendapat bagian 1 (satu) hektar tanaman kakao. Pertengahan tahun 1986 sudah melakukan panen perdana. Penambahan luas lahan kakao bagi setiap keluarga dilakukan secara mandiri dan bertahap. Tanah garapan sekitar rumahpun ditanami kakao, rambutan dan pisang. Dengan demikian luas lahan tanaman kakao di Kampung Urumusu pada saat ini sudah mencapai 312 hektar. Kondisi Fisik Alami Kampung Urumusu Kondisi fisik alami merupakan gambaran fisik daerah yang bersifat alamiah yang mempengaruhi pola hidup dan proses pembangunan, termasuk tata kelola pemerintahan. Kondisi fisik alamiah tersebut antara lain yakni posisi administratif, geografis, topografi, hidrologi, geologi, morfologi dan klimatologi.

2 53 Batas Administratif dan Geografis Kampung Urumusu secara administratif adalah merupakan bagian dari Distrik Uwapa, Kabupaten Nabire, Provinsi Papua dan berada pada posisi: Sebelah Utara Sebelah Selatan Sebelah Timur Sebelah Barat : Kampung Topo Jaya. : Distrik Siriwo. : Distrik Napan. : Kampung Argomulyo. Secara georgafis, Kampung Urumusu berada pada posisi 4 0, 15 LU - 4 0, 40 LS dan BB BT. Kampung Urumusu terletak di sebelah selatan dari Kota Nabire, dengan jarak 36 Km dari ibu kota kabupaten dan 1 (satu) Km dari Topo, Ibu kota Distrik Uwapa. Letak ketinggian dari dasar laut adalah 38 meter diatas permukaan laut. Luas wilayah Kampung Urumusu adalah panjang 28 Kilometer dan lebar 13 Kilometer. Kondisi Topografi dan Hidrologi Kampung Urumusu adalah merupakan daerah perbukitan dengan tingkat kemiringan 0-1 % untuk sekitar pemukiman penduduk dan daerah sekitar Gunung Gamei, tingkat kemiringan mencapai 5-20 %. Secara hidrologi Kampung Urumusu dilalui oleh 2 (dua) sungai besar dan dalam perkampungan dilalui 6 buah kali (anak sungai) yang masih bersih. Selain itu, masih banyak ditemui rawa dengan kubangan-kubangan air di wilayah Kampung Urumusu. Kondisi Geologi dan Morfologi Kabupaten Nabire, termasuk Kampung Urumusu pada umumnya terletak pada pertemuan dua lempengan kerak bumi yaitu lempeng Pasifik yang bergerak ke arah barat dan lempengan Samudera Indonesia-Australia-Papua yang bergerak relatif ke arah Utara. Akibat pergeseran lempengan tersebut, terjadi lipatan pegunungan dan patahan yang sering menyebabkan gempa bumi. Kabupaten Nabire terdapat dua lipatan (sasar), yakni Sasar Wondama dan Sasar Siriwo. Sasar Siriwo kira-kira terletak pada posisi 14 km dari Kampung Urumusu ke arah selatan. Dengan demikian Kampung Urumusu merupakan daerah rawan gempa bumi. Berdasarkan peta geologi yang telah dikaji secara khusus litologi dan geologi lainnya menunjukan bahwa batuan di Kampung Urumusu adalah jenis batuan tua

3 54 dan keras, kecuali hasil sedimentasi alamiah di sekitar Gunung Gamei dan hasil pelapukan yang sudah menjadi agregasi tanah penutup. Kondisi Klimatologi, Erosi dan Kondisi Vegetasi Hasil survei Badan Meteorologi dan Geofisika Nabire, sifat curah hujan masih pada batas normal, yakni 1.894,5 mm/tahun. Laju angin, suhu udara dan kelembaban udara masih pada batas normal sehingga tidak membahayakan ekosistem yang ada. Sedangkan suhu rata-rata adalah 27-27,5 0 Celsius per hari. Tingkat kerawanan erosi tertinggi di Kampung Urumusu berada di sekitar Gunung Gamei (6 Km arah selatan dari perkampungan). Walaupun curah hujan masih pada batas normal, sering terjadinya erosi akibat aktifitas pendulangan emas tradisional di beberapa anak sungai, pengambilan hasil hutan tanpa reboisasi dan kondisi tingkat kemiringan tanah yang tinggi. Kondisi vegetasi di hutan masih hutan alamiah dan ditumbuhi oleh pohon merbau, agatis, matoa, damar dan lainnya. Sekitar rumah penduduk ditanami pohon kakao, rambutan, pisang dan di sepanjang jalan provinsi yang menghubungkan Kabupaten Nabire dan Kabupaten Paniai, mulai berkembang populasi tanaman albesia dan agasia. Kondisi Fisik Binaan Kampung Urumusu Kondisi fisik binaan (artificial features) merupakan gambaran fisik saat ini dari karya dan cipta manusia (man made features) yang mempengaruhi pola hidup dan proses pembangunan. Kondisi fisik binaan merupakan serangkaian usaha-usaha pemerintah dalam membuka akses dan memeratakan hasil-hasil pembangunan dan pelayanan publik. Aspek fisik binaan tersebut meliputi sarana dan prasarana meliputi: Pola Tata Guna Tanah Pemanfaatan lahan atau pola tata guna tanah di Kampung Urumusu didominasi oleh wilayah hutan tropis alami (60 %). Sedangkan selebihnya adalah lokasi pemukiman penduduk dan pertanian kakao (30 %), hutan ladang berpindah dan rawa (10 %).

4 55 Jaringan Jalan dan Jaringan Listrik Jaringan jalan primer, yaitu jalan yang menghubungkan Kabupaten Nabire dan Kabupaten Paniai. Sedangkan jalan sekunder dibangun oleh perusahaanperusahaan kayu yang mengantongi IHPH di wilayah Distrik Uwapa, telah menghubungkan Kampung Urumusu-Kampung Marga Jaya-Kampung Gamey Jaya-Kampung Yaro Makamur di Distrik Yaro dan Distrik Wanggar untuk mengangkut kayu. Sejak tahun 2001, PLN membuka anak ranting di Distrik Uwapa, termasuk Kampung Urumusu namun hanya bisa beroperasi selama 1 tahun dan kini tidak beroperasi lagi karena rusak. Bagi sebagian warga, kebutuhan penerangan didapatkan dari lampu petromaks, genset dan lilin. Jaringan Air Bersih, Jaringan Telekomunikasi dan pos Kebutuhan air bersih bagi warga didapatkan dari beberapa buah anak sungai (kali) yang mengalir di sekitar rumah penduduk. Sedangkan warga lainnya yang tinggal jauh dari anak sungai, kebutuhan air bersih didapatkan dari perigi (sumur) dan air hujan. Sedangkan jaringan telekomunikasi masih belum terpasang termasuk PT. Pos Indonesia juga belum membuka cabang di Distrik Uwapa, termasuk Kampung Urumusu. Jaringan Fasilitas Umum: Fasilitas pemerintahan yang dimiliki adalah Balai Kampung. Balai tersebut dibangun oleh Depsos RI pada tahun Kondisi fisik bangunan tidak terawat dan sudah tidak layak digunakan. Dengan demikian kegiatan pemerintahan khususnya event tertentu seperti pertemuan warga ataupun pertemuan dengan pihak luar hanya dilaksanakan di rumah Kepala Kampung. Fasilitas pendidikan yang dimiliki Kampung Urumusu adalah 1 unit SD Negeri Inpres yang dibangun tahun 1984 oleh Depdikbud dan dibangun kembali pada Tahun Anggaran 2006 oleh Pemda Kabupaten Nabire lewat dana rekonstruksi bencana gempa bumi. Aktifitas belajar mengajar sudah tidak berjalan selama 9 tahun terakhir karena tidak ada guru yang bertugas, sehingga sebagin murid memilih melanjutkan pendidikan di Kampung Argomulyo maupun di Kampung Topo. Sedangkan bagi yang berumur kecil (kelas 1-2) memilih tidak

5 56 sekolah karena jaraknya ditempuh yang cukup jauh dengan berjalan kaki kira-kira 3 kilo meter. Fasilitas kesehatan, yakni Puskesmas maupun Puskesmas Pembantu masih belum ada, sehingga warga Kampung Urumusu berobat di Pustu Kampung Marga Jaya atau di Puskesmas Topo yang berjarak 3 Km. Sedangkan kegiatan tertentu yang berhubungan dengan kesehatan seperti pos yandu, imunisasi dan lainnya, sejak tahun 2007 sudah dibangunkan 1 (satu) unit Poliklinik Kampung. Fasilitas perekonomian yang dimiliki adalah 1 (satu) Kelompok Usaha Bersama (KUBE). KUBE tersebut hanya menjual sembilan bahan makanan pokok. Sedangkan pasar tradisional, koperasi, bank dan fasilitas ekonomi lainnya masih belum dibangun. Untuk mendukung usaha kakao, sudah dibentuk 3 (tiga) kelompok tani namun belum ada aktifitas dalam mengatasi masalah hama dan penyakit serta mengatasi masalah pasar dan produksi. Fasilitas peribadatan yang dimiliki adalah Gereja Katholik St. Yahanes dan Gereja Kemah Injil Indonesia (GKII) Pekabaran Injil Bedeida. Sedangkan fasilitas peribadatan bagi agama yang lain masih belum dibangun. Hal ini disebabkan karena warga non kristen, yakni beragama Islam hanya 3 Kepala Keluarga. Mereka melaksanakan jumatan dan aktifitas ibadah lainnya di Masjid Kampung Argomulyo atau ke Kilo 38. Kondisi Struktur Sosial Kampung Urumusu Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendapatan dan Mata Pencaharian Pelapisan masyarakat berdasarkan kategori ini, dibagi kedalam 3 (tiga) kelompok masyarakat, yaitu: 1. Masyarakat berpendapatan rendah, mempunyai ciri-ciri seperti: a) Masih menempati rumah pemukinan sosial belum dimodifikasi; b) Pendapatan ratarata kurang dari Rp perbulan; c) Lahan kakao yang dimiliki kurang dari 2 hektar, tidak memiliki hutan kayu merbau dan bahan galian golongan C. 2. Masyarakat berpendapatan sedang, mempunyai ciri-ciri: a) Masih menempati rumah pemukiman sosial yang sudah dimodifikasi; b) Berpendapatan rata-rata Rp sampai dengan Rp perbulan; dan c) Lahan kakao yang dimiliki kurang dari 3 hektar dan memiliki tanaman bernilai ekonomis serta memiliki salah satu dari hutan kayu merbau atau lahan bahan galian gol. C.

6 57 3. Masyarakat berpendapatan tinggi, mempunyai ciri-ciri: a) Mempunyai bangunan rumah dalam bentuk baru dan ukuran lebih besar dan luas; b) Pendapatan rata-rata di atas Rp ke atas perbulan; c) Lahan kakao yang dimiliki lebih dari 3 hektar dan memiliki tanaman bernilai ekonomis lainnya serta memiliki hutan kayu merbau, lahan bahan galian C dan mempunyai lahan pendulangan emas. Tabel 3 berikut ini adalah komposisi penduduk menurut tingkat pendapatan keluarga. Tabel 3: Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendapatan Keluarga Tingkat Pendapatan Perbulan Jumlah KK Kepemilikan Lahan Kakao Prosentase Rendah (<Rp ) Sedang (Rp Rp ) Tinggi (> Rp ) 27 < 2 Ha < 3 Ha > 3 Ha 17 JUMLAH Sumber: Dinas Kesejahteraan Sosial dan Keluarga Berencana Kabupaten Nabire, 2006 Berdasarkan data di atas menunjukan bahwa rata-rata pendapatan Kepala Keluarga yang kurang dari Upah Minimim Provinsi Papua adalah sebesar (83%) dan dianggap miskin. Upah Minimun Provinsi Papua yakni Rp per bulan. Tabel 4 berikut ini adalah komposisi penduduk menurut mata pencaharian. Tabel 4 : Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Mata Pencaharian Jumlah KK Prosentase PETANI PNS 3 3 JASA 2 3 JUMLAH Sumber: Dinas Kesejahteraan Sosial dan Keluarga Berencana Kabupaten Nabire, 2006 Dari tabel di atas menunjukan bahwa hampir seluruh (94%) masyarakat Kampung Urumusu adalah petani (petani kakao).

7 58 Komposisi Penduduk Berdasarkan Asal Suku Komposisi penduduk berdasarkan asal suku lebih banyak didominasi oleh Suku Ekari. Lebih jelasnya seperti yang disajikan pada tabel 5 berikut ini. Tabel 5: Komposisi Penduduk Menurut Asal Suku Asal Suku Jumlah Jiwa Prosentase Ekari Non Papua Papua Non Ekari Jumlah Sumber: Dinas Kesejahteraan Sosial dan Keluarga Berencana Kabupaten Nabire, 2006 Dari tabel di atas menunjukan bahwa sebagian besar (77%) penduduk Kampung Urumusu berasal dari Suku Ekagi. Oleh sebab itu pola hidup masyarakat Kampung Urumusu lebih banyak dipengahui oleh tradisi Suku Ekagi. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Masyarakat masih menganggap bahwa mereka yang berpendidikan tinggi, kelasnya lebih tinggi dibandingkan dengan yang berpendidikan rendah. Tabel 6 berikut ini adalah komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan. Tabel 6 : Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Jumlah Jiwa Prosentase Belum Tamat SD Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA 12 4 Jumlah Sumber: Dinas Kesejahteraan Sosial dan Keluarga Berencana Kabupaten Nabire, 2006 Dari tabel di atas menunjukan bahwa sebagian besar (82%) penduduk Kampung Urumusu dibawah tamatan SD. Dengan demikian disimpulkan bahwa penduduk Kampung Urumusu berpendidikan rendah. Hal ini sangat berdampak pada akses sumber daya dan pembangunan Kampung Urumusu.

8 59 Potensi Perekonomian Kampung Urumusu Sektor Pertanian Hasil pertanian di Kampung Urumusu adalah kakao, rambutan, mangga dan pisang dan sayuran. Kakao merupakan komoditi utama dan pohon buah-buahan yang lainnya ditanam sebagai sombar (penyejuk) bagi tanaman kakao. Hasil kakao dijual langsung ke Nabire. Biaya perawatan tanaman kakao cukup rendah karena hanya membutuhkan biaya pemangkasan, pembersihan dan pemetikan. Pekerjaan tersebut dapat dikerjakan oleh 1 (satu) orang tenaga kerja untuk 1 (satu) hektar dalam 2-3 hari kerja. Pembersihan dan pemangkasan dilakukan setiap 1 (satu) bulan sekali. Peningkatan produktifitas pertanian, dalam hal ini memperluas lahan pertanian kakao agak sulit karena jiwa kewirausahaan sangat rendah. Selain itu, biaya tenaga kerja cukup tinggi karena sulit mendapatkan buruh. Kondisi kebun pada umumnya kurang terawat sehingga tingkat produksi kakao jauh lebih rendah dari kapasitas maksimun yang dapat dicapai yang pada akhirnnya menjadi sarang hama dan penyakit tanaman. Pola pertanian berpindah masih dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sayuran dan umbian. Setiap KK mempunyai 3-4 petak lahan berpindah. Luas setiap petaknya adalah 1,5-2 hektar. Sebagian besar waktu dan tenaga dihabiskan untuk mengurusi lahan berpindah untuk memenuhi kebutuhan pangan dan tambahan penghasilan. Sektor Pertambangan Kampung Urumusu merupakan daerah penambangan emas tradisional. Selain itu, kampung ini mempunyai potensi tambang bahan galian golongan C, yakni batu dan pasir. Penguasaan lahan pertambangan, termasuk hutan dikuasai oleh marga wakei, madai dan iyai. Batas masing-masing klien (marga) sudah ditentukan oleh nenek moyangnya. Kehutanan Hasil hutan yang terkenal adalah kayu merbau, agatis, matoa dan lainnya. Namun sayangnya tidak ada industri pengolahan kayu karena hasil hutan tersebut diolah di Kota Nabire maupun di luar Pulau Papua bahkan ke luar negeri. Harga 1 (satu) pohon merbau berkisar antara Rp ,00-Rp ,00. Sedangkan

9 60 matoa dan agatis berkisar di bawah Rp ,00. Penentuan harga dipengaruhi oleh jarak ke jalan raya dan ukuran besarnya pohon. Penguasaan lahan hutan dikuasai oleh marga wakei, madai, iyai dan beberapa marga lainnya. Batas masing-masing klien sudah ditentukan oleh nenek moyangnya. Seperti halnya lahan tambang, pengambilan hasil hutan dalam lahan kepemilikan setiap marga, sudah terbagi dalam masing-masing kepala keluarga. Belum ada lembaga yang mengorganisir pengambilan dan penjualan hasil hutan dan masyarakat mengatur lahannya masing-masing. Hal ini berdampak pada konservasi sumber daya hutan dan penaataan ruang kampung. Sektor Jasa Perekonomian sektor jasa masih belum berkembang. Hal ini berhubungan dengan masalah kurangnya tenaga kerja, pasar dan keterbatasan biaya produksi. Kondisi Peran Pemerintahan Kampung Dalam Mengatasi Masalah Sosial di Kampung Urumusu Masalah Sosial di Kampung Urumusu Bidang Perekonomian Komoditi kakao sebagai produk unggulan di Kampung Urumusu mengalami penurunan tingkat produksi sebesar 50 % dari kapasitas produksi maksimal per hektar per musim sejak tahun Masalah ini berimbas pada penurunan pendapatan keluarga per bulan. Sebelum tahun 2004, tingkat produksi kakao mencapai 320 kilo gram per musim perhektar (Kg/musim/Ha), atau 640 kilo gram per hektar per tahun (Kg/Ha/Thn), maka pada tahun 2007, tingkat produksi menurun menjadi 160 Kg/musim/Ha atau 320 Kg/Ha/Thn. Sering penurunan tingkat produksi kakao, pendapatan keluarga juga ikut menurun. Rata-rata pendapatan per Kepala Keluarga yang sebelum tahun 2004 adalah Rp ,00 per bulan atau diatas batas Upah Minimum Provinsi Papua, yakni Rp ,00 kini turun menjadi Rp ,00 per bulan. Tingkat produksi maksimum dari 312 hektar kakao di Kampung Urumusu dapat memproduksi ,00 kilo gram per musim atau ,00 kilo gram per tahun dengan omset Rp ,00 per musim atau Rp ,00 per tahun kini turun menjadi ,00 kilo gram per musim atau ,00 kilo gram

10 61 per tahun dengan omset Rp ,00 per musim atau Rp ,00 per tahun. Penyebab masalah adanya penurunan pendapatan adalah serangan hama yang diduga helopeltis sp dan penyakit phytoptora sp, yang merupakan dampak dari pengembangbiakan pohon inang hama dan hama pengantar penyakit, kondisi lahan kakao yang tidak terawat yang menyebabkan tingginya tingkat kelembaban udara di lokasi kebun serta kondisi fisik alami di Kampung Urumusu yang memungkinkan berkembangbiaknya hama dan penyakit tersebut. Sebagai perbandingan, pada tabel 7 dan 8 ditampilkan kondisi produksi dan pendapatan per KK sebelum dan sebelum terserang hama dan penyakit. Tabel 7: Kondisi Produksi dan Pendapatan Sebelum Terserang Hama dan Penyakit No Produksi Pendapatan Rata-Rata Rata-Rata Keterangan Kg Rp 3,840, Per Ha Per Musim Kg Rp 7,680, Per Ha Per Tahun Kg Rp 640, Per Ha Per bulan 4* Kg Rp 1,280, Per KK Per Bulan Sumber: Olahan data hasil wawancara oleh pengkaji. Keterangan: 1 Harga rata-rata 1 kg adalah Rp ,- 2 Waktu 6 bulan untuk sekali musin panen 3 *) Rata-rata Per KK memiliki 2 Ha lahan kakao Tabel 8: Kondisi Produksi dan Pendapatan Sesudah Terserang Hama dan Penyakit No Produksi Pendapatan Rata-Rata Rata-Rata Ket Kg Rp 1,920, Per Ha Per Musim Kg Rp 3,840, Per Ha Per Tahun Kg Rp 320, Per Ha Per bulan 4* Kg Rp 640, Per KK Per Bulan Sumber: Olahan data hasil wawancara oleh pengkaji. Keterangan: 1 Penurunan tingkat produksi mencapai 50% 2 Harga rata-rata 1 kg adalah Rp ,- 3 Waktu 6 bulan untuk sekali musin panen 4 *) Rata-rata Per KK memiliki 2 Ha lahan kakao

11 62 Serangan hama dan penyakit makin sporadis karena: 1) Pemerintah Kampung Urumusu tidak melaksanakan program terpadu atas pengentasan hama dan penyakit; 2) Pemerintah Kampung Urumusu mempraktekkan ketidaktepatan sasaran dan ketidaktepatan implementasi dalam pelaksanaan tugas pembantuan dari pemerintah supra desa yang diterima selama ini. Untuk mengatasi masalah hama dan penyakit sebagai bagian dari pemberdayaan multi-pihak (stakeholders) di bidang ekonomi maka: 1) Pemerintah Kampung Urumusu melaksanakan pembersihan lahan dan pemangkasan pohon kakao di seluruh Kampung Urumusu dan perbaikan pengairan yang dipadukan dengan pengembangan usaha perikanan air tawar melalui APB Kampung; 2) Pemerintah Kampung Urumusu berkoordinasi dan membangun hubungan kemitraan dengan Dinas Kehutanan dan Perkebunan untuk mencarikan solusi atas pengendaliaan hama dan penyakit tanaman kakao yang dipadukan dengan program reboisasi hutan terpadu; dan 3) melaksanakan tugas pembantuan dari pemerintah supra desa untuk mengatasi masalah hama dan penyakit kakao serta masalah sosial lainnya. Masalah Sosial di Kampung Urumusu Bidang Modal Sosial Selain masalah ekonomi, terjadi menurunnya kualitas modal sosial dan gerakan sosial multi-pihak di Kampung Urumusu dalam mengatasi masalah hama dan penyakit kakao serta masalah sosial lainnya secara kolektif dan mandiri. Penyebab menurunnya kualitas modal sosial adalah: 1) multi-pihak di Kampung Urumusu masih trauma dengan bangkrutnya KUD dan Kopermas yang pernah dibangun bersama; 2) lembaga-lembaga kemasyarakatan seperti Kelompok Tani kurang efektif dalam memperjuangkan aspirasi anggotanya; 3) Pemerintah Kampung dalam hal ini Kepala Kampung sebagai pembina lembaga kemasyarakatan di tingkat kampung kurang efektif dalam melaksanakan tugas pembinaan dan pengawasan langsung pada lembaga kemasyarakatan; dan 4) Pemerintahan Kampung Urumusu tidak melaksanakan usaha pembinaan modal sosial melalui kebijakan publik di tingkat kampung. Keempat penyebab masalah inilah yang menimbulkan lunturnya modal sosial yang ditandai dengan praktek proses penanganan masalah sosial secara parsial dan perorangan yang kental dengan sikap individualisme dan egoisme serta berkurangnya kuantitas musyawarah untuk mengatasi masalah secara kolektif. Untuk mengatasi masalah lunturnya modal sosial dan gerakan sosial, kebutuhan multi-pihak di Kampung Urumusu dalam rangka pemberdayaan bidang

12 63 sosial adalah: 1) Pemerintah Kampung Urumusu mengefektifkan pertemuan (diskusi) membahas masalah-masalah dalam tugas penyelenggaraan penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan dengan melibatkan multi-pihak di Kampung Urumusu sebagai bagian dari proses terapi untuk pengembalian kepercayaan masyarakat kepada pemerintahan kampung dan rasa saling percaya di antara multi-pihak di Kampung Urumusu; 2) Pemerintah Kampung Urumusu memperkuat soliditas sosial serta membangun komitmen multi-pihak di Kampung Urumusu atas dasar saling percaya secara berkelanjutan melalui proses pelembagaan norma-norma, membangun pola hubungan kerja dan sistem nilai yang dapat dilakukan melalui penetapan Peraturan Kampung dan Keputusan Kepala Kampung yang memberdayakan; 3) Pemerintah Kampung Urumusu melaksanakan tugas dan kewajiban pembinaan dan pengawasan secara langsung pada lembaga kemasyarakatan. Sebagai gambaran, melalui bagan 3 berikut ini disajikan proses memperkuat soliditas sosial serta membangun komitmen multi-pihak di Kampung Urumusu atas dasar saling percaya secara berkelanjutan melalui proses pelembagaan normanorma, membangun pola hubungan kerja dan sistem nilai yang dapat dilakukan melalui kebijakan publik, yakni Peraturan Kampung dan Keputusan Kepala Kampung yang memberdayakan.

13 64 Bagan 3: Pengembangan Modal Sosial Melalui Kebijakan Publik di Tingkat Kampung BUPATI MASYARAKAT KAMPUNG Partisipasi masyarakat Kampung secara lisan atau tertulis Pemerintah Kampung Memprakarsai Rancangan PERKamp BPK Usul Inisiatif Rancangan PERKamp Kepala Distrik PEMBAHASAN RANCANGAN Asas-asas pembentukan Perkamp: kejelasan tujuan, kembagaan yang tepat, kesesuaian antara jenis dan materi muatan, dapat dilaksanakan, kedayagunaan dan kehasilgunaan, kejelasan rumusan dan keterbukaan Perkamp tentang APBKam.,Pengutan dan Penataan Ruang paling lambat 3 hari untuk evaluasi hasil evaluasi dikembalikan paling lambat 20 hari. Jika belum ada hasil evaluasi dalam 20 hari, Kepala Kampung dapat menetapkan Rancanagan Perkamp menjadi Perkamp. Penyampaian hasil paling lambat 7 hari setelah penetapan agar Setda memuat dalam Berita Daerah Persetujuan Oleh BPK KEBIJAKAN PUBLIK (PERATURAN KAMPUNG) Ditetapkan dan Ditandatangani oleh Kepala Kampung paling lambat 7 hari setelah disetujui BPK, Pimpinan BPK menyerahkan kapada Kepala Kampung untuk menetapkan Rancangan Perkamp menjadi Perkamp. Penyampaian sebagai informasi hasil penetapan Perkamp kepada konstituen Kewajiban Pengawasan dan Pembinaan Pelaksanaan Peraturan Kampung Partisipasi dalam pengawasan dan evaluasi Proses merancang, menetapkan dan melaksanakan secara partisipatif, demokratis, keterbukaan dan berkeadilan. Meningkatkan derajat (tingkat) legitimasi dan partisipasi aktif (penuh) seluruh komponen Tumbuhnya saling PRODUK KEBIJAKAN PUBLIK Interaksi efektif antara MODAL SOSIAL Tumbuhnya niat baik, kepercayaan Berkembangnya sifat kegotong-royongan, kelektifitas, kohesifikasi dan keyakinan untuk Sumber Energi dalam Penyeleng Urusan Pemerintahan. Urusan Pembangunan Urusan Kemasyarakatan Keterangan: Tidak diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku namun menjadi satu kebutuhan untuk pengembangan modal sosial. Sumber: disesuaikan dari Suharto (2007) dan Perda Kab. Nabire No. 30 Tahun 2007

14 65 Masalah Sosial di Kampung Urumusu Bidang Politik Secara politik, multi-pihak (stakeholders) di Kampung Urumusu juga telah kehilangan ruang partisipasi aktif dalam proses perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan, pemeliharaan dan pengawasan dan evaluasi proses pembangunan Kampung. Yang menjadi indikator ketidakberdayaan masyarakat bidang politik di tingkat kampung adalah: 1) Pemerintahan Kampung Urumusu tidak pernah mengadakan Musrenbang Kampung dan proses APB Kampung sebagai satu kesatuan dari sistem perencanaan dan pembangunan nasional; 2) BPK Kampung Urumusu kurang efektif dalam melaksanakan tugas dan fungsinya; dan 3). Pemerintah Kampung tidak pernah melaksanakan pertanggungjawaban dan evaluasi kepada multi-pihak di Kampung Urumusu atas proses penyelenggaraan pembangunan. Ketiga masalah tersebut telah mendorong terselenggaranya proses pembangunan kampung yang tidak mengedepankan partisipasi aktif multi-pihak di Kampung Urumusu dalam proses perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan dan pemeliharaan serta tidak terlaksananya proses pengawasan dan evaluasi sebagai sarana rekonstruksi proses pembangunan, khususnya dalam pelaksanaan program bantuan pemberdayaan masyarakat pada akhir program. Sebagai gambaran tabel 9 berikut ini menampilkan tipologi partisipasi publik berdasarkan jenis partisipasi dan tingkat keterwakilan di Kampung Urumusu.

15 66 Tabel 9: Kondisi tipologi partisipasi publik berdasarkan jenis partisipasi dan tingkat keterwakilan di Kampung Urumusu Jenis Keterwakilan Palsu Sempit Keputusan : kurang trasparan dibuat oleh Pemerintah (Kepala Kampung). Partisipasi : bersifat simbolik, hanya segelintir orang yang terlibat. Tingkat keterwakilan Parsial Keputusan : dibuat oleh sekelompok elit Kampung dengan mempertimbangkan masukan dari kelompok kepentingan yang terbatas Partisipasi : hanya melibatkan kelompok kepentingan yang memiliki pengaruh, sedangkan sebagian besar masyarakat tidak mempunyai kesempatan sama sekali Penuh Keputusan : dibuat oleh pemerintah dan kelempok kepentingan yang terpilih. Partisipasi : melibatkan sekelompok kepentingan yang mempunyai Pengaruh, namun sebagian besar warga Negara tetap kurang memiliki kesempatan Sumber: disesuaikan dari Sirajuddin (2006) Keterangan: Luas Keputusan: dibuat oleh Pemerintah (Kepala Kampung dan Kepala Distrik). Partisipasi : simbolik, meskipun melibatkan berbagai kelompok yang ada dalam masyarakat Keputusan : dibuat oleh pemerintah dengan pengaruh yang sangat sedikit dari partisipasi masyarakat Partisipasi : melibatkan berbagai kelompok kepentingan namun peluang berpartisipasi disediakan dalam sesi yang sangat terbatas Keputusan : dibuat oleh pejabat pemerintah dengan pengaruh yang sangat kuat dari partisipasi masyarakat Partisipasi : masyarakat luas terlibat dalam diskusi yang cukup intensif dengan pemerintah. Kondisi Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan Tugas Pembantuan di Kampung Urumusu Dengan demikian kebutuhan multi-pihak (stakeholders) di Kampung Urumusu di bidang penguatan kapasitas politik adalah: 1. Pemerintahan Kampung Urumusu melaksanakan Musrembang Kampung dan melaksanakan proses APB Kampung dengan prinsip pemberdaayaan (empowerment), keterbukaan (transparancy), akuntabilitas (accountability), berkelanjutan (sustainability), partisipasi (participation), aspiratif, efektif dan efisiensi agar dapat mengatasi masalah ekonomi, khusunya pengentasan hama dan penyakit tanaman kakao, perluasan lahan kakao, pengadaan sarana produksi dan pengembangan potensi ekonomi lainnya. Bagan 4 berikut ini disajikan keterkaitan Musrenbang Kampung dan proses APB Kampung sebagai satu kesatuan dari sistem perencanaan dan pembangunan nasional yang dibutuhan oleh masyarakat.

16 Bagan 4: Sistem Perencanaan Pembangunan dan Pembiayaan Pembangunan Pusat, Daerah dan Kampung Proses Perencanaan Pembangunan Nasional dari Kampung, Daerah sampai Pusat Sebagai Sistem (satu kesatuan) Yang Tidak Dapat Dipisahkan Proses Politik Anggaran Pembangunan Nasional Untuk Pemberdayaan Masyarakat Kampung Sumber-Sumber Pendapatan Kampung Untuk Pemberdayaan Masyarakat Kampung Pemerintah Pusat Pemerintah Daerah RPJP Nasional diacu RPJP Daerah diperhatikan diperhatikan Renstra KL Diserasikan: Kebutuhan Daerah dan Nasional melalui Musrenbang Nasional Diserasikan: Kebutuhan Daerah dan Kampung melalui Musrenbang Daerah Renja - KL RKA - KL Rincian APBN diacu RPJM Nasional dijabarkan RKP RAPBN APBN Bulan Maret Bulan April Mei Tanggal 16 Agustus Mulai Bulan Juni Bulan Desember Minggu ke II Desember Minggu ke III-VI Desember dijabarkan RPJM Daerah RKP Daerah RAPBD APBD Pedoman diacu Renstra SKPD Renja - SKPD RKA - SKPD Rincian APBD Bulan Minggu I Januari 1. Bantuan keuangan Pemerintah Provinsi dan Pemerintah. 2. Hibah Pemerintah Provinsi dan Pemerintah. 1. Bagi hasil pajak Kabupaten: a. Bagi hasil pajak Kabupaten b. Bagi hasil PBB c. Dan seterusnya 2. Bagi hasil retribusi Kabuapten 3. Alokasi dana perimbangan keuangan pusat daerah a. Alokasi Dana Kampung (ADK), yakni ADKM dan ADKP. b. Alokasi Dana Khusus (ADKK). 4. Bantuan keuangan Kabupaten 5. Hibah Pemda Kabupaten Pemerintah Kampung dijabarkan RPJM Kamp RKP Kamp. RAPBKampung APB Kampung Output: Daftar Prioritas Kegiatan yang dibiayai Kampung Daftar Kegiatan yang dilakukan melalui ADK Daftar Prioritas Kegiatan yang diajukan ke RKPD/Renja-SKPD DPA SKPD Kab. dan Provinsi Daftar nama delegasi yg diutus ke Musrenbang Distrik. Renstra LPM Kampung Musrenbang Kampung Tim Fasilitator: Kepala Kampung, Kabupaten dan Distrik diacu Renja LPM Kampung Bulan Januari-Februari Kordinator: LPM Kampung Nara Sumber/Peserta: Ketua RT/RW/LPMKamp. dan semua Lembaga Kemasyarakatan RKA - LPM Kampung 70 % Biaya Pemberdayaan Masyarakat DPA-LPMK Rincian APB Kampung 30 % Belanja Aparatur dan Operasional Kampung PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KAMPUNG 1. Pendapatan Asli Kampung: a. Hasil Usaha Kampung b. Hasil Pengelolaan Kekayaan Kampung c. Hasil Swadaya dan Partisipasi d. Hasil gotong royong e. Lain-lain Pendapatan Asli Kampung yang sah 2. Hibah dari perorangan/orsos/orpol dan lainnya 3. Sumbangan pihak ketiga 4. Bantuan keuangan kampung lain. 5. Penerimaaan pembiayaan: a. SILPA Tahun sebelumnya. b. Hasil Penjualan Kekayaan Kampung yang Dipisahkan c. Pinjaman kampung Sumber: Kolaborasi dari Wriatnolo RR (2006), UU. No. 25 Tahun 2004 dan Perda Kab. Nabire No. 29 Tahun

17 71 Jaringan Fasilitas Umum: Fasilitas pemerintahan yang dimiliki adalah Balai Kampung namun kondisi fisik bangunan tidak terawat dan sudah tidak layak digunakan. Fasilitas pendidikan adalah 1 unit SD Negeri Inpres namun aktifitas belajar mengajar sudah tidak berjalan selama 9 tahun terakhir. Fasilitas kesehatan, sejak tahun 2007 sudah memilki 1 (satu) unit Polindes. Fasilitas perekonomian yang dimiliki adalah 1 (satu) Kelompok Usaha Bersama (KUBE). KUBE tersebut hanya menjual sembilan bahan makanan pokok. Sedangkan Fasilitas peribadatan yang dimiliki adalah Gereja Katholik St. Yahanes dan GKII Bedeida. Yang beragama Islam melakukan aktifitas ibadah di Masjid Kampung Argomulyo atau ke Kilo 38. Kondisi Struktur Sosial Komunitas Rata-rata pendapatan Kepala Keluarga kurang yang Upah Minimim Provinsi Papua adalah sebanyak 65 KK (83%). Sedangkan 73 KK (94%) bermata pencaharian sebagai petani kakao. Menurut asal suku, sebanyak 256 jiwa (77%) penduduk berasal dari Suku Ekagi dan 82% penduduk di bawah tamatan SD. Masalah Sosial Dan Peran Tata Kelola Pemerintahan di Kampung Urumusu Dalam Mengatasi Masalah Sosial Secara ekonomi, komunitas sedang tidak berdaya karena Komuditi kakao sebagai produk unggulan di Kampung Urumusu mengalami penurunan tingkat produksi sebesar 50 % dari kapasitas produksi maksimal per hektar per musim. Masalah ini berimbas pada penurunan pendapatan keluarga per bulan. Selain itu pada beberapa tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi Kampung mengalami stagnasi. Pada tiga tahun yang lalu tingkat produksi kakao mencapai 320 kilo gram per musim perhektar (Kg/musim/Ha), atau 640 kilo gram per hektar per tahun (Kg/Ha/Thn), kini turun menjadi 160 Kg/musim/Ha atau 320 Kg/Ha/Thn. Rata-rata pendapatan per Kepala Keluarga pada tiga tahun yang lalu adalah dari Rp ,00 per bulan (di atas Upah Minimum Provinsi Papua, yakni Rp ,00), kini turun menjadi Rp ,00 per bulan. Penyebabnya adalah serangan hama yang diduga species helopeltis dan penyakit species phytoptora, yang merupakan dampak dari pengembangbiakan pohon inang hama dan hama pengantar penyakit, kondisi lahan kakao yang tidak terawat serta kondisi fisik

18 68 2. BPK dan lembaga kemasyarakatan di Kampung Urumusu melaksanakan tugas dan fungsinya dalam menggali, menampung, merumuskan dan menyalurkan aspirasi masyarakat kepada Pemerintah Kampung terutama kebutuhan bagi kelompok marginal di Kampung Urumusu; dan 3. Pemerintah Kampung melaksanakan pertanggung jawaban dan evaluasi atas proses pembangunan sebagai sarana rekonstruksi proses pembangunan. Bagan 5 berikut ini ditampilkan pola pertanggungjawaban kepala kampung namun tidak pernah dipraktekkan dalam tata kelola pemerintahan Kampung Urumusu. Bagan: 5 Model Pertanggungjawaban Pertahun Anggaran Kepala Kampung Paling lambat tiga bulan setelah tahun anggaran berakhir BUPATI KEPALA DISTRIK Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Kampung (LPPK) Akhir Tahun Anggaran berupa laporan dan sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan 3 Urusan dan 1 Tugas Pembantuan Laporan Keterangan Pertangung Jawaban (LKPJ) Akhir Tahun Anggaran Kepala Kampung berupa pelaporan laporan dan sebagai bentuk pertanggung jawaban atas 3 Urusan dan 1 Tugas Pembantuan termasuk APB Kampung Penyampaian hasil temuan kepada yang mempunyai kapasitas untuk menolak atau menerima LPPK KEPALA KAMPUNG Paling lambat tiga bulan setelah tahun anggaran berakhir BADAN PERMUSYA- WARATAN KAMPUNG (BPK) Sekurangkurangnya 1 kali dalam setahun Pengimformasian Laporan Penyelenggaran Pemerintahan Kampung (LPPK) Akhir Tahun Anggaran Kepala Kampung berupa informasi pokok-pokok kegiatan tentang pelaksanaan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan yang langsung kepada masyarakat melalui media informasi Kampung. MASYARAKAT KAMPUNG Penyampaian hasil temuan atas informasi pokok-pokok kegiatan Sumber: Disesuaikan dari Wasistiono (2007) dan Kepmendri No.35 Tahun 2007

19 69 Sedangkan yang ideal adalah monitoring dan evaluasi pembangunan secara partisipatif yang dilakukan multi-pihak di Kampung Urumusu untuk selanjutnya dapat menghasilkan rekaman proses dan ringkasan proses evaluasi yang menjadi input bagi rekonstruksi pembangunan kampung pada tahun anggaran berikutnya seperti yang disajikan pada bagan 6 beritu ini. Bagan 6: Monitoring dan Evaluasi Proses Pembangunan Kampung Secara Partisipatif BIDANG EKONOMI Kelompok Tani, Perikanan air tawar dan jasa BIDANG KE- PEMUDAAN Karang Taruna, Mudika dan Kaum Muda BIDANG PEME- RINTAHAN Kepala Kampung dan Aparatnya serta BPK FASILITATOR/PEMANDU: Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kampung (LPMK) Evaluasi Pembangunan Kampung: 1. Pencapaian: Apa yang sudah dicapai (kualitas & kuantitas) sampai saat ini? 2. Perkembangan: Apa saja yang dicapai tahun ini dari rencana awal? 3. Efisiensi dan efektifitas: Berapa biaya yang dikeluarkan dan apa dampak (manfaat) nya bagi masyarakat? 4. Metode atau pendekatan: Mengapa tercapai/tidak tercapai? 5. Proses belajar dan bertukar pengalaman: Apakah ada pengalaman baru? 6. Informasi untuk rencana berikutnya: Apa saja yang belum dan perlu dikerjakan? Ouput Evaluasi: PEMANTAU: Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, Utusan Kantor Distrik/ Kabupaten/LSM BIDANG PE- REMPUAN PKK, Pemerhati Masalah Perempuan dan anak BIDANG KE- SEHATAN Petugas Medis, Pos Yandus dan Pemerhati Kesehatan Masyarakat BIDANG PENDIDIKAN Guru SD, Tutor PLS, Guru PAUD Informasi Dasar Untuk Musrenbang Kampung Rekaman Proses Evaluasi Ringkasan Hasil Evaluasi Informasi Dasar Untuk LPPK Ke Bupati REKONSTRUKSI PROSES PEMBANGUNAN KAMPUNG Sumber: Olahan data hasil wawancara oleh pengkaji.

20 70 Rangkuman Peta Sosial Kampung Urumusu Kondisi fisik alami Kampung Urumusu Sebelum tahun 1984 komunitas petani kakao di Kampung Urumusu adalah petani kopi dan kacang tanah yang tinggal di Distrik Mapia. Perbedaan kondisi fisik alami Distrik Mapia dan Distrik Uwapa, mereka harus beralih pekerjaan menjadi petani kakao sebagai bagian dari upaya rekayasa sosial. Luas lahan kakao yang dimiliki saat ini sudah mencapai 312 hektar. Secara georgafis, Kampung Urumusu berada pada posisi 4 0, 15 LU - 4 0, 40 LS dan BB BT serta berjarak 36 Km dari Kota Nabire, dan 3 (satu) Km dari Topo, Ibu kota Distrik Uwapa. Letak ketinggian dari dasar laut adalah 38 meter dengan Luas wilayah adalah panjang 28 Kilo meter dan lebar 13 Km. Secara topologi, Kampung Urumusu merupakan daerah dataran rendah dan perbukitan dengan tingkat kemiringan 0-1 % untuk sekitar pemukiman serta secara hidrologi Kampung Urumusu dilalui oleh 2 (dua) sungai besar dan masih banyak ditemui rawa (kubangan air). Sedangkan secara klimatologi sifat curah hujan masih pada batas normal, yakni 1.894,5 mm/tahun. Sedangkan suhu ratarata adalah 27-27,5 0 Celsius per hari. Kondisi vegetasi di hutan masih hutan alamiah yang ditumbuhi oleh pohon merbau, agatis, matoa, damar. Selain itu di sekitar perkampungan mulai berkembang populasi tanaman albesia dan agasia. Kondisi fisik Binaan Kampung Urumusu Pemanfaatan lahan atau pola tata guna tanah di Kampung Urumusu didominasi oleh wilayah hutan tropis alami (60 %). Sedangkan selebihnya adalah lokasi pemukiman penduduk dan pertanian kakao (30 %), hutan ladang berpindah dan rawa (10 %). Jaringan jalan primer, yaitu jalan yang menghubungkan Kabupaten Nabire dan Kabupaten Paniai. Sedangkan jalan sekunder dibangun oleh perusahaan HPH yang telah menghubungkan Kampung Urumusu dengan kampung-kampung sekitarnya. PLN membuka anak ranting di Kampung Urumusu namun hanya bisa beroperasi selama 1 tahun dan kini tidak beroperasi. Kebutuhan air bersih bagi warga didapatkan dari beberapa buah anak sungai yang mengalir di sekitar rumah penduduk. Sedangkan jaringan telekomunikasi masih belum terpasang termasuk PT. Pos Indonesia juga belum membuka cabangnya.

21 72 alami yang memungkinkan berkembangbiaknya hama dan penyakit tersebut. Serangan hama dan penyakit makin sporadis karena: 1) Pemerintah Kampung tidak melaksanakan program terpadu atas pengentasan hama dan penyakit; 2) Pemerintah Kampung Urumusu mempraktekkan ketidaktepatan sasaran dan dalam pelaksanaan tugas pembantuan dari pemerintah supra desa. Selain masalah ekonomi, terjadi menurunnya kualitas modal sosial dalam mengatasi masalah hama dan penyakit kakao secara kolektif dan mandiri. Penyebabnya adalah: 1) multi-pihak di Kampung Urumusu masih trauma dengan bangkrutnya KUD dan Kopermas yang pernah dibangun bersama; 2) lembagalembaga kemasyarakatan seperti Kelopok Tani kurang efektif dalam memperjuangkan aspirasi anggotanya; 3) Pemerintah Kampung dalam hal ini Kepala Kampung sebagai pembina lembaga kemasyarakatan di tingkat kampung kurang efektif dalam melaksanakan tugas pembinaan dan pengawasan langsung pada lembaga kemasyarakatan; dan 4) Pemerintahan Kampung Urumusu tidak melaksanakan usaha pembinaan modal sosial pada multi-pihak di Kampung Urumusu melalui kebijakan publik di tingkat kampung. Secara politik, multi-pihak di Kampung Urumusu juga telah kehilangan ruang partisipasi aktif dalam proses perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan, pemeliharaan dan pengawasan dan evaluasi proses pembangunan Kampung. Yang menjadi penyebab ketidakberdayaan multi-pihak di Kampung Urumusu adalah: 1) Pemerintahan Kampung Urumusu tidak pernah mengadakan Musrenbang Kampung dan proses APB Kampung dengan melibatkan multi-pihak di Kampung Urumusu sebagai satu kesatuan dari sistem perencanaan pembangunan nasional; 2) BPK Kampung Urumusu kurang efektif dalam melaksanakan tugas dan fungsinya; dan 3). Pemerintah Kampung tidak pernah melaksanakan pertanggungjawaban dan evaluasi atas proses pembangunan kepada multi-pihak. Dari hasil analisa peta sosial kampung, dapat disimpulkan bahwa multi-pihak di Kampung Urumusu sedang berada dalam kondisi ketidakberdayaan secara ekonomi, sosial dan politik yang disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan, pendapatan, kurangnya fasilitas pelayanan umum serta ketidakmampuan pemerintahan kampung sebagai agen pembaharuan dan pranata sosial dan agen pembangunan dalam tugas penyelenggaraan urusan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN. Kesimpulan

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN. Kesimpulan KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN Kesimpulan Sebelum tahun 1984, masyarakat di Kampung Urumusu adalah penduduk Distrik Mapia. Mata pencaharian utama penduduk adalah petani kakao. Luas lahan kakao yang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN KELURAHAN DAN KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN KELURAHAN DAN KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN KELURAHAN DAN KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG, Menimbang : a. bahwa sehubungan dengan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Paradigma pembangunan masa lalu yang menempatkan pemerintah sebagai aktor utama pembangunan untuk mengejar pertumbuhan ekonomi terbukti tidak mampu mensejahterakan rakyat Indonesia.

Lebih terperinci

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN GORONTALO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, PEMANFAATAN, DAN PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar 389

BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar 389 BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN 1988 2.1. Kondisi Geografis Desa Namo Rambe merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH +- PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MELAWI, Menimbang

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak dan Luas IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili 4.2 Tanah dan Geologi

BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak dan Luas IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili 4.2 Tanah dan Geologi BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak dan IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili Secara administratif pemerintah, areal kerja IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili dibagi menjadi dua blok, yaitu di kelompok Hutan Sungai Serawai

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

BUPATI BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI, BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI RENCANA PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 15 TAHUN 2006 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA BUPATI KUDUS, Menimbang :

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota 66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandarlampung 1. Letak Geografis Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota Bandarlampung memiliki luas wilayah

Lebih terperinci

BAB III KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 18 BAB III KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1 Letak Geografis dan Luas Kecamatan Sukanagara secara administratif termasuk dalam Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Letak Kabupaten Cianjur secara geografis

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 15 TAHUN 2006 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA BUPATI KUDUS, Menimbang a.

Lebih terperinci

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada IV. LOKASI PENELITIAN A. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada dinaungan Kecamatan Sungkai Utara Kabupaten Lampung Utara Berdasarkan Perda

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR Rancangan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BONDOWOSO, Menimbang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI SELATAN, Menimbang : a. b. c. Mengingat : 1.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT - 270 - PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA/KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 51 BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis Kota Bogor 4.1.1 Letak dan Batas Wilayah Kota Bogor terletak diantara 106 derajat 43 30 BT dan 30 30 LS 6 derajat 41 00 LS serta mempunyai ketinggian

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 04 TAHUN 2009 T E N T A N G PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUMAJANG, Menimbang : a.

Lebih terperinci

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4588);

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4588); PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN STATUS KAMPUNG PANARAGAN JAYA MENJADI KELURAHAN PANAGARAN JAYA KECAMATAN TULANG BAWANG TENGAH KABUPATEN TULANG BAWANG

Lebih terperinci

ANALISA KONDISI KAPASITAS TATA KELOLA PEMERINTAHAN KAMPUNG URUMUSU

ANALISA KONDISI KAPASITAS TATA KELOLA PEMERINTAHAN KAMPUNG URUMUSU ANALISA KONDISI KAPASITAS TATA KELOLA PEMERINTAHAN KAMPUNG URUMUSU Melalui uraian peta sosial Kampung Urumusu dan evaluasi program PPK tergambar bahwa adanya ketidakmampuan Pemerintahan Kampung, yakni

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 66 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 66 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 66 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA SERTA PELAKSANAAN

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Bangun Rejo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Bangun Rejo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis dan Luas Wilayah Kecamatan Bangun Rejo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di Kabupaten Lampung Tengah. Kecamatan Bangun Rejo merupakan pemekaran

Lebih terperinci

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR Rancangan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEMBANGUNAN DESA DAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BONDOWOSO,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. kota Bandar Lampung. Kecamatan kemiling merupakan kecamatan hasil

III. METODE PENELITIAN. kota Bandar Lampung. Kecamatan kemiling merupakan kecamatan hasil III. METODE PENELITIAN A. Gambaran Umum Kecamatan Kemiling. Kondisi Wilayah Kecamatan kemiling merupakan bagian dari salah satu kecamatan dalam wilayah kota Bandar Lampung. Kecamatan kemiling merupakan

Lebih terperinci

BUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE, Menimbang: a. bahwa berdasarkan ketentuan Peraturan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 3 TAHUN : 2017 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN, TATA CARA PEMBAGIAN, DAN PENETAPAN RINCIAN DANA DESA SETIAP DESA TAHUN

Lebih terperinci

BUPATI KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DESA

BUPATI KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DESA BUPATI KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa pengaturan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah dan Geografis KelurahanMaharatu Desa Swamedyaialah desa yang berkecukupan dalam hal sumber daya alam dan sumber daya manusia. Dalam hal dana modal sehingga

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIMAHI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG . BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA BUPATI MURUNG

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN MENTERI DESA, PDT DAN TRANSMIGRASI NOMOR 1,2,3,4 dan 5 TAHUN 2015 DALAM RANGKA IMPLEMENTASI UU DESA

PENJELASAN ATAS PERATURAN MENTERI DESA, PDT DAN TRANSMIGRASI NOMOR 1,2,3,4 dan 5 TAHUN 2015 DALAM RANGKA IMPLEMENTASI UU DESA KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PENJELASAN ATAS PERATURAN MENTERI DESA, PDT DAN TRANSMIGRASI NOMOR 1,2,3,4 dan 5 TAHUN 2015 DALAM RANGKA IMPLEMENTASI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MAMUJU Jl. Soekarno Hatta No. 17 Telp (0426) Kode Pos Mamuju

PEMERINTAH KABUPATEN MAMUJU Jl. Soekarno Hatta No. 17 Telp (0426) Kode Pos Mamuju PEMERINTAH KABUPATEN MAMUJU Jl. Soekarno Hatta No. 17 Telp (0426) 21295 Kode Pos 51911 Mamuju PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAMUJU NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA

BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

KEPALA DESA CINTAKARYA KABUPATEN BANDUNG BARAT

KEPALA DESA CINTAKARYA KABUPATEN BANDUNG BARAT KEPALA DESA CINTAKARYA KABUPATEN BANDUNG BARAT PERATURAN DESA CINTAKARYA NOMOR: 1 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA (RPJM-Desa) TAHUN 2015 2020 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 15

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 15 BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 15 PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGALOKASIAN ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANJARNEGARA,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG, Menimbang : a. bahwa Desa sebagai kesatuan masyarakat hukum berwenang untuk

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Awal terbentuknya Desa Margo Mulyo Pada tahun 1960 terjadi bencana alam

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Awal terbentuknya Desa Margo Mulyo Pada tahun 1960 terjadi bencana alam IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN A. Kondisi Desa 1. Sejarah Desa Awal terbentuknya Desa Margo Mulyo Pada tahun 1960 terjadi bencana alam gunung berapi di Magelang Kecamatan Serumbung Jawa tengah. Pada

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIMAHI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Halaman 1

BAB I PENDAHULUAN. Halaman 1 BAB I PENDAHULUAN Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi dan tuntutan masyarakat dalam rangka mencapai tujuan dan cita-cita bangsa dan negara.

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

VISI TERWUJUDNYA KABUPATEN MANOKWARI SELATAN YANG AMAN, DAMAI, MAJU DAN SEJAHTERA SERTA MAMPU BERDAYA SAING

VISI TERWUJUDNYA KABUPATEN MANOKWARI SELATAN YANG AMAN, DAMAI, MAJU DAN SEJAHTERA SERTA MAMPU BERDAYA SAING VISI DAN MISI MARKUS WARAN, ST DAN WEMPI WELLY RENGKUNG, SE CALON BUPATI DAN WAKIL BUPATI KABUPATEN MANOKWARI SELATAN PILKADA 2015 ------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. kabupaten yang salah satu dari 14 Desa Kelurahan pada awalnya merupakan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. kabupaten yang salah satu dari 14 Desa Kelurahan pada awalnya merupakan 29 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Desa Teluk Mesjid Desa Teluk Mesjid adalah suatu wilayah di kecamatan Sungai Apit kabupaten yang salah satu dari 14 Desa Kelurahan pada awalnya merupakan

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN DESA

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN DESA BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa pembangunan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS 1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 5 TAHUN 2015 BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 32 BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Letak dan Luas Wilayah Desa Sumberejo terletak di Kecamatan Batuwarno, Kabupaten Wonogiri, Propinsi Jawa Tengah. Secara astronomis, terletak pada 7 32 8 15

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 17 Tahun 2015 Tanggal : 29 Mei 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN KABUPATEN (RKPK) ACEH SELATAN TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN KABUPATEN (RKPK) ACEH SELATAN TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan adalah sebuah proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, PEMANFAATAN DAN PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan Lakip BKPPP A. Latar Belakang 1. Gambaran Umum

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan Lakip BKPPP A. Latar Belakang 1. Gambaran Umum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Gambaran Umum 1.1. Geografi Kabupaten Bandung, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat dengan ibukotanya adalah Soreang. Secara geografis letak Kabupaten Bandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Amandemen keempat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pasal 18 ayat 2 menyebutkan bahwa pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten dan kota

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. 43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada

Lebih terperinci

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 18 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DAN RENCANA KERJA

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5. Kecamatan Leuwiliang Penelitian dilakukan di Desa Pasir Honje Kecamatan Leuwiliang dan Desa Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan pertanian

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DAN PEMANFAATAN SERTA PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN ACEH SELATAN NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN 2013-2018 1.1. Latar Belakang Lahirnya Undang-undang

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis Kabupaten Bandung terletak di Provinsi Jawa Barat, dengan ibu kota Soreang. Secara geografis, Kabupaten Bandung berada pada 6 41 7 19 Lintang

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG PENGERTIAN DASAR

A. LATAR BELAKANG PENGERTIAN DASAR PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Mengingat bahwa hakekat Pembangunan Nasional meliputi pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia, maka fungsi pembangunan daerah adalah sebagai

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 42 TAHUN 2010 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GROBOGAN,

PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 42 TAHUN 2010 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GROBOGAN, PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 42 TAHUN 2010 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GROBOGAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan pasal 63 Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAGELANG, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA KAB. TOBA SAMOSIR BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN KINERJA KAB. TOBA SAMOSIR BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Kabupaten Toba Samosir Kabupaten Toba Samosir dimekarkan dari Kabupaten Tapanuli Utara sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1998 tentang Pembentukan

Lebih terperinci

Batas-batas Desa Pasir Jambu adalah sebagai berikut:

Batas-batas Desa Pasir Jambu adalah sebagai berikut: KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Biofisik 4.1.1 Letak dan Aksesibilitas Berdasarkan buku Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Purwakarta (21) Dinas Kehutanan Purwakarta merupakan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 09 TAHUN 2008 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA/KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 09 TAHUN 2008 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA/KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 09 TAHUN 2008 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA/KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 02 TAHUN 2010 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH MALUKU

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 02 TAHUN 2010 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH MALUKU PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 02 TAHUN 2010 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH MALUKU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR MALUKU, Menimbang : a.

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE 4.1 Kondisi Wilayah Pulau Simeulue merupakan salah satu pulau terluar dari propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Ο Ο Ο Ο berada pada posisi 0 0 03-03 0 04 lintang Utara

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 36 BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Ngawi secara geografis terletak pada koordinat 7º 21 7º 31 LS dan 110º 10 111º 40 BT. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

2016, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan L

2016, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan L BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1099, 2016 KEMENDAGRI. Kepala Desa. Laporan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG LAPORAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G Design by (BAPPEDA) Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Martapura, 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DAERAH

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 15 Tahun 2014 Tanggal : 30 Mei 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dokumen perencanaan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR : 8 T AHUN 2008 T E N T A N G TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR : 8 T AHUN 2008 T E N T A N G TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR : 8 T AHUN 2008 T E N T A N G TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATANG, Menimbang : a. bahwa agar pelaksanaan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan 78 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pesawaran Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan UU No.33 Tahun 2007 yang diundangkan pada tanggal 10 Agustus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Desa Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan

Lebih terperinci

Pembangunan Daerah Berbasis Data

Pembangunan Daerah Berbasis Data Pembangunan Daerah Berbasis Data Disampaikan pada Kegiatan Rekonsiliasi Data dan Informasi Pembangunan Kehutanan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2017 Badan Perencanaan Pembangunan dan Penelitian

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa Desa Dramaga merupakan salah satu dari sepuluh desa yang termasuk wilayah administratif Kecamatan Dramaga. Desa ini bukan termasuk desa pesisir karena memiliki

Lebih terperinci

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 5539) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan ata

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 5539) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan ata No.1359, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-DPDTT. Dana Desa. Penetapan. Tahun 2018. Pencabutan. PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 38 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 38 TAHUN 2010 TENTANG BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 38 TAHUN 2010 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PEREMPUAN KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT.

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT. STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Statistik Daerah Kecamatan Air Dikit 214 Halaman ii STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Nomor ISSN : - Nomor Publikasi

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG LAPORAN KEPALA DESA LAPORAN KEPALA DESA

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG LAPORAN KEPALA DESA LAPORAN KEPALA DESA SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG LAPORAN KEPALA DESA LAPORAN KEPALA DESA A. FORMAT RINCIAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA A.1 FORMAT

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM

BAB I KETENTUAN UMUM PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HALMAHERA TIMUR, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

KEPALA DINAS SUB BAGIAN UMUM BIDANG PENGEMBANGAN SUMBER DAYA SYARIAT ISLAM SEKSI PEMBINAAN SUMBER DAYA TENAGA KEAGAMAAN SEKSI

KEPALA DINAS SUB BAGIAN UMUM BIDANG PENGEMBANGAN SUMBER DAYA SYARIAT ISLAM SEKSI PEMBINAAN SUMBER DAYA TENAGA KEAGAMAAN SEKSI BAGAN LAMPIRAN - QANUNLAMPIRAN KABUPATENIACEH BARAT DINAS SYARIAT ISLAM DAN PEMBERDAYAAN DAYAH NOMOR QANUN : KABUPATEN TAHUN 2012 ACEH BARAT KABUPATEN ACEH BARAT--------------------------------------------

Lebih terperinci

PELEMBAGAAN PARTISIPASI MASYARAKAT DESA MELALUI PEMBANGUNAN BKM

PELEMBAGAAN PARTISIPASI MASYARAKAT DESA MELALUI PEMBANGUNAN BKM PELEMBAGAAN PARTISIPASI MASYARAKAT DESA MELALUI PEMBANGUNAN BKM Oleh: Donny Setiawan * Pada era demokratisasi sebagaimana tengah berjalan di negeri ini, masyarakat memiliki peran cukup sentral untuk menentukan

Lebih terperinci

BUPATI PADANG LAWAS UTARA PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI PADANG LAWAS UTARA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI PADANG LAWAS UTARA PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI PADANG LAWAS UTARA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI PADANG LAWAS UTARA PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI PADANG LAWAS UTARA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PEMBAGIAN, PENETAPAN RINCIAN DANA DESA SETIAP DESA, PENYALURAN DAN PENGGUNAAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.160.2015 KEMENDESA-PDT-TRANS. Desa. Pendampingan. PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJM-D) KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2008-2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PENDAMPINGAN DESA DENGAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon 41928 K I S A R A N 2 1 2 1 6 NOMOR 4 TAHUN 2013 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN Menimbang : PERATURAN DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 11 TAHUN 2007 T E N T A N G PEMBENTUKAN DESA JATIROTO KECAMATAN JATIROTO KABUPATEN LUMAJANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci