Gubernur Jawa Barat. RAPAT MONITORING DAN EVALUASI GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBER DAYA ALAM INDONESIA Semarang, 20 Mei 2015
|
|
- Indra Hadiman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Gubernur Jawa Barat RAPAT MONITORING DAN EVALUASI GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBER DAYA ALAM INDONESIA Semarang, 20 Mei 2015
2 SISTEMATIKA I II III IV RINGKASAN KONDISI UMUM JAWA BARAT PROGRES IMPLEMENTASI 5 SASARAN RENCANA AKSI KOORDINASI DAN SUPERVISI MINERAL DAN BATU BARA PROGRES IMPLEMENTASI SASARAN RENCANA AKSI KOORDINASI DAN SUPERVISI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN 2
3 KONDISI UMUM JAWA BARAT Luas wilayah daratan Provinsi Jawa Barat : ,44 Ha, mempunyai garis pantai sepanjang 816,82 Km. Jumlah Penduduk + 46,49 juta Jiwa Memiliki topografi yang bervariasi mulai dari datar sampai bergunung-gunung dengan sejumlah gunung api yang memuntahkan mineral dan sungai yang mengendapkan mineral di dataran luas membuat Jawa Barat sebagai salah satu wilayah yang subur, sehingga Jawa Barat sebagai salah satu pemasok beras terbesar di Indonesia Luas kawasan hutan berdasarkan Kep Menhut 195/Kpts-II/2003 seluas Ha(22,03 % dari luas daratan wilayah Provinsi), terdiri dari hutan lindung ha, hutan produksi ha dan hutan konservasi ha Potensi perkebunan seluas ha, terdiri dari PBS (Perkebunan Besar Swasta) ha, PT.PN ha dan Perkebunan Rakyat ha Jawa Barat juga memiliki banyak sumber energi yang berkelanjutan seperti panas bumi dan air, dimana Gubernur telah menetapkan bahwa Jawa Barat sebagai lumbung panas bumi Indonesia, mengingat sekitar MWe (21.7%) pot berada di Jawa Barat dan sebagian besar berada di dalam kawasan hutan. Terdapat 828 IUP (izin Usaha Pertambangan) di Jawa Barat yang tersebar di 20 kabupaten/kota, terdiri dari mineral non logam (50 IUP), mineral logam (125 IUP), batuan (652 IUP), dan 1 IUP batubara Sebagian besar mineral strategis (emas, tembaga, timah hitam dll) berada di kawasan hutan Potensi perikanan budidaya ha 3 Beberapa PLTA terdapat di Jawa Barat & memanfaatkan air sungai yg hulunya berada di kawasan hutan
4 RINGKASAN MINERBA 4
5 NO RENCANA AKSI PROGRES IMPLEMENTASI KENDALA UPAYA PEMECAHAN MASALAH INSTANSI TERKAIT 1, Penataan Ijin Usaha Pertambangan 2 Kewajiban keuangan pelaku usaha pertambangan 3 Pengawasan produksi pertambangan mineral dan batubara 4 Pengawasan pengolahan/pemurnian hasil tambang 5 Pengawasan penjualan/pengapalan hasil tambang 1.2. PROGRES IMPLEMENTASI 5 SASARAN RENAKSI SEKTOR PERTAMBANGAN DI JAWA BARAT Baru terinventarisasi data pemegang IUP sebanyak 822 (159 Clean and Clear dan 663 non Clearn and Clear), tumpang tindih komoditas yang sama (2) ijin, tumpang tindih dengan beda komoditas sebanyak (3) ijin, tumpang tindih lahan kehutanan 18, permasalahan administrasi 135 a. Dari sebanyak 125 IUP (Izin Usaha Pertambangan) mineral logam (8 kab), terdapat 76 IUP (6 kab) yang belum menyelesaikan kewajiban pembayaran royalti dan landrent b. Total piutang negara yang belum dibayar sebesar Rp. 2,56 milyar (turun dari Rp. 86 milyar (97%) sebelum renaksi) c. Terdapat kenaikan prosentase pembayaran Jaminan Reklamasi (dari 21% menjadi 36%), Jaminan Pascatambang (dari 2% menjadi 3%), Jaminan Keseungguhan (dari 0% menjadi 3%) setelah renaksi Teridentifkasi dari 663 IUP hanya 182 IUP (22%) yang menyampaikan laporan produksi secara rutin a. Terdapat 50 pemegang IUP yang telah memiliki rencana pengolahan/pemurnian b. Terdapat 2 pemegang IUP yang sedang membangun smelter pasir besi, yaitu PT. Megatop (Kab. Cianjur) dan PT. Sumber Suryadaya Prima (Kab. Sukabumi), namun belum melaporkan progres kegiatannya a. Terdapat 2 pembangunan Tersus di Kec. Cidaun Kab. Cianjur dan Kec. Tegalbuleud Kab. Sukabumi b. Laporan uji coba ekspor pasir besi PT. Megatop sebanyak MT (Des 2014) dengan royalti ekspor Rp. 666 Juta a. Kab/kota ke Prov belum menyerahkan dokumen perijinan kepada Provinsi pasca UU 23/2014. b. Data yang disampaikan oleh OPD teknis, OPD penerbit izin dan OPD pengelola pendapatan daerah di kab/kota tidak sama dan tidak akurat. a. Pertemuan rapat koordinasi dan rekonsiliasi data di tingkat prov dan proaktif ke kab/kota b. Dilakukan desk antara prov dengan melibatkan OPD terkait di kab/kota dan pemegang IUP sekaligus untuk mendapatkan dokumen a. Identitas pemegang IUP tidak jelas dan tidak lengkap a. Rekonsiliasi perhitungan Dana Bagi Hasil (DBH) pertambangan umum per triwulan b. Tidak semua pemegang IUP menyerahkan tembusan bukti setor royalti dan landrent ke prov maupun kab/kota c. Kab/kota tidak memberikan tindakan tegas kepada pemegang IUP yang belum memenuhi kewajibannya Di beberapa kab/kota laporan produksi tambang tidak sampai kepada Dinas teknis namun langsung ditarik oleh Dispenda/DPPKAD a. Terbatasnya dukungan infrastruktur dan pasokan energi bagi operasional smelter b. Pemanggilan pemegang IUP dan OPD terkait Alur pelaporan produksi perlu dibenahi serta mengembangan sistem pelaporan produksi yang mudah diakses (mis : sistem simponi di Ditjen Minerba) a. Perlu dukungan fasilitasi dari pemerintah seperti PLN untuk pasokan energi b. Pelaksanaan pengawasan oleh kab/kota tidak intensif b. Pemanggilan pemegang IUP dan OPD terkait c. Pengelolaan pabrik pengolahan oleh Ditjen Minerba bagi pemegang IUP modal asing tidak dikoordinasikan ke Pemda a. Terdapat perbedaan data produksi dengan data penjualan yang digunakan untuk menghitung pajak bahan galian b. Tidak menyampaikan bukti setor ke Pemda terkait pajak ekspor c. Pemda tidak memiliki akses terhadap data ekspor di pelabuhan c. Koordinasi intensif dengan Pemerintah Pusat a. b. Memberlakukan satu system perhitungan pajak Pemda diberi akses untuk mendapatkan data penjualan dan pengapalan bahan tambang Dinas ESDM Prov, Dinas/Instansi teknis Kab/Kota Dinas ESDM Prov, Dinas/Instansi teknis Kab/Kota, BPMPT Kab/Kota, DPPKAD Kab/Kota Pemerintah Pusat, Dinas ESDM Prov, Dispenda Prov, Dinas/Instansi teknis Kab/Kota, BPMPT Kab/Kota, DPPKAD Kab/Kota Pemerintah Pusat, Dinas ESDM Prov, Dispenda Prov, Dinas/Instansi teknis DPPKAD Kab/Kota Pemerintah Pusat, Dinas ESDM Prov, Disperindag Prov Dinas/Instansi teknis Kab/Kota Pemerintah Pusat, Dinas ESDM Prov, Dishub Prov Dinas/Instansi teknis Kab/Kota 5
6
7 RENAKSI 1 : Penataan Izin Usaha Pertambangan Terjadi peningkatan jumlah IUP dari posisi Desember 2014 (720 IUP) sampai Bulan Mei 2015 (828 IUP), hal ini dimungkinkan setelah adanya koordinasi dan pendataan lapangan sehingga data lebih lengkap. KENDALA : Penyerahan dokumen perijinan dari Kabupaten/Kota ke Provinsi pasca UU 23/2014 belum dilakukan, sehingga data yang diperlukan sulit didapatkan. Antara OPD teknis, OPD penerbit ijin, dan OPD pengelola pendapatan daerah di Kabupaten/kota tidak sinergis, sehingga data yang didapat tidak akurat. SOLUSI : Dilakukan beberapa kali pertemuan rekonsiliasi data di tingkat Provinsi dan proaktif ke Kabupaten/kota. Akan dilakukan desk antara Pemerintah Provinsi dengan melibatkan OPD terkait di tingkat kabupaten/kota dan perusahaan, sekaligus untuk mendapatkan dokumen. 7
8 RENAKSI 1 : PENATAAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN JUMLAH IUP (data rekon Mei 2015) 822 Jumlah IUP Clean and Clear (CNC) 159 Jumlah Kab/Kota yang memiliki potensi 20 kab/kota mineral Jumlah IUP Non CNC 663 Tumpang tindih sama komoditi 2 Tumpang tindih beda komoditi 3 Tumpang tindih lahan kehutanan 18 Masalah administrasi 135 8
9 RENAKSI 2 : KEWAJIBAN KEUANGAN PELAKU USAHA PERTAMBANGAN HASIL YANG DICAPAI : Dari sebanyak 125 pemegang IUP mineral logam di Jawa Barat (8 kabupaten), terdapat 76 perusahaan (di 6 kabupaten) yang belum menyelesaikan kewajiban pembayaran landrent dan/atau royalti. Total piutang negara yang belum dibayarkan sebesar 2,56 milyar rupiah (menurun dari 86 milyar rupiah atau 97% dibandingkan sebelum renaksi). Terdapat kenaikan prosentase yang signifikan terhadap kewajiban pembayaran Jaminan Reklamasi (dari 21% 36%), Jaminan pascatambang (dari 2% 3%), dan jaminan kesungguhan dari 0% 3% setelah pelaksanaan Renaksi. 9
10 RENAKSI 2 : KEWAJIBAN KEUANGAN PELAKU USAHA PERTAMBANGAN Masih banyak Pemegang IUP yang belum memenuhi kewajiban keuangannya. KENDALA : Identitas Pemegang IUP tidak jelas dan tidak lengkap. Tidak semua Pemegang IUP memberikan tembusan bukti setor royalti/landrent ke provinsi maupun kabupaten/kota. Pemerintah kabupaten/kota tidak memberikan penindakan kepada Pemegang IUP yang belum memenuhi kewajibannya. SOLUSI : Rekonsiliasi perhitungan Dana Bagi Hasil per triwulan. Pemanggilan perusahaahan dan OPD terkait, serta melibatkan Pemerintah Pusat karena menyangkut penerimaan negara. 10
11 PELAKSANAAN KEWAJIBAN KEUANGAN KEWAJIBAN KEUANGAN LANDRENT (Kurang Bayar Dan Belum Bayar) KONDISI DESEMBER 2014 TOTAL PIUTANG NEGARA SETELAH RENAKSI 1 Rp Rp ,22 ROYALTI (Belum Bayar Dan Kurang Bayar) Rp Rp ,00 JUMLAH Rp Rp ,22 ( 97%) 11
12 JAMINAN REKLAMASI DAN JAMINAN PASCA TAMBANG KEWAJIBAN KEUANGAN JAMINAN REKLAMASI JAMINAN PASCA TAMBANG JAMINAN KESUNGGUHAN KONDISI DESEMBER 2014 SETELAH RENAKSI 1 BELUM ADA SUDAH ADA BELUM ADA SUDAH ADA 570 (79,2%) 150 (21%) 532 (64%) 296 (36%) 708 (98%) 12 (2%) 797 (97%) 31 (3%) 720 (100%) (97%) 23 (3%) 12
13 RENAKSI 3 : PENGAWASAN PRODUKSI PERTAMBANGAN MINERBA Dari sejumlah 663 IUP Operasi Produksi, hanya 182 perusahaan (22%) yang secara rutin menyampaikan laporan produksi. KENDALA Di beberapa kabupaten/kota, laporan produksi tambang tidak disampaikan kepada Dinas teknis, namun langsung ditarik oleh Dispenda/DPPKAD. SOLUSI Alur pelaporan produksi ke depan perlu dibenahi, serta dibuat sistem pelaporan yang mudah diakses agar pengawasan produksi dapat dilakukan sesuai prinsip good mining practice. 13
14 RENAKSI 4 : PELAKSANAAN PENGAWASAN PENGOLAHAN/PEMURNIAN HASIL TAMBANG Terdapat 50 Pemegang IUP seluruh Jawa Barat yang telah memiliki rencana pengolahan pemurnian. Terdapat 2 perusahaan yang sedang membangun smelter pasir besi, yaitu PT. Megatop Inti Selaras (di Kab. Cianjur) dan PT. Sumber Suryadaya Prima (Kab. Sukabumi), namun sampai saat ini belum melaporkan progresnya. KENDALA : 1. Terbatasnya dukungan infrastruktur dan pasokan energi bagi operasional smelter 2. Pelaksanaan pengawasan oleh kab/kota tidak intensif 3. Pengelolaan pabrik pengolahan oleh Ditjen Minerba bagi pemegang IUP modal asing tidak dikoordinasikan ke Pemda. SOLUSI : 1. Perlu dukungan fasilitasi dari pemerintah seperti PLN untuk pasokan energi. 2. Pemanggilan pemegang IUP dan OPD terkait. 3. Koordinasi intensif dengan Pemerintah Pusat. 14
15 RENAKSI 5 : PELAKSANAAN PENGAWASAN PENJUALAN/PENGAPALAN HASIL TAMBANG Terdapat 2 pembangunan Tersus di Kec. Cidaun Kab. Cianjur dan Kec. Tegalbuleud Kab. SukabumI. Laporan uji coba ekspor pasir besi PT. Megatop sebanyak MT (Des 2014) dengan royalti ekspor Rp. 666 Juta. KENDALA : 1. Terdapat perbedaan data produksi dengan data penjualan yang digunakan untuk menghitung pajak bahan galian 2. Tidak menyampaikan bukti setor ke Pemda terkait pajak ekspor 3. Pemda tidak memiliki akses terhadap data ekspor di pelabuhan. SOLUSI : 1. Memberlakukan satu sistem perhitungan pajak. 2. Pemda diberi akses untuk mendapatkan data penjualan dan pengapalan bahan tambang. 15
16 HAL-HAL YANG TELAH DILAKUKAN 16
17 REKAPITULASI TINDAKAN TINDAKAN TANGGAL HASIL Rapat Fasilitasi dan koordinasi Bidang Pertambangan 16 Desember 2014 Konsolidasi data dan sosialisasi format KPK di Bali Rapat Koordinasi Renaksi 1 17 Februari 2015 Konsolidasi data Evaluasi Renaksi 1 danpersiapan 23 April 2015 Pengumpulan data Renaksi Tahap 2 Rencana Aksi Tahap 2 Verifikasi data di 5 UPTD 6 23 April 2015 Verifikasi dokumen dan data IUP Pemberitahuan Renaksi Tahap 2 22 April 2015 Pemberitahuan melengkapi berkas Pembentukan Satgas Penegakan Hukum Lingkungan Terpadu bersama Polda Jabar Pelaksanaan Tinjauan lapangan kegiatan usaha pertambangan Desember 2014 Desember 2014 April 2015 Penegakan Hukum terhadap pelaku usaha pertambangan Penutupan tambang pasir besi di Kab Tasikmalaya Penertiban PT. Juishin di Karawang Penertiban penambangan ilegal di Gn. Sindur (Bogor) dan Gn. Guntur (Kab. Garut) 17
18 DOKUMENTASI PELAKSANAAN TINDAKAN DI LAPANGAN Pemasangan garis polisi di PT. Anugerah Sumber Alam Mining, Kab. Tasikmalaya. Penertiban Penambangan ilegal pasir di Gn. Guntur, Kab. Garut Penindakan instalasi pengolahan pasir besi PT. Treasure, Kab. Tasikmalaya. Sidak penambangan ilegal tanah urug di Gn. Sindur, Kab. Bogor. Penindakan bersama tambang batugamping PT. Juishin, Kab. Karawang. 18
19 LIST SURAT-SURAT YANG TELAH DIKELUARKAN PROVINSI NO SURAT DITUJUKAN KEPADA TANGGAL SURAT PERIHAL 005/1661 MGAT 26 KAB/KOTA SE JAWA BARAT 12 DESEMBER 2014 Rapat Fasilitasi dan Koordinasi Bidang Pertambangan 540/1694 MGAT KABUPATEN/KOTA SE JAWA BARAT 18 DESEMBER 2015 Hasil Rapat Fasilitasi dan Koordinasi Bidang Pertambangan 540/22 MGAT DIRJEN MINERBA KEMENTERIAN ESDM RI 09 JANUARI 2015 Pelaksanaan CnC 540/40 MGAT S.D 540/54 MGAT 540/72 MGAT S.D 540/82 MGAT BUPATI DAN WALIKOTA SE JAWA BARAT 19 JANUARI 2015 Penyelenggaraan Usaha Pertambangan BUPATI DAN WALIKOTA SE JAWA BARAT 27 JANUARI 2015 Penyelenggaraan Usaha Pertambangan 005/180 MGAT KAB/KOTA SE JAWA BARAT 13 FEBRUARI 2015 Undangan ke 2 540/292 MGAT BAPAK GUBERNUR JAWA BARAT 27 PEBRUARI 2015 Laporan Tindak Lanjut Koordinasi dan Supervisi (Korsup) Sektor Pertambangan Minerba 540/372.a MGAT 540/372.b MGAT KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) RI DIREKTUR JENDERAL MINERAL DAN BATUBARA KEMENTERIAN ESDM 10 MARET 2015 Laporan Pelaksanaan Rencana Aksi I Koordinasi dan Supervisi (Kousup) Sektor Minerba 10 MARET 2015 Laporan Pelaksanaan Rencana Aksi I Koordinasi dan Supervisi (Korsup) Sektor Minerba 005/624 MGAT KAB/KOTA SE JAWA BARAT 20 APRIL 2015 Undangan ke 3 Korsup 540/639 MGAT KAB/KOTA SE JAWA BARAT 22 APRIL 2015 Pelaksanaan Rencana Aksi Tahap II Kegiatan Koordinasi dan Supervisi 540/713.a MGAT BAPAK GUBERNUR JAWA BARAT 29 APRIL2015 Laporan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Aksi I dan Persiapan Pelaksanaan Rencana Aksi II Koordinasi dan Supervisi (Korsup) Sektor Minerba 19
20 REKAPITULASI SURAT PERINGATAN/TEGURAN/PEMBATALAN JENIS SURAT JUMLAH KABUPATEN/KOTA JUMLAH IUP SURAT TEGURAN 2 19 SURAT PERINGATAN I SURAT PERINGATAN II 3 20 SURAT PERINGATAN III 2 10 SURAT PEMBATALAN/ REKOMENDASI 1 60 SURAT PENGHENTIAN SEMENTARA 1 1 SURAT PENAGIHAN PNBP
21 PENGATURAN MASA TRANSISI UU 23/2014 Sebagai tindak lanjut diterbitkannya UU 23/2014, untuk pengelolaan urusan pemerintahan pada masa transisi (termasuk Bidang ESDM), Gubernur Jawa Barat telah mengeluarkan Instruksi Gubernur No.4/2014, Peraturan Gubernur No. 86/2014, dan Kesepakatan Bersama antara Gubernur dengan Bupati/Walikota se Jawa Barat. 21
22 TINDAK LANJUT 22
23 TIMELINE TINDAK LANJUT RENCANA AKSI 1 DAN 2 10 JUNI MEI 2015 Pelaporan Renaksi II 10 MARET 2015 Pelaporan Renaksi I APRIL 2015 Rapat Konsolidasi data korsup 3 Verifikasi data di 5 UPTD Pelaksanaan tindakan lapangan oleh satgas pertambangan (bersama Polda Jabar) Rapat Evaluasi korsup di Semarang Pengiriman Surat Teguran/peringatan kepada Pemegang IUP Asistensi dan supervisi terhadap Pemegang IUP terkait pemenuhan kewajiban Rapat Koordinasi Persiapan Pelaporan Renaksi 2 23
24 PENGELOMPOKAN TINDAK LANJUT RENAKSI PEMENUHAN KEWAJIBAN PENYELESAIAN MASALAH Bagi pemegang IUP yang belum memenuhi kewajiban, diberikan teguran/peringatan untuk memenuhi kewajibannya, terdiri dari : 1. Kewajiban pembayaran landrent dan royalti. 2. Kewajiban pembayaran Jaminan Reklamasi, Jaminan Pasca Tambang, dan Jaminan Kesungguhan. 3. Tidak memiliki NPWP. 4. Tidak membangun smelter. Para Pemegang IUP yang bermasalah, diutamakan penyelesaian permasalahan dan/atau perbaikan, terdisi dari kasus-kasus : 1. Tumpang tindih lahan kehutanan/belum memiliki IPPKH. 2. Tidak sesuai RTRW dan Wilayah Pertambangan. 3. Koordinat tidak standar/salah. 4. Masalah administrasi lainnya. REKOMENDASI PEMBATALAN/PE NCABUTAN Para Pemegang IUP yang telah diberi peringatan ke 3 dan tetap tidak memenuhi kewajibannya, akan direkomendasikan untuk dicabut/dibatalkan : 1. IUP yang telah direkomendasikan oleh Bupati/Walikota untuk dicabut. 2. Pelanggaran setelah peringatan ketiga. 24
25 DISKUSI Berkenaan dengan telah terbitnya UU 23/2014 tentang Pemerintah Daerah yang diantaranya mengatur kewenangan Provinsi di Bidang ESDM, beberapa hal perlu menjadi perhatian: Perlu ada perbedaan pengelolaan pelaksanaan Korsup antara sebelum dengan sesudah terbitnya UU 23/2014 Bupati/Walikota di Jabar kurang responsif terhadap pelaksanaan Korsup. Siapakah yang seharusnya melakukan pencabutan/pembatalan IUP yang bermasalah, Bupati/Walikota atau Gubernur? Bagaimana mekanisme pengambil alihan dan pencairan Jaminan Reklamasi/Jaminan Pascatambang setelah UU 23/2014? Diperlukan ketegasan Pemerintah Pusat dalam hal tata kelola pertambangan umum (c.q. Kementerian ESDM). 25
26 DATA PENUNJANG SEKTOR MINERBA 26
27 PENATAAN IUP DI JAWA BARAT NO KABUPATEN/KOTA JUMLAH IUP JUMLAH IUP NON CNC Batuan 1 KAB. BANDUNG Mineral Bukan Logam Logam KAB. BANDUNG BARAT 70 3 KAB. BEKASI KAB. BOGOR KAB. CIAMIS KAB. CIANJUR* KAB. CIREBON KAB. GARUT KAB. INDRAMAYU KAB. KARAWANG KAB. KUNINGAN KAB. MAJALENGKA KAB. PURWAKARTA KAB. PANGANDARAN KAB. SUBANG KAB. SUKABUMI KAB. SUMEDANG KAB. TASIKMALAYA KOTA BANJAR KOTA TASIKMALAYA TOTAL Keterangan : Jumlah adalah hasil rekonsialiasi data terakhir (per tgl 13 Mei 2015), hanya mencantumkan IUP yang masih berlaku. Batubara
28 TUMPANG TINDIH DENGAN KAWASAN HUTAN NO KABUPATEN HUTAN LINDUNG (HL) HUTAN KONSERVASI (HK) HP,HPK,HPT 1 KAB. BANDUNG 2 KAB. BANDUNG BARAT KAB. BEKASI 4 KAB. BOGOR KAB. CIAMIS 6 KAB. CIANJUR 7 KAB. CIREBON 8 KAB. GARUT KAB. INDRAMAYU 10 KAB. KARAWANG 11 KAB. KUNINGAN 1* 12 KAB. MAJALENGKA 13 KAB. PURWAKARTA 14 KAB. SUBANG 15 KAB. SUKABUMI * 16 KAB. SUMEDANG 17 KAB. TASIKMALAYA 18 KOTA BANJAR 19 KOTA TASIKMALAYA TOTAL * merupakan jumlah perusahaan, belum diketahui luasannya, total perusahaan : 18 LUAS TUMPANG TINDIH KAWASAN HUTAN (ha)
29 PELAKSANAAN KEWAJIBAN KEUANGAN KURANG BAYAR BELUM BAYAR NO KABUPATEN JUMLAH PERUSAHAAN Rp JUMLAH PERUSAHAAN Rp JUMLAH 1 KAB. TASIKMALAYA 4 Rp 447,478, Rp 144,494, Rp 591,972, KAB. CIANJUR** 5 Rp 726,487, Rp 726,487, KAB. PURWAKARTA* 1 Rp 600, KAB. GARUT 4 Rp 107,279, Rp 107,279, KAB. SUKABUMI 6 Rp 239,929, Rp 11,207, Rp 251,137, KAB. BANDUNG BARAT 7 KAB. BOGOR* n/a 18 Rp 901,826, Rp 901,826, KAB. CIAMIS/PANGANDARAN TOTAL 20 Rp 1,521,775, Rp 1,057,528, Rp 2,578,704, Keterangan : Kewajiban pembayaran iuran tetap/landrent dan royalti hanya berlaku untuk pemegang IUP Mineral Logam. n/a : kabupaten tidak memberikan data
30 KONDISI JAMINAN REKLAMASI DAN PASCA TAMBANG NO KABUPATEN/KOTA JUMLAH IUP/KP BELUM ADA JAMINAN REKLAMASI BELUM ADA JAMINAN PASCA TAMBANG 1 KAB. BANDUNG KAB. BANDUNG BARAT KAB. BEKASI KAB. BOGOR KAB. CIAMIS KAB. CIANJUR * KAB. CIREBON KAB. GARUT KAB. INDRAMAYU KAB. KARAWANG KAB. KUNINGAN KAB. MAJALENGKA KAB. PURWAKARTA KAB. SUBANG KAB. PANGANDARAN KAB. SUKABUMI KAB. SUMEDANG KAB. TASIKMALAYA KOTA BANJAR KOTA TASIKMALAYA JUMLAH Sumber data : Rekonsiliasi bulan mei Bentuk Jaminan reklamasi di kab/kota berbeda beda (deposito/rekening) dan ada yang dicicil.
31 PENYAMPAIAN LAPORAN PRODUKSI Jenis Izin ADA Kab/Kota IUP IUP Operasi TOTAL LAPORAN IUP OPK IPR Eksplorasi Produksi PRODUKSI Kab. Bandung Kab. Bandung Barat Kab. Bekasi 1 1 Kab. Bogor Kab. Ciamis Kab. Cianjur Kab. Cirebon Kab. Garut Kab. Indramayu Kab. Karawang Kab. Kuningan Kab. Majalengka 3 3 Kab. Pangandaran Kab. Purwakarta Kab. Subang Kab. Sukabumi Kab. Sumedang Kab. Tasikmalaya Kota Banjar 5 5 Kota Tasikmalaya Jumlah
32 RENCANA PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN NO KABUPATEN KOMODITAS JUMLAH 1 KAB. BANDUNG n/a - 2 KAB. BANDUNG BARAT Batuan 32 3 KAB. BEKASI n/a - 4 KAB. BOGOR Emas 1 Galena 2 5 KAB. CIAMIS / PANGANDARAN Besi 1 6 KAB. CIANJUR KAB. CIREBON n/a - 8 KAB. GARUT Tembaga, Emas, Pasir Besi, Bijih Besi - 9 KAB. INDRAMAYU n/a - 10 KAB. KARAWANG n/a - 11 KAB. KUNINGAN n/a - 12 KAB. MAJALENGKA n/a 13 KAB. PURWAKARTA Andesit 13 Galena 0 14 KAB. SUBANG n/a - 15 KAB. SUKABUMI Pasir Besi 1 16 KAB. SUMEDANG n/a - 17 KAB. TASIKMALAYA n/a - 18 KOTA BANJAR 19 KOTA TASIKMALAYA n/a - TOTAL 50
33 REKAPITULASI SURAT PERINGATAN/TEGURAN/PEMBATALAN NO Kab/Kota Surat Teguran Surat Peringatan I Surat Peringatan II Surat Peringatan III Surat Pembatalan IUP OP Surat Penghentian Sementara Surat Penagihan PNBP 1 Kab. Bandung 2 Kab. Bandung Barat 3 Kab. Bekasi 4 Kab. Bogor Kab. Ciamis 6 Kab. Cianjur 60 7 Kab. Cirebon 8 Kab. Garut Kab. Indramayu 10 Kab. Karawang 11 Kab. Kuningan 12 Kab. Majalengka 13 Kab. Pangandaran 14 Kab. Purwakarta Kab. Subang 16 Kab. Sukabumi Kab. Sumedang 18 Kab. Tasikmalaya Kota Banjar 20 Kota Tasikmalaya Jumlah
34 CONTOH SURAT-SURAT PERINGATAN/TEGURAN/PEMBATALAN IUP
35 CONTOH SURAT EDARAN BUPATI 35
36
37 NO RENCANA AKSI PROGRES IMPLEMENTASI KENDALA UPAYA PEMECAHAN MASALAH INSTANSI TERKAIT 1 Penyelesaian - Telah terbentuk Panitia Tata Batas Kawasan Hutan (KepGub no /Kep a. Belum terbit Juklak IP4T (Inventarisasi a Mendorong Kementerian LHK untukkemen LHK, Pengukuhan Kawasan Binprod/2013 tahun 2013) Penguasaan Pemilikan Penggunaan dan segera menerbitkan Juklak IP4T Pengelola Kawasan Hutan, Penataan Ruang - Pengumpulan data dan informasi penggunaan kawasan hutan utk kepentingan non b. Pemanfaatan Tanah) dari Kementerian b Mendorong Pemerintah utkhutan, Panitia Tata dan Wilayah Administratif kehutanan dan pemenuhan kewajibannnya Lingkungan Hidup dan Kehutanan menerbitkan SK Men LHK sbgbatas Penggunaan - Tidak merekomendasikan perpanjangan izin terhadap penggunaan kawasan hutan yang tidak memenuhi ketentuan Luas Kawasan hutan jabar masih menggunakan SK 195/Kpts-II/2003 sementara sejak 2003 sudah terbit bbp SK penetapan parsial dan perubahan fungsi kawasan hutan penyesuaian atas kondisi saat ini, ygkawasan Hutan tidak sesuai lagi dengan SK 195/Kpts- II/ Penataan Perizinan Kehutanan dan Perkebunan 3 Perluasan Wilayah Kelola Masyarakat -. a. Kehutanan Berdasarkan hasil inventarisasi, jumlah IUIPHHK (Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu) Kapasitas Produksi s/d m3 /tahun di Provinsi Jawa Barat adalah 110 izin terdiri dari : Kapasitas s/d m3 = 87 izin, Kapasitas 2000 s/d m3 =23izin b. Perkebunan Dilakukan pendataan ulang terhadap para pelaku usaha perkebunan baik swasta maupun negara dengan melibatkan istansi terkait PROGRES IMPLEMENTASI 6 SASARAN RENAKSI SEKTOR KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN DI JAWA BARAT Belum semua industri kayu memiliki IUPHHK Masih banyak pelaku usaha yang tidak melaksanakan kewajiban administrasi dan keuangan negara Kehutanan Masih rendahnya pemahaman masyarakat Telah terbit Perda No. 10 Tahun 2011 Tentang Perlindungan dan Pemberdayaan terhadap kebijakan yang sudah diterbitkan Masyarakat Desa Hutan dan Pergub No. 49 Tahun 2014 tentang Petunjuk Pelaksanaannya Telah dibentuk Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) dan Hutan Pangkuan Desa (HPD) dalam rangka Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat. Jumlah LMDH sebanyak ( dari jumlah desa hutan desa), luas HPD ha dari luas kawasan hutan ha, masyarakat yang terlibat/anggota LMDH orang Perkebunan Melaksanakan kerjasama pemanfaatan lahan bawah perkebunan untuk dikerjasamakan dengan masyarakat sekitar Masih ditemukan adanya pemanfaatan lahan perkebunan negara maupun swasta yang dilakukan oleh masyarakat tanpa izin Mendorong industrikayu untuk mengajukan izin iuppkh Penertiban dan pembinaan usaha perkebunan terhadap para pelaku usaha perkebunan Pusat, Provinsi, Kab/Kota, Pusat, Provinsi, Kab/Kota, Melaksanakan sosialisasi program dan kebijakan tentang pemberdayaanprovinsi, Kab/Kota, masyarakat di sekitar kawasan hutan Dilakukan upaya mediasi diantara masyarakat dan pemegang hak. 4 Penyelesaian Konflik Wilayah Hutan. Membentuk Pengamanan Hutan Swakarsa untuk menekan tingkat gangguan keamanann hutan Masih banyaknya lahan/kawasan hutan yang diokupasi oleh masyarakat Mediasi masyarakat disekitar hutan dengan pengelola kawasan 5. Penguatan Instrumen Lingk Hidup Dalam Perlindungan Hutan 6 Membangun Sistem Pengendalian Anti Korupsi Optimalisasi Website SKPD Peningkatan efektifitas dan efisiensi perizinan melalui sistem perizinan satu atap (Perda No. 7 Tahun 2014) dan Pergub No. 92 tahun 2014 tentang juklak pelaksanaan penyelenggaraan pelayanan perizinan terpadu Tidak ada yang menjadi tanggung jawab Pemda 37
38 A. KEHUTANAN 38
39 PENYELESAIAN PENGUKUHAN KAWASAN HUTAN DAN PENATAAN RUANG DAN WILAYAH ADMNISTRASI PELAKSANAAN PENATAAN PERIZINAN 6 SASARAN RENCANA AKSI KORSUP KEHUTANAN PERLUASAN WILAYAH KELOLA MASYARAKAT PENYELESAIAN KONFLIK KAWASAN HUTAN PENGUATAN INSTRUMEN LINGKUNGAN HIDUP DALAM PERLINDUNGAN HUTAN MEMBANGUN SISTEM PENGENDALIAN ANTI KORUPSI
40 PENYELESAIAN PENGUKUHAN KAWASAN HUTAN DAN PENATAAN RUANG DAN WILAYAH ADMNISTRASI REKOMENDASI : A. Mendorong peran aktif pemerintah daerah dalam proses pengukuhan kawasan hutan, penataan ruang dan batas wilayah administratif termasuk menerima partisipasi masyarakat B. B.Mendorong penertiban terhadap penggunaan kawasan hutan oleh usaha perkebunan dan pertambangan tanpa izin RENCANA AKSI : (1) Membentuk Tim IP4T dengan daerah dan mengumpulkan informasi penguasaan tanah dalam kawasan hutan (termasuk peta penggunaan lahan, peta masy. Adat (2) Menyusun Perda Pengaturan dan Penetapan Masyarakat/Desa Adat (3) Menyelesaikan batas wilayah administrasi (4) Mengumpulkan data dan informasi serta menyelesaikan batas wilayah administrasi (citra satelit resolusi tinggi untuk kebutuhan pengukuhan kawasan hutan dan pemetaan batas wilayah administrasi, peta dasar yang berkualitas untuk pengukuhan kawasan hutan dan batas wilayah administrasi) (5) Melakukan evaluasi hak hak atas tanah masyarakat dalam kawasan hutan (6) Melakukan pengumpulan data dan informasi penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan non kehutanan dan pemenuhan kewajibaannya (7) Melakukan penertiban dan penegakan hukum terhadap penggunaan kawasan hutan yang tidak sesuai prosedur dan tidak memenuhi kewajiban
41 PERMASALAHAN : 1. Pengukuhan kawasan hutan di Jawa Barat belum seluruhnya selesai (Hutan Konservasi, Hutan Lindung/Produksi/Produksi Terbatas) 2. Luas kawasan hutan Jawa Barat masih menggunakan SK 195/Kpts II/2003, sementara sejak Tahun 2003 sudah diterbitkan beberapa SK Penunjukan/Penetapan Parsial dan Perubahan Fungsi Kawasan Hutan. PROGRES IMPLEMENTASI : 1. Mendorong percepatan penyelesaian pengukuhan kawasan hutan melalui kegiatan: sinkronisasi dan rekonsiliasi data perkembangan pengukuhan kawasan hutan dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta pengelola kawasan hutan, rapat koordinasi percepatan penyelesaian pengukuhan kawasan hutan, koordinasi dan konfirmasi kesiapan Panitia Tata Batas Kawasan Hutan di Kabupaten/Kota dalam penyelenggaraan tata batas kawasan hutan. 2. Membentuk Panitia Tata Batas Kawasan Hutan (Keputusan Gubernur Jawa Barat No /Kep.1742-Binprod/2013 tanggal 20 Desember 2013 tentang Panitia Tata Batas Kawasan Hutan Kabupaten/Kota) -> sesuai Permenhut No. P.25/Menhut-II/2014, Kepgub tersebut masih berlaku sampai terbentuknya SK Panitia Tata Batas yang dibentuk oleh Dirjen Planologi Kehutanan 3. Mendorong Pemerintah Pusat untuk menenerbitan Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan tentang Kawasan Hutan di Provinsi Jawa Barat sebagai penyesuaian atas kondisi saat ini yang sudah tidak sesuai dengan SK 195/Kpts II/ Mendorong dilaksanakannya identifikasi dan inventarisasi serta penyelesaian Hak hak masyarakat di dalam kawasan hutan pada saat Penataan Batas Kawasan Hutan. 5. Perda Prov. Jabar No. 22 Tahun 2010 tentang RTRWP Jabar Menerbitkan Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 34 Tahun 2014 tentang RKTP Jawa Barat Tahun yang berisi arahan arahan makro pemanfaatan dan penggunaan spasial atau ruang dan potensi kawasan hutan untuk pembangunan kehutanan dan pembangunan diluar kehutanan yang menggunakan kawasan hutan serta perkiraan kontribusi sektor kehutanan di wilayah provinsi untuk jangka waktu 20 tahun. 7. Melakukan pengumpulan data dan informasi penggunaan kawasan hutan non kehutanan dan pemenuhan kewajibannya 8. Melakukan evaluasi penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan non kehutanan dan menyampaikan hasilnya kepada Kementerian LHK 9. Melaksanakan sosialisasi peraturan terkait pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan 10. Pemerintah Provinsi Jawa Barat telah mengatur setiap perijinan melalui sistem perijinan satu atap dengan menerbitkan Perda No.7 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Perijinan Terpadu dan Pergub No. 92 Tahun 2014 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyelenggaraan Pelayanan Perijinan Terpadu 11. Tidak merekomendasikan perpanjangan ijin terhadap pengguna kawasan hutan yang tidak memenuhi kewajiban
42 PELAKSANAAN PENATAAN PERIZINAN KEHUTANAN REKOMENDASI: Mendorong kepatuhan pemegang ijin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu dalam melaksanakan kewajiban keuangannya termasuk penegakan sanksinya RENCANA AKSI : 1. Melakukan pengumpulan data dan informasi pelaksanaan semua kewajiban keuangan dan kewajiban lainnya dari pemegang ijin 2. Melakukan rekonsiliasi data perijinan: 1) produksi, 2) wilayah konsesi, 3) kepemilikan saham, 4) kewajiban keuangan (PNBP dan Pajak), 5) perlindungan lingkungan hidup Dalam pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan terdapat keterkaitan dengan banyak sektor dengan peraturan masing masing sektor (ESDM, Perindustrian dan Perdagangan, PSDA, PU dan Perumahan Rakyat, Pertanian, Agraria dan Tata Ruang, Perikanan dan Kelautan, Pertanian, dan lain lain) yang mempengaruhi proses perijinan di daerah. Progres Implementasi: 1. Pemerintah Provinsi Jawa Barat telah mengatur setiap perijinan melalui sistem perijinan satu atap dengan menerbitkan Perda No. 7 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Perijinan Terpadu dan Pergub No. 92 Tahun 2014 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyelenggaraan Pelayanan Perijinan Terpadu 2. Melaksanakan sosialisasi peraturan terkait pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan 3. Mengkoordinasikan dengan instansi teknis terkait proses perizinan kehutanan 4. Melakukan evaluasi penggunaan kawasan hutan dalam rangka tertib penggunaan kawasan hutan.
43 PERLUASAN WILAYAH KELOLA MASYARAKAT REKOMENDASI: Mendorong perluasan wilayah kelola masyarakat RENCANA AKSI: Melakukan pengumpulan informasi dan evaluasi terhadap pengelolaan hutan timgkat tapak dan oleh masyarakat (KPH, usulan pencadangan HKm, HD, dan HTR) > HKm, HD dan HTR tidak ada di Jabar Melakukan pengajuan izin HKm, HD dan HTR > HKm, HD dan HTR tidak ada di Jabar PROGRES IMPLEMENTASI: Perluasan wilayah kelola masyarakat dalam rangka memberikan akses kepada masyarakat sekitar hutan dalam pengelolaan hutan di Jawa Barat, dikembangkan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) : 1. Pengembangan PHBM di wilayah pengelolaan Perum Perhutani Divre Jawa Barat dan Banten merupakan bentuk kelola sosial pemanfaatan kawasan hutan oleh masyarakat. 2. Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat membuat kebijakan melalui Perda No. 10/2011 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa Sekitar Hutan, Pergub No. 49 Tahun 2014 tentang Petunjuk Pelaksanaan Perda Nomor 10 Tahun 2011 untuk memfasilitasi akses masyarakat sekitar hutan dalam pengelolaan kawasan hutan di Jawa Barat. 3. Melaksanakan sosialisasi program dan kebijakan tentang pemberdayaan masyarakat di sekitar kawasan hutan.
44 PENYELESAIAN KONFLIK KAWASAN HUTAN REKOMENDASI: Mendorong peran aktif Pemerintah Daerah dalam penyelesaian konflik terkait SDA RENCANA AKSI : 1. Menyediakan desk penyelesaian dan membangun basis data dan informasi tentang konflik SDA (termasuk melibatkan KPH) 2. Menyusun regulasi mengenai mekanisme penanganan konflik SDA Konflik yang berkembang dalam pengelolaan kawasan hutan di Jawa Barat berupa konflik penguasaan dan pemanfaatan kawasan hutan yang tidak sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. PROGRES IMPLEMENTASI: 1. Melakukan sosialisasi kebijakan terkait pengelolaan kawasan hutan 2. Melaksanakan sinkronisasi dan rekonsiliasi data permasalahan kawasan hutan dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta pengelola kawasan hutan. 3. Mengusulkan rekonstruksi batas kawasan hutan untuk wilayah kelola Pemerintah Provinsi. 4. Mendorong dan melaksanakan penegakan hukum antara lain melalui operasi gabungan terpadu pengaman hutan dengan instansi terkait.
45 PENGUATAN INSTRUMEN LINGKUNGAN HIDUP DALAM PERLINDUNGAN HUTAN Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat memperkuat instrumen lingkungan hidup dalam perlindungan hutan melalui : 1. Penguatan kelembagaan melalui : Perda No 8 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Kehutanan Perda No 10 Tahun 2011 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Hutan Perda Nomor 20 Tahun 2014 tentang Pengelolaan DAS Perda Nomor 1 Tahun 2013 tentang Pedoman Pelestarian dan Pengendalian Pemanfaatan Kawasan Lindung Kepgub /Kep.534 Yansos/2011 tentang Tim Pengendalian dan rehabilitasi Lahan Kritis Kepgub Nomor 591.5/Kep.802 Yansos/2014 tentang Penetapan data dan peta Lahan Kritis Provinsi Jawa Barat Tahun Untuk meningkatkan koordinasi pengamanan gangguan keamanan hutan negara, perkebunan negara dan perkebunan besar swasta di Jawa Barat diterbitkan Kepgub No /Kep.503 binprod/2012 dalam rangka mendukung kelancaran pelaksanaan dan pengawasan penyelesaian gangguan keamanan hutan negara, perkebunan negara dan perkebunan besar swasta di Jawa Barat. 3. Dalam penegakan hukum lingkungan, Pemerintah Provinsi Jawa Barat menerbitkan Keputusan Gubernur No /kep.1836 Hukham/2014 tentang Satgas Penegakan Hukum Lingkungan Terpadu di Jawa Barat
46 MEMBANGUN SISTEM PENGENDALIAN ANTI KORUPSI REKOMENDASI: 1. Mendorong Pemda untuk memaksimalkan penggunaan sistem NSDH dalam perencanaan, pengelolaan, dan pengawasan di sektor kehutanan 2. Mendorong akuntabilitas pelayanan publik di sektor SDA RENCANA AKSI: 1. Inventarisasi data dan informasi daerah yang diperlukan dalam sistem informasi untuk perencanaan, pengelolaan dan pengawasan di sektor kehutanan 2. Melakukan pemutakhiran terhadap NSDH berdasarkan data dan informasi inventarisasi hutan, perijinan, penatausahaan hasil hutan, peerdaran kayu dan pembayaran kewajiban keuangan 3. Menyediakan informasi SDH bagi publik sesuai dengan UU KIP PROGRES IMPLEMENTASI: 1. Peningkatan efektifitas dan efisiensi sistem penyelenggaraan perizinan kehutanan melalui Badan Penanaman Modal dan Perijinan Terpadu (BPMPT) dengan mengatur setiap perijinan melalui sistem perijinan satu atap melalui Perda No. 7 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Perijinan Terpadu dan Pergub No. 92 Tahun 2014 tentang Petunjuk Pelakanaan Penyelenggaraan Pelayanan Perijinan Terpadu 2. Optimalisasi website SKPD untuk memberikan informasi terkait Sumber Daya Hutan serta mewadahi dan melayani pengaduan masyarakat 3. Menyusun Dokumen Neraca Sumber Daya Hutan (NSDH), sebagai sistem informasi untuk perencanaan, pengelolaan dan pengawasan
47 B. PERKEBUNAN 47
48 6 RENCANA AKSI DIBIDANG KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN RENCANA AKSI I :PENYELESAIAN PENGUKUHAN KAWASAN HUTAN DAN PENATAAN RUANG DAN WILAYAH ADMINISTRASI RENCANA AKSI II : PELAKSANAAN PENATAAN PERIJINAN RENCANA AKSI III : PERLUASAN WILAYAH KELOLA MASYARAKAT RENCANA AKSI IV : PENYELESAIAN KONFLIK KAWASAN HUTAN RENCANA AKSI V : PENGUATAN INSTRUMEN LINGKUNGAN HIDUP DALAM PERLINDUNGAN HUTAN RENCANA AKSI VI : MEMBANGUN SISTIM PENGENDALIAN ANTI KORUPSI Catatan : DARI 6 AKSI TERSEBUT DINAS PERKEBUNAN PROVINSI JAWA BARAT TERKAIT DENGAN RENAKSI No. 2, 3 DAN 6
49 RENCANA AKSI 2: PELAKSANAAN PENATAAN PERIJINAN Deskripsi : Masih banyak pelaku usaha di sektor perkebunan yang tidak melaksanakan kewajibannya, administrasi dan keuangan negara. Rekomendasi : Mendorong kepatuhan pemegang Izin Usaha Perkebunan (IUP) dalam melaksanakan kewajiban keuangannya termasuk penegakan sanksinya. Keterangan : Dari sejumlah 201 pekebunan negara maupun Swasta, yang lintas kabupaten kota sebanyak 9 perkebunan yaitu ; 1. PTPN Cikasungka 2. PTPN Cianten. 3. PTPN Sedep. 4. PTPN. Panglejar. 5. PTPN. Batulawang. 6. PTPN Cikupa. 7. PTPN. Gualpara. 8. PBS Cimatis II. 9. PBS. Cukul.
50 PENJELASAN ; Dalam melaksanakan usaha perkebunannya, kepada pemegang IUP tidak diwajibkan dalam peraturan perundangan termasuk Permentan yang harus membayar PNBP dari produksi yang dihasilkan, seperti halnya PSDH/DR di sektor kehutanan.
51 RENCANA AKSI : MELAKUKAN PENDATAAN ULANG TERHADAP PEMEGANG IUP ATAS KEWAJIBAN ADMINISTRASI YANG HARUS DIPENUHI SESUAI DENGAN KETENTUAN YANG BERLAKU. PROGRES IMPLEMENTASI : SEDANG DILAKUKAN PENERTIBAN DAN PEMBINAAN USAHA PERKEBUNAN TERHADAP PARA PELAKU USAHA PERKEBUNAN BAIK SWASTA MAUPUN NEGARA DENGAN MELIBATKAN ISTANSI TERKAIT.
52 RENCANA AKSI 3: PERLUASAN WILAYAH KELOLA MASYARAKAT Deskripsi : Lemahnya posisi masyarakat dalam usaha perkebunan. Rekomendasi : Mendorong berdayanya masyarakat dalam pemanfaatan ruang tanah melalui kegiatan perkebunan. Target 2016: Meningkatkan program kemitraan perkebunan
53 Rencana aksi ; Melakukan pendataan terhadap kegiatan perkebunan yang dilakukan masyarakat pada lahan perkebunan negara maupun swasta. Mendorong usaha kemitraan antara perkebunan negara maupun perkebunan swasta dengan masyarakat sekitarnya sesuai dengan Permentan no.98/permentan/ OT.140/9/2013 dan Peraturan Daerah no.18 tahun 2013 tentang pengelolaan perkebunan serta Pergub no.11 tahun 2006 tentang pemberdayaan masyarakat desa disekitar hutan negara dan perkebunan besar.
54 PROGRES IMPLEMENTASI ; Melakukan langkah nyata dengan melaksanakan kerjasama pemanfaatan lahan bawah perkebunan untuk dikerjasamakan dengan masyarakat sekitar dalam rangka menindaklanjuti perda, pergub maupun permentan dalam rangka pemberdayaan masyarakat sekitar kebun.
55 RENCANA AKSI 6: PEMBANGUNAN SISTIM PENGENDALIAN ANTI KORUPSI Deskripsi ; Tingginya praktik maladministrasi dalam berbagai pelayanan publik terkait sumberdaya alam. Rekomendasi ; Mendorong pemda untuk memaksimalkan penggunaan sistem NSDK (NERACA SUMBER DAYA KEBUN) dalam perencanaan, pengelolaan dan pengawasan di sektor perkebunan.
56 Rencana aksi ; Invetarisasi data dan informasi daerah yang diperlukan untuk perencanaan, pengelolaan dan pengawasan di sektor perkebunan. Melakukan pemutakhiran data untuk NSDK PROGRES IMPLEMENTASI ; Perijinan telah diatur melalui pelayanan satu atap. PERDA No.7 tahun 2010 dan PERGUB no.92 tahun 2014 tentang juklak perijinan terpadu.
57 PERMASALAHAN ; Masih ditemukan adanya pemanfaatan lahan perkebunan negara maupun swasta yang dilakukan oleh masyarakat tanpa melalui perijinan dari pemegang hak kebun/ Penjarahan kebun untuk dijadikan lahan pertanian lainnya. UPAYA PEMECAHAN MASALAH ; Dilakukan upaya mediasi diantara masyarakat dan pemegang hak. TINDAK LANJUT ; Melakukan upaya win win solution dengan melakukan perjanjian kerjasama pemanfaatan lahan.
58 TERIMAKASIH 58
EXSPOSE PENGELOLAAN PERTAMBANGAN, KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN DI PROVINSI LAMPUNG
EXSPOSE PENGELOLAAN PERTAMBANGAN, KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN DI PROVINSI LAMPUNG DISAMPAIKAN PADA ACARA MONITORING DAN EVALUASI KORSUPWAS KPK DAN DITJEN MINERBA PEMDA PROVINSI DAN KAB/KOTA GUBERNUR LAMPUNG
Lebih terperinciGerakan Nasional Penyelamatan Sumberdaya Alam Indonesia Sektor Kehutanan dan Perkebunan
Rapat Monev Gerakan Nasional Penyelamatan Sumberdaya Alam Indonesia Sektor Kehutanan dan Perkebunan PROVINSI JAWA TIMUR Semarang, 20 Mei 2015 GERAKAN NASIONAL - PSDA GAMBARAN UMUM JAWA TIMUR KONDISI GEOGRAFIS
Lebih terperinciOleh : Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Oleh : Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Disampaikan pada acara : Rapat Monitoring dan Evaluasi Gerakan Nasional Penyelamatan Sumber Daya Alam Jakarta, 22
Lebih terperinciGubernur Jawa Barat. RAPAT MONITORING DAN EVALUASI GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBER DAYA ALAM INDONESIA Semarang, 19 Mei 2015
Gubernur Jawa Barat RAPAT MONITORING DAN EVALUASI GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBER DAYA ALAM INDONESIA Semarang, 19 Mei 2015 I KONDISI UMUM JAWA BARAT Luas wilayah daratan Provinsi Jawa Barat : + 3.709.528,44
Lebih terperinciOleh : Ketua Tim GNPSDA. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Pontianak, 9 September 2015
Oleh : Ketua Tim GNPSDA Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Pontianak, 9 September 2015 Data dan Informasi Kawasan Hutan 2 KAWASAN HUTAN KALIMANTAN BARAT, KALIMANTAN TENGAH, KALIMANTAN SELATAN,
Lebih terperinciOleh : Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Oleh : Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Disampaikan pada acara : Rapat Monitoring dan Evaluasi Gerakan Nasional Penyelamatan Sumber Daya Alam Semarang, 20
Lebih terperinciOleh : DR. TGH. M. ZAINUL MAJDI GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT
Oleh : DR. TGH. M. ZAINUL MAJDI GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT Disampaikan pada Acara : Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan Usaha Pertambangan di Provinsi Nusa Tenggara Barat Dalam Rangka Koordinasi - Supervisi
Lebih terperinciPROGRES IMPLEMENTASI 5 SASARAN RENCANA AKSI KOORDINASI DAN SUPERVISI MINERAL DAN BATUBARA
PROGRES IMPLEMENTASI 5 SASARAN RENCANA AKSI KOORDINASI DAN SUPERVISI MINERAL DAN BATUBARA Oleh : GUBERNUR SULAWESI BARAT Disampaikan Dalam Rangka Rapat Monitoring dan Evaluasi GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN
Lebih terperinciOleh : Ketua Tim GNPSDA. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Disampaikan pada acara :
Oleh : Ketua Tim GNPSDA Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Disampaikan pada acara : Rapat Monitoring dan Evaluasi Gerakan Nasional Penyelamatan Sumber Daya Alam Gorontalo, 10 Juni 2015 Data dan
Lebih terperinciPELAKSANAAN UU 23 TAHUN 2014 DI PROVINSI JAWA TIMUR
DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROVINSI JAWA TIMUR PELAKSANAAN UU 23 TAHUN 2014 DI PROVINSI JAWA TIMUR Disampaikan dalam acara : Sosialisasi Standar EITI 2013 dlam kaitan Pelaksanaan UU 23/2014 tentang
Lebih terperinciMEDAN, 25 MARET 2015 OLEH : GUBERNUR ACEH
MEDAN, 25 MARET 2015 OLEH : GUBERNUR ACEH PEMERINTAH ACEH 2015 RESUME Hasil Koordinasi dan Supervisi Pengelolaan Pertambangan Mineral dan Batubara di Aceh Per 18 Maret 2015 adalah sebagai berikut : 1.
Lebih terperinciPROGRES IMPLEMENTASI 5 SASARAN RENCANA AKSI KORSUPWAS MINERBA di Daerah Istimewa Yogyakarta
PROGRES IMPLEMENTASI 5 SASARAN RENCANA AKSI KORSUPWAS MINERBA di Daerah Istimewa Yogyakarta Overview 5 SASARAN RENCANA AKSI KORSUP KPK Penataan izin usaha pertambangan Pelaksanaan kewajiban keuangan pelaku
Lebih terperinciUPAYA MEWUJUDKAN 5 SASARAN RENCANA AKSI KORSUP MINERBA DI SUMATERA BARAT
PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT UPAYA MEWUJUDKAN 5 SASARAN RENCANA AKSI KORSUP MINERBA DI SUMATERA BARAT OLEH: Ir. MARZUKI MAHDI, AK Disampaikan pada Acara Rapat Monitoring dan Evaluasi Kegiatan Korsupwas
Lebih terperinciPROGRES IMPLEMENTASI 5 (LIMA) SASARAN RENCANA AKSI KOORDINASI DAN SUPERVISI PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DI PROVINSI SUMATERA UTARA
PROGRES IMPLEMENTASI 5 (LIMA) SASARAN RENCANA AKSI KOORDINASI DAN SUPERVISI PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DI PROVINSI SUMATERA UTARA Disampaikan oleh : GUBERNUR SUMATERA UTARA Pada Rapat
Lebih terperinciGUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PROGRES IMPLEMENTASI SASARAN RENCANA AKSI KORSUP KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
PROGRES IMPLEMENTASI SASARAN RENCANA AKSI KORSUP KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Rapat Monitoring dan Evaluasi Gerakan Nasional Penyelamatan Sumberdaya Alam Indonesia Sektor Kehutanan
Lebih terperinciDIREKTORAT JENDERAL MINERAL DAN BATUBARA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SEMARANG, 20 MEI 2015
MONITORING DAN EVALUASI ATAS HASIL KOORDINASI DAN SUPERVISI PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA PROVINSI JAWA TENGAH, JAWA BARAT, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (DIY), DAN JAWA TIMUR SEMARANG, 20 MEI 2015 DIREKTORAT
Lebih terperinciPAPARAN PROGRESS. IMPLEMENTASI RENCANA AKSI KORSUP PENYELAMATAN SUMBER DAYA ALAM SEKTOR KEHUTANAN DAN PERTAMBANGAN DI PROVINSI GORONTALo
PAPARAN PROGRESS IMPLEMENTASI RENCANA AKSI KORSUP PENYELAMATAN SUMBER DAYA ALAM SEKTOR KEHUTANAN DAN PERTAMBANGAN DI PROVINSI GORONTALo SEKTOR KEHUTANAN KONDISI EKSISTING KAWASAN HUTAN PROVINSI GORONTALO
Lebih terperinciMonitoring Implementasi Renaksi GN-SDA oleh CSO. Korsup Monev GN-SDA Jabar Jateng DIY Jatim Semarang, 20 Mei 2015
Monitoring Implementasi Renaksi GN-SDA oleh CSO Korsup Monev GN-SDA Jabar Jateng DIY Jatim Semarang, 20 Mei 2015 #1. Sektor Pertambangan Puluhan ribu hektar kawasan hutan lindung dan konservasi di Jabar,
Lebih terperinciMONITORING DAN EVALUASI ATAS HASIL KOORDINASI DAN SUPERVISI PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA PROVINSI SULAWESI UTARA, GORONTALO, DAN SULAWESI BARAT
MONITORING DAN EVALUASI ATAS HASIL KOORDINASI DAN SUPERVISI PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA PROVINSI SULAWESI UTARA, GORONTALO, DAN SULAWESI BARAT GORONTALO, 10 JUNI 2015 DIREKTORAT JENDERAL MINERAL
Lebih terperinciPROGRES IMPLEMENTASI RENCANA AKSI PENATAAN PENGELOLAAN PERTAMBANGAN, KEHUTANAN & PERKEBUNAN DI PROVINSI BENGKULU
PROGRES IMPLEMENTASI RENCANA AKSI PENATAAN PENGELOLAAN PERTAMBANGAN, KEHUTANAN & PERKEBUNAN DI PROVINSI BENGKULU Oleh : H. JUNAIDI HAMSYAH GUBERNUR BENGKULU Rabu, 22 April 2015 Auditorium Gd. Manggala
Lebih terperinciSOSIALISASI DAN SEMINAR EITI PERBAIKAN TATA KELOLA KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERBA
SOSIALISASI DAN SEMINAR EITI PERBAIKAN TATA KELOLA KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERBA Oleh : Direktur Pembinaan Program Minerba Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara, Kementerian ESDM Denpasar, 25
Lebih terperinciMISKINYA RAKYAT KAYANYA HUTAN
SENGKARUT TAMBANG MENDULANG MALANG Disusun oleh Koalisi Anti Mafia Hutan dan Tambang. Untuk wilayah Bengkulu, Lampung, Banten. Jakarta, 22 April 2015 MISKINYA RAKYAT KAYANYA HUTAN No Daerah Hutan Konservasi
Lebih terperinciMONITORING DAN EVALUASI ATAS HASIL KOORDINASI DAN SUPERVISI PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DAN NUSA TENGGARA BARAT
MONITORING DAN EVALUASI ATAS HASIL KOORDINASI DAN SUPERVISI PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DAN NUSA TENGGARA BARAT KUPANG, 4 JUNI 2015 DIREKTORAT JENDERAL MINERAL DAN BATUBARA
Lebih terperinciYang Terhormat: Sulawesi Tengah
SAMBUTAN PIMPINAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM KEGIATAN RAPAT MONEV KOORDINASI DAN SUPERVISI GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBERDAYA ALAM SEKTOR KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN MAKASSAR, 26 AGUSTUS 2015
Lebih terperinciOleh: ARI YANUAR PRIHATIN, S.T. Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Bangka Tengah
Pelaksanaan UU 23/2014 tentang Pemerintahan Daerah dalam Tata Kelola Kegiatan Usaha Pertambangan di Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Oleh: ARI YANUAR PRIHATIN, S.T. Kepala Dinas
Lebih terperinciPaparan Progres Implementasi 5 Sasaran Kegiatan Koordinasi dan Supervisi (Korsup) Minerba di Provinsi Papua PEMERINTAH PROVINSI PAPUA 2015
Paparan Progres Implementasi 5 Sasaran Kegiatan Koordinasi dan Supervisi (Korsup) Minerba di Provinsi Papua PEMERINTAH PROVINSI PAPUA 2015 5 Sasaran Kegiatan Koordinasi dan Supervisi (Korsup) Minerba 1.
Lebih terperinciURGENSI SIPD DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
URGENSI SIPD DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH Cirebon, 22 Desember 2015 OUTLINE PEMBAHASAN 1 SIPD DALAM UU 23 TAHUN 2014 2 PERMENDAGRI 8/2014 TENTANG SIPD AMANAT UU 23 TAHUN 2014 Pasal 274: Perencanaan
Lebih terperinciMenggali Kehancuran di Sunda Kecil
Menggali Kehancuran di Sunda Kecil Pantauan Masyarakat Sipil atas Korsup Minerba di NTT dan NTB Koalisi Anti-Mafia Tambang, Kupang 3 Juni 2015 Kawasan Hutan Lindung dan Hutan Konservasi yang Dibebani Izin
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 2 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA
RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 2 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang Mengingat : a.
Lebih terperinciANNEX II LIST OF AUDITED DOCUMENTS (IN BAHASA INDONESIA) DAFTAR DOKUMEN PERKEBUNAN
ANNEX II LIST OF AUDITED DOCUMENTS (IN BAHASA INDONESIA) DAFTAR DOKUMEN PERKEBUNAN Pada dasarnya, dokumen-dokumen berikut dapat diperoleh melalui perusahaan. Demi mendapatkan data yang lengkap, dianjurkan
Lebih terperinciKEBIJAKAN UMUM SEKTOR PERTAMBANGAN
KEBIJAKAN UMUM SEKTOR PERTAMBANGAN Disampaikan pada Diklat Evaluasi RKAB Perusahaan Pertambangan Batam, Juli 2011 Sumber: Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
Lebih terperinciPROGRES IMPLEMENTASI 5 SASARAN RENCANA AKSI KORSUP PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2015
PROGRES IMPLEMENTASI 5 SASARAN RENCANA AKSI KORSUP PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2015 OUT LINE PAPARAN 1. GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT 2. PENGELOLAAN PERTAMBANGAN
Lebih terperinciPEDOMAN PEMBERIAN IZIN BIDANG ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DI JAWA TIMUR
- 1 - LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR : 49 TAHUN 2016 TANGGAL : 4 OKTOBER 2016 PEDOMAN PEMBERIAN IZIN BIDANG ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DI JAWA TIMUR A. STANDAR PELAYANAN URUSAN PEMERINTAHAN
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL LOGAM BESI GUBERNUR JAWA BARAT
Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL LOGAM BESI GUBERNUR JAWA BARAT Menimbang : a. bahwa dalam rangka pengusahaan mineral
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PENJUALAN DAN/ATAU RENCANA PENGIRIMAN HASIL TAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
S A L I N A N PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PENJUALAN DAN/ATAU RENCANA PENGIRIMAN HASIL TAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANAH LAUT, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciKAWASAN PESISIR KAWASAN DARATAN. KAB. ROKAN HILIR 30 Pulau, 16 KEC, 183 KEL, Pddk, ,93 Ha
LUAS WILAYAH : 107.932,71 Km2 LUAS DARATAN 86.411,90 Km2 LAUTAN 21.478,81 Km2 GARIS PANTAI 2.078,15 Km2 KAWASAN DARATAN KAB. ROKAN HULU 16 KEC,153 KEL, 543.857 Pddk, 722.977,68 Ha KAB. KAMPAR 21 KEC,245
Lebih terperinciOLEH: PEMERINTAH PROVINSI MALUKU UTARA
PROGRES IMPLEMENTASI 6 SASARAN RENCANA AKSI KOORDINASI DAN SUPERVISI (KORSUP) ATAS GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBER DAYA ALAM INDONESIA SEKTOR KEHUTANAN DI MALUKU UTARA OLEH: PEMERINTAH PROVINSI MALUKU
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 5 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,
30 Juni 30 Juni 2008 2008 PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 5 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa pengaturan
Lebih terperinciDraft 18/02/2014 GUBERNUR JAWA BARAT,
Draft 18/02/2014 Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN BANTUAN KEUANGAN KEPADA KABUPATEN UNTUK KEGIATAN FASILITASI DAN IMPLEMENTASI GREEN PROVINCE
Lebih terperinciDR. H. AWANG FAROEK ISHAK Gubernur Kalimantan Timur
RENCANA AKSI KEGIATAN KOORDINASI DAN SUPERVISI (KORSUP) ATAS GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBER DAYA ALAM INDONESIA SEKTOR KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN DI KALIMANTAN TIMUR DR. H. AWANG FAROEK ISHAK Gubernur
Lebih terperinciRAPAT KOORDINASI DAN SUPERVISI
RAPAT KOORDINASI DAN SUPERVISI ATAS PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA PADA 12 PROVINSI DI INDONESIA JAKARTA, 07 FEBRUARI 2014 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KEDEPUTIAN PENCEGAHAN AGENDA
Lebih terperinciPROGRES IMPLEMENTASI 6 SASARAN RENCANA AKSI KORSUP KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN DI SUMATERA BARAT
PROGRES IMPLEMENTASI 6 SASARAN RENCANA AKSI KORSUP KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN DI SUMATERA BARAT OLEH: IRWAN PRAYITNO Disampaikan pada Acara Monitoring dan Evaluasi Gerakan Nasional Penyelamatan Sumberdaya
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Palangka Raya, 28 April 2017 RAPAT KOORDINASI PENGENDALIAN (RAKORDAL) Triwulan I, Tahun 2017 REKAPITULASI IZIN USAHA PERTAMBANGAN
Lebih terperinciPENGELOLAAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN (IUP) MINERAL DAN BATUBARA DI PROVINSI RIAU
PENGELOLAAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN (IUP) MINERAL DAN BATUBARA DI PROVINSI RIAU Disampaikan dalam Rapat Monev Korsup KPK tanggal 24-25 Maret 2015 di Medan Oleh Plt. GUBERNUR RIAU 1 PETA ADMINISTRATIF PROVINSI
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, Mengingat : a. bahwa mineral dan
Lebih terperinciPERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI PEMEGANG IUP DALAM PELAKSANAAN EITI INDONESIA
PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI PEMEGANG IUP DALAM PELAKSANAAN EITI INDONESIA SOSIALISASI DAN SEMINAR EITI INDONESIA BALI, 25 AGUSTUS 2016 DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROVINSI
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN KERJA GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBER DAYA ALAM (SDA) INDONESIA SEKTOR PERTAMBANGAN MINERBA
KERANGKA ACUAN KERJA GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBER DAYA ALAM (SDA) INDONESIA SEKTOR PERTAMBANGAN MINERBA I. Latar Belakang Sumberdaya mineral dan batubara merupakan salah satu sumber daya alam (natural
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.67, 2014 KEMEN ESDM. Dekonsentrasi. Energi dan Sumber Daya Mineral. Gubernur. TA 2014. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN
Lebih terperinciEvaluasi Tata Kelola Sektor Kehutanan melalui GNPSDA (Gerakan Nasional Penyelamatan Sumberdaya Alam) Tama S. Langkun
Evaluasi Tata Kelola Sektor Kehutanan melalui GNPSDA (Gerakan Nasional Penyelamatan Sumberdaya Alam) Tama S. Langkun Pembahasan Kondisi tata kelola hutan di Indonesia. Peran ICW dalam pengawasan Tata Kelola
Lebih terperinciEVALUASI PELAKSANAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) PROVINSI JAWA BARAT
EVALUASI PELAKSANAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) PROVINSI JAWA BARAT Disampaikan oleh : Prof. DR. Ir. Deny Juanda Puradimaja, DEA Kepala Bappeda Provinsi Jawa Barat Disampaikan pada : Rapat Koordinasi Pemantauan
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN
GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa potensi
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.14/Menhut-II/2006 TENTANG PEDOMAN PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN,
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.14/Menhut-II/2006 TENTANG PEDOMAN PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN, Menimbang: a. bahwa berdasarkan Pasal 38 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Lebih terperinciLUAS KAWASAN (ha)
1 2 3 Berdasarkan Revisi Pola Ruang Substansi Kehutanan sesuai amanat UU No 26 Tahun 2007 tentang Tata Ruang mengalami perubahan yang telah disetujui Menteri Kehutanan melalui Keputusan No. 936/Kpts-II/2013
Lebih terperinciPAPER KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
PAPER KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN PEMDA RIAU HARUS MELIBATKAN PUBLIK DALAM GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBER DAYA ALAM (GNPSDA) KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI PENGANTAR Hasil kajian Jikalahari menunjukkan
Lebih terperinciKORUPSI MASIH SUBUR HUTAN SUMATERA SEMAKIN HANCUR OLEH: KOALISI MASYARAKAT SIPIL SUMATERA
KORUPSI MASIH SUBUR HUTAN SUMATERA SEMAKIN HANCUR OLEH: KOALISI MASYARAKAT SIPIL SUMATERA LBH Pekanbaru Yayasan Mitra Insani HaKI FWI ICW Yayasan Auriga PWYP Indonesia Yayasan HAkA MaTA YCMM Perkumpulan
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.4, 2009 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERTAMBANGAN. KETENTUAN-KETENTUAN POKOK. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4959) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa mineral dan batubara yang
Lebih terperinciGubernur Jawa Barat. PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 84 Tahun 2009 TENTANG PENGUATAN LEMBAGA DISTRIBUSI PANGAN MASYARAKAT TAHUN 2009
Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 84 Tahun 2009 TENTANG PENGUATAN LEMBAGA DISTRIBUSI PANGAN MASYARAKAT TAHUN 2009 GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pengendalian
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN UMUM
PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA UTARA, Menimbang : a. bahwa mineral dan batubara merupakan
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 19 TAHUN 2006 TENTANG : PENGELOLAAN PASIR BESI GUBERNUR JAWA BARAT
Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 19 TAHUN 2006 TENTANG : PENGELOLAAN PASIR BESI GUBERNUR JAWA BARAT Menimbang : a. bahwa Jawa Barat memiliki endapan pasir besi yang berpotensi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Urgensi Rencana Makro Pemantapan Kawasan Hutan.
7 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P. 32/Menhut-II/2013 TENTANG RENCANA MAKRO PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN I. PENDAHULUAN A. Urgensi Rencana Makro Pemantapan Kawasan Hutan. Hutan
Lebih terperinciHarmonisasi Kebijakan dan Peraturan Perundangan
Lampiran KESATU Harmonisasi Kebijakan dan Peraturan Perundangan Bab 1. Pendahuluan Konflik perizinan dan hak terjadi atas klaim pada areal yang sama Keluarnya putusan Mahkamah Konstitusi No: 45/PUU-IX/2011
Lebih terperinciHariadi Kartodihardjo (Sumber: UU 23/2014) Adapun urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah Provinsi adalah:
UNDANG-UNDANG NO 23/2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH: (IMPLIKASI) BAGI KEBIJAKAN KEHUTANAN DAN IZIN TAMBANG (MINERBA) 1 Hariadi Kartodihardjo (Sumber: UU 23/2014) DALAM UU ini urusan pemerintahan terdiri
Lebih terperinciSTUDI BUDGET BRIEF SEKTOR TAMBANG :
STUDI BUDGET BRIEF SEKTOR TAMBANG : Inovasi Kebijakan : Pola Redistribusi Penerimaan Sektor Pertambangan untuk mewujudkan pembangunan yang berpihak untuk kesejahteraan masyarakat dan kelestarian lingkungan
Lebih terperinciPERMASALAHAN PENGELOLAAN PERKEBUNAN
PERMASALAHAN PENGELOLAAN PERKEBUNAN Disampaikan pada Acara Monev Gerakan Nasioanal Penyelamatan SDA sektor Kehutanan dan Perkebunan Tanggal 10 Juni 2015 di Gorontalo DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN JENIS
Lebih terperinciKONDISI KAWASAN HUTAN PROVINSI SUMATERA UTARA
KONDISI KAWASAN HUTAN PROVINSI SUMATERA UTARA (Bahan Kata Sambutan Gubernur Sumatera Utara pada Rapat Monitoring dan Evaluasi Gerakan Nasional Penyelamatan Sumber Daya Alam Indonesia Sektor Kehutanan dan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa mineral dan batubara yang
Lebih terperinciKEMAKMURAN, PENYELAMATAN SDA UNTUK KESEJAHTERAAN BERSAMA: PRAKTIK BAIK DAN AKSI KOLEKTIF
KEMAKMURAN, PENYELAMATAN SDA UNTUK KESEJAHTERAAN BERSAMA: PRAKTIK BAIK DAN AKSI KOLEKTIF Oleh Dirjen Mineral dan Batubara DISAMPAIKAN DALAM INTERNATIONAL BUSINESS INTEGRITY CONFERENCE 2016 Jakarta, 17
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa mineral dan batubara yang
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.51/Menhut-II/2014. TENTANG TATA CARA DAN PERSYARATAN PERPANJANGAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU DALAM HUTAN ALAM PADA HUTAN PRODUKSI DENGAN
Lebih terperinciPEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KEHUTANAN TINGKAT KABUPATEN/KOTA
5 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.36/MENHUT-II/2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KEHUTANAN TINGKAT KABUPATEN/KOTA PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KEHUTANAN TINGKAT KABUPATEN/KOTA
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PANAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT,
PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PANAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang : a. bahwa Panas Bumi merupakan energi yang
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 26/Permentan/OT.140/2/2007 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 26/Permentan/OT.140/2/2007 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa dengan Keputusan
Lebih terperinciPenggunaan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Sektor Non Kehutanan Oleh : Dirjen Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan Kementerian LHK
Penggunaan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Sektor Non Kehutanan Oleh : Dirjen Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan Kementerian LHK Disampaikan pada Seminar Nasional yang diselenggarakan Badan Pemeriksa
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN
PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciBERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Izin Khusus. Pertambangan. Mineral Batu Bara. Tata Cara.
No.1366, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Izin Khusus. Pertambangan. Mineral Batu Bara. Tata Cara. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK
Lebih terperinciPenataan Ruang dalam Rangka Mengoptimalkan Pemanfaatan Ruang di Kawasan Hutan
Penataan Ruang dalam Rangka Mengoptimalkan Pemanfaatan Ruang di Kawasan Hutan Disampaikan oleh: Direktur Jenderal Penataan Ruang Komisi Pemberantasan Korupsi - Jakarta, 13 Desember 2012 Outline I. Isu
Lebih terperinciPemerintah Provinsi Kalimantan Barat. Dinas Perkebunan KEGIATAN PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat Dinas Perkebunan KEGIATAN PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT Dalam Rangka Sosialisasi Gerakan Anti Korupsi dan Gratifikasi di Provinsi Kalimantan Barat
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BEKASI
BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 42 2012 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI, Menimbang
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinciPRESENTASI GUBERNUR MALUKU
PRESENTASI GUBERNUR MALUKU PADA ACARA : RAPAT MONITORING DAN EVALUASI GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBER DAYA ALAM INDONESIA ATAS PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DI PROVINSI MALUKU Ambon,
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Berdasarkan seluruh uraian pada bab-bab terdahulu, kiranya dapat. disimpulkan dalam beberapa poin sebagai berikut:
108 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan seluruh uraian pada bab-bab terdahulu, kiranya dapat disimpulkan dalam beberapa poin sebagai berikut: 1. Perlindungan Hukum dari Pemerintah Daerah terhadap Hak-Hak
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Hutan Produksi. Pelepasan.
No.377, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Hutan Produksi. Pelepasan. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.33/Menhut-II/2010 TENTANG TATA CARA PELEPASAN KAWASAN
Lebih terperinciTRANSPARANSI DAN PENCEGAHAN KORUPSI DI SEKTOR INDUSTRI PERTAMBANGAN
TRANSPARANSI DAN PENCEGAHAN KORUPSI DI SEKTOR INDUSTRI PERTAMBANGAN Jakarta, 6 September 2015 Kedeputian Pencegahan Tugas KPK (UU No.30 Tahun 2002): Komisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga negara yang
Lebih terperinciPERMASALAHAN PENGELOLAAN PERKEBUNAN
PERMASALAHAN PENGELOLAAN PERKEBUNAN JENIS IZIN USAHA PERKEBUNAN Izin usaha perkebunan budidaya (IUP-B) diberikan kepada pelaku usaha dengan luasan 25 hektar atau lebih; Izin usaha perkebunan pengolahan
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA
No. 4959 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PERTAMBANGAN. KETENTUAN-KETENTUAN POKOK. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG WILAYAH PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG WILAYAH PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal
Lebih terperinciPenetapan kebijakan pengelolaan mineral, batubara, panas bumi dan air tanah nasional.
- 583 - BB. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL 1. Mineral, Batu Bara, Panas Bumi, dan Air Tanah 1. Penetapan kebijakan pengelolaan mineral, batubara, panas bumi dan air
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT
No. Urut: 07, 2012 LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PANAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA
Lebih terperinciMENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.12/Menhut-II/2004 TENTANG
MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.12/Menhut-II/2004 TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN LINDUNG UNTUK KEGIATAN PERTAMBANGAN MENTERI KEHUTANAN, Menimbang: a. bahwa
Lebih terperinciKEBIJAKAN MINERAL DAN BATUBARA
KEBIJAKAN MINERAL DAN BATUBARA Jakarta, 25 Januari 2017 DIREKTORAT JENDERAL MINERAL DAN BATUBARA KEMENTERIAN ENERI DAN SUMBER DAYA MINERAL DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN II. KEBIJAKAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2012 KEMENTERIAN KEUANGAN. Alokasi. Dana. SDA. Pertambangan. Panas Bumi. TA 2012. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01/PMK.07/2012 TENTANG PERKIRAAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 14/Menhut-II/2013 TENTANG
Hasil Pemba hasan d PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 14/Menhut-II/2013 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.18/MENHUT-II/2011 TENTANG PEDOMAN PINJAM
Lebih terperinciSATU DATA PEMBANGUNAN JAWA BARAT PUSAT DATA DAN ANALISA PEMBANGUNAN (PUSDALISBANG) DAFTAR ISI DAFTAR ISI
DAFTAR ISI DAFTAR ISI...... i 1. GEOGRAFI Tabel : 1.01 Luas Wilayah Provinsi Jawa Barat Dan Kabupaten/Kota... 1 Tabel : 1.02 Jumlah Kecamatan Dan Desa Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2011... 2 2. KETENAGAKERJAAN
Lebih terperinciDATA DAN INFORMASI KEHUTANAN
DATA DAN INFORMASI KEHUTANAN Pangkal Pinang 16-17 April 2014 BAGIAN DATA DAN INFORMASI BIRO PERENCANAAN KEMENHUT email: datin_rocan@dephut.go.id PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan pelaksanaan pembangunan
Lebih terperinciKewenangan Pengelolaan FAKULTAS HUKUM, UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Kewenangan Pengelolaan 21 kewenangan berada di tangan Pusat 1. penetapan kebijakan nasional; 2. pembuatan peraturan perundang-undangan; 3. penetapan standar nasional, pedoman, dan kriteria; 4. penetapan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Budidaya. Izin Usaha.
No.288, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Budidaya. Izin Usaha. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39/Permentan/OT.140/6/2010 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA
Lebih terperinciInovasi Kebijakan : Pola Redistribusi Penerimaan Sektor Pertambangan untuk mewujudkan pembangunan yang berkeadilan di Kabupaten Aceh Besar
Inovasi Kebijakan : Pola Redistribusi Penerimaan Sektor Pertambangan untuk mewujudkan pembangunan yang berkeadilan di Kabupaten Aceh Besar Oleh GeRAK Aceh Aceh Besar, 22 Januari 2015 Melihat Penerimaan
Lebih terperinciMONITORING DAN EVALUASI ATAS HASIL KOORDINASI DAN SUPERVISI PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA PROVINSI BENGKULU, LAMPUNG, DAN BANTEN
MONITORING DAN EVALUASI ATAS HASIL KOORDINASI DAN SUPERVISI PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA PROVINSI BENGKULU, LAMPUNG, DAN BANTEN JAKARTA, 22 APRIL 2015 DIREKTORAT JENDERAL MINERAL DAN BATUBARA KEMENTERIAN
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2010 NOMOR 4
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2010 NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PANAS BUMI Menimbang : DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KERINCI, bahwa
Lebih terperinci