BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kesehatan meliputi pencegahan, pemeliharaan kesehatan, diagnosa, pengobatan baik

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kesehatan meliputi pencegahan, pemeliharaan kesehatan, diagnosa, pengobatan baik"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengobatan Tradisional Pengobatan tradisional adalah keseluruhan dari pengetahuan, keterampilan, dan praktek yang ada berdasarkan teori, keyakinan serta pengalaman yang memiliki adat istiadat berbeda dimasing-masing daerah yang pemanfaatannya dalam menjaga kesehatan meliputi pencegahan, pemeliharaan kesehatan, diagnosa, pengobatan baik secara fisik maupun jasmani. Pengobatan tradisional juga biasa disebut dengan pengobatan alternatif di beberapa negara (Supriadi, 2014). Di Indonesia, pengobatan alternatif-komplementer merupakan jenis pengobatan yang non-konvensional ditujukan dalam upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang meliputi usaha promotif, preventif, kuratif, serta rehabilitatif yang didapat melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas, keamanan, serta keefektifitas yang tinggi didasarkan pada ilmu pengetahuan biomedik, yang belum terdaftar dalam kedokteran konvensional. Pengobatam alternatif-komplementer dilaksanakan pada fasilitas pelayanan kesehatan apabila aman, bermanfaat, bermutu, terjangkau serta adanya hasil kajian dari institusi yang berwenang sesuai dengan ketentuan. Fasilitas pelayanan kesehatan yang melaksanakan pengobatan alternatif harus memiliki izi penyelenggaraan sesuai dengan ketentuan (Kemenkes, 2007). Penggunaan pengobatan tradisional serta obat tradisional di Indonesia telah berlangsung sejak ribuan tahun lalu sebelum ditemukannya berbagai jenis obat modern. Hal ini tercemin dari berbagai resep tanaman obat serta daun lontar yang ada di Bali. Obat tradisional di Indonesia merupakan warisan budaya yang secara turun 7

2 8 temurun sehingga perlu dilestarikan. Adapun jenis obat tradisional Indonesia adalah jamu, obat herbal dan sebagainya (Dewoto, 2007). Pengobatan tradisional, alternatif, dam komplementer terdapat beberapa jenis (Permenkes RI, no: 1109/Menkes/Per/2007) yakni: 1. Intervensi tubuh dan pikiran (mind and body intervention) yang dimaksud didalamnya adalah hipnoterapi, mediasi, penyembuhan spiritual, doa, serta yoga. 2. Sistem pelayanan pengobatan alternatif : akupuntur, akupresur, naturopati, homeopati, aromaterapi, dan ayurveda. 3. Cara penyembuhan manual dengan chiropratice, healing touch, tuina, shiatsu, osteopati, dan pijat urut. 4. Pengobatan farmakologi dan biolodi seperti jamu, herbal, dan gurah. 5. Diet nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan: diet makri nutrient, micro nutrient. 6. Cara lain dalam diagnosa dan pengobatan : terapi ozon, hiperbirik, serta EECP. Bentuk-bentuk pengobatan alternatif diantaranya : 1. Obat Herbal Obat herbal merupakan obat-obatan yang terbuat dari bahan alami tumbuhan yang dibudidayakan ataupun tumbuhan liar. Obat juga dapat bersumber dari hewani, mineral ataupun gabungan dari semua sumber. Penggunaan obat herbal ini memiliki keuntungan sendiri yakni dengan harga yang murah. Hal ini dikarenakan bahan yang digunakan untuk membuat obat mudah didapat dengan kata lain bisa ditanam sendiri pada halaman rumah. Tumbuhan yang dapat dijadikan obat herbal tumbuh membesar

3 9 dan tidak memerlukan penjagaan yang spesifik apabila ditanam sendiri. Lihata berdasarkan efek yang timbul, obat herbal memiliki efek samping yang sedikit sehingga anam untuk digunakan. Masyarakat memperikaran obat herbal tidak memiliki efek samping, tetapi setiap tumbuhan memiliki kandungan bahan kimia yang relatif rendah sehingga tidak menimbulkan efek samping dalam penggunaannya (Mangan, 2003 dalam Supriadi, 2014). Adapun obat herbal dapat dibagi menjadi 3 berdasarkan jenisnya diantaranya (1) Jamu yang terbuat dari terbuat dari bahan-bahan alami. Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan jamu biasanya dalam bentuk kering. Disamping itu, jamu memiliki standar yang dikeluarkan oleh pihak BPOM dengan cara pembuatan obat tradisional yang baik. (2) Obat herbal terstandar dibuat dari bahan baku alami yang telah diuji bahannya dalam uji praklinik serta secara alamiah. Uji yang dilakukan adalah uji toksitas akut, toksitas subkronis, serta toksitas kronis. (3) Fotofarmaka terbuat dari bahan alami namun disetarakan dengan obat modern. Hal ini dilihaat dari proses pembuatan fitofarmaka yang telah terstandar serta ditunjang dengan bukti ilmiah sampai dengan uji klinik pada manusia dengan kriteria memenuhi syarat ilmiah (Hemani, 2011). 2. Pijat Tradisional Pijat tergolong salah satu teknik hands-on dengan terapi otot serta jaringan lunak dari tubuh dalam usaha meningkatkan kesehatan serta kesehjahteraan. Teknik pijat memiliki beberapa jenis mulai dari pemijatan dengan cara lembut sampai cara yang lebih dalam dengan mencari otot dan jaringan tubuh. Terapi dengan menggunakan pijat dianggap sebagai terapi penyembuhan secara turun-temurun serta

4 10 dapat meregangkan otot kaku, mengurangi stres, dan membangkitkan rasa tenang. Terdapat hampir 100 jenis pemijatan dengan teknik yang berbeda-beda. Selain pemijatan yang ada secara umum, teknik pemijatan lainnya juga terdapat pada bayi. Pijat bayi merupakan tradisi lama yang digali kembali dengan perpaduan ilmu kesehatan. Pada masyarakat secara umum beranggapan bahwa pijat bayi hanya dilakukan pada bayi yang sedang sakit dan dapat dilakukan oleh tenaga medis ataupun dukun. Hal ini dipercaya oleh masyarakat mampu mengatasi kolik sementara, sembelit, sera bayi rewel. Namun, kenyataanya manfaat utama pemijatan pada bayi adalah untuuk membantu mengoptimalkan tumbuh kembang bayi (Kusbiantoro, 2014). 3. Akupuntur Akupuntur merupakan salah satu pengobatan tradisional yang menggunakan teknik tusukan pada titik-titik terentu ditubuh. Teknik akubuntur pertama berkembang di China dengan menggunakan jarum batu dalam penyembuhan penyakit. Bahan jarum yang digunakan dalam akupuntur terus menengalami perubahan mulai dari bambu, tulang, dan perunggu (Yulianto, 2009). Indikasi melakukan akupuntur (WHO, 1991 dalam Supriadi, 2014) : 1. Saluran pencernaan dan lambung dalam mengatasi berbagai masalah fungsional seperti ekskresi asam lambung, nyeri kolik, otot atau peradangan. 2. Saluran nafas dalam mengatasi kondisi alergi serta meningkatkan daya tahan tubuh. 3. Mata, kelainan pada mata yang bersifat radang maupun fungsional.

5 11 4. Mulut, dalam mengatasi rasa nyeri ketika selesai pencabutan gigi atau peradangan kronis. 5. Saraf, otot, dan tulang yaitu masalah terait dengan kelemahan, rasa nyeri, peradangan pada sendi, serta terjadinya kelumpuhan. 4. Akupresur Akupresur merupakan salah satu bentuk akupuntur yang berusia jauh lebih tua serta berasal dari China yang telah ada semenjak 5000 tahun lalu. Akupresur merupakan salah satu cara penyembuhan yang mulanya dengan menekan ujungunjung jari tangan serta dibantu dengan menggunakan kayu. Akupresur merupakan teknik pemijatan yang dilakukan secara periodik oleh tenaga yang telah terlatih. 2.2 Persepsi Pada tunjauan pustaka penelitian yang pertama akan membahas tentang persepsi yang meliputi definisi persepsi, faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi, syarat terjadinya persepsi, serta proses terjadinya persepsi. Adapun pembahasannya yakni : Definisi Persepsi Walgito (2010) mengemukakan bahwa persepsi adalah proses penerimaan rangsangan oleh penginderaan baik penglihatan maupun pendengaran manusia yang diteruskan. Proses ini dikelompokkan dan interpretasi sehingga suatu rangsangan yang diterima oleh individu menjadi berarti serta akan terjadinya respon dari diri manusia. Notoatmodjo (2010) mengungkapkan bahwa persepsi merupakan suatu kejadian, pengalaman, serta hubungan-hubungan terhadap suatu objek dengan menafsirkan serta memberikan makna pada suatu informasi atau stimulus. Berdasarkan hasil dari berbagai pegertian persepsi dari para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan suatu proses dalam individu yang

6 12 merangsang fikiran dimulai dari penglihatan sehingga terbentuknya suatu tanggapan terhadap objek tertentu. Hal ini membuat individu menjadi sadar mengenai sesuatu yang ada dilingkungannya melalui indra sehingga dapat mempengaruhi pengambilan suatu keputusan terhadah suatu objek Proses persepsi Prosep pembentukan persepsi ini terjadi pada diri individu masing-masing yang diawali oleh panca indra serta merangsang otak. Pembentukan persepsi tentunya dibantu oleh pengetahuan, proses belajar, serta pengalaman. Menurut Walgito (2010), pembentukan persepsi melalui beberapa proses diantaranya: 1. Proses kealaman/fisik : persepsi terjadi ketika alat indera menangkap stimulus yang ditimbul dari suatu objek. 2. Proses fisiologis : proses ini terjadi ketika saraf sensoris dan otak mendapatkan stimulus yang telah dikirimkan melalui alat indera. 3. Proses psikologis : proses psikologis merupakan proses dimana otak sebagai pusat dari kesadaran sehingga stimulus yang diolah diotak dapat menyadari individu mengenai apa yang dilihat, didengar, ataupun dirasakan Faktor terjadinya persepsi Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya suatu persepsi diantaranya (Notoatmodjo, 2010) : a. Pengalaman/pengetahuan: pengalaman serta pengetahuan memiliki peranan penting dalam mempersepsikan suatu stimulus dari dalam diri individu. Pengalaman yang terjadi sesuai dengan tingkat pengetahuan seseorang akan merubah hasil interpretasi dari seseorang.

7 13 b. Harapan : harapan atau keinginan terhadap suatu stimulus akan mempengaruhi persepsi seseorang. c. Kebutuhan : kebutuhan yang berbeda menyebabkan terjadinya perbedaan pula pada penerimaan suatu stimulus. d. Motivasi : motivasi terhadap stimulus mempengaruhi segala sesuatu serta persepsi dari individu. Motivasi yang tinggi dapat mempengaruhi kuatnya suatu persepsi. e. Emosi : emosi merupakan salah satu faktor pendorong/penghambat persepsi seseorang terhadap suatu stimulus. f. Budaya : budaya erat kaitannya dengan tradisi, suatu interpretasi akan sama hasilnya apabila seseorang berada dalam lingkungan budaya yang sama dengan mempersepsikan orang diluar budayanya sendiri. Namun, hasil interpretasi akan berbeda apabila seseorang mempersepsikan stimulus yang berada dalam budaya yang sama Persepsi Sehat Dan Sakit Pada pembahasan sebelumnya telah dibicarakan mengenai objek yang dapat dipersepsikan secara berbeda oleh setiap individu. Hal ini berkaitan dengan konsep dari sehat dan sakit dari individu. Setiap individu melihat atau mempersepsikan sehat dan sakit secara berbeda dan terkadangan unsur subyektivitas juga menentukan kondisi dari individu. Persepsi terhadap konsep sehat dan sakit dari masyarakat sangat dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu serta pengaruh sosial budaya dilingkungan sekitar. Namun hal ini bertolak belakang dengan usaha yang dilakukan oleh petugas kesehatan. Petugas kesehatan selalu mengupayakan pelaksanaan kriteria medis secara obyektif untuk mendiagnosis kondisi seseorang. Hal seperti inilah menjadi halangan dalam pelaksanaan program kesehatan antara petugas pelaksana dengan masyarakat

8 14 penerima program. Individu tidak mencari pengobatan dipelayanan kesehatan karena merasa dirinya tidak sakit. Namun ada pula individu mempersepsikan bahwa dirinya mengalami penyakit diluar medis, sehingga mereka akan mengakses pengobatan kepada orang pintar yang dipercaya mampu menyembuhkan penyakitnya (Jordaan, 1995;Sudarti, 1998 dalam Sarwono, 2007). WHO mendefinisikan sehat itu tidak hanya menyangkut kondisi fisik, tetapi juga termasuk kondisi mental serta sosial dari seseorang. Upaya kesehatan pada tahap awal oleh petugas kesehatan dimaksud bukan pada saat masyarakat mulai merasakan sakit, melainkan jauh sebelum itu ketika kondisi masyarakat masih sehat yang membutuhkan upaya pelayanan kesehatan untuk mencegah timbulnya berbagai penyakit tertentu. Sebaliknya, yang terjadi justru masyarakat mencari pelayanan kesehatan ketika mereka berada dalam kondisi sakit yang tidak dapat disembuhkan dengan beristirahat dan minum jamu. Di Indonesia salah satu tahap yang biasa dilakukan masyarakat sebelum mengunjungi petugas kesehatan adalah menggunakan pengobatan dari dukun atau ahli pengobatan tradisional. Keadaan seperti inilah membuat kondisi penderita semakin parah sehingga akhirnya baru merujuk ke petugas kesehatan. Konsep sehat-sakit berbeda antara kelompok masyarakat satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu perlu diketahui pasti persepsi sehat sakit dari lingkungan masyarakat (Sarwono, 2007). Permana, 2012 mengungkapkan dalam penelitiannya dimana kesehatan seseorang tidak lepas dari keadaan sosial seseorang. Keadaan sosial ini terlihat dari hubungan timbal balik manusia dengan lingkungan alam sekitarnya. Keadaan sehat merupakan suatu hal yang berada dari dalam diri manusia, yang dikarenakan kesehatan itu dapat dilihat dari perbedaan dari kondisi penderita. Kesehatan yang dimaksud

9 15 seperti halnya tidak terserang suatu penyakit, berusaha untuk menjaga kesehatannya agar tetap sehat, dan juga selalu berfikir positif mengenai keadaan serta kesejahteraan. Berbicara mengenai sehat, maka tidak terlepas dengan istilah sakit. Secara ilmu kedokteran penyakit atau (disease) merupakan suatu gangguan fisiologis dari organisme akibat infeksi atau tekanan dari lingkungan yang bersifat objektif. Sakit (illness) merupakan penilaian atau pandangan seseorang terhadap pengalaman menderita suatu penyakit yang biasanya bersifat subyektif. Biasanya hal seperti ini diawali dengan perasaan yang kurang baik. Hal ini mungkin terjadi karena secara obyektif, individu yang terserang penyakit pada salah satu organnya tidak merasakan sakit dan tetap dapat menjalankan tugas seperti biasanya. Namun, individu mungkin merasakan sakit tetapi dari hasil pemeriksaaan medis tidak terlihat penyakit apapun. Kesadaran akan kesehatan serta pemeriksaannya karena takut terserang penyakit banyak terdapat pada masyarakat negara maju, dibandingkan masyarakat tradisional. Masyarakat tradisional biasanya mempersepsikan orang sakit jika nafsu makannya menurun serta tidak dapat menjalankan tugasnya sehari-hari dan hanya berbaing ditempat tidur. Sakit berarti terganggunya fungsi organ tubuh yang dirasakan oleh seseorang, yang dikarenakan adanya tanda serta gejala dari bibit suatu penyakit. Keadaan sakit dapat dibedakan menjadi dua yakni sakit yang bersifat sementara dan sakit yang serta sakit yang berlangsung lama. Sakit yang bersifat sementara dimana diliat dari pengobatan serta penyembuhannya yang tidak memerlukan waktu lama, sedankan sakit yang bersifat lama yakni memerlukan waktu yang lama baik dari pengobatan serta penyembuhan. Hal ini membuat adanhya perilaku sakit yang berbeda antar

10 16 indvidu. Pencarian pengobatan oleh individu dalam proses penyembuhan selalu ditekankan oleh dua hal yakni: 1. Pandangan atau definisi serta pengertian dari individu akan suatu penyakit yang diderita serta faktor ataupun akibat yang akan dirasakan selamadalam kondisi sakit. 2. Kemampuan individu terutama dalam kondisi financial serta kemampuan dalam mengakses tempat pelayanan kesehatan demi pertolongan terhadappenyakit yang dirasakan. 2.3 Perilaku Dan Perilaku Kesehatan Perilaku Perilaku manusia ataupun aktivitas manusia secara umum tidak datang dengan sendirinya, melainkan karena adanya rangsangan stimulus yang mengenai individu. Respon yang ada merupakan suatu suatu yang bergantungan pada stimulus. Apa yang ada pada diri manusia akan menentukan pemberian respon terhadap suatu obyek. Selain itu, terdapat pula formasi atau respon mengenai perilaku bergantung dari lingkungan serta organisme yang saling berinteraksi. Yang dimaksud berinteraksi dimana adanya hubungan antara perilaku, fungsi, lingkungan serta organisme yang akan saling mempengaruhi (Walgito, 2010) Jenis perilaku Pada umumnya, perilaku manusia dapat dibedakan menjadi dua yakni perilaku refleksi dan perilaku non-refleksi (Walgito, 2010). Adapun perbedaannya yakni : 1. Perilaku refleksi Perilaku refleksi merupakan perilaku yang terjadi secara spontan ketika reaksi yang secara spontan mengenai organisme. Misalnya mata berkedip ketika

11 17 berpantulan dengan sinar, menarik jari tangan ketika terkena api, dan sebagainya. Perilaku refleksi terjadi secara sendirinya dimana stimulus yang ditangkap moleh organisme tidak sampai pada otak. Dalam perilaku refleksi stimuls yang diterima oleh reseptur secara langsung menimbulkan aksi tanpa melalui kesadaran. 2. Perilaku non-refleksi Perilaku non-refleksi ini berbeda dengan perilaku refleksi. Perilaku nonrefleksi dikendalikan oleh saraf pusat dengan kesadaran. Dalam prosesnya, ketika stimulus menerma respon maka akan diteruskan ke saraf pusat kesadaran yang kumudian akan menimbulkan responyang melalui afektor. Perilaku non refleksi ini biasa disebut sebagai perilaku psikologis karena terjadi didalam otak dan kesadaran. Perilaku ini dapat dikendalikan, dirubah serta diatur yang sebagai proses dari hasil belajar Perilaku Kesehatan Perilaku kesehatan merupakan respon dari individu terhadap stimulus yang diterima yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakut, maupun faktor-faktor yang mempengaruhi sehat dan sakit. Perilaku kesehatan juga dapat diartikan sebagai semua aktivitas atau kegiatan individu baik yang dapat diamati ataupun tidak dapat diamati yang berhubungan dengan perilaku dalam peningkatan kesehatan. Pemeliharahaan kesehatan yang dimaksud adalah tahap pencegahan, pengobatan, masalah kesehatan yang lainnya serta upaya pencarian pengobatan apabila individu terkena penyakit (Notoadmodjo, 2010).

12 18 Becker, 1979 dalam Notoadmodjo, 2010 membuat klasifikasi mengenai perilaku kesehatan yang dibagi menjadi tiga, yakni : 1. Perilaku sehat (healty behavior) Perilaku sehat merupakan perilaku yang meliputi kegiatan dengan upaya menjaga, mempertahankan serta meningkatkan kesehatan. Adapun kegiatan yang bisa dilakukan dengan cara mekan makanan seimbang yang memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh, melakukan kegiatan fisik yang cukup dan teratur antara bekerja dan berolahraga, tidak merokok, minum-minuman keras serta menggunakan narkoba yang dapat merusak tubuh kita, istirahat yang cukup ditengah kesibukan, manajemen stress salah satu upaya pengendalian stress agar tidak menganggu kesehatan individu, serta perilaku positif terkait dengan kesehatan maupun diluar kesehatan. 2. Perilaku sakit (illness behavior) Perilaku sakit merupakan perilaku yang meliputi orang sakit, adanya masalah kesehatan individu atau keluarga dalam mencari upaya penyembuhan penyakit yang diderita. Dalam kondisi orang sakit, terdapat beberapa tindakan yang sering muncul diantaranya (1) Didiamkan saja, dimana rasa sakit diabaikan dan tetap melakukan aktivitas seperti biasa tanpa mencari penyembuhan. (2) pengambilan tindakan dengan pengobatan sendiri, dalam hal ini pengambilan tindakan sendiri dibedakan menjadi dua yakni dengan upaya pengobatan tradisional (urut, dukun, jamu, dan sebagainya) dan upaya pengobatan modern dengan membeli obat generik diwarung atau toko obat. (3) pengobatan dengan mengunjungi penyedia pelayanan kesehatan yang dibagi menjadi dua yakni penyedia pelayanan kesehatan tradisional (dukun, alkubuntur, paranormal, dan

13 19 sebagainya) dan penyedia pelayanan kesehatan dengan tenaga medis terlatih (puskesmas, dokter, bidan, dan sebagainya). 3. Perilaku peran orang sakit (the sick role behvior) Dilihat dari segi sosiologi, orang yang sakit memiliki peran, kewajiban, serta hak-haknya. Kewajiban dan hak orang sakit merupakan bagian dari perilaku peran orang sakit tersebut. Adapun perilaku peran dari orang sakit adalah tindakan dalam mendapatkan kesembuhan, tidakan dalam mengenal dan memilih fasilitas pelayanan kesehatan dalam usaha kesembuhan, melaksanakan kewajiban sebagai pasien diantaranya mengikuti anjuran dari dokter, serta kewajiban dalam menjaga kondisi tubuh agar penyakit tidak kambuh lagi. Pada penelitian ini, teori yang digunakan adalah teori Health Belief Model yang dikembangkan oleh Rosenstock (1992). Teori perubahan perilaku ini digunakan karena melihat perilaku masyarakat yang ditentukan oleh motif kepercayaan. Adapun karangka teori HBM adalah :

14 20 Variabel demografis dan Besarnya manfaat dikurangi Persepsi tentang kemungkinan kena penyakit. sosio-psoko besarnya kerugian tindakan yang dianjurkan Persepsi tentang berat/seriusnya penyakit Besarnya ancaman penyakit Dilakukannya tindakan yang dilakukan Faktor pencetus tindakan Gambar 2.1 Karangka Teori Berdasarkan Teori Health Belief Model Berdasarkan teori diatas, perilaku masyarakat dalam mencari pelayanan kesehatan ditentukan oleh motif serta kepercayaan yang dipengaruhi oleh lima unsur (Sarwono, 2007) diantaranya : 1. Perceived susceptibility yakni persepsi individu akan kemungkinan terkena suatu penyakit.

15 21 2. Perceived seriousness merupakan pandangan individu akan beratnya suatu penyakit serta risiko yang dialami oleh penyakit tersebut. 3. Perceived threats yakni semakin berat risiko dan kesulitan yang dialami maka semakin besar pula ancaman yang dirasakan. 4. Perceived benefits and barriers adalah tindakan atau alternatif yang diberikan petugas kesehatan dalam mengurangi ancaman tehadap suatu penyakit yang dirasakan. Ancaman yang besar mendorong individu untuk melakukan pencegahan atau pengobatan. Namun alternatif yang diberikan seringkali menimbulkan penolakan karena masyarakat akan mempertimbangkan mengenai manfaat serta hambatan mengenai alternatif yang dianjurkan. 5. Cues to action merupakan faktor pencetus dari suatu pengambilan keputusan dengan berbagai pertimbangan. Supriadi, 2014 mengungkapkan dalam penelitiannya dimana perilaku masyarakat dalam mencari pengobatan apabila sakit adalah : 1. Perilaku tidak melakukan apa-apa (no action) yangdikarenakan bahwa kondisi demikian tidak berpengaruh dalam menganggu kondisi mereka dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Kemungkinan anggapan dari mereka dengan tanpa melakukan apapun, gejala penyakit yang dideritanya akan menghilang dengan sendirinya. 2. Tindakan dengan melakukan pengobatan sendiri (self treatment) dengan alasan yang sama serta masyarakat sudah percaya terhadap dirinya sendiri dan pengalaman masa lalu yang dengan usaha sendiri dapat mencapai kesembuhan. Hal ini menyebabkan pengobatan keluar tidak diperlukan. 3. Pencarian pengobatan ke fasilitas-fasilitas penyedia pengobatan tradisional (traditional remedy).

16 22 4. Mencari pengobatan denganmembeli obat-obatan yang terjual diwarungwarung (chemist shop). 5. Mencari pengobatan ke fasilitas pengobatan modern baik yang disediakan oleh pemerintah maupun swasta dan puskesmas.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari Persepsi (perception), Respon terpimpin (Guided Respons),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari Persepsi (perception), Respon terpimpin (Guided Respons), BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku 1. Pengertian perilaku Semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik dapat diamati secara langsung maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar. Dimana perilaku terdiri

Lebih terperinci

Perilaku kesehatan pada garis besarnya dikelompokkan menjadi 2 yakni (Notoatmodjo, 2003):

Perilaku kesehatan pada garis besarnya dikelompokkan menjadi 2 yakni (Notoatmodjo, 2003): 2.3 macam-macam perilaku kesehatan Perilaku dapat diberi batasan sebagai suatu tanggapan individu terhadap rangsangan yang berasal dari dalam maupun luar diri individu tersebut. Secara garis besar bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial, budaya, lingkungan, ekonomi serta politik. Pada kalangan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. sosial, budaya, lingkungan, ekonomi serta politik. Pada kalangan masyarakat, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan suatu hal penting dari dalam diri manusia yang berkaitan dengan fisik, jasmani, serta rohani serta mempengaruhi derajat kehidupan seseorang. Permasalahan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Perilaku Kesehatan 2.1.1. Batasan Perilaku Menurut Notoatmodjo (2005) perilaku dapat ditafsirkan sebagai kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Definisi fraktur secara umum adalah pemecahan atau kerusakan suatu bagian terutama tulang (Dorland, 2002). Literatur lain menyebutkan bahwa fraktur atau patah tulang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional. Sedangkan yang menjadi faktor eksternal adalah sosialisasi JKN pada masyarakat.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional. Sedangkan yang menjadi faktor eksternal adalah sosialisasi JKN pada masyarakat. 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional. Kepesertaan masyarakat dalam program JKN sebagai bentuk adanya perubahan perilaku dalam pelayanan kesehatan. Perubahan tersebut merupakan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PELAYANAN PERIZINAN DI BIDANG KESEHATAN

PENJELASAN ATAS RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PELAYANAN PERIZINAN DI BIDANG KESEHATAN PENJELASAN ATAS RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PELAYANAN PERIZINAN DI BIDANG KESEHATAN I. Penjelasan Umum. Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan cara duduk atau berdiri, ditambah dengan daya tarik gravitasi telah

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan cara duduk atau berdiri, ditambah dengan daya tarik gravitasi telah BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Di zaman modern ini, banyak kegiatan dan aktivitas kerja yang dilakukan dengan cara duduk atau berdiri, ditambah dengan daya tarik gravitasi telah menyebabkan racun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemecahannya harus secara multi disiplin. Oleh sebab itu, kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. pemecahannya harus secara multi disiplin. Oleh sebab itu, kesehatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan masyarakat adalah multi kausal, maka pemecahannya harus secara multi disiplin. Oleh sebab itu, kesehatan masyarakat sebagai seni atau prakteknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah, di satu pihak penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang belum

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. Persepsi Mengenai PHBS 2.1.1. Pengertian Persepsi Individu satu dengan yang lainnya, tentu memiliki perbedaan dalam melihat serta memaknai sesuatu yang dilihatnya. Perbedaan

Lebih terperinci

mengadakan dan mengatur upaya pelayanan kesehatan (Depkes RI, 2009).

mengadakan dan mengatur upaya pelayanan kesehatan (Depkes RI, 2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obat merupakan unsur yang sangat penting dalam upaya penyelenggaraan kesehatan. Sebagian besar intervensi medik menggunakan obat, oleh karena itu diperlukan obat tersedia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Kolostrum 2.1.1 Pengertian Kolostrum merupakan air susu yang keluar pada hari pertama sampai hari ketiga setelah bayi lahir, berwarna agak kekuningan lebih kuning dari ASI biasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang setinggi tingginya. Dalam mencapai kualitas hidup

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang setinggi tingginya. Dalam mencapai kualitas hidup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan pembangunan manusia dan seluruh masyarakat Indonesia. Berbagai program pembangunan yang diselengarakan oleh pemerintah selama ini, pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penduduk lansia pada umumnya banyak mengalami penurunan akibat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penduduk lansia pada umumnya banyak mengalami penurunan akibat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk lansia pada umumnya banyak mengalami penurunan akibat proses alamiah yaitu proses menua dengan adanya penurunan kondisi fisik, psikologis, maupun sosial yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang dalam kesibukan dan aktivitas yang terus dijalani, tidak

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang dalam kesibukan dan aktivitas yang terus dijalani, tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang dalam kesibukan dan aktivitas yang terus dijalani, tidak menyadari bahwa tubuhnya terus berinteraksi dengan sesama lingkungan, hewan, dan tumbuh-tumbuhan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transisi epidemiologi yang terjadi di dunia saat ini telah mengakibatkan berbagai perubahan pola penyakit, yaitu dari penyakit menular ke penyakit tidak menular. Peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk biologis senantiasa menjalankan dan mempertahankan kehidupannya. Dalam menjalankan serta mempertahankan kehidupannya, manusia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Kata manfaat diartikan sebagai guna; faedah; untung, sedangkan pemanfaatan adalah proses; cara; perbuatan memanfaatkan. Dan pelayanan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kongres World Health Organization (WHO) tentang pengobatan tradisional

BAB I PENDAHULUAN. Kongres World Health Organization (WHO) tentang pengobatan tradisional 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kongres World Health Organization (WHO) tentang pengobatan tradisional (complementary and alternative medicine) tahun 2008 di Beijing memberikan resolusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku sehat. untuk meningkatkan atau mempertahankan kondisi kesehatan mereka (Taylor,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku sehat. untuk meningkatkan atau mempertahankan kondisi kesehatan mereka (Taylor, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku sehat 1. Pengertian Perilaku sehat Perilaku sehat sebagai usaha atau tindakan yang dilakukan individu untuk meningkatkan atau mempertahankan kondisi kesehatan mereka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat kompleks, bila dilihat secara

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat kompleks, bila dilihat secara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat kompleks, bila dilihat secara keseluruhan akan menyebabkan terjadinya perbedaan-perbedaan persepsi tentang kesehatan tersebut.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menahun yang disebabkan oleh penyakit degeneratif, diantaranya

BAB 1 PENDAHULUAN. menahun yang disebabkan oleh penyakit degeneratif, diantaranya BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pola penyakit di Indonesia mengalami pergeseran, dimana penyakit infeksi dan kekurangan gizi berangsur-angsur turun, dilain pihak penyakit menahun yang disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. HIPERTENSI 1. Pengertian Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah yang tetap di atas batas normal. Seseorang dianggap terkena darah tinggi bila angka tekanan darahnya menunjukkan

Lebih terperinci

01FDSK. Persepsi Bentuk. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si.

01FDSK. Persepsi Bentuk. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si. Modul ke: Persepsi Bentuk Fakultas 01FDSK Penjelasan mengenai kontrak perkuliahan yang didalamnya dijelaskan mengenai tata tertib, teknis, serta bahan untuk perkuliahan di Universitas Mercu Buana Denta

Lebih terperinci

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan PENGANTAR KESEHATAN DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY PENGANTAR Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan meningkatkan kesehatan, cara mencegah penyakit, cara menyembuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. apoteker Indonesia, masih belum dapat menerima jamu dan obat herbal terstandar

BAB I PENDAHULUAN. apoteker Indonesia, masih belum dapat menerima jamu dan obat herbal terstandar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia obat herbal 1 diklasifikasikan ke dalam 3 kategori, yaitu jamu 2, obat herbal terstandar 3, dan fitofarmaka 4. Akan tetapi para dokter dan apoteker Indonesia,

Lebih terperinci

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio Pengertian Polio Polio atau poliomyelitis adalah penyakit virus yang sangat mudah menular dan menyerang sistem saraf. Pada kondisi penyakit yang bertambah parah, bisa menyebabkan kesulitan 1 / 5 bernapas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi terganggu akibat aktivitas yang tidak seimbang. Pola makan yang salah

BAB I PENDAHULUAN. menjadi terganggu akibat aktivitas yang tidak seimbang. Pola makan yang salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Terus berkembangnya jaman menuntut masyarakat untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang serba cepat dan praktis, hal ini menyebabkan pola hidup masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menerima pengakuan ini adalah Imhotep dari Mesir yang jauh lebih tua

BAB I PENDAHULUAN. menerima pengakuan ini adalah Imhotep dari Mesir yang jauh lebih tua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kedokteran modern mengakui Hipocrates merupakan orang pertama yang menggunakan tanaman berkhasiat. Akan tetapi lebih tepatnya yang menerima pengakuan ini adalah Imhotep

Lebih terperinci

PROMOSI KESEHATAN (TEORI SEBAB AKIBAT) Kel tiga sembilan orang

PROMOSI KESEHATAN (TEORI SEBAB AKIBAT) Kel tiga sembilan orang PROMOSI KESEHATAN (TEORI SEBAB AKIBAT) Kel tiga sembilan orang Teori Sebab Akibat adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Pada hakikatnya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Pada hakikatnya BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Perilaku Dilihat dari aspek biologisnya, perilaku merupakan sesuatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Pada hakikatnya kegiatan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan, dan keturunan. Berdasarkan ke empat faktor tersebut, di negara yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan, dan keturunan. Berdasarkan ke empat faktor tersebut, di negara yang BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Blum yang dikutip oleh Notoadmodjo (2007), bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh 4 (empat) faktor yaitu : lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tradisional yang berbeda jauh dengan konsep penyembuhan secara modern.

BAB I PENDAHULUAN. tradisional yang berbeda jauh dengan konsep penyembuhan secara modern. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usaha-usaha perlindungan diri dan penyembuhan penyakit sudah diupayakan sejak dulu kala. Salah satu pengetahuan mendasar manusia dan masyarakat saat itu mencegah dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan suatu manifestasi klinis gangguan peredaran darah otak yang

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan suatu manifestasi klinis gangguan peredaran darah otak yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Stroke merupakan suatu manifestasi klinis gangguan peredaran darah otak yang menyebabkan defisit neurologis (Aru, 2009). Dari definisi tersebut jelas bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemakaian herbal sebagai obat tradisional telah diterima luas di negara-negara maju maupun berkembang sejak dahulu kala, bahkan dalam 20 tahun terakhir perhatian dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kenyataannya pada saat ini, perkembangan praktik-praktik pengobatan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kenyataannya pada saat ini, perkembangan praktik-praktik pengobatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem pengobatan modern telah berkembang pesat di masa sekarang ini dan telah menyentuh hampir semua lapisan masyarakat seiring dengan majunya ilmu pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan kesehatan yaitu jumlah penduduk yang besar dengan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan kesehatan yaitu jumlah penduduk yang besar dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang masih merasakan tantangan berat di dalam pembangunan kesehatan yaitu jumlah penduduk yang besar dengan pertumbuhan yang

Lebih terperinci

HEALTH BELIEF MODEL. (Teori Kepercayaan Kesehatan)

HEALTH BELIEF MODEL. (Teori Kepercayaan Kesehatan) HEALTH BELIEF MODEL (Teori Kepercayaan Kesehatan) HEALTH BELIEF MODEL (HBM) Rosenstock 1966, Becker 1970, 1980 HBM dikemukakan pertama oleh Rosenstock, 1966 kemudian disempurnakan oleh Becker, dkk 1970

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah WHO 2001 menyatakan bahwa paling tidak ada satu dari empat orang didunia mengalami masalah mental, sekitar 450 juta orang di dunia mengalami gangguan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan aktivitasnya sehari-hari. Undang-undang kesehatan No. 23

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan aktivitasnya sehari-hari. Undang-undang kesehatan No. 23 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi semua manusia karena tanpa kesehatan yang baik, maka setiap manusia akan sulit dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari.

Lebih terperinci

1

1 BAB 1 PEDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi dikenal secara luas sebagai penyakit kardiovaskular Diperkirakan telah menyebabkan 4,5% dari beban penyakit secara global ( Riskesdas, 2013 ). dan prevalensinya

Lebih terperinci

KONSEP SEHAT SAKIT. Dwi Fitriyanti

KONSEP SEHAT SAKIT. Dwi Fitriyanti KONSEP SEHAT SAKIT Dwi Fitriyanti Pengertian dan relevansinya bagi studi kesehatan Perilaku sehat, sakit dan peranan sakit Faktor2 Psiko-sosio-budaya pada perilaku kesehatan Perilaku preventif dan protektif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang. menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang. menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Puskesmas Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umum. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut dilakukan upaya kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. umum. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut dilakukan upaya kesehatan yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam Sistem Kesehatan Nasional disebutkan bahwa tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar terwujud derajat

Lebih terperinci

interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan

interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku 2.1.1 Konsep Perilaku Perilaku manusia merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Sarafino (2006), mendefinisikan treatment delay sebagai rentang waktu

BAB II LANDASAN TEORI. Sarafino (2006), mendefinisikan treatment delay sebagai rentang waktu BAB II LANDASAN TEORI II. A. TREATMENT DELAY II. A. 1. Pengertian Treatment Delay Sarafino (2006), mendefinisikan treatment delay sebagai rentang waktu yang berlalu antara ketika seorang individu pertama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan hcg mempunyai peranan penting dalam perubahan tersebut, yang salah

BAB I PENDAHULUAN. dan hcg mempunyai peranan penting dalam perubahan tersebut, yang salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehamilan merupakan suatu anugerah yang menyenangkan bagi setiap wanita dan merupakan suatu krisis maturitas yang dapat menimbulkan stress, tetapi berharga karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang BAB I PENDAHULUAN Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi ( UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992 ). Oleh karena itu,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Amiruddin dalam Harahap (2002) menjelaskan penyakit kusta adalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Amiruddin dalam Harahap (2002) menjelaskan penyakit kusta adalah BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Penyakit kusta Amiruddin dalam Harahap (2002) menjelaskan penyakit kusta adalah penyakit kronik disebabkan kuman Mycobacterium leprae yang pertama kali menyerang susunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Selain kebutuhan primer ( sandang, pangan, papan) ada hal penting yang sangat dibutuhkan oleh kita agar dapat melaksanakan aktifitas sehari-hari, yaitu kesehatan. Sehat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Begel, desa merupakan tempat pemukiman para petani, sebenarnya, faktor

BAB I PENDAHULUAN. Begel, desa merupakan tempat pemukiman para petani, sebenarnya, faktor BAB I PENDAHULUAN I. A. LATAR BELAKANG MASALAH Desa secara umum lebih sering dikaitkan dengan pertanian. Menurut Egon.E. Begel, desa merupakan tempat pemukiman para petani, sebenarnya, faktor pertanian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Obat Obat adalah zat yang digunakan untuk diagnosis, mengurangi rasa sakit, serta mengobati atau mencegah penyakit pada manusia atau hewan. Obat dalam arti luas ialah setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rheumatoid Arthritis (RA)merupakan penyakit kronis, yang berarti dapat berlangsung selama bertahun-tahun, pasien mungkin mengalami waktu yang lama tanpa gejala. RA merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makanan dicerna untuk diserap sebagai zat gizi, oleh sebab itu kesehatan. penyakit dalam dan kehidupan sehari-hari (Hirlan, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. makanan dicerna untuk diserap sebagai zat gizi, oleh sebab itu kesehatan. penyakit dalam dan kehidupan sehari-hari (Hirlan, 2009). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saluran pencernaan merupakan gerbang utama masuknya zat gizi sebagai sumber pemenuhan kebutuhan tubuh baik untuk melakukan metabolisme hingga aktivitas sehari-hari.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fraktur 2.1.1. Definisi Fraktur Fraktur adalah pemecahan atau kerusakan suatu bagian terutama tulang (Dorland, 2002). Literatur lain menyebutkan bahwa fraktur atau patah tulang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Persepsi merupakan proses akhir dari pengamatan. yang diawali oleh penginderaan, yaitu proses diterimanya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Persepsi merupakan proses akhir dari pengamatan. yang diawali oleh penginderaan, yaitu proses diterimanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persepsi merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh penginderaan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh alat indera, kemudian individu ada perhatian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, Departemen Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, Departemen Kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, Departemen Kesehatan pada periode 2005-2009 memprioritaskan pelayanan kesehatan ibu dan anak sebagai urutan pertama

Lebih terperinci

Kuesioner Penelitian. Gambaran Perilaku Pencarian Pengobatan Pada. Masyarakat Dusun V Desa Patumbak. Kabupaten Deli Serdang.

Kuesioner Penelitian. Gambaran Perilaku Pencarian Pengobatan Pada. Masyarakat Dusun V Desa Patumbak. Kabupaten Deli Serdang. Kuesioner Penelitian Gambaran Perilaku Pencarian Pengobatan Pada Masyarakat Dusun V Desa Patumbak Kabupaten Deli Serdang 2013 Nama Responden : 1. Faktor Internal Responden A. Umur 1. Berapakah umur anda?

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berkembangnya penyakit mendorong masyarakat untuk mencari alternatif pengobatan yang efektif secara terapi tetapi juga efisien dalam hal biaya. Berkenaan dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. Definisi Perilaku Menurut Kwick dalam Azwar (2007), perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati bahkan dapat dipelajari. Skiner

Lebih terperinci

PERSEPSI BENTUK. Persepsi Modul 1. Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn. Modul ke: Fakultas Desain dan Seni Kreatif. Program Studi Desain Produk

PERSEPSI BENTUK. Persepsi Modul 1. Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn. Modul ke: Fakultas Desain dan Seni Kreatif. Program Studi Desain Produk PERSEPSI BENTUK Modul ke: Persepsi Modul 1 Fakultas Desain dan Seni Kreatif Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn Program Studi Desain Produk www.mercubuana.ac.id Abstract Persepsi dapat diartikan sebagai bagaimana

Lebih terperinci

Prilaku Kesehatan Ada Dua Aspek utama; 1. Aspek Fisik 2. Aspek Non Fisik Aspek Fisik misalnya sarana kesehatan dan pengobat penyakit. Aspek non Fisik

Prilaku Kesehatan Ada Dua Aspek utama; 1. Aspek Fisik 2. Aspek Non Fisik Aspek Fisik misalnya sarana kesehatan dan pengobat penyakit. Aspek non Fisik PRILAKU SEHAT & SAKIT DI MASYARAKAT IRMA NURIYANTI, SKM, M.Kes Prilaku Kesehatan Ada Dua Aspek utama; 1. Aspek Fisik 2. Aspek Non Fisik Aspek Fisik misalnya sarana kesehatan dan pengobat penyakit. Aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan berwawasan kesehatan sebagai strategi nasional menuju Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan berwawasan kesehatan sebagai strategi nasional menuju Indonesia BAB I PENDAHULUAN Seiring dengan perkembangan dibidang IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat perkembangan penduduknya yang cukup baik, maka

Lebih terperinci

Health Belief Penderita Hipertensi Primer Non Compliance Di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung

Health Belief Penderita Hipertensi Primer Non Compliance Di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung Health Belief Penderita Hipertensi Primer Non Compliance Di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung Resna Nurfitriyana & Farida Coralia Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung Email: coralia_04@yahoo.com

Lebih terperinci

PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PENYAKIT GASTRITIS DI RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI

PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PENYAKIT GASTRITIS DI RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PENYAKIT GASTRITIS DI RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI Muhammad Mudzakkir, M.Kep. Prodi DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan UN PGRI Kediri muhammadmudzakkir@yahoo.co.id ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Indonesia Sehat merupakan pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019 yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui upaya kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skizofrenia merupakan suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan menyebabkan timbulnya gangguan pikiran, persepsi, emosi, gerakan dan perilaku yang aneh. Penyakit ini

Lebih terperinci

Mata Kuliah Persepsi Bentuk

Mata Kuliah Persepsi Bentuk Modul ke: Fakultas FDSK Mata Kuliah Persepsi Bentuk Pertemuan 1 PERSEPSI bagaimana orang melihat atau menginterpretasikan peristiwa, objek, serta manusia. Ali Ramadhan S.Sn.,M.Ds Program Studi Desain Produk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merasa syok dan menyangkal. Adapun tanda dan gejala dari kehamilan adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. merasa syok dan menyangkal. Adapun tanda dan gejala dari kehamilan adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu peristiwa yang menimbulkan banyak perubahan, baik fisik, emosi, dan peran. Sebagian besar wanita merasakan kegembiraan tertentu setelah dinyatakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengobatan Tradisional A. Definisi Menurut WHO (2000), pengobatan tradisional adalah jumlah total pengetahuan, keterampilan, dan praktek-praktek yang berdasarkan pada teori-teori,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu lanjut usia yang berusia antara tahun, danfase senium yaitu lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. yaitu lanjut usia yang berusia antara tahun, danfase senium yaitu lanjut usia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lanjut usia merupakan kelanjutan dari usia dewasa, terdiri dari fase prasenium yaitu lanjut usia yang berusia antara 55-65 tahun, danfase senium yaitu lanjut usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asia, khususnya di Indonesia, setiap tahun diperkirakan 500 ribu orang

BAB I PENDAHULUAN. Asia, khususnya di Indonesia, setiap tahun diperkirakan 500 ribu orang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit stroke umumnya merupakan penyebab kematian nomer tiga pada kelompok usia lanjut, setelah penyakit jantung dan kanker. Stroke masih merupakan penyebab utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional dibidang kesehatan bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal sehingga dapat terbentuk sumber daya manusia yang produktif.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 2011, pada tahun UHH adalah 66,4

BAB I PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 2011, pada tahun UHH adalah 66,4 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan di bidang ekonomi, perbaikan lingkungan hidup dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak pada peningkatan usia harapan hidup (life expectancy) seseorang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hidup bebas tanpa Stroke merupakan dambaan bagi semua orang. Tak heran

BAB I PENDAHULUAN. Hidup bebas tanpa Stroke merupakan dambaan bagi semua orang. Tak heran 1 BAB I PENDAHULUAN Hidup bebas tanpa Stroke merupakan dambaan bagi semua orang. Tak heran semua orang selalu berupaya untuk mencegah Stroke atau mengurangi faktor risiko dengan menerapkan pola hidup sehat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu hak asasi manusia dan kebutuhan hidup yang diwujudkan dan dilaksanakan dalam mencapai kesejahteraan kehidupan dalam masyarakat. Menurut

Lebih terperinci

LAYANAN REHABILITASI MEDIK DALAM KEJADIAN KEGAWATDARURATAN. dr Luh K Wahyuni, SpKFR-K*, dr Fitri Anestherita, SpKFR

LAYANAN REHABILITASI MEDIK DALAM KEJADIAN KEGAWATDARURATAN. dr Luh K Wahyuni, SpKFR-K*, dr Fitri Anestherita, SpKFR LAYANAN REHABILITASI MEDIK DALAM KEJADIAN KEGAWATDARURATAN dr Luh K Wahyuni, SpKFR-K*, dr Fitri Anestherita, SpKFR Departemen Rehabilitasi Medik FKUI/RSCM, Jakarta *Anggota Komite Independen KK-PAK BPJS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Penyakit kusta (morbus Hansen) merupakan penyakit infeksi kronis menahun

I. PENDAHULUAN. Penyakit kusta (morbus Hansen) merupakan penyakit infeksi kronis menahun I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kusta (morbus Hansen) merupakan penyakit infeksi kronis menahun yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae ( M.leprae ) yang menyerang hampir semua organ tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Insomnia merupakan gangguan tidur yang terjadi pada jutaan orang di

BAB I PENDAHULUAN. Insomnia merupakan gangguan tidur yang terjadi pada jutaan orang di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Insomnia merupakan gangguan tidur yang terjadi pada jutaan orang di seluruh dunia. Individu dengan insomnia merasa sulit untuk tidur atau tetap tidur. Insomnia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi (Undang-undang tentang kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi (Undang-undang tentang kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Definisi kesehatan menurut Undang-Undang nomor 36 tahun 2009 adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial untuk memungkinkan setiap orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sehingga hal tersebut akan mempengaruhi pola konsumsi gizi dan aktivitas fisik

BAB I PENDAHULUAN. Sehingga hal tersebut akan mempengaruhi pola konsumsi gizi dan aktivitas fisik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja mengalami peningkatan kebutuhan gizi karena pertumbuhan yang sangat cepat. Tetapi masukan zat gizi mereka sering tidak sesuai dengan kebiasaan makan karena kelompok

Lebih terperinci

Efektifitas Pijat Bayi Terhadap Peningkatan Berat Badan Bayi di Desa Candirejo Kecamatan Ungaran Kabupaten Semarang

Efektifitas Pijat Bayi Terhadap Peningkatan Berat Badan Bayi di Desa Candirejo Kecamatan Ungaran Kabupaten Semarang Efektifitas Pijat Bayi Terhadap Peningkatan Berat Badan Bayi di Desa Heni Hirawati Pranoto *), Sugeng Maryanto **) *) Staf Pengajar Program Studi D-III Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo **) Staf Pengajar Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bertambahnya umur, fungsi fisiologis mengalami. penurunan akibat proses degeneratif (penuaan) sehingga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bertambahnya umur, fungsi fisiologis mengalami. penurunan akibat proses degeneratif (penuaan) sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bertambahnya umur, fungsi fisiologis mengalami penurunan akibat proses degeneratif (penuaan) sehingga penyakit banyak muncul pada lansia. Selain itu masalah degeneratif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mutu pelayanan kesehatan pada seluruh masyarakat. Menurut WHO kesehatan adalah

BAB I PENDAHULUAN. mutu pelayanan kesehatan pada seluruh masyarakat. Menurut WHO kesehatan adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu bagian terpenting dalam kehidupan manusia yakni kesehatan jasmani dan kesehatan rohani. Kesehatan dapat tercapai dengan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kroeber dan Cluckhohn (1952) dalam bukunya Culture : A Critical

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kroeber dan Cluckhohn (1952) dalam bukunya Culture : A Critical BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Budaya Kroeber dan Cluckhohn (1952) dalam bukunya Culture : A Critical Review of Concepts and Definition, mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan kebudayaan adalah perpaduan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Pada manusia, fungsi ini sebagian besar dijalankan oleh ginjal (Brenner,

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Pada manusia, fungsi ini sebagian besar dijalankan oleh ginjal (Brenner, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mempertahankan volume, komposisi dan distribusi cairan tubuh merupakan fungsi esensial untuk kesejahteraan, yang berarti keselamatan dari seluruh makhluk hidup.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan tempat pelayanan kesehatan (DepKes RI, 2002). paling tepat dan murah (Triyanto & Sanusi, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. dan tempat pelayanan kesehatan (DepKes RI, 2002). paling tepat dan murah (Triyanto & Sanusi, 2003). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obat adalah sebuah benda kecil yang mampu menyembuhkan sekaligus dapat menjadi bumerang bagi penderitanya. Benda kecil yang awalnya dijauhi ini kemudian berkembang menjadi

Lebih terperinci

Skizofrenia. 1. Apa itu Skizofrenia? 2. Siapa yang lebih rentan terhadap Skizofrenia?

Skizofrenia. 1. Apa itu Skizofrenia? 2. Siapa yang lebih rentan terhadap Skizofrenia? Skizofrenia Skizofrenia merupakan salah satu penyakit otak dan tergolong ke dalam jenis gangguan mental yang serius. Sekitar 1% dari populasi dunia menderita penyakit ini. Pasien biasanya menunjukkan gejala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya berfokus kepada pengelolaan obat (drug oriented)

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya berfokus kepada pengelolaan obat (drug oriented) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan kefarmasian merupakan salah satu kunci pokok suksesnya sistem kesehatan. Pelayanan kefarmasian telah mengalami perubahan yang semula hanya berfokus kepada

Lebih terperinci

DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN TRADISIONAL (TRADITIONAL MEDICATION) MASYARAKAT URBAN CENGKARENG JAKARTA BARAT TAHUN 2014

DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN TRADISIONAL (TRADITIONAL MEDICATION) MASYARAKAT URBAN CENGKARENG JAKARTA BARAT TAHUN 2014 DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN TRADISIONAL (TRADITIONAL MEDICATION) MASYARAKAT URBAN CENGKARENG JAKARTA BARAT TAHUN 2014 SKRIPSI Diajukan Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pelayanan kesehatan yang bermutu adil dan merata baik di pusat daerah,

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pelayanan kesehatan yang bermutu adil dan merata baik di pusat daerah, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan mempunyai peran yang sangat penting dalam meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat serta memiliki akses terhadap pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomi. Masyarakat berperan serta, baik secara

BAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomi. Masyarakat berperan serta, baik secara 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan saraf tepi. Perkembangan dari susunan sistem saraf anak dimulai dari. berkebutuhan khusus termasuk autis.

BAB I PENDAHULUAN. dengan saraf tepi. Perkembangan dari susunan sistem saraf anak dimulai dari. berkebutuhan khusus termasuk autis. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa tumbuh kembang anak merupakan masa yang penting, banyak faktor internal maupun external yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak, salah satunya adalah kematangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Indonesia memiliki sumber daya hayati dan merupakan salah satu negara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Indonesia memiliki sumber daya hayati dan merupakan salah satu negara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Indonesia memiliki sumber daya hayati dan merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati terbesar di dunia, dan menduduki urutan kedua setelah Brazil.

Lebih terperinci

Fungsi Makanan Dalam Perawatan Orang Sakit

Fungsi Makanan Dalam Perawatan Orang Sakit P e n g e r t i a n D i e t DASAR DIETETIK M u s l i m, M P H l m u D i e t I Cabang ilmu gizi yang mengatur pemberian makan pada kelompok/perorangan dalam keadaan sehat/sakit dengan memperhatikan syarat

Lebih terperinci

NYERI DAN EFEK PLASEBO

NYERI DAN EFEK PLASEBO NYERI DAN EFEK PLASEBO NYERI APA YANG DIMAKSUD DENGAN NYERI? Teori Nyeri terdahulu: Nyeri merupakan Sensasi Dideskripsikan sebagai berikut: 1. Kerusakan jaringan menyebabkan sensasi nyeri 2. Keterlibatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomi (Notoadmodjo, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomi (Notoadmodjo, 2012). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan kesehatan adalah keadaan sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial, dan tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat. Sedangkan

Lebih terperinci