BAB II DASAR TEORI. 2.1 Komposit Pengertian Komposit. commit to user

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II DASAR TEORI. 2.1 Komposit Pengertian Komposit. commit to user"

Transkripsi

1 BAB II DASAR TEORI 2.1 Komposit Pengertian Komposit Material komposit merupakan material yang terbentuk dari kombinasi antara dua atau lebih material pembentuknya, melalui pencampuran yang tidak homogen, dimana sifat mekanik dari masingmasing material pembentuknya berbeda. Material komposit memiliki sifat mekanik yang lebih bagus daripada logam, kekuatan lelah (fatigue) yang baik, kekuatan jenis (strength/weight) dan kekakuan jenis (modulus young/density) yang lebih tinggi daripada logam, tahan korosi, memiliki sifat isolator panas dan suara, sebagai penghambat listrik yang baik, dan dapat juga digunakan untuk menambal kerusakan akibat pembebanan dan korosi (Sirait, 2010). Material komposit adalah material yang terbuat dari dua bahan atau lebih, yang tetap terpisah dan berbeda dalam level makroskopik selagi membentuk komponen tunggal ( Penjelasan lain tentang komposit juga diutarakan oleh Van Rijswijk, M.Sc, dkk (2001), dalam bukunya Natural Fiber Composites, komposit adalah bahan hibrida yang terbuat dari resin polimer diperkuat dengan serat, menggabungkan sifat-sifat mekanik dan fisik. Ada tiga faktor yang menentukan sifat-sifat dari material komposit, yaitu: a. Material pembentuk Sifat-sifat intrinsik material pembentuk memegang peranan yang sangat penting terhadap pengaruh sifat kompositnya. b. Susunan struktural komponen Dimana bentuk, orientasi, ukuran tiap- tiap komponen penyusun struktur, dan distribusinya merupakan faktor penting yang memberi kontribusi dalam penampilan komposit secara keseluruhan. 3

2 4 c. Interaksi antar komponen Karena komposit merupakan campuran atau kombinasi komponenkomponen yang berbeda, baik dalam hal bahannya maupun bentuknya, maka sifat kombinasi yang diperoleh pasti akan berbeda (Sirait, 2010) Klasifikasi Bahan Komposit Klasifikasi menurut bentuk struktur penyusunnya, komposit dibedakan menjadi beberapa macam antara lain : a. Fiber composite, merupakan jenis komposit yang menggunakan serat sebagai bahan penguatnya. Dalam pembuatan komposit, serat dapat diatur memanjang (unidirectional composites) atau dapat dipotong kemudian disusun secara acak (random fibers) serta juga dapat dianyam (cross-ply laminate) (Schwartz, 1984). a. unidirectional fiber composite b.random fiber composite Gambar 2.1 Komposit serat (Fiber Composites) (http: // b. Filled composite, adalah komposit dengan penambahan material ke dalam matriks dengan struktur tiga dimensi (Schwartz, 1984).

3 5 Gambar 2.2 Filled (skeletal) Composites (http: // c. Flake composite, adalah komposit dengan penambahan material berupa serpih kedalam matriksnya. Flake dapat berupa serpihan mika dan metal (Schwartz, 1984). Gambar 2.3 Komposit serpih (Flake Composites) (http: // d. Particulate composite, adalah salah satu jenis komposit di mana dalam matriks ditambahkan material lain berupa serbuk/butir. Perbedaan dengan flake dan fiber composites terletak pada distribusi dari material penambahnya. Dalam particulate composites, material penambah terdistribusi secara acak atau kurang terkontrol daripada flake composites. Sebagai contoh adalah beton (Schwartz, 1984).

4 6 Gambar 2.4 Komposit partikel (Particulate Composites) (http: // e. Laminate composite adalah komposit dengan susunan dua atau lebih layer, di mana masing-masing layer dapat berbeda beda dalam hal material, bentuk, dan orientasi penguatannya (Schwartz, 1984). Gambar 2.5 Laminar Composites (http: // Tipe Komposit Serat Berdasarkan penempatannya terdapat beberapa tipe serat pada komposit, yaitu : a. Continuous Fiber Composite Continuous atau uni-directional, mempunyai serat panjang dan lurus, membentuk lamina diantara matriknya. Jenis Continuous Fiber Composite adalah yang paling sering digunakan. Tipe ini mempunyai kelemahan pada pemisahan antar lapisan. Hal ini dikarenakan kekuatan antar lapisan dipengaruhi oleh matriknya.

5 7 b. Woven Fiber Composite (Bi-Dirtectional) Komposit ini tidak mudah dipengaruhi pemisahan antar lapisan karena susunan seratnya juga mengikat serat antar lapisan. Akan tetapi susunan serat memanjangnya yang tidak begitu lurus mengakibatkan kekuatan dan kekakuan akan melemah. c. Discontinuous Fiber Composite Discontinuous Fiber Composite adalah tipe komposit dengan serat pendek. Tipe ini dibedakan lagi menjadi 3 (Gibson, 1994 : 157) : 1. Aligned discontinuous fiber 2. Off-axis aligned discontinuous fiber 3. Randomly oriented discontinuous fiber Gambar 2.6 Tipe Discontinuous Fiber Composite (Gibson, 1994) d. Hybrid Fiber Composite Hybrid Fiber Composite merupakan komposit gabungan antara serat tipe serat lurus dengan serat acak. Tipe ini digunakan supaya dapat mengganti kekurangan sifat dari kedua tipe dan dapat menggabungkan kelebihannya. Gambar 2.7 Tipe serat pada komposit (Gibson, 1994)

6 Bagian Utama Dari Komposit a. Reinforcement Salah satu bagian utama dari komposit adalah reinforcement (penguat) yang berfungsi sebagai penanggung beban utama pada komposit. 1. Serat Karbon Perlakuan serat karbon ada dua tipe, yaitu : a. Oksidatif, menghasilkan kelompok fungsional asam seperti carboxylic, phenolic dan hydroxylic pada permukaan serat karbon. Menggunakan oksigen atau yang mengandung gas dengan melalui fase oksidasi yang dipanaskan sampai temperatur 250 o C b. Non oksidatif, yaitu serat dilapisi dengan polimer organik yang memiliki kemampuan bereaksi dengan matriks resin. Contoh polimer coating adalah stryrene-maleic anhydride copolymer dan polyamides. Serat karbon didefinisikan sebagai suatu serat yang mengandung sedikitnya 90% karbon melalui proses pirolisis tertentu (Hedge, 2004). Komposisi terbesar dalam serat ini dinamakan precursor (bahan baku) yang digunakan untuk memproduksi serat karbon dengan berbagai bentuk dan karakteristik yang berbeda. Serat karbon dapat dibedakan berdasarkan precursor yang digunakan yaitu pitch, PAN (poly acrilonitrile), serat selulosa dan certain phenolic fibers. Sifat-sifat fiber-carbon oleh Nurun Nayiroh (n.d), yaitu sebagai berikut : a. Densitas karbon cukup ringan yaitu sekitar 2,3 g/cc. b. Struktur grafit yang digunakan untuk membuat fiber berbentuk seperti kristal intan. c. Mempunyai karakteristik yang ringan, kekuatan yang sangat tinggi. 2. Serat Gelas Glass fiber adalah bahan yang tidak mudah terbakar. Serat jenis ini biasanya digunakan sebagai penguat matrik jenis polymer. Sifat-sifat fiberglass oleh Nurun Nayiroh (n.d), yaitu sebagai berikut :

7 9 a. Densitas cukup rendah (sekitar 2,55 g/cc) b. Kekuatan tariknya cukup tinggi (sekitar 1,8 GPa) c. Biasanya kekakuannya rendah (70GPa) d. Stabilitas dimensinya baik e. Komposisi umum adalah 50-60% SiO2 dan paduan lain yaitu Al, Ca, Mg, Na, dan lain-lain. Berdasarkan bentuknya, serat gelas dapat dibedakan menjadi beberapa macam antara lain (Santoso, 2002): a. Roving, berupa benang panjang yang digulung mengelilingi silinder. b. Yarn, berupa bentuk benang yang lekat dihubungkan pada filamen. c. Chopped Strand, adalah strand yang dipotong-potong dengan ukuran tertentu kemudian digabung menjadi satu ikatan. d. Reinforcing Mat, berupa lembaran chopped strand dan continuous strand yang tersusun secara acak. e. Woven Roving, berupa benang panjang yang dianyam dan digulung pada silinder f. Woven Fabric, berupa serat yang dianyam seperti kain tenun. Berdasarkan jenisnya, serat gelas dapat dibedakan menjadi beberapa macam antara lain (Nugroho, 2007): a. Serat E-Glass, adalah salah satu jenis serat yang dikembangkan sebagai penyekat atau bahan isolasi. Jenis ini mempunyai kemampuan bentuk yang baik. b. Serat C-Glass, adalah jenis serat yang mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap korosi. c. Serat S-Glass, adalah jenis serat yang mempunyai kekakuan yang tinggi.

8 10 No Tabel 2.1. Sifat-sifat serat gelas (Nugroho, 2007) Jenis Serat E- Glass C- Glass S- Glass 1 Isolator listrik yang baik Tahan terhadap korosi Modulus lebih tinggi 2 Kekakuan tinggi Kekuatan lebih rendah dari E- Glass 3 Kekuatan tinggi Harga lebih mahal dari E-Glass Sumber : Nurun Nayiroh (n.d) b. Matrik Lebih tahan terhadap suhu tinggi Harga lebih mahal dari E-Glass Matrik adalah fasa dalam komposit yang mempunyai bagian atau fraksi volume terbesar (dominan). Matrik mempunyai fungsi sebagai berikut : a. Mentransfer tegangan ke serat secara merata. b. Melindungi serat dari gesekan mekanik. c. Memegang dan mempertahankan serat pada posisinya. d. Melindungi dari lingkungan yang merugikan. e. Tetap stabil setelah proses manufaktur. Sifat-sifat matrik (Ellyawan, 2008) : a. Sifat mekanis yang baik. b. Kekuatan ikatan yang baik. c. Ketangguhan yang baik. d. Tahan terhadap temperatur Metode Pembuatan Komposit 1. Proses Cetakan Terbuka (Open-Mold Process) a) Contact Molding/ Hand Lay Up Hand lay up adalah metoda yang paling sederhana dan merupakan proses dengan metode terbuka dari proses fabrikasi komposit. Adapun proses dari pembuatan dengan metoda ini adalah dengan cara menuangkan resin dengan tangan ke dalam serat berbentuk anyaman, rajuan atau kain, kemudian memberi takanan sekaligus meratakannya menggunakan rol atau kuas. Proses tersebut dilakukan berulang-ulang hingga ketebalan yang

9 11 diinginkan tercapai. Pada proses ini resin langsung berkontak dengan udara dan biasanya proses pencetakan dilakukan pada temperatur kamar. b) Vacuum Bag Proses vacuum bag merupakan penyempurnaan dari hand lay up. Proses ini bertujuan untuk menghilangkan udara terperangkap dan kelebihan resin. Pada proses ini digunakan pompa vacuum untuk menghisap udara yang ada dalam wadah tempat diletakkannya komposit yang akan dilakukan proses pencetakan. Dengan dipakumkan udara dalam wadah, maka udara yang ada diluar penutup plastik akan menekan ke arah dalam. Hal ini akan menyebabkan udara yang terperangkap dalam spesimen komposit akan dapat diminimalkan. 2. Proses Cetakan Tertutup (Closed mold Processes) a) Proses Cetakan Tekan (Compression Molding) Proses cetakan ini menggunakan hydraulic sebagai penekannya. Fiber yang telah dicampur dengan resin dimasukkan ke dalam rongga cetakan, kemudian dilakukan penekanan dan pemanasan. Resin termoset khas yang digunakan dalam proses cetak tekan ini adalah poliester, vinil ester, epoxies, dan fenolat. b) Injection Molding Metoda injection molding juga dikenal sebagai reaksi pencetakan cairan atau pelapisan tekanan tinggi. Fiber dan resin dimasukkan kedalam rongga cetakan bagian atas, kondisi temperature dijaga supaya tetap dapat mencairkan resin. Resin cair beserta fiber akan mengalir ke bagian bawah, kemudian injeksi dilakukan oleh mandrel ke arah nozel menuju cetakan. c) Continuous Pultrusion Fiber jenis roving dilewatkan melalui wadah berisi resin, kemudian secara kontinyu dilewatkan ke cetakan pra-cetak dan diawetkan (cure), kemudian dilakukan pengerolan sesuai dengan dimensi yang diinginkan. Proses ini juga disebut sebagai penarikan serat dari suatu jaring atau creel melalui bak resin, kemudian dilewatkan pada cetakan yang telah dipanaskan. Fungsi dari cetakan tersebut ialah mengontrol kandungan resin, melengkapi pengisian

10 12 serat, dan mengeraskan bahan menjadi bentuk akhir setelah melewati cetakan Komposit Sandwich Komposit sandwich merupakan material yang tersusun dari tiga material atau lebih yang terdiri dari plat sebagai skin dan core pada bagian tengahnya. Banyak variasi definisi dari komposit sandwich, tetapi faktor utama dari material tersebut adalah core yang ringan, sehingga memperkecil berat jenis dari material tersebut serta kekakuan dari lapisan skin yang memberikan kekuatan pada komposit sandwich. Konstruksi sandwich telah digunakan secara luas dalam beberapa industri yang membutuhkan suatu konstruksi yang ringan dan kaku. Pemanfaatan konstruksi sandwich antara lain pada konstruksi lambung kapal, pesawat terbang, bodi mobil, jembatan, dan lain sebagainya. Komponen penyusun komposit sandwich secara umum terdiri atas tiga bagian utama, yaitu : a. Face (Skin) Face (Skin) adalah bagian terluar dari komposit sandwich. Material atau bahannya terbuat dari berbagai macam bahan yang dibentuk menjadi lembaran. Berbagai jenis material dapat digunakan sebagai skin. Lembaran plat logam seperti aluminium, baja, titanium dan polimer diperkuat oleh serat merupakan beberapa contoh umum material yang biasa digunakan sebagai skin. Sifat yang harus ada pada skin diantaranya : 1. Kekakuan baik, namun tetap memberikan kelenturan. 2. Kekuatan tarik dan desak yang baik. 3. Tahan terhadap impak dan gesekan. b. Core Core adalah inti (pengisi) dari komposit sandwich. Tujuan dari penambahan core adalah agar terjadi penambahan ketebalan tanpa terjadi penambahan berat yang berarti, sehingga didapatkan kekakuan yang relatif tinggi. Core komposit sandwich yang harus mempunyai sifat ringan, harganya murah dan mempunyai modulus geser tinggi.

11 13 c. Adhesive Adhesive adalah zat perekat yang digunakan untuk mengikat face dengan core. Kekuatan tarik adhesive harus lebih kuat daripada kekuatan tarik core. Adhesive juga harus memiliki ketahanan terhadap bahan kimia dan panas, supaya dalam keadaan tersebut daya adhesivenya tidak mudah rusak. 2.2 Perhitungan-perhitungan Gaya Gaya dihasilkan dari beban yang bekerja pada suatu batang atau struktur. Gaya dapat dirumuskan sebagai berikut : F = m x a (2.1) Dimana : F = Gaya (N) m = Massa (Kg) a = Percepatan grafitasi (m/s 2 ) Setiap komponen gaya merefleksikan pengaruh beban terpasang yang berbeda pada struktur dan diberikan nama khusus sebagai berikut : a. Gaya Aksial (Axsial Force) b. Gaya geser (Shear force) c. Momen lentur (Bending momen) Secara umum gaya dan momen lentur pada batang dapat digambarkan seperti dibawah ini : Momen lentur Momen lentur Gaya aksial Gaya aksial Gaya geser Gaya geser Gambar 2.8 Gaya yang bekerja pada batang sederhana Kekuatan Bending Kekuatan bending adalah tegangan bending terbesar yang dapat diterima akibat pembebanan luar, tanpa mengalami deformasi yang besar

12 14 atau kegagalan. Untuk mengetahui kekuatan bending suatu material, dapat dilakukan dengan pengujian bending terhadap material tersebut. P L/2 L/2 Gambar 2.9 Pengujian bending pada panel komposit sandwich Akibat pengujian bending, pada bagian atas spesimen akan mengalami tekanan, sedangkan pada bagian bawah akan mengalami tegangan tarik. Kegagalan yang terjadi akibat pengujian bending, komposit akan mengalami patah pada bagian bawah yang disebabkan karena tidak mampu menahan tegangan tarik yang diterima Defleksi Defleksi diukur dari permukaan netral awal ke posisi netral setelah terjadi deformasi. Gambar 2.10a memperlihatkan batang pada posisi awal sebelum terjadi deformasi dan Gambar 2.10b adalah batang dalam konfigurasi terdeformasi yang diasumsikan akibat aksi pembebanan. Gambar 2.10 Defleksi yang terjadi pada batang Jarak perpindahan y didefinisikan sebagai defleksi batang. Disamping faktor tegangan, spesifikasi untuk rancang bangun sering ditentukan oleh adanya defleksi. Dengan demikian, batang yang dirancang dengan baik tidak hanya mampu menahan beban yang akan diterimanya, tetapi juga harus mampu mengatasi terjadinya defleksi sampai batas tertentu.

13 Teori Elastisitas a. Tegangan Tegangan yang bekerja pada penampang bahan dapat dirumuskan sebagai berikut : = P (2.2) A Dimana : = Tegangan atau gaya per satuan luas (N/m 2 ) P = Beban (N) A = Luas Penampang (m 2 ) Dalam menentukan bahan untuk perancangan suatu struktur atau komponen, maka hal yang paling utama yang harus ditentukan adalah tegangan yang mampu diberikan pada struktur tersebut. Tegangan tersebut adalah : 1. Tegangan Batas, didefinisikan sebagai tegangan satuan terbesar suatu bahan yang dapat ditahan tanpa menimbulkan kerusakan. 2. Tegangan ijin, yaitu bagian kekuatan batas yang bisa aman digunakan pada perancangan. Para perancang struktur (komponen) umumnya bekerja dengan suatu tegangan izin yang ditetapkan sebelumnya. Secara umum tegangan dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu : 2.1 Tegangan normal Tegangan normal adalah tegangan yang bekerja normal (tegak lurus) terhadap permukaan yang mengalami tegangan. Tegangan ini dapat berupa tegangan tarik maupun tekan. 2.2 Tegangan geser Tegangan geser adalah tegangan yang bekerja sejajar terhadap permukaan yang mengalami tegangan. Komponen tegangan (stress) bernilai positif jika searah dengan koordinat positifnya dan sebaliknya.

14 16 c. Regangan Regangan digunakan untuk mempelajari deformasi yang terjadi pada suatu benda. Untuk memperoleh regangan, maka dilakukan dengan membagi perpanjangan dengan panjang (L) yang telah diukur, dengan demikian diperoleh : = (2.3) L Dimana : egangan erubahan bentuk aksial total (mm) L = panjang batang (mm) d. s, tegangan adalah sebanding dengan regangan. Kesebandingan tegangan terhadap regangan dinyatakan sebagai perbandingan tegangan satuan terhadap regangan satuan. Pada bahan kaku tetapi elastis seperti baja, kita peroleh bahwa tegangan satuan yang diberikan menghasilkan perubahan bentuk satuan yang relatif kecil. Perkembangan regangan saja, tetapi berkembang menjadi modulus young atau modulus elastisitas. Rumus modulus elastisitas (E) adalah : E = (2.4) Dimana : E = Modulus elastisitas (N/m 2 ) atau MPa egangan (N/m 2 ) egangan

15 Fraksi Volume Komposit Menurut Gibson (1994), penempatan serat harus mempertimbangkan geometri serat, arah, distribusi dan fraksi volume, agar dapat dihasilkan komposit berkekuatan tinggi. Fraksi Volume (V) : V Volume serat serat = x 100% (2.5) Volume komposit V serat = m f m f f + f m f f x 100% (2.6) V Volume matrik matrik = x 100% (2.7) Volume komposit V matrik = m f m m m f + m m m x 100% (2.8) Dimana : m f = Massa serat (gr) m m = Massa matrik (gr) f = Massa jenis serat (gr/mm 3 ) m = Massa jenis matrik (gr/mm 3 ) Uji Impact Charpy Pengujian impact bertujuan untuk mengukur berapa energi yang dapat diserap suatu material sampai material tersebut patah. Pengujian impact merupakan respon terhadap beban kejut atau beban tiba- tiba (beban impact). Skema dan mekanisme pengujian impact Charpy ditunjukkan pada gambar Spesimen impact Charpy berbentuk batang dengan penampang lintang bujur sangkar. Beban didapatkan dari tumbukan oleh palu pendulum yang dilepas dari posisi ketinggian h dengan spesimen diposisikan pada dasar. Ketika dilepas, ujung pisau pada palu pendulum akan menabrak dan mematahkan spesimen pada titik konsentrasi tegangan untuk pukulan impact kecepatan tinggi. Palu pendulum

16 18 akan melanjutkan ayunan untuk mencapai ketinggian maksimum h rendah dari h. yang lebih Gambar 2.11 Uji Impact Charpy Energi yang diserap dihitung dari perbedaan h dan h (mgh- ), adalah ukuran dari energi impact Posisi simpangan lengan pendulum terhadap garis vertik vertikal setelah membentur spes Dengan mengetahui besarnya energi potensial yang diserap oleh material, maka ketangguhan impact benda uji adalah (Shackelford, 1992) : E serap = Energi awal- Energi yang tersisa = m.g.h - ) (2.9) Dimana : E serap = Energi serap (J) m = massa pendulum (kg) = 9,5 kg g = percepatan gravitasi (m/s 2 ) = 9,8 m/s 2 R = panjang lengan = 0.83 m = sudut ayunan pendulum tanpa spesimen ( 0 ) = sudut ayunan pendulum setelah mematahkan spesimen ( 0 )

17 19 Harga ketangguhan impact pada komposit sandwich dapat dihitung dengan persamaan (ASTM ) : a cu = E serap h x b x 10 3 (2.10) Dimana : a cu = harga impact Charpy tanpa takikan (kj/mm 2 ) b = lebar spesimen (mm) h = tebal spesimen (mm) E serap = energi yang diserap (J) Uji bending 3 Point Pengujian bending terhadap material komposit bertujuan untuk mengetahui kekuatan bending. Kekuatan bending atau kekuatan lengkung adalah tegangan bending terbesar yang dapat diterima akibat pembebanan luar, tanpa mengalami deformasi yang besar atau kegagalan. Besar kekuatan bending tergantung pada jenis material dan pembebanan. Akibat pengujian bending, bagian atas spesimen mengalami tekanan, sedangkan bagian bawah akan mengalami tegangan tarik. Dalam material komposit kekuatan tekannya lebih tinggi daripada kekuatan tariknya. Karena tidak mampu menahan tegangan tarik yang diterima, spesimen tersebut akan patah. Gambar 2.12 Skema Uji Bending 3 Point

LOGO KOMPOSIT SERAT INDUSTRI KREATIF HASIL PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN

LOGO KOMPOSIT SERAT INDUSTRI KREATIF HASIL PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN LOGO KOMPOSIT SERAT INDUSTRI KREATIF HASIL PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN PENDAHULUAN Komposit adalah suatu material yang terbentuk dari kombinasi dua atau lebih material, dimana akan terbentuk material yang

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Mesin, Universitas Brawijaya Jl. MT Haryono 167, Malang

Jurusan Teknik Mesin, Universitas Brawijaya Jl. MT Haryono 167, Malang Karakteristik Kekuatan Bending dan Impact akibat Variasi Unidirectional Pre-Loading pada serat penguat komposit Polyester Tjuk Oerbandono*, Agustian Adi Gunawan, Erwin Sulistyo Jurusan Teknik Mesin, Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kajian Pustaka Bata Merah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kajian Pustaka Bata Merah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Bata Merah Penggunaan bata merah sebagai bahan pengisi dinding bangunan sudah umum terlihat dari dulu hingga kini. Bahan material ini masih menjadi pilihan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Menurut penelitian Hartanto (2009), serat rami direndam pada NaOH 5%

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Menurut penelitian Hartanto (2009), serat rami direndam pada NaOH 5% BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Menurut penelitian Hartanto (2009), serat rami direndam pada NaOH 5% selama 2 jam, 4 jam, 6 jam dan 8 jam. Hasil pengujian didapat pengaruh

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 34 BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1. Sifat Mekanis Komposit Sandwich. 4.1.1. Pengujian Bending. Uji bending ialah pengujian mekanis secara statis dimana benda uji lengkung ditumpu dikedua ujung dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Diameter Serat Diameter serat adalah diameter serat ijuk yang diukur setelah mengalami perlakuan alkali, karena pada dasarnya serat alam memiliki dimensi bentuk

Lebih terperinci

PENGARUH KEKUATAN BENDING DAN TARIK BAHAN KOMPOSIT BERPENGUAT SEKAM PADI DENGAN MATRIK UREA FORMALDEHIDE

PENGARUH KEKUATAN BENDING DAN TARIK BAHAN KOMPOSIT BERPENGUAT SEKAM PADI DENGAN MATRIK UREA FORMALDEHIDE PENGARUH KEKUATAN BENDING DAN TARIK BAHAN KOMPOSIT BERPENGUAT SEKAM PADI DENGAN MATRIK UREA FORMALDEHIDE Harini Program Studi Teknik Mesin Universitas 17 agustus 1945 Jakarta yos.nofendri@uta45jakarta.ac.id

Lebih terperinci

Bahan yang digunakan pada pembuatan panel kayu sengon laut ini adalah:

Bahan yang digunakan pada pembuatan panel kayu sengon laut ini adalah: 25 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat-alat yang digunakan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Gerenda potong 2. Spidol/pensil 3. Kuas 4. Sarung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Konstruksi dari beton banyak memiliki keuntungan yakni beton termasuk tahan aus dan tahan terhadap kebakaran, beton sangat kokoh dan kuat terhadap beban gempa bumi, getaran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan material di dunia industri khususnya manufaktur semakin lama semakin meningkat. Material yang memiliki karakteristik tertentu seperti kekuatan, keuletan,

Lebih terperinci

14.1 Proses Pembuatan Komposit Material Plastik yang Diperkuat Serat Proses Pencetakan Terbuka (Open-Mold Processes)

14.1 Proses Pembuatan Komposit Material Plastik yang Diperkuat Serat Proses Pencetakan Terbuka (Open-Mold Processes) 14.1 Proses Pembuatan Komposit Material Plastik yang Diperkuat Serat. 14.1.1 Proses Pencetakan Terbuka (Open-Mold Processes) Terdapat beberapa metode cetakan terbuka untuk membuat material komposit plastik

Lebih terperinci

KAJIAN OPTIMASI PENGARUH ORIENTASI SERAT DAN TEBAL CORE TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN BENDING DAN IMPAK KOMPOSIT SANDWICH GFRP DENGAN CORE PVC

KAJIAN OPTIMASI PENGARUH ORIENTASI SERAT DAN TEBAL CORE TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN BENDING DAN IMPAK KOMPOSIT SANDWICH GFRP DENGAN CORE PVC KAJIAN OPTIMASI PENGARUH ORIENTASI SERAT DAN TEBAL CORE TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN BENDING DAN IMPAK KOMPOSIT SANDWICH GFRP DENGAN CORE PVC Istanto, Arif Ismayanto, Ratna permatasari PS Teknik Mesin,

Lebih terperinci

BAB IV DATA HASIL PENELITIAN

BAB IV DATA HASIL PENELITIAN BAB IV DATA HASIL PENELITIAN 4.1 PEMBUATAN SAMPEL 4.1.1 Perhitungan berat komposit secara teori pada setiap cetakan Pada Bagian ini akan diberikan perhitungan berat secara teori dari sampel komposit pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada ribuan tahun yang lalu material komposit telah dipergunakan dengan dimanfaatkannya serat alam sebagai penguat. Dinding bangunan tua di Mesir yang telah berumur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu material yang sangat penting bagi kebutuhan manusia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu material yang sangat penting bagi kebutuhan manusia adalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu material yang sangat penting bagi kebutuhan manusia adalah logam. Seiring dengan jaman yang semakin maju, kebutuhan akan logam menjadi semakin tinggi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Material untuk rekayasa struktur terbagi menjadi empat jenis, diantaranya logam, keramik, polimer, dan komposit (Ashby, 1999). Material komposit merupakan alternatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Serat sebagai elemen penguat menentukan sifat mekanik dari komposit karena meneruskan beban yang diteruskan oleh matrik. Orientasi, ukuran, dan bentuk serta material

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi rekayasa material serta berkembangnya isu lingkungan hidup menuntut terobosan baru dalam menciptakan material yang berkualitas tinggi dan ramah lingkungan.

Lebih terperinci

BAB V BAHAN KOMPOSIT

BAB V BAHAN KOMPOSIT BAB V BAHAN KOMPOSIT Komposit merupakan bahan yang terdiri dari gabungan 2 atau lebih bahan yang berbeda (logam, keramik, polimer) sehingga menghasilkan sifat mekanis yang berbeda dan biasanya lebih baik

Lebih terperinci

Kekuatan tarik komposit lamina berbasis anyaman serat karung plastik bekas (woven bag)

Kekuatan tarik komposit lamina berbasis anyaman serat karung plastik bekas (woven bag) Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 8, No.2, Mei 2017 1 Kekuatan tarik komposit lamina berbasis anyaman serat karung plastik bekas (woven bag) Heri Yudiono 1, Rusiyanto 2, dan Kiswadi 3 1,2 Teknik Mesin, Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tengah sekitar 0,005 mm 0,01 mm. Serat ini dapat dipintal menjadi benang atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tengah sekitar 0,005 mm 0,01 mm. Serat ini dapat dipintal menjadi benang atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fiber Glass Fiber glass adalah kaca cair yang ditarik menjadi serat tipis dengan garis tengah sekitar 0,005 mm 0,01 mm. Serat ini dapat dipintal menjadi benang atau ditenun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan sambungan material komposit yang telah. banyak menggunakan jenis sambungan mekanik dan

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan sambungan material komposit yang telah. banyak menggunakan jenis sambungan mekanik dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan sambungan material komposit yang telah dilakukan banyak menggunakan jenis sambungan mekanik dan sambungan ikat, tetapi pada zaman sekarang para rekayasawan

Lebih terperinci

PENGARUH ARAH SERAT GELAS DAN BAHAN MATRIKS TERHADAP KEKUATAN KOMPOSIT AIRFOIL PROFILE FAN BLADES

PENGARUH ARAH SERAT GELAS DAN BAHAN MATRIKS TERHADAP KEKUATAN KOMPOSIT AIRFOIL PROFILE FAN BLADES C.9. Pengaruh arah serat gelas dan bahan matriks (Carli, dkk.) PENGARUH ARAH SERAT GELAS DAN BAHAN MATRIKS TERHADAP KEKUATAN KOMPOSIT AIRFOIL PROFILE FAN BLADES Carli *1), S. A. Widyanto 2), Ismoyo Haryanto

Lebih terperinci

Studi Experimental Pengaruh Fraksi Massa dan Orientasi Serat Terhadap Kekuatan Tarik Komposit Berbahan Serat Nanas

Studi Experimental Pengaruh Fraksi Massa dan Orientasi Serat Terhadap Kekuatan Tarik Komposit Berbahan Serat Nanas Studi Experimental Pengaruh Fraksi Massa dan Orientasi Serat Terhadap Kekuatan Tarik Komposit Berbahan Serat Nanas Andi Saidah, Helmi Wijanarko Program Studi Teknik Mesin,Fakultas Teknik, Universitas 17

Lebih terperinci

18.1 Sandwich Panel Honeycomb sandwich

18.1 Sandwich Panel Honeycomb sandwich 18.1 Sandwich Panel Material komposit juga dapat dibuat dengan menyelipkan (to sandwich) material inti di antara dua lapisan luar yang tipis. Terdapat dua macam material yaitu : 1. Honeycomb sandwich 2.

Lebih terperinci

PRAKTIKUM UJI KETANGGUHAN BAHAN

PRAKTIKUM UJI KETANGGUHAN BAHAN Sub Modul Praktikum PRAKTIKUM UJI KETANGGUHAN BAHAN Tim Penyusun Herdi Susanto, ST, MT NIDN :0122098102 Joli Supardi, ST, MT NIDN :0112077801 Mata Kuliah FTM 006 Material Teknik + Praktikum JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH KETEBALAN INTI (CORE) TERHADAP KEKUATAN BENDING KOMPOSIT SANDWICH

ANALISA PENGARUH KETEBALAN INTI (CORE) TERHADAP KEKUATAN BENDING KOMPOSIT SANDWICH Tugas Akhir TM091486 ANALISA PENGARUH KETEBALAN INTI (CORE) TERHADAP KEKUATAN BENDING KOMPOSIT SANDWICH Rifki Nugraha 2108 100 704 Dosen Pembimbing : Putu Suwarta, ST. M.Sc Latar Belakang Komposit Material

Lebih terperinci

Pengaruh Variasi Fraksi Volume, Temperatur, Waktu Curing dan Post-Curing Terhadap Karakteristik Tekan Komposit Polyester - Hollow Glass Microspheres

Pengaruh Variasi Fraksi Volume, Temperatur, Waktu Curing dan Post-Curing Terhadap Karakteristik Tekan Komposit Polyester - Hollow Glass Microspheres JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F 196 Pengaruh Variasi Fraksi Volume, Temperatur, Waktu Curing dan Post-Curing Terhadap Karakteristik Tekan Komposit Polyester

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan data statistik Kehutanan (2009) bahwa hingga tahun 2009 sesuai dengan ijin usaha yang diberikan, produksi hutan tanaman mencapai 18,95 juta m 3 (HTI)

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengujian Impak dan Pembahasan Dari hasil pengujian impak yang telah didapat data yaitu energi yang terserap oleh spesimen uji untuk material komposit serat pelepah

Lebih terperinci

PRESENTASI TUGAS AKHIR PENGARUH SIFAT MEKANIK TERHADAP PENAMBAHAN BUBBLE GLASS, CHOPPED STRAND MAT DAN WOVEN ROVING PADA KOMPOSIT BENTUK POROS

PRESENTASI TUGAS AKHIR PENGARUH SIFAT MEKANIK TERHADAP PENAMBAHAN BUBBLE GLASS, CHOPPED STRAND MAT DAN WOVEN ROVING PADA KOMPOSIT BENTUK POROS PRESENTASI TUGAS AKHIR PENGARUH SIFAT MEKANIK TERHADAP PENAMBAHAN BUBBLE GLASS, CHOPPED STRAND MAT DAN WOVEN ROVING PADA KOMPOSIT BENTUK POROS Oleh : EDI ARIFIYANTO NRP. 2108 030 066 Dosen Pembimbing Ir.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi pada era globalisasi mengalami. perkembangan yang sangat pesat dengan berbagai inovasi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi pada era globalisasi mengalami. perkembangan yang sangat pesat dengan berbagai inovasi yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi pada era globalisasi mengalami perkembangan yang sangat pesat dengan berbagai inovasi yang digunakan untuk memudahkan dalam pembuatan produk.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar belakang Dengan meningkatnya perkembangan industri otomotif dan manufaktur di Indonesia, dan terbatasnya sumber energi mendorong para rekayasawan berusaha menurunkan berat mesin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada ribuan tahun yang lalu material komposit telah dipergunakan dengan dimanfaatkannya serat alam sebagai penguat. Dinding bangunan tua di Mesir yang telah

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK SERAT KARBON ANTARA METODE MANUAL LAY- UP DAN VACUUM INFUSION DENGAN PENGGUNAAN FRAKSI BERAT SERAT 60%

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK SERAT KARBON ANTARA METODE MANUAL LAY- UP DAN VACUUM INFUSION DENGAN PENGGUNAAN FRAKSI BERAT SERAT 60% PERBANDINGAN KARAKTERISTIK SERAT KARBON ANTARA METODE MANUAL LAY- UP DAN VACUUM INFUSION DENGAN PENGGUNAAN FRAKSI BERAT SERAT 60% Gatot Eka Pramono 1, Setya Permana Sutisna 2 1,2 Program Studi Teknik Mesin,

Lebih terperinci

Studi Eksperimental Pengaruh Jumlah Lapisan Stainless Steel Mesh dan Posisinya Terhadap Karakteristik Tarik dan Bending Komposit Serat Kaca Hibrida

Studi Eksperimental Pengaruh Jumlah Lapisan Stainless Steel Mesh dan Posisinya Terhadap Karakteristik Tarik dan Bending Komposit Serat Kaca Hibrida LOGO Sidang Tugas Akhir Studi Eksperimental Pengaruh Jumlah Lapisan Stainless Steel Mesh dan Posisinya Terhadap Karakteristik Tarik dan Bending Komposit Serat Kaca Hibrida Oleh : Tamara Ryan Septyawan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan rekayasa teknologi saat ini tidak hanya bertujuan untuk membantu umat manusia, namun juga harus mempertimbangkan aspek lingkungan. Segala hal yang berkaitan

Lebih terperinci

BAB III PENGUJIAN SIFAT MEKANIK MATERIAL

BAB III PENGUJIAN SIFAT MEKANIK MATERIAL BAB III PENGUJIAN SIFAT MEKANIK MATERIAL Pada pemodelan numerik (FEM) dibutuhkan input berupa sifat material dari bahan yang dimodelkan. Sedangkan pada tugas akhir ini digunakan material komposit alami

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MOBIL BERBAHAN BAKAR ETANOL (DESAIN DAN PEMBUATAN LANTAI)

PENGEMBANGAN MOBIL BERBAHAN BAKAR ETANOL (DESAIN DAN PEMBUATAN LANTAI) PENGEMBANGAN MOBIL BERBAHAN BAKAR ETANOL (DESAIN DAN PEMBUATAN LANTAI) PROYEK AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya (A.Md) Program Studi DIII Teknik Mesin Otomotif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam perkembangan industri dibutuhkan material yang memiliki sifat-sifat istimewa seperti logam. Material komposit polimer merupakan salah satu material alternative

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang saat ini mendorong para peneliti untuk menciptakan dan mengembangkan suatu hal yang telah ada maupun menciptakan

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Pustaka. : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) : Liliopsida (Tumbuhan berkeping satu/monocotil) : Musaceae (Suku pisang-pisangan)

BAB II. Tinjauan Pustaka. : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) : Liliopsida (Tumbuhan berkeping satu/monocotil) : Musaceae (Suku pisang-pisangan) BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Dasar Teori 1.1.1 Klasifikasi Tumbuhan pisang Jenis Divisi Kelas Ordo Family Genus Spesies : Plantae (Tumbuhan) : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) : Liliopsida (Tumbuhan berkeping

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini penggunaan komposit semakin berkembang, baik dari segi

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini penggunaan komposit semakin berkembang, baik dari segi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini penggunaan komposit semakin berkembang, baik dari segi penggunaan, maupun teknologinya. Penggunaannya tidak terbatas pada bidang otomotif saja, namun sekarang

Lebih terperinci

APLIKASI METODE ELEMEN HINGGA ( MEH ) PADA STRUKTUR RIB BODI ANGKUTAN PUBLIK

APLIKASI METODE ELEMEN HINGGA ( MEH ) PADA STRUKTUR RIB BODI ANGKUTAN PUBLIK APLIKASI METODE ELEMEN HINGGA ( MEH ) PADA STRUKTUR RIB BODI ANGKUTAN PUBLIK SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Oleh : APRI JOKO PRASETYO I 0403013 JURUSAN

Lebih terperinci

Kata kunci : Serat batang pisang, Epoxy, Hand lay-up, perbahan temperatur.

Kata kunci : Serat batang pisang, Epoxy, Hand lay-up, perbahan temperatur. KARAKTERISTIK EFEK PERUBAHAN TEMPERATUR PADA KOMPOSIT SERAT BATANG PISANG DENGAN PERLAKUAN NaOH BERMETRIK EPOXY Ngafwan 1, Muh. Al-Fatih Hendrawan 2, Kusdiyanto 3, Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beton Beton sebagai bahan yang berasal dari pengadukan bahan-bahan susun agregat kasar dan halus kemudian diikat dengan semen yang bereaksi dengan air sebagai bahan perekat,

Lebih terperinci

REKAYASA DAN MANUFAKTUR BAHAN KOMPOSIT SANDWICH BERPENGUAT SERAT RAMI DENGAN CORE LIMBAH SEKAM PADI UNTUK PANEL INTERIOR OTOMOTIF DAN RUMAH HUNIAN

REKAYASA DAN MANUFAKTUR BAHAN KOMPOSIT SANDWICH BERPENGUAT SERAT RAMI DENGAN CORE LIMBAH SEKAM PADI UNTUK PANEL INTERIOR OTOMOTIF DAN RUMAH HUNIAN HIBAH BERSAING LAPORAN PENELITIAN REKAYASA DAN MANUFAKTUR BAHAN KOMPOSIT SANDWICH BERPENGUAT SERAT RAMI DENGAN CORE LIMBAH SEKAM PADI UNTUK PANEL INTERIOR OTOMOTIF DAN RUMAH HUNIAN Oleh: Ir. Agus Hariyanto,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. 1. DIAGRAM ALIR PENELITIAN Dikeringkan, Dipotong sesuai cetakan Mixing Persentase dengan Rami 15,20,25,30,35 %V f Sampel Uji Tekan Sampel Uji Flexural Sampel Uji Impak Uji

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN PROSENTASE FRAKSI VOLUME HOLLOW GLASS MICROSPHERE KOMPOSIT HIBRIDA SANDWICH TERHADAP KARAKTERISTIK TARIK DAN BENDING

PENGARUH PENAMBAHAN PROSENTASE FRAKSI VOLUME HOLLOW GLASS MICROSPHERE KOMPOSIT HIBRIDA SANDWICH TERHADAP KARAKTERISTIK TARIK DAN BENDING PENGARUH PENAMBAHAN PROSENTASE FRAKSI VOLUME HOLLOW GLASS MICROSPHERE KOMPOSIT HIBRIDA SANDWICH TERHADAP KARAKTERISTIK TARIK DAN BENDING Sandy Noviandra Putra 2108 100 053 Dosen Pembimbing : Prof. Dr.

Lebih terperinci

Pengaruh Penambahan Prosentase Fraksi Volume Hollow Glass Microsphere Komposit Hibrid Sandwich Terhadap Karakteristik Tarik dan Bending

Pengaruh Penambahan Prosentase Fraksi Volume Hollow Glass Microsphere Komposit Hibrid Sandwich Terhadap Karakteristik Tarik dan Bending JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Pengaruh Penambahan Prosentase Fraksi Volume Hollow Glass Microsphere Komposit Hibrid Sandwich Terhadap Karakteristik Tarik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mempunyai sifat lebih baik dari material penyusunnya. Komposit terdiri dari penguat (reinforcement) dan pengikat (matriks).

I. PENDAHULUAN. mempunyai sifat lebih baik dari material penyusunnya. Komposit terdiri dari penguat (reinforcement) dan pengikat (matriks). 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komposit merupakan hasil penggabungan antara dua atau lebih material yang berbeda secara fisis dengan tujuan untuk menemukan material baru yang mempunyai sifat lebih

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka

BAB II DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka digilib.uns.ac.id BAB II DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Serat alam sekarang telah menjadi bahan alternatif lain sebagai penguat dalam pembuatan komposit polimer. Serat alam sebagai bahan alternatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi bahan sudah berkembang sangat pesat dari tahun ke tahun sejak abad ke-20. Banyak industri yang sudah tidak bergantung pada penggunaan logam sebagai

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH Sifat Mekanis dan Sifat Fisis Komposit Berpenguat Serat Kulit Jagung dan Serbuk Gergaji Kayu Jati dengan Perbandingan Fraksi Berat 30%:70%,50%:50%,70%:30% Berskin Aluminium

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI SERAT RAMI TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL KOMPOSIT POLIESTER SERAT ALAM SKRIPSI

PENGARUH KONSENTRASI SERAT RAMI TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL KOMPOSIT POLIESTER SERAT ALAM SKRIPSI PENGARUH KONSENTRASI SERAT RAMI TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL KOMPOSIT POLIESTER SERAT ALAM SKRIPSI Oleh : AMAR BRAMANTIYO 040304005Y DEPARTEMEN METALURGI DAN MATERIAL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Dewasa ini dalam industri manufaktur penggunaan material komposit mulai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Dewasa ini dalam industri manufaktur penggunaan material komposit mulai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini dalam industri manufaktur penggunaan material komposit mulai banyak dikembangkan, pengembangan material komposit diharapkan dapat meningkatkan sifat material

Lebih terperinci

BAB XII KOMPOSIT. Gambar 1. Skematik bentuk geometrik komposit. BENTUK UKURAN KONSENTRASI DISTRIBUSI ORIENTASI

BAB XII KOMPOSIT. Gambar 1. Skematik bentuk geometrik komposit. BENTUK UKURAN KONSENTRASI DISTRIBUSI ORIENTASI BAB XII KOPOSIT Komposit adalah material multiphase yang yang dibuat oleh manusia. Phase-phase tersebut secara kimia adalah tidak sama dan dipisahkan oleh permukaan / interface yang jelas. Sebagian besar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Material, Laboratorium

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Material, Laboratorium BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Material, Laboratorium Metrologi Industri Teknik Mesin serta Laboratoium Kimia Teknik Kimia Universitas

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. 1. Pemilihan panjang serat rami di Laboratorium Material Teknik Jurusan

III. METODOLOGI PENELITIAN. 1. Pemilihan panjang serat rami di Laboratorium Material Teknik Jurusan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Pemilihan panjang serat rami di Laboratorium Material Teknik Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung. 2. Pengujian Sifat Mekanik (Kekuatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. komposit alternatif yang lain harus ditingkatkan, guna menunjang permintaan

I. PENDAHULUAN. komposit alternatif yang lain harus ditingkatkan, guna menunjang permintaan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan industri komposit di Indonesia dengan mencari bahan komposit alternatif yang lain harus ditingkatkan, guna menunjang permintaan komposit di Indonesia yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. perbedaan cara pembuatannya yaitu spesimen uji tarik dengan kode VI-1, VI-2

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. perbedaan cara pembuatannya yaitu spesimen uji tarik dengan kode VI-1, VI-2 38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Tarik Pengujian dilakukan dengan variable tiga spesimen tarik dengan perbedaan cara pembuatannya yaitu spesimen uji tarik dengan kode VI-1, VI-2 dan PM. Spesimen

Lebih terperinci

PEMBUATAN KOMPOSIT DARI SERAT SABUT KELAPA DAN POLIPROPILENA. Adriana *) ABSTRAK

PEMBUATAN KOMPOSIT DARI SERAT SABUT KELAPA DAN POLIPROPILENA. Adriana *)   ABSTRAK PEMBUATAN KOMPOSIT DARI SERAT SABUT KELAPA DAN POLIPROPILENA Adriana *) email: si_adramzi@yahoo.co.id ABSTRAK Serat sabut kelapa merupakan limbah dari buah kelapa yang pemanfaatannya sangat terbatas. Polipropilena

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH VARIASI FRAKSI VOLUME TERHADAP KEKUATAN TARIK BAHAN KOMPOSIT POLIESTER DENGAN FILLER ALAMI SERABUT KELAPA MERAH

ANALISIS PENGARUH VARIASI FRAKSI VOLUME TERHADAP KEKUATAN TARIK BAHAN KOMPOSIT POLIESTER DENGAN FILLER ALAMI SERABUT KELAPA MERAH ANALISIS PENGARUH VARIASI FRAKSI VOLUME TERHADAP KEKUATAN TARIK BAHAN KOMPOSIT POLIESTER DENGAN FILLER ALAMI SERABUT KELAPA MERAH Alwiyah Nurhayati Abstrak Serabut kelapa (cocofiber) adalah satu serat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komposit Komposit adalah suatu material yang terdiri dari campuran atau kombinasi dua atau lebih material baik secara mikro atau makro, dimana sifat material yang tersebut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Sari, dkk (2013) meneliti tentang analisis sifat kekuatan tekan dan foto mikro komposit urea formaldehyde diperkuat serat batang kedelai. Pengujian yang dilakukan

Lebih terperinci

BAHAN KOMPOSIT PENDAHULUAN HOME Komposit adalah suatu tipe material yang terjadinya karena pencampuran atau kombinasi beberapa bahan yang menghasilkan sifat-sifat tertentu yang lebih baik yang tidak dimiliki

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pendahuluan Bahan komposit merupakan bahan teknologi yang mempunyai potensi yang tinggi. Komposit dapat memberikan gabungan sifat-sifat yang berbeda - beda pada penggunaan yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. alami dan harga serat alam pun lebih murah dibandingkan serat sintetis. Selain

I. PENDAHULUAN. alami dan harga serat alam pun lebih murah dibandingkan serat sintetis. Selain 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan komposit tidak hanya komposit sintetis saja tetapi juga mengarah ke komposit natural dikarenakan keistimewaan sifatnya yang dapat didaur ulang (renewable)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat ini kebutuhan akan material yang memiliki sifat mekanik yang baik sangat banyak. Selain itu juga dibutuhkan material dengan massa jenis yang kecil serta

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEKUATAN TARIK DAN IMPAK PADA REKAYASA DAN MANUFAKTUR BAHAN KOMPOSIT HYBRID

PENINGKATAN KEKUATAN TARIK DAN IMPAK PADA REKAYASA DAN MANUFAKTUR BAHAN KOMPOSIT HYBRID C.1 PENINGKATAN KEKUATAN TARIK DAN IMPAK PADA REKAYASA DAN MANUFAKTUR BAHAN KOMPOSIT HYBRID BERPENGUAT SERAT E-GLASS DAN SERAT KENAF BERMATRIK POLYESTER UNTUK PANEL INTERIOR AUTOMOTIVE Agus Hariyanto Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan rekayasa teknologi saat ini tidak hanya bertujuan untuk membantu umat manusia, namun juga harus mempertimbangkan aspek lingkungan. Segala hal yang berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. material logam karena memiliki berbagai keuntungan yaitu memiliki berat yang

BAB I PENDAHULUAN. material logam karena memiliki berbagai keuntungan yaitu memiliki berat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan non logam saat ini banyak dimanfaatkan sebagai bahan pengganti material logam karena memiliki berbagai keuntungan yaitu memiliki berat yang lebih ringan, lebih

Lebih terperinci

Volume 1, Nomor 1 Juni 2008 Jurnal Flywheel, ISSN :

Volume 1, Nomor 1 Juni 2008 Jurnal Flywheel, ISSN : STUDY EKSPERIMENTAL PEMANFAATAN SERAT RAMI (BOEMERIA NIVEA) SEBAGAI BAHAN PENGUAT KOMPOSIT POLIMER MATRIK POLISTIREN Teguh Rahardjo Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Nasional

Lebih terperinci

STUDI PEMBUATAN KOMPOSIT ALAMI DENGAN BAHAN EBONIT DAN KENAF

STUDI PEMBUATAN KOMPOSIT ALAMI DENGAN BAHAN EBONIT DAN KENAF TUGAS AKHIR STUDI PEMBUATAN KOMPOSIT ALAMI DENGAN BAHAN EBONIT DAN KENAF Disusun : FAESAL ARDI NIM : D 200 04 0115 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA NOVEMBER 2010

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komposit adalah suatu material yang tersusun dari dua material yang disebut matriks dan penguat (reinforcement) yang dikombinasikan secara makroskopik [1]. Secara lebih

Lebih terperinci

Penyelidikan Kuat Tekan Komposit Polimer yang Diperkuat Serbuk Kayu Sebagai Bahan Baku Konstruksi Kapal Kayu

Penyelidikan Kuat Tekan Komposit Polimer yang Diperkuat Serbuk Kayu Sebagai Bahan Baku Konstruksi Kapal Kayu 25 Penyelidikan Kuat Tekan Komposit Polimer yang Diperkuat Serbuk Kayu Sebagai Bahan Baku Konstruksi Kapal Kayu Suhardiman, Asroni Mukhlis Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Bengkalis E-mail : Suhardiman@polbeng

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Sifat Mekanik 4.1.1. Kekuatan Logam Sampel logam yang diambil dari potongan pipa standar API 5L Grade B yang telah diuji dan dilakukan perbandingan data dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. material logam mendominasi dalam bidang industri (Basuki, 2008). Namun,

BAB I PENDAHULUAN. material logam mendominasi dalam bidang industri (Basuki, 2008). Namun, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini cukup maju, baik dalam bidang logam maupun non logam. Selama ini pemanfaatan material logam mendominasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini belum dimanfaatkan secara optimal dalam membuat berbagai

BAB I PENDAHULUAN. saat ini belum dimanfaatkan secara optimal dalam membuat berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Serat alam khususnya pisang yang berlimpah di Indonesia sampai saat ini belum dimanfaatkan secara optimal dalam membuat berbagai produk manufaktur. Berbagai jenis

Lebih terperinci

BAB XI KOMPOSIT. Gambar 1. Skematik bentuk geometrik komposit. BENTUK UKURAN KONSENTRASI DISTRIBUSI ORIENTASI

BAB XI KOMPOSIT. Gambar 1. Skematik bentuk geometrik komposit. BENTUK UKURAN KONSENTRASI DISTRIBUSI ORIENTASI BAB XI KOPOSIT Komposit adalah material multiphase yang yang dibuat oleh manusia. Phasephase tersebut secara kimia adalah tidak sama dan dipisahkan oleh permukaan / interface yang jelas. Sebagian besar

Lebih terperinci

MATERIAL PLASTIK DAN PROSESNYA

MATERIAL PLASTIK DAN PROSESNYA Proses Produksi I MATERIAL PLASTIK DAN PROSESNYA by Asyari Daryus Universitas Darma Persada OBJECTIVES Mahasiswa dapat menerangkan sifat dan jenis bahan plastik Mahasiswa dapat menerangkan cara pengolahan

Lebih terperinci

PENGARUH KETEBALAN SERAT PELEPAH PISANG KEPOK (Musa paradisiaca) TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL KOMPOSIT POLIESTER-SERAT ALAM

PENGARUH KETEBALAN SERAT PELEPAH PISANG KEPOK (Musa paradisiaca) TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL KOMPOSIT POLIESTER-SERAT ALAM PENGARUH KETEBALAN SERAT PELEPAH PISANG KEPOK (Musa paradisiaca) TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL KOMPOSIT POLIESTER-SERAT ALAM Noni Nopriantina, Astuti Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas Kampus Unand,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buah kabin operator yang tempat dan fungsinya adalah masing-masing. 1) Kabin operator Truck Crane

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buah kabin operator yang tempat dan fungsinya adalah masing-masing. 1) Kabin operator Truck Crane BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bagian-bagian Utama Pada Truck Crane a) Kabin Operator Seperti yang telah kita ketahui pada crane jenis ini memiliki dua buah kabin operator yang tempat dan fungsinya adalah

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Laboratorium Teknik Material 1 Modul D Uji Lentur dan Kekakuan

Laporan Praktikum Laboratorium Teknik Material 1 Modul D Uji Lentur dan Kekakuan Laporan Praktikum Laboratorium Teknik Material 1 Modul D Uji Lentur dan Kekakuan oleh : Nama : Catia Julie Aulia NIM : Kelompok : 7 Anggota (NIM) : 1. Conrad Cleave Bonar (13714008) 2. Catia Julie Aulia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang hilang serta jaringan sekitarnya (Zweemer, 1993). Penggunaan gigi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang hilang serta jaringan sekitarnya (Zweemer, 1993). Penggunaan gigi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gigi tiruan merupakan suatu alat yang dibuat untuk menggantikan gigigigi yang hilang serta jaringan sekitarnya (Zweemer, 1993). Penggunaan gigi tiruan dapat

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian rangka Rangka adalah struktur datar yang terdiri dari sejumlah batang-batang yang disambung-sambung satu dengan yang lain pada ujungnya, sehingga membentuk suatu rangka

Lebih terperinci

PENGARUH SUSUNAN LEMBARAN BILAH BAMBU TERHADAP SIFAT MEKANIS KOMPOSIT BERPENGUAT BILAH BAMBU DENGAN MATRIKS POLYESTER. Tugas Akhir

PENGARUH SUSUNAN LEMBARAN BILAH BAMBU TERHADAP SIFAT MEKANIS KOMPOSIT BERPENGUAT BILAH BAMBU DENGAN MATRIKS POLYESTER. Tugas Akhir PENGARUH SUSUNAN LEMBARAN BILAH BAMBU TERHADAP SIFAT MEKANIS KOMPOSIT BERPENGUAT BILAH BAMBU DENGAN MATRIKS POLYESTER Tugas Akhir Diajukan kepada Tim Penguji Tugas Akhir Jurusan Físika sebagai salah satu

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 14 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Uji tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji kekuatan suatu bahan/material dengan cara memberikan beban gaya yang sesumbu (Askeland, 1985). Hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan menahan kelembaban, tidak mudah terbakar, tidak. mudah berjamur, tidak berbau dan lain-lain.

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan menahan kelembaban, tidak mudah terbakar, tidak. mudah berjamur, tidak berbau dan lain-lain. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sekam padi mempunyai beberapa keunggulan seperti kemampuan menahan kelembaban, tidak mudah terbakar, tidak mudah berjamur, tidak berbau dan lain-lain. Hasil

Lebih terperinci

Impact Toughness Test. Sigit Ngalambang

Impact Toughness Test. Sigit Ngalambang Impact Toughness Test Sigit Ngalambang Definisi Ketangguhan (Toughness) Dalam ilmu material dan metalurgi, ketangguhan adalah kemampuan suatu material untuk menyerap energi pembebanan dari material tanpa

Lebih terperinci

REDESIGN DAN PEMBUATAN PINTU MOBIL LISTRIK

REDESIGN DAN PEMBUATAN PINTU MOBIL LISTRIK REDESIGN DAN PEMBUATAN PINTU MOBIL LISTRIK PROYEK AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya (A.Md) Program Studi DIII Teknik Mesin Otomotif Universitas Sebelas Maret Surakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Kayu merupakan material struktural dan banyak disediakan oleh alam dan diminati di beberapa daerah di Indonesia. Material utama pada bangunan tradisional Indonesia

Lebih terperinci

SIFAT MEKANIS KOMPOSIT BERPENGUAT BILAH BAMBU DENGAN MATRIKS POLYESTER AKIBAT VARIASI SUSUNAN

SIFAT MEKANIS KOMPOSIT BERPENGUAT BILAH BAMBU DENGAN MATRIKS POLYESTER AKIBAT VARIASI SUSUNAN PILLAR OF PHYSICS, Vol. 2. Oktober 2013, 51-58 SIFAT MEKANIS KOMPOSIT BERPENGUAT BILAH BAMBU DENGAN MATRIKS POLYESTER AKIBAT VARIASI SUSUNAN Wiwi Aprilia* ), Yenni Darvina** ) dan Ratnawulan** ) * ) Mahasiswa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 6 II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan secara garis besar pengetahuan teori yang menunjang dalam penelitian yang akan dilakukan. A. Batu Marmer Marmer adalah batuan kristalin yang berasal dari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian tarik dilakukan pada empat variasi dan masing-masing variasi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian tarik dilakukan pada empat variasi dan masing-masing variasi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengujian Tarik Pengujian tarik dilakukan pada empat variasi dan masing-masing variasi terdiri dari tiga spesimen dengan diberi tanda A-D. Adapun spesimen yang akan

Lebih terperinci

ANALISA TEKNIS KOMPOSIT SANDWICH BERPENGUAT SERAT DAUN NANAS DENGAN CORE SERBUK GERGAJI KAYU SENGON LAUT DITINJAU DARI KEKUATAN TEKUK DAN IMPAK

ANALISA TEKNIS KOMPOSIT SANDWICH BERPENGUAT SERAT DAUN NANAS DENGAN CORE SERBUK GERGAJI KAYU SENGON LAUT DITINJAU DARI KEKUATAN TEKUK DAN IMPAK ANALISA TEKNIS KOMPOSIT SANDWICH BERPENGUAT SERAT DAUN NANAS DENGAN CORE SERBUK GERGAJI KAYU SENGON LAUT DITINJAU DARI KEKUATAN TEKUK DAN IMPAK Alfikri Hidayat 1,Hartono Yudo 1, Parlindungan Manik 1) Teknik

Lebih terperinci

baku beton tersedia cukup melimpah dengan harga yang sangat murah, sehingga

baku beton tersedia cukup melimpah dengan harga yang sangat murah, sehingga BAB I PENDAHULUAN Dengan melihat perkembangan di bidang teknik sipil dewasa ini, khususnya mengenai penggunaan beton dalam struktur bangunan, maka dalam penyusunan tugas akhir ini penulis akan melakukan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PENELITIAN SIFAT FISIS DAN MEKANIS KOMPOSIT SERBUK TIMAH PEREKAT EPOXY UKURAN SERBUK 60 MESH DENGAN FRAKSI VOLUME (20, 35, 50) %

TUGAS AKHIR PENELITIAN SIFAT FISIS DAN MEKANIS KOMPOSIT SERBUK TIMAH PEREKAT EPOXY UKURAN SERBUK 60 MESH DENGAN FRAKSI VOLUME (20, 35, 50) % TUGAS AKHIR PENELITIAN SIFAT FISIS DAN MEKANIS KOMPOSIT SERBUK TIMAH PEREKAT EPOXY UKURAN SERBUK 60 MESH DENGAN FRAKSI VOLUME (20, 35, 50) % Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya menjadikan beras sebagai makanan pokoknya, serta. produksi berasnya merata di seluruh tanah air.

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya menjadikan beras sebagai makanan pokoknya, serta. produksi berasnya merata di seluruh tanah air. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris yang mayoritas penduduknya menjadikan beras sebagai makanan pokoknya, serta produksi berasnya merata di seluruh tanah air. Berdasarkan

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL SERAT PADA BAHAN FIBERGLASS TERHADAP KEKUATAN, KETANGGUHAN, DAN KEKERASAN MATERIAL. Oleh : WENDY TRIADJI NUGROHO *) ABSTRAK

PENGARUH MODEL SERAT PADA BAHAN FIBERGLASS TERHADAP KEKUATAN, KETANGGUHAN, DAN KEKERASAN MATERIAL. Oleh : WENDY TRIADJI NUGROHO *) ABSTRAK PENGARUH MODE SERAT PADA BAHAN FIBERGASS TERHADAP KEKUATAN, KETANGGUHAN, DAN KEKERASAN MATERIA Oleh : WENDY TRIADJI NUGROHO *) ABSTRAK Fiberglass merupakan bahan yang sudah dikenal luas penggunaanya. Ia

Lebih terperinci