BAB II DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka
|
|
- Yenny Cahyadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 digilib.uns.ac.id BAB II DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Serat alam sekarang telah menjadi bahan alternatif lain sebagai penguat dalam pembuatan komposit polimer. Serat alam sebagai bahan alternatif karena memiliki beberapa kelebihan dari serat sintetis, yaitu densitas yang rendah, harganya yang murah, tidak beracun, proses yang mudah, ramah lingkungan dan dapat diperbarui. Komposit serat alam telah banyak digunakan untuk beberapa industri otomotif, konstruksi dan beberapa perlengkapan tentara dll. Penelitian tentang komposit serat alam telah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti tentang kekuatan mekanik dari komposit serat alam dan bagaimana serat alam dapat dipakai dengan polimer matrik yang lainnya. Semua penelitian yang telah dilakukan menekankan bahwa kekuatan dari komposit tergantung pada ikatan antarmuka antara serat alam dan matrik polimernya. Adhesi antara serat sebagai penguat dan matriknya memerankan peran yang penting dalam kekuatan mekanik suatu komposit karena perpindahan gaya atau beban antara matrik dan serat ditentukan dari efisensi dari penguatnya (Maheswar, dkk., 2012). Serat yang mempunyai ikatan antarmuka yang rendah dengan matrik, maka perpindahan beban dari matrik ke serat tidak akan bagus. Perpindahan beban yang tidak baik akan mengakibatkan rendahnya sifat mekanik komposit. Benzeou, dkk., (2012), pada penelitiannya mengatakan bahwa komposit tanpa kandungan silane coupling agent mempunyai kekuatan terendah. Pada penelitiannya tentang komposit waste fibre cement matrix, matriknya mempunyai ikatan yang lemah dengan seratnya. Hal serupa juga dikatakan oleh Anuar, dkk., (2011), penelitiannya tentang komposit kenaf bast fibre PP MAPP mengatakan komposit terendah pada komposit tanpa kandungan coupling agent. Adhesi antarmuka pada komposit rendah bila tidak ada penambahan coupling agent. Perbaikan ikatan antarmuka antara serat dan matriknya dapat dilakukan dengan cara memodifikasi permukaan serat secara perlakuan kimia. Salah satu cara perlakuan kimia yang dapat commit dilakukan to user adalah dengan penambahan silane 4
2 digilib.uns.ac.id 5 coupling agent. Penambahan silane coupling agent dapat dengan merendam serat pada larutan silane coupling agent dengan konsentrasi tertentu atau dengan penambahan silane coupling agent pada matriknya (Mohanty, dkk., 2005). Silane adalah senyawa kimia dengan rumus kimia SiH 4. Silane digunakan sebagai coupling agent agar serat alam dapat berikatan dengan matrik polimer, sehingga menstabilkan material komposit. Silane coupling agent dapat mengurangi jumlah gugus hidroksil selulosa dalam antarmuka serat dan matrik (Akil, dkk., 2011). Pada suatu kelembaban, kelompok alkoksi terhidrolisis mengarah pada pembentukan silanol. Silanol kemudian bereaksi dengan gugus hidroksil dari serat, membentuk ikatan kovalen yang stabil dengan dinding sel. Pelakuan silane juga dapat meningkatkan kekuatan mekanik komposit, mengurangi efek kelembapan pada kekuatan komposit dan meningkatkan adhesi (Mohanty, dkk., 2005). Perlakuan silane telah dikenalkan dalam beberapa penelitian yang telah dilakukan. Hasil yang memuaskan didapat pada komposit dengan perlakuan silane, dalam hal adhesi antarmuka antara serat dan matrik polimer. Penelitian terhadap pengaruh penambahan silane coupling agent terhadap komposit telah banyak dilakukan. Benzour, dkk., (2012) melakukan penelitian tentang perlakuan serat dengan perlakuan silane coupling agent pada komposit sisa fiber dan matrik semen. Fiber direndam pada larutan silane coupling agent dengan presentase kandungan silane coupling agent antara 0%-1% selama 1 jam, ph dijaga pada 3.5 dengan asam asetat. Kekuatan tertinggi pada presentase kandungan silane coupling agent 0.50%. Kandungan silane coupling agent 0.50%, silane coupling agent dapat menyebar dengan merata di permukaan serat, sehingga penyebaran matrik lebih merata. Penelitian dengan menggunakan silane coupling agent juga dilakukan oleh Gharbi, dkk., (2014) pada penelitiannya sisa kacang olive direndam pada larutan presentase silane coupling agent 3%, ph dijaga pada dengan asam asetat direndam selama 3 jam. Kekuatan bending komposit tanpa perlakuan adalah 40 Mpa. Perlakuan serat dengan silane coupling agent meningkatkan kekuatan bending dari komposit sebesar 10% terhadap kekuatan bending komposit tanpa perlakuan silane coupling agent. Perlakuan serat dengan silane coupling agent meningkatkan ikatan antarmuka, sehingga meningkatkan kekuatan mekanik pada commit komposit. to user
3 digilib.uns.ac.id 6 Asumani, dkk., (2012) meneliti tentang pengaruh perlakuan serat dengan perlakuan alkali dan silane coupling agent terhadap kekuatan komposit kenaf polypropylene. Pada penelitian ini mat serat kenaf direndam pada larutan silane coupling agent dengan konsentrasi larutan 5%, ph dijaga pada angka 4 5 dengan asam asetat. Mat serat kenaf direndam dalam larutan selama 4 jam. Pada penelitian ini perendaman pada larutan silane coupling agent meningkatkan kekuatan tarik sebesar 59% dan kekuatan bending meningkat 50%. Hal ini disebabkan meningkatnya kekuatan tarik antarmuka, sehingga serat berfungsi dengan baik sebagai penguat. Penelitian tentang coupling agent juga dilakukan oleh Anuar, dkk., (2011). Anuar, dkk., (2011) melakukan penelitian komposit serat kenaf PP MAPP, dengan penambahan coupling agent MAPP ke dalam matrik meningkatkan kekuatan mekanik dari komposit. Khususnya untuk kekuatan impak meningkat 136% dari komposit tanpa coupling agent. Kuatnya ikatan antarmuka dan adhesi antara matrik dan serat mengurangi mobilitas dari polimer dan mencegah serat mengalami pull out dari matrik. 2.2 Kajian Teori Komposit Komposit Kata komposit (composite) merupakan kata sifat yang berarti susunan atau gabungan. Composite berasal dari kata kerja to compos yang berarti menyusun atau menggabung. Jadi secara sederhana, bahan komposit berarti bahan gabungan yang tersusun dari dua atau lebih bahan yang berlainan kemudian digabung atau dicampur secara makroskopis. Penggabungan dua material atau lebih tersebut dibedakan menjadi dua macam antara lain (Gibson, 1994): 1. Penggabungan makro, yang memiliki ciri-ciri antara lain : a. Mudah dibedakan secara langsung dengan cara melihat. b. Penggabungannya lebih secara fisis dan mekanis. c. Penggabungannya dapat dipisahkan secara fisis ataupun secara mekanis. d. Contoh : Glass Fiber Reinforced Plastic (GFRP).
4 digilib.uns.ac.id 7 2. Penggabungan mikro, yang memiliki ciri-ciri antara lain : a. Tidak dapat dibedakan dengan cara melihat secara langsung. b. Penggabunganya lebih secara kimiawi. c. Penggabungannya tidak dapat dipisahkan secara fisis dan mekanis, tetapi dapat dilakukan secara kimiawi. d. Contoh : Logam paduan, besi cor, baja dan lain-lain. Penggabungan material ini dimaksudkan untuk menemukan atau mendapatkan material baru yang mempunyai sifat antara material penyusunnya. Sifat material hasil penggabungan ini diharapkan saling memperbaiki kelemahan dan kekurangan bahan-bahan penyusunnya. Adapun beberapa sifat-sifat yang dapat diperbaiki antara lain kekuatan, kekakuan, ketahanan korosi, ketahanan lelah, ketahanan pemakaian, berat jenis, pengaruh terhadap temperatur (Jones, 1999). Karakteristik dan sifat komposit dipengaruhi oleh material-material yang menyusunnya. Dalam hal ini susunan struktur dan interaksi antar unsur-unsur penyusunnya. Interaksi antar unsur-unsur penyusun komposit, yaitu serat dan matrik sangat berpengaruh terhadap kekuatan ikatan antarmuka (interfacial strength). Kekuatan ikatan antarmuka yang optimal antara matrik dan serat merupakan aspek yang penting dalam penunjukan sifat-sifat mekanik komposit (Gibson, 1994) Komposit Serat Acak (Randomly Oriented Discontinuous Fibers) Komposit serat acak tidak sekuat bila dibandingkan dengan komposit berserat panjang dan komposit serat acak tidak dapat digunakan sebagai bahan utama untuk pembuatan pesawat terbang. Komposit serat acak banyak digunakan dalam aplikasi lain. Contohnya, pembuatan komponen yang banyak terdapat lekukan, komposit serat acak cocok sebagai bahan utama. Komposit serat acak dapat dibuat dengan bentuk yang diinginkan dan serat acak dapat dicampur dengan matriknya sehingga tidak akan merusak serat sebagai penguat. Komposit serat acak sering digunakan pada produksi dengan volume besar karena faktor biaya manudakturnya yang lebih murah. Kekurangan dari jenis serat acak adalah sifat mekanik yang masih dibawah dari penguatan dengan serat lurus (Gibson, 1994).
5 digilib.uns.ac.id 8 Berdasarkan arah orientasi dari serat acak yang digunakan dalam membuat komposit, serat acak dibagi menjadi dua bagian yaitu serat acak dua dimensi dan serat acak tiga dimensi. Serat acak dua dimensi adalah serat yang mempunyai panajng lebih panjang dari tebal komposit, sehingga posisi serat acak berarah dua dimensi. Serat acak tiga dimensi adalah serat yang mempunyai panjang lebih pendek dari tebal komposit, sehingga posisi serat acak berarah tiga dimensi. Seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.1 (Gibson,1994). (a) (b) Gambar 2.1 Gambar serat acak : (a). tiga dimensi; (b). dua dimensi. Komposit dengan serat acak seperti bulu ataupun serat mikro termasuk dalam komposit serat acak tiga dimensi. Namun, kebanyakan pembuatan komponen panel serat acak banyak yang mempunyai panjang serat lebih panjang dibandingkan dengan tebal komposit tersebut Matrik Matrik berfungsi sebagai pengikat bahan pengisi dengan tidak terjadi ikatan secara kimia. Bahan matrik meneruskan tegangan kepada partikel pengisi sehingga ketahanan bahan kompsoit bertambah. Bahan matrik dapat berupa logam, keramik, polimer dan lain lain. Matrik memiliki fungsi (Gibson, 1994): a. Mengikat serat menjadi satu kesatuan struktur b. Melindungi serat dari kerusakan akibat kondisi lingkungan c. Mentransfer dan mendistribusikan beban ke serat d. Menyumbangkan beberapa sifat seperti, kekakuan, ketangguhan dan tahanan listrik. 2.3 Polypropylene Polypropylene merupakan polimer kristalin yang dihasilkan dari proses polimerisasi gas propilena. Polypropylene jenis plastik yang mempunyai densitas paling rendah, yaitu g/cm 3 commit. Titik to lebur user dari polypropylene adalah 165 o C
6 digilib.uns.ac.id 9 (Billmeyer, 1989). Polypropylene mempunyai ketahanan terhadap bahan kimia yang tinggi, tetapi ketahanan pukulnya (Impact strength) rendah. 2.4 Serat Kenaf Serat kenaf merupakan salah satu serat alam yang digunakan sebagai penguat dalam pembuatan komposit dengan matrik polimer. Kenaf (Hibiscus cannabinus,l., family Malvaca) merupakan salah satu bahan penting yang banyak digunakan dalam komposit dan aplikasi industri lainnya. Kenaf dalam 3 bulan setelah menabur benih dapat tumbuh mencapai ketinggian 3 meter dalam berbagai cuaca dengan diameter dasar batang mencapai 3-5 cm (Akil, dkk., 2011). Kenaf memiliki kandungan selulosa 70%, lignin 2.8% dan hemiselulosa 27.2%. Karakteristik kenaf tergantung dari tempat tumbuh, musim dan kadar air. Kenaf banyak digunakan pada pabrik tekstil sebagai bahan pembuat karung yang dipakai untuk mengepak hasil pertanian dan industri, selain itu kenaf juga dapat dibuat menjadi benang ikat dan tali Beberapa keuntungan dalam penggunaan serat alam sebagai penguat dalam pembuatan komposit serat alam, khususnya kenaf. Kenaf merupakan sumber selulosa dengan keuntungan ekonomi dan ekologis. Kenaf mempunyai massa jenis yang rendah, mempunyai sifat mekanik yang tinggi dan biodegradasi. 2.5 Silane Coupling Agent Silane coupling agent adalah zat kimia tambahan yang mempunyai kemampuan untuk membentuk ikatan yang lebih kuat antara material organik dan material non organik. Silane coupling agent merupakan salah satu bahan tambahan guna meningkatkan adhesi serat terhadap matriknya. Komposit serat alam dengan gabungan coupling agent menunjukkan kekuatan tarik lebih tinggi dibandingkan komposit tanpa coupling agent pada jumlah serat yang sama. Pernyataan tersebut telah dibuktikan dalam beberapa penelitian, diantaranya Thamae dan Baillie ( 2007 ), Prasetyo ( 2013 ) dan Asumani (2012). Bentuk umum dari silane coupling agent biasanya secara fungsional menunjukkan dua kelas. Struktur umumnya adalah R (CH 2 )n Si X 3, merupakan sebuah molekul yang multifungsi yang salah satunya bereaksi dengan selulosa yang berada dipermukaan serat dan salah satu sisinya dengan fase polimer. Grup R adalaah kelompok commit organofungsional to user yang bereaksi dengan
7 digilib.uns.ac.id 10 matrik, (CH 2 )n merupakan penghubung, Si adalah atom silikon dan grup X adalah grup yang menghidrolisis untuk membentuk kelompok silanol dalam larutan dan ini bereaksi dengan gugus hidroksil dari selulosa yang berada dipermukaan serat. R (CH 2 )n Si Gambar 2.2. Struktur ikatan silane (Sumber : Gelest, 2006) X X X Gambar 2.1 menunjukkan mekanisme pengikatan dari silane coupling agent. Interface kedua zat berinteraksi secara komplek terhadap faktor faktor fisik dan kimia. Sebagian besar organosilane banyak yang memiliki satu unsur organik dan tiga unsur yang terhidrolisis. Grup R itu terdiri dari beberapa macam seperti, aminopropyl, vynil, methacreloxypropyne dan lain-lain. Grup X itu terdiri dari beberapa macam seperti, chloro, methoxy, ethoxy dan lain-lain. Sangat penting bahwa untuk grup R dipilih sesuai dengan fungsinya sehingga mereka dapat bereaksi dengan fungsional dalam resin. Pada grup X harus dipilih yang sesuai sehingga bisa menghidrolisis untuk memungkinkan bereaksi antara silane dan grup OH pada permukaan selulosa. Saat serat kering, kondensasi secara terbalik menempati antara silanol dan grup OH pada permukaan selulosa, membentuk lapisan polysiloxane, yang terikat pada permukaan selulosa. Permukaan selulosa yang telah terlapisi silane bersentuhan dengan resin (matrik), grup R pada permukaan serat bereaksi dengan gugus fungsi dari polimer resin, maka akan membentuk ikatan yang kovalen yang stabil dengan polimer. Apabila semua reaksi ini terjadi, maka silane coupling agent akan berfungsi sebagai jembatan untuk memperkuat ikatan antara permukaan selulosa serat dan resin (matrik) dengan rantai ikatan primer yang kuat. Gambar 2.2 menunjukkan ilustrasi gambaran ikatan antra silane coupling agent, selulosa, dan resin polimer.
8 digilib.uns.ac.id Teori Pengujian Tarik Pengujian tarik adalah pengujian mekanik secara statis dengan cara sampel ditarik dengan pembebanan pada kedua ujungnya dimana gaya tarik yang diberikan sebesar gaya patahan (P). Bertujuan untuk mengetahui sifat-sifat mekanik tarik dari komposit yang diuji. Pertambahan panjang ( l) yang terjadi akibat gaya tarikan yang diberikan pada sampel uji disebut deformasi. Uji tarik ini menggunakan ASTM D638. Spesimen uji tarik pada ASTM D638 menggunakan bentuk dog bone dengan ukuran standar seperti pada Gambar 2.3. Laju kecepatan dari penarikan spesimen dengan dimensi sesuai dengan gambar 2.3 adalah 5 mm/menit atau 0.2 inch/menit. Gambar 2.3. Spesimen Uji Tarik Type 1 Regangan merupakan ukuran keuletan suatu bahan yang harganya biasanya dinyatakan dalam persen : (2.1) ε = regangan (%) l = Pertambahan panjang (mm) l 0 l = Panjang mula-mula (mm) = Panjang akhir (mm)
9 digilib.uns.ac.id 12 Perbandingan gaya pada sampel terhadap luas penampang lintang pada saat pemberian gaya tegangan (stress). Tegangan tarik maksimum suatu bahan ditetapkan dengan membagi gaya tarik maksimum dengan luas penampang mulamula. Adapun persamaannya adalah : (2.2) σ = Tegangan patahan (N/m 2 ) P = Gaya patahan (N) A = Luas penampang awal (m 2 ) 2.7 Teori Pengujian Bending Sifat komposit dapat dilihat juga dari kekuatan bending sehingga dapat diketahui kekuatan bending terbesar yang dapat diterima akibat pembebanan luar tanpa mengalami deformasi yang besar atau kegagalan. Akibat kekuatan bending, pada bagian atas spesimen akan mengalami tekanan, dan bagian bawah akan mengalami tegangan tarik. Komposit akan mengalami patah pada bagian bawah yang disebabkan karena tidak mampu menahan tegangan tarik yang diterima. Kekuatan bending dapat diketahui dengan mengacu ASTM D790 dengan bentuk dan gambar spesimen seperti pada Gambar 2.4. Kecepatan dalam pengujian bending yang digunakan adalah 2 mm/menit (ASTM D790). P d L b Gambar 2.4. Three point bending Kekuatan bending ditentukan oleh MOR (Modulus of Rupture). Rumus untuk menghitung MOR adalah (ASTM D790) 3PL MOR = (2.3) 2 2bd
10 digilib.uns.ac.id 13 MOR = modulus of rupture ( pembebanan dari tengah), MPa P = beban bending maksimal, N L = panjang jarak tumpuan, mm b = lebar spesimen, mm d = tebal spesimen, mm 2.8 Teori Pengujian Impak Perhitungan kekuatan impak mengacu pada ASTM D5941. Pengujian impak menggunakan spesimen tanpa takikan. Kekuatan impak dapat diketahui dahulu dengan menghitung energi yang diserap oleh benda (W), yaitu selisih energi potensial pendulum sebelum dan sesudah mengenai benda. (ASTM D5941). Rumus yang digunakan adalah : W=[w.R.(cosβ cosα)] (2.4) W = berat pendulum (N) = m. g R = jarak dari pusat rotasi pendulum ke pusat massa (m) Β = sudut pantul lengan ayun α = sudut naik awal lengan ayun Bila pada kondisi pendulum diayunkan bebas (tanpa mengenai benda uji) sudut pantul lengan ayun lebih kecil daripada sudut naiknya berarti terdapat gesekan, maka nilai W dikurangi dengan energi gesekan (W gesek ). Jadi, persamaan untuk menghitung energi total yang diserap oleh benda (W) adalah: (ASTM D5941) W = W spesimen W gesek W = w.r.(cos β cos β ) (2.5) β = sudut pantul lengan ayun tanpa mengenai benda
11 digilib.uns.ac.id 14 Maka, perhitungan nilai kekuatan impak benda uji adalah sebagai berikut: (ASTM D5941) W h b 3 a iu 10 2 m J (2.6) h = ketebalan benda uji (m) b = lebar benda uji (m) 2.9 Teori Densitas Komposit Perhitungan densitas komposit mengacu pada ASTM D792. Perhitungan densitas digunakan untuk mengetahui densitas suatu material. Densitas atau massa jenis adalah pengukuran massa setiap satuan volume benda. Densitas teoritis komposit dihitung menggunakan rumus (ASTM D792) : sp = (a.d)/(a-b) (2.7) sp = Specific gravity (g/cm 3 ) a = massa spesimen di udara (g) b = massa spesimen dalam fluida (g) d = Spesifik gravity fluida (g/cm 3 ) 2.10 Teori Void Void atau rongga adalah ruang yang terbentuk dalam proses pembuatan komposit. Void terbentuk karena adanya udara yang terperangkap dalam komposit. Void yang besar menunjukkan kemampuan yang rendah dari matrik untuk mengisi rongga dari pengisi atau penguat. Rumus perhitungan void (ASTM D2374) : V : 100 (Td-Md)/Td (2.8) V = Kandungan void, volume % Td = Densitas teoritis komposit (g/cm 3 ) Md = Hasil pengukuran densitas (g/cm 3 )
12 digilib.uns.ac.id 15 Rumus perhitungan densitas teoritis adalah ( ASTM D2374): T : 100/(R/D + r/d) (2.9) T = Densitas teoritis komposit (g/cm 3 ) R = Komposit resin dalam komposit (%) D = Densitas resin (g/cm 3 ) r = Komposisi penguat atau pengisi dalam komposit (%) d = densitas penguat atau pengisi (g/cm 3 )
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi bahan sudah berkembang sangat pesat dari tahun ke tahun sejak abad ke-20. Banyak industri yang sudah tidak bergantung pada penggunaan logam sebagai
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Diameter Serat Diameter serat adalah diameter serat ijuk yang diukur setelah mengalami perlakuan alkali, karena pada dasarnya serat alam memiliki dimensi bentuk
Lebih terperinciPENGARUH KONSENTRASI SILANE COUPLING AGENT TERHADAP SIFAT TARIK KOMPOSIT SERAT KENAF-POLYPROPYLENE
Pengaruh Konsentrasi Silane Coupling Agent terhadap Sifat Tarik... PENGARUH KONSENTRASI SILANE COUPLING AGENT TERHADAP SIFAT TARIK KOMPOSIT SERAT KENAF-POLYPROPYLENE Alip Astabi 1, Wijang Wisnu Raharjo
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Material untuk rekayasa struktur terbagi menjadi empat jenis, diantaranya logam, keramik, polimer, dan komposit (Ashby, 1999). Material komposit merupakan alternatif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan material komposit dalam bidang teknik semakin meningkat seiring meningkatnya pengetahuan karakteristik material ini. Material komposit mempunyai banyak keunggulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan material di dunia industri khususnya manufaktur semakin lama semakin meningkat. Material yang memiliki karakteristik tertentu seperti kekuatan, keuletan,
Lebih terperinciPENGARUH KEKUATAN BENDING DAN TARIK BAHAN KOMPOSIT BERPENGUAT SEKAM PADI DENGAN MATRIK UREA FORMALDEHIDE
PENGARUH KEKUATAN BENDING DAN TARIK BAHAN KOMPOSIT BERPENGUAT SEKAM PADI DENGAN MATRIK UREA FORMALDEHIDE Harini Program Studi Teknik Mesin Universitas 17 agustus 1945 Jakarta yos.nofendri@uta45jakarta.ac.id
Lebih terperinciKekuatan tarik komposit lamina berbasis anyaman serat karung plastik bekas (woven bag)
Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 8, No.2, Mei 2017 1 Kekuatan tarik komposit lamina berbasis anyaman serat karung plastik bekas (woven bag) Heri Yudiono 1, Rusiyanto 2, dan Kiswadi 3 1,2 Teknik Mesin, Fakultas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Menurut penelitian Hartanto (2009), serat rami direndam pada NaOH 5%
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Menurut penelitian Hartanto (2009), serat rami direndam pada NaOH 5% selama 2 jam, 4 jam, 6 jam dan 8 jam. Hasil pengujian didapat pengaruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Perkembangan bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dalam industri mulai menyulitkan bahan konvensional seperti logam untuk memenuhi keperluan aplikasi baru. Penggunaan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. alami dan harga serat alam pun lebih murah dibandingkan serat sintetis. Selain
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan komposit tidak hanya komposit sintetis saja tetapi juga mengarah ke komposit natural dikarenakan keistimewaan sifatnya yang dapat didaur ulang (renewable)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan rekayasa teknologi saat ini tidak hanya bertujuan untuk membantu umat manusia, namun juga harus mempertimbangkan aspek lingkungan. Segala hal yang berkaitan
Lebih terperinciPENGARUH PERLAKUAN ALKALI TERHADAP SIFAT MEKANIK KOMPOSIT KENAF - POLYPROPYLENE
PENGARUH PERLAKUAN ALKALI TERHADAP SIFAT MEKANIK KOMPOSIT KENAF - POLYPROPYLENE SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Oleh : KOMANG TRISNA ADI PUTRA NIM. I1410019
Lebih terperinciGambar 7. Jenis-jenis serat alam.
III. TINJAUAN PUSTAKA A. Serat Alam Penggunaan serat alam sebagai bio-komposit dengan beberapa jenis komponen perekatnya baik berupa termoplastik maupun termoset saat ini tengah mengalami perkembangan
Lebih terperinciKata kunci : Serat batang pisang, Epoxy, Hand lay-up, perbahan temperatur.
KARAKTERISTIK EFEK PERUBAHAN TEMPERATUR PADA KOMPOSIT SERAT BATANG PISANG DENGAN PERLAKUAN NaOH BERMETRIK EPOXY Ngafwan 1, Muh. Al-Fatih Hendrawan 2, Kusdiyanto 3, Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Energi yang terserap rata-rata (J) BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dari hasil pengujian Impak dan Tarik dari lima jenis spesimen dengan variasi penyusunan arah serat pandan berduri dengan perlakuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saat ini belum dimanfaatkan secara optimal dalam membuat berbagai
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Serat alam khususnya pisang yang berlimpah di Indonesia sampai saat ini belum dimanfaatkan secara optimal dalam membuat berbagai produk manufaktur. Berbagai jenis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu material yang sangat penting bagi kebutuhan manusia adalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu material yang sangat penting bagi kebutuhan manusia adalah logam. Seiring dengan jaman yang semakin maju, kebutuhan akan logam menjadi semakin tinggi.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3. 1. DIAGRAM ALIR PENELITIAN Dikeringkan, Dipotong sesuai cetakan Mixing Persentase dengan Rami 15,20,25,30,35 %V f Sampel Uji Tekan Sampel Uji Flexural Sampel Uji Impak Uji
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penggunaan sambungan material komposit yang telah. banyak menggunakan jenis sambungan mekanik dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan sambungan material komposit yang telah dilakukan banyak menggunakan jenis sambungan mekanik dan sambungan ikat, tetapi pada zaman sekarang para rekayasawan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan data statistik Kehutanan (2009) bahwa hingga tahun 2009 sesuai dengan ijin usaha yang diberikan, produksi hutan tanaman mencapai 18,95 juta m 3 (HTI)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Resin akrilik polimerisasi panas berbahan polimetil metakrilat masih
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Resin akrilik polimerisasi panas berbahan polimetil metakrilat masih digunakan sebagai bahan basis gigi tiruan dibidang kedokteran gigi karena resin akrilik mempunyai sifat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beton Beton sebagai bahan yang berasal dari pengadukan bahan-bahan susun agregat kasar dan halus kemudian diikat dengan semen yang bereaksi dengan air sebagai bahan perekat,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mempunyai sifat lebih baik dari material penyusunnya. Komposit terdiri dari penguat (reinforcement) dan pengikat (matriks).
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komposit merupakan hasil penggabungan antara dua atau lebih material yang berbeda secara fisis dengan tujuan untuk menemukan material baru yang mempunyai sifat lebih
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kekuatan Tarik Komposit Partikel Tempurung Kelapa
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kekuatan Tarik Komposit Partikel Tempurung Kelapa Untuk mengetahui nilai kekuatan tarik dari komposit maka perlu di lakukan pengujian kekuatan tarik pada komposit tersebut.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diakibatkan banyaknya pencemaran lingkungan, maka. kebutuhan industri sekarang ini lebih mengutamakan bahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan meningkatnya pemanasan global yang diakibatkan banyaknya pencemaran lingkungan, maka kebutuhan industri sekarang ini lebih mengutamakan bahan
Lebih terperinciPRESENTASI TUGAS AKHIR PENGARUH SIFAT MEKANIK TERHADAP PENAMBAHAN BUBBLE GLASS, CHOPPED STRAND MAT DAN WOVEN ROVING PADA KOMPOSIT BENTUK POROS
PRESENTASI TUGAS AKHIR PENGARUH SIFAT MEKANIK TERHADAP PENAMBAHAN BUBBLE GLASS, CHOPPED STRAND MAT DAN WOVEN ROVING PADA KOMPOSIT BENTUK POROS Oleh : EDI ARIFIYANTO NRP. 2108 030 066 Dosen Pembimbing Ir.
Lebih terperinciPENINGKATAN KEKUATAN TARIK DAN IMPAK PADA REKAYASA DAN MANUFAKTUR BAHAN KOMPOSIT HYBRID
C.1 PENINGKATAN KEKUATAN TARIK DAN IMPAK PADA REKAYASA DAN MANUFAKTUR BAHAN KOMPOSIT HYBRID BERPENGUAT SERAT E-GLASS DAN SERAT KENAF BERMATRIK POLYESTER UNTUK PANEL INTERIOR AUTOMOTIVE Agus Hariyanto Jurusan
Lebih terperinciJurusan Teknik Mesin, Universitas Brawijaya Jl. MT Haryono 167, Malang
Karakteristik Kekuatan Bending dan Impact akibat Variasi Unidirectional Pre-Loading pada serat penguat komposit Polyester Tjuk Oerbandono*, Agustian Adi Gunawan, Erwin Sulistyo Jurusan Teknik Mesin, Universitas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Konstruksi dari beton banyak memiliki keuntungan yakni beton termasuk tahan aus dan tahan terhadap kebakaran, beton sangat kokoh dan kuat terhadap beban gempa bumi, getaran,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan berkembangnya teknologi pembuatan komposit polimer yaitu dengan merekayasa material pada saat ini sudah berkembang pesat. Pembuatan komposit polimer tersebut
Lebih terperinciStudi Experimental Pengaruh Fraksi Massa dan Orientasi Serat Terhadap Kekuatan Tarik Komposit Berbahan Serat Nanas
Studi Experimental Pengaruh Fraksi Massa dan Orientasi Serat Terhadap Kekuatan Tarik Komposit Berbahan Serat Nanas Andi Saidah, Helmi Wijanarko Program Studi Teknik Mesin,Fakultas Teknik, Universitas 17
Lebih terperinciKategori Sifat Material
1 TIN107 Material Teknik Kategori Sifat Material 2 Fisik Mekanik Teknologi Kimia 6623 - Taufiqur Rachman 1 Sifat Fisik 3 Kemampuan suatu bahan/material ditinjau dari sifat-sifat fisikanya. Sifat yang dapat
Lebih terperinciPembebanan Batang Secara Aksial. Bahan Ajar Mekanika Bahan Mulyati, MT
Pembebanan Batang Secara Aksial Suatu batang dengan luas penampang konstan, dibebani melalui kedua ujungnya dengan sepasang gaya linier i dengan arah saling berlawanan yang berimpit i pada sumbu longitudinal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Serat batang pisang kepok(musa paradisiaca) pada umumnya hanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Serat batang pisang kepok(musa paradisiaca) pada umumnya hanya sebagai limbah yang tidak dimanfaatkan, padahal serat batang pisang biasanya dimanfaatkan sebagai bahan
Lebih terperinci= nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = rataan umum α i ε ij
5 Pengujian Sifat Binderless MDF. Pengujian sifat fisis dan mekanis binderless MDF dilakukan mengikuti standar JIS A 5905 : 2003. Sifat-sifat tersebut meliputi kerapatan, kadar air, pengembangan tebal,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. perbedaan cara pembuatannya yaitu spesimen uji tarik dengan kode VI-1, VI-2
38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Tarik Pengujian dilakukan dengan variable tiga spesimen tarik dengan perbedaan cara pembuatannya yaitu spesimen uji tarik dengan kode VI-1, VI-2 dan PM. Spesimen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dewasa ini perkembangan material komposit di bidang rekayasa sangat pesat. Pemanfaatannya sebagai bahan pengganti logam sudah semakin luas, seperti untuk peralatan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pendahuluan Bahan komposit merupakan bahan teknologi yang mempunyai potensi yang tinggi. Komposit dapat memberikan gabungan sifat-sifat yang berbeda - beda pada penggunaan yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi komposit saat ini sudah mengalami pergeseran dari bahan komposit berpenguat serat sintetis menjadi bahan komposit berpenguat serat alam. Teknologi
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Uji Tarik Serat Tunggal Hasil uji tarik serat tunggal pada rami bertujuan untuk mengetahui tegangan maksimal pada setiap perendaman NaOH 5 % mulai dari 0, 2, 4, dan
Lebih terperinciPENGARUH PERLAKUAN ALKALI PADA REKAYASA BAHAN KOMPOSIT BERPENGUAT SERAT RAMI BERMATRIK POLIESTER TERHADAP KEKUATAN MEKANIS
PENGARUH PERLAKUAN ALKALI PADA REKAYASA BAHAN KOMPOSIT BERPENGUAT SERAT RAMI BERMATRIK POLIESTER TERHADAP KEKUATAN MEKANIS Agus Hariyanto Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A.Yani Tromol
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Menurut Badan Standardisasi Nasional (2010) papan partikel merupakan
TINJAUAN PUSTAKA Papan Partikel Menurut Badan Standardisasi Nasional (2010) papan partikel merupakan papan yang terbuat dari bahan berlignoselulosa yang dibuat dalam bentuk partikel dengan menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Material komposit merupakan material yang tersusun dari sedikitnya dua macam material yang memiliki sifat fisis yang berbeda yakni sebagai filler atau material penguat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi rekayasa material serta berkembangnya isu lingkungan hidup menuntut terobosan baru dalam menciptakan material yang berkualitas tinggi dan ramah lingkungan.
Lebih terperinciPENGARUH PERLAKUAN ALKALI TERHADAP KEKUATAN TARIK BAHAN KOMPOSIT SERAT RAMBUT MANUSIA
PENGARUH PERLAKUAN ALKALI TERHADAP KEKUATAN TARIK BAHAN KOMPOSIT SERAT RAMBUT MANUSIA Muh Amin* dan Samsudi Raharjo** *, **)Dosen S1 Teknik Mesin Universitas Muhammadyah Semarang e-mail: amin.unimus@gmail.com,
Lebih terperinciPengaruh Variasi Fraksi Volume, Temperatur, Waktu Curing dan Post-Curing Terhadap Karakteristik Tekan Komposit Polyester - Hollow Glass Microspheres
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F 196 Pengaruh Variasi Fraksi Volume, Temperatur, Waktu Curing dan Post-Curing Terhadap Karakteristik Tekan Komposit Polyester
Lebih terperinciLOGO KOMPOSIT SERAT INDUSTRI KREATIF HASIL PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN
LOGO KOMPOSIT SERAT INDUSTRI KREATIF HASIL PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN PENDAHULUAN Komposit adalah suatu material yang terbentuk dari kombinasi dua atau lebih material, dimana akan terbentuk material yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar belakang Dengan meningkatnya perkembangan industri otomotif dan manufaktur di Indonesia, dan terbatasnya sumber energi mendorong para rekayasawan berusaha menurunkan berat mesin,
Lebih terperinciSTUDI PEMBUATAN KOMPOSIT ALAMI DENGAN BAHAN EBONIT DAN KENAF
TUGAS AKHIR STUDI PEMBUATAN KOMPOSIT ALAMI DENGAN BAHAN EBONIT DAN KENAF Disusun : FAESAL ARDI NIM : D 200 04 0115 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA NOVEMBER 2010
Lebih terperinciakan sejalan dengan program lingkungan pemerintah yaitu go green.
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya, masyarakat Indonesia masih memahami bahwa serat alam tidak terlalu banyak manfaatnya, bahkan tidak sedikit yang menganggapnya sebagai bahan yang tak berguna
Lebih terperinciUpaya Peningkatan Kualitas Sifat Mekanik Komposit Polyester Dengan Serat Bundung (Scirpus Grossus) Erwin a*, Leo Dedy Anjiu a
Upaya Peningkatan Kualitas Sifat Mekanik Komposit Polyester Dengan Serat Bundung (Scirpus Grossus) Erwin a*, Leo Dedy Anjiu a a Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Sambas Jalan Raya Sejangkung, Sambas,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian tarik dilakukan pada empat variasi dan masing-masing variasi
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengujian Tarik Pengujian tarik dilakukan pada empat variasi dan masing-masing variasi terdiri dari tiga spesimen dengan diberi tanda A-D. Adapun spesimen yang akan
Lebih terperinciJurnal Einstein 3 (2) (2015): Jurnal Einstein. Available online
Jurnal Einstein Available online http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/einstein PENGARUH PERENDAMAN FILLER SERAT AMPAS TEBU DENGAN VARIASI KONSENTRASI NaOH TERHADAPSIFAT MEKANIK KOMPOSIT RESIN POLYESTER
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang saat ini mendorong para peneliti untuk menciptakan dan mengembangkan suatu hal yang telah ada maupun menciptakan
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
34 BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1. Sifat Mekanis Komposit Sandwich. 4.1.1. Pengujian Bending. Uji bending ialah pengujian mekanis secara statis dimana benda uji lengkung ditumpu dikedua ujung dengan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. uji raw material, komposit sandwich untreatment dan komposit sandwich
Kekuatan Tarik (MPa) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Tarik Pengujian tarik dilakukan dengan tiga variabel spesimen tarik, yaitu spesimen uji raw material, komposit sandwich untreatment dan komposit
Lebih terperinciTUGAS AKHIR PENELITIAN SIFAT FISIS DAN MEKANIS KOMPOSIT SERBUK TIMAH PEREKAT EPOXY UKURAN SERBUK 60 MESH DENGAN FRAKSI VOLUME (20, 35, 50) %
TUGAS AKHIR PENELITIAN SIFAT FISIS DAN MEKANIS KOMPOSIT SERBUK TIMAH PEREKAT EPOXY UKURAN SERBUK 60 MESH DENGAN FRAKSI VOLUME (20, 35, 50) % Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh
Lebih terperinciKAJIAN OPTIMASI PENGARUH ORIENTASI SERAT DAN TEBAL CORE TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN BENDING DAN IMPAK KOMPOSIT SANDWICH GFRP DENGAN CORE PVC
KAJIAN OPTIMASI PENGARUH ORIENTASI SERAT DAN TEBAL CORE TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN BENDING DAN IMPAK KOMPOSIT SANDWICH GFRP DENGAN CORE PVC Istanto, Arif Ismayanto, Ratna permatasari PS Teknik Mesin,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada ribuan tahun yang lalu material komposit telah dipergunakan dengan dimanfaatkannya serat alam sebagai penguat. Dinding bangunan tua di Mesir yang telah berumur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan rekayasa teknologi saat ini tidak hanya bertujuan untuk membantu umat manusia, namun juga harus mempertimbangkan aspek lingkungan. Segala hal yang berkaitan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. relatif sulit, dapat mengalami korosi dan biaya produksi yang mahal. logam, salah satu material yang banyak dikembangkan saat ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan material logam pada berbagai komponen produk sekarang ini semakin berkurang. Hal ini diakibatkan oleh beratnya komponen yang terbuat dari logam, proses pembentukannya
Lebih terperinciPERBANDINGAN KOMPOSIT SERAT ALAM DAN SERAT SINTETIS MELALUI UJI TARIK DENGAN BAHAN SERAT JUTE DAN E-GLASS
http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/gravity ISSN 2442-515x, e-issn 2528-1976 GRAVITY Vol. 2 No. 1 (2016) PERBANDINGAN KOMPOSIT SERAT ALAM DAN SERAT SINTETIS MELALUI UJI TARIK DENGAN BAHAN SERAT JUTE
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengujian Impak dan Pembahasan Dari hasil pengujian impak yang telah didapat data yaitu energi yang terserap oleh spesimen uji untuk material komposit serat pelepah
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Mutu Kekakuan Lamina BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penyusunan lamina diawali dengan melakukan penentuan mutu pada tiap ketebalan lamina menggunakan uji non destructive test. Data hasil pengujian NDT
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi pada era globalisasi mengalami. perkembangan yang sangat pesat dengan berbagai inovasi yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi pada era globalisasi mengalami perkembangan yang sangat pesat dengan berbagai inovasi yang digunakan untuk memudahkan dalam pembuatan produk.
Lebih terperinciSTUDI PERLAKUAN SERAT TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT DAN PEMBUATAN KOMPOSIT POLIMER BUSA SERTA ANALISA UJI LENTUR
STUDI PERLAKUAN SERAT TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT DAN PEMBUATAN KOMPOSIT POLIMER BUSA SERTA ANALISA UJI LENTUR SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
49 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengujian kuat Tarik Dari hasil pengujian kuat Tarik Pasca Impak kecepatan rendah sesuai dengan ASTM D3039 yang telah dilakukan didapat dua data yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dengan perkembangan dunia industri sekarang ini. Kebutuhan. material untuk sebuah produk bertambah seiring penggunaan material
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan perkembangan dunia industri sekarang ini. Kebutuhan material untuk sebuah produk bertambah seiring penggunaan material logam pada berbagai komponen produk semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan produk karet selama ini hanya cenderung pada penggunaan karet sintetis untuk produk otomotif dikarenakan lebih tahan terhadap bahan kimia dan mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang material komposit,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang material komposit, menjadi sebuah tantangan dalam ilmu material untuk mencari dan mendapatkan material baru yang memiliki
Lebih terperinci14. Pengenalan Komposit
14. Pengenalan Komposit Definisi Komposit (composite) tidak jelas menurut kamus, komposit adalah suatu material yang tersusun oleh sesuatu yang berbeda atau zat yang berbeda. Pada skala atom beberapa logam
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengujian Serat Tunggal Pengujian serat tunggal digunakan untuk mengetahui kekuatan tarik serat kenaf. Serat yang digunakan adalah serat yang sudah di
Lebih terperinciSINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK SERTA STRUKTUR MIKRO KOMPOSIT RESIN YANG DIPERKUAT SERAT DAUN PANDAN ALAS (Pandanus dubius)
SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK SERTA STRUKTUR MIKRO KOMPOSIT RESIN YANG DIPERKUAT SERAT DAUN PANDAN ALAS (Pandanus dubius) Citra Mardatillah Taufik, Astuti Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan dan pemanfaatan karet sekarang ini semakin berkembang. Karet merupakan bahan atau material yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia, sebagai bahan
Lebih terperinciBAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian tentang pengaruh jumlah volume filler wt% terhadap kekuatan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian tentang pengaruh jumlah volume filler wt% terhadap kekuatan flexural resin komposit nanosisal telah dilaksanakan. Hasil penelitian didapatkan dari hasil
Lebih terperinciUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PUBLIKASI ILMIAH
KARAKTERISTIK KOMPOSIT SERBUK KAYU JATI DENGAN FRAKSI VOLUME 25%, 30%, 35% TERHADAP UJI BENDING, UJI TARIK DAN DAYA SERAP BUNYI UNTUK DINDING PEREDAM SUARA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PUBLIKASI
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KOMPOSISI SAMPEL PENGUJIAN Pada penelitian ini, komposisi sampel pengujian dibagi dalam 5 grup. Pada Tabel 4.1 di bawah ini tertera kode sampel pengujian untuk tiap grup
Lebih terperinciANALISIS PERBANDINGAN KEKUATAN TARIK ORIENTASI UNIDIRECTIONAL 0 DAN 90 PADA STRUKTUR KOMPOSIT SERAT MENDONG DENGAN MENGGUNAKAN EPOKSI BAKELITE EPR 174
INFOMATEK Volume 19 Nomor 2 Desember 2017 ANALISIS PERBANDINGAN KEKUATAN TARIK ORIENTASI UNIDIRECTIONAL 0 DAN 90 PADA STRUKTUR KOMPOSIT SERAT MENDONG DENGAN MENGGUNAKAN EPOKSI BAKELITE EPR 174 Lies Banowati
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. material logam mendominasi dalam bidang industri (Basuki, 2008). Namun,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini cukup maju, baik dalam bidang logam maupun non logam. Selama ini pemanfaatan material logam mendominasi
Lebih terperinciKAJIAN PENGGUNAAN SERAT PLASTIK TERHADAP KUAT TARIK BELAH DAN KUAT TEKAN PADA CAMPURAN BETON TANPA AGREGAT KASAR
KAJIAN PENGGUNAAN SERAT PLASTIK TERHADAP KUAT TARIK BELAH DAN KUAT TEKAN PADA CAMPURAN BETON TANPA AGREGAT KASAR Agustiar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Aceh Email : ampenan70@gmail.com
Lebih terperinciStudi Eksperimental Pengaruh Jumlah Lapisan Stainless Steel Mesh dan Posisinya Terhadap Karakteristik Tarik dan Bending Komposit Serat Kaca Hibrida
LOGO Sidang Tugas Akhir Studi Eksperimental Pengaruh Jumlah Lapisan Stainless Steel Mesh dan Posisinya Terhadap Karakteristik Tarik dan Bending Komposit Serat Kaca Hibrida Oleh : Tamara Ryan Septyawan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. sama yaitu isolator. Struktur amorf pada gelas juga disebut dengan istilah keteraturan
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Material Amorf Salah satu jenis material ini adalah gelas atau kaca. Berbeda dengan jenis atau ragam material seperti keramik, yang juga dikelompokan dalam satu definisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada ribuan tahun yang lalu material komposit telah dipergunakan dengan dimanfaatkannya serat alam sebagai penguat. Dinding bangunan tua di Mesir yang telah
Lebih terperinciPENGUNAAN BAHAN MATRIK SEMEN,GIBSUM, TANAH LIAT TERHADAP PEMANFAATAN SABUT KELAPA SEBAGAI SERAT UNTUK PEMBUATAN PAPAN SERAT SABUT KELAPA
PENGUNAAN BAHAN MATRIK SEMEN,GIBSUM, TANAH LIAT TERHADAP PEMANFAATAN SABUT KELAPA SEBAGAI SERAT UNTUK PEMBUATAN PAPAN SERAT SABUT KELAPA Yusril Irwan Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri Institut
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. 2.1 Komposit Pengertian Komposit. commit to user
BAB II DASAR TEORI 2.1 Komposit 2.1.1 Pengertian Komposit Material komposit merupakan material yang terbentuk dari kombinasi antara dua atau lebih material pembentuknya, melalui pencampuran yang tidak
Lebih terperinciUNIVERSITAS DIPONEGORO. PENGARUH LARUTAN C 7 H 18 O 3 Si TERHADAP KEKUATAN TARIK SERAT DAUN KELAPA, KOMPATIBILITAS DAN KEKUATAN BENDING KOMPOSIT
UNIVERSITAS DIPONEGORO PENGARUH LARUTAN C 7 H 18 O 3 Si TERHADAP KEKUATAN TARIK SERAT DAUN KELAPA, KOMPATIBILITAS DAN KEKUATAN BENDING KOMPOSIT TUGAS AKHIR ERWIN ANGGORO L2E 005 447 FAKULTAS TEKNIK JURUSAN
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
22 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Geometri Strand Hasil pengukuran geometri strand disajikan pada Tabel 4. Berdasarkan data, nilai rata-rata dimensi strand yang ditentukan dengan menggunakan 1 strand
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. stabil dan mudah dipoles (Nirwana, 2005). Sebagai bahan basis gigi tiruan, resin
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Resin akrilik saat ini masih merupakan pilihan untuk pembuatan basis gigi tiruan lepasan karena harganya relatif murah, mudah direparasi, proses pembuatannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. relatif sulit, dapat mengalami korosi dan biaya produksi yang mahal. (Suwanto, 2006). Oleh karena itu, banyak dikembangkan material
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan material logam pada berbagai komponen produk sekarang ini semakin berkurang. Hal ini diakibatkan oleh beratnya komponen yang terbuat dari logam, proses pembentukannya
Lebih terperinciBAB V BAHAN KOMPOSIT
BAB V BAHAN KOMPOSIT Komposit merupakan bahan yang terdiri dari gabungan 2 atau lebih bahan yang berbeda (logam, keramik, polimer) sehingga menghasilkan sifat mekanis yang berbeda dan biasanya lebih baik
Lebih terperinciPEMBUATAN KOMPOSIT DARI SERAT SABUT KELAPA DAN POLIPROPILENA. Adriana *) ABSTRAK
PEMBUATAN KOMPOSIT DARI SERAT SABUT KELAPA DAN POLIPROPILENA Adriana *) email: si_adramzi@yahoo.co.id ABSTRAK Serat sabut kelapa merupakan limbah dari buah kelapa yang pemanfaatannya sangat terbatas. Polipropilena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dibidang teknologi dan sains mendorong material komposit banyak digunakan pada berbagai macam aplikasi produk. Secara global material komposit dikembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kanker mulut (Lamster dan Northridge, 2008). Kehilangan gigi dapat menjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehilangan gigi dapat disebabkan karies, penyakit periodontal, trauma dan kanker mulut (Lamster dan Northridge, 2008). Kehilangan gigi dapat menjadi faktor pendukung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadinya perubahan metalurgi yaitu pada struktur mikro, sehingga. ketahanan terhadap laju korosi dari hasil pengelasan tersebut.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengelasan merupakan proses penyambungan setempat dari logam dengan menggunakan energi panas. Akibat panas maka logam di sekitar lasan akan mengalami siklus termal
Lebih terperinciI.PENDAHULUAN. sehingga sifat-sifat mekaniknya lebih kuat, kaku, tangguh, dan lebih kokoh bila. dibandingkan dengan tanpa serat penguat.
I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Serat merupakan material yang umumnya jauh lebih kuat dari matriks dan berfungsi memberikan kekuatan tarik. Secara umum dapat dikatakan bahwa fungsi serat adalah sebagai
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 10. Hasil uji tarik serat tunggal.
BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengujian Serat Tunggal Hasil pengujian serat tunggal kenaf menurut ASTM D 3379 dirangkum pada Tabel 10. Tabel ini menunjukan bahwa, nilai kuat tarik, regangan
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH VARIASI FRAKSI VOLUME TERHADAP KEKUATAN TARIK BAHAN KOMPOSIT POLIESTER DENGAN FILLER ALAMI SERABUT KELAPA MERAH
ANALISIS PENGARUH VARIASI FRAKSI VOLUME TERHADAP KEKUATAN TARIK BAHAN KOMPOSIT POLIESTER DENGAN FILLER ALAMI SERABUT KELAPA MERAH Alwiyah Nurhayati Abstrak Serabut kelapa (cocofiber) adalah satu serat
Lebih terperinciBAB 5 HASIL PENELITIAN Hari 1 Hari 2 Hari 7 Hari. Lama Perendaman
BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.I. GAMBARAN HASIL PENELITIAN Spesimen pada penelitian ini terbuat dari resin pit & fissure sealant berbentuk silinder dengan ukuran diameter 15 mm dan tebal 1 mm, jumlah spesimen
Lebih terperinciBAB IV DATA HASIL PENELITIAN
BAB IV DATA HASIL PENELITIAN 4.1 PEMBUATAN SAMPEL 4.1.1 Perhitungan berat komposit secara teori pada setiap cetakan Pada Bagian ini akan diberikan perhitungan berat secara teori dari sampel komposit pada
Lebih terperinci