BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Ergonomi Istilah ergonomi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu Ergon yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum/peraturan. Jadi secara harafiah istilah ergonomi dapat diartikan sebagai aturan atau norma tentang sikap kerja. Terdapat beberapa versi definisi ergonomi dari berbagai ahli, di bawah ini merupakan beberapa definisi yang berhubungan dengan ergonomi. Studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain/perancangan (Nurmianto, 1998) Disiplin keilmuan yang mempelajari manusia dalam kaitannya dengan pekerjaannya (Wignjosoebroto, 1995) Suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan, dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu dengan efektif, aman dan nyaman (Sutalaksana, 1979) Dari banyak definisi yang diuraikan di atas maka dapat disimpulkan bahwa ergonomi adalah ilmu, seni, dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam beraktivitas 7

2 8 maupun istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan manusia baik fisik maupun mental sehingga kualitas hidup secara keseluruhan menjadi lebih baik. Menurut Tawaka et al. (2004) kualitas hidup secara umum dapat artikan sebagai berikut : Work should respect the workers s life and health. Work should leave the worker with free time for rest and leisure. Work should enable the worker to serve society and achieve self-fullfillment by developing his personal capacities Tujuan dan Manfaat Ergonomi Menurut Tawaka et al. (2004) dalam bukunya Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas secara umum tujuan penerapan ergonomi adalah : Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cidera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial, mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak produktif Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek teknis, ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi.

3 9 2.2 Manual Handling Sama halnya dengan ergonomi, banyak ahli dan organisasi yang mendefinisikan manual material handling/manual handling. Berikut merupakan beberapa definisi manual handling : Manual handling merupakan kegiatan yang mencakup setiap tugas yang memerlukan seseorang untuk mengangkat, menurunkan, mendorong, menarik, menahan, dan membawa setiap objek (Work Safe NB, 2011) Seizing, holding, grasping, turning, or otherwise working with the hand or hands. Fingers are involved only to the extent that the are extension of the hand, such as to turn a switch or to shift automobile gears. handling means that the worker s hands move individual containers manual by lifting, lowering, filling, emptying, or carrying them (Cal/OSHA dan NIOSH, 2007) Manual handling adalah suatu rangkaian aktivitas yang membutuhkan penggunaan tenaga manusia untuk mengangkat, menurunkan, mendorong, menarik, membawa atau memindahkan, memegang, menahan seseorang, hewan atau benda (National Occupational Health and Safety Commission, National Standard for Manual Handling, 1990) Cara pengangkatan yang tidak baik dapat menimbulkan masalah dan keluhan MSDs. Oleh sebab itu diperlukan pengetahuan yang cukup untuk menangani material secara manual. Terdapat beberapa langkah sederhana yang dapat digunakan untuk memindahkan beban sehingga mencegah ketegangan otot punggung antara lain (Ridley, 2008)

4 10 Langkah 1 Pikirkan sebelum mengangkat benda, apakah benda tersebut dapat ditangani sendiri atau tidak. Perkirakan berat beban, dan tidak mengangkat secara tiba-tiba. Langkah 2 Posisikan kaki dengan mantap, usahakan posisi yang stabil. Pijakan kaki akan memengaruhi keseimbangan ketika memindahkan beban. Pekerja harus mempersiapkan kaki untuk mengatur kestabilan mereka, gunakan sepatu yang sesuai dan tidak menyulitkan ketika melakukan pengangkatan. Langkah 3 Pegang/cengkram beban dengan yakin dan baik. Sebisa mungkin arahkan beban sedekat mungkin dengan pusat tubuh. Hal tersebut akan memantapkan pegangan lebih kuat Langkah 4 Angkat beban secara perlahan dengan menggunakan lengan dan kaki, naikkan beban secara secara bertahap, letakkan di lutut atau paha sementara kedudukan punggung diubah.

5 11 Langkah 5 Jangan mencoba mengangkat dengan punggung (membungkuk). Jaga pinggang agar tetap lurus dengan cara menekukkan lutut. Pada posisi ini lutut tetap berjauhan dan benda ditempatkan diantara lutut (bertumpu pada kaki). Jangan memutarkan tubuh ketika mengangkat atau membawa beban. Langkah 6 Setelah tubuh tegak pastikan beban sedekat mungkin dengan pusat tubuh selama pengangkatan, pindahkan beban secara perlahan untuk mengurangi risiko MSDs. Pegang bagian terberat beban dari samping. Gunakan sarung tangan untuk melindungi tangan dari pecahan, serta gunakan sepatu untuk melindungi kaki dari tertimpa beban. Langkan 7 Pastikan kepala tidak menunduk/memandang pada beban pada saat pengangkatan. Jangan mengangkat beban secara berlebihan, karena terdapat perbedaan antara mengangkat dengan aman dan kemampuan mengangkat. Manusia dapat mengangkat beban berat namun belum tentu hal tersebut aman. Minta bantuan jika beban terlalu berat.

6 12 Jika memungkinkan hindari mengangkat beban dari lantai, namun jika tidak memungkinkan lakukan sesuai dengan teknik di atas tanpa bertumpu pada punggung tapi pada kaki dan lengan, usahakan beban agar dekat dengan pusat tubuh. Pria dan wanita memiliki kemampuan yang berbeda dalam mengangkat beban secara manual, berikut merupakan beban maksimum yang disarankan berdasarkan jarak dari tubuh (Health and Safety Executive (UK), 2000) : height eit Gambar 2.1 Rekomendasi Beban Maksimum 2.3 Sikap Kerja/Posisi Kerja Sikap kerja adalah kesiapan mental dan fisik untuk bekerja dengan cara tertentu. Sikap kerja akan membentuk posisi kerja seseorang dalam menjalankan aktivitasnya. Posisi kerja yang baik adalah kondisi tubuh manusia berada dalam keadaan nyaman dalam melakukan pekerjaan. Terdapat 3 macam sikap/posisi dalam bekerja yaitu: Posisi duduk Posisi kerja duduk adalah sikap kerja yang tidak membebani kaki dengan berat tubuh yang stabil selama bekerja. Posisi duduk mengeluarkan energi lebih sedikit dibandingkan dengan posisi lainnya. Posisi duduk yang paling baik

7 13 adalah sikap yang tidak berpengaruh buruk terhadap sikap badan dan tulang belakang. Hal itu dikarenakan sebagian berat tubuh disangga oleh tempat duduk, dan konsumsi energi dan kecepatan sirkulasi lebih tinggi dibanding posisi lain (Yeni, 2010). Posisi berdiri Berdiri secara terus-menerus selama bekerja dapat menyebabkan penumpukan darah dan cairan pada kaki, hal ini akan semakin bertampah apabila pekerja menggunakan sepatu dengan ukuran yang tidak sesuai. Astuti (2009) menyatakan terdapat beberapa manfaat posisi kerja berdiri seperti jangkauan lebih luas dalam posisi berdiri, berat badan dapat digunakan untuk menekan beban, pekerja yang berdiri membutuhkan ruang yang lebih kecil dibandingkan pekerja yang duduk, kaki sangat efektif pada damping vibration, bisa terus terjaga dengan sedikit aktivitas otot dan tidak membutuhkan perhatian, kekuatan otot punggung dua kali lebih besar pada keadaan berdiri dibandingkan posisi duduk. Meskipun demikian tidak berarti lingkungan kerja didesain untuk berdiri secara terus-menerus, melainkan perlu diadakan pergerakan seperti berjalan-jalan atau bergerak dalam waktu singkat sebagai relaksasi. Posisi Berdiri Setengah Duduk Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada pekerja bubut. Pekerja yang telah terbiasa bekerja dengan posisi berdiri tegak dirubah menjadi posisi setengah duduk tanpa sandaran dan setengah duduk dengan sandaran menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat kelelahan otot biomekanik antar kelompok (Santoso, 2004)

8 Gangguan Musculoskeletal Akibat Kerja Keluhan musculoskeletal merupakan keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang baik keluhan yang ringan sampai keluhan yang sangat sakit. Keluhan sakit yang dirasakan dapat diakibatkan karena otot menerima beban statis secara berulang dan dalam jangka waktu yang lama. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan ligamen, tendon, dan sendi atau yang disebut dengan musculoskeletal disorders (MSDs). Berdasarkan penelitian Bureau of Labor Statistics, 2015 musculoskeletal disorders (MSDs) di Amerika menyumbang 32% dari semua kasus cidera dan penyakit akibat kerja dengan penyumbang terbesar adalah dari pekerja dalam pengangkutan atau pemindahan material secara manual. Sedangkan di Inggris menurut laporan Buckley (2015) kombinasi kegiatan menggunakan keyboard, memegang alat dalam kurun waktu tertentu, mengangkat berban berat, menarik dan mendorong merupakan penyebab terjadinya MSDs pada tahun Kegiatan mengangkat atau memindahkan beban merupakan penyebab paling tinggi dengan persentasi sebagai berikut: Gambar 2.2 Gangguan MSDs Berdasarkan Aktivitas

9 15 Berdasarkan teori Tawaka et al. (2004) Gangguan musculoskeletal dikelompokkan kedalam dua jenis yaitu keluhan sementara dan keluhan menetap dengan gejala sebagai berikut: Keluhan sementara (reversible) Keluhan sementara (reversible) adalah keluhan yang dirasakan apabila otot menerima beban statis. Keluhan akan hilang saat beban dihilangkan. Keluhan menetap (persistent) Keluhan menetap (persistent) adalah keluhan yang bersifat menetap, dengan kata lain keluhan akan tetap bahkan terus dirasakan walaupun beban dihilangkan Faktor Penyebab Musculoskeletal Disorders Tawaka et al. (2004) menjelaskan dalam bukunya Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas terdapat beberapa faktor yang menyebabkan keluhan musculoskeletal yaitu: Peregangan Otot yang Berlebihan Peregangan otot yang berlebihan biasanya terjadi pada aktivitas yang menggunakan otot seperti mendorong, menarik, mengangkat, serta menahan beban yang berat. Apa bila otot sering menerima beban yang berat maka dapat menimbulkan keluhan musculoskeletal. Aktivitas Berulang Risiko MSDs akan meningkat apabila bagian tubuh digunakan secara terusmenerus dengan jeda yang relatif singkat. Aktivitas berulang atau gerak repetitif akan menyebabkan kelelahan otot hingga kerusakan jaringan

10 16 Sikap Kerja Tidak Alamiah Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah seperti mengangkat tangan menjauh dari pusat tubuh, semakin jauh dari pusat tubuh maka postur tubuh akan semakin janggal sehingga dapat menyebabkan ketegangan pada otot, tendon dan ligamen di sekitar sendi. Pada umumnya sikap kerja tidak alamiah disebabkan oleh desain lingkungan kerja yang tidak sesuai dengan tubuh manusia. Durasi Durasi merupakan lama waktu pajanan eksposure. Durasi dapat dihitung berdasarkan detik, menit, jam, hari, bulan, bahkan tahun. Semakin lama pajanan faktor risiko terhadap pekerja maka kemungkinan pekerja untuk merasakan keluhan MSDs akan semakin besar. Menurut Fuady (2013) pekerjaan yang berlangsung dalam waktu yang lama tanpa disertai dengan istirahat dapat menurunkan kemampuan tubuh dan menyebabkan kesakitan pada anggota tubuh. Durasi pekerjaan digolongkan menjadi durasi singkat (<1 jam/hari), durasi sedang (1-2 jam/hari), durasi lama (>2 jam/hari). Selain faktor-faktor di atas terdapat faktor sekunder yang dapat menyebabkan keluhan musculoskeletal yaitu : Tekanan Apabila otot terus-menerus tekanan maka dapat menyebabkan rasa nyeri otot yang menetap.

11 17 Getaran Geratan dengan frekuensi yang tinggi dapat menyebabkan kontraksi otot bertambah sehingga peredaran darah menjadi tidak lancar dan menimbulkan peningkatan asam laktat. Penimbunan asam laktat menyebabkan rasa nyeri pada otot. Pengaruh getaran tidak begitu signifikan pada pekerja paving, getaran tidak memiliki hubungan dengan terjadinya gangguan musculoskeletal. (Cindyastira et al., 2014) Mikroklimat Paparan suhu dingin dan suhu panas dapat menurunkan kepekaan dan kekuatan sehingga menurunkan kekuatan otot. Untuk menetralkan suhu yang berbeda dengan suhu tubuh maka tubuh akan menggunakan energi untuk beradaptasi dengan lingkungan. Jika pasokan energi tidak terpenuhi maka peredaran darah akan tidak lancar yang berarti pasokan oksigen ke otot akan menurun dan menyebabkan penimbunan asam laktat yang dapat menyebabkan rasa nyeri otot. Kebiasan merokok Semakin lama dan semakin tinggi frekuensi seseorang merokok maka keluhan otot yang dirasakan akan semakin tinggi pula. Hal ini dapat terjadi karena rokok akan menurunkan kapasitas paru-paru sehingga supply oksigen akan berkurang. Kurangnya pasokan oksigen ke otot akan menyebabkan penimbunan asam laktat yang dapat menyebabkan rasa nyeri otot. Karakteristik individu juga merupakan salah satu faktor yang memengaruhi kejadian MSDs. Hal ini meliputi umur, Indeks Masa Tubuh (IMT), masa kerja, dan tingkat pendidikan.

12 18 Umur Menurut Mushthofa et al. (2014) pada umumnya keluhan otot skeletal akan mulai dirasakan pada usia produktif yaitu tahun. Pada awalnya keluhan akan dirasakan sejak umur 35 tahun dan terus meningkat seiring bertambahnya umur. Makin bertambahnya umur menyebabkan ketahanan otot semakin menurun dan meningkatkan risiko cidera. Antrhropometri Anthropometri adalah suatu pengukuran yang sistematis terhadap tubuh manusia, terutama seluk beluk dimensional ukuran dan bentuk tubuh manusia. Ukuran tersebut kemudian akan digunakan untuk merancang sarana kerja yang sesuai dengan keadaan tubuhnya. Dalam hal ini anthropometri akan diukur menggunakan Indeks Masa Tubuh (IMT). IMT merupakan salah satu faktor yang berisiko memengaruhi kejadian musculoskeletal disorders (MSDs) meskipun pengaruh yang diberikan sangat kecil. Pekerja yang tergolong obsesitas memiliki potensi untuk terkena MSDs. Indeks Masa Tubuh (IMT) dikategorikan menjadi 4 yaitu: Tabel 2.1 Kategori Indeks Masa Tubuh (IMT) Kategori IMT Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0 Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 18,4 Normal 18,5 25,0 Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1 27,0 Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0 Sumber: Depkes (2011). Masa Kerja Masa kerja berhubungan dengan jangka waktu seseorang bekerja di suatu perusahaan. MSDs adalah penyakit yang terjadi setelah jangka waktu tertentu. Menurut Cindyastira et al. (2014) semakin lama masa kerja seseorang maka

13 19 semakin lama pula keterpaparan terhadap waktu dan jenis pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja sehingga akan menimbulkan berbagai keluhan fisik akibat pekerjaan. Tingkat Pendidikan, Pengetahuan, dan Riwayat Pelatihan Berdasarkan penelitian yang terdahulu, pekerja dengan pendidikan yang rendah akan memengaruhi nilai risiko karena pengetahuan seseorang tentang segala sesuatu yang dihadapi tidak lepas dari status pendidikan. Tingkat pendidikan yang tinggi akan memudahkan seseorang untuk menerima informasi khususnya terhadap kesehatan dan keselamatan kerja (Setyaningsih et al., 2010). Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu melalui panca indra manusia. Dengan kata lain pengetahuan adalah hasil mengingat sesuatu yang pernah masuk. Tidak adanya pelatihan tentang bagaimana bekerja secara ergonomis dapat meningkatkan risiko karena kurangnya pemahaman pengteahuan dasar pekerja pada saat melakukan pekerjaan (Utomo, 2012) 2.5 Penilaian Sikap Kerja Penilaian sikap kerja dapat dilakukan dengan berbagai cara. Terdapat berbagai metode dan alat bantu untuk memudahkan dalam melakukan penilalian Masingmasing metode penilaian risiko memiliki karakteristik dan kelebihan yang harus disesuaikan dengan keadaan pekerjaan yang akan dinilai Rapid Upper Limb Assessment (RULA) Rapid Upper Limb Assessment (RULA) adalah salah satu metode yang dikembangkan oleh Dr. Lynn McAtamney dan Professor E. Nogel Corlet pada tahun

14 Metode ini dirancang untuk menganalisis postur tubuh pekerja pada saat melakukan pekerjaannya (Singh et al., 2012). Tujuan utama RULA adalah untuk melihat tingkat risiko MSDs yang disebabkan oleh pekerjaan khususnya pada tubuh bagian atas seperti lengan, pergelangan tangan siku, bahu serta leher dan punggung (Musculoskeletal Disorders Prevention, 2008). RULA sangat cocok untuk menilai risiko pekerja yang biasanya bekerja secara duduk atau berdiri tanpa banyak gerakan tambahan pada saat melakukan tugasnya. Hasil akhir dari RULA adalah tingkat risiko ergonomi pada suatu kegiatan. Menurut Nugraha et al. (2006) analisis postur kerja dengan metode RULA terdiri atas tiga tahap yaitu : 1. Pengembangan metode untuk merekam postur kerja 2. Pengembangan sistem penilaian dengan skor 3. Pengembagnan dari skala tindakan risiko dan kebutuhan tindakan untuk penilaian lebih lanjut. Sumber : Singh et al., 2012 Tabel 2.2 RULA Action Level Skor RULA Level Risiko Tindakan 1-2 Rendah Tidak perlu perbaikan 3-4 Menengah Investigasi lebih lanjut, perbaikan mungkin diutuhkan 5-6 Tinggi Investigasi lebih lanjut, perlu perbaikan segera 7 Sangat Tinggi Investigasi lebih lanjut, butuh perbaikan saat ini ijuga RULA memiliki beberapa keterbatasan antara lain : Hanya memungkinkan untuk meneliti sisi kanan atau kiri tubuh, tidak seluruh tubuh

15 21 Hanya dapat melihat satu titik waktu yaitu pada saat postur tubuh terburuk saat diamati Tidak mempertimbangkan durasi pekerjaan Tidak menilai perbedaan karakteristik pekerja seperti usia, jenis kelamin, dan riwayat kesehatan Quick Exposure Check (QEC) Quick exposure check (QEC) adalah salah satu metode pengukuran beban postur yang diperkenalkan oleh Dr. Guanyang Li dan Peter Buckle. Tujuan QEC adalah menilai pada empat area tubuh yang terpapar risiko untuk terjadinya WMSDs. Selain itu QEC juga dapat memberikan evaluasi tempat kerja dan desain peralatan yang memfasilitasi desain ulang. Menurut Ilman dan Helianty (2013) QEC dikembangkan untuk beberapa tugas antara lain : Menilai perubahan paparan pada tubuh yang berisiko terjadi MSDs sebelum dan sesudah intervensi ergonomi Melibatkan pengamat dan juga pekerja dalam melakukan penilaian dan mengidentifikasi kemungkinan untuk perubahan pada sistem kerja Membandingkan paparan risiko cedera diantara dua orang atau lebih yang melakukan pekerjaan yang berbeda Meningkatkan kesadaran di antara manajer, engineer, desainer, praktisi K3 mengenai faktor risiko MSDs pada stasiun kerja Hasil analisis kemudian akan dibandingkan dengan tabel skor paparan seperti pada tabel di bawah ini :

16 22 Tabel 2.3 Skor Paparan QEC Score Skore Paparan Rendah Medium Tinggi Sangat Tinggi Punggung (statis) Punggung (bergerak) Bahu/lengan Pergelangan tangan Leher Sumber : Ilman dan Helianty 2013 Kekurangan QEC : Metode hanya fokus pada tempat kerja fisik Perlu adanya validasi eksposur hipotesis dengan tingkat tindakan Perlu pelatihan tambahan dan praktik untuk penegguna pemula BRIEF Survei Baseline Risk Identificaion of Ergonomic Factors Survey ( BRIEF Survei) atau yang dalam bahasa indonesianya adalah Survei Identifikasi Data Dasar Faktor-Faktor Risiko Ergonomi (SIDFRE) adalah alat skrining awal yang menggunakan sistem rating untuk mengidentifikasi faktor risiko ergonomi yang diterima pada aktivitas pekerjaan yang dilakukan. Metode BRIEF menganalisis sembilan bagian tubuh (tangan kanan dan kiri, pergelangan tangan, siku, bahu, leher, punggung, dan kaki) sebagai alat untuk menentukan faktor risiko secara fisik. Metode ini mengidentifikasi risiko yang berhubungan dengan tenaga, durasi, postur tubuh, dan frekuensi ketika mengamati bagian tubuh tersebut. Metode BRIEF Survey memiliki beberapa keterbatasan antara lain : Tidak dapat mengetahui tingkat risiko ergonomi secara keseluruhan dari suatu pekerjaan.

17 23 Postur janggal yang terdapat pada BRIEF Survei terbatas. Membutuhkan waktu pengamatan yang cukup lama Ovaco Work Posture Analysis System (OWAS) OWAS adalah salah satu metode dengan hasil akhir atau output berupa sikap kerja yang berpotensi menyebabkan kecelakaan kerja khususnya pada bagian musculoskeletal. Metode ini mengklasifikasikan sikap kerja berdasarkan bagian punggung (lurus, membungkuk, memutar atau miring ke samping, membunguk dan memutar atau membungkuk ke depan dan menyamping,), tangan (kedua lengan berada di bahu, satu lengan berada pada atau di atas bahu, kedua lengan pada atau di atas bahu), kaki (duduk, berdiri bertumpu pada dua kaki, bertumpu pada satu kaki, berdiri pada kedua kaki dengan lutut ditekuk, berjalan), dan berat beban (<10 kg, kg, >20 kg) (Susihono dan Prasetyo, 2012). Prinsip pengukuran metode OWAS adalah keseluruhan aktivitas kerja yang direkapitulasi dan dibagi kebeberapa interval waktu (detik atau menit) sehingga diperoleh sampling dari siklus kerja tersebut. Menurut Selvianti (2014) terdapat beberapa keterbatasan metode OWAS antara lain : Kategoti postur untuk trunk dan bahu kurang spesifik Tidak menilai faktor durasi dari postur Tidak memisahkan bagian tangan/kaki menjadi sebelah kanan atau kiri Tidak menilai postur pada bagian siku dan pinggang Tidak menilai faktor risiko ergonomi dari lingkungan Analisis postur tubuh pada akhirnya akan menunjukkan kategori level bahaya pada pekerja seperti tergambar pada tabel berikut:

18 24 Tabel 2.4 Skala OWAS Kategori Level Risiko Tindakan I Tidak ada masalah MSDs Tidak perlu perbaikan II Postur kerja mengakibatkan ketegangan Perlu perbaikan di masa mendatang III Postur kerja mengakibatkan ketegangan sangat signifikan Perlu perbaikan secepatnya IV Sangat berbahaya Perlu perbaikan saat ini juga Sumber : Pramana, Rapid Entire Body Assessment (REBA) Rapid Entire Body Assessment (REBA) adalah sebuah metode yang dikembangkan oleh Hignett, S. dan McAtamney yang didesain untuk menganalisis keseluruhan aktivitas postur tubuh, serta aktivitas statis dan dinamis. Pada dasarnya REBA memiliki desain yang serupa dengan metode RULA, bertujuan untuk menyajikan nilai risiko musculoskeletal disorders (MSDs) yang disebabkan oleh pekerjaan. REBA merupakan suatu metode untuk mengidentifikasi dan mengukur posisi kerja ergonomis yang memberikan kontribusi terhadap kejadian musculoskeletal disorders (MSDs) dan menyelidiki penyebabnya (Singh dan Singh, 2014). REBA sangat cocok untuk menilai risiko ergonomi dari aktivitas yang bersifat statis, dinamis, dan melibatkan perubahan postur tubuh secara cepat/mendadak (sedentary). Metode ini telah secara umum digunakan dalam melakukan penilaian tingkat risiko berdasarkan postur tubuh pekerja seperti yang ditunjukkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Tati (2009) untuk menganalisis tingkat risiko pekerja buruh angkut pada stasiun Jatinegara. Untuk menilai tingkat risiko ergonomi, REBA mengklasifikasikan postur tubuh ke dalam beberapa bagian yaitu posisi leher, posisi tulang belakang, posisi kaki,

19 25 posisi lengan atas, posisi lengan bawah, dan posisi pergelangan tangan, dengan tambahan penilaian berdasarkan beban yang diangkut oleh pekerja, keberadaan/keadaan pegangan (coupling) pada alat kerja, serta aktivitas yang bersifat statis, gerak berulang, dan menimbulkan perubahan yang cepat/mendadak pada postur tubuh. Input dari REBA adalah pengambilan data postur pekerja baik berupa video maupun foto, menentukan sudut pada batang tubuh, dan kemudian skor akan dibandingkan dengan tabel REBA action level (Qutubuddin et al., 2013). Tabel 2.5 REBA Action Level Action Level Skor REBA Risk Level Dapat Diabaikan Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi Action (Including Further Assessment) Tidak perlu perbaikan Perubahan mungkin dibutuhkan Investigasi lebih lanjut, perlu perbaikan Investigasi lebih lanjut, perlu perbaikan segera Investigasi lebih lanjut, perlu perbaikan saat itu juga Sumber : Qutubuddin et al., 2013 Langkah-langkah penggunaan lembar kerja REBA : 1. Memberi nilai pada grup A yaitu leher punggung, dan kaki. Kemudian nilai tersebut dimasukkan ke tabel A 2. Nilai yang diperoleh dari tabel A akan dijumlahkan dengan berat beban yang diangkat pekerja dengan pengklasifikasian skor sebagai berikut : a. Skor 0 = berat < 5 kg b. Skor +1 = berat 5-10 kg c. Skor +2 = berat >10 kg d. Skor +1 jika disertai dengan perubahan gerakan yang cepat/tiba-tiba 3. Memberi nilai pada grup B yaitu lengan atas, lengan bawah dan pergelangan tangan. Kemudian nilai masing-masing bagian dimasukkan ke tabel B

20 26 4. Nilai yang diperoleh dari tabel B akan dijumlahkan dengan skor pegangan (coupling) dengan pengklasifikasian skor sebagai berikut : a. Terdapat pegangan pada beban, pegangan baik = 0 b. Pengangkatan dapat dilakukan tanpa adanya pegangan, dibantu dengan mendekatkan beban ke pusat tubuh = +1 c. Pegangan tidak ada namun masih memungkinkan, pegangan buruk = +2 d. Tidak terdapat pegangan, disertai dengan penyesuaian tubuh yang janggal, tidak aman bagi tubuh = Nilai dari tabel A dan Tabel B dimasukkan dalam tabel C 6. Untuk mendapatkan skor akhir, nilai tabel C akan dijumlahkan dengan skor aktivitas pekerja REBA memiliki beberapa keterbatasan antara lain : Hanya memungkinkan untuk meneliti sisi kanan atau kiri tubuh, tidak seluruh tubuh Hanya dapat melihat satu titik waktu yaitu pada saat postur tubuh terburuk saat diamati Tidak mempertimbangkan durasi pekerjaan Tidak mempertimbangkan durasi aktivitas, periode pemulihan dan getaran Tidak menilai perbedaan karakteristik pekerja seperti usia, jenis kelamin, dan riwayat kesehatan Nordic Body Map Questionnaire Nordic Body Map Questionnaire adalah metode atau alat yang digunakan untuk melihat gambaran musculoskeletal disorders (MSDs). Nordic Body Map

21 27 berisikan gambaran atau peta tubuh yang berisikan data bagian tubuh yang mungkin dikeluhkan oleh pekerja. (Setyanto et al., 2015). Nordic Body Map berisikan 28 bagian tubuh dan level sakit yang dirasakan oleh pekerja sebelum mulai bekerja dan setelah selesai bekerja minimal dirasakan mulai dari 7 hari yang lalu (Savitri et al., 2012). Pengisian Nordic Body Map dapat dilihat pada tabel di bawah ini. 35 Gambar 2.3 Nordic Body Map Tabel 2.6 Total Score Nordic Body Map Score Individual Sum Degree of Improvement Score Risk Low Doesn t need Improvement Medium Maybe need Improvement High Need Improvement Very High Need Improvement as soon as possible Sumber : Setyanto et al., Kegiatan Drum Handling di Perusahaan V Kalimantan Timur Drum Handling merupakan suatu kegiatan yang bersangkutan dengan kegiatan penanganan drum yang ada di lingkungan kerja. Perusahaan V Kalimantan Timur terdiri dari 5 Major Plant yaitu Badak Plant, Semberah Plant, Mutiara Plant, Pamaguan

22 28 Plant, dan Nilam Plant yang merupakam penyumbang penggunaan drum yang berisi inhibitor korosi yang berfungsi untuk mencegah laju korosi dalam pipa sebagai media untuk mendistribusikan minyak dan gas dari satu tempat ke tempat lain. Kegiatan penanganan drum meliputi kegiatan pemindahan drum dari warehouse (gudang) menuju ke departemen operation yaitu injection point yang tersebar di 5 area kerja di atas. Sisa drum dari injection point akan didistribusikan menuju tempat penghancuran drum yang terletak di Nilam Pipe Yard. Tahapan kegiatan yang dilakukan pekerja drum handling antara lain : 1. Tahap awal adalah tahap persiapan pendistribusian dari gudang menuju injection point yang terdiri dari proses undloading (pembongkaran) dan dilanjutkan dengan proses loading/lifting. Drum akan diangkut menggunakan pick up untuk menuju tempat injection point. 2. Dari injection point drum akan didistribusikan menuju tempat penghancuran drum, lalu dilakukan Drum unloading, yaitu kegiatan membongkar muatan dalam hal ini drum baik yang kosong maupun yang berisi cairan. 3. Drum stacking horizontally yaitu kegiatan menumpuk drum. Sebelum di hancurkan, drum harus ditata terlebih dahulu agar tidak memenuhi tempat. 4. Rolling tahap ini adalah tahap untuk memindahkan drum dengan tujuan untuk menuangkan sisa cairan dalam drum. 5. Tahap selanjutnya adalah tahap draining yaitu menuangkan sisa cairan ke tempat khusus yang telah disediakan. Sebelum di hancurkan drum berisi bahan kimia harus dikeringkan terlebih dahulu.

23 29 6. Setelah drum kosong maka drum akan dihancurkan dengan bantuan mesin yang disebut drum crusher. 7. Tahap selanjutnya adalah rolling the crushed drum. Tahapan ini dilakukan untuk mengurangi risiko ergonomi yaitu untuk meminimalkan berat beban jika diangkat. 8. Drum yang telah dihancurkan kemudian akan ditumpuk hingga menunggu truk pihak berwenang untuk menanganinya. Drum hancur ditumpuk pada palet dengan tinggi drum maksimal 8 tumpuk. Perusahaan V Kalimantan Timur telah membuat beberapa peraturan baik berbentuk SOP maupun RWP (Routine Work Practice) yang bertujuan untuk melindungi pekerja dan lingkungan kerjanya dari risiko kecelakaan ataupun bahaya yang dapat memengaruhi produktivitas. Berikut merupakan beberapa bagian dari prosedur dalam penanganan dan pengoperasian manual HSE-SAF-Pro-0021, 5 Januari 2015 yang disusun oleh tim departemen Heath, Safety, Environtment and Oprational Integrity yang diterapkan bagi seluruh pekerja dan mitra kerja perusahaan V Kalimantan Timur : Pengoperasian manual yaitu mengoperasikan alat, mesin, atau perangkat elektronik supaya aktif, bergerak, atau berhenti yang memerlukan bantuan tenaga manusia secara manual dengan menggunakan tangan atau anggota tubuh lainnya untuk mengendalikan alat kontrolnya. Departemen terkait perlu memastikan pekerja telah mendapatkan pengenalan mengenai penanganan dan pengoperasian manual sebagai pelatihan wajib, memastikan area berbahaya terutama titik potensi terjepit teridentifikasi dan

24 30 mudah dikenali, memastikan semua alat pelindung diri yang diperlukan tersedia dan didistribusikan kepada pekerja sesuai dengan penilaian risiko. Temuan yang signifikan dari penilaian risiko harus dicatat dan disimpan, mudah diakses, selama masih relevan. Perlunya pengertian pekerja akan informasi atau tanda bahaya untuk penanganan dan pengoperasian manual. Setiap area harus melakukan identifikasi dan pendataan setiap pinch point di area masing-masing dan harus selalu diperbaharui jika ada yang baru dengan cara pemberian kode warna kuning hitam untuk area pinch point, warna hijau untuk area handle, dan pemberian stiker hand injury. Penanganan oleh dua orang atau lebih dapat memungkinkan operasi yang dilakukan melebihi kemampuan satu orang. Kemampuan tim dari dua orang adalah dua pertiga jumlah kemampuan individu dan kemampuan tim terdiri dari tiga orang adalah setengah jumlah kemampuan individu. Suatu komunikasi yang jelas harus dilakukan antara tim mengenai waktu pengangkatan dan arah. Pada saat memindahkan usahakan bergerak perlahan dan dikomando oleh satu orang. Pertimbangkan beban memiliki pegangan yang cukup. Jika membutuhkan ketepatan untuk penempatan beban, letakkan beban lebih dahulu lalu geser ke posisi yang diinginkan. Berat maksimum materi yang diangkat adalah 1/3 berat orang yang mengangkat. Membawa beban saat duduk maksimal 3 kg untuk wanita dan 5 kg untuk laki-laki dan sebisa mungkin beban berada di dekat badan. Pastikan semua pekerja menggunakan APD sesuai yang diwajibkan. Penentuan jenis APD yang sesuai dilakukan untuk mengendalikan risiko yang mungkin muncul.

25 31 Setiap karyawan dan mitra kerja yang bekerja di area perusahaan V Kalimantan Timur baik di lapangan maupun di kantor wajib mendapatkan pelatihan penanganan dan pengoperasian manual oleh pelatih yang ditunjuk. Pelatihan, praktik langsung, atau sosialisasi prosedur terkait penggunaan alat bantu penanganan material mungkin diperlukan untuk mengurangi risiko kecelakaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ergonomi 2.1.1. Pengertian Ergonomi Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK TUGAS AKHIR ANALISA POSTUR KERJA DAN PERANCANGAN ALAT BANTU UNTUK AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING INDUSTRI KECIL (Studi kasus: Industri Kecil Pembuatan Tahu di Kartasuro) Diajukan sebagai salah satu

Lebih terperinci

Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe

Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe Farida Ariani 1), Ikhsan Siregar 2), Indah Rizkya Tarigan 3), dan Anizar 4) 1) Departemen Teknik Mesin, Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Penelitian merupakan serangkaian aktivitas merumuskan, mengumpulkan, mengolah, menganalisis dan menarik suatu kesimpulan dari suatu permasalahan yang dijadikan objek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aktivitas manual material handling atau penanganan material secara manual masih menjadi sebagian besar aktivitas yang ada di dunia industri seperti aktivitas pengangkatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pekerja, serta pekerja dengan pekerjaannya (International Labour Organization, 1985).

BAB I PENDAHULUAN. pekerja, serta pekerja dengan pekerjaannya (International Labour Organization, 1985). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan multidisiplin ilmu yang terfokus pada penerapan prinsip ilmu dalam memahami adanya risiko yang memengaruhi kesehatan dan keselamatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ergonomi Pada tinjauan mengenai ergonomi akan dibahas mengenai definisi ergonomi dan metode penilaian risiko MSDs. Kedua hal tersebut dijabarkan seperti berikut ini : 1.1.1

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini berisi analisis dan interpretasi hasil berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya. Analisis dan interpretasi hasil bertujuan untuk menjelaskan hasil dari

Lebih terperinci

Metode dan Pengukuran Kerja

Metode dan Pengukuran Kerja Metode dan Pengukuran Kerja Mengadaptasi pekerjaan, stasiun kerja, peralatan dan mesin agar cocok dengan pekerja mengurangi stress fisik pada badan pekerja dan mengurangi resiko cacat kerja yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Batik merupakan kerajinan tangan yang bernilai seni tinggi yang pada tanggal 2 Oktober 2009 ditetapkan oleh UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural

Lebih terperinci

MUSCULOSKELETAL DISORDERS. dr.fauziah Elytha,MSc

MUSCULOSKELETAL DISORDERS. dr.fauziah Elytha,MSc MUSCULOSKELETAL DISORDERS dr.fauziah Elytha,MSc Muskuloskeletal disorder gangguan pada bagian otot skeletal yang disebabkan oleh karena otot menerima beban statis secara berulang dan terus menerus dalam

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan seseorang mulai dari keluhan sangat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan seseorang mulai dari keluhan sangat BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keluhan Muskuloskeletal Menurut Tarwaka (2004), keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan seseorang mulai dari keluhan sangat ringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran ergonomi, karena ergonomi berkaitan dengan orang yang bekerja, selain dalam rangka efektivitas, efisiensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BULOG adalah perusahaan umum milik negara yang bergerak di bidang logistik pangan. Ruang lingkup bisnis perusahaan meliputi usaha logistik/pergudangan, survei

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tenaga kerja merupakan unsur terpenting dalam perusahaan untuk meningkatkan produksi perusahaan, di samping itu tenaga kerja sangat beresiko mengalami masalah kesehatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit akibat kerja, keluhan muskuloskeletal merupakan keluhan yang paling sering

BAB I PENDAHULUAN. penyakit akibat kerja, keluhan muskuloskeletal merupakan keluhan yang paling sering BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit akibat kerja dapat terjadi saat melakukan aktivitas kerja. Dari sekian banyak penyakit akibat kerja, keluhan muskuloskeletal merupakan keluhan yang paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Masalah utama dalam aktivitas produksi ditinjau dari segi kegiatan / proses produksi adalah bergeraknya material dari satu proses ke proses produksi berikutnya. Untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, beregrak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja atau yang sering dimasuki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan pada sistem otot rangka/musculoskeletal disorders (MSDs)

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan pada sistem otot rangka/musculoskeletal disorders (MSDs) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan pada sistem otot rangka/musculoskeletal disorders (MSDs) merupakan masalah dalam bidang kesehatan kerja pada saat ini. Gangguan ini akan menyebabkan penurunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produksi, terutama perusahaan yang bersifat padat karya. Produktivitas tenaga kerja

BAB I PENDAHULUAN. produksi, terutama perusahaan yang bersifat padat karya. Produktivitas tenaga kerja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Faktor pekerja masih sangat mempengaruhi tingkat produktivitas suatu sistem produksi, terutama perusahaan yang bersifat padat karya. Produktivitas tenaga kerja dapat

Lebih terperinci

ANALISIS ERGONOMI PADA PRAKTIK MEMELIHARA RODA DAN BAN MENGGUNAKAN METODE REBA

ANALISIS ERGONOMI PADA PRAKTIK MEMELIHARA RODA DAN BAN MENGGUNAKAN METODE REBA 60 ANALISIS ERGONOMI PADA PRAKTIK MEMELIHARA RODA DAN BAN MENGGUNAKAN METODE REBA Friska Pakpahan 1, Wowo S. Kuswana 2, Ridwan A.M. Noor 3 Departemen Pendidikan Teknik Mesin Universitas Pendidikan Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan Jangka Panjang bidang kesehatan terdiri atas upaya pokok di bidang kesehatan yang dituangkan dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN). Dalam SKN disebutkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Produktivitas Kerja 1. Pengertian Produktivitas kerja adalah jumlah barang atau jasa yang dihasilkan oleh tenaga kerja yang bersangkutan dalam suatu periode tertentu. (15) Umumnya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Untuk mendapatkan gambaran tentang langkah-langkah pendekatan yang dilakukan untuk memcahkan masalah dalam penelitian ini, maka dalam bab ini akan dijelaskan secara terperinci

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja masih dominan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja masih dominan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja masih dominan dalam menjalankan proses produksi terutama kegiatan yang bersifat manual. Salah satu bentuk peranan manusia

Lebih terperinci

ANALISIS POSTUR KERJA PEKERJA PROSES PENGESAHAN BATU AKIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE REBA

ANALISIS POSTUR KERJA PEKERJA PROSES PENGESAHAN BATU AKIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE REBA ANALISIS POSTUR KERJA PEKERJA PROSES PENGESAHAN BATU AKIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE REBA Fahmi Sulaiman 1 * & Yossi Purnama Sari 2 1,2 Program Studi Teknik Industri, Politeknik LP3I Medan Tel: 061-7867311

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PENILAIAN RISIKO ERGONOMI DENGAN METODE REBA DAN QEC (Studi Kasus Pada Kuli Angkut Terigu)

PERBANDINGAN PENILAIAN RISIKO ERGONOMI DENGAN METODE REBA DAN QEC (Studi Kasus Pada Kuli Angkut Terigu) PERBANDINGAN PENILAIAN RISIKO ERGONOMI DENGAN METODE REBA DAN QEC (Studi Kasus Pada Kuli Angkut Terigu) Meity Martaleo Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Katolik Parahyangan

Lebih terperinci

Kata Kunci: metode QEC, pekerja gerabah, sepuluh postur duduk

Kata Kunci: metode QEC, pekerja gerabah, sepuluh postur duduk EVALUASI RESIKO POSTUR KERJA DI UMKM GERABAH MENGGUNAKAN METODE QUICK EXPOSURE CHECKLIST Indah Pratiwi 1*, Purnomo 2, Rini Dharmastiti 3, Lientje Setyowati 4 1 Mahasiswi Program Doktor Teknik Mesin Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses produksi. Jika manusia bekerja dalam kondisi yang nyaman baik

BAB I PENDAHULUAN. proses produksi. Jika manusia bekerja dalam kondisi yang nyaman baik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Perusahaan dituntut untuk memperhatikan kinerja pekerjanya, karena pekerja merupakan salah satu aset perusahaan yang sangat vital dalam kegiatan proses

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC BAB V ANALISA HASIL 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, OWAS & QEC Berdasarkan bab sebelumnya, maka pada bab ini akan dilakukan analisis hasil pengolahan data terhadap pengukuran

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Keterbatasan Penelitian Penelitian terhadap proses pekerjaan finishing yang terdiri dari pemeriksaan kain, pembungkusan kain, dan pengepakan (mengangkat kain) ini memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus sesuai dengan kondisi tubuh serta tenaga yang dimiliki oleh masing-masing individu

BAB I PENDAHULUAN. harus sesuai dengan kondisi tubuh serta tenaga yang dimiliki oleh masing-masing individu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesiasebagian warga berprofesi nelayan, kegiatan yang dilakukan oleh nelayan harus sesuai dengan kondisi tubuh serta tenaga yang dimiliki oleh masing-masing

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ergonomi Aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, teknik, manajemen dan desain / perancangan yang berkenaan pula dengan optimasi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kata yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kata yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ergonomi Ergonomi atau ergonomics (bahasa Inggrisnya) sebenarnya berasal dari kata yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum. Dengan demikian ergonomi

Lebih terperinci

PERANCANGAN STASIUN KERJA PEMBUATAN KULIT MOCHI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI

PERANCANGAN STASIUN KERJA PEMBUATAN KULIT MOCHI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI PERANCANGAN STASIUN KERJA PEMBUATAN KULIT MOCHI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI Silvi Ariyanti 1 1 Program Studi Teknik Industri Universitas Mercubuana Email: ariyantisilvi41@gmail.com ABSTRAK Pada industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi di era globalisasi ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan industri di Indonesia. Sehingga industri perlu mengadakan perubahan untuk mengikuti

Lebih terperinci

ANALISIS SIKAP KERJA DAN MUSCULOSKELETAL DISORDERS PADA PEKERJA DRUM HANDLING PERUSAHAAN V KALIMANTAN TIMUR

ANALISIS SIKAP KERJA DAN MUSCULOSKELETAL DISORDERS PADA PEKERJA DRUM HANDLING PERUSAHAAN V KALIMANTAN TIMUR UNIVERSITAS UDAYANA ANALISIS SIKAP KERJA DAN MUSCULOSKELETAL DISORDERS PADA PEKERJA DRUM HANDLING PERUSAHAAN V KALIMANTAN TIMUR SHARRYL ALLICIA KAINDE PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS

ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS Dian Palupi Restuputri *1, Erry Septya Primadi 2, M. Lukman 3 1,2,3 Universitas Muhammadiyah Malang Kontak person:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut ILO (2013) Diperkirakan 2.34 juta orang meninggal setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. Menurut ILO (2013) Diperkirakan 2.34 juta orang meninggal setiap tahunnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut ILO (2013) Diperkirakan 2.34 juta orang meninggal setiap tahunnya dikarenakan penyakit akibat kerja dan kecelakaan akibat kerja, sebagaian besar diperkirakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pekerja merupakan salah satu komponen yang perlu mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pekerja merupakan salah satu komponen yang perlu mendapatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pekerja merupakan salah satu komponen yang perlu mendapatkan perhatian dari suatu industri. Hal tersebut merupakan input perusahaan yang penting karena tanpa adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manual (Manual Material Handling/MMH). Kelebihan MMH bila

BAB I PENDAHULUAN. manual (Manual Material Handling/MMH). Kelebihan MMH bila 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja masih dominan dalam menjalankan proses produksi terutama kegiatan yang bersifat manual. Salah satu bentuk peranan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sales promotion Girl (SPG) merupakan suatu profesi yang bergerak dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sales promotion Girl (SPG) merupakan suatu profesi yang bergerak dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sales Promotion Girl 2.1.1. Definisi Sales promotion Girl (SPG) merupakan suatu profesi yang bergerak dalam pemasaran atau promosi suatu produk. Profesi ini biasanya menggunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini dibahas teori-teori yang digunakan sebagai landasan dan dasar pemikiran yang mendukung analisis dan pemecahan permasalahan dalam penelitian ini. 2.1 Kajian Ergonomi

Lebih terperinci

MODUL 10 REBA. 1. Video postur kerja operator perakitan

MODUL 10 REBA. 1. Video postur kerja operator perakitan MODUL 10 REBA 1. Deskripsi Rapid Entire Body Assessment (REBA) merupakan metode yang dikembangkan dalam bidang ergonomic dan dapat digunakan secara cepat untuk menilai postur kerja seorang operator. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penilaian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan mengenai faktor-faktor risiko ergonomi yang mempengaruhi besarnya tingkat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Arbeitswissenschaft di Jerman, Human Factors Engineering atau Personal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Arbeitswissenschaft di Jerman, Human Factors Engineering atau Personal BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ergonomi 2.1.1 Defenisi Ergonomi Kata ergonomi berasal dari bahasa Yunani: ergon (kerja) dan nomos (peraturan, hukum). Pada berbagai negara digunakan istilah yang berbeda, seperti

Lebih terperinci

HUBUNGAN SIKAP KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA UNIT WEAVING DI PT DELTA MERLIN DUNIA TEXTILE IV BOYOLALI

HUBUNGAN SIKAP KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA UNIT WEAVING DI PT DELTA MERLIN DUNIA TEXTILE IV BOYOLALI Hubungan Sikap Kerja dengan Keluhan Muskuloskeletal... (Amelinda dan Iftadi) HUBUNGAN SIKAP KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA UNIT WEAVING DI PT DELTA MERLIN DUNIA TEXTILE IV BOYOLALI Bela

Lebih terperinci

Analisis Risiko Manual Handling pada Pekerja PT. XYZ

Analisis Risiko Manual Handling pada Pekerja PT. XYZ Analisis Risiko Manual Handling pada Pekerja PT. XYZ Cita Anugrah Adi Prakosa 1), Pringgo Widyo Laksono 2) 1,2) Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret Surakarta 2) Laboratorium

Lebih terperinci

Universitas Indonesia

Universitas Indonesia 36 BAB V HASIL 5. 1 Profil PT Soraya Intercine Films PT Soraya Intercine Flims merupakan rumah produksi yang didirikan pada tahun 1982. Aktivitas bisnis dari perusahaan ini antara lain adalah: 1. Memproduksi

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: DESAIN ALAT BANTU PADA AKTIVITAS PENUANGAN MATERIAL KEDALAM MESIN PENCAMPUR DI PT ABC DENGAN METODE REBA

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: DESAIN ALAT BANTU PADA AKTIVITAS PENUANGAN MATERIAL KEDALAM MESIN PENCAMPUR DI PT ABC DENGAN METODE REBA DESAIN ALAT BANTU PADA AKTIVITAS PENUANGAN MATERIAL KEDALAM MESIN PENCAMPUR DI PT ABC DENGAN METODE REBA Etika Muslimah 1*, Dwi Ari Wibowo 2 1,2 Jurusan Teknik Industri, Universitas Muhammadiyah Surakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan program pengembangan dan pendayagunaan SDM tersebut, pemerintah juga memberikan jaminan kesejahteraan, kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan program pengembangan dan pendayagunaan SDM tersebut, pemerintah juga memberikan jaminan kesejahteraan, kesehatan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang maksimal, pembangunan bangsa Indonesia dewasa ini lebih dikonsentrasikan pada pengembangan dan pendayagunaan Sumber

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tempat dan kondisi kerja yang kurang nyaman dapat menimbulkan kerugian bahkan kecelakaan pada karyawan. Akibat yang ditimbulkan dari kurangnya kenyamanan dan keamanan kondisi kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PT. Indofood Sukses Makmur. Tbk Bogasari Flour Mills adalah produsen

BAB I PENDAHULUAN. PT. Indofood Sukses Makmur. Tbk Bogasari Flour Mills adalah produsen BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang PT. Indofood Sukses Makmur. Tbk Bogasari Flour Mills adalah produsen tepung terigu di Indonesia dengan kapasitas produksi sebesar 3,6 juta ton per tahun yang merupakan

Lebih terperinci

PENILAIAN POSTUR OPERATOR DAN PERBAIKAN SISTEM KERJA DENGAN METODE RULA DAN REBA (STUDI KASUS)

PENILAIAN POSTUR OPERATOR DAN PERBAIKAN SISTEM KERJA DENGAN METODE RULA DAN REBA (STUDI KASUS) PENILAIAN POSTUR OPERATOR DAN PERBAIKAN SISTEM KERJA DENGAN METODE RULA DAN REBA (STUDI KASUS) Rizki Wahyuniardi *), Dhia Malika Reyhanandar Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

Disusun Oleh: Roni Kurniawan ( ) Pembimbing: Dr. Ina Siti Hasanah, ST., MT.

Disusun Oleh: Roni Kurniawan ( ) Pembimbing: Dr. Ina Siti Hasanah, ST., MT. ANALISIS POSTUR KERJA MENGGUNAKAN METODE RAPID ENTIRE BODY ASSESMENT PADA OPERATOR DALAM PEMBUATAN PEMBERSIH AIR LIMBAH DI PT. KAMIADA LESTARI INDONESIA Disusun Oleh: Roni Kurniawan (36411450) Pembimbing:

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKA STASIUN KERJA MENCANTING DENGAN ANALISIS KELUHAN MUSKULOSCELETAL (Studi Kasus: Industri Batik Gress Tenan)

USULAN PERBAIKA STASIUN KERJA MENCANTING DENGAN ANALISIS KELUHAN MUSKULOSCELETAL (Studi Kasus: Industri Batik Gress Tenan) USULAN PERBAIKA STASIUN KERJA MENCANTING DENGAN ANALISIS KELUHAN MUSKULOSCELETAL (Studi Kasus: Industri Batik Gress Tenan) Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Industri

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POSTUR KERJA SECARA ERGONOMI UNTUK MENGHINDARI MUSCULOSKELETAL DISORDERS

IDENTIFIKASI POSTUR KERJA SECARA ERGONOMI UNTUK MENGHINDARI MUSCULOSKELETAL DISORDERS IDENTIFIKASI POSTUR KERJA SECARA ERGONOMI UNTUK MENGHINDARI MUSCULOSKELETAL DISORDERS Meri Andriani Universitas Samudra, Jl. Meurandeh Prodi Teknik Industri. Email: meri_zulham@yahoo.com Abstrak Postur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ergonomi yang kurang tepat yaitu Musculoskeletal disorder (MSDs). Keluhan

BAB 1 PENDAHULUAN. ergonomi yang kurang tepat yaitu Musculoskeletal disorder (MSDs). Keluhan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi industri diikuti dengan risiko bahaya kesehatan akibat tidak adanya keseimbangan interaksi antara manusia dengan peralatan, lingkungan dan mesin

Lebih terperinci

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Yang bertanda tangan di bawah ini, saya : Nama : Umur/Tanggal Lahir : Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan Dengan ini menyatakan bersedia untuk menjadi responden penelitian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di negara barat misalnya Inggris dan Amerika Serikat kejadian nyeri punggung (terutama nyeri pada punggung bagian bawah) telah mencapai proporsi epidemik. Satu survei

Lebih terperinci

ANALISA ERGONOMI PADA POSTUR KERJA OPERATOR PAKAN AYAM MENGGUNAKAN METODE RAPID UPPER LIMB ASSESMENT (RULA) DI PT. X. Abstrak

ANALISA ERGONOMI PADA POSTUR KERJA OPERATOR PAKAN AYAM MENGGUNAKAN METODE RAPID UPPER LIMB ASSESMENT (RULA) DI PT. X. Abstrak ANALISA ERGONOMI PADA POSTUR KERJA OPERATOR PAKAN AYAM MENGGUNAKAN METODE RAPID UPPER LIMB ASSESMENT (RULA) DI PT. X Krishna Tri Sanjaya 1 Staf Pengajar, Universitas PGRI Ronggolawe, Tuban krishnasanjaya@yahoo.com

Lebih terperinci

PERBAIKAN METODE KERJA OPERATOR MELALUI ANALISIS MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs)

PERBAIKAN METODE KERJA OPERATOR MELALUI ANALISIS MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) PERBAIKAN METODE KERJA OPERATOR MELALUI ANALISIS MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) Muchlison Anis 1*, Lily Sofwa Intani 2, Etika Muslimah 3 1,2,3 Jurusan Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Surakarta

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 1.1 Metode Pengukuran Tingkat Resiko Ergonomi Yang Ada Sekarang Pengukuran tingkat resiko ergonomi merupakan cara yang dilakukan oleh seseorang atau suatu lembaga,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Ergonomi Konsep ergonomi telah muncul lama berselang bahkan bentuk-bentuknya sudah ada sejak jaman Mesir kuno, tetapi bagi sebagian besar orang, istilah ergonomi masih terdengar

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia dewasa ini lebih dikonsentrasikan pada

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia dewasa ini lebih dikonsentrasikan pada BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang maksimal, pembangunan bangsa Indonesia dewasa ini lebih dikonsentrasikan pada pengembangan dan pendayagunaan Sumber

Lebih terperinci

ANALISIS POSTUR KERJA MANUAL MATERIAL HANDLING DENGAN METODE OVAKO WORKING ANALISIS SYSTEM (OWAS) PADA HOME INDUSTRI MAWAR

ANALISIS POSTUR KERJA MANUAL MATERIAL HANDLING DENGAN METODE OVAKO WORKING ANALISIS SYSTEM (OWAS) PADA HOME INDUSTRI MAWAR ANALISIS POSTUR KERJA MANUAL MATERIAL HANDLING DENGAN METODE OVAKO WORKING ANALISIS SYSTEM (OWAS) PADA HOME INDUSTRI MAWAR Dewi Mulyati 1 Vera Viena 2 Irhamni 3 dan Baharuddinsyah 4 1 Jurusan Teknik Industri,

Lebih terperinci

Mempelajari Proses Produksi Dan Postur Kerja Operator Pada Pemindahan Karung Pupuk Urea Bersubsidi Di PT Pupuk Kujang

Mempelajari Proses Produksi Dan Postur Kerja Operator Pada Pemindahan Karung Pupuk Urea Bersubsidi Di PT Pupuk Kujang Mempelajari Proses Produksi Dan Postur Kerja Operator Pada Pemindahan Karung Pupuk Urea Bersubsidi Di PT Pupuk Kujang Nama : Tehrizka Tambihan NPM : 37412336 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Rossi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dunia kerja, seorang atau sekelompok pekerja dapat berisiko mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan. Salah

Lebih terperinci

Analisis Postur Kerja dengan Metode REBA untuk Mengurangi Resiko Cedera pada Operator Mesin Binding di PT. Solo Murni Boyolali

Analisis Postur Kerja dengan Metode REBA untuk Mengurangi Resiko Cedera pada Operator Mesin Binding di PT. Solo Murni Boyolali Analisis Postur Kerja dengan Metode REBA untuk Mengurangi Resiko Cedera pada Operator Mesin Binding di PT. Solo Murni Boyolali Alfian Destha Joanda *1) dan Bambang Suhardi *2) 1,2) Program Pascasarjana

Lebih terperinci

Bambang, 2008 mengemukakan 3 (tiga) sikap kerja yaitu: duduk, duduk berdiri, dan berdiri.

Bambang, 2008 mengemukakan 3 (tiga) sikap kerja yaitu: duduk, duduk berdiri, dan berdiri. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sikap Kerja 2.1.1 Definisi Sikap Kerja Sikap kerja merupakan tindakan yang diambil pekerja dan segala sesuatu yang harus dilakukan oleh pekerja tersebut yang hasilnya sebanding

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Postur tubuh yang tidak seimbang dan berlangsung dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan stress pada bagian tubuh tertentu, yang biasa disebut dengan postural

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih dominan dialami oleh para pekerja. secara fisik yang berat. Salah satu akibat dari kerja secara manual, seperti

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih dominan dialami oleh para pekerja. secara fisik yang berat. Salah satu akibat dari kerja secara manual, seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini begitu banyak pekerjaan yang dilakukan dengan menggunakan mesin, mulai dari mesin yang sangat sederhana sampai dengan penggunaan mesin dengan berbasis

Lebih terperinci

Cut Ita Erliana dan Ruchmana Romauli Rajagukguk. Lhokseumawe Aceh Abstrak

Cut Ita Erliana dan Ruchmana Romauli Rajagukguk. Lhokseumawe Aceh   Abstrak ANALISA POSTUR KERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE RAPPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA) PADA PEKERJA BAGIAN MOTHER PLANT DEPARTEMEN NURSERY PT. TOBA PULP LESTARI, TBK PORSEA Cut Ita Erliana dan Ruchmana Romauli

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Bahan baku batu bata adalah tanah liat atau tanah lempung yang telah

BAB II LANDASAN TEORI. Bahan baku batu bata adalah tanah liat atau tanah lempung yang telah BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Batu bata Bahan baku batu bata adalah tanah liat atau tanah lempung yang telah dibersihkan dari kerikil dan batu-batu lainnya. Tanah ini banyak ditemui di sekitar kita. Itulah

Lebih terperinci

ANALISA RESIKO MANUAL MATERIAL HANDLING PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI UD. CITRA TANI

ANALISA RESIKO MANUAL MATERIAL HANDLING PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI UD. CITRA TANI ANALISA RESIKO MANUAL MATERIAL HANDLING PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI UD. CITRA TANI Ade Putri Kinanthi 1, Nur Azizah Rahmadani 2, Rahmaniyah Dwi Astuti 3 1,2 Program Studi Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

POSTURE & MOVEMENT PERTEMUAN 2 DECY SITUNGKIR, SKM, MKKK KESEHATAN MASYARAKAT

POSTURE & MOVEMENT PERTEMUAN 2 DECY SITUNGKIR, SKM, MKKK KESEHATAN MASYARAKAT POSTURE & MOVEMENT PERTEMUAN 2 DECY SITUNGKIR, SKM, MKKK KESEHATAN MASYARAKAT Model Konsep Interaksi Ergonomi POSTURE??? Postur Kerja & Pergerakan An active process and is the result of a great number

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA I-20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ergonomi dan Produktivitas 2.1.1 Ergonomi Ergonomi atau ergonomics (bahasa Inggrisnya) sebenarnya berasal dari kata yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Muskuloskeletal Disorders (MSDs) 1. Definisi Muskuloskeletal Disorders(MSDs) MSDs merupakan sekelompok kondisi patologis dimana dapat mempengaruhi fungsi normal dari jaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hakekat ilmu pengetahuan selalu mengalami perkembangan melalui pembelajaran, penyempurnaan, atau temuan baru secara interaktif, berkolaborasi dengan berbagai kajian

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan survai ergonomi yang dilakukan pada 3 grup pekerjaan yaitu.

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan survai ergonomi yang dilakukan pada 3 grup pekerjaan yaitu. BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan survai ergonomi yang dilakukan pada 3 grup pekerjaan yaitu. Group Machining Motor Cashing, Group Rotor Assembling dan Group Pump Final Assembling di

Lebih terperinci

ANALISIS POSTUR KERJA PADA TENAGA KERJA DENGAN METODE REBA AREA WORKSHOP PT X JAKARTA TIMUR

ANALISIS POSTUR KERJA PADA TENAGA KERJA DENGAN METODE REBA AREA WORKSHOP PT X JAKARTA TIMUR ANALISIS POSTUR KERJA PADA TENAGA KERJA DENGAN METODE REBA AREA WORKSHOP PT X JAKARTA TIMUR Iwan Suryadi 1, Siti Rachmawati 2 1,2 Program Studi D3 Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

permukaan pekerjaan, misalnya seperti proses menjahit. Secara langsung maupun tidak langsung aktivitas kerja secara manual apabila tidak dilakukan sec

permukaan pekerjaan, misalnya seperti proses menjahit. Secara langsung maupun tidak langsung aktivitas kerja secara manual apabila tidak dilakukan sec ANALISIS FAKTOR PENYEBAB CUMULATIVE TRAUMA DISORDERS MENGGUNAKAN METODE QUICK EXPOSURE CHECKLIST PADA PROFESI PENJAHIT Harrun Aprianto Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Egonomi Ergonomi atau ergonomis berasal dari kata Yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum. Ergonomi dapat didefenisikan sebagai studi tentang aspek-aspek

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk berusaha atau bekerja dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya, dan hampir sebagian besar dari mereka menghabiskan waktunya di tempat kerja.

Lebih terperinci

Analisis Postur Kerja Operator Penyusunan Karton Box di Departemen Produksi PT XYZ dengan Metode Rapid Entire Body Assessment (REBA)

Analisis Postur Kerja Operator Penyusunan Karton Box di Departemen Produksi PT XYZ dengan Metode Rapid Entire Body Assessment (REBA) Analisis Postur Kerja Operator Penyusunan Karton Box di Departemen Produksi PT XYZ dengan Metode Rapid Entire Body Assessment (REBA) Achmad Samudra Dewantara 1) dan Bambang Suhardi 2) 1) Mahasiswa Program

Lebih terperinci

Analisis Postur Kerja Terkait Musculoskeletal Disorders (MSDS) pada Pengasuh Anak

Analisis Postur Kerja Terkait Musculoskeletal Disorders (MSDS) pada Pengasuh Anak Petunjuk Sitasi: Restuputri, D. P., Baroto, T., & Enka, P. (2017). Analisis Postur Kerja Terkait Musculoskeletal Disorders (MSDS) pada Pengasuh Anak. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. B265-271). Malang:

Lebih terperinci

ANALISIS ERGONOMI PADA PEKERJA LAUNDRI

ANALISIS ERGONOMI PADA PEKERJA LAUNDRI ANALISIS ERGONOMI PADA PEKERJA LAUNDRI Peneliti : Anita Dewi Prahastuti Sujoso 1 Mahasiswa : Melisa Fani 2, Alifatul Fitria 3, Rsikita Ikmala 4 Sumber dana : 1, Dosen Bagian Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ergonomi 2.1.1 Pengertian Ergonomi Ergonomi adalah suatu ilmu yang dapat digunakan untuk menggunakan informasi/data sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang sistem

Lebih terperinci

Evaluasi Postur Kerja Operator Pengangkatan Pada Distributor Minuman Kemasan ABSTRAK

Evaluasi Postur Kerja Operator Pengangkatan Pada Distributor Minuman Kemasan ABSTRAK Evaluasi Postur Kerja Operator Pengangkatan Pada Distributor Minuman Kemasan Ery Suhendri¹, Ade Sri Mariawati²,Ani Umiyati³ ¹ ² ³ Jurusan Teknik Industri Universitas Sultan Ageng Tirtayasa erysuhendri@yahoo.com¹,adesri77@gmail.com²,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring meningkatnya pertumbuhan perekonomian di Indonesia, membuat pembangunan juga semakin meningkat. Banyak pembangunan dilakukan di wilayah perkotaan maupun

Lebih terperinci

1 Pedahuluan. Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.5 No.1 (2016) 4-10 ISSN X

1 Pedahuluan. Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.5 No.1 (2016) 4-10 ISSN X Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.5 No.1 (2016) 4-10 ISSN 2302 934X Ergonomic and Work System Analisis Pemindahan Material Secara Manual Pada Pekerja Pengangkut Kayu Dengan Menggunakan Metode

Lebih terperinci

Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya Abstrak

Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya Abstrak Analisis Tingkat Risiko Cedera MSDs pada Pekerjaan Manual Material Handling dengan Metode REBA dan RULA pada Pekerjaan Area Produksi Butiran PT. Petrokimia Kayaku Reza Rashad Ardiliansyah 1*, Lukman Handoko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas, dari pencemaran lingkungan, sehingga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Gambaran risiko..., Tati Ariani, FKM UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Gambaran risiko..., Tati Ariani, FKM UI, 2009 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fokus keilmuan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah bahaya dan risiko yang melekat pada pekerjaan. Sjaaf (2006) menyatakan bahwa bahaya dan risiko tersebut akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan industri pada masa kini telah berada pada masa perkembangan yang sangat pesat. Hal ini bisa dilihat dari begitu banyaknya perusahaan ataupun industri-industri

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Diajukan guna melengkapi sebagai syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : Nama : Nur Ngaeni NIM :

TUGAS AKHIR. Diajukan guna melengkapi sebagai syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : Nama : Nur Ngaeni NIM : TUGAS AKHIR ANALISA POSTUR KERJA PADA AKTIVITAS PEKERJA PANEN BUAH KELAPA SAWIT (TBS) MENGGUNAKAN METODE RAPID ENTIRE BODY ASSESMENT (REBA) D i PT. XYZ Diajukan guna melengkapi sebagai syarat dalam mencapai

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Seiring meningkatnya pertumbuhan perekonomian di Indonesia, membuat pembangunan semakin meningkat pula. Untuk memenuhi kebutuhan pembangunan tersebut banyak orang membuka usaha di bidang bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stasiun Kerja Bawahan. Stasiun Kerja Finishing. Gambar 1.1 Stasiun Kerja Pembuatan Sepatu

BAB I PENDAHULUAN. Stasiun Kerja Bawahan. Stasiun Kerja Finishing. Gambar 1.1 Stasiun Kerja Pembuatan Sepatu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan produksi di bidang manufaktur maupun jasa sering dijumpai stasiun kerja yang tidak ergonomis dikarenakan tidak sesuainya antropometri pekerja dengan fasilitas

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5. Gambaran Aktivitas Pekerjaan Butik LaMode merupakan usaha sektor informal yang dikelola oleh pemilik usahanya sendiri. Butik pada umumnya menerima jahitan berupa kebaya dan

Lebih terperinci

terjadi karena kerja berlebihan (ougkverexertion) atau gerakan yang berulang

terjadi karena kerja berlebihan (ougkverexertion) atau gerakan yang berulang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia kerja, seseorang atau sekelompok pekerja dapat berisiko mengalami penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan. Kesehatan kerja

Lebih terperinci