BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perikardium, lapisan jantung sebelah luar, merupakan selaput pembungkus terdiri dari

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perikardium, lapisan jantung sebelah luar, merupakan selaput pembungkus terdiri dari"

Transkripsi

1 2.1 Penyakit Kardiovaskular Anatomi Jantung BAB II TINJAUAN PUSTAKA Jantung terletak di dalam rongga dada sebelah depan (kavum mediastinum anterior), sebelah kiri bawah dari pertengahan rongga dada, diatas diafragma, dan pangkalnya terdapat di belakang kiri antara kosta V dan VI dua jari di bawah papilla mamae. Pada tempat ini teraba adanya denyutan jantung yang disebut iktus kordis. Ukurannya kurang lebih sebesar genggaman tangan kanan dan beratnya kira-kira gram. Jantung dilapisi oleh tiga lapisan yaitu endokardium, miokardium dan perikardium. Endokardium merupakan lapisan jantung yang terdapat di sebelah dalam sekali yang terdiri dari jaringan endotel atau selaput lendir yang melapisi permukaan rongga jantung. Miokardium merupakan lapisan inti dari jantung yang terdiri dari otot-otot jantung, otot jantung ini membentuk bundalan-bundalan otot. Perikardium, lapisan jantung sebelah luar, merupakan selaput pembungkus terdiri dari 2 lapisan yaitu lapisan parietal dan visceral yang bertemu di pangkal jantung membentuk kantung jantung. Diantara dua lapisan jantung ini terdapat lendir sebagai pelicin untuk menjaga agar pergesekan antara pericardium pleura tidak menimbulkan gangguan terhadap jantung. Jantung terbagi atas empat ruang yaitu atrium kanan dan atrium kiri yang dipisahkan oleh septum intratrial. Ventrikel kanan dan ventrikel kiri dipisahkan oleh septum interventrikular. Atrium kanan menerima darah de-oksigen dari tubuh melalui 8

2 9 vena kava superior dan vena kava inferior. Ventrikel kanan menerima darah deoksigen sebagai kontrak atrium kanan. Atrium kiri menerima darah beroksigen dari paru-paru melalui vena paru-paru. Ventrikel kiri menerima darah yang mengandung oksigen sebagai kontrak atrium kiri. Pembuluh darah dalam jantung terdiri dari arteri koroner, vena kava superior, vena kava inferior, dan vena pulmonalis. Arteri koroner adalah jaringan pembuluh darah yang membawa oksigen dan darah kaya nutrisi ke jaringan otot jantung. Vena kava superior adalah salah satu dari dua pembuluh darah utama yang membawa darah de-oksigen dari tubuh ke jantung. Vena kava inferior adalah salah satu dari dua pembuluh darah utama yang membawa darah de-oksigen dari tubuh ke jantung. Vena pulmonalis adalah pembuluh darah mengangkut oksigen yang kaya dari paru ke atrium kiri Fisiologi Jantung Fungsi utama jantung adalah menyediakan oksigen ke seluruh tubuh dan membersihkan tubuh dari hasil metabolisme (karbondioksida). Jantung melaksanakan fungsi tersebut dengan mengumpulkan darah yang kekurangan oksigen dari seluruh tubuh dan memompanya ke dalam paru-paru, dimana darah akan mengambil oksigen dan membuang karbondioksida; jantung kemudian mengumpulkan darah yang kaya oksigen dari paru-paru dan memompanya ke jaringan di seluruh tubuh. Pada saat berdenyut, setiap ruang jantung mengendur dan terisi darah (diastol); selanjutnya jantung berkontraksi dan memompa darah keluar dari ruang jantung (sistol). Kedua atrium mengendur dan berkontraksi secara bersamaan, dan kedua ventrikel juga mengendur dan berkontraksi secara bersamaan. Darah yang kehabisan oksigen dan mengandung banyak karbondioksida dari seluruh tubuh

3 10 mengalir melalui 2 vena terbesar (vena kava) menuju ke dalam atrium kanan. Setelah atrium kanan terisi darah, dia akan mendorong darah ke dalam ventrikel kanan. Darah dari ventrikel kanan akan dipompa melalui katup pulmoner ke dalam arteri pulmonalis, menuju ke paru-paru. Darah akan mengalir melalui pembuluh yang sangat kecil (kapiler) yang mengelilingi kantong udara di paru-paru, menyerap oksigen dan melepaskan karbondioksida yang selanjutnya dihembuskan. Darah yang kaya akan oksigen mengalir di dalam vena pulmonalis menuju ke atrium kiri. Peredaran darah diantara bagian kanan jantung, paru-paru dan atrium kiri disebut sirkulasi pulmoner. Darah dalam atrium kiri akan didorong ke dalam ventrikel kiri, yang selanjutnya akan memompa darah yang kaya akan oksigen ini melewati katup aorta masuk ke dalam aorta (arteri terbesar dalam tubuh). Darah kaya oksigen ini disediakan untuk seluruh tubuh, kecuali paru-paru. Siklus jantung mencakup periode dari akhir kontraksi (sistol) dan relaksasi (diastol) jantung sampai akhir sistole dan diastole berikutnya. Kontraksi jantung mengakibatkan perubahan tekanan dan volume darah dalam jantung dan pembuluh utama yang mengatur pembukaan dan penutupan katup jantung serta aliran darah yang melalui ruang-ruang dan masuk ke arteri. Frekuensi jantung normal berkisar antara 60 sampai 100 denyut per menit, dengan rata-rata denyutan 75 kali per menit. Dengan kecepatan seperti itu, siklus jantung berlangsung selama 0,8 detik: sistole 0,5 detik, dan diastole 0,3 detik. Curah jantung adalah volume darah yang dikeluarkan oleh kedua ventrikel per menit. Curah jantung terkadang disebut volume jantung per menit. Volumenya kurang lebih 5 L per menit pada laki-laki berukuran rata-rata dan kurang 20 % pada perempuan. Aktivitas berat memperbesar curah jantung sampai 25

4 11 L per menit, pada atlit yang sedang berlatih mencapai 35 L per menit. Cadangan jantung adalah kemampuan jantung untuk memperbesar curahnya Diet Penyakit Kardiovaskular Terapi gizi untuk penyakit kardiovaskular menganjurkan penggunaan lemak yang sehat, mengganti lemak trans dengan lemak tak jenuh tunggal serta menganjurkan penggunaan asam lemak omega-3 dan konsumsi sayuran dan buah untuk meningkatkan asupan serat. Selain itu, kalori harus berada pada tingkat yang bertujuan untuk mempertahankan atau mencapai berat badan yang ideal. Perubahan gaya hidup sangat penting dan kadang kala penggunaan obat juga dibutuhkan untuk mempertahankan kesehatan arteri dan mencegah perkembangan penyakit lebih lanjut,. Tujuannya adalah mempertahankan darah agar tetap mengalir dengan bebas disepanjang arteri. Theurapetic Lifestyle Changes (TLC) yang dianjurkan oleh National Program Cholesterol Educational Program (NCEP) Adult Treatment Panel III (ATP III) tahun 2001 dalam Herbold (2007) adalah sebagai berikut : 1. Konsumsi kurang dari 7% kalori dari lemak jenuh perhari dan hindari lemak trans 2. Konsumsi kurang dari 200 mg kolesterol perhari 3. Konsumsi 25-35% energi dari lemak dengan 20% asam lemah tak jenuh tunggal, 10% asam lemak tak jenuh ganda termasuk omega-3 4. Konsumsi 50-60% energi dari karbohidrat dan 15% dari protein 5. Pertimbangkan untuk meningkatkan konsumsi serat hingga gr perhari 6. Asupan energi harus mempertahankan berat badan ideal

5 12 7. Lakukan latihan fisik yang sedang untuk mengeluarkan energi minimal 200kkal 8. Konsumsi natrium dibatasi maksimal 2400 mg untuk hipertensi dan mencegah edema a. Dislipidemia Dislipidemia merupakan kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kenaikan Low Density Lipoprotein kolesterol (LDL-C), kenaikan kadar trigliserida dan penurunan kadar High Density Lipoprotein kolesterol (HDL-C). Kolesterol disintesis dalam hati dari hasil metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Penyebab peningkatan kadar kolesterol dalam darah adalah faktor genetik dan asupan lemak jenuh yang tinggi. Asupan lemak total berhubungan dengan faktor kegemukan yang berhubungan dengan faktor risiko terjadinya atherosklerosis. LDLkolesterol membawa kolesterol dari hati dan melepaskanya pada dinding pembuluh darah. Keadaan ini bisa menyebabkan pembentukan plak atau timbunan kolesterol pada dinding dalam pembuluh darah yang dibut atheroma. Atheroma menyebabkan penyempitan dan pengerasan dinding pembuluh darah atau atherosklerosis. HDLkolesterol mengangkut kolesterol yang tercecer pada dinding dalam pembuluh darah dan kembali membawanya ke hati. HDL-kolesterol mencegah terjadinya pembentukan atheroma karena membersihkan dinding pembuluh darah. Trigliserida berasal dari lemak makanan atau hasil perubahan energi yang berlebihan. Trigliserida diangkut oleh very low density lipoprotein cholesterol

6 13 (VLDL-C) atau kilomikron ke jaringan tubuh sebagai energi atau ke jaringan lemak untuk disimpan. Penyebab peningkatan terigliserida adalah faktor genetik, konsumsi alkohol, estrogen, asupan karbohidrat sederhana yang berlebihan (Sizer dan Whitney, 2006). Kategori kadar lipid dalam darah adalah sebagai berikut : Tabel 2.1 Kategori Lipid dalam Darah Kategori TC (mg/dl) LDL-C (mg/dl) HDL-C (mg/dl) TG (mg/dl) Normal < 170 < < 150 Borderline High > < Sumber : Fieldman dan Cooper, 2007 Tujuan terapi gizi untuk penderita dislipidemia adalah menurunkan berat badan jika gemuk, mengubah jenis dan asupan lemak makanan, meurunkan kadar kolesterol dan meningkatkan asupan karbohidrat kompleks (Hartono,2006). Rekomendasi kebutuhan harian penderita dislipidemia adalah sebagai berikut : Tabel 2.2 Rekomendasi Kebutuhan Harian Penderita Dislipidemia Zat Gizi Rekomendasi Energi Protein Lemak Serat Kolesterol b. Hipertensi 50-60% Kebutuhan Total 10-20% Kebutuhan total < 30% Kebutuhan Total gr < 200 mg Hipertensi merupakan istilah yang digunakan untuk mejelaskan semua peningktan persisten pada tekanan darah arteri dari batas normal. Hipertensi didefenisikan sebagai kenaikan tekanan darah sistolik diatas 140 mmhg dan tekanan darah diastolik diatas 90 mmhg. Tekanan darah adalah kuatnya darah menekan dinding pembuluh darah saat dipompa dari jantung menuju seluruh tubuh. Fungsi

7 14 tekanan darah adalah mengalirkan darah ke seluruh tubuh. Tekanan darah yang tinggi meningkatkan risiko stroke, penyakit jantung, stroke, infark miokard dan gagal ginjal. Hipertensi terjadi akibat peningkatan volume darah, kecepatan denyut jantung dan resistensi pembuluh darah tepi (Gray, 2005). Klasifikasi tekanan darah untuk dewasa 18 tahun keatas dapat dilihat pada tabel 2.3. Tabel 2.3 Klasifikasi tekanan darah untuk dewasa Kategori Sistolik Diastolik Normal < 130 < 85 Normal Tinggi Hipertensi Tk Tk Tk Sumber : Price, 2005 Tujuan terapi gizi pada penderita hipertensi adalah membantu menghilangkan retensi garam dan air pada jaringan tubuh serta membantu menurunkan tekanan darah. Diet yang paling dikenal adalah diet DASH ( Dietary Approach to Stop Hypertension) yang merupakan diet sayuran dan buah yang banyak mengandung serat serta mineral tertentu dan asupan garam yang dibatasi (Hartono, 2006). Rekomendasi kebutuhan gizi harian untuk penderita hipertensi adalah sebagai berikut: Tabel 2.4 Rekomendasi kebutuhan gizi harian untuk penderita hipertensi Zat Gizi Rekomendasi Energi Protein Lemak Natrium Magnesium Kalium 50-60% Kebutuhan Total 10-20% Kebutuhan Total < 30% Kebutuhan Total < 2300 mg mg mg

8 15 c. Gagal Jantung Kongestif Gagal jantung kongestif (dekompensasi jantung) merupakan sindroma yang dicirikan oleh ketidakmampuan jantung dalam mempertahankan aliran darah yang memadai ke sistem sirkulasi sehingga terjadi penurunan aliran darah ke ginjal, retensi cairan dan natrium yang berlebihan, edema perifer, akhirnya jantung keletihan dan terjadi pembengkakan.walaupan awalnya hanya efisiensi kerja jantung dan sirkulasi yang terganggu, tetapi pada akhirnya keseluruhan sirkulasi ikut terganggu. Penyebab gagal jantung yang paling umum adalah hipertensi arterial, disfungsi sistolik ventrikularis, dan penyakit arteri koroner (Price dan Wilson, 2005). Pada anak-anak yang menderita gagal jantung kongestif sering terjadi gangguan tumbuh kembang dan berat badan susah naik. Keadaan ini disebabkan karena serangan sesak, gangguan absorpsi makanan karena penurunan perfusi darah ke usus dan infeksi yang menyertai penyakit ini. Pasien gagal jantung kongestif yang lanjut dapat menderita kaheksia (cardiac cahexia) berat dan penurunan massa lemak dan otot. Etiologi kaheksia jantung mencakup anoreksia, hipermetabolisme yang berhubungan dengan kardiomegali dan kehilangan zat gizi yang berhubungan dengan hipoksi atau malabsorpsi. Terapi kaheksia jantung memerlukan dukungan gizi yang agresif, umumnya mencakup enteral feeding yang membantu asupan oral. Formula enteralnya terdiri dari unsur gizi elemental seperti peptida, maltodekstrin dan minyak rantai sedang (MCT) agar kalori yang cukup dapat diberikan tanpa memboroskan energi untuk menyerap unsur tersebut (Krummel, 2006). Terapi gizi pada pasien gagal jantung kongestif bertujuan untuk memberikan makanan secukupnya tanpa memberatkan kerja jantung dan berfokus pada

9 16 keseimbangan status cairan dan elektrolit. Rekomendasi kebutuhan harian untuk penderita gagal jantung kongestif adalah sebagai berikut : Tabel 2.5 Rekomendasi kebutuhan harian untuk penderita gagal jantung kongestif Zat Gizi Rekomendasi Energi Protein Lemak Cairan Natrium Vitamin d. Penyakit Jantung Koroner 50-60% Kebutuhan Total 0,8 g/kg BB 20-30% Kebutuhan Total 1,5-2 Liter < 1200 mg Sesuai AKG Penyakit jantung koroner terjadi ketika plak yang berisikan lipoprotein, kolesterol,, debris jaringan, dan kolesterol terbentuk dalam permukaan interior pembuluh darah koroner sehingga terjadi pengerasan dan penyempitan pembuluh yang memperdarahi jantung. Plak tersebut terbungkus oleh jaringan ikat yang disebut fibrous cap. Jika jaringan ikatnya tipis dan pecah, maka timbunan tersebut akan terlepas dalam aliran darah. Karena eritrosit tidak bisa dikurangi kecepatannya maka saat melewati pembuluh darah akan menimbulkan turbulensi yang meyebabkan eritrosit saling berbenturan. Eritrosit yang pecah akibat benturan akan membentuk bekuan darah (embolus) yang ikut mengalir dalam aliran darah. Timbunan yang terlepas bersama bekuan darah akan menyumbat pembuluh darah distal yang kemudian menyebabkan iskemia (Sizar dan Whitney, 2006). Penyakit jantung koroner biasanya dipicu oleh diet tinggi lemak jenuh dan karbohidrat sederhana, aktivitas sedentari, kegemukan dan hipertensi. Diabetes mellitus akan memperarah keadaan karena radikal bebas seperti AGE ( Advanced Glycation end Product, merupakan ikatan glukosa dengan dinding pembuluh darah

10 17 seperti kolagen dan elastin) akan menyebabkan penebalan dinding pembuluh darah, sementara kadar gula yang tinggi akan menyebabkan sembab dinding pembuluh darah karena mengaktifkan lintasan poliol (Hartono, 2006). Untuk mencegah atau menjaga agar kondisi penderita tidak semakin memburuk dapat dilakukan dengan mempertahankan kadar kolesterol total dibawah 200 mg/dl atau rasio kolesterol total HDL-C >60 mg/dl dan LDL-C < 100 mg/dl, mempertahankan IMT normal, mengurangi asupan lemak jenuh dan meningkatkan asupan lemak tak jenuh, meningkatkan konsumsi sayuran dan buah serta olahraga (Krumel, 2006). Rekomendasi kebutuhan harian untuk penderita penyakit jantung koroner adalah sebagai berikut : Tabel 2.6 Rekomendasi kebutuhan harian untuk penderita penyakit jantung koroner Zat Gizi Rekomendasi Energi Protein Lemak Kolesterol Vitamin C Vitamin E Serat e. Stroke 50-60% Kebutuhan Total 10-25% Kebutuhan Total < 20% Kebutuhan Total < 300 mg 500 mg 200 IU > 30 g Stroke merupakan serangan mendadak gangguan pembuluh darah otak yang dapat berupa stroke iskemik atau stroke hemoragik. Stroke iskemik terjadi akibat penyumbatan pembuluh darah otak akibat thrombus atau embolus, sedangkan stroke hemoragik atau pendarahan (apopleksia serebri) terjadi akibat pecahnya pembuluh darah dalam otak. Keadaan ini ditandai dengan kelumpuhan separuh tubuh (hemiplegia), gangguan menelan (disfagia), disartria, gamgguan komunikasi (afasia).

11 18 Kejadian stroke didahului oleh sejumlah faktor resiko seperti hipertensi, diabetes mellitus, dan dislipidemia. Tujuan terapi gizi pada penderita stroke adalah memenuhi kebutuhan gizi dengan mempertahankan keadaan dan komplikasi penyakit, memperbaiki keadaan stroke serta mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit (Hartono, 2006). Rekomendasi kebutuhan harian untuk penderita stroke adalah sebagai berikut: Tabel 2.7 Rekomendasi kebutuhan harian untuk penderita stroke Zat Gizi Rekomendasi Energi Protein Lemak Kolesterol Natrium Vitamin Cairan kkal/kgbb 0,8-1,0 g/kgbb 20-25% Kebutuhan Total < 300 mg < 1200 mg Sesuai AKG ± 2 Liter 2.2 Kecukupan, Kebutuhan dan Konsumsi Zat Gizi Angka Kecukupan Gizi (AKG) atau Recommended Dietary Allowance (RDA) merupakan tingkat konsumsi zat gizi esensial yang dinilai cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi hampir semua orang sehat di suatu negara. Angka kecukupan gizi menggambarkan asupan rata-rata perhari yang harus dikonsumsi oleh populasi dan bukan kebutuhan perorangan, tetapi dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk menghitung kebutuhan zat gizi. Di Indonesia, angka kecukupan gizi dibuat berdasarkan berat badan menurut kelompok umur, jenis kelamin, dan aktivitas fisik yang ditetapkan secara berkala melalui survei penduduk.

12 19 Angka Kebutuhan Gizi (AKG) atau Dietary Requirements (DR) berbeda dengan angka kecukupan zat gizi. Angka kebutuhan gizi merupakan banyaknya zat gizi yang dibutuhkan individu untuk mencapai dan mempertahankan status gizi yang adekuat. Penetapan kebutuhan gizi dilakukan berdasarkan umur, jenis kelamin, aktivitas fisik, kondisi khusus atau dalam keadaan sakit. Selain itu penetapan angka kebutuhan gizi juga memperhatikan perubahan kebutuhan karena infeksi, gangguan metabolik, dan penyakit kronik. Tingkat konsumsi seseorang merupakan persentase angka konsumsi energi dan zat gizi yang diperoleh dari survei terhadap angka kecukupan yang dianjurkan. Survei konsumsi makanan bertujuan untuk mengetahui kebiasaan makan dan gambaran tingkat kecukupan bahan makanan dan zat gizi pada tingkat kelompok, rumah tangga, dan perorangan serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi makanan. Suvey konsumsi makanan dapat dilakukan dengan berbagai metode antara lain metode recall 24-hours dan metode penimbangan makanan (food weighing method). Prinsip metode recall 24-hours adalah mencatat jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu.data yang diperoleh cenderung bersifat kualitatif karena itu, jumlah makanan yang dikonsumsi individu harus ditanyakan secara teliti dengan menggunakan alat ukur rumah tangga (URT). Prinsip metode penimbangan makanan (food weighing method) adalah mengukur secara langsung berat setiap jenis pangan yang dikonsumsi. Berat makanan yang dikonsumsi didapatkan dari mengurangi berat makanan sebelum dimakan dengan berat makanan yang tersisa setelah dimakan (Supariasa, 2008)

13 Energi Kebutuhan energi tiap orang merupakan konsumsi energi yang berasal dari makanan yang diperlukan untuk menutupi pengeluaran energi. Penentuan kebutuhan energi didasarkan pada energi basal (Basal Metabolic Rate BMR) ditambah sejumlah energi yang diperlukan untuk efek tambahan metabolisme (Thermic Effect of Food- TEF), kegiatan atau aktivitas fisik (Thermic Effect of Exercise- TEE) dan pertumbuhan pada kelompok usia dan fisiologis tertentu (Napitupulu, 2012). Basal Metabolic Rate (BMR) merupakan kebutuhan energi minimal yang dibutuhkan tubuh untuk menjalankan proses tubuh vital. BMR dinyatakan dalam kikokalori per kilogram berat badan per jam. BMR dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan. BMR diukur pada pagi hari, setelah bangun tidur, belum melakukan kegiatan, dan telah berpuasa selama jam. Thermic Effect of Exercise (TEE) adalah kebutuhan energi untuk melakukan aktivitas fisik. Aktivitas fisik merupakan gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya. Banyaknya energi yang dibutuhkan tergantung pada banyaknya otot yang bergerak, berapa lama dan berapa berat pekerjaan yang dilakukan serta efisiensi untuk melakukan pekerjaan. Umumnya kebutuhan energi untuk TEE sekitar 15-30%. Thermic Effect of Food (TEF) atau lebih dikenal sebagai specific dynamic action yaitu energi tambahan yang diperlukan untuk pencernaan makanan, absorpsi, metabolisme zat gizi yang menghasilkan energi. TEF diperkirakan sekitar 10% dari total pengeluaran energi. Glukosa jika disimpan terlebih dahulu sebagai glikogen

14 21 kehilangan energi sekitar 7%. Pengubahan karbohidrat menjadi lemak memerlukan tambahan energi sebanyak 10%. Manusia membutuhkan energi untuk mempertahankan hidup, menunjang pertumbuhan dan melakukan aktivitas fisik. Energi dapat diperoleh dari karbohidrat, prtein dan lemak yang terdapat dalam makanan. Kandungan ketiga zat gizi ini dalam makanan akan menentukan banyaknya nilai energi. Setiap gram karbohidrat dan protein akan menghasilkan energi sebanyak 4 kkal, sedangkan lemak dan alkohol menyumbangan energi sebanyak 9 kkal dan 7 kkal tiap gramnya. Kekurangan energi pada orang dewasa akan menyebabkan penurunan berat badan dan kerusakan jaringan tubuh. Kelebihan energi dapat menyebabkan kegemukan karena setiap energi yang berlebih akan diubah menjadi lemak. Kegemukan dapat mengakibatkan gangguan fungsi tubuh sehingga mempertinggi resiko terjadinya penyakit kronik dan memperpendek usia harapan hidup (Almatsier, 2009) Protein Penentuan kebutuhan protein dilakukan dengan metode faktorial atau metode keseimbangan nitrogen. Metode faktorial biasanya digunakan untuk menghitung kebutuhan protein pada anak-anak dengan menghitung kebutuhan untuk pemeliharaan tubuh yaitu hasil dari keseimbangan nitrogen ditambah dengan perkiraan kebutuhan pertumbuhan. Metode keseimbangan nitrogen merupakan metode yang dilakukan dengan perbandingan jumlah konsumsi nitrogen melalui makanan dengan kehilangan nitrogen dari tubuh melalui urine, feses dan permukaan tubuh. Jika asupan lebih kecil dari pada pengeluaran maka disebut N-balance negative dan jika asupan lebih besar daripada pengeluaran makan disebut N-balance

15 22 positive. Untuk mengetahui N-balance bisa dilakukan dengan percobaan dengan pemberian berbagai tingkat protein misalnya pemberian 0,6 g/kgbb sampai dengan 1,0g/kgBB (Napitupulu, 2012). Kebutuhan protein normal adalah 10-15% dati kebutuhan energi total, atau 0,8-1,0 g/kg berat badan. Kebutuhan protein minimal untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen adalah 0,4 0,5 g/kg berat badan. Demam, operasi, sepsis, trauma, dan luka meningkatkan kebutuhan protein menjadi 1,5 2,0 g/kg berat badan. Sebagian besar pasien rawat inap membutuhkan protein sebesar 1,0 1,5 g/kg berat badan (Almatsier, 2009). Bahan makanan hewani merupakan sumber protein yang baik dari segi kualitas dan kuantitas, misalnya telur,susu, daging, ikan, unggas. Kelebihan konsumsi protein dapat menyebabkan asidosis, diare, kenaikan kadar ammonia dalam darah, hyperuremia. Kelebihan konsumsi protein juga dapat melemahkan ginjal dan tulang. Kekurangan konsumsi protein pada anak-anak dibawah lima tahun dapat menyebabkan kwashiorkor dan jika ditemukan bersama dengan kekurangan energi maka dapat menyebabkan PEM atau Protein-Energy Malnutrition (Berdanier, 2008) Lemak Kebutuhan lemak tidak dinyatakan secara mutlak. American Heart Assosiation menganjurkan kebutuhan lemak kurang dari 30% kebutuhan energi total. Batas penerimaan lemak sekitar 20-30% dinyatakan baik untuk kesehatan. Jumlah ini memenuhi ebutuhan asam lemak esensial dan membantu penyerapan vitamin. Dari total kebutuhan lemak perharinya, disarankan konsumsi lemak tak jenuh sebesar 3-

16 23 7% dan lemak jenuh sebesar 8%. Batas konsumsi kolesterol adalah 300 mg perhari (Sizer dan Whitney, 2006) Natrium Tubuh manusia mengandung 1,8 g Na/KgBB bebas lemak, dimana sebagian besar terdapat dalam cairan ekstraselular. Natrium adalah kation utama dalam cairan ekstrasel yang menjaga keseimbangan cairan. Bila jumlah natrium dalam sel meningkat secara berlebih, maka air akan masuk kedalam sel sehingga sel membengkak. Rekomendasi konsumsi natrium perhari dibatasi untuk setiap kelompok umur. Usia tahun sebanyak 1500 mg natrium perhari, usia tahun sebanyak 1300 mg natrium perhari dan usia diatas 71 tahun sebanyak 1200 mg natrium perhari. Karena tingginya konsumsi natrium, DRI committee memberikan batas toleransi konsumsi natrium sebesar 2300 mg/hari atau setara dengan 6 gr garam dapur. Sumber natrium adalah garam dapur, Monosodium glutamat (MSG), kecap, dan makanan yang diawetkan. Kekurangan natrium dapat menyebabkan kejang, apatis dan kehilangan nafsu makan. Kekeurangan natrium dapat terjadi sesudah muntah, berkeringat tau yang sedang menjalankan diet rendah natrium. Kelebihan natrium dapat menyebabkan keracunan dan dalam keadaan akut dapat menyebabkan edema dan hipertensi (Sizer dan Whitney, 2006)

17 Pengukuran Konsumsi Makanan Tingkat Individu Metode Recall 24 Hours Prinsip dari metode recall 24 hours adalah dilakukan denga mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi selama 24 jam yang lalu. Data yang diperoleh melalui metode ini cenderung bersifat kualitatif. Jika ingin mendapatkan data kuantitatif, maka jumlah konsumsi individu ditanyakan secara teliti menggunakan URT (Supariasa, 2008) Metode Estimated Food Records Metode ini meminta responden untuk mencatat semua makanan dan minuman sebelum makan dalam ukuran rumah tangga dalam periode tertentu. Estimate food record memberikan informasi yang mendekati sebenarnya tentang jumlah zat gizi yang dikonsumsi individu (Supariasa, 2008) Metode Penimbangan Makanan (Food Weighing) Metode food weighing atau penimbangan makanan dilakukan dengan menimbang dan mencatat seluruh makanan yang dikonsumsi, termasuk makanan sisa, oleh responden selama satu hari. Kelebihan metode ini adalah data konsumsi yang diperoleh lebih akurat dan teliti (Supariasa, 2008) Metode Riwayat Makanan (Dietary History) Metode ini bersifat kualitatif karena memberikan pola konsumsi berdasarkan pengamatan dalam waktu yang cukup lama. Metode riwayat makanan memiliki tiga komponen yaitu wawancara, frekuensi penggunaan bahan makanan, dan pencatatan konsumsi selama 2-3 hari sebagai pengecekan ulang. Hal yang perlu diperhatikan

18 25 adalah pengumpulan data pada keadaan atau musim tertentu, seperti hari raya atau musim panen, karena pola konsumsi bisa berubah dan tetap harus dikumpulkan Metode Frekuensi Makanan (Food Frequency) Metode frekuensi makanan adalah untuk memperoleh data tentang frekuensi konsumsi sejumlah bahan makanan atau makanan jadi selama periode tertentu. Metode ini menghasilkan data yang bersifat kualitatif. Kuesioner frekuensi makanan memeuat tentang bahan makanan atau makanan dan frekuensi penggunaan bahan makanan tersebut dalam waktu tertentu. 2.4 Daya Terima Makanan Pasien di Rumah Sakit Daya terima makanan merupakan makanan yang habis dikonsumsi. Sisa makanan pasien merupakan semua atau sebagian makanan yang disajikan kepada pasien dan benar-benar dapat dimakan, tetapi tidak habis dimakan atau tidak dimakan dan dibuang sebagai sampah. Cara mengukur daya terima makanan di rumah sakit ada tiga cara yaitu weighed plate waste, observasional method, self-reported consumption. Weighed Plate Waste, metode ini biasanya digunakan untuk mengukur sisa makanan setiap jenis hidangan atau untuk mengukur total sisa makanan pada individual maupun kelompok. Metode ini mempunyai kelebihan dapat memberikan informasi yang lebih akurat/teliti. Kelemahan metode penimbangan ini yaitu memerlukan waktu, cukup mahal karena perlu peralatan dan tenaga pengumpul data harus terlatih dan terampil. Observasional Method, Pada metode ini sisa makanan diukur dengan cara menaksir secara visual banyaknya sisa makanan untuk setiap jenis hidangan. Hasil taksiran bisa dalam bentuk berat makanan yang dinyatakan dalam

19 26 gram atau dalam bentuk skor bila menggunakan skala pengukuran. Self-Reported Consumption, Pengukuran sisa makanan individu dengan cara menanyakan kepada responden tentang banyaknya sisa makanan. Pada metode ini responden yang menaksir sisa makanan menggunakan skala taksiran visual Penampilan Makanan Penampilan makanan adalah faktor mutu yang sangat mempengaruhi penampakan suatu produk pangan. Baik bagi makanan yang tidak diproses maupun bagi makanan yang diproses (dimanufaktur). Makanan yang disajikan dengan menarik akan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain ukuran, bentuk, tingkat kesukaan, warna, kekentalan dan sebagainya. a. Warna Makanan Warna makanan memegang peranan penting dalam penampilan makanan, dari warna makanan tersebut dapat dilihat bahwa makanan tersebut masih berkualitas baik atau buruk. Warna juga dapat digunakan sebagai indikator kematangan makanan. Apabila makanan yang dihidangkan tidak menarik maka dapat menurunkan selera orang yang memakannya b. Besar porsi / ukuran makanan Besar porsi makanan yang dihidangkan bukan hanya mempengaruhi penampilan makanan waktu disajikan tetapi juga berkaitan dengan perencanaan dan perhitungan pemakaian bahan yang digunakan c. Tekstur / konsistensi makanan Faktor tekstur adalah rabaan oleh tangan, keempukan, mudahnya dikunyah dan sebagainya. Tekstur makanan yang berkonsistensi keras akan memberikan

20 27 rangsangan yang lambat terhadap panca indera sedangkan yang bertekstur empuk akan mempermudah dalam mengunyah. Tekstur suatu makanan juga ditentukan oleh indera perasa yaitu mulut karena adanya rangsangan fisik yang ditimbulkan d. Bentuk makanan yang disajikan Bentuk makanan terdiri dari berbagai macam tergantung dari kebutuhannya. Bentuk makanan yang menarik dan serasi akan mempunyai daya tarik tersendiri untuk memakannya Rasa Makanan Cita rasa makanan ditentukan oleh indera pengecap dan indera penciuman. Komponen-komponen yang berperan dalam penentuan rasa makanan adalah aroma makanan, bumbu makanan, kerenyahan / tingkat kematangan makanan dan temperatur makanan a. Aroma makanan Aroma makanan terbentuk karena senyawa yang menguap sebagai akibat dari reaksi enzim. Aroma merupakan rasa dan bau yang sangat subjektif dan sangat sulit untuk di ukur. Aroma yang disebarkan tersebut dapat menarik selera karena merangsang indera penciuman. Faktor aroma dapat berupa bau dan rasa, misalnya rasa manis, asam, pahit, asin, harum dan sebagainya b. Bumbu makanan Bumbu masakan akan memberikan cita rasa yang khas sehingga dapat membangkitkan selera yang memakannya. Rasa yang diberikan oleh setiap jenis bumbu itu akan berinteraksi dengan bahan lain sehingga timbul

21 28 rasa baru yang lebih nikmat. Bumbu masakan yang digunakan berupa rempahrempah (cabe, bawang merah, bawang putih, ketumbar, jintan dan lain sebagainya) dan perasa lainnya. c. Kerenyahan makanan Kerenyahan makanan adalah makanan yang setelah di masak akan enak dimakan, kering tetapi tidak keras. Makanan yang renyah akan sangat berfungsi terhadap cita rasa makanan. Tingkat kematangan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap cita rasa makanan d. Suhu makanan Makanan yang dihidangkan harus sesuai dengan suhunya karena akan mempengaruhi cita rasa. Makanan yang dihidangkan terlalu panas maupun terlalu dingin akan mempengaruhi sensitifitas syaraf pengecap terhadap cita rasa Pelayanan Makanan Pelayanan makanan berarti mengantarkan atau menyajikan makanan dan minuman kepada pasien selama pasien tersebut dirawat di rumah sakit. Pelayanan yang baik adalah menyediakan dan mengantarkan makanan dengan cara yang efisien dan dikombinasikan dengan teknik pelayanan yang cepat, penuh perhatian, dan sopan. Pelayanan yang cepat dan menyenangkan akan mempengaruhi kepuasan pasien yang dilayani. Pelayanan berkaitan erat dengan hubungan antar manusia. Oleh karena itu pelayanan harus ramah dan memuaskan. Kepuasan pasien terhadap pelayanan dipengaruhi yaitu : kualitas makanan, ketepatan waktu penyajian, reliabilitas pelayanan, temperatur makanan, sikap petugas

22 29 yang melayani pasien makan, sikap petugas distribusi makanan, dan perlakuan lain terhadap pasien Kebersihan Makanan Makanan yang baik harus memperhatikan aspek-aspek kesehatan. Makanan tersebut harus aman bila dikonsumsi oleh pasien. Untuk mendapatkan makanan yang higiene maka peralatan yang digunakan untuk memasak, tenaga pengolah dan cara pengolahan yang benar harus diperhatikan. Kebersihan hidangan yang disajikan mencakup kebersihan makanan dan minuman, yang merupakan higiene makanan serta kebersihan dari lingkungan. Sanitasi makanan tidak dapat dipisahkan dengan sanitasi lingkungan karena sanitasi makanan merupakan usaha untuk membuat makanan agar tetap bersih, sehat dan aman Lama Perawatan Perawatan di rumah sakit akan berpengaruh terhadap faktor internal, penyebab stres karena pasien harus menjalani kehidupan yang berbeda dengan apa yang dialaminya sewaktu berada di rumah, seperti apa yang di makan, bagaimana makanan yang disajikan, dengan siapa ia makan, ditambah lagi dengan hadirnya orang-orang yang masih asing baginya yang mengelilingi setiap waktu seperti dokter, perawat, dan petugas medis lainnya. Semakin lama pasien dirawat di rumah sakit kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan tempatnya dirawat semakin baik karena pasien sudah memahami dan mengetahui situasi dan kondisi di rumah sakit serta akan mengalami perkembangan yang lebih baik.

23 Kerangka Konsep Hal penting dalam penyediaan makanan di rumah sakit untuk pasien rawat inap penyakit kardiovaskular adalah kebutuhan energi, protein, lemak dan natrium. Konsumsi menu diet pada pasien penyakit kardiovaskular berpengaruh pada tingkat konsumsi dan tingkat kecukupan zat gizi. Tingkat konsumsi merupakan perbandingan antara angka konsumsi terhadap jumlah makanan yang disediakn rumah sakit. Jika tingkat konsumsi belum mencapai 100%, maka pelaksanaan terapi gizi pada pasien kurang efektif. Riwayat Penyakit Pasien 1. Lama Penyakit 2. Status Perawatan 3. Lama Rawat Diet Penyakit Kardiovaskular Konsumsi Pasien: 1. Makanan RS 2. Makanan Luar RS Daya Terima Pasien terhadap Makanan Rumah Sakit Tingkat Konsumsi Pasien Tingkat Kecukupan Zat Gizi Pasien Gambar 1. Kerangka Konsep

24 31 Jika perbandingan konsumsi zat gizi mencapai 100%, maka pasien menjalani terapi gizi dengan baik. Dalam mencapai tingkat konsumsi yang optimal, perlu diketahui daya terima pasien terhadap makanan yang disajikan. Pengukuran daya terima pasien terhadap makanan yang disajikan diperoleh melalui pengisian kuesioner uji kesukaan. Daya terima yang positif terhadap menu diet diperkirakan dapat mengurangi minat pasien mengonsumsi makanan luar rumah sakit serta dapat mengefektifkan terapi gizi pada pasien penyakit kardiovaskular.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit gangguan pada jantung dan pembuluh darah, termasuk penyakit jantung koroner, stroke, gagal jantung kongestif, penyakit vaskular

Lebih terperinci

SISTEM CARDIOVASCULAR

SISTEM CARDIOVASCULAR SISTEM CARDIOVASCULAR Forewords Jantung (bahasa Latin, cor) adalah sebuah rongga, rongga, organ berotot yang memompa darah lewat pembuluh darah oleh kontraksi berirama yang berulang. Istilah kardiak berarti

Lebih terperinci

Cara Kerja Fungsi Anatomi Fisiologi Jantung Manusia

Cara Kerja Fungsi Anatomi Fisiologi Jantung Manusia Cara Kerja Fungsi Anatomi Fisiologi Jantung Manusia Editor : Jeanita Suci Indah Sari G1CO15010 PROGRAM STUDI DIV ANALIS KESEHATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah suatu akibat terjadinya penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh koroner. Penyumbatan atau penyempitan pada

Lebih terperinci

SISTEM PEREDARAN DARAH DAN KARDIOVASKULAS

SISTEM PEREDARAN DARAH DAN KARDIOVASKULAS SISTEM PEREDARAN DARAH DAN KARDIOVASKULAS ALAT PEREDARAN DARAH JANTUNG PEMBULUH DARAH KAPILER DARAH JANTUNG JANTUNG ATAU HEART MERUPAKAN SALAH SATU ORGAN YANG PENTING DALAM KELANGSUNGAN HIDUP KITA. TELAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia. Sebelumnya menduduki peringkat ketiga (berdasarkan survei pada tahun 2006). Laporan Departemen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyelenggaraan Makanan di Rumah Sakit Citra sebuah rumah sakit di tentukan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah sistem pelayanan kesehatan yang diberikan di rumah sakit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Dislipidemia 1. Definisi Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan suatu keadaan akibat terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi koroner. Penyempitan atau penyumbatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pelayanan Gizi Rumah Sakit Pelayanan gizi Rumah Sakit adalah pelayanan gizi yang disesuaikan dengan keadaan pasien, berdasarkan keadaan klinis, status gizi dan status metabolisme

Lebih terperinci

Mitos dan Fakta Kolesterol

Mitos dan Fakta Kolesterol Mitos dan Fakta Kolesterol Oleh admin Selasa, 01 Juli 2008 09:19:20 Apakah mengonsumsi makanan yang mengandung kolesterol tidak baik bagi tubuh? Apakah kita tak boleh mengonsumsi makanan berkolesterol?

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung termasuk penyakit jantung koroner telah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung termasuk penyakit jantung koroner telah menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung termasuk penyakit jantung koroner telah menjadi penyebab kematian utama di Indonesia. Penyebabnya adalah terjadinya hambatan aliran darah pada arteri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori Pemeliharaan Kesehatan terhadap Penyakit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori Pemeliharaan Kesehatan terhadap Penyakit BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pemeliharaan Kesehatan terhadap Penyakit Sindrom Metabolik Upaya pemeliharaan kesehatan meliputi aspekaspek promotif, preventif, kuratif, serta rehabilitatif secara tidak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Jantung Koroner 1. Definisi Penyakit jantung koroner adalah penyakit pada pembuluh darah arteri koroner yang terdapat di jantung, yaitu terjadinya penyempitan dan penyumbatan

Lebih terperinci

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009 BAB V KOLESTEROL TINGGI Kolesterol selalu menjadi topik perbincangan hangat mengingat jumlah penderitanya semakin tinggi di Indonesia. Kebiasaan dan jenis makanan yang dikonsumsi sehari-hari berperan penting

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian ini merupakan cross sectional survey karena pengambilan data dilakukan pada satu waktu dan tidak berkelanjutan (Hidayat 2007). Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita 12 Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita hiperkolesterolemia yang menderita penyakit jantung koroner, tetapi

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Menurut WHO (2011) secara global hampir mencapai satu milyar orang memiliki tekanan darah tinggi (hipertensi) dan dua pertiga ada di negara berkembang. Hipertensi

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 6. SISTEM TRANSPORTASI PADA MANUSIALATIHAN SOAL

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 6. SISTEM TRANSPORTASI PADA MANUSIALATIHAN SOAL SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 6. SISTEM TRANSPORTASI PADA MANUSIALATIHAN SOAL 1. Penyakit keturunan di mana penderitanya mengalami gangguan dalam pembekuan darah disebut... Leukopeni Leukositosis Anemia Hemofilia

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi RSUD dr. Moewardi adalah rumah sakit umum milik pemerintah Propinsi Jawa Tengah. Berdasarkan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi merupakan faktor risiko stroke yang utama 1.Masalah kesehatan yang timbul akibat stoke sangat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS) Pelayanan gizi rumah sakit adalah pelayanan gizi yang disesuaikan dengan keadaan pasien dan berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sistem Pelayanan Gizi Rumah Sakit Berdasarkan SK. Men. Kes No. 134 / Men. Kes / IV / 1978 dan SK. Men. Kes No. 983 / 1992 menyebutkan bahwa Instalasi Gizi merupakan wadah yang

Lebih terperinci

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan PENGANTAR KESEHATAN DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY PENGANTAR Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan meningkatkan kesehatan, cara mencegah penyakit, cara menyembuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang jantung. Organ tersebut memiliki fungsi memompa darah ke seluruh tubuh. Kelainan pada organ tersebut

Lebih terperinci

BATASI KONSUMSI GULA, GARAM, LEMAK UNTUK MENGHINDARI PENYAKIT TIDAK MENULAR

BATASI KONSUMSI GULA, GARAM, LEMAK UNTUK MENGHINDARI PENYAKIT TIDAK MENULAR BATASI KONSUMSI GULA, GARAM, LEMAK UNTUK MENGHINDARI PENYAKIT TIDAK MENULAR Latar Belakang Perubahan pola makan menjurus ke sajian siap santap yang tidak sehat dan tidak seimbang, karena mengandung kalori,

Lebih terperinci

SISTEM PEREDARAN DARAH PADA MANUSIA

SISTEM PEREDARAN DARAH PADA MANUSIA SISTEM PEREDARAN DARAH PADA MANUSIA Organ Sistem Peredaran darah: darah, jantung, dan pembuluh. 1. Darah, tersusun atas: a. Sel-sel darah: 1) Sel darah merah (eritrosit) 2) Sel darah putih (leukosit) 3)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Indonesia saat ini juga

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Indonesia saat ini juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang berkembang saat ini dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Indonesia saat ini juga menghadapi dampak perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit yang terjadi akibat peningkatan tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari sama dengan 90mmHg untuk diastolik.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sistem Pelayanan Gizi Rumah Sakit Berdasarkan SK. MenKes No.l34/MenKes/IV/1978 menyebutkan bahwa instalasi gizi merupakan wadah yang melaksanakan pelayanan gizi di rumah sakit.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Jantung Koroner 1. Definisi Jantung Koroner Jantung koroner adalah suatu penyakit kelainan yang disebabkan oleh penyempitan atau penghambatan pembuluh arteri yang mengalirkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tekanan Darah Masalah Tekanan Darah

TINJAUAN PUSTAKA Tekanan Darah Masalah Tekanan Darah 4 TINJAUAN PUSTAKA Tekanan Darah Tekanan darah adalah tekanan dari darah pada sistem vaskular tubuh. Sistem vaskular membawa darah yang kaya oksigen menjauhi jantung menuju pembuluh darah, arteri dan kapiler

Lebih terperinci

Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)

Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi) Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi) Data menunjukkan bahwa ratusan juta orang di seluruh dunia menderita penyakit hipertensi, sementara hampir 50% dari para manula dan 20-30% dari penduduk paruh baya di

Lebih terperinci

Sistem Peredaran Darah Manusia

Sistem Peredaran Darah Manusia Sistem Peredaran Darah Manusia Struktur Alat Peredaran Darah Pada Manusia Sistem peredaran darah pada manusia tersusun atas jantung sebagai pusat peredaran darah, pembuluh-pembuluh darah dan darah itu

Lebih terperinci

POLA MAKAN Sumber: Kiat Sehat diusia Emas - vegeta.co.id

POLA MAKAN Sumber: Kiat Sehat diusia Emas - vegeta.co.id POLA MAKAN Sumber: Kiat Sehat diusia Emas - vegeta.co.id Manfaat utama : Sumber energi untuk seluruh aktivitas dan metabolisme tubuh. (Lihat Tabel I : Sumber Makanan) Akibat bagi kesehatan Kelebihan :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan penurunan fungsi organ tubuh, maka resiko terjadinya penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering terjadi pada lansia antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di negara maju maupun negara berkembang. Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana tidak ada gejala yang

Lebih terperinci

RS PERTAMINA BALIKPAPAN

RS PERTAMINA BALIKPAPAN D MUHAMMAD IQBAL Dr. IQBAL, S Sp.JP JP RS PERTAMINA BALIKPAPAN RS. 2 Penyakit Kardiovascular : Penyakit Jantung Koroner (PJK ) menyebabkan 7.2 juta kematian di dunia di tahun 1996 14% dari total kematian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 2.1 Fast food BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Definisi fast food Fast food atau dalam bahasa Indonesia disebut makanan cepat saji merupakan makanan yang pertama sekali diciptakan di Amerika. 12 Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan manusia di seluruh dunia saat ini ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain, demografi penuaan, urbanisasi yang cepat, dan gaya hidup tidak sehat. Salah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Keterangan: N = besar populasi n = besar subyek d 2 = tingkat kepercayaan / ketepatan yang diinginkan (0.1) n = 1 + N (d 2 )

METODE PENELITIAN. Keterangan: N = besar populasi n = besar subyek d 2 = tingkat kepercayaan / ketepatan yang diinginkan (0.1) n = 1 + N (d 2 ) METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study, yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu yang tidak berkelanjutan. Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Hipertensi atau yang lebih dikenal penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah >140 mm Hg (tekanan sistolik) dan/ atau

Lebih terperinci

Tingkat Cholesterol Apa artinya, Diet dan Pengobatannya

Tingkat Cholesterol Apa artinya, Diet dan Pengobatannya Tingkat Cholesterol Apa artinya, Diet dan Pengobatannya Apakah Kolesterol Kita dapat mengaitkan kolesterol dengan makanan berlemak, tetapi sebagian besar zat lilin dibuat oleh tubuh kita sendiri. Hati

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sisa Makanan Keberhasilan suatu pelayanan gizi di ruang rawat inap di evaluasi dengan pengamatan sisa makanan tidak di konsumsi setelah makanan disajikan (Sutarjo, 1999 dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1. Definisi Hipertensi Menurut WHO menetapkan bahwa tekanan darah seseorang adalah tinggi bila tekanan sistolik (sewaktu bilik jantung mengerut) melewati batas lebih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok adalah gulungan tembakau yang dibungkus dengan kertas. a. Perokok aktif adalah orang yang memang sudah merokok.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok adalah gulungan tembakau yang dibungkus dengan kertas. a. Perokok aktif adalah orang yang memang sudah merokok. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rokok 1. Pengertian Rokok dan Merokok Rokok adalah gulungan tembakau yang dibungkus dengan kertas. Merokok adalah menghisap gulungan tembakau yang dibungkus dengan kertas. (Kamus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat. World Health Organization (WHO) memperkirakan akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif yang harus diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di negara maju maupun negara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Hipertensi a. Pengertian Hipertensi Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dengan tekanan sistolik di atas 140 mmhg dan tekanan diastolik

Lebih terperinci

JANTUNG. TUGAS I Disusun untuk memmenuhi tugas browsing ilmiah. Disusun Oleh: LULUK SHOLEKAH NIM : G0C PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN

JANTUNG. TUGAS I Disusun untuk memmenuhi tugas browsing ilmiah. Disusun Oleh: LULUK SHOLEKAH NIM : G0C PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN 1 JANTUNG TUGAS I Disusun untuk memmenuhi tugas browsing ilmiah Disusun Oleh: LULUK SHOLEKAH NIM : G0C015053 PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. darah merupakan penyebab utama kematian di rumah sakit dan menempati

BAB I PENDAHULUAN. darah merupakan penyebab utama kematian di rumah sakit dan menempati BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Departemen Kesehatan RI (2009), penyakit sistem sirkulasi darah merupakan penyebab utama kematian di rumah sakit dan menempati urutan teratas pada tahun 2007

Lebih terperinci

Ilmu Pengetahuan Alam

Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam Sistem Peredaran Darah SEKOLAH DASAR TETUM BUNAYA Kelas Yupiter Nama Pengajar: Kak Winni Ilmu Pengetahuan Alam Sistem Peredaran Darah A. Bagian-Bagian Darah Terdiri atas apakah darah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit jantung koroner merupakan penyebab tersering terjadinya gagal jantung di Negara Barat yaitu sekitar 60-75% kasus. Hipertensi mempunyai kontribusi untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah ganda (double burden). Disamping masalah penyakit menular dan kekurangan gizi terjadi pula peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan, penyerapan dan penggunaan zat gizi. Status gizi berkaitan dengan asupan makanan yang dikonsumsi baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah koroner, yang terutama disebabkan oleh

Lebih terperinci

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: IKSAN ISMANTO J300003 PROGRAM STUDI GIZI DIII FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Obesitas Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbun lemak yang melebihi 25 % dari berat tubuh, orang yang kelebihan berat badan biasanya karena kelebihan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat ini PJK

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat ini PJK BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan kadar kolesterol darah yang dikenal dengan istilah hiperkolesterolemia merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 29 orang, PNS yang mengajar di SD N Pujokusuman 1 Yogyakarta sebanyak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 29 orang, PNS yang mengajar di SD N Pujokusuman 1 Yogyakarta sebanyak BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Responden Penelitian mengambil tempat di dalam ruangan kerja karyawan kantor dan ruang guru di sekolah-sekolah negeri. Responden dalam penelitian ini terdiri

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO PADA PASIEN GAGAL JANTUNG DI RUMAH SAKIT SANTO BORROMEUS BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2010

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO PADA PASIEN GAGAL JANTUNG DI RUMAH SAKIT SANTO BORROMEUS BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2010 ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO PADA PASIEN GAGAL JANTUNG DI RUMAH SAKIT SANTO BORROMEUS BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2010 Indra Pramana Widya., 2011 Pembimbing I : Freddy T. Andries, dr., M.S

Lebih terperinci

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes type 2: apa artinya? Diabetes tipe 2 menyerang orang dari segala usia, dan dengan gejala-gejala awal tidak diketahui. Bahkan, sekitar satu dari tiga orang dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jantung dimana otot jantung kekurangan suplai darah yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. jantung dimana otot jantung kekurangan suplai darah yang disebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan suatu gangguan fungsi jantung dimana otot jantung kekurangan suplai darah yang disebabkan karena adanya penyempitan pembuluh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyakit Jantung Koroner A.1 Definisi Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah penyakit jantung yang terutama disebabkan karena penyempitan arteri koronaria akibat proses aterosklerosis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengukuran Antropometri Antropometri berasal dari kata anthropos dan metros. Anthoropos artinya tubuh dan metros artinya ukuran. Jadi antropometri adalah ukuran tubuh. Pengertian

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik responden yang mempengaruhi tekanan darah. rentang tahun dan lansia akhir pada rentang tahun.

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik responden yang mempengaruhi tekanan darah. rentang tahun dan lansia akhir pada rentang tahun. BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik responden yang mempengaruhi tekanan darah Seluruh responden pada penelitian ini memiliki rentang usia 45-65 tahun di posyandu Lansia RW 18 dan RW 19 Kelurahan Jebres,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG Penyakit tidak menular terus berkembang dengan semakin meningkatnya jumlah penderitanya, dan semakin mengancam kehidupan manusia, salah satu penyakit tidak menular

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bagian tenggara. RSUD Dr. Moewardi memiliki beberapa program

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bagian tenggara. RSUD Dr. Moewardi memiliki beberapa program BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD Dr. Moewardi merupakan rumah sakit kelas A. RSUD Dr. Moewardi ditetapkan sebagai rumah sakit rujukan wilayah Eks Karesidenan Surakarta dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok merupakan gulungan tembakau yang dirajang dan diberi cengkeh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok merupakan gulungan tembakau yang dirajang dan diberi cengkeh BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rokok 1. Pengertian Rokok Rokok merupakan gulungan tembakau yang dirajang dan diberi cengkeh kemudian dibungkus dengan kertas rokok berukuran panjang 70 120 mm dengan diameter

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tanpa gejala, sehingga disebut sebagai Silent Killer (pembunuh terselubung).

BAB 1 PENDAHULUAN. tanpa gejala, sehingga disebut sebagai Silent Killer (pembunuh terselubung). 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tekanan darah tinggi atau yang sering disebut dengan hipertensi. Menurut Santoso (2010) hipertensi merupakan keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian R. Mia Ersa Puspa Endah, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian R. Mia Ersa Puspa Endah, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Energi dibutuhkan oleh manusia dalam melakukan aktiftasnya. Energi didapatkan dari makanan sehari-hari yang dikonsumsi. Sebagai sumber energi, lemak memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dari segi ilmu kimia kolesterol merupakan senyawa lemak yang kompleks

BAB I PENDAHULUAN. Dari segi ilmu kimia kolesterol merupakan senyawa lemak yang kompleks BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kolesterol merupakan salah satu kata yang sering diucapkan oleh masyarakat umum terutama bila menyangkut masalah kesehatan, biasanya dengan konotasi yang negatif. Sesungguhnya

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Populasi penelitian = 51 orang. 21 orang keluar. Kriteria inklusi. 30 orang responden. Gambar 2 Cara penarikan contoh

METODE PENELITIAN. Populasi penelitian = 51 orang. 21 orang keluar. Kriteria inklusi. 30 orang responden. Gambar 2 Cara penarikan contoh METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain cross sectional study, dilaksanakan di Instalasi Gizi dan Ruang Gayatri Rumah Sakit dr. H. Marzoeki Mahdi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung adalah suatu keadaan dimana jantung tidak bisa bertugas dengan baik. Penyakit jantung merupakan penyakit yang paling ditakuti di dunia karena dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan masalah kesehatan yang utama bagi masyarakat modern saat ini. Dewasa ini, stroke semakin menjadi masalah serius yang dihadapi hampir diseluruh dunia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemasalahan kesehatan yang berkaitan dengan penyakit degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi di dunia. Stroke merupakan penyakit neurologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hiperlipidemia atau hiperkolesterolemia termasuk salah satu abnormalitas fraksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hiperlipidemia atau hiperkolesterolemia termasuk salah satu abnormalitas fraksi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dislipidemia Hiperlipidemia merupakan suatu keadaan dimana terjadi peningkatan kadar kolesterol dengan atau tanpa peningkatan kadar trigliserida dalam darah. Hiperlipidemia

Lebih terperinci

SISTEM PEMBULUH DARAH MANUSIA. OLEH: REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt

SISTEM PEMBULUH DARAH MANUSIA. OLEH: REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt SISTEM PEMBULUH DARAH MANUSIA OLEH: REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt ARTERI Membawa darah bersih (oksigen) kecuali arteri pulmonalis Mempunyai dinding yang tebal Mempunyai jaringan yang elastis Katup hanya

Lebih terperinci

MANIFESTASI GANGGUAN GIZI PADA PEKERJA DENGAN PENYAKIT TERTENTU. Kedokteran Kerja

MANIFESTASI GANGGUAN GIZI PADA PEKERJA DENGAN PENYAKIT TERTENTU. Kedokteran Kerja MANIFESTASI GANGGUAN GIZI PADA PEKERJA DENGAN PENYAKIT TERTENTU Kedokteran Kerja POKOK BAHASAN Definisi, faktor risiko dan intervensi gizi pada: Kanker Penyakit kardiovaskular (penyakit jantung koroner/pjk)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehat, cerdas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada populasi umum, pria lebih banyak yang menderita penyakit ini dari pada wanita (pria 39 % dan wanita

Lebih terperinci

HUBUNGAN RASIO LINGKAR PINGGANG PINGGUL DENGAN PROFIL LIPID PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)

HUBUNGAN RASIO LINGKAR PINGGANG PINGGUL DENGAN PROFIL LIPID PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK) HUBUNGAN RASIO LINGKAR PINGGANG PINGGUL DENGAN PROFIL LIPID PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK) DI POLIKLINIK JANTUNG RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

Diabetes Mellitus Type II

Diabetes Mellitus Type II Diabetes Mellitus Type II Etiologi Diabetes tipe 2 terjadi ketika tubuh menjadi resisten terhadap insulin atau ketika pankreas berhenti memproduksi insulin yang cukup. Persis mengapa hal ini terjadi tidak

Lebih terperinci

Milik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia

Milik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia umumnya digunakan untuk menggambarkan makanan yang dianggap bermanfaat bagi kesehatan, melebihi diet sehat normal yang diperlukan bagi nutrisi manusia. Makanan Sehat "Makanan Kesehatan" dihubungkan dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Hiperurisemia telah dikenal sejak abad ke-5 SM. Penyakit ini lebih banyak menyerang pria daripada perempuan, karena pria memiliki kadar asam urat yang lebih tinggi daripada perempuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap tahun lebih dari 36 juta orang meninggal karena penyakit tidak menular (PTM) (63% dari seluruh kematian) di dunia. Lebih dari 9 juta kematian yang disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jantung beristirahat. Dua faktor yang sama-sama menentukan kekuatan denyut nadi

BAB I PENDAHULUAN. jantung beristirahat. Dua faktor yang sama-sama menentukan kekuatan denyut nadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tekanan darah merupakan ukuran tekanan yang digunakan oleh aliran darah melalui arteri berdasarkan dua hal yaitu ketika jantung berkontraksi dan ketika jantung beristirahat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsumsi diet tinggi lemak dan fruktosa di masyarakat saat ini mulai meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya konsumsi junk food dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) atau iskemia miokard, adalah penyakit yang ditandai dengan iskemia (suplai darah berkurang) dari otot jantung, biasanya karena penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usaha pemerintah dan pihak swasta untuk meningkatkan keadaan gizi

BAB I PENDAHULUAN. Usaha pemerintah dan pihak swasta untuk meningkatkan keadaan gizi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Usaha pemerintah dan pihak swasta untuk meningkatkan keadaan gizi masyarakat telah banyak dilakukan. Perkembangan ilmu dan teknologi, khususnya teknologi

Lebih terperinci

Indikator pelayanan makanan : Waktu Daya terima /kepuasan. BAB II Penampilan makan. Keramahan pramusaji Kebersihan alat

Indikator pelayanan makanan : Waktu Daya terima /kepuasan. BAB II Penampilan makan. Keramahan pramusaji Kebersihan alat A. KEPUASAN PASIEN 1. Definisi Pengertian kepuasan pasien Indikator pelayanan makanan : Waktu Daya terima /kepuasan BAB II Penampilan makan Rasa makanan TINJAUAN PUSTAKA Keramahan pramusaji Kebersihan

Lebih terperinci

SYSTEM PEREDARAN DARAH DARAH JANTUNG DAN ANATOMI PEMBULUH DARAH SIRKULASI DARAH

SYSTEM PEREDARAN DARAH DARAH JANTUNG DAN ANATOMI PEMBULUH DARAH SIRKULASI DARAH SYSTEM PEREDARAN DARAH DARAH JANTUNG DAN ANATOMI PEMBULUH DARAH SIRKULASI DARAH DARAH Suatu jaringan tubuh cair yang terdapat dalam pembuluh darah dan warnanya merah. Merah O2 dan CO2. Volume Darah -

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. golongan lipida. Orang menganggap kolesterol merupakan satu-satunya lemak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. golongan lipida. Orang menganggap kolesterol merupakan satu-satunya lemak BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kolesterol 1. Definisi kolesterol Kolesterol ditinjau dari sudut kimiawi dapat diklasifikasikan dalam golongan lipida. Orang menganggap kolesterol merupakan satu-satunya lemak

Lebih terperinci

Manfaat Diet Pada Penanggulangan Hiperkolesterolemi

Manfaat Diet Pada Penanggulangan Hiperkolesterolemi Manfaat Diet Pada Penanggulangan Hiperkolesterolemi T. Bahri Anwar Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara I. Pendahuluan Hiperkolesterolemi adalah peninggian kadar kolesterol di dalam darah. Kadar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik kronik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin,

Lebih terperinci

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga 5 2.2. Cara Kerja Jantung Pada saat berdenyut, setiap ruang jantung mengendur dan terisi darah (disebut diastol). Selanjutnya jantung berkontraksi dan memompa darah keluar dari ruang jantung (disebut sistol).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 dan 2001 serta Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, telah terjadi transisi epidemiologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lansia (Khomsan, 2013). Menurut Undang-Undang No.13/1998

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lansia (Khomsan, 2013). Menurut Undang-Undang No.13/1998 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Salah satu dampak dari keberhasilan pembangunan nasional di bidang kesehatan dan kesejahteraan sosial antara lain meningkatnya angka rata-rata usia harapan hidup penduduk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Status Gizi a. Definisi Status Gizi Staus gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam

Lebih terperinci

OLEH : KELOMPOK 5 WASLIFOUR GLORYA DAELI

OLEH : KELOMPOK 5 WASLIFOUR GLORYA DAELI OLEH : KELOMPOK 5 HAPPY SAHARA BETTY MANURUNG WASLIFOUR GLORYA DAELI DEWI RAHMADANI LUBIS SRI DEWI SIREGAR 061101090 071101025 071101026 071101027 071101028 Nutrisi adalah apa yang manusia makan dan bagaimana

Lebih terperinci