FENOMENA TSUNAMI DAN PENGARUHNYA TERHADAP TERUMBU KARANG
|
|
- Verawati Budiaman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Oseana, Volume XXXII, Nomor 2, Tahun 2007 : ISSN FENOMENA TSUNAMI DAN PENGARUHNYA TERHADAP TERUMBU KARANG Oleh Rikoh Manogar Siringoringo 1) ABSTRACT THE TSUNAMI PHENOMENON AND ITS EFFECT ON CORAL REEFS. Tsunami is defined as a natural phenomenon consisting of a series of waves generated when water is rapidly displaced on a massive scale. There were significant damages on coral before and post-tsunami. The major threats to the coral reefs of the Indian Ocean continue to occur caused by human activities, such as over-fishing, deforestation and climate change. These damages on coral reef was very small compared to those caused by tsunami. Tsunami phenomenon and its effect on coral reefs will be discussed in this paper. PENDAHULUAN Tsunami diartikan sebagai fenomena alam yang terdiri atas serangkaian gelombang, yang dipicu ketika air dipindahkan dalam waktu singkat dan dalam jumlah yang sangat besar ( aceh). Tsunami termasuk salah satu bencana alam yang sangat mengerikan, karena dapat berasal dari kejadian yang letaknya sangat jauh dan terjadi tanpa dapat di prediksi ( Saat tsunami mendekati perairan dangkal, kecepatan gelombang menurun, tetapi energinya hanya berkurang sedikit, sehingga tinggi gelombang meningkat dan dapat menerobos jauh ke daratan, serta menimbulkan kerusakan karang, infrastruktur dan vegetasi pesisir yang parah. Selama ini, kejadian pemutihan karang dan serangan biota bulu seribu (Acanthaster planci) dianggap sebagai gangguan ekologis paling besar terhadap kerusakan ekosistem terumbu karang (ENGELHARDT, 2001). Kenyataan lain menunjukan, bahwa gempa dan tsunami pada Desember 2004 di sepanjang pesisir dan pulau-pulau kecil Samudera Hindia telah memberikan dampak yang cukup serius bagi kerusakan ekosistem terumbu karang (WILKINSON et al., 2005). Kerusakan terumbu karang akibat gempa dan tsunami pada lokasilokasi tertentu sangat parah. Hasil monitoring global menunjukan, bahwa dalam skala luas kerusakan terumbu karang disebabkan oleh gempa dan tsunami. 43
2 Biota karang adalah biota bentik utama terumbu yang terpengaruh langsung akibat peristiwa gempa dan tsunami. Kematian massal biota karang dan biota lainya terlihat jelas akibat terangkat lama di atas permukaan air dan sebagian terdampar oleh terjang gelombang tsunami (WILKINSON et al., 2005). Sapuan gelombang tsunami telah membawa berbagai material dan sedimen dalam jumlah besar dari daratan, kemudian diendapkan di dasar perairan, termasuk terumbu karang. Kematian biota karang akan diikuti oleh penurunan populasi biota lainnya, terutama biota yang berassosiasi kuat dengan terumbu karang. Dari penelitian yang pernah dilakukan oleh CRITC (Coral Reef Information and Trainning Center) terlihat adanya perbedaan yang signifikan terhadap kondisi terumbu karang sebelum dan sesudah gempa (COREMAP, 2006). Gempa bumi dan tsunami telah mengakibatkan kerusakan karang yang cukup parah, namun kerusakan oleh manusia (antropogenik) juga merupakan penyebab kerusakan yang paling besar. Pada tulisan mi dibahas fenomena tsunami khususnya terhadap terumbu karang. FENOMENA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI Gempa bumi bukanlah suatu hal yang baru. Gempa bumi bisa disebabkan oleh berbagai sumber, antara lain letusan gunung berapi (erupsi vukalnik) dan pergerakan kulit bumi ( Gempa yang paling sering kita rasakan adalah gempa yang disebabkan oleh pergerakan kulit bumi, atau disebut gempa tektonik. Gempa tektonik dijelaskan oleh "Teori Lapisan Tektonik", yang menyebutkan bahwa lapisan bebatuan terluar yang disebut lithosphere mengandung banyak lempengan. Di bawah lithospere ada lapisan yang disebut athenosphere, lapisan ini seakanakan melumasi bebatuan tersebut, sehingga mudah bergerak ( Gempa bumi dan tsunami yang terjadi di lempengan tektonik utama pada permukaan bumi disebut zona subduksi. Zona ini terbentuk akibat permukaan bumi yang terus bergerak, sehingga lapisan terluar batuan yang disebut litosfer terbentuk dan terhancurkan. Kemudian lempengan-lempengan tersebut pada akhirnya saling tumpuk-menumpuk ( gempa bumi aceh). Bagian lempengan ini disebut subduksi kemudian membentuk batasan lempeng baru tempat proses ini terjadi yang disebut zona subduksi. Pada gambar (Gambar 1), mengilustrasikan tentang runutan peristiwa gempa bumi akibat subduksi. Pada Gambar la, lempeng tektonik di sebelah kiri mencoba untuk subduksi di bawah lempeng sebelah kanan. Namun, karena adanya kekuatan friksional, lempeng kemudian menyatu dengan atasnya selama beberapa waktu yang menyebabkan kedua lempeng terdeformasi, terutama lempeng bagian atas yang membelok ke arah dua buah panah merah. Pada saat ikatan friksi (garis bergelombang) terputus saat gempa bumi (Gambar lb), lempeng di sebelah kanan terpental kembali ke posisi aslinya (panah merah kini berlawanan arah), sehingga memindahkan sejumlah besar volume air. Pada Gambar lc, air yang dipindahkan ini kemudian menyebar ke segala arah sebagai tsunami (WILKINSON, 2005). 44
3 45
4 STATUS TERUMBU KARANG SEBELUM TSUNAMI Dari sekitar pulau di kawasan Nusantara banyak di antaranya dikelilingi oleh terumbu karang. Lebih dari 590 jenis karang keras yang termasuk dalam 82 genera telah tercatat sebelum tsunami (WILKINSON, 2004). Sejak 1994, pemantauan terumbu karang telah dilakukan di bawah koordinasi Coral Reef Rehabilitation and Management Programme (COREMAP). Kegiatan manusia adalah penyebab utama terjadinya penurunan kondisi terumbu karang di Indonesia. Bertambahnya penduduk dan pembangunan di kawasan memberi kontribusi dalam meningkatkan polusi dan penebangan hutan, yang dampaknya mengakibatkan masuknya sedimentasi dan polusi ke terumbu karang. Sedimen dari pantai ditarik oleh arus balik tsunami, sehingga sedimen di lingkungan pantai terbawa ke dasar perairan. Penangkapan ikan dengan cara merusak, terutama pemboman dan peracunan dengan sianida yang marak di Indonesia, juga telah menghancurkan terumbu karang (KENCHINGTON & HUDSON, 1998). Selain itu, penangkapan ikan segar untuk pangan dan akuarium, juga menimbulkan dampak yang buruk bagi terumbu karang, yang jelas teramati sebelum tsunami. STATUS TERUMBU KARANG PASCA TSUNAMI Berdasarkan hasil penelitian awal yang dilakukan oleh BAPPENAS (2005) diperkirakan bahwa 30 % dari ha terumbu karang menderita kerusakan. Hasil dari survei menunjukkan bahwa kerusakan terumbu karang terlihat berbeda-beda antar lokasi. Sekalipun beberapa terumbu yang langsung terimbas oleh gempa bumi menunjukkan kerusakan mekanis yang substansial, namun terumbu karang di sekitarnya hanya mengalami kerusakan ringan. Sebagian terumbu mengalami kerusakan sedang, sementara sebagian kecil terumbu hancur total. Kerusakan yang berkaitan dengan tsunami bersifat tidak merata dan berkaitan langsung dengan topografi bawah laut, serta bentuk dan struktur terumbu. Karang-karang yang tumbuh pada substrat yang kuat, pada umumnya tidak terpengaruh oleh tsunami, walaupun ada sedikit cabang-cabang yang patah. Karang-karang yang tumbuh pada pecahan karang atau dasaran pasir yang tidak padat, mengalami lebih banyak kerusakan. Banyak koloninya yang terbalik, terkubur atau terlempar ke bagian lain terumbu. Meningkatnya sedimentasi di beberapa wilayah telah memicu pemutihan karang (coral bleaching), kemungkinan sebagai akibat berkurangnya cahaya matahari. Di kawasan semacam ini, karang dapat pulih kembali (recovery), namun memakan waktu yang cukup lama. Paparan terumbu dangkal di teluk atau saluran-saluran yang sempit, mengalami kehancuran yang paling parah, sedangkan situs-situs dengan garis pantai curam yang menjorok ke laut dalam biasanya selamat. Lebih dari 90%, kerusakan timbul pada kedalaman 3-10 m, sedangkan terumbu yang tidak naik ke permukaan biasanya tidak terlalu terpengaruh tsunami. Akibat gempa, koloni karang terangkat 1-2 m di atas permukaan laut, sehingga karang-karang tersebut mati. Seluruh terumbu yang terangkat ini masih tetap utuh, namun menjadi putih karena terpapar sinar matahari (Gambar 2). 46
5 Gambar 2. Terumbu yang naik ke permukaan di Kecamatan Lahewa, Nias Beberapa koloni karang yang besar dari jenis Porites sp. patah dan terguling ke pantai (Gambar 3a). Bagian terumbu karang yang terendam air masih bertahan hidup, walaupun banyak karangnya yang mengalami kematian karena penyakit. Karang bercabang dari jenis Acropora adalah karang yang paling terimbas berat, demikian juga dengan karang bercabang lainnya yang mudah patah, menjadi rubble (patahan karang) (Gambar 3b). Sementara itu, untuk bentuk pertumbuhan karang seperti bongkahan (massive) dan karang mengerak (encrusting), seperti Porites dan Goniastrea tampak masih utuh. Banyak koloni karang yang terkubur sebagian oleh sedimen, sehingga dampaknya ada bagian koloni karang yang mati. Gelombang tsunami dapat mencapai sejauh 1 km ke darat, dan gelombang baliknya membawa lumpur ke laut, sehingga dampaknya juga akan menutupi koloni karang dan membuat air menjadi keruh. Gambar 3a. Porites terlempar ke pantai Gambar 3b. Pecahan karang Acropora 47
6 Lebih lanjut, dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Coremap LIPI 2006, nampak bahwa adanya perbedaan jumlah kehadiran karang batu antara sebelum dan setelah bencana. Perbedaan tersebut juga ditunjukkan oleh menurunnya jumlah jenis dan individu karang batu di Pulau Nias, yaitu sebelum terjadi peristiwa gempa. Kemerataan jenis karang batu di Pulau Nias relatif tinggi dimana terdapat lebih banyak jenis yang mendominasi, yaitu jenis Heliopora coerulea dan Pocillopora damicornis. Tetapi setelah terjadi gempa, terlihat bahwa jumlah individu dan jenis karang batu menurun bahkan hanya terdapat beberapa jenis karang batu saja (sekitar 6 jenis) yang dominan (Tabel 1). Hal yang berbeda dijumpai di Sibolga, Tapanuli Tengah setelah terjadi bencana, diperoleh nilai jumlah jenis dan jumlah individu untuk karang batunya relatif tidak berubah bahkan terlihat cenderung meningkat. Lokasi ini sebagai daerah kontrol untuk membandingkan daerah yang terkena tsunami dan yang tidak terkena tsunami. 48
7 ANCAMAN DAN TEKANAN TERHADAP TERUMBU KARANG Ancaman dan tekanan terhadap terumbu karang sudah lama dikelompokkan menjadi 2 kategori umum, yaitu alami dan antropogenik. Kejadian akhir-akhir ini, seperti pemutihan karang dan bencana tsunami membuat perlunya ditambahkan kategori lainnya. I. Ancaman alami Terumbu karang sudah berevolusi selama jutaan tahun di bawah "tekanan-tekanan alami sejati" yang telah membentuk evolusi terumbu karang. Selama tahun yang lalu sejak abad es yang terakhir, terumbu karang berada di bawah kondisi yang relatif aman, walaupun menghadapi badai tropis, kemasukan air tawar, gempa bumi, gunung api (WILKINSON et al., 2005). Terumbu karang biasanya cepat pulih dari stress, apabila kejadian-kejadian tersebut tidak terjadi secara rutin. Ancaman-ancaman alami tersebut dapat digolongkan menjadi tiga yaitu, kejadian geologis, iklim dan cuaca, serta tekanan biologis. I.1. Kejadian geologis Selama jutaan tahun yang lalu, gempa bumi, letusan gunung berapi dan tsunami telah menyebabkan terumbu karang mengalami kerusakan episiodik yang bersifat lokal, walaupun dampaknya sering juga parah. Terumbu karang yang sangat dekat dengan sumber gempa mengalami patahan, kemudian karang besar maupun karang rapuh seperti jenis Acropora (branching), selanjutnya hancur dan jatuh ke bawah tubir. Terumbu karang yang berdekatan dengan karang yang rusak dapat pulih kembali, karena larva karang sudah tersedia dari terumbu karang yang berada di dekatnya. Terumbu karang dapat menyerap sebagian energi tsunami, sehingga mengurangi dampak tsunami terhadap daratan. Namun demikian, tinggi gelombang tsunami jauh lebih tinggi dari gelombang, karena badai tropis. Sebuah badai tropis dapat mengirimkan gelombang yang menghancurkan terumbu karang selama beberapa hari, dimana setiap gelombang menambahkan dampak yang telah dibuat oleh gelombang sebelumnya. I.2. Iklim dan cuaca Badai tropis (siklon, taifun, hurikan) adalah fenomena alam yang biasa terjadi di lautan tropis, yaitu antara 7 LU - 7 LS. Pada umumnya terumbu karang di luar kawasan tersebut telah mengalami badai tropis dan biasanya dapat pulih dari kerusakan secara alami. Kerusakan biasanya terlokalisir, dimana kawasan sekitarnya hanya sebagian rusak atau bahkan tidak terimbas oleh badai. Kawasan sekitar tersebut biasanya berfungsi sebagai penyedia larva terumbu karang untuk memulihkan terumbu karang yang rusak. I.3. Tekanan-tekanan biologis Dalam dekade terakhir ini, wabah predator seperti bintang laut duri (Acanthaster planci) dan gastropoda pemakan karang Drupella telah menimbulkan kerusakan yang berat, bahkan sering menghancurkan kawasan karang yang relatif luas (SUHARSONO, 1998). Timbulnya wabah predator yang parah tersebut berkorelasi dengan gangguan manusia terhadap ekosistem. Acanthaster planci memakan polip karang, sehingga terjadi bleaching atau kehilangan warna. Kondisi bleaching dari tubuh karang dapat juga terjadi akibat kondisi dari lingkungan dan akan menyebabkan karang mengalami stress. CRC (Reef Research Centre) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang memberikan kontribusi terjadinya bleaching adalah adanya perubahan temperatur yang 49
8 ekstrem, metals, polutan lain (nitrat), arus perairan yang kecil, intensitas cahaya, serta salinitas ( coral/). I.4. Pemanasan global (global warming) dan reef bleaching Penyebab terjadinya "karang stress" secara umum berhubungan dengan degradasi lingkungan lokal dan over exploitasi karang. Temperatur air laut dan radiasi sinar matahari mungkin sebagai faktor global yang merubah secara extrim. Global warming, sepanjang kejadian ENSO, menyebabkan terjadinya perubahan suhu air laut. Penurunan ozone juga akan meningkatkan serapan UVR dan menyebabkan terjadinya bleaching. Peningkatan temperatur air laut dan radiasi matahari, dianggap sebagai penyebab stress dalam skala luas (large-scale stressors). Coral bleaching dilaporkan terjadi selama musim panas atau mendekati akhir dari periode panas. Coral bleaching juga terjadi dalam periode angin yang kecepatannya rendah, langit cerah, laut tenang dan turbiditi yang rendah. Kondisi tersebut yang cocok untuk pemanasan lokal dan penetrasi radiasi panjang gelombang pendek (UV). Karang hidup di atas memiliki batas toleransi suhu, yakni hanya peningkatan temperatur laut yang relatif rendah (O,5-1,5 C) lebih dari beberapa minggu atau peningkatan tinggi (3-4 C) lebih dari beberapa hari akan menyebabkan disfungsi karang dan mati. Banyak karang yang (hampir 90% tutupan karang hilang di Maldives, Sri Lanka, Kenya, Tanzania dan Seychelles). Pemanasan 2-3 C di ENSO Pasifik barat bertanggungjawab terhadap bleaching di Indonesia 1983 (SUHARSONO, 1998). II. Tekanan-Tekanan Antropogenik Tekanan antropogenik adalah penyebab kerusakan terumbu yang paling besar. Buku "Kondisi Terumbu Karang Dunia 2004" telah melaporkan 10 tekanan antropogenik spesifik yang terbagi dalam tiga kategori, yakni tekanan manusia secara langsung; ancaman perubahan global; serta kesadaran pemerintah dan kemauan politik yang rendah. Tekanantekanan ini banyak menyebabkan krisis global terumbu karang. Perkiraan saat ini adalah 20% dari terumbu karang di seluruh dunia telah rusak, sehingga mekanisme pemulihan alami tidak lagi efektif (WILKINSON, 2004). PENUTUP Kerusakan karang akibat tsunami terjadi pada beberapa lokasi, namun ada juga yang tidak mengalami kerusakan. Walaupun di beberapa tempat terumbu karang mengalami kerusakan akibat tsunami hal ini karena di kawasan tersebut karang dan mangrovenya sudah rusak. Tsunami harus dipandang sebagai salah satu tekanan alami yang tidak dapat dihindari dan tidak dapat diprediksi kapan akan terjadi. Namun, kerusakan di darat akibat tsunami dapat dikurangi melalui pengelolaan yang efektif untuk melindungi terumbu karang dari penambangan karang dan kegiatan merusak lainnya. Selain itu, perlindungan mangrove dan hutan-hutan pesisir juga harus dilakukan. Pengelolaan yang efektif akan memberikan perlindungan bagi garis pantai di kawasan tropis dari hempasan ombak badai yang diperkirakan akan sering terjadi berkaitan dengan perubahan iklim global. 50
9 DAFTAR PUSTAKA BAPPENAS and the International Donor Agency Indonesia: Preliminary Damage and Loss Assessment, the December 26, 2004 Natural Disaster. Consultative Group on Indonesia : 99 pp. ENGELHARDT Seychelles Marine Ecosystem Management Project (SEYMEMP) - Coral reef Study- Interim Report No. 1. Reef Care International Pty ltd. Townsville, Australia: 97 pp. KENCHINGTON, R.A. and BRYDGET, E.T. HUDSON Coral Reef Management Hand Book. Great Barrier Reef, Marine Park Authority. PO. Box 1379, Townsville, qld 4810 Australia : LIPI Laporan Monitoring Terumbu karang Pasca Gempa dan Tsunami di Aceh, Nias dan Sibolga, Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI, Jakarta: 157 hal. WILKINSON, C Status of coral reefs of the World: Global Coral Reef Monitoring Network and Australian Institute of Marine Science, Townsville, Queensland, Australia : 158 pp. WILKINSON, C. D. SOUTER and J. GOLDBERG Status of Coral Reefs in Tsunami Affected Countries Australia Institute of Marine Sciences, Townsville, Queensland, Australia : 164 pp. SUHARSONO Kesadaran Masyarakat Tentang Terumbu Karang (Kerusakan Karang di Indonesia). Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi, Jakarta: 77 hal. 51
2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Terumbu Karang
2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Terumbu Karang Terumbu karang (coral reef) merupakan ekosistem laut dangkal yang terbentuk dari endapan-endapan masif terutama kalsium karbonat (CaCO 3 ) yang dihasilkan terutama
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ekosistem terumbu karang adalah salah satu ekosistem yang paling kompleks dan khas di daerah tropis yang memiliki produktivitas dan keanekaragaman yang tinggi. Ekosistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang dan Masalah yang dikaji (Statement of the Problem) I.1.1. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang dan Masalah yang dikaji (Statement of the Problem) I.1.1. Latar belakang Terumbu karang merupakan salah satu ekosistem terbesar kedua setelah hutan bakau dimana kesatuannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang rentan terhadap dampak perubahan iklim. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang termasuk rawan
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah teritorial Indonesia yang sebagian besar merupakan wilayah pesisir dan laut kaya akan sumber daya alam. Sumber daya alam ini berpotensi untuk dimanfaatkan bagi
Lebih terperinciDAFTAR ISI 1. PENDAHULUAN.5 2. MENGENAL LEBIH DEKAT MENGENAI BENCANA.8 5W 1H BENCANA.10 MENGENAL POTENSI BENCANA INDONESIA.39 KLASIFIKASI BENCANA.
DAFTAR ISI 1. PENDAHULUAN...5 2. MENGENAL LEBIH DEKAT MENGENAI BENCANA...8 5W 1H BENCANA...10 MENGENAL POTENSI BENCANA INDONESIA...11 SEJARAH BENCANA INDONESIA...14 LAYAKNYA AVATAR (BENCANA POTENSIAL INDONESIA)...18
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terumbu karang merupakan sumberdaya terbarukan yang memiliki fungsi ekologis, sosial-ekonomis, dan budaya yang sangat penting terutama bagi masyarakat pesisir dan pulau-pulau
Lebih terperinci1.2.1 Bagaimanakah kehidupan ekosistem terumbu karang pantai Apakah yang menyebabkan kerusakan ekosistem terumbu karang?
2 kerusakan ekosistem terumbu karang pantai Pangandaran terhadap stabilitas lingkungan. 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Bagaimanakah kehidupan ekosistem terumbu karang pantai Pangandaran? 1.2.2 Apakah yang menyebabkan
Lebih terperinciJAKARTA (22/5/2015)
2015/05/22 14:36 WIB - Kategori : Artikel Penyuluhan SELAMATKAN TERUMBU KARANG JAKARTA (22/5/2015) www.pusluh.kkp.go.id Istilah terumbu karang sangat sering kita dengar, namun belum banyak yang memahami
Lebih terperinciPOTENSI PEMULIHAN KOMUNITAS KARANG BATU PASCA GEMPA DAN TSUNAMI DI PERAIRAN PULAU NIAS, SUMATRA UTARA RIKOH MANOGAR SIRINGORINGO
POTENSI PEMULIHAN KOMUNITAS KARANG BATU PASCA GEMPA DAN TSUNAMI DI PERAIRAN PULAU NIAS, SUMATRA UTARA RIKOH MANOGAR SIRINGORINGO SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. terumbu karang untuk berkembangbiak dan hidup. Secara geografis terletak pada garis
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang secara geografis memiliki iklim tropis dan perairannya lumayan dangkal, sehingga menjadi tempat yang optimal bagi ekosistem terumbu
Lebih terperinciPOTENSI ANCAMAN LEDAKAN POPULASI ACANTHASTERPLANCI TERHADAP KELESTARIAN TERUMBU KARANG DI WILAYAH LAUT JAKARTA DAN UPAYA PENGENDALIANNYA
POTENSI ANCAMAN LEDAKAN POPULASI ACANTHASTERPLANCI TERHADAP KELESTARIAN TERUMBU KARANG DI WILAYAH LAUT JAKARTA DAN UPAYA PENGENDALIANNYA http://7.photobucket.com Oleh: Rizka Widyarini Grace Lucy Secioputri
Lebih terperinciMODUL 5: DAMPAK PERUBAHAN IKLIM BAHAYA GENANGAN PESISIR
MODUL 5: DAMPAK PERUBAHAN IKLIM BAHAYA GENANGAN PESISIR University of Hawaii at Manoa Institut Teknologi Bandung DAERAH PESISIR Perubahan Iklim dan Sistem Pesisir Menunjukkan Faktor Utama Perubahan Iklim
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, terdiri dari lebih 17.000 buah pulau besar dan kecil, dengan panjang garis pantai mencapai hampir
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil adalah sumberdaya hayati, sumberdaya nonhayati;
5 TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Pulau Kecil Pulau Kecil adalah pulau dengan luas lebih kecil atau sama dengan 2.000 km 2 (dua ribu kilometerpersegi) beserta kesatuan Ekosistemnya. Sumberdaya Pesisir dan
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Wilayah Penelitian Wilayah tempat substrat batu berada bersampingan dengan rumah makan Nusa Resto dan juga pabrik industri dimana kondisi fisik dan kimia perairan sekitar
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang dua per tiga luasnya ditutupi oleh laut
1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang dua per tiga luasnya ditutupi oleh laut dan hampir sepertiga penduduknya mendiami daerah pesisir pantai yang menggantungkan hidupnya dari
Lebih terperinci4 UJI COBA PENGGUNAAN INDEKS DALAM MENILAI PERUBAHAN TEMPORAL RESILIENSI TERUMBU KARANG
4 UJI COBA PENGGUNAAN INDEKS DALAM MENILAI PERUBAHAN TEMPORAL RESILIENSI TERUMBU KARANG 61 4.1 Pendahuluan Indeks resiliensi yang diformulasikan di dalam bab 2 merupakan penilaian tingkat resiliensi terumbu
Lebih terperinciGEMPA DAN TSUNAMI GEMPA BUMI
GEMPA DAN TSUNAMI FIDEL BUSTAMI COREMAP DAN LAPIS BANDA ACEH Pengertian : GEMPA BUMI Pergerakan bumi secara tiba-tiba tiba,, yang terjadi karena adanya tumbukan lempeng bumi yang mengandung energi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kedua di dunia setelah Kanada, sehingga 2/3 luas wilayah Indonesia merupakan. untuk menuju Indonesia yang lebih maju dan sejahtera.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara maritim terbesar di dunia dengan jumlah pulau sekitar 17.500 pulau dan memiliki garis panjang pantai terpanjang kedua di dunia
Lebih terperinciSMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.5. La Nina. El Nino. Pancaroba. Badai tropis.
SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.5 1. Perubahan iklim global yang terjadi akibat naiknya suhu permukaan air laut di Samudra Pasifik, khususnya sekitar daerah ekuator
Lebih terperinciMETODE SURVEI TERUMBU KARANG INDONESIA Oleh OFRI JOHAN, M.Si. *
METODE SURVEI TERUMBU KARANG INDONESIA Oleh OFRI JOHAN, M.Si. * Survei kondisi terumbu karang dapat dilakukan dengan berbagai metode tergantung pada tujuan survei, waktu yang tersedia, tingkat keahlian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia diramaikan oleh isu perubahan iklim bumi akibat meningkatnya gas rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang memicu terjadinya perubahan
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Fisika dan Kimia Perairan Pulau Karya Tabel 2. Data parameter fisika dan kimia lokasi transplantasi di perairan Pulau Karya bulan September 2010 sampai dengan Juli
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : 04 TAHUN 2001 TENTANG KRITERIA BAKU KERUSAKAN TERUMBU KARANG MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,
S A L I N A N KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : 04 TAHUN 2001 TENTANG KRITERIA BAKU KERUSAKAN TERUMBU KARANG MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa terumbu karang merupakan
Lebih terperinciPERUBAHAN IKLIM GLOBAL DAN PROSES TERJADINYA EROSI E-learning Konservasi Tanah dan Air Kelas Sore tatap muka ke 5 24 Oktober 2013
PERUBAHAN IKLIM GLOBAL DAN PROSES TERJADINYA EROSI E-learning Konservasi Tanah dan Air Kelas Sore tatap muka ke 5 24 Oktober 2013 Apakah Erosi Tanah? Erosi tanah adalah proses geologis dimana partikel
Lebih terperinci1. Kebakaran. 2. Kekeringan
1. Kebakaran Salah satunya kebakaran hutan adalah bentuk kebakaran yang tidak dapat terkendali dan seringkali terjadi di daerah hutan belantara. Penyebab umum hal ini seperti petir, kecerobohan manusia,
Lebih terperinciKERUSAKAN TERUMBU KARANG KARIMUNJAWA AKIBAT AKTIVITAS TRANSPORTASI BATUBARA
KERUSAKAN TERUMBU KARANG KARIMUNJAWA AKIBAT AKTIVITAS TRANSPORTASI BATUBARA Mei 2018 Pendahuluan Terumbu karang merupakan salah satu ekosistem utama pesisir dan laut yang dibangun terutama oleh biota laut
Lebih terperinciRUANG TERBUKA SEBAGAI RUANG EVAKUASI BENCANA TSUNAMI (Studi Kasus: Daerah Rawan Tsunami Kabupaten Kulonprogo) TUGAS AKHIR
RUANG TERBUKA SEBAGAI RUANG EVAKUASI BENCANA TSUNAMI (Studi Kasus: Daerah Rawan Tsunami Kabupaten Kulonprogo) TUGAS AKHIR Oleh : BIMA SAKTI L2D005352 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK
Lebih terperinciSamudera adalah kumpulan air yang sangat banyak, menutupi hampir. 71 persen Bumi dan memisahkan benua. Jutaan tahun yang lalu ketika Bumi
Samudera Samudera adalah kumpulan air yang sangat banyak, menutupi hampir 71 persen Bumi dan memisahkan benua. Jutaan tahun yang lalu ketika Bumi mendingin, uap air di atmosfer mengembun membentuk air.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan yang secara geografis terletak di daerah
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang secara geografis terletak di daerah khatulistiwa, di antara Benua Asia dan Australia, serta diantara Samudera Pasifik dan Hindia.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Kondisi Wilayah Kabupaten Gorontalo Kabupaten Gorontalo terletak antara 0 0 30 0 0 54 Lintang Utara dan 122 0 07 123 0 44 Bujur Timur. Pada tahun 2010 kabupaten ini terbagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Australia dan Lempeng Pasifik (gambar 1.1). Pertemuan dan pergerakan 3
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dipaparkan : (a) latar belakang, (b) perumusan masalah, (c) tujuan penelitian, (d) manfaat penelitian, (e) ruang lingkup penelitian dan (f) sistematika penulisan. 1.1. Latar
Lebih terperinciJAWABAN PERTANYAAN EVOLUSI TUGAS
JAWABAN PERTANYAAN EVOLUSI TUGAS disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Evolusi Oleh: Kelompok 10 Pendidikan Biologi A 2014 Ane Yuliani 1400537 Hanifa Ahsanu A. 1403883 Meilinda Alfiana 1403318
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gempa bumi, tsunami dan letusan gunung api merupakan refleksi fenomena
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gempa bumi, tsunami dan letusan gunung api merupakan refleksi fenomena alam yang secara geografis sangat khas untuk wilayah tanah air Indonensia. Indonesia merupakan
Lebih terperinci4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
33 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Umum Kepulauan Seribu Wilayah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu terletak di sebelah Utara Teluk Jakarta dan Laut Jawa Jakarta. Pulau Paling utara,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ekosistem terumbu karang merupakan bagian dari ekosistem laut yang penting dan memiliki peran strategis bagi pembangunan Indonesia saat ini dan dimasa mendatang. Indonesia
Lebih terperinciDINAMIKA PANTAI (Geologi, Geomorfologi dan Oseanografi Kawasan Pesisir)
DINAMIKA PANTAI (Geologi, Geomorfologi dan Oseanografi Kawasan Pesisir) Adipandang Yudono 12 GEOLOGI LAUT Geologi (geology) adalah ilmu tentang (yang mempelajari mengenai) bumi termasuk aspekaspek geologi
Lebih terperinciSTUDI KONDISI EKOSISTEM TERUMBU KARANG DAN STRATEGI PENGELOLAANNYA (STUDI KASUS PERAIRAN TELUK BAKAU KABUPATEN BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU)
STUDI KONDISI EKOSISTEM TERUMBU KARANG DAN STRATEGI PENGELOLAANNYA (STUDI KASUS PERAIRAN TELUK BAKAU KABUPATEN BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU) Oleh Chandra Joe Koenawan, Soeharmoko, Dony Apdillah dan Khodijah
Lebih terperinciSMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL 7.2
SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL 7.2 1. Serangkaian peristiwa yang menyebabkan gangguan yang mendatangkan kerugian harta benda sampai
Lebih terperinciSILABUS. Bentuk Tagihan Tertulis. Jenis Tagihan Unjuk kerja. Tugas individu. Tes lisan. Portofolio. Ringkasan. Unjuk kerja. Tugas individu.
SILABUS Nama Sekolah : SMA Mata Pelajaran : Kelas : X (sepuluh) Semester : 1 (satu) Standar Kompetensi : 1. Memahami konsep, pendekatan, prinsip, dan aspek Kompetensi Materi Pokok Indikator Kegiatan Dasar
Lebih terperincilabel 1. Karakteristik Sensor Landsat TM (Sulastri, 2002) 2.3. Pantai
H. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penginderaan Jauh Penginderaan jauh didefmisikan sebagai ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu objek atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ekosistem terumbu karang merupakan bagian dari ekosistem laut yang penting karena menjadi sumber kehidupan bagi beraneka ragam biota laut. Di dalam ekosistem terumbu
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Suharsono (2008) mencatat jenis-jenis karang yang ditemukan di
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Terumbu Karang di Indonesia Suharsono (2008) mencatat jenis-jenis karang yang ditemukan di Indonesia diperkirakan sebanyak 590 spesies yang termasuk dalam 80 genus karang. Terumbu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana Gempa bumi merupakan sebuah ancaman besar bagi penduduk pantai di kawasan Pasifik dan lautan-lautan lainnya di dunia. Indonesia merupakan salah satu negara
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terumbu karang merupakan ekosistem perairan dangkal yang banyak dijumpai di sepanjang garis pantai daerah tropis yang terbentuk dari endapan massif kalsium karbonat (CaCO
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.113, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAHAN. WILAYAH. NASIONAL. Pantai. Batas Sempadan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG BATAS SEMPADAN PANTAI DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG BATAS SEMPADAN PANTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG BATAS SEMPADAN PANTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Kepulauan Selayar merupakan wilayah yang memiliki ciri khas kehidupan pesisir dengan segenap potensi baharinya seperti terumbu karang tropis yang terdapat di
Lebih terperinciPENANGANAN TERPADU DALAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DI WILAYAH PESISIR, LAUTAN DAN PULAU
PENANGANAN TERPADU DALAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DI WILAYAH PESISIR, LAUTAN DAN PULAU Zonasi Wilayah Pesisir dan Lautan PESISIR Wilayah pesisir adalah hamparan kering dan ruangan lautan (air dan lahan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tingkat kepadatan penduduk nomor empat tertinggi di dunia, dengan jumlah
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara kepulauan dengan tingkat kepadatan penduduk nomor empat tertinggi di dunia, dengan jumlah penduduk lebih
Lebih terperinciPENGANTAR SUMBERDAYA PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL. SUKANDAR, IR, MP, IPM
PENGANTAR SUMBERDAYA PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL SUKANDAR, IR, MP, IPM (081334773989/cak.kdr@gmail.com) Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Sebagai DaerahPeralihan antara Daratan dan Laut 12 mil laut
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gempa bumi sebagai suatu kekuatan alam terbukti telah menimbulkan bencana yang sangat besar dan merugikan. Gempa bumi pada skala kekuatan yang sangat kuat dapat menyebabkan
Lebih terperinciKONDISI TERUMBU KARANG HIDUP BERDASARKAN PERSEN TUTUPAN DI PULAU KARANG PROVINSI SUMATERA UTARA DAN HUBUNGANNYA DENGAN KUALITAS PERAIRAN
KONDISI TERUMBU KARANG HIDUP BERDASARKAN PERSEN TUTUPAN DI PULAU KARANG PROVINSI SUMATERA UTARA DAN HUBUNGANNYA DENGAN KUALITAS PERAIRAN Miswar Budi Mulya *) Abstract The research of living coral reef
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain, yaitu masing-masing wilayah masih dipengaruhi oleh aktivitas
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesisir (coast) dan pantai (shore) merupakan bagian dari wilayah kepesisiran (Gunawan et al. 2005). Sedangkan menurut Kodoatie (2010) pesisir (coast) dan pantai (shore)
Lebih terperinci2. TINJAUAN PUSTAKA. utara. Kawasan pesisir sepanjang perairan Pemaron merupakan kawasan pantai
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Umum Perairan Pantai Pemaron merupakan salah satu daerah yang terletak di pesisir Bali utara. Kawasan pesisir sepanjang perairan Pemaron merupakan kawasan pantai wisata
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan wilayah yang memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah. Kekayaan Indonesia tersebar sepanjang nusantara mulai ujung barat Pulau
Lebih terperinciREHABILITASI TERUMBU KARANG TELUK AMBON SEBAGAI UPAYA UNTUK MEREDUKSI EMISI CARBON CO
Mangrove REHABILITASI TERUMBU KARANG TELUK AMBON SEBAGAI UPAYA UNTUK MEREDUKSI EMISI CARBON CO TERUMBU KARANG OLEH DANIEL D. PELASULA Pusat Penelitian Laut Dalam LIPI pelasuladaniel@gmail.com PADANG LAMUN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mitigasi bencana merupakan serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : 04 TAHUN 2001 TENTANG KRITERIA BAKU KERUSAKAN TERUMBU KARANG
KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : 04 TAHUN 2001 TENTANG KRITERIA BAKU KERUSAKAN TERUMBU KARANG MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP Menimbang : a. bahwa terumbu karang merupakan sumber daya
Lebih terperinciPENDAHULUAN GLOBAL WARMING - BIODIVERSITAS MAF - BIOLOGI UNAIR 1 DAMPAK PEMANASAN GLOBAL TERHADAP BIODIVERSITAS DAN EKOSISTEM
GLOBAL WARMING - BIODIVERSITAS PENDAHULUAN DAMPAK PEMANASAN GLOBAL TERHADAP BIODIVERSITAS DAN EKOSISTEM Drs. MOCH. AFFANDI, M.Si. FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA - SURABAYA Beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan daerah pertemuan 3 lempeng tektonik besar, yaitu
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan daerah pertemuan 3 lempeng tektonik besar, yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan lempeng Pasific. Lempeng Indo-Australia bertabrakan dengan
Lebih terperinciKARAKTERISTIK PANTAI GUGUSAN PULAU PARI. Hadiwijaya L. Salim dan Ahmad *) ABSTRAK
KARAKTERISTIK PANTAI GUGUSAN PULAU PARI Hadiwijaya L. Salim dan Ahmad *) ABSTRAK Penelitian tentang karakter morfologi pantai pulau-pulau kecil dalam suatu unit gugusan Pulau Pari telah dilakukan pada
Lebih terperinciPENTINGNYA MENJAGA KEANEKARAGAMAN HAYATI ALAM DI SEKITAR KITA
Peringatan Hari Lingkungan Hidup Se-Dunia 5 Juni 2010 PENTINGNYA MENJAGA KEANEKARAGAMAN HAYATI ALAM DI SEKITAR KITA Indonesia kaya akan keanekaragaman hayati, baik tumbuhan maupun hewan. Sampai dengan
Lebih terperincidi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil semakin jelas dengan disahkannya peraturan pelaksanaan UU No. 27 Tahun 2007 berupa PP No 64 Tahun 2010 tentan
Gempa bumi, tsunami, erosi, banjir, gelombang ekstrem dan kenaikan paras muka air laut adalah ancaman wilayah pesisir. Tapi tidak berarti hidup di negara kepulauan pasti menjadi korban bencana.. Wilayah
Lebih terperinciPENGENALAN EKOSISTEM DI LAUT DANGKAL (Biologi(
PENGENALAN EKOSISTEM DI LAUT DANGKAL (Biologi( Biologi) oleh : Yosephine Tuti Puslitbang Oseanologi - LIPI EKOSISTEM DI LAUT DANGKAL (BIOLOGI) I. EKOSISTEM TERUMBU KARANG / CORAL REEFS II. EKOSISTEM LAMUN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Indonesia merupakan salah satu negara dimana terdapat pertemuan 3 lempeng tektonik utama bumi. Lempeng tersebut meliputi lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia, dan
Lebih terperinciSMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 4. Dinamika Lithosferlatihan soal 4.4
SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 4. Dinamika Lithosferlatihan soal 4.4 1. Garis yang menghubungkan tempat-tempat yang dilaui gempa pada waktu yang sama disebut.... mikroseista pleistoseista makroseista
Lebih terperinciKESIAPAN MENGHADAPI BENCANA DALAM RANGKA PRESERVASI ARSIP-ARSIP KONVENSIONAL (KERTAS) Oleh : Euis Shariasih
KESIAPAN MENGHADAPI BENCANA DALAM RANGKA PRESERVASI ARSIP-ARSIP KONVENSIONAL (KERTAS) Oleh : Euis Shariasih I. Pendahuluan Indonesia merupakan Negara tropis yang berbentuk untaian kepulauan sehingga disebut
Lebih terperinciPenataan Kota dan Permukiman
Penataan Kota dan Permukiman untuk Mengurangi Resiko Bencana Pembelajaran dari Transformasi Pasca Bencana Oleh: Wiwik D Pratiwi dan M Donny Koerniawan Staf Pengajar Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Bencana menurut Undang-Undang No.24 tahun 2007 adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan
Lebih terperinciES R K I R P I S P I S SI S S I TEM
69 4. DESKRIPSI SISTEM SOSIAL EKOLOGI KAWASAN PENELITIAN 4.1 Kondisi Ekologi Lokasi studi dilakukan pada pesisir Ratatotok terletak di pantai selatan Sulawesi Utara yang termasuk dalam wilayah administrasi
Lebih terperinciPerbandingan Kondisi Terumbu Karang Selama Tiga Tahun Terakhir pada Perairan Taka Malang dan Tanjung Gelam Kep. Karimunjawa
F 2 04 Perbandingan Kondisi Terumbu Karang Selama Tiga Tahun Terakhir pada Perairan Taka Malang dan Tanjung Gelam Kep. Karimunjawa Sukron Alfi R.*, M. Danie Al Malik *Marine Diving Club, Jurusan Ilmu Kelautan,
Lebih terperinciKELIMPAHAN SERTA PREDASI Acanthaster planci di PERAIRAN TANJUNG KELAYANG KABUPATEN BELITUNG. Anugrah Dwi Fahreza, Pujiono Wahyu P., Boedi Hendrarto*)
KELIMPAHAN SERTA PREDASI Acanthaster planci di PERAIRAN TANJUNG KELAYANG KABUPATEN BELITUNG Anugrah Dwi Fahreza, Pujiono Wahyu P., Boedi Hendrarto*) Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekosistem terumbu karang yang merupakan salah satu ekosistem wilayah pesisir mempunyai peranan yang sangat penting baik dari aspek ekologis maupun ekonomis. Secara ekologis
Lebih terperinciKeputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 2001 Tentang : Kriteria Baku Kerusakan Terumbu Karang
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 2001 Tentang : Kriteria Baku Kerusakan Terumbu Karang MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : 1. bahwa terumbu karang merupakan sumber daya alam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Model Genesi dalam Jurnal : Berkala Ilmiah Teknik Keairan Vol. 13. No 3 Juli 2007, ISSN 0854-4549.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan pertemuan antara wilayah laut dan wilayah darat, dimana daerah ini merupakan daerah interaksi antara ekosistem darat dan ekosistem laut yang
Lebih terperinciI. INFORMASI METEOROLOGI
I. INFORMASI METEOROLOGI I.1 ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER I.1.1 MONITORING DAN PRAKIRAAN FENOMENA GLOBAL a. ENSO ( La Nina dan El Nino ) Berdasarkan pantauan suhu muka laut di Samudra Pasifik selama bulan
Lebih terperinciMODUL TRANSPLANTASI KARANG SECARA SEDERHANA PELATIHAN EKOLOGI TERUMBU KARANG ( COREMAP FASE II KABUPATEN SELAYAR YAYASAN LANRA LINK MAKASSAR)
MODUL TRANSPLANTASI KARANG SECARA SEDERHANA PELATIHAN EKOLOGI TERUMBU KARANG ( COREMAP FASE II KABUPATEN SELAYAR YAYASAN LANRA LINK MAKASSAR) Benteng, Selayar 22-24 Agustus 2006 TRANSPLANTASI KARANG Terumbu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terumbu adalah serangkaian struktur kapur yang keras dan padat yang berada di dalam atau dekat permukaan air. Sedangkan karang adalah salah satu organisme laut yang tidak
Lebih terperinciPENGENALAN. Irman Sonjaya, SE
PENGENALAN Irman Sonjaya, SE PENGERTIAN Gempa bumi adalah suatu gangguan dalam bumi jauh di bawah permukaan yang dapat menimbulkan korban jiwa dan harta benda di permukaan. Gempa bumi datangnya sekonyong-konyong
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari beberapa pulau utama dan ribuan pulau kecil disekelilingnya. Dengan 17.508 pulau, Indonesia menjadi negara
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekosistem padang lamun (seagrass) merupakan suatu habitat yang sering dijumpai antara pantai berpasir atau daerah mangrove dan terumbu karang. Padang lamun berada di daerah
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. bumi dan dapat menimbulkan tsunami. Ring of fire ini yang menjelaskan adanya
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang tergolong rawan terhadap kejadian bencana alam, hal tersebut berhubungan dengan letak geografis Indonesia yang terletak di antara
Lebih terperinciRingkasan Materi Seminar Mitigasi Bencana 2014
\ 1 A. TATANAN TEKTONIK INDONESIA MITIGASI BENCANA GEOLOGI Secara geologi, Indonesia diapit oleh dua lempeng aktif, yaitu lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Pasifik yang subduksinya dapat
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan hasil kajian Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) tahun 2001 mengenai perubahan iklim, yaitu perubahan nilai dari unsur-unsur iklim dunia sejak tahun
Lebih terperinciI. INFORMASI METEOROLOGI
I. INFORMASI METEOROLOGI I.1 ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER I.1.1 MONITORING DAN PRAKIRAAN FENOMENA GLOBAL a. ENSO ( La Nina dan El Nino ) Berdasarkan pantauan suhu muka laut di Samudra Pasifik selama bulan
Lebih terperinciBAB III ANCAMAN TERHADAP TERUMBU KARANG YANG BERADA DI KAWASAN CORAL TRIANGLE
BAB III ANCAMAN TERHADAP TERUMBU KARANG YANG BERADA DI KAWASAN CORAL TRIANGLE Pada bab ini akan dibahas tentang jenis-jenis ancaman yang muncul terhadap terumbu karang yang berada di wilayah segitiga karang
Lebih terperinciPeristiwa Alam yang Merugikan Manusia. a. Banjir dan Kekeringan
Peristiwa Alam yang Merugikan Manusia a. Banjir dan Kekeringan Bencana yang sering melanda negara kita adalah banjir dan tanah longsor pada musim hujan serta kekeringan pada musim kemarau. Banjir merupakan
Lebih terperinciDampak Pemanasan Global Terhadap Perubahan Iklim di Indonesia Oleh : Ahkam Zubair
Dampak Pemanasan Global Terhadap Perubahan Iklim di Indonesia Oleh : Ahkam Zubair Iklim merupakan rata-rata dalam kurun waktu tertentu (standar internasional selama 30 tahun) dari kondisi udara (suhu,
Lebih terperinciPERUBAHAN IKLIM DAN STRATEGI ADAPTASI NELAYAN
PERUBAHAN IKLIM DAN STRATEGI ADAPTASI NELAYAN OLEH : Arif Satria Fakultas Ekologi Manusia IPB Disampaikan padalokakarya MENGARUSUTAMAKAN ADAPTASI TERHADAP PERUBAHAN IKLIM DALAM AGENDA PEMBANGUNAN, 23 OKTOBER
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di antara tiga lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia terletak di antara tiga lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik. Konsekuensi tumbukkan lempeng tersebut mengakibatkan negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai perairan laut yang lebih luas dibandingkan daratan, oleh karena itu Indonesia dikenal sebagai negara maritim. Perairan laut Indonesia kaya akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai Maluku (Wimpy S. Tjetjep, 1996: iv). Berdasarkan letak. astronomis, Indonesia terletak di antara 6 LU - 11 LS dan 95 BT -
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai suatu negara kepulauan yang mempunyai banyak sekali gunungapi yang berderet sepanjang 7000 kilometer, mulai dari Sumatera, Jawa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sungai adalah aliran air di permukaan tanah yang mengalir ke laut. Sungai merupakan torehan di permukaan bumi yang merupakan penampung dan penyalur alamiah aliran air,
Lebih terperinciBAB 13. KELUARGA DAN PERUBAHAN IKLIM. Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati
BAB 13. KELUARGA DAN PERUBAHAN IKLIM Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati DAMPAK AKTIVITAS MANUSIA Mekamisme yang terjadi pada sistem alam sangat luar biasa rumitnya. Ekosistem mempunyai keseimbangan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Perairan Wilayah Pulau Pramuka Perairan wilayah Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, terdiri dari rataan terumbu yang mengelilingi pulau dengan ukuran yang bervariasi
Lebih terperinciTERUMBU KARANG; ASET YANG TERANCAM (AKAR MASALAH DAN ALTERNATIF SOLUSI PENYELAMATANNYA) Amin, S.Pd., M.Si*)
TERUMBU KARANG; ASET YANG TERANCAM (AKAR MASALAH DAN ALTERNATIF SOLUSI PENYELAMATANNYA) Amin, S.Pd., M.Si*) ABSTRAK Indonesia dengan wilayah lautnya yang sangat luas, jumlah pulaunya yang mencapai sekitar
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Tinjauan (State of the Art Review) terdahulu O Farrel et all. (2007) melakukan penelitian di 22 wilayah survei yang berada di wilayah Tobbago. Dari hasil survei dan observasi
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekosistem mangrove merupakan ekosistem pesisir yang terdapat di sepanjang pantai tropis dan sub tropis atau muara sungai. Ekosistem ini didominasi oleh berbagai jenis
Lebih terperinci