BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. tanpa terhubung dengan komputer. Blok diagram keseluruhan pada sistem ini adalah. Gambar 3.1 Blok diagram sistem

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. tanpa terhubung dengan komputer. Blok diagram keseluruhan pada sistem ini adalah. Gambar 3.1 Blok diagram sistem"

Transkripsi

1 BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1. Perancangan Perangkat keras Pada penelitian ini dibuat sistem penampil karakter Braille yang dapat bekerja tanpa terhubung dengan komputer. Blok diagram keseluruhan pada sistem ini adalah seperti gambar 3.1 berikut Gambar 3.1 Blok diagram sistem Blok diagram pada gambar 3.1 terdiri dari 5 bagian yaitu modul utama, Memory Card, modul penaik tegangan, Braille display, dan buzzer. Pada modul utama terdapat microcontroller AVR yang merupakan pusat kontrol dari sistem. AVR akan berkomunikasi dengan memory card menggunakan protokol SPI untuk membaca isi file. File yang dibaca merupakan file berformat *txt. AVR akan menerjemahkan data yang telah dibaca pada teks ke dalam tulisan Braille dan ditampilkan pada Braille display. Agar karakter dapat ditampilkan pada braille display, masing-masing Braille cell harus diberikan tegangan 200V DC. Modul penaik tegangan berperan untuk menaikkan level 40

2 41 tegangan dari 5V DC menjadi 200V DC. Buzzer digunakan untuk interaksi sistem dengan pengguna. Arti bunyi dari buzzer dapat dilihat pada lampiran E. Gambar 3.2 Rancang bangun sistem Gambar 3.2 menunjukkan rancang bangun sistem. Untuk memperjelas bagianbagian dari sistem, maka gambar sistem dibagi menjadi 2 bagian. Gambar 3.3 menunjukkan lapisan atas sistem dan gambar 3.4 menunjukkan lapisan bawah sistem. Lapisan atas terdiri dari Braille display produksi Metec dan slot untuk memasukan memory card. Pada lapisan bawah (warna kuning) terdapat 2 modul yaitu modul utama dan modul penaik tegangan yang disusun seperti gambar 3.4. Gambar 3.3 Lapisan atas

3 42 Gambar 3.5 Tampak belakang Pada bagian belakang terdapat soket DC, saklar toggle, dan buzzer. Sistem membutuhkan sumber tegangan sebesar 6 volt -7.5 volt DC yang dihubungkan melalui soket DC. Saklar digunakan untuk mengaktifkan dan menonaktifkan sistem. Buzzer digunakan sebagai indikator bagi pengguna Perancangan modul utama Pada modul utama digunakan AVR yang berperan sebagai pusat kontrol. AVR akan membaca data dari memory card, dan menampilkannya pada Braille display. Pada modul utama terdapat rangkaian konversi level tegangan. Rangkaian konversi level tegangan digunakan untuk mengkonversi level tegangan pada jalur MISO, MOSI, SCK, dan SS saat terjadi komunikasi SPI dari AVR ke memory card Perancangan rangkaian pusat kontrol Pada sistem digunakan microcontroller AVR ATMEGA16 yang berperan sebagai pengontrol utama. AVR ATMEGA16 dipilih karena ATMEGA16 memiliki

4 43 RAM sebesar 1 Kbyte, dimana 512 byte RAM dialokasikan untuk menampung data dari MMC sedangkan sisa memori digunakan untuk keperluan sistem dalam beroperasi. ATMEGA16 memiliki fitur on-chip SPI yang digunakan untuk berkomunikasi dengan MMC. Gambar 3.6 Rangkaian pusat kontrol sistem Perancangan Rangkaian Konversi Level Tegangan Level tegangan yang digunakan oleh microcontroller berbeda dengan level tegangan yang digunakan oleh MMC. Microcontroller menggunakan level tegangan 5 volt sedangkan MMC menggunakan level tegangan 3.3 volt sebagai sumber tegangan.

5 44 Perbedaan level tegangan antara microcontroller dan MMC diatasi dengan menggunakan rangkaian konversi level tegangan. Rangkaian konversi level tegangan dibagi menjadi 2 buah pengkonversi yaitu penurun tegangan dan penaik tegangan. Step down merupakan rangkaian untuk mengubah level tegangan dari 5 volt ke 3.3 volt. Sedangkan step up merupakan rangkaian untuk mengubah level tegangan dari 3.3 volt ke 5 volt. Rangkaian step down digunakan pada jalur MOSI, SCK, dan SS dari microcontroller ke MMC. Skematik dari rangkaian step down ditunjukkan pada gambar volt R14 Res1 1K R12 Res1 1K Out Q5 IN R5 390 Q7 Gambar 3.7 Rangkaian Step Down Pada rangkaian step down terdapat 2 buah transistor NPN. Ketika logika high dikirim oleh microcontroller melalui jalur IN maka transistor Q7 akan aktif. Transistor Q7 berada pada kondisi jenuh, sehingga transistor Q5 akan cut-off. Maka tegangan OUT pada rangkaian ini akan bernilai 3.3 volt bukan 5 volt karena pada saat transistor Q5 cutoff maka tegangan yang jatuh pada transistor ini akan mendekati 3.3 volt.

6 45 Sebaliknya jika controller mengirimkan logika low pada jalur IN, maka Q7 akan berada pada kondisi cut off. Transistor Q5 mendapatkan forward bias, sehingga Q5 akan menjadi jenuh atau saturasi. Pada kondisi ini OUT akan bernilai 0 volt. Pada MISO digunakan rangkaian step up seperti gambar 3.8. Rangkaian step up akan mengkonversi tegangan 3.3 volt menjadi 5 volt pada jalur MISO. 5volt R9 Res1 1K R7 Res1 1K Out Q1 IN R3 390 Q3 Gambar 3.8 Rangkaian Step Up Perancangan Modul Penaik Tegangan Modul penaik tegangan yang digunakan menggunakan prinsip rangkaian DC-DC converter. Pada penelitian ini rangkaian DC-DC converter digunakan sebagai rangkaian penaik tegangan dari 5V DC menjadi 200V DC. Prinsip penaik tegangan yang digunakan sesuai dengan prinsip boost converter. Gambar 3.10 menunjukkan skematik rangkaian DC step up converter yang digunakan pada penelitian ini. Gambar 3.9

7 46 menunjukkan skematik rangkaian regulator tegangan 5 volt yang digunakan sebagai sumber tegangan ke modul penaik tegangan. Gambar 3.9 Regulator tegangan 5v pada modul penaik tegangan Gambar 3.10 Rangkaian penaik tegangan Tiga komponen penting dari rangkaian pada gambar 3.10 adalah IC LM3488, MOSFET IRFP 460S (MOSFET tipe n), dan induktor. IC LM3488 digunakan untuk menghasilkan sinyal pulsa dengan duty cycle tertentu yang keluar dari pin DR. Sinyal yang keluar dari pin DR kemudian dihubungkan dengan MOSFET yang berguna untuk

8 47 mengaktifkan dan me-non-aktifkan MOSFET. Mosfet yang digunakan pada rangkaian ini adalah power MOSFET, sehingga untuk mengaktifkan gate dari MOSFET digunakan transistor tambahan untuk memperkuat arus keluaran dari IC LM3488. Ketika gate pada MOSFET mendapat input logic 1 (gate aktif) maka drain dengan source akan terhubung dan arus akan mengalir dari VCC melewati induktor langsung menuju ke ground (arus yang lewat sangat besar). Ketika gate pada mosfet mendapat input logic 0 (gate tidak aktif) maka drain menjadi tidak terhubung dengan source, maka arus tidak dapat mengalir langsung melewati induktor menuju ground (arus yang lewat kecil). Kondisi switching secara berulang-ulang dari MOSFET menyebabkan terjadinya perubahan arus yang melewati induktor. Perubahan arus yang melewati induktor menimbulkan beda potensial atau tegangan sesuai dengan persamaan(2.2). Tegangan yang dihasilkan dari induktor adalah tegangan bolak-balik, Tegangan tersebut kemudian disearahkan dengan dioda. Kapasitor digunakan sebagai filter tegangan untuk menstabilkan tegangan yang keluar dan meminimalkan tegangan ripple keluaran. Tegangan keluaran yang keluar juga akan di feedback kembali ke dalam IC LM3488 karena hambatan beban keluaran yang terpasang nantinya akan berubah-ubah juga. Apabila hambatan beban mengecil, maka tegangan keluaran akan turun juga. Jika tegangan keluaran turun maka tegangan feedback yang masuk ke dalam IC akan memberitahu IC untuk memperbesar duty cycle. Namun bila hambatan beban keluaran membesar maka tegangan feedbacknya akan memberitahu IC untuk memperkecil duty cycle. Besar kecilnya duty cycle akan mempengaruhi besar kecilnya perubahan arus yang melewati induktor.

9 Braille Display Braille display pada sistem ini tersusun dari 42 sel braille yang terhubung secara cascade membentuk shift register sebesar 8 bit x 42 atau sebesar 42 byte. Braille display menerima data dari AVR. Komunikasi antara AVR dengan Braille display dilakukan secara serial sinkron. Data dikirim dari AVR bit per bit saat pin strobe bernilai low melalui jalur data in. Setiap perubahan bit ditandai dengan sinyal sinkronisasi pada jalur clock. Data-data yang dikirim berjumlah 8 bit untuk setiap sel braille dan pengiriman data tersebut dilakukan terus menerus sebesar jumlah sel braille pada sistem ini yakni 42 sel. Pengiriman dilakukan dari data karakter ke-42 sampai karakter ke-1. data akan ditampilkan oleh kontroller saat pin strobe mengalami transisi level tegangan rising edge yakni dari low ke high. Pada saat ini secara bersamaan setiap Piezoelectric pada masing-masing sel braille akan naik atau turun. Bit 1 pada memori akan menyebabkan titik braille timbul dan sebaliknya bit 0 membuat titik braile terpendam. Pada saat rising edge pada pin strobe maka sel braille akan membaca inputan yang diberikan pada tombol tombol diatas sel braille dan terlatch. Untuk membaca data inputan tersebut, dapat dilakukan dengan memberikan sinyal clock Sebanyak dua kali. Data yang masuk ke avr melalui pin data out dimulai dari bit ke-42 sampai ke-1. untuk memasukan data baru lagi maka dilakukan dengan membuat pin strobe low dan mengirimkan data lagi.

10 Regulator J1 PWR S1 3 1 ToggleSwitch Vin GND VR1 LM7805 Vin Vout GND 5volt C4 Cap 100nF R2 1K C1 Cap Pol1 1000uF DS1 LED1 Gambar 3.11 Regulator 5 volt pada modul utama Sistem menggunakan 2 jenis regulator tegangan untuk tegangan 5 volt DC dan tegangan 3,3 volt DC. Pada gambar 3.11 tegangan yang diberikan pada Vin IC7805 antara 6-7.5volt DC. Regulator akan menjaga tegangan pada Vout tetap 5 volt DC. Tegangan 5 volt digunakan sebagai sumber tegangan untuk controller, braille display, dan sebagai input tegangan pada IC regulator 3.3 volt DC. 5volt VR2 LP2950 Vin Vout GND C3 Cap 100nF 3.3Volt C2 Cap Pol1 100uF R1 1K DS2 LED1 Gambar 3.12 Skematik Rangkaian regulator 3.3 volt Gambar 3.12 merupakan rangkaian regulator tegangan 3,3 volt DC yang digunakan sebagai sumber tegangan pada MMC. Selain untuk sumber tegangan regulator 3,3 volt DC digunakan sebagai Vcc pada rangkaian step up konversi level tegangan. 3.2 Perancangan Perangkat Lunak Perancangan perangkat lunak sistem menitikberatkan pada firmware dari AVR. AVR diprogram untuk membaca sistem file FAT16 dengan file berformat.txt pada

11 50 MMC. Data dari MMC yang telah disimpan pada RAM AVR akan ditampilkan pada Braille Display Inisialisasi SPI pada AVR AVR akan langsung berkomunikasi dengan MMC menggunakan protokol SPI. ATMEGA16 memiliki register-register khusus yang digunakan untuk komunikasi SPI. Beberapa register SPI pada AVR adalah : a. SPCR Register SPCR memiliki panjang 8 bit dengan format seperti pada gambar 3.13 Gambar 3.13 Format register SPCR Bit SPIE digunakan untuk mengaktifkan SPI dengan mode interrupt pada AVR. SPE digunakan untuk mengaktifkan komunikasi SPI pada AVR. Ketika bit SPE bernilai 1 maka SPI aktif, sebaliknya jika 0 maka SPI tidak aktif. Bit DORD untuk menentukan urutan pengiriman data. Jika bernilai 1, data dikirim dengan LSB dahulu, sebaliknya jika 0, data dikirim dengan MSB dahulu. Bit MSTR digunakan untuk menetapkan peran AVR sebagai master atau slave dalam berkomunikasi SPI. Jika bernilai 1 maka AVR berperan sebgai master. Sebaliknya jika bernilai 0 maka AVR berperan sebagai slave. Bit CPOL digunakan untuk menentukan polaritas clock pada SCK. Jika CPOL bernilai 1 maka SCK akan bernilai 1 ketika sedang idle. Sebaliknya jika CPOL bernilai 0 maka SCK akan bernilai 0 ketika idle. Bit CPHA digunakan untuk menentukan sampling data yang dilakukan oleh AVR. Jika 0 maka AVR akan sampling data ketika sinyal SCK berubah dari status idle ke status busy. Sebaliknya jika bit ini bernilai 0 maka data akan

12 51 disampling AVR ketika sinyal SCK berubah dari status busy ke status idle. Bit SPR1 dan SPR0 digunakan untuk menentukan kecepatan clock SCK pada AVR. Jenis komunikasi SPI yang digunakan bukan SPI interrupt, sehingga bit SPIE diset 0 dan SPE diset 1. MMC mengirimkan data secara SPI dengan MSB dahulu, maka AVR harus mengikuti sistem MMC, sehingga bit DORD diset 0. AVR berperan sebagai master dalam berkomunikasi sehingga bit MSTR diberi nilai 1. Sedangkan SPR1 diset 0 dan SPR0 diset 1 sehingga kecepatan clock SCK dibesar fosc/16. Maka saat inisialisasi SPI pada register SPCR diberi nilai 52h. b. SPSR Gambar 3.14 Timing diagram SPI pada AVR Gambar 3.15 Format register SPSR Pada regiser SPSR perlu diperhatikan bit ke-7 yaitu SPIF. SPIF atau SPI flag merupakan sebuah bit flag yang menandakan data pada komunikasi SPI telah diterima.

13 52 c. SPDR Register SPDR memiliki panjang 8 bit. Register SPDR digunakan untuk menampung data yang diterima secara SPI ataupun menampung data yang akan dikirim. Gambar 3.16 Format register SPDR Inisialisasi SPI mode pada MMC Saat MMC mendapatkan sumber tegangan, MMC akan berada dalam mode MMC. Perlu dilakukan inisialisasi ke dalam mode SPI agar MMC dapat berkomunikasi dengan AVR secara SPI. Ketika menerima sumber tegangan, controller MMC memerlukan sekitar 80 clock untuk inisialisasi. Maka AVR perlu menyediakan waktu 80 clock dengan mengirimkan dummy clock atau delay 1 ms. Untuk menginisialisasi ke dalam mode SPI, MMC harus di-reset dengan keadaan low pada jalur CS. Cara me-reset MMC dengan mengirimkan perintah CMD0. CMD0 merupakan perintah static dan tidak memiliki argument sehingga pada argumen diberi nilai 00h. 1byte data terakhir merupakan CRC dan stop bit yaitu 95h. Sehingga data yang dikirim secara berturut-turut adalah 40h, 00h, 00h, 00h, 00h dan 95h. MMC akan mengirimkan respon R1 dengan nilai 01h sebagai tanggapan dari CMD0. Jika R1 tidak bernilai 01h maka perintah CMD0 harus dikirim kembali. Setelah didapatkan respon yang tepat, MMC akan berada pada keadaan idle.

14 53 Untuk menginisialisasi MMC ke dalam mode SPI, AVR harus mengirimkan perintah CMD1. Setelah diterima respon R1 dengan nilai 00h, maka MMC berada dalam SPI mode dan ready state. Kemudian untuk mengecek status dari MMC maka kirimkan CMD13 dan cek tanggapan R2 yang diberikan jika bernilai 00h maka MMC siap digunakan dalam SPI mode. Pada inisialisasi dapat juga ditambahkan perintah CMD16 untuk menentukan blok data yang dibaca. Gambar 3.17 menunjukkan diagram alir dari inisialisasi MMC dengan mode SPI :

15 Gambar 3.17 Diagram alir fungsi MMC_init 54

16 Membaca data dari MMC Untuk membaca data dari MMC terdapat dua buah parameter penting yaitu besar data dan alamat dari data yang akan dibaca. Besar data yang akan dibaca ditentukan dengan perintah CMD16. Besar data dinyatakan oleh argumen pada perintah CMD16. Besar data yang dapat dikirimkan oleh MMC sebesar 512 byte. Berikut argumen yang dikirim pada CMD16 secara berturut-turut yaitu 00h, 00h, 01h, dan 00h. Perintah CMD17 digunakan untuk menentukan alamat yang akan dibaca, argumen CMD17 digunakan untuk menentukan alamat data. Setelah kedua perintah diterima, MMC akan menanggapi dengan StartBlock (FEh) sebagai awal pengiriman blok data. Kemudian MMC akan mengirim data pada alamat yang ditunjuk dengan besar data sesuai permintaan host. 2byte data terakhir merupakan CRC dari data yang dikirim. Gambar 3.18 menunjukkan timing diagram dari proses membaca data pada MMC. Gambar 3.18 Timing diagram membaca data dari MMC Gambar 3.19 menunjukkan diagram alir untuk membaca data dari MMC

17 Gambar 3.19 Diagram alir fungsi MMC_read 56

18 Pemilihan Sistem File Pada penelitian ini sistem file yang dipilih adalah FAT16 karena sistem file FAT16 menggunakan jumlah bit sebanyak 16 bit untuk mengidentifikasikan setiap cluster, sedangkan controller yang digunakan adalah microcontroller 8 bit. Oleh karena itu pengambilan informasi dari tabel FAT dilakukan sebanyak dua kali. Pengambilan pertama dilakukan untuk memperoleh alamat 8 bit LSB dan pengambilan kedua dilakukan untuk memperoleh alamat 8 bit MSB cluster data. Karena datanya masih merupakan kelipatan dari 8 bit dan hanya diambil dalam 2 kali proses saja untuk setiap informasi alamat cluster-nya,. Untuk memformat MMC card dengan sistem file FAT16, maka dengan windows, my computer klik kanan pada media penyimpanan yang digunakan, kemudian pilih format dan akan keluar jendela seperti pada gambar Gambar 3.20 Tampilan jendela formatting system

19 58 Pada kolom file system pilih tipenya FAT dan kemudian klik start. Apabila proses format sudah selesai maka media penyimpanan yang digunakan sudah berformat sistem file FAT. Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk dapat membaca isi file yang disimpan pada media penyimpanan yang menggunakan format FAT16 adalah Master boot record (MBR), boot sector, tabel FAT,root directory dan cluster-cluster file data itu sendiri (berada dalam data region). Untuk memudahkan pengaksesan ke semua bagian itu maka dapat dibantu dengan menggunakan perangkat lunak winhex yang dapat menampilkan setiap alamat yang ada dalam media penyimpanan sekaligus menampilkan isi yang ada pada alamat tersebut.. Cara menggunakan winhex adalah dengan memilih toolbar tools- >open disk, kemudian pada bagian physical media pilih device media yang digunakan. Apabila yang dipilih adalah bagian logical drive letters maka tampilan jendela yang nantinya akan muncul langsung mulai dari alamat offset boot sector. Namun bila yang dipilih physical media maka yang ditampilkan akan lengkap mulai dari alamat dan isi awal MBR hingga alamat dan isi akhir dari media yang digunakan, kecuali media yang digunakan tidak memiliki MBR maka tampilannya akan langsung mulai dari boot sector. Pada penelitian ini media yang digunakan adalah media penyimpanan dengan ukuran 64 MB maka disk yang dipilih adalah list physical media dengan nama removable disk (61.3 MB) kemudian pilih ok Master Boot Record (MBR) Sector pertama dari sebuah booting device adalah MBR. Apabila sebuah sistem file tidak memiliki MBR, maka sector pertamanya akan langsung diisi oleh reserve

20 59 region. Informasi penting yang diperhatikan dalam MBR adalah pada alamat offset 1C6h hingga 1C7h. Isi dari alamat alamat offset 1C6h-1C7h menginformasikan jarak sector antara MBR dengan boot sector. Jika ingin mengetahui alamat awal boot sector secara langsung maka dapat menggunakan persamaan (3.1). Alamat boot sector = range MBR dengan boot sector * sector per cluster...(3.1) Contoh tampilan MBR dapat dilihat pada gambar 3.21 Gambar 3.21 Master Boot Record Dari gambar 3.21, isi dari alamat offset 1C6h-1C7h menunjukkan angka 0027h. Isi dari alamat tersebut menunjukkan bahwa jarak antara MBR dan boot sector dipisahkan sejauh 27 sector atau berada pada alamat 4E00h (27h*200h, karena pada penelitian ini 1 sector berisi 512 bytes).

21 Boot sector Sector pertama dari reserved region adalah boot sector. Meskipun secara umum sector ini sebesar 512 bytes, namun bisa lebih besar lagi tergantung media yang digunakan. Tampilan boot sector dalam software winhex dapat dilihat pada gambar 3.22 Gambar 3.22 Boot sector Di dalam boot sector sendiri terdapat BIOS parameter block, diikuti dengan extended BIOS parameter Block. Selain itu boot sector juga memiliki boot code dan boot signature.

22 Bios Parameter Block (BPB) BPB berisi informasi dasar mengenai gambaran struktur dari sistem file FAT. Berhubung pada penelitian ini yang lebih difokuskan adalah membaca file dari memory card dengan format sistem file FAT16 (menulis file pada memory card masih merupakan tugas dari sistem operasi), maka hanya beberapa informasi khusus saja yang diperhatikan dalam BPB, seperti ukuran cluster, lokasi tabel FAT, root directory, dan lain sebagainya. Contoh tampilan BPB dari boot sector dengan alamat awal 4E00h dapat dilihat pada gambar Gambar 3.23 BIOS Parameter Block

23 Bytes per Sector Byte per sector merupakan informasi jumlah byte dalam satu sector. Besar nilai yang diijinkan adalah 512 byte, 1024 byte, 2048 byte, atau 4096 byte. Secara umum sebuah sector berukuran 512 byte. Nilai-nilai diluar dari nilai yang diijinkan dapat menyebabkan permasalahan kompatibilitas. Informasi Byte per sector disediakan pada alamat offset 0Bh sampai 0Ch pada boot sector Sector per Cluster Sector per Cluster merupakan informasi jumlah sector yang berada dalam satu cluster. Besarnya nilai yang diijinkan adalah 1,2,4,8,16,32, atau 128. Secara praktis kombinasi dari jumlah byte per cluster * sector per cluster yang menghasilkan nilai lebih dari 32 kb per cluster-nya tidak akan didukung oleh sistem karena akan melebihi batas pengalamatan yang dapat dialamati oleh FAT16. Informasi sector per cluster disediakan pada alamat offset 0Dh dari boot sector Reserved region Sector pertama dari reserve region selalu berisi boot sector. Oleh karena itu informasi jumlah sector pada reserve region dalam BPB tidak mungkin 0. Pada umumnya nilainya adalah 1. Nilai ini digunakan untuk menghitung lokasi dari sector awal tabel FAT. Informasi ini terletak pada alamat offset 0Eh sampai 0Fh dari boot sector.

24 Number of Fat Copies Alamat offset 10h dari BPB menginformasikan banyaknya jumlah copy dari tabel FAT. Nilai yang umum adalah 2, namun nilai yang lain tetap dianggap valid meskipun tidak didukung oleh beberapa sistem. Penggunaan sebanyak 2 copy digunakan sebagai backup untuk mencegah data hilang jika tabel FAT yang lainnya corrupt Sector per FAT Alamat offset 16h pada boot sector menginformasikan jumlah sector yang berada dalam satu tabel FAT Jenis Sistem File Jenis sistem file yang digunakan pada media diinformasikan dari alamat offset 36h sampai 3Dh dari boot sector FILE ALLOCATION TABEL Sector setelah reserve region adalah tabel FAT. Oleh karena itu jumlah sector yang dipesan oleh reserve region akan menentukan alamat awal dari tabel FAT. Alamat awal dari tabel FAT dapat dihitung berdasarkan persamaan (3.2) Alamat awal tabel FAT= alamat awal boot sector + (reserve sector*sectorpercluster)...(3.2) Contoh: Alamat awal boot sector = 4E00h jumlah reserve sector = 8 sector

25 64 maka alamat awal dari tabel FAT = 4E00h+(8*200h) = 5E00h. Gambar 3.24 menunjukkan tampilan dari tabel FAT dengan software winhex. Gambar 3.24 Tabel FAT File-file dalam sistem file FAT memiliki struktur hubungan yang saling menyambung antara entry yang satu dengan entry yang lain (linked list). File atau direktori entry pada list (sub)direktori mengandung informasi nomor cluster dari awal sebuah file atau direktori. Nomor cluster ini juga memiliki hubungan dengan entry pada FAT tabel. Pada entry di tabel FAT, informasi dalam sebuah word (16 bit) dapat menunjuk ke cluster data selanjutnya atau menginformasikan end of file. Apabila isi sebuah entry menunjuk ke entry lain maka sebuah file hanya memiliki lebih dari satu cluster. Namun apabila isi sebuah entry langsung menunjuk pada akhir file(end of file) maka sebuah file hanya memiliki sebuah cluster saja. Ilustrasi hubungan linked list antara nomor entry dengan isi data entry dalam tabel FAT ditunjukkan pada gambar 3.25.

26 65 Gambar 3.25 hubungan linked list dalam tabel FAT Nilai-nilai data yang dianggap valid yang dapat diisi ke dalam entry tabel FAT ditunjukkan pada Tabel 3.1. Value Description 0000h Cluster bebas 0001h-0002h Tidak diperbolehkan 0003h-FFEFh Nomor cluster selanjutnya FFF7h Satu atau lebih jumlah bad sector dalam cluster FFF8h-FFFFh Akhir file Tabel 3.1 Nilai FAT 16 yang valid Setiap word awal dari setiap copy tabel FAT dimulai dengan nilai FFxxh untuk cluster awal, dimana xx digunakan untuk mendefinisikan media descriptor pada BPB. Word kedua dari FAT entry untuk cluster kedua diset dengan nilai FFFFh (End of file). Untuk menghitung alamat dari tabel FAT yang lain dapat menggunakan persamaan (3.3)

27 66 Lokasi FAT copy= alamat awal boot sector+(n*sector perfat*200h)..(3.3) N adalah copy FAT table yang dituju Root Directory Sector setelah sector-sector tabel FAT adalah root directory. Jumlah copy dari tabel FAT dan banyaknya sector yang ada pada masing-masing tabel FAT akan menentukan lokasi awal (alamat awal) dari root directory. Dengan menggunakan persamaan (3.4), maka dapat dihitung alamat awal dari root directory. alamat awal root directory = alamat awal tabel FAT +(jumlah copy FAT*Sectors per FAT*sector percluster)....(3.4) contoh: alamat awal dari FAT = 5E00h jumlah table FAT = 2 jumlah sector per FAT = 244 sectors jumlah sector per clusternya = 512 bytes maka alamat root directory adalah 5E00h+(2*244*200h)= 42E00h. Gambar 3.26 menunjukkan contoh tampilan sector awal dari root directory.

28 67 Gambar 3.26 Sector awal root directory Setiap entry pada list direktori ini memiliki panjang 32 byte. Direktori ini juga merupakan satu-satunya direktori yang mengandung entry dengan set attribut volume label. Tabel 3.2 menunjukkan format dari tabel direktori entry Byte ke- ukuran (byte) Description 0 8 Nama file 8 3 Ekstensi file 11 1 Byte attribut

29 Dipesan untuk windows NT 13 1 Creation-milisecond stamp 14 2 Jam file dibuat 16 2 Tanggal file dibuat 18 2 Tanggal file terakhir diakses 20 2 Bernilai untuk FAT Jam terakhir file diubah 24 2 Tanggal terakhir file diubah 26 2 Cluster awal 28 4 Ukuran file Tabel 3.2 Struktur Direktori Entry Filename dan ekstensi Panjang nama file adalah 8 byte. Jika panjang nama file kurang dari 8 byte maka akan diisi dengan karakter spasi (ASCII : 20h). Panjangnya ekstensi adalah 3 byte dan apabila lebih pendek akan diisi dengan karakter spasi juga. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penulisan byte awal dari sebuah nama file adalah Nilai 00h diinterpretasikan sebagai kondisi stop search, tidak ada entry lagi dalam direktori ini

30 69 Tidak boleh mengandung karakter spasi Nilai E5h dianggap bahwa tidak ada entry Berikut ini adalah beberapa karakter yang tidak diperbolehkan ditulis pada filename atau ekstensinya : Semua karakter yang nilai ASCII nya di bawah 20h kecuali 05h Karakter karakter berikut ini : 22h( ), 2A(*), 2Bh(+), 2Ch(,), 2Eh(.), 2Fh(/), 3Ah(:), 3Bh(;), 3Ch(<), 3Dh(=), 3Eh(>), 3Fh(?), 5Bh([), 5Ch(\), 5Dh(]), 7Ch( ). Jika panjang nama file lebih dari 8 karakter atau 8 byte maka nama file termasuk dalam long file name. Bila nama file termasuk long file name, maka jumlah field entry yang dibutuhkan dalam root directory akan melebihi 32 byte Attribute Byte Attribute byte berisi kumpulan flag yang dapat diset untuk properti dari direktori, volume name, hidden file, sistem file, dan lainnya. Urutan flag yang terdapat dalam attribute byte dituliskan dalam tabel Reserved A D V S H R Directory (D) Tabel 3.3 Flag dalam attribute byte Flag ini diset ketika entry pada table direktori tidak menunjuk ke awal file, namun ke direktori tabel yang lain. Ketika flag ini diset maka menandakan bahwa isi pada entry ini adalah sebuah folder.

31 Cluster awal Informasi 16 bit ini menunjuk ke awal cluster dari data entry. Jika entrynya adalah direktori maka entry ini menunjuk ke cluster yang berisi subdirektori awal. Jika entrynya adalah file maka entry ini akan menunjuk ke cluster yang berisi data pertama dari file Ukuran file Field sebanyak 32bit digunakan untuk menginformasikan besarnya ukuran sebuah file (dalam byte). Karena alasan inilah sistem driver tidak mengijinkan penggunaan FAT16 sistem file untuk kapasitas penyimpanan di atas 4GB. Untuk entry yang lain apabila bukan sebuah file, maka field size filenya akan diisi Data region Data region merupakan daerah dari isi file. Untuk memperoleh alamat cluster awal dari data region dapat mengacu ke persamaan (3.5) alamat awal data region= (32*200h) + alamat awal dari root directory...(3.5). Contoh: alamat awal dari root directory adalah 42E00h. Dari informasi yang diketahui, maka didapat alamat awal data region adalah (32*200h)+42E00h=46E00h. Gambar 3.27 menunjukkan contoh tampilan dari cluster awal sebuah data directory.

32 71 Gambar 3.27 Cluster awal dari sebuah data region Isi dari judul bacaan dapat diakses dengan melihat kepada informasi dari attributeattribute yang ada pada root directory. Cluster awal dari isi bacaan ditunjukkan pada byte ke 26 dan 27. Untuk menghitung alamat cluster dari data yang dituju, maka dapat menggunakan persamaan (3.6). Apabila isi filenya melebihi dari 1 cluster maka untuk menghitung cluster lainnya harus melihat ke tabel FAT dan menuju pada cluster yang sedang diakses. Alamat tersebut akan menginformasikan cluster selanjutnya. Alamat cluster selanjutnya=alamat data region+((n-2)*sectorpercluster*200h)...(3.6) Dimana N adalah nomor cluster yang dituju Contoh

33 72 alamat data region= 46E00h dan nomor cluster yang dituju adalah cluster 3 jumlah sector per cluster =2 sector maka alamat cluster selanjutnya = 46E00+((3-2)*2*200h) = 47200h Perancangan Program Program dibedakan menjadi 2 yaitu program utama dan program pembaca isi file (readfile). Program utama akan melakukan inisialisasi dan merupakan tahap pemilihan judul file. Sedangkan program membaca isi file merupakan bagian dari program utama dan menampilkan isi file pada Braille display. Gambar 3.28 Tombol-tombol pada Sistem Untuk mempermudah pengguna membaca isi file, maka pada sistem dilengkapi dengan tombol Esc, Read, vinfo, vtinfo, GoTo, Prev dan Next. Letak tomboltombol yang digunakan dalam sistem ditunjukkan pada gambar 3.28 Berikut fungsi dari tombol yang digunakan : 1. Esc digunakan untuk keluar dari bacaan yang sedang dibaca pengguna dan kembali ke judul. Pada mode input halaman dan baris maka Esc digunakan untuk keluar.

34 73 2. Read digunakan untuk membaca bacaan dari judul yang dipilih pengguna. 3. vinfo digunakan untuk menampilkan informasi halaman dan baris yang sedang dibaca oleh pengguna. 4. vtinfo digunakan untuk menampilkan informasi total halaman dan informasi baris terakhir dari suatu bacaan yang dipilih oleh pengguna. 5. Go to digunakan untuk menuju ke halaman dan baris yang diinginkan pengguna dari bacaan yang dipilih. Goto dapat digunakan ketika pengguna telah membuka file. Jika ditekan Goto maka sistem akan ke dalam tahap mode input halaman dan baris. 6. Prev digunakan untuk kembali ke baris sebelumnya pada saat membaca atau untuk menghapus pada saat mode input (menu GoTo). 7. Next berfungsi untuk melanjutkan baris selanjutnya pada saat membaca atau sebagai enter ketika dalam mode input (menu GoTo).

35 Program utama Gambar 3.29 Diagram alir program utama

36 75 Gambar 3.29 merupakan diagram alir dari program utama dari sistem. Setelah alat dinyalakan controller akan melakukan proses inisialisasi. Inisialisasi yang dilakukan adalah : 1. Inisialisasi MMC kedalam mode SPI 2. Mempersiapkan parameter yang dibutuhkan pada FAT16 seperti besar sector dalam byte, banyak sector dalam satu cluster, banyak sector dalam satu tabel FAT, reserved sector, copy dari tabel FAT, banyak root entry. Parameter tersebut digunakan untuk menghitung alamat root directory, alamat tabel FAT, dan alamat data. 3. Mengecek sistem file yang digunakan pada MMC. 4. Menghitung jumlah file berekstensi *txt pada MMC. Setelah melakukan inisialisasi controller akan mencari file berekstensi *txt yang ada pada MMC. Pencarian dilakukan dengan membaca urutan file pada root directory. Controller akan mencari 10 file berekstensi *txt yang terdapat pada MMC. Ketika pencarian mengembalikan nilai FFFFh maka tidak ada file berekstensi *txt pada MMC, maka pesan File not found akan ditampilkan pada Braille display. Jika ditemukan file berekstensi *txt, maka judul file yang terdeteksi pertama kali akan ditampilkan pada Braille display. Tahap ini disebut dengan pemilihan judul bacaan. yaitu: Pada tahap pemilihan judul bacaan pengguna dapat menekan 3 jenis tombol 1. Next digunakan untuk menampilkan judul selanjutnya

37 76 2. Prev digunakan untuk menampilkan judul sebelumnya 3. Read digunakan untuk membaca isi file Jika pengguna menekan tombol Read maka controller akan langsung menghitung banyak halaman dan baris terakhir pada file tersebut. Sistem masuk ke tahap membaca isi file Membaca isi file Gambar 3.30 merupakan diagram alir dari readfile. Fungsi ini dijalankan setelah pengguna menekan tombol Read. Pada tahap ini terdapat 2 buah parameter yaitu alamat memori dari data MMC yang telah dibaca oleh AVR dan parameter nomor file yang akan dibaca. Dalam fungsi readfile, Braille display akan menampilkan bacaan dalam bentuk huruf braille. Controller akan menghitung alamat dari data file. Kemudian controller membaca data pada alamat tersebut dari MMC. Data yang telah dibaca controller ditampung pada RAM milik controller. Setiap pergantian sector ataupun pergantian cluster, controller akan membaca data dari MMC pada alamat yang berbeda. Ketika terjadi perpindahan cluster maka AVR akan membaca tabel FAT untuk mengetahui cluster yang dituju. Pada tahap membaca isi file terdapat 6 tombol yang dapat digunakan yaitu : 1. Esc digunakan untuk keluar dari bacaan yang sedang dibaca pengguna dan kembali ke judul. 2. vinfo digunakan untuk menampilkan informasi halaman dan baris yang sedang dibaca oleh pengguna.

38 77 3. vtinfo digunakan untuk menampilkan informasi total halaman dan informasi baris terakhir dari suatu bacaan yang dipilih oleh pengguna. 4. Goto digunakan untuk menuju ke halaman dan baris yang diinginkan pengguna dari bacaan yang dipilih. Jika ditekan tombol Goto maka sistem akan ke dalam tahap mode input halaman dan baris. Pada mode input halaman maka akan tampil Page : pada Braille display. Sedangkan pada mode input baris akan tampil Line : Pengguna dapat melakukan input halaman atau baris yang akan dituju. Pada mode input tombol Next digunakan sebagai enter sedangkan Prev digunakan untuk menghapus angka yang telah diinput. Tombol Esc digunakan untuk keluar dari mode input dan kembali ke isi file. 5. Prev digunakan untuk kembali ke baris sebelumnya. 6. Next berfungsi untuk melanjutkan baris selanjutnya.

39 Gambar 3.30 Diagram alir read file 78

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Sistem Microcontroller AVR ATMega16 digunakan sebagai pusat kontrol sistem Bahasa pemrograman C digunakan sebagai perangkat lunak pada microcontroller ATMega

Lebih terperinci

Mengenal SD Card & FAT16. Oleh: Tim IE

Mengenal SD Card & FAT16. Oleh: Tim IE EMS SD/MMC/FRAM Application Note Mengenal SD Card & FAT16 Oleh: Tim IE Secure Digital (SD) atau MultiMedia Card (MMC) seringkali digunakan sebagai sarana penyimpan data pada Personal Digital Assistant

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Perancangan sistem DOT Matrix ini terbagi menjadi tiga bagian, yakni: perancangan perangkat keras serta perancangan perangkat lunak. 3.1. Perancangan Perangkat Keras Sistem yang

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. ruangan yang menggunakan led matrix dan sensor PING))). Led matrix berfungsi

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. ruangan yang menggunakan led matrix dan sensor PING))). Led matrix berfungsi BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Pengertian Umum Perancangan Media Penyampaian Informasi Otomatis Dengan LED Matrix Berbasis Arduino adalah suatu sistem media penyampaian informasi di dalam ruangan yang menggunakan

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1. Gambaran Umum Sistem Sistem ini terdiri dari 2 bagian besar, yaitu, sistem untuk bagian dari panel surya ke baterai dan sistem untuk bagian dari baterai ke lampu jalan. Blok

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Uraian Umum Dalam perancangan alat akses pintu keluar masuk menggunakan pin berbasis mikrokontroler AT89S52 ini, penulis mempunyai pemikiran untuk membantu mengatasi

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI MASALAH

BAB III DESKRIPSI MASALAH BAB III DESKRIPSI MASALAH 3.1 Perancangan Hardware Perancangan hardware ini meliputi keseluruhan perancangan, artinya dari masukan sampai keluaran dengan menghasilkan energi panas. Dibawah ini adalah diagram

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Rancangan Perangkat Keras 3.1.1 Blok Diagram Sistem Blok diagram dari sistem AVR standalone programmer adalah sebagai berikut : Tombol Memori Eksternal Input I2C PC SPI AVR

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan sistem dan realisasi perangkat keras dan perangkat lunak dari setiap modul yang mendukung alat secara keseluruhan.

Lebih terperinci

BAB III RANCANG BANGUN SISTEM KARAKTERISASI LED. Rancangan sistem karakterisasi LED diperlihatkan pada blok diagram Gambar

BAB III RANCANG BANGUN SISTEM KARAKTERISASI LED. Rancangan sistem karakterisasi LED diperlihatkan pada blok diagram Gambar BAB III RANCANG BANGUN SISTEM KARAKTERISASI LED 3.1. Rancang Bangun Perangkat Keras Rancangan sistem karakterisasi LED diperlihatkan pada blok diagram Gambar 3.1. Sistem ini terdiri dari komputer, antarmuka

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN PENGUJIAN ALAT SISTEM PENGONTROL BEBAN DAYA LISTRIK

BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN PENGUJIAN ALAT SISTEM PENGONTROL BEBAN DAYA LISTRIK BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN PENGUJIAN ALAT SISTEM PENGONTROL BEBAN DAYA LISTRIK 4.1 Pengukuran Alat Pengukuran dilakukan untuk melihat apakah rangkaian dalam sistem yang diukur sesuai dengan spesifikasi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan perancangan modul e-stnk serta penerapannya pada sistem parkir yang menggunakan komunikasi socket sebagai media komunikasi sistem. Perancangan terdiri

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini membahas tentang perancangan sistem yang mencakup perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). Perangkat keras ini meliputi sensor

Lebih terperinci

Akses SD Card & FRAM Menggunakan AVR. Oleh: Tim IE

Akses SD Card & FRAM Menggunakan AVR. Oleh: Tim IE EMS SD/MMC/FRAM Application te Akses SD Card & FRAM Menggunakan AVR Oleh: Tim IE Secure Digital (SD) atau MultiMedia Card (MMC) seringkali digunakan sebagai sarana penyimpan data pada Personal Digital

Lebih terperinci

Komunikasi Data SPI pada Mikrokontroler MCS51

Komunikasi Data SPI pada Mikrokontroler MCS51 Komunikasi Data SPI pada Mikrokontroler MCS51 Amin Mutohar Embedded System Laboratory Program Studi Fisika Institut Teknologi Bandung Copyleft 2008, Si Cicil Cicil (mutoharamin@gmail.com) SPI (serial peripheral

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini menjelaskan tentang perancangan sistem alarm kebakaran menggunakan Arduino Uno dengan mikrokontroller ATmega 328. yang meliputi perancangan perangkat keras (hardware)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Berikut sistem dari modul Hot Plate Magnetic Stirrer dapat dilihat pada

BAB III METODE PENELITIAN. Berikut sistem dari modul Hot Plate Magnetic Stirrer dapat dilihat pada 20 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Sistem Hot Plate Magnetic Stirrer Berikut sistem dari modul Hot Plate Magnetic Stirrer dapat dilihat pada Gambar 3.1. Gambar 3.1 Diagram Blok alat 20 21 Fungsi masing-masing

Lebih terperinci

Akses SD Card & FRAM Menggunakan MCS-51. Oleh: Tim IE

Akses SD Card & FRAM Menggunakan MCS-51. Oleh: Tim IE EMS SD/MMC/FRAM Application te Akses SD Card & FRAM Menggunakan MCS-51 Oleh: Tim IE Secure Digital (SD) atau MultiMedia Card (MMC) seringkali digunakan sebagai sarana penyimpan data pada Personal Digital

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan realisasi dari perangkat keras maupun perangkat lunak dari setiap modul yang dipakai pada skripsi ini. 3.1. Perancangan dan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN STAND ALONE RFID READER. Dalam penelitian ini, perancangan sistem meliputi :

BAB III PERANCANGAN STAND ALONE RFID READER. Dalam penelitian ini, perancangan sistem meliputi : BAB III PERANCANGAN STAND ALONE RFID READER 3.1 Perancangan Sistem Dalam penelitian ini, perancangan sistem meliputi : a. perancangan perangkat keras (hardware) dengan membuat reader RFID yang stand alone

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1. Perangkat Keras Sistem Perangkat Keras Sistem terdiri dari 5 modul, yaitu Modul Sumber, Modul Mikrokontroler, Modul Pemanas, Modul Sensor Suhu, dan Modul Pilihan Menu. 3.1.1.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. ketepatan masing-masing bagian komponen dari rangkaian modul tugas akhir

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. ketepatan masing-masing bagian komponen dari rangkaian modul tugas akhir BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengujian Dan Pengukuran Setelah pembuatan modul tugas akhir maka perlu diadakan pengujian dan pengukuran. Tujuan dari pengujian dan pengukuran adalah untuk mengetahui ketepatan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT PENDETEKSI KERUSAKAN KABEL

BAB III PERANCANGAN ALAT PENDETEKSI KERUSAKAN KABEL BAB III PERANCANGAN ALAT PENDETEKSI KERUSAKAN KABEL. Diagram Blok Diagram blok merupakan gambaran dasar membahas tentang perancangan dan pembuatan alat pendeteksi kerusakan kabel, dari rangkaian sistem

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Gambaran Umum Sistem Bab ini akan membahas tentang perancangan sistem yang digunakan dari alat sistem keamanan rumah. Dalam membuat suatu sistem harus dilakukan analisa mengenai

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK SISTEM. Dari diagram sistem dapat diuraikan metode kerja sistem secara global.

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK SISTEM. Dari diagram sistem dapat diuraikan metode kerja sistem secara global. BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK SISTEM 3.1 Perancangan Perangkat Keras 3.1.1 Blok Diagram Dari diagram sistem dapat diuraikan metode kerja sistem secara global. Gambar

Lebih terperinci

SST-21 MOVING SIGN CONTROLLER SYSTEM

SST-21 MOVING SIGN CONTROLLER SYSTEM SST-21 MOVING SIGN CONTROLLER SYSTEM Deskripsi SST-21 adalah merupakan modul sistem kontrol moving sign atau matrix LED di mana proses pengaturan scanning LED dan animasi dilakukan oleh modul ini. Pengguna

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan pada tugas akhir ini yaitu berupa hardware dan software. Table 3.1. merupakan alat dan bahan yang digunakan. Tabel 3.1. Alat dan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah yang akan digunakan didalam menyelesaikan pembuatan alat elektrostimulator.perencanaan tersebut meliputi dua bagian yaitu perencanaan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM. 3.1 Pengantar Perancangan Sistem Pengendalian Lampu Pada Lapangan Bulu

BAB III PERANCANGAN SISTEM. 3.1 Pengantar Perancangan Sistem Pengendalian Lampu Pada Lapangan Bulu BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Pengantar Perancangan Sistem Pengendalian Lampu Pada Lapangan Bulu Tangkis Indoor Pada lapangan bulu tangkis, penyewa yang menggunakan lapangan harus mendatangi operator

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PEANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1. Pendahuluan Dalam Bab ini akan dibahas pembuatan seluruh sistem perangkat yang ada pada Perancangan Dan Pembuatan Alat Aplikasi pengendalian motor DC menggunakan

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Computer. Parallel Port ICSP. Microcontroller. Motor Driver Encoder. DC Motor. Gambar 3.1: Blok Diagram Perangkat Keras

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Computer. Parallel Port ICSP. Microcontroller. Motor Driver Encoder. DC Motor. Gambar 3.1: Blok Diagram Perangkat Keras BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Blok Diagram Perangkat Keras Sistem perangkat keras yang digunakan dalam penelitian ini ditunjukkan oleh blok diagram berikut: Computer Parallel Port Serial Port ICSP Level

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Konsep dasar mengendalikan lampu dan komponen komponen yang digunakan pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan perancangan sistem

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. Gambar 3.1 Diagram Blok Pengukur Kecepatan

BAB III PERANCANGAN ALAT. Gambar 3.1 Diagram Blok Pengukur Kecepatan BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 PERANCANGAN PERANGKAT KERAS Setelah mempelajari teori yang menunjang dalam pembuatan alat, maka langkah berikutnya adalah membuat suatu rancangan dengan tujuan untuk mempermudah

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan secara umum perancangan sistem pengingat pada kartu antrian dengan memanfaatkan gelombang radio, yang terdiri dari beberapa bagian yaitu blok diagram

Lebih terperinci

BAB III. Perencanaan Alat

BAB III. Perencanaan Alat BAB III Perencanaan Alat Pada bab ini penulis merencanakan alat ini dengan beberapa blok rangkaian yang ingin dijelaskan mengenai prinsip kerja dari masing-masing rangkaian, untuk mempermudah dalam memahami

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun blok diagram modul baby incubator ditunjukkan pada Gambar 3.1.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun blok diagram modul baby incubator ditunjukkan pada Gambar 3.1. 23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Blok Diagram Modul Baby Incubator Adapun blok diagram modul baby incubator ditunjukkan pada Gambar 3.1. PLN THERMOSTAT POWER SUPPLY FAN HEATER DRIVER HEATER DISPLAY

Lebih terperinci

3.2. Tempat Penelitian Penelitian dan pengujian alat dilakukan di lokasi permainan game PT. EMI (Elektronik Megaindo) Plaza Medan Fair.

3.2. Tempat Penelitian Penelitian dan pengujian alat dilakukan di lokasi permainan game PT. EMI (Elektronik Megaindo) Plaza Medan Fair. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Dalam penulisan tugas akhir ini metode yang digunakan dalam penelitian adalah : 1. Metode Perancangan Metode yang digunakan untuk membuat rancangan

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Perancangan Perangkat Keras Perancangan perangkat keras pada sistem keamanan ini berupa perancangan modul RFID, modul LCD, modul motor. 3.1.1 Blok Diagram Sistem Blok diagram

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III DESKRIPSI DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III DESKRIPSI DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1. DESKRIPSI KERJA SISTEM Gambar 3.1. Blok diagram sistem Satelit-satelit GPS akan mengirimkan sinyal-sinyal secara kontinyu setiap detiknya. GPS receiver akan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. Hexa menjadi kode Braille. Mikrokontroller AT89C51. Soundcard

BAB III PERANCANGAN. Hexa menjadi kode Braille. Mikrokontroller AT89C51. Soundcard BAB III PERANCANGAN Pada bab perancangan sistem ini akan membahas tentang prinsip kerja sistem, perancangan perangkat lunak (Delphi), perancangan perangkat keras, algoritma program assembler dan algoritma

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Blok Diagram Port Serial RXD (P3.0) D SHIFT REGISTER. Clk. SBUF Receive Buffer Register (read only)

Gambar 3.1 Blok Diagram Port Serial RXD (P3.0) D SHIFT REGISTER. Clk. SBUF Receive Buffer Register (read only) 1. Operasi Serial Port mempunyai On Chip Serial Port yang dapat digunakan untuk komunikasi data serial secara Full Duplex sehingga Port Serial ini masih dapat menerima data pada saat proses pengiriman

Lebih terperinci

8. Mengirimkan stop sequence

8. Mengirimkan stop sequence I 2 C Protokol I2C merupakan singkatan dari Inter-Integrated Circuit, yang disebut dengan I-squared-C atau I-two-C. I 2 C merupakan protokol yang digunakan pada multi-master serial computer bus yang diciptakan

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM 42 BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM Pada bab ini dijelaskan pembuatan alat yang dibuat dalam proyek tugas akhir dengan judul rancang bangun sistem kontrol suhu dan kelembaban berbasis mirkrokontroler

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai implementasi dan evaluasi pada saat melakukan perancangan Standalone AVR Programmer. Berikut ini adalah beberapa cara implementasi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dan perancangan tugas akhir ini telah dimulai sejak bulan Juli 2009

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dan perancangan tugas akhir ini telah dimulai sejak bulan Juli 2009 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dan perancangan tugas akhir ini telah dimulai sejak bulan Juli 2009 dilakukan di Laboratorium Konversi Energi Elektrik dan Laboratorium

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Penelitian Terdahulu Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan dicantumkan beberapa hasil penelitian terdahulu : Penelitian yang dilakukan oleh Universitas Islam

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada Bab III ini akan dibahas mengenai perancangan alat yang konsep kerja sistem serta komponen-komponen pendukungnya telah diuraikan pada Bab II. Perancangan yang akan dibahas

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 29 BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Blok Diagram Sistem Blok diagram sistem absensi ini dapat dilihat pada gambar 3.1 di bawah ini. Gambar 3.1. Diagram Blok Sistem Fungsi fungsi dari blok diatas adalah sebagai

Lebih terperinci

AN2014 : Pembuatan Jam Digital dengan Development System DST -R8C

AN2014 : Pembuatan Jam Digital dengan Development System DST -R8C AN2014 : Pembuatan Jam Digital dengan Development System DST -R8C Catatan aplikasi ini membahas pembuatan Jam digital dengan development System DST - R8C. Modul-modul yang diperlukan V2.0: θ Development

Lebih terperinci

Real Time Clock Menggunakan I2C Bus pada Modul DST-52

Real Time Clock Menggunakan I2C Bus pada Modul DST-52 Real Time Clock Menggunakan I2C Bus pada Modul DST-52 Jika pada umumnya IC Real Time Clock menggunakan jalur data pararel maka pada apliaksi ini akan dicontohkan penggunaan IC Real Time Clock menggunkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN DAN PERANCANGAN SISTEM. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kepustakaan dan

BAB III METODE PENELITIAN DAN PERANCANGAN SISTEM. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kepustakaan dan BAB III MEODE PENELIIAN DAN PERANCANGAN SISEM 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah studi kepustakaan dan penelitian laboratorium. Studi kepustakaan dilakukan sebagai penunjang

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN KERJA ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN KERJA ALAT BAB III PERANCANGAN DAN KERJA ALAT 3.1 DIAGRAM BLOK sensor optocoupler lantai 1 POWER SUPPLY sensor optocoupler lantai 2 sensor optocoupler lantai 3 Tombol lantai 1 Tbl 1 Tbl 2 Tbl 3 DRIVER ATMEGA 8535

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Dalam bidang teknologi, orientasi produk teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk kehidupan manusia adalah produk yang berkualitas, hemat energi, menarik, harga murah, bobot ringan,

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Bab ini akan membahas tentang perancangan sistem yang digunakan dari alat

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Bab ini akan membahas tentang perancangan sistem yang digunakan dari alat BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Bab ini akan membahas tentang perancangan sistem yang digunakan dari alat pengukur tinggi bensin pada reservoir SPBU. Dalam membuat suatu sistem harus dilakukan analisa mengenai

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 22 BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan keseluruhan dari sistem atau alat yang dibuat. Secara keseluruhan sistem ini dibagi menjadi dua bagian yaitu perangkat keras yang meliputi komponen

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT Pada bab ini akan dijelaskan perancangan skripsi yang dibuat yang terdiri dari perancangan perangkat keras dan perancangan perangkat lunak. Perancangan perangkat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENULISAN

BAB III METODOLOGI PENULISAN BAB III METODOLOGI PENULISAN 3.1 Blok Diagram Gambar 3.1 Blok Diagram Fungsi dari masing-masing blok diatas adalah sebagai berikut : 1. Finger Sensor Finger sensor berfungsi mendeteksi aliran darah yang

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis Masalah Dalam perancangan argo becak motor berbasis arduino dan GPS ini, terdapat beberapa masalah yang harus dipecahkan. Permasalahan-permasalahan tersebut

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT 37 BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT 4.1 Tujuan Pengukuran dan Pengujian Pengukuran dan pengujian alat bertujuan agar dapat diketahui sifat dan karakteristik tiap blok rangkaian dan fungsi serta cara kerja

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN III.1. Analisis Masalah Dalam perancangan sistem keamanan pada kendaraan roda dua menggunakan sidik jari berbasis mikrokontroler ini terdapat beberapa masalah yang harus

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. bayi yang dilengkapi sistem telemetri dengan jaringan RS485. Secara umum, sistem. 2. Modul pemanas dan pengendali pemanas

BAB III PERANCANGAN. bayi yang dilengkapi sistem telemetri dengan jaringan RS485. Secara umum, sistem. 2. Modul pemanas dan pengendali pemanas BAB III PERANCANGAN 3.1. Gambaran Umum Sistem Sistem yang akan dirancang dan direalisasikan merupakan sebuah inkubator bayi yang dilengkapi sistem telemetri dengan jaringan RS485. Secara umum, sistem yang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari perancangan perangkat keras sistem penyiraman tanaman secara

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari perancangan perangkat keras sistem penyiraman tanaman secara IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Realisasi Perangkat Keras Hasil dari perancangan perangkat keras sistem penyiraman tanaman secara otomatis menggunakan sensor suhu LM35 ditunjukkan pada gambar berikut : 8 6

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN DAN PERANCANGAN SISTEM. secara otomatis. Sistem ini dibuat untuk mempermudah user dalam memilih

BAB III METODE PENELITIAN DAN PERANCANGAN SISTEM. secara otomatis. Sistem ini dibuat untuk mempermudah user dalam memilih BAB III METODE PENELITIAN DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Model Penelitian Pada perancangan tugas akhir ini menggunakan metode pemilihan locker secara otomatis. Sistem ini dibuat untuk mempermudah user dalam

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN 3.1 Diagram Blok Rangkaian Secara Detail Pada rangkaian yang penulis buat berdasarkan cara kerja rangkaian secara keseluruhan penulis membagi rangkaian menjadi

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM 3.1. Spesifikasi Sistem Sebelum merancang blok diagram dan rangkaian terlebih dahulu membuat spesifikasi awal rangkaian untuk mempermudah proses pembacaan, spesifikasi

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI 3.1 Perancangan Blok Diaram Metode untuk pelaksanaan Program dimulai dengan mempelajari sistem pendeteksi kebocoran gas pada rumah yang akan digunakan. Dari sini dikembangkan

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Di bawah ini adalah blok diagram dari perancangan alat sensor keamanan menggunakan PIR (Passive Infrared).

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Di bawah ini adalah blok diagram dari perancangan alat sensor keamanan menggunakan PIR (Passive Infrared). 30 BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Diagram Blok Rangkaian Di bawah ini adalah blok diagram dari perancangan alat sensor keamanan menggunakan PIR (Passive Infrared). Buzzer PIR (Passive Infra Red) Mikrokontroler

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN ALAT

BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN ALAT BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN ALAT III.1. Analisa Masalah Rotating Display adalah alat untuk menampilkan informasi berupa tulisan bergerak dengan menggunakan motor DC. Hal ini berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMODELAN

BAB III PERANCANGAN DAN PEMODELAN BAB III PERANCANGAN DAN PEMODELAN Pada bab ini akan membahas mengenai perancangan dan pemodelan serta realisasi dari perangkat keras dan perangkat lunak untuk alat pengukur kecepatan dengan sensor infra

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab tiga ini akan dijelaskan perancangan alat, yaitu perancangan perangkat keras dan perangkat lunak. Perancangan perangkat keras terdiri dari perangkat elektronik dan instalasi

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Seperti yang telah disampaikan pada bab sebelumnya, pada penelitian ini

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Seperti yang telah disampaikan pada bab sebelumnya, pada penelitian ini 46 BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Seperti yang telah disampaikan pada bab sebelumnya, pada penelitian ini kami menitikberatkan pada pengunaan GPS sebagai sistem perekam posisi koordinat yang dilalui selama berkendara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. 1. Blok Diagram Hot Plate Program LCD TOMBOL SUHU MIKROKON TROLER DRIVER HEATER HEATER START/ RESET AVR ATMega 8535 Gambar 3.1. Blok Diagram Hot Plate Fungsi masing-masing

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dan perancangan tugas akhir ini telah dimulai sejak bulan Agustus

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dan perancangan tugas akhir ini telah dimulai sejak bulan Agustus III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian dan perancangan tugas akhir ini telah dimulai sejak bulan Agustus 2009, dilakukan di Laboratorium Konversi Energi Elektrik dan Laboratorium Sistem

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 1.1 Blok Diagram Sensor Kunci kontak Transmiter GSM Modem Recivier Handphone Switch Aktif Sistem pengamanan Mikrokontroler Relay Pemutus CDI LED indikator aktif Alarm Buzzer Gambar

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM

BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM III.1. Analisa Masalah Dalam perancangan sistem otomatisasi pemakaian listrik pada ruang belajar berbasis mikrokontroler terdapat beberapa masalah yang harus

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab tiga ini akan dijelaskan mengenai perancangan dari perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan pada alat ini. Dimulai dari uraian perangkat keras lalu uraian perancangan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Pengertian Umum Sistem yang dirancang adalah sistem yang berbasiskan mikrokontroller dengan menggunakan smart card yang diaplikasikan pada Stasiun Kereta Api sebagai tanda

Lebih terperinci

DAFTAR ISI ABSTRAKSI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1

DAFTAR ISI ABSTRAKSI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 DAFTAR ISI Halaman ABSTRAKSI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN vii viii x xiv xv xviii xix BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tujuan dari tugas akhir ini yaitu akan membuat sebuah mobile Robot

BAB III METODE PENELITIAN. Tujuan dari tugas akhir ini yaitu akan membuat sebuah mobile Robot BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Model Pengembangan Tujuan dari tugas akhir ini yaitu akan membuat sebuah mobile Robot yang mampu membantu manusia dalam mendeteksi kebocoran gas. Robot ini berperan sebagai

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM 31 BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Diagram Blok Air ditampung pada wadah yang nantinya akan dialirkan dengan menggunakan pompa. Pompa akan menglirkan air melalui saluran penghubung yang dibuat sedemikian

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT KERAS

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT KERAS BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT KERAS 3.1. Pendahuluan Perangkat pengolah sinyal yang dikembangkan pada tugas sarjana ini dirancang dengan tiga kanal masukan. Pada perangkat pengolah sinyal

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. Mikrokontroler AVR ATmega32

BAB II DASAR TEORI 2.1. Mikrokontroler AVR ATmega32 BAB II DASAR TEORI Pada bab ini akan menerangkan beberapa teori dasar yang mendukung terciptanya skripsi ini. Teori-teori tersebut antara lain mikrokontroler AVR ATmega32, RTC (Real Time Clock) DS1307,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, dapat dikemukakan permasalahan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, dapat dikemukakan permasalahan sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Seiring dengan makin meningkatnya jumlah pengguna kendaraan bermotor dan maraknya pencurian kendaraan bermotor, penggunaan alat keamanan standar yang

Lebih terperinci

SEBAGAI SENSOR CAHAYA DAN SENSOR SUHU PADA MODEL SISTEM PENGERING OTOMATIS PRODUK PERTANIAN BERBASIS ATMEGA8535

SEBAGAI SENSOR CAHAYA DAN SENSOR SUHU PADA MODEL SISTEM PENGERING OTOMATIS PRODUK PERTANIAN BERBASIS ATMEGA8535 3 PENERAPAN FILM Ba 0,55 Sr 0,45 TiO 3 (BST) SEBAGAI SENSOR CAHAYA DAN SENSOR SUHU PADA MODEL SISTEM PENGERING OTOMATIS PRODUK PERTANIAN BERBASIS ATMEGA8535 23 Pendahuluan Indonesia sebagai negara agraris

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Ruang Kelas Dengan Menggunakan Controller Board ARM2368 ini adalah Controller

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Ruang Kelas Dengan Menggunakan Controller Board ARM2368 ini adalah Controller BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Perancangan Perangkat Keras Perangkat keras yang akan digunakan dalam Pengontrolan Dan Monitoring Ruang Kelas Dengan Menggunakan Controller Board ARM2368 ini adalah Controller

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berikut adalah gambar blok diagram :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berikut adalah gambar blok diagram : BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Blok Berikut adalah gambar blok diagram : Push Button Call dan stop LCD ATMega8 ATMega8 LED Buzzer RXD Modul bluetooth HM-10 TXD Modul bluetooth HM-10 Gambar 3.1

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konverter elektronika daya merupakan suatu alat yang mengkonversikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konverter elektronika daya merupakan suatu alat yang mengkonversikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konverter Elektronika Daya Konverter elektronika daya merupakan suatu alat yang mengkonversikan daya elektrik dari satu bentuk ke bentuk daya elektrik lainnya di bidang elektronika

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN SISTEM DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERENCANAAN SISTEM DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERENCANAAN SISTEM DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Pendahuluan Dalam bab ini akan dibahas pembuatan seluruh sistem perangkat dari Sistem Interlock pada Akses Keluar Masuk Pintu Otomatis dengan Identifikasi

Lebih terperinci

MIKROKONTROLER Arsitektur Mikrokontroler AT89S51

MIKROKONTROLER Arsitektur Mikrokontroler AT89S51 MIKROKONTROLER Arsitektur Mikrokontroler AT89S51 Ringkasan Pendahuluan Mikrokontroler Mikrokontroler = µp + Memori (RAM & ROM) + I/O Port + Programmable IC Mikrokontroler digunakan sebagai komponen pengendali

Lebih terperinci

AT89 USB ISP Trademarks & Copyright

AT89 USB ISP Trademarks & Copyright AT89 USB ISP Trademarks & Copyright PC is a trademark of International Business Machines Corporation. Windows is a registered trademark of Microsoft Corporation. MCS-51 is a registered trademark of Intel

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT 35 BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Diagram Blok Secara garis besar, rangkaian display papan skor LED dapat dibagi menjadi 6 blok utama, yaitu blok power supply, mikrokontroler, driver board, seven segmen,

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. waktu tertentu. Dimana alat tersebut dapat dioperasikan melalui komputer serta

BAB IV PEMBAHASAN. waktu tertentu. Dimana alat tersebut dapat dioperasikan melalui komputer serta 41 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Proses Kerja Sistem Pencacah Nuklir Sistem Pencacah Nuklir adalah sebuah alat yang digunakan untuk mencacah intensitas radiasi yang ditangkap oleh detektor nuklir dalam selang

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Gambaran Umum Pengertian perancangan sistem adalah penggabungan beberapa rangkaian yang sudah ada ataupun membuat rangkaian menjadi satu sistem utuh yang difungsikan sebagai

Lebih terperinci

Smart Peripheral Controller Low Cost Serial LCD/OLED

Smart Peripheral Controller Low Cost Serial LCD/OLED Smart Peripheral Controller Low Cost Serial LCD/OLED Trademarks & Copyright AT, IBM, and PC are trademarks of International Business Machines Corp. Pentium is a registered trademark of Intel Corporation.

Lebih terperinci

Oleh : Mujahidin

Oleh : Mujahidin Oleh : Mujahidin iddhien@gmail.com mujahidin@iddhien.com 3.1 Pendahuluan Port Parallel banyak digunakan dalam berbagai macam aplikasi Interface. Port ini membolehkan kita memiliki masukan hingga 8 bit

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1. Identifikasi Kebutuhan Proses pembuatan alat penghitung benih ikan ini diperlukan identifikasi kebutuhan terhadap sistem yang akan dibuat, diantaranya: 1. Perlunya rangkaian

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM

BAB 3 PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM BAB 3 PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM 3.1. DIAGRAM BLOK display Penguat sinyal Sensor 1 keypad AT89S51 Penguat sinyal Sensor 5 relay alarm pompa Keterangan diagram blok: Sensor air yang berfungsi untuk mengetahui

Lebih terperinci

AVR USB ISP Trademarks & Copyright

AVR USB ISP Trademarks & Copyright AVR USB ISP Trademarks & Copyright PC is a trademark of International Business Machines Corporation. Windows is a registered trademark of Microsoft Corporation. AVR is registered trademark of Atmel Corporation.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metodologi penelitian yang digunakan dalam perancangan sistem ini antara lain studi kepustakaan, meninjau tempat pembuatan tahu untuk mendapatkan dan mengumpulkan sumber informasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 sampai dengan Agustus

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 sampai dengan Agustus 37 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 sampai dengan Agustus 2015. Perancangan dan pembuatan dilaksanakan di laboratorium Elektronika

Lebih terperinci