BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Kota Palu Tahun 1990, 2000 dan 2010 Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Kota Palu Tahun 1990, 2000 dan 2010 Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa)"

Transkripsi

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Palu merupakan ibukota Provinsi Sulawesi Tengah dengan wilayah seluas 395,06 km 2, berada pada kawasan dataran Lembah Palu dan Teluk Palu yang secara astronomis terletak antara 0º,36 0º,56 Lintang Selatan dan 119º,45 121º,1 Bujur Timur, tepat berada di bawah garis Khatulistiwa dengan ketinggian meter di atas permukaan laut. Kota Palu terdiri dari 8 kecamatan yaitu Palu Utara, Palu Selatan, Palu Barat, Palu Timur, Mantikulore, Tawaili, Tatanga dan Ulujadi (Badan Pusat Statistik, 2013). Jumlah penduduk Kota Palu dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Tabel 1.1 memperlihatkan peningkatan jumlah dan pertumbuhan penduduk dari tahun 1990 hingga 2010 di Kota Palu. Peningkatan jumlah penduduk sebesar jiwa terjadi selama rentang waktu 20 tahun tersebut. Jumlah penduduk yang meningkat akan berpengaruh terhadap peningkatan kebutuhan untuk sandang, pangan dan papan. Air merupakan sumberdaya yang terlibat hampir di setiap aspek tersebut, sehingga menyebabkan kebutuhan akan air juga meningkat. Tabel 1.1 Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Kota Palu Tahun 1990, 2000 dan 2010 Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa) Pertumbuhan Penduduk Sumber : palukota.bps.go.id, 2014 Perubahan lahan dan kebutuhan yang semakin meningkat menyebabkan beberapa sumberdaya menjadi langka, salah satunya adalah sumberdaya air. Beberapa tempat di Kota Palu telah mengalami kekeringan seperti yang dilansir Darwis (2009) bahwa di Kelurahan Pengawu dan Kelurahan Tondo pasokan air sangat terbatas sehingga masyarakat harus membeli air dari daerah lain. Permasalahan ini memerlukan penyelesaian melalui pengelolaan sumberdaya air 1

2 yang tepat dengan mengetahui ketersediaan air dan kebutuhan air masing-masing daerah di Kota Palu yang terbagi dalam delapan kecamatan. Salah satu fenomena alih fungsi lahan yang berdampak buruk bagi sumberdaya air adalah aktivitas penambangan emas di Kecamatan Palu Timur, tepatnya di Kelurahan Poboya. Poboya yang dahulunya merupakan kawasan pertanian dengan hamparan sawah, ladang dan kebun-kebun masyarakat, kini dipenuhi dengan galian-galian penambang dan mesin-mesin tromol pengolah emas. Kelurahan Poboya adalah salah satu daerah penyuplai air bagi masyarakat Kota Palu baik dalam bentuk sumur maupun PDAM. Perubahan penggunaan lahan tersebut menyebabkan jumlah air berkurang dan masyarakat terpaksa membeli air dari daerah lain (Alkhairaat, 2009). Permasalahan yang pada umumnya terjadi adalah adanya ketidakseimbangan antara ketersediaan dan kebutuhan air. Upaya pengkajian komponen-komponen ketersediaan dan kebutuhan air diperlukan untuk mencapai keseimbangan antara kebutuhan air dan ketersediaan air di masa mendatang. Ketersediaan dan kebutuhan air ini adalah upaya analisis sumberdaya air untuk mencegah terjadinya defisit air. Ketersediaan air dapat dihitung dengan pendekatan neraca air secara meteorologis (Seyhan, 1977). Ketersediaan air secara meteorologis dapat dihitung dari parameter iklim setempat, yaitu curah hujan, suhu udara, evapotranspirasi, dan water holding capacity (WHC). Air yang berada di bumi secara langsung maupun tidak langsung berasal dari curah hujan (presipitasi). Suhu udara adalah nilai derajat panas dari udara pada suatu batasan ruang atau wilayah. Evapotranspirasi adalah gabungan evaporasi dan transpirasi tumbuhan yang hidup di permukaan bumi. Air yang diuapkan oleh tanaman dilepas ke atmosfer. Evaporasi merupakan pergerakan air ke udara dari berbagai sumber seperti tanah, atap, dan badan air. WCH adalah kandungan air yang dapat diserap pada zona perakaran tanaman. Kebutuhan air berdasarkan tujuan penggunaannya dapat dibedakan menjadi kebutuhan air untuk irigasi, kebutuhan domestik, dan kebutuhan air untuk peternakan (Susilah, 2013). Kebutuhan air untuk setiap daerah berbeda karena 2

3 memiliki karakteristik fisik maupun sosial yang beragam. Kebutuhan air domestik menjadi kajian pada penelitian ini karena keadaan Kota Palu yang sebagian besar sumberdaya airnya digunakan untuk kebutuhan rumah tangga. Pertambahan penduduk tentu akan mempengaruhi kebutuhan air yang digunakan penduduk. Analisis ketersediaan dan kebutuhan air masyarakat adalah salah satu bentuk pertimbangan terhadap jenis pengelolaan kota yang tepat. Oleh karena itu analisis mengenai keseimbangan sumberdaya air di wilayah kajian sangat penting untuk dilakukan. 1.2 Rumusan Masalah Sebagian wilayah Kota Palu mengalami kekeringan pada musim kemarau karena kesulitan mendapatkan air bersih yang sehat dan berkualitas serta kontinu mengalir. Salah satu penyebabnya adalah jumlah ketersediaan air bersih yang fluktuatif karena dipengaruhi oleh besarnya curah hujan serta karakteristik geomorfologi daerah yang berbeda-beda. Dengan bertambahnya jumlah penduduk, maka kebutuhan air semakin meningkat. Pembangunan yang pesat di daerah perkotaan menyebabkan air menjadi mahal dan bahkan langka. Analisis mengenai potensi sumberdaya air diperlukan agar pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya berjalan dengan tepat. Analisis ketersediaan dan kebutuhan air domestik oleh penduduk di Kota Palu perlu diketahui jumlahnya sehingga membantu dalam menganalisis keseimbangan air di daerah. Rekomendasi pengelolaan sumberdaya air di Kota Palu yang berdasarkan pada keadaan masing-masing kecamatan didalamnya diperlukan agar mendapatkan hasil yang lebih optimal. Berdasarkan pemikiran tersebut maka dapat dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana ketersediaan air meteorologis di Kota Palu? 2. Bagaimana kebutuhan air domestik penduduk di Kota Palu? 3. Bagaimana rekomendasi pengelolaan sumberdaya air untuk mengatasi permasalahan sumberdaya air yang ditemukan? Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang sudah disampaikan tersebut maka penelitian yang akan dilakukan ini berjudul ANALISIS 3

4 KETERSEDIAAN AIR METEOROLOGIS DAN KEBUTUHAN AIR DOMESTIK DI KOTA PALU, PROVINSI SULAWESI TENGAH. 1.3 Tujuan Penelitian : Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Menganalisis ketersediaan air meteorologis di Kota Palu. 2. Menganalisis kebutuhan air domestik masyarakat Kota Palu. 3. Menyusun rekomendasi pengelolaan sumberdaya air untuk mengatasi permasalahan sumberdaya air. 1.4 Manfaat Penelitian : Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat di antaranya adalah : 1. Sebagai informasi mengenai keseimbangan air di Kota Palu 2. Digunakan sebagai salah satu referensi terkait dengan pengelolaan potensi sumberdaya air di Kota Palu 3. Hasil dari penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat baik dalam bidang ilmu pengetahuan maupun bidang lain. 1.5 Telaah Pustaka Kebutuhan Air Kebutuhan air berdasarkan tujuan penggunaannya dapat dibedakan menjadi kebutuhan air untuk irigasi, kebutuhan domestik, dan kebutuhan air untuk peternakan (Susilah, 2013). Widyastuti dan Muntazah (2014) menyebutkan bahwa pertumbuhan penduduk memengaruhi besarnya kebutuhan air. Kebutuhan air dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk positif yang menunjukkan peningkatan, ataupun pertumbuhan penduduk negatif yang menunjukkan penurunan. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan penduduk yang secara tidak langsung berpengaruh kepada sektor domestik dan non-domestik seperti niaga, industri, perikanan, pertanian, dan peternakan. 4

5 Kebutuhan Air Irigasi Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan air untuk pertanian antara lain: 1. Jenis dan varietas tanaman yang ditanam petani 2. Variasi koefisien tanaman, tergantung pada jenis dan tahap pertumbuhan atau pola tanam 3. Persiapan pengolahan lahan (golongan) 4. Status sistem irigasi dan efisiensi irigasi 5. Jenis tanah dan faktor agroklimatologi Kebutuhan air irigasi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Triatmodjo, 2008) : KAI = (Etc + IR + WLR + P Re) X A IE Keterangan : KAI : kebutuhan air irigasi (liter/detik) Etc : kebutuhan air konsumtif (mm/hari) IR : kebutuhan air irigasi ditingkat perswahan (mm/hari) WLR : kebutuhan air untuk mengganti lapisan air (mm/hari) P : perkolasi (mm/hari) Re : hujan efektif (mm/hari) IE : efisiensi irigasi (%) A : luas areal irigasi (ha) Rumus tersebut didasarkan pada : 1. Kebutuhan air untuk penyiapan lahan Kebutuhan air pada waktu persiapan lahan dipengaruhi oleh faktor penyiapan lahan (T) dan lapisan air yang dibutuhkan untuk persiapan lahan (S). Perhitungan kebutuhan air selama penyiapan lahan, digunakan metode yang dikembangkan oleh Van de Goor dan Zijlstra. 2. Kebutuhan air konsumtif (Consumtive Use/CU) atau Crop Water Requirement (CWR) 5

6 Kebutuhan air untuk tanaman di lahan diartikan sebagai kebutuhan air suatu tanaman dengan memasukkan faktor koefisien tanaman tersebut (Kc). Persamaan umum yang digunakan adalah Etc = Eto x kc Keterangan: Etc : kebutuhan air konsumtif (mm/hari) Eto : evapotranspirasi (mm/hari) Kc : koefisien tanaman 3. Kebutuhan air untuk mengganti lapisan air (Water Layer Replacement/WLR) Kebutuhan air WLR merupakan jumlah air yang dibutuhkan untuk mengembalikan lapisan air atau genangan setelah proses pengeringan. Besar kebutuhan air untuk penggantian lapisan air adalah 50 mm/bulan (3,3 mm/hari selama ½ bulan) selama sebulan dan dua bulan setelah transplantasi. 4. Perkolasi Laju perkolasi bergantung pada sifat tanah, tergantung pada pemanfaatan atau pengolahan tanah berkisar 1-3 mm/hari 5. Curah Hujan Efektif Curah hujan efektif adalah curah hujan yang jatuh di suatu daerah yang digunakan tanaman untuk tumbuhan untuk perkolasi dan evapotranspirasi, yang harus diperkirakan dari titik pengamatan yang dinyatakan dalam millimeter (Sosrodarsono,1980). Penentuan curah hujan efektif berdasarkan curah hujan bulanan, menggunakan R80 yang berarti kemungkinan tidak terjadinya 20%. Curah hujan yang digunakan biasanya 70% dari curah hujan minimum tengah bulanan dengan periode ulang 5 tahunan dengan rumus sebagai berikut: Keterangan: Re = 0,7 x 1/15 (R80) Re : curah hujan efektif (mm/hari) R80 : curah hujan yang kemungkinan tidak terpenuhi sebesar 20% (mm) 6. Efisiensi Irigasi Efisiensi Irigasi merupakan faktor penentu utama dari unjuk kerja suatu sistem jaringan irigasi. Nilai efisiensi irigasi berdasarkan asumsi bahwa sebagian 6

7 dari jumlah air yang diambil akan hilang baik di saluran maupun petak sawah selama proses pengaliran air. Kehilangan ini disebabkan oleh kegiatan eksploitasi, evaporasi, dan rembesan. 7. Luas Areal Irigasi Luas areal irigasi adalah jumlah luas sawah yang akan diairi. Data untuk luasan areal irigasi dapat diperoleh dari peta daerah pengamatan. Kebutuhan Air Peternakan Tabel 1.2 menunjukkan kebutuhan air untuk peternakan menurut Triatmodjo (2008) yang perhitungannya didasarkan pada data dari Nippon Koei Co., Ltd pada tahun Tabel 1.2 Kebutuhan Air Untuk Ternak Jenis Ternak Kebutuhan Air (lt/ekor/hari) Sapi/kerbau/kuda 40.0 Kambing/domba 5.0 Babi 6.0 Unggas 0.6 Sumber: Triatmodjo (2008) Kebutuhan air untuk ternak diestimasi dengan cara mengalikan jumlah ternak dengan tingkat kebutuhan air berdasarkan persamaan sebagai berikut: Keterangan: Qt = 365/1000 (q(c/b/h) x P(c/b/h) x q(s/g) x P(s/g) + q(pi) + P(Pi) x q(po) Qt : kebutuhan x P air ) untuk ternak (m 3 /th) q(c/b/h) : kebutuhan air untuk sapi/kerbau/kuda (lt/ekor/hari) q(s/g) : kebutuhan air untuk kambing/domba (lt/ekor/hari) q(pi) : kebutuhan air untuk babi (lt/ ekor /hari) q(po) : kebutuhan air untuk unggas (lt/ ekor /hari) P(c/b/h) : jumlah sapi/kerbau/kuda (ekor) P(s/g) : jumlah kambing/domba (ekor) P(Pi) : jumlah babi (ekor) P(Po) : jumlah unggas (ekor) 7

8 Kebutuhan Air Industri Kebutuhan air industri adalah kebutuhan air yang digunakan untuk proses industri termasuk bahan baku, kebutuhan air pekerja, industry dan pendukung kegiatan industri. Standar dari Direktorat Teknik Penyehatan, Dirjend Cipta Karya DPU menentukan kebutuhan air untuk industri sebesar 10% dari konsumsi air domestik. Klasifikasi industri diperlukan untuk menentukan besarnya kebutuhan air industri. Tabel 1.3 menunjukan rekomendasi kebutuhan air berdasarkan proses industri. Tabel 1.3 Kebutuhan Air Untuk Proses Industri No. Jenis Industri Jenis Proses Industri 1. Industri Rumah Tangga 2. Industri Kecil 3. Industri Sedang 4. Industri Besar Belum ada rekomendasi, dapat disesuaikan Minuman Ringan Industri Es Kecap Minuman Ringan Pembekuan Ikan dan Biota Perairan Lainnya Kebutuhan Air (l/hari) Industri Tekstil Proses Pengelolaan Tekstil l/kapita/hari Sumber: Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, Kebutuhan Air Domestik Kebutuhan air domestik adalah kebutuhan air yang digunakan pada tempat-tempat hunian pribadi untuk memenuhi keperluan sehari-hari seperti memasak, mencuci, dan keperluan rumah tangga lainnya. Kebutuhan air domestik dihitung berdasarkan jumlah penduduk, tingkat pertumbuhan, kebutuhan air perkapita dan proyeksi waktu air akan digunakan (Yulistiyanto dan Kironoto, 2008). Kebutuhan air domestik dipengaruhi pula oleh tipe daerah, yaitu perkotaan dan perdesaan. Kebutuhan air penduduk kota akan lebih tinggi dari penduduk desa (Widyastuti dan Muntazah, 2014). SNI tahun 2002 tentang sumberdaya air, penduduk kota membutuhkan 120 l/hari/kapita, sedang penduduk pedesaan memerlukan 60 l/hari/kapita (SNI, 2002). 8

9 Sunjaya (1999) menjelaskan bahwa dilihat dari segi kuantitas, kebutuhan air domestik terdiri dari : a. Kebutuhan air untuk minum dan mengolah makanan 5 liter/orang/hari b. Kebutuhan air untuk mandi dan membersihkan diri liter/orang/hari c. Kebutuhan air untuk mencuci pakaian dan peralatan liter/orang/hari d. Kebutuhan air untuk menunjang pengoperasian dan pemeliharaan fasilitas sanitasi atau pembuangan 4-5 liter/orang/hari Linsley dan Franzini (1986) menyatakan bahwa penggunaan air domestik dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu : a. Iklim Penggunaan air di daerah dengan iklim kering akan lebih besar daripada penggunaan di daerah dengan iklim basah. b. Masalah Lingkungan Permasalahan lingkungan yang terjadi di masyarakat akan menumbuhkan kesadaran akan penghematan penggunaan air. Hal ini memicu digunakannya teknologi untuk mengurangi penggunaan air atau upaya pengurangan penggunaan air sesuai prioritas. c. Ciri-ciri Penduduk Ciri-ciri penduduk ditentukan oleh status ekonomi penduduk. Penggunaan air di daerah mayoritas penduduk miskin jauh lebih rendah daripada di daerah elit. d. Ukuran Kota Perkembangan kota berbanding lurus dengan penggunaan airnya. e. Industri dan Perdagangan Besar dan jenis industri akan berpengaruh pada jumlah air yang dibutuhkan untuk operasional kegiatan. f. Kebutuhan Konversi Air Konversi air yang pada umumnya diajarkan di bangku sekolah memengaruhi pandangan masyarakat untuk hemat dalam penggunaan air. 9

10 g. Harga Air Apabila harga air mahal, maka masyarakat cenderung akan menghemat penggunaan air. Kebutuhan air domestik dapat dihitung menggunakan rumus/persamaan sebagai berikut : dengan : Q (DMI) : kebutuhan air untuk kebutuhan domestik (m 3 /tahun) q(u) : konsumsi air daerah perkotaan (liter/kapita/hari) q(r) : konsumsi air daerah perdesaan (liter/kapita/hari) P(u) : jumlah penduduk kota P(r) : jumlah penduduk desa Projopangarso (1971) menyebutkan bahwa kebutuhan air penduduk berkisar antara l/kapita/hari. Kemudian Simoen (1985) menjelaskan bahwa kebutuhan air di pedesaan pada umumnya berkisar antara l/kapita/hari, sedangkan untuk negara maju kebutuhan air lebih besar daripada di negara berkembang. Tabel 1.4 menunjukkan kebutuhan air menurut jumlah penduduk. Standar penentuan kebutuhan air yang lain dapat digolongkan berdasarkan kategori kota menurut jumlah penduduk. Pengkategorian kota ini dilakukan berdasarkan jumlah penduduk yang berada di dalam wilayah kota. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan jumlah penduduk yang sangat signifikan antara kota-kota di Indonesia. Kota-kota yang berada di Pulau Jawa lebih padat penduduk dan berjumlah penduduk lebih tinggi jika dibandingkan dengan kotakota di luar Pulau Jawa (Widyastuti dan Muntazah, 2014). 10

11 Tabel 1.4 Kebutuhan Air Menurut Jumlah Penduduk Kategori Kota Berdasarkan Jumlah Penduduk Jumlah Penduduk (Jiwa) Konsumsi Unit Sambungan Rumah (SR) (Liter/orang/hari) Konsumsi Unit Hidran (HU) Liter/orang/hari Kota Metropolitan > > Kota Besar Kota Sedang Kota Kecil Desa < Sumber : Dirjen Cipta Karya Tahun, 2000 Proyeksi Kebutuhan Air Kebutuhan air di masa akan datang dapat diperkirakan menggunakan proyeksi jumlah penduduk. Proyeksi penduduk merupakan suatu perhitungan yang menunjukkan angka fertilitas, mortalitas, dan migrasi di masa yang akan datang, yang tidak hanya beberapa tahun, tetapi beberapa puluh tahun yang akan datang. Data penduduk Indonesia yang dapat dipakai dan dipercaya untuk keperluan proyeksi adalah data sensus penduduk (SP) yang diselenggarakan pada tahun yang berakhir 0 dan survey antar sensus (SUPAS) pada tahun yang berakhir S. Perkembangan jumlah penduduk pada suatu daerah dipengaruhi oleh pertambahan alami dan proses perpindahan penduduk dari suatu wilayah ke wilayah lainnya. Proyeksi penduduk sangat dibutuhkan agar kebutuhan air untuk penduduk dapat diprediksi kedepannya (Bintarto, 1983). Metode proyeksi jumlah penduduk terbagi dua, yaitu metode matematik dan metode komponen. 1. Metode Matematik Pertumbuhan Penduduk Linear, terdiri dari a. Pertumbuhan Penduduk Aritmatik Rata-Rata, yaitu pertumbuhan penduduk dengan jumlah yang sama setiap tahun. Pn = P0 (1+rn) 11

12 b. Pertumbuhan Penduduk Geometri Rata-Rata, yaitu pertumbuhan penduduk menggunakan dasar bunga majemuk. Pn = P0 (1+r) n Pertumbuhan Penduduk Eksponensial Rata-Rata, yaitu pertumbuhan penduduk secara terus-menerus setiap hari dengan angka pertumbuhan penduduk yang konstan Pn = P0 ern Keterangan: P0 = Jumlah Penduduk Pada Tahun Awal Pn = Jumlah Penduduk Pada Tahun Ke-n r = Tingkat pertumbuhan penduduk dari tahun awal ke tahun ke-n n = Selisih perubahan tahun 2. Metode Komponen Metode komponen merupakan proyeksi penduduk dengan memisahkan komponen jumlah penduduk untuk mendapatkan proyeksi jumlah penduduk total. Komponen jumlah penduduk tersebut antara lain : Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin Pola mortalitas menurut umur Pola fertilitas menurut umur Rasio jenis kelamin saat lahir Proporsi migrasi menurut umur Jumlah kebutuhan air beberapa tahun mendatang dapat diperkirakan dengan menggunakan proyeksi jumlah penduduk. Rumus yang digunakan adalah: Qn = Pn x q Keterangan: Qn = Kebutuhan air penduduk pada tahun n Pn = Jumlah Penduduk Pada Tahun Ke-n q = Kebutuhan air per orang / hari 12

13 1.5.2 Ketersediaan Air Meteorologis Air adalah unsur yang sulit untuk dipisahkan dari kehidupan manusia. Pengembangan dan pengolahan sumberdaya air merupakan dasar dari peradaban manusia yang secara konsisten dan terus-menerus diupayakan agar dapat memenuhi kebutuhan hidup manusia (Sunaryo, 2005). Penggunaan air oleh manusia untuk berbagai kepentingan menyebabkan perkembangan pengelolaan air baik air permukaan maupun airtanah menjadi sangat pesat terjadi. Hal ini disebabkan karena manusia sadar akan pentingnya air bagi kehidupan (Herlambang, 2006). Ketersediaan air meteorologis adalah ketersediaan air yang pada dasarnya berasal dari air hujan. Hujan yang jatuh akan menguap kembali sesuai dengan proses daur ulangnya, sebagian akan mengalir melalui permukaan dan bawah permukaan, sungai atau danau dan sebagian lain akan meresap ke tanah sebagai pengisian kembali ke tanah (Suripin, 2002). Sutikno (1989) menjelaskan bahwa ketersediaan air bersih dipengaruhi oleh faktor iklim, geologi, dan geomorfologi, hidrologi dan vegetasi serta penggunaan lahan. Ketersediaan air untuk memenuhi kebutuhan air tidak hanya dapat dipenuhi dengan airtanah, sumber air seperti air hujan, air sungai, dan mata air juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber air lainnya. Intensitas bencana dan masalah yang erat kaitannya dengan air seperti kekeringan, banjir, dan longsor serta permasalahan mengenai keterbatasan pemanfaatan sumberdaya air merupakan isu isu yang kini mulai diperhatikan lebih serius. Penyelesaian masalah tersebut adalah dengan mengatur kembali pola penggunaan lahan dan prasarana tata guna air sehingga ketersediaan air permukaan dan air meteorologis dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Perhitungan mengenai ketersediaan airtanah, air permukaan, dan air meteorologis adalah penting untuk mengetahui potensi sumberdaya air pada suatu daerah (Djuwansah, 2010). Ketersediaan air meteorologis dapat ditunjukkan dalam grafik neraca air. Neraca air merupakan neraca masukan dan keluaran air di suatu tempat pada periode tertentu, sehingga dapat untuk mengetahui jumlah air tersebut kelebihan ataupun kekurangan. Kegunaan mengetahui kondisi air pada surplus dan defisit 13

14 dapat mengantisipasi bencana yang kemungkinan terjadi, serta dapat pula untuk mendayagunakan air sebaik-baiknya (Hadisusanto, 2010) Perhitungan neraca air sering dilakukan untuk berbagai manfaat, yaitu (Hadisusanto, 2010) : a. Sebagai dasar pertimbangan pembuatan bangunan air serta pembagiannya. b. Sebagai dasar pembuatan saluran drainase dan teknik pengendalian banjir. c. Sebagai dasar pemanfaatan air alam untuk berbagai keperluan pertanian seperti tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, kehutanan, hingga perikanan. Neraca air sangat penting sebagai alat untuk menganalisis jumlah persebaran air yang tersedia dan jumlah air yang dibutuhkan, misalnya untuk pembangunan irigasi baru atau perluasan daerah irigasi. Di dalam suatu perencanaan irigasi setelah berusaha mencari sumber airmaka tindakan yang harus dilakukan adalah menaksir kemampuan sumber air tersebut untuk dapat mengairi daerah irigasi yang direncanakan. Perencanaan untuk bendungan dan airtanah juga memperhatikan teori neraca air yang datanya disesuaikan dengan kondisi lapangan yang ada. Metode penentuan analisis neraca air menggunakan metode Thornwaite- Mather dengan memperhitungkan beberapa parameter neraca air yaitu suhu udara, indeks panas bulanan, Water Holding Capacity (WHC) dan faktor koreksi lama penyinaran matahari berdasarkan kondisi lintang (Setiawan, 2011). Nilai pada masing-masing parameter diketahui melalui perhitungan rumus yang telah ditentukan. Penentuan nilai WHC diperoleh melalui analisis hasil penggabungan antara data penggunaan lahan dengan tekstur tanah Kuesioner Kuesioner merupakan seperangkat formal untuk memperoleh informasi dari responden. Pembuatan kuesioner memiliki tiga tujuan. Pertama, untuk menerjemahkan kebutuhan informasi peneliti ke dalam satu set pertanyaan spesifik bahwa responden bersedia dan mampu menjawab. Kedua, kuesioner yang ditulis mampu memotivasi responden untuk terlibat dan bekerja sama. Ketiga, 14

15 kuesioner yang dibuat harus dapat meminimalkan kesalahan jawaban (Malhotra, 2012). Penyusunan kuisioner memerlukan pertimbangan sebagai berikut. 1. Menentukan informasi yang dibutuhkan. Setiap informasi yang diperoleh harus dapat menjawab masalah penelitian sehingga dengan demikian, kuesioner yang diajukan kepada responden akan lebih fokus. Kuesioner harus dibuat untuk memenuhi target responden sesuai dengan pengalaman sebelumnya dan tingkat kesulitan dilapangan. Bahasa yang digunakan dalam kuesioner harus bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti responden. 2. Menentukan jenis metode kuesioner yang akan digunakan. Kuesioner terbagi menjadi lima jenis. Kelima metode jenis kuesioner tersebut adalah kuesioner melalui , kuesioner melalui faks, kuesioner melalui surat, kuesioner personal dan kuesioner gabungan. Alasan peneliti menggunakan metode kuesioner personal adalah peneliti dapat menghemat biaya dan waktu dalam pengumpulan data dan pemrosesan kuesioner dari responden (Zikmund dan Babin, 2010). 3. Menentukan jenis pertanyaan yang akan diajukan kepada responden. Dalam menentukan jenis pertanyaan yang diajukan pada responden harus jelas dan terarah. Hindari pertanyaan yang mengandung dua pengertian yang berbeda atau yang biasa disebut pertanyaan dua makna (doublebarreled question). Jenis pertanyaan dua makna tersebut mengandung makna yang ambigu. 4. Membuat pertanyaan yang membuat responden mampu atau ingin menjawab. Jenis pertanyaan yang sensitif akan menyulitkan responden untuk menjawab kuesioner tersebut. Sehingga apabila peneliti menemukan beberapa pertanyaan yang tidak dapat dijawab, sebaiknya peneliti bersedia membantu responden dengan menjelaskan maksud pertanyaan tersebut. Oleh karena itu, peneliti harus menjelaskan tujuan penelitian di pada kata pengantar di kuesioner. Kemudian, pertanyaan yang sensitif diletakkan dibagian akhir kuesioner penelitian. 15

16 5. Menyusun struktur pertanyaan. Jenis pertanyaan dapat disusun terstruktur dan tidak struktur. Pertanyaan terstruktur merupakan jenis pertanyaan yang sudah tersusun dalam suatu format sehingga memudahkan responden untuk menjawabnya. Jenis pertanyaan tersebut dapat berupa pilihan berganda, atau hanya dua pilihan (pertanyaan dikotomi ya atau tidak), atau pertanyaan berjenjang (a scale question), sedangkan jenis pertanyaan tidak terstruktur merupakan pertanyaan terbuka yang memungkinkan responden menjawab dengan kata-kata sendiri (Malhotra, 2012) 6. Menentukan kata-kata di dalam kuesioner. Informasi yang dibutuhkan harus disederhanakan terlebih dahulu dalam bentuk kata-kata yang mudah dipahami oleh responden. Tujuannya adalah untuk menghindari salah persepsi ataupun interpretasi yang dapat menimbulkan jawaban yang bias sehingga jawaban tersebut dapat mengarah kepada jawaban yang salah. 7. Menyusun urutan pertanyaan. Peneliti mempertimbangkan beberapa hal seperti pertanyaan terbuka, jenis informasi yang diperlukan, tingkat kesulitan pertanyaan, dan pengaruh pertanyaan lanjutan. 8. Mengidentifikasi format dan rancangan kuesioner. Karakteristik kuesioner seperti halnya format, spasi, dan posisi kalimat, memiliki pengaruh yang signifikan terhadap jawaban-jawaban yang diperoleh dari responden, sehingga jelas bahwa format dan rancangan kuesioner harus tersusun rapi dan mudah dalam pengisian kuesioner. 9. Penyusunan ulang format kuesioner. Format kuesioner harus dibuat ringkas dan jelas untuk memudahkan responden dalam membaca dan menjawab pertanyaan-pertanyaan kuesioner tersebut. Tetapi, penyusunan ulang ini tidak membuat kalimat dalam kuesioner menjadi kalimat yang tidak utuh, sehingga cenderung untuk menyulitkan responden dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner. 10. Menentukan uji coba kuesioner. Sebelum kuesioner diberikan kepada responden, sebaiknya dalam penelitian ini didahului dengan uji coba kuesioner (pre-testing questionnaire). Uji coba dilakukan pada sekelompok responden tertentu. Kelompok responden yang diuji coba 16

17 harus sama dengan responden yang akan diteliti baik dengan latar belakang usia, jenis kelamin, frekuensi pembelian (Malhotra, 2012). 1.6 Penelitian Sebelumnya Sumberdaya air adalah salah satu sumberdaya alam yang berperan sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Air berperan untuk memenuhi kebutuhan dalam berbagai sektor kehidupan mulai dari kebutuhan rumah tangga, industri, pertanian dan lainnya. Pemanfataan air secara nyata di lapangan sering dilakukan dengan eksploitasi berlebihan. Ketidakseimbangan antara pemanfaatan dan ketersediaan air menyebabkan terjadi kekritisan sumberdaya air di beberapa tempat dengan jumlah air terbatas. Oleh karena itu, penelitian mengenai ketersediaan air dan kebutuhan air telah banyak dilakukan dengan metode dan wilayah kajian yang beragam. Indriyastuti (2004) telah melakukan penelitian yang berjudul Evaluasi Potensi Mataair utnuk Kebutuhan Domestik di Kota Klaten, Jawa Tengah. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode survey lapangan, metode kuantitatif perhitungan debit tipe mataair dan deskripsi pembagian debit mataair, uji laboratorium untuk kualitas kimia, dan analisis kebutuhan air domestik. Hasil yang diperoleh berupa tipe mataair, ketersediaan air dari hasil uji kualitas air, dan distribusi mataair, dan analisis kebutuhan air domestik. Zulkipli, Soetopo, dan Prasetijo (2012) melakukan analisis ketersediaan air dan kebutuhan air dalam penelitian berjudul Analisa Neraca Air Permukaan Das renggung untuk memenuhi kebutuhan air irigasi dan domestik penduduk kabupaten lombok tengah. metode yang digunakan adalah metode survey dan observasi lapangan, kuantitatif perhitungan kebutuhan air domestik, irigasi, perikanan, dan industri, serta kuantitatif ketersediaan air menggunakan metode debit andalan. hasil yang diperoleh berupa grafik kebutuhan dan ketersediaan air serta tabel neraca air, dan proyeksi kebutuhan air hingga Rahayu (2013) telah melakukan penelitian yang berjudul Analisis Ketersediaan Air di Sebagian Wilayah DAS Oyo Hulu Untuk Kebutuhan Air Daerah Irigasi. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Teknik 17

18 pengambilan sampel dengan double ring infiltrometer, penentuan lokasi sampel dengan purposive sampling. Hasil yang diperoleh adalah berupa jumlah ketersediaan air, kebutuhan air Daerah Irigasi Payaman, Imbangan Air dan Rekomendasi Pengelolaan. Triyono (2014) melakukan penelitian berjudul Studi Ketersediaan Sumberdaya Air untuk Memenuhi Kebutuhan Air Bersih Di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada penelitian ini dilakukan metode kuantitatif analisis ketersediaan air sungai, ketersediaan air di mata air, sistem transmisi air, dan biaya produksi air. Hasil yang diperoleh adalah berupa ketersediaan air, tinjauan teknis system penyediaan air minum, tinjauan ekonomi, gambaran sumber air baku. Pahlawa (2014) dalam penelitian yang berjudul Potensi Air di Kawasan perkebunan Kalibendo, Banyuwangi, Jawa timur dalam Memenuhi Kebutuhan Air Rumah Tangga Masyarakat Sekitar membahas mengenai potensi air dan kebutuhan air masyarakat di daerah kajian. Metode yang digunakan adalah pengukuran debit mata air volumetrik, perhitungan kebutuhan air berdasarkan hasil wawancara dan jumlah penduduk, proyeksi kebutuhan air dan imbangan air. Hasil yang diperoleh berupa debit mata air, pasokan air rumah tangga, total kebutuhan air rumah tangga, proyeksi kebutuhan air, dan imbangan air. Said (2014) melakukan penelitian berjudul Kajian Ketersediaan dan Penggunaan Air Dari Mata Air untuk Kebutuhan Domestik di Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei lapangan, wawancara, dan survei instansional, serta analisis laboratorium. Pengambilan sampel air menggunakan purposive sampling, penentuan responden secara random. Hasil yang diperoleh berupa kualitas air dari mataair, kebutuhan air di Kecamatan Turi pada tahun 2013, serta daya dukung mataair hingga 20 tahun mendatang. Persamaan antara penelitian sebelumnya dengan penelitian ini terletak pada metode yang digunakan. Pada penelitian ini digunakan metode Thornthwaite-Matter untuk ketersediaan air meteorologis, dan metode kuantitatif perhitungan kebutuhan air. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya 18

19 terletak pada lokasi penelitian yang terletak di Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah, serta penentuan responden kebutuhan air yang didasarkan pada tinngkat kesejahteraan keluarga. Perbandingan penelitian sebelumnya dengan penelitian sekarang ditampilkan pada tabel

20 Tabel 1.5 Perbandingan Penelitian Sebelumnya dengan Penelitian Sekarang No Peneliti Lokasi, Tahun Judul Penelitian Tujuan Metode Hasil 1 Ratna Indriyastuti Kota Klaten, Zulkipli, Soetopo, dan Prasetijo 3 Arum Rahayu DAS Renggung, 2012 Sebagian Wilayah DAS Oyo Hulu, 2013 Evaluasi Potensi Mataair utnuk Kebutuhan Domestik di Kota Klaten, Jawa Tengah Analisa Neraca Air Permukaan Das Renggung Untuk Memenuhi Kebutuhan Air Irigasi Dan Domestik Penduduk Kabupaten Lombok Tengah Analisis Ketersediaan Air di Sebagian Wilayah DAS Oyo Hulu Untuk Kebutuhan Air Daerah Irigasi Mengkaji debit, kualitas fisik dan kimia air, tipe mataair dan memperkirakan debit minimum mataair, mengevaluasi dan memperkirakan potensi mataair untuk kebutuhan domestik, dan mendeskripsikan pembagian debit mataair. Mengetahui pengelolaan potensi air dengan menerapkan prinsip keseimbangan air dalam rangka memenuhi kebutuhan air irigasi dan domestik di Kabupaten Lombok Tengah Mengetahui besarnya ketersediaan air irigasi di sebagian DAS Oyo hulu, mengetahui besarnya kebutuhan air untuk Daerah Irigasi Payaman, Imbangan Air, Rekomendasi pengelolaan Daerah Irigasi Metode survey lapangan, metode kuantitatif perhitungan debit tipe mataair dan deskripsi pembagian debit mataair, uji laboratorium untuk kualitas kimia, dan analisis kebutuhan air domestik Metode survey dan observasi lapangan, kuantitatif perhitungan kebutuhan air domestik. Irigasi, perikanan, dan industri, serta kuantitatif ketersediaan air menggunakan metode debit andalan. Teknik pengambilan sampel dengan double ring infiltrometer, penentuan lokasi sampel dengan purposive sampling Tipe mataair, ketersediaan air dari hasil uji kualitas air, dan distribusi mataair, dan analisis kebutuhan air domestik. Grafik kebutuhan dan ketersediaan air serta tabel neraca air, dan proyeksi kebutuhan air hingga 2036 Jumlah ketersediaan air, kebutuhan air Daerah Irigasi Payaman, Imbangan Air dan Rekomendasi Pengelolaan. 4 Muhammad Firman Nur Said Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, 2014 Kajian Ketersediaan dan Penggunaan Air Dari Mata Air untuk Kebutuhan Domestik di Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman Mempelajari pengelolaan air, agihan keruangan, kantitas air dan kualitas air dari mataair yang dimanfaatkan oleh penduduk, Menghitung besarnya kebutuhan air khususnya untuk pemenuhan domestik, dan analisis daya dukung mataair. Survei lapangan, wawancara, dan survei instatnsional, serta analisis laboratorium. Pengambilan sampel air menggunakan purposive sampling, penentuan responden secara random. Kualitas Air dari Mataair, Kebutuhan air pada tahun 2013, Daya Dukung Mataair hingga 20 tahun mendatang. 20

21 5 Mandra Pahlawa Kalibendo, Banyuwangi, Jawa Timur, 2014 Potensi Air di Kawasan perkebunan Kalibendo, BAnyuwangi, Jawa timur dalam Memenuhi Kebutuhan Air Rumah Tangga Masyarakat Sekitar Mengetahui besar debit mata air, kebutuhan air rumah tangga, dan meprediksi kemampuan mata air Patemon dalam memenuhi kebutuhan air rumah tangga masyarakat sekitar kawasan Perkebunan Kalibendo Pengukuran debit mata air volumetrik, perhitungan kebutuhan air berdasarkan hasil wawancara dan jumlah penduduk, Debit Mata Air, Pasokan air rumah tangga, total kebutuhan air rumah tangga, proyeksi kebutuhan air, imbangan air. 6 Joko Triyono Daerah Istimewa Yogyakarta, 2014 Studi Ketersediaan Sumberdaya Air untuk Memenuhi Kebutuhan Air Bersih Di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Mengetahui ketersediaan air di beberapa mata air di Kabupaten Magelang dan Sungai Progo, mendapatkan system transmisi air baku, biaya produksi air, kebutuhan biaya inverstasi dan keuntungan dari dua alternatif sumber air yang ada, mendapatkan gambaran dari kedua alternative sumber air. Metode kuantitatif analisis ketersediaan air sungai, ketersediaan air di mata air, system transmisi air, dan biaya produksi air Ketersediaan Air, tinjauan teknis sistem penyediaan air minum, tinjauan ekonomi, gambaran sumber air baku 7 Riverningtyas Kota Palu, 2015 Analisis Kebutuhan Air Domestik Dan Ketersediaan Air Meteorologis Di Kota Palu, Provinsi Sulawesi Tengah Analisis ketersediaan air meteorologis dan kebutuhan air domestik dengan variabel jumlah keluarga sejahtera berdasarkan jenisnya, dan di 8 kecamatan di Kota Palu Kuantitatif perhitungan kebutuhan air dan ketersediaan air meterologis metode Thornthwaite- Matter Neraca air tahunan selama , Neraca air dengan analisis frekuensi curah hujan, kebutuhan air individu dari jenis keluarga berbeda, pengaruh pendidikan terhadap penggunaan air. 21

22 1.7 Kerangka Pemikiran Objek penelitian ini adalah analisis ketersediaan air meterologis dan kebutuhan air domestik yang berada di Kota Palu, Provinsi Sulawesi Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketersediaan air meteorologis, kebutuhan air domestik, dan memunculkan rekomendasi mengenai pengelolaan sumberdaya air. Penelitian ini juga memperhitungkan proyeksi untuk 5, 10, dan 20 tahun kedepan. Parameter yang digunakan dalam analisis ketersediaan air meteorologis adalah curah hujan dan suhu, evapotranspirasi, Accumulated Potential Water Loss (APWL), WHC, dan evapotranspirasi aktual. Curah hujan dan suhu berasal dari data stasiun hujan milik BMKG Kota Palu. Evapotranspirasi potensial adalah evapotranspirasi yang dipengaruhi oleh unsur klimatologis. Evapotranspirasi aktual adalah evapotranspirasi yang dipengaruhi oleh tanaman dan tanah. APWL diperoleh dari curah hujan dan evapotranspirasi potensial. WHC adalah fungsi dari tekstur tanah dan kedalaman zona perakaran. Parameter tersebut digunakan untuk memperoleh neraca air. Neraca air proyeksi dihitung menggunakan analisis frekuensi curah hujan dengan kala ulang 5, 10, dan 20 tahun. Ketersediaan air meteorologis akan menunjukkan nilai surplus atau defisit pada grafik neraca air. Parameter yang digunakan dalam analisis kebutuhan air domestik adalah jumlah penduduk dan kebutuhan air per individu yang diperoleh melalui wawancara terstruktur menggunakan kuesioner kebutuhan air. Sampel adalah kepala keluarga yang berasal dari jenis kesejahteraan keluarga berbeda. Hal ini dikarenakan penggunaan air domestik dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti masalah lingkungan, ciri-ciri penduduk, ukuran kota, industri dan perdagangan, kebutuhan konversi air, serta harga air yang secara komposit termasuk dalam indikator keluarga sejahtera yang ditetapkan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Tingkat kesejahteraan keluarga terdiri dari Pra Keluarga Sejahtera, Keluarga Sejahtera I, Keluarga Sejahtera II, Keluarga Sejahtera III, dan Keluarga Sejahtera III+. Proyeksi jumlah penduduk digunakan untuk menghitung proyeksi kebutuhan air domestik untuk 5, 10, dan 20 tahun mendatang. 22

23 Analisis kebutuhan air domestik dan ketersediaan air akan menghasilkan keadaan keseimbangan air di wilayah kajian yang berbentuk surplus atau defisit pada waktu dan tempat tertentu. Keadaan surplus maupun defisit air akan menjadi pertimbangan untuk pengeololaan air di daerah tersebut. Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah keadaan potensi sumberdaya air yang dimiliki di daerah kajian serta pengelolaan yang tepat terhadapnya. Curah Hujan dan Suhu Evapotranspirasi Potensial Aktual APWL WHC Jumlah Penduduk Pra Sejahtera Sejah tera I Sejah tera II Sejahte ra III Sejahte ra III+ Analisis Neraca Air Neraca Air dengan analisis frekuensi hujan 5, 10, dan 20 Tahun. Surplus Air Defisit Air Proyeksi Jumlah Penduduk 5, 10, 20 tahun mendatang Kebutuhan Air Domestik Jenis Keluarga Proyeksi Kebutuhan Air 5, 10,, 20 tahun mendatang Kebutuhan Air Domestik Analisis Ketersediaan dan Kebutuhan Air Pengelolaan Sumberdaya Air Efektif dan Efisien Berdasarkan Analisis Iklim dan Kebutuhan Air Domestik Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran Teoritik 23

TINJAUAN PUSTAKA. Neraca Air

TINJAUAN PUSTAKA. Neraca Air TINJAUAN PUSTAKA Neraca Air Neraca air adalah model hubungan kuantitatif antara jumlah air yang tersedia di atas dan di dalam tanah dengan jumlah curah hujan yang jatuh pada luasan dan kurun waktu tertentu.

Lebih terperinci

ANALISIS KETERSEDIAAN AIR METEOROLOGIS DAN KEBUTUHAN AIR DOMESTIK DI KOTA PALU, PROVINSI SULAWESI TENGAH

ANALISIS KETERSEDIAAN AIR METEOROLOGIS DAN KEBUTUHAN AIR DOMESTIK DI KOTA PALU, PROVINSI SULAWESI TENGAH ANALISIS KETERSEDIAAN AIR METEOROLOGIS DAN KEBUTUHAN AIR DOMESTIK DI KOTA PALU, PROVINSI SULAWESI TENGAH Sukma Impian Riverningtyas sukma.impian.r@mail.ugm.ac.id Emilya Nurjani n_emilya@geo.ugm.ac.id Abstract

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di berbagai kota di Indonesia, baik kota besar maupun kota kecil dan sekitarnya pembangunan fisik berlangsung dengan pesat. Hal ini di dorong oleh adanya pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

ANALISA KEBUTUHAN AIR DALAM KECAMATAN BANDA BARO KABUPATEN ACEH UTARA

ANALISA KEBUTUHAN AIR DALAM KECAMATAN BANDA BARO KABUPATEN ACEH UTARA ANALISA KEBUTUHAN AIR DALAM KECAMATAN BANDA BARO KABUPATEN ACEH UTARA Susilah Dosen Jurusan Teknik Sipil, Universitas Malikussaleh email: zulfhazli.abdullah@gmail.com Abstrak Kecamatan Banda Baro merupakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Bila suatu saat Waduk Jatiluhur mengalami kekeringan dan tidak lagi mampu memberikan pasokan air sebagaimana biasanya, maka dampaknya tidak saja pada wilayah pantai utara (Pantura)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hidrologi Siklus hidrologi menunjukkan gerakan air di permukaan bumi. Selama berlangsungnya Siklus hidrologi, yaitu perjalanan air dari permukaan laut ke atmosfer kemudian ke

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perbandingan Evapotranspirasi Tanaman Acuan Persyaratan air tanaman bervariasi selama masa pertumbuhan tanaman, terutama variasi tanaman dan iklim yang terkait dalam metode

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Perhitungan Hidrologi Curah hujan rata-rata DAS

BAB II DASAR TEORI 2.1 Perhitungan Hidrologi Curah hujan rata-rata DAS BAB II DASAR TEORI 2.1 Perhitungan Hidrologi 2.1.1 Curah hujan rata-rata DAS Beberapa cara perhitungan untuk mencari curah hujan rata-rata daerah aliran, yaitu : 1. Arithmatic Mean Method perhitungan curah

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL 4.1. Analisis Curah Hujan 4.1.1. Ketersediaan Data Curah Hujan Untuk mendapatkan hasil yang memiliki akurasi tinggi, dibutuhkan ketersediaan data yang secara kuantitas dan kualitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. TINJAUAN UMUM Dalam suatu penelitian dibutuhkan pustaka yang dijadikan sebagai dasar penelitian agar terwujud spesifikasi yang menjadi acuan dalam analisis penelitian yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Lokasi Kabupaten Pidie. Gambar 1. Siklus Hidrologi (Sjarief R dan Robert J, 2005 )

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Lokasi Kabupaten Pidie. Gambar 1. Siklus Hidrologi (Sjarief R dan Robert J, 2005 ) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Siklus Hidrologi Pada umumnya ketersediaan air terpenuhi dari hujan. Hujan merupakan hasil dari proses penguapan. Proses-proses yang terjadi pada peralihan uap air dari laut ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini. Terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard Km 3 air dengan persentase 97,5%

BAB I PENDAHULUAN. ini. Terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard Km 3 air dengan persentase 97,5% BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan pokok untuk semua makhluk hidup tanpa terkecuali, dengan demikian keberadaannya sangat vital dipermukaan bumi ini. Terdapat kira-kira

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hidrologi Hidrologi adalah ilmu yang mempelajari tentang terjadinya, pergerakan dan distribusi air di bumi, baik di atas maupun di bawah permukaan bumi, tentang sifat fisik,

Lebih terperinci

DEFINISI IRIGASI TUJUAN IRIGASI 10/21/2013

DEFINISI IRIGASI TUJUAN IRIGASI 10/21/2013 DEFINISI IRIGASI Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan dan pembuangan air irigasi untuk menunjang pertanian, meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa dan irigasi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Air di dunia 97,2% berupa lautan dan 2,8% terdiri dari lembaran es dan

PENDAHULUAN. Air di dunia 97,2% berupa lautan dan 2,8% terdiri dari lembaran es dan PENDAHULUAN Latar Belakang Air di dunia 97,2% berupa lautan dan 2,8% terdiri dari lembaran es dan gletser (2,15%), air artesis (0,62%) dan air lainnya (0,03%). Air lainnya ini meliputi danau air tawar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang dihasilkan dibawa oleh udara yang bergerak.dalam kondisi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang dihasilkan dibawa oleh udara yang bergerak.dalam kondisi yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hidrologi Hidrologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang kejadian, perputaran dan penyebaran air baik di atmosfir, di permukaan bumi maupun di bawah permukaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Daerah Irigasi Banjaran merupakan Daerah Irigasi terluas ketiga di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Daerah Irigasi Banjaran merupakan Daerah Irigasi terluas ketiga di BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Diskripsi Lokasi Studi Daerah Irigasi Banjaran merupakan Daerah Irigasi terluas ketiga di wilayah Kabupaten Banyumas dengan luas areal potensial 1432 ha. Dengan sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010). BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Air merupakan salah satu komponen penting untuk kehidupan semua makhluk hidup di bumi. Air juga merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Evaluasi Ketersediaan dan Kebutuhan Air Daerah Irigasi Namu Sira-sira.

BAB I PENDAHULUAN. Evaluasi Ketersediaan dan Kebutuhan Air Daerah Irigasi Namu Sira-sira. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketersediaan air (dependable flow) suatu Daerah Pengaliran Sungai (DPS) relatif konstan, sebaliknya kebutuhan air bagi kepentingan manusia semakin meningkat, sehingga

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : DAS Tukad Petanu, Neraca air, AWLR, Daerah Irigasi, Surplus

ABSTRAK. Kata Kunci : DAS Tukad Petanu, Neraca air, AWLR, Daerah Irigasi, Surplus ABSTRAK Daerah Aliran Sungai (DAS) Tukad Petanu merupakan salah satu DAS yang berada di Provinsi Bali. DAS Tukad Petanu alirannya melintasi 2 kabupaten, yakni: Kabupaten Bangli dan Kabupaten Gianyar. Hulu

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI BENDUNG MRICAN1

ANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI BENDUNG MRICAN1 ANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI BENDUNG MRICAN1 Purwanto dan Jazaul Ikhsan Jurusan Teknik Sipil, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Jl. Lingkar Barat, Tamantirto, Yogyakarta (0274)387656

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: Waduk Muara Nusa Dua, Pola Operasi, Debit Andalan, Kebutuhan air baku, Simulasi

ABSTRAK. Kata kunci: Waduk Muara Nusa Dua, Pola Operasi, Debit Andalan, Kebutuhan air baku, Simulasi ABSTRAK Waduk Muara Nusa Dua yang terletak di muara Sungai/Tukad Badung, tepatnya di Jembatan by Pass Ngurah Rai, Suwung, Denpasar, dibangun untuk menyediakan air baku guna memenuhi kebutuhan air bersih.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. 1.2 RUMUSAN MASALAH Error Bookmark not defined. 2.1 UMUM Error Bookmark not defined.

DAFTAR ISI. 1.2 RUMUSAN MASALAH Error Bookmark not defined. 2.1 UMUM Error Bookmark not defined. HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSEMBAHAN MOTTO KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI ABSTRAK BAB IPENDAHULUAN DAFTAR ISI halaman i ii iii iv v vii

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air adalah salah satu sumber daya alam yang tersedia di bumi. Air memiliki banyak fungsi dalam kelangsungan makhluk hidup yang harus dijaga kelestariannya dan

Lebih terperinci

ESTIMASI NERACA AIR DENGAN MENGGUNAKAN METODE THORNTHWAITE MATTER. RAHARDYAN NUGROHO ADI BPTKPDAS

ESTIMASI NERACA AIR DENGAN MENGGUNAKAN METODE THORNTHWAITE MATTER. RAHARDYAN NUGROHO ADI BPTKPDAS ESTIMASI NERACA AIR DENGAN MENGGUNAKAN METODE THORNTHWAITE MATTER RAHARDYAN NUGROHO ADI (dd11lb@yahoo.com) BPTKPDAS Pendahuluan Analisis Neraca Air Potensi SDA Berbagai keperluan (irigasi, mengatur pola

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 4

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 4 DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul... i Halaman Pengesahan Skripsi... ii Halaman Pernyataan... iii Halaman Persembahan... iv Kata Pengantar... vi Daftar Isi... vii Daftar Tabel... ix Daftar Gambar... x Daftar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Embung berfungsi sebagai penampung limpasan air hujan/runoff yang terjadi di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Embung berfungsi sebagai penampung limpasan air hujan/runoff yang terjadi di II. TINJAUAN PUSTAKA A. Embung Embung berfungsi sebagai penampung limpasan air hujan/runoff yang terjadi di Daerah Pengaliran Sungai (DPS) yang berada di bagian hulu. Konstruksi embung pada umumnya merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Tipe penelitian ini adalah analisis kuantitatif karena dalam penelitian data yang digunakan adalah data sekunder yang bersifat kuantitatif. Di samping itu

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR xiii BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR..... ii DAFTAR ISI...... iv DAFTAR TABEL..... ix DAFTAR GAMBAR xiii BAB I PENDAHULUAN.... 1 A. Latar Belakang Masalah 1 B. Rumusan Masalah. 7 C. Tujuan Penelitian......

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : Saluran irigasi DI. Kotapala, Kebutuhan air Irigasi, Efisiensi. Pengaliran.

ABSTRAK. Kata kunci : Saluran irigasi DI. Kotapala, Kebutuhan air Irigasi, Efisiensi. Pengaliran. ABSTRAK Daerah Irigasi (DI) Kotapala adalah salah satu jaringan irigasi yang berlokasi di Desa Dajan Peken, Desa Dauh Peken, Desa Delod Peken, dan Desa Bongan yang berada di Kabupaten Tabanan Bali. DI

Lebih terperinci

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Dalam melaksanakan kegiatannya, manusia selalu membutuhkan air bahkan untuk beberapa kegiatan air merupakan sumber utama.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. secara alamiah. Mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian

TINJAUAN PUSTAKA. secara alamiah. Mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian TINJAUAN PUSTAKA Daerah Aliran Sungai Sungai merupakan jaringan alur-alur pada permukaan bumi yang terbentuk secara alamiah. Mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian hilir. Air hujan

Lebih terperinci

BAHAN AJAR : PERHITUNGAN KEBUTUHAN TANAMAN

BAHAN AJAR : PERHITUNGAN KEBUTUHAN TANAMAN BAHAN AJAR : PERHITUNGAN KEBUTUHAN TANAMAN Tujuan Pembelajaran Khusus Setelah mengikuti diklat ini peseta diharapkan mampu Menjelaskan tentang kebutuhan air tanaman A. Deskripsi Singkat Kebutuhan air tanaman

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban.

BAB III METODOLOGI. dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban. BAB III METODOLOGI 3.1 Umum Metodologi merupakan suatu penyelidikan yang sistematis untuk meningkatkan sejumlah pengetahuan, juga merupakan suatu usaha yang sistematis dan terorganisasi untuk menyelidiki

Lebih terperinci

Gambar 3 Sebaran curah hujan rata-rata tahunan Provinsi Jawa Barat.

Gambar 3 Sebaran curah hujan rata-rata tahunan Provinsi Jawa Barat. 11 yang akan datang, yang cenderung mengalami perubahan dilakukan dengan memanfaatkan keluaran model iklim. Hasil antara kondisi iklim saat ini dan yang akan datang dilakukan analisis dan kemudian dilakukan

Lebih terperinci

tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian (Sri Harto, 1993).

tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian (Sri Harto, 1993). batas topografi yang berarti ditetapkan berdasarkan aliran air permukaan. Batas ini tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian

Lebih terperinci

TUGAS KELOMPOK REKAYASA IRIGASI I ARTIKEL/MAKALAH /JURNAL TENTANG KEBUTUHAN AIR IRIGASI, KETERSEDIAAN AIR IRIGASI, DAN POLA TANAM

TUGAS KELOMPOK REKAYASA IRIGASI I ARTIKEL/MAKALAH /JURNAL TENTANG KEBUTUHAN AIR IRIGASI, KETERSEDIAAN AIR IRIGASI, DAN POLA TANAM TUGAS KELOMPOK REKAYASA IRIGASI I ARTIKEL/MAKALAH /JURNAL TENTANG KEBUTUHAN AIR IRIGASI, KETERSEDIAAN AIR IRIGASI, DAN POLA TANAM NAMA : ARIES FIRMAN HIDAYAT (H1A115603) SAIDATIL MUHIRAH (H1A115609) SAIFUL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Muka bumi yang luasnya ± juta Km 2 ditutupi oleh daratan seluas

BAB I PENDAHULUAN. Muka bumi yang luasnya ± juta Km 2 ditutupi oleh daratan seluas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muka bumi yang luasnya ± 510.073 juta Km 2 ditutupi oleh daratan seluas 148.94 juta Km 2 (29.2%) dan lautan 361.132 juta Km 2 (70.8%), sehingga dapat dikatakan bahwa

Lebih terperinci

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Air Tanaman 1. Topografi 2. Hidrologi 3. Klimatologi 4. Tekstur Tanah

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Air Tanaman 1. Topografi 2. Hidrologi 3. Klimatologi 4. Tekstur Tanah Kebutuhan Air Irigasi Kebutuhan air sawah untuk padi ditentukan oleh faktor-faktor berikut : 1.Penyiapan lahan 2.Penggunaan konsumtif 3.Perkolasi dan rembesan 4.Pergantian lapisan air 5.Curah hujan efektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan sumber air yang dapat dipakai untuk keperluan makhluk hidup. Dalam siklus tersebut, secara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat

II. TINJAUAN PUSTAKA. sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Jagung Jagung merupakan tanaman yang dapat hidup di daerah yang beriklim sedang sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat membutuhkan sinar matahari

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 40 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Lokasi penelitian berada di Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Sawangan, Kota Depok seluas 462 ha. Secara geografis daerah penelitian terletak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Analisis Kebutuhan Air Irigasi Kebutuhan Air untuk Pengolahan Tanah

TINJAUAN PUSTAKA Analisis Kebutuhan Air Irigasi Kebutuhan Air untuk Pengolahan Tanah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Analisis Kebutuhan Air Irigasi Kebutuhan air tanaman adalah banyaknya air yang dibutuhkan tanaman untuk membentuk jaringan tanaman, diuapkan, perkolasi dan pengolahan tanah. Kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Daerah Aliran Sungai DAS atau Daerah Aliran Sungai (catchment, basin, watershed) merupakan daerah dimana semua airnya mengalir ke dalam suatu sungai yang dimaksudkan. Daerah ini

Lebih terperinci

1.PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1.PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bekasi, adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Barat yang terletak di sebelah timur Jakarta. Batas administratif Kota bekasi yaitu: sebelah barat adalah Jakarta, Kabupaten

Lebih terperinci

Oleh : PUSPITAHATI,STP,MP Dosen Fakultas Pertanian UNSRI (2002 s/d sekarang) Mahasiswa S3 PascaSarjana UNSRI (2013 s/d...)

Oleh : PUSPITAHATI,STP,MP Dosen Fakultas Pertanian UNSRI (2002 s/d sekarang) Mahasiswa S3 PascaSarjana UNSRI (2013 s/d...) Oleh : PUSPITAHATI,STP,MP Dosen Fakultas Pertanian UNSRI (2002 s/d sekarang) Mahasiswa S3 PascaSarjana UNSRI (2013 s/d...) Disampaikan pada PELATIHAN PENGELOLAAN DAS (25 November 2013) KERJASAMA : FORUM

Lebih terperinci

Matakuliah : S0462/IRIGASI DAN BANGUNAN AIR Tahun : 2005 Versi : 1. Pertemuan 2

Matakuliah : S0462/IRIGASI DAN BANGUNAN AIR Tahun : 2005 Versi : 1. Pertemuan 2 Matakuliah : S0462/IRIGASI DAN BANGUNAN AIR Tahun : 2005 Versi : 1 Pertemuan 2 1 Learning Outcomes Pada akhir pertemuan ini, diharapkan : 2 Kebutuhan Air Irigasi Kebutuhan air sawah untuk padi ditentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Air adalah salah satu unsur esensial yang paling dibutuhkan oleh sebagian besar makhluk hidup di bumi. Komposisi permukaan bumi didominasi oleh perairan

Lebih terperinci

PERENCANAAN KEBUTUHAN AIR PADA AREAL IRIGASI BENDUNG WALAHAR. Universitas Gunadarma, Jakarta

PERENCANAAN KEBUTUHAN AIR PADA AREAL IRIGASI BENDUNG WALAHAR. Universitas Gunadarma, Jakarta PERENCANAAN KEBUTUHAN AIR PADA AREAL IRIGASI BENDUNG WALAHAR 1 Rika Sri Amalia (rika.amalia92@gmail.com) 2 Budi Santosa (bsantosa@staff.gunadarma.ac.id) 1,2 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil

Lebih terperinci

KEBUTUHAN AIR. penyiapan lahan.

KEBUTUHAN AIR. penyiapan lahan. 1. Penyiapan lahan KEBUTUHAN AIR Kebutuhan air untuk penyiapan lahan umumnya menentukan kebutuhan air irigasi pada suatu proyek irigasi. Faktor-faktor penting yang menentukan besarnya kebutuhan air untuk

Lebih terperinci

Gambar 2.1. Diagram Alir Studi

Gambar 2.1. Diagram Alir Studi 2.1. Alur Studi Alur studi kegiatan Kajian Tingkat Kerentanan Penyediaan Air Bersih Tirta Albantani Kabupaten Serang, Provinsi Banten terlihat dalam Gambar 2.1. Gambar 2.1. Diagram Alir Studi II - 1 2.2.

Lebih terperinci

dan penggunaan sumber daya alam secara tidak efisien.

dan penggunaan sumber daya alam secara tidak efisien. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan komponen penting bagi proses kehidupan di bumi karena semua organisme hidup membutuhkan air dan merupakan senyawa yang paling berlimpah di dalam sistem

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kehilangan air pada suatu sistem hidrologi. panjang, untuk suatu DAS atau badan air seperti waduk atau danau.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kehilangan air pada suatu sistem hidrologi. panjang, untuk suatu DAS atau badan air seperti waduk atau danau. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Neraca Air Triatmodjo (2010) menjelaskan neraca air dapat menggambarkan bahwa di dalam suatu sistem hidrologi (DAS, waduk, danau, aliran permukaan) dapat dievaluasi air yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang esensial bagi kebutuhan rumah tangga, pertanian,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang esensial bagi kebutuhan rumah tangga, pertanian, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang paling berharga. Air tidak saja perlu bagi manusia, tetapi hewan dan juga tumbuhan sebagai media pengangkut, sumber energi dan keperluan

Lebih terperinci

ANALISIS KAJIAN METEOROLOGIS KETERSEDIAAN DAN TINGKAT KEKRITISAN AIR DOMESTIK DESA GIRIMOYO, KECAMATAN KARANGPLOSO, KABUPATEN MALANG

ANALISIS KAJIAN METEOROLOGIS KETERSEDIAAN DAN TINGKAT KEKRITISAN AIR DOMESTIK DESA GIRIMOYO, KECAMATAN KARANGPLOSO, KABUPATEN MALANG ANALISIS KAJIAN METEOROLOGIS KETERSEDIAAN DAN TINGKAT KEKRITISAN AIR DOMESTIK DESA GIRIMOYO, KECAMATAN KARANGPLOSO, KABUPATEN MALANG Akhmad Faruq Hamdani, Nelya Eka Susanti Geografi Universitas Kanjuruhan

Lebih terperinci

Dr. Ir. Robert J. Kodoatie, M. Eng 2012 BAB 3 PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR DAN KETERSEDIAAN AIR

Dr. Ir. Robert J. Kodoatie, M. Eng 2012 BAB 3 PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR DAN KETERSEDIAAN AIR 3.1. Kebutuhan Air Untuk Irigasi BAB 3 PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR DAN KETERSEDIAAN AIR Kebutuhan air irigasi adalah jumlah volume air yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan evapotranspirasi, kehilangan

Lebih terperinci

ANALISA KETERSEDIAAN AIR SAWAH TADAH HUJAN DI DESA MULIA SARI KECAMATAN MUARA TELANG KABUPATEN BANYUASIN

ANALISA KETERSEDIAAN AIR SAWAH TADAH HUJAN DI DESA MULIA SARI KECAMATAN MUARA TELANG KABUPATEN BANYUASIN ANALISA KETERSEDIAAN AIR SAWAH TADAH HUJAN DI DESA MULIA SARI KECAMATAN MUARA TELANG KABUPATEN BANYUASIN Jonizar 1,Sri Martini 2 Dosen Fakultas Teknik UM Palembang Universitas Muhammadiyah Palembang Abstrak

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER UPTAKE ROOT MENGGUNAKAN MODEL TANGKI. Oleh : FIRDAUS NURHAYATI F

PENDUGAAN PARAMETER UPTAKE ROOT MENGGUNAKAN MODEL TANGKI. Oleh : FIRDAUS NURHAYATI F PENDUGAAN PARAMETER UPTAKE ROOT MENGGUNAKAN MODEL TANGKI Oleh : FIRDAUS NURHAYATI F14104021 2008 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 1 PENDUGAAN PARAMETER UPTAKE ROOT MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

STUDI POLA LENGKUNG KEBUTUHAN AIR UNTUK IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI TILONG

STUDI POLA LENGKUNG KEBUTUHAN AIR UNTUK IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI TILONG STUDI POLA LENGKUNG KEBUTUHAN AIR UNTUK IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI TILONG Yohanes V.S. Mada 1 (yohanesmada@yahoo.com) Denik S. Krisnayanti (denik19@yahoo.com) I Made Udiana 3 (made_udiana@yahoo.com) ABSTRAK

Lebih terperinci

METODA ANALISIS KEBUTUHAN AIR DALAM MENGEMBANGKAN SUMBERDAYA AIR. Cut Azizah Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Almuslim ABSTRAK

METODA ANALISIS KEBUTUHAN AIR DALAM MENGEMBANGKAN SUMBERDAYA AIR. Cut Azizah Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Almuslim ABSTRAK METODA ANALISIS KEBUTUHAN AIR DALAM MENGEMBANGKAN SUMBERDAYA AIR Cut Azizah Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Almuslim ABSTRAK Masalah utama dari pengaturan sumberdaya air adalah jumlah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI DEDIKASI KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI DEDIKASI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL i HALAMAN PENGESAHAN ii PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI iii MOTTO iv DEDIKASI v KATA PENGANTAR vi DAFTAR ISI viii DAFTAR TABEL xi DAFTAR GAMBAR xii DAFTAR LAMPIRAN xiv DAFTAR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI Judul... i Pengesahan... ii Pernyataan... iii Kata Pengantar... iv Intisari... vi Abstract... vii Daftar Isi... viii Daftar Tabel... x Daftar Gambar... xii Daftar Istilah... xiii BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Banyumas. Sungai ini secara geografis terletak antara 7 o 12'30" LS sampai 7 o

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Banyumas. Sungai ini secara geografis terletak antara 7 o 12'30 LS sampai 7 o BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Umum Sungai Pelus merupakan salah satu sungai yang terletak di Kabupaten Banyumas. Sungai ini secara geografis terletak antara 7 o 12'30" LS sampai 7 o 21'31" LS dan 109 o 12'31"

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini akan dilakukan di DAS Kali Krukut dan dimulai dari bulan Februari hingga Juni 2012. Daerah Pengaliran Sungai (DAS) Krukut memiliki luas ±

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Saat ini krisis air merupakan salah satu masalah utama di Kabupaten Rembang, yang aktifitas ekonomi didukung oleh kegiatan di sektor pertanian dan perikanan. Hal ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Hidrologi adalah ilmu yang menjelaskan tentang kehadiran dan gerakan air di alam, yang meliputi bentuk berbagai bentuk air, yang menyangkut perubahan-perubahannya antara

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hubungan Curah Hujan dengan Koefisien Regim Sungai (KRS) DAS Ciliwung Hulu Penggunaan indikator koefisien regim sungai pada penelitian ini hanya digunakan untuk DAS Ciliwung

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambaran Umum Daerah Irigasi Ular Kabupaten Serdang Bedagai

TINJAUAN PUSTAKA. Gambaran Umum Daerah Irigasi Ular Kabupaten Serdang Bedagai TINJAUAN PUSTAKA Gambaran Umum Daerah Irigasi Ular Kabupaten Serdang Bedagai Kabupaten Deli Serdang memiliki iklim tropis yang kondisi iklimnya hampir sama dengan kabupaten Serdang Bedagai. Pengamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam esensial, yang sangat dibutuhkan oleh manusia dan makhluk hidup lainnya. Dengan air, maka bumi menjadi planet dalam tata surya yang memiliki

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Menurut (Triatmodjo, 2008:1).Hidrologi merupakan ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, peredaran dan penyebarannya. Penerapan ilmu hidrologi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Persetujuan... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Peta... Daftar Lampiran...

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Persetujuan... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Peta... Daftar Lampiran... DAFTAR ISI Halaman Judul... Halaman Persetujuan... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Peta... Daftar Lampiran... i ii iii vi ix xi xiii xii BAB I. PENDAHULUAN... 1

Lebih terperinci

Perencanaan Operasional & Pemeliharaan Jaringan Irigasi DI. Porong Kanal Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur

Perencanaan Operasional & Pemeliharaan Jaringan Irigasi DI. Porong Kanal Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur Perencanaan Operasional & Pemeliharaan Jaringan Irigasi DI. Porong Kanal Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur Latar Belakang Daerah Irigasi Porong Kanal berada di kabupaten Sidoarjo dengan luas areal baku sawah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan yang berkelanjutan seperti yang dikehendaki oleh pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan yang berkelanjutan seperti yang dikehendaki oleh pemerintah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang berkelanjutan seperti yang dikehendaki oleh pemerintah maupun masyarakat mengandung pengertian yang mendalam, bukan hanya berarti penambahan pembangunan

Lebih terperinci

MENUJU KETERSEDIAAN AIR YANG BERKELANJUTAN DI DAS CIKAPUNDUNG HULU : SUATU PENDEKATAN SYSTEM DYNAMICS

MENUJU KETERSEDIAAN AIR YANG BERKELANJUTAN DI DAS CIKAPUNDUNG HULU : SUATU PENDEKATAN SYSTEM DYNAMICS MENUJU KETERSEDIAAN AIR YANG BERKELANJUTAN DI DAS CIKAPUNDUNG HULU : SUATU PENDEKATAN SYSTEM DYNAMICS TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi

Lebih terperinci

Tujuan: Peserta mengetahui metode estimasi Koefisien Aliran (Tahunan) dalam monev kinerja DAS

Tujuan: Peserta mengetahui metode estimasi Koefisien Aliran (Tahunan) dalam monev kinerja DAS MONEV TATA AIR DAS ESTIMASI KOEFISIEN ALIRAN Oleh: Agung B. Supangat Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan DAS Jl. A.Yani-Pabelan PO Box 295 Surakarta Telp./fax. (0271)716709, email: maz_goenk@yahoo.com

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. jagung adalah kedelai. Kedelai juga merupakan tanaman palawija yang memiliki

I. PENDAHULUAN. jagung adalah kedelai. Kedelai juga merupakan tanaman palawija yang memiliki I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Satu dari komoditas tanaman pangan yang penting di Indonesia selain padi dan jagung adalah kedelai. Kedelai juga merupakan tanaman palawija yang memiliki arti penting

Lebih terperinci

STUDI KEBUTUHAN AIR PERKOTAAN BANJARMASIN SEBAGAI IBUKOTA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN ABSTRAK

STUDI KEBUTUHAN AIR PERKOTAAN BANJARMASIN SEBAGAI IBUKOTA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN ABSTRAK STUDI KEBUTUHAN AIR PERKOTAAN BANJARMASIN SEBAGAI IBUKOTA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Ulfa Fitriati, M.Eng, Novitasari, M.Eng dan M. Robiyan Noor M Program Studi Teknik Sipil Universitas Lambung Mangkurat

Lebih terperinci

PENERAPAN IPTEKS ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DELI. Nurmala Berutu W.Lumbantoruan Anik Juli Dwi Astuti Rohani

PENERAPAN IPTEKS ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DELI. Nurmala Berutu W.Lumbantoruan Anik Juli Dwi Astuti Rohani ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DELI. Nurmala Berutu W.Lumbantoruan Anik Juli Dwi Astuti Rohani Abstrak Daerah penelitian adalah DAS Deli yang meliputi tujuh subdas dan mempunyai luas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dengan tidak mengorbankan kelestarian sumberdaya alam itu sendiri.

I. PENDAHULUAN. dengan tidak mengorbankan kelestarian sumberdaya alam itu sendiri. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya alam dan jasa lingkungan merupakan aset yang menghasilkan arus barang dan jasa, baik yang dapat dikonsumsi langsung maupun tidak untuk memenuhi kebutuhan manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam ekonomi Indonesia. Potensi

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam ekonomi Indonesia. Potensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam ekonomi Indonesia. Potensi pertanian tersebut sangat besar, namun masih diperlukan penanganan yang baik agar kebutuhan

Lebih terperinci

PENGARUH TANAMAN KELAPA SAWIT TERHADAP KESEIMBANGAN AIR HUTAN (STUDI KASUS SUB DAS LANDAK, DAS KAPUAS)

PENGARUH TANAMAN KELAPA SAWIT TERHADAP KESEIMBANGAN AIR HUTAN (STUDI KASUS SUB DAS LANDAK, DAS KAPUAS) Taufiq, dkk., Pengaruh Tanaman Kelapa Sawit terhadap Keseimbangan Air Hutan 47 PENGARUH TANAMAN KELAPA SAWIT TERHADAP KESEIMBANGAN AIR HUTAN (STUDI KASUS SUB DAS LANDAK, DAS KAPUAS) Mohammad Taufiq 1),

Lebih terperinci

KEBUTUHAN DAN KETERSEDIAAN AIR DOMESTIK PENDUDUK DESA GIRIMOYO, KECAMATAN KARANGPLOSO, KABUPATEN MALANG

KEBUTUHAN DAN KETERSEDIAAN AIR DOMESTIK PENDUDUK DESA GIRIMOYO, KECAMATAN KARANGPLOSO, KABUPATEN MALANG KEBUTUHAN DAN KETERSEDIAAN AIR DOMESTIK PENDUDUK DESA GIRIMOYO, KECAMATAN KARANGPLOSO, KABUPATEN MALANG Nelya Eka Susanti, Akhmad Faruq Hamdani Universitas Kanjuruhan Malang nelyaeka@unikama.ac.id, hamdani_af@ymail.com

Lebih terperinci

ANALISIS KETERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN AIR UNTUK DAYA DUKUNG LINGKUNGAN (Studi Kasus Kota Malang)

ANALISIS KETERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN AIR UNTUK DAYA DUKUNG LINGKUNGAN (Studi Kasus Kota Malang) ANALISIS KETERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN AIR UNTUK DAYA DUKUNG LINGKUNGAN (Studi Kasus Kota Malang) Analysis of Water Supply and Water Demand for Carrying Capacity Assessment (Case Study of Malang) Dianindya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Neraca Kebutuhan dan Ketersediaan Air. dilakukan dengan pendekatan supply-demand, dimana supply merupakan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Neraca Kebutuhan dan Ketersediaan Air. dilakukan dengan pendekatan supply-demand, dimana supply merupakan 31 HASIL DAN PEMBAHASAN Neraca Kebutuhan dan Ketersediaan Air Kondisi Saat ini Perhitungan neraca kebutuhan dan ketersediaan air di DAS Waeruhu dilakukan dengan pendekatan supply-demand, dimana supply

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banjir dan genangan air dapat mengganggu aktifitas suatu kawasan, sehingga mengurangi tingkat kenyamaan penghuninya. Dalam kondisi yang lebih parah, banjir dan genangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Air bersih merupakan kebutuhan dasar dalam kehidupan manusia. Yang dimaksud dengan air bersih menurut Peraturan Menteri Kesehatan (PERMENKES) Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Kita tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Kita tidak dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Kita tidak dapat dipisahkan dari senyawa kimia ini dalam kehidupan sehari-hari. Manfaat air bagi kehidupan kita antara

Lebih terperinci

Optimasi Pola Tanam Menggunakan Program Linier (Waduk Batu Tegi, Das Way Sekampung, Lampung)

Optimasi Pola Tanam Menggunakan Program Linier (Waduk Batu Tegi, Das Way Sekampung, Lampung) JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-1 Optimasi Pola Tanam Menggunakan Program Linier (Waduk Batu Tegi, Das Way Sekampung, Lampung) Anindita Hanalestari Setiawan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Konsep Penelitian Penyusunan penelitian ini dilakukan dengan menentukan tingkat bahaya banjir yang kemudian dilanjutkan dengan menentukan tingkat kerentanan wilayah terhadap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah aliran sungai (DAS) merupakan sistem yang kompleks dan terdiri dari komponen utama seperti vegetasi (hutan), tanah, air, manusia dan biota lainnya. Hutan sebagai

Lebih terperinci

DRAINASE PERKOTAAN BAB I PENDAHULUAN. Sub Kompetensi

DRAINASE PERKOTAAN BAB I PENDAHULUAN. Sub Kompetensi DRAINASE PERKOTAAN BAB I PENDAHULUAN Sub Kompetensi Mengerti komponen-komponen dasar drainase, meliputi : Pengantar drainase perkotaan Konsep dasar drainase Klasifikasi sistem drainase Sistem drainase

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahan merupakan sumber daya alam yang strategis bagi segala pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan, seperti sektor pertanian,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... iii. UCAPAN TERIMA KASIH... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... viii. DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... iii. UCAPAN TERIMA KASIH... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... viii. DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... iii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah... 6

Lebih terperinci

KONDISI UMUM BANJARMASIN

KONDISI UMUM BANJARMASIN KONDISI UMUM BANJARMASIN Fisik Geografis Kota Banjarmasin merupakan salah satu kota dari 11 kota dan kabupaten yang berada dalam wilayah propinsi Kalimantan Selatan. Kota Banjarmasin secara astronomis

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI II-1 BAB II 2.1 Kondisi Alam 2.1.1 Topografi Morfologi Daerah Aliran Sungai (DAS) Pemali secara umum di bagian hulu adalah daerah pegunungan dengan topografi bergelombang dan membentuk cekungan dibeberapa

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Siklus Hidrologi (Kurkura, 2011)

Gambar 1.1 Siklus Hidrologi (Kurkura, 2011) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air merupakan kebutuhan yang mutlak bagi setiap makhluk hidup di permukaan bumi. Seiring dengan pertambahan penduduk kebutuhan air pun meningkat. Namun, sekarang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian adalah suatu rencana tentang cara mengumpulkan, mengolah, menganalisis data secara sistematis dan terarah agar penelitian dapat dilaksanakan

Lebih terperinci

sumber daya lahan dengan usaha konservasi tanah dan air. Namun, masih perlu ditingkatkan intensitasnya, terutama pada daerah aliran sungai hulu

sumber daya lahan dengan usaha konservasi tanah dan air. Namun, masih perlu ditingkatkan intensitasnya, terutama pada daerah aliran sungai hulu BAB I PENDAHULUAN Pembangunan pertanian merupakan bagian integral daripada pembangunan nasional yang bertujuan mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur (Ditjen Tanaman Pangan, 1989). Agar pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KEMAMPUAN LAHAN DAN ANALISIS DAYA DUKUNG AIR

BAB IV ANALISIS KEMAMPUAN LAHAN DAN ANALISIS DAYA DUKUNG AIR BAB IV ANALISIS KEMAMPUAN LAHAN DAN ANALISIS DAYA DUKUNG AIR 4.1 Analisis Kemampuan Lahan Analisis ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan lahan untuk dapat mendukung upaya pemanfaatan

Lebih terperinci