BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kajian Teori

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kajian Teori"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Atletik a. Pengertian Atletik Atletik merupakan cabang olahraga yang yang paling tua usianya di dunia dibandingkan dengan cabang olahraga lainnya. Atletik terdiri dari nomor lari, nomor jalan, nomor lempar, dan nomor lompat. Munasifah (2008 : 9) menyatakan bahwa: Atletik adalah gabungan dari beberapa jenis olahraga yang secara garis besar dapat dikelompokan menjadi lari, lempar, dan lompat. Kata ini berasal dari bahasa Yunani athlon yang berarti kontes. Atletik merupakan cabang olahraga yang diperlombakan pada olimpiade pertama tahun 776 SM. Eri Priatna, (2008: 8) menyatakan bahwa: Atletik adalah perlombaan yang sebagian besar dilakukan di lapangan. Sebagian besar kegiatan atletik dilakukan di lintasan dan lapangan. orang inggris menyebut atletik dengan sebutan track and field sport. Track artinya lintasan dan field artinya lapangan. Biasanya pertandingan melempar dan melompat, dilakukan di lapangan yang terletak di bagian tengah atau sisi lapangan stadion. Menurut Sukirno (2011: 22) bahwa atletik sering disebut sebagai the mother of sport. Atletik merupakan suatu bentuk kegiatan manusia sehari-hari yang diperlombakan dalam bentuk jalan, lari, lempar, dan lompat. Pendapat Aip syarifudin dan Muhadi (1992 : 59) menyatakan bahwa: atletik adalah salah satu cabang olahraga yang tertua, yang dilakukan oleh manusia sejak jaman Yunani kuno sampe dewasa ini. Gerakangerakan yang terdapat dalam cabang olahraga atletik adalah gerakangerakan yang dilakukan oleh manusia di dalam hidup dan kehidupannya sehari-hari. Oleh kerena itu, berdasarakan sejarah, atletik adalah sebagai ibu dari semua cabang olahraga (Mother of sport). Menurut Muhajir (2007: 35) bahwa atletik adalah olahraga yang tumbuh dan berkembang bersamaan dengan kegiatan alami manusia. 6

2 Berlari, meloncat, dan melempar adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sejarah panjang kehidupan manusia. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa atletik merupakan suatu cabang olahraga yang paling tua usianya, yang kegiatannya diperlombakan atau dipertandingkan dalam bentuk jalan, lari, lempar, dan lompat. yang sebagian besar kegiatan dilakukan di lapangan. 2. Tolak Peluru a. Pengertian Tolak Peluru Tolak peluru adalah salah satu nomor lempar yang terdapat dalam cabang olahraga atletik. Meskipun termasuk dalam nomor lempar, namun penyebutannya bukan lempar peluru, tapi tolak peluru. Hal ini karena, peluru tidak dilemparkan, tetapi ditolakan atau didorong dari bahu. Aip Syarifuddin (1992: 144) menyatakan, Tolak peluru adalah suatu bentuk gerakan menolak atau mendorong suatu alat yang bundar dengan berat tertentu yang terbuat dari logam (peluru) yang dilakukan dari bahu dengan satu tangan untuk mencapai jarak sejauh-jauhnya. Menurut Sukirno (2011: 78) Tolak peluru merupakan salah satu jenis ketrampilan menolakan benda berupa peluru sejauh mungkin. Sedangkan, menurut Munasifah (2008: 45) menyatakan bahwa: Tolak peluru terdiri dari dua kata yaitu tolak dan peluru. Kata tolak berarti sorong atau dorong. Sedangkan kata peluru berarti bola besi yang harus dilempar dengan tangan. Jadi, tolak peluru adalah olahraga yang menggunakan alat yang berupa bola besi dengan cara mendorong atau ditolak sejauh-jauhnya. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa tolak peluru adalah suatu bentuk gerakan menolak atau mendorong suatu alat bundar(peluru) dengan berat tertentu yang terbuat dari logam, tembaga atau kuningan yang dilakukan dari bahu dengan satu tangan untuk mencapai jarak sejauh jauhnya. Adapun dalam peraturan IAAF untuk ukuran berat peluru yang digunakan adalah sebagai berikut: (1) Putri remaja/junior/senior adalah 4 kg; (2) Putra Remaja adalah 5 kg: (3) Putra junior adalah 6 kg; dan (4) Putra senior adalah 7,25 kg. (IAAF, 2006/2007: 7

3 8 163). Sedangkan dalam pelaksanaannya, menolak peluru dapat digunakan dengan menyamping (gaya ortodoks) atau membelakangi sektor lemparan (gaya O brien) b. Tolak Peluru Gaya Menyamping Tujuan tolak peluru adalah melakukan tolakan sejauh-jauhnya dengan teknik dan prosedur yang telah ditetapkan. Tolak peluru gaya menyamping merupakan salah satu cara dalam mengambil awalan dalam tolak peluru yang terdapat dalam cabang olahraga atletik. Pada dasarnya, teknik yang dilakukan pada setiap gaya dalam tolak peluru sama akan tetapi ada perbedaan saat melakukan awalan dengan cara menyampingi arah tolakan. Tolak peluru yang dilakukan dengan awalan menyampingi arah tolakan disebut tolak peluru gaya menyamping. c. Teknik Tolak Peluru Gaya Menyamping Teknik merupakan pelaksanaan suatu kegiatan secara efektif dan rasional yang memungkinkan tercapainya hasil yang baik dalam suatu pertandingan maupun latihan. Peningkatan prestasi dalam olahraga menuntut adanya perbaikan dan pengembangan unsur teknik untuk mencapai tujuan. Peningkatan prestasi tolak peluru selalu menuntut perubahan teknik dari gaya depan, samping, dan belakang. Hal ini berarti setiap saat teknik selalu berkembang sesuai dengan tuntutan peningkatan prestasi olahraga atau terjadi sebaliknya dengan dikemukakannya teknikteknik baru, maka prestasi olahraga menjadi meningkat. Menolak peluru sejauh-jauhnya merupakan tujuan utama dari tolak peluru. Untuk dapat menolak peluru sejauh-jauhnya harus menguasai teknik tolak peluru yang baik dan benar. Menurut Aip Syarifudin (1992: 145) teknik tolak peluru yang harus dikuasai meliputi, (1) Cara memegang peluru, (2) Sikap badan pada waktu akan menolakkan peluru, (3) Cara menolakkan peluru, (4) Sikap badan setelah menolakkan peluru, (5) Caraa mengambil awalan. Untuk lebih jelasnya teknik pelaksanaan tolak peluru diuraikan seecara singkat sebagai berikut:

4 9 1) Cara Memegang Peluru Peluru diletakkan pada pangkal jari atau pada jari-jari tangan. Jari-jari tangan direnggangkan atau dibuka, jari manis, jari tengah, dan jari telunjuk, dipergunakan untuk menahan dan memegang peluru bagian belakang. Sedangkan jari kelingking dan ibu jari digunakan untuk memegang/menahan peluru bagian samping, yaitu agar peluru tidak tergelincir ke dalam atau ke luar. Ke dalam ditahan oleh ibu jari dan ke luar ditahan oleh jari kelingking. Perhatikan gambar berikut ini. a b c Gambar 1. Cara Memegang Peluru (Aip Syarifudin. 1992: 146) Setelah peluru tersebut dapat dipegang dengan baik, kemudian letakkan di bahu dan menempel (melekat) pada leher. Siku diangkat ke samping sedikit agak serong ke depan. Pada waktu memegang dan meletakkan peluru pada bahu, usahakan agar keadaan seluruh badan dan tangan jangan sampai kaku, tetapi harus dalam keadaan lemas (rileks). Tangan dan lengan yang lain membantu menjaga keseimbangan. Perhatikan gambar berikut:

5 10 Gambar 2. Sikap Badan dan Letak Peluru (Aip Syarifudin. 1992: 146) 2) Sikap Badan Pada Waktu Akan Menolak Berdiri tegak menyamping ke arah tolakan, kedua kaki dibuka lebar (kangkang), kaki kiri lurus ke depan, kaki kanan dengan lutut dibengkokkan ke depan sidikit agak serong ke samping kanan. Berat badan berada pada kaki kanan, badan agak condong ke samping kanan. Tangan kanan memegang peluru pada bahu (pundak), tangan kiri dengan sikut dibengkokkan berada di depan sedikit agak serong ke atas lemas. Tangan kiri berfungsi untuk membantu dan menjaga keseimbangan, pandangan diarahkan ke arah tolakan. Perhatikan gambar berikut. Gambar 3. Sikap Badan Pada Waktu Akan Menolak (Aip Syarifudin. 1992: 147) 3) Cara Menolakkan Peluru Bersamaan dengan memutar badan ke arah tolakan, siku ditarik serong ke atas ke belakang (ke samping kiri), pinggul dan pinggang serta perut di dorong agak ke depan ke atas hingga dada menghadap ke depan serong ke atas ke arah tolakan. Dagu diangkat atau agak

6 11 ditengadahkan, pandangan ke arah tolakan. Pada saat seluruh badan (dada) menghadap ke arah tolakan, secepatnya peluru itu ditolakkan sekuat-kuatnya ke atas ke depan ke arah tolakan (parabola) bersamaan dengan bantuan menolakkan kaki kanan dan melonjakkan seluruh badan ke atas serong ke depan (kalau menolak dengan tangan kanan, sedangkan dengan tangan kiri dengan sebaliknya). Perhatikan gambar berikut. Gambar 4. Cara Menolakkan Peluru (Aip Syarifudin. 1992: 148) 4) Sikap Badan Setelah Menolakkan Peluru Sikap akhir menolak peluru merupakan salah satu faktor yang menentukan sah tidaknya tolakan yang dilakukan. Menurut Aip Syarifudin (1992: 150) cara melakukan gerakan dan sikap akhir setelah menolak sebagai berikut : Setelah peluru ditolakkan atau di dorong itu lepas dari tangan, secepatnya kaki yang digunakan untuk mendarat dengan lutut agak dibengkokkan. Kaki kiri diangkat kebelakang lurus dan rileks untuk membantu keseimbangan. Badan condong ke depan, dagu diangkat, badan agak miring ke samping kiri pandangan ke arah jatuhnya peluru. Tangan kanan dan siku agak dibengkokkan berada di depan sedikit agak ke bawah badan, tangan atau lengan kiri rileks lurus ke belakang untuk membantu menjaga keseimbangan. Perhatikan gambar berikut.

7 12 Gambar 5. Sikap Badan Setelah Menolakkan Peluru (Aip Syarifudin. 1992: 150) 5) Cara Mengambil Awalan Di dalam perlombaan tolak peluru, tolakan selalu menggunakan awalan guna mendapatkan kekuatan tolakan secara maksimal. Awalan dalam tolak peluru sangat penting yaitu untuk memadukan antara gerak awal dalam mengambil sikap menolak serta dilanjutkan dengan sikap menolak. Menurut Aip Syarifudin (1992: 151) cara mengambil awalan dalam tolak peluru adalah sebagai berikut : Pada waktu akan melakukan tolakan, kaki yang depan (kaki kiri) digerakkan ke depan kebelakang, atau diputar guna mendapatkan keseimbangan yang sempurna. Bersamaan dengan menolakkan kaki kanan ke depan ke arah tolakan, kaki kiri digerakkan ke depan agak ke samping kiri lurus hingga menyentuh balok panahan. Usahakan badan agak rendah dengan lutut kaki kanan agak dibengkokkan. Pada saat kaki kiri menyentuh balok penahan, secepat mungkin badan diputar ke arah tolakan, bersama dengan pinggul, pinggang dan perut didorong ke depan hingga badan menghadap arah tolakan. Secepat mungkin peluru ditolakkan sekuat-kuatnya ke depan atas dengan bantuan menggerakkan seluruh tenaga badan. Gambar 6. Cara Mengambil Awalan (Aip Syarifudin. 1992: 152)

8 13 3. Hakekat Belajar dan Pembelajaran a. Pengertian Belajar Pembelajaran Istilah belajar merupakan istilah yang sudah tidak asing lagi bagi kita semua, karena istilah ini sering kita dengar dalam kegiatan formal seperti pendidikan di sekolah. Selain itu istilah belajar juga sering kita dapati dalam aktivitas sehari-hari yang berkenaan dengan upaya untuk mendapatkan informasi, pengetahuan atau keterampilan. Tanpa disadari dalam kegiatan sehari-hari yang kita lakukan merupakan kegiatan belajar. Pengertian Belajar dari berbagai literatur memiliki perbedaanperbedaan di dalam rumusan pengertian belajar, namun secara prinsip kita menemukan kesamaan-kesamaannya. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2013: 295), belajar adalah kegiatan individu memperoleh pengetahuan, perilaku dan keterampilan dengan cara mengolah bahan belajar. Dalam kesimpulan yang dikemukakan oleh Abdillah yang dikutip Aunurrahman (2009: 35) menyatakan bahwa belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotor untuk memperoleh tujuan tertentu. bahwa: Pendapat Burton yang dikutip Aunurrahman (2009: 35) menyatakan Belajar adalah perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka mampu berinteraksi dengan lingkungannya. Belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses dimana seseorang mendapatkan sesuatu yang baru pada dirinya yang didapat melalui perilakunya dalam berinteraksi dengan lingkungan maupun

9 14 dengan individu lain dan proses ini menghasilkan perubahan diri pada orang tersebut. Proses belajar erat kaitannya dengan pembelajaran dan pembelajaran sendiri biasanya berkaitan dengan guru maupun sekolah. Berikut pengertian pembelajaran menurut beberapa ahli: Menurut Wina Sanjaya (2011: 6), pembelajaran merupakan sebuah sistem yang terdiri atas siswa, guru, serta orang-orang yang mendukung terhadap keberhasilan proses pembelajaran. Menurut Aunurrahman (2009: 34), Pembelajaran berupaya mengubah masukan berupa siswa yang belum terdidik, menjadi siswa yang terdidik, siswa yang belum memiliki pengetahuan tentang sesuatu, menjadi siswa yang memiliki pengetahuan. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2013: 297), Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan kegiatan yang sistematis yang bertujuan untuk mendidik siswa yang dilakukan oleh guru, murid serta pihak yang mendukung keberhasilan proses pembelajaran. b. Tujuan Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan proses internal yang kompleks. Yang terlibat dalam proses internal tersebut adalah seluruh mental, yang meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Proses belajar dapat diketahui melalui perilaku siswa yang mempelajari bahan belajar yang diberikan oleh guru. Perilaku belajar tersebut merupakan respons siswa terhadap tindakan pembelajaran dari guru. Perilaku belajar tersebut ada hubungannya dengan desain instruksional guru, karena di dalam desain instruksional, guru membuat tujuan instruksional khusus atau sasaran belajar. Penggolongan atau tingkatan jenis perilaku belajar terdiri dari tiga ranah atau kawasan yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah

10 psikomotor. Menurut Bloom, dkk yang dikutip Dimyati dan Mudjiono (2013: 27) ranah kognitif terdiri dari enam jenis perilaku yaitu: 1) Pengetahuan, Mencakup kemampuan ingatan tentang hal-hal yang telah dipelajari dan tersimpan di dalam ingatan. Pengetahuan tersebut dapat berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian, pengertian, kaidah, teori, prinsip atau metode. 2) Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap sari dan makna hal-hal yang dipelajari. 3) Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode, kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru. Perilaku ini misalnya tampak dalam kemampuan menggunakan prinsip. 4) Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. 5) Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola, misalnya tampak di dalam kemampuan menyusun suatu program kerja. 6) Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu. Sebagai contoh kemampuan menilai hasil karangan. 15 Menurut Krathwohl & Bloom dkk yang dikutip Dimyati dan Mudjiono (2013: 29) ranah afektif terdiri dari lima jenis perilaku yaitu : 1) Penerimaan, yang mencakup kepekaan tentang hal tertentu dan kesediaan memperhatikan hal tersebut. 2) Partisipasi, yang mencakup kerelaan, kesediaan memperhatikan dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan. 3) Penilaian dan penentuan sikap, yang mencakup penerimaan terhadap suatu nilai, menghargai, mengakui, dan menentukan sikap. 4) Organisasi, yang mencakup kemampuan membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan hidup. 5) Pembentukan pola hidup, yang mencakup kemampuan menghayati nilai, dan membentuknya menjadi pola nilai kehidupan pribadi. Menurut Simpson yang dikutip Dimyati dan Mudjiono (2013: 30) ranah psikomotor terdiri dari tujuh perilaku atau kemampuan motorik yaitu : 1) Persepsi, yang mencakup kemampuan memilah-milahkan (mendiskripsikan) sesuatu secara khusus dan menyadari adanya perbedaan antara sesuatu tersebut. Sebagai contoh pemilahan warna, pemilahan angka (6 dan 9), pemilahan huruf (b dan d). 2) Kesiapan, yang mencakup kemampuan menempatkan diri dalam suatu keadaan di mana akan terjadi suatu gerakan atau rangkaian

11 gerakan. Kemampuan ini mencakup aktivitas jasmani dan rohani (mental), misalnya posisi start pada lomba lari. 3) Gerakan terbimbing, mencakup kemampuan melakukan gerakan sesuai contoh, atau gerakan peniruan. Misalnya meniru gerakan tari, membuat lingkaran di atas pola. 4) Gerakan terbiasa, mencakup kemampuan melakukan gerakangerakan tanpa contoh. Misalnya melakukan lempar peluru, lompat tinggi dan sebagainya dengan tepat. 5) Gerakan kompleks, yang mencakup kemampuan melakukan gerakan atau keterampilan yang terdiri dari banyak tahap secara lancar, efisien dan tepat. Misalnya bongkar pasang peralatan secara tepat. 6) Penyesuaian pola gerakan, yang mencakup kemampuan mengadakan perubahan dan penyesuaian pola gerak gerik dengan persyaratan khusus yang berlaku. Misalnya kemampuan atau keterampilan bertanding dengan lawan tanding. 7) Kreativitas, mencakup kemampuan melahirkan pola-pola gerakgerik yang baru atas dasar prakarsa sendiri. Misalnya kemampuan membuat kreasi-kreasi gerakan senam sendiri, gerakan-gerakan tarian kreasi baru. c. Ciri-ciri Belajar dan Pembelajaran Belajar dan pembelajaran identik dengan guru, siswa dan sekolah. Dalam sekolah terjadi proses belajar dan pembelajaran yang memang sudah terstruktur dan terencana secara sistematis. Ciri-ciri pembelajaran menurut Darsono yang dikutip Hamdani (2011: 47) adalah sebagai berikut : 1) Pembelajaran dilakukan secara sadar dan direncanakan secara sistematis. 2) Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa dalam belajar. 3) Pembelajaran dapat menyediakan bahan belajar yang menarik perhatian dan menantang siswa. 4) Pembelajaran dapat menggunakan alat bantu belajar yang tepat dan menarik. 5) Pembelajaran dapat menciptakan suasana belajar yang aman dan menyenangkan bagi siswa. 6) Pembelajaran dapat membuat siswa siap menerima pelajaran, baik secara fisik maupun psikologi. 7) Pembelajaran menekankan keaktifan siswa. 8) Pembelajaran dilakukan secara sadar dan sengaja. 16

12 Pembelajaran memiliki tujuan yaitu untuk membantu siswa agar memperoleh berbagai pengalaman. Pengalaman ini dapat berupa perubahan kuantitas maupun kualitas tingkah laku siswa. Tingkah laku ini meliputi pengetahuan, keterampilan, dan nilai atau norma yang berfungsi sebagai pengendali sikap dan perilaku. d. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Dalam proses pembelajaran, guru dituntut untuk mampu mengembangkan potensi-potensi peserta didik secara optimal. Upaya untuk mendorong terwujudnya perkembangan potensi peserta didik tersebut tentunya merupakan suatu proses panjang yang tidak dapat diukur dalam periode tertentu, apalagi dalam waktu yang sangat singkat. Meskipun demikian, indikator terjadinya perubahan ke arah perkembangan pada peserta didik dapat dicermati melalui instrument-instrumen pembelajaran yang dapat digunakan guru. Belajar suatu ketrampilan adalah sangat kompleks. Belajar membawa suatu perubahan pada individu yang belajar. Perubahan akibat dari belajar adalah menyeluruh pada diri siswa untuk mencapai perubahan atau peningkatan pada diri siswa, maka dalam proses pembelajaran harus diterapkan prinsip-prinsip pembelajaran yang tepat. Beberapa hal yang dapat menjadikan kerangka dasar bagi penerapan prinsip-prinsip belajar dalam proses pembelajaran menurut Davies yang dikutip Aunurrahman (2009: 113) yaitu : 1) Hal apapun yang dipelajari murid, maka ia harus mempelajarinya sendiri. Tidak seorangpun yang dapat melakukan kegiatan belajar tersebut untuknya. 2) Setiap murid belajar menurut tempo (kecepatannya) sendiri dan untuk setiap kelompok umur, terdapat variasi dalam kecepatan belajar. 3) Seorang murid belajar lebih banyak bilamana setiap langkah segera diberikan penghargaan (reinforcement). 4) Penguasaan secara penuh dari setiap langkah-langkah pembelajaran, memungkinkan murid belajar secara lebih berarti. 5) Apabila murid diberikan tanggung jawab untuk mempelajari sendiri, maka ia lebih termotivasi untuk belajar, ia akan belajar dan mengingat lebih baik. 17

13 Prinsip belajar menunjukan kepada hal-hal penting yang harus dilakukan guru agar terjadi proses belajar siswa sehingga proses pembelajaran yang dilakukan dapat mencapai hasil yang diharapkan. Prinsip-prinsip belajar juga memberikan arah tentang apa saja yang sebaiknya dilalukan oleh guru agar para siswa dapat berperan aktif di dalam proses pembelajaran. Bagi guru, kemampuan menerapkan prinsip-prinsip belajar dalam proses pembelajaran akan dapat membantu terwujudnya tujuan pembelajaran yang dirumuskan dalam perencanaan pembelajaran. Pembelajaran yang didasarkan pada prinsip-prinsip belajar yang benar, maka akan diperoleh hasil belajar yang optimal. e. Komponen Pembelajaran Komponen merupakan bagian dari suatu sistem yang memiliki peran dalam berlangsungnya suatu proses dalam mencapai suatu tujuan. Sedangkan pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri dari berbagai komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Komponen-komponen dalam proses pembelajaran menurut Sugandi yang dikutip Hamdani (2011: 48) adalah sebagai berikut : 1) Tujuan, secara eksplisit, diupayakan melalui kegiatan pembelajaran instructional effect, biasanya berupa pengetahuan dan keterampilan atau sikap yang dirumuskan secara eksplisit dalam tujuan pembelajaran. 2) Subjek belajar, dalam sistem pembelajaran merupakan komponen utama karena berperan sebagai subjek sekaligus objek. 3) Materi pembelajaran, merupakan komponen utama dalam proses pembelajaran karena materi pelajaran akan memberi warna dan bentuk kegiatan pembelajaran. 4) Strategi pembelajaran, merupakan pola umum mewujudkan proses pembelajaran yang diyakini efektivitasnya untuk mencapai tujuan pembelajaran. 5) Media pembelajaran, adalah alat atau wahana yang digunakan guru dalam proses pembelajaran untuk membantu menyampaikan pesan pembelajaran. Media pembelajaran berfungsi meningkatkan peranan strategi pembelajaran. 6) Penunjang, dalam sistem pembelajaran adalah fasilitas belajar, sumber belajar, alat pelajaran, bahan pelajaran dan semacamnya. Penunjang berfungsi memperlancar dan mempermudah terjadinya proses pembelajaran. 18

14 19 Proses pengajaran dapat terselenggara secara lancar, efisien, dan efektif berkat adanya interaksi yang positif, konstruktif, dan produktif antara berbagai komponen yang terkandung di dalam sistem pengajaran tersebut. Hal ini karena semua komponen dalam sistem pengajaran saling berhubungan dan saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan pengajaran. f. Hasil Belajar Belajar, pembelajaran serta hasil belajar merupakan satu kesatuan yang tidak bisa terpisahkan. Jika belajar dikatakan kegiatan siswa, maka mengajar dikatakan kegiatan guru. Dalam proses usaha mencari dan mendapatkan pengalaman baru, sebenarnya manusia telah melakukan kegiatan belajar. Dengan adanya pengalaman baru yang diperoleh dari hasil usaha tersebut, maka dalam diri manusia ada pengalaman yang bertambah dan berkembang. Sehingga dari proses tersebut, adanya perubahan tingkah laku dalam diri manusia. Perubahan itu terwujud dengan adanya pemahaman, kemampuan, dan kebiasaan dan ketrampilan yang bertambah. Perubahan tersebut yang dinamakan dengan hasil belajar. Pendapat Abdurrahman yang dikutip Asep Jihad & Abdul Haris (2013: 14) menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak melalui kegiatan belajar. Menurut Nana Sudjana (2000: 3), hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotor yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2013: 3), hasil belajar merupakan hasil dari suatu tindak belajar dan tindak mengajar. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan perilaku, sikap dan kemampuan yang terjadi setelah seseorang melakukan kegiatan belajar mengajar yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor. g. Tujuan dan Fungsi Hasil Belajar Hasil belajar didapat melalui sebuah penilaian terhadap suatu pembelajaran yang dilakukan sebelumnya. Tujuan dan fungsi dari hasil

15 belajar adalah untuk mengetahui seberapa besar keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran yang dilakukan sebelumnya yang nantinya dapat digunakan untuk perbaikan dalam proses pembelajaran. Tujuan dan fungsi dari hasil belajar menurut Hamdani (2011: 302) adalah sebagai berikut : 1) Tujuan penilaian hasil belajar (1) Tujuan umum (a) Menilai pencapaian kompetensi siswa. (b) Memperbaiki proses pembelajaran. (c) Sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan belajar siswa. (2) Tujuan khusus (a) Mengetahui kemajuan dan hasil belajar siswa. (b) Mendiagnosis kesulitan belajar. (c) Memberikan umpan balik atau perbaikan proses belajar mengajar (d) Menentukan kenaikan kelas (e) Memotivasi belajar siswa dengan cara mengenal dan memahami diri dan merangsang untuk melakukan usaha perbaikan. 2) Fungsi penilaian hasil belajar (1) Bahan pertimbangan dalam menentukan kenaikan kelas. (2) Umpan balik dalam perbaikan proses belajar mengajar. (3) Meningkatkan motivasi belajar siswa. (4) Evaluasi diri terhadap kinerja siswa. h. Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Sejak awal dikembangkannya ilmu pengetahuan tentang perilaku manusia, banyak dibahas mengenai bagaimana mencapai hasil belajar yang efektif. Para pakar dibidang pendidikan dan psikologi mencoba mengidentifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Dengan diketahuinya faktor-faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar, para pelaksana maupun pelaku kegiatan belajar dapat memberi intervensi positif untuk meningkatkan hasil belajar yang akan diperoleh. Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar menurut Slameto (2003) yaitu faktor internal terdiri dari kecerdasan atau intelegensi, perhatian, bakat, minat, motivasi, kematangan, kesiapan dan kelelahan serta faktor eksternal terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. 20

16 21 4. Media Pembelajaran a. Pengertian Media Pembelajaran Media berasal dari bahasa latin medius yang berarti tengah, perantara atau pengantar. Menurut Mc Luhan yang dikutip Basuki Wibawa dan Farida Mukti (1992 : 7) bahwa Media ialah semua saluran pesan yang dapat digunakan sebagai sarana komunikasi dari seseorang ke orang lain yang tidak ada dihadapannya. Menurut Briggs yang dikutip Badru Zaman (2008 : 44) bahwa Media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta mendorong anak untuk belajar. Sedangkan Benny A. Pribadi (2009: 46) mengatakan bahwa, Media adalah sarana pembelajaran yang dapat digunakan untuk memfasilitasi aktivitas belajar. Media dalam pembelajaran adalah sebuah perantara yang digunakan dalam pembelajaran untuk mengoptimalkan pesan yang disampaikan guru, sehingga siswa dapat memahami materi yang diajarkan. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dipergunakan sebagai perantara untuk membantu pembelajaran yang sesuai dengan tujuan dari pembelajaran yang fungsinya untuk mempermudah proses pembelajaran serta tercapainya tujuan pembelajaran itu sendri. b. Kegunaan dan Pemanfaatan Media Pembelajaran Media dapat digunakan dalam proses belajar mengajar. Pemanfaatan media adalah penggunaan media untuk menggambarkan pembelajaran yang akan dilaksanakan secara sistematik dari sumber-sumber yang ditujukan bagi siswa, proses penggunaan media adalah merupakan proses menentukan keputusan berdasarkan pada desain instruksional secara khusus. Selanjutnya Azhar Arsyad (2009: 25-27) mengemukakan: Beberapa manfaat dari penggunaan media pembelajaran, yaitu: 1) Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar. 2) Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar,

17 interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya dan kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemamouan dan minatnya. 3) Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu. 4) Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat dan lingkungannya. Menurut Kamp yang dikutip Benny A. Pribadi (2011: 100) mengemukakan bahwa: Pemanfaatan media dapat memberikan kontribusi positif terhadap peningkatan kualitas pembelajaran dalam hal: 1) Membuat program pembelajaran menjadi standar. 2) Membuat aktivitas pembelajaran menjadi lebih menarik. 3) Menjadikan aktivitas pembelajaran menjadi interaktif. 4) Membuat waktu pembelajaran lebih efisien. 5) Membuat aktivitas pembelajaran dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan. 6) Meningkatkan citra positif guru atau instruktur di mata siswa. 7) Peran guru dan intruktur berubah kearah yang lebih positif. Selain itu keunggulan penggunaan media menurut Badru Zaman (2008: 44) sebagai berikut: 1) Pengguanaan media pembelajaran bukan merupakan fungsi tambahan tetapi memiliki fungsi sendiri sebagai sarana bantu untuk mewujudkan situasi pembelajaran yang efektif. 2) Media pembelajaran merupakan bagian integral dari keseluruhan proses pembelajaran. Hal ini mengandung pengertian bahwa media pembelajaran sebagai salah satu komponen yang tidak berdiri sendri, tetapi saling berhubungan dengan komponen lainnya dalam rangka menciptakan situasi belajara yang diharapkan. 3) Media pembelajaran dalam penggunaannya harus relevan dengan tujuan dan isi pembelajaran. Hal ini mengundang makna bahwa penggunaan media dalam pembelajaran harus selalu melihat kepada tujuan atau kemampuan yang akan dikuasai peserta didik. Pentingnya media pembelajaran guna meningkatkan mutu pembelajaran telah disadari oleh guru, tetapi masih banyak guru yang belum memanfaatkannya dengan maksimal. Semakin berkambangnya tekhnologi akan mempermudah penggunaan media dalam pembelajaran. Banyak sekali media yang dapat dipakai dalam pembelajaran, pemanfaatannya tergantung dari materi dan kompetensi yang akan dicapai. Dengan penggunaan media 22

18 yang menarik dan tepat dapat meningkatkan antusiasme siswa terhadap pembelajaran sehingga siswa lebih aktif sesuai dengan pandangan konstruktivistik. c. Macam-Macam Media Pembelajaran Wina Sanjaya (2010: ) mengklasifikasikan media pembelajaran dilihat dari sifatnya, media dapat dibagi dalam: 1) Media auditif, yaitu media yang hanya dapat didengar saja, atau media yang hanya memiliki unsur suara, seperti rekaman suara. 2) Media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, tidak mengandung unsur suara, seperti foto. 3) Media audio visual, yaitu jenis media yang selain mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar yang dapat dilihat, seperti rekaman video. Rudy Brets, dalam Wina Sanjaya (2010: 212) mengklasifikasikan media menjadi tujuh kelompok, yaitu: 1) Media audiovisual gerak, seperti film suara, pita video, film tv. 2) Media audiovisual diam, seperti film rangkai suara. 3) Media visual bergerak, seperti film bisu. 4) Media visual diam, seperti halaman cetak, foto, slide bisu. 5) Media audio, seperti telephone, radio. 6) Media cetak, seperti buku, modul, bahan ajar mandiri. Dari berbagai macam media yang telah dijabarkan diatas tidak semua bisa digunakan dalam setiap proses pembelajaran. Pemilihan media tergantung dari kompetensi yang akan dicapai, materi yang diajarkan, karakteristik siswa serta penyediaan media pembelajaran disekolah. Dengan pemilahan media pembelajaran yang tepat diharapkan mampu mengoptimalkan kemampuan peserta didik baik dalam prosesnya maupun hasil akhirnya. 5. Alat Bantu Pembelajaran a. Pengertian Alat Bantu Pembelajaran Alat bantu pembelajaran mempunyai arti yang sama dengan media pembelajaran. Media merupakan alat bantu yang digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan 23

19 aswan Zain (2010 : 41) bahwa Alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Menurut H.J. Gino Suwarni, Suripto, Maryanto, Sutijan dikutip dari karya tulis Kasno (2012: 37) mennyatakan bahwa : Alat bantu pembelajaran adalah semua alat yang digunakan dalam proses belajar mengajar dengan maksud untuk menyampaiakan pesan (informasi) pembelajaran dari sumber (guru maupun sumber lain) kepada penerima (siswa). Agus Kristiyanto (2010: 128) menyatakan bahwa alat bantu pembelajaran merupakan alat-alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan materi pembelajaran. Alat bantu ini sering disebut alat peraga karena berfungsi untuk membantu dan mempraktekan sesuatu sesuatu dalam proses pendidikan pengajaran. Menurut Oemar Hamalik (2003: 201) berpendapat bahwa: Alat bantu pengajaran lebih banyak berguna membantu siswa belajar ketimbang membantu guru mengajar. Itu sebabnya mempelajari masalah alat bantu pengajaran tidak bisa asal-asalan. Penggunaan alat bantu pembalajaran terpusat pada siswa, sebab berfungsi membantu siswa dalam belajar agar lebih berhasil. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa alat bantu pembelajaran adalah sekumpulan alat-alat yang dipergunakan oleh guru dalam proses pembelajaran yang didesain sesuai dengan kebutuhan dan tujuan dari pembelajaran yang fungsinya untuk mempermudah siswa dalam proses pembelajaran serta tercapainya tujuan pembelajaran dengan hasil yang baik. Penggunaan alat bantu pembelajaran salah satu cara yang dapat mempengaruhi pencapaian hasil belajar. Berhasil tidaknya tujuan pembelajaran yang dipengaruhi oleh penggunaan alat bantu yang ditetapkan oleh guru. b. Kelebihan Alat Bantu Pembelajaran Alat bantu berperan penting untuk dijadikan sarana pilihan dalam mempermudah menyampaikan materi dengan upaya meningkatkan kualitas pembelajaran. Kelebihan dalam penggunaan alat bantu ini adalah 24

20 terciptanya pembelajaran yang aktif, efektif, dan menyenangkan sehingga dapat memicu keaktifan siswa dalam pembelajaran. Alat bantu yang digunakan disesuaikan dengan materi dan dapat 25 mengembangkan ketrampilan siswa. Seperti yang dikemukakan oleh Basuki Wibawa dan Farida Mukti (2001: 14) menyatakan bahwa keuntungan yang akan diperoleh dengan penggunaan alat bantu diantaranya : 1) Guru mempunyai lebih banyak waktu untuk membantu siswa yang lemah. Sementara siswa sibuk belajar sendiri, guru dapat memberikan bantuan kepada siswa yang membutuhkannya. 2) Siswa akan belajara secara aktif 3) Siswa akan belajar dengan gaya dan kecepatan masing-masing. Manfaat media pembelajaran sebagia alat bantu pembelajaran. Hujair AH. Sanaky (2009: 5) berpendapat bahwa: 1) Pengajaran lebih menarik perhatian pembelajaran sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar. 2) Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga dapat lebih jelas dipahami pembelajar, serta memungkinkan pembelajar menguasai tujuan pengajaran dengan baik. 3) Metode pembelajaran bervariasi, tidak semata-mata hanya komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata lisan pengajar, pembelajar tidak bosan, dan pengajar tidak kehabisan tenaga. 4) Pembelajar lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan penjelasan dari pengajar saja, tetapi juga aktivitas lain yang dilakukan seperti: mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, dan lain-lain. Berdasarkan keuntungan dari penggunaan alat bantu menunjukan bahwa, banyak manfaat yang diperoleh dari penggunaan alat bantu diantaranya mempermudah guru untuk menyampaikan ide yang kreatif untuk rancangan pembelajaran. Selain itu, alat bantu dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran, meningkatkan kemampuan gerak manipulatif, lokomotor dan non lokomotor, meningkatkan penguasaan ketrampilan baru dan masih banyak lainnya, seperti aspek sosial menghargai orang lain.

21 26 c. Macam-Macam Alat Bantu Pembelajaran Tolak Peluru Gaya Menyamping Dalam pembelajaran tolak peluru terdapat peralatan dan perlengkapan standart yang digunakan antara lain, sektor lemparan, peluru, dan bendera, namun dalam pengajaran tolak peluru di SMA yang sudah berfokus pada teknik tolak peluru gaya menyamping, maka dapat digunakan beberapa alat bantu pembelajaran yang dapat dibuat oleh guru secara sederhana dari bahan-bahan yang tersedia di lingkungan sekitar. Dalam pembelajaran tolak peluru gaya menyamping, ada beberapa alat bantu pembelajaran yang dapat digunakan yaitu: bola tangan, bola kasti, kardus, simpai, bilah, tali rafia, tiang, dan cone Beberapa macam alat bantu pembelajaran tolak peluru gaya menyamping antar lain: 1) Bola kasti Gambar 7. Alat Bantu Pembelajaran Bola Kasti Bola Kasti merupakan bola karet yang berlapis bulu optik. Diameter bola 6,8 cm, berat bola kasti 56,0-59,4 gram. Bola kasti ini digunakan sebagai peluru atau benda yang ditolak agar siswa mengenal cara memegang peluru yang benar dengan berat lebih ringan dari peluru sebenarnya. 2) Kardus Gambar 8. Alat Bantu Pembelajaran Kardus Kardus yang digunakan berukuran 36cm x 15cm x 48cm. Kardus dapat digunakan untuk pembelajaran lempar sebagai sasaran, kardus bisa

22 27 dibuat menjadi berwarna-warni agar kelihatan lebih menarik. Penggunaan alat bantu kardus dapat divariasikan dengan alat bantu lain, misalnya bola tangan, bilah dan cone. 3) Cone Gambar 9. Alat Bantu Pembelajaran Cone Cone terbuat dari plastik dengan tinggi 30cm. Cone digunakan untuk pembelajaran lempar sebagai pembatas, penggunaan alat bantu ini dapat divariasikan dengan alat bantu lainnya. 4) Simpai Gambar 10. Alat Bantu Pembelajaran Simpai Simpai yang digunakan terbuat dari rotan berukuran diameter cm tebal 8-12mm dan berat 300 gram. Simpai bisa digunakan sebagai sasaran melempar. Penggunaanya dapat dikombinasikan dengan alat bantu lainya seperti bola kasti, simpai, rafia, dan tiang. 5) Rafia, dan tiang Gambar 11. Alat Bantu Pembelajaran Rafia dan Tiang Rafia dan tiang yang tingginya sekitar 2,24 meter dapat digunakan sebagai net dan penyangga. Penggunaanya dapat dikombinasikan dengan alat bantu lainya seperti bola kasti, dan simpai.

23 28 6) Bola tangan Gambar 12. Alat Bantu Pembelajaran Bola Tangan Bola terbuat dari kulit atau dari karet atau bahan sintesis lainya. Bola berukuran berat gram dengan diameter 34-36cm. Bola tangan digunakan sebagai peluru atau benda yang dilempar yang lebih ringan beratnya agar siswa tidak merasa berat dengan peluru sesungguhnya. 7) Bilah Gambar 13. Alat Bantu Pembelajaran Bilah Bilah bisa digunakan untuk pembatas saat melakukan gerakan menolak. Alat bantu ini juga bisa dkombinasikan dengan alat bantu lainya. d. Pembelajaran Tolak Peluru Gaya Menyamping Melalui Penggunaan Alat Bantu Pembelajaran Pembelajaran atletik yang dikemas dengan penggunaan alat bantu pembelajaran dapat mengembangkan keterampilan gerak, mengembangkan fisik dan kesegaran jasmani. Alat bantu pembelajaran yang digunakan yaitu: bola tangan, bola kasti, kardus, simpai, bilah, tali rafia, tiang, dan cone. Penyajian pembelajaran tolak peluru gaya menyamping untuk siswa di SMA melalui alat bantu pembelajaran sebaiknya dibuat semenarik mungkin. Berikut ini adalah tolak peluru gaya menyamping dengan menggunakan alat bantu pembelajaran, antara lain:

24 29 1) Pembelajaran dengan Alat Bantu 1 (Bola Kasti, Bilah dan Simpai) Pembelajaran yang dilakukan melempar bola keatas tegak. Sebelumnya siswa dibariskan menjadi dua regu, masing-masing terdiri dari jumlah siswa yang sama. Siswa diminta untuk melakukan gerakan menolak bola kasti keatas dan siap menangkap kembali dilakukan dengan tolakan tangan kanan terlebih dahulu kemudian dilanjutkan tangan kiri, gerakan menolak bola ini dengan sikap badan tegak. Gerakan selanjutnya siswa diminta untuk menolak bola ke atas berlari ke depan dan siswa yang berada di belakangnya berlari ke posisi pemain awal dengan menangkap bola yang dilempar. Gerakan terus dilakukan sampai semua siswa melakukan dan berganti ke alat bantu pembelajaran berikutnya setelah dapat panduan dari kolaborator. Gambar 14. Pembelajaran dengan Alat Bantu Bola Kasti, Bilah dan Simpai 2) Pembelajaran dengan Alat Bantu 2 (Bola Kasti dan Bilah) Pembelajaran yang dilakukan lempar tangkap bola kasti berpasangan. Sebelumnya siswa dibariskan menjadi dua regu, masingmasing terdiri dari jumlah siswa yang sama. Setelah siswa mendapat pasangan untuk melakukan gerakan menolak bola dan pasangannya siap menangkap dan menolak kembali kepasangannya, gerakan menolak bola ini dengan sikap duduk tegak dilanjutkan berdiri akan tetapi tidak diteruskan kegerakan setelah menolak. Keseluruhan rangkaian gerakan dilakukan semua siswa dan berganti ke alat bantu pembelajaran berikutnya setelah dapat panduan dari kolaborator.

25 30 Gambar 15. Pembelajaran dengan Alat Bantu Bola Kasti, dan Bilah 3) Pembelajaran dengan Alat Bantu 3 (Bola Tangan dan Bilah) Pembelajaran yang dilakukan lempar tangkap bola tangan berpasangan. Sebelumnya siswa dibariskan menjadi dua regu, masingmasing terdiri dari jumlah siswa yang sama. Setelah siswa mendapat pasangan untuk melakukan gerakan menolak bola tangan dan pasangannya siap menangkap dan menolak kembali kepasangannya, gerakan menolak bola ini dengan sikap tegak dilanjutkan berdiri dengan tidak diteruskan kegerakan setelah menolak. Gerakan selanjutnya menolak bola ini dengan sikap berdiri dengan awalan dan diteruskan kegerakan setelah menolak. Keseluruhan rangkaian gerakan dilakukan semua siswa dan berganti ke alat bantu pembelajaran berikutnya setelah dapat panduan dari kolaborator. Gambar 16. Pembelajaran Alat Bantu Bola Tangan dan Bilah 4) Pembelajaran dengan Alat Bantu 4 (Bola Tangan, Bilah, Rafia (Net), dan Tiang) Pembelajaran yang dilakukan menolak bola melewati net. Siswa dibariskan menjadi dua regu terdiri dari jumlah siswa yang sama. Setelah ada dua regu yang berbeda saling berhadap dengan tengahnya ada rafia (net) yang dibentangkan bertujuan untuk melatih sudut tolakan dengan tinggi net 2 meter dan jarak lemparan 1 meter. Bola yang digunakan adalah bola tangan, dan setelah semua siswa melakukan dengan

26 31 bergantian dengan pasangannya atau bunyi peluit dari peneliti sebagai tanda untuk berganti ke alat bantu pembelajaran berikutnya yang belum dicoba. Dari keseluruhan rangkaian gerakan diatas diharapkan ada peningkatan ketrampilan siswa. Gambar 17. Pembelajaran Alat Bantu Bola Tangan, Bilah, Rafia (Net), dan Tiang 5) Pembelajaran dengan Alat Bantu 5 (Bola Kasti, Simpai, Bilah, Rafia, dan Tiang) Pembelajaran yang dilakukan memasukan bola ke dalam lingkaran simpai. Siswa dibariskan menjadi dua regu, masing-masing regu terdiri dari jumlah siswa yang sama. Siswa putra dan putri tidak dipisah akan tetapi digabung menjadi satu dengan alat yang sudah disiapkan, siswa melakukan gerakan menolak sebuah bola kasti untuk melewati simpai dengan rangkaian gerakan seperti melakukan tolak peluru gaya menyamping yang disertai dengan gerakan setelah menolak atau gerak lanjut. Setiap siswa mendapat kesempatan 3 kali mencoba dan setelah itu mundur untuk bergantian dengan teman yang ada dalam satu kelompok itu. Setelah siswa melakukan rangkaian gerakan ini diharapkan dapat meningkatkan ketrampilan tolak peluru gaya menyamping yang ada pada siswa tersebut. Gambar 18. Pembelajaran dengan Alat Bantu Bola Kasti, Simpai, Bilah, Rafia, dan Tiang

27 32 6) Pembelajaran dengan Alat Bantu 6 (Bola Tangan, Cone, Kardus Angka, dan Bilah) Pembelajaran yang dilakukan menolak bola ke arah sasaran angka. Masih sama dalam posisi pada saat melakukan dengan alat bantu pembelajaran sebelumnya, dua baris siswa melakukan tolakan dengan cara adu jauh dengan menggunakan teknik menolak yang benar dan ada target sasaran angka dengan angka terbanyak yang ada paling jauh dari posisi awal siswa. Gerakan yang dilakukan dengan menggunakan bola tangan harus memperhatikan teknik tolak peluru gaya menyamping. Gerakan ini dimaksudkan untuk lebih meningkatkan ketrampilan tolak peluru gaya menyamping pada siswa. Gambar 19. Pembelajaran dengan Alat Bantu Bola Tangan, Kun, Bilah, dan Kardus Angka Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ada beragam kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan memaksimalkan penggunaan alat bantu pembelajaran yang dapat diberikan kepada siswa dalam pembelajaran tolak peluru gaya menyamping. Dengan menggunakan alat bantu pembelajaran yang menarik dan tepat dapat meningkatkan antusiasme siswa sehingga siswa akan lebih aktif, lebih senang dan bersemangat dalam melakukan tolak peluru. Dengan mempertimbangkan karakter dan perkembangan siswa guru harus dapat merencanakan dengan matang proses pembelajaran dan memilih media pembelajaran. Dalam membuat perencanaan tersebut guru bisa menggunakan alat bantu pembelajaran agar siswa lebih memiliki ketrampilan terutama pada olahraga atletik tolak peluru gaya menyamping.

28 33 B. Kerangka Berfikir Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang mampu melibatkan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar yakni menggunakan kegiatan siswa sendiri secara efektif di dalam pembelajaran. Siswa diarahkan untuk melakukan latihan yang sesuai dengan konsep pembelajaran yang sedang dipelajari. Dalam hal ini peran guru hanya sebagai motivator dan fasilitator. Siswa diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya dengan melakukan latihan yang sesuai dengan materi pembelajaran. Kondisi awal sebelum penelitian yaitu proses pembelajaran tolak peluru yang belum berjalan secara efektif. Hal ini disebabkan karena guru tidak mendesain metode pembelajaran dengan membuat dan mengembangkan media pembelajaran sederhana agar menarik dan menantang siswa. Akibatnya siswa kurang antusias dan cepat merasa bosan dalam mengikuti proses pembelajaran tolak peluru gaya menyamping, sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai. Tingkat kesegaran jasmani rendah dan hasil belajar mata pelajaran pendidikan jasmani juga rendah karena minimnya aktivitas gerak dalam proses pembelajaran. Permasalahan umum dalam pembelajaran Penjas adalah kurangnya strategi dan media pembelajaran sehingga mempengaruhi peran aktif siswa dalam kegiatan belajar. Selama ini strategi yang digunakan guru belum sesuai dengan karakteristik pembelajaran Penjas bagi siswa.

29 Secara sederhana kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: 34 Kondisi Awal Penggunaan metode dan media dalam proses pembelajaran penjas yang kurang sesuai 1. Siswa kurang tertarik dan cepat bosan dengan pembelajaran penjas 2. Tingkat kesegaran jasmani masih rendah 3. Dan hasil belajar tolak peluru gaya rendah menyamping masih Tindakan Kondisi Akhir Meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan alat bantu pembelajaran Melalui penggunaan alat bantu pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar tolak peluru gaya menyamping dan partisipasi siswa meningkat Siklus I : Peneliti dan kolaborator menyusun bentuk pengajaran yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar tolak peluru gaya menyamping dengan menggunakan alat bantu pembelajaran Siklus II : Upaya perbaikan dari siklus I sehingga meningkatkan hasil belajar tolak peluru gaya menyamping dengan menggunakan alat bantu pembelajaran Gambar 20. Alur Kerangka Berpikir Berdasarkan kerangka konseptual yang digambarkan tersebut bahwa, pembelajaran tolak peluru gaya menyamping dengan penggunaan alat bantu pembelajaran bertujuan untuk mengembangkan kemampuan gerak siswa. Melalui penggunaan alat bantu pembelajaran siswa menjadi lebih senang dan aspek-aspek yang terdapat pada diri siswa dapat dikembangkan. Pembelajaran tolak peluru gaya menyamping dengan penggunaan alat bantu pembelajaran aspek yang dikembangkan yaitu: untuk mengembangkan kebugaran jasmani, untuk mengembangkan kerjasama, untuk mengembangkan skill dan untuk

30 35 mengembangkan sikap kompetisi. Hal ini artinya, pembelajaran yang dikonsep dengan penggunaan alat bantu pembelajaran tidak hanya mengembangkan aspek peningkatan hasil belajar tolak peluru gaya menyamping saja, tetapi aspek lainnya juga dikembangkan. Oleh karenanya, alat bantu pembelajaran yang harus dikembangkan dalam pembelajaran tolak peluru harus bertujuan untuk mengembangkan kebugaran jasmani siswa, untuk mengembangkan kerjasama, untuk mengembangkan skill siswa terhadap gerakan menolak, meningkatkan keberanian, meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran, meningkatkan kemampuan gerak manipulatif, lokomotor dan non lokomotor, meningkatkan penguasaan ketrampilan baru dan untuk mengembangkan sikap kompetisi. Berdasarkan karakteristik pembelajaran tolak peluru gaya menyamping dengan penggunaan alat bantu pembelajaran tersebut menunjukkan bahwa, pembelajaran tolak peluru dengan penggunaan alat bantu pembelajaran memberikan pengaruh yang optimal terhadap peningkatan hasil belajar tolak peluru gaya menyamping.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Atletik a. Pengertian Atletik Atletik merupakan induk dari semua cabang olahraga yang terdiri dari nomor jalan, lari, lompat dan lempar. Atletik berasal dari bahasa

Lebih terperinci

APLIKASI PEMBELAJARAN BERMAIN MENGGUNAKAN MODEL AKTIVITAS SIRKUIT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TOLAK PELURU PADA SISWA KELAS X-I SMA N I PULOKULON

APLIKASI PEMBELAJARAN BERMAIN MENGGUNAKAN MODEL AKTIVITAS SIRKUIT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TOLAK PELURU PADA SISWA KELAS X-I SMA N I PULOKULON APLIKASI PEMBELAJARAN BERMAIN MENGGUNAKAN MODEL AKTIVITAS SIRKUIT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TOLAK PELURU PADA SISWA KELAS X-I SMA N I PULOKULON EKO SUSILO KRISTIANTONO SMA Negeri 1 Pulokulon Kecamatan

Lebih terperinci

TOLAK PELURU A. SEJARAH TOLAK PELURUH

TOLAK PELURU A. SEJARAH TOLAK PELURUH TOLAK PELURU A. SEJARAH TOLAK PELURUH Beragam kegiatan lempar beban telah ada lebih dari 2000 tahun lalu di Kepulauan Britania. Pada awalnya, kegiatan ini diselenggarakan dengan menggunakan bola batu.

Lebih terperinci

PENERAPAN GAYA MENGAJAR INKLUSI MENGGUNAKAN MEDIA YANG DIMODIFIKASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TOLAK PELURU. Samiun Alim

PENERAPAN GAYA MENGAJAR INKLUSI MENGGUNAKAN MEDIA YANG DIMODIFIKASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TOLAK PELURU. Samiun Alim PENERAPAN GAYA MENGAJAR INKLUSI MENGGUNAKAN MEDIA YANG DIMODIFIKASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TOLAK PELURU. Samiun Alim Prodi PendidikanJasmani Kesehatan Dan Rekreasi Stok Bina Guna Medan ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. lain yang menggunakan kata atletik adalah athletics (bahasa Inggris), athletiek

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. lain yang menggunakan kata atletik adalah athletics (bahasa Inggris), athletiek 1 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Atletik Menurut Mukholid, (2004:100) bahwa istilah atletik berasal dari kata athlon (bahasa Yunani) yang artinya berlomba atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Lompat Jauh a. Pengertian Lompat Jauh Lompat jauh merupakan salah satu nomor lompatdalam cabang olahraga atletik. Lompat jauh merupakan suatu bentuk gerakan melompat,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. yaitu Athlon yang berarti memiliki makna bertanding atau berlomba (Yudha

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. yaitu Athlon yang berarti memiliki makna bertanding atau berlomba (Yudha 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakekat Atletik BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN Atletik merupakan istilah dalam olahraga yang berasal dari bahasa yunani yaitu Athlon yang berarti memiliki makna bertanding

Lebih terperinci

BAB II PENGGUNAAN MEDIA PADA PEMBELAJARAN MENERAPKAN DASAR-DASAR ELEKTRONIKA

BAB II PENGGUNAAN MEDIA PADA PEMBELAJARAN MENERAPKAN DASAR-DASAR ELEKTRONIKA BAB II PENGGUNAAN MEDIA PADA PEMBELAJARAN MENERAPKAN DASAR-DASAR ELEKTRONIKA A. Definisi Belajar dan Pembelajaran Menurut Arsyad (2007: 1) belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kajian Pustaka

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kajian Pustaka BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. Tolak Peluru a. Pengertian Tolak Peluru Tolak peluru adalah salah satu nomor lempar yang terdapat dalam cabang olahraga atletik. Meskipun termasuk dalam nomor

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN Hakikat Tolak Peluru dan Aspek-Aspeknya. bermula diletakkan dipangkal bahu.

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN Hakikat Tolak Peluru dan Aspek-Aspeknya. bermula diletakkan dipangkal bahu. BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Tolak Peluru dan Aspek-Aspeknya Tolak peluru merupakan salah satu jenis keterampilan menolakkan benda berupa peluru sejauh mungkin.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani merupakan pendidikan yang mengaktulisasikan potensipotensi

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani merupakan pendidikan yang mengaktulisasikan potensipotensi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Jasmani merupakan pendidikan yang mengaktulisasikan potensipotensi aktivitas manusia berupa sikap, tindakan dan karya yang diberi bentuk, isi, dan arah untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan cabang olahraga atletik mempunyai peranan penting dalam pendidikan jasmani. Hal ini karena, gerakan-gerakan dalam cabang olahraga atletik hampir ada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakikat Tolak Peluru Atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang terdiri atas nomor lari, jalan, tolak dan lempar. Pada nomor

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. mendorong, membimbing mengembangkan dan membina kemampuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. mendorong, membimbing mengembangkan dan membina kemampuan 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar Pendidikan Jasmani adalah suatu proses pendidikan yang diarahkan untuk mendorong, membimbing mengembangkan dan membina kemampuan jasmaniah

Lebih terperinci

Sejarah Lempar Lembing

Sejarah Lempar Lembing Sejarah Lempar Lembing Lempar lembing merupakan suatu aktivitas yang menuntut kecekatan dan kekuatan dalam melempar. Medianya berupa lembing, yaitu sejenis tombak, tapi lebih ringan dan kecil. Awal mulanya,

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. pendidikan ini umumnya menyangkut aspek kognitif, afektif, dan. jasmani yang berupa gerak jasmani atau olahraga.

II. KAJIAN PUSTAKA. pendidikan ini umumnya menyangkut aspek kognitif, afektif, dan. jasmani yang berupa gerak jasmani atau olahraga. 7 II. KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan Jasmani Pendidikan jasmani mengandung dua pengertian yaitu pendidikan untuk jasmani dan pendidikan melalui aktivitas jasmani. Pendidikan untuk jasmani mengandung pengertian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pemberi bola kepada si pemukul. Namun pada permaianan kippers si pemukul

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pemberi bola kepada si pemukul. Namun pada permaianan kippers si pemukul BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis. 2.1.1 Hakikat Permainan Kippers Pada dasarnya permaianan kippers sama dengan permainan kasti, baik dari segi teknik melempar, menangkap,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Olahraga Atletik Atletik adalah salah satu cabang olahraga yang tertua, gerakan dalam atletik merupakan gerakan yang dilakukan dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN DAN HIPOTESIS TINDAKAN. beregu. Permainan kasti dimainkan dilapangan terbuka. Jika ingin menguasai

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN DAN HIPOTESIS TINDAKAN. beregu. Permainan kasti dimainkan dilapangan terbuka. Jika ingin menguasai 7 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakikat Permainan Kasti Permainan kasti termasuk salah satu olahraga permainan bola kecil beregu. Permainan kasti dimainkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur penting dan sangat berpengaruh bagi

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur penting dan sangat berpengaruh bagi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu unsur penting dan sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup manusia. Berdasarkan Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan

Lebih terperinci

Tolak Peluru. Presented By Suci Munasharah

Tolak Peluru. Presented By Suci Munasharah Tolak Peluru Presented By Suci Munasharah A. Teknik Dasar Tolak Peluru Terdapat beberapa teknik dasar dalam tolak peluru, diantaranya : Teknik Memegang Peluru Ada 3 teknik memegang peluru : Jari-jari direnggangkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pembelajaran, dan hasil belajar yang dicapai siswa sangat dipengaruhi oleh

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pembelajaran, dan hasil belajar yang dicapai siswa sangat dipengaruhi oleh 1 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakikat Hasil Belajar Keberhasilan sebuah proses belajar mengajar sangat ditentukan oleh hasil belajar yang dicapai oleh siswa.

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Materi Pokok Alokasi Waktu : SMA Negeri 1 Godean : Penjasorkes : XII/Satu : Tolak Peluru : 3 JP (3 X 45 menit) A. Tujuan Pembelajaran

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. hidupnya. Sedangkan menurut Suparno (2001 : 2) mengungkapkan Belajar. sebagai akibat dari upaya-upaya yang dilakukannya.

TINJAUAN PUSTAKA. hidupnya. Sedangkan menurut Suparno (2001 : 2) mengungkapkan Belajar. sebagai akibat dari upaya-upaya yang dilakukannya. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Ahmadi (2004 : 128) mengemukakan : Menurut pengertian secara psikologi, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan di dalam tingkah laku sebagai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendidikan Jasmani merupakan salah satu mata pelajaran dalam kurikulum di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendidikan Jasmani merupakan salah satu mata pelajaran dalam kurikulum di II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Jasmani Pendidikan Jasmani merupakan salah satu mata pelajaran dalam kurikulum di sekolah yang beroreantasi pada pelaksanaan misi pendidikan melalui aktivitas jasmani

Lebih terperinci

I. KAJIAN PUSTAKA. manusia dan menghasilkan pola-pola prilaku individu yang bersangkutan.

I. KAJIAN PUSTAKA. manusia dan menghasilkan pola-pola prilaku individu yang bersangkutan. I. KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan Jasmani Pendidikan Jasmani merupakan bagian dari pendidikan (secara umum) yang berlangsung melalui aktifitas yang melibatkan mekanisme gerak tubuh manusia dan menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencerdaskan kehidupan bangsa berdasarkan (UUD 1945). Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencerdaskan kehidupan bangsa berdasarkan (UUD 1945). Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia merupakan perwujudan manusia yang bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa berdasarkan (UUD 1945). Pendidikan merupakan suatu

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : tolak peluru, Pembelajaran, modifikasi peluru, bola Kasti. A. Pendahuluan

ABSTRAK. Kata Kunci : tolak peluru, Pembelajaran, modifikasi peluru, bola Kasti. A. Pendahuluan PENINGKATAN KEMAMPUAN TOLAK PELURU DENGAN PEMBELAJARAN MODIFIKASI PELURU DARI BOLA KASTI PADA SISWA SDN KARANG PELEM 1 SRAGEN TAHUN 2016 ABSTRAK Tujuan dilakukan penelitian ini adalah mengetahui sejauh

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Mengajar Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar. Belajar adalah modifikasi atau memperteguhkan kelakuan melalui pengalaman.

Lebih terperinci

A. Daya Tahan dan Kekuatan Otot

A. Daya Tahan dan Kekuatan Otot Kebugaran jasmani harus dipenuhi oleh setiap orang. Kebugaran jasmani merupakan pendukung keberhasilan dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Latihan kebugaran jasmani meliputi daya tahan, kekuatan, kelenturan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Atletik adalah salah satu cabang olahraga yang paling kompleks, karena

I. PENDAHULUAN. Atletik adalah salah satu cabang olahraga yang paling kompleks, karena I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Atletik adalah salah satu cabang olahraga yang paling kompleks, karena banyak nomor yang dipertandingkan dalam cabang ini seperti berjalan, berlari, melompat dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. pendidikan dengan mengabaikan aspek yang lain, sedangkan pendidikan

TINJAUAN PUSTAKA. pendidikan dengan mengabaikan aspek yang lain, sedangkan pendidikan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pendidikan Jasmani 1. Pendidikan Jasmani Pendidikan Jasmani mengandung dua pengertian yaitu pendidikan untuk jasmani dan pendidikan melalui aktivitas jasmani. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN HAKEKAT LOMPAT TINGGI GAYA STRADDLE. straddle.(farida Mulyaningsih dkk, 2010:64)

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN HAKEKAT LOMPAT TINGGI GAYA STRADDLE. straddle.(farida Mulyaningsih dkk, 2010:64) 1 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1. KAJIAN TEORI 2.1.1. HAKEKAT LOMPAT TINGGI GAYA STRADDLE Lompat tinggi termasuk cabang olahraga atletik nomor lompat. Untuk pemula, lompat tinggi yang paling

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR TOLAK PELURU

IMPLEMENTASI KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR TOLAK PELURU IMPLEMENTASI KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR TOLAK PELURU I Made Tinggal Yasa, Nim 1196015037 PENJASKESREK FOK Universitas Pendidikan Ganesha, Kampus Tengah Undiksha Singaraja,

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan

II. KAJIAN PUSTAKA. peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan 7 II. KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Thursan Hakim (2005:1), belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. dengan arah lemparan yang telah ditentukan. Menurut Fadillah Rachmat

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. dengan arah lemparan yang telah ditentukan. Menurut Fadillah Rachmat 7 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakekat Lempar Cakram Lempar cakram adalah salah satu nomor dalam atletik dengan tujuan untuk melemparkan cakram sejauh mungkin untuk mendapatkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. ini, belajar adalah merupakan salah satu proses suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau hasil

TINJAUAN PUSTAKA. ini, belajar adalah merupakan salah satu proses suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau hasil II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Mengajar Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar. Belajar adalah modifikasi atau memperteguhkan kelakuan melalui pengalaman.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Senam merupakan salah satu cabang olahraga yang melibatkan performa gerakan yang membutuhkan kekuatan, kecepatan dan keserasian gerakan fisik yang teratur. Senam

Lebih terperinci

BAB II HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK MENGGUNAKAN ALAT BANTU BAN BEKAS DAN KARDUS A. Pengertian Lompat Jauh

BAB II HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK MENGGUNAKAN ALAT BANTU BAN BEKAS DAN KARDUS A. Pengertian Lompat Jauh 15 BAB II HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK MENGGUNAKAN ALAT BANTU BAN BEKAS DAN KARDUS A. Pengertian Lompat Jauh Lompat jauh merupakan salah satu nomor lompatdalam cabang olahraga atletik. Lompat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. (Dalam bukunya Purwanto,

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. (Dalam bukunya Purwanto, 8 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar (Winkel,1965 : 51) Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. (Dalam bukunya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. jasmani yang direncanakan secara sistematik bertujuan untuk. mengembangkan dan meningkatkan individu secara organik,

II. TINJAUAN PUSTAKA. jasmani yang direncanakan secara sistematik bertujuan untuk. mengembangkan dan meningkatkan individu secara organik, 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pendidikan Jasmani Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang direncanakan secara sistematik bertujuan untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Pengertian penjasorkes telah didefinisikan secara bervariasi oleh beberapa

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Pengertian penjasorkes telah didefinisikan secara bervariasi oleh beberapa BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Penjasorkes Pengertian penjasorkes telah didefinisikan secara bervariasi oleh beberapa pakar. Para pakar penjasorkes cenderung

Lebih terperinci

Berbagai Bentuk dan Kombinasi Gerak Dasar Anak Usia dini

Berbagai Bentuk dan Kombinasi Gerak Dasar Anak Usia dini Berbagai Bentuk dan Kombinasi Gerak Dasar Anak Usia dini Berbagai Gerakan Dasar BEBERAPA MACAM GERAKAN DASAR DAN VARIASINYA,YAITU; BERBARING, DUDUK, BERDIRI, BERJALAN, BERLARI, MENDAKI, MELONCAT DAN BERJINGKAT,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani merupakan bagian penting dari proses pendidikan. Artinya, penjas bukan hanya dekorasi atau ornamen yang ditempel pada program sekolah sebagai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. maupun untuk putri. Unsur fisik yang diperlukan dalam nomor tolak ini adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. maupun untuk putri. Unsur fisik yang diperlukan dalam nomor tolak ini adalah 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Prestasi Lempar Lembing Lempar lembing merupakan salah satu nomor pada cabang olahraga atletik yang diperlombakan dalam perlombaan nasional maupun internasional, baik untuk putra

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Mata pelajaran ini berorientasi pada pelaksanaan misi pendidikan melalui aktivitas

I. TINJAUAN PUSTAKA. Mata pelajaran ini berorientasi pada pelaksanaan misi pendidikan melalui aktivitas I. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Jasmani Pendidikan jasmani merupakan salah satu mata pelajaran dalam kurikulum di sekolah. Mata pelajaran ini berorientasi pada pelaksanaan misi pendidikan melalui aktivitas

Lebih terperinci

BAB II VARIASI PEMBELAJARAN DAN HASIL BELAJAR SISWA

BAB II VARIASI PEMBELAJARAN DAN HASIL BELAJAR SISWA BAB II VARIASI PEMBELAJARAN DAN HASIL BELAJAR SISWA A. Variasi Pembelajaran 1. Pengertian Variasi Pembelajaran Membuat variasi adalah suatu hal yang sangat penting dalam mengajar. Yang dimaksud dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Belajar tidak selamanya hanya bersentuhan dengan hal-hal yang konkret,

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Belajar tidak selamanya hanya bersentuhan dengan hal-hal yang konkret, 1 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Media Pembelajaran Belajar tidak selamanya hanya bersentuhan dengan hal-hal yang konkret, baik dalam konsep maupun faktanya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terpendam tanpa dapat kita lihat dan rasakan hasilnya. Menindak lanjuti. mahluk yang butuh berinteraksi dengan lingkungannya.

BAB I PENDAHULUAN. yang terpendam tanpa dapat kita lihat dan rasakan hasilnya. Menindak lanjuti. mahluk yang butuh berinteraksi dengan lingkungannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan setiap orang dalam kehidupanya. Pertumbuhan dan perkembangan seorang yang kualitatif juga merupakan hasil dari proses pendidikan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR. A. Kajian Pustaka

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR. A. Kajian Pustaka BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Pustaka 1. Bolavoli a. Pengertian Permainan Bolavoli Bolavoli merupakan olahraga yang sangat digemari oleh masyarakat indonesia dan menduduki peringkat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam melaksanakan fungsi-fungsi kehidupan manusia tidak akan lepas dari pendidikan, karena pendidikan berfungsi untuk meningkatkan kualitas manusia, baik sebagai individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan jasmani dan kesehatan merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan disekolah - sekolah yang sama kedudukan dan pentingnya dengan mata pelajaran yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Melalui pendidikan jasmani siswa disosialisasikan ke dalam aktivitas

TINJAUAN PUSTAKA. Melalui pendidikan jasmani siswa disosialisasikan ke dalam aktivitas 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pendidikan Jasmani Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui aktifitas jasmani untuk mencapai perkembangan individu secara menyeluruh. Melalui pendidikan

Lebih terperinci

Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas

Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas Kekuatan otot adalah tenaga, gaya, atau tegangan yang dapat dihasilkan oleh otot atau sekelompok otot pada suatu kontraksi dengan beban maksimal. Otot-otot tubuh

Lebih terperinci

BAB II HASIL BELAJAR LEMPAR LEMBING DENGAN MODIFIKASI MEDIA BOLA BEREKOR

BAB II HASIL BELAJAR LEMPAR LEMBING DENGAN MODIFIKASI MEDIA BOLA BEREKOR BAB II HASIL BELAJAR LEMPAR LEMBING DENGAN MODIFIKASI MEDIA BOLA BEREKOR A. Hakikat Lempar Lembing 1. Lempar Lembing Lempar lembing diikutsertakan dalam ajang Olimpiade sejak tahun 1908 sebagai nomor perorangan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam buku : Metode Pembelajaran, Sumiati dan Asra ( 2009:38)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam buku : Metode Pembelajaran, Sumiati dan Asra ( 2009:38) II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Dalam buku : Metode Pembelajaran, Sumiati dan Asra ( 2009:38) mengungkapkan bahwa secara umum belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku, akibat

Lebih terperinci

JURNAL SKRIPSI UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PASSING BOLAVOLI MELALUI PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS X TKB 1 SMK NEGERI 2 SRAGEN

JURNAL SKRIPSI UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PASSING BOLAVOLI MELALUI PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS X TKB 1 SMK NEGERI 2 SRAGEN JURNAL SKRIPSI UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PASSING BOLAVOLI MELALUI PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS X TKB 1 SMK NEGERI 2 SRAGEN TAHUN AJARAN 2015 / 2016 SKRIPSI Oleh : VENSA LUKITA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses kegiatan belajar mengajar merupakan suatu aktivitas yang bertujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses kegiatan belajar mengajar merupakan suatu aktivitas yang bertujuan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses kegiatan belajar mengajar merupakan suatu aktivitas yang bertujuan mengarahkan siswa pada perubahan tingkah laku yang di inginkan. Pengertian ini cukup

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Banyak ahli pendidikan jasmani yang menjelaskan tentang pengertian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Banyak ahli pendidikan jasmani yang menjelaskan tentang pengertian 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pendidikan jasmani Banyak ahli pendidikan jasmani yang menjelaskan tentang pengertian pendidikan jasmani, salah satu diantaranya Engkos Kosasih (1995 : 2) mengatakan

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PASSING ATAS BOLA VOLI MELALUI PENDEKATAN BERMAIN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA BOLA PLASTIK

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PASSING ATAS BOLA VOLI MELALUI PENDEKATAN BERMAIN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA BOLA PLASTIK PENINGKATAN HASIL BELAJAR PASSING ATAS BOLA VOLI MELALUI PENDEKATAN BERMAIN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA BOLA PLASTIK Devi Catur Winata Prodi Pendidikan Jasmani Kesehatan Dan Rekreasi Stok Bina Guna Medan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Atletik Pengertian Atletik Menurut Munasifah, (2008: 4) merupakan olahraga yang tumbuh dan berkembang bersama dengan kegiatan alami manusia. Cabang olahraga atletik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan. Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan jasmani harus diarahkan pada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Mengajar Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar. Belajar adalah modifikasi atau memperteguhkan kelakuan melalui pengalaman.

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TOLAK PELURU DENGAN PENDEKATAN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TOLAK PELURU DENGAN PENDEKATAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR TOLAK PELURU DENGAN PENDEKATAN BERMAIN SISWA KELAS VI SD NEGERI 01 SAMPANG KECAMATAN KARANGTENGAH KABUPATEN DEMAK TAHUN PELAJARAN 2012 / 2013 Oleh : WIWIN ARIF NUGROHO NIM.X4610121

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan psikis yanglebih baik, sekaligus membentuk pola hidup sehat dan

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan psikis yanglebih baik, sekaligus membentuk pola hidup sehat dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan Jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, yang bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan modern manusia tidak dapat dipisahkan dari olahraga,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan modern manusia tidak dapat dipisahkan dari olahraga, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan modern manusia tidak dapat dipisahkan dari olahraga, baik sebagai arena adu prestasi maupun sebagai kebutuhan untuk menjaga kondisi tubuh agar

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : peningkatan kemampuan tolak peluru dengan Pembelajaran modifikasi peluru dari bola Kasti

ABSTRAK. Kata Kunci : peningkatan kemampuan tolak peluru dengan Pembelajaran modifikasi peluru dari bola Kasti PENINGKATAN KEMAMPUAN TOLAK PELURU DENGAN PEMBELAJARAN MODIFIKASI PELURU DARI BOLA KASTI PADA SISWA SDN KARANG PELEM 1 SRAGEN TAHUN 2016 ABSTRAK Tujuan dilakukan penelitian ini adalah mengetahui sejauh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbuka dan demokrasi. Oleh karena itu pendidikan hendaknya dikelola, baik

BAB I PENDAHULUAN. terbuka dan demokrasi. Oleh karena itu pendidikan hendaknya dikelola, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Masalah Kualitas kehidupan bangsa ditentukan oleh faktor pendidikan. Pendidikan memegang peranan penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka dan

Lebih terperinci

TUGAS TUTORIAL III MATA KULIAH METODE PENGEMANGAN FISIK TUTOR ; DIAN BUDIANA, M.PD.

TUGAS TUTORIAL III MATA KULIAH METODE PENGEMANGAN FISIK TUTOR ; DIAN BUDIANA, M.PD. TUGAS TUTORIAL III MATA KULIAH METODE PENGEMANGAN FISIK TUTOR ; DIAN BUDIANA, M.PD. 1. Dasar dari keterampilan motorik anak adalah A. Bahasa B. Bernyanyi C. Menari D. Gerak 2. Salah satu cara untuk mengembangkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Meroda merupakan salah satu gerak dasar yang kompleks, karena dalam

I. PENDAHULUAN. Meroda merupakan salah satu gerak dasar yang kompleks, karena dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meroda merupakan salah satu gerak dasar yang kompleks, karena dalam melakukan gerakan meroda memerlukan berbagai aspek, seperti fisik antara lain kekuatan, keseimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan olahraga pada pagi maupun sore hari, serta banyaknya club

BAB I PENDAHULUAN. melakukan olahraga pada pagi maupun sore hari, serta banyaknya club BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan masyarakat Indonesia untuk melakukan olahraga saat ini cukup mengembirakan buktinya dapat dilihat banyaknya masyarakat melakukan olahraga pada pagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kondisi dan karakter siswa. Dengan melihat secara langsung, anak

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kondisi dan karakter siswa. Dengan melihat secara langsung, anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru sebagai faktor utama keberhasilan pengajaran dituntut kemampuannya untuk dapat menyampaikan bahan ajar kepada siswa dengan baik. Untuk itu guru perlu mendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang dijadikan alat untuk menyampaikan tujuan pendidikan yang pelaksanaannya dapat dilakukan di sekolahsekolah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Materi pelajaran pendidikan jasmani merupakan salah satu mata

BAB I PENDAHULUAN. Materi pelajaran pendidikan jasmani merupakan salah satu mata 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Materi pelajaran pendidikan jasmani merupakan salah satu mata pelajaran yang terdapat dalam kurikulum Sekolah Menengah Atas. Menurut Tamura dan Amung (2003 : 10) menjelaskan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. kesempatan mengumpan bola (passing) diarena sendir, sebelum

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. kesempatan mengumpan bola (passing) diarena sendir, sebelum BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1. KAJIAN TEORITIS 2.1.1. Hakikat Permainan Bola Voli Bola voli merupakan permainan yang unik yang unik, dimana bola diupayakan selama mungkin terbang/melayang,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. berlomba atau bertanding. Kita dapat menjumpai pada kata penthatlon yang terdiri atas kata

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. berlomba atau bertanding. Kita dapat menjumpai pada kata penthatlon yang terdiri atas kata A. Kajian Teoritis 1. Hakikat Atletik BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS Muhajir,( 2006:35) Istilah atletik berasal dari bahasa Yunani yaitu Athlon yang berarti berlomba atau bertanding. Kita dapat menjumpai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pendidikan Jasmani mengandung dua pengertian yaitu pendidikan untuk

TINJAUAN PUSTAKA. Pendidikan Jasmani mengandung dua pengertian yaitu pendidikan untuk II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Jasmani Pendidikan Jasmani mengandung dua pengertian yaitu pendidikan untuk jasmani dan pendidikan melalui aktivitas jasmani. Pendidikan untuk jasmani mengandung pengertian

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Siswa Kelas Unggulan di SMP Negeri 1 Gondang Tulungagung. berkaitan dengan indera pendengar, dimana pesan yang disampaikan

BAB V PEMBAHASAN. Siswa Kelas Unggulan di SMP Negeri 1 Gondang Tulungagung. berkaitan dengan indera pendengar, dimana pesan yang disampaikan BAB V PEMBAHASAN A. Keterampilan Guru Pendidikan Agama Islam dalam Menggunakan Media Pembelajaran Audio untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas Unggulan di SMP Negeri 1 Gondang Tulungagung. Dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai II. TINJAUAN PUSTAKA A. E-learning Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai pemanfaatan teknologi internet untuk mendistribusikan materi pembelajaran, sehingga siswa dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diajarkan di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Soreang. Meskipun

BAB I PENDAHULUAN. yang diajarkan di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Soreang. Meskipun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lay up shoot merupakan salah satu teknik dalam permainan bolabasket yang diajarkan di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Soreang. Meskipun tidak spesifik

Lebih terperinci

Lompat Jauh. A. Pengertian Lompat Jauh

Lompat Jauh. A. Pengertian Lompat Jauh Lompat Jauh A. Pengertian Lompat Jauh Lompat jauh merupakan salah satu nomor lompat dari cabang olahraga atletik yang paling populer dan paling sering dilombakan dalam kompetisi kelas dunia, termasuk Olimpiade.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. untuk belajar keterampilan spesifik, ilmu pengetahuan, dan sikap serta yang

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. untuk belajar keterampilan spesifik, ilmu pengetahuan, dan sikap serta yang BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat Pembelajaran Efektif Pembelajaran efektif adalah suatu pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk belajar keterampilan spesifik,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Belajar Banyak ahli pendidikan yang mengungkapkan pengertian belajar menurut sudut pandang mereka masing-masing. Berikut ini kutipan pendapat beberapa ahli pendidikan tentang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Selanjutnya menurut Nurhuda dan Kusumawaty (2010 : 47) bahwa istilah

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Selanjutnya menurut Nurhuda dan Kusumawaty (2010 : 47) bahwa istilah BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakekat Atletik Atletik merupakan perlombaan yang diadakan dilapangan dan meliputi jalan, lari, lompat dan lempar dan setiap orangpun

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. arti dan lebih relevan dengan bahasan kali ini adalah kata profiency dan ability yang

BAB II KAJIAN TEORI. arti dan lebih relevan dengan bahasan kali ini adalah kata profiency dan ability yang BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Kompetensi Profesional Guru 2.1.1.1 Pengertian Kompetensi Guru Pengertian dasar kompetensi (competency) adalah kemampuan atau kecakapan. Kata kompetensi yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. perubahan kemampuan anak dan dapat membantu mendorong perubahan

TINJAUAN PUSTAKA. perubahan kemampuan anak dan dapat membantu mendorong perubahan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Jasmani Penyelanggaraan program pendidikan jasmani hendaknya mencerminkan karakterristik program pendidikan jasmani itu sendiri, yaitu developmentally appropriate practice

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. melibatkan gerakan-gerakan yang terpilih dan terencana untuk mencapai. tujuan tertentu.dalam Muhajir (2006: 88)

II. TINJAUAN PUSTAKA. melibatkan gerakan-gerakan yang terpilih dan terencana untuk mencapai. tujuan tertentu.dalam Muhajir (2006: 88) II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Senam Senam adalah bentuk latihan fisik yang disusun secara sistematis dengan melibatkan gerakan-gerakan yang terpilih dan terencana untuk mencapai tujuan tertentu.dalam Muhajir

Lebih terperinci

METHODIK DASAR GERAK ATHLETIK

METHODIK DASAR GERAK ATHLETIK METHODIK DASAR GERAK ATHLETIK Oleh Drs. H.M.Husni Thamrin, M.Pd FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA METHODIK ATHLETIK Mengajar Gerak Dasar Atletik 1. Atletik merupakan aktivitas jasmani

Lebih terperinci

Lampiran 15. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Passing Bawah

Lampiran 15. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Passing Bawah Lampiran 15. Rencana Pelaksanaan Passing Bawah RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SMP : SMP Negeri 1 Puring Mata Pelajaran : Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Kelas/Semester : VIII/Ganjil

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. cabang olahraga atletik. Dalam cabang olahraga atletik secara garis besar terdapat

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. cabang olahraga atletik. Dalam cabang olahraga atletik secara garis besar terdapat 1 BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Kajian Teoretis 1. Hakikat Lompat Tinggi a. Pengertian Lompat Tinggi Jenis olahraga lompat tinggi merupakan bagian dari nomor lompat pada cabang olahraga

Lebih terperinci

PANDUAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN USIA DINI CABANG OLAHRAGA ATLETIK. Bidang permainan atletik adalah pertama-tama untuk memotivasi

PANDUAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN USIA DINI CABANG OLAHRAGA ATLETIK. Bidang permainan atletik adalah pertama-tama untuk memotivasi PANDUAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN USIA DINI CABANG OLAHRAGA ATLETIK Bidang permainan atletik adalah pertama-tama untuk memotivasi para pemuda untuk berlari, melompat dan melempar. Permainan dengan bentuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Mengajar Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar. Belajar adalah modifikasi atau memperteguhkan kelakuan melalui pengalaman.

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PENDEKATAN TAKNIS DAN PENDEKATAN TEKNIS TERHADAP HASIL BELAJAR PERMAINAN BOLA BASKET

PERBANDINGAN PENDEKATAN TAKNIS DAN PENDEKATAN TEKNIS TERHADAP HASIL BELAJAR PERMAINAN BOLA BASKET 1 A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pendidikan jasmani merupakan salah satu pendidikan yang berfungsi untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Pendidikan jasmani penting dilakukan karena

Lebih terperinci

BAB III SUBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III SUBJEK DAN METODE PENELITIAN BAB III SUBJEK DAN METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penulis mengambil lokasi penelitian ini di Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kabupaten Kuningan, Kecamatan Cilimus.

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN KONVENSIONAL DAN

PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN KONVENSIONAL DAN PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN KONVENSIONAL DAN INOVATIF TERHADAP HASIL BELAJAR TOLAK PELURU GAYA ORTODOX PADA SISWA PUTRA KELAS VIII SMP N 2 TAWANGSARI SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2010/2011 Skripsi Oleh:

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SMP/MTs :... Mata Pelajaran : Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Kelas/Semester : VII (Tujuh )/1 (satu) Alokasi Waktu : 6 x 40 menit (3 x pertemuan ) A. Standar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dan Ely (dalam Arsyad, 2000: 3) mengatakan bahwa media apabila dipahami

TINJAUAN PUSTAKA. dan Ely (dalam Arsyad, 2000: 3) mengatakan bahwa media apabila dipahami 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar (Arsyad, 2000:3). Secara lebih jelas Gerald dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. menghasilkan lompatan yang sejauh-jauhnya. Dalam pelaksanaannya,lompat jauh

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. menghasilkan lompatan yang sejauh-jauhnya. Dalam pelaksanaannya,lompat jauh 1 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakekat Lompat Jauh Lompat jauh merupakan salah satu nomor bergengsi dalam cabang olahraga atletik khususnya dalam nomor lompat. Lompat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan karakter bangsa dari suatu negara. Pendidikan jasmani

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan karakter bangsa dari suatu negara. Pendidikan jasmani BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu proses yang wajib diikuti dalam kehidupan setiap individu dan memiliki fungsi serta peranan penting bagi pembentukan karakter

Lebih terperinci