ANALISIS DAYA SAING KOMODITI TANAMAN HIAS DAN ALIRAN PERDAGANGAN ANGGREK INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS DAYA SAING KOMODITI TANAMAN HIAS DAN ALIRAN PERDAGANGAN ANGGREK INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL"

Transkripsi

1 ANALISIS DAYA SAING KOMODITI TANAMAN HIAS DAN ALIRAN PERDAGANGAN ANGGREK INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL Oleh : MAYA ANDINI KARTIKASARI NRP. A PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

2 ANALISIS DAYA SAING KOMODITI TANAMAN HIAS DAN ALIRAN PERDAGANGAN ANGGREK INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL Oleh : MAYA ANDINI KARTIKASARI NRP. A Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

3 RINGKASAN EKSEKUTIF MAYA ANDINI KARTIKASARI, Analisis Daya Saing Komoditi Tanaman Hias dan Aliran Perdagangan Anggrek Indonesia di Pasar Internasional. (Di bawah bimbingan NUNUNG NURYARTONO) Perkembangan usaha tanaman hias cukup pesat dan telah mampu memenuhi pasar lokal maupun pasar ekspor di mancanegara. Eksistensi usaha tanaman hias cenderung memberikan prospek yang baik terkait dengan trend masyarakat kini yang menyukai keindahan serta nilai estetika dari suatu tanaman. Dalam beberapa tahun ini, ekspor tanaman hias Indonesia ke beberapa negara tujuan mengalami peningkatan yang cukup signifikan, baik dari volume maupun nilainya. Pasar ekspor tanaman hias Indonesia terbesar adalah negara Jepang, diikuti Korea, Belanda, Amerika Serikat dan Singapura. Salah satu komoditi unggulan tanaman hias Indonesia adalah anggrek. Anggrek merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan sangat prospektif untuk dibudidayakan. Selain itu, permintaan anggrek dinilai cukup tinggi dan komoditi ini memiliki cakupan wilayah ekspor yang luas. Negara tujuan utama ekspor tanaman hias Indonesia diantaranya adalah Jepang, Korea, Singapura, Belanda dan Amerika Serikat. Kinerja ekspor tanaman hias Indonesia ke lima negara tersebut setiap tahunnya berfluktuasi. Jika dibandingkan dengan Thailand, perolehan nilai ekspor tanaman hias Indonesia ke negara tujuan jauh lebih rendah. Jika perolehan nilai ekspor tanaman hias Indonesia lebih rendah dibandingkan Thailand, maka secara hipotetik penguasaan pasar tanaman hias Indonesia di negara tujuan lebih kecil dibandingkan Thailand. Berdasarkan masalah yang terjadi dalam industri tanaman hias Indonesia, maka tujuan dari penelitian ini adalah mengukur daya saing komoditi tanaman hias Indonesia dengan Thailand di pasar Jepang, Korea, Singapura, Amerika Serikat dan Belanda. Selanjutnya Menganalisis aliran perdagangan dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor anggrek sebagai komoditi tanaman hias yang diunggulkan Indonesia ke negara-negara tujuan. Hasil yang diperoleh dari analisis daya saing tanaman hias dengan metode RCA menunjukkan bahwa perkembangan industri tanaman hias Indonesia lebih lambat dibandingkan dengan Thailand sebagai kompetitor utama di pasar tanaman hias dunia untuk kawasan Asia Tenggara. Hal tersebut dilihat dari perolehan nilai ekspor tanaman hias Indonesia selama periode jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan Thailand. Selain itu pangsa ekspor tanaman hias Indonesia di negara tujuan secara umum lebih rendah dibandingkan dengan Thailand. Indonesia memiliki keunggulan komparatif untuk komoditi tanaman hias di pasar Korea, sementara di pasar Jepang, Amerika Serikat dan Belanda Indonesia tidak memiliki keunggulan komparatif. Hal ini berarti tanaman hias Indonesia memiliki daya saing yang tinggi di pasar Korea. Indonesia memiliki keunggulan komparatif untuk komoditi tanaman hias di pasar Singapura pada tahun 1996 dan 1999 selanjutnya sampai dengan akhir periode daya saing tanaman hias Indonesia di

4 pasar Singapura cenderung menurun. Thailand memiliki keunggulan komparatif untuk komoditi tanaman hias di pasar Jepang dan Korea. Di pasar Singapura, Thailand memiliki keunggulan komparatif untuk komoditi tanaman hias pada periode sedangkan di pasar Amerika Serikat pada periode Berdasarkan hasil estimasi model gravity aliran perdagangan anggrek Indonesia ke lima negara tujuan diketahui bahwa metode fixed effect merupakan metode yang paling sesuai digunakan. Aliran perdagangan ekspor anggrek Indonesia ke negara tujuan dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni waktu tempuh, pendapatan per kapita, populasi, harga anggrek Indonesia dan nilai tukar. Sementara itu faktor harga anggrek di negara tujuan tidak berpengaruh terhadap model aliran perdagangan. Rendahnya daya saing tanaman hias Indonesia khususnya anggrek di pasar negara tujuan disebabkan oleh banyak faktor yang satu sama lain saling terkait. Adapun faktor yang mempengaruhi tersebut diantaranya pemanfaatan sumberdaya alam yang kurang maksimal, rendahnya penguasaan teknologi, minimnya dukungan pemerintah, kurangnya peranan lembaga keuangan sebagai penyandang dana, serta faktor non teknis lainnya yang menghambat terciptanya industri tanaman hias yang memiliki daya saing tinggi.

5 Judul Skripsi : Analisis Daya Saing Komoditi Tanaman Hias dan Aliran Perdagangan Anggrek Indonesia di Pasar Internasional Nama : Maya Andini Kartikasari NRP : A Menyetujui, Dosen Pembimbing Dr. Ir. Nunung Nuryartono, MS NIP Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian IPB Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr. NIP Tanggal Lulus Ujian : 16 Mei 2008

6 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA KARYA TULIS INI BENAR- BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA TULIS ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. Bogor, Mei 2008 Maya Andini Kartikasari NRP. A

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Banjarbaru, Kalimantan Selatan pada tanggal 22 Juni 1983 dari pasangan Ir. H. Darmadji WK, MM dan Hj. Yayah Rosida. Penulis terlahir sebagai anak pertama dari tiga bersaudara. Penulis masuk pendidikan Taman Kanak-kanak Teratai di Muara Teweh Kalimantan Tengah pada tahun 1987 dan lulus pada tahun Penulis kemudian melanjutkan pendidikan ke Sekolah Dasar Pengadilan V Bogor pada tahun 1989 dan lulus pada tahun Selanjutnya penulis meneruskan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri IV Bogor dan lulus pada tahun Pendidikan tingkat atas dapat diselesaikan penulis pada tahun 2001 di Sekolah Menengah Umum Negeri I Bogor. Pada tahun 2001, penulis diterima menjadi mahasiswa di Program Diploma III Manajemen Agribisnis, Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur tes umum. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif mengikuti kegiatan kemahasiswaan dalam Himpunan Peminat Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian periode dalam bidang Hubungan Masyarakat. Tahun 2006 penulis melanjutkan studinya ke jenjang strata satu di program ekstensi Manajemen Agribisnis dan lulus tahun 2008.

8 KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini tepat pada waktunya. Penelitian yang berjudul Analisis Daya Saing Komoditi Tanaman Hias dan Aliran Perdagangan Anggrek Indonesia di Pasar Internasional bertujuan untuk menganalisis daya saing komoditi tanaman hias Indonesia dan membandingkan kinerja ekspor tanaman hias Indonesia dengan Thailand sebagai negara yang maju dalam industri tanaman hias. Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk menganalisis aliran perdagangan anggrek Indonesia di beberapa negara tujuan. Dengan demikian dapat diketahui faktorfaktor apa saja yang mempengaruhi ekspor komoditi tanaman hias Indonesia ke masing-masing negara tujuan. Penulis tertarik mengambil topik perdagangan komoditi tanaman hias karena bisnis ini mempunyai peluang yang cukup baik untuk dikembangkan. Disisi lain, Indonesia mempunyai potensi yang besar untuk mengembangkan bisnis tanaman hias karena memiliki kekayaan sumberdaya hayati. Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat dan menjadi informasi yang berguna bagi semua pihak. Kritik dan saran sangat diharapkan untuk perbaikan di masa mendatang. Bogor, Mei 2008 Maya Andini K A

9 UCAPAN TERIMA KASIH Alhamdulillahhirobbil alamiin, Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya sehingga memberikan kekuatan dan kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi. Adapun penyelesaian penulisan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, kerjasama dan dukungan banyak pihak, maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada : 1. Kedua orang tua tercinta, yang penuh dengan kasih sayang dan selalu memberikan dukungan dan semangat kepada penulis. 2. Dr. Ir. Nunung Nuryartono, MS sebagai dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan arahan, masukan dan informasi yang berguna dalam penulisan skripsi penulis. 3. Ir. Yayah K Wagiono, MEc selaku dosen penguji utama, dan Ir. Popong Nurhayati, MM selaku wakil dari komisi pendidikan serta dosen evaluator pada seminar proposal penelitian.. 4. Miftah Farid Said atas cinta dan kasih sayangnya yang telah dilimpahkan kepada penulis. 5. Nurrayan Armada atas dukungan dan semangat yang diberikan sebagai teman yang terbaik. 6. Teman-teman ekstensi MAB angkatan 14 yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

10 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMA KASIH... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR LAMPIRAN... vii BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Ruang Lingkup Penelitian BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Usaha Tanaman Hias Penelitian Terdahulu Penelitian Tentang Tanaman Hias Penelitian Tentang Daya Saing Penelitian Tentang RCA Penelitian Tentang Gravity Model BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Teori Perdagangan Internasional Ekspor dan Impor Pengertian Ekspor Pengertian Impor Keunggulan Kompetitif Keunggulan Komparatif Teori Revealed Comparative Advantage Teori Model Gravity Data Panel Kerangka Pemikiran Operasional Hipotesis BAB IV. METODE PENELITIAN 4.1 Jenis dan Sumber Data Metode Analisis dan Pengolahan Data Revealed Comparative Advantage Gravity Model Pengujian Model... 55

11 4,6 Pengujian Kesesuaian Model Pengujian Asumsi BAB V. GAMBARAN UMUM 5.1 Karakteristik Negara Tujuan Perkembangan Industri Tanaman Hias Jepang Perkembangan Industri Tanaman Hias Rep.Korea Perkembangan Industri Tanaman Hias Singapura Perkembangan Industri Tanaman Hias Amerika Serikat Perkembangan Industri Tanaman Hias Belanda BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Analisis Keunggulan Komparatif Tanaman Hias Indonesia Analisis Keunggulan Komparatif Tanaman Hias Indonesia dan Thailand di Pasar Jepang Analisis Keunggulan Komparatif Tanaman Hias Indonesia dan Thailand di Pasar Korea Analisis Keunggulan Komparatif Tanaman Hias Indonesia dan Thailand di Pasar Singapura Analisis Keunggulan Komparatif Tanaman Hias Indonesia dan Thailand di Pasar Amerika Serikat Analisis Keunggulan Komparatif Tanaman Hias Indonesia dan Thailand di Pasar Belanda Aliran Perdagangan Ekspor Anggrek Indonesia Ke Negara Tujuan Analisis Regresi Gravity Model Aliran Perdagangan Ekspor Anggrek Indonesia Ke Negara Tujuan Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Aliran perdagangan Ekspor Anggrek Indonesia Ke Negara Tujuan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Daya Saing Tanaman Hias dan Aliran Perdagangan Ekspor Anggrek Indonesia BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA

12 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Volume Dan Nilai Ekspor Komoditi Hortikultura Tahun Data Produksi Tanaman Hias Indonesia Tahun Nilai Ekspor Tanaman Hias Indonesia Dan Thailand Ke Jepang Tahun Nilai Ekspor Tanaman Hias Indonesia Dan Thailand Ke Korea Tahun Nilai Ekspor Tanaman Hias Indonesia Dan Thailand Ke Singapura Tahun Nilai Ekspor Tanaman Hias Indonesia Dan Thailand Ke Amerika Serikat Tahun Nilai Ekspor Tanaman Hias Indonesia Dan Thailand Ke Belanda Tahun Keunggulan Komparatif Tanaman Hias Indonesia Dan Thailand Di Pasar Jepang Tahun Keunggulan Komparatif Tanaman Hias Indonesia Dan Thailand Di Pasar Korea Tahun Keunggulan Komparatif Tanaman Hias Indonesia Dan Thailand Di Pasar Singapura Tahun Keunggulan Komparatif Tanaman Hias Indonesia Dan Thailand Di Pasar Amerika Serikat Tahun Keunggulan Komparatif Tanaman Hias Indonesia Dan Thailand Di Pasar Belanda Tahun Hasil Pengolahan Gravity Model Dengan Menggunakan Metode Pooled OLS

13 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Keseimbangan dalam perdagangan internasional Kerangka pemikiran operasional... 48

14 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Nilai Ekspor Indonesia Ke Lima Negara Tujuan Nilai Impor Lima Negara Tujuan Nilai Ekspor Thailand Ke Lima Negara Tujuan Pangsa Ekspor Tanaman Hias Indonesia dan Thailand Data Variabel Dalam Gravity Model Estimasi Model Gravity

15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian sampai saat ini masih menjadi salah satu sumber devisa non-migas yang cukup diandalkan di Indonesia. Data menunjukkan pada periode Januari sampai Oktober 2007 telah terjadi peningkatan ekspor senilai US$ 93,26 miliar atau mengalami peningkatan sebesar 13,36 persen dari tahun sebelumnya. Sementara itu, pada periode yang sama ekspor non migas mencapai nilai US$ 75,91 miliar atau meningkat sebesar 17,31 persen dari tahun sebelumnya. Peningkatan ekspor non-migas salah satunya didukung oleh meningkatnya ekspor komoditi pertanian, yakni sebesar 12,69 persen dari tahun sebelumnya. 1 Produk pertanian yang diekspor terdiri dari beragam jenis, mulai dari produk segar sampai produk yang telah mengalami berbagai tingkat pengolahan. Sektor pertanian mampu memberikan kontribusi yang cukup besar dalam hal peningkatan produksi bagi penyediaan bahan pangan dan bahan baku industri. Selain itu, kemajuan di sektor pertanian dapat meningkatkan pendapatan petani dan dapat menjadi penyumbang bagi pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Indonesia. Pertumbuhan PDB Indonesia pada triwulan ketiga tahun 2007 mengalami peningkatan sebesar 3,9 persen terhadap triwulan kedua. Fenomena tersebut terjadi pada semua sektor ekonomi dengan pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor pertanian, yakni meningkat sebesar 10,2 persen. 2 Hal serupa juga terjadi pada periode tahun 2002 sampai 2005, yang mana dalam pertumbuhan PDB sektor pertanian menjadi penyumbang terbesar dalam peningkatan PDB Indonesia.

16 Salah satu usaha dalam sektor pertanian, yang berpotensi untuk dikembangkan adalah hortikultura. Dalam era globalisasi perdagangan saat ini, keberadaan produk-produk pertanian Indonesia di pasar dunia harus bersaing dengan produk sejenis dari negara lain. Nilai PDB hortikultura tahun 2006 merupakan nilai tertinggi dibandingkan dua tahun sebelumnya, yakni sebesar Rp. 66,892 triliun. Sedangkan pada tahun 2004 dan 2005 nilai PDB hortikultura masing-masing sebesar Rp. 56,845 triliun dan Rp. 61,791 triliun. 3 Produk hortikultura meliputi buah-buahan, diikuti sayuran, tanaman hias dan tanaman biofarmaka. Dari keempat komoditi hortikultura tersebut, komoditi tanaman hias mempunyai potensi besar untuk dikembangkan. Data volume dan nilai ekspor komoditi hortikultura dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Volume dan Nilai Ekspor Komoditi Hortikultura Tahun Tahun Tanaman Hias Sayuran Buahbuahan Tanaman Biofarmaka Total Volume (Ton) Nilai (Ribu US$) Sumber : Direktorat Jendral Hortikultura ( Dalam industri perdagangan tanaman hias, negara-negara yang berada dalam kawasan Asia melakukan perdagangan ke negara-negara lain baik yang

17 berada di dalam kawasan Asia maupun di luar kawasan Asia. Negara-negara yang berada di kawasan Asia yang menjadi pasar potensial tanaman hias diantaranya Jepang, Korea, Taiwan, China dan Singapura. Hal ini dikarenakan tingkat konsumsi tanaman hias di negara-negara tersebut tergolong tinggi. 4 Adapun keuntungan yang diperoleh dari perdagangan antar negara-negara di kawasan Asia adalah jarak antar negara yang relatif dekat, biaya lebih rendah dan prosedur pengiriman lebih mudah. Selain di kawasan Asia, negara-negara lain yang merupakan pasar potensial tanaman hias diantaranya Amerika Serikat, Canada, Columbia, Belanda, Italia, dan Jerman. Pasar di kawasan Amerika dan Eropa rata-rata menyukai tanaman hias yang didatangkan dari kawasan Asia Tenggara karena dinilai mempunyai harga relatif lebih murah dan banyak menghasilkan ragam jenis terutama hasil persilangan. Meskipun demikian, eksportir tanaman hias Asia Tenggara mengalami ketidakuntungan dalam biaya pengiriman yang tinggi karena jarak tempuh antar negara cukup jauh. 5 Dalam beberapa tahun ini, ekspor tanaman hias Indonesia ke beberapa negara tujuan mengalami peningkatan yang cukup signifikan, baik dari volume maupun nilainya. Pasar ekspor tanaman hias Indonesia terbesar adalah negara Jepang, Korea, Singapura, Amerika Serikat dan Belanda. Pada tahun 2006, nilai ekspor tanaman hias Indonesia ke dunia sebesar US$ , meningkat sebesar 9,4 persen dari tahun sebelumnya. Sedangkan nilai ekspor tanaman hias Indonesia ke Jepang mencapai 21,4 persen dari total ekspor tanaman hias Indonesia ke dunia. 6

18 Keragaman jenis dan keunikan bentuk yang dimiliki tanaman hias Indonesia tidak hanya digemari oleh konsumen dalam negeri, namun juga diminati oleh konsumen luar negeri. Salah satu komoditi unggulan tanaman hias Indonesia adalah anggrek. Selain anggrek, Indonesia masih mempunyai beberapa jenis tanaman hias yang menjadi andalan komoditi ekspor seperti ; krisan, mawar, sedap malam, lily, anthurium, melati dan sebagainya. Peningkatan volume dan nilai ekspor tanaman hias Indonesia salah satunya didukung oleh berkembangnya kegiatan produksi. Data produksi tanaman hias dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Data Produksi Tanaman Hias Indonesia Tahun Tahun Anggrek Anthurium Gladiol Krisan Mawar Melati Palm (Ton) (Ton) (Ton) (Ton) (Ton) (Kg) (Pohon) Sumber : Ditjen Bina Produksi Hortikutura ( Bertambahnya minat masyarakat akan tanaman hias membuat para petani berupaya meningkatkan produktivitasnya. Bisnis tanaman hias yang dinilai cukup menjanjikan tidak hanya mendorong para petani tanaman hias itu sendiri, namun juga berdampak pada banyaknya para petani yang beralih tanam. Lebih dari itu, masyarakat awam pun tergerak untuk mengusahakan tanaman hias. Berkembangnya tanaman hias dalam negeri akan mampu meningkatkan pendapatan petani, memenuhi tuntutan keindahan lingkungan, menjadikan

19 kompleks perumahan, perhotelan dan perkantoran bertambah asri serta menunjang pembangunan industri pariwisata. Pembangunan industri tanaman hias juga diharapkan mampu menciptakan lapangan kerja, menambah devisa negara dan membuka peluang tumbuhnya industri sarana produksi, produk sekunder dan jasa transportasi. 1.2 Rumusan Masalah Setelah masa krisis ekonomi ( ) pertumbuhan ekspor komoditi pertanian Indonesia sebesar 13,4 persen dan pangsa ekspor komoditi pertanian di dunia sebesar 1,87 persen. Sementara itu pertumbuhan ekspor komditi pertanian Thailand sebesar 12,7 persen dengan pangsa ekspor di pasar dunia mencapai 2,84 persen. Untuk komoditi pertanian yang diekspor Indonesia tidak semua memiliki daya saing di pasar dunia. Beberapa komoditi pertanian Indonesia yang memiliki daya saing di pasar dunia diantaranya adalah ikan dan berbagai produk olahannya, kopi, teh, coklat, lada dan tembakau. Sedangkan komoditi pertanian Thailand yang memiliki daya saing di pasar dunia antara lain daging dan produk olahannya, ikan dan produk olahannya, sereal dan produk olahannya, sayuran, buah-buahan serta gula dan produk olahannya. Dapat disimpulkan bahwa meskipun Indonesia memiliki ketersediaan sumberdaya alam yang cukup melimpah, namun Indonesia belum maksimal dalam mengolah lebih lanjut berbagai produk pertanian untuk memenuhi permintaan pasar. Padahal dengan meningkatkan produksi berbagai produk olahan dari komoditi pertanian, Indonesia dapat memperoleh keuntungan yang lebih besar dibandingkan mengekspor dalam bentuk segar saja. Dalam industri tanaman hias, Indonesia mempunyai potensi besar untuk mengembangkan bisnis ini. Berdasarkan kekayaan alamnya, Indonesia menempati

20 urutan ke tiga setelah Brazil dan Columbia. Akan tetapi penanganan tanaman hias di Indonesia diakui memang jauh tertinggal dengan negara-negara lain. Jika dilihat dari perkembangan usaha tanaman hias di kawasan Asia Tenggara, Indonesia masih berada di bawah negara Thailand dan Malaysia yang merupakan negara maju dalam industri tanaman hias. Terlebih jika dibandingkan dengan negara Belanda, Amerika Serikat dan Columbia, keberadaan Indonesia di pasar tanaman hias dunia masih memiliki porsi yang kecil. Dari fenomena bebarapa negara tersebut di atas, mengindikasikan bahwa peranan tanaman hias dalam dunia perdagangan begitu penting dalam menghasilkan pendapatan negara. Thailand bahkan memposisikan tanaman hias dalam prioritas utama untuk dikembangkan. Para pelaku bisnis tanaman hias mampu menangkap peluang pasar sehingga terus mengupayakan agar industri tanaman hias dapat berkembang, selain untuk memenuhi permintaan pasar, juga untuk mensejahterakan produsen dan masyarakat negara tersebut. Dari berbagai macam jenis tanaman hias, tanaman anggrek merupakan jenis tanaman hias yang paling diunngulkan Indonesia. Selain karena Indonesia kaya akan keragaman jenis anggrek, tanaman anggrek juga memiliki nilai jual yang cukup tinggi dan banyak diminati oleh masyarakat baik dari dalam maupun luar negeri. Dengan demikian, berdasarkan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini mencakup : 1. Apakah Indonesia memiliki daya saing untuk komoditi tanaman hias dibandingkan dengan negara Thailand di pasar Jepang, Korea, Singapura, Amerika Serikat dan Belanda?

21 2. Bagaimana aliran perdagangan anggrek Indonesia dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kinerja ekspor anggrek ke negara tujuan? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengukur daya saing komoditi tanaman hias Indonesia dengan Thailand di pasar Jepang, Korea, Singapura, Amerika Serikat dan Belanda. 2. Menganalisis aliran perdagangan dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor anggrek sebagai komoditi tanaman hias yang diunggulkan Indonesia ke negara-negara tujuan. 1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini bermanfaat dalam memberikan informasi kepada berbagai pihak mengenai daya saing tanaman hias Indonesia di pasar Jepang, Korea, Singapura, Belanda dan Amerika Serikat. Selain itu, penelitian ini juga dapat memberikan informasi tentang bagaimana aliran perdagangan anggrek Indonesia ke negara tujuan serta mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor anggrek ke negara tujuan. Adapun kegunaan penelitian ini secara khusus memberikan manfaat kepada : 1. Pemerintah sebagai pengambil keputusan dalam penetapan kebijakan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai kondisi daya saing tanaman hias Indonesia di negara tujuan, Dengan demikian dapat berguna sebagai bahan masukan dalam pembuatan kebijakan yang mendukung kegiatan perdagangan tanaman hias.

22 2. Petani dan pelaku pasar, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dalam merencanakan pengembangan agribisnis tanaman hias dan dapat menjadi masukan dalam penetapan strategi yang akan diterapkan pada masa kini maupun masa datang. 3. Penulis dan khalayak pembaca, penelitian ini dapat menjadi sarana pembelajaran dalam menganalisis daya saing dan aliran perdagangan tanaman hias Indonesia di pasar dunia. Selain itu dapat dijadikan bahan litertur dalam penelitian-penelitian selanjutnya. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Sehubungan dengan keterbatasan waktu, ketersediaan data serta kemampuan dalam melakukan penelitian, maka ruang lingkup penelitian ini terbatas pada : 1. Penelitian ini menganalisis serta membandingkan daya saing tanaman hias Indonesia dengan Thailand dari segi keunggulan komparatif dan menganalisis aliran perdagangan anggrek sebagai komoditi tanaman hias yang diunggulkan Indonesia ke negara tujuan yakni Jepang, Korea, Singapura, Belanda dan Amerika Serikat. 2. Negara-negara yang menjadi objek penelitian ditentukan berdasarkan negara tujuan ekspor terbesar tanaman hias Indonesia. 3. Penelitian ini menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor anggrek Indonesia dilihat dari sisi penawaran dan permintaannya. 4. Dalam analisis perdagangan tanaman hias Indonesia ke negara-negara tujuan ekspor, komoditi anggrek dipilih berdasarkan keberadaannya sebagai komoditi tanaman hias yang diunggulkan.

23 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Usaha Tanaman Hias Tanaman hias baik bunga maupun daun telah lama dikenal luas dalam kehidupan masyarakat. Selain sebagai komoditi yang mengandung nilai estetika dan memberi kepuasan psikologis, beberapa jenis tanaman hias juga dianggap mempunyai mitos tertentu yang dapat memberikan pengaruh baik ataupun buruk bagi pemiliknya. Adapun kegunaan lain tanaman hias adalah dapat digunakan sebagai pemenuhan kebutuhan untuk menyatakan suatu simbol dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat Indonesia memiliki selera yang unik dan beragam dalam memilih tanaman hias. Jika melihat perkembangan tanaman hias di Indonesia, telah terjadi beberapa perubahan trend dalam jenis dan bentuk tanaman hias. Pada tahun 1970-an, bunga nusa indah banyak disukai dan dicari oleh para pecinta tanaman hias. Warna bunganya yang putih dan merah cerah dianggap melambangkan kesejahteraan pemiliknya, sehingga hampir disetiap tempat baik itu di perumahan maupun perkantoran memajang bunga nusa indah. Memasuki tahun 1980, selera masyarakat beralih pada bunga bugenvil atau kembang kertas. Pada era tahun 1990-an, trend tanaman hias beralih pada jenis tanaman untuk lanskap atau taman terbuka, yakni jenis palem-paleman. Jenis palem yang terkenal dan yang diminati masyarakat saat itu adalah palem botol, palem raja dan ekor tupai. Pada saat itu, jenis tanaman palem berharga sangat mahal. Satu pohon palem dewasa bisa dihargai lima sampai tujuh juta rupiah.

24 Tidak hanya palem, tahun 1990-an juga menjadi trend tanaman peneduh seperti kamboja dan cemara. 7 Trend tanaman hias cepat berganti seiring dengan pergantian tahun. Pada tahun 2000, jenis tanaman adenium, euphorbia dan aglaonema menjadi andalan di pasar tanaman hias. Jenis tanaman tersebut sebagian besar merupakan hasil silangan yang didatangkan dari Thailand dan Taiwan. 8 Ketiganya sempat menjadi jenis tanaman yang paling banyak diminati oleh para kolektor dan pecinta tanaman hias. Di tahun 2007, jenis tanaman anthurium menjadi sangat populer di industri tanaman hias baik di dalam maupun di luar negeri. Meskipun demikian, beberapa jenis tanaman hias yang sempat menjadi trend pada masanya adalah jenis tanaman yang sudah lama dikenal. Anthurium sudah banyak dikenal sejak 40 tahun yang lalu, begitu juga dengan adenium atau kamboja jepang, euphorbia dan aglaonema yang sudah dikenal lama di kalangan pecinta tanaman hias. 9 Suatu jenis tanaman hias dapat menjadi trend di pasar jika tanaman tersebut dijadikan baru melalui teknik persilangan. Melalui teknik persilangan dapat dihasilkan varietas-varietas baru dengan warna dan corak yang beragam sesuai dengan keinginan masyarakat. Ada beberapa faktor yang membuat suatu jenis tanaman menjadi diminati dan harganya menjadi sangat mahal. Kelangkaan adalah faktor utama yang menyebabkan suatu tanaman mempunyai nilai jual yang sangat tinggi. Selain itu, keunikan bentuk, warna dan corak tanaman juga ikut mempengaruhi daya tarik suatu tanaman. Untuk tanaman hias bunga, masyarakat lebih menyukai bunga yang berwarna cerah, sedangkan untuk tanaman hias daun, daun yang bermotif dan berwarna unik (merah tua, pink, hijau kemerahan) sangat disukai masyarakat. 10

25 Namun demikian, jika dibandingkan dengan beberapa jenis tanaman hias yang pernah menjadi trend pada masanya, tanaman anggrek selalu mendapatkan tempat di hati para penggemarnya. Dengan kata lain, keberadaan anggrek tidak pernah lekang oleh waktu. Di Indonesia terdapat jenis anggrek yang keberadaannya tersebar hampir di seluruh kepulauan Indonesia. Diperkirakan setengah dari spesies ini terdapat di Irian Jaya, sedangkan spesies lainnya terdapat di Kalimantan dan sisanya tersebar di pulau-pulau lain. Di pulau Jawa sendiri, menurut data Kebun Raya Bogor terdapat 713 spesies anggrek yang sudah teridentifikasi. Jenis anggrek yang paling banyak diminati diantaranya Dendrobium, Phalaenopsis, Vanda, Cymbidium, Bullbophilum dan Coelogyne. Selera konsumen terhadap mutu bunga potong anggrek sangat spesifik dan berkembang sangat dinamis ke arah yang lebih serasi dan sempurna dari segi keindahan, warna, ukuran, susunan, daya tahan dan bentuk bunga tersebut. Selera masyarakat terhadap bunga dipengaruhi dan ditentukan oleh produsen dan trend luar negeri. Pada tahun 1983, selera konsumen terhadap anggrek Vanda lebih tinggi dibandingkan Aranthera dan Dendrobium. Sedangkan pada tahun 1986 selera konsumen mulai beralih, kesukaan konsumen terhadap Vanda sama dengan kesukaan terhadap Dendrobium. Pada saat ini, anggrek yang dominan disukai masyarakat adalah Dendrobium, diikuti Oncidium, Cattleya dan Vanda. 11 Anggrek Dendrobium lebih disukai karena bunganya relatif lebih tahan lama bila digunakan untuk dekorasi, warna lebih bervariasi dan harganya relatif lebih murah. Apabila dibandingkan dengan anggrek jenis lain seperti Cattleya, anggrek jenis ini bunganya berukuran besar namun tidak tahan lama dan harganya lebih tinggi. Bunga ini hanya digunakan sebagai pemanis dalam rangkaian bunga

26 anggrek. Sedangkan Vanda, jarang sekali digunakan untuk rangkaian karena tangkainya kaku. Anggrek Vanda banyak digunakan sebagai pemanis gelas minuman dan simbol ungkapan dukacita. Perkembangan teknologi memungkinkan untuk menghasilkan anggrek yang berwarna-warni, tahan lama dan harga yang relatif terjangkau. Pemilihan warna bunga anggrek yang dikonsumsi banyak dipengaruhi oleh maksud penggunaannya. Pada hari natal, warna bunga yang disukai didominasi oleh warna putih. Pada hari imlek bunga yang disukai berwarna merah, pink dan ungu sedangkan untuk tanda belasungkawa, umumnya digunakan bunga berwarna kuning atau ungu. Dari segi ekonomi, bisnis anggrek dinilai cukup menjanjikan. Hal itu dikarenakan harga jual anggrek yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman hias lain. Namun sangat disayangkan sampai saat ini belum terdapat fasilitas kredit bank untuk lebih menunjang usaha ini, sehingga para pengusaha tanaman hias di tanah air umumnya berjalan sendiri dengan dukungan yang minim dari pemerintah. Seiring dengan berkembangnya teknologi dan selera masyarakat, tanaman hias kini mempunyai banyak ragam. Hal tersebut didukung adanya peningkatan pengetahuan dan teknologi, seperti rumah kaca, hidroponik, terrarium, verikultur, aeroponik, dan lain-lain. Era globalisasi mengakibatkan komoditi tanaman hias semakin meluas. Indonesia memiliki potensi besar untuk pengembangan tanaman hias, ditinjau aspek ketersediaan sumberdaya genetik, sumberdaya manusia, tanah dan iklim kondusif. Namun potensi tersebut sejauh ini belum dimanfaatkan secara optimal, mengingat keterbatasan pengetahuan, modal dan promosi. Data Badan

27 Pusat Statistik (BPS, 2007) menunjukkan kenaikan volume ekspor tanaman hias Indonesia per tahunnya sebesar persen dan nilainya rata-rata sebesar US$ 12 juta, sangat jauh dari proyeksi pasar florikultur dunia yang menargetkan nilai perdagangan tanaman hias pada tahun 2007 sebesar US$ 80 miliar. Saat ini perkembangan industri tanaman hias Indonesia menempati urutan ke-51 di dunia. 12 Hal itu membuktikan bahwa pertumbuhan industri tanaman hias di Indonesia berjalan lambat dan sektor ini tampaknya belum menjadi andalan untuk meningkatkan devisa. Disisi lain peluang pasar domestik dan internasional sangat prospektif. Oleh karena itu sudah saatnya Indonesia memanfaatkan dan mengembangkan potensi nasional menjadi industri tanaman hias yang tangguh dan mempunyai daya saing tinggi. Pada saat ini usaha tanaman hias sudah mulai tumbuh, meskipun pertumbuhannya relatif kecil dibandingkan dengan negara lain seperti Thailand, Taiwan, Columbia dan China. 13 Terlebih jika ingin membandingkan dengan Belanda sebagai produsen utama tanaman hias dunia, posisi Indonesia masih tertinggal jauh. Hal ini terjadi karena investasi di bidang tanaman hias masih sangat rendah bila dibandingkan dengan sektor lainnya. Potensi Indonesia sebagai negara tropis yang memiliki kekayaan hayati dan florikultur yang melimpah belum digarap dengan baik. Untuk mengejar ketinggalan dari negara lain, maka dibutuhkan kerjasama dengan semua pihak agar tercipta penguatan di semua segmen dalam sistem agribisnis. Hal tersebut akan mendorong interaksi di tingkat hulu hingga hilir dalam sistem agribisnis tanaman hias.

28 2.2 Penelitian Terdahulu Penelitian Tentang Tanaman Hias Chaizar (2007) melakukan penelitian tentang analisis pendapatan usahatani philodendron dan tanaman hias puring. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pendapatan usahatani yang diperoleh petani tanaman hias serta menganalisis produk apakah yang dapat dijadikan produk unggulan pada PD Atsumo. Alat analisis yang digunakan untuk pengolahan data adalah microsoft excel dan analisis R/C untuk menganalisis produk usahatani yang paling efisien. Hasil yang diperoleh dari urutan nilai R/C memperlihatkan bahwa bunga potong menempati urutan pertama sebagai produk tanaman hias unggulan. Produk dengan tingkat biaya paling tinggi memberikan pendapatan yang tinggi pula. Urutan kedua adalah euphorbia dan tanaman puring yang posisinya lebih bergantung terhadap trend yang sedang berkembang. Akibatnya, produk tersebut mengalami penurunan harga jual yang sangat drastis. Penelitian yang dilakukan oleh Rositasari (2006) tentang strategi pemasaran tanaman hias daun. Penelitian ini mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan eksternal dan internal pemasaran tanaman hias daun potong di Pesona Daun Mas Asri, Bogor. Selain itu juga merumuskan alternatif strategi pemasaran dan pemilihan strategi yang tepat. Metode yang digunakan adalah analisis lingkungan pemasaran (internal dan eksternal), analisis IFE dan EFE, analisis IE dan SWOT, serta Proses Hierarki Analitik (PHA). Hasil nilai rata-rata matriks EFE adalah sebesar 2,4075 yang artinya perusahaan mempunyai kemampuan memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman mendekati rata-rata. Nilai IFE sebesar 2,678 artinya perusahaan

29 mempunyai posisi internal yang kuat dan mampu menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk menutupi kelemahan. Dalam matriks SWOT diperoleh strategi utama yakni (S-O) strategi penetrasi pasar di wilayah DKI Jakarta dan diversifikasi serta pengembangan produk. Sedangkan hasil dari analisis PHA diperoleh strategi penetapan kebijakan harga yang fleksibel. Saepuloh (2005) menggunakan metode snowbolling dengan jumlah sample sebayak 16 responden. Penelitian ini menganalisis tingkat pendapatan pedagang pengecer tanaman hias dan menganalisis pola pemasarannya. Dari hasil yang diperoleh dinyatakan bahwa usaha tanaman hias di kota Bogor menguntungkan petani, dengan nilai R/C rasio 1,34 dan R/C biaya total 1,23. para pelaku pasar tanaman hias antara lain petani, pedagang perantara, pedagang pengecer dan konsumen akhir. Adapun penelitian tentang kelayakan usahatani lainnya dilakukan oleh Dorkas (2004). Penelitian ini mengkaji keragaan usaha tanaman hias serta menganalisis kelayakan usaha finansial dan tingkat kepekaan investasi. Metode yang digunakan adalah NPV, Net B/C, IRR dan PP. Dari hasil analisis aspek finansial dikatakan bahwa tanaman hias layak diusahakan. Berdasarkan analisis sensitivitas, penurunan output lebih sensitif dibandingkan dengan kenaikan input Penelitian Tentang Daya Saing Penelitian tentang daya saing dilakukan oleh Rudianto (2003) mengenai Analisis Daya Saing dan Efisiensi Pemasaran Komoditas Lidah Buaya di Kota Pontianak. Penelitian ini menganalisis komponen biaya dalam usaha tani lidah buaya, menganalisis keunggulan komparatif dan kompetitif dan menganalisis tingkat efisiensi pemasarannya. Dalam menganalisis keunggulan komparatif dan

30 kompetitif lidah buaya, metode yang digunakan adalah analisis Biaya Sumberdaya Domestik (BSD) untuk mengetahui koefisien BSD dan hasil keunggulan komparatif dan kompetitifnya. Hasil dari penelitian ini menunjukkan secara umum lidah buaya memiliki keunggulan finansial dan ekonomi. Nilai KBSD yang diperoleh untuk orientasi promosi ekpor pada tahun pertama dan kedua masing-masing sebesar 0,5658 dan 0,1382. Sedangkan nilai BSD untuk tahun pertama dan kedua adalah Rp ,27 dan Rp ,96. nilai KBSD dan BSD tersebut menandakan komoditi lidah buaya di daerah penelitian layak untuk diusahakan untuk memenuhi kebutuhan promosi ekspor atau lebih menguntungkan untuk memproduksi lidah buaya daripada mengimpornya. Penelitian Tatakomara (2005) mengenai Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Teh dan Daya Saing di Pasar Internasional. Penelitian ini menggambarkan perkembangan ekspor teh Indonesia, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor teh serta potensi daya saing teh Indonesia di pasar internasional. Metode kuantitatif yang digunakan untuk menganalisis faktor pengaruh ekspor teh adalah model regresi linear berganda dengan metode 2SLS. Hasil regresi model menunjukkan variabel-variabel yang mempengaruhi ekspor teh diantaranya produksi teh domestik, volume ekspor teh tahun sebelumnya, harga teh dunia, harga teh dunia tahun sebelumnya, nilai tukar rupiah tahun sebelumnya, konsumsi teh domestik dan harga teh domestik. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa komoditi teh Indonesia memiliki keunggulan absolut karena sumberdaya lahan yang melimpah. Sedangkan untuk keunggulan kompetitif, Indonesia harus meningkatkan daya saingnya dari berbagai sisi

31 terutama mutu tehnya. Peningkatan produksi perlu didukung oleh peningkatan mutunya sehingga ekspor dapat ditingkatkan semaksimal mungkin. Penelitian Monsaputra (2007) tentang daya saing durian serta dampak kebijakan pemerintah terhadap usahatani durian di Sumatera Barat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Policy Analisys Matriks (PAM). Hasil penelitian menunjukkan usahatani durian di Sumatera Barat menguntungkan secara finansial dan ekonomi serta memiliki daya saing baik pada harga aktual maupun pada harga ekonomi. Hal tersebut diketahui dari nilai PCR dan DRC di keempat kecamatan sampel yang kurang dari satu. Adapun kebijakan pemerintah terhadap usahatani durian belum memberikan dampak yang signifikan. Diketahui dari nilai OT yang negatif dan NPCO bernilai kurang dari satu Penelitian Tentang Revealed Comparative Advantage (RCA) Penelitian yang dilakukan oleh Firdaus (2007) tentang Analisis Daya Saing dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Tekstil dan Produk Tekstil Indonesia di Pasar Amerika Serikat. Penelitian ini menggunakan metode Constant Market Share Analysis (CMSA) dalam mengukur dinamika tingkat daya saing yang dilanjutkan dengan metode Revealed Comparative Advantage (RCA) untuk menganalisis keunggulan TPT Indonesia dan China di pasar Amerika Serikat. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor TPT Indonesia ke Amerika Serikat, digunakan metode Vector Error Correction Model (VECM). Hasil menunjukkan bahwa kekuatan penawaran ekspor Indonesia yang dicerminkan oleh kekuatan daya saing dari TPT Indonesia masih berada di bawah TPT China. Dari hasil CMSA diketahui efek daya saing Indonesia lebih rendah dari China dalam kontribusi ekspor. Daya saing secara komparatif untuk komoditi

32 pakaian jadi Indonesia lebih baik dibandingkan China. Hal itu karena ekspor pakaian jadi Indonesia ke Amerika Serikat memberikan kontribusi yang besar terhadap total ekspor Indonesia ke Amerika Serikat. Perkembangan indeks RCA menunjukkan bahwa pangsa pasar Indonesia di Amerika Serikat untuk komoditi pakaian jadi, kain dan benang cenderung berfluktuasi setiap tahunnya dan pangsa pasar China di Amerika Serikat cenderung bertambah. Dalam penelitian yang dilakukan Yastuti (2004) menunjukkan kategori tekstil dan produk tekstil unggulan Indonesia adalah kategori serat sintetis, kain tertentu, dan pakaian jadi. Selama tahun 1998 sampai 2002 produk-produk tersebut menunjukkan nilai indeks yang lebih besar dari satu dan nilainya meningkat. Sementara itu dari posisi keunggulan kompetitif belakangan ini industri TPT Indonesia kehilangan daya saingnya yang disebabkan oleh kepabenan, pembiayaan usaha dan kredit, pajak pertambahan nilai dan pajak bumi dan bangunan yang dinilai cukup mahal Penelitian Tentang Gravity Model Penelitian yang menggunakan metode gravity model dilakukan oleh Sunenti (2005). Penelitian ini membahas mengenai perkembangan ekspor meubel rotan Indonesia ke beberapa negara tujuan. Penelitian ini mengkaji potensi ekonomi negara tujuan, menganalisis aliran perdagangan meubel rotan serta mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor meubel rotan ke negara tujuan. Secara keseluruhan model aliran perdagangan yang didekati dengan gravity model mampu menjelaskan terjadinya aliran perdagangan meubel rotan dari titik produksi hingga ke titik konsumsi. Parameter bebas yang terdiri dari unsur gravity yang digunakan untuk menganalisis aliran perdagangan mampu

33 menjelaskan variasi dari parameter tak bebas yaitu volume meubel rotan yang diekspor. Hal ini dibuktikan dengan nilai R 2 yang tinggi sebesar 77,5 persen, sedangkan sisanya sebesar 22,5 persen tidak dapat dijelaskan oleh model. Berdasarkan unsur-unsur gravity yang dianalisis terhadap aliran perdagangan meubel rotan, pendapatan per kapita berpengaruh positif dan nyata pada taraf lima persen terhadap volume ekspor rotan. Jarak Indonesia dengan negara tujuan ekspor meubel rotan berpengaruh negatif terhadap volume ekspor meubel rotan dan tidak nyata pada taraf lima persen. Biaya transportasi berpengaruh negatif dan nyata pada taraf lima persen. Jumlah penduduk di negara tujuan ekspor berpengaruh negatif dan nyata pada taraf lima persen. Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar berpengaruh positif dan tidak nyata pada taraf lima persen. Harga meubel rotan berpengaruh negatif terhadap volume ekspor meubel rotan dan tidak nyata pada taraf lima persen. Ringkasan mengenai penelitian terdahulu ditampilkan dalam Tabel 3. Dari beberapa penelitian terdahulu dapat diketahui bahwa untuk komoditi tanaman hias belum pernah dilakukan penelitian tentang daya saing serta aliran perdagangan anggrek Indonesia ke negara tujuan. Dalam penelitian ini untuk mengukur daya saing komoditi tanaman hias Indonesia di pasar negara tujuan dilakukan dengan menggunakan metode RCA. Ada beberapa metode yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengukur daya saing suatu komoditi yang diperdagangkan mulai dari tingkat hulu hingga tingkat hilir. Adapun metode yang dapat digunakan diantaranya analisis Biaya Sumberdaya Domestik (BSD), Policy Analisys Matriks (PAM), Constant Market Share Analysis (CMSA) dan Revealed Comparative Advantage (RCA).

34 Pemilihan metode RCA sebagai alat untuk mengukur daya saing tanaman hias Indonesia di negara tujuan karena relatif lebih mudah digunakan. Hasil yang diperoleh diharapkan dapat menunjukkan kondisi daya saing tanaman hias Indonesia di negara tujuan secara komparatif. Analisis aliran perdagangan anggrek Indonesia di negara tujuan yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan model gravity karena bertujuan untuk mengetahui apakah faktor ekonomi dan non ekonomi negara tujuan dapat mempengaruhi kuantitas ekspor anggrek Indonesia. Variabel-vaiabel yang dinilai sesuai untuk dianalisis dalam aliran perdagangan angrek Indonesia ke negara tujuan meliputi waktu tempuh, biaya transportasi, pendapatan per kapita, populasi, harga anggrek, nilai tukar USD.

35 Tabel 3. Ringkasan Penelitian Terdahulu Nama Tahun Tujuan penelitian Metode penelitian Chaizar 2007 Menganalisis R/C Ratio pendapatan usahatani philodendron dan tanaman hias puring Rositasari 2006 Menganalisis startegi IFE, EFE, IE, pemasaran tanaman SWOT, PHA. hias daun Saepulloh 2005 Menganalisis tingkat pendapatan pedagang pengecer tanaman hias Dorkas 2004 Menganalisis NPV, Net B/C, kelayakan usaha IRR dan PP finansial dan tingkat kepekaan investasi Rudianto 2003 Menganalisis Analisis Biaya komponen biaya Sumberdaya usahatani lidah buaya, Domestik menganalisis (BSD) keunggulan kompetitif dan komparatif serta efisiensi pemasarannya Tatakomara 2005 Menganalisis daya saing teh dan faktorfaktor yang mempengaruhi ekspor teh Monsaputra 2007 Menganalisis daya saing durian dan dampak kebijakan pemerintah Firdaus 2007 Menganalsis daya saing dan faktor yang mempengaruhi ekspor tekstil dan produk tekstil Indonesia di pasar Amerika Serikat Sunenti 2005 Menganalisis perkembangan ekspor meubel rotan Hasil penelitian Produk dengan tingkat biaya paling tinggi memberikan pendapatan yang tinggi pula Strategi penetrasi pasar dan strategi kebijakan harga R/C Ratio Usaha tanaman hias menguntungkan petani, R/C Ratio 1,34 Persamaan Regresi linear berganda Policy analisys matriks (PAM) CMSA, VECM RCA, Secara finansial tanaman hias layak diusahakan Lidah buaya layak diusahakan untuk ekspor. Indonesia memiliki keunggulan absolut untuk komoditi teh. Faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor teh diantaranya, produksi teh domestik, volume ekspor teh tahun sebelumnya, harga teh dunia, harga teh dunia tahun sebelumnya, nilai tukar rupiah tahun sebelumnya, konsumsi teh domestik, harga teh domestik. Durian memiliki daya saing dan menguntungkan secara finansial. Kebijakan pemerintah terhadap usaha durian tidak berpengaruh. Efek daya saing Indonesia lebih rendah dari China. Pakaian jadi Indonesia mempunyai komparatif. keunggulan Gravity model Ekspor rotan dipengaruhi oleh GDP per kapita, biaya transportasi, populasi.

36 BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antar individu, antara individu dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. Perdagangan internasional merupakan suatu mesin pertumbuhan bagi negara-negara yang terlibat didalamnya, terutama bagi negara-negara berkembang. Dengan melakukan kegiatan ekspor secara intensif, maka suatu negara akan mengalami kemajuan pesat dalam pertumbuhan dan pembagunan ekonomi, oleh karena mendapatkan keuntungan dan meningkatkan pendapatan negara (Salvatore, 1996). Perdagangan internasional menjadi salah satu faktor utama untuk meningkatkan GDP serta turut mendorong industrialisasi, kemajuan transportasi, globalisasi, dan kehadiran perusahaan multinasional. Perdagangan internasional dapat memberi kontribusi yang berharga bagi proses pembangunan suatu negara. Setiap negara yang terlibat dalam hubungan dagang antarnegara akan terdorong untuk melakukan spesialisasi produksi dan ekspor komoditi tertentu yang memiliki keunggulan komparatifnya. Dengan demikian masing-masing negara akan terfokus pada bidang keahlian atau keunggulannya sehingga output dunia akan menjadi lebih besar dan setiap negara yang terlibat akan diuntungkan (Salvatore, 1996).

37 Melalui hubungan perdagangan internasional, suatu negara berkembang dapat beranjak dari titik produksinya yang tidak efisien dan menciptakan lahanlahan investasi dan pasar baru yang akan menyerap produk-produk yang tidak bisa dijual di dalam negeri. Hal itu berarti akan tercipta penyaluran surplus bagi komoditi pertanian dan bahan-bahan mentah di suatu negara berkembang. Manfaat lain dari perdagangan internasional adalah dapat memperoleh produk yang tidak dapat diproduksi di dalam negeri, sehingga setiap negara mampu memenuhi kebutuhan akan barang dan jasa yang tidak diproduksi sendiri atau mengalami keterbatasan produksi. Banyak faktor yang mempengaruhi suatu negara melakukan perdagangan internasional. Selain untuk memenuhi kebutuhan akan barang dan jasa dalam negeri, juga karena adanya perbedaan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam mengolah sumberdaya ekonomi. Dengan melakukan perdagangan internasional maka akan terjadi transfer teknologi modern yang memungkinkan suatu negara mempelajari suatu teknik produksi yang lebih efisien. Hubungan kerjasama perdagangan antar negara dapat berimplikasi pada kerjasama politik serta perolehan dukungan dari negara lain. Di era globalisasi seperti saat ini, setiap negara tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan negara lain. Hal itu dikarenakan semakin meningkatnya jumlah populasi penduduk suatu negara yang berdampak pada meningkatnya kebutuhan dan berkembangnya selera masyarakat yang beragam. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang tidak dapat dipenuhi dalam negeri, maka suatu negara akan memperolehnya dari negara lain. Dengan demikian suatu negara akan bergantung pada negara lain untuk memenuhi kebutuhan penduduknya.

ANALISIS DAYA SAING KOMODITI TANAMAN HIAS DAN ALIRAN PERDAGANGAN ANGGREK INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL

ANALISIS DAYA SAING KOMODITI TANAMAN HIAS DAN ALIRAN PERDAGANGAN ANGGREK INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL ANALISIS DAYA SAING KOMODITI TANAMAN HIAS DAN ALIRAN PERDAGANGAN ANGGREK INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL Oleh : MAYA ANDINI KARTIKASARI NRP. A14105684 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. akan tetapi juga berperan bagi pembangunan sektor agrowisata di Indonesia.

I. PENDAHULUAN. akan tetapi juga berperan bagi pembangunan sektor agrowisata di Indonesia. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Usaha agribisnis tanaman hias saat ini sedang berkembang cukup pesat. Tanaman hias tidak hanya berperan dalam pembangunan sektor pertanian, akan tetapi juga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang sangat beragam dan mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian

I. PENDAHULUAN. yang sangat beragam dan mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang mempunyai kekayaan hayati yang sangat beragam dan mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian dibidang pertanian. Sektor

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA. Oleh : AYU LESTARI A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA. Oleh : AYU LESTARI A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA Oleh : AYU LESTARI A14102659 PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS ALIRAN PERDAGANGAN TEH INDONESIA SEBELUM DAN SETELAH KRISIS MONETER. Oleh : ERWIN FAHRI A

ANALISIS ALIRAN PERDAGANGAN TEH INDONESIA SEBELUM DAN SETELAH KRISIS MONETER. Oleh : ERWIN FAHRI A ANALISIS ALIRAN PERDAGANGAN TEH INDONESIA SEBELUM DAN SETELAH KRISIS MONETER Oleh : ERWIN FAHRI A 14105542 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan

BAB I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan perekonomian nasional dan menjadi sektor andalan serta mesin penggerak pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL INDONESIA DI PASAR AMERIKA SERIKAT

ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL INDONESIA DI PASAR AMERIKA SERIKAT ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL INDONESIA DI PASAR AMERIKA SERIKAT OLEH : AHMAD HERI FIRDAUS H14103079 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang luas dan kaya akan komoditas pertanian serta sebagian besar penduduknya adalah petani. Sektor pertanian sangat tepat untuk dijadikan sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya alam yang melimpah, terutama pada sektor pertanian. Sektor pertanian sangat berpengaruh bagi perkembangan

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI PENGOLAHAN DAN HASIL OLAHAN KAKAO INDONESIA OLEH : RIZA RAHMANU H

ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI PENGOLAHAN DAN HASIL OLAHAN KAKAO INDONESIA OLEH : RIZA RAHMANU H ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI PENGOLAHAN DAN HASIL OLAHAN KAKAO INDONESIA OLEH : RIZA RAHMANU H14052235 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN RIZA

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masyarakat Ekonomi ASEAN yang telah diberlakukan pada akhir 2015 lalu tidak hanya menghadirkan peluang yang sangat luas untuk memperbesar cakupan bisnis bagi para pelaku dunia

Lebih terperinci

FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BUNGA POTONG KRISAN PADA LOKA FARM CILEMBER BOGOR. Oleh: JEFFRI KURNIAWAN A

FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BUNGA POTONG KRISAN PADA LOKA FARM CILEMBER BOGOR. Oleh: JEFFRI KURNIAWAN A FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BUNGA POTONG KRISAN PADA LOKA FARM CILEMBER BOGOR Oleh: JEFFRI KURNIAWAN A 14105563 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini dilihat dari kontribusi sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Ekspor, Impor, dan Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian Menurut Sub Sektor, 2014 Ekspor Impor Neraca

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Ekspor, Impor, dan Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian Menurut Sub Sektor, 2014 Ekspor Impor Neraca I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia memiliki kekayaan alam yang melimpah ruah dan beraneka ragam. Hal ini tampak pada sektor pertanian yang meliputi komoditas tanaman pangan, hortikultura, perkebunan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia modern sekarang suatu negara sulit untuk dapat memenuhi seluruh kebutuhannya sendiri tanpa kerjasama dengan negara lain. Dengan kemajuan teknologi yang sangat

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN EKSPOR BUAH-BUAHAN PADA PT. AGROINDO USAHA JAYA. Oleh : YAYAN MUHAMAD AHYANI A

STRATEGI PEMASARAN EKSPOR BUAH-BUAHAN PADA PT. AGROINDO USAHA JAYA. Oleh : YAYAN MUHAMAD AHYANI A STRATEGI PEMASARAN EKSPOR BUAH-BUAHAN PADA PT. AGROINDO USAHA JAYA Oleh : YAYAN MUHAMAD AHYANI A 14104631 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A

ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A14105570 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMENAGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PERUSAHAAN AIR MINUM DALAM KEMASAN (AMDK) MEREK CITRABAS DELUXE (Studi Kasus di PT. Buana Tirta Abadi Jakarta)

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PERUSAHAAN AIR MINUM DALAM KEMASAN (AMDK) MEREK CITRABAS DELUXE (Studi Kasus di PT. Buana Tirta Abadi Jakarta) ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PERUSAHAAN AIR MINUM DALAM KEMASAN (AMDK) MEREK CITRABAS DELUXE (Studi Kasus di PT. Buana Tirta Abadi Jakarta) Oleh : CITRA WIDYALESTARI A 14105522 PROGRAM SARJANA EKSTENSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan perekonomian nasional. Peranannya sebagai menyumbang pembentukan PDB penyediaan sumber devisa

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian digambarkan dalam kontribusi sektor pertanian dalam

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sub sektor dalam sektor pertanian yang berpotensi untuk dikembangkan karena memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Indonesia memiliki

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN DAYA SAING SERTA DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP INDUSTRI TEMPE DI KABUPATEN BOGOR

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN DAYA SAING SERTA DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP INDUSTRI TEMPE DI KABUPATEN BOGOR ANALISIS NILAI TAMBAH DAN DAYA SAING SERTA DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP INDUSTRI TEMPE DI KABUPATEN BOGOR (Kasus : Desa Citeureup, Kecamatan Citeureup) Oleh: MERIKA SONDANG SINAGA A14304029 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang berlimpah, dimana banyak Negara yang melakukan perdagangan internasional, Sumberdaya yang melimpah tidak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hasil Hutan Bukan Kayu

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hasil Hutan Bukan Kayu II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hasil Hutan Bukan Kayu Istilah Hasil Hutan Bukan Kayu atau yang semula disebut Hasil Hutan Ikutan merupakan hasil hutan yang bukan kayu berasal dari bagian pohon atau tumbuh-tumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daya saing merupakan salah satu kriteria yang menentukan keberhasilan suatu negara di dalam perdagangan internasional. Dalam era perdagangan bebas saat ini, daya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa Indonesia. Pada kurun tahun 1993-2006, industri TPT menyumbangkan 19.59 persen dari perolehan devisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem perekonomian terbuka dimana lalu lintas perekonomian internasional sangat penting dalam perekonomian

Lebih terperinci

Bab 5 H O R T I K U L T U R A

Bab 5 H O R T I K U L T U R A Bab 5 H O R T I K U L T U R A Komoditas hortikultura yang terdiri dari buah-buahan, sayuran, tanaman hias, dan tanaman obat mempunyai potensi besar untuk dikembangkan sebagai usaha agribisnis. Pengelolaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Tanah pertanian di Indonesia pada umumnya kaya akan bahan organik dengan lapisan olah yang cukup dalam. Keadaan tersebut memungkinkan tanaman dapat dengan mudah

Lebih terperinci

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO RINGKASAN ISVENTINA. H14102124. Analisis Dampak Peningkatan Ekspor Karet Alam Terhadap Perekonomian Indonesia: Suatu Pendekatan Analisis Input-Output. Di bawah bimbingan DJONI HARTONO. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR PISANG INDONESIA SKRIPSI. Oleh : DEVI KUNTARI NPM :

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR PISANG INDONESIA SKRIPSI. Oleh : DEVI KUNTARI NPM : ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR PISANG INDONESIA SKRIPSI Oleh : DEVI KUNTARI NPM : 0824010021 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JATIM

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Faktor-Faktor Penting yang Memengaruhi Dayasaing Suatu Komoditas

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Faktor-Faktor Penting yang Memengaruhi Dayasaing Suatu Komoditas II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Faktor-Faktor Penting yang Memengaruhi Dayasaing Suatu Komoditas Dayasaing sangat penting dalam menentukan keberhasilan suatu industri karena dayasaing merupakan kemampuan suatu

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN RESTORAN PONDOK MAKAN MIRAH, JAKARTA SELATAN SARI ERLIANINGSIH A

STRATEGI PEMASARAN RESTORAN PONDOK MAKAN MIRAH, JAKARTA SELATAN SARI ERLIANINGSIH A STRATEGI PEMASARAN RESTORAN PONDOK MAKAN MIRAH, JAKARTA SELATAN SARI ERLIANINGSIH A.14105704 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN SARI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Sektor pertanian secara potensial mampu memberikan kontribusi

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendekatan Penelitian Sistem Usaha Pertanian dan Agribisnis

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendekatan Penelitian Sistem Usaha Pertanian dan Agribisnis II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendekatan Penelitian Sistem Usaha Pertanian dan Agribisnis Pada awalnya penelitian tentang sistem pertanian hanya terbatas pada tahap budidaya atau pola tanam, tetapi pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya alam yang beraneka ragam dan memiliki wilayah yang cukup luas. Hal ini yang membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertukaran barang dan jasa antara penduduk dari negara yang berbeda dengan

BAB I PENDAHULUAN. pertukaran barang dan jasa antara penduduk dari negara yang berbeda dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan pesat globalisasi dalam beberapa dasawarsa terakhir mendorong terjadinya perdagangan internasional yang semakin aktif dan kompetitif. Perdagangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perdagangan antar negara akan menciptakan pasar yang lebih kompetitif dan mendorong pertumbuhan ekonomi ke tingkat yang lebih tinggi. Kondisi sumber daya alam Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomensa globalisasi dalam bidang ekonomi mendorong perkembangan ekonomi yang semakin dinamis antar negara. Dengan adanya globalisasi, terjadi perubahan sistem ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melimpah. Memasuki era perdagangan bebas, Indonesia harus membuat strategi yang

BAB I PENDAHULUAN. melimpah. Memasuki era perdagangan bebas, Indonesia harus membuat strategi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki sumberdaya alam yang melimpah. Memasuki era perdagangan bebas, Indonesia harus membuat strategi yang tepat untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi dari sisi ekonomi adalah suatu perubahan dunia yang bersifat mendasar atau struktural dan akan berlangsung terus dalam Iaju yang semakin pesat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun (Milyar rupiah)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun (Milyar rupiah) 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Sektor pertanian adalah salah satu

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN Oleh: RONA PUTRIA A 14104687 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

: NUSRAT NADHWATUNNAJA A

: NUSRAT NADHWATUNNAJA A ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA PASIR LANGU, KECAMATAN CISARUA, KABUPATEN BANDUNG Oleh : NUSRAT NADHWATUNNAJA A14105586 PROGRAM SARJANA

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Menurut Oktaviani dan Novianti (2009) perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan negara lain

Lebih terperinci

Lapangan Usaha. Sumber : Badan Pusat Statistik (2012) 1

Lapangan Usaha. Sumber : Badan Pusat Statistik (2012) 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor strategis yang memberikan kontribusi dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penyumbang devisa, kakao (Theobroma cacao) juga merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. penyumbang devisa, kakao (Theobroma cacao) juga merupakan salah satu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang mengandalkan sektor migas dan non migas sebagai penghasil devisa. Salah satu sektor non migas yang mampu memberikan kontribusi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu komoditas pertanian yang berpotensi untuk dikembangkan. Pengembangan hortikuktura diharapkan mampu menambah pangsa pasar serta berdaya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu pada karet remah (crumb

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu pada karet remah (crumb 13 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Definisi Karet Remah (crumb rubber) Karet remah (crumb rubber) adalah karet alam yang dibuat secara khusus sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEBEL DAN KERAJINAN ROTAN INDONESIA KE JEPANG OLEH IKA VIRNARISTANTI H

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEBEL DAN KERAJINAN ROTAN INDONESIA KE JEPANG OLEH IKA VIRNARISTANTI H FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEBEL DAN KERAJINAN ROTAN INDONESIA KE JEPANG OLEH IKA VIRNARISTANTI H14084011 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI AGRIBISNIS NANAS

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI AGRIBISNIS NANAS ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI AGRIBISNIS NANAS (Kasus : Kecamatan Sipahutar, Kababupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara) Oleh : IRWAN PURMONO A14303081 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara agraris memiliki hasil pertanian yang sangat berlimpah. Pertanian merupakan sektor ekonomi yang memiliki posisi penting di Indonesia. Data Product

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di

I. PENDAHULUAN. dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama ini pasokan ikan dunia termasuk Indonesia sebagian besar berasal dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di sejumlah negara

Lebih terperinci

FORMULASI STRATEGI PEMASARAN OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT. Oleh : FANNY SEFTA ADITYA PUTRI A

FORMULASI STRATEGI PEMASARAN OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT. Oleh : FANNY SEFTA ADITYA PUTRI A FORMULASI STRATEGI PEMASARAN OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT Oleh : FANNY SEFTA ADITYA PUTRI A14104093 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Dayasaing Dayasaing merupakan kemampuan usaha suatu industri untuk menghadapi berbagai lingkungan kompetitif. Dayasaing dapat diartikan

Lebih terperinci

VIII. DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM. hanya merujuk pada ketidakmampuan individu dalam menghasilkan setiap barang

VIII. DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM. hanya merujuk pada ketidakmampuan individu dalam menghasilkan setiap barang VIII. DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM Dalam rangka memenuhi kebutuhan ekonomi, penting artinya pembahasan mengenai perdagangan, mengingat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia memerlukan orang lain untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional memiliki peranan penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu negara terhadap arus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian, Semester I 2014 Ekspor Impor Neraca

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian, Semester I 2014 Ekspor Impor Neraca I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan kekayaan alam yang melimpah dan beraneka ragam (mega biodiversity). Keanekaragaman tersebut tampak pada berbagai jenis komoditas tanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari aktivitas perdagangan international yaitu ekspor dan impor. Di Indonesia sendiri saat

Lebih terperinci

Oleh : TEUKU WOYLY BRAJAMUSTI A

Oleh : TEUKU WOYLY BRAJAMUSTI A ANALISIS PENDAPATAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR (Studi Kasus pada Ben s Fish Farm, Desa Cigola, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh : TEUKU WOYLY BRAJAMUSTI A14101704

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara agraris yang beriklim tropis dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat cerah. Hortikultura

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Teh merupakan salah satu komoditi yang mempunyai peran strategis dalam perekonomian Indonesia. Industri teh mampu memberikan kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri Indonesia bertumpu kepada minyak bumi dan gas sebagai komoditi ekspor utama penghasil

Lebih terperinci

ANALISIS FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA GALERI TANAMAN HIAS KEBUN RAYA CIBODAS. Oleh TUTUT RETNO LESTARI A

ANALISIS FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA GALERI TANAMAN HIAS KEBUN RAYA CIBODAS. Oleh TUTUT RETNO LESTARI A ANALISIS FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA GALERI TANAMAN HIAS KEBUN RAYA CIBODAS Oleh TUTUT RETNO LESTARI A 14102716 PROGRAM EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor pertanian unggulan yang memiliki beberapa peranan penting yaitu dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, peningkatan pendapatan

Lebih terperinci

Objek akan menjadi suci apabila hati nurani mampu menghayati sebagai yang tersuci dan Sesuatu menjadi indah apabila matahati merasakan keindahan.

Objek akan menjadi suci apabila hati nurani mampu menghayati sebagai yang tersuci dan Sesuatu menjadi indah apabila matahati merasakan keindahan. ANALISIS DAYA SAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KOMODITAS SAYURAN UNGGULAN (Kasus Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung Dan Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat) Oleh : ENCEP ZACKY KOERDIANTO

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan negara karena setiap negara membutuhkan negara lain untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara agraris terbesar di dunia. Sebagian besar penduduk Indonesia hidup dari sektor agribisnis. Agribisnis merupakan suatu sistem yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang diakibatkan krisis moneter serta bencana alam yang

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang diakibatkan krisis moneter serta bencana alam yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi yang diakibatkan krisis moneter serta bencana alam yang terus menerus telah ikut mempengaruhi perekonomian Indonesia baik secara makro maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki arti penting dalam bidang pertanian karena letaknya yang strategis.

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki arti penting dalam bidang pertanian karena letaknya yang strategis. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan berbagai jenis tanaman hias. Di samping terkenal sebagai negara agraris juga merupakan salah satu negara yang memiliki

Lebih terperinci

FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS KENTANG (Solanum tuberosum L.) PADA PT. DAFA TEKNOAGRO MANDIRI KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT

FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS KENTANG (Solanum tuberosum L.) PADA PT. DAFA TEKNOAGRO MANDIRI KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS KENTANG (Solanum tuberosum L.) PADA PT. DAFA TEKNOAGRO MANDIRI KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT Oleh YANDI ASDA MUSTIKA H 34066131 PROGRAM SARJANA EKSTENSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah

BAB I PENDAHULUAN. angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki luas daerah perairan seluas 5.800.000 km2, dimana angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah perairan tersebut wajar

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jumlah petani di Indonesia menurut data BPS mencapai 45% dari total angkatan kerja di Indonesia, atau sekitar 42,47 juta jiwa. Sebagai negara dengan sebagian besar penduduk

Lebih terperinci

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) OLEH SRI MULYANI H14103087 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar dari pemerintah dikarenakan peranannya yang sangat penting dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. besar dari pemerintah dikarenakan peranannya yang sangat penting dalam rangka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mendapatkan perhatian cukup besar dari pemerintah dikarenakan peranannya yang sangat penting dalam rangka pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pentingnya sektor pertanian dalam perekonomian Indonesia tidak perlu diragukan lagi. Disamping peranan sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), sektor ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada tahun 2006 Badan Pusat

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor perikanan Indonesia dalam era perdagangan bebas mempunyai peluang yang cukup besar. Indonesia merupakan negara bahari yang sangat kaya dengan potensi perikananan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara agraris yang terletak di daerah tropis dengan luas

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara agraris yang terletak di daerah tropis dengan luas BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris yang terletak di daerah tropis dengan luas lahan pertanian yang cukup besar. Salah satu kegiatan yang banyak digeluti masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk membangun dirinya untuk mencapai kesejahteraan bangsanya. meliputi sesuatu yang lebih luas dari pada pertumbuhan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. untuk membangun dirinya untuk mencapai kesejahteraan bangsanya. meliputi sesuatu yang lebih luas dari pada pertumbuhan ekonomi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai salah satu negara berkembang Indonesia selalu berusaha untuk membangun dirinya untuk mencapai kesejahteraan bangsanya. Pembangunan ekonomi dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan suatu negara dan diyakini merupakan lokomotif penggerak dalam

BAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan suatu negara dan diyakini merupakan lokomotif penggerak dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era globalisasi seperti sekarang ini setiap negara melakukan perdagangan internasional. Salah satu kegiatan perdagangan internasional yang sangat penting bagi keberlangsungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Gouws (2005) menyatakan perluasan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, di mana perekonomian dunia semakin terintegrasi. Kebijakan proteksi, seperi tarif, subsidi, kuota dan bentuk-bentuk hambatan lain, yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu subsektor unggulan dalam sektor pertanian di Indonesia. Perkembangan hortikultura di Indonesia dapat dilihat dari perkembangan produksi

Lebih terperinci

POTENSI PASAR BANK YANG BERBASIS AGRIBISNIS BAGI PENGEMBANGAN PT. BANK BUKOPIN, TBK CABANG KARAWANG DI WILAYAH KABUPATEN PURWAKARTA

POTENSI PASAR BANK YANG BERBASIS AGRIBISNIS BAGI PENGEMBANGAN PT. BANK BUKOPIN, TBK CABANG KARAWANG DI WILAYAH KABUPATEN PURWAKARTA POTENSI PASAR BANK YANG BERBASIS AGRIBISNIS BAGI PENGEMBANGAN PT. BANK BUKOPIN, TBK CABANG KARAWANG DI WILAYAH KABUPATEN PURWAKARTA SKRIPSI EMMY WARDHANI A14102528 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program pengembangan agribisnis. Program ini bertujuan untuk memfasilitasi berkembangnya usaha agribisnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun perekonomian. Pembangunan ekonomi diarahkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun perekonomian. Pembangunan ekonomi diarahkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang selalu ingin menciptakan kesempatan kerja dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui usahausahanya dalam membangun perekonomian.

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR RAMBUTAN INDONESIA. Oleh : OTIK IRWAN MARGONO A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR RAMBUTAN INDONESIA. Oleh : OTIK IRWAN MARGONO A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR RAMBUTAN INDONESIA Oleh : OTIK IRWAN MARGONO A07400606 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat dalam pertanian Indonesia. Jenis tanaman yang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat dalam pertanian Indonesia. Jenis tanaman yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat dalam pertanian Indonesia. Jenis tanaman yang dibudidayakan dalam hortikultura meliputi buah-buahan, sayur-sayuran,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. ekonomi internasional (ekspor dan impor) yang meliputi perdagangan dan

III. KERANGKA PEMIKIRAN. ekonomi internasional (ekspor dan impor) yang meliputi perdagangan dan III. KERANGKA PEMIKIRAN Ekonomi Internasional pada umumnya diartikan sebagai bagian dari ilmu ekonomi yang mempelajari dan menganalisis transaksi dan permasalahan ekonomi internasional (ekspor dan impor)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tanaman hortikultura merupakan salah satu tanaman yang menunjang pemenuhan gizi masyarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat (Sugiarti, 2003).

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu basis ekonomi kerakyatan di Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu basis ekonomi kerakyatan di Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu basis ekonomi kerakyatan di Indonesia. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang selama ini masih diandalkan karena sektor pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanaman hias dan tanaman biofarmaka. Hortikultura adalah komoditas yang akan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. tanaman hias dan tanaman biofarmaka. Hortikultura adalah komoditas yang akan memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris yang terletak di daerah tropis dengan luas lahan pertanian yang cukup besar, sebagian besar penduduk Indonesia hidup bergantung pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem perekonomian terbuka, di mana lalu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Analisis Daya Saing Analisis keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif digunakan untuk mempelajari kelayakan dan prospek serta kemampuan komoditi susu sapi lokal dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlebih, yang bisa mendatangkan suatu devisa maka barang dan jasa akan di ekspor

BAB I PENDAHULUAN. berlebih, yang bisa mendatangkan suatu devisa maka barang dan jasa akan di ekspor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin berkembangnya perdagangan bebas ini, persaingan bisnis global membuat masing-masing negera terdorong untuk melaksanakan perdagangan internasional. Perdagangan

Lebih terperinci