BAB II LANDASAN TEORI Tinjauan Umum Sekolah Luar Biasa (SLB)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI Tinjauan Umum Sekolah Luar Biasa (SLB)"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Umum Sekolah Luar Biasa (SLB) Menurut kebijakan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1989, SLB ialah lembaga pendidikan yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak tuna atau cacat. Negara kita telah memiliki Sekolah Luar Biasa untuk anak tunanetra, tunarungu dan tunawicara, tunadaksa, tunalaras, tunaganda dan anak terbelakangan. Sistem pendidikan di Sekolah Luar biasa merupakan sistem unit yaitu dari tingkat pendidikan persiapan, tingkat pendidikan dasar dan tingkat pendidikan lanjutan atau kejuruan. Sistem ini diterapkan mengingat masih langkanya pendidikan lanjutan yang dapat menampung anak-anak tersebut. Selain itu kekhasan kelainannya memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Sekolah Luar biasa (SLB) tidak luput dari anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) anak yang Berkebutuhan Khusus (ABK) merupakan istilah lain untuk menggantikan kata Anak Luar Biasa (ALB) yang menandakan adanya kelainan khusus yang memiliki karakteristik berbeda antara satu dengan yang lainnya (Delphie, 2006:1). Anak berkebutuhan khusus (ABK) terdiri atas beberapa kategori. Kategori cacat A (tunanetra) ialah anak dengan gangguan penglihatan, kategori cacat B (tunawicara dan tunarungu) ialah anak dengan gangguan bicara dan gangguan pendengaran. Kategori ini dijadikan satu karena biasanya antara gangguan bicara dan gangguan pendengaran terjadi dalam satu keadaan, kategori cacat C (tunagrahita) ialah anak dengan gangguan intelegensi rendah atau perkembangan kecerdasan yang terganggu, kategori cacat D (tunadaksa) ialah anak dengan gangguan pada tulang dan otot yang mengakibatkan terganggunya fungsi motorik, kategori cacat tunalaras ialah anak dengan gangguan tingkah laku sosial yang menyimpang, kategori anak berbakat ialah anak dengan keunggulan dan kemampuan berlebih (IQ tinggi), dan kategori anak berkesulitan belajar ialah anak dengan ketidakberfungsian otak minimal (Somantri, 2006: ). 9

2 10 Sesuai dengan UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan Pasal 5 ayat (2): Warga nergara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan layanan khusus dan pada UU No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan anak menyatakan pada Pasal 51 : Anak yang menyandang cacat fisik dan/atau mental diberikan kesempatan yang sama dan aksesibilitas untuk memperoleh pendidikan biasa dan pendidikan luar biasa Melalui keberadaan Sekolah Luar Biasa (SLB) diharapkan dapat menjadi media lembaga pendidikan yang dapat mensejahterakan dan mencerdaskan anak bangsa tidak hanya untuk pendidikan formal, namun untuk pendidikan non-formal juga Fungsi dan Macam Sekolah Luar Biasa (SLB) Fungsi sekolah luar biasa itu sendiri memang hanya untuk memberikan pengajaran sesuai dengan kemampuan anak-anak berkebutuhan khusus dan tujuannya untuk memberikan sistem pengajaran yang berbeda pada anak normal lainnya dimana anak normal hanya belajar membaca, menulis, berkarya dan berhitung, sedangkan anak-anak berkebutuhan khusus tidak hanya diajarkan seperti anak normal, tapi anak berkebutuhan khusus (ABK) diajarkan pelajaran khusus sesuai kebutuhannya untuk mempersiapkan para anak berkebutuhan khusus (ABK) melanjuti pendidikan formal dan untuk menjadi pribadi yang mandiri. Berdasarkan kriteria macam-macam sekolah anak-anak berkebutuhan khusus: SLB-A (Tunanetra) SLB-B (Tunarungu/Tunawicara) SLB-C (Tunagharita) SLB-D (Tunadaksa) SLB-E (Tunalaras) SLB-F (Tunaganda) Selain sekolah anak-anak berkebutuhan khusus di atas terdapat SLB umum yang menampung beberapa golongan menjadi satu, salah satunya adalah sekolah yang digunakan dalam penelitian ini.

3 Macam-macam Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus Golongan A (Tunanetra) Tunanetra adalah individu yang memiliki lemah penglihatan atau akurasi penglihatan kurang dari 6/60. Pengertian tunanetra menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tidak dapat melihat (KBBI, 2001: 971) dan pada umumnya orang mengira tunanetra identik dengan buta, padahal tidaklah demikian menurut Lowenfeld (Lowenfeld, 2000: 219) tunanetra dapat diklarifikasikan kedalam beberapa kategori tunanetra sebelum dan sejak lahir, tunanetra setelah lahir atau pada usia kecil, tunanetra pada usia sekolah atau masa remaja, tunanetra pada usia dewasa atau lanjut usia, tunanetra akibat bawaan. Golongan B (Tunarungu) Tunarungu adalah anak yang mengalami gangguan pendengaran dan percakapan dengan derajat pendengaran yang bervariasi. seorang dikatakan tuli (deaf) apabila kehilangan kemampuan mendengar pada tingkat 70 db ISO atau lebih, sehingga ia tidak dapat mengerti atau menangkap serta memahami pembicaraan orang lain. Sedangkan seorang dikatakan kurang dengar (Hard of Hearing) bila kehilangan pendengaran pada 35 db ISO sehingga ia mengalami kesulitan memahami pembicaraan orang lain melalui pendengarannya baik tanpa maupun dengan alat bantu dengar. (Tim Guru SLB-B Pangudi Luhur, 2013: 2) Golongan C (Tunagrahita) Tunagrahita adalah keadaaan keterbelakangan mental, keadaan ini dikenal juga retardasi mental (mental retardation). Retardasi mental adalah kondisi sebelum usia 18 tahun yng ditandai dengan lemahnya kecerdasan (biasanya nilai IQ-nya di bawah 70) dan sulit beradaptasi dengan kehidupan sehari-hari. Ciri utama retardasi mental adalah lemahnya fungsi intelektual. Selain intelegensinya rendah anak retardasi mental juga sulit menyesuaikan diri dan berkembang. Sebelum muncul tes formal untuk menilai kecerdasan, orang reterdasi mental di anggap sebagai orang yang tidak dapat menguasai keahlian yang sesuai dengan umurnya dan tidak merawat dirinya sendiri.

4 12 Golongan D (Tunadaksa) Anak tunadaksa adalah Anak yang mengalami cacat tubuh, anggota gerak tubuh tidak lengkap, bentuk anggota tubuh dan tulang belakang tidak normal, kemampuan gerak sendi terbatas, ada hambatan dalam melaksanakan aktifitas kehidupan sehari hari. Golongan E (Tunalaras) Anak tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi dan control social, menurut definisi dari Eli M. Bower (1981) yang menyatakan bahwa anak dengan hambatan emosional atau kelainan perilaku, apabila menunjukan adanya satu atau lebih dari 5 (lima) komponen berikut ini: tidak mampu belajar bukan disebabkan karena faktor intelektual, sensori atau kesehatan, tidak bisa berhubungan baik dengan teman-teman dan guru, bertingkah laku atau berperasaan tidak pada tempatnya. Secara umum mereka selalu dalam keadaan tidak gembira atau depresi dan bertendensi kearah symptom fisik seperti merasa sakit atau ketakutan yang berkaitan dengan orang atau permasalahan disekolah (Delphie, 2006: 36) Golongan F (Tunawicara) Anak tunawicara adalah individu yang mengalami kesulitan berbicara dikarenakan tidak berfungsinya alat-alat organ tubuh seperti rongga mulut, lidah, langit-langit dan pita suara. Tunawicara juga sering disebut bisu, biasanya tunawicara diikuti dengan tunarungu dimana fungsi pendengarannya juga tidak dapat berfungsi. Golongan G (Tunaganda) Anak Tunaganda adalah anak yang memiliki kombinasi kelainan (baik dua jenis kelainan atau lebih) yang menyebabkan adanya masalah pendidikan yang serius, sehingga anak tunaganda tidak hanya dapat diatas dengan suatu program pendidikan khusus untuk satu kelainan saja. Departemen pendidikan Amerika Serikat pada tahun 1988 memberikan pengertian anak-anak yang

5 13 tergolong tunaganda adalah anak-anak yang mempunyai masalah-masalah jasmani, mental atau emosional yang sanagt berat atau kombinasi dari beberapa masalah tersebut. Golongan H (HIV& AIDS) Anak yang menginap penyakit HIV & AIDS bukan dikarenakan pergaulan bebas saja, tapi bisa jadi dikarenakan orangtuanya yang menginap penyakit ini terlebih dahulu. Golongan I (Gifted) Anak yang tergolong berpotensi memiliki kepintaran di atas rata-rata anak apada umumnya, memiliki kecerdasan di atas IQ=125. Golongan J (Talented) Anak yang berpotensi memiliki bakat istimewa, biasanya hanya memiliki satu bakat istimewa seperti multiple Intelligences Language, Logicomathematic, Visuo-spatial, Bodily-kinesthetic, Musical, Interpersonal, Natural Spiritual. Golongan K (Kesulitan Belajar) Anak yang tergolong mengalami Hyperactive, ADD/ADHD, Dyslexia/Baca, Dysgraphia/Tulis, Dyscalculia/Hitung, Dysphasis/bicara, Dyspraxia/Motorik sehingga mengalami kesulitan didalam pembelajaran di sekolah atau di lingkungan sosial. Golongan L (Lambat Belajar) Anak yang tergolong memiliki IQ = sehingga mengalami proses yang lambat dalam memahami atau menangkap pelajaran. Golongan M (Autis) Anak autis merupakan kelainan perkembangan sistem saraf pada seseorang yang dialami sejak lahir ataupun saat masa balita dengan gejala menutup diri sendiri secara total, dan tidak mau berhubungan lagi dengan dunia luar.

6 14 Merupakan gangguan perkembangan yang kompleks mempengaruhi perilaku dengan akibat kekurangan kemampuan komunikasi, hubungan sosial dan emosional dengan orang lain. Golongan N (Korban Penyalahgunaan Narkoba) Anak yang mengalami depresi, masalah pribadi atau karena faktor-faktor sekitar yang mendorong anak menggunakan narkoba, sehingga anak terpaksa direhab untuk memulihkan kondisi mental dan kesehatan. Golongan O (Indigo) Anak indigo adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan anak yang diyakini memilki kemampuan atau sifat spesial, tidak biasa dan bahkan supernatural Model Pembelajaran Bagi Anak Berkebutuhan khusus (ABK) Metode pembelajaran bagi para ABK menurut penulis seharusnya berdasarkan pada kurikulum berbasis kompetensi, model tersebut dirancang berdasarkan kebutuhan nyata oleh guru kelas agar kebutuhan para ABK dapat mencapai pada tujuannya berupa pencapaian pengetahuan, keterampilan, sikap dan psikomotor tertentu dari setiap siswa Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Berikut beberapa aspek yang terkandung dalam konsep kompetensi menurut James J. Gibson sebagai berikut: 1. Pengetahuan, merupakan kesadaran dalam bidang kognitif. 2. Pemahaman, merupakan kedalaman kognitif dan afektif yang dimiliki oleh individu. 3. Kemampuan, merupakan suatu standar prilaku yang telah diyakini dan secara psikologis telah menyatu dalam diri seseorang.

7 15 4. Minat, merupakan kecenderungan seorang untuk melakukan suatu perbuatan (Kazdin, Alan E, 2000: 109) Inti dari model pembelajaran untuk para anak berkebutuhan khusus (ABK) yang berdasarkan Kurikulum berbasis Kompetensi (KBK) adalah mengembangkan lingkungan belajar terpadu dari siswa bersangkutan dengan memperhatikan prinsipprinsip umum dan khusus, pengembangan terhadap bakat dan minat anak. Kegiatan belajar mengajar KBK sebagai berikut: Berpusat pada siswa Mengembangkan kreativitas Menciptakan kondisi yang menyenangkan dan menantang Kontekstual Menyediakan pengalaman belajar yang beragam Belajar melalui berbuat Penilaian didalam kelas meliputi hal-hal sebagai berikut: Dilakukan oleh guru, untuk mengetahui tingkat penguasaan kompetensi yang ditetapkan, bersifat internal, bagian dari pembelajaran dan sebagai bahan untuk peningkatan mutu hasil belajar Berorientasi pada kompetensi, mengacu pada ketuntasan belajar melalui berbagai cara Dilakukan a.l melalui portofolio (kumpulan kerja siswa), Products (hasil karya, Projects (Penugasan), Performances (Unjuk kerja) dan paper & pen (tes tulis) Prinsip-prinsip pembelajaran pada umumnya meliputi: Motivasi Konteks keterarahan, hubungan sosial, belajar sambil bekerja Individualisasi Dapat menemukan dan memecahkan masalah Sedangkan prinsip-prinsip khususnya disesuaikan dengan karakteristik spesifik dari penyandang kelainan siswa.

8 Metode ABA (Applied Behavior Analysis) Metode lovaas atau sering dikatakan ABA (Applied Behavior Analysis) memiliki angka keberhasilan 47%. Pengertian metode ABA adalah metode tata laksana perilaku yang telah berkembang sejak puluhan tahun yang lalu. Metode ini diberi nama sesuai dengan nama penemunya yaitu Prof. Lovaas. Beberapa hal dasar mengenai teknik-teknik ABA antara lain: a) Compliance dan kontak mata adalah kunci untuk masuk kedalam metode ABA. Tapi sebenarnya metode apapun yang dipakai, apapbila anak mampu patuh dan membuat kontak mata, maka semakin mudah mengajarkannya kepada anak. b) One-on-one adalaha suatu terapi untu anak apabila perlu dipakai seorang coterapis yang bertugas sebagai promter c) Siklus dari Discrete Trial Trainning yang dimulai dengan instruksi dan diakhiri dengan imbalan. d) Fading adalah mengarahkan anak ke perilaku target dengan prompt penuh dan makin lama prompt makin dikurangi secara bertahap sampai anak mampu melakukan tanpa prompt. e) Shaping adalah mengajarkan suatu perilaku melalui tahap-tahap pembentukan yang semakin mendekati respon yang dituju yaitu perilaku target. f) Chaining adalah mengajarkan suatu perilaku secara kompleks yang dipecahkan menjadi aktivitas-aktivitas kecil yang disusun menjadi suatu rangkaian. Rangkaian ini disebut Forward Chaining misalnya proses memasang kaos. Sedangkan yang sebaliknya disebut Backward Chaining misalnya proses melepas kaos. g) Discrimination trainning adalah tahapan identifikasi item dimana disediakan item pembanding. Kedua item kemudian diacak ditempatnya, sampai anak benar-benar mampu membedakan mana item yang harus sampai anak benarbenar mampu membedakan mana item yang harus diidentifikasikan seuai instruksi. Item pembanding boleh dimulai dengan 1 item yang juga sudah diberi label dengan benar, kemudian ditambah bertahap. Anak kemudian diminta melabel item target dan item pembanding secara bergantian. h) Mengajarkan konsep warna, bentuk, angka dan huruf serta lainnya dengan syarat sebagai berikut:

9 17 Anak telah menguasai kepatuhan duduk Anak telah mampu melakukan kontak mata dan memberikan perhatian terhadap instruksi Anak mampu menirukan instruksi Anak telah mampu melakukan instruksi pegang Metode Terapi Pengertian terapi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah usaha untuk memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit, pengobatan penyakit dan perawatan penyakit. Menurut Handojo, tujuan dari menerapi anak berkebutuhan khusus adalah sebagai berikut: 1. Komunikasi dua arah yang aktif 2. Sosialisasi ke dalam lingkungan yang umum 3. Menghilangkan atau meminimalkan perilaku tidak wajar 4. Mengajarkan materi akademik 5. Kemampuan bantu diri atau bina diri atau keteampilan (Handojo, 2006: 6) Perkembangan otak manusia terjadi paling pesat ketika berusia balita yaitu dibawah 5 tahun, terutama pada usia 2-3 tahun. Maksimal pertumbuhan otak pada anak usia 5 tahun keatas akan mengalami perlambatan, pada usia 5-7 tahun perkembangan otak anak mengalami perlambatan seberesar 25% dibandingkan anak dibawah 5 tahun. Beberapa teknik terapi yang dapat diterapkan kepada anak-anak berkebutuhan khusus (ABK): a. Terapi Wicara Terapi wicara digunakan untuk seseorang yang mengalami kesulitan berkomunikasi atau gangguan pada berbahasa dan berbicara. b. Terapi Okupasi Terapi yang melatih anggota gerak tubuh yaitu bagaimana anak berkebutuhan khusus dapat mempergunakan otot-otot gerak dengan benar, terapi yang dijalankan antara lain adalah latihan memegang benda serta cara menyuapkan makanan kemulutnya.

10 18 c. Terapi Fisik Terapi yang digunakan untuk seseorang yang mengalami gangguan pervasive, yaitu gangguan pada motorik. Gunanya terapi ini untuk menguatkan otot-otot dan memperbaiki keseimbangan tubuh. d. Terapi Sosial Karakteristik yang merupakan kelemahan mendasar bagi anak berkebutuhan khusus adalah kekurangan dalam komunikasi dan interaksi sosial. Terapi sosial mebantu dengan memberikan fasilitas pada mereka untuk bergaul dengan teman-teman sebayanya. e. Terapi Bermain Melalui kegiatan bermain, anak berkebutuhan jhusu dapat mengalami perkembangan fisik, intelektual, emosi dan sosial secara optimal. f. Terapi Perilaku Anak berkebutuhan khusus sering kali memiliki kecenderungan untuk berperilaku tidak wajar dan negative, mereka tidak dapat dipahami dan hipersensitif terhadap cahaya, suara serta sentuhan, sehingga mereka sering marah. Melalui terapi perilaku ini akan dicari latar belakang dari perilaku tersebut dan mencari solusinya dengan merekomendasikan perubahan lingkungan dan rutin agar anak tersebut dapat memperbaiki perilakunya. g. Terapi Perkembangan Floortime, son-rise dan RDI (Relationship Development Intervention) dianggap sebagai terapi perkembangan anak yang memusatkan pada pelajaran yang diminatinya. h. Terapi Visual Terapi yang mengunakan pembelajaran komunikasi dengan melalui gambargambar misalnya dengan PECS (Picture Exchange Communication System)

11 19 mengingat anak berkebutuhan khusus lebih mudah belajar dengan melihat. Beberapa permainan video games juga dapat dipakai untuk mengembangkan keterampilan komunikasi mereka. i. Terapi Biometik Terapi ini dikembangkan sekelompok dokter yang tergabung dalam DAN (Defeat Autism Now) dan banyak diantara mereka yang mempunyai anak yang berkebutuhan khusus, anak-anak ini diperiksa secara intensif meliputi darah, urin, feses dan rambut. Anak-anak berkebutuhan khusus dapat diobati dengan menggunakan obat, vitamin, food supplement, mineral dan disesuaikan dengan kebutuhan individunya. j. Terapi Integrasi Sensoris Terapi yang digunakan untuk seseorang yang mengalami gangguan sensoris atau ganguan saraf. Melalui terapi ini, mereka akan mengarahkan aktivitas fisik anak yang dapat mendapatkan respon adaptif yang semakin kompkejs sehingga efesiensi otak meningkat, terapi ini meningkatkan kematangan sususnan saraf sehingga ia lebih mampu untuk memperbaiki struktur fungsinya. k. Terapi Warna Tubuh manusia memiliki respon otomatis terhadap warna dan cahaya dan telah terprogram secara genetik. Hal itu terjadi karena pada dasarmya warna adalah unsur cahaya dan cahaya adalah salah satu bentuk energy. Terapi warna diterapkan kepada anak Down Syndrome, Autis, disleksia dan slow learner, untuk mendeteksinya digunakan aura imaging (foto aura) atau tes wawancara untuk anak yang sudah besar Model Ruang Kelas Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Fasilitas belajar seperti ruang belajar baik untuk teori maupun pratikum, harus dibuat sesuai dengan kebutuhan anak dalam belajar mengajar (Seldin, 1997: 3) khususnya didalam penerapan metode yang digunakan. Selanjutnya Louis dan Mary (1997: 28) mengemukakan, bahwa dari kelaslah permulaan ide siswa tentang sekolah

12 20 itu tidak mereka sadari, tetapi pandangan dan harapan mereka mempengaruhi sikap dan perilaku mereka. Berikut beberapa metode ruang kelas yang disesuaikan dengan sistem pengajarannya secara umum: Gambar 2.1 Layout Metode Ceramah (Sumber: Diolah dari Balai Pengembangan Kegiatan Belajar Jaya giri Bandung, 1991) Gambar 2.2 Layout Metode Belajar kelompok (Sumber: Diolah dari Balai Pengembangan Kegiatan Belajar Jaya giri Bandung, 1991) Gambar 2.3 Layout Metode Demonstrasi (Sumber : Diolah dari Balai Pengembangan Kegiatan Belajar Jaya giri Bandung, 1991)

13 21 Gambar 2.4 Layout Metode Belajar Diskusi (Sumber: Diolah dari Balai Pengembangan Kegiatan Belajar Jaya giri Bandung, 1991) Tinjauan Umum Desain Interior Desain interior merupakan suatu kegiatan yang berusaha memecahkan kebutuhan manusia untuk mempunyai ruangan yang nyaman dan indah. Contoh karyanya adalah ruangan museum, restoran, hotel, kafe, dan pusat hiburan. Menurut Ching (2002:46) Interior design is the planning, layout and design of the interior space within buildings. These physical settings satisfy our basic need for shelter and protection, they set the stage for and influence the shape of our activities, they nurture our aspirations and express the ideas which accompany our action, they affect our outlook, mood and personality.the purpose of interior design, therefore, is the functional improvement, aesthetic enrichment, and psychological enhancement of interior space. Interior Desain memiliki 7 prinsip yaitu : 1. Sequence (urutan) Adapun pengertian urutan yaitu perubahan pengalaman saat seseorang mengamati suatu komposisi desain bangunan. Urutan bisa dikatakan bagus manakala perubahan yang terjadi mengalir secara alami tanpa adanya kejutan yang tidak perlu. Prinsip squence ini sangat penting untuk kita pegang teguh karena berpengaruh langsung terhadap bagaimana cara pandang seseorang terhadap desain arsitektur yang telah kita buat. Bagaimanapun, prinsip ini akan memudahkan orang lain dalam memahami maksud dan tujuan desain. 2. Balance (keseimbangan) Secara sederhana, balance mencerminkan suatu kualitas desain yang tidak berat sebelah dan tampak seolah mempunyai porsi yang sama. Meskipun begitu, kita tidak harus merancang interior menjadi bentuk yang simetris untuk membuatnya

14 22 terlihat seimbang. Penataan asimetris justru banyak digunakan asalkan semua sudut ruangan terlihat sama, selaras, dan seimbang. 3. Unity (kesatuan) Adapun maksud unity lebih kepada menyatunya semua unsur desain secara apik. Oleh karena itu, perlu upaya maksimal dari kita untuk membuat unsur-unsur ini saling mendukung dan melengkapi sehingga membentuk satu bidang desain yang sempurna dan tidak berlebihan. Tujuan dari menyatukan unsur-unsur desain ini tidak lain adalah untuk menciptakan bangunan sesuai dengan konsep yang diusung. 4. Purpose (perbandingan) Dalam dunia interior dan arsitektur, yang dimaksud perbandingan adalah keterikatan antara satu unsur dekorasi dengan unsur dekorasi yang lainnya. Hubungan yang dimaksud adalah dalam hal ukuran, misalnya besar, sedang, dan kecil. Penggunaan perbandingan sebaiknya bersifat wajar serta mengacu pada aspek rasional dan tidak dipaksakan. 5. Rhythm Prinsip desain yang kelima adalah irama. Kandungan irama dalam suatu desain mampu menggugah perasaan tertentu bagi seseorang. Prinsip irama ini erat kaitannya dengan urutan. Apabila urutan yang dibangun memiliki pola yang bagus, maka irama yang dihasilkan pun akan demikian juga. Sebagai contoh adalah pada urutan titik. Ketika kita membentuk titik-titik dengan pola yang sama, maka irama yang dihasilkan pun berbeda dengan titik-titik yang dibentuk secara per kelompok. 6. Scale (skala) Skala merupakan suatu sistem pengukuran, dalam bentuk sentimeter dan inchi, tentang hubungan antara unsur dekorasi dengan manusia. Perlu diperhatikan bahwa dalam membuat desain, di samping faktor keindahan, kita juga harus

15 23 mengedepankan kenyamanan sebagai faktor utamanya. Hal ini tidak terlepas dari tujuan dibuatnya suatu desain bangunan, yakni untuk keperluan hidup manusia. 7. Point of Interest (tekanan) Tekanan, kami biasa menyebutnya titik fokus, yaitu pusat perhatian mata ketika melihat suatu desain. Titik fokus ini akan ditangkap pertama kali oleh mata sehingga memerlukan tingkat pengolahan yang lebih tinggi. Kehadiran titik fokus ini sangat dominan, sehingga unsur-unsur di sekitarnya harus disesuaikan secara harmonis Tinjauan Khusus (Hasil Survey) Untuk kebutuhan khusus penulis agar semakin dapat memperluas wawasan dan menguatkan desain perancangan Sekolah Luar Biasa (SLB), maka dilakukan survey sebanyak 3 (tiga) Sekolah Luar Biasa (SLB) yang berlokasi di Jakarta SLB-B Pangudi Luhur di Jakarta Barat A. Informasi Umum Jam Operasional : Senin Jumat, 07:40 15:00 Alamat : Jalan Pesanggrahan 125 Kembangan Selatan Telp : slbpl-jkt@pangudiluhur.org B. Informasi mengenai SLB-B Pangudi Luhur Gambar 2.5 Logo Sekolah Pangudi Luhur

16 24 (Sumber: SLB-B Pangudi Luhur adalah sekolah anak tunarungu swasta yang berazaskan imam katolik. Lembaga pendidikan katolik diselenggarakan oleh konggregasi para Bruder FIC dan dikelola oleh Yayasan Pangudi Luhur. Inti dan kekhasan pendidikan Lembaga Pendidikan Katolik (LPK) yaitu setia terhadap kecerdasan kehidupan bangsa, setia terhadap ciri khas katolik, setia terhadap semangat luhur (spiritualitas) pendiri, kesetiaan terhadap pencerdasan kehidupan bangsa Indonesia, yang berdasarkan Pancasila dan UUD Kesetiaan terhadap ciri khas katolik berarti harus mengindahkan pedoman dan arahan Gereja Katolik pada tingkat universal, nasional, regional, dan local. Sedangkan kesetiaan terhadap semangat luhur (spiritualitas) pendiri berarti LPK berkewajiban mengembangkan visi dan misi pendiri masing-masing sesuai dengan kondisi dan situasi zaman yang menghidupinya. Visi dan Misi SLB-B Pangudi Luhur sebagai berikut: Visi Pendampingan siswa yang berkualitas, beriman, berwatak dan berbudi pekerti luhur sehingga mampu berintegrasi dalam masyarakat. Misi Mendampingi siswa melalui pendidikan dan pembelajaran yang bermutu, terencana, tertib, disiplin, dan konsistensi agar berkembang menjadi pribadi yang berkualitas, beriman, berwatak, berbudi pekerti luhur dan berintegrasi. C. Informasi Struktur Organisasi SLB-B Pangudi Luhur

17 25 Diagram 2.1 Struktur Organisasi SLB-B Pangudi Luhur (Sumber: SLB-B Pangudi Luhur, 2015) D. Informasi Khusus Pada penelitian survey di SLB-B Pangudi Luhur, penulis hanya melakukan survey pada tingkatan TLO (Taman Latihan dan Observasi) atau pada sekolah umumnya disebut dengan TK (Taman Kanak-kanak). Berikut perincian jumlah kelas dan ruang yang ada: Ruang kelas : 7 kelas/12 anak dan 2 guru Toilet : 6 kamar kecil siswa, 1 storage dan 4 kamar kecil guru Toilet umum : 4 kamar kecil umum Ruang Terapi : 6 kelas Ruang Makan : Menampung lebih dari 30 anak Ruang Keterampilan : 1 kelas dan 1 ruang storage keterampilan Ruang UKS : 2 Ruang POMG : 1 Ruang Psikolog : 1 Ruang Meeting : 1

18 26 Ruang remedial : 1 kelas/1 anak dan 1 guru Gudang : 2 Aula : Menampung kurang lebih 100 anak Ruang TU : 1 Ruang Adms : 1 Ruang Kepsek : 1 Ruang Guru : 1 ruang/ 27 guru Ruang Arsip : 1 Ruang tunggu anak : Menampung kurang lebih 30 orang Resepsionis : 1 Ruang hasil karya : 1 Kantin : 1 Jumlah guru TLO dan para staff 35 orang Jumlah murid TLO 84 orang E. Desain Gedung Gambar 2.6 Fasad Gedung (Sumber: slbpl-jkt@pangudiluhur.org) Desain gedung SLB-B Pangudi Luhur berdiri sejak tahun 1983, gedungnya merupakan peninggalan jaman belanda, konsep bentuk gedung dan ruangannya masih mencerminkan peninggalan jaman belanda yang pada saat itu sedang terkenal dengan masa modern art yaitu de stijl, Bauhaus dan art deco. Gedung ini pertama kali dibangun didaerah Grogol oleh pelopor SLB- B Pangudi Luhur yaitu Alcuino yang saat itu merupakan seorang bruder.

19 27 Bentuk gedung dan konsep ruangan masih mengikuti era pada jaman itu. Yang mengalami perombakan hanya pada fasilitas kelas dan ruang staf yang sedikit lebih modern. Luas gedung sekitar 3000 m² lebih. F. Fasilitas SLB-B Pangudi Luhur Lantai 1 Lobby Gambar 2.7 Denah Lantai 1 SLB-B Pangudi Luhur (Sumber : Dokumen SLB-B Pangudi Luhur) Gambar 2.8 Pintu akses utama SLB-B Pangudi Luhur Pintu utama sekolah dimana tempat batas para pengantar, orangtua, penunggu siswa diizinkan mengantar siswa ke sekolah dan menjemput siswa, disediakan meja resepsionis untuk para tamu atau

20 28 orang tua yang ingin bertemu murid atau pihak-pihak sekolah meminta izin untuk masuk kedalam sekolah. Gambar 2.9 Patung Monumen Mamardi Janma Mirara (Sumber : Dokumen Pribadi) Begitu masuk ke lobby sekolah, ditengah-tengah lobby akan bertemu dengan patung monumen Mamardi Janma Mirara yang sejarahnya beliau adalah pencetus pertama yang berupaya membuat manusia tunarungu dapat bisa berbicara dan trampil bekerja, ukuran monumen 40cm x 40cm x 120cm. Gambar 2.10 Ruang Pusat Alat Bantu dengar, Hearing Vision Sebelah kanan lobby terdapat ruang pusat alat bantu dengar, dimana ruangan ini menyediakan dan menjual alat dengar yaitu Spatel serta tempat konsultasi mengenai pendengaran anak tunarungu. Ruangan ini dilengkapi dengan pengedap suara dan beberapa alat elektronik yang mendukung anak tunarungu untuk mendengar, seperti

21 29 Audiometer dan Hearing Aids. Yang memakai ruangan ini adalah dokter telinga dan murid saja, termasuk ruang terapi anak tunarungu. Ruang TU (Tata usaha) dan Administrasi Gambar 2.11 Ruang TU dan Ruang Fotokopi Sebelah kiri lobby terdapat ruang TU dan Fotokopian, ruangan TU pada gambar di atas seperti ruang loket dimana pihak orangtua dan siswa dapat mendapatkan informasi atau membayar pembayaran uang sekolah dan semester. Ruang fotokopian juga seperti ruang loket dimana disana dapat berinteraksi dengan siswa yang meminta untuk memfotokopi lembaran soal atau buku. Gambar 2.12 Ruang Administrasi Ruang administrasi tempat utama yang menyimpan data-data arsip siswa mulai dari pembayaran, kegiatan sekolah, nama-nama siswa dan segala sesuatu yang berhubungan dengan data sekolah.

22 30 Ruang Kepala Sekolah dan Wakil Sekolah Gambar 2.13 Ruangan Kepala Sekolah dn Wakil Kepala Sekolah Ruangan kepala sekolah dan wakil sekolah bagian TLO (Taman Latihan dan Observasi). Ruang Guru Gambar 2.14 Ruang Guru TLO dan SD

23 31 Gambar 15. Ruang Dapur Kecil dan Toilet Guru Ruangan guru dilengkapi dengan dapur kecil dan toilet untuk para guru dan tersedia loker penyimpanan. Hasil Karya Siswa dan Lapangan Gambar 2.16 Hasil Karya siswa dan Lapangan

24 32 Lobby berakses langsung juga kepada pajangan-pajangan hasil karya siswa yang memenuhi koridor utama lobby dan akses masuk menuju lapangan bermain siswa. Ruang Meeting POMG (Persatuan orang tua murid dan guru) Gambar 2.17 Ruang Meeting POMG (Sumber: Ruang meeting yang digunakan untuk mengadakan meeting antara direktur utama dan kepala sekolah serta bagian-bagian staff penting sekolah Pangudi Luhur. Dilengkapi papan tulis dan proyektor. Ruang Perpustakaan Sekolah Gambar 2.18 Ruang Perpustakaan (Sumber:

25 33 Perpustakaan siswa yang berisi dengan buku-buku bacaan yang menghibur seperti buku cerita, buku pengetahuan dan buku komik. Ruang Auditorium Gambar 2.19 Auditorium Sebagai tempat aktifitas olahraga siswa dan tempat pentas seni siswa, ruangan yang dilengkapi dengan panggung di balik tirai, ruangannya, berhubungan dengan akses lapangan sekolah. Ruang UKS (Unit Kesehatan Siswa)

26 34 Gambar 2.20 Ruang UKS UKS (unit kesehatan siswa) tempat siswa yang mengalami kesehatan kurang baik. Ruangannya memiliki fasilitas 2 sofa, 2 kasur, washtafel, lemari dan meja.. Ruang Makan Siswa Gambar 2.21 Ruang Makan

27 35 Tempat makan anak-anak mendapat makanan utama (Lunch) langsung dari sekolah. Ruang makan terhubung dengan auditorium sekolah dan lapangan. Ruang Psikolog dan Seksologi Gambar 2.22 Ruang Psikolog dan Seksologi (Sumber: anak. Tempat konsultasi siswa dan pengamatan pengembangan Toilet Siswa dan guru Gambar 2.23 Toilet siswa TLO dan Toilet Guru

28 36 Toilet siswa berbeda dengan toilet pada umumnya, sengaja dibuat setengah pintu agar anak jika terkunci lebih mudah membukanya. Ruang Belajar dan Asmen Gambar 2.24 Ruang Belajar dan Asmen Digunakan anak-anak tunarungu untuk belajar mendengar dan berbicara namun sambal bermain. Ruangan ini dilengkapi mainan, papan tulis, televisi, cermin dan panggung. Ruang Kelas

29 37 Gambar 2.25 Ruang Kelas untuk Lantai 1 dan lantai 2 Ruang belajar siswa mendapatkan pelajaran khusus dan umum, dalam ruang kelas terdapat loker, meja guru, lemari, papan tulis dan 1 ruangan tambahan speech theraphy. Ruangan Speech Theraphy Gambar 2.26 ruangan speech theraphy lantai 1 dan 2 Ruangan ini merupakan tempat anak-anak lebih memahami pengucapan huruf-huruf alphabet dan kalimat-kalimat dimana dalam ruangan ini hanya ada satu guru dan satu murid. Kantin dan Ruang Tunggu Siswa

30 38 Gambar 2.27 Kantin dan Ruang Tunggu Siswa (Sumber: Dokumen Pribadi Siswa) Kantin dan Ruang tunggu siswa tergabung menjadi satu tempat ini menjual beraneka ragam snack dan minuman yang bisa digunakan secara umum fasilitasnya. Lantai 2 Gambar 2.28 Denah Lantai 2 SLB-B Pangudi Luhur (Sumber: Dokumen Pribadi SLB-B Pangudi Luhur)

31 39 Ruang Kuliah Gambar 2.29 Ruang Kuliah (Sumber: Tempat untuk seminar orang tua atau guru, ruangannya di lengkapi proyektor, papan tulis, speaker, dan bisa diisi kurang lebih 50 orang. Ruang Bina Wicara Gambar 2.30 Ruang Terapi Wicara (Sumber: Dokumen Pribadi Penulis dan Ruang wicara digunakan untuk pelatihan cara tata bicara anak tunarungu, anak tunarungu diajarkan agar dapat berkomunikasi dengan lingkungan. Diruangan ini disediakan cermin, headset, microphone dan beberapa alat penyimpanan.

32 40 Ruang Bina Bahasa dan Irama (BPBI) Gambar 2.31 Bina Bahasa dan Irama (Sumber: Dokumen Pribadi Penulis dan Ruangan yang digunakan untuk anak-anak tunarungu melakukan penghayatan bunyi yang dilakukan dengan sengaja atau tidak, ruangan dipenuhi dengan alat-alat musik seperti piano, drum, tamborine, dll. Serta yang terpenting panggung getas untuk anak-anak merasakan getaran bunyi. Dindingnya dipenuhi kaca, ruangan ini selain dijadikan latihan, dijadikan tempat untuk ekskul. Ruang Terapi Pendengaran Gambar 2.32 Ruang Terapi Pendengaran Digunakan seperti ruang alat bantu dengar, fungsinya sama untuk membantu anak mendengar suara, didalamnya terdapat alat-alat audio elektronik, mainan dan ruangannya kedap suara.

33 41 Hasil Analisa S.W.O.T SLB-B Pangudi Luhur Strength - Merupakan SLB golongan B yang memiliki fasilitas yang lebih lengkap disbanding sekolah tunarungu lain, bahkan sudah merilis buku pertama yang menjelaskan tentang metode pengajaran serta sarana dan prasarana untuk anak tunarungu. - Peletakan ruang teratur - Lingkungan mendukung karena daerah dekat dengan lahan perkebunan dan perumahan, jauh dari jalanan yang penuh polusi - Ruangan kelas memiliki space yang sangat luas Weakness - Ruang Staff, guru dan kepala sekolah teralu padat - Desain ruangan kurang menarik - Warna setiap ruangan tidak menyenangkan untuk anak kecil - Tidak ada ruang bermain atau taman bermain Opportunity - Memiliki Klinik alat bantu dengar dimana orang tua dapat memeriksa anaknya dan membeli alat bantu dengar - Memiliki asrama Thread - Perjalanan cukup jauh untuk ke lokasi dikarenakan memang sengaja dibuat jauh dari pusat perkotaan Informasi SLB Negeri 07 a) Informasi Umum Jam Operasional : Senin Jumat, 07:30 02:30 Alamat : Jalan Griya Wartawan, Cipinang besar selatan. Jakarta Timur

34 42 Telp : Slbn_7@yahoo.co.id b) Informasi mengenai SLB Negeri 07 Gambar 2.33 Logo SLB Negeri 07 (Sumber: Dokumen Pribadi SLB Negeri 07) Sekolah Luar Biasa Negeri 7 Jakarta atau nama ringkasnya SLB Negeri 07 Jakarta merupakan sebuah sekolah luar biasa yang memiliki kod NPSN dan Gedung ini dibangun oleh Pemerintah Pendidikan Indonesia dan Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Seluruh kebutuhan belajar siswa sepenuhnya dibayar oleh pemerintah sehingga sekolahan ini tidak memungut pembayaran apapun dari orang tua. SLB Negeri 07 melayani siswa golongan B, C dan Autis terdiri atas 3 satuan pendidikan yaitu SDLB, SMPLB dan SMALB. Visi Sekolah mampu mengantarkan siswa menjadi manusia yang berakhlak mulia, cakap, terampil dan kompetitif menuju tercapainya generasi emas. Misi Menciptakan lingkungan sekolah yang religious, mengembangkan lingkungan sekolah yang disiplin, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siswa, meningkatkan peran siswa pada 7 K (Keamanan, Kebersihan, Ketertiban, Keindahan, Kekeluargaan, Kasih sayang dan Kesabaran), menghasilkan siswa yang mandiri dalam kehidupan seharihari, mengembangkan potensi siswa secara optimal menuju pencapaian generasi emas. c) Informasi Struktur Organisasi SLB Negeri 07

35 43 Diagram 2.2 Struktur Organisasi SLBN 07 Jakarta (Sumber: Dokumen Pribadi SLBN 07 Jakarta) d) Informasi Khusus Pada penelitian survey di SLB Negeri 07 Jakarta, penulis hanya melakukan survey sesuai dengan kebutuhan untuk hasil penelitian ini dikarenakan ada beberapa kelas yang tidak bisa dimasuki untuk umum. Berikut perincian jumlah kelas dan ruang yang ada: Luas Tanah : m² Luas Gedung : 3.031,85 m² Jumlah Ruang Ruang Kelas : 26 kelas Ruang Kepala Sekolah : 1 Ruang Guru : 1 Ruang Aula : 1 Gudang : 1 Dapur : 1 Mes : 2 Ruang Kantin : 1 Ruang Bina Wicara : 1

36 44 Ruang Tata Boga : 1 Ruang Ilmu Teknologi : 1 Ruang Perpustakaan : 1 Ruang Mushola : 1 Ruang Bina Diri : 1 Ruang Pramuka/Olahraga : 1 Ruang Keterampilan : 1 Ruang BKBPI : 1 Ruang Labotarium : 1 Ruang Kesenian : 1 Lapangan Olahraga : 1 Toilet : 32 (Guru=8 dan PD=8) Jumlah Guru dan Staff : 50 orang Jumlah murid SD, SMP, SMA : 177 orang A. Desain Gedung Gambar 2.34 Fasad Gedung (Sumber: Dokumen Pribadi Siswa) Desain gedung terlihat seperti gedung sekolah pada umumnya percampuran antara desain belanda dengan indonesia (Indische-style), terdiri dari 4 lantai. Gedung ini telah dibangun oleh PEMPROV DKI pada febuari sekolah ini didirikan sekitar tahun 1983.Awalnya sekolah ini tidak berlokasi di jalan griya, namun dikarenakan sekolah mengalami kerusakan

37 45 yang signifikan, sekolah ini akhirnya dibangun di tanah yang baru dengan beberapa fasilitas yang baru juga oleh PEMPROV DKI. B. Fasilitas SLB Negeri 07 Denah Lantai 1-4 Gambar 2.35 Denah Lantai 1 SLB Negeri 07 Jakarta (Sumber: Dokumen Pribadi SLB Negeri 07 Jakarta, 2014) Gambar 2.36 Denah Lantai 2 SLB Negeri 07 Jakarta (Sumber: Dokumen Pribadi SLB Negeri 07 Jakarta, 2014) Gambar 2.37 Denah Lantai 3 SLB Negeri 07 Jakarta

38 46 (Sumber: Dokumen Pribadi SLB Negeri 07 Jakarta, 2014) Lantai 3 selain digunakan untuk ruang kelas, namun jika ujian sekolah tiba, maka ruang kelas di lantai 3 dialih fungsikan menjadi ruang ujian. Gambar 2.38 Denah Lantai 4 SLB Negeri 07 Jakarta (Sumber: Dokumen Pribadi SLB Negeri 07 Jakarta, 2014) Ruang Kepala Sekolah Gambar 2.39 Ruang Kepala Sekolah Ruangan kepala sekolah tidak di gabung dengan ruang wakil kepala sekolah, ruangannya lebih bersifat private. Disediakan ruang tamu didalamnya dan lemari untuk menyimpan arsip. Ruang Wakil Kepala Sekolah

39 47 Gambar 2.40 Ruang Wakil Kepala Sekolah Berbeda dengan ruang kepala sekolah yang bersifat private, pada ruangan wakil kepala sekolah lebih bersifat untuk umum dan bersebelahan dengan ruang administrasi dan tata usaha, didalam ruangan wakil kepala sekolah disediakan ruang tamu juga dan beberapa lemari penyimpanan arsip. Ruang TU dan Administrasi Gambar 2.41 Ruang TU dan Administrasi

40 48 Ruangan yang digunakan untuk para orang tua mendapatkan informasi mengenai anak mereka dan tempat mengurus data siswa. Ruang Guru Gambar 2.42 Ruang Guru Ruangan tempat guru beristirahat, namun dapat beralih fungsi untuk ruang serba guna dan juga ruang keterampilan. Ruang Kelas Gambar 2.44 Ruang Kelas Golongan Autis Ruangan kelas golongan autis terdiri dari 1 guru dan 1 murid, didalam ruangan terdapat papan tulis, lemari, meja, dan kursi. Ruangan kelas pada golongan autis dan tunagrahita dijadikan satu namun diberi partisi pemisah. Namun ada kelas yang berisi tunagrahita ringan dan tunagrahita sedang dalam satu kelas,

41 49 sedangkan anak tunarungu digabung dengan anak tunarungu juga. Penulis simulasikan seperti gambar berikut ini: - Ruang kelas golongan B (Tunarungu) Gambar 2.45 Kelas Golongan tunarungu SLB Negeri 07 Jakarta - Ruang Kelas golongan C dan C1 (Tunagrahita) Gambar 2.46 Kelas Golongan Tunagrahita SLB Negeri 07 Jakarta - Ruangan kelas golongan Autis dan Autis

42 50 Gambar 2.47 Kelas Golongan Autis SLB Negeri 07 Jakarta - Ruangan Kelas Autis dan C/C1 (Tunagrahita) Gambar 2.48 Kelas Golongan Autis dan Tunagrahita SLB Negeri 07 Jakarta Toilet Toilet SLB Negeri 07 Jakarta terpisah antara toilet guru dan siswa, jumlah toilet dalam satu ruangan ada 4 buah toilet dan 2 buah toilet guru. Kantin

43 51 Gambar 2.49 Kantin SLB Negeri 07 Kantin SLB Negeri 07 hanya menyediakan snack dan minuman, untuk makan siang biasanya anak-anak membawa makanan dari rumah. Didalam kantin terdapat dapur dan gudang. Ruang Olahraga Gambar 2.50 Ruang Olahraga Ruangan ini dijadikan tempat untuk menaruh segala sesuatu kebutuhan olahraga. Ruang Bina Wicara Ruang wicara pada SLB Negeri 07 Jakarta digunakan untuk pelatihan cara tata bicara anak tunarungu dan terkadang dipakai untuk anak autis juga. Diruangan ini disediakan cermin, headset, microphone dan beberapa alat penyimpanan.

44 52 Ruang Bina Diri Gambar 2.51 Ruang Bina Diri Ruangan bina diri digunakan untuk anak autis dan tunagrahita melatih kemandiriannya, melakukan aktivitas dirumah tanpa bantuan orang lain Ruang Tata Boga Gambar 2.52 Ruang Tata Boga peseerta didik. Ruangan tata boga untuk melatih keterampilan memasak para Ruang Keterampilan dan kesenian

45 53 Gambar 2.53 Ruang Keterampilan dan Kesenian Ruang yang dipakai untuk kesenian dan juga keterampilan, didalamnya terdapat alat-alat music dan alat-alat kesenian lainnya seperti drum, angklung, keyboard dll. Mushola Gambar 2.54 Ruang Mushola Sekolah ini difasilitasi dengan mushola karena memang disekolah ini sekolah yang mayoritasnya adalah beragama Islam. Ruang BPBI Ruangan yang digunakan untuk anak-anak tunarungu melakukan penghayatan bunyi yang dilakukan dengan sengaja atau tidak, Namun diruangan ini hanya seperti kelas kosong dan hanya ada beberapa alat pendukung seperti drum dan mp3 player. Aula Aula pada sekolah SLB Negeri 07 Jakarta ini digunakan menjadi ruang serba guna juga selain menjadi aula, tempat ini dijadikan tempat untuk rapat guru. Didalamnya hanya ada beberapa meja dan kursi saja.

46 54 Ruang Hasil Karya Gambar 2.55 Hasil Karya anak-anak SLB Negeri 07 Ruang tempat penyimpanan hasil karya anak-anak SLB Negeri 07, anak-anak SLB Negeri 07 memiliki ekskul batik yang dimana mereka tak hanya membuatnya tapi mereka juga menjual hasil karyanya sendiri. Perpustakaan Seperti perpustakaan pada umumnya, ruangan yang digunakan untuk murid dan guru membaca dan beristirahat. Ruang UKS (unit Kesehatan Siswa) UKS (unit kesehatan siswa) tempat siswa yang mengalami kesehatan kurang baik. Analisa S.W.O.T SLB Negeri 07 Strength - Merupakan SLB yang melayani tidak hanya satu golongan tapi berberapa golongan ABK. - Memiliki Pengajar yang banyak

47 55 - Memiliki tempat ibadah Weakness - Desain ruangan tidak menarik - Ruangan tidak teratur - Fasilitas terbatas - Kekurangan space - Tidak memiliki klinik Opportunity - Pendidikan di SLB Negeri 07 gratis dan terbuka untuk berbagai kalangan. Thread - Lingkungannya kurang mendukung, jalanan menuju lokasi masih tanah sehingga jika hujan akan sulit jika jalan kaki karena tanah lembek. - Perjalanan cukup jauh untuk ke lokasi dikarenakan memang sengaja dibuat jauh dari pusat perkotaan Informasi SLB-C Frobel Montessori a) Informasi Umum Jam Operasional : Senin Jumat, 07:30 02:30 Alamat : Jalan Griya Wartawan, Cipinang besar selatan. Jakarta Timur Telp : Slbn_7@yahoo.co.id b) Informasi mengenai SLB Frobel Montessori

48 56 SLB FROBEL MONTESORRI Gambar 2.56 Logo SLB Frobel Montessori SLB Frobel Montessori merupakan sekolah swasta yang sudah berdiri sejak tahun 1982, yang pada saat itu didirikan oleh sepasang suami dan istri yang memiliki anak tunagrahita dan kemudian membangun sekolah luar biasa untuk anak-anak berkebutuhan khusus. SLB Frobel Montessori telah diakui dan diresmikan oleh wakil gubernur Jakarta pada tahun Sekolah ini melayani siswa tunarungu dan tunagrahita. Visi Berprestasi dan berinteraksi sosial berdasarkan IMTAQ. Misi Mampu menjalankan perintah agama, mampu berhitung membaca dan menulis, berprestasi dalam bidang olahraga dan kesenian, mampu mandiri, mampu berkarya, mampu berinteraksi sosial. c) Informasi Struktur Organisasi SLB-B Pangudi Luhur tingkat TLO (Taman Latih dan Observasi)

49 57 Diagram 2.3 Struktur Organisasi SLB Frobel Montessori (Sumber: SLB Frobel Montessori, 2015) d) Informasi Khusus Jumlah Ruang Ruang Kelas : 12 kelas Ruang Kepala Sekolah : 1 Ruang Guru : 1 Ruang TU : 1 Ruang Bendahara : 1 Gudang : 1 Dapur : 1 Ruang Kantin : 1 Ruang Mushola : 1 Ruang BKBPI : 1 Lapangan Olahraga : 1 Toilet : 2 Jumlah Guru dan Staff : 12 orang

50 58 Jumlah murid SD, SMP, SMA : 65 orang A. Desain Gedung Gambar 2.57 Fasad Gedung Desain gedung terlihat seperti gedung sekolah pada umumnya percampuran antara desain belanda dengan indonesia (Indische-style), terdiri dari 2 lantai. sekolah ini didirikan sekitar tahun B. Fasilitas SLB-C Frobel Montessori Ruang Kelas Gambar 2.58 Ruang Kelas

51 59 Ruangan kelas di SLB Frobel tidak berbentuk huruf U atau perorangan, lebih berbentuk seperti mengadakan ruang meeting. Ruang terapi anak dilaksanakan di ruang kelas, sehingga sistem sekolah luar biasa Frobel Montessori tidak bersifat moving class. Ruang Kepala Sekolah Gambar 2.59 Ruang Kepala Sekolah Ruang kepala sekolah hanya berupa kursi dan meja tidak disedia ruang tamu sendiri. Ruang Guru Gambar Ruang Guru

52 60 Tempat beristirahat dan para guru mengadakan meeting bersama. Ruangannya sengaja diletakan ditengah antara ruang staf dan kepala sekolah. Ruang TU Gambar 2.61 Ruang Tata Usaha Ruangan tata usaha sangat minim tempat penyimpanan, banyak benda yang tergeletak di lantai dan beberapa dokumen bertebaran dimana-mana. Ruang Bendahara Gambar 2.62 Ruang Bendahara

53 61 Ruangan bendahara disatukan dengan tempat penyimpanan arsip sekolah dan sebagiannya berupa dokumen keuangan sekolah. Gudang Tempat penyimpanan barang-barang sekolah yang jarang dipakai dan tempat penyimpanan alat olahraga anak-anak. Dapur Gambar 2.63 Ruang Dapur Tempat para guru membuat teh dan makanan. Tidak disediakan kompor ataupun alat-alat seperti gelas dan piring. Ruang Kantin Gambar 2.64 Ruang Kantin

54 62 Kantin terbatas dan dijadikan untuk tempat menunggu anak-anak pulang. Anak-anak biasanya membawa bekal dari rumah, jarang melakukan transaksi membeli makanan di kantin Ruang Mushola Gambar 2.65 Ruang Mushola Pengajar di sekolah luar biasa Frobel Montessori mayoritas beragama islam, sehingga di sekolah disediakan tempat untuk shalat. Ruang BPBI Gambar 2.66 Ruang BPBI Ruangan yang digunakan untuk anak tunarunggu tapi dipakai tempat untuk keterampilan juga untuk semua murid

55 63 Toilet Gambar 2.67 Toilet (Sumber: Dokumen Pribadi Siswa) Toilet tidak dibedakan antara guru dan murid, didalamnya pun tidak desain untuk jenis anak-anak berkebutuhan khusus. Analisa S.W.O.T SLB Frobel Montessori Strength - Kelasnya dibedakan antara golongan B dan C Weakness - Tidak ada klinik - Tidak ada ruang terapi - Tidak ada perpustakaan - Tidak ada tempat bermain - Ruangan kelas kecil Opportunity - Sekolah memiliki asrama Threat - Sulit untuk masuk kedalam lokasi karena berada di gang yang besarnya kurang lebih 3 meter. Sehingga harus jalan kaki dari jalan utama.

56 Analisa Hasil Keseluruhan Survey Tabel 2.2 Analisis Hasil Keseluruhan Survey NO Sekolah Fasilitas yang disediakan S.W.O.T 1. SLB-B Pangudi Luhur 1. Ruang Kelas 2. Lobby 3. Ruang Administrasi 4. Ruang Hasil Karya siswa 5. Ruang Meeting 6. Ruang POMG/Kuliah 7. Aula 8. Terapi Wicara 9. Terapi pendengaran 10. Ruang psikolog dan seksolog 11. Toilet Guru 12. Toilet Anak 13. Terapi Asmen 14. Terapi BPBI 15. Ruang kepala sekolah 16. Ruang Wakil kepala sekolah 17. Ruang yayasan 18. Perpustakaan 19. Dapur Guru 20. Ruang Guru 21. Dapur Kantin 22. Kantin Siswa 23. Area Makan 24. Area Menunggu 25. Gudang Olahraga 26. Gudang Kesenian Strength Merupakan SLB golongan B yang memiliki fasilitas yang lebih lengkap disbanding sekolah tunarungu lain, bahkan sudah merilis buku pertama yang menjelaskan tentang metode pengajaran serta sarana dan prasarana untuk anak tunarungu. Peletakan ruang teratur Lingkungan mendukung karena daerah dekat dengan lahan perkebunan dan perumahan, jauh

57 Gudang Sekolah 28. Mes 29. UKS dari jalanan yang penuh polusi Ruangan kelas memiliki space yang sangat luas Weakness Ruang Staff, guru dan kepala sekolah teralu padat Desain ruangan kurang menarik Warna setiap ruangan tidak menyenangkan untuk anak kecil Tidak ada ruang bermain atau taman bermain Opportunity Memiliki Klinik alat bantu dengar dimana orang tua dapat memeriksa anaknya dan

58 66 membeli alat bantu dengar Memiliki asrama Threat Perjalanan cukup jauh untuk ke lokasi dikarenakan memang sengaja dibuat jauh dari pusat perkotaan. 2. SLB Negeri Ruang Kelas 2. Ruang Administrasi 3. Ruang kepala dan wakil 4. Aula 5. Mushola 6. Kantin 7. Terapi Wicara 8. Terapi BPBI 9. Terapi Bina Diri 10. Ruang Keterampilan 11. Ruang Hasil Karya 12. Area Menunggu 13. Toilet Guru Strength Merupakan SLB yang melayani tidak hanya satu golongan tapi berberapa golongan ABK. Memiliki Pengajar yang banyak Memiliki tempat

59 Ruang Guru 15. Ruang Guru 16. Gudang Olahraga 17. Gudang Kesenian 18. Gudang Sekolah 19. Dapur 20. Mes 21. Perpustakaan 22. UKS ibadah Weakness Desain ruangan tidak menarik dan ruangan tidak teratur Fasilitas terbatas Kekurangan space Tidak memiliki klinik Opportunity Pendidikan di SLB Negeri 07 gratis dan terbuka untuk berbagai kalangan. Threat Lingkungannya kurang mendukung, jalanan menuju lokasi masih tanah sehingga jika hujan akan sulit jika jalan kaki karena tanah lembek.

60 68 3. SLB Frobel Montessori 1. Ruang Kelas 2. Terapi BPBI 3. Ruang Guru 4. Ruang Kepala Sekolah 5. Ruang Tata Usaha 6. Ruang Bendahara 7. Dapur 8. Gudang 9. Kantin 10. Area Menungg 11. Mushola 12. Toilet Strength Kelasnya dibedakan antara B dan C Weakness -Tidak ada klinik -Tidak ada ruang terapi -Tidak ada perpustakaan -Tidak ada tempat bermain -Ruangan kelas kecil Opportunity Sekolah memiliki asrama Threat Sulit untuk masuk kedalam lokasi karena berada di gang yang besarnya kurang sehingga harus jalan kaki dari jalan utama.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sekolah Luar Biasa (SLB) adalah sekolah untuk anak-anak berpendidikan khusus. Berbicara tentang SLB, tidak akan lepas dari keberadaan ABK (Anak Berkebutuhan Khusus),

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KHUSUS LANDASAN YURIDIS

PENDIDIKAN KHUSUS LANDASAN YURIDIS PENDIDIKAN KHUSUS LANDASAN YURIDIS UU No.20 Thn.2003 Sistem Pendidikan Nasional Pasal 5 Ayat (2) : Warga Negara yang mempunyai kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan atau sosial berhak memperoleh

Lebih terperinci

INTERIOR Pengertian dan Sejarah (Materi pertemuan 1 dan 2)

INTERIOR Pengertian dan Sejarah (Materi pertemuan 1 dan 2) INTERIOR Pengertian dan Sejarah (Materi pertemuan 1 dan 2) DOSEN PENGAMPU: ARDIANSYAH, S.T, M.T PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI MATERI PERTEMUAN 1 DAN 2

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KHUSUS PUSAT KURIKULUM BALITBANG DIKNAS

PENDIDIKAN KHUSUS PUSAT KURIKULUM BALITBANG DIKNAS PENDIDIKAN KHUSUS PUSAT KURIKULUM BALITBANG DIKNAS LANDASAN YURIDIS UU No.20 Thn.2003 Sistem Pendidikan Nasional Pasal 5 Ayat (2) : Warga Negara yang mempunyai kelainan fisik, emosional, mental, intelektual,

Lebih terperinci

Bagaimana? Apa? Mengapa?

Bagaimana? Apa? Mengapa? ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ( A B K ) Bagaimana? Apa? Mengapa? PENGERTIAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ( A B K ) Anak Berkebutuhan Khusus adalah anak yang dalam pendidikan memerlukan pelayanan yang spesifik,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bidang ilmu desain interior terletak di antara teknik dan seni. Tanpa adanya teknik, maka desain tidaklah aman, sebaliknya tanpa mempertimbangkan aspek estetika dan

Lebih terperinci

2. Sejarah Desain Interior

2. Sejarah Desain Interior 1. Pengertian Interior Menurut Francis D. K. Ching (Chng & Binggeli, 2012) interior desain adalah Interior design is the planning, layout, and design of the interior spaces within buildings. These physical

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KHUSUS & PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS

PENDIDIKAN KHUSUS & PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS PENDIDIKAN KHUSUS & PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS HERRY WIDYASTONO Kepala Bidang Kurikulum Pendidikan Khusus PUSAT KURIKULUM BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 6/9/2010 Herry

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI MEDITASI ŻIKIR DI SLB. A. Profil SLB Negeri Ungaran Barat

BAB III DESKRIPSI MEDITASI ŻIKIR DI SLB. A. Profil SLB Negeri Ungaran Barat 42 BAB III DESKRIPSI MEDITASI ŻIKIR DI SLB A. Profil SLB Negeri Ungaran Barat SLB Negeri Ungaran (sebagai pengembangan dari SDLB Ungaran Tahun 2007), merupakan SLB yang pertama kali berdiri di Ungaran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala potensinya. Oleh sebab itu pendidikan harus diterima olah setiap warga negara,

BAB I PENDAHULUAN. segala potensinya. Oleh sebab itu pendidikan harus diterima olah setiap warga negara, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan sangatlah penting bagi setiap manusia dalam rangka mengembangkan segala potensinya. Oleh sebab itu pendidikan harus diterima olah setiap warga negara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan manusia tersebut salah satunya adalah kematangan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan manusia tersebut salah satunya adalah kematangan sosial. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan dan perlindungan dari orang lain. Tanpa bantuan dari orang lain dan lingkungan sosial maka manusia tidak mudah

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA PROBOLINGGO WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAN PENDIDIKAN KHUSUS DAN PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROBOLINGGO,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 SLB Golongan A di Jimbaran. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 SLB Golongan A di Jimbaran. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan nasional memiliki peranan yang sangat penting bagi warga negara. Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan berdasarkan bab III ayat 5 dinyatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan 13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan merupakan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KHUSUS DAN PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS

PENDIDIKAN KHUSUS DAN PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS PENDIDIKAN KHUSUS DAN PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS (PKPLK) Materi Workshop di Hotel Batusuli Internasional Palangka raya Tanggal 10 sd. 14 Oktober 2016 Narasumber Drs. H Tasmanudin Kasi SLB Dinas Pendidikan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KHUSUS PUSAT KURIKULUM BALITBANG DIKNAS. DRS. MUHDAR MAHMUD.M.Pd

PENDIDIKAN KHUSUS PUSAT KURIKULUM BALITBANG DIKNAS. DRS. MUHDAR MAHMUD.M.Pd PENDIDIKAN KHUSUS PUSAT KURIKULUM BALITBANG DIKNAS DRS. MUHDAR MAHMUD.M.Pd BEBERAPA ISTILAH ABK ANAK LUAR BIASA ANAK CACAT ANAK TUNA ANAK ABNORMAL ANAK LEMAH INGATAN ANAK IDIOT ANAK BERKELAINAN ANAK BERKEBUTUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya dalam

BAB I PENDAHULUAN. Anak membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan anugrah yang Tuhan berikan untuk dijaga dan dirawat. Anak membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya dalam masa tumbuh kembang. Memahami

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KHUSUS DAN LAYANAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KHUSUS DAN LAYANAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KHUSUS DAN LAYANAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, Menimbang : a. bahwa dalam upaya memberikan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Sekolah Luar Biasa Tunagrahita di Bontang, Kalimantan Timur dengan Penekanan

Bab I Pendahuluan. Sekolah Luar Biasa Tunagrahita di Bontang, Kalimantan Timur dengan Penekanan Bab I Pendahuluan 1.1. Latar belakang 1.1.1 Judul Sekolah Luar Biasa Tunagrahita di Bontang, Kalimantan Timur dengan Penekanan Karakteristik Pengguna 1.1.2 Definisi dan Pemahaman Judul Perancangan : Berasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan masyarakat. Secara umum pendidikan sangat berperan dalam meningkatkan kualitas hidup. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hak asasi setiap warga negara. Oleh karena itu, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hak asasi setiap warga negara. Oleh karena itu, pemerintah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hak asasi setiap warga negara. Oleh karena itu, pemerintah berkewajiban memenuhi dan melindungi hak asasi tersebut dengan memberikan kesempatan

Lebih terperinci

2015 PEMBELAJARAN TARI MELALUI STIMULUS GERAK BURUNG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KINESTETIK PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB YPLAB LEMBANG

2015 PEMBELAJARAN TARI MELALUI STIMULUS GERAK BURUNG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KINESTETIK PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB YPLAB LEMBANG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi saat ini, dihadapkan pada banyak tantangan baik dalam bidang sosial, ekonomi, politik, budaya juga pendidikan. Semakin hari persaingan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Pendidikan tidak hanya bertindak sebagai alat yang dapat meningkatkan kapasitas

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Untuk mendapatkan gambaran tentang pengertian Pusat Pendidikan dan Terapi Anak Autis di Sukoharjo dengan Pendekatan Behaviour Architecture, perlu diketahui tentang:

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 735 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 735 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 735 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.1.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek Pendidikan adalah hak bagi setiap anak, termasuk anak dengan disabilitas atau Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Pendidikan bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah program. Program melibatkan sejumlah komponen yang bekerja sama dalam sebuah proses untuk mencapai tujuan yang diprogramkan. Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih tanggung jawab orang tua. Kewajiban orang tua terhadap anak yaitu membesarkan,

BAB I PENDAHULUAN. masih tanggung jawab orang tua. Kewajiban orang tua terhadap anak yaitu membesarkan, BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Anak adalah anugrah dan titipan dari tuhan yang harus di jaga dan di pelihara dengan baik. Seseorang yang masih dikategorikan sebagai seorang anak adalah sepenuhnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses pengalaman yang memberikan pengertian, pandangan (insight) dan penyesuaian bagi seseorang yang menyebabkan ia berkembang Crow

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan bagian penting dalam kehidupan. Bahkan di dalam Undang-Undang Dasar Negara di sebutkan bahwa setiap warga Negara berhak dan wajib mendapat pendidikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dapat dipastikan dalam kehidupan ini, bahwa setiap pasangan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dapat dipastikan dalam kehidupan ini, bahwa setiap pasangan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dapat dipastikan dalam kehidupan ini, bahwa setiap pasangan yang telah menikah pastilah mendambakan hadirnya buah hati di tengah-tengah kehidupan mereka, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk suatu profesi, tetapi mampu menyelesaikan masalah-masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk suatu profesi, tetapi mampu menyelesaikan masalah-masalah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan dapat meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia serta untuk menyiapkan generasi masa kini sekaligus yang akan datang. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu modal seseorang untuk meraih kesuksesan dalam kehidupannya. Pada dasarnya setiap anak berhak untuk memperoleh pendidikan yang layak,

Lebih terperinci

TEORI DAN KONSEP PERANCANGAN RUANG DALAM

TEORI DAN KONSEP PERANCANGAN RUANG DALAM TEORI DAN KONSEP PERANCANGAN RUANG DALAM A. DEFINISI PERANCANGAN RUANG DALAM/ DESAIN INTERIOR Desain interior atau perancangan ruang dalam merupakan ilmu yang mempelajari tentang menata, merencanakan dan

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN KHUSUS Oleh: Drs. R. Zulkifli Sidiq, M.Pd

PEMBELAJARAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN KHUSUS Oleh: Drs. R. Zulkifli Sidiq, M.Pd PEMBELAJARAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN KHUSUS Oleh: Drs. R. Zulkifli Sidiq, M.Pd A. PEMBELAJARAN BAGI ABK B. PERTIMBANGAN PEMBELAJARAN KEBUTUHAN KHUSUS C. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN KEBUTUHAN KHUSUS A. Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia tidak hanya diperuntukkan bagi anak- anak yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia tidak hanya diperuntukkan bagi anak- anak yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia tidak hanya diperuntukkan bagi anak- anak yang normal saja, tetapi juga untuk anak yang berkebutuhan khusus. Oleh karena itu pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara. Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan, seperti yang tercantum dalam Undang Undang

Lebih terperinci

2015 STUD I D ESKRIPTIF PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PEND IDIKAN JASMANI D I SLB-A CITEREUP

2015 STUD I D ESKRIPTIF PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PEND IDIKAN JASMANI D I SLB-A CITEREUP BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap negara yang sudah merdeka sudah sepatutnya negara tersebut mampu untuk membangun dan memperkuat kekuatan sendiri tanpa harus bergantung pada negara lain. Maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berperan penting dalam usaha menciptakan masyarakat yang beriman, berakhlak mulia, berilmu serta demokratis dan bertanggungjawab. Pendidikan merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori atau Konsep 1. Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus Anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa yang berbeda

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori atau Konsep 1. Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus Anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa yang berbeda 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori atau Konsep 1. Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus Anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa yang berbeda perkembangan fisik, mental, atau sosial dari perkembangan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana

PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia memiliki kewajiban pada warga negaranya untuk memberikan pelayanan pendidikan yang bermutu kepada warga negara lainnya tanpa terkecuali termasuk

Lebih terperinci

Adaptif. Adaptif dapat diartikan sebagai, penyesuaian, modifikasi, khusus, terbatas, korektif, dan remedial.

Adaptif. Adaptif dapat diartikan sebagai, penyesuaian, modifikasi, khusus, terbatas, korektif, dan remedial. Adaptif Adaptif dapat diartikan sebagai, penyesuaian, modifikasi, khusus, terbatas, korektif, dan remedial. Pelatihan Adaptif Program latihan yang disesuaikan dengan kebutuhan perorangan yang dikarenakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. selalu berhubungan dengan tema tema kemanusiaan, artinya pendidikan

I. PENDAHULUAN. selalu berhubungan dengan tema tema kemanusiaan, artinya pendidikan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dan kemanusiaan adalah dua entitas yang saling berkaitan, pendidikan selalu berhubungan dengan tema tema kemanusiaan, artinya pendidikan diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak berkebutuhan khusus merupakan individu yang diciptakan oleh Yang Maha Kuasa dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Perbedaannya hanya mereka membutuhkan metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Institusi pendidikan sangat berperan penting bagi proses tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN. Institusi pendidikan sangat berperan penting bagi proses tumbuh kembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Institusi pendidikan sangat berperan penting bagi proses tumbuh kembang anak dan memengaruhi anak dalam berinteraksi dengan orang lain dalam konteks sosialnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dengan kata lain tujuan membentuk Negara ialah. mengarahkan hidup perjalanan hidup suatu masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dengan kata lain tujuan membentuk Negara ialah. mengarahkan hidup perjalanan hidup suatu masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan untuk membangun Negara yang merdeka adalah dengan mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan tersebut telah diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Manusia merupakan mahluk individu karena secara kodrat manusia

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Manusia merupakan mahluk individu karena secara kodrat manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia tercipta sebagai mahluk indvidu dan juga sebagai mahluk sosial. Manusia merupakan mahluk individu karena secara kodrat manusia memiliki keunikan dan karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini para penderita anak berkebutuhan khusus semakin meningkat di dunia dan juga di Indonesia, UNESCO (2010) melaporkan, tercatat 35 juta orang penyandang autisma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Salah satu tujuan bangsa Indonesia yang tertuang dalam pembukaan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Salah satu tujuan bangsa Indonesia yang tertuang dalam pembukaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan hak warga negara sebagai sumber daya insani yang sepatutnya mendapat perhatian terus menerus dalam upaya peningkatan mutunya. Peningkatan mutu

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2008 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR SARANA DAN PRASARANA UNTUK SEKOLAH DASAR LUAR BIASA (SDLB), SEKOLAH MENENGAH PERTAMA LUAR BIASA (SMPLB),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ai Nuraeni, 2014 Pembelajaran PAI Untuk Siswa Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Ai Nuraeni, 2014 Pembelajaran PAI Untuk Siswa Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh pendidik kepada peserta didik dalam hal perkembangan potensinya dalam semua aspek. Sejalan dengan perkataan A.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1.1.1. LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK Pendidikan merupakan sarana untuk mendapatkan penghidupan yang lebih baik. Menjadi insan-insan yang terdidik merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya diskriminasi termasuk anak-anak yang mempunyai kelainan atau anak

BAB I PENDAHULUAN. adanya diskriminasi termasuk anak-anak yang mempunyai kelainan atau anak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia agar mampu menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat. Karena itu negara memiliki kewajiban

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DAN STRATEGI PEMBELAJARANNYA. Oleh Mardhiyah, Siti Dawiyah, dan Jasminto 1

IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DAN STRATEGI PEMBELAJARANNYA. Oleh Mardhiyah, Siti Dawiyah, dan Jasminto 1 IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DAN STRATEGI PEMBELAJARANNYA Oleh Mardhiyah, Siti Dawiyah, dan Jasminto 1 Abstract: Artikel ini dimaksudkan untuk membantu para guru dalam mengidentifikasi anak berkebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Warga Negara Republik Indonesia yang memiliki keragaman budaya, perbedaan latar belakang, karakteristik, bakat dan minat, peserta didik memerlukan proses pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Anak Berkebutuhan Khusus (Children with special needs) atau yang sering disingkat ABK adalah anak yang memiliki perbedaan dalam keadaan dimensi penting dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang Dasar Republik Indonesia 1945, setiap warga negara berhak untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Oleh karenanya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sensitif dan akan menentukan perkembangan otak untuk kehidupan dimasa

BAB I PENDAHULUAN. sensitif dan akan menentukan perkembangan otak untuk kehidupan dimasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan anak normal, usia 6 tahun merupakan masa yang paling sensitif dan akan menentukan perkembangan otak untuk kehidupan dimasa mendatang. Bayi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang tidak bisa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan kita. Pendidikan adalah suatu kegiatan yang pada dasarnya merupakan suatu proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN. rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam upaya mewujudkan tujuan nasional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dijadikan sorotan oleh berbagai negara-negara di dunia saat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dijadikan sorotan oleh berbagai negara-negara di dunia saat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dijadikan sorotan oleh berbagai negara-negara di dunia saat ini, termasuk dinegara kita Indonesia. Pendidikan di Indonesia disebutkan dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan memiliki kecakapan hidup dan mampu mengoptimalkan segenap

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan memiliki kecakapan hidup dan mampu mengoptimalkan segenap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk mencetak sumber daya manusia yang diharapkan memiliki kecakapan hidup dan mampu mengoptimalkan segenap potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa dan berbudi pekerti luhur. Sebagaimana yang diamanatkan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa dan berbudi pekerti luhur. Sebagaimana yang diamanatkan Undang- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan masalah yang sangat penting dalam kehidupan, baik dalam kehidupan keluarga ataupun kehidupan berbangsa dan bernegara. Pendidikan bertujuan

Lebih terperinci

METODE PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH LUAR BIASA TUNARUNGU (SLB/B) MELALUI ALAT PERAGA UNTUK PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA

METODE PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH LUAR BIASA TUNARUNGU (SLB/B) MELALUI ALAT PERAGA UNTUK PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA METODE PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH LUAR BIASA TUNARUNGU (SLB/B) MELALUI ALAT PERAGA UNTUK PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA (Studi kasus di Kelas VIII SMPLB-B Yayasan Rehabilitasi Tuna Rungu Wicara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Dalam perkembangannya yang normal,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Dalam perkembangannya yang normal, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah makhluk sosial. Dalam perkembangannya yang normal, seorang bayi mulai bisa berinteraksi dengan ibunya pada usia 3-4 bulan. Bila ibu merangsang

Lebih terperinci

PENDIDIKAN SISWA BERKEBUTUAN KHUSUS. Kuliah 1 Adriatik Ivanti, M.Psi

PENDIDIKAN SISWA BERKEBUTUAN KHUSUS. Kuliah 1 Adriatik Ivanti, M.Psi PENDIDIKAN SISWA BERKEBUTUAN KHUSUS Kuliah 1 Adriatik Ivanti, M.Psi Siswa Berkebutuhan Khusus Siswa berkebutuhan khusus adalah siswa yang membutuhkan pendidikan yang berbeda dari siswa lainnya ( Anak yang

Lebih terperinci

AKTIVITAS PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF SEBAGAI PENGEMBANGAN KETERAMPILAN GERAK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) 1

AKTIVITAS PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF SEBAGAI PENGEMBANGAN KETERAMPILAN GERAK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) 1 AKTIVITAS PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF SEBAGAI PENGEMBANGAN KETERAMPILAN GERAK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) 1 Addriana Bulu Baan 2 POR FKIP Universitas Tadulako Palu ABSTRAK Pendidikan Jasmani Olahraga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan segala aktifitas di berbagai bidang. Sesuai dengan UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan segala aktifitas di berbagai bidang. Sesuai dengan UUD 1945 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam lini kehidupan. Semua orang membutuhkan pendidikan untuk memberikan gambaran dan bimbingan dalam

Lebih terperinci

PERANCANGAN DESAIN INTERIOR TIGA DIMENSI BANGUNAN BARU PT. KREAVISI GRUP

PERANCANGAN DESAIN INTERIOR TIGA DIMENSI BANGUNAN BARU PT. KREAVISI GRUP PERANCANGAN DESAIN INTERIOR TIGA DIMENSI BANGUNAN BARU PT. KREAVISI GRUP Edwin Buyung Syarif 1, Retno Puspitasari 2 1,2 Multimedia Desain dan Grafis, Program Studi Manajemen Informatika, PKN LPKIA Jln.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian tentang indeks inklusi ini berdasarkan pada kajian aspek

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian tentang indeks inklusi ini berdasarkan pada kajian aspek 144 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Penelitian tentang indeks inklusi ini berdasarkan pada kajian aspek budaya, aspek kebijakan, dan aspek praktik yang digunakan sebagai tolak ukur keterlaksanannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakat. Pendidikan juga merupakan usaha sadar untuk menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakat. Pendidikan juga merupakan usaha sadar untuk menyiapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rata-rata dengan ditandai oleh keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan

BAB I PENDAHULUAN. rata-rata dengan ditandai oleh keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tunagrahita adalah kondisi anak yang kecerdasannya jauh di bawah rata-rata dengan ditandai oleh keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan dalam berinteraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan suatu proses atau kegiatan yang sukar dihindari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan suatu proses atau kegiatan yang sukar dihindari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan suatu proses atau kegiatan yang sukar dihindari dalam kehidupan sehari-hari, komunikasi merupakan suatu hal yang penting dalam berbagai strategi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan upaya sadar untuk mengembangkan kemampuan peserta didik baik di dalam maupun di luar sekolah yang berlangsung seumur hidup. Melalui pernyataan tersebut

Lebih terperinci

BAB I. A. Latar Belakang Masalah

BAB I. A. Latar Belakang Masalah BAB I A. Latar Belakang Masalah Pendidikan harus mendapatkan dukungan untuk menjalankan fungsi penyelenggaraannya bagi masyarakat dengan sebaik-baiknya. Fungsi pendidikan baik bersifat formal maupun non

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015 SMPN 2 WATES Alamat : Jl. KH Wahid Hasyim, Bendungan, Wates, Kulon progo

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015 SMPN 2 WATES Alamat : Jl. KH Wahid Hasyim, Bendungan, Wates, Kulon progo BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Analisis dilakukan sebagai upaya untuk memperoleh informasi tentang situasi di SMP Negeri 2 Wates. Hal ini penting dilakukan karena dapat digunakan sebagai acuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Husni Umakhir Gitardiana, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Husni Umakhir Gitardiana, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia diciptakan oleh Allah SWT di dunia ini memiliki hak dan kewajiban yang sama, terutama dalam bidang pendidikan, seperti yang tertulis dalam Undang-undang

Lebih terperinci

SLB TUNAGRAHITA KOTA CILEGON BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SLB TUNAGRAHITA KOTA CILEGON BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu kunci penting dalam menentukan masa depan suatu bangsa. Pengertian pendidikan sendiri ialah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Sekolah Luar Biasa : Autisme Boyolali Alam Taman Terapi :

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Sekolah Luar Biasa : Autisme Boyolali Alam Taman Terapi : BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Sekolah Luar Biasa :Sekolah Luar Biasa (SLB) adalah sekolah khusus bagi anak usia sekolah yang memiliki kebutuhan khusus. (http://repository.usu.ac.id, diakses 27

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Majunya perkembangan IPTEK pada era globalisasi sekarang ini membuat dunia terasa semakin sempit karena segala sesuatunya dapat dijangkau dengan sangat mudah.

Lebih terperinci

LAPORAN OBSERVASI LAPANGAN PERKEMBANGAN DAN PROSES PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

LAPORAN OBSERVASI LAPANGAN PERKEMBANGAN DAN PROSES PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS LAPORAN OBSERVASI LAPANGAN PERKEMBANGAN DAN PROSES PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (Suatu Observasi Lapangan di SDLB Desa Labui, Kecamatan Baiturrahman, Kota Banda Aceh) Oleh: Qathrinnida, S.Pd Suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat semua manusia yang ada dimuka bumi ini adalah sama. Semua manusia

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat semua manusia yang ada dimuka bumi ini adalah sama. Semua manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hakikat semua manusia yang ada dimuka bumi ini adalah sama. Semua manusia sama-sama memiliki kebutuhan, keinginan dan harapan serta potensi untuk mewujudkanya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia merupakan suatu hal yang wajib ditempuh oleh semua warga negara.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia merupakan suatu hal yang wajib ditempuh oleh semua warga negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia merupakan suatu hal yang wajib ditempuh oleh semua warga negara. Pendidikan di Indonesia telah memasuki tahap pembaruan dimana pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan. Pendidikan sangat dibutuhkan dalam rangka peningkatan sumber daya manusia. Dalam Kamus Besar Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap anak berpotensi mengalami masalah dalam belajar,

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap anak berpotensi mengalami masalah dalam belajar, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya setiap anak berpotensi mengalami masalah dalam belajar, hanya saja masalah tersebut ada yang ringan dan ada juga yang masalah pembelajarannya

Lebih terperinci

LAPORAN OBSERVASI SLB-A-YKAB SURAKARTA

LAPORAN OBSERVASI SLB-A-YKAB SURAKARTA LAPORAN OBSERVASI SLB-A-YKAB SURAKARTA DISUSUN OLEH : Chrisbi Adi Ibnu Gurinda Didik Eko Saputro Suci Novira Aditiani (K2311013) (K2311018) (K2311074) PENDIDIKAN FISIKA A 2011 FAKULTAS KEGURUAN DAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) membutuhkan fasilitas tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN. Anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) membutuhkan fasilitas tumbuh kembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) membutuhkan fasilitas tumbuh kembang khusus agar memiliki hak untuk mendapatkan penghormatan atas integritas mental dan

Lebih terperinci

AHMAD NAWAWI JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UPI BANDUNG 2010

AHMAD NAWAWI JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UPI BANDUNG 2010 AHMAD NAWAWI JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UPI BANDUNG 2010 SIAPAKAH? ANAK LUAR BIASA ANAK PENYANDANG CACAT ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS PENDIDIKAN INKLUSIF Pendidikan inklusif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu pun dari semua ini ada karena hak manusia memutuskan untuk. kebesaran dan kekuasaan Allah di alam semesta ciptaan-nya.

BAB I PENDAHULUAN. satu pun dari semua ini ada karena hak manusia memutuskan untuk. kebesaran dan kekuasaan Allah di alam semesta ciptaan-nya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Pemilik seluruh jagat raya adalah Allah yang Maha Perkasa, penguasa seluruh alam. Jasad fisik berada dalam genggaman Allah yang menciptakan, dan Dia tidak bergantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Berbagai macam vitamin, gizi maupun suplemen dikonsumsi oleh

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Berbagai macam vitamin, gizi maupun suplemen dikonsumsi oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah suatu titipan Tuhan yang sangat berharga. Saat diberikan kepercayaan untuk mempunyai anak, maka para calon orang tua akan menjaga sebaik-baiknya dari mulai

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG. dari anak kebanyakan lainnya. Setiap anak yang lahir di dunia dilengkapi dengan

BAB I LATAR BELAKANG. dari anak kebanyakan lainnya. Setiap anak yang lahir di dunia dilengkapi dengan BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Masa kanak-kanak adalah masa yang terindah dalam hidup dimana semua terasa menyenangkan serta tiada beban. Namun tidak semua anak dapat memiliki kesempatan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan bangsa dan negara Indonesia pada umumnya ditentukan oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu manusia yang cerdas, terampil, kreatif, mau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan penelitian dan pengembangan serta akan diuraikan juga mengenai

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan penelitian dan pengembangan serta akan diuraikan juga mengenai BAB I PENDAHULUAN Pada bab I ini, peneliti akan menguraikan tentang latar belakang masalah yang akan diteliti dan dikembangkan, tujuan penelitian dan pengembangan, spesifikasi produk yang diharapkan, pentingnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Luar Biasa PKK Propinsi Lampung sebagai salah satu sekolah centara

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Luar Biasa PKK Propinsi Lampung sebagai salah satu sekolah centara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekolah Luar Biasa PKK Propinsi Lampung sebagai salah satu sekolah centara yang telah ditunjuk untuk menyelenggarakan Sekolah Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak bagi sebuah keluarga adalah sebuah karunia, rahmat dan berkat.

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak bagi sebuah keluarga adalah sebuah karunia, rahmat dan berkat. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak bagi sebuah keluarga adalah sebuah karunia, rahmat dan berkat. Kehadiran seorang anak ditengah-tengah keluarga merupakan harapan dan dambaan. Isak tangis kehadirannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI

BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI BAB I PENDAHULUAN Program PPL merupakan program kegiatan yang bertujuan mengembangkan kompetensi mahasiswa sebagai calon tenaga kependidikan. Calon tenaga pendidik tidak hanya memiliki kompetensi di bidang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 2.1 Latar Belakang Lembaga Pendidikan Al-Hikmah Kelompok bermain adalah salah satu bentuk pendidikan pra sekolah yang menyediakan program dini bagi anak usia tiga

Lebih terperinci