BAB 2 DATA DAN ANALISA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 DATA DAN ANALISA"

Transkripsi

1 BAB 2 DATA DAN ANALISA Sumber Data Data dan informasi yang digunakan untuk mendukung proyek tugas akhir ini diperoleh dari berbagai sumber, diantaranya : 1. Data literatur berupa data yang diperoleh dari buku dan website. 2. Kliping dan rangkuman berbagai media massa cetak. 3. Data dari hasil wawancara narasumber yang merupakan seorang yang aktif dalam bidang budaya batik dan penggiat batik, Dudung Alie Syahbana, di Indonesia. 2.2 Data Kasus Data kasus dan informasi didapat melalui media elektronik dan buku : Doellah, H.Santosa. Batik Pengaruh Taman dan Lingkungan, Solo : Batik Danar Hadi. Tirta, Iwan. (2011). Batik Sebuah Lakon. Jakarta : PT. Gaya Faforit Press. Jurnal Wastra, #18, Maret Museum Tekstil Jakarta Batik Dalam Kehidupan Orang Jawa Masyarakat Jawa sejak jaman dahulu batik merupakan komponen utama dalam kehidupan orang Jawa. Dimulai sejak dari ritual atau upacara kelahiran hingga pada saat kematian sesorang terjadi, semua yang bersangkutan tersebut memakai komponen pada kain batik. Selain ritual batik merupakan salah satu mata pencaharian orang jawa, dari pengrajin hingga pengusaha yang menjual batik. Didalam kehidupan orang Jawa batik merupakan hal penting, dari motif motif yang memiliki makna atau filosofi yang mengandung arti tentang kehidupan dan alam semesta (jagad raya). Dari filosofi atau makna tersebutpun yang bersangkutan dengan kehidupan maka pemakaian batik dalam upacara atau ritual sering dikaitkan yang hingga saat ini tradisi Jawa yang ditandai oleh beberapa macam upacara yang sampai saat ini masih dilakukan di dalam kehidupan sehari hari. Alasan pemakaian motif batik dalam upacara tersebut ialah agar seseorang yang memakai batik tersebut mempunyai tujuan dan makna yang sama dengan makna motif yang dipakai dengan makna motif yang positif Upacara dan Motif batik dalam kehidupan orang Jawa Upacara Mitoni atau Tingkeban Masyarakat budaya Jawa selalu berpegang pada prinsip keselamatan diri atau mencari keamanan jiwa untuk kehidupan di dunia ini. Semua bentuk keselamatan ditunjukan pada keamanan diri, keluarga dan masyarakat. Upacara Mitoni atau tingkeban adalah upacara yang memohon keselamatan bagi wanita yang untuk pertama kalinya mengandung bayinya selama tujuh bulan. Mitoni yang berarti tujuh bulan, sedangkan tingkep berarti bayi yang sudah cukup umur. Selama upacara Mitoni, bakal ibu dibalut dalam tujuh helai kain batik dengan motif yang berbeda. Setiap motif memiliki arti yang khusus.

2 3 Motif Tingkeban (Solo) Sidho Asih, Sidho Drajat, Sidho Mukti, Sidho Mulyo, Sidho Luhur, Wahyu Tumurun, Semen Rama dan Babon Anggrem Motif Tingkeban (Yogya) Pada kebudayaan yogya upacara ini seorang ibu akan dibalut dengan kain bermotif yang berbeda seperti Babon Nglubuk dan Nogo Sari Upacara Kopohan, Ghendongan, Embanemban, Tetesan/Khitanan dan Taraban. Upacara Kopohan adalah upacara yang menyertai kelahiran seorang anak, kopohan disebut juga dengan basahan. Batik yang digunakan adalah turun temurun pemilik nenek dari bayi tersebut, ini mengandung arti agar kelak sang bayi dikaruniai usia panjang seperti neneknya. Dari beberapa motif batik itupun mempunyai makna yang baik, dari makna tersebut diharapkan kelak akan terbawa oleh bayi yang masih suci hingga dewasa nanti. Selanjutnya kain batik kopohan ini disimpan, lalu dirawat oleh orang tua bayi tersebut sebagai pusaka. Jika bayi tersebut sering mengalami sakit sakitan maka kain tersebut digunakan untuk menutupi badan sang anak yang berharap agar anak tersebut lekas sembuh. Motif pada batik kopohan antara lain adalah : Kawung, Parang, Truntum dan Cakar. Saat bayi tersebut itu lahir, maka ari ari atau plasentanya ditempatkan dalam sebuah tanah liat atau yang disebut juga dengan bokor, dan saat proses dikuburkan dan lalu dihanyutkan ke laut. Tanah liat atau bokor tersebut kemudian di kemas dan dibawa dalam kain gendongan yang memiliki motif : Motif Parang Rusak ( untuk bangsawan ), Sidho mukti, Sidho Luhur, Wahyu Tumurun, dan Semen Rama ( untuk masyarakat biasa ). Saat bayi digendong saat masih kecil, bayi tersebut digendong menggunakan sehelai emban emban. Yang dipercaya dapat melindungi anak tersebut dari malapetaka. Kain yang digunakan untuk gendongan tersebut memiliki motif Kawung, Truntum, Parang, Semen Sawat Manuk, Sisik Buntal, Panji Pura atau Slimun di ( Tuban ). Pada upacara khitanan yang juga disebut dengan tetesan adalah suatu upacara sunatan bagi anak perempuan. Diselenggarakan untuk menandai bahwa anak perempuan tersebut sudah menginjak dewasa, yang dilihat berdasarkan dari kematangan fisik, yang dilihat dari ilmu psikologisnya yaitu puber pertama. Dimulai dari dengan datangnya menstruasi, sedangakan anak laki laki dari mimpi basah. Untuk upacara pada saat anak perempuan mengalami menstruasi pertama disebut juga dengan upacara Taraban adalah upacara yang merayakan siklus menstruasi pertama seorang anak gadis, yang berarti siklus awalnya kedewasaan seorang anak gadis. Selama upacara siraman, anak gadis memakai batik dengan motif : Parang Cantel atau Parang Kusuma, yang dimandikan oleh orang tuanya. Upacara bagi anak perempuan yang telah puber sering disebut dengan tetesan, sedangkan untuk anak- laki-laki disebut khitanan. Dan upacara ini biasanya dilakukan ketika

3 4 anak berumur satu windu atau 8 tahun. Tujuan dari upacara ini adalah memberikan rasa syukur kepada Tuhan yang telah memasuki tahapan baru didalam siklup kehidupan yang memasuki kehidupan usia kematangan sekaligus meminta perlindungan kepada Tuhan agar dalam kehidupan nanti pada saat remaja, anak tersebut dapat selamat tanpa ada halangan melintang, dan tumbuh sebagai sesorang yang cantik, dan lembut. Kain batik yang dipakai mengandung motif yang berbentuk kecil kecil yang melambangkan sifat muda, sifat yang baru dan segar pada harapan untuk hidup sukses di masa nanti. Motif yang dipakai adalah : Parang Pamor dan Parang Kusumo Upacara Pernikahan Sebelum upacara pernikan, biasanya masyarakat Jawa mengadakan upacara permohonan pernikahan yang diprakarsai oleh keluarga sang pengantin laki laki. Motif batik yang digunakan mengandung motif seperti : Parang ( melambangkan pikiran dan perasaan yang tajam), Motif Semen Latar Putih dan Motif Ceplok ( melambangkan perbuatan dan sikap yang baik). Kemudian untuk upacara permohonan untuk menikah diikuti oleh upacara pinengsetan, yang berasal dari kata singset yang berarti ikat, peningsetan yang berarti pengikat. yaitu sebuah upacara dimana kedua insan akan dipertemukan dan diikat sebagai suami dan istri. Upacara ini pengantin laki laki memakai kain batik dengan motif : Satria Manah ( melambangkan seorang ksatrya yang mengarahkan panah asmaranya ) sedangkan pengantin perempuan memakai kain batik Semen rante ( semen = Pucuk yang bersemi dan rante adalah rantai yaitu ikatan pernikahan ) Upacara Kematian Pada saat seorang meninggal, maka kain batik yang dipakai lurup yang artinya sebagai penutup jenazah. Motif batik yang dipakai adalah Motif Kawung ( melambangkan harapan supaya yang meninggal akan tenang di alam sana ) dan Motif Slobok ( mendoakan tuntunan yang aman dan baik ke dunia yang fana ini ) Upacara Ruwatan Upacara Ruwatan adalah salah satu upacara tradisional agar seseorang atau seseorang anak terbebaskan dari segala macam kesialan hidup, nasib buruk agar dapat hidup selamat sejahtera dan bahagia. Dan juga berarti membebaskan dari dosa atau kesalahan, memberikan jalan menuju kebahagiaan dan keberuntungan. Seseorang yang akan diruwat dari dosa dan kesalahan adalah Seorang anak tunggal ( laki laki atau perempuan ) dianggap sebagai keadaan yang kurang menguntungkan yang dapat membawa sang anak ke kehidupan kurang baik. Selama upacara ini berlangsung sang anak dimandikan dan digunting sepotong rambutnya yang kemudian dibuang ke Lautan Hindia yang dianggap sebagai membuang sial atau sifat yang negatif. Upacara ini diiringi

4 5 dengan upacara wayang kulit yang pada cerita ini berjudul Murwakala. Cerita ini dipercaya dapat membersikan dan melindungi sang anak dari amarah Batara Kala ( Putra Sang Guru dan Istrinya Uma ) yang biasanya memangsa manusia. Dan menurut cerita ketika Batara Kala lahir ia jatuh kedalam Lautan Hindia, dan upacara Rawutan sebagai persembahan kepada Batara Kala berbagai kain batik yang memiliki motif untuk Yogya : Semen Latar Putih, Truntum, Poleng. Sedangkan untuk motif Solo : Poleng, trenggiling mentik, dan Cangkring Motif Batik Motif Batik di Indonesia memiliki bentuk dan corak yang berkualitas tinggi yang sudah di akui sejak zaman Belanda hingga sekarang. Motif batik Indonesia mempunyai corak dan bentuk mengenai alam dan perlatan tradisional. Beberapa contoh corak seperti bunga atau tanaman, corak burung, corak kupu, dan juga keris dan parang atau senjata tradisional. Corak-corak ini dibuat dengan keterampilan dan keahlian tingkat tinggi yang sudah ada sejak zaman nenek moyang yang diturunkan dari generasi ke generasi Macam Macam Motif Batik Motif Parang Kusumo Motif Parang Kusumo adalah motif batik yang mempunyai makna pada suatu kehidupan harus dilandasi dengan perjuangan dan usaha dalam mencapai keharuman lahir dan batin. Kata kusuma dalam bahasa jawa kusumo disamakan dengan harumnya bunga (kusuma) pada filsafat jawa. Yang dimaksud adalah kehidupan dalam bermasyarakat yang harus diutamakan adalah membentuk kepribadian yang harum dengan mementingkan norma dan nilai yang berlaku pada masyarakat, berharap dapat menempuh kehidupan yang lahir dan batin dengan kerja keras dari tingkah laku dan pribadi yang baik. Batik Parang Kusumo diutamakan mendapatkan keharuman pada pribadi itu sendiri yang dilandasi pada pencarian lahir dan batin. Kegunaan dari motif ini sebagai kain saat tukar cincin dalam pernikahan, yang diharapkan kehidupan yang harum sempurna lahir dan batin pada pernikahan nanti. Gambar motif Parang Kusumo

5 Motif Truntum Motif batik Truntum adalah motif berdasarkan simbol yang bermakna cinta. Berdasarkan cerita yang dimulai dari Kanjeng Ratu Kencana (Permaisuri Sunan Paku Buwana III) dengan makna cinta tumbuh kembali. Beliau menciptakan motif ini sebagai simbol cinta yang tulus tanpa syarat, abadi dan semakin subur dan berkembang atau disebut juga dengan Tumaruntum. Banyak yang memakai motif ini pada orang tua pengantin pada hari pernikahan, harapanya agar cinta kasih akan menghinggapi kedua mempelai. Dan juga orang tua dapat memnuntun kedua mempelai dalam memasuki kehidupan yang baru. Gambar motif Truntum Motif Kawung Motif Kawung adalah sebagai lambang keperkasaan dan keadilan. Corak dari motif ini bulat seperti pada buah Kawung yang seperti buah kelapa atau disebut juga buah Kolang-Kaling yang dibentuk berstruktur dan geometris dan rapi. Beberapa dari motif ini juga diadaptasi dengan bunga lotus dengan empat lembat daun bunga yang merekah yang diartikan dengan bunga yang melambangkan umur panjang dan kesucian. Biasanya motif ini dinamakan sesuai dengan besar kecilya atau bentuk yang terdapat pada motif terntu. Gambar motif Kawung

6 Motif Ceplok Motif Ceplok adalah motif yang didalamnya terdapat gambaran berbentuk lingkaran, binatang, roset dan beberapa variasinya. Gambaran tersebut terletak pada bidang yang dasarnya berbentuk segi empat, lingkaran dan lainya yang berbentuk geometris. Ornament pada corak menggambarkan bunga tampak depan, buah yang dipotong melintang. Bunga dan daun dibentuk secara roset, dan binatang yang tersusun secara melingkar dalam lingkaran atau segi empat. Nama ceplok terbentuk dari beberapa sudut pandang yang berbeda seperti berdasarkan pada ornament yang dipakai seperti ceplok kembang jeruk, ceplok manggis, ceplok salak sategal, ceplok supit urang, ceplok Cakar ayam, ceplok gandosan, ceplok kembang waru, ceplok lung slop, dan sebagainya. Ada juga yang berdasarkan tempat asal dari pembuatan motif tersebut. Dan terakhir berdasarkan nama penciptanya yaitu Ceplok Pubonegoro, Ceplok madu Sumirat, Ceplok Sirat Madu, Ceplok Cokrokusumo. Gambar motif Ceplok Motif Tambal Motif batik Tambal mempunyai unsur motif yang diadaptasi dari motif ceplok, parang, meru, dll dengan ciri khas kerokan yang pada umumnya digunakan sebagai kain panjang. Filosofi dari motif ini adalah tambal yang artinya sebagai menambah semangat baru, dan masyarakat percaya bahwa bila ada orang sakit menggunakan kain ini sebagai selimut, maka sakitnya akan cepat sembuh.

7 8 Gambar motif Tambal Motif Satwa Wana Motif Satwa Wana mempunyai pola Satwa wana yang berarti aneka macam satwa di dalam hutan, yang biasanya terdapat gambar Gajah, Burung Merak, Ayam Alas, Kupu Kupu, Macan, Rusa, Kambing, Banteng dan lain lain. Selain binatang terdapat juga tanaman yang disusun secara padat dan detail yang sehingga dapat mengisi hampir seluruh bidang kain. Gambar motif Satwa Wana Motif Parang Sarpa Motif Parang Sarpa diambil dari kata Sarpa yaitu Ular, simbol yang melambangkan keberanian, kekuasaan, kemegahan, sukses, keamanan, dan kesejahteraan. Dan Parang adalah motif larangan yang biasanya dipakai oleh keluarga kerajaan atau keraton. Kata Parang itu sendiri merupakan simbolisasi dimana tempat raja bersemedi yang berada di sekitar pantai, yang berasal dari kata batu karang.

8 9 Gambar motif Parang Sarpa Motif Semen Romo Latar Sisik Motif Semen Romo Latar Sisik ini yang berasal dari Pola Semen dari kata semi-semian, yang menceritakan kehidupan. Didalam motif ini terdapat simbol ketabahan, kekuasaan, matahari, yang digambarkan dalam bentuk sayap (Garuda). Batik Semen Romo ini memuat ajaran Hastha Brata yaitu ajaran pada keutamaan, cerminan, dari sifat darma, adil terhadap sesama, teguh hati, berjiwa luhur, tidak adigang adigung dan ada kesaktian melawan musuh. Dengan latar gringsing (pola sisik ular) yang dianggap dapat memberikan umur panjang. Gambar Semen Romo Latar Sisik Motif Parang Barong Motif Parang Barong adalah salah satu motif larangan dan bagi kalangan keraton. Motif ini hanya digunakan oleh Raja dan keluarganya. Kata parang inipun berasal dari kata tempat bersemedi raja yang berada disekitar pantai, yaitu batu karang dan Barong dalam bahasa jawa yaitu Singa. Pada zaman kekerajaan Parang Barong ini bermotif besar dan biasanya digunakan oleh bangsawan untuk upacara ritual keagamaan dan meditasi karena diangggap sakral. Parang juga merupakan simbol dari sebuah senjata, yang menggambarkan kekuasaan, kekuatan dan kecepatan gerak. Ksatria yang menggunakan motif ini dapat dilambangkan kuat dan gesit.

9 10 Gambar motif Parang Barong Motif Sidomukti Motif Sidomukti yang berasal dari kata mukti yang artinya kehidupan yang mulya dan luhur. Yang mempunyai harapan bagi pemakainya agar dapat mencapai kedudukan yang tinggi (luhur) dan diberikan rejeki yang lebih (mulya). Sering dipakai untuk upacara tradisi dan biasanya dikenakan oleh pengantin pria dan wanita pada acara perkawinan, dinamakan juga sebagai sawitan (sepasang). Batik ini merupakan pengembangan dari Motif Batik Sidomulya latar putih, yang dasarnya digantikan dengan isen isen latar ukel. Gambar motif Sido Mukti Motif Sri Kuncoro Motif Sri Kuncoro adalah motif batik yang biasa dipakai oleh kerabat kerjaan untuk menghadiri perayaan perayaan. Pengharapan akan (Kehidupan baru) agar mempunyai nama yang tersohor / terkenal.

10 11 Gambar motif Sri Kuncoro Motif Sekar Jagad Motif Sekar Jagad adalah motif yang berasal dari kata sekar (bunga) dan jagad (dunia) atau puja dunia yang mempunyai makna filosofi kebahagiaan. Sekar jagad biasanya dipakai oleh orang tua pengantin perempuan pada saat resepsi pernikahan yang melambangkan kebahagiaan orang tua yang mendapat anugerah, karena putrinya telah mendapatkan jodoh. Gambar motif Sekar Jagad Motif Ceplok Lempeng Motif Ceplok Lempeng adalah kain yang beradaptasi dari kain ceplok yang berpola ceplok lempeng, yang terdapat gambar bulatan bulatan dengan sisi yang berombak ombak didalamnya yang berisi motif parang rusak. Latar kain berwarna hitam penuh dengan tumbuhan bermotif ukel dan bunga berwarna coklat, gambar bunga berkelopak tujuh di antara bulatan / ceplokan. Ke empat sisi kain berwarna putih kosong. Kedua ujung kain dikelim dengan jahitan tangan.

11 12 Gambar motif Ceplok Lempeng Motif Parang Rusak Seling Huk Motif Parang Rusak Seling Huk adalah motif yang termasuk di dalam kategori motif larangan. Yang hanya dipakai oleh Raja, Permaisuri, dan putera puteranya. Kata Parang bisa merupakan simbolisasi tempat para raja semedi di sekitar pantai, berasal dari kata batu karang. Dalam kain batik ini motif parang diselingi dengan motif burung huk. Gambar motif Parang Rusak Seling Huk Motif Parang Klithik Motif Parang Klithik adalah motif yang dipergunakan untuk putri kerajaan. Dalam dongeng pewayangan Dewi Kunti, Ibu Pandawa memakai batik parang klitik yang menyimbolkan perilaku halus dan bijaksana. Motif Parang termasuk motif larangan yang biasa dipakai oleh keluarga kerajaan. Kata Parang merupakan simbolisasi tempat para raja semedi di sekitar pantai, berasal dari kata batu karang.

12 13 Gambar motif Parang Klithik 2.3 Analisa Kasus Buku Refrensi Batik Pengaruh Jaman dan Lingkungan oleh H. Santosa Doella Gambar Buku Batik Pengaruh Jaman dan Lingkungan Buku ini adalah buku yang di tulis oleh H. Santosa Doella seorang pengusaha dan pedagang batik di Surakarta dan pengetahuan dan pengalamanya yang luas mengenai batik. Di buku ini berisi mengenai perubahan batik dari jaman dulu hingga sekarang. Dan dibuku inipun berisi beberapa contoh batik pedalaman yang

13 14 belum diubah, dan juga mencereritakan secara detail sejarah dan perkembangan batik dari setiap daerah. Dibuku ini tidak hanya terdapat batik pedalaman, tetapi juga terdapat motif batik pesisir yang terdapat campuran dan adaptasi dari beberapa motif dari Negara lain seperti India, Cina, dan lain lain Batik Batik Sebuah Lakon oleh Iwan Tirta Gambar Buku Batik Sebuah Lakon Buku ini adalah buku yang di tulis oleh Iwan Tirta seorang seniman batik yang terkenal di Indonesa. Buku ini lebih tepatnya adalah buku mengenai Iwan Tirta dan batiknya. Tetapi di dalam buku ini terdapat deskripsi mengenai batik pedalaman dan penjelasan yang cukup detail dalam setiap motif dan juga menjelaskan perbedaan anatar motif pedalaman itu sendiri. Dan buku ini juga di desain cukup menarik, diantara buku batik yang ada, dari segi fotografi dan layout cukup baik Data Narasumber Dudung Alie Syahbana, merupakan narasumber yang sebagian besar data tambahan didapat dari hasil wawancara yang memberikan informasi pengetahuan yang beliau dapat mengenai pengetahuan tentang batik. Narasumber merupakan orang yang aktif sebagai penggiat batik di Pekalongan dan di Indonesia. Narasumber aktif pada berbagai bidang yang berhubungan dengan batik, diantaranya sebagai Ketua II Paguyuban Pencinta Batik Pekalongan, sebagai pengajar batik mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi, sebagai pembicara atau seminar, dan sebagai

14 15 juri pada lomba batik. Dudung merupakan salah satu penggagas dari pendiri Museum Batik Pekalongan dan juga memangku jabatan sebagai ketua penelitian dan pengembangan Museum Batik Pekalongan periode Selain itu, Dudung juga merupakan salah satu penggagas dan pengusul batik Indonesia yang diajukan ke UNESCO hingga akhirnya batik Indonesia dikukuhkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Kemanusiaan (Intangible Cultural Heritage of Humanity) oleh UNESCO. Selian itu juga beliau pernah mendapatkan penghargaan Seal of Exellence UNESCO di Bangkok. Batik merupakan warisan budaya yang berharga, yang hingga kini harus tetap dilestarikan dan dikembangkan. Karena batik dengan coraknya memiliki makna arti yang luhur dan mengandung makna yang positif ketika sesorang memakai motif tersebut. Batik terdiri dari 2 yaitu batik pedalaman atau batik keraton dan batik pesisir, batik keraton atau batik pedalaman mempunyai makna yang sakral dan beberapa dari motif tersebut tidak sembarang digunakan oleh orang lain, batik pesisir adalah batik yang diadaptasi oleh orang pesisir yang tinggal di luar kerajaan dan biasanya di adaptasi oleh pendatang atau Negara lain. Motif batik pedalaman lebih banyak menggunakan motif yang dinamis dan geometris, bentuknya yang disederhanakan dan warna yang digunakan berwarna coklat dan putih. Motif batik pesisir biasanya di adaptasi oleh pendatang luar, bentuk motifnya nyata dan warna yang digunakan beragam Data Penerbit Penerbit dalam publikasi tipografi motif batik ini adalah website My Fonts. My Fonts adalah distributor digital tipografi berasal dari Woburn, Amerika Serikan yang menjual jenis jenis tipografi. MyFonts biasanya menjual tipografi yang baru untuk didistribusikan, berdasarkan tipografi yang mempunyai ekor yang panjang. Sebelum didistribusikan setiap font harus memenuhi kriteria teknis dan hukum dasar, dan mendapatkan total penjualan dari koleksi yang kita buat. Website ini mempunyai fitur font yang menarik dan berbagai jenis. Tidak hanya font yang sebagai text, tetapi font yang sebagai display juga dijual di dalam font ini. Di dalam website inipun juga terdapat minimal harga dan maksimal harga. Dan terdapat juga fitur gambar display terlebih dahulu, agar untuk menjual font di dalam website terlihat lebih menarik Analisa Kasus Faktor Pendukung : Menjadi panduan masyarakat untuk merasakan kekayaan budaya Indonesia, dan keanekaragaman budaya melewati tipografi. Banyak buku yang membahas tentang macam-macam motif batik, tetapi tidak digabungkan dengan segi tipografi. Faktor Penghambat : Banyak dari motif yang dibuat memiliki kerumitan yang tinggi. Pada generasi yang baru semakin sedikit peminatan akan budaya Indonesia. Tidak banyak masyarakat yang mengenal batik pedalaman terutama pada upacara atau siklus kehidupan orang Jawa.

15 2.3.5 Profile Target Personality Ramah Setia Nasionalis Demografi Gender : Pria dan wanita Usia : tahun Kewarganegaraan : Indonesia Pekerjaan : Mahasiswa, Sarjana, Budayawan, Desainer Kelas sosial : A B Kepercayaan : Semua Agama Suku / Etnis : Semua Suku Geografi Domisili : WNI dan WNA Wilayah : Asia Tenggara Kepadatan : Perkotaan, pusat kota Iklim : Daerah tropis perkotaan Psikografi Memiliki ketertarikan terhadap motif batik di Indonesia. Berkecimpung atau mengerti dalam dunia desain terutama pada tipografi. Tertarik terhadap refrensi display tipografi. Memiliki kepedulian terhadap perkembangan budaya Indonesia dan perkembangan tipografi di Indonesia SWOT Strenght Keunikan konten yang memodifikasi penggabungan antara motif batik dengan desain huruf. Pengemasan tipografi yang dikemas secara modern dan cultural. Sebagai refrensi baru kepada designer atau desainer tipografri terutama di Indonesia. Weakness Sulit mencari makna dari motif batik dan menyesuaikan makna dari motif tersebut dengan tipografi yang mempunyai makna yang sama dan mencari data mengenai upacara upacara yang masih sering diadakan. Opportunity Tidak banyak di Indonesia yang menggabungan antara desain huruf dan batik Indonesia. Threads

16 Pada era modern saat ini minat masyarakat sudah mulai luntur akan kebudayaan batik indonesia Data Khalayak Target Primer Target primer dalam publikasi Perancangan Font Gesang yang Diinspirasi oleh Motif Batik Jawa ini adalah usia 20 tahun ke atas dengan keadaan sosial menengah dan kalangan atas, jenis kelamin pria dan wanita, pekerja seni, mahasiswa dan umum Target Sekunder Target sekunder dalam publikasi Perancangan Font Gesang yang Diinspirasi oleh Motif Batik Jawa adalah usia 21 tahun ke atas, mahasiswa/i, pengajar, pelaku seni, budayawan dan designer.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG B. TUJUAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG B. TUJUAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Batik merupakan salah satu ciri khas kebudayaan Indonesia yang telah menjadi warisan peradaban dunia. Jenis corak batik tradisional tergolong amat banyak, namun corak

Lebih terperinci

Written by Anin Rumah Batik Tuesday, 06 November :59 - Last Updated Tuesday, 06 November :10

Written by Anin Rumah Batik Tuesday, 06 November :59 - Last Updated Tuesday, 06 November :10 Pada awalnya batik dibuat di atas bahan berwarna putih yang dibuat dari kapas (kain mori). Sekarang ini semakin berkembang dengan bahan-bahan semacam sutera, poliester, rayon, dan bahan sintetis lainnya.

Lebih terperinci

BAB IV STUDI ANALISIS TENTANG SIMBOL. A. Simbol Menurut Masyarakat Desa. Kedungrejo, Kecamatan. Kerek,

BAB IV STUDI ANALISIS TENTANG SIMBOL. A. Simbol Menurut Masyarakat Desa. Kedungrejo, Kecamatan. Kerek, 53 BAB IV STUDI ANALISIS TENTANG SIMBOL A. Simbol Menurut Masyarakat Desa. Kedungrejo, Kecamatan. Kerek, Kabupaten. Tuban. Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa masyarakat sekitar menyebut

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. TATARAN LINGKUNGAN/KOMUNITAS Di zaman yang sudah modern saat ini dan masuknya budaya asing kedalam kehidupan masyarakat Indonesia. Tetapi Di Indonesia gaya bohemian ini sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal 32 ayat (1) dan

Lebih terperinci

KAJIAN BATIK WONOGIREN TRADISI TIRTOMOYO DENGAN PENDEKATAN ESTETIKA TIMUR SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

KAJIAN BATIK WONOGIREN TRADISI TIRTOMOYO DENGAN PENDEKATAN ESTETIKA TIMUR SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan KAJIAN BATIK WONOGIREN TRADISI TIRTOMOYO DENGAN PENDEKATAN ESTETIKA TIMUR SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Seni Rupa Jurusan Kriya Seni/ Tekstil Fakultas

Lebih terperinci

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang I. 1. 1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Batik merupakan gabungan dari dua kata dalam bahasa Jawa yaitu amba yang berarti menulis dan tik yang berarti titik. Batik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya kebudayaan. Beberapa kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya kebudayaan. Beberapa kekayaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya kebudayaan. Beberapa kekayaan budaya Indonesia seperti: ragam suku, ragam bahasa, dan ragam pakaian adat yang salah satunya berbahan

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Bab 2 Tinjauan Pustaka Bab 2 Tinjauan Pustaka Tujuan dari penelitian ini adalah memperkenalkan kepada khalayak ramai tentang batik Salatiga, dengan menggunakan sarana buku. Untuk itu penting bagi peneliti memahami dengan baik

Lebih terperinci

Kerajinan dan Wirausaha Tekstil

Kerajinan dan Wirausaha Tekstil Kerajinan dan Wirausaha Tekstil SEKOLAH TUNAS BANGSA KUBU RAYA PONTIANAK 2016/2017 Email : sitimustiani@gmail.com Web : http://www.sitimustiani.com Tujuan Pembelajaran Mengidentifikasi karya kerajinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, tarian dan adat istiadat yang dimiliki oleh setiap suku bangsa juga sangat beragam. Keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Dari segi peristilahan, kata potensi berasal dari bahasa Inggris to patent yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Dari segi peristilahan, kata potensi berasal dari bahasa Inggris to patent yang BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Kajian Pustaka 1. Pengertian Potensi Dari segi peristilahan, kata potensi berasal dari bahasa Inggris to patent yang berarti keras, kuat. Dalam pemahaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Definisi Batik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Definisi Batik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Definisi Batik Batik, adalah salah satu bagian dari kebudayaan Indonesia, Belum ada di negara manapun yang memiliki kekayaan desain motif batik seperti yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

BAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Batik merupakan salah satu warisan budaya Indonesia. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan

Lebih terperinci

MAKNA FILOSOFI BATIK Sugiyem Jurusan PTBB FT UNY

MAKNA FILOSOFI BATIK Sugiyem Jurusan PTBB FT UNY MAKNA FILOSOFI BATIK Sugiyem Jurusan PTBB FT UNY PENDAHULUAN Kain batik yang diidentikkan sebagai kain Nusantara kini berkembang menjadi industri modern. Konsekuensi dari masuknya batik ke dalam industri

Lebih terperinci

1.6 Manfaat a. Melestarikan batik sebagai warisan kekayaan budaya indonesia. b. Menambah pengetahuan masyarakat tentang batik.

1.6 Manfaat a. Melestarikan batik sebagai warisan kekayaan budaya indonesia. b. Menambah pengetahuan masyarakat tentang batik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Batik merupakan kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama. Perkembangan batik nusantara pun ditandai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini kuliner adalah suatu kata yang sering kita dengar di masyarakat yang berarti masakan yang berupa makanan atau minuman. Informasi mengenai kuliner sendiri saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat meningkatkan ekonomi dengan cara melakukan pemasaran lebih luas,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat meningkatkan ekonomi dengan cara melakukan pemasaran lebih luas, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman budaya yang dapat meningkatkan ekonomi dengan cara melakukan pemasaran lebih luas, inovasi produk, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Indonesia terdiri dari berbagai daerah dan suku bangsa yang tersebar luas dari Sabang sampai Merauke, dan hampir di setiap daerah-daerah terdapat warisan hasil

Lebih terperinci

BAB III IDENTIFIKASI DATA. A. Profil Desainer

BAB III IDENTIFIKASI DATA. A. Profil Desainer BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Profil Desainer 1. Rory Wardana a. Sejarah Rory Wardana memiliki nama asli yaitu Glorius Oktora Wardana, sempat melanjutkan studi di Perguruan tinggi Universitas Sebelas maret

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan sebuah ciri dari masyarakat di suatu daerah. Contoh nyata dari kebudayaan di masyarakat adalah adanya berbagai macam pakaian adat, tradisi,

Lebih terperinci

KAJIAN MOTIF BATIK PAGI-SORE PEKALONGAN

KAJIAN MOTIF BATIK PAGI-SORE PEKALONGAN KAJIAN MOTIF BATIK PAGI-SORE PEKALONGAN SKRIPSI Diajukan Guna Melengkapi Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Seni Rupa Fakultas Sastra Dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta Disusun Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim yang besar dan memiliki berbagai macam kebudayaan, mulai dari tarian, pakaian adat, makanan, lagu daerah, kain, alat musik, lagu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Batik di Indonesia bukan merupakan sesuatu yang baru. Secara historis, batik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Batik di Indonesia bukan merupakan sesuatu yang baru. Secara historis, batik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Batik di Indonesia bukan merupakan sesuatu yang baru. Secara historis, batik sudah dikenal sekitar abad ke-13, yang pada saat itu masih ditulis dan dilukis pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan suatu bangsa tidak hanya merupakan suatu aset, namun juga jati diri. Itu semua muncul dari khasanah kehidupan yang sangat panjang, yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diupayakan langkah-langkah ke arah peningkatan kualitas pendidikan, dari mulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diupayakan langkah-langkah ke arah peningkatan kualitas pendidikan, dari mulai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat dominan dalam menunjang keberhasilan pembangunan Bangsa dan Negara. Oleh karena itu perlu diupayakan langkah-langkah

Lebih terperinci

Gambar sampul adalah hasil modifikasi gambar yang diambil dari kratonpedia.com

Gambar sampul adalah hasil modifikasi gambar yang diambil dari  kratonpedia.com BATIK oleh : Herry Lisbijanto Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013 Hak Cipta 2013 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi buku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang kaya akan budaya tidak lepas dari tata rias pengantin yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang kaya akan budaya tidak lepas dari tata rias pengantin yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan tahapan penting dan sakral dalam kehidupan seseorang. Dalam tradisi budaya Jawa, perkawinan selalu diwarnai dengan serangkaian upacara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Busana merupakan kebutuhan dasar manusia sepanjang hidupnya. Semakin tinggi taraf ekonomi seseorang, kebutuhan berbusana juga akan meningkat. Peningkatan tersebut dapat

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ASPEK PENDIDIKAN NILAI RELIGIUS DALAM PROSESI LAMARAN PADA PERKAWINAN ADAT JAWA (Studi Kasus Di Dukuh Sentulan, Kelurahan Kalimacan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I GAMBARAN USAHA. India, Cina, Thailand, dan terakhir Malaysia, mengakui bahwa Seni Batik berasal

BAB I GAMBARAN USAHA. India, Cina, Thailand, dan terakhir Malaysia, mengakui bahwa Seni Batik berasal BAB I GAMBARAN USAHA 1.1 Deskripsi Konsep Bisnis Seni batik di Indonesia usianya telah sangat tua, namun belum diketahui secara pasti kapan mulai berkembang di Indonesia, khususnya di Jawa. Banyak negara

Lebih terperinci

BAB II BATIK BASUREK SEBAGAI IDENTITAS BENGKULU

BAB II BATIK BASUREK SEBAGAI IDENTITAS BENGKULU BAB II BATIK BASUREK SEBAGAI IDENTITAS BENGKULU 2.1. Kain Batik Basurek Bengkulu Kain Basurek merupakan salah satu bentuk batik hasil kerajinan tradisional daerah Bengkulu yang telah diwariskan dari generasi

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan. Kain batik sudah menjadi semacam identitas tersendiri bagi masyarakat Jawa. Motif dan coraknya yang beragam dan memikat memiliki daya jual yang tinggi.

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISIS Perang Wanara dan Raksasa. satu ksatria yang sangat ditakuti oleh lawannya.

BAB 2 DATA DAN ANALISIS Perang Wanara dan Raksasa. satu ksatria yang sangat ditakuti oleh lawannya. BAB 2 DATA DAN ANALISIS 2.1. Legenda Hanoman 2.1.1 Perang Wanara dan Raksasa Setelah lakon Hanoman Obong. Hanoman kembali bersama Sri Rama dan Laskmana beserta ribuan pasukan wanara untuk menyerang Alengka

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA. 2.1 SUMBER DATA Adapun sumber data yang akan digunakan untuk proyek tugas akhir ini berasal dari :

BAB 2 DATA DAN ANALISA. 2.1 SUMBER DATA Adapun sumber data yang akan digunakan untuk proyek tugas akhir ini berasal dari : 3 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 SUMBER DATA Adapun sumber data yang akan digunakan untuk proyek tugas akhir ini berasal dari : Internet Wawancara dengan owner Survey terhadap target audience 2.2 DATA UMUM

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun

I. PENDAHULUAN. yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia memiliki moto atau semboyan Bhineka Tunggal Ika, artinya yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun pada hakikatnya bangsa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Batik merupakan ikhwal kriya tekstil yang tak asing bagi orang Indonesia, bahkan telah menjadi simbol suatu bangsa Indonesia. Batik dikenal erat kaitannya dengan

Lebih terperinci

MUSEUM BATIK JAWA TENGAH DI KOTA SEMARANG

MUSEUM BATIK JAWA TENGAH DI KOTA SEMARANG TA 107 ( Periode April September 2009 ) LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR MUSEUM BATIK JAWA TENGAH DI KOTA SEMARANG Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 M u s e u m T e k s t i l B e n g k u l u

BAB I PENDAHULUAN. 1 M u s e u m T e k s t i l B e n g k u l u BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan negeri yang kaya akan sejarah, budaya, dan kekayaan alamnya. Sejak masih jaman Kerajaan, masyarakat dari seluruh pelosok dunia datang ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekompleksitasan Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sekarang paling populer adalah batik. Tak heran jika Solo identik dengan batik,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sekarang paling populer adalah batik. Tak heran jika Solo identik dengan batik, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Solo merupakan kota seni dan budaya, sehingga banyak karya seni dan budaya yang tetap lestari hingga kini di kota ini. Karya seni dan budaya yang sekarang paling populer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi saat ini khususnya penggunaan teknologi perangkat smartphone semakin meningkat. Smartphone tidak hanya alat yang digunakan untuk komunikasi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi ini, kebutuhan teknologi komputer sangat dibutuhkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi ini, kebutuhan teknologi komputer sangat dibutuhkan oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pada era globalisasi ini, kebutuhan teknologi komputer sangat dibutuhkan oleh manusia. Hal ini berkaitan dengan pekerjaan-pekerjaan, yang biasanya selalu dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri kreatif merupakan kumpulan aktivitas terkait dengan penciptaan atau penggunaan ilmu pengetahuan dan informasi untuk menciptakan nilai dan pemecahan

Lebih terperinci

BATIK INDONESIA SEBAGAI SUMBER IDE. Suciati, S.Pd, M.Ds Prodi Pendidikan Tata Busana PKK FPTK UPI

BATIK INDONESIA SEBAGAI SUMBER IDE. Suciati, S.Pd, M.Ds Prodi Pendidikan Tata Busana PKK FPTK UPI BATIK INDONESIA SEBAGAI SUMBER IDE Suciati, S.Pd, M.Ds Prodi Pendidikan Tata Busana PKK FPTK UPI Nama Djawa Hokokai mengikuti nama organisasi propaganda Jepang yaitu organisasi Putera menjadi Organisasi

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NSI DAERAHISTIMEWA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 173 TAHUN 2014 TA TENTANG PENGGUNAAN PAKAIAN DINAS TRADISIONAL GAGRAK NGAYOGYAKARTA

Lebih terperinci

UPACARA PENDAHULUAN

UPACARA PENDAHULUAN www.ariefprawiro.co.nr UPACARA PENDAHULUAN I Pasang Tarub & Bleketepe Bleketepe adalah daun kelapa yang masih hijau dan dianyam digunakan sebagai atap atau tambahan atap rumah. Tarub yang biasanya disebut

Lebih terperinci

2015 KEARIFAN LOKAL PADA JENIS DAN MOTIF BATIK TRUSMI BERDASARKAN NILAI-NILAI FILOSOFIS MASYARAKAT CIREBON

2015 KEARIFAN LOKAL PADA JENIS DAN MOTIF BATIK TRUSMI BERDASARKAN NILAI-NILAI FILOSOFIS MASYARAKAT CIREBON BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Cirebon termasuk wilayah Pantura, perbatasan Jawa Barat dengan Jawa Tengah, maka sangat memungkinkan terjadinya persilangan kebudayaan antara kebudayaan

Lebih terperinci

1. WARISAN BUDAYA BENDA DAN TAK BENDA KABUPATEN BULUNGAN. Jenis Warisan Budaya : Cagar Budaya ( Warisan Budaya Benda )

1. WARISAN BUDAYA BENDA DAN TAK BENDA KABUPATEN BULUNGAN. Jenis Warisan Budaya : Cagar Budaya ( Warisan Budaya Benda ) 1. WARISAN BUDAYA BENDA DAN TAK BENDA Jenis Warisan Budaya : Cagar Budaya ( Warisan Budaya Benda ) Jenis Benda ( Cagar Budaya ) : Keraton/Musium Kesultanan Bulungan : Kec. Tanjung Palas. Kab. Bulungan

Lebih terperinci

Kain Sebagai Kebutuhan Manusia

Kain Sebagai Kebutuhan Manusia KAIN SEBAGAI KEBUTUHAN MANUSIA 1 Kain Sebagai Kebutuhan Manusia A. RINGKASAN Pada bab ini kita akan mempelajari kain sebagai kebutuhan manusia. Manusia sebagai salah satu makhluk penghuni alam semesta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ragam hias atau disebut juga dengan ornamen di Indonesia merupakan kesatuan dari pola-pola ragam hias daerah atau suku-suku yang telah membudaya berabad-abad.

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Batik Indonesia merupakan warisan budaya dunia yang sudah diakui melalui keputusan United Nation Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO) pada tanggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya merupakan simbol peradaban. Apabila sebuah budaya luntur dan tidak lagi dipedulikan oleh sebuah bangsa, peradaban bangsa tersebut tinggal menunggu waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya zaman dari waktu ke waktu, yang diiringi dengan perkembangan ilmu dan tekhnologi, telah membawa manusia kearah modernisasi dan globalisasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budaya berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti buddhayah, yang

BAB I PENDAHULUAN. Budaya berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti buddhayah, yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Budaya berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari kata buddhi (budi atau akal) diartikan hal-hal yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman budaya tersebut mempunyai ciri khas yang berbeda-beda sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman budaya tersebut mempunyai ciri khas yang berbeda-beda sesuai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara mempunyai kebudayaan yang beraneka ragam. Keberagaman budaya tersebut mempunyai ciri khas yang berbeda-beda sesuai adat dan kebiasaan masing-masing.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedikit pergeseran yaitu tidak hanya sebagai pelindung tubuh dari. gangguan alam dan untuk kesopanan, tetapi juga untuk menyalurkan

BAB I PENDAHULUAN. sedikit pergeseran yaitu tidak hanya sebagai pelindung tubuh dari. gangguan alam dan untuk kesopanan, tetapi juga untuk menyalurkan A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Seiring dengan berkembangnya zaman, fungsi busana mengalami sedikit pergeseran yaitu tidak hanya sebagai pelindung tubuh dari gangguan alam dan untuk kesopanan, tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek Pelestarian budaya bukan hanya yang berhubungan dengan masa lalu, namun justru membangun masa depan yang menyinambungkan berbagai potensi masa lalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari UNESCO pada tanggal 2 Oktober 2009 sebagai Masterpiece of Oral and

BAB I PENDAHULUAN. dari UNESCO pada tanggal 2 Oktober 2009 sebagai Masterpiece of Oral and BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di dunia internasional, batik Indonesia telah mendapatkan penghargaan dari UNESCO pada tanggal 2 Oktober 2009 sebagai Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PEMBAHASAN DESAIN. Gambar Motif yang digunakan untuk tipografi yang telah disedehanakan

BAB 5 HASIL PEMBAHASAN DESAIN. Gambar Motif yang digunakan untuk tipografi yang telah disedehanakan BAB 5 HASIL PEMBAHASAN DESAIN 25 5.1 Format Teknis Tipografi 5.1.1 Motif Batik yang Digunakan Gambar 5.1.1 Motif yang digunakan untuk tipografi yang telah disedehanakan Motif Batik yang digunakan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap daerah atau kota di Indonesia memiliki kesenian dengan ciri

BAB I PENDAHULUAN. Setiap daerah atau kota di Indonesia memiliki kesenian dengan ciri BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Setiap daerah atau kota di Indonesia memiliki kesenian dengan ciri khasnya masing-masing. Hal itu bisa dilihat pada pengaruh karya seni rupa peninggalan kerajaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Batik merupakan salah satu kain khas yang berasal dari Indonesia. Kesenian batik

BAB I PENDAHULUAN. Batik merupakan salah satu kain khas yang berasal dari Indonesia. Kesenian batik BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Batik merupakan salah satu kain khas yang berasal dari Indonesia. Kesenian batik merupakan kesenian gambar di kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan bangsa di dunia yang mendiami suatu daerah tertentu memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, setiap bangsa memiliki

Lebih terperinci

Kreativitas Busana Pengantin Agung Ningrat Buleleng Modifikasi

Kreativitas Busana Pengantin Agung Ningrat Buleleng Modifikasi Kreativitas Busana Pengantin Agung Ningrat Buleleng Modifikasi Oleh: Nyoman Tri Ratih Aryaputri Mahasiswa Program Studi Seni Pasca Sarjana Institut Seni Indonesia Denpasar Email: triratiharyaputri3105@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LAPORAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LAPORAN TUGAS AKHIR BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beragam budaya dan tradisi Indonesia membuat banyaknya kerajinan tradisional di Indonesia. Contohnya yang saat ini lagi disukai masyarakat Indonesia yaitu kerajinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia dianugerahi Tuhan dengan segala macam kekayaan alam yang melimpah. Tidak hanya sumber daya alam yang melimpah, tetapi bangsa Indonesia memiliki berbagai

Lebih terperinci

BAB IV KAJIAN UNSUR VISUAL NAGA PADA WAYANG DAN SENGKALAN YANG DIPENGARUHI KOSMIS-MISTIS

BAB IV KAJIAN UNSUR VISUAL NAGA PADA WAYANG DAN SENGKALAN YANG DIPENGARUHI KOSMIS-MISTIS BAB IV KAJIAN UNSUR VISUAL NAGA PADA WAYANG DAN SENGKALAN YANG DIPENGARUHI KOSMIS-MISTIS IV.1 Karakteristik Kosmis-Mistis pada Masyarakat Jawa Jika ditinjau dari pemaparan para ahli tentang spiritualisme

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. ORISINALITAS 1. Ulasan Karya Sejenis a. Bohemian Style Produk 1 : Baju Blouse Lengan Kalong Gambar 2. 1 Baju Blouse (Sumber: www.pinterest.com, 2017) Gambar diatas adalah beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wujud hasil kebudayaan seperti nilai - nilai, norma-norma, tindakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. wujud hasil kebudayaan seperti nilai - nilai, norma-norma, tindakan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan keanekaragaman hasil kebudayaan. Keanekaragaman hasil kebudayaan itu bisa dilihat dari wujud hasil kebudayaan

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. Permasalahan utama dalam penciptaan karya ini adalah bagaimana merancang

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. Permasalahan utama dalam penciptaan karya ini adalah bagaimana merancang 15 BAB II METODE PERANCANGAN A. Analisis Permasalahan Permasalahan utama dalam penciptaan karya ini adalah bagaimana merancang motif dengan sumber ide Dewi Sinta dalam cerita pewayangan Ramayana melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. idividu maupun sosial. secara individu, upacara pengantin akan merubah seseorang

BAB I PENDAHULUAN. idividu maupun sosial. secara individu, upacara pengantin akan merubah seseorang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upacara pengantin merupakan kejadian yang sangat penting bagi kehidupan idividu maupun sosial. secara individu, upacara pengantin akan merubah seseorang dalam

Lebih terperinci

Sejarah Perkembangan Makna dan Nilai Filosofis Batik Srikit Khas Kabupaten Kebumen Provinsi Jawa Tengah

Sejarah Perkembangan Makna dan Nilai Filosofis Batik Srikit Khas Kabupaten Kebumen Provinsi Jawa Tengah Sejarah Perkembangan Makna dan Nilai Filosofis Batik Srikit Khas Kabupaten Kebumen Provinsi Jawa Tengah Oleh : Diah Ayu Purnamasari Progam Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Jawa diahayupurnamasari45@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang menggambarkan ciri khas daerah tersebut. Seperti halnya Indonesia yang banyak memiliki pulau,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ayu Fauziyyah, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Ayu Fauziyyah, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberagaman dalam budaya Indonesia tercermin pada bagian budayabudaya lokal yang berkembang di masyarakat. Keragaman tersebut tidak ada begitu saja, tetapi juga karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengakuan United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO) untuk batik Indonesia sebagai warisan kemanusiaan untuk budaya lisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budaya. Indonesia merupakan negara di dunia ini yang memiliki ragam budaya

BAB I PENDAHULUAN. budaya. Indonesia merupakan negara di dunia ini yang memiliki ragam budaya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hidup adalah sebuah karunia sang Ilahi dimana didalam hidup ini banyak hal-hal yang dapat menambah gairah untuk hidup, salah satunya adalah seni dan budaya. Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki ribuan pulau yang tentunya pulau-pulau tersebut memiliki penduduk asli daerah yang mempunyai tata cara dan aspek-aspek

Lebih terperinci

PUSAT BATIK DI PEKALONGAN (Showroom,Penjualan,Pelatihan Desain,dan Information center)

PUSAT BATIK DI PEKALONGAN (Showroom,Penjualan,Pelatihan Desain,dan Information center) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu hasil karya rakyat bangsa yang sampai saat ini masih membuat dunia terkagum-kagum dan bahkan terpesona adalah Batik. Batik merupakan produk budaya Indonesia

Lebih terperinci

1. Abstrak. 2. Peluang bisnis. Nama ; MUKHLISON HAKIM

1. Abstrak. 2. Peluang bisnis. Nama ; MUKHLISON HAKIM Nama ; MUKHLISON HAKIM 1. Abstrak Pusat kebudayaan reog ponorogo merupakan sebuah tempat yang digunakan untuk memamerkan,melatih dalam rangka melestarikan kebudayaan reog ponorogo adapun fasilitas yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu alat penghubung antara yang satu dengan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu alat penghubung antara yang satu dengan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan suatu alat penghubung antara yang satu dengan yang lain, baik itu komunikasi Verbal maupun Non verbal. Dimana tanpa adanya komunikasi maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari berbagai suku etnis dan bangsa yang memiliki ciri khas masing-masing. Dari berbagai suku dan etnis

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA 4 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Data Produk 2.1.1 Buku Dongeng / Cerita Rakyat Indonesia Berdasarkan pada kajian dari wikipedia bahasa Indonesia dijelaskan bahwa Definisi Dongeng adalah suatu kisah yang diangkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertentu (www.kbbi.web.id, diakses pada tanggal 12 Maret 2014).

BAB I PENDAHULUAN. tertentu (www.kbbi.web.id, diakses pada tanggal 12 Maret 2014). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Batik merupakan warisan turun menurun dari nenek moyang Indonesia. Batik menghasilkan kain yang digunakan sebagai bahan dasar pembuatan pakaian. Menurut Kamus Besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan Konfusianisme adalah konsep bakti terhadap orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. dengan Konfusianisme adalah konsep bakti terhadap orang tua. BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Kematian bagi masyarakat Tionghoa (yang tetap berpegang pada tradisi) masih sangat tabu untuk dibicarakan, sebab mereka percaya bahwa kematian merupakan sumber malapetaka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri dari berbagai kebudayaan daerah bersifat kewilayahan yang merupakan beberapa pertemuan

Lebih terperinci

MUSEUM BATIK TULIS BAKARAN DI KOTA PATI

MUSEUM BATIK TULIS BAKARAN DI KOTA PATI TA 36 ( Periode Januari Juni 2011 ) SINOPSIS TUGAS AKHIR MUSEUM BATIK TULIS BAKARAN DI KOTA PATI Diajukan Oleh : RATIH WIDIASTUTI L2B 309 006 Dosen Pembimbing I Prof. Ir. Edy Darmawan, M. Eng Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekayaan alam dan keanekaragaman budaya yang dimiliki Indonesia menjadikan bumi pertiwi terkenal di mata internasional. Tidak terlepas oleh pakaian adat dan

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL 3.1 Strategi Komunikasi 3.1.1 Pendekatan Visual Strategi komunikasi yang dilakukan dalam perancangan media informasi Upacara Adat Nujuh Bulanan melalui media

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN 2.1 Pengertian Ritual Ritual adalah tehnik (cara metode) membuat suatu adat kebiasaan menjadi suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama,

Lebih terperinci

MEDIA INFORMASI MENGENAL BATIK PEKALONGAN

MEDIA INFORMASI MENGENAL BATIK PEKALONGAN BAB II MEDIA INFORMASI MENGENAL BATIK PEKALONGAN II.1 Batik Batik merupakan bagian dari kebudayaan Indonesia yang sudah ada sejak lama. Pengertian batik itu sendiri adalah suatu proses teknik pembuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti

BAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti rok, dress, atau pun celana saja, tetapi sebagai suatu kesatuan dari keseluruhan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tanpa terasa Bandung sudah memasuki usianya yang lebih dari 200 tahun. Sebuah perjalanan yang sangat panjang dari wilayah yang sebelumnya merupakan bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pengaturan-nya. Namun berbeda dengan mahluk Tuhan lainnya, demi menjaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pengaturan-nya. Namun berbeda dengan mahluk Tuhan lainnya, demi menjaga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkawinan merupakan salah satu sunatullah yang berlaku pada semua mahluk Tuhan, baik pada manusia, hewan, maupun tumbuhan. Dengan naluri mahluk, dan masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang merupakan daerah yang memiliki potensi budaya yang masih berkembang secara optimal. Keanekaragaman budaya mencerminkan kepercayaan dan kebudayaan masyarakat setempat

Lebih terperinci

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO Oleh: Wahyu Duhito Sari program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa Wahyu_duhito@yahoo.com

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Keberadaan

I PENDAHULUAN. Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Keberadaan 1 I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Keberadaan kebudayaan adalah hasil dari karya manusia. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan,

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA 3 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data 2.1.1 Literatur Data yang informasi yang dipakai untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari beberapa sumber, antara lain: 1. Buku Permainan Tradisional

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.

BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO. 42 BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN 1974 A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.1/1974 Pelaksanaan Pernikahan Suku Anak Dalam merupakan tradisi

Lebih terperinci

Wujud Cerita Panglima Besar dalam Masyarakat Desa Sei Nagalawan. merupakan panglima yang tinggal di Desa Sei Nagalawan. Tokoh Panglima Besar

Wujud Cerita Panglima Besar dalam Masyarakat Desa Sei Nagalawan. merupakan panglima yang tinggal di Desa Sei Nagalawan. Tokoh Panglima Besar LAMPIRAN 1 Wujud Cerita Panglima Besar dalam Masyarakat Desa Sei Nagalawan Bagi sebagian masyarakat di Desa Sei Nagalawan cerita Panglima Besar ini tidak asing lagi, banyak orang berpendapat bahwasannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pekalongan adalah salah satu kota yang terletak di pesisir utara Provinsi Jawa Tengah dan terdiri dari empat kecamatan, yakni: Pekalongan Utara, Pekalongan

Lebih terperinci