An Nafs, Vol. 08, No.01,Th 2013 ==============================================================

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "An Nafs, Vol. 08, No.01,Th 2013 =============================================================="

Transkripsi

1 PENGARUH KEMATANGAN EMOSI PADA REMAJA DITINJAU DARI POLA ASUH ORANG TUA DAN JENIS KELAMIN Dilla Zahara T. Nila Fadhlia, M.Psi., Psikolog Fakultas Psikologi Universitas Islam Riau Jl. Kaharudin Nasution No, 113 Perhentian Marpoyan Pekanbaru ABSTRACT The purpose of this research was to investigate the difference emotional maturity in adolescents with various parenting style and gender. This research based on parenting style theory from Baumrind who assumed there were four parenting style, authoritarian, authoritative, neglectful, and indulgent. Emotional maturity theory used in this research based on emotional maturity from Murray theory. The sample consisted of 86 participants aged from 15 to 18 years (middle adolescents), and lived with their parents. The subjects were selected using purposive sampling method. Data collected through scales of parenting style and scales of emotional maturity. Data in this research obtained by twoway analysis of variance used software Computerized system Statistical Product and Service Solution (SPSS) 17.0 Windows Program. The result indicated that were no significant differences in adolescents emotional maturation with various parenting style and gender (F= 0,510, p= 0,677: p>0,05). Key words : Emotional Maturity, Parenting, Gender, Adolescenc Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Masa remaja merupakan masa yang sulit dan penuh gejolak sehingga sering disebut sebagai masa badai dan topan, masa pancaroba, dan berbagai sebutan lainnya yang mengambarkan banyaknya kesulitan yang dialami anak pada masa perubahan tersebut (Hartinah, 2011). Hal senada dengan yang diungkapkan Papalia, Olds, dan Feldman (2009) bahwa masa remaja (adolescence) adalah peralihan masa perkembangan antara masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan besar pada aspek fisik, kognitif, dan psikososial. Pada masa ini, remaja mengalami perkembangan mencapai kematangan fisik, mental, sosial, dan emosional. Selain itu, masa remaja biasanya memiliki energi yang besar, emosi berkobar-kobar, sedangkan pengendalian diri belum sempurna. Masa ini biasanya dirasakan sebagai masa sulit, baik bagi remaja sendiri, maupun bagi keluarga atau lingkungan (Desmita, 2011). Perkembangan emosi seseorang khususnya remaja pada umunya tampak 5

2 jelas pada perubahan tingkah lakunya. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan emosi remaja, salah satunya adalah pola asuh orangtua (Desmit a, 2011). Sejalan dengan yang dikemukankan Santrock (2007) mengatakan salah satu pihak yang dapat membantu anak-anak dalam mengatur emosi mereka adalah orangtua, seperti yang diungkapkan dalam satu penelitian yang menemukan bahwa orangtua yang mengekspresikan emosi positif memiliki anak yang mempunyai kompetensi sosial yang tinggi. Peneliti juga menemukan bahwa penerimaan dan dukungan orangtua terhadap emosi anak berhubungan dengan kamampuan anak untuk mengelolah emosi dengan cara yang positif. Menurut Haris (2011) apabila orangtua dapat mengarahkan agar selalu berada dijalan yang benar, berpikiran positif, dan selalu diliputi kebahagiaan, hal ini akan berdampak besar bagi perkembangan anak. Hal ini didukung oleh Santrock (2007) yang mengatakan bahwa keluarga mempunyai pengaruh yang cukup besar bagi perkembangan remaja karena keluarga merupakan lingkungan sosial pertama, yang meletakkan dasar-dasar kepribadian remaja. Baumrind (Yusuf, 2011) mengklasifikasikan pola asuh orangtua dalam empat jenis pola asuh, yaitu pola asuh otoriter (authoritarian), pola asuh otoritatif (authoritative), pola asuh yang memanjakan (indulgent), pola asuh yang mengabaikan (neglectful). Orangtua dengan pola asuh otoriter ( authoritarian) menyuruh remaja untuk tidak mendebat atau mempertanyakan orang dewasa, cenderung untuk memberi hukuman kepada anak (Papalia, Olds, & Feldman, 2009), hal ini akan memberi dampak negatif pada anak seperti sering merasa takut, tidak ceria, memiliki kemampuan komunikasi yang lemah, dan mungkin berperilaku agresif. Tentang hubungan pola asuh otoriter dengan agresifitas pada anak laki-laki dan perempuan menunjukan adanya perbedaan. Tingkah laku agresif pada anak laki-laki tetap stabil pada setiap masa perkembangannya, tetapi untuk anak perempuan tingkah laku agresif ini akan semakin berkurang. Berkurangnya perilaku agresif pada anak perempuan ini bisa saja disebabkan karena norma yang ada dalam masyarakat mencela perbuatan agresif bagi anak perempuan atau juga faktor budaya. Perempuan lebih sering menampilkan perilaku yang lembut, sedangkan laki-laki dianggap biasa untuk bertindak agresif. Anak perempuan secara psikologis lebih dapat menahan emosi, artinya semakin ditekan orangtua akan semakin menurut atau hanya menangis dan mengurung diri dalam kamar (Aisyah, 2010). Faktor jenis kelamin juga dapat mempengaruhi kematangan emosi. Laki-laki dikenal lebih berkuasa jika dibandingkan dengan perempuan, mereka memiliki pendapat tentang kemaskulinan terhadap dirinya sehingga tidak mampu mengekspresikan emosi seperti yang dilakukan oleh perempuan. Hal ini menunjukkan laki-laki cenderung memiliki ketidakmatangan emosi jika dibandingkan dengan perempuan (Santrock, 2007). Perbedaan jenis kelamin pada kematangan emosi dijelaskan sebagai pengaruh sosialisasi awal emosi. Anak laki-laki diharapkan mandiri, aktif, dan percaya diri, sementara anak perempuan diharapkan lebih ekspresif, hangat 6

3 secara emosional, suka menolong dan sensitif (Davis dalam Astuti, 2003). Dalam perbandingan antar gender, perempuan menunjukkan ekspresi emosional yang lebih besar dibandingkan pria. Perempuan mengalami emosi secara lebih intens dan menunjukkan ekspresi emosi, baik positif maupun negatif yang lebih sering, kecuali kemarahan. Tidak seperti laki-laki, perempuan juga menyatakan lebih nyaman dalam mengekspresikan emosi dan mampu membaca petunjuk nonverbal dan peran linguistik secara lebih baik. Sedangkan pada anak laki-laki, ketika mereka mengalami stres, mereka cenderung untuk bertindak terlebih dahulu, lalu berfikir kemudian. Selain itu, anak laki-laki memiliki respon agresif terhadap risiko, dan cenderung untuk berkompetisi (Muhammad, 2011). Dalam mengatasi masalah, laki-laki cenderung memikirkan diri sendiri suatu masalah pada suatu waktu dan berbicara secara langsung. Hal ini dikarenakan otak laki-laki sangat sistematis dan memiliki kemampuan tinggi dalam mengelompokkan sesuatu, mengontrol emosi dan orientasi kerja. Pada perempuan, dalam mengelompokkan sesuatu, mengontrol emosi dan orientasi kerjanya rendah. Apabila perempuan merasa stres ia cenderung terlebih dahulu merasa sebelum bertindak, dan responnya juga hati-hati. Hal ini dikarenakan otak perempuan mempunyai tingkat empati yang tinggi dan memiliki hubungan relasional (Muhammad, 2011). Keterangan diatas menunjukkan bahwa kematangan emosi setiap individu khususnya remaja tidaklah sama, karena setiap remaja berada di lingkungan dan keluarga dengan pola asuh yang berbeda. Perbedaan ini juga dapat dilihat dari perbedaan jenis kelamin remaja, sehingga diperlukan penelitian yang lebih mendalam. Oleh karena itu, peneliti sangat tertarik untuk membahas secara ilmiah tentang kematangan emosi yang terjadi pada remaja. Untuk itu penulis dapat memberikan judul penelitian ini, yaitu: Kematangan Emosi pada Remaja Ditinjau dari Pola Asuh Orangtua dan Jenis Kelamin. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka masalah utama dalam penelitian ini yaitu: apakah ada perbedaan kematangan emosi pada remaja ditinjau dari pola asuh orangtua dan jenis kelamin?. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kematangan emosi pada remaja ditinjau dari pola asuh orangtua dan jenis kelamin. Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi penelitian selanjutnya dalam bidang psikologi perkembangan, terutama mengenai kematangan emosi pada remaja ditinjau dari pola asuh orangtua dan jenis kelamin. 7

4 Manfaat Praktis a. Manfaat bagi pembaca dan orangtua, penelitian ini akan berguna sebagai media informasi yang ditunjukkan kepada orangtua akan arti gaya pengasuhan yang baik dalam mengasuh, mendidik dan membina perilaku anak-anak remajanya, agar kelak dapat menjadi anak yang berguna dalam lingkungan keluarga, agama dan masyarakat dilingkungan sekitar. b. Manfaat bagi remaja, penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi remaja dalam pembinaan pribadi yang sehat yang berhubungan dengan pengendalian emosi dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat mencapai suatu kematangan emosi. TINJAUAN PUSTAKA Kematangan Emosi Menurut Yusuf (2011) kematangan emosi adalah kemampuan individu untuk dapat bersikap toleran, merasa nyaman, mempunyai kontrol diri sendiri, perasaan mau menerima dirinya sendiri dan orang lain, serta mampu menyatakan emosinya secara konstriktif dan kreatif. Perkembangan emosi dalam diri seseorang akan mengalami peningkatan menuju kematangan emosi seiring dengan tahap-tahap perkembangan yang dialami. Namun demikian, kematangan emosi dapat dicapai pada periode remaja awal, yaitu usia 13 atau tahun. Mencapai kematangan emosi merupakan tugas perkembangan yang sangat sulit bagi remaja. Proses pencapaiannya sangat dipengaruhi oleh kondisi sosioemosional lingkungannya, terutama lingkungan keluarga dan kelompok teman sebaya. Apabila lingkungan tersebut cukup kondusif, dalam arti kondisinya diwarnai oleh hubungan yang harmonis, saling mempercayai, saling menghargai, dan penuh tanggung jawab, maka remaja cenderung dapat mencapai kematangan emosinya. Sebaliknya apabila kurang untuk memahami peran-perannya dan kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orangtua dan pengakuan dari teman sebaya, mereka cenderung akan mengalami kecemasan, perasaan tertekan atau ketidaknyamanan emosional (Yusuf, 2011). Remaja Papalia, Olds, dan Feldman (2009) juga mengatakan bahwa masa remaja (adolescence) adalah peralihan masa perkembangan antara masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan besar pada aspek fisik, kognitif, dan psikososial. Menurut Salzman (Yusuf, 2011) mengemukakan bahwa remaja merupakan masa perkembangan sikap tergantung (dependence) terhadap orangtua ke arah kemandirian (independence), minat-minat seksual, perenungan diri, dan perhatian terhadap nilai-nilai estetika dan isu-isu moral. Masa perkembangan remaja yang panjang ini dikenal sebagai masa yang penuh kesukaran dan persoalan, bukan saja bagi remaja sendiri melainkan juga bagi 8

5 para orangtua, guru, dan masyarakat sekitar (Papalia, Olds & Feldman, 2009). Menurut Soetjiningsih (2004) mengungkapkan masa remaja adalah periode kehidupan yang penuh dengan dinamika, dimana pada masa ini terjadi perubahan dan perkembangan yang sangat pesat, yang merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa. Kematangan Emosi pada Remaja Ditinjau dari Pola Asuh Orangtua dan Jenis Kelamin Setiap individu memiliki tugas perkembangan yang harus dicapai sesuai dengan tingkat usia. Masa remaja dikatakan sebagai masa peralihan antara masa kanak-kanak ke masa dewasa. Salah satu tugas perkembangan remaja harus dicapai adalah kematangan emosi (Yusuf, 2011). Hal ini juga sejalan dengan Hurlock (dalam Desmita, 2011) yang mengemukakan bahwa kematangan remaja mencakup pada kematangan seksual, emosional, sosial dan fisik. Desmita (2011) mengatakan bahwa pola asuh orangtua terhadap anak, termasuk remaja sangat bervariasi. Ada orangtua yang menerapkan pola asuh yang menurutnya dianggap terbaik oleh dirinya sendiri saja sehingga bersifat otoriter, ada juga dengan memanjakan anak yaitu pola asuh permisif, ada juga sifat yang acuh tak acuh atau cenderung mengabaikan anak yaitu pola asuh mengabaikan, tetapi ada juga orangtua dengan pola asuh yang penuh dengan cinta dan kasih yang merupakan pola asuh otoritatif. Hasil penelitian Aisyah (2010) mengatakan bahwa setiap pola asuh memberikan kontribusi terhadap perilaku agresif. Kontribusi yang diberikan dapat negatif atau positif. Pola asuh permisif dapat menyebabkan perilaku agresi pada anak, demikian juga dengan pola asuh otoriter memiliki peluang untuk munculnya perilaku agresif, sedangkan pada pola asuh demokratis prakondisi agresifitas tidak muncul. Dalam studi baru-baru ini, orangtua yang memainkan peran aktif dalam memantau dan membimbing perkembangan anak remaja mereka lebih cenderung untuk memiliki anak remaja dengan hubungan sebaya yang positif dan penggunaan obat-obatan lebih rendah dibandingkan orangtua yang kurang berperan aktif (Santrock, 2007). Dalam penelitian Mc Kinney, Milone dan Renk (2011) menunjukkan bahwa pola asuh otoritatif berhubungan dengan munculnya penyesuaian emosi yang baik pada remaja, sedangkan pola asuh otoriter dan disiplin yang keras berhubungan dengan penyesuaian emosi yang buruk pada remaja. Selain itu, cara orangtua menerapkan disiplin kepada remaja dapat mengubah hubungan antara pola asuh dan penyesuaian emosi pada remaja akhir, khususnya pada remaja laki-laki. Secara biologis dan psikologis terdapat perbedaan antara kematangan emosi remaja laki-laki dan perempuan. Dengan adanya perbedaan tersebut, maka akan terjadi perbedaan dalam cara berfikir, berperasaan dan berperilaku. Hasil penelitian Wesley (2011) menunjukkan ad anya perbedaan fungsi sosio-emosional pada remaja laki-laki dan remaja perempuan, dimana remaja perempuan memiliki kemampuan sosio-emosional yang lebih tinggi dari pada remaja laki-laki, khususnya pada regulasi 9

6 diri dan kompetensi sosial. Hal ini tidak terlepas dari adanya peran pola asuh orangtua, yang sering kali memperlakukan anak laki-laki dan perempuan dengan cara yang berbeda. Anak laki-laki biasanya diperbolehkan lebih bebas dibandingkan dengan anak perempuan, laki-laki dituntut untuk mencoba menahan perasaan sedangkan perempuan diperkenankan untuk mengekspresikan perasaannya (Syam, 2010). Hipotesis Berdasarkan uraian diatas maka dalam penelitian ini dapat diajukan hipotesis sebagai berikut: a. Ada perbedaan kematangan emosi remaja ditinjau dari pola asuh orangtua. b. Ada perbedaan kematangan emosi pada remaja ditinjau dari jenis kelamin. c. Remaja dengan pola asuh orangtua yang otoritatif memiliki kematangan emosi yang lebih tinggi dibandingkan dengan remaja dengan pola asuh otoriter, pola asuh yang memanjakan dan pola asuh yang mengabaikan. d. Remaja perempuan memiliki kematangan emosi yang lebih tinggi dibandingkan dengan remaja laki-laki. METODE PENELITIAN Identifikasi Variabel Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: Variabel bebas (X) : a. Pola asuh orangtua (X1) b. Jenis kelamin (X2) Variabel terikat (Y) : Kematangan emosi (Y) Definisi Operasional 1. Pola asuh orangtua Pola asuh orangtua adalah suatu hubungan interaksi antara orangtua yaitu ayah dan ibu dengan anaknya yang melibatkan aspek sikap, nilai, dan kepercayaan orangtua sebagai bentuk dari upaya pengasuhan, pemeliharaan, menunjukan kekuasaannya terhadap anak dan salah satu tanggung jawab orangtua dalam mengantarkan anaknya menuju kedewasaan. 2. Jenis kelamin Jenis kelamin adalah identitas responden sesuai biologis atau fisiknya yaitu lakilaki dan perempuan. 3. Kematangan emosi Kematangan emosi adalah kemampuan individu untuk menggunakan emosinya secara baik, yang ditandai dengan pengontrolan diri, pemahaman seberapa jauh baik buruk, tidak mementingkan diri sendiri tetapi mempertimbangkan perasaan orang lain dan apakah bermanfaat bagi dirinya dalam setiap tindakan maupun perbuatan. 10

7 Subjek Penelitian Populasi Penelitian Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek atau objek dengan kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa dan siswi MAN 2 Model Pekanbaru, dengan jumlah populasi 634 orang siswa. Sampel Penelitian Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2012). Untuk menentukan ukuran sampel dalam penelitian ini, peneliti menggunakan rumus perhitungan besaran sampel (Bungin, 2010): η = N N (d) η = (0,1) η = 86, 3 Keterangan: η : jumlah sampel yang dicari N : Jumlah populasi d : nilai presisi (ditentukan a= 0,1) Jadi, sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 86 orang remaja MAN 2 Model Pekanbaru. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Adapun karakteristik dari sampel penelitian ini adalah: 1. Remaja di MAN 2 Model Pekanbaru 2. Usia tahun 3. Tinggal bersama orangtua Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan skala yaitu skala kematangan emosi dan skala pola asuh, sedangkan untuk jenis kelamin, peneliti menggunakan data identitas dari skala yang diberikan. Skala Pola Asuh Skala pola asuh orangtua berjumlah 40 item pernyataan, yang disusun berdasarkan teori Baumrind. Skala ini disusun mengacu pada model skala likert 11

8 dengan memodifikasi respon menjadi empat alternatif jawaban dengan menghilangkan jawaban netral (N) untuk menghindari jawaban responden yang mengelompok. Aitem-aitem pada skala pola asuh berarah pada satu arah yaitu berarah favourable, dimana favourable berarti mendukung langsung atribut yang diukur (Azwar, 2012). Penilaian untuk penyataan favourable diberikan dengan ketentuan sebagai berikut: sangat sesuai (SS) diberi skor 4, sesuai (S) diberi skor 3, tidak sesuai (TS) diberi skor 2, dan sangat tidak sesuai (STS) diberi skor 1. Skala Kematangan Emosi Skala kematangan emosi dalam penelitian ini dijabarkan dalam bentuk itemitem yang terdiri dari pernyataan yaitu favourable dan unfavourable. Skala ini disusun mengacu pada model skala likert dengan memodifikasi respon menjadi empat alternatif jawaban dengan menghilangkan jawaban netral (N) un tuk menghindari jawaban responden yang mengelompok. Penilaian untuk penyataan favourable diberikan dengan ketentuan sebagai berikut: sangat sesuai (SS) diberi skor 4, sesuai (S) diberi skor 3, tidak sesuai (TS) diberi skor 2, dan sangat tidak sesuai (STS) diberi skor 1. Sedangkan, penilaian untuk pernyataan unfavourable diberikan nilai sebagai berikut: sangat sesuai (SS) diberi skor 1, sesuai (S) diberi skor 2, tidak sesuai (TS) diberi skor 3, dan sangat tidak sesuai (STS) diberi skor 4. Hasil Uji Coba Skala pola asuh Uji diskriminasi skala pola asuh menghasilkan koefisiensi yang bergerak antara -0,026 sampai 0,667 sebelum seleksi butir. Dengan pengujian tersebut sebanyak 14 butir aitem gugur Skala kematangan emosi Uji diskriminasi skala pola asuh menghasilkan koefisiensi yang bergerak antara 0,044 sampai 0,487 sebelum seleksi butir. Dengan pengujian tersebut sebanyak 18 butir aitem gugur. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Validitas Menurut Azwar (2012) validitas adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukuran dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila tes tersebut menjalankan fungsi ukurannya atau memberikan hasil ukur yang tepat dan akurat sesuai dengan maksud pengukuran. Pengolahan data dibantu dengan menggunakan sistem komputerisasi Statistical Product and Service Solusion (SPSS) Semakin tinggi koefisien korelasi positif antara skor item dengan skor skala berarti semakin konsisten antara item 12

9 dengan skala keseluruhan yang berarti semakin tinggi daya bedanya atau validitasnya (Azwar, 2012). Penentuan kesahihan item menggunakan kriteria Azwar (2012) yang menyatakan bahwa skala psikologi sebaiknya menggunakan koefisien korelasi minimal 0,30 akan tetapi apabila jumlah item yang lolos ternyata masih tidak mencukupi jumlah yang diinginkan, maka dapat menurunkan sedikit batas kriteria 0,30 menjadi 0,25. Reliabilitas Menurut Azwar (2012) reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya guna mengetahui koefisien. Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana alat ukur mempunyai konsistensi relatif tetap jika dilakukan pengukuran ulang terhadap subjek yang sama. Semakin tinggi koefisien korelasi berarti menunjukkan reliabilitas makin baik (Azwar, 2012). Dalam penelitian ini, realiabilitas dengan menggunakan rumus koefisien reliabilitas alpha (α). Koefisien reabilitas alpha diperoleh lewat penyajian suatu bentuk skala yang dikenakan hanya sekali saja pada sekelompok responden (Azwar, 2012). Reliabilitas dalam aplikasi dinyatakan oleh koefisien reliabilitas yang angkanya berada dalam rentang 0 sampai 1,00. Koefisien reliabilitas yang mendekati 1,0 maka semakin tinggi reliabilitasnya, sebaliknya koefisien reliabilitas yang mendekati 0, maka semakin rendah tingkat reliabilitasnya (Azwar, 2012). Teknik Analisis Data Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis ragam dua arah ( Twoway Analysis of Variance) digunakan untuk membandingkan purata (mean) lebih dari dua sampel yang diklasifikasikan menjadi dua faktor atau dua klasifikasi (Uyanto, 2009). Analisa data menggunakan bantuan komputer program SPSS 17.0 for windows. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Uji Hipotesis Setelah data yang diperoleh sudah memenuhi syarat uji asumsi, selanjutnya dilakukan analisis hipotesis untuk mengetahui kematangan emosi remaja ditinjau dari pola asuh orangtua dan jenis kelamin. Hasil hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tidak ada perbedaan kematangan emosi remaja ditinjau dari pola asuh orangtua, dengan nilai p = 0,295 (p > 0,05). 2. Kematangan emosi remaja dengan pola asuh orangtua yang otoritatif tidak lebih tinggi dibandingkan dengan kematangan emosi remaja dengan keempat pola asuh lainnya, hal ini dapat dilihat dari nilai p=0,295 yang artinya hipotesis ini ditolak. 13

10 3. Tidak ada perbedaan kematangan emosi pada remaja ditinjau dari jenis kelamin, dengan nilai p = 0,461 (p > 0,05). 4. Kematangan emosi remaja perempuan tidak lebih tinggi dibandingkan dengan remaja laki-laki dengan nilai p=0,461. Berdasarkan hasil analisis ragam dua arah (twoway analysis of variance) dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan kematangan emosi remaja ditinjau dari pola asuh orangtua dan jenis kelamin dengan nilai F= 0,510, p= 0,677, dengan demikian hipotesis penelitian ini ditolak. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian ini rata-rata empiris untuk variabel kematangan emosi sebesar M= 68,14 yang termasuk dalam kategori sedang. Adapun rincian kategorinya sebagai berikut, kategori sangat tinggi sebanyak lima orang dengan presentase 6,0%, dengan kategori tinggi sebanyak 14 orang dengan presentase 16,9%, untuk kategori sedang sebanyak 50 orang dengan presentase 56,6%, serta kategori rendah sebanyak 13 orang dengan presentase 15,7% dan kategori sangat rendah sebanyak empat orang dengan presentase 4,8%. Hasil analisis data yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kematangan emosi pada remaja ditinjau dari pola asuh orangtua dengan nilai F= 1,259 dan p= 0,295, artinya kematangan emosi remaja dengan pola asuh otoritatif tidak lebih matang dibandingkan dengan keempat pola asuh lainnya. Hasil selanjutnya menunjukkan tidak ada perbedaan kematangan emosi pada remaja ditinjau dari jenis kelamin dengan nilai F= 0,548 dan p= 0,461, artinya kematangan emosi pada remaja perempuan tidak lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Berdasarkan data yang telah terkumpul diketahui bahwa tidak ada satupun sampel atau responden yang memiliki orangtua dengan pola asuh tertentu secara mutlak. Artinya data yang terlampir tidak satupun sampel yang memilih jawaban otoriter seluruhnya, otoritatif seluruhnya, mengabaikan seluruhnya, serta memanjakan seluruhnya. Ini menandakan tidak adanya pola asuh murni yang diterapkan oleh orangtua kepada anak. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pola asuh orangtua dan jenis kelamin tidak bisa digunakan untuk membedakan tingkat kematangan emosi remaja. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Jayanti (2012) yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pola asuh orangtua dengan kematangan emosi pada siswa SMA Theresiana Salatiga. Hal ini sejalan dengan pendapat Desmita (2011) bahwa munculnya emosi seseorang sangat tergantung atau dipengaruhi lingkungan, pengalaman, dan kebudayaan. Perkembangan emosional individu merupakan perkembangan yang paling sulit untuk diklasifikasikan, hal ini ditunjukkan pada gejala kehidupan sehari-hari bahwa tidak jarang orang dewasa juga mengalami kesulitan untuk menyatakan perasaannya. Artinya tidak hanya jenis pola asuh orangtua dan jenis kelamin saja yang menjadi faktor tercapainya kematangan emosi 14

11 pada usia remaja, tetapi masih ada faktor lainnya seperti lingkungan teman sebaya, pengalaman, pengaruh dunia luar dan kebudayaan. Astuti (2003) mengungkapkan ada beberapa faktor yang mempengaruhi kematangan emosi selain pola asuh orangtua dan jenis kelamin, seperti pengalaman traumatik, temperamen, dan usia. Kejadian-kejadian traumatis masa lalu dapat mempengaruhi perkembangan emosi seseorang. Kejadian-kejadian traumatis dapat bersumber dari lingkungan keluarga ataupun lingkungan di luar keluarga seperti lingkungan sekolah dan lingkungan teman sebaya. Faktor lainnya adalah tempramen. tempramen dapat didefinisikan sebagai suasana hati yang mencirikan kehidupan emosional seseorang. Pada tahap tertentu masing-masing individu memiliki kisaran emosi sendiri-sendiri, dimana tempramen merupakan bawaan sejak lahir, dan merupakan bagian dari genetik yang mempunyai kekuatan hebat dalam rentang kehidupan manusia. Perkembangan kematangan emosi yang dimiliki sesorang sejalan dengan pertambahan usia, hal ini dikarenakan kematangan emosi dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan dan kematangan fisiologis seseorang (Astuti, 2003). Khairani dan Putri (2008) menyatakan kematangan emosi seseorang perkembangannya seiring dengan pertambahan usia, akan tetapi faktor fisik-fisiologis juga belum tentu mutlak sepenuhnya mempengaruhi perkembangan emosi, karena kematangan emosi merupakan salah satu fenomena psikis, baik faktor pola asuh keluarga, lingkungan sosial, pendidikan dan sebagainya. Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa terjadinya perbedaan kematangan emosi pada remaja tidak hanya disebabkan oleh perbedaan pola asuh yang diterapkan orangtua kepada remaja tersebut dan juga bukan karena perbedaan jenis kelamin, tetapi bisa saja faktor lain juga dapat mempengaruhinya, seperti pengalaman traumatis, usia, temperamen, dan pendapat lain juga mengatakan dapat dilihat dari kondisi sosio-emosional lingkungannya teman sebaya, lingkungan sekolah, pengaruh dari luar dan kebudayaan. Keberhasilan dan akurasi temuan data sebuah penelitian tergantung pada banyak faktor dan aspek, maka penelitian ini masih ada terdapat kelemahankelemahan dalam prosesnya, diantaranya adalah sedikitnya jumlah aitem yang digunakan pada penelitian ini, situasi ruangan pada saat pengambilan data subjek berada dalam kondisi yang relatif tidak kondusif seperti adanya kebisingan dan adanya gangguan dari teman-teman sekelas. Kondisi subjek saat penyajian skala secara fisik dan psikologis kurang memadai seperti lelah, tergesa-gesa sehingga ada keterbatasan waktu, tidak berminat dan merasa terpaksa, karena pengambilan data dilaksanakankan saat jam istirahat berlangsung. Kelemahan lainnya adalah pengelompokkan pola asuh pada subjek berdasarkan jumlah skor terbesar dari aitem yang telah dijawab, sehingga ada beberapa subjek yang berada pada dua pola asuh yang memiliki selisih jumlah skornya yang tidak terlalu jauh. Artinya hampir tidak ada orangtua yang 15

12 mempraktikkan pola asuh secara murni pada salah satu tipe. Kecenderungankecenderungan pada tipe pola asuh tertentu nampaknya lebih banyak digunakan oleh orangtua atau bahkan orangtua melakukan pengasuhan kepada anak secara situasional (Aisyah, 2010). PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa: a. Tidak ada perbedaan kematangan emosi remaja ditinjau dari pola asuh orangtua. b. Kematangan emosi remaja dengan pola asuh orangtua otoritatif tidak lebih matang dibandingkan dengan pola asuh otoriter, mengabaikan dan memanjakan. c. Tidak ada perbedaan kematangan emosi remaja ditinjau dari jenis kelamin. d. Remaja perempuan tidak memiliki kematangan emosi yang lebih tinggi dibandingkan dengan remaja laki-laki. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan dalam penelitian ini, maka terdapat beberapa hal yang disarankan peneliti untuk peneliti selanjutnya adalah : a. Peneliti selanjutnya mencari waktu yang tepat dalam proses penelitian agar subjek tidak tergesah-gesah dalam menjawab skala penelitian karena keterbatasan waktu,. b. Peneliti selanjutnya juga diharapkan dapat menggunakan lebih banyak aitem agar lebih jelas dalam mengklasifikasikan pola asuh pada subjek yang akan diteliti. c. Diharapkan peneliti selanjutnya juga dapat menggunakan variabel lain dalam membedakan kematangan emosi remaja, seperti teman sebaya, lingkungan sekolah, dan faktor lainnya. DAFTAR PUSTAKA Aisyah, S. (2010). Pengaruh pola asuh orangtua terhadap tingkat agresivitas anak. Jurnal MEDTEK, 2, Diunduh pada 16 Juni 2013 dari 0ICHA%20PKK.pdf. Azwar, S. (2012). Penysusnan skala psikologi edisi 2. Yogyakarta: Pustaka pelajar. Astuti, B. (200 3). Buku ajar bimbingan dan konseling perkembangan. Yogyakarta: Pustaka pelajar. Desmita. (2011). Psikologi perkembangan peserta didik. Bandung: PT Remaja rosdakarya. Haris, I. J. (2011, september 24). Perilaku positif saat remaja, lebih sehat ketika dewasa. Kompas.com. Diunduh pada 16 Juni 2013 dari maja..lebih.sehat.ketika.dewasa. 16

13 Hartinah, S. (2011). Pengembangan peserta didik. Bandung: PT Refika aditama. Jayanti, R. D. (2012). Hubungan pola asuh orangtua dengan kematangan emosi pada siswa SMA Theresiana Salatiga. Skripsi (tidak diterbitkan). Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas kristen satya wacana Salatiga. Khairani, R., & Putri, D. E. (2008). Kematangan emosi pada pria dan wanita yang menikah muda. Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma. Vol. 1, No. 2. McKinney, C., Milone, M.C., & Renk, K. (2011). Parenting and late adolescent emotional adjustment: mediating effects of discipline and gender. Journal of child psychiatry hum dev, 42, Muhammad, A. (2011). Cara kerja emosi dan pikiran manusia. Jogjakarta: Diva press. Papalia, D, E., Olds, S, W., & Feldman, R, D. (2009). Human developmant, edisi 10 perkembangan manusia. Jakarta: Salemba humanika. Priatini, W. Latifah, M. Guhardja, S. (2008). Pengaruh tipe pengasuhan, lingkungan sekolah dan peran teman sebaya terhadap kecerdasan emosional remaja. Jurnal. Volume I No. 1/Januari 2008 (43-53) Santrock, J. W. (2007). Perkembangan anak edisi kesebelas jilid 2. Jakarta: Penerbit Erlangga. Santrock, J. W. (2009). Psikologi pendidikan. Jakarta: Salemba humanika. Sears, D. O., Freedman, J. L., & Peplau, L. A. (2005). Psikologi sosial edisi kelima jilid 2. Jakarta: Erlangga. Soetjiningsih. (2004). Sagung seto. Tumbuh kembang ramaja dan permasalahannya. Jakarta: Syam, S. S. (2010). Strategi coping mahasiswa kos ditinjau dari tipe kepribadian dan jenis kelamin. Skripsi (tidak diterbitkan). Fakultas psikologi universitas islam sultan syarif kasim Pekanbaru. Uyanto, S. S. (2009). Pedoman analisis data dengan SPSS. Yogyakarta: Graha ilmu. Wesley, K. I. (2011). Gender differences in positive social -emotional functioning. Journal of psychology in the schools, 48 (10), Yusuf, S. (2011). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Resdakarya. 17

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif (komperatif). Desain

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif (komperatif). Desain BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif (komperatif). Desain komparasional menurut Arikunto (2010:310) menyebutkan bahwa penelitian membandingkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Kemudian mendeskripsikan secara sistematis sifat-sifat atau gejala-gejala dari

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Kemudian mendeskripsikan secara sistematis sifat-sifat atau gejala-gejala dari BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan teknik komparatif. Penelitian dengan teknik komparatif yakni jenis penelitian yang bertujuan membandingkannya dengan melihat persamaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap hasil penelitian. Kegiatan penelitian harus mengikuti langkah-langkah

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap hasil penelitian. Kegiatan penelitian harus mengikuti langkah-langkah 23 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan faktor penting yang sangat berpengaruh terhadap hasil penelitian. Kegiatan penelitian harus mengikuti langkah-langkah atau prosedur kerja sehingga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. mengetahui ada tidaknya hubungan Kontrol diri (variabel bebas) dan Perilaku

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. mengetahui ada tidaknya hubungan Kontrol diri (variabel bebas) dan Perilaku BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik korelasional. Penelitian dengan teknik korelasional merupakan penelitian untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menguraikan mengenai identifikasi variabel penelitian, defenisi oprasional,

BAB III METODE PENELITIAN. menguraikan mengenai identifikasi variabel penelitian, defenisi oprasional, BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan unsur paling penting dalam penelitian ilmiah, karena metode yang digunakan dalam penelitian dapat menemukan apakah penelitian tersebut dapat dipertanggung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian komparatif untuk mengetahui perbedaan hardiness mahasiswa lakilaki dan mahasiswa perempuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. korelasioanal berganda ( Multiple Corelation) yang menunjukkan arah dan

BAB III METODE PENELITIAN. korelasioanal berganda ( Multiple Corelation) yang menunjukkan arah dan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan bentuk penelitian yang menggunakan teknik korelasioanal berganda ( Multiple Corelation) yang menunjukkan arah dan kuatnya hubungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. komparatif, yaitu suatu penelitian yang bersifat membandingkan atau perbedaan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. komparatif, yaitu suatu penelitian yang bersifat membandingkan atau perbedaan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian komparatif, yaitu suatu penelitian yang bersifat membandingkan atau perbedaan yang

Lebih terperinci

BAB 3 Metode Penelitian

BAB 3 Metode Penelitian BAB 3 Metode Penelitian 3.1 Variabel penelitian & hipotesis 3.1.1 Definisi operasional variabel penelitian Variabel penelitian menurut Hatch dan Farhady (dalam Iskandar, 2013) adalah atribut dari objek

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA Rita Sinthia Dosen Prodi Bimbingan Konseling FKIP Universitas Bengkulu Abstract:This study was

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun

BAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun BAB IV PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Penelitian ini adalah penelitian populasi, sehingga tidak digunakan sampel untuk mengambil data penelitian. Semua populasi dijadikan subyek penelitian. Subyek dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, Metode kuantitatif menurut Sugiono (2008) adalah metode penelitian yang berlandaskan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 23 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian yang Digunakan Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif. Metode kuantitatif menurut Azwar (2013, h.5) adalah penelitian yang menekankan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. B. Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. B. Definisi Operasional BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian 1. Variabel Tergantung : Konformitas 2. Variabel Bebas : Nilai Budaya Jawa B. Definisi Operasional 1. Konformitas Konformitas merupakan tendensi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional. Menurut Sugiyono (2009)

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional. Menurut Sugiyono (2009) BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional. Menurut Sugiyono (2009) penelitian korelasional merupakan jenis penelitian yang sifatnya menanyakan hubungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. berkaitan dengan variabel lain, berdasarkan koefisien korelasi (Azwar, 2013)

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. berkaitan dengan variabel lain, berdasarkan koefisien korelasi (Azwar, 2013) BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Pada penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu dilakukan dengan mengumpulakan data yang berupa angka. Data tersebut kemudian diolah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. menghubungkan antara variabel X dan variabel Y. Penelitian dengan. B. Variabel Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. menghubungkan antara variabel X dan variabel Y. Penelitian dengan. B. Variabel Penelitian 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan korelasional yang menghubungkan antara variabel X dan variabel Y. Penelitian dengan teknik korelasional merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode kuantitatif adalah metode yang digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu, pengumpulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. hubungan antara sikap terhadap iklan rokok (X1) dan konformitas teman sebaya

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. hubungan antara sikap terhadap iklan rokok (X1) dan konformitas teman sebaya BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik korelasional. Penelitian dengan teknik korelasional merupakan penelitian yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap data serta penampilan dari hasilnya.

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap data serta penampilan dari hasilnya. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan penelitian kuantitatif, seperti yang dijelaskan oleh Arikunto (006. 1) bahwa penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan bentuk penelitian kuantitatif dengan menggunakan teknik korelasional. Penelitian dengan teknik korelasional merupakan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 46 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif, yang suatu penelitian dituntut menggunakan angka mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. remaja ini terbagi di SMKN 1, SMKN 2, SMKN 5, SMA Mataram, SMA

BAB IV HASIL PENELITIAN. remaja ini terbagi di SMKN 1, SMKN 2, SMKN 5, SMA Mataram, SMA BAB IV HASIL PENELITIAN A. Orientasi dan Kancah Penelitian Penelitian ini dilakukan pada remaja berusia 17-21 tahun. Para remaja ini terbagi di SMKN 1, SMKN 2, SMKN 5, SMA Mataram, SMA Ksatrian dan di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan bentuk penelitian kuantitatif dengan. B. Identifikasi Variabel Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan bentuk penelitian kuantitatif dengan. B. Identifikasi Variabel Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan bentuk penelitian kuantitatif dengan pendekatan komparatif, yang membandingkan peluang pengembangan karir laki-laki dan perempuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pembahasan metode penelitian ini akan menguraikan: (A). Identifikasi

BAB III METODE PENELITIAN. Pembahasan metode penelitian ini akan menguraikan: (A). Identifikasi 31 BAB III METODE PENELITIAN Pembahasan metode penelitian ini akan menguraikan: (A). Identifikasi Variabel Penelitian, (B). Defenisi Operasional Variabel Penelitian, (C). Populasi, Sampel dan Metode Pengambilan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. hipotesis yang telah disusun. Dalam penelitian yang bersifat kuantitatif ini, maka

BAB III METODE PENELITIAN. hipotesis yang telah disusun. Dalam penelitian yang bersifat kuantitatif ini, maka BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif dalam usaha menguji hipotesis yang telah disusun. Dalam penelitian yang bersifat kuantitatif ini, maka proses

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. matematis berdasarkan permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai. Variabel dalam penelitian ini ada dua, yaitu:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. matematis berdasarkan permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai. Variabel dalam penelitian ini ada dua, yaitu: BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, maksudnya bahwa dalam menganalisis data dengan menggunakan angka-angka, rumus, atau model matematis berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini dapat diklasifikasikan ke dalam penelitian pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan data yang dinyatakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian komparatif untuk mengetahui perbedaan kinerja pegawai pria dan pegawai wanita Kantor

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan penelitian yang akan dilakukan. Dalam penelitian ini, peneliti

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan penelitian yang akan dilakukan. Dalam penelitian ini, peneliti BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Dalam melakukan penelitian, metode penelitian sangat erat kaitannya dengan penelitian yang akan dilakukan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. populasi atau mengenai bidang tertentu. Penelitian ini berusaha menggambarkan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. populasi atau mengenai bidang tertentu. Penelitian ini berusaha menggambarkan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang bertujuan menggambarkan secara sistematis dan akurat fakta dan karakteristik mengenai populasi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA OLEH: RITA SINTHIA ABSTRACT

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA OLEH: RITA SINTHIA ABSTRACT HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA OLEH: RITA SINTHIA ABSTRACT This study was aimed to investigate the relationship between social

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial setiap manusia mempunyai dorongan untuk berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai dorongan untuk bersosialisasi.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. yaitu dukungan sosial teman sebaya sebagai variabel bebas (X) dan kebahagiaan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. yaitu dukungan sosial teman sebaya sebagai variabel bebas (X) dan kebahagiaan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Pada penelitian ini penulis menggunakan metode korelasional, yang bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara dua variabel, yaitu dukungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah penelitian korelasional. Menurut Arikunto (2002) penelitian korelasional bertujuan untuk menemukan ada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pola Asuh Orang Tua 2.1.1 Pengertian Pola Asuh Orang Tua Menurut Hurlock (1999) orang tua adalah orang dewasa yang membawa anak ke dewasa, terutama dalam masa perkembangan. Tugas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah: 2. Variabel Bebas : Pola Asuh Orangtua

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah: 2. Variabel Bebas : Pola Asuh Orangtua BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Tergantung : Alienasi 2. Variabel Bebas : Pola Asuh Orangtua 3. Variabel Mediator : Konsep

Lebih terperinci

BAB lll METODE PENELITIAN. Penelitian kuantitatif diartikan sebagai suatu penelitian yang menggunakan alat

BAB lll METODE PENELITIAN. Penelitian kuantitatif diartikan sebagai suatu penelitian yang menggunakan alat 33 BAB lll METODE PENELITIAN Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Penelitian kuantitatif diartikan sebagai suatu penelitian yang menggunakan alat bantu statistik sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. hubungan antara dua atau beberapa variabel. Dengan teknik korelasional seorang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. hubungan antara dua atau beberapa variabel. Dengan teknik korelasional seorang BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan suatu bentuk penelitian deskriptif dengan menggunakan teknik korelasional. Penelitian dengan teknik korelasional merupakan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini tidak

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini tidak 41 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Pemilihan dan penggunaan metode sangat menentukan keberhasilan suatu penelitian, oleh karena itu penentuan metode yang dipakai harus tepat dan sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, yaitu kepribadian, yang terdiri dari:

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, yaitu kepribadian, yang terdiri dari: 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi. Regresi berguna untuk mencari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa variabel. Alat ukur yang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa variabel. Alat ukur yang BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan menggunakan teknik korelasional. Penelitian korelasional merupakan penelitian yang dimaksud untuk mengetahui ada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 38 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan satu bentuk penelitian deskriptif dengan menggunakan teknik korelasi. Penelitian dengan teknik korelasi merupakan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini variabel-variabel yang diteliti yaitu kecerdasan

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini variabel-variabel yang diteliti yaitu kecerdasan BAB III METODE PEELITIA A. Tipe Penelitian Dalam penelitian ini variabel-variabel yang diteliti yaitu kecerdasan emosional dan komunikasi interpersonal. Untuk jenis penelitian kuantitatif ini, maka pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. digunakan peneliti serta kegiatan yang akan dilakukan selama proses penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. digunakan peneliti serta kegiatan yang akan dilakukan selama proses penelitian 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian (disebut juga rancangan penelitian; proposal penelitian atau usul penelitian) adalah penjelasan mengenai berbagai komponen yang akan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini termasuk penelitian korelasi yang melihat Hubungan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini termasuk penelitian korelasi yang melihat Hubungan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian korelasi yang melihat Hubungan Antara Penyesuaian Perkawinan dengan Kepuasan Perkawinan. B. Identifikasi Variabel Variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Menurut Babbie (Prasetyo, 2005) rancangan penelitian adalah mencatat perencanaan dari cara berfikir dan merancang suatu strategi untuk menemukan sesuatu.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Identifikasi variabel yang terdapat dalam sebuah penelitian berfungsi untuk menentukan alat pengumpulan data dan teknik analisis yang akan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti memperoleh jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan penelitiannya.

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti memperoleh jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan penelitiannya. BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Menurut Kerlinger (2000:483) rancangan penelitian merupakan rencana dan stuktur penyelidikan yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti memperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ini bersifat kuantitatif yang ingin melihat perbedaan kenakalan remaja (variabel

BAB III METODE PENELITIAN. ini bersifat kuantitatif yang ingin melihat perbedaan kenakalan remaja (variabel BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Dalam penelitian ini variabel-variabel yang diteliti yaitu kenakalan remaja dan pola asuh orangtua. Untuk kepentingan penelitian ini, maka pelaksanaannya dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Desain Penelitian. penelitian antara dua kelompok penelitian.adapun yang dibandingkan adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Desain Penelitian. penelitian antara dua kelompok penelitian.adapun yang dibandingkan adalah BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian komparasi atau perbedaan, yaitu jenis penelitian yang bertujuan untuk membedakan atau membandingkan hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Karena penelitian ini termasuk penelitian korelatif yang melihat hubungan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Karena penelitian ini termasuk penelitian korelatif yang melihat hubungan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Karena penelitian ini termasuk penelitian korelatif yang melihat hubungan antara keterbukaan diri (X), dengan keakraban (Y). Maka dapat dinyatakan bahwa skema

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif komparatif, yakni jenis

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif komparatif, yakni jenis 19 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Menurut Arikunto (2002) desain penelitian merupakan serangkaian proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Penelitian ini merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Bagian yang paling utama didalam membuat suatu penelitian adalah bagaimana membuat rencana (rancangan penelitian). Penelitian ini merupakan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diolah dengan metode statistika. Pada dasarnya, pendekatan kuantitatif. yang diteliti (Saifudin Azwar, 2003: 5).

BAB III METODE PENELITIAN. diolah dengan metode statistika. Pada dasarnya, pendekatan kuantitatif. yang diteliti (Saifudin Azwar, 2003: 5). 50 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sejauhmana perbedaan harga diri dan perilaku asertif siswa korban bullying

BAB III METODE PENELITIAN. sejauhmana perbedaan harga diri dan perilaku asertif siswa korban bullying 88 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini berorientasi pada penelitian kuantitatif, yakni ingin melihat sejauhmana perbedaan harga diri dan perilaku asertif siswa korban bullying

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Dalam penelitian penulis menggunakan pendekatan kuantitatif dengan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Dalam penelitian penulis menggunakan pendekatan kuantitatif dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Dalam penelitian penulis menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik korelasional. yang bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Dan Definisi Operasional 1. Variabel Menurut Sugiyono (2011), variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yaitu suatu pendekatan yang memungkinkan dilakukan pencatatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. menghubungkan antara kelekatan pada guru ( X) dengan motivasi menghafal al-

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. menghubungkan antara kelekatan pada guru ( X) dengan motivasi menghafal al- 22 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan teknik korelasional yang menghubungkan antara kelekatan pada guru ( X) dengan motivasi menghafal al-

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dalam bentuk penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dalam bentuk penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dalam bentuk penelitian korelasional yaitu penelitian yang bertujuan menggambarkan secara sistematik dan akurat

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. serta penampilan dari hasilnya (Arikunto, 2002, p. 12)

BAB IV METODE PENELITIAN. serta penampilan dari hasilnya (Arikunto, 2002, p. 12) BAB IV METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dalam usaha menguji hipotesis yang telah disusun. Penelitian kuantitatif banyak dituntut menggunakan angka,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tipe Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tipe Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Pendekatan BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan di uraikan tentang tipe penelitian, identifikasi variabel penelitian, defenisi operasional variabel penelitian, populasi dan teknik pengambilan sampel, metode

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP AGRESIFITAS ANAK DI TAMAN KANAK-KANAK KARTIKA 1-61 PADANG

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP AGRESIFITAS ANAK DI TAMAN KANAK-KANAK KARTIKA 1-61 PADANG 1 HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP AGRESIFITAS ANAK DI TAMAN KANAK-KANAK KARTIKA 1-61 PADANG Yozi Dwikayani* Abstrak- Masalah dalam penelitian ini yaitu banyaknya orang tua murid TK Kartika 1-61 Padang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 41 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah salah satu unsur penting dalam suatu penelitian ilmiah, karena ketepatan metode yang digunakan untuk memecahkan masalah yang ada akan menentukan hasil

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. korelasional. Penelitian ini mengukur hubungan kepercayaan diri (X) dengan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. korelasional. Penelitian ini mengukur hubungan kepercayaan diri (X) dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan bentuk penelitian kuantitatif dengan pendekatan korelasional. Penelitian ini mengukur hubungan kepercayaan diri (X) dengan perilaku

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Madrasah Tsanawiyah Negeri Medan, Medan Estate Deli Serdang dan waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Mei- Juni

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. analisis variabel (data) untuk mengetahui perbedaan di antara dua kelompok data

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. analisis variabel (data) untuk mengetahui perbedaan di antara dua kelompok data BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian komparatif. Penelitian ini menggunakan analisis komparatif atau analisis perbedaan yang artinya bentuk analisis variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. mengetahui ada tidaknya hubungan sikap warga terhadap peran polisi dengan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. mengetahui ada tidaknya hubungan sikap warga terhadap peran polisi dengan 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian korelasional yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan sikap warga terhadap peran polisi dengan partisipasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. B. Variabel Y : Kecemasan Menghadapi Pensiun. Penyesuaian diri adalah interaksi individu yang kontinu dengan diri individu

BAB III METODE PENELITIAN. B. Variabel Y : Kecemasan Menghadapi Pensiun. Penyesuaian diri adalah interaksi individu yang kontinu dengan diri individu BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Identifikasi Variabel Penelitian A. Variabel X : Penyesuaian Diri B. Variabel Y : Kecemasan Menghadapi Pensiun 3. Definisi Operasional 3..1 Penyesuaian Diri Penyesuaian diri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam melakukan suatu penelitian, khususnya penelitian kuantitatif, perlu secara jelas diketahui variabel-variabel apa saja yang akan diukur dan instrumen seperti apa yang akan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif komparatif, yakni jenis

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif komparatif, yakni jenis 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Menurut Arikunto (2002) desain penelitian merupakan serangkaian proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Penelitian ini merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. b. Regulasi emosi. B. Definisi Operasional

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. b. Regulasi emosi. B. Definisi Operasional BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian 1. Variabel tergantung : Harga diri 2. Varibel bebas : a. Dukungan sosial b. Regulasi emosi B. Definisi Operasional 1. Harga Diri Harga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. kuantitatif korelasional adalah suatu penelitian untuk mengetahui hubungan dan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. kuantitatif korelasional adalah suatu penelitian untuk mengetahui hubungan dan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan bentuk penelitian kuantitatif korelasional yang melihat hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikat, penelitian kuantitatif

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Pola Asuh 1.1 Definisi Pengasuhan adalah kegiatan kompleks yang mencakup berbagai tingkah laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh anak (Darling,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai (A) Tipe Penelitian (B). Identifikasi Variabel Penelitian, (C). Definisi

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai (A) Tipe Penelitian (B). Identifikasi Variabel Penelitian, (C). Definisi BAB III METODE PENELITIAN Pembahasan pada bagian metode penelitian ini akan menguraikan mengenai (A) Tipe Penelitian (B). Identifikasi Variabel Penelitian, (C). Definisi Operasional Penelitian, (D). Subjek

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian yang telah dijelaskan di atas, maka penelitian ini dapat diklasifikasikan ke dalam penelitian kuantitatif.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan 33 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan pendekatan studi korelasional yaitu penelitian yang melakukan penelitian hipotesis untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian yang Digunakan Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode kuantitatif, yaitu metode yang menekankan analisis pada data-data numerikal (angka)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kuantitatif. Metode penelitian menurut Sugiyono (2009),

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kuantitatif. Metode penelitian menurut Sugiyono (2009), BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tipe Penelitian Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif. Metode penelitian menurut Sugiyono (2009), metode penelitian kuantitatif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini menggunakan tekhnik korelasional yang bertujuan untuk mencari

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini menggunakan tekhnik korelasional yang bertujuan untuk mencari 30 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan bentuk pendekatan penelitian kuantitatif yang menekankan pada analisis data numerikal yang diolah dengan metode statistika. Penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini mengunakan metode penelitian kuantitatif sebagai upaya

METODE PENELITIAN. Penelitian ini mengunakan metode penelitian kuantitatif sebagai upaya BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini mengunakan metode penelitian kuantitatif sebagai upaya untuk mengetahui hubungan antar dua variabel penelitian. Penelitian kuantitatif lebih

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. hubungan antara dua atau beberapa variabel. Teknik korelasional memungkinkan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. hubungan antara dua atau beberapa variabel. Teknik korelasional memungkinkan 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan teknik korelasional. Penelitian dengan teknik korelasional merupakan penelitian untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Metode korelasional yaitu suatu cara untuk menemukan hubungan antara variabel-variabel

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hubungan serta berarti atau tidaknya hubungan itu.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hubungan serta berarti atau tidaknya hubungan itu. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian korelasional. Menurut Arikunto, (2003) Penelitian korelasi bertujuan untuk menemukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini termasuk dalam penelitian korelasional yang meneliti

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini termasuk dalam penelitian korelasional yang meneliti BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian korelasional yang meneliti hubungan antara persepsi tentang tata ruang kerja ( layout) (X) dengan kepuasan kerja

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian yang Digunakan Metode penelitian merupakan salah satu unsur yang penting dalam suatu penelitian ilmiah dan keberhasilan suatu penelitian tergantung pada ketepatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. maka penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. maka penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui ada tidaknya hubungan antara attachment (X) dengan cinta pada individu dewasa yang telah menikah (Y), maka penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. menekankan analisis pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. menekankan analisis pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan 24 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif yang menekankan analisis pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metoda statistika.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini variabel-variabel yang diteliti yaitu gaya

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini variabel-variabel yang diteliti yaitu gaya 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitain Dalam penelitian ini variabel-variabel yang diteliti yaitu gaya kepemimpinan dan motivasi kerja. Untuk kepentingan penelitian ini, maka gaya kepemimpinan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan suatu bentuk penelitian menggunakan tekhnik korelasional. Penelitian ini bertujuan meneliti sejauh mana variasi pada satu variabel

Lebih terperinci

PENGARUH KONFORMITAS DAN HARGA DIRI TERHADAP KECENDERUNGAN MENJADI KORBAN KEKERASAN (BULLYING VICTIM) PADA REMAJA

PENGARUH KONFORMITAS DAN HARGA DIRI TERHADAP KECENDERUNGAN MENJADI KORBAN KEKERASAN (BULLYING VICTIM) PADA REMAJA PENGARUH KONFORMITAS DAN HARGA DIRI TERHADAP KECENDERUNGAN MENJADI KORBAN KEKERASAN (BULLYING VICTIM) PADA REMAJA NUR IKHSANIFA Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda INTISARI Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian korelasional. Arikunto (2003) mengemukakan bahwa penelitian korelasional bertujuan untuk menemukan ada tidaknya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. numerikal (angka) yang diolah dengan metoda statistika.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. numerikal (angka) yang diolah dengan metoda statistika. 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada datadata numerikal (angka) yang diolah dengan metoda statistika. Penelitian ini merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Pada penelitian ini penulis ingin mengetahui ada tidaknya hubungan antara

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Pada penelitian ini penulis ingin mengetahui ada tidaknya hubungan antara BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Pada penelitian ini penulis ingin mengetahui ada tidaknya hubungan antara kemandirian (X) dengan motivasi bekerja pada mahasiswa (Y), maka penelitian yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kelompok atau signifikansi hubungan yang diteliti. Bila dipandang dari

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kelompok atau signifikansi hubungan yang diteliti. Bila dipandang dari BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah kuantitatif, yaitu suatu penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerical (angka) yang diolah dengan metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 24 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah salah satu unsure penting dalam suatu pendekatan ilmiah, karena ketepatan metode yang digunakan untuk memecahkan masalah yang ada akan menentukan hasil

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dengan teknik korelasional merupakan penelitian menyelidiki sejauhmana

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dengan teknik korelasional merupakan penelitian menyelidiki sejauhmana BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik korelasional. Penelitian dengan teknik korelasional merupakan penelitian menyelidiki sejauhmana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan pendekatan korelasional. Penelitian dengan teknik korelasional adalah penelitian yang bertujuan

Lebih terperinci