individu dengan mengabaikan konteks sosial dan budaya. Sedangkan Vygotsky sangat memperhatikan aspek sosial dalam belajar. Vygotsky percaya bahwa
|
|
- Handoko Susman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 A. Dasar Dasar Teori Vygotsky Terdapat perbedaan cara memandang proses perkembangan mental anak dari Piaget dan Vygotsky. Piaget menekankan pada perkembangan intelektual individu dengan mengabaikan konteks sosial dan budaya. Sedangkan Vygotsky sangat memperhatikan aspek sosial dalam belajar. Vygotsky percaya bahwa interaksi sosial dengan orang yang ada di sekitar anak akan membangun ide baru dan mempercepat perkembangan intelektual (Arend, 2004: 397). Berbeda dengan yang dikembangkan Piaget dalam konstruktivisme radikalnya, teori yang dikembangkan oleh Vygotsky tersebut disebut konstrutivisme sosial. Secara umum, teori Vygotsky berfokus pada interaksi sosial pada tiga faktor, yakni budaya (culture), bahasa (language), dan zone of proximal development (Oakley, 2004: 38). Dalam penelitiannya, Vygotsky lebih memfokuskan perhatian pada hubungan dialektika antara individu dan masyarakat, dimana interaksi sosial dapat mempengaruhi hasil belajar (Suparno, 1997: 45). Perbedaan teori Piaget dan teori Vygotsky dapat dilihat pada tabel dalam Lampiran 1. Damon (1984), Murray (1982), dan Wadsorth (1984) adalah penganut paham konstruktivisme. Mereka berpendapat bahwa dengan adanya interaksi antar siswa maka kemampuan siswa itu sendiri akan berkembang. Siswa akan belajar dari siswa yang lain, karena ketika mereka mendiskusikan materi (contents), akan muncul konflik kognitif, penalaran yang tidak tepat akan terlihat, dan pemahaman yang berkualitas akan terbentuk (Slavin, Robert E, 1990, p.18). Thousand, Jacqueline S. dkk. (1994: 7) mengemukak an bahwa dalam pengajaran yang menekankan terjadinya interaksi antar siswa, guru mengijinkan
2 siswa untuk berdiskusi dengan siswa lain dalam mengerjakan tugas. Bahkan mereka juga diperbolehkan meniru cara pengerjaan yang dilakukan oleh siswa lain. Menurut Vygotsky (1987) selama berinteraksi di kelas siswa dapat mengembangkan konsep ilmiahnya melalui proses pembelajaran itu sendiri. Sedangkan konsep spontan diperoleh siswa dari kehidupan sehari-hari. Namun Vygotsky tidak menjelaskan secara rinci peranan konsep spontan dalam pembentukan konsep ilmiah atau sebaliknya. Dalam interaksi sosial anak dengan orang yang lebih pintar atau trampil, anak ditantang untuk mengerti konsep ilmiah dan mengembangkan konsep spontan mereka (Suparno, 1997: 45). Proses ini disebut dengan proses konsultasi. Melengkapi teori Vygotsky dalam hal konstruksi sosial yang terjadi pada interaksi antar individu yang setingkat, Gravemeijer (1991, p.68) menyatakan jika interaksi itu terjadi dengan orang lain yang setara maka konstruksi pengetahuan itu sendiri dapat terjadi melalui proses negosiasi. Kemudian melalui proses konsultasi dan negosiasi anak akan menyesuaikan diri dengan berbagai ragam konstruksi. Berdasarkan tiga faktor interaksi sosial dari Vygotsky (yakni budaya, bahasa, dan ZPD), Slavin (1997) menurunkan empat prinsip yang dapat dilakukan dalam pembelajaran di kelas yang meliputi pembelajaran kooperatif, pemagangan kognitif (Cognitive Apprenticeschip), ZPD, dan scaffolding (Rahmah Johar, 2001). Oakley (2004) menyebut pemagangan kognitif dengan istilah expert others. Pembelajaran kooperatif menekankan pada hakekat sosial dari pembelajaran dimana siswa dihadapkan pada proses berpikir teman sebayanya dengan harapan siswa lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep
3 yang sulit jika mereka saling mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya (Slavin, 1995). Proses diskusi antar siswa tersebut ada dua bentuk yakni tutor sebaya atau kolaborasi. Penelitian dari Forman dan Cazden (1985) mencoba memanfaatkan siswa menjadi sumber belajar. Dalam penelitian tersebut, kemampuan anak dalam pemecahan masalah tumbuh apabila guru memberikan kesempatan kepada para siswa untuk berkolaborasi dengan siswa yang lainnya manakala ia menghadapi beberapa masalah dalam pembelajaran (Thousand, J.S. 1994, p. 9). Bentuk tutor sebaya dalam pembelajaran kooperatif berkaitan erat dengan konsep pemagangan berikut. Pemagangan kognitif (Cognitive Apprenticeschip) adalah suatu proses dimana seseorang yang belajar secara bertahap demi setahap memperoleh keahlian dalam interaksinya dengan seorang pakar, pakar itu bisa orang dewasa atau orang lain yang lebih tua atau kawan sebaya yang telah menguasai permasalahannya (Rahmah Johar, 2001). Pemagangan kognitif tersebut tidak terbatas magang pada orang, namun bisa juga magang pada komputer. Dalam hal ini komputer dianggap sebagai sesuatu di luar siswa yang lebih pintar dari siswa tersebut. Hippisley (2001) telah meneliti tentang belajar individu yang dilengkapi tutorial komputer (Oakley, 2004, p. 44). Dalam penelitian tersebut, siswa diminta menyelesaikan tes komputer hingga ia tidak mampu mengerjakannya sendiri kemudian ia beralih ke tutorial yang menuntunnya menyesaikan masalah tersebut. Komputer mencatat tipe bantuan dan berapa banyak bantuan yang diberikan. Ternyata siswa dapat mengerjakan soal sesuai dengan tingkat kemampuannya tetapi ia memerlukan
4 tuntunan manakala memerlukan. Bantuan yang diperlukan siswa dapat terjadi pada tahap awal, tengah, atau pada akhir proses belajar. Teori Vygotsky yang paling terkenal adalah Zone of Proximal Development (ZPD). Dalam bukunya Vygotsky (1978, p. 86) mendefinisikan ZPD dengan the zone of proximal development. is the distance between the actual developmental level as determined by independent problem solving and the level of potential development as determined through problem solving under adult guidance or in collaboration with more capable peers. Arend (2004, p. 397) mengartikan yang dimaksud dengan adult dan capable peer dalam definisi di atas sebagai bantuan dari orang lain seperti guru, orang tua, ada teman yang lebih pintar. Sedangkan Oakley (2004, p.41) mengistilahkannya dengan experienced others dan juga expert others. Vygotsky menekankan pada bantuan yang terjadi terkait kejadian interaksi antar manusia. Namun dalam pembelajaran ada juga bantuan dari selain manusia. Oakley (2004, p.44-45) secara implisit menyebutkan bahwa bantuan tersebut dapat dilakukan oleh selain manusia yakni oleh komputer. Bahkan menurut Ruseffendi (2006) tentang pengajaran individual, bantuan tersebut dapat diperoleh siswa melalu modul atau peralatan audio visual. Level pengembangan aktual ( actual development) dicapai siswa bilamana ia belajar sendiri tanpa bantuan orang lain dalam menyelesaikan masalah. Namun capaian tersebut akan meningkat mencapai level pengembangan potensial (potensial development) bila ketika siswa belajar ia mendapat bantuan orang lain. Area antara level pengembangan aktual dengan level pengembangan potensial
5 disebut dengan ZPD ( zone of proximal development). Ilustrasi konsep ZPD disajikan dalam gambar berikut. Zone of Proximal Level of Potential Level of Actual Current Area yang diarsir menggambarkan daerah perkembangan yang diperoleh seseorang apabila belajar sendiri tanpa bantuan orang lain. Sehingga area ini merepresentasikan konsep konstuktivisme dari Piaget. ZPD setiap individu selalu berkembang namun tentu perkembangan tersebut ada keterbatasaannya. Hal yang menarik kemudian adalah mengkaji peristiwa perkembangan ZPD yang terjadi. Apakah areanya semakin lama semakin kecil, artinya semakin tua semakin pelan, atau bagaimana. Hal lain yang perlu dikritisi adalah bahwa ZPD bersifat individual sehingga di dalam kelas akan terdapat ZPD yang bervariasi. Scaffolding dapat dimaknai dengan dukungan dinamis. Gagasan scaffolding sebenarnya bukan berasal dari Vygotsky namun dari Bruner. Bruner mengembangkan secara lebih lanjut gagasan yang dikemukakan oleh Vygotsky. Hasil pengembangan oleh Brunner dapat dilihat pada Lampiran 2. Brunner menganjurkan bahwa orang yang lebih pandai menyediakan scaffolding dalam memberi bantuan agar orang yang belajar dapat mencapai level of potential development. Misalkan guru menyiapkan kerangka kerja atau scaffold sementara siswa mengembangkan ilmunya. Pada waktu permulaan guru memberi banyak
6 saran-saran dan tuntunan. Bantuan ini semakin berkurang seiring dengan bertambahnya pengetahuan siswa (Oakley, 2004, p. 42). Thousand, J.S. (1994, p. 9) menuliskan bahwa bantuan dari guru terhadap siswa dalam mengerjakan soal atau dalam menyelesaikan tugas sekolah lainnya akan menghemat waktu belajar siswa. Namun demikian menurut Oakley (2004), pemberian bantuan oleh guru melalui scaffolding yang disarankan oleh Vygotsky memakan waktu dan kurang tepat dalam sistem pendidikan sekarang, khususnya dalam kelas besar dan guru yang kurang profesional. B. Penggunaan Teori Vygotsky dalam Pembelajaran Matematika Bantuan seorang yang lebih dewasa atau yang lebih kompeten dengan maksud agar si anak mampu untuk mengerjakan tugas-tugas atau soal-soal yang lebih tinggi tingkat kerumitannya daripada tingkat perkembangan kognitif yang aktual dari anak yang bersangkutan disebut dukungan dinamis atau scaffolding. Scaffolding berarti memberikan sejumlah bantuan kepada siswa selama tahaptahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan tersebut dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia dapat melakukannya ( Anonim, 2004, p ). Dalam scaffolding, siswa diberi tugas yang kompleks, sulit, dan realistik dan kemudian diberi bantuan. Sejalan dengan scaffolding, Gravemeijer (1994:90-91) mengemukakan gagasan guided reinvention yang merupakan salah satu dari ketiga prinsip dalam RME ( Realistic Mathematics Education). Dalam konsep guided reinvention
7 (penemuan kembali terbimbing), yang dimaksud dengan prinsip reinvention adalah siswa diberi kesempatan untuk mengalami proses yang serupa dengan proses ditemukannya matematika. Sehingga para siswa akan mengalami proses matematisasi ( mathematizing). Dalam proses matematiasai siswa melakukannya tahap demi tahap. Bermula dari masalah situasional, siswa melakukan aktivitas referensial untuk mendapatkan hal-hal yang general guna merumuskannya dalam bentuk matematika formal (Gravemeijer, 1994: p. 102). Gagasan Gravemeijer tentang perkembangan kemampuan matematisasi siswa sejalan dengan yang dikemukan oleh Vykotsky dalam proses pemahaman suatu konsep seperti gambar di bawah (Oakley, 2004, p. 43). Penjelasan pengertian tiap-tiap tahap dapat dilihat pada Lampiran 3. Tahap kematangan Tahap potensi konsep Tahap kompleks Tahap gagasan samar Contoh kecil penggunaan teori Vygotsy dalam pembelajaran matematika adalah sebagai berikut. Prinsip pertama adalah pemberian masalah harus menantang namun tetap berada di dalam ZPD-nya. Misalkan tujuan akhirnya adalah siswa SMA kelas I dapat memahami jarak titik ke bidang, masalah yang sulit tersebut dapat dipermudah dengan memanfaatkan kubus. Misalkan siswa diminta menentukan jarak antara titik G ke bidang BCGH pada kubus ABCD.EFGH. Slavin (1990, p.18) menuliskan hasil penelitian Kuhn (1972) yakni
8 ZPD yang lebih kecil lebih kondusif bagi siswa. Mempermudah problem merupakan salah satu cara memperkecil ZPD. Masalah jarak titik ke garis yang merupakan masalah dalam matematika formal sehingga dalam pembelajarannya perlu disediakan tahap-tahap bantuan melalui pemberian scaffolding. Bantuan pertama dapat diberikan oleh guru dengan memberikan pertanyaan penuntun seperti berikut, (a) pertanyan tentang jarak dua titik, (b) p ertanyaan tentang jarak beda ke garis, (c) p ertanyaan jarak titik ke bidang. Dalam proses pembelajaran tersebut siswa melakukannya secara kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya kolaboratif dan tutor sebaya. Oakley (2004, p. 45) merangkum dua penelitian tentang keuntungan tutor sebaya, yakni meningkatkan percaya diri ( self-esteem and self-confidence) siswa dan berpengaruh positif terhadap hasil belajar. Selain itu pertanyaan di atas dapat memunculkan situasi konflik pada para siswa. Menurut penelitian Rahmah Djohar (2001), situasi konflik dapat meningkatkan konsepsi siswa dari 36% menjadi 80,3%. Daftar Pustaka Anonim Teori Belajar: MTK-24. Dalam Materi Pelatihan Terintegrasi: Matematika Buku 3. Jakarta: Depdiknas, Dirjen PDM, Direktorat PLP. Arends, Richard I Learning to Teach. 6 th Edition. Boston: Mc Graw Hill.
9 Asri Budiningsih, C Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta Forgaty, Robin Problem-Based Learning and Other Curriculum Models for the Multiple Intelegences Classroom. Melbourne: Hawker Brownlow Education. Gravemeijer, K.P.E An Instruction-theoretical reflection on the use of manipulatives. Dalam Realistic Mathematics Education in Primary School: On occasion of the opening of the Freudenthal Institute. Editor: Leen Streefland. Utrecht: CD β Press. Gravemeijer, Koeno Developing Realistic Mathematics Education. Utrecht: CD β Press. Oakley, Lisa Cognitive Development.London: Routledge-Taylor & Francis Group. Rahmah Johar Konstruktivisme atau Realistik?. Makalah dalam Seminar Nasional Realistics Mathematics Education (RME), 24 Februari FMIPA Universitas Negeri Surabaya. Russeffendi, E.T Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya Dalam Pengajaran Matematika Untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Penerbit Tarsito. Slavin, Robert E Cooperative Learning: Theory, Research, and Practice. 2 nd Edition. Boston: Allyn and Bacon. Suparno, Paul Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
10 Thousand, Jacqueline S. dkk Creativity and Collaborative Learning: A Practical Guide to Empowering Students and Teachers. London: Paul H. Brookes Publishing Co. Vygotsky, L.S Mind in Society: The Development of Higher Psychological Processes. Editor: Michael Cole, Vera John-Steiner, Sylvia Scribner, Ellen Souberman. Cambrigde, Massachusetts: Havard University Press. Perbandingan teori Piaget dan Vygotsky Sumber: Oakley (2004, 52) LAMPIRAN 1 TEORI PIAGET TEORI VYGOTSKY Keduanya setuju bahwa siswa adalah individu yang aktif belajar. Perkembangan berfikir dalam tahap pengenalan bergantung pada kematangan alami Peran guru penting namun peran individu yang lebih mampu selain guru bukan merupakan konsep utama dalam Perkembangan berfikir bergantung pada bahasa dan budaya. Peranan individu lain yang lebih mampu merupakan bagian yang fundamental dalam perkembangan
11 teori ini. Kesiapan merupakan konsep utama dalam pendidikan. Siswa perlu siap secara kognitif untuk meningkatkan belajarnya. Teori Piaget tidak mengenal konsep Scaffolding. Teori ini sangat berpengaruh dalam pendidikan. Namun kemampuan anak untuk mengembangkan strategi sendiri masih menjadi perdebatan. kognitif siswa. Siswa perlu didorong untuk berkembang melalui ZPD-nya. Siswa tidak harus siap untuk meningkat tetapi ia diberi kesempatan menyelesaikan masalah di atas tingkat kemampuannya tetapi masih di dalam ZPD-nya. Scaffolding merupakan konsep utama dalam teori ini. Sekarang, teori ini sangat berpengaruh dalam pendidikan. LAMPIRAN 2 TAHAPAN-TAHAPAN SCAFFOLDING MENURUT BRUNER Sumber: Oakley (2004, p. 50) TAHAP Pelibatan Reduksi Perawatan DESKRIPSI Guru menarik perhatian siswa, membuat siswa aktif, dan mendorong siswa untuk berusaha. Guru membuat tugas yang kompleks menjadi sederhana dengan mengurangi beberapa unsurnya sehingga siswa mampu menyadari sendiri bilamana ia telah selesai mengerjakannya. Guru mempertahankan motivasi anak. Pertama ia mendorong
12 (maintenance) siswa kemudian problem itu sendiri menarik untuk diselesaikan. Pemberian tanda Guru memberikan/menandai tugas-tugas yang relevan. Ini memungkinkan siswa untuk membandingkan pekerjaannya dengan jawaban yang benar dan mencari dimana kesalahannya. Demonstrasi Guru memberi contoh beberapa cara mengerjakan. Kemudian siswa menirunya. LAMPIRAN 3 MODEL PEMBENTUKAN KONSEP DARI VYGOTSKY Tahap kematangan konsep Tahap potensi konsep Tahap kompleks Tahap gagasan samar Sumber: Oakly (2004, p. 43).
13 1. Tahap gagasan samar ( vague syncretics stage), siswa mempunyai potensi yang besar untuk melakukan coba-coba. 2. Tahap kompleks ( complexes stage), siswa menggunakan berbagai strategi yang tepat namun belum mampu mengidentifikasi ciri (attribute) utamanya. 3. Tahap potensi konsep ( potential concept stage), siswa baru mampu mengidentifikasi satu ciri dalam satu waktu. 4. Tahap kematangan konsep ( mature concept stage), siswa mampu memproses beberapa ciri berbeda dalam satu waktu.
PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR)
PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR) Oleh : Iis Holisin Dosen FKIP UMSurabaya ABSTRAK Objek yang ada dalam matermatika bersifat abstrak. Karena sifatnya yang abstrak, tidak jarang guru maupun siswa
Lebih terperinciPENANAMAN NORMA-NORMA SOSIAL MELALUI INTERAKSI SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN PMRI DI SEKOLAH DASAR
PENANAMAN NORMA-NORMA SOSIAL MELALUI INTERAKSI SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN PMRI DI SEKOLAH DASAR Rini Setianingsih Jurusan Matematika, FMIPA, Unesa ABSTRAK. Salah satu pendekatan
Lebih terperinciPEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN TEORI KONSTRUKTIVISME SOSIAL (VYGOTSKY)
PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN TEORI KONSTRUKTIVISME SOSIAL (VYGOTSKY) A. Profil Singkat Vygotsky Nama lengkapnya adalah Lev Semyonovich Vygotsky. Ia dilahirkan di salah satu kota Tsarist, Russia,
Lebih terperinciPerkuliahan Kolaboratif Berbasis Masalah Untuk Mahasiswa Calon Guru Matematika: Sebuah Ilustrasi
Perkuliahan Kolaboratif Berbasis Masalah Untuk Mahasiswa Calon Guru Matematika: Sebuah Ilustrasi Oleh Jurusan Pendidikan Matematika, FMIPA UNY dj_bondan@yahoo.com Abstrak Strategi perkuliahan kolaboratif
Lebih terperinciStrategi Pembelajaran Kolaboratif Berbasis Masalah. Oleh Djamilah Bondan Widjajanti Jurusan Pendidikan Matematika, FMIPA UNY
Strategi Pembelajaran Kolaboratif Berbasis Masalah Oleh Djamilah Bondan Widjajanti Jurusan Pendidikan Matematika, FMIPA UNY Dj_bondan@yahoo.com Abstrak Guru atau dosen berkewajiban untuk menjamin hak setiap
Lebih terperinciPENERAPAN TEORI BELAJAR VYGOTSKY DALAM INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR
PENERAPAN TEORI BELAJAR VYGOTSKY DALAM INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR Pendahuluan Perkembangan manusia adalah sesuatu yang tidak terpisahkan dari kegiatankegiatan sosial dan budaya, yang merupakan suatu proses-proses
Lebih terperinciTEORI VYGOTSKY DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN MATEMATIKA
TEORI VYGOTSKY DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN MATEMATIKA Rudi Santoso Yohanes Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Katolik Widya Mandala Madiun ABSTRACT Vygotsky was born in Orsha,
Lebih terperinciTEORI VYGOTSKY DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN MATEMATIKA
127 TEORI VYGOTSKY DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN MATEMATIKA Rudi Santoso Yohanes Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Katolik Widya Mandala Madiun ABSTRACT Vygotsky was born in
Lebih terperinciIMPLEMENTASI SCAFFOLDING UNTUK MENGATASI KESALAHAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH LINGKARAN
IMPLEMENTASI SCAFFOLDING UNTUK MENGATASI KESALAHAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH LINGKARAN Abstrak: Kemampuan pemecahan masalah merupakan hal penting yang harus dilatihkan kepada siswa. Lev Semyonovich
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIS
BAB II KAJIAN TEORITIS A. Pembelajaran Matematika Realistik a. Pengertian matematika realistik Pembelajaran matematika realistik atau Realistic Mathematics Education (RME) adalah sebuah pendekatan pembelajaran
Lebih terperinciHarum Yeni Rachmah 1, Nanang Supriadi 2, Sri Purwanti Nasution 3 UIN Raden Intan, ABSTRAK
PENGARUH MODELS ELICITING ACTIVITIES DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENGGUNAKAN METODE SCAFFOLDING TERHADAP SELF DIRECTED LEARNING PESERTA DIDIK KELAS VII Harum Yeni Rachmah 1, Nanang Supriadi 2,
Lebih terperinciTeori Lev Vygotsky. Sejarah Hidup, Konsep Sosio Kultural, Perkembangan Bahasa, ZPD, Scaffolding dan Aplikasi Teori. Fitriani, S. Psi., MA.
Teori Lev Vygotsky Modul ke: 09 Wahidah Fakultas PSIKOLOGI Sejarah Hidup, Konsep Sosio Kultural, Perkembangan Bahasa, ZPD, Scaffolding dan Aplikasi Teori Fitriani, S. Psi., MA. Program Studi PSIKOLOGI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemampuan siswa dalam berfikir secara matematika (think mathematically).
BAB I PENDAHULUAN Sasaran pembelajaran matematika, di antaranya adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam berfikir secara matematika (think mathematically). Pengembangan kemampuan ini sangat diperlukan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Representasi Matematis Menurut NCTM (2000) kemampuan representasi matematis yaitu kemampuan menyatakan ide-ide matematis dalam bentuk gambar, grafik, tulisan atau simbol-simbol
Lebih terperinciBagaimana Cara Guru Matematika Memfasilitasi Siswanya agar dapat Membangun Sendiri Pengetahuan Mereka?
Bagaimana Cara Guru Matematika Memfasilitasi Siswanya agar dapat Membangun Sendiri Pengetahuan Mereka? Fadjar Shadiq, M.App.Sc WI PPPPTK Matematika (fadjar_pg@yahoo.com & www.fadjarpg.wordpress.com) Latar
Lebih terperinciSIKLUS KEDUA PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT DI KELAS IV SEKOLAH DASAR DENGAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK
SIKLUS KEDUA PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT DI KELAS IV SEKOLAH DASAR DENGAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK Hongki Julie, St. Suwarsono, dan Dwi Juniati Staf pengajar di Universitas Sanata Dharma,
Lebih terperinciVol. III No Mei Oleh Sudirman ABSTRAK
Vol. III No. 19 - Mei 2015 Pembelajaran Geometri Bidang dan Ruang Melalui Pemberian Tugas Struktur Berbasis Konstruktivisme dalam Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Mahasiswa Oleh Sudirman ABSTRAK
Lebih terperinciLEARNING FROM TEACHERS AND STUDENTS IN LESSON STUDY ACTIVITIES. Elly Arliani & Djamilah Bondan Widjajanti
LEARNING FROM TEACHERS AND STUDENTS IN LESSON STUDY ACTIVITIES Elly Arliani & Djamilah Bondan Widjajanti Mathematics Education Department, Mathematics & Natural Science Faculty, Yogyakarta State University
Lebih terperinciMENGEMBANGKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PERKULIAHAN KOLABORATIF BERBASIS MASALAH.
MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PERKULIAHAN KOLABORATIF BERBASIS MASALAH Oleh Djamilah Bondan Widjajanti Jurusan Pendidikan Matematika, FMIPA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan program pendidikan bermula pada proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan peserta didik. Proses pembelajaran yang dilakukan adalah guru mendorong
Lebih terperinciTEORI BELAJAR SOSIAL. Bahan Bacaan: Teori Belajar Sosial. A. Teori Belajar Sosial
TEORI BELAJAR SOSIAL A. Teori Belajar Sosial Teori belajar sosial (sosial learning theory) adalah sebuah teori belajar yang relatif masih baru dibandingkan dengan teori-teori belajar lainnya. Teori Pembelajaran
Lebih terperinciVygotskian Perspective: Proses Scaffolding untuk mencapai Zone of Proximal Development (ZPD) Peserta Didik dalam Pembelajaran Matematika
Vygotskian Perspective: Proses Scaffolding untuk mencapai Zone of Proximal Development (ZPD) Peserta Didik dalam Pembelajaran Matematika Oleh : Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Semarang e-mail
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Belajar yang Melandasi Problem Based Learning
11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Teori Belajar yang Melandasi Problem Based Learning Teori yang melandasi Problem Based Learning adalah teori Vygotsky, Bruner dan Dewey. Teori Vgostky menjelaskan
Lebih terperinciPEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK
PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK MANGARATUA M. SIMANJORANG Abstrak Konstruktivis memandang bahwa siswa harusnya diberi kebebasan dalam membangun sendiri pengetahuannya. Salah satu pendekatan pembelajaran
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Belajar Matematika Para ahli _naeaclefinisikan tentang matematika antara lain; Matematika adalah bagian pengetahuan manusia tentang bilangan dan kalkulasi (Sujono, 1988);
Lebih terperinciPEMBELAJARAN PENGURANGAN PECAHAN MELALUI PENDEKATAN REALISTIK DI KELAS V SEKOLAH DASAR
PEMBELAJARAN PENGURANGAN PECAHAN MELALUI PENDEKATAN REALISTIK DI KELAS V SEKOLAH DASAR Martianty Nalole Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo Abstract : Study of reduction through approach
Lebih terperinciEFFECTIVENESS OF JIGSAW COOPERATIVE LEARNING MODEL ON CLASS X MATHEMATICS LEARNING IN SMA NEGERI 1 MAKASSAR
EFFECTIVENESS OF JIGSAW COOPERATIVE LEARNING MODEL ON CLASS X MATHEMATICS LEARNING IN SMA NEGERI 1 MAKASSAR Muhammad Basri1) SMA Negeri 1 Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia 1 ABSTRACT The effectiveness
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dianggap sukar bagi sebagian besar siswa yang mempelajari matematika. dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Carl Frederick Gauss menyatakan bahwa matematika adalah ratunya ilmu pengetahuan. Kalimat tersebut seperti bermakna bahwa matematika layaknya seorang ratu yang
Lebih terperinci2014 PENERAPAN PENDEKATAN COLLABORATIVE PROBLEM SOLVING DALAMPEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUANKONEKSI MATEMATIS SISWA SMP
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika sebagai salah satu ilmu pengetahuan eksakta sangat berperan penting dalam kehidupan umat manusia, matematika juga digunakan dalam berbagai bidang
Lebih terperinciP 9 Pembelajaran Matematika Realistik Pada Materi Persamaan Linear Satu Variabel Di SMP Kelas Vii
P 9 Pembelajaran Matematika Realistik Pada Materi Persamaan Linear Satu Variabel Di SMP Kelas Vii Dian Septi Nur Afifah STKIP PGRI Sidoarjo email de4nz_c@yahoo.com ABSTRAK Objek matematika merupakan sesuatu
Lebih terperinciEFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENERAPKAN PROBLEM BASED LEARNING PADA SISWA SMPN 4 PALOPO
Jurnal Dinamika, April 2012, halaman 32-39 ISSN 2087-7889 Vol. 03. No. 1 EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENERAPKAN PROBLEM BASED LEARNING PADA SISWA SMPN 4 PALOPO Fitriani Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciInfinityJurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 2, No.1, Februari 2013
InfinityJurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol, No., Februari 0 PENDEKATAN ICEBERG DALAM PEMBELAJARAN PEMBAGIAN PECAHAN DI SEKOLAH DASAR Oleh: Saleh Haji Program Pascasarjana
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PADA PEMBELAJARAN SEJARAH. Yusni Pakaya Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PADA PEMBELAJARAN SEJARAH Yusni Pakaya Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo Abstrak : Untuk meningkatkan mutu pendidikan dan pembelajaran sejarah di
Lebih terperinciKURIKULUM MATEMATIKA TAHUN 1984 DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK. Tatang Herman
KURIKULUM MATEMATIKA TAHUN 1984 DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK Tatang Herman 1. Pendahuluan Sejak Indonesia merdeka telah terjadi beberapa perubahan atau penyempurnaan kurikulum pendidikan formal
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PERANGKAT PENGAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN PMR BERBANTUAN CD INTERAKTIF PADA MATERI PERSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL KELAS VII
ISSN 2502-5872 M A T H L I N E PENGEMBANGAN PERANGKAT PENGAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN PMR BERBANTUAN CD INTERAKTIF PADA MATERI PERSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL KELAS VII Ikin Zaenal Mutaqin SMP Negeri
Lebih terperinciMemfasilitasi Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematis Siswa dengan Pendekatan Matematika Realistik
SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015 Memfasilitasi Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematis Siswa dengan Pendekatan Matematika Realistik PM - 128 Fitria Habsah Program Pascasarjana,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. SWT. Seperti firman-nya dalam surah Al-Jin ayat 28: Artinya: Supaya dia mengetahui, bahwa Sesungguhnya rasul-rasul itu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika memiliki peran penting dalam kehidupan kita, termasuk segala hal yang ada di bumi ini telah diperhitungkan dengan teliti oleh Allah SWT. Seperti
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Kelompok Menurut Thomas (dalam Bell, 1978), pembelajaran metode proyek merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. atau menangkap segala perisitiwa disekitarnya. Dalam kamus bahasa Indonesia. kesanggupan kecakapan, atau kekuatan berusaha.
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Kemampuan Komunikasi Matematika 2.1.1.1 Kemampuan Kemampuan secara umum diasumsikan sebagai kesanggupan untuk melakukan atau menggerakkan segala potensi yang
Lebih terperinciDIAGNOSIS KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL SERTA UPAYA MENGATASINYA MENGGUNAKAN SCAFFOLDING
DIAGNOSIS KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL SERTA UPAYA MENGATASINYA MENGGUNAKAN SCAFFOLDING Budi Santoso, Toto Nusantara, dan Subanji E-mail:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan mata pelajaran yang wajib dipelajari siswa sejak
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan mata pelajaran yang wajib dipelajari siswa sejak bangku sekolah dasar. Pentingnya akan pelajaran matematika membuat matematika menjadi
Lebih terperinciSCAFFOLDING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA 5
ISSN 2442-3041 Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 1, No.1, Januari - April 2015 STKIP PGRI Banjarmasin SCAFFOLDING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA 5 Zahra Chairani STKIP PGRI Banjarmasin. E-mail:
Lebih terperinciPENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK PESERTA DIDIK
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK PESERTA DIDIK (Penelitian terhadap Peserta Didik Kelas X SMKN 1 Maja Majalengka Tahun Pelajaran
Lebih terperinciKAJIAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN PADA TEORI BELAJAR DARI BRUNER, APOS, TERAPI GESTALT, DAN RME
KAJIAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN PADA TEORI BELAJAR DARI BRUNER, APOS, TERAPI GESTALT, DAN RME 1. Teori Belajar dari Bruner Menurut Bruner (dalam Ruseffendi, 1988), terdapat empat dalil yang
Lebih terperinciINTERAKSI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PMRI. Makalah dipresentasikan pada. Pelatihan PMRI untuk Guru-Guru SD di Kecamatan Depok dalam rangka
INTERAKSI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PMRI Makalah dipresentasikan pada Pelatihan PMRI untuk Guru-Guru SD di Kecamatan Depok dalam rangka Pengabdian Pada Masyarakat Pada tanggal 14 15 Agustus 2009 di FMIPA
Lebih terperinciUPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN PMRI PADA SISWA KELAS VII SMP MAARIF 5 PONOROGO
UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN PMRI PADA SISWA KELAS VII SMP MAARIF 5 PONOROGO Uki Suhendar Dosen Prodi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Ponorogo uki.suhendar@yahoo.com
Lebih terperinciIMPLIKASI PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA BAGI SISWA SEKOLAH DASAR
IMPLIKASI PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA BAGI SISWA SEKOLAH DASAR Daswarman Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta das_warman@yahoo.com Abstract Mathematics
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Handayani Eka Putri, 2015
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat proses pembelajaran matematika berlangsung, sebenarnya siswa tidak hanya dituntut untuk mendapatkan informasi serta menghapal berbagai aturanaturan, rumus-rumus,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diperlukan di era globalisasi seperti saat ini. Pemikiran tersebut dapat dicapai
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Sumber daya manusia yang mempunyai pemikiran kritis, kreatif, logis, dan sistematis serta mempunyai kemampuan bekerjasama secara efektif sangat diperlukan di
Lebih terperinciPEMBELAJARAN KOOPERATIF
1 PEMBELAJARAN KOOPERATIF Karakteristik Pembelajaran kooperatif telah dikembangkan secara intensif melalui berbagai penelitian, tujuannya untuk meningkatkan kerjasama akademik antar mahasiswa, membentuk
Lebih terperinciPENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) DAN RELEVANSINYA DENGAN KTSP 1. Oleh: Rahmah Johar 2
PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) DAN RELEVANSINYA DENGAN KTSP 1 Oleh: Rahmah Johar 2 PENDAHULUAN Di dalam latar belakang dokumen Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk mata pelajaran
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada siswa kelas VII SMP Negeri
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada siswa kelas VII SMP Negeri 2 Wonomulyo, dapat ditarik kesimpulan: 1. Karakteristik perangkat pembelajaran: - Karakteristik RPP
Lebih terperinciKETUNTASAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) PADA MATERI PERKALIAN
Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA Februari 2013 VOL. XIII, NO. 2, 212-222 KETUNTASAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) PADA MATERI PERKALIAN Nida Jarmita* dan Hazami**
Lebih terperinciPenerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa
SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015 Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Rika Ridayanti Universitas Lampung
Lebih terperinciPENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MELALUI PENDEKATAN PMR DALAM POKOK BAHASAN PRISMA DAN LIMAS. FMIPA UNP,
PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MELALUI PENDEKATAN PMR DALAM POKOK BAHASAN PRISMA DAN LIMAS Vivi Utari 1), Ahmad Fauzan 2),Media Rosha 3) 1) FMIPA UNP, email: vee_oethary@yahoo.com 2,3) Staf Pengajar
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL BELAJAR GROUP INVESTIGATION
Rahayu Dwi Palupi, Penerapan Model Belajar Group Investigation... 85 PENERAPAN MODEL BELAJAR GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS TENTANG DAYA TARIK, MOTIVASI, DAN AMBISI BANGSA
Lebih terperinciPematematikaan Horizontal Siswa SMP pada Masalah Perbandingan
Pematematikaan Horizontal Siswa SMP pada Masalah Perbandingan Herna *1, Ana Muliana *2 1,2 Universitas Sulawesi Barat e-mail: *1 hernausb@rocketmail.com, *2 anamuliana@yahoo.com Abstrak Penelitian kualitatif
Lebih terperinciJURNAL LOGIKA, Vol XVI, No 1 Maret Tahun 2016 ISSN:
PERBEDAAN MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME DAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG Mohammad Dadan Sundawan mdsmath@gmail.com Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon ABSTRAK Model pembelajaran konstruktivisme
Lebih terperinciPENGEMBANGAN DESAIN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENUMBUHKEMBANGKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA
PENGEMBANGAN DESAIN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENUMBUHKEMBANGKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA Al Jupri, S.Pd. Kartika Yulianti, S.Pd. Jurusan Pendidikan Matematika
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian istilah scaffolding berasal dari istilah ilmu teknik sipil yaitu berupa
6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Scaffolding Pengertian istilah scaffolding berasal dari istilah ilmu teknik sipil yaitu berupa bangunan kerangka sementara atau penyangga (biasanya terbuat
Lebih terperinciOleh: Gunawan Guru SMP Negeri 1 Raha Kabupaten Muna
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII. 2 SMP NEGERI 1 RAHA TENTANG KONSEP SISTEM GERAK PADA MANUSIA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) Oleh: Gunawan
Lebih terperinciEfektivitas Penggunaan Bahan Ajar Berbasis Masalah pada Perkuliahan Kapita Selekta Matematika Pendidikan Dasar
1 Efektivitas Penggunaan Bahan Ajar Berbasis Masalah pada Perkuliahan Kapita Selekta Matematika Pendidikan Dasar Oleh: 1) Yeni Heryani, 2) Ratna Rustina 1), 2) Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan
Lebih terperinciJurnal EDUCATIO Jurnal Pendidikan Indonesia
p-issn 2476-9886 e-issn 2477-0302 Jurnal EDUCATIO Volume 3 Nomor 1, 2016, Hlm 19-25 Akses Online : http://jurnal.iicet.org Dipublikasikan oleh : Indonesian Institute for Counseling, Education and Therapy
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya
8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rendahnya kualitas atau mutu pendidikan matematika. Laporan Badan Standar
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi yang mewarnai pembelajaran matematika saat ini adalah seputar rendahnya kualitas atau mutu pendidikan matematika. Laporan Badan Standar Nasional Pendidikan
Lebih terperinciPROSIDING ISBN :
P 79 UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS VII DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) DI SMP NEGERI 1 MUNTILAN Trisnawati 1, Dwi Astuti
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika terdiri dari berbagai konsep yang tersusun secara hierarkis, sehingga
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pemahaman Konsep Matematis Matematika terdiri dari berbagai konsep yang tersusun secara hierarkis, sehingga pemahaman konsep matematis menjadi sangat penting. Belajar konsep merupakan
Lebih terperinciMENGEMBANGKAN KECAKAPAN MATEMATIS MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PERKULIAHAN KOLABORATIF BERBASIS MASALAH.
MENGEMBANGKAN KECAKAPAN MATEMATIS MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PERKULIAHAN KOLABORATIF BERBASIS MASALAH Djamilah Bondan Widjajanti Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA Universitas Negeri
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. merupakan suatu ide abstrak yang memungkinkan seseorang untuk. pengertian yang benar tentang suatu rancangan atau ide abstrak.
11 BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Pemahaman Konsep Matematika Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, paham berarti mengerti dengan tepat, sedangkan konsep berarti suatu rancangan. Dalam matematika,
Lebih terperinciEFEKTIVITAS B2LS DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA 1
EFEKTIVITAS B2LS DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA 1 Oleh: I Made Ardana 2 Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA Undiksha Email: ardanaimade@yahoo.com Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektivan
Lebih terperinciMengembangkan Kemampuan Berpikir Siswa melalui Pembelajaran Matematika Realistik
Mengembangkan Kemampuan Berpikir Siswa melalui Pembelajaran Matematika Realistik Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan, dan Penerapan MIPA Diselenggarakan oleh FMIPA UNY Yogyakarta
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. dikemukakan pada bab sebelumnya, dapat diambil beberapa kesimpulan yang
199 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis, temuan dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, dapat diambil beberapa kesimpulan yang berkaitan dengan
Lebih terperinciTEORI BELAJAR PIAGET
TEORI BELAJAR PIAGET Pendahuluan Dewasa ini masih banyak ditemukan di sekolah-sekolah bahwa strategi pembelajaran di kelas masih didominasi oleh paham strukturalisme atau behaviorisme atau objektivisme
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai
182 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Yang berkaitan dengan membaca bukti a. Secara keseluruhan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Belajar Jean Piaget Dalam belajar, kognitivisme mengakui pentingnya faktor individu dalam belajar tanpa meremehkan faktor eksternal atau lingkungan. Bagi kognitivisme, belajar
Lebih terperinciPENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA KELAS X-4 SMA NEGERI 6 SEMARANG MELALUI MODEL MATEMATISASI BERJENJANG PADA MATERI TRIGONOMETRI
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA KELAS X-4 SMA NEGERI 6 SEMARANG MELALUI MODEL MATEMATISASI BERJENJANG PADA MATERI TRIGONOMETRI Oleh: Mochamad Abdul Basir Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciFILOSOFI, TEORI PENDIDIKAN, KURIKULUM, DAN MODEL PEMBELAJARAN. Teori Kurikulum
FILOSOFI, TEORI PENDIDIKAN, KURIKULUM, DAN MODEL PEMBELAJARAN Filosofi Teori pendidikan Kurikulum Model pembelajaran Perenialisme Esensialisme Pendidikan klasik Subject matter Proses informasi Progressivisme
Lebih terperinciPenerapan Scaffolding Untuk Pencapaian Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Jurnal Penelitian Pendidikan dan Pengajaran Matematika Vol. 2 No. 2, September 2016 Penerapan Scaffolding Untuk Pencapaian Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Elis Nurhayati, Tatang Mulyana, Bambang
Lebih terperinciPROBLEM-BASED LEARNING
PROBLEM-BASED LEARNING DAN CONTOH IMPLEMENTASINYA Oleh Dr. DJAMILAH BONDAN WIDJAJANTI, M Si JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Tahun
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar.
BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme Definisi belajar ada beraneka ragam karena hampir semua ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar.
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya.
9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya. Efektivitas merupakan standar atau taraf tercapainya suatu
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Teori-teori baru dalam psikologi pendidikan dikelompokkan dalam teori pem-belajaran
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Teori-teori baru dalam psikologi pendidikan dikelompokkan dalam teori pem-belajaran konstruktivis (constructivist theories of learning). Teori konstruktivis
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Corey, ( 1998 : 91 ) adalah suatu proses dimana. dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi khusus atau menghasilkan respons
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pembelajaran Pembelajaran adalah sebuah proses perubahan didalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas siswa Pembelajaran
Lebih terperinciDENGAN METODE BERMAIN ULARTANGGA DAPAT MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
Jurnal Euclid, vol.3, No.2, p.491 DENGAN METODE BERMAIN ULARTANGGA DAPAT MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA Syafi i SMAN 1 Sumber, Jl.Sunan Malik Ibrahim 04 Sumber, kab. Cirebon pasya6267@gmail.com Abstrak
Lebih terperinciIMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DALAM MATAKULIAH FISIKA MATEMATIKA BERBASIS TUTORIAL
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DALAM MATAKULIAH FISIKA MATEMATIKA BERBASIS TUTORIAL Oleh : Tanti Abstrak Rendahnya tingkat kelulusan dan motivasi siswa dalam mata kuliah fisika matematika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Salah satu tujuan dari pendidikan pada era modern saat ini adalah untuk mengajarkan siswa bagaimana cara untuk mendapatkan informasi dari suatu penelitian, bukan hanya
Lebih terperinciISSN Jurnal Exacta, Vol. IX No. 1 Juni 2011
MODEL BAHAN AJAR MATEMATIKA SMP BERBASIS REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAHIRAN MATEMATIKA Saleh Haji Program Studi Pendidikan Matematika JPMIPA FKIP UNIB dr.saleh_haji@yahoo.com
Lebih terperinciDESAIN ATURAN SINUS DAN ATURAN COSINUS BERBASIS PMRI
Desain Aturan Sinus... (Rika Firma Yenni,dkk) 97 DESAIN ATURAN SINUS DAN ATURAN COSINUS BERBASIS PMRI DESIGN OF SINUS AND COSINUS RULE BASED ON INDONESIAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION Rika Firma Yenni,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIK
BAB II KAJIAN TEORITIK 1. Problem Based Learning (PBL) Problem Based Learning (PBL) pertama kali dipopulerkan oleh Barrows dan Tamblyn (1980) pada akhir abad ke 20 (Sanjaya, 2007). Pada awalnya, PBL dikembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata pelajaran matematika di tingkat Sekolah Menengah Pertama adalah agar peserta didik memiliki
Lebih terperinciMODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA SEKOLAH DASAR
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA SEKOLAH DASAR Dudung Priatna Abstrak Pembelajaran matematika perlu memperhatikan beberapa hal berikut diantaranya
Lebih terperinciPEMBELAJARAN KONTEKSTUAL MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP NEGERI 1 IDI RAYEUK
312 PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP NEGERI 1 IDI RAYEUK Khairul Asri Prodi Pendidikan Matematika, FKIP, Universitas Serambi Mekkah email: khairul.asri@serambimekkah.ac.id
Lebih terperinciMULTIPLE REPRESENTASI CALON GURU DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI BERFIKIR KREATIF
MULTIPLE REPRESENTASI CALON GURU DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI BERFIKIR KREATIF FX. Didik Purwosetiyono 1, M. S. Zuhri 2 Universitas PGRI Semarang fransxdidik@gmail.com Abstrak Penelitian
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teoris 1. Identifikasi Kesalahan a. Definisi Konsep Santrock (2007) dalam bukunya mendefinisikan bahwa konsep adalah kategori-kategori yang mengelompokkan objek, peristiwa,
Lebih terperinciISSN: Quagga Volume 9 No.2 Juli 2017
VEE DIAGRAM DIPADU CONCEPT MAP SEBAGAI ALAT KONSEPTUAL UNTUK MENGEMBANGKAN PEMAHAMAN KONSEP MAHASISWA Handayani Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Kuningan handa_yani08@yahoo.co.id ABSTRAK
Lebih terperinciPerkembangan Individu dan Pengaruhnya dalam Proses belajar
Modul ke: Perkembangan Individu dan Pengaruhnya dalam Proses belajar Faktor-faktor perkembangan, pengaruh perkembangan, perkembangan kognitif individu Fakultas Psikologi Ainul Mardiah, M.Sc. Program Studi
Lebih terperinci