BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 15 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Nyeri Definisi Nyeri Nyeri terutama adalah mekanisme protektif untuk menimbulkan kesadaran akan kenyataan bahwa sedang atau akan terjadi kerusakan jaringan. Selain itu, simpanan pengalaman yang menimbulkan nyeri dalam ingatan membantu kita menghindari kejadian-kejadian yang berpotensi membahayakan di masa depan (Lauralee Sherwood Fisiologi Manusia, 2007). Kerusakan jaringan yang nyata misalnya terjadi pada nyeri akibat operasi (adi, 2002). Berpotensi rusak misalnya pada nyeri dada karena penyakit jantung (Angina Pectoris) dimana timbul nyeri sebagai pertanda akan terjadinya kerusakan atau berpotensi rusak pada otot-otot jantung bila tidak ditangani secara benar (Price and Wilson, 2005). Nyeri simtom yang paling sering membuat pasien berkunjung ke pekerja medis hampir selalu bermanifestasi ke proses patologis. Semua rencana pengobatan harus sesuai dengan proses untuk penanganan nyeri( Morgan s Clinical anesthesiology, 2006). Menurut International Association for study of Pain (IASP) (1979) nyeri merupakan pengalaman sensoris subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan adanya kerusakan jaringan yang nyata, berpotensi rusak, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan. Nyeri terutama adalah mekanisme protektif untuk menimbulkan kesadaran akan kenyataan bahwa sedang atau akan terjadi kerusakan jaringan. Selain itu, simpanan pengalaman yang menimbulkan nyeri dalam ingatan membantu kita menghindari kejadian-kejadian yang berpotensi membahayakan di masa depan (Lauralee Sherwood Fisiologi Manusia, 2007). Nyeri nosiseptif adalah inisiasi dari cedera jaringan; bisa karena adanya perobekan, peradangan, atau penyakit (McGraw-Hill Pain Medicine and Management, 2005).

2 16 Rasa sakit adalah mekanisme pertahanan tubuh. Rasa sakit terjadi setiap kali jaringan sedang rusak, dan itu menyebabkan individu bereaksi untuk menghapus stimulus rasa sakit.bahkan kegiatan seperti sederhana duduk untuk waktu yang lama, tulang ischia dapat menyebabkan kerusakan jaringan karena kurangnya aliran darah ke kulit dimana dikompresi dengan berat badan (Guyton, 2008). Nyeri telah diklasifikasikan ke dalam dua jenis utama: Fast pain dan Slow pain. Fast pain dirasakan dalam sekitar 0.1 detik setelah stimulus nyeri dihantarkan, sedangkan slow pain dimulai hanya setelah 1 detik atau lebih dan kemudian perlahan-lahan meningkat hingga beberapa detik dan kadang-kadang bahkan menit( Guyton, 2008). Fast pain juga digambarkan oleh beberapa nama alternatif, seperti sharp pain,pricking pain, acute pain, and electric pain. Jenis nyeri yang dirasakan ketika jarum tertusuk ke dalam kulit, ketika kulit dipotong dengan pisau, atau ketika kulit dibakar secara akut. Nyeri juga dirasakan ketika kulit terkena sengatan listrik. Nyeri cepat-tajam kebanyakan tidak terasa pada jaringan tubuh yang lebih dalam. Slow pain juga memiliki banyak istilah, slow burning pain, aching pain, throbbing pain, nauseous pain, dan chronic pain. Jenis nyeri ini biasanya berhubungan dengan kerusakan jaringan. Dapat menyebabkan nyeri yang berkepanjangan, dan tidak tertahankan. Hal ini dapat terjadi baik di kulit dan hampir di setiap jaringan atau organ (Guyton, 2008). Nyeri disebabkan oleh rangsangan mekanis, kimiawi atau fisis (kalor, listrik) dan menimbulkan kerusakan pada jaringan. Nyeri merupakan salah satu reaksi dari radang, dimana gejala reaksi radang dapat berupa kemerahan (rubor), pembengkakan (tumor), panas meningkat (calor), dan nyeri (dolor). Rangsangan tersebut memacu pelepasan zat-zat tertentu yang disebut mediator nyeri. Mediator yang mengaktivasi reseptor nyeri di ujung-ujung saraf bebas di kulit, mukosa dan jaringan lain. Lalu rangsangan tersebut disalurkan ke otak. Dari thalamus (opticus) impuls kemudian diteruskan ke pusat nyeri di otak besar, dimana impuls dirasakan sebagai nyeri (Tjay dan Rahardja, 2007).

3 17 Table 1 1. Terminologi yang sering digunakan pada manajemen nyeri. Terminologi Allodinia Analgesia Anesthesia Anesthesia Disesthesia Hipalgesia (hipoalgesia) Hiperalgesia Hiperesthesia Hiperpathia Hypesthesia (hypoesthesia) Neuralgia Paresthesia Radikulopati Deskripsi Persepsi nyeri dari stimulus yang biasanya tidak mengancam Hilangnya persepsi akan adanya nyeri Hilangnya semua sensasi Nyeri di area yang kurang adanya sensasi Sensasi tidak menyenangkan atau abnormal dengan ada atau tidaknya stimulus Hilangnya respons terhadap stimulasi yang mengancam (cth, tusukan peniti) Meningkatnya respons terhadap stimulasi yang mengancam Meningkatnya respons terhadap stimulasi sedang Adanya hiperesthesia, allodinia, dan hiperalgesia yang sering diasosiasikan dengan reaksi berlebihan, dan adanya sensasi yang persisten setelah stimulus Penurunan sensasi di kutaneus (cth, sentuhan cahaya, tekanan, atau suhu) Nyeri yang dirasakan dari distribusi saraf atau beberapa kelompok dari saraf-saraf Sensasi abnormal yang dirasakan tanpa adanya stimulus yang nyata Abnormalitas yang fungsional dari satu atau beberapa cabang saraf Tabel 1-1. Terminologi yang Sering Digunakan untuk Menggambarkan Nyeri Sumber : Morgan s clinical Anesthesiology, 4th edition.

4 Gambar 2.1 mediator kimiawi yang dilepaskan pada respons terhadap kerusakanjaringan dan bisa mensintesis atau langsung mengaktifkan nosiseptor. Sumber : Ganong 24th edition. 18

5 Gambar 2.2.Ilustrasi skematis dari teori proyeksi konvergen untuk nyeri menjalar dan jalur desendens dalam pengontrolan nyeri. Sumber : Ganong 24th edition. 19

6 20 Gambar 2.3 Proses perjalanan nyeri dari stimulus, mediator, reseptor dan modulator. Sumber : Color atlas of Pathophysiology, Klasifikasi nyeri Nyeri Akut Nyeri akut bisa didefinisikan sebagai nyeri yang disebabkan oleh stimulasi yang mengancam selama cedera terjadi, proses penyakit, atau fungsi abnormal dari otot atau visera. Seringnya nosiseptif. Nyeri nosiseptif dapat dideteksi, lokalisasi, dan batas kerusakan jaringan(morgan s Clinical Anasthesiology, 2006). Fungsi nyeri akut ialah memberi peringatan akan cedera atau penyakit yang akan datang. Nyeri akut akhirnya menghilang dengan atau tanpa pengobatan setelah keadaan pulih pada area yang rusak (Potter and perry, 2005). Nyeri akut memliki durasi yang pendek yaitu kurang dari 6 bulan. Nyeri ini dapat diidentifikasi penyebabnya, mula terjadinya, serta memiliki batas dan durasi yang dapat diprediksi, misalnya nyeri setelah pembedahan (Sorensen s, 1997) Nyeri Somatik Nyeri somatik bisa diklasifikasikan lebih lanjut dengan superfisial atau dalam. Nyeri somatik superfisial adalah ketika input nosiseptif meningkat dari

7 21 kulit, jaringan subkutan, dan membran mukosa. Dan secara karakteristik terlokalisasi dengan baik dan menggambarkan adanya sensasi sayatan, cucukan, denyutan, atau terbakar. Nyeri somatik dalam muncul dari otot-otot, tendon-tendon, sendi-sendi, dan tulang-tulang. Perbedaan dengan nyeri somatik superfisial, sering adanya sensasi tumpul, kualitas sakit, dan kurang terlokalisasi dengan baik(morgan s Clinical Anesthesiology, 2006) Nyeri Viseral Nyeri viseral adalah nyeri yang akut dan merupakan proses dari penyakit atau fungsi yang abnormal dari organ internal atau pelapisnya (cth, pleura parietal, pericardium, peeritoneum)(morgan s Clinical Anasthesiology, 2006). Tabel 1 2. Pola dari nyeri menjalar. Lokasi Diafragma sentralis Paru-paru Jantung Aorta Esofagus Pankreas dan limfa Perut, Hati, dan kantong empedu Adrenal Usus kecil Kolon Ginjal, ovarium, dan testis Ureter Uterus Kandung kemih dan prostat Dermatoma kutaneus C4 T2 T6 T1 T4 T1 L2 T3 T8 T5 T10 T6 T9 T8 L1 T9 T11 T10 L1 T10 L1 T10 T12 T11 L2 S2 S4 Uretra and rektum S2 S4 Tabel 1-2 Pola dari nyeri menjalar. Sumber : Morgan s Clinical Anasthesiology, 2006

8 22 Gambar 2.4Proses penjalaran dan modulasi persepsi sumber nyeri dari nyeri menjalar. Sumber : Color atlas of Pathophysiology, Nyeri kronik Nyeri kronik dapat tidak mempunyai awitan yang ditetapkan dengan tepat dan sering sulit untuk diobati karena biasanya nyeri ini tidak memberikan respons terhadap pengobatan terhadap sumber penyebabnya (Brunner and Suddarth, 2001). Nyeri kronik dibagi dua yaitu, nyeri kronik malignan dan nyeri kronik nonmalignan (Potter and Perry, 2005). Nyeri kronik didefinisikan sebagai nyeri yang persisten melampaui jalur dari penyakit akut atau setelah waktu yang cukup untuk pemulihan; periode ini bisa bermacam-macam dari 1 sampai 6 bulan. Nyeri

9 23 kronik bisa merupakan nosiseptif, neuropatik, atau keduanya (Morgan s Clinical Anasthesiology, 2006). Nyeri kronik adalah nyeri yang konstan atau intermitten yang menetap sepanjang suatu periode waktu, biasanya lebih dari 6 bulan (McCaffery, 1986 dalam Potter and Perry, 2005). 2.3 Fisiologi Nyeri Ada empat proses yang akan terjadi pada suatu perjalanan nyeri yaitu transduksi, transmisi, modulasi, dan persepsi. 1. Transduksi: adalah suatu proses perubahan rangsangan nyeri menjadi suatu hantaran listrik yang akan diterima ujung-ujung saraf. Rangsang ini dapat berupa stimulasi fisik, kimia, ataupun panas. Dan dapat terjadi di seluruh jalur serabut nyeri. 2. Transmisi: adalah proses perambatan impuls listrik yang tercipta oleh proses transduksi sepanjang serabut saraf reseptor nyeri, dimana molekulmolekulnya di celah sinaptik mentransmisi informasi dari suatu neuron ke neuron berikutnya. 3. Modulasi: merupakan proses memodifikasi terhadap suatu rangsangan. Modifikasi tersebut dapat terjadi pada sepanjang titik mulai dari transmisi pertama sampai ke korteks serebri. Modifikasi ini dapat berupa eksitasi (peningkatan) ataupun inhibisi (penghambatan). 4. Persepsi: merupakan proses akhir saat stimulus tersebut sudah mencapai korteks serebri sehingga mencapai tingkat kesadaran, selanjutnya diterjemahkan dan dipersepsikan berupa tanggapan terhadap nyeri tersebut. Reseptor nyeri merupakan salah satu organ tubuh yang berfungsi untuk menerima stimulus nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang merespon apabila ketika ada stimulus kuat yang secara potensial merusak (Brunner & Suddarth, 2001). Reseptor nyeri disebut juga nosiseptor, secara anatomis reseptor nyeri (nosiseptor) ada yang

10 24 bermielien dan ada juga yang tidak bermielin dari saraf perifer (Ganong, 2002). Sistem nosiseptor terbagi dalam dua komponen yaitu : secara potensial merusak (Brunner & Suddarth, 2001). Reseptor nyeri disebut juga nosiseptor, secara anatomis reseptor nyeri (nosiseptor) ada yang bermielien dan ada juga yang tidak bermielin dari syaraf perifer (Ganong, 2002). Sistem nosiseptor terbagi dalam dua komponen yaitu : a. Reseptor A delta adalah serabut komponen cepat (kecepatan transmisi 6-30 m/s) yang memungkinkan terasanya nyeri tajam yang akan cepat tidak kembali terasa jika penyebab nyeri dihilangkan (Ganong, 2002). b. Serabut C Merupakan serabut transmisi lambat (kecepatan transmisi 0,5 m/s) yang dapat ditemukan pada daerah yang lebih dalam lagi, nyeri umumnya bersifat tumpul dan akan sulit dideteksi (Guyton, 2008). Berdasarkan letaknya, nosiseptor dapat diklasifikasikan dalam beberapa bagian tubuh yaitu pada kulit (kutaneus), somatik dalam (deep somatic), dan pada daerah viseral, karena letaknya yang variatif inilah, nyeri yang terasa juga memiliki sensasi yang berbeda (Sorensen s, 1997). Nosiseptor kutaneus berasal dari kulit dan sub kutan, nyeri yang berasal dari daerah ini biasanya mudah untuk dilokalisasi dan didefinisikan (Sorensen.s, 1997). Nyeri somatik dalam merupakan nyeri yang tumpul dan sulit dilokalisasi (Devita & koleganya, 1985). Reseptor nyeri jenis ketiga adalah reseptor viseral, reseptor ini meliputi organ-organ viseral seperti jantung, hati, usus, ginjal dan sebagainya. Nyeri yang berasal dari visera tidak dapat ditentukan lokasinya dengan baik, tidak enak, disertai mual dan gejala-gejala otonom lainnya. Nyeri ini sering menyebar atau dialihkan ke daerah lain (Ganong, 2002). Sebagai contoh, nyeri yang dialihkan yaitu nyeri pada lengan kiri atau rahang yang berkaitan dengan iskemia jantung atau serangan jantung (infark miokard) (Brunner & Suddarth, 2001).

11 Gambar 2.5 Jenis-jenis saraf yang memodulasi rangsangan nyeri. 25

12 26 Gambar 2.6Proses asendens dari stimulus nyeri berawal dari nosiseptor dan berakhir pada korteks serebri untuk dipersepsikan dan dilokalisasi. Sumber : Ganong, 24th edition First order neuron : mayoritas dari first-order neurons dimodulasikan ke ujung proksimal dari akson-akson mereka ke korda spinalis via dorsal (sensori) cabang spinal pada setiap servikal, torakal, lumbal, dan sakral. Beberapa aferen tidak bermielinisasi serabut C ditemukan dapat memasuki korda spinalis via cabang saraf ventral motorik, berdasarkan observasi-observasi terhadap beberapa pasien-pasien terus merasakan nyeri meskipun setelah transeksi dari cabang saraf dorsalis (rhizotomi) dan melaporkan adanya nyeri sepanjang stimulasi cabang ventralis. Sekali pada dorsal horn, dengan maksud mensinapskan dengan secondorder neurons, akson akson pada first-order neurons bisa bersinaps pada interneuron, neuron simpatetik, dan ventral horn neuron-neuron motorik. Serat nyeri bermula dari ujung yang membawa dari trigeminal (V), fasial (VII), glossofaringeal (IX), dan saraf-saraf vagal (X). The trigeminal ganglion

13 27 mempunyai badan-badan sel dari serat sensoris di oftalmika, maksilaris, dan mandibular bagian dari nervus trigeminal. Badan sel dari first-order afferent neurons dari nervus fasialis berada di ganglion genikulatum, nervus glossofaringeal berada di dalam ganglia superior dan petrosalnya sendiri; dan nervus vagal berada di dalam ganglion jugular (somatik) dan ganglion nodosum (viseral). Prosesus aksonal proksimal dari first-order neurons di dalam gangliaganglia ini mencapai nukleus dari batang otak via nervus respektif otak mereka sendiri, dimana mereka bersinap di second-order neurons di dalam nukleus batang otak. Second order neurons: ketika serat aferen memasuki korda spinalis, mereka memisahkannya menurut ukuran, yang besar, serat-serat termielinisasi berada di medial, yang kecil, serat-serat tidak termielinisasi berada di lateral. Serat-serat nyeri bisa asensus atau desensus satu sampai tiga serat di segmensegmen korda spinalis di traktus Lissauer sebelum bersinaps dengan second-order neurons di dalam area abu-abu pada ipsilateral dorsal horn. Dalam beberapa contoh mereka berkomunikasi dengan second-order neurons melalui interneuroninterneuron. Gray matter korda spinalis dibagi menjadi beberapa regio menjadi 10 lamina. Enam lamina pertama, yang langsung membentuk hornu dorsalis, menerima segala impuls aferen dari aktifitas neuron-neuron, dan menghantarkan melalui modulasi nyeri dengan asensus dan desensus jalur saraf. Second-order neurons bisa saja merupakan reseptor nosiseptif yang spesifik atau neuron yang menyebarluaskan hantaran. Nociceptive-specific neurons hanya menghantarkan stimulus yang menyakitkan, tapi WDR neurons juga menerima hantaran dari impuls tidak membahayakan Aβ, Aδ, dan serat-serat C. Nociceptive-specific neurons diatur secara somatotopik di dalam lamina I dan telah mempunyai ciri khasnya sendiri, area resptif somatik; normalnya mereka tenang dan hanya merespon terhadap stimulus high-threshold noxious, sangat buruk untuk mengkode intensitas stimulus. WDR neurons adalah tipe sel yang prevalensinya paling banyak di dalam hornu dorsalis. Meskipun mereka ditemukan melewati hornu dorsalis, WDR neurons paling berlimpah di lamina ke lima. Selama

14 28 stimulasi berulang, WDR neurons secara karakteristik meningkatkan rasio tingkat treshold secara eoksponensial secara bertingkat ("wind-up"), meskipun dengan intensitas stimulus yang sama. Mereka juga memiliki area resptif yang luas dibandingkan dengan nociceptive-specific neurons (Morgan s Clinical Anasthesiology, 2006) 2.4 Pengukuran Derajat Nyeri Visual Analogue Scale (VAS) adalah suatu cara pengukuran yang mengukur suatu karakteristik atau sikap yang dipercaya sebagai suatu ukuran yang sedang berlangsung dan tidak bisa langsung diukur secara objektif. Sebagai contoh, keparahan nyeriyang seorang pasien rasakan berjarak dan secara berangsur-angsur meningkat berawal dari tidak adamneuju ke keparahan nyeri yang ekstrim. Dari prespektif pasien spektrum ini muncul secara kontiniu ± nyeri tersebut tidak akan melompati satu dengan yang lain, tetapi akan bertahapdan dikategorikan dari tidak ada, ringan, sedang dan parah seperti yang tertera di bagan VAS. Ini bertujuan untuk dapat menggambarkan perasaan yang berangsurangsur meningkat seperti VAS yang sudah dibagankan.secara operasional VAS biasanya dalam bentuk garis horizontal, dengan panjang 100mm, diterakan dengan kata-kata yang mendiskripsikan di setiap ujung-ujungnya. Penandaan oleh pasien pada sepanjang garis yang mereka tunjuk menggambarkan perasaan mereka dan persepsi mereka pada saat itu.ukuran VAS diberi ukuran dalam millimeter dari arah tangan kiri dan berakhir pada titik dimana pasien tersebut menunjukkan jarinya (D, Gould et al., 2001) Visual Analogue Scale (VAS) adalah pengukuran subjektif dari suatu perasaan nyeri. Terdiri dari 1 garis lurus sepanjang 10 sentimeter dengan kedua ujungnya dimana satu tidak ada nyeri dan nyeri yang paling parah. Pasienpasien biasanya diminta untuk memperkirakan nyeri yang dirasakan dengan meletakkan tandadi salah satu titik sepanjang garis berdasarkan perasaan nyeri yang mereka rasakan pada saat itu. Jarak sepanjanggarisdari tanda tidak ada nyeri yang diukur dengan menggunakan penggaris memberikan gambaran nyeri sampai 10.

15 29 Skor dapat digunakan sebagai dasar pemberian terapi terhadap nyeri dengan selalu mengukur secara kontiniu dengan melihat apakah nyeri berkurang atau tidak. Dimana nyeri belum berkurang secara signifikan biasanya selama minggu pertama sampai minggu kelima, para praktisi bisa berharap untuk mempertimbangkan meminta bantuan dari praktisi kesehatan lainnya. Skor tersebut juga dapat digunakan sebagai bahan evaluasi untuk menilai seberapa efektif penanganan nyeri tersebut (Huskisson EC. Measurement of pain,2000). Tipe-tipe cara pengukuran nyeri : 1. VAS ( Visual Analogue Scale ) 2. NRS ( Numerical Rating Scale ) 3. FRS ( Face Rating Scale )

16 30 4. Behavioural Rating scale Wajah 0 Otot-otot wajah relaksasi Kegelisahan 0 Diam, penampakan tenang, pergerakan normal Tonus otot 0 Pergerakan tonus normal otot 1 Otot wajah menegang, mengkerut, meringis 1 Sekali-sekali bergerak dengan gelisah, berubahubah posisi 1 Peningkatan tonus, fleksi dari jari-jari dan kaki 2 Mengkerut yang berulang, rahang mengeram 2 Gelisah terus menerus dengan pergerakan ekstremitas dan kepala 2 Tonus otot kaku Skor wajah: Skor kegelisah an: Skor tonus otot: Suara 0 Tidak ada suara abnormal Perasaan 0 Nyaman, rileks 1 Merintih, menangis, merengekda n menggerutu secara tibatiba 1 Merasa terganggu akibat sentuhan, mudah terganggu 2 Merintih, menangis, merengekdan menggerutu secara terus menerus dan berulang 2 Sulit merasakan kenyamanan dengan sentuhan ataupun pembicaraan Skor suara: Skor perasaan: Behavioural pain assessment scale total (0 10) / Manajemen Nyeri Nyeri adalah kejadian-kejadian yang memberi tekanan atau stres dan dapat merubah gaya hidup dan juga kesejahteraan psikologis individual (Potter and Perry, 2005). Manajemen terhadap nyeri merupakan masalah yang begitu kompleks. Sebelum pemberian obat-obatan untuk penanganan nyeri yang dialami pasien, maka terlebih dahulu menilai dan mencari sumber, letak nyeri, dan faktor-

17 31 faktor yang meningkatkan intensitas nyeri tersebut, seperti kegelisahan dan keletihan (Brunner and Suddarth, 2001). Ada ribuan jenis obat-obatan analgesik yang tersedia, tetapi secara umum dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok, yaitu, opiat dan analgesik non-narkotik (Tiur, 2010 dalam Branner & Feist, 2007). Obat-obatan merupakan strategi penanganan utama pada nyeri akut tetapi untuk nyeri kronik, obat-obatan memberikan risiko yang buruk (Brennan dan Feist, 2007). Nyeri kronik pada umumnya tidak memberikan respon terhadap pengobatan(brunner & Suddarth, 2001). Saat ini, untuk tujuan terapi, nyeri dibagi atas nyeri akut dan nyeri kronik. Nyeri akut dikategorikan lagi sebagai berikut. Pertama, nyeri yang muncul pada pasien, di mana sebelumnya tidak ada nyeri kronik. Untuk pasien dengan nyeri akut tipe ini, pengobatan ditujukan terhadap nyeri dan penyebabnya. Kedua, nyeri yang datang tiba-tiba pada pasien yang sebelumnya sudah menderita nyeri kronik akan tetapi nyeri akut tidak berhubungan dengan nyeri kronik, misalnya pasien dengan nyeri kanker yang diderita selama ini kemudian menderita patah tulang tanpa berhubungan dengan kankernya, dan mengalami nyeri. Pengobatan untuk keadaan seperti ini selain analgetik yang sesuai untuk patah tulangnya, perlu ditambahkan obat untuk nyeri yang lama. Ketiga, nyeri akut yang merupakan eksaserbasi nyeri kronik yang selama ini diderita oleh pasien misalnya seorang pasien dengan nyeri kanker kronik dan mengalami nyeri patah tulang oleh karena metastase. Nyeri akut yang muncul disini menimbulkan kekhawatiran akan memberatnya penyakit. Oleh karena itu kecemasan sangat mempengaruhi intensitas nyeri. Untuk kasus seperti, perlu ditambahkan terapi yang ditujukan untuk menurunkan kecemasan yang dapat berupa dukungan emosional dan obatobatan. ( Meliala, 2004 dalam levine, 2004 ) Prinsip pengobatan nyeri akut dan berat (nilai Visual Analogue Scale = VAS 7-10) yaitu pemberian obat yang efek analgetiknya kuat dan cepat dengan dosis optimal. Istilah yang selalu saya populerkan pukul dulu, risiko belakang, yang artinya hilangkan dlul nyerinya dan seakan-akan tidak perlu dipikirkan efek samping obat. Pola pikir tersebut sesungguhnya didasari oleh paradigma yang sangat rasional bahwa pasien dengan nyeri akut dan berat lebih toleran terhadap

18 32 efek samping yang sementara daripada menderita nyeri yang hebat. Berbagai macam obat untuk tujuan terapi nyeri akut dan berat saat ini telah tersedia, mulai dari obat non steroid antiinflamsi konvensional, OAINS jenis koksib, sampai opioid. Pasien dengan nyeri kronik tidak membutuhkan efek obat yang cepat, dan umumnya tidak mentoleransi efek samping obat. Dokter dalam memilih terapi farmaka untuk nyeri kronik perlu memeriksa dan menegakkan diagnosis nyeri lebih spesifik pada setiap pasien. Apakah nyeri kronik yang diderita adalah nyeri inflamasi atau nyeri neuropatik, apakah nyeri karena keganasan atau bukan. Diagnosis tersebut sangat penting dalam pemilihan obat. Untuk nyeri inflamasi, misalnya osteoarthritis dapat dipergunakan berbagai analgesik, OAINS, maupun opioid, tergantung dari berat ringannya intensitas nyeri. Dalam memilih analgetika, sebagai dokter sebaiknya menyesuaikan berat ringannya nyeri dengan efektivitas obat. Akhir-akhir ini untuk menilai efektivitas obat dipergunakan istilah Number Needed to Treat (NNT) yang menggambarkan jumlah pasien yang diterapi dengan obat tertentu untuk mendapatkan hasil satu orang diantaranya mengalami pengurangan nyeri minimal 50% selama 4-6 jam, yang bukan karena efek plasebo (Meliala et all, 2004 dalam McQuay and Moore, 1999). Untuk penggunaan opioid, Depkes RI (2002) telah menerbitkan buku Pedoman Penggunaan Obat Opioid Dalam Penatalaksanaan Nyeri. Dinyatakan dalam buku pedoman tersebut, para dokter yang menangani nyeri tanpa terkecuali, khususnya nyeri akut dan berat, nyeri persisten, nyeri kanker, tidak perlu takut untuk menulis resep opioid bila diperlukan. Depkes RI (2002) didalam buku Pedoman Penggunaan Obat Opioid Dalam Penatalaksanaan Nyeri menuliskan berbagai adjuvan analgetik yaitu kortikosteroid, antikonvulsan, antidepresan, neuroleptik, anastesi lokal, hidroksizin, psikostimulan.

19 Gambar 2.7 Tahapan-tahapan pemberian terapi menurut WHO. Sumber : WHO,

1.1PENGERTIAN NYERI 1.2 MEKANISME NYERI

1.1PENGERTIAN NYERI 1.2 MEKANISME NYERI 1.1PENGERTIAN NYERI Nyeri merupakan sensasi yang terlokalisasi berupa ketidaknyamanan, kesedihan dan penderitaan yang dihasilkan oleh stimulasi pada akhiran saraf tertentu. Nyeri terjadi sebagai mekanisme

Lebih terperinci

Clinical Science Session Pain

Clinical Science Session Pain Clinical Science Session Pain Disusun oleh : Nurlina Wardhani 1301-1214-0658 William Reinaldi 1301-1214-0503 Preseptor : Arnengsih, dr., Sp.KFR BAGIAN ILMU KESEHATAN FISIK DAN REHABILITASI FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN. Manifestasi fisiologi nyeri

BAB II PEMBAHASAN. Manifestasi fisiologi nyeri BAB II PEMBAHASAN 1. PROSES TERJADINYA NYERI DAN MANIFESTASI FISIOLOGIS NYERI Pengertian nyeri, menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah merupakan pengalaman sensoris subyektif

Lebih terperinci

Menurut beberapa teori keperawatan, kenyamanan adalah kebutuhan dasar klien yang merupakan tujuan pemberian asuhan keperawatan. Pernyataan tersebut

Menurut beberapa teori keperawatan, kenyamanan adalah kebutuhan dasar klien yang merupakan tujuan pemberian asuhan keperawatan. Pernyataan tersebut Konsep kenyamanan Menurut beberapa teori keperawatan, kenyamanan adalah kebutuhan dasar klien yang merupakan tujuan pemberian asuhan keperawatan. Pernyataan tersebut didukung oleh Kolcaba yang mengatakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. membuatya semakin parah. Ambang batas nyeri yang dapat ditoleransi seseorang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. membuatya semakin parah. Ambang batas nyeri yang dapat ditoleransi seseorang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Analgetika adalah zat yang bisa mengurangi rasa nyeri tanpa mengurangi kesadaran (Tjay dan Rahardja, 2015). Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang mengganggu,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Definisi Traktus Spinotalamikus Anterior Traktus Spinotalamikus Lateral Daftar Pustaka

DAFTAR ISI. Definisi Traktus Spinotalamikus Anterior Traktus Spinotalamikus Lateral Daftar Pustaka DAFTAR ISI Definisi 2 Traktus Spinotalamikus Anterior 2 Traktus Spinotalamikus Lateral 4 Daftar Pustaka 8 1 A. Definisi Traktus Spinotalamikus adalah traktus yang menghubungkan antara reseptor tekanan,

Lebih terperinci

Pengertian Nyeri. Suatu gejala dalam merasakan subyek dan pengalaman emosional

Pengertian Nyeri. Suatu gejala dalam merasakan subyek dan pengalaman emosional Pengertian Nyeri. Suatu gejala dalam merasakan subyek dan pengalaman emosional termasuk suatu komponen sensori, komponen diskriminatri, responrespon yang mengantarkan atau reaksi-reaksi yang ditimbulkan

Lebih terperinci

BAB 2 NYERI. serta termasuk suatu komponen sensori, komponen diskriminatori, respon-respon yang

BAB 2 NYERI. serta termasuk suatu komponen sensori, komponen diskriminatori, respon-respon yang BAB 2 NYERI Nyeri adalah suatu gejala dalam merasakan subyek dan pengalaman emosional serta termasuk suatu komponen sensori, komponen diskriminatori, respon-respon yang mengantarkan ataupun reaksi-reaksi

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan. A. Definisi

Bab 1 Pendahuluan. A. Definisi Bab 1 Pendahuluan A. Definisi Menurut International Association Study of Pain (IASP), nyeri adalah bentuk pengalaman emosional, sensasional subjektif, dan tidak menyenangkan yang berpotensi untuk menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modalitas sensorik tetapi adalah suatu pengalaman 1. The

BAB I PENDAHULUAN. modalitas sensorik tetapi adalah suatu pengalaman 1. The BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya Nyeri bukan hanya suatu modalitas

Lebih terperinci

NYERI KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT SARAF RSU TNI-AL MINTOHARDJO PERIODE

NYERI KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT SARAF RSU TNI-AL MINTOHARDJO PERIODE NYERI KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT SARAF RSU TNI-AL MINTOHARDJO PERIODE DEFINISI Nyeri Suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak berkaitan yang dengan kerusakan jaringan yang sudah atau berpotensi

Lebih terperinci

PENGUKURAN KUANTITAS NYERI DASAR TEORI

PENGUKURAN KUANTITAS NYERI DASAR TEORI PENGUKURAN KUANTITAS NYERI DASAR TEORI 1. Pengertian Nyeri The International Association for the Study of Pain memberikan defenisi nyeri, yaitu: suatu perasaan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak

Lebih terperinci

STASE KDM LAPORAN PENDAHULUAN (LP) NYERI

STASE KDM LAPORAN PENDAHULUAN (LP) NYERI STASE KDM LAPORAN PENDAHULUAN (LP) NYERI Oleh : Meivita Dewi Purnamasari, S.Kep KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN KEPERAWATAN

Lebih terperinci

PENILAIAN NYERI DAN SEDASI PADA BAYI DAN ANAK

PENILAIAN NYERI DAN SEDASI PADA BAYI DAN ANAK Palembang 2014 PEDIATRI GAWAT DARURAT PENILAIAN NYERI DAN SEDASI PADA BAYI DAN ANAK UKK Pediatri Gawat Darurat Ikatan Dokter Anak Indonesia TUJUAN 1. Mengetahui skor penilaian nyeri dan sedasi pada bayi

Lebih terperinci

Sistem syaraf otonom (ANS) merupakan divisi motorik dari PNS yang mengontrol aktivitas viseral, yang bertujuan mempertahankan homeostatis internal

Sistem syaraf otonom (ANS) merupakan divisi motorik dari PNS yang mengontrol aktivitas viseral, yang bertujuan mempertahankan homeostatis internal Sistem syaraf otonom (ANS) merupakan divisi motorik dari PNS yang mengontrol aktivitas viseral, yang bertujuan mempertahankan homeostatis internal Perbandingan antara Sistem syaraf Somatik dan Otonom Sistem

Lebih terperinci

SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN SEPATU HAK TINGGI TERHADAP POTENSI TERJADINYA VARISES PADA TUNGKAI BAWAH

SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN SEPATU HAK TINGGI TERHADAP POTENSI TERJADINYA VARISES PADA TUNGKAI BAWAH SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN SEPATU HAK TINGGI TERHADAP POTENSI TERJADINYA VARISES PADA TUNGKAI BAWAH DISUSUN OLEH: YURNILA NINGSIH ACHMAD J 110 050 017 DIPLOMA IV FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

NYERI A. PENGERTIAN B. FISIOLOGI NYERI

NYERI A. PENGERTIAN B. FISIOLOGI NYERI NYERI A. PENGERTIAN Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007). Nyeri adalah pengalaman sensori serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Brunner & Suddarth, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Brunner & Suddarth, 2002). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Brunner & Suddarth, 2002). Nyeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jaringan aktual dan potensial yang menyebabkan seseorang mencari. perawatan kesehatan ( Smeltzer & Bare, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. jaringan aktual dan potensial yang menyebabkan seseorang mencari. perawatan kesehatan ( Smeltzer & Bare, 2012). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional yang dirasakan mengganggu dan menyakitkan, sebagai akibat adanya kerusakan jaringan aktual dan potensial yang

Lebih terperinci

NYERI. Nyeri akut umumnya cepat dalam onset, bervariasi dalam intensitas dari ringan sampai parah

NYERI. Nyeri akut umumnya cepat dalam onset, bervariasi dalam intensitas dari ringan sampai parah NYERI Asosiasi Internasional untuk Studi Nyeri (IASP) (2007) menyatakan nyeri yang mungkin disertai dengan sensorik dan emosional pengalaman sebagai akibat dari aktual atau potensial kerusakan jaringan.

Lebih terperinci

BAB 2. masyarakat, baik sehat maupun sakit (UU No. 38 tahun 2014 tentang. klien dalam merawat dirinya (UU No. 38 tahun 2014 tentang Keperawatan, pasal

BAB 2. masyarakat, baik sehat maupun sakit (UU No. 38 tahun 2014 tentang. klien dalam merawat dirinya (UU No. 38 tahun 2014 tentang Keperawatan, pasal BAB 2 A. Konsep Pelayanan Asuhan Keperawatan 1. Defenisi Pelayanan Keperawatan Pelayanan keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. A. Definisi Nyeri Orofasial Kronis

Bab 1. Pendahuluan. A. Definisi Nyeri Orofasial Kronis Bab 1 Pendahuluan A. Definisi Nyeri Orofasial Kronis Berdasarkan durasi terjadinya nyeri, nyeri orofasial dapat dibedakan menjadi nyeri orofasial akut serta nyeri orofasial kronis. Nyeri orofasial akut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka (Sjamsuhidajat dan Jong, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka (Sjamsuhidajat dan Jong, 2005). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembedahan merupakan suatu tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka dan menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Pembukaan bagian tubuh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nekrosis merupakan proses degenerasi yang menyebabkan kerusakan sel yang terjadi setelah suplai darah hilang ditandai dengan pembengkakan sel, denaturasi protein dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nyeri sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi dan sering. memudahkan diagnosis, pasien merasakannya sebagai hal yang

BAB I PENDAHULUAN. nyeri sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi dan sering. memudahkan diagnosis, pasien merasakannya sebagai hal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri adalah gejala penyakit atau kerusakan yang paling sering. Walaupun nyeri sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi dan sering memudahkan diagnosis, pasien

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Taylor (2009 dalam Muttaqin, 2008) koping didefenisikan sebagai

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Taylor (2009 dalam Muttaqin, 2008) koping didefenisikan sebagai BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Koping Nyeri 1.1 Pengertian koping Menurut Lazarus dan Folkman (1989) koping adalah suatu proses dimana individu mencoba untuk mengatur kesenjangan persepsi antara tuntutan situasi

Lebih terperinci

a. b. c. Gambar 1.2 Kompresi neurovaskular pada N. Trigeminus Sumber:

a. b. c. Gambar 1.2 Kompresi neurovaskular pada N. Trigeminus Sumber: Bab 1 Pendahuluan 1.1 Definisi Trigeminal neuralgia atau yang dikenal juga dengan nama Tic Douloureux merupakan kelainan pada nervus trigeminus (nervus kranial V) yang ditandai dengan adanya rasa nyeri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kompres 1. Kompres hangat Adalah memberikan rasa hangat pada daerah tertentu dengan menggunakan kantung berisi air hangat yang menimbulkan rasa hangat pada bagian

Lebih terperinci

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012 PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012 Penelitian Keperawatan Jiwa SITI FATIMAH ZUCHRA BP. 1010324031

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan oleh energi panas, bahan kimia,

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan oleh energi panas, bahan kimia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Luka bakar adalah suatu kerusakan integritas pada kulit atau kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan oleh energi panas, bahan kimia, radiasi dan arus listrik. Berat

Lebih terperinci

LAPORAN PEDAHULUAN ABDOMINAL PAIN

LAPORAN PEDAHULUAN ABDOMINAL PAIN LAPORAN PEDAHULUAN ABDOMINAL PAIN A. PENGERTIAN Nyeri abdomen merupakan sensasi subjektif tidak menyenanngkan yang terasa disetiap regio abdomen (Pierce A. Grace &Neil R.Borley, 2006). Nyeri abdomen ada

Lebih terperinci

Fungsi. Sistem saraf sebagai sistem koordinasi mempunyai 3 (tiga) fungsi utama yaitu: Pusat pengendali tanggapan, Alat komunikasi dengan dunia luar.

Fungsi. Sistem saraf sebagai sistem koordinasi mempunyai 3 (tiga) fungsi utama yaitu: Pusat pengendali tanggapan, Alat komunikasi dengan dunia luar. Pengertian Sistem saraf adalah sistem yang mengatur dan mengendalikan semua kegiatan aktivitas tubuh kita seperti berjalan, menggerakkan tangan, mengunyah makanan dan lainnya. Sistem Saraf tersusun dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menjadi dua jenis yaitu nyeri fisiologis dan nyeri patologis, pada nyeri sensor normal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menjadi dua jenis yaitu nyeri fisiologis dan nyeri patologis, pada nyeri sensor normal BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyeri Nyeri merupakan pengalaman tidak menyenangkan baik sensori maupun emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan yang sudah atau berpotensi terjadi, atau dijelaskan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM. Indera Rasa Kulit

LAPORAN PRAKTIKUM. Indera Rasa Kulit LAPORAN PRAKTIKUM Indera Rasa Kulit OLEH : ANGGUN OCTAVIEARLY P. 121610101042 LABORATORIUM FISIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JEMBER 2012 BAB I DASAR TEORI INDERA RASA KULIT Pada kulit kita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Otak merupakan organ yang sangat vital bagi seluruh aktivitas dan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Otak merupakan organ yang sangat vital bagi seluruh aktivitas dan fungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otak merupakan organ yang sangat vital bagi seluruh aktivitas dan fungsi tubuh, karena di dalam otak terdapat berbagai pusat kontrol seperti pengendalian fisik, intelektual,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dan eksistensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dan eksistensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyeri Post Operasi 2.1.1 Defenisi Secara umum nyeri merupakan suatu rasa yang tidak nyaman, baik ringan maupun berat. Nyeri didefenisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi

Lebih terperinci

NYERI DAN EFEK PLASEBO

NYERI DAN EFEK PLASEBO NYERI DAN EFEK PLASEBO NYERI APA YANG DIMAKSUD DENGAN NYERI? Teori Nyeri terdahulu: Nyeri merupakan Sensasi Dideskripsikan sebagai berikut: 1. Kerusakan jaringan menyebabkan sensasi nyeri 2. Keterlibatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (2010) dikutip dalam Andarmoyo (2013) menyatakan bahwa nyeri merupakan

BAB I PENDAHULUAN. (2010) dikutip dalam Andarmoyo (2013) menyatakan bahwa nyeri merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyeri merupakan bentuk ketidaknyamanan yang bersifat sangat individual dan tidak dapat dibagi dengan orang lain. Tamsuri (2007) mendefenisikan nyeri sebagai suatu keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Fraktur merupakan kondisi ketika tulang mendapat tekanan yang melebihi kekuatan dari tulang tersebut sehingga menyebabkan terjadinya patah tulang (Atlas of pathophysiology,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.4. Konsep Nyeri 2.1.1. Definisi Nyeri Nyeri adalah pengalaman perasaan sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa peralihan manusia dari anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa peralihan manusia dari anak-anak menuju BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa peralihan manusia dari anak-anak menuju dewasa yang ditandai oleh perubahan

Lebih terperinci

BAB II. Struktur dan Fungsi Syaraf

BAB II. Struktur dan Fungsi Syaraf BAB II Struktur dan Fungsi Syaraf A. SISTEM SARAF Unit terkecil dari system saraf adalah neuron. Neuron terdiri dari dendrit dan badan sel sebagai penerima pesan, dilanjutkan oleh bagian yang berbentuk

Lebih terperinci

2. proses pada perjalanan nyeri yang paling berperan dalam terjadinya nyeri pada pasien ini adalah

2. proses pada perjalanan nyeri yang paling berperan dalam terjadinya nyeri pada pasien ini adalah Seorang pasien, laki2 57 th, dtg ke poliklinik dengan keluhan nyeri pd daerah lutu yang dialami sejak setahun yang lalu, kadang membengkak, nyeri terus menerus, terutama bila berjalan agak jauh. Riwayat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Osteoarthritis (OA) merupakan salah satu penyakit muskuloskeletal yang

BAB I PENDAHULUAN. Osteoarthritis (OA) merupakan salah satu penyakit muskuloskeletal yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Osteoarthritis (OA) merupakan salah satu penyakit muskuloskeletal yang paling sering ditemui, yang ditandai dengan kerusakan kartilago dan penyempitan celah

Lebih terperinci

Reseptor taktil terdapat di beberapa ujung saraf bebas yang dapat ditemukan di dalam kulit dan di dalam banyak jaringan lain serta dapat mendeteksi

Reseptor taktil terdapat di beberapa ujung saraf bebas yang dapat ditemukan di dalam kulit dan di dalam banyak jaringan lain serta dapat mendeteksi Pada kulit kita terdapat beberapa jenis reseptor rasa. Mekanisme sensoris pada reseptorreseptor tersebut dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan philogenesis, jalurjalur syaraf spinal, dan daerah cortex

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Operasi atau pembedahan merupakan semua tindak pengobatan yang. akan ditangani. Pembukaan bagian tubuh ini umumnya dilakukan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Operasi atau pembedahan merupakan semua tindak pengobatan yang. akan ditangani. Pembukaan bagian tubuh ini umumnya dilakukan dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Operasi atau pembedahan merupakan semua tindak pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Pembukaan bagian

Lebih terperinci

KEBUTUHAN RASA AMAN DAN NYAMAN. Niken Andalasari

KEBUTUHAN RASA AMAN DAN NYAMAN. Niken Andalasari KEBUTUHAN RASA AMAN DAN NYAMAN Niken Andalasari PENGERTIAN Keamanan adalah keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis atau bisa juga keadaan aman dan tentram (Potter& Perry, 2006) Perubahan kenyamanan

Lebih terperinci

Kanker Prostat. Prostate Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Prostat. Prostate Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Prostat Kanker prostat merupakan tumor ganas yang paling umum ditemukan pada populasi pria di Amerika Serikat, dan juga merupakan kanker pembunuh ke-5 populasi pria di Hong Kong. Jumlah pasien telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri adalah mekanisme protektif untuk menimbulkan kesadaran terhadap kenyataan bahwa sedang atau akan terjadi kerusakan jaringan (Sherwood, 2014). Selain itu, nyeri

Lebih terperinci

BAB l PENDAHULUAN. yang merasakan nyeri merasa tertekan atau menderita dan mencari upaya

BAB l PENDAHULUAN. yang merasakan nyeri merasa tertekan atau menderita dan mencari upaya BAB l PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Setiap individu pernah mengalami nyeri dalam tingkat tertentu. Individu yang merasakan nyeri merasa tertekan atau menderita dan mencari upaya untuk menghilangkan nyeri

Lebih terperinci

Pendahuluan. Bab Pengertian

Pendahuluan. Bab Pengertian Bab 1 Pendahuluan 1.1 Pengertian Nyeri dento alveolar yang bersifat neuropatik merupakan salah satu kondisi nyeri orofasial dengan penyebab yang hingga saat ini belum dapat dipahami secara komprehensif.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Nyeri merupakan fenomena yang universal dan kebebasan dari nyeri

BAB 1 PENDAHULUAN. Nyeri merupakan fenomena yang universal dan kebebasan dari nyeri BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Nyeri merupakan fenomena yang universal dan kebebasan dari nyeri merupakan hak dasar setiap orang (Breivik, 2005). Menurut Kozier dan Erb (1983, dalam Tamsuri, 2004),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, begitu juga dalam bidang kesehatan. Salah satu Negara kita, yaitu dari

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, begitu juga dalam bidang kesehatan. Salah satu Negara kita, yaitu dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan pembangunan dan teknologi memberikan dampak bagi segala bidang pembangunan, begitu juga dalam bidang kesehatan. Salah satu Negara kita, yaitu dari penyakit

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. Bab ini penulis membahas mengenai permasalahan tentang respon nyeri

BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. Bab ini penulis membahas mengenai permasalahan tentang respon nyeri BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan Bab ini penulis membahas mengenai permasalahan tentang respon nyeri terhadap prosedur pemasangan infus dan membandingkan antara teori yang sudah ada dengan kenyataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan suatu penyakit kegawatdaruratan neurologis yang berbahaya

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan suatu penyakit kegawatdaruratan neurologis yang berbahaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan suatu penyakit kegawatdaruratan neurologis yang berbahaya dan dapat menyebabkan terjadinya disfungsi motorik dan sensorik yang berdampak pada timbulnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun mental. Akan tetapi, olahraga yang dilakukan tanpa mengindahkan

BAB I PENDAHULUAN. maupun mental. Akan tetapi, olahraga yang dilakukan tanpa mengindahkan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Olahraga, baik yang bersifat olahraga prestasi maupun rekreasi merupakan aktivitas yang dapat memberikan manfaat bagi kesehatan fisik maupun mental. Akan tetapi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyeri Persalinan Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan. Sifatnya sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau

Lebih terperinci

Anesty Claresta

Anesty Claresta Anesty Claresta 102011223 Skenario Seorang perempuan berusia 55 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan berdebar sejak seminggu yang lalu. Keluhan berdebar ini terjadi ketika ia mengingat suaminya yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan hidup. Sebagian aktivitas dan pekerjaan tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan hidup. Sebagian aktivitas dan pekerjaan tersebut BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Setiap individu tidak terlepas dari aktivitas atau pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sebagian aktivitas dan pekerjaan tersebut membutuhkan energi dan kekuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disertai oleh kerusakan jaringan secara potensial dan aktual. Nyeri sering dilukiskan

BAB I PENDAHULUAN. disertai oleh kerusakan jaringan secara potensial dan aktual. Nyeri sering dilukiskan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut The International Association for the Study of Pain (IASP), nyeri merupakan pengalaman sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan yang disertai

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan Pada bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan teori dan proses asuhan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 7-9 Agustus 2014 di Ruang Prabu Kresna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang The International Association for The Study of Pain menggambarkan rasa sakit sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan dan dihubungkan dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rusaknya jaringan pada tubuh.(sudart & Brunner, 2001, Hal.212). Sifatnya sangat subjektif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rusaknya jaringan pada tubuh.(sudart & Brunner, 2001, Hal.212). Sifatnya sangat subjektif BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyeri 1. Definisi Nyeri Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan akibat dari rusaknya jaringan pada tubuh.(sudart & Brunner, 2001, Hal.212). Sifatnya sangat

Lebih terperinci

Eva Marvia, Nia Firdianty, IGA Mirah Adhi Staf Pengajar STIKES Mataram ABSTRAK

Eva Marvia, Nia Firdianty, IGA Mirah Adhi Staf Pengajar STIKES Mataram ABSTRAK PERBEDAAN PENGARUH TERAPI KOMPRES HANGAT DAN TEKNIK SLOW- STROKE BACK MASSAGE TERHADAP PERUBAHAN INTENSITAS NYERI PADA LANSIA YANG MENGALAMI PENYAKIT OSTEOARHRITIS DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA PUSPAKARMA

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN Laporan lengkap praktikum Fisiologi Hewan dengan judul Sistem Saraf Pusat Sebagai Pengendali Gerak Refleks yang disusun oleh: Nama :

LEMBAR PENGESAHAN Laporan lengkap praktikum Fisiologi Hewan dengan judul Sistem Saraf Pusat Sebagai Pengendali Gerak Refleks yang disusun oleh: Nama : LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN (SISTEM SARAF PUSAT SEBAGAI PENGENDALI GERAK REFLEKS) Disusun oleh: NAMA : LASINRANG ADITIA NIM : 60300112034 KELAS : BIOLOGI A KELOMPOK : IV (Empat) LABORATORIUM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri merupakan salah satu keluhan yang paling sering dijumpai dalam praktik dokter sehari-hari. Nyeri juga dapat diderita semua orang tanpa memandang jenis kelamin,

Lebih terperinci

1) Menghubungkan bagian tubuh satu dengan lainnya.

1) Menghubungkan bagian tubuh satu dengan lainnya. Pembahasan Akupresur a. Pengertian Akupresur merupakan terapi menggunakan pijatan dengan jari tangan, akupresur dilakukan dengan cara memberikan rangsangan penekanan oleh ujung-ujung jari tangan pada titik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Waktu reaksi adalah waktu yang diperlukan seseorang untuk menjawab sesuatu rangsangan secara sadar dan terkendali, dihitung mulai saat rangsangan diberikan sampai dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka International Association for the Study of Pain (IASP) menyatakan bahwa nyeri merupakan merupakan suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kita dan lain pihak merupakan suatu siksaan. Definisi menurut The International

BAB I PENDAHULUAN. kita dan lain pihak merupakan suatu siksaan. Definisi menurut The International BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah Rasa nyeri merupakan masalah unik, disatu pihak bersifat melindugi badan kita dan lain pihak merupakan suatu siksaan. Definisi menurut The International Association

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan taraf hidup dan umur harapan hidup. Namun peningkatan umur

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan taraf hidup dan umur harapan hidup. Namun peningkatan umur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan adalah cita-cita suatu bangsa yang terlihat dari peningkatan taraf hidup dan umur harapan hidup. Namun peningkatan umur harapan hidup ini dapat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tidak menyenangkan yang diakibatkan oleh adanya kerusakan jaringan atau

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tidak menyenangkan yang diakibatkan oleh adanya kerusakan jaringan atau BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fisiologi Nyeri Nyeri dapat didefinisikan sebagai pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang diakibatkan oleh adanya kerusakan jaringan atau potensial terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan adalah rangkaian proses fisiologis yang berakhir dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan adalah rangkaian proses fisiologis yang berakhir dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan adalah rangkaian proses fisiologis yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses yang fisiologis pada umumnya dimulai dengan adanya kontraksi

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. perineum pada ibu postpartum di RSUD Surakarta. A. Tingkat Nyeri Jahitan Perineum Sebelum Diberi Aromaterapi Lavender

BAB V PEMBAHASAN. perineum pada ibu postpartum di RSUD Surakarta. A. Tingkat Nyeri Jahitan Perineum Sebelum Diberi Aromaterapi Lavender digilib.uns.ac.id BAB V PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas hal-hal yang berkaitan dengan hasil penelitian mengenai pengaruh aromaterapi lavender secara inhalasi terhadap nyeri jahitan perineum pada ibu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1mm/KgBB + tramadol. Dalam hal ini, masing-masing data akan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1mm/KgBB + tramadol. Dalam hal ini, masing-masing data akan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Data Penelitian Deskripsi data menyajikan data yang terkumpul dari penelitian, yang terdiri dari data rasa nyeri yang diperoleh dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman berkaitan dengan kerusakan jaringan (Tan dan Rahardja, 2007). Rasa nyeri merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam studi kasus ini, seorang pasien perempuan dengan inisial Ny. NF

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam studi kasus ini, seorang pasien perempuan dengan inisial Ny. NF BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Dalam studi kasus ini, seorang pasien perempuan dengan inisial Ny. NF berusia 52 tahun dengan keluhan nyeri pinggang bawah dan menjalar sampai kaki kiri akibat Hernia

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dalam bab ini menguraikan tentang tingkat nyeri pada pasien post operasi, yang diperoleh

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dalam bab ini menguraikan tentang tingkat nyeri pada pasien post operasi, yang diperoleh BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4. Hasil Penelitian Dalam bab ini menguraikan tentang tingkat nyeri pada pasien post operasi, yang diperoleh melalui pengumpulan data menggunakan kuesioner data demografi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan tujuan untuk. meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan tujuan untuk. meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

Lebih terperinci

3. Khemoreseptor, berkaitan dgn rasa asam, basa & garam

3. Khemoreseptor, berkaitan dgn rasa asam, basa & garam BAB I DASAR TEORI Mekanisme sensoris yang dapat dirasakan dapat dibagi dalam dua golongan menurut pilogenesisnya, jalur saraf spinalnya dan daerah korteks serebri tempat mekanisme ini diintegrasikan. Golongan

Lebih terperinci

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan PENGANTAR KESEHATAN DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY PENGANTAR Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan meningkatkan kesehatan, cara mencegah penyakit, cara menyembuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anestesiologi. 3. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. anestesiologi. 3. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nyeri pascabedah masih merupakan masalah utama bagi penderita karena setelah obat anestesi hilang efeknya, penderita akan merasakan sakit. Saat ini nyeri masih menjadi

Lebih terperinci

SEL SARAF MENURUT BENTUK DAN FUNGSI

SEL SARAF MENURUT BENTUK DAN FUNGSI SISTEM SARAF SEL SARAF MENURUT BENTUK DAN FUNGSI 1. SEL SARAF SENSORIK. 2. SEL SARAF MOTORIK. 3. SEL SARAF INTERMEDIET/ASOSIASI. Sel Saraf Sensorik Menghantarkan impuls (pesan) dari reseptor ke sistem

Lebih terperinci

BAB I. tahun dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2000, jumlah

BAB I. tahun dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2000, jumlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia akan mengalami peningkatan jumlah penduduk usia lanjut secara dramatis pada abad 21 nanti. Berdasarkan data proyeksi penduduk tahun 1990-2025 dari Badan Pusat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. individu ketika mengalami cidera. Hal ini juga merupakan pengalaman pribadi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. individu ketika mengalami cidera. Hal ini juga merupakan pengalaman pribadi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nyeri atau rasa sakit merupakan respon yang paling dipahami oleh individu ketika mengalami cidera. Hal ini juga merupakan pengalaman pribadi yang diekspresikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami berbagai perkembangan penyakit yang bersifat degeneratif.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami berbagai perkembangan penyakit yang bersifat degeneratif. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi alam dan masyarakat saat ini sangat kompleks sehingga banyak masalah kesehatan yang muncul. Saat ini masyarakat modern banyak mengalami berbagai perkembangan

Lebih terperinci

SISTEM SARAF MANUSIA

SISTEM SARAF MANUSIA SISTEM SARAF MANUSIA skema sistem saraf manusia m e li p u ti m e li p u ti m e li p u ti m e li p u ti m e li p u ti m e li p u ti SEL SARAF Struktur sel saraf neuron: Badan sel, Dendrit Akson Struktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Nyeri didefinisikan oleh International Association for Study of Pain (IASP) sebagai suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada kasus-kasus pembedahan seperti tindakan operasi segera atau elektif

BAB I PENDAHULUAN. Pada kasus-kasus pembedahan seperti tindakan operasi segera atau elektif BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada kasus-kasus pembedahan seperti tindakan operasi segera atau elektif memiliki komplikasi dan risiko pasca operasi yang dapat dinilai secara objektif. Nyeri post

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Association for Study of Pain (IASP) dalam Potter & Perry

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Association for Study of Pain (IASP) dalam Potter & Perry BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri merupakan suatu rasa atau sensasi yang tidak nyaman, baik ringan maupun berat. Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan eksistensinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sering digunakan untuk beraktivitas. Keluhan nyeri merupakan sensasi yang

BAB I PENDAHULUAN. yang sering digunakan untuk beraktivitas. Keluhan nyeri merupakan sensasi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) di era globalisasi saat ini mempengaruhi segala bidang, salah satunya adalah bidang kesehatan. Hal ini dapat dilihat

Lebih terperinci

mengakibatkan reaksi radang yang ditandai dengan adanya kalor (panas), rubor (kemerahan), tumor (bengkak), dolor (nyeri) dan functio laesa (gangguan

mengakibatkan reaksi radang yang ditandai dengan adanya kalor (panas), rubor (kemerahan), tumor (bengkak), dolor (nyeri) dan functio laesa (gangguan BAB 1 PEDAHULUA Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat memberikan dampak terhadap peradaban manusia. Kemajuan di setiap aspek kehidupan menuntut manusia untuk dapat beradaptasi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan saraf tepi. Perkembangan dari susunan sistem saraf anak dimulai dari. berkebutuhan khusus termasuk autis.

BAB I PENDAHULUAN. dengan saraf tepi. Perkembangan dari susunan sistem saraf anak dimulai dari. berkebutuhan khusus termasuk autis. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa tumbuh kembang anak merupakan masa yang penting, banyak faktor internal maupun external yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak, salah satunya adalah kematangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO), ada sebanyak 234,2 juta

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO), ada sebanyak 234,2 juta 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Operasi atau pembedahan merupakan tindakan pengobatan dengan cara membuka atau menampilkan bagian dalam tubuh yang akan ditangani. Pembukaan bagian tubuh ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB II PENGELOLAAN KASUS

BAB II PENGELOLAAN KASUS BAB II PENGELOLAAN KASUS 2.1 Konsep Dasar Nyeri Pengalaman sensori serta emosi yang tidak menyenangkan dan meningkat akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, digambarkan dalam istilah

Lebih terperinci

MANAJEMEN NYERI PERSALINAN. By : Basyariah Lubis, SST, MKes

MANAJEMEN NYERI PERSALINAN. By : Basyariah Lubis, SST, MKes MANAJEMEN NYERI PERSALINAN By : Basyariah Lubis, SST, MKes Pengertian Nyeri Suatu sensori yang tidak menyenangkan dari satu pengalaman emosional yang disertai kerusakan jaringan secara actual/potensial.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2007 dan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2007 dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih memerlukan perhatian yang serius. 1 Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan

Lebih terperinci

LAPORAN TUTORIAL BLOK MUSKULOSKELETAL SKENARIO II MENGAPA LUTUT NENEK NYERI DAN BENGKAK?

LAPORAN TUTORIAL BLOK MUSKULOSKELETAL SKENARIO II MENGAPA LUTUT NENEK NYERI DAN BENGKAK? LAPORAN TUTORIAL BLOK MUSKULOSKELETAL SKENARIO II MENGAPA LUTUT NENEK NYERI DAN BENGKAK? KELOMPOK II AJENG APSARI UTAMI G 0013013 AKBAR DEYAHARSYA G 0013015 BAGUS HIDAYATULLOH G 0013055 ELIAN DEVINA G

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Mendapatkan Gelar Sarjana Sains Terapan Fisioterapi. Diajukan Oleh: : LINA WULANINGSIH

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Mendapatkan Gelar Sarjana Sains Terapan Fisioterapi. Diajukan Oleh: : LINA WULANINGSIH PERBEDAAN PENGARUH PEMBERIAN TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION DENGAN INFRA RED TERHADAP PENGURANGAN NYERI PADA KASUS OSTHEOARTRITIS DI PUSKESMAS II KARTASURA SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN MANAJEMEN NYERI PADA LUKA POST OPERASI

SATUAN ACARA PENYULUHAN MANAJEMEN NYERI PADA LUKA POST OPERASI SATUAN ACARA PENYULUHAN MANAJEMEN NYERI PADA LUKA POST OPERASI OLEH ANDITA NOVTIANA SARI FLAMINGO 1 P17420509004 POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG PRODI KEPERAWATAN MAGELANG 2011 SATUAN ACARA PENYULUHAN

Lebih terperinci