BAB 2 LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teknik Industri Definisi Tata Letak Fasilitas Menurut Sritomo (1992, p52), tata letak fasilitas didefinisikan sebagai tata cara pengaturan fasilitas - fasilitas fisik pabrik guna menunjang kelancaran proses produksi. Menurut Apple (1990, p2), tata letak fasilitas didefinisikan sebagai menganalisis, membentuk konsep, merancang, dan mewujudkan sistem bagi pembuatan barang atau jasa. Kegiatan perancangan fasilitas berhubungan dengan perancangan susunan unsur fisik suatu lingkungan. Menurut Tompkins (1996, p1), facilities planning merupakan ilmu yang multi disiplin, dimana berkaitan dengan merencanakan layout fasilitas, memilih material handling sistem, dan menentukan peralatan proses yang diperlukan Peranan Perancangan Fasilitas Menurut Apple (1990, p3), perancangan tata letak fasilitas berperan penting sebagai berikut : Suatu perencanaan aliran barang yang efisien merupakan prasyarat untuk mendapatkan produksi yang ekonomis. Pola aliran barang yang merupakan dasar bagi perencanaan fasilitas fisik yang efektif.

2 28 Perpindahan barang merubah pola aliran statis menjadi suatu kenyataan yang dinamis, menunjukkan cara bagaimana suatu barang dipindahkan. Susunan fasilitas yang efektif disekitar pola aliran barang dapat menghasilkan pelaksanaan yang efisien dapat meminimumkan biaya produksi. Biaya produksi minimum dapat memberikan keuntungan maksimum Tujuan Perencanaan dan Pengaturan Tata Letak Fasilitas Beberapa tujuan dalam perencanaan tata letak fasilitas pabrik menurut Sritomo antara lain : Menaikkan output produksi. Suatu tata letak yang baik akan memberikan output yang lebih besar dengan ongkos yang sama atau lebih sedikit, jam kerja pegawai atau buruh yang lebih kecil dan mengurangi jam kerja mesin. Mengurangi waktu delay. Mengatur keseimbangan antara waktu operasi produksi dan beban dari masing-masing departemen atau mesin adalah bagian kerja dari merek yang bertanggung jawab terhadap desain tata letak pabrik. Mengurangi proses pemindahan bahan. Mereka yang bertanggung jawab terhadap usaha perencanaan dan perancangan tata letak pabrik akan lebih menekankan desainnya pada usahausaha memindahkan aktivitas-aktivitas pemindahan bahan pada saat proses produksi berlangsung. Hal ini dilakukan dengan beberapa alasan seperti :

3 29 Biaya pemindahan bahan disamping cukup besar pengeluarannya juga akan terus ada dari tahun ke tahun selama proses produksi masih berlangsung. Biaya pemindahan bahan dengan mudah akan dapat dihitung dimana biaya ini akan proporsional dengan jarak pemindahan bahan yang harus ditempuh dan pengukuran jarak pemindahan bahan ini dapat dianalisa dengan cara memperhatikan tata letak semua fasilitas produksi yang ada dari pabrik. Penghematan penggunaan areal untuk produksi,gudang dan servis. Jalan, material yang menumpuk, jarak antar mesin-mesin yang berlebihan dan lain sebagainya akan menambah area yang dibutuhkan untuk pabrik. Suatu perencanaan tata letak yang optimal akan mencoba mengatasi segala pemborosan pemakaian ruangan ini dan akan mencoba mengkoreksinya. Pendaya guna yang lebih besar dari pemakaian mesin, tenaga kerja, dan/atau fasilitas produksi lainnya. Suatu tata letak yang terencana baik akan banyak membantu pendayagunaan elemen-elemen produksi secara lebih efektif dan lebih efisien. Mengurangi inventori in-process. Sistem produksi pada umumnya menghendaki sedapat mungkin bahan baku untuk berpindah dari suatu operasi langsung ke operasi berikutnya secepatcepatnya dan berusaha mengurangi bertumpuknya bahan setengah jadi (material in process) Proses manufaktur yang lebih singkat. Dengan memperpendek jarak antara operasi yang satu dengan yang lainnya serta mengurangi bahan yang menunggu dan storage yang tidak diperlukan

4 30 maka waktu yang akan diperlukan dari bahan baku untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya juga dapat dipersingkat. Mengurangi resiko bagi kesehatan dan keselamatan kerja dari operator. Perencanaan tata letak pabrik adalah juga ditujukan untuk membuat suasana kerja yang nyaman dan aman bagi mereka yang kerja di dalamnya. Memperbaiki moral dan kepuasan kerja. Penerangan yang cukup, sirkulasi udara yang enak dan lain sebagainya akan menciptakan suasana lingkungan kerja yang menyenangkan sehingga moral dan kepuasan kerja akan dapat lebih ditingkatkan. Hal ini tentu dapat mendorong hasil yang positif berupa performance kerja yang meningkat dan menjurus ke arah peningkatan produktivitas kerja. Mempermudah aktivitas supervisi. Dengan meletakkan kantor atau ruangan di atas ataupun tempat-tempat yang strategis, maka seorang supervisor akan dapat dengan mudah mengamati segala aktivitas yang sedang berlangsung di area kerja yang di bawah pengawasan dan tanggung jawabnya. Mengurangi kemacetan dan kesimpang-siuran. Material yang menunggu, gerakan pemindahan bahan yang tidak perlu, serta banyaknya perpotongan (intersection) dari lintasan yang ada akan dapat menyebabkan kesimpang-siuran yang akhirnya akan membawa ke arah kemacetan.

5 31 Tata letak yang baik akan memberikan luasan yang cukup untuk seluruh operasi yang diperlukan dan proses bisa berlangsung lebih mudah dan sederhana. Mengurangi faktor yang bisa merugikan dan mempengaruhi kualitas dari bahan baku ataupun produk jadi. Tata letak yang direncanakan dengan baik akan dapat mengurangi kerusakankerusakan yang dapat terjadi pada bahan baku ataupun produk jadi. Sedangkan beberapa tujuan dalam perencanaan tata letak fasilitas menurut James Apple (1990) antara lain : Memudahkan proses manufaktur. Tata letak harus dirancang sedemikian sehingga proses manufaktur dapat dijalankan dengan cara yang sangat sangkil. Beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain : Susunan mesin, peralatan, dan tempat kerja sedemikan sehingga barang dapat bergerak dengan lancar sepanjang suatu jalur, selangsung mungkin. Hilangkan hambatan-hambatan yang ada. Rencanakan aliran Jaga mutu pekerjaan Meminimumkan perpindahan barang. Tata letak yang baik harus dirancang sedemikian sehingga pemindahan barang dapat diturunkan sampai dengan proses yang minimal. Memelihara keluwesan susunan dan operasi.

6 32 Apabila terjadi perubahan kapasitas produksi maka perubahan tersebut dapat ditanggulangi apabila sudah diantisipasi dalam perencanaan awal Memelihara perputaran barang setengah jadi yang tinggi. Yang paling mendekati situasi yang ideal adalah yang ada dalam industri yang bertipe proses menurut sifatnya, adalah barang berjalan tanpa berhenti dari awal sampai dengan akhir proses. Menekan modal yang tertanam pada peralatan. Susunan mesin yang tepat dan susunan departemen yang tepat dapat membantu menurunkan jumlah peralatan yang diperlukan. Menghemat pemakaian ruang bangunan. Tata letak yang tepat dicirikan dengan jarak yang minimum antar mesin, setelah keleluasaan yang diperlukan bagi gerakan orang dan barang ditentukan. Dengan perhitungan yang tepat tentang jarak mesin sehubungan dengan berbagai faktor,banyak luas lantai yang dapat dihemat. Meningkatkan kesangkilan tenaga kerja. Tata letak yang baik dapat meningkatkan pemakaian buruh secara sangkil. Beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain : Kurangi pemindahan barang yang dilakukan secara manual. Minimumkan jalan kaki. Seimbangkan siklus mesin. Berikan supervisor yang sangkil.

7 33 Memberikan kemudahan, keselamatan bagi pegawai,dan memberikan kenyamanan dalam melaksanakan pekerjaan. Untuk memenuhi tujuan ini diperlukan perhatian atas hal-hal seperti penerangan, sirkulasi udara, keselamatan, pembuangan, kelembaban, debu dan sebagainya Masalah Dalam Perancangan Fasilitas Menurut Apple (1990, p16), terdapat beberapa permasalahan dalam perancangan fasilitas yaitu : Perubahan rancangan. Seiring dengan perubahan rancangan produk maka akan menuntut perubahan proses atau operasi yang diperlukan. Sehingga hal ini memerlukan perancangan ulang tata letak. Perluasan departemen. Penambahan produksi suatu komponen produk tertentu akan memerlukan perubahan dalam tata letak. Pengurangan departemen. Kondisi ini terjadi apabila terjadi suatu kondisi penurunan jumlah produksi secara drastis dan menetap. Penambahan produk baru. Dalam hal ini terjadi penambahan produk baru yang berbeda dengan produk yang sedang diproduksi. Sehingga terjadi kondisi kemungkinan penambahan mesin baru sehingga memerlukan penyusunan ulang fasilitas.

8 34 Memindahkan satu departemen. Memindahkan suatu departemen ke lokasi baru memerlukan penataletakan ulang pada wilayah baru. Peremajaan peralatan yang rusak. Persoalan ini akan menuntut pemindahan peralatan yang berdekatan untuk mendapatkan tambahan ruang. Perubahan metode produksi. Setiap perubahan kecil dalam satu tempat kerja sering kali berpengaruh ke tempat kerja tersebut keseluruhan Prinsip-Prinsip Dasar Dalam Perancangan Fasilitas Prinsip-prinsip dasar dalam perencanaan tata letak pabrik menurut Sritomo ( 1996 ) antara lain : Prinsip integrasi secara total That layout is which integrates the men, materials, machinery supporting activities, and any other considerations in way that results in the best compromise Prinsip Jarak perpindahan bahan yang paling minimal Other things being equal, than layout is best that permits the material to move the minimum distance between operation Prinsip aliran dari suatu proses kerja Other things being equal, than layout is best that arranges the work area for each operations or process in the same order or sequence that forms, treats, or assembles the materials

9 35 Prinsip pemanfaatan ruangan Economy is obtainedby using effectively all available space both vertical and horizontal- Prinsip kepuasan dan keselamatan kerja Other things being equal, that layout is best which makes works satisfying and safe for the workers Prinsip fleksibilitas Other things being equal, that layout is best that can be adjusted and rearranged at minimum cost and incovenience

10 Langkah-Langkah Perancangan Fasilitas Menurut Sritomo Analisis ekonomi Analisis produk Analisis proses Analisa macam jumlah mesin/ equipment dan area yang dibutuhkan Alternatif tata letak ( layout ) Macam layout yang sesuai Sigi pasar Analisis pasar Pola aliran material Space area yang tersedia Analisis aliran material Struktur organisasi Tata letak mesin dan departemen Sistem pemindahan material Tata letak fasilitas perkantoran Fasilitas personil Fasilitas penunjang jasa pelayanan lainlain Tata letak departemen produksi Luas total pabrik ( final space ) yang diperlukan Building requirement Building design Detail konstruksi bangunan Gambar 2.1. Skema perancangan fasilitas

11 Tipe Tata Letak Fasilitas Produksi Menurut Sritomo (1992, p ), terdapat empat tipe dasar dari suatu tata letak pabrik yaitu : Tata Letak Fasilitas Berdasarkan Aliran Produksi (production line product atau product layout). Merupakan metode pengaturan dan penempatan semua fasilitas produksi yang diperlukan kedalam satu departemen secara khusus. Dalam tata letak tipe ini suatu produk akan dikerjakan sampai selesai di departemen tersebut tanpa perlu dipindahkan. Tata letak ini cocok untuk produksi produk dengan variasi produknya rendah dan volume produksinya tinggi. Tata letak tipe ini dapat ditunjukkan dalam contoh berikut : Gambar 2.2. Tata Letak Product Layout Tata Letak Fasilitas Berdasarkan Lokasi Material Tetap (fix material location product layout atau fix position layout). Merupakan metode pengaturan suatu fasilitas produksi seperti mesin, manusia, dan komponen lainnya yang bergerak menuju komponen produk utama yang berada pada posisi tetap. Biasanya tata letak ini digunakan untuk kegiatan produksi yang menghasilkan produk - produk dengan skala ukuran yang besar

12 38 seperti pesawat terbang, kapal laut, dan lainnya. Tata letak tipe ini dapat ditunjukkan dalam contoh berikut : Gambar 2.3. Tata Letak Fix Position Layout Tata Letak Fasilitas Berdasarkan Kelompok Produk (product family product layout atau group technology layout). Merupakan tata letak yang didasarkan pada pengelompokan produk atau komponen yang akan dibuat. Dalam hal ini pengelompokan tidak didasarkan pada kesamaan jenis produk akhir, tetapi dikelompokkan berdasarkan langkah pemprosesan, bentuk, mesin, atau peralatan yang dipakai. Tata letak tipe ini dapat ditunjukkan dalam contoh berikut : Gambar 2.4. Tata Letak Group Technology Layout

13 39 Tata Letak Fasilitas Berdasarkan Fungsi atau Macam Proses (functional atau process layout). Merupakan metode pengaturan dan penempatan segala mesin dan peralatan produksi yang memiliki tipe / jenis sama kedalam satu departemen. Jadi mesin dikelompokkan sesuai dengan kesamaan proses atau fungsi kerjanya. Tata letak ini cocok untuk produksi produk dengan variasi produknya tinggi dan volume produksinya rendah. Tata letak tipe ini dapat ditunjukkan dalam contoh berikut : Gambar 2.5. Tata Letak Process Layout Peta kerja Menurut Sutalaksana (1979, p15), peta kerja merupakan salah satu alat yang sistematis dan jelas untuk berkomunikasi secara luas dan sekaligus melalui peta - peta kerja ini kita bisa mendapatkan informasi - informasi yang dibutuhkan untuk memperbaiki metode kerja. Menurut Sutalaksana (1979, p15-18), terdapat empat macam lambang yang digunakan untuk pembuatan suatu peta kerja yaitu sebagai berikut :

14 40 a. merupakan lambang operasi dimana biasanya suatu kegiatan operasi terjadi apabila benda kerja mengalami perubahan sifat, baik fisik maupun kimiawi. Operasi merupakan kegiatan yang paling banyak terjadi dalam suatu proses. b. merupakan lambang pemeriksaan dimana suatu kegiatan pemeriksaan terjadi apabila benda kerja atau peralatan mengalami pemeriksaan baik dari segi kualitas maupun kuantitas. c. merupakan lambang tranportasi dimana suatu kegiatan transportasi terjadi apabila benda kerja, pekerja, atau perlengkapan mengalami perpindahan tempat yang bukan merupakan bagian dari suatu operasi. d. merupakan lambang penyimpanan dimana suatu kegiatan penyimpanan terjadi apabila benda kerja disimpan untuk jangka waktu yang cukup lama (penyimpanan permanen). Menurut Sutalaksana (1979, p19-50), pada dasarnya peta kerja yang ada sekarang ini dapat dibagi menjadi dua kelompok besar berdasarkan kegiatannya yaitu 1) Peta Kerja Untuk Menganalisa Kegiatan Kerja Keseluruhan Peta Proses Operasi Merupakan suatu diagram yang menggambarkan langkah - langkah proses yang akan dialami bahan baku mengenai urutan - urutan operasi dan pemeriksaan. Dalam peta proses operasi terdapat beberapa informasi yang diperlukan untuk analisa lebih lanjut seperti waktu yang dihabiskan, material yang digunakan, dan tempat atau alat

15 41 atau mesin yang digunakan. Biasanya peta proses operasi digunakan untuk mengetahui kebutuhan mesin, memperkirakan kebutuhan bahan baku, melakukan perbaikan cara kerja, dan menentukan tata letak pabrik. Peta Aliran Proses Merupakan suatu diagram yang menunjukkan urutan - urutan dari operasi, pemeriksaan, transportasi, menunggu, dan penyimpanan yang terjadi selama satu proses atau prosedur berlangsung. Peta Proses Kelompok Kerja Merupakan hasil pengembangan dari suatu peta aliran proses dimana digunakan dalam suatu tempat kerja yang untuk mengerjakannya memerlukan kerja sama yang baik dari sekelompok pekerja. Diagram Alir Merupakan suatu peta yang memuat informasi - informasi relatif lengkap sehubungan dengan proses dalam suatu pabrik atau kantor. 2) Peta Kerja Untuk Menganalisa Kegiatan Kerja Setempat Peta Pekerja dan Mesin Merupakan suatu grafik yang menggambarkan koordinasi antara waktu kerja operator dan waktu operasi mesin yang ditanganinya. Biasa digunakan untuk mengurangi waktu menganggur. Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan Merupakan suatu peta kerja yang menggambarkan semua gerakan - gerakan saat bekerja dan waktu menganggur yang dilakukan tangan kiri dan tangan kanan pekerja.

16 Material Handling Evaluation Sheet ( MHES ) MHES adalah tabel perhitungan biaya penanganan bahan yang digunakan untuk mengevaluasi tata letak yang dihasilkan. Tabel MHES memiliki format yang sama dengan tabel Material Handling Planning Sheet ( MHPS ) From to Chart ( FTC ) Menurut Sritomo (1992, p142), from to chart atau trip frequency chart atau travel chart merupakan salah satu teknik konvensional yang umum digunakan untuk perencanaan tata letak pabrik dan pemindahan bahan dalam suatu proses produksi. Pada dasarnya from to chart merupakan adaptasi dari mileage chart yang umum dijumpai pada suatu peta perjalanan (road map), angka - angka yang terdapat dalam suatu from to chart akan menunjukkan total dari berat beban yang harus dipindahkan, jarak perpindahan, volume atau kombinasi dari faktor - faktor ini. FTC dapat dibagi menjadi : From To Chart (FTC) Biaya From to chart biaya biasanya diisi dengan biaya total dari Material Handling Planning Sheet untuk tiap-tiap perpindahan yang terjadi. From To Chart (FTC) Inflow dan Outflow From to chart inflow dan outflow dibuat didasarkan hasil perhitungan from to chart biaya dimana digunakan rumus perhitungan sebagai berikut : 1) Perhitungan from to chart inflow FTC Nilai pada sel matriks yang terisi( FTC Biaya) Inflow = Total kolom dim ana sel tersebut berada

17 43 2) Perhitungan from to chart outflow Nilai pada sel matriks yang terisi( FTC Biaya) FTC Outflow = Total baris dim ana msn tersebut menjadi msn tujuan Skala Prioritas Skala prioritas menunjukkan hubungan antar mesin dan gudang adalah skala yang menunjukkan derajat kepentingan antar mesin-mesin produksi maupun antar mesin dan gudang. Ada dua macam skala prioritas yaitu skala prioritas inflow (dibuat berdasarkan inflow) dan skala prioritas outflow (dibuat berdasarkan outflow). Menurut Apple (1990, 225) untuk membantu dalam menentukan kegiatan yang harus diletakkan pada satu tempat maka digunakan derajat kedekatan sebagai berikut : A E I O U = Mutlak perlu kegiatan tersebut berdampingan satu sama lain = Sangat Penting kegiatan tersebut berdekatan = Penting kegiatan tersebut berdekatan = Biasa (kedekatannya), dimana saja tidak ada masalah = Tidak Perlu adanya keterkaitan geografis apapun Pengisian derajat kedekatan pada tabel skala prioritas berdasarkan angka-angka atau koefisien dari FTC Inflow dan FTC Outflow dengan range nilai untuk masingmasing derajat kedekatan. Pengisian derajat kedekatan pada tabel skala prioritas berdasarkan angka - angka atau koefisien dari FTC Inflow dan FTC Outflow yang telah diurutkan berdasarkan range yang sudah ditentukan. Kemudian dikelompokkan untuk masuk ke dalam hubungan A, E, I, O, U.

18 Hubungan Antar Kegiatan Menurut Tompkins (1996, p79), activity relationship menyediakan beberapa pertimbangan dalam proses perencanaan fasilitas. Berikut beberapa primary relationship yang menjadi pertimbangan : Organizational relationship Flow relationship (aliran material, orang, peralatan, informasi, dan uang) Control relationship (centralized dan decentralized material control, shop floor control, level automation) Environmental relationship (pertimbangan keselamatan, temperatur, kebisingan, kepadatan, debu) Hubungan antar kegiatan dapat digambarkan dengan dua cara yaitu : Activity Relationship Chart (ARC) Menurut Apple (1990, p ), peta keterkaitan kegiatan adalah teknik ideal untuk merencanakan keterkaitan antara setiap kelompok kegiatan yang saling berkaitan. Kegunaan dari peta keterkaitan (Activity Relationship Chart) yaitu sebagai berikut : Penyusunan urutan pendahuluan bagi satu peta dari-ke Lokasi nisbi dari pusat kerja atau departemen dalam satu kantor Lokasi kegiatan dalam satu usaha pelayanan Lokasi pusat kerja dalam operasi perawatan atau perbaikan Menunjukkan hubungan satu kegiatan dengan yang lainnya serta alasannya Memperoleh satu landasan bagi penyusunan daerah selanjutnya

19 45 Biasanya dalam peta keterkaitan digunakan huruf-huruf A, E, I, O, U yang menunjukkan derajat hubungan kedekatan antara tiap lokasi. Berikut adalah penjelasan dari sandi tersebut : A Merah Mutlak Perlu E Jingga Sangat Penting I Hijau Penting O Biru Kedekatan Biasa U Tak Berwarna Tidak Perlu X Coklat Tak Diharapkan Activity Relationship Diagramming (ARD) Menurut Apple (1990, p ), diagram keterkaitan kegiatan (activity relationship diagram) dibuat menggunakan informasi dari peta keterkaitan kegiatan (activity relationship chart) yang digunakan menjadi dasar perencanaan keterkaitan antara pola aliran barang dan lokasi kegiatan pelayanan dihubungkan dengan kegiatan produksi. Diagram keterkaitan kegiatan merupakan diagram balok yang menunjukkan pendekatan keterkaitan kegiatan sebagai suatu model kegiatan tunggal Tata letak komputer CRAFT (Computerized Rellative Allocation of Facilities Technique) CRAFT pertama kali diperkenalkan oleh Buffa, Armour dan Vollman pada tahun CRAFT merupakan salah satu dari algoritma tata letak yang paling awal. Tujuan dari CRAFT adalah untuk meminimasi biaya material handling. Dimana biaya material handling = ( from to matrix ) x ( move cost matrix ) x ( distance matrix ).

20 46 CRAFT memiliki beberapa asumsi yaitu seperti Tidak ada hubungan yang negatif. Yang dimaksud dengan hubungan yang negatif adalah hubungan yang tidak diharapkan antar departemen. Dalam ARC atau ARD, hubungan ini biasanya disimbolkan dengan huruf X. Semua pergerakan dimulai dan berakhir pada titik berat departemen. Semua pergerakan rectilinier. Biaya material handling berbanding lurus dengan jarak. Biaya material handling tidak bergantung pada utilisasi dari peralatan material handling yang digunakan. CRAFT dapat menggunakan departemen dummy untuk beberapa tujuan seperti berikut ini : untuk menentukan area yang tidak dapat diisi, mewakili fasilitas-fasilitas yang sudah pasti seperti lift, eskalator, toilet dan lain sebagainya. CRAFT memerlukan input berupa tata letak awal yang akan diperbaiki, from-to material flow matrix,dan move cost matrix. Langkah-langkah yang digunakan oleh CRAFT untuk memperbaiki tata letak adalah sebagai berikut : Meletakkan tata letak pada sistem koordinat. Menentukan titik berat pada tiap-tiap departemen pada tata letak awal. Menghitung jarak rectilinier antar departemen.

21 47 Menghitung biaya perpindahan atau material handling dengan cara mengalikan jarak rectilinier dengan banyaknya perpindahan ( flow matrix ) dan mengalikannya dengan biaya perpindahan material per jarak ( move cost matrix ). Metode evaluasi atau perhitungan ini dikenal juga dengan nama distance-based scoring. Mengiterasi atau menukar posisi antar tiap departemen yang menghasilkan pengurangan biaya material handling terbesar. Cek seluruh iterasi yang mungkin terjadi antar departemen yang memiliki luas yang sama dan berbatasan antara yang satu dengan yang lain. Ulangi langkah-langkah diatas sampai dengan tidak ada perbaikan yang dapat dilakukan. CRAFT dapat melakukan pair-wise interchanges, three-way interchanges, pair-wise interchanges yang kemudian diikuti oleh three way interchanges, three-way interchanges yang kemudian diikuti oleh pair-wise interchanges ataupun hasil terbaik dari pair-way interchanges ataupun three-way interchanges. CRAFT memiliki batasan-batasan sebagai berikut ini : Tidak dapat menangani perubahan yang terjadi dalam aliran material. Untuk tiap aliran material yang berbeda, maka akan dihasilkan tata letak yang berbeda pula. Jumlah departemen harus lebih kecil atau sama dengan dari 40 departemen.

22 48 Tiap tata letak awal yang berbeda maka akan memberikan hasil yang berbeda pula. Output terkadang menghasilkan tata letak yang terkadang tidak masuk akal, tidak realistis dan selalu memerlukan penyesuaian secara manual. Algoritma perbaikan tidak dapat mempertimbangkan hubungan X negatif. Pengaruh arsitektur dan faktor kualitatif yang lain sangat sulit untuk dipertimbangkan. Biasanya faktor-faktor dan pengaruh-pengaruh tersebut seringkali diabaikan. CRAFT tidak dapat menginput lebih dari satu biaya material handling untuk perpindahan material dua atau lebih departemen. Contohnya CRAFT memiliki satu biaya material handling untuk perpindahan material dari departemen A ke departemen B, namun ternyata ada dua macam peralatan material handling untuk perpindahan dari departemen A ke departemen B. CRAFT tidak dapat menginput dua macam peralatan material handling tersebut. Hanya salah satu saja yang dapat diinput. Menurut Dr. Ardavan Azef-Vaziri dari Departmen of Industrial and System Engineering, University of Southern California, CRAFT memiliki beberapa kekurangan yaitu : CRAFT mengasumsikan ketika dua departemen ditukar posisinya atau diiterasi, maka titik berat mereka juga akan bertukar.

23 49 Hal ini berlaku apabila dua departemen yang ditukar memiliki ukuran yang sama. Namun, hal ini tentu saja tidak berlaku apabila dua departemen yang ditukar memiliki ukuran yang tidak sama. Mengapa CRAFT mengasumsikan hal ini? Karena hal ini akan membuat perhitungan menjadi jauh lebih mudah. Dalam hal ini, CRAFT mengorbankan suatu kualitas solusi untuk menghemat waktu dalam jumlah yang besar. CRAFT tidak dapat memeriksa semua kemungkinan kombinasi tata letak. Karena CRAFT hanya dapat melakukan iterasi terhadap departemen-departemen yang memiliki ukuran yang sama dan departemen-departemen yang berbatasan langsung antara departemen yang satu dengan departemen yang lainnya. Dalam hal ini CRAFT telah mengorbankan kemungkinan untuk memperoleh solusi yang lebih baik guna melakukan penghematan waktu ALDEP (Automated Layout DEsign Program) ALDEP pertama kali dikembangkan oleh Seehof dan Evans pada tahun ALDEP merupakan variasi dari CORELAP. Tujuan dari ALDEP adalah untuk menciptakan tata letak dengan departemen high rank berdekatan antara yang satu dengan yang lain. Langkah-langkah seleksi dari ALDEP : Memilih departemen secara random.

24 50 Cari departemen yang memiliki hubungan penting A atau E dengan departemen sebelumnya. Apabila tidak ada,maka pilih departemen secara random. Ulangi langkah-langkah diatas sampai semua departemen telah diletakkan. Langkah-langkah penempatan dari ALDEP : Departemen pertama diletakkan pada pojok kiri atas. Semua departemen berbentuk persegi ataupun persegi panjang. Menggunakan sweep method untuk menempatkan departemen selanjutnya. Gambar sweep method dapat dilihat pada gambar berikut ini : Gambar 2.6. Pola dari sweep method Metode evaluasi tata letak yang dipergunakan dengan ALDEP adalah dengan cara mencari departemen-departemen yang berbatasan secara langsung. Kemudian menjumlahkan closseness value sebagai indikator untuk menentukan tata letak yang terbaik. Metode evaluasi ini dikenal juga dengan nama adjacencybased scoring. Berikut adalah rumus dari adjacency-based scoring : s = n i= 1 w i X i

25 51 Dimana w i = faktor pemberat untuk kelas / departemen i. X i = Jumlah hubungan yang terjadi antara departemen-departemen yang berbatasan secara langsung. Nilai w i bervariasi tergantung dari hubungan yang dimiliki oleh antar departemen. Keterkaitan A bernilai 64 Keterkaitan E bernilai 16 Keterkaitan I bernilai 4 Keterkaitan O bernilai 1 Keterkaitan U bernilai 0 Keterkaitan X bernilai 1024 Batasan-batasan dari ALDEP : ALDEP tidak dapat menangani perubahan dalam hubungan antar departemen. Apabila hubungan antar departemen berubah maka ALDEP akan menghasilkan tata letak baru. Mengabaikan arah aliran dari tiap departemen. Beberapa hubungan yang penting mungkin tidak dapat dipertimbangkan. Perbedaan-perbedaan antara ALDEP dengan CORELAP : Berdasarkan prosedur : ALDEP memilih departemen pertama secara random. Sedangkan CORELAP memilih departemen pertama berdasarkan total closseness rating. Berdasarkan filosofi : ALDEP menghasilkan banyak tata letak sedangkan CORELAP menghasilkan tata letak yang terbaik.

26 Sistem Informasi Pengertian dari Decision Support System Menurut Sauter (1997, p13), Decision Support System atau lebih dikenal dengan nama DSS merupakan suatu sistem berbasiskan komputer yang mendukung pemilihan dengan cara membantu para pengambil keputusan dengan cara mengorganisasi informasi dan menghasilkan model Tahapan Pengambilan Keputusan Menurut Simon (1977), ada 4 tahapan yang harus dilewati dalam proses pengambilan keputusan. Tahap-tahap tersebut antara lain adalah : 1. Tahap Intelligence Pada tahap ini, dilakukan proses untuk menemukan atau mengenali suatu masalah. Dikenal juga dengan nama fase diagnosa dari tahapan pembuatan keputusan. 2. Tahap Design Pada tahap ini dilakukan pertimbangan cara-cara yang akan digunakan untuk memecahkan suatu masalah, memenuhi kebutuhan ataupun mengambil keuntungan dari suatu kesempatan. 3. Tahap Choice Pada tahap ini, bobot nilai dari masing-masing solusi yang telah dihasilkan pada tahap-tahap sebelumnya akan diteliti dan dipertimbangkan. Pada tahap ini juga akan dipertimbangkan dampak dari masing-masing solusi dan akan dipilih solusi yang terbaik.

27 53 4. Tahap Implementation Pada tahap ini, solusi akan dijalankan, diawasi hasilnya dan akan dibuat penyesuaian apabila diperlukan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini : Gambar 2.7.Proses pengambilan keputusan Karakter-Karakter Kunci dan Kemampuan dari Decision Support System Gambar 2.8.Karakter-karakter kunci dan kemampuan dari DSS

28 Komponen-Komponen dari Decision Support System Menurut Turban (2005, p109), komponen-komponen dari suatu aplikasi DSS terdiri dari beberapa subsistem. Subsistem-subsistem tersebut antara lain: 1. Data-management subsystem Terdiri dari database yang menyimpan data yang digunakan untuk situasi pengambilan keputusan dan diatur oleh software yang dikenal dengan nama Database Management System (DBMS). 2. Model management subsystem Merupakan suatu paket software yang didalamnya terdapat analisa keuangan, analisa statistika, analisa manajemen dan model-model kuantitatif lainnya yang memberikan kemampuan bagi sistem untuk menganalisa. 3. User Interface subsystem Subsistem ini digunakan untuk jembatan komunikasi antara user dengan sistem. User dipertimbangkan sebagai bagian dari sistem. 4. Knowledge-based management subsystem Subsistem ini dapat bertindak untuk mendukung subsistem yang lainnya ataupun dapat bertindak sebagai komponen yang independen.

29 Langkah-langkah perancangan DSS Gambar 2.9.Skema perancangan DSS Elemen Model Analisis Model analisis harus dapat mencapai tiga sasaran utama yaitu : 1. Menggambarkan apa yang dibutuhkan oleh pelanggan. 2. Membangun dasar bagi pembuatan desain perangkat lunak. 3. Membatasi serangkaian persyaratan yang dapat divalidasi pada saat perangkat lunak dibangun.

30 56 Gambar 2.10.Hubungan antara model analisis dengan model desain Untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah disebutkan diatas maka dibuatlah suatu model analisis yang terdiri dari : o Data Flow Diagram o Entity Relationship Diagram ( ERD ). o State Transition Diagram. o Kamus data. o Spesification Process Data Flow Diagram (DFD) DFD pada dasarnya sebuah diagram yang menjelaskan bagaimana hubungan bersama dari bagian file, laporan, sumber dokumen dan sebagainya. DFD termasuk alat komunikasi perantara yang baik antara designer dan user karena mudah dipahami (hanya berisi 4 simbol). Empat simbol yang digunakan ini antara lain : 1. melambangkan proses.

31 57 2. melambangkan interface. 3. melambangkan tempat penyimpanan data. 4. melambangkan aliran proses yang dilakukan. Tujuan dari DFD adalah membuat/mengetahui aliran (track) aliran data seluruhnya dari sistem. Data dan proses adalah hal yang kritis untuk dipahami. DFD berbeda dengan flow sistem (systems flowcharts) dan flow program (program flowcharts) karena keduanya lebih mengarah ke hasil (orientation). Beberapa petunjuk untuk membuat DFD yang jelas dan mudah dibaca adalah sebagai berikut : 1. Pilihlah nama yang jelas maksudnya ( bagi proses, aliran, penyimpanan dan agen eksternal ). o Untuk proses sebaiknya menggunakan nama yang mengacu pada fungsi, yaitu gabungan antara kata kerja yang spesifik dan obyek, misalnya : memproses laporan inventori, validasi nomor telepon dan lain sebagainya. o Untuk agen eksternal, lebih mengacu kepada orang ataupun sekelompok orang. o Untuk aliran dan penyimpanan lebih mengacu kepada paket data ataupun informasi yang terkandung di dalamnya.

32 58 o Jangan menggunakan nama-nama yang terlalu umum, misalnya proses data, tangani masukan dan sebagainya. o Gunakan nama yang familiar bagi pemakai atau user. 2. Melakukan penomoran proses untuk lebih memperjelas sistematika. o Tidak menjadi suatu masalah bagaimana urutan ditempatkan. o Nomor tidak menunjukkan urutan. o Penomoran dimaksudkan sebagai identifikasi proses dan memudahkan penurunan ke level yang lebih rendah atau ke proses selanjutnya. 3. Menggambar kembali DFD hingga beberapa kali, sehingga cukup estetik. 4. Mencegah DFD yang terlalu kompleks dan tidak diperlukan. o Kegunaan dari DFD bukan hanya untuk menggambarkan suatu fungsi dan interaksinya dalam sistem secara akurat tetapi juga untuk dibaca dan dimengerti oleh bukan hanya penganalisa sistem, tetapi juga pemakai yang berpengalaman dalam sistem yang dimodelkan. Hal ini berarti supaya kita jangan membuat DFD yang memiliki terlalu banyak proses, aliran, penyimpanan dan agen eksternal. 5. Menjamin konsistensi dari DFD tersebut secara intern ataupun yang berkualitas. o Yang dimaksud dengan konsistensi dalam hal ini adalah konsistensi terhadap model-model yang lain seperti entity relationship diagram, state transition diagram, kamus data, dan spesifikasi proses ). Hal-hal penting yang perlu diperhatikan atau diingat dalam membuat DFD adalah :

33 59 1. Mencegah proses yang mempunyai masukan atau input namun tidak mempunyai keluaran atau output. Hal ini biasa disebut dengan black hole. 2. Mencegah proses yang mempunyai keluaran tapi tidak mempunyai masukan. 3. Berhati-hati dengan aliran dan proses yang tidak dinamakan karena dapat mengakibatkan elemen data yang saling tidak berhubungan menjadi satu. 4. Berhati-hati dengan penyimpanan yang mempunyai status yang hanya dapat dibaca atau hanya dapat ditulis dan berkaitan dengan proses yang hanya memproses masukan atau hanya memproses keluaran. Gambar 2.11.Bentuk-bentuk penggambaran DFD Level yang paling tinggi dalam suatu DFD hanyalah sebuah proses yang memodelkan keseluruhan sistem, sedangkan aliran memodelkan hubungan antara sistem dengan agen eksternal. Level ini sering disebut dengan nama context diagram.

34 60 Dalam hal ini pemberian nomor pada setiap proses DFD sangat vital. Hal ini sangat berguna untuk memudahkan penurunan DFD ke level yang lebih rendah. Penurunan ini mengacu kepada status tertentu yaitu : 1. Setiap penurunan ke level yang lebih rendah harus mampu mempresentasikan proses tersebut dalam spesifikasi proses yang jelas. Sehingga seandainya belum cukup jelas maka seharusnya diturunkan ke level yang lebih rendah. 2. Setiap penurunan hanya dilakukan jika perlu. 3. Tidak semua bagian dari sistem harus diturunkan dalam jumlah level yang sama karena yang kompleks dapat saja diturunkan dan yang sederhana mungkin tidak perlu diturunkan. Selain itu, tidak semua proses dalam level yang sama mempunyai derajat kompleksitas yang sama pula. 4. Konfirmasikan DFD yang telah dibuat dengan user. 5. Aliran data yang masuk dan keluar pada suatu proses di level harus berhubungan dengan aliran data yang masuk dan keluar pada level x+1. Dimana level x+1 tersebut mendefinisikan sub proses pada level x tersebut. 6. Ketika mulai menurunkan DFD dari level tertinggi, cobalah untuk mengidentifikasi event-event eksternal dimana sistem harus memberikan respon. Event eksternal dalam hal ini berarti suatu kejadian yang berkaitan dengan pengolahan data di luar sistem dan menyebabkan sistem kita memberikan tanggapan.

35 61 Gambar 2.12.Penurunan context diagram menjadi DFD level x Entity Relationship Diagram (ERD) Entity Relationship Diagram (Whitten, 2001, p260) adalah merupakan sebuah diagram yang menggambarkan data dalam bentuk entitas-entitas beserta hubungan yang terbentuk antar data tersebut. Menurut Dwi Aji Mardiyanto, komponen-komponen utama yang digunakan pada ERD adalah : o Entitas (entity) Entitas merupakan konsep dari data model. Entitas didefinisikan sebagai barang atau objek yang dapat dibedakan dari objek yang lain.

36 62 Suatu entitas mungkin dapat dipertimbangkan sebagai suatu tempat penyimpanan yang menampung sesuatu hal tertentu dalam sistem. Contoh : individu : pegawai, pelanggan, mahasiswa Di bawah ini ada dua buah entitas yang satu bernama student sedangkan yang satunya lagi bernama school. STUDENT SCHOOL Gambar 2.13.Entitas o Relasi (relationship) Merupakan hubungan atau asosiasi yang terjadi antara dua entitas atau lebih. Biasanya menggunakan kata kerja. Digambarkan dengan menggambar garis antara entitas yang ingin dihubungkan. Lihat gambar berikut ini: STUDENT SCHOOL Gambar 2.14.Hubungan antar entitas Apabila diperlukan, garis hubungan antar entitas dapat diberi label seperti gambar di bawah ini: STUDENT attends/ enrolls SCHOOL Gambar Hubungan antar entitas dengan menggunakan label o Atribut (attribute) Atribut merupakan properti yang dimiliki oleh setiap entitas yang akan disimpan datanya. Contoh: atribut dari pelanggan : No_KTP, nama, alamat.

37 63 o Kardinalitas (cardinality) Kardinalitas merupakan angka yang menunjukkan banyaknya kemunculan suatu objek terkait dengan kemunculan objek lain pada suatu relasi. Kombinasi yang mungkin digunakan dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar Kardinalitas o Modalitas (modality) Modalitas merupakan partipasi sebuah entitas pada suatu relasi. Dimana dilambangkan dengan 0 apabila bersifat optional/parsial. Dan dilambangkan dengan 1 apabila bersifat wajib/total. Sedangkan komponen-komponen dari ERD menurut Whitten, hampir sama dengan menurut Dwi Aji Mardiyanto namun perbedaannya terletak pada modality. Dimana menurut Whitten, modality termasuk dalam jenis cardinality, dan Whitten menambahkan komponen identification atau key. Dimana komponen ini merupakan sebuah atribut atau sekumpulan atribut yang bernilai unik untuk setiap contoh entitas State Transition Diagram (STD) STD menggambarkan semua status yang dapat dimiliki oleh suatu objek. STD juga menitikberatkan pada perilaku ketergantungan waktu dari sistem (time dependent behaviour).

38 64 Berdasarkan artikel yang ditulis oleh Lee Copeland dari notasi-notasi yang terdapat di dalam STD antara lain: 1. State. State merupakan suatu kondisi dari suatu daur hidup objek yang di dalamnya menggambarkan kondisi dari objek, menampilkan suatu action dan juga menunggu terjadinya event. 2. Event. Event merupakan suatu kejadian yang menyebabkan terjadinya perubahan pada state. 3. Guard. Guard merupakan suatu objek boolean, dimana apabila hasilnya true akan menyebabkan terjadinya transition / perubahan state. 4. Transition. Transition merupakan perubahan state dalam suatu objek. 5. Action. Action merupakan satu atau lebih kegiatan yang dilakukan oleh objek sebagai akibat dari terjadinya perubahan state.

39 65 STATE-TRANSITION TRANSITION DIAGRAM (cont..) IDLE WAITING FOR CALL RECORDING MESSAGE REWINDING PLAYING MESSAGES ANSWERING CALL 19 Gambar 2.17.Contoh dari STD Kamus Data Kamus data atau dikenal juga dengan nama data dictionary menyimpan semua objek data yang dibutuhkan dan dihasilkan oleh perangkat lunak. Kamus data merupakan suatu katalog fakta tentang data-data dan kebutuhan-kebutuhan informasi dari suatu sistem informasi. Kamus data dibuat berdasarkan arus-arus data yang terdapat di DFD. Gambar 2.18.Hubungan antara DFD dengan kamus data

40 66 Suatu kamus data terdiri dari : 1. Nama arus data Merupakan nama utama yang muncul pada objek data, data store atau external entity. 2. Alias Merupakan nama lain dari data (apabila ada). 3. Bentuk data Macam-macam bentuk data yang mengalir antara lain: o Formulir o Dokumen hasil cetakan monitor o Laporan tercetak o Tampilan di layar monitor o Variabel o Parameter o Field 4. Arus data Arus data menunjukkan darimana data mengalir dan kemana tujuan data. Keterangan ini perlu dicatat supaya memudahkan mencari arus data di DFD. 5. Penjelasan Penjelasan ini dimaksudkan untuk mengisi keterangan-keterangan tentang arus data untuk memperjelas arus data. 6. Periode Periode ini menunjukkan kapan terjadinya arus data ini.

41 67 7. Volume Volume yang perlu dicatat dalam kamus data adalah volume rata-rata dan volume puncak dari arus data. 8. Struktur data Struktur data menunjukkan arus data yang dicatat di kamus data terdiri dari item-item data apa saja. Notasi-notasi yang digunakan dalam kamus data dapat dilihat pada gambar berikut ini : Gambar 2.19.Notasi-notasi dalam kamus data Spesification Process Spesifikasi proses merupakan gambaran atau deskripsi rinci dari setiap proses yang muncul pada DFD. Tujuan dari pembuatan spesifikasi proses adalah untuk mendefinisikan apa saja yang harus dilakukan dengan tujuan untuk mengubah input menjadi output. Tools yang paling sering digunakan dalam membuat spesifikasi proses adalah structured english. Namun perlu diingat bahwa semua metode yang digunakan harus memenuhi dua syarat berikut ini yaitu :

42 68 1. Process specification harus digambarkan dalam bentuk form yang dapat di validasi oleh user dan sistem analis. 2. Process specification harus digambarkan dalam bentuk form yang dapat secara efektif dapat berkomunikasi dengan berbagai macam audience Decision Tree Diagram Decision tree diagram digunakan untuk menggambarkan langkah-langkah keputusan yang diambil dalam suatu sistem Gambar Contoh decision tree diagram

KONSEP DASAR TENTANG DESAIN PABRIK

KONSEP DASAR TENTANG DESAIN PABRIK KONSEP DASAR TENTANG DESAIN PABRIK Suatu lay-out pada umumnya ditentukan oleh jenis proses yang mendukungnya. Karena proses yang terjadi dalam industri begitu luasnya, maka lay-out yang direncanakan untuk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tata Letak Fasilitas 2.1.1 Definisi Tata Letak Fasilitas 1) Menurut Sritomo (1992, p52), tata letak fasilitas didefinisikan sebagai tata cara pengaturan fasilitas - fasilitas fisik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perancangan Tata Letak Pabrik 2.1.1 Definisi Perancangan Tata Letak Fasilitas Pengertian perencanaan fasilitas dapat dikemukakan sebagai proses perancangan fasilitas, termasuk

Lebih terperinci

PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS DAN ALGORITMA BLOCPLAN

PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS DAN ALGORITMA BLOCPLAN PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS DAN ALGORITMA BLOCPLAN Disusun Oleh: Risya Yuthika (1102120156) Septi Kurniawan (1102130054) Tio Auzan Hawali (1102120067) Nenden Widha Soraya (1102120157) Achmad Rizaldi

Lebih terperinci

Landasan Teori BAB II

Landasan Teori BAB II BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penyesuaian dan Kelonggaran Pembakuan sistem kerja tidak dapat di lepasakan dari dua aspek berikut, yaitu: pemberian penyesuaian dan pemberian kelonggaran. Penyesuaian diberikan

Lebih terperinci

PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS PERTEMUAN #2 TKT TAUFIQUR RACHMAN PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS

PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS PERTEMUAN #2 TKT TAUFIQUR RACHMAN PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS PERTEMUAN #2 TKT306 PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN

Lebih terperinci

Perancangan Tata Letak

Perancangan Tata Letak 1 TIN314 Perancangan Tata Letak Fasilitas Perancangan Tata Letak 2 Definisi: pengaturan tata letak fasilitasfasilitas operasi dengan memanfaatkan area yang tersedia untuk penempatan mesin-mesin, bahan-bahan,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Tata Letak Pabrik

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Tata Letak Pabrik II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Tata Letak Pabrik Menurut Apple (1990), Tata letak pabrik dapat didefinisikan sebagai tata cara pengaturan fasilitas fasilitas pabrik guna menunjang kelancaran proses

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN LAYOUT PRODUKSI OBLONG PADA DIVISI GARMEN LOKAL DI PT MKF, LTD.

USULAN PERBAIKAN LAYOUT PRODUKSI OBLONG PADA DIVISI GARMEN LOKAL DI PT MKF, LTD. USULAN PERBAIKAN LAYOUT PRODUKSI OBLONG PADA DIVISI GARMEN LOKAL DI PT MKF, LTD. Fendi Staf Produksi, Industri Manufaktur, PT ASTRA DAIHATSU MOTOR HEAD OFFICE, Jln. Gaya Motor III No. 5, Sunter II, Jakarta

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Tata Letak Pabrik atau Fasilitas Tata letak pabrik atau fasilitas produksi dan area kerja adalah masalah yang kerap kali kita jumpai dalam teknik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Tata Letak Fasilitas 2.1.1 Pengertian Perencanaan Fasilitas Perencanaan tata letak fasilitas termasuk kedalam bagian dari perancangan tata letak pabrik. Perencanaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Tata Letak Pabrik Tata letak adalah suatu landasan utama dalam dunia industri. Terdapat berbagai macam pengertian atau definisi mengenai tata letak pabrik. Wignjosoebroto

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan tujuan rancang fasilitas Wignjosoebroto (2009; p. 67) menjelaskan, Tata letak pabrik adalah suatu landasan utama dalam dunia industri. Perancangan tata letak pabrik

Lebih terperinci

Perancangan Tata Letak

Perancangan Tata Letak Materi #2 TIN314 Perancangan Tata etak Fasilitas Perancangan Tata etak 2 Definisi: pengaturan tata letak fasilitas-fasilitas operasi dengan memanfaatkan area yang tersedia untuk penempatan mesin-mesin,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian dan Tujuan Tata Letak Definisi tata letak ditinjau dari sudut pandang produksi adalah susunan fasilitas fasilitas produksi untuk memperoleh efisiensi

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Data dan Informasi Data merupakan fakta atau bagian dari fakta yang digambarkan dengan simbol-simbol, gambar-gambar, nilai-nilai, uraian karakter yang mempunyai arti pada suatu

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Ganda Teknik Industri Sistem Informasi Semester Ganjil tahun 2007/2008

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Ganda Teknik Industri Sistem Informasi Semester Ganjil tahun 2007/2008 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Ganda Teknik Industri Sistem Informasi Semester Ganjil tahun 2007/2008 ANALISIS DAN PERANCANGAN DECISION SUPPORT SYSTEM UNTUK PERENCANAAN TATA LETAK PABRIK PADA PT. ROYALINDO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang, yang biasanya memiliki salah satu ciri

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang, yang biasanya memiliki salah satu ciri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara berkembang, yang biasanya memiliki salah satu ciri dengan menjamurnya perusahaan industri. Setiap industri yang ada dituntut untuk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Definisi Tata Letak Pabrik. Tata letak pabrik dapat didefinisikan sebagai tata cara pengaturan fasilitasfasilitas pabrik dengan memanfaatkan luas area secara optimal guna menunjang

Lebih terperinci

MAKALAH REKAYASA PERANGKAT LUNAK ( PEMODELAN DATA )

MAKALAH REKAYASA PERANGKAT LUNAK ( PEMODELAN DATA ) MAKALAH REKAYASA PERANGKAT LUNAK ( PEMODELAN DATA ) Disusun Oleh : MUKHAMAT JAFAR 41813120014 MATA KULIAH : REKAYASA PERANGKAT LUNAK DOSEN : WACHYU HARI HAJI, S.KOM, MM UNIVERSITAS MERCUBUANA 2015 Mukhamat

Lebih terperinci

3. Masukkan alasan setiap pasangan departemen pada peta keterkaitan yang. didasarkan pada informasi karyawan dan pihak manajemen atau

3. Masukkan alasan setiap pasangan departemen pada peta keterkaitan yang. didasarkan pada informasi karyawan dan pihak manajemen atau 71 3. Masukkan alasan setiap pasangan departemen pada peta keterkaitan yang didasarkan pada informasi karyawan dan pihak manajemen atau pengetahuan tentang keterkaitan antar kegiatan. 4. Catat derajat

Lebih terperinci

Keuntungan. Perhitungan dapat dilakukan lebih cepat. Mampu menyelesaikan masalah yang kompleks. Proses perancangan lebih ekonomis

Keuntungan. Perhitungan dapat dilakukan lebih cepat. Mampu menyelesaikan masalah yang kompleks. Proses perancangan lebih ekonomis Pendahuluan Algoritma terkomputer merupakan alat yang sangat ampuh baik untuk membuat perbandingan pilihan susunan wilayah kegiatan dalam batasan kriteria yang terpilih dan data yang tersedia. Keuntungan

Lebih terperinci

PANDUAN PRAKTIKUM PENANGANAN BAHAN DAN PERENCANAAN TATA LETAK FASILITAS

PANDUAN PRAKTIKUM PENANGANAN BAHAN DAN PERENCANAAN TATA LETAK FASILITAS PANDUAN PRAKTIKUM PENANGANAN BAHAN DAN PERENCANAAN TATA LETAK FASILITAS Disusun Oleh Tim Dosen dan Asisten PLO 2017 LABORATORIUM KOMPUTASI DAN ANALISIS SISTEM JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Tata Letak Pabrik atau Perancangan Fasilitas Menurut Apple (1990, hal 2), Rekayasawan rancang fasilitas menganalisis, membentuk konsep, merancang dan mewujudkan sistem

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 TATA LETAK FASILITAS DAN RUANG LINGKUPNYA 2.1.1 Definisi Tata Letak Fasilitas Masalah tata letak fasilitas atau sering disebut juga tata letak pabrik menurut James Apple didefinisikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu Perusahaan atau Organisasi tidak dapat terlepas dari kegiatan atau

BAB I PENDAHULUAN. Suatu Perusahaan atau Organisasi tidak dapat terlepas dari kegiatan atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu Perusahaan atau Organisasi tidak dapat terlepas dari kegiatan atau proses pengolahan data, data yang didapat bisa berasal dari pihak intern maupun pihak ekstern.

Lebih terperinci

MODEL ANALISA. Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Rekayasa Perangkat Lunak. Dosen Pembimbing : Wachyu Hari Haji, S.Kom, MM.

MODEL ANALISA. Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Rekayasa Perangkat Lunak. Dosen Pembimbing : Wachyu Hari Haji, S.Kom, MM. MODEL ANALISA Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Rekayasa Perangkat Lunak Dosen Pembimbing : Wachyu Hari Haji, S.Kom, MM Disusun Oleh : Fadhilla Eka Hentino / 41813120051 UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang sama untuk mencapai suatu tujuan RAY[6]. dan lebih berarti bagi yang menerimanya RAY[6].

BAB II LANDASAN TEORI. yang sama untuk mencapai suatu tujuan RAY[6]. dan lebih berarti bagi yang menerimanya RAY[6]. 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Dasar Sistem Informasi Sistem adalah sekelompok elemen-elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan RAY[6]. Informasi adalah data

Lebih terperinci

TATA LETAK PABRIK KULIAH 1: INTRODUCTION

TATA LETAK PABRIK KULIAH 1: INTRODUCTION TATA LETAK PABRIK KULIAH 1: INTRODUCTION By: Rini Halila Nasution, ST, MT TUJUAN Setelah mengikuti perkuliahan Tata Letak Pabrik, mahasiswa diharapkan mampu memahami aspek-aspek yang berkaitan dengan analisa

Lebih terperinci

1. Konsep dan Prinsip Analisa

1. Konsep dan Prinsip Analisa 1. Konsep dan Prinsip Analisa Pendataan industri dan perdagangan merupakan salah satu bagian dari ketersediaan data statistik industri dan perdagangan. Data yang mencakup di dalamnya yaitu : data kecamatan,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori Perancangan tata letak pabrik merupakan kegiatan yang berhubungan dengan perancangan unsur fisik suatu kegiatan, yang biasanya berhubungan dengan industri manufaktur.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai tata letak fasilitas sudah dilakukan oleh banyak peneliti terdahulu dengan tempat dan analisis yang berbeda antara satu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 29 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Perancangan Tata Letak Salah satu kegiatan rekayasa industri yang paling tua adalah menata letak fasilitas. Dan tata letak yang baik selalu mengarah kepada perbaikan-perbaikan

Lebih terperinci

PEMODELAN ANALISIS. Di Susun Oleh : Linda Liana Dosen Pengampu : Wahyu Hari Haji M.Kom

PEMODELAN ANALISIS. Di Susun Oleh : Linda Liana Dosen Pengampu : Wahyu Hari Haji M.Kom PEMODELAN ANALISIS Di Susun Oleh : Linda Liana 41813120100 Dosen Pengampu : Wahyu Hari Haji M.Kom FAKULTAS ILMU KOMPUTER PROGRAM STUDY SISTEM INFORMASI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2015 PEMBAHASAN Model

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Line Balancing Line Balancing adalah suatu analisis yang mencoba melakukan suatu perhitungan keseimbangan hasil produksi dengan membagi beban antar proses secara berimbang

Lebih terperinci

TATA LETAK DENGAN BANTUAN KOMPUTER. Tataletak Fasilitas dengan Bantuan Komputer

TATA LETAK DENGAN BANTUAN KOMPUTER. Tataletak Fasilitas dengan Bantuan Komputer TATA LETAK DENGAN BANTUAN KOMPUTER 1 KEUNTUNGAN PENGGUNAAN KOMPUTER DALAM PENYELESAIAN MASALAH TATA LETAK 1. Perhitungan dapat dilakukan lebih cepat. 2. Mampu menyelesaikan masalah yang kompleks. 3. Proses

Lebih terperinci

MAKALAH ELEMEN MODEL ANALISIS. NAMA : RANI JUITA NIM : DOSEN : WACHYU HARI HAJI. S.Kom.MM

MAKALAH ELEMEN MODEL ANALISIS. NAMA : RANI JUITA NIM : DOSEN : WACHYU HARI HAJI. S.Kom.MM MAKALAH ELEMEN MODEL ANALISIS NAMA : RANI JUITA NIM : 41813120165 DOSEN : WACHYU HARI HAJI. S.Kom.MM JURUSAN SISTEM INFORMASI FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2015 PEMODELAN ANALISIS

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian 3.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan berperan dominan di dalam menentukan keberhasilan pelayanan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 66 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Dari seluruh data yang telah dikumpulkan, dilakukan pengolahan data yang dapat dilihat secara keseluruhan pada lampiran. 4.2 Analisis Data 4.2.1 OPC (Operation

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. Agronesia merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur dengan beberapa divisi, meliputi divisi karet, makanan dan minuman, serta es balok. Divisi barang teknik

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Basis Data 2.1.1 Pengertian Data Menurut Turban (2003, p2), data ialah fakta yang belum diolah atau gambaran dari transaksi yang ditangkap, direkam, disimpan dan diklasifikasikan.

Lebih terperinci

Modern structured analysis Approch(MSAA) dan structured system Analysis and Design Method (SSADM) BY LILIS PUSPITAWATI, SE.,M.SI

Modern structured analysis Approch(MSAA) dan structured system Analysis and Design Method (SSADM) BY LILIS PUSPITAWATI, SE.,M.SI Modern structured analysis Approch(MSAA) dan structured system Analysis and Design Method (SSADM) BY LILIS PUSPITAWATI, SE.,M.SI Metode analisis dan perancangan terstruktur Alat Bantu : Statement of purpose,

Lebih terperinci

Review Rekayasa Perangkat Lunak. Nisa ul Hafidhoh

Review Rekayasa Perangkat Lunak. Nisa ul Hafidhoh Review Rekayasa Perangkat Lunak Nisa ul Hafidhoh nisa@dsn.dinus.ac.id Software Process Sekumpulan aktivitas, aksi dan tugas yang dilakukan untuk mengembangkan PL Aktivitas untuk mencapai tujuan umum (komunikasi

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI Landasan Teori merupakan dasar tentang pendapat dalam melakukan penelitian atau penemuan yang didukung oleh data data dan argumentasi penulis. Fungsi dari landasan teori adalah untuk

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Penulis melakukan penelitian pada toko AP Music Gallery Bandung yang

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Penulis melakukan penelitian pada toko AP Music Gallery Bandung yang BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Penulis melakukan penelitian pada toko AP Music Gallery Bandung yang beralamat di Jalan Jl. Surapati No.235. Toko ini belum memiliki media dalam

Lebih terperinci

SISTEM PENANGANAN MATERIAL

SISTEM PENANGANAN MATERIAL SISTEM PENANGANAN MATERIAL 167 Penanganan Material (Material Handling) merupakan seni pergerakan/pemindahan material secara ekonomis dan aman. Material handling dirancang menggunakan metode yang tepat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hubungannya satu dengan yang lain, yang berfungsi bersama-sama untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hubungannya satu dengan yang lain, yang berfungsi bersama-sama untuk 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Sistem Informasi 2.1.1 Pengertian Sistem Menurut Sutabri (2004) Sistem adalah sekelompok unsur yang erat hubungannya satu dengan yang lain, yang berfungsi bersama-sama

Lebih terperinci

Metode Craft Berbantuan Perangkat Lunak WinQsb Untuk Usulan Perbaikan Tata Letak Fasilitas V2.0 Pada Industri Dompet CV. X

Metode Craft Berbantuan Perangkat Lunak WinQsb Untuk Usulan Perbaikan Tata Letak Fasilitas V2.0 Pada Industri Dompet CV. X Metode Craft Berbantuan Perangkat Lunak WinQsb Untuk Usulan Perbaikan Tata Letak Fasilitas V2.0 Pada Industri Dompet CV. X Rossi Septy Wahyuni 1a Astri Anggraini Safitri 2b 1 Jurusan Teknik Industri Fakultas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI Defenisi Tata Letak Pabrik. Tata letak pabrik dapat didefinisikan sebagai tata cara pengaturan fasilitasfasilitas

BAB 2 LANDASAN TEORI Defenisi Tata Letak Pabrik. Tata letak pabrik dapat didefinisikan sebagai tata cara pengaturan fasilitasfasilitas BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Defenisi Tata Letak Pabrik Tata letak pabrik dapat didefinisikan sebagai tata cara pengaturan fasilitasfasilitas pabrik dengan memanfaatkan luas area secara optimal guna menunjang

Lebih terperinci

BAB V PENGEMBANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN

BAB V PENGEMBANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN BAB V PENGEMBANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN A. Tujuan Pengambangan Sistem Performance (kinerja), dapat diukur dengan 2 parameter yaitu throughput dan respon time. Throughput adalah banyaknya transaksi

Lebih terperinci

: ENDRO HASSRIE NIM : MATKUL : REKAYASA PERANGKAT LUNAK PEMODELAN DATA

: ENDRO HASSRIE NIM : MATKUL : REKAYASA PERANGKAT LUNAK PEMODELAN DATA NAMA : ENDRO HASSRIE NIM : 41813120047 MATKUL : REKAYASA PERANGKAT LUNAK PEMODELAN DATA Pemodelan data (ER Diagram) adalah proses yang digunakan untuk mendefinisikan dan menganalisis kebutuhan data yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah cara ilmiah dalam mendapatkan suatu data,

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah cara ilmiah dalam mendapatkan suatu data, BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara ilmiah dalam mendapatkan suatu data, Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut: 3.1.1.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Keberhasilan suatu penelitian sangat ditentukan oleh langkah-langkah penelitian yang baik, sehingga penelitian tersebut dapat menghasilkan suatu bentuk

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Untuk mendukung penulis dalam melakukan penelitian dan pengumpulan

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Untuk mendukung penulis dalam melakukan penelitian dan pengumpulan 24 BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Untuk mendukung penulis dalam melakukan penelitian dan pengumpulan data, penulis memilih bagian penjualan dan pembelian bertempat di Distro

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Definisi Data Data merupakan fakta atau bagian dari fakta yang digambarkan dengan simbol-simbol, gambar-gambar, nilai-nilai, uraian karakter yang mempunyai arti pada suatu konteks

Lebih terperinci

Usulan Tata Letak Fasilitas Menggunakan Automated Layout Design Program Di Industri Hilir Teh PT. Perkebunan Nusantara VIII *

Usulan Tata Letak Fasilitas Menggunakan Automated Layout Design Program Di Industri Hilir Teh PT. Perkebunan Nusantara VIII * Reka Integra ISSN: 2338-5081 Teknik Industri Itenas No.1 Vol.1 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Juli 2013 Usulan Tata Letak Fasilitas Menggunakan Automated Layout Design Program Di Industri Hilir

Lebih terperinci

PERANCANGAN TEKNIK INDUSTRI 2

PERANCANGAN TEKNIK INDUSTRI 2 PERANCANGAN TEKNIK INDUSTRI 2 PROJECT 4 PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS LABORATORIUM TEKNIK INDUSTRI PROJECT 4 PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS 5.1 TUJUAN PRAKTIKUM Project ini bertujuan agar tiap-tiap

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini dilaksanakan pada event organizer Putra Gembira

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini dilaksanakan pada event organizer Putra Gembira BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek penelitian ini dilaksanakan pada event organizer Putra Gembira Bandung di bagian pendaftaran konsumen. Yang berlokasi di jalan rajawali timur

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Studi literatur mengenai decision support system serta beberapa metode yang digunakan untuk pengambilan keputusan dengan banyak kriteria, yaitu: metode

Lebih terperinci

PERANCANGAN TATA LETAK BERBANTUAN KOMPUTER (COMPUTERIZED AIDED LAYOUT)

PERANCANGAN TATA LETAK BERBANTUAN KOMPUTER (COMPUTERIZED AIDED LAYOUT) PERANCANGAN TATA LETAK BERBANTUAN KOMPUTER (COMPUTERIZED AIDED LAYOUT) 286 Latar belakang computerized aided layout (CAL) Rumitnya masalah Berkembangnya komputer Kerja komputer dengan logika, matematika,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METDLGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Metodologi penelitian menguraikan seluruh kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian berlangsung dari awal proses penelitian sampai akhir penelitian.

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Definisi Data Data merupakan fakta atau bagian dari fakta yang digambarkan dengan simbol-simbol, gambar-gambar, nilai-nilai, uraian karakter yang mempunyai arti pada suatu konteks

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Informasi Dan Data Informasi di jaman modern seperti ini sangat dibutuhkan oleh setiap individu maupun suatu organisasi. Karena informasi dapat digunakan sebagai bahan

Lebih terperinci

Usulan Perbaikan Tata Letak Fasilitas dengan Menggunakan Algoritma CRAFT

Usulan Perbaikan Tata Letak Fasilitas dengan Menggunakan Algoritma CRAFT Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.4 No.2 (2015) 36-41 ISSN 2302 934X Industrial Management Usulan Perbaikan Tata Letak Fasilitas dengan Menggunakan Algoritma CRAFT Suharto Tahir *, Syukriah

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Flippo (1984) mendefinisikan sebagai berikut: Penarikan calon pegawai

BAB III LANDASAN TEORI. Flippo (1984) mendefinisikan sebagai berikut: Penarikan calon pegawai BAB III LANDASAN TEORI 1. 3.1 Rekrutmen Flippo (1984) mendefinisikan sebagai berikut: Penarikan calon pegawai atau tenaga kerja adalah proses pencarian tenaga kerja yang dilakukan secara seksama, sehingga

Lebih terperinci

Khristian Edi Nugroho; Dimas Rahmawan; Prayogo Adi Utomo

Khristian Edi Nugroho; Dimas Rahmawan; Prayogo Adi Utomo USULAN TATA LETAK ULANG MENGGUNAKAN SOFTWARE QUANTITATIVE SYSTEMS UNTUK MEMINIMALKAN JARAK PERPINDAHAN BAHAN DI LANTAI PRODUKSI DEPARTEMEN MECHANIC PT JEFTA PRAKARSA PRATAMA Khristian Edi Nugroho; Dimas

Lebih terperinci

TATA LETAK PABRIK KULIAH 2: PERENCANAAN LAYOUT

TATA LETAK PABRIK KULIAH 2: PERENCANAAN LAYOUT TATA LETAK PABRIK KULIAH 2: PERENCANAAN LAYOUT By: Rini Halila Nasution, ST, MT Alat, bahan dan pekerja harus diatur posisinya sedemikian rupa dalam suatu pabrik, sehingga hasilnya paling efektif dan ekonomis.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. objek-objek yang saling berelasi dan berinteraksi serta hubungan antar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. objek-objek yang saling berelasi dan berinteraksi serta hubungan antar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Informasi 2.1.1 Pengertian Sistem Menurut Al Fatta (2007) sistem secara umum adalah sekumpulan objek-objek yang saling berelasi dan berinteraksi serta hubungan antar

Lebih terperinci

Optimalisasi Tata Letak Mesin Produksi Terhadap Kinerja Karyawan Pada CV. ABC Aceh Besar

Optimalisasi Tata Letak Mesin Produksi Terhadap Kinerja Karyawan Pada CV. ABC Aceh Besar Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.3 No.2 (2014) 4-9 ISSN 2302 934X Industrial Management Optimalisasi Tata Letak Mesin Produksi Terhadap Kinerja Karyawan Pada CV. ABC Aceh Besar Dewi Mulyati*

Lebih terperinci

Nama : Rendi Setiawan Nim :

Nama : Rendi Setiawan Nim : Nama : Rendi Setiawan Nim : 41813120188 Pemodelan Data Pemodelan Data dalam rekayasa perangkat lunak adalah proses menciptakan sebuah model data dengan menerapkan model deskripsi formal data menggunakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan Tujuan Perencanaan Tata Letak Perencanaan tata letak dapat dikemukakan sebagai proses perancangan tata letak, termasuk di dalamnya analisis, perencanaan, desain

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Tata Letak Pabrik / Fasilitas Tata letak pabrik atau fasilitas produksi dan area kerja yang ada adalah suatu masalah yang sering dijumpai dalam

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Penulis melakukan penelitian pada Toko Nada Bandung yang beralamat di

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Penulis melakukan penelitian pada Toko Nada Bandung yang beralamat di BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Penulis melakukan penelitian pada Toko Nada Bandung yang beralamat di Jl. Naripan No.111 Bandung 40112 Toko ini masih menggunakan sosial media

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 1.1 Sistem Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan kegiatan atau untuk melakukan sasaran tertentu

Lebih terperinci

Dibuat Oleh : 1. Andrey ( )

Dibuat Oleh : 1. Andrey ( ) Dibuat Oleh : 1. Andrey (41813120186) FAKULTAS ILMU KOMPUTER PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2015 Pemodelan Data dalam rekayasa perangkat lunak adalah proses menciptakan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Teknik Pengumpulan Data Dalam proses penulisan skripsi mengenai perancangan tata letak ini, penulis mengumpulkan dan menyusun data-data yang berhasil dikumpulkan oleh penulis.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Sistem Terdapat dua kelompok pendekatan didalam mendefinisikan sistem yaitu yang menekankan pada prosedurnya dan menekankan pada komponen dan elemenya. Pendekatan sistem

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek peneletian dimana penulis melakukan penelitian yaitu di PT.

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek peneletian dimana penulis melakukan penelitian yaitu di PT. BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek peneletian dimana penulis melakukan penelitian yaitu di PT. Indonesia Mastite Gasket (PT. IMG) yang berada di Jl. Soekarno-Hatta 159 Bandung-Indonesia.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian dan definisi sistem pada berbagai bidang berbeda-beda, tetapi

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian dan definisi sistem pada berbagai bidang berbeda-beda, tetapi BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Sistem Pengertian dan definisi sistem pada berbagai bidang berbeda-beda, tetapi meskipun istilah sistem yang digunakan bervariasi,semua sistem pada bidangbidang tersebut

Lebih terperinci

SYSTEMATIC LAYOUT PLANNING (SLP) PERTEMUAN #3 TKT TAUFIQUR RACHMAN PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS

SYSTEMATIC LAYOUT PLANNING (SLP) PERTEMUAN #3 TKT TAUFIQUR RACHMAN PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS SYSTEMATIC LAYOUT PLANNING (SLP) PERTEMUAN #3 TKT306 PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN TATA LETAK FASILITAS LANTAI PRODUKSI PRODUK SEPATU PERLENGKAPAN DINAS HARIAN (STUDI KASUS PADA CV. MULIA)

USULAN PERBAIKAN TATA LETAK FASILITAS LANTAI PRODUKSI PRODUK SEPATU PERLENGKAPAN DINAS HARIAN (STUDI KASUS PADA CV. MULIA) USULAN PERBAIKAN TATA LETAK FASILITAS LANTAI PRODUKSI PRODUK SEPATU PERLENGKAPAN DINAS HARIAN (STUDI KASUS PADA CV. MULIA) Widya Nurcahayanty Tanjung 1, Fauzan Hariz Harimansyah E-mail: widya@uai.ac.id

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. direkam ke dalam berbagai bentuk media. (Gultom et al, 2005).

BAB III LANDASAN TEORI. direkam ke dalam berbagai bentuk media. (Gultom et al, 2005). BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Data Data sering disebut sebagai bahan mentah informasi. Tapi menurut Murdick, dkk (1984) merumuskan bahwa data adalah fakta yang tidak sedang digunakan pada proses keputusan,

Lebih terperinci

ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI. Pendekatan Terstruktur dan alat-alat pemodelan Sistem

ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI. Pendekatan Terstruktur dan alat-alat pemodelan Sistem ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI Pendekatan Terstruktur dan alat-alat pemodelan Sistem Model Pendekatan Pendekatan terstruktur Mempertimbangkan data dan proses yang mentransformasikan data sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hubungannya satu dengan yang lain, yang berfungsi bersama-sama untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hubungannya satu dengan yang lain, yang berfungsi bersama-sama untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Sistem Informasi 2.1.1 Pengertian Sistem Menurut Sutabri (2004), sistem adalah sekelompok unsur yang erat hubungannya satu dengan yang lain, yang berfungsi bersama-sama

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 4 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Sistem Sistem adalah sekumpulan unsur / elemen yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi dalam melakukan kegiatan bersama untuk mencapai suatu tujuan. Contoh :

Lebih terperinci

Systematic Layout Planning

Systematic Layout Planning Materi #3 TIN314 Perancangan Tata Letak Fasilitas Systematic Layout Planning 2 (2) Aliran material (1) Data masukan dan aktivitas (3) Hubungan aktivitas (5a) Kebutuhan ruang (7a) Modifikasi (4) Diagram

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sutabri (2004), sistem adalah sekelompok unsur yang erat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sutabri (2004), sistem adalah sekelompok unsur yang erat 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Sistem Informasi 2.1.1 Pengertian Sistem Menurut Sutabri (2004), sistem adalah sekelompok unsur yang erat hubungannya satu dengan yang lain, yang berfungsi bersama-sama

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. secara umum ditinjau dari sudut pandang produksi adalah susunan fasilitas produksi

BAB 1 PENDAHULUAN. secara umum ditinjau dari sudut pandang produksi adalah susunan fasilitas produksi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Definisi Tata Letak Fasilitas adalah Suatu tata cara pengaturan fasilitas fasilitas produksi guna menunjang proses produksi (Sritomo, 1996). Tata Letak secara umum

Lebih terperinci

PENDAHULUAN DEFINISI, RUANG LINGKUP, TUJUAN, DAN PROSEDUR PERANCANGAN FASILITAS

PENDAHULUAN DEFINISI, RUANG LINGKUP, TUJUAN, DAN PROSEDUR PERANCANGAN FASILITAS PENDAHULUAN DEFINISI, RUANG LINGKUP, TUJUAN, DAN PROSEDUR PERANCANGAN FASILITAS 7 Definisi Pabrik Pabrik/Industri setiap tempat dimana faktor-faktor seperti : manusia, mesin dan peralatan (fasilitas) produksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Mengacu pada latar belakang penelitian dan rumusan masalah serta tujuan

BAB III METODE PENELITIAN. Mengacu pada latar belakang penelitian dan rumusan masalah serta tujuan BAB III METODE PENELITIAN 3. 1. Metode Penelitian Mengacu pada latar belakang penelitian dan rumusan masalah serta tujuan penelitian maka metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS PABRIK PEMBUATAN RANGKA MEJA PING-PONG PADA CV SHIAMIQ TERANG ABADI

PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS PABRIK PEMBUATAN RANGKA MEJA PING-PONG PADA CV SHIAMIQ TERANG ABADI PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS PABRIK PEMBUATAN RANGKA MEJA PING-PONG PADA CV SHIAMIQ TERANG ABADI Ade Putri K 1, Alifah K 2, Finda Arwi M 3, Rizqy W 4, Virda Hersy L. S 5, Wakhid Ahmad Jauhari

Lebih terperinci

SILABUS MATAKULIAH. Revisi : 4 Tanggal Berlaku : 4 September 2015

SILABUS MATAKULIAH. Revisi : 4 Tanggal Berlaku : 4 September 2015 SILABUS MATAKULIAH Revisi : 4 Tanggal Berlaku : 4 September 2015 A. Identitas 1. Nama Matakuliah : Perancangan Tata Letak Fasilitas 2. Program Studi : Teknik Industri 3. Fakultas : Teknik 4. Bobot sks

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Umum Sistem pengolahan data secara manual akan membuat keterbatasan penyajian informasi yang terkadang informasi ini sangat dibutuhkan secepat mungkin oleh pengguna

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 FLOW CHART PEMECAHAN MASALAH Untuk memberikan gambaran yang sistematik guna mempermudah pembaca dalam memahami masalah yang dibahas dalam skripsi ini, maka dibuatlah suatu

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah bagian pengolahan

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah bagian pengolahan BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah bagian pengolahan data dan penyimpanan data barang pada Apotek Martanegara. 3.1.1. Sejarah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat penelitian Penelitian ini dilakukan pada PT. Nusa Multilaksana, merupakan perusahaan yang bergerak pada usaha perdagangan. PT. Nusa Multilaksana berkedudukan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan dasar-dasar teori yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas, dan menjelaskan system yang digunakan pada kerja praktik ini. Adapun teori-teori

Lebih terperinci

komputasi dan memori yang rendah), mampu memecahkan permasalahan dengan area fasilitas yang sama atau tidak sama (equal and unequal area), dan

komputasi dan memori yang rendah), mampu memecahkan permasalahan dengan area fasilitas yang sama atau tidak sama (equal and unequal area), dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan tata letak fasilitas merupakan salah satu area penting dalam merancang sistem produksi sekaligus merupakan kunci untuk meningkatkan produktivitas pabrik.

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Definisi Data Data merupakan fakta atau bagian dari fakta yang digambarkan dengan simbol-simbol, gambar-gambar, nilai-nilai, uraian karakter yang mempunyai arti pada suatu konteks

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.2 Sistem Suku Bunga Secara umum terdapat dua metode dalam perhitungan bunga, yaitu metode Flat dan Efektif.

BAB II DASAR TEORI. 2.2 Sistem Suku Bunga Secara umum terdapat dua metode dalam perhitungan bunga, yaitu metode Flat dan Efektif. BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Kredit Pengertian kredit mempunyai dimensi yang beraneka ragam, dimulai kata kredit yang berasal dari bahasa Yunani credere yang berarti kepercayaan. Maksudnya pemberi

Lebih terperinci