KLASIFIKASI KOMODITI TANAMAN BAHAN MAKANAN DALAM KERANGKA PERENCANAAN PENGEMBANGAN EKONOMI DAERAH KABUPATEN KLATEN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KLASIFIKASI KOMODITI TANAMAN BAHAN MAKANAN DALAM KERANGKA PERENCANAAN PENGEMBANGAN EKONOMI DAERAH KABUPATEN KLATEN"

Transkripsi

1 1 KLASIFIKASI KOMODITI TANAMAN BAHAN MAKANAN DALAM KERANGKA PERENCANAAN PENGEMBANGAN EKONOMI DAERAH KABUPATEN KLATEN Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian/ Program Studi Agrobisnis Oleh : Joko Purwanto H FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009

2 2 PERNYATAAN Dengan ini kami selaku Tim Pembimbing Skripsi Mahasiswa Program Sarjana : Nama NIM Jurusan/Program Studi : Joko Purwanto : H : Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Menyetujui Naskah Publikasi Ilmiah yang disusun oleh yang bersangkutan dan dipublikasikan dengan / tanpa *) mencantumkan nama tim pembimbing sebagai Co- Author. Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping Ir. Ropingi, M.Si NIP Ir. Agustono, M.Si NIP

3 3 KLASIFIKASI KOMODITI TANAMAN BAHAN MAKANAN DALAM KERANGKA PERENCANAAN PENGEMBANGAN EKONOMI DAERAH KABUPATEN KLATEN JOKO PURWANTO H ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui klasifikasi komoditi tanaman bahan makanan di Kabupaten Klaten berdasarkan Tipologi Klassen dan strategi pengembangan komoditi tanaman bahan makanan dalam kerangka perencanaan pengembangan ekonomi daerah Kabupaten Klaten. Metode dasar penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Daerah penelitian diambil secara sengaja (purposive) di Kabupaten Klaten. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik, BAPEDA, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Klaten, yaitu berupa data PDRB Kabupaten Klaten, PDRB Provinsi Jawa Tengah tahun ADHK 2000, jumlah produksi dan harga komoditi tanaman bahan makanan tahun , data RPJMD Kabupaten Klaten, dan data yang ada dalam Klaten dalam Angka Hasil penelitian menunjukkan bahwa klasifikasi komoditi tanaman bahan makanan di Kabupaten Klaten berdasarkan pendekatan Tipologi Klassen yang termasuk komoditi prima adalah padi dan jagung; komoditi berkembang terdiri dari ubi kayu, durian, kedelai, cabe rawit, mangga, rambutan, petai, cabe besar, sukun, ubi jalar, sawi, kacang panjang, kacang hijau, mentimun, tomat, terong, bawang merah, alpukat, kubis, jambu biji, salak, jeruk, duku, jambu air, belimbing, sirsak, kangkung, dan nanas; dan komoditi terbelakang meliputi pisang, melinjo, kacang tanah, nangka, pepaya, melon, semangka, sawo, bayam, dan manggis. Strategi pengembangan jangka pendek yaitu dengan upaya pengembangan agribisnis tanaman pangan, diversifikasi pasar, penguatan kelembagaan petani, pelibatan pihak swasta sebagai mitra petani, upaya menciptakan peraturan dan kebijakan yang kondusif. Strategi pengembangan jangka menengah terdiri dua macam alternatif strategi, yaitu strategi untuk mengembangkan komoditi berkembang menjadi komoditi prima, melalui upaya pemeliharaan tanaman ubi kayu secara intensif; pengembangan agribisnis durian; perbaikan kualitas buah mangga dan rambutan dengan sortasi; penggunaan benih kedelai, cabe rawit, dan cabe besar yang bermutu dari varietas unggul. Strategi untuk mengembangkan komoditi terbelakang menjadi komoditi berkembang, melalui upaya peningkatan produktivitas pisang, pepaya, dan nangka; peningkatan kualitas buah melinjo; pengamanan produksi kacang tanah. Strategi pengembangan jangka panjang terdiri dari dua macam alternatif strategi, yaitu strategi untuk mengembangkan agar komoditi terbelakang menjadi berkembang, melalui upaya pengoptimalan sumberdaya yang tersedia untuk pisang, melinjo, dan kacang tanah; peningkatkan peranan perlindungan tanaman kacang tanah, melon, dan semangka; peningkatan kualitas SDM bagi petani melon dan semangka. Strategi untuk mengembangkan komoditi prima, strateginya yaitu melalui upaya pengembangan pembenihan unggul,

4 4 menjaga kesuburan tanah secara kontinuitas, penyediaan sarana dan prasarana pertanian yang memadai serta pemeliharaan sarana produksi usahatani. Kata Kunci: klasifikasi, komoditi tanaman bahan makanan, Tipologi Klassen, strategi pengembangan, Kabupaten Klaten

5 5 COMMODITY CLASSIFICATION OF CROP FOODSTUFF IN PLANNING OF ECONOMIC DEVELOPMENT KLATEN REGENCY JOKO PURWANTO H ABSTRACT The aim of this research to know commodity classification of crop foodstuff in Klaten Regency based on Klassen Typology and developing strategies of commodity crop foodstuff in planning of developing economic in Klaten regency based on the short-range period, middle-range and long-range period. The basic method in this research is descriptive method. The research area is taken purposive in Klaten regency. The kind of data that used is secondary data, there are consist of Domestic Regional Bruto Product (PDRB) in Klaten regency, PDRB province of Central Java in the year ADHK 2000, the total production of commodity crop foodstuff, the price of commodity crop foodstuff in the years in Klaten Regency, the data of planning developing in long-range area (RPJMD) Klaten Regency, and the data that involve in Klaten in numeral The data is gotten from Badan Pusat Statistik (BPS) Klaten Regency, BAPEDA Klaten Regency, and agriculture and stamina of the food agency in Klaten Regency. The research finding indicated that commodity classifications of crop foodstuff in Klaten regency based on Klassen Typology method are that included primer commodity are rice plant and maize (corn); blossom commodity are consist of cassava, durian, soybean, a small chili, mango, the rambutan, petai, a big chili, bread fruit, sweet potato, mustard greens, legume, mug bean, cucumber, tomato, egg plant, onion, avocado, cabbage, guava, the zallaca palm, orange, tree with edible fruit, lanseh tree, star fruit, the sweet sop fruit, kinds of levy vegetable and pineapple; and the latest commodity includes banana, carelessly negligent, peanut (pellet), jackfruit, papaya, melon, watermelon, sapodilla, amaranth used as vegetable, and mangos teen.. Developing short-range strategies with developing agribusiness of foodstuff, marketing diversification, making strong for the farmer institutional, involving private sides as a farmers friend, efforts to create the role and conductivities policy. Developing middle-range strategies involved two kinds strategies; they are strategy for developing blossom commodity become primer commodity, through efforts keeping the cassava plant intensively, developing agribusiness of durian, improvement the quality of mango and the rambutan by grading, using the soybean, a small chili, a big chili excellent feed from the excellent varieties. The strategy to developing to develop the latest commodity become blossom commodity, through efforts improving the production of banana, papaya, and nangka; improving the quality of carelessly negligent, the production pacification of peanut. Developing long-range strategies include two kinds of strategies, there are: strategy for developing the latest commodity become blommed, through optimally the resources of banana; carelessly negligent, and peanut; improving the protection crop of peanut, melon, and water melon; improving the quality of melon and water melon farmer as human being. The strategy to develop primer commodity, its strategy pass through improving superior germanition, keeping

6 6 the continuity of fertilizer land, supplying the medium and infrastructure of agricultural with keeping the farmer efforts tool production. Keywords: classification, commodity of crop foodstuff, Klassen Typology, developing strategy, Klaten Regency

7 7 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat bekerjasama untuk mengelola sumberdaya tersedia yang menjadi potensi bagi suatu daerah. Pembangunan dapat dilakukan dengan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan pekerjaan baru dan agar dapat merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Pembangunan ekonomi daerah memiliki peranan penting dalam keberhasilan pembangunan di tingkat nasional. Keadaan perekonomian nasional disusun oleh keadaan perekonomian daerah, sehingga keberhasilan pembangunan di daerah akan turut menentukan keberhasilan pembangunan di tingkat nasional. Pembangunan di Provinsi Jawa Tengah yang berlangsung secara menyeluruh dan berkesinambungan telah meningkatkan perekonomian masyarakat. Pencapaian hasil-hasil pembangunan yang dirasakan masyarakat merupakan hasil pembangunan dari 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah yang tidak terlepas dari usaha keras secara bersama-sama antara pemerintah dan masyarakat. Potensi daerah dan kekayaan alam yang dimiliki dapat dilihat sebagai keunggulan komparatif bagi daerah. Namun untuk dapat memanfaatkan potensi tersebut masih ada kendala seperti lemahnya sumber daya manusia yang harus dihadapi oleh penentu kebijakan baik di tingkat provinsi maupun di tingkat daerah kabupaten/kota. Kabupaten Klaten merupakan salah satu dari 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah yang memiliki kekayaan alam yang menjadi potensi bagi daerah. Dalam merencanakan dan melaksanakan pembangunan ekonomi daerah, Pemerintah Daerah Kabupaten Klaten memiliki kewenangan untuk mengembangkan daerahnya sesuai dengan kebutuhan dan potensi yang dimiliki. Perumusan perencanaan pembangunan ekonomi daerah harus disesuaikan dengan karakteristik wilayah, sehingga sumberdaya manusia, 1

8 8 sumberdaya alam maupun sumberdaya lainnya yang mendukung pembangunan daerah dapat dimanfaatkan secara optimal, sehingga akan berdampak positif terhadap pembangunan wilayah di Kabupaten Klaten. Pembangunan ekonomi daerah di Kabupaten Klaten tidak terlepas dari kontribusi beberapa sektor perekonomian, yaitu sektor pertanian; penggalian; industri pengolahan; listrik dan air minum; bangunan/kontruksi; perdagangan, hotel, dan restoran; angkutan dan komunikasi; keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; dan jasa-jasa. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor perekonomian yang memberikan kontribusi PDRB yang relatif besar terhadap PDRB Kabupaten Klaten, tetapi ada kecenderungan yang semakin menurun dari tahun ke tahun, yaitu sebesar 22,61% pada tahun 2004; 22,08% pada tahun 2005; 22,17% pada tahun 2006 dan pada tahun 2007 sebesar 21,78%. (BAPEDA Kabupaten Klaten, 2007). Hal ini menjadikan sektor pertanian sebagai salah satu sektor yang mempunyai peranan penting bagi perekonomian daerah Kabupaten Klaten. Oleh karena itu, pemerintah daerah hendaknya membuat kebijakan pembangunan pertanian berkelanjutan yang diarahkan untuk mengembangkan sistem ketahanan pangan dan agrobisnis. Sektor pertanian di Kabupaten Klaten terdiri dari lima subsektor, yaitu subsektor tanaman bahan makanan, subsektor perkebunan, subsektor peternakan, subsektor kehutanan, dan subsektor perikanan. Kelima subsektor pertanian memberikan kontribusi yang berbeda terhadap PDRB Kabupaten Klaten. Besarnya kontribusi masing-masing subsektor pertanian dapat dilihat dari distribusi persentase PDRB subsektor pertanian di Kabupaten Klaten. Tabel 1. Distribusi Persentase PDRB Subsektor Pertanian Kabupaten Klaten Tahun Subsektor Pertanian Tahun Tanaman Bahan Makanan 16,84 16,21 16,64 16,42 Perkebunan 1,11 1,03 0,85 0,77 Peternakan 3,61 3,82 3,67 3,59 Kehutanan 0,74 0,71 0,72 0,71 Perikanan 0,30 0,30 0,30 0,29 Total 22,61 22,08 22,17 21,78 Sumber : BAPEDA Kabupaten Klaten, 2007

9 9 Tabel 1 menunjukkan bahwa dari kelima subsektor pertanian, ternyata subsektor tanaman bahan makanan merupakan subsektor yang paling besar kontribusinya terhadap PDRB Kabupaten Klaten, yaitu sebesar 16,84% pada tahun 2004; 16,21% pada tahun 2005; 16,64% pada tahun 2006; dan pada tahun 2007 sebesar 16,42%. Subsektor tanaman bahan makanan selalu memberikan kontribusi yang relatif besar dalam total share sektor pertanian terhadap PDRB di Kabupaten Klaten. Hal ini disebabkan luas wilayah di Kabupaten Klaten yang sebagian besar dimanfaatkan untuk lahan pertanian sawah, yaitu sebanyak 51% dari total luas wilayah di Kabupaten Klaten sebesar Ha (BAPEDA Kabupaten Klaten, 2006), sehingga menunjang untuk memberikan kontribusi subsektor tanaman bahan makanan relatif besar. Distribusi PDRB subsektor tanaman bahan makanan masih dalam kondisi yang fluktuatif, yaitu terjadi penurunan pada tahun 2005 dan 2007 serta terjadi peningkatan pada tahun Kondisi yang demikian perlu diperhatikan untuk dikembangkan lebih lanjut agar dapat menjaga eksistensi kontribusi subsektor tanaman bahan makanan, sehingga subsektor tanaman bahan makanan dapat memegang peranan penting dalam perekonomian daerah Kabupaten Klaten. Selain memperhatikan kontribusi sektor pertanian, faktor lain untuk mengetahui peranan subsektor tanaman bahan makanan di Kabupaten Klaten dapat juga diketahui dari tingkat laju pertumbuhannya. Adapun laju pertumbuhan PDRB masing-masing subsektor pertanian Kabupaten Klaten disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Laju Pertumbuhan PDRB Subsektor Pertanian Kabupaten Klaten Tahun (%) Subsektor Pertanian Tahun Ratarata Tanaman Bahan Makanan 6,17 0,71 5,02 1,92 3,45 Perkebunan -5,39-3,08-16,03-5,55-7,51 Peternakan 2,92 10,67-1,88 1,08 3,20 Kehutanan 10,75 0,44 2,65 2,59 4,11 Perikanan 5,61 5,87 0,04 1,40 3,23 Total 20,06 14,61-10,20 1,44 6,48 Sumber : BAPEDA Kabupaten Klaten, 2007

10 10 Sektor pertanian secara umum mengalami pertumbuhan positif dari tahun adalah subsektor tanaman bahan makanan, subsektor kehutanan dan subsektor perikanan. Subsektor perkebunan dari tahun selalu mengalami pertumbuhan negatif. Sedangkan subsektor peternakan mengalami pertumbuhan negatif hanya pada tahun Tabel 2 menunjukkan bahwa subsektor tanaman bahan makanan merupakan subsektor pembentuk PDRB Kabupaten Klaten yang memiliki nilai laju pertumbuhan yang positif selama empat tahun berturut-turut, yaitu pada tahun 2004 nilai laju pertumbuhannya sebesar 6,17%; pada tahun 2005 nilai laju pertumbuhannya sebesar 0,71%; pada tahun 2006 nilai laju pertumbuhannya sebesar 5,02%; dan pada tahun 2007 nilai laju pertumbuhannya sebesar 1,92%; dengan rata-rata pertumbuhannya sebesar 3,45%. Walaupun pada tahun 2005 dan 2007 mengalami pertumbuhan positif yang lambat karena terjadinya penurunan produksi komoditi tanaman bahan makanan pada tahun tersebut, akan tetapi secara umum subsektor ini memiliki peranan besar dalam memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan PDRB sektor pertanian di Kabupaten Klaten. Subsektor tanaman bahan makanan merupakan subsektor yang memiliki peranan penting dalam pembangunan sektor pertanian di Kabupaten Klaten karena sebagai penyedia pangan dan kebutuhan masyarakat. Subsektor tanaman bahan makanan terdiri dari berbagai macam komoditi tanaman pangan, sayur-sayuran dan buah-buahan. Dalam kerangka perencanaan pengembangan ekonomi daerah, Kabupaten Klaten tidak dapat mengandalkan hanya pada salah satu jenis komoditi sebagai penyangga utama. Kabupaten Klaten perlu menentukan komoditi tanaman bahan makanan yang termasuk kategori komoditi prima, komoditi potensial, komoditi berkembang dan komoditi terbelakang. Dari keempat kategori komoditi tanaman bahan makanan itu merupakan komoditi yang menjadi kebutuhan pokok yang dikonsumsi masyarakat di berbagai daerah termasuk Kabupaten Klaten, sehingga mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan lebih lanjut di masa mendatang agar dapat menunjang pembangunan ekonomi daerah.

11 11 Penelitian ini merupakan lanjutan penelitian dari penelitian sebelumnya yang telah dilakukan di Kabupaten Klaten, diantaranya adalah penelitian Sari (2002), yang menunjukkan bahwa subsektor tanaman bahan makanan merupakan subsektor pertanian yang paling banyak memberikan kontribusi terhadap perekonomian daerah Kabupaten Klaten pada tahun Sedangkan dari penelitian Dewi (2004), dapat diketahui bahwa subsektor tanaman bahan makanan merupakan subsektor basis di Kabupaten Klaten, dan pada penelitian Listiyani (2006), yang menunjukkan bahwa subsektor tanaman bahan makanan bukan merupakan leading sector di Kabupaten Klaten. Penelitian-penelitian tersebut hanya menganalisis besarnya kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian daerah, mengidentifikasi sektor basis maupun sektor nonbasis dan juga keterkaitan suatu sektor terhadap sektor perekonomian lain. Semua penelitian tersebut belum memfokuskan bagaimana strategi pengembangannya, maka dari itu perlu adanya penelitian mengenai strategi pengembangan pada sektor pertanian (subsektor tanaman bahan makanan) dalam perekonomian daerah Kabupaten Klaten. Strategi pengembangan diperlukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Klaten dalam upaya mewujudkan pembangunan pertanian yang berkelanjutan di Kabupaten Klaten. Dalam hal ini, strategi pengembangan komoditi tanaman bahan makanan diperlukan untuk mempertahankan eksistensi kontribusi dan pertumbuhan komoditi agar dapat meningkat di masa mendatang. Oleh karena itu, diperlukan adanya kajian yang lebih mendalam mengenai strategi pengembangan yang tepat dalam pembangunan pertanian, khususnya untuk komoditi tanaman bahan makanan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai strategi pengembangan komoditi tanaman bahan makanan, baik pengembangan dalam periode waktu jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang. B. Perumusan Masalah Kabupaten Klaten memiliki keadaan alam yang sebagian besar adalah berupa dataran rendah dan didukung dengan banyaknya sumber air, maka daerah Kabupaten Klaten merupakan daerah pertanian yang potensial (BPS

12 12 Kabupaten Klaten, 2007). Kabupaten Klaten memiliki luas wilayah sebesar ha, sebanyak 51% ( ha) lahan di Kabupaten Klaten dimanfaatkan untuk lahan pertanian sawah dengan status teririgasi dan hanya 1,59% berupa sawah tadah hujan. Lahan yang luas maupun persentase untuk lahan sawah teririgasi menunjukkan bahwa tanah pertanian di Kabupaten Klaten termasuk subur (BAPEDA Kabupaten Klaten, 2006). Wilayah Kabupaten Klaten sebagian besar merupakan lahan subur, sehingga relatif potensial untuk menunjang tumbuhnya sektor pertanian. Sub sektor tanaman bahan makanan merupakan salah satu subsektor pada sektor pertanian. Subsektor ini terdiri dari tanaman pangan, tanaman sayur-sayuran dan tanaman buah-buahan. Padi adalah salah satu komoditi tanaman pangan di Kabupaten Klaten yang jumlah produksinya termasuk tinggi, yaitu sebesar kwintal pada tahun 2007 dengan produktivitas 59,47 kwintal/ha. Sedangkan komoditi lain yang jumlah produksinya tinggi adalah jagung yaitu sebesar kwintal dengan produktivitas 60,32 kwintal/ha. Sedangkan jumlah produksi ubi kayu kwintal, produktivitas 306,55 kwintal/ha (Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Klaten, 2007). Peranan pertanian tanaman pangan yang relatif besar tersebut dikarenakan kondisi di Kabupaten Klaten yang potensial, sehingga mendukung untuk dikembangkannya komoditi tanaman bahan makanan. Subsektor tanaman bahan makanan di Kabupaten Klaten memperoleh kontribusi dari berbagai macam komoditi tanaman pangan, sayuran dan buahbuahan. Jenis komoditi tanaman pangan di Kabupaten Klaten antara lain padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kedelai, dan kacang hijau. Jenis komoditi tanaman sayuran antara lain bawang merah, kubis, sawi, kacang panjang, cabe besar, cabe rawit, tomat, terong, mentimun, kangkung, dan bayam. Sedangkan jenis komoditi buah-buahan terdiri dari alpukat, belimbing, duku, durian, jambu, jeruk, mangga, manggis, nanas, pepaya, pisang, rambutan, salak, sawo, melon, dan semangka. Adapun beberapa komoditi beserta nilai produksinya dari subsektor tanaman bahan makanan yang dihasilkan di Kabupaten Klaten pada tahun disajikan pada Tabel 3.

13 13 Tabel 3. Nilai Produksi Komoditi Tanaman Bahan Makanan di Kabupaten Klaten Tahun (Rp) Komoditi Tanaman Tahun Bahan Makanan Padi Jagung Ubi Kayu Kacang Panjang Mentimun Cabe Rawit Rambutan Mangga Pisang Total Komoditi Pertanian Sumber : Diadopsi dari Lampiran 8 Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa dari beberapa jenis komoditi tanaman bahan makanan yang dihasilkan di Kabupaten Klaten, ternyata komoditi yang memiliki nilai produksi terbesar pada tahun adalah padi dimana nilai produksinya cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Selain padi, komoditi lain yang memiliki nilai produksi yang besar dan memiliki kecenderungan meningkat dari tahun adalah jagung dan ubi kayu. Sedangkan komoditi lain seperti kacang panjang, mentimun, cabe rawit, dan rambutan memiliki nilai produksi yang cenderung fluktuatif dari tahun Besarnya nilai produksi komoditi dipengaruhi oleh jumlah produksi dan harga komoditi di tingkat produsen pada waktu tertentu. Selain itu, besarnya nilai produksi juga dipengaruhi oleh keadaan alam di Kabupaten Klaten yang cocok dan mendukung untuk pertumbuhan komoditi tanaman bahan makanan. Nilai produksi komoditi yang besar akan berpengaruh terhadap besarnya kontribusi yang diberikan terhadap PDRB sektor pertanian. Akan tetapi komoditi yang memiliki nilai produksi yang besar belum tentu memberikan kontribusi yang besar juga terhadap PDRB sektor pertanian. Selain memperhatikan nilai produksi untuk mengetahui besarnya kontribusi komoditi tanaman bahan makanan terhadap sektor pertanian, faktor lain yang dapat digunakan untuk mengetahui peranan komoditi tanaman bahan makanan di Kabupaten Klaten dapat dilihat melalui laju pertumbuhannya. Adapun laju pertumbuhan beberapa komoditi tanaman bahan makanan yang dihasilkan di Kabupaten Klaten disajikan pada Tabel 4.

14 14 Tabel 4. Laju Pertumbuhan Komoditi Tanaman Bahan Makanan di Kabupaten Klaten Tahun (%) Komoditi Tanaman Tahun Ratarata Bahan Makanan Padi -3,33 26,07 48,07 18,44 22,31 Jagung 5,84 3,79 24,68 23,45 14,44 Ubi Kayu -10,71 18,43 22,32 50,20 20,06 Kacang Panjang 44,47-15,18 18,98 19,44 16,93 Mentimun 35,03 95,09-16,58-6,34 26,80 Cabe Rawit 243,34-43,52-9,18 13,20 50,96 Rambutan -49,76 290,32 11,84-72,68 44,93 Mangga -65,17 228,71 29,77-14,49 44,71 Pisang -41,30-33,24 19,07 1,71-13,44 Total -30,02 656,62 96,30 51,80 193,67 Sumber : Diadopsi dari Lampiran 10 Tabel 4 menunjukkan bahwa pada tahun 2007 sebagian besar komoditi mengalami pertumbuhan positif, kecuali mentimun, rambutan, dan mangga yang tumbuh negatif. Komoditi tanaman bahan makanan yang memiliki laju pertumbuhan positif pada tahun adalah jagung dengan rata-rata pertumbuhan 14,44%; sedangkan padi dan ubi kayu mengalami pertumbuhan negatif pada tahun Kacang panjang mengalami pertumbuhan negatif pada tahun 2005 dan cabe rawit mengalami pertumbuhan negatif pada tahun 2005 dan Pada tahun sebagian besar komoditi tanaman bahan makanan memiliki nilai rata-rata pertumbuhan positif, kecuali pisang yang memiliki rata-rata pertumbuhan negatif, yaitu sebesar -13,44%. Laju pertumbuhan komoditi yang positif berarti bahwa produksi komoditi mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya, sedangkan laju pertumbuhan komoditi yang negatif terjadi karena penurunan produksi pada tahun tersebut. Secara umum komoditi tanaman bahan makanan yang memiliki pertumbuhan positif memiliki peranan besar terhadap pertumbuhan sektor pertanian di Kabupaten Klaten. Berbagai komoditi tanaman bahan makanan yang dihasilkan di Kabupaten Klaten tersebut tentunya tidak semuanya memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan. Ada beberapa komoditi tanaman bahan makanan tertentu yang layak mendapatkan prioritas untuk dikembangkan dan ada juga

15 15 komoditi yang tidak layak untuk dikembangkan. Hal itu dapat ditentukan dengan melihat besarnya laju pertumbuhan dan kontribusi komoditi tanaman bahan makanan terhadap PDRB Kabupaten Klaten. Setelah diketahui komoditi yang dapat diprioritaskan untuk dikembangkan, maka pengembangan sektor pertanian dan penetapan kebijakan pemerintah daerah Kabupaten Klaten dalam pembangunan wilayah berbasis komoditi tanaman bahan makanan di masa mendatang dapat lebih baik dan terarah. Berdasarkan informasi dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Klaten, Pemerintah Daerah Kabupaten Klaten menentukan beberapa kebijakan terkait dengan pembangunan sektor pertanian, meliputi: 1. Mengembangkan usaha pertanian dan wawasan bisnis, menghasilkan nilai tambah dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan pertanian 2. Mengembangkan sistem ketahanan pangan dan gizi melalui peningkatan ketersediaan komoditas pangan dalam jumlah yang cukup dan kualitas yang memadai 3. Meningkatkan kemampuan dan produktivitas usaha melalui optimalisasi sumberdaya pertanian, peternakan dan perikanan 4. Mengembangkan perekonomian yang berorientasi global berdasarkan keunggulan produk perkebunan 5. Mengembangkan perhutanan sosial sebagai penyeimbang ekosistem Sedangkan program-program pembangunan daerah Kabupaten Klaten pada sektor pertanian diantaranya adalah: 1. Peningkatan dan pengembangan pertanian rakyat terpadu 2. Pengembangan kelembagaan kelompok tani peternak sapi dan kambing 3. Pengembangan agribisnis 4. Ketahanan pangan dan gizi 5. Penyediaan sarana dan prasarana pertanian 6. Pengembangan usaha perkebunan 7. Pengelolaan dan pelestarian hutan

16 16 Selain itu, Pemerintah Daerah Kabupaten Klaten juga perlu merumuskan perencanaan pengembangan ekonomi daerah pada sektor pertanian, khususnya untuk komoditi tanaman bahan makanan yaitu dengan menentukan klasifikasi dan strategi pengembangannya. Hal ini diupayakan untuk mempertahankan eksistensi kontribusi dan laju pertumbuhan subsektor tanaman bahan makanan terhadap perekonomian daerah Kabupaten Klaten. Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Termasuk klasifikasi apakah komoditi tanaman bahan makanan dalam kerangka perencanaan pengembangan ekonomi daerah Kabupaten Klaten? 2. Strategi apakah yang dapat diterapkan untuk pengembangan komoditi tanaman bahan makanan dalam kerangka perencanaan pengembangan ekonomi daerah Kabupaten Klaten? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui klasifikasi komoditi tanaman bahan makanan dalam kerangka perencanaan pengembangan ekonomi daerah Kabupaten Klaten 2. Untuk mengetahui strategi pengembangan komoditi tanaman bahan makanan dalam kerangka perencanaan pengembangan ekonomi daerah Kabupaten Klaten D. Kegunaan Penelitian Kegunaan dari penelitian ini meliputi: 1. Bagi penulis, diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan terutama yang berkaitan dengan topik penelitian serta merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Klaten, diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan Pemerintah Daerah dalam mengambil

17 17 keputusan terkait dengan kebijakan dalam perencanaan pengembangan ekonomi daerah khususnya subsektor tanaman bahan makanan. 3. Bagi pembaca, diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan kajian guna menambah wawasan dan pengetahuan serta sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.

18 18 II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Hasil penelitian Susilowati (2009) yang berjudul Strategi Pengembangan Sektor Pertanian di Kabupaten Sukoharjo (Pendekatan Tipologi Klassen), disimpulkan bahwa dengan menggunakan Analisis Tipologi Klassen dapat diketahui hasil klasifikasi sektor pertanian di Kabupaten Sukoharjo, yaitu subsektor tanaman bahan makanan adalah termasuk subsektor prima, subsektor peternakan merupakan subsektor potensial, subsektor perikanan merupakan subsektor berkembang adalah dan subsektor perkebunan dan subsektor kehutanan termasuk subsektor terbelakang di Kabupaten Sukoharjo. Sedangkan strategi pengembangan sektor pertanian di Kabupaten Sukoharjo terdiri dari: 1. Strategi pengembangan jangka pendek, meliputi strategi untuk mengembangkan subsektor prima (subsektor tabama) yaitu dengan pengotimalan potensi yang ada, yaitu dengan cara diversifikasi pasar, kerjasama dengan pihak swalayan, membuka lapangan kerja untuk pengemasan dan pemasaran, penetapkan harga oleh pemerintah. Sedangkan strategi untuk mengupayakan subsektor potensial menjadi subsektor prima (subsektor peternakan), yaitu dengan meningkatkan laju pertumbuhannya yaitu dengan cara meningkatkan produksi peternakan dengan menurunkan harga ternak dan pakan ternak dan gaduh ternak, memanfaatkan kotoran dan urine ternak sebgai pupuk organik dan menjalin kerjasama dengan Kabupaten lain. 2. Strategi pengembangan jangka menengah yaitu strategi untuk mengembangkan subsektor berkembang menjadi subsektor potensial (subsektor perikanan), strateginya yaitu dengan meningkatkan kontribusinya yaitu dengan cara meningkatkan permintaan ikan dengan diversifikasi produk, meningkatkan produksi dengan penggunaan bibit unggul dan meningkatkan daya beli masyarakat. 12

19 19 3. Strategi pengembangan jangka panjang yaitu dengan pengembangan subsektor prima (subsektor tabama) strateginya yaitu dengan menjaga kesuburan tanah, perwujudan pertanian organik, penetapan daerah sebagai penghasil komoditi unggulan, sistem tanam bergilir. Hasil penelitian Listiyani (2006) yang berjudul Analisis Keterkaitan Sektor Tanaman Bahan Makanan Terhadap Sektor Perekonomian lain di Kabupaten Klaten, menunjukkan bahwa sektor tanaman bahan makanan mempunyai nilai Kepekaan Penyebaran dan Koefisien Penyebaran yang rendah (kurang dari 1), maka sektor tanaman bahan makanan di Kabupaten Klaten bukan merupakan leading sector karena sektor tanaman bahan makanan mempunyai ketergantungan yang rendah dan daya dorong yang relatif kecil bagi sektor perekonomian lain di Kabupaten Klaten. Leading sector di Kabupaten Klaten adalah sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Karena itu untuk memajukan sektor perekonomian, maka hal yang terlebih dahulu dilakukan adalah dengan memajukan sektor kunci yaitu sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Dewi (2004) dalam penelitiannya berjudul Analisis Penentuan Sektor Pertanian Unggulan dalam Perekonomian Wilayah Kabupaten Klaten Dengan Pendekatan Ekonomi Basis, menunjukkan bahwa pada tahun Kabupaten Klaten mempunyai empat sektor basis yaitu sektor bangunan/konstruksi; sektor keuangan dan persewaan; sektor jasa-jasa; serta sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sedangkan sektor pertanian bukanlah sektor basis di Kabupaten Klaten. Berdasarkan analisis DLQ, sektor pertanian muncul sebagai sektor basis di tahun-tahun mendatang bersama dengan sektor bangunan/konstruksi. Sub sektor pendukung sektor pertanian yang mempunyai nilai LQ>1 adalah sub sektor tanaman bahan makanan dan perkebunan, namun analisis DLQ membuktikan bahwa sub sektor perkebunan tidak dapat bertahan dan kedudukannya tergantikan oleh sub sektor peternakan di tahun-tahun mendatang. Sektor pertanian mempunyai angka pengganda pendapatan yang semakin meningkat dari tahun ke tahun selama

20 20 kurun waktu Secara umum sektor basis di Kabupaten Klaten mempunyai kontribusi pendapatan yang menguntungkan bagi pendapatan daerah, meskipun pertumbuhannya lambat. Hasil penelitian Harsanti (2003) yang berjudul Peranan Permintaan Akhir Terhadap Sektor Tanaman Pangan dalam Perekonomian Jawa Tengah dengan Pendekatan Analisis Input-Output menunjukkan bahwa pemicu produksi sektor tanaman pangan adalah sektor industri makanan, minuman dan tembakau, sektor industri lainnya dan sektor perdagangan. Sektor tanaman pangan juga sangat dipengaruhi oleh peningkatan produksi dari sektor lain dalam peningkatan produksinya. Sari (2002) dalam penelitiannya tentang Kinerja Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Daerah di Kabupaten Klaten, menganalisis bahwa selama tahun sektor pertanian di Kabupaten Klaten memberikan kontribusi rata-rata 21,94 persen setiap tahunnya dengan proporsi yang semakin menurun. Sedangkan sub sektor pertanian yang paling banyak memberikan kontribusi adalah tanaman bahan makanan yang tiap tahunnya rata-rata memberikan sumbangan sebesar 189,49 milyar rupiah. Hasil penelitian Aswandi dan Kuncoro (2002), yang berjudul Evaluasi Penetapan Kawasan Andalan: Studi Empiris di Kalimantan Selatan disimpulkan bahwa dengan menggunakan Analisis Tipologi Klassen menunjukkan, dari tiga daerah di kawasan andalan hanya Kabupaten Kotabaru yang berada pada daerah cepat-maju dan cepat-tumbuh dengan tingkat pertumbuhan dan pendapatan per kapita tinggi. Kota Banjarmasin merupakan daerah maju tapi tertekan dengan tingkat pertumbuhan rendah, sedangkan Kabupaten Hulu Sungai Selatan merupakan daerah dengan klasifikasi relatif tertinggal dengan tingkat pertumbuhan dan pendapatan per kapita rendah. Hasil analisis pengklasifikasian daerah menunjukkan bahwa pengklasifikasian daerah di Provinsi Kalimantan Selatan lebih baik dengan menggunakan empat klasifikasi menurut Tipologi Klassen daripada hanya berdasarkan klasifikasi kawasan andalan dan kawasan bukan andalan. Empat

21 21 klasifikasi daerah tersebut yaitu daerah cepat-maju dan cepat-tumbuh, daerah maju tapi tertekan, daerah berkembang cepat, dan daerah relatif tertinggal. Penelitian-penelitian tersebut di atas dijadikan sebagai acuan atau bahan referensi dalam penelitian ini karena: 1. Adanya kesamaan topik dalam bidang kajian penelitian, yaitu mengenai sektor pertanian dalam penelitian Sari (2002) dan Dewi (2004), sedangkan mengenai sektor/komoditi tanaman bahan makanan dalam penelitian Harsanti (2003) dan Listiyani (2006). 2. Adanya kesamaan metode pendekatan analisis, yaitu menggunakan analisis pendekatan Tipologi Klassen dalam penelitian Susilowati (2009), Aswandi dan Kuncoro (2002). 3. Adanya kesamaan lokasi penelitian di Kabupaten Klaten, yaitu dalam penelitian Sari (2002), Dewi (2004), dan Listiyani (2006). Hasil penelitian di Kabupaten Klaten tersebut memberikan informasi dan gambaran secara komprehensif, sehingga akan mempermudah penelitian ini dalam menentukan strategi pengembangan selanjutnya. B. Tinjauan Pustaka 1. Perencanaan Pembangunan Perencanaan pembangunan di Indonesia didasarkan pada suatu undang-undang tersendiri, yaitu Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumberdaya yang tersedia. Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat pusat dan daerah. (Indonesia, 2004). Perencanaan pembangunan nasional harus dapat dilaksanakan secara terintegrasi, sinkron, dan sinergis baik antar daerah, antar ruang,

22 22 antar waktu, antar fungsi pemerintah maupun antara pusat dan daerah. Rencana pembangunan nasional dimulai dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP). Kemudian Rencana Pembangunan Jangka Menegah (RPJM) yang berupa penjabaran visi dan misi presiden dan berpedoman kepada RPJP Nasional. Sedangkan untuk daerah, RPJM Nasional menjadi perhatian bagi Pemerintah Daerah dalam menyusun RPJM Daerah (RPJMD). Di tingkat nasional proses perencanaan dilanjutkan dengan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) yang sifatnya tahunan dan sesuai dengan RPJM Nasional (Suzetta, 2008). Menurut Mahi (2003), secara umum unsur-unsur pokok yang termasuk dalam perencanaan pembangunan sebagai berikut: a. Kebijaksanaan dasar atau strategi dasar rencana pembangunan. Sering pula disebut sebagai tujuan, arah dan prioritas pembangunan. Pada unsur ini perlu ditetapkan tujuan-tujuan rencana (development objective/plan objective). b. Perkiraan sumber-sumber pembangunan terutama pembiayaan. c. Adanya kerangka rencana yang menunjukan hubungan variabelvariabel pembangunan dan implikasinya. d. Adanya kebijaksanaan yang konsisten dan serasi seperti kebijaksanaan fiskal, moneter, anggaran, harga, sektoral dan pembangunan daerah. e. Adanya program investasi yang dilakukan secara sektoral seperti petanian, industri, pendidikan, kesehatan dan lain-lain. f. Adanya administrasi pembangunan yang mendukung perencanaan dan pelaksanaan pembangunan. Ada dua kondisi yang mempengaruhi proses perencanaan pembangunan daerah, yaitu (a) tekanan yang berasal dari lingkungan dalam negeri maupun luar negeri yang mempengaruhi kebutuhan daerah dalam proses pembangunanperekonomiannya, (b) kenyataan bahwa perekonomian daerah dalam suatu negara dipengaruhi oleh setiap sektor secara berbeda-beda, misalkan beberapa daerah mengalami pertumbuhan

23 23 pada sektor industrinya sedangkan daerah lain mengalami penuruan. Inilah yang menjelaskan perbedaan perspektif masyarakat daerah mengenai arah dan makna pembangunan daerah (Kuncoro, 2004). 2. Pembangunan Pembangunan adalah suatu konsep yang lebih luas. Konsep ini mencakup pula modernisasi lembaga baik yang bersifat ekonomi maupun bukan ekonomi, seperti pemerintahan, desa, dan kota. Cara bekerja tidak saja berkenaan dengan tujuan agar dapat memproduksi secara efisien melainkan juga dapat mengkonsumsi rasional dan hidup lebih baik (Anonim, 2009 a ). Pembangunan merupakan proses transformasi yang dalam perjalanan waktu ditandai oleh perubahan struktural, yaitu perubahan pada landasan kegiatan ekonomi maupun pada kerangka susunan ekonomi masyarakat yang bersangkutan (Djojohadikusumo, 1994). Menurut Arsyad (2005), bahwa pembangunan harus dilihat secara dinamis dan bukan dilihat sebagai konsep statis. Pembangunan adalah suatu orientasi dan kegiatan usaha tanpa akhir. Pembangunan pada dasarnya merupakan proses transportasi dan proses tersebut membawa perubahan dalam alokasi sumber-sumber ekonomi, distribusi manfaat dari akumulasi yang membawa pada peningkatan produksi, pendapatan dan kesejahteraan. Tiga tujuan pembangunan yang secara universal diterima sebagai prioritas dan mutlak untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar manusia di negara-negara sedang berkembang khususnya yaitu ketahanan pangan (food security), penghapusan kemiskinan atau peningkatan kualitas hidup manusia (poverty eradication / people livehood improvement), dan pembangunan desa berkelanjutan (sustainablerural development). Ketiga prioritas tujuan pembangunan tersebut saling berkaitan. Ketahanan pangan saling pengaruh-mempengaruhi dengan kemiskinan maupun dengan pembangunan desa (Simatupang, 2004).

24 24 3. Pembangunan Ekonomi Pada hakekatnya pembangunan ekonomi adalah usaha dan kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperbesar kesempatan kerja, meningkatkan pemerataan pembagian pendapatan masyarakat, meningkatkan hubungan ekonomi, dan mengusahakan penggeseran kegiatan ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder dan tersier. Untuk mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan masyarakat, maka perlu disajikan statistik pendapatan regional secara berkala sebagai bahan Perencanaan pembangunan regional khususnya dibidang ekonomi (BPS Kabupaten Jayapura, 2005). Pembangunan ekonomi akan optimal bila didasarkan pada keunggulan komparatif (comparative advantage) dan keunggulan kompetitif (competitive advantage). Keunggulan komparatif lebih menekankan kepemilikan sumber ekonomi, sosial, politik dan kelembagaan suatu daerah, seperti: kepemilikan kepemilikan sumber daya alam, sumber daya manusia, infrastruktur. Sementara itu, keunggulan kompetitif lebih menekankan efisiensi pengelolaan (manajemen perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan) penggunaan sumber-sumber tersebut dalam produksi, konsumsi maupun distribusi (Widodo, 2006). Pembangunan ekonomi sering diukur berdasarkan tingkat kemajuan struktur produksi dan penyerapan sumber daya yang diupayakan secara terencana. Biasanya, peranan sektor pertanian akan turun untuk memberi kesempatan bagi tampilnya sektor-sektor manufaktur dan jasa-jasa yang selalu diupayakan untuk berkembang (Todaro dan Smith, 2003). 4. Pembangunan Daerah Pembangunan daerah merupakan pembangunan yang segala sesuatunya dipersiapkan dan dilaksanakan oleh daerah, mulai dari perencanaan, pembiayaan, pelaksanaan sampai dengan

25 25 pertanggungjawabannya. Dalam kaitan ini daerah memiliki hak otonom. Sedangkan pembangunan wilayah merupakan kegiatan pembangunan perencanaan, pembiayaan, dan pertanggungjawabannya dilakukan oleh pusat, sedangkan pelaksanaannya bisa melibatkan daerah dimana tempat kegiatan berlangsung (Munir, 2002). Pembangunan daerah pada hakekatnya adalah upaya terencana untuk meningkatkan kapasitas pemerintahan daerah sehingga tercipta suatu kemampuan yang andal dan professional dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, serta kemampuan untuk mengelola sumber daya ekonomi daerah secara berdaya guna dan berhasil guna untuk kemajuan perekonomian daerah dan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan daerah juga merupakan upaya untuk memberdayakan masyarakat di seluruh daerah sehingga tercipta suatu lingkungan yang memungkinkan masyarakat untuk menikmati kualitas kehidupan yang lebih baik, maju, tenteram, dan sekaligus memperluas pilihan yang dapat dilakukan masyarakat bagi peningkatan harkat, martabat, dan harga diri. Pembangunan daerah dilaksanakan melalui pengembangan otonomi daerah dan pengaturan sumber daya yang memberikan kesempatanbagi terwujudnya tata kepemerintahan yang baik (good governance) (Republik Indonesia, 2008). Menurut Kuncoro (2004 b ), ada unsur dasar dari perencanaan pembangunan ekonomi daerah jika dihubungkan pusat dan daerah, yaitu: a. Perencanan pembangunan ekonomi daerah yang realistik memerlukan pemahaman tentang hubungan antar daerah dengan lingkungan nasional dimana daerah tersebut merupakan bagian darinya, keterkaitan secara mendasar antara keduanya, dan konsekuensi akhir dari interaksi tersebut. b. Sesuatu yang tampaknya baik secara nasional belum tentu baik untuk daerah, dan sebaliknya yang baik bagi daerah belum tentu baik secara nasional.

26 26 c. Perangkat kelembagaan yang tersedia untuk pembangunan daerah misalnya administrasi, proses pengambilan keputusan, otoritas, biasanya sangat berbeda pada tingkat daerah dengan yang tersedia pada tingkat pusat. Selain itu derajat pengendalian kebijakan sangat berbeda pada dua tingkat tersebut. 5. Pembangunan Pertanian Pembangunan pertanian adalah suatu proses yang ditujukan untuk selalu menambah produk pertanian untuk setiap konsumsi yang sekaligus meningkatkan pendapatan, produktivitas usaha tiap-tiap petani dengan jalan menambah modal dan skill untuk memperbesar campur tangan manusia dalam perkembangbiakan tumbuhan dan hewan (Surahman dan Sutrisno, 1997). Musyawarah perencanaan pembangunan pertanian merumuskan bahwa kegiatan pembangunan pertanian periode dilaksanakan melalui tiga program, yaitu: (a) Program peningkatan ketahanan pangan, (b) Program pengembangan agribisnis, dan (c) Program peningkatan kesejahteraan petani. Program ketahanan pangan tersebut diarahkan pada kemandirian masyarakat/petani yang berbasis sumberdaya lokal yang secara operasional dilakukan melalui program peningkatan produksi pangan; menjaga ketersediaan pangan yang cukup, aman dan halal di setiap daerah setiap saat; dan antisipasi agar tidak terjadi kerawanan pangan (Darwanto dan Prima, 2007). Paradigma baru pembangunan pertanian perlu dikembangkan berdasarkan pada pendekatan sistem agribisnis, yaitu berdasar pada lima premis dasar agribisnis. Pertama, adalah suatu kebenaran umum bahwa semua usaha pertanian berorientasi laba (profit oriented), termasuk di Indonesia. Kedua, pertanian adalah komponen rantai dalam sistem komoditi, sehingga kinerjanya ditentukan oleh kinerja sistem komoditi secara keseluruhan. Ketiga, pendekatan sistem agribisnis adalah formulasi kebijakan sektor pertanian yang logis, dan harus dianggap sebagai alasan ilmiah yang positif, bukan ideologis dan normatif.

27 27 Keempat, Sistem agribisnis secara intrinsik netral terhadap semua skala usaha, dan kelima, pendekatan sistem agribisnis khususnya ditujukan untuk negara sedang berkembang. Rumusan inilah yang nampaknya digunakan sebagai konsep pembangunan pertanian dari Departemen Pertanian, yang dituangkan dalam visi terwujudnya perekonomian nasional yang sehat melalui pembangunan sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan, dan terdesentralisasi (Mubyarto dan Awan, 2003). Menurut Arifin (2003), Pengembangan pertanian dilihat dari aspek development management harus dilandasi oleh beberapa hal antara lain: pembangunan pertanian yang terencana secara matang, terlaksana dengan baik, termonitor secara periodik dan adanya check dan balance secara terukur. Pendekatan tersebut di atas selama ini tidak dapat berjalan dengan sebagaimana mestinya. Hal ini dikarenakan ada beberapa penyebab kegagalan dari program dan kegiatan pembangunan pertanian yang dilakukan, yaitu: a. Kurang tepatnya mengidentifikasi kondisi yang sesungguhnya dari petani baik dari aspek sosial, ekonomi dan budaya, b. Belum akuratnya menilai positioning dari teknologi yang diperlukan oleh petani, karena masih didistorsi oleh kepentingan-kepentingan tertentu, c. Program pengembangan usaha tani yang dikembangkan sifatnya masih sangat umum, dan tidak aplicable terhadap wilayah tertentu, d. Kebijakan-kebijakan pembangunan pertanian masih sulit diterjemahkan oleh daerah, e. Masih belum optimalnya support dari pusat maupun daerah terhadap potensi wilayah, dan atau mengamankan wilayah-wilayah yang memang strategis dan ekonomis untuk wilayah pertanian. 6. Peranan Sektor Pertanian Peranan pertanian dalam pembangunan ekonomi dipandang pasif dan hanya sebagai penunjang. Pembangunan ekonomi dipandang

28 28 memerlukan transformasi struktural yang cepat, yaitu yang semula mengutamakan kegiatan pertanian menjadi masyarakat lebih kompleks dimana terdapat bidang industri dan jasa yang lebih modern. Dengan demikian peranan utama pertanian adalah menyediakan tenaga kerja dan pangan yang cukup dengan harga murah untuk pengembangan industri yang dinamis sebagai sektor penting dalam semua strategi pembangunan ekonomi (Todaro, 2000). Pada hakekatnya pertanian adalah sumber utama dari keseluruhan pertumbuhan ekonomi bahkan sebagai batu penjuru (cornerstone) dari pengurangan kemiskinan. Sebenarnya kontribusi pertumbuhan pertanian jauh lebih proporsional terhadap pembangunan ekonomi daripada pertumbuhan industri karena multiplier effects pertumbuhan pertanian terhadap perekonomian domestik lebih besar. Banyak studi menunjukkan bahwa pertanian merupakan sektor yang paling efektif untuk mengurangi kemiskinan perdesaan dan perkotaan yang distribusi pendapatannya sangat timpang. Tingkat harga riil yang memadai secara berkelanjutan pada tingkat petani merupakan salah satu kunci pertumbuhan pertanian yang pada gilirannya mengurangi kemiskinan (Napitupulu, 2007). Pertanian merupakan basis perekonomian Indonesia. Walaupun sumbangsih sektor pertanian dalam perekonomian diukur berdasarkan proporsi nilai tambahnya dalam membentuk produk domestik bruto atau pendapatan nasional tahun demi tahun kian mengecil, hal itu bukanlah berarti bahwa nilai dan peranannya semakin tidak bermakna. Nilai tambah sektor pertanian dari waktu ke waktu tetap selalu meningkat. Kecuali itu, peranan sektor ini dalam menyerap tenaga kerja tetap terpenting. Mayoritas penduduk Indonesia sebagian besar tinggal di pedesaan hingga saat ini masih menyadarkan mata pencahariannya pada sektor pertaniaan (Dumairy, 1997). 7. Pembangunan Subsektor Tanaman Bahan Makanan Pembangunan tanaman pangan difokuskan kepada aspek ketersediaan pangan, dimana operasional program pembangunan

29 29 tanaman pangan pada dasarnya merupakan rangkaian upaya untuk memfasilitasi tumbuh dan berkembangnya usaha-usaha bidang tanaman pangan yang mampu menghasilkan produk, memiliki daya saing dan nilai tambah yang tinggi sehingga mampu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani dan masyarakat. Pembangunan tanaman pangan diprioritaskan pada beberapa komoditas unggulan nasional. Untuk prioritas pertama pada padi, jagung, kedelai, dan prioritas kedua pada kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar, dan komoditas alternatif/unggulan daerah, seperti talas, garut, gembili, sorgum, gandum dan lain-lain (Alimoeso, 2008). Menurut Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Klaten (2005), tujuan pembangunan pertanian tanaman pangan adalah sebagai berikut: a. Meningkatkan produksi pangan untuk memenuhi kebutuhan pangan, dalam rangka mencapai ketahanan pangan nasional. b. Menumbuhkembangkan usaha-usaha dan sentra-sentra pertanian. c. Meningkatkan produktivitas, mutu dan nilai tambah hasil produksi pertanian. d. Mengembangkan kesempatan kerja dengan produktivitas tinggi dan kesempatan berusaha yang efisien melalui pengembangan agribisnis. e. Meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani melalui pengembangan usaha pertanian dengan wawasan agribisnis. f. Mendorong pembangunan ekonomi pedesaan melalui pengembangan agribisnis yang berwawasan lingkungan. Subsektor tanaman pangan memegang peranan penting sebagai pemasok kebutuhan konsumsi penduduk. Khusus di Indonesia, tanaman pangan juga berkedudukan strategis dalam memelihara stabilitas ekonomi nasional. Bahan pangan, terutama beras sebagai makanan pokok, masih menjadi salah satu komoditas kunci dalam mempengaruhi kestabilan harga-harga umum. Kenaikan harga beras

30 30 dapat memicu kenaikan harga barang-barang lain. Oleh karenanya tanaman pangan, khususnya produksi padi, senantiasa menjadi perhatian serius pemerintah (Dumairy, 1997). Program ketahanan pangan belum bisa terlepas sepenuhnya dari beras sebagai komoditi basis yang strategis. Hal ini tersurat pada rumusan pembangunan pertanian bahwa sasaran indikatif produksi komoditas utama tanaman pangan sampai tahun 2006 dan cadangan pangan pemerintah juga masih berbasis pada beras. Namun demikian, dengan semakin berkurangnya areal garapan per petani, keterbatasan pasokan air irigasi dan mahalnya harga input serta relatif rendahnya harga produk dapat menjadi faktor-faktor pembatas/kendala untuk program peningkatan kesejahteraan dan kemandirian petani yang berbasis sumberdaya lokal tersebut (Darwanto dan Prima, 2007). 8. Strategi Pembangunan Pertanian Tanaman Bahan Makanan Program subsektor Tanaman Pangan dan Hortikultura dilaksanakan sebagai bagian dari Rencana Strategis Dinas Pertanian karena pembangunan pertanian menjadi inti pembangunan daerah, ada beberapa alasan yang mendasar yaitu: (a) Amanat konstitusi yang dicantumkan dalam GBHN , (b) Potensi dan kekayaan sebagai daerah agraris perlu dimanfaatkan secara optimal untuk kesejahteraan masyarakat, (c) Keterlibatan sebagian besar masyarakat dalam Bidang Pertanian, (d) Dampak pembangunan pertanian dan aktivitas ekonomi lainnya yang terkait sangat besar terhadap porsi pendapatan daerah, pertumbuhan, pemerataan dan pengentasan kemiskinan. Pembangunan Pertanian harus dilakukan melalui pendekatan Sistim Agribisnis, yaitu keseluruhan (totalitas) kinerja sub sistim usaha yang saling terkait, saling bergantung dan saling berpengaruh dengan pertanian mulai dari sektor hulu, usaha tani dan hilir serta jasa penunjang. Semua subsistim tersebut harus dikembangkan secara simultan, serasi dan seimbang (Dinas Pertanian Provinsi Nusa Tenggara Barat, 2006).

31 31 Sejalan dengan penetapan sasaran revitalisasi pertanian khususnya untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional, maka pelaksanaan pembangunan tanaman pangan dilakukan dengan strategi peningkatan produktivitas yang dilakukan melalui penggunaan benih bermutu dari varietas unggul, pemupukan berimbang dan penggunaan pupuk organik, pengaturan pengairan dan tata guna air, penggunaan alat mesin pertanian, dan perbaikan budidaya (Alimoeso, 2008). Menurut Dinas Tanaman Pangan Kabupaten Sumenep (2007), dalam upaya untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan pertanian tanaman pangan dalam rangka mewujudkan visi dan misi Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Sumenep yang ditetapkan, dan berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Tahun , maka dirumuskan Strategi Pembangunan Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Sumenep, sebagai berikut: a. Pelaksanaan pembangunan pertanian berdasarkan demokrasi ekonomi berbasis kerakyatan b. Pembangunan agribisnis yang berbasis pada pendayagunaan sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya teknologi c. Revitalisasi program pembangunan pertanian mengarah pada pemberdayaan masyarakat pertanian d. Pengembangan industri pertanian hilir dan industri pertanian hulu serta jasa-jasa pendukungnya secara harmonis dan simultan untuk mendayagunakan keunggulan komperatif menjadi keunggulan kompetitif. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Kalimantan Selatan (2008), menyatakan bahwa dalam pengembangan sektor pertanian dirasakan sangat potensial, hal ini didukung oleh kondisi lahan yang cukup luas, dan tenaga kerja yang cukup tersedia serta kondisi keamanan yang kondusif. Berbagai kebijakan dan langkah strategis dalam mengakselerasikan pembangunan di bidang ini, Pemerintah Provinsi

32 32 Kalimantan Selatan melalui Dinas Pertanian Tanaman Pangan melakukan kebijakan sebagai berikut: a. Kebijakan dalam pengamanan Ketahanan Pangan diarahkan untuk Mempertahankan/meningkatkan surplus produksi beras di dan meningkatkan ketersediaan pangan lainnya (palawija dan hortikultura). b. Kebijakan dalam peningkatan produksi, produktifitas, daya saing dan nilai tambah produk TPH melalui memfokuskan kepada pengembangan komoditas unggulan (padi, jagung, kacang tanah, jeruk, pisang dan rimpang) dengan pendekatan pewilayahan komoditas. c. Kebijakan dalam Pengembangan Sarana dan Prasarana TPH mendukung peningkatan produksi, produktivitas dan mutu hasil TPH melalui Peningkatan mekanisasi pertanian baik di on farm maupun off farm. d. Kebijakan dalam peningkatan kemampuan petani/pelaku pertanian dan penguatan kelembagaan pendukungnya dilaksanakan melalui meningkatkan kemampuan/kualitas SDM Pertanian. e. Peningkatan kinerja manajemen pembangunan TPH (koordinasi, perencanaan, pembenahan data dan informasi TPH, serta pengembangan sistem monitoring, evaluasi dan pengendalian). 9. Metode Analisis Potensi Relatif Perekonomian Wilayah Ada beberapa metode analisis yang dapat digunakan untuk menentukan potensi relatif perekonomian suatu wilayah. Metode analisis itu diantaranya adalah: a. Metode Analisis Location Quotient Metode Location Quotient (LQ) merupakan perbandingan antara pangsa relatif pendapatan (tenaga kerja) sektor i pada tingkat wilayah terhadap pendapatan (tenaga kerja) total wilayah dengan pangsa relatif pendapatan (tenaga kerja) sektor i pada tingkat nasional terhadap pendapatan (tenaga kerja) nasional. Apabila LQ suatu sektor

33 33 (industri) ³ 1 maka sektor (industri) tersebut merupakan sektor basis. Sedangkan bila LQ suatu sektor (industri) < 1 maka sektor (industri tersebut) merupakan sektor non-basis. Asumsi model LQ ini adalah penduduk di wilayah yang bersangkutan mempunyai pola permintaan wilayah yang sama dengan pola permintaan nasional. Asumsi lainnya adalah bahwa permintaan wilayah akan sesuatu barang akan dipenuhi terlebih dahulu oleh produksi wilayah, kekurangannya diimpor dari wilayah lain (Budiharsono, 2005). Location Quotient (LQ) yaitu usaha mengukur konsentrasi suatu kegiatan (industri) dalam suatu daerah dengan dengan cara membandingkan peranannya dalam perekonomian daerah itu dengan peranan kegiatan atau industri sejenis dalam perekonomian regional atau nasional. Kriteria penggolongan dapat bermacam-macam sesuai dengan keperluan. Misalnya dapat dilihat dari aspek kesempatan kerja, maka ukuran dasar yang dipakai adalah jumlah tenaga kerja yang diserap. Jika dilihat dari usaha menaikkan pendapatan daerah maka ukuran dasar yang dipakai adalah besarnya kenaikan pendapatan yang diciptakan di daerah (Arsyad, 2005). Analisis Location Quotients (LQ) untuk menentukan kapasitas ekspor perekonomian daerah dan derajat self-sufficiency suatu sektor. Dalam teknik ini kegiatan ekonomi suatu daerah dibagi dua golongan, yaitu: (BAPPEDA Bangka Belitung dan PSE-KP UGM, 2007) 1) Kegiatan industri yang melayani pasar di darah itu sendiri maupun di luar daerah yang bresangkutan. Industri seperti ini dinamakan industri basis. 2) Kegiatan ekonomi atau industri yang melayani pasar di daerah tersebut, jenis ini dinamakan industri non basis atau industri lokal. b. Metode Analisis Shift Share Keragaman dalam struktur industri menimbulkan perbedaan pertumbuhan output produksi dan kesempatan kerja. Wilayah yang tumbuh cepat disebabkan karena struktur industri/sektornya

34 34 mendukung dalam arti lain sebagian besar sektornya mempunyai laju pertumbuhan yang cepat. Sedangkan bagi wilayah yang pertumbuhannya lamban, sebagian besar sektornya mempunyai laju pertumbuhan lamban. Untuk mengidentifikasi sumber atau komponen pertumbuhan wilayah lazim digunakan analisis Shift Share (Budiharsono, 2005). Analisis Shift Share adalah salah satu teknik kuantitatif yang bisa digunakan untuk menganalisis perubahan struktur ekonomi daerah relatif terhadap struktur ekonomi wilayah administratif yang lebih tinggi sebagai pembanding atau referensi. Untuk tujuan tersebut, analisis ini menggunakan tiga informasi dasar yang berhubungan satu sama lain, yaitu: (Widodo, 2006) 1) Pertumbuhan ekonomi referensi propinsi atau nasional (national growth effect), yang menunjukkan bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi nasional terhadap perekonomian daerah. 2) Pergeseran proporsional (proportional shift), yang menunjukkan perubahan relatif kinerja suatu sektor di daerah tertentu terhadap sektor yang sama di referensi propinsi atau nasional. 3) Pergeseran diferensial (differential shift) yang memberikan informasi dalam menentukan seberapa jauh daya saing industri daerah (lokal) dengan perekonomian yang dijadikan referensi. Analisis Shift Share menggunakan metode pengisolasian berbagai faktor yang menyebabkan perubahan struktur industri suatu daerah dalam pertumbuhannya dari satu kurun waktu ke kurun waktu berikutnya. Hal ini meliputi penguraian faktor penyebab pertumbuhan berbagai sektor di suatu daerah tetapi dalam kaitannya dengan ekonomi nasional. Ada juga yang menamakan model analisis ini sebagai industrial mix analysis, karena komposisi industri yang ada sangat mempengaruhi laju pertumbuhan wilayah tersebut. Artinya, apakah industri yang berlokasi di wilayah tersebut termasuk ke dalam kelompok industri yang secara nasional memang berkembang pesat

35 35 dan bahwa industri tersebut cocok berlokasi di wilayah itu atau tidak (Tarigan, 2004). c. Metode Analisis Input-Output (I-O) Analisis input-output (analisis masukan-keluaran) adalah suatu analisis atas perekonomian wilayah secara komprehensif karena meluhat keterkaitan antar sektor ekonomi di wiilayah tersebut secara keseluruhan. Dengan demikian, apabila terjadi perubahan tingkat produksi atas sektor tertentu, dampaknya terhadap sektor lain dapat dilihat. Selain itu, analisis ini juga terkait dengan tingkat kemakmuran masyarakat wilayah tersebut melalui input primer (nilai tambah). Artinya akibat perubahan tingkat produksi sektor-sektor tersebut, dapat dilihat seberapa besar kemakmuran masyarakat bertambah/berkurang (Tarigan, 2004). Analisis I-O dipergunakan untuk perencanaan ekonomi nasional. Model I-O dapat diterapkan dalam mempersiapkan kerangka rencana di negara sedang bekembang. Model ini memberikan informasi yang perlu mengenai koefisien struktural perekonomian selama suatu jangka waktu tertentu yang dapat digunakan untuk seoptimal mungkin mengalokasikan sumber-sumber ekonomi menuju cita-cita yang diinginkan (Budiharsono, 2005). Menurut Kuncoro (2004 a ), manfaat analisis input output antara lain menyajikan gambaran rinci mengenai struktur ekonomi pada suatu kurun waktu tertentu, memberikan gambaran lengkap mengenai aliran barang, jasa, dan input antar sektor, dan sebagai alat peramal mengenai pengaruh suatu perubahan situasi/kebijakan ekonomi. d. Metode Analisis Tipologi Klassen Tipologi Klassen merupakan alat analisis yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi sektor, subsektor, usaha, atau komoditi prioritas atau unggulan suatu daerah. Dalam hal ini analisis Tipologi Klassen dilakukan dengan membandingkan pertumbuhan ekonomi daerah dengan pertumbuhan ekonomi daerah yang menjadi

36 36 acuan atau nasional dan membandingkan pangsa sektor, subsektor, usaha, atau komoditi suatu daerah dengan nilai rata-ratanya di tingkat yang lebih tinggi atau secara nasional. Hasil analisis Tipologi Klassen akan menunjukkan posisi pertumbuhan dan pangsa sektor, subsektor, usaha, atau komoditi pembentuk variabel regional suatu daerah (Anonim, 2009 b ). Pendekatan Tipologi Klassen digunakan untuk mengetahui gambaran tentang pola dan pertumbuhan ekonomi tiap-tiap daerah (Bank Indonesia, 2006). Pendekatan Tipologi Klassen pada dasarnya membagi daerah berdasarkan dua indikator utama, yaitu pertumbuhan ekonomi daerah dan pendapatan per kapita daerah (Wardana, 2007). Dengan menentukan rata-rata pertumbuhan ekonomi sebagai sumbu vertikal dan rata-rata pendapatan perkapita sebagai sumbu horizontal, daerah yang diamati dapat dibagi menjadi empat klasifikasi. Dalam Tipologi Klassen, daerah dibagi menjadi empat klasifikasi: (Emilia dan Imelia, 2006) 1) Daerah cepat maju dan cepat tumbuh (high growth and high income) adalah daerah yang memiliki laju pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita yang lebih tinggi dari rata-rata wilayah. 2) Daerah maju tapi tertekan (high income but low growth) adalah daerah yang memiliki pendapatan perkapita yang lebih tinggi, tetapi tingkat pertumbuhan ekonominya lebih rendah dari rata-rata. 3) Daerah berkembang cepat (high growth but low income) adalah daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan, tetapi tingkat perkapita lebih rendah dari rata-rata. 4) Daerah relatif tertinggal (low growth and low income) adalah daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita yang rendah. Analisis ini mendasarkan pengelompokkan suatu sektor dengan melihat pertumbuhan dan kontribusi sektor tertentu terhadap total PDRB suatu daerah. Dengan menggunakan analisis tipologi

37 37 Klassen, suatu sektor dapat dikelompokkan ke dalam empat kategori, yaitu: sektor prima, sektor potensial, sektor berkembang, dan sektor terbelakang. Penentuan kategori suatu sektor ke dalam empat kategori di tersebut didasarkan pada laju pertumbuhan kontribusi sektoralnya dan rerata besar kontribusi sektoralnya terhadap PDRB, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 5. Tabel 5. Matriks Tipologi Klassen Rerata Kontribusi Sektoral thd Rerata Laju PDRB Y SEKTOR Y PDRB Pertumbuhan Sektoral Y SEKTOR < Y PDRB r SEKTOR r PDRB Sektor Prima Sektor Berkembang r SEKTOR < r PDRB Sektor Potensial Sektor Terbelakang Sumber: BAPPEDA Bangka Belitung dan PSE-KP UGM, 2007 Keterangan: Y SEKTOR Y PRDB r SEKTOR r PDRB = nilai sektor ke i = rata-rata PDRB = laju pertumbuhan sektor ke i = laju pertumbuhan PDRB Hasil pemetaan dari analisis Tipologi Klassen, bila dikaitkan dengan kegiatan perencanaan untuk pengembangan ekonomi daerah di masa mendatang, antara lain dapat dilakukan dengan strategi. Pengembangannya menurut periode waktunya dapat dilakukan dalam tiga tahap yaitu prioritas pengembangan ekonomi untuk masa jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Untuk periode jangka pendek bagaimana pemerintah mengupayakan kegiatan ekonomi yang masuk dalam kategori potensial diupayakan untuk menjadi sektor prima dengan mendorong pertumbuhannya yang lebih cepat lagi. Jangka menengah, pemerintah daerah mengupayakan sektor yang saat ini berstatus sektor berkembang menjadi sektor prima dengan

38 38 memperbesar porsi outputnya pada perekonomian daerah, dan sektor berkembang yang tadinya berasal dari sektor terbelakang diupayakan menjadi sektor prima dalam jangka panjang. Berikut matriks strategi pengembangannya. Tabel 6. Matriks Strategi Pengembangan Jangka Pendek (1-5 tahun) Jangka Menengah (5-10 tahun) Jangka Panjang (10-25 tahun) Sektor Prima Sektor Berkembang Sektor Berkembang menjadi Sektor menjadi Sektor Prima Prima Sektor Potensial Sektor Terbelakang menjadi Sektor menjadi Sektor Prima Berkembang Sumber: Widodo, 2006 Implikasi kebijakan alat analisis Tipologi Klassen dapat membantu pengambil keputusan di daerah untuk menetapkan prioritas anggaran daerahnya, terutama yang berkaitan dengan sisi pengeluaran. Analisis Tipologi Klassen pada tingkat sektor, subsektor, usaha, bahkan komoditi untuk menentukan sektor, subsektor, usaha, dan komoditi prioritas atau unggulan dapat mengarahkan pemerintah daerah untuk lebih fokus pada pengembangan sektor, subsektor, usaha, dan komoditi tersebut. Dengan kata lain, alokasi pengeluran pemerintah dapat lebih difokuskan untuk mengembangkan sektor, subsektor, usaha, dan komoditi yang termasuk ke dalam kuadran maju dan tumbuh pesat. Selain itu, sektor, subsektor, usaha dan komoditi yang termasuk ke dalam kuadran maju dan tumbuh pesat sudah terbukti kontribusinya bagi perekonomian suatu daerah. Apabila pemerintah daerah memberikan stimulasi dana dan dorongan dengan kebijakan yang mendukung, maka sektor, subsektor, usaha, maupun komoditi tersebut akan dapat menyumbang lebih banyak kepada perekonomian daerah (Anonim, 2009 b ).

39 39 C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah Perencanaan pembangunan adalah suatu proses mempersiapkan secara sistematis tindakan di masa yang akan datang dengan memperhitungkan sumberdaya yang tersedia supaya lebih baik secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuannya. Perencanaan pembangunan daerah dimaksudkan agar semua daerah dapat melaksanakan pembangunan secara proporsional dan merata sesuai dengan sumberdaya dan potensi yang ada di daerah. Manfaat perencanaan pembangunan daerah adalah untuk pemerataan pembangunan dari pusat ke daerah. Apabila perencanaan pembangunan daerah dan pembangunan daerah dapat dilaksanakan dengan baik maka diharapkan daerah dapat tumbuh dan berkembang secara mandiri. Dengan demikian maka kenaikan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat di daerah tidak lagi terlalu bergantung dari pusat, tetapi dapat didorong dari daerah sendiri yang bersangkutan. Adanya perencanaan pembangunan daerah maka akan mempermudah pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan bersama dengan masyarakat, yaitu dengan mengembangkan potensi daerah dan mengelola sumberdaya tiap sektor yang tersedia, serta menentukan prioritas dan arah program pembangunan ekonomi daerah dalam upaya untuk mencapai tujuan pembangunan. Pembangunan daerah bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat kearah yang lebih baik dan merata, sehingga dapat meningkatkan taraf hidup dan kualitas hidup masyarakat. Dalam rangka membangun perekonomian daerah yang lebih baik, maka pemerintah daerah harus menentukan sektor-sektor yang perlu dikembangkan agar perekonomian daerah dapat tumbuh cepat. Sektor yang memiliki keunggulan memiliki prospek yang lebih baik untuk dikembangkan dan diharapkan dapat mendorong sektor-sektor lain untuk berkembang. Kabupaten Klaten sebagai salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah, diharapkan mampu menetapkan strategi pembangunan bagi daerahnya sendiri, sesuai dengan potensi sumberdaya yang dimilikinya, dengan tetap mengacu kepada kebijakan pemerintah pusat.

40 40 Pembangunan daerah Kabupaten Klaten terdiri dari pembangunan sektor perekonomian dan sektor non perekonomian. Dalam pembangunan perekonomian daerah di Kabupaten Klaten terdiri dari pembangunan sektor pertanian dan non pertanian dimana masing-masing pembangunan sektor tersebut memberikan kontribusi dan peranan yang berbeda bagi pendapatan daerah dan kesejahteraan masyarakat. Sektor pertanian terdiri dari lima sub sektor pertanian yaitu subsektor tanaman bahan makanan, sub sektor perkebunan, subsektor peternakan, subsektor kehutanan dan subsektor perikanan. Sektor non pertanian terdiri dari sektor penggalian; sektor industri pengolahan; sektor listrik dan air minum; sektor bangunan/konstruksi; sektor perdagangan, hotel dan restoran; sektor angkutan dan komunikasi; sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; serta sektor jasa-jasa. Subsektor tanaman bahan makanan merupakan salah satu subsektor yang memberikan kontribusi terbesar dari sektor pertanian, sehingga tanaman bahan makanan memiliki peranan penting bagi sektor pertanian di Kabupaten Klaten. Subsektor ini memperoleh kontribusi dari berbagai komoditi tanaman pangan, sayuran dan buah-buahan. Dari hasil produksi komoditi tersebut dapat diketahui besarnya nilai produksi dan laju pertumbuhan komoditi dengan melihat jumlah produksi dan harga komoditi tingkat produsen pada tahun tertentu, sehingga dapat pula diketahui besarnya kontribusi komoditi tanaman bahan makanan yaitu dengan membandingkan nilai produksi masing-masing komoditi tanaman bahan makanan terhadap total nilai produksi komoditi pertanian secara keseluruhan di Kabupaten Klaten. Analisis Pendekatan Tipologi Klassen digunakan untuk mengetahui klasifikasi komoditi tanaman bahan makanan di Kabupaten Klaten, yaitu dengan mengidentifikasi komoditi tanaman bahan makanan yang menjadi prioritas atau unggulan melalui laju pertumbuhan dan kontribusi komoditi tanaman bahan makanan. Pada teknik pendekatan Tipologi Klassen ini, komoditi tanaman bahan makanan dapat diklasifikasikan menjadi empat kategori, yaitu terdiri dari komoditi prima, komoditi potensial, komoditi berkembang, dan komoditi terbelakang. Analisis ini mendasarkan

41 41 pengelompokan suatu komoditi dengan indikator laju pertumbuhan dan kontribusinya terhadap kontribusi PDRB Kabupaten Klaten. Berdasarkan hasil klasifikasi komoditi tanaman bahan makanan dengan analisis pendekatan Tipologi Klassen tersebut, maka pemerintah daerah dapat menentukan strategi pengembangannya dalam kerangka perencanaan pengembangan ekonomi daerah Kabupaten Klaten. Strategi pengembangan komoditi tanaman bahan makanan diperlukan dalam upaya mewujudkan pembangunan pertanian yang berkelanjutan di Kabupaten Klaten agar dapat menunjang pendapatan daerah. Dalam hal ini, strategi pengembangan komoditi tanaman bahan makanan bertujuan untuk meningkatkan besarnya pertumbuhan dan kontribusi komoditi terhadap PDRB Kabupaten Klaten. Strategi pengembangan komoditi tanaman bahan makanan ini dapat diketahui melalui matriks strategi pengembangan komoditi tanaman bahan makanan, yaitu berdasarkan pada periode waktu, meliputi pengembangan untuk masa jangka pendek (1-5 tahun), jangka menengah (5-10 tahun) dan jangka panjang (10-25 tahun). Hasil rumusan strategi pengembangan yang telah ditentukan berdasarkan periode waktu tersebut dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran bagi pemerintah daerah, sehingga akan mempermudah pemerintah daerah dalam menyusun rencana pembangunan daerah Kabupaten Klaten. Dengan demikian, perencanaan pembangunan daerah merupakan tindak lanjut dari penetapan strategi pengembangan komoditi tanaman bahan makanan di Kabupaten Klaten. Gambar alur kerangka pemikiran dalam penelitian tentang Klasifikasi Komoditi Tanaman Bahan Makanan Dalam Kerangka Perencanaan Pengembangan Ekonomi Daerah Kabupaten Klaten disajikan pada Gambar 1.

42 42 Perencanaan Pembangunan Pembangunan Daerah Kabupaten Klaten Sektor Perekonomian Sektor Non Perekonomian Sektor Pertanian Sektor Non Pertanian Subsektor Tabama Subsektor Perkebunan Subsektor Peternakan Subsektor Kehutanan Subsektor Perikanan Komoditi Tanaman Bahan Makanan Tipologi Klassen Klasifikasi Komoditi Tanaman Bahan Makanan di Kabupaten Klaten Komoditi Prima Komoditi Potensial Komoditi Berkembang Komoditi Terbelakang Strategi Pengembangan Komoditi Tanaman Bahan Makanan Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang Gambar 1. Alur Pemikiran dan Kerangka Penentuan Klasifikasi Komoditi Tanaman Bahan Makanan di Kabupaten Klaten

43 43 D. Pembatasan Masalah 1.Model Analisis yang dapat digunakan untuk menentukan potensi relatif perekonomian suatu wilayah adalah meliputi model teori ekonomi basis, model Shift Share, model input-output, model linear programing, model sistem neraca sosial ekonomi maupun pendekatan Tipologi Klassen. Dalam penelitian ini analisis dibatasi hanya menggunakan analisis pendekatan Tipologi Klassen. 2.Penentuan klasifikasi dalam penelitian ini didekati dengan menggunakan data nilai produksi komoditi tanaman bahan makanan, laju pertumbuhan komoditi tanaman bahan makanan, kontribusi PDRB dan laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Klaten maupun PDRB Provinsi Jawa Tengah pada periode tahun Harga komoditi tanaman bahan makanan yang digunakan adalah harga rata-rata komoditi tanaman bahan makanan di tingkat produsen di Kabupaten Klaten pada periode tahun E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 1. Klasifikasi adalah pengelompokkan yang sistematis pada sejumlah objek, gagasan, atau benda-benda lain ke dalam kelas atau golongan tertentu berdasarkan ciri-ciri yang sama (Hamakonda dan Tairas, 1999). Klasifikasi dalam penelitian ini adalah pengelompokkan komoditi tanaman bahan makanan berdasarkan laju pertumbuhan dan kontribusi komoditi tanaman bahan makanan di Kabupaten Klaten. Klasifikasi dalam penelitian ini terdiri dari empat kategori, yaitu komoditi prima, komoditi potensial, komoditi berkembang, dan komoditi terbelakang. 2. Komoditi adalah barang perdagangan (niaga) atau barang keperluan (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Dalam penelitian ini, komoditi diartikan sebagai produk yang dihasilkan oleh suatu usaha/kegiatan dengan menggunakan sumberdaya yang tersedia di Kabupaten Klaten. 3. Tanaman bahan makanan adalah tanaman atau tumbuh-tumbuhan yang biasa ditanam orang yang dapat dijadikan atau dibuat menjadi bentuk lain yang biasa dimakan (Kamus Besar Bahasa Indonesia).

44 44 4. Komoditi tanaman bahan makanan adalah komoditi yang dihasilkan oleh suatu usaha/kegiatan di sektor pertanian yang dapat dijadikan bahan pangan, khususnya dihasilkan dari subsektor tanaman bahan makanan. Komoditi tanaman bahan makanan meliputi tanaman pangan, tanaman sayur-sayuran dan buah-buahan di Kabupaten Klaten. 5. Nilai produksi komoditi adalah hasil balas jasa dari suatu komoditi tanaman bahan makanan yang diperoleh dari hasil perkalian antara jumlah produksi komoditi tanaman bahan makanan dengan harga rata-rata komoditi tanaman bahan makanan di tingkat produsen dalam satu tahun di Kabupaten Klaten yang dinyatakan dalam satuan Rupiah (Rp). 6. Kontribusi adalah peranan atau fungsi suatu kegiatan ekonomi. Dalam penelitian ini kontribusi tanaman bahan makanan merupakan perbandingan antara nilai produksi komoditi tanaman bahan makanan terhadap total nilai produksi komoditi pertanian dan dikalikan dengan 100%. Untuk mengetahui kriteria kontribusi komoditi tanaman bahan makanan yaitu dibandingkan dengan besar kontribusi PDRB Kabupaten Klaten terhadap PDRB Provinsi Jawa Tengah. Ada dua kriteria kontribusi komoditi tanaman bahan makanan, yaitu: a. Kontribusi besar, jika kontribusi komoditi tanaman bahan makanan lebih besar/sama dengan kontribusi PDRB Kabupaten Klaten. b. Kontribusi kecil, jika kontribusi komoditi tanaman bahan makanan lebih kecil daripada kontribusi PDRB Kabupaten Klaten. 7. Laju pertumbuhan adalah proses perubahan tingkat kegiatan ekonomi yang terjadi dari tahun ke tahun. Dalam penelitian ini laju pertumbuhan komoditi tanaman bahan makanan adalah perubahan nilai produksi komoditi tanaman bahan makanan yang terjadi dari tahun ke tahun. Untuk mengetahui kriteria laju pertumbuhan komoditi tanaman bahan makanan yaitu dibandingkan dengan laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Klaten. Ada dua kriteria laju pertumbuhan komoditi tanaman bahan makanan, yaitu:

45 45 a. Tumbuh cepat, jika laju pertumbuhan komoditi tanaman bahan makanan lebih besar/sama dengan laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Klaten. b. Tumbuh lambat, jika laju pertumbuhan komoditi tanaman bahan makanan lebih kecil daripada laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Klaten. 8. Strategi merupakan perencanaan sasaran, tujuan, dan arah tindakan serta alokasi sumber daya yang diperlukan untuk mencapai sasaran dan tujuan itu (James dan Robert, 2002). Strategi pengembangan komoditi tanaman bahan makanan dalam penelitian ini adalah suatu perencanaan untuk mengembangkan komoditi tanaman bahan makanan sesuai dengan kebutuhan dan potensi yang ada di Kabupaten Klaten berdasarkan pada kontribusi dan pertumbuhan komoditi tanaman bahan makanan dalam jangka waktu tertentu. Strategi pengembangan didasarkan pada periode waktu, terdiri dari: a. Strategi jangka pendek, dilakukan dalam jangka waktu 1-5 tahun b. Strategi jangka menengah, dilakukan dalam jangka waktu 5-10 tahun c. Strategi jangka panjang, dilakukan dalam jangka waktu tahun.

46 46 III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif merupakan metode penelitian yang memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang, pada masalah-masalah yang aktual, dimana data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis (Surakhmad, 2001). B. Metode Pengambilan Daerah Penelitian Metode pengambilan daerah penelitian dilakukan secara sengaja (purposive), yaitu pengambilan daerah penelitian secara sengaja berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian (Singarimbun dan Effendi, 1997). Daerah penelitian yang diambil adalah Kabupaten Klaten berdasarkan pertimbangan bahwa kontribusi sektor pertanian terhadap sektor perekonomian di Kabupaten Klaten pada periode tahun memiliki kecenderungan terjadi penurunan (BAPEDA Kabupaten Klaten, 2007). Subsektor tanaman bahan makanan terhadap sektor pertanian memiliki besar kontribusi dan laju pertumbuhan yang cenderung fluktuatif dari tahun (Tabel 1 dan Tabel 2). Selain itu, kontribusi dan laju pertumbuhan komoditi tanaman bahan makanan pada tahun di Kabupaten Klaten juga cenderung fluktuatif (Tabel 3 dan Tabel 4). Oleh karena itu, kondisi yang demikian perlu diperhatikan untuk diusahakan dapat lebih meningkat pada waktu mendatang, yaitu dengan menentukan strategi pengembangan pada sektor pertanian, khususnya pada komoditi dari subsektor tanaman bahan makanan di Kabupaten Klaten. Strategi pengembangan ditentukan baik dalam periode waktu jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang. C. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan cara mengutip data laporan 40

47 47 maupun dokumen dari lembaga atau instansi yang ada hubungannya dengan penelitian. Data sekunder merupakan data yang terlebih dahulu telah dikumpulkan dan dilaporkan oleh orang di luar peneliti (Surakhmad, 2001). Data sekunder ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Klaten, BAPEDA Kabupaten Klaten, dan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Klaten. Data sekunder yang digunakan berupa data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Klaten tahun , PDRB Provinsi Jawa Tengah tahun ADHK 2000, jumlah produksi komoditi tanaman bahan makanan, harga komoditi tanaman bahan makanan di tingkat produsen tahun di Kabupaten Klaten, data Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Klaten, data kualitatif untuk strategi pengembangan dan data yang ada pada Klaten Dalam Angka 2007/2008. D. Metode Analisis Data 1. Klasifikasi Komoditi Tanaman Bahan Makanan Penentuan klasifikasi komoditi tanaman bahan makanan di Kabupaten Klaten dapat diketahui dengan menggunakan pendekatan Tipologi Klassen. Tipologi Klassen merupakan alat analisis yang dapat digunakan untuk mengklasifikasi sektor, subsektor, usaha atau komoditi prioritas atau unggulan suatu daerah. Tipologi Klassen pada dasarnya membagi komoditi berdasarkan dua indikator utama, yaitu laju pertumbuhan dan kontribusi komoditi terhadap PDRB. Penelitian ini menggunakan analisis pendekatan Tipologi Klassen untuk menentukan klasifikasi komoditi tanaman bahan makanan di Kabupaten Klaten. Pendekatan Tipologi Klassen dilakukan dengan cara: a. Membandingkan laju pertumbuhan komoditi tanaman bahan makanan dengan laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Klaten. b. Membandingkan besarnya kontribusi, yaitu antara nilai produksi komoditi tanaman bahan makanan terhadap total nilai produksi komoditi pertanian dibandingkan dengan kontribusi PDRB Kabupaten Klaten terhadap PDRB Provinsi Jawa Tengah.

48 48 Pengklasifikasian komoditi tanaman bahan makanan di Kabupaten Klaten ini dapat diketahui dari Matriks Tipologi Klassen pada Tabel 7. Tabel 7. Matriks Tipologi Klassen Komoditi Tanaman Bahan Makanan di Kabupaten Klaten Kontribusi Komoditi Laju Pertumbuhan Komoditi Tumbuh Cepat (r komoditi i > r PDRB ) Kontribusi Besar (Kontribusi komoditi i > Kontribusi PDRB) Komoditi Prima Kontribusi Kecil (Kontribusi komoditi i < Kontribusi PDRB) Komoditi Berkembang Tumbuh Lambat (r komoditi i < r PDRB ) Keterangan : r komoditi i r PDRB Komoditi Potensial Komoditi Terbelakang : laju pertumbuhan komoditi tanaman bahan makanan : laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Klaten Hasil dari analisis Tipologi Klassen ini akan menunjukkan posisi pertumbuhan dan kontribusi komoditi tanaman bahan makanan di Kabupaten Klaten. Berdasarkan Matriks Tipologi Klassen, komoditi tanaman bahan makanan di Kabupaten Klaten dapat diklasifikasikan menjadi empat kategori, yaitu: a. Komoditi prima adalah komoditi yang memiliki laju pertumbuhan cepat dan kontribusi yang besar terhadap PDRB Kabupaten Klaten b. Komoditi potensial adalah komoditi yang memiliki laju pertumbuhan lambat dan kontribusi yang besar terhadap PDRB Kabupaten Klaten c. Komoditi berkembang adalah komoditi yang memiliki pertumbuhan cepat dan kontribusi yang kecil terhadap PDRB Kabupaten Klaten d. Komoditi terbelakang adalah komoditi yang memiliki laju pertumbuhan lambat dan kontribusi yang kecil terhadap PDRB Kabupaten Klaten. 2. Strategi Pengembangan Komoditi Tanaman Bahan Makanan Berdasarkan hasil klasifikasi komoditi tanaman bahan makanan dengan pendekatan Tipologi Klassen, maka dalam merumuskan perencanaan pengembangan ekonomi daerah Kabupaten Klaten dapat

49 49 dilakukan dengan menentukan beberapa strategi pengembangan. Strategi pengembangan komoditi tanaman bahan makanan ini dapat diketahui melalui matriks strategi pengembangan komoditi tanaman bahan makanan, yaitu berdasarkan pada periode waktu, meliputi strategi pengembangan dalam jangka pendek (1-5 tahun), jangka menengah (5-10 tahun) dan jangka panjang (10-25 tahun). Matriks strategi pengembangan komoditi tanaman bahan makanan di Kabupaten Klaten disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Matriks Strategi Pengembangan Komoditi Tanaman Bahan Makanan di Kabupaten Klaten Jangka Pendek (1-5th) Jangka Menengah (5-10th) Jangka Panjang (10-25th) komoditi potensial komoditi terbelakang komoditi prima menjadi menjadi komoditi prima komoditi berkembang komoditi potensial menjadi komoditi prima komoditi berkembang menjadi komoditi potensial komoditi terbelakang menjadi komoditi berkembang komoditi prima menjadi komoditi prima Berdasarkan matriks strategi pengembangan komoditi tanaman bahan makanan dapat diketahui bahwa strategi pengembangan komoditi tanaman bahan makanan di Kabupaten Klaten, dimana dapat dijadikan sebagai dasar bagi pemerintah daerah dalam perencanaan pengembangan ekonomi daerah, yaitu dapat dilaksanakan dengan: a. Strategi Pengembangan Jangka Pendek Strategi pengembangan jangka pendek dilakukan dalam jangka waktu antara 1-5 tahun. Pada strategi pengembangan jangka pendek bertujuan untuk memanfaatkan komoditi prima secara optimal agar dapat menunjang pendapatan daerah. Selain itu juga mengupayakan komoditi potensial dapat menjadi komoditi prima, sehingga komoditi potensial ini dapat dijadikan cadangan/alternatif pengganti bagi komoditi prima. Strategi yang dapat dilakukan yaitu dengan meningkatkan laju pertumbuhan komoditi tanaman bahan makanan.

50 50 b. Strategi Pengembangan Jangka Menengah Strategi pengembangan dalam jangka menengah dilakukan untuk jangka waktu 5-10 tahun. Pada strategi jangka menengah mengupayakan komoditi potensial menjadi komoditi prima yang dapat ditempuh dengan strategi meningkatkan laju pertumbuhan komoditi. Selain itu, mengupayakan agar komoditi berkembang dapat menjadi komoditi potensial dengan melakukan strategi meningkatkan kontribusi komoditi. Sedangkan upaya agar komoditi terbelakang menjadi komoditi berkembang dapat dilakukan strategi dengan meningkatkan laju pertumbuhan komoditi tanaman bahan makanan. c. Strategi Pengembangan Jangka Panjang Strategi pengembangan jangka panjang dilakukan dalam jangka waktu tahun. Pada strategi jangka panjang bertujuan untuk mengupayakan agar komoditi terbelakang menjadi berkembang yaitu strateginya dengan meningkatkan laju pertumbuhan komoditi tanaman bahan makanan. Sedangkan untuk mempertahankan komoditi prima menjadi komoditi prima dalam jangka panjang, strateginya dilakukan dengan mempertahankan dan atau meningkatkan besarnya kontribusi dan laju pertumbuhan tanaman bahan makanan.

51 51 A. Keadaan Alam IV. KONDISI UMUM KABUPATEN KLATEN 1. Kondisi Geografis dan Wilayah Administratif Kabupaten Klaten berada di dalam Provinsi Jawa Tengah. Secara geografis Kabupaten Klaten berada antara 7 o LS sampai 7 o LS dan antara 110 o BT sampai 110 o BT yang berjarak km dari kota Semarang. Letak Kabupaten Klaten cukup strategis karena berbatasan langsung dengan kota Surakarta yang merupakan salah satu pusat perdagangan dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang dikenal sebagai kota pelajar dan salah satu DTW (Daerah Tujuan Wisata). Sedangkan batas-batas wilayah Kabupaten Klaten adalah : Sebelah Utara : Kabupaten Boyolali Sebelah Timur : Kabupaten Sukoharjo Sebelah Selatan : Kabupaten Gunung Kidul (DIY) Sebelah Barat : Kabupaten Sleman (DIY) Jarak Kabupaten Klaten dengan kabupaten atau kota lain se-karesidenan Surakarta adalah Kabupaten Klaten ke Kabupaten Boyolali sejauh 38 Km, ke Kota Solo sejauh 36 Km, ke Kabupaten Sukoharjo sejauh 47 Km, ke Kabupaten Wonogiri sejauh 67 Km, ke Kabupaten Karanganyar sejauh 49 Km, dan Kabupaten Klaten ke Kabupaten Sragen sejauh 63 Km. Secara administratif Kabupaten Klaten dibagi menjadi 26 Kecamatan, 391 desa dan 10 kelurahan. Kecamatan dengan jumlah desa terbanyak adalah Kecamatan Cawas sebanyak 20 desa, sedangkan yang paling sedikit adalah Kecamatan Kalikotes dan Kecamatan Kebonarum masing-masing tujuh desa. Seluruh desa yang ada merupakan desa swasembada. Luas wilayah Kabupaten Klaten keseluruhan seluas ha (655,56 km 2 ) atau seluas 2,104% dari luas Provinsi Jawa Tengah yang luasnya ha. Keadaan geografis di Kabupaten Klaten cocok untuk pengembangan sektor pertanian, mulai dari subsektor tanaman bahan makanan maupun subsektor pertanian lainnya. Banyak komoditi tanaman bahan makanan yang dibudidayakan di Kabupaten Klaten. Komoditi tanaman bahan makanan meliputi komoditi tanaman pangan dan 45 hortikultura. Komoditi hortikultura yang diusahakan di Kabupaten Klaten berupa sayur-sayuran, dan buah-buahan, sedangkan komoditi tanaman hias diusahakan hanya dalam jumlah kecil. 2. Kondisi Topografi Wilayah Kabupaten Klaten diapit oleh Gunung Merapi dan Pegunungan Seribu dengan ketinggian antara m dpl (diatas permukaan laut) yang terbagi menjadi 3 (tiga) dataran:

52 52 a. Dataran Lereng Gunung Merapi membentang di sebelah utara (alam area yang miring), meliputi sebagian kecil sebelah utara wilayah Kecamatan Kemalang, Karangnongko, Jatinom, dan Tulung. b. Dataran Rendah membujur di tengah (wilayah bagian tengah), meliputi seluruh wilayah kecamatan di Kabupaten Klaten, kecuali sebagian kecil wilayah merupakan dataran lereng Gunung Merapi dan Gunung Kapur. Wilayah datar ini meliputi wilayah kecamatan Manisrenggo, Klaten Tengah, Kalikotes, Klaten Utara, Klaten Selatan, Ngawen, Kebonarum, Wedi, Jogonalan, Prambanan, Gantiwarno, Delanggu, Wonosari, Juwiring, Ceper, Pedan, Karangdowo, Trucuk, Cawas, Karanganom, Polanharjo. c. Dataran Gunung Kapur yang membujur di sebelah selatan (wilayah bagian selatan), meliputi sebagian kecil sebelah selatan Kecamatan Bayat dan Cawas dan Gantiwarno. Ketinggian daerah di Kabupaten Klaten, sekitar 3,72% terletak diantara ketinggian meter di atas permukaan laut. Terbanyak 83,52% terletak diantara ketinggian meter diatas permukaan laut, dan sisanya 12,76% terletak diantara ketinggian meter di atas permukaan laut. Melihat kondisi topografi di Kabupaten Klaten yang sebagian besar berupa dataran rendah dan didukung dengan banyaknya sumber air yang ada, maka daerah Kabupaten Klaten merupakan daerah pertanian yang potensial. Oleh karena kondisi yang mendukung ini sehingga dalam mengusahakan pengembangan sektor pertanian khususnya komoditi tanaman bahan makanan akan dapat berjalan dengan baik. 3. Jenis Tanah Jenis tanah di Kabupaten Klaten terdiri dari 5 (lima) macam, meliputi : a. Litosol, merupakan tanah yang beraneka sifat dan warnanya, produktivitasnya rendah dan biasanya merupakan tanah pertanian yang kurang baik atau padang rumput. Tanah litosol berupa bahan induk dari kristalin dan batu tulis, ada di daerah Kecamatan Bayat. b. Regosol Kelabu, merupakan tanah yang bersifat netral sampai asam dengan warna putih coklat kekuning-kuningan, coklat atau kelabu. Produktivitasnya sedang sampai tinggi dan biasanya digunakan untuk pertanian dan perkebunan. Tanah regosol kelabu berupa bahan

53 53 induk abu dan pasir vulkanis intermediant, terdapat di Kecamatan Klaten Tengah, Klaten Utara, Klaten Selatan, Ngawen, Kalikotes, Kebonarum, Trucuk, Cawas, Pedan, Karangdowo, Ceper, Juwiring Wonosari, Delanggu, Polanharjo, Tulung, Jatinom, Karanganom, dan Kemalang dan Jogonalan. c. Regosol Coklat Kelabu, bahan induk berupa abu dan pasir vulkan intermediant, terdapat di daerah Kecamatan Kemalang, Menisrenggo, Prambanan, Jogonalan, Wedi, Kebonarum dan Karangnongko. d. Kompleks Regosol Kelabu dan Kelabu Tua, yaitu bahan induk berupa batu kapur, terdapat di daerah Kecamatan Klaten Selatan dan Kebonarum. e. Grumusol Kelabu Tua, merupakan tanah yang agak netral berwarna kelabu sampai hitam, produktivitasnya rendah sampai sedang dan biasanya untuk pertanian atau perkebunan. Bahan induk tanah grumusol kelabu tua berupa abu dan pasir vulkan intermediant, terdapat di daerah Kecamatan Bayat dan Cawas sebelah Selatan. Berbagai jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Klaten akan berpengaruh terhadap keragaman komoditi pertanian yang diusahakan masyarakat Kabupaten Klaten. Suatu komoditi pertanian tertentu hanya dapat tumbuh dengan baik pada kondisi dan jenis tanah tertentu pula. Sebagian besar wilayah di Kabupaten Klaten memiliki jenis tanah regosol kelabu yang merupakan tanah yang bersifat netral sampai asam, dimana tanah ini memiliki potensi untuk produktivitas yang sedang sampai tinggi dan biasanya digunakan untuk lahan pertanian dan perkebunan. Oleh karena itu, Kabupaten Klaten banyak menghasilkan macam-macam komoditi tanaman bahan makanan dari berbagai wilayah. 4. Keadaan Iklim Wilayah Kabupaten Klaten memiliki iklim tropis dengan musim hujan dan musim kemarau silih berganti sepanjang tahun, dengan temperatur antara o C dan kecepatan angin rata-rata berkisar km/jam. Kabupaten Klaten mempunyai hari hujan dalam satu tahun dengan rata-rata di bawah 125 hari dengan curah hujan rata-rata di bawah mm per tahun. Jadi secara umum wilayah di Kabupaten Klaten merupakan wilayah yang memiliki banyak ketersediaan air yang digunakan untuk sarana irigasi lahan-lahan pertanian, sehingga akan

54 54 mendukung untuk usaha pengembangan berbagai komoditi tanaman bahan makanan lebih lanjut. 5. Penggunaan Lahan Kabupaten Klaten yang memiliki luas lahan total ha. Secara umum penggunaan lahan yang ada di Kabupaten Klaten dibagi menjadi dua yaitu penggunaan untuk lahan sawah dan lahan kering. Penggunaan lahan di Kabupaten Klaten yang relatif beragam disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Luas Penggunaan Lahan di Kabupaten Klaten Tahun Penggunaan Lahan Luas (ha) Lahan Sawah Irigasi Teknis Irigasi ½ Teknis Irigasi Sederhana Tadah Hujan Lahan Kering Pekarangan Tegalan Kolam/Rawa Hutan Negara Lain-lain Jumlah Sumber: BPS Kabupaten Klaten, 2007 Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui bahwa pada tahun 2007, ternyata lahan yang digunakan untuk lahan sawah seluas ha, yang terdiri dari sawah dengan irigasi teknis seluas ha, irigasi ½ teknis seluas ha, irigasi sederhana seluas ha dan sawah tadah hujan seluas ha. Luasnya lahan untuk lahan sawah teririgasi menunjukkan bahwa tanah pertanian di Klaten subur dan banyak mengembangkan budidaya tanaman bahan makanan yang berupa padi. Penggunaan lahan kering di Kabupaten Klaten terdiri dari lahan pekarangan, lahan tegalan, kolam/rawa, hutan negara dan lainnya. Berdasarkan jumlah lahan kering yang ada, penggunaan untuk lahan pekarangan memiliki adalah yang paling luas dan terlihat adanya kecenderungan meningkat dari tahun , hal ini terjadi akibat semakin meningkatnya kebutuhan tempat tinggal seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di Kabupaten Klaten. Sedangkan lahan kering yang digunakan untuk kegiatan pertanian dilakukan pada lahan tegalan. Berbagai komoditi tanaman pangan seperti padi gogo, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, dan kedelai cocok untuk lahan tegalan diusahakan oleh sebagian besar petani di Kabupaten Klaten. Pengembangan budidaya tanaman pangan tersebut diusahakan terutama untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat di daerah Kabupaten

55 55 Klaten dan apabila ada kelebihan produksi juga digunakan untuk memenuhi permintaan masyarakat di luar daerah Kabupaten Klaten. B. Keadaan Penduduk 1. Jumlah Penduduk Penduduk merupakan sumberdaya manusia yang menjadi subyek sekaligus obyek dalam kegiatan pembangunan yang dilaksanakan di suatu daerah. Jumlah penduduk yang besar dapat menjadi kekuatan sekaligus juga dapat menjadi beban dalam menunjang keberhasilan pembangunan di suatu daerah. Jumlah penduduk di Kabupaten Klaten pada tahun 2007 sebanyak jiwa atau 0,56%, kondisi ini menunjukkan penambahan jiwa dari tahun 2006 yang berjumlah jiwa dan pertumbuhannya sebesar 0,29%. Pertumbuhan jumlah penduduk di Kabupaten Klaten disajikan pada Tabel 10. Tabel 10. Kepadatan Penduduk Kabupaten Klaten Tahun Tahun Luas Wilayah (km 2 ) 655,56 655,56 655,56 655,56 655,56 Jumlah Penduduk (jiwa) Sumber : BPS Kabupaten Klaten, 2007 Kepadatan Penduduk (jiwa/km 2 ) Pertumbuhan Penduduk (%) 0,45 0,35 0,33 0,56 0,29 Seiring dengan jumlah penduduk yang terus bertambah dan kepadatan penduduk dalam kurun waktu lima tahun terakhir juga menunjukkan kecenderungan yang meningkat. Pada tahun 2003 kepadatan penduduk sebesar jiwa/km 2, pada tahun 2007 sudah menjadi jiwa/km 2. Sedangakan pertumbuhan penduduk tiap tahunnya adalah fluktuatif. Pertumbuhan penduduk yang paling tinggi terjadi pada tahun 2006 sebesar 0,56% dan pada tahun 2005 sebesar 0,33 merupakan pertumbuhan penduduk yang paling rendah. Pertumbuhan penduduk di Kabupaten Klaten yang semakin meningkat ini dikarenakan jumlah penduduk yang semakin bertambah dari tahun ke tahun, yang ditandai dengan tingginya angka kelahiran maupun jumlah penduduk yang datang lebih besar daripada jumlah penduduk yang pergi ke luar daerah Kabupaten Klaten. Laju pertumbuhan penduduk yang pesat akan berdampak negatif pada pengembangan sektor pertanian, karena ketersediaan lahan pertanian akan semakin berkurang. Salah satunya karena adanya konversi lahan pertanian menjadi pemukiman penduduk. Upaya pengembangan potensi wilayah berbasis komoditi pertanian, terutama komoditi tanaman bahan makanan sangat diperlukan untuk dapat mempertahankan dan meningkatkan produksi pertanian di wilayah Kabupaten Klaten. 2. Komposisi Penduduk

56 56 a. Menurut Jenis Kelamin Tabel 11. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratio di Kabupaten Klaten Tahun Tahun Jenis Kelamin Jumlah Sex Ratio Laki-laki Perempuan Sumber : BPS Kabupaten Klaten, (%) 95,05 95,21 95,36 95,35 95,50 Tabel 11 menunjukkan bahwa dari tahun jumlah penduduk laki-laki dan perempuan memiliki kecenderungan meningkat. Jumlah penduduk terbesar pada tahun 2007, yaitu penduduk laki-laki berjumlah jiwa dan penduduk perempuan berjumlah jiwa. Apabila dilihat dari dari jenis kelaminnya, jumlah penduduk perempuan lebih besar dibandingkan jumlah penduduk laki-laki. Hal ini bisa dilihat dari besarnya rasio jenis kelamin (sex ratio) pada tahun 2007 sebesar 95,50% yang berarti bahwa setiap 100 penduduk perempuan terdapat 95 penduduk laki-laki di Kabupaten Klaten. b. Menurut Kelompok Umur Tabel 12. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kabupaten Klaten Tahun > 65 Kelompok Umur Jumlah (jiwa) Angka Beban Tanggungan (ABT) 49,42 Sumber : BPS Kabupaten Klaten, 2007 Berdasarkan Tabel 12 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk menurut kelompok umur, pada tahun 2007 penduduk di Kabupaten Klaten paling banyak merupakan penduduk umur produktif (umur tahun), yaitu sebanyak jiwa dan yang paling sedikit adalah kelompok umur lebih dari 65 tahun, yaitu berjumlah jiwa. Jumlah penduduk umur produktif lebih banyak jika dibandingkan dengan penduduk umur non produktif. Dengan demikian, banyaknya penduduk umur produktif dapat dijadikan sebagai modal (tenaga kerja) untuk meningkatkan pembangunan ekonomi daerah di Kabupaten Klaten. Angka Beban Tanggungan (ABT) penduduk di Kabupaten Klaten pada tahun 2007

57 57 adalah sebesar 49,42. Hal ini berarti bahwa setiap 100 penduduk umur produktif harus menanggung 49 penduduk umur non produktif. Semakin besar angka beban tanggunggan, maka akan semakin kecil sumber daya manusia yang digunakan untuk proses pembangunan daerah di Kabupaten Klaten. c. Menurut Tingkat Pendidikan Tabel 13. Pencari Kerja Menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten Klaten Tahun Sarjana Sarjana Tahun SD SLTP SMU/SMK Sumber : BPS Kabupaten Klaten, Muda (S1) Berdasarkan Tabel 13 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk pencari kerja menurut tingkat pendidikan di Kabupaten Klaten dari tahun sebagian besar merupakan penduduk dengan tingkat pendidikan SMU/SMK, Sarjana dan Sarjana Muda. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk sudah sadar akan pentingnya pendidikan untuk masa depan. Penduduk dengan sumberdaya manusia yang berkualitas ini sangat diperlukan dalam menunjang pembangunan daerah di Kabupaten Klaten. C. Keadaan Perekonomian Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu tolok ukur dari tingkat keberhasilan pembangunan daerah. Pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh faktor-faktor internal maupun faktor eksternal yang berkembang. Pemerintah Daerah Kabupaten Klaten dari tahun ke tahun terus berupaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi guna meningkatkan kesejahteraan penduduk Kabupaten Klaten. Kondisi perekonomian di Kabupaten Klaten dapat dilihat dari beberapa variabel seperti besarnya PDRB dan juga dengan melihat pendapatan perkapita penduduk untuk mengetahui tingkat kemakmuran penduduk di Kabupaten Klaten. 1. Struktur Perekonomian Tabel 14. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Klaten Tahun ADHK 2000 (Jutaan Rupiah) Lapangan Usaha Pertanian , , , ,31 Penggalian , , , ,27 Industri Pengolahan , , , ,33 Listrik dan Air Minum , , , ,64

58 58 Bangunan/Konstruksi , , , ,88 Perdagangan, Hotel dan Restoran 1, , , , ,46 Angkutan dan Komunikasi , , , ,12 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan , , , ,22 Jasa-jasa , , , ,79 PDRB , , , ,02 Sumber : Diadopsi dari Lampiran 4 Besarnya nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dapat digunakan untuk mengetahui struktur perekonomian suatu daerah. Berdasarkan Tabel 14 dapat diketahui bahwa kegiatan perekonomian di Kabupaten Klaten ditopang oleh sembilan sektor perekonomian, antara lain sektor pertanian; sektor penggalian; sektor industri pengolahan; sektor listrik dan air minum; sektor bangunan/konstruksi; sektor perdagangan, hotel dan restoran; sektor angkutan dan komunikasi; sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; serta sektor jasa-jasa. Dari kesembilan sektor perekonomian Kabupaten Klaten tersebut, ada tiga sektor yang memberikan kontribusi paling besar terhadap PDRB Kabupaten Klaten pada tahun , yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran; sektor pertanian; dan sektor industri pengolahan. Sedangkan sektor perekonomian yang memberikan kontribusi terkecil terhadap PDRB Kabupaten Klaten adalah sektor listrik dan air minum. Sektor pertanian memberikan kontribusi PDRB yang terbesar kedua setelah sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sumbangan sektor pertanian terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Klaten dari tahun cenderung semakin meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian di Kabupaten Klaten merupakan sektor perekonomian yang penting dalam pembangunan daerah Kabupaten Klaten. 2. Pendapatan Per Kapita Pendapatan per kapita dapat digunakan sebagai salah satu indikator dalam melihat keberhasilan pembangunan perekonomian di suatu daerah. Pendapatan per kapita dihitung untuk mengetahui pendapatan rata-rata penduduk di suatu perekonomian pada suatu waktu tertentu. Data pendapatan per kapita menurut harga konstan ini perlu dihitung karena untuk menunjukkan perkembangan tingkat kemakmuran di suatu daerah. Suatu daerah dikatakan mengalami pertambahan dalam kemakmuran masyarakatnya apabila pendapatan per kapita atas dasar harga konstan terus menerus bertambah. Pendapatan per kapita di Kabupaten Klaten pada tahun disajikan pada Tabel 15. Tabel 15. Pendapatan Per Kapita Menurut PDRB Kabupaten Klaten Tahun Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun PDRB (Rp) Penduduk Pertengahan Tahun (jiwa) PDRB Per Kapita (Rp) Pertumbuhan PDRB Per Kapita (%)

59 Sumber : BPS Kabupaten Klaten, , , , ,66 4,47 4,23 1,60 3,09 PDRB per kapita merupakan hasil bagi antara PDRB Kabupaten Klaten dengan jumlah penduduk pada pertengahan tahun. Berdasarkan Tabel 15 dapat diketahui bahwa besarnya PDRB per kapita di Kabupaten Klaten dari tahun cenderung meningkat. Pada tahun 2004 nilai PDRB per kapita sebesar Rp ,54; pada tahun 2005 sebesar Rp ,94; tahun 2006 sebesar Rp ,00 dan pada tahun 2007 sebesar Rp ,66. Meskipun PDRB per kapita tiap tahun mengalami peningkatan, tetapi pertumbuhannya cenderung fluktuatif. Pertumbuhan PDRB per kapita paling tinggi terjadi pada tahun 2004 sebesar 4,47%. Tingginya pertumbuhan PDRB per kapita pada tahun 2004 dipengaruhi oleh besarnya PDRB Kabupaten Klaten dan jumlah penduduk pertengahan tahun 2004 yang lebih besar daripada tahun sebelumnya. Sedangkan pertumbuhan PDRB per kapita paling rendah sebesar 1,60% yang terjadi pada tahun 2006 yang disebabkan oleh karena terjadinya bencana alam yaitu gempa bumi di sebagian wilayah Kabupaten Klaten, dimana bencana tersebut dapat memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan beberapa sektor perekonomian, seperti sektor industri pengolahan; sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yang mengalami penurunan, sehingga juga berpengaruh pada pertumbuhan PDRB per kapita di Kabupaten Klaten. D. Keadaan Sektor Pertanian Sektor pertanian di Kabupaten Klaten ditunjang oleh lima subsektor, yaitu subsektor tanaman bahan makanan, subsektor perkebunan, subsektor peternakan, subsektor kehutanan, dan subsektor perikanan. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Tahun atas dasar harga konstan tahun 2000 di Kabupaten Klaten pada sektor pertanian disajikan pada Tabel 16. Tabel 16. PDRB Subsektor Pertanian Kabupaten Klaten Tahun Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Jutaan Rupiah) Subsektor Pertanian Tahun Tanaman Bahan Makanan , , , ,7 6 Perkebunan , , , ,94 Peternakan , , , , Kehutanan , , , ,05 Perikanan , , , ,27 PDRB Sektor , , , ,87 Pertanian 8 5 1

60 60 Sumber : Diadopsi dari Lampiran 5 Berdasarkan Tabel 16 diketahui bahwa besarnya nilai PDRB setiap subsektor pertanian cenderung mengalami peningkatan dari tahun 2004 sampai tahun 2007 kecuali subsektor perkebunan yang cenderung menurun dari tahun ke tahun. Dari kelima subsektor pertanian tersebut, subsektor tanaman bahan makanan merupakan subsektor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap pembentukan PDRB pada sektor pertanian di Kabupaten Klaten. Hal ini menunjukkan bahwa subsektor tanaman bahan makanan merupakan subsektor yang penting karena memiliki peranan besar dalam pembentukan PDRB di Kabupaten Klaten. Secara lebih rinci kedaan dari masing-masing subsektor pertanian di Kabupaten Klaten dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Subsektor Tanaman Bahan Makanan Subsektor tanaman bahan makanan memiliki peranan penting dalam penyediaan kebutuhan pangan bagi masyarakat di Kabupaten Klaten. Subsektor tanaman bahan makanan di Kabupaten Klaten menghasilkan komoditi yang meliputi tanaman pangan (padi dan palawija), sayur-sayuran, dan buah-buahan. Adapun jumlah produksi komoditi tanaman bahan makanan yang dihasilkan beserta nilai produksinya di Kabupaten Klaten pada tahun 2007 secara lebih rinci disajikan pada Tabel 17, Tabel 18 dan Tabel 19. Tabel 17. Produksi dan Nilai Produksi Komoditi Padi dan Palawija di Kabupaten Klaten Tahun 2007 Komoditi Produksi (kg) Nilai Produksi (Rp) Padi Jagung Ubi Kayu Ubi Jalar Kacang Tanah Kedelai Kacang Hijau Sumber : Diadopsi dari Lampiran 8 Tanaman padi merupakan komoditi tanaman pangan yang paling banyak diusahakan oleh petani di Kabupaten Klaten. Hal ini dapat diketahui dari jumlah produksi dan nilai produksi komoditi tanaman bahan makanan di Kabupaten Klaten yang terbesar pada tahun 2007 adalah padi yaitu mempunyai jumlah produksi kg dan nilai produksi sebesar Rp Besarnya jumlah produksi maupun nilai produksi padi didukung oleh topografi Kabupaten Klaten yang sebagian besar berupa dataran rendah dan sebesar 51% dari total luas lahan di Kabupaten Klaten dimanfaatkan sebagai lahan sawah dan juga didukung ketersediaan air untuk sarana irigasi, sehingga sesuai untuk mengusahakan tanaman padi.

61 61 Tanaman palawija yang diusahakan di Kabupaten Klaten adalah jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kedelai, dan kacang hijau. Tanaman jagung merupakan tanaman palawija yang memiliki jumlah produksi dan nilai produksi paling besar yaitu kg dan Rp Tanaman jagung diusahakan hampir di seluruh wilayah Kabupaten Klaten. Hasil tanaman jagung selain untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduk juga dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Sedangkan tanaman palawija yang produksinya paling kecil yaitu tanaman kacang hijau sebesar kg dan nilai produksinya sebesar Rp Hal ini dikarenakan tanaman kacang hijau hanya sedikit diusahakan oleh petani di Kabupaten Klaten. Beberapa komoditi sayuran yang dihasilkan di Kabupaten Klaten yaitu bawang merah, kubis, petsai/sawi, kacang panjang, cabai besar, cabe rawit, tomat, terong, mentimun, kangkung dan bayam. Jumlah produksi dan nilai produksi komoditi sayur-sayuran di Kabupaten Klaten pada tahun 2007 disajikan pada Tabel 18. Tabel 18. Produksi dan Nilai Produksi Komoditi Sayuran di Kabupaten Klaten Tahun 2007 Komoditi Produksi (kg) Nilai Produksi (Rp) Bawang Merah Kubis Petsai/sawi Kacang Panjang Cabe Besar Cabe Rawit Tomat Terong Mentimun Kangkung Bayam Sumber : Diadopsi dari Lampiran 8 Berdasarkan Tabel 18 dapat diketahui bahwa cabe rawit menghasilkan produksi paling banyak dan mempunyai nilai produksi tertinggi diantara komoditi sayuran lainnya di Kabupaten Klaten pada tahun Komoditi cabe rawit mampu berproduksi sebesar kg dengan nilai produksi Rp Tanaman cabe rawit banyak diproduksi petani karena keadaan Kabupaten Klaten yang berupa dataran rendah yang relatif subur dan beriklim tropis dengan suhu kurang lebih 30 o C menyebabkan tanaman cabe rawit dapat tumbuh subur. Komoditi sayuran yang produksinya paling sedikit pada tahun 2007 adalah bayam sebesar kg dan nilai produksinya juga yang terkecil, yaitu sebesar Rp Rendahnya produksi bayam ini disebabkan bayam tidak banyak ditanam dan pada umumnya petani

62 62 mengusahakan bayam hanya sebagai usaha sampingan terutama untuk kebutuhan keluarga, sedangkan hanya sedikit yang hasilnya untuk dijual. Selain komoditi padi, palawija dan sayuran, komoditi tanaman bahan makanan yang berupa buah-buahan juga relatif banyak dihasilkan di Kabupaten Klaten. Jenis komoditi buah-buahan di Kabupaten Klaten ada berbagai macam yang meliputi alpukat, belimbing, duku, durian, jambu biji, jeruk, mangga, manggis, nanas, pepaya, pisang, rambutan, salak, sawo, melon, semangka, jambu air, nangka, sirsak, sukun, melinjo dan petai. Adapun data jumlah produksi maupun nilai produksi komoditi tanaman bahan makanan yang berupa buah-buahan di Kabupaten Klaten pada tahun 2007 disajikan pada Tabel 19. Tabel 19. Produksi dan Nilai Produksi Komoditi Buah-buahan di Kabupaten Klaten Tahun 2007 Komoditi Produksi (kg) Nilai Produksi (Rp) Alpukat Belimbing Duku/Langsat Durian Jambu biji Jeruk Mangga 3, Manggis Nanas Pepaya Pisang Rambutan Salak Sawo Melon Semangka Jambu air Nangka Sirsak Sukun Melinjo Petai Sumber : Diadopsi dari Lampiran 8 Jenis komoditi buah yang paling banyak diproduksi di Kabupaten Klaten adalah pisang yaitu sebesar kg dan pisang juga memiliki nilai produksi paling besar diantara komoditi buah-buahan yang lain, yaitu Rp Tanaman pisang diproduksi hampir tersebar merata di seluruh kecamatan di Kabupaten Klaten. Kecamatan

63 63 yang paling banyak memproduksi pisang adalah Kecamatan Juwiring. Pisang banyak diproduksi di Kabupaten Klaten karena dipengaruhi faktor alam di Kabupaten Klaten yang topografinya berupa dataran rendah, berada pada ketinggian di bawah 500 m, beriklim tropis dan kisaran curah hujan mm/tahun, sehingga mendukung pertumbuhan pisang dengan baik. Sedangkan komoditi buah-buahan di Kabupaten Klaten yang produksinya paling rendah pada tahun 2007 adalah manggis, yaitu sebesar kg, tetapi manggis memiliki nilai produksi relatif besar, yaitu Rp dikarenakan manggis tidak banyak diusahakan masyarakat Klaten, sehingga harga manggis juga relatif mahal jika dibandingkan buah-buahan lainnya. Seperti halnya produksi tanaman nanas di Kabupaten Klaten termasuk rendah dan nilai produksinya adalah paling kecil, yaitu sebesar Rp Nanas tidak banyak diproduksi di Kabupaten Klaten karena faktor alam yang kurang mendukung pertumbuhan nanas. Selain itu juga sempitnya lahan yang digunakan untuk mengusahakan tanaman nanas di Kabupaten Klaten. 2. Subsektor Perkebunan Subsektor perkebunan di Kabupaten Klaten memberikan sumbangan sebesar 0,77 persen terhadap sektor pertanian Kabupaten Klaten pada tahun Produksi tanaman perkebunan merupakan sumber devisa sektor pertanian. Perkebunan rakyat di Kabupaten Klaten mengusahakan komoditi perkebunan berupa kelapa, kopi, cengkeh, kapuk, lada, cabe jamu, sirih, tembakau, tebu, wijen dan nilam. Tanaman kopi di Kabupaten Klaten ada dua jenis, yaitu kopi Arabika dan kopi Robusta. Sedangkan jenis tembakau terdiri atas tembakau rajang, tembakau asepan, tembakau Virginia, tembakau Vorstenland (VBN) dan tembakau Vorstenland (NO). Jenis tembakau rajang, tembakau asepan, dan tembakau Virginia merupakan jenis tembakau yang dikelola langsung oleh petani dan tembakau Vorstenland baik yang VBN maupun NO dikelola oleh petani dengan pembinaan dari PT. Perkebunan Nusantara X. Berikut ini beberapa jenis komoditi, jumlah produksi dan nilai produksi komoditi subsektor perkebunan di Kabupaten Klaten pada tahun 2007 disajikan pada Tabel 20. Tabel 20. Produksi dan Nilai Produksi Komoditi Subsektor Perkebunan di Kabupaten Klaten Tahun 2007 Komoditi Produksi (kg) Nilai Produksi (Rp) Kelapa Kopi Arabika Kopi Robusta Cengkeh Kapuk Lada

64 64 Cabe Jamu Sirih Tembakau Rajang Tembakau Asepan Tembakau Virginia Tembakau VBN Tembakau NO Tebu Wijen Nilam Jumlah Sumber : Diadopsi dari Lampiran 9 Berdasarkan Tabel 20 dapat diketahui bahwa pada tahun 2007 komoditi subsektor perkebunan di Kabupaten Klaten yang memiliki jumlah produksi terbesar adalah kelapa yaitu sebesar kg. Jenis kelapa yang diproduksi di Kabupaten Klaten terdiri dari kelapa dalam, kelapa hybrida dan kelapa deres. Sedangkan komoditi perkebunan di Kabupaten Klaten yang memiliki nilai produksi yang paling besar adalah tebu, yaitu sebesar Rp Tanaman tebu dikembangkan di seluruh kecamatan di wilayah Klaten kecuali di Kecamatan Juwiring, Polanharjo dan Kemalang. Komoditi perkebunan yang produksinya paling kecil adalah cabe jamu yaitu kg, dimana cabe jamu hanya diusahakan di beberapa kecamatan, seperti di Kecamatan Prambanan, Jogonalan, Tulung dan Kecamatan Jatinom. Sedangkan nilai produksi terkecil komoditi perkebunan adalah Kopi Robusta yaitu sebesar Rp Rendahnya nilai produksi ini disebabkan jumlah produksi Kopi Robusta yang sedikit yaitu kg dan hanya sedikit wilayah di Kabupaten Klaten yang mengusahakannya. 3. Subsektor Peternakan Subsektor Peternakan memberikan sumbangan yang besar pada urutan kedua setelah subsektor tanaman bahan makanan terhadap sektor pertanian di Kabupaten Klaten pada tahun 2007, yaitu sebesar 16,42 persen. Subsektor Peternakan di Kabupaten Klaten dimanfaatkan sebagai komoditi perdagangan, selain itu juga sebagai sumber protein hewani, sumber tenaga pengolah lahan pertanian juga digunakan sebagai alat angkut. Komoditi peternakan tidak hanya menghasilkan daging, susu, telur maupun kulit/lulang sebagai sumber pendapatan, tetapi juga mendapatkan keuntungan dari penjualan pupuk kandang, retribusi penjualan ternak, retribusi rumah pemotongan hewan, dan retribusi alat transportasi ternak.

65 65 Peternakan yang ada di Kabupaten Klaten dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu ternak besar, ternak kecil dan ternak unggas. Ternak besar terdiri atas sapi perah, sapi potong, kerbau dan kuda. Ternak kecil terdiri atas kambing, domba dan babi. Sedangkan ternak unggas terdiri dari ayam buras (ayam kampung), ayam pedaging, ayam petelur, itik, entok, angsa dan burung puyuh. Adapun produksi dan nilai produksi yang dihasilkan oleh subsektor peternakan di Kabupaten Klaten disajikan pada Tabel 21. Tabel 21. Produksi dan Nilai Produksi Komoditi Subsektor Peternakan di Kabupaten Klaten Tahun 2007 Komoditi Produksi (kg) Nilai Produksi (Rp) Sapi Kerbau Kambing Domba Babi Ayam Buras Ayam Pedaging Ayam Petelur Itik (ekor) Entok (ekor) Angsa (ekor) Burung Puyuh Susu (liter) Jumlah Sumber : Diadopsi dari Lampiran 9 Tabel 21 menunjukkan bahwa komoditi peternakan yang nilai produksinya paling besar di Kabupaten Klaten pada tahun 2007 adalah sapi, yaitu sebesar Rp dengan jumlah produksi daging sapi sebanyak kg. Hal ini dapat diketahui bahwa sapi merupakan komoditi yang paling besar kontribusinya terhadap pendapatan subsektor peternakan di Kabupaten Klaten. Jenis komoditi ternak unggas yang paling banyak diusahakan oleh penduduk Kabupaten Klaten adalah ayam ras. Ayam ras pedaging (broiler) memiliki jumlah produksi paling besar diantara komoditi peternakan lainnya, yaitu menghasilkan kg dan dengan nilai produksinya sebesar Rp Ayam ras petelur (layer) menghasilkan telur kg dengan nilai produksi sebesar Rp Hal ini dikarenakan hasil dari ayam ras pedaging dan

66 66 petelur umum dikonsumsi masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, yaitu melalui daging dan telurnya yang relatif murah dan bergizi. Sedangkan komoditi ternak unggas yang paling sedikit diusahakan oleh penduduk Kabupaten Klaten adalah angsa yang populasinya sebanyak ekor. Hasil dari berbagai komoditi subsektor peternakan di Kabupaten Klaten ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan protein hewani penduduk daerah maupun luar daerah Kabupaten Klaten serta dapat menghasilkan pendapatan bagi penduduk sehingga kesejahteraan penduduk dapat lebih meningkat. 4. Subsektor Kehutanan Subsektor Kehutanan memberikan sumbangan sebesar 0,71 persen terhadap sektor pertanian di Kabupaten Klaten pada tahun Sumbangan subsektor kehutanan terhadap sektor pertanian tersebut menempati urutan keempat, yaitu setelah subsektor tanaman bahan makanan, peternakan, dan perkebunan. Potensi subsektor kehutanan di Kabupaten Klaten meliputi hutan negara dan hutan rakyat. Hutan negara seluas ha yang terdiri dari hutan lindung (810,6 ha) terletak di lereng Gunung Merapi dan Kemalang, dan hutan produksi (639,8 ha) terletak di Kecamatan Bayat, Kalikotes, dan Wedi. Hutan rakyat terdiri dari pola swadaya, bantuan pemerintah, dan pola kemitraan. Hutan rakyat dikembangkan khusus pada wilayah yang masih mempunyai lahan kritis. Hutan rakyat diusahakan penduduk dengan bantuan pemerintah yaitu dari proyek penghijauan, proyek bantuan bibit, dan GNRHL (Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan). Hasil komoditi dari subsektor kehutanan di Kabupaten Klaten ada dua jenis yaitu hasil yang berupa kayu dan non kayu. Jenis kayu yang diusahakan antara lain kayu jati, mahoni, sengon, mindi, trembesi, bayur, dan akasia. Sedangkan hasil hutan jenis non kayu adalah kokon ulat sutera dan madu. Kokon ulat sutera banyak diusahakan di Kecamatan Trucuk, Kecamatan Jatinom dan Kecamatan Tulung. Dalam perkembangannya budidaya ulat sutera berhenti sama sekali karena kendala bibit ulatnya yang selalu ada ketergantungan dengan produksi telur. Budidaya lebah madu dilaksanakan oleh kelompok tani lebah yang berada di Kecamatan Bayat dan Kecamatan Jatinom. Jumlah produksi madu tahun 2007 sebanyak kg. Adapun data produksi dan nilai produksi komoditi kehutanan secara lebih rinci disajikan pada Tabel 22. Tabel 22. Produksi dan Nilai Produksi Komoditi Subsektor Kehutanan di Kabupaten Klaten Tahun 2007 Komoditi Produksi (m 3 ) Nilai Produksi (Rp) Jati Mahoni

67 67 Sengon Mindi Trembesi Bayur Akasia Madu (kg) Jumlah Sumber : Diadopsi dari Lampiran 9 Berdasarkan pada Tabel 22 dapat diketahui bahwa komoditi subsektor kehutanan yang memiliki nilai produksi terbesar pada tahun 2007 adalah kayu jati yaitu sebesar Rp ,00. Nilai produksi kayu jati merupakan paling besar diantara komoditi kehutanan yang lain, karena jumlah produksi kayu jati termasuk besar yaitu m 3. Masyarakat relatif banyak mengusahakan tanaman jati karena selain secara umum kayu jati cocok untuk ditanam di daerah Kabupaten Klaten, kayu jati juga memiliki nilai ekonomis yang paling tinggi jika dibandingkan dengan komoditi kehutanan yang lainnya. Hutan di Kabupaten Klaten selain berfungsi sebagai penyangga air, juga digunakan sebagai obyek wisata yaitu di Deles di kawasan lereng Gunung Merapi. Disamping itu hasil hutan yang berupa kayu digunakan sebagai bahan baku industri mebel. Pembangunan subsektor kehutanan di Kabupaten Klaten diarahkan agar dapat meningkatkan kesejahteraan petani hutan. 5. Subsektor Perikanan Subsektor Perikanan memberikan sumbangan paling kecil terhadap sektor pertanian di Kabupaten Klaten pada tahun 2007 yaitu sebesar 0,29 persen. Pembangunan subsektor perikanan di Kabupaten Klaten ditujukan untuk menciptakan usaha perikanan yang memanfaatkan sumberdaya secara efisien dan berkelanjutan, maju, mandiri serta berwawasan akuabisnis yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Potensi perikanan di Kabupaten Klaten terbagi menjadi perikanan darat dan perikanan umum dengan luas total 465,9 ha. Perikanan darat terdiri dari kolam (28,19 ha), sawah (5,40 ha) dan keramba (28,21 ha), sedangkan perikanan umum terdiri dari waduk (180 ha), sungai (181,36 ha) dan genangan air (42,75 ha). Pada tahun 2007 produksi ikan yang berasal dari kolam ,85 kw, dari sawah 28 kw, dari keramba kw, waduk 2.042,74 kw, sungai kw dan genangan air menghasilkan 294 kw. Produksi ikan terbesar adalah Kecamatan Bayat dan Kecamatan Polanharjo. Hal ini disebabkan karena di Kecamatan Bayat dan Polanharjo terdapat kolam pemancingan yang sekaligus dimanfaatkan sebagai obyek wisata. Jenis ikan yang dihasilkan

68 68 bermacam-macam, meliputi ikan karper, tawes, nila, mujahir, lele, gabus, belut, gurami, katak hijau, wader, dan udang kali. Adapun data produksi dan nilai produksi komoditi subsektor perikanan di Kabupaten Klaten. Tabel 23. Produksi dan Nilai Produksi Komoditi Subsektor Perikanan di Kabupaten Klaten Tahun 2007 Komoditi Produksi (kg) Nilai Produksi (Rp) Karper Tawes Nila Mujahir Lele Gabus Belut Gurami Katak Hijau Wader Udang Kali Ikan lainnya Jumlah Sumber : Diadopsi dari Lampiran 9 Tabel 23 menunjukkan bahwa nilai produksi komoditi perikanan terbesar di Kabupaten Klaten pada tahun 2007 adalah ikan nila yaitu sebesar Rp dengan jumlah produksi juga paling besar diantara komoditi perikanan yang lain, yaitu sebesar kg. Komoditi perikanan yang memiliki nilai produksi terkecil adalah ikan gurami yaitu Rp dengan jumlah produksinya juga terkecil yaitu sebesar kg. Secara umum produksi komoditi perikanan di Kabupaten Klaten mengalami kenaikan dengan produksi kg dibandingkan dengan tahun 2006 yaitu mencapai kg. Oleh karena itu, sumbangan terhadap total PDRB sektor pertanian pada tahun 2007 juga mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2006 karena nilai produksi dari komoditi tersebut juga meningkat.

69 69 V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Keragaan Umum Komoditi Tanaman Bahan Makanan di Kabupaten Klaten Kabupaten Klaten merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi wilayah pada sektor pertanian yang ditunjukkan dengan keadaan alam yang mendukung. Sektor pertanian termasuk memiliki peranan yang penting dalam pembangunan daerah Kabupaten Klaten. Sektor pertanian di Kabupaten Klaten terdiri dari lima subsektor, yaitu subsektor tanaman bahan makanan, subsektor perkebunan, subsektor peternakan, subsektor kehutanan, dan subsektor perikanan Dari kelima subsektor pertanian, subsektor tanaman bahan makanan merupakan subsektor pertanian yang paling banyak memberikan sumbangan terhadap sektor pertanian di Kabupaten Klaten. Hal ini dapat diketahui dari berbagai macam komoditi yang dihasilkan oleh subsektor tanaman bahan makanan, dimana komoditi ini memiliki jumlah produksi paling banyak diantara komoditi dari subsektor pertanian yang lain. Subsektor tanaman bahan makanan di Kabupaten Klaten menghasilkan komoditi tanaman bahan makanan yang terdiri dari komoditi tanaman pangan (padi dan palawija), komoditi sayuran dan komoditi buahbuahan. Masing-masing komoditi tanaman bahan makanan memiliki tingkat laju pertumbuhan dan besar kontribusi yang berbeda-beda terhadap sektor pertanian di Kabupaten Klaten. Adapun secara lebih rinci keadaan laju pertumbuhan dan kontribusi dari masing-masing komoditi tanaman bahan makanan terhadap sektor pertanian secara keseluruhan yang ada di Kabupaten Klaten dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Laju Pertumbuhan Komoditi Tanaman Bahan Makanan di Kabupaten Klaten Pertumbuhan komoditi tanaman bahan makanan di Kabupaten Klaten dapat diketahui dari tingkat laju pertumbuhan komoditi tanaman bahan makanan yang dihasilkan di Kabupaten Klaten dari tahun ke tahun. Laju pertumbuhan komoditi tanaman bahan makanan tersebut dapat menunjukkan tingkat perkembangan dari masing-masing komoditi di Kabupaten Klaten. Adapun laju pertumbuhan komoditi tanaman bahan makanan yang berupa komoditi tanaman pangan (padi dan palawija) di 68 Kabupaten Klaten disajikan pada Tabel 24. Tabel 24. Laju Pertumbuhan Komoditi Padi dan Palawija di Kabupaten Klaten Tahun (%) Komoditi Rata-rata Padi -3, , , , ,3052 Jagung 5,8450 3, , , ,4422 Ubi Kayu -10, , , , ,0617 Ubi Jalar 20, ,8186 5, , ,2273 Kacang Tanah 67, ,4913-2, ,2447 2,7707

70 70 Kedelai 27, , , ,0153 5,7882 Kacang Hijau 356, , , , ,5294 Sumber: Diadopsi dari Lampiran 10 Berdasarkan Tabel 24 dapat diketahui bahwa laju pertumbuhan komoditi padi dan palawija di Kabupaten Klaten tahun secara umum mengalami pertumbuhan yang cenderung fluktuatif. Komoditi yang selalu mengalami pertumbuhan positif dari tahun adalah jagung dengan rata-rata pertumbuhan 14,4422% dan ubi jalar dengan rata-rata pertumbuhan 29,2273%. Hal ini berarti bahwa produksi jagung dan ubi jalar selalu mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Sedangkan padi dan ubi kayu terjadi pertumbuhan negatif pada tahun 2004 masingmasing besarnya -3,2159% dan -10,7053%, yang berarti bahwa padi dan ubi kayu terjadi penurunan nilai produksi pada tahun Hal ini disebabkan oleh karena harga padi (gabah) dan ubi kayu pada tahun 2004 terjadi penurunan dari tahun sebelumnya, sehingga juga berpengaruh pada menurunnya nilai produksi padi dan ubi kayu. Komoditi padi dan palawija yang mempunyai rata-rata laju pertumbuhan tertinggi pada tahun adalah kacang hijau yaitu sebesar 79,5294% dan jenis komoditi yang mempunyai rata-rata laju pertumbuhan terendah sebesar 2,7707% adalah kacang tanah. Rata-rata laju pertumbuhan komoditi padi dan palawija untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Grafik Laju Pertumbuhan Rata-rata Komoditi Padi dan Palawija di Kabupaten Klaten Tahun Komoditi sayur-sayuran juga termasuk salah satu jenis komoditi tanaman bahan makanan yang dihasilkan di Kabupaten Klaten. Adapun laju pertumbuhan komoditi tanaman bahan makanan yang berupa komoditi sayuran di Kabupaten Klaten disajikan pada Tabel 25. Tabel 25. Laju Pertumbuhan Komoditi Sayuran di Kabupaten Klaten Tahun (%) Komoditi Rata-rata Bawang Merah 0,0000 0, , , ,1006 Kobis 38, , , , ,9596 Petsai/sawi 13, , , , ,0881 Kacang Panjang 44, , , , ,9266 Cabe Besar 104,2066 1, , , ,6712

71 71 Cabe Rawit 243, ,5167-9, , ,9620 Tomat -39, , , , ,7949 Terong 128, , , , ,1044 Mentimun 35, , ,5814-6, ,8012 Kangkung 28, , , , ,9162 Bayam -55, , , ,8840-9,0193 Sumber: Diadopsi dari Lampiran 10 Berdasarkan Tabel 25 dapat diketahui bahwa laju pertumbuhan komoditi sayuran di Kabupaten Klaten pada tahun secara umun laju pertumbuhannya memiliki kecenderungan yang fluktuatif. Komoditi yang selalu mengalami pertumbuhan positif dari tahun adalah petsai/sawi, terong dan kangkung dengan rata-rata pertumbuhannya masing-masing adalah sebesar 39,0881%; 79,9162% dan 74,1044%. Hal ini berarti bahwa petsai/sawi, terong dan kangkung selalu mengalami peningkatan produksi dari tahun sebelumnya. Sedangkan komoditi buahbuahan yang terjadi penurunan produksi pada tahun tertentu karena mengalami pertumbuhan negatif antara lain kobis, kacang panjang, cabe besar, cabe rawit, tomat, mentimun dan bayam. Komoditi sayuran yang memiliki laju pertumbuhan rata-rata tertinggi pada tahun adalah bawang merah sebesar 485,1006%. Bawang merah pada tahun memiliki pertumbuhan nol, karena pada tahun tersebut petani tidak menanam bawang merah, sehingga tidak ada produksi yang dihasilkan. Sedangkan jenis komoditi yang mempunyai rata-rata laju pertumbuhan terendah -9,0193% adalah komoditi bayam. Rata-rata laju pertumbuhan komoditi sayuran untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Grafik Laju Pertumbuhan Rata-rata Komoditi Sayuran di Kabupaten Klaten Tahun Selain tanaman padi, palawija dan sayuran, komoditi tanaman bahan makanan yang banyak menghasilkan beragam komoditi di Kabupaten Klaten adalah buah-buahan. Laju pertumbuhan komoditi tanaman bahan makanan yang berupa buah-buahan di Kabupaten Klaten disajikan pada Tabel 26.

72 72 Tabel 26. Laju Pertumbuhan Komoditi Buah-buahan di Kabupaten Klaten Tahun (%) Komoditi Rata-rata Alpukat -81, , , , ,6474 Belimbing 39, , ,6501-9, ,7441 Duku/langsat -68, , , , ,1690 Durian 23, , , , ,3519 Jambu biji -51, , , , ,3271 Jeruk -52, , , , ,3559 Mangga -65, , , , ,8870 Manggis -56, , ,0000 0, ,6217 Nanas -96, , , , ,0920 Pepaya -31, , ,8172 5,0939 2,0918 Pisang -39, , ,0672 1, ,4871 Rambutan -14, , , , ,1664 Salak 179, , , , ,7483 Sawo -50, , , ,2364-6,0512 Melon -74, , , , ,8294 Semangka 36, , ,8142-6,6414 0,0100 Jambu air -35, , , , ,0256 Nangka -62, , , ,0031-8,4213 Sirsak -87, , , , ,6455 Sukun -11, , , , ,7997 Melinjo -45, , , , ,9165 Petai -12, , , , ,8325 Sumber: Diadopsi dari Lampiran 10 Berdasarkan Tabel 26 dapat diketahui bahwa laju pertumbuhan komoditi buah-buahan di Kabupaten Klaten selama periode tahun secara umum mengalami pertumbuhan yang cenderung fluktuatif, kecuali buah duku yang pertumbuhannya selalu meningkat dari tahun ke tahun, dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 46,1690%. Semua komoditi buah-buahan di Kabupaten Klaten pernah mengalami pertumbuhan negatif pada tahun yang berbeda-beda. Hal ini menunjukkan bahwa komoditi buah-buahan dihasilkan di Kabupaten Klaten terjadi penurunan produksi pada tahun tertentu. Laju pertumbuhan komoditi buah-buahan tertinggi terjadi pada tahun 2005 sebesar 639,5918% yaitu buah sirsak dengan rata-rata pertumbuhan juga paling tinggi diantara komoditi buah-buahan yang lain, yaitu sebesar 116,6455% dan laju pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2007 sebesar -100%, yaitu pada buah manggis. Sedangkan melon merupakan komoditi buah-buahan yang mempunyai rata-rata laju pertumbuhan terendah pada tahun yaitu sebesar -22,8294%.

73 73 Hal ini dapat diketahui bahwa buah melon terjadi penurunan jumlah produksi yang relatif tinggi pada tahun 2004 dan 2005 dikarenakan pada tahun tersebut petani tidak banyak menanam melon, sehingga produksi yang dihasilkan juga rendah. Rata-rata laju pertumbuhan komoditi buahbuahan di Kabupaten Klaten dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4. Grafik Laju Pertumbuhan Rata-rata Komoditi Buah-buahan di Kabupaten Klaten Tahun Secara umum komoditi tanaman bahan makanan yang memiliki rata-rata laju pertumbuhan paling tinggi diantara komoditi tanaman pangan, sayuran dan buah-buahan pada tahun adalah komoditi bawang merah, yaitu sebesar 485,10%. Hal ini berarti bahwa bawang merah banyak dihasilkan petani di Kabupaten Klaten, tetapi pada tahun tidak ada produksinya karena saat itu petani lebih memilih menanam tanaman lain yang dirasa lebih menguntungkan. Sedangkan komoditi tanaman bahan makanan yang memiliki rata-rata laju pertumbuhan paling rendah pada tahun adalah komoditi melon yaitu sebesar -22,83%. Hal ini dapat diketahui bahwa buah melon terjadi penurunan jumlah produksi yang relatif tinggi pada tahun 2004 dan 2005 dikarenakan pada tahun tersebut petani tidak banyak menanam melon. 2. Kontribusi Komoditi Tanaman Bahan Makanan Kabupaten Klaten Salah satu peranan sektor pertanian dalam pembangunan daerah Kabupaten Klaten adalah kontribusi yang diberikan terhadap pendapatan daerahyang relatif besar. Subsektor tanaman bahan makanan merupakan subsektor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap sektor pertanian di Kabupaten Klaten diantara subsektor pertanian yang lain. Subsektor tanaman bahan makanan memperoleh kontribusi dari berbagai jenis komoditi tanaman pangan, sayuran dan buah-buahan. Kontribusi komoditi tanaman bahan makanan dapat diketahui dari perbandingan besarnya nilai produksi masing-masing komoditi tanaman bahan makanan terhadap total

74 74 nilai produksi komoditi pertanian secara keseluruhan yang dihasilkan di Kabupaten Klaten. Besarnya kontribusi masing-masing komoditi tanaman bahan makanan di Kabupaten Klaten disajikan pada Tabel 27, Tabel 28 dan Tabel 29. Tabel 27. Kontribusi Komoditi Padi dan Palawija di Kabupaten Klaten Tahun (%) Komoditi Rata-rata Padi 27, , , , ,6225 Jagung 5,4800 5,6879 7,0915 8,7546 6,7535 Ubi Kayu 1,2726 1,5071 1,8436 2,7690 1,8481 Ubi Jalar 0,2007 0,2284 0,2416 0,4277 0,2746 Kacang Tanah 0,8418 0,7451 0,7251 0,4188 0,6827 Kedelai 1,7102 1,5317 2,0954 1,4455 1,6957 Kacang Hijau 0,1672 0,1243 0,1553 0,0964 0,1358 Sumber: Diadopsi dari Lampiran 11 Tabel 27 menunjukkan bahwa besarnya kontribusi komoditi tanaman bahan makanan yang berupa komoditi padi dan palawija terhadap komoditi pertanian di Kabupaten Klaten. Komoditi padi dan palawija yang memberikan kontribusi yang cenderung meningkat selama kurun waktu adalah komoditi padi, jagung, ubi kayu dan ubi jalar. Sedangkan komoditi palawija yang lain seperti kacang tanah, kedelai dan kacang hijau memberikan kontribusi yang memiliki kecenderungan fluktuatif dari tahun 2004 hingga Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5. Grafik Kontribusi Komoditi Padi dan Palawija di Kabupaten Klaten Tahun Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui bahwa padi merupakan komoditi tanaman pangan yang memberikan kontribusi terbesar selama periode tahun Padi juga memiliki rata-rata kontribusi terbesar yaitu 43,6225%. Hal ini dikarenakan padi merupakan makanan pokok penduduk di Kabupaten Klaten, sehingga petani selalu mengusahakan tanaman padi, baik padi sawah maupun padi gogo. Petani juga mengupayakan peningkatan produksi padi untuk dapat memenuhi permintaan sebagian besar penduduk daerah maupun luar daerah Kabupaten Klaten guna memenuhi kebutuhan pangan. Oleh karena itu,

75 75 padi termasuk komoditi tanaman pangan yang paling banyak dihasilkan di Kabupaten Klaten. Sedangkan komoditi palawija yang memberikan kontribusi paling kecil adalah kacang hijau dengan rata-rata kontribusi yang juga terkecil yaitu sebesar 0,1358% karena jumlah produksi yang dihasilkan juga kecil dari tahun ke tahun. Tabel 28. Kontribusi Komoditi Sayuran di Kabupaten Klaten Tahun (%) Komoditi Rata-rata Bawang Merah 0,0000 0,0044 0,0379 0,1161 0,0528 Kubis 0,0215 0,0279 0,0166 0,0523 0,0296 Sawi 0,0952 0,1232 0,1953 0,3029 0,1791 Kacang Panjang 0,1604 0,1360 0,1618 0,1933 0,1629 Cabe Besar 0,4659 0,4729 0,5431 0,4243 0,4765 Cabe Rawit 1,7378 0,9816 0,8914 1,0092 1,1550 Tomat 0,0240 0,0438 0,0945 0,1210 0,0708 Terong 0,0242 0,0379 0,0459 0,0873 0,0488 Mentimun 0,0539 0,1052 0,0878 0,0822 0,0823 Kangkung 0,0013 0,0016 0,0023 0,0075 0,0032 Bayam 0,0024 0,0015 0,0018 0,0024 0,0020 Sumber: Diadopsi dari Lampiran 11 Kontribusi komoditi sayuran yang cenderung terjadi peningkatan dari tahun 2004 hingga 2007 adalah komoditi sawi, tomat, terong dan kangkung. Hal ini dikarenakan di setiap tahunnya komoditi tersebut ada peningkatan produksi. Komoditi sayuran yang lain seperti bawang merah, kubis, kacang panjang, cabe besar, cabe rawit, mentimun dan bayam memberikan kontribusi dari tahun 2004 hingga 2007 yang cenderung fluktuatif. Hal ini dikarenakan produksi komoditi tersebut juga fluktuatif dari tahun ke tahun. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6. Grafik Kontribusi Komoditi Sayuran di Kabupaten Klaten Tahun

76 76 Sesuai dengan Gambar 6 tersebut dapat diketahui bahwa komoditi sayuran yang memiliki kontribusi terbesar diantara komoditi yang lain pada tahun adalah cabe rawit dengan rata-rata sebesar 1,1550%. Hal ini disebabkan produksi cabe rawit dari tahun 2004 hingga 2007 terjadi peningkatan karena petani di Kabupaten Klaten banyak yang menanam cabe rawit. Sedangkan rata-rata kontribusi komoditi sayuran yang paling kecil adalah sebesar 0,0020%, yaitu komoditi kangkung. Hal ini disebabkan produksi kangkung di Kabupaten Klaten tiap tahun sedikit. Selain dari komoditi tanaman pangan dan sayuran, kontribusi komoditi tanaman bahan makanan juga diperoleh dari komoditi buahbuahan. Adapun kontribusinya disajikan pada Tabel 29. Tabel 29. Kontribusi Komoditi Buah-buahan di Kabupaten Klaten Tahun (%) Komoditi Rata-rata Alpukat 0,0170 0,0245 0,0179 0,0778 0,0343 Belimbing 0,0020 0,0067 0,0118 0,0107 0,0078 Duku 0,0038 0,0066 0,0124 0,0241 0,0117 Durian 0,9413 2,7940 2,3273 0,8885 1,7378 Jambu biji 0,0112 0,0061 0,0308 0,0553 0,0259 Jeruk 0,0063 0,0111 0,0147 0,0231 0,0138 Mangga 0,3296 1,0862 1,4096 1,2053 1,0077 Manggis 0,0011 0,0023 0,0000 0,0013 0,0016 Nanas 0,0002 0,0005 0,0002 0,0005 0,0004 Pepaya 0,1247 0,2089 0,1403 0,1475 0,1554 Pisang 3,2446 2,0990 2,4992 2,5419 2,5962 Rambutan 0,4874 1,1095 1,2409 0,3390 0,7942 Salak 0,0133 0,0169 0,0397 0,0277 0,0244 Sawo 0,0326 0,0392 0,0578 0,0339 0,0409 Melon 0,1850 0,1015 0,1132 0,1325 0,1330 Semangka 0,0765 0,1043 0,0356 0,0333 0,0624 Jambu air 0,0063 0,0132 0,0069 0,0149 0,0103 Nangka 0,1943 0,3077 0,1654 0,1935 0,2152 Sirsak 0,0016 0,0116 0,0070 0,0038 0,0060 Sukun 0,1684 0,4174 0,4794 0,2854 0,3377 Melinjo 1,7192 1,3631 2,0211 1,3311 1,6086 Petai 0,3806 0,5530 0,7064 0,6104 0,5626 Sumber: Diadopsi dari Lampiran 11 Berdasarkan Tabel 29 dapat diketahui bahwa kontribusi komoditi buah-buahan secara umun cenderung fluktuatif selama periode tahun 2004 hingga 2007, kecuali komoditi duku dan jeruk memberikan kontribusi yang selalu meningkat dari tahun ke tahun, dengan rata-rata kontribusi komoditi masing-masing sebesar 0,0117% dan 0,0138%. Kontribusi duku

77 77 dan jeruk yang meningkat disebabkan produksi komoditi yang juga terjadi peningkatan dari tahun ke tahun, karena petani banyak yang mengusahakannya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat Gambar 7. Gambar 7. Grafik Kontribusi Komoditi Buah-buahan di Kabupaten Klaten Tahun Berdasarkan Gambar 7 dapat diketahui bahwa komoditi buahbuahan yang memiliki rata-rata kontribusi paling besar pada tahun adalah pisang yaitu sebesar 2,5962%. Hal ini disebabkan karena lahan di Kabupaten Klaten banyak yang ditanami pisang, sehingga produksi diperoleh juga relatif besar bahkan terjadi peningkatan dari tahun ke tahun. Sedangkan rata-rata kontribusi komoditi buah-buahan yang paling kecil adalah sebesar 0,0004%, yaitu komoditi nanas. Hal ini

78 78 disebabkan produksi nanas di Kabupaten Klaten tiap tahun hanya sedikit karena petani juga tidak banyak yang menanam nanas. Secara umum komoditi tanaman bahan makanan yang memberikan kontribusi paling besar diantara komoditi tanaman pangan, sayuran dan buah-buahan adalah komoditi padi dengan rata-rata kontribusi sebesar 43,6225%. Besarnya kontribusi padi ini dipengaruhi oleh jumlah produksi dan harga padi (gabah) pada tahun tertentu, yang kemudian menghasilkan nilai produksi padi. Nilai produksi padi merupakan yang paling tinggi diantara komoditi tanaman bahan makanan, bahkan juga tertinggi diantara komoditi pertanian lain secara keseluruhan di Kabupaten Klaten. Oleh karena itu, padi memberikan kontribusi yang terbesar terhadap komoditi pertanian di Kabupaten Klaten. Kontribusi komoditi tanaman bahan makanan yang paling kecil adalah komoditi nanas yaitu sebesar 0,0004%, yaitu komoditi nanas. Hal ini disebabkan produksi nanas di Kabupaten Klaten tiap tahun hanya sedikit dan juga harga nanas yang relatif murah, sehingga nilai produksi yang dihasilkan juga rendah. B. Klasifikasi Komoditi Tanaman Bahan Makanan di Kabupaten Klaten dengan Pendekatan Tipologi Klassen Penentuan klasifikasi komoditi tanaman bahan makanan di Kabupaten Klaten dapat diketahui dengan menggunakan analisis pendekatan Tipologi Klassen. Analisis Pendekatan Tipologi Klassen merupakan alat analisis yang dapat digunakan untuk mengklasifikasi/mengkategorikan komoditi tanaman bahan makanan yang menjadi prioritas atau unggulan suatu daerah berdasarkan dua indikator utama, yaitu tingkat laju pertumbuhan dan besarnya kontribusi komoditi tanaman bahan makanan terhadap kontribusi PDRB Kabupaten Klaten. Laju pertumbuhan komoditi tanaman bahan makanan merupakan proses perubahan komoditi, perubahan yang berupa jumlah produksi maupun harga di tingkat produsen yang terjadi dari tahun ke tahun. Laju pertumbuhan memiliki kriteria tumbuh cepat, jika laju pertumbuhan komoditi tanaman bahan makanan lebih besar atau sama dengan laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Klaten. Sedangkan komoditi dikatakan tumbuh lambat, jika laju pertumbuhan komoditi tanaman bahan makanan lebih kecil daripada laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Klaten. Kontribusi komoditi tanaman bahan makanan ditunjukkan dengan perbandingan antara nilai produksi komoditi tanaman bahan makanan terhadap total nilai produksi dari komoditi pertanian, kemudian dibandingkan dengan besarnya nilai kontribusi PDRB Kabupaten Klaten terhadap kontribusi PDRB Provinsi Jawa Tengah. Kriteria kontribusi dikatakan memiliki kontribusi besar, jika kontribusi komoditi tanaman bahan makanan lebih besar atau sama dengan kontribusi PDRB Kabupaten Klaten. Sedangkan kontribusi dikatakan kecil, jika kontribusi komoditi tanaman bahan makanan memilki nilai yang lebih kecil daripada kontribusi PDRB Kabupaten Klaten. Hasil dari analisis Tipologi Klassen ini menunjukkan posisi pertumbuhan dan kontribusi komoditi tanaman bahan makanan di Kabupaten

79 79 Klaten. Berdasarkan Matriks Tipologi Klassen, komoditi tanaman bahan makanan di Kabupaten Klaten dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori, yaitu komoditi prima, komoditi berkembang, dan komoditi terbelakang. Adapun matriks Tipologi Klassen komoditi tanaman bahan makanan di Kabupaten Klaten dapat dilihat pada Tabel 30. Tabel 30. Matriks Tipologi Klassen Komoditi Tanaman Bahan Makanan di Kabupaten Klaten Kontribusi Komoditi Laju Pertumbuhan Komoditi Tumbuh Cepat (r komoditi i > r PDRB ) Tumbuh Lambat (r komoditi i < r PDRB ) Kontribusi Besar (Kontribusi komoditi i > Kontribusi PDRB) Komoditi Prima: padi dan jagung Komoditi Potensial: - Kontribusi Kecil (Kontribusi komoditi i < Kontribusi PDRB) Komoditi Berkembang: ubi kayu, durian, kedelai, cabe rawit, mangga, rambutan, petai, cabe besar, sukun, ubi jalar, sawi, kacang panjang, kacang hijau, mentimun, tomat, terong, bawang merah, alpukat, kubis, jambu biji, salak, jeruk, duku, jambu air, belimbing, sirsak, kangkung, dan nanas Komoditi Terbelakang: pisang, melinjo, kacang tanah, nangka, pepaya, melon, semangka, sawo, bayam, dan manggis Sumber: Diadopsi dari Lampiran 13 Berdasarkan Tabel 30 dapat diketahui bahwa dari hasil analisis Tipologi Klassen, diperoleh klasifikasi komoditi tanaman bahan makanan di Kabupaten Klaten terdiri atas tiga kategori yaitu komoditi prima, komoditi berkembang dan komoditi terbelakang. Komoditi tanaman bahan makanan di Kabupaten Klaten tidak ada yang termasuk kategori komoditi potensial, karena di Kabupaten Klaten tidak terdapat komoditi tanaman bahan makanan yang memiliki kriteria laju pertumbuhan lambat dan memberikan kontribusi besar terhadap PDRB Kabupaten Klaten. Adapun penjelasan secara rinci

80 80 mengenai hasil klasifikasi komoditi tanaman bahan makanan di Kabupaten Klaten adalah sebagai berikut: 1. Komoditi Prima Komoditi prima adalah komoditi tanaman bahan makanan yang memiliki kriteria laju pertumbuhan cepat dan kontribusi komoditi yang besar terhadap PDRB Kabupaten Klaten. Berdasarkan hasil analisis Tipologi Klassen, terdapat dua jenis komoditi tanaman bahan makanan di Kabupaten Klaten yang termasuk kategori komoditi prima, yaitu komoditi padi dan jagung. Hal ini menunjukkan bahwa padi dan jagung merupakan komoditi yang memiliki keunggulan diantara komoditi tanaman bahan makanan yang lain, karena padi dan jagung memiliki laju pertumbuhan cepat dan kontribusinya yang besar terhadap PDRB Kabupaten Klaten. Padi termasuk komoditi prima di Kabupaten Klaten karena laju pertumbuhannya cepat dan kontribusinya yang besar terhadap PDRB Kabupaten Klaten. Laju pertumbuhan padi dikatakan cepat karena tingkat laju pertumbuhan padi lebih besar nilainya, yaitu 22,3052% dibandingkan dengan laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Klaten yang nilainya sebesar 3,7651%. Sedangkan kontribusi padi yang besar ditunjukkan dengan kontribusinya senilai 43,6225% yang lebih besar daripada kontribusi PDRB Kabupaten Klaten yang senilai 2,8511%. Laju pertumbuhan yang cepat dan kontribusi padi yang besar ini dipengaruhi oleh jumlah produksi padi yang cenderung terjadi peningkatan dari tahun ke tahun dan juga ditunjang dengan peningkatan harga gabah setiap tahunnya. Hasil produksi padi juga merupakan terbesar diantara komoditi pertanian lain di Kabupaten Klaten. Hal ini dapat terjadi tentunya didukung oleh kondisi topografis di Kabupaten Klaten yang sebagian besar dataran rendah dengan banyaknya sumber air yang ada dan sebesar 51% luas lahan di Kabupaten Klaten dimanfaatkan untuk lahan sawah. Oleh karena itu, padi termasuk komoditi yang memiliki peranan penting dalam pembangunan wilayah Kabupaten Klaten. Dengan demikian, pemerintah daerah bekerjasama dengan petani untuk terus berupaya mengembangkan komoditi padi lebih lanjut agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat maupun pendapatan daerah Kabupaten Klaten. Komoditi tanaman bahan makanan yang termasuk kategori komoditi prima selain padi adalah komoditi jagung. Jagung memiliki laju pertumbuhan 14,4422% yang lebih besar daripada laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Klaten 3,7651%. Kontribusi jagung sebesar 6,7535% memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan dengan kontribusi PDRB Kabupaten Klaten 2,8511%. Laju pertumbuhan jagung yang cepat ini dikarenakan nilai produksi yang diperoleh dari jagung dari tahun memiliki kecenderungan yang meningkat. Sedangkan kontribusi jagung yang besar ini disebabkan oleh karena jumlah produksi jagung yang relatif besar di setiap tahunnya dan produksinya merupakan urutan kedua setelah komoditi padi. Hal ini dikarenakan jagung termasuk komoditi yang menjadi bahan pangan bagi masyarakat di Kabupaten

81 81 Klaten disamping mengkonsumsi beras sebagai makanan pokok. Selain itu jagung juga dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan pakan ternak, sehingga banyaknya populasi ternak yang ada di Kabupaten Klaten dapat tercukupi kebutuhan pakannya dengan jagung yang memiliki jumlah produksi relatif besar pula. Oleh karena itu, komoditi jagung perlu untuk dikembangkan lebih lanjut oleh pemerintah daerah Kabupaten Klaten guna memenuhi permintaan masyarakat baik untuk bahan pangan maupun untuk pakan ternak, dan diharapkan dengan kontribusi yang semakin meningkat dapat juga meningkatkan pendapatan daerah Kabupaten Klaten. 2. Komoditi Berkembang Komoditi berkembang adalah komoditi tanaman bahan makanan yang memiliki kriteria pertumbuhan cepat tetapi kontribusi komoditi yang kecil terhadap PDRB Kabupaten Klaten. Berdasarkan hasil analisis Tipologi Klassen, komoditi tanaman bahan makanan di Kabupaten Klaten yang termasuk kategori komoditi berkembang terdiri dari 28 komoditi. Komoditi berkembang ini meliputi ubi kayu, durian, kedelai, cabe rawit, mangga, rambutan, petai, cabe besar, sukun, ubi jalar, sawi, kacang panjang, kacang hijau, mentimun, tomat, terong, bawang merah, alpukat, kubis, jambu biji, salak, jeruk, duku, jambu air, belimbing, sirsak, kangkung, dan nanas. Hal ini dapat diketahui bahwa 28 komoditi tersebut merupakan komoditi yang memiliki keunggulan diantara komoditi tanaman bahan makanan yang lain, karena memiliki laju pertumbuhan cepat dimana laju pertumbuhan komoditi tersebut lebih besar daripada laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Klaten. Komoditi ubi kayu, ubi jalar, kedelai dan kacang hijau merupakan komoditi palawija yang termasuk kategori komoditi berkembang. Diantara komoditi berkembang pada palawija, kacang hijau adalah komoditi yang mempunyai laju pertumbuhan terbesar yaitu 20,0617% dan ubi kayu merupakan komoditi palawija yang mempunyai kontribusi terbesar yaitu 1,8481%. Meskipun komoditi palawija tersebut memiliki laju pertumbuhan yang lebih besar daripada laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Klaten yang sebesar 3,7651%. Akan tetapi kontribusi ubi kayu yang termasuk komoditi berkembang yang kontribusinya terbesar diantara komoditi palawija lainnya, ternyata masih dibawah kontribusi PDRB Kabupaten Klaten yang sebesar 2,8511% maka dapat dikatakan bahwa komoditi berkembang ini memiliki kontribusi yang kecil terhadap PDRB Kabupaten Klaten. Semua komoditi sayuran termasuk komoditi berkembang kecuali bayam. Jenis komoditi sayuran tersebut adalah bawang merah, kubis, sawi, kacang panjang, cabe besar, cabe rawit, tomat, terong, mentimun dan kangkung. Bawang merah adalah jenis komoditi sayuran yang laju pertumbuhannya paling besar diantara komoditi tanaman bahan makanan lainnya, yaitu sebesar 485,1006% tetapi kontribusinya hanya sebesar 0,0528%. Sedangkan cabe rawit memiliki kontribusi yang paling besar diantara komoditi sayuran yaitu sebesar 1,1550%, ternyata masih jauh

82 82 lebih kecil nilainya jika dibandingkan dengan kontribusi PDRB Kabupaten Klaten yang sebesar 2,8511%. Komoditi sayuran lainnya seperti kubis, sawi, kacang panjang, cabe besar, tomat, terong, mentimun dan kangkung juga memiliki laju pertumbuhan lebih besar daripada laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Klaten, tetapi tidak ada komoditi yang memiliki kontribusi besar terhadap PDRB Kabupaten Klaten. Komoditi buah-buahan yang termasuk kategori komoditi berkembang terdiri dari alpukat, belimbing, duku, durian, jambu biji, jeruk, mangga, nanas, rambutan, salak, jambu air, sirsak, sukun, dan petai. Komoditi berkembang yang memiliki laju pertumbuhan paling besar diantara komoditi tanaman bahan makanan yang lain adalah sirsak yaitu sebesar 116,6455% dengan kontribusinya sebesar 0,0060%. Semua jenis buah-buahan yang termasuk komoditi berkembang ini memiliki laju pertumbuhan yang cepat, tetapi kontribusi yang dimiliki lebih kecil daripada kontribusi PDRB Kabupaten Klaten. Secara umum kategori komoditi berkembang di Kabupaten Klaten merupakan komoditi tanaman bahan makanan yang termasuk jumlah komoditi terbanyak diantara kategori komoditi lain. Semua komoditi berkembang ini memiliki laju pertumbuhan yang cepat tetapi kontribusinya kecil terhadap PDRB Kabupaten Klaten. Besarnya tingkat laju pertumbuhan membuat komoditi berkembang dapat dikatakan mampu bersaing dengan komoditi lainnya. Akan tetapi perlu adanya upaya untuk meningkatkan besarnya kontribusi komoditi terhadap kontribusi PDRB Kabupaten Klaten agar peranan yang diberikan dapat menimbulkan pengaruh positif terhadap pembangunan ekonomi daerah Kabupaten Klaten seperti terjadinya peningkatan pendapatan daerah. 3. Komoditi Terbelakang Komoditi terbelakang adalah komoditi tanaman bahan makanan yang memiliki kriteria laju pertumbuhan lambat dan kontribusi komoditi yang kecil terhadap PDRB Kabupaten Klaten. Berdasarkan hasil analisis Tipologi Klassen, ada 10 jenis komoditi tanaman bahan makanan di Kabupaten Klaten yang termasuk kategori komoditi terbelakang. Komoditi terbelakang tersebut adalah komoditi pisang, melinjo, kacang tanah, nangka, pepaya, melon, semangka, sawo, bayam, dan manggis. Kacang tanah merupakan salah satu komoditi tanaman palawija di Kabupaten Klaten yang termasuk kategori komoditi terbelakang, padahal jenis palawija yang lain termasuk kategori komoditi prima dan komoditi berkembang. Hal ini dikarenakan produksi kacang tanah di Kabupaten Klaten dari tahun ke tahun cenderung terjadi penurunan produksi dan juga harga kacang tanah fluktuatif pada setiap tahunnya. Kacang tanah memiliki laju pertumbuhan hanya sebesar 2,7707% dimana nilainya lebih kecil dari laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Klaten yang sebesar 3,7651%. Sedangkan kontribusi kacang tanah sebesar 0,6827% jauh di bawah kontribusi PDRB Kabupaten Klaten. Oleh karena itu kacang tanah termasuk kategori komoditi terbelakang di Kabupaten Klaten.

83 83 Bayam merupakan satu-satunya komoditi tanaman sayuran yang termasuk kategori komoditi terbelakang padahal semua jenis sayuran dalam komoditi tanaman bahan makanan adalah termasuk komoditi berkembang. Bayam mengalami pertumbuhan sebesar -9,0193% yang berarti bahwa produksi bayam di Kabupaten Klaten cenderung menurun dari tahun ke tahun. Pertumbuhan bayam tersebut jelas lebih kecil daripada pertumbuhan PDRB Kabupaten Klaten yang sebesar 3,7651%. Rendahnya produksi dan tingkat pertumbuhannya, mengakibatkan bayam hanya mampu memberikan kontribusi sebesar 0,0020% dimana jauh lebih kecil daripada kontribusi PDRB Kabupaten Klaten yang sebesar 2,8511%. Komoditi buah-buahan yang termasuk kategori komoditi terbelakang adalah manggis, pepaya, pisang, sawo, melon, semangka, nangka, dan melinjo. Komoditi terbelakang yang memiliki pertumbuhan paling besar diantara jenis buah-buahan adalah semangka yaitu sebesar 0,0100% dengan kontribusinya yang relatif rendah yaitu 0,0624%. Hal ini dikarenakan nilai produksi buah semangka di Kabupaten Klaten memiliki kecenderungan menurun di setiap tahunnya. Sedangkan komoditi terbelakang dari jenis buah-buahan yang memiliki kontribusi paling besar adalah pisang yaitu sebesar 2,5962% dengan pertumbuhannya -13,4871%. Produksi pisang di Kabupaten Klaten termasuk dalam jumlah yang relatif besar, tetapi apabila dilihat dari trendnya terjadi penurunan produksi setiap tahunnya. Buah-buahan lainnya seperti manggis, pepaya, sawo, melon, nangka, dan melinjo juga memiliki tingkat pertumbuhan yang termasuk lambat dan kontribusinya kecil terhadap PDRB Kabupaten Klaten. Kategori komoditi terbelakang pada umumnya merupakan komoditi tanaman bahan makanan yang perlu diperhatikan oleh petani maupun pemerintah daerah di Kabupaten Klaten untuk dilakukan usaha pengembangan komoditi lebih lanjut. Laju pertumbuhan yang lambat dari tahun ke tahun maupun kontribusi komoditi yang kecil dibandingkan kontribusi PDRB Kabupaten Klaten akan menjadikan komoditi ini terpuruk diantara komoditi tanaman bahan makanan yang lainnya. Hal ini dapat terjadi karena adanya beberapa kendala dalam pengusahaan komoditi tersebut, seperti sempitnya luas lahan yang digunakan maupun rendahnya sumberdaya manusia dalam pengelolaan tanaman yang termasuk komoditi terbelakang. Oleh karena itu, perlu adanya usaha untuk pengembangan lebih lanjut komoditi terbelakang dengan memanfaatkan potensi wilayah dan juga dengan menggali sumberdaya yang tersedia seoptimal mungkin. Komoditi terbelakang diharapkan agar dapat laju pertumbuhan dan kontribusinya dapat lebih meningkat, sehingga juga akan meningkatkan peranan komoditi terhadap pembangunan sektor pertanian maupun pembangunan daerah Kabupaten Klaten. C. Strategi Pengembangan Komoditi Tanaman Bahan Makanan di Kabupaten Klaten Pembangunan pertanian tanaman bahan makanan yang dilaksanakan di Kabupaten Klaten ternyata masih banyak kendala yang menghambat laju

84 84 peningkatan produksi, peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani dimana juga akan berdampak negatif pada pembangunan ekonomi daerah Kabupaten Klaten. Pertanian tanaman bahan makanan dewasa ini masih bercirikan petani yang umumnya miskin, produktivitas rendah dan juga biaya produksi relatif mahal. Kondisi tersebut disebabkan oleh karena lahan garapan yang belum optimal, keterbatasan modal, lemahnya industri pengolahan hasil pertanian dan pemasaran hasil-hasilnya serta masih lemahnya kelembagaan ekonomi petani. Keadaan tersebut diperburuk lagi dengan adanya kecenderungan peningkatan perubahan fungsi lahan dari pertanian ke non pertanian. Dengan situasi yang digambarkan tersebut, sehingga diperlukan upaya perbaikan kinerja pembangunan pertanian tanaman bahan makanan, yaitu dengan merumuskan perencanaan strategistrategi pengembangan pertanian tanaman bahan makanan dalam kerangka pengembangan ekonomi daerah. Adanya strategi pengembangan yang tepat tersebut diharapkan dapat meningkatkan pendapatan daerah yang termasuk di dalamnya pendapatan dan kesejahteraan petani di Kabupaten Klaten. Berdasarkan hasil klasifikasi komoditi tanaman bahan makanan dengan pendekatan Tipologi Klassen, maka dalam merumuskan perencanaan pengembangan ekonomi daerah Kabupaten Klaten dapat dilakukan dengan menentukan beberapa strategi pengembangan. Strategi pengembangan pertanian tanaman bahan makanan ini diarahkan pada komoditi yang dihasilkan sesuai dengan hasil klasifikasi. Strategi pengembangan komoditi tanaman bahan makanan ini dilakukan berdasarkan pada beberapa periode waktu, yaitu strategi pengembangan dalam masa jangka pendek (1-5 tahun), jangka menengah (5-10 tahun) dan jangka panjang (10-25 tahun). Untuk mengetahui strategi pengembangan komoditi tanaman bahan makanan maka digunakan matriks strategi pengembangan komoditi tanaman bahan makanan. Hasil matriks strategi pengembangan untuk komoditi tanaman bahan makanan di Kabupaten Klaten disajikan pada Tabel 31. Tabel 31. Matriks Strategi Pengembangan Komoditi Tanaman Bahan Makanan di Kabupaten Klaten Jangka Pendek (1-5th) Jangka Menengah (5-10th) Jangka Panjang (10-25th) Komoditi Prima (padi dan jagung) Strateginya yaitu dengan memanfaatkan komoditi prima secara optimal, melalui upaya: Komoditi Berkembang menjadi Komoditi Prima Strateginya dengan meningkatkan kontribusi komoditi Komoditi Terbelakang menjadi Komoditi Berkembang Strateginya yaitu dengan meningkatkan laju pertumbuhan komoditi

85 85 - Pengembangan agribisnis tanaman pangan - Diversifikasi pasar - Penguatan kelembagaan petani - Pelibatan pihak swasta sebagai mitra petani - Upaya menciptakan peraturan dan perundangan yang kondusif berkembang, melalui upaya: - Pemeliharaan tanaman ubi kayu secara intensif - Pengembangan agribisnis durian - Penggunaan benih kedelai, cabe rawit, dan cabe besar bermutu dari varietas unggul - Perbaikan kualitas buah mangga dan rambutan dengan sortasi terbelakang, melalui upaya: - Pengoptimalan sumberdaya yang tersedia untuk pisang, melinjo, dan kacang tanah - Peningkatkan peranan perlindungan tanaman kacang tanah, melon, dan semangka - Peningkatan kualitas SDM bagi petani melon dan semangka Komoditi Terbelakang menjadi Komoditi Berkembang Strateginya yaitu dengan meningkatkan laju pertumbuhan komoditi terbelakang, melalui upaya: - Peningkatan produktivitas pisang, pepaya, dan nangka - Peningkatan kualitas buah melinjo - Pengamanan produksi kacang tanah Komoditi Prima menjadi Komoditi Prima (padi dan jagung) Strateginya yaitu melalui upaya: - Upaya pengembangan pembenihan unggul - Menjaga tingkat kesuburan tanah secara kontinuitas - Penyediaan sarana dan prasarana pertanian yang memadai serta pemeliharaan sarana produksi usahatani Sumber: Diadopsi dari Lampiran 14 Strategi pengembangan komoditi tanaman bahan makanan di Kabupaten Klaten dalam penelitian ini merupakan serangkaian perencanaan dalam upaya pengembangan komoditi tanaman bahan makanan yang dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu. Adapun penjelasan tentang berbagai strategi pengembangan dalam jangka waktu masing-masing adalah sebagai berikut: 1. Strategi Pengembangan Jangka Pendek Strategi pengembangan jangka pendek dilakukan dalam jangka waktu antara 1-5 tahun. Pada strategi pengembangan jangka pendek ini bertujuan untuk memanfaatkan komoditi prima seoptimal mungkin agar

86 86 dapat menopang pendapatan daerah Kabupaten Klaten. Berdasarkan hasil analisis klasifikasi komoditi tanaman bahan makanan dapat diketahui bahwa padi dan jagung merupakan komoditi prima di Kabupaten Klaten. Oleh karena itu kedua komoditi prima ini diperlukan strategi untuk dapat mempertahankan laju pertumbuhannya yang cepat dan besarnya nilai kontribusi yang dimiliki agar padi dan jagung dapat bertahan pada posisi sebagai komoditi prima dan dapat memberikan manfaat yang optimal. Ada beberapa strategi pengembangan untuk memanfaatkan komoditi prima seoptimal mungkin yang dilakukan pada jangka pendek guna menunjang pembangunan ekonomi daerah Kabupaten Klaten, antara lain: a. Pengembangan agribisnis tanaman pangan Pengembangan agribisnis tanaman pangan pada komoditi prima, yaitu tanaman padi dan jagung dapat dilakukan dengan mendorong sinergi antar subsistem agribisnis. Upaya pengembangan agribisnis padi dan jagung ini diarahkan agar kegiatan petani di bidang pertanian tidak hanya terpaku pada kegiatan budidaya pertanian saja, tetapi upaya ini dilakukan ke arah agrobisnis yang bersifat luas, yaitu meliputi pengembangan kegiatan pertanian dari on farm hingga off farm, kegiatan dari hulu sampai hilir serta penanganan pasca panen dan pengolahan dari hasil produksi padi maupun jagung. Apabila kegiatan petani yang mulai dari persiapan, budidaya, panen, pascapanen maupun pengolahan hasil dapat dipadukan akan memberikan tingkat pendapatan yang lebih tinggi bagi petani sehingga kesejahteraan petani juga akan meningkat. Dengan demikian diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas komoditi prima baik padi maupun jagung. b. Diversifikasi pasar Upaya mempertahankan dan atau meningkatan kontribusi maupun laju pertumbuhan komoditi prima dapat ditempuh melalui diversifikasi pasar. Diversifikasi pasar merupakan upaya yang perlu dilakukan petani dalam pemasaran hasil panen, yaitu dengan perluasan hasil-hasil produksi padi dan jagung. Hasil produksi pertanian yang berupa gabah dan pipilan kering jagung tidak hanya dijual langsung kepada tengkulak, tetapi juga dijual kepada pihak BULOG melalui KUD setempat. Tujuannya agar petani memperoleh harga yang stabil sehingga dapat memperkecil risiko turunnya pendapatan petani yang diakibatkan karena turunnya harga hasil produksi pada saat tertentu. c. Penguatan kelembagaan petani Pengembangan komoditi prima diperlukan penguatan kelembagaan petani maupun kelembagaan usaha dan pemerintah agar dapat berfungsi sesuai dengan peran masing-masing. Kelembagaan petani dibina dan dikembangkan berdasarkan kepentingan masyarakat dan harus tumbuh dan berkembang di masyarakat itu sendiri. Dalam hal ini peran penyuluh sangatlah diharapkan untuk memotivasi agar petani dengan kesadarannya dapat berkelompok untuk membentuk kelompok tani dan yang sudah berkelompok dapat membentuk gabungan

87 87 kelompok ataupun membentuk assosiasi. Kelembagaan pertanian yang lainnya seperti penangkar benih, pengusaha benih, kios pertanian, pasar desa, Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A), Usaha Penyewaan Jasa Alsintan (UPJA) diberdayakan juga seoptimal mungkin untuk mendukung pengembangan komoditi prima di Kabupaten Klaten. d. Pelibatan pihak swasta sebagai mitra petani Pengembangan komoditi prima diperlukan kerjasama antara petani dan pihak swasta. Pihak swasta yang menjadi mitra bagi petani akan dapat saling membutuhkan, saling menguntungkan dan berkesinambungan. Di samping itu padi dan jagung sebagai komoditi prima yang merupakan bagian dari subsektor tanaman bahan makanan memiliki keterkaitan yang erat dengan sektor lain. Dalam kemitraan ini meliputi seluruh aspek dari sistem produksi yang meliputi pengadaan sarana produksi pertanian, pengolahan hasil, maupun penjualan hasil produksi. Dalam pengadaan saprotan seperti pengadaan benih, pupuk, pestisida dan alsintan, petani memerlukan mitra usaha dari sektor lain. Agar dalam pengolahan hasil produksi padi dapat berjalan dengan baik diperlukan kerjasama dengan pengusaha penggilingan padi. Sedangkan untuk memperkuat permodalan petani, maka kredit petani yang disertai bunga rendah serta prosedur pengembalian yang sederhana. Oleh karena itu, dengan adanya hubungan mitra kerjasama dengan pihak swasta dari sektor lain diharapkan hasil komoditi padi dapat meningkatkan pendapatan petani. e. Upaya menciptakan peraturan dan kebijakan yang kondusif Agar dapat menunjang semua upaya dalam pengembangan tanaman padi dan jagung sebagai komoditi prima, maka perlu dilakukan koordinasi yang baik dengan pihak pemerintah yang berwenang untuk menciptakan peraturan yang kondusif bagi pengembangan pertanian tanaman padi dan jagung. Selain itu juga diperlukan dukungan kebijakan pemerintah terhadap pelaku agribisnis, baik masyarakat (petani) maupun swasta. Hal ini diharapkan dapat lebih memudahkan petani dalam menjalankan kegiatan usahataninya, yaitu antara lain kebijakan subsidi, kebijakan harga saprodi dan juga diberikan kemudahan pada pihak swasta untuk dapat berperan aktif dengan petani sehingga akan mempercepat upaya peningkatan investasi. 2. Strategi Pengembangan Jangka Menengah Strategi pengembangan jangka menengah dilakukan dalam jangka waktu 5-10 tahun. Pada strategi jangka menengah bertujuan untuk mengupayakan komoditi potensial menjadi komoditi prima, komoditi berkembang menjadi komoditi potensial dan komoditi terbelakang menjadi komoditi berkembang. Berdasarkan hasil klasifikasi, ternyata tidak ada komoditi tanaman bahan makanan yang termasuk kategori komoditi

88 88 potensial, dikarenakan tidak ada komoditi tanaman bahan makanan di Kabupaten Klaten yang memiliki laju pertumbuhan lambat dan kontribusi yang besar. Oleh karena itu, dalam penentuan strategi pengembangan dalam jangka waktu menengah, ada dua alternatif strategi yang dapat direncanakan, yaitu mengupayakan komoditi berkembang menjadi komoditi prima dan mengupayakan komoditi terbelakang menjadi komoditi berkembang. Adapun penjelasan masing-masing alternatif strateginya sebagai berikut: a. Strategi pengembangan jangka menengah yang mengupayakan komoditi berkembang menjadi komoditi prima Komoditi berkembang memiliki peranan sebagai alternatif pengganti atau penerus bagi komoditi prima apabila mengalami kemunduran. Hal ini dikarenakan tidak adanya komoditi potensial yang lebih diprioritaskan sebagai pengganti komoditi prima di Kabupaten Klaten. Pengembangan komoditi berkembang yang dihasilkan di Kabupaten Klaten dalam jangka menengah ini diprioritaskan pada komoditi berkembang yang bernilai ekonomi tinggi, mempunyai peluang pasar besar dan memiliki potensi produksi tinggi, serta mempunyai peluang pengembangan teknologi. Komoditi berkembang yang diutamakan untuk dikembangkan berdasarkan urutan besarnya nilai produksi komoditi yang tinggi meliputi ubi kayu, durian, kedelai, cabe rawit, mangga, rambutan, dan cabe besar. Komoditi berkembang tersebut memiliki kriteria laju pertumbuhan yang cepat tetapi kontribusinya kecil. Oleh karena itu, dilakukan strategi pengembangan dengan meningkatkan kontribusi dari komoditi berkembang ini. Adapun strategi yang dapat dirumuskan untuk dapat meningkatkan kontribusi komoditi berkembang ini yaitu dengan upaya: 1) Pemeliharaan tanaman ubi kayu secara intensif Ubi kayu merupakan komoditi yang diprioritaskan untuk dikembangkan dalam jangka menengah karena komoditi ini memiliki nilai produksi terbesar diantara komoditi berkembang yang lain di Kabupaten Klaten. Ubi kayu juga termasuk komoditi yang memiliki potensi produksi yang relatif tinggi dimana hasil produksinya menunjukkan trend semakin meningkat dalam kurun waktu Meskipun demikian, ubi kayu masih perlu diupayakan agar kontribusinya dapat meningkat. Salah satunya dengan upaya pemeliharaan tanaman secara intensif. Ubi kayu dapat tumbuh pada tanah yang sedikit unsur hara, sehingga petani di Kabupaten Klaten pada umumnya jarang memberi pupuk. Namun, untuk memperoleh hasil yang baik perlu dilakukan pemupukan secara tepat. Sebaiknya petani menggunakan pupuk organik/pupuk kandang. Selain menambah unsur hara, pupuk organik juga dapat menjaga kesuburan tanah dan memperbaiki kondisi tanah. Pengembangan ubi kayu dengan upaya ini diharapkan dapat lebih

89 89 meningkatkan tingkat produksinya, sehingga kontribusi komoditi juga dapat meningkat. 2) Pengembangan agribisnis durian Komoditi berkembang yang diutamakan untuk dikembangkan setelah ubi kayu adalah buah durian. Pengembangan agribisnis durian di Kabupaten Klaten termasuk dari salah satu pilihan strategis dari komoditi berkembang, Dilihat dari prospek untuk dikembangkan berdasarkan basis sumberdaya yang dimiliki dan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Sehingga pengembangan agribisnis durian dapat ditetapkan menjadi fokus sebagai pengembangan komoditas unggulan. Sampai saat ini budidaya durian oleh petani belum mengarah pada pengembangan sebuah kawasan agribisnis. Oleh karena itu, perlu dikembangkan hortikultura durian melalui pendekatan kawasan/sentra berupa hamparan kebun buah durian dan selanjutnya didukung dengan pengembangan usaha dan pengembangan komoditi melalui manajemen kebun modern. Dengan demikian petani akan lebih terangsang untuk berupaya lebih lanjut dalam meningkatkan produksinya, karena dapat meningkatkan kesejahteraan bagi petani. 3) Penggunaan benih kedelai, cabe rawit, dan cabe besar bermutu dari varietas unggul Bagi daerah-daerah yang saat ini petani di Kabupaten Klaten yang masih menggunakan varietas lokal yang tergolong potensi rendah, sebaiknya dikembangkan dengan penggunaan benih varietas unggul yang memiliki potensi produksi tinggi. Misalnya varietas unggul kedelai meliputi varietas galunggung, lokon, guntur, wilis, kerinci, merbabu, muria. Sedangkan untuk komoditi cabe telah banyak dikembangkan oleh para pemulia tanaman maupun perusahaan benih yaitu berupa varietas cabe hibrida. Meskipun harga benih yang relatif mahal, petani akan tertarik dengan penggunaan varietas unggul tersebut karena hasil produksi lebih unggul dari induknya, memiliki tingkat produksi tinggi dan juga memiliki ketahanan yang tinggi terhadap penyakit tertentu. Oleh karena itu, harga jual hasil produksinya juga dapat memberikan keuntungan lebih besar bagi petani. 4) Perbaikan kualitas buah mangga dan rambutan dengan sortasi Buah mangga dan rambutan sebagai komoditi berkembang di Kabupaten Klaten perlu diperhatikan untuk dikembangkan melalui perbaikan kualitas buah yang dihasilkan. Hasil produksi mangga dan rambutan yang akan dipasarkan hendaknya dilakukan sortasi/pemilihan buah berdasarkan atas warna, ukuran, bentuk, dan kualitasnya. Upaya sortasi secara seksama ini diharapkan akan diperoleh harga buah yang tinggi di pasar, sehingga nilai tambah

90 90 yang dihasilkan dari mangga dan rambutan sebagai komoditi berkembang dapat meningkat. b. Strategi pengembangan jangka menengah yang mengupayakan komoditi terbelakang menjadi komoditi berkembang Strategi pengembangan jangka menengah juga mengupayakan komoditi terbelakang menjadi komoditi berkembang. Apabila komoditi berkembang telah menggantikan posisi komoditi prima maka diharapkan komoditi terbelakang dapat menjadi alternatif pengganti bagi komoditi berkembang. Komoditi terbelakang yang akan dikembangkan adalah komoditi terbelakang yang memiliki nilai produksi tinggi antara lain pisang, melinjo, kacang tanah, nangka, pepaya, melon, semangka. Komoditi tanaman bahan makanan yang termasuk kategori terbelakang tersebut perlu dikembangkan dapat menjadi komoditi berkembang, yaitu strateginya dengan meningkatkan laju pertumbuhannya, karena komoditi terbelakang memiliki laju pertumbuhan yang lambat. Ada beberapa strategi pengembangan yang dapat dirumuskan untuk dapat meningkatkan laju pertumbuhan komoditi terbelakang dalam jangka waktu menengah yaitu meliputi: 1) Peningkatan produktivitas pisang, pepaya, dan nangka Pada umumnya komoditi terbelakang seperti pisang, pepaya dan nangka di Kabupaten Klaten tidak banyak diusahakan oleh petani secara intensif, melainkan hanya ditanam pada lahan pekarangan sekitar rumah yang hasil produksinya tidak semata-mata untuk dijual, tetapi sebagian untuk dikonsumsi sendiri. Oleh karena itu diperlukan upaya peningkatan produktivitas komoditi terbelakang tersebut yang dapat ditempuh dengan perluasan areal tanam, yaitu dapat dilakukan dengan cara memanfaatkan lahan-lahan sementara yang tidak diusahakan dan dibiarkan kosong oleh petani (sleeping land) maupun lahan kering yang belum digunakan agar dapat dikelola sebaik-baiknya untuk budidaya tanaman seperti pisang, pepaya, dan nangka. Dengan memanfaatkan lahan-lahan kosong tersebut diharapkan dapat meningkatkan jumlah produksi komoditi terbelakang, sehingga produktivitasnya juga dapat meningkat. 2) Peningkatan kualitas buah melinjo Komoditi terbelakang yang perlu mendapat perhatian karena memiliki nilai ekonomi yang relatif tinggi adalah melinjo. Upaya peningkatan kualitas melinjo perlu diperhatikan oleh petani agar komoditi ini dapat lebih berkembang. Salah satu langkah yang dilakukan adalah pembibitan melinjo untuk mendapatkan bibit yang lebih baik, seragam, mudah pemeliharaannya, mudah penanganan teknologi pasca panen serta kualitas yang memenuhi selera konsumen. Selain itu juga perlu dilakukan perbaikan dalam teknik pemeliharaan tanaman melinjo seperti pengairan, pemupukan, pemangkasan dan pemberantasan hama dan penyakit. Dengan

91 91 adanya upaya dalam peningkatan kualitas melinjo tersebut diharapkan diperoleh hasil produksi yang lebih baik dan hasil yang meningkat. 3) Pengamanan produksi kacang tanah Laju pertumbuhan kacang tanah yang lambat di Kabupaten Klaten dapat ditingkatkan dengan upaya pengamanan produksi kacang tanah. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi kerusakan dan penurunan produksi akibat dari serangan organisme pengganggu tanaman maupun karena bencana kekeringan atau banjir. Upaya yang dapat dilakukan dengan langkah pergiliran tanaman dan varietasnya. Untuk pergiliran varietas perlu perencanaan yang matang dalam penyediaan benih oleh penangkar benih serta produksi benih, baik pemerintah maupun pihak swasta. 3. Strategi Pengembangan Jangka Panjang Strategi pengembangan dalam jangka panjang dilakukan untuk jangka waktu tahun. Pada strategi jangka panjang bertujuan untuk mengupayakan agar komoditi terbelakang menjadi berkembang dan juga untuk mempertahankan komoditi prima menjadi tetap menjadi komoditi prima. Dalam penentuan strategi pengembangan jangka panjang ini perlu memperhatikan faktor terkait dengan biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan berbagai strategi yang dirumuskan, karena mengingat bahwa jangka waktunya lama agar tidak banyak memghabiskan biaya maupun tenaga yang dikeluarkan juga tidak sia-sia sehingga strategi yang ditempuh bisa efektif dan efisien. Adapun dua alternatif strategi pengembangan dalam jangka panjang, yaitu: a. Strategi pengembangan jangka panjang yang mengupayakan komoditi terbelakang menjadi komoditi berkembang Komoditi terbelakang diperlukan adanya beberapa strategi pengembangan agar dapat menjadi komoditi berkembang. Mengingat bahwa komoditi terbelakang merupakan komoditi yang memiliki kontribusi yang besar terhadap PDRB Kabupaten Klaten namun laju pertumbuhannya lambat, sehingga strateginya yaitu dengan meningkatkan laju pertumbuhannya. Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk dapat meningkatkan laju pertumbuhan komoditi terbelakang dalam jangka panjang, yaitu meliputi: 1) Pengoptimalan sumberdaya yang tersedia untuk pisang, melinjo, dan kacang tanah Pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam secara optimal, efisien dan produktif serta berkelanjutan perlu dilakukan, sebab dapat mendukung ketahanan ekonomi dan pelestarian lingkungan. Selain itu, tingkat laju pertumbuhan komoditi terbelakang yang masih lambat dapat disebabkan oleh karena keterbatasan sumberdaya alam maupun kurangnya tenaga kerja

92 92 pertanian. Keterbatasan sumberdaya ini yaitu sempitnya rata-rata luas lahan untuk budidaya pisang, melinjo, dan kacang tanah yang dikuasai oleh petani karena terjadinya penyusutan lahan pertanian dari tahun ke tahun. Pada masa mendatang penyusutan lahan pertanian bisa diperkirakan akan cenderung meningkat sejalan dengan meningkatnya pembangunan di bidang industri perumahan dan prasarana lainnya. Sedangkan mengingat semakin berkembang teknologi, maka penggunaan tenaga kerja pertanian akan semakin berkurang penggunaannya. Oleh karena itu perlu strategi untuk pengoptimalan sumberdaya yang tersedia baik sumberdaya alam yang tersedia maupun dengan penambahan jumlah tenaga kerja. Upaya ini dilakukan agar dapat memanfaatkan potensi lahan yang ada agar dapat memperoleh hasil produksi yang optimal sehingga juga dapat meningkatkan pertumbuhan produksi pisang, melinjo, dan kacang tanah yang diusahakan petani. 2) Peningkatkan peranan perlindungan tanaman kacang tanah, melon, dan semangka Pertumbuhan komoditi terbelakang seperti kacang tanah, melon, dan semangka yang masih lambat dapat disebabkan oleh karena tingkat produktivitas komoditi yang belum optimal. Hal ini dapat terjadi karena serangan Organisme Pengganggu Tanaman yang tidak terkendali. Oleh karena itu perlu upaya untuk meningkatan peranan perlindungan tanaman untuk menekan serangan OPT. Apabila perlindungan tanaman meningkat maka dapat menjamin penyediaan produksi secara merata sepanjang waktu yang pada gilirannya akan mengurangi terjadinya fluktuasi harga. Pada daerahdaerah yang menjadi sentra produksi dan daerah endemis terhadap OPT dapat dilakukan dengan menerapkan konsep pengendalian hama terpadu (PHT) yaitu melakukan budidaya kacang tanah, melon, semangka secara tepat dan melestarikan musuh alami. 3) Peningkatan kualitas SDM bagi petani melon dan semangka Sebagian besar petani di pedesaan merupakan petani yang memiliki pendidikan dan pengetahuan relatif rendah dalam budidaya tanaman seperti melon dan semangka. Maka diperlukan usaha peningkatan sumberdaya manusia bagi petani. Upaya ini dilaksanakan melalui peningkatan ketrampilan dan kemampuan petani dalam hal inovasi atau teknologi baru yang belum dikenal petani. Kegiatan yang dapat diadakan adalah semacam pelatihan intensif dan kursus manajemen usahatani bagi petani. Untuk mempercepat adopsi teknologi baru bagi petani, maka pada lokasilokasi tertentu dilaksanakan kaji terap, demonstrasi dan pilot percontohan. Dengan demikian diharapkan dengan petani mampu mengadopsi teknologi baru, maka dapat meningkatkan pertumbuhan produksi komoditi lebih cepat lagi.

93 93 b. Strategi pengembangan jangka panjang yang mengupayakan komoditi prima agar tetap menjadi komoditi prima Strategi pengembangan jangka panjang juga mengupayakan komoditi prima agar tetap menjadi komoditi prima. Komoditi padi dan jagung sebagai komoditi prima diperlukan strategi yang tepat agar dalam jangka panjang kedua komoditi ini mampu bertahan sebagai komoditi prima. Upaya pengembangan padi dan jagung dalam jangka panjang ini dilakukan untuk mengantisipasi agar laju pertumbuhan dan kontribusinya tidak terjadi penurunan pada setiap tahunnya. Hal ini dikarenakan komoditi prima termasuk komoditi yang dapat menopang pembangunan pertanian tanaman pangan yang merupakan bagian dari pembangunan ekonomi daerah di Kabupaten Klaten. Ada beberapa strategi yang perlu dicermati agar komoditi prima dapat bertahan dalam jangka panjang, yaitu meliputi: 1) Upaya pengembangan pembenihan unggul Pengembangan pembenihan unggul ini dilakukan untuk mengatasi terjadinya peningkatan produktivitas yang semakin menurun dalam jangka waktu panjang, maka dirasa perlu pengembangan pembenihan dengan mendorong pengembangan dan penyebarluasan varietas unggul. Penggunaan benih bermutu dari varietas unggul tipe baru seperti dikembangkan benih padi hibrida dan jagung hibrida. Penggunaan varietas benih unggul ini dilaksanakan secara kontinuitas dalam jangka panjang, sehingga diharapkan padi dan jagung dapat memberikan kontribusi yang besar dan pertumbuhannya terus meningkat dalam jangka panjang. 2) Penyediaan sarana dan prasarana pertanian yang memadai serta pemeliharaan sarana produksi usahatani Terjadinya penurunan kontribusi maupun laju pertumbuhan komoditi prima seperti padi dan jagung ini perlu diantisipasi meskipun dalam jangka waktu yang panjang. Oleh karena itu diperlukan upaya penyediaan sarana dan prasarana pertanian yang memadai sesuai dengan kebutuhan petani. Penyediaan sarana dan prasarana menuju teknologi yang berupa alat dan mesin pertanian juga diperlukan, karena diperkirakan akan terjadi penurunan jumlah tenaga kerja di bidang pertanian ke non pertanian dalam beberapa tahun mendatang. Oleh karena itu diperlukan upaya pengembangan mekanisasi pertanian yaitu dengan membentuk pola kelompok usaha pelayanan jasa alat dan mesin pertanian dalam suatu daerah. Dalam penyediaan sarana dan prasarana pertanian ini hal yang terpenting adalah diperlukan adanya upaya pemeliharaan sarana produksi usahatani tersebut agar dalam jangka waktu yang panjang, alat dan mesin yang digunakan dalam usaha tani dapat digunakan dengan baik secara kontinuitas sehingga produksi komoditi padi dan jagung yang dihasilkan juga dapat terus ditingkatkan.

94 94 3) Menjaga kesuburan tanah secara kontinuitas Komoditi padi dan jagung sebagai komoditi prima dapat bertahan dalam jangka panjang dapat diusahakan dengan mempertahankan laju pertumbuhan dan kontribusi yang besar. Upaya lain yang dapat ditempuh adalah dengan menjaga kesuburan tanah secara kontinuitas yaitu dengan menggunakan pupuk secara berimbang, mengurangi penggunaan pupuk kimia dan lebih banyak pemakaian pupuk organik, seperti pupuk hijau dan pupuk kompos. Hal ini untuk mempertahankan kesuburan fisik dan biologi tanah sebagai tempat tumbuh tanaman dapat terjaga dalam waktu yang lama. Dalam pengaturan tata guna air juga perlu diperhatikan dengan meningkatkan upaya pengaturan tata guna air yang tepat dan usaha penghematan air terutama pada daerah-daerah sentra produksi padi maupun jagung yang rawan terjadi kekeringan. Strategi pengembangan komoditi tanaman bahan makanan yang dihasilkan dari penelitian ini baik dalam periode jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang tersebut diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani, membantu proses pembangunan pertanian khususnya tanaman bahan makanan dalam upaya memenuhi kebutuhan pangan bagi penduduk di Kabupaten Klaten. Selain itu tentunya agar upaya pembangunan ekonomi daerah di Kabupaten Klaten dapat berjalan dengan baik karena kontribusi dan pertumbuhan komoditi tanaman bahan makanan sebagai salah satu faktor penopang pembangunan dapat terus meningkat dan berkembang di masa mendatang.

95 95 VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang Klasifikasi Komoditi Tanaman Bahan Makanan Dalam Kerangka Perencanaan Pengembangan Ekonomi Daerah Kabupaten Klaten dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Klasifikasi komoditi tanaman bahan makanan di Kabupaten Klaten berdasarkan pendekatan Tipologi Klassen diperoleh tiga kategori komoditi, yaitu: a. Komoditi prima terdiri dari komoditi padi dan jagung. b. Komoditi berkembang terdiri dari komoditi ubi kayu, durian, kedelai, cabe rawit, mangga, rambutan, petai, cabe besar, sukun, ubi jalar, sawi, kacang panjang, kacang hijau, mentimun, tomat, terong, bawang merah, alpukat, kubis, jambu biji, salak, jeruk, duku, jambu air, belimbing, sirsak, kangkung, dan nanas. c. Komoditi terbelakang terdiri dari komoditi pisang, melinjo, kacang tanah, nangka, pepaya, melon, semangka, sawo, bayam, dan manggis. 2. Strategi pengembangan komoditi tanaman bahan makanan di Kabupaten Klaten, meliputi: a. Strategi pengembangan jangka pendek merupakan strategi untuk memanfaatkan komoditi prima (padi dan jagung) secara optimal yaitu dengan upaya pengembangan agribisnis tanaman pangan, diversifikasi pasar, penguatan kelembagaan petani, pelibatan pihak swasta sebagai mitra petani, upaya menciptakan peraturan dan kebijakan yang kondusif. b. Strategi pengembangan jangka menengah terdiri dua macam alternatif strategi, yaitu: 1) Strategi untuk mengembangkan komoditi berkembang menjadi komoditi prima, strateginya dengan meningkatkan kontribusi komoditi tanaman bahan makanan yaitu melalui upaya pemeliharaan tanaman 103 ubi kayu secara intensif; pengembangan

96 96 B. Saran agribisnis durian; perbaikan kualitas buah mangga dan rambutan dengan sortasi; penggunaan benih kedelai, cabe rawit, dan cabe besar yang bermutu dari varietas unggul. 2) Strategi untuk mengembangkan komoditi terbelakang menjadi komoditi berkembang, strateginya dengan meningkatkan laju pertumbuhan komoditi tanaman bahan makanan yaitu melalui upaya peningkatan produktivitas pisang, pepaya, nangka, peningkatan kualitas buah melinjo; dan pengamanan produksi kacang tanah. c. Strategi pengembangan jangka panjang terdiri dari dua macam alternatif strategi, yaitu: 1) Strategi untuk mengembangkan agar komoditi terbelakang menjadi berkembang, strateginya dengan meningkatkan laju pertumbuhan komoditi tanaman bahan makanan, yaitu melalui upaya pengoptimalan sumberdaya yang tersedia untuk pisang, melinjo, dan kacang tanah; peningkatkan peranan perlindungan tanaman kacang tanah, melon, dan semangka; peningkatan kualitas SDM bagi petani melon dan semangka. 2) Strategi untuk mengembangkan komoditi prima (padi dan jagung), strateginya yaitu melalui upaya pengembangan pembenihan unggul, menjaga kesuburan tanah secara kontinuitas, penyediaan sarana dan prasarana pertanian yang memadai serta pemeliharaan sarana produksi usahatani. Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat diberikan yaitu: 1. Sebaiknya upaya pengembangan komoditi tanaman bahan makanan yang dilaksanakan riil di lapangan diusahakan sesuai dengan hasil klasifikasinya, sehingga dapat menentukan strategi yang tepat dalam mengembangkan komoditi prima, komoditi potensial, komoditi berkembang dan komoditi terbelakang. 2. Setelah diketahui hasil strategi pengembangan komoditi tanaman bahan makanan dengan pendekatan Tipologi Klassen maka diperlukan adanya penelitian lanjutan untuk melengkapi informasi yang ada, misalnya penelitian

97 97 mengenai strategi pengembangan komoditi tanaman bahan makanan di Kabupaten Klaten dengan menggunakan pendekatan Analisis Hierarki Proses (AHP) maupun pendekatan dengan analisis SWOT (Strengh Weakness Oppurtunity and Threatment), sehingga diharapkan diperoleh informasi yang lebih komprehensif dari berbagai sudut pandang.

98 98 DAFTAR PUSTAKA Alimoeso, S Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Tanaman Pangan TA Diakses Tanggal 26 Februari Anonim a. Pengertian Pembangunan. Diakses Tanggal 13 Januari b. Tipologi Klassen. Diakses Tanggal 13 Januari Arifin, B. C Pembangunan Pertanian Dari Aspek Development Management. Badan Litbang Pertanian. Deptan. Aswandi, H. dan Kuncoro, M Evaluasi Penetapan Kawasan Andalan: Studi Empiris di Kalimantan Selatan Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Vol. 17, No. 1, Tahun Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Provinsi Bali. Bank Indonesia Denpasar. BAPEDA Kabupaten Klaten Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Klaten Tahun Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Klaten Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Klaten Tahun Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Klaten. BAPPEDA Bangka Belitung dan PSE-KP UGM Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. BAPPEDA Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik (PSE-KP) Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. BPS Kabupaten Jayapura PDRB Kabupaten Jayapura Badan Pusat Statistik Kabupaten Jayapura. BPS Kabupaten Klaten Klaten Dalam Angka Tahun 2007/2008 (Klaten In Figure 2007/2008). Badan Pusat Statistik Kabupaten Klaten. Budiharsono, S Teknik Analisis Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan. Pradnya Paramita. Jakarta. Darwanto, D. H. dan Prima Y. R Kesejahteraan Petani dan Peningkatan Ketersediaan Pangan: Sebuah Dilemma. Diakses Tanggal 29 Januari Dewi, D. K Analisis Penentuan Sektor Pertanian Unggulan dalam Perekonomian Wilayah Kabupaten Klaten dengan Pendekatan Ekonomi Basis. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta. 106

99 99 Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Klaten Laporan Tahunan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Klaten. Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Klaten Laporan Tahunan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Klaten. Dinas Pertanian Provinsi Nusa Tenggara Barat Rencana Strategis (Renstra) dan Program Kerja Dinas Pertanian Provinsi NTB. Diakses Tanggal 26 Februari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Kalimantan Selatan Potensi Pertanian di Kalimantan Selatan. Diakses Tanggal 26 Februari Dinas Tanaman Pangan Kabupaten Sumenep Tujuan, Strategi, dan Arah Kebijakan. Diakses Tanggal 23 Februari Djojohadikusumo Perkembangan Pemikiran Ekonomi, Dasar Teori Ekonomi Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan. LP3ES. Jakarta. Dumairy, Perekonomian Indonesia. Penerbit Erlangga. Jakarta. Emilia dan Imelia Ekonomi Regional. Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Jambi. Hamakonda, T. P. dan Tairas, J.N.B Pengantar Klasifikasi Persepuluhan Dewey. BPK Gunung Mulia. Jakarta. Harsanti, H.K., Peranan Permintaan Akhir terhadap Sektor Tanaman Pangan dalam Perekonomian Jawa Tengah dengan Pendekatan Analisis Input-Output. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Indonesia Undang-Undang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. UU Nomor 25 Tahun Lembaran Negara Nomor 104 Tahun 2004, Tambahan Lembaran Negara Nomor James C. Craig dan Robert M. Grant Strategic Management. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta. Kuncoro, M a. Modul Input-Output. Fakultas Ekonomi dan Pascasarjana Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Diakses pada tanggal 23 Februari b. Otonomi dan Pembangunan Daerah: Reformasi, Perencanaan, Strategi, dan Peluang. Penerbit Erlangga. Jakarta. Listiyani, P Analisis Keterkaitan Sektor Tanaman Bahan Makanan Terhadap Sektor Perekonomian lain di Kabupaten Klaten. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

100 100 Mahi, I. I Perencanaan Pembangunan Perikanan Budidaya Laut (Marine Culture Development Planning). Diakses Tanggal 28 Januari Mubyarto dan Awan S Pembangunan Pertanian Berkelanjutan (Kritik Terhadap Paradigma Agribisnis). Diakses Tanggal 29 Januari Munir, B Perencanaan Pembangunan Daerah Dalam Perspektif Otonomi Daerah. Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Provinsi Nusa Tenggara Barat. Mataram. Napitupulu, E Pertanian Indonesia Dalam Dominasi Politik Global. Diakses Tanggal 29 Januari Republik Indonesia Infrastruktur dan Pembangunan Daerah: Membantu Pengurangan Kemiskinan. Buku Pegangan Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah Edisi Tahun Republik Indonesia. Sari, Y. M Kinerja Sektor Pertanian terhadap Perekonomian Daerah di Kabupaten Klaten. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Simatupang, P Justifikasi dan Metode Penetapan Komoditas Strategis. Perhepi. Jakarta. Singarimbun, M. dan S. Effendi Metode Penelitian Survey. LP3ES. Jakarta Surahman dan J. Sutrisno Pembangunan Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Surakhmad, W Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar, Metode, dan Teknik. Penerbit Tarsito. Bandung. Susilowati, I Strategi Pengembangan Sektor Pertanian di Kabupaten Sukoharjo (Pendekatan Tipologi Klassen). Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Suzetta, P Perencanaan Pembangunan Indonesia. Diakses Tanggal 28 Januari Tarigan, R Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi. PT. Bumi Aksara. Jakarta. Todaro, M. P Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga : jilid 1. Erlangga. Jakarta. dan S.C. Smith, Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga: Jilid 1. Erlangga. Jakarta. Widodo, T Perencanaan Pembangunan: Aplikasi Komputer (Era Otonomi Daerah). UPP STIM YKPN. Yogyakarta.

101 101 Lampiran 1 Gambar Peta Kabupaten Klaten

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya perubahan secara terencana seluruh dimensi kehidupan menuju tatanan kehidupan yang lebih baik di masa mendatang. Sebagai perubahan yang terencana,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim global, krisis pangan dan energi dunia, harga pangan dan energi meningkat, sehingga negara-negara

Lebih terperinci

Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh :

Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh : 1 Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh : Sri Windarti H.0305039 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang,

I. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sub sektor pertanian tanaman pangan, merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian dan telah terbukti memberikan peranan penting bagi pembangunan nasional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah bersangkutan (Soeparmoko, 2002: 45). Keberhasilan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. daerah bersangkutan (Soeparmoko, 2002: 45). Keberhasilan pembangunan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada, dengan menjalin pola-pola kemitraan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu kebijakan pembangunan yang dipandang tepat dan strategis dalam rangka pembangunan wilayah di Indonesia sekaligus mengantisipasi dimulainya era perdagangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan pembangunan daerah di Indonesia pada dasarnya didasari oleh kebijaksanaan pembangunan nasional dengan mempertimbangkan karakteristik dan kebutuhan daerah. Kebijaksanaan

Lebih terperinci

KOMODITI TANAMAN BAHAN MAKANAN DALAM PENGEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

KOMODITI TANAMAN BAHAN MAKANAN DALAM PENGEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI KOMODITI TANAMAN BAHAN MAKANAN DALAM PENGEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

KINERJA DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BLORA

KINERJA DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BLORA SEPA : Vol. 9 No. 2 Februari 2013 : 201-208 ISSN : 1829-9946 KINERJA DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BLORA WIWIT RAHAYU Staf Pengajar Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis

Lebih terperinci

PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN TANAMAN PANGAN BERDASARKAN NILAI PRODUKSI DI KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN TANAMAN PANGAN BERDASARKAN NILAI PRODUKSI DI KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN TANAMAN PANGAN BERDASARKAN NILAI PRODUKSI DI KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT (Determination of the Main Commodity Crops Based of Production in the Kotawaringin Barat Regency)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya pembangunan adalah suatu proses perubahan yang direncanakan dan merupakan rangkaian kegiatan yang berkesinambungan, berkelanjutan dan bertahap menuju tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki kekayaan sumberdaya ekonomi melimpah. Kekayaan sumberdaya ekonomi ini telah dimanfaatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. daerahnya masing-masing. Oleh karena itu tiap daerah sudah lebih bebas dalam

TINJAUAN PUSTAKA. daerahnya masing-masing. Oleh karena itu tiap daerah sudah lebih bebas dalam TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka Seiring dengan kebijakan otonomi daerah yang telah diterapkan sejak tahun 1999, masing-masing daerah harus bekerja keras untuk meningkatkan pendapatan daerahnya masing-masing.

Lebih terperinci

Perkembangan Ekonomi Makro

Perkembangan Ekonomi Makro Boks 1.2. Pemetaan Sektor Pertanian di Jawa Barat* Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB (harga berlaku) tahun 2006 sebesar sekitar 11,5%, sementara pada tahun 2000 sebesar 14,7% atau dalam kurun waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya dibentuk berdasarkan pada Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya nomor 8 tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dimana sebagian besar penduduknya hidup dari hasil bercocok tanam atau bertani, sehingga pertanian merupakan sektor yang memegang peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek termasuk di dalamnya struktur sosial, sikap masyarakat, serta institusi nasional dan mengutamakan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis Kabupaten Batang adalah salah satu kabupaten yang tercatat pada wilayah administrasi Provinsi Jawa Tengah. Letak wilayah berada diantara koordinat

Lebih terperinci

ANALISIS KOMODITAS UNGGULAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA DI KABUPATEN MEMPAWAH. Universitas Tanjungpura Pontianak.

ANALISIS KOMODITAS UNGGULAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA DI KABUPATEN MEMPAWAH. Universitas Tanjungpura Pontianak. ANALISIS KOMODITAS UNGGULAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA DI KABUPATEN MEMPAWAH ADE IRMAYADI 1), ERLINDA YURISINTHAE 2), ADI SUYATNO 2) 1) Alumni Magister Manajemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan regional memiliki peran utama dalam menangani secara langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. Peranan perencanaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor utama perekonomian di Indonesia. Konsekuensinya adalah bahwa kebijakan pembangunan pertanian di negaranegara tersebut sangat berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akademisi ilmu ekonomi, secara tradisional pembangunan dipandang sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akademisi ilmu ekonomi, secara tradisional pembangunan dipandang sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Ekonomi Pembangunan ekonomi memiliki pengertian yang sangat luas. Menurut akademisi ilmu ekonomi, secara tradisional pembangunan dipandang sebagai suatu fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris dengan kekayaan hayati yang melimpah, hal ini memberikan keuntungan bagi Indonesia terhadap pembangunan perekonomian melalui

Lebih terperinci

SUB SEKTOR PERTANIAN UNGGULAN KABUPATEN TASIKMALAYA SELAMA TAHUN

SUB SEKTOR PERTANIAN UNGGULAN KABUPATEN TASIKMALAYA SELAMA TAHUN SUB SEKTOR PERTANIAN UNGGULAN KABUPATEN TASIKMALAYA SELAMA TAHUN 2005-2014 Sri Hidayah 1) Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Uniersitas Siliwangi SriHidayah93@yahoo.com Unang 2) Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya, pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini ditujukkan melalui memperluas

Lebih terperinci

KLASIFIKASI KOMODITAS PERKEBUNAN DALAM KERANGKA PERENCANAAN PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM PROVINSI SUMATRA SELATAN SKRIPSI

KLASIFIKASI KOMODITAS PERKEBUNAN DALAM KERANGKA PERENCANAAN PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM PROVINSI SUMATRA SELATAN SKRIPSI 1 KLASIFIKASI KOMODITAS PERKEBUNAN DALAM KERANGKA PERENCANAAN PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM PROVINSI SUMATRA SELATAN SKRIPSI FIRZADI ANHAR H 0306018 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kota Depok telah resmi menjadi suatu daerah otonom yang. memiliki pemerintahan sendiri dengan kewenangan otonomi daerah

I. PENDAHULUAN. Kota Depok telah resmi menjadi suatu daerah otonom yang. memiliki pemerintahan sendiri dengan kewenangan otonomi daerah I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Depok telah resmi menjadi suatu daerah otonom yang memiliki pemerintahan sendiri dengan kewenangan otonomi daerah beserta dengan perangkat kelengkapannya sejak penerbitan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sektor Unggulan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sektor unggulan adalah sektor yang keberadaannya pada saat ini telah berperan besar kepada perkembangan perekonomian suatu wilayah, karena mempunyai keunggulan-keunggulan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam menunjang perekonomian Indonesia. Mengacu pada keadaan itu, maka mutlak diperlukannya

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan permasalahan kemanusiaan purba yang bersifat laten dan aktual sekaligus. Ia telah ada sejak peradaban manusia ada dan hingga kini masih menjadi

Lebih terperinci

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan Juli 1997 mempunyai dampak yang besar terhadap perekonomian negara. Sektor pertanian di lndonesia dalam

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jumlah petani di Indonesia menurut data BPS mencapai 45% dari total angkatan kerja di Indonesia, atau sekitar 42,47 juta jiwa. Sebagai negara dengan sebagian besar penduduk

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kondisi perekonomian Kabupaten Lamandau Tahun 2012 berikut karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun 2013-2014 dapat digambarkan

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini Bab I Pendahuluan Di setiap negara manapun masalah ketahanan pangan merupakan suatu hal yang sangat penting. Begitu juga di Indonesia, terutama dengan hal yang menyangkut padi sebagai makanan pokok mayoritas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tinggi secara langsung dalam pemasaran barang dan jasa, baik di pasar domestik

I. PENDAHULUAN. tinggi secara langsung dalam pemasaran barang dan jasa, baik di pasar domestik I. PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan daerah dalam era globalisasi saat ini memiliki konsekuensi seluruh daerah di wilayah nasional menghadapi tingkat persaingan yang semakin tinggi secara langsung

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Sains dan Teknologi ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

KOMODITAS HORTIKULTURA UNGGULAN DI KABUPATEN SEMARANG (PENDEKATAN LQ DAN SURPLUS PRODUKSI)

KOMODITAS HORTIKULTURA UNGGULAN DI KABUPATEN SEMARANG (PENDEKATAN LQ DAN SURPLUS PRODUKSI) KOMODITAS HORTIKULTURA UNGGULAN DI KABUPATEN SEMARANG (PENDEKATAN DAN SURPLUS PRODUKSI) Eka Dewi Nurjayanti, Endah Subekti Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Wahid Hasyim Jl. Menoreh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Jangka Panjang tahun 2005 2025 merupakan kelanjutan perencanaan dari tahap pembangunan sebelumnya untuk mempercepat capaian tujuan pembangunan sebagaimana

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Ir. Bambang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pembentukan Gross National Product (GNP) maupun Produk Domestik Regional

I. PENDAHULUAN. pembentukan Gross National Product (GNP) maupun Produk Domestik Regional I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan sektor pertanian dalam pembangunan Indonesia sudah tidak perlu diragukan lagi. Peran penting sektor pertanian tersebut sudah tergambar dalam fakta empiris yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional, yang memiliki warna sentral karena berperan dalam meletakkan dasar yang kokoh bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator ekonomi yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator ekonomi yang biasanya digunakan untuk mengamati perubahan kondisi ekonomi suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan BAB I PENDAHULUAN 1. A 1.1 Latar Belakang Kewenangan Pemerintah Daerah menjadi sangat luas dan strategis setelah pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya pembangunan ekonomi jangka panjang yang terencana dan dilaksanakan secara bertahap. Pembangunan adalah suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Masalah pokok dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Masalah pokok dalam pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola setiap sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan

Lebih terperinci

PENENTUAN KOMODITI BASIS SUB SEKTOR TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA DI KABUPATEN PASER

PENENTUAN KOMODITI BASIS SUB SEKTOR TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA DI KABUPATEN PASER Penentuan Komoditi Basis Sub Sektor Tanaman Pangan dan Hortikultura (Achmad Zaini) PENENTUAN KOMODITI BASIS SUB SEKTOR TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA DI KABUPATEN PASER (Determined bases commodities of

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita, dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan juga

BAB I PENDAHULUAN. perkapita, dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan ekonomi nasional pada dasarnya merupakan satu kesatuan dengan pembangunan ekonomi ragional. Pembangunan ekonomi nasional yaitu untuk menciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, Indonesia merupakan bagian dari negara

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, Indonesia merupakan bagian dari negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, Indonesia merupakan bagian dari negara berkembang yang memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah dan terus mengupayakan pembangunan,

Lebih terperinci

ANALISIS PERAN KOMODITI TANAMAN BAHAN MAKANAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN SLEMAN (PENDEKATAN TIPOLOGI KLASSEN)

ANALISIS PERAN KOMODITI TANAMAN BAHAN MAKANAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN SLEMAN (PENDEKATAN TIPOLOGI KLASSEN) ANALISIS PERAN KOMODITI TANAMAN BAHAN MAKANAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN SLEMAN (PENDEKATAN TIPOLOGI KLASSEN) Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 48 Tahun 2008, juga tengah giat membangun daerahnya. Sebagai daerah yang masih

BAB I PENDAHULUAN. 48 Tahun 2008, juga tengah giat membangun daerahnya. Sebagai daerah yang masih 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kabupaten Pringsewu sebagai sebuah Daerah Otonomi Baru (DOB) yang dibentuk berdasarkan Surat Keterangan Menteri Dalam Negeri (MENDAGRI) nomor 48 Tahun 2008,

Lebih terperinci

CUPLIKAN PROGRAM PEMBANGUNAN PERTANIAN : VISI, MISI DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERTANIAN

CUPLIKAN PROGRAM PEMBANGUNAN PERTANIAN : VISI, MISI DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERTANIAN CUPLIKAN PROGRAM PEMBANGUNAN PERTANIAN 2001-2004: VISI, MISI DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERTANIAN Visi Pembangunan Pertanian Visi pembangunan pertanian dirumuskan sebagai : Terwujudnya masyarakat yang sejahtera

Lebih terperinci

A. Realisasi Keuangan

A. Realisasi Keuangan BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2008 A. Realisasi Keuangan 1. Belanja Pendapatan Realisasi belanja pendapatan (Pendapatan Asli Daerah) Tahun 2008 Dinas Pertanian Kabupaten Majalengka mencapai 100%

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari. pembangunan Nasional yang bertujuan untuk mewujudkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari. pembangunan Nasional yang bertujuan untuk mewujudkan I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari pembangunan Nasional yang bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undangundang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (agribisnis) terdiri dari kelompok kegiatan usahatani pertanian yang disebut

I. PENDAHULUAN. (agribisnis) terdiri dari kelompok kegiatan usahatani pertanian yang disebut I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Paradigma pembangunan pertanian dewasa ini telah berorientasi bisnis (agribisnis) terdiri dari kelompok kegiatan usahatani pertanian yang disebut usahatani (on-farm agribusiness)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju dari pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh suatu negara untuk memperkuat proses perekonomian menuju perubahan yang diupayakan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian dan sektor basis baik tingkat Provinsi Sulawsi Selatan maupun Kabupaten Bulukumba. Kontribusi sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. utama. Industrialisisasi dimasa sekarang tidak dapat terlepas dari usaha dalam

I. PENDAHULUAN. utama. Industrialisisasi dimasa sekarang tidak dapat terlepas dari usaha dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian dewasa ini masih sering dianggap sebagai penunjang sektor industri semata. Meskipun sesungguhnya sektoral pertanian bisa berkembang lebih dari hanya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai suatu bangsa dan negara besar dengan pemilikan sumber daya alam yang melimpah, dalam pembangunan ekonomi yang merupakan bagian dari pembangunan nasional

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pentingnya sektor pertanian dalam proses Pembangunan Indonesia disadari oleh Pemerintah Era reformasi terlihat dari dicanangkannya Revitaslisasi Pertanian oleh Presiden

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkebunan merupakan salah satu subsektor strategis yang secara ekonomis, ekologis dan sosial budaya memainkan peranan penting dalam pembangunan nasional. Sesuai Undang-Undang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi adalah meningkatnya produksi total suatu daerah. Selain itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta meningkatnya kesejahteraan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lahan sudah menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang. kelangsungan kehidupan sejak manusia pertama kali menempati bumi.

I. PENDAHULUAN. Lahan sudah menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang. kelangsungan kehidupan sejak manusia pertama kali menempati bumi. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lahan sudah menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang kelangsungan kehidupan sejak manusia pertama kali menempati bumi. Lahan berfungsi sebagai tempat manusia beraktivitas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dititikberatkan pada pertumbuhan sektor-sektor yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tujuan pembangunan pada dasarnya mencakup beberapa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (juta rupiah)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (juta rupiah) 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang memiliki pertumbuhan ekonomi cukup tinggi. Selain Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Timur menempati posisi tertinggi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap manusia untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari guna mempertahankan hidup. Pangan juga merupakan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Subsektor hortikultura merupakan bagian dari sektor pertanian yang mempunyai peran penting dalam menunjang peningkatan perekonomian nasional dewasa ini. Subsektor ini

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pertambahan penduduk Indonesia setiap tahunnya berimplikasi pada semakin meningkatkan kebutuhan pangan sebagai kebutuhan pokok manusia. Ketiadaan pangan dapat disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang dilaksanakan dalam suatu wilayah agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan memerlukan perencanaan yang akurat dari pemerintah. Upaya dalam meningkatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian adalah sektor penting dalam perekonomian Indonesia. Beberapa peran penting sektor pertanian yaitu menyerap tenaga kerja, sumber pendapatan bagi masyarakat,

Lebih terperinci

agribisnis untuk mencapai kesejahteraan wilayah pedesaan (prospherity oriented) (Bappeda Kabupaten Lampung Barat, 2002). Lebih lanjut Bappeda

agribisnis untuk mencapai kesejahteraan wilayah pedesaan (prospherity oriented) (Bappeda Kabupaten Lampung Barat, 2002). Lebih lanjut Bappeda 16 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era otonomi daerah, pembangunan ekonomi menghadapi berbagai tantangan, baik dari dalam daerah maupun faktor eksternal, seperti masalah kesenjangan dan isu

Lebih terperinci

ANALISIS KOMODITAS UNGGULAN TANAMAN PANGAN DAN KINERJA TERHADAP PEMBANGUNAN PERTANIAN DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT. Henita Astuti 1, Sumarlin 2

ANALISIS KOMODITAS UNGGULAN TANAMAN PANGAN DAN KINERJA TERHADAP PEMBANGUNAN PERTANIAN DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT. Henita Astuti 1, Sumarlin 2 ANALISIS KOMODITAS UNGGULAN TANAMAN PANGAN DAN KINERJA TERHADAP PEMBANGUNAN PERTANIAN DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT Henita Astuti 1, Sumarlin 2 1) 2) Staf Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten

Lebih terperinci

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA Andi Tabrani Pusat Pengkajian Kebijakan Peningkatan Daya Saing, BPPT, Jakarta Abstract Identification process for

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya

Lebih terperinci

MEMBANGUN SISTEM DAN USAHA AGRIBISNIS DI NUSA TENGGARA BARAT

MEMBANGUN SISTEM DAN USAHA AGRIBISNIS DI NUSA TENGGARA BARAT MEMBANGUN SISTEM DAN USAHA AGRIBISNIS DI NUSA TENGGARA BARAT Peranan dan kinerja agribisnis dalam pembangunan ekonomi Faktor produksi utama sektor pertanian di NTB adalah lahan pertanian. Berdasarkan hasil

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Otonomi daerah yang disahkan melalui Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah

Lebih terperinci

5.1. Analisa Produk Unggulan Daerah (PUD) Analisis Location Quotient (LQ) Sub Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan, dan Kehutanan

5.1. Analisa Produk Unggulan Daerah (PUD) Analisis Location Quotient (LQ) Sub Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan, dan Kehutanan 5.1. Analisa Produk Unggulan Daerah (PUD) 5.1.1 Analisis Location Quotient (LQ) Sub Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan, dan Kehutanan Produk Unggulan Daerah (PUD) Lamandau ditentukan melalui

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana strategis tahun 2010-2014 adalah terwujudnya pertanian industrial unggul berkelanjutan yang berbasis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi, komposisi industri, teknologi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi, komposisi industri, teknologi, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Ekonomi Daerah Pembangunan ekonomi daerah merupakan fungsi dari potensi sumberdaya alam, tenaga kerja dan sumberdaya manusia, investasi modal, prasarana dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu indikator yang amat penting dalam melakukan analisis tentang perekonomian pada suatu wilayah adalah dengan melihat pertumbuhan ekonomi yang menunjukkan sejauh

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN KOMODITI TANAMAN BAHAN MAKANAN DI KABUPATEN KEBUMEN

STRATEGI PENGEMBANGAN KOMODITI TANAMAN BAHAN MAKANAN DI KABUPATEN KEBUMEN digilib.uns.ac.id STRATEGI PENGEMBANGAN KOMODITI TANAMAN BAHAN MAKANAN DI KABUPATEN KEBUMEN Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Nainggolan K. (2005), pertanian merupakan salah satu sektor

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Nainggolan K. (2005), pertanian merupakan salah satu sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Nainggolan K. (2005), pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat dominan dalam pendapatan masyarakat di Indonesia karena mayoritas penduduk Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses perubahan sistem yang direncanakan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses perubahan sistem yang direncanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan proses perubahan sistem yang direncanakan kearah perbaikan yang orientasinya pada pembangunan bangsa dan sosial ekonomis. Untuk mewujudkan pembangunan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU-APBD) TAHUN ANGGARAN 2016

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU-APBD) TAHUN ANGGARAN 2016 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU-APBD) TAHUN ANGGARAN 2016 PEMERINTAH KABUPATEN SAROLANGUN TAHUN 2015 DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Nota Kesepakatan...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang DINAS PETERNAKAN PROV.KALTIM 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah Administratif Provinsi Kalimantan Timur terdiri atas 14 Kabupaten/Kota, namun sejak tgl 25 April 2013 telah dikukuhkan Daerah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian masih memegang peranan penting di dalam perekonomian Indonesia, karena alasan-alasan tertentu yaitu: sektor pertanian mampu meyediakan lapangan kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tujuan utama dari pembangunan ekonomi Indonesia adalah terciptanya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tujuan utama dari pembangunan ekonomi Indonesia adalah terciptanya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan utama dari pembangunan ekonomi Indonesia adalah terciptanya masyarakat adil dan sejahtera. Pembangunan yang dilaksanakan di Indonesia meliputi pembangunan segala

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Berdasarkan strategi dan arah kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Polewali Mandar dalam Rencana

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Proses alih fungsi lahan dapat dipandang sebagai suatu bentuk konsekuensi logis dari adanya pertumbuhan dan transformasi serta perubahan struktur sosial ekonomi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pertanian sebagai bagian dari pembangunan nasional adalah pembangunan yang berkelanjutan dan berkawasan lingkungan yang bertujuan untuk meningkatkan hasil

Lebih terperinci

STRUKTUR EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN JEPARA. M. Zainuri

STRUKTUR EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN JEPARA. M. Zainuri STRUKTUR EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN JEPARA Universitas Muria Kudus, Gondangmanis Bae, Po Box 53, Kudus 59352 Email: zainuri.umk@gmail.com Abstract The economic structure of Jepara regency shown

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara agraris memiliki hasil pertanian yang sangat berlimpah. Pertanian merupakan sektor ekonomi yang memiliki posisi penting di Indonesia. Data Product

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu negara dapat dicapai melalui suatu sistem yang bersinergi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia ( Sadono Sukirno, 1996:33). Pembangunan ekonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia ( Sadono Sukirno, 1996:33). Pembangunan ekonomi daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi adalah suatu usaha untuk meningkatkan pendapatan perkapita dengan cara mengolah kekuatan ekonomi potensial menjadi ekonomi riil melalui

Lebih terperinci