BAB I PELAYANAN PUBLIK, ORGANISASI PUBLIK, PENGUATAN KAPASITAS. kehidupan manusia. Hal serupa juga dikemukakan oleh Budiman Rusli

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PELAYANAN PUBLIK, ORGANISASI PUBLIK, PENGUATAN KAPASITAS. kehidupan manusia. Hal serupa juga dikemukakan oleh Budiman Rusli"

Transkripsi

1 BAB I PELAYANAN PUBLIK, ORGANISASI PUBLIK, PENGUATAN KAPASITAS A. Latar Belakang Pada dasar dan realitanya manusia tentu membutuhkan pelayanan, bahkan secara ekstrim dapat dikatakan bahwa pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia. Hal serupa juga dikemukakan oleh Budiman Rusli (Kurniawan,2005:3) yang berpendapat bahwa selama hidupnya, manusia selalu membutuhkan pelayanan. Pelayanan menurut Budiman yakni sesuai dengan life cycle theory of leadership (LCTL) yang berarti bahwa pada awal kehidupan manusia pelayanan secara fisik sangat tinggi, tetapi seiring dengan usia manusia pelayanan yang dibutuhkan akan semakin menurun (Sinambela, 2006;3). Melalui proses yang sangat panjang pun pertumbuhan manusia semakin tinggi yang mengakibatkan kebutuhan hidup juga semakin meningkat. Hal ini tentunya termasuk pada kebutuhan akan barang dan jasa. Selain itu, kebutuhan akan pelayanan juga semakin meningkat. Bentuk pelayanan pun juga semakin beragam sesuai dengan macam dan bentuk kebutuhan yang ada. Oleh sebab itu, pemerintah selaku penyedia barang dan jasa 1

2 yang bersifat umum sudah selayaknya memberikan pelayanan terhadap masyarakat sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau publik. Pelayanan yang bersifat umum sering juga disebut dengan pelayanan publik. Ruang lingkup pelayanan dan jasa-jasa publik meliputi aspek kehidupan masyarakat yang sangat luas. Pelayanan dan jasa dalam bentuk umum (publik) sudah dimulai sejak seseorang lahir seperti contoh orang tua yang harus mengurus akta kelahiran, konsumsi sandang pangan hingga menempuh pendidikan, yang semuanya dikelola oleh pemerintah. Masyarakat selalu menuntut pelayanan publik yang berkualitas dari birokrat, meskipun tuntutan tersebut sering tidak sesuai dengan harapan karena secara empiris pelayanan publik yang terjadi selama ini masih terkesan kaku seperti berbelit-belit, lambat, mahal, dan melelahkan. Kecenderungan seperti itu terjadi karena masyarakat masih diposisikan sebagai pihak yang melayani bukan yang dilayani. Pelayanan yang seharusnya ditujukan pada masyarakat umum terkadang dibalik menjadi pelayanan masyarakat terhadap negara, meskipun negara berdiri sesungguhnya adalah untuk kepentingan masyarakat yang mendirikannya. Artinya, birokrat yang sejati haruslah memberikan pelayanan terbaiknya kepada masyarakat. Dapat ditegaskan pula bahwa secara umum pemerintah mengemban tugas utama yakni sebagai penyedia layanan yang berorientasi lingkungan dan kemasyarakatan. 2

3 Tugas yang merupakan kewajiban besar dan mulia ini telah digariskan dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat, yang meliputi empat aspek pelayanan pokok aparatur pemerintah terhadap masyarakat, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. 1 Sesuai dengan tugas pokok yang ada maka pelayanan publik untuk masyarakat luas sangatlah tinggi nilainya. Berdasarkan organisasi penyelenggaranya maka pelayanan publik atau pelayanan umum dapat dibedakan menjadi organisasi publik yakni organisasi yang dikuasai dan dikelola pemerintah dan organisasi privat atau swasta. Dewasa ini terlihat jelas ketimpangan produk pelayanan yang dihasilkan oleh kedua organisasi diatas. Pelayanan publik yang diberikan swasta lebih menitikberatkan pada konsumen atau pelanggan lebih kuat sedangkan pelayanan publik yang diberikan oleh pemerintah menitikberatkan pada konsumen atau pelanggan yang lemah karena tingginya intervensi dan kontrol atas pelayanan yang diberikan. Pelayanan kepada masyarakat merupakan suatu arena transaksi yang paling nyata dan intensif antara pemerintah dengan masyarakat. Interaksi yang aktif antara pemberi dan penerima layanan merupakan bagian paling penting dari proses membangun partisipasi dan akuntabilitas publik. 1 Republik Indonesia. Undang-undang Dasar Pembukaan UUD 1945 Alinea 4. 3

4 Jaminan kualitas pelayanan publik pun sangat diharapkan oleh masyarakat. Pemberian pelayanan yang memenuhi standar yang telah ditetapkan memang menjadi bagian yang perlu untuk lebih dicermati. Hal ini mengingat pada hakekat dari pelayanan publik yang menjadi sebuah mandat besar atau perwujudan kewajiban pemerintah sebagai abdi masyarakat. Telah diketahui bersama bahwa pelayanan publik merupakan sebuah bentuk kewajiban dari negara kepada warganya. kewajiban negara untuk memberikan pemenuhan kebutuhan dasar sebagai bentuk pemenuhan hak sipil warga negara. Perlu ditekankan juga bahwa tidak ada istilah pemerintah bermurah hati atau berbaik hati karena telah memberikan pelayanan kepada warganya, namun karena memang sudah menjadi kewajiban negara untuk memberikan pelayanan serta telah menjadi keharusan bagi negara untuk berusaha semaksimal mungkin dalam memberikan pelayanan yang terbaik bagi warganya terutama dalam bidang kesehatan yang merupakan hak dasar yang harus dipenuhi oleh negara kepada warganya yakni masyarakat. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana pelayanan yang mengagungkan salah satu hak dasar yakni kesehatan. Menurut Widayat (2002), rumah sakit adalah suatu organisasi pelayanan kesehatan yang mempunyai misi sosial dalam melayani orang sakit tanpa membedakan status sosial dan ekonomi. Sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan maka hal itu berlaku baik yang di selenggarakan oleh pemerintah dan atau masyarakat yang berfungsi untuk melakukan upaya kesehatan dasar atau kesehatan rujukan dan upaya kesehatan 4

5 penunjang. Hal ini sesuai dengan pemenuhan salah satu hak dasar yaitu kesehatan yang terjamin. Rumah sakit dalam menjalankan fungsinya diharapkan senantiasa memperhatikan fungsi sosial dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat seiring dengan tingginya kesadaran masyarakat terhadap arti penting kesehatan. Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan dapat dilakukan dari berbagai aspek pelayanan seperti peningkatan kualitas fasilitas kesehatan, peningkatan kualitas profesionalisme sumber daya manusia dan peningkatan kualitas manajemen rumah sakit. Pelayanan yang berkualitas harus dijaga dengan melakukan pengukuran secara terus menerus, agar diketahui kelemahan dan kekurangan dari jasa pelayanan yang diberikan dan ditindaklanjuti sesuai prioritas permasalahannya. Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa rumah sakit merupakan tempat di mana orang sakit mencari dan menerima pelayanan kedokteran serta tempat di mana pendidikan klinik untuk mahasiswa kedokteran, perawat dan berbagai tenaga profesional kesehatan lainnya diselenggarakan. Sejalan dengan tujuan sistem kesehatan nasional yaitu tercapainya kemampuan hidup sehat. Rumah sakit merupakan suatu instansi kesehatan yang berperan dalam melaksanakan pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Untuk mewujudkan peningkatan mutu pelayanan kesehatan harus didukung dengan adanya sarana penunjang kesehatan yang memadai. Mutu pelayanan merupakan faktor penting 5

6 yang dapat membentuk kepercayaan pasien kepada rumah sakit sehingga tercipta loyalitas mereka sebagai konsumen jasa pelayanan kesehatan. Tuntutan terhadap mutu (quality) dari hari-kehari semakin tinggi. Mutu tersebut tidak hanya terhadap produk ataubarang saja tapi juga terhadap jasa yang dihasilkan atau ditawarkan oleh suatuindustri/organisasi. Mutu pelayanan menunjuk pada tingkat kesempurnaanpelayanan kesehatan dalam memenuhi kebutuhan setiap pasien. Dengandemikian, yang dimaksud dengan mutu pelayanan kesehatan adalah yangmenunjukkan pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan dalammenimbulkan rasa puas pada diri setiap pasien (Rahardjo, 2005). Pelayanan yang memuaskan dan berkualitas akan membentuk loyalitas pasien/pelanggan, dan kepuasan sangat erat hubungannya dengan word of mouth, maka pelayanan yang memuaskan tersebut juga akan mendatangkan pelanggan baru. Efek selanjutnya akan berlanjut pada proses terbentuknya citra rumah sakit yang meningkat. Hal ini dikarenakan kondisi persaingan yang sangat ketat. Maka setiap rumah sakit akan berusaha untuk menempatkan dirinya sebaik mungkin dimata pasien/pelanggannya agar dapat dipercaya untuk memenuhi kebutuhannya dalam bidang kesehatan (Rangkuti, 2006). Sejalan dengan peningkatan mutu atau kualitas maka perkembangan pelayanan kesehatan di Indonesia pun tidak lepas dari sejarah kehidupan bangsa. 6

7 Setelah Indonesia merdeka, pelayanan kesehatan masyarakat dikembangkan sejalan dengan tanggung jawab pemerintah melindungi masyarakat Indonesia dari gangguan kesehatan. Kesehatan adalah hak asasi manusia yang tercantum dalam UUD Pemerintah mengembangkan infrastruktur di berbagai tanah air untuk melaksanakan kewajiban melindungi masyarakat dari gangguan kesehatan. Reformasi layanan kesehatan di Negara maju maupun berkembang telah lama dibicarakan. Hal ini membuat sistem layanan kesehatan yang semakin responsif terhadap kebutuhan pasien atau masyarakat. Oleh karena itu, perlu dilakukan reorientasi tujuan dari organisasi layanan kesehatan dan reposisi hubungan pasien, dokter atau profesi layanan kesehatan agar semakin terfokus pada kepentingan pasien. Di organisasi kesehatan atau rumah sakit dengan status milik negara atau organisasi publik, pertanggungjawaban dilakukan berdasarkan birokrasi yang ada. Sebagai contoh, RSUP berada di bawah naungan pemerintah provinsi, sehingga RSUP bertanggung jawab kepada pemerintah provinsi. Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Soeradji Tirtonegoro contohnya yang merupakan salah satu layanan kesehatan yang langsung memberikan pelayanan kesehatan di masyarakat. Rumah Sakit Umum Pusat Dr Soeradji Tirtonegoro adalah rumah sakit umum yang merupakan rumah sakit vertical/ milik pemerintah pusat. yang berlokasi di jl. Dr. Soeradji Tirtonegoro No 1 Klaten. Rata rata kunjungan pasien rawat jalan tiap bulan adalah sebesar orang, sedangkan rawat inap tiap bulan rata-rata sebesar 900 orang pasien yang terdiri dari status cara pembiayaan adalah pasien 7

8 umum, Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), Asuransi Kesehatan (ASKES). Melihat esensi dari RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro sebagai rumah sakit milik pemerintah, tentunya terdapat strategi dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan untuk publik. Strategi ini akan berkaitan dengan penguatan kapasitas RSUP Dr Soeradji Tirtonegoro selaku organisasi publik di level sistem, organisasi dan individu. Penguatan kapasitas inilah yang akan menunjang segala aktifitas di RSUP Dr Soeradji Tirtonegoro melalui segala jenis tindakan yang berkaitan dengan tiga tingkatan tersebut. Secara garis besar, dapat diartikan bahwa penguatan kapasitas pada organisasi publik memiliki arah yang jelas yakni perform (kinerja), sustain (berkelanjutan), self re-new (kemampuan memperbaharui diri sendiri). Penguatan kapasitas juga memiliki sifat sebagai sebuah proses, bukan sekedar output. Penguatan kapasitas ini bertujuan agar organisasi publik mampu melakukan pelayanan secara efektif, efisien, produktif, tersedia Sumber Daya Manusia (SDM) yang cukup dan dikelola dengan baik termasuk dalam hal prasarananya. Selain itu juga agar memiliki kepemimpinan yang kuat, keberadaan sistem dan prosedur yang tepat. Penguatan kapasitas ini dibutuhkan karena organisasi selalu menghadapi perubahan dalam lingkungan kelembagaan mereka dan harus memenuhi tuntutan dan tantangan baru. Dalam penguatan kapasitas nantinya akan terdapat metodemetode yang berbeda di setiap levelnya. 8

9 Sebagaimana seperti di level sistem yang akan menyangkut pada berbagai regulasi serta program prioritas dari Kemenkes yang ditunjukkan dengan adanya MDG S sebagai program prioritas dari Kemenkes RI. Hali in juga berfungsi sebagai pondasi serta eksistensi RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro yang notabene nya sebagai satu-satunya rumah sakit milik Kemenkes yang berada di kabupaten. Di level organisasi, metode penguatan kapasitas berbentuk kemitraan atau partnership seperti kerjasama institusional baik dengan lembaga pemerintah, perusahaan swasta maupun NGO yang memiliki concern yang sama. Selain itu, juga bisa berbentuk networking organization yaitu penguatan hubungan antara kawan sejawat untuk tukar menukar informasi dan pengalaman sehingga mengurangi isolasi intelektual di jajaran organisasi. Terakhir di level individu yang menitikberatkan pada metode mentoring (pendampingan) yaitu dengan mendampingi staff atau kelompok kecil untuk membantu mereka dalam meningkatkan kapasitasnya. Selain mentoring, coaching juga dapat dilakukan yaitu dengan cara pemimpin berupaya mendorong individuindividu untuk mencapai kapasitas maksimalnya masing-masing dan berfokus pada pencapaian kinerja yang baik dari setiap anggota staff. Penguatan kapasitas di level individu ini bertujuan untuk menumbuh kembangkan komitmen pegawai dalam memberikan pelayanan publik yang prima.untuk itu, peneliti merasa tertarik menelisik lebih lanjut dengan memfokuskan pada RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten melalui strateginya dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang 9

10 diteliti lebih lanjut dengan menjelajah pada tiga level yaitu level sistem, organisasi dan individu. B. Rumusan Masalah Bagaimanakahstrategi penguatan kapasitas organisasi publik RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten di level sistem, organisasi dan individu dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahuistrategi penguatan kapasitas organisasi publik RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten di level sistem, organisasi dan individu dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. D. Kerangka Teori D.1 Tentang Pelayanan Publik Dalam konteks ke-indonesia-an, penggunaan istilah pelayanan publik (public service) dianggap memiliki kesamaan arti dengan istilah pelayanan umum ataupelayanan masyarakat. Oleh karenanya ketiga istilah tersebut dipergunakan secara interchangeable, dan dianggap tidak memiliki perbedaan mendasar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dinyatakan pengertian pelayanan bahwa pelayanan adalah suatu usaha untuk membantu menyiapkan (mengurus) apa yangdiperlukan orang lain. Sedangkan pengertian service dalam Oxford 10

11 (2000) didefinisikansebagai a system that provides something that the public needs, organized by the government or a private company. Oleh karenanya, pelayanan berfungsi sebagaisebuah sistem yang menyediakan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat.sementara istilah publik, yang berasal dari bahasa Inggris (public), terdapatbeberapa pengertian, yang memiliki variasi arti dalam bahasa Indonesia, yaitu umum,masyarakat, dan negara. Publik dalam pengertian umum atau masyarakat dapat kitatemukan dalam istilah public offering (penawaran umum), public ownership (milikumum), dan public utility (perusahaan umum), public relations (hubungan masyarakat), public service (pelayanan masyarakat), public interest (kepentingan umum) dll.sedangkan dalam pengertian negara salah satunya adalah public authorities (otoritasnegara), public building (bangunan negara), public revenue (penerimaan negara) dan public sector (sektor negara). 2 Dalam hal ini, pelayanan publik merujukkan istilahpublik lebih dekat pada pengertian masyarakat atau umum. Namun demikian pengertian publik yang melekat pada pelayanan publik tidak sepenuhnya sama dan sebangundengan pengertian masyarakat. Nurcholish (2005: 178) memberikan pengertian publiksebagai sejumlah orang yang mempunyai kebersamaan berfikir, perasaan, harapan, sikap dan tindakan yang benar dan baik berdasarkan nilai-nilai norma yang mereka miliki. 2 Nurcholis, Hanif Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah. Jakarta : PT. Grasindo 11

12 Kemudian berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 Tahun 2003, didefinisikan bahwa pelayanan publik atau pelayanan umum adalah segala bentuk jasa pelayanan baik bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di Pusat, di daerah, dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.3 Pelayanan publik memiliki sejumlah prinsip yakni kesederhanaan, kejelasan, kepastian waktu, akurasi, keamanan, tanggung jawab, kelengkapan sarana dan prasarana, kemudahan akses kedisiplinan, kesopanan, keramahan dan kenyamanan. 4 Dalam penyelenggaraannya, pelayanan publik pun memiliki delapan prinsip sebagai berikut : kepastian hukum dimaksudkan adanya peraturan perundangundangan yang menjamin terselenggaranya pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan rasa keadilan masyarakat, keterbukaan dimaksudkan bahwa setiap penerima pelayanan dapat dengan mudah mengakses dan memperoleh informasi mengenai pelayanan yang diinginkan, partisipatif dimaksudkan untuk mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat. Selain itu, akuntabilitas yang dimaksudkan bahwa proses penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan 3 Ratminto &Atik Septi.W Manajemen Pelayanan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Hal 5 4 Ratminto &Atik Septi.W. loc.cit 12

13 peraturan perundang-undangan, kepentingan umum dimaksudkan bahwa dalam pemberian pelayanan publik tidak boleh mengutamakan kepentingan pribadi dan/atau golongan, profesionalisme yang dimaksudkan bahwa aparat penyelenggara pelayanan harus memiliki kompetensi yang sesuai dengan bidang tugasnya. Lalu adanya kesamaan hak dimaksudkan bahwa dalam pemberian pelayanan publik tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan suku, ras, agama, golongan, gender dan status ekonomi. Prinsip terakhir yaitu keseimbangan hak dan kewajiban yang dimaksudkan bahwa pemenuhan hak harus sebanding dengan kewajiban yang harus dilaksanakan baik oleh pemberi maupun penerima layanan 5. Pengertian lain dari pelayanan publik, yakni kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar sesuai dengan hak-hak sipil setiap warga negara dan penduduk atas suatu barang dan jasa atau pelayanan administrasi yang diselenggarakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Kebutuhan dasar salah satunya yaitu kebutuhan akan kesehatan. Berdasarkan output pelayanan, pelayanan kesehatan merupakan jenis pelayanan publik yang menghasilkan berbagai bentuk atau jasa. Berdasarkan kegiatan pelayanan, pelayanan kesehatan bersifat enabling dan fasilitating guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan ranah HAM, pelayanan kesehatan merupakan pelayanan yang menghasilkan berbagai barang dan jasa 5 Surjadi Pengembangan Kinerja Pelayanan Publik. PT Refika Aditama : Bandung. Hal

14 publik yang digunakan untuk memenui HAM sesuai yang telah dijelaskan diawal bahwa kesehatan merupakan hak dasar bagi manusia. D.2 Organisasi Publik dan Penguatan Kapasitas Organisasi publik merupakan organisasi yang melakukan pelayananpelayanan publik. Melihat esensi yang ada pada organisasi publik maka organisasi yang bersangkutan selayaknya dapat memberikan kontribusi yang baik bagi masyarakat luas. Di dalam menjalankan tugas dan fungsinya maka organisasi publik tentunya harus memiliki daya dan upaya demi tercapainya visi misi yang dibangun dari awal. Daya dan upaya dalam organisasi publik sama halnya dengan penguatan kapasitas yang berguna untuk meningkatkan kinerja didalamnya. Penguatan kapasitas benar-benar sangat dibutuhkan mengingat organisasi selalu menghadapi perubahan dalam lingkungan kelembagaan mereka dan harus memenuhi tuntutan dan tantangan baru. Dalam kaitan tersebut penguatan kapasitas selalu dibutuhkan pada setiap waktu. Definisi untuk penguatan kapasitas berdasarkan pernyataan Brown yaitu proses meningkatkan kemampuan individu, organisasi dan sistem dalam mencapai tujuannya. 6 Hal ini dapat dinyatakan bahwa penguatan kapasitas berkaitan dengan kemampuan organisasi dalam menjalankan fungsi dan strategi. 6 Brown, Lisanne & Anne Lafond & Kate Macintyre Measuring Capacity Building. Measure Evaluation. Carolina Population Center 14

15 Terlebih dahulu ada baiknya untuk mengetahui konsep penguatan kapasitas (capacity building) yang dimaknai dengan proses untuk meningkatkan kemampuan individu, kelompok, organisasi dan masyarakat untuk strategi mengatasi masalah dan kemampuan memanfaatkan peluang, merancang agenda aksi, memanfaatkan segala daya upaya dan potensi untuk melaksanakan, memonitor dan refleksi tindakan serta memanfaatkan feedback sebagai sarana evaluasi. Penguatan kapasitas dalam organisasi publik ini nantinya akan menyoroti pada tiga tingkatan atau level yaitu sistem, organisasi dan individu. Untuk level sistem, penguatan kapasitas akan berkaitan dengan Kerangka regulasi dan peningkatan lingkungan kebijakan baik secara regional maupun nasional. Peningkatan kapasitas pada level ini berusaha untuk menetapkan kondisi-kondisi kerangka yang memungkinkan dan yang membatasi (pengatur) bagi pemerintah daerah, dan dimana berbagai komponen sistem berinteraksi satu sama lain melalui peraturan perundang-undangan dan kebijakan pendukungnya. Pada level organisasi, penguatan kapasitas meliputi peningkatan kepemerintahan, kepemimpinan, ketatalaksanaan, misi dan strategi, administrasi (termasuk SDM, manajemen keuangan, dan aspek hukum), pengembangan dan implementasi program, pengumpulan dana dan pendapatan, sistem pengambilan keputusan, kemitraan, kolaborasi, evaluasi, advokasi dan perubahan kebijakan, pemasaran, penempatan, perencanaan, dll. 15

16 Pada level individu, penguatan kapasitas meliputi unsur-unsur seperti kompetensi pegawai, pendidikan, moral, perilaku, motivasi, tahap pengembangan, tingkat kehadiran, orientasi kerja, dll. Unsur - unsur tersebut nantinya akan berkaitan dengan pengembangan kepemimpinan, keahlian advokasi, kemampuan training, keahlian berbicara efektif, kemampuan teknis, kemahiran berorganisasi, dan hal-hal lain yang berhubungan dengan capacity building baik personal maupun professional. Dari berbagai definisi yang ada, dapat ditarik kesimpulan bahwa penguatan kapasitas organisasi publik merupakan sebuah proses untuk meningkatkan kemampuan individu, organisasi dan sistem dengan menjalankan fungsi masingmasing untuk mencapai tujuannya yaitu efektifitas, efisiensi serta produktifitas dalam sebuah organisasi. Dalam hal ini juga tidak luput dari tersedianya sumber daya manusia yang dikelola dengan baik pula. Untuk keterangan lebih lanjut bahwa penguatan kapasitas organisasi publik bertujuan untuk dapat melakukan pelayanan secara efektif, keberadaan sumber daya alam dan sumber daya manusia serta material yang dikelola dengan baik juga memiliki kemampuan yang kuat dan keberadaan sistem maupun prosedur yang tepat. Dengan adanya tujuan tersebut, organisasi publik dituntut untuk mengedepankan profesionalitas bukan untuk profit oriented. Kemudian, demi tercapainya tujuan tersebut tentunya diperlukan strategi yang sempurna dalam hal 16

17 penguatan kapasitas organisasi publik di tingkat sistem, organisasi maupun individu. Dapat disimpulkan dari empat definisi yang mengkerangkai untuk menjadi sebuah teori, maka mengingat bahwa pelayanan publik merupakan kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar sesuai dengan hakhak sipil setiap warga negara dan penduduk atas suatu barang dan jasa atau pelayanan administrasi yang diselenggarakan oleh penyelenggara pelayanan publik, dalam hal ini rumah sakit merupakan pemuas kebutuhan dasar berupa pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Pelayanan kesehatan di rumah sakit tentunya memperhatikan standar pelayanan yang baik dan bermutu atau berkualitas yang tertuang dalam standar operasional prosedur (SOP). Untuk dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit seperti halnya tulisan ini merujuk pada RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten maka dibutuhkan penguatan kapasitas organisasi publik (RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten) di tingkat sistem, organisasi dan individu sebagai sebuah strategi dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. E. Metode Penelitian Di dalam penelitian ini, metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian kualitatif dengan menggambarkan atau melukiskan realitas sosial yang terjadi di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten yang ditunjukkan dengan 17

18 penguatan kapasitas di level sistem, organisasi dan individu sebagai sebuah strategi dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Berdasarkan pernyataan Bogdan dan Taylor, dengan metode penelitian kualitatif akan didapat data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan pendekatan individu tersebut secara holistic (utuh). Karena itu, dalam penelitian ini peneliti tidak akan mengisolasi individu atau organisasi ke dalam variable atau hipotesis, justru harus memandangnya sebagai suatu keutuhan. 7 F. Teknik Pengumpulan Data Di dalam penelitian ini, dalam mengumpulkan data peneliti menggunakan teknik wawancara dan observasi dengan target narasumber yang diwawancarai yaitu pihak di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten terkait yang dapat menjawab rumusan masalah dari makalah penelitian, sebagaimana yang dimaksud adalah bagian kepegawaian. Observasi tentunya melewati tahapan kecil yakni memperoleh izin masuk secara formal yakni di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Selanjutnya yakni melakukan wawancara. Hal ini dilakukan karena data dalam penelitian kualitastif lebih berupa kata-kata sehingga wawancara menjadi perangkat penting dalam pengumpulan data di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Sebelum melakukan wawancara ini tentunya peneliti mebuat daftar 7 Bogdan dan Taylor Metodologi penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Hal 3 18

19 pertanyaan wawancara atau yang lebih sering disebut dengan research question sebagai pemandu ketika wawancara berlangsung. Sesuai dengan pernyataan Cresswell yang mengungkapkan bahwa wawancara dan observasi merupakan alat pengumpul data terbanyak yang digunakan oleh berbagai penelitian. Intinya, alat tersebut menjadi semacam tradisi dalam penelitian kualitatif sehingga peneliti harus memberikan perhatian yang cukup serius. 8 Wawancara akan dilakukan secara mendalam dengan teknik wawancara tidak terstruktur yaitu dengan mengedepankan topik masalah (pertanyaan yang akan ditanyakan) sebagai pegangan, dengan butir pertanyaan yang tidak dituliskan secara detail. Pokok utama (topik pertanyaan) lah yang menjadi acuan dasar dalam wawancara dengan pihak RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Selain itu, dalam pengumpulan data peneliti juga menggunakan studi literatur atau dokumen yang didapat dari media online, buku dan tesis dalam pengumpulan data terkait penguatan kapasitas organisasi publik yang dilakukan di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Diharapkan dari teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif ini akan dicapai sebuah kevalidan data dari peneliti. G. Sistematika Bab Untuk memudahkan memahami tulisan ini, penulis akan membagi pembahasan dalam lingkup per-bab sehingga hasil penelitian akan lebih mudah 8 Cresswell, John W Qualitative Inquiry and Research design : Choosing Among Five 19

20 terlihat jelas. Pada bab kedua, penulis akan menjelaskan tentang asal usul RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten berdasarkan perjalanannya dari tahun ke tahun serta menyangkut profil RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten itu sendiri meliputi visi, misi, motto, maklumat, keyakinan dasar dan nilai-nilai dasar. Selain itu, juga akan membahas mengenai struktur organisasi RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro yang notabene nya menjadi rumah sakit kelas B pendidikan. Terakhir yang dibahas yakni mengenai sumber daya aparatur yang turut menjadi unsur penting dalam keberlangsungan serta keberlanjutan di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Bab kedua yang menggambarkan secara umum mengenani RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten inilah yang menjadi titik awal untuk memahami bab-bab selanjutnya. Kemudian untuk bab tiga akan menjelaskan tentang pelayanan publik yang ada pada organisasi publik RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Pembahasan mengenai pelayanan publik di organisasi publik RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten ini diawali dengan membahas tentang sarana atau fasilitas kesehatan yang ada, instalasi yang dibagi menjadi tiga yakni instalasi yang dibawah direktorat medic dan keperawatan, instalasi dibawah direktorat umum, sumber daya manusia dan pendidikan serta direktorat dibawah direktorat keuangan. Pembahasan lain yakni mengenai kelompok SMF yang ada di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Selain itu, terdapat pelayanan di Instalasi Gawat Darurat, pelayanan rawat jalan dan rawat inap, pelayanan alat medic canggih, 20

21 penyelenggaraan rekam medis serta yang dibahas terakhir yakni mengenai Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Hal inilah yang menjadi langkah selanjutnya setelah memahami sejarah dari RSUP tersebut yang notabene nya sebagai organisasi publik dengan menelisik lebih jauh bagaimana pelayanan yang sudah diterapkan disana. Selanjutnya bab empat akan menjelaskan tentang strategi atau penguatan kapasitas pada organisasi publik RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten yang diteliti dari tiga level yaitu sistem, organisasi dan individu. Di level sistem, terdapat pembahasan mengenai regulasi yang mengatur RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Selain itu, terdapat faktor lingkungan pendukung seperti RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten ini telah membentuk tim MDG S sebagai prioritas program dari Kemenkes RI. Di level organisasi, akan membahas mengenai mitra kerja RSUP DR. Soeradji Tirtonegoro Klaten, penguatan hubungan antara kawan sejawat, SOP serta Benchmarking. Terakhir yakni di level individu yang akan membahas mengenai diklat, training atau pelatihan, sistem renumerasi dan tunjangan kinerja, perekrutan staff serta etika kerja. Penguatan kapasitas di tiga level inilah nantinya yang akan menunjang dalam peningkatan kualitas pelayanan kesehatan di publik RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Pembahasan berikutnya yakni kendala yang dialami oleh organisasi publik RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. 21

22 Kemudian yang terakhir bab 5, akan menarik kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan, yakni bagaimana pelayanan publik yang dilakukan di organisasi publik RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten serta penguatan kapasitas yang terjadi didalamnya pada tiga level yang berfungsi sebagai pemicu peningkatan kualitas pelayanan kesehatan. 22

BAB I PENDAHULUAN. yang memenuhi atau melebihi harapan. Maka dapat dikatakan, bahwa hal-hal

BAB I PENDAHULUAN. yang memenuhi atau melebihi harapan. Maka dapat dikatakan, bahwa hal-hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kualitas Pelayanan Kesehatan tidak terlepas dari kualitas suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa manusia, proses dan lingkungan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mempunyai peranan penting untuk menyediakan layanan publik yang

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mempunyai peranan penting untuk menyediakan layanan publik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemerintah mempunyai peranan penting untuk menyediakan layanan publik yang prima untuk semua penduduknya sesuai dengan yang telah diamanatkan didalam undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dimana manusia yang diciptakan itu kemudian disebut perempuan dan lakilaki.

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dimana manusia yang diciptakan itu kemudian disebut perempuan dan lakilaki. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia diciptakan dengan sempurna tetapi tidak akan lengkap tanpa adanya manusia lainnya, untuk itulah Tuhan Yang Maha Esa menciptakan manusia itu tidak sendiri. Dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang di selenggarakan oleh pemerintah dan atau masyarakat yang berfungsi untuk melakukan upaya kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan dalam bidang kesehatan adalah salah satu bentuk kongkret

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan dalam bidang kesehatan adalah salah satu bentuk kongkret 16 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan semakin meningkat. Kesehatan bagi masyarakat menjadi sebuah kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi segenap bangsa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang pemerintahan sekarang ini telah terjadi perubahan yang sangat besar. Salah

BAB I PENDAHULUAN. bidang pemerintahan sekarang ini telah terjadi perubahan yang sangat besar. Salah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, maka di bidang pemerintahan sekarang ini telah terjadi perubahan yang sangat besar. Salah satu perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Rumah sakit sebagai institusi yang bergerak di bidang pelayanan kasehatan mengalami perubahan, pada awal perkembangannya, rumah sakit lembaga yang berfungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang- Undang Dasar 1945 adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pelayanan publik merupakan proses yang sangat strategis

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pelayanan publik merupakan proses yang sangat strategis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan publik merupakan proses yang sangat strategis karena di dalamnya berlangsung interaksi yang cukup intensif antara warga negara dengan pemerintah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari terwujudnya prinsip-prinsip yang terkandung dalam Good Governance

BAB I PENDAHULUAN. dari terwujudnya prinsip-prinsip yang terkandung dalam Good Governance 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap Negara harus memiliki Good Governance (Penyelenggaraan Pemerintah yang Baik). Untuk mencapai Good Governance tersebut harus dimulai dari terwujudnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Puskesmas adalah suatu unit organisasi yang bergerak dalam bidang pelayanan kesehatan yang berada di garda terdepan dan mempunyai misi sebagai pusat pengembangan pelayanan

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) PENGADILAN AGAMA TUAL TUAL, PEBRUARI 2012 Halaman 1 dari 14 halaman Renstra PA. Tual P a g e KATA PENGANTAR Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NKRI) tahun 1945

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PELAYANAN PUBLIK. menyediakan segala apa yang diperlukan oleh orang lain untuk perbuatan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PELAYANAN PUBLIK. menyediakan segala apa yang diperlukan oleh orang lain untuk perbuatan BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PELAYANAN PUBLIK A. Pelayanan Publik Istilah Pelayanan berasal dari kata layani yang artinya menolong menyediakan segala apa yang diperlukan oleh orang lain untuk perbuatan

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KESRA. Tenaga Kesehatan. Penyelenggaraan. Pengadaan. Pendayagunaan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 298) I. UMUM PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah Negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah Negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Indonesia adalah Negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945. Bangsa Indonesia telah melaksanakan pembangunan yang pesat dalam kehidupan

Lebih terperinci

3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung

3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung Bab III Isu-Isu Strategis Berdasarkan Tugas dan Fungsi 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung Bila dilihat dari hasil evaluasi pelaksanaan

Lebih terperinci

3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung

3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung Bab III Isu-Isu Strategis Berdasarkan Tugas dan Fungsi 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung Bila dilihat dari hasil evaluasi pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hak atas kesehatan ini dilindungi oleh konstitusi, seperti : tercantum

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hak atas kesehatan ini dilindungi oleh konstitusi, seperti : tercantum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kesehatan adalah merupakan hak dan investasi bagi semua warga negara Indonesia. Hak atas kesehatan ini dilindungi oleh konstitusi, seperti : tercantum dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sakit dalam bahasa inggris disebut hospital. Kata hospital berasal dalam

BAB I PENDAHULUAN. sakit dalam bahasa inggris disebut hospital. Kata hospital berasal dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Schulz R. And Jonshon A.C tahun 1976 Pengertian Rumah sakit dalam bahasa inggris disebut hospital. Kata hospital berasal dalam bahasa latin yang berarti tamu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan (preventif) untuk meningkatkan kualitas hidup serta memberikan

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan (preventif) untuk meningkatkan kualitas hidup serta memberikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini masalah kesehatan telah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat. Dengan meningkatnya taraf hidup masyarakat, maka semakin meningkat pula tuntutan masyarakat

Lebih terperinci

Good Governance. Etika Bisnis

Good Governance. Etika Bisnis Good Governance Etika Bisnis Good Governance Good Governance Memiliki pengertian pengaturan yang baik, hal ini sebenarnya sangat erat kaitannya dengan pelaksanaaan etika yang baik dari perusahaan Konsep

Lebih terperinci

PENEGAKAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS)

PENEGAKAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) PENEGAKAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) Dwi Heri Sudaryanto, S.Kom. *) ABSTRAK Dalam rangka usaha memelihara kewibawaan Pegawai Negeri Sipil, serta untuk mewujudkan Pegawai Negeri sebagai Aparatur

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5494 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI ADMINISTRASI. Kepegawaian. Aparatur Sipil Negara. Manajemen. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI SKPD Analisis Isu-isu strategis dalam perencanaan pembangunan selama 5 (lima) tahun periode

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 01 TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 01 TAHUN 2008 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 01 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 01 TAHUN 2008 TENTANG PELAYANAN PUBLIK DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya persoalan yang dihadapi oleh negara, telah terjadi pula perkembangan penyelenggaraan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. adalah pelayanan dalam bidang kesehatan. Pelayanan bidang kesehatan yang

I. PENDAHULUAN. adalah pelayanan dalam bidang kesehatan. Pelayanan bidang kesehatan yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah merupakan lembaga yang berdiri dan dibentuk untuk melaksanakan roda pemerintahan yang berfungsi untuk melaksanakan kepentingan negara khususnya pada

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA I. UMUM Dalam rangka mencapai tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam alinea ke-4 Pembukaan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mendapatkan pelayanan publik yang memadai dari pemerintah merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Mendapatkan pelayanan publik yang memadai dari pemerintah merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mendapatkan pelayanan publik yang memadai dari pemerintah merupakan hak asasi bagi seluruh rakyat. Pelayanan publik dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara

Lebih terperinci

Kebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum

Kebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum emangat reformasi telah mendorong pendayagunaan aparatur Negara untuk melakukan pembaharuan dan peningkatan efektivitas dalam melaksanakan fungsi penyelenggaraan pemerintahan Negara dalam pembangunan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pembangunan Indonesia adalah mewujudkan visi pembangunan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pembangunan Indonesia adalah mewujudkan visi pembangunan 1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan Indonesia adalah mewujudkan visi pembangunan Indonesia jangka panjang yaitu Indonesia yang maju dan mandiri, adil dan demokratis, serta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. investasi dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. investasi dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pembangunan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan sebagai salah satu pembangunan nasional merupakan investasi dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pembangunan kesehatan diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat pengguna jasa sering dihadapkan pada begitu banyak. enggan berhadapan dengan pemerintah.

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat pengguna jasa sering dihadapkan pada begitu banyak. enggan berhadapan dengan pemerintah. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyelenggara pelayanan publik di Indonesia selama ini belum optimal, masyarakat pengguna jasa sering dihadapkan pada begitu banyak ketidakpastian ketika mereka berhadapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan mengambil keputusan dengan cepat dan akurat. Kemampuan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan mengambil keputusan dengan cepat dan akurat. Kemampuan tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Era Globalisasi, yang ditandai antara lain dengan adanya percepatan arus informasi menuntut adanya sumber daya manusia yang mampu menganalisa informasi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam penyelenggaaraan pemerintah yang menjadi kewajiban aparatur. pemerintah. Berdasarkan PERMENPAN No. 38 Tahun 2012 pengertian

BAB I PENDAHULUAN. dalam penyelenggaaraan pemerintah yang menjadi kewajiban aparatur. pemerintah. Berdasarkan PERMENPAN No. 38 Tahun 2012 pengertian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan publik merupakan salah satu fungsi utama dalam penyelenggaaraan pemerintah yang menjadi kewajiban aparatur pemerintah. Berdasarkan PERMENPAN

Lebih terperinci

KABUPATEN BADUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BADUNG TAHUN 2015

KABUPATEN BADUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BADUNG TAHUN 2015 KABUPATEN BADUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BADUNG TAHUN 2015 RSUD KABUPATEN BADUNG TAHUN 2015 DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi.... Kata Pengantar.... i ii BAB I Pendahuluan...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diamati dan dikaji. Otonomi acap kali menjadi bahan perbincangan baik di

BAB I PENDAHULUAN. diamati dan dikaji. Otonomi acap kali menjadi bahan perbincangan baik di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perjalanan otonomi daerah di Indonesia merupakan isu menarik untuk diamati dan dikaji. Otonomi acap kali menjadi bahan perbincangan baik di kalangan birokrat, politisi,

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENERAPAN DISIPLIN PNS DALAM MENINGKATKAN KINERJA PELAYANAN DI KANTOR KECAMATAN TOMOHON UTARA MERRY POLINA TIRIE

EFEKTIVITAS PENERAPAN DISIPLIN PNS DALAM MENINGKATKAN KINERJA PELAYANAN DI KANTOR KECAMATAN TOMOHON UTARA MERRY POLINA TIRIE EFEKTIVITAS PENERAPAN DISIPLIN PNS DALAM MENINGKATKAN KINERJA PELAYANAN DI KANTOR KECAMATAN TOMOHON UTARA MERRY POLINA TIRIE 090814005 ABSTRACT Efektivitas kinerja pelayanan pemerintah adalah penyelesaian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam menghadapi masyarakat pengguna jasa. Aparat birokrasi dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam menghadapi masyarakat pengguna jasa. Aparat birokrasi dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Paradigma birokrasi yang panjang dan berbelit-belit telah menyulitkan rakyat dalam mendapatkan pelayanan karena itu diperlukan kesadaran dari segenap aparat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan. Banyaknya pemahaman yang berbeda mengenai good governance

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan. Banyaknya pemahaman yang berbeda mengenai good governance BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Good governance merupakan paradigma baru dalam tatanan pengelolaan pemerintahan. Banyaknya pemahaman yang berbeda mengenai good governance tidak menyurut kemungkinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan publik adalah pemberian pelayanan yang dilakukan oleh. tata cara dan aturan pokok yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan publik adalah pemberian pelayanan yang dilakukan oleh. tata cara dan aturan pokok yang telah ditetapkan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan publik adalah pemberian pelayanan yang dilakukan oleh pemerintah kepada sejumlah masyarakat yang berkepentingan sesuai dengan tata cara dan aturan pokok yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dirasakan sangat penting, tidak hanya oleh pemerintah tapi juga oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dirasakan sangat penting, tidak hanya oleh pemerintah tapi juga oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aparatur pemerintah sebagai abdi negara dan abdi masyarakat mempunyai tugas pokok yang antara lain tercermin dalam penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan hak setiap warga negara indonesia yang berhak memperoleh layanan pendidikan yang bermutu sesuai dengan kemampuan dan minat tanpa memandang segala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia telah memasuki era perubahan dan transformasi yang sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN. Dunia telah memasuki era perubahan dan transformasi yang sangat cepat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia telah memasuki era perubahan dan transformasi yang sangat cepat. Hal tersebut ditandai dengan adanya perkembangan dan perubahan budaya sosial, meningkatnya persaingan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tata kelola yang baik (good governance) adalah suatu sistem manajemen pemerintah yang dapat merespon aspirasi masyarakat sekaligus meningkatkan kepercayaan kepada pemerintah

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, LAMPIRAN II: Draft VIII Tgl.17-02-2005 Tgl.25-1-2005 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. unsur kekuatan daya saing bangsa, sumber daya manusia bahkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. unsur kekuatan daya saing bangsa, sumber daya manusia bahkan sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya manusia merupakan faktor yang paling menentukan dalam setiap organisasi, karena di samping sumber daya manusia sebagai salah satu unsur kekuatan daya saing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. waktu, birokrasi pemerintah perlu selalu berada pada kondisi unggul. Dalam artian

BAB I PENDAHULUAN. waktu, birokrasi pemerintah perlu selalu berada pada kondisi unggul. Dalam artian BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Menghadapi lingkungan yang berubah dengan cepat dari kurun waktu ke waktu, birokrasi pemerintah perlu selalu berada pada kondisi unggul. Dalam artian bahwa, mampu mewujudkan

Lebih terperinci

kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat.

kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi bisnis sekarang ini, lingkungan bisnis telah berubah semakin cepat dan dinamis. Lembaga atau organiasi mempunyai tantangan yang lebih besar,

Lebih terperinci

BAB I PELAYANAN MASYARAKAT BERBASIS PADA STANDAR PELAYANAN MINIMAL DI TINGKAT DESA

BAB I PELAYANAN MASYARAKAT BERBASIS PADA STANDAR PELAYANAN MINIMAL DI TINGKAT DESA BAB I PELAYANAN MASYARAKAT BERBASIS PADA STANDAR PELAYANAN MINIMAL DI TINGKAT DESA Deskripsi : Sebelum menjelaskan Pelayanan Masyarakat Berbasis pada Standar Pelayanan Minimal di Tingkat Praja, praja diharapkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelanggan terbagi menjadi dua jenis, yaitu: fungsi atau pemakaian suatu produk. atribut yang bersifat tidak berwujud.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelanggan terbagi menjadi dua jenis, yaitu: fungsi atau pemakaian suatu produk. atribut yang bersifat tidak berwujud. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Kepuasan Konsumen Kepuasan konsumen berarti bahwa kinerja suatu barang atau jasa sekurang kurangnya sama dengan apa yang diharapkan (Kotler & Amstrong, 1997).

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A.Sejarah Singkat Perkembangan Rumah Sakit Dr. H. Kumpulan Pane Kota

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A.Sejarah Singkat Perkembangan Rumah Sakit Dr. H. Kumpulan Pane Kota BAB II PROFIL PERUSAHAAN A.Sejarah Singkat Perkembangan Rumah Sakit Dr. H. Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi Rumah Sakit Dr. H. Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi mulai dibangun oleh anggota Dewan Perwakilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi publik maupun swasta perlu untuk peningkatan kinerja aparatur dalam

BAB I PENDAHULUAN. organisasi publik maupun swasta perlu untuk peningkatan kinerja aparatur dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mengingat akan pentingnya peran pelayanan administrasi dalam suatu organisasi publik maupun swasta perlu untuk peningkatan kinerja aparatur dalam penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional pada Pelayanan Kesehatan Primer

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional pada Pelayanan Kesehatan Primer BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jaminan Kesehatan Nasional 2.1.1. Definisi Jaminan Kesehatan Nasional Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan pegawai negeri sipil, oleh karena itu kedudukan dan peranan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan pegawai negeri sipil, oleh karena itu kedudukan dan peranan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kedudukan pegawai negeri sipil merupakan unsur aparatur negara, abdi negara dan abdi masyarakat yang melaksanakan tugas pemerintah dan tugas pembangunan. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan sistem manajemen pemerintahan dan pembangunan antara lain

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan sistem manajemen pemerintahan dan pembangunan antara lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Terjadinya berbagai krisis kawasan yang tidak lepas dari kegagalan mengembangkan sistem manajemen pemerintahan dan pembangunan antara lain disebabkan oleh

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang baik dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Unsur terpenting dalam organisasi rumah sakit untuk dapat mencapai

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Unsur terpenting dalam organisasi rumah sakit untuk dapat mencapai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional telah diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dari sisi manajemen, yang meliputi perekrutan, penyaringan, pelatihan

BAB I PENDAHULUAN. manusia dari sisi manajemen, yang meliputi perekrutan, penyaringan, pelatihan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kedudukan sumber daya manusia di dalam perjalanan sebuah organisasi merupakan suatu hal yang sangat penting. Oleh karena itu dibutuhkan suatu manajemen sumber

Lebih terperinci

KUALITAS PELAYANAN PEMBUATAN AKTA KELAHIRAN ANAK DI LUAR NIKAH PADA DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL KOTA SURABAYA

KUALITAS PELAYANAN PEMBUATAN AKTA KELAHIRAN ANAK DI LUAR NIKAH PADA DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL KOTA SURABAYA KUALITAS PELAYANAN PEMBUATAN AKTA KELAHIRAN ANAK DI LUAR NIKAH PADA DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL KOTA SURABAYA Oleh : Agustin Triyansari 1 dan Teguh Santoso 2 Abstrak Salah satu bentuk pelayanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pelayanan publik adalah bentuk kegiatan yang digunakan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pelayanan publik adalah bentuk kegiatan yang digunakan dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelayanan publik adalah bentuk kegiatan yang digunakan dalam rangka untuk pemenuhan kebutuhan publik akan suatu bentuk pelayanan yang diberikan oleh pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia untuk dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia untuk dapat hidup layak dan produktif. Kesehatan adalah hak dasar setiap individu dan semua warga Negara

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH Penyelenggaraan otonomi daerah sebagai wujud implementasi Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, memunculkan berbagai konsekuensi berupa peluang,

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. menjalankan tugas dan fungsinya sebagai penyelenggara administrasi

BAB I. PENDAHULUAN. menjalankan tugas dan fungsinya sebagai penyelenggara administrasi BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Birokrasi merupakan instrumen untuk bekerjanya suatu administrasi, dimana birokrasi bekerja berdasarkan pembagian kerja, hirarki kewenangan, impersonalitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan secara terencana, terarah dan berkesinambungan. Nasional merupakan pengganti Undang-Undang Nomor 2/1989.

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan secara terencana, terarah dan berkesinambungan. Nasional merupakan pengganti Undang-Undang Nomor 2/1989. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tujuan nasional yang hendak dicapai bangsa Indonesia tersurat dengan sangat jelas dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945, yaitu 1) melindungi segenap bangsa

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 Kata Pengantar Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pelayanan publik di Indonesia masih sangat rendah. Demikian salah satu kesimpulan Bank Dunia yang dilaporkan dalam World Development Report 2004 dan hasil

Lebih terperinci

POKOK-POKOK PIKIRAN RUU APARATUR SIPIL NEGARA TIM PENYUSUN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

POKOK-POKOK PIKIRAN RUU APARATUR SIPIL NEGARA TIM PENYUSUN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA POKOK-POKOK PIKIRAN RUU APARATUR SIPIL NEGARA TIM PENYUSUN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA SISTEMATIKA (JUMLAH BAB: 13 JUMLAH PASAL: 89 ) BAB I KETENTUAN UMUM BAB II JENIS, STATUS, DAN KEDUDUKAN Bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan disebut

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan disebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya kesehatan terdiri dari berbagai kegiatan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan disebut sarana kesehatan.

Lebih terperinci

TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN SKRIPSI

TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN SKRIPSI TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN SKRIPSI Oleh : MEILINA DYAH EKAWATI K 100 050 204 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan Undang-Undang No 12 Tahun 2008

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan Undang-Undang No 12 Tahun 2008 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan Undang-Undang No 12 Tahun 2008 telah menuntut pemerintah daerah (kabupaten dan kota) untuk dapat melaksanakan fungsi-fungsinya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejak pertama kali berdirinya suatu negara, pemerintah dan masyarakat

I. PENDAHULUAN. Sejak pertama kali berdirinya suatu negara, pemerintah dan masyarakat 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak pertama kali berdirinya suatu negara, pemerintah dan masyarakat telah melakukan upaya pembangunan dalam rangkaian program-program yang berkesinambungan

Lebih terperinci

EKSISTENSI KORPRI DAN PELAYANAN PRIMA

EKSISTENSI KORPRI DAN PELAYANAN PRIMA EKSISTENSI KORPRI DAN PELAYANAN PRIMA Korps Pegawai Republik Indonesia atau disingkat KORPRI adalah wadah untuk menghimpun seluruh Pegawai Republik Indonesia demi meningkatkan perjuangan, pengabdian, serta

Lebih terperinci

A. PENGANTAR Sekolah merupakan salah satu instansi tempat perwujudan cita-cita bangsa dalam rangka mencerdaskan anak bangsa sesuai amanat UUD 1945.

A. PENGANTAR Sekolah merupakan salah satu instansi tempat perwujudan cita-cita bangsa dalam rangka mencerdaskan anak bangsa sesuai amanat UUD 1945. 1 A. PENGANTAR Sekolah merupakan salah satu instansi tempat perwujudan cita-cita bangsa dalam rangka mencerdaskan anak bangsa sesuai amanat UUD 1945. Oleh karena itu dengan cara apapun dan jalan bagaimanapun

Lebih terperinci

KINERJA PEGAWAI DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE DALAM PELAYANAN PUBLIK. Oleh : TEDDY CHRISTIAN ZAKHARIA GANAP

KINERJA PEGAWAI DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE DALAM PELAYANAN PUBLIK. Oleh : TEDDY CHRISTIAN ZAKHARIA GANAP KINERJA PEGAWAI DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE DALAM PELAYANAN PUBLIK Oleh : TEDDY CHRISTIAN ZAKHARIA GANAP ABSTRAK Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan aspek yang paling utama dalam menghadapi era globalisasi dimana keberhasilan suatu bangsa dalam melaksanakan

Lebih terperinci

70BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

70BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 70BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Otonomi daerah di Indonesia yang dimulai pada tahun 1988 dengan didasarkan pada Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan telah

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Rumah sakit sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan telah mengalami proses perubahan orientasi nilai dan pemikiran. Fungsi rumah sakit yang sebelumnya

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.744, 2014 KONSIL KEDOKTERAN. Rencana Strategis. Rancangan. Penyusunan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.744, 2014 KONSIL KEDOKTERAN. Rencana Strategis. Rancangan. Penyusunan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.744, 2014 KONSIL KEDOKTERAN. Rencana Strategis. Rancangan. Penyusunan. PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG PENYUSUNAN RANCANGAN RENCANA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ketatanegaraan adalah terjadinya pergeseran paradigma dan sistem. dalam wujud Otonomi Daerah yang luas dan bertanggung jawab untuk

I. PENDAHULUAN. ketatanegaraan adalah terjadinya pergeseran paradigma dan sistem. dalam wujud Otonomi Daerah yang luas dan bertanggung jawab untuk 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dampak reformasi yang terjadi di Indonesia ditinjau dari segi politik dan ketatanegaraan adalah terjadinya pergeseran paradigma dan sistem pemerintahan yang bercorak

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH A. VISI DAN MISI Kebijakan Pemerintahan Daerah telah termuat dalam Peraturan Daerah Nomor 015 Tahun 2006 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I LATAR BELAKANG 1 BAB I LATAR BELAKANG A. Latar Belakang Masalah Kondisi masyarakat yang mengalami perkembangan dinamis, tingkat kehidupan masyarakat yang semakin baik, mengakibatkan masyarakat semakin sadar akan apa

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Strategi Implementasi..., Baragina Widyaningrum, Program Pascasarjana, 2008

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Strategi Implementasi..., Baragina Widyaningrum, Program Pascasarjana, 2008 1 1. PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian secara akademis dan praktis, batasan penelitian serta model operasional

Lebih terperinci

Jl. KH. Dimyati No. 27 Telp./Fax (0357) Pacitan

Jl. KH. Dimyati No. 27 Telp./Fax (0357) Pacitan Jl. KH. Dimyati No. 27 Telp./Fax (0357) 881144 Pacitan KATA PENGANTAR Puji dan rasa syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat, taufik dan hidayah-nya kita semua

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 34 TAHUN : 2008 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 50 TAHUN 2008 TENTANG PELAYANAN PUBLIK PADA PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat luas. Pelayanan Publik adalah segala kegiatan dalam rangka pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. sangat luas. Pelayanan Publik adalah segala kegiatan dalam rangka pemenuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan publik pada dasarnya menyangkut segala aspek kehidupan yang sangat luas. Pelayanan Publik adalah segala kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konsep Good governance atau tata kepemerintahan yang baik merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Konsep Good governance atau tata kepemerintahan yang baik merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsep Good governance atau tata kepemerintahan yang baik merupakan salah satu upaya guna menciptakan keteraturan dan kesinambungan dalam sistem tata pemerintahan.

Lebih terperinci

LAPORAN SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT PENGGUNA LAYANAN PENGADILAN DI PENGADILAN NEGERI PRABUMULIH KELAS II

LAPORAN SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT PENGGUNA LAYANAN PENGADILAN DI PENGADILAN NEGERI PRABUMULIH KELAS II Pengadilan Negeri Kelas II Prabumulih LAPORAN SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT PENGGUNA LAYANAN PENGADILAN DI PENGADILAN NEGERI PRABUMULIH KELAS II Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satunya adalah sektor jasa yang mampu menciptakan kesempatan kerja lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satunya adalah sektor jasa yang mampu menciptakan kesempatan kerja lebih BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan jaman dan teknologi, persaingan jasa menjadi semakin ketat. Banyak peluang bisnis yang muncul dari berbagai sektor, salah satunya

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PELAYANAN PUBLIK PEMERINTAH KOTA PONTIANAK

- 1 - PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PELAYANAN PUBLIK PEMERINTAH KOTA PONTIANAK Bagian Organisasi - 1 - PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PELAYANAN PUBLIK PEMERINTAH KOTA PONTIANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PONTIANAK

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB II. RSUD Dr. H. KUMPULAN PANE TEBING TINGGI

BAB II. RSUD Dr. H. KUMPULAN PANE TEBING TINGGI BAB II RSUD Dr. H. KUMPULAN PANE TEBING TINGGI A. Sejarah Ringkas Rumah sakit Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi mulai dibangun oleh anggota Dewan Perwakilan Rakyat 1 di Kota Tebing Tinggi pada tahun 1958,

Lebih terperinci

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2013 2018 Visi Terwujudnya Kudus Yang Semakin Sejahtera Visi tersebut mengandung kata kunci yang dapat diuraikan sebagai berikut: Semakin sejahtera mengandung makna lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Rumah sakit dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Rumah sakit dituntut untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Rumah sakit sebagai salah satu institusi pelayanan publik memegang peranan penting bagi peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Rumah sakit dituntut untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di segala bidang. Kenyataan tersebut menuntut profesionalisme sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. di segala bidang. Kenyataan tersebut menuntut profesionalisme sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penyelenggaraan pemerintahan yang efisien dan efektif menjadi tuntutan di era globalisasi yang sangat erat kaitannya dengan persaingan dan keterbatasan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat terwujud (Kemenkes RI, 2009). kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa

BAB I PENDAHULUAN. dapat terwujud (Kemenkes RI, 2009). kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam mencapai tujuan nasional bangsa Indonesia sesuai Pembukaan UUD 1945, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad 21 ini adalah bagaimana menyiapkan manusia Indonesia yang cerdas, unggul dan berdaya

Lebih terperinci