BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkerasan Jalan Pengertian Perkerasan Jalan Menurut Aly (2007:12) perkerasan jalan adalah lapisan atas badan jalan yang menggunakan bahan khusus yang secara konstruktif lebih baik dari dari pada bahan jalan. Menurut Hardiatmo (2011:01) perkerasan merupakan struktur yang diletakkan pada tanah dasar, yang memisahkan antara ban kendaraan dengan tanah dasar yang berada dibawahnya. Menurut Saodang (2005:01) perkerasan jalan adalah bagian dari jalr lalu lintas, yang bila kita perhatikan secara strukturil pada penampang melintang jalan, merupakan penampang struktur dalam kedudukan yang paling sentral dalam suatu badan jalan. Berdasarkan pernyataan diatas,maka dapat diambil kesimpulan perkerasan jalan adalah lapisan atas jalan dengan bahan khusus sebagai pemisah antara roda kendaraan dengan tanah dasar Fungsi Perkerasan Menurut Hardiatmo (2011:03) fungsi utama perkerasan adalah menyebarkan beban roda ke area permukaan tanah dasar yang lebih luas dibandingkan luas kontak roda dan perkerasan, sehingga mereduksi tengangan maksimum yang terjadi pada tanah dasar, yaitu pada tekanan dimana tanah dasar tidak mengalami deformasi berlebihan selama masa pelayanan perkerasan. Secara umum fungsi perkerasan jalan, adalah: II-1

2 a. Untuk memberikan struktur yang kuat dalam mendukung beban lalu lintas. b. Untuk memberikan permukaan rata bagi pengendara. c. Untuk memberikan kekesatan atau tahanan gelincir (skid resistance) di permukaan perkerasan. d. Untuk melindungi tanah dasar dari pengaruh buruk perubahan cuaca. Menurut Suprapto (2004:02) fungsi lapisan permukaan dapat meliputi: a. Struktural Ikut mendukung dan menyebarkan beban kendaraan yang diterima oleh perkerasan, baik beban vertical maupun beban horizontal (gaya geser). Untuk ini persyartan yang dituntu ialah kuat kokoh dan stabil. b. Non struktural Lapisan kedap air, mencegah masuknya air kedalam lapisan kerkerasan yang ada di bawahnya. Menyediakan permukaan yang tetap rata, agar kendaraan dapat berjalan dan memperoleh kenyamanan yang cukup. Membentuk permukaan yang tidak licin, sehingga tersedia koefisien gerak (skid resistance) yang cukup, untuk menjamin tersedianya keamanan lalu lintas. Sebagai lapisan aus, yaitu lapisan yang dapat aus yang selanjutnya dapat diganti lagi dengan yang baru. Berdasarkan pernyataan diatas,maka dapat diambil kesimpulan fungsi perkerasaan dibagi menjadi dua yaitu struktural dan non struktural, yang memiliki fungsi utama menyebarkan beban rota ke permukaan tanah dasar sehingga mereduksi tegangan maksimum yang terjadi pada tanah dasar. II-2

3 2.1.3 Tipe Tipe Perkerasan Menurut Hardiatmo (2011:12) pertimbangan tipe perkerasan yang dipilih terkait dengan dana pembangunan yang tersedia, biaya pemeliharaan, volume lalu lintas yang dilayani, serta kecepatan pembangunan agar lalu lintas tidak terlalu lama terganggu oleh pelaksanaan proyek. Tipe tipe perkerasan yang banyak digunakan adalah: a. Perkerasan lentur (flexible pavement) atau perkerasan aspal (asphalt pavement), umumnya terdiri dari lapisan permukaan aspal yang berada di atas lapisan pondasi dan lapis pondasi bawah granuler yang dihamparkan di atas tanah dasar. b. Perkerasan kaku (rigid pavement) atau perkerasan beton (concrete pavement) banyak digunakan untuk jalan jalan utama dan bandara. Jika perkerasan lentur terdiri dari beberapa komponen pokok seperti lapis permukaan, lapis pondasi atau dan lapis pondasi bawah. Perkerasan kaku terdiri dari tanah dasar, lapis pondasi bawah dan pelat beton semen Portland, dengan atau tanpa tulangan. Pada permukaan perkerasan beton, kadang- kadang ditambahkan lapisan aspal. Perkerasan beton cocok digunakan pada jalan raya yang melayani lalu lintas tinggi/berat, berkecepatan tinggi. c. Perkerasan Komposit adalah perkerasan gabungan antara perkerasan beton sement Portland dan perkerasan aspal. Perkerasan terdiri dari lapis aspal, yang berada di atas perkerasan beton semen Portland atau lapis pondasi yang dirawat. d. Jalan Tak Diperkeras (unpaven road) adalah jalan dengan perkerasan sederhana, yaitu permukaan jalan hanya berupa lapisan granular (kerikil) yang dihamparkan di atas tanah dasar. Jalan yang tak diperkeras kadang kadang berupa jalan yang terdiri dari tanah dasar (asli atau modifikasi)yang dipadatkan. Dari pernyataan di atas, maka dapat diambil kesimpulan ada empat tipe perkerasan jalan yang umum dikerjalan yaitu: perkerasan lentur (flexible pavement), II-3

4 perkerasan kaku (rigid pavement), perkerasan komposit, dan perkerasan tak diperkeras (unpaved road) Perkerasan Kaku Pengertian Perkerasan kaku Menurut Mundjanarko (2009:181) perkerasan kaku adalah struktur yang terdiri dari plat beton semen yang tersambung (tidak menerus) tanpa atau dengan tulangan atau menerus dengan tulangan, terletak di atas lapisan pondasi bawah (sub base), tanpa atau dengan pengaspalan sebagai lapis permukaan. Menurut Suryawan (2013:01) perkersan jalan beton semen Portland atau lebih sering disebut rigid pavement terdiri dari plat beton semen Portland dan lapisan pondasi (bias juga tidak ada) di atas tanah dasar. Menurut Hardiatmo (2011:232) perkerasan beton atau perkerasan kaku (rigid pavement) terdiri dari pelat beton semen Portland yang terletak langsung di atas tanah dasar, atau diatas lapisan material granular (subbase) yang berada diatas tanah dasar (subgrade). Dari pernyataan di atas, maka diambil kesimpulan perkersan kaku adalah struktur jalan raya yang terdiri dari dua bagian, plat beton dengan menggunakan tulangan atau tanpa tulangan dan lapisan pondasi. II-4

5 2.2.2 Tipe Tipe Perkerasan Kaku Menurut Suryawan (2013:04) lapis perkerasan beton dapat diklarifikasikan atas 2 tipe sebagai berikut: a. Perkarasan beton dengan tulangan dowel dan tie bar. Jika diperlukan untuk kendali retak dapat digunkan wire mesh, penggunaannya independen terhadap adanya tulangan dowel. b. Perkersan beton bertulang menerus terdiri dari prosentase besi yang relative cukup banyak dan tidak ada siar kecuali untuk keperluan pelaksanaan konstruksi dan beberapa siar muai. Menurut Hardiatmo (2011:242) perkerasan kaku dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu perkerasan beton dengan sambungan dan tanpa sambungan. Adapun yang disebut perkersan beton konvensional (conventionalconcrete pavement) adalah: a. Perkerasan beton tak bertulang bersambungan (jointed plain concrete pavement, JPCP). Sumber: Hardiatmo (2011) Gambar 2.1 Perkerasan beton bertulang tak bersambung (JPCP) II-5

6 b. Perkerasan beton bertulang bersambung (jointed reinforced concrete pavement, JRCP). Sumber: Hardiatmo (2011) Gambar 2.2 Perkerasan beton bertulang bersambungan (JRCP) c. Perkerasan beton bertulang kontinyu (continuous reinforced concrete pavement, CRCP). Sumber: Hardiatmo (2011) Gambar 2.3 Perkerasan beton bertulang kontinyu (CRCP) Dari pernyataan di atas, maka diambil kesimpulan tipe tipe perkerasan kaku terdiri dari dua jenis yaitu: perkerasan kaku dengan sambungan dan perkerasan kaku tanpa sambungan. II-6

7 2.2.3 Perbedaan Perkerasan Kaku dan Lentur Menurut Mudjanarko (2009:182) terdapat beberapa perbedaan yang mendasar antara perkerasan kaku dan perkerasan lentur. Table 2.1Kelebihan dan Kekurangan perkerasan kaku dan perkerasan lentur Beton Semen Aspal - Biaya konstruksi (mahal) - Biaya konstruksi (relative murah) - Biaya pemeliharaan (kecil) - Biaya pembliharaan (besar) - Frekwensi pemeliharaan (rendah) - Frekwensi pemeliharaan (tinggi) - Penggunaan agregat/m 2 (sedang) - Penggunaan agregat/m 2 (tinggi) - Gangguan arus lalu lintas (rendah) - Gangguan arus lalu lintas (tinggi) - CBR tanah dasar (sedang) - CBR tanah dasar (tinggi) - Kenyamanan (kurang, adanya suara - Kenyamanan (baik) biasing) - Ketahanan selip (kurang pada musim - Ketahanan selip (baik) hujan) - Kerusakan ban kendaraan (cepat) - Kerusakan ban kendaraan (tahan lama) - Lama umur rencana (20-40 tahun) - Lama umur rencana (bertahap) - Waktu pelaksanaan (relative cepat) - Bahan pengikat pokok (produksi dalam negeri) - Beban yang dapat dipikul (sengan s/d berat) - Kelandaian maksimum (<10 ) - Pelaksanaan konstruksi pada musim hujan (mudah) Sumber:Mundjanarko (2009:182) - Waktu pelaksanaan (lebih lama) - Bahan pengikat pokok (masih harus diimpor) - Beban yang dapat dipikul (ringan s/d sedang) - Kelandaian maksimum (>10 ) - Pelaksanaan konstruksi pada musim hujan (sulit) Dari pernyataan di atas, maka diambil kesimpulan dalam menentukan jenis perkerasan yang akan digunakan harus sesuai dengan fungsi dan kebutuhan jalan yang akan direncankan, sehingga jalan yang telah direncanakan memenuhi kebutuhan yang diinginkan Beberapa Cara Perencanaan Tebal Perkerasan Kaku Menurut Hardiatmo (2011:263) pertimbangan utama dalam perancangan perkerasan beton atau perkerasan kaku adalah kekuatan struktur betonnya. Oleh karena itu, sedikit variasi kekuatan tanah dasar atau modulus reaksi tanah dasar (k), hanya berpengaruh kecil terhadap kekuatan struktur perkerasan. Jika perkerasan beton semakin II-7

8 tebal, maka semakin mampu mendukung beban lalu lintas berat. Beberapa metode yang dipakai diantaranya: a. Metode AASHTO (1993). b. Metode Portland Cement Association (PCA). Menurut Suryawan (2013:05) nilai tegangan yang dapat dihitung berdasarkan teori adalah untuk beban statis. Untuk perencanaan, nilai tegangan harus dimodifikasi terhadap perhitungan repetisi beban lalu lintas. Jika beton dapat tahan terhadap perubahan berulang, yaitu sebanyak repitisi beban, maka akan dapat bertahan, tergantung pada besaran beban. Metode yang umum dipakai di Indonesia adalah: a. Cara PCA (Portland Cement Association). b. Cara AASHTO (American Association of State Highway and Trasportation Official). Dari pernyataan di atas, maka dapat disimpulkan cara atau metode yang umum dijadikan sebagai acuan perencanaan tebal perkerasan kaku jalan raya di Indonesia mengacu pada metode PCA dan metode AASHTO Metode AASHTO Menurut Hardiatmo (2011:263) metode AASHTO dikembangkan berdasarkan pada hsil uji kinerja jalan dari AASHTO Road Test. Parameter parameter perancangan dalam perancangan tebal pelat beton adalah: a. Umur rencana b. Perancangan lalu lintas, ESAL c. Kemampuan pelayanan akhir (p t ) d. Kemampuan pelayanan awal (p o ) II-8

9 e. Kehilangan kemampuan pelayanan (ΔPSI = p o p t ) f. Reability (R) g. Deviasi standar normal (Z R ) h. Deviasi standar keseluruhan (S o ) i. Modulus reaksi tanah dasar (k) j. Kuat tekan beton (f c ) k. Modulus elastisitas beton (E c ) l. Kuat lentur beton (flexural strength, S c ) m. Koefisien drainase (C d ) n. Koefisien penyaluran beban (J) Umur Rencana Dalam perancangan perkerasan, diperlukan pemilihan umur rancangan atau periode perkerasan. Umur rancangan adalah waktu di mana perkerasan diharapkan mempunyai kemampuan pelayanan sebelum pekerjaan rehabilitasi atau kemampuan pelayanan berakhir. Parameter perancangan yang berpengaruh pada umur pelayanan total dari perkerasan adalah jumlah total beban lalu lintas. Oleh sebab itu, lebih cocok bila untuk menggambarkan umur rancangan perkerasan dinyatakan dalam istilah beban lalu lintas rancangan total (total design traffic loading). Umur rancangan perkerasan jalan dipertimbangkan terhadap nilai ekonomi jalan yang bersangkutan dan kinerja perkerasan harus maksimum dalam periode yang ditentukan. AASHTO (1993) menyarankan umur perkerasan yang diistilahkan dengan periode analisis, seperti ditunjukkan dalam table dibawah ini. II-9

10 Table 2.2 Umur rancangan perkerasan (AASHTO, 1993) Kondisi jalan raya Perkotaan volume tinggi Pedesaan volume tinggi Volume rendah, jalan diperkeras Volume rendah, permukaan agregat Periode analisi atau umur rancangan (tahun) Sumber: Hardiatmo (2011:106) Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah (Pd T ) menyarankan umur rancangan perkerasan kaku (beton) tahun, dan untuk perkerasan lentur tahun. Umur rancangan ditentukan dengan mempertimbangkan klasifikasi fungsional jalan, pola lalu lintas, serta nilai ekonomi jalan yang bersangkutan, yang dapat ditentukan antara lain dengan metoda Benefit Cost Ratio, Internal Rate of Return, atau kombinasi dari metode metode tersebut atau cara lain yang tidak terlepas dari pola pengembangan wilayah Equivalent Single Axle Load (ESAL) Dalam perancangan perkerasan metode AASHTO (American Association of State Highway and Transportation Official), sembarang lintasan lalu lintas harus dikonversikan ke jumlah ekivalen beban ganda tunggal 18 kip (80 kn). Pada metode ini, untuk menyatakan berbagai macam beban gandar ke dalam suatu parameter rancangan tunggal, dibutuhkan factor ekivalensi beban gandar. Faktor ekivalensi beban adalah jumlah ESAL yang dihasilkan oleh satu lintasan gandar. Faktor ekivalensidiperoleh berdasarkan pengakruh kerusakan relatif dari berbagai tipe kendaraan, terhadap kerusakan yang disebabkan oleh beban gandar tunggal 18 kip (atau 80 kn = 8,16 ton), dengan ban dobel pada ujung ujungnya. II-10

11 Gandar standar didefinisikan sebagai gandar tunggal dengan ban dobel, yang menghasilkan beban 18 kip (8,16 ton atau 80 kn). Motode AASHTO yang diusulkan adalah didasarkan pada hasil uji jalan yang dilakukan AASHTO pada kisaran beban gandar 2-30 kip untuk gandar tunggal dan kip untuk gandar tandem Kemampuan Pelayanan Akhir (p t ) Kemampuan pelayanan akhir (p t ) ditentukan dari survey pendapat yang menyatak sejauh mana perkerasan masih bias diterima. Dalam perancangan, dibutuhkan pemilihan indeks kemampuan pelayanan awal dan akhir. AASHTO (1993) menyarankan nilai nilai p t sebagai berikut: a. Jalan raya utama, p t = 2,5 atau 3 b. Jalan raya dengan lalu lintas rendah, p t = 2,0 c. Jalan raya relative minor, p t = 1, Kemampuan Pelayanan Awal (Initial Serviceability, p o ) Kemampuan pelayanan awal (p o ) bergantung pada tingat kehalusan atau kerataan perkerasan awal, sedang kemampuan pelayanan akhir (terminal serviceability, p o ) bergantung pada kekasaran atau ketidak rataan sebelum dilakukan sehabilitasi. AASHTO menyarankan, a. Untuk perkerasan beton atau perkerasan kaku, p o = 4,5 b. Untuk perkerasan aspal atau perkerasan lentur, p o = 4, Reability (R) Reability, R menyatakan tingkat kemungkinan bahwa perkerasan yang dirancang akan tetap memuaskan selama masa pelayanan. Nilai R yang lebih besar menunjukkan kinerja perkerasan yang lebih baik, namun membutuhkan perkerasan yang lebih tebal. Untuk nilai R tertentu, faktor reliabilitas merupakan fungsi dari standar deviasi keseluruhan (s o ). II-11

12 2.3.6 Deviasi Standar Keseluruhan (S o ) Deviasi standar keselurhan (overall standard deviation, S o ) merupakan parameter yang digunakan guna mempertimbangkan adanya variasi dari input data. Deviasi standar dipilih sesuai dengan kondisi local. AASHTO (1993) menyarankan untuk perkerasan kaku, nilai S o berkisar di antara 0,30 0,40. Untuk perkerasan kaku, disarankan S o = 0, Modulus Reaksi Tanah Dasar Efektif Jika pelat beton kaku yang terletak pada material semi elastis mengalami pembebanan akibat beban lalu lintas, maka pelat akan terdefleksi dengan tegangan lengkung (warping stress) akan bekerja padanya. Besarnya tegangan pada beton, merupakan fungsi dari radius kurvatur pelat setelah melengkung. Nilai merupakan konstanta pegas (spring constant) dari material yang mendukung perkerasan kaku. Nilai ini menunjukkan daya dukung dari lapisan di bawah pelat beton. Adanya lapis pondasi bawah menambah nilai-k dari tanah dasar. Umumnya nilai-k akan bertambah akibat pengaruh agregat dan lapis pondasi yang distabilisasi. Table 2.3 Modulus reaksi tanah dasar (k) (Bruce dan Clarkeson, 1956) Klasifikasi Kelompok tanah dan deskripsi typical Perkiraan k (pci) A-1 Kerikil-pasir-lempung grdasi baik, pengikat sempurna atau lebih A-1 Campuran pasir lempung, pengikat sempurna A-2 rapuh Kerikil dengan butiran halus, kerikil sangat berlanau, campuran kerikil-pasir-lempung atau lebih bergradasi buruk dan campuran pasir-lempung, ikatan buruk A-2 plastis Kerikil berlempung gradasi buruk, campuran kerikil-pasir-lempung dan campuran pasir lempung, pengikat mutu rendah, plastis A-3 Kerikil gradasi baik, campuran kerikil-pasir dan pasir, sedikit atau tanpa butiran halus A-3 Kerikil gradasi buruk, camuran kerikil pasir, atau dan pasir, sedikit atau tanpa butiran halus A-4 Lebih dominan tanah berlanau dengan sedikit atau agak banyak material kasar dan sedikit lebih II-12

13 kandungan lempung plastis A-5 Tanah berlanau gradasi buruk dengan sedikit mika dan diatom dan yang mempunyai sifat elastic A-6 Tanah berlempung dengan sedikit atau agak banyak material kasar termasuk lanau lempung anorganik, grdasi baik dan tanah pasir lempung A-7 Tanah lempung elastic dengan sedikit atau tanpa material kasar umumnya bergradasi buruk atau mengandung bahan organic atau yang lain atau material lain yang membuatnya elasatis 1pci = 1 psi/in = 272 kn/m 3, Sumber: Hardiatmo (2011) Modulus Elastisitas Beton (E c ) E c = fc... (2.1) Dimana: E c = modulus elastisitas beton (psi) F c = kuat tekan beton, silinder (psi) Kuat tekan beton f c ditetapkan sesuai pada spesifikasi pekerjaan (jika ada dalam spesifikasi). Di Indonesia saat ini umumnya digunakan f c = 350 kg/m Koefisien Drainase (C d ) AASHTO memberikan 2 variable untuk menentukan nlai koefisien drainase. a. Variable pertama: mutu drainase, dengan variasi excellent, good, fair, poor, very poor. Mutu ini ditentukan oleh berapa lama air dapat dibebasakan dari pondasi perkerasan. b. Variable kedua : presentasi struktur perkerasan dalam satu tahun terkena air sampai tingkat mendekati jenuh air (saturated) dengan variasi <1%, 1-5%, 5-25% dan 5%. Penetapan variable pertama mengacu pada tabel 2.4 (diambil dari AASHTO 1993 halaman II 22), dan dengan pendekatan sebagai berikut: II-13

14 a. Air hujan atau air dari atas permukaan jalan yang akan masuk kedlam pondasi jalan, relativ kecil berdasarkan hidrologi yaitu berkisar 70 95% air yang jatuh di atas aspal/beton akan masuk kedalam drainase (sumber: BINKOT Bina Marga & Hidrologi Imam Subarkah) lihat tabel 2.5 dan 2.6 kondisi acuan koefisien pengaliran. b. Air dari samping jalan kemungkinan akan masuk ke pondasi jalan, inipun relativ kecil terjadi, karena adanya road side, cross drain, juga muka air tertinggi didesain terletak di bawah subgrade. c. Pendekatan dengan lama frekuensi hujan, yang rata rata terjadi hujan selama 3 jam per hari dan jarang sekali terjadi hujan terus menerus selama 1 minggu. Maka waktu pemutusan 3 jam (bahkan kurang bila memperhatikan butir b). dapat diambil sebagai pendekatan dalam penentuan kualitas drainase, sehingga pemilihan mutu drainase adalah berkisar good, dengan pertimbangan air yang mungkin masih akan masuk, quality of drainage diambil kategori fair. Tabel 2.4 Quality of drainage Quality of drainage Excellent Good Fair Poor Very poor Sumber: Suryawan (2013:34) Water removed within 2 jam 1 hari 1 minggu 1 bulan Air tidak terbebaskan II-14

15 Tabel 2.5 koefisien pengaliran C (Binkot) NO Kondisi permukaan jalan Koefisien pengaliran (C) ,70 0,95 Jalan beton dan jalan aspal Bahu jalan: - Tanah berbutir halus - Tanah berbutir kasar - Batuan masir keras - Batuan masif lunak 0,40 0,65 0,10 0,20 0,70 0,85 0,60 0,75 Sumber: petunjuk desain drainase permukaan jalan No. 008/T/BNKT/1990, Binkot Bina Marga, Dept. PU, Jalan Tabel 2.6 Koefisien pengaliran C (Hidrologi, Imam Subarkah) Type daerah aliran C Beraspal 0,70 0,95 Beton 0,80 0,95 Batu 0,70 0,85 Sumber: hidrologi, Imam Subarkah Selanjutnya drainage coefficient (C d ) mengacu pada table ASSHTO 1993 halaman II-26). Tabel 2.7Drainage coefficient (C d ) Percent of time pavement structure is exposed to moisture levels approaching saturation Quality of drainage <1% 1 5 % 5 25 % >25 % Excellent Good Fair Poor Very poor Koefisien Transfer Beban (J) Koefisien transfer beban (J) adalah faktor yang digunakan dalam perancangan perkerasan kaku untuk mempertimbangkan kemampuan struktur perkerasan beton II-15

16 dalam mentrasfer atau mendistribusikan beban yang melintas di atas sambungan atau retakan. Adanya alat transfer beban (seperti dowel), penguncian agregat, dan adanya bahu jalan beton akan mempengaruhi nilai koefisien transfer beban (J) tersebut. Umumnya nilai J pada kondisi kombinasi tertentu (misalnya, perkerasan beton bersambung dengan bahu jalan diikat) bertambah bila volume lalu lintas bertambah, karena transfer beban agregat berkurang bila penggunaan beban bertambah. Nilai nilai J yang dapat digunakan sebagai pendekatan: Untuk sambungan dengan dowel: J = 2,5 3,1 Untuk perancangan lapis tambahan (overlay) : J = 2,2 2,6 Untuk perkerasan kaku bersambung tanpa dilengkapi alat transfer beban pada sambungannya, direkomendasikan J = 3,8 4 (AASHTO, 1993). Nilai nilai koefisien transfer beban (J) diberikan dalam kisaran interval (Tabel 2.8). Dalam pertimbangan pemilihan nilai J, maka nilai nilai yang lebih tinggi harus digunakan bila modulus reaksi tanah dasar (k) rendah, koefisien termal dan variasi perubahan temperatur tinggi. Tabel 2.8 Koefisien transfer beban (J) (AASHTO, 1993) Pelat beton semen Bahu jalan Aspal Portland terikat Alat transfer beban Tipe perkerasan: Ya Tidak Ya Tidak 1. Perkerasan beton tak bertulang bersambung (JPCP) dan bertulang bersambung (JRCP) 2. Perkerasan beton bertulang bersambung (CRCP) 3,2 2,9 3,2 3,8 4,4 N/A 2,5 3,1 2,3 2,9 3,6 4,2 N/A Sumber: Hardiatmo (2011:284) II-16

17 2.4. Pengertian Rencana Anggaran Biaya Menurut Ibrahim (2003:03) Rencana Anggaran Biaya (Bogrooting) suatu bangunan atau proyek adalah perhitungan banyaknya biaya yang diperlukan untuk bahan dan upah, serta biaya-biaya lain yang berhubungan dengan pelaksanaan bangunan atau proyek tersebut. Anggaran biaya merupakan harga dari bangunan yang dihitung dengan teliti, cermat, dan memenuhi syarat. Anggaran biaya pada bangunan yang sama akan berbeda-beda di masing-masing daerah, disebabkan karena perbedaan harga bahan dan upah tenaga kerja. Menurut Tamrin (2008:08) Rencana Anggaran Biaya adalah perhitunganperhitungan yang teliti, baik jumlah biaya pembuatannya, volume pekerjaan, dan jenis pekerjaan, harga bahan, upah pekerja, dan rencana serta syarat-syarat kerja. Hal tersebut bertujuan agar biaya pembuatan rumah efisien dan terukur sesuai dengan gambar rencana. Berdasarkan pernyataan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa Rencana Anggaran Biaya adalah menghitung secara teliti besarnya biaya yang diperlukan dalam suatu bangunan mulai dari biaya persiapan hingga bangunan tersebut dapat digunakan Volume Pekerjaan Menurut Tamrin (2008:9) volume adalah banyaknya macam pekerjaan atau bahan dengan satuan berbeda-beda, tergantung kebutuhan dalam setiap macam pekerjaan yang dilakukan. Volume yang dimaksud bisa dalam bentuk satuan panjang (m 1 ), luas (m 2 ), isi (m 3 ), buah (bh), unit, lum sum (Ls). Menurut Ibrahim (2003:23) volume suatu pekerjaan adalah menghitung jumlah banyaknya volume pekerja dalam satu satuan. Volume juga disebut sebagai kubikasi pekerjaan. Jadi volume (kubikasi) suatu pekerjaan, bukanlah merupakan volume (isi sesungguhnya), melainkan jumlah volume bagian pekerjaan dalam satu kesatuan. II-17

18 Menurut Susanta (2013:14) ada beberapa cara untuk menghitung volume setiap jenis pekerjaan. Cara perhitungan tersebut antara lain sebagai berikut: a. Penghitungan volume pekerjaan yang mempunyai luas dan ketebalan atau mempunyai penampang dan panjang menggunakan satuan m 3, contohnya pasangan batu kali, pasangan batu bata (bisa m 2 ), kuda-kuda, dan kusen. b. Penghitungan volume pekerjaan yang hanya mempunyai luas dan ketebalan yang relatif tipis menggunakan m 2, contohnya plesteran, pasangan lantai, pasangan plafon, pasangan atap, dan pengecatan. c. Penghitungan volume pekerjaan yang sifatnya dominan memanjang menggunakan satuan m 1 atau meter lari, contohnya lisplang, lisplafon, instalasi pipa atau kabel, dan nok genteng. d. Penghitungan volume bahan-bahan satuan menggunakan satuan ukutan buah (bh), contohnya lampu, sakelar, stop kontak, kunci, engsel, kloset, wastafel, dan kran air. e. Penghitungan volume bahan satuan yang terdiri dari beberapa komponen bahan yang dirakit menjadi satu menggunakan satuan unit, contohnya panel listrik dan meja dapur cuci. Berdasarkan pernyataan di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa volume pekerjaan adalah menghitung jumlah besarnya volume dalam satuan yang berbeda tergantung bentuknya pada suatu pekerjaan. II-18

19 2.5. Penelitian yang Relevan Penelitian ini merupakan salah satu cara pemecahan masalah efesiensi dan efektivitas tebal perkerasan jalan sesuai dengan fungsi jalan. Bersumber dari beberapa literatur yang relevan dalam mendukung penelitian ini secara teoritis. Beberapa hasil penelitian yang relevan yang telah dilakukan sebelumnya sebagai berukut: a. Hasil penelitian Mundjanarko (2009) tentang Analisis Perbandingan Beberapa Metode Perkerasan Beton Semen untuk Jalan Akses Jembatan Suramadu. Diperoleh kesimpulan pada dasarnya metode metode yang dibahas berakar dari metode AASHTO dimana dalam mendapatkan ketebalan plat didasarkan pada prinsip total fatigue yang terjadi pada lat harus 100%. Metode termudah dalam mendapatkan ketebalan plat ialah dengan motode Road Note Hipotesis Metode Bina Marga lebih efisien dalam perencanaan tebal perkerasan dibandingkan dengan menggunakan metode AASHTO.. II-19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah umum Jalan sesuai dalam Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor 38 Tahun 2004 tentang JALAN, sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah umum Jalan sesuai dalam Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor 38 Tahun 2004 tentang JALAN, sebagai berikut : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Jalan 2.1.1 Istilah Istilah umum Jalan sesuai dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 tentang JALAN, sebagai berikut : 1. Jalan adalah prasarana

Lebih terperinci

ASPEK GEOTEKNIK PADA PEMBANGUNAN PERKERASAN JALAN

ASPEK GEOTEKNIK PADA PEMBANGUNAN PERKERASAN JALAN ASPEK GEOTEKNIK PADA PEMBANGUNAN PERKERASAN JALAN Prof. Dr.Ir.Hary Christady Hardiyatmo, M.Eng.,DEA Workshop Continuing Profesional Development (CPD) Ahli Geoteknik Hotel Ambara - Jakarta 3-4 Oktober 2016

Lebih terperinci

KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN FLEXIBLE PAVEMENT DAN RIGID PAVEMENT. Oleh : Dwi Sri Wiyanti

KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN FLEXIBLE PAVEMENT DAN RIGID PAVEMENT. Oleh : Dwi Sri Wiyanti KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN FLEXIBLE PAVEMENT DAN RIGID PAVEMENT Oleh : Dwi Sri Wiyanti Abstract Pavement is a hard structure that is placed on the subgrade and functionate to hold the traffic weight that

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pekerasan Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pekerasan Jalan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pekerasan Jalan Perkerasan jalan merupakan konstruksi yang berfungsi untuk melindungi tanah dasar (subgrade) dan lapisan-lapisan pembentuk perkerasan lainnya supaya tidak mengalami

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Sebelum tahun 1920-an, desain perkerasan pada dasarnya adalah penentuan ketebalan bahan berlapis yang akan memberikan kekuatan dan perlindungan untuk tanah dasar

Lebih terperinci

Gambar Distribusi Pembebanan Pada Perkerasan Kaku dan Perkerasan Lentur

Gambar Distribusi Pembebanan Pada Perkerasan Kaku dan Perkerasan Lentur RIGID PAVEMENT Rigid pavement atau perkerasan kaku adalah jenis perkerasan jalan yang menggunakan beton sebagai bahan utama perkerasn tersebut, merupakan salah satu jenis perkerasan jalan yang digunakn

Lebih terperinci

Analisis Desain Perkerasan Kaku Berdasarkan AASHTO Rigid Pavement ARI SURYAWAN (hal. 213)

Analisis Desain Perkerasan Kaku Berdasarkan AASHTO Rigid Pavement ARI SURYAWAN (hal. 213) Analisis Desain Perkerasan Kaku Berdasarkan AASHTO 1993 + Rigid Pavement ARI SURYAWAN (hal. 213) Data - Data yang diperlukan : Umur rencana = 20 tahun CBR tanah dasar = 6 % Kuat tarik lentur (fcf) = 4.0

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan merupakan infrastruktur dasar dan utama dalam menggerakan roda perekonomian nasional dan daerah, mengingat penting dan strategisnya fungsi jalan untuk mendorong

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN KAKU DENGAN METODE BINA MARGA 2013 DAN AASHTO 1993 (STUDI KASUS JALAN TOL SOLO NGAWI STA

ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN KAKU DENGAN METODE BINA MARGA 2013 DAN AASHTO 1993 (STUDI KASUS JALAN TOL SOLO NGAWI STA ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN KAKU DENGAN METODE BINA MARGA 2013 DAN AASHTO 1993 (STUDI KASUS JALAN TOL SOLO NGAWI STA 0+900 2+375) Laporan Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk

Lebih terperinci

Studi Pengaruh Pengurangan Tebal Perkerasan Kaku Terhadap Umur Rencana Menggunakan Metode AASHTO 1993

Studi Pengaruh Pengurangan Tebal Perkerasan Kaku Terhadap Umur Rencana Menggunakan Metode AASHTO 1993 Rekaracana Teknik Sipil Itenas No.x Vol.xx Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Januari 2015 Studi Pengaruh Pengurangan Tebal Perkerasan Kaku Terhadap Umur Rencana Menggunakan Metode AASHTO 1993 PRATAMA,

Lebih terperinci

DR. EVA RITA UNIVERSITAS BUNG HATTA

DR. EVA RITA UNIVERSITAS BUNG HATTA PERKERASAN JALAN BY DR. EVA RITA UNIVERSITAS BUNG HATTA Perkerasan Jalan Pada umumnya, perkerasan jalan terdiri dari beberapa jenis lapisan perkerasan yang tersusun dari bawah ke atas,sebagai berikut :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permukaan tanah pada umumnya tidak mampu menahan beban kendaraan

BAB I PENDAHULUAN. Permukaan tanah pada umumnya tidak mampu menahan beban kendaraan BAB I PENDAHULUAN 1.1 UMUM Permukaan tanah pada umumnya tidak mampu menahan beban kendaraan diatasnya sehingga diperlukan suatu konstruksi yang dapat menahan dan mendistribusikan beban lalu lintas yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan yang sesuai dengan mutu yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan yang sesuai dengan mutu yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkerasan Jalan Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak di antara lapisan tanah dasar dan roda kendaraan, yang berfungsi memberikan pelayanan kepada sarana

Lebih terperinci

KOMPARASI HASIL PERENCANAAN RIGID PAVEMENT MENGGUNAKAN METODE AASHTO '93 DAN METODE Pd T PADA RUAS JALAN W. J. LALAMENTIK KOTA KUPANG

KOMPARASI HASIL PERENCANAAN RIGID PAVEMENT MENGGUNAKAN METODE AASHTO '93 DAN METODE Pd T PADA RUAS JALAN W. J. LALAMENTIK KOTA KUPANG KOMPARASI HASIL PERENCANAAN RIGID PAVEMENT MENGGUNAKAN METODE AASHTO '9 DAN METODE Pd T-- PADA RUAS JALAN W. J. LALAMENTIK KOTA KUPANG Lodofikus Dumin, Ferdinan Nikson Liem, Andreas S. S. Maridi Abstrak

Lebih terperinci

1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)

1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement) 1 LAPIISAN DAN MATERIIAL PERKERASAN JALAN (Sonya Sulistyono, ST., MT.) A. Jenis dan Fungsi Lapis Perkerasan 1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement) Kontruksi perkerasan lentur (flexible Pavement)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelebihan dari konstruksi perkerasan kaku adalah sifat kekakuannya yang. sementara kelemahan dalam menahan beban

BAB I PENDAHULUAN. Kelebihan dari konstruksi perkerasan kaku adalah sifat kekakuannya yang. sementara kelemahan dalam menahan beban BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konstruksi perkerasan kaku ( Rigid Pavement) banyak digunakan pada kondisi tanah dasar yang mempunyai daya dukung rendah, atau pada kondisi tanah yang mempunyai daya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkerasan kaku (rigid pavement) atau perkerasan beton semen adalah perkerasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkerasan kaku (rigid pavement) atau perkerasan beton semen adalah perkerasan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pendahuluan Perkerasan kaku (rigid pavement) atau perkerasan beton semen adalah perkerasan yang menggunakan semen sebagai bahan pengikatnya. Pelat beton dengan atau tanpa tulangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk dan kemajuan teknologi pada zaman sekarang,

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk dan kemajuan teknologi pada zaman sekarang, BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Peningkatan jumlah penduduk dan kemajuan teknologi pada zaman sekarang, terutama di daerah perkotaan terus memacu pertumbuhan aktivitas penduduk. Dengan demikian, ketersediaan

Lebih terperinci

PERANCANGAN STRUKTURAL PERKERASAN BANDAR UDARA

PERANCANGAN STRUKTURAL PERKERASAN BANDAR UDARA PERANCANGAN STRUKTURAL PERKERASAN BANDAR UDARA PERKERASAN Struktur yang terdiri dari satu lapisan atau lebih dari bahan 2 yang diproses Perkerasan dibedakan menjadi : Perkerasan lentur Campuran beraspal

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Jalan Jalan merupakan suatu akses penghubung asal tujuan, untuk mengangkut atau memindahkan orang atau barang dari suatu tempat ke tempat lain. Infrastrukur jalan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jalan Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bagian pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas yang berada

Lebih terperinci

LAPISAN STRUKTUR PERKERASAN JALAN

LAPISAN STRUKTUR PERKERASAN JALAN LAPISAN STRUKTUR PERKERASAN JALAN MAKALAH Disusun untuk Memenuhi Tugas Rekayasa Perkerasan Jalan DOSEN PEMBIMBING Donny DJ Leihitu ST. MT. DISUSUN OLEH NAMA : KHAIRUL PUADI NPM : 11.22201.000014 PROGRAM

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian B. Rumusan Masalah

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian B. Rumusan Masalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju, pertumbuhan ekonomi di suatu daerah juga semakin meningkat. Hal ini menuntut adanya infrastruktur yang cukup memadai

Lebih terperinci

Perbandingan Kekerasan Kaku I Gusti Agung Ayu Istri Lestari 128

Perbandingan Kekerasan Kaku I Gusti Agung Ayu Istri Lestari 128 ABSTRAKSI GaneÇ Swara Vol. 7 No.1 Maret 2013 PERBANDINGAN PERKERASAN KAKU DAN PERKERASAN LENTUR I GUSTI AGUNG AYU ISTRI LESTARI Fak. Teknik Univ. Islam Al-Azhar Mataram Perkerasan jalan merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hobbs (1995), ukuran dasar yang sering digunakan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hobbs (1995), ukuran dasar yang sering digunakan untuk 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Arus Lalu Lintas Menurut Hobbs (1995), ukuran dasar yang sering digunakan untuk mendefinisikan arus lalu lintas adalah konsentrasi aliran dan kecepatan. Aliran dan volume

Lebih terperinci

konfigurasi sumbu, bidang kontak antara roda perkerasan. Dengan demikian

konfigurasi sumbu, bidang kontak antara roda perkerasan. Dengan demikian BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beban Lalu lintas Konstruksi perkerasan jalan menerima beban lalu lintas yang dilimpahkan melalui roda-roda kendaraan. Besarnya tergantung dari berat total kendaraan, konfigurasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi dan Klasifikasi Jalan Menurut Peraturan Pemerintah (UU No. 22 Tahun 2009) Jalan adalah seluruh bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan

Lebih terperinci

MODUL RDE - 11: PERENCANAAN PERKERASAN JALAN

MODUL RDE - 11: PERENCANAAN PERKERASAN JALAN PELATIHAN ROAD DESIGN ENGINEER (AHLI TEKNIK DESAIN JALAN) MODUL RDE - 11: PERENCANAAN PERKERASAN JALAN 2005 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Jalan adalah seluruh bagian Jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalulintas umum,yang berada pada permukaan tanah, diatas

Lebih terperinci

DESKRIPSI PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN JALAN MENGGUNAKAN METODE AASHTO

DESKRIPSI PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN JALAN MENGGUNAKAN METODE AASHTO DESKRIPSI PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN JALAN MENGGUNAKAN METODE AASHTO 199 1 Siegfried 2 & Sri Atmaja P. Rosyidi 1. Metoda AASHTO 9 Salah satu metoda perencanaan untuk tebal perkerasan jalan yang sering

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. cara membandingkan hasil perhitungan manual dengan hasil perhitungan

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. cara membandingkan hasil perhitungan manual dengan hasil perhitungan BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Validasi Program Perhitungan validasi program bertujuan untuk meninjau layak atau tidaknya suatu program untuk digunakan. Peninjauan validasi program dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perkerasan Jalan Perkerasan jalan adalah campuran antara agregat dan bahan pengikat yang digunakan untuk melayani beban lalu lintas. Agregat yang digunakan berupa batu pecah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruksi Perkerasan Jalan Menurut (Sukirman, S 1992) Lapisan perkerasan adalah konstruksi diatas tanah dasar yang berfungsi memikul beban lalu lintas dengan memberikan rasa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Berdasarkan pada penelitian penulis yang berjudul Perbandingan Tebal Perkerasan Lentur Metode Manual Desain Perkerasan 2013 dengan Metode AASHTO 1993 (Studi Kasus: Jalur JLS Ruas

Lebih terperinci

sampai ke tanah dasar, sehingga beban pada tanah dasar tidak melebihi daya

sampai ke tanah dasar, sehingga beban pada tanah dasar tidak melebihi daya BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Konstruksi Perkerasan Jalan Konstruksi perkerasan jalan adalah lapisan yang terletak di atas tanah dasar yang berfungsi untuk mendukung beban lalulintas dan meneruskannya sampai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aspal Aspal didefinisikan sebagai material berwarna hitam atau coklat tua, pada temperatur ruang berbentuk padat sampai agak padat. Jika dipanaskan sampai suatu temperatur tertentu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA PERENCANAAN MEKANISTIK EMPIRIS OVERLAY PERKERASAN LENTUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA PERENCANAAN MEKANISTIK EMPIRIS OVERLAY PERKERASAN LENTUR BAB II TINJAUAN PUSTAKA PERENCANAAN MEKANISTIK EMPIRIS OVERLAY PERKERASAN LENTUR 1.1 Umum Overlay merupakan lapis perkerasan tambahan yang dipasang di ataskonstruksi perkerasan yang ada dengan tujuan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I. SEJARAH PERKERASAN JALAN.

BAB I. SEJARAH PERKERASAN JALAN. BAB I. SEJARAH PERKERASAN JALAN. 1.1 SEJARAH PERKERASAN JALAN. A. Sebelum Manusia Mengenal Hewan Sebagai Alat Angkut. Setelah manusia diam (menetap) berkelompok disuatu tempat mereka mengenal artinya jarak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkerasan Jalan Perkerasan jalan adalah suatu lapisan yang berada di atas tanah dasar yang sudah dipadatkan, dimana fungsi dari lapisan ini adalah memikul beban lalu lintas

Lebih terperinci

Jenis-jenis Perkerasan

Jenis-jenis Perkerasan Jenis-jenis Perkerasan Desain Perkerasan Lentur Penentuan Umur Rencana Tabel 2.1 Umur Rencana Perkerasan Jalan Baru (UR) Jenis Perkerasan Elemen Perkerasan Umur Rencana (Tahun) Lapisan Aspal dan Lapisan

Lebih terperinci

STUDI PERBANDINGAN PERENCANAAN PERKERASAN LENTUR DAN PERKERASAN KAKU JALAN BARU PADA PROYEK JALAN SURAMADU SISI MADURA

STUDI PERBANDINGAN PERENCANAAN PERKERASAN LENTUR DAN PERKERASAN KAKU JALAN BARU PADA PROYEK JALAN SURAMADU SISI MADURA Spectra Nomor Volume VI Juli 008: -7 STUDI PERBANDINGAN PERENCANAAN PERKERASAN LENTUR DAN PERKERASAN KAKU JALAN BARU PADA PROYEK JALAN SURAMADU SISI MADURA Kamidjo Rahardjo Dosen Teknik Sipil FTSP ITN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari bahan khusus yang mempunyai kualitas yang lebih baik dan dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari bahan khusus yang mempunyai kualitas yang lebih baik dan dapat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Perkerasan Tanah saja biasanya tidak cukup dan menahan deformasi akibat beban roda berulang, untuk itu perlu adanya lapisan tambahan yang terletak antara tanah dan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. dalam perencanaan jalan, perlu dipertimbangkan beberapa faktor yang dapat

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. dalam perencanaan jalan, perlu dipertimbangkan beberapa faktor yang dapat BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Perkerasan Jalan Raya Kelancaran arus lalu lintas sangat tergantung dari kondisi jalan yang ada, semakin baik kondisi jalan maka akan semakin lancar arus lalu lintas. Untuk

Lebih terperinci

ANALISA PERHITUNGAN TEBAL LAPISAN PERKERASAN KAKU DENGAN METODE SNI Pd T PADA PROYEK PELEBARAN JALAN BATAS KOTA MEDAN TEMBUNG LUBUK PAKAM

ANALISA PERHITUNGAN TEBAL LAPISAN PERKERASAN KAKU DENGAN METODE SNI Pd T PADA PROYEK PELEBARAN JALAN BATAS KOTA MEDAN TEMBUNG LUBUK PAKAM ANALISA PERHITUNGAN TEBAL LAPISAN PERKERASAN KAKU DENGAN METODE SNI Pd T - 14-2003 PADA PROYEK PELEBARAN JALAN BATAS KOTA MEDAN TEMBUNG LUBUK PAKAM LAPORAN Ditulis untuk Menyelesaikan Matakuliah Tugas

Lebih terperinci

GAMBAR KONSTRUKSI JALAN

GAMBAR KONSTRUKSI JALAN 1. GAMBAR KONSTRUKSI JALAN a) Perkerasan lentur (flexible pavement), umumnya terdiri dari beberapa lapis perkerasan dan menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. Gambar 6 Jenis Perkerasan Lentur Tanah

Lebih terperinci

A. LAPISAN PERKERASAN LENTUR

A. LAPISAN PERKERASAN LENTUR A. LAPISAN PERKERASAN LENTUR Kontruksi perkerasan lentur terdiri dari lapisan-lapisan yang diletakkan di atas tanah dasar yang telah dapadatkan. Lapisan-lapisan tersebut berfungsi untuk menerima beban

Lebih terperinci

PENERAPAN SPESIFIKASI TEKNIK UNTUK PELAKSANAAN PERKERASAN JALAN BETON. Disampaikan dalam Pelatihan : Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

PENERAPAN SPESIFIKASI TEKNIK UNTUK PELAKSANAAN PERKERASAN JALAN BETON. Disampaikan dalam Pelatihan : Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton PENERAPAN SPESIFIKASI TEKNIK UNTUK PELAKSANAAN PERKERASAN JALAN BETON Disampaikan dalam Pelatihan : Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton 4.1. PENGERTIAN UMUM 4.1.1. Pendahuluan Empat elemen kompetensi

Lebih terperinci

Jurnal J-ENSITEC, 01 (2014)

Jurnal J-ENSITEC, 01 (2014) Jurnal J-ENSITEC, 01 (2014) PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR JALAN RAYA ANTARA BINA MARGA DAN AASHTO 93 (STUDI KASUS: JALAN LINGKAR UTARA PANYI NG KI RA N- B ARI BIS AJ AL E NGKA) Abdul Kholiq, S.T.,

Lebih terperinci

ANALISA PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN KAKU/RIGID PAVEMENT PADA PROYEK REKONSTRUKSI JALAN SOEKARNO HATTA TEBING TINGGI

ANALISA PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN KAKU/RIGID PAVEMENT PADA PROYEK REKONSTRUKSI JALAN SOEKARNO HATTA TEBING TINGGI ANALISA PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN KAKU/RIGID PAVEMENT PADA PROYEK REKONSTRUKSI JALAN SOEKARNO HATTA TEBING TINGGI LAPORAN Ditulis untuk Menyelesaikan Mata Kuliah Tugas Akhir Semester VI Pendidikan Program

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PERENCANAAN PERKERASAN KAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODE

PERBANDINGAN PERENCANAAN PERKERASAN KAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODE POLITEKNOLOGI VOL. 16 No. 1 JANUARI 2017 PERBANDINGAN PERENCANAAN PERKERASAN KAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODE Pd-T-14-2003 DAN AASHTO 93 PADA JALAN KARTINI DEPOK Achmad Nadjam 1), Vindi Prana Prasetya 2)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kerusakan jalan yang berupa deformasi pada perkerasan lentur merupakan permasalahan yang sering terjadi pada prasarana transportasi jalan raya di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konstruksi Perkerasan Lentur Konstruksi perkerasan lentur terdiri dari lapisan-lapisan yang diletakkan di atas tanah yang telah dipadatkan. Lapisan-lapisan itu berfungsi untuk

Lebih terperinci

Perencanaan Bandar Udara

Perencanaan Bandar Udara Perencanaan Bandar Udara Perkerasan Rigid Page 1 Perkerasan adalah struktur yang terdiri dari beberapa lapisan dengan kekerasan dan daya dukung yang berlainan. Perkerasan yang dibuat dari campuran aspal

Lebih terperinci

PERENCANAAN ULANG JALAN TOL KERTOSONO MOJOKERTO STA , DENGAN MENGGUNAKAN PERKERASAN KAKU

PERENCANAAN ULANG JALAN TOL KERTOSONO MOJOKERTO STA , DENGAN MENGGUNAKAN PERKERASAN KAKU PERENCANAAN ULANG JALAN TOL KERTOSONO MOJOKERTO STA 34+350 31+100, DENGAN MENGGUNAKAN PERKERASAN KAKU Kabupaten Jombang - Jawa timur Mahasiswa 1 Muhammad Nur Alamsyah 3108.030.005 Dosen Pembimbing Ir.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Perkerasan jalan adalah bagian konstruksi jalan yang terdiri dari beberapa susunan atau lapisan, terletak pada suatu landasan atau tanah dasar yang diperuntukkan

Lebih terperinci

PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN PENERAPAN SISTEM JALAN PRACETAK SpRigWP. PT. WASKITA BETON PRECAST, Tbk. Tangerang 17 Mei 2017 Didit Oemar Prihadi

PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN PENERAPAN SISTEM JALAN PRACETAK SpRigWP. PT. WASKITA BETON PRECAST, Tbk. Tangerang 17 Mei 2017 Didit Oemar Prihadi PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN PENERAPAN SISTEM JALAN PRACETAK SpRigWP PT. WASKITA BETON PRECAST, Tbk. Tangerang 17 Mei 2017 Didit Oemar Prihadi SpRigWP SISTEM PERKERASAN KAKU BETON BERTULANG MENERUS PRACETAK

Lebih terperinci

PENGARUH NILAI CBR TANAH DASAR DAN MUTU BETON TERHADAP TEBAL PELAT PERKERASAN KAKU METODE BINA MARGA

PENGARUH NILAI CBR TANAH DASAR DAN MUTU BETON TERHADAP TEBAL PELAT PERKERASAN KAKU METODE BINA MARGA Vol. 1,. 1, April 2017: hlm 244-250 PENGARUH NILAI TANAH DASAR DAN MUTU BETON TERHADAP TEBAL PELAT PERKERASAN KAKU METODE BINA MARGA Ni Luh Putu Shinta 1, Widodo Kushartomo 2, Mikhael Varian 3 1 Program

Lebih terperinci

PERENCANAAN DAN ESTIMASI BIAYA PELAKSANAAN UNTUK JALAN PENGHUBUNG DI KAWASAN SURABAYA TIMUR

PERENCANAAN DAN ESTIMASI BIAYA PELAKSANAAN UNTUK JALAN PENGHUBUNG DI KAWASAN SURABAYA TIMUR PERENCANAAN DAN ESTIMASI BIAYA PELAKSANAAN UNTUK JALAN PENGHUBUNG DI KAWASAN SURABAYA TIMUR Bryan Widarno 1, Irvian Dinata 2, Indriani Santoso 3, Johanes Indrojono Suwono 4 ABSTRAK : Pesatnya pertumbuhan

Lebih terperinci

Bab V Analisa Data. Analisis Kumulatif ESAL

Bab V Analisa Data. Analisis Kumulatif ESAL 63 Bab V Analisa Data V.1. Pendahuluan Dengan melihat kepada data data yang didapatkan dari data sekunder dan primer baik dari PT. Jasa Marga maupun dari berbagai sumber dan data-data hasil olahan pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkerasan Jalan Raya Kelancaran arus lalu lintas sangat tergantung dari kondisi jalan yang ada, semakin baik kondisi jalan maka akan semakin lancar arus lalu lintas. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jaringan jalan raya merupakan prasarana transportasi darat yang memegang peranan sangat penting dalam sektor perhubungan terutama untuk kesinambungan distribusi barang

Lebih terperinci

PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR RUAS JALAN PARINGIN- MUARA PITAP KABUPATEN BALANGAN. Yasruddin¹)

PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR RUAS JALAN PARINGIN- MUARA PITAP KABUPATEN BALANGAN. Yasruddin¹) 73 INFO TEKNIK, Volume 12 No. 1, Juli 2011 PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR RUAS JALAN PARINGIN- MUARA PITAP KABUPATEN BALANGAN Yasruddin¹) Abstrak Jalan raya merupakan prasarana transportasi yang sangat

Lebih terperinci

PERBANDINGAN HASIL PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN JALAN TIPE PERKERASAN KAKU ANTARA METODE AASHTO 1993 DENGAN METODE

PERBANDINGAN HASIL PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN JALAN TIPE PERKERASAN KAKU ANTARA METODE AASHTO 1993 DENGAN METODE Jurnal Talenta Sipil, Vol.1 No.1, Februari 2018 e-issn 2615-1634 PERBANDINGAN HASIL PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN JALAN TIPE PERKERASAN KAKU ANTARA METODE AASHTO 1993 DENGAN METODE Pd.T.14-2003 PADA PERENCANAAN

Lebih terperinci

Perbandingan Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Metode Bina Marga 2011 Dengan Metode Jabatan Kerja Raya Malaysia 2013

Perbandingan Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Metode Bina Marga 2011 Dengan Metode Jabatan Kerja Raya Malaysia 2013 Reka Racana Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Teknik Sipil Itenas No.x Vol. xx Agustus 2014 Perbandingan Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Metode Bina Marga 2011 Dengan Metode Jabatan Kerja Raya

Lebih terperinci

Berdasarkan bahan pengikatnya konstmksi perkerasanjalan dapat dibedakan atas:

Berdasarkan bahan pengikatnya konstmksi perkerasanjalan dapat dibedakan atas: 17 BABUI LANDASAN TEORI 3.1 Perkerasan Jalan Berdasarkan bahan pengikatnya konstmksi perkerasanjalan dapat dibedakan atas: 1. Konstmksi perkerasan lentur ("fleksibel pavement"), yaitu perkerasan yang menggunakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Umum Perkerasan jalan adalah konstruksi yang dibangun diatas lapis tanah dasar (subgrade), yang berfungsi untuk menopang beban lalu lintas. Apapun jenis perkerasan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan, pendidikan, dan pekerjaan. Ketersediaan jalan adalah

I. PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan, pendidikan, dan pekerjaan. Ketersediaan jalan adalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan merupakan infrastruktur dasar dan utama dalam menggerakkan roda perekonomian nasional dan daerah, mengingat penting dan strategisnya fungsi jalan untuk mendorong

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Jalan Soekarno-Hatta adalah jalan lintas sumatera yang membentang dari utara

TINJAUAN PUSTAKA. Jalan Soekarno-Hatta adalah jalan lintas sumatera yang membentang dari utara II. TINJAUAN PUSTAKA A. Keadaan Umum Proyek Jalan SoekarnoHatta adalah jalan lintas sumatera yang membentang dari utara sampai selatan pulau sumatra yang berawal dari banda aceh sampai kepelabuhan bakauheni.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjamin kekuatan dan ketebalannya sehingga tidak akan mengalami distress yaitu

BAB I PENDAHULUAN. terjamin kekuatan dan ketebalannya sehingga tidak akan mengalami distress yaitu BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Struktur perkerasan merupakan struktur yang terdiri beberapa lapisan dengan kekerasan dan daya dukung yang berbeda-beda, tiap lapisan perkerasan harus terjamin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terletak pada lapis paling atas dari bahan jalan dan terbuat dari bahan khusus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terletak pada lapis paling atas dari bahan jalan dan terbuat dari bahan khusus BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkerasan Jalan Menurut Totomihardjo (1995), perkerasan adalah suatu lapis tambahan yang terletak pada lapis paling atas dari bahan jalan dan terbuat dari bahan khusus yang

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian 30 Bab III Metodologi Penelitian III.1. Tahapan Penelitian Tahapan penilitian dalam penyusunan Proposal tesis ini, kami tampilkan dalam bentuk bagan alir seperti Gambar III.1 dibawah ini. Gambar III.1.

Lebih terperinci

PERENCANAAN JALAN DENGAN PERKERASAN KAKU MENGGUNAKAN METODE ANALISA KOMPONEN BINA MARGA (STUDI KASUS : KABUPATEN LAMPUNG TENGAH PROVINSI LAMPUNG)

PERENCANAAN JALAN DENGAN PERKERASAN KAKU MENGGUNAKAN METODE ANALISA KOMPONEN BINA MARGA (STUDI KASUS : KABUPATEN LAMPUNG TENGAH PROVINSI LAMPUNG) PERENCANAAN JALAN DENGAN PERKERASAN KAKU MENGGUNAKAN METODE ANALISA KOMPONEN BINA MARGA (STUDI KASUS : KABUPATEN LAMPUNG TENGAH PROVINSI LAMPUNG) Ida Hadijah a, Mohamad Harizalsyah b Jurusan Teknik Sipil,

Lebih terperinci

BAB II FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PERKERASAN BETON

BAB II FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PERKERASAN BETON BAB II FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PERKERASAN BETON II.1. UMUM Tanah saja biasanya tidak cukup untuk kuat dan tahan, tanpa adanya deformasi yang berarti terhadap beban roda berulang. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk berdampak pada. perkembangan wilayah permukiman dan industri di daerah perkotaan, maka

BAB I PENDAHULUAN. Dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk berdampak pada. perkembangan wilayah permukiman dan industri di daerah perkotaan, maka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk berdampak pada perkembangan wilayah permukiman dan industri di daerah perkotaan, maka sejalan dengan itu diperlukan

Lebih terperinci

PENGARUH BEBAN BERLEBIH TRUK BATUBARA TERHADAP UMUR SISA DAN UMUR RENCANA PERKERASAN LENTUR ABSTRAK

PENGARUH BEBAN BERLEBIH TRUK BATUBARA TERHADAP UMUR SISA DAN UMUR RENCANA PERKERASAN LENTUR ABSTRAK PENGARUH BEBAN BERLEBIH TRUK BATUBARA TERHADAP UMUR SISA DAN UMUR RENCANA PERKERASAN LENTUR Niko Aditia NRP : 1021049 Pembimbing : Santoso Urip Gunawan, Ir.,MT. ABSTRAK Hampir semua truk batubara yang

Lebih terperinci

gambar 3.1. teriihat bahwa beban kendaraan dilimpahkan ke perkerasan jalan

gambar 3.1. teriihat bahwa beban kendaraan dilimpahkan ke perkerasan jalan BAB HI LANDASAN TEORI 3.1 Konstruksi Perkerasan Konstruksi perkerasan lentur terdiri dan lapisan-lapisan yang diletakkan di atas tanah dasar yang telah dipadatkan. Lapisan-lapisan tersebut berfungsi untuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Pengujian Sifat-Sifat Fisis dan Indeks Tanah Colluvium Pengujian sifat-sifat fisis dan indeks tanah dilakukan untuk mengetahui jenis atau klasifikasi

Lebih terperinci

I.Pendahuluan: II.Tinjauan Pustaka III. Metodologi IV. Analisa Data V. Perencanaan Perkerasaan dan Metode Perbaikan Tanah. VI.Penutup (Kesimpulan dan

I.Pendahuluan: II.Tinjauan Pustaka III. Metodologi IV. Analisa Data V. Perencanaan Perkerasaan dan Metode Perbaikan Tanah. VI.Penutup (Kesimpulan dan ALTERNTIF KONSTRUKSI PELEBARAN JALAN SURABAYA GRESIK (STA 4+800 - STA 7+000) MAHARSHI MEUNANG PERWITTA 3106100112 I.Pendahuluan: II.Tinjauan Pustaka III. Metodologi IV. Analisa Data V. Perencanaan Perkerasaan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Perumusan Masalah

BAB I. PENDAHULUAN. A. Perumusan Masalah BAB I. PENDAHULUAN A. Perumusan Masalah Pendekatan empiris dalam desain perkerasan masih memainkan peranan yang penting pada masa sekarang, walaupun desain perkerasan telah berangsur berubah dari seni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang merupakan sebagai negara yang berkembang,sedang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang merupakan sebagai negara yang berkembang,sedang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia yang merupakan sebagai negara yang berkembang,sedang giatnya untuk melaksanakan pembangunan, salah satu diantaranya adalah pembangunan jalan raya. Pada awalnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Perkerasan jalan adalah bagian konstruksi jalan yang terdiri dari beberapa susunan atau lapisan, terletak pada suatu landasan atau tanah dasar yang diperuntukkan

Lebih terperinci

2.4.5 Tanah Dasar Lapisan Pondasi Bawah Bahu Kekuatan Beton Penentuan Besaran Rencana Umur R

2.4.5 Tanah Dasar Lapisan Pondasi Bawah Bahu Kekuatan Beton Penentuan Besaran Rencana Umur R DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN... iii MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR... v ABSTRAK... ix DAFTAR ISI... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

Teknik Sipil Itenas No. x Vol. xx Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Agustus 2015

Teknik Sipil Itenas No. x Vol. xx Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Agustus 2015 Reka Racana Teknik Sipil Itenas No. x Vol. xx Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Agustus 2015 PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR MENGGUNAKAN MANUAL DESAIN PERKERASAN JALAN Nomor 02/M/BM/2013 FAHRIZAL,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada perkerasan Jalan Raya, dibagi atas tiga jenis perkerasan, yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada perkerasan Jalan Raya, dibagi atas tiga jenis perkerasan, yaitu BAB 1 PENDAHULUAN I. UMUM Pada perkerasan Jalan Raya, dibagi atas tiga jenis perkerasan, yaitu Perkerasan Lentur, Perkerasan Kaku, dan gabungan dari keduanya. Perkerasan lentur mengguanakan bahan pengikat

Lebih terperinci

Perkerasan kaku Beton semen

Perkerasan kaku Beton semen Perkerasan kaku Beton semen 1 Concrete pavement profile 2 Tahapan Perencanaan Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) 3 Parameter perencanaan tebal perkerasan kaku Beban lalu lintas Kekuatan tanah dasar Kekuatan

Lebih terperinci

Perkerasan kaku adalah struktur yang terdin dan pelat (slab) beton semen yang

Perkerasan kaku adalah struktur yang terdin dan pelat (slab) beton semen yang BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Konstruksi Perkerasan Jalan Perkerasan jalan adalah suatu lapisan yang terletak di atas tanah dasar (subgrade) yang telah dipadatkan dan berfungsi untuk memikul beban dan meneruskannya

Lebih terperinci

KUMPULAN SOAL SOAL UNTUK UJIAN KOMPETENSI

KUMPULAN SOAL SOAL UNTUK UJIAN KOMPETENSI KEMENTERIAN RISET, KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS UDAYANA JURUSAN TEKNIK SIPIL PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL KUMPULAN SOAL SOAL UNTUK UJIAN KOMPETENSI 2016 Materi I GEOMETRIK

Lebih terperinci

UJI KOMPARASI PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR DAN KAKU METODE AASHTO 1993 (STUDI KASUS PROYEK KBK PENINGKATAN JALAN NASIONAL BANYUMANIK BAWEN)

UJI KOMPARASI PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR DAN KAKU METODE AASHTO 1993 (STUDI KASUS PROYEK KBK PENINGKATAN JALAN NASIONAL BANYUMANIK BAWEN) UJI KOMPARASI PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR DAN KAKU METODE AASHTO 1993 (STUDI KASUS PROYEK KBK PENINGKATAN JALAN NASIONAL BANYUMANIK BAWEN) Totok Apriyatno Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perkerasan Jalan Perkerasan jalan adalah campuran antara agregat dan bahan ikat yang digunakan untuk melayani beban lalulintas. Agregat yang dipakai antara lain adalah batu pecah,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. atau jalan rel atau jalan bagi pejalan kaki.(www.thefreedictionary.com/underpass;

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. atau jalan rel atau jalan bagi pejalan kaki.(www.thefreedictionary.com/underpass; BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Underpass Underpass adalah tembusan di bawah sesuatu terutama bagian dari jalan atau jalan rel atau jalan bagi pejalan kaki.(www.thefreedictionary.com/underpass; 2014). Beberapa

Lebih terperinci

Abstrak BAB I PENDAHULUAN

Abstrak BAB I PENDAHULUAN Abstrak Jalan Raya MERR II merupakan alternatif pilihan yang menghubungkan akses Ruas Tol Waru Bandara Juanda menuju ke utara melalui jalan MERR II ke Kenjeran menuju akses Suramadu. Untuk menunjang hal

Lebih terperinci

EVALUASI PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR METODE BINA MARGA Pt T B DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM KENPAVE TUGAS AKHIR

EVALUASI PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR METODE BINA MARGA Pt T B DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM KENPAVE TUGAS AKHIR EVALUASI PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR METODE BINA MARGA Pt T-01-2002-B DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM KENPAVE TUGAS AKHIR Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat Menempuh Ujian Sarjana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Perencanaan dan perancangan secara umum adalah kegiatan awal dari rangkaian fungsi manajemen. Inti dari sebuah perencanaan dan perancangan adalah penyatuan pandangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Jalan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jalan Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 34 tahun 2006 tentang jalan, jalan didefinisikan sebagai prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB I. berpopulasi tinggi. Melihat kondisi geografisnya, transportasi menjadi salah satu

PENDAHULUAN BAB I. berpopulasi tinggi. Melihat kondisi geografisnya, transportasi menjadi salah satu PENDAHULUAN BAB I I.1 Latar Belakang Transportasi adalah usaha untuk memindahkan suatu objek dari suatu tempat ke tempat lain dalam aktivitas sehari hari dengan menggunakan alat trasportasi. Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sandhyavitri (2005), bandar udara dibagi menjadi dua bagian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sandhyavitri (2005), bandar udara dibagi menjadi dua bagian BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bandar Udara Bandar udara adalah area yang dipergunakan untuk kegiatan take-off dan landing pesawat udara dengan bangunan tempat penumpang menunggu (Horonjeff R, 1975). Menurut

Lebih terperinci

Analisa Perbandingan Beberapa Metode Perkerasan Beton 181 untuk Jalan Akses Jembatan Suramadu

Analisa Perbandingan Beberapa Metode Perkerasan Beton 181 untuk Jalan Akses Jembatan Suramadu Analisa Perbandingan Beberapa Metode Perkerasan Beton 181 Analisa Perbandingan Beberapa Metode Perkerasan Beton Semen Ir. Sri Wiwoho Mudjanarko, MT ABSTRAK Perencanaan tebal perkerasan beton bersambung

Lebih terperinci

Naskah Publikasi. untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil. diajukan oleh : RATNA FITRIANA NIM : D

Naskah Publikasi. untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil. diajukan oleh : RATNA FITRIANA NIM : D STUDI KOMPARASI PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN KAKU JALAN TOL MENGGUNAKAN METODE BINA MARGA 2002 DAN AASHTO 1993 ( Studi Kasus : Ruas Jalan Tol Solo Kertosono ) Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sehingga memberikan kenyamanan kepada pengemudi selama masa pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. sehingga memberikan kenyamanan kepada pengemudi selama masa pelayanan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan merupakan prasarana transportasi darat yang menghubungkan satu kawasan dengan kawasan lain. Jalan berperan penting dalam pertumbuhan sosial dan ekonomi suatu

Lebih terperinci

Dwi Sulistyo 1 Jenni Kusumaningrum 2

Dwi Sulistyo 1 Jenni Kusumaningrum 2 ANALISIS PERBANDINGAN PERENCANAAN PERKERASAN KAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODE BINA MARGA DAN METODE AASHTO SERTA MERENCANAKAN SALURAN PERMUKAAN PADA RUAS JALAN ABDUL WAHAB, SAWANGAN Dwi Sulistyo 1 Jenni

Lebih terperinci