BAB I PENDAHULUAN. alam terutama pertanian pangan yang banyak dikuasai para raja. Beras umpamanya menjadi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. alam terutama pertanian pangan yang banyak dikuasai para raja. Beras umpamanya menjadi"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara agraris sangat terkenal dengan pedesaan sebagai basis pertanian. Desa sejak masa penjajahan kolonial Belanda telah menjadi lumbung sumber daya alam terutama pertanian pangan yang banyak dikuasai para raja. Beras umpamanya menjadi komoditi utama dalam perdagangan desa-desa untuk ditukarkan ke berbagai bentuk barang dari daerah lain berupa perhiasan dan perlengkapan sehari-hari. Berkaitan dengan ini, jenis mata pencaharian merupakan faktor pembeda yang pokok dan penting. 1 Pertanian sebagai ciri utama kehidupan masyarakat di pedesaan adalah petunjuk betapa eratnya keterkaitan antara pertanian dan desa. Petani adalah subjek dan sekaligus objek pertanian, tanpa petani pertanian tidak ada. Bidang pertanian cukup mengandung variasi dan kompleksitas yang memiliki pengaruh terhadap proses perubahan dan keberlangsungan kehidupan petani khususnya di daerah pedesaan. Petani secara umum sering dipahami sebagai suatu ketegori sosial yang seragam dan bersifat umum. Artinya sering tidak disadari adanya differensiasi atau perbedaan-perbedaan dalam berbagai aspek yang terkandung dalam komoditas petani. Perbedaan dalam skala besar kecilnya usaha pertanian, jenis-jenis tanaman, sistem pertanian yang diterapkan akan mengakibatkan terjadinya perbedaan-perbedaan terhadap pola kehidupan petani. Selama ini 1 Raharjo, Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1999, hal. 40.

2 kita lebih memperhatikan komoditas sebagai subjek dan sekaligus objek pertanian, akibatnya petani sebagai inti dari pertanian sering luput dari pertanian. Desa sebagai tempat tinggal maupun tempat pemenuhan kebutuhan mempunyai karakteristik yang tentu tidak sama antara desa satu dengan yang lain. Keberagaman kehidupan petani di pedesaan adalah ciri khas tersendiri yang dimiliki suatu desa berdasarkan jenis tanaman, sumber penghasilan dan faktor lain yang mendukung kehidupan manusia di desa tersebut. Perbedaan itu banyak terjadi di beberapa desa yang dapat membedakan pola perubahan kehidupan. Desa sebagai sumber komoditi tentu membutuhkan kota sebagai pangsa pasar yang menampung segala hasil pertanian. Keterhubungan desa dan kota tentu tidak terelakkan sebagaimana keduanya dipisahkan secara geografis maupun aktivitas. Di sinilah, saling hubung antara desa dan kota terlihat dari pertukaran barang-barang kebutuhan masyarakat sesuai dengan perkembangan zamannya. Hal ini tercermin dari sistem ekonomi tradisional yang dipakai pada masyarakat pedagang dan pelayar. Mereka antara lain melakukan barter guna memenuhi kebutuhannya, baik sendiri maupun kebutuhan umum. Pada masyarakat pedagang dan pelayar misalnya, mereka melakukan perdagangan dan pelayaran ke daerah-daerah di luar kampungnya untuk memenuhi atau guna mencukupi kebutuhan hidup yang tidak bisa dipenuhinya atau dihasilkannya sendiri oleh mereka, sehingga perlu melakukan perdagangan dan pelayaran. Meskipun demikian, barang kebutuhan maupun material lainnya tidak pernah berhenti dipasarkan di kota. Oleh karena itu, desa sangat berperan penting dalam menjaga stabilitas kehidupan manusia. Sebaliknya kehidupan kota yang lebih terlihat sejahtera patut

3 menjadi harapan bagi orang desa. Dengan demikian, desa sebagai simbol agraria menjadi sangat sentral pula bagi bangsa dan negara. Perkembangan suatu desa acapkali terlihat dari objek pendapatan berupa hasil pertanian. Di sini, pertanian rakyat banyak sekali ragamnya. Pertanian yang awalnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan sendiri berubah untuk memenuhi kebutuhan semua orang, sehingga pertanian mengalami pertumbuhan. Di samping itu, dalam waktu terakhir terdapat berbagai perubahan, maka pertumbuhan pertanian kerapkali tidak berjalan dalam garis lurus. Lebih jauh, pembangunan ekonomi di Indonesia telah menimbulkan dampak serius, antara lain kesenjangan pembangunan antara sektor perkotaan dan pedesaan atau sektor modern dan sektor tradisional (sektor-sektor kerakyatan). Untuk itu diprioritaskan upayaupaya untuk memperkuat sektor tradisional-kerakyatan dan pemerintah menjadi fasilitator penggeraknya. Sektor-sektor ini harus terbuka dan tanggap terhadap perubahan-perubahan dan kesempatan-kesempatan domestik maupun global. 2 Seringkali dari stadium tertentu dapat timbul suatu pertumbuhan dalam berbagai arah yang dapat tergantung dari banyak keadaan. Pertumbuhan pertanian mencakup perubahan penyesuaian kepada alam. Perubahan-perubahan itu dapat bertalian dengan bertambah padatnya penduduk, sehingga diperlukan penggunaan tanah dengan lebih intensif, tetapi mungkin juga ada sebab-sebab lain, misalnya bertumbuhnya lalu lintas yang menimbulkan kemungkinan-kemungkinan baru dalam penyesuaian kepada alam. 2 S, Sumarno M dalam makalah berjudul Pemberdayaan Ekonomi Perdesaan Melalui Pengembangan Kimdes (Kawasan Industri Milik Masyarakat Desa), Malang: Unibraw.

4 Seiring dengan meningkatnya kebutuhan, maka dari itu perlu dilakukan peningkatan hasil pertanian dengan berbagai upaya. Di antaranya adalah sistem penanaman tanaman tumpang sari dan penggunaan alat-alat pertanian yang lebih baik. Dalam membajak sawah yang awalnya hanya menggunakan cangkul, membutuhkan waktu lama dapat diganti dengan membajak memanfaatkan tenaga hewan. Pertanian, sebagaimana diketahui hingga kini masih merupakan mata pencaharian utama bagi masyarakat Indonesia. Sekalipun di berbagai daerah, ekosistem wilayahnya ada yang sudah berubah menjadi daerah perkotaan dan perindustrian, namun pertanian masih tetap merupakan andalan utama bagi kehidupan masyarakat. Pada tahun 1990, sumbangan sektor pertanian terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB) sekitar 21,55%. 3 Mata pencaharian utama ini perlu diperhatikan secara berkesinambungan agar kelangsusngan hidup desa tidak selamanya terbelakang. Dalam hal ini perkembangan sosialekonomi suatu desa layak ditulis untuk melihat perkembangan sekaligus membenahi kekuarangan yang masih banyak terdapat di masyarakat. Di sini, Desa Lumban Silintong, Kecamatan Balige merupakan fokus kajian skripsi ini. Dalam perkembangannya, sejak era otonomi daerah bergulir, berdasarkan UU Nomor 12 Tahun 1998 Toba Samosir merupakan salah satu kabupaten baru hasil pemekaran yang diresmikan pada 09 Maret Toba Samosir memisahkan diri dari Kabupaten Tapanuli Utara dan merupakan salah satu kabupaten pemilik Danau Toba yang menjadi destinasi 3 Kusnaka Adimihardja dalam Kusnaka Adimihardja dkk., Petani: Merajut Tradisi Era globalisasi, Bandung: Humaniora Utama Press, 1999, hal. 4.

5 wisata nasional. 4 Pemekaran Toba Samosir menempatkan Balige sebagai ibukota setelah melalui uji kelayakan menurut ketentuan dan tata kelola demi masa depan yang diharapkan. 5 Pemekaran ini meninggalkan Tarutung sebagai pusat pemerintahan dan segala bagian administrasi lokal. Untuk itu, Balige mengalami pergeseran peran bagi masyarakat sekitar Toba Samosir. Dalam hal ini, pergeseran secara sosial-ekonomi menjadi sorotan penting, bukan saja bagi Balige, namun juga bagi masyarakat Toba Samosir di bawah setiap kecamatan. Sebagai kecamatan, Balige memiliki pengaruh terhadap kehidupan masyarakat setempat di antaranya yang terdekat adalah Desa Lumban Silintong. Pada kajian ini, Lumban Silintong diambil sebagai satu desa yang mendapat perhatian penting di kecamatan Balige. 6 Hal ini tidak terlepas dari pusat pemerintahan relatif dekat dari Desa Lumban Silintong, Balige. Dengan demikian, kehadiran kecamatan serta pusat pemerintahan yang bersebelahan langsung dengan Lumban Silintong tentu memberikan dampak sosial-ekonomi bagi masyarakat desa tersebut. Di samping sebagai petani, kehadiran institusi pemerintah dan swasta turut mendorong sistem perekonomian baru. Adapun pertanian merupakan sistem utama pencaharian masyarakat Desa Lumban Silintong. Akan tetapi terdapat juga masyarakat yang 4 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Toba Samosir , Balige: Badan Pusat Statistik Kabupaten Toba Samosir bekerja sama dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Toba Samosir, 2004, hal Safitri Simangunsong, Perkembangan Balige sebagai Ibukota Kabupaten Toba Samosir ( ), Skripsi Sarjana Pendidikan Sejarah Pada Universitas Negeri Medan Tidak Diterbitkan, Medan: 2012, hal Kecamatan Balige merupakan kecamatan terpadat penduduknya karena kecamatan ini merupakan pusat ibukota kabupaten. Jumlah penduduk kecamatan Balige sebanyak jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 487,5/km persegi. Mayoritas penduduk Kecamatan Balige adalah perempuan dengan jiwa, sedangkan laki-laki sebanyak jiwa. Berdasarkan kelompok umur penduduk di Kecamatan Balige, penduduk paling banyak berada pada usia muda, yaitu jiwa. Sedangkan pada kelompok usia tua hanya sekitar jiwa.

6 bermata pencaharian sebagai nelayan. Di samping mata pencaharian di atas muncul sistem perekonomian baru yang didorong oleh keberadaan kabupaten baru yakni objek wisata pantai Lumban Silintong. Lumban Silintong merupakan desa yang wilayahnya memanjang (sejajar) mengikuti sisi Selatan pantai Danau Toba, sehingga membuat desa ini berbeda dengan desa lainnya di Balige. Sisi pantai Lumban Silintong merupakan objek wisata yang memiliki estetika. Tentu saja tidak semua desa yang memiliki pantai berpotensi menjadi objek wisata. Sebagai lokasi wisata, desa ini menjadi salah satu pilihan orang-orang setempat dan dari luar Balige, seperti Tarutung bahkan Parapat, untuk menikmati indahnya Danau Toba sambil bersantai. Pada tahun 1999, seorang warga memulai pondok-pondok sederhana sebagai modal awal untuk menarik perhatian pengunjung. 7 Ketika itu satu dua pengunjung berdatangan, meskipun kondisi jalan belum diaspal. Usaha tersebut tetap berlangsung sambil menantikan pembangunan menyentuh Lumban Silintong, khususnya tepi pantai. Perjalanan usaha tersebut dilihat cukup menjanjikan, sehingga mereka memilih untuk terus mengubah sisi pantai Desa Lumban Silintong. Dari pengamatan tersebut, mereka mulai percaya bahwa lokasi wisata akan turut mendongkrak pendapatan mereka. Dengan kata lain, wisata tersebut diharapkan mampu menjadi penopang ekonomi masyarakat. Melalui objek wisata yang terus mereka 7 Pondok-pondok kecil lebih dikenal sebagai tenda biru. Pondok berukuran 2x2 meter dibangun dari bahan plastik yang sepenuhnya berwarna biru menyerupai kemah kecil segi empat. Keberadaan tenda biru tidak berlangsung lama. Hal ini disebabkan adanya asumsi negatif masyarakat yang mengetahui tempat tersebut sebagai lokasi rekreasi, namun dianggap menjadi lokasi pacaran anak muda yang bertindak di luar etika susila. Namun, pemiliki tenda biru segera mengubahnya menjadi restoran sekaligus tempat rekreasi dengan bentuknya yang transparan. Wawancara dengan Rimhot Siahaan, Lumban Silintong-Balige Toba Samosir 28 September 2013.

7 kembangkan sendiri, Lumban Silintong secara perlahan mendapatkan perhatian para pengunjung. Sepanjang uraian di atas, Lumban Silintong sebagai salah satu desa di Balige memiliki perkembangan ekonomi yang layak untuk diteliti. Perkembangan tersebut dipengaruhi oleh pemekaran kabupaten, pembangunan di Balige, pasar tradisional, kepadatan penduduk dan pariwisata. Selain perkembangan ekonomi, dalam bidang sosial antara lain adat-istiadat, hubungan kekerabatan, dan sebagainya. Berbicara mengenai perkembangan masyarakat desa, maka ada baiknya terlebih dahulu diketahui latar belakang dari desa yang dibicarakan. Manusia hidup selalu menyesuaikan diri dengan faktor lingkungannya dan tingkat pengalaman hidup mereka. Dalam tulisan ini akan dijelaskan tentang Perkembangan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Lumban Silintong Kecamatan Balige ( ). Untuk menjelaskan kondisi sosial di desa ini akan dimulai dari keadaan alam lingkungannya dan perkembangan pertanian mereka. Pertanian merupakan faktor utama dari kelanjutan hidup masyarakat secara keseluruhan. Di Desa Lumban Silintong perubahan-perubahan sosial yang ada serta keadaan masyarakatnya tidak terlepas dari pengaruh kegiatan pertanian. Kebiasaan-kebiasaan tradisional yang pada hakikatnya telah mendarah daging di kalangan petani Desa Lumban Silintong berangsur-angsur berkurang akibat pengaruh lingkungan dan pengaruh dari desakan-desakan sistem pertaniannya yang tidak lagi mengenal masa istirahat. Pengaruh luar berproses melalui kegiatan pertanian yang mana aktivitas masyarakat secara keseluruhan terlihat menonjol pada aspek pertanian dan agama. Masyarakat yang berdiam di desa ini telah memeluk agama Kristen sejak zaman kolonial.

8 Sebelum mereka mengenal mekanisasi pertanian dan pengaruh agama Kristen, kehidupan mereka ditentukan oleh adat istiadat dan kepercayaan terhadap Debata Mulajadi Nabolon (Tuhan Maha Pencipta dan Maha Besar). Cara bertani mereka dilakukan dengan sistem tradisional. Kepercayaan terhadap kegaiban-kegaiban alam selalu dikaitkan dengan kegiatan pertanian. Sebagai contoh yaitu tentang cara menanam padi. Menanam padi hanya dilakukan sekali setahun dengan ketentuan harus serentak bagi setiap penanam padi. Interaksi sosial secara intern maupun ekstern menunjang pula perkembangan sosial secara keseluruhan ke tingkat kondisi masyarakat yang lebih baik. Kegiatan-kegiatan sosial yang beragam dalam kehidupan tradisional dianggap sebagai pemborosan waktu. Pesta-pesta adat diambil alih oleh kegiatan keagamaan yang selalu diselenggarakan dengan sederhana saja. Perkembangan ekonomi dan kelancaran komunikasi pada masyarakat desa selalu terasa di dalam penentuan arah gerak dari kelanjutan hidupnya. Pengenalan unsur baru yang sebelumnya tidak dijumpai dianggap terbaik, mengakibatkan berubahnya kondisi masyarakat petani. Jaringan-jaringan sosial berdasarkan aktivitas sehari-hari dan ikatan kekeluargaan berakibat langsung terhadap tinggi rendahnya pengaruh golongan mayoritas kepada golongan minoritas. Di mana golongan minoritas selalu tidak mampu bertahan mengimbangi pengaruh golongan mayoritas yang berlaku di antara penduduk desa sendiri dan juga kenyataankenyataan yang dihadapi masyarakat memaksa mereka berlomba ke arah pengejaran mata uang. Desa Lumban Silintong dihuni oleh suku Batak Toba yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian bertani, selalu mengalami perubahan-perubahan kondisi sosial terutama pada masyarakat petani. Kegiatan pembangunan desa yang tersalur melalui

9 program pemerintah selalu membutuhkan kerjasama dari penduduk. Dukungan dan ide-ide baru dari penduduk desa sangat dibutuhkan dalam penciptaan keberhasilan pembangunan khususnya di daerah pedesaan Rumusan Masalah Dari uraian di atas dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut: a. Bagaimana kondisi sosial-ekonomi masyarakat Desa Lumban Silintong sebelum 1990? b. Bagaimana kondisi sosial-ekonomi masyarakat Desa Lumban Silintong ? c. Faktor-faktor apa yang mendorong perubahan sosial-ekonomi masyarakat Desa Lumban Silintong? 1. 3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian Dari permasalahan di atas, penulis berusaha menjelaskan poin-poin permasalahan sebagaimana tersebut di bawah ini: a. Menjelaskan kondisi sosial-ekonomi masyarakat Desa Lumban Silintong sebelum 1990.

10 b. Menjelaskan kondisi sosial-ekonomi masyarakat Desa Lumban Silintong pada c. Menjelaskan faktor-faktor yang mendorong terjadinya perubahan sosial-ekonomi masyarakat Desa Lumban Silintong. Manfaat penelitian Setiap penelitian tentu harus bermanfaat secara teoritis dan praktis. a. Secara teoritis penelitian ini diharapkan menambah perbendaharaan sejarah sosial-ekonomi. b. Secara umum bermanfaat sebagai acuan tambahan bagi siapa saja yang berminat untuk mengetahui atau meneliti sejarah sosial-ekonomi masyarakat Desa Lumban Silintong. c. Secara praktis bermanfaat bagi pemerintah sebagai pedoman untuk mengambil kebijakan untuk membangun dan memajukan Desa Lumban Silindung Tinjauan Pustaka Setiap penelitian membutuhkan referensi yang akurat untuk memandu dan mengarahkan penelitian tepat pada sasarannya. Adapun referensi yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut: Tania Murray Li dalam Proses Transformasi Daerah Pedalaman di Indonesia (2002) menjelaskan tentang perubahan yang berlangsung dalam masyarakat pedalaman

11 secara umum di Indonesia. 8 Buku ini membahas sejarah dan ciri-ciri masyarakat daerah pedalaman yang terus berubah, khususnya dalam kaitannya dengan cara mereka mencari nafkah, dan bergesernya hubungan dengan sumber daya alam, dengan pasar, dan dengan negara. Dari buku ini juga dapat dilihat persoalan-persoalan mengenai proses perubahan dalam masyarakat pedalaman serta memiliki kesamaan permasalahan dengan pedalaman yang akan diteliti. Robert Chambers dalam Participatory Rural Appraisal: Memahami Desa secara Partisipatif (1996). Karya ini mengkaji tentang metode penelitian yang mempelajari permasalahan masyarakat pedesaan secara partisipatif. Robert Chambers dalam buku ini memaparkan tentang metode dan pendekatan yang memungkinkan masyarakat secara bersama-sama menganalisis masalah kehidupan dalam rangka merumuskan perencanaan dan kebijakan secara nyata. 9 Seminar Sejarah Lokal: Dinamika Masyarakat Pedesaan (1983) menguraikan tentang proses perubahan dan perkembangan sosial ekonomi masyarakat desa dalam kaitannya dengan mata pencaharian seperti bidang pertanian. Secara umum buku ini menggambarkan ciri-ciri dari kehidupan masyarakat Indonesia. Gambaran beberapa desa di Indonesia masing-masing menunjukkan cirinya, baik dalam proses adat-istiadat, kerukunan, 8 Tania Murray Li, Proses Transformasi Daerah Pedalaman di Indonesia, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, Robert Chambers, PRA Participatory Rural Appraisal: Memahami Desa secara Partisipatif, Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1996, hal. 10.

12 gotong royong dalam bekerja maupun konflik yang terdapat pada masyarakat. Perbandingan yang ditampilkan di antara beberapa desa di Indonesia sungguh berbeda. 10 Selanjutnya Soetomo dalam Strategi-strategi Pembangunan Masyarakat (2008). 11 Implementasi beberapa pengaturan tata ruang tampak secara hirarkis melalui kebijakan spasial yang terintegrasi, meskipun dapat mengurangi pemusatan perkembangan sosial ekonomi di kota-kota besar. Namun demikian, tidak jarang dijumpai masih ada warga masyarakat yang hidup dalam kemiskinan, baik di daerah perkotaan maupun di daerah pedesaan. Warga masyarakat yang hidup dalam kondisi kemiskinan berada pada satu kawasan tertentu yang seolah-olah merupakan kantung atau kluster wilayah kemiskinan. Dengan kata lain terjadilah disparitas desa-kota dan disparitas antarwilayah. Mulyadi S dalam Ekonomi Sumber Daya Manusia: dalam Perspektif Pembangunan (2006), pusat kajiannya adalah pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan penduduk diakibatkan oleh empat komponen yaitu kelahiran, kematian, migrasi masuk dan keluar. Selisih antara kelahiran dan kematian disebut pertumbuhan alamiah, sedangkan selisih antara migrasi masuk dan keluar disebut migrasi neto. Mulyadi juga menambahkan mengenai gambaran laju pertumbuhan penduduk , Seminar Sejarah Lokal: Dinamika Masyarakat Pedesaan, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional, Sutomo, Strategi-strategi Pembangunan Masyarakat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, S, Mulyadi, Ekonomi Sumber Daya Manusia: dalam Perspektif Pembangunan, Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada, 2006.

13 1. 5 Metode Penelitian Penulisan sejarah yang deskriptif-analitis selalu menggunakan metode penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian sejarah adalah heuristik (pengumpulan sumber); verifikasi (kritik sejarah, keabsahan sumber); interpretasi (analisis dan sintesis); dan historiografi (penulisan). 13 Heuristik Heuristik atau pengumpulan data yang sesuai dan mendukung sumber objek yang diteliti. Dalam hal ini, dengan menggunakan metode penelitian kepustakaan, sejarah lisan, dan penelitian lapangan. Dalam penelitian kepustakaan, dilakukan dengan mengumpulkan beberapa buku, majalah, artikel-artikel, skripsi dan karya tulis yang pernah ditulis sebelumnya yang berkaitan dengan judul yang dikaji. Kemudian sejarah lisan. Penelitian lapangan akan dilakukan dengan menggunakan metode wawancara terhadap informan-informan yang dianggap mampu memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Verifikasi Tahapan kedua yang dilakukan adalah kritik. Dalam tahapan ini, kritik dilakukan terhadap sumber yang telah terkumpul untuk mencari kesahihan sumber tersebut baik dari segi substansial (isi), yakni dengan cara menganalisa sejumlah sumber tertulis, misalnya, buku-buku atau dokumen yang terkait dengan perpustakaan daerah. Kritik ini disebut kritik 13 Lihat Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: PT. Bentang Pustaka, 1993.

14 intern. Mengkritik dari segi materialnya untuk mengetahui keaslian atau palsukah sumber tersebut agar diperoleh keautentikannya disebut kritik ekstern. Interpretasi Tahapan ketiga adalah interpretasi. Dalam tahapan ini, data yang diperoleh dianalisis sehingga melahirkan satu analisis baru yang sifatnya lebih objektif dan ilmiah dari objek yang diteliti. Objek kajian yang cukup jauh ke belakang serta minimnya data dan fakta yang ada membuat interpretasi menjadi sangat vital dan dibutuhkan keakuratan serta analisis yang tajam agar mendapatkan fakta sejarah yang objektif. Historiografi Tahap keempat adalah historiografi, yakni penyusunan kesaksian yang dapat dipercaya menjadi satu kisah atau kajian yang menarik dan selalu berusaha memperhatikan aspek kronologisnya. Metode yang dipakai dalam penulisan ini adalah deskriptif-analitis. Yaitu dengan menganalisis setiap data dan fakta untuk mendapatkan penulisan sejarah yang kritis dan ilmiah. Dalam fase heuristik, selain mengumpulkan bahan-bahan seperti telah disebutkan di atas, juga digunakan ilmu-ilmu bantu yang relevan dan fokus terhadap penelitian. Ilmuilmu bantu yang merupakan pendukung ilmu sejarah disebut auxiliary sciences atau sister disciplines yang penggunaannya tergantung pada pokok atau perode sejarah yang dikaji. Ilmu bantu mempunyai fungsi-fungsi penting yang digunakan oleh para sejarawan dalam membantu penelitian dan penulisan sejarah sehingga menjadikan sejarah sebagai suatu karya

15 ilmiah. Konsep-konsep dari ilmu sosial membantu atau menjadi alat (tools) untuk kajian sejarah yang analitis-kritis ilmiah. Dalam perkembangan penelitian dan penulisan sejarah terutama abad ke-20 dan ke-21 ini para sejarawan telah membiasakan diri mengenal dan menggunakan sejumlah konsepkonsep, baik yang dikenal dari dalam sejarah sendiri maupun yang diangkat dari ilmu-ilmu sosial lain. Ketika menganalisis berbagai peristiwa atau fenomena masa lalu, sejarawan menggunakan konsep-konsep dari berbagai ilmu sosial tertentu yang relevan dengan pokok kajian. Ini dikenal dengan pendekatan interdisiplin atau multidimensional yang memberikan karakteristik ilmiah kepada sejarah. Penggunaan berbagai konsep disiplin ilmu sosial lain ini memungkinkan suatu masalah dapat dilihat dari berbagai dimensi sehingga pemahaman tentang masalah itu, baik keluasan dan kedalamannya akan semakin jelas.

PERKEMBANGAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DESA LUMBAN SILINTONG KECAMATAN BALIGE ( )

PERKEMBANGAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DESA LUMBAN SILINTONG KECAMATAN BALIGE ( ) PERKEMBANGAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DESA LUMBAN SILINTONG KECAMATAN BALIGE (1990-2003) SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O L E H NAMA : EKO RENOLD TAMBUNAN NIM : 080706018 DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap gejala sejarah yang memanifestasikan kehidupan sosial suatu

BAB I PENDAHULUAN. Setiap gejala sejarah yang memanifestasikan kehidupan sosial suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap gejala sejarah yang memanifestasikan kehidupan sosial suatu komunitas atau kelompok, dapat disebutkan sejarah sosial. Adapun manifestasi kehidupan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari satu pulau ke pulau lain

BAB I PENDAHULUAN. Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari satu pulau ke pulau lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari satu pulau ke pulau lain dalam satu negara. Transmigrasi merupakan perpindahan penduduk secara permanen dari pulau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. eksternal dan internal yang menunjang dan mempengaruhi setiap individu di

BAB I PENDAHULUAN. eksternal dan internal yang menunjang dan mempengaruhi setiap individu di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan masyarakat pada umumnya mengalami perubahan baik secara cepat maupun lambat. Perubahan tersebut terjadi disebabkan oleh adanya faktor eksternal dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjang dan mempengaruhi setiap individu di dalam masyarakat tersebut 1. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. menunjang dan mempengaruhi setiap individu di dalam masyarakat tersebut 1. Perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan masyarakat pada umumnya mengalami perubahan baik secara cepat maupun secara lambat. Perubahan tersebut terjadi dikarenakan adanya faktor yang menunjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan berkembang atas kekuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi kota adalah perdagangan. Sektor ini memiliki peran penting dalam mendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian dan pedesaan merupakan dua sisi mata uang yang saling

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian dan pedesaan merupakan dua sisi mata uang yang saling 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Pertanian dan pedesaan merupakan dua sisi mata uang yang saling berhubungan, karena pertanian merupakan mata pencaharian utama masyarakat desa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perindustrian. Perkembangan industrialisasi di Indonesia ditandai dengan munculnya

BAB I PENDAHULUAN. perindustrian. Perkembangan industrialisasi di Indonesia ditandai dengan munculnya BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan bangsa yang besar, yang memiliki keberagaman kehidupan dengan berbagai macam peristiwa sejarah. Salah satunya adalah sejarah perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat bertahan hidup, sehingga manusia harus menanam padi, sayur-sayuran, buahbuahan

BAB I PENDAHULUAN. dapat bertahan hidup, sehingga manusia harus menanam padi, sayur-sayuran, buahbuahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk dapat hidup manusia memiliki banyak kebutuhan untuk dapat menopang kelangsungan kehidupannya. Kebutuhan manusia dapat dibagi menjadi kebutuhan primer (pangan),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan bangsa yang multikultural terdiri dari ratusan suku

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan bangsa yang multikultural terdiri dari ratusan suku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan bangsa yang multikultural terdiri dari ratusan suku bangsa yang tersebar di seluruh nusantara. Setiap daerah memiliki suku asli dengan adatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah IMAM NAWAWI, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah IMAM NAWAWI, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang direncanakan sebagai salah satu upaya manusia dalam meningkatkan kualitas hidupnya. Begitu pun dengan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bukti bahwa sejarah itu perlu. Sejarah merupakan hasil peradaban manusia. Karena

BAB I PENDAHULUAN. bukti bahwa sejarah itu perlu. Sejarah merupakan hasil peradaban manusia. Karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah adalah rekonstruksi masa lalu. 1 Yang direkonstruksi ialah apa saja yang sudah dipikirkan, dikatakan, dikerjakan, dirasakan, dan dialami oleh manusia. Kenyataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan bangsanya. Sebagai bangsa yang heterogen, Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan sawah memiliki arti penting, yakni sebagai media aktivitas bercocok tanam guna menghasilkan bahan pangan pokok (khususnya padi) bagi kebutuhan umat manusia.

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kebudayaan dalam arti luas adalah perilaku yang tertanam, ia merupakan totalitas dari sesuatu yang dipelajari manusia, akumulasi dari pengalaman yang dialihkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Samosir dikenal masyarakat Indonesia karena kekayaan budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Samosir dikenal masyarakat Indonesia karena kekayaan budaya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Samosir dikenal masyarakat Indonesia karena kekayaan budaya yang merupakan pusat budaya batak toba. Selain itu samosir juga di kenal dengan ke indahan panorama alam

Lebih terperinci

Pembangunan di pedesaan adalah bagian dari proses pembangunan. nasional yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian

Pembangunan di pedesaan adalah bagian dari proses pembangunan. nasional yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di pedesaan adalah bagian dari proses pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian wilayah, sekaligus mengidentifikasikan perubahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan dihampir semua bidang membuat masyarakatnya nyaman. Meskipun

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan dihampir semua bidang membuat masyarakatnya nyaman. Meskipun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintahan Soeharto adalah pemerintahan yang berlangsung selama kurang lebih 32 tahun. Dalam memerintah, Soeharto terkenal dengan ketegasannya. Di bawah pemerintahannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Kisaran adalah Ibu Kota dari Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota Kisaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki kekayaan sumberdaya ekonomi melimpah. Kekayaan sumberdaya ekonomi ini telah dimanfaatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan bagian dari sektor industri di Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan bagian dari sektor industri di Indonesia yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pariwisata merupakan bagian dari sektor industri di Indonesia yang prospeknya cerah, dan mempunyai potensi serta peluang yang sangat besar untuk dikembangkan.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atau struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara Antropologi Budaya, etnis Jawa adalah orang-orang yang secara turun

BAB I PENDAHULUAN. Secara Antropologi Budaya, etnis Jawa adalah orang-orang yang secara turun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara Antropologi Budaya, etnis Jawa adalah orang-orang yang secara turun temurun menggunakan bahasa Jawa, bertempat tinggal di Jawa Tengah dan Jawa Timur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi tahun 1980an telah berdampak pada tumbuhnya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi tahun 1980an telah berdampak pada tumbuhnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi tahun 1980an telah berdampak pada tumbuhnya industri-industri besar maupun kecil di Indonesia. Pembangunan sektor-sektor industri ini muncul sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun secara lambat, atau perubahan yang direncanakan maupun perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. maupun secara lambat, atau perubahan yang direncanakan maupun perubahan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat secara umum bersifat dinamis, artinya bahwa masyarakat dalam proses sosialnya selalu mengalami perubahan baik itu perubahan secara cepat maupun secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian sejarah menurut R. Moh Ali dalam buku Pengantar Ilmu Sejarah adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian sejarah menurut R. Moh Ali dalam buku Pengantar Ilmu Sejarah adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengertian sejarah menurut R. Moh Ali dalam buku Pengantar Ilmu Sejarah adalah ilmu yang bertugas menyelidiki perubahan-perubahan kejadian atau peristiwa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara administratif, Pulau Samosir adalah adalah pulau vulkanik di tengah Danau Toba, danau terbesar di Asia Tenggara, yang termasuk dalam Kabupaten Samosir, Sumatera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencapaian tersebut adalah melalui pembangunan. Menurut Tjokroamidjojo

BAB I PENDAHULUAN. pencapaian tersebut adalah melalui pembangunan. Menurut Tjokroamidjojo BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerataan pembangunan telah digariskan dalam Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat, yang menyatakan bahwa fungsi sekaligus tujuan Negara Indonesia yakni memajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Bangka, Singkep dan Belitung merupakan penghasil timah terbesar di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Bangka, Singkep dan Belitung merupakan penghasil timah terbesar di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Bangka, Singkep dan Belitung merupakan penghasil timah terbesar di Indonesia. Berdasarkan data statistik yang dikeluarkan oleh United States Bureau of Mines (USBM)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sibulan-bulan merupakan suatu desa yang berada di Kecamatan Purbatua,

BAB I PENDAHULUAN. Sibulan-bulan merupakan suatu desa yang berada di Kecamatan Purbatua, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sibulan-bulan merupakan suatu desa yang berada di Kecamatan Purbatua, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara. Sebelum pemekaran, desa ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara, yang ibukotanya Gunungsitoli. Bersama pulau-pulau lain yang

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara, yang ibukotanya Gunungsitoli. Bersama pulau-pulau lain yang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Kabupaten Nias merupakian salah satu dari 17 kabupaten di Propinsi Sumatera Utara, yang ibukotanya Gunungsitoli. Bersama pulau-pulau lain yang mengelilinginya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya dinikmati segelintir orang-orang yang relatif kaya pada awal

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya dinikmati segelintir orang-orang yang relatif kaya pada awal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Diawali dari kegiatan yang semula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. giat melaksanakan pembangunan di segala bidang, salah satu diantaranya adalah bidang

BAB I PENDAHULUAN. giat melaksanakan pembangunan di segala bidang, salah satu diantaranya adalah bidang 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia sebagai daerah agraris juga merupakan Negara berkembang yang sedang giat melaksanakan pembangunan di segala bidang, salah satu diantaranya adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma pembangunan di Indonesia telah mengalami pergeseran dari zaman orde baru

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma pembangunan di Indonesia telah mengalami pergeseran dari zaman orde baru BAB I PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang Paradigma pembangunan di Indonesia telah mengalami pergeseran dari zaman orde baru yang mana pembangunan dilaksanakan secara sentralistik yang berarti pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia adalah negara maritim sebagian besar penduduk menggantungkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia adalah negara maritim sebagian besar penduduk menggantungkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara maritim sebagian besar penduduk menggantungkan hidupnya menjadi nelayan. Walaupun mata pencarian orang-orang desa di pesisir beragam, namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melestarikan dan mengalihkan serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. melestarikan dan mengalihkan serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam masyarakat yang dinamis, pendidikan memegang peranan yang menentukan eksistensi dan perkembangan masyarakat. Pendidikan merupakan usaha melestarikan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendukung statusnya sebagai negara agraris, dengan sebagian besar masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. mendukung statusnya sebagai negara agraris, dengan sebagian besar masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang memiliki potensi alam melimpah ruah yang mendukung statusnya sebagai negara agraris, dengan sebagian besar masyarakat bermukim di pedesaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ada tiga faktor penting dalam sejarah yaitu manusia, tempat, dan waktu 1.

BAB I PENDAHULUAN. Ada tiga faktor penting dalam sejarah yaitu manusia, tempat, dan waktu 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ada tiga faktor penting dalam sejarah yaitu manusia, tempat, dan waktu 1. Manusia itu sendiri merupakan objek pelaku dalam peristiwa sejarah. Demikian juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan adalah ibukota Kecamatan Bandar 1. di Selat Malaka, tepatnya di Kuala Tanjung Kabupaten Batu Bara.

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan adalah ibukota Kecamatan Bandar 1. di Selat Malaka, tepatnya di Kuala Tanjung Kabupaten Batu Bara. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan adalah ibukota Kecamatan Bandar 1 Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara. Kota ini terletak sekitar 40 km arah Timur dari ibukota Kabupaten Simalungun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Globalisasi sering diterjemahkan sebagai gambaran dunia yang lebih seragam dan terstandar melalui teknologi, komersialisasi, dan sinkronisasi budaya yang dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR ( )

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR ( ) BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR (1998-2005) 2.1 Letak Geografis dan Keadaan Alam Kecamatan Ajibata merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Toba Samosir dengan luas wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan sebuah kota, merupakan topik yang selalu menarik untuk dikaji, karena memiliki berbagai permasalahan kompleks yang menjadi ciri khas dan membedakan antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Simon Kemoni yang dikutip oleh Esten (2001: 22) globalisasi dalam bentuk yang alami akan meninggikan berbagai budaya dan nilai-nilai budaya. Globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan taraf hidup masyarakatnya agar menjadi manusia seutuhnya yang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan taraf hidup masyarakatnya agar menjadi manusia seutuhnya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak masa orde lama, orde baru hingga era reformasi sekarang ini, pemerintah selalu melaksanakan pembangunan di segala bidang kehidupan guna meningkatkan taraf hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup atau semi terbuka dimana, sebagian besar interaksi adalah sekelompok manusia yang bekerja

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian dan sektor basis baik tingkat Provinsi Sulawsi Selatan maupun Kabupaten Bulukumba. Kontribusi sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140), yang disebut lingkungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140), yang disebut lingkungan hidup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Istilah komunikasi bukanlah suatu istilah yang baru bagi kita. Bahkan komunikasi itu sendiri tidak bisa dilepaskan dari sejarah peradaban umat manusia, dimana pesan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Peradaban manusia merupakan suatu hal yang terus berkembang seiring dengan berjalannya waktu mulai dari zaman prasejarah yang dikenal dengan nirkela, zaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata semakin dikembangkan oleh banyak negara karena

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata semakin dikembangkan oleh banyak negara karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata semakin dikembangkan oleh banyak negara karena memberikan manfaat ekonomi, termasuk Indonesia. Daerah-daerah di Indonesia berlomba mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan seni dan budayanya. Hal itu telihat dari keberagaman suku yang dimiliki Bangsa Indonesia, mulai dari cara hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minyak mentah, batu bara, tembaga, biji besi, timah, emas dan lainnya. Dampak

BAB I PENDAHULUAN. minyak mentah, batu bara, tembaga, biji besi, timah, emas dan lainnya. Dampak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia terkenal memiliki sumber daya alam dan mineral, seperti minyak mentah, batu bara, tembaga, biji besi, timah, emas dan lainnya. Dampak pertambangan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Penelitian tentang Kondisi Sosial-Ekonomi Masyarakat Salatiga Masa

BAB III METODOLOGI. Penelitian tentang Kondisi Sosial-Ekonomi Masyarakat Salatiga Masa BAB III METODOLOGI A. Lokasi Penelitian Penelitian tentang Kondisi Sosial-Ekonomi Masyarakat Salatiga Masa Pendudukan Jepang Tahun 1942-1945 mengambil lokasi di Salatiga. B. Bentuk dan Strategi Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan menujukan bahwa kebudayan Indonesia telah tumbuh dan. generasi sebelumnya bahkan generasi yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan menujukan bahwa kebudayan Indonesia telah tumbuh dan. generasi sebelumnya bahkan generasi yang akan datang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kenyataan menujukan bahwa kebudayan Indonesia telah tumbuh dan berkembang sejak ribuan tahun yang lampau, ini yang dapat di lihat dari kayakarya para leluhur bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu manusia setelah pangan dan sandang. Pemenuhan kebutuhan dasar

BAB I PENDAHULUAN. individu manusia setelah pangan dan sandang. Pemenuhan kebutuhan dasar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan papan merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi individu manusia setelah pangan dan sandang. Pemenuhan kebutuhan dasar bagi setiap individu manusia pasti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan. hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan. hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat dan dijadikan milik diri manusia dengan belajar. 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata itu sendiri, dimana pariwisata memiliki cerita tersendiri dalam sejarah

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata itu sendiri, dimana pariwisata memiliki cerita tersendiri dalam sejarah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara tentang pariwisata tidak dapat lepas dari perkembangan sejarah pariwisata itu sendiri, dimana pariwisata memiliki cerita tersendiri dalam sejarah bangsa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan memenuhi kepentingan politis pihak yang berkuasa sari negara yang di

BAB I PENDAHULUAN. dan memenuhi kepentingan politis pihak yang berkuasa sari negara yang di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diandalkan oleh beberapa negara di seluruh dunia. Negara menggunakan pariwisata sebagai penyokong ekonomi dan juga devisa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

BAB II ONAN RUNGGU. atas permukaan laut. Wilayah Onan Runggu memiliki luas sekitar 60,89 Km 2

BAB II ONAN RUNGGU. atas permukaan laut. Wilayah Onan Runggu memiliki luas sekitar 60,89 Km 2 BAB II ONAN RUNGGU 2.1 Letak Geografis Onan Runggu adalah satu wilayah di Kabupaten Samosir yang terletak diantara 2 o 26 2 o 33 LU dan 98 o 54 99 o 01 BT dengan ketinggian 904 1.355 meter di atas permukaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi modal dasar pembangunan nasional disektor pertanian sebagai prioritas

BAB I PENDAHULUAN. menjadi modal dasar pembangunan nasional disektor pertanian sebagai prioritas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris, artinya masyarakat banyak yang bermata pencaharian sebagai petani. Luas daratan yang terbentang dari sabang sampai merauke yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan dalam suatu usaha secara menyeluruh untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan dalam suatu usaha secara menyeluruh untuk meningkatkan kesejahteraan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses industrialisasi dan pengembangan industri merupakan salah satu jalur kegiatan dalam suatu usaha secara menyeluruh untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap kehidupan manusia senantiasa mengalami perubahan-perubahan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Setiap kehidupan manusia senantiasa mengalami perubahan-perubahan. Hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap kehidupan manusia senantiasa mengalami perubahan-perubahan. Hal ini terjadi karena manusia mempunyai kepentingan-kepentingan yang berbeda, dan perubahan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di Indonesia, pariwisata telah dianggaap sebagai salah satu sektor ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di Indonesia, pariwisata telah dianggaap sebagai salah satu sektor ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia, pariwisata telah dianggaap sebagai salah satu sektor ekonomi penting. Sektor pariwisata dapat dikatakan menjadi salah satu motor penggerak perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan Orang Kristen memiliki tugas dan panggilan pelayanan dalam hidupnya di dunia. Tugas dan panggilan pelayanannya yaitu untuk memberitakan Firman Allah kepada dunia ini.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pengaruh yang besar bagi perubahan desa atau kota. Perubahan yang dimaksud

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pengaruh yang besar bagi perubahan desa atau kota. Perubahan yang dimaksud BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Ilmu sejarah merupakan ilmu yang meliputi seluruh aktifitas manusia, dengan memperhatikan proses dan struktur yang tunggal dalam ruang dan waktu. Demikian halnya dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dimana sebagian besar penduduknya hidup dari hasil bercocok tanam atau bertani, sehingga pertanian merupakan sektor yang memegang peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perempuan di Indonesia. Diperkirakan persen perempuan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. perempuan di Indonesia. Diperkirakan persen perempuan di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Menikah di usia muda masih menjadi fenomena yang banyak dilakukan perempuan di Indonesia. Diperkirakan 20-30 persen perempuan di Indonesia menikah di bawah usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman budaya, suku, ras, agama dan lain-lain. Keberagaman yang dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman budaya, suku, ras, agama dan lain-lain. Keberagaman yang dimiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk, yang memiliki keberagaman budaya, suku, ras, agama dan lain-lain. Keberagaman yang dimiliki suatu bangsa dapat dijadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Danau Toba merupakan sebuah danau vulkanik dengan ukuran panjang 100

BAB I PENDAHULUAN. Danau Toba merupakan sebuah danau vulkanik dengan ukuran panjang 100 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang dikenal dengan banyaknya objek wisata yang tersebar di banyak kota dan kabupatennya. Salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada suatu peristiwa, tetapi hanya peristiwa yang banyak mengubah kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. ada suatu peristiwa, tetapi hanya peristiwa yang banyak mengubah kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa lampau manusia untuk sebagian besar tidak dapat ditampilkan kembali, bahkan mereka yang dikaruniai ingatan sekalipun tidak akan dapat menyusun kembali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khusus, karena terjadinya hubungan erat di antara keduanya.

BAB I PENDAHULUAN. khusus, karena terjadinya hubungan erat di antara keduanya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan salah satu hasil karya seni yang sekaligus menjadi bagian dari kebudayaan. Sebagai salah satu hasil kesenian, karya sastra mengandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang merupakan daerah yang memiliki potensi budaya yang masih berkembang secara optimal. Keanekaragaman budaya mencerminkan kepercayaan dan kebudayaan masyarakat setempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor lainnya. Tidak hanya mementingkan salah satu sektor saja. Indonesia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. sektor lainnya. Tidak hanya mementingkan salah satu sektor saja. Indonesia sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu negara tidak terlepas dari pembangunan yang terjadi pada sektor lainnya. Tidak hanya mementingkan salah satu sektor saja. Indonesia sebagai salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi masyarakat dalam bidang perikanan di Indonesia, telah

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi masyarakat dalam bidang perikanan di Indonesia, telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan ekonomi masyarakat dalam bidang perikanan di Indonesia, telah menjadi salah satu kegiatan perekonomian penduduk yang sangat penting. Perikanan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan seni budaya tradisionalnya, adanya desa desa tradisional, potensi

BAB I PENDAHULUAN. dan seni budaya tradisionalnya, adanya desa desa tradisional, potensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul Sumatera Utara merupakan salah satu daerah pariwisata yang berpotensi di Indonesia. Potensi pariwisata yang ada di Sumatera Utara antara lain keindahan alam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Kasus Proyek Perkembangan globalisasi telah memberikan dampak kesegala bidang, tidak terkecuali pengembangan potensi pariwisata suatu kawasan maupun kota. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim global, krisis pangan dan energi dunia, harga pangan dan energi meningkat, sehingga negara-negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada sekitar 1.340 suku bangsa di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada, dengan menjalin pola-pola kemitraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan kemiskinan telah menjadi masalah yang sangat sulit untuk

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan kemiskinan telah menjadi masalah yang sangat sulit untuk BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar belakang Persoalan kemiskinan telah menjadi masalah yang sangat sulit untuk diatasi. Masalah kemiskinan sepertinya juga menjadi sesuatu yang telah mengakar dan menjadi permasalahan

Lebih terperinci

PERANAN PERKEBUNAN KARET JALUPANG TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT CIPEUNDEUY KABUPATEN SUBANG

PERANAN PERKEBUNAN KARET JALUPANG TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT CIPEUNDEUY KABUPATEN SUBANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penelitian Perkebunan mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap perekonomian regional secara keseluruhan. Sistem perkebunan masuk ke Indonesia pada akhir Abad

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gotong royong merupakan salah satu budaya yang mencerminkan kepribadian luhur bangsa Indonesia yang keberadaannya meluas di seluruh wilayah Indonesia, meskipun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Maluku Utara merupakan sebuah Provinsi yang tergolong baru. Ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. Maluku Utara merupakan sebuah Provinsi yang tergolong baru. Ini adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Maluku Utara merupakan sebuah Provinsi yang tergolong baru. Ini adalah provinsi kepulauan dengan ciri khas sekumpulan gugusan pulau-pulau kecil di bagian timur wilayah

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN. tersebut telah menjadi tradisi tersendiri yang diturunkan secara turun-temurun

BAB I PEDAHULUAN. tersebut telah menjadi tradisi tersendiri yang diturunkan secara turun-temurun BAB I PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Sumatera Utara memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional, dan bahasa daerah. Semua etnis memiliki budaya yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat yang tinggal disepanjang pinggiran pantai, lazimnya disebut masyarakat pesisir. Masyarakat yang bermukim di sepanjang pantai barat disebut masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia terdiri dari pulau-pulau dan berbagai macam suku dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia terdiri dari pulau-pulau dan berbagai macam suku dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia terdiri dari pulau-pulau dan berbagai macam suku dengan adat istiadat yang berbeda,yang mempunyai banyak pemandangan alam yang indah berupa pantai,danau,laut,gunung,sungai,air

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada Tahun Kabupaten ini memiliki situs sejarah atau perjalanan sejarah

BAB I PENDAHULUAN. pada Tahun Kabupaten ini memiliki situs sejarah atau perjalanan sejarah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kabupaten Toba Samosir merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Sumatera Utara. Ibukota kabupaten ini terletak di Kota Balige. Kabupaten Toba Samosir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara agraris dan sebagian besar penduduknya bermata pencaharian di bidang pertanian. Sebenarnya negara ini diuntungkan karena dikaruniai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1992:78). Dalam pengertian lain industrialisasi merupakan transformasi proses

BAB I PENDAHULUAN. 1992:78). Dalam pengertian lain industrialisasi merupakan transformasi proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industrialisasi adalah proses segala hal yang berkaitan dengan teknologi, ekonomi, perusahaan dan orang-orang yang terlibat di dalamnya (SR. Parker, 1992:78).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk keluar dari keadaan biasanya dan ini dipengaruhi oleh keberadaan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. untuk keluar dari keadaan biasanya dan ini dipengaruhi oleh keberadaan ekonomi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan perpindahan sementara yang dilakukan manusia dengan tujuan keluar dari pekerjaan-pekerjaan rutin, keluar dari tempat kediamannya. Aktivitas dilakukan

Lebih terperinci

AgroinovasI. Badan Litbang Pertanian. Edisi Desember 2011 No.3436 Tahun XLII

AgroinovasI. Badan Litbang Pertanian. Edisi Desember 2011 No.3436 Tahun XLII Dusun Subak Berbasis Social-Industry of Agriculture Meningkatkan Potensi Pertanian Bali dan Kesejahteraan Para Abdi Bumi Melalui Dusun Subak Berbasis Social-Industry of Agriculture Indonesia adalah salah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lahan sudah menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang. kelangsungan kehidupan sejak manusia pertama kali menempati bumi.

I. PENDAHULUAN. Lahan sudah menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang. kelangsungan kehidupan sejak manusia pertama kali menempati bumi. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lahan sudah menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang kelangsungan kehidupan sejak manusia pertama kali menempati bumi. Lahan berfungsi sebagai tempat manusia beraktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Brebes yang merupakan wilayah paling barat dari Propinsi Jawa

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Brebes yang merupakan wilayah paling barat dari Propinsi Jawa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kabupaten Brebes yang merupakan wilayah paling barat dari Propinsi Jawa Tengah mempunyai potensi yang tidak kalah pentingnya dengan daerah-daerah lain di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Agama Islam di Desa Sukkean Kecamatan Onanrunggu Kabupaten Samosir.

BAB I PENDAHULUAN. Agama Islam di Desa Sukkean Kecamatan Onanrunggu Kabupaten Samosir. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejarah merupakan peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian masa lampau, baik bidang politik, militer, sosial, agama, dan ilmu pengetahuan yang dapat dibuktikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara pertanian, artinya sektor tersebut memegang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara pertanian, artinya sektor tersebut memegang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara pertanian, artinya sektor tersebut memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini membahas lebih rinci metode penelitian yang digunakan dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini membahas lebih rinci metode penelitian yang digunakan dalam BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini membahas lebih rinci metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini, mulai dari persiapan penelitian sampai dengan pelaksanaan penelitian dan analisis

Lebih terperinci