BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian dan Landasan Hukum Musyarakah 1. Pengertian Istilah lain dari musyarakah adalah syirkah. Syirkah dari segi bahasa bermakna ikhtilath (percampuran), yaitu penggabungan dua bagian atau lebih, yang tidak bisa dibedakan lagi antara satu bagian dengan bagian yang lain. Sedangkan menurut syari ah, syirkah adalah transaksi antara dua orang atau lebih yang dua-duanya sepakat untuk melakukan kerja yang bersifat finansial dengan tujuan mencari keuntungan. Transaksi syirkah mengharuskan adanya ijab dan qabul, selain juga tergantung kepada sesuatu yang ditransaksikan, yaitu harus sesuatu yang bisa dikelola. Dan sesuatu yang bisa dikelola itu haruslah sesuatu yang bisa diwakilkan, sehingga sesuatu yang bisa dikelola tersebut sama-sama mengikat mereka. (Tim Asistensi Pengembangan LKS Bank Muamalat, 2000). Keterangan di atas menunjukan bahwa para ulama fiqh memang mempunyai perbedaan dalam definisi syirkah secara terminologinya (syar i). Menurut Madzhab Maliki, syirkah adalah pemberian wewenang kepada pihak-pihak yang bekerja sama. Menurut Madzhab Hambali, syirkah adalah percampuran dalam kepemilikan dan wewenang. Menurut Madzhab Syafi i, syirkah adalah ditetapkannya hak kepemilikan bagi dua pihak atau lebih. Menurut Madzhab Hanafi, syirkah adalah transaksi yang dilakukan dua pihak

2 8 dalam hal permodalan dan keuntungan. (Tim Asistensi Pengembangan LKS Bank Muamalat, 2000). 2. Landasan Hukum Landasan hukum Musyrakah adalah: a. Al-Quran surat An-Nisa ayat 12 yang mempunyai arti dari potongan ayat tersebut adalah...maka mereka berserikat dalam sepertiga... (An-Nisa/4:12). A-Quran surat Shad ayat 24 yang mempunyai arti dari potongan ayat tersebut adalah...dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang bersyarikat itu sebagian mereka berbuat zalim kepada sebagian lain kecuali orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh... (Shad/38:24). Kedua ayat diatas menunjukan perkenaan dan pengakuan Allah SWT akan adanya pererikatan dalam kepemilikan harta. Hanya saja dalam Q.S: An-Nisa: 12 perkongsian terjadi secara otomatis (jabr) karena waris, sementara Q.S: Shad: 24 terjadi atas dasar akad (ikhtiyari). (Muhammad Syafi i Antonio, 2000). b. Al-Hadits Rasulullah SAW menurut Abu Dawud Sulaiman (1988:253): Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Sulaiman Al- Masyisyi, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al- Zaharkan dari Abi Hayaan At-Tamii, dari bapaknya, dari Abi Hurairah dan sebelumnya berkata: Sesungguhnya Allah berfirman: bahwa ada

3 9 tiga orang yang bersyarikat, maka janganlah berkhianat salah satu di antara mereka kepada sahabatnya, maka apabila ada yang berkhianat keluarlah dari antara mereka. Hadits qudsi tersebut menunjukan kecintaan Allah kepada hamba- Nya yang melakukan perkongsian selama saling menjunjung tinggi amanat kebersamaan dan menjauhi pengkhianatan. (Abu Dawud Sulaiman, 1988:253). c. Ijma Ibnu Qudamah dalam kitabnya Al-Mughni 5/ 109 telah berkata, Kaum muslimin telah berkonsensus terhadap legitimasi musyarakah secara global walaupun terdapat perbedaan pendapat dalam beberapa elemen dari padanya. (Abu Dawud Sulaiman, 1988:253). B. Musyarakah dalam Konsep Fiqih 1. Rukun dan Syarat Musyarakah a. Rukun Menurut jumhur ulama, syirkah ( termasuk syirkah amlak maupun syirkah uqud ) ada 3 (tiga), yaitu : 1) Shighat (ijab dan qabul), 2) Pihak yang berakad ( Shahibul maal/ rabbul maal), dan pelaksana (musyarik) dan 3) Objek akad (proyek/usaha). (Tim Asistensi Pengembangan LKS Bank Muamalat, 2000).

4 10 b. Syarat Dua jenis syirkah di atas mempunyai syarat umum, yaitu : 1) Perserikatan itu merupakan transaksi yang bisa diwakilkan. Artinya, salah satu pihak jika bertindak hukum tehadap obyek perserikatan itu, dengan izin pihak yang lain, dianggap sebagai wakil seluruh pihak yang bersrukat. 2) Pembagian keuntungan untuk masing-masing pihak yang berserikat dijelaskan nisbahnya (persentasenya) ketika berlangsungnya akad. 3) Keuntungan dari akad itu dibagi dari hasil usaha (laba) harta perserikatan, bikan dari harta lain. Sedangkan syarat-syarat tambahan, bisa disesuaikan dengan jenis syirkahnya seperti : 4) Jenis usaha yang dilakukan harus jelas dan tidak melanggar syari ah. 5) Modal diberikan berbentuk uang tunai atau asset yang likuid ( dapat segera dicairkan). (Tim Asistensi Pengembangan LKS Bank Muamalat, 2000). 2. Jenis-Jenis Musyarakah Syirkah ada dua macam, yaitu syirkah amlak dan syirkah uqud. Syirkah amlak adalah hak milik. Syirkah ini disebut juga syirkah ijbariayah (paksaan). Syirkah uqud adalah, syirkah yang berdasarkan transaksi, syirkah ini disebut juga syirkah ikhtiyariyyah (pilihan). (Tim Asistensi Pengembangan LKS Bank Muamalat, 2000).

5 11 a. Syirkah Amlak Secara bahasa, syirkah amlak berarti akad yang terjadi antara dua orang atau lebih yang mempunyai hak milik atas suatu harta tanpa adanya transaksi kerjasama terlebih dahulu. Contoh seperti beberapa orang ahli waris yang dapat warisan dari oran tuanya yang meninggal dunia. (Tim Asistensi Pengembangan LKS Bank Muamalat, 2000). 1) Amlak Jabr Terjadinya suatu perkongsian secara otomatis dan paksa. Otomatis berarti tidak memerlukan kontrak untuk membentuknya. Paksa tidak ada alternatif untuk menolaknya. Hal ini terjadi dalam proses waris mewarisi, manakala dua saudara atau lebih menerima warisan dari orang tua mereka. (Muhamad, 2004). 2) Amlak Ikhtiar Terjadinya suatu perkongsian secara otomatis tetapi bebas. Otomatis seperti pengertian diatas. Bebas adanya pilihan atau opsi untuk menolak. Contoh dari jenis perkongsian ini dapat dilihat apabila dua orang atau lebih mendapatkan hadiah atau wasat bersama dari pihak ketiga. (Muhamad, 2004). b. Syirikah Uqud Yaitu transaksi yang dilakukan dua orang atau lebeih untuk berserikat dalam permodalan dan keuntungan. (Tim Asistensi Pengembangan LKS Bank Muamalat, 2000).

6 12 Pembagian jenis syirkah uqud berbeda-beda, diantaranya menurut Hanabilah, syirkah uqud ada 5 macam: syirkah inan, syirkah mufawadhah, syirkah abdan, syirkah wujuh, syirkah mudharabah. (Tim Asistensi Pengembangan LKS Bank Muamalat, 2000). Menurut Hanafiyah pembagian syirkah uqud ada 6 macam, yaitu: syirkah amwal, syirkah a mal, syirkah wujuh, dan setiap macam ada kalanya mufawadhah dan ada kalanya inan. Menurut ulama fiqahar amshar (negerinegeri besar), syirkah ada 4 macam, yaitu syirkah inan, syirkah mufawadhah, syirkah abdan, dan syirkah wujuh. (Tim Asistensi Pengembangan Bank Muamalat, 2000). Para ulama sepakat bahwa syirkah annan/inan diperbolehkan dan sah. Sedangkan untuk jenis syirkah lain, ada perbedaan pendapat di kalangan para ulama. Syafi iyah, Dhahiriyah dan Imamiyah berpendapat bahwa segala jenis syirkah tidak diperbolehkan kecuali syirkah inan dan syirkah mudharabah. (Tim Asistensi Pengembangan LKS Bank Muamalat, 2000). Hanabilah memperbolehkan semua jenis syirkah kecuali syirkah mufawadhah. Malikiyah memperbolehkan semua jenis syirkah kecuali syirkah wujuh dan mufawadhah. Hanafiyah dan Zaidiyah memperbolehkan semua jenis syirkah asalkan memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. (Tim Asistensi Pengembangan LKS Bank Muamalat, 2000). 1) Syirkah Anan/Inan Yaitu dua orang yang berserikat dalam permodalan untuk melakukan perdagangan dengan bagi hasil termasuk untung dan rugi. Jadi,

7 13 anggota syirkah sama-sama memperoleh keuntungan dan sama-sama menanggung kerugian. Tidak diperbolehkan jika satu pihak memberikan keringanan kepada partnernya untuk tidak menanggung kerugian, dengan tetap menggunakan bagi hasil. Dasar ini telah ditetapkan oleh syari at dan perundang-undangan. (Tim Asistensi Pengembangan LKS Bank Muamalat, 2000). 2) Syirkah Mufawadhah Secara terminologi, syirkah mufawadhah adalah perserikatan dua orang atau lebih pada suatu objek, dengan syarat masing-masing pihak memasukan modal yang sama jumlahnya, serta melakukan tindakan hukum (tasarruf) yang sama, sehingga masing-masing pihak dapat bertindak hukum atas nama orang-orang yang berserikat tersebut. (Tim Asistensi Pengembangan LKS Bank Muamalat, 2000). Jadi, masing-masing anggota memiliki kesamaan dalam permodalan dan keuntungan. Satu pihak tidak dibenarkan memiliki modal saham lebih banyak dari partnernya, seperti; jika ia memiliki modal saham 1000 dinar dan partnenrnya 500 dinar. Meskipun tidak dipergunakan dalam proses bisnis, dan tidak boleh menyisakan sepeser pun dari modal syirkah kecuali harus dimasukkan dalam proses syirkah. Disyaratkan pula adanya kesamaan wewenang. Tidak dibenarkan jika transaksi syirkah tersebut dilakukan antara anak kecil dengan orang yang sudah baligh. Tidak dibenarkan pula jika wewenang salah satu partner lebih banyak dari

8 14 yang lain. Setiap partner menjadi wakil dan penjamin bagi pertner lain; setiap partner bertanggung jawab atas transaksi dan tindakan yang dilakukan partner lain. Jika satu dari syarat-syarat ini tidak terpenuhi, atau kebutuhan modal bisa ditutupi oleh saham salah satu pihak maka transaksi syirkah ini berubah menjadi syirkah inan. Karena tidak adanya kesamaan. Para pelaku dalam syirkah mufawadhah tidak saling mempunyai hak milik atas harta yang bersifat pribadi, baik itu dari warisan atau hadiah. (Tim Asistensi Pengembangan Bank Muamalat, 2000). 3) Syirkah Wujuh Yaitu dua orang terhormat yang bersrikat tanpa adanya modal untuk membeli secara kredit, lalu menjual dengan pembayaran kontan. Keduanya lalu berkata kami berserikat untuk membeli seara kredit dan menjualnya dengan kontan/tunai, lalu keuntungan untuk kami berdua dengan syarat begini. (Tim Asistensi Pengembangan LKS Bank Muamalat, 2000). Biasanya pedagang tidak akan menjual secara kredit kecuali kepada orang yang punya nama baik di masyarakat. Jenis ini disebut juga syirkah ala adz dziman (syirkah atas tanggungan dengan tidak adanya produksi dan modal). (Tim Asistensi Pengembangan LKS Bank Muamalat, 2000). Hanafiyah, Hanabilah dan Zaidiyah membolehkan syirkah jenis ini karena merupakan syirkah yang berimplikasi pemberian mandat dari setiap

9 15 pihak kepada partnernya dalam jual beli dengan syarat barang yang dibeli itu layak. Ringkasnya, selama apa yang disepakati oleh dua pihak itu adalah usaha, maka berlangsunglah transaksi syirkah tersebut. (Tim Asistensi Pengembangan LKS Bank Muamalat, 2000). 4) Syirkah Abdan Yaitu dua orang yang berserikat untuk menerima pekerjaan, lalu hasilnya untuk mereka berdua, seperti tukang jahit, tukang besi, tukang celup, dan lain-lain. Syirkah ini biasanya dikenal dengan syirkah para pekerja, seperti para penjahit, para tukang kayu, dengan pembagian hasil yang sama atau berbeda, baik pekerjaan itu sejenis tukang kayu, atau tidak sejenis, seperti penjahit dengan tukang kayu. Sebutan untuk syirkah ini adalah syirkah shana i (para tukang), syirkah taqabbul (penerimaan), syirkah abdan (fisik) dan syirkah a mal (kerja). Syirkah jenis ini banyak ditemui di mana-mana baik di pertukangan atau yang lain. Syirkah penggalian ladang minyak, ekspedisi dan yang semisalnya termasuk syirkah a mal. (Tim Asistensi Pengembangan LKS Bank Muamalat, 2000). Malikayah, Hanafiyah, Hanabilah dan Zaidiyah membolehkan syirkah jenis ini, karena tujuannya adalah menghasilkan keuntungan dan ini bisa dengan pelimpahan mandat. Masyarakat pun telah melakukannya, dan sebuah syirkah itu bisa dengan modal atau dengan kerja dalam

10 16 mudharabah (sistem bagi hasil). Sedangkan syirkah ini adalah syirkah kerja. (Tim Asistensi Pengembangan LKS Bank Muamalat, 2000). Maliki mensyaratkan adanya kesamaan dalam bidang kerja untuk keabsahan syirkah jenis ini. Jadi, diperbolehkan antara para pekerja di bidang kerja yang sama, dan tidak diperbolehkan bagi para pekerja di bidang kerja yang berbeda, kecuali jika bidang tersebut saling berkaitan. Seperti menenun dengan mimintal. Mereka juga mensyaratkan kesatuan tempat kerja. Jika berada di dua tempat kerja, maka tidak diperbolehkan. Mereka juga mengharuskan pembagian keuntungan sesuai dengan prosentase kerja yang telah disepakati, dan ini bisa diukur menurut kebiasaan. (Tim Asistensi Pengembangan LKS Bank Muamalat, 2000). Syafi iyah Imamiyah berpendapat bahwa syirkah jenis ini tidak sah, karena menurut mereka syirkah itu hanya terbatas pada harta dan buka pada kerja. (Perundang-undangan modern meniadakan syirkah jenis ini karena tidak didasari modal. Jadi, modal syirkah tidak boleh berupa kerja masing-masing pihak semata, akan tetapi harus ada yang berbentuk materi). Karena sebuah kerja itu tidak pasti, di dalamnya terdapat unsur untung-untungan dan ketidakpastian; dimana masing-masing tidak mengetahui apakah partnernya produktif atau tidak. Dan karena masingmasing memiliki fisik dan produktifitas berbeda, masing-masing mempunyai daya hasil sendiri-sendiri, seperti seandainya mereka berserikat dalam mengumpulkan kayu bakar, berburu, dan hal-hal mubah lainnya. (Tim Asistensi Pengembangan LKS Bank Muamalat, 2000).

11 17 3. Sebab Berakhirnya Musyarakah a. Salah satu pihak mengundurkan diri b. Salah satu pihak meninggal dunia c. Salah satu pihak kehilangan kecakapannya bertindak hukum d. Modal perserikatan tersebut hilang, atau usaha tersebut hancur total. (Tim Asistensi Pengembangan LKS Bank Muamalat, 2000). C. Penerapan Konsep Musyarakah dalam Perbankan Islam Bentuk umum dari usaha bagi hasil adalah musayarakah (syirkah). Transaksi musyarakah dilandasi adanya keinginan para pihak yang bekerja sama untuk meningkatkan nilai asset yang mereka miliki secara bersamasama. Semua bentuk usaha yang melibatkan dua pihak atau lebih di mana mereka secara bersama-sama memadukan seluruh bentuk sumber daya baik yang berwujud maupun tidak berwujud. (Adiwarman Karim. A, 2005). Secara spesifik bentuk kontribusi dari pihak yang bekerja sama dapat berupa dana, barang perdagangan (trading asset), kewirausahaan (entrepreneurship), kepandaian (skill), kepemilikan (property), peralatan (equipment), atau intangible asset (seperti hak paten atau goodwill), kepercayaan/reputasi (credit-worthiness) dan barang-barang lainnya yang dapat dinilai dengan uang. Dengan merangkum seluruh kombinasi dari bentuk kontribusi masing-masing pihak dengan atau tanpa batasan waktu menjadikan produk ini sangat fleksibel. (Adiwarman Karim. A, 2005).

12 18 Musyarakah adalah pembiayaan berdasarkan akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. (fatwa DSN No.08/DSN-MUI/IV/2000). (Sofyan Syafri Harahap dkk, 2005). 1. Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh pihak untuk menunjukan kehendak mereka dalam mengadakan kontrak (akad), dengan memperhatikan hal-hal berikut: a. Penawaran dan penerimaan harus secara ekplisit menunjukkan tujuan akad. b. Penerimaan dari penawaran dilakukan pada saat akad. c. Akad dituangkan secara tertulis, melalui korespondensi, atau dengan menggunakan cara-cara komunikasi modern. 2. Pihak-pihak yang melakukan akad harus cakap dalam hukum, dan memperhatikan hal-hal berikut: a. Komponen dalam memberikan atau diberikan kekuasaan perwakilan. b. Setiap mitra harus menyediakan dana dan pekerjaan dan setiap mitra melaksanakan kerja sebagai wakil. c. Setiap mitra memiliki hak untuk mengatur aset musyarakah dalam proses bisnis normal.

13 19 d. Setiap mitra memberikan wewenang kepada mitra lain untuk mengelola aset dan masing-masing dianggap telah diberi wewenang untuk melakukan aktivitas musyarakah. e. Seorang mitra tidak diizinkan untuk mencairkan atau menginvestasikan dana untuk kepentingannya sendiri. 3. Obyek akad (modal, kerja, keuntungan, dan kerugian) a. Modal 1) Modal yang diberikan harus uang tunai, emas, perak, atau yang nilainya sama. Modal dapat terdiri dari aset perdagangan, seperti barang-barang, property dan sebagainya. Jika modal dalam bentuk aset, harus terlebih dahulu dinilai dengan tunai dan disepakati oleh para mitra. 2) Para pihak tidak boleh meminjam, meminjamkan, menyumbangkan atau menghadiahkan modal musyarakah kepada pihak lain, kecuali atas dasar kesepakatan. 3) Pada prinsipnya, dalam pembiayaan musyarakah tidak ada jaminan, namun menghindari terjadinya penyimpangan. LKS dapat meminta jaminan. b. Kerja 1) Partisipasi para mitra dalam pekerjaan merupakan dasar pelaksanaan musyarakah. Akan tetapi, kesamaan porsi kerja bukanlah merupakan syarat. Seorang mitra dapat melaksanakan

14 20 kerja lebih banyak dari yang lainnya dan dalam hal ini ia boleh menuntut bagian keuntungan tambahan bagi dirinya. 2) Setiap mitra melaksanakan kerja dalam musyarakah atas nama pribadi dan wakil dari mitranya. Kedudukan masing-masing dalam organisasi kerja harus dijelaskan dalam akad. c. Keuntungan 1) Keuntungan harus dikuantitatifkan dengan jelas untuk menghindarkan perbedaan dan sengketa pada waktu alokasi keuntungan atau ketika penghentian musyarakah. 2) Setiap keuntungan mitra harus dibagikan secara proporsional atas dasar seluruh keuntungan dan tidak ada jumlah yang ditentukan di awal yang ditetapkan bagi seorang mitra. 3) Seorang mitra boleh mengusulkan bahwa jika keuntungan melebihi jumlah tertentu, kelebihan atau persentase itu diberikan kepadanya. 4) Sistem pembagian keuntungan harus tertuang dengan jelas dalam akad. d. Kerugian Kerugian harus dibagi di antara para mitra secara proporsional menurut saham masing-masing dalam modal. 4. Biaya operasional dan persengketaan a. Biaya operasonal dibebankan pada modal bersama. b. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di antara para pihak, maka penyelesaiannya dilakukan

15 21 melalui Badan Arbitrase Syari ah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah. D. Akuntansi dalam Perbankan Islam Akuntansi dalam Islam antara lain berhubungan dengan pengakuan, pengukuran dan pencatatan transaksi dan pengungkapan hak-hak dan kewajiban secara adil. Allah SWT berfirman dalam Ayat Al-Quran Surat Al- Baqarah ayat 282 yang artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah seorang penulis diantara kamu menuliskannya dengan benar... (Al-Baqarah/2:282) Berdasarkan ayat tersebut dapat ditafsirkan dalam konteks akuntansi, utamanya berkaitan dengan pentingnya pencatatan, pengakuan, pengukuran di mana juga ditekankan pada aspek kejujuran di dalam akuntansi. Perubahan masyarakat telah membawa perubahan yang cukup mendasar terhadap organisasi akuntansi. Hadirnya lembaga keuangan syari ah pada khususnya dan sistem bisnis Islami (berdasarkan syari ah) tentunnya akan mempengaruhi dan menentukan organisasi akuntansi yang akan digunakan. Hal ini muncul karena karakteristik masyarakat Islami menurut aspekaspek yang berbeda dengan apa yang terjadi dan berlaku dalam masyarakat kapitalis. Hal ini berarti pula bahwa akuntansi yang berlaku dalam sistem

16 22 Lembaga Keuangan Syari ah jelas berbeda dangan sistem akuntansi yang berlaku dalam sistem Lembaga Keuangan Konvensional. Tujuan informasi akuntansi dalam Bank Syari ah atau lebih luasnya Lembaga Keuangan Syari ah muncul karena dua alasan yaitu: (Muhammad, 2005). 1. Lembaga Keuangan Syari ah dijalankan dengan kerangka syari ah, sebagai akibat dari hakikat transaksi yang berbeda dengan Lembaga Keuangan Konvensional. 2. Penggunaan informasi akuntansi pada Lembaga Keuangan Syari ah adalah berbeda dengan penggunaan informasi akuntansi di Lembaga Keuangan Konvensional. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, dapat diuraikan sebagai berikut: (Muhammad, 2005). 1. Pengguna informasi akuntansi. Pengguna informasi akuntansi utama dalam sistem Lembaga Keuangan Syari ah meliputi: a. Pemegang saham; b. Deposan; c. Shahibul maal yang melakukan investasi mudharabah mutlaqah (tanpa ada syarat-syarat tertentu atau unrestricted account holders); d. Shahibul maal yang melakukan investasi mudharabah muqaayadah (dengan ada syarat-syarat tertentu atau restricted investment account holders); e. Pengusaha, perusahaan, atau agensi yang berhubungan dengan bank;

17 23 f. Dewan Pengawas Syari ah; g. Lembaga pemerintah, bank sentral, menteri keuangan, badan administrasi atau pengelola Zakat; h. Masyarakat luas; i. Pengamat non muslim; j. Peneliti; k. Pegawai lembaga yang bersangkutan. 2. Informasi yang dibutuhkan oleh pengguna, meliputi: a. Informasi yang dapat membantu dalam menilai pelaksanaan operasional bank dengan aturan tertulis dan jiwa syari ah; b. Informasi yang dapat memabantu dalam menjaga aset, mempertahankan likuiditas, dan meningkatkan laba. c. Informasi tentang inisiatif lembaga atas tanggungjawabnya terhadap pekerjaan, pelanggan, masyarakat, dan lingkungan; dan d. Informasi yang dapat membantu dalam pertanggungjawaban manajemen. Tujuan akuntansi keuangan bank syari ah yang dikemukakan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) adalah: 1. Menentukan hak dan kewajiban pihak terkait, termasuk hak dan kewajiban yang berasal dari transaksi yang belum selesai dan atau kegiatan ekonomi lain, sesuai dengan prinsip syari ah yang berlandaskan pada konsep

18 24 kejujuran, keadilan, kebajikan, dan kepatuhan terhadap nilai-nilai bisnis Islami; 2. Menyediakan informasi keuangan yang bermanfaat bagi pemakai laporan keuangan untuk pengambilan keputusan; dan 3. Meningkatkan kepatuhan terhadap prinsip syari ah dalam semua transaksi dan kegiatan usaha. Selanjutnya dijelaskan tujuan laporan keuangan bank syari ah pada dasarnya sama dengan tujuan laporan keuangan yang berlaku secara umum dengan tambahan, antara lain menyediakan: (Muahammad, 2005). 1. Informasi kepatuhan bank terhadap prinsip syari ah, serta informasi pendapatan dan beban yang tidak sesuai prinsip syari ah bila ada dan bagaimana pendapatan tersebut diperoleh serta penggunaannya; 2. Informasi untuk membantu mengevaluasi pemenuhan tanggungjawab terhadap amanah dalam mengamankan dana, menginvestasikannya pada tingkat keuntungan yang layak, dan informasi mengenai tingkat keuntungan investasi yang diperoleh pemilik dan pemilik investasi terikat. 3. Informasi mengenai pemenuhan fungsi sosial bank, termasuk pengelolaan dan penyaluran zakat. Laporan Keuangan Bank Syari ah meliputi sebagai berikut: (Slamet Wiyono, 2005). 1. Laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan Bank Syari ah sebagai investor besarta hak dan kewajibannya yang dilaporkan dalam bentuk, antara lain:

19 25 a. Laporan posisi keuangan, b. Laporan laba rugi, c. Laporan arus kas, d. Laporan perubahan ekuitas. 2. Laporan keuangan yang mencerminkan perubahan dalam investasi terikat yang dikelola oleh Bank Syari ah untuk kemanfaatan pihak-pihak lain bardasarkan akad Mudharabah atau agen investasi yang dilaporkan dalam perubahan dana investasi terikat; 3. Laporan keuangan yang mencerminkan peran Bank Syari ah sebagai pemegang amanah dan kegiatan sosial yang dikelola secara terpisah dan dilaporkan dalam bentuk: a. Laporan sumber dan penggunaan dana Zakat Infaq dan Shadaqah, dan b. Laporan sumber dan penggunaan dana Qardhul hasan. Dengan telah diterbitkannya Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) nomor 59 tahun 2002 tentang Akuntansi Bank Syari ah, hal ini bagi bank syari ah merupakan suatu kemajuan yang sangat luar biasa, karena dengan dikeluarkannya PSAK tersebut bank syari ah mempunyai acuan yang baku dalam membukukan transaksinya. (Sofyan Syafri Harahap dkk, 2004). Namun saat ini PSAK nomor 59 tahun 2002 telah direvisi ulang oleh IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) menjadi PSAK nomor tahun 2007 yang telah disempurnakan dan diberlakukan mulai 1 Januari 2008.

20 26 Tentunya dengan diterbitkan PSAK nomor tahun 2007 menjadi penyempurna dari PSAK nomor 59 tahun Namun isi dari PSAK tahun 2007 bukan merupakan perubahan yang signifikan, akan tetapi berupa penjelasan dan penambahan secara lebih detil dari PSAK sebelumnya. PSAK nomor tahun 2007 inilah yang sekarang menjadi acuan dasar bagi lembaga syari ah. Khususnya PSAK nomor 106 tahun 2007 yang menjadi acuan untuk transaksi musyarakah. Untuk mencapai tujuannya, laporan keuangan disusun atas dasar akrual. Dengan dasar ini, pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat terjadi (dan bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar) dan diungkapkan dalam catatan akuntansi serta dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode yang bersangkutan. Laporan keuangan yang disusun atas dasar akrual memberikan informasi kepada pemakai tidak hanya transaksi masa lalu yang melibatkan penerimaan dan pembayaran kas tapi juga kewajiban pembayaran kas di masa depan serta sumber daya yang memprasentasikan kas yang akan diterima di masa depan. Oleh karena itu, laporan keuangan menyediakan jenis informasi transaksi masa lalu dan peristiwa lainnya yang paling berguna bagi pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Penghitungan pendapatan untuk tujuan bagi hasil menggunakan dasar kas. (Sofyan Syafri Harahap dkk, 2004).

21 27 Selain asumsi dasar tersebut di atas, untuk memahami akuntansi perbankan syari ah secara menyeluruh, hendaknya juga harus dipahami asumsi-asumsi, pengakuan akuntansi dan konsep pengukurannya, yaitu: 1. Konsep unit Akuntansi Konsep unit akuntansi mengharuskan identifikasi kegiatan-kegiatan ekonomi yang dikaitkan dengan bank Islam sebagai suatu entitas terpisah dan dapat dinyatakan sebagai aset, kewajiban, pendapatan, biaya, untung dan rugi, untung dan rugi bank Islam. Pemisahan ini mencakup pemisahan kewajiban bank dari kewajiban para pemiliknya karena Tidak ada larangan di dalam Syari ah untuk mendirikan sebuah perusahaan yang kewajibannya terbatas pada modalnya, yang diketahui pihak-pihak terkait dengan perusahaan dan disertai kesadaran mereka dalam mencegah penipuan. Sebaliknya, beberapa kegiatan yang dikaitkan dengan bank adalah kegiatan-kegiatan unit akuntansi dan hal ini harus digambarkan. Misalnya, bank bisa mengelola portofolio investasi terbatas untuk kepentingan pihak-pihak lain, mengelola Zakat dan dana sumbangan atau mengelola dana Qard. Demikian juga, bank itu sendiri sebagai suatu unit akuntansi yang lebih besar. Dalam hal ini, disamping bank membuat laporan keuangannya sendiri sebagai suatu entitas akuntansi, mungkin tepat pembuatan laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan unit akuntansi yang lebih besar. (Sofyan Syafri Harahap dkk, 2004).

22 28 2. Konsep going concern Akad Mudharabah dan musyarakah adalah untuk suatu jangka waktu tertentu, tetapi akad ini diasumsikan terus berlanjut sampai satu atau semua pihak yang terlibat memutuskan untuk mengakhiri akad tersebut. Oleh karena itu, rekening investasi yang dikelola oleh sebuah bank Islam yang berdasarkan akad mudharabah dan musyarakah diasumsikan berlanjut sampai akad-akad tersebut diakhiri oleh para pemilik bank. (Sofyan Syafri Harahap dkk, 2004). 3. Konsep Periodisasi Diriwayatkan bahwa Rasulullah (salallahu alaihi wasallam) telah bersabda bahwa Tidak ada Zakat kekayaan (harta) sebelum lewatnya waktu satu tahun. Sesuai dengan konsep ini di dalam Islam, ada suatu kewajiban terhadap bank-bank Islam untuk menyajikan laporan berkala yang mencerminkan posisi keuangan pada tanggal tertentu dan hasil-hasil operasinya selama jangka waktu tertentu guna mengungkapkan hak-hak dan kewajiban bank dan hak-hak pihak-pihak terkait. Oleh karena itu, konsep periodicity berarti bahwa masa hidup bank Islam harus dipecah menjadi periode pelaporan untuk membuat laporan keuangan yang memberikan informasi atau pengarahan kepada pihak-pihak terkait guna mengevaluasi kinerja unit akuntansi tersebut. Asumsi ini juga menunjukkan adanya kebutuhan untuk menghubungkan kegiatan-kegiatan unit akuntansi selama keseluruhan masa hidupnya dengan periode pelaporan yang sesuai. (Sofyan Syafri Harahap dkk, 2004).

23 29 4. Stabilitas daya beli unit moneter Penggunaan unit moneter sebagai suatu sarana menyatakan unsurunsur dasar dari laopran keuangan merupakan suatu prasyarat untuk mengukur posisi keuangan, hasil-hasil operasi dan perubahan lain di dalam posisi keuangan dari suatu entitas akuntansi selama jangka waktu tertentu. Penggunaan unit moneter sebagai cara untuk menyatakan unsur-unsur dasar dari laporan keuangan bisa menimbulkan pertanyaan mengenai stabilitas unit ukur di dalam melihat perubahan dalam daya beli. Daya beli dari unit moneter berkurang selama suatu periode yang mengalami kenaikan tingkat harga secara umum (inflasi) dan meningkat selama suatu periode yang mengalami penurunan tingkat harga secara umum (deflasi). (Sofyan Syafri Harahap dkk, 2004). E. Perlakuan Akuntansi Musyarakah (PSAK 106 Tahun 2007) 1. Definisi Musyarakah permanen adalah musyarakah dengan ketentuan bagian dana setiap mitra ditentukan sesuai akad dan jumlahnya tetap hingga akhir masa akad. Musyarakah menurun adalah musyarakah dengan ketentuan bagian dana entitas akan dialihkan secara bertahap kepada mitra sehingga bagian dana entitas akan menurun dan pada akhir masa akad mitra akan menjadi pemilik penuh usaha tersebut. Mitra aktif adalah mitra yang mengelola usaha musyarakah, baik mengelola sendiri atau menunjuk pihak lain atas nama mitra tersebut.

24 30 musyarakah. Mitra pasif adalah mitra yang tidak ikut mengelola usaha 2. Pengakuan dan Pengukuran Untuk pertanggungjawaban pengelolaan usaha musyarakah dan sebagai dasar penentuan bagi hasil mitra aktif atau pihak yang mengelola usaha musyarakah harus membuat catatan akuntansi yang terpisah untuk usaha musyarakah tersebut. 3. Akuntansi Mitra Aktif (Nasabah) a). Pada Saat Akad Investasi musyarakah diakui pada saat menyisihkan kas atau aset nonkas untuk usaha musyarakah. Pengukuran investasi musyarakah: (1) Dalam bentuk kas dinilai sebesar jumlah yang disisihkan. (2) Dalam bentuk aset nonkas dinilai sebesar nilai wajar dan jika terdapat selisih antara nilai wajar dan nilai buku aset nonkas, maka selisih tersebut diakui sebagai selisih penilaian aset musyarakah dalam ekuitas. Selisih kenaikan aset musyarakah diamortisasi selama masa akad musyarakah. Aset tetap musyarakah yang telah dinilai sebesar

25 31 nilai wajar disusutkan dengan jumlah penyusutan yang mencerminkan: (1) Penyusutan yang dihitung dengan historical cost model; ditambah dengan (2) Penyusutan atas kenaikan nilai aset karena penilaian kembali saat penyisihan aset nonkas untuk usaha musyarakah. Apabila proses penilaian pada nilai wajar menghasilkan penurunan nilai aset, maka penurunan nilai ini langsung diakui sebagai kerugian. Aset tetap musyarakah yang telah dinilai sebesar nilai wajar disusutkan berdasarkan nilai wajar yang baru. Biaya yang terjadi akibat akad musyarakah (misalnya, biaya studi kelayakan) tidak dapat diakui sebagai bagian investasi musyarakah kecuali ada persetujuan dari seluruh mitra musyarakah. Penerimaan dana musyarakah dari mitra pasif (misalnya, dari bank syariah) diakui sebagai investasi musyarakah dan di sisi lain sebagai dana syirkah temporer sebesar: a. Dana dalam bentuk kas dinilai sebesar jumlah yang diterima; dan b. Dana dalam bentuk aset nonkas dinilai sebesar nilai wajar dan disusutkan selama masa akad atau selama umur ekonomis apabila aset tersebut tidak akan dikembalikan kepada mitra pasif.

26 32 b). Selama Akad Bagian entitas dan investasi musyarakah dengan pengembalian dana mitra diakhir akad dinilai sebesar: (1) Jumlah kas yang disisihkan untuk usaha musyarakah pada awal akad dikurangi dengan kerugian (apabila ada); atau (2) Nilai tercatat aset musyarakah nonkas pada saat penyisihan untuk usaha musyarakah setelah dikurangi penyusutan dan kerugian (apabila ada). Bagian entitas atas investasi musyarakah menurun (dengan pengembalian dana mitra secara bertahap) dinilai sebesar jumlah kas yang disisihkan untuk usaha musyarakah pada awal akad ditambah dengan jumlah dana syirkah temporer dan telah dikembalikan kepada mitra pasif dan dikurangi kerugian (apabila ada). c). Akhir Akad Pada saat akad diakhiri, investasi musyarakah yang belum dibayarkan kepada mitra pasif diakui sebagai kewajiban. d). Pengakuan Hasil Usaha Pendapatan usaha musyarakah yang menjadi hak mitra aktif diakui sebesar haknya sesuai dengan kesepakatan atas pendapatan

27 33 usaha musyarakah. Sedangkan pendapatan usaha untuk mitra pasif diakui sebagai hak pihak mitra pasif atas bagi hasil dan kewajiban. Kerugian investasi musyarakah diakui sesuai dengan porsi dana masing-masing mitra dan mengurangi nilai aset musyarakah. Jika kerugian akibat kelalaian atas kesalahan mitra aktif atau pengelola usaha, maka kerugian tersebut ditanggung oleh mitra aktif atau pengelola usaha musyarakah. Pengakuan pendapatan usaha musyarakah dalam praktik dapat diketahui berdasarkan laporan bagi hasil atas realisasi pendapatan usaha dari catatan akuntansi mitra aktif atau pengelola usaha yang dilakukan secara terpisah. 4. Akuntansi Mitra Pasif (Bank) a). Pada Saat Akad Investasi musyarakah diakui pada saat pembayaran kas atau penyerahan aset nonkas kepada mitra aktif musyarakah. Pengukuran investasi musyarakah: (1) Dalam bentuk kas dinilai sebesar jumlah yang dibayarkan; dan (2) Dalam bentuk aset nonkas dinilai sebesar nilai wajar dan jika terdapat selisih antara nilai wajar dan nilai tercatat aset nonkas, maka selisih tersebut diakui sebagai: a. Keuntungan tangguhan dan diamortisasi selama masa akad; atau

28 34 b. Kerugian pada saat terjadinya. Investasi musyarakah nonkas yang diukur dengan nilai wajar aset yang diserahkan akan berkurang nilainya sebesar beban penyusutan atas aset yang diserahkan dikurangi dengan amortisasi keuntungan tangguhan. Biaya yang terjadi akibat akad musyarakah (misalnya, biaya studi kelayakan) tidak dapat diakui sebagai bagian investasi musyarakah kecuali ada persetujuan dari seluruh mitra musyarakah. b). Selama Akad Bagian entitas atas investasi musyarakah dengan pengembalian dana mitra diakhir akad dinilai sebesar: (a) Jumlah kas yang dibayarkan untuk usaha musyarakah pada awal akad dikurangi dengan kerugian (apabila ada); atau (b) Nilai tercatat aset musyarakah nonkas pada saat penyerahan untuk usaha musyarakah setelah dikurangi penyusutan dan kerugian (apabila ada). Bagian entitas atas investasi musyarakah menurun (dengan pengembalian dana mitra secara bertahap) dinilai sebesar jumlah kas yang dibayarkan untuk usaha musyarakah pada awal akad dikurangi jumlah pengembalian dari mitra aktif dan kerugian (apabila ada).

29 35 c). Akhir Akad Pada saat akad diakhiri, investasi musyarakah yang belum dikembalikan oleh mitra aktif diakui sebagai piutang. d). Pengakuan Hasil Usaha Pendapatan usaha investasi musyarakah diakui sebagai pendapatan sebesar bagian mitra pasif sesuai dengan kesepakatan. Sedangkan kerugian investasi musyarakah diakui sesuai dengan porsi dana. 5. Penyajian Mitra aktif menyajikan hal-hal yang terkait dengan usaha musyarakah dalam laporan keuangan sebagai berikut: (a). Aset musyarakah untuk kas atau aset nonkas yang disisihkan dan yang diterima dari mitra pasif; (b). Dana musyarakah yang disajikan sebagai unsur dana syirkah temporer untuk aset musyarakah yang diterima dari mitra pasif; dan (c). Selisih penilaian aset musyarakah, bila ada, disajikan sebagai unsur ekiutas. Mitra pasif menyajikan hal-hal yang terkait dengan usaha musyarakah dalam laporan keuangan sebagai berikut:

30 36 (a). Investasi musyarakah untuk kas atau aset nonkas yang diserahkan kepada mitra aktif; (b). Keuntungan tangguhan dari selisih penilaian aset nonkas yang diserahkan pada nilai wajar disajikan sebagai pos lawan (contra account) dari investasi musyarakah. 6. Pengungkapan Mitra mengungkapkan hal-hal yang terkait transaksi musyarakah, tetapi tidak terbatas, pada: (a). Isi kesepakatan utama usaha musyarakah, seperti porsi penyertaan, pembagian hasil usaha, aktivitas usaha musyarakah, dan lain-lain; (b). Pengelola usaha, jika tidak ada mitra aktif; dan (c). Pengungkapan yang diperlukan sesuai Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 101 tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah. Untuk penjurnalan akuntansi musyarakah, dapat dilihat ilustrasi contoh penjurnalan sebagai berikut: (Sri Nurhayati dan Wasilah, 2009). a. Pengeluaran biaya dalam rangka akad musyarakah Db. Uang muka akad Kr. Kas

31 37 b. Apabila investasi dalam bentuk kas dinilai sebesar jumlah yang diserahkan Db. Investasi musyarakah Kr. Kas c. Apabila investasi dalam bentuk aset nonkas, maka dinilai sebesar nilai wajar dan jika nilai wajar aset nonkas yang diserahkan lebih besar dari nilai buku, maka selisihnya akan dicatat dalam akun selisih penilaian aset musyarakah Db. Investasi musyarakah Db. Akumulasi penyusutan Kr. Selisih penilaian aset musyarakah Kr. Aset nonkas d. Jika nilai wajar aset nonkas yang diserahkan lebih kecil dari nilai buku, maka selisihnya dicatat sebagai kerugian dan diakui pada saat penyerahan aset nonkas Db. Investasi musyarakah Db. Akumulasi penyusutan Db. Kerugian penurunan nilai Kr. Aset nonkas e. Apabila dari investasi musyarakah diperoleh keuntungan Db. Kas Kr. Pendapatan bagi hasil

32 38 f. Apabila dari investasi musyarakah mengalami kerugian Db. Kerugian Kr. Penyisihan kerugian g. Ketika pelunasan dengan asumsi tidak ada penyisihan kerugian dan penjualan aset nonkas menghasilkan keuntungan Db. Kas Kr. Investasi musyarakah Kr. Keuntungan i. Ketika pelunasan dengan asumsi ada penyisihan kerugian dan penjualan aset nonkas menghasilkan keuntungan Db. Kas Db. Penyisihan kerugian Kr. Investasi musyarakah Kr. Keuntungan j. Pada saat penyerahan modal investasi musyarakah berupa aset kas 1). Jika tidak ada kerugian Db. Kas Kr. Investasi musyarakah 2). Jika ada kerugian Db. Kas Db. Penyisihan kerugian Kr. Investasi musyarakah

33 39 k. Pada saat penyerahan modal investasi musyarakah berupa aset nonkas dan dikembalikan dalam bentuk aset nonkas yang sama 1). Jika tidak ada kerugian Db. Aset nonkas Kr. Investasi musyarakah 2). Jika ada kerugian Db. Penyisihan kerugian Kr. Kas Db. Aset nonkas Kr. Investasi musyarakah F. Contoh Kasus Transaksi Pencatatan Musyarakah Ikhtisar pencatatan transaksi atas kontrak akad musyarakah yang dikutip dari buku (Sri Nurhayati dan Wasilah, 2009), adalah: 1. a. Penyerahan modal dilakukan secara tunai Pada tanggal 1 Januari 2005, mitra aktif (PT. Makmur) menyetorkan modal sebesar Rp , sedangkan mitra pasif (Bank Syari ah) menyetorkan modal sebesar Rp Dengan asumsi bahwa biaya pra akad sebesar Rp tidak disetujui sebagai penambah investasi musyarakah dan pembiayaan musyarakah ini dilakukan selama 2 tahun, maka jurnalnya adalah: 1 Jan 2005 Db. Investasi musyarakah Rp Kr. Kas Rp

34 40 Pada tanggal 31 Desember 2005 perusahaan memperoleh pendapatan Rp dan mempunyai beban Rp dengan pembagian nisbah pendapatan sebesar 75% (PT. Makmur) dan 25% (Bank Syari ah), maka jurnalnya adalah: 31 Des 2005 Db. Kas Rp Kr. Pendapatan bagi hasil Rp {(Pendapatan-Beban) x 25%} Pada tanggal 31 Desember 2006 perusahaan memperoleh pendapatan Rp dan mempunyai beban Rp dengan pembagian nisbah rugi sesuai nisbah modal 2:1 untuk mitra aktif (PT. Makmur) dan mitra pasif (Bank Syari ah), maka jurnalnya adalah: 31 Des 2006 Db. Kerugian Rp Kr. Penyisihan kerugian Rp {(Beban-Pendapatan) x 1/3} Penyajian dalam laporan keuangan tahun 2006 pada kolom neraca: Aset: Investasi musyarakah Rp Penyisihan kerugian (Rp ) Investasi (net) Rp

35 41 Jurnal pada saat pengembalian diakhir akad adalah: 1 Jan 2007 Db. Kas Rp Db. Penyisihan kerugian Rp Kr. Investasi musyarakah Rp b.transaksi dilakukan dengan penyerahan aset nonkas dan tidak dikembalikan pada akhir akad 1 Januari 2005 mitra pasif (Bank Syari ah) menyerahkan aset dengan harga perolehan Rp , akumulasi penyusutan Rp , nilai pasar Rp Masa manfaat aset nonkas 3 tahun sedangkan masa akad musyarakah 2 tahun. Maka jurnalnya adalah: 1 Jan 2005 Db. Investasi musyarakah Rp Db. Akumulasi penyusutan Rp Db. Kerugian Rp Kr. Aset nonkas Rp Pada 31 Desember 2005 perusahaan memperoleh pendapatan Rp dan mempunyai beban sebesar Rp , maka jurnalnya adalah: 31 Des 2005 Db. Kas Rp Kr. Pendapatan bagi hasil Rp {(Pendapatan-Beban) x 25%}

36 42 Pada 31 Desember 2006 perusahaan memperoleh pendapatan sebesar Rp dan beban Rp Kerugian dibagi sesuai dengan porsi modal : atau 4 : 1, maka jurnalnya: 31 Des 2006 Db. Kerugian musyarakah Rp Kr. Penyisihan kerugian Rp {(Beban-Pendapatan) x 1/5} Penyajian dalam laporan keuangan tahun 2006 pada kolom neraca: Aset: Investasi musyarakah Rp Penyisihan kerugian (Rp ) Investasi (net) Rp Pada tanggal 1 Januari 2007 perusahaan mengembalikan modal syirkah dalam bentuk tunai, sedangkan investasi awal dalam bentuk aset nonkas. Maka perusahaan harus menjual aset tersebut. Hasil penjualan aset mitra aktif Rp dan mitra pasif Rp Maka jurnal pengembalian modalnya adalah: 1 Jan 2007 Db. Kas Rp Db. Penyisihan kerugian Rp Kr. Investasi musyarakah Rp Kr. Keuntungan Rp {Pend. bagi hasil (Rp ) : masa akad (2 tahun)}

37 43 c. Transaksi dilakukan dengan penyerahan aset nonkas dan dikembalikan pada akhir akad 1 Januari 2005 mitra pasif (Bank Syari ah) menyerahkan aset dengan harga perolehan Rp , akumulasi penyusutan Rp , nilai pasar Rp Jan 2005 Db. Investasi musyarakah Rp Db. Akumulasi penyusutan Rp Db. Kerugian Rp Kr. Aset nonkas Rp Pada 31 Desember 2005 aset akan dikembalikan untuk mitra pasif maka penyusutan dilakukan mitra dengan asumsi masa manfaat aset 3 tahun dan nisbah 3:1. Perusahaan memperoleh pendapatan Rp dan mempunyai beban sebeasr Rp , maka jurnalnya: 31 Des 2005 Db. Beban penyusutan Rp Kr. Akumulasi penyusutan Rp Db. Kas Rp Kr. Pendapatan bagi hasil Rp {(Pendapatan-Beban) x 25%} Pada tanggal 31 Desember 2006 perusahaan mengakui penyusutan dengan memperoleh pendapatan Rp dan beban Rp , maka jurnalnya adalah:

38 44 31 Des 2006 Db. Beban penyusutan Rp Kr. Akumulasi penyusutan Rp Db. Kerugian musyarakah Rp Kr. Peny. rugi musyarakah Rp {(Beban-Pendapatan) x 1/5} Penyajian dalam laporan keuangan tahun 2006 pada kolom neraca: Aset: Investasi musyarakah Rp Penyisihan kerugian (Rp ) Investasi (net) Rp Pada tanggal 1 Januari 2007 mitra menyetorkan uang untuk menutup kerugian dan masa pengembalian pada akhir akad dengan mengembalikan bentuk aset, maka jurnalnya adalah: 1 Jan 2007 Db. Penyisihan kerugian Rp Kr. Kas Rp Db. Aset nonkas Rp Kr. Investasi musyarakah Rp

Perbankan Syariah. Transaksi Musyarakah. Agus Herta Sumarto, S.P., M.Si. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi Manajemen

Perbankan Syariah. Transaksi Musyarakah. Agus Herta Sumarto, S.P., M.Si. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi Manajemen Perbankan Syariah Modul ke: Transaksi Musyarakah Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Agus Herta Sumarto, S.P., M.Si. Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Perbankan Syariah di Indonesia PENGERTIAN MUSYARAKAH

Lebih terperinci

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH SESI 10: Akuntansi Akad Musyarakah Achmad Zaky,MSA.,Ak.,SAS.,CMA.,CA 2 Kemitraan Umum (Syirkah) Kepemilikan Bersama (Syirkah Al Milk) Kontrak (Uqud) Pilihan (Ikhtia ri) Keharusan

Lebih terperinci

I. Flow-chart. Dimas Hidim, mahasiswa EPI C, Penjelasan alur/flow chat akad musyarakah :

I. Flow-chart. Dimas Hidim, mahasiswa EPI C, Penjelasan alur/flow chat akad musyarakah : Dimas Hidim, mahasiswa EPI C, 20120730138 I. Flow-chart Penjelasan alur/flow chat akad musyarakah : 1. Nasabah mengajukan pembiayaan kepada bank dengan akad musyarakah untuk mendapatkan tambahan modal.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. (2000:59.1) mengemukakan pengertian Bank Syariah sebagai berikut :

BAB II LANDASAN TEORITIS. (2000:59.1) mengemukakan pengertian Bank Syariah sebagai berikut : BAB II LANDASAN TEORITIS A. Bank Syariah 1. Pengertian Bank Syariah Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) dalam PSAK No. 59 (2000:59.1) mengemukakan pengertian Bank Syariah sebagai berikut : Bank Syariah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENYELESAIAN RESIKO SENGKETA PADA KEMITRAAN TERNAK AYAM DI DESA NONGKOSAWIT KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENYELESAIAN RESIKO SENGKETA PADA KEMITRAAN TERNAK AYAM DI DESA NONGKOSAWIT KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENYELESAIAN RESIKO SENGKETA PADA KEMITRAAN TERNAK AYAM DI DESA NONGKOSAWIT KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG A. Analisis Akad atau perjanjian penyelesaian kemitraan

Lebih terperinci

PERBANKAN SYARIAH AKUNTANSI MUSYARAKAH RESKINO. SUMBER Yaya R., Martawiredja A.E., Abdurahim A. (2009). Salemba Empat. Modul ke: Fakultas FEB

PERBANKAN SYARIAH AKUNTANSI MUSYARAKAH RESKINO. SUMBER Yaya R., Martawiredja A.E., Abdurahim A. (2009). Salemba Empat. Modul ke: Fakultas FEB PERBANKAN SYARIAH Modul ke: 12 Fakultas FEB AKUNTANSI MUSYARAKAH RESKINO Program Studi Akuntansi SUMBER Yaya R., Martawiredja A.E., Abdurahim A. (2009). Salemba Empat PEMBAHASAN MATERI Definisi, Pengertian,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Penerapan Akad Pembiayaan Musyarakah pada BMT Surya Asa Artha

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Penerapan Akad Pembiayaan Musyarakah pada BMT Surya Asa Artha 50 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Penerapan Akad Pembiayaan Musyarakah pada BMT Surya Asa Artha BMT berdiri dalam rangka menumbuh dan mengembangkan sumberdaya ekonomi mikro yang bersumber pada syariat Islam.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. seluruh perkiraan dilakukan berdasarkan prinsip akuntansi syariah yang

BAB II LANDASAN TEORITIS. seluruh perkiraan dilakukan berdasarkan prinsip akuntansi syariah yang BAB II LANDASAN TEORITIS A. Perlakuan Akuntansi 1. Pengertian Perlakuan Akuntansi Menurut Djoko Muljono (2015:49), Perlakuan Akuntansi adalah yang menyangkut pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan

Lebih terperinci

Materi: 11 AKUNTANSI MUSYARAKAH (Partnership)

Materi: 11 AKUNTANSI MUSYARAKAH (Partnership) Materi: 11 AKUNTANSI MUSYARAKAH (Partnership) Afifudin, SE., M.SA., Ak. E-mail: afifudin_aftariz@yahoo.co.id atau afifudin26@gmail.comm (Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Islam Malang) Jl.

Lebih terperinci

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 106 AKUNTANSI MUSYARAKAH

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 106 AKUNTANSI MUSYARAKAH Akuntansi Musyarakah ED PSAK (Revisi 00) 0 0 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. AKUNTANSI MUSYARAKAH Paragraf yang dicetak dengan huruf tebal dan miring adalah paragraf standar. Paragraf Standar

Lebih terperinci

Akuntansi Musyarakah ED PSAK 106 (Revisi 2006) Hak Cipta 2006 IKATAN AKUNTAN INDONESIA ED

Akuntansi Musyarakah ED PSAK 106 (Revisi 2006) Hak Cipta 2006 IKATAN AKUNTAN INDONESIA ED Akuntansi Musyarakah ED PSAK 6 (Revisi 06) Hak Cipta 06 IKATAN AKUNTAN INDONESIA 6.1 ED 56789 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 6 AKUNTANSI MUSYARAKAH Paragraf yang dicetak dengan huruf tebal dan

Lebih terperinci

PSAK No Juni 2007 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN AKUNTANSI MUSYARAKAH IKATAN AKUNTAN INDONESIA

PSAK No Juni 2007 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN AKUNTANSI MUSYARAKAH IKATAN AKUNTAN INDONESIA PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PSAK No. Juni 00 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN AKUNTANSI MUSYARAKAH IKATAN AKUNTAN INDONESIA Akuntansi Musyarakah PSAK PSAK No. PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG MUDHARABAH, BAGI HASIL, DAN DEPOSITO BERJANGKA

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG MUDHARABAH, BAGI HASIL, DAN DEPOSITO BERJANGKA BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG MUDHARABAH, BAGI HASIL, DAN DEPOSITO BERJANGKA A. Mudharabah 1. Pengertian Mudharabah Mudharabah atau yang disebut juga dengan qirad adalah suatu bentuk akad kerja sama antara

Lebih terperinci

BAB II KERJASAMA USAHA MENURUT PRESPEKTIF FIQH MUAMALAH. Secara bahasa al-syirkah berarti al-ikhtilath (bercampur), yakni

BAB II KERJASAMA USAHA MENURUT PRESPEKTIF FIQH MUAMALAH. Secara bahasa al-syirkah berarti al-ikhtilath (bercampur), yakni 15 BAB II KERJASAMA USAHA MENURUT PRESPEKTIF FIQH MUAMALAH A. PENGERTIAN SYIRKAH Secara bahasa al-syirkah berarti al-ikhtilath (bercampur), yakni bercampurnya salah satu dari dua harta dengan yang lainnya,

Lebih terperinci

PERLAKUAN AKUNTANSI PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH DAN MUSYARAKAH PADA PT. BANK MUAMALAT INDONESIA Tbk.

PERLAKUAN AKUNTANSI PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH DAN MUSYARAKAH PADA PT. BANK MUAMALAT INDONESIA Tbk. PERLAKUAN AKUNTANSI PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH DAN MUSYARAKAH PADA PT. BANK MUAMALAT INDONESIA Tbk. NAMA : RINA ARIANI NPM : 21208507 JURUSAN : AKUNTANSI DOSEN PEMBIMBING : DR. MASODAH, SE., MMSI PENDAHULUAN

Lebih terperinci

KERANGKA DASAR LAPORAN KEUANGAN SYARIAH. Budi Asmita, SE Ak, Msi Akuntansi Syariah Indonusa Esa Unggul, 2008

KERANGKA DASAR LAPORAN KEUANGAN SYARIAH. Budi Asmita, SE Ak, Msi Akuntansi Syariah Indonusa Esa Unggul, 2008 KERANGKA DASAR LAPORAN KEUANGAN SYARIAH Budi Asmita, SE Ak, Msi Akuntansi Syariah Indonusa Esa Unggul, 2008 1 FUNGSI BANK SYARIAH Manajer Investasi Mudharabah Agen investasi Investor Penyedia jasa keuangan

Lebih terperinci

MUDHARABAH dan MUSYARAKAH. Disusun untuk Memenuhi Tugas Manajemen Pembiayaan Bank Syariah C. Dosen Pengampu : H. Gita Danupranata, SE., MSI.

MUDHARABAH dan MUSYARAKAH. Disusun untuk Memenuhi Tugas Manajemen Pembiayaan Bank Syariah C. Dosen Pengampu : H. Gita Danupranata, SE., MSI. MUDHARABAH dan MUSYARAKAH Disusun untuk Memenuhi Tugas Manajemen Pembiayaan Bank Syariah C Dosen Pengampu : H. Gita Danupranata, SE., MSI. Oleh Fiqri Yunanda Pratama 20120730132 Swasti Saraswati 20120730137

Lebih terperinci

IV.2. PEMBIAYAAN MUSYARAKAH

IV.2. PEMBIAYAAN MUSYARAKAH IV.2. PEMBIAYAAN MUSYARAKAH A. Definisi 01. Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan

Lebih terperinci

Bismillahirrahmanirrahim

Bismillahirrahmanirrahim Bismillahirrahmanirrahim Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia UJIAN TENGAH SEMESTER Matakuliah : Akuntansi Syari ah Hari/tanggal : Jum at 1 Juli 2011 Waktu Sifat : 2 jam 30 menit : Closed book PILIHAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Sunnah Nabi. Konsekuensinya, apapun nilai yang dibutuhkan dalam analisis dan

BAB II LANDASAN TEORI. Sunnah Nabi. Konsekuensinya, apapun nilai yang dibutuhkan dalam analisis dan BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Umum Tentang Bank Syariah 1. Perbedaan Antara Bunga dan Bagi Hasil Bagi seorang muslim, sumber nilai dan sumber hukum adalah Al-Quran dan Sunnah Nabi. Konsekuensinya,

Lebih terperinci

Soal UTS Semester Gasal 2015/2016 Mata Kuliah : Akuntansi Syariah

Soal UTS Semester Gasal 2015/2016 Mata Kuliah : Akuntansi Syariah Soal UTS Semester Gasal 2015/2016 Mata Kuliah : Akuntansi Syariah 1. Jelaskan kelebihan dan kekurangan dari revenue sharing,gross profit sharing dan profit sharing dalam mudharabah! Buatlah contoh perhitungannya!

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Ada berbagai jurnal yang telah meneliti tentang PSAK 105 dan kesesuaiannya dengan system yang ada di lembaga keuangan syariah diantaranya : Turrosifa

Lebih terperinci

BAB V PENGAWASAN KEGIATAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH 1

BAB V PENGAWASAN KEGIATAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH 1 BAB V PENGAWASAN KEGIATAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH 1 5.1. Dewan Pengawas Syariah Dewan Pengawas Syariah (DPS) adalah dewan yang melakukan pengawasan terhadap prinsip syariah dalam kegiatan usaha lembaga

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. mudharabah pada Unit Usaha Syariah (UUS) PT. Bank DKI. Dilaksanakannya

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. mudharabah pada Unit Usaha Syariah (UUS) PT. Bank DKI. Dilaksanakannya 36 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini penulis melakukan evaluasi terhadap bagi hasil pembiayaan mudharabah pada Unit Usaha Syariah (UUS) PT. Bank DKI. Dilaksanakannya evaluasi ini untuk

Lebih terperinci

AKUNTANSI MUSYARKAH (psak 106)

AKUNTANSI MUSYARKAH (psak 106) Disampaikan oleh Wiroso AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH AKUNTANSI MUSYARKAH (psak 106) This training material is solely for the use of training participants. No part of it may be circulated, quoted, or reproduced

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Adapun landasan teori yang akan diuraikan adalah teori-teori yang

BAB II LANDASAN TEORI. Adapun landasan teori yang akan diuraikan adalah teori-teori yang BAB II LANDASAN TEORI Adapun landasan teori yang akan diuraikan adalah teori-teori yang mendasari dan mendukung penelitian. A. Pengertian Koperasi Di dalam ilmu ekonomi, pengertian Koperasi adalah suatu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Akuntansi 1. Pengertian Akuntansi Akuntansi menurut Weygandt dkk. (2007:4) adalah sebagai berikut : Suatu sistem informasi yang mengidentifikasikan, mencatat, dan mengomunikasikan

Lebih terperinci

Prinsip Sistem Keuangan Syariah

Prinsip Sistem Keuangan Syariah TRANSAKSI SYARIAH 1 Prinsip Sistem Keuangan Syariah 1. Pelarangan Riba 2. Pembagian Risiko 3. Tidak menganggap Uang sebagai modal potensial 4. Larangan melakukan kegiatan spekulatif 5. Kesucian Kontrak

Lebih terperinci

Pengertian Akad Mudharabah Jenis Akad Mudharabah Dasar Syariah Prinsip Pembagian Hasil Usaha Perlakuan Akuntansi (PSAK 105) Ilustrasi Kasus Akad

Pengertian Akad Mudharabah Jenis Akad Mudharabah Dasar Syariah Prinsip Pembagian Hasil Usaha Perlakuan Akuntansi (PSAK 105) Ilustrasi Kasus Akad Pengertian Akad Mudharabah Jenis Akad Mudharabah Dasar Syariah Prinsip Pembagian Hasil Usaha Perlakuan Akuntansi (PSAK 105) Ilustrasi Kasus Akad Mudharabah Mudharabah berasal dari adhdharby fil ardhy yang

Lebih terperinci

IV.3 DANA SYIRKAH TEMPORER

IV.3 DANA SYIRKAH TEMPORER IV.3 DANA SYIRKAH TEMPORER A. Definisi 01. Dana syirkah temporer adalah dana yang diterima sebagai investasi dengan jangka waktu tertentu dari individu dan pihak lain dimana Bank mempunyai hak untuk mengelola

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA. Daar Al-Fikri, 1989), h Pundi Akara, 2006), h Wahbah Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuha, (Damaskus:

BAB IV ANALISA DATA. Daar Al-Fikri, 1989), h Pundi Akara, 2006), h Wahbah Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuha, (Damaskus: 53 BAB IV ANALISA DATA A. Akad Syirkah Menurut Madzhab Maliki Syirkah menurut madzhab Maliki adalah pemberian izin kepada kedua mitra kerja untuk mengatur harta (modal) bersama. Maksudnya, setiap mitra

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Berdasarkan uraian pada BAB II tentang landasan teori mengenai preferensi

BAB IV ANALISIS DATA. Berdasarkan uraian pada BAB II tentang landasan teori mengenai preferensi 74 BAB IV ANALISIS DATA Berdasarkan uraian pada BAB II tentang landasan teori mengenai preferensi dan sumber modal, dan BAB III yang berisi tentang hasil penelitian, maka dalam BAB IV ini penulis akan

Lebih terperinci

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle Halal Guide.INFO Guide to Halal and Islamic Lifestyle Mudharabah (Qiradh) Kontribusi dari Administrator Saturday, 15 April 2006 Terakhir kali diperbaharui Saturday, 22 April 2006 Fatwa Dewan Syari'ah Nasional

Lebih terperinci

Tinjauan Penerapan Psak N0.105 Tentang Akuntansi Mudharabah Pada BMT Itqan Bandung

Tinjauan Penerapan Psak N0.105 Tentang Akuntansi Mudharabah Pada BMT Itqan Bandung Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Final Assignment - Diploma 3 (D3) http://repository.ekuitas.ac.id Final Assignment of Accounting 2016-01-07 Tinjauan Penerapan Psak N0.105 Tentang Akuntansi

Lebih terperinci

Nisbah ini mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh

Nisbah ini mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENGAMBILAN NISBAH PEMBIAYAAN AKAD MUḌĀRABAH KHUSUS DI PT. BPRS BAKTI ARTHA SEJAHTERA CABANG BANYUATES SAMPANG MADURA A. Analisis Aplikasi Pengambilan Nisbah Pembiayaan

Lebih terperinci

PEMBIAYAAN MUSYARAKAH

PEMBIAYAAN MUSYARAKAH PEMBIAYAAN MUSYARAKAH PENGERTIAN Agus Fajri Zam Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia Musyarakah adalah akad kerjasama yang terjadi diantara para pemilik modal (mitra musyarakah) untuk menggabungkan

Lebih terperinci

AKUNTANSI MURABAHAH. Materi: 6. Afifudin, SE., M.SA., Ak.

AKUNTANSI MURABAHAH. Materi: 6. Afifudin, SE., M.SA., Ak. Materi: 6 AKUNTANSI MURABAHAH Afifudin, SE., M.SA., Ak. E-mail: afifudin_aftariz@yahoo.co.id atau afifudin26@gmail.comm (Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Islam Malang) Jl. MT. Haryono 193

Lebih terperinci

ANALISIS PEMBIAYAAN MURABAHAH, MUDHARABAH, DAN MUSYARAKAH PADA BANK KALTIM SYARIAH DI SAMARINDA

ANALISIS PEMBIAYAAN MURABAHAH, MUDHARABAH, DAN MUSYARAKAH PADA BANK KALTIM SYARIAH DI SAMARINDA ANALISIS PEMBIAYAAN MURABAHAH, MUDHARABAH, DAN MUSYARAKAH PADA BANK KALTIM SYARIAH DI SAMARINDA Jati Satria Pratama Fakultas Ekonomi Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda Email : Order.circlehope@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Bank Syariah Dalam bank syariah, hubungan antara bank dengan nasabahnya bukan hubungan debitur dengan kreditur, melainkan hubungan kemitraan antara penyandang dana dengan pengelola

Lebih terperinci

UJIAN AKHIR SEMESTER AKUNTANSI SYARIAH JUMAT, 22 MEI 2009

UJIAN AKHIR SEMESTER AKUNTANSI SYARIAH JUMAT, 22 MEI 2009 SEMESTER GENAP 2008/2009 UJIAN AKHIR SEMESTER AKUNTANSI SYARIAH JUMAT, 22 MEI 2009 SOAL Pilihan Ganda (@2poin) 1. Dita meminjamkan laptopnya pada Dhika secara sukarela. Kegiatan ini termsauk implementasi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS AKUNTANSI PEMBIAYAAN MUSYARAKAH WAL IJARAH MUNTAHIYA BITTAMLIK DI BMI CABANG PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS AKUNTANSI PEMBIAYAAN MUSYARAKAH WAL IJARAH MUNTAHIYA BITTAMLIK DI BMI CABANG PEKALONGAN BAB IV ANALISIS AKUNTANSI PEMBIAYAAN MUSYARAKAH WAL IJARAH MUNTAHIYA BITTAMLIK DI BMI CABANG PEKALONGAN 4.1 Pengakunan Pembiayaan Musyarakah Wal Ijarah Muntahiya Bittamlik di Bank Muamalat Indonesia Cabang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Konsep Akad Musyarakah dalam Fiqh Muamalah. tanggung jawab yang sama. Musyarakah bisa berbentuk mufawadhah atau

BAB II LANDASAN TEORI. A. Konsep Akad Musyarakah dalam Fiqh Muamalah. tanggung jawab yang sama. Musyarakah bisa berbentuk mufawadhah atau BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Akad Musyarakah dalam Fiqh Muamalah 1. Pengertian Musyarakah Secara etimologis, musyarakah berasal dari kata Arab syirkah yang berarti kemitraan dalam suatu usaha, dan dapat

Lebih terperinci

ANALISIS PENGAKUAN DAN PENGUKURAN PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH BERDASARKAN PSAK 105 (Studi kasus pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk)

ANALISIS PENGAKUAN DAN PENGUKURAN PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH BERDASARKAN PSAK 105 (Studi kasus pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk) ANALISIS PENGAKUAN DAN PENGUKURAN PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH BERDASARKAN PSAK 105 (Studi kasus pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk) NAMA : SILPIA NAVITA SARI NPM : 21208165 JURUSAN : AKUNTANSI DOSEN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Perbankan Syariah 1. Pengertian Bank Syariah Kehadiran bank syariah ditengah tengah perbankan adalah untuk menawarkan sistem perbankan alternatif bagi umat Islam yang membutuhkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penerapan Metode Bagi Hasil Mudharabah dalam PT. Bank Muamalat Indonesia Berdasarkan IAI No. 59 Tentang Akuntansi Perbankan Syariah bahwa metode bagi hasil mudharabah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip. Menurut pendapat lain, Wadi ah adalah akad penitipan

BAB II LANDASAN TEORI. yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip. Menurut pendapat lain, Wadi ah adalah akad penitipan BAB II LANDASAN TEORI A. WADI AH 1. Pengertian Wadi ah Dalam tradisi fiqih islam, prinsip titipan atau simpanan dikenal dengan prinsip al-wadi ah. Hal ini dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terciptanya peradaban bisnis dengan wawasan humanis, emansipatoris,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terciptanya peradaban bisnis dengan wawasan humanis, emansipatoris, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Syariah Menurut Triyuwono (2012:104), akuntansi syariah merupakan salah satu dekonstruksi akuntansi modern kedalam bentuk yang humanis dan syarat nilai dimana tujuan

Lebih terperinci

BAGIAN IV AKAD BAGI HASIL

BAGIAN IV AKAD BAGI HASIL BAGIAN IV AKAD BAGI HASIL IV.1. PEMBIAYAAN MUDHARABAH A. Definisi 01. Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (pemilik dana) menyediakan seluruh dana, sedangkan pihak

Lebih terperinci

murtahin dan melibatkan beberapa orang selaku saksi. Alasan

murtahin dan melibatkan beberapa orang selaku saksi. Alasan BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN BARANG JAMINAN DENGAN SISTEM BAGI HASIL DI DESA PENYENGAT KECAMATAN TANJUNGPINANG KOTA KEPULAUAN RIAU A. Analisis Terhadap Akad Pemanfaatan Barang Jaminan

Lebih terperinci

SYIRKAH MUTANAQISHAH DAN IMPLEMENTASINYA PADA PEMBIAYAAN KPRS DI BANK SYARIAH

SYIRKAH MUTANAQISHAH DAN IMPLEMENTASINYA PADA PEMBIAYAAN KPRS DI BANK SYARIAH SYIRKAH MUTANAQISHAH DAN IMPLEMENTASINYA PADA PEMBIAYAAN KPRS DI BANK SYARIAH Oleh: Ir. H. M. Nadratuzzaman Hosen, MS, M.Ec, Ph.D Seminar Nasional Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Ruang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS 8 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian Bank Syariah Bank syariah yang yang telah lama berkembang di Indonesia, tampaknya mempunyai dampak positif dalam hal kepercayaan, khususnya umat islam terhadap

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Ahmed, Salman. (2011). Analysis Of Mudharabah and A New Approach to Equity

DAFTAR PUSTAKA. Ahmed, Salman. (2011). Analysis Of Mudharabah and A New Approach to Equity DAFTAR PUSTAKA Agustianto (2008). Pembatalan Mudharabah. PSTTI-UI : Jakarta Ahmed, Salman. (2011). Analysis Of Mudharabah and A New Approach to Equity Financing in Islamic Finance. Vol : 6, No. 5, 2011.

Lebih terperinci

ANALISIS PSAK 102 (REVISI 2013) TERHADAP PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA PRODUK KEPEMILIKAN KENDARAAN BERMOTOR (KKB) BRISYARIAH IB

ANALISIS PSAK 102 (REVISI 2013) TERHADAP PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA PRODUK KEPEMILIKAN KENDARAAN BERMOTOR (KKB) BRISYARIAH IB Prosiding Keuangan dan Perbankan Syariah ISSN: 2460-2159 ANALISIS PSAK 102 (REVISI 2013) TERHADAP PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA PRODUK KEPEMILIKAN KENDARAAN BERMOTOR (KKB) BRISYARIAH IB 1 Renka Suka Alamsyah,

Lebih terperinci

Afifudin, SE., M.SA., Ak. atau (Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Islam

Afifudin, SE., M.SA., Ak.   atau (Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Islam Afifudin, SE., M.SA., Ak. E-mail: afifudin_aftariz@yahoo.co.id atau afifudin26@gmail.comm (Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Islam Malang) Jl. MT. Haryono 193 Malang Telp. 0341-571996 Fax.

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Penerapan Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Muamalat Indonesia,

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Penerapan Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Muamalat Indonesia, BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Penerapan Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk menerapkan murabahah pesanan yang bersifat mengikat. PT. Bank Muamalat Indonesia,

Lebih terperinci

Pengertian. Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia. Iman Pirman Hidayat. Pembiayaan Mudharabah

Pengertian. Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia. Iman Pirman Hidayat. Pembiayaan Mudharabah Pengertian Iman Pirman Hidayat Pembiayaan mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara bank sebagai pemilik dana (shahibul maal) dan nasabah sebagai pengelola dana (mudharib) untuk melakukan kegiatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Penelitian Terdahulu Pembahasan yang dilakukan oleh peneliti di susun berdasarkan pada penelitian-penelitian yang terdahulu beserta persamaan dan perbedaannya yang mendukung

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Sejarah Singkat PT Bank Mega Syariah Indonesia Sejarah kelahiran Bank Mega Syariah Indonesia berawal dari akuisisi PT Bank Umum Tugu oleh

Lebih terperinci

PSAK No Juni 2007 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN AKUNTANSI MUDHARABAH IKATAN AKUNTAN INDONESIA

PSAK No Juni 2007 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN AKUNTANSI MUDHARABAH IKATAN AKUNTAN INDONESIA PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PSAK No. Juni 00 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN AKUNTANSI MUDHARABAH IKATAN AKUNTAN INDONESIA Akuntansi Mudharabah PSAK No. PSAK No. PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI

Lebih terperinci

Penyajian Laporan Keuangan Bank Syariah. Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si.

Penyajian Laporan Keuangan Bank Syariah. Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si. Penyajian Laporan Keuangan Bank Syariah Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si. Syarat Transaksi sesuai Syariah a.l : Tidak Mengandung unsur kedzaliman Bukan Riba Tidak membahayakan pihak sendiri atau pihak lain.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini merupakan hasil pengembangan dari peneliti-peneliti terdahulu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini merupakan hasil pengembangan dari peneliti-peneliti terdahulu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian ini merupakan hasil pengembangan dari peneliti-peneliti terdahulu yang memiliki topik yang sama. Penelitian tersebut antara lain : 2.1.1 Susi

Lebih terperinci

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH SESI 9: Akuntansi Akad Mudharabah Achmad Zaky,MSA.,Ak.,SAS.,CMA.,CA 2 DEFINISI Secara harfiah mudharabah berasal dari kata dharb di muka bumi yang artinya melakukan perjalanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembiayaan dalam perbankan syariah menurul Al-Harran (dalam Ascarya,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembiayaan dalam perbankan syariah menurul Al-Harran (dalam Ascarya, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori dalam perbankan syariah menurul Al-Harran (dalam Ascarya, 2007 : 122) dapat dibagi tiga, yaitu: 1. Return bearing financing, yaitu bentuk pembiayaan yang secara

Lebih terperinci

Akuntansi Mudharabah ED PSAK 105 (Revisi 2006) Hak Cipta 2006 IKATAN AKUNTAN INDONESIA ED

Akuntansi Mudharabah ED PSAK 105 (Revisi 2006) Hak Cipta 2006 IKATAN AKUNTAN INDONESIA ED Akuntansi Mudharabah ED PSAK 5 (Revisi 06) Hak Cipta 06 IKATAN AKUNTAN INDONESIA 5.1 ED 56789 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 5 AKUNTANSI MUDHARABAH Paragraf yang dicetak dengan huruf tebal dan

Lebih terperinci

BAB III. Koperasi (Syirkah Ta awuniyah) bersal dari perkataan Co dan Operation yang mengandung arti kerja sama untuk

BAB III. Koperasi (Syirkah Ta awuniyah) bersal dari perkataan Co dan Operation yang mengandung arti kerja sama untuk BAB III Koperasi (Syirkah Ta awuniyah) A. Pengertian Koperasi (Syirkah Ta awuniyah) Koperasi adalah suatu kerja sama dalam lapangan perekonomian. Kerjasama ini karena adanya kesamaan jenis kebutuhan hidup.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Lembaga Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Lembaga Keuangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori A. Pengertian Lembaga Keuangan Dalam sistem keuangan suatu Negara, lembaga keuangan berperan dalam menyediakan fasilitas jasa-jasa di bidang keuangan. Menurut

Lebih terperinci

AKUNTANSI MURABAHAH. Materi: 5-6. Afifudin, SE., M.SA., Ak.

AKUNTANSI MURABAHAH. Materi: 5-6. Afifudin, SE., M.SA., Ak. Materi: 5-6 AKUNTANSI MURABAHAH Afifudin, SE., M.SA., Ak. E-mail: afifudin_aftariz@yahoo.co.id atau afifudin26@gmail.comm (Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Islam Malang) Jl. MT. Haryono 193

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN SISTEM MUD{A>RABAH MUSYA>RAKAH PADA PT. ASURANSI TAKAFUL KELUARGA SURABAYA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN SISTEM MUD{A>RABAH MUSYA>RAKAH PADA PT. ASURANSI TAKAFUL KELUARGA SURABAYA BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN SISTEM MUD{A>RABAH MUSYA>RAKAH PADA PT. ASURANSI TAKAFUL KELUARGA SURABAYA A. Analisa Terhadap Penerapan Sistem Mud{a>rabah Musya>rakah Pada PT. Asuransi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka mengatasi krisis tersebut. Melihat kenyataan tersebut banyak para ahli

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka mengatasi krisis tersebut. Melihat kenyataan tersebut banyak para ahli BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 membuka semua tabir kerapuhan perbankan konvensional. Akibat krisis ekonomi tersebut telah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENERAPAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN (PSAK) NO. 105 TENTANG AKUNTANSI MUDHARABAH DI KJKS BMT HUDATAMA SEMARANG

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENERAPAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN (PSAK) NO. 105 TENTANG AKUNTANSI MUDHARABAH DI KJKS BMT HUDATAMA SEMARANG BAB IV ANALISIS TERHADAP PENERAPAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN (PSAK) NO. 105 TENTANG AKUNTANSI MUDHARABAH DI KJKS BMT HUDATAMA SEMARANG A. Analisis Kesesuaian Pengakuan dan Pengukuran Akuntansi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Bank 1. Pengertian Bank Pengertian bank menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam PSAK No. 31 tentang Akuntansi Perbankan (revisi 2000:31.1) Bank adalah suatu lembaga yang berperan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. kepastian dana pendidikan anak sesuai rencana untuk setiap cita-cita yang

BAB II LANDASAN TEORI. kepastian dana pendidikan anak sesuai rencana untuk setiap cita-cita yang 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Tabungan ib Pendidikan 1. Pengertian Tabungan ib Pendidikan Tabungan ib Pendidikan merupakan jenis tabungan berjangka dengan potensi bagi hasil yang kompetitif guna memenuhi

Lebih terperinci

MUSYARAKAH MUTANAQISAH SEBAGAI ALTERNATIF PADA PEMBIAYAAN KPRS DI BANK SYARIAH. Kajian LiSEnSi, Selasa, 23 Maret 2010

MUSYARAKAH MUTANAQISAH SEBAGAI ALTERNATIF PADA PEMBIAYAAN KPRS DI BANK SYARIAH. Kajian LiSEnSi, Selasa, 23 Maret 2010 MUSYARAKAH MUTANAQISAH SEBAGAI ALTERNATIF PADA PEMBIAYAAN KPRS DI BANK SYARIAH Kajian LiSEnSi, Selasa, 23 Maret 2010 Rumah adalah kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia. Terungkapnya krisis kredit subprime

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam linguistik, analisa atau analisis adalah kajian yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam linguistik, analisa atau analisis adalah kajian yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Analisis Dalam linguistik, analisa atau analisis adalah kajian yang dilaksanakan terhadap sebuah bahasa guna meneliti struktur bahasa tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemilik dana. Perbankan di Indonesia mempunyai dua sistem antara lain sistem

BAB I PENDAHULUAN. pemilik dana. Perbankan di Indonesia mempunyai dua sistem antara lain sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga keuangan khususnya sektor perbankan menempati posisi sangat strategis dalam menjembatani kebutuhan modal kerja dan investasi riil dengan pemilik dana.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam hal ini pelaporan keuangan syariah dengan pelaporan bank

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam hal ini pelaporan keuangan syariah dengan pelaporan bank BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pelaporan Keuangan Syariah Dalam hal ini pelaporan keuangan syariah dengan pelaporan bank konvensional sangatlah berbeda, dimana setiap bagiannya terdapat perbedaan. Terdapat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Deposito 1. Pengertian Deposito Secara umum, deposito diartikan sebagai simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu menurut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Revenue Sharing 1. Pengertian Revenue Sharing Menurut Slamet Wiyono (2005 : 57) Revenue sharing berasal dari bahasa inggris yang terdiri dari dua kata yaitu, revenue yang berarti:

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No 107 1. PSAK Tentang Akuntansi Pembiayaan Ijarah Berdasarkan perkembangan per 1 September 2007, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)

Lebih terperinci

KONSEP UTANG DAN MODAL DALAM ISLAM. Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si.

KONSEP UTANG DAN MODAL DALAM ISLAM. Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si. KONSEP UTANG DAN MODAL DALAM ISLAM Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si. Modal Pokok (Ra sul-maal) dalam Islam Yang dimaksud dengan kata ra su dalam bahsa Arab ialah atas segala sesuatu. Jadi, ra sulmaal ialah

Lebih terperinci

FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL Nomor: 55/DSN-MUI/V/2007 Tentang PEMBIAYAAN REKENING KORAN SYARIAH MUSYARAKAH

FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL Nomor: 55/DSN-MUI/V/2007 Tentang PEMBIAYAAN REKENING KORAN SYARIAH MUSYARAKAH FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL Nomor: 55/DSN-MUI/V/2007 Tentang PEMBIAYAAN REKENING KORAN SYARIAH MUSYARAKAH Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI), setelah: Menimbang : a. bahwa salah

Lebih terperinci

BAGIAN XVII CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

BAGIAN XVII CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN BAGIAN XVII CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN A. PENDAHULUAN 01. Catatan atas laporan keuangan merupakan bagian tak terpisahkan dari laporan keuangan Bank. Catatan atas laporan keuangan memuat penjelasan mengenai

Lebih terperinci

PERBANKAN SYARIAH MUDHARABAH AFRIZON. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Akuntansi.

PERBANKAN SYARIAH MUDHARABAH AFRIZON. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Akuntansi. PERBANKAN SYARIAH Modul ke: MUDHARABAH Fakultas FEB AFRIZON Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id Investasi mudharabah adalah pembiayaan yang di salurkan oleh bank syariah kepada pihak lain untuk

Lebih terperinci

4. Firman Allah SWT QS. al-baqarah (2):278 45)& %*('! Hai orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba jika kamu orang yang b

4. Firman Allah SWT QS. al-baqarah (2):278 45)& %*('! Hai orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba jika kamu orang yang b DEWAN SYARI AH NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA FATWA DEWAN SYARI AH NASIONAL NO: 37/DSN-MUI/IX/2002 Tentang PASAR UANG ANTARBANK BERDASARKAN PRINSIP SYARI AH Dewan Syari ah Nasional, setelah Menimbang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO A. Analisis terhadap praktik utang piutang berhadiah di Desa Sugihwaras Kecamatan

Lebih terperinci

Exposure Draft ini dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan

Exposure Draft ini dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan November 2006 EXPOSURE DRAFT PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ED KERANGKA DASAR PENYUSUNAN DAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN SYARIAH ED PSAK 101 (REVISI 2006): PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN SYARIAH ED PSAK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bahasa, 2007:207) pengertian prosedur adalah tahap-tahap kegiatan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bahasa, 2007:207) pengertian prosedur adalah tahap-tahap kegiatan untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Prosedur Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Tim Penyusun Pusat Bahasa, 2007:207) pengertian prosedur adalah tahap-tahap kegiatan untuk menyelesaikan suatu aktifitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Akuntansi dan Bank Syariah 1. Pengertian Akuntansi Syariah Akuntansi syariah adalah teori yang menjalankan bagaimana mangalokasikan sumber-sumber yang ada secara adil bukan pelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi syariah yang berlandaskan nilai Al-Qur an dan Al-Hadis. ditugaskan oleh Allah SWT untuk mengelola bumi secara amanah.

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi syariah yang berlandaskan nilai Al-Qur an dan Al-Hadis. ditugaskan oleh Allah SWT untuk mengelola bumi secara amanah. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Akuntansi syariah yang berlandaskan nilai Al-Qur an dan Al-Hadis membantu manusia untuk menyelenggarakan praktik ekonomi yang berhubungan dengan pengakuan,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Proses Pengajuan Pembiayaan Musyarakah pada PT. Bank Muamalat Indonesia Dalam mengajukan pembiayaan dalam bank syariah, dalam hal ini pembiayaan musyarakah ada beberapa

Lebih terperinci

BAB IV MANAJEMEN PEMBIAYAAN

BAB IV MANAJEMEN PEMBIAYAAN BAB IV MANAJEMEN PEMBIAYAAN PENDAHULUAN Enam kesalahan umum yang dilakukan bank dalam pembiayaan: 1. Portofolio yang terlalu terkonsentrasi 2. Sikap latah atau ikut-ikutan ikutan 3. Terlalu bersandar pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian yang dilakukan Wardi dan Putri (2011) tentang Analisis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian yang dilakukan Wardi dan Putri (2011) tentang Analisis BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang dapat menjadi data pendukung dari penelitian ini adalah sebagai berikut : Penelitian yang dilakukan Wardi dan Putri (2011)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan sistem operasionalnya, telah menunjukkan angka kemajuan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. akan sistem operasionalnya, telah menunjukkan angka kemajuan yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan di awali berdirinya Bank Syariah pada tahun 1992 oleh bank yang di beri nama dengan Bank Muamalat Indonesia (BMI), sebagai pelopor berdirinya perbankan yang

Lebih terperinci

BAB IV. ANALISIS IMPLEMENTASI FATWA DSN NO. 03/DSN-MUI/IV/2000 TENTANG DEPOSITO PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA MUDHARABAH di BMT MASJID AGUNG DEMAK

BAB IV. ANALISIS IMPLEMENTASI FATWA DSN NO. 03/DSN-MUI/IV/2000 TENTANG DEPOSITO PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA MUDHARABAH di BMT MASJID AGUNG DEMAK BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI FATWA DSN NO. 03/DSN-MUI/IV/2000 TENTANG DEPOSITO PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA MUDHARABAH di BMT MASJID AGUNG DEMAK A. Analisis Perhitungan Nisbah Bagi Hasil Produk Simpanan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP UMUM TENTANG SYIRKAH. A. Pengertian dan Landasan Hukum Syirkah. atau lebih, sehingga masing-masing sulit dibedakan, misalnya persekutuan

BAB II KONSEP UMUM TENTANG SYIRKAH. A. Pengertian dan Landasan Hukum Syirkah. atau lebih, sehingga masing-masing sulit dibedakan, misalnya persekutuan BAB II KONSEP UMUM TENTANG SYIRKAH A. Pengertian dan Landasan Hukum Syirkah 1. Pengertian Syirkah Syirkah menurut bahasa berarti al-ikhthilath yang artinya adalah campur atau percampuran. 1 Dapat pula

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP ASURANSI JIWA PADA PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG LARANGAN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP ASURANSI JIWA PADA PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG LARANGAN SIDOARJO BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP ASURANSI JIWA PADA PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG LARANGAN SIDOARJO A. Aplikasi Akad Mura>bah}ah pada Pembiayaan di BMT UGT Sidogiri Cabang Larangan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN Secara umum sistem ekonomi yang melakukan kegiatan perekonomian akan berakhir dengan transaksi. BNI Syariah sebagai bank yang menjalankan kegiatan perbankannya berdasarkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENGGUNAAN DUA AKAD DALAM SATU TRANSAKSI KARANGCANGKRING JAWA TIMUR CABANG PASAR KRANJI PACIRAN LAMONGAN MENURUT HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS PENGGUNAAN DUA AKAD DALAM SATU TRANSAKSI KARANGCANGKRING JAWA TIMUR CABANG PASAR KRANJI PACIRAN LAMONGAN MENURUT HUKUM ISLAM BAB IV ANALISIS PENGGUNAAN DUA AKAD DALAM SATU TRANSAKSI (QARD} DAN MURA>BAH}AH) DI KJKS BMT MANDIRI SEJAHTERA KARANGCANGKRING JAWA TIMUR CABANG PASAR KRANJI PACIRAN LAMONGAN MENURUT HUKUM ISLAM A. Analisis

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. UNS, 2009), Evaluasi Penerapan Prinsip Syariah pada Praktik

BAB II LANDASAN TEORI. UNS, 2009), Evaluasi Penerapan Prinsip Syariah pada Praktik 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Sebelum melakukan penelitian, peneliti telah menelusuri beberapa penelitian yang berkenaan dengan tema yang akan diteliti. Berikut beberapa hasil penelitian

Lebih terperinci

II. LAPORAN KEUANGAN ENTITAS ASURANSI SYARIAH

II. LAPORAN KEUANGAN ENTITAS ASURANSI SYARIAH Lampiran merupakan bagian tidak terpisahkan dari PSAK 101 Laporan keuangan entitas syariah yang lengkap terdiri atas: neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas, laporan sumber

Lebih terperinci