BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Setiap anak mempunyai potensi yang sangat penting untuk dikembangkan.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Setiap anak mempunyai potensi yang sangat penting untuk dikembangkan."

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian teoritis Pengertian Kemandirian Setiap anak mempunyai potensi yang sangat penting untuk dikembangkan. Yang mendasari pengembangan potensi antara lain adalah kemandirian. Pendidik dalam hal ini diharapkan dapat memfasilitasi pembentukan kemandirian dengan selalu memberikan stimulasi. Dalam proses pembelajaran, kemandirian anak sangat bermanfaat dalam pembentukan aspek fisik, afektif dan psikomotor. Hanya saja yang perlu dipahami bahwa kemandirian merupakan aspek psikologis yang membutuhkan stimulus yang terencana dan kontinu. Selain itu, pembiasaan dan pemberian penguatan pada setiap aktivitas dilakukan anak. Hal ini sejalan dengan pendapat Kemandirian adalah sebuah proses yang dijalani oleh seorang anak. Ciri anak yang mandiri adalah apabila seorang anak mampu melakukan beberapa prosedur untuk mencapai suatu tujuan. Prosedur dimaksud dimulai dengan merencanakan, kemudian memperlajari, melaksanakan sendiri. Hal ini sesuai dengan pendapat (Johnson, 2007:171) yang menyebutkan prosedur menuju kemandirian, yakni mampu merencanakan melakukan, mempelajari, dan melaksanakan tindakan atau pemecahan masalah sendiri. Hal ini berarti bahwa kemandirian anak adalah proses yang menitikberatkan kegiatan yang dilakukan oleh anak itu sendiri, mulai dari 8

2 9 merencanakan, mengerjakan, mempelajari, dan melaksanakan tindakan atau pemecahan suatu masalah secara mandiri. Berkaitan dengan kemandirian anak, Ambarwati (2009:62) menguraikan beri dukungan dan penghargaan saat anak mulai belajar mandiri. Ada anak yang sangat mandiri dalam belajar. Ia tak suka kehadiran siapapun termasuk orang tuanya. Biarkan saja anak kita menyelesaikan pekerjaannya. Justru saat itu kita memberikan penghargaan dan dukungan kepadanya karena mempunyai kesadaran untuk belajar secara mandiri. Siswanto dan Lestari (2012:63) mengemukakan kemandirian merupakan sebagian dari life skill yang harus dimiliki anak. Dengan melatihnya sedari kecil, manfaatnya akan lebih dirasakan anak dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Kemandirian pada anak akan terbentuk apabila orang tua maupun guru memahami kebutuhan anak. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Yus (2011:49) bahwa pendidikan bagi anak usia dini sebaiknya berpusat pada anak khususnya karakteristik dan kebutuhan anak. Minat, keinginan dan kemampuan anak sebagai bagian yang perlu dipertimbangkan dalam mengidentifikasi kebutuhan anak. Oleh karena itu, peran pendidik sangatlah penting. Dari uraian tersebut jelaslah bahwa kemandirian adalah sebuah proses yang dijalani oleh seorang anak, dimana ciri-cirinya adalah apabila seorang anak mampu melakukan beberapa prosedur, dimulai dengan merencanakan, kemudian

3 10 memperlajari, melaksanakan sendiri. Kemandirian merupakan sebagian dari life skill yang harus dimiliki anak, karena merupakan salah satu aspek perkembangan anak yang sangat berpengaruh pada optimalisasi potensi. Supriatna (2009:18) bahwa dengan hasil penelitian yang dilakukan Hervard University, terungkap bahwa 85% keberhasilan dalam mendapatkan pekerjaan ditentukan oleh kemandirian mereka, dan hanya 15% ditentukan oleh kepandaian dan pengetahuan mereka. Kemandirian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemandirian anak pada pembelajaran khususnya motorik halus dalam hal ini, kemandirian mewarnai, melipat dan kemandirian membentuk. Menurut Antonius (2007) seseorang yang mandiri adalah suatu suasana dimana seseorang mau dan mampu mewujudkan kehendak atau keinginan dirinya yang terlihat dalam tindakan atau perbuatan nyata guna menghasilkan sesuatu (barang atau jasa) demi pemenuhan kebutuhan hidupnya dan sesamanya. Mutadin (2007) menjelaskan bahwa kemandirian adalah suatu sikap individu yang diperoleh secara kumulatif selama perkembangan, individu akan terus belajar untuk bersikap mandiri dalam menghadapi berbagai situasi lingkungan, sehingga individu pada akhirnya akan mampu berfikir dan bertindak sendiri dengan kemandiriannya seseorang dapat memilih jalan hidupnya untuk dapat berkembang dengan lebih mantap. Drost (2007) kemandirian adalah individu yang mampu menghadapi masalah-masalah yang

4 11 dihadapinya dan mampu bertindak secara dewasa. ( www. e psikologi.com 2010/08/05) Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian Anak Anak merupakan individu yang perlu bahkan harus dikembangkan potensinya. Pengembangan potensi tersebut dimaksudkan agar anak mampu mengaktualisasikan dirinya secara menyeluruh serta berkembang menjadi sumber daya manusia yang berkualitas dan mandiri. Akan tetapi, usaha mewujudkan manusia yang berkualitas dan mandiri tidak terlepas dari berbagai faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal maupun eksternal. Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri anak, serta eksternal yang berasal dari luar diri anak. Faktor yang berasal dari dalam diri anak antara lain adalah faktor hereditas. Baradja (2005:65) mengemukakan bahwa hereditas merupakan suatu faktor bawaan seseorang yang diperoleh dari orang tua yang melahirkan. Dalam hal ini hereditas akan membawa pada anak sebagai faktor yang diturunkan orang tuanya kepada anaknya. Selanjutnya, Yusuf (2006:31) menjelaskan hereditas merupakan faktor pertama yang mempengaruhi perkembangan individu. Dalam hal ini hereditas diartikan sebagai totalitas karakteristik individu yang diwariskan orang tua kepada anak, atau segala potensi, baik fisik maupun psikhis yang dimiliki individu sejak masa konsepsi sebagai pewarisan dari pihak orang tua melalui gen-gen.

5 12 Faktor internal lainnya yang turut mempengaruhi kemandirian anak adalah kecerdasan emosi. Dalam kaitan dengan hal ini, Uno (2009:8) menjelaskan anak atau peserta didik yang memiliki kontrol emosi bagus akan mampu mengembangkan bakat yang ia miliki. Bagi anak dini usia yang memiliki bakat menyanyi, saat harus naik pentas ia akan melakukan suatu tindakan, berjoget atau menyanyi dengan penuh percaya diri. Seefeldt dan Wasik (2008: 69) menjelaskan gejolak perasaan anak usia dini sebagian besar ada di permukaan. Anak usia dini sulit memisahkan perasaan dan tindakan. Jika mereka merasakan sesuatu, akan diungkapkan isu, demikian pula jika anak menginginkan sesuatu, mereka usahakan mengambilnya. Selain faktor internal, terdapat pula faktor eksternal yang dipandang mempengaruhi kemandirian anak. Berkaitan dengan hal ini, Suryana (2008:4) mengemukakan bahwa terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi kemandirian anak prasekolah, termasuk anak TK. Faktor-faktor dimaksud meliputi, faktor orang tua, faktor guru, serta media dan sumber belajar ( com). Orang tua merupakan orang yang paling bertanggung jawab dalam menumbuhkan kualitas dan kemandirian anak. Menyadari hal ini, maka peranan orang tua sangatlah dibutuhkan. Setiap orang tua harus menyadari dan memahami makna peran dan tanggung jawabnya dalam keluarga. Dengan demikian para orang tua juga keluarga harus mampu mengembangkan serta mewujudkan peranan tersebut

6 13 dalam lingkungan keluarganya sendiri, termasuk kepada anak-anaknya yang masih duduk di bangku TK. Sauri (2006:5) mengemukakan keluarga merupakan lembaga pendidikan yang sangat vital, terutama bagi kelangsungan pendidikan generasi muda maupun bagi pembinaan bangsa pada umumnya. Pendidikan dalam keluarga pada dasarnya merupakan komunikasi timbal balik antara orang tua dengan anak melalui pembinaan bahasa, tanda-tanda tertentu, simbol-simbol yang bermuatan nilai-nilai yang tergambar dalam perilaku sosial di tengah situasi dan interaksi antaranggota keluarga. Teman sebaya, juga dipandang ikut mempengaruhi kemandirian anak. Setelah masuk sekolah, anak mulai bergaul dengan teman sebayanya dan menjadi anggota dari kelompoknya, maka saat itulah anak mulai mengalihkan perhatiannya untuk mengembangkan sifat-sifat atau perilaku yang cocok atau dikagumi oleh temantemannya Selanjutnya, Yusuf (2006:128) menjelaskan suasana atau iklim keluarga yang sangat penting bagi perkembangan kepribadian anak. Seorang anak yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang harmonis dan agamis, dalam arti orang tua memberikan curahan kasih sayang, perhatian serta bimbingan daam kehidupan berkeluarga, maka perkembangan kepribadian anak tersebut cenderung positif. Adapun anak yang dikembangkan dalam lingkungan keluarga yang broken home, kurang harmonis, orang tua bersikap keras terhadap anak atau tidak memperhatikan

7 14 nilai-nilai agama dalam keluarga, maka perkembangan kepribadian cenderung mengalami kesulitan. Berkaitan dengan hal tersebut, Baradja (2005:76) menjelaskan bahwa saat anak memasuki tahapan perkembangan dalam pengertian differensiasi, dimana anak telah mengarti dan memahami orang lain, maka anak sudah tidak lagi melihat segala sesuatunya untuk dirinya, atau apa yang disebut pemusatan pada dirinya. Pada saat itu ia membutuhkan orang lain yang dapat mengerti dan memahami dirinya dan ia mengerti apa yang diinginkan orang lain terhadap dirinya. Pada usia 3-4 tahun, anak sudah mulai menyadari akunya, bahwa akunya (dirinya) berbeda dengan bukan aku (orang lain atau benda). Kesadaran ini diperoleh dari pengalamannya, bahwa tidak setiap keinginannya dipenuhi oleh orang lain atau benda lain. Anak menyadari bahwa keinginannya berhubungan dengan keinginan orang tua, sehingga orang lain tidak selamanya memenuhi keinginannya. Berkembang dengan itu, rasa percaya diri akan tumbuh dan berkembang apabila lingkungan banyak memfasilitasi diri anak dalam berbagai aktivitasnya. Guru juga merupakan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi kemandirian anak. Guru yang banyak mendukung dan memberi kebebasan kepada anak melakukan aktivitas tertentu sepanjang tidak membahayakan anak dan orang lain, dipandang mempercepat tumbuhnya rasa percaya diri dan kemandirian anak. Sebaliknya, guru yang selalu memproteksi dan mengabaikan kebebasan anak, banyak

8 15 memberi komando akan berdampak kurang baik terhadap perkembangan rasa percaya diri dan kemandirian anak. Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) merupakan lembaga atau jenjang pendidikan prasekolah, mempuyai tugas untuk mempersiapkan anak-anak dengan memperkenalkan berbagai pengetahuan dasar, sikap dan perilaku, keterampilan dan intelektual agar anak dapat melakukan adaptasi atau penyesuaian dengan kegiatan sesunguhnya di sekolah. Belajar di TK adalah suatu usaha yang positif menuju perubahan-perubahan individu dalam hal kebiasaan, pengetahuan dan perubahan sikap serta perilaku. Hal tersebut menuntut setiap pendidik TK untuk professional dalam menyelenggarakan pendidikan bagi anak usia dini. Penyelenggaraan pendidikan bagi anak usia dini yang dilaksanakan oleh pendidik telah dituangkan dalam peraturan dan perundangundangan yang berlaku. Berdasarkan Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 40 dinyatakan bahwa kewajiban pendidik adalah menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis. Oleh karena itu seorang pendidik PAUD harus senantiasa berupaya meningkatkan mengembangkan kemampuannya terutama dalam pembelajaran. Profesionalisme diperlukan dalam upaya meningkatkan dan mengembangkan potensi dasar anak didiknya. dimaksud antara lain mampu mengelola pembelajaran sesuai dengan prinsip dan teori pendidikan anak

9 16 usia dini yang berorientasi pada pendekatan permainan (bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain). Seorang pendidik TK haruslah memiliki kemampuan-kemampuan tertentu, tertutama kemampuan dalam membelajarkan anak dini usia, serta profesional dalam melaksanakan tugas yang diembannya sebagai pendidik. Dalam hal ini, pendidik TK perlu memiliki latar belakang pendidikan yang memadai atau memiliki kualifikasi sebagai pendidik. Hal ini sebagaimana disebutkan Dalam Undang-undang No. 23 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 6 disebutkan bahwa Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Selanjutnya, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 pada Pasal 1 ayat 7 disebutkan ditetapkan Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, dimana setiap pendidik atau guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Pada ayat 2 dijelaskan bahwa kualifikasi akademik pendidik sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan dan perundang-undangan yang berlaku.

10 17 Uraian di atas menunjukkan bahwa seorang pendidik/guru, termasuk pendidik TK dalam melaksanakan kewajiban secara bertanggung jawab dan layak, dimana setiap pendidik wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan membelajarkan anak didik dengan mengacu pada konsep pembelajaran anak Taman Kanak-kanak. Jalal (2011:46) mengemukakan bahwa di Indonesia, negara dengan jumlah penduduk yang besar pun perkembangan jenjang pendidikan pra sekolah seperti TK meningkat pesat. Namun jumlah tenaga pendidik yang mencapai ratusan ribu, belum semuanya memiliki bekal dan ilmu serta pengalaman yang cukup mengenai konsep pembelajaran di TK. Dalam arti bahwa sebagian besar pendidik TK belum memiliki pengalaman mengajar yang optimal. Oleh karena itu para pengelola dan pengajar TK mengikuti pelatihan intensif, untuk mengembangkan wawasan, pengetahuan, pengalaman dan keterampilannya dalam mengajar. Hal lain yang perlu mendapatkan perhatian adalah motivasi dan komitmen pendidik dalam melaksanakan tugasnya. Pendidik TK hendaknya melakukan perubahan-perubahan individu dalam hal kebiasaan, pengetahuan dan perubahan sikap anak, serta memiliki motivasi dan kesanggupan dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik TK untuk mengembangkan potensi yang dimiliki setiap anak. Dalam hal ini seorang pendidik TK perlu memiliki rasa peduli, empati dan responsif serta mampu memberi dorongan kepada anak didik untuk mengikuti kegiatan belajar dengan baik guna mencapai kemandirian.

11 18 Menyangkut komitmen, seorang pendidik TK haruslah professional dalam melaksanakan tugas mengajar, baik dalam perencanaan pengajaran, pelaksanaan maupun evaluasi pengajaran. Dalam hal ini pendidik TK harus menguasai menu pembelajaran yang berorientasi perkembangan (fisik, sosial, emosional, kognitif, bahasa dan seni), mampu mengintegrasikan bidang-bidang pengembangan ke dalam tema pembelajaran, serta menguasai pengembangan program yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan kemandirian anak. Mengacu pada uraian tersebut jelaslah bahwa faktor guru/pendidik dipandang ikut berpengaruh dalam mengembangkan kemandirian anak TK. Pendidik TK perlu memiliki kualifikasi dan kemampuan tertentu. Kualifikasi dan kemampuan dimaksud antara lain berpendidikan atau memiliki latar belakang pendidikan sebagai pendidik, mampu mengembangkan diri sebagai pendidik yang profesional, memiliki pengalaman mengajar berdasarkan kualifikasi pendidik yang dimiliki, memiliki motivasi yang tinggi dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik, serta berkomitmen atau sanggup mewujudkan tujuan pendidikan yang diemban melalui program pendidikan Taman Kanak-kanak. Faktor media belajar dan sumber belajar dipandang ikut mempengaruhi kemandirian anak. Media belajar dan sumber belajar adalah segala sesuatu yang digunakan orang untuk menyalurkan peran. Gagne (dalam Rahadi, 2003:10) mengartikan media sebagai jenis komponen lingkungan yang dapat merangsang

12 19 seorang anak untuk dapat belajar. Pendapat yang hampir sama dikemukakan pula oleh, Briggs (dalam Rahadi 2003:11) bahwa, media sebagai alat untuk memberikan perangsang bagi anak agar terjadi proses belajar. Pembahasan mengenai media pembelajaran secara umum tidak terpisahkan dengan media pendidikan. Secara konseptual, media dan sumber belajar merupakan sarana yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan. Akan tetapi, media dan sumber belajar bagi anak TK sifatnya lebih khusus dan dipergunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan secara khusus bagi anak usia dini. Peran media dan sumber belajar menurut Rohani (2007:6), antara lain adalah: (1) mengatasi perbedaan pengalaman pribadi anak didik. (2) menumbuhkan kemandirian anak dalam belajar dan bermain. Peran media sangat penting bagi pendidik TK dalam kegiatan belajar mengajar, karena keberadaan dan ketersediaan media dan sumber belajar sangat menunjang proses belajar dan bermain anak TK. Namun demikian, penggunaan media dan sumber belajar yang efektif selalu berkaitan dengan keterampilan pendidik TK dalam menggunakan media tersebut. Keterampilan guru dalam menggunakan media dan sumber belajar sesuai dengan kebutuhan belajar akan turut membantu guru/pendidik dalam menciptakan kemandirian anak TK dalam belajar dan bermain. Uraian di atas menunjukkan bahwa terdapat berbagai faktor yang dipandang mempengaruhi kemandirian anak, baik faktor internal maupun eksternal. Faktor

13 20 internal antara lain faktor bawaan atau hereditas, yaitu karakteristik individu yang diwariskan orang tua kepada anak, atau segala potensi, baik fisik maupun psikhis yang dimiliki individu sejak masa konsepsi sebagai pewarisan dari pihak orang tua melalui gen-gen. Faktor lain adalah faktor eksternal yang berasal dari lingkungan di luar diri anak, dalam hal ini faktor yang berasal dari orang, guru/pendidik, serta media dan sumber belajar Upaya Menumbuhkan Kemandirian pada Anak Usia Dini Sebagaimana diketahui kemandirian sangat mempengaruhi perkembangan anak secara keseluruhan. Siswanto dan Lestari (2012:64) mengemukakan beberapa upaya menumbuhkan kemandirian pada anak meliputi, (a) Tumbuhkan basic trust; (b) Beri contoh konkret; c) Tetapkan batasan secara tepat; (d) Beri kepercayaan pada anak. a. Tumbuhkan basic trust Basic trust sebenarnya sudah terbentuk sejak bayi. Namun, setelah balita pun orang tua sebaiknya memberikan respons positif terhadap kebutuhan anak. Dengan begitu anak akan merasa aman dalam kehidupannya. Ketika beradaptasi dengan jenjang prasekolah yang dimasukinya, anak akan merasa aman pada gilirannya lebih berani mengadaptasi tantangan yang ada di depannya. Dengan demikian anak lebih bisa mandiri dalam menyelesaikan persoalan. b. Beri contoh konkret

14 21 Dalam keseharian sering ditemukan orang tua atau guru di sekolah yang cenderung mempunyai kepribadian tertutup, enggan melakukan sesuatu yang serba baru, ciut menghadapi tantangan. Orang tua maupun guru yang memiliki perilaku seperti ini sulit menjadi panutan bagi anak untuk tumbuh menjadi pribadi yang berani dan mandiri. Dalam hal ini orang tua maupun guru perlu memberi contoh baik dan konkrit yang dapat ditiru anak. Contohnya, bagi orang tua atau guru yang ingin mengajari anak berenang, maka ia sendiri tidak boleh takut masuk air. Orang tua maupun guru perlu memahami bahwa anak butuh contoh lewat perbuatan nyata, bagaimana seharusnya bersikap berani dan mandiri. Dengan demikian, anak akan memiliki gambaran, sehingga lebih mudah menirunya. Bagi orang tua atau guru yang merasa tidak bisa memberikan contoh konkret, ada langkah-langkah yang bisa dilakukan, yaitu dengan tidak mentransfer ketakutan dan ketidakmandirian pada anak secara langsung di depan anak. Kalaupun itu muncul, mintalah orang lain dalam keluarga untuk mengingatkan anda. c. Tetapkan batasan secara tepat Larangan yang diberikan pada anak haruslah disertai alas an yang logis. Saat anak mengasah keberaniannya dengan bermain di luar pagar rumah, sebaiknya orang tua tidak menakut-nakuti dengan hal-hal yang tidak dapat dipertanggungjawabkan, misal dengan mengatakan si anak akan digigit anjing, digoda hantu, dan sebagainya. Ingat, pola piker anak usia ini masih sangat konkret. Ketakutan itu, yang sebenarnya

15 22 tidak perlu, akan ditangkap otaknya sebagai suatu kenyataan yang benar adanya. Akhirnya, anak jadi tidak berani keluar pagar sama sekali. Ini jelas menghambat pembentukan sikap berani dan mandiri dalam diri anak. d. Beri kepercayaan pada anak Berikan kepercayaan pada anak bila anak dirasa sudah sanggup melakukannya. Ketika berada di sekolah atau di rumah, dan anak selesai makan dan ingin menaruh sendiri piring di tempat cucian piring, jangan langsung melecehkannya. Berilah kepercayaan dan kesempatan kepada anak untuk mencoba sendiri. Dalam hal ini sebaiknya orang tua maupun guru tidak perlu merasa khawatir yang berlebihan. Misalnya, khawatir si anak akan memecahkan piring tersebut karena belum mamu mengangkatnya. Kepercayaan yang diperoleh anak akan membuat keberanian dan kemandiriannya kian teruji dan berpeluang untuk berkembang. 2.2 Hakekat motorik halus Pengertian motorik halus Menurut Hurlock ( dalam Suyadi 2009;88 ) menjelaskan perkembangan Motorik halus adalah meningkatnya koordinasi tubuh yang melibatkan otot dan saraf yang jauh lebih kecil atau detail. Kelompok otot dan saraf inilah yang nantinya mampu mengembangkan gerak motorik halus, seperti meremas kertas, menyobek, mewarnai, melipat, membentuk dan sebagainya.

16 23 Selanjutnya Sujiono ( 2009;63 ) mengemukakan melalui pengembangan kemampuan motorik, memberikan kesempatan yang luas untuk bergerak, pengalaman belajar untuk menemukan, aktivitas sensori motor yang meliputi penggunaan otototot besar dan kecil memungkinkan anak untuk memenuhi perkembangan perceptual motorik. Disisi lain Sujiono ( 2009;65 ) menyatakan bahwa perkembangan fisik motorik anak pada usia 5 sampai 6 tahun adalah peningkatan perkembangan otot yang kecil, koordinasi antara mata dan tangan yang berkembang dengan baik. Peningkatan dalam penguasaan motorik halus, dapat menggunakan palu, pensil, gunting dan lain-lain. Hiladayani, dkk ( 2004;87 ) menjelaskan motorik halus yaitu gerakan terbatas dari bagian-bagian yang meliputi otot kecil, terutama di bagian jarijari tangan. Contohnya adalah menulis, memegang sesuatu dengan ibu jari dan telunjuk. Dari beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli diatas tentang kemampuan motorik halus, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan motorik halus sangat mempengaruhi perkembangan aspek lainnya baik dari aspek kognitif, bahasa, seni, maupun aspek lainnya. Pengembangan kemampuan motorik halus memerlukan bimbingan maupun latihan yang intensif serta menggunakan media yang sesuai dengan karakteristik anak.

17 Bentuk-bentuk aktivitas motorik halus anak di TK Adapun bentuk aktivitas motorik halus anak usia 3 6 tahun menurut Hawadi ( 2007;7 ) adalah sebagai berikut : 1) Menggambar, 2) Mengecat, 3) Mencoret, 4) Menggunting, 5) Menempel, 6 ) Menjiplak, 7 ) Mencocok, 8) Mewarnai, 9) Merobek, 10) Melipat, dan 11) Membentuk. Dari bentuk-bentuk aktivitas motorik halus anak maka aktivitas inilah yang sering dilakukan anak TK dan hal ini yang menjadi dasar peneliti untuk menjadi indikator dalam penelitian ini. Uraian tersebut menunjukkan bahwa terdapat beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh guru maupun orang tua dalam melatih dan mengembangkan kemandirian anak. Upaya dimaksud satu diantaranya adalah menetapkan batasan secara tepat ketika anak disuruh melakukan sesuatu. Upaya tersebut dapat diterapkan pada anak ketika melakukan suatu kegiatan tertentu. Misalnya, ketika anak diberikan tugas tertentu, maka guru harus memberitahu bagaimana cara anak mengerjakan, apakah sendiri atau kelompok, kapan tugasnya dimasukkan, apa yang diperoleh anak yang paling cepat mengerjakan tugasnya. Dalam hal lain pun dilakukan langkahlangkah yang sama, misalnya, ketika anak dalam kegiatan mewarnai gambar, melipat kertas, dan kegiatan dalam membuat berbagai bentuk. Keseluruhan langkah-langkah ini dapat dilakukan, apabila guru menerapkan teknik yang relevan dengan tahapan perkembangan anak TK, misalnya dengan menerapkan teknik token economy.

18 25 Berdasarkan uraian tersebut jelaslah bahwa salah satu upaya guru dalam rangka melatih dan meningkatkan kemandirian anak dalam aspek motorik halus dengan menetapkan batasan secara tepat disuruh melakukan sesuatu. Penetapan batasan ini dapat dilakukan jika guru menerapkan teknik yang relevan dengan tahapan perkembangan anak, misalnya dengan teknik token economy. 2.3 Pengertian Token Economy Token economy adalah salah satu teknik modifikasi perilaku dengan cara pemberian hadiah bernilai ekonomi. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Purwanta (2012:148) bahwa token economy adalah salah satu teknik modifikasi perilaku dengan cara pemberian hadian satu kepingan (atau satu tanda, satu syarat) sesegera mungkin setiap kali setelah perilaku sasaran muncul. Kepingan-kepingan ini nantinya dapat ditukar dengan benda yang bernilai ekonomi atau aktivitas pengukuh lain yang diingini subjek. Selanjutnya, Corey (dalam Komalasari, 2011:167) menjelaskan token economy dapat diaplikasikan untuk membentuk tingkah laku ketika penghargaan dan berbagai reinforcement sosial tidak berhasil digunakan. Teknik token economy merupakan teknik pengubahan perilaku yang dapat meningkatkan kemandirian anak. Hal ini dapat dijelaskan, anak sangat tertarik dengan hadiah yang disiapkan guru. Adanya token yang harus dikumpulkan membuat anak berlomba untuk mendapat jumlah token yang ditentukan guru.

19 26 Wolker (dalam Purwanta, 2012:151) menjelaskan elemen pokok sebagai prinsip dalam token economy yang meliputi: a. Lingkungan dapat dikontrol; maksudnya bahwa dalam pelaksanaan program kepingan lingkungan yang menimbulkan perilaku dapat diprediksi dan dikendalikan. b. Sasaran perilaku harus spesifik; maksudnya bahwa perilaku yang akan diubah harus dideskripsikan dengan jelas. Misalnya: mengerjakan tugas yang diperintahkan guru, bermain bersama teman, tidak berkelahi, mengucapkan salam, mandi dengan bersih, datang dan pulang sekolah tanpa harus dengan orang tua. c. Tujuan dapat terukur; maksudnya bahwa tujuan yang telah ditetapkan dapat diukur kemunculannya. Pengukuran dapat dari segi frekuensi, besaran atau intensitasnya. d. Bentuk atau jenis benda sebagai kepingan jelas; maksudnya bahwa benda yang digunakan sebagai kepingan (token) tertentu bentuk dan jenisnya dan dapat dikenali dengan baik oleh anak. Misalnya uang-uangan dari plastic. e. Kepingan sebagai hadiah; maksudnya bahwa kepingan tersebut dapat berfungsi sebagai hadiah bernilai ekonomi bagi anak yang telah menjalankan program sesuai dalam rancangan. Oleh karena itu, kualitas kepingan seyogyanya yang lebih menarik, supaya makna hadiah dapat terpenuhi.

20 27 f. Sesuai dengan perilaku yang diinginkan; maksudnya bahwa bila perilaku yang diinginkan telah muncul atau terjadi, maka segera diberi kepingan. Dalam hal ini ketepatan waktu dalam memberikan dapat meningkatkan efektivitas pelaksanaan prosedur tabungan kepingan. g. Mempunyai makna lebih sebagai pengukuh; maksudya bahwa kepingan yang diperolehnya mempunyai makna sebagai pengukuh perilaku berikutnya. Misalnya: anak yang mengerjakan tugas mewarnai gambar dan selesai tepat waktu dan hasilnya bagus diberikan 5 kepingan dan dapat ditukar dengan hadiah bernilai ekonomi yang sudah disiapkan. Sebaliknya, yang hasilnya kurang bagus diberikan 1 atau 2 kepingan. Dengan demikian, anak yang memperoleh kepingan lebih banyak akan mempertahankan prestasinya, sedangkan anak yang kepingannya sedikit akan berusaha seperti temannya tersebut. Hal yang sama berlaku pada kegiatan-kegiatan anak lainnya, misalnya bagi anak yang datang sendiri ke sekolah diberikan kepingan yang sesuai Langkah-langkah Penerapan Token Economy Penerapan token ekonomy pada kegiatan pembelajaran mempunyai langkahlangkah tertentu. Dalam kaitan dengan hal ini, Purwanta (2012:152) mengemukakan langkah-langkah penerapan token economy yaitu: (a) tahap persiapan; (b) tahap pelaksanaan; (c) tahap evaluasi.

21 28 a) Tahap Persiapan Pada tahap persiapan, ada empat hal yang perlu dipersiapkan yaitu: a) menetapkan tingkah laku atau kegiatan yang akan diubah disebut sebagai tingkah laku yang ditargetkan; b) menentukan barang (benda) atau kegiatan apa yang mungkin menjadi penukar kepingan; c) memberi nilai atau harga untuk setiap kegiatan atau perilaku yang ditargetkan; d) menetapkan harga kepingan penukar sebagai pengukuh). b) Tahap Pelaksanaan Diawali dengan pembentukan kontrak secara lisan dan anak dapat memahaminya. Pada tahap pelaksanaan guru perlu mencatat peristiwa yang timbul dalam melaksanakan kontrak tingkah laku. Bila tingkah laku yang ditargetkan muncul, maka segera anak mendapatkan hadiah kepingan. c) Tahap Evaluasi Pada tahap ini akan diketahui faktor-faktor apa yang perlu ditambah atau pun dikurangi pada pengubahan tingkah laku yang diharapkan. Dalam kaitan dengan hal ini, Komalasari (2011:168) menjelaskan langkah-langkah penerapan token economy, meliputi: a. Menetapkan target perilaku yang akan dicapai bersama anak; b. Penetapan saat kapan token diberi kepada anak; c. Menetapkan perilaku awal program;

22 29 d. Memilih reinforcement yang sesuai; e. Memilih tipe token yang akan digunakan, misalnya bintang, stempel dan kartu; f. Menetapkan jumlah dan frekuensi penukaran token Beberapa Hal Yang Perlu Diperhatikan pada Pelaksanaan Token Economy Bagi seorang guru yang menerapkan teknik token economy, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Soekadji (dalam Purwanta, 2012:158) menguraikan beberapa hal yang perlu diperhatikan pada pelaksanaan token economy. Hal-hal dimaksud adalah sebagai berikut. a) Hindari penundaan Salah satu keunggulan token economy diperoleh dari pemenuhan persyaratan efektivitas pengukuhan, ialah pemberian pengukuhan dilakukan seketika setelah perilaku sasaran muncul. b) Berikan token secara konsisten Pemberian penguatan yang terus menerus (continuous) dan konsisten akan mempercepat peningkatan perilaku sasaran. Pada program token economy, setiap kali perilaku yang telah disetujui dilaksanakan secara konsisten diberi imbalan token sesuai dengan jumlah yang telah disepakati dalam kontrak. c) Persyaratan hendaknya jelas

23 30 Sebelum penandatanganan kontrak atau kesepakatan pelaksanaan program token economy, aturan yang akan dipakai harus jelas dan mudah diikuti. d) Pilih penguatan yang kualitasnya memadai Agar penguatan yang ditawarkan efektif, perlu dicocokkan macam dan kualitasnya dengan situasi dan kondisi subjek. e) Kombinasi dengan prosedur lain Sebaik apapun program token economy, nilai fantasinya mesti ada, diperlukan penerapan bersama dengan program lain. Berdasarkan uraian tersebut jelaslah bahwa pelaksanaan token economy memerlukan persiapan yang terencana, sistematis dan terintegrasi, sehingga diperoleh hasil yang efektif dan efisien. Teknik ini dipandang relevan dalam mengubah dan mengembangkan potensi maupun perilaku-perilaku tertentu pada seorang atau sekelompok anak. Misalnya dalam meningkatkan kemandirian anak dalam aspek motorik halus pada Taman Kanak-Kanak ( TK ) Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Token Economy 1. Kelebihan a. Pelaksanaannya yang cukup sederhana. b. penerapannya dikombinasikan dengan beberapa pelatihan yang lain. c. Pelatihan ini dapat mengubah perilaku individu secara langsung melalui perasaan dan sikapnya.

24 31 d. Disamping dapat dilaksanakan secara perorangan juga dapat dilaksanakan dalam kelompok. 2. Kekurangan a. Meskipun sederhana namun membutuhkan waktu yang tidak sedikit, ini juga tergantung dari kemampuan individu itu sendiri. b. Bagi konselor yang kurang dapat memberikan reinforcement dengan baik dan hati-hati, pelatihan ini kurang berjalan dengan baik. 2.4 Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teoretis, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut: Jika guru menggunakan teknik token economy, maka kemandirian dalam aspek motorik halus pada anak kelompok B TK Saroja Hutadaa Kecamatan Talaga Jaya Kabupaten Gorontalo, dapat ditingkatkan. 2.5 Indikator Kinerja Indikator kinerja keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah : 1. Terjadinya peningkatan jumlah anak yang mandiri dari sebelumnya 7 dari 16 anak atau ( 44 % ) menjadi 14 ( 87 % ) dari 16 orang anak. 2. Minimal 87 % aspek kegiatan belajar mengajar yang terlaksana memperoleh nilai pengamatan dengan baik, baik kegiatan guru mapun kegiatan anak. 3. Kemandirian anak dapat mencapai minimal 87 % pada skor Mandiri

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Awal masa kanak-kanak atau masa prasekolah, juga mendapat sebutan masa bermain.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Awal masa kanak-kanak atau masa prasekolah, juga mendapat sebutan masa bermain. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Taman Kanak-Kanak Sebagai Jenjang Prasekolah Awal masa kanak-kanak atau masa prasekolah, juga mendapat sebutan masa bermain. Pada lingkup ini anak masih termasuk dalam masa prasekolah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak usia dini (AUD) adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan selanjutnya,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Karakter penelitian ini adalah anak kelompok B dengan jumlah anak 16 orang,

BAB III METODE PENELITIAN. Karakter penelitian ini adalah anak kelompok B dengan jumlah anak 16 orang, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Latar dan Karakteristik Penelitian 3.1.1 Latar Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di TK Saroja Hutadaa Kecamatan Talaga Jaya Kabupaten Gorontalo. 3.1.2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat di zaman modren saat. Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat di zaman modren saat. Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 dinyatakan bahwa : 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembentukan Sumber Daya Manusia yang berkualitas sangat dibutuhkan dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat di zaman modren saat ini. Salah satu

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. lanjut, pendidikan dimulai dari sejak dini hingga akhir kelak. Dalam hal ini

1. PENDAHULUAN. lanjut, pendidikan dimulai dari sejak dini hingga akhir kelak. Dalam hal ini 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu program untuk mengembangkan pengetahuan dan kemampuan dalam mempersiapkan kehidupan yang lebih lanjut, pendidikan dimulai dari sejak dini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini adalah salah satu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir dan sampai dengan usia enam tahun, yang dilakukan melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun, yang dilakukan melalui

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (paud) merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitiberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan sangat cepat, hal ini terlihat dari sikap anak yang terlihat jarang

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan sangat cepat, hal ini terlihat dari sikap anak yang terlihat jarang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa usia dini adalah masa dimana perkembangan fisik motorik anak berlangsung dengan sangat cepat, hal ini terlihat dari sikap anak yang terlihat jarang sekali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga masa dewasa. Perkembangan yang dilalui tersebut merupakan suatu perubahan yang kontinu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan agar pribadi anak berkembang secara optimal. Tertunda atau

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan agar pribadi anak berkembang secara optimal. Tertunda atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak prasekolah adalah pribadi yang mempunyai berbagai macam potensi. Oleh karenanya perlu sekali Potensi-potensi tersebut dirangsang dan dikembangkan agar pribadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neuneu Nur Alam, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neuneu Nur Alam, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk berkembang. Pada masa ini anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar

BAB I PENDAHULUAN. untuk berkembang. Pada masa ini anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak khususnya anak usia dini merupakan masa yang paling optimal untuk berkembang. Pada masa ini anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar dan melakukan apapun untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satunya ialah PAUD yang membahas pendidikan untuk anak usia 0-6 tahun.

BAB I PENDAHULUAN. satunya ialah PAUD yang membahas pendidikan untuk anak usia 0-6 tahun. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pendidikan telah berkembang pesat dan terspesialisasi, salah satunya ialah PAUD yang membahas pendidikan untuk anak usia 0-6 tahun. Anak usia tersebut dipandang

Lebih terperinci

KONSEP, FUNGSI DAN PRINSIP BIMBINGAN DI TAMAN KANAK-KANAK

KONSEP, FUNGSI DAN PRINSIP BIMBINGAN DI TAMAN KANAK-KANAK Konsep, Fungsi dan Prinsip Bimbingan di Taman Kanak-kanak 34 KONSEP, FUNGSI DAN PRINSIP BIMBINGAN DI TAMAN KANAK-KANAK Penata Awal Kebutuhan akan layanan bimbingan di taman kanak-kanak muncul dari karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini merupakan pendidikan yang. diselenggarakan untuk mengembangkan kepribadian, pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini merupakan pendidikan yang. diselenggarakan untuk mengembangkan kepribadian, pengetahuan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Anak Usia Dini merupakan pendidikan yang diselenggarakan untuk mengembangkan kepribadian, pengetahuan dan keterampilan yang melandasi pendidikan dasar serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak-anak. Upaya

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak-anak. Upaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia dini atau pra sekolah merupakan usia yang efektif untuk mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak-anak. Upaya pengembangan ini dapat dilakukan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.2 Tahun 1989 pasal 4. Untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional tersebut, perlu

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.2 Tahun 1989 pasal 4. Untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional tersebut, perlu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan Pendidikan Nasional Indonesia adalah seperti yang tercantum dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.2 Tahun 1989 pasal 4 yang rumusannya sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG UPI Kampus Serang Nova Sri Wahyuni, 2016

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG UPI Kampus Serang Nova Sri Wahyuni, 2016 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan sebagai salah satu aspek dalam meningkatkan sumber daya manusia yang terus diperbaiki dan direnovasi dari segala aspek. Pendidikan sebagai tempat pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah pondasi awal untuk

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah pondasi awal untuk 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah pondasi awal untuk menumbuhkembangkan semua kemampuan, bakat, kreativitas dan kemandirian anak. Menurut Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tepat bagi anak sejak masa usia dini. aspek perkembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mengalami

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tepat bagi anak sejak masa usia dini. aspek perkembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mengalami 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa usia dini merupakan masa keemasan bagi seorang anak, sering disebut masa Golden Age, biasanya ditandai oleh terjadinya perubahan yang sangat cepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini adalah jenjang pendidikan sebelum pendidikan dasar yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini adalah jenjang pendidikan sebelum pendidikan dasar yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini adalah jenjang pendidikan sebelum pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia TK merupakan bagian dari anak usia dini yang secara terminologi disebut anak

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia TK merupakan bagian dari anak usia dini yang secara terminologi disebut anak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak usia TK merupakan bagian dari anak usia dini yang secara terminologi disebut anak pra sekolah. Usia demikian merupakan masa peka bagi anak. Pada masa ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan karena sasarannya adalah peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karena pada hakikatnya, pendidikan merupakan usaha manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Karena pada hakikatnya, pendidikan merupakan usaha manusia untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kegiatan universal dalam kehidupan manusia. Karena pada hakikatnya, pendidikan merupakan usaha manusia untuk memanusiakan manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

OLEH : NINING SRININGSIH, M.PD NIP

OLEH : NINING SRININGSIH, M.PD NIP HAND OUT MATA KULIAH KELOMPOK BERMAIN KODE MK/SKS : UD 408/2 SKS OLEH : NINING SRININGSIH, M.PD NIP. 132 316 930 1 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU - PAUD JURUSAN PEDAGOGIK FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan lebih lanjut. (Pasal 1 ayat 14 menurut UU No. 20 Tahun 2003)

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan lebih lanjut. (Pasal 1 ayat 14 menurut UU No. 20 Tahun 2003) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui

Lebih terperinci

PERANAN KEGIATAN MENGGAMBAR DALAM MENINGKATKAN MOTORIK HALUS PADA ANAK DI KELOMPOK B TK BUNGAMPUTI DWP UNTAD PALU

PERANAN KEGIATAN MENGGAMBAR DALAM MENINGKATKAN MOTORIK HALUS PADA ANAK DI KELOMPOK B TK BUNGAMPUTI DWP UNTAD PALU PERANAN KEGIATAN MENGGAMBAR DALAM MENINGKATKAN MOTORIK HALUS PADA ANAK DI KELOMPOK B TK BUNGAMPUTI DWP UNTAD PALU Arni Anggriyani 1 ABSTRAK Pengembangan motorik halus adalah kemampuan yang berhubungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu

I. PENDAHULUAN. pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pedidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang mendasar melalui pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu hendaknya pendidikan

Lebih terperinci

HAND OUT MATA KULIAH KONSEP DASAR PENDIDIKAN ANAK USIA DIN KODE MK/SKS : UD 100/3 SKS

HAND OUT MATA KULIAH KONSEP DASAR PENDIDIKAN ANAK USIA DIN KODE MK/SKS : UD 100/3 SKS HAND OUT MATA KULIAH KONSEP DASAR PENDIDIKAN ANAK USIA DIN KODE MK/SKS : UD 100/3 SKS Oleh : Nining Sriningsih, M.Pd NIP. 197912112006042001 1 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU - JURUSAN PEDAGOGIK FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Oleh karena itu setiap warga Negara harus dan wajib mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Oleh karena itu setiap warga Negara harus dan wajib mengikuti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah merupakan aset penting bagi kemajuan sebuah bangsa. Oleh karena itu setiap warga Negara harus dan wajib mengikuti jenjang pendidikan, baik jenjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran pada anak usia dini khususnya Taman Kanak-Kanak (TK)

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran pada anak usia dini khususnya Taman Kanak-Kanak (TK) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran pada anak usia dini khususnya Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan wahana untuk mengembangkan potensi seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan, bakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan hasil belajar berfikir logis, sistematis, kritis dan kreatif, serta hasil belajar

BAB I PENDAHULUAN. dengan hasil belajar berfikir logis, sistematis, kritis dan kreatif, serta hasil belajar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan matematika/pengenalan konsep bilangan wajib diberikan kepada semua peserta didik mulai dari usia PAUD, untuk membekali peserta didik dengan hasil belajar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. tujuan hidupnya, prestasi, kesuksesan dan juga penghargaan. Tanpa didukung oleh

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. tujuan hidupnya, prestasi, kesuksesan dan juga penghargaan. Tanpa didukung oleh 7 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hakikat Kemandirian Anak 2.1.1 Pengertian Kemadirian Kemandirian merupakan salah satu aspek terpenting yang harus dimiliki setiap individu dan anak, karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komponen dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Indonesia telah mencanangkan pendidikan wajib belajar yang semula 6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. komponen dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Indonesia telah mencanangkan pendidikan wajib belajar yang semula 6 tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam perkembangan anak secara keseluruhan. Perkembangan fisik sangat berkaitan erat dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tua, lingkungan masyarakat sekitarnya, dan negara. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasiona No 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. tua, lingkungan masyarakat sekitarnya, dan negara. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasiona No 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan potensi sumber daya manusia (SDM) serta penerus cita perjuangan bangsa. Untuk mampu melaksanakan tanggung jawab tersebut anak perlu mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan untuk anak usia 0-6 tahun. Aspek yang dikembangkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan untuk anak usia 0-6 tahun. Aspek yang dikembangkan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu jenjang pendidikan yang ditujukan untuk anak usia 0-6 tahun. Aspek yang dikembangkan dalam pendidikan anak usia dini adalah aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan kegiatan universal dalam kegiatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan kegiatan universal dalam kegiatan manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan kegiatan universal dalam kegiatan manusia. Karena pada hakekatnya, pendidikan merupakan usaha manusia untuk memanusiakan manusia itu sendiri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Anak merupakan anugerah terbesar yang dititipkan oleh Allah SWT. untuk dididik dan dibimbing agar menjadi individu yang beriman serta bertaqwa kepada Allah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau usia dini dimana pada masa ini adalah masa penentuan. karakter usia dini yang salah satunya adalah masa berkelompok anakanak

BAB I PENDAHULUAN. atau usia dini dimana pada masa ini adalah masa penentuan. karakter usia dini yang salah satunya adalah masa berkelompok anakanak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain dan berinteraksi dengan orang lain dalam hidupnya. Guna memenuhi kebutuhan tersebut individu dalam berhubungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Usia dini merupakan masa keemasan (golden age), oleh karena itu pendidikan

I. PENDAHULUAN. Usia dini merupakan masa keemasan (golden age), oleh karena itu pendidikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia dini merupakan masa keemasan (golden age), oleh karena itu pendidikan pada masa ini merupakan pendidikan yang sangat fundamental dan sangat menentukan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Sisdiknas No 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 mengatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Tujuan pendidikan adalah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Tujuan pendidikan adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan syarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa. Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa. Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa : 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan upaya sadar dan terencana yang dilakukan dalam rangka mencapai kedewasaan subyek didik secara aktif mengembangkan potensipotensi dirinya.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Pada dasarnya perkembangan anak ada yang cepat ada pula yang lambat. Khususnya pada

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Pada dasarnya perkembangan anak ada yang cepat ada pula yang lambat. Khususnya pada BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Hakikat Keterampilan Motorik Halus 1. Pengertian Pada dasarnya perkembangan anak ada yang cepat ada pula yang lambat. Khususnya pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya anak usia dini merupakan masa-masa keemasan yang harus

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya anak usia dini merupakan masa-masa keemasan yang harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak pada rentang usia 4-6 tahun merupakan bagian dari tahapan anak usia dini yang memiliki kepekaan dalam menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana yang efektif untuk menjalin komunikasi sosial. Tanpa bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana yang efektif untuk menjalin komunikasi sosial. Tanpa bahasa, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berbagai kehidupan manusia pada dasarnya berlangsung dengan menggunakan bahasa. Bahasa merupakan sarana yang efektif untuk menjalin komunikasi sosial. Tanpa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak. Dalam usia 0-5 tahun, anak diajarkan berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak. Dalam usia 0-5 tahun, anak diajarkan berbagai macam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Usia emas atau golden age adalah masa yang paling penting dalam proses kecerdasan anak. Dalam usia 0-5 tahun, anak diajarkan berbagai macam pendidikan dasar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak diri anak yang bersangkutan dan lingkungan sekitaranya. Perkembangan anak

BAB I PENDAHULUAN. anak diri anak yang bersangkutan dan lingkungan sekitaranya. Perkembangan anak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan anak merupakan proses yang kompleks, terbentuk dari potensi anak diri anak yang bersangkutan dan lingkungan sekitaranya. Perkembangan anak berlangsung

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI PENDEKATAN PAIKEM PADA KELOMPOK B DI TK UMMAHAT DDI

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI PENDEKATAN PAIKEM PADA KELOMPOK B DI TK UMMAHAT DDI MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI PENDEKATAN PAIKEM PADA KELOMPOK B DI TK UMMAHAT DDI Ening 1 ABSTRAK Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah kemampuan motorik halus anak dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang masih harus dikembangkan. Anak memiliki karakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa, anak

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMANDIRIAN MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK ABA 010 CABANG KUOK KABUPATEN KAMPAR

MENINGKATKAN KEMANDIRIAN MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK ABA 010 CABANG KUOK KABUPATEN KAMPAR MENINGKATKAN KEMANDIRIAN MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK ABA 010 CABANG KUOK KABUPATEN KAMPAR Guru TK ABA 010 Cabang Kuok Kabupaten Kampar email: herlinaher@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan potensi sumber daya manusia serta penerus cita-cita perjuangan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan potensi sumber daya manusia serta penerus cita-cita perjuangan bangsa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan potensi sumber daya manusia serta penerus cita-cita perjuangan bangsa dan dalam melaksanakan tanggung jawab tersebut anak perlu mendapat pembinaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang mendasar melalui pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu hendaknya pendidikan bagi

Lebih terperinci

BERMAIN SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI

BERMAIN SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI BERMAIN SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI Asep Ardiyanto PGSD FIP Universitas PGRI Semarang ardiyanto.hernanda@gmail.com Abstrak Bermain bagi anak usia dini adalah sesuatu yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan prasekolah pada dasarnya diselenggarakan dengan tujuan memberikan fasilitas tentang pertumbuhan dan perkembangan anak. Sebagaimana tercantum dalam Undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lakukan sendiri dan bagaimana mereka dapat melakukannya. Perpindahan

BAB I PENDAHULUAN. lakukan sendiri dan bagaimana mereka dapat melakukannya. Perpindahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa prasekolah adalah waktu untuk mempelajari apa yang dapat mereka lakukan sendiri dan bagaimana mereka dapat melakukannya. Perpindahan berperan penting

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia dini pada hakikatnya merupakan anak yang berusia 0-6 tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia dini pada hakikatnya merupakan anak yang berusia 0-6 tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak usia dini pada hakikatnya merupakan anak yang berusia 0-6 tahun yang sedang berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun mental yang paling

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan mengembangkan kemampuan anak, baik secara mental dan fisik. Para ahli

I. PENDAHULUAN. dan mengembangkan kemampuan anak, baik secara mental dan fisik. Para ahli 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan anak usia dini adalah upaya sistematis dalam rangka menciptakan dan mengembangkan kemampuan anak, baik secara mental dan fisik. Para ahli mengemukakan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dasar, pendidikan menengah maupun pendidikan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dasar, pendidikan menengah maupun pendidikan tinggi. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah merupakan aset penting bagi sumber daya manusia terutama bagi kemajuan sebuah bangsa, oleh karena itu setiap warga negara harus dan wajib

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemandirian Anak TK 2.1.1 Pengertian Menurut Padiyana (2007) kemandirian adalah suatu sikap yang memungkinkan seseorang untuk berbuat bebas, melakukan sesuatu atas dorongan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan yang lebih tinggi. Salah satu bentuk. pendidikan Taman Kanak-kanak (PP No.27 Tahun 1990).

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan yang lebih tinggi. Salah satu bentuk. pendidikan Taman Kanak-kanak (PP No.27 Tahun 1990). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan seseorang baik dalam keluarga ataupun masyarakat. Pendidikan anak

Lebih terperinci

BAB I PANDAHULUAN. kehidupan selanjutnya dan memiliki sejumlah karakteristik tertentu.

BAB I PANDAHULUAN. kehidupan selanjutnya dan memiliki sejumlah karakteristik tertentu. 1 BAB I PANDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah sosok individu sebagai makhluk sosial kultural yang sedang mengalami proses perkembangan yang sangat fundamental bagi kehidupan selanjutnya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Belajar Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa Indonesia. Disana dipaparkan bahwa belajar diartikan sebagai perubahan yang relatif permanen

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 2 Nomor 3 September 2013 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman : 758-769 EFEKTIFITAS TEKNIK TOKEN EKONOMI DALAM UPAYA MENGURANGI PRILAKU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. "Mencerdaskan Kehidupan Bangsa" Setiap manusia memiliki. mengembangkan secara sistematis. Langkah pemerintah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Mencerdaskan Kehidupan Bangsa Setiap manusia memiliki. mengembangkan secara sistematis. Langkah pemerintah untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu amanat luhur yang tercantum dalam UUD 1945 adalah, "Mencerdaskan Kehidupan Bangsa" Setiap manusia memiliki potensi/bakat kecerdasan, tanggung jawab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak menentukan perkembangan anak selanjutnya. Anak usia dini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. anak menentukan perkembangan anak selanjutnya. Anak usia dini merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan masa keemasan (golden age), sekaligus dalam tahapan kehidupan manusia yang anak menentukan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan bagi perkembangan anak. Menurut Gagner dalam Multiple

BAB I PENDAHULUAN. berperan bagi perkembangan anak. Menurut Gagner dalam Multiple BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan adalah suatu proses perubahan dimana anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari berbagai aspek. Salah satu aspek penting dalam perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang sangat penting bagi sumber daya manusia yang berkualitas. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang sangat penting bagi sumber daya manusia yang berkualitas. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan dan perkembangan anak pada usia dini, bahkan sejak dalam kandungan menentukan derajat kualitas kesehatan, intelegensi, kematangan emosional dan produktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Perkembangan anak terjadi melalui beberapa tahapan dan setiap

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Perkembangan anak terjadi melalui beberapa tahapan dan setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap anak mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan dalam hidupnya. Perkembangan anak terjadi melalui beberapa tahapan dan setiap tahapan mempunyai ciri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Anak usia dini adalah anak yang berada pada usia 0-6 tahun. Masa anak usia dini sering disebut dengan istilah golden age atau masa emas. Pada masa ini hampir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan upaya pembinaan pada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh setiap orang dari generasi ke generasi dalam upaya peningkatan kualitas hidupnya. Undang- Undang Nomor 20

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN PENGUATAN TERHADAP PERKEMBANGAN MORAL ANAK Di KELOMPOK B3 TK NEGERI PEMBINA PALU. Zulfitri 1

PENGARUH PEMBERIAN PENGUATAN TERHADAP PERKEMBANGAN MORAL ANAK Di KELOMPOK B3 TK NEGERI PEMBINA PALU. Zulfitri 1 1 PENGARUH PEMBERIAN PENGUATAN TERHADAP PERKEMBANGAN MORAL ANAK Di KELOMPOK B3 TK NEGERI PEMBINA PALU Zulfitri 1 ABSTRAK Permasalah pokok dalam penelitian ini adalah perkembangan moral anak belum berkembang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berusia kurang lebih anam tahun (0-6) tahun, dimana biasanya anak tetap tinggal

BAB 1 PENDAHULUAN. berusia kurang lebih anam tahun (0-6) tahun, dimana biasanya anak tetap tinggal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah anak yang berusia nol tahun atau sejak lahir hingga berusia kurang lebih anam tahun (0-6) tahun, dimana biasanya anak tetap tinggal di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini pada hakikatnya adalah anak yang berusia 0-6 tahun yang

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini pada hakikatnya adalah anak yang berusia 0-6 tahun yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini pada hakikatnya adalah anak yang berusia 0-6 tahun yang sedang berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun mental yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia dini (0 6 tahun) merupakan usia peka dimana pada usia ini anak memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia dini (0 6 tahun) merupakan usia peka dimana pada usia ini anak memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia dini (0 6 tahun) merupakan usia peka dimana pada usia ini anak memiliki kepekaan yang sangat tinggi terhadap rangsangan yang diberikan dari lingkungan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang di miliki. Di dalam diri mereka telah melekat harkat dan martabat sebagai

BAB I PENDAHULUAN. yang di miliki. Di dalam diri mereka telah melekat harkat dan martabat sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak adalah amanah dari Tuhan Yang Maha Esa yang lebih tinggi dari kedudukan harta dan benda, bahkan jauh lebih berharga di atas segala sesuatu yang di miliki. Di

Lebih terperinci

2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP

2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas suatu bangsa ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya. Manusia sebagai pemegang dan penggerak utama dalam menentukan kemajuan suatu bangsa. Melalui

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Landasan Teori. 1. Proses Pembelajaran. Belajar adalah suatu kegiatan untuk menambah pengetahuan.

BAB II KAJIAN TEORI. A. Landasan Teori. 1. Proses Pembelajaran. Belajar adalah suatu kegiatan untuk menambah pengetahuan. BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori 1. Proses Pembelajaran Belajar adalah suatu kegiatan untuk menambah pengetahuan. Suyono dan Hariyanto (2014) mengatakan belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. usia dini sering disebut sebagai the golden ageatau usia emas. Berbagai hasil

BAB 1 PENDAHULUAN. usia dini sering disebut sebagai the golden ageatau usia emas. Berbagai hasil BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah pendidikan yang berpotensi dalamkecerdasan dan dasar-dasar perilaku seseorang, sehingga usia dini sering disebut sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara efektif dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan saat ini menghadapi tantangan besar sebagai akibat dari arus globalisasi, sehingga berbagai upaya dilakukan agar peserta didik kelak mampu mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas dan diharapkan akan menjadi pelaku dalam pembangunan suatu

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas dan diharapkan akan menjadi pelaku dalam pembangunan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam pembangunan suatu negara, karena pendidikan dapat memberdayakan sumber daya manusia yang berkualitas dan diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh. yang mencakup aspek fisik dan nonfisik dengan memberikan rangsangan

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh. yang mencakup aspek fisik dan nonfisik dengan memberikan rangsangan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan anak usia dini adalah suatu proses pembinaan tumbuh kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh yang mencakup aspek fisik dan nonfisik dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka usia dini dikatakan sebagai golden age (usia emas) yaitu usia yang sangat berharga

BAB I PENDAHULUAN. maka usia dini dikatakan sebagai golden age (usia emas) yaitu usia yang sangat berharga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak usia dini (0-8 tahun) adalah individu yang sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Bahkan dikatakan sebaai lompatan perkembangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usia 6 tahun atau di bawahnya) dalam bentuk pendidikan formal. Kurikulum TK ditekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. usia 6 tahun atau di bawahnya) dalam bentuk pendidikan formal. Kurikulum TK ditekankan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Taman Kanak-Kanak atau disingkat TK adalah jenjang pendidikan anak usia dini (yakni usia 6 tahun atau di bawahnya) dalam bentuk pendidikan formal. Kurikulum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai

Lebih terperinci

Al-Hikmah Jurnal Kependidikan dan Syariah

Al-Hikmah Jurnal Kependidikan dan Syariah MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN MOTORIK KASAR MELALUI LOMPAT KANGURU PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN Oleh : Rosa Imani Khan, Ninik Yuliani Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Nusantara

Lebih terperinci

2014 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI MELALUI KEGIATAN MENGANYAM

2014 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI MELALUI KEGIATAN MENGANYAM 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini ( PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditunjukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun. Agar dilakukan melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebelum pendidikan dasar yang merupakan upaya pembinaan yang ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. sebelum pendidikan dasar yang merupakan upaya pembinaan yang ditujukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum pendidikan dasar yang merupakan upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. manusia yaitu kebutuhan untuk berdiri sendiri (need for autonomy) dan. kebutuhan untuk bergantung (needs for deference).

BAB II LANDASAN TEORI. manusia yaitu kebutuhan untuk berdiri sendiri (need for autonomy) dan. kebutuhan untuk bergantung (needs for deference). BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kemandirian Anak Usia Dini 2.1.1 Pengertian Kemandirian Menurut teori psychological needs Murray 1994 (Yulianti, 2009: 8) perilaku psikologis manusia digerakkan oleh sejumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan, setiap manusia akan melalui tahap perkembangan yang sama.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan, setiap manusia akan melalui tahap perkembangan yang sama. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan, setiap manusia akan melalui tahap perkembangan yang sama. Perkembangan tersebut terbagi menjadi beberapa tahap antara lain tahap pre-natal,

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan Untuk Sebagian Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.) Pada Jurusan PG-PAUD OLEH :

SKRIPSI Diajukan Untuk Sebagian Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.) Pada Jurusan PG-PAUD OLEH : MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN MENYUSUN BEKAS OROTAN PENSIL MENJADI BENTUK BUNGA PADA ANAK KELOMPOK B TK PKK PULEREJO I KECAMATAN BAKUNG KABUPATEN BLITAR TAHUN PELAJARAN 2015/ 2016

Lebih terperinci