BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN"

Transkripsi

1

2 BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR : PER-687/K/D4/2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DESAIN PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INSTANSI PEMERINTAH (SPIP) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa untuk kemudahan dan kelancaran penyelenggaraan SPIP, perlu adanya pengintegrasian antar unsur SPIP dan pengaturan langkah-langkah konkret yang dilaksanakan dalam bentuk desain penyelenggaraan; b. bahwa agar penyusunan desain penyelenggaraan SPIP memenuhi standar dan panduan yang ada, maka perlu dibuatkan Pedoman Penyusunan Desain penyelenggaraan SPIP; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan tentang Pedoman Penyusunan Desain Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah; : 1. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4890); 2. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non-Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2005; 3. Keputusan Presiden Nomor 110 Tahun 2001 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Lembaga Pemerintah Non-Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 52 Tahun 2005; 4. Keputusan Presiden Nomor 68/M Tahun 2010;

3 Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor PER-1326/K/LB/2009 tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DESAIN PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) ini, yang dimaksud dengan: (1) Desain Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah adalah kerangka bentuk atau rancangan proses pengintegrasian antar unsur SPIP dan pengaturan langkah-langkah yang dilaksanakan dalam mengembangkan masingmasing unsur sebagai bentuk konkret penyelenggaraan SPIP. (2) Instansi Pemerintah adalah unsur penyelenggara pemerintahan pusat atau unsur penyelenggara pemerintahan daerah. (3) Level entitas Penyelenggaraan SPIP adalah Penyelenggaraan SPIP pada tingkatan Kementerian/ Lembaga/ Pemda atau unit eselon I/ II atau unit mandiri yang meliputi aspek strategis dan organisasional. (4) Level aktivitas Penyelenggaraan SPIP adalah Penyelenggaraan SPIP pada tingkatan aktivitas yang berkaitan dengan aspek operasional. (5) Aspek strategis adalah aspek yang menjadi tanggung jawab menteri, kepala lembaga, gubernur atau bupati/walikota. (6) Aspek organisasional adalah aspek yang bersifat manajerial yang menjadi tanggung jawab eselon I, eselon II atau eselon mandiri lainnya (entitas pelaporan). (7) Aspek operasional adalah pada tingkat kegiatan operasional. (8) Quick win Penyelenggaraan SPIP adalah tujuan Penyelenggaraan SPIP yang akan dicapai dalam jangka waktu 3 bulan atau 100 hari. (9) Tujuan jangka pendek Penyelenggaraan SPIP adalah tujuan Penyelenggaraan SPIP yang akan dicapai dalam jangka waktu 1 tahun. (10) Tujuan jangka menengah Penyelenggaraan SPIP adalah tujuan Penyelenggaraan SPIP yang akan dicapai dalam jangka waktu 5 tahun.

4 - 3 - BAB II TUJUAN DAN RUANG LINGKUP DESAIN PENYELENGGARAAN SPIP Pasal 2 (1) Penyusunan desain penyelenggaraan SPIP bertujuan untuk: a. Mengintegrasikan rencana pengembangan SPIP di lingkungan kementerian atau lembaga (K/L) dan pemerintah daerah (Pemda) sesuai dengan PP 60 Tahun 2008; b. Memberikan gambaran bagi K/L/Pemda tentang strategi penerapan SPIP; c. Menjadi substansi (lampiran) Keputusan Menteri atau Kepala Lembaga tentang penerapan SPIP di organisasinya; d. Mendorong instansi pemerintah pusat dan daerah untuk melakukan percepatan penyelenggaraan SPIP; e. Mengarahkan aktivitas pengembangan dan mengukur keberhasilan penyelenggaraan SPIP. (2) Ruang lingkup Pedoman Penyusunan Desain Penyelenggaraan SPIP terdiri atas penyelenggaraan SPIP pada level entitas dan level aktivitas institusi K/L/Pemda. (3) Level entitas meliputi aspek strategis dan organisasional, sedangkan level aktivitas berkaitan dengan aspek operasionalnya. BAB III SASARAN PENYUSUNAN DESAIN PENYELENGGARAAN SPIP Pasal 3 Sasaran Penyusunan Desain Penyelenggaraan SPIP meliputi: a. Penyiapan prakondisi rencana penerapan SPIP dioperasionalkan; b. Rencana pengembangan SPIP; c. Tahap-tahap pengembangan detil SPIP; d. Identifikasi tentang tahap-tahap pengembangan SPIP dan tentang semua unit organisasi (khususnya unit mandiri) yang akan mengembangkan SPIP; e. Dasar perencanaan dan penganggaran penyelenggaraan SPIP K/L/Pemda; f. Hal-hal yang perlu menjadi perhatian seluruh K/L/Pemda, termasuk tentang perlunya komitmen bersama untuk melaksanakan penyelenggaraan SPIP. BAB IV PENYUSUNAN DESAIN PENYELENGGARAAN SPIP Bagian Kesatu Pendahuluan

5 - 4 - Pasal 4 Desain Penyelenggaraan SPIP harus disesuaikan dengan karakteristik, fungsi, sifat, tujuan, dan kompleksitas unit kerja dan perencanaan penganggarannya. Pasal 5 Untuk kemudahan dan kelancaran penyelenggaraan SPIP, harus ada pengintegrasian antar unsur SPIP dan pengaturan langkah-langkah yang dilaksanakan dalam mengembangkan masing-masing unsur sebagai bentuk konkret penyelenggaraan SPIP. Bagian Kedua Strategi Penyelenggaraan SPIP Pasal 6 (1) Para penanggung jawab tugas pada K/L/Pemda wajib memahami tugas dan fungsi organisasi sebagai dasar pelaksanaan tugas dan pencapaian tujuan organisasi. (2) Untuk mendesain SPIP diperlukan pemahaman terhadap ketatalaksanaan dan ketatausahaan (bussiness process) K/L/Pemda serta struktur organisasinya. Pasal 7 Untuk memudahkan operasionalisasi dan komunikasi konsep kepada semua personel dalam menerapkan SPIP, harus dibuat gambar visual tentang konsep SPIP dan adaptasi definisi SPIP ke suatu organisasi. Pasal 8 Ruang lingkup penyelenggaraan SPIP disusun secara spesifik dan memadai, dengan prakondisi unit organisasi K/L/Pemda harus sudah memiliki analisis lingkungan, rencana kinerja, serta batasan tentang kegiatan utama yang akan dilakukan dalam menjalankan perannya atau mencapai kinerjanya. Pasal 9 K/L/ Pemda wajib merumuskan tujuan penyelenggaraan SPIP dan menetapkan prioritas pencapaian tujuan SPIP sesuai dengan kondisi dan kebutuhan K/L/Pemda dan masingmasing unit kerjanya. Pasal 10 (1) K/L/Pemda wajib mengetahui dengan jelas tujuan jangka pendek, jangka menengah, dan quick win penerapan SPIP yang akan dicapai berdasarkan telaahan yang dilakukan. (2) Pertimbangan yang perlu dilakukan meliputi permasalahan yang dihadapi, unit kerja terkait yang melaksanakan ketercapaian tahapan tujuan SPIP, dan sumber daya yang dimiliki.

6 - 5 - (3) Pertimbangan tersebut dilakukan agar permasalahan yang dihadapi K/L/Pemda saat ini dapat teratasi, demikian pula potensi atas risiko berulangnya permasalahan tersebut dapat diantisipasi. Bagian Ketiga Rencana Kerja Penyelenggaraan SPIP Pasal 11 (1) Efektivitas Lingkungan Pengendalian harus dinilai untuk mengenali risiko bawaannya dengan tujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis aspek-aspek dalam Lingkungan Pengendalian yang berpengaruh dalam penilaian risiko. (2) Lingkungan Pengendalian terkait dengan faktor manusia, sehingga penilaian harus dilaksanakan secara obyektif untuk mendapatkan hasil yang optimal. (3) Hasil penilaian efektivitas Lingkungan Pengendalian merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari risiko yang teridentifikasi. Pasal 12 (1) Pimpinan K/L/Pemda wajib melakukan penilaian risiko pada level entitas dan level kegiatannya. (2) Penilaian risiko mencakup identifikasi dan analisis risiko-risiko yang dihadapi Instansi Pemerintah dalam pencapaian tujuannya. (3) Identifikasi dan analisis risiko dilakukan dengan metodologi yang sesuai dengan karakteristik kegiatan utama organisasi. Pasal 13 (1) Penguatan Lingkungan Pengendalian harus dilakukan untuk menindaklanjuti temuan tentang inefektivitas Lingkungan Pengendalian dan mengaitkannya dengan risiko yang telah dipetakan pada penilaian risiko. (2) Penguatan Lingkungan Pengendalian merupakan bagian dari aktivitas pengendalian, khususnya tentang penegakan aturan yang menunjukkan penambahan kesadaran (kultur) pengendalian dalam suatu unit kerja K/L/Pemda. (3) Unsur-unsur yang harus dikuatkan oleh unit kerja tergantung dari hasil penilaian efektivitas Lingkungan Pengendalian. Pasal 14 (1) Kegiatan pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang dapat membantu memastikan dilaksanakannya arahan pimpinan K/L/Pemda untuk mengurangi risiko yang telah diidentifikasi selama proses penilaian risiko. (2) Kegiatan pengendalian dirancang dengan mempertimbangkan aspek biaya dan manfaat (cost-benefit). (3) Kegiatan pengendalian dilakukan untuk membantu pimpinan instansi/unit kerja memastikan dilaksanakannya arahan pimpinan untuk mengurangi risiko yang telah

7 - 6 - diidentifikasi selama penilaian risiko. Pasal 15 Untuk memastikan pencapaian tujuan penyelenggaraan SPIP dan tujuan penyusunan rencana kerja penerapan SPIP, pengembangan SPIP harus dipantau secara terusmenerus. Bagian Keempat Penutup Pasal 16 K/L/Pemda atau unit organisasi yang mengembangkan SPIP perlu memperhatikan manfaat-biaya pengembangan SPIP, sifat kekhususan desain penyelenggaraan SPIP, dan keterbatasan kompetensi auditor internal dalam menguatkan penyelenggaraan SPIP. Pasal 17 (1) Komitmen dari manajemen puncak merupakan dukungan yang sangat ideal untuk menyelenggarakan SPIP pada tingkat K/L/ Pemda secara menyeluruh. (2) Dalam hal dukungan dari manajemen puncak belum diperoleh, maka pengembangan SPIP dapat dilakukan dari unit eselon I, eselon II atau unit mandiri yang mau menjadi pionir pengembangan pada suatu K/L/Pemda, dengan tetap mengupayakan dukungan pimpinan puncak agar dapat mengupayakan pengembangan SPIP secara menyeluruh. BAB V KETENTUAN PENUTUP Pasal 18 Pedoman Penyusunan Desain Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di Lingkungan Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah, sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan ini, merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Kepala BPKP ini. Pasal 19 Peraturan Kepala BPKP ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 25 Mei 2012 KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN, MARDIASMO

8 PEDOMAN PENYUSUNAN Desain PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH PERATURAN KEPALA BPKP NOMOR : Per 687/k/d4/2011 Tanggal 25 Mei 2012 i

9 KATA PENGANTAR Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, yang selanjutnya disingkat SPIP, adalah Sistem Pengendalian Intern yang harus diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Penyelenggaraan SPIP yang dilakukan di Kementerian/ Lembaga (K/L) dan Pemerintah Daerah (Pemda) mencakup kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan sampai dengan pertanggungjawaban. Penyelenggaraan SPIP juga harus dilakukan secara menyeluruh dan terintegrasi dengan kegiatan operasional K/L dan pemda. BPKP sebagai pembina penyelenggaraan SPIP, sebagaimana diatur dalam Pasal 59 Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008, telah menyusun pedoman teknis penyelenggaraan SPIP, sebagaimana tertuang dalam dalam Peraturan Kepala BPKP Nomor PER-1326/K/LB/2009 tanggal 7 Desember 2009 tentang Pedoman Teknis Umum Penyelenggaraan SPIP. Pedoman ini juga telah dilengkapi dengan 25 buah Pedoman Teknis Penyelenggaraan unsur-unsur SPIP. Pedoman Penyusunan Desain Penyelenggaraan SPIP ini adalah salah satu upaya untuk mengintegrasikan antar unsur SPIP. Pedoman ini memuat langkahlangkah konkret yang diperlukan dalam mengembangkan masing-masing unsur sebagai bentuk konkrit penyelenggaraan SPIP. Eksistensi Desain Penyelenggaraan SPIP sebagai hasil implemetasi pedoman ini diharapkan dapat mendorong instansi pemerintah pusat dan daerah untuk melakukan percepatan penyelenggaraan SPIP. Pedoman ini masih jauh dari sempurna sehingga, masukan dan saran perbaikan dari para pengguna sangat diharapkan sebagai bahan penyempurnaan. Jakarta,25 Mei 2012 Kepala BPKP, Mardiasmo NIP ii

10 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... II DAFTAR ISI... III BAB I PENDAHULUAN... 1 A. LATAR BELAKANG... 1 B. TUJUAN DAN MANFAAT PEDOMAN... 2 C. SISTEMATIKA PEDOMAN... 2 BAB II STRATEGI PENYELENGGARAAN SPIP... 4 A. MEMBANGUN KEPEDULIAN TENTANG PERAN ORGANISASI PRINSIP DAN TUJUAN OUTPUTKEGIATAN LANGKAH KERJA UTAMA... 5 B. OPERASIONALISASI SPIP SESUAI UNIT ORGANISASI PRINSIP DAN TUJUAN OUTPUT LANGKAH KERJA UTAMA... 6 C. PERUMUSAN TUJUAN PENYUSUNAN DESAIN PENYELENGGARAAN SPIP PRINSIP DAN TUJUAN OUTPUT LANGKAH KERJA UTAMA... 8 D. PERUMUSAN LINGKUP DESAIN PENYELENGGARAAN SPIP PRINSIP DAN TUJUAN OUTPUT LANGKAH KERJA UTAMA... 9 E. PERUMUSAN DAN PENENTUAN PRIORITAS TUJUAN SPIP UNIT ORGANISASI PRINSIP DAN TUJUAN OUTPUT LANGKAH KERJA UTAMA F. PENETAPAN TAHAP-TAHAP PENGEMBANGAN SPIP G. PRIORITAS PENERAPAN SPIP UNIT MANDIRI PRINSIP DAN TUJUAN OUTPUT KEGIATAN LANGKAH KERJA UTAMA H. PETA STRATEGIS (STRATEGIC MAP) UNTUK EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI KEGIATAN OPERASIONAL BAB III RENCANA KERJA PENYELENGGARAAN SPIP A. RENCANA KERJA PENILAIAN EFEKTIVITAS LINGKUNGAN PENGENDALIAN PRINSIP DAN TUJUAN PRAKONDISI PENILAIAN LINGKUNGAN PENGENDALIAN OUTPUT KEGIATAN LANGKAH KERJA UTAMA B. RENCANA KERJA PENILAIAN RISIKO INSTANSI PEMERINTAH PRINSIP DAN TUJUAN PRAKONDISI PENILAIAN RISIKO OUTPUT KEGIATAN LANGKAH KERJA UTAMA iii

11 C. RENCANA KERJA PENGUATAN LINGKUNGAN PENGENDALIAN RK PENEGAKAN INTEGRITAS DAN NILAI ETIKA a. Prinsip dan Tujuan b. Output c. Langkah Kerja RK PENERAPAN STANDAR KOMPETENSI a. Prinsip dan Tujuan b. Output c. Langkah Kerja RK KEPEMIMPINAN YANG KONDUSIF a. Prinsip dan Tujuan b. Output c. Langkah Kerja RK PEMBENTUKAN ORGANISASI SESUAI KEBUTUHAN a. Prinsip dan Tujuan b. Output c. Langkah Kerja RK PENDELEGASIAN WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB YANG TEPAT a. Prinsip dan tujuan b. Output c. Langkah Kerja RK PENYUSUNAN DAN PENERAPAN KEBIJAKAN YANG SEHAT TENTANG PEMBINAAN SUMBER DAYA MANUSIA a. Prinsip dan tujuan b. Output c. Langkah Kerja RK PEMBINAAN APIP YANG EFEKTIF a. Prinsip dan Tujuan b. Output c. Langkah Kerja RK PEMBINAAN HUBUNGAN KERJA a. Prinsip dan tujuan b. Output c. Langkah Kerja D. RENCANA KERJA PENYELENGGARAAN KEGIATAN PENGENDALIAN PRINSIP DAN TUJUAN KEGIATAN PENGENDALIAN PRA KONDISI PENYELENGGARAAN KEGIATAN PENGENDALIAN OUTPUT KEGIATAN LANGKAH KERJA UTAMA E. RENCANA KERJA PENEMBANGAN INFORMASI DAN KOMUNIKASI PRINSIP DAN TUJUAN PRAKONDISI PENGEMBANGAN INFOKOM OUTPUT KEGIATAN LANGKAH KERJA UTAMA F. RENCANA KERJA PENYELENGGARAAN PEMANTAUAN SPIP PRINSIP DAN TUJUAN PRAKONDISI PENGEMBANGAN PEMANTAUAN SPIP OUTPUT KEGIATAN LANGKAH KERJA UTAMA BAB IV PENUTUP A. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN PRINSIP COST AND BENEFIT PENYUSUNAN DESAIN TIDAK BISA DILAKUKAN SECARA GENERALISASI iv

12 3. KETERBATASAN KOMPETENSI INTERNAL AUDITOR B. KOMITMEN DALAM PENYELENGGARAAN SPIP LAMPIRAN 1. PERAGA PENYUSUNAN STRATEGI PENYELENGGARAAN SPIP LAMPIRAN 2. PERAGA PENYUSUNAN RENCANA KERJA PENYELENGGARAAN SPIP v

13 PEDOMAN PENYUSUNAN DISAIN PENYELENGGARAAN SPIP TERINTEGRASI BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Menyelenggarakan suatu kegiatan di Instansi Pemerintah, termasuk menyelenggarakan SPIP, memerlukan proses perencanaan dan penganggaran yang cukup panjang, mengikuti prosedur perencanaan dan penganggaran yang berlaku di Instansi Pemerintah tersebut. Bab I ini memberikan latar belakang dan tujuan penyusunan Pedoman Penyusunan Desain Penyelenggaraan SPIP termasuk di dalamnya untuk mengisi kebutuhan perencanaan dan penganggaran dimaksud. A. LATAR BELAKANG Sesuai Pasal 59 ayat (1) PP Nomor 60 Tahun 2008, salah satu tugas pembinaan penyelenggaraan SPIP adalah menyusun pedoman teknis penyelenggaraan SPIP. Sehubungan dengan hal tersebut, BPKP telah menerbitkan pedoman, yang dituangkan dalam dalam Peraturan Kepala BPKP Nomor PER-1326/K/LB/2009 tanggal 7 Desember 2009 tentang Pedoman Teknis Umum Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Pedoman ini juga telah dilengkapi dengan 25 buah Pedoman Teknis Penyelenggaraan unsur-unsur SPIP tersebut. Selanjutnya, disadari dalam penerapannya, Pedoman Teknis Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah tersebut masih perlu disesuaikan dengan karakteristik, fungsi, sifat, tujuan, dan kompleksitas unit kerja dan perencanaan penganggarannya. Demikian pula untuk kemudahan dan kelancaran penyelenggaraannya, perlu adanya pengintegrasian antar unsur SPIP dan pengaturan langkah-langkah konkrit yang dilaksanakan dalam mengembangkan masing-masing unsur sebagai bentuk konkrit penyelenggaraan SPIP. Oleh karena itu, dipandang perlu untuk menyusun Pedoman Penyusunan Desain Penyelenggaraan SPIP Terintegrasi. 1

14 PEDOMAN PENYUSUNAN DISAIN PENYELENGGARAAN SPIP TERINTEGRASI BAB I PENDAHULUAN B. TUJUAN DAN MANFAAT PEDOMAN Pedoman ini disusun sebagai upaya untuk mengintegrasikan rencana pengembangan SPIP di lingkungan kementerian atau lembaga (K/L) dan pemerintah daerah (Pemda) sesuai dengan PP 60 Tahun Perencanaan ini mengintegrasikan proses pengembangan bagi K/L/Pemda yang organisasinya cukup kompleks. Secara khusus, tujuan penyusunan pedoman ini adalah memberikan gambaran bagi K/L/Pemda tentang strategi penerapan SPIP, terutama tentang tahaptahap pengembangan detil SPIP. Identifikasi tentang tahap-tahap pengembangan SPIP dan tentang semua unit organisasi (khususnya unit mandiri) yang akan mengembangkan SPIP diharapkan menjadi dasar perencanaan dan penganggaran untuk penyelenggaraan SPIP K/L/Pemda. Desain Penyelenggaraan SPIP K/L/Pemda ini diharapkan dapat menjadi substansi (lampiran) Keputusan Menteri atau Kepala Lembaga tentang Penerapan SPIP di organisasinya. Penggunaan Pedoman Penyusunan Desain Penyelenggaraan SPIP Terintegrasi diharapkan dapat mendorong instansi pemerintah pusat dan daerah untuk melakukan percepatan penyelenggaraan SPIP. C. SISTEMATIKA PEDOMAN Sistematika penyajian pedoman dibagi dalam empat bab. Setelah Bab Pendahuluan ini, Strategi Penerapan SPIP akan diuraikan di Bab II yang berisi penyiapan persyaratan sebelum rencana penerapan SPIP dioperasionalkan. Untuk itu, bab ini menguraikan bagaimana membangun kepedulian dari setiap personel tentang peran organisasi, amanat penerapan SPIP, perumusan tujuan dan ruang lingkup pedoman, penetapan dan perumusan tujuan SPIP bagi unit organisasi, penetapan tahapan pengembangan SPIP, penetapan unit organisasi yang menjadi prioritas pengembangan SPIP, serta peta strategis untuk efisiensi dan efektivitas kegiatan operasional. Bab III, Rencana Pengembangan SPIP yang berisi lima subbab, akan menguraikan langkah-langkah yang lebih konkrit tentang perencanaan 2

15 PEDOMAN PENYUSUNAN DISAIN PENYELENGGARAAN SPIP TERINTEGRASI BAB I PENDAHULUAN pengembangan unsur-unsur SPIP. Penempatan sub bab Rencana Kerja Penilaian Terhadap Efektivitas Pengendalian dan sub bab Rencana Kerja Penilaian Risiko sebelum sub bab Rencana Kerja Kerja Penguatan Lingkungan Pengendalian dan Rencana Kerja Penyelenggaraan Kegiatan Pengendalian, menunjukkan upaya pengembangan SPIP secara terintegrasi terutama oleh risiko yang terkandung di dalamnya. Setelah itu, dirancang Rencana Kerja Pemantauan Pengembangan Penyelenggaraan SPIP. Bab IV, Penutup, akan menyajikan pesan penting tentang hal-hal yang perlu menjadi perhatian seluruh K/L/Pemda, termasuk pesan tentang perlunya komitmen bersama untuk melaksanakan penyelenggaraan SPIP. 3

16 PEDOMAN PENYUSUNAN DESAIN PENYELENGGARAAN SPIP TERINTEGRASI BABB II STRATEGI PENYELENGGARAAN SPIP BAB II STRATEGI PENYELENGGARAAN SPIP Dalam rangka penyelenggaraan SPIP, K/L/Pemda perlu menyusun terlebih dahuluu Desain Penyelenggaran SPIP dengan memperhatikan karakteristik K/L/Pemda yang meliputi kompleksitas organisasi, SDM, dan perspektif pengembangannya. Untuk bisa menyusun desain penyelenggaraan dimaksud, K/L/Pemda harus memahami fungsi organisasi, kemudian mendefinisikan SPIP sesuai fungsi organisasi. Berdasarkan pendefinisian SPIP tersebut, K/L/Pemda perlu menetapkan tujuan, manfaat dan lingkup desain penyelenggaraan SPIPP termasuk menetapkan prioritas dan strategi pengembangan SPIP. A. MEMBANGU UN KEPEDULIAN TENTANG PERAN ORG GANISASII Kesadaran setiap personel dalam organisasi tentang peran organisasi dalam kehidupan organisasi (lingkungan) adalah modal awal yang perlu ditumbuhkembangkan dalam menyusun strategi penerapan SPIP (lihat peragaa 2.1) ). Kepedulian tentang peran ini perlu dibangun, agar arah pengembangann tujuan organisasi sesuai dengan visi dan misinya. Biasanya, kesadaran ini diketahui dari kesesuaian tugas dan fungsi dengan visi, misi, tujuan dan dengann kegiatan yang dilaksanakan organisasi dalam mencapai tujuan tersebut serta dari adanya kepedulian personel dalam melakukan evaluasi terhadap tugas dan fungsi organisasi agar selalu beradaa dalam arah yang telah ditetapkan dalam RPJM dan Renstra baik K/ /L dan Pemda. 1. Pr rinsip dan Tujuan Para penanggungjawab tugas padaa K/L/Pemda wajib memahami tugas dan fungsi organisasi sebagai dasar pelaksanaan tugas dan pencapaian tujuan organisasi. Untuk memastikan pencapaian tujuan ini, diperlukan SPIP. Untuk mendesain SPIPP diperlukan pemahaman terhadap 4

17 PEDOMAN PENYUSUNAN DESAIN PENYELENGGARAAN SPIP TERINTEGRASI BABB II STRATEGI PENYELENGGARAAN SPIP ketatalaksanaan dan ketatausahaan K/L/Pemda dan struktur organisasinya. (businesss process) 2. OutputKegiatan Output yang dihasilkan dari langkah ini adalah ringkasann tugas dan fungsi, kegiatan utama dan strukturr organisasi serta wujud kepedulian manajemen dan seluruh personel dalam organisasi untuk menyelenggarakan SPIP. 3. Lang gkah Kerj ja Utamaa Langkah kerja utama untuk mendapatkan output tersebutt adalah sebagai berikut: a. Dapatkan keputusan tentang pembentukan organisasi K/L/Pemda. Contoh: Perpres untuk K/L atau Undang- Undang untuk Pemda; b. Ringkaskan tugas dan fungsi utama K/L/Pemda sampai tingkat unit kerja mandiri (eselon II atau eselon III). Lihat Peraga 2.2; c. Dapatkan struktur organisasi K/L/Pemda sampai unit kerja mandirii dalam bentuk bagan organisasi. Lihat Peraga 2.3; d. Dapatkan keputusan tentang Penyelenggaraann SPIP padaa K/L/Pemda berupa Peraturan Menteri, Peraturan Kepalaa Lembaga atau Peraturan Kepala Daerah dan keputusan tentang Satuan Tugas Penyelenggaraan SPIP; e. Dapatkan informasi pelaksanaan Sosialisasi dan Diklat SPIPP yang telah diselenggarakan pada K/L/Pemda yang bersangkutan. 5

18 PEDOMAN PENYUSUNAN DESAIN PENYELENGGARAAN SPIP TERINTEGRASI BABB II STRATEGI PENYELENGGARAAN SPIP B. OPE ERASIONA ALISASI SPIP SESUAI UNIT ORGANISAS SI Agar lebih efektif dan terkendali, pengembangan SPIP di suatu K/L/Pemda perlu dilakukan secara gradual, menurut unit organisasinya. Oleh karena itu setiap unit organisasi dalam K/ /L/Pemda, termasuk unit mandiri perlu melakukan upaya menerjemahkan definisi SPIP sampai kepada taraf operasional sesuai dengan kegiatan masing-masing organisasi pelaksana. 1. Prinsip dan Tujuan Menghadirkan gambar visual tentang konsep SPIP dan mengadaptasi definisi SPIP ke suatu organisasi akan memudahkan operasionalisasi dan komunikasi konsep ke semua personel dalam menerapkan SPIP. 2. Outputt Output yang dihasilkan dari langkah ini adalah (1) gambar visual SPIP dan (2) definisi operasional SPIP unit organisasi. 3. Lang gkah Kerj ja Utamaa Langkah kerja utama untuk mendapatkan output tersebutt adalah sebagai berikut: a. Identifikasi unit organisasi dan kegiatan utamaa K/L/Pemda serta adaptasi ke KUBUS SPIP. Lihat Peragaa 2.4; b. Sepakati rumusan atau definisi SPIP sesuai dengan unit organisasi yang akan ber-spip. implementasi konsep ini, unit kerja sudah memahami SPIP melalui sosialisasi dan diklat SPIP. Penentuan unit organisasi dan kegiatan utama K/L/Pemda dilakukan dengan memperhatikan tugas dan fungsi utama ( core business), faktor risiko padaa tingkat makro, serta quick win yang ingin dicapai oleh masing-masing K/ L/Pemda. Selain itu, Lihat Peraga 2.7. Untuk dapat merumuskan langkah-langkah 6

19 PEDOMAN PENYUSUNAN DESAIN PENYELENGGARAAN SPIP TERINTEGRASI BABB II STRATEGI PENYELENGGARAAN SPIP keempat tujuan dalam definisi SPIP unit kerja menjadi arah pengembangann (pentahapan atau penentuan prioritas) dan penerapan SPIP di unit kerja. Penerapan unsur SPIP sebagaimana dimaksud dalam PP 60 Tahun 2008 dilaksanakan menyatu dan menjadi bagian integral dari kegiatan Instansi Pemerintah, oleh karenaa itu dikenal adanya level entitas dan level aktivitas. Dalam pedoman ini level entitas meliputi aspek strategis dan organisasional, sedangkan level aktivitas adalah berkaitan dengan aspek operasionalnya. Aspek strategis adalah aspek yang menjadi tanggung jawab menteri, kepala lembaga, gubernur atau bupati/walikota; aspek organisasional adalah aspek kegiatan yang bersifat manajerial yang menjadi tanggung jawab Eselon I, Eselon II atau eselon mandiri lainnya (entitas pelaporan); aspek operasional adalah aspek kegiatan operasional. C. PERUMUSAN TUJUAN PENYUSUNAN DES SAIN PENYELENGG GARAAN SPI IP Salah satu hasil penerapan pedoman ini adalah perumusan tujuan penyusunann Desain Penyelenggaraan SPIP. Tujuan ini harus ekplisit dinyatakan di dalam Desain Penyelenggaraan SPIP. 1. Pr rinsip dan Tujuan Tujuan penyusunan Desain Penyelenggaraan SPIP perlu dilakukan bukan hanya untuk mengarahkann aktivitas pengembangannyaa tetapi juga untuk mengukur keberhasilan. 2. Outputt Output kegiatan ini adalah rumusan tentang tujuan penyusunan Desain Penyelenggaraan SPIP antara lain sebagai berikut: a. Memberikan dasar pengembangan SPIP secara menyeluruh hingga tercipta keterpaduan antara sub-subb unsurnya (hard control) ) dan penciptaan kultur pengendalian (soft control) dalam aktivitas sehari-hari; 7

20 PEDOMAN PENYUSUNAN DESAIN PENYELENGGARAAN SPIP TERINTEGRASI BABB II STRATEGI PENYELENGGARAAN SPIP b. Memberikan basis perencanaan Penyelenggaraan SPIP; dan penganggarann c. Memberikan basis pendokumentasian, pemantauan dan pengukuran progres penyelenggaraan SPIP; d. Memberikan basis pemantauann keberhasilan penyelengga araan SPIP. dan pengukurann 3. Lang gkah Kerj ja Utamaa Langkah kerja utama untuk mendapatkan output dimaksudd adalah sebagai berikut: a. Yakinkan seluruh tim perumus bahwa perumusan yang tepat tentang tujuan Penyusunan Desain Penyelenggaraann SPIPP akan mengefektifkann pencapaian tujuan kegiatan itu sendiri; b. Buatkan rumusan tujuan Kerja, dengann mengacu atas. yang paling sesuai dengan Unit pada keempat butir tujuan di Contoh rumusan tujuan penyusunann desain penyelenggaraan SPIP dapat dilihat pada Peraga 2.8. D. PERUMUSAN LINGKU UP DESAIN PENYELENGGARA AAN SPIP Sesuai karakteristik SPIP, ruang Lingkup penyelenggaraann SPIP sangatlah luas. Namun, langkah pengembangan SPIPP per unit organisasi memberikan arah bagi unit organisasi untuk mengembangkan SPIP dalam ruang lingkup kegiatan operasional yang lebih spesifik dengan masing-masing unit organisasi di lingkungan suatu K/L/Pemda. 1. Pr rinsip dan Tujuan Untuk bisa menjadikan ruang lingkup lebih spesifik secaraa memadai, unit organisasi KL dan Pemda harus sudah memiliki 8

21 PEDOMAN PENYUSUNAN DESAIN PENYELENGGARAAN SPIP TERINTEGRASI BABB II STRATEGI PENYELENGGARAAN SPIP analisiss lingkungan, rencanaa kinerja serta batasan tentang kegiatan utama yang akan dilakukan dalam menjalankan n perannya atau mencapai kinerjanya. 2. Outputt Output yang dihasilkan dari langkah ini adalah adanya (1) hasil analisis lingkungan yang telah dilakukan (bisa menggunakan metode SWOT, Value Chain, Critical Succes Factor (CSF) atau metode perencanaan stratejik lainnya) sudah sesuai dengan tujuan strategisnya, (2) rencana kinerja dan program yang logis untuk mencapai kinerja, serta (3) batasan tentang aktivitas utama dengann tujuan yang jelas. 3. Lang gkah Kerj ja Utamaa Langkah kerja utama untuk mendapatkan output tersebutt adalah sebagai berikut: a. Pastikan bahwa analisis lingkungan yang sudah dibuat oleh K/L/Pemda sudah sesuai dengan tujuan strategisnya. b. Pastikan bahwa program dan kegiatan dalam rencanaa kinerja adalah logis dan SMART. Lihat Peraga 2.5. c. Pastikan bahwa semua kegiatan utama K/L/Pemda telah didefinisikan karakteristik dan tujuannya (lihat peragaa 2.9) ). Pembuatan flowchart sangat dianjurkan untuk persiapan penilaian risiko. d. Jika tidak, buat perencanaan dan penganggaran tentang analisis lingkungan, perumusan renstra, dan perumusan batasan tentang masing-masing kegiatan utama. 9

22 PEDOMAN PENYUSUNAN DESAIN PENYELENGGARAAN SPIP TERINTEGRASI BABB II STRATEGI PENYELENGGARAAN SPIP E. PERUMUSAN DAN PEN NENTUANN PRIORIT TAS TUJUAN SPIP UNIT ORGANISASI I Empat tujuan SPIP yaitu efisiensi dan efektivitas kegiatan, keandalan laporan, pengamanan aset, dan ketaatan pelaksanaan kegiatan terhadap ketentuan yang berlaku tidak selalu bisa dicapai dalam satu masa pengembangann SPIP atau tidak bisa diterapkan untuk setiap unit organisasi atau kegiatan karena sifat ketidakmandiriannya dalam pengelolaan atau karena hal lainnya. Atau, jika tidak semua unit mandiri dapat mencapai keempat tujuan SPIP, maka tujuan SPIPP suatu K/L/Pemda juga belum tercapai. Jika suatu unit organisasi tidak bertanggung g jawab secara langsung dalam pencapaian keempat tujuan SPIP, maka unit organisasi dimaksud perlu merumuskan tujuan yang relevan dan dalam kendali pelaksanaann tugas dan fungsi unitnya. 1. Pr rinsip dan Tujuan K/L/ Pemda wajib merumuskan tujuan penerapan SPIP dan menetapkan prioritas pencapaian tujuan SPIP sesuai dengann kondisi dan kebutuhan K/L/ /Pemda dan masing-masing unit kerjanya. 2. Outputt Output yang dihasilkan dari langkah ini adalah rumusan tentang tujuan penerapan SPIP dan adanya prioritas yang didahulukan pengembangannya. 3. Lang gkah Kerj ja Utamaa Langkah kerja utama untuk mendapatkan output tersebutt adalah sebagai berikut: a. Dapatkan keputusan tentang prioritas tujuan penerapann SPIPP sesuai dengan kebutuhan K/L/Pemda yang bersangkutan 10

23 PEDOMAN PENYUSUNAN DESAIN PENYELENGGARAAN SPIP TERINTEGRASI BABB II STRATEGI PENYELENGGARAAN SPIP b. Dalam hal pencapaian tujuan pelaporan keuangan yang menjadi fokus pengembangan SPIP: 1) 2) 3) 4) Pastikan bahwa semua unit kerja mandiri merumuskan tujuan SPIP di unitnya mengikuti prioritas unit organisasi. Pastikan adanya penetapan tentang apa saja laporan keuangan yang akan dihasilkan oleh unik kerja apakah laporan keuangan K/L/ Pemda itu sendiri atau laporan dukungan kepada unit utamanya Pastikan adanya gambaran alur perencanaan dan penganggaran kegiatan, penggunaan dan pertanggungjawaban keuangan pada setiap unit kerja hingga K/L/ Pemda; Buatkan rencana kerja anggaran jika belum ada. c. Lakukan hal serupa dalam hal pengamanan menjadi fokus pengembangan SPIP: aset yang d. Lakukan hal serupa dalam hal perundang-undangan yang menjadi SPIP: e. Dalam hal efisiensi dan efektivitas utama pengembangan SPIP: ketaatan terhadap fokus pengembangann sudah menjadi fokus 1) nyatakan dalam Desain Penyelenggaraann mengenai batasan efisiensi dan efektivitas pengerahan sumber daya yang dimiliki K/L dan Pemda dengan maksud mencapai tujuan operasinya secara efisien (sumber daya yang digunakan setara dengan output yang diharapkan) dan efektif (mengarah pada tercapainya a tujuan) 11

24 PEDOMAN PENYUSUNAN DESAIN PENYELENGGARAAN SPIP TERINTEGRASI BABB II STRATEGI PENYELENGGARAAN SPIP 2) 3) 4) 5) pastikan adanya indikator efektivitas untuk masing-masing unit kerja mandiri atau kegiatan pastikan adanya sistem pengumpulan data pengukurann efisiensi dan efektivitas pastikan adanya penetapan tentang laporan dan pelaporan efisiensi dan efektivitas buatkan rencana kerja anggarann jika keempat butir di atas belum ada. pengukuran efisiensi, F. PEN NETAPAN N TAHAP-T TAHAP PEN NGEMBAN NGAN SPIP P Penyelenggaraan SPIP dirancang mengikuti kegiatan operasional (businesss process) dari setiap unit organisasi suatu K/L/Pemda. Tahap pengembangan SPI mulai dari tahap knowing, diagnozing (mapping), internalizing (norming dan forming) serta performing yang telah ditetapkan dalam 25 pedoman teknis harus dipastikan telah dilaksanakan walaupun termasuk sebelum pedoman tersebut ada. Desain Penyelenggaraan ini sekaligus menetapkan bahwa 25 Pedoman Teknis Penyelenggaraan SPIP menjadi standar acuan bagi K/L/Pemda dalam pengembangan 25 subunsur SPIP. Pengembangan SPIP pada suatu unit organisasi atau kegiatan tidak harus dimulai dari tahap pemahaman (knowing), namun tergantung dengann kondisi penerapan SPIP yang telah dilaksanakan. Penetapan Tahapan Pengembangann SPIP pada K/L dan Pemda disesuaikan dengan prioritisasi tujuan dan business process unit organisasi. Prioritisasi tujuan juga terkait dengan kompleksitas kegiatan unit organisasi, sehingga penetapan tahapan dan rentang waktu implementasi masing-masing tahapan, dan unit organisasi pada setiap K/L dan Pemda dapat berbeda-beda. Gambaran atas hal tersebut dapat ditunjukkann oleh hasil Diagnostic Assesment (DA) yang telah dilakukan, yang merupakan bagian dari tahapan mapping. Hasil DA tersebut merupakan potret Areas of Improvement yang selanjutnya akan menjadi dasar penetapan tahap-tahap pengembangan SPIPP berikutnya. 12

25 PEDOMAN PENYUSUNAN DESAIN PENYELENGGARAAN SPIP TERINTEGRASI BABB II STRATEGI PENYELENGGARAAN SPIP G. PRIORITAS PENERAPA AN SPIP UNIT MANDIRI Pencapaian empat tujuan SPIP yaitu ketaatan pada peraturan perundang- undangan, pengamanan aset, keandalan laporan keuangan, dan efisiensi dan efektivitas operasi di suatu K/L atau Pemda menuntut dikembangkan dan diselenggarakannya SPIPP di seluruh organisasi. Sebagaimana konsepnya, penyelenggaraan kelima unsur SPIP berjenjang mulai dari kegiatan hingga lembaga yang melaksanakannya. Semakin besar organisasi, semakin banyak unit-unit atau kegiatannya, dan semakin memerlukan pembangunan sistem pengendalian yang lebih besar karena dikembangkan sesuai dengann karakteristik masing-masing unit organisasi. Mengingat bahwa pencapaian seluruh tujuan tersebutt akan membutuhkan sumber daya dan waktu yang besar, mengingat keterbatasan sumber daya, dan mengingat pengembangan SPIP harus tetap terintegrasi maka perlu dilakukan penentuan prioritas (prioritisasi) pemilihan tujuan yang akan dicapai dalam periode tertentu berdasarkan kebutuhan K/L/Pemda dan penentuan unit organisasi yang mendahului pengembangannya. Penentuan prioritas tujuan SPIPP terkait dengan kompleksitas kegiatan K/L/Pemda, sehingga penetapan tahapan dan rentang waktu implementasi masing-masingg tahapan,dan unit organisasi pada tiap K/L/ /Pemda akan berbeda- beda tergantung karakteristik K/L/ /Pemda, yang meliputi permasalahan yang dihadapi K/L/Pemda, kompleksitas organisasi, dan sumber daya organisasi. Penetapan prioritas tujuan SPIP yang akan dicapai K/L/ Pemda dalam periodee tertentu merupakan quick win K/ L/Pemda dalam penerapan SPIPP dan dapat dilakukan evaluasi untuk menentukan tujuan lain yang akan dicapai selanjutnya. 1. Pr rinsip dan Tujuan K/L/Pemda mengetahui dengan jelas tujuan jangka pendek dan jangka menengah penerapan SPIP yang akan dicapai berdasarkan telaahan yang dilakukan. Pertimbangan yang perlu dilakukan akan terkait dengann permasalahan yang 13

26 PEDOMAN PENYUSUNAN DESAIN PENYELENGGARAAN SPIP TERINTEGRASI BABB II STRATEGI PENYELENGGARAAN SPIP dihadapi, unit kerja terkait yang melaksanakan ketercapaian tahapan tujuan SPIP, dan sumber dayaa yang dimiliki. Hal ini perlu dilakukan untuk memastikan quick win yang diharapkan dapat tercapai sehingga permasalahan yang sedang dihadapi K/L/Pemda dapat teratasi, demikian pula potensi atas risiko berulangnya permasalahan tersebut. Langkah kerja utama untuk mendapatkan output tersebutt adalah sebagai berikut: a. Identifikasi unit organisasi yang wajib ber-spip mandiri; b. Identifikasi permasalahan K/L/Pemda di level entitas berdasarkan data hasil Diagnostic Assessment SPIP, temuan BPK, temuan informasi lain yang permasalahan K/L/Pemda 2. Output Kegiatan Output yang dihasilkan dari langkah ini adalah populasi unit organisasi yang wajib membangun SPIP (biasanya unit mandiri) serta Daftar Unit Organisasi yang diprioritaskan pembangunan SPIPnya. Dalam penetapan prioritisasi, tujuan yang akan dicapai ditetapkan terlebih dahulu baru diidentifikasi unit kerja terkait yang akan melaksanakann langkah-langkah penerapan SPIP untuk pencapaian tujuan prioritas tersebut. 3. Lang gkah Kerj ja Utamaa inspektorat, Profil Risiko atau dapat memberikan informasi c. Kelompokkan tujuan SPIP permasalahan berdasarkan empat jenis d. Tentukan prioritas tujuan SPIP yang akan dicapai unit organisasi K/L/Pemda berdasarkan pertimbangan langkah a dan b serta sumber daya yang ada di K/L/Pemda. 14

27 PEDOMAN PENYUSUNAN DESAIN PENYELENGGARAAN SPIP TERINTEGRASI BABB II STRATEGI PENYELENGGARAAN SPIP e. Identifikasi unit mandiri yang adaa di K/L/Pemda dan permasalahan yang ada di butir b f. Tentukan prioritas unit mandiri (jenis dan jumlah) yang harus segera menerapkan n SPIP berdasarkan pertimbangann banyak dan jenis permasalahan serta sumber daya yang dimiliki unit kerja mandiri tersebut. H. PETA STRATEGIS (STR RATEGIC MAP) UNT TUK EFEK KTIVITAS DAN EFISIENSI KEGIATAN OPERASIO ONAL Penyelenggaraan SPIP dengan tujuan tertentu dapat saja dilakukan jika adaa unit organisasi yang bersedia sebagai pelopornya. Pencapaian empat tujuan SPIPP yaitu ketaatan pada peraturan perundang-undangan, pengamanan aset, keandalan laporan keuangan, dan efisiensi dan efektivitas operasi di suatu K/L atau Pemda sulit dilaksanakan sekaligus jika prasyarat tidak terpenuhi. Biasanya tercapainya tujuan keandalan laporan keuangan adalah prasyarat utama untuk mencapai tujuan efisiensi dan efektivitas operasi. Dalam hal tujuan SPIP meningkat pada efisiensi dan efektivitas operasi, K/L/Pemda perlu merumuskan peta strategis (strategic map) yang hendak dicapai oleh suatu instansi pemerintah. Peta strategis memuat rumusan dan jaringan kinerja yang hendak dicapai oleh masing-masing unit organisasi yang akan mengarahkan K/L/Pemda pada efektivitas pencapaian tujuan organisasinya yang disusun, dimonitor dan dikendalikan dalam empat perspektif (balanced scorecard). Lihat Peraga 2.6. Peraga 2-1 sampai Peraga 2..9 untuk Penyusunan Desaian Penyelenggaraan SPIP di atas dicontohkan untuk Biro Perencanaan Pengawasan BPKPP sebagaimana terlihatt dalam Lampiran 1. 15

28 PEDOMAN PENYUSUNAN DISAIN PENYELENGGARAAN SPIP TERINTEGRASI BAB III RENCANA KERJA PENYELENGGARAAN SPIP BAB III RENCANA KERJA PENYELENGGARAAN SPIP Penyelenggaraan SPIP yang dilakukan di K/L dan Pemda mencakup kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan sampai dengan pertanggungjawaban kegiatan. Penyelenggaraan SPIP harus dilakukan secara menyeluruh dan terintegrasi pada kegiatan operasional K/L dan Pemda sesuai karakteristik kelima unsur SPIP yang saling memengaruhi satu dengan yang lain. A. RENCANA KERJA PENILAIAN EFEKTIVITAS LINGKUNGAN PENGENDALIAN Salah satu langkah mendasar penyelenggaraan SPIP adalah memastikan adanya lingkungan pengendalian yang kuat, untuk memastikan adanya perilaku yang positif dan aktif melaksanakan pengendalian melekat sesuai dengan kondisi dan aktivitas keseharian setiap unit organisasi pemerintah. Dalam rangka membangun pondasi atau kultur pengendalian yang bersifat soft ini, instansi pemerintah harus mampu mengidentifikasi area-area lingkungan pengendalian yang masih lemah dan membutuhkan penguatan lebih lanjut. Mengingat pentingnya penyelenggara untuk mendapatkan informasi tentang lingkungan pengendalian secara utuh dan mengingat informasi ini akan menjadi bahan masukan dalam penilaian risiko, maka diperlukan langkah kerja untuk menilai efektivitas lingkungan pengendalian. 1. Prinsip dan Tujuan Efektivitas Lingkungan Pengendalian harus dinilai untuk mengenali risiko bawaannya dengan tujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis aspek-aspek dalam lingkungan pengendalian yang berpengaruh dalam penilaian risiko. Lingkungan pengendalian banyak terkait dengan faktor 16

29 PEDOMAN PENYUSUNAN DISAIN PENYELENGGARAAN SPIP TERINTEGRASI BAB III RENCANA KERJA PENYELENGGARAAN SPIP manusianya sehingga penilaian harus dilaksanakan secara obyektif untuk mendapatkan hasil yang optimal. Hasil penilaian efektivitas lingkungan pengendalian merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari risiko yang teridentifikasi. 2. Prakondisi Penilaian Lingkungan Pengendalian Lingkungan Pengendalian dalam suatu instansi pemerintah banyak mengandung muatan yang bersifat soft yaitu berupa komitmen, arahan, perilaku, teladan, dan tindakan manajemen lainya dalam melaksanakan tugas dan fungsi untuk mencapai tujuan instansi pemerintah. Karakteristik soft dalam lingkungan pengendalian ini menimbulkan kompleksitas dalam melakukan penilaian efektivitas lingkungan pengendalian. Penilaian efektivitas lingkungan pengendalian dapat dilaksanakan secara optimal jika prakondisi penilaian terpenuhi. Prakondisi dimaksud adalah: a. Adanya kebijakan secara menyeluruh atau terpisah yang berkaitan dengan lingkungan pengendalian. b. Adanya pemahaman tentang pentingnya soft control dalam pelaksanaan pengendalian intern. 3. Output Kegiatan Output yang dihasilkan dari langkah ini adalah Rencana Kerja Penilaian Efektivitas Lingkungan Pengendalian di tingkat unit organisasi dan kegiatan pada K/L atau Pemda. 4. Langkah Kerja Utama Langkah kerja utama untuk mendapatkan output tersebut adalah sebagai berikut: 17

30 PEDOMAN PENYUSUNAN DISAIN PENYELENGGARAAN SPIP TERINTEGRASI BAB III RENCANA KERJA PENYELENGGARAAN SPIP a. Menyusun program kerja dalam TOR pelaksanaan Diagnostic Assessment atas Lingkungan Pengendalian. TOR meliputi kegiatan: 1) Jadwal DA 2) Pembentukan tim pelaksana 3) Pelatihan tim satgas K/L dan Pemda terkait pelaksanaan DA 4) Pendanaan DA 5) Penetapan responden DA b. Rencana Pelaksanaan program kerja yang disiapkan dalam TOR yang meliputi: 1) Penyebaran Kuesioner 2) Wawancara responden 3) Analisis data 4) Penetapan Areas of Improvement Lingkungan Pengendalian 5) Pembicaraan hasil DA dengan pihak manajemen 6) Identifikasi kelemahan Lingkungan Pengendalian yang tidak efektif (Pelaporan DA). B. RENCANA KERJA PENILAIAN RISIKO INSTANSI PEMERINTAH Penilaian risiko direncanakan dilakukan untuk setiap aktivitas utama unit kerja. Aktivitas utama dimaksud dapat dikategorikan dalam tindakan manajerial dan kegiatan teknis unit kerja. 1. Prinsip dan Tujuan Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, K/L dan Pemda menghadapi risiko yang dapat menghambat pencapaian tujuannya. Oleh karena itu, pimpinan K/L dan Pemda wajib melakukan penilaian risiko atas pencapaian tujuannya. Penilaian risiko mencakup identifikasi dan analisis risikorisiko yang dihadapi Instansi Pemerintah dalam pencapaian 18

31 PEDOMAN PENYUSUNAN DISAIN PENYELENGGARAAN SPIP TERINTEGRASI BAB III RENCANA KERJA PENYELENGGARAAN SPIP tujuannya. Identifikasi dan analisis risiko dilakukan terutama terhadap kegiatan utama suatu unit organisasi. 2. Prakondisi Penilaian Risiko Prasyarat pelaksanaan penilaian risiko adalah sebagai berikut: a. Penetapan kebijakan umum terkait penilaian dan pengendalian risiko di K/L dan Pemda; b. Penetapan tujuan Instansi Pemerintah yang akan menjadi acuan penilaian risiko: 1) Pada tingkat lembaga (K/L dan Pemda), Instansi Pemerintah menetapkan prioritas tujuan yang akan dicapai yaitu salah satu atau gabungan dari pengamanan aset, kepatuhan pada peraturan, keandalan laporan keuangan, dan efisiensi dan efektivitas operasi. Hal ini dengan sendirinya akan menjadi tujuan di level eselon I dan II Instansi Pemerintah tersebut. 2) Tujuan yang diprioritaskan tersebut sudah memenuhi syarat SMART (visi, misi, indikator kinerjanya selaras misalnya RKAKL selaras dengan dengan RKP). Apabila belum memenuhi syarat SMART, maka penetapan ulang tujuan perlu dilakukan agar memenuhi syarat. 3. Output Kegiatan Output yang dihasilkan dari langkah ini adalah Rencana Kerja Penilaian risiko di tingkat unit organisasi dan kegiatan K/L atau Pemda. 4. Langkah Kerja Utama Langkah kerja utama untuk mendapatkan output tersebut adalah sebagai berikut: 19

32 PEDOMAN PENYUSUNAN DISAIN PENYELENGGARAAN SPIP TERINTEGRASI BAB III RENCANA KERJA PENYELENGGARAAN SPIP a. Membuat persiapan penilaian risiko yang meliputi: 1) Inventarisasi kegiatan utama yang perlu dinilai risikonya (Lihat Peraga 2.5) 2) Inventarisasi Prakondisi yang belum dan yang sudah terpenuhi 3) Penyepakatan atas Prakondisi yang belum terpenuhi 4) Menyusun TOR identifikasi dan analisis risiko. Rencana Kerja Penilaian Risiko terhadap seluruh kegiatan utama K/L dan Pemda dituangkan dalam TOR. TOR dimaksud memuat antara lain: a) Metodologi penilaian risiko b) Identifikasi keterkaitan pengaruh kelemahan pada unsur-unsur lingkungan pengendalian dalam penilaian risiko c) Pembentukan tim pelaksana d) Pelatihan tim satgas K/L dan Pemda terkait penilaian risiko e) Sosialisasi metodologi penilaian risiko f) Jadwal waktu dan pendanaan b. Membuat Rencana Pelaksanaan Penilaian Risiko yang meliputi: a) Identifikasi risiko b) Analisis risiko c) Penetapan pemilik risiko d) Penyusunan peta risiko Instansi Pemerintah baik di tingkat unit organisasi maupun di tingkat kegiatan e) Pembicaraan hasil penilaian risiko dengan pemilik risiko dan manajemen terkait. C. RENCANA KERJA PENGUATAN LINGKUNGAN PENGENDALIAN Menindaklanjuti temuan tentang inefektivitas lingkungan pengendalian dan mengaitkannya dengan risiko, jika telah dipetakan pada penilaian risiko, 20

33 PEDOMAN PENYUSUNAN DISAIN PENYELENGGARAAN SPIP TERINTEGRASI BAB III RENCANA KERJA PENYELENGGARAAN SPIP penguatan lingkungan pengendalian berikut ini merupakan bagian dari aktivitas pengendalian, khususnya tentang penegakan aturan yang menunjukkan penambahan kesadaran (kultur) pengendalian dalam suatu unit kerja K/L dan Pemda. Penguatan dimaksud dalam pedoman ini disiapkan untuk masing-masing subunsur. Unsur-unsur yang harus dikuatkan oleh Unit kerja akan tergantung dari hasil nyata penilaian efektivitas lingkungan pengendalian. 1. RK Penegakan Integritas dan Nilai Etika Apabila dalam diagnosis tidak ditemukan adanya aturan perilaku, maka langkah yang harus dilakukan adalah membangun aturan perilaku tersebut. Kemungkinan adanya aturan perilaku pada K/L dan Pemda yang substansinya tidak memuat persyaratan minimal juga mengharuskan organisasi untuk menyempurnakan substansinya. Kemungkinan lainnya adalah adanya aturan perilaku (baik lengkap atau belum lengkap muatan substansinya) yang belum ditegakkan pelaksanaannya di organisasi. Pada situasi tersebut maka yang harus dilakukan adalah menciptakan suatu kondisi/mekanisme penegakan integritas dan aturan perilaku. a. Prinsip dan Tujuan Dalam penguatan lingkungan pengendalian harus ada aturan dan etika etika/perilaku bagi pegawai K/L dan Pemda untuk dijalankan dan ditegakkan di organisasi. b. Output Output kegiatan ini adalah adanya Rencana Kerja (termasuk TOR) penyusunan/penyempurnaan aturan perilaku atau mekanisme penegakan aturan perilaku K/L dan Pemda. c. Langkah Kerja Langkah kerja utama untuk menghasilkan output ini adalah: 1) Menganalisis hasil diagnostic assessment (DA) atas sub unsur penegakan integritas dan nilai etika 21

34 PEDOMAN PENYUSUNAN DISAIN PENYELENGGARAAN SPIP TERINTEGRASI BAB III RENCANA KERJA PENYELENGGARAAN SPIP 2) Menganalisis permasalahan etika yang ditemukan di K/L dan Pemda baik didapat dari hasil temuan BPK, auditor internal/inspektorat, maupun penilaian efektivitas lingkungan pengendalian 3) Menentukan langkah perbaikan yang harus dilakukan K/L dan Pemda dalam penegakan aturan perilaku 4) Membuat TOR penyusunan/perbaikan aturan perilaku atau mekanisme penegakan aturan perilaku. 2. RK Penerapan Standar Kompetensi Kompetensi akan sangat memengaruhi kinerja seseorang. Oleh karena itu, instansi pemerintah yang akan menerapkan persyaratan kompetensi terhadap pegawainya, memerlukan suatu komitmen dari pimpinan untuk menempatkan atau menugaskan pegawainya sesuai dengan persyaratan kompetensi yang dimiliki masing-masing pegawai, yakni disesuaikan dengan pengetahuan dan keahliannya. a. Prinsip dan Tujuan Penyelenggaraan suatu standar kompetensi untuk setiap tugas dan fungsi pada masing-masing posisi, secara kultural merupakan basis penguatan pengendalian bagi K/L dan Pemda yang bersangkutan, karena eksistensi persyaratan minimal dalam standar tersebut menjadi bahan untuk mencari dan menempatkan orang yang tepat pada posisi yang tepat. Komitmen terhadap kompetensi ditunjukkan dengan kemauan pimpinan dan pegawai untuk bersama-sama bertanggungjawab dalam mewujudkan visi, misi dan tujuan instansinya dengan melakukan tugas/jabatan sesuai dengan peran dan fungsinya dengan pengetahuan dan keahliannya. 22

35 PEDOMAN PENYUSUNAN DISAIN PENYELENGGARAAN SPIP TERINTEGRASI BAB III RENCANA KERJA PENYELENGGARAAN SPIP Tujuan penerapan standar kompetensi adalah agar dilakukan penempatan orang yang tepat pada tempat yang tepat pula. b. Output Output kegiatan ini adalah adanya Rencana Kerja (termasuk TOR) penyusunan standar kompetensi K/L dan Pemda. c. Langkah Kerja Langkah kerja utama untuk menghasilkan output ini adalah: 1) Inventarisasi tugas dan fungsi K/L dan Pemda 2) Identifikasi tugas-tugas yang dibutuhkan untuk menjalankan tugas dan fungsi yang telah diinventarisir 3) Analisis pengetahuan, keahlian, dan kemampuan yang dibutuhkan dari seorang pegawai untuk melaksanakan tugas yang diembannya 4) Inventarisir pendidikan dan pelatihan yang diperlukan untuk tugas dan fungsi yang telah diinventarisir 5) Menetapkan kebijakan terkait standar kompetensi pada masing-masing tugas dan fungsi. Langkah kerja tersebut di atas kemudian dituangkan dalam formulir rencana kerja. 3. RK Kepemimpinan yang Kondusif Dalam konteks penerapan SPIP, kepemimpinan yang diperlukan adalah kepemimpinan yang mampu membawa perubahan atau transformational leaders, karena penerapan SPIP akan membawa perubahan sikap dan perilaku setiap anggota organisasi sehinga menciptakan suasana lingkungan yang kondusif dan efektif dalam mengarahkan seluruh sumber daya dan potensi organisasi, termasuk melakukan perubahan, dalam mencapai kinerja yang lebih baik. Penerapan 23

36 PEDOMAN PENYUSUNAN DISAIN PENYELENGGARAAN SPIP TERINTEGRASI BAB III RENCANA KERJA PENYELENGGARAAN SPIP kepemimpinan yang kondusif memerlukan orientasi pada penerapan manajemen berbasis kinerja termasuk dengan menetapkan target kinerja. a. Prinsip dan Tujuan Dalam penguatan lingkungan pengendalian, target kinerja menjadi alat pengendali dengan sendirinya bagi personel yang berpeduli kinerja. Target kinerja untuk organisasi maupun untuk individu harus ada agar pimpinan K/L dan Pemda dapat menerapkan manajemen berbasis kinerja dengan mempertimbangkan risiko b. Output Output kegiatan ini adalah adanya Rencana Kerja (termasuk TOR) penyusunan/penyempurnaan target pencapaian kinerja yang berbasis risiko. c. Langkah Kerja Langkah kerja utama untuk menghasilkan output ini adalah: 1) Inventarisasi tugas dan fungsi K/L dan Pemda 2) Identifikasi target kinerja pada masing-masing unit organisasi 3) Nilai risiko atas target kinerja pada masing-masing unit kerja 4) Dapatkan penetapan kebijakan terkait pelaksanaan penilaian risiko pada masing-masing unit kerja. Catatan: Langkah kerja ini dapat juga mengadopsi pada langkah kerja penilaian risiko. Langkah kerja tersebut di atas kemudian dituangkan dalam formulir rencana kerja. 24

37 PEDOMAN PENYUSUNAN DISAIN PENYELENGGARAAN SPIP TERINTEGRASI BAB III RENCANA KERJA PENYELENGGARAAN SPIP 4. RK Pembentukan Organisasi Sesuai Kebutuhan Struktur organisasi sangat penting karena merupakan infrastruktur dasar bagi instansi pemerintah untuk menjalankan tugas dan fungsinya. Pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan diharapkan dapat memberikan kepastian ruang gerak bagi seluruh sumber daya manusia yang dimiliki instansi dalam mencapai kinerja yang diharapkan, serta sebagai sarana pendistribusian sumber daya lainnya.seperti peralatan, keuangan, dan informasi. a. Prinsip dan Tujuan Dalam penguatan lingkungan pengendalian, organisasi yang tepat setidaknya memastikan (1) Adanya struktur organisasi yang tepat sesuai dengan ukuran dan sifat kegiatan instansi pemerintah dalam rangka pencapaian tujuan; (2) Adanya kejelasan wewenang dan tanggung jawab, (3) Adanya kejelasan hubungan dan jenjang pelaporan intern, (4) Adanya evaluasi dan penyesuaian periodik terhadap struktur organisasi sehubungan dengan perubahan lingkungan strategis; dan (5) Penetapan jumlah pegawai yang sesuai, terutama untuk posisi pimpinan. Tujuan pembentukan struktur organisasi sesuai kebutuhan adalah untuk mendukung tugas dan fungsi dalam rangka mengemban amanah visi dan misi sesuai Renstra dan RPJM K/L dan Pemda. b. Output Output kegiatan ini adalah adanya Rencana Kerja (termasuk TOR) untuk memastikan bahwa pembentukan struktur organisasi telah dilakukan dengan tepat sesuai dengan kebutuhan. 25

38 PEDOMAN PENYUSUNAN DISAIN PENYELENGGARAAN SPIP TERINTEGRASI BAB III RENCANA KERJA PENYELENGGARAAN SPIP c. Langkah Kerja Langkah kerja utama untuk menghasilkan output ini adalah memastikan bahwa: 1) Telah dimilikinya peraturan yang melandasinya pembentukan struktur organisasi dan tata kerja (SOTK) 2) Peraturan/kebijakan yang ada tersebut telah sesuai dengan ketentuan di atasnya, yang mengatur pembentukan organisasi dan tata kerja K/L dan Pemda; 3) Peraturan/kebijakan tersebut telah dijabarkan lebih lanjut ke dalam Struktur Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) atau pedoman untuk dapat melaksanakan peraturan tersebut; 4) SOTK atau pedoman dimaksud telah sesuai dengan peraturan yang ada dan atau yang akan dibangun; 5) SOTK atau pedoman pelaksanaan kegiatan atau bagian dari kegiatan tersebut telah dilaksanakan/diterapkan dan didokumentasikan dengan baik. 5. RK Pendelegasian Wewenang dan Tanggung Jawab yang Tepat Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat oleh setiap unsur manajemen dan pegawai dalam organisasi, akan membuat pelaksanaan tugas dan fungsi organisasi menjadi lebih lancar dan cepat. Kejelasan delegasi wewenang dan tanggung jawab akan mendorong tercapainya keputusan yang lebih baik dan menghindarkan terjadinya konflik dalam organisasi. Pada akhirnya, hal ini diharapkan akan menimbulkan suasana yang kondusif bagi berjalannya SPIP sehingga tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif. Oleh karena itu, pendelegasian wewenang dan tanggung jawab hendaknya ditata secara berjenjang dengan 26

39 PEDOMAN PENYUSUNAN DISAIN PENYELENGGARAAN SPIP TERINTEGRASI BAB III RENCANA KERJA PENYELENGGARAAN SPIP mempertimbangkan tingkatan risiko dari masing-masing pendelegasian dan kapasitas staf yang menerima pendelegasian tersebut. Kewenangan dapat didelegasikan kepada staf di tingkat yang lebih rendah, namun pelaporan dan akuntabilitasnya harus ditetapkan dengan jelas karena tanggung jawab akhir tetap ada pada tangan pimpinan organisasi. a. Prinsip dan tujuan Dalam penguatan lingkungan pengendalian adanya organisasi yang tepat dan pendelegasian wewenang dan tanggung jawab setidaknya memastikan sekurang-kurangnya bahwa (1) Wewenang telah diberikan kepada pejabat/pegawai yang tepat sesuai dengan tingkat tanggungjawabnya dalam rangka pencapaian tujuan; (2) Pejabat/pegawai yang mendapat wewenang dan tanggung jawab harus memahami bahwa wewenang dan tanggungjawab yang diberikan terkait dengan pihak lain, (3) Pejabat/pegawai yang mendapat wewenang dan tanggung jawab harus memahami pelaksanaan tanggungjawab dan wewenangnya terkait dengan penerapan sistem pengendalian intern. Tujuan pendelegasian wewenang dan tanggungjawab adalah untuk penyebaran dan pelimpahan tanggungjawab penugasan dalam rangka kemudahan pengendalian mengingat beban dan cakupan kegiatan yang cukup banyak atau luas. b. Output Output kegiatan ini adalah adanya Rencana Kerja (termasuk TOR) yang dapat memastikan bahwa pendelegasian kewenangan telah dilakukan dengan tepat sesuai dengan kebutuhan (misal pendelegasian penjatuhan hukuman, penetapan angka kredit, penilaian pegawai). 27

40 PEDOMAN PENYUSUNAN DISAIN PENYELENGGARAAN SPIP TERINTEGRASI BAB III RENCANA KERJA PENYELENGGARAAN SPIP c. Langkah Kerja Langkah kerja utama untuk menghasilkan output ini adalah memastikan bahwa: 1) Telah dimilikinya peraturan yang melandasinya pendelegasian wewenang dan tanggung jawab 2) Peraturan/kebijakan yang ada tersebut telah sesuai dengan ketentuan di atasnya, yang mengatur wewenang dan tanggung jawab yang didelegasikan; 3) Peraturan/kebijakan tersebut telah dijabarkan lebih lanjut ke dalam Standard Operating Procedures (SOP) atau pedoman untuk dapat melaksanakan peraturan tersebut; 4) SOP atau pedoman dimaksud telah sesuai dengan peraturan yang ada dan atau yang akan dibangun; 5) SOP atau pedoman pelaksanaan kegiatan atau bagian dari kegiatan tersebut telah dilaksanakan/diterapkan dan didokumentasikan dengan baik. 6. RK Penyusunan dan Penerapan Kebijakan yang Sehat Tentang Pembinaan Sumber Daya Manusia Penerapan Kebijakan yang Sehat tentang Pembinaan Sumber Daya Manusia ditujukan bagi terwujudnya penerapan kebijakan manajemen dan praktik pembinaan SDM yang sehat, sejak tahap rekrutmen sampai dengan pemberhentian pegawai, serta terwujudnya penerapan sistem supervisi kepegawaian yang memadai, yang memungkinkan perolehan pegawai dengan pengetahuan dan kompetensi, serta memiliki integritas dan etika yang dipersyaratkan untuk dapat melaksanakan tanggung jawabnya dalam rangka mencapai tujuan organisasi, pada saat kini maupun pada masa yang akan datang. 28

41 PEDOMAN PENYUSUNAN DISAIN PENYELENGGARAAN SPIP TERINTEGRASI BAB III RENCANA KERJA PENYELENGGARAAN SPIP a. Prinsip dan tujuan Dalam penguatan lingkungan pengendalian Pembinaan Pegawai yang matang, transparan, konsisten, akan menuntun sikap dan perilaku semua pegawai dalam pencapaian tujuan organisasi. SPIP harus memastikan ada dan diberlakukannya (1) kebijakan dan prosedur sejak rekrutmen sampai dengan pemberhentian dan pemensiunan pegawai, (2) Penelusuran latar belakang calon pegawai dalam proses rekrutmen; (3) Supervisi periodik yang memadai terhadap pegawai. Tujuan dari adanya Kebijakan Pembinaan Sumber daya manusia yang sehat adalah terwujudnya penerapan kebijakan manajemen dan praktik pembinaan SDM yang sehat, sejak tahap rekrutmen sampai dengan pemberhentian pegawai, serta terwujudnya penerapan sistem supervisi kepegawaian yang memadai, yang memungkinkan memperoleh pegawai dengan pengetahuan dan kompetensi, serta memiliki integritas dan etika yang dipersyaratkan untuk dapat melaksanakan tanggung jawabnya dalam rangka mencapai tujuan organisasi, pada saat kini maupun pada masa yang akan datang b. Output Output kegiatan ini adalah adanya Rencana Kerja (termasuk TOR) penyusunan/penyempurnaan Kebijakan Pembinaan Sumber Daya manusia yang sehat. c. Langkah Kerja Langkah kerja utama untuk menghasilkan output ini adalah memastikan adanya: 1) Peraturan atau Keputusan mengenai kebijakan rekrutmen 2) Mekanisme mengenai perhitungan formasi yang dituangkan dalam SOP 29

42 PEDOMAN PENYUSUNAN DISAIN PENYELENGGARAAN SPIP TERINTEGRASI BAB III RENCANA KERJA PENYELENGGARAAN SPIP 3) Mekanisme pengecekan pelaksanaan SOP tersebut 4) Pengumuman penerimaan pegawai yang sesuai dengan ketentuan 5) Pengecekan kesesuaian rekrutmen dengan formasi yang tersedia 6) Pengecekan Tahapan dalam proses rekrutmen telah sesuai dengan rencana kerjanya 7) Penyusunan SOP atau rencana kerja mengenai proses rekrutmen 8) Pengecekan kepastian tidak terdapat KKN dalam proses rekrutmen 9) Penyusunan pedoman audit atau evaluasi atas aktivitas rekrutmen 10) Penyusunan laporan rekrutmen pegawai 11) Lakukan proses yang sama untuk kegiatan penempatan, pembinaan karier, mutasi, promosi, pemberhentian serta pensiun pegawai. 7. RK Pembinaan APIP yang Efektif Berfungsinya peran APIP dalam mengevaluasi penerapan SPIP secara terpisah di K/L dan Pemda akan sangat mendukung penerapan SPIP yang efektif. Selain melakukan evaluasi, APIP juga harus berfungsi sebagai unit kerja yang berfungsi sebagai mitra unit kerja lain pada K/L dan Pemda bersangkutan dalam membenahi penerapan SPIP. Dalam menjalankan tugasnya tersebut APIP memerlukan dukungan yang memadai atas akses informasi/data/sumber daya, persamaan persepsi dalam penentuan fokus/bidang/sektor ruang lingkup 30

43 PEDOMAN PENYUSUNAN DISAIN PENYELENGGARAAN SPIP TERINTEGRASI BAB III RENCANA KERJA PENYELENGGARAAN SPIP pengawasan, rekomendasi tindak lanjut, dan penilaian kinerja atas pelaksanaan SPIP. a. Prinsip dan Tujuan Dalam penguatan lingkungan pengendalian berperannya APIP akan mengefektifkan pengendalian yang telah dilaksanakan baik oleh manajemen sendiri, maupun oleh mekanisme pengendalian yang sengaja dibangun untuk itu. APIP dapat mengefektifkan early warning system K/L dan Pemda. Dukungan yang memadai atas pelaksanaan tugas APIP diimplementasikan dalam bentuk konkrit berupa kebijakan dukungan pelaksanaan tugas APIP yang dipahami oleh unitunit kerja terkait sehubungan dengan pelaksanaan tugas APIP termasuk dalam menguatkan SPIP unit kerja. b. Output Output kegiatan ini adalah adanya Rencana Kerja (termasuk TOR) evaluasi tentang efektivitas APIP bagi K/L dan Pemda. Efektivitas APIP ditandai dengan adanya pernyataan tentang peran APIP di lingkungannya (sejenis Piagam audit atau audit charter), dokumen tertulis formal yang berisi visi, misi, tujuan, kewenangan, tanggung jawab dan pertanggungjawaban (responsibilitas dan akuntablitas), ruang lingkup pengawasan, dan standar pelaksanaan pekerjaan APIP serta adanya dukungan akses yang memadai dalam pelaksanaan penugasan, dan persetujuan/pengesahan pimpinan tertinggi di lingkungan Instansi Pemerintah. c. Langkah Kerja Langkah kerja utama untuk menghasilkan output ini adalah: 1) Menganalisis hasil diagnostic assessment (DA) atas sub unsur peran APIP yang efektif. 31

44 PEDOMAN PENYUSUNAN DISAIN PENYELENGGARAAN SPIP TERINTEGRASI BAB III RENCANA KERJA PENYELENGGARAAN SPIP 2) Menganalisis permasalahan efektivitas peran APIP yang ditemukan di K/L dan Pemda baik didapat dari hasil temuan BPK, maupun penilaian efektivitas lingkungan pengendalian 3) Menentukan ruang lingkup perbaikan yang harus dilakukan K/L dan Pemda dalam efektivitas peran APIP 4) Membuat TOR penyusunan/perbaikan Audit Charter atau mekanisme pelaksanaan Audit Charter. 8. RK Pembinaan Hubungan Kerja Hubungan kerja yang baik dengan instansi pemerintah terkait merupakan hubungan antar instansi pemerintah dalam rangka sinkronisasi dan harmonisasi pelaksanaan program dan kegiatan instansi pemerintah. Hubungan kerja yang baik tersebut diciptakan melalui koordinasi dan kerja sama yang konstruktif dan berkesinambungan di antara Instansi Pemerintah. Koordinasi dan kerja sama sesama instansi pemerintah tersebut dimulai sejak tahap perencanaan program/kegiatan melalui media musyawarah perencanaan pembangunan sampai dengan tahap pelaporan. a. Prinsip dan tujuan Dalam penguatan lingkungan pengendalian kualitas hubungan kerja internal dan eksternal adalah faktor signifikan dalam mencapai tujuan. Gangguan hubungan kerja merupakan risiko signifikan yang dapat mengganggu interaksi kerja eksternal. Hubungan kerja yang baik dengan Instansi Pemerintah terkait merupakan suatu kebutuhan bagi tercapainya tujuan Instansi Pemerintah dengan baik. Kondisi yang diharapkan tercipta adalah adanya kondisi saling mendukung, mekanisme saling uji, dan saling berkoordinasi antar Instansi Pemerintah. 32

45 PEDOMAN PENYUSUNAN DISAIN PENYELENGGARAAN SPIP TERINTEGRASI BAB III RENCANA KERJA PENYELENGGARAAN SPIP b. Output Output kegiatan ini adalah adanya Rencana Kerja (termasuk TOR) penyusunan/penyempurnaan aturan baku interaksi organisasi dengan instansi lain antara lain tentang (1) Proses rekonsiliasi data keuangan dan non keuangan; (2) Musyawarah perencanaan pembangunan, (3) Rapat koordinasi, atau (4) Forum komunikasi antar K/L dan Pemda. c. Langkah Kerja Langkah kerja utama untuk menghasilkan output ini adalah: 1) Menganalisis hasil diagnostic assessment (DA) atas sub unsur Hubungan Kerja yang Baik dengan Instansi Pemerintah terkait 2) Menganalisis permasalahan Hubungan Kerja yang Baik dengan Instansi Pemerintah Terkait yang ditemukan di K/L dan Pemda baik didapat dari hasil temuan BPK, internal audit/inspektorat maupun penilaian efektivitas lingkungan pengendalian 3) Menentukan ruang lingkup perbaikan yang harus dilakukan K/L dan Pemda dalam efektivitas Hubungan Kerja yang Baik dengan Instansi Pemerintah terkait 4) Membuat TOR penyusunan/perbaikan atau mekanisme Hubungan Kerja yang Baik dengan Instansi Pemerintah terkait. D. RENCANA KERJA PENYELENGGARAAN KEGIATAN PENGENDALIAN Kegiatan pengendalian meliputi pengendalian atas risiko dan atas pencapaian tujuan. Rencana Kerja penyelenggaraan kegiatan pengendalian meliputi rumusan tujuan kegiatan pengendalian, prakondisi, prinsip dalam merancang kegiatan pengendalian (control design) dan langkah kerja utama sebagai berikut: 33

46 PEDOMAN PENYUSUNAN DISAIN PENYELENGGARAAN SPIP TERINTEGRASI BAB III RENCANA KERJA PENYELENGGARAAN SPIP 1. Prinsip dan Tujuan Kegiatan Pengendalian Kegiatan pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang dapat membantu memastikan dilaksanakannya arahan pimpinan K/L dan Pemda untuk mengurangi risiko yang telah diidentifikasi selama proses penilaian risiko. Kegiatan pengendalian dirancang dalam suatu control design dengan mempertimbangkan aspek biaya dan manfaat (cost-benefit). Kegiatan Pengendalian dilakukan untuk membantu pimpinan untuk mengurangi risiko yang telah diidentifikasi selama penilaian risiko. 2. Pra kondisi Penyelenggaraan Kegiatan Pengendalian Kondisi yang harus ada dalam penyelenggaraan Kegiatan Pengendalian adalah sebagai berikut: a. Kegiatan pokok instansi pemerintah telah direncanakan berdasarkan tujuan Instansi Pemerintah b. Kegiatan pokok tersebut di atas telah memuat pernyataan dan arahan yang spesifik, terukur, dan dapat dicapai, realistis, dan terikat waktu c. Indikator kinerja utama (IKU) atas Kegiatan Pokok yang akan dikendalikan telah disepakati d. Kegiatan utama yang diidentifikasi risikonya sudah ditetapkan e. Peta risiko sebagai hasil penilaian risiko merupakan risiko atas kegiatan pokok /utama instansi pemerintah telah tersedia f. SOP untuk seluruh business process sudah dibuat g. SOP pada masing-masing unit telah ditetapkan dan dievaluasi secara periodik 34

47 PEDOMAN PENYUSUNAN DISAIN PENYELENGGARAAN SPIP TERINTEGRASI BAB III RENCANA KERJA PENYELENGGARAAN SPIP h. Kebijakan pimpinan terhadap risiko yang telah dipetakan sudah jelas (ada Risk Philosophy). 3. Output Kegiatan Output dari kegiatan ini adalah Rencana Kerja kegiatan pengendalian dan integrasi kegiatan pengendalian dengan bussines proces unit yang telah ditetapkan. 4. Langkah Kerja Utama Langkah kerja utama untuk mendapatkan output tersebut adalah sebagai berikut: a. Membuat persiapan aktivitas pengendalian yang mencakup kegiatan: 1) Inventarisasi/Menilai Pra-kondisi yang telah terpenuhi 2) Penyepakatan pelaksanaan kegiatan atas Pra kondisi yang belum terpenuhi 3) Penyepakatan unit kerja yang akan didesain kegiatan pengendaliannya 4) Penyusunan TOR kegiatan pengendalian. Rencana Kerja Kegiatan Pengendalian Risiko dituangkan dalam TOR. TOR dimaksud memuat antara lain: Pembentukan tim pelaksana (boleh sama dengan tim satgas SPIP). Sosialisasi kegiatan pengendalian Jadwal waktu dan pendanaan b. Membuat rencana Penyusunan Rancangan Kegiatan Pengendalian yang meliputi: 1) Identifikasi kegiatan pengendalian yang ada 35

48 PEDOMAN PENYUSUNAN DISAIN PENYELENGGARAAN SPIP TERINTEGRASI BAB III RENCANA KERJA PENYELENGGARAAN SPIP 2) Penilaian efektivitas kegiatan pengendalian yang sudah ada 3) Penetapan pemilik risiko 4) Penetapan kebijakan atau prosedur dengan memperhatikan penyebab, kemungkinan terjadinya, dan dampak risiko. 5) Penyepakatan kegiatan pengendalian dengan pemilik risiko 6) Kodefikasi kegiatan pengendalian yang telah disepakati 7) Integrasi antara kegiatan pengendalian yang dirancang dengan proses kegiatan yang ada pada Standar Operating Procedure (SOP) pemilik risiko. 8) Dokumentasi kegiatan pengendalian (informasi dan komunikasi) 9) Kodifikasi kegiatan pengendalian beserta daftar kegiatan pengendalian yang telah dikodifikasi. Bila kegiatan pengendalian yang direncanakan merupakan kebijakan atau keputusan pimpinan, dilampiri draft Surat Keputusan yang diperlukan. E. RENCANA KERJA PENEMBANGAN INFORMASI DAN KOMUNIKASI Informasi dan Komunikasi (infokom) sebagai unsur keempat SPIP diselenggarakan untuk memastikan seluruh kinerja K/L dan Pemda terkomunikasikan kepada seluruh pimpinan dan pegawai. Hal-hal yang perlu diinfokomkan adalah (1) Rencana kinerja dalam bentuk visi, misi, tujuan dan sasaran; (2) risiko yang mengambat pencapaian kinerja tersebut, (3) kegiatan pengendalian yang dilaksanakan untuk mengatasi risiko tersebut. 1. Prinsip dan Tujuan Penyelenggaraan Infokom pada prinsipnya menyediakan sarana dan prasarana unuk mengolah, menyediakan dan mengkomunikasikan data dan informasi tentang proses dan 36

49 PEDOMAN PENYUSUNAN DISAIN PENYELENGGARAAN SPIP TERINTEGRASI BAB III RENCANA KERJA PENYELENGGARAAN SPIP hasil penyelenggaraan SPIP dan pencapaian tujuan baik pada tingkat kegiatan maupun tingkat entitas. Informasi tersebut harus dapat diakses oleh seluruh pegawai sesuai kewenangannya. Penyelenggaraan Infokom juga mengidentifikasi kebutuhan informasi dan metode sistematis untuk menghasilkan informasi yang baik telah diterapkan oleh K/L dan Pemda. Setidaknya semua unit organisasi telah menggunakan sistem informasi yang dibangun oleh K/L dan Pemda dalam menyelenggarakan pelaporannya (SAI, SIMAK BMN) atau sistem informasi yang dibangun sendiri sesuai kebutuhan. Sistem informasi yang dikembangkan dapat menyajikan data kinerja : Perseorangan Tim Bagian/ Bidang Eselon II / I, dan IP secara keseluruhan 2. Prakondisi Pengembangan Infokom Persyaratan yang diharapkan ada dalam pengembangan Informasi dan Komunikasi dalam Sistem Infokom SPIP adalah sebagai berikut a. Adanya kebijakan umum K/L dan Pemda tentang Penyelenggaraan SPIP yang menunjukkan komitmen pimpinan K/L dan Pemda untuk mengembangkan atau menyelenggarakan SPIP b. Adanya Simpulan tentang Efektivitas Lingkungan Pengendalian c. Tersedianya Register Risiko dan Peta Risiko 37

50 PEDOMAN PENYUSUNAN DISAIN PENYELENGGARAAN SPIP TERINTEGRASI BAB III RENCANA KERJA PENYELENGGARAAN SPIP d. Tersedianya Rancangan Kegiatan Pengendalian (Control Design) dalam bentuk Kebijakan dan SOP yang dibangun berdasarkan peta risiko 3. Output Kegiatan Output yang dihasilkan dari langkah ini adalah Rencana Kerja Pengembangan Sistem Infokom SPIP K/L atau Pemda. 4. Langkah Kerja Utama Langkah kerja utama untuk mendapatkan output tersebut adalah sebagai berikut: a. Membuat Perencanaan pengembangan sistem yang melalui kegiatan Penyusunan TOR sistem pemantauan pengembangan/ penyelenggaraan SPIP. TOR diharapkan memuat antara lain: Pembentukan tim pelaksana (boleh sama dengan tim satgas SPIP). Sosialisasi Infokom SPIP Jadwal waktu dan pendanaan b. Membuat Rencana Pelaksanaan Pengembangan Sistem Infokom yang meliputi sosialisasi metodologi pengembangan Sistem Infokom SPIP, identifikasi dan analisis kebutuhan Infokom (user requirement) c. Rencana uji coba sistem pemantauan termasuk output yang dikeluarkan sistem Infokom. F. RENCANA KERJA PENYELENGGARAAN PEMANTAUAN SPIP Rencana Kerja pemantauan SPIP diawali melalui pemantauan implementasi Desain Penyelenggaraan SPIP. Langkah awal ini diarahkan untuk memastikan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan dalam Desain Penyelenggaraan SPIP. 38

51 PEDOMAN PENYUSUNAN DISAIN PENYELENGGARAAN SPIP TERINTEGRASI BAB III RENCANA KERJA PENYELENGGARAAN SPIP Pemantauan harus dilakukan secara terus menerus oleh Satuan Tugas atau oleh unit yang ditugaskan untuk itu. 1. Prinsip dan Tujuan Pemantauan Pengembangan SPIP pada hakekatnya bertujuan untuk mengukur keberhasilan penyelenggaraan SPIP melalui pengukuran output (milestone) implementasi Desain Penyelenggaraan SPIP yang telah disusun sebelumnya. Hasilpengukuran penyelenggaraan SPIP dapat berbentuk dashboard sehingga dapat diakses dengan mudah oleh seluruh pegawai sesuai kewenangannya dan dengan dashboard tersebut personel terkait terdorong untuk mengendalikan kegiatannya ke arah pencapaian kinerja organisasi. Tingkat ketersediaan informasi dan keterkaitan (integral) informasi di dashboard organisasi dan adanya tindakan pengendalian yang otomatis diambil oleh manajemen atau personel dalam egiatan sehari-hari dalam K/L dan Pemda menunjukkan arah pencapaian maturity level penyelenggaraan SPIP suatu K/L dan Pemda. 2. Prakondisi Pengembangan Pemantauan SPIP Prakondisi yang diharapkan ada dalam pengembangan sistem pemantauan penyelenggaraan SPIP, khususnya maturity level SPIP, adalah sebagai berikut a. Adanya kebijakan umum K/L dan Pemda tentang Penyelenggaraan SPIP yang menunjukkan komitmen pimpinan K/L dan Pemda untuk mengembangkan atau menyelenggarakan SPIP b. Adanya Simpulan tentang Efektivitas Lingkungan Pengendalian c. Tersedianya Register Risiko dan Peta Risiko 39

52 PEDOMAN PENYUSUNAN DISAIN PENYELENGGARAAN SPIP TERINTEGRASI BAB III RENCANA KERJA PENYELENGGARAAN SPIP d. Tersedianya dan dilaksanakannya Rancangan Kegiatan Pengendalian (Control Design) e. Terselenggarakannya sistem informasi dan komunikasi. 3. Output Kegiatan Output yang dihasilkan dari langkah ini adalah Rencana Kerja Pemantauan Pengembangan/ Penyelenggaraan SPIP K/L atau Pemda. 4. Langkah Kerja Utama Langkah kerja utama untuk mendapatkan output tersebut adalah sebagai berikut: a. Membuat Rencana Kerja penentuan laporan pemantauan, format komunikasi tentang penyelenggaraan SPIP termasuk sarana dan prasarana informasi dan komunikasi melalui kegiatan Penyusunan TOR sistem pemantauan pengembangan/ penyelenggaraan SPIP. TOR diharapkan memuat antara lain memuat: Pembentukan tim pelaksana (boleh sama dengan tim satgas SPIP). Sosialisasi Rencana Pengembangan Pemantauan SPIP Jadwal waktu dan pendanaan b. Membuat Rencana Uji Coba Pelaksanaan Pemantauan SPIP. Peraga 3-1 sampai Peraga 3.9 untuk Penyusunan Rencana Kerja Penyelenggaraan SPIP di atas dicontohkan untuk Biro Perencanaan Pengawasan BPKP sebagaimana terlihat dalam Lampiran 2. 40

53 PEDOMAN PENYUSUNAN DISAIN PENYELENGGARAAN SPIP TERINTEGRASI BAB IV PENUTUP BAB IV PENUTUP Penyelenggaraan SPIP yang dilakukan di K/L danpemda tidak terlepas kondisi lingkungan yang dihadapi masing-masing organisasi. Oleh karena itu dalam menyusun Desain Penyelenggaraan SPIP masih diperlukan adanya perhatian pada hal-hal berikut ini: A. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN Kebutuhan SPIP berkembang sesuai perkembangan dan kompleksitas organisasi instansi pemerintah. Untuk itu, K/L dan Pemda atau unit organisasi yang mengembakan SPIP perlu memperhatikan manfaat-biaya pengembangan SPIP, generalisasi Desain Penyelenggaraan SPIP dan keterbatasan kompetensi auditor dalam menguatkan penyelenggaraan SPIP. 1. Prinsip Cost and Benefit Penyelenggaraan SPIP tidak bisa lepas dari prinsip cost and benefit. Tidak ada biaya yang dikeluarkan melebihi manfaat yang diperoleh. Setiap pengeluaran biaya penyelenggaraan SPIP harus bisa diukur kemanfaatannya. 2. Penyusunan Desain Tidak Bisa dilakukan secara Generalisasi Penyusunan Desain Penyelenggaraan SPIP untuk satu organisasi berbeda dengan organisasi yang lain. Setiap organisasi memiliki sifat yang spesifik yang membedakannya dengan organisasi lainya. Baik dari sisi SDM, geografis, teknologi yang digunakan, maupun ukuran dan lingkup tugas dan fungsi masing-masing organisasi menjadikan penyelenggaraan SPIP harus didesain sesuai kebutuhan organisasi yang bersangkutan. Oleh karenanya Desain 41

54 PEDOMAN PENYUSUNAN DISAIN PENYELENGGARAAN SPIP TERINTEGRASI BAB IV PENUTUP Penyelenggaraan SPIP dari suatu K/L atau Pemda tidak bisa serta merta diterapkan pada K/L atau Pemda lainnya. 3. Keterbatasan Kompetensi Internal Auditor Penyusunan Desain Penyelenggaran SPIP membutuhkan dukungan dari berbagai macam kompetensi dan keahlian. Internal Auditor sebagai pelopor dalam penyelenggaraan SPIP di suatu organisasi memiliki keterbatasan. Kompetensi utama internal auditor hanya meliputi bidang manajemen risiko, pengendalian dan governance. Selebihnya kompetensi dan keahlian lain diperlukan dalam melakukan desain penyelenggaraan SPIP. Dalam hal internal auditor menjumpai kondisi memerlukan kompetensi atau keahlian lain (seperti Manajemen Sumber Daya Manusia, Penyusunan SOTK, Analisis Jabatan) maka harus dipastikan tenaga ahli lain dilibatkan sesuai dengan kompetensi dan keahlian masing-masing. B. KOMITMEN DALAM PENYELENGGARAAN SPIP Hal yang paling penting dalam pelaksanaan penyelenggaraan SPIP adalah adanya komitmen dari pimpinan organisasi untuk menyelenggarakan SPIP di unit kerjanya. Bentuk komitmen ini berupa tekad yang disosialisasikan kepada seluruh personel yang ditindaklanjuti dengan langkah nyata berupa action plan yang jelas dalam Desain Penyelenggaraan SPIP. Dukungan SDM yang memadai, pemanfaatan teknologi, pendanaan dan pemantauan terhadap aktivitas pengembangan penyelenggaraan SPIP merupakan bagian komitmen pimpinan atas penyelenggaraan SPIP. Komitmen dari manajemen puncak merupakan dukungan yang sangat ideal untuk menyelenggarakan SPIP pada tingkat K/L/ Pemda secara menyeluruh. Dalam hal dukungan dari manajemen puncak belum diperoleh, maka pengembangan SPIP dapat dilakukan dari unit eselon I, eselon II atau unit mandiri yang mau menjadi pionir pengembangan pada suatu K/L dan Pemda 42

55 PEDOMAN PENYUSUNAN DISAIN PENYELENGGARAAN SPIP TERINTEGRASI BAB IV PENUTUP tertentu, dengan tetap mengupayakan pengembangan secara menyeluruh dengan dukungan pimpinan puncak. 43

56 LAMPIRAN 1 : PERAGA PENYUSUNAN RENCANA KERJA PENYELENGGARAAN SPIP Peraga 2.1 Peran Assurance & Consultancy BPKP Memberikan assurance kpd Menteri/Kepala Daerah bahwa pelaksanaan control, risk & proses governance sudah sesuai kualitas Memberikan assurance kpd Presiden bahwa Laporan Menteri/Kepala Daerah sudah Kredibel Memberikan advis penyempurnaan kepada Menteri/Kepala Lembaga/ Pemda tentang control, risk & proses governance Peraga 2.2 Tugas dan Fungsi Biro Perencanaan Pengawasan Sinkronisasi penyusunan kebijakan pengawasan intern pemerintah dan kebijakan teknis pengawasan di lingkungan BPKP Sinkronisasi dan penyusunan PKPT di lingkungan BPKP dan APIP lainnya Pemantauan dan penyiapan evaluasi pelaksanaan PKPT di lingkungan BPKP dan APIP lainnya

57 Peraga 2.4 Perspektif SPIP Biro perencanaan pengawasan 45

58 Peraga 2.5. Alur Logika Program Perencanaan Pengawasan MISI TUJUAN OUTPUT PROGRAM DAN KEGIATAN 1. Penyusunan Renstra/RPJM 100% RKT selaras KAP Jakwas &Renstra Dokumen Renwas 1. Penyusunan Jakwas 1. Penyusunan KAP 1. Penyusunan Renja/Renkin Perencanaan efektif 90% Output RKT selaras IKU Lap Eval Renwas 1. Penyusunan RKT 2. Evaluasi Prioritas RKP 2. Evaluasi/Standarisasi Ren 2. Monev Program RKT 2. Monev KAP/Jakwas 2. Evaluasi Renstra/IKU 1. Program Penyusunan Perencanaan 2. Program Evaluasi Perencanaan 100% Tapkin Renwas Tercapai 8 Dok & 26 LHE Perencanaan KinAng Biro Pantau & Pengukuran KinAng Pertanggungjawaban KinAng Peraga 2.6. Peta Tujuan Strategis Biro Perencanaan Terwujudnya perencanaan pengawasan yang sinergis dan terarah ke Visi Stakeholders Tersusunnya dokumen perencanan pengawasan tepat waktu Termonitornya pelaksanaan program pengawasan yg selaras dg Visi Internal Process Terwujudnya perancanaan pengawasan berpeduli risiko Terselenggaranya komunikasi yang efektif dgn stakehoders Terpenuhinya kepatuhan terhadap proses governance Learn and Growth Peningkatan Kompetensi Optimalisasi Budaya Kerja Penerapan IPMS Financial penganggaran yang sesuai kebutuhan 1 46

59 Peraga 2.7. Definisi SPIP Biro perencanaan Sistem Pengengendalian Intern Biro Perencanaan Pengawasan merupakan suatu proses yang integral pada tindakan manajerial pejabat struktural dan kegiatan teknis Perencanaan Pengawasan yang dilakukan secara terus menerus oleh seluruh pejabat struktural dan seluruh pegawai Biro Perencanaan Pengawasan, untuk memberikan keyakinan yang memadai atas tercapainya tujuan Biro Perencanaan Pengawasan melalui kegiatan yang efektif dan efisien, ketaatan terhadap peraturan perundang undangan, pengamanan aset dan keandalan laporan realisasi anggara di lingkungan Biro Perencanaan Pengawasan. Peraga 2.8. Tujuan Penyusunan Design Penyelenggaraan SPIP Biro Perencanaan Pengawasan Tujuan penyusunan desain SPIP Biro Perencanaan Pengawasan adalah terumuskannya strategi dan rencana kerja penyelenggaraan SPIP Biro Perencanaan Pengawasan yang dapat mengarahkan pengembangan penyelenggaraan SPIP lebih efektif, antara lain melalui pemetaan kegiatan yang menjadi prioritas penyelenggaraan SPIP dan secara kongkrit dari penyusunan rencana penyelenggaraan SPIP. 47

60 Peraga 2.9. Pendefinisian Kegiatan Utama (Penyusunan Renstra BPKP suatu contoh) Penyusunan Renstra BPKP adalah penyusunan rencana jangka menengah (5 tahunan) yang berisi visi, misi, tujuan, program dan kegiatan BPKP. Rencana yang tertuang dalam Renstra adalah rencana kinerja utama, indikator kinerja, target kinerja dan rencana kebutuhan pendanaan pengawasan BPKP. Renstra menjadi dasar perencanaan kegiatan tahunan pengawasan bagi seluruh unit kerja BPKP. Pada periode transisi (satu tahun menjelang awal periode Renstra), Rancangan Renstra sudah harus tersedia, agar dapat dijadikan sebagai acuan penyusunan baseline anggaran. Sedangkan Renstra final diselesaikan setelah melalui tahap pembahasan dan sinkronisasi dengan RPJMN yang disiapkan oleh Bappenas, sekitar bulan Desember sebelum awal periode Renstra. 48

61 LAMPIRAN 2. PERAGA PENYUSUNAN RENCANA KERJA PENYELENGGARAAN SPIP Peraga 3.1 Skor Pemahaman Pegawai Tentang SPIP 3,50 3,00 2,50 Skor 2,00 1,50 1,00 0,50 Langkah Penerapan SPIP 2,35 Peran dan Tanggung Jawab Pimpinan 3,07 Peran APIP 3,06 Rata rata Aspek Pemahaman 2,83 Peraga 3.2 Areas of Improvement Lingkungan Pengendalian Unsur Bidang Yang Perlu Dikuatkan Penegakan Integritas dan Nilai Penghargaan kepada pegawai berbasis etika dan integritas belum ada; Etika Penegakan disiplin masih perlu ditingkatkan, termasuk pemantauan terhadap pegawai yang meninggalkan tugas pada jam kerja, serta pemberian sanksi secara tepat; Pedoman yang mengatur pertanggungjawaban diskresi pimpinann atas pengendalian intern belum ada. Komitmen Beban kerja belum adil dan merata, sehingga terdapat pegawai dengan jabatan samamemiliki beban terhadap kerja lebih banyak dari lainnya; Kompetensi Kebutuhan diklat pegawai sesuai dengan tugas dan fungsi belum disusun; Sebagian pimpinann perlu ditingkatkan kemampuan leadership maupun manajerialnya. Kepemimpinan Peta risiko belum sepenuhnya dijadikan dasar penetapan kebijakan dan pelaksanaan kegiatan; yang Kondusif Pejabat fungsional auditor relatif masih kurang karena mutasi. Pembentukan Tugas dan fungsi Subbagian Bimbingan Perencanaan, yang mempunyai tugas memberikan bimbingan Strukturr Organisasi teknis penyusunann PKPT di lingkungan APIP lainnya dan Subbagian Evaluasi Perencanaan APIPP lainnya, yang Sesuai yangmempunyaitugas melaksanakan pemantauan dan penyiapan bahan evaluasi pelaksanaan PKPT dengan Kebutuhan APIP lainnya tidak dapat dilaksanakan karena keterbatasan kewenangan dan perkembangan lingkungan Pendelegasian Wewenang dan Terdapat pegawai yang; Tanggung Jawab yang Tepat Belum memahami tugas dan tanggung jawabnya; Belum melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawab yang dibebankan; Bersifat pasif dalam melaksanakann tugas sehari hari. Penyusunan dan Penerapan Panduan penilaian kinerja belum disosialisasikan, sehingga penilaian yang dilakukan cenderung belum Kebijakan yang objektif, hanya dilakukan pada akhir tahun, dan masih bersifat formalitas untuk memenuhi persyaratan Sehat tentang tertentu. Pembinaan SDM Mekanisme peringatan dini dan peningkatan efektivitas manajemen risiko atas penyelenggaraan tugas Perwujudan Peran dan fungsi belum ada yang disebabkan belum adanya evaluasi/reviu Inspektorat terhadappelaksanaan APIP yang Efektif kegiatan; Prosedur tindak lanjut atas hasil temuan belum dibakukan ke dalam suatu SOP. 49

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN, PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR : PER-687/K/D4/2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DESAIN PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INSTANSI PEMERINTAH (SPIP) DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

2013, No.646 4

2013, No.646 4 2013, No.646 4 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.646, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN SOSIAL. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Penyelenggaraan. Petunjuk Pelaksanaan. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN

Lebih terperinci

PEDOMAN pemantauan perkembangan PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH

PEDOMAN pemantauan perkembangan PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH PEDOMAN pemantauan perkembangan PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH PERATURAN KEPALA BPKP NOMOR : PER 690/K/D4/2012 TANGGAL 25 Mei 2012 i KATA PENGANTAR Sistem Pengendalian Intern Pemerintah,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN, PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR : PER-689/K/D4/2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN KEGIATAN PENGENDALIAN DI LINGKUNGAN INSTANSI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PEDOMAN EVALUASI PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN EVALUASI PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN BADAN KOORDINASI

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN PENILAIAN RISIKO DI LINGKUNGAN INSTANSI PEMERINTAH

PEDOMAN PELAKSANAAN PENILAIAN RISIKO DI LINGKUNGAN INSTANSI PEMERINTAH PEDOMAN PELAKSANAAN PENILAIAN RISIKO PEDOMAN PELAKSANAAN PENILAIAN RISIKO DI LINGKUNGAN INSTANSI PEMERINTAH PERATURAN KEPALA BPKP NOMOR : PER 688/K/D4/2012 TANGGAL 25 MEI 2012 i KATA PENGANTAR Sistem Pengendalian

Lebih terperinci

Pedoman pelaksanaan PENYELENGGARAAN kegiatan pengendalian DI LINGKUNGAN INSTANSI PEMERINTAH

Pedoman pelaksanaan PENYELENGGARAAN kegiatan pengendalian DI LINGKUNGAN INSTANSI PEMERINTAH Pedoman pelaksanaan PENYELENGGARAAN kegiatan pengendalian DI LINGKUNGAN INSTANSI PEMERINTAH PERATURAN KEPALA BPKP NOMOR : PeR 689/k/d4/2012 Tanggal 25 mei 2012 i KATA PENGANTAR Sistem Pengendalian Intern

Lebih terperinci

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM - 2-2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5058);

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

2012, No.51 2 Indonesia Tahun 2004 Nomor 5; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Peme

2012, No.51 2 Indonesia Tahun 2004 Nomor 5; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Peme No.51, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. Sistem. Pengendalian. Intern. Pemerintah. Penyelenggaraan. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PENILAIAN DAN STRATEGI PENINGKATAN MATURITAS SPIP. Per 13 Februari 2018

PENILAIAN DAN STRATEGI PENINGKATAN MATURITAS SPIP. Per 13 Februari 2018 PENILAIAN DAN STRATEGI PENINGKATAN MATURITAS SPIP Per 13 Februari 2018 A. STRUKTUR MATURITAS SPIP Definisi Maturitas SPIP Tingkat maturitas penyelenggaraan SPIP adalah tingkat kematangan/kesempurnaan penyelenggaraan

Lebih terperinci

BERITA KOTA NOMOR SERI : E TENTANG BEKASI. Tahun Walikota. Kotamadyaa. Nomor 17

BERITA KOTA NOMOR SERI : E TENTANG BEKASI. Tahun Walikota. Kotamadyaa. Nomor 17 BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 29 2012 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 29 TAHUN 2012 01 Tahun 2011 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

PERATURAN NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENILAIAN RISIKO DI BADAN INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENILAIAN RISIKO DI BADAN INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENILAIAN RISIKO DI BADAN INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS, TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH. menetapkann. Sistem

BUPATI BANYUMAS, TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH. menetapkann. Sistem BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 64 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUMAS DENGAN N RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.20/MEN/2011 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN, PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR: PER-690/K/D4/2011 TENTANG PEDOMAN PEMANTAUAN PERKEMBANGAN PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.483, 2011 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.20/MEN/2011 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1465, 2015 BPKP. Laporan Kinerja. Pemerintah Daerah. Rencana Tindak Pengendalian Penyajian. Asistensi Penyusunan. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN

Lebih terperinci

2 2015, No Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/09/M.PAN/5/2007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja U

2 2015, No Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/09/M.PAN/5/2007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja U No.1465, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Laporan Kinerja. Pemerintah Daerah. Rencana Tindak Pengendalian Penyajian. Asistensi Penyusunan. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.966, 2012 KEMENTERIAN NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Penyelenggaraan. PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN

Lebih terperinci

BUPATI GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 504 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GARUT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Visi Universitas XY pada tahun 2025 adalah menjadi. kecendekiaan. Salah satu misi untuk mewujudkan visi tersebut adalah

BAB I PENDAHULUAN. Visi Universitas XY pada tahun 2025 adalah menjadi. kecendekiaan. Salah satu misi untuk mewujudkan visi tersebut adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Visi Universitas XY pada tahun 2025 adalah menjadi universitas kependidikan kelas dunia berlandaskan ketaqwaan, kemandirian dan kecendekiaan. Salah satu misi untuk

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 30 2010 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BEKASI DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 88 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 88 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 88 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 2 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 2 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 2 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BOGOR DENGAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA NOMOR M.HH-02.PW.02.03 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.955, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Pedoman. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 46 2016 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.748, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.32/Menhut-II/2012

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembar

2017, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembar No.924, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN

Lebih terperinci

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR : 54 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR : 54 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR : 54 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.491, 2015 KEMENKOMINFO. Akuntabilitas Kinerja. Pemerintah. Sistem. Penyelenggaraan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 25 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 25 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) KABUPATEN SITUBONDO 1 BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 25 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PIAGAM AUDIT INTERN 1. Pengawasan Intern adalah seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan

Lebih terperinci

Oleh Direktur Pengawasan Industri dan Distribusi pada Deputi Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang Perekonomian, BPKP. Mirawati Sudjono, Ak., M.

Oleh Direktur Pengawasan Industri dan Distribusi pada Deputi Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang Perekonomian, BPKP. Mirawati Sudjono, Ak., M. Oleh Direktur Pengawasan Industri dan Distribusi pada Deputi Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang Perekonomian, BPKP Mirawati Sudjono, Ak., M.Sc VISI MISI PRESIDEN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN : PENGELOLAAN

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA PROBOLINGGO WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 22 TAHUN 2011

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 22 TAHUN 2011 WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BANJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJAR Menimbang

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 34 TAHUN 2011 PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 34 TAHUN 2011

BERITA DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 34 TAHUN 2011 PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 34 TAHUN 2011 BERITA DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 34 TAHUN 2011 PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tamba

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tamba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.846, 2011 KEMENTERIAN AGAMA. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Penyelenggaraan. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN WALIKOTA SAMARINDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN WALIKOTA SAMARINDA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DENGAN RAHMAT YANG MAHA ESA WALIKOTA SAMARINDA,

Lebih terperinci

SALINAN BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG

SALINAN BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA SALINAN NOMOR : 15 TAHUN 2012 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan L

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan L No.1236, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKO-KEMARITIMAN. SAKIP. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG KEMARITIMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA DI

Lebih terperinci

PENGENDALIAN DALAM PERSPEKTIF SPIP

PENGENDALIAN DALAM PERSPEKTIF SPIP PENGENDALIAN DALAM PERSPEKTIF SPIP Disajikan pada Acara Pendalaman Materi SPIP di Lingkungan Pengadilan Negeri Stabat Stabat, 12 November 2015 Apa sebenarnya SPI dan SPIP? SPI adalah proses yang integral

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA S A L I N A N BUPATI LANDAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI SPIP BALITBANG KEMENTERIAN KEHUTANAN

IMPLEMENTASI SPIP BALITBANG KEMENTERIAN KEHUTANAN IMPLEMENTASI SPIP BALITBANG KEMENTERIAN KEHUTANAN Agus Setianto, Ak, CA, CFrA Direktur Pengawasan Produksi dan Sumber Daya Alam Deputi Perekonomian - BPKP 1 DASAR HUKUM SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.32/Menhut-II/2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.32/Menhut-II/2012 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.32/Menhut-II/2012 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 27 TAHUN 2010 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 27 TAHUN 2010 TENTANG GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 27 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Reformasi bidang keuangan negara di Indonesia ditandai dengan pemerintah menerbitkan paket tiga undang-undang bidang keuangan negara yaitu Undang-undang nomor

Lebih terperinci

Oleh : Drs. AYI RIYANTO, MSi Satgas SPIP Perwakilan BPKP Provinsi DIY

Oleh : Drs. AYI RIYANTO, MSi Satgas SPIP Perwakilan BPKP Provinsi DIY Oleh : Drs. AYI RIYANTO, MSi Satgas SPIP Perwakilan BPKP Provinsi DIY Beberapa Kejadian di Pemerintahan Laporan Keuangan Pemerintah masih banyak yang mendapat opini wajar dengan pengecualian, tidak wajar

Lebih terperinci

BUPATI PENAJAM PASER UTARA

BUPATI PENAJAM PASER UTARA a BUPATI PENAJAM PASER UTARA PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 31 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (RPJMN) tahun , program reformasi birokrasi dan tata kelola

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (RPJMN) tahun , program reformasi birokrasi dan tata kelola BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana telah tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2010-2014, program reformasi birokrasi dan tata kelola pemerintahan yang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL. SPIP. Penyelenggaraan. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL. SPIP. Penyelenggaraan. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA No.873, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL. SPIP. Penyelenggaraan. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

TENTANG TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI

TENTANG TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI 2012, No.235 8 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 BERITA DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 49 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR :. 944 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR : 05 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH KABUPATEN BIMA BUPATI BIMA,

PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR : 05 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH KABUPATEN BIMA BUPATI BIMA, PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR : 05 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH KABUPATEN BIMA BUPATI BIMA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal 60 Peraturan Pemerintah Nomor

Lebih terperinci

FORMULIR IDENTIFIKASI TUJUAN

FORMULIR IDENTIFIKASI TUJUAN FORMULIR IDENTIFIKASI TUJUAN VISI : TERWUJUDNYA KABUPATEN PURWOREJO YANG SEMAKIN SEJAHTERA BERBASIS PERTANIAN, PARIWISATA, INDUSTRI, DAN PERDAGANGAN YANG BERWAWASAN BUDAYA, LINGKUNGAN, DAN EKONOMI KERAKYATAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA No.1652, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Pedoman. Penyelenggaran. Perubahan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN, w w w.bpkp.go.id PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR: PER- 1393 /K/SU/2011 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH PADA PERWAKILAN BADAN PENGAWASAN

Lebih terperinci

2016, No Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2014 tentang Pencarian dan Pertolongan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 267, Tamba

2016, No Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2014 tentang Pencarian dan Pertolongan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 267, Tamba No.904, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BASARNAS. SAKIP. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK. 4 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN IMPLEMENTASI SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2011 NOMOR 16 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2011 NOMOR 16 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2011 NOMOR 16 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI TANGGAL : 12 SEPTEMBER 2011 NOMOR : 16 TAHUN 2011 TENTANG : PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas pengendalian internal suatu organisasi sangat mempengaruhi kinerja organisasi. Premis ini menunjukan bahwa kualitas pengendalian internal suatu organisasi yang

Lebih terperinci

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PERJANJIAN KINERJA, PELAPORAN KINERJA DAN TATA CARA REVIU ATAS LAPORAN KINERJA INSTANSI

Lebih terperinci

Apa sebenarnya SPI dan SPIP?

Apa sebenarnya SPI dan SPIP? 28 AGUSTUS 2008 Apa sebenarnya SPI dan SPIP? SPI adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.996, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Manajemen Risiko. Penyelenggaraan. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb No.1572, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPPENAS. Piagam Pengawasan Intern. PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO, PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 9 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI PURWOREJO, PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 9 TAHUN 2010 TENTANG BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 9 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO BUPATI PURWOREJO, Menimbang bahwa

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1232, 2012 KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA. Penyelenggaraan. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. PERATURAN MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN

Lebih terperinci

PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT

PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT LAMPIRAN : PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR : 82 TANGGAL : 2 DESEMBER 2014 TENTANG : PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

LAPORAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN KULON PROGO TAHUN 2015

LAPORAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN KULON PROGO TAHUN 2015 LAPORAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN KULON PROGO TAHUN 2015 KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN KULON PROGO 2016 BAB I PENDAHULUAN Penyelenggaraan Sistem

Lebih terperinci

PERANAN APIP DALAM PELAKSANAAN SPIP

PERANAN APIP DALAM PELAKSANAAN SPIP PERANAN APIP DALAM PELAKSANAAN SPIP OLEH : AGUNG DAMARSASONGKO, S.H., M.H. DASAR HUKUM PP No. 60 TAHUN 2008 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) PERGUB BANTEN No. 47 TAHUN 2012 TENTANG

Lebih terperinci

Jl. KH. ACHMAD DAHLAN NO.1 LAMONGAN

Jl. KH. ACHMAD DAHLAN NO.1 LAMONGAN Jl. KH. ACHMAD DAHLAN NO.1 LAMONGAN DAFTAR ISI PERNYATAAN PERSETUJUAN... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Dasar Hukum... 3 C. Maksud dan Tujuan

Lebih terperinci

2017, No Berencana Nasional tentang Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di Lingkungan Badan Kependudukan dan Keluarga Berenc

2017, No Berencana Nasional tentang Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di Lingkungan Badan Kependudukan dan Keluarga Berenc No.1448, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKKBN. SPIP BKKBN. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 75 TAHUN 2012 TENTANG

LAMPIRAN PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 75 TAHUN 2012 TENTANG LAMPIRAN PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 75 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN 0 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

Negara Republik Indonesia Nomor 4355); BUPATI MUSI BANYUASIN PERATURAN BUPATI MUSI BANYUASIN NOMOR :2g TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2008 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2008 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2008 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

MENTERI DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG

MENTERI DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAANN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGINN BARAT DENGAN

Lebih terperinci

KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENGAWASAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENGAWASAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN, KEPUTUSAN KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENGAWASAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR KEP-67/DL/2/2013 TENTANG PERUBAHAN RENCANA STRATEGIS PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENGAWASAN

Lebih terperinci

SOSIALISASI SPIP BAGI SATUAN TUGAS SPIP BPPT

SOSIALISASI SPIP BAGI SATUAN TUGAS SPIP BPPT LOGO SOSIALISASI SPIP BAGI SATUAN TUGAS SPIP BPPT PEMBEKALAN SATGAS SPIP 2015 PETA KONDISI PENERAPAN SPIP LINGKUNGAN PENGENDALIAN PENILAIAN RISIKO KEGIATAN PENGENDALIAN INFORMASI DAN KOMUNIKASI PEMANTAUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berlakunya Otonomi Daerah di Pemerintahan Indonesia, sehingga setiap

BAB I PENDAHULUAN. Berlakunya Otonomi Daerah di Pemerintahan Indonesia, sehingga setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berlakunya Otonomi Daerah di Pemerintahan Indonesia, sehingga setiap daerah memiliki kewenangan yang semakin besar untuk mengatur pemerintahannya sendiri, termasuk

Lebih terperinci

Kemendagri REPUBLIK INDONESIA

Kemendagri REPUBLIK INDONESIA Kemendagri REPUBLIK INDONESIA SUMATERA KALIMANTAN IRIAN JAYA JAVA DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTORAT JENDERAL POLITIK DAN PEMERINTAHAN UMUM LATAR BELAKANG Pasal 58 ayat (2) Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.763, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN NARKOTIKA NASIONAL. Pokok-Pokok. Pengawasan. BNN. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG POKOK-POKOK PENGAWASAN DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2008 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2008 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2008 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

FORMULIR IDENTIFIKASI TUJUAN

FORMULIR IDENTIFIKASI TUJUAN FORMULIR IDENTIFIKASI TUJUAN VISI : TERWUJUDNYA KABUPATEN PURWOREJO YANG SEMAKIN SEJAHTERA BERBASIS PERTANIAN, PARIWISATA, INDUSTRI, DAN PERDAGANGAN YANG BERWAWASAN BUDAYA, LINGKUNGAN, DAN EKONOMI KERAKYATAN

Lebih terperinci

SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH

SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH 2 LATAR BELAKANG 1. Mendukung terwujudnya good governance dalam penyelenggaraan pemerintahan, pengelolaan keuangan negara perlu diselenggarakan secara profesional,

Lebih terperinci

I. Pengertian BAB I PENDAHULUAN

I. Pengertian BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH PADA LINGKUNGAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

BAB VII PENUTUP. pengendalian intern, harus dilaksanakan kelima unsur dari SPIP yaitu lingkungan

BAB VII PENUTUP. pengendalian intern, harus dilaksanakan kelima unsur dari SPIP yaitu lingkungan BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah merupakan proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH

GAMBARAN UMUM TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH GAMBARAN UMUM TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH Oleh : Rela Driteny,SE,MM. ABSTRAK Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, yang selanjutnya disingkat SPIP, diatur dalam Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LEMBAGA SANDI NEGARA

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LEMBAGA SANDI NEGARA PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LEMBAGA SANDI NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) PANDEGLANG PIAGAM AUDIT INTERN

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) PANDEGLANG PIAGAM AUDIT INTERN PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) 201168 PANDEGLANG 42212 PIAGAM AUDIT INTERN 1. Audit intern adalah kegiatan yang independen dan obyektif dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 Tahun 2008 pasal

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 Tahun 2008 pasal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keuangan negara perlu dikelola secara efektif, efisien, transparan dan akuntabel, oleh sebab itu menteri/pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/walikota wajib

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN NEGERI BOGOR NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN PENGADILAN NEGERI BOGOR

KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN NEGERI BOGOR NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN PENGADILAN NEGERI BOGOR PENGADILAN NEGERI BOGOR KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN NEGERI BOGOR NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN PENGADILAN NEGERI BOGOR KETUA PENGADILAN NEGERI BOGOR, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 14

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 14 BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 14 PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PERJANJIAN KINERJA, PELAPORAN KINERJA DAN TATA CARA REVIU ATAS LAPORAN

Lebih terperinci

BSN) BADAN STANDARDISASI NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2014 TENT ANG

BSN) BADAN STANDARDISASI NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2014 TENT ANG PERATURAN KEPALA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENT ANG D ESAIN. PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA, Menimbang a. bahwa dalam rangka menyelenggarakan Sistem

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT, G U B E R N U R NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DENGAN

Lebih terperinci