BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Lokasi Provinsi DIY terletak di bagian tengah-selatan Pulau Jawa, secara astronomis terletak pada Lintang Selatan dan Bujur Timur, dengan luas 3.185,80 km2. Secara administratif terdiri dari 1 kota dan 4 kabupaten, 78 kecamatan dan 438 kelurahan/desa, yaitu: a. Kota Yogyakarta (luas 32,50 km2, terdiri dari 14 kecamatan dan 45 kelurahan); b. Kabupaten Bantul (luas 506,85 km2, terdiri dari 17 kecamatan dan 75 desa); c. Kabupaten Kulon Progo (luas 586,27 km2, terdiri dari 12 kecamatan dan 88 desa); d. Kabupaten Gunungkidul (luas 1.485,36 km2, terdiri dari 18 kecamatan dan 144 desa); e. Kabupaten Sleman (luas 574,82 km2, terdiri dari 17 kecamatan dan 86 desa). Lahan pesisir di Provinsi DIY seluas ± ha. membujur dari Kabupaten Kulon Progo, Kabupaten Bantul sampai dengan Kabupaten Gunungkidul berpotensi untuk budidaya pertanian dalam arti luas. Dari luasan tersebut, 650 ha. dapat dikembangkan untuk 35

2 budidaya tambak udang/ikan. Panjang pantai yang membentang dari timur ke barat sepanjang 113 km, dengan potensi perikanan laut, ikan pelagis kecil sebesar ton/tahun, sedangkan ikan demersal ton per tahun, sedangkan tingkat pemanfaatan per tahun sekitar 22,77%. Daerah Istimewa Yogyakarta di bagian Selatan dibatasi Lautan Indonesia, sedangkan di bagian Timur Laut, Tenggara, Barat dan Barat Laut dibatasi oleh wilayah Provinsi Jawa Tengah yang meliputi: a. Kabupaten Klaten di sebelah Timur Laut; b. Kabupaten Wonogiri di sebelah Tenggara; c. Kabupaten Purworejo di sebelah Barat; d. Kabupaten Magelang di sebelah Barat Laut. Dibandingkan negara-negara lain di Asia Tenggara, sejarah kegiatan untuk kepentingan ilmu pengetahuan di Indonesia jauh lebih tua. Pada tanggal 24 April 1778 di Indonesia didirikan Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschaapen yang merupakan cikal bakal museum sesuai dengan slogan Ten Nutte van het Gemeen atau untuk kepentingan umum. Setelah kemerdekaan namanya diganti menjadi Lembaga Kebudayaan Indonesia (1950). Selanjutnya museum warisan Belanda itu menjadi Museum Pusat (1962), dan kemudian menjadi Museum Nasional (1970). Menurut catatan sejarah, sebenarnya pada tahun 1662 Indonesia pernah memiliki museum yang didirikan oleh Rumphius di Ambon, 36

3 yaitu De Amboinsch Raritenkaimer. Sayangnya museum yang dapat dikatakan museum tertua di Indonesia itu telah lenyap ditelan waktu, seiring perginya sang pendiri. Di samping itu, penting juga untuk diketahui beberapa museum yang didirikan sebelum kemerdekaan, yaitu: a) Museum Radyapustaka (1890), b) Museum Zoologi Bogor (1894), c) Museum Rumah Adat Aceh (1915), d) Museum Purbakala Trowulan (1920), e) Museum Geologi Bandung (1929), f) Museum Bali (1932), g) Museum Rumah Adat Baanjuang Bukittinggi (1933), h) Museum Sonobudoyo (1935), i) Museum Simalungun (1941), dan j) Museum Herbarium di Bogor (1941). Pada tahun 1948 pemerintah mendirikan Jawatan Kebudayaan di Yogyakarta. Jawatan itu bertugas menggali, membina, dan mengembangkan kebudayaan bangsa yang dalam struktur organisasinya berada dalam Kementrian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan. Jawatan itu didirikan dengan maksud untuk menangkal masuknya pengaruh negatif di Indonesia. Pada tahun 1957 jawatan itu memiliki satu unit kerja yang bernama Urusan Museum. Urusan Museum itu pada tahun 1965 ditingkatkan menjadi Lembaga Museum- Museum Nasional. Selanjutnya (1986) Lembaga Museum-Museum Nasional itu dijadikan Direktorat Museum dalam lingkungan Direktorat Jendral Kebudayaan pada masa kabinet Ampera. Direktorat Museum kemudian disempurnakan menjadi Direktorat Permuseuman(1975). 37

4 Tahun 1971, Direktorat Museum mengelompokkan museum dalam tiga kelompok menurut jenis koleksinya, yaitu : Museum umum, Museum khusus, dan Museum lokal. Pada tahun 1975 pengelompokkan diubah, menjadi sebagai berikut: Museum umum, Museum khusus, dan Museum pendidikan. Pada tahun 1980, pengelompokkan tersebut diubah lagi menjadi dua kelompok, yaitu : Museum umum dan Museum Khusus. Museum-museum yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta berada di bawah Dinas Kebudayaan. Dinas Kebudayaan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta beralamat di Jln. Cendana No. 11 Yogyakarta (0274) Dari sekian banyak museum yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta khususnya wilayah Kota Yogyakarta hanya ada satu museum yang di kelola oleh Pemerintah Daerah yaitu Museum Sonobudoyo. Sedangkan museum lainnya milik swasta atau dikelola oleh pemerintah pusat. Tugas pokok dan fungsi dinas kebudayaan seksi museum adalah melestarikan, membina, mengembangkan, dan memfasilitasi pengelolaan museum. Visi Terwujudnya tata nialai budaya masyarakat yang berbasis pada nilai-nilai luhur budaya lokal didukung oleh pemerintah daerah yang katalistik. 38

5 Misi a. Meningkatkan kualitas pelayanan melalui manajemen yang akuntabel professional dan beretika sesuai dengan tata nilai budaya masyarakat b. Melestarikan, melindungi dan mengembangkan asset budaya DIY sebagai upaya mewujudkan jati diri masyarakat c. Menjadikan ketahanan budaya sebagai jiwa dan semangat pemerintahan yang katalistik d. Menjadikan DIY sebagai pusat budaya dengan berbagai event budaya nasional dan internasional Struktur organisasi dinas kebudayaan propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah sebagai berikut: Unsur Organisasi Dinas Kebudayaan, terdiri dari : a. Pimpinan : Kepala Dinas. b. Pembantu Pimpinan : Sekretariat yang terdiri dari : 1) Subbagian Umum 2) Subbagian Keuangan 3) Subbagian Program dan Informasi. c. Pelaksana : 1) Bidang Nilai Budaya, terdiri dari: a) Seksi Rekayasa Budaya b) Seksi Bahasa dan Sastra 39

6 2) Bidang Tradisi, Seni dan Film, terdiri dari : a) Seksi Adat dan Tradisi b) Seksi Kesenian c) Seksi Perfilman 3) Bidang Sejarah, Purbakala dan Museum, terdiri dari : a) Seksi Sejarah b) Seksi Purbakala c) Seksi Museum 4) UPTD 5) Kelompok Jabatan Fungsional Museum Sonobudoyo merupakan UPTD dari Dinas Kebudayaan Propinsi Yogyakarta. Museum Sonobudoyo mempunyai fungsi pengelolaan benda museum yang memiliki nilai budaya ilmiah, meliputi koleksi pengembangan dan bimbingan edukatif cultural. Sedangkan tugasnya adalah mengumpulkan, merawat, pengawetan, melaksanakan penelitian, pelayanan pustaka, bimbingan edukatif cultural serta penyajian benda koleksi Museum Negeri Sonobudoyo. Lokasi Museum Sonobudoyo berada dalam lokasi yang strategis, yaitu di pusat kota, dengan alamat di Jl. Trikora 6 Yogyakarta. 40

7 Visi Pengembangan Museum Sonobudoyo : TERWUJUDNYA MUSEUM UNGGUL BERTARAF INTERNASIONAL YANG MENGEKSPRESIKAN BUDAYA JAWA Misi Pengembangan Museum Sonobudoyo : a. Mewujudkan museum berstandart internasional yang memiliki keunggulan kompetitif sebagai sumber daya budaya yang memiliki peran dan nilai strategis sebagai daya tarik utama kepariwisataan DIY b. Mewujudkan museum berstandart internasional dalam pengelolaan warisan budaya yaitu dalam pelestarian, preservasi dan diseminasi c. Mewujudkan museum berstandart internasional dalam hal manajemen permuseuman yang meliputi manajeman strategi, manajemen operasi, manajemen SDM, manajemen keuangan dan manjemen pemasaran. Sumber Daya Manusia yang ada di Museum Sonobudoyo sebanyak 74 orang terdiri dari kepala/direktur museum, kepala bagian tata usaha museum, kepala bagian kuratorial, kepala bagian konservasi dan preparasi, kepala bagian bimbingan dan publikasi, kepala bagian registrasi dan dokumentasi, dan perpustakaan. Rekapitulasi jumlah pegawai berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel dibawah ini : 41

8 Tabel. 3 Rekapitulasi jumlah pegawai berdasarkan tingkat pendidikan Jenjang pendidikan Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Sekolah Dasar 8 - SLTP 7 2 SLTA 24 5 Diploma III 3 2 Sarjana 18 5 Jumlah Sumber: Museum Sonobudoyo Hasil penelitian Daerah Istimewa Yogyakarta salah satu kota besar yang menjadi tujuan untuk rekreasi atau liburan. Banyak sekali potensi wisata yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta mulai dari wisata alam, wisata belanja, wisata sejarah dan wisata budaya. Daerah Istimewa Yogyakarta sangat kental dengan kebudayaannya, dan keraton Yogyakarta menjadi pusatnya. Meningkatnya jumlah wisatawan yang berkunjung ke DIY memberikan dampak meningkatnya jumlah Pendapatan ASli Daerah (PAD). Perkembangan jumlah PAD dari sub sektor pariwisata dapat dilihat pada tabel 4. 42

9 Tabel 4. Perkembangan Jumlah PAD Sub Sektor Pariwisata Se-DIY Tahun (per Kota/Kabupaten) No Dati II 2008 (Rp) 2009 (Rp) 2010 (Rp) 2011 (Rp) 2012 (Rp) 1 Kodya Yogyakarta Kab. Sleman Kab. Bantul Kab. Kulon Progo Kab. Gunung Kidul Pemda Prov DIY Sumber: Buku statistik kepariwisataan 2012 Data diatas menunjukkan bahwa jumlah peningkatan PAD dipengaruhi oleh jumlah wisatawan. Hal ini terbukti dengan meningkatnya jumlah wisatawan jumlah penerimaan PAD tahun ikut meningkat. Sehingga peningkatan jumlah wisatawan memberikan dampak positif terhadap jumlah PAD. DIY mempunyai beragam potensi budaya, baik budaya yang tangible (fisik) maupun yang intangible (non fisik). DIY memiliki tidak kurang dari 515 Bangunan Cagar Budaya yang tersebar di 13 Kawasan Cagar Budaya. Selain itu Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai 32 museum dan 3 calon museum baru. Museum-museum tersebut dibagi menjadi tiga kategori museum, yaitu: museum benda budaya dan kesenian, museum pendidikan dan ilmu pengetahuan, dan museum perjuangan. Hal ini juga diungkapkan oleh kepala Dinas Kebudayaan Propinsi DIY dalam wawancara tanggal 23 Juli 2013: museum dijogja dibagi menjadi tiga kategori dan ada 32 museum 43

10 yang tergabung dalam anggota barahmus, serta ada tiga calon museum baru yakni: museum ugm, museum gempa, dan rumah garuda. Hal tersebut juga dipertegas oleh sekertaris barahmus dalam wawancara tanggal 16 Agustus 2013: saat ini yang tergabung dalam anggota barahmus DIY sebanyak 32 museum dan aka nada tiga calon museum baru, yaitu museum rumah garuda, museum gempa dan museum UGM. Jumlah museum yang ada di DIY sebagian besar berada di wilayah kota Yogyakarta sekitar 18 museum, Sleman 9 museum, Bantul 4 museum, Gunung kidul 1 museum dan Kulon Progo belum mempunyai museum. Data ini dapat dilihat di tabel dibawah ini. 44

11 Tabel 5. Persebaran Museum yang ada Daerah Istimewa Yogyakarta No. Nama Museum Alamat 1. Keraton Ngayogyokarto Komplek Keraton Yogyakarta 2. Puro Pakualaman Komplek Puro Pakualaman 3. Negeri Sonobudoyo Jl. Trikora 6 Yogyakarta 4. Negeri Sonobudoyo Unit II Jl. Wijilan Pb 1/20 Yogyakarta 5. Batik Indonesia Jl. Dr. Sutomo 13 Yogyakarta 6. Benteng Vredeburg Yogyakarta Jl. Jend. A. Yani 6 Yogyakarta 7. Pusat TNI AD Dharma Wiratama Jl. Jend Sudirman 75 Yogyakarta 8. Perjuangan Yogyakarta Jl. Kol. Sugiono 24 Yogyakarta 9. P. Diponegoro Sasana Wiratama Jl. HOS Cokroaminoto, Tegalrejo TR III/430 YK 10. Sasmitaloka Pangsar Sudirman Jl. Bintaran 3 Yogyakarta 11. Pergerakan Wanita Indonesia Jl. Laksda Adisucipto 88 Yogyakarta 12. Sandi Jl. Kol. Sugiono 24 Yogyakarta 13. Dewantara Kirti Griya Jl. Tamansiswa 31 Yogyakarta 14. Biologi UGM Jl. Sultan Agung 22 Yogyakarta 15. Kebun Binatang Gembira Loka Jl. Kebun Raya 2 Yogyakarta 16. Bahari Jl. RE Martadinata 69 Wirobrajan YK 17. RS Mata Dr. Yap Jl. Cik Di Tiro 5 Yogyakarta 18. Anak kolong Tangga Jl. Sriwedari 1 Yogyakarta 19. Monumen Pahlawan Pancasila Komplek Bataliyon 403, Kentungan, Sleman 20. Ullen Sentalu Jl. Kaliurang Yogyakarta 21. Seni Lukis Affandi Jl. Adisucipto 167 Yogyakarta 22. Dirgantara Mandala TNI AU Komplek Pangkalan Udara Adisucipto YK 23. Monumen Jogja KEmbali Jongkang, Sariharjo, Ngaglik, Sleman 24. Pendidikan Indonesia Komplek Kampus UNY, Jl. Kolombo 1 Karangmalang 25. Geoteknologi Mineral UPN Jl. Babarsari 2 Tambakbayan Yogyakarta 26. Peta Fak. Geografi UGM Fakultas Geogrefi UGM Yogyakarta 27. Gunung Api Merapi Jl. Kaliurang Km 22 Banteng, Pakem 28. Tani Jawa Indonesia Desa Wisata Candran Bantul 29. Tembi Rumah Budaya Jl. Parangtritis Km 8,4 Tembi, Sewon, Bantul 30. Wayang Kekayon Jl. Raya Yogya-Wonosari Km 7 No. 277 Bantul 31. Gumuk Pasir Fak. Geografi UGM Pantai Depok, Bantul 32. Kayu Wanagama Gading, Playen, Gunung Kidul Sumber: data dari dinas kebudayaan Selain jumlah PAD dan jumlah wisatawan secara umum mengalami kenaikan. Jumlah wisatawan museum juga mengalami 45

12 kenaikan meskipun tidak sebanyak wisata lainnya. Jumlah kenaikan wisata museum dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel. 6 Perkembangan Jumlah pengenjung museum di DIY No Museum Tahun Sonobudoyo Sasmitaloka Pangsar Soedirman Taman Siswa Dewatara Kirti Griya Sasana Winatama P. Diponegoro Pusat Dharma Wiratama Perjuangan Kereta Keraton Mata Dr. Yap Benteng Vredeburg Biologi UGM Puropakualaman Batik Sulaman Bahari TNI AU Dirgantara Affandi Monumen Jogja Kembali Geoteknologi UPN Ullen Sentalu Pendidikan Indonesia Gunung Merapi Sumber : Buku Statistika Dinas Pariwisata 2012 Dari data diatas dapat dilihat bahwa pengunjung terbanyak berada pada museum benteng Vredeburg dimana museum benteng Vredeburg adalah museum milik pemerintah pusat. Dan pengunjung pada museum swasta relatif sedikit. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi dari museum itu sendiri. 46

13 Keadaan atau kondisi museum di Daerah Istimewa Yogyakarta saat ini, khususnya museum swasta kondisinya masih dalam keadaan statis belum bergerak untuk maju dan secara proaktif menginformasikan tugas dan fungsi museum tersebut sebagai sarana pendidikan dan keilmuan untuk media pembelajaran dan pariwisata pada msyarakat luas. Hal ini dipengaruhi karena kondisi museum swasta belum dapat dikatakan sebagai museum berstandar lengkap sesuai dengan ketentuan dan standar pendirian sebuah museum yang lengkap. Berbagai sarana prasarana pendukung yang dibutuhkan untuk kelayakan museum itu berdiri untuk siap melayani masyarakat luas. Persyarat untuk mendirikan sebuah museum telah diatur dalam undang-undang nomor 19 tahun 1995 tentang Pemeliharaan Dan Pemanfaatan Benda Cagar Budaya di Museum. Syarat-sayarat tersebut adalah a. standar teknis bangunan museum; b. sarana dan prasarana; c. tenaga; d. sumber dana yang tetap. Untuk standar teknis bangunan, museum harus memiliki bangunan yang terdiri dari bangunan pokok dan bangunan penunjang. Hal tersebut juga dipertegas oleh Kepala Dinas Kebudayaan Propinsi DIY dalam wawancara pada tanggal 23 Juli 2013: syarat untuk mendirikan sebuah museum sebenarnya telah di atur dalam undang-undang nomor 19 tahun Di dalam undang undang-undang tersebut dituliskan syarat untuk mendirikan museum adalah meliputi a. standar teknis bangunan museum; b. sarana dan prasarana; c. tenaga; d. sumber dana yang tetap. Untuk sumber dana ini yang menjadi kendala bagi museum yang ada di DIY khususnya museum swasta. 47

14 Kondisi bangunan atau ruang museum yang masih belum standar atau layak untuk menampilkan informasi koleksi yang dimilikinya masih menjadi wujud nyata museum yang dikelola oleh swasta sehingga hal ini juga sangat mempengaruhi calon pengunjung museum karena memang sudah tidak tertarik dengan kondisi yang dimilikinya. Berbeda dengan gemerlapnya area pertokoan, mall, dan hiburan lainnya yang penuh dengan banyak orang yang mendatanginya. Hal diatas dipertegas oleh kepala Dinas Kebudayaan Propinsi DIY dalam wawancara pada tanggal 23 Juli 2013: tampilan dari museum swasta rata-rata dibiarkan begitu saja, tidak dikemas dengan baik dibiarkan seadaanya Pernyataan tersebut juga di pertegas oleh pengunjung pada wawancara tanggal 19 juli 2013: tampilan yang ada kurang menarik dan terkesan seadanya, penjelasannya kurang jelas. Padahal disamping kondisi museum yang terkesan keadaanya, museum yang ada di DIY ini mempunyai berbagai potensi atau koleksi yang sangat menarik dan sangat bagus untuk pendidikan anak. Sebagian dari koleksi yang ada di museum-museum mengenalkan kita pada kebudayaan Jawa jaman dulu. Pengelolaan museum berada dibawah wewenang Dinas Kebudayaan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Untuk mengembangkan potensi museum-museum di DIY, Dinas Kebudayaan 48

15 membentuk Barahmus (Badan Musyawarah Musea). Seperti yang diutarakan oleh bapak Kepala Dinas Kebudayaan pada wawancara tanggal 23 Juli 2013: Barahmus di bentuk sebagai kerja sama antar museum dan wadah bagi asosiasi atau pelaku museum untuk tetap eksis, sebagai sarana bertukar informasi, ataupun yang bertujuan untuk meningkatkan museum. Hal tersebut juga dipertegas oleh sekertaris Barahmus, beliau mengatakan bahwa: peran barahmus adalah sebagai wadah dan koordinator museum-museum yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Meskipun pengelolaan berada dibawah wewenang Dinas Kebudayaan, Dinas Kebudayaan hanya mempunya satu UPDT saja yaitu museum sonobudoyo. Museum lainnya merupakan museum individu atau milik instansi tertentu. Menurut kepemilikan museum di bagi menjadi dua yaitu museum swasta dan museum pemerintah atau negeri. Sedangkan menurut kedudukannya museum dibagi menjadi tiga yang terdiri dari museum nasional, museum propinsi, dan museum lokal. Sebagai UPTD dari Dinas Kebudayaan, Museum Sonoboyo merupakan museum terlengkap nomor dua setelah museum nasional Jakarta. Museum Sonobudoyo memiliki buah koleksi yang 49

16 dibagi menjadi beberapa kategori. Rincian koleksi museum dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7. Jumlah Total Koleksi Museum Sonobudoyo berdasarkan Inventarisasi 2012 No. Kategori Jumlah 1 Koleksi Geologika 31 2 Koleksi Biologika 42 3 Koleksi Ethnografika Koleksi Arkeologika Koleksi Historika Koleksi Numismatika Koleksi Filologika Koleksi Keramika Koleksi Senirupa Koleksi Teknologika Koleksi Wayang Lain-lain 20 Total Sumber : museum Sonobudoyo Koleksi museum sonobudoyo disimpan di dua tempat yaitu museum sonobudoyo unit I dan unit II. Unit I terletak di jalan Trikora No.6 Yogyakarta sedangkan unit II di Ndalem Condrokiranan, Wijilan. Pembagian koleksi museum enam ketegori berada di Unit I dan lima lainnya ada di Unit II. Hal tersebut ditegaskan oleh kepala museum Sonobudoyo pada wawancara tanggal 19 Juli 2013: untuk jumlah koleksi museum di sonobudoyo baik yang ada di unit I maupun unit II ini kami mempunyai koleksi dan dibagi dalam 12 kategori. Museum Sonobudoyo sesuai dengan visi dan misi museum, museum ini akan dijadikan museum bertaraf internasional. Untuk mendukung hal tersebut pemerintah melakukan berbagai upaya untuk 50

17 menwujudkan rencana tersebut. Hal tersebut diperjalas oleh pernyataan kepala dinas kebudayaan pada wawancara tanggal 23 juli 2013: Propinsi DIY akan membuat terobosan dengan menjadikan dua museum yaitu museum ullen sentalu dan museum sonobudoyo sebagai museum internasional. Pembutan museum bertaraf internasional ini juga telah diatur dalam RPJPD Hal tersebut juga di perkuat oleh pernyataan kepala museum sonobuyo dalam wawancara tanggal 19 juli 2013: dalam program jangka panjang museum ini rencananya akan diwacanakan menjadi museum internasional. Untuk mendukung museum Sonobudoyo sebagai museum internasional maka sebuah museum sonobudoyo harus mandiri terlebih dahulu menjadi kuasa penggunaan anggaran setelah itu baru menjadi badan layanan umum. Peran pemerintah dalam pengembangan potensi wisata museum, dinas kebudayaan mempunyai tugas pembinaan dan pelestarian. Sedangkan untuk tugas promosi dan pemasaran di bawah wewenang dinas pariwisata. Pembinaan yang dilakukan oleh dinas kebudayaan meliputi diklat dan pelatihan pelatihan bagi pengelola museum. Penyataan ini dipertegas oleh kepala museum Sonobudoyo dalam wawancara pada tanggal 19 Juli 2013: disini dinas kebudayaan memberikan diklat dan pelatihan satu tahun sekali untuk satu sampai empat orang yang mengikuti kegiatan tersebut. Dan untuk promosinya selain dari pihak sonobuyo sendiri, kami dibantu oleh Dinas Pariwisata dalam hal promosi. 51

18 Hal ini juga diperjelas oleh pernyataan dari kepala seksi PPNB dinas pariwisata dan budaya kota Yogyakarta dalam wawancara pada tanggal 10 Juli 2013: dinas pariwisata dan kebudayaan kota Yogyakarta hanya melakukan promosi wisata saja tidak terlibat lebih. Semuanya lebih diserahkan ke masing-masing museum. Hal ini juga dijelaskan oleh sekretaris barahmus dalam wawancara pada tanggal 16 Agustus 2013: pengembangan potensi museum dimulai dari pengembangan sumberdaya manusianya terlebih dahulu, dalam hal ini kami sering mengadakan pertemuan-pertemuan dan silahturahmi untuk mengarahkan SDM antar museum, seperti workshop, pelatihan-pelatihan perawatan museum dan kepemanduan. Hal ini juga ditegaskan oleh kepala dinas kebudayaan propinsi DIY dalam wawancara pada tanggal 23 Juli 2013: untuk mengembangkan potensi museum-museum di DIY, kami membentuk Barahmus (Badan Musyawarah Musea). Barahmus ini di bentuk dengan tujuan agar museum tetap eksis, bertukar inforamasi atau apapun yang bertujuan untuk meningkatkan museum. Selain pembentuukan barahmus, kami juga mengadakan pelatihan-pelatihan, workshop-workshop dan diklat-diklat. Pengembangan potensi wisata museum tidak dapat dilakukan sendiri oleh dinas kebudayaan tetapi juga harus bekerja sama dengan pihak-pihak lain seperti Barahmus, Tim ahli atau kalangan pendidikan dan pelajar, dan masyarakat pecinta museum. Peran dari masingmasing pihak inilah yang nantinya akan membantu pemerintah dalam mengembangkan potensi museum yang ada saat ini. 52

19 Kegiatan pengembangan museum yang di lakukan oleh pemerintah bersama pengelola dan baramus adalah a. Pameran bersama b. Festival Museum c. Membuat Website bersama d. Kegiatan edukasi dan ilmiah. e. Pemilihan duta museum f. Mengikuti pameran tingkat lokal dan nasional. g. Membuat materi cetakan. Kegiatan-kegiatan tersebut bertujuan agar masyarakat lebih mengenal museum yang ada di Yogyakarta dan menghilangkan kesan angker yang biasa melekat pada museum. Dari ragam kegiatan tersebut, kegiatan yang lebih menarik perhatian masyarakat adalah festival museum. Karena kegiatan ini masyarakat bisa mengenal museum tanpa harus mengunjungi museum satu-persatu. Selain itu untuk meningkatkan kualitas Sumber daya Manusia pengelola museum pemerintah melakukan pembinaan, diantaranya: a. Workshop konservasi kayu/ kain/ kulit/ logam b. Worshop pengelolaan storage c. Workshop tata pamer museum (desain tata ruang dan display) d. Workshop tata cara dan praktek pemanduan e. Pelatihan motivasi dan kepemimpinan. 53

20 Setiap rincian kegiatan sebelum menjadi kegiatan yang dilakukan oleh museum selalu diusulkan ke dinas kebudayan. Setiap bulan pada tanggal 4 ada evaluasi dari pemerintah mengenai kegiatan yang telah dilakukan. Hal ini juga diperjelas kepala museum Sonobudoyo dalam wawancara pada tanggal 19 Juli 2013: kegiatan yang kami lakukan selalu dipantau oleh dinas kebudayaan. Setiap tahapan yang belum jadi kegiatan dan yang akan kami jadikan kegiatan, kami selalu usulkan ke dinas kebudayaan. Selain kegiatan diatas peran pemerintah dalam mengembangkan potensi wisata museum adalah mengenalkan museum kepada masyarakat agar museum jauh dari kesan angker. Dinas kebudayaan memberlakukan wajib kunjung museum bagi anak sekolah, dari tingkat sekolah dasar sampai sekolah menengah pertama. Pemerintah juga memberikan fasilitas untuk kegiatan ini yaitu dua buah bus yang siap antar jemput. Hal ini diperjelas oleh kepala dinas kebudayaan dalam wawancara pada tanggal 23 Juli 2013: Potensi museum yang tinggi di Yogyakarta akan menjadi sia-sia jika tidak ada usaha untuk mengenalkan, mendekatkan, dan meningkatkan kecintaan siswa kepada museum sejak dini. Hal itu yang mendasari munculnya Program Wajib Kunjung Museum. Dan untuk menunjang kegiatan ini kami juga menyiadakan 2 buah bus yang dilengkapi AC yang siap antar jemput siswa." Dalam pelaksanaan pengembangan potensi wisata museum pemerintah tidak luput dari hambatan-hambatan yang muncul. Hambatan-hambatan tersebut antara lain sumberdaya manusia yang kurang handal, minimnya anggaran, kurangnya minat masyarakat akan 54

21 museum, data yang ada sangat minim. Padahal sumberdaya manusia yang berkualitas sangat penting untuk menunjang keberlangsungan kegiatan dalam suatu organisasi dalam hal ini adalah museum Sonobudoyo. Hal ini dijelasakan oleh kepala dinas kebudayaan DIY dalam wawancara pada tanggal 23 Juli 2013: hambatan-hambatan yang dihadapi oleh pemerintah dalam pengembangan potensi wisata museum antara lain: belum ada buku acuan atau guide line yang secara spesifik membahsa tentang pengelolaan museum, kurangnya sumberdaya manusia yang memadai, belum ada data akurat mengenai masing-masing museum, kurangnya ada dukungan dari para stakeholder terkait dengan pengelolaan dan pemberdayaan museum, sarana dan prasarana masing-masing museum kurang memadai atau belum menunjang, serta masih rendahnya motivasi dan antusiasme masyarakat terhadap museum akibat lemahnya fungsi promosi dan sosialisasi muaeum. Penyataan ini juga di jelaskan oleh sekretaris Barahmus dalam wawancara pada tanggal 16 Agustus 2013: hambatan yang dialami oleh museum yang tergabung dalam anggota barahmus rata-rata masalah sumberdaya manusia yang rata-rata pendidikan mereka tidak berbasik pada museum, dan museum swasta hambatannya terletak pada sarana dan prasarana yang belum mereka kembangkan karena masalah pendanaan. Hal ini juga di pertegas oleh kepala museum Sonobudoyo dalam wawancara pada tanggal 9 Juli 2013: pengembangan yang kami lakukan disini tidak luput dari hambatan. Hambatan tersebut diantaranya adalah masalah dana dan masalah sumberdaya manusia yang tidak sesuai dengan bidang keahliannya. 55

22 Untuk mengatasi hamabatan tersebut pemerintah dan pengelola museum telah melakukan upaya untuk mengatasi hambatan yang ada diantaranya adalah pelatihan bagi pengelola museum, promosi yang lebih menarik lagi, dan penyusunan buku standarisasi museum. B. Pembahasan 1. Peran Pemerintah dalam Mengembangkan Potensi Wisata Museum di Yogyakarta khususnya museum sonobudoyo. Daerah Istimewa Yogyakarta dikenal sebagai kota pelajar, kota perjuangan dan kota gudeg. Tetapi, selain itu Yogyakarta juga dikenal sebagai pusat kebudayaan, khususnya budaya jawa. Peninggalan seni budaya ini masi dapat dilihat terpahat dimonumenmonumen peninggalan sejarah seperti candi-candi, istana sultan dan tempat lainnya. Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu daerah tujuan wisata. Banyak sekali potensi wisata yang dimiliki DIY salah satunya adalah museum. Keberadaan museum merupakan asset yang bernilai tinggi yang mendukung Yogyakarta sebagai kota pelajar, kota budaya, dan kota tujuan wisata. Daerah istimewa Yogyakarta mempunyai 33 museum yang terbagi menjadi tiga kategori jenis museum, yaitu mueum pendidikan dan pengetahuan, museum benda budaya dan kesenian, dan museum perjuangan. Sedangkan menurut kepemilikannya, museum dibagi menjadi dua kategori, yaitu museum negeri atau pemerintah dan museum swasta. 56

23 Kondisi museum yang ada di DIY masaih dalam keadan statis belum ada berubahan baik dari kondisi fisik maupun kondisi sumberdaya manusiannya. Secara visual tampilan museum belum bisa menarik perhatian dari masyarakat atau wisatawan karena museum identik dengan bangunan yang kuno dan terkesan menyeramkan. Kondisi bangunan yang belum sesuai dengan standart lengkap pendirian museum, khususnya museum swasta. Kondisi seperti inilah yang mempengaruhi calon pengunjung museum karena memang sudah tidak tertarik dengan kondisi museumnya sendiri. Sayang sekali jika potensi museum yang ada tidak dilirik oleh wisatawan. Maka dari itu peran pemerintah sangat diperlukan untuk mengembangkan potensi museum yang ada mulai dari kondisi fisik hingga sumberdaya manusianya. Dengan adanya pengembangan potensi museum diharapkan masyarakat lebih tertarik untuk mengunjungi museum dan lebih mengenal museum. Pemerintah melalui dinas kebudayaan, museum sonobudoyo dipilih sebagai UPDT dari dinas kebudayaan. Potensi yang dimiliki oleh museum sonobudoyo sendiri meliputi jumlah koleksi yang dimilikinya sekitar koleksi. Koleksi-koleksi tersebut dibagi kedalam beberapa kategori yaitu geologi, biologilka, arkeologika, etnografika, historika, numesmatika, filologi, keramik, seni rupa, dan ternologika. 57

24 Koleksi-koleksi tersebut tidak dijadikan satu, tetapi sebagian berada di museum sonobudoyo unit II. Dari sekian banyak koleksi yang ada hanya sekitar 25% saja yang sudah teridentikasi. Pengelolaan potensi pariwisata tidak luput dari peran pemerintah khususnya dinas kebudayaan. Peran dinas kebudayaan dalam mengembangkan museum adalah mulai dari peningkatan sumberdaya manusia dan kondisi museumnya sendiri serta promosi museum. Salah satu fungsi dari Dinas Kebudayaan diatas untuk mengembangkan potensi museum adalah pengembangan, pengelolaan adat istiadat dan tradisi, bahasa dan sastra, perfilman, kesenian, permuseuman, sejarah, dan keburbakalaan, dan rekayasa sosial. Peran pemerintah yang dilakuakan pemerintah dalam mengembangkan potensi wisata museum adalah: a. Penyediaan fasilitas wisata museum Untuk meningkatkan kenyamanan pengunjungkan sehingga berdampak terhadap peningkatan jumlah pengunjung museum terutama dikalangan pelajar pemerintah menyediakan transportasi bus antar jemput yang digunakan untuk para pelajar mengunjungi museum. Transportasi bus tersebut dilengkapi dengan ac dan di khususkan untuk pelajar sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP). Penyediaan fasilitas bus ini bertujuan untuk 58

25 meningkatkan rasa cinta museum kepada masyarakat khususnya para pelajar. Selain itu fasilitas yang dimiliki oleh museum Sonobudoyo seperti pendopo pertemuan, tempat ibadah, parkir yang luas serta akses mudah karena berada ditempat yang strategis. b. Kerja sama Pelaksanaan pengembangan potensi museum pemerintah tidak bekerja sendiri. Pemerintah bekrjasama dengan Barahmus, akademisi dan pelajar, pemerhati budaya/masyarakat pecinta museum, LSM Madya, dan dinas terkait lainnya. Peran dari masing-masing stakeholder adalah: 1) Barahmus dibentuk oleh dinas kebudayaan sebagai wadah atau koordinator museum se DIY agar asosiasi atau pelaku museum tetap eksis, tempat bertukar informasi atau apapun yang bertujuan untuk meningkatkan museum. 2) Akademisi atau pelajar, menggunakan museum sebagai sarana untuk belajar tentang sejarah, kebudayaan, kesenian dan berwisata untuk membangun karakter bangsa. Pemerintah juga ingin menjadikan museum sonobudoyo sebagai museum internasional. Untuk mengembangkan potensi permuseuman, sumberdaya manusia merupakan hal yang penting dalam pengembangan potensi museum. Untuk meningkatkan potensi 59

26 sumberdaya manusia pemerintah mengadakan pelatihan-pelatihan, diklat dan workshop-workshop. Sedangkan dalam pengembangan fisik pemerintah melakukan pemugaran dan penambahan ruang koleksi. Kegiatan tersebut di laksanakan di UPTD Dinas Kebudayaan, yaitu Museum Sonobudoyo. Kegitan pemugaran telah dilakukan pada berbaikan tiga gapura dan rencananya juga akan menambah ruang pamer koleksi. Pemugaran ini akan dilaksanakan pada tahun 2014 dengan menggunakan bekas kantor Koni lama. Salah sau pogram jangka panjang dari pemerintah adalah pemerintah akan membuat terobosan museum internasional. Museum yang rencananya akan dijadikan museum internasional adalah Museum Ullen Setalu dan Museum Sonobudoyo. Rencana jangka panjang ini perlu didukung agar rencana tersebut dapat terealisasi. Salah satu alasan pemerintah memilih Museum Sonobudoyo sebagai museum internasional adalah karena Museum Sonobudoyo adalah museum terlengkap nomor dua setelah Museum Jakarta. Promosi merupakan kegiatan untuk mengenalkan museum kepada masyarakat. Bentuk kegiatan promosi yang dilakukan pemerintah adalah sebagai berikut: a. Festival museum b. Pameran museum c. Booklet 60

27 d. Website e. Media cetak dan elektronik f. Program wajib kunjungan museum kepada siswa SD dan SMP Pengembangan potensi museum tidak terlepas dari pengelolaan pemerintah dan stakeholder terkait. Tahapan-tahapan pengelolaan museum adalah sebagai berikut: a. Perencanaan Perncanaan pengembangan potensi wisata museum berarti pengelolaan secara menyeluruh mengembangkan pembangunan fasilitas-fasilitas wisata museum, sehingga fasilitas-fasilitas tersebut dapat memenuhi tugasnya sebagaimana mestinya. Demikian perencanaan potensi wisata museum merupakan bagian dari pengembangan pembangunan seluruhnya dan dapat menggunakan sumber-sumber kekayaan alam, kemampuan manusia, serta sumber keuangan dengan sebaik-baiknya. Aspek-aspek yang perlu diketahui dalam perencanaan potensi wisata museum yaitu: 1) Wisatawan Jenis wisatawan yang diharapakan disisni adalah wisatawan domestik dan mancanegara, musim kunjungan wisatawan disi dapat mempengaruhi jenis kegiatan yang akan diselenggaran guna mengenalkan museum kepada 61

28 masyarakat. Untuk itu dalam teks pengantar penjelasan bagian-bagian museum dibuat dengan dua bahasa, yaitu bahasa Indonesia untuk wisatawan nusantara dan bahasa inggris untuk wisatawan mancanegara. 2) Pengangkutan Akses jalan untuk menuju tempat wisata museum yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta baik dan wisatawan dapat menggunakan transportasi umum maupun pribadi. Jika munggunakan transportasi umum, wisatawan bisa menggunakan transportasi tradisional becak atau andong karena berada dikawasan Alun-alun utara Yogyakarta. Selain becak dan andong pengunjungdapat menggunakan bus kota yang turun di depan Monumen Serangan Umum 1 Maret atau bus transjogja yang turun di halte Taman Pintar yang dilanjut dengan Jalan kaki atau becak. 3) Daya tarik wisata Museum merupakan sarana untuk mengenal jati diri bangsa, sehingga mayarakat tidak melupakan pengorbanan para pahlawan. Museum sebagai tempat bermain dan belajar tentang sejarah, budaya, dan kesenian. Selain itu museum juga mempunyai fungsikomunikasi, yaitu fungsi menyampaikan informasi kepada masyarakat. Tapi kebanyakan dari museum yang ada komunikasi yang 62

29 terjalin adalah komunikasi searah. Padahal agar informasi yang disampaikan dalam museum haus terjalin komunikasi dua arah. Supaya dapat terjailin komunikasi dua arah maka museum sonobudoyo juga telah menyiapan pemandu untuk menyampaikan informasi yang ada. 4) Fasilitas pelayanan Untuk menunjang keberadaan museum maka museum harus memberikan fasilitas-fasilitas yang dapat membuat pengunjung merasa nyaman dan ingin untuk kembali lagi kemuseum tersebut. Fasilitas tersebut antara lain restoran, toko souvenir, tempat beramain atau taman untuk beristirahat. Fasilitas pemandu sangat berguna dalam memerikan penjelasan mengenai display yang ada di ruang diorama/pamer. Dimuseum sonobudoyo fasilitas tersebut sudah tersedia. Untuk toko souvenir yang ada di museum sonobudoyo ini di adalah milik perorangan atau warga sekitar museum Sonobudoyo. 5) Informasi dan promosi Untuk mempermudah calon wisatawan memperoleh informasi tentang keberadaan museum yang ingin dikunjungi maka dari itu perlu dipikirkan cara-cara publikasi atau promosi yang akan dilakukan. Untuk mempromosikan museum sonobudoyo pemerintah 63

30 melakukan berbagai bentuk promosi, diantaranya web, booklet dan festival museum. Pengemasan promosi yang dilakukan harus dapat menarik masyarakat. Pengemasan yang menarik akan menambah kunjungan wisatawan pada museum Sonobudoyo. Sealain dari museum sonobudoyo, promosi juga dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini Dinas Kebudayaan Propinsi DIY dan pemerintah Kota Yogyakarta karena Museum Sonobudoyo berada diwilayah kota Yogyakarta. b. Pelaksanaan Dalam pengembangan museum berdasarkan pada rencana yang telah dibuat antara pemerintah dengan pihak-pihak pengelola museum dijalankan dengan cermat, tepat dan bertanggung jawab. Mengikutsertakan para tokoh dan ahli atau orang yang mengerti dibidang permuseuman agar ikut memberikan masukan mengawasi serta mengevaluasi hasil kerja pengembangan museum yang dilaksanakan bersama antara pemerintah dan pengelola museum. Dalam pelaksanaan kegiatannnya museum sonobudoyo di dampingi oleh Tim pendamping. Kegiatan pendampingan tersebut dimaksudkan agar tim pendamping dapat melakukan evalusi untuk menentukan arah kebijakan atau kegiatan yang akan diambil selanjutnya. 64

31 c. Pengawasan Pengawasan pengembangan museum yang dilaksanakan oleh lembaga atau badan usaha yang ditunjuk dilakukan oleh tim yang dibentuk pemerintah sebagai lending sektor dari kegiatan tersebut dengan mengambil tenaga para ahli, tokoh museum dan orang yang mengetahui bidang permuseuman yang selalu mengamati dan mengikuti perkembangan museum yang ada di Yogyakarta. d. Penilaian dan evaluasi Evaluasi pengembangan museum sangat diperlukan karena hal ini akan menjadi penilaian apakah program-program yang dijalankan sudah benar, tepat sasarandan memang berguna pada museum yang telah dikembangkan tersebut. Untuk itu program evaluasi pengembangan museum sangat diperlukan pada proses pengembangan museum yang telah dilaksanakan. Evaluasi yang dilakukan pihak pemerintah dengan pengelola museum dilaksanakan setiap bulan setiap tanggal Hambatan dalam pengemabangan wisata museum yang ada di Yogyakarta Dalam pengembangan potensi wisata museum, banyak hambatan yang dihadapi oleh pemerintah. Hambatan tersebut antara lain: 65

32 a. Belum adanya buku acuan atau guide line yang secara spesifik membahas mengenai pengelolaan museum Ketiadaan buku acuan ini membuat pengelolaan museum dikelola sesuai dengan kemampuan para pengelola museum. buku acuan yang ada sementara hanya menuliskan pengelolaan museum secara umum. Sehingga pengelolaan yang meliputi perawatan dan pemeliharaan dilakukan sebatas perawatan seadanya. Sehingga pengelola sulit dapat mengembangkan pengelolan museum tersebut. b. Kurangnya dukungan dari para stakeholder terkait dengan pengelolaan dan pemberdayaan museum Dukungan dari para stakeholder terutama masyarakat masih sangat kurang. Dimana masyarakat lebih memilih untuk mengunjungi objek wisata lainnya. Hal ini dikarenakan kondisi museum yang masih identik dengan kondisi yang angker. Sehingga masyarakat kurang tertarik untuk mengunjungi museum. hal tersebut juga dksebabkan oleh kurangnya pengelolaan dan pengembangan museum, museum selalu dalam keadaan statis. c. Kurangnya sumberdaya manusia yang memadai sebagai pengelola terutama tenaga-tenaga ahli bidang manajeman museum dan konservasi koleksi Sumberdaya manusia merupakan faktor penting dalam pengelolaan dan pengembangan potensi museum. Pendidikan yang 66

33 tidak sesuai dengan bidang pekerjaan inilah yangmenjadikan sumberdaya manusianya msih perlu untuk diberikan pelatihanpelatihan lagi. Penyamaan persepsi antara pengawai yang satu dengan yang lain dengan tingkat pendidikan yang berbeda tersebut juga merupakan hambatan yang ada dalam pengelolaan dan pengembangan potensi museum. museum belum mendapat perhatian khusus dalam hal pengembangan dan pengelolaannya untuk menjalankan fungsinya sebagai salah satu asset budaya dan pariwisata. Perhatian yang masih sangat minim terhadap pengembangan dan pengelolaan museum menyebabkan museum terkesan dikelola tanpa upaya kretifitas tertentu untuk menjadikan museum sebagai objek yang menarik untuk dikunjungi dan dapat menjadi wahana rekreasi maupun pembelajaran. d. Data yang dimiliki pemerintah sangat minim. Belum ada data akurat secara nyata dari masing-masing museum yang ada di Yogyakarta. Data tentang status kepemilikan museum, kondisi riil museum, dan jumlah koleksi yang dimiliki oleh museum juga sangat minim. Serta keinginan dari pengelola museum untuk mengembangkan museum kedepannya pemerintah juga tidak memiliki data yang banyak. e. Kurangnya peran masyarakat dalam pengembangan museum. Masih banyak masyarakat yang kurang sadar akan pentingnya museum sebagai sarana pendidikan. Masyarakat kurang 67

34 mengenal keberadaan museum itu sendiri, bahkan penduduk Yogyakarta sendiri tidak tau keberadaan museum Sonobudoyo. Masyarakat lebih tertarik untuk mengunjungi wisata lain dari pada museum. 3. Upaya dalam mengatasi hambatan yang ada dalam pengembangan potensi wisata museum. Berbagai hambatan muncul dalam pengembangan potensi wisata museum, pemerintah lantas tidak diam saja dengan keadaan yang seperti itu. Pemerintah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi hamabatan tersebut. Upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi hambatan dalam pengembangan potensi wisata museum adalah : a. Pelatihan dan workshop Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kualiatas pengelola museum. sehinga kedepannya museum dapat menjadi tujuan wisata utama bukan menjadi tujuan alternatif. Pelatihan dan workshop yangtelah diadakanoleh pemerintah meliputi: 1) Workshop konservasi kayu, kain, kulit dan logam 2) Workshop pengelolaan storage 3) Workshop promosi dan publikasi 4) Workshop tata pamer museum 68

35 5) Workshop tata cara dan praktek pemanduan 6) Pelatihan motivasi dan kepemimpinan bagi pengelola museum Kegiatan worksop dan pelatihan diadakan oleh dinas kebudayaan setiap tahunnya. Dalam kegiatan pelatihan yang diadakan oleh pemerintah, pihak museum Sonobudoyo mengirimkan perwakilannya sebanyak satu sampai empat orang. b. Promosi Promosi bertujuan untuk memberikan informasi guna meningkatkan jumlah pengunjung museum. Bentuk promosi dapat berupa: 1) Booklet atau leaflet 2) Brosur 3) Media elektronik dan cetak, seperti: webside, televise, radio, majalah ataupun Koran. 4) Spanduk 5) Festival dan pameran museum. Dari beberapa bentuk promosi diatas, promosi melalui media elektronik seperti website dan promosi lewat festival dan pameran museum merupakan promosi yang paling efektif untuk mengenalkan museum kepada masyarakat luas. Promosi menggunakan website dapat dilihat oleh masyarakat seluruh dunia, oleh karena itu pengemasan website harus semenarik mungkin. 69

36 Kegitan pameran yang diikuti oleh museum sonobudoyo meliputi pemeran kontemporer, pemeran lokal, pameran nasional, pamran regional. Kegitan tersebut diadakan guna mengenalkan museum sonobudoyo kepada masyarakat luas. Selain melakukan kegiatan diatas museum sonobudoyo juga melakukan pagelaran wayang kulit durasi singkat. Pagelaran tersebut diselenggarakan setiap hari, kecuali hari libur mulai pukul WIB sampai dengan WIB yang mengangkat cerita Ramayana. Pagelaran tersebut bertujuan untuk melestarikan dan memperkenalkan kebudayaan Indonesia melalui Wayang. c. Menyusun buku standarisasi museum Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan gambaran yang jelas tentang museum. Buku standarisasi ini disusun agar instansi atau organisasi yang ingin mendirikan museum tidak asal mendirikan museum saja. Tidak hanya sebatas mempunyai jumlah koleksi yang banyak tetapi pendiri museum harus bisa mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi dalam pengembangan museum nantinya, seperti kerusakan koleksi, pencurian koleksi museum dan sepinya pengunjung museum. 70

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah salah satu daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah salah satu daerah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah salah satu daerah yang mempunyai keistimewaan tersendiri. DIY dipimpin oleh seorang sultan dan tanpa melalui pemilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Gudeg, Kota Pelajar, Kota Budaya dan Kota Sejarah. Dari julukan

BAB I PENDAHULUAN. Kota Gudeg, Kota Pelajar, Kota Budaya dan Kota Sejarah. Dari julukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi di berbagai negara. Banyak negara menjadikan pariwisata sebagai sektor ungglan dalam memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di sektor jasa yang disebut industri pariwisata, oleh karena itu banyak negara

BAB I PENDAHULUAN. di sektor jasa yang disebut industri pariwisata, oleh karena itu banyak negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan orang untuk berwisata telah menggerakan kegiatan ekonomi di sektor jasa yang disebut industri pariwisata, oleh karena itu banyak negara atau daerah mengembangkan

Lebih terperinci

Museum Seni Gerabah di Kasongan BAB I PENDAHULUAN

Museum Seni Gerabah di Kasongan BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Kasongan, Bantul adalah nama daerah tujuan wisata di wilayah kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta yang terkenal dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi-potensi pariwisata yang dimiliki Indonesia. Pariwisata alam yang

BAB I PENDAHULUAN. potensi-potensi pariwisata yang dimiliki Indonesia. Pariwisata alam yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seperti yang diketahui bersama bahwa Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman budaya, suku, bahasa, bangsa dan sebagainya. Keanekaragaman itu menjadikan

Lebih terperinci

PERAN PEMERINTAH DALAM MENGEMBANGKAN POTENSI WISATA MUSEUM. (Studi Kasus Museum Sonobudoyo Yogyakarta) RINGKASAN SKRIPSI

PERAN PEMERINTAH DALAM MENGEMBANGKAN POTENSI WISATA MUSEUM. (Studi Kasus Museum Sonobudoyo Yogyakarta) RINGKASAN SKRIPSI PERAN PEMERINTAH DALAM MENGEMBANGKAN POTENSI WISATA MUSEUM (Studi Kasus Museum Sonobudoyo Yogyakarta) RINGKASAN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 54 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. segala aktifitas yang dilakukannya adalah sebagai bentuk pelayanan kepada

BAB 1 PENDAHULUAN. segala aktifitas yang dilakukannya adalah sebagai bentuk pelayanan kepada 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Museum adalah lembaga permanen yang tidak mencari keuntungan serta segala aktifitas yang dilakukannya adalah sebagai bentuk pelayanan kepada masyarakat. Museum bukan

Lebih terperinci

Mengenal Beberapa Museum di Yogyakarta Ernawati Purwaningsih Balai Pelestarian Nilai Budaya Yogyakarta

Mengenal Beberapa Museum di Yogyakarta Ernawati Purwaningsih Balai Pelestarian Nilai Budaya Yogyakarta Mengenal Beberapa Museum di Yogyakarta Ernawati Purwaningsih Balai Pelestarian Nilai Budaya Yogyakarta Diantara banyak peninggalan bangunan bersejarah di Kota Yogyakarta adalah museum. Sebenarnya di Yogyakarta

Lebih terperinci

Museum Spiritualitas Kejawen

Museum Spiritualitas Kejawen BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MUSEUM SPIRITUALITAS KEJAWEN 2.1 Tinjauan Umum Permuseuman 2.1.1 Pengertian Museum Berdasarkan sejarahnya, istilah museum sebenarnya merujuk pada nama sebuah kuil yang diperuntukkan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 3.

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 3. 54 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 3.185,80 km 2 dengan perbatasan wilayah dari arah Timur : Kabupaten Wonogiri di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.LATAR BELAKANG. I.1.1.Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN I.1.LATAR BELAKANG. I.1.1.Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN I.1.LATAR BELAKANG I.1.1.Latar Belakang Pengadaan Proyek Kabupaten Sleman merupakan bagian dari wilayah provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ( DIY ) dengan luas wilayah 547,82 km² atau

Lebih terperinci

PROFIL DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA ACEH

PROFIL DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA ACEH PROFIL DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA ACEH Nama Instansi : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh Alamat : Jalan Tgk. Chik Kuta Karang No.03 Banda Aceh Kode Pos 23121 Telp : (+62 651) 26206, 23692, Fax

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu daerah tujuan wisata. Banyak sekali potensi wisata yang dimiliki DIY salah satunya adalah museum. Keberadaan museum

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 14 TAHUN 2009 T E N T A N G

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 14 TAHUN 2009 T E N T A N G BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 14 TAHUN 2009 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setelah komoditi minyak dan gas bumi serta minyak kelapa sawit. 1

BAB I PENDAHULUAN. setelah komoditi minyak dan gas bumi serta minyak kelapa sawit. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan sektor penting dalam peningkatan pendapatan nasional maupun daerah. Pariwisata dapat menjadi sektor utama dalam meningkatan sektor-sektor

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PARIWISATA KOTA BATU DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. - Arkeologika, benda koleksi merupakan benda objek penelitian ilmu arkeologi.

BAB I PENDAHULUAN. - Arkeologika, benda koleksi merupakan benda objek penelitian ilmu arkeologi. PENDAHULUAN BAB 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Museum Negeri Provinsi Papua telah dirintis sejak tahun 1981/ 1982 oleh Kepala Bidang Permuseuman, Sejarah dan Kepurbakalaan Departemen Pendidikan

Lebih terperinci

- 4 - MEMUTUSKAN: Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan: 1. Pemerintah Daerah Provinsi adalah Pemerintah Daerah

- 4 - MEMUTUSKAN: Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan: 1. Pemerintah Daerah Provinsi adalah Pemerintah Daerah - 2-4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan yang dapat menjadi suatu aset dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi. Selain sektor pertanian,

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 31 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 112 TAHUN 2016 TENTANG NOMENKLATUR, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada di Indonesia. Beragam objek wisata yang terdiri dari wisata alam, wisata budaya

BAB I PENDAHULUAN. ada di Indonesia. Beragam objek wisata yang terdiri dari wisata alam, wisata budaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu daerah tujuan wisata yang ada di Indonesia. Beragam objek wisata yang terdiri dari wisata alam, wisata budaya dan wisata

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK DAN SUBYEK PENELITIAN. lainya berstatus Kabupaten. Kota Yogyakarta terletak antara 110 o 24 I 19 II sampai

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK DAN SUBYEK PENELITIAN. lainya berstatus Kabupaten. Kota Yogyakarta terletak antara 110 o 24 I 19 II sampai 1 BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK DAN SUBYEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian 1. Kondisi Geografis Kota Yogyakarta Kota Yogyakarta sebagai ibukota Provinsi DIY adalah satu-satunya daerah tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta terletak antara 70 33' LS ' LS dan ' BT '

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta terletak antara 70 33' LS ' LS dan ' BT ' BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terletak di bagian selatan tengah Pulau Jawa yang dibatasi oleh Samudera Hindia di bagian selatan dan Propinsi Jawa Tengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari /

BAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari / BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK Proyek yang diusulkan dalam penulisan Tugas Akhir ini berjudul Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta. Era globalisasi yang begitu cepat berkembang

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata

BAB I Pendahuluan. Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata 1.1 Latar Belakang BAB I Pendahuluan Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata saat ini menjadi sebuah kebutuhan bagi berbagai elemen masyarakat. Pariwisata dalam UU NOMOR

Lebih terperinci

DINAS KEBUDAYAAN. Tugas Pokok dan Fungsi :

DINAS KEBUDAYAAN. Tugas Pokok dan Fungsi : DINAS KEBUDAYAAN Tugas Pokok dan Fungsi : KEPALA DINAS Kepala Dinas mempunyai tugas: 1. menyusun rencana dan program kerja Dinas; 2. mengkoordinasikan penyusunan rencana dan program kerja Dinas; 3. merumuskan

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 99 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KEBUDAYAAN DAN

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN. Batang Hari. Candi ini merupakan peninggalan abad ke-11, di mana Kerajaan

BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN. Batang Hari. Candi ini merupakan peninggalan abad ke-11, di mana Kerajaan BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN A. Deskripsi Objek Wisata Candi Muaro Jambi Candi Muaro Jambi terletak di Kabupaten Muaro Jambi, tepatnya di Kecamatan Muaro Sebo, Provinsi Jambi. Lokasi candi

Lebih terperinci

RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PER KEMENTERIAN/LEMBAGA II.L.040.1

RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PER KEMENTERIAN/LEMBAGA II.L.040.1 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PER KEMENTERIAN/LEMBAGA KEMENTERIAN/LEMBAGA : KEMENTERIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA 1 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wisata kuliner, dan berbagai jenis wisata lainnya. Salah satu daya tarik

BAB I PENDAHULUAN. wisata kuliner, dan berbagai jenis wisata lainnya. Salah satu daya tarik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kabupaten Sleman adalah salah satu Kabupaten yang menjadi bagian dari Daerah Istimewa Yogyakarta. Kabupaten ini merupakan kabupaten terbesar di Daerah Istimewa

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 85 TAHUN 2008

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 85 TAHUN 2008 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 85 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS SEKRETARIAT, BIDANG, SUB BAGIAN DAN SEKSI DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Museum merupakan tempat yang sangat bernilai dalam perjalanan

BAB I PENDAHULUAN. Museum merupakan tempat yang sangat bernilai dalam perjalanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Museum merupakan tempat yang sangat bernilai dalam perjalanan hidup sebuah bangsa dan menyimpan berbagai karya luhur nenek moyang kita yang mencerminkan kekayaan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 13 Tahun : 2011 Seri : D PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 68 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS KEBUDAYAAN

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN

BAB II PROFIL PERUSAHAAN BAB II PROFIL PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat DISPARBUD Provinsi Jawa Barat Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor: 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom,

Lebih terperinci

Presentasi SAKIP. Kabupaten Magetan SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

Presentasi SAKIP. Kabupaten Magetan SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Presentasi SAKIP Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Magetan SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH RENCANA STRATEGIS TRANSISI DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN MAGETAN TAHUN 017-018

Lebih terperinci

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN PASURUAN

Lebih terperinci

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI SUMBAWA BARAT NOMOR 34 TAHUN 2017 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

-1- BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 52 TAHUN 2011 TENTANG

-1- BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 52 TAHUN 2011 TENTANG -1- BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 52 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

REDESAIN GEDUNG BIOSKOP DI KAWASAN MALIOBORO, YOGYAKARTA BAGIAN I. Pendahuluan dan Latar Belakang UKDW TUGAS AKHIR WILFRIDUS GALIH PRAKOSA

REDESAIN GEDUNG BIOSKOP DI KAWASAN MALIOBORO, YOGYAKARTA BAGIAN I. Pendahuluan dan Latar Belakang UKDW TUGAS AKHIR WILFRIDUS GALIH PRAKOSA Pendahuluan dan Latar Belakang BAGIAN I 1 YOGYAKARTA Yogyakarta Sebagai Daerah Tujuan Pariwisata, Kota Seni Budaya, dan Kota Pelajar Letak geografis : 7 49' 26" - 7 15' 24" Lintang Selatan dan 110 24'

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu negara yang mempunyai beraneka kebudayaan, adat istiadat, dan sumber daya alam yang dapat dijadikan sumber pendapatan utama dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata merupakan industri yang banyak dikembangkan di negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata merupakan industri yang banyak dikembangkan di negaranegara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan industri yang banyak dikembangkan di negaranegara berkembang (developing country) pada tiga dekade terakhir. Hal ini jelas terlihat dari banyaknya

Lebih terperinci

Museum Spiritualitas Kejawen

Museum Spiritualitas Kejawen BAB III TINJAUAN WILAYAH KOTA YOGYAKARTA 3.1 Kondisi Administratif Wilayah Kota Yogyakarta 3.1.1 Batas-Batas Wilayah Kota Yogyakarta Secara administratif, Kota Yogyakarta terdiri dari 14 kecamatan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan kemajuan teknologi dan perubahan gaya hidup, seringkali kalangan anak remaja lupa betapa pentingnya untuk mengetahui dan mengenal sejarah dan budaya

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan terhadap Kebijakan Nasional Rencana program dan kegiatan pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pemalang mendasarkan pada pencapaian Prioritas

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN A. Sejarah Keistimewaan Yogyakarta Sebagaimana yang telah menjadi pengetahuan bersama bahwa pemerintahan di Yogyakarta sudah ada jauh sebelum lahirnya Republik Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak

BAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara kepulauan yang memiliki beraneka ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak jaman kerajaan-kerajaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun ke tahun. Dari tahun wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. tahun ke tahun. Dari tahun wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yogyakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang memiliki daya tarik wisata dan merupakan kota tujuan wisata yang paling diminati oleh wisatawan, dilihat dari

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM. Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta nomor: 353/KPTS/1994 tanggal 26

BAB II GAMBARAN UMUM. Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta nomor: 353/KPTS/1994 tanggal 26 BAB II GAMBARAN UMUM A. Sejarah Dinas Kebudayaan DIY Asal mula terbentukannya Dinas Kebudayaan DIY yaitu, pada awalnya menjadi wewenang Dinas Pendidikan dan Kebudayaan DIY. Melalui Keputusan Gubernur Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata telah tumbuh menjadi suatu industri yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata telah tumbuh menjadi suatu industri yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata telah tumbuh menjadi suatu industri yang sangat menguntungkan dan memiliki prospek yang sangat cerah. Hal ini bisa di lihat dari berbagai indikator, seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu sentral penghasil devisa bagi negara negara yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. salah satu sentral penghasil devisa bagi negara negara yang sedang berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata kini telah menjadi kebutuhan global. Perkembangan globalisasi yang semakin pesat sangat berpengaruh terhadap perkembangan industri, termasuk industri pariwisata.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Negara Indonesia merupakan Negara yang memiliki banyak ragam pariwisata dan budaya yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Mulai dari tempat wisata dan objek wisata

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS MENGENAI MUSEUM

BAB II URAIAN TEORITIS MENGENAI MUSEUM BAB II URAIAN TEORITIS MENGENAI MUSEUM 2.1 Pengertian dan Sejarah Museum Dalam era pembangunan teknologi yang cepat berkembang dewasa ini, peranan museum sangat diharapkan untuk mengumpulkan, merawat,

Lebih terperinci

PROGRAM KERJA DINAS PEMUDA, OLAHRAGA KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KOTA CIREBON TAHUN 2013 GEMAH RIPAH LOH JINAWI

PROGRAM KERJA DINAS PEMUDA, OLAHRAGA KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KOTA CIREBON TAHUN 2013 GEMAH RIPAH LOH JINAWI PROGRAM KERJA DINAS PEMUDA, OLAHRAGA KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KOTA CIREBON TAHUN 2013 GEMAH RIPAH LOH JINAWI PEMERINTAH KOTA CIREBON KATA PENGANTAR Menindaklanjuti Peraturan Walikota Cirebon Nomor: 16

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata Indonesia merupakan salah satu sektor yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata Indonesia merupakan salah satu sektor yang mempengaruhi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata Indonesia merupakan salah satu sektor yang mempengaruhi perekonomian masyarakatnya. Tidak heran jika dewasa ini banyak masyarakat bersikap positif untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengunjungi museum berasal dari berbagai kelompok pendidikan. Siswa baik dari

BAB I PENDAHULUAN. mengunjungi museum berasal dari berbagai kelompok pendidikan. Siswa baik dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Museum merupakan salah satu tempat belajar yang bisa dikunjungi oleh siapa pun baik pengunjung yang masih sekolah maupun orang dewasa. Pengunjung yang mengunjungi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Neufeld ed. in chief, 1988; Webster New World Dict

BAB I PENDAHULUAN. 1 Neufeld ed. in chief, 1988; Webster New World Dict BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1.1.1. Museum dalam Sejarahnya Keberadaan museum sampai sekarang dipandang sebagai lembaga-lembaga konservasi, ruangan-ruangan pameran atas peninggalan dan tempat-tempat

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I LATAR BELAKANG BAB I LATAR BELAKANG A. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah suatu kegiatan sebagai industri pelayanan dan jasa yang akan menjadi andalan Indonesia sebagai pemasukan keuangan bagi negara. Kekayaan

Lebih terperinci

2015 PERANAN MEDIA VISUAL TERHADAP DAYA TARIK WISATA DI MUSEUM GEOLOGI BANDUNG

2015 PERANAN MEDIA VISUAL TERHADAP DAYA TARIK WISATA DI MUSEUM GEOLOGI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daya tarik wisata berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 10 tahun 2009 merupakan sebagai segala sesuatu yang memiliki keunikan, kemudahan, dan nilai yang berupa

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KEPEMUDAAN, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Jakarta merupakan kota metropolitan di Indonesia yang sedang maju pesat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Jakarta merupakan kota metropolitan di Indonesia yang sedang maju pesat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Jakarta merupakan kota metropolitan di Indonesia yang sedang maju pesat dengan banyaknya perkembangan bisnis industri dan pembangunannya. Namun dimata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penting dalam peningkatan pendapatan nasional

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penting dalam peningkatan pendapatan nasional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan sektor penting dalam peningkatan pendapatan nasional maupun daerah. Pariwisata dapat menjadi sektor utama dalam meningkatan sektorsektor

Lebih terperinci

Sumber: data pribadi

Sumber: data pribadi BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.1.1. Kerajinan Indonesia Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki populasi terbesar di dunia. Indonesia sangat kaya jika dibandingkan dengan negara lain

Lebih terperinci

17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN

17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN 17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN A. KEBIJAKAN PROGRAM Kebijakan Program Urusan Wajib Kebudayaan dititikberatkan pada pengembangan seni dan budaya sebagai daya tarik wisata. Hal tersebut didasarkan dengan pertimbangan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBYEK PENELITIAN. Tabel 4.1 Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Kabupaten/ Luas Area

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBYEK PENELITIAN. Tabel 4.1 Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Kabupaten/ Luas Area BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBYEK PENELITIAN A. Profil Daerah Istimewa Yogyakarta 1. Luas Wilayah Tabel 4.1 Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Kabupaten/ Luas Area Kelurahan/ Kota (km 2 Kecamatan

Lebih terperinci

PUSAT RESTORAN MASAKAN TRADISIONAL YOGYAKARTA DENGAN KONSEP TROPIS MODERN BAB I PENDAHULUAN

PUSAT RESTORAN MASAKAN TRADISIONAL YOGYAKARTA DENGAN KONSEP TROPIS MODERN BAB I PENDAHULUAN PUSAT RESTORAN MASAKAN TRADISIONAL YOGYAKARTA DENGAN KONSEP TROPIS MODERN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Yogyakarta beberapa orang menyebutnya Jogja, Jogjakarta, atau Yogya adalah kota yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wisata utama di Indonesia. Yogyakarta sebagai kota wisata yang berbasis budaya

BAB I PENDAHULUAN. wisata utama di Indonesia. Yogyakarta sebagai kota wisata yang berbasis budaya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan salah satu daerah tujuan wisata utama di Indonesia. Yogyakarta sebagai kota wisata yang berbasis budaya dan dikenal dengan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 9 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 9 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 9 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS KEBUDAYAAN, PARIWISATA, PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah,

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi,

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KEBUDAYAAN PROVINSI RIAU

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KEBUDAYAAN PROVINSI RIAU PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KEBUDAYAAN PROVINSI RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH ISTIMEWA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH ISTIMEWA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH ISTIMEWA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG KELEMBAGAAN PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Uraian Tugas dan Fungsi Dinas Kebudayaan, Pariwisata Kepemudaan dan Olah Raga Kota Madiun

Uraian Tugas dan Fungsi Dinas Kebudayaan, Pariwisata Kepemudaan dan Olah Raga Kota Madiun Uraian dan Dinas Kebudayaan, Pariwisata Kepemudaan dan Olah Raga Kota Madiun No 1 2 3 1 Sekretariat Melaksanakan kebijakan pelayanan administrasi kepada semua unsur di lingkungan Dinas meliputi pengelolaan

Lebih terperinci

LKPJ WALIKOTA SEMARANG AKHIR TAHUN ANGGARAN 2014

LKPJ WALIKOTA SEMARANG AKHIR TAHUN ANGGARAN 2014 LKPJ WALIKOTA SEMARANG TAHUN 2014 4.1.17 URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN 4.1.17.1 UMUM Keberadaan seni dan budaya memerlukan pelestarian agar tidak punah, dalam hal ini Pemerintah Kota Semarang melakukan fasilitasi

Lebih terperinci

LAMPIRAN XVII PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR : Tahun 2010 TANGGAL : Juli 2010

LAMPIRAN XVII PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR : Tahun 2010 TANGGAL : Juli 2010 LAMPIRAN XVII PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR : Tahun 2010 TANGGAL : Juli 2010 Q. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URUSAN 1. Kebijakan Bidang Kebudayaan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 58 Tahun : 2016

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 58 Tahun : 2016 BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 58 Tahun : 2016 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS,

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 101 TAHUN 2011 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 101 TAHUN 2011 TENTANG GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 101 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN RINCIAN TUGAS POKOK UNIT PELAKSANA TEKNIS DI LINGKUNGAN DINAS KEBUDAYAAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

- 458 - 2. Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di bidang kebudayaan.

- 458 - 2. Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di bidang kebudayaan. - 458 - Q. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA 1. Kebijakan Bidang Kebudayaan 1. Kebudayaan 1. Rencana induk pengembangan kebudayaan 1. Rencana induk pengembangan kebudayaan

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. tahun Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta telah melaksanakan

BAB VI PENUTUP. tahun Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta telah melaksanakan BAB VI PENUTUP Untuk meningkatkan keterlibatan masyarakat terhadap museum, pada tahun 2006-2012 Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta telah melaksanakan program publik. Keterlibatan masyarakat dalam program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses penyediaan lapangan kerja, standar hidup bagi sektor-sektor

BAB I PENDAHULUAN. proses penyediaan lapangan kerja, standar hidup bagi sektor-sektor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pariwisata merupakan salah satu sumber pendapatan yang penting bagi suatu negara. Dengan adanya pariwisata, maka suatu negara akan mendapatkan pemasukan dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bandung adalah salah satu kota besar di Indonesia dan merupakan Ibukota Provinsi Jawa Barat yang banyak menyimpan berbagai sejarah serta memiliki kekayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata adalah industri multisektoral, yang di dalamnya terdapat suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata adalah industri multisektoral, yang di dalamnya terdapat suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata adalah industri multisektoral, yang di dalamnya terdapat suatu sistem besar. Komponen komponen dalam sistem ini saling terkait antara yang satu dengan

Lebih terperinci

BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI

BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI 3.1 Deskripsi Umum Lokasi Lokasi perancangan mengacu pada PP.26 Tahun 2008, berada di kawasan strategis nasional. Berda satu kawsan dengan kawasan wisata candi. Tepatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2010 dan tahun Bahkan pada tahun 2009 sektor pariwisata. batu bara, dan minyak kelapa sawit (Akhirudin, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2010 dan tahun Bahkan pada tahun 2009 sektor pariwisata. batu bara, dan minyak kelapa sawit (Akhirudin, 2014). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sektor strategis dalam pengembangan perekonomian Indonesia adalah sektor pariwisata. Selain sebagai salah satu sumber penerima devisa, sektor ini juga dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Daerah Istimewa (DIY) dikenal akan kekayaan pesona alam dan budaya. Provinsi DIY merupakan salah satu daerah tujuan wisata yang terkenal tidak hanya di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya ini dibuktikan dengan banyaknya pusat perbelanjaan dibangun

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya ini dibuktikan dengan banyaknya pusat perbelanjaan dibangun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Yogyakarta adalah kota yang sedang mengalami perkembangan pada sektor perekonomiannya ini dibuktikan dengan banyaknya pusat perbelanjaan dibangun dimana-mana. Akan

Lebih terperinci

BAB III PROFIL DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN KOTA YOGYAKARTA. A. Sejarah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta

BAB III PROFIL DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN KOTA YOGYAKARTA. A. Sejarah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta 32 BAB III PROFIL DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN KOTA YOGYAKARTA A. Sejarah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta dibentuk berdasarkan Peraturan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki kekayaan alam yang berlimpah termasuk di dalamnya

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki kekayaan alam yang berlimpah termasuk di dalamnya 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia terletak diantara dua benua, yaitu Australia dan Asia, serta diantara dua samudera (Samudera Pasifik dan Samudera Hindia). Sebagai Negara kepulauan,

Lebih terperinci

DINAS KEBUDAYAAN PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN PROVINSI DIY TAHUN 2011

DINAS KEBUDAYAAN PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN PROVINSI DIY TAHUN 2011 DINAS KEBUDAYAAN PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN PROVINSI DIY TAHUN 2011 VISI DIY 2025 Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2025 sebagai Pusat Pendidikan, Pusat Budaya,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 30 NOMOR 30 TAHUN 2008

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 30 NOMOR 30 TAHUN 2008 BERITA DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 30 PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 30 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

UKDW. UU Reepublik Indonesia no.40 Tahun 2009 Tentang Kepemudaan

UKDW. UU Reepublik Indonesia no.40 Tahun 2009 Tentang Kepemudaan PENDAHULUAN SKEMA PEMIKIRAN LATAR BELAKANG Yogyakarta merupakan salah satu kota pendidikan di Indonesia. Berbagai tingkat jenjang pendidikan mulai dari Taman Kanak kanakkanak hingga institusi Perguruan

Lebih terperinci

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 54 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEMUDA, OLAH RAGA DAN KEBUDAYAAN

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 54 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEMUDA, OLAH RAGA DAN KEBUDAYAAN WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 54 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEMUDA, OLAH RAGA DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN DIY TAHUN ANGGARAN Oleh Dinas Kebudayaan DIY 2017

PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN DIY TAHUN ANGGARAN Oleh Dinas Kebudayaan DIY 2017 PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN DIY TAHUN ANGGARAN 2018 Oleh Dinas Kebudayaan DIY 2017 GAP ANTARA KONDISI IDEAL DAN EXISTING (PERMASALAHAN PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN) 1. Belum optimalnya pelestarian nilai-nilai luhur

Lebih terperinci

-1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 123 TAHUN 2016 TENTANG

-1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 123 TAHUN 2016 TENTANG -1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 123 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

Lebih terperinci

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURAKARTA,

Lebih terperinci

B A B 5 PROGRAM. BAB 5 Program Program SKPD

B A B 5 PROGRAM. BAB 5 Program Program SKPD B A B PROGRAM.1. Program SKPD Berdasarkan tugas dan fungsi yang melekat pada Satuan Kerja Pelaksana Daerah (SKPD) bidang Kebudayaan dan Pariwisata, maka telah disusun program prioritas unggulan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH P erpustakaan Anak di Yogyakarta BAB 3 TINJAUAN WILAYAH 3.1. Tinjauan Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan yang dilakukan secara berkali-kali atau berputar-putar dari suatu

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan yang dilakukan secara berkali-kali atau berputar-putar dari suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu industri yang mampu menyediakan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal penyediaan lapangan kerja, pendapatan, tarif hidup, dan dalam

Lebih terperinci