BAB I PENDAHULUAN. belakang kebudayaan yang membentuk pribadi-pribadi yang berbeda. Seseorang akan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. belakang kebudayaan yang membentuk pribadi-pribadi yang berbeda. Seseorang akan"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konflik bisa terjadi karena perbedaan dalam pemaknaan yang disebabkan karena perbedaan pengalaman. Perbedaan pengalaman dapat dilihat dari perbedaan latar belakang kebudayaan yang membentuk pribadi-pribadi yang berbeda. Seseorang akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan karakter individu yang dapat memicu konflik. Dalam setiap organisasi/perusahaan, perbedaan pendapat sering kali disengaja atau dibuat sebagai salah satu strategi para pemimpin untuk melakukan perubahan. Perubahan tersebut dapat dilakukan dengan menciptakan sebuah konflik. Akan tetapi, konflik juga dapat terjadi secara alami karena adanya kondisi obyektif yang dapat menimbulkan terjadinya konflik. Seperti yang dikemukakan oleh Hocker dan Wilmot, konflik terjadi karena pihak-pihak yang terlibat konflik memiliki tujuan yang berbeda. Konflik bisa juga terjadi karena tujuan pihak yang terlibat konflik sama tapi cara untuk mencapainya berbeda. 1 Konflik merupakan masalah hubungan dalam komunikasi antar pribadi. Jika hubungan dalam komunikasi antar pribadi sudah tidak berjalan dengan baik, maka kemungkinan besar hubungan komunikasi dalam skala yang lebih besar tidak akan berjalan baik pula. Dalam komunikasi antar pribadi komunikan dan komunikator harus dapat memahami maksud atau pesan yang disampaikan supaya pesan yang diterima sama 1 Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik: Teori, Aplikasi dan Penulisan, Jakarta: Salemba Humanika,2010, hlm. 8.

2 dengan pesan yang disampaikan. Perbedaan pesan yang diterima dengan pesan yang disampaikan inilah yang menjadi penyebab utama timbulnya konflik. Ketika dua orang sepakat mengenai interpretasi satu sama lain, mereka dikatakan telah mencapai makna interpersonal. Makna interpersonal saling diciptakan oleh para partisipan dalam komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal merujuk pada komunikasi yang terjadi antar dua orang. Dalam komunikasi terjadi pertukaran pesan yang memiliki makna interpersonal. Makna interpersonal adalah makna yang terbentuk oleh pribadi-pribadi dengan pengalaman hidupnya yang berbeda-beda. Pesan yang disampaikan oleh komunikan kepada komunikator dapat memiliki makna yang berbeda, oleh karena itu dapat menimbulkan sebuah permasalahan baru. Setelah komunikasi interpersonal, ada level yang lebih luas yaitu komunikasi kelompok kecil. Kelompok kecil terdiri dari beberapa orang yang ingin mencapai tujuan bersama. Kelompok kecil biasanya terdiri dari tiga sampai tujuh orang, apabila jumlah anggota bertambah, maka akan terdapat sedikit kesempatan bagi hubungan personal untuk berkembang. Hal ini mempengaruhi kelompok untuk tetap berfokus pada tujuan mereka dan tetap merasa puas dengan pengalaman mereka. 2 Beberapa kelompok kecil sangat kohesif artinya memiliki tingkat kebersamaan yang tinggi dan ikatan yang kuat. Sifat kohesif ini mempengaruhi apakah kelompok ini dapat befungsi dengan efektif dan efisien. Dalam konteks kelompok kecil, para anggotanya diberi kesempatan untuk mendapatkan berbagai perspektif terhadap satu persoalan. Dalam konteks kelompok kecil ini, banyak orang memiliki potensi untuk berkontribusi dalam pencapaian tujuan kelompok. 2 Richard West dan Lynn H. Turner, Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi. Buku 2. Edisi 3, Jakarta: Salemba Humanika, 2009, hlm. 37

3 Manfaat yang didapat dari kelompok kecil adalah pertukaran sudut pandang yang disebut sebagai sinergi dan hal ini menjelaskan alasan kelompok kecil dapat menjadi lebih efektif dibandingkan dengan seseorang individu dalam mencapai tujuan. Misalnya dalam hal penyelesaian masalah, kelompok kecil dapat menyelesaikan masalah secara efektif karena dilihat dari sudut pandang beberapa orang. Penyelesaian masalah antar pribadi apabila sudah tidak dapat diselesaikan antar pribadi yang terlibat masalah maka bisa diselesaikan oleh kelompok kecil, apabila melalui kelompok kecil masih belum dapat terselesaikan maka akan diserahkan ke organisasi. Komunikasi organisasi mencakup komunikasi yang terjadi di dalam dan di antara lingkungan yang besar dan luas. Jenis komunikasi ini sangat bervariasi karena komunikasi organisasi juga meliputi komunikasi interpersonal, kesempatan berbicara di depan publik, kelompok kecil dan komunikasi dengan menggunakan media. 3 Organisasi yang terdiri dari berbagai kelompok kecil diarahkan kepada tujuan yang sama. Pengalaman hidup yang berbeda itu juga dipengaruhi oleh latar belakang budaya yang berbeda. Tiap manusia berperilaku sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakatnya. Jenis kelamin, ras, kelas dan identitas agama memiliki keterkaitan terhadap nilai-nilai budaya. Setiap budaya pasti memiliki unsur nilai yang terkandung dalam budaya masingmasing. Beda budaya pasti beda pula unsur nilai yang ada di dalamnya, begitu pula dengan organisasi, budaya organisasi satu berbeda dengan budaya organisasi yang lainnya. Selain perbedaan nilai-nilai yang terkandung, visi dan misi organisasinya pun berbeda. Budaya organisasi didefinisikan sebagai suatu nilai yang memedomani sumber daya manusia dalam menghadapi permasalahan eksternal dan upaya penyesuaian 3 Wirawan, Op. Cit., hlm. 38

4 integrasi ke dalam perusahaan, sehingga masing-masing anggota organisasi harus memahami nilai-nilai yang ada serta mengerti bagaimana mereka harus bertingkah laku. Semua sumber daya manusia harus dapat memahami dengan benar budaya organisasinya, karena pemahaman ini sangat berkaitan dengan setiap langkah ataupun kegiatan yang dilakukan berdasarkan budaya organisasi. Perilaku individu dalam organisasi juga sangat berpengaruh pada berjalannya sebuah organisasi. Individu yang sesuai dengan budaya organisasi akan cenderung memiliki kepuasan kerja dan komitmen yang tinggi pada organisasinya. Sebaliknya, individu yang tidak sesuai dengan budaya organisasinya akan cenderung tidak memiliki kepuasan kerja dan komitmen yang rendah pada budaya organisasinya. Individu yang berasal dari organisasi yang berbeda dan kemudian harus bergabung dengan individu yang berasal dari organisasi lainnya dan tergabung menjadi anggota organisasi yang baru tidak lah mudah. Proses merger melibatkan dua institusi perbankan terkemuka di Indonesia yaitu Bank Niaga dan Bank Lippo, menjadi Bank CIMB Niaga. Merger ini berawal dari kebijakan BI mengenai kepemilikan tunggal di Indonesia, dimana pemegang saham mayoritas dari Bank Niaga maupun Bank Lippo memilih merger sebagai opsi terbaik demi kepentingan seluruh stakeholder. Merger ini membentuk bank keenam terbesar di Indonesia berdasarkan aset. Perpaduan keunggulan kedua bank menciptakan sebuah bank yang lebih baik dan bersaing serta tumbuh di tengah makin ketatnya persaingan sektor perbankan Indonesia. Bagi CIMB Group, merger ini akan memperkokoh posisi dan meningkatkan prospek pertumbuhannya sebagai kelompok bisnis terkemuka di Asia Tenggara. Selama tahap perencanaan merger, terjadi beberapa peristiwa penting di sektor industri keuangan di Indonesia.

5 Dengan mempertimbangkan kesejahteraan dan kepentingan karyawan dan stakeholder, Direksi dan Dewan Komisaris Bank Niaga dan Bank Lippo mengambil langkah merger untuk memberikan manfaat bagi semua pihak yang terlibat. Langkah merger merupakan opsi yang sesuai dengan preferensi Pemerintah Indonesia, serta konsisten dengan kebijakan maupun komitmen investasi jangka panjang Khazanah di indonesia. Paska merger, Khazanah tetap menjadi pemegang saham di Bank CIMB Niaga. Di Bank CIMB Niaga, Khazanah memiliki kepemilikan saham secara langsung dan tidak langsung melalui anak perusahaan BCHB/CIMB Group. Langkah merger menciptakan penggabungan tiga kekuatan yang komplementer untuk bertumbuh dalam skala usaha, dengan duplikasi minimal dan potensi sinergi yang signifikan. Bank CIMB Niaga menggabungkan keunggulan Bank Niaga dan Bank Lippo, didukung oleh sinergi dari skala bisnis yang lebih besar serta jaringan regional CIMB Group (www. Cimbniaga.com) Bank Lippo menilai segala bentuk konflik antar karyawan merupakan kepentingan dari organisasi. Pihak Bank Lippo menilai keharmonisan antar karyawan merupakan sesuatu yang harus dijaga karena dapat mempengaruhi profesionalisme. Disini, hubungan antar karyawan dapat meningkatkan moral karyawan dalam bekerja. Bank Niaga menilai tidak semua konflik yang terjadi merupakan tanggung jawab organisasi. Apabila terjadi konflik antar karyawan yang dinilai tidak relevan dengan kepentingan organisasi, maka Bank Niaga mengharapkan pihak yang terlibat konflik untuk menyelesaikan masalahnya diluar tanpa adanya campur tangan dari organisasi. Disini, pihak Bank Niaga menuntut karyawannya untuk bersifat profesional dalam menjalankan tugasnya dengan tidak mencapuradukkan masalah pribadi dengan masalah pekerjaan.

6 Sebelum proses merger, Bank Niaga merupakan bank terbesar ketujuh di Indonesia. Hal ini membuktikan Bank Niaga merupakan organisasi yang lebih besar daripada Bank Lippo berdasarkan jumlah aset, nasabah, dan kekuasaan yang dimiliki. Pada saat periode merger, hal ini mempengaruhi hirarki yang ada dimana mayoritas manajer atau lebih tinggi di CIMB Niaga didominasi oleh karyawan ex Niaga. Berbeda dengan mayoritas cabang kantor CIMB Niaga yang dikepalai oleh karyawan ex Niaga, Bank CIMB cabang Yogyakarta dikepalai oleh karyawan ex Lippo. Hal ini yang membuat bagaimana proses manajemen konflik di cabang Yogyakarta berbeda dengan mayoritas cabang Bank CIMB Niaga lainnya. B. Rumusan Masalah Berdasarkan pemaparan yang telah diuraikan diatas, maka ditarik suatu rumusan masalah sebagai berikut: a. Bagaimana manajemen konflik di Bank CIMB Niaga Cabang Yogyakarta dan hasil konflik dikomunikasikan semenjak pasca merger sampai saat ini? b. Apa yang membedakan proses penyelesaian konflik Bank CIMB Niaga yang dilakukan di cabang Yogyakarta dengan cabang-cabang lainnya? C. Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui apa saja konflik antar karyawan ex Niaga dan ex Lippo yang terjadi dari awal pasca merger sampai saat ini. 2. Untuk mengetahui menajemen konflik di Bank CIMB Niaga Cabang Yogyakarta semenjak pasca merger sampai saat ini.

7 3. Untuk menganalisis Bank CIMB Niaga sebagai salah satu bentuk penelitian mengenai manajamen konflik dalam perusahaan yang melakukan merger. 4. Hasil dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi CIMB Niaga dalam melakukan manajemen konflik pasca merger dengan menggunakan nilai-nilai organisasi. D. Kerangka Teori 1. Komunikasi Konflik Cahn mendefinisikan komunikasi konflik sebagai proses pertukaran pesan verbal dan nonverbal dalam situasi konflik yang dimulai dengan pendahuluan, berberkembang melalui tahapan-tahapan, dan berakhir dengan konsekuensi. 4 Proses penyelesaian konflik melalui komunikasi tidak akan mengakhiri konflik untuk selamanya. Komunikasi akan melahirkan konflik yang nantinya dapat diselesaikan dengan komunikasi itu sendiri. Manusia tidak dapat menghindari konflik karena manusia akan selalu melakukan proses komunikasi. Pandangan proses komunikasi konflik memiliki implikasi untuk membantu melihat situasi konflik dan perilaku manajemen konflik. Keduanya tertanam dalam serangkaian peristiwa yang saling mengikuti satu sama lain (orang bertemu, berbicara, dan berangkat). Pandangan realitas tersebut mencerminkan kesadaran di dalam diri bahwa kehidupan merupakan sebuah cerita yang terdiri dari rangkaian peristiwa yang sifatnya berlanjut. 5 Dari pandangan ini, situasi dan perilaku mulai dapat dilihat sebagai rangkaian 4 Dudley Cahn, Komunikasi Konflik dalam V.S. Ramachandran (Ed.) Encyclopedia of Human Behaviour, San Diego: CA Academy, 2012, hlm Kenneth W. Thomas, The Handbook of Industrial and Organizational Psychology, Chicago: Rand McNally, 1979, hlm. 893.

8 fase atau tahapan, mencerminkan peralihanproses orientasi. Jika situasi terus terulang (seperti mesin gerak abadi) pada akhirnya akan menjadi sebuah siklus. Dalam beberapa kasus, situasi konflik menjadi siklus karena mereka terjebak dalam tahapan tertentu yang berulang-ulang. Manajemen konflik yang efektif dapat mengkonversi pesan berpotensi merusak ke komunikasi konflik yang produktif. Pada awalnya, para peneliti hanya membedakan tipe komunikasi konflik menjadi dua yaitu afektif (affective) dan kognitif (cognitive) sampai Jehn mengkategorikan komunikasi konflik menjadi tiga tipe yaitu hubungan (relationship), tugas (task), proses (process). 6 Relationship atau hubungan memiliki sifat interpersonal dan konflik yang ditimbulkan memiliki sifat yang merusak dan dapat menghasilkan ketidakpuasan antar anggota organisasi. Bagaimana hubungan antar anggota didalam organisasi mempengaruhi bagaimana anggota saling memandang dan menilai satu sama lain. Relationship atau hubungan merupakan sesuatu yang harus diperhatikan dalam mengatur kehidupan didalam dan diluar dunia organisasi karena apabila ada ketidak seimbangan dalam mengatur salah satu dunia, maka dunia lainnya juga akan ikut terpengaruh. Contohnya saja, individu yang mendedikasikan mayoritas waktunya di tempat dia bekerja cenderung memiliki kondisi sosial diluar organisasi (contohnya pernikahan) yang buruk sehingga akan menimbulkan konflik-konflik diluar organisasi yang dapat menurunkan semangat dan konsentrasi pada saat di dalam organisasi sehingga dapat menurunkan kinerja anggota. Begitu juga dengan sebaliknya, individu yang terlalu sibuk dalam mengurus kehidupan sosialnya cenderung membawa permasalahannya ke dalam organisasi tempat dia bekerja sehingga konflik-konflik baru di dalam organisasi dan 6 Karen. A. Jehn, International Journal of Conflict Management: The influence of proportional and perceptual conflict composition on team performance, Pasadena: Administrative Science Quarterly, 1997, hlm. 530.

9 menurunkan kinerja anggota. Jehn menjelaskan bahwa siklus ini akan terus terjadi sampai individu meninggalkan organisasi atau perusahaan tempat dia bekerja. 7 Task atau tugas melahirkan konflik-konflik yang apabila dimanajemeni secara tepat dapat memberikan hasil yang konstruksif seperti meningkatkan kreatifitas, memberikan solusi yang inovatif untuk kedepannya, serta membiasakan anggota yang terlibat konflik untuk dapat membuat keputusan yangefektif. 8 Melihat efek yang ditimbulkan dari konflik yang berpusat pada task atau tugas, para peneliti menganjurkan bagi organisasi untuk menimbulkan konflik ini dengan tujuan menstimulus anggotanya. Analisis studi dari De Dreu dan Weingart menyatakan korelasi antara task (tugas) dan performa anggota menghasilkan sesuatu yang positif, tetapi mereka juga menyatakan bahwa konflik yang timbul hanya dapat menghasilkan sesuatu yang positif apabila kepercayaan antar anggota, keterbukaan, serta keamanan secara psikoligis berada di tingkatan yang tinggi. 9 Process atau proses merupakan tipe komunikasi konflik yang berpusat pada strategi pelaksanaan serta delegasi dari tugas dan sumber daya organisasi. Sederhananya, hal ini mempengaruhi perbedaan dari bagaimana anggota harus menjalankan tugas yang diberikan. Jehn menjelaskan bahwa konflik yang terjadi memberikan dampak demetrial bagi performa anggota dan apabila tidak diselesaikan akan mengarah kepada konflik relationship (hubungan) Ibid., hlm D. Tjosvold, The conflict-positive organization: Stimulate diversity and create unity, New York: Addison Wesley, 2000,hlm. 8 9 C. K. De Dreu dan L. R. Weingart, A Contingency Theory of Task Conflict and Performance in Groups and Organizational Teams, dalam M. A. West, D. Tjosvold & K. G. Smith (ed), International handbook of organizational teamwork and cooperative working, West Sussex: John Wiley & Sons, 2006, hlm K. A. Jehn, Op. Cit., hlm

10 Menurut kebanyakan peneliti, setidaknya ada tiga cara di mana komunikasi konflik dapat berkembangmenjadi hal yang bersifat merusak (destructive). 11 Pertama, semakin besar dan semakin memanasnya komunikasi konflik, semakin lemah hubungan antar anggota selama beberapa tahun ke depan. Kedua, beberapa pola komunikasi konflik (seperti menolak terlibat dalam konflik dan lebih bersifat netral untuk menjaga hubungan dan posisinya) lebih merusak untuk hubungan dalam jangka panjang meskipun tampaknya lebih menguntungkan di awal. Ketiga, perilaku nonverbal tertentu selama komunikasi konflik (misalnya favouritism, perilaku yang merujuk ke pelecehan seksual, dll) menjurus ke arah putusnya hubungan antar anggota. Fakta bahwa perilaku komunikasi tertentu dan cara menangani konflik yang terkait dengan hubungan ketidakpuasan dan putus memerlukanpemahaman yang lebih baik dari komunikasi konflik. Di sisi lain, komunikasi konflik dapat berkembang menjadi hal yang bersifat produktif ketika anggota merasa puas mengenai hasil yang didapat dari proses penyelesaian konflik. Namun, perasaan anggota mengenai hasil konflik tidak cukup untuk menentukan produktif atau tidaknya komunikasi konflik. Beberapa konflik, meskipun tidak terlalu dirasa berguna dalam jangka pendek, dapat berguna dalam jangka panjang bahkan mungkin dapat berguna untuk orang lain di luar organisasi atau masyarakat pada umumnya. Ini masuk akal, terutama untuk orang-orang yang tidak nyaman terlibat dalam komunikasi konflik di awal. 11 Courtney W. Miller, Michael E. Roloff, dan Rachel S. Maris, Understanding Interpersonal Conflicts that Are Difficult to Resolve: A Review of Literature and Presentation of an Integrated Model, New Jersey: Lawrence Erlbaum, 2007, hlm

11 2. Konflik di dalam Organisasi Di dalam setiap organisasi, sebagian besar konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu. Hal itu lalu menimbulkan perbedaan yang menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Kebanyakan pemimpin melihat konflik sebagai pengalaman negatif. Hal ini yang menjadi kunci dari masalah. Jika dibiarkan terlalu lama, konflik dapat memberikan dampak negatif seperti dapat mengalihkan tenaga dari tujuan asli organasasi, menghancurkan moral anggota, membagi individu dan kelompok, serta mempertajam perbedaan antar individu. Dampak yang paling merugikan bagi organisasi adalah efek negatif konflik akan mengganggu bentuk kerjasama antar anggota dengan menciptakan adanya ketidak percayaan antar anggota dan perilaku ketidak patuhan yang nantinya akan mengurangi pendapatan organisasi. 12 Tapi disisi lain, konflik juga dapat memberikan dampak yang positif dan nilai kreatif dalam jangka panjang. Dampak positif dari konflik dapat membuka hal mengenai perilaku dalam berkonfrontasi, mengembangkan klarifikasi dari sebuah permasalahan, dan menyediakan variasi bentuk spontanitas bagi anggotanya dalam berkomunikasi. Hal ini dapat meningkatkan kualitas dari solusi permasalahan dan meningkatkan keterlibatan tiap anggota dalam keperluan organisasi. Apabila dapat deselesaikan secara baik, konflik dapat memperkuat hubungan antar anggota yang mengarah pada perkembangan produktifitas organisasi. 13 Meskipun konflik dapat memberikan efek yang positif bagi perusahaan, tidak semua konflik yang terjadi di dalam organisasi membantu anggotanya dalam mencapai 12 Gordon L. Lippitt, Managing Conflict in Today s Organization, dalam Kevin L. Hutchinson (ed), Reading in Organizational Communication, Dubuque, IA: Wm. C Brown Publisher, 1992, hlm Ibid.

12 tujuan. Ada konflik yang dinilai tidak perlu karena tidak memberikan dampak positif dan hanya membuang waktu dan sumber daya yang dimiliki organisasi. Beberapa faktor dalam organisasi yang mempengaruhi individu untuk terlibat dalam konflik yang tidak perlu adalah: 14 a. Kurang baiknya pekerjaan tetap, tugas, tanggung jawab dan otoritas (authority) yang diberikan kepada anggota. b. Riwayat konflik antara dua atau lebih orang atau kelompok dalam organisasi. c. Hubungan buruk antar dua departemen yang sejak dahulu dianggap saling bertentangan, seperti bagian penjualan (sales) dengan bagian teknikal (engineering), produksi (production) dengan jaminan kualitas (quality assurance), atau kantor cabang (district office) dengan kantor pusat regional (regional headquarters). d. Tingginya tuntutan kerja bagi anggota organisasi. e. Menurunnya kondisi ekonomi yang membahayakan asuransi pekerjaan anggota organisasi. f. Tingginya tingat kompetisi antar anggota yang diterapkan oleh kelas manajer atau lebih tinggi. g. Perlakuan khusus (favoritism) yang ditunjukkan oleh pihak manajer kepada bebeberapa anggotanya. 14 Karl Albrecht, Stress and the manager, Englewood Cliff, New Jersey: Karl Albrecht International, 2008, hlm. 273

13 h. Standar yang tidak jelas atau sewenang-wenang bagi sistem promosi di dalam organisasi; politik organisasi yang telalu kompetitif sehingga banyak informasi yang disembunyikan dari anggotanya. i. Tidak jelasnya informasi mengenai perubahan besar di dalam organisasi yang menyebabkan kepanikan didalam organisasi. Adanya pihak yang menang dan pihak yang kalah harus dihindari dalam sebuah konflik. Pemimpin harus dapat mengkondisikan anggotanya yang terlibat konflik agar bekerja sama dalam mencari kebenaran (mengumpulkan semua fakta yang ada). Hal ini dapat memunculkan ide-ide baru yang mendorong anggotanya dalam menemukan sistem penyelesaian masalah baru. Hal ini tentu saja bukan merupakan hal yang absolut. Pemimpin yang berpengalaman mengerti bahwa cara ini tidak selalu bekerja sebagai mana mestinya, karena itu seorang pemimpin harus dapat membedakan antara anggotanya yang secara pasif menolak untuk berkontribusi di dalam konflik, yang menjadikan konflik sebagai sarana persaingan antar anggota yang memiliki hubungan buruk, serta yang dapat memandang sebuah konflik sebagai sarana untuk membantu organisasinya berkembang. Proses peyelesaian konflik organisasi yang kreatif memerlukan empati (empathy) dan kesetaraan (equality), tapi tidak boleh bersifat netral (neutrality). Memiliki posisi yang netral justru dianggap merugikan karena dinilai memilih untuk tidak ikut campur pada konflik yang terjadi. Dilain sisi, empati (empathy) berarti pemimpin menerima pernyataan dan pemikiran dari semua pihak yang terlibat konflik, tanpa perlu memihak siapapun. Kesetaraan (equality) berarti tidak ada satupun diantara pihak yang terlibat konflik yang akan diberi perlakuan khusus karena nantinya akan menimbulnya rasa

14 perlakuan yang tidak adil antar anggotanya. Berdasarkan hal diatas, terdapat 5 (lima) ragam proses manajemen konflik: 15 a. Kompetisi (competing) Kompetisi memiliki nilai ketegasan yang tinggi dan kerja sama yang rendah. cara ini berorientasi pada kekuasaan yang dipegang oleh tiap anggota dan konflik memiliki pihak yang menang dan pihak yang kalah. Kompetisi juga menekan, mengintimidasi, dan menarik pihak lain kedalam konflik. Sisi positifnya adalah saat diperlukan, kompetisi memberikan hasil yang tepat dalam kurun waktu yang cepat. Kompetisi biasanya dibutuhkan pada kondisi saya tahu saya benar mempengaruhi konflik. Sistem kompetisi dinilai masuk akal untuk digunakan ketika dampaknya pada keefektifan manajemen organisasi relatif ringan. Jadi, pemimpin organisasi menggunakan cara ini dengan anggapan meskipun kompetisi mengurangi keefektifan manajemen, dampaknya akan lebih merusak apabila tidak dilakukan. b. Akomodasi (accommodating) Akomodasi memiliki nilai kerja sama yang tinggi dan nilai ketegasan yang rendah. Orang yang menggunakan pendekatan akomodasi cenderung kurangnya kepedulian dalam mencapai tujuan hidup. Kurangnya minat ini berdampak kurangnya pengaruh dan pengakuan di dalam organisasi. Itu artinya konflik tidak diselesaikan dengan cara dimana pihak yang bersangkutan saling memaksakan sudut pandangnya satu sama lain. 15 Kenneth. W. Thomas, Op. Cit., hlm. 900

15 Akomodasi berguna apabila pentingnya konflik memiliki nilai yang berbeda untuk salah satu pihak dengan pihak lainnya. Disini, keharmonisan anggota lebih dipentingkan, karena itu akan lebih menguntungkan apabila salah satu pihak dimenangkan dalam konflik agar memiliki pengalaman lebih, serta untuk menaikkan semangat anggota dalam menghadapi masalah yang lebih penting. c. Kompromisasi (compromise) Untuk sebagian orang, kata kompromi dinilai memiliki posisi yang lemah dan kurangnya komitmen. Proses kompromisasi mengorbankan tujuan jangka panjang demi mendapatkan solusi yang lebih singkat. Kompromisasi memposisikan setiap pihak yang terlibat konflik merasakan kemenangan sekaligus kekalahan pada tingkatan tertentu. Penting untuk memahami nilai dari kompromi karena pendekatan ini sesuai untuk menggambarkan situasi yang sesungguhnya terjadi di kehidupan organisasi sehari-hari. Kata sesuai dimaksudkan ketika konflik yang terjadi tidak terlalu penting bagi semua pihak yang bersangkutan untuk menghabiskan waktu dan tenaganya dalam memanajemen konflik. Selain itu kompromisasi merupakan cara yang paling praktis bagi para pihak yang sama kuatnya serta pihak yang lebih persuasif untuk saling bekerja sama dalam mencari solusi. d. Mengelak (avoiding) Jika dilihat, mungkin pendekatan ini dinilai tidak berguna dalam proses manajemen konflik. Pendekatan ini mencerminkan kegagalan dalam menunjuk permasalah penting dan membuat orang cenderung untuk menolak berkontribusi dan memilih bersikap netral pada saat terjadi konflik.

16 e. Kolaborasi (collaborating) Kolaborasi memiliki nilai yang tinggi di bidang ketegasan maupun kerja sama. Hal ini memungkinkan untuk dilakukan apabila semua pihak yang bersangkutan menjadikan konflik sebagi sarana untuk menemukan sistem pemecahan masalah. Pendekatan ini memerlukan beberapa kondisi: Ada usaha dari semua pihak yang terlibat konflik untuk tidak menganggap konflik sebagai sesuatu yang personal. Pihak yang terlibat konflik tidak saling menjatuhkan melainkan saling bekerja sama dalam mencari solusi permasalahan. Tujuan, pendapat, tingkah laku, serta pemikiran semua pihak adalah murni bentuk kepedulian terhadap konflik dan semua pihak memiliki peran dalam proses penyelesaian konflik. Semua pihak menyadari bahwa konflik dapat membantu dalam meningkatkan kualitas hubungan manusia apabila dilaksanakan di lingkungan yang mendukung (dimana opini dan perbedaan dapat ditunjukkan secara bebas). 3. Komunikasi dalam Manajemen Konflik Konflik terjadi karena adanya interaksi yang disebut komunikasi. Hal ini dimaksudkan apabila kita ingin mengetahui konflik, berarti kita harus mengetahui kemampuan dan perilaku komunikasi. Semua konflik mengandung komunikasi, tapi tidak semua konflik berakar pada komunikasi yang buruk. Di dalam organisasi, komunikasi yang jujur dan terbuka membantu manajemen konflik dalam mengatasi masalah yang

17 ada. Forsyth menjelaskan beberapa metode komunikasi yang membantu manajemen konflik seperti: 16 a. Negotiation Konflik dapat muncul ketika anggota di dalam kelompok merasa yakin dengan posisinya dan tidak ada keinginan untuk mengalah satu sama lain, namun konflik dapat diredakan ketika anggota kelompok memutuskan untuk bernegosiasi untuk mencapai kesepakatan yang dapat menguntungkan seluruh pihak. Negosiasi adalah proses komunikasi timbal balik yang dilakukan oleh dua anggota atau lebih untuk mencari tahu masalah-masalah secara lebih spesifik, menjelaskan posisi mereka dan saling bertukar gagasan. Negosiasi terkadang lebih dari sekedar tawar-menawar atau saling berkompromi. Seperti negosiasi distributif, kedua belah pihak menyembunyikan orientasi kompetitif mereka dan secara bergantian sampai salah satu pihak mendapatkan sesuatu yang lebih baik dari pihak yang lainnya. b. Understanding Konflik sering terjadi karena pihak yang mengajak bekerja sama justru dicurigai oleh pihak yang diajak kerja sama dengan anggapan pihak yang mengajak kerja sama ingin berkompetisi dengan pihak yang diajak kerja sama. Mereka mengira ketika pihak lain mengkritik ide-ide mereka, pihak yang mengajak kerja sama sedang mengkritik mereka secara personal. Mereka percaya bahwa motif pihak lain mengajak kerja sama adalah hanya untuk menguntungkan diri sendiri. Anggota kelompok harus menghilangkan pola pikir seperti itu dengan cara berkomunikasi secara aktif terkait motif dan tujuan mereka di dalam diskusi. Komunikasi tidak hanyadapat menyelesaikan konflik, tetapi juga membuat kesalahpahaman serta tipu 16 Donelson R. Forsyth, An Introduction to Group Dynamics,Pacific Groove, California: Brooks/Cole Publishing Company, 2009, hlm. 37

18 muslihat. Komunikasi dapat membuka peluang anggota kelompok untuk saling percaya, namun itu juga dapat menjadi boomerang bagi kelompok dengan adanya ungkapan dari anggota kelompok yang menunjukkan kebencian maupun ketidaksukaan pada anggota lain. c. Downward Conflict Spiral Kerjasama yang konsisten diantara orang untuk jangka waktu yang panjang dapat meningkatkan rasa saling percaya. Tetapi ketika anggota kelompok terus bersaing satu sama lain, rasa saling percaya akan menjadi lebih sukar dipahami. Ketika seseorang tidak dapat mempercayai orang lain, maka mereka akan bersaing untuk mempertahankan hal yang menguntungkan dirinya atau hal yang dapat menghilangkan persaingan, yang disebut tit-for-tat. Tit-for-tat atau TFT adalah strategi tawar menawar yang berawal dari kerjasama, tapi kemudian meniru pilihan yang dibuat orang lain. Dengan kata lain, pihak A akan bersaing jika pihak B bersaing dan akan bekerjasama pihak lain bekerjasama. d. Neutrality Individu yang tidak terlibat dalam masalah tidak seharusnya memihak salah satu pihak melainkan harus menjadi mediator dalam konflik tersebut. Pihak ketiga (netral) dapat membantu meredakan konflik dengan cara: 1) Memperhalus komunikasi antar kedua belah pihak dengan tujuan meredakan frustasi dan kebencian; 2) Jika komunikasi tidak lancar, pihak ketiga dapat membantu untuk meluruskan masalah; 3) Pihak ketiga dapat mengajukan proposal alternatif yang dapat diterima oleh kedua pihak;

19 4) Pihak ketiga dapat memanipulasi aspek-aspek meeting seperti lokasi, tempat duduk, formalitas komunikasi, batasan waktu, hadirin dan agenda; 5) Pihak ketiga dapat membimbing semua pihak untuk menggunakan proses penyelesaian masalah secara integratif. Seringkali, anggota organisasi mengerti bagaimana cara menghadapi suatu masalah, tetapi memilih untuk tidak membagi pengetahuannya dengan pihak manajer atau lebih tinggi. Ini adalah contoh bukti kurangnya komunikasi secara terbuka didalam organisasi. Hasilnya, terlalu sering, informasi yang tidak valid atau tidak akurat mengarah kepada tindakan yang bertentangan dengan kepentingan organisasi. Anggota organisasi mengalami rasa frustasi, amarah, dan ketidakpuasan-dimana nantinya hal ini menjadi siklus yang terulang-ulang kembali. Jerry Harvey 17 menjelaskan bahwa orang cenderung merasa nyaman atau canggung ketika harus bersikap berbeda dari apa yang mereka yakini. Jika individu secara positif dan terbuka membenarkan hal yang dianggap salah, maka hal ini memungkinkan terciptanya masalah baru. Kehidupan di luar organisasi mempengaruhi bagaimana seseorang bersikap didalam konflik. Hal ini mempengaruhi kinerja, keamanan, serta peranan di dalam organisasi. Jika seseorang bersifat terlalu terbuka, maka ia akan mengancam penerimaannya di dalam kelompok. Rasa takut akan terjadinya konflik, baik nyata (real) ataupun buatan (artificial). Konflik nyata (real) terjadi karena adanya perbedaan yang jelas antara dua atau lebih pihak. Sedangkan konflik buatan (artificial) terjadi apabila semua pihak telah mencapai kesepakatan dalam bertindak dan ada yang justru melakukan hal yang berbeda dari kesepakatan sebelumnya. Konflik ini disebut buatan (artificial) karena tidak didasarkan karena perbedaan yang 17 Jerry B. Harvey, The abilene paradox: The management of agreement. Organizational Dynamics, Lexington, MA: DC Heath & Co., 1974, hlm. 75

20 nyata. Adanya kelompok di dalam organisai merasa puas dengan hal yang ada sehingga menolak adanya inovasi dan kreatifitas sehingga menghambat perkembangan organisasi. E. Kerangka Konsep Konflik adalah suatu proses yang terjadi antar manusia, kelompok, atau organisasi dalam interaksinya dengan orang lain yang disebabkan perbedaan kebutuhan, perbedaan aktivitas dan perbedaaan pandangan dalam suatu masalah. Di dalam setiap organisasi, sebagian besar konflik dilator belakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu. Hal itu lalu menimbulkan perbedaan yang menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Komunikasi konflik merupakan proses pertukaran pesan verbal dan nonverbal dalam situasi konflik yang dimulai dengan pendahuluan, berkembang melalui tahapantahapan, dan berakhir dengan konsekuensi. Sebagaimanapun masyarakat menginginkannya, proses penyelesaian konflik melalui komunikasi tidak akan mengakhiri konflik untuk selamanya. Manusia akan menciptakan siklus dimana komunikasi akan melahirkan konflik yang nantinya dapat diselesaikan dengan komunikasi, tetapi tidak dapat menghindari konflik karena manusia akan selalu melakukan proses komunikasi. Pandangan proses komunikasi konflik memiliki implikasi untuk membantu melihat situasi konflik dan perilaku manajemen konflik. Keduanya tertanam dalam serangkaian peristiwa yang saling mengikuti satu sama lain (orang bertemu, berbicara, dan berangkat). Pandangan realitas tersebut mencerminkan kesadaran di dalam diri masyarakat bahwa kehidupan merupakan sebuah cerita yang terdiri dari rangkaian peristiwa yang sifatnya berlanjut. Dari pandangan ini, situasi dan perilaku sebagai

21 rangkaian fase atau tahapan dapat mencerminkan peralihan proses orientasi. Jika situasi terus terulang (seperti mesin gerak abadi) pada akhirnya akan menjadi sebuah siklus. Dalam beberapa kasus, situasi konflik menjadi siklus karena mereka terjebak dalam tahapan tertentu yang berulang-ulang. Manajemen konflik yang efektif dapat mengkonversi pesan berpotensi merusak ke komunikasi konflik yang produktif. Konflik dalam setiap organisasi, besar maupun kecil memiliki sifat yang tak terelakkan, karena itu cara yang paling tepat bukanlah untuk meredam konflik, tapi bagaimana menanganinya sehingga tidak memberikan dampak yang menjurus pada perpecahan anggota. Untuk itulah manajer atau pimpinan dalam organisasi harus mampu mengelola konflik yang terdapat dalam organisasi secara baik agar tujuan organisasi dapat tercapai tanpa hambatan-hambatan yang menciptakan terjadinya konflik. Terdapat banyak cara dalam penanganan suatu konflik. Manajer atau pimpinan harus mampu mendiagnosis sumber konflik serta memilih strategi pengelolaan konflik yang sesuai sehingga diperoleh solusi tepat atas konflik tersebut. Dengan pola pengelolaan konflik yang baik maka akan diperoleh pengalaman dalam menangani berbagai macam konflik yang akan selalu terus terjadi dalam organisasi. Dalam proses penyelesaian konflik, empati (empathy) dan kesetaraan (equality) merupakan dua faktor dalam mencari solusi yang kreatif dari konflik yang terjadi di dalam organisasi. Empati berarti semua pihak yang terlibat konflik dapat didengar dan diterima pernyataan dan pemikirannya oleh pemimpin dan pihak luar yang tidak terlibat konflik tanpa memihak siapapun. Kesetaraan berarti tidak ada satupun diantara pihak yang terlibat konflik yang akan diberi perlakuan khusus karena nantinya akan menimbulnya rasa perlakuan yang tidak adil antar anggotanya. Berdasarkan hal diatas, terdapat 5 (lima) macam proses manajemen konflik:

22 a. Kompetisi Kompetisi dapat memberikan hasil yang tepat dalam kurun waktu yang cepat. Sayangnya, cara ini berorientasi pada kekuasaan yang dipegang oleh tiap anggota yang terlibat konflik dan membagi anggota yang terlibat konflik menjadi pihak yang menang dan pihak yang kalah. Pemimpin organisasi menggunakan cara ini apabila dampaknya terhadap keefektifan manajemen organisasi relatif lebih ringan karena sifatnya yang dapat menyelesaikan masalah secara cepat. b. Akomodasi Akomodasi berguna apabila pentingnya konflik memiliki nilai yang berbeda untuk salah satu pihak dengan pihak lainnya. Disini, keharmonisan anggota lebih dipentingkan, karena itu akan lebih menguntungkan apabila salah satu pihak dimenangkan dalam konflik agar memiliki pengalaman lebih, serta untuk menaikkan semangat anggota dalam menghadapi masalah yang lebih penting. c. Kompromisasi Proses kompromisasi mengorbankan tujuan jangka panjang demi mendapatkan solusi yang lebih singkat. Meskipun prosesnya memakan waktu dan tenaga, kompromisasi membuat pihak yang terlibat konflik untuk saling bekerja sama dalam memecahkan masalah. Kompromisasi digunakan karena dapat memposisikan setiap pihak yang terlibat konflik merasakan kemenangan sekaligus kekalahan pada tingkatan tertentu. d. Mengelak Pendekatan ini dinilai tidak berguna dalam proses manajemen konflik karena mencerminkan kegagalan dalam menunjuk permasalah penting dan membuat orang cenderung untuk menolak berkontribusi dan memilih bersikap netral pada saat terjadi konflik.

23 e. Kolaborasi Kolaborasi dapat dilakukan apabila pihak yang terlibat konflik tidak saling menjatuhkan melainkan saling bekerja sama dalam mencari solusi permasalahan. Karena itu, semua bentuk pemikiran dan tingkah laku adalah murni bentuk kepedulian terhadap konflik tanpa menganggapnya sebagai sesuatu yang personal. F. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitianan ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif mampu menjelaskan fenomena melalui pengumpulan data yang diperoleh saat wawancara. Pendekatan kualitatif tidak mengutamakan besarnya populasi atau sampling. Jika data yang terkumpul sudah mendalam dan bisa menjelaskan fenomena yang diteliti, maka tidak perlu mencari sampling lainnya. Dalam pendekatan ini yang ditekankan adalah persoalan kedalaman (kualitas) data, bukan banyaknya (kuantitas) data. Penulis kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penulisan, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas semuanya. Sebelum masalah yang diteliti jelas, maka dalam penulisan kualitatif belum dapat dikembangkan instrumen penulisan. Oleh karena itu dalam penulisan kualitatif the researcher is the key instrument. Seperti yang disampaikan oleh Sugiyono: 18 Dalam penulisan kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrumen penulisan utama. Alasannya ialah bahwa, segala 18 Sugiyono, Metode Penulisan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta. 2009, hlm. 223

24 sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penulisan, prosedur penulisan, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penulisan itu. Dalam keadaaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya penulis itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya. 2. Metode Penelitianan Metode penelitian yang dipergunakan adalah studi kasus. Studi kasus dipilih karena sejumlah kriteria yang dimilikinya dianggap sangat sesuai dengan apa yang dituju pada penelitian ini, yakni: a. Studi kasus memusatkan perhatian pada kasus secara intensif dan mendetail. Kasus yang diselidiki dapat terbatas pada satu orang, satu lembaga, maupun satu peristiwa yang dipandang sebagai kesatuan unit atau satu kesatuan unit. Termasuk yang harus diperhatikan adalah segala sesuatu yang mempunyai arti dalam riwayat kasus, misalnya peristiwa, terjadinya, perkembangannya, dan perubahannya. Karena sifatnya yang mendasar dan mendetail studi kasus umumnya menghasilkan gambaran longitudinal, yaitu hasil pengumpulan dan analisis kasus dalam satu jangka waktu. 19 b. Studi kasus merupakan pemeriksaan empiris yang melakukan investigasi terhadap suatu fenomena kontemporer di dalam konteks kehidupan nyata, dimana batas-batas antara fenomena dan konteks tidak benar-benar jelas terlihat, serta dalam pelaksanaannya memanfaatkan beragam sumber untuk 19 Faisal Sanapiah, Format-Format Penelitian Sosial, Dasar-Dasar dan Aplikasinya, Jakarta: Rajawali Pers, 1992, Hal. 31

25 mendapatkan bukti yang mendukung pengungkapan kasus. Pemanfaatan strategi studi kasus sangat sesuai untuk penelitian dimana peneliti hanya melakukan sedikit kontrol atau bahkan tidak melakukan sama sekali, serta ketika penelitian yang dikembangkan menggunakan pokok pertanyaan yang dibangun dengan How dan Why. 20 c. Studi kasus memiliki tujuan untuk memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakter-karakter yang khas dari kasus Lokasi Penelitian Penulisan ini dilakukan di dua tempat yaitu kantor bekas Bank Lippo yang berada di Jl. Jend. Sudirman No. 50 sebelah toko roti Holland dan kantor pusat CIMB Niaga yang berada di Jl. Jendral Sudirman 13 sebelah Hotel Santika. 4. Subjek Penelitian Dalam penulisan kualitatif, subyek penulisan dipilih secara purposif dan snowball lsampling. Penentuan subyek penulisan pada laporan ini berkembang setelah penulis turun ke lapangan. Subyek penulisan yang diteliti adalah karyawan yang memiliki usia kerja lebih dari 10 tahun dan berdasarkan rekomendasi dari informan lainnya, diperoleh satu informan yang usia kerjanya baru memasuki kurang lebih lima tahun kerja. 20 Robert K Yin, Studi Kasus Desain dan Metode, Jakarta: Rajawali Pers, 2009, hlm Muhammad Nadzir, Metode Penelitian, Jakarta: PT. Galia Indonesia, 1988, hlm. 66

26 5. Teknik Pengumpulan Data a. Dokumentasi Dalam studi kasus, penggunaan dokumen yang paling penting adalah mendukung dan menambah bukti dari sumber-sumber lain. Dokumentasi memiliki fungsi: 22 1) Membantu proses verifikasi ejaan dan judul atau nama yang benar dari organisasi-organisasi yang telah disinggung dalam wawancara. 2) Menambah rincian spesifik lainnya guna mendukung informasi dari sumbersumber lain; jika bukti dokumenter bertentangan dan bukannya mendukung, peneliti mempunyai alasan untuk meneliti lebih jauh topik yang bersangkutan. 3) Membuat inferensi dari dokumen-dokumen - sebagai contoh, dengan mengobservasi pola tembusan karbon dari dokumen tertentu, seorang peneliti dapat mulai mengajukan pertanyaan baru tentang komunikasi dan jaringan kerja suatu organisasi. Namun begitu, inferensi-inferensi ini harus diperlakukan hanya sebagai ramburambu bagi penelitian selanjutnya dan bukan temuan definitive, sebab inferensi ini pada suatu saat bisa menghasilkan arah keliru. Penelusuran yang sistematis terhadap dokumen yang relevan karenanya penting sekali bagi rencana pengumpulan data. b. Wawancara Salah satu sumber informasi studi kasus yang sangat penting ialah wawancara. Metode wawancara adalah proses tanya jawab dalam penulisan yang berlangsung secara 22 Sugiyono, Op. Cit., hlm. 79

27 lisan dalam mana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan. 23 Esterberg dalam Sugiyono mengemukakan wawancara terbagi dari tiga macam, antara lain: 24 1) Wawancara Terstruktur Wawancara jenis ini digunakan apabila penulis telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu penulis telah menyiapkan intsrumen penulisan berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan. Dengan wawancara jenis ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama dan pengumpul data mencatatnya. Dengan wawancara terstruktur ini pengumpulan data dapat menggunakan beberapa pewawancara sebagai pengumpul data. 2) Wawancara Semiterstruktur Wawancara jenis ini dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, di mana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat dan ide-idenya. Dalam melakukan wawancara, penulis dituntut untuk mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan. 3) Wawancara tak berstruktur Wawancara jenis ini adalah wawancara yang bebas di mana penulis tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garisgaris besar permasalahan yang akan ditanyakan. 23 Ibid., hlm Ibid., hlm. 233

28 Dalam penilitian ini penulis menggunakan wawancara semi terstruktur. Penulis menggunakan pedoman wawancara tetapi juga ada beberapa pertanyaan situasional yang dilontarkan. Wawancara semi terstruktur dirasa sesuai dengan tujuan penulisan, karena penulis mendapatkan informasi lebih diluar pedoman wawancara. Dalam penulisan ini penulis juga menggunakan wawancara mendalam. Penggunaan metode ini didasarkan pada dua alasan: pertama, dengan wawancara mendalam ini penulis dapat menggali tidak hanya yang diketahui dan dialami subjek yang diteliti, tetapi juga apa yang tersembunyi di dalam diri subjek penulisan. Kedua, apa yang ditanyakan kepada subjek yang diteliti bisa mencakup hal-hal yang berkaitan dengan masa lampau, masa sekarang, dan juga masa mendatang. Wawancara mendalam dapat dikatakan hampir sama dengan survei yaitu metode yang memungkinkan pewawancara untuk bertanya pada responden dengan harapan untuk memperoleh informasi mengenai fenomena yang ingin diteliti. Tetapi wawancara mendalam berbeda dari survei dalam banyak hal. Pertama, wawancara mendalam kebanyakan dibuar semi terstruktur oleh pewawancara. Wawancara mendalam dilihat oleh penulis sebagai sebuah kolaborasi antara pewawancara dan partisipan, di mana apa yang didiskusikan oleh partisipan sama pentingnya dengan apa yang ingin didiskusikan oleh pewawancara. Para penulis yang memilih wawancara mendalam tertarik terhadap arah yang ingin ditentukan oleh responden dalam wawancara penulis tidak mementingkan pengujian hipotesis melainkan mencari tahu pengalaman-pengalaman responden. Kedua, wawancara mendalam biasanya dilakukan antara satu sampai tiga jam. Penulis lebih tertarik dalam memperoleh data dan gambaran yang mendalam daripada

29 mengumpulkan informasi dari ratusan responden. Wawancara mendalam biasanya dilakukan langsung oleh penulis sendiri. 25 Wawancara memiliki banyak tipe, tetapi secara keseluruhan wawancara merupakan sumber bukti yang esensial bagi studi kasus, karena studi kasus umumnya berkenaan dengan urusan kemanusiaan. Urusan-urusan kemanusiaan ini harus dilaporkan dan diinterpretasikan melalui penglihatan pihak yang diwawancarai dan para responden yang mempunyai informasi dapat memberikan keterangan-keterangan penting dengan baik ke dalam situasi yang berkaitan. 6. Teknik Analisis Data Analisis data telah mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penulisan. Analisis data menjadi pegangan bagi penulisan selanjutnya sampai jika mungkin, teori yang grounded. Namun dalam penulisan kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data. Dalam penulisan ini, tahapan analisis data yang penulis lakukan adalah sebagai berikut : 1. Dalam penulisan kualitatif, penulisan sudah dimulai saat dilakukannya pendataan awal sebelum penulis memasuki lapangan. Pendataan awal ini dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan atau data sekunder. Namun demikian fokus penulisan ini masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penulis masuk dan selama di lapangan. 2. Analisis data dalam penulisan kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada 25 Richard West dan Lynn H. Turner, Op.Cit., hlm. 83

30 saat wawancara, penulis sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis terasa belum memuaskan, maka penulisakan melanjutkan pertanyaan lagi sampai tahap tertentu dan diperoleh data yang dianggap kredibel. 3. Proses penulisan kualitatif setelah memasuki lapangan, dimulai dengan menetapkan seorang informan kunci (key informan) yang merupakan informan yang berwibawa dan dipercaya mampu membukakan pintu kepada penulis untuk memasuki obyek penulisan. Setelah itu penulis melakukan wawancara kepada informan tersebut dan mencatat hasil wawancara. Berdasarkan hasil dari analisis wawancara selanjutnya penulis melakukan analisis domain.

BAB III METODE PENELITIAN. ini digunakan karena adanya realitas sosial mengenai perempuan yang menderita

BAB III METODE PENELITIAN. ini digunakan karena adanya realitas sosial mengenai perempuan yang menderita BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini mengenai konsep diri pada perempuan penderita tumor jinak payudara, metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif. Metode

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Industri perbankan adalah sebuah industri jasa yang sedikit banyak menggantungkan keberhasilan usahanya pada produktfitas dalam memberikan jasa kepada konsumen.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 54 1.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Jenis pendekatan penelitian ini dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian ini menjelaskan karakteristik obyek, manusia,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bank Syariah Mandiri OKU Timur yang beralamat di Jalan Merdeka No. 420 Kelurahan Terukis Raya Kecamatan Martapura Kabupaten Ogan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perusahaan dan organisasi merupakan dua hal yang tidak mungkin

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perusahaan dan organisasi merupakan dua hal yang tidak mungkin BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan dan organisasi merupakan dua hal yang tidak mungkin dapat dipisahkan, karena dalam setiap perusahaan pasti memiliki sebuah organisasi. Organisasi

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Menurut kamus Oxford Advanced Leaner s Dictionary of Current English istilah research, yang berarti melakukan penyelidikan dalam aturan untuk menemukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Melihat perkembangan yang saat ini terjadi dimana era globalisasi telah menyebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Melihat perkembangan yang saat ini terjadi dimana era globalisasi telah menyebabkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Melihat perkembangan yang saat ini terjadi dimana era globalisasi telah menyebabkan iklim kompetisi antar perusahaan semakin tajam dan ketat, juga ditambah

Lebih terperinci

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN. langkah-langkah dalam melakukan suatu penelitian dengan menggunakan metode

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN. langkah-langkah dalam melakukan suatu penelitian dengan menggunakan metode 44 BAB III METEDOLOGI PENELITIAN Suatu penelitian dapat di katakan baik jika hasil penelitian tersebut dapat mendekati kenyataan yang nyata. Agar mendapatkan hasil yang baik perlu adanya langkah-langkah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 53 BAB III METODE PENELITIAN Penelitian adalah usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan, dengan menggunakan metode ilmiah. 111 Metodologi adalah proses, prinsip, dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Metode penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan dan dibuktikan, suatu

Lebih terperinci

HAND OUT PERKULIAHAN PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING S1. Dosen : Dr. Nandang Rusmana, M.Pd. (0891)

HAND OUT PERKULIAHAN PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING S1. Dosen : Dr. Nandang Rusmana, M.Pd. (0891) HAND OUT PERKULIAHAN PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING S1 Mata Kuliah : Dinamika Kelompok*** Kode Mata Kuliah : Bobot : 2 SKS Dosen : Dr. Nandang Rusmana, M.Pd. (0891) Program Studi : S-1 Bimbingan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 69 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk penelitian yang digunakan. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif (Qualitatif research) adalah suatu penelitian yang ditujukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian lapangan ( field research),

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian lapangan ( field research), BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian lapangan ( field research), dengan metode penelitian deskriptif, yaitu suatu metode dalam meneliti status kelompok

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berbagai rancangan penelitian yang akan dilakukan oleh tiap peneliti memiliki

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berbagai rancangan penelitian yang akan dilakukan oleh tiap peneliti memiliki BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Berbagai rancangan penelitian yang akan dilakukan oleh tiap peneliti memiliki ciri khas masing-masing, berbeda antara satu dengan yang lain, karena cara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. 1 Metode penelitian yang digunakan penulis yaitu: A. Metode Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengenai pelaksanaan pemberian kredit kendaraan bermotor roda empat serta

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengenai pelaksanaan pemberian kredit kendaraan bermotor roda empat serta BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian 3.1.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan Kualitatif dan sifatnya lebih mengarah untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 56 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Adapun pengertian dari metodologi adalah proses, prinsip dan prosedur yang digunakan untuk mendekati permasalahan dan mencari jawaban, dengan kata

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Sebuah penelitian pastilah memerlukan metode-metode penelitian. Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk menentukan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.1

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 32 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Tesis ini menggunakan metode studi kasus. Metode studi kasus adalah sebuah metode menggunakan kasus hidup nyata dalam dunia bisnis. Metode studi kasus ini memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan sumber daya manusia yang menjadi aset terpenting perusahaan karena

BAB I PENDAHULUAN. peranan sumber daya manusia yang menjadi aset terpenting perusahaan karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sebuah perusahaan dapat tumbuh dan berkembang tidak terlepas dari peranan sumber daya manusia yang menjadi aset terpenting perusahaan karena perannya sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian merupakan serangkaian kegiatan ilmiah yang berfungsi untuk mencari kebenaran yang objektif terhadap suatu peristiwa, dimana kegiatan itu dilakukan secara sistematis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak lagi terelakkan. Dalam organisasi-organisasi bisnis, kondisi ini terkadang

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak lagi terelakkan. Dalam organisasi-organisasi bisnis, kondisi ini terkadang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan tim yang komposisinya heterogen saat ini menjadi satu keadaan yang tidak lagi terelakkan. Dalam organisasi-organisasi bisnis, kondisi ini terkadang justru

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk melakukan sebuah penelitian, metode penelitian hendaklah tersusun

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk melakukan sebuah penelitian, metode penelitian hendaklah tersusun BAB III METODE PENELITIAN Untuk melakukan sebuah penelitian, metode penelitian hendaklah tersusun secara sistematis dengan tujuan agar data yang diperoleh valid, sehingga penelitian tersebut layak untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian merupakan suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji suatu pengetahuan dengan menggunakan metode-metode ilmiah Suatu penelitian tidak akan berjalan dengan

Lebih terperinci

KONFLIK DAN NEGOSIASI

KONFLIK DAN NEGOSIASI BAB XI KONFLIK DAN NEGOSIASI Konflik Definisi Konflik Proses yang dimulai ketika satu pihak menganggap pihak lain secara negatif mempengaruhi atau akan secara negatif mempengaruhi sesuatu yang menjadi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan penelitian merupakan sebuah keharusan dalam penelitian, karena hal ini berpengaruh pada penentuan pengumpulan data maupun metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini meneliti tentang fenomena perilaku menyimpang di kalangan pelajar SMA Negeri 8 Surakarta, dengan mengambil lokasi

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan

BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan Berikut berdasarkan hasil pembahasan penelitian kualitatif dengan teknik observasi partisipan, wawancara mendalam (in depth interview) dan dokumentasi yang dilaksanakan pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Adapun ciri-ciri dari penelitian kualitatif adalah sumber data berada dalam situasi yang wajar, laporannya sangat deskriptif, mengutamakan proses dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. individu, kelompok, lembaga, maupun masyarakat. Penelitian ini

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. individu, kelompok, lembaga, maupun masyarakat. Penelitian ini 43 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam bentuk kualitatif deskriptif dengan pendekatan case study (studi kasus). Studi kasus adalah penelitian tentang status

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang tidak bisa dijelaskan dan dianalisa melalui data-data statistik sehingga

BAB III METODE PENELITIAN. yang tidak bisa dijelaskan dan dianalisa melalui data-data statistik sehingga BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, sesuai dengan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai. Dalam penelitian yang menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode merupakan suatu hal yang sangat penting dalam sebuah penelitian. Baik buruknya hasil suatu penelitian ( research) sebagian tergantung kepada metode pengumpulan data yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian lapangan (field reseach) yaitu penelitian untuk menemukan realitas apa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan tujuan dan kegunaan tertentu. 109 Metode penelitian dibutuhkan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. dengan tujuan dan kegunaan tertentu. 109 Metode penelitian dibutuhkan oleh BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. 109 Metode penelitian dibutuhkan oleh peneliti

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berkaitan dengan komitmen afektif dan budaya organisasi. karena mereka menginginkannya (Meyer dan Allen, 1997)

BAB II LANDASAN TEORI. berkaitan dengan komitmen afektif dan budaya organisasi. karena mereka menginginkannya (Meyer dan Allen, 1997) BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijabarkan teori-teori yang menjadi kerangka berfikir dalam melaksanakan penelitian ini. Beberapa teori yang dipakai adalah teori yang berkaitan dengan komitmen

Lebih terperinci

Sumber : (Griffin, 1997: 195) Secara keseluruhan temuan Petty dan Cacioppo mendukung lima. kesimpulan mengenai kemungkinan dimana seseorang akan

Sumber : (Griffin, 1997: 195) Secara keseluruhan temuan Petty dan Cacioppo mendukung lima. kesimpulan mengenai kemungkinan dimana seseorang akan 20 Sumber : (Griffin, 1997: 195) Secara keseluruhan temuan Petty dan Cacioppo mendukung lima kesimpulan mengenai kemungkinan dimana seseorang akan memperhatikan sebuah pesan, yaitu (Griffin, 1997:223)

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Adapun yang dimaksud dengan penelitian kualitatif ialah penelitian yang bermaksud untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. interpretatif. Sesuai dengan pendapat Van Wynsberghe dan Khan paradigma

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. interpretatif. Sesuai dengan pendapat Van Wynsberghe dan Khan paradigma BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Dalam penelitian ini peneliti memilih untuk menggunakan paradigma interpretatif. Sesuai dengan pendapat Van Wynsberghe dan Khan paradigma interpretif

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (bagian dan hubungannya) atau bagaimana bagian-bagian berfungsi (perilaku

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (bagian dan hubungannya) atau bagaimana bagian-bagian berfungsi (perilaku BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Paradigma merupakan pola atau model tentang bagaimana suatu struktur (bagian dan hubungannya) atau bagaimana bagian-bagian berfungsi (perilaku didalamnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Secara umum, penelitian atau riset dapat diartikan sebagai suatu metode studi yang dilakukan seseorang melalui penyelidikan yang hati-hati dan sempurna terhadap suatu masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi yang berorientasi pada keuntungan finansial maupun organisasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi yang berorientasi pada keuntungan finansial maupun organisasi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap organisasi yang dibangun memiliki tujuan serta pencapaian. Organisasi yang berorientasi pada keuntungan finansial maupun organisasi yang bergerak dibidang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian Pendekatan penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif. Disebut kualitatif karena penelitian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA 75 BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Analisis data adalah bagian dari tahap penelitian kualitatif yang berguna untuk menelaah data yang telah diperoleh peneliti dari informan maupun dari lapangan.

Lebih terperinci

Manajemen Konflik di CIMB Niaga Cabang Yogyakarta

Manajemen Konflik di CIMB Niaga Cabang Yogyakarta Manajemen Konflik di CIMB Niaga Cabang Yogyakarta (Studi Kasus Penanganan Konflik antara Karyawan ex Bank Lippo dan Karyawanex Bank Niaga Pasca Merger Periode November 2008 November 2010) Felicia Lucky

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah penelitian lapangan (field research) yaitu suatu penelitian di mana peneliti langsung terjun ke lapangan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian field research (riset lapangan), yaitu melakukan penelitian di lapangan untuk memperoleh data atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu dengan individu lainnya dimana individu sebagai komunikator. memperlakukan komunikannya secara manusiawi dan menciptakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. satu dengan individu lainnya dimana individu sebagai komunikator. memperlakukan komunikannya secara manusiawi dan menciptakan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Relations merupakan suatu hubungan yang terjalin antara individu satu dengan individu lainnya dimana individu sebagai komunikator memperlakukan komunikannya secara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pendekatan kualitatif. Penelitian bersifat deskriptif karena penelitian ini hanya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pendekatan kualitatif. Penelitian bersifat deskriptif karena penelitian ini hanya BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian yang dilakukan penulis adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian bersifat deskriptif karena penelitian ini hanya terbatas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk melakukan sebuah penelitian, metode penelitian hendaklah tersusun

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk melakukan sebuah penelitian, metode penelitian hendaklah tersusun BAB III METODE PENELITIAN Untuk melakukan sebuah penelitian, metode penelitian hendaklah tersusun secara sistematis dengan tujuan agar data yang diperoleh valid, sehingga penelitian tersebut layak untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Ekonomi Syariah (LP2ES) Learning Center Bandung, yang berlokasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu penelitian Analisis Pelaksanaan Pembiayaan Implan Pada Bank

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu penelitian Analisis Pelaksanaan Pembiayaan Implan Pada Bank 59 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu penelitian Analisis Pelaksanaan Pembiayaan Implan Pada Bank Syariah Mandiri (BSM) Cabang Palangka Raya, dilaksanakan selama dua bulan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT 8 BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT A. Metode Kerja Kelompok Salah satu upaya yang ditempuh guru untuk menciptakan kondisi belajar mengajar yang kondusif

Lebih terperinci

KONFLIK ORGANISASI. Rangkaian Kolom Kluster I, 2012

KONFLIK ORGANISASI. Rangkaian Kolom Kluster I, 2012 KONFLIK ORGANISASI Salah satu yang sering muncul dalam upaya melakukan inovasi organisasi adalah terjadinya konflik di dalam organisasi. Sebagaimana lazim diketahui bahwa suatu organisasi secara keseluruhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan utama dari suatu perusahaan adalah mempertahankan pelanggan, karena pelanggan yang loyal akan berkomitmen untuk setia kepada suatu perusahaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis mengambil penelitian di Jl. Kawi Atas no 36 A

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis mengambil penelitian di Jl. Kawi Atas no 36 A BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini, penulis mengambil penelitian di Jl. Kawi Atas no 36 A Malang. Alasan peneliti mengambil tempat ini adalah dikarenakan Bank Muamalat

Lebih terperinci

Negosiasi Bisnis. Minggu-11: Agen, Konstituen, dan Khalayak. By: Dra. Ai Lili Yuliati, MM, Mobail: ,

Negosiasi Bisnis. Minggu-11: Agen, Konstituen, dan Khalayak. By: Dra. Ai Lili Yuliati, MM, Mobail: , Negosiasi Bisnis Minggu-11: Agen, Konstituen, dan Khalayak By: Dra. Ai Lili Yuliati, MM, Mobail: 08122035131, Email: ailili1955@gmail.co.id Jumlah Pihak Dalam Negosiasi Negosiasi antar dua orang negosiator.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian merupakan tempat di mana penelitian akan dilakukan yaitu di Kelompok Bermain Bunga Nusantara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Adapun yang melatarbelakangi mengapa peneliti merasa tertarik

BAB I PENDAHULUAN. Adapun yang melatarbelakangi mengapa peneliti merasa tertarik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Adapun yang melatarbelakangi mengapa peneliti merasa tertarik untuk mengangkat topik penelitian ini bermula dari postulat atau asumsi bahwa setiap korporasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif adalah sebagaimana Cress well mendefinisikannya sebagai suatu

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif adalah sebagaimana Cress well mendefinisikannya sebagai suatu BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah sebagaimana Cress well mendefinisikannya sebagai suatu pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. untuk memaparkan secara sistematis faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan

BAB III METODE PENELITIAN. untuk memaparkan secara sistematis faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Prosedur Penelitian 1. Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian deskriptif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari umat manusia. Karena manusia merupakan makhluk

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari umat manusia. Karena manusia merupakan makhluk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan suatu aktivitas penting yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan sehari-hari umat manusia. Karena manusia merupakan makhluk sosial maka manusia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 10 Paguyaman dan dilaksanakan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 10 Paguyaman dan dilaksanakan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 10 Paguyaman dan dilaksanakan pada semester genap, tahun pelajaran 2013, dalam waktu 6 bulan, yakni bulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan. Penelitian lapangan yaitu penelitian di lakukan dalam situasi alamiah akan tetapi di dahului oleh semacam

Lebih terperinci

Komunikasi Interpersonal. Dwi Kurnia Basuki

Komunikasi Interpersonal. Dwi Kurnia Basuki Komunikasi Interpersonal Dwi Kurnia Basuki Definisi Komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi diantara seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya di antara dua orang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dari penjelasan

BAB III METODE PENELITIAN. mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dari penjelasan BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dari penjelasan tersebut terdapat empat kata kunci yang perlu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Berdasarkan masalah, fokus tujuan, dan karateristik data, penelitian tentang strategi meningkatkan kualitas kompetensi profesional guru produktif di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Metode penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan dan dibuktikan, suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Untuk mengetahui penelitian yang berjudul analisis pengendalian internal untuk mendukung kelancaran proses produksi di UD Tri Manunggal Utama Jepara maka Jenis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Didalam menjawab pertanyaan yang terdapat pada permasalahan, penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Didalam menjawab pertanyaan yang terdapat pada permasalahan, penelitian 44 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Didalam menjawab pertanyaan yang terdapat pada permasalahan, penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Dalam Penelitian ini, peneliti menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Menurut Moleong (2010 hlm.6) : Penelitian kualitatif

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: stakeholder, pelanggan, proses komunikasi interpersonal, tahapan penetrasi sosial

ABSTRAK. Kata kunci: stakeholder, pelanggan, proses komunikasi interpersonal, tahapan penetrasi sosial ABSTRAK Pada dasarnya setiap perusahaan tidak akan pernah terlepas dari stakeholder. Salah satu stakeholder eksternal perusahaan yang berperan penting dalam keberhasilan suatu perusahaan adalah pelanggan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo, 2005). Komunikasi antar

BAB II KAJIAN TEORI. yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo, 2005). Komunikasi antar BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Komunikasi 2.1.1 Pengertian komunikasi antar pribadi Komunikasi antar pribadi merupakan proses sosial dimana individu-individu yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pengajar muda dan peserta didik di desa tertinggal dalam meningkatkan motivasi

BAB III METODE PENELITIAN. pengajar muda dan peserta didik di desa tertinggal dalam meningkatkan motivasi 35 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan tipe penelitian bersifat deskriptif, yaitu untuk memperoleh deskripsi mengenai Peranan komunikasi antar pribadi antara pengajar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Penelitian Menurut Sugiyono 33 Setiap penelitian berpegang pada paradigma tertentu untuk mengumpulkan fakta dan data sebagaimana dipergunakan untuk menentukan

Lebih terperinci

Team Building & Manajeman Konflik

Team Building & Manajeman Konflik Team Building & Manajeman Konflik www.kahlilpooh.wordpress.com SEMUA TENTANG PASKIBRA, PASKIBRAKA & OSIS KOTA MAGELANG PERSAHABATAN, YANG MERUPAKAN IKATAN SUCI, AKAN LEBIH SAKRAL DENGAN ADANYA KESULITAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. manusia, suatu objek,suatu sistem kondisi, suatu sistem pemikiran atau suatu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. manusia, suatu objek,suatu sistem kondisi, suatu sistem pemikiran atau suatu BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti suatu kelompok manusia, suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nusantara, bahwasannya konflik ini sudah terjadi sejak lama.

BAB I PENDAHULUAN. Nusantara, bahwasannya konflik ini sudah terjadi sejak lama. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Pada saat ini di SMA Terpadu Krida Nusantara sering terjadi perselisihan atau konflik antar angkatan.hal ini diperkuat oleh pernyataan oleh Bapak Rosadi Turjamil

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Untuk memperjelas arah dan mempermudah pencapaian tujuan penelitian, perlu adanya metode yang harus dilakukan agar hasilnya harus dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Metode penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan IPA (Sains) adalah salah satu aspek pendidikan yang digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan khususnya pendidikan

Lebih terperinci

Tugas : Perilaku Organisasi Nama : Erwin Febrian Nim : Pertanyaan:

Tugas : Perilaku Organisasi Nama : Erwin Febrian Nim : Pertanyaan: Tugas : Perilaku Organisasi Nama : Erwin Febrian Nim : 14121005 Pertanyaan: 1. Jelaskan pengertian konflik dan cara pandang konflik? 2. Jelaskan jenis, sebab dan proses terjadinya konflik? 3. Jelaskan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang didasarkan pada data alamiah yang berupa kata-kata dalam

BAB III METODE PENELITIAN. yang didasarkan pada data alamiah yang berupa kata-kata dalam 49 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Pendekatan deskriptif kualitatif merupakan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Ruang lingkup dalam penelitian ini pada bidang manajemen pemasaran yang difokuskan pada bauran pemasaran menurut Islam. Metode penelitian merupakan suatu cara prosedur atau langkah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam fungsinya sebagai individu maupun makhluk sosial. Komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. dalam fungsinya sebagai individu maupun makhluk sosial. Komunikasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan sarana paling utama dalam kehidupan manusia, yang berarti tak ada seorangpun yang dapat menarik diri dari proses ini baik dalam fungsinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan baik secara jasmani maupun rohani dimana kita lahir secara turun-temurun, membawa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mengutip dari Ponijan Liaw dalam bukunya yang berjudul The Art of Communication that Works, communication is the key of success, kata-kata bijak ini menyatakan bahwa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Dalam penelitian kualitatif analisis data merupakan proses mengatur

BAB IV ANALISIS DATA. Dalam penelitian kualitatif analisis data merupakan proses mengatur 73 BAB IV ANALISIS DATA Dalam penelitian kualitatif analisis data merupakan proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satu uraian dasar. Pada tahap ini data yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat mempunyai dampak yang besar terhadap perkembangan dunia usaha dan semakin tajamnya tingkat persaingan.

Lebih terperinci

PENGARUH GAYA NEGOSIASI TERHADAP HASIL NEGOSIASI PADA INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA (STUDI KASUS DEVELOPER SWASTA DI KOTA SURABAYA)

PENGARUH GAYA NEGOSIASI TERHADAP HASIL NEGOSIASI PADA INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA (STUDI KASUS DEVELOPER SWASTA DI KOTA SURABAYA) PENGARUH GAYA NEGOSIASI TERHADAP HASIL NEGOSIASI PADA INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA (STUDI KASUS DEVELOPER SWASTA DI KOTA SURABAYA) HANIFAH NEBRIAN SUKMA 3104 100 073 Dosen Pembimbing: Cahyono Bintang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Jenis penelitian yang akan dilakukan ini menggunakan jenis pendekatan kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. sosial dan dinamis. Oleh karena itu, peneliti memilih menggunakan metode

III. METODE PENELITIAN. sosial dan dinamis. Oleh karena itu, peneliti memilih menggunakan metode III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Permasalahan yang akan dikaji oleh peneliti merupakan masalah yang bersifat sosial dan dinamis. Oleh karena itu, peneliti memilih menggunakan metode penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian menggunakan pendekatan yang bersifat deskriptif. Dalam penelitian deskriptif data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan

Lebih terperinci

Pemangku Kepentingan, Manajer, dan Etika

Pemangku Kepentingan, Manajer, dan Etika Modul ke: Pemangku Kepentingan, Manajer, dan Etika Fakultas Pasca Sarjanan Dr. Ir. Sugiyono, Msi. Program Studi Magister Manajemen www.mercubuana.ac.id Source: Jones, G.R.2004. Organizational Theory, Design,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian yang dilakukan penulis ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif percaya bahwa kebenaran adalah dinamis dan dapat ditemukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pengumpulan data, dan juga dapat mempermudah menentukan berhasil tidaknya

BAB III METODE PENELITIAN. pengumpulan data, dan juga dapat mempermudah menentukan berhasil tidaknya BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah suatu teknik, cara dan alat yang digunakan untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran sesuatu pengetahuan dengan menggunakan metode ilmiah.

Lebih terperinci

Kata kunci: public relations, manajemen, staff public relations, Mirota Kampus.

Kata kunci: public relations, manajemen, staff public relations, Mirota Kampus. Studi Perbandingan Pemahaman Konsep Public Relations Menurut Manajemen dan Staff Public Relations di Mirota Kampus Florensia Samodra / Ike Devi Sulistyaningtyas, S.Sos., M.Si. Program Studi Ilmu Komunikasi,

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Hubungan Nilai..., Dian Rahmi Iskandar, F.PSI UI, 2008

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Hubungan Nilai..., Dian Rahmi Iskandar, F.PSI UI, 2008 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama yang ditemui setiap individu yang lahir ke dunia ini. Keluarga sebagai bagian dari suatu kelompok sosial mentransformasikan

Lebih terperinci

B. Lokasi Penelitian Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di Toko Zoya Jl. Sunan Kudus No. 98 Demaan Kota Kudus Kab. Kudus.

B. Lokasi Penelitian Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di Toko Zoya Jl. Sunan Kudus No. 98 Demaan Kota Kudus Kab. Kudus. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian atau penyidikan adalah suatu kegiatan mengkaji secara teliti dan teratur dalam suatu bidang ilmu menurut kaidah tertentu. Kaidah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Ada tiga jenis metodologi penelitian yaitu kuantitatif, kualitatif, dan

METODE PENELITIAN. Ada tiga jenis metodologi penelitian yaitu kuantitatif, kualitatif, dan III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Ada tiga jenis metodologi penelitian yaitu kuantitatif, kualitatif, dan campuran kuantitatif dengan kualitatif. Dalam penelitian ini digunakan pendekatan

Lebih terperinci