BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Kenampakan Bentuklahan Karst

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Kenampakan Bentuklahan Karst"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karst merupakan bentuklahan yang terbentuk akibat adanya proses pelarutan. Bentuklahan karst tergolong dalam bentuklahan yang unik dimana di dalamnya memiliki kondisi hidrologi yang khas dengan berkembangnya porositas sekunder dan batuan yang mudah larut oleh air (Ford dan Williams, 2007). Keunikan bentuklahan karst dicirikan dengan terdapatnya bentukan cekungan tertutup dengan berbagai ukuran yang disebut doline, bentukan residual atau sisa proses pelarutan berupa bukit, dan terdapatnya sistem aliran bawah tanah yang terbentuk akibat adanya proses pelarutan intensif. KEGELKARST DANAU DOLINE PONOR SUNGAI BAWAH TANAH GUA Gambar 1.1. Kenampakan Bentuklahan Karst Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kawasan karst yang cukup luas dengan luasan berkisar 15,4 juta hektar yang tersebar hampir di setiap wilayah seperti Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Madura, Bali, Nusa Tenggara, dan Papua (Sudariyono, 2004). Salah satu kawasan karst di Indonesia yang telah dikenal secara nasional dan internasional yaitu kawasan Karst Gunungsewu yang terletak di Pulau Jawa. Kawasan Karst Gunungsewu merupakan bagian dari Plato Selatan Jawa Tengah yang masuk dalam tiga wilayah administrasi yaitu Kabupaten Gunungkidul, Kabupaten Wonogiri, dan 1

2 Kabupaten Pacitan. Karst Gunungsewu ini termasuk dalam tipe karst yang berkembang di daerah tropis dengan bentukan bentukan berupa bukit bukit batugamping berketinggian antara meter yang didominasi bentukan menyerupai kerucut (kegelkarst) (Samodra, 2001). Kawasan Karst Gunungsewu membentang dari bagian barat hingga timur dari Jawa bagian tengah dengan luasan berkisar 13 hektar. Mengingat luasnya kawasan Karst Gunungsewu ini menyebabkan belum semua wilayah Karst Gunungsewu terekpos dan diteliti terutama pada bagian barat yaitu sekitar Kecamatan Panggang dan Purwosari. Masih minimnya penelitian di wilayah karst bagian Kecamatan Panggang dan Purwosari ini menarik untuk dikaji. Daerah sekitar Mataair Ngeleng yang berada pada Desa Giritirto Kecamatan Purwosari ini menjadi objek kajian yang cukup menarik dimana selain daerah ini masih jarang diteliti juga potensi mataair yang cukup besar. Hal ini terlihat dimana, kondisi Mataair Ngeleng yang termasuk dalam mataair perennial (mengalir sepanjang tahun) dan dimanfaatkan oleh 4 padukuhan disekitar mataair berada yaitu Padukuhan Petoyan, Padukuhan Susukan, Padukuhan Nglegok, dan Padukuhan Tompak untuk kebutuhan domestik warga padukuhan tersebut. Pentingnya keberadaan Mataair Ngeleng ini menyebabkan perlunya pengkajian lebih mendalam terkait kondisi di daerah imbuhannya baik secara geomorfologi dan hidrologi untuk tetap menjaga kuantitas dan kualitas dari Mataair Ngeleng ini. Proses pembentukan bentuklahan karst didominasi oleh proses pelarutan atau yang sering disebut karstifikasi. Proses pelarutan atau karstifikasi secara ringkas dirumuskan sebagai berikut (Haryono dan Adji, 2004). CaCO 3 + H 2 O + CO 2 Ca HCO 3 2- Dilihat dari proses kimianya, keberadaan karbondioksida (CO 2 ) memiliki peranan penting dalam proses pelarutan atau karstifikasi. Karbondioksida (CO 2 ) dan air (H 2 O) berperan sebagai reaktan untuk membentuk ion H - yang akan melarutkan batuan karbonat. Hal ini menyebabkan besarnya konsentrasi karbondioksida (CO 2 ) akan mempengaruhi terhadap daya larut batuan karbonat (Haryono dan Adji, 2004). Semakin tinggi konsentrasi karbondioksida (CO 2 ) dalam proses pelarutan atau karstifikasi maka semakin tinggi pula daya larut 2

3 batuan karbonat. Hubungan antara konsentrasi karbondioksida (CO 2 ) dengan daya larut batuan karbonat ditunjukkan oleh gambar berikut. Gambar 1.2. Grafik Hubungan Konsentrasi CO 2 dengan Daya Larut Batuan Karbonat Sumber : Haryono dan Adji, 2004 Sumber karbondioksida (CO 2 ) untuk karstifikasi dapat berasal dari atmosfer maupun dari tanah. Konsentrasi karbondioksida (CO 2 ) di atmosfer secara umum tidaklah bervariasi sehingga variasi karstifikasi yang terjadi pada bentuklahan karst lebih banyak dipengaruhi oleh konsentrasi karbondioksida (CO 2 ) yang berada dalam tanah. Variasi konsentrasi karbondioksida (CO 2 ) dalam tanah cenderung lebih bervariasi dan fluktuatif tergantung dari kondisi waktu dan tempat dari tanah tersebut berada. Sumber utama karbondioksida (CO 2 ) dalam tanah dihasilkan dari oksidasi bahan organik oleh mikroorganisme tanah. Proses oksidasi bahan organik tanah oleh mikroorganisme akan menghasilkan karbondioksida (CO 2 ) yang menjadi pemasok utama konsentrasi karbondioksida (CO 2 ) dalam tanah (Lassard. et al, 1994). Proses oksidasi bahan organik oleh mikroorganisme dapat dilihat dari reaksi berikut (Irawan, 2009). (C, 4 H) + O 2 CO 2 + 2H 2 O + Energi Proses oksidasi bahan organik tersebut disebut sebagai oksidasi enzimatik, yaitu oksidasi yang melibatkan mikroorganisme dengan hasil utama berupa karbondioksida (CO 2 ), air (H 2 O), dan energi (Hanafiah, 2004). Keberadaan karbondioksida (CO 2 ) dalam tanah yang dihasilkan akibat adanya aktivitas organisme baik organisme permukaan tanah (tumbuhan) maupun 3

4 mikroorganisme tanah menyebabkan fluktuasi kandungan karbondioksida (CO 2 ) dalam tanah dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban tanah (Trudgill, 1977). Suhu dan kelembaban tanah menjadi kontrol utama dalam peningkatan aktivitas mikroorganisme dan respirasi tanaman sebagai produsen utama karbondioksida (CO 2 ) dalam tanah (Risk, et.al, 2002). Proses proses yang telah diterangkan di atas seperti karstifikasi, oksidasi oleh mikroorganisme, dan respirasi tanah merupakan proses yang mempengaruhi dinamika karbondioksida (CO 2 ) dalam tanah pada kawasan karst. Dinamika karbondioksida (CO 2 ) dalam tanah pada kawasan karst memiliki keunikan dibandingkan tanah pada umumnya dimana proses karstifikasi ikut berperan dalam dinamika ini. Proses karstifikasi menyebabkan karbondioksida (CO 2 ) tanah digunakan untuk melarutkan batuan karbonat pada tanah bawah permukaan yang mengalami kontak dengan batuan karbonat. Adanya proses karstifikasi ini juga menyebabkan terbentuknya rezim karbondioksida (CO 2 ) tanah secara vertikal yang unik pada kawasan karst. Keunikan terjadi dengan semakin meningkatnya konsentrasi karbondioksida (CO 2 ) tanah seiring bertambahnya kedalaman tanah dari permukaan sampai kedalaman cm kemudian kembali menurun sampai adanya kontak dengan batuan (Shengyou and Shiyi, 2002). Adanya proses karstifikasi menyebabkan karbondioksida (CO 2 ) tanah menjadi terpakai sehingga nantinya input karbondioksida (CO 2 ) dari tanah ke atmosfer menjadi semakin berkurang. Berkurangnya input karbondioksida (CO 2 ) tanah ke atmosfer jelas akan mengurangi pemanasan global yang terjadi akibat berlebihnya konsentrasi gas rumah kaca (CO 2 ) di atmosfer. Hal inilah yang menjadikan bentanglahan karst menjadi penting dibandingkan bentanglahan lainnya karena adanya potensi penyerapan karbondioksida (CO 2 ) dalam jumlah cukup besar untuk proses karstifikasi atau pelarutan. Dinamika karbondioksida (CO 2 ) dalam tanah oleh aktivitas mikroorganisme, karstifikasi dan respirasi tanah menunjukkan adanya variasi secara spasial, temporal, dan vertikal pada profil tanah (Davidson, et.al, 2006). Sebagian besar studi mengenai siklus karbondioksida (CO 2 ) tanah ditekankan pada variasi spasial dan temporal yang terjadi, padahal variasi vertikal 4

5 karbondioksida (CO 2 ) pada profil tanah juga sangat penting diteliti dan dipahami. Variasi vertikal karbondioksida (CO 2 ) pada profil tanah merupakan faktor penting untuk memahami dinamika karbon tanah (Davidson, et.al, 2006). Mengingat akan hal tersebut maka penelitian mengenai variasi vertikal karbondioksida (CO 2 ) dalam profil tanah menjadi penting terutama pada kawasan karst karena adanya variasi laju pelarutan atau karstifikasi cenderung dipengaruhi adanya variasi karbondioksida (CO 2 ) dalam tanah karst Perumusan Masalah Kawasan Karst Gunungsewu yang membentang di bagian selatan Jawa bagian tengah memiliki fungsi strategis, salah satunya sebagai kawasan penyerap karbondioksida (CO 2 ). Daerah sekitar Mataair Ngeleng, Desa Giritirto, Kecamatan Purwosari yang termasuk dalam kawasan Karst Gunungsewu ini juga memiliki potensi dalam penyerapan karbondioksida (CO 2 ) untuk mengurangi dampak pemanasan global melalui proses karstifikasi atau pelarutan. Proses karstifikasi ini membutuhkan karbondioksida (CO 2 ) sebagai bahan utama yang digunakan untuk melarutkan batuan karbonat. Karbondioksida (CO 2 ) dalam proses pelarutan atau karstifikasi dapat diperoleh dari atmosfer dan juga dari dalam tanah. Konsentrasi karbondioksida (CO 2 ) di atmosfer cenderung lebih bersifat statis dan kurang bervariasi sehingga variasi karstifikasi yang terjadi pada bentuklahan karst lebih banyak dipengaruhi oleh variasi kandungan karbondioksida (CO 2 ) dalam tanah yang cenderung lebih variatif (Haryono dan Adji, 2004). Kandungan karbondioksida (CO 2 ) dalam tanah karst mengalami dinamika akibat adanya difusi, respirasi, oksidasi oleh mikroorganisme, infiltrasi dan karstifikasi pada berbagai kedalaman tanah. Dilihat dari proses yang terjadi, vegetasi memiliki peran penting dalam dinamika karbondioksida (CO 2 ) tanah. Adanya perubahan kondisi vegetasi saat perbedaan musim pada lahan tegalan dan hutan di daerah sekitar Mataair Ngeleng dapat digunakan untuk menjelaskan peran penting vegetasi dalam dinamika karbondioksida (CO 2 ) tanah. 5

6 Dinamika karbondioksida (CO 2 ) dalam tanah dikontrol oleh suhu dan kelembaban tanah. Faktor suhu dan kelembaban tanah menjadi kontrol utama terjadinya variasi karbondioksida (CO 2 ) baik secara vertikal, spasial, dan temporal karena adanya peningkatan aktivitas mikroorganisme dan respirasi tanah mengikuti fungsi suhu dan kelembaban tanah (Risk, et.al, 2002). Adanya proses oksidasi mikroorganisme dengan memanfatkan bahan organik sebagai sumber utama penghasil karbondioksida (CO 2 ) menyebabkan dinamika karbondioksida (CO 2 ) dalam tanah juga dipengaruhi oleh kandungan bahan organik dalam tanah. Berdasarkan pemikiran tersebut maka permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini yaitu : 1. Bagaimana variasi spasial, temporal, dan vertikal konsentrasi karbondioksida (CO 2 ) dalam profil tanah pada penggunaan lahan hutan dan tegalan di daerah penelitian? 2. Bagaimana hubungan atau keterkaitan antara kondisi suhu, kelembaban, kadar air tanah dan bahan organik tanah terhadap konsentrasi karbondioksida (CO 2 ) yang ada di dalam profil tanah pada daerah penelitian? Pemikiran inilah yang menjadi acuan penelitian dalam mengkaji fenomena variasi vertikal kandungan karbondioksida (CO 2 ) yang ada di dalam tanah pada bentuklahan karst. Berdasarkan pada latar belakang dan perumusan masalah maka penelitian yang dilakukan memiliki judul Distribusi Karbondioksida (CO 2 ) Tanah pada Kawasan Karst Gunungsewu Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu : 1. Mengukur dan mengidentifikasi besarnya variasi spasial, temporal, dan vertikal karbondioksida (CO 2 ) dalam profil tanah pada penggunaan lahan hutan dan tegalan di daerah penelitian. 2. Mengetahui keterkaitan atau hubungan antara kondisi suhu, kelembaban, kadar air tanah dan bahan organik tanah dengan variasi karbondioksida (CO 2 ) dalam profil tanah di daerah penelitian. 6

7 1.4. Kegunaan Penelitian Penelitian mengenai diharapkan dapat memberikan manfaat diantaranya untuk : 1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi pemahaman mengenai kondisi kawasan karst terutama kondisi tanahnya dan memberikan sumbangan pemikiran dalam upaya pengembangan pengelolaan kawasan karst. 2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk mengkaji lebih mendalam terkait faktor faktor penyebab terjadinya variasi proses pelarutan atau karstifikasi pada kawasan karst Tinjauan Pustaka A. Karst Karst merupakan bentukan asal proses pelarutan yang memiliki keunikan baik di atas permukaan (eksokarst) maupun di bawah permukaan (endokarst). Karst berasal dari bahasa Slovenia Kars yang artinya merupakan batuan dan juga nama geografis dari salah satu daerah di bagian barat Slovenia yang memiliki bentang alam terdiri atas batuan gamping (Jennings, 1971). Kondisi keunikan kawasan karst didefinisikan dengan ditemukannya kondisi hidrologi yang khas akibat adanya proses pelarutan pada batuan mudah larut dan terdapatnya porositas sekunder yang berkembang baik (Ford dan Williams, 2007). BUKIT KARST DOLINE Gambar 1.3. Kenampakan Bentuklahan Karst Sumber : Haryono dan Mick Day,

8 Kawasan karst dapat berkembang pada daerah daerah dengan batuan induk yang mudah terlarut seperti batugamping dan dolomit. Akan tetapi kawasan karst sering diidentikkan dengan kawasan dengan batuan gamping. Hal ini terjadi karena hampir sekitar 12% dari permukaan bumi memiliki bahan batuan induk berupa batugamping (Ford dan Williams, 2007) sehingga kawasan karst sering diidentikkan dengan kawasan batugamping karbonatan. Proses geomorfik penting yang bekerja pada daerah daerah berbatuan gamping atau karbonat adalah proses pelarutan atau karstifikasi. Proses terbentuknya karst sering disebut dengan proses karstifikasi dimana menurut Ritter (1979), Karstifikasi merupakan proses kerja oleh air terutama secara kimiawi, meskipun secara mekanik pula, yang menghasilkan kenampakan kenampakan topografi karst. Proses pelarutan atau karstifikasi tergolong dalam proses kimiawi dimana terjadi reaksi kimia di dalamnya dengan katalisator penting berupa air hujan dan karbondioksida. Proses pelarutan yang terjadi pada bentuklahan karst ini terjadi karena adanya kontak dan reaksi kimia antara udara, air, dan batuan karbonat. Proses pelarutan diawali dengan larutnya CO 2 di atmosfer oleh air hujan sehingga membentuk larutan H 2 CO 3 (Haryono dan Adji, 2004). Adapun reaksi kimia dapat dituliskan sebagai berikut. CO 2 + H 2 O H 2 CO 3... (1) Selanjutnya larutan asam akan terurai menjadi ion ion untuk mencapai kestabilan (2) dengan reaksi kimia sebagai berikut. H 2 CO 3 H + + HCO (2) Batugamping (CaCO 3 ) akan mengalami penguraian menjadi ion ion (3) yang nantinya akan berinteraksi dengan ion H + (4) dengan reaksi kimia sebagai berikut. CaCO 3 Ca CO 3... (3) CO H + - HCO 3... (4) Reaksi ion ion yang berasal dari dissosiasi CaCO 3 dan H + yang berasal dari dissosiasi CO 2 akan menghasilkan ketidakseimbangan antara pco 2 dalam air. 8

9 Hal ini akan menyebabkan lebih besar terdifusi dari udara ke dalam air dan selanjutnya akan terjadi reaksi kimia sebagai berikut. CaCO 3 + H 2 O + CO 2 Ca HCO (5) Kesemua reaksi pelarutan di atas dapat dilihat pada gambar 1.4 berikut. Gas CO 2 (gas) Cair CO 2 (aq) H 2 H 2 CO HCO 3 2 Ca 2+ H + HCO 3 Padat CaCO 3 Gambar 1.4. Skema proses pelarutan batugamping Sumber : Trudgil, 1985 B. Siklus Karbon Karbon merupakan salah satu unsur gas rumah kaca yang menyebabkan terjadinya peningkatan suhu di permukaan bumi. Karbon yang terdapat di dalam bumi ini mengalami siklus pertukaran yang sering dikenal dengan siklus karbon. Siklus karbon menggambarkan terjadinya dinamika karbon di alam. Siklus karbon ini merupakan siklus atau daur biogeokimia yang mencakup pertukaran karbon antara biosfer, pedosfer, hidrosfer, dan atmosfer bumi. Siklus karbon tergolong dalam siklus yang rumit dimana setiap proses saling mempengaruhi terhadap proses lainnya (Sutaryo, 2009). Karbondioksida (CO 2 ) di atmosfer diserap oleh tumbuhan dan organisme berklorofil untuk melakukan proses fotosintesis. Karbondioksida (CO 2 ) saat proses fotosintesis diubah menjadi karbohidrat, protein, dan lemak yang 9

10 membentuk biomasa tumbuhan. Proses penimbunan karbon (C) atau biomasa tumbuhan ini dinamakan proses penyerapan karbon (C-sequestration). Biomasa tumbuhan ini kemudian dialirkan ke organisme lainnya melalui proses rantai makanan. Karbon dalam biomasa tumbuhan dapat langsung kembali ke atmosfer melalui proses respirasi. Sementara saat proses dekomposisi berlangsung karbon akan terakumulasi di dalam tanah. Karbon di dalam tanah dan atmosfer dapat terlarut oleh air hujan dan terbawa ke perairan dalam bentuk karbon organik terlarut atau partikel karbon organik (Ulumuddin dan Kiswara, 2010). Proses pertukaran dan perpindahan karbon yang tertera di atas sering disebut sebagai siklus karbon. Adapun secara sederhana siklus karbon tergambar dalam gambar berikut ini. Gambar 1.5. Siklus Karbon di Permukaan Bumi Sumber : Effendi, 2003 Karbon di bumi ini tersimpan dalam tandon tandon karbon, menurut Lal (2007) bumi memiliki lima tandon utama karbon. Adapun kelima tandon karbon tersebut yaitu lautan, batuan (formasi geologi), tanah, vegetasi, dan udara. Kelima tandon tersebut menjadi wadah untuk menyimpan karbon dimana nantinya akan terjadi interaksi antara kelima tandon tersebut sehingga terjadilah siklus yang karbon yang rumit. Apabila diurutkan simpanan karbon terbesar terdapat dalam lautan, formasi geologi, tanah, atmosfer, dan terakhir vegetasi. 10

11 Tanah merupakan tandon karbon terbesar ketiga diantara tandon tandon karbon lainnya. Simpanan karbon dalam tanah dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu karbon murni (elemental C), karbon organik tanah (soil organic carbon) dan karbon inorganik tanah (soil inorganic carbon) (Schumacher, 2002). Karbon murni dalam tanah terbentuk akibat adanya pembakaran tidak sempurna dari bahan organik, sumber sumber geologi seperti grafit, batu bara, dan karbon yang terbentuk selama pertambangan, serta proses pengolahan dan pembakaran material. Karbon inorganik dalam tanah terbentuk dari batuan dasar yang ada pada suatu tempat atau daerah. Karbon inorganik ini dapat terbentuk oleh batuan karbonat seperti gamping, kalsit, dan dolomit. Sementara karbon organik dalam tanah terbentuk akibat adanya proses dekomposisi tanaman atau organisme yang telah mati dan terlarutkan dalam tanah. Kandungan karbon inorganik tanah diperkirakan terdapat sekitar 750 Pg di seluruh dunia, sedangkan kandungan karbon organik tanah diperkirakan kandungannya sekitar 1550 Pg di seluruh dunia (Esteban, 2000), dengan asumsi 1 Pg = ton. C. Karbondioksida Karbondioksida (CO 2 ) merupakan senyawa kimia yang terdiri dari atom oksigen yang terikat kovalen dengan sebuah atom karbon. Karbondioksida (CO 2 ) memiliki ciri berbentuk gas pada suhu dan tekanan standar, tidak berbau, dan tidak berwarna. Karbondioksida (CO 2 ) dihasilkan oleh semua hewan, tumbuhan, fungi (jamur), dan mikroorganisme pada proses respirasi. Karbondioksida (CO 2 ) merupakan hasil akhir dari organisme untuk mendapatkan energi dari penguraian gula, lemak, dan asam amino dengan oksigen yang dikenal sebagai respirasi sel. Karbondioksida (CO 2 ) pada tumbuhan diserap dari atmosfer pada proses fotosintesis, pada proses ini tumbuhan menyerap karbondioksida (CO 2 ) dari atmosfer untuk memproduksi bahan organik dengan bantuan energi cahaya dan mengkombinasikannya dengan air. Karbondioksida (CO 2 ) termasuk dalam salah satu gas rumah kaca yang menyebabkan terjadinya peningkatan suhu di permukaan udara dan permukaan laut. Brown dan Zieler (1993 dalam Chiu et al. 2008) menyatakan bahwa gas 11

12 rumah kaca meningkat drastis di atmosfer bumi sebagai akibat dari aktivitas manusia dan industrialisasi. Karbondioksida (CO 2 ) adalah gas rumah kaca paling besar kontribusinya terhadap pemanasan global. Konsentrasi alaminya hanya berkisar 0,03 % di atmosfer. Jasad tumbuhan dan hewan yang mati akan melepaskan kandungan karbon dalam bentuk karbondioksida (CO 2 ) termasuk dalam kegiatan pembakaran bahan bakar fosil. Saat ini laju pertambahan gas CO 2 di atmosfer rata rata berjumlah 1,8 ppmv. Kehadiran gas CO 2 memberikan kontribusi besar terhadap kenaikan suhu permukaan bumi dan IPCC menyarankan agar emisi gas CO 2 sekurang kurangnya 60 % dari emisi gas yang dikeluarkan saat ini (Bappenas, 2004). Salah satu tampungan karbondioksida (CO 2 ) di bumi yaitu tanah. Tanah termasuk dalam sistem yang mengatur konsentrasi karbondioksida (CO 2 ) di atmosfer melalui fluks CO 2 tanah. Menurut Drew (1990 dalam Simojoki, 2001) fluks CO 2 atau respirasi tanah merupakan oksidasi biologi dari senyawa organik pada mikroorganisme, akar, organ atau bagian tubuh tumbuhan lainnya. Proses respirasi tanah inilah yang menjadi sumber pelepasan karbondioksida (CO 2 ) dari tanah ke atmosfer (Rochette et al, 2000). Fluks CO 2 tanah terdiri dari respirasi autotrofik dari akar tanaman dan respirasi heterotrofik dari organisme tanah. Akan tetapi dalam penelitian fluks CO 2 tanah merupakan respirasi tanah yang berasal dari respirasi heterotrofik tanah dan menggunakannya berbeda dari respirasi autrofik yang berasal dari akar tanaman (Kirschbaum, 2001). Konsentrasi karbondioksida (CO 2 ) pada udara tanah menunjukkan adanya variasi antara 0,1 5% dan apabila saat aerasi tanah buruk dapat mencapai 20% (Kohnke 1980 dalam Hanafiah, 2004). Menurut Hanafiah terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi konsentrasi karbondioksida (CO 2 ) dalam tanah yaitu tertera dalam tabel 1.1, yang secara umum merupakan konsekuensi dari terhambatnya aktivitas akar dan mikroorganisme tanah, serta difusi yang menyebabkan fluktuasi konsentrasi karbondioksida (CO 2 ) dalam tanah. 12

13 Tabel 1.1. Faktor faktor yang Mempengaruhi Kadar CO 2 Udara Tanah No Faktor faktor Lebih Tinggi Kadar CO 2 Lebih Rendah Penyebab 1. Musim Musim panas Musim dingin Terhambatnya aktivitas akar dan mikroorganisme 2. Perlakuan Penambahan pupuk kandang, Tanpa Terhambatnya aktivitas akar dan mikroorganisme kapur dan pupuk ditanami 3. Kadar Air Tanah basah Tanah kering Terbatasnya difusi 4. Tekstur Tanah Tekstur halus Tekstur kasar Terhambatnya difusi akibat lebih tingginya kelembaban 5. Struktur Tanah Masif Gembur Terhambatnya difusi akibat 6. Kedalaman Tanah lebih tingginya kelembaban Subsoil Topsoil Terhambatnya difusi akibat lebih tingginya kelembaban akibat keberadaan topsoil Sumber : Kohnke (1980) dalam Hanafiah (2004) Karbondioksida (CO 2 ) dalam tanah memiliki peranan penting terutama pada tanah pada kawasan karst. Karbondioksida (CO 2 ) tanah pada kawasan karst digunakan sebagai bahan dalam proses pelarutan batuan karbonat atau karstifikasi disamping karbondioksida (CO 2 ) dari atmosfer. Keberadaan karbondioksida (CO 2 ) dalam tanah sangat membantu dalam proses karstifikasi dimana variasi karstifikasi banyak dipengaruhi oleh adanya variasi karbondioksida (CO 2 ) tanah pada kawasan karst (Haryono dan Adji, 2004). Dinamika karbondioksida (CO 2 ) tanah pada kawasan karst selain dipengaruhi oleh aktivitas oksidasi mikroorganisme dan respirasi tanah juga dipengaruhi oleh adanya pelarutan pada batuan karbonat atau karstifikasi (Shengyou and Shiyi, 2002). Ketiga aktivitas tersebut menyebabkan terbentuknya rezim karbondioksida (CO 2 ) dalam tanah pada kawasan karst. Rezim karbondioksida (CO 2 ) pada permukaan tanah dipengaruhi oleh adanya aktivitas respirasi tanah dan difusi CO 2 ke atmosfer, sedangkan pada dasar tanah yang memiliki kontak dengan batuan karbonat dipengaruhi oleh adanya aktivitas pelarutan. 13

14 D. Produksi Karbondioksida (CO 2 ) Tanah Tanah merupakan salah satu tampungan terbesar bagi karbon, selain pada atmosfer, samudera, litologi, dan vegetasi (Lal, 2007). Secara umum tanah terdiri atas empat komponen utama yaitu bahan mineral, bahan organik, air, dan udara (Buckman and Brady, 1982). Keempat komponen inilah yang menyusun tanah menjadi satu kesatuan yang padu dengan karakteristik fisika dan kimia yang terdapat di dalamnya. Adapun komposisi dari keempat komponen tersebut yaitu 45% bahan mineral, 25% air, 25% udara, dan 5% bahan organik (Buckman and Brady, 1982). Kandungan karbondioksida (CO 2 ) sendiri termasuk dalam komponen udara tanah yang persentasenya cukup besar dalam tanah. Tanah merupakan bagian dari sistem yang mengatur konsentrasi karbondioksida (CO 2 ) di atmosfer karena hampir 10% karbondioksida (CO 2 ) dari tanah sampai ke atmosfer tiap tahunnya (Raich dan Schlesinger, 1992). Fluks karbondioksida (CO 2 ) atau respirasi tanah merupakan jumlah respirasi akar dan dekomposisi bahan organik heterotrofik tanah (Savage dan Davidson, 2001). Respirasi tanah merupakan salah satu indikator penting dalam ekosistem, meliputi seluruh aktivitas yang berkenaan dengan proses metabolisme di dalam tanah, pembusukan sisa tanaman pada tanah, dan konversi bahan organik tanah menjadi karbondioksida (CO 2 ). Produksi karbondioksida (CO 2 ) dalam tanah dihasilkan melalui proses oksidasi bahan organik tanah oleh mikroorganisme dan organ lainnya melalui respirasi akar tanaman (Lassard et al, 1994). Produksi karbondioksida (CO 2 ) dalam tanah oleh oksidasi bahan organik dan respirasi akar tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor internal dan faktor eksternal. Adapun faktor eksternal meliputi kandungan bahan organik tanah, suhu tanah, ketersediaan oksigen, dan ketersediaan nutrien, sedangkan faktor internal meliputi biomassa akar dan populasi mikroorganisme (Moren and Lindroth, 2000). Menurut Lassard et al (1994) terdapat beberapa faktor berperan penting dalam produksi karbondioksida (CO 2 ) dalam tanah yaitu suhu tanah dan kelembaban tanah. 14

15 1.6. Penelitian Sebelumnya Xu Shengyou dan He Shiyi (2002) dalam penelitian The CO 2 Regime of Soil Profile and Its Drive to Dissolution of Carbonate Rock di China menerangkan bahwa kandungan karbondioksida (CO 2 ) dalam tanah pada daerah karst membentuk rezim vertikal yang unik. Dimana terjadi peningkatan kandungan karbondioksida (CO 2 ) dari permukaan sampai kedalaman tanah berkisar m dan kemudian berkurang kembali seiring bertambahnya kedalaman tanah. Penelitian ini juga menungkapkan bahwa kandungan karbondioksida (CO 2 ) dalam tanah memiliki variasi secara temporal dan sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim mikro di daerah tersebut. Sementara Davidson et.al (2006) dalam penelitian Vertical Partitioning of CO 2 Production Within A Temperate Forest Soil menunjukkan bahwa konsentrasi karbondioksida (CO 2 ) dalam tanah mengalami perubahan secara temporal akibat adanya perubahan suhu dan kandungan air (kelembaban) tanah, dimana konsentrasi karbondioksida (CO 2 ) meningkat dari musim dingin menuju ke musim panas. Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa konsentrasi karbondioksida (CO 2 ) dalam tanah terutama horizon O (tanah permukaan) mengalami dinamika yang disebabkan adanya proses respirasi dan dekomposisi bahan organik oleh mikroorganisme tanah. Penelitian mengenai Carbon Dioxide in The Soils and Adjacent Cave of The Moravian Karst yang dilakukan oleh Jiri Faimon dan Monika Licbinska (2010) di Slovenia juga menunjukkan bahwa produksi karbondioksida (CO 2 ) dalam tanah di kontrol oleh suhu atau temperatur tanah dan kelembaban tanah. Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa vegetasi tidak terlalu berpengaruh terhadap produksi karbondioksida (CO 2 ) dalam tanah. Adapun penelitian penelitian lain yang sejenis dapat dilihat pada tebel berikut : 15

16 Tabel 1.2. Tabel Perbandingan Penelitian Sebelumnya No Peneliti, Tahun, Lokasi 1. David Risk, et. al (2001) Hutan di Nova Scotia, Canada 2. Xu Shengyou and He Shiyi (2002) Mata air di Guilin China 3. Muh. Taufik (2003) Desa Nopu Taman Nasional Lore Lindu Sulawesi Tengah Judul Tujuan Metode Hasil Carbon Dioxide in Soil Profile : Production and Temperature Dependence The CO 2 Regime of Soil Profile and Its Drive to Dissolution of Carbonate Rock. Fluks CH 4, CO 2, dan N 2 O dari Permukaan Tanah pada Berbagai Tipe Penggunaan Lahan di Sulawesi Tengah Mengkaji ketergantungan temperatur bagi produksi CO 2 tanah pada kedalaman tanah di beberapa penggunaan lahan. 1. Mengetahui rezim CO 2 pada tanah kawasan karst 2. Mengkorelasikan hubungan antara rezim CO 2 tanah dengan laju pelarutan pada batuan karbonat 1. Mengetahui fluks CH 4, N 2 O, dan CO 2 dari permukaan tanah. 2. Mengkaji pengaruh kelembaban tanah bagi fluks gas gas di atas pada berbagai penggunaan lahan. 4. Davidson, et.al Vertical Partitioning of 1. Mengetahui pembagian rezim 1. Vented surface flux chambers dikombinasi multiport gas well untuk sampling CO 2 2. Stasiun meteorologi untuk mengetahui suh di sub surface dan kelembaban 1. Rezim CO 2 dicari dengan menggunakan tube CO 2 2. Laju pelarutan dicari dengan menanam limestone tablet 3. Hidrokimia mata air diukur kandungan HCO3 - dan ph Data sekunder fluks CH 4, N 2 O, dan CO 2, kadar air tanah, bulk density dari enam penggunaan lahan serta data curah hujan harian. 1. Suhu diukur dengan thermocouple. 1. Variasi produksi CO 2 dalam profil tanah pada berbagai kedalaman dikontrol oleh temperatur. 2. Variasi produksi CO 2 pada beberapa penggunaan lahan terjadi akibat atau dikontrol oleh perbedaan temperatur pada penggunaan lahan. 1. Distribusi vertikal atau rezim CO 2 tanah mengalami variasi temporal dan dipengaruhi iklim. 2. Konsentrasi CO 2 pada tanah kawasan mengalami peningkatan dari permukaan sampai kedalaman cm dan kemudian berkurang dengan semakin dalamnya tanah. 3. Laju pelarutan batuan karbonat lebih dipengaruhi oleh aktivitas atau dinamika CO 2 dalam tanah bila dibanding konsentrasinya. 1. Fluks CO 2 tertinggi terjadi pada lahan jagung diikuti lahan padi ladang, lahan alang alang, lahan kakao, lahan cabe, dan terakhir lahan hutan sekunder. 2. Fluks CO 2 pada enam penggunaan lahan mengalami peningkatan saat bulan basah. 1. Konsentrasi CO 2 tanah mengalami variasi temporal dengan semakin 16

17 (2006) Hutan di Harvard, USA 5. Jiri Faimon and Monika Licbinska (2010) The Moravian Karst 6. Danardono (2012) Profil Tanah Daerah Sekitar Mata Air Ngeleng Giritirto CO 2 Production Within A Temperate Forest Soil Carbon Dioxide in The Soils and Adjacent Cave of The Moravian Karst Distribusi Karbondioksida (CO 2 ) Tanah pada Kawasan Karst Gunungsewu (Kasus Profil Tanah Daerah Sekitar Mata Air Ngeleng Giritirto, Purwosari, Gunungkidul) produksi CO 2 tanah secara vertikal. 2. Mengetahui konsentrasi CO 2 tanah pada horizon genetik tanah secara temporal. Mengkaji produksi CO 2 tanah karst pada variasi vegetasi dan pengaruhnya terhadap CO 2 dalam gua. 2. Mengetahui variasi spasial, temporal, dan vertikal konsentrasi CO 2 dalam profil tanah pada penggunaan lahan hutan dan tegalan. 3. Mengetahui hubungan antara variasi CO 2 pada profil tanah dengan suhu tanah, kelembaban tanah, kadar air tanah, dan bahan organik tanah. 2. Kelembaban tanah diukur dengan TDR soil moisture probe. 3. Respirasi tanah dan konsentrasi CO 2 diukur dengan IRGA. 1. Konsentrasi CO 2 diukur dengan handheld device dengan ALMEMO Kelembaban relatif dan temperatur diukur dengan hydro/ thermometer digital. 1. Suhu tanah diukur dengan termometer 2. Kelembaban tanah diukur dengan soil tester 3. Kadar air tanah dan bahan organik tanah diukur di laboratorium 4. Konsentrasi CO 2 tanah diukur menggunakan Kitagawa Gas Detector dan CO 2 tube. bertambah dari winter ke summer. 2. Perubahan temporal konsentrasi CO 2 dipengaruhi oleh suhu tanah dan kandungan air dalam tanah. 3. Konsentrasi CO 2 pada horizon O mengalami dinamika yang disebabkan karena respirasi akar dan dekomposisi organik. 1. Produksi CO 2 dalam tanah dikontrol oleh temperatur dan kelembaban, sedangkan vegetasi tidak begitu berpengaruh. 2. CO 2 dalam tanah tidak terlalu mengontrol CO 2 di dalam gua. 3. Pengaruh antropogenik mungkin berpengaruh terhadap proses alami yang terjadi di dalam gua. 1. Karbondioksida tanah meningkat dari musim kering ke musim penghujan. 2. Fluktuasi karbondioksida tanah cenderung besar pada lahan tegalan. 3. Karbondioksida tanah meningkat dari permukaan sampai kedalaman 60 cm kemudian mengalami penurunan dengan bertambahnya kedalaman. 4. Suhu tanah dan kelembaban tanah memiliki hubungan negatif dengan karbondioksida tanah, sedangkan bahan organik tanah dan kadar air tanah memiliki hubungan positif. 17

18 Penelitian penelitian sebelumnya yang terdapat dalam tabel di atas merupakan penelitian sejenis yang dijadikan rujukan dalam penelitian mengenai Distribusi Karbondioksida (CO 2 ) Tanah pada Kawasan Karst Gunungsewu. Penelitian yang dijadikan rujukan utama yaitu penelitian yang dilakukan oleh Xu Shengyou and He Shiyi (2002) yang sama sama dilakukan di bentanglahan karst. Penelitian yang dilakukan di Guilin, Cina ini memiliki kesamaan dalam lokasi yaitu pada daerah sekitar mataair dan terdapat kesamaan dalam parameter yang diukur yaitu karbondioksida tanah. Sementara itu, penelitian penelitian lainnya dijadikan sebagai rujukan dalam penentuan parameter parameter pendukung yang mempengaruhi kandungan karbondioksida dalam tanah dan metode pengambilan sampel dari masing masing parameter yang diukur seperti suhu tanah, kelembaban tanah, kadar air tanah, bahan organik tanah, dan kandungan karbondioksida tanah. Penelitian penelitian lainnya mengenai karbondioksida tanah ini juga dijadikan sebagai pembanding bagi hasil penelitian yang dilakukan pada kawasan Karst Gunungsewu ini Kerangka Pemikiran Siklus karbondioksida (CO 2 ) berlangsung dari adanya proses penyerapan karbondioksida (CO 2 ) dari atmosfer oleh vegetasi. Proses penyerapan karbondioksida (CO 2 ) oleh vegetasi digunakan untuk proses fotosintesis dengan bantuan cahaya dan kombinasi dengan air sehingga menghasilkan karbohidrat, protein, dan lemak. Hasil dari proses fotosintesis akan disimpan dalam tubuh vegetasi dalam bentuk biomasa tanaman. Biomasa tanaman yang berasal dari tanaman kemudian akan ditransfer ke organisme lain melalui proses rantai makanan. Biomasa tanaman yang berada di dalam tanah akan diuraikan oleh mikroorganisme tanah melalui proses oksidasi sehingga menghasilkan karbondioksida (CO 2 ) dalam tanah. Proses oksidasi mikroorganisme tanah ini merupakan sumber utama penghasil karbondioksida (CO 2 ) dalam tanah dengan memanfaatkan biomasa tanaman. Biomasa tanaman yang dimanfaatkan oleh mikroorganisme tanah ini 18

19 berupa bahan organik yang tersimpan dalam tanah. Oleh karena itu kandungan bahan organik dalam tanah juga ikut berperan dalam menentukan kandungan karbondioksida (CO 2 ) yang berada dalam tanah. Karbondioksida (CO 2 ) dalam tanah juga mengalami dinamika dengan adanya proses difusi karbondioksida (CO 2 ) dari tanah ke atmosfer untuk menyeimbangkan kandungan karbondioksida (CO 2 ) yang terkandung dalam tanah. Disamping itu karbondioksida (CO 2 ) mengalami pertukaran akibat adanya proses respirasi tanaman sehingga terjadi pertukaran antara karbondioksida di dalam tanah dengan atmosfer. Karbondioksida (CO 2 ) dari atmosfer juga dapat menginput langsung karbondioksida (CO 2 ) dalam tanah melalui air hujan. Proses ini terjadi ketika air hujan yang turun melarutkan karbondioksida (CO 2 ) di atmosfer dan membawanya masuk ke dalam tanah. Dinamika karbondioksida (CO 2 ) tanah seperti yang dijelaskan di atas terjadi pada tanah tanah normal selain tanah pada kawasan karst. Dinamika karbondioksida (CO 2 ) dalam tanah karst mengalami proses unik dan berbeda daripada dinamika yang terjadi pada tanah tanah biasa. Perbedaan ini terletak pada adanya proses karstifikasi atau pelarutan batuan karbonat dimana karbondioksida (CO 2 ) dalam tanah ikut berperan dalam proses tersebut. Karbondioksida (CO 2 ) dalam tanah karst dijadikan sebagai media pelarut bagi batuan karbonat dengan interaksinya dengan air. Penggunaan karbondioksida (CO 2 ) tanah dalam proses karstifikasi menyebabkan adanya pengurangan konsentrasi karbondioksida (CO 2 ) dalam tanah. Produksi dan kadar karbondioksida (CO 2 ) dalam tanah sangat dipengaruhi oleh faktor suhu dan kelembaban tanah. Faktor suhu dan kelembaban tanah menjadi sangat penting mengingat aktivitas oksidasi oleh mikroorganisme yang menjadi produsen utama karbondioksida (CO 2 ) dalam tanah sangat dipengaruhi kedua faktor tersebut. Kondisi suhu yang hangat dan kelembaban yang cukup menjadi tempat favorit bagi mikroorganisme tanah untuk tumbuh dan berkembang. Perkembangan mikroorganisme yang besar akan dapat meningkatkan produksi karbondioksida (CO 2 ) dalam tanah dan begitu pula sebaliknya. Saat perkembangan mikroorganisme terhambat maka proses oksidasi 19

20 tidak akan berlangsung baik sehingga berimbas pada menurunnya produksi karbondioksida (CO 2 ) dalam tanah. Adanya aktivitas terkait dinamika karbondioksida (CO 2 ) dalam tanah di atas dan faktor faktor yang mempengaruhinya seperti suhu, kelembaban, kadar air, dan bahan organik tanah menyebabkan terjadinya variasi karbondioksida (CO 2 ) dalam tanah pada kawasan karst. 20

21 Gambar 1.6. Gambaran Kerangka Pemikiran Penelitian Karbondioksida (CO 2 ) Tanah di Kawasan Karst 21

22 1.8. Batasan Operasional Karst adalah medan dengan kondisi hidrologi dan bentuklahan yang khusus, yang merupakan hasil kombinasi dari batuan yang mudah larut dan porositas sekunder yang berkembang dengan baik (Ford and Williams, 2007). Tanah adalah akumulasi tubuh alam bebas yang tersusun atas komponen bahan mineral, bahan organik, air, dan udara menjadi satu kesatuan padu dengan karakteristik fisika dan kimia yang terdapat di dalamnya (Buckman and Brady, 1982). Profil tanah adalah Irisan vertikal tanah di lapangan yang memperlihatkan sedikit atau benyak lapisan datar atau horizontal (horizon) tanah. (Notohadipoero, 1982). Siklus karbon adalah siklus biogeokimia yang mencakup pertukaran atau perpindahan karbon diantara biosfer, pedosfer, geosfer, hidrosfer, dan atmosfer bumi (Effendi, 2003). Karbondioksida adalah senyawa kimia yang terdiri dari atom oksigen yang terikat kovalen dengan sebuah atom karbon berbentuk gas dengan ciri tidak berwarna dan tidak berbau. Presipitasi adalah titik titik air yang jatuh dari awan melalui lapisan atmosfer ke permukaan bumi melalui proses alami siklus hidrologi (Hadisusanto, 2011). Infiltrasi adalah proses masuknya air hujan yang jatuh ke permukaan bumi ke dalam tanah, biasanya diukur dalam satuan kedalaman (cm) dalam satu satuan waktu (Knapp,B.J, 1999). Oksidasi enzimatik adalah oksidasi yang melibatkan mikroorganisme dengan hasil utama berupa karbondioksida (CO 2 ), air (H 2 O), dan energi (Hanafiah, 2004). Respirasi tanah adalah Gerak pembaharuan atau pertukaran gas baik antar horizon tanah maupun antara udara tanah dengan atmosfer (Notohadipoero, 1982). Karstifikasi adalah proses pelarutan pada batuan karbonat akibat adanya interaksi antara karbondioksida, air, dan batuan karbonat sehingga membentuk bentuklahan karst. 22

23 Kelembaban tanah adalah besarnya kandungan atau kadar air yang mengisi pori pori tanah dan menentukan sifat kering atau basah dari tanah (Notohadipoero, 1982). Kadar Air Tanah adalah besarnya air yang terkandung dalam tanah per satuan volume tanah. Bahan organik tanah adalah bahan yang terkandung dalam tanah yang terbentuk akibat adanya akumulasi berupa hancuran dan aktivitas dari makhluk hidup atau organisme baik yang terdapat di dalam tanah maupun di atas permukaan tanah. 23

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fluks dan Emisi CO2 Tanah

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fluks dan Emisi CO2 Tanah 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fluks dan Emisi CO 2 Tanah Tanah merupakan bagian dari sistem yang mengatur konsentrasi CO 2 atmosfer. Hampir 10% CO 2 dari tanah sampai ke atmosfer tiap tahunnya (Raich dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Gambut

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Gambut 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Gambut Pembukaan lahan gambut untuk pengembangan pertanian atau pemanfaatan lainnya secara langsung mengubah ekosistem kawasan gambut yang telah mantap membentuk suatu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (terutama dari sistem pencernaan hewan-hewan ternak), Nitrogen Oksida (NO) dari

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (terutama dari sistem pencernaan hewan-hewan ternak), Nitrogen Oksida (NO) dari I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemanasan global merupakan salah satu isu di dunia saat ini. Masalah pemanasan global ini bahkan telah menjadi agenda utama Perserikatan Bangsabangsa (PBB). Kontributor

Lebih terperinci

PENGANTAR. bahasa Slovenia (kras) yang berarti lahan gersang berbatu. Sebenarnya istilah ini

PENGANTAR. bahasa Slovenia (kras) yang berarti lahan gersang berbatu. Sebenarnya istilah ini PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Karst merupakan istilah dalam bahasa Jerman yang diturunkan dari bahasa Slovenia (kras) yang berarti lahan gersang berbatu. Sebenarnya istilah ini berkaitan dengan batugamping

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Topik mengenai peningkatan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer hingga saat ini terus menjadi perbincangan yang esensial dalam skala multinasional, terlebih lagi

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. kondisi yang sulit dengan struktur uniseluler atau multiseluler sederhana. Contoh

2. TINJAUAN PUSTAKA. kondisi yang sulit dengan struktur uniseluler atau multiseluler sederhana. Contoh 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mikroalga Nannochloropsis sp. Mikroalga merupakan mikroorganisme prokariotik atau eukariotik yang dapat berfotosintesis dan dapat tumbuh dengan cepat serta dapat hidup dalam kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertambangan batubara menjadi salah satu gangguan antropogenik terhadap ekosistem hutan tropis yang dapat berakibat terhadap degradasi dan kerusakan lahan secara drastis.

Lebih terperinci

SOIL COMPONENT EKOSARI R. 2011

SOIL COMPONENT EKOSARI R. 2011 SOIL COMPONENT EKOSARI R. 2011 Tanah = Pedosfer Merupakan hasil perpaduan antara: 1. lithosfer 2. biosfer 3. hidrosfer 4. atmosfer Perpaduan/hubungan tsb digambarkan oleh Patrick, F. (1974) Komponen

Lebih terperinci

TANAH / PEDOSFER. OLEH : SOFIA ZAHRO, S.Pd

TANAH / PEDOSFER. OLEH : SOFIA ZAHRO, S.Pd TANAH / PEDOSFER OLEH : SOFIA ZAHRO, S.Pd 1.Definisi Tanah adalah kumpulan dari benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horizon-horizon, terdiri dari campuran bahan mineral organic, air, udara

Lebih terperinci

VARIASI TEMPORAL KANDUNGAN HCO - 3 TERLARUT PADA MATAAIR SENDANG BIRU DAN MATAAIR BEJI DI KECAMATAN SUMBERMANJING WETAN DAN KECAMATAN GEDANGAN

VARIASI TEMPORAL KANDUNGAN HCO - 3 TERLARUT PADA MATAAIR SENDANG BIRU DAN MATAAIR BEJI DI KECAMATAN SUMBERMANJING WETAN DAN KECAMATAN GEDANGAN TERSEDIA SECARA ONLINE http://journal2.um.ac.id/index.php /jpg/ JURNAL PENDIDIKAN GEOGRAFI: Kajian, Teori, dan Praktek dalam Bidang Pendidikan dan Ilmu Geografi Tahun 22, No. 1, Januari 2017 Halaman: 1621

Lebih terperinci

PENGELOLAAN KAWASAN KARST DAN PERANANNYA DALAM SIKLUS KARBON DI INDONESIA

PENGELOLAAN KAWASAN KARST DAN PERANANNYA DALAM SIKLUS KARBON DI INDONESIA 1 PENGELOLAAN KAWASAN KARST DAN PERANANNYA DALAM SIKLUS KARBON DI INDONESIA Ahmad Cahyadi Jurusan Geografi Lingkungan Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada ahmadcahyadi@geo.ugm.ac.id INTISARI Karst

Lebih terperinci

DAUR AIR, CARBON, DAN SULFUR

DAUR AIR, CARBON, DAN SULFUR DAUR AIR, CARBON, DAN SULFUR Daur Air/H 2 O (daur/siklus hidrologi) 1. Air di atmosfer berada dalam bentuk uap air 2. Uap air berasal dari air di daratan dan laut yang menguap (evaporasi) karena panas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengolahan tanah merupakan tindakan mekanik terhadap tanah yang ditujukan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengolahan tanah merupakan tindakan mekanik terhadap tanah yang ditujukan 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengolahan Tanah dan Pemanasan Global Pengolahan tanah merupakan tindakan mekanik terhadap tanah yang ditujukan untuk menyiapkan tempat persemaian, memberantas gulma, memperbaikai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Tanah Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara,

Lebih terperinci

PEMANASAN GLOBAL. Efek Rumah Kaca (Green House Effect)

PEMANASAN GLOBAL. Efek Rumah Kaca (Green House Effect) PEMANASAN GLOBAL Efek Rumah Kaca (Green House Effect) EFEK RUMAH KACA Efek rumah kaca dapat digunakan untuk menunjuk dua hal berbeda: efek rumah kaca alami yang terjadi secara alami di bumi, dan efek rumah

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 13 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Sifat Kimia Tanah Data sekunder hasil analisis kimia tanah yang diamati yaitu ph tanah, C-Org, N Total, P Bray, kation basa (Ca, Mg, K, Na), kapasitas

Lebih terperinci

Pemanfaatan Hutan Mangrove Sebagai Penyimpan Karbon

Pemanfaatan Hutan Mangrove Sebagai Penyimpan Karbon Buletin PSL Universitas Surabaya 28 (2012): 3-5 Pemanfaatan Hutan Mangrove Sebagai Penyimpan Karbon Hery Purnobasuki Dept. Biologi, FST Universitas Airlangga Kawasan pesisir dan laut merupakan sebuah ekosistem

Lebih terperinci

HIDROMETEOROLOGI Tatap Muka Ketiga (ATMOSFER)

HIDROMETEOROLOGI Tatap Muka Ketiga (ATMOSFER) Dosen : DR. ERY SUHARTANTO, ST. MT. JADFAN SIDQI FIDARI, ST., MT HIDROMETEOROLOGI Tatap Muka Ketiga (ATMOSFER) 1. Pengertian Atmosfer Planet bumi dapat dibagi menjadi 4 bagian : (lithosfer) Bagian padat

Lebih terperinci

BAB 4 SIKLUS BIOGEOKIMIA

BAB 4 SIKLUS BIOGEOKIMIA Siklus Biogeokimia 33 BAB 4 SIKLUS BIOGEOKIMIA Kompetensi Dasar: Menjelaskan siklus karbon, nitrogen, oksigen, belerang dan fosfor A. Definisi Siklus Biogeokimia Siklus biogeokimia atau yang biasa disebut

Lebih terperinci

BY: Ai Setiadi FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSSITAS SATYA NEGARA INDONESIA

BY: Ai Setiadi FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSSITAS SATYA NEGARA INDONESIA BY: Ai Setiadi 021202503125002 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSSITAS SATYA NEGARA INDONESIA Dalam budidaya ikan ada 3 faktor yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan budidaya, karena hasil

Lebih terperinci

Iklim Perubahan iklim

Iklim Perubahan iklim Perubahan Iklim Pengertian Iklim adalah proses alami yang sangat rumit dan mencakup interaksi antara udara, air, dan permukaan daratan Perubahan iklim adalah perubahan pola cuaca normal di seluruh dunia

Lebih terperinci

DAUR BIOGEOKIMIA 1. DAUR/SIKLUS KARBON (C)

DAUR BIOGEOKIMIA 1. DAUR/SIKLUS KARBON (C) DAUR BIOGEOKIMIA 1. DAUR/SIKLUS KARBON (C) Berkaitan dengan siklus oksigen Siklus karbon berkaitan erat dengan peristiwa fotosintesis yang berlangsung pada organisme autotrof dan peristiwa respirasi yang

Lebih terperinci

4.1 PENGERTIAN DAUR BIOGEOKIMIA

4.1 PENGERTIAN DAUR BIOGEOKIMIA 4.DAUR BIOGEOKIMIA 4.1 PENGERTIAN DAUR BIOGEOKIMIA Dalam lingkungan, unsur-unsur kimia termasuk juga unsur protoplasma yang penting akan beredar di biosfer mengikuti jalur tertentu yaitu dari lingkungan

Lebih terperinci

ARUS ENERGI DALAM EKOSISTEM

ARUS ENERGI DALAM EKOSISTEM ARUS ENERGI DALAM EKOSISTEM Transformasi Energi dan Materi dalam Ekosistem KONSEP ENERGI Energi : kemampuan untuk melakukan usaha Hukum Thermodinamika 1 : Energi dapat diubah bentuknya ke bentuk lain,

Lebih terperinci

INTERAKSI ANTAR KOMPONEN EKOSISTEM

INTERAKSI ANTAR KOMPONEN EKOSISTEM INTERAKSI ANTAR KOMPONEN EKOSISTEM 1. Interaksi antar Organisme Komponen Biotik Untuk memenuhi kebutuhannya akan makanan, setiap organisme melakukan interaksi tertentu dengan organisme lain. Pola-pola

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. sektor pertanian (MAF, 2006). Gas rumah kaca yang dominan di atmosfer adalah

TINJAUAN PUSTAKA. sektor pertanian (MAF, 2006). Gas rumah kaca yang dominan di atmosfer adalah 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pertanian dan Pemanasan Global Pemanasan global yang kini terjadi adalah akibat dari makin meningkatnya gas rumah kaca (GRK) di atmosfer, baik secara alami maupun secara buatan

Lebih terperinci

SIKLUS OKSIGEN. Pengertian, Tahap, dan Peranannya

SIKLUS OKSIGEN. Pengertian, Tahap, dan Peranannya SIKLUS OKSIGEN Pengertian, Tahap, dan Peranannya Apa yang terbesit dalam pikiran anda bila mendengar kata oksigen? Seperti yang kita tahu, oksigen bagian dari hidup kita yang sangat kita butuhkan keberadaannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Airtanah merupakan sumber daya penting bagi kelangsungan hidup manusia. Sebagai sumber pasokan air, airtanah memiliki beberapa keunggulan bila dibandingkan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Secara alami CO 2 mempunyai manfaat yang sangat besar bagi kehidupan makhluk hidup. Tumbuhan sebagai salah satu makhluk hidup di bumi memerlukan makanannya untuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. oleh pemerintah untuk di pertahankan keberadaan nya sebagai hutan tetap.

TINJAUAN PUSTAKA. oleh pemerintah untuk di pertahankan keberadaan nya sebagai hutan tetap. 4 TINJAUAN PUSTAKA Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang di tunjuk dan atau di tetapkan oleh pemerintah untuk di pertahankan keberadaan nya sebagai hutan tetap. Kawasan hutan perlu di tetapkan untuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Tanah Gambut

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Tanah Gambut II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambut 2.1.1 Pengertian Tanah Gambut Gambut mempunyai banyak istilah padanan dalam bahasa asing, antara lain peat, bog, moor, mire, atau fen. Gambut diartikan sebagai material

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Sumber oksigen terlarut dalam perairan

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Sumber oksigen terlarut dalam perairan 4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Oksigen terlarut dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme, atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Emisi Gas Rumah Kaca di Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Emisi Gas Rumah Kaca di Indonesia 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Emisi Gas Rumah Kaca di Indonesia Sampai tahun 2004, Indonesia berada pada urutan ke 15 negara penghasil gas rumah kaca tertinggi di dunia dengan emisi tahunan 378 juta ton

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Organik Tanah Bahan organik tanah merupakan bagian dari fraksi organik yang telah mengalami degradasi dan dekomposisi, baik sebagian atau keseluruhan menjadi satu dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sekitar 500 mm per tahun (Dowswell et al., 1996 dalam Iriany et al., 2007).

I. PENDAHULUAN. sekitar 500 mm per tahun (Dowswell et al., 1996 dalam Iriany et al., 2007). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jagung merupakan tanaman serealia yang paling produktif di dunia, cocok ditanam di wilayah bersuhu tinggi. Penyebaran tanaman jagung sangat luas karena mampu beradaptasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Hujan Tropis Hutan adalah satu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peningkatan aktivitas manusia di muka bumi telah mendorong terjadinya

I. PENDAHULUAN. Peningkatan aktivitas manusia di muka bumi telah mendorong terjadinya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Peningkatan aktivitas manusia di muka bumi telah mendorong terjadinya pemanasan global (global warming). Pemanasan global terjadi sebagai akibat dari makin

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang TINJAUAN PUSTAKA Sifat dan Ciri Tanah Ultisol Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang tersebar luas di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya serta sebagian kecil di pulau

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini, data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Penyajian grafik dilakukan berdasarkan variabel konsentrasi terhadap kedalaman dan disajikan untuk

Lebih terperinci

MANAJEMEN KUALITAS AIR

MANAJEMEN KUALITAS AIR MANAJEMEN KUALITAS AIR Ai Setiadi 021202503125002 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS SATYA NEGARA INDONESIA Dalam budidaya ikan ada 3 faktor yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan budidaya,

Lebih terperinci

II. PEMBENTUKAN TANAH

II. PEMBENTUKAN TANAH Company LOGO II. PEMBENTUKAN TANAH Dr. Ir. Mohammad Mahmudi, MS Arief Darmawan, S.Si., M.Sc Isi A. Konsep pembentukan tanah B. Faktor pembentuk tanah C. Proses pembentukan tanah D. Perkembangan lapisan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sifat Fisik Tanah Sifat fisik tanah yang di analisis adalah tekstur tanah, bulk density, porositas, air tersedia, serta permeabilitas. Berikut adalah nilai masing-masing

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang secara khas berkembang pada batu gamping dan/atau dolomite sebagai

I. PENDAHULUAN. yang secara khas berkembang pada batu gamping dan/atau dolomite sebagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karst adalah bentang alam di permukaan dan di bawah permukaan tanah yang secara khas berkembang pada batu gamping dan/atau dolomite sebagai akibat proses pelarutan air.

Lebih terperinci

geografi Kelas X PEDOSFER I KTSP & K-13 A. PROSES PEMBENTUKAN TANAH

geografi Kelas X PEDOSFER I KTSP & K-13 A. PROSES PEMBENTUKAN TANAH KTSP & K-13 Kelas X geografi PEDOSFER I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami proses dan faktor pembentukan tanah. 2. Memahami profil,

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 13 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil 5.1.1. Sifat Kimia Tanah Variabel kimia tanah yang diamati adalah ph, C-organik, N Total, P Bray, Kalium, Kalsium, Magnesium, dan KTK. Hasil analisis sifat kimia

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS PRIMER DAN SEKUNDER BAB 1. PENDAHULUAN

PRODUKTIVITAS PRIMER DAN SEKUNDER BAB 1. PENDAHULUAN PRODUKTIVITAS PRIMER DAN SEKUNDER BAB 1. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Suatu ekosistem dapat terbentuk oleh adanya interaksi antara makhluk dan lingkungannya, baik antara makhluk hidup dengan makhluk hidup

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. dan hutan tropis yang menghilang dengan kecepatan yang dramatis. Pada tahun

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. dan hutan tropis yang menghilang dengan kecepatan yang dramatis. Pada tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan kebutuhan hidup manusia, tidak dapat dipungkiri bahwa tekanan terhadap perubahan lingkungan juga akan meningkat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Kopi Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi merupakan tanaman dengan perakaran tunggang yang mulai berproduksi sekitar berumur 2 tahun

Lebih terperinci

SIKLUS CARBON DI PERAIRAN DANAU

SIKLUS CARBON DI PERAIRAN DANAU SIKLUS CARBON DI PERAIRAN DANAU Disusun oleh : Kelompok 8 Sari Sistyawati R 26010114140072 Nur kharimah 26010114140073 Danang Adi S 26010112120013 Agi Prayoga P 26010112140015 Hida Rizki Aini 26010112130028

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.

Lebih terperinci

KONSEP EKOSISTEM Living in the Environment BI2001 Pengetahuan Lingkungan SITH ITB 2013

KONSEP EKOSISTEM Living in the Environment BI2001 Pengetahuan Lingkungan SITH ITB 2013 2 KONSEP EKOSISTEM BI2001 Pengetahuan Lingkungan Sumber utama materi dan ilustrasi: Miller, G.T. & S.E. Spoolman. 2012. Living in the Environment. Seventeenth edition. Brooks/Cole, Belmont, CA (USA) Topik

Lebih terperinci

ATMOSFER & PENCEMARAN UDARA

ATMOSFER & PENCEMARAN UDARA ATMOSFER & PENCEMARAN UDARA Pengelolaan lingkungan diperlukan agar lingkungan dapat terus menyediakan kondisi dan sumber daya yang dibutuhkan oleh makhluk hidup. Lingkungan abiotis terdiri dari atmosfer,

Lebih terperinci

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang

Lebih terperinci

Geografi LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN I. K e l a s. Kurikulum 2006/2013. A. Pengertian Lingkungan Hidup

Geografi LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN I. K e l a s. Kurikulum 2006/2013. A. Pengertian Lingkungan Hidup Kurikulum 2006/2013 Geografi K e l a s XI LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak tahun 1980-an para peneliti meteorologi meyakini bahwa akan terjadi beberapa penyimpangan iklim global, baik secara spasial maupun temporal. Kenaikan temperatur

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK TANAH. Angga Yuhistira Teknologi dan Manajemen Lingkungan - IPB

KARAKTERISTIK TANAH. Angga Yuhistira Teknologi dan Manajemen Lingkungan - IPB KARAKTERISTIK TANAH Angga Yuhistira Teknologi dan Manajemen Lingkungan - IPB Pendahuluan Geosfer atau bumi yang padat adalah bagian atau tempat dimana manusia hidup dan mendapatkan makanan,, mineral-mineral

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena II. TINJAUAN PUSTAKA A. Defenisi Hujan Asam Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena keragamannya sangat tinggi baik menurut waktu dan tempat. Hujan adalah salah satu bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sumber daya alam untuk keperluan sesuai kebutuhan hidupnya. 1 Dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sumber daya alam untuk keperluan sesuai kebutuhan hidupnya. 1 Dalam suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Organisme atau makhluk hidup apapun dan dimanapun mereka berada tidak akan dapat hidup sendiri. Kelangsungan hidup suatu organisme akan bergantung kepada organisme lain

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. lainnya tidak selalu sama. Bentukan khas pada bentang alam ini disebabkan

1 BAB I PENDAHULUAN. lainnya tidak selalu sama. Bentukan khas pada bentang alam ini disebabkan 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Bentang alam karst merupakan suatu bentang alam yang memiliki bentukan yang sangat unik dan khas. Bentang alam karst suatu daerah dengan daerah yang lainnya

Lebih terperinci

PEDOSFER BAHAN AJAR GEOGRAFI KELAS X SEMESTER GENAP

PEDOSFER BAHAN AJAR GEOGRAFI KELAS X SEMESTER GENAP PEDOSFER BAHAN AJAR GEOGRAFI KELAS X SEMESTER GENAP PENGERTIAN TANAH Pedosfer berasal dari bahasa latin yaitu pedos = tanah, dan sphera = lapisan. Pedosfer yaitu lapisan kulit bumi yang tipis yang letaknya

Lebih terperinci

Tjahyo Nugroho Adji Karst Research Group Fak. Geografi UGM

Tjahyo Nugroho Adji Karst Research Group Fak. Geografi UGM Serial Powerpoint Presentasi: KOMPONEN- KOMPONEN ALIRAN KARST Tjahyo Nugroho Adji Karst Research Group Fak. Geografi UGM SISTEM HIDROLOGI KARST A. Pendahuluan Karst Gunung Sewu dikenal sebagai kawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. menyebabkan perubahan tata guna lahan dan penurunan kualitas lingkungan. Alih

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. menyebabkan perubahan tata guna lahan dan penurunan kualitas lingkungan. Alih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya kebutuhan lahan dan semakin terbatasnya sumberdaya alam menyebabkan perubahan tata guna lahan dan penurunan kualitas lingkungan. Alih guna hutan sering terjadi

Lebih terperinci

PERTEMUAN XIV: EKOSISTEM DAN BIOLOGI KONSERVASI. Program Tingkat Persiapan Bersama IPB 2011

PERTEMUAN XIV: EKOSISTEM DAN BIOLOGI KONSERVASI. Program Tingkat Persiapan Bersama IPB 2011 PERTEMUAN XIV: EKOSISTEM DAN BIOLOGI KONSERVASI Program Tingkat Persiapan Bersama IPB 2011 1 EKOSISTEM Topik Bahasan: Aliran energi dan siklus materi Struktur trofik (trophic level) Rantai makanan dan

Lebih terperinci

Topik C4 Lahan gambut sebagai cadangan karbon

Topik C4 Lahan gambut sebagai cadangan karbon Topik C4 Lahan gambut sebagai cadangan karbon 1 Presentasi ini terbagi menjadi lima bagian. Bagian pertama, memberikan pengantar tentang besarnya karbon yang tersimpan di lahan gambut. Bagian kedua membahas

Lebih terperinci

PENGARUH BAHAN ORGANIK TERHADAP SIFAT BIOLOGI TANAH. Oleh: Arif Nugroho ( )

PENGARUH BAHAN ORGANIK TERHADAP SIFAT BIOLOGI TANAH. Oleh: Arif Nugroho ( ) PENGARUH BAHAN ORGANIK TERHADAP SIFAT BIOLOGI TANAH Oleh: Arif Nugroho (10712004) PROGRAM STUDI HORTIKULTURA JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2012 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #10 Genap 2016/2017. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #10 Genap 2016/2017. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #10 Pengertian 2 Global warming atau pemanasan global adalah proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan bumi. Suhu rata-rata global permukaan bumi telah 0,74 ± 0,18 C (1,33 ±

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor

TINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor II. TINJAUAN PUSTAKA Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor pertanian, kehutanan, perumahan, industri, pertambangan dan transportasi.di bidang pertanian, lahan merupakan sumberdaya

Lebih terperinci

Luas Luas. Luas (Ha) (Ha) Luas. (Ha) (Ha) Kalimantan Barat

Luas Luas. Luas (Ha) (Ha) Luas. (Ha) (Ha) Kalimantan Barat II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hutan Hujan Tropis Hujan hujan tropis adalah daerah yang ditandai oleh tumbuh-tumbuhan subur dan rimbun serta curah hujan dan suhu yang tinggi sepanjang tahun. Hutan hujan tropis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saling berkolerasi secara timbal balik. Di dalam suatu ekosistem pesisir terjadi

BAB I PENDAHULUAN. saling berkolerasi secara timbal balik. Di dalam suatu ekosistem pesisir terjadi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan pesisir dan laut merupakan sebuah ekosistem yang terpadu dan saling berkolerasi secara timbal balik. Di dalam suatu ekosistem pesisir terjadi pertukaran materi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan pengelolaan yang memperhatikan kendala yang ada. Beberapa kendala

II. TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan pengelolaan yang memperhatikan kendala yang ada. Beberapa kendala II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanah Ultisol Tanah Ultisol sering diidentikkan dengan tanah yang tidak subur, tetapi sesungguhnya bisa dimanfaatkan untuk lahan pertanian potensial, asalkan dilakukan pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Perubahan iklim global (global climate

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Perubahan iklim global (global climate BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelestarian lingkungan dekade ini sudah sangat terancam, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Perubahan iklim global (global climate change) yang

Lebih terperinci

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman 1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai kekayaan alam yang beranekaragam termasuk lahan gambut berkisar antara 16-27 juta hektar, mempresentasikan 70% areal gambut di Asia Tenggara

Lebih terperinci

EKOSISTEM. Yuni wibowo

EKOSISTEM. Yuni wibowo EKOSISTEM Yuni wibowo EKOSISTEM Hubungan Trofik dalam Ekosistem Hubungan trofik menentukan lintasan aliran energi dan siklus kimia suatu ekosistem Produsen primer meliputi tumbuhan, alga, dan banyak spesies

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Gambut berperanan penting dalam biosfer karena gambut terlibat dalam siklus biogeokimia, merupakan habitat tanaman dan hewan, sebagai lingkungan hasil dari evolusi, dan referen

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. berflagel. Selnya berbentuk bola berukuran kecil dengan diameter 4-6 µm.

2. TINJAUAN PUSTAKA. berflagel. Selnya berbentuk bola berukuran kecil dengan diameter 4-6 µm. 3 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Nannochloropsis sp Mikroalga adalah tumbuhan tingkat rendah yang memiliki klorofil, yang dapat digunakan untuk melakukan proses fotosintesis. Mikroalga tidak memiliki

Lebih terperinci

PERANAN MIKROORGANISME DALAM SIKLUS UNSUR DI LINGKUNGAN AKUATIK

PERANAN MIKROORGANISME DALAM SIKLUS UNSUR DI LINGKUNGAN AKUATIK PERANAN MIKROORGANISME DALAM SIKLUS UNSUR DI LINGKUNGAN AKUATIK 1. Siklus Nitrogen Nitrogen merupakan limiting factor yang harus diperhatikan dalam suatu ekosistem perairan. Nitrgen di perairan terdapat

Lebih terperinci

1 Asimilasi nitrogen dan sulfur

1 Asimilasi nitrogen dan sulfur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumbuhan tingkat tinggi merupakan organisme autotrof dapat mensintesa komponen molekular organik yang dibutuhkannya, selain juga membutuhkan hara dalam bentuk anorganik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemampuan hutan dan ekosistem didalamnya sebagai penyimpan karbon dalam bentuk biomassa di atas tanah dan di bawah tanah mempunyai peranan penting untuk menjaga keseimbangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak dikeluarkannya kebijakan revolusi agraria berupa bimbingan massal (bimas) dan intensifikasi massal (inmas) dari tahun 1960 -an hingga 1990-an, penggunaan input yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah Indonesia pada tahun 1960 melakukan modernisasi pertanian melalui program bimbingan massal (bimas) dan intensifikasi massal (inmas) untuk meningkatkan produktivitas

Lebih terperinci

Polusi. Suatu zat dapat disebut polutan apabila: 1. jumlahnya melebihi jumlah normal 2. berada pada waktu yang tidak tepat

Polusi. Suatu zat dapat disebut polutan apabila: 1. jumlahnya melebihi jumlah normal 2. berada pada waktu yang tidak tepat Polusi Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ancaman perubahan iklim sangat menjadi perhatian masyarakat dibelahan dunia manapun. Ancaman dan isu-isu yang terkait mengenai perubahan iklim terimplikasi dalam Protokol

Lebih terperinci

mengakibatkan Kabupaten Gunungkidul dikatakan sebagai daerah miskin air dan bencana kekeringan menjadi permasalahan yang sering dihadapi oleh

mengakibatkan Kabupaten Gunungkidul dikatakan sebagai daerah miskin air dan bencana kekeringan menjadi permasalahan yang sering dihadapi oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Gunungkidul adalah salah satu kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, yang memiliki ibukota Wonosari. Luas wilayah Kabupaten Gunungkidul sebesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan kebutuhan pokok yang mutlak harus dipenuhi sehari-hari. Tanpa adanya air, manusia tidak dapat bertahan hidup karena air digunakan setiap harinya untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tidak berkelanjutan. Pertanian dengan olah tanah intensif di lahan kering merusak

I. PENDAHULUAN. tidak berkelanjutan. Pertanian dengan olah tanah intensif di lahan kering merusak I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kehilangan karbon di sektor pertanian disebabkan oleh cara praktik budidaya yang tidak berkelanjutan. Pertanian dengan olah tanah intensif di lahan kering

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia pada umumnya, khususnya Provinsi Lampung. Hal ini dikarenakan

I. PENDAHULUAN. Indonesia pada umumnya, khususnya Provinsi Lampung. Hal ini dikarenakan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian merupakan bagian penting dalam pembangunan perekonomian di Indonesia pada umumnya, khususnya Provinsi Lampung. Hal ini dikarenakan kondisi

Lebih terperinci

PEMANASAN GLOBAL: Dampak dan Upaya Meminimalisasinya

PEMANASAN GLOBAL: Dampak dan Upaya Meminimalisasinya PEMANASAN GLOBAL: Dampak dan Upaya Meminimalisasinya Pemanasan global (global warming) adalah suatu bentuk ketidakseimbangan ekosistem di bumi akibat terjadinya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer,

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kultur Chaetoceros sp. dilakukan skala laboratorium dengan kondisi

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kultur Chaetoceros sp. dilakukan skala laboratorium dengan kondisi 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pertumbuhan Chaetoceros sp. Kultur Chaetoceros sp. dilakukan skala laboratorium dengan kondisi parameter kualitas air terkontrol (Lampiran 4). Selama kultur berlangsung suhu

Lebih terperinci

02. Jika laju fotosintesis (v) digambarkan terhadap suhu (T), maka grafik yang sesuai dengan bacaan di atas adalah (A) (C)

02. Jika laju fotosintesis (v) digambarkan terhadap suhu (T), maka grafik yang sesuai dengan bacaan di atas adalah (A) (C) Pengaruh Kadar Gas Co 2 Pada Fotosintesis Tumbuhan yang mempunyai klorofil dapat mengalami proses fotosintesis yaitu proses pengubahan energi sinar matahari menjadi energi kimia dengan terbentuknya senyawa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN II. TINJAUAN PUSTAKA I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan berperan penting dalam menjaga kestabilan iklim global. Secara fisiologis, vegetasi hutan akan menyerap gas karbon melalui proses fotosintesis. Jika hutan terganggu

Lebih terperinci

Biogeokimia adalah pertukaran atau perubahan yang terus menerus, antara komponen biosfer yang hidup dengan tak hidup.

Biogeokimia adalah pertukaran atau perubahan yang terus menerus, antara komponen biosfer yang hidup dengan tak hidup. SIKLUS BIOGEOKIMIA Biogeokimia adalah pertukaran atau perubahan yang terus menerus, antara komponen biosfer yang hidup dengan tak hidup. Dalam suatu ekosistem, materi pada setiap tingkat trofik tidak hilang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan 32% Papua 30% dan sebagian kecil ada di Sulawesi, Halmahera

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan 32% Papua 30% dan sebagian kecil ada di Sulawesi, Halmahera BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki lahan gambut terluas di antara negara tropis, yaitu sekitar 21 juta ha atau 10.8% dari luas daratan Indonesia. Lahan rawa gambut sebagian besar terdapat

Lebih terperinci

KESUBURAN TANAH DAN NUTRISI TANAMAN

KESUBURAN TANAH DAN NUTRISI TANAMAN KESUBURAN TANAH DAN NUTRISI TANAMAN Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman mengenai Pembentukan Tanah Entisol Yang disusun oleh: Agung Abdurahmansyah Anggita

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ekosistem Sungai Air merupakan salah satu sumber daya alam dan kebutuhan hidup yang penting dan merupakan sadar bagi kehidupan di bumi. Tanpa air, berbagai proses kehidupan

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja...

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja... SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal 8.4 1. ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja... Klorofil Kloroplas Hormon Enzim Salah satu faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

Soal Jawab DIT (dibuat oleh mahasiswa)

Soal Jawab DIT (dibuat oleh mahasiswa) Soal Jawab DIT (dibuat oleh mahasiswa) 1. Cara memperbaiki tanah setelah mengalami erosi yaitu dengan cara?? Konservasi Tanah adalah penempatansetiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan

Lebih terperinci

TANAH. Tanah terdiri atas empat komponen : butir-butir mineral materi organik air udara

TANAH. Tanah terdiri atas empat komponen : butir-butir mineral materi organik air udara TANAH Tanah terdiri atas empat komponen : butir-butir mineral materi organik air udara Susunan mineral sebagai a chorage rongga untuk air dan udara, dan nutrisi dalam proses pertukaran. Materi organik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Biogas Biogas adalah gas yang terbentuk melalui proses fermentasi bahan-bahan limbah organik, seperti kotoran ternak dan sampah organik oleh bakteri anaerob ( bakteri

Lebih terperinci

Company LOGO ILMU TANAH. Dr. Ir. Mohammad Mahmudi, MS Arief Darmawan, S.Si., M.Sc

Company LOGO ILMU TANAH. Dr. Ir. Mohammad Mahmudi, MS Arief Darmawan, S.Si., M.Sc Company LOGO ILMU TANAH Dr. Ir. Mohammad Mahmudi, MS Arief Darmawan, S.Si., M.Sc Topik: Konsepsi Tanah Isi: 13 23 3 4 Pendahuluan Pengertian Tanah Susunan Tanah Fungsi Tanah 1. PENDAHULUAN Gambar 1 Gambar

Lebih terperinci