... atas berkah Allah s w t,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "... atas berkah Allah s w t,"

Transkripsi

1 ... atas berkah Allah s w t, dorongan dari ibu, ayah (alm), bulik, serta kakak-kakak tersayang...

2 KEIKOBSEWTAAM KELBMPQK AKSEPFg3W gbabam MENUNJANG PEBAKSANAAN PROGRAM KELUARGA BEREMCWNA DI PEDESAAM Studi Kasus di Desa Kadumanggu, Keeamatan Citeureup - Kabupaten Bogor

3 INDRAWATI. Keikutsertaan Kelompok Akseptor Dalan Menun- jang Pelaksanaan Program Keluarga Berencana di Pedesaan (di bawah bimbingan Prof. Dr. Sediono M.P. Tjondronegoro). Tujuan praktek lapang ini adalah untuk mengetahui masalah-uiasalah yang dihadapi dalam pelaksanaan Program Keluarga Berencana serta penerimaannya oleh masyarakat, keikutsertaan Kelompok Akseptor dalam pelaksanaan Program Keluarga Berencana, dan peranan ketua Kelo~npok Akseptor dalam kegiatan keloinpok dan dalam kegiatan menyeharkan ide Keluarga Berencana. Praktek i.z!)ang dilakukan dengan metode studi kasus di Desa Kadumanggu, Kecamatan Citeureup, Bogor. Data yang dipakai adalah data primer yang diperoleh dari na.sil wawancara dengan responden, PI,KB, Panong Desa serta tokoh masyarakat; dan data sekunder dari lembaga yang berhubung- an dengan praktek lapang ini. Data yang diperoleh diana- lisa secara kualitatif dan kuantitatif; data kuantitatif diolah dan dituangican menjadi tabulasi dan prosentase. Kelonpok Akseptor di Desa Kadumanggu berdiri pada a- vial tallun Anggota Kelompok Akseptor (KA) adalah pa- ra isteri yang termasuk Pasangan Usia Subur pada suatu Rukun Tetangga ((RT). Ketua Kelompok Akseptor di tun juk ber- dasarkan otomatisasi jabatan ibu RT. Terdapat 18 KA di Desa Kadumanggu, KA RT 08 merupakan KA yang paling dinamis dan KP. RT 16/17 merupakan KA yang statis.

4 Kegiatan IIA RT 08 se1,ama dua bulan terakhir mencakup dua kali kegiatan penimbangan balita, dua kali arisari, pe- layanan kontrasepsi (pi1 KB), pengajian, olahraga serta penyuluhan KB secara individual dan kelompok. Kegiatan KA HT 16/17 meliputi satu kali kegiatan penimbangan balita tanpa penyuluhan, pelayanan kontrasepsi, pengajian dan penyuluhan KB secara individual. Partisipasi anggota KA RT 08 lebih tinggi dari anggo- ta KA RT 16/17. Tiga puluh persen anggota KA RT 08 tidak pernah hadir dalam kegiatan kelompok, pada KA RT 16/17 sebanyak 55%. Partisipasi aktif anggota IIA ditunjukkan oleh kegiatannya dalam menyebarkan ide KB. Partisipasi aktif anggota KA RT 08 lebih tinggi dari IIA RT 16/17, 50% anggota EA RT 08 pernah memberi penerangan KB dan hanya 25% anggota KA HT 16/17 yang pernah memberi penerangan. Ketua KA RT 08 berperan dalam melakukan pencatatan/ pelaporan anggota, penitnbangan balita, pelayanan kontrasepsi, penyuluhan KR dan Kesehatan, serta pembinaan aksep- tor. Ketua KA RT 16/17 mempunyai peranan paling menonjol hanya dalam pemberian penerangan KB secara individual, ke- giatan pencatatan/pelaporan anggota dan penimhangan balita tidair dilaiiukan. Pengatubilan keputusan dalam kegtatan ke- lompok didominasi oleh ketua kelompok. Masalah-masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan Program Keluarga Berencana mencakup aspek keagamaan, nilai yang dianut masyardcat, maupun issue-issue negatif yang

5 tersebar dalam masyarakat. ECasus pemasangan IUD secara paksa mempengaruhi pandangan dan penerimaan masyarakat terhadap Program Keluarga Berencana. Para s u d masih ba- nyak yang a-priori terhadap Keluarga Berencana terutama alat kontrasepsi IUD. Beberapa tokoh agama, tokoh masya- rakat masih berpandangan hahwa Keluarga Berencana tidak sesuai dengan agatna yang dianut. Penerimaan masyarakat terhadap tujuan Keluarga Berencana terbatas untuk menjarangkan kelahiran, umwya setuju dengan Program Keluarga Berencana dengan maksud untuk me- ngatur jumlah anak. Penerimaan terhadap alat kontrasepsi terbesar menggunakan pi1 KB dengan alasan resiko kecil dan cocok, penggunaan IUD dan suntikan kurang memasyarakat.

6 KEIKUTSERTAAN KELOMPOK AKSEPTOR DALAM MENUNJANG PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DI PEDESAAN (Studi Kasus di Desa Kadumanggu, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor) oleh INDRAVJATI Laporan Praktek Lapang Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor JURUSAN ILbIU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

7 Judul Laporan : KEIKUTSERTAAN KELOMPOK AKSEFTOR DALAM MENUNJANG FELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA BEHENCANA DI PEDESP.AN (Studi Kasus di Desa Kadumanggu, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor) Nama Mahasiswa : INDRAWATI Nornor Pokok : A Jurusan : ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN fl Menyetujui NIP Tanggal Lulus

8 XIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Surabaya, Jawa Timur pada tanggal 14 Nopember 1963 dari ibu Noermini dan ayah Soejono (alm), sebagai anak ke lima dari lima bersaudara. Penulis menamatkan pendidikan Sekolah Dasar pada tahun 1974 di Sekolah Dasar Negeri Tanggulangin I Surabaya. Kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri VI Surahaya dan lulus pada tahun Tahun 1978 penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas Negeri I1 Surabaya dan lulus pada tahun Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama pada Institut Pertanian Bogor tahun 1981, dan memilih Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian pada Fa- kultas Pertanian di tahun Pada tahun 1983 semester IV, penulis menjadi asisten luar biasa pada mata ajaran biologi. Tanun 1984 semester VII, peaulis menjadi asisten luar biasa pada mata ajaran Ilmu Usahatani di Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

9 KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah swt atas berkah, rahmat dan karunia yang dilimpahkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini. Tulisan ini merupakan laporan penulis selama tiga bulan melaksanakan praktek lapang secara terpadu dengan KKN pada tanggal 4 Februari 1985 sampai tanggal 4 Mei Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Sediono X.P. Tjondronegoro sebagai dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan selama praktek lapang hingga penyusunan laporan ini. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada responden, PLKB, PPLXB kecamatan Citeureup dan keluarga Kepala Desa Kadumanggu, atas bantuan yang diberikan selama prak- tek lapang. Bantuan dari Kepala BKKBN Kabupaten Bogor be- serta staf dan BKKBN Pusat yang telah memberi ijin penulis melakukan praktek lapang di desa Kadumanggu, Kecamatan Citeureup, Bogor, sangat dihargai. Rasa hormat, kasih sayang dan terirna kasih penulis haturkan kepada ibu, ayah (alm), bulik, semua kakak, dan se- luruh keluarga atas doa dan bantuannya selama ini. Juga kepada keluarga Darmo S, semua teman dan sahabat yang telah mendorong, membantu dan berdoa untuk penulis hingga sele- sainya tulisan ini.

10 dtas segala bentuk bantuan dari Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian serta seluruh karyawan perpustakaan, penulis ucapkan terima kasih. Akhirnya penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu kritik dan saran mem- bangun sangat penulis harapkan. Vlalaupun demikian, semo- ga tulisan ini bermanfaat bagi yang memerlukannya. Bogor, Oktober 1985 Penulis

11 DAFTAR IS1 Halaman DAFTAR TABEL iv PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan dan Kegunaan Praktek Lapang... 4 KZSANGKA PEMIKIRAN METODOLOGI Penentuan Daerah Praktek Lapang. 11 Pengambilan Sample dan Waktu Praktek Lapang 11 Pengumpulan Data Analisa Data KEADAAN UMUM DAERAH PRAKTEK LAPANG Keadaan Geografi Penduduk dan Mata Pencaharian. 14 Pendidikan. Agama dan Adat-Istiadat. 17 Sarana Komunikasi dan Kesehatan. 18 HASIL DAN PEMBPBASAN Sejarah Pembentukan Kelompok Akseptor.. 20 KepemimpinanKelompok Kegiatan Kelompok Akseptor Karakteristik Anggota Kelompok Akseptor.. Partisipasi Anggota Kelompok Akseptor.. Penerimaan Terhadap Program KB.... KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

12 DAFTAR TABEL Halaman 1. Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Desa Kadumanggu, Kecamatan Citeureup, Bogor, Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa Kadumanggu, Kecamatan Citeureup, Bogor, Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Kadumanggu, Kecamatan Citeureup, Bogor, Pusat Pelaganan Kesehatan Bagi Penduduk Desa Kadurnanggu, Kecamatan Citeureup, Bogor, sarkan Kelompok Akseptor.... Berdasarkan Kelompok Akseptor Umur Responden dan Suami Responden Berda- 6. Pendidikan Responden dan Suami Responden 7. IGata Pencaharian Responden dan Suami Responden Berdasarlran Kslompok Akseptor 8. Umur Menikah Pertama Responden dan ~Gami Responden Berdasarkan I<elompok Ekseptor Jumlah Anak Responden Berdasarkan Kelompok Akseptor Frekuensi Kehadiran Anggota Kelompok Akseptor dalarn Kegiatan Kelompok Dua Bulan Terakhir Keikutsertaan Responden dalam Menyebarluaskan Program KB Berdasarkan Kelompok Akseptor Aspek Pengetahuan Responden Berdasarkan Kelompok Akseptor

13 - Teks Halaman 13. Aspek Sikap Responden Berdasarkan Kelompok Akseptor Aspek Praktek Responden Berdasarkan Kelompok Akseptor Lampi ran 1. Keadaan Akseptor KB di Desa Kadumanggu, Kecamatan Citeureup, Bogor, Bulan Karet Peta Desa Kadumanggu, Kecamatan Citeureup, Bogor Peta Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor 5 6

14 PENDAHULUAN Latar Be1aka.n~ Indonesia merupakan salah satu negara besar di dunia bila ditinjau dari jumlah penduduknya yaitu menempati urut- an ke lima. Menurut Sensus Penduduk, jumlah penduduk Indo- nesia pada tahun 1971 dan 1980 adalah jiwa dan jiwa. Besarnya jumlah penduduk di Indonesia diikuti pula oleh tingginya laju pertumbuhan penduduk tiap tahun, struktur umur yang muda dan penyebaran penduduk yang tidak merata. Pertumbuhan penduduk di Indonesia pada tahun 1971 selritar 2,5 sampai 2,8 %, sedangkan pada tahun 1980 sebesar 2,34 % per tahun. Pertumbuhan penduduk yang tinggi dan tidak terkendali merupakan ancaman terhadap sendi-sendi lingkungan manusia, karena adanya ketidakseimbangan antara fasilitas yang tersedia dengan jumlah penduduk yang memerlukannya serta kenaikan produksi tidak seimbang dengan kenaikan jumlah pendu- duk tiap tahun. Untuk mengimbangi kenaikan pertumbuhan penduduk, maka kenaikan usaha-usaha pembangunan harus ditingkatkan sehingga kesejahteraan hidup dapat ditingkatkan pula. Pertumbuhan penduduk yang tinggi akan mempersulit usaha-usaha peningkatan dan pemerataan kesejahteraan masyara- kat di segala bidang. Oleh karena itu, agar tercapai tuju- an pembangunan bangsa Indonesia menuju masyarakat adil dan makmur, maka perlu digalakkan usaha penurunan reit kelahir-

15 2 an yaitu melalui Program Keluarga Berencana. Program Ke- luarga Berencana ditekankan pada penjarangan kelahiran dan pencegahan kehamilan ke arah membina dan menanamkan kesadaran keluarga terhadap Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS). Sebagian besar penduduk Indonesia berada di pulau Jawa (62%) dan 80% penduduk Indonesia berada di pedesaan. Oleh karenanya dalam rangka perluasan, pembinaan serta pelembagaan Program Keluarga Berencana (PKB) maka pendekatan kemasyarakatan harus dititikberatkan di pedesaan dengan tidalr meninggalkan daerah perkotaan. Melalui pendekatan kemasyarakatan diharapkan masyarakat ikut berpartisipasi secara aktif sehingga mampu melaksanakan PKB dengan kesa- daran tinggi. Partisipasi aktif masyarakat dalam PKB ini dapat dilihat dari partisipasinya dalam menyebarkan ide Keluarga Berencana. Sesuai dengan tujuan yakni menurunkan reit kelahiran, usaha-usaha memotivasi masyarakat agar menerima ide Keluarga Berencana dan menerima metode kontrasepsi yang dian- jurkan pemerintah merupakan tuntutan yang mendesak. Usa- ha-usaha memotivasi masyarakat dilakukan melalui penerang- an-penerangan dan penyuluhan kepada masyarakat. Pemberian penyuluhan bertujuan melembagakan Program Keluarga Beren- cana dan merubah perilaku masyarakat agar melaksanakan Ke- luarga Berencana secara aktif. Penyuluhan Keluarga Beren- cana divm judkan dalam kegiatan Komunikasi, Informasi dan

16 Edukasi (KIE). Dalam pelaksanaan PKB, penyuluhan merupakan kegiatan utama disamping kegiatan pelayanan kontrasepsi. Usaha untuk merintis peningkatan peranan peserta Keluarga Berencana dan seluruh masyrakat termasuk kegiatan penyuluhan dan pelayanan kontrasepsi perlu dibentuk suatu 3 kelompok, dalam ha1 ini Kelompok Akseptor. Melalui Kelom- pok Akseptor inilah peranan peserta Keluarga Berencana dan seluruh masyarakat dapat ditingkatkan. Pada dasarnya pelaksanaan Program Keluarga Berencana terjadi pada tingkat administratif paling bawah yaitu desa. Aal ini sesuai dengan keadaan di Indonesia yang sebagian besar penduduknya tinggal di pedesaan. Keberhasilan PKB di Indonesia tidak terlepas dari keberhasilan PKB di pedesaan. Selayaknya bila tenaga maupun sarana di pe- desaan mendapat prioritas utama. Selain itu dituntut pula adanya kerjasama yang baik dari lembaga-lembaga setempat. Unsur kelembagaan terutama yang berkaitan dengan kegiatan penyuluhan Keluarga Berencana inilah yang berfungsi sebagai motor penggerak dalam meningkatkan motivasi masyarakat sebagai peserta Keluarga Berencana baru ataupun sebagai peserta Keluarga Berencana aktif. Wujud dari pelaksanaan penyuluhan PKB di pedesaan terutama ditinjau dari segi mekanisme kerja kelembagaannya merupakan ha1 yang n~enarik untuk dipelajari. Mengenai ha1 ini pengamatan ditujukan pada keikutsertaan Kelompok Ak- septor sebagai salah satu bentuk kelembagaan yang berhu-

17 bungan dengan pelaksanaan PKB di pedesaan. Sampai sejauh 4 mana penerimaan masyarakat pedesaan khususnya terhadap Program lieluarga Berencana serta masalah-masalah yang di- hadapi dalam penyebaran ide Keluarga Berencana?. Bagai- mana peranan Kelompok Akseptor sebagai salah satu metode penyampaian pesan dalam pelaksanaan Program Keluarga Be- rencana di pedesaan dalam hubungannya dengan kegiatan pe- nyuluhan dan pelayanan kontrasepsi?. Pada akhirnya akan diteliti sampai sejauh mana peranan ketua kelompok aksep- tor dalam menggerakkan kelompoknya sebagai salah satu ciri dari kedinamisan kelompok. Tujuan dan Ke~unaan Praktek Lapang Tujuan praktek lapang ini adalah : 1. untuk mengamati dan mengetahui secara langsung masalah masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan PKB dan penerimaannya oleh masyarakat; 2. untuk melihat sampai sejauh mana keikutsertaan Kelompok Akseptor dalam pelaksanaan PKB di pedesaan; 3. untuk melihat sampai sejauh mana peranan Ketua Kelompok Akseptor dalam kegiatan kelompok dan kegiatan menyebarkan ide KB kepada masyarakat. Sehubungan dengan tujuan yang telah disebutkan di atas, hasil praktek lapang ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk : 1. menambah pengetahuan dan pengalaman dalan~ ha1 mengenal

18 permasalahan kependudukan dan mencoba memberikan al- - cernatif pemecahannya; 2. sebagai bahan pertimbangan bagi yang berwenang dalam membuat kebijaksanaan pelaksanaan Program Keluarga Berencana; 3. sebagai bahan pertimbangan untuk pembinaan terhadap Kelompok Akseptor di daerah praktek lapang. 5

19 KFRANGKA PEMIKIRAN Program Keluarga Berencana (KB) merupakan suatu ino- vasi yang mengandung pesan berupa ide KB dan tehnologi berupa alat kontrasepsi. Cara untuk menyampaikan infor- masi agar seseorang dapat menerinia dan melaksanakan KB adalah melalui komunikasi. Komunikasi adalah proses pe- nyampaian pesan dari sumber kepada penerima dengan harap- an dapat merubah tingkah laku penerima (E.M. Rogers dan F.F. Shoemaker, 1971). Demikian pula yang dikemukakan oleh E. Bogardus (1949 dalam Astrid S. Susanto, 1977), komunikasi adalah suatu proses interaksi dimana suatu stimulus (rangsangan) yang memperoleh suatu arti tertentu dijawab oleh orang lain (respons), secara lisan, tertulis maupun dengan aba-aba. Komunikasi merupakan dasar dari proses sosial yakni keseluruhan kegiatan pertukaran pikiran, pertukaran dan modifikasi sistem nilai yang berbeda pada setiap masyardcat. Pengenalan PKB Nasional kepada sasaran menitikberatkan pada perubahan berencana (planned change) yang melibatkan dua pihak, yaitu pihak sasacan dan pihak hendaki perubahan yang diwakili oleh pelaku perubahan (A.H. Niehoff, 1966). Dalam setiap proses pembaharuan yang direncanakan tidak terlepas dari pengaruh tingkah laku pembaharu, motivasi penerima, dan tingkah laku yang berasal dari sifat pola kebudayaan lama (A.H. Niehoff, 1964

20 7 Berbagai metode pendekatan dilakukan untuk memperlancar proses penerimaan pembaharuan. Ada beberapa pendekatan yang dilakukan oleh Petugaa Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) sebagai pelaku perubah- an salah satunya adalah melalui pendekatan kelompok. Da- lam pendekatan kelompok, PLKB berhubungan dengan sasaran dalam bentuk kelompok-kelompok. Sebagai dikutip oleh I. Gde Suyatna (1982) dari Sherif (1962) dikemukakan bahwa kelompok merupakan unit sosial yang terdiri dari sejumlah individu yang mempunyai hubungan saling tergantung sesuai dengan status dan peranannya. Sedangkan yang dikutip oleh Soedijanto (1981) dari Homans (1950) dikemukakan bahwa ke- lompok adalah sejumlah orang yang saling mengadakan komu- nikasi tatap muka (interpersonal communication) tanpa me- lalui perantara atau orang kedua. Penyampaian ide KB dan tehnologi berupa alat kontrasepsi melalui pendekatan ke- lompok lebih efektif, mudah dan membutuhkan biaya yang mu- rah dalam pelaksanaannya. Hal ini sesuai dengan keadaan dan norma-norma sosial di dalam masyarakat pedesaan di Indonesia yang mempunyai ciri hidup berkelompok, bergotongroyong dan berjiwa musyawarah. Sebagai dikutip oleh I Gde Suyatna (1982) dari Hare (1962) dikemukakan bahwa anggota kelompok mengadakan in-, teraksi satu sama lainnya di dalam kelompok, mempunyai tujuan yang memberi arah gerak kelompok maupun gerak anggota kelompok untuk tercapainya tujuan, membentuk norma yang

21 8 mengatur ikatan dan aktivitas anggota kelompok, serta me- ngembangkan peranan dan jaringan ikatan perorangan di da- lam kelompok. Dengan demikian kedinamsisan suatu kelompok sangat ditentukan oleh anggota kelompok itu sendiri sebagai pelalru dalam aktivi tas-aktivitas yang dilakukannya. Salah satu unsur dinamika kelompok adalah kekompakan kelompok sebagai yang dikutip oleh I Gde Suyatna (1980) dari Margono (1978). Margono juga menyatalran bahwa kekompakan kelompok adalah adanya rasa keterikatan anggota kelompok terhadap kelompoknya, yang dipengaruhi oleh faktor : (a) kepemimpinan kelompok; (b) keanggo taan kelompok; (c) nilai tujuan kelompok; (d) homogenitas anggota kelompok; (e) keterpaduan kegiatan kelompok; (f) jiwa kerjasama; daa (g) jumlah anggota kelompok. Melalui pertemuan yang teratur antara PLKB sebagai pelaku perubahan dengan para akseptor yang tergabung dalam Kelompok Akseptor sebagai sasaran, alran timbul analisa-analisa kebutuhan atau masalah yang nyata yang dirasakan khu- susnya yang berhubungan dengan aspek kependudukan. Disam- ping itu berbagai masalah dapat dipecahkan atau kebutuhan dapat terpenuhi karena kegiatan bersama, karena adanya perasaan untuk bertanggung jawab sebagai anggota yang memiliki kelompok tersebut.

22 9 Pertemuan-pertemuan kelompok merupakan kesempatan bagi para akseptor untuk bertukar pikiran dan pengalaman, menumbuhkan kebiasaan berpikir, berencana dan kerjasama sehingga kemantapan para akseptor akan bertambah. Di lain pihak anggota Kelompok Akseptor dirangsang untuk berparti- sipasi secara aktif dalam menyebarkan PKB kepada masyara- kat luas sehingga penerimaan ide KB oleh masyarakat luas akan lebih cepat. Dalam ha1 ini peranan ICetua Kelompok Akseptor sangat besar, yaitu sebagai pengkoordinir Kelom- pok Akseptor dan sebagai Ittangan kanann PLKB yang menghu- bungkan PLKB dengan masyarakat luas, terutama untuk menga- tasi pandangan masyarakat luas terhadap para PLKB yang di- pandang sebagai petugas formal sehingga masyarakat sudah a-priori terhadap PLKB. Beberapa keuntungan yang dapat diambil dari pendekat- an kelompok adalah : - membantu tumbuhnya keobyektifan terhadap gagasan KB; - akseptor anggota kelompok merasa ikut menanggulangi persoalan-persoalan; - dapat ditemukannya pemimpin-pemimpin setempat yang mam- pu mempercepat penyebaran PKB yang mempunyai ciri-ciri: (a) mempunyai hubungan sosial yang luas; (b) memiliki keahlian atau pengetahuan tertentu mele- bihi orang kebanyakan; (c) partsisipasi sosialnya lebih tinggi; (d) mempunyai kemampuan yang menonjol dalam menanggu-

23 10 langi kesulitan-kesulitan yang ada; (e) mampu memberi semangat dan menggerakkan masyarakat luas. - menghasilkan perencanaan dan kegiatan kelompok sehingga pelaksanaannya lebih terarah dan dapat diselesaikan da- lam waktu yang ditentukan; - dapat ditemukannya masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat luas; - menjangkau lebih banyak sasaran terutama Pasangan Usia Subur (PUS). Pemanfaatan kelompok yang dinamis akan mempercepat keberhasilan PKB di Indonesia yaitu melalui munculnya ak- septor-akseptor yang melaksanakan KB dengan kesadaran yang tinggi. Perbedaan kedinamisan kelompok akan mengakibatkan perbedaan dalam keikutsertaannya dalam menunjang keberha- silan PKB. Manfaat lain dari kelompok tersebut adalah se- bagai penyalur dalam pelayanan alat kontrasepsi. Dari ha1 tersebut akan terlihat sampai sejauh mana keikutsertaan- Kelompok Akseptor dalam pelaksanaan PKB di pedesaan, yaitu dalam menyebarluaskan Program Keluarga Berencana.

24 METODOLOGI Penentuan Daerah Praktek Lapang Praktek lapang ini dilakukan dengan metode studi kasus di desa yang termasuk lokasi kecamatan dimana peneliti akan melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN), yaitu di kecamat- an Ci teureup, Rabupaten Bogor. Desa lokasi dipilih dengan sengaja (purposive) yaitu di desa Kadumanggu. Tempat ini dipilih karena di daerah Kadumanggu sudah berdiri Kelompok Akseptor serta adanya informasi dari Badan Koordinasi Keluarga Berencana (BKKBN) kabupaten Bogor bahwa desa Kadumanggu telah mempunyai perbandingan CU/PUS yang sangat tinggi. Pengambilan Sample dan Waktu Praktek Lapang Pemilihan Kelompok Akseptor dilakukan secara purposi- - ve yaitu satu kelompok yang dinamis dan satu kelompok yang statis. Dari tiap kelompok akseptor tersebut diambil 20 orang responden secara acak sederhana (simple random sam- aling). Praktek lapang dilaksanakan secara terpadu dengan Ku- liah Rerja Nyata (KKN) selama 3 bulan, sejak tanggal 4 Fe- bruari 1955 sampai dengan tanggal 4 Mei Pengumpulan Data Dalam penulisan laporan, digunakan studi kepustakaan yang berhubungan dengan tujuan praktek lapang, yaitu beru-

25 12 pa hasil penelitian, ma jalah, brosur dan buku-buku. Prak- tek lapang dilakukan dengan menggunakan metode observasi untuk melihat keikutsertaan Kelompok Akseptor dan Ketua Kelompok Akseptor dalam menunjang pelaksanaan PKB. Dalam praktek lapang digunakan dua macam data, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui hasil vjawancara dengan anggota Kelompok Akseptor, ICetua Kelompok Akseptor, PLKB, pamong desa maupun tokoh masyarakat. Data sekunder diperoleh dari instansi atau lembaga yang berhu- bungan dengan praktek lapang ini. Analisa Data Data yang berhasil dikumpulkan dianalisa secara kua- litatif dan kuantitatif. Data kuantitatif diolah dan di- tuangkan menjadi tabulasi dan persentase.

26 KEADAAN UMUM DAERAH PRAKTEK LAPANG Keadaan Geografi Desa Kadumanggu termasuk dalam wilayah pemerintahan Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor. Saat ini Kecamatan Citeureup dipersiapkan menjadi dua kecamatan yaitu Kecamatan Citeureup dan Perwakilan Kecamatan Babakan Madang. Desa Kadumanggu selanjutnya akan termasuk ke dalam Perwakilan Kecamatan Babakan Madang. Letak Desa Kadu~nanggu adalah 7 km dari ibukota keca-. matan dan 29 km dari ibukota kabupaten. Di sebelah Utara berbatasan dengan Desa Sentul, sebelah Timur dengan Desa Tangkil, sebelah Selatan dengan Desa Cipambuan, Citaringgul, Sumur Batu, dan sebelah Barat adalah sungai Cikeas. Topografi desa datar 85%, bergelombang 15% dengan ketinggian 168 m dari permukaan laut. Curah hujan ratarata mm/tahun, dan jumlah hari hujan setiap tahun antara hari. Jenis tanah adalah podsolik merahkuning dengan tingkat kesuburan sedang-cukup. Luas Desa Kadumanggu adalah 410 Ha yang teruiri dari 15 Ha lanan sawah, 219 Ha lahan darat, 5 Ha hutan liar serta 171 Ha untuk jalan Jagorawi, proyek batu dan jalan desa. Wilayah Desa Kadumanggu dibagi dalam 4 Rukun Kampung (RK) yang terbagi dalam 18 Rukun Tetangga (RT). ;ik I ter- diri dari 5 RT (RT I - RT 51, RKII terdiri dari 5 RT

27 (RT 6 - F?T lo), RK I11 terdiri dari 5 RT (RT 11 - XT 15) dan XK IV yang terdiri dari 3 RT (RT 16 - RT 18). Wilayah antara RK I, 11, 111, dengan RK IV dipisahkan oleh jalan jagora~~ti. Komunikasi antara kedua daerah tersebut k~rang lancar, di lain pihak masyarakat RK IV relatif sering berhubungan dengan desa Leuwikotok, Ciluar dalam mengadakan aktivitas ekonominya yang dipisahkan oleh sungai Cikeas. 14 Penduduk dan Mata Pencaharian Penduduk Desa Kadumanggu berjumlah orang yang terdiri dari Kepala Keluarga (Sensus Penduduk, 1984). Kepadatan penduduk pada tahun 1984/1985 adalah 16 jiwa/km2 dengan penyebaran yang cukup merata. Reit perkembangan penduduk tahunan antara tahun di desa Kadumanggu sebesar 0,92%. Jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 1. Dari tabel 1, julnlah penduduk laki-laki jiwa (51,79%) dan jumlah penduduk perempuan jiwa (48,21%). Perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dengan penduduk perempuan seimbang. Korposisi penduduk sebagain be- sar berusia niuda yaitu jiwa (17,72%) berusia 0-4 tahun. Jumlah penduduk perempuan yang tergolong dalam usia subur jiwa (46,93 %) dari jumlah keseluruhan penduduk perempuan. Tingginya jumlah penduduk perempuan berusia subur dapat mengakibatkan jumlah penduduk di masa mendatang meningkat, oleh karenanya PKB- sangat penting.

28 Tabel 1. I<omposisi Penduduk Berdasarkan I<elompok Umur dan Jenis!<elamin di Desa Kadumanggu, Kecamatan Citeureup, Bogor, Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Juml ah ( tahun) (jivia) (jiwa) (jiwa) JUMLAI-I Sumber : Monografi Desa Kadumanggu 1984/1985. Sebagian besar penduduk Desa Iiadunianggu mempunyai mata pencaharian di bidang pertanian dan perdagangan, ya- itu 44,55 7; dan 10,09%. Mata pencaharian lain adalah bu- ruh pabrik penggilingan saw, pegawai negeri, pengrajin dan tukang. Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini :

29 Tabel 2. Jumlah Penduduk Eerdasarkan Mata Pencaharian di Desa Kadumanggu, Kecamatan Citeureup, Bogor, Mata Pencaharian Jumlah Prosentase (jiwa) (%I Pertanian : - petani pemilik y2.5 - petani penggarap 474 l9,06 - buruh tani peternak 5 0,20 Industri : - kerajinan tangan 40 1,61 Jasa dan Perdagangan : - guru/pegawai ilegeri/~bri 92 3, 70 - buruh 200 8,04 - dukun bayi 7 0,28, - tukang cukur tukang jahit 15 0,60 - tukang kayu 20 0,80 - pedagang 2 51 lo,o9 Penganggur ZOO 8,04 J U M L A H Sumber : Monografi Desa Kadumanggu 1984/1985.

30 Pendidikan, ARama dan Adat-1stiada.t Tingkat pendidikan penduduk Desa Kadumanggu sebagian besar tidak taoiat ~D/sederajat (5$3,2%), 22,12% buta hu- ruf (usia 10 tahun ke atas), 11,06% tamat SD/sederajat, 4,42% tamat ~MP/sederajat dan 3,10% tamat ~L~/sederajat. kiasyarakat umumnya masih berorientasi lebih besar pada pendidikan agama. Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Kadumanggu, Kecamatan Citeureup, Bogor, Tingkat Pendidikan Jumlah Prosentase (jiwa) (%I Buta Huruf ,12 Tidak Tamat SD/sederajat ,29 Tamat ~~/sederajat ,06 Tmat SLP/sederajat Tanat ~~~/sederajat J u M L A I{ ,oo Sumber : Monografi Desa Kadumanggu 1984/1985. Sarana pendidikan di Desa Kadumanggu adalah 6 buah Sekolah Dasar, 1 buah Sekolah Lanjutan Pertama dan 6 buah lqadrasah. Sarana pendidikan untuk tingkat SD sudah mema- dai, bahkan banyak ruangan yang kosong tidak dimanfaatkan, sedangkan Sekolah Lanjutan Atas belum ada.

31 Penduduk Desa Radumanggu seluruhnya beragama Islam, selain itu terdapat pula penduduk pendatang tidak tetap yang beragama non-islam. Kehidupan beragama masyarakat daerah tersebut sangat kuat terutama banyak ulama yang berpengaruh. Sarana peribadatan berupa masjid 5 buah. Gotong-royong dalam masyarakat setempat tercermin dalam kegiatan perelek yaitu pengumpulan uang pada saat pengajian untuk membantu keluarga yang ditimpa kematian. Kegiatan gotong-royong lain berupa pemeliharaan mesjid, pembangunan masjid dan perayaan-perayaan Hari Besar Islam. Sarana Komunikasi dan Kesehatan Prasarana perhubungan di Desa Kadumanggu sangat be- ragam kondisinya. Keadaan jalan kecamatan yang melintasi Desa Kadumanggu sepanjang 4 km dalam kondisi berlubang- lubang. Disamping jalan kecamatan terdapat jalan desa sepanjang 5 km, 2 km jalan negara, 2 km jalan setapak dan 3 km jalan proyek. Sarana transportasi dari Desa Kadurnanggu ke ibukota kecamatan maupun ke desa serta kecamatan lain cukup lancar karena setiap saat ada kendaraan umum berupa oplet, colt maupun bis umum. Disamping itu terdapat pula ojek (sepeda motor) pada malam hari yang menghubungkan antar desa. Sarana komunikasi yang dimiliki penduduk Desa Kadu.- manggu adalah radio dan televisi. Sedangkan sarana komu-

32 nikasi lain berupa surat kabar hanya terdapat di sekolahsekolah, disamping itu terdapat pula CB yang dimiliki oleh keluarga Kepala Desa. Sarana kesehatan yang terdapat di Desa Kadumanggu hanyalah berupa Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) di XK I dan seorang mantri kesehatan. beranak dan paraji sunat. Selain itu terdapat pula dukun Pusat Pelayanan Kesehatan bagi penduduk Desa Kadumanggu terdapat di ibukota kecamatan ya- itu Puskesmas Kecamatan yang berjarak 7 km. Dalam tabel 4 dapat dilihat sarana pelayanan kesehatan untuk penduduk Desa Kadumanggu sebagai berikut : Tabel 4. Pusat Pelayanan Kesenatan Bagi Penduduk Desa Kadumanggu, Kecamatan Citeureup, Bogor, Jenis Pelayanan Jar& dari desa (km) Puskesmas Kecamatan Xumah Sakit PMI Bogor Klinik Umum Klinik KB Mantri Apo tik BKIA Dokter Bidan Puskesmas Pemban tu - Sumber : Monografi Desa Kadumanggu 1984/1985.

33 HASIL DAN PEMBAHASAN Sejarah Pembentukan Kelompok Akseator Latar belakang pembentukan Kelompok A'kseptor di Desa Kadumanggu berawal dari tahun Pada tahun ini digalakkan usaha mensukseskan Program Keluarga Berencana, sa- lah satunya melalui penetapan "target akseptor KB". Un- tuk memudahkan pengelolaan, pelaksanaan Program Keluarga Berencana terutama yang melibatkan institusional masyarakat secara langsung maka dibentuk Kader Pembangunan Desa dan Kelompok Akseptor di tingkat Rukun Tetangga. Kader Pembangunan Desa (KPD) di desa setempat seba- nyak 30 orang yang semuanya perempuan. Tujuan pembentuk- an KPD adalah membantu kelancaran program pembangunan di desa di segala bidang dan melibatkan masyarakat secara langsung dalam proses penbangunan. Tetapi umumnya KPD Kadunanggu lebih banyak bergerak di bidang KB dan kesehat- an. Dari 30 orang KPD hanya beberapa orang saja yang ak- tif menjalankan tugasnya disebabkan ketidakmampuan KPD tersebut. Pembentukan Kelompok Akseptor (KA) dilakukan pada tingkat EUkun Tetangga (RT) sebagai unit pemerintahan te- rendah. Di desa Kadumanggu terdapat 18 buah KA sesuai de- ngan jumlah RT yang terdapat di desa tersebut. Pembentuk- an IIA berasal dari otomatisasi warga Pasangan Usia Subur di RT yang bersangkutan, ha1 ini dimaksudkan un,tuk memper- mudah integrasi kegiatan-kegiatan yang telah melembaga di

34 dalam masyarakat. Dari 18 buah KA terdapat 10 KA yang t idak mempunyai kegiatan penimbangan balita dan arisan; dan 8 buah KA yang mempunyai kegiatan penimbangan balita yang tergabung dalam 4 kelompok penimbangan balita. Teta- pi untuk kegiatan KA pada RT 16 dan RT 17 di desa Kadumanggu ini disatukan, karena daerahnya sangat berdekatan (berhadapan) dan sulit dijangkau oleh petugas dari RT lain karena tidak ada anggota dari KA RT 16/17 yang mengelola kegiatan tersebut. Dari 18 buah KA tersebut di atas KA RT 08 merupakan KA yang paling dinamis, sedangkan KA pada RT 16/17 merupakan RA yang paling statis. Kepemimpinan Kelompok Keanggotaan dan kegiatan Kelompok Akseptor mempunyai ruang lingkup sebatas Rukun Tetangga (RT). Berdasarkan ruang lingkup I<A dan untuk mempermudah pelaksanaan program dan pembentukan KA, pimpinan kelompok. diadakan suatu otomatisasi pemegang Dalam ha1 ini ibu RT secara otomatis menjadi pemegang pimpinan kelompok yang juga bertindak sebagai KPD. Demikian pula KA RT 08 diketuai oleh ibu RT 08 dan KA RT 16/17 diketuai oleh ibu RT 16. Dalam kedua KA tersebut belum ada pembagian tugas an- tara anggota-anggotanya. Segala aktivitas kelompok umumnya berasal dari inisiatif ketua KA, tetapi pada KA RT 08 seba- gian besar tugas kelompok tersebut dilakukan bersama-sama

35 antara ketua KA dengan 2 orang anggota KA (satu orang ada- 22 lah KPD). Sedangkan pada KA RT 16/17 pembagian tugas ti- dak ada walaupun sebagian anggota KA adalah KPD. Keadaan tersebut antara lain disebabkan oleh rasa perbedaan di dalam kelompok yang diakibatkan oleh kepemimpinan kelompok semakin besar sebagai akibat dari adanya otomatisasi pimpinan kelompok. Pemimpin atau ketua kelompok berperan dalm mengelola kegiatan-kegiatan kelompoknya. Pada dasarnya lebih dite- kankan pada kegiatan pencatatan/pelaporan akseptor KB, pembinaan akseptor dan penciptaan akseptor baru. Peranan ketua kelompok adalah mengkoordinir dan melaksanakan kegi- atan kelompok, sedangkan yang lebih diutamakan adalah me- motivasi anggota kelompoknya. Tindakan memotivasi anggota kelompok bertujuan untuk membina anggota kelompok akseptor dan pembentukan akseptor baru. Dalam ha1 ini ketua kelom- pok melakukan penerangan-penerangan, penyuluhan KB dan ke- sehatan. Ketua kelompok akseptor RT 08 berperan dalam melaku- kan pencatatan atau pelaporan anggota, penimbangan balita, pelayanan kontrasepsi serta pembinaan akseptor. Pada KA RT 16/17 peranan ketua kelompok yang paling menonjol ada- lah dalam ha1 pemberian penerangan KB yang terbatas pada penerangan individual yaitu mengajak menjadi akseptor KB sedangkan kegiatan lainnya tidak dilakukan. Tidak dila- kukannya kegiatan pencatatan dan pelaporan anggota karena

36 keterbatasan pengetahuan baca-tulis Latin yang dimiliki 23 ketua Kelompok Akseptor tersebut. Pengambilan keputusan dalam KA RT 08 berada di tangan ketua kelompok yaitu dalam ha1 pelaksanaan kegiatan penim- bangan balita. Pada KA RT 16/17 tidak terlihat secara nyata peranan ketua KA dalam pengambilan keputusan kelom- pok dalam penentuan waktu dan jenis kegiatan. Kegiatan Kelompok Akseptor Kegiatan Kelompok Akseptor pada dasarnya merupakan kegiatan dalam bidang KB yang diintegrasikan dengan kegiatan Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK). Kelompok Akseptor dibentuk untuk memperlancar pembinaan akseptor pada tingkat Rukun Tetangga (RT). Kegiatan dalam Kelompok Ak- septor diintegrasikan dengan kegiatan yang telah melembaga di masyarakat yaitu pengajian, olahraga, arisan serta pe- nimbangan balita. Dalam kegiatan-kegiatan tersebut dila- kukan pula kegiatan penyuluhan KB secara. bersamaan. Se- dangkan kegiatan yang menyangkut bidang Keluarga Berencana sendiri adalah kegiatan pencatatan atau pelaporan anggota, penyaluran kontrasepsi yaitu pil, pembinaan akseptor, penyuluhan kelompok dan individual serta mempersiapkan calon akseptor KB. Kegiatan KA RT 08 dalam dua bulan terakhir (Januari dan Februari) mencakup dua kali kegiatan penimbangan balita, dua kali kegiatan arisan, pelayanan kontrasepsi setiap

37 saat dan pengajian rutin yang disertai dengan penyuluhan 24 KB. Dalam kegiatan penimbangan balita kadang-kadang diberikan pula penyuluhan KB, sedangkan kegiatan arisan biasanya digunakan sebagai arena tukar-menukar pendapat dalam ha1 memecahkan masalah-masalah yang sedang dihadapinya sehubungan dengan pemakaian alat kontrasepsi. Kegiatan RA RT 16/17 selama dua bulan terakhir hanya satu kali diadakan kegiatan penimban~an balita tanpa penyuluhan, sedangkan keglatan pelayanan kontrasepsi pi1 di- lakukan setiap saat. Kegiatan-kegiatan lainnya yang telah ada yang diintegraslkan dengan kegiatan KB hanyalah kegiatan pencajian, tetapi dalam kegiatan pengajian ini sekitar dua tahun yang silam sudah tidak diberikan penyuluhan KB Iagi. Kegiatan olahraga dan arisan sebagai tempat tukar pendapat dan pengalaman yang efektif tidak dilakukan di Kelompok Akseptor RT 16/17. Karakteri~t~k Anggota Kelom~ok Akseptor Umur responden anggota KA RT 08 sebagian besar (45%) berada pada usia yang relatif muda yaitu 15 sampai 24 ta- hun dengan umur suami yang lebih tinggi yaitu berumur an- tara 25 sampai 34 tahun (55%). Pada KA RT 16/17 sebagian besar (70%) anggotanya berusia antara 25 sampai 34 tahun, sedangkan 55 % suami responden berada pada selang umur yang sama yaitu 25 sampai 34 tahun. Pada tabel 5 dapat dilihat bahwa anggota KA RT 08 mempunyai usia relatif lebih muda

38 25 bila dibandingkan anggota KA RT 16/17. Sedangkan usia su- ami responden kedua KA tersebut hampir sama yaitu sebagian besar berusia 25 sampai 34 tahun. Tabel 5. Umur Responden dan Suami Responden Berdasarkan Kelompols Akseptor. Umur KA RT 08 KA RT 16/17 ( tahun) Responden Suami Responden Suami JUMLAH 20 (100%) 20 (100%) 2.0 (100%) 20 (10%) Tingkat pendidikan responden KA RT 08 maupun KA RT 16/17 sebagian besar pernail menuntut pendidikan formal an- tara 3-6 tahun. Demikian pula suami responden sebagian besar memperoleh pendidikan formal selama 3-6 tahun. Pada I<A RT 08 terdapat satu orang responden yang mempunyai pendidikan cukup tinggi yaitu antara tahun yang menjabat sebagai ketua kelompok. Demikian pula jenjang pendidikan formal suami responden KA RT 08 sebanyak 20% yang mempunyai pendidikan formal antara tahlln. Sedangkan pada KA RT 16/17 pendidikan formal paling lama yang dituntut oleh responden maupun suami responden antara 3-6 tahun.

39 Tabel 6. Pendidikan Responden dan Suami Responden Berdasarkan Kelompok Akseptor. Pendidikan KA RT 08 KA RT 16/17 ( tahun ) Responden JUMLAH 20 (100%) 20 (100%) 20 (100%) 20 (100%) Pendidikan yang diperoleh responden dan suami respon- den pada umumnya diperoleh dari Madrasah Diniyah, yang le- bih banyalc memberikan pengetahuan agama bila dibandingkan dengan pengetahuan umum. Sehubungan dengan ha1 tersebut, masyarakat desa setempat memandang pendidikan agama lebih penting dari pada pengetahuan umum. Dalam ha1 ini masya- rakat setempat adalah penganut agama Islam yang fanatik. V:alaupun responden pernah menuntut pendidikan formal selama lebih dari tiga tahun, tetapi kenyataannya banyak yang buta huruf Latin. Proporsi terbesar suami responden bermatapencaharian sebagai buruh bangunan terutama anggota KA RT 08, sedangkan pada KA RT 16/17 sebagian besar sebagai buruh pabrik penggilingan sagu. Sedangkan responden anggota KA RT 08

40 maupun KA RT 16/17 sebagian besar tidak bekerja, hanya be- berapa responden anggota KA yang berusaha sampingan berda- gang dan buruh tani. Keadaan tersebut tidak terlepas dari adat-istiadat dan norma yang berlaku di daerah setempat bahvia isteri tugasnya adalah di rumah. Tabel 7. Mata Pencaharian Responden dan Suami Responden Berdasarkan Kelompok Akseptor. J eni s KA RT 08 KA RT 16/17 Pekerjaan Responden Suami Responden Suami Buruh 2 (10%) 15 (75%) o(o%) 12(60%) Pedagang 1 (57) 3 (2%) 2 (10%) 6 (30%) Pegawai Neg/ABRI 0 (0%) 2 (10%) 0 (0%) 2 (10%) Tidak Bekerja 17 (85%) 0 (0%) 18 (90%) 0 (0%) JUML AH 20 (100%) 20 (100%) 20 (100%) 20 (100%) Umur perkaivinan pertama responden I<A RT 08 dan KA RT 16/17 antara 11 sampai 15 tahun (5O%), 45 % pada usia 16 sampai 20 tahun, serta 5 % pada usia 21 sampai 25 tahun. Dari angka tersebut dapat dilihat bahwa ulnur perkaviinan pertama responden KA RT 08 tidak berbeda komposisinya dengan responden KA RT 16/17. Keadaan di atas menunjukkan bahwa masih banyak responden yang menikah di baviah usia termuda perkawinan (50% menikah pada umur 11 sampai 15 tahun), sedangkan menurut Undang-Undang Perkawinan batas umur termuda untuk kawin bagi wanita adalah 16 tahun.

41 Sedangkan suami responden KA RT 08 mempunyai usia menilrah pertama cukup baik yaitu 90% menikah pada usia antara 21 sampai 25 tahun. Di lain pihak usia menikah pertama bagi suami responden KA RT 16/17 berkisar antara 16 sampai 20 tahun. Menurut Undang-Undang Perkawinan batas umur ter- muda untuk kawin bagi pria adalah 19 tahun. Tabel 8. Urpur Menikah Pertama Responden dan Suami Responden Berdasarkan Kelompok Akseptor. Umur KA RT 08 KA RT 16/17 ( tahun) Responden Suami Responden Suami JUMLAH 20 (100%) 20 (100%) 20 (lo@) 20 (10076) Banyaknya responden yang menikah pada usia muda erat kaitannya dengan sosial budaya masyarakat desa tersebut yang memandang bahwa lebih baik mengurus rumah tangga dari pada tinggal di rumah tidak ada pekerjaan karena banyak yang sudah tidalr bersekolah. Hal ini erat kaitannya de- ngan pandangan bahwa mempunyai anak gadis yang belum meni- kah merupakan suatu beban. Tetapi pandangan tersebut saat ini sudah memudar.

42 Lima puluh lima persen responden KA RT 08 me~npunyai anak kurang dari 3 orang, 40% rnempunyai anak 3 sampai 5 orang dan 577 mempunyaianak 6 orang. Sedangkan responden KA RT 16/17 sebagian besar mempunyai anak 3 sampai 5 orang, 25% mempunyai anak 1 sampai 2 orang dan 10% mempunyai anak 8 orang. Jumlah and< yang dimiliki oleh responden KA RT 16/17 lebih banyak bila dibandingkan responden KA RT 08 karena responden KA RT 16/17 mempunyai usia yang lebih tinggi sehingga masa reproduksinya lebih lama. Sedangkan usia pertama menikah responden kedua kelompok akseptor ticak berbeda. Tabel 9. Jumlah Anak Responden Berdasarkan Kelompok Akseptor. Jumlah Anak (orang) JUML AH 20 (100%) 20 (100%) Responden yang mempunyai anak terbanyak merupakan res- ponden yang mempunyai umur paling tinggi pada kedua kelom- pok akseptor. Rata-rata umur menikah pertama anggota KA RT 08 adalah 16,l tahun, anggota KA 16/17 16 tahun. Sedang-

43 kan rata-rata umur responden anggota KA RT 08 sama dengan anggota KA RT 16/17 yaitu 27,9 tahun. Bila dilihat dari rata-rata tersebut maka rata-rata lamanya masa reproduksi tidak berbeda jauh, ha1 ini disebabkan terdapat responden di KA RT 08 mempunyai usia yang tinggi yaitu 53 tahun. Partisipasi Anffgota Kelom~ok Akseptor Iiedina~uisan suatu kelompok ditentukan oleh anggota- anggotanya. Sampai sejauh mana partisipasi anggota kelom- pok &an menentukan arah dan gerak kelompok tersebut. Se- makin banyak anggotanya yang aktif dalam kegiatan kelompok malia semakin dinamis dan semakin banyak kegiatan-kegiatan yang dilakukannya. Dari kegiatan-kegiatan yang terdapat di KA RT 08 selama dua bulan terakhir, 35% anggotanya tidak pernah hadir dalam kegiatan kelompok, 45% hadir dalam satu kali kegiatan dan 25% responden hadir dalam dua kali kegiatan. Sedangkan anggota KA RT 16/17 sebanyak 55% tidak pernah hadir dalam kegiatan kelompok, 45% pernah hadir dalam satu kali kegiatan kelompok. Terlihat bahwa anggota KA RT 16/17 kurang aktif dalam kegiatan-kegiatan kelompok, berbeda dengan anggota IiA RT 08 yang cukup aktif menghadiri kegiatan kelompok. Frekuensi kehadiran anggota KA dalam kegiatan kelompok dapat dilihat pada tabel berikut ini :

44 Tabel 10. Frekuensi Kehadiran Anggota Kelompok Akseptor dalam Kegiatan Kelompok Dua Bulan Terakhir Frekuensi Kehadiran KA RT 08 KA RT 16/17 Tidak pernah hadir 6 (30%) 1.1 (55%) 1 kali 9 (4%) 9 (45%) 2 kali 5 (25%) 0 (0%) J U M L A H 20 (100%) 20 (100%) Rendahnya frekuensi kehadiran anggota LA XT 16/17 di- sebablran karena ketidakpastian jadvial kegiatan penimbangan balits. Ketidakpastian tersebut disebabkan karena tidak ada inisiatif dari ketua KA RT 16/17 mengkoordinir kegiatan, ha1 ini terlihat dari kegiatan-kegiatan penimbangan balita di RT 16/17 dilakukan oleh ketua KA dan KPD RT 08. Sila ketua KA dan KPD RT 08 berhalangan otomatis kegiatan penimbangan balita maupun penyuluhan tidak ada. Disamping itu terdapat kecenderungan pada anggota KA PT 08 bahvra anggota yang aktif mempunyai umur yang lebih inuda serta jumlah anak yang lebih sedikit. Umur yang muda cenderung mempunyai mobolitas yang lebih tinggi. Seorang responden mengemukakan tidak pernah datang pada kegiatan kelompok dengan alasan sibuk bekerja, beberapa responden lain sibuk mengurus anak dan adapula yang mengemukakan ta- kut diketahui oleh suami karena ikut I:B tanpa seijin suami.

45 Beberapa anggota KA tnengemukakan alasan kehadirannya dalam kegiatan kelompok karena kegiatan penimbangan balita. Di- lain pihak anggota KA RT 16/17 yang lebih aktif hadir dalam kegiatan kelompok mempunyai umur rata-rata yang lebih tinggi dan mempunyai rata-rata junilah anak yang lebih tinggi. Seorang responden anggota KA tersebut mengatakan aktif dalam kegiatan karena mempunyai rasa tanggung jawab terhadap kepercayaan yang diberikan oleh ibu Kepala Desa, oleh karenanya 8 orang anaknya tidak menjadi halangan untuk aktif. Faktor anak balita yang dimiliki nierupalran sa- lah satu motivator kehadiran, bahkan ketua KA RT 16/17 ti- dak datang dalam kegiatan karena tidak mempunyai anak balita. Partisipasi aktif anggota kelontpok dicerminkan dari keikutsertaannya dalam menyebarluaskan ide ICB. Anggota- anggota KA RT 08 hanya 5% yang pernah memberi penerangan KB di kelompok, 45% pernah memberi penerangan secara indi- vidual dan 50% responden tidak pernah memberi penerangan di kelompok maupun secara individu. Sedanglran pada KA RT 16/17 tidak ada responden yang pernah memberi penerangan di kelompok, 25% responden pernah meniberi penerangan seca- ra individu dan 75% responden tidak pernah memberi pene- rangan. Di KA RT 08 terdapat satu orang (5%) responden yang pernah memberi penerangan di kelompok yaitu ketua KA RT 08, sedangiran pada KA RT 16/17 ketua kelompolr tidak pernah menberi penerangan di kelompoknya.

46 Tabel 11. Keikutsertaan Responden dalam Menyebarluaskan Program KB Berdasarkan Kelompok Akseptor. Memberi Penerangan KA RT 08 - KA RT 16/17 Pernah di kelompok 1 (5%) 0 (0%) Pernah secara individu 9 (45%) 5 (25%) Tidak pernah 10 (50%) 15 (75$) JUMLAH 20 (100%) 20 (100%) Anggota KA yang aktif menyebarluaskan ide KB adalah anggota yang aktif hadir dalam kegiatan kelompok. Anggota IIA RT 08 yang aktif menyebarlran ide KB adalah orang-orang yang dekat dengan ketua kelompok akseptor RT 08 dan ber- tempat tinggal saling berdekatan dan seringkali berkumpul pada saat senggang. Anggota KA RT 16/17 yang aktif menye- barkan ide IIB hanya terbatas pada orang-orang yang mempu- nyai jabatan dalam pemerintahan desa yaitu ibu RK, ibu RT dan orang yang dekat (mempunyai hubungan darah) serta di- minta ibu Kepala Desa untuk aktif. Disamping itu ada tang- gung jawab yang dirasakan oleh anggota KA RT 16/17 sebagai isteri dari Mantri Kesehatan untuk ikut menyebarluaskan Program Keluarga Berencana. Rendahnya partisipasi anggota kelompok dalam menyebarluaskan ide KB disebabkan kurangnya pengetahuan mereka tentang IIB, serta adanya pandangan masyarakat yang a-oriori

47 terhadap mereka yang menyebarkan ide KB. Aktivitas-akti- vitas yang dilakukan oleh anggota-anggota KA dalam menye- barluaskan Program Keluarga Berencana terbatas pada pene- rangan tentang alat kontrasepsi dan mengajak masyarakat untuk ikut menjadi akseptor KB. Seperti halnya yang ter- jadi pada anggota KA RT 08 anggota KA mengajak anggota KA tersebut yang belum menjadi akseptor untuk ikut mengguna- kan salah satu alat kontrasepsi. Hal tersebut tidak ter- lalu sulit bagi mereka karena sebagian besar anggota KA tersebut masih mempunyai pertalian darah yang dekat. Penerimaan Resoonden Terhadap Program KB Program Keluarga Berencana merupakan suatu inovasi yang mengandung pesan berupa ide KB dan tehnologi berupa alat kontrasepsi. Penerimaan masyarakat terhadap Program Keluarga Berencana dapat dilihat dari sikap dan prakteknya terhadap program KB yang tidak terlepas dari pengeta- huan tentang program KB yang dimilikinya. Penggunaan alat kontrasepsi merupakan salah satu indikasi keikutsertaan masyarakat dalam program KB. Program I<B telah lama disebarluaskan melalui media massa, poster, brosur, petugas-petugas kesehatan dan petu- gas KB. Dari semua responden KA di desa Kadumanggu menja- wab pernah mendengar Program KB. Dua orang (10%) respon- den KA RT 08 pertamakali mendengar PKB kurang dari 2 ta- hun yang lalu, 10 orang (50%) mendengarnya sekitar 3-5

48 tahun dan 8 orang (40%) mendengar lebih dari lima tahun. Tiga orang (15%) responden KA RT 16/17 mendengar PKB kurang dari 3 tahun, 10 orang (50%) mendengarnya sekitar 3-5 tahun dan 7 orang (35%) mendengarnya lebih dari lima tahun yang lalu. Sebagian besar (50%) responden kedua KA mendengar PKB antara 3-5 tahun yang lalu. Pada tahun 1981 diadakan penyuluhan-penyuluhan KB dengan gencar di desa setempat bahkan sarnpai ke pangajian-pengajian tingkat RT. Sumber informasi PKB pertama kali diperoleh respon- den KA RT 08 dari PLKB (3 orang), 4 orang (20%) dari media massa dan petugas kesehatan, 30% responden menyatakan dari anggota IIA dan 35% responden mendengarnya dari Ibu Kepala Desa (Kades) dan Pamong Desa. Bila dibandingkan dengan responden KA RT 16/17, sumber informasi PKB pertama kali sebagian besar diperoleh responden KA tersebut dari Ibu Kades dan Pamong Desa. Ternyata pada tahun ke- tua RK IV, ketua RT 16 dan 17 sering memberi penerangan KB dari rumah ke rumah serta Ibu Kades sering memberi penyu- luhan pada saat pengajian. Tiga orang (15%) responden mendengar dari PLKB, 20% dari media massa dan petugas kesehatan, 15% dari anggota KA dan 50% dari Ibu Kades serta Pamong Desa. Pengetahuan responden mengenai tujuan PKB umumnya hanya terbatas pada menjarangkan kelahiran (birth-spacing) belum sampai pada tujuan jangka panjang yaitu pembentukan

49 Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS). Res- ponden KA RT 08, 80% menyatakan bahwa tujuan PKB adalah untuk menjarangkan kelahiran, 1504 menyatakan untuk membatasi jumlah anak dan 5% menyatakan untuk mewujudkan NKKBS. Responden yang memandang tujuan PKB lebih jauh yaitu untuk mewujudkan NKKBS adalah ketua KA RT 08. Sedangkan respon- den KA RT 16/17, 60% menyatakan bahwa tujuan PKB adalah untuk rnenjarangkan kelahiran, 5% untuk membatasi jumlah anak dan 35% menyatakan tidak tahu tentang tujuan PKB. Tingginya prosentase responden KA RT 16/17 yang tidak mengetahui tentang tujuan PKB disebabkan kurangnya penyu- luhan tentang KB. Penerangan-penerapgan yang diberikan selana ini terbatas pada penggunaan alat kontrasepsi dan mengajak ikut KB. Kurangnya penyuluhan KB terutama seki- tar dua tahun terakhir ini, salah satu faktor yang dikemukakan oleh responden dan petugas KB adalah daerah yang sulit dijangkau terutama pada waktu hujan. Pengetahuan responden tentang alat kontrasepsi cukup baik, responden kedua KA tersebut sebagian besar mengetahui 4 jenis alat kontrasepsi yaitu kondom, pil, suntikan dan IUD (spiral). Iianya tiga orang (1576) responden KA RT 08 dan satu orang (5%) responden KA RT 16/17 yang mengeta- hui lebih dari 5 jenis metoda kontrasepsi. Hal ini karena metoda kontrasepsi Medis Operasi WanitdPria (MOV//MOP) dan susuk KB belum dipopulerkan dan harus ada persyaratan khu- sus yang berat untuk menggunakan metoda tersebut.

... atas berkah Allah s w t,

... atas berkah Allah s w t, ... atas berkah Allah s w t, dorongan dari ibu, ayah (alm), bulik, serta kakak-kakak tersayang... KEIKOBSEWTAAM KELBMPQK AKSEPFg3W gbabam MENUNJANG PEBAKSANAAN PROGRAM KELUARGA BEREMCWNA DI PEDESAAM Studi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Merak Belantung secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Merak Belantung secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan 24 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak dan Luas Desa Merak Belantung secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung. Desa Merak Belantung

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR 4.1 Gambaran Umum Desa 4.1.1 Kondisi Fisik, Sarana dan Prasarana Desa Cihideung Ilir merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tinggi. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk pada bulan Agustus 2010 jumlah

I. PENDAHULUAN. tinggi. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk pada bulan Agustus 2010 jumlah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan sebuah negara berkembang yang memiliki banyak permasalahan penduduk, salah satunya adalah pertumbuhan penduduk yang tinggi. Berdasarkan hasil

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Wilayah dan Potensi Sumber daya Alam Desa Cikarawang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 2.27

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat. Menurut hasil sensus penduduk pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 248,8 juta jiwa dengan pertambahan penduduk 1,49%. Lajunya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. 248,8 juta jiwa dengan pertambahan penduduk 1,49%. Lajunya tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kependudukan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara termasuk Indonesia. Saat ini penduduk Indonesia kurang lebih berjumlah 248,8 juta jiwa dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. serta India, hal ini telah dipraktekkan sejak berabad-abad yang lalu, tetapi waktu itu

BAB 1 PENDAHULUAN. serta India, hal ini telah dipraktekkan sejak berabad-abad yang lalu, tetapi waktu itu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keluarga Berencana (KB) bukanlah hal baru karena menurut catatan-catatan dan tulisan-tulisan yang berasal dari Mesir Kuno, Yunani Kuno, dan Tiongkok Kuno serta India,

Lebih terperinci

BAB II. KONDISI WILAYAH DESA ONJE A. Letak Geografi dan Luas Wilayahnya Desa Onje adalah sebuah desa di Kecamatan Mrebet, Kabupaten

BAB II. KONDISI WILAYAH DESA ONJE A. Letak Geografi dan Luas Wilayahnya Desa Onje adalah sebuah desa di Kecamatan Mrebet, Kabupaten BAB II KONDISI WILAYAH DESA ONJE A. Letak Geografi dan Luas Wilayahnya Desa Onje adalah sebuah desa di Kecamatan Mrebet, Kabupaten Purbalingga, yang terdapat komunitas Islam Aboge merupakan ajaran Islam

Lebih terperinci

belajar yaitu dengan sistem belajar modul

belajar yaitu dengan sistem belajar modul BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Mahasiswa Universitas Terbuka Sejak berdirinya Universitas Terbuka sebagai lembaga pendidikan tinggi negeri yang -ke-45 di Indonesia, dalam perjalanannya

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Keadaan Fisik Desa penelitian ini merupakan salah satu desa di Kabupaten Banyumas. Luas wilayah desa ini sebesar 155,125 ha didominasi oleh hamparan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada pada posisi keempat di dunia, dengan laju pertumbuhan yang masih relative tinggi. Esensi tugas program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga berencana (KB) adalah upaya untuk meningkatkan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan keluarga,

Lebih terperinci

BAB II PROFIL DESA GUMINGSIR. Tulis yang sekarang menjadi Desa Surayudan Kabupaten Wonosobo.

BAB II PROFIL DESA GUMINGSIR. Tulis yang sekarang menjadi Desa Surayudan Kabupaten Wonosobo. 23 BAB II PROFIL DESA GUMINGSIR A. Sejarah Singkat Desa Gumingsir Berdasarkan catatan yang disusun oleh penilik kebudayaan kecamatan Pagentan kabupaten Banjarnegara (Karno, 1992:39) asal mula desa Gumingsir

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. besar. AKI menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. besar. AKI menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 yaitu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kematian dan kesakitan ibu di Indonesia masih merupakan masalah besar. AKI menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 yaitu 228 per 100.000

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Keadaan Geografis Desa Karacak Desa Karacak merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI 4.1 Letak dan Luas Desa Curug Desa Curug merupakan sebuah desa dengan luas 1.265 Ha yang termasuk kedalam wilayah Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA 2016 B A D A N P U S AT S TAT I S T I K KO TA B I T U N G Statistik Kecamatan Lembeh Utara 2016 Statistik Kecamatan Lembeh Utara 2016 No. Publikasi : 7172.1616 Katalog

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dengan jumlah penduduk sebanyak juta jiwa penduduk (BPS, 2010).

I. PENDAHULUAN. dengan jumlah penduduk sebanyak juta jiwa penduduk (BPS, 2010). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kependudukan di Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar yaitu dengan jumlah penduduk sebanyak 237.641.326 juta jiwa penduduk (BPS, 2010). Di tingkat

Lebih terperinci

BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO. A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo

BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO. A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo Di bawah ini penulis akan sampaikan gambaran umum tentang keadaan Desa Bendoharjo Kecamatan Gabus Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV PETA SOSIAL DESA CIBAREGBEG KECAMATAN CIBEBER

BAB IV PETA SOSIAL DESA CIBAREGBEG KECAMATAN CIBEBER BAB IV PETA SOSIAL DESA CIBAREGBEG KECAMATAN CIBEBER 4.1. Keadaan Umum Lokasi Desa Cibaregbeg masuk wilayah Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur, yang merupakan tipologi desa dataran rendah dengan luas

Lebih terperinci

PROFIL DESA CIHIDEUNG ILIR. Kondisi Geografis. Struktur Kependudukan. ]. k

PROFIL DESA CIHIDEUNG ILIR. Kondisi Geografis. Struktur Kependudukan. ]. k 13 PROFIL DESA CIHIDEUNG ILIR Profil Desa Cihideung Ilir memuat informasi mengenai desa yang dijadikan tempat penelitian. Adapun informasi yang tersaji dalam bab ini adalah mengenai kondisi geografis Desa

Lebih terperinci

ii KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, BPS Kabupaten Teluk Bintuni telah dapat menyelesaikan publikasi Distrik Weriagar Dalam Angka Tahun 203. Distrik Weriagar

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis dan Demografis Desa Petir merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Jumlah penduduk Desa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi kependudukan di Indonesia saat ini baik yang menyangkut jumlah, kualitas, maupun persebarannya merupakan tantangan yang harus diatasi bagi tercapainya keberhasilan

Lebih terperinci

BAB II DESA BERINGIN JAYA. b. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Suka Damai. d. Sebelah timur berbatasan dengan /Kecamatan Sentajo Raya 1

BAB II DESA BERINGIN JAYA. b. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Suka Damai. d. Sebelah timur berbatasan dengan /Kecamatan Sentajo Raya 1 BAB II DESA BERINGIN JAYA A. Geografis Desa Beringin Jaya secara geografis terletak di Kecamatan Singingi Hilir Kabupaten Kuantan Singingi, dengan luas daerah 35 km 2. Desa Beringin Jaya berbatasan langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia adalah negara yang memiliki banyak masalah kependudukan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia adalah negara yang memiliki banyak masalah kependudukan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang memiliki banyak masalah kependudukan yang hingga saat ini belum bisa diatasi. Dari jumlah penduduk Indonesia sudah mencapai jumlah penduduk

Lebih terperinci

pemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis

pemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki jumlah penduduk cukup padat. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia adalah 237.556.363

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur.

V. GAMBARAN UMUM. administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur. V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Berdasarkan Data Potensi Desa/ Kelurahan (2007), Desa Tlekung secara administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur. Desa

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 18 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Desa Gorowong Desa Gorowong merupakan salah satu desa yang termasuk dalam Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. KONDISI UMUM KOTA MAKASSAR. Luas Kota Makassar sekitar 175,77 km 2, terletak di bagian Barat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. KONDISI UMUM KOTA MAKASSAR. Luas Kota Makassar sekitar 175,77 km 2, terletak di bagian Barat BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. KONDISI UMUM KOTA MAKASSAR 1. Penyebaran Penduduk Luas Kota Makassar sekitar 175,77 km 2, terletak di bagian Barat Propinsi Sulawesi Selatan dengan batas-batas

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN PEGANDON 2016

STATISTIK DAERAH KECAMATAN PEGANDON 2016 Katalog BPS 1101002.2324100 STATISTIK DAERAH KECAMATAN PEGANDON 2016 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN KENDAL STATISTIK KECAMATAN PEGANDON TAHUN 2016 NO. Publikasi/ Publikasi Number : 33.24.100.13.02 No.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tahun 1970, Program Keluarga Berencana telah diterima oleh masyarakat luas dan

I. PENDAHULUAN. tahun 1970, Program Keluarga Berencana telah diterima oleh masyarakat luas dan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Semenjak dicanangkan Program Keluarga Berencana Nasional pada awal tahun 1970, Program Keluarga Berencana telah diterima oleh masyarakat luas dan telah memberikan hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan. Realita yang ada saat ini masih banyak masyarakat yang belum bisa

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan. Realita yang ada saat ini masih banyak masyarakat yang belum bisa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang penduduknya sangat padat. Hal ini terlihat dari angka kelahiran yang terjadi di setiap tahunnya mengalami peningkatan.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah 39 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisiografis a. Letak, Luas dan Batas Wilayah Letak geografis Kabupaten Landak adalah 109 40 48 BT - 110 04 BT dan 00

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 13 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Bintarto dan Hadisumarno (1987:9) menyatakan bahwa geografi adalah suatu ilmu yang memperhatikan perkembangan rasional dan lokasi dari

Lebih terperinci

BAB IV PROFIL DESA BANJARWARU

BAB IV PROFIL DESA BANJARWARU BAB IV PROFIL DESA BANJARWARU 4.1. Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Banjarwaru merupakan salah satu desa yang secara administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pangan, pendidikan, bahan bakar dan juga subsidi kesehatan. Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. pangan, pendidikan, bahan bakar dan juga subsidi kesehatan. Oleh karena itu BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Program pengendalian penduduk merupakan salah satu strategi dalam mensukseskan pembangunan di Indonesia. Semakin besar jumlah penduduk, maka biaya pembangunan akan semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan.

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meskipun program KB dinyatakan cukup berhasil di Indonesia, namun dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan. Dari hasil penelitian diketahui

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tidak segera mendapatkan pemecahannya. Jumlah penduduk yang besar dapat. menimbulkan dampak terhadap kesejahteraan setiap keluarga.

I. PENDAHULUAN. tidak segera mendapatkan pemecahannya. Jumlah penduduk yang besar dapat. menimbulkan dampak terhadap kesejahteraan setiap keluarga. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan jumlah penduduk yang semakin meningkat dan persebaran penduduk yang tidak merata masih merupakan masalah yang cukup serius apabila tidak segera mendapatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelahiran dalam rangka mewujudkan hak-hak pasangan usia subur untuk menentukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelahiran dalam rangka mewujudkan hak-hak pasangan usia subur untuk menentukan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Keluarga Berencana Pengertian Keluarga Berencana dalam arti sempit adalah upaya pengaturan kelahiran dalam rangka mewujudkan hak-hak pasangan usia subur untuk menentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 : BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 : keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang

Lebih terperinci

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan BAB II DESA PULOSARI 2.1 Keadaan Umum Desa Pulosari 2.1.1 Letak Geografis, Topografi, dan Iklim Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Provinsi

Lebih terperinci

Gambar 4. Kerangka Habitat Equivalency Analysis V. GAMBARAN UMUM WILAYAH. Wilayah penelitian pada masyarakat Kecamatan Rumpin secara

Gambar 4. Kerangka Habitat Equivalency Analysis V. GAMBARAN UMUM WILAYAH. Wilayah penelitian pada masyarakat Kecamatan Rumpin secara Sumber: Chapman, D. J (2004) Gambar 4. Kerangka Habitat Equivalency Analysis V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1 Kondisi Geografis dan Administratif Wilayah penelitian pada masyarakat Kecamatan Rumpin secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2010) dan laju pertumbuhan penduduk antara tahun sebesar 1,49% yang

BAB I PENDAHULUAN. 2010) dan laju pertumbuhan penduduk antara tahun sebesar 1,49% yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbanyak keempat di dunia, tercatat saat ini jumlah penduduk sebanyak 237,6 juta jiwa (menurut sensus 2010) dan laju

Lebih terperinci

ANALISA DAMPAK PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP TOTAL ANGKA KELAHIRAN DI PROVINSI MALUKU

ANALISA DAMPAK PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP TOTAL ANGKA KELAHIRAN DI PROVINSI MALUKU ANALISA DAMPAK PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP TOTAL ANGKA KELAHIRAN DI PROVINSI MALUKU Oleh BIDANG PENGENDALIAN PENDUDUK BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL PROVINSI MALUKU 2013 KATA

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Sejarah Berdirinya Kelurahan Karangrejo Karangrejo adalah salah satu Kelurahan di Kecamatan Metro Utara Kota Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI

GAMBARAN UMUM LOKASI 23 GAMBARAN UMUM LOKASI Bab ini menjelaskan keadaan lokasi penelitian yang terdiri dari kondisi geografis, demografi, pendidikan dan mata pencaharian, agama, lingkungan dan kesehatan, potensi wisata, pembangunan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa Desa Dramaga merupakan salah satu dari sepuluh desa yang termasuk wilayah administratif Kecamatan Dramaga. Desa ini bukan termasuk desa pesisir karena memiliki

Lebih terperinci

Statistik Daerah Kabupaten Bintan

Statistik Daerah Kabupaten Bintan Statistik Daerah Kabupaten Bintan 2012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BINTAN PESISIR 2014 ISSN : No. Publikasi: 21020.1421 Katalog BPS : 1101001.2102.063 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 12

Lebih terperinci

tulungagungkab.bps.go.id

tulungagungkab.bps.go.id S T A T I S T I K D A E R A H K E C A M A T A N P U C A N G L A B A N 2 0 1 4 Katalog BPS : 1101002.3504070 No. Publikasi : 35040.1430 Ukuran Buku : B5 (17,6 cm x 25 cm) Halaman : iv + 15 Halaman Naskah

Lebih terperinci

Katalog BPS

Katalog BPS Katalog BPS 1403.8271.012 Kecamatan Pulau Batang Dua Dalam Angka 2012 PULAU BATANG DUA DALAM ANGKA 2012 Nomor Katalog : 1403.8271.012 Nomor Publikasi : 8271.000 Ukuran Buku : 15 cm x 21 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan salah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan salah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan salah satu permasalahannya yaitu masih tingginya pertumbuhan penduduk. Jumlah penduduk tahun 2009 meningkat 1,29%

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT.

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT. STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Statistik Daerah Kecamatan Air Dikit 214 Halaman ii STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Nomor ISSN : - Nomor Publikasi

Lebih terperinci

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya INDIKATOR KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI ACEH 2016 Nomor Publikasi : 11522.1605 Katalog BPS : 4102004.11 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : xvii + 115 Halaman Naskah Gambar Kulit Diterbitkan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 19 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kondisi Geografi Desa Sipak merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor dengan luas wilayah 558 194 ha. Desa Sipak secara geografis terletak

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Citapen Lokasi penelitian tepatnya berada di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan data Dinas

Lebih terperinci

BAB IV KEADAAN UMUM DESA KEMANG

BAB IV KEADAAN UMUM DESA KEMANG BAB IV KEADAAN UMUM DESA KEMANG 4.1 Kondisi Geografis dan Luas Wilayah Desa Kemang merupakan salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Bojongpicung, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Desa

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 25 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Kondisi Fisik Desa Desa Pusakajaya merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Pusakajaya, Kabupaten Subang, Propinsi Jawa Barat, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) 1982 dikatakan bahwa salah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) 1982 dikatakan bahwa salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) 1982 dikatakan bahwa salah satu tujuan dari pembangunan jangka panjang bidang kesehatan adalah pembangunan keluarga sejahtera termasuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya angka kelahiran di Indonesia masih menjadi masalah utama dalam kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan lamban, hingga

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan 78 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pesawaran Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan UU No.33 Tahun 2007 yang diundangkan pada tanggal 10 Agustus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara terbesar keempat di dunia dalam hal jumlah penduduk. Salah satu usaha untuk menekan pertumbuhan penduduk adalah dengan jalan mengurangi jumlah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 35 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Bab ini mendeskripsikan keadaan umum wilayah penelitian dan deskripsi dan analisis tayangan iklan layanan masyarakat. Dalam penelitian ini kondisi potensi sosial

Lebih terperinci

IV. Gambaran Umum Lokasi Penelitian. lingkungan memiliki Ketua RT, di Lingkungan Satu terdapat 21 RT dan di

IV. Gambaran Umum Lokasi Penelitian. lingkungan memiliki Ketua RT, di Lingkungan Satu terdapat 21 RT dan di 36 IV. Gambaran Umum Lokasi Penelitian A. Letak Geografis Kelurahan Sukarame Kelurahan Sukarame merupakan salah satu kelurahan yang ada di Kecamatan Sukarame. Kelurahan Sukarame terbagi menjadi dua lingkungan,

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Bogor memiliki kuas wilayah 299.428,15 hektar yang terbagi dari 40 kecamatan. 40 kecamatan dibagi menjadi tiga wilayah yaitu wilayah

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Luas Desa Cikalong merupakan salah satu dari 13 desa di dalam wilayah Kecamatan Cikalong, Kabupaten Tasikmalaya, Propinsi Jawa Barat yang terletak di

Lebih terperinci

sedang berkembang setelah India. Hasil pencacahan lengkap sensus 2015, penduduk Indonesia berjumlah 254,9 juta jiwa. Menurut proyeksi yang dilakukan

sedang berkembang setelah India. Hasil pencacahan lengkap sensus 2015, penduduk Indonesia berjumlah 254,9 juta jiwa. Menurut proyeksi yang dilakukan 1 Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia termasuk Negara terbesar keempat diantara negara-negara sedang berkembang setelah India. Hasil pencacahan lengkap sensus 2015, penduduk Indonesia

Lebih terperinci

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian Curah hujan Kecamatan Babulu rata-rata 242,25 mm pada tahun 2010 Kecamatan Babulu memiliki luas 399,46 km 2. Secara geografis berbatasan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung dari hasil Sensus Penduduk tahun 2010 mencatat jumlah

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung dari hasil Sensus Penduduk tahun 2010 mencatat jumlah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Provinsi Lampung dari hasil Sensus Penduduk tahun 2010 mencatat jumlah penduduk mencapai 7.608.405 jiwa, sedangkan hasil sensus penduduk tahun 2000 mencatat jumlah

Lebih terperinci

BAB IV PROFIL KOMUNITAS DESA BABAKAN PARI

BAB IV PROFIL KOMUNITAS DESA BABAKAN PARI BAB IV PROFIL KOMUNITAS DESA BABAKAN PARI Desa Babakan Pari berada di ketinggian 600 m dpl, luas wilayah desa 212.535 ha adalah bagian dari wilayah administrasi Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi, Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari berbagai masalah kependudukan. Masalah di bidang. Indonesia sebesar 1,49% per tahun.

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari berbagai masalah kependudukan. Masalah di bidang. Indonesia sebesar 1,49% per tahun. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang tidak lepas dari berbagai masalah kependudukan. Masalah di bidang kependudukan yang dihadapi Indonesia adalah jumlah

Lebih terperinci

Nuke Devi Indrawati. Tlp : ABSTRAK

Nuke Devi Indrawati.   Tlp : ABSTRAK ANALISIS FAKTOR KEBIJAKAN DAN PENGETAHUAN TENTANG PELAYANAN KB YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI IUD PADA IBU PASANGAN USIA SUBUR AKSEPTOR KB DI KECAMATAN PEDURUNGAN KOTA SEMARANG Nuke

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah dan Geografis KelurahanMaharatu Desa Swamedyaialah desa yang berkecukupan dalam hal sumber daya alam dan sumber daya manusia. Dalam hal dana modal sehingga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu adalah Forum Komunikasi Alih. rangka pencapaian NKKBS ( Mubarak & Chayalin, 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu adalah Forum Komunikasi Alih. rangka pencapaian NKKBS ( Mubarak & Chayalin, 2009). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu adalah Forum Komunikasi Alih Teknologi dan Pelayanan Kesehatan Masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang

Lebih terperinci

PETA SOSIAL KELURAHAN CIPAGERAN

PETA SOSIAL KELURAHAN CIPAGERAN 35 PETA SOSIAL KELURAHAN CIPAGERAN Lokasi Kelurahan Cipageran merupakan salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan Cimahi Utara Kota Cimahi. Adapun orbitasi, jarak dan waktu tempuh dengan pusat-pusat

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Kebonagung merupakan salah satu dari 8 (delapan) desa yang

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Kebonagung merupakan salah satu dari 8 (delapan) desa yang IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis 1. Keadaan topografi dan letak wilayah Desa Kebonagung merupakan salah satu dari 8 (delapan) desa yang terdapat di Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisik a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian Kecamatan Mojotengah merupakan salah satu dari 15 kecamatan di Kabupaten

Lebih terperinci

NO KATALOG :

NO KATALOG : NO KATALOG : 1101002.3510210 STATISTIK DAERAH KECAMATAN WONGSOREJO 2013 Katalog BPS : 1101002.3510210 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 25,7 cm x 18,2 cm : vi + Halaman Pembuat Naskah : Koordinator Statistik

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Margosari adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Pagelaran Utara

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Margosari adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Pagelaran Utara IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Desa Margosari Desa Margosari adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Pagelaran Utara Kabupaten Pringsewu. Desa Margosari dibuka pada tahun 1953 berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin, yakni movere yang. Menurut Sadirman (2007), motivasi adalah perubahan energi diri

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin, yakni movere yang. Menurut Sadirman (2007), motivasi adalah perubahan energi diri BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Motivasi 2.1.1. Definisi Motivasi Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin, yakni movere yang berarti menggerakkan (Winardi, 2007). Menurut Sadirman (2007), motivasi adalah

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I LATAR BELAKANG BAB I LATAR BELAKANG A. Deskripsi Wilayah 1. Profil Desa Bantarjo merupakan salah satu pedukuhan yang berada di Desa Banguncipto Kecamatan Sentolo Kabupaten Kulonprogo Yogykarata, luas wilayah 96.5 ha,

Lebih terperinci

1. Nama: Alamat tempat tinggal:.

1. Nama: Alamat tempat tinggal:. 50 PENGETAHUAN SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN INTRA UTERINE DEVICES (IUD) DI KELURAHAN KOTAKULON WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUMEDANG SELATAN 1. Nama:... 2. Alamat tempat tinggal:. 3. Umur:

Lebih terperinci

KATALOG BPS BADANPUSATSTATISTIK KABUPATENACEHSELATAN

KATALOG BPS BADANPUSATSTATISTIK KABUPATENACEHSELATAN KATALOG BPS1101002.1103031 BADANPUSATSTATISTIK KABUPATENACEHSELATAN STATISTIK DAERAH KECAMATAN KLUET TIMUR 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN KLUET TIMUR 2015 ISSN : No. Publikasi : Katalog BPS : 1101002.1103031

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN WAY JEPARA TAHUN 2015

STATISTIK DAERAH KECAMATAN WAY JEPARA TAHUN 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN WAY JEPARA TAHUN 2015 Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Timur STATISTIK DAERAH KECAMATAN WAY JEPARA TAHUN 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN WAY JEPARA 2015 ISBN : No. Publikasi

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan 18 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Letak dan Keadaan Geografis Kelurahan Lubuk Gaung adalah salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai Provinsi Riau. Kelurahan Lubuk

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SILIRAGUNG 2013 Katalog BPS : 1101002.3510011 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 25,7 cm x 18,2 cm : vi + 14 Halaman Pembuat Naskah : Koordinator Statistik Kecamatan Siliragung Badan

Lebih terperinci

PETA SOSIAL DESA CURUG

PETA SOSIAL DESA CURUG PETA SOSIAL DESA CURUG Lokasi Desa Curug merupakan salah satu dari 10 desa yang berada dibawah wilayah administratif Kecamatan Gunungsindur Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat. Letak fisik desa sangat

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 24 BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Luas Wilayah Desa Parakan adalah desa yang terletak di kecamatan Ciomas, kabupaten Bogor, provinsi Provinsi Jawa Barat merupakan daerah padat penduduk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang digunakan dengan jangka panjang, yang meliputi IUD, implant dan kontrasepsi

BAB 1 PENDAHULUAN. yang digunakan dengan jangka panjang, yang meliputi IUD, implant dan kontrasepsi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Alat kontrasepsi jangka panjang (MKJP) adalah alat kontrasepsi yang digunakan untuk menunda, menjarangkan kehamilan, serta menghentikan kesuburan, yang digunakan dengan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. satu daerah yang memiliki jumlah kelompok nelayan terbanyak. Dari data

METODE PENELITIAN. satu daerah yang memiliki jumlah kelompok nelayan terbanyak. Dari data METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian Daerah penelitian secara purposive di kecamatan Medan Labuhan dengan pertimbangan bahwa berdasarkan data sekunder daerah tersebut merupakan salah satu

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SERASAN STATISTIK DAERAH KECAMATAN SERASAN ISSN : - Katalog BPS : 1101002.2103.060 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 10 halaman Naskah : Seksi Neraca Wilayah dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi 4.1.1 Keadaan Geografis Desa Oluhuta Utara merupakan salah satu Desa yang berada di Kecamatan Kabila, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Luas

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Letak dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kota Jakarta Pusat, Propinsi DKI Jakarta. Posisi Kota Jakarta Pusat terletak antara 106.22.42 Bujur Timur

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Belitung Timur adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Bangka Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak tanggal 25 Februari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan salah satunya adalah keluarga berencana. Visi program

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan salah satunya adalah keluarga berencana. Visi program BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepadatan penduduk menjadi masalah pemerintah yang menjadi problem dalam pertumbuhan penduduk. Usaha pemerintah dalam menghadapi kependudukan salah satunya adalah keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan di bidang kesehatan merupakan bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan di bidang kesehatan merupakan bagian dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di bidang kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional, pemerintah sebagai institusi tertinggi yang bertanggung jawab atas pemeliharaan kesehatan

Lebih terperinci

BAB II KONDISI OBYEKTIF LOKASI DESA BITUNG JAYA KEC. CIKUPA KAB. TANGERANG

BAB II KONDISI OBYEKTIF LOKASI DESA BITUNG JAYA KEC. CIKUPA KAB. TANGERANG BAB II KONDISI OBYEKTIF LOKASI DESA BITUNG JAYA KEC. CIKUPA KAB. TANGERANG A. Gambaran Umum Wilayah 1. Letak Geografis Desa Bitung jaya merupakan salah satu desa yang ada di kecamatan Cikupa kabupaten

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, yang. pelayanan kesehatan dasar. Kegiatan kegiatan yang ada dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, yang. pelayanan kesehatan dasar. Kegiatan kegiatan yang ada dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Posyandu 1. Pengertian Pos Pelayanan Terpadu atau yang sering disebut dengan Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan masyarakat yang dilakukan

Lebih terperinci