HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA, DAN MOTIVASI DENGAN KEPATUHAN PENERAPAN KEWASPADAAN STANDAR
|
|
- Deddy Lesmono
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, KETERSEDIAAN SARANA, DAN MOTIVASI DENGAN KEPATUHAN PENERAPAN KEWASPADAAN STANDAR OLEH DOKTER GIGI DI POLIKLINIK GIGI DAN MULUT RUMAH SAKIT KOTA MANADO RELATIONSHIP BETWEEN KNOWLEDGE, AVAILABILITY MEANS, AND MOTIVATION WITH APPLICATION COMPLIANCE STANDARD PRECAUTION BY DENTIST AT THE DENTAL POLYCLINIC HOSPITAL IN MANADO CITY Ratulangi Angel Lesly Rotinsulu*, Jootje. M. L. Umboh**, Jantje Pongoh* *Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi ABSTRAK Kewaspadaan Standar adalah seperangkat pedoman yang direkomendasikan untuk diterapkan dalam setiap praktek kerja untuk melindungi petugas kesehatan dari pajanan penyakit infeksi yang menular lewat darah (blood-borne pathogen). Pedoman tersebut meliputi kebersihan tangan, pemakaian Alat Pelindung Diri (APD), pengelolaan benda tajam, dan lain-lain. Namun pada kenyataannya, penerapan kepatuhan masih rendah. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis hubungan antara pengetahuan, ketersediaan sarana, dan motivasi dengan kepatuhan penerapan kewaspadaan standar oleh dokter gigi di Poliklinik Gigi dan Mulut Rumah Sakit Kota Manado. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kuantitatif. Jenis penelitian deskriptif dengan desain cross sectional. Penelitian dilakukan pada 9 Rumah Sakit Kota Manado yang aktif menyelenggarakan pelayanan poliklinik gigi dan mulut pada bulan Juni 2016 Januari Teknik penentuan sampel digunakan teknik sampling jenuh yang berjumlah 35 orang yang sesuai kriteria inklusi. Variabel penelitian terdiri dari variabel bebas yaitu pengetahuan, ketersediaan sarana, dan motivasi; dan variabel terikat yaitu kepatuhan penerapan kewaspadaan standar oleh dokter gigi di Poliklinik Gigi dan Mulut Rumah Sakit Kota Manado. Data diperoleh melalui kuesioner yang telah divalidasi. Sebagai kesimpulan, terdapat hubungan yang signifikan antara ketersediaan sarana dengan kepatuhan penerapan kewaspadaan standar oleh dokter gigi di Poliklinik Gigi dan Mulut Rumah Sakit Kota Manado. Disarankan agar pihak Manajemen Rumah Sakit perlu mengikutsertakan dokter gigi dalam pelatihan penerapan kewaspadaan standar untuk peningkatan pengetahuan dalam pelayanan kesehatan gigi dan mulut, selanjutnya perlu dilakukan penelitian yang serupa terkait dengan penerapan kewaspadaan standar oleh dokter gigi dengan meneliti variabel variabel yang mungkin berkaitan dengan perilaku dokter gigi untuk patuh dalam menerapkan kewaspadaan standar saat melakukan pelayanan kepada pasien. Kata Kunci: Pengetahuan, Ketersediaan Sarana, Motivasi, Kepatuhan Penerapan Kewaspadaan Standar ABSTRACT Standard Precautions is a set of recommended guidelines to be applied in any working practices to protect healthcare workers from exposure to infectious diseases spread by blood (blood-borne pathogen). These guidelines include hand hygiene, use of Personal Protective Equipment (PPE), management of sharps, and others. But in fact, the implementation of compliance is still low. The purpose of this study to analyze the factors associated with compliance of the application of Standard Precaution by dentists in the Dental Polyclinic Hospital of the city of Manado. This study uses a quantitative approach. Descriptive research with cross sectional design. The study was conducted on 9th Hospital Manado City actively organizing service dental clinic in the month of June 2016 to January The sampling technique used saturated sampling technique which totaled 35 people who fit the inclusion criteria. The research variables consist of independent variables such as knowledge, availability of facilities, and motivation; and the dependent variable is the application of standard precautions compliance by dentists in the Dental Polyclinic Hospital of the city of Manado. Data obtained through questionnaires that have been validated. In conclusion, there is a significant correlation between the availability of the compliance of the 64
2 application of standard precaution by a dentist in the Dental Polyclinic Hospital of the city of Manado. It is recommended that the Hospital Management need to include dentists in training the application of standard precautions for the improvement of knowledge in dental and oral health services, further to increase compliance with the application of standard precautions need for the availability of which is always continuous. Key Words: Knowledge, Availability Means, Motivation, Application Compliance Standard Precaution PENDAHULUAN Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan. Berbagai jenis tenaga kesehatan dengan perangkat keilmuannya masing-masing berinteraksi satu sama lain. Ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran yang berkembang sangat pesat yang harus diikuti oleh tenaga kesehatan dalam rangka pemberian pelayanan yang bermutu, membuat semakin kompleksnya permasalahan dalam rumah sakit (Anonimous, 2010 a ). Rumah sakit bertujuan untuk menyembuhkan orang sakit, tetapi rumah sakit juga dapat menjadi sumber infeksi. Ditinjau dari asal atau didapatnya infeksi dapat berasal dari komunitas (Community acquired infection) atau berasal dari lingkungan rumah sakit (Hospital acquired infection) yang sebelumnya dikenal dengan istilah infeksi nosokomial atau yang sekarang disebut sebagai infeksi berkaitan dengan pelayanan di fasilitas pelayanan kesehatan atau Healthcare Associated Infections (HAIs). Tingkat infeksi nosokomial yang terjadi di negara-negara Asia, Amerika Latin dan Sub-Sahara Afrika termasuk tinggi yaitu mencapai lebih dari 40% (Anonimous, 2011). Infeksi pada dasarnya merupakan interaksi antara agen penyakit dengan pejamu yang rentan terjadi melalui transmisi kuman tertentu. Cara transmisi agen penyakit terutama mikroorganisme penyebab infeksi dapat terjadi melalui darah, udara baik droplet maupun airbone, dan kontak langsung. Interaksi yang menyebabkan infeksi dapat terjadi antar pasien, dari pasien ke petugas, dari petugas ke petugas, dari petugas ke pasien dan antar petugas. Infeksi di rumah sakit lebih umum disebut infeksi nosokomial. Data Kesehatan Dunia menunjukkan lebih dari 2 milyar penduduk dunia terinfeksi virus hepatitis B, dan sekitar juta merupakan pengidap virus hepatitis C, dengan angka kematian lebih dari per tahun. Kasus HIV positif, secara kumulatif berjumlah (Anonimous, 2010 a ). 65
3 Petugas kesehatan berisiko terpajan penularan penyakit seperti HIV, Hepatitis B dan Hepatitis C yang berasal dari sumber infeksi yang diketahui atau yang tidak diketahui seperti benda terkontaminasi, jarum suntik bekas pakai dan benda tajam lainnya (Efstathiou, et.al., 2011). Salah satu tindakan beresiko tinggi menyebabkan terjadinya infeksi silang pada dokter gigi yaitu ekstraksi gigi. Pencegahan dan pengendalian infeksi silang sangat dibutuhkan pada tindakan ekstraksi gigi karena bidang kerja kedokteran gigi berhubungan langsung dengan darah dan saliva (Suleh, 2015). Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2010 menunjukkan bahwa masyarakat di Indonesia yang mendapat pelayanan ekstraksi gigi yaitu sebesar 79,6% (Anonimous, 2010 c ). Di Sulawesi Utara gigi yang diekstraksi maupun indikasi ekstraksi gigi sebesar 4,34% (Anonimous, 2007 d ). Sumber infeksi pada praktek dokter gigi meliputi tangan, saliva, darah, sekresi hidung dan sekresi paru. Udara, air, debu, aerosol, percikan atau tetesan, plak, kalkulus, bahan tumpatan gigi dan debris dari rongga mulut atau luka terbuka dapat juga menjadi sumber infeksi atau kontaminasi. Oleh karena itu, instrumen dan perlengkapan praktek harus senantiasa dijaga sterilitas dan kebersihannya untuk mencegah terjadinya infeksi. Kontrol infeksi pada kedokteran gigi bertujuan untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap kerentanan terjadinya infeksi dan untuk megurangi resiko transmisi penyakit serta mencegah dan melindungi operator, pasien dan staf dari paparan objek infeksius selama perawatan (Matthews, 2012). Di Indonesia di RSU Pendidikan, infeksi silang cukup tinggi yaitu 6-16% dengan rata-rata 9,8% terdapat risiko yang sangat tinggi bagi dokter gigi untuk terkena infeksi silang dalam melakukan tindakan ekstraksi gigi karena dapat berkontak langsung dengan darah, saliva dan alat-alat yang terkontaminasi (Saleh, et.al., 2015). Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 382/Menkes/SK/III/2007 tentang Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit maupun fasilitas pelayanan kesehatan lain sebagai upaya untuk memutuskan siklus penularan penyakit dan melindungi pasien, petugas kesehatan, pengunjung, dan masyarakat yang menerima pelayanan kesehatan, baik di rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya (Anonimous, 2007 a ). Salah satu strategi untuk melindungi dan mengurangi pengendalian infeksi tersebut adalah melakukan tindakan kewaspadaan standar oleh petugas kesehatan. Hal ini sesuai tujuan pengaturan penyelenggaraan rumah sakit 66
4 yang tertuang dalam UU Nomor 44 Bab II Pasal 3 Ayat 1b Tahun 2009 yaitu memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat, lingkungan rumah sakit, dan sumber daya manusia di rumah sakit (Anonimous, 2009). Prosedur penatalaksanaan infeksi silang yang umum digunakan adalah berdasarkan aturan yang dikeluarkan oleh Centers for Diseases Control and Prevention (CDC). Pada awalnya, aturan ini dikenal sebagai kewaspadaan universal/ universal precaution. Sejalan dengan perkembangan pengetahuan dalam bidang kedokteran dan kedokteran gigi, istilah universal precaution diganti menjadi kewaspadaan standar/ standard precaution. Kewaspadaan standar/ Standard precaution adalah suatu tindakan pengendalian infeksi yang dilakukan oleh seluruh tenaga kesehatan untuk mengurangi risiko penyebaran infeksi dengan didasarkan pada prinsip bahwa darah dan cairan tubuh dapat berpotensi menularkan penyakit, baik berasal dari pasien maupun petugas kesehatan. Kewaspadaan standar dikembangkan dari kewaspadaan universal dengan menggabungkan dan menambah tahapan pencegahan yang dirancang untuk melindungi petugas kesehatan gigi dan pasien dari patogen yang dapat menyebar melalui darah dan cairan tubuh yang lain. Prinsip kewaspadaan standar di pelayanan kesehatan adalah menjaga hygiene sanitasi individu, hygiene sanitasi ruangan, serta sterilisasi peralatan. Dalam praktek kedokteran gigi, ketiga prinsip tersebut dijabarkan menjadi enam bagian penting yaitu: evaluasi pasien, perlindungan diri, pemrosesan instrumen (sterilisasi), asepsis dan desinfeksi permukaan, penggunaan alat sekali pakai dan pembuangan sampah medis (Anonim, 2010 a ). Kewaspadaan standar diterapkan di pelayanan kesehatan dengan tujuan untuk mengendalikan infeksi secara konsisten serta mencegah penularan bagi petugas kesehatan dan pasien. Studi menunjukkan bahwa kepatuhan pada penerapan kewaspadaan standar diantara petugas kesehatan untuk menghindari paparan mikroorganisme masih rendah (Mehta, et.al., 2011). Faktor-faktor yang berkontribusi pada rendahnya kepatuhan tersebut adalah karena kurangnya pengetahuan, kurangnya waktu, kelupaan, kurangnya keterampilan, ketidaknyamanan, iritasi kulit, dan kurangnya pelatihan (Efstathiou, et.al., 2011). Ketidakpatuhan petugas kesehatan untuk melakukan prosedur kewaspadaan standar karena dianggap terlalu merepotkan dan tidak nyaman. Tugas tenaga kesehatan yang banyak juga 67
5 menjadi faktor lain menyebabkan dokter sulit untuk menerapkan kewaspadaan standar. Tenaga kesehatan yang mampu menjelaskan secara benar tentang kewaspadaan standar maka tenaga kesehatan juga mampu melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi tentang kewaspadaan standar, dan diaplikasikan melalui tindakan. Viska (2012), mendapat hasil penelitian tentang pengetahuan, sikap dan tindakan dokter gigi terhadap kewaspadaan standar di praktek pribadi kota Medan didapat hasil pengetahuan dokter gigi kategori baik (56,67%), sikap dokter gigi baik (92%) dan tindakan dokter gigi termasuk kategori baik (78,67%). Dari hasil ini terlihat bahwa dokter gigi yang berpraktek pribadi mempunyai pengetahuan, sikap dan tindakan yang baik terhadap kewaspadaan standar ini mungkin disebabkan dokter gigi percaya akan terkena infeksi dari pasien sehingga dokter gigi melaksanakan kewaspadaan standar yang dianjurkan di praktek pribadi. Navissha (2011), meneliti tentang pengetahuan, sikap dan perilaku mahasiswa kepaniteraan klinik terhadap kewaspadaan standar di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan FKG USU Medan didapat hasil sebanyak 48,75% mahasiswa berpengetahuan cukup, sedangkan sikap mahasiswa tergolong baik 55% dan perilaku mahasiswa cukup (46,25%). Hal ini mungkin disebabkan kurangnya pengetahuan mahasiswa mengenai pentingnya mengetahui kewaspadaan standar yang mana materi tersebut tidak diberikan di dalam perkuliahan. Perilaku mahasiswa termasuk cukup baik hal ini mungkin disebabkan karena tidak didukung oleh ketersediaan sarana di RSGMP FKG USU Medan, tidak adanya pengawasan dari pihak dosen pembimbing yang mungkin disebabkan tidak adanya peraturan tentang kewaspadaan standar di rumah sakit gigi dan mulut ini. Hasil pengamatan yang dilakukan terhadap dokter gigi di salah satu rumah sakit di Kota Manado yaitu di Poliklinik Gigi dan Mulut RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado, sebanyak 4 orang (50%) dokter gigi belum melaksanakan prosedur kewaspadaan standar yang menyangkut penggunaan alat pelindung diri terutama kacamata untuk mengantisipasi paparan cairan dan darah pasien pada saat terlibat dalam prosedur tindakan gigi dan mulut. Selain itu, dokter gigi dalam menerapkan prosedur kewaspadaan standar khususnya dalam pemakaian alat pelindung diri selama proses tindakan masih belum sesuai dengan pedoman pengendalian infeksi nosokomial. Selama tahun 2015 data dari Poliklinik Gigi dan Mulut RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado telah 7 68
6 kali melakukan tindakan infeksius, 5 pasien dengan HBsAg (+) dan 2 pasien dengan HIV (+). Hal ini menunjukkan bahwa resiko tertular Hepatitis dan HIV juga terjadi pada dokter gigi yang melakukan tindakan perawatan. Bahaya serupa juga berlaku di rumah sakit lain di Kota Manado. Hal ini menjadi alasan kebutuhan suatu kepatuhan tindakan kewaspadaan standar bagi petugas yang bekerja di Poliklinik Gigi dan Mulut. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti hubungan antara pengetahuan, ketersediaan sarana, dan motivasi dengan kepatuhan penerapan kewaspadaan standar oleh dokter gigi di Poliklinik Gigi dan Mulut di Rumah Sakit Kota Manado. METODE Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kuantitatif. Jenis penelitian deskriptif dengan desain cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di Sembilan Rumah Sakit Kota Manado yang aktif menyelenggarakan pelayanan poliklinik gigi dan mulut pada bulan Juni 2016 Januari populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh dokter gigi yang tersebar di Poliklinik Gigi dan Mulut Rumah Sakit di Kota Manado. Jumlah sampel pada penelitian ini 35 orang. Penelitian ini menggunakan analisis univariat, bivariate, dan multivariate. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden di Poliklinik Gigi dan Mulut Rumah Sakit Kota Manado a. Umur Hasil distribusi responden berdasarkan umur menunjukkan bahwa 18 responden (51,4%) mayoritas berumur < 31 tahun dan 17 responden (48,6%) terdistribusi pada kelompok umur 31 tahun. Data tersebut memperlihatkan bahwa dokter gigi yang tersebar di Poliklinik Gigi dan Mulut Rumah Sakit di Kota Manado mayoritas dokter gigi berusia muda. Yuliana (2012) dalam penelitiannya mengenai kepatuhan penerapan terhadap kewaspadaan standar di RSKO Jakarta tahun 2012 dimana dari 39 responden diperoleh sebesar 78% merupakan responden dari kelompok usia tahun. Penelitian Yuniarta (2011) yang dilaksanakan di Bagian Bedah RSUP Dr. Kariadi Kota Semarang menyatakan bahwa faktor umur responden berhubungan erat dengan tingkat kinerja dalam penerapan standar prosedur yang benar dalam melaksanakan tugasnya, dimana responden yang lebih tua cenderung lebih dapat bekerja dengan baik dibandingkan dengan yang lebih muda. Hal ini kemungkinan disebabkan karena responden merasa yang lebih tua mempunyai harapan kerja lebih dipercaya. 69
7 b. Jenis Kelamin Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 23 responden (65,7%) dan laki-laki sebanyak 12 responden (34,3%). Dari hasil tersebut memperlihatkan bahwa tenaga dokter gigi banyak diminati oleh wanita. Hal ini juga memperlihatkan bahwa dokter gigi perempuan mempunyi kemauan lebih banyak untuk bekerja sebagai pemberi layanan kesehatan gigi dan mulut di Poliklinik Rumah Sakit daripada dokter gigi lakilaki. Berbeda dengan hasil penelitian tentang kepatuhan perawat terhadap kewaspadaan standar di RSKO Jakarta yang dilakukan oleh Yuliana (2012) bahwa jenis kelamin terbanyak didapatkan pada laki-laki sebesar 65% dari 39 responden. Penelitian ini mengungkapkan bahwa laki-laki dan perempuan tidak mempunyai perbedaan secara signifikan mengenai responden mereka terhadap kinerja tenaga kesehatan di rumah sakit. c. Pendidikan Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden berpendidikan dokter gigi yaitu 26 responden (74,3%), dokter gigi spesialis sebanyak 3 responden (8,6%), dokter gigi yang melanjutkan jenjang studi S2 sebanyak 4 responden (11,4%), dan dokter gigi spesialis yang melanjutkan studi S2 sebanyak 2 responden (5,7%). Data ini menggambarkan sebaran tenaga pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Poliklinik Gigi dan Mulut Rumah Sakit Kota Manado didominasi oleh dokter gigi umum dan untuk pelayanan tenaga dokter gigi ahli/ spesialis masih sangat kurang. Orang-orang yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi akan memiliki pengetahuan yang lebih tinggi pula jika dibandingkan dengan orangorang yang kurang berpendidikan dan melalui pendidikan seseorang dapat meningkatkan kematangan intelektual sehingga dapat membuat keputusan dalam bertindak. Dari hasil penelitian ini, peneliti berpendapat bahwa salah satu faktor yang berpengaruh pada kepatuhan penerapan kewaspadaan standar ialah tingkatan pendidikan. Pendidikan memberikan pengetahuan bukan hanya dalam pelaksanaan tugas pelayanan, tetapi juga untuk mengembangkan diri serta kemampuan memanfaatkan fasilitas sarana yang ada disekitar lingkungan kerja untuk kelancaran tugas tanpa mengabaikan penerapan kewaspadaan standar. d. Masa Kerja Data menunjukkan bahwa 24 responden (68,6%) memiliki masa kerja selama 1-5 tahun, sedangkan responden yang bekerja > 5 tahun sebanyak 11 70
8 responden (31,4%). Peneliti berpendapat pengalaman bekerja yang lebih lama akan cenderung memberikan pelayanan sesuai standar lebih baik lagi karena sudah berpengalaman dan kompetensi yang dimiliki sudah terlatih sehingga dalam memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut hendaknya tetap patuh pada penerapan kewaspadaan standar tanpa ada yang diabaikan. Penelitian Marnita (2015) yang dilakukan di RSU PKU Muhammaddiyah Yogyakarta diperoleh bahwa lama waktu dokter bekerja terbanyak pada waktu kurang dari 10 (sepuluh) tahun sebanyak 73,5%. Lama waktu bekerja ini termasuk golongan waktu yang sangat singkat sekali. Yuniarta (2011) yang menganalisis tingkat pendidikan pasien terhadap kepuasaan layanan di bagian bedah RSUP Dr. Kariadi Kota Semarang menyatakan bahwa lama waktu bekerja mempengaruhi responden dalam mempersepsikan harapan dan memotivasi responden akan melayani pasien. Dokter yang bekerja dengan waktu lebih dari 10 tahun, berpengaruh terhadap wawasan dan pola pemanfaatan pelayanan kesehatan, juga mempengaruhi pengetahuan, sikap, dan motivasi responden terhadap kesehatan dan kebutuhan serta keinginan pelayanan kesehatan yang bermutu. Gambaran Variabel Pengetahuan, Ketersediaan Sarana, Motivasi dan Kepatuhan Penerapan Kewaspadaan Standar oleh Dokter Gigi di Poliklinik Gigi dan Mulut Rumah Sakit Kota Manado a. Pengetahuan Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden berpengetahuan baik sebanyak 20 responden (57,1%) dan yang kurang baik sebanyak 15 responden (42,9%). Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan Yuliana (2012) yang menunjukkan bahwa dari total 39 responden, 58,9% menilai baik pengetahuan pada perawat di RSKO Jakarta. Sembiring (2012) juga melakukan penelitian di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan dan menemukan bahwa dari 100 responden ternyata yang berpartisipasi sebanyak 69 responden menilai pengetahuan pada perawat baik lebih banyak. b. Ketersediaan Sarana Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 23 responden (65,7%) menjawab ketersediaan sarananya baik dan 12 responden (34,3%) menjawab ketersediaan sarana kurang baik. Hasil penelitian Maliyawati (2015) tentang tindakan kewaspadaan universal sebagai upaya untuk mengurangi risiko penyebaran infeksi didapat bahwa dari 71
9 total 85 responden menjawab ketersediaan sarana tidak baik sebesar 64,7%. Penelitian oleh Yulianti (2012) di bangsal rawat inap Rumah Sakit PKU Muhammaddiyah Yogyakarta tentang hubungan ketersediaan sarana dengan penerapan universal precaution pada perawat diperoleh kebanyakan ketersediaan sarana baik sebesar 76,5% dari 34 responden. c. Motivasi Hasil penelitian variabel motivasi menunjukkan bahwa dari 35 responden, 54,3% (19 responden) memiliki motivasi baik dan 45,7% (16 responden) memiliki motivasi kurang baik. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sembiring (2012) terhadap responden di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan, yang menilai motivasi baik sebesar 67% dari total 100 responden. Penelitian Yulianti (2012) yang dilakukan di rumah sakit PKU Muhammaddiyah Yogyakarta menyangkut motivasi dengan penerapan universal precaution pada perawat di rawat inap menemukan bahwa jumlah responden yang menilai motivasi baik sebesar 76,5% dari 34 responden. Penelitian Mahardini (2011) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan perawat menerapkan universal precaution ketika melakukan kemoterapi pada pasien kanker di RSUD Dr. Moewardi Surakarta ditemukan 73,2% responden menilai motivasi baik. d. Kepatuhan Penerapan Hasil penelitian yang diperoleh sebanyak 15 responden (42,9%) patuh menerapkan kewaspadaan standar dan responden yang tidak patuh menerapkan kewaspadaan standar sebanyak 20 responden (57,1%). Penelitian ini sejalan dengan penelitian Yuliana (2012) yang meneliti kepatuhan perawat terhadap kewaspadaan standar di RSKO Jakarta menunjukkan bahwa sebesar 58,9% dari total 39 responden menilai kepatuhan perawat RSKO Jakarta tidak baik. Penelitian yang dilakukan Sembiring (2012) di RSUP H. Adam Malik Medan menemukan bahwa dari 100 responden ternyata 69 responden menilai tidak ada kepatuhan dokter dalam menerapkan kewaspadaan standar dalam mitigasi bencana HIV/AIDS. Hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan penerapan kewaspadaan standar oleh Dokter Gigi di Poliklinik Gigi dan Mulut Rumah Sakit Kota Manado Hasil penelitian diperoleh data bahwa jumlah responden yang menjawab pengetahuan baik sebesar 57,1% dan pengetahuan yang kurang baik sebesar 42,9%. Penilaian pada pengetahuan baik diperoleh kepatuhan penerapan kewaspadaan standar sebanyak 40% dan 72
10 yang tidak patuh sebanyak 60%, sedangkan penilaian pengetahuan kurang baik dengan kepatuhan dalam penerapan kewaspadaan standar sebanyak 46,7% dan yang tidak patuh sebanyak 53,3%. Berdasarkan hasil analisis uji chi-square didapatkan hasil dengan nilai p=0,693>α=0,05. Penelitian Marnita (2015) di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta menemukan adanya pengaruh pengetahuan terhadap penerapan kewaspadaan standar pada dokter, dimana hal ini dibuktikan dengan nilai signifikan variabel pengetahuan diperoleh sebesar 0,028. Penelitian Yulianti (2012) di Bangsal Rawat Inap RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta menemukan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dengan penerapan kewaspadaan standar dengan nilai signifikan sebesar 0,019. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak adanya hubungan antara pengetahuan dengan penerapan kewaspadaan standar oleh dokter gigi di Poliklinik Gigi dan Mulut Rumah Sakit Kota Manado, yaitu pengetahuan yang baik tidak mempengaruhi kepatuhan dokter gigi untuk menerapkan kewaspadaan standar dalam melaksanakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut. World Health Organization (WHO) pada tahun 2009 melaporkan bahwa infeksi nosokomial terjadi dengan frekuensi yang sangat sering, menyebabkan timbulnya penyakitpenyakit dan kematian pada pasien maupun tenaga kesehatan. Berdasarkan studi literatur yang dilakukan oleh Luo et al., (2011) didapatkan hasil bahwa pada tahun 2002 di Amerika Serikat ditemukan 57 tenaga kesehatan terinfeksi HIV yang disebabkan oleh paparan rumah sakit, 24 diantaranya adalah perawat, kemudian 48 tenaga terkena infeksi karena tertusuk alat-alat kesehatan. Masih berdasarkan studi pustaka yang sama, pada tahun 2003 dilaporkan tingkat kecelakaan karena jarum suntik sangat tinggi yaitu sebanyak 80,6% di China. Menyikapi banyaknya infeksi nosokomial yang terjadi dan untuk melindungi pasien maupun tenaga kesehatan, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) pada tahun 1996 menetapkan kewaspadaan standar sebagai petunjuk atau acuan dalam usaha mengurangi resiko infeksi dari darah yang terpecik dan patogen lain di rumah sakit (Luo et al., 2011). Peningkatkan upaya pengendalian infeksi untuk melindungi tenaga kesehatan, pasien dan pengunjung juga menjadi perhatian di Indonesia (Anonimous, 2008). Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh Askarian dan Assadian tahun 2011 untuk menilai tingkat 73
11 pengetahuan, sikap dan perilaku terhadap Universal Precautions di kalangan dokter gigi dan mahasiswa kepaniteraan klinik, menunjukkan bahwa skor pengetahuan responden 6,71 ± 0,99 dari skor maksimal sembilan. Hal ini menunjukkan bahwa, tingkat pengetahuan responden memuaskan, tetapi perilaku penerapan Universal Precautions mereka tidak mencapai tahap yang diharapkan. Di samping itu, dijumpai suatu hubungan linear positif antara pengetahuan dan perilaku (r=0,394, p<0,001). Ini berarti walaupun pengetahuan responden baik berpengaruh terhadap perilaku responden. Pengetahuan penerapan kewaspadaan standar merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Menurut teori perubahan perilaku kesehatan, penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme. Perilaku dapat berubah hanya apabila stimulus yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus semula (mampu meyakinkan). Karena itu kualitas dari sumber komunikasi sangat menentukan keberhasilan perubahan perilaku penerapan kewaspadaan standar. Hubungan Antara Ketersediaan Sarana Dengan Kepatuhan Penerapan Kewaspadaan Standar oleh Dokter Gigi Di Poliklinik Gigi dan Mulut Rumah Sakit Kota Manado Berdasarkan tabulasi silang yang dilakukan antara faktor ketersediaan sarana dengan kepatuhan penerapan kewaspadaan standar oleh dokter gigi di Poliklinik Gigi dan Mulut Rumah Sakit Kota Manado, diperoleh data bahwa jumlah responden yang menjawab ketersediaan sarana baik sebanyak 23 responden (65,7%) dengan penerapan kewaspadaan standar yang patuh sebanyak 7 responden (30,4%) dan yang tidak patuh sebanyak 16 responden (69,6%); sedangkan jumlah responden yang menjawab ketersediaan sarana kurang baik sebanyak 12 responden (34,3%) dengan penerapan kewaspadaan standar yang patuh sebanyak 8 responden (66,7%) dan yang tidak patuh sebanyak 4 responden (33,3%). Berdasarkan hasil analisis uji chi-square didapatkan hasil dengan nilai p=0,040<α=0,05 yang menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara ketersediaan sarana dengan kepatuhan penerapan kewaspadaan standar oleh dokter gigi di Poliklinik 74
12 Gigi dan Mulut Rumah Sakit Kota Manado. Hasil penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan Yuliana (2012) di RSKO Jakarta terhadap kewaspadaan standar menghasilkan ada pengaruh ketersediaan sarana terhadap penerapan kewaspadaan standar pada dokter dalam penelitian ini, dimana hal ini dibuktikan dengan nilai signifikan pada variabel ketersediaan sarana sebesar 0,017. Begitu juga dalam penelitian Yulianti (2012), bahwa ada hubungan antara ketersediaan sarana dengan kepatuhan penerapan kewaspadaan standar pada perawat dimana hal ini ditunjukkan dengan nilai p = 0,006; sehingga ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan antara ketersediaan sarana dengan penerapan kewaspadaan standar pada perawat dan ada atau tidaknya ketersediaan sarana akan menyebabkan tinggi rendahnya kewaspadaan perawat dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Ketersediaan sarana terutama APD merupakan faktor pendukung yang sangat penting terhadap kepatuhan dokter gigi dalam menerapkan kewaspadaan standar, terutama dalam melayani pasien di rumah sakit, peralatan rumah sakit yang terkontaminasi tanpa sengaja maupun disengaja, dimana kontaminasi peralatan yang berbahaya seperti disebabkan oleh virus HIV/AIDS (Nurkhasanah, 2013). Hubungan Antara Motivasi Dengan Kepatuhan Penerapan Kewaspadaan Standar oleh Dokter Gigi Di Poliklinik Gigi dan Mulut Rumah Sakit Kota Manado Berdasarkan tabulasi silang yang dilakukan antara faktor motivasi dengan kepatuhan penerapan kewaspadaan standar oleh dokter gigi di Poliklinik Gigi dan Mulut Rumah Sakit Kota Manado, diperoleh data bahwa jumlah responden yang menjawab motivasi baik sebanyak 19 responden (54,3%) dengan penerapan kewaspadaan standar yang patuh sebanyak 9 responden (47,4%) dan yang tidak patuh sebanyak 10 responden (52,6%); sedangkan jumlah responden yang menjawab motivasi kurang baik sebanyak 16 responden (45,7%) dengan penerapan kewaspadaan standar yang patuh sebanyak 6 responden (37,5%) dan yang tidak patuh sebanyak 10 responden (62,5%). Berdasarkan hasil analisis uji chi-square didapatkan hasil dengan nilai p=0,557>α=0,05 yang menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara motivasi dengan kepatuhan penerapan kewaspadaan standar oleh dokter gigi di Poliklinik Gigi dan Mulut Rumah Sakit Kota Manado. Tidak sejalan dengan penelitian Sembiring (2012) di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan, 75
13 dalam rangka penerapan kewaspadaan standar oleh tenaga kesehatan dalam mitigasi bencana HIV/AIDS menemukan bahwa ada hubungan motivasi dengan penerapan kewaspadaan standar pada tenaga kesehatan dimana hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikan sebesar 0,001. Hasil penelitian tidak sejalan karena lokasi penelitian berbeda, penelitian Sembiring berlokasi di rumah sakit umum bagian Unit Gawat Darurat (UGD), ruang Hemodialisis Darah (HD) dan Voluntary Counselling and Testing, dimana ruangan ini sering dikunjungi oleh pasien yang dicurigai mengidap HIV/AIDS. Sedangkan penelitian ini hanya berlokasi di bagian Poliklinik Gigi dan Mulut. Selain itu, objek penelitian berbeda dimana Sembiring melakukan penelitian pada tenaga kesehatan yang kemungkinan terkena infeksi nosokomial yang sesuai lokasinya pasien dicurigai mengidap HIV/AIDS. Sedangkan, objek penelitian ini hanya pada tenaga dokter gigi yang berpraktek di Poliklinik Gigi dan Mulut. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Shara, et.al., (2014) studi terhadap dokter gigi muda di Rumah Sakit Islam Gigi dan Mulut Sultan Agung Semarang didapatkan bahwa motivasi dokter gigi muda dalam upaya kontrol infeksi kategori motivasi tinggi 68,3% lebih banyak dibandingkan kategori motivasi rendah 31,7%. Hal ini dirasakan perlu menjadi perhatian khusus karena tingkat motivasi responden yang tinggi perlu dikelola dan dimanfaatkan lagi sehingga motivasi tersebut dapat diaplikasikan ke perilaku menjadi maksimal. KESIMPULAN 1. Tidak terdapat hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan penerapan kewaspadaan standar oleh dokter gigi di Poliklinik Gigi dan Mulut Rumah Sakit Kota Manado. 2. Terdapat hubungan antara ketersediaan sarana dengan kepatuhan penerapan kewaspadaan standar oleh dokter gigi di Poliklinik Gigi dan Mulut di Rumah Sakit Kota Manado. 3. Tidak terdapat hubungan antara motivasi dengan kepatuhan penerapan kewaspadaan standar oleh dokter gigi di Poliklinik Gigi dan Mulut di Rumah Sakit Kota Manado. 4. Hasil analisis multivariate adalah ketersediaan sarana yang merupakan satu-satunya variabel yang berhubungan dengan penerapan kewaspadaan standar oleh dokter gigi di Poliklinik Gigi dan Mulut di Rumah Sakit Kota Manado. SARAN 76
14 1. Pengetahuan dokter gigi tentang penerapan kewaspadaan standar di Poliklinik Gigi dan Mulut Rumah Sakit Kota Manado perlu ditingkatkan melalui mengikutsertakan dokter gigi dalam pelatihan penerapan kewaspadaan standar agar pengetahuan para tenaga dokter gigi sesuai dengan penerapan kewaspadaan standar. 2. Ketersediaan sarana dalam mendukung penerapan kewaspadaan standar oleh dokter gigi di Poliklinik Gigi dan Mulut Rumah Sakit Kota Manado perlu dilengkapi dan pengadaan sarana selalu kontinu, misalnya ketersediaan sabun, handscoon, dan sarana penunjang pelaksanaan pelayanan kesehatan gigi dan mulut. 3. Pihak Manajemen Rumah Sakit perlu meningkatkan motivasi dokter gigi dalam menerapkan kewaspadaan standar melalui pemberian penghargaan (reward), peningkatan karier bahkan membuka peluang untuk studi lanjut ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. 4. Secara umum pihak Manajemen Rumah Sakit perlu melakukan pengawasan terhadap kepatuhan penerapan kewaspadaan standar sekaligus melakukan evaluasi rutin sehingga kepatuhan terhadap penerapan kewaspadaan standar dalam pelayanan kesehatan gigi dan mulut oleh dokter gigi bisa terkontrol dengan baik. 5. Perlu dilakukan penelitian yang serupa terkait dengan penerapan kewaspadaan standar oleh dokter gigi dengan meneliti variabel-variabel yang mungkin berkaitan atau berhubungan dengan perilaku dokter gigi untuk patuh dalam menerapkan kewaspadaan standar saat melakukan pelayanan kepada pasien. DAFTAR PUSTAKA Anonimous Profil Poliklinik Gigi dan Mulut Rumah Sakit Kota Manado. Dinas Kesehatan Kotamadya Manado Standar Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Kementrian Kesehatan RI. Jakarta Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya. Kementerian Kesehatan RI. Jakarta a. Profil Kesehatan Indonesia Tahun Kementerian Kesehatan RI. Jakarta. 77
15 b. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta c. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI. Laporan Hasil Kesehatan Dasar (RISKESDAS). Jakarta Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3-IFRS). Depkes RI. Jakarta Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit. Keputusan Menteri Kesehatan RI. Jakarta a. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta, Jakarta b. Guideline for Isolation Precautions: Preventing Transmission of Infections Agents in Healthcare Setting, on/isolation2007.pdf (8 Juni 2015) c. Cara Mencuci Tangan dengan Benar. HYPERLINK l-kesehatan/48-artikelkesehatan/228-mencuci-tangan- dengan-benar.html, diakses 12 Mei Askarian, M. dan O. Assadian Infection Control Practices among Dental Profesionals in Shiraz Dentistry School. Arc Iranian Med 12(1): Efstathiou, G., P. Evridiki., R. Vasilios., and M. Anastasios Factor Influencing Nurses Compliance with Standard Precautions in order to Avoid Occupational Exposure to Microorganisms: A Focus Group Study. BMC Nursing 10(1): Luo, Y., H. Guo-Ping., Jijan-Wei, Z and Y. Luo., Factors Impacting Compliance with Standard Precautions in Nursing. China. International Journal of Infections Disease 14: Mahardini, R Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Perawat Menerapkan Universal Precaution Ketika Melakukan Kemoterapi pada Pasien kanker di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Tesis. Pascasarjana. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta. Maliyawati, E Tindakan Kewaspadaan Universal Sebagai Upaya untuk Mengurangi Risiko Penyebaran Infeksi. Tesis. 78
16 Pascasarjana. Universitas Padjadjaran. Bandung. Marnita, M.J Hubungan Pengetahuan dan Sikap Dokter terhadap Penerapan Universal Precaution di Rumah Sakit Umum PKU Muhammaddiyah Yogyakarta. Skripsi. Program Studi Bidan. STIKES Aisyiyah. Yogyakarta. Matthews, J. E ADA Guidelines for Infection Control. Australian Dental Association Ink. Australia. p:9-25. Mehta, A., C. Rodrigues., T. Singhal., N. Lopes., N. D Souza., K. Sathe., and F. D. Dastur., Interventions to Reduce Needlestick Injuries at a Tertiary Care Center. Indian Journal of Medical Microbiology, 1(28): Navissha, D Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Terhadap Penatalaksanaan Infeksi Silang di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Tesis. Fakultas Kedokteran Gigi USU. Medan. Nurkhasanah Kepatuhan Perawat dalam Penerapan Kewaspadaan Universal di Rumah Sakit Dokter Kariadi Semarang Tahun Jurnal Prosiding Konferensi Nasional II PPNI. Semarang. Vol. 6(3): Saleh, M., S. E. F. Rares., S. Soeliongan Pola Bakteri Aerob Penyebab Infeksi Nosokomial pada Ruangan Neonatal Intensive Care Unit (NICU). BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Jurnal e-bm. Manado. Vol.3(1). Shara, A. C., G. Aditya., B. Benyamin Hubungan Antara Pengetahuan Terhadap Motivasi Dokter Gigi Muda dalam Kontrol Infeksi. Studi terhadap Dokter Gigi Muda di Rumah Sakit Islam Gigi dan Mulut Sultan Agung. Medali Jurnal Media Dental Intelektual. Semarang. Vol 2(1): Sembiring, R.B Penerapan Universal Precaution oleh Tenaga Kesehatan dalam Mitigasi Bencana HIV/AIDS di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan Tahun Tesis. Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Medan. Suleh, M. M., V. N. S. Wowor., C. N. Mintjelungan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Silang pada Tindakan Ekstraksi Gigi di Rumah Sakit Gigi dan Mulut 79
17 PSPDG Fakultas Universitas Sam Ratulangi. Jurnal e- GiGi(eG). Manado. Vol.3(2): Viska Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Dokter Gigi terhadap Pencegahan Penyakit Menular di Praktek Dokter Gigi di Kota Medan. Skripsi. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Medan. Yuliana, C Kepatuhan Perawat terhadap Kewaspadaan Standar di RSKO Jakarta Tahun Skripsi. Universitas Indonesia. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Depok. Yulianti, R Hubungan Tingkat Pengetahuan, Ketersediaan Sarana, dan Motivasi dengan Penerapan Universal Precaution pada Perawat di bangsal Rawat Inap Rumah Sakit PKU Muhammaddiyah Yogyakarta. Tesis. Pascasarjana. Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Yuniarta, E Analisis Tingkat Pendidikan Pasien Terhadap Kepuasan Layanan Di Bagian Bedah RSUP Dr. Kariadi Kota Semarang. Media Medika Muda. Vol. 1 (1):
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan salah satu tempat pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat terutama untuk masyarakat yang sedang sakit. Tujuan utama rumah sakit
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. langsung ataupun tidak langsung dengan mikroorganisme dalam darah dan saliva pasien.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Profesi dokter gigi tidak terlepas dari kemungkinan untuk berkontak secara langsung ataupun tidak langsung dengan mikroorganisme dalam darah dan saliva pasien. Penyebaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infeksi merupakan suatu keadaan ditemukan adanya agen infeksi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi merupakan suatu keadaan ditemukan adanya agen infeksi (organisme) yang mempengaruhi kerja daya imun tetapi tidak disertai gejala klinik (Departemen Kesehatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs) yang ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dan pemerintah Indonesia, berbeda dengan Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan di berbagai belahan dunia dan merupakan risiko terhadap sistem
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi di rumah sakit merupakan masalah yang cukup besar pada pelayanan kesehatan di berbagai belahan dunia dan merupakan risiko terhadap sistem pelayanan kesehatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga kesehatan gigi berisiko tinggi terpapar oleh mikroorganisme patogen di lingkungan kerja seperti bakteri, virus dan jamur selama perawatan gigi. Mikroorganisme
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perawat profesional dalam melaksanakan peran dan fungsinya sehari hari, selalu beresiko tertular terhadap berbagai penyakit. Penularan penyakit dapat terjadi secara kontak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Universal precaution (kewaspadaan standar) merupakan pengendalian infeksi yang dilakukan oleh tenaga kesehatan untuk mengurangi resiko penyebaran infeksi dan didasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Alat Pelindung Diri (APD) sangat penting bagi perawat. Setiap hari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alat Pelindung Diri (APD) sangat penting bagi perawat. Setiap hari perawat selalu berinteraksi dengan pasien dan bahaya-bahaya di rumah sakit, hal tersebut membuat
Lebih terperinciThe Relations of Knowledge and The Adherence to Use PPE in Medical Service Employees in PKU Muhammadiyah Gamping Hospital.
The Relations of Knowledge and The Adherence to Use PPE in Medical Service Employees in PKU Muhammadiyah Gamping Hospital. Hubungan Pengetahuan Dengan Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang berisiko tinggi terhadap penularan penyakit, mengingat ruang lingkup kerjanya
xvii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Petugas di bidang pelayanan kesehatan umum maupun gigi, baik dokter gigi, perawat gigi maupun pembantu rawat gigi, telah lama disadari merupakan kelompok yang
Lebih terperinciKEPATUHAN PERAWAT DALAM PENERAPAN KEWASPADAAN UNIVERSAL DI RUMAH SAKIT DOKTER KARIADI SEMARANG TAHUN 2013
KEPATUHAN PERAWAT DALAM PENERAPAN KEWASPADAAN UNIVERSAL DI RUMAH SAKIT DOKTER KARIADI SEMARANG TAHUN 2013 Nurkhasanah 1), Untung Sujianto 2) Email: untung71@yahoo.co.id Abstrak Kewaspadaan universal merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kewaspadaan umum (universal precaution) merupakan salah satu upaya pengendalian infeksi di rumah sakit yang oleh Departemen Kesehatan telah dikembangkan sejak tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Universal precautions merupakan pedoman pengendalian infeksi yang dilaksanakan oleh seluruh petugas pelayanan kesehatan terhadap semua pasien, pada setiap tindakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mikroorganisme dapat terjadi melalui darah, udara baik droplet maupun airbone,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rumah sakit sebagai tempat pengobatan, juga merupakan sarana pelayanan kesehatan yang dapat menjadi sumber infeksi dimana orang sakit dirawat dan ditempatkan
Lebih terperinciSKRIPSI HUBUNGAN FAKTOR ORGANISASI DENGAN KEPATUHAN PERAWAT DALAM PENERAPAN KEWASPADAAN UNIVERSAL DI RSI IBNU SINA PADANG TAHUN 2015
SKRIPSI HUBUNGAN FAKTOR ORGANISASI DENGAN KEPATUHAN PERAWAT DALAM PENERAPAN KEWASPADAAN UNIVERSAL DI RSI IBNU SINA PADANG TAHUN 2015 Penelitian Keperawatan Dasar RILIN VARLENI BP. 1311316137 PROGRAM STUDI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi dan penyakit menular merupakan masalah yang masih dihadapi oleh negara-negara berkembang.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi dan penyakit menular merupakan masalah yang masih dihadapi oleh negara-negara berkembang. Seperti halnya di Indonesia, penyakit infeksi masih merupakan
Lebih terperinciAniska Cattleya Shara*,Grahita Aditya**, Benni Benyamin**
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TERHADAP MOTIVASI DOKTER GIGI MUDA DALAM KONTROL INFEKSI HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TERHADAP MOTIVASI DOKTER GIGI MUDA DALAM KONTROL INFEKSI Studi terhadap Dokter Gigi Muda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rumah sakit. Rumah sakit merupakan salah satu sarana pelayanan. kesehatan kepada masyarakat. Rumah sakit memiliki peran penting
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh petugas medis untuk kesehatan masyarakat bisa dilakukan di poliklinik maupun di rumah sakit. Rumah sakit merupakan salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan tenaga ahli kesehatan lainnya. Di dalam rumah sakit pula terdapat suatu upaya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan sebuah institusi perawatan kesehatan profesional, pusat terapi dan diagnosis yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli
Lebih terperinciPENDAHULUAN. dapat berasal dari komunitas (community acquired infection) atau berasal dari
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah Sakit merupakan tempat berkumpulnya segala macam penyakit, baik menular maupun tidak menular. Ditinjau dari asal atau didapatnya infeksi dapat berasal dari komunitas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Hepatitis akut. Terdapat 6 jenis virus penyebab utama infeksi akut, yaitu virus. yang di akibatkan oleh virus (Arief, 2012).
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hepatitis didefinisikan sebagai suatu penyakit yang ditandai dengan adanya peradangan pada hati. Hepatitis merupakan suatu proses terjadinya inflamasi atau nekrosis
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kematian dan kecacatan secara terpadu dengan melibatkan berbagai multi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Instalasi Gawat Darurat (IGD) merupakan unit pelayanan rumah sakit yang memberikan pelayanan pertama pada pasien dengan ancaman kematian dan kecacatan secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keselamatan menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima isu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan di rumah sakit yaitu: keselamatan pasien, keselamatan
Lebih terperinciANALISIS PENERAPAN STANDARD PRECAUTIONS OLEH PERAWAT DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TK III MANADO
ANALISIS PENERAPAN STANDARD PRECAUTIONS OLEH PERAWAT DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TK III MANADO Justitia Lantu*, Tubagus D. E. Abeng**, Grace D. Kandou** *Program Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Manado
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, seperti: sosial, ekonomi, budaya, pendidikan dan kesehatan. Dewasa
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Perkembangan zaman yang semakin kompleks membawa banyak perubahan di berbagai bidang, seperti: sosial, ekonomi, budaya, pendidikan dan kesehatan. Dewasa ini, bidang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tuberkulosis, Human Immunodeficiency Virus (HIV), hepatitis B, dan hepatitis C
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit menular merupakan masalah yang mengancam kesehatan masyarakat (Kemenkes RI, 2014). Penyakit infeksi atau penyakit menular adalah suatu penyakit spesifik yang ditularkan
Lebih terperinciInfeksi yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan adalah salah satu penyebab utama kematian dan peningkatan morbiditas pada pasien rawat
BAB 1 PENDAHULUAN Setiap kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan atau meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit,
Lebih terperincinosokomial karena penyakit infeksi. Di banyak negara berkembang, resiko perlukaan karena jarum suntik dan paparan terhadap darah dan duh tubuh jauh
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Rumah sakit merupakan tempat pelayanan pasien dengan berbagai penyakit diantaranya adalah penyakit infeksi, dari mulai yang ringan sampai yang terberat. Masyarakat yang
Lebih terperinciGAMBARAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA BANDUNG
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tenaga kesehatan berisiko tinggi terinfeksi penyakit yang dapat mengancam keselamatannya saat bekerja. Menurut catatan World Health Organization (WHO) tahun 2004 didapatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penduduk pada tahun 2000 menyatakan bahwa jumlah penduduk Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah penduduk di Indonesia terus meningkat, berdasarkan sensus penduduk pada tahun 2000 menyatakan bahwa jumlah penduduk Indonesia mencapai 205 juta jiwa, sedangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sistemik (Potter & Perry, 2005). Infeksi yang terjadi dirumah sakit salah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Petugas kesehatan yang paling sering berinteraksi dan paling lama kontak dengan pasien dalam memberikan asuhan salah satunya adalah perawat (Nursalam, 2011). Perawat
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI. Disusun untuk Dipublikasikan pada Jurnal Ilmiah Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
GAMBARAN DESKRIPTIF PERILAKU PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI DAN ANGKA KEJADIAN TERTUSUK JARUM SUNTIK PADA TENAGA KESEHATAN GIGI DI PUSKESMAS KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI Disusun untuk Dipublikasikan
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN UNIVERSAL PRECAUTION INTISARI. Devi Permatasari*
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN UNIVERSAL PRECAUTION INTISARI Devi Permatasari* Latar belakang : Dalam tindakan kewaspadaan universal diperlukan kemampuan dan pengetahuan perawat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan. Infeksi nosokomial atau saat ini sering disebut Healthcare-associated Infections
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keselamatan (safety) telah menjadi issue global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima (5)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keselamatan (safety) telah menjadi issue global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima (5) issue penting yang terkait dengan keselamatan (safety) rumah sakit,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tenaga kesehatan gigi dalam menjalankan profesinya tidak terlepas dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tenaga kesehatan gigi dalam menjalankan profesinya tidak terlepas dari kemungkinan untuk mengalami kecelakan dalam pekerjaannya. Perilaku dan kesadaran yang baik yang
Lebih terperinci*Program Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Manado **Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PERAWAT, KETERSEDIAAN SARANA, DISIPLIN DAN SUPERVISI DENGAN PENERAPAN STANDRAD PRECAUTIONS OLEH PERAWAT DI RS TKT III ROBERT WOLTER MONGISIDI MANADO Maya Pelle*, J. M. L Umboh*,
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN
38 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian Rumah sakit Islam Kendal adalah rumah sakit swasta yang dikelola oleh amal usaha muhammadiyah. Rumah sakit tipe C yang sudah terakreditasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs) yang ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dan pemerintah Indonesia, berbeda dengan Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kualitas mutu pelayanan kesehatan. Rumah sakit sebagai tempat pengobatan, juga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya angka kejadian infeksi nosokomial mengindikasikan rendahnya kualitas mutu pelayanan kesehatan. Rumah sakit sebagai tempat pengobatan, juga merupakan sarana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. serta pengobatan penyakit banyak digunakan alat-alat ataupun benda-benda
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit merupakan suatu organisasi melalui tenaga medis professional yang teroganisir serta sarana kedokteran yang permanen menyelenggarakan pelayanan kedokteran,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. terhadap infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mutu pelayanan kesehatan khususnya pelayanan keperawatan di rumah sakit dapat dinilai melalui berbagai indikator, salah satunya adalah melalui penilaian terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang berarti keselamatan pasien adalah hukum yang tertinggi (Hanafiah & Amir,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam menjalankan tugasnya bagi dokter Aegroti Salus Lex Suprema, yang berarti keselamatan pasien adalah hukum yang tertinggi (Hanafiah & Amir, 2009).Keselamatan pasien
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. obat-obatan dan logistik lainnya. Dampak negatif dapat berupa kecelakaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit perlu mendapat perhatian serius dalam upaya melindungi kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan oleh proses pelayanan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. hidup bersih dan sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan untuk mencapai masa depan dimana bangsa Indonesia hidup dalam lingkungan sehat, penduduknya berperilaku hidup bersih dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga pasien merupakan pihak yang mempunyai hak untuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga pasien merupakan pihak yang mempunyai hak untuk mengetahui status kesehatan pasien yang paling utama. Keluarga pasien mempunyai hak untuk diberitahukan tentang
Lebih terperinciABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG HEPATITIS B PADA DOKTER GIGI DI DENPASAR UTARA
ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG HEPATITIS B PADA DOKTER GIGI DI DENPASAR UTARA Latar Belakang: Virus Hepatitis B atau (HBV) adalah virus DNA ganda hepadnaviridae. Virus Hepatitis B dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan atau pelatihan medik dan para medik, sebagai tempat. lantai makanan dan benda-benda peralatan medik sehingga dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit melakukan beberapa jenis pelayanan di antaranya pelayanan medik, pelayanan penunjang medik, pelayanan perawatan, pelayanan rehabilitasi, pencegahan dan peningkatan
Lebih terperinciMoch. Fatkhun Nizar Hartati Tuna Ningsih Dewi Sumaningrum Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri
HUBUNGAN KARAKTERISTIK PEKERJA DENGAN KEPATUHAN DALAM PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA PETUGAS LABORATORIUM KLINIK DI RUMAH SAKIT BAPTIS KOTA KEDIRI Moch. Fatkhun Nizar Hartati Tuna Ningsih Dewi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Centre for Disease Control (CDC) memperkirakan setiap tahun terjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Centre for Disease Control (CDC) memperkirakan setiap tahun terjadi 385.000 kejadian luka akibat benda tajam yang terkontaminasi darah pada tenaga kesehatan di rumah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindakan pencegahan universal merupakan salah satu strategi yang telah direkomendasikan oleh Centers for Desease Control and Prevention (CDC) dalam upaya pengendalian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh HIV (Human Immune Deficiency Virus), relatif mudah menular dan mematikan.
Lebih terperinciJURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: )
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEPATUHAN TENAGA KESEHATAN
Lebih terperinciUNIVERSAL PRECAUTIONS Oleh: dr. A. Fauzi
UNIVERSAL PRECAUTIONS Oleh: dr. A. Fauzi Pendahuluan Sejak AIDS dikenal; kebijakan baru yang bernama kewaspadaan universal atau universal precaution dikembangkan. Kebijakan ini menganggap bahwa setiap
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. ini mempunyai konsekuensi perlunya pengelolaan limbah rumah sakit sebagai bagian
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah Sakit sebagai sarana upaya perbaikan kesehatan yang melaksanakan pelayanan kesehatan sekaligus sebagai lembaga pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian memiliki
Lebih terperinci*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi, Manado
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA PETUGAS INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD) DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA KOTAMOBAGU Claudya M. Rarung*, Paul
Lebih terperinciHubungan Pengetahuan dan Sikap Mahasiswa Terhadap Kepatuhan Melakukan Cuci Tangan dengan Metode Hand Wash
Hubungan Pengetahuan dan Sikap Mahasiswa Terhadap Kepatuhan Melakukan Cuci Tangan dengan Metode Hand Wash di IGD RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga Endiyono 1*, Faisal Dwi Prasetyo 2 1,2 Program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tahun 2009, maka diperlukan adanya fasilitas pelayanan kesehatan untuk
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Pada era globalisasi ini masyarakat cenderung menuntut pelayanan kesehatan yang bermutu. Sebagai wujud pengamalan Undang-Undang No. 36 Tahun 2009, maka diperlukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Luka akibat jarum suntik dan benda tajam adalah luka yang di sebabkan oleh benda yang telah terkontaminasi cairan tubuh orang lain. Cidera ini kebanyakan terjadi pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maju bahkan telah menggeser paradigma quality kearah paradigma quality
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya meningkatkan mutu pelayanan dan meningkatkan upaya keselamatan pasien sudah merupakan gerakan universal. Berbagai negara maju bahkan telah menggeser paradigma
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT DI POLIKLINIK GIGI RSUD KABUPATEN BADUNG
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT DI POLIKLINIK GIGI RSUD KABUPATEN BADUNG Ni Nyoman Dewi Supariani 1 Abstract. The utilization of oral health services
Lebih terperinciARTIKEL PENELITIAN. Hj.Evi Risa Mariana 1, Zainab², H.Syaifullah Kholik³ ABSTRAK
HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG INFEKSI NOSOKOMIAL DENGAN SIKAP MENCEGAH INFEKSI NOSOKOMIAL PADA KELUARGA PASIEN DI RUANG PENYAKIT DALAM RSUD RATU ZALECHA MARTAPURA Hj.Evi Risa Mariana 1, Zainab², H.Syaifullah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan kerja adalah merupakan aplikasi kesehatan masyarakat di dalam suatu tempat kerja (perusahaan, pabrik, kantor, dan sebagainya) dan yang menjadi pasien dari
Lebih terperinci*Program Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENERAPAN UNIVERSAL PRECAUTION OLEH PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP BEDAH (IRINA A) RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO Grace Blessy Sofyanie Tawas*, T. D. E. Abeng**,
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DENGAN PRAKTIK PERAWAT DALAM PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL DIRUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT ISLAM KENDAL
HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DENGAN PRAKTIK PERAWAT DALAM PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL DIRUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT ISLAM KENDAL 3 Yunita Puspasari ABSTRAK Infeksi nosokomial dapat berasal dari pasien,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (Patient Safety) adalah isu global dan nasional bagi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan pasien (Patient Safety) adalah isu global dan nasional bagi rumah sakit, komponen penting dari mutu layanan kesehatan, prinsip dasar dari pelayanan pasien
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bila upaya pencegahan infeksi tidak dikelola dengan baik. 2. berkembang menjadi sirosis hati maupun kanker hati primer.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang Republik Indonesia tentang kesehatan No. 23 tahun 1992 pasal 10 menyatakan bahwa untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat, diselenggarakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. melindungi diri atau tubuh terhadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja, dimana
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Alat pelindung diri (APD) merupakan suatu alat yang dipakai untuk melindungi diri atau tubuh terhadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja, dimana secara teknis dapat mengurangi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah penilaian terhadap upaya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mutu pelayanan kesehatan khususnya keperawatan di rumah sakit dapat dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah penilaian terhadap upaya pencegahan infeksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat terjadi adalah Healthcare-associated Infection (HAIs). HAIs
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasien, tenaga kesehatan, pengunjung dan penunggu pasien merupakan kelompok yang beresiko terkena infeksi. Salah satu infeksi yang dapat terjadi adalah Healthcare-associated
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. virus, bakteri, dan berbagai penyebab penyakit lainnya yang dapat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan rumah sakit adalah lingkungan yang mengandung berbagai dampak negatif terhadap semua komponen yang terlibat dalam proses pelayanan kesehatan yang mana dampak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konsumen rumah sakit merupakan unit pelayanan medis yang sangat kompleks. Kompleksitasnya sebuah rumah sakit tidak hanya dari jenis dan macam penyakit yang harus
Lebih terperinciNo. Kuesioner : I. Identitas Responden 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan : 5. Pekerjaan : 6. Sumber Informasi :
KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN KELUARGA PASIEN TENTANG PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA RUANG KELAS III INSTALASI RAWAT INAP TERPADU A DAN RAWAT INAP TERPADU B RUMAH SAKIT UMUM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disebabkan pekerjaan dalam rumah sakit di Indonesia, dikategorikan memiliki
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan meningkatnya persaingan global dan produktifitas ekonomi, manusia dituntut untuk terus berkarya dan meningkatkan potensinya. Setiap pekerja memiliki hak untuk
Lebih terperinciYogi Andhi Lestari 1* Sujianti 2. Jl.Cerme No.24 Sidanegara Cilacap 53223
KEPATUHAN BIDAN DALAM TINDAKAN PENCEGAHAN INFEKSI DAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA SAAT MENOLONG PERSALINAN The Compliance Of Midwives In The Infection Prevention Measures And The Use Of Personal
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah terhadap upaya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mutu pelayanan kesehatan khususnya keperawatan di rumah sakit dapat dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah terhadap upaya pengendalian infeksi nosokomial
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PENERAPAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI BANGSAL RAWAT INAP RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PENERAPAN UNIVERSAL PRECAUTION PADA PERAWAT DI BANGSAL RAWAT INAP RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Yulianti, Rosyidah, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan
Lebih terperinciPENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI SILANG PADA TINDAKAN EKSTRAKSI GIGI DI RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT PSPDG FK UNSRAT
Jurnal e-gigi (eg), Volume 3, Nomor 2, Juli-Desember 2015 PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI SILANG PADA TINDAKAN EKSTRAKSI GIGI DI RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT PSPDG FK UNSRAT 1 Meilan M. Suleh 2 Vonny
Lebih terperinciGAMBARAN CUCI TANGAN PERAWAT DI RUANG RA, RB, ICU,CVCU, RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN
GAMBARAN CUCI TANGAN PERAWAT DI RUANG RA, RB, ICU,CVCU, RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN Nita Puspitasari*, Mula Tarigan** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan **Dosen Departemen Keperawatan Dasar dan Medikal Bedah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang diakibatkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus). Jalur transmisi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan penyakit yang diakibatkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus). Jalur transmisi HIV adalah melalui kontak seksual;
Lebih terperinciHUBUNGAN SUPERVISI KEPALA RUANGAN DENGAN RISIKO TERJADINYA NEEDLESTICK INJURY PADA PERAWAT PELAKSANA DI BANGSAL KELAS III RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL
HUBUNGAN SUPERVISI KEPALA RUANGAN DENGAN RISIKO TERJADINYA NEEDLESTICK INJURY PADA PERAWAT PELAKSANA DI BANGSAL KELAS III RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi Sebagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (World Health Organization (WHO), 2011). Menurut survei di Inggris,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Healthcare Acquired Infections (HAIs) merupakan infeksi yang terjadi pada pasien selama proses perawatan di rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya yang tidak didapatkan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG REKAM MEDIS DENGAN KELENGKAPAN PENGISIAN CATATAN KEPERAWATAN JURNAL PENELITIAN MEDIA MEDIKA MUDA
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG REKAM MEDIS DENGAN KELENGKAPAN PENGISIAN CATATAN KEPERAWATAN Di bangsal penyakit dalam RSUP Dr. Kariadi Semarang periode 1-31 Januari 2012 JURNAL PENELITIAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di jaman modernisasi seperti sekarang ini Rumah Sakit harus mampu
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan membahas tentang: latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. A. Latar Belakang Di jaman
Lebih terperinciHUBUNGAN PERILAKU TENAGA KESEHATAN DENGAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS MOPUYA KECAMATAN DUMOGA UTARA KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW
HUBUNGAN PERILAKU TENAGA KESEHATAN DENGAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS MOPUYA KECAMATAN DUMOGA UTARA KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW Putu Rivan Gregourian Budiarta 1), Chreisye K. F. Mandagi 1),
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG UNIVERSAL PRECAUTIONS DENGAN PENERAPAN UNIVERSAL PRECAUTIONS PADA TINDAKAN PEMASANGAN INFUS
HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG UNIVERSAL PRECAUTIONS DENGAN PENERAPAN UNIVERSAL PRECAUTIONS PADA TINDAKAN PEMASANGAN INFUS Indra Syahrizal 1, Darwin Karim 2, Fathra Annis Nauli 3 Mahasiswa/Perawat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
15 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia Rumah Sakit sebagai salah satu bagian sistem pelayanan kesehatan secara garis besar memberikan pelayanan untuk masyarakat berupa pelayanan kesehatan
Lebih terperinciHUBUNGAN FAKTOR PENENTU PERILAKU KESELAMATAN KERJA DENGAN TERJADINYA KECELAKAAN KERJA TERTUSUK JARUM SUNTIK PADA PERAWAT DI RSD dr.
HUBUNGAN FAKTOR PENENTU PERILAKU KESELAMATAN KERJA DENGAN TERJADINYA KECELAKAAN KERJA TERTUSUK JARUM SUNTIK PADA PERAWAT DI RSD dr. SOEBANDI JEMBER SKRIPSI Oleh Rizqi Fitria Prakasiwi NIM 052110101053
Lebih terperinciGLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 2, Juni 2017 ISSN
PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PENERAPAN STANDARD PRECAUTIONS MAHASISWA NERS STIKES NANI HASANUDDIN MAKASSAR Suarnianti (Departemen Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nani Hasanuddin Makassar)
Lebih terperinciGladys Apriluana, Laily Khairiyati, Ratna Setyaningrum
HUBUNGAN ANTARA USIA, JENIS KELAMIN, LAMA KERJA, PENGETAHUAN, SIKAP DAN KETERSEDIAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN PERILAKU PENGGUNAAN APD PADA TENAGA KESEHATAN Gladys Apriluana, Laily Khairiyati, Ratna
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maka pada tahun 1976 Join Commission on Acreditation of Health Care
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pencegahan dan Pengendalian infeksi di rumah sakit (PPIRS) yang ektif menggambarkan mutu pelayanan rumah sakit yang baik. Mengingat pentingnya program Pencegahan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Infeksi Nosokomial, yang saat ini disebut sebagai. dengan jumlah pasien dari jumlah pasien berisiko 160.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi Nosokomial, yang saat ini disebut sebagai Healthcare Associated Infections (HAIs), yaitu infeksi yang berhubungan dengan asuhan pelayanan kesehatan, merupakan
Lebih terperinciswasta dan dari jumlah pasien 254 pasien yang beresiko (9,1) terjadi di rumah sakit ABRI (Depkes RI, 2004). Salah satu strategi pencegahan dan
12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasien yang dirawat di rumah sakit sangat rentan terhadap infeksi di rumah sakit yang dapat terjadi karena tindakan perawatan selama pasien dirawat di rumah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir, angka kejadian penyakit infeksi
21 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Dalam beberapa tahun terakhir, angka kejadian penyakit infeksi semakin meningkat, termasuk angka kejadian infeksi nosokomial. 1 Infeksi nosokomial merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kegiatan rumah sakit dalam memberikan pelayanan kesehatan menghasilkan bermacam-macam buangan limbah yang dapat mempengaruhi kesehatan. Rumah sakit sebagai salah
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang terdapat di RS PKU Muhammadiyah Gamping memiliki berbagai
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping yang menyediakan berbagai macam jenis pelayanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu dipelihara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berlangsung dua puluh empat jam sehari dan melibatkan berbagai aktifitas orang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan yang potensial menimbulkan dampak negatif pada lingkungan. Seperti halnya sektor industri, kegiatan rumah sakit berlangsung
Lebih terperinci