TELAAH PELANGGARAN TERHADAP ETIKA PROFESI AKUNTAN: METODE HERMENEUTIK
|
|
- Hadi Hartono Budiono
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Jurnal Keuangan & Bisnis Volume 3 No. 1, Maret 2011 TELAAH PELANGGARAN TERHADAP ETIKA PROFESI AKUNTAN: METODE HERMENEUTIK Nasirwan (nasiralbi@gmail.com) Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Medan ABSTRAK Artikel ini bertujuan menelaah pelanggaran terhadap etika profesi akuntan dengan metode hermeneutika. Metode hermeneutika digunakan untuk memahami makna yang disampaikan oleh teks etika profesi akuntan. Penulis menduga seringkali akuntan dan mahasiswa salah memahami makna etika profesi akuntan. Untuk itu sebaiknya metode hermeneutik digunakan antara lain dengan pola pikir penafsiran Habermas atau Derrida untuk membongkar etika profesi akuntan yang ada dilengkapi dengan adanya keseimbangan antara Intelectual Quotient (IQ), Emotional Quotient (EQ) dan Spiritual Quotient (SQ). Kata kunci: pelanggaran etika profesi, hermeneutik, IQ, EQ dan SQ. PENDAHULUAN Pengertian Etika menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( Departemen Pendidikan RI, 1995) adalah nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan yang buruk, tentang hak dan kewajiban moral. Menurut Maryani & U.Ludigdo (2001 ) etika adalah seperangkat aturan atau norma atau pedoman yang mengatur perilaku manusia, baik yang harus dilakukan maupun yang harus ditinggalkan yang di anut oleh sekelompok atau segolongan masyarakat atau profesi. Kata etika berasal dari bahasa Yunani ethos yang berarti adat istiadat, kebiasaan yang baik. Perkembangan etika selanjutnya sesuai dengan kebiasaan manusia, berdasarkan kesepakatan, menurut ruang dan waktu yang berbeda, menggambarkan interaksi sosial manusia dalam kehidupan pada umumnya. Etika tidak mempersoalkan keadaan manusia, melainkan mempersoalkan bagaimana manusia harus bertindak. Tindakan manusia ini ditentukan oleh bermacam-macam norma. Norma ini masih dibagi lagi menjadi norma hukum, norma agama, norma moral dan norma sopan santun. Fungsi etika sebagai: 1) Sarana untuk memperoleh orientasi kritis berhadapan dengan berbagai moralitas yang membingungkan. 2) Etika ingin menampilkan ketrampilan intelektual yaitu ketrampilan untuk berargumentasi secara rasional dan kritis. 3) Orientasi etis ini diperlukan dalam mengambil sikap yang wajar dalam suasana pluralisme. Berdasarkan Teleology : Pertama, satu tindakan dianggap secara moral benar atau bisa diterima jika itu menghasilkan keinginan dari sebagian orang, yaitu kesenangan, pengetahuan, pertumbuhan karier, suatu kepentingan atau kegunaan diri. Kedua, menaksir nilai moral dari suatu tingkah laku dengan memperhatikan akibat-akibatnya (consequentialism). Ada dua Pendekatan Teleology : 1) Egoisme: tingkah laku bisa diterima atau benar dengan maksimalkan kepentingan diri anda, terkait dengan akibatakibat dan alternatif solusi yang dapat menyumbang; dan menambah manfaat kepada kepentingan diri sendiri. 2) Utilitarianism: tingkah laku dianggap benar jika dapat bermanfaat kepada kepentingan publik. Etika yang kita bahas adalah khusus etika profesi akuntan yang yang telah digunakan selama ini. Timbul dan berkembangnya profesi akuntan publik di suatu negara sejalan dengan berkembangnya perusahaan dan berbagai bentuk badan hukum perusahaan di negara tersebut. Pada profesi akuntan publik inilah masyarakat, kreditur dan investor mengharapkan penilaian yang bebas dan tidak memihak terhadap informasi yang disajikan dalam laporan keuangan oleh manajemen perusahaan. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia disingkat IAI 1998) profesi Akuntan Publik menghasilkan berbagai jasa bagi masyarakat, yaitu jasa assurance, atestasi, dan jasa nonassurance. Jasa assurance adalah jasa 49
2 49 55 Jurnal Keuangan & Bisnis Maret profesional independen yang meningkatkan mutu informasi bagi pengambil keputusan. Jasa atestasi terdiri dari audit, pemeriksaan (examination), review, dan prosedur yang disepakati (agreed upon procedure). IAI juga menjelaskan jasa atestasi adalah suatu pernyataan pendapat, pertimbangan orang yang independen dan kompeten tentang apakah asersi suatu entitas sesuai dalam semua hal yang material, dengan kriteria yang telah ditetapkan. Jasa nonassurance adalah jasa yang dihasilkan oleh akuntan publik yang di dalamnya ia tidak memberikan suatu pendapat, keyakinan negatif, ringkasan temuan, atau bentuk lain keyakinan. Contoh jasa nonassurance yang dihasilkan oleh profesi akuntan publik adalah jasa kompilasi, jasa perpajakan, jasa konsultasi. Audit secara umum dapat diartikan sebagai suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan tentang kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan. Ditinjau dari sudut auditor independen, auditing adalah pemeriksaan secara objektif atas laporan keuangan suatu perusahaan atau organisasi yang lain dengan, tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar keadaan keuangan dan hasil usaha perusahaan atau organisasi tersebut. Profesi akuntan publik bertanggung jawab untuk menaikkan tingkat keandalan laporan keuangan perusahaan, sehingga masyarakat keuangan memperoleh informasi keuangan yang andal sebagai dasar untuk memutuskan alokasi sumber-sumber ekonomi. Akan tetapi pada kenyataannya kode etik yang sudah di sepakati malah tidak patuhi seutuhnya, bahkan semakin banyak terjadi pelanggaran etika. Berdasarkan fenomena pelanggaran etika profesi tersebut timbul pertanyaan : apa yang salah terjadi pada profesi akuntan ini. Sebagai jawaban pertanyaan di atas adalah: Pertama mungkin teks etika profesinya yang salah, dalam artian bahwa etika profesi yang ada sekarang ini produk ideologi kapitalis. Hal ini terlihat dari pendapat Belkaoui, bahwa akuntansi dinilai menopang atau sebagai subsistem dari ideologi kapitasisme yang mengutamakan kepentingan pihak pemilik modal (Harahap, 1997). Kondisi akuntan Indonesia untuk menegakkan integritas etika profesi, nampaknya dalam praktek sama seperti yang dikemukakan oleh Belkaoui, yaitu lebih memihak pada pemilik modal ketimbang menegakkan integritasnya. Masalah intergritas akuntan telah diatur oleh Standar Akuntansi keuangan yang dikeluarkan IAI. Penulis mengutip pidato Sudibyo (2001), bahwa pada prinsipnya perkerjaan audit adalah perkerjaan menentukan intergritas pengungkapan informasi dalam laporan keuangan, dan kewajiban untuk mengungkapkan informasi dalam laporan keuangan dengan penuh integritas adalah tanggungjawab direksi dari perusahaan yang sedang di audit. Berikutnya Sudibyo (2001 ) lebih menekankan bahwa integritas begitu sentral bagi profesi auditor independen karena mempertaruhkan integritasnya untuk memberikan kesaksian tentang integritas pihak lain. Perilaku auditor diluar pemahaman terhadap makna etika profesi akuntan. Perilaku menyimpang ini datang dari dalam diri manusia dan dorongan perilaku menyimpang datang dari lingkunga ekstenalnya. Perilaku menyimpang yang datang dalam diri adalah akibat penurunan keimanan seseorang auditor seperti kurang dekat dangan Tuhannya, kurang pemahaman agama, kurang pengendalian diri, dan telah meninggalkan budaya sosial dan budaya adat istiadat dan moralitas yang memang dulunya sudah dimiliki oleh nenek moyang kita. Perilaku menyimpang auditor yang dipengaruhi dari eksternal dirinya adalah budaya kapitalisme yang berkembang pada lingkungan yang juga tidak menegakkan integritas, dan persoalan agama dipinggirkan, budaya material yang melanda, budaya memisahkan agama dengan profesi kehidupan, dan lebih parah lagi budaya ingin hidup instan dan bebas yang melanda auditor. ATURAN ETIKA PROFESI AKUNTAN Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia yang sudah disepakati dimaksudkan sebagai panduan dan aturan bagi seluruh anggota, baik yang berpraktik sebagai akuntan publik, bekerja di lingkungan dunia usaha, pada instansi pemerintah, maupun di lingkungan dunia pendidikan dalam pemenuhan tanggungjawab profesionalnya. Demikian pula tujuan profesi akuntansi adalah memenuhi tanggungjawabnya dengan standar profesionalisme 50
3 2011 Nasirwan tertinggi, mencapai tingkat kinerja tertinggi, dengan orientasi kepada kepentingan publik. Untuk mencapai tujuan tersebut terdapat empat kebutuhan dasar yang harus dipenuhi: (1) Kredibilitas, masyarakat membutuhkan kredibilitas informasi dan sistem informasi. (2) Profesionalisme, diperlukan individu agar dapat diidentifikasikan oleh pemakai jasa Akuntan sebagai profesional di bidang akuntansi. (3) Kualitas Jasa, terdapatnya keyakinan bahwa semua jasa yang diperoleh dari akuntan diberikan dengan standar kinerja tertinggi. (4) Kepercayaan, pemakai jasa akuntan harus merasa yakin bahwa ada kerangka etika profesional yang melandasi pemberian jasa oleh akuntan. Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia (1998) tersebut terdiri dari tiga bagian: (1) Prinsip Etika, (2) Aturan Etika, dan (3) Interpretasi Aturan Etika. Prinsip Etika memberikan kerangka dasar bagi Aturan Etika, yang mengatur pelaksanaan pemberian jasa profesional oleh anggota. Prinsip Etika disahkan oleh Kongres dan berlaku bagi seluruh anggota, sedangkan Aturan Etika disahkan oleh Rapat Anggota Himpunan dan hanya mengikat anggota Himpunan yang bersangkutan. Interpretasi Aturan Etika merupakan interpretasi yang dikeluarkan oleh Badan yang dibentuk oleh Himpunan setelah memperhatikan tanggapan dari anggota, dan pihak-pihak berkepentingan lainnya, sebagai panduan dalam penerapan Aturan Etika, tanpa dimaksudkan untuk membatasi lingkup dan penerapannya. Pernyataan Etika Profesi yang berlaku saat ini dapat dipakai sebagai Interpretasi dan atau Aturan Etika sampai dikeluarkannya aturan dan interpretasi baru untuk menggantikannya. Kepatuhan terhadap Kode Etik, seperti juga dengan semua standar dalam masyarakat terbuka, tergantung terutama sekali pada pemahaman dan tindakan sukarela anggota. Di samping itu, kepatuhan anggota juga ditentukan oleh adanya pemaksaan oleh sesama anggota dan oleh opini publik, dan pada akhirnya oleh adanya mekanisme pemrosesan pelanggaran Kode Etik oleh organisasi, apabila diperlukan, terhadap anggota yang tidak menaatinya. Jika perlu, anggota juga harus memperhatikan standar etik yang ditetapkan oleh badan pemerintah yang mengatur bisnis klien atau menggunakan laporannya untuk mengevaluasi kepatuhan klien terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku. Upaya pembentukan kode etik, dewan etika, maupun sarana lain yang berkaitan dengan dimaksudkan untuk melindungi kepentingan masyarakat terhadap perilaku dan tindakan para profesional. Namun menjadi pertanyaan besar adalah, tentang keberadaan etika tersebut apakah sudah efektif untuk melindungi kepentingan masyarakat (Wilopo, 2010). Di sisi lain, kita dapat melihat fakta berbagai skandal korupsi, penyelahgunaan aset, kecurangan laporan diberbagai negara. TELISIK FENOMENA PELANGGARAN ETIKA PROFESI AKUNTAN Fenomena pelangaran terhadap etika profesi tampak dari terjadinya kecurangan demi kecurangan. Bukti kecurangan seperti disampaikan oleh Wilopo (2010) sebagai berikut : Perekayasaan Laba (Dechow 1995). Kejahatan oleh eksekutif US, misal: kolusi harga, manipulasi informasi, pencurian teknologi (Wilopo, 2010), Kasus Enron, World Com, Sunbeam, Xerox, dan lain lain (Ribstein dalam Wilopo, 2010). Penipuan pajak di USA oleh Chevron dan Texaco kerjasama dengan pemerintah Indonesia (Gramllch dan Wheeler dalam Wilopo,2010). Kecurangan dalam likuidasi perbankan tahun (Wilopo, 2010). Perekayasaan laba oleh perusahaan manufaktur yang go publik di Bursa Efek Jakarta (Wilopo, 20 10). Perekayasaan laba oleh PT. Indofarma, Tbk tahun 2004, Kasus Bernard L. Madoff (mantan CEO NASDAG). Pembaca dapat melihat dan menyaksikan berbagai kasus-kasus yang hangat di perbincangkan di media televisi dan media masa bahkan sudah merupakan santapan makan berita masasyarakat tentang Kasus Bank Century, dan Kasus Pajak Gayus 26,7 Miliar dan bahkan ada yang lebih besar lagi penggelapan pajak di Surabaya sebesar 300 Milliar dan ada lagi isu yang lebih besar dari itu. Bentuk kecurangan Akuntansi menurut The Chartered Institute of Management Accountants (CIMA), sebagaimana yang dikutip Wilopo (2010): Akuntansi agresif (Aggressive Accounting), Perekayasaan (manajemen) laba ( Earning Management), Perataan laba (Income Smoothing), Pelaporan keuangan yang curang (Fraudulent Financial 51
4 49 55 Jurnal Keuangan & Bisnis Maret Reporting) Praktik-praktik akuntansi kreatif (Creative Accounting Practices), Pelaporan keuangan yang curang ( Fraudulent Financial Reporting) menurut ACFE, 2007 Financial Fraudulent Financial Statement, Non Financial Fraudulent Financial Statement. Sementara ada faktor-faktor yang mempengaruhi pelanggaran etika : kebutuhan individu, tidak ada pedoman, perilaku dan kebiasaan individu yang terakumulasi dan tak dikoreksi, lingkungan yang tidak etis, dan perilaku dari komunitas. Berdasarkan uraian tentang pelanggaran terhadap etika profesi ini apa yang salah dinegeri ini. Apakah Kode Etik Akuntan yang kurang bagus, atau manusia yang sudah tidak bermoral lagi? atau dalam memahami makna teks Kode Etik Akuntan itu sendiri yang keliru dilakukan oleh para dosen akuntansi, mahasiswa dan akuntan Oleh karena itu, artikel ini berupaya memberikan metode hermeneutik untuk memahami Makna Teks dari Kode Etik Akuntan. Sudibyo (2001) dalam pidatonya menegaskan bahwa pemahaman terhadap standar evidencial metter dicapuradukan dengan pemahaman eviden audit yang lain. Menurut Sudibyo (2001) memahaman yang keliru terhadap stantar evidencial metter sudah terjadi lama di negeri ini. Bahkan menurut beliau di Amerika sendiri juga terjadi kekeliruan memahami standar evidencial metter. Untuk mencari jawaban ini tentu kita yang bergerak pada pendidikan tinggi bidang akuntansi tidak tinggal diam terhadap masalah ini. Peranan perguruan tinggi sangat diharapkan untuk membentuk profesi yang ideal. Pendidikan tinggi di seluruh Indonesia, khususnya bidang akuntansi adalah tempat seorang untuk menempuh ilmu, sekaligus untuk memperoleh gelar profesi akuntan. Kebanyakan kurikulum yang diberikan hanya berorentasi pada ilmu pengetahuan rasional semata, yang sekarang kita kenal sekarang Intelectual Quotient (IQ), tetapi sangat kurang terhadap kurikulum terhadap nilai dengan Emotional Quotient (EQ) dan Spiritual Quotient (SQ). Dengan demikian jelas orentasi menganut faham idiologi kapitalisme, sehingga menurut pendapat penulis terjadi perilaku pelanggaran terhadap etika profesi akuntan yang tidak ada habisnya terjadi di negeri ini. Seharusnya kurikulum perguruan tinggi umum dan akuntansi harus menerapkan kurikukum yang seimbang antara Intelectual Quotient (IQ), Quotient (EQ) dan Spiritual Quotient (SQ). Dengan penerapan kurikulum yang seimbang antara Intelectual Quotient (IQ), Quotient (EQ) dan Spiritual Quotient (SQ) maka diharapkan terjadi perubahan yang positif untuk penegakkan etika pofesi akuntan di Indonesia. Di samping itu, kecerdasan emosional mengajarkan tentang integritas kejujuran komitmen, visi, kreatifitas, ketahanan mental kebijaksanaan dan penguasaan diri (Agustian, 2001). Untuk itu perguruan tinggi khususnya bidang akuntansi segera bangkit untuk meneliti dan mendalami kembali tentang etika profesi. Kepada para peneliti diharapkan dapat melakukan penelitian yang berhubungan pelanggaran profesi, sehingga hasilnya diharapkan dapat mengangkat akar permasalahan yang terjadi selama ini dan sekaligus dapat diatasi. HERMENEUTIK Hermeneutik, merupakan metode yang sudah tua, dan muncul kembali, sebagai yang ilmu yang menarik dalam bidang filsafat (Sumaryono, 1999). Kata hermeneutik secara etimologis berasal dari bahasa Yunani hermeneuein, yang berarti penafsiran atau interprestasi. Istilah tersebut dicetuskan oleh tokoh metologis Harmes seorang utusan dari lagit yang menyempaikan pesan Jupiter kepada munusia (Sumaryon o, 1999). Sementara Mauliddin (2003) menyatakan bahwa nama Hermes diganti dengan Nabi Idris atau malaikat Jibril dan saya setuju dengan sebutan Hermes sebagai Malaikat Jibril. Hermes harus mampu menginterpretasikan, menafsirkan atau menyadur sebuah pesan kedalam bahasa yang dipergunakan pembaca. Oleh karena itu hermeneutik pada akhirnya diartikan sebagai proses mengubah sesuatu yang tidak diketahui menjadi tahu atau dimengerti. Selanjutnya hermeneutik berhubungan dengan bahasa. Tentunya bahasa tidak dapat disangkal lagi sangat penting keberadaanya dalam kehidupan manusia. Peranan hermeneutik cukup luas pada ilmu-ilmu kemanusiaan, seperti bidang sejarah, hukum, agama, filsafat, seni, kesusastraan, maupun linguistik atau semua ilmu (Sumaryono, 1999). 52
5 2011 Nasirwan Penyataan di atas memang tidak dapat menjelaskan secara spesfifik apakah bisa metode hermeneutik diterapkan dibidang akuntansi. Namun dipertegas oleh Dilthey bahwa semua ilmu pengetahuan memerlukan hermeneutik, maka dari itu sangat mungkin diterapkan dibidang akuntansi. Hermeneutik mengandung aturan-aturan metodologis untuk diaplikasikan dalam penafsiran dan asumsiasumsi metodologis dari aktivitas pemahaman. Hermeneutika adalah cara baru untuk bergaul dengan bahasa (Sumaryon 0, 1999). Penerapan pertama yang menerapkan Hermeneutik adalah ilmu tafsir kitab cuci, serpeti Alquraan, Taurat, kitab Weda dan lainya. 1999). Objek utama hermeneutika adalah teks dan teks adalah hasil atau produk bahasa, oleh karena itu terdapat kaitan erat antara hermeneutika dan bahasa. Gadamer dengan jelas menyatakan peran penting bahasa sebagai pusat untuk memahami dan pemahaman manusia Gadamer places language at the core of understanding. Kaidah yang harus dipahami dalam penafsiran atau pemaknaan : 1) untuk sampai pada pemahaman, dibutuhkan keterlibatan dan atau partisipasi. 2) Setiap usaha penafsiran, tidak bisa dihindari adanya akibat ikutan dari partisipasi dan latar belakang penafsir. 3) Upaya penafsiran harus dilihat sebagai proses pendekatan ( approximation) kepada makna sejati, dan 4) Walau ada wilayah perbedaan karena latar belakang penafsir, ada pula wilayah pemahaman bersama ( shared understansing). Hermeneutika Intensionalisme versus Gadamerian sebuah kritikan terhadap hermeneutic. Intensionalisme memandang bahwa pada hakikatnya makna sudah ada karena dibawa oleh penyusun teks, sehingga tinggal menunggu interpretasi penafsir dan makna berada di belakang text (behind the text). Sementara hermeneutika gadamerian memandang bahwa makna harus dikonstruksi, direkonstruksi oleh penafsir sesuai konteksnya, sehingga makna berada di depan teks ( in front of the text) dan makna ditentukan penafsir dengan mempertimbangkan konteks. Maulidin (2003) membahas beberapa tokoh hermeneutik sebagai berikut: tokoh pertama F.D.E. Schleiermacher ( ) Pemikirannya adalah membedakan hermeneutika dalam pengertian ilmu atau seni. Proses penafsiran dari praktek ke metode. Tokoh kedua Wilhelm Dilthey, tokoh hermeneutika romantis mengenalkan pergeseran lebih jauh yang berpengaruh kuat dan kemudian dijadikan sebagai landasan bagi ilmu-ilmu kemanusiaan. Dalam hal ini, penafsir boleh memulai konteks kultur, dan hitoris untuk memahami teks. Tokoh kedua Wilhelm Dilthey, berhasil menolak pandangan para-para hermeneut di abad 19. Tokoh yang ketiga Edmund Husserl, menemukan fenomologi. Berdasarkan sudut pandang fenomologi, penafsiran bukanlah dilakukan oleh pembaca/penafsir, melainkan sesuatu yang terjadi pada pembaca-penafsir. Mungkin kekeliruan ini membuat akuntansi gagal. Proses penafsiran dari teks dengan makna apa adanya. Tokoh keempat Martin Heidegger, yang dikenal dangan hermeneutik dialektis. Tokoh ini menambah proses penafsiran yang dilakukan oleh tokoh Edmund Husserl, yaitu bahwa penafsiran bukanlah oleh pembaca-penafsir, melainkan sesuatu yang terjadi pada pembaca-penafsir ditambah penafsir, dari teks ke penafsir kembali. Tokoh kelima Hans Georg Gadamer, yang dikenal dengan hermeneutik dialogis, yang memandang proses hemerneutik dari teori ke idieologi. Proses penafsiran dari teks ke bahasa dan kultur kemudian dari tradisi, kepentingan praktis ke teks kembali ditambah kontek historis. Keenam dari teori ke idiologi yang dikenal dengan hermeneutika kritis oleh tokoh Jurgen Habermas. Proses penafsiran Habermas dimulai penafsir dengan kritis yang menembus teks untuk mencari kebenaran. Terakhir dari teori ke idiologi yang dikenal dengan dekonstruksi oleh tokoh Jacques Derrida. Menurut Jacques Derrida, proses penafsirannya dimulai dari penafsir menembus teks menuju kekebenaran, tetapi terkadang dari teks ke penafsir kembali dengan mempertimbangan konteks kultur, dan historis, atau bisa langsung ke kebenaran teks. ANALISIS PELANGGARAN ETIKA PROFESI DENGAN HERMENEUTIK Berdasarkan pembahasan tentang fenomena pelanggaran etika maka metode hermeneutik dapat digunakan untuk menjawab fenomena pelanggaran etika profesi akuntan dengan menggunakan pemikiran tokoh-tokoh hermeneutik dalam proses penafsiran dalam 53
6 49 55 Jurnal Keuangan & Bisnis Maret menggali dan menggaji kembali makna yang disampaikan oleh teks Etika Profesi Akuntan. Mungkin selama ini ada kesalahan dalam menafsirkan teks Etika Profesi Akuntan, baik oleh pihak akuntan, pebisnis, dosen dan mahasiswa. Atau mungkin kesalahan dari teks, karena saya menduga teks yang dibuat ada unsur kepentingan pihak-pihak terkait. Hal ini sangat berbeda dengan menafsiran Alkitab, yang kebenaran dibuat oleh Maha Pencipta alam semesta ini. Pihak lembaga perguruan tinggi perlu meninjau ulang penafsiran terhadap Etika Profesi Akuntan, dan meninjau ulang kadar pemahamannya, sampai pada aplikasinya. Kalau memang teks yang salah diperbaiki dan kalau memang makna yang difahami yang dangkal juga diperbaiki. Untuk menafsirkan makna pesan yang dibawa teks etika profesi mungkin dapat digunakan pikiran Habermas, yang dikenal kritis. Langkah yang dilakukan Habermas, penafsir dapat memahami teks etika dengan menembus ke dalam teks artinya tidak sekedar memahami makna yang camtum dalam teks, tetapi mencari dan menelusuri sampai kedalam sehingga diperoleh makna kebenaran teks yang sesungguhnya. Pola pikir penafsiran Habermas ini dapat digunakan untuk memahami konteks etika profesi akuntan yang ada. Pola penafsiran Dagamer juga dapat digunakan untuk memahami teks etika profesi. Karena Dagamer tidak hanya memahami teks tetapi juga memahami tanggapan bahasa dan kultur, juga mempertimbangan kepentingan tradisi dan praktis etika profesi akuntan, serta Dagamer juga melihat kontek historisnya. Pola pikir penafsir yang paling radikal Derrida juga dapat digunakan dalam memahami teks dan diluar teks yaitu konteks hitoris, dan kultural. Pola penafsiran Derrida ini mungkin dapat membongkar etika profesi yang sekarang ini, atau dapat memasukan nilainilai moral dan spritual kedalam teks. Kalau kita ingin membongkar etika profesi akuntan, saya pikir sangat cocok mengunakan pola pikir penafsiran Derrida ini, karena ia tidak terfokus pada masalah teks semata tetapi mempertimbangan hitoris dan kultur masalalu dan konteks kekiniannya. Menurut pikiran penulis kedua pola pikir penafsiran Habermas dan Derrida cukup tepat untuk memelakukan penafsiran tentang teks dan diluar teks terhadap etika profesi akuntan yang ada sekarang ini. Para peneliti yang berminat dapat melakukan keluasan dalam mengali, mengkaji, mengkritisi dan membongkar serta membangun kembali sebuah konsep etika profesi akuntan yang baru. KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan di atas tentang maraknya fenomena pelanggaran terhadap Etika Profesi Akuntan di tanah air akhir-akhir ini, artikel ini mengunakan metode Hermeneutik dalam menganalisa makna dari teks etika profesi akuntan yang berlaku selama ini. Berdasarkan berbagai pola pikir tokoh penafsir dari metode hermeneutik dapat kita gunakan untuk memahami teks etika profesi dalam penyampaian makna kebenaran yang dimaksud oleh etika profesi akuntan. Penulis menyarankan, bahwa dalam menafsirkan konteks teks etika profesi akuntan lebih baik menggunakan hermeneutika pola pikir penafsiran dari Habermas atau Derrida karena dapat membongkar teks etika profesi akuntan untuk upaya membangun atau merekonstruksi kembali etika profesi akuntan yang baru. Konsep etika profesi akuntan yang baru ini harus memasukan adanya keseimbangan antara nilai-nilai Intelectual Quotient (IQ), Quotient (EQ) dan Spiritual Quotient (SQ). DAFTAR PUSTAKA Agustiaan, Ary Ginanjar. (2001). Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emossi dan Spiritual. Jakarta, Penerbit Arga, Departemen Pendidikan Republik Indonesia. (1995). Kamus Besar Bahasa Indonesia Ikatan Akuntan Indonesia. (1998). Kode Etik Akuntan Indonesia, Prosiding Kongres VIII IAI, Maryani, T. Dan U. Ludigdo. (2001). Survei Atas Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sikap dan Etis Akuntan. Jurnal Tema. Vol II, No. 1. Maret. Mauliddin. (2003). Sketsa Hermeneutika, Jurnal Gerbang. Vol V Sumaryono, E. (1999). Hermeneutik: Sebuah Metode Filsafat. Edisi Revisi. Penerbit Kanesius. Wilopo, R. (2010). Etika Profesi: Telaah pada Profesi Akuntan, Kasus-Kasus 54
7 2011 Nasirwan Kecurangan. Disampaikan Kuliah Tamu Program Doktor Ilmu Manajemen Pascasarjana Fakultas Ekonomi. Unversitas Brawijaya, Tanggal 21 April. Sudibyo, Bambang. (2001). Telaah Epistemologis Standar Evidencial Matter serta Implikasinya Pada Kualitas Audit dan Intergritas Pelaporan Keuangan di Indonesia. Harahap, Sofyan. S. (1997). Akuntansi Islam. Jakarta, Bumi Aksara. 55
Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia terdiri dari tiga bagian:
Legal Framework Akuntan > Prinsip Etika Akuntan KODE ETIK IKATAN AKUNTAN INDONESIA Pemberlakuan dan Komposisi Pendahuluan Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia dimaksudkan sebagai panduan dan aturan bagi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. sebagai dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori Landasan teori adalah teori-teori yang relevan dan dapat digunakan untuk menjelaskan variabel-variabel penelitian. Landasan teori ini juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
3 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan tuntutan untuk menghadirkan suatu proses bisnis yang terkelola dengan baik, sorotan atas kinerja akuntan terjadi dengan begitu tajamnya.
Lebih terperinciKODE ETIK IKATAN AKUNTAN INDONESIA
KODE ETIK IKATAN AKUNTAN INDONESIA Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia dimaksudkan sebagai panduan dan aturan bagi seluruh anggota, baik yang berpraktik sebagai akuntan publik, bekerja di lingkungan dunia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akuntan memiliki peran yang sangat penting dalam penyajian informasi keuangan yang disajikan secara relevan dan andal oleh sebuah instansi atau perusahaan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dan pemakai laporan keuangan mengharapkan agar auditor dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Profesi akuntan publik diperlukan untuk dapat memberikan pendapat atas kewajaran laporan keuangan agar laporan keuangan tersebut tidak memberikan informasi yang menyesatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bermunculan perusahaan-perusahaan besar yang menjual sahamnya kepada
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Beberapa negara berkembang saat ini termasuk Indonesia banyak bermunculan perusahaan-perusahaan besar yang menjual sahamnya kepada public, seiring dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bergantung kepada kepercayaan publik. Masyarakat mengharapkan penilaian yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kemampuan auditor untuk menghasilkan kualitas audit yang tinggi akan meningkatkan reputasinya sehingga auditor diharapkan dapat menghasilkan laporan keuangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan pemeriksaan akuntan, memperoleh kepercayaan dari klien
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Profesi akuntan publik diperlukan untuk dapat memberikan penilaian atas kewajaran laporan keuangan agar laporan keuangan tersebut tidak memberikan informasi yang menyesatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULAN. mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan
BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah Auditing didefinisikan sebagai suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya pertumbuhan profesi auditor berbanding sejajar dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Meningkatnya pertumbuhan profesi auditor berbanding sejajar dengan meningkatnya pertumbuhan perusahaan dalam bentuk badan hukum di Indonesia. Perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan sejalan dengan berkembangnya berbagai badan usaha atau
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan profesi akuntan publik di Indonesia semakin berkembang ini dikarenakan sejalan dengan berkembangnya berbagai badan usaha atau perusahaan. Produk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. menjalankan suatu profesi juga dikenal adanya etika profesi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Profesi adalah suatu hal yang harus dibarengi dengan keahlian dan etika. Kemampuan dan keahlian khusus yang dimiliki oleh suatu profesi adalah suatu keharusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam melakukan audit (Mulyadi dan Puradiredja, (1998)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesi akuntan publik atau auditor merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Masyarakat mengharapkan profesi akuntan publik melakukan penilaian yang bebas dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Institusi keuangan telah menjadi financial supermarket dengan jaringan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Institusi keuangan telah menjadi financial supermarket dengan jaringan global. Bersamaan dengan kemampuan mereka menciptakan dan menawarkan seluruh rentang instrument
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. profesi akuntan publik, masyarakat mengharapkan penilaian bebas dan tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari profesi akuntan publik, masyarakat mengharapkan penilaian bebas dan tidak memihak terhadap informasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikelolanya. Berbagai cara digunakan manajemen perusahaan, tidak hanya dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya usaha-usaha dalam berbagai bidang menimbulkan persaingan yang cukup ketat. Manajemen perusahaan bersaing merebut perhatian para investor agar
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Persepsi Persepsi menurut Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer adalah pandangan dari seseorang atau banyak orang akan hal atau peristiwa yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik kewajarannya lebih dapat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu manfaat dari jasa akuntan publik adalah memberikan informasi yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan. Laporan keuangan yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Auditing Seperti yang telah di jelaskan pada latar belakang masalah, Kode Etik Akuntan merupakan salah satu faktor penting dalam profesi akuntan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akuntan publik kewajarannya lebih dapat dipercaya dibandingkan laporan keuangan yang tidak
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu manfaat dari jasa akuntan publik adalah memberikan informasi yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan. Laporan keuangan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. objektif, tidak ada definisi yang pasti mengenai kualitas audit. Kualitas audit
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kualitas audit termasuk salah satu jasa yang sulit untuk diukur secara objektif, tidak ada definisi yang pasti mengenai kualitas audit. Kualitas audit merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari pelaporan keuangan adalah menyediakan informasi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari pelaporan keuangan adalah menyediakan informasi yang ditujukan kepada pihak pemakai baik pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan
Lebih terperinciAbstrak. Kata kunci : Kinerja Auditor, Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual, Independensi, Komitmen Organisasi
Judul : Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual, Independensi dan Komitmen Organisasi Pada Kinerja Auditor (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Bali) Nama :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepatuhan dan audit laporan keuangan (Arens dan Loebbecke, 2003). Akuntan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kantor akuntan publik merupakan sebuah organisasi yang bergerak dibidang jasa. Jasa yang diberikan berupa jasa audit operasional, audit kepatuhan dan audit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Laporan keuangan sebuah perusahaan, selain dibutuhkan oleh pihak internal perusahaan, juga dibutuhkan oleh pihak eksternal seperti calon investor, investor,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. lain: pemilik (principal), investor, kreditur, lembaga keuangan pemerintah dimana
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang paling penting untuk mengetahui kondisi perusahaan dan laporan keuangan juga dapat digunakan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kode etik akuntan. Kode etik akuntan, yaitu norma perilaku yang mengatur
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam melaksanakan profesinya, seorang akuntan diatur oleh suatu kode etik akuntan. Kode etik akuntan, yaitu norma perilaku yang mengatur hubungan antara akuntan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada setiap perusahaan, laporan keuangan adalah suatu bentuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada setiap perusahaan, laporan keuangan adalah suatu bentuk pertanggungjawaban kepada pihak yang berkepentingan. Laporan keuangan adalah gambaran keuangan dari sebuah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No.2,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia bisnis yang semakin pesat saat ini dapat memicu persaingan yang semakin meningkat diantara para pelaku bisnis. Berbagai macam usaha untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari profesi akuntan publik, masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas dan tidak memihak terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bebas dan tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Masyarakat mengharapkan profesi akuntan publik melakukan penilaian yang bebas dan tidak memihak
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Pada penelitian ini objek penelitiannya adalah Kantor Akuntan Publik (KAP) di Malang, Jawa Timur. Menurut data direktori 2013 yang diterbitkan Ikatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Terjadinya krisis multi dimensi di Indonesia menyadarkan masyarakat mengenai pentingnya etika untuk dilaksanakan. Etika menjadi kebutuhan penting bagi semua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam perkembangan dunia bisnis yang semakin meningkat dari tahun ke
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam perkembangan dunia bisnis yang semakin meningkat dari tahun ke tahun, terutama dalam Era Globalisasi saat ini, membuat persaingan para pebisnis akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan berjalannya waktu, perkembangan dunia usaha dan industri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan berjalannya waktu, perkembangan dunia usaha dan industri bergerak dengan cepat dan bervariasi yang membuat persaingan antar pengusaha semakin
Lebih terperinciETIKA PROFESI AKUNTAN DAN PERMASALAHAN AUDIT STUDI KASUS SKANDAL TESCO DAN KAP PwC
ETIKA PROFESI AKUNTAN DAN PERMASALAHAN AUDIT STUDI KASUS SKANDAL TESCO DAN KAP PwC A. Hajar Nur Fachmi 1, Dewi Shinta Murti Utami 1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Jember, librafachmi@gmail.com
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan meningkatnya kompetensi dan globalisasi, setiap profesi dituntut
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya kompetensi dan globalisasi, setiap profesi dituntut bekerja secara profesional. Kemampuan dan keahlian khusus yang dimiliki oleh suatu profesi
Lebih terperinciETIKA PROFESI FAKLULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS GUNADARMA. Disusun Oleh : : Eko Aprianto Nugroho NPM :
ETIKA PROFESI Disusun Oleh : Nama : Eko Aprianto Nugroho NPM : 21409668 Kelas : SMTM01-06 FAKLULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS GUNADARMA 2011 ETIKA PROFESI AKUNTANSI I. Pengertian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan ekonomi pada saat ini, persaingan antara para pelaku
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi pada saat ini, persaingan antara para pelaku bisnispun akan semakin ketat. Hal tersebut mengakibatkan para pelaku bisnis berusaha dengan berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk secara jujur tanpa manipulasi dan terbuka untuk melaporkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Laporan keuangan adalah hasil akhir dari proses akuntansi yang berguna dalam pengambilan keputusan untuk penggunanya. Sudah menjadi kewajiban perusahaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam beberapa dekade terakhir, jumlah dari skandal akuntansi yang utama disebabkan dari banyaknya spekulasi salah satu di antaranya adalah bahwa manajemen
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kantor akuntan publik merupakan sebuah organisasi yang bergerak di bidang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kantor akuntan publik merupakan sebuah organisasi yang bergerak di bidang jasa. Jasa yang diberikan berupa jasa audit operasional, audit kepatuhan, dan audit laporan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia saat ini sudah banyak perusahaan-perusahaan yang semakin
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di Indonesia saat ini sudah banyak perusahaan-perusahaan yang semakin berkembang, dan dengan berkembangnya perusahaan-perusahaan tersebut membuat permintaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. informasi yang terdapat antara manajer dan pemegang saham. Untuk itu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Audit merupakan suatu proses untuk mengurangi ketidakselarasan informasi yang terdapat antara manajer dan pemegang saham. Untuk itu diperlukan pihak ketiga (akuntan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Profesi akuntan publik memiliki peranan penting dalam melakukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Profesi akuntan publik memiliki peranan penting dalam melakukan audit laporan keuangan dalam suatu organisasi dan merupakan profesi kepercayaan masyarakat.
Lebih terperinci2.4 KODE ETIK AKUNTAN INDONESIA
40 4. Standar pelaporan Ke-4: Tujuan standar pelaporan adalah untuk mencegah salah tafsir tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh akuntan bila namanya dikaitkan dengan laporan keuangan: 01. Seorang akuntan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Profesi seorang akuntan publik merupakan salah satu profesi kepercayaan bagi para pihak yang berkepentingan, di antaranya adalah kreditor, investor, pemilik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Kantor Akuntan Publik (KAP) merupakan lembaga yang memiliki izin dari Menteri Keuangan sebagai wadah bagi Akuntan Publik dalam menjalankan pekerjaannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. bidang jasa. Jasa yang diberikan berupa jasa audit operasional, audit
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kantor akuntan publik merupakan sebuah organisasi yang bergerak di bidang jasa. Jasa yang diberikan berupa jasa audit operasional, audit kepatuhan (compliance
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Profesi akuntan publik merupakan salah satu profesi yang dianggap sangat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Profesi akuntan publik merupakan salah satu profesi yang dianggap sangat penting dalam dunia bisnis. Seorang akuntan publik diharapkan banyak orang untuk dapat meletakkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Kantor Akuntan Publik (KAP) merupakan sebuah organisasi yang bergerak di bidang jasa. Jasa yang diberikan oleh KAP ini adalah jasa audit operasional,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan digunakan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan yang didirikan, baik besar maupun kecil pada umumnya mempunyai tujuan yang sama yaitu memperoleh laba. Laba yang diperoleh oleh suatu perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepentingan masing-masing. Pengertian laporan keuangan menurut Pernyataan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Informasi akuntansi keuangan menunjukkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan yang digunakan oleh para pemakainya sesuai dengan kepentingan masing-masing.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semakin kompleks (Halim, 2008). Peningkatan kompleksitas tersebut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan perkembangan usaha dan ekonomi secara global, turut berdampak pada permasalahan akuntansi dan proses penyajian laporan keuangan semakin kompleks
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. independen maka hasil pemeriksaan akan lebih akurat. kewajaran laporan keuangan agar laporan keuangan tersebut tidak memberikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menghadapi perkembangan dunia usaha yang sangat pesat para pelaku bisnis dituntut untuk lebih transparan dalam mengolah laporan keuangan usahanya. Salah satunya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap awal dan pertengahan tahun halaman-halaman surat kabar sering
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap awal dan pertengahan tahun halaman-halaman surat kabar sering dihiasi angka-angka laporan keuangan dari berbagai perusahaan. Dari angkaangka tersebut
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan pasar modal pada beberapa tahun terakhir di Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan pasar modal pada beberapa tahun terakhir di Indonesia memberikan dampak yang besar terhadap peningkatan keberadaan perusahaan go public. Maka dari itu,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rerangka Teori 1. Stewardship Theory Stewardship theory merupakan teori yang menyatakan bahwa manajer lebih mementingkan sasaran tujuan utama untuk kepentingan organisasi dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan harus melaporkan hasil laporan keuangan perusahaan yang terdiri dari laporan laba rugi, neraca, laporan perubahan modal, laporan arus kas,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diperhadapakan pada berbagai persaingan yang sangat ketat, khususnya pada bidang bisnis UKDW
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi seperti ini dimana seluruh dunia, khususnya di Indonesia sedang diperhadapakan pada berbagai persaingan yang sangat ketat, khususnya pada bidang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Globalisasi membawa liberalisasi di segala bidang, termasuk liberalisasi ekonomi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Globalisasi membawa liberalisasi di segala bidang, termasuk liberalisasi ekonomi hendaknya semakin memicu kalangan bisnis dan pemerintah untuk responsif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu organisasi. Profesi ini dikenal masyarakat melalui jasa audit yang disediakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Profesi akuntan publik merupakan profesi yang berlandaskan kepercayaan dari masyarakat yang berperan penting dalam melakukan audit laporan keuangan suatu organisasi.
Lebih terperinci: Tabel Distribusi Kuesioner pada KAP di Jakarta dan Tangerang
Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9 : Tabel Distribusi Kuesioner pada KAP di Jakarta dan Tangerang : Kuesioner : Hasil Uji Deskriptif : Hasil
Lebih terperinciPiagam Audit Internal. PT Astra International Tbk
PT Astra International Tbk Agustus 2016 PIAGAM AUDIT INTERNAL I. Visi & Misi Visi Misi Visi 2020 Menjadi Kebanggaan Bangsa Grup Astra diakui memiliki standar kelas dunia dalam hal tata kelola perusahaan,
Lebih terperinciPENGARUH KOMITMEN TERHADAP KEPUASAN KERJA AUDITOR DENGAN MOTIVASI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (Survey pada Auditor pada KAP Wilayah Jawa Tengah)
PENGARUH KOMITMEN TERHADAP KEPUASAN KERJA AUDITOR DENGAN MOTIVASI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (Survey pada Auditor pada KAP Wilayah Jawa Tengah) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mulai tumbuhnya perusahaan-perusahaan di Indonesia. Sejalan dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia bidang akuntansi baru dikenal tahun 1950an sejalan dengan mulai tumbuhnya perusahaan-perusahaan di Indonesia. Sejalan dengan perkembangan ekonomi dan bisnis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laporan keuangan menyediakan berbagai informasi yang diperlukan sebagai sarana pengambilan keputusan baik oleh pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan. Sudah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari profesi akuntan publik, masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas dan tidak memihak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masih mengalami krisis ekonomi. Terjadinya krisis ekonomi ini menyadarkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam perkembangan perekonomian di Indonesia saat ini, bangsa Indonesia masih mengalami krisis ekonomi. Terjadinya krisis ekonomi ini menyadarkan masyarakat
Lebih terperinciPiagam Audit Internal. PT Astra International Tbk
Piagam Audit Internal PT Astra International Tbk Desember 2010 PIAGAM AUDIT INTERNAL 1. Visi dan Misi Visi Mempertahankan keunggulan PT Astra International Tbk dan perusahaanperusahaan utama afiliasinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari profesi akuntan publik, masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas dan tidak memihak terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan menyediakan berbagai informasi yang diperlukan sebagai sarana pengambilan keputusan baik oleh pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan lingkungan bisnis yang semakin kompetitif menyebabkan peningkatan pesat tuntutan masyarakat atas mutu dan jenis usaha profesi akuntan publik.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Globalisasi membawa liberalisasi di segala bidang, termasuk liberalisasi
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi membawa liberalisasi di segala bidang, termasuk liberalisasi ekonomi. Kondisi ini hendaknya semakin mengacu kalangan bisnis dan pemerintah untuk lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Praktek penyelenggaraan pemerintah dewasa ini menjadi potret. buram kekecewaan masyarakat yang terjadi di semua tempat dan di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Praktek penyelenggaraan pemerintah dewasa ini menjadi potret buram kekecewaan masyarakat yang terjadi di semua tempat dan di semua waktu. Kekecewaan masyarakat itu
Lebih terperinciETIKA ADMINISTRASI HENDRA WIJAYANTO
ETIKA ADMINISTRASI HENDRA WIJAYANTO Beberapa Definisi Etika, dari bahasa Yunani ethos, artinya: kebiasaan atau watak Moral, dari bahasa Latin mos (jamak: mores), artinya: cara hidup atau kebiasaan /adat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jasa pemeriksa laporan keuangan, menyimpan banyak konflik dalam. Masalah yang sering terjadi ternyata tidak sedikit auditor yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Konflik merupakan proses yang dimulai saat salah satu pihak merasa dikecewakan oleh pihak lain. Auditor yang memiliki profesi sebagai penyedia jasa pemeriksa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian saat ini sedang mengarah pada persaingan usaha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian saat ini sedang mengarah pada persaingan usaha diberbagai negara di dunia. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia saat ini mencapai 5,2%
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Akuntan Publik adalah akuntan yang telah memperoleh izin dari menteri UKDW
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Akuntan Publik adalah akuntan yang telah memperoleh izin dari menteri keuangan untuk memberikan jasa Akuntan Publik di Indonesia. Kententuan mengenai akuntan publik
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. objektif dengan bantuan indera, (2) kesadaran dari proses-proses organis, (3)
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Persepsi Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan persepsi sebagai tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu, atau merupakan proses seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. banyaknya perusahaan-perusahaan yang sudah go public dapat memicu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era masa kini perkembangan dunia usaha yang semakin pesat dan banyaknya perusahaan-perusahaan yang sudah go public dapat memicu persaingan yang semakin meningkat
Lebih terperinciSPJ 4400: PERIKATAN UNTUK MELAKUKAN PROSEDUR YANG DISEPAKATI ATAS INFORMASI KEUANGAN SPJ 4410: PERIKATAN KOMPILASI
SPJ 4400: PERIKATAN UNTUK MELAKUKAN PROSEDUR YANG DISEPAKATI ATAS INFORMASI KEUANGAN SPJ 4410: PERIKATAN KOMPILASI Semarang, 15 Desember 2017 Materi ini dipersiapkan sebagai bahan pembahasan isu terkait,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diantara pelaku bisnis semakin meningkat. Para pelaku bisnis melakukan berbagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dengan semakin pesatnya dunia usaha sekarang ini, maka persaingan diantara pelaku bisnis semakin meningkat. Para pelaku bisnis melakukan berbagai usaha agar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keyakinan yang memadai tentang apakah laporan keuangan tersebut bebas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Auditor adalah pihak yang diyakini berperan sangat penting dalam bidang yang terkait dengan keuangan. Auditor bertanggung jawab atas perencanaan dan pelaksanaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tentunya terlibat dalam kasus hukum, pada kenyataannya banyak. perusahaan yang membuat laporan keuangan tanpa menggunakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini banyak sekali terjadi kasus manipulasi akuntansi yang tentunya terlibat dalam kasus hukum, pada kenyataannya banyak perusahaan yang membuat laporan keuangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Profesi akuntan publik memiliki peranan penting dalam melakukan audit
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesi akuntan publik memiliki peranan penting dalam melakukan audit laporan keuangan dalam suatu organisasi dan merupakan profesi kepercayaan masyarakat.
Lebih terperinciStandar Audit SA 220. Pengendalian Mutu untuk Audit atas Laporan Keuangan
SA 0 Pengendalian Mutu untuk Audit atas Laporan Keuangan SA Paket 00.indb //0 :0: AM STANDAR AUDIT 0 Pengendalian mutu untuk audit atas laporan keuangan (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Memasuki era persaingan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), profesi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki era persaingan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), profesi akuntan publik memegang peranan yang cukup penting dalam memenuhi kebutuhan para pemegang saham, investor,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini, keberadaan dan peran profesi auditor mengalami
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat sekarang ini, keberadaan dan peran profesi auditor mengalami peningkatan yang sesuai dengan perkembangan bisnis dan perubahan global. Keberadaan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengaruh dan perubahan yang besar dalam dunia pendidikan. Begitu pula
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan era globalisasi saat ini telah membawa pengaruh dan perubahan yang besar dalam dunia pendidikan. Begitu pula dengan persaingan di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perhatian masyarakat dunia. Semakin banyaknya kasus-kasus besar yang terkait
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kasus kecurangan korporasi dan pelanggaran organisasional telah menjadi perhatian masyarakat dunia. Semakin banyaknya kasus-kasus besar yang terkait dengan masalah
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
11 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Sikap dan Perilaku Etis Sikap adalah keadaan dalam diri manusia yang menggerakan untuk bertindak, menyertai manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan. Diharapkan semakin banyaknya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kantor Akuntan Publik (KAP) melakukan fungsi pengauditan atas laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan. Diharapkan semakin banyaknya profesi akuntan
Lebih terperinciUnisba.Repository.ac.id. BAB l PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Saat ini kecurangan tidak asing lagi terdengar di berbagai informasi bisnis
BAB l PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini kecurangan tidak asing lagi terdengar di berbagai informasi bisnis perusahaan yang semakin ramai dibicarakan oleh pelaku bisnis di Indonesia. Fraud
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari profesi akuntan publik, masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas dan tidak memihak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lebih meningkatkan kualitas pengelolanya, dalam hal ini aktivitas-aktivitas yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkembangnya suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh perkembangan yang terjadi dalam dunia usaha secara umum, dimana dunia usaha dituntut untuk lebih meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan go public. Dalam kepemilikannya, perusahan go public
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian Indonesia sebagian besar ditopang oleh aktivitas perusahaan-perusahaan go public. Dalam kepemilikannya, perusahan go public secara tidak langsung telah
Lebih terperinciAkuntan dan Pendidikan Akuntansi Bagian 2
Akuntan dan Pendidikan Akuntansi Bagian 2 AKUNTAN DAN PENDIDIKAN AKUNTANSI 1. Mengulas arah pendidikan akuntansi di masa depan 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat Mahasiswa akuntansi untuk mengikuti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peranan auditor yang demikian penting dan strategis dalam berkembangnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Peranan auditor yang demikian penting dan strategis dalam berkembangnya masyarakat kedepan, diperlukan karakter auditor yang profesional. Jasa audit keuangan
Lebih terperinci