EFISIENSI KINERJA BANK UMUM SYARIAH (BUS) DAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) DI INDONESIA AHMAD AZHARI POHAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EFISIENSI KINERJA BANK UMUM SYARIAH (BUS) DAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) DI INDONESIA AHMAD AZHARI POHAN"

Transkripsi

1 EFISIENSI KINERJA BANK UMUM SYARIAH (BUS) DAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) DI INDONESIA AHMAD AZHARI POHAN DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Efisiensi Kinerja Bank Umum Syariah (BUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, April 2015 Ahmad Azhari Pohan NIM H

4 ABSTRAK AHMAD AZHARI POHAN Efisiensi Kinerja Bank Umum Syariah (BUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia. Dibimbing oleh NUNUNG NURYARTONO dan SALAHUDDIN EL AYYUBI. Efisiensi merupakan salah satu parameter untuk mengukur kinerja lembaga keuangan, diantaranya adalah BUS dan BPRS yang beroperasi dengan mengelola input untuk menghasilkan output. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi nilai efisiensi BUS dan BPRS di Indonesia secara terpisah dengan menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA) dan model Variable Return to Scale (VRS) dengan pendekatan intermediasi berorientasikan output. Pemilihan konsep efisiensi dengan pendekatan intermediasi ditetapkan karena lembaga keuangan berperan penting sebagai perantara dengan menyerap dana dari shahibul maal dan disalurkan kepada mudharib. Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi 11 BUS dan 113 BPRS selama periode Hasil penelitian menunjukkan pada setiap BUS memiliki kinerja yang efisien. Berbeda dengan BPRS, dari 113 BPRS hanya 19 BPRS yang memiliki kinerja yang efisien. Hal ini mengakibatkan rendahnya rata-rata nilai efisiensi BPRS. Variabel dengan potensi pengembangan terbesar adalah variabel pembiayaan sebesar 68-73%, kemudian variabel aktiva lancar sebesar 58-62% dan variabel pendapatan operasional lainnya sebesar 61-65%. Kata kunci: DEA, efisiensi, output oriented, Variable Return to Scale ABSTRACT AHMAD AZHARI POHAN Islamic General Bank (BUS) dan Islamic Rural Bank (BPRS) Performance Efficiency in Indonesia. Supervised NUNUNG NURYARTONO and SALAHUDDIN EL AYYUBI. Efficiency is one of the parameter to measure financial institution performance, such as BUS and BPRS in managing operational input and producing output. This study has an objective to identify both BUS and BPRS efficiency score in Indonesia sepescorely, by using Data Envelopment Analysis (DEA) method and Variable Return to Scale (VRS) model with intermediation approachment and output oriented. Selection of the concept of efficiency in the intermediation approach defined as financial institutions play an important role as an intermediary to absorb funds from shahibul maal and distributed to mudharib. This study measures 11 BUS dan 113 BPRS efficiency level during 2013 period. The study results show every BUS at 2013 period have perfect performance efficiency. Difference with BUS, BPRS have a low average efficiency score.there are only 19 BPRS have perfect performance efficiency. Potential improvement in variable financing are 68-73%, variable current assets are 58-62% and other operational income variable are 61-65%. Keywords: DEA, efficiency, output oriented, Variable Return to Scale

5 EFISIENSI KINERJA BANK UMUM SYARIAH (BUS) DAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) DI INDONESIA AHMAD AZHARI POHAN Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

6

7 Judul Skripsi : Efisiensi Kinerja Bank Umum Syariah (BUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia Nama : Ahmad Azhari Pohan NIM : H Disetujui oleh Dr. Ir. R. Nunung Nuryartono, M.Si Pembimbing I Salahuddin El Ayyubi, Lc MA Pembimbing II Diketahui oleh Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.A.Ec Ketua Departemen Tanggal Lulus:

8 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya, sehingga skripsi yang berjudul Efisiensi Bank Umum Syariah (BUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia ini dapat diselesaikan. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Institut Pertanian Bogor. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis nilai efisiensi BUS dan BPRS yang ada di Indonesia dengan metode Data Envelopment Analysis (DEA) dengan pendekatan output (output oriented). Pada kesempatan ini, ucapan terima kasih untuk orang-orang yang terkasih kepada orang tua penulis Engges Muda Pohan (Ayah) dan Nurhayati Siregar (Mama), saudara penulis, Budiman Pohan, Sanny Adrian Pohan, Dinda Eliza Pohan dan keluarga lainnya atas segala teguran, doa, dan dukungan yang telah diberikan. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. Ir. R. Nunung Nuryartono, M. Si dan Bapak Salahuddin El Ayyubi, Lc, M.A selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan, bimbingan, dan saran untuk membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 2. Bapak Dr. Irfan Syauqi Beik, M.Ec yang telah bersedia menjadi dosen penguji utama hasil penelitian ini dan Bapak Deni Lubis, MA sebagai dosen penguji dari komisi pendidikan Departemen Imu Ekonomi. 3. Teman-teman satu bimbingan yang saling mendukung, Luqman Azis, Mirsad Awawin, Andri Sukrudin, Nana Rodiana, Fatimah Azzahra, dan Masyitoh Al-Kautsar. 4. Teman-teman yang luar biasa, Yeni Hanisah Piliang, Dani Yoga Nugraha, Ujang Kurnia, Ahmad Fauzi, Rizqi Eka Sukmayasa, Ardhi Evan, Muhammad Fakhri Nugraha, Cornel Ridha Adji Adyas, Pramono Widagdo, Ahmad Nur Fadhian, Fuad Bahtiar, Hanif Furqon Abdurrahman, Sarah Raisa, Zikra Donald, Hidayat terima kasih atas bantuan serta dukungannya. 5. Teman-teman keluarga Ekonomi Syariah FEM IPB 47, 48, 49 dan keluarga dari Ikatan Mahasiswa Asal Tapanuli Selatan serta Alumni Keluarga Madrasah Nurul Ilmi atas kebersamaannya dan telah saling mengingatkan, mendukung, dan mendoakan dalam semua kegiatan, mohon maaf tidak dapat menyebutkan satu per satu. 6. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, April 2015 Ahmad Azhari Pohan

9

10 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL ix DAFTAR GAMBAR ix DAFTAR LAMPIRAN ix PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 3 Tujuan Penelitian 4 Manfaat Penelitian 4 Ruang Lingkup Penelitian 4 TINJAUAN PUSTAKA 4 Efisiensi 4 Data Envelopment Analysis (DEA) 6 Pendekatan dalam Data Envelopment Analysis (DEA) 8 Kelebihan dan Kelemahan DEA 9 Bank Syariah 9 Penelitian Terdahulu 10 Kerangka Pemikiran 13 METODE PENELITIAN 13 Jenis dan Sumber Data 13 Metode Analisis dan Pengolahan Data 14 Model Penelitian 14 Variabel Input-Output dan Defenisi Operasional 15 HASIL DAN PEMBAHASAN 16 Gambaran Umum 16 Tingkat Efisiensi Bank Umum Syariah 23 Tingkat Efisiensi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah 24 SIMPULAN DAN SARAN 26 Simpulan 26 Saran 26 DAFTAR PUSTAKA 27

11 LAMPIRAN 31 RIWAYAT HIDUP 35 DAFTAR TABEL 1 Perkembangan Jumlah Unit dan Kantor Lembaga Keuangan Bank Syariah di Indonesia Tahun Kinerja Bank Umum Syariah dan Bank Umum Konvensional (BK) 2 3 Kinerja BPRS dan BPR Konvensional 3 4 Variabel dalam Penelitian Terdahulu dengan Metode DEA 12 5 Perkembangan BOPO Bank Umum Syariah dan Bank Konvensional di Indonesia 22 6 Perkembangan BOPO BPRS dan BPR Konvensional di Indonesia 22 7 Nilai Efisiensi Bank Umum Syariah Tahun BPRS dengan Kinerja yang Efisien 24 9 Frekuensi dan Sebaran Nilai Efisiensi BPRS Distribusi Skala Efisiensi BPRS Reference Set BPRS Potensi Pengembangan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah 27 DAFTAR GAMBAR 1 Frontier Produksi dan Efisiensi Teknis 5 2 Efisiensi dengan Pendekatan Output 7 3 Bagan Kerangka Pemikiran 13 4 Total Dana Pihak Ketiga Bank Umum Syariah 17 5 Total Dana Pihak Ketiga Bank Pembiayaan Rakyat Syariah 17 6 Total Pembiayaan Bank Umum Syariah 18 7 Pertumbuhan Pembiayaan per Sektor Ekonomi Bank Umum Syariah Tahun Total Pembiayaan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah 19 9 Pertumbuhan Pembiayaan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Berdasarkan Sektor Ekonomi Tahun Total Aset Bank Umum Syariah Total Aset Bank Pembiayaan Rakyat Syariah 21 DAFTAR LAMPIRAN 1 Nilai Efisiensi CCR dan BCC BPRS Pada Tahun Identitas BPRS yang Dijadikan Sampel 33

12

13 PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan lembaga keuangan syariah dimulai dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia yang diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tahun Bank syariah diatur secara formal melalui UU No. 10 tahun 1998 yang memberikan landasan operasional bagi bank syariah untuk mengatur dan memperbolehkan setiap bank konvensional untuk membuka sistem pelayanan syariah (dual banking system). Office chanelling kemudian diatur dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 8/3/PBI/2006 yang menyatakan bahwa bank konvensional dapat membuka layanan syariah dalam operasional usahanya. Hukum formal pada perbankan syariah semakin lengkap dengan ditetapkannya UU No. 21 tahun 2008 yang berisikan peraturan secara menyeluruh untuk setiap BUS, UUS dan BPRS di Indonesia sehingga pertumbuhan lembaga keuangan bank syariah semakin cepat. Lembaga keuangan bank syariah terdiri dari Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). BUS dan BPRS beroperasi dengan menerapkan prinsip syariah. Namun, skala usaha BUS lebih luas dibandingkan BPRS. Selain itu BPRS memiliki batasan operasional seperti larangan untuk membuka rekening giro dan tidak dapat ikut serta dalam kegiatan kliring. Tabel 1 Perkembangan Jumlah Unit dan Kantor Lembaga Keuangan Bank Syariah di Indonesia Tahun Kelompok Bank Bank Umum Syariah Unit Usaha Syariah Jumlah Kantor BUS Jumlah Kantor UUS BPRS Jumlah Kantor BPRS Sumber: Statistik Perbankan Syariah 2013 Sepanjang tahun jumlah Bank Umum Syariah (BUS) tidak mengalami perubahan. Namun jumlah Unit Usaha Syariah (UUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) mengalami perubahan. Berkurangnya jumlah UUS disebabkan oleh restrukturisasi HSBC amanah global, sedangkan pada BPRS terdapat dua BPRS baru yaitu HIK Makassar dan Mitra Agro Usaha Lampung. Perkembangan ini sejalan dengan peningkatan jumlah kantor bank syariah seperti Kantor Cabang Pembantu (KCP), Kantor Kas (KK) dan Kantor Cabang (KC). Peningkatan jumlah jaringan kantor tersebut mampu meningkatkan pembiayaan kepada masyarakat yang tercermin dari peningkatan jumlah total rekening syariah (Pembiayaan dan Dana Pihak Ketiga) sebesar 13.9% dari 10.8 juta rekening menjadi 12.3 juta rekening pada tahun 2013 (Outlook Perbankan Syariah 2014).

14 2 Menurut Bank Indonesia (2011), perkembangan industri perbankan syariah terus mengalami kemajuan dengan pertumbuhan rata-rata mencapai 40.2% per tahunnya sedangkan pertumbuhan perbankan nasional sebesar 16.7% per tahun. Namun, perkembangan kinerja perbankan syariah masih lebih rendah jika dibandingkan dengan perbankan konvensional. Hal ini dikarenakan perbankan syariah masih dalam tahap ekspansi sehingga sangat membutuhkan pembangunan infrastruktur baru di berbagai daerah. Perbandingan kinerja perbankan syariah (BUS dan BPRS) dapat dilihat dari indikator pada Tabel 2 dan Tabel 3, yaitu; Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Asset (ROA), BOPO, Non Performing Financing (NPF) sedangkan Non Performing Loan (NPL) untuk bank konvensional dan Financing to Deposit Ratio (FDR) sedangkan Loan to Deposit Ratio (LDR) untuk bank konvensional. Indikator CAR merupakan rasio kecukupan modal yang dibutuhkan perbankan untuk mengatasi resiko kerugian yang dapat ditimbulkan dari penanaman aktiva beresiko. Rasio modal yang tinggi dapat melindungi nasabah dan berdampak kepada tingkat kepercayaan masyarakat. Indikator ROA merupakan ukuran profitabilitas perbankan, selain itu rasio ini juga mencerminkan hasil dari serangkaian kebijakan perbankan dalam meningkatkan return. Oleh karena itu, ROA yang tinggi mengindikasikan bahwa perbankan memiliki kinerja yang baik karena mampu memperoleh return yang lebih tinggi. BOPO merupakan rasio untuk mengukur tingkat efisiensi perbankan. Semakin rendah nilai BOPO maka kinerja perbankan akan lebih efisien karena mampu memperoleh pendapatan yang lebih tinggi dengan biaya yang lebih rendah. NPF merupakan rasio pembiayaan atau kredit bermasalah. Tingginya nilai NPF mengindikasikan bahwa kinerja perbankan semakin buruk karena tingginya jumlah kredit macet. Sedangkan FDR merupakan rasio dalam mengukur kemampuan bank dalam membayar penarikan dana oleh nasabah dengan mengandalkan pembiayaan. Semakin tinggi nilai FDR maka kinerja perbankan semakin baik karena laba yang diperoleh semakin tinggi (Fahmy 2013). Tabel 2 Kinerja Bank Umum Syariah dan Bank Umum Konvensional (BK) No. Indikator (%) BUS BK BUS BK BUS BK 1 CAR ROA BOPO NPF/NPL FDR/LDR Sumber: Laporan Pengawasan Perbankan 2012 Pada Tabel 2 dapat diketahui bahwa kinerja BUS pada rasio CAR, ROA, BOPO dan NPF lebih rendah dibandingkan bank konvensional. Namun, pada rasio FDR BUS memiliki kinerja paling tinggi sebesar 99.99% dibandingkan Bank Konvensional sebesar 83.96%. Sementara itu, pada Tabel 3 dapat diketahui bahwa BPRS memiliki kinerja yang lebih rendah jika dibandingkan dengan BPR dari indikator CAR, ROA, BOPO dan NPF. Pada rasio BOPO BPRS mengalami penurunan yang drastis pada

15 tahun Sehingga efisiensi BPRS mejadi lebih rendah dibandingkan BPR Konvensional. Tingginya nilai NPF mengindikasikan bahwa BPRS memiliki masalah kredit macet yang cukup tinggi. Sedangkan pada rasio FDR, BPRS mampu memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan BPR Konvensional walaupun pada tahun 2012 terjadi penurunan jumlah pembiayaan yang dikeluarkan jika dibandingkan dengan tahun Tabel 3 Kinerja BPRS dan BPR Konvensional No. Indikator (%) BPRS BPR BPRS BPR BPRS BPR 1 CAR ROA BOPO NPF/NPL FDR/LDR Sumber: Laporan Pengawasan Perbankan 2012 Secara umum dapat disimpulkan bahwa kinerja perbankan syariah lebih rendah jika dibandingkan dengan bank konvensional. Salah satu upaya untuk meningkatkan kinerja perbankan syariah adalah dengan peningkatan efisiensi agar perbankan syariah mampu bersaing lebih baik dengan perbankan konvensional. Pengawasan dan pengukuran tingkat efisiensi kinerja perlu dilakukan dengan dasar untuk menjaga dan menganalisis pengembangan peran dan fungsi perbankan syariah di Indonesia. Terdapat tiga alasan kuat yang menyatakan pentingnya efisiensi pada bank syariah. Pertama, peningkatan efisiensi pada biaya operasional akan memberikan profit yang lebih besar dan meningkatkan peluang dalam persaingan. Hal ini relevan dengan keberadaan bank syariah yang bersaing dengan bank konvensional di berbagai daerah. Kedua, nasabah akan tertarik dengan kualitas dan layanan terbaru yang ditawarkan oleh bank syariah, dan hal ini dipengaruhi oleh efisiensi kinerja bank syariah. Ketiga, kesadaran akan pentingnya efisiensi akan membantu para regulator untuk membuat peraturan yang baik pada industri perbankan (Global Islamic Finance Report 2011). Oleh karena itu peningkatan efisiensi pada perbankan syariah penting untuk dilakukan. Pengukuran kinerja efisiensi dapat memakai pendekatan parametrik dan non-parametrik. Penggunaan metode non-parametrik yaitu Data Envelopment Analysis (DEA) diasumsikan sebagai salah satu pendekatan yang tepat untuk mengukur tingkat efisiensi perbankan syariah di Indonesia. Perumusan Masalah Indonesia pada tahun 2013 memiliki 11 Bank Umum Syariah (BUS), 23 Unit Usaha Syariah (UUS) dan 160 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) yang tersebar di Indonesia. Meningkatnya jumlah bank syariah menyebabkan semakin tingginya tingkat persaingan antara sesama bank syariah dan juga bank konvensional. Sehingga dibutuhkan berbagai upaya untuk meningkatkan daya saing bank syariah. Menurut Soemitra (2010), terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan perbankan syariah diantaranya adalah efisiensi 3

16 4 operasional perbankan syariah yang masih belum optimal. Oleh karena itu dibutuhkan pengukuran kinerja operasional bank syariah dan mengarahkannya kepada kinerja yang lebih efisien. Berdasarkan uraian tersebut, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana tingkat efisiensi Bank Umum Syariah di Indonesia? 2. Bagaimana tingkat efisiensi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia? Tujuan Penelitian 1. Menganalisis tingkat efisiensi Bank Umum Syariah Indonesia. 2. Menganalisis tingkat efisiensi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia. Manfaat Penelitian 1. Bagi pemerintah, sebagai masukan agar tetap berkoordinasi dengan Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam membuat regulasi yang baik. 2. Bagi stakeholder, sebagai masukan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya dan agar terus meningkatkan efisiensi dan kinerjanya. 3. Bagi peneliti dan mahasiswa, penelitian ini dapat dipakai sebagai tambahan literatur yang dapat memberikan informasi mengenai efisiensi kinerja BUS dan BPRS di Indonesia secara umum. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dari penelitian ini dibatasi pada pengamatan kinerja BUS dan BPRS di Indonesia dengan melihat nilai efisiensi yang dihasilkan dari masing-masing BUS dan BPRS. Hal ini dilakukan untuk menguji nilai kinerja keuangan BUS dan BPRS berdasarkan nilai efisiensi Data Envelopment Analysis (DEA) secara agregat. TINJAUAN PUSTAKA Efisiensi Menurut Ascarya (2005), konsep efisiensi diawali dari konsep ekonomi mikro, yaitu teori produsen dan konsumen. Teori produsen cenderung untuk memaksimumkan keuntungan dan meminimalkan biaya. Sedangkan teori konsumen cenderung untuk memaksimalkan utilitasnya atau tingkat kepuasannya. Pada teori produsen dikenal adanya garis frontier produksi. Garis ini menggambarkan hubungan antara input dan output. Garis frontier ini mewakili

17 tingkat output maksimum dari setiap penggunaan input yang mewakili penggunaan teknologi dari suatu perusahaan atau industri 5. Sumber: Coelli, et al (1998) Gambar 1 Frontier Produksi dan Efisiensi Teknis Gambar 2 merupakan frontier produksi yang menunjukkan tingkat output maksimum yang dapat dicapai pada tiap tingkat input, dengan tingkat teknologi tertentu dalam suatu industri. Perusahaan-perusahaan dalam industri tersebut dapat beroperasi pada frontier jika perusahaan efisien secara teknis (garis OF ) atau di bawah frontier jika perusahaan tidak efisien secara teknis. Titik A merupakan titik yang inefisien, sedangkan titik B dan C menunjukkan titik yang efisien. Perusahaan yang beroperasi di titik A merupakan perusahaan yang inefisien secara teknis. Perusahaan tersebut dapat meningkatkan output ke tingkat output yang sama dengan titik B tanpa membutuhkan input yang lebih besar. Efisiensi menjadi tolak ukur dalam mengukur kinerja. Terdapat dua faktor yang menyebabkan efisiensi, yaitu: (1) Memakai jumlah unit input yang lebih sedikit namun mampu menghasilkan output yang sama; (2) Memakai jumlah unit input yang tetap namun output yang dihasilkan lebih besar (Huri dan Susilowati 2004). Sedangkan menurut Hidayat (2008), efisiensi terjadi jika: (1) Pemakaian input yang sama menghasilkan output yang lebih banyak. (2) Pemakaian input yang lebih sedikit menghasilkan output yang sama. (3) Pemakaian input yang lebih banyak menghasilkan output yang lebih banyak lagi dibandingkan dengan input yang digunakan. Efisiensi merupakan jawaban atas kesulitan dalam menghitung ukuran kinerja seperti tingkat efisiensi alokasi, teknis maupun efisiensi ekonomi. Efisiensi teknis adalah kombinasi antara kapasitas dan kemampuan unit ekonomi memproduksi sejumlah output dari sejumlah input yang ada beserta teknologi. Sedangkan efisiensi ekonomi merupakan penjumlahan dari efisiensi alokasi dan efisiensi teknis (Tanjung dan Devi 2013). Syariat islam mengatur segala aspek kehidupan termasuk diantaranya adalah aspek ekonomi sebagai acuan dalam kegiatan sehari-hari. Efisiensi dalam islam terdapat pada Surat Al Isra ayat yang artinya sebagai berikut: Dan berikanlah haknya kepada kerabat dekat, juga kepada orang miskin dan orang dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudara syaitan dan syaitan itu sangat ingkar kepada Tuhannya.

18 6 Ayat di atas menganjurkan manusia untuk tidak menyia-nyiakan hartanya secara sia-sia (boros). Perilaku boros dapat menjadi perbuatan ingkar kepada Allah subhanahu wa ta ala. Pengukuran tingkat efisiensi pada BUS dan BPRS dapat mengacu dari dua ayat tersebut, dengan melihat pemakaian input yang ada untuk menghasilkan output semaksimal mungkin tanpa adanya penghamburan sumber daya yang digunakan (input). Coelli, et al. (1998) menyatakan konsep efisiensi dibedakan menjadi tiga yaitu: efisiensi teknis, efisiensi harga dan efisiensi ekonomis. Efisiensi teknis mengukur tingkat produksi yang dicapai pada tingkat penggunaan input tertentu. Efisiensi harga atau alokatif mengukur tingkat keberhasilan bank dalam usahanya untuk mencapai keuntungan maksimum yang dicapai pada saat nilai produk marginal setiap faktor produksi yang diberikan sama dengan biaya marginalnya. Efisiensi ekonomis adalah kombinasi antara efisiensi teknis dan efisiensi harga. Muharam dan Pusvitasari (2007), menyatakan secara umum efisiensi perbankan dapat didekomposisikan menjadi efisiensi skala (scale efficiency), efisiensi dalam cakupan (scope efficiency) efisiensi teknis (technical efficiency) dan efisiensi alokasi (allocative efficiency). Bank dikatakan mencapai efisiensi dalam skala ketika bank bersangkutan mampu beroperasi dalam skala hasil yang konstan (constant return to scale). Sedangkan efisiensi cakupan dapat tercapai ketika bank mampu beroperasi dalam diversifikasi alokasi. Efisiensi alokasi dapat tercapai jika bank mampu menentukan berbagai output yang dapat memaksimalkan keuntungan. Sedangkan efisiensi teknis pada dasarnya menyatakan hubungan antara input dan output dalam suatu proses produksi. Suatu proses produksi dapat dikatakan efisien apabila pada penggunaan input dengan sejumlah tertentu dapat menghasilkan output yang maksimal, atau untuk menghasilkan output tertentu digunakan input yang paling minimal. Data Envelopment Analysis (DEA) DEA merupakan prosedur yang dirancang untuk mengukur efisiensi relatif satu Decision Making Unit (DMU) yang memakai banyak input dan banyak output, dimana penggabungan antara input dan output tidak mungkin untuk dilakukan. Efisiensi relatif suatu DMU adalah dengan membandingkan suatu DMU dengan DMU lain dalam sampel dengan memakai input dan output yang sama yang diperoleh dari hasil laporan keuangan organisasi. Menurut Tanjung dan Devi (2013), data keuangan tersebut harus asli sebelum dilakukan manipulasi agar benar-benar menggambarkan efisiensi dan jika terdapat satu atau lebih data dari suatu DMU yang tidak tersedia maka harus dikeluarkan dari keseluruhan sampel. Inti dari DEA adalah menentukan bobot untuk setiap input dan output dari DMU. Bobot tersebut harus bersifat tidak bernilai negatif dan bersifat universal. Kemudian akan dilakukan skor nilai efisiensi yang dibatasi antara 0 dan 1, dimana DMU yang efisien mempunyai skor 1 dan DMU yang inefisien memiliki skor 0. Nilai-nilai efisiensi tersebut adalah relatif dan nilai yang dihasilkan dengan membandingkan antara setiap DMU pada kumpulan data yang dianalisis. Terdapat dua model DEA yang sering digunakan dalam mengukur efisiensi yaitu CCR (Charnes, Cooper dan Rhodes) dan BCC (Bankers, Charnes dan Cooper). Model CCR dipelopori oleh Charnes, Cooper dan Rhodes pada tahun 1978 dengan asumsi adanya CRS (Constant Return to Scale), dimana perubahan

19 proporsional pada semua tingkat input akan menghasilkan perubahan proporsional yang sama pada tingkat output. DEA dipakai untuk mengukur tingkat efisiensi relatif, terutama berdasarkan efisiensi teknis. Model CCR mengevaluasi scale efficiency dan technical efficiency secara simultan. Sedangkan BCC yang dikemukakan oleh Bankers, Charnes dan Chooper pada tahun 1984 sebagai perluasan dari CCR dengan asumsi adanya Variable Return to Scale (VRS). Maksudnya semua unit yang diukur akan menghasilkan perubahan pada berbagai tingkat output dan adanya anggapan bahwa skala produksi dapat memengaruhi efisiensi. Model BCC mengevaluasi khusus pada technical efficiency sehingga model ini dapat dikatakan menghitung nilai murni dari efisiensi teknis (pure technical efficiency). Model CCR akan sesuai jika DMU beroperasi pada skala optimum. Namun, kompetisi tidak sempurna, regulasi pemerintah, keterbatasan keuangan dapat membuat perbankan dalam kondisi tidak optimal. Selain itu faktor teknologi juga dapat memengaruhi efisiensi operasional bank. Sehingga hal tersebut dapat menjadi variabel dari model BCC dan terbukanya kemungkinan bahwa skala produksi dapat memengaruhi efisiensi. Pengukuran efisiensi DEA dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu pendekatan input dan pendekatan output. Pendekatan input digunakan untuk mengetahui kuantitas input yang dapat dikurangi secara proporsional untuk menghasilkan output dengan jumlah yang sama. Sedangkan pendekatan output untuk mengetahui berapa banyak jumlah output yang dapat ditingkatkan secara proporsional dengan kuantitas input yang tetap. Pendekatan output digunakan ketika kondisi pasar masih bagus sehingga produsen diharapkan mampu mempertahankan atau bahkan meningkatkan output dengan input yang tetap (Tanjung dan Devi 2013). 7 Sumber: Coelli, et al (1998) Gambar 2 Efisiensi Teknis dengan Pendekatan Output Gambar 3 menunjukkan sebuah perusahaan dengan dua jenis output (O 1 dan O 2 ) dan sebuah input (I) dengan asumsi constant return to scale. Kurva ZZ 1 adalah kurva kemungkinan produksi yang menunjukkan efisien secara teknis sedangkan kurva RR 1 adalah garis isorevenue yang menunjukkan rasio harga kedua output. Titik BB 1 menggambarkan efisien teknik karena terletak pada

20 8 isoquant. Titik A merupakan titik yang tidak efisien, dan jarak AB merupakan potential improvement yang mungkin dilakukan perusahaan pada titik A untuk menjadi perusahaan yang efisien secara teknis. Efisiensi Teknis (ET)= 0A/0B (1) Jika kita memiliki informasi harga (RR 1 ), maka efisiensi alokatif dapat didefinisikan menjadi: Efisiensi Alokatif (AE)= 0B/0C (2) Titik C merupakan potential improvement yang memiliki arti dimana perusahaan B masih dapat meningkatkan pendapatannya dengan berproduksi di titik yang efisien secara teknis dan alokatif, yaitu di titik B 1. Secara umum, Efisiensi Ekonomi (EE) merupakan produk perkalian antara Efisiensi Teknis dengan Efisiensi Alokatif, sehingga: Efisiensi Ekonomi= (0A/0B)x(0B/0C)= ET x EA (3) Pendekatan dalam Data Envelopment Analysis (DEA) Pemakaian input dan output dalam DEA bertujuan untuk mendefinisikan hubungan input dan output dalam kegiatan finansial suatu lembaga keuangan. Menurut Hadad et al (2003) terdapat tiga pendekatan yang umum dipakai dalam metode DEA, yaitu: 1. Pendekatan Aset (Asset Approach) Pendekatan aset mencerminkan fungsi primer sebuah lembaga keuangan sebagai pencipta kredit pinjaman atau pembiayaan. Pada pendekatan ini, output didefinisikan dalam bentuk aset seperti kredit, surat-surat berharga dan alternatif aset lainnya. Sedangkan input diukur dari harga tenaga kerja, harga dana dan harga fisik modal. 2. Pendekatan Produksi (Production Approach) Pendekatan produksi menjadikan lembaga keuangan sebagai produsen dari akun deposito dan kredit pinjaman lalu mendefinisikan output sebagai penjumlahan rekening tabungan dan kredit pinjaman. Sedangkan input dihitung dari jumlah tenaga kerja, pengeluaran modal pada aset-aset tetap dan material lainnya. 3. Pendekatan Intermediasi (Intermediation Approach) Intermediasi pada perbankan memungkinkan perbankan untuk mengumpulkan modal dan menyalurkannya kembali. Pengelolaan sumber dana yang efisien sangatlah penting untuk memaksimumkan profit. Sehingga DPK dan deposito berjangka yang dimiliki perbankan harus dikelola dengan baik untuk mengurangi beban pajak, kemudian kredit atau pembiayaan sebagai sumber pendapatan perbankan harus dimaksimalkan agar perbankan dapat memperoleh profit yang maksimum (Nuryartono et.al 2012). Pendekatan ini menjadikan input institusional seperti biaya tenaga kerja, modal dan pembayaran bunga pada deposit, lalu dengan output yang diukur dalam bentuk kredit pinjaman dan investasi finansial.

21 Konsekuensi adanya tiga pendekatan menyebabkan perbedaan dalam penentuan variabel input dan output yang akan digunakan. Perbedaan yang paling menonjol dalam menentukan input-output terdapat pada pendekatan produksi dan pendekatan intermediasi. Pada pendekatan produksi, simpanan diperlakukan sebagai output, karena simpanan merupakan jasa yang dihasilkan melalui pengumpulan dana dari pihak ketiga. Sedangkan pada pendekatan intermediasi simpanan diperlakukan sebagai input, karena simpanan yang dihimpun bank akan ditransformasikan ke dalam bentuk aset yang menghasilkan, terutama dalam bentuk kredit pinjaman. Kelebihan dan Kelemahan DEA Metode DEA (Data Envelopment Analysis) memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dari penggunaan metode DEA diantaranya adalah: 1. DEA dapat menangani pengukuran efisiensi secara relatif bagi beberapa Decision Making Unit (DMU) sejenis dengan menggunakan banyak input dan output. 2. Metode ini tidak memerlukan asumsi bentuk fungsi hubungan antara variabel input dan output dari DMU sejenis yang akan diukur efisiensinya. 3. DEA membandingkan setiap DMU yang ada secara langsung dengan DMU lainnya yang sejenis. 4. Faktor input dan output dapat memiliki satuan pengukuran yang berbeda tanpa perlu melakukan perubahan satuan dari kedua variabel tersebut. Selain itu, DEA memiliki beberapa kelemahan diantaranya adalah: 1. DEA merupakan sebuah extreme point technique, maka kesalahankesalahan pengukuran dapat menyebabkan masalah yang signifikan. 2. DEA hanya mengukur efisiensi relatif dari setiap DMU dan tidak mengukur efisiensi secara absolut. DEA hanya menunjukkan perbandingan penilaian baik dan buruk suatu DMU yang dibandingkan dengan sekumpulan DMU lainnya yang sejenis. 3. Karena DEA merupakan teknik non-parametrik, maka uji hipotesis secara sistermatik akan sulit dilakukan. Perbankan Syariah Perbankan syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya sesuai dengan prinsip-prinsip syariah, dan menurut jenisnya terdapat bank umum syariah, unit usaha syariah dan bank perkreditan rakyat syariah. 1. Bank Umum Syariah (BUS) adalah bank syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. BUS dapat berupa bank devisa dan non devisa. Bank devisa merupakan bank yang dapat melakukan transaksi dengan mata uang asing termasuk transfer ke luar negeri, inkaso ke luar negeri, pembukaan letter of credit, dan sebagainya. 2. Unit Usaha Syariah (UUS) merupakan unit kerja dari kantor pusat bank umum konvensional yang melaksanakan kegiatan usahanya dengan menerapkan prinsip syariah. UUS juga dapat sebagai unit kerja di kantor cabang bank asing konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari 9

22 10 kantor cabang pembantu syariah atau unit syariah (Bank Indonesia 2007). UUS dapat berusaha sebagai bank devisa atau bank non devisa. 3. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) merupakan bank syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bentuk hukum dari BPRS adalah perseroan terbatas dan hanya dapat dimiliki oleh Warga Negara Indonesia (WNI), pemerintah daerah, atau kemitraan antara WNI atau badan hukum Indonesia dengan pemerintah daerah. Penelitian Terdahulu Ascarya (2005) melakukan penelitian dengan menganalisis efisiensi Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) di Indonesia dengan memakai data periode tahun dengan metode Data Envelopment Analysis (DEA), memakai pendekatan intermediasi dan operasional dengan orientasi output. Hasil penelitian menunjukkan perbankan syariah (BUS dan UUS) pada tahun relatif efisien secara teknis, baik dengan pendekatan intermediasi (91.8%) maupun operasional (84.75%). Hasil perhitungan efisiensi DEA tidak selalu konsisten dengan perhitungan konvensional ROA dan FDR. Karena pemakaian variabel dalam DEA lebih banyak dan komprehensif. Variabel input dan output yang digunakan dalam perhitungan konvensional merupakan bagian dari varibel input-output dalam DEA. Kendala dalam penelitian ini adalah jumlah sampel yang tersedia terlalu sedikit. Sehingga perhitungan efisiensi dari observasi cenderung mengalami self identifier dan kurang representatif. Muharam dan Pusvitasari (2007) dengan menerapkan Data Envelopment Analysys (DEA) dan dengan pendekatan fungsi intermediasi bank, telah menganalisis perbandingan efisiensi bank syariah yang ada pada tahun Bank Syariah yang diteliti sebanyak 12 bank yang dibagi ke dalam tiga kelompok. Hasil dari penelitian mereka terdapat perbedaan tingkat efisiensi pada masingmasing bank disetiap triwulannya. Sepanjang 2005, terdapat tiga bank yang memiliki kinerja yang cukup efisien sebesar 100 persen, yaitu BTN Syariah, Niaga Syariah dan Permata Syariah. Sedangkan Sembilan bank lainnya mengalami fluktuasi sepanjang tahun 2005, dan Bank Syariah Mandiri mengalami inefisiensi sepanjang tahun Pada triwulan berikutnya bank-bank syariah tersebut mengalami fluktuasi kembali. Namun menurut laporan Statistik Perbankan Syariah periode Desember 2005 yang diterbitkan oleh Bank Indonesia dan Laporan Perkembangan Perbankan Syariah Tahun 2005 yang menyebutkan kinerja perbankan syariah mengalami kemajuan dari tahun sebelumnya sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan. Andryani (2008) melakukan penelitian dengan menganalisis efisiensi Bank Umum Syariah (BUS) sebanyak 17 bank syariah (yang terdiri dari BUS dan UUS) dari tahun dengan menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA) dengan pendekatan intermediasi dan model BCC dengan asumsi variable return to scale (VRS) berdasarkan output oriented dan penambahan berupa perubahan Total Factor Productivity (TFP). Hasil penelitian menunjukkan selama periode mengalami peningkatan rata-rata efisiensi teknis industri perbankan syariah sebesar 91% setiap tahunnya, dengan efisiensi rata-rata tertinggi terjadi pada tahun 2004 yaitu sebesar 99.5% dan efisiensi terendah terjadi pada tahun

23 2006 yaitu sebesar 85.4%. Perubahan TFP indutri perbankan syariah menunjukkan trend yang meningkat dan disebabkan oleh perubahan kemajuan teknologi. Paramita (2008) melakukan penelitian dengan menganalisis efisiensi BPR seluruh Indonesia dengan pendekatan Stochastic Frontier Analysis (SFA) yang merupakan pendekatan parametrik dan Data Envelopment Analysys (DEA) merupakan pendekatan non-parametrik, memberikan kesimpulan bahwa variabel cost of labour merupakan variabel yang paling memengaruhi besar kecilnya nilai efisiensi BPR di Indonesia. Peneliti membandingkan hasil nilai efisiensi yang ada dengan menggunakan metode SFA dan DEA, hasilnya adalah dalam SFA nilai efisiensi yang ada lebih bervariasi sedangkan dalam DEA hanya terdapat tiga kategori yaitu kategori BPR yang tidak efisien, kurang efisien dan efisien. Efisiensi DEA memiliki hubungan positif dengan modal inti dan nilai kesehatan. Sedangkan SFA memiliki hubungan negatif dengan modal inti dan nilai kesehatan. Sehingga efisiensi BPR dengan pendekatan SFA malah menurunkan modal inti BPR. Hidayat (2008) melakukan penelitian dengan menganalisis efisiensi perbankan syariah di Indonesia dengan menggunakan pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA). Data yang digunakan adalah data Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah dari kuartal pertama tahun 2004 sampai kuartal ke-empat tahun 2007 dengan objek 3 BUS dan 6 UUS. Model yang digunakan adalah model CCR dan BCC dengan pendekatan intermediasi dan input (inputoriented). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Perbankan syariah di Indonesia (BUS dan UUS) berkembang dengan signifikan baik dari aspek kelembagaan, networking, aset, dana pihak ketiga, maupun pembiayaan. Berdasarkan hasil perhitungan DEA, bank yang paling efisien adalah Bank Muamalat Indonesia.Sedangkan secara berkelompok disimpulkan bahwa kelompok BUS lebih efisien dibandingkan dengan kelompok UUS. Nuryartono et.al (2012) melakukan penelitian dengan menganalisis efisiensi pada BPR di Indonesia dengan menggunakan pendekatan parametrik yaitu Stochastic Frontier Analysis (SFA) dan Time Variying Decay (TVD) serta fungsi biaya loglinear. Data yang digunakan adalah data seluruh BPR di Indonesia pada tahun 2006 dan Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari seluruh variabel yang digunakan (Total Cost, Price of Labor, Price of Fund, Credit, NPL, Non- Interest Income Activities, EOTA) hanya varibel EOTA yang tidak signifikan pada taraf nyata 1%. Hal ini mengindikasikan bahwa jika terjadi penambahan sebesar 1% pada biaya tenaga kerja maka biaya akan meningkat sebesar %. Sedangkan nilai efisiensi yang dihasilkan oleh SFA menunjukkan secara umum terjadinya penurunan efisiensi, dikarenakan jumlah BPR dengan nilai efisiensi tertinggi (NE> 94%) mengalami penurunan dari 448 BPR pada tahun 2006 menjadi 340 BPR pada tahun Menurunnya jumlah BPR yang efisien disebabkan oleh meningkatnya biaya tenaga kerja dan biaya pajak. 11

24 12 Tabel 4 Variabel dalam Penelitian Terdahulu dengan Metode DEA No. Peneliti Pendekatan Oriented Variabel Input 1 Ascarya Intermediasi Output Intermediasi: (2005) dan Biaya tenaga Operasional kerja, aktiva tetap, dana Pihak Ketiga. Operasional: Biaya bunga, biaya operasional, biaya operasional lainnya. 2 Muharam Intermediasi Output Dana pihak dan ketiga, biaya Puspitasari operasional (2007) lainnya. 3 Andryani (2008) Intermediasi Output Beban personalia, aktiva tetap, dana pihak ketiga. 4 Hidayat Intermediasi Input Biaya tenaga (2008) kerja, modal serta pembayaran bunga (margin) pada deposit. Sumber: Penelitian terdahulu Variabel Output Intermediasi: Pinjaman, pendapatan lainnya, aktiva lancar. Operasional: Pendapatan bunga, pendapatan operasional lainnya. Pembiayaan, aktiva lancar, pendapatan operasional lainnya. Total pembiayaan, pendapatan operasional lainnya, aktiva produktif lainnya. Pinjaman, pembiayaan, investasi keuangan. Berdasarkan penelitian terdahulu yang menjadi rujukan terlihat bahwa yang digunakan adalah pendekatan intermediasi dan berorientasikan output. Secara umum penelitian ini fokus mengikuti dua dari beberapa penelitian yang dirujuk, yaitu penelitian yang dilakukan Ascarya (2005) serta Muharam dan Pusvitasari (2007) tetapi tidak mengabaikan teori serta hasil yang dijabarkan dari beberapa penelitian sebelumnya.

25 13 Kerangka Pemikiran Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat efisiensi Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel input yang terdiri dari Dana Pihak Ketiga (DPK) dan biaya operasional lainnya, dan variabel output yang terdiri dari pendapatan operasional lainnya, aktiva lancar dan pembiayaan. Secara konseptual alur pemikiran dapat dilihat pada (Gambar 3). Lembaga Keuangan Syariah Bank Umum Syariah (BUS) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Pendekatan Intermediasi Variabel-variabel Analisis Efisiensi Lembaga Keuangan Syariah Input DEA (CCR dan BCC) Output oriented Output Efisien Tidak Efisien Keterangan: : Alur Analisis : Alat Analisis Gambar 3 Bagan Kerangka Pemikiran

26 14 METODE Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data panel, yang berupa data kerat lintang (cross section) sebanyak 11 BUS dan 113 BPRS di Indonesia dan data deret waktu (time series) dalam periode kuartalan pada tahun 2013 yang kemudian diolah menjadi data tahunan. Pada BPRS dipilih 113 BPRS dari 160 BPRS yang ada dikarenakan 113 BPRS tersebut memiliki data yang lengkap pada setiap kuartalnya di tahun 2013 sedangkan 47 BPRS lainnya tidak memiliki data yang cukup pada penelitian ini. Data yang diperoleh merupakan data sekunder yang bersumber dari website resmi Bank Indonesia berupa laporan neraca keuangan dan laporan laba-rugi BUS dan BPRS. Metode Analisis dan Pengolahan Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan kuantitatif. 1. Analisis deskriptif Analisis deskriptif dilakukan untuk eksplorasi, klarifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti. 2. Analisis Kuantitatif Analisis kuantitatif dinyatakan sebagai metode yang lebih menekankan pada aspek pengukuran secara obyektif terhadap fenomena sosial. Pengukuran yang dilakukan menjabarkan fenomena sosial kedalam beberapa komponen masalah, variabel dan indikator. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian adalah Data Envelopment Analisys (DEA) dengan pendekatan intermediasi perbankan dan berorientasikan output. Software yang digunakan adalah Microsoft Excel 2010 untuk tabulasi data dan program DEAP 2.1. Model Penelitian Pendekatan DEA (Data Envelopment Analysis) dilakukan untuk menghitung nilai efisiensi, model yang digunakan adalah model Charnes, Cooper dan Rhodes (CCR) dengan asumsi Contant Return to Scale (CRS) (Coelli et.al 1998), yang artinya setiap peningkatan input secara proporsional meningkatkan output dengan persentase yang sama. Asumsi CRS berlaku jika DMU beroperasi dalam skala optimum. Model CCR secara simultan mengevaluasi sekaligus scale efficiency dan technical efficiency. Secara umum model tersebut adalah sebagai berikut: Min θ λθ St -y t + Yλ 0 (4) θx t Xλ 0 (5) λ 0 (6) Keterangan: Y = y 1 + y y n X = x 1 + x X n

27 15 N = jumlah unit yang diobservasi x1 = input x untuk unit 1 y1 = output x untuk unit 1 λ = vector dari konstan Model kedua merupakan pengembangan dari model CCR yang diperkenalkan oleh Banker, Charnes dan Cooper (BCC) pada tahun 1984 (Coelli, et.al 1998). Asumsi Constant Return to Scale pada model CCR berlaku jika unit observasi berada pada keadaan optimal. Namun, dalam kondisi nyata sering ditemukan kendala (persaingan, regulasi pemerintah, kendala keuangan, dll) yang menyebabkan unit tidak beroperasi secara optimal (Tanjung dan Devi 2013). Pada model BCC diperkenalkan asumsi Variable Return to Scale (VRS) yang menghasilkan nilai efisiensi teknis dan nilai efisiensi skala secara terpisah karena itu model BCC sering disebut sebagai pure technical efficiency. Persamaan yang digunakan serupa dengan CCR, namun terdapat kendala konveksitas N1 λ= 1, sehingga: Min θ λθ st -y t + Yλ 0 (7) θx t Xλ 0 (8) NI λ 1 (9) λ 0 (10) Keterangan: Y = y 1 + y y n X = x 1 + x X n n = jumlah unit yang diobservasi x1 = input x untuk unit 1 y1 = output x untuk unit 1 NI λ = N X 1 vector 1 Pada umumnya suatu DMU memiliki karakteritik yang mirip satu sama lain. Namun, biasanya tiap bank memiliki ukuran tingkat produksi yang bervariasi. Hal ini mengisyaratkan bahwa ukuran bank memiliki peran penting dalam menentukan efisiensi atau inefisiensinya. Model CCR mencerminkan nilai efisiensi teknis dan efisiensi skala sekaligus, sedangkan model BCC hanya mencerminkan efisiensi teknis. Sehingga efisiensi skala adalah rasio dari efisiensi pada model CCR dan model BCC. SE= TE CRS /TE VRS (11) Jika nilai SE=1 berarti DMU tersebut beroperasi pada ukuran efisiensi skala terbaik. Jika nilai SE kurang dari satu maka terdapat inefisiensi skala pada DMU tersebut. Jadi, DMU yang efisien pada model CCR berarti efisien juga skala efisiensinya. Sedangkan DMU yang efisien pada model BCC tapi tidak efisien pada model CCR berarti terdapat inefisiensi skala. Hal ini dikarenakan DMU tersebut efisien secara teknis namun inefisien secara skala.

28 16 Variabel Input-Output dan Definisi Operasional Variabel input merupakan sumber dalam pendekatan intermediasi untuk ditransformasikan menjadi output. Adapun variabel input dalam penelitian ini adalah: 1. Dana pihak ketiga (DPK) merupakan jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun dan memiliki persentase terbesar dari total modal yang dimiliki oleh perbankan syariah yang terdiri giro wadiah, tabungan wadiah, tabungan mudharabah dan deposito mudharabah. 2. Biaya operasional lainnya merupakan tolak ukur biaya tenaga kerja dan kegiatan perbankan seperti administrasi, promosi, transaksi valuta asing, penurunan nilai surat berharga dan beban bonus titipan wadiah sebagai ukuran biaya dari operasional bank yang terbebas dari beban bunga. Variabel output yang dipakai pada penelitian ini adalah: 1. Pembiayaan merupakan dana yang disalurkan bank kepada nasabah dalam bentuk pembiayaan. Pembiayaan yang diberikan sebagian besar dalam bentuk akad murabahah. 2. Aktiva lancar merupakan ukuran likuiditas bank yang artinya mudah untuk diubah menjadi uang kas dalam siklus perusahaan normal yang terdiri dari kas, penempatan pada Bank Indonesia, penempatan pada bank lain, surat berharga yang dimiliki, piutang murabahah, piutang ishtishna, piutang qardh, Ijarah, persediaan, pendapatan yang akan diterima dan biaya dibayar dimuka. 3. Pendapatan operasional lainnya merupakan pendapatan yang diperoleh selain dari pembiayaan pada sektor riil (pendapatan dari transaksi valuta asing, jasa layanan dan lainnya). Variabel ini merupakan bentuk kreativitas perbankan syariah dalam menghindari bunga (Andriyani 2008). HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah merupakan bagian dari pengembangan sebuah sistem perbankan nasional dalam kerangka Arsitektur Perbankan Indonesia (API). API memiliki enam pilar utama sebagai penopang yaitu struktur perbankan yang sehat, sistem pengaturan yang efektif, sistem pengawasan yang independen dan efektif, industri perbankan yang kuat, infrastruktur pendukung yang mencukupi dan perlindungan konsumen. Bank Indonesia juga melakukan sejumlah penyempurnaan terkait program-program kegiatan API. Penyempurnaan tersebut antara lain adalah strategi yang lebih spesifik terkait pengembangan perbankan syariah, BPR dan UMKM. Hal ini dilakukan agar program API tersebut lebih lengkap dan mencakup seluruh perbankan secara keseluruhan baik itu Bank Umum dan BPR, baik yang beroperasi dengan konvensional maupun syariah dan juga UMKM (Andriansyah 2009).

29 Salah satu cara untuk mengembangkan perbankan syariah adalah dengan peningkatan efisiensi kinerja perbankan. Pengembangan perbankan syariah dapat dinilai dari jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK), jumlah penyaluran pembiayaan, aktiva lancar atau total aset, biaya operasional lainnya, pendapatan operasional lainnya. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Pola gambaran untuk menilai perkembangan perbankan syariah (BUS dan BPRS) dapat dinilai dari pertumbuhan jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun perbankan syariah. Peningkatan jumlah DPK yang dimiliki perbankan syariah menunjukkan adanya peningkatan aktivitas dan kegiatan perbankan syariah, khususnya pada fungsi intermediasi sebagai penghimpun dana dari masyarakat. Dana Pihak Ketiga terdiri atas tabungan mudharabah, giro wadiah, tabungan wadiah dan deposito mudharabah. DPK BUS pada tahun 2012 mengalami peningkatan dari Rp triliun menjadi Rp triliun (27.81%), sedangkan pertumbuhan pada tahun 2011 sangat tinggi mencapai 51.80% dari Rp triliun pada tahun 2010 menjadi Rp triliun. Melambatnya pertumbuhan DPK BUS dikarenakan menurunnya imbal bagi hasil seiring dengan menurunnya suku bunga simpanan. Rata-rata tingkat imbal bagi hasil tahun 2011 sebesar 5.06% dan tahun 2012 hanya sebesar 4.60%, sedangkan imbalan deposito tahun 2011 rata-rata sebesar 7.40% dan tahun 2012 hanya sebesar 6.40%. Selain itu, penarikan dana haji oleh Kementrian Agama sebesar Rp 4.02 triliun juga ikut memberikan pengaruh terhadap total DPK perbankan syariah. Namun, pada tahun 2013 DPK perbankan syariah meningkat menjadi Rp triliun. Walaupun secara nominal pertumbuhan DPK mengalami pelambatan, namun dari sisi jumlah rekening terjadi peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan tahun Pada tahun 2013 meningkat menjadi 12.3 juta rekening. Perkembangan ini menunjukkan dukungan kuat perbankan syariah dalam meningkatkan akses keuangan masyarakat. 17 (Triliun Rp) Tahun Sumber: Statistik Perbankan Syariah 2013 Gambar 4 Total Dana Pihak Ketiga Bank Umum Syariah Sedangkan pada BPRS perkembangan DPK yang dihimpun menunjukkan kondisi yang cukup baik. Hal ini disebabkan oleh kemampuan BPRS yang berhasil mempertahankan tingkat bagi hasil yang kompetitif sehingga dapat mempertahankan nasabah lama dan mampu menarik nasabah baru.

30 18 Pertumbuhan DPK pada tahun 2013 lebih baik dibandingkan pada tahuntahun sebelumnya. Total aset BPRS mengalami peningkatan secara persentase sebesar 34.12% pada tahun Sedangkan BPR Konvensional hanya sebesar 12.60%. Namun, total DPK BPRS masih rendah jika dibandingkan dengan BPR Konvensional. Pada tahun 2013 total DPK BPR Konvensional sebesar Rp triliun sedangkan pada BPRS sebesar Rp 3.66 triliun. Rendahnya total DPK yang dimiliki BPRS disebabkaan total rekening nasabah yan dikelola BPRS juga masih pada kisaran juta rekening pada tahun (Triliun Rp) Tahun Sumber: Statistik Perbankan Syariah 2013 Gambar 5 Total Dana Pihak Ketiga Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Perkembangan Penyaluran Pembiayaan Gambaran perkembangan perbankan syariah juga dapat dilihat dari pertumbuhan penyaluran pembiayaan oleh perbankan syariah. Pertumbuhan pembiayaan yang disalurkan dapat menunjukkan perkembangan aktivitas perbankan syariah dalam menyalurkan dana dari shahibul maal (pemilik modal) ke mudharib (pihak yang membutuhkan modal). (Triliun Rp) Tahun Sumber: Statistik Perbankan Syariah 2013 Gambar 6 Total Pembiayaan Bank Umum Syariah Pembiayaan perbankan syariah pada tahun 2012 mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2010 pembiayaan yang diberikan sebesar Rp triliun meningkat menjadi Rp triliun pada tahun Sedangkan pada tahun 2013 terjadi peningkatan sebesar 24.82% menjadi Rp triliun.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan jenis data sekunder

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan jenis data sekunder 29 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan jenis data sekunder yang diambil dari beberapa sumber, yaitu data Statistik Perbankan Syariah (SPS)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan intermediasi memandang bahwa sebuah lembaga keuangan

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan intermediasi memandang bahwa sebuah lembaga keuangan BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Pada penelitian ini menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA). Ruang lingkup pada penelitian ini ialah menganalisis pengaruh efisiensi kinerja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. Tabel 2. 1 penelitian terdahulu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. Tabel 2. 1 penelitian terdahulu 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka Tabel 2. 1 penelitian terdahulu Nama Peneliti/Tahun Penelitian Nurlaili Adilho dan Eni Setyowati, 2014 Suliyanto dan Dian Purnomo Jati,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sektor keuangan, terutama industri perbankan, berperan sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sektor keuangan, terutama industri perbankan, berperan sangat penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor keuangan, terutama industri perbankan, berperan sangat penting bagi aktivitas perekonomian. Bank adalah lembaga keuangan terpenting dan sangat mempengaruhi perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan lahirnya UU No 7 Tahun1992 tentang perbankan nasional Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dengan lahirnya UU No 7 Tahun1992 tentang perbankan nasional Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagasan tenang perbankan syariah di Indonesia secara formal sebenarnya telah di wacanakan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang membahas tentang perbankan pada tahun

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan metode penelitian yang akan dilakukan sesuai dengan kerangka penelitian yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya. Studi mengenai efisiensi perbankan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. nilai-nilai normatif dan rambu-rambu Ilahi (Antonio, 2001).

BAB 1 PENDAHULUAN. nilai-nilai normatif dan rambu-rambu Ilahi (Antonio, 2001). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem ekonomi syariah atau biasa disebut dengan Ekonomi Islam, semakin popular bukan hanya di negara-negara Islam tapi bahkan juga di negaranegara barat. Banyak

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Sudah banyak sekali penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai efisiensi dari DMU,

BAB III METODOLOGI. Sudah banyak sekali penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai efisiensi dari DMU, BAB III METODOLOGI III. 1 Metode Pengukuran Efisiensi Perbankan Sudah banyak sekali penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai efisiensi dari DMU, hal ini terbukti dari jumlah penelitian yang berjumlah

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. intermediasi. Aset, deposito dan beban personalia sebagai faktor input serta Kredit

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. intermediasi. Aset, deposito dan beban personalia sebagai faktor input serta Kredit BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 1.1 Objek Penelitian Penelitian ini menganalisis efisiensi teknik bank persero dengan pendekatan intermediasi. Aset, deposito dan beban personalia sebagai faktor input

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan bank syariah di Indonesia menunjukan arah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan bank syariah di Indonesia menunjukan arah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan bank syariah di Indonesia menunjukan arah peningkatan, menurut data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), kini sudah ada 12 Bank Umum Syariah (BUS),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejak adanya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah

BAB I PENDAHULUAN. sejak adanya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Eksistensi perbankan syariah di Indonesia saat ini semakin meningkat sejak adanya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah yang memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama untuk membiayai investasi perusahaan. 1 Di Indonesia terdapat dua jenis

BAB I PENDAHULUAN. terutama untuk membiayai investasi perusahaan. 1 Di Indonesia terdapat dua jenis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, peran lembaga keuangan sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan perekonomian Indonesia. Menurut SK Menkeu RI No. 792 Tahun 1990, lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konvensional yang tumbuh berkisar 8%. (Otoritas Jasa Keuangan, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. konvensional yang tumbuh berkisar 8%. (Otoritas Jasa Keuangan, 2015). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan bisnis perbankan syariah pada tahun 2015 memasuki fase menurun. Pertumbuhan aset yang sempat mencapai 49% pada tahun 2013 mengalami penurunan drastis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perantara jasa keuangan (financial intermediary), memiliki tugas pokok yaitu

BAB I PENDAHULUAN. perantara jasa keuangan (financial intermediary), memiliki tugas pokok yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank syariah sebagaimana bank konvensional memiliki fungsi sebagai perantara jasa keuangan (financial intermediary), memiliki tugas pokok yaitu menghimpun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhinya, baik kebutuhan primer, sekunder maupun tersier. Ada kalanya

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhinya, baik kebutuhan primer, sekunder maupun tersier. Ada kalanya BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat memiliki kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhinya, baik kebutuhan primer, sekunder maupun tersier. Ada kalanya masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi tidak lepas dari peranan sektor perbankan sebagai lembaga pembiayaan bagi sektor riil. Pembiayaan yang diberikan sektor perbankan kepada sektor riil

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Pemilihan Sampel Penelitian menggunakan sampel data sekunder yang diperoleh melalui akses data terhadap Laporan tahunan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi syariah secara konsisten telah menunjukan perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di wilayah mesir pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bunga baik tabungan, deposito, pinjaman, dll.

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bunga baik tabungan, deposito, pinjaman, dll. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan dan perkembangan ekonomi global sangat mempengaruhi pertumbuhan perekonomian di Indonesia. Salah satunya perubahan perubahan pada nilai suatu mata uang Rupiah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Deskripsi Objek Penelitian Perkembangan Bank Syariah di Indonesia sangat pesat. Ini di buktikan dengan bertambahnya kantor, tenaga kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan prinsip bagi hasil dan menghindari unsur-unsur spekulatif yang

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan prinsip bagi hasil dan menghindari unsur-unsur spekulatif yang BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Sistem perbankan Islam atau lebih dikenal dengan bank syariah merupakan bank yang kegiatannya tidak menggunakan prinsip berdasarkan bunga, melainkan menggunakan prinsip

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan data tahunan dari tahun 2006 sampai 2011. Sumber data berasal dari Bank

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga mengalami penurunan yaitu industri perbankan Indonesia. Dengan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. juga mengalami penurunan yaitu industri perbankan Indonesia. Dengan mengalami 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bank Indonesia (BI) memprediksi tahun 2016 ini, fundamental ekonomi Indonesia kedepan akan semakin membaik dan lebih kokoh dengan stabilitas yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting dalam perekonomian suatu Negara, yaitu sebagai lembaga intermediasi antara pihak yang

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank sangat penting dan berperan untuk mendorong pertumbuhan perekonomian suatu bangsa karena bank selaku stabilisator moneter mempunyai kewajiban ikut serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan perbankan syariah di Indonesia telah muncul pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan perbankan syariah di Indonesia telah muncul pada tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan perbankan syariah di Indonesia telah muncul pada tahun 1991. Seiring diberlakukannya Undang-undang No.7 tahun 1992, yang mengizinkan operasional bank dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting di dalam perekonomian suatu Negara yaitu sebagai lembaga perantara keuangan. Sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam perekonomian suatu negara. Menurut Undang Undang Nomor 10 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. dalam perekonomian suatu negara. Menurut Undang Undang Nomor 10 Tahun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industri perbankan merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam perekonomian suatu negara. Menurut Undang Undang Nomor 10 Tahun 1998 salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (riba), serta larangan untuk berinvestasi pada usaha usaha berkategori terlarang

BAB I PENDAHULUAN. (riba), serta larangan untuk berinvestasi pada usaha usaha berkategori terlarang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Awal kelahiran sistem perbankan syariah di latar belakangi oleh pembentukan sistem berdasarkan adanya larangan dalam agama Islam untuk meminjamkan atau memungut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN (pakjun 1983) dan paket kebijakan oktober 1988 (pakto 1988). Deregulasi

BAB I PENDAHULUAN (pakjun 1983) dan paket kebijakan oktober 1988 (pakto 1988). Deregulasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia perbankan di Indonesia sangat pesat setelah terjadi deregulasi di bidang keuangan, moneter dan perbankan pada paket kebijakan Juni 1983 (pakjun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Efisiensi merupakan indikator penting dalam mengukur kinerja keseluruhan dari aktiva suatu perusahaan. Efisiensi sering diartikan bagaimana suatu perusahaan dapat berproduksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perbankan syariah di Indonesia diawali dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) pada tanggal 1 November 1991 yang kemudian diikuti dengan keluarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah atau Bank Islam yang secara umum pengertian Bank Islam

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah atau Bank Islam yang secara umum pengertian Bank Islam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbankan Syari ah atau Bank Islam yang secara umum pengertian Bank Islam (Islamic Bank) adalah bank yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat Islam.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan terpenting dan sangat. bank bagi perkembangan dunia usaha juga dinilai cukup signifikan, dimana bank

I. PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan terpenting dan sangat. bank bagi perkembangan dunia usaha juga dinilai cukup signifikan, dimana bank I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Bank merupakan lembaga keuangan terpenting dan sangat mempengaruhi perekonomian baik secara mikro maupun secara makro. Peran bank bagi perkembangan dunia usaha juga dinilai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti efisiensi pada bank syariah dan bank konvensional yang ada di Indonesia. Pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang terjadi di Amerika Serikat. Pada waktu itu bank- bank sentral

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang terjadi di Amerika Serikat. Pada waktu itu bank- bank sentral BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Agustus 2007 dapat dikatakan sebagai awal resmi dimulainya krisis keuangan yang terjadi di Amerika Serikat. Pada waktu itu bank- bank sentral harus turun tangan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut UU No.10 tahun 1998 : Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. serangkaian deregulasi yang diterbitkan oleh Bank Indonesia (BI) telah membawa

I. PENDAHULUAN. serangkaian deregulasi yang diterbitkan oleh Bank Indonesia (BI) telah membawa I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Perbankan nasional sebagai salah satu media lalu lintas keuangan global, memegang peranan penting bagi stabilitas sistem keuangan nasional. Melalui serangkaian deregulasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan tersebut semakin membaik pada akhir 2015 seiring dengan. semakin baik (Laporan Tahunan Perbankan, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan tersebut semakin membaik pada akhir 2015 seiring dengan. semakin baik (Laporan Tahunan Perbankan, 2015). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi domestik pada tahun 2015 mengalami perlambatan, yaitu sebesar 4,79% dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 5,02% (Berita Resmi Statistik No.16/02/Th.XIX,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Bank Semua sektor usaha baik sektor industri, perdagangan, pertanian, perkebunan, jasa, perumahan, dan lainnya sangat membutuhkan bank sebagai mitra dalam mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mana didasarkan pada Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 sebagai landasan

BAB I PENDAHULUAN. mana didasarkan pada Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 sebagai landasan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank merupakan lembaga keuangan atau perusahaan yang bergerak di bidang keuangan. Bank syariah pertama berdiri di Indonesia sekitar tahun 1992 di mana didasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi (financial intermediary) yaitu lembaga keuangan yang berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi (financial intermediary) yaitu lembaga keuangan yang berfungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bank dalam menjalankan aktivitasnya berfungsi sebagai lembaga intermediasi (financial intermediary) yaitu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai perantara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ialah pihak manajemen, pemilik, pemerintah, karyawan dan investor.

BAB I PENDAHULUAN. ialah pihak manajemen, pemilik, pemerintah, karyawan dan investor. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan keuangan merupakan sumber informasi atas kinerja perusahaan. Kondisi suatu perusahaan, dapat tercermin dari laporan keuangan yang disajikan. Walaupun tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi syariah dalam beberapa tahun belakangan ini mengalami. perkembangan yang signifikan terutama di bidang perbankan.

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi syariah dalam beberapa tahun belakangan ini mengalami. perkembangan yang signifikan terutama di bidang perbankan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Ekonomi syariah dalam beberapa tahun belakangan ini mengalami perkembangan yang signifikan terutama di bidang perbankan. Perkembangan perbankan syariah di indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perbankan di Indonesia semakin diramaikan dengan berdirinya bank-bank

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perbankan di Indonesia semakin diramaikan dengan berdirinya bank-bank BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbankan di Indonesia semakin diramaikan dengan berdirinya bank-bank umum syariah dan juga unit-unit usaha syariah. Tumbuhnya perbankan syariah tersebut memberikan

Lebih terperinci

Mengukur Tingkat Efisiensi Bank Pembiayaan Rakyat Syari ah dengan Menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA)

Mengukur Tingkat Efisiensi Bank Pembiayaan Rakyat Syari ah dengan Menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA) Mengukur Tingkat Efisiensi Bank Pembiayaan Rakyat Syari ah dengan Menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA) Arif Ramadhan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah Surakarta Didit Purnomo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan di Indonesia memiliki peranan penting bagi pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan di Indonesia memiliki peranan penting bagi pertumbuhan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang. Perbankan di Indonesia memiliki peranan penting bagi pertumbuhan perekonomian negara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perbankan syariah juga merupakan salah satu hal yang cukup berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. perbankan syariah juga merupakan salah satu hal yang cukup berpengaruh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Selama tahun 2012, perbankan syariah Indonesia mengalami tantangan yang cukup berat dengan mulai dirasakannya dampak melambatnya pertumbuhan perekononomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian UU No. 23/1999 tentang Bank Indonesia dinyatakan berlaku pada tanggal 17 Mei 1999 dan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dasarkan atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, bahwa Sistem

BAB I PENDAHULUAN. dasarkan atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, bahwa Sistem 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Praktik perbankan di Indonesia saat ini menganut dual banking system, yaitu adanya bank konvensional dan bank syariah. Sistem ini di dasarkan atas Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perbankan memiliki peranan yang sangat strategis dalam menunjang berjalannya roda perekonomian dan pembangunan nasional mengingat fungsinya sebagai lembaga

Lebih terperinci

hidup rakyat (Anshori:2009:226). Mengingat semakin berkembangnya zaman

hidup rakyat (Anshori:2009:226). Mengingat semakin berkembangnya zaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, perbankan menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki kelebihan dana

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, perbankan menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki kelebihan dana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan berperan dalam mempermudah proses pengalihan dana dari pihak yang kelebihan dana pada pihak yang membutuhkan dana, untuk melakukan proses tersebut, perbankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian melalui fungsinya sebagai intermediary service, stabilitas ekonomi di lain pihak.

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian melalui fungsinya sebagai intermediary service, stabilitas ekonomi di lain pihak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lembaga perbankan sebagai salah satu lembaga keuangan mempunyai peran yang penting bagi aktivitas perekonomian. Lembaga keuangan (bank) merupakan lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan metode pendekatan syariah Islam yang dapat menjadi alternatif bagi masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. dengan metode pendekatan syariah Islam yang dapat menjadi alternatif bagi masyarakat, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak sepuluh tahun terakhir di Indonesia telah diperkenalkan suatu sistem perbankan dengan metode pendekatan syariah Islam yang dapat menjadi alternatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pembangunan nasional yang berfungsi sebagai financial. pihak-pihak yang memerlukan dana (Mahardian, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pembangunan nasional yang berfungsi sebagai financial. pihak-pihak yang memerlukan dana (Mahardian, 2008). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri perbankan merupakan industri yang penuh dengan resiko, terutama karena melibatkan pengelolaan uang masyarakat dan diputar dalam bentuk berbagai investasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak lain untuk pembiayaan dengan prinsip bagi hasil (mudharabah),

BAB I PENDAHULUAN. pihak lain untuk pembiayaan dengan prinsip bagi hasil (mudharabah), A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Bank syariah melakukan kegiatan operasionalnya dengan menghimpun dana dari masyarakat, dana yang telah dihimpun kemudian akan disalurkan kembali kepada nasabah

Lebih terperinci

Kinerja Beberapa Bank Syariah Berdasar Tingkat Efisiensi Melalui Pengukuran DEA

Kinerja Beberapa Bank Syariah Berdasar Tingkat Efisiensi Melalui Pengukuran DEA Kinerja Beberapa Bank Syariah Berdasar Tingkat Efisiensi Melalui Pengukuran DEA Pinaestri Cahyaningsih Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah Surakarta cahyaningsih121@gmail.com Didit Purnomo

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Indikator Utama Perbankan Syariah (dalam milyar rupiah)

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Indikator Utama Perbankan Syariah (dalam milyar rupiah) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Titik kulminasi regulasi perbankan syariah terjadi pada tahun 1998. Pada tahun itu diberlakukan UU No. 10 Tahun 1998. Undang-undang tersebut merupakan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediaries) yang menyalurkan dana dari pihak yang berkelebihan dana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana (defisit unit). Bank syariah secara resmi

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana (defisit unit). Bank syariah secara resmi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting di dalam perekonomian suatu negara. Bank berfungsi sebagai Financial Intermediary, yaitu suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Pemikiran 2.1.1 Landasan Teori 2.1.1.1 Pengertian Bank Menurut Kasmir (2012), bank dapat diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. triwulan I dan II 2012, dimana ekonomi tumbuh secara berturut turut sebesar

BAB I PENDAHULUAN. triwulan I dan II 2012, dimana ekonomi tumbuh secara berturut turut sebesar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Perekonomian Indonesia triwulan III 2012 tumbuh solid 6,17%. Pertumbuhan yang tetap berada pada kisaran 6% ini melanjutkan kinerja positif triwulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu badan usaha terus-menerus memperoleh laba, ini berarti kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. suatu badan usaha terus-menerus memperoleh laba, ini berarti kelangsungan hidup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memperoleh laba merupakan tujuan utama berdirinya suatu badan usaha, baik badan usaha yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT), Yayasan maupun bentuk-bentuk badan usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi sebagai financial intermediary atau perantara pihak yang kelebihan dana dengan pihak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. popular bukan hanya di negara-negara Islam tapi bahkan juga di negara-negara

BAB 1 PENDAHULUAN. popular bukan hanya di negara-negara Islam tapi bahkan juga di negara-negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem ekonomi syariah atau biasa disebut dengan Ekonomi Islam, semakin popular bukan hanya di negara-negara Islam tapi bahkan juga di negara-negara barat. Banyak kalangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia ekonomi di Indonesia semakin meningkat. Hal ini tidak

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia ekonomi di Indonesia semakin meningkat. Hal ini tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini perkembangan dunia ekonomi di Indonesia semakin meningkat. Hal ini tidak terlepas dari peran semakin meningkatnya sektor usaha mikro, kecil dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. prinsip bagi hasil dan risiko (profit and loss sharing). Sebagai bagian dari sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. prinsip bagi hasil dan risiko (profit and loss sharing). Sebagai bagian dari sistem BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia perbankan merupakan salah satu institusi yang sangat berperan dalam bidang perekonomian suatu Negara, khususnya di bidang pembiayaan perekonomian. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsumtif sehingga pertumbuhan ekonomi dapat terwujud.

BAB I PENDAHULUAN. konsumtif sehingga pertumbuhan ekonomi dapat terwujud. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu negara dapat dilihat dari kinerja dan tingkat perekonomian yang dihasilkan, dimana salah satu faktor yang mendorong pertumbuhan ekonomi suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang mengalami kelebihan dana untuk di produktifkan pada sektorsektor

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang mengalami kelebihan dana untuk di produktifkan pada sektorsektor 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lembaga kepercayaan dengan tugas pokok menjadi perantara antara pihak yang mengalami kelebihan dana untuk di produktifkan pada sektorsektor yang mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh 19,7% tahun 2015, jauh lebih tinggi dari tahun triliun menjadi Rp triliun hingga akhir tahun.

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh 19,7% tahun 2015, jauh lebih tinggi dari tahun triliun menjadi Rp triliun hingga akhir tahun. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memproyeksikan laba perbankan akan tumbuh 19,7% tahun 2015, jauh lebih tinggi dari tahun 2014 yang pertumbuhannya hanya 5%. Secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Arsitektur Perbankan Indonesia (API). untuk menghadirkan alternatif jasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Arsitektur Perbankan Indonesia (API). untuk menghadirkan alternatif jasa 9 2.1 Perbankan Syariah BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengembangan sistem perbankan syariah di Indonesia dilakukan dalam kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka Arsitektur Perbankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 80 % dari keseluruhan system keuangan (Abidin, 2007).Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 80 % dari keseluruhan system keuangan (Abidin, 2007).Perkembangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Syakir (2004), lembaga keuangan khususnya perbankan di Indonesia telah menjadi tulang punggung perekonomian negara dimana sebagai salah satu pelaku utama.

Lebih terperinci

sejak zaman Rasulullah, seperti pembiayaan, penitipan harta, pinjam-meminjam uang, bahkan pengiriman uang. Akan tetapi, pada saat itu, fungsi-fungsi

sejak zaman Rasulullah, seperti pembiayaan, penitipan harta, pinjam-meminjam uang, bahkan pengiriman uang. Akan tetapi, pada saat itu, fungsi-fungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan fungsi-fungsi perbankan sebenarnya telah menjadi tradisi sejak zaman Rasulullah, seperti pembiayaan, penitipan harta, pinjam-meminjam uang, bahkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non. membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non. membutuhkan kajian teori sebagai berikut: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan( NPL), Likuiditas dan Efisiensi Operasional Terhadap Profitabilitas Perusahaan Perbankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Yuliani, 2007) (Dendawijaya,2006:120).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Yuliani, 2007) (Dendawijaya,2006:120). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perbankan mempunyai peranan penting dalam membangun sistem perekonomian Indonesia. Bank sebagai lembaga keuangan berfungsi sebagai intermediasi atau perantara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian terdahulu yang dijadikan acuan adalah milik Hetty Puspita

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian terdahulu yang dijadikan acuan adalah milik Hetty Puspita BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang dijadikan acuan adalah milik Hetty Puspita Yuliani (2012) yang berjudul Pengaruh LDR, IPR,LAR,APB,NPL, IRR, PDN, BOPO, FBIR, FACR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pertama kali yang berdiri di Indonesia yaitu Bank Muamalat dapat membuktikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pertama kali yang berdiri di Indonesia yaitu Bank Muamalat dapat membuktikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 1997, Indonesia mengalami krisis moneter yang mampu merubah perekonomian menjadi sangat terpuruk. Hal ini berakibat kepada perusahaanperusahaan yang ada

Lebih terperinci

DAFTAR GAMBAR Bank Umum Syariah Berdasarkan Jumlah Aset dan DPK per Juni 2012

DAFTAR GAMBAR Bank Umum Syariah Berdasarkan Jumlah Aset dan DPK per Juni 2012 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISTILAH 1 PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 8 Tujuan Penelitian 9 Novelty dan Manfaat Penelitian 9 Ruang Lingkup Penelitian 9

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus unit)

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus unit) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank merupakan sebuah lembaga intermediasi yang berfungsi sebagai perantara keuangan antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus unit) dengan pihak-pihak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-Qur an

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-Qur an BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tinjauan Umum Perbankan Syariah 2.1.1.1 Pengertian Bank Syariah Bank syariah merupakan lembaga keuangan perbankan yang operasional dan produknya dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. /atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak.

BAB I PENDAHULUAN. /atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan /atau bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit) dengan pihak-pihak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan tingkat perekonomian yang terjadi di Indonesia, peningkatan pertumbuhan pada sektor ekonomi perbankan juga terjadi. Saat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat dan stabil. Sistem keuangan negara Indonesia sendiri terdiri dari tiga

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat dan stabil. Sistem keuangan negara Indonesia sendiri terdiri dari tiga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi suatu negara pada umumnya tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhan dan perkembangan dari para pelaku ekonomi yang menjalankan kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peran lembaga keuangan tersebut menjadi sangat penting. taraf hidup rakyat banyak (UU RI No. 10 tahun 1998).

BAB I PENDAHULUAN. peran lembaga keuangan tersebut menjadi sangat penting. taraf hidup rakyat banyak (UU RI No. 10 tahun 1998). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan perekonomian di Indonesia saat ini yang semakin maju tentunya sangat membutuhkan ketersediaan dan peran serta lembaga keuangan. Untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama suatu bank adalah menghimpun dana dari masyarakat melalui simpanan

BAB I PENDAHULUAN. utama suatu bank adalah menghimpun dana dari masyarakat melalui simpanan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam menjalankan usahanya sebagai lembaga intermediasi keuangan, kegiatan bank sehari-hari tidak dapat dipisahkan dari bidang keuangan. Kegiatan utama suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Bank Syariah Menurut Undang undang nomor 10 Tahun 1998, Bank Umum adalah Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikeluarkanya paket kebijakan Menteri Keuangan pada Desemeber 1983 yang

BAB I PENDAHULUAN. dikeluarkanya paket kebijakan Menteri Keuangan pada Desemeber 1983 yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerapan ekonomi syariah di Indonesia secara historis dimulai sejak dikeluarkanya paket kebijakan Menteri Keuangan pada Desemeber 1983 yang dikenal dengan pakdes 1983.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi dapat bermanfaat untuk pertumbuhan ekonomi, perlu disalurkan. kegiatan yang produktif. (AnggrainiPutri,2011)

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi dapat bermanfaat untuk pertumbuhan ekonomi, perlu disalurkan. kegiatan yang produktif. (AnggrainiPutri,2011) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi yang terjadi saat ini telah merubah aspek dalam ekonomi, politik serta budaya. Ekonomi lebih cepat tumbuh membuat lebih banyak pula modal yang diperlukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lembaga perbankan sebagai lembaga intermediasi mempunyai peran yang sangat penting dalam sebuah perekonomian agar tumbuh dan berkembang, dan juga sebagai gambaran ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan perekonomian mencakup semua sektor, baik sektor industri. (manufaktur), jasa, dan perbankan. Perkembangan perekonomian ini

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan perekonomian mencakup semua sektor, baik sektor industri. (manufaktur), jasa, dan perbankan. Perkembangan perekonomian ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perekonomian dunia sekarang ini mengalami kemajuan yang luar biasa. Kemajuan perekonomian mencakup semua sektor, baik sektor industri (manufaktur), jasa,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Perbankan Syariah Bank Umum Syariah adalah bank syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Menurut Undang-Undang No. 21 Tahun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Banking atau disebut juga Interest Free Banking. Menurut Muhammad. produknya dikembangkan berdasarkan Al-Qur an dan Hadist.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Banking atau disebut juga Interest Free Banking. Menurut Muhammad. produknya dikembangkan berdasarkan Al-Qur an dan Hadist. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Bank Syariah Perbankan syariah dalam dunia internasional dikenal sebagai Islamic Banking atau disebut juga Interest Free Banking. Menurut Muhammad

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tulang punggung perekonomian negara dimana sebagai salah satu pelaku. keseluruhan sistem keuangan (Abidin, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. tulang punggung perekonomian negara dimana sebagai salah satu pelaku. keseluruhan sistem keuangan (Abidin, 2007). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang terencana dan berkesinambungan dimana tersusun dalam Repelita. Bertolak dari hal tersebut industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya sektor usaha. Perbankan sebagai lembaga perantara (intermediate)

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya sektor usaha. Perbankan sebagai lembaga perantara (intermediate) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perbankan memiliki peran penting dalam perekonomian suatu negara. Kinerja perbankan yang kuat akan menopang berbagai sektor ekonomi termasuk didalamnya sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan rakyat Indonesia yang lebih sejahtera. Pembangunan dalam sektor

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan rakyat Indonesia yang lebih sejahtera. Pembangunan dalam sektor 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional menjadi salah satu fokus utama pemerintah untuk menjadikan rakyat Indonesia yang lebih sejahtera. Pembangunan dalam sektor ekonomi menjadi salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga sebagai perantara (financial intermediary) bagi mereka yang memiliki dana

BAB I PENDAHULUAN. juga sebagai perantara (financial intermediary) bagi mereka yang memiliki dana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bank dalam kehidupan masyarakat modern merupakan lembaga yang sulit untuk dihindari keberadaannya, sehingga menimbulkan ketergantungan bagi masyarakat. Bank

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu badan usaha atau institusi yang kekayaannya terutama dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. suatu badan usaha atau institusi yang kekayaannya terutama dalam bentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga keuangan syariah (syariah financial institution) merupakan suatu badan usaha atau institusi yang kekayaannya terutama dalam bentuk aset-aset keuangan (financial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perbankan memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan stabilitas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perbankan memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan stabilitas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perbankan memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan stabilitas ekonomi suatu negara. Sebab sektor perbankan mempunyai tugas utama sebagai lembaga penghimpun

Lebih terperinci