BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Undang Undang Kesehatan No 36/2009 telah diamanatkan bahwa kesehatan lingkungan diselenggarakan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat terhadap sarana sanitasi seperti di tempat tempat umum, dilingkungan pemukiman, perumahan, hotel, sekolah, fasyankes, tempat pengolahan makanan, fasilitas umum dan sarana air minum, baik dalam situasi normal maupun dalam situasi darurat akibat bencana alam. Peraturan Pemerintah nomor 66 tahun 2015 tentang Kesehatan Lingkungan menjelaskan pengertian kesehatan lingkungan yang adalah upaya pencegahan penyakit dan/atau gangguan kesehatan dari faktor risiko lingkungan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik, kimia, biologi, maupun sosial. Sebagai instansi pemerintah Direktorat Penyehatan Lingkungan berkewajiban untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya untuk menyiapkan, menyusun dan menyampaikan laporan kinerja secara tertulis. Laporan kinerja memuat laporan tentang capaian kinerja Direktorat Penyehatan Lingkungan dalam satu tahun anggaran yang dikaitkan dengan proses pencapaian tujuan dan sasaran kegiatan serta menjelaskan keberhasilan dan kegagalan tingkat kinerja yang dicapainya. Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Kesehatan Lingkungan Tahun 2016 disusun berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 64 Th 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan serta mengacu pada PermenPAN dan RB Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang merupakan laporan pertanggungjawaban kinerja Direktorat Kesehatan Lingkungan Tahun 2016, sebagaimana telah ditetapkan dalam Rencana Kerja Direktorat Kesehatan Lingkungan (TAPJA) dan Rencana Kerja Tahunan (RKT) Tahun B. Maksud dan Tujuan Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2016 bertujuan untuk memberikan gambaran terhadap pencapaian target kinerja sebagaimana yang telah ditetapkan didalam kontrak kerja selama satu tahun anggaran dan sebagai perwujudan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya sebagaimana yang telah ditetapkan dalam dokumen perencanaan. C. Tugas Pokok dan Fungsi Kelembagaan Direktorat Kesehatan Lingkungan seperti tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 64 Th 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, Bab IV, Bagian Kelima, Pasal 181 mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta Halaman 1 dari 82

2 pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang kesehatan lingkungan. Dalam Pasal 182 Direktorat Kesehatan Lingkungan menyelenggarakan fungsi : 1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang penyehatan air dan sanitasi dasar, penyehatan pangan, dan penyehatan udara, tanah, dan kawasan, serta pengamanan limbah dan radiasi; 2. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang penyehatan air dan sanitasi dasar, penyehatan pangan, dan penyehatan udara, tanah, dan kawasan, serta pengamanan limbah dan radiasi; 3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang penyehatan air dan sanitasi dasar, penyehatan pangan, dan penyehatan udara, tanah, dan kawasan, serta pengamanan limbah dan radiasi; 4. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang penyehatan air dan sanitasi dasar, penyehatan pangan, dan penyehatan udara, tanah, dan kawasan, serta pengamanan limbah dan radiasi; 5. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang penyehatan air dan sanitasi dasar, penyehatan pangan, dan penyehatan udara, tanah, dan kawasan, serta pengamanan limbah dan radiasi; dan 6. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat. Dalam Pasal 183 disebutkan bahwa Direktorat Kesehatan Lingkungan terdiri atas : a. Sub Direktorat Penyehatan Air dan Sanitasi Dasar; b. Sub Direktorat Penyehatan Pangan; c. Sub Direktorat Penyehatan Udara, Tanah dan Kawasan; d. Sub Direktorat Pengamanan Limbah dan Radiasi; e. Sub Bagian Tata Usaha; f. Kelompok Jabatan Fungsional. D. Sistimatika Penulisan Sistematika laporan yang dianjurkan adalah sebagai berikut: Bab I Pendahuluan Bab II Perencanaan dan Perjanjian Kinerja A. Perencanaan Kinerja B. Rencana Kinerja Tahunan C. Perjanjian Kinerja Bab III Akuntabilitas Kinerja A. Pengukuran Kinerja B. Analisis Pencapaian Kinerja C. Sumber Daya Bab VI Kesimpulan Lampiran: 1. Perjanjian Kinerja 2. Lain lain yang dianggap perlu Halaman 2 dari 82

3 BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. Perencanaan Kinerja Arah kebijakan dan strategi Kementerian Kesehatan didasarkan pada arah kebijakan dan strategi nasional sebagaimana tercantum di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Strategis (Renstra) Tahun , yang merupakan dokumen perencanaan yang bersifat indikatif yang memuat program-program pembangunan kesehatan yang akan dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan dalam kurun waktu selama 5 tahun. Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan, dan dengan mengacu pada Renstra dan RPJMN sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 maka Direktorat Kesehatan Lingkungan melakukan berbagai macam strategi penerapan sesuai visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan yang sekaligus juga menjadi pedoman dalam penyusunan rencana kinerja yang akan dicapai dan diimplementasikan dalam bentuk kegiatan, indikator kinerja, target sasaran program pada tahun berjalan. Pada tahun 2015 Direktorat Kesehatan Lingkungan telah membuat rencana tahunan dan target kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahun 2016 dengan 7 indikator, dan pada awal tahun 2016 menetapkan kinerja dan target yang akan dicapai untuk satu tahun anggaran yang akan dilaksanakan dan dipertanggungjawabkan pada akhir anggaran tahun Visi dan Misi Dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tidak ada visi dan misi, namun mengikuti visi dan misi Presiden Republik Indonesia yaitu Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong" Upaya untuk mewujudkan visi tersebut, melalui 7 misi pembangunan : 1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan. 2. Mewujudkan masyarakat Indonesia yang maju, berkeseimbangan, dan demokratis. 3. Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim. 4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera. 5. Mewujudkan bangsa Indonesia yang berdaya saing. 6. Mewujudkan Indonesia sebagai negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional. 7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan. Sedangkan 9 program prioritasnya yang dikenal dengan Nawa Cita adalah : Halaman 3 dari 82

4 1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga negara, melalui pelaksanaan politik luar negeri bebas aktif, keamanan nasional yang terpercaya dan pembangunan pertahanan negara Tri Matra terpadu yang dilandasi kepentingan nasional dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim. 2. Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintahan bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya. 3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan. 4. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya. 5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia, melalui peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan dengan program Indonesia Pintar wajib belajar 12 tahun bebas pungutan. 6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional, sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya. 7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakan sektor-sektor strategis ekonomi domestik. 8. Melakukan revolusi karakter bangsa, melalui kebijakan penataan kembali kurikulum pendidikan nasional dengan mengedepankan aspek pendidikan kewarganegaraan. 9. Memperteguh Kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia, melalui kebijakan memperkuat pendidikan kebhinekaan dan menciptakan ruang-ruang dialog antarwarga. Kementerian Kesehatan mempunyai peran dan berkontribusi dalam tercapainya seluruh Nawa Cita terutama dalam meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Dalam RPJMN sasaran pembangunan kesehatan meliputi : 1. Meningkatnya status kesehatan dan gizi masyarakat 2. Meningkatnya pengendalian penyakit menular dan tidak menular 3. Meningkatnya pemerataan dan mutu pelayanan kesehatan 4. Meningkatnya perlindungan finansial, ketersediaan, penyebaran dan mutu obat serta sumber daya kesehatan Strategi pembangunan kesehatan meliputi : 1. Akselerasi pemenuhan akses pelayanan kesehatan ibu, anak, remaja dan lanjut usia yang berkualitas. 2. Mempercepat perbaikan gizi masyarakat. 3. Meningkatkan pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan. 4. Meningkatkan akses pelayanan kesehatan dasar yang berkualitas. 5. Meningkatkan akses pelayanan kesehatan rujukan yang berkualitas. 6. Meningkatkan ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan dan kualitas farmasi dan alat kesehatan. 7. Meningkatkan pengawasan obat dan makanan. Halaman 4 dari 82

5 8. Meningkatkan ketersediaan, penyebaran dan mutu Sumber Daya Manusia Kesehatan. 9. Meningkatkan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat. 10. Menguatkan manajemen, penelitian pengembangan dan system informasi. 11. Memantapkan pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) Bidang Kesehatan. 12. Mengembangkan dan meningkatkan efektifitas pembiayaan kesehatan. Tujuan Kementerian Kesehatan pada tahun yaitu : 1. Meningkatnya status kesehatan masyarakat. 2. Meningkatnya daya tanggap dan perlindungan masyarakat terhadap risiko sosial dan finansial bidang kesehatan. Arah Kebijakan Kementerian Kesehatan mengacu pada 3 hal penting yakni : 1. Penguatan pelayanan kesehatan primer. 2. Penerapan pedekatan keberlanjutan pelayanan. 3. Intervensi berbasis risiko kesehatan. Sasaran Strategis Kementerian Kesehatan meliputi : 1. Meningkatnya kesehatan masyarakat. 2. Meningkatkan pengendalian penyakit yang meliputi sasaran penyehatan lingkungan di dalamnya. 3. Meningkatkan akses dan mutu fasilitas pelayanan kesehatan. 4. Meningkatkan akses, kemandirian dan mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan. 5. Meningkatkan jumlah, jenis, kualitas dan pemerataan tenaga kesehatan. 6. Meningkatnya sinergitas antar kementerian/ lembaga. 7. Meningkatnya daya guna kemitraan dalam dan luar negeri. 8. Meningkatnya integrasi perencanaan, bimbingan teknis dan pemantauan-evaluasi. 9. Meningkatnya efektivitas penelitian dan pengembangan kesehatan. 10. Meningkatnya tata kelola kepemerintahan yang baik dan bersih. 11. Meningkatnya kompetensi kinerja aparatur Kementerian Kesehatan. 12. Meningkatnya system informasi kesehatan integrasi. Sasaran Direktorat Kesehatan Lingkungan yaitu meningkatnya penyehatan dan pengawasan kualitas lingkungan. Berikut adalah tabel indikator sasaran dan target kegiatan Direktorat Kesehatan Lingkungan Tahun : Halaman 5 dari 82

6 Tabel 1. B. Rencana Indikator Kinerja sasaran Tahunan dan target kegiatan Direktorat Kesehatan Lingkungan Tahun No Indikator Tahun (target) Keterangan 1 % Kabupaten/Kota yang memenuhi kualitas kesehatan lingkungan Renstra, RAP, RAK, IKU 2 Jumlah Desa/Kelurahan yang melaksanakan STBM RPJMN, Renstra, RAP, RAK, IKK 3 % Sarana air minum yang dilakukan pengawasan RPJMN, Renstra, RAP, IKK 4 % Tempat- Tempat Umum (TTU) yang memenuhi syarat kesehatan RPJMN, Renstra, RAP, RAK, IKK 5 % RS yang melakukan pengelolaan limbah medis sesuai standar Renstra, RAP, RAK, IKK 6 % Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yang memenuhi syarat kesehatan Renstra, RAP, RAK, IKK 7 Jumlah Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan tatanan kawasan sehat Renstra, RAP, RAK, IKK Rencana kinerja tahunan merupakan penetapan kegiatan tahunan dan indikator kinerja berdasarkan program, kebijakan, dan sasaran yang telah ditetapkan dalam Renstra. Berikut adalah tabel Rencana Kinerja Tahunan Direktorat Penyehatan Lingkungan Tahun 2015 adalah sebagai berikut: Tabel 2. Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Direktorat Kesehatan Lingkungan Tahun 2016 Halaman 6 dari 82

7 SASARAN INDIKATOR KINERJA TARGET Meningkatnya 1. % Kabupaten/Kota yang memenuhi Penyehatan dan kualitas kesehatan lingkungan 25 Pengawasan Kualitas 2. Jumlah Desa/Kelurahan yang Lingkungan melaksanakan STBM % Sarana air minum yang dilakukan pengawasan 35 4.% Tempat- Tempat Umum (TTU) yang memenuhi syarat kesehatan 52 5.% RS yang melakukan pengelolaan limbah medis sesuai standar 6.% Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yang memenuhi syarat kesehatan 7.Jumlah Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan tatanan kawasan sehat C. Perjanjian Kinerja Perjanjian kinerja Direktorat Kesehatan Lingkungan merupakan dokumen kesepakatan/perjanjian kinerja Direktorat Kesehatan Lingkungan selaku pelaksana program di tingkat Eselon II kepada Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat selaku pelaksana program di tingkat Eselon I untuk mewujudkan target-target kinerja sasaran Ditjen Kesehatan Masyarakat pada akhir tahun Perjanjian Kinerja ini disusun berdasarkan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun yang setiap tahunnya dioperasionalkan ke dalam Rencana Kinerja Tahunan (RKT). Penetapan Kinerja Direktorat Kesehatan Lingkungan Tahun 2016 disusun dan ditandatangani oleh Dirjen Kesehatan Masyarakat pada awal tahun 2016 setelah turunnya DIPA dan RKA- KL Tahun Adapun target-target kinerja sasaran yang akan dicapai Direktorat Kesehatan Lingkungan sebagiamana tertuang dalam dokumen Perjanjian Kinerja Direktorat Kesehatan Lingkungan tahun 2016 : Halaman 7 dari 82

8 Tabel 3. Perjanjian Kinerja Direktorat Kesehatan Lingkungan Tahun 2016 SASARAN INDIKATOR KINERJA TARGET Meningkatnya 1. % Kabupaten/Kota yang memenuhi Penyehatan dan kualitas kesehatan lingkungan 25 Pengawasan Kualitas 2. Jumlah Desa/Kelurahan yang Lingkungan melaksanakan STBM % Sarana air minum yang dilakukan pengawasan 35 4.% Tempat- Tempat Umum (TTU) yang memenuhi syarat kesehatan 52 5.% RS yang melakukan pengelolaan limbah medis sesuai standar 15 6.% Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yang memenuhi syarat kesehatan 14 7.Jumlah Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan tatanan kawasan sehat 356 Jumlah Anggaran Kegiatan Penyehatan Lingkungan Rp ,- Total pagu anggaran Satker Direktorat Kesehatan Lingkungan pada awal tahun 2016 sebesar Rp ,-. Kemudian pagu anggaran bertambah dengan masuknya Hibah Terencana Luar Negeri (HLN) PAMSIMAS sebesar Rp ,- sehingga pagu anggaran menjadi Rp ,-. Selanjutnya pagu anggaran mengalami efisiensi sebesar Rp ,- sehingga pagu anggaran menjadi Rp ,-. Kemudian pagu anggaran mengalami refocusing sebesar Rp ,- sehingga pagu anggaran menjadi Rp ,-. Selanjutnya pagu anggaran bertambah dengan masuknya Hibah Langsung Luar Negeri (HLLN) dari Unicef dan WHO sebesar Rp ,- sehingga pagu anggaran di akhir tahun 2016 menjadi Rp ,-. Halaman 8 dari 82

9 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA A. Pengukuran Kinerja Pada Tahun 2016 Direktorat Kesehatan Lingkungan memiliki 7 indikator kinerja sasaran yang meliputi : 1. Persentase Kabupaten/Kota yang memenuhi kualitas kesehatan lingkungan 2. Jumlah Desa/Kelurahan yang melaksanakan STBM 3. Persentase sarana air minum yang dilakukan pengawasan 4. Persentase Tempat- Tempat Umum (TTU) yang memenuhi syarat kesehatan 5. Persentase RS yang melakukan pengelolaan limbah medis sesuai standar 6. Persentase Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yang memenuhi syarat kesehatan 7. Jumlah Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan tatanan kawasan sehat Pada Tahun 2016, 7 indikator telah mencapai target dengan rincian sebagai berikut : Tabel 4. Indikator realisasi kinerja Direktorat Kesehatan Lingkungan Tahun 2016 Halaman 9 dari 82

10 *) Target tercapai Capaian Kinerja Organisasi Direktorat Penyehatan Lingkungan Th 2016 disusun berdasarkan data pengukuran pencapaian sasaran program selama satu tahun anggaran. Capaian kinerja diperoleh melalui penghitungan persentase angka realisasi terhadap angka target. Grafik 1 Capaian Kinerja Direktorat Kesehatan Lingkungan Th *) dalam persen 97,56 98,31 100,00 101,24 101,38 113,09 119,84 133, , Indikator 3 Indikator 6 Indikator 7 Target Indikator 4 Rata-rata Indikator 2 Indikator 5 Indikator 1 Halaman 10 dari 82

11 Indikator 1 : Persentase Kabupaten/Kota yang memenuhi kualitas kesehatan lingkungan Indikator 2 : Jumlah Desa/Kelurahan yang melaksanakan STBM Indikator 3 : Persentase sarana air minum yang dilakukan pengawasan Indikator 4 : Persentase Tempat- Tempat Umum (TTU) yang memenuhi syarat kesehatan Indikator 5 : Persentase RS yang melakukan pengelolaan limbah medis sesuai standar Indikator 6 : Persentase Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yang memenuhi syarat kesehatan Indikator 7 : Jumlah Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan tatanan kawasan sehat Pada tahun 2016, terdapat 4 indikator yang capaian kinerjanya sudah di atas 100 % dan terdapat 3 indikator yang capaian kinerjanya masih di bawah 100 %. Capaian kinerja paling rendah sebesar % yaitu indikator persentase sarana air minum yang dilakukan pengawasan. Sedangkan capaian kinerja paling tinggi sebesar % yaitu indikator persentase kab/kota yang memenuhi kualitas kesling. Jadi dari 7 indikator yang ada, hanya 4 indikator yang mencapai target sehingga dapat disimpulkan bahwa capaian kinerja Dit. Kesling Th 2016 berdasarkan jumlah indikator yang dapat tercapai sebesar 57 % dan belum mencapai target kinerja yang adalah 100 %. Tetapi jika berdasarkan rata-rata capaian kinerja, capaian kinerja Dit. Kesling Th 2016 mencapai % sehinga dapat disimpulkan telah mencapai target kinerja yang adalah 100 %. Grafik 2 Capaian Kinerja Direktorat Kesehatan Lingkungan Berdasarkan Jumlah Indikator yang Mencapai Target Th ,00 100,00 100,00 100,00 80,00 60,00 40,00 78, TARGET KINERJA RATA-RATA CAPAIAN KINERJA CAPAIAN KINERJA 20,00 0, Jika berdasarkan jumlah indikator yang mencapai target, pada tahun 2016, capaian kinerja Direktorat Kesling sebesar %. Pada tahun 2015, capaian kinerjanya sebesar 100 %. Jadi dapat disimpulkan bahwa trend capaian kinerjanya mengalami penurunan, dimana pada tahun 2015 mencapai target kinerja yang adalah 100 % sedangkan pada tahun 2016 tidak mencapai target. Sedangkan rata-rata capaian Halaman 11 dari 82

12 kinerja sendiri dalam 2 tahun sebesar % dan juga tidak mencapai target kinerja yang adalah 100 %. Grafik 3 Capaian Kinerja Direktorat Penyehatan Lingkungan Berdasarkan Rata-rata Capaian Kinerja Th ,00 129,15 120, ,00 80,00 60,00 101,38 100,00 TARGET KINERJA RATA-RATA CAPAIAN KINERJA 40,00 CAPAIAN KINERJA 20,00 0, Jika berdasarkan rata-rata capaian kinerja, pada tahun 2016, rata-rata capaian kinerja Direktorat Kesling sebesar %. Pada tahun 2015, rata-rata capaian kinerjanya sebesar %. Jadi dapat disimpulkan bahwa trend rata-rata capaian kinerjanya meskipun mengalami penurunan, tetap mencapai target kinerja yang adalah 100 %. Sedangkan rata-rata capaian kinerja sendiri dalam 2 tahun sebesar % dan juga sudah mencapai target kinerja yang adalah 100 %. B. Analisis Pencapaian Kinerja Pada tahun 2016, Direktorat Kesehatan Lingkungan memiliki 7 indikator dimana pelaksanaan 6 indikator kinerja kegiatan dalam rangka mewujudkan 1 indikator kinerja utama yaitu Persentase kabupaten/kota yang memenuhi kualitas kesehatan lingkungan. Peningkatan kualitas kesling pada kab/kota tercapai dengan kriteria minimal 4 dari 6 kriteria yang meliputi: 1. Memiliki Desa/kel melaksanakan STBM minimal 20% 2. Menyelenggarakan kab/kota sehat 3. Melakukan pengawasan kualitas air minum minimal 30% 4. TPM memenuhi syarat kesehatan minimal 8 % 5. TTU memenuhi syarat kesehatan minimal 30% 6. RS melaksanakan pengelolaan limbah medis minimal 10% Halaman 12 dari 82

13 Bahwa kab/kota terhitung menjadi 1 kab/kota yang memenuhi kualitas kesehatan lingkungan jika memenuhi minimal 4 kriteria dari 6 kriteria seperti di atas. Dasar penetapan kriteria sebanyak 4 dari 6 antara lain berdasarkan analisa data realisasi indikator pada tahun Didapatkan hasil bahwa jika 5 dan 6 kriteria yang ditetapkan maka hanya bisa 2 kab/kota yang memenuhi kriteria tersebut. Selanjutnya dilakukan analisis kembali untuk mendapatkan jumlah kab/kota yang lebih besar yang dapat memenuhi kriteria yang ditetapkan. Jika ditetapkan 2 kriteria maka 130 kab/kota yang dapat memenuhi kriteria, jika ditetapkan 3 kriteria maka 119 kab/kota yang dapat memenuhi kriteria, jika ditetapkan 4 kriteria maka jumlah kab/kota yang dapat memenuhi kriteria tersebut sebesar 76 kab/kota. Oleh karena itu ditetapkanlah minimal 4 dari 6 kriteria sebagai kriteria indikator kab/kota yang memenuhi kualitas kesling. Grafik 4 Target dan Realisasi Indikator Persentase Kabupaten/Kota yang Memenuhi Kualitas Kesehatan Lingkungan Tahun ,46 35,00 30,00 25,00 25,00 Capaian Kinerja ,00 15,00 10,00 5,00 0,00 TARGET INDIKATOR REALISASI INDIKATOR % Pada Th 2016, target indikator Persentase Kabupaten/Kota yang Memenuhi Kualitas Kesehatan Lingkungan sebesar 25 % (129 kab/ kota dari 514 kab/ kota). Sedangkan realisasi indikator tersebut sebesar % (172 kab/ kota). Itu berarti realisasi indikator tersebut sudah mencapai target indikator dengan capaian kinerja sebesar %. Grafik 5 Realisasi 2016 dan Target Jangka Menengah Indikator Persentase Kabupaten/Kota Halaman 13 dari 82

14 yang Memenuhi Kualitas Kesehatan Lingkungan Tahun *) dalam persen 33, Realisasi 2016 Target 2015 Target 2016 Target 2017 Target 2018 Target 2019 Jika menyandingkan realisasi 2016 dengan terget jangka menengah maka diketahui bahwa realisasi 2016 sudah melewati target 2016 dan 2017 namun masih di bawah target Gambar 1 Peta, Grafik, Tabel Realisasi Indikator Persentase Kabupaten/Kota yang Memenuhi Kualitas Kesehatan Lingkungan (IKU) Per Propinsi Tahun 2016 Halaman 14 dari 82

15 Halaman 15 dari 82

16 ACEH MALUKU PAPUA BARAT PAPUA SUMATERA UTARA LAMPUNG NUSA TENGGARA TIMUR SUMATERA SELATAN SULAWESI TENGGARA JAWA TIMUR TARGET KALIMANTAN TIMUR MALUKU UTARA KALIMANTAN BARAT JAWA TENGAH SULAWESI UTARA REALISASI NASIONAL KALIMANTAN SELATAN KALIMANTAN UTARA KEPULAUAN RIAU KALIMANTAN TENGAH BENGKULU DKI JAKARTA SULAWESI TENGAH BALI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SULAWESI SELATAN BANTEN JAWA BARAT SULAWESI BARAT RIAU NUSA TENGGARA BARAT JAMBI SUMATERA BARAT DI YOGYAKARTA GORONTALO *) dalam persen , Halaman 16 dari 82

17 JU M LA H KA B / KOT A NO PR OV IN SI JU M LA H KA B / KOT A Y G M EM EN U HI KU A LIT A S KESLIN G % A C EH SU M A T ER A U T A R A SU M A T ER A B A R A T R IA U JA M B I SU M A T ER A SELA T A N B EN GKU LU LA M PU N G KEPU LA U A N B A N GKA B ELIT U N G KEPU LA U A N R IA U D KI JA KA R T A JA W A B A R A T JA W A T EN GA H D I Y OGY A KA R T A JA W A T IM U R B A N T EN B A LI N U SA T EN GGA R A B A R A T N U SA T EN GGA R A T IM U R KA LIM A N T A N B A R A T KA LIM A N T A N T EN GA H KA LIM A N T A N SELA T A N KA LIM A N T A N T IM U R KA LIM A N T A N U T A R A SU LA W ESI U T A R A SU LA W ESI T EN GA H SU LA W ESI SELA T A N SU LA W ESI T EN GGA R A GOR ON T A LO SU LA W ESI B A R A T M A LU KU M A LU KU U T A R A PA PU A B A R A T PA PU A JU M LA H Pada tahun 2016, dari 514 kab/kota terdapat 172 kab/kota telah memenuhi kualitas kesling. Terdapat 5 propinsi (15 %) yang berada di zona hijau ( % kab/kota di propinsi tersebut memenuhi kualitas kesling) yaitu Gorontalo, DIY, Sumatera Barat, Jambi dan NTB; 8 propinsi (24 %) berada di zona kuning (51-75 % kab/kota di propinsi tersebut memenuhi kualitas kesling) yaitu Riau, Kep. Bangka Belitung, Jawa Barat, Banten, Bali, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat; 8 propinsi (24 %) berada di zona oranye (26-50 % kab/kota di propinsi tersebut memenuhi kualitas kesling) yaitu Bengkulu, Kep. Riau, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara; dan terakhir 13 propinsi (37 %) masih berada di zona merah (0-25 % kab/kota di propinsi tersebut memenuhi kualitas kesling). Sumber data diperoleh dari berbagai instrument pelaporan indikator baik secara manual maupun elektronik (online). 1. Untuk indikator yang sudah berbasis elektronik antara E-Monev STBM untuk indikator jumlah desa yang melaksanakan STBM, E-Monev TPM untuk indikator persentase TPM yang memenuhi syarat, E-Monev Limbah Fasyankes untuk indikator persentase RS yang melaksanakan pengelolaan limbah medis sesuai standar. 2. Sementara 3 indikator sisanya masih berbasis manual dan pembangunan sistem elektroniknya sudah dilaksanakan di akhir tahun Halaman 17 dari 82

18 Gambar 2 Peta, Grafik, Tabel Realisasi Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Kesling Per Propinsi Tahun 2016 Halaman 18 dari 82

19 DI YOGYAKARTA NUSA TENGGARA BARAT KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SUMATERA BARAT GORONTALO KALIMANTAN UTARA BALI RIAU SULAWESI SELATAN BANTEN JAMBI BENGKULU JAWA BARAT KALIMANTAN SELATAN KALIMANTAN TIMUR SULAWESI BARAT DKI JAKARTA SUMATERA SELATAN JAWA TIMUR SULAWESI UTARA REALISASI NASIONAL NUSA TENGGARA TIMUR SULAWESI TENGAH TARGET KALIMANTAN TENGAH SULAWESI TENGGARA JAWA TENGAH LAMPUNG KEPULAUAN RIAU KALIMANTAN BARAT SUMATERA UTARA ACEH MALUKU UTARA MALUKU PAPUA PAPUA BARAT STBM KKS TTU Sehat TPM Sehat Limbah Medis PKAM *) dalam persen Halaman 19 dari 82

20 Pada tahun 2016, terdapat 4 propinsi (12 %) dengan realisasi paling tinggi dan berada di zona hijau yaitu Sumatera Barat, Kep. Bangka Belitung, DIY, Gorontalo, dimana seluruh indikator mencapai target. Terdapat 3 propinsi (9 %) yang berada di zona kuning yaitu Jambi, NTB, Sulawesi Selatan, dimana hanya 5 dari 6 indikator yang mencapai target. Terdapat 10 propinsi (29 %) yang berada di zona oranye yaitu Riau, Bengkulu, Kep. Riau, Jawa Barat, Banten, Bali, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Barat, dimana hanya 4 dari 6 indikator yang mencapai target. Terdapat 10 propinsi (29 %) yang berada di zona ungu yaitu, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, NTT, Kalimantan Barat, Sulawesi Tengah, Maluku Utara, Papua Barat, dimana hanya 3 dari 6 indikator yang mencapai target. Terdapat 5 propinsi (15 %) yang berada di zona biru yaitu Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Sulawesi Utara, dimana hanya 2 dari 6 indikator yang mencapai target. Sedangkan 2 propinsi (6 %) dengan realisasi paling rendah yaitu Maluku dan Papua, dimana hanya 1 dari 6 indikator yang mencapai target. Halaman 20 dari 82

21 Grafik 6 Target dan Realisasi Indikator Persentase Kabupaten/Kota yang Memenuhi Kualitas Kesehatan Lingkungan Tahun ,00 40,00 35,00 30,00 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 0,00 33,46 40,00 27,63 35,00 30,00 25,00 20, TARGET INDIKATOR REALISASI INDIKATOR *) dalam persen Pada tahun 2016, target indikator Persentase Kab/Kota yang memenuhi kualitas lingkungan sebesar 25 % dan realisasi indikator tersebut sebesar %. Itu berarti pada tahun 2016, realisasi indikator telah mencapai target indikator yang ditetapkan. Pada tahun 2015, target indikator tersebut sebesar 20 % dan realisasi indikator tersebut sebesar %. Itu berarti pada tahun 2015, realisasi indikator tersebut juga telah mencapai target indikator yang ditetapkan. Jadi dapat disimpulkan bahwa trend realisasi indikator tersebut senantiasa mencapai target indikator setiap tahunnya. Grafik 7 Target dan Capaian Kinerja Indikator Persentase Kabupaten/Kota yang Memenuhi Kualitas Kesehatan Lingkungan Tahun Halaman 21 dari 82

22 160,00 140,00 120,00 138,13 133,85 100,00 80,00 60,00 40,00 20,00 0, ,00 TARGET KINERJA CAPAIAN KINERJA *) dalam persen Pada tahun 2016, capaian kinerja indikator Persentase Kabupaten/Kota yang Memenuhi Kualitas Kesehatan Lingkungan sebesar %. Pada tahun 2015, capaian kinerja indikator tersebut sebesar %. Jadi dapat disimpulkan bahwa trend capaian kinerja indikator tersebut di atas 100 % setiap tahunnya. Itu berarti setiap tahunnya capaian kinerja sudah mencapai target capaian kinerjanya yang adalah 100 %. Grafik 8 Penyandingan Capaian Kinerja dan Realisasi Anggaran Indikator Persentase Kabupaten/Kota yang Memenuhi Kualitas Kesehatan Lingkungan Th , CAPAIAN KINERJA REALISASI ANGGARAN % 93,27 Halaman 22 dari 82

23 Pada tahun 2016, anggaran yang dialokasikan untuk pelaksanaan indikator Persentase Kabupaten/Kota yang Memenuhi Kualitas Kesehatan Lingkungan sebesar Rp ,- dan realisasi anggaran untuk pelaksanaan indikator tersebut sebesar % atau Rp ,-. Target indikator yang ditetapkan sebesar 25 % dan realisasi indikator tersebut sebesar % sehingga capaian kinerja yang diperoleh sebesar %. Itu berarti terwujud efisiensi anggaran karena capaian kinerja sebesar % dapat terwujud dengan % anggaran. Grafik 9 Penyandingan Capaian Kinerja dan Realisasi Anggaran Indikator Persentase Kabupaten/Kota yang Memenuhi Kualitas Kesehatan Lingkungan Th ,13 133,85 *) dalam persen 93,27 81, CAPAIAN KINERJA REALISASI ANGGARAN Pada tahun 2016, capaian kinerja indikator indikator Persentase Kabupaten/Kota yang Memenuhi Kualitas Kesehatan Lingkungan sebesar % dan realisasi anggarannya sebesar %. Pada tahun 2015, capaian kinerja indikator tersebut sebesar % dan realisasi anggarannya sebesar %. Jika dilihat dari segi ini, itu berarti setiap tahunnya terwujud keefisiensian anggaran karena besar capaian kinerja lebih besar daripada realisasi anggaran. Analisis penyebab/ program/ kegiatan yang menunjang keberhasilan meliputi : o Pelaksanaan review Peraturan Menteri Kesehatan menyesuaikan dengan kondisi seperti Permenkes Nomor 736 Tahun 2010 tentang Tata Laksana Pengawasan Kualitas Air Minum, Revisi Kepmen No 519 Th 2014 tentang Penyelenggaraan Pasar Sehat menjadi Permenkes. Halaman 23 dari 82

24 o Penyusunan pedoman seperti Juknis Pelaksanaan RPAM Komunal, Modul Monev PKAM, Modul Teknis Penyehatan Air, Pedoman Standar Peralatan Kesling di Puskesmas, Modul Pelatihan Radioland, Juknis PP, Pedoman Pengamanan Pestisida terhadap Kesehatan, Standar Baku Mutu Biomarker, Pedoman Pengamanan Dampak Radiasi. o Peningkatan kapasitas petugas untuk pelaksanaan kegiatan kesling melalui kegiatan Orientasi Teknis Penyehatan Air, Workshop Healthy and Green Building Office (Kantor Sehat), Pelatihan Pra Kedaruratan Bidang Kesling/ KLB, Capacity Building Bidang Radiasi, TOT Inspektur HSP yang Kompenten. o Pemberian dukungan sarana dan prasarana bagi Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota, Puskesmas dan pokja pasar terpilih berdasarkan usulan dari daerah berupa sarana kit sanitasi kesling sebanyak 345 paket, uji kualitas air (water test kit) sebanyak 76 paket, uji keamanan pangan (food contamination kit dan food security vvip kit) sebanyak 39 paket, sarana supply sanitasi (cetakan jamban) sebanyak 283 paket, peralatan radioland sebanyak 10 paket, alat pembersih pasar dan pelindung diri sebanyak 10 paket, alat kedaruratan kesling (alat penjernih air dan udara) sebanyak 11 paket, bufferstock kedaruratan kesehatan lingkungan sebanyak 11 paket. o Pemberian dana dekon dan DAK untuk mendukung pelaksanaan kegiatan kesling. o Pengembangan jejaring/koordinasi lintas program/lintas sektor dalam bentuk pertemuan antar stakeholder terkait untuk menyamakan persepsi dalam mewujudkan dan mendukung pelaksanaan kegiatan kesling. o Bermitra dengan Pramuka, PKK, TNI dan Majelis Ulama Indonesia dalam pelaksanaan kegiatan kesling. o Pengeluaran Surat Edaran Pasar Sehat dimana satu kab/kota diwajibkan mengadopsi satu Pasar Percontohan Pasar Sehat. o Pelaksanaan berbagai penilaian untuk menyemangati pelaksanaan kesling seperti penilaian kab/kota sehat, lingkungan bersih sehat, kantor sehat, sekolah sehat, kantin sehat, pelabuhan/bandara sehat, toilet sehat dll. o Pembangunan sistem monitoring yang berkualitas dan akuntabel melalui sistem monitoring berbasis Web dan SMS gateway STBM dan emonev HSP yang sudah berjalan serta emonev pengelolaan limbah fasyankes, emonev KKS, emonev PKAM yang baru saja dibangun. Analisis penyebab/ program/ kegiatan yang dapat menyebabkan kegagalan meliputi : o Adanya efisiensi anggaran sebesar Rp ,- atau 43 % dari anggaran. o Masih kurangnya kuantitas dan kualitas petugas kesehatan lingkungan di Puskesmas dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan terkait kesling serta mutasi petugas yang terjadi di daerah. o Masih kurangnya dukungan sarana dan prasarana untuk pelaksanaan pembinaan dan pengawasan terkait kesling. o Untuk sistem pelaporan kegiatan yang sudah berbasis elektronik (internet) masih belum optimal terkait dukungan jaringan internet yang belum stabil di seluruh lokasi. Halaman 24 dari 82

25 o Pelaksanaan kegiatan kesehatan lingkungan melibatkan multi sektor sehingga perlu memperkuat jejaring kemitraan, dan kapasitas SDM. o Proses peningkatan perubahan perilaku tidak dapat dilakukan secara cepat, cenderung membutuhkan waktu yang relatif lama dan kecukupan pendampingan petugas kepada masyarakat untuk menerapkan perilaku yang lebih sehat dalam kehidupan sehari-hari secara berkesinambungan. o Masyarakat belum banyak memahami pentingnya kesehatan lingkungan. Alternatif solusi yang dilakukan meliputi : o Memaksimalkan pembinaan penyelenggaraan kesehatan lingkungan secara terintegrasi dan terfokus pada daerah sasaran yang aktif kepada seluruh pengelola kesehatan lingkungan di daerah dalam percepatan pencapaian target indikator kesehatan lingkungan. o Memasimalkan komunikasi aktif baik melalui media elektronik maupun surat menyurat kepada seluruh pimpinan daerah dalam rangka implementasi serta monitoring evaluasi data dan pelaporan tepat waktu. o Memaksimalkan advokasi kepada pejabat daerah agar diperoleh dukungan terhadap pelaksanaan kegiatan kesling khususnya dalam hal pendanaan penyelenggaraan kesehatan lingkungan untuk mencapai universal akses air dan sanitasi Th o Tahun 2017 akan dilaksanakan orientasi kesehatan lingkungan secara terintegrasi kepada seluruh pengelola kesehatan lingkungan (sanitarian) tingkat Puskemas dan Kabupaten/Kota untuk penyelenggaraan kesehatan lingkungan yang terstandar dan pelaporan tepat waktu melalui sistim monitoring elektronik. o Pemberian sarana dan prasarana pengawasan kesehatan lingkungan sampai tingkat Puskesmas yang menjadi sasaran prioritas Kementerian Kesehatan (sasaran lokus Puskesmas untuk program Keluarga Sehat) dan pada puskesmas yang tersedia tenaga sanitarian aktif. o Pendampingan dana dekon dan DAK yang optimal untuk percepatan capaian kesehatan lingkungan secara menyeluruh. o Sosialisasi 5 pilar STBM kepada masyarakat di seluruh kab/kota. o Bermitra dengan Pramuka, PKK, TNI dan Majelis Ulama Indonesia dalam pelaksanaan kegiatan kesling sampai dengan basis keluarga. o Melanjutkan pelaksanaan berbagai penilaian untuk menyemangati pelaksanaan kesling seperti penilaian kab/kota sehat, lingkungan bersih sehat, kantor sehat, sekolah sehat, kantin sehat, pelabuhan/bandara sehat, toilet sehat dll. FOTO DASHBOARD KESLING Dalam melaksanakan 7 indikator kinerja kegiatan Penyehatan Lingkungan memiliki 4 kegiatan pokok yaitu Penyehatan air minum & sanitasi dasar, Penyehatan Pangan, Penyehatan udara, tanah dan kawasan, serta Pengamanan limbah dan radiasi. Halaman 25 dari 82

26 1. Kegiatan Penyehatan Air & Sanitasi Dasar Untuk mengatasi masalah sanitasi dan kecukupan kebutuhan air minum, Direktorat Kesehatan Lingkungan, khususnya Subdit Penyehatan Air dan Sanitasi Dasar (PASD) melakukan berbagai kegiatan Pengawasan Kualitas Air Minum dan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Hal tersebut tertuang dalam 2 indikator yang menjadi target pelaksanaan kegiatan Subdit PASD yang meliputi Jumlah desa yang melaksanakan STBM dan Persentase sarana air minum yang dilakukan pengawasan. a. Jumlah Desa yang Melaksanakan STBM Desa yang melaksanakan STBM adalah desa/ kelurahan yang sudah melakukan pemicuan, mempunyai tim kerja masyarakat/ natural leader, dan telah mempunyai rencana kerja masyarakat. Grafik 10 Target dan Realisasi Indikator Jumlah Desa yang Melaksanakan STBM Tahun Capaian Kinerja % TARGET INDIKATOR REALISASI INDIKATOR desa Pada tahun 2016, target indikator Jumlah Desa yang Melaksanakan STBM sebesar desa/kelurahan. Sedangkan realisasi indikator tersebut sebesar desa/kelurahan. Itu berarti realisasi indikator tersebut sudah mencapai target indikator dengan capaian kinerja sebesar %. Grafik 11 Realisasi Th 2016 dan Target Jangka Menengah Indikator Jumlah Desa yang Melaksanakan STBM Halaman 26 dari 82

27 Realisasi 2016 Target 2015 Target 2016 Target 2017 Target 2018 Target 2019 desa Jika menyandingkan realisasi 2016 dengan terget jangka menengah maka diketahui bahwa realisasi 2016 sudah melewati target 2016 namun masih di bawah target Grafik 12 Realisasi Kumulatif Per Propinsi Indikator Jumlah Desa yang Melaksanakan STBM s.d. Tahun 2016 Halaman 27 dari 82

28 DKI JAKARTA KALIMANTAN UTARA SULAWESI UTARA MALUKU KEPULAUAN RIAU KALIMANTAN TIMUR MALUKU UTARA PAPUA PAPUA BARAT KEPULAUAN BANGKA BELITUNG GORONTALO BALI DI YOGYAKARTA SULAWESI BARAT SUMATERA BARAT BENGKULU KALIMANTAN BARAT JAMBI SULAWESI TENGGARA SULAWESI TENGAH KALIMANTAN TENGAH BANTEN KALIMANTAN SELATAN LAMPUNG NUSA TENGGARA BARAT SUMATERA UTARA RIAU SUMATERA SELATAN ACEH SULAWESI SELATAN NUSA TENGGARA TIMUR JAWA BARAT JAWA TENGAH JAWA TIMUR Jumlah desa yang melaksanakan STBM s.d. Th 2016 = desa desa Grafik 13 Proporsi Realisasi Per Propinsi Indikator Jumlah Desa yang Melaksanakan STBM Tahun 2016 Halaman 28 dari 82

29 PAPUA SULAWESI UTARA DKI JAKARTA KALIMANTAN UTARA MALUKU SUMATERA UTARA MALUKU UTARA KALIMANTAN TIMUR PAPUA BARAT ACEH KALIMANTAN BARAT SULAWESI TENGGARA BENGKULU JAMBI SULAWESI TENGAH KEPULAUAN RIAU JAWA BARAT LAMPUNG SUMATERA SELATAN GORONTALO SUMATERA BARAT KALIMANTAN TENGAH SULAWESI SELATAN KALIMANTAN SELATAN BANTEN BALI JAWA TENGAH RIAU SULAWESI BARAT JAWA TIMUR NUSA TENGGARA TIMUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NUSA TENGGARA BARAT DI YOGYAKARTA % Pada tahun 2016, baik secara kumulatif maupun proporsi, 8 propinsi dengan realisasi desa/kelurahan yang melaksanakan STBM tertinggi yaitu Propinsi Jawa Timur, DIY, Kep. Bangka Belitung, Jawa Tengah, Jawa Barat, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi Selatan. Grafik 14 Target dan Realisasi Indikator Jumlah Desa yang Melaksanakan STBM Th Halaman 29 dari 82

30 REALISASI TARGET desa Pada tahun 2016, target indikator Jumlah Desa yang Melakanakan STBM sebesar desa dan realisasi indikator tersebut sebesar desa. Itu berarti pada tahun 2016, realisasi indikator telah mencapai target indikator yang ditetapkan. Pada tahun 2015, target indikator tersebut sebesar desa dan realisasi indikator tersebut sebesar desa. Itu berarti pada tahun 2015, realisasi indikator tersebut juga telah mencapai target indikator yang ditetapkan. Jadi dapat disimpulkan bahwa trend realisasi indikator tersebut senantiasa mencapai target indikator setiap tahunnya. Grafik 15 Target dan Capaian Kinerja Indikator Jumlah Desa yang Melaksanakan STBM Th Halaman 30 dari 82

31 115,00 113,09 110,00 105,00 100,00 105,67 100,00 TARGET KINERJA CAPAIAN KINERJA 95,00 90, *) dalam persen Pada tahun 2016, capaian kinerja indikator Jumlah Desa yang Melaksanakan STBM sebesar %. Pada tahun 2015, capaian kinerja indikator tersebut sebesar %. Jadi dapat disimpulkan bahwa trend capaian kinerja indikator tersebut di atas 100 % setiap tahunnya. Itu berarti setiap tahunnya capaian kinerja sudah mencapai target capaian kinerjanya yang adalah 100 %. Grafik 16 Penyandingan Capaian Kinerja dan Realisasi Anggaran Indikator Jumlah Desa yang Melaksanakan STBM Th , CAPAIAN KINERJA REALISASI ANGGARAN % 72,49 Halaman 31 dari 82

32 Pada tahun 2016, anggaran yang dialokasikan untuk pelaksanaan indikator Jumlah Desa yang Melaksanakan STBM sebesar Rp 44,885,537,000 dan realisasi anggaran untuk pelaksanaan indikator tersebut sebesar % atau Rp 32,535,652,597. Target indikator yang ditetapkan sebesar desa dan realisasi indikator tersebut sebesar desa sehingga capaian kinerja yang diperoleh sebesar %. Itu berarti terwujud efisiensi anggaran karena capaian kinerja sebesar % dapat dicapai dengan % anggaran. Grafik 17 Penyandingan Capaian Kinerja dan Realisasi Anggaran Indikator Jumlah Desa yang Melaksanakan STBM Th ,67 113,09 *) dalam persen ,19 72, CAPAIAN KINERJA REALISASI ANGGARAN Pada tahun 2016, capaian kinerja indikator indikator Jumlah Desa yang Melakasanakan STBM sebesar % dan realisasi anggarannya sebesar %. Pada tahun 2015, capaian kinerja indikator tersebut sebesar % dan realisasi anggarannya sebesar %. Jika dilihat dari segi ini, itu berarti setiap tahunnya terwujud keefisiensian anggaran karena besar capaian kinerja lebih besar daripada realisasi anggaran. Analisis penyebab/ program/ kegiatan yang menunjang keberhasilan meliputi : o Pemberian dukungan sarana dan prasarana bagi Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota, Puskesmas terpilih berdasarkan usulan dari daerah berupa sarana supply sanitasi (cetakan jamban) sebanyak 283 paket. o Pengembangan jejaring/koordinasi lintas program/lintas sektor dalam bentuk pertemuan antar stakeholder terkait untuk menyamakan persepsi dalam mewujudkan dan mendukung pencapaian universal akses sanitasi dan air minum yang aman untuk seluruh masyarakat Indonesia. Halaman 32 dari 82

33 o Bermitra dengan Majelis Ulama Indonesia terkait pengeluaran Fatwa MUI Nomor 001/2015 tentang Pendayagunaan Harta Zakat, Infaq, Sedekah dan Wakaf untuk membangun sarana air bersih dan sanitasi bagi masyarakat. o Implementasi sistem monitoring yang berkualitas dan akuntabel melalui sistem monitoring berbasis Web dan SMS gateway STBM. o Memfasilitasi Kab/Kota melalui Pokja AMPL atau Pokja sejenis dalam rangka integrasi kegiatan lintas sektor terkait dengan kegiatan pembangunan sanitasi yang diawali dengan kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan STBM. o Pemberian dana dekon dan DAK untuk mendukung pelaksanaan kegiatan STBM. Analisis penyebab/ program/ kegiatan yang dapat menyebabkan kegagalan meliputi : o Desa yang sudah terinvasi oleh program Pamsimas banyak yang belum ODF. Desa yang sudah ODF belum mencapai desa STBM. o Sistem pelaporan STBM sudah berbasis elektronik (internet), namun masih belum optimal terkait dukungan jaringan internet yang belum stabil di seluruh lokasi. o Masih kurangnya kuantitas dan kualitas petugas kesehatan lingkungan di Puskesmas dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan terkait STBM serta mutasi petugas yang terjadi di daerah. o Masih kurangnya dukungan sarana dan prasarana untuk pelaksanaan pembinaan dan pengawasan terkait STBM. o Pelaksanaan kegiatan STBM melibatkan multi sektor sehingga perlu memperkuat jejaring kemitraan, dan kapasitas SDM. o Adanya efisiensi anggaran sebesar Rp ,- atau 43 % dari anggaran. o Proses peningkatan perubahan perilaku tidak dapat dilakukan secara cepat, cenderung membutuhkan waktu yang relatif lama dan kecukupan pendampingan petugas kepada masyarakat untuk menerapkan perilaku yang lebih sehat dalam kehidupan sehari-hari secara berkesinambungan. o Masyarakat belum banyak memahami pentingnya sanitasi. Alternatif solusi yang dilakukan meliputi : o Advokasi dan sosialisasi kepada Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam rangka internalisasi kegiatan pembangunan sanitasi. o Sosialisasi dan implementasi sistem monev berbasis Web dan SMS gateway STBM dengan lebih optimal sekaligus didukung oleh pemda setempat dalam hal dukungan terhadap jaringan internet yang lebih stabil. o Peningkatan kapasitas SDM stakeholder dan pelaku pembangunan air minum dan sanitasi sampai dengan tingkat Puskesmas. o Pemberian dukungan sarana dan prasarana pada daerah-daerah yang belum terjangkau. Halaman 33 dari 82

34 o Bermitra dengan MUI dalam pembangunan Pendayagunaan Harta Zakat, Infaq, Sedekah dan Wakaf untuk membangun sarana air bersih dan sanitasi bagi masyarakat. b. Persentase Sarana Air Minum yang Dilakukan Pengawasan Kualitas air minum adalah kualitas air minum yang memenuhi syarat secara fisik/kimia/mikrobiologi sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010. Sedangkan tentang pengawasan kualitas air minum diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 736/MENKES/PER/VI/2010 tentang Tata Laksana dan Pengawasan Kualitas Air Minum, bahwa pengawasan Internal dilakukan oleh penyelenggara air minum komersial dan pengawasan Eksternal oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Pengawasan kualitas air minum adalah penyelenggara air minum yang diawasi kualitas hasil produksinya secara eksternal oleh Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota dan KKP yang dibuktikan dengan jumlah sampel pengujian kualitas air. Penyelenggara air minum adalah : 1. PDAM/BPAM/PT yang terdaftar di Persatuan Perusahaan Air Minum Seluruh Indonesia (Perpamsi) 2. Sarana air minum perpipaan non PDAM 3. Sarana air minum bukan jaringan perpipaan komunal Cara perhitungan indikator ini adalah jumlah sarana air minum yang diawasi dibagi dengan jumlah sarana air minum yang ada. Grafik 18 Target dan Realisasi Indikator Persentase Sarana Air Minum yang Dilakukan Pengawasan Tahun 2016 Halaman 34 dari 82

35 35,00 35,00 30,00 25,00 Capaian Kinerja % 16,02 20,00 15,00 10,00 5,00 0,00 TARGET INDIKATOR REALISASI INDIKATOR % Pada tahun 2016, target indikator Persentase sarana air minum yang dilakukan pengawasan sebesar 35 % ( Sarana dari sarana). Sedangkan realisasi indikator tersebut sebesar % (5.218 sarana). Itu berarti realisasi indikator tersebut belum mencapai target indikator dengan capaian kinerja sebesar %. Grafik 19 Realisasi Th 2016 dan Target Jangka Menengah Indikator Persentase Sarana Air Minum yang Dilakukan Pengawasan , Realisasi 2016 Target 2015 Target 2016 Target 2017 Target 2018 Target 2019 % Halaman 35 dari 82

36 MALUKU PAPUA BALI ACEH DKI JAKARTA SUMATERA SELATAN SUMATERA UTARA LAMPUNG PAPUA BARAT JAWA TIMUR BANTEN KEPULAUAN RIAU SULAWESI SELATAN NUSA TENGGARA TIMUR KALIMANTAN BARAT JAWA BARAT SULAWESI TENGGARA KALIMANTAN TIMUR JAWA TENGAH REALISASI NASIONAL KALIMANTAN SELATAN NUSA TENGGARA BARAT KALIMANTAN TENGAH SULAWESI TENGAH RIAU JAMBI SULAWESI UTARA KALIMANTAN UTARA KEPULAUAN BANGKA BELITUNG DI YOGYAKARTA MALUKU UTARA TARGET BENGKULU SULAWESI BARAT SUMATERA BARAT GORONTALO Jika menyandingkan realisasi 2016 dengan terget jangka menengah maka diketahui bahwa realisasi 2016 berada di bawah target Grafik 20 Realisasi Per Propinsi Indikator Persentase Sarana Air Minum yang Dilakukan Pengawasan Tahun *) dalam persen , Pada tahun 2016, propinsi dengan realisasi paling tinggi (42 %) yaitu Gorontalo. Terdapat 4 Propinsi (12 %) sudah berada di atas target nasional, sementara masih terdapat 30 Propinsi (88 %) masih berada di bawah target nasional. Grafik 21 Target dan Realisasi Indikator Persentase Sarana Air Minum yang Dilakukan Pengawasan Th Halaman 36 dari 82

37 60,00 50,00 40,00 30,00 43,58 30,00 35,00 40,00 45,00 50,00 TARGET INDIKATOR 20,00 REALISASI INDIKATOR 10,00 16,02 0, *) dalam persen Pada tahun 2016, target indikator Persentase Sarana Air Minum yang Dilakukan Pengawasan sebesar 35 % dan realisasi indikator tersebut sebesar %. Itu berarti pada tahun 2016, realisasi indikator belum mencapai target indikator yang ditetapkan. Pada tahun 2015, target indikator tersebut sebesar 30 % dan realisasi indikator tersebut sebesar %. Itu berarti pada tahun 2015, realisasi indikator tersebut telah mencapai target indikator yang ditetapkan. Jadi dapat disimpulkan bahwa trend realisasi indikator tersebut terjadi penurunan, dimana pada tahun 2015 mencapai target sedangkan pada tahun 2016 tidak mencapai target. Grafik 22 Penyandingan Capaian Kinerja dan Realisasi Anggaran Indikator Persentase Sarana Air Minum yang Dilakukan Pengawasan Th 2015 Halaman 37 dari 82

38 160,00 140,00 145,26 120,00 100,00 80,00 60,00 40,00 20,00 45,77 100,00 TARGET KINERJA CAPAIAN KINERJA 0, *) dalam persen Pada tahun 2016, capaian kinerja indikator Persentase Sarana Air Minum yang Dilakukan Pengawasan sebesar %. Pada tahun 2015, capaian kinerja indikator tersebut sebesar %. Jadi dapat disimpulkan bahwa trend capaian kinerja indikator tersebut mengalami penurunan, dimana pada tahun 2015 capaian kinerja sudah mencapai target capaian kinerja yang adalah 100 %, sementara pada tahun 2016 tidak mencapai target capaian kinerja yang adalah 100 %. Grafik 23 Penyandingan Capaian Kinerja dan Realisasi Anggaran Indikator Persentase Sarana Air Minum yang Dilakukan Pengawasan Th , , CAPAIAN KINERJA REALISASI ANGGARAN % Halaman 38 dari 82

39 Pada tahun 2016, anggaran yang dialokasikan untuk pelaksanaan indikator Persentase Sarana Air Minum yang Dilakukan Pengawasan sebesar Rp 11,225,311,000 dan realisasi anggaran untuk pelaksanaan indikator tersebut sebesar % atau Rp 11,163,586,590. Target indikator yang ditetapkan sebesar 35 % dan realisasi indikator tersebut sebesar % sehingga capaian kinerja yang diperoleh sebesar %. Itu berarti terwujud ketidakefesiensian anggaran karena capaian kinerja sebesar % terwujud dengan % anggaran. Grafik 24 Penyandingan Capaian Kinerja dan Realisasi Anggaran Indikator Persentase Sarana Air Minum yang Dilakukan Pengawasan Th ,26 *) dalam persen 99,45 81,19 45, CAPAIAN KINERJA REALISASI ANGGARAN Pada tahun 2016, capaian kinerja indikator indikator Persentase Sarana Air Minum yang Dilakukan Pengawasan sebesar % dan realisasi anggarannya sebesar %. Pada tahun 2015, capaian kinerja indikator tersebut sebesar % dan realisasi anggarannya sebesar %. Jika dilihat dari segi ini, itu berarti pada tahun 2015 terwujud keefisiensian anggaran karena besar capaian kinerja lebih besar daripada realisasi anggaran, sementara pada tahun 2016 terwujud ketidakefisiensian anggaran karena besar capaian kinerja lebih kecil daripada realisasi anggaran. Halaman 39 dari 82

40 Analisis penyebab/ program/ kegiatan yang menunjang keberhasilan meliputi : o Pelaksanaan review Peraturan Menteri Kesehatan menyesuaikan dengan kondisi yaitu Permenkes Nomor 736 Tahun 2010 tentang Tata Laksana Pengawasan Kualitas Air Minum. o Penyusunan pedoman Juknis Pelaksanaan RPAM Komunal, Modul Monev PKAM, Modul Teknis Penyehatan Air. o Peningkatan kapasitas petugas untuk pelaksanaan kegiatan penyehatan air melalui kegiatan Orientasi Teknis Penyehatan Air. o Pemberian dukungan sarana dan prasarana bagi Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota, Puskesmas terpilih berdasarkan usulan dari daerah berupa uji kualitas air (water test kit) sebanyak 76 paket. o Inovasi kegiatan Rencana Pengamanan Air Minum (RPAM) khususnya sarana air minum komunal dan di tingkat konsumen untuk meningkatkan kualitas air minum yang diakses oleh masyarakat sehingga memenuhi syarat kesehatan. o Pengembangan jejaring/koordinasi lintas program/lintas sektor dalam bentuk pertemuan antar stakeholder terkait untuk menyamakan persepsi dalam mewujudkan dan mendukung pencapaian universal akses sanitasi dan air minum yang aman untuk seluruh masyarakat Indonesia. o Bermitra dengan Majelis Ulama Indonesia terkait pengeluaran Fatwa MUI Nomor 001/2015 tentang Pendayagunaan Harta Zakat, Infaq, Sedekah dan Wakaf untuk membangun sarana air bersih dan sanitasi bagi masyarakat. o Pemberian dana dekon dan DAK untuk mendukung pelaksanaan kegiatan penyehatan air. Analisis penyebab/ program/ kegiatan yang dapat menyebabkan kegagalan meliputi : o Kegiatan Rencana Pengamanan Air Minum (RPAM) baru dimulai pada beberapa daerah pilot, sehingga masih perlu pembinaan dan pengembangan ke daerah yang lain. o Masih kurangnya kuantitas dan kualitas petugas kesehatan lingkungan di Puskesmas dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan terkait air minum serta mutasi petugas yang terjadi di daerah. o Untuk mendapatkan data sarana air minum dan kondisi kualitas air minum di Indonesia masih sulit karena belum terbangun sistim pelaporan yang berbasis elektronik. o Masih kurangnya dukungan sarana dan prasarana untuk pelaksanaan pembinaan dan pengawasan terkait air minum. o Pelaksanaan kegiatan air minum melibatkan multi sektor sehingga perlu memperkuat jejaring kemitraan, dan kapasitas SDM. o Adanya efisiensi anggaran sebesar Rp ,- atau 43 % dari anggaran. Halaman 40 dari 82

41 Alternatif solusi yang dilakukan meliputi : o Menyusun Peraturan Menteri Kesehatan tentang Kualitas Air untuk Personal Hygiene. o Peningkatan kapasitas SDM stakeholder dan pelaku pembangunan air minum dan sanitasi sampai dengan tingkat Puskesmas. o Membangun sistim pelaporan air minum berbasis elektronik. o Pemberian dukungan sarana dan prasarana pada daerah-daerah yang belum terjangkau. o Bermitra dengan MUI dalam pembangunan Pendayagunaan Harta Zakat, Infaq, Sedekah dan Wakaf untuk membangun sarana air bersih dan sanitasi bagi masyarakat. Halaman 41 dari 82

42 Halaman 42 dari 82

43 Halaman 43 dari 82

44 Halaman 44 dari 82

45 Ket : E-Monev STBM 2. Kegiatan Higiene Sanitasi Pangan Pelaksanaan kegiatan higiene sanitasi pangan merupakan salah satu aspek dalam menjaga keamanan pangan yang harus dilaksanakan secara terstruktur dan terukur dengan kegiatan, sasaran dan ukuran kinerja yang jelas, salah satunya dengan mewujudkan Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yang memenuhi syarat kesehatan. TPM yang memenuhi syarat kesehatan adalah TPM yang memenuhi persyaratan hygiene sanitasi yang dibuktikan dengan sertifikat laik hygiene sanitasi. TPM adalah Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) siap saji yang terdiri dari Rumah Makan/Restoran, Jasa Boga, Depot Air Minum, Sentra Makanan Jajanan, Kantin Sekolah. Cara perhitungan indikator ini yaitu jumlah TPM yang memenuhi syarat kesehatan dibagi jumlah TPM yang ada. Grafik 25 Target dan Realisasi Indikator Persentase TPM yang Memenuhi Syarat Kesehatan Tahun 2016 Halaman 45 dari 82

46 14,00 14,00 13,90 13,80 Capaian Kinerja % 13,66 13,70 13,60 13,50 13,40 TARGET INDIKATOR REALISASI INDIKATOR % Pada tahun 2016, target indikator Persentase TPM yang Memenuhi Syarat Kesehatan sebesar 14 % ( TPM dari TPM ). Sedangkan realisasi indikator tersebut sebesar % ( TPM). Itu berarti realisasi indikator tersebut belum mencapai target indikator dengan capaian kinerja sebesar %. Grafik 26 Realisasi Th 2016 dan Target Jangka Menengah Indikator Persentase TPM yang Memenuhi Syarat Kesehatan 35 *) dalam persen , Realisasi 2016 Target 2015 Target 2016 Target 2017 Target 2018 Target 2019 Halaman 46 dari 82

47 PAPUA MALUKU LAMPUNG SUMATERA SELATAN DKI JAKARTA BALI ACEH SULAWESI TENGGARA JAWA TENGAH BANTEN KEPULAUAN RIAU KALIMANTAN TIMUR KALIMANTAN BARAT KALIMANTAN SELATAN SULAWESI SELATAN REALISASI NASIONAL TARGET SUMATERA UTARA JAWA BARAT PAPUA BARAT DI YOGYAKARTA RIAU SULAWESI UTARA KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SULAWESI TENGAH KALIMANTAN TENGAH GORONTALO JAWA TIMUR JAMBI NUSA TENGGARA BARAT SULAWESI BARAT BENGKULU NUSA TENGGARA TIMUR MALUKU UTARA SUMATERA BARAT KALIMANTAN UTARA Jika menyandingkan realisasi 2016 dengan terget jangka menengah maka diketahui bahwa realisasi 2016 sudah melewati target 2015 namun masih di bawah target Grafik 27 Realisasi Per Propinsi Indikator Persentase TPM yang Memenuhi Syarat Kesehatan Tahun *) dalam persen , Pada tahun 2016, propinsi dengan realisasi paling tinggi (34 %) yaitu Kalimantan Utara dan propinsi dengan realisasi paling rendah (0 %) yaitu Papua. Terdapat 19 Propinsi (56 %) sudah berada di atas target nasional dan terdapat 15 Propinsi (44 %) masih berada di bawah target nasional. Grafik 28 Target dan Realisasi Halaman 47 dari 82

48 Indikator Persentase TPM yang Memenuhi Syarat Kesehatan Tahun ,00 30,00 32,00 25,00 20,00 15,00 10,00 10,39 14,00 20,00 13,66 26,00 TARGET INDIKATOR REALISASI INDIKATOR 5,00 0,00 8, *) dalam persen Pada tahun 2016, target indikator Persentase TPM yang Memenuhi Syarat Kesehatan sebesar 14 % dan realisasi indikator tersebut sebesar %. Itu berarti pada tahun 2016, realisasi indikator belum mencapai target indikator yang ditetapkan. Pada tahun 2015, target indikator tersebut sebesar 8 % dan realisasi indikator tersebut sebesar %. Itu berarti pada tahun 2015, realisasi indikator tersebut telah mencapai target indikator yang ditetapkan. Jadi dapat disimpulkan bahwa trend realisasi indikator tersebut terjadi penurunan, dimana pada tahun 2015 mencapai target sedangkan pada tahun 2016 tidak mencapai target. Grafik 29 Target dan Capaian Kinerja Indikator Persentase TPM yang Memenuhi Syarat Kesehatan Tahun Halaman 48 dari 82

49 140,00 129,87 120,00 100,00 80,00 60,00 40,00 97,56 100,00 TARGET KINERJA CAPAIAN KINERJA 20,00 0, *) dalam persen Pada tahun 2016, capaian kinerja indikator Persentase Persentase TPM yang Memenuhi Syarat Kesehatan sebesar %. Pada tahun 2015, capaian kinerja indikator tersebut sebesar %. Jadi dapat disimpulkan bahwa trend capaian kinerja indikator tersebut mengalami penurunan, dimana pada tahun 2015 capaian kinerja sudah mencapai target capaian kinerja yang adalah 100 %, sementara pada tahun 2016 tidak mencapai target capaian kinerja yang adalah 100 %. Grafik 30 Penyandingan Capaian Kinerja dan Realisasi Anggaran Indikator Persentase TPM yang Memenuhi Syarat Kesehatan Th 2016 Halaman 49 dari 82

50 97, , , ,5 95 CAPAIAN KINERJA 96,18 REALISASI ANGGARAN % Pada tahun 2016, anggaran yang dialokasikan untuk pelaksanaan indikator Persentase TPM yang Memenuhi Syarat Kesehatan sebesar Rp 8,784,810,000 dan realisasi anggaran untuk pelaksanaan indikator tersebut sebesar % atau Rp 8,449,344,874. Target indikator yang ditetapkan sebesar 14 % dan realisasi indikator tersebut sebesar % sehingga capaian kinerja yang diperoleh sebesar %. Itu berarti terwujud efisiensi anggaran karena capaian kinerja sebesar % dapat dicapai dengan % anggaran. Grafik 31 Penyandingan Capaian Kinerja dan Realisasi Anggaran Indikator Persentase TPM yang Memenuhi Syarat Kesehatan Th ,00 120,00 100,00 80,00 60,00 40,00 20,00 129,87 76,95 97,56 96,18 *) dalam persen 0, CAPAIAN KINERJA REALISASI ANGGARAN Halaman 50 dari 82

51 Pada tahun 2016, capaian kinerja indikator indikator Persentase TPM yang Memenuhi Syarat Kesehatan sebesar % dan realisasi anggarannya sebesar %. Pada tahun 2015, capaian kinerja indikator tersebut sebesar % dan realisasi anggarannya sebesar %. Jika dilihat dari segi ini, itu berarti setiap tahunnya terwujud keefisiensian anggaran karena besar capaian kinerja lebih besar daripada realisasi anggaran. Analisis penyebab/ program/ kegiatan yang menunjang keberhasilan meliputi : o Penyusunan Juknis Penyehatan Pangan. o Peningkatan kapasitas petugas untuk pelaksanaan kegiatan penyehatan pangan melalui kegiatan TOT Inspektur HSP yang Kompenten. o Pemberian dukungan sarana dan prasarana bagi Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota, Puskesmas terpilih berdasarkan usulan dari daerah berupa uji keamanan pangan (food contamination kit dan food security vvip kit) sebanyak 39 paket. o Pemberian dana dekon dan DAK untuk mendukung pelaksanaan kegiatan penyehatan pangan. o Pelaksanaan berbagai penilaian untuk menyemangati pelaksanaan kesling seperti penilaian kantin sehat. o Implementasi sistem monitoring yang berkualitas dan akuntabel melalui emonev HSP. Analisis penyebab/ program/ kegiatan yang dapat menyebabkan kegagalan meliputi : o Masih kurangnya kuantitas dan kualitas petugas kesehatan lingkungan di Puskesmas dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan terkait penyehatan pangan serta mutasi petugas yang terjadi di daerah. o Masih kurangnya dukungan sarana dan prasarana untuk pelaksanaan pembinaan dan pengawasan terkait penyehatan pangan. o Untuk sistem pelaporan emonev HSP yang sudah berbasis elektronik (internet) masih belum optimal terkait dukungan jaringan internet yang belum stabil di seluruh lokasi. o Proses peningkatan perubahan perilaku tidak dapat dilakukan secara cepat, cenderung membutuhkan waktu yang relatif lama dan kecukupan pendampingan petugas kepada masyarakat untuk menerapkan perilaku yang lebih sehat dalam kehidupan sehari-hari secara berkesinambungan. o Masyarakat belum banyak memahami pentingnya penyehatan pangan. o Adanya efisiensi anggaran sebesar Rp ,- atau 43 % dari anggaran. Alternatif solusi yang dilakukan meliputi : o Pembinaan/orientasi terpadu terkait kegiatan kesling untuk mensosialisasikan pedoman pelaksanaan kegiatan kesling dan meningkatkan kapasitas petugas kesling. Halaman 51 dari 82

52 o Pembentukan tenaga inspektur HSP sampai dengan tahun o Pemberian dukungan sarana dan prasarana pada daerah-daerah yang belum terjangkau. o Sosialisasi dan implementasi sistem emonev HSP dengan lebih optimal sekaligus didukung oleh pemda setempat dalam hal dukungan terhadap jaringan internet yang lebih stabil. o Pemberian dana dekon dan DAK yang lebih lagi untuk mendukung pelaksanaan kegiatan penyehatan pangan. PELATIHAN HIGIENE SANITASI DEPOT AIR MINUM BAGI SANITARIAN PUSKESMAS DAN KABUPATEN DI KAB.TANAH DATAR DIBUKA OLEH WAKIL BUPATI TANAH DATAR PEMBINAAN PEDAGANG PANGAN JAJANAN DI LINGKUNGAN SEKOLAH KEPULAUAN SERIBU PEMETAAN TPM BERBASIS E-MONEV HSP PENINGKATAN KAPASITAS PETUGAS AUDITOR HIGIENE SANITASI PANGAN MELALUI TOT INSPEKTUR HSP Halaman 52 dari 82

53 PENINGKATAN KAPASITAS PETUGAS HSP KAB. DAN PUSKESMAS MELALUI PHAST HSP PENINGKATAN KAPASITAS PETUGAS HSP KAB. DAN PUSKESMAS MELALUI PHAST HSP & PERMAINANULAR TANGGA Halaman 53 dari 82

54 Ket : E-Monev HSP 3. Kegiatan Penyehatan Udara, Tanah dan Kawasan a. Persentase Tempat-Tempat Umum (TTU) yang Memenuhi Syarat Kesehatan TTU yang memenuhi syarat kesehatan adalah tempat dan fasilitas umum minimal sarana pendidikan dan pasar tradisional yang memenuhi syarat kesehatan berdasarkan hasil Inspeksi Kesehatan Lingkungan sesuai standar di wilayah kab/kota dalam kurun waktu 1 tahun. TTU dinyatakan sehat apabila memenuhi persyaratan fisiologis, psikologis, dan dapat mencegah penularan penyakit antar pengguna, penghuni, dan masyarakat sekitarnya serta memenuhi persyaratan dalam pencegahan terjadinya masalah kesehatan. Cara perhitungan indikator ini yaitu jumlah TTU yang memenuhi syarat kesehatan dibagi jumlah TTU yang ada. Grafik 32 Target dan Realisasi Indikator Persentase TTU yang Memenuhi Syarat Kesehatan Tahun 2016 Halaman 54 dari 82

55 52,64 52,80 52,60 52,40 52,00 Capaian Kinerja % 52,20 52,00 51,80 51,60 TARGET INDIKATOR REALISASI INDIKATOR % Pada tahun 2016, target indikator Persentase TTU yang Memenuhi Syarat Kesehatan sebesar 52 % ( TTU dari TTU). Sedangkan realisasi indikator tersebut sebesar % ( TTU). Itu berarti realisasi indikator tersebut sudah mencapai target indikator dengan capaian kinerja sebesar %. Grafik 33 Realisasi Th 2016 dan Target Jangka Menengah Indikator Persentase TTU yang Memenuhi Syarat Kesehatan 58 *) dalam persen , Realisasi 2016 Target 2015 Target 2016 Target 2017 Target 2018 Target 2019 Halaman 55 dari 82

56 LAMPUNG JAWA TENGAH MALUKU UTARA JAWA TIMUR PAPUA BARAT SULAWESI BARAT KEPULAUAN RIAU SUMATERA UTARA TARGET REALISASI NASIONAL MALUKU SUMATERA BARAT KALIMANTAN BARAT JAMBI PAPUA ACEH GORONTALO NUSA TENGGARA TIMUR KALIMANTAN SELATAN RIAU JAWA BARAT DI YOGYAKARTA KALIMANTAN TENGAH BALI SULAWESI UTARA KALIMANTAN TIMUR BANTEN SULAWESI TENGGARA DKI JAKARTA SULAWESI SELATAN SULAWESI TENGAH NUSA TENGGARA BARAT SUMATERA SELATAN BENGKULU KEPULAUAN BANGKA BELITUNG Jika menyandingkan realisasi 2016 dengan terget jangka menengah maka diketahui bahwa realisasi 2016 sudah melewati target 2016 tetapi masih di bawah target Grafik 34 Realisasi Per Propinsi Indikator Persentase TTU yang Memenuhi Syarat Kesehatan Tahun *) dalam persen , Pada tahun 2016, propinsi dengan realisasi paling tinggi (89 %) yaitu Kep. Bangka Belitung dan Propinsi dengan realisasi paling rendah (1 %) yaitu Lampung. Terdapat 25 Propinsi (74 %) sudah berada di atas target nasional dan terdapat 9 Propinsi (26 %) masih berada di bawah target nasional. Grafik 35 Target dan Realisasi Indikator Persentase TTU yang Memenuhi Syarat Kesehatan Th Halaman 56 dari 82

57 70,00 61,44 60,00 52,64 58,00 50,00 50,00 52,00 54,00 56,00 40,00 30,00 TARGET INDIKATOR REALISASI INDIKATOR 20,00 10,00 0, *) dalam persen Pada tahun 2016, target indikator Persentase TTU yang Memenuhi Syarat Kesehatan sebesar 52 % dan realisasi indikator tersebut sebesar %. Itu berarti pada tahun 2016, realisasi indikator telah mencapai target indikator yang ditetapkan. Pada tahun 2015, target indikator tersebut sebesar 50 % dan realisasi indikator tersebut sebesar %. Itu berarti pada tahun 2015, realisasi indikator tersebut juga telah mencapai target indikator yang ditetapkan. Jadi dapat disimpulkan bahwa trend realisasi indikator tersebut walaupun mengalami penurunan masih mencapai target indikator setiap tahunnya. Grafik 36 Target dan Capaian Kinerja Indikator Persentase TTU yang Memenuhi Syarat Kesehatan Th Halaman 57 dari 82

58 140,00 120,00 100,00 122,88 101,24 100,00 80,00 60,00 TARGET KINERJA CAPAIAN KINERJA 40,00 20,00 0, *) dalam persen Pada tahun 2016, capaian kinerja indikator Persentase TTU yang Memenuhi Syarat Kesehatan sebesar %. Pada tahun 2015, capaian kinerja indikator tersebut sebesar %. Jadi dapat disimpulkan bahwa trend capaian kinerja indikator tersebut walaupun mengalami penurunan tetap di atas 100 % setiap tahunnya. Itu berarti setiap tahunnya capaian kinerja sudah mencapai target capaian kinerjanya yang adalah 100 %. Grafik 37 Penyandingan Capaian Kinerja dan Realisasi Anggaran Indikator Persentase TTU yang Memenuhi Syarat Kesehatan Th 2016 Halaman 58 dari 82

59 101, CAPAIAN KINERJA REALISASI ANGGARAN % 97,74 Pada tahun 2016, anggaran yang dialokasikan untuk pelaksanaan indikator Persentase TTU yang Memenuhi Syarat Kesehatan sebesar Rp 37,129,576,000 dan realisasi anggaran untuk pelaksanaan indikator tersebut sebesar % atau Rp 36,291,589,408. Target indikator yang ditetapkan sebesar 52 % dan realisasi indikator tersebut sebesar % sehingga capaian kinerja yang diperoleh sebesar %. Itu berarti terwujud efisiensi anggaran karena capaian kinerja sebesar % dapat dicapai dengan % anggaran. Grafik 38 Penyandingan Capaian Kinerja dan Realisasi Anggaran Indikator Persentase TTU yang Memenuhi Syarat Kesehatan Th Halaman 59 dari 82

60 140,00 120,00 100,00 122,88 84,22 101,24 97,74 *) dalam persen 80,00 60,00 40,00 20,00 0, CAPAIAN KINERJA REALISASI ANGGARAN Pada tahun 2016, capaian kinerja indikator indikator Persentase TTU yang Memenuhi Syarat Kesehatan sebesar % dan realisasi anggarannya sebesar %. Pada tahun 2015, capaian kinerja indikator tersebut sebesar % dan realisasi anggarannya sebesar %. Jika dilihat dari segi ini, itu berarti setiap tahunnya terwujud keefisiensian anggaran karena besar capaian kinerja lebih besar daripada realisasi anggaran. Alternatif penyebab/ program/ kegiatan yang menunjang keberhasilan meliputi : o Peningkatan kapasitas petugas untuk pelaksanaan kegiatan penyehatan Tempat-Tempat Umum (TTU) dimana kantor merupakan lokus dari TTU melalui kegiatan Workshop Healthy and Green Building Office (Kantor Sehat). o Pemberian dukungan sarana dan prasarana bagi Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota, Puskesmas terpilih berdasarkan usulan dari daerah berupa sarana kit sanitasi kesling sebanyak 345 paket o Pemberian dana dekon dan DAK untuk mendukung pelaksanaan kegiatan penyehatan TTU. o Pelaksanaan berbagai penilaian untuk menyemangati pelaksanaan kesling seperti penilaian lingkungan bersih sehat, kantor sehat, sekolah sehat, pelabuhan/ bandara sehat, toilet sehat dll. Alternatif penyebab/ program/ kegiatan yang dapat menyebabkan kegagalan meliputi : o Belum terbangunnya sistem pelaporan penyehatan TTU berbasis elektronik. Halaman 60 dari 82

61 o Masih kurangnya kuantitas dan kualitas petugas kesehatan lingkungan di Puskesmas dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan terkait penyehatan TTU serta mutasi petugas yang terjadi di daerah. o Masih kurangnya dukungan sarana dan prasarana untuk pelaksanaan pembinaan dan pengawasan terkait penyehatan TTU. o Pelaksanaan kegiatan penyehatan TTU melibatkan multi sektor sehingga perlu memperkuat jejaring kemitraan, dan kapasitas SDM. o Proses peningkatan perubahan perilaku tidak dapat dilakukan secara cepat, cenderung membutuhkan waktu yang relatif lama dan kecukupan pendampingan petugas kepada masyarakat untuk menerapkan perilaku yang lebih sehat dalam kehidupan sehari-hari secara berkesinambungan. o Masyarakat belum banyak memahami pentingnya penyehatan TTU. o Adanya efisiensi anggaran sebesar Rp ,- atau 43 % dari anggaran. Alternatif solusi yang dilakukan meliputi : o Membangun sistem pelaporan penyehatan TTU berbasis elektronik. o Pembinaan/orientasi terpadu terkait kegiatan penyehatan TTU untuk mensosialisasikan pedoman pelaksanaan kegiatan penyehatan TTU dan meningkatkan kapasitas petugas kesling. o Pemberian dukungan sarana dan prasarana pada daerah-daerah yang belum terjangkau. o Bermitra dengan PKK dalam pelaksanaan kegiatan penyehatan TTU. o Pemberian dana dekon dan DAK yang lebih lagi untuk mendukung pelaksanaan kegiatan penyehatan TTU. b. Jumlah Kab/ Kota yang Menyelenggarakan Tatanan Kawasan Sehat Lokus tatanan sehat meliputi Kabupaten/Kota Sehat, Pasar Sehat, Pelabuhan/Bandara Sehat, Sekolah Sehat, Kantor Sehat. Kegiatannya tentu meliputi pembinaan pada lokus-lokus yang tadi disebutkan, kesiapsiagaan dan penanggulangan Bencana, serta kegiatan even-even khusus atau kesling tertentu yang sebagian besar dari keseluruhan kegiatan tersebut berorientasi pada pemberdayaan masyarakat. Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat sendiri merupakan kegiatan pemerintah daerah yang ditujukan untuk meningkatkan kondisi lingkungan di wilayahnya kearah yang lebih baik sehingga masyarakatnya dapat hidup dengan aman, nyaman, bersih dan sehat. Penyelenggaraan Kab/Kota Sehat adalah juga merupakan pelaksanaan berbagai kegiatan dalam mewujudkan kab/kota sehat berbasis masyarakat yang berkesinambungan, melalui forum yang difasilitasi oleh pemerintah kab/kota. Kab/kota yang menyelenggarakan kawasan sehat adalah kab/kota yang menyelenggarakan pendekatan Kab/Kota Sehat dengan membentuk Tim Pembina dan Forum Kab/Kota Sehat yang menerapkan minimal 2 Tatanan dari 9 Tatanan Kawasan Sehat yaitu : (1). Kawasan Permukiman, Sarana, dan Prasarana Umum (2). Kawasan Sarana Lalu Lintas Tertib dan Pelayanan Transportasi (3). Kawasan Pertambangan Sehat (4). Kawasan Hutan Sehat (5). Kawasan Industri dan Perkantoran Sehat (6). Kawasan Pariwisata Sehat (7). Halaman 61 dari 82

62 Ketahanan Pangan dan Gizi (8). Kehidupan Masyarakat yang Mandiri (9). Kehidupan Sosial yang Sehat. Grafik 39 Target dan Realisasi Indikator Jumlah Kab/Kota yang Menyelenggarakan Tatanan Kawasan Sehat Tahun TARGET INDIKATOR Capaian Kinerja % 350 REALISASI INDIKATOR % Pada tahun 2016, target indikator Jumlah Kab/Kota yang Menyelenggarakan Tatanan Kawasan Sehat sebesar 356 kab/ kota. Sedangkan realisasi indikator tersebut sebesar 350 kab/ kota. Itu berarti realisasi indikator tersebut belum mencapai target indikator dengan capaian kinerja sebesar %. Grafik 40 Realisasi Th 2016 dan Target Jangka Menengah Indikator Jumlah Kab/Kota yang Menyelenggarakan Tatanan Kawasan Sehat Halaman 62 dari 82

63 390 *) dalam persen Realisasi 2016 Target 2015 Target 2016 Target 2017 Target 2018 Target 2019 Jika menyandingkan realisasi 2016 dengan terget jangka menengah maka diketahui bahwa realisasi 2016 sudah mencapai target 2015 namun masih di bawah target Grafik 41 Realisasi Kumulatif Per Propinsi Indikator Jumlah Kab/Kota yang Menyelenggarakan Tatanan Kawasan Sehat s.d. Tahun 2016 Halaman 63 dari 82

64 PAPUA BARAT PAPUA KALIMANTAN TENGAH MALUKU UTARA MALUKU KALIMANTAN UTARA SULAWESI BARAT KEPULAUAN RIAU DI YOGYAKARTA ACEH DKI JAKARTA BANTEN SULAWESI TENGAH GORONTALO KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NUSA TENGGARA TIMUR BENGKULU KALIMANTAN BARAT LAMPUNG BALI KALIMANTAN TIMUR SULAWESI TENGGARA NUSA TENGGARA BARAT KALIMANTAN SELATAN RIAU JAMBI SULAWESI UTARA SUMATERA SELATAN SUMATERA UTARA SUMATERA BARAT SULAWESI SELATAN JAWA BARAT JAWA TENGAH JAWA TIMUR Jumlah Kab/Kota yang Menyelenggarakan Tatanan Kawasan Sehat s.d. Th 2016 = 350 kab/kota kab/kota Grafik 42 Proporsi Realisasi Per Propinsi Indikator Jumlah Kab/Kota yang Menyelenggarakan Tatanan Kawasan Sehat Tahun 2015 Halaman 64 dari 82

65 PAPUA BARAT PAPUA KALIMANTAN TENGAH MALUKU UTARA ACEH MALUKU NUSA TENGGARA TIMUR SULAWESI TENGAH SUMATERA UTARA SULAWESI TENGGARA KALIMANTAN BARAT LAMPUNG SULAWESI BARAT KEPULAUAN RIAU BANTEN KALIMANTAN SELATAN BENGKULU KALIMANTAN UTARA SUMATERA SELATAN SULAWESI UTARA KALIMANTAN TIMUR RIAU JAWA BARAT SUMATERA BARAT JAMBI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG DKI JAKARTA JAWA TENGAH DI YOGYAKARTA JAWA TIMUR BALI NUSA TENGGARA BARAT SULAWESI SELATAN GORONTALO % Pada tahun 2016, propinsi dengan realisasi paling tinggi (100 %) sebanyak 11 propinsi dan propinsi dengan realisasi paling rendah (0 %) yaitu Papua Barat. Grafik 43 Target dan Realisasi Indikator Jumlah Kab/Kota yang Menyelenggarakan Tatanan Kawasan Sehat Th 2016 Halaman 65 dari 82

66 TARGET INDIKATOR REALISASI INDIKATOR *) dalam persen Pada tahun 2016, target indikator Jumlah Kab/Kota yang Menyelenggarakan Tatanan Kawasan Sehat sebesar 356 kab/kota dan realisasi indikator tersebut sebesar 350 kab/kota. Itu berarti pada tahun 2016, realisasi indikator belum mencapai target indikator yang ditetapkan. Pada tahun 2015, target indikator tersebut sebesar 346 kab/kota dan realisasi indikator tersebut sebesar 346 kab/kota. Itu berarti pada tahun 2015, realisasi indikator tersebut telah mencapai target indikator yang ditetapkan. Jadi dapat disimpulkan bahwa trend realisasi indikator tersebut terjadi penurunan, dimana pada tahun 2015 mencapai target sedangkan pada tahun 2016 tidak mencapai target. Grafik 44 Target dan Capaian Kinerja Indikator Jumlah Kab/Kota yang Menyelenggarakan Tatanan Kawasan Sehat Th ,50 100,00 99,50 100,00 100,00 99,00 98,50 98,00 97,50 98,31 TARGET KINERJA CAPAIAN KINERJA 97, *) dalam persen Halaman 66 dari 82

67 Pada tahun 2016, capaian kinerja indikator Jumlah Kab/Kota yang Menyelenggarakan Tatanan Kawasan Sehat sebesar %. Pada tahun 2015, capaian kinerja indikator tersebut sebesar 100 %. Jadi dapat disimpulkan bahwa trend capaian kinerja indikator tersebut mengalami penurunan, dimana pada tahun 2015 capaian kinerja sudah mencapai target capaian kinerja yang adalah 100 %, sementara pada tahun 2016 tidak mencapai target capaian kinerja yang adalah 100 %. Grafik 45 Penyandingan Capaian Kinerja dan Realisasi Anggaran Indikator Jumlah Kab/Kota yang Menyelenggarakan Tatanan Kawasan Sehat Th , ,8 98,6 98,31 98,4 98,2 98 CAPAIAN KINERJA REALISASI ANGGARAN % Pada tahun 2016, anggaran yang dialokasikan untuk pelaksanaan indikator Jumlah Kab/Kota yang Menyelenggarakan Tatanan Kawasan Sehat sebesar Rp 7,388,712,000 dan realisasi anggaran untuk pelaksanaan indikator tersebut sebesar % atau Rp 7,307,202,668. Target indikator yang ditetapkan sebesar 356 kab/ kota dan realisasi indikator tersebut sebesar 350 kab/ kota sehingga capaian kinerja yang diperoleh sebesar 98.31%. Itu berarti terwujud ketidakefisiensian anggaran karena capaian kinerja sebesar % dicapai dengan % anggaran. Halaman 67 dari 82

68 Grafik 46 Penyandingan Capaian Kinerja dan Realisasi Anggaran Indikator Jumlah Kab/Kota yang Menyelenggarakan Tatanan Kawasan Sehat Th ,00 100,00 98,31 98,90 *) dalam persen 95,00 90,00 84,48 85,00 80,00 75, CAPAIAN KINERJA REALISASI ANGGARAN Pada tahun 2016, capaian kinerja indikator Jumlah Kab/Kota yang Menyelenggarakan Tatanan Kawasan Sehat sebesar % dan realisasi anggarannya sebesar %. Pada tahun 2015, capaian kinerja indikator tersebut sebesar 100 % dan realisasi anggarannya sebesar %. Jika dilihat dari segi ini, itu berarti pada tahun 2015 terwujud keefisiensian anggaran karena besar capaian kinerja lebih besar daripada realisasi anggaran, sementara pada tahun 2016 terwujud ketidakefisiensian anggaran karena besar capaian kinerja lebih kecil daripada realisasi anggaran. Analisi penyebab/ program/ kegiatan yang menunjang keberhasilan : o Pelaksanaan review Peraturan Menteri Kesehatan menyesuaikan dengan kondisi yaitu Revisi Kepmen No 519 Th 2014 tentang Penyelenggaraan Pasar Sehat menjadi Permenkes. o Penyusunan pedoman meliputi Modul Pelatihan Radioland. o Peningkatan kapasitas petugas untuk pelaksanaan kegiatan kesling melalui kegiatan Pelatihan Pra Kedaruratan Bidang Kesling/ KLB. o Pemberian dukungan sarana dan prasarana bagi Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota, Puskesmas dan pokja pasar terpilih berdasarkan usulan dari daerah berupa peralatan radioland sebanyak 10 paket, alat pembersih pasar dan pelindung diri sebanyak 10 paket, alat kedaruratan kesling (alat Halaman 68 dari 82

69 penjernih air dan udara) sebanyak 11 paket, bufferstock kedaruratan kesehatan lingkungan sebanyak 11 paket. o Pemberian dana dekon dan DAK untuk mendukung pelaksanaan kegiatan penyehatan kawasan. o Pengembangan jejaring/koordinasi lintas program/lintas sektor dalam bentuk pertemuan antar stakeholder terkait untuk menyamakan persepsi dalam mewujudkan dan mendukung pelaksanaan kegiatan penyehatan kawasan. o Pengeluaran Surat Edaran Pasar Sehat dimana satu kab/kota diwajibkan mengadopsi satu Pasar Percontohan Pasar Sehat. o Pelaksanaan berbagai penilaian untuk menyemangati pelaksanaan kesling seperti penilaian kab/kota sehat dll. Analisis penyebab/ program/ kegiatan yang dapat menyebabkan kegagalan meliputi : o Belum terbangunnya sistem pelaporan penyehatan kawasan berbasis elektronik. o Masih kurangnya kuantitas dan kualitas petugas kesehatan lingkungan di Puskesmas dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan terkait penyehatan kawasan serta mutasi petugas yang terjadi di daerah. o Masih kurangnya dukungan sarana dan prasarana untuk pelaksanaan pembinaan dan pengawasan terkait penyehatan kawasan. o Pelaksanaan kegiatan penyehatan kawasan melibatkan multi sektor sehingga perlu memperkuat jejaring kemitraan, dan kapasitas SDM. o Proses peningkatan perubahan perilaku tidak dapat dilakukan secara cepat, cenderung membutuhkan waktu yang relatif lama dan kecukupan pendampingan petugas kepada masyarakat untuk menerapkan perilaku yang lebih sehat dalam kehidupan sehari-hari secara berkesinambungan. o Masyarakat belum banyak memahami pentingnya penyehatan kawasan. o Adanya efisiensi anggaran sebesar Rp ,- atau 43 % dari anggaran. Alternatif solusi yang dilakukan meliputi : o Membangun sistem pelaporan penyehatan kawasan berbasis elektronik. o Pembinaan/orientasi terpadu terkait kegiatan penyehatan kawasan untuk mensosialisasikan pedoman pelaksanaan kegiatan penyehatan kawasan dan meningkatkan kapasitas petugas kesling. o Pemberian dana dekon dan DAK yang lebih lagi untuk mendukung pelaksanaan kegiatan penyehatan kawasan. o Pemberian dukungan sarana dan prasarana pada daerah-daerah yang belum terjangkau. o Pelaksanaan berbagai penilaian untuk menyemangati pelaksanaan kesling seperti penilaian kab/kota sehat. Halaman 69 dari 82

70 Ket : Kegiatan Pelabuhan/ Bandar Udara Sehat Halaman 70 dari 82

71 Halaman 71 dari 82

72 Halaman 72 dari 82

73 Halaman 73 dari 82

74 Halaman 74 dari 82

75 4. Pengamanan limbah dan radiasi Perkembangan teknologi dan pembangunan yang pesat di berbagai sektor seperti perindustrian, pertanian, transportasi, pertambangan, dan sebagainya memberikan manfaat untuk kesejahteraan masyarakat, peningkatan devisa dan membuka peluang kerja, tetapi juga memberikan dampak negatif terhadap lingkungan, yaitu terjadinya pencemaran lingkungan baik air, udara maupun tanah, yang pada akhirnya menimbulkan dampak terhadap kesehatan masyarakat. Pencemaran lingkungan dapat juga diakibatkan oleh manusia dan pada akhirnya dampaknya juga dirasakan, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Dampak limbah buangan hasil aktifitas manusia jika tidak dikelola dengan serius akan menjadi sumber penularan penyakit, juga dapat menimbulkan permasalahan tersendiri bagi masyarakat. Pencemaran lingkungan dapat juga diakibatkan oleh manusia dan pada akhirnya dampaknya juga dirasakan, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Dampak limbah buangan hasil aktifitas manusia yang jika tidak dikelola dengan serius akan menjadi sumber penularan penyakit, juga dapat menimbulkan permasalahan tersendiri bagi masyarakat. Penyelenggaraan kegiatan pengamanan limbah, udara, dan radiasi bertujuan untuk mengendalikan risiko terjadinya pencemaran dan dampaknya terhadap kesehatan lingkungan, yang memfokuskan diantaranya pada pengelolaan limbah medis fasyankes dan Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan (ADKL). Salah satu program peningkatan kesehatan adalah Jaminan Kesehatan Nasional yang diselenggarakan oleh BPJS. JKN meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan. Jumlah layanan kesehatan yang bertambah dapat meningkatkan jumlah limbah medis yang harus dikelola. Karena limbah medis merupakan limbah bahan berbahaya dan beracun dan supaya tidak berdampak pada msyarakat maka limbah medis perlu dikelola dengan aman dan benar sesuai standar. Fasilitas pelayanan kesehatan yang tersebar di Indonesia menjadi ancaman kesehatan apabila limbah medis tidak dikelola dengan benar. Terkait kegiatan ini terdapat indikator yang mendukung yaitu indikator persentase RS yang melaksanakan pengelolaan limbah medis sesuai standar. RS yang melakukan pengelolahan limbah medis adalah RS yang melakukan pemilahan dan pengolahan limbah medis sesuai aturan. Pemilahan adalah telah memisahkan antara limbah medis dan non medis. Pengolahan adalah proses pengolahan akhir limbah yang dilakukan sendiri atau melalui pihak ketiga yg berizin. Cara perhitungannya yaitu jumlah RS yang mengelola limbah medis sesuai peraturan dibagi jumlah RS yang terdaftar di Kemenkes. Halaman 75 dari 82

76 Grafik 47 Target dan Realisasi Indikator Persentase RS yang Melaksanakan Pengelolaan Limbah Medis sesuai Standar Tahun ,98 18,00 17,50 17,00 16,50 16,00 15,50 15,00 14,50 14,00 13,50 15,00 TARGET INDIKATOR Capaian Kinerja % REALISASI INDIKATOR % Pada tahun 2016, target RS yang Melaksanakan Pengelolaan Limbah Medis sesuai Standar adalah 15 %. Sedangkan realisasi indikator tersebut adalah sebesar %. Hal ini berarti realisasi indikator tersebut sudah mencapai target indikator dengan capaian kinerja sebesar %. Grafik 48 Realisasi Th 2016 dan Target Jangka Menengah Indikator Persentase RS yang Melaksanakan Pengelolaan Limbah Medis sesuai Standar Halaman 76 dari 82

77 40 *) dalam persen , Realisasi 2016 Target 2015 Target 2016 Target 2017 Target 2018 Target 2019 Jika menyandingkan realisasi 2016 dengan terget jangka menengah maka diketahui bahwa realisasi 2016 sudah melewati target 2016 namun masih di bawah target Grafik 49 Realisasi Per Propinsi Indikator Persentase RS yang Melaksanakan Pengelolaan Limbah Medis sesuai Standar Tahun 2016 Halaman 77 dari 82

78 BENGKULU NUSA TENGGARA TIMUR SULAWESI TENGAH SULAWESI BARAT PAPUA BARAT PAPUA JAWA TIMUR KALIMANTAN BARAT SULAWESI UTARA SUMATERA SELATAN SUMATERA UTARA JAWA TENGAH MALUKU ACEH KEPULAUAN RIAU SULAWESI TENGGARA TARGET MALUKU UTARA KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KALIMANTAN SELATAN JAWA BARAT REALISASI NASIONAL SULAWESI SELATAN NUSA TENGGARA BARAT DKI JAKARTA JAMBI KALIMANTAN TENGAH RIAU KALIMANTAN TIMUR GORONTALO BANTEN SUMATERA BARAT BALI KALIMANTAN UTARA DI YOGYAKARTA LAMPUNG *) dalam persen , Pada tahun 2016, propinsi dengan realisasi paling tinggi adalah Lampung dengan angka mencapai 75 %. Terdapat 18 Propinsi (53 %) sudah berada di atas target nasional dan terdapat 16 Propinsi (47 %) masih berada di bawah target nasional. Grafik 50 Target dan Realisasi Indikator Persentase RS yang Melaksanakan Pengelolaan Limbah Medis sesuai Standar Th Halaman 78 dari 82

79 40,00 35,00 36,00 30,00 25,00 28,00 20,00 15,00 11,13 17,98 15,00 21,00 TARGET INDIKATOR REALISASI INDIKATOR 10,00 10,00 5,00 0, *) dalam persen Pada tahun 2016, target indikator Persentase RS yang Melaksanakan Pengelolaan Limbah Medis sesuai Standar sebesar 15 % dan realisasi indikator tersebut sebesar %. Itu berarti pada tahun 2016, realisasi indikator telah mencapai target indikator yang ditetapkan. Pada tahun 2015, target indikator tersebut sebesar 10 % dan realisasi indikator tersebut sebesar %. Itu berarti pada tahun 2015, realisasi indikator tersebut juga telah mencapai target indikator yang ditetapkan. Jadi dapat disimpulkan bahwa trend realisasi indikator tersebut senantiasa mencapai target indikator setiap tahunnya. Grafik 51 Target dan Capaian Kinerja Penyandingan Capaian Kinerja dan Realisasi Anggaran Indikator Persentase RS yang Melaksanakan Pengelolaan Limbah Medis sesuai Standar Th Halaman 79 dari 82

80 125,00 120,00 119,84 115,00 110,00 105,00 111,13 TARGET KINERJA CAPAIAN KINERJA 100,00 100,00 95,00 90, *) dalam persen Pada tahun 2016, capaian kinerja indikator Persentase RS yang Melaksanakan Pengelolaan Limbah Medis sesuai Standar sebesar %. Pada tahun 2015, capaian kinerja indikator tersebut sebesar %. Jadi dapat disimpulkan bahwa trend capaian kinerja indikator tersebut di atas 100 % setiap tahunnya. Itu berarti setiap tahunnya capaian kinerja sudah mencapai target capaian kinerjanya yang adalah 100 %. Grafik 52 Penyandingan Capaian Kinerja dan Realisasi Anggaran Indikator Persentase RS yang Melaksanakan Pengelolaan Limbah Medis sesuai Standar Th ,84 96, CAPAIAN KINERJA REALISASI ANGGARAN % Halaman 80 dari 82

81 Pada tahun 2016, anggaran yang dialokasikan untuk pelaksanaan indikator Persentase RS yang Melaksanakan Pengelolaan Limbah Medis sesuai Standar sebesar Rp 1,657,319,000 dan realisasi anggaran untuk pelaksanaan indikator tersebut sebesar % atau Rp 1,601,856,058. Target indikator yang ditetapkan sebesar 15 % dan realisasi indikator tersebut sebesar % sehingga capaian kinerja yang diperoleh sebesar %. Itu berarti terwujud efisiensi anggaran karena capaian kinerja sebesar % dapat dicapai dengan % anggaran. Grafik 53 Penyandingan Capaian Kinerja dan Realisasi Anggaran Indikator Persentase RS yang Melaksanakan Pengelolaan Limbah Medis sesuai Standar Th ,00 111,13 119,84 96,65 *) dalam persen 100,00 79,75 80,00 60,00 40,00 20,00 0, CAPAIAN KINERJA REALISASI ANGGARAN Pada tahun 2016, capaian kinerja indikator Persentase RS yang Melaksanakan Pengelolaan Limbah Medis sesuai Standar sebesar % dan realisasi anggarannya sebesar %. Pada tahun 2015, capaian kinerja indikator tersebut sebesar % dan realisasi anggarannya sebesar %. Jika dilihat dari segi ini, itu berarti setiap tahunnya terwujud keefisiensian anggaran karena besar capaian kinerja lebih besar daripada realisasi anggaran. Halaman 81 dari 82

82 Analisis penyebab/ program/ kegiatan yang menunjang keberhasilan meliputi : o Penyusunan pedoman Pedoman Pengamanan Pestisida terhadap Kesehatan, Standar Baku Mutu Biomarker, Pedoman Pengamanan Dampak Radiasi. o Peningkatan kapasitas petugas untuk pelaksanaan kegiatan kesling melalui kegiatan Capacity Building Bidang Radiasi dan Limbah Medis. o Pemberian dana dekon dan DAK untuk mendukung pelaksanaan kegiatan kesling. o Pengembangan jejaring/koordinasi lintas program/lintas sektor dalam bentuk pertemuan antar stakeholder terkait untuk menyamakan persepsi dalam mewujudkan dan mendukung pelaksanaan kegiatan pengamanan limbah dan radiasi. o Pembangunan sistem monitoring yang berkualitas dan akuntabel melalui sistem monitoring elektronik yaitu emonev pengelolaan limbah fasyankes. Analisis penyebab/ program/ kegiatan yang dapat menyebabkan kegagalan meliputi : o Adanya efisiensi anggaran sebesar Rp ,- atau 43 % dari anggaran. o Masih kurangnya kuantitas dan kualitas petugas kesehatan lingkungan di Puskesmas dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan terkait pengamanan limbah dan radiasi serta mutasi petugas yang terjadi di daerah. o Masih kurangnya dukungan sarana dan prasarana untuk pelaksanaan pembinaan dan pengawasan terkait pengamanan limbah dan radiasi. o Untuk sistem pelaporan kegiatan yang sudah berbasis elektronik (internet) masih belum optimal terkait dukungan jaringan internet yang belum stabil di seluruh lokasi. o Pelaksanaan kegiatan pengamanan limbah dan radiasi melibatkan multi sektor sehingga perlu memperkuat jejaring kemitraan, dan kapasitas SDM. o Proses peningkatan perubahan perilaku tidak dapat dilakukan secara cepat, cenderung membutuhkan waktu yang relatif lama dan kecukupan pendampingan petugas kepada masyarakat untuk menerapkan perilaku yang lebih sehat dalam kehidupan sehari-hari secara berkesinambungan. o Masyarakat belum banyak memahami pentingnya pengamanan limbah dan radiasi. Alternatif solusi yang dilakukan meliputi : o Pembinaan/orientasi terpadu terkait kegiatan pengamanan limbah dan radiasi untuk mensosialisasikan pedoman pelaksanaan kegiatan pengamanan limbah dan radiasi dan meningkatkan kapasitas petugas kesling. o Pemberian dana dekon dan DAK yang lebih lagi untuk mendukung pelaksanaan kegiatan kesling. o Pemberian dukungan sarana dan prasarana pada daerah-daerah yang belum terjangkau. o Sosialisasi dan implementasi sistem monev dan pelaporan pengamanan limbah dan radiasi berbasis elektronik dengan lebih optimal sekaligus Halaman 82 dari 82

83 didukung oleh pemda setempat dalam hal dukungan terhadap jaringan internet yang lebih stabil. Ket : Pembinaan/ Capacity Building Radiasi Ket : Pembinaan/ Capacity Building Limbah Medis Halaman 83 dari 82

84 Pemilahan limbah medis di RSUD Doris Sylvanus, Palangkaraya Poster kategori dan bahaya limbah Pengujian emisi insinerator limbah medis Pemilahan RS Pertamedika Tarakan Insinerator rusak RSAL Tarakan Abu insinerasi RSUD Tarakan Halaman 84 dari 82

85 Ket : E-Monev PLUR C. REALISASI ANGGARAN Grafik 54 Pagu dan Realisasi Anggaran Dit. Kesling Th 2016 REALISASI ANGGARAN 93,27 PAGU ANGGARAN 100,00 88,00 90,00 92,00 94,00 96,00 98,00 100,00 102,00 % Pagu Anggaran (KP) : Rp ,- Realisasi Anggaran (KP) : Rp ,- Halaman 85 dari 82

86 Total pagu anggaran Satker Direktorat Kesehatan Lingkungan pada awal tahun 2016 sebesar Rp ,-. Kemudian pagu anggaran bertambah dengan masuknya Hibah Terencana Luar Negeri (HLN) PAMSIMAS sebesar Rp ,- sehingga pagu anggaran menjadi Rp ,-. Selanjutnya pagu anggaran mengalami efisiensi sebesar Rp ,- sehingga pagu anggaran menjadi Rp ,-. Kemudian pagu anggaran mengalami refocusing sebesar Rp ,- sehingga pagu anggaran menjadi Rp ,-. Selanjutnya pagu anggaran bertambah dengan masuknya Hibah Langsung Luar Negeri (HLLN) dari Unicef dan WHO sebesar Rp ,- sehingga pagu anggaran di akhir tahun 2016 menjadi Rp ,-. Realisasi anggaran tahun 2016 sebesar Rp ,- (93.27 %). Grafik 55 Penyandingan Capaian Kinerja Berdasarkan Jumlah Indikator yang Mencapai Target dan Realisasi Anggaran Dit. Kesling Th , , CAPAIAN KINERJA REALISASI ANGGARAN % Pada tahun 2016, pagu anggaran yang dialokasikan pada satker KP Dit. PL sebesar Rp ,- dan realisasi anggaran tersebut sebesar % atau Rp ,-. Sedangkan capaian kinerja Dit. Kesling berdasarkan jumlah indikator yang mencapai target sebesar %. Itu berarti terwujud ketidakefisiensian anggaran karena capaian kinerja sebesar % terwujud dengan % anggaran. Halaman 86 dari 82

87 Grafik 56 Penyandingan Capaian Kinerja Berdasarkan Rata-rata Capaian Kinerja dan Realisasi Anggaran Dit. Kesling Th , CAPAIAN KINERJA REALISASI ANGGARAN % 93,27 Seperti sudah disampaikan di atas bahwa pada tahun 2016, realisasi anggaran Dit. Kesling sebesar %. Sedangkan capaian kinerja Dit. Kesling jika berdasarkan rata-rata capaian kinerja sebesar %. Itu berarti terwujud efisiensi anggaran karena capaian kinerja sebesar % dapat terwujud dengan % anggaran. Grafik 57 Penyandingan Capaian Kinerja Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) dan Realisasi Anggaran Dit. Kesling Th 2016 Halaman 87 dari 82

88 ,09 119,84 99,45 97,56 96,18 101,24 97,74 96,65 98,31 98, , , STBM PKAM TPM Sehat TTU Sehat LIMBAH MEDIS KKS CAPAIAN KINERJA REALISASI ANGGARAN Pada tahun 2016, terdapat 4 indikator yang capaian kinerjanya lebih besar dari realisasi anggaran yaitu indikator STBM, TPM Sehat, TTU Sehat dan Limbah Medis. Jika dilihat dari segi ini, itu berarti keempat indikator terjadi keefisiensian anggaran karena besar capaian kinerja lebih besar daripada realisasi anggaran. Sementara 2 indikator sisanya, capaian kinerjanya lebih kecil dari realisasi anggaran yaitu indikator PKAM dan KKS. Jika dilihat dari segi ini, itu berarti kedua indikator terjadi ketidakefisiensian anggaran karena besar capaian kinerja lebih kecil daripada realisasi anggaran. Grafik 58 Penyandingan Capaian Kinerja Berdasarkan Jumlah Indikator yang Mencapai Target dan Realisasi Anggaran Dit. Kesling Th Halaman 88 dari 82

RPJMN dan RENSTRA BPOM

RPJMN dan RENSTRA BPOM RPJMN 2015-2019 dan RENSTRA BPOM 2015-2019 Kepala Bagian Renstra dan Organisasi Biro Perencanaan dan Keuangan Jakarta, 18 Juli 2017 1 SISTEMATIKA PENYAJIAN RPJMN 2015-2019 RENCANA STRATEGIS BPOM 2015-2019

Lebih terperinci

Oleh: Ellyna Chairani Direktorat Sistem dan Pelaporan EKP, BAPPENAS. Jakarta, 8 Desember 2015 Kementerian Kesehatan

Oleh: Ellyna Chairani Direktorat Sistem dan Pelaporan EKP, BAPPENAS. Jakarta, 8 Desember 2015 Kementerian Kesehatan Oleh: Ellyna Chairani Direktorat Sistem dan Pelaporan EKP, BAPPENAS Jakarta, 8 Desember 2015 Kementerian Kesehatan Outline Paparan 1. Kinerja Pelaksanaan Rencana Kerja Kemenkes 2014-2015 - Capaian Indikator

Lebih terperinci

RENCANA AKSI KEGIATAN (RAK) BIRO KEPEGAWAIAN SETJEN KEMENKES TAHUN

RENCANA AKSI KEGIATAN (RAK) BIRO KEPEGAWAIAN SETJEN KEMENKES TAHUN RENCANA AKSI KEGIATAN (RAK) BIRO KEPEGAWAIAN SETJEN KEMENKES TAHUN 2015-2019 BIRO KEPEGAWAIAN SEKRETARIAT JENDERAL KEMENKES Kesehatan Gedung Prof Dr. Sujudi Lantai 8 9 Jl. HR. Rasuna Said Blok X5 Kav.

Lebih terperinci

Deputi Bidang SDM dan Kebudayaan. Disampaikan dalam Penutupan Pra-Musrenbangnas 2013 Jakarta, 29 April 2013

Deputi Bidang SDM dan Kebudayaan. Disampaikan dalam Penutupan Pra-Musrenbangnas 2013 Jakarta, 29 April 2013 Deputi Bidang SDM dan Kebudayaan Disampaikan dalam Penutupan Pra-Musrenbangnas 2013 Jakarta, 29 April 2013 SISTEMATIKA 1. Arah Kebijakan Prioritas Nasional 2. Isu-isu Penting dalam Prioritas Nasional (PN)

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A DIREKTORAT BINA OBAT PUBLIK DAN PERBEKALAN KESEHATAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2015 Laporan Akuntabilitas

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 216 MOR SP DIPA-33.-/216 DS334-938-12-823 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 1 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS REPUBLIK INDONESIA RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN

Lebih terperinci

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009 ACEH ACEH ACEH SUMATERA UTARA SUMATERA UTARA SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT RIAU JAMBI JAMBI SUMATERA SELATAN BENGKULU LAMPUNG KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEPULAUAN RIAU DKI JAKARTA JAWA BARAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tahun 2015 merupakan awal dari implementasi Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Lebih terperinci

INTEGRASI PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN. Usman Sumantri Kepala Badan PPSDM Kesehatan Surabaya, 23 November 2016

INTEGRASI PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN. Usman Sumantri Kepala Badan PPSDM Kesehatan Surabaya, 23 November 2016 INTEGRASI PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN Usman Sumantri Kepala Badan PPSDM Kesehatan Surabaya, 23 November 2016 Tantangan Pembangunan Kesehatan Derajat kesehatan rakyat yg setinggitingginya

Lebih terperinci

Disampaikan Dalam Kegiatan Diseminasi Aplikasi SAK BLU 2015 Universitas Sultan Ageng Tirtayasa - Banten di The Royale Krakatau Hotel - Cilegon

Disampaikan Dalam Kegiatan Diseminasi Aplikasi SAK BLU 2015 Universitas Sultan Ageng Tirtayasa - Banten di The Royale Krakatau Hotel - Cilegon ARAH DAN SASARAN PEMBINAAN PENGELOLAAN APBN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN RISTEK DAN DIKTI Oleh : Prof. Dr. Jamal Wiwoho, SH, M.Hum. Inspektur Jenderal Kemenristekdikti Disampaikan Dalam Kegiatan Diseminasi

Lebih terperinci

BAB I I TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB I I TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN Rencana Kinerja (Renja) BPPTPM Prov.Kep.Babel TA.2016 BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1. Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional dan Provinsi Visi BKPM dalam periode 2015-2019 adalah sebagai

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 216 MOR SP DIPA-24.3-/216 DS71-99-46-4 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGAWASAN INTERNAL DI KEMRISTEKDIKTI. Oleh : Prof. Jamal Wiwoho, SH, Mhum. (INSPEKTORAT JENDERAL KEMRISTEKDIKTI)

KEBIJAKAN PENGAWASAN INTERNAL DI KEMRISTEKDIKTI. Oleh : Prof. Jamal Wiwoho, SH, Mhum. (INSPEKTORAT JENDERAL KEMRISTEKDIKTI) KEBIJAKAN PENGAWASAN INTERNAL DI KEMRISTEKDIKTI Oleh : Prof. Jamal Wiwoho, SH, Mhum. (INSPEKTORAT JENDERAL KEMRISTEKDIKTI) Disampaikan Dalam Rapat Koordinasi Pengawasan Peningkatan Kapasitas Pengendalian

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2016

RENCANA KINERJA TAHUNAN KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2016 RENCANA KINERJA TAHUNAN KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2016 Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan

Lebih terperinci

Rencana Kerja Tahunan Tahun 2016

Rencana Kerja Tahunan Tahun 2016 Rencana Kerja Tahunan Tahun 2016 DIREKTORAT PELAYANAN KEFARMASIAN Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan KEMENTERIAN KESEHATAN RI KATA PENGANTAR Kami memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah

Lebih terperinci

RUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN

RUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN Pembangunan Perumahan Dan Kawasan Permukiman Tahun 2016 PERUMAHAN PERBATASAN LAIN2 00 NASIONAL 685.00 1,859,311.06 46,053.20 4,077,857.49 4,523.00 359,620.52 5,293.00 714,712.50 62,538.00 1,344,725.22

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 216 MOR SP DIPA-24.-/216 DS634-9258-3394-618 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 1 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No.

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 21 MOR SP DIPA-32.1-/21 DS553-54-8921-629 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 1 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun

Lebih terperinci

BAGAIMANA KONDISI IMPLEMENTASI PROGRAM DIT KESJAOR SAAT INI? DIT KESJAOR, MARET 2017

BAGAIMANA KONDISI IMPLEMENTASI PROGRAM DIT KESJAOR SAAT INI? DIT KESJAOR, MARET 2017 BAGAIMANA KONDISI IMPLEMENTASI PROGRAM DIT KESJAOR SAAT INI? DIT KESJAOR, MARET 2017 13 LBKP PER PROVINSI TAHUN 2016 (I) No Provinsi Kab/Kota Kab/Kota yang % Puskesmas Puskesmas % Laporan 1 Aceh 23 4

Lebih terperinci

- 2 - MEMUTUSKAN: BAB I KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI, DAN SUSUNAN ORGANISASI. Bagian Kesatu Kedudukan, Tugas dan Fungsi. Pasal 1

- 2 - MEMUTUSKAN: BAB I KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI, DAN SUSUNAN ORGANISASI. Bagian Kesatu Kedudukan, Tugas dan Fungsi. Pasal 1 - 2-5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82); 6. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan

Lebih terperinci

Kebijakan Pengawasan Proyek Pinjaman/ Hibah Luar Negeri (PHLN) dari IsDB dan SFD

Kebijakan Pengawasan Proyek Pinjaman/ Hibah Luar Negeri (PHLN) dari IsDB dan SFD Kebijakan Pengawasan Proyek Pinjaman/ Hibah Luar Negeri (PHLN) dari IsDB dan SFD Disampaikan dalam Rakor Proyek Pendanaan IDB oleh Prof. Dr. Jamal Wiwoho, SH. M.Hum Inspektur Jenderal Kementerian Riset,

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI,TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI,TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI,TUJUAN DAN SASARAN Perencanaan pembangunan daerah adalah suatu proses penyusunan tahapantahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan, guna pemanfaatan dan pengalokasian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berbagai upaya penyelenggaraan pelayanan kesehatan terus dilakukan oleh Kementerian Kesehatan dalam usahauntuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Lebih terperinci

BAB II PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERJANJIAN KINERJA BAB II PERJANJIAN KINERJA Untuk mencapai visi dan misi Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik, yang salah satu misinya adalah Mengajak masyarakat Katolik untuk berperan serta secara aktif dan

Lebih terperinci

PENYUSUNAN PELAPORAN DAN EVALUASI RENJA (PP 39/2006 APLIKASI E MONEV BAPPENAS DAN EVALUASI RKA-KL (PMK 249/2011 APLIKASI SMART)

PENYUSUNAN PELAPORAN DAN EVALUASI RENJA (PP 39/2006 APLIKASI E MONEV BAPPENAS DAN EVALUASI RKA-KL (PMK 249/2011 APLIKASI SMART) KEMENTERIAN DIREKTORAT JENDERAL DALAM NEGERI POLITIK Sekretariat DAN PEMERINTAHAN Jenderal UMUM Biro Perencanaan PENYUSUNAN PELAPORAN DAN EVALUASI RENJA (PP 39/2006 APLIKASI E MONEV BAPPENAS DAN EVALUASI

Lebih terperinci

KEBIJAKAN INVESTASI INFRASTRUKTUR BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

KEBIJAKAN INVESTASI INFRASTRUKTUR BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT KEBIJAKAN INVESTASI INFRASTRUKTUR BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT MATERI PAPARAN DIREKTUR BINA INVESTASI INFRASTRUKTUR FASILITASI PENGUSAHAAN JALAN DAERAH KENDARI, 10 11 MEI 2016 VISI DAN 9

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Suprapti NIP Laporan Kinerja Tahun 2014

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Suprapti NIP Laporan Kinerja Tahun 2014 KATA PENGANTAR Direktorat Alat dan Mesin Pertanian merupakan salah satu unit kerja Eselon II di Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, pada tahun 2014

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Disampaikan dalam Acara: Musrenbang RKPD Provinsi Kepulauan Riau 2015 Tanjung

Lebih terperinci

B A B I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

B A B I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 B A B I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terselenggaranya tata Instansi Pemerintah yang baik, bersih dan berwibawa (Good Governance dan Clean Governance) merupakan syarat bagi setiap pemerintahan dalam

Lebih terperinci

Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan.

Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan. Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan. Dr. Kuntjoro Adi Purjanto, M.Kes Sekretaris Ditjen Bina Upaya Kesehatan kementerian kesehatan republik indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pada pasal 48 menyatakan bahwa salah satu dari 17 upaya kesehatan komprehensif adalah Pelayanan Kesehatan Tradisional.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.97,2012 KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT. Pelimpahan. Sebagian Urusan. Dekonsentrasi PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2012 TENTANG PELIMPAHAN

Lebih terperinci

PENGUATAN KESEHATAN LINGKUNGAN DALAM GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT (GERMAS) DIREKTORAT KESEHATAN LINGKUNGAN, DITJEN KESMAS KEMENTERIAN KESEHATAN RI

PENGUATAN KESEHATAN LINGKUNGAN DALAM GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT (GERMAS) DIREKTORAT KESEHATAN LINGKUNGAN, DITJEN KESMAS KEMENTERIAN KESEHATAN RI PENGUATAN KESEHATAN LINGKUNGAN DALAM GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT (GERMAS) DIREKTORAT KESEHATAN LINGKUNGAN, DITJEN KESMAS KEMENTERIAN KESEHATAN RI 1 SISTEMATIKA 4 2 1 3 KONSEP DASAR DAN PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

Petunjuk Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pendidikan Menengah Tahun 2013

Petunjuk Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pendidikan Menengah Tahun 2013 Petunjuk Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pendidikan Menengah Tahun 2013 Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2013 DAFTAR ISI 1 Pengertian, Kebijakan,

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. 2. Tertib Pemanfaatan Hak Atas Tanah dan Pendayagunaan Tanah Negara Bekas Tanah Terlantar.

BAB 1. PENDAHULUAN. 2. Tertib Pemanfaatan Hak Atas Tanah dan Pendayagunaan Tanah Negara Bekas Tanah Terlantar. BAB 1. PENDAHULUAN Sesuai dengan Surat Edaran Menteri Agraria dan Tata Nomor 15/SE/IX/2015 tentang pedoman penyusunan perjanjian kinerja dan laporan kinerja dijelaskan bahwa perjanjian kinerja (PK) merupakan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KESEHATAN PERLUASAN & PENGARUS UTAMAAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DALAM PROGRAM PENYEHATAN LINGKUNGAN

KEMENTERIAN KESEHATAN PERLUASAN & PENGARUS UTAMAAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DALAM PROGRAM PENYEHATAN LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN PERLUASAN & PENGARUS UTAMAAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DALAM PROGRAM PENYEHATAN LINGKUNGAN 1 Target Pemerintah dalam bidang Sanitasi Akses Air Minum dan Sanitasi Layak Indikator

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 216 MOR SP DIPA-24.1-/216 DS771-654-627-359 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No.

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK SURAT PENGESAHAN NOMOR SP DIPA--0/AG/2014 DS 0221-0435-5800-5575 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. UU No. 23 Tahun

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG SALINAN KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG PENETAPAN ALOKASI DANA DEKONSENTRASI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN ANGGARAN 2017 MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN KESEHATAN

RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN KESEHATAN RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN KESEHATAN 2015-2019 Biro Perencanaan dan Anggaran Kemenkes Disampaikan pada: RAPAT KONSULTASI NASIONAL PROGRAM KEFARMASIAN DAN ALKES PALU, 31 MARET 2015 VISI PRESIDEN Terwujudnya

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI DIY DINAS KESEHATAN DIY

KEBIJAKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI DIY DINAS KESEHATAN DIY KEBIJAKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI DIY DINAS KESEHATAN DIY 3 DIMENSI PEMBANGUNAN: PEMBANGUNAN MANUSIA, SEKTOR UNGGULAN, PEMERATAAN DAN KEWILAYAHAN VISI DAN MISI PRESIDEN TRISAKTI: Mandiri di bidang ekonomi;

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK SURAT PENGESAHAN NOMOR SP DIPA-.03-0/AG/2014 DS 9057-0470-5019-2220 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. UU No. 23 Tahun

Lebih terperinci

B. SUMBER PENDANAAN (10) PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN (PPSDMK) (Juta Rupiah) Prakiraan Kebutuhan

B. SUMBER PENDANAAN (10) PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN (PPSDMK) (Juta Rupiah) Prakiraan Kebutuhan PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN (PPSDMK) (Juta ) 2075 Standardisasi, Sertifikasi dan Pendidikan Berkelanjutan bagi SDM Kesehatan 2075.0 Terselenggaranya Standarisasi,

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR DIPA--0/2013 DS 0310-1636-8566-5090 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang

Lebih terperinci

RENCANA KERJA BADAN PPSDMP DAN EVALUASI E-PROPOSAL TAHUN 2016

RENCANA KERJA BADAN PPSDMP DAN EVALUASI E-PROPOSAL TAHUN 2016 RENCANA KERJA BADAN PPSDMP DAN EVALUASI E-PROPOSAL TAHUN 2016 OLEH : SEKRETARIS BADAN PPSDMP Disampaikan pada : Pra-Musrenbangtannas Kementerian Pertanian Jakarta, 12 Mei 2015 ARAH KEBIJAKAN 2015-2019

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT PERBENIHAN TANAMAN

Lebih terperinci

[RENCANA AKSI DIREKTORAT RUMAH SWADAYA]

[RENCANA AKSI DIREKTORAT RUMAH SWADAYA] TAHUN 2016 0 KATA PENGANTAR Rencana Aksi merupakan kegiatan yang wajib dilaksanakan oleh masing-masing unit organisasi dan unit kerja sebelum melaksanakan tugas dan kegiatannya. Direktorat Rumah, sebagai

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN PROGRAM KERJA KEMENRISTEKDIKTI 2018

KEBIJAKAN DAN PROGRAM KERJA KEMENRISTEKDIKTI 2018 KEBIJAKAN DAN PROGRAM KERJA KEMENRISTEKDIKTI 2018 Bandung, 11 Januari 2018 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi 1 A. Program Kerja 2018 2 Visi-Misi Pembangunan 2015-2019 VISI : Terwujudnya

Lebih terperinci

Kebijakan dan Program DAK Bidang Pendidikan Menengah Tahun 2013 Dan Rencana Tahun 2014

Kebijakan dan Program DAK Bidang Pendidikan Menengah Tahun 2013 Dan Rencana Tahun 2014 Kebijakan dan Program DAK Bidang Pendidikan Menengah Tahun 2013 Dan Rencana Tahun 2014 Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2013 DAFTAR ISI 1 KEBIJAKAN DAN PROGRAM

Lebih terperinci

PAGU TAHUN 2017 PAGU TOTAL REHABSOS LANJUT USIA 2017 SISA PAGU REALISASI 68,38% 80,45% 68,39%

PAGU TAHUN 2017 PAGU TOTAL REHABSOS LANJUT USIA 2017 SISA PAGU REALISASI 68,38% 80,45% 68,39% PAGU TAHUN 2017 PAGU PAGU TOTAL REHABSOS LANJUT USIA 2017 REALISASI SISA 68,38% 80,45% 68,39% TARGET TAHUN 2017 TARGET 35.010 ASLUT 30.000 Home Care 2.200 AS-LKS 1.000 DAY CARE 200 FAMILY SUPPORT 1.070

Lebih terperinci

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA PEDOMAN TEKNIS PEMBINAAN USAHA PERKEBUNAN TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2012 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan

Lebih terperinci

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBANGUNAN AIR MINUM DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN

Lebih terperinci

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor), Babi Aceh 0.20 0.20 0.10 0.10 - - - - 0.30 0.30 0.30 3.30 4.19 4.07 4.14 Sumatera Utara 787.20 807.40 828.00 849.20 871.00 809.70 822.80 758.50 733.90 734.00 660.70 749.40 866.21 978.72 989.12 Sumatera

Lebih terperinci

Arah Kebijakan Program PPSP 2015-2019. Kick off Program PPSP 2015-2019 Direktur Perumahan dan Permukiman Bappenas

Arah Kebijakan Program PPSP 2015-2019. Kick off Program PPSP 2015-2019 Direktur Perumahan dan Permukiman Bappenas Arah Kebijakan Program PPSP 2015-2019 Kick off Program PPSP 2015-2019 Direktur Perumahan dan Permukiman Bappenas Jakarta, 10 Maret 2015 Universal Access Air Minum dan Sanitasi Target RPJMN 2015-2019 ->

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 21 MOR SP DIPA-32.6-/21 DS264-891-4155-6432 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 1 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS KOORDINASI KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2015 (REVISI)

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS KOORDINASI KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2015 (REVISI) PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS KOORDINASI KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2015 (REVISI) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN MARET 2015

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Inspektur Jenderal. M. Sakri Widhianto

KATA PENGANTAR. Inspektur Jenderal. M. Sakri Widhianto KATA PENGANTAR Dalam rangka pelaksanaan tugas pokok dan fungsi, maka diperlukan suatu pedoman dan arahan yang jelas sebagai acuan untuk mencapai sasaran yang diinginkan. Pedoman dan arahan dituangkan dalam

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 220/MENKES/SK/VI/2013 TENTANG TIM BINAAN WILAYAH BIDANG KESEHATAN

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 220/MENKES/SK/VI/2013 TENTANG TIM BINAAN WILAYAH BIDANG KESEHATAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 220/MENKES/SK/VI/2013 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa untuk meningkatkan

Lebih terperinci

RENCANA AKSI KEGIATAN PUSAT DATA DAN INFORMASI TAHUN

RENCANA AKSI KEGIATAN PUSAT DATA DAN INFORMASI TAHUN RENCANA AKSI KEGIATAN PUSAT DATA DAN INFORMASI TAHUN 2015 2019 KEMENTERIAN KESEHATAN RI 2017 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKUNTABILITAS KINERJA dan KEUANGAN INSTANSI PEMERINTAH

PENINGKATAN AKUNTABILITAS KINERJA dan KEUANGAN INSTANSI PEMERINTAH PENINGKATAN AKUNTABILITAS KINERJA dan KEUANGAN INSTANSI PEMERINTAH Melalui PENINGKATAN KAPABILITAS APIP dan MATURITAS SPIP Dr. Ardan Adiperdana, Ak., MBA., CA, CFrA, QIA Kepala BPKP Rakorwas Kementerian

Lebih terperinci

Formulir C Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksana Rencana Pembangunan Triwulan III Berdasarkan PP No.39 Tahun 2006 Tahun Anggaran 2014

Formulir C Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksana Rencana Pembangunan Triwulan III Berdasarkan PP No.39 Tahun 2006 Tahun Anggaran 2014 Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA Formulir C Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksana Rencana Pembangunan Triwulan III Berdasarkan PP No.39 Tahun 2006 Tahun Anggaran 2014 Kementerian Perindustrian

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1652, 2014 KEMENDIKBUD. Mutu Pendidikan. Aceh. Sumatera Utara. Riau. Jambi. Sumatera Selatan. Kepulauan Bangka Belitung. Bengkulu. Lampung. Banten. DKI Jakarta. Jawa

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) PUSAT PELATIHAN SDM KESEHATAN TAHUN 2016 KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Pusat Pelatihan SDM Kesehatan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PROGRAM PENYEHATAN LINGKUNGAN

KEBIJAKAN PROGRAM PENYEHATAN LINGKUNGAN KEBIJAKAN INDONESIA SEHAT 2010 PROGRAM PENYEHATAN LINGKUNGAN Direktorat Penyehatan Lingkungan Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan 1 Regulasi Undang-Undang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa sebagai tindak lanjut

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Program dan Kegiatan

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Program dan Kegiatan BAB 1. PENDAHULUAN Dalam Surat Edaran Menteri Agraria dan Tata Nomor 15/SE/IX/2015 tentang pedoman penyusunan perjanjian kinerja dan laporan kinerja dijelaskan bahwa perjanjian kinerja (PK) merupakan dokumen

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT PERBENIHAN TANAMAN

Lebih terperinci

2017, No dalam rangka Penyelenggaraan Dekonsentrasi Tahun Anggaran 2018; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

2017, No dalam rangka Penyelenggaraan Dekonsentrasi Tahun Anggaran 2018; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan No.1161, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERPUSNAS. Pelimpahan Urusan Pemerintahan Perpusnas. PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG PELIMPAHAN URUSAN

Lebih terperinci

PERENCANAAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN TAHUN

PERENCANAAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN TAHUN PERENCANAAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN TAHUN 2015-2019 I. PERENCANAAN 2015-2019 A. LATAR BELAKANG Pembangunan nasional adalah rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh

Lebih terperinci

POKOK-POKOK PIKIRAN KEBIJAKAN DANA ALOKASI KHUSUS 2017

POKOK-POKOK PIKIRAN KEBIJAKAN DANA ALOKASI KHUSUS 2017 POKOK-POKOK PIKIRAN KEBIJAKAN DANA ALOKASI KHUSUS 2017 Kepala Subdirektorat Keuangan Daerah Bappenas Februari 2016 Slide - 1 KONSEP DASAR DAK Slide - 2 DAK Dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang

Lebih terperinci

Arah Kebijakan Sekolah/Madrasah Aman dari Bencana

Arah Kebijakan Sekolah/Madrasah Aman dari Bencana Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Arah Kebijakan Sekolah/Madrasah Aman dari Bencana Dr. Ir. Taufik Hanafi, MUP Staf Ahli Mendikbud Bidang Sosial dan Ekonomi Pendidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Lebih terperinci

AKSELERASI KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL BIDANG PENGENDALIAN PENDUDUK SEMESTER II TAHUN 2016

AKSELERASI KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL BIDANG PENGENDALIAN PENDUDUK SEMESTER II TAHUN 2016 AKSELERASI KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL BIDANG PENGENDALIAN PENDUDUK SEMESTER II TAHUN 2016 oleh: DR. Wendy Hartanto, MA (Deputi Bidang Pengendalian Penduduk BKKBN) Disampaikan pada Kegiatan Review/Telaah

Lebih terperinci

Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN TRIWULAN I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016

Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN TRIWULAN I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016 Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN TRIWULAN I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016 BIRO PERENCANAAN 2016 Formulir C Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2006 Tanggal

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 72/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 31 Oktober 2011

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 72/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 31 Oktober 2011 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 72/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 31 Oktober 2011 PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan

Lebih terperinci

Oleh : Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Disampaikan dalam rangka Sosialisasi Nasional APBNP 2013 Jakarta, 21 Agustus 2013

Oleh : Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Disampaikan dalam rangka Sosialisasi Nasional APBNP 2013 Jakarta, 21 Agustus 2013 Oleh : Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Disampaikan dalam rangka Sosialisasi Nasional APBNP 2013 Jakarta, 21 Agustus 2013 DIREKTORAT PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN LATAR BELAKANG Pada Tahun

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 86 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI LALU LINTAS

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 86 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI LALU LINTAS PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 86 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI LALU LINTAS ANGKUTAN JALAN, SUNGAI, DANAU DAN PENYEBERANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai dengan dengan amanat Undang Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Kementerian Kesehatan telah menyusun Rencana Strategis

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA

PEMELIHARAAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA BAHAN PAPARAN [ARAH KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PEMELIHARAAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA S U M A T E R A K A L I M A N T A N I R I A N J A Y A J A V A Ps 28E (1) setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat

Lebih terperinci

TUGAS DAN FUNGSI BIRO, BAGIAN, DAN SUBBAGIAN KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA. No BIRO BAGIAN SUB-BAGIAN

TUGAS DAN FUNGSI BIRO, BAGIAN, DAN SUBBAGIAN KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA. No BIRO BAGIAN SUB-BAGIAN TUGAS DAN FUNGSI BIRO, BAGIAN, DAN SUBBAGIAN KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA No BIRO BAGIAN SUB-BAGIAN 1 Biro Perencanaan dan Data 1. Bagian Program dan Anggaran Menyusun rencana, program, anggaran,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENYEDIA DAN PENGELOLA PEMBIAYAAN TELEKOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK

Lebih terperinci

PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 72/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 31 Oktober 2011 PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pembangunan

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN INSENTIF TENAGA LAPANGAN DIKMAS (TLD)/ FASILITATOR DESA INTENSIF (FDI) Lampiran 3

PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN INSENTIF TENAGA LAPANGAN DIKMAS (TLD)/ FASILITATOR DESA INTENSIF (FDI) Lampiran 3 Lampiran 3 DAFTAR NAMA TLD/FDI PENERIMA DANA INSENTIF TAHUN 2012 PROVINSI :... NO NAMA ALAMAT *) KAB/KOTA NAMA BANK CABANG/UNIT NO. REKENING MASA KERJA (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) *) sesuai dengan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.115, 2010 Kementerian Perumahan Rakyat. Pelimpahan wewenang. Dekonsentrasi.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.115, 2010 Kementerian Perumahan Rakyat. Pelimpahan wewenang. Dekonsentrasi. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.115, 2010 Kementerian Perumahan Rakyat. Pelimpahan wewenang. Dekonsentrasi. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03/PERMEN/M/2010 TENTANG PELIMPAHAN

Lebih terperinci

PANDUAN. Aplikasi Database Tanah, Bangunan/Gedung, dan Rumah Negara Gol. 2

PANDUAN. Aplikasi Database Tanah, Bangunan/Gedung, dan Rumah Negara Gol. 2 PANDUAN Aplikasi Database Tanah, Bangunan/Gedung, dan Rumah Negara Gol. 2 Bagian Pengelolaan Barang Milik Negara Sekretariat Direktorat Jenderal Cipta Karya DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA KEMENTERIAN

Lebih terperinci

LOGO. Dasar Penyelenggaraan SIKN dan JIKN

LOGO. Dasar Penyelenggaraan SIKN dan JIKN 1 1 Dasar Penyelenggaraan SIKN dan JIKN 2 Undang-Undang No. 43 Th. 2009 TUJUAN PENYELENGGGARAAN KEARSIPAN NASIONAL (UU No. 43 Th. 2009 Psl. 3) 1.Menjamin terciptanya arsip pada pencipta arsip yaitu dari

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN REALISASI KEGIATAN DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI

DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN REALISASI KEGIATAN DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN REALISASI KEGIATAN DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI Oleh : Direktur Pengelolaan Air Irigasi Lombok, 27 29 November 2013 1 REALISASI KEGIATAN PUSAT DIREKTORAT

Lebih terperinci

Nusa Tenggara Timur Luar Negeri Banten Kepulauan Riau Sumatera Selatan Jambi. Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah Sumatera Utara.

Nusa Tenggara Timur Luar Negeri Banten Kepulauan Riau Sumatera Selatan Jambi. Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah Sumatera Utara. LAMPIRAN I ZONA DAN KOEFISIEN MASING-MASING ZONA Zona 1 Zona 2 Zona 3 Zona 4 Zona 5 Zona 6 Koefisien = 5 Koefisien = 4 Koefisien = 3 Koefisien = 2 Koefisien = 1 Koefisien = 0,5 DKI Jakarta Jawa Barat Kalimantan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM disampaikan oleh Direktur Pengembangan SPAM pada: Sosialisasi Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Air Minum TA 2019 Direktorat Pengembangan Sistem Penyediaan

Lebih terperinci

Rencana Aksi Kegiatan

Rencana Aksi Kegiatan Rencana Aksi Kegiatan 2015-2019 DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA PADA PROGRAM KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1043, 2012 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL. Pelimpahan Urusan Pemerintahan. Gubernur. Dekonsentrasi. PERATURAN

Lebih terperinci

- 1 - BAB I PENGUATAN REFORMASI BIROKRASI

- 1 - BAB I PENGUATAN REFORMASI BIROKRASI - 1 - LAMPIRAN PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL TAHUN 2015-2019. BAB I PENGUATAN REFORMASI BIROKRASI

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2 MOR SP DIPA-24.12-/2 DS3612-4187-984-7 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun

Lebih terperinci

KEMENTERIAN DALAM NEGERI

KEMENTERIAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN DALAM NEGERI RI Jakarta 2011 Sasaran program K/L Kesesuaian lokus program dan kegiatan K/L & daerah Besaran anggaran program dan kegiatan K/L Sharing pendanaan daerah

Lebih terperinci

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 37/Permentan/SR.130/5/2010 TENTANG PEDOMAN UMUM BANTUAN LANGSUNG PUPUK TAHUN ANGGARAN

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 37/Permentan/SR.130/5/2010 TENTANG PEDOMAN UMUM BANTUAN LANGSUNG PUPUK TAHUN ANGGARAN CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 37/Permentan/SR.130/5/2010 TENTANG PEDOMAN UMUM BANTUAN LANGSUNG PUPUK TAHUN ANGGARAN 2010 1 Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERTANIAN TENTANG PEDOMAN UMUM BANTUAN

Lebih terperinci

RENCANA AKSI KEGIATAN BIRO KOMUNIKASI DAN PELAYANAN MASYARAKAT TAHUN

RENCANA AKSI KEGIATAN BIRO KOMUNIKASI DAN PELAYANAN MASYARAKAT TAHUN RENCANA AKSI KEGIATAN BIRO KOMUNIKASI DAN PELAYANAN MASYARAKAT TAHUN 2016-2019 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN RI BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Pembangunan kesehatan menjadi bagian yang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN, www.bpkp.go.id PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR: PER- 786/K/SU/2012 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR KEP-58/K/SU/2011

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 72/Permentan/OT.140/10/2011 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 72/Permentan/OT.140/10/2011 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 72/Permentan/OT.140/10/2011 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, - 1 - SALINAN PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PELIMPAHAN URUSAN PEMERINTAHAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci