HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG ANEMIA DENGAN POLA MAKAN DI MADRASAH ALIYAH KEAGAMAAN (MAK) AL MUKMIN SUKOHARJO KARYA TULIS ILMIAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG ANEMIA DENGAN POLA MAKAN DI MADRASAH ALIYAH KEAGAMAAN (MAK) AL MUKMIN SUKOHARJO KARYA TULIS ILMIAH"

Transkripsi

1 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG ANEMIA DENGAN POLA MAKAN DI MADRASAH ALIYAH KEAGAMAAN (MAK) AL MUKMIN SUKOHARJO KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Akhir Program Pendidikan Diploma III Kebidanan Disusun Oleh : UMNIYYATI HUSNA NIM.B SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013

2 ii

3 iii

4 Husna,Umniyyati. 2013; Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang Anemia dengan Pola Makan di Madrasah Aliyah Keagamaan Al-Mukmin Sukoharjo. KTI. D III Kebidanan STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta. Pembimbing I : Hj. Munawaroh, SST. SKM. M.Kes. Pembimbing II : Rizka Fatmawati, SSiT. M. Kes. Kata Kunci : pengetahuan anemia, pola makan ABSTRAK Latar Belakang : Anemia defisiensi zat besi merupakan masalah gizi yang paling lazim di dunia dan menjangkiti lebih dari 600 juta manusia. Prevalensi anemia secara global adalah sekitar 51%. Di Indonesia, anemia gizi masih merupakan salah satu masalah gizi yang utama di Indonesia, di samping tiga masalah gizi lainnya, yaitu kurang kalori protein, defisiensi vitamin A, dan gondok endemik. Kebiasaan makan yang diperoleh semasa remaja akan berdampak pada kesehatan. Kekurangan besi dapat menimbulkan anemia dan keletihan, konsentrasi belajar. Remaja memerlukan lebih banyak besi dan wanita membutuhkan lebih banyak lagi untuk mengganti besi yang hilang bersama darah haid. Tujuan Penelitian : Mengetahui hubungan anatara pengetahuan remaja putri tentang anemia dengan pola makan di kelas XII MAK Al-Mukmin Sukoharjo. Metode Penelitian : Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan waktu Cross sectional, dengan sampel sebanyak 59 responden. Analisa data dilakukan dengan Chi Square. Hasil Penelitian : Sebanyak 30 responden (51%) mempunyai pengetahuan yang cukup tentang anemia dan 26 responden (46%) pola makan remaja putri termasuk kategori cukup. Nilai X 2 hitung sebesar , nilai X 2 tabel sebesar 9.488, dengan nilai probabilitas sebesar 0,031. Kedua variabel dinyatakan berhubungan jika nilai probabilitasnya < 0,05. Karena p = 0,031< 0,05. Kesimpulan : Penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan remaja putri tentang anemia dengan pola makan di kelas XII MAK Al Mukmin Sukoharjo. 90 halaman + 8 tabel + 5 gambar + 17 lampiran Pustaka : 28 pustaka (2004 s/d 2013) iv

5 RELATIONSHIP OF KNOWLEDGE ABOUT ANEMIA ON YOUNG WOMEN WITH DIETARY PATTERN IN SENIOR HIGH SCHOOL (MAK) AL MUKMIN SUKOHARJO Umniyyati Husna. Hj. Munawaroh, SST. SKM. M.Kes. Rizka Fatmawati, SSiT. M. Kes. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PKU Muhammadiyah Surakarta Jln. Tulang Bawang Selatan, No.26 Tegalsari RT 01 Rw. 32 Kadipiro ABSTRACT Background: Iron deficiency anemia is the most prevalent nutritional problem in the world and affects more than 600 million people. Globally the prevalence of anemia is about 51%. In Indonesia, anemia is still one of the major nutritional problems in Indonesia, in addition to three other nutritional problems, namely lack of calories as protein, vitamin A deficiency and endemic goiter. Eating habits acquired as a teenager will have an impact on health. Iron deficiency can cause anemia and fatigue, concentration studied. Teens need more iron and women need more iron to replace that lost with menstrual blood. Purpose: To identify the relationship of knowledge about anemia young women with dietary pattern in class XII MAK Al Mukmin Sukoharjo. Method: The type of research used in this study was an observational analytic cross sectional time approaches, with a sample of 59 respondents. Data analysis was done by Chi Square. Results: A total of 30 respondents (51%) have sufficient knowledge about anemia and 26 respondents (46%) diet pretty girls category. Chi value count at 10,649 chi tabel count at 9,488 with a probability value of The second variable is declared relates if the probability value <0.05. Because p = <0.05. Conclusion: The study showed that there is a relationship between the level of knowledge about anemia young women with dietary pattern in class XII MAK Al Mukmin Sukoharjo. Keywords : Knowledge of Anemia, Dietary pattern v

6 MOTTO Tidak ada perjuangan ini kecuali harus disertai dengan pengorbanan, sungguh itu memiliki balasan yang agung dan pahala yang indah (Hasan Al-Banna) Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan (QS. Al Insyirah: 6) Bersabar dan Ikhlaslah dalam menghadapi cobaan, sesungguhnya dibalik itu semua pasti ada hikmahnya (Peneliti) Awal dari ilmu pengetahuan adalah diam, lalu mendengarkan kemudian menyerap dan seterusnya mengamalkan dan menyebarluaskan (Al-Ghazali) Ketika kita ingin meraih sesuatu, maka yang kita butuhkan hanya mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya, leher yang akan lebih sering melihat ke atas, tangan yang lebih banyak bergerak, kaki yang lebih banyak melangkah, lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja dan mulut yang lebih banyak mengucap do a (5 cm) Keberhasilan itu tidak dibawa dari garis keturunan dan tidak pula jatuh dari langit melainkan dari setiap usaha dan doa kita. (penulis) Di tengah kesibukkan, WAKTU adalah MUSUH terbesar kita. (Penulis) vi

7 PERSEMBAHAN Dengan mengucap rasa syukur dan penuh cinta atas kehadirat Illahirobbi, penulis persembahkan Karya Tulis Ilmiah ini pada : 1. Allah SWT yang telah memberikan Kesehatan, Kerahmatan, Keselamatan sehingga aku bisa menyelesaikan semua ini dengan baik dan selalu menemaniku disaat aku suka dan duka. 2. Kupersembahkan karya kecilku ini untuk kedua orang tua ku tercinta Ayahku Hamim Sufyan dan ibuku Nunung Sri Haryani yang telah melahirkan dan membesarkanku serta membimbingku untuk mendapatkan masa depanku, terima kasih untuk doa dan semangat yang tak pernah lelah kalian berikan untukku. 3. Dek Ani Rosyidah dan M.Syarifudien tersayang yang telah memberi support dan semangat kepadaku kalian adalah yang terbaik. 4. Seseorang yang selalu mendoakanku dan memberi semangat membara, semoga Allah mempertemukan kita di dunia akhirat.aamiin 5. Dosenku terbaik Ibu Munawaroh, SST. SKM. M.Kes. dan juga ibu Rizka Fatmawati SSiT. M. Kes, serta dosen-dosenku yang lain, terima kasih sudah membimbingku menjadi seseorang yang lebih baik dari sebelumnya. 6. Sahabat-sahabatku Lusti, ika, iska, titin, ita, iin, dyah, astika. Terima kasih telah mensupport, memotivasi dan membantu dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini. vii

8 7. Teman-teman keluarga besar STIKES PKU Muhammadiyyah 2010 yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu, terima kasih untuk semuanya. Kita tunjukkan pada dunia bahwa kita bisa lebih baik dari hari kemarin. 8. Almameterku tercinta STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta. viii

9 KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr. Wb Dengan segala puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya serta ketabahan, kekuatan, kemudahan dalam berfikir untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang Berjudul Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Anemia dengan Pola Makan di Kelas XII Madrasah Aliyah Keagamaan (MAK) Al Mukmin Sukoharjo Peneliti menyadari dalam penyusunan penelitian ini mengalamai banyak kesulitan dan hambatan, namun berkat bantuan, arahan, dorongan serta bimbingan dari berbagai pihak, maka kesulitan maupun hambatan dapat teratai. Untuk itu dalam kesempatan ini dengan kerendahan hati, peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat : 1. Weni Hastuti, S. Kep. M. Kes, selaku Ketua STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta. 2. Sri Mintarsih, S.Kep.Ns, M. Kes, selaku pembantu Ketua 1 STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta. 3. Tria Puspita Sari, SST. M. Kes, selaku Ka Prodi dan penguji I DIII Kebidanan STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta ix

10 4. Hj. Munawaroh, SST, SKM. M. Kes, selaku pembimbing I dan penguji II yang telah membimbing, mengarahkan dan memberikan dorongan serta saran kepada peneliti dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. 5. Rizka Fatmawati, SSiT. M. Kes, selaku pembimbing II yang telah membimbing, mengarahkan dan memberikan dorongan serta saran kepada peneliti dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. 6. Drs. Ibnu Hanifah, selaku Kepala Madrasah Ponpes Al Mukmin Sukoharjo, yang telah memberi izin kepada penulis untuk melakukaan penelitian di sekolah yang beliau pimpin. 7. Para staff pengajar STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta prodi D III Kebidanan yang telah menyalurkan ilmunya pada peneliti dan mendukung pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini. 8. Orang Tua dan saudaraku yang tulus memberikan pengorbanan serta dukungan fisik, mental, spiritual kepada peneliti. 9. Teman-teman Mahasiswi STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta prodi D III Kebidanan angkatan Peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada Karya Tulia Ilmiah ini, untuk itu peneliti mengharapkan kritik yang membangun dan saran dari pembaca. Peneliti berharap semoga ada manfaat yang diperoleh setelah membaca Karya Tulis Ilmiah ini. Wassalamu alaikum Wr. Wb. Sukoharjo, Juni 2013 Peneliti x

11 DAFTAR ISI SAMPUL DEPAN HALAMAN SAMPUL DALAM... HALAMAN PERSETUJUAN... i ii HALAMAN PENGESAHAN iii ABSTRAK... iv MOTTO... vi PERSEMBAHAN... vii KATA PENGANTAR... ix DAFTAR ISI xi DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR TABEL... xv DAFTAR LAMPIRAN... xvi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 4 C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian E. Keaslian Penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Pengetahuan... 8 xi

12 a. Pengertian b. Tingkatan Pengetahuan... 8 c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan Remaja a. Pengertian b. Permasalahan Anemia pada Remaja Anemia a. Pengertian b. Tanda dan Gejala c. Akibat Anemia d. Pencegahan Anemia Gizi Remaja a. Pengertian b. Karakteristik pentingnya Gizi Remaja c. Prinsip Gizi bagi Remaja Pola Makan a. Pengertian b. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pola Makan c. Pola Makan Seimbang d. Pola Makan Khas Remaja B. Kerangka Teori C. Kerangka Konsep Penelitian D. Hipotesis xii

13 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian B. Tempat dan Waktu Penelitian C. Populasi, Sampel dan Tehnik Sampling D. Variabel Penelitian E. Definisi Operasional F. Instrumen Penelitian G. Metode Pengumpulan Data dan Analisa Data H. Alur Penelitian I. Jadwal Penelitian J. Etika Penelitian BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian B. Pembahasan C. Keterbatasan Penelitian BAB V PENUTUP A. Simpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xiii

14 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Kerangka Teori Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian Gambar 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur Gambar 4.2 Pengetahuan Remaja Putri Tentang Anemia Gambar 4.3 Distribusi Pola Makan Remaja Putri xiv

15 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Kadar hemoglobin (Hb) ditinjau dari usia dan jenis kelamin (sahli) Tabel 3.1 Definisi Operasional Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner Tabel 4.1 Distribusi responden berdasarkan umur Tabel 4.2 Pengetahuan Remaja Putri Tentang Anemia Tabel 4.3 Distribusi Pola Makan Remaja Putri Tabel 4.4 Cross Tabulation hubungan tingkat pengetahuan remaja putri Tentang anemia dengan pola makan di MAK Al Mukmin Sukoharjo Tabel 4.5 Uji Square xv

16 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Curiculum Vitae Lampiran 2. Jadwal Penelitian Lampiran 3. Permohonan Responden Lampiran 4. Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 5. Kuesioner Lampiran 6. Dokumentasi Lampiran 7. Surat Ijin Penelitian Lampiran 8. Surat Balasan Penelitian Lampiran 9. Validitas dan Reliabilitas Item Pertanyaan Pengetahuan Anemia Lampiran 10. Validitas dan Reliabilitas Item Pertanyaan Pola Makan Lampiran 11. Hasil Uji Validitas Lampiran 12. Tabel Product Moment Lampiran 13. Data Penelitian Lampiran 14. Cross Tabulation Lampiran 15. Tabel Chi Square Lampiran 16. Tabel nilai chi square Lampiran 17. Lembar Konsultasi xvi

17 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia defisiensi zat besi merupakan masalah gizi yang paling lazim di dunia dan menjangkiti lebih dari 600 juta manusia. Prevalensi anemia secara global adalah sekitar 51%. Prevalensi untuk balita sekitar 43%, anak usia sekolah 37%, pria dewasa hanya 18%, dan wanita tidak hamil 35% (Arisman, 2009; h.172). Menurut de Benoist (2008) dalam World Health Organization (WHO), Prevalensi anemia global diperkirakan 30,2% pada wanita yang tidak hamil meningkat menjadi 47,4% selama kehamilan. Anemia defisiensi zat besi lebih cenderung berlangsung di negara sedang berkembang, ketimbang negara yang sudah maju. Tiga puluh enam persen (atau kira-kira 1400 juta orang ) dari perkiraan populasi 3800 juta orang di negara sedang berkembang menderita anemia jenis ini, sedangkan prevalensi di negara maju hanya sekitar 8% ( atau kira-kira 100 juta orang) dari perkiraan populasi 1200 juta. Di Indonesia, anemia gizi masih merupakan salah satu masalah gizi yang utama di Indonesia, di samping tiga masalah gizi lainnya, yaitu kurang kalori protein, defisiensi vitamin A, dan gondok endemik ( Arisman, 2009; h ). 1

18 2 Studi masalah gizi mikro di 10 propinsi tahun 2006 masih dijumpai 26,3% balita yang menderita anemia gizi besi dengan kadar haemoglobin (Hb) kurang dari 11,0 gr/dl dan prevalensi tertinggi didapat di Propinsi Maluku sebesar 36%. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, prevalensi anemia ibu hamil di Indonesia sebesar 24,5%. Hasil survei anemia pada ibu hamil di 15 Kabupaten/ Kota di Jawa Tengah (2007) menunjukan bahwa prevalensi anemia ibu hamil 57,7% (Depkes RI, 2011). Angka kejadian anemia di Jawa Tengah mencapai 57,1%. Angka kejadian anemia Di Kabupaten Sukoharjo didapatkan anemia pada balita umur 0 5 tahun (40,5%), usia sekolah (26,5%), Wanita usia subur (WUS) (39,5%), pada ibu hamil (43,5%) (Depkes RI, 2010). Anemia kekurangan zat besi dapat menimbulkan berbagai dampak pada remaja putri antara lain menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah terkena penyakit, menurunnya aktivitas dan prestasi belajar. Remaja putri yang menderita anemia kebugarannya juga akan menurun, sehingga menghambat prestasi olahraga dan produktivitasnya. Masa remaja merupakan masa pertumbuhan yang sangat cepat, kekurangan zat besi pada masa ini akan mengakibatkan tidak tercapainya tinggi badan optimal (Arisman, 2009; h. 173). Pada masa remaja makanan kecil berkontribusi 30% atau lebih dari total asupan kalori setiap hari. Remaja harus didorong untuk bertanggung jawab atas pemilihan kudapan yang sehat. Remaja adalah masa peralihan dari anak menuju dewasa dimana terjadi pertumbuhan fisik, mental, emosional, yang

19 3 sangat cepat. Menurut WHO batasan usia remaja antara umur tahun. Dengan mengkonsumsi makanan sehat yang mengandung unsur gizi yang cukup dan teratur remaja akan tumbuh sehat, sehingga akan mencapai prestasi yang gemilang dan sumber daya berkualitas ( Proverawati & Erna, 2011; h. 86). Salah satu masalah serius yang menghantui dunia kini adalah konsumsi makanan olahan atau makanan cepat saji semacam junk food yang makin digemari para remaja bukan hanya sebagai makanan kecil bahkan sebagai makan besar, seperti yang ditayangkan dalam iklan televisi secara berlebihan. Makanan ini, meski dalam iklan diklaim kaya akan vitamin dan mineral, sering terlalu banyak gula serta lemak, di samping zat aditif (Arisman, 2009; h. 76). Kebiasaan makan yang diperoleh semasa remaja akan berdampak pada kesehatan dalam fase kehidupan selanjutnya, setelah dewasa dan berusia lanjut. Kekurangan besi dapat menimbulkan anemia dan keletihan, kondisi yang menyebabkan mereka tidak mampu merebut kesempatan bekerja. Remaja memerlukan lebih banyak besi dan wanita membutuhkan lebih banyak lagi untuk mengganti besi yang hilang bersama darah haid. (Arisman, 2009; h. 77 ). Hasil studi pendahuluan dengan tehnik wawancara pada tanggal 12 februari 2013 didapatkan 10 siswi di kelas XII MAK Al Mukmin Sukoharjo, 7 orang tidak mengetahui tentang anemia dan makanan yang mengandung zat

20 4 besi, 3 orang memiliki pola makan kurang baik yaitu lebih memilih makanan kecil dibanding nasi, lauk dan sayuran yang telah disediakan. Berdasarkan data yang telah diuraikan di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang Anemia dengan Pola Makan di Madrasah Aliyah Keagamaan (MAK) Al Mukmin Sukoharjo B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, dapat di rumuskan permasalahan penelitian yaitu Adakah Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang Anemia dengan Pola Makan di Madrasah Aliyah Keagamaan (MAK) Al Mukmin Sukoharjo? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan anatara pengetahuan remaja putri tentang anemia dengan pola makan di kelas XII MAK Al-Mukmin Sukoharjo 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan tentang anemia pada remaja putri di kelas XII MAK Al-Mukmin Sukoharjo b. Untuk mengetahui pola makan pada remaja putri di kelas XII MAK Al-Mukmin Sukoharjo

21 5 c. Untuk menganalisa hubungan tingkat pengetahuan remaja putri tentang anemia dengan pola makan di kelas XII MAK Al-Mukmin Sukoharjo D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penulis melakukan penelitian sebagai bahan panutan dalam memberikan informasi mengenai hubungan tingkat pengetahuan remaja putri tentang anemia dengan pola makan sehingga yang akan datang dapat mencegah terjadinya anemia pada remaja putri. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Institusi MAK Al Mukmin Sukoharjo Diharapkan setelah diketahui tingkat pengetahuan tentang anemia dan pola makan siswi, dapat dijadikan masukan untuk memberikan penyuluhan tentang kesehatan khususnya anemia pada remaja ( bekerjasama dengan dinas kesehatan ). b. Bagi Tenaga Kesehatan Balai Pengobatan Al Mukmin Sukoharjo Memberikan masukan untuk peningkatan dalam memberikan penyuluhan kesehatan pada remaja. c. Bagi siswa Dapat menmbah pengetahuan dan wawasan siswi tentang anemia dan pola makan seimbang sehingga siswi dapat mencegah terjadinya anemia dengan mengatur pola makan yang baik.

22 6 E. Keaslian Penelitian Penelitian hubungan tingkat pengetahuan remaja putri tentang anemia dengan pola makan mempunyai kemiripan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh : 1. Indah Indriawati Herman (2001), yaitu Hubungan Anemia dengan Kebiasaan Makan, Pola Haid, Pengetahuan tentang anemia dan Status Gizi Remaja Putri di SMUN 1 Cibinong Kabupaten Bogor. Metode penelitian yang di gunakan adalah observasional analitik dengan rancangan penelitian secara cross sectional. Kesimpulan dari hasil penelitian menunjukan bahwa kejadian anemia gizi remaja putri sebesar 42,2%. Ada hubungan bermakna secara statistik (p<0.05) dengan kejadian anemia pada remaja puti adalah kebiasaan makan, yang meliputi : diet, kebiasaan makan sumber protein hewani dan kebiasaan minum teh. Perbedaan dengan penelitian ini adalah judul penelitian, sampel penelitian sebanyak 59 remaja putri yang diambil secara sampling jenuh, metode penelitian secara observasional analitik dan tempat penelitian yang digunakan juga berbeda yaitu di kelas XII MAK Al-Mukmin Sukoharjo. 2. Novi Tri Murtiningsih (2012), yaitu Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas VIII tentang Anamia di SMP Nurul Islam Ngemplak Boyolali. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriftif, sedangkan rancangan yang digunakan adalah cross sectional. Sampel sebanyak 73 responden. Kesimpulan dari hasil penelitian adalah responden dengan

23 7 tingkat pengetahuan anemia kategori cukup ada 45 siswi (61,60%), baik ada 24 siswi (32,9%), dan kurang ada 4 siswi (5,5%). Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada judul penelitian, metode penelitian yang digunakan observasional analitik, sampel penelitian sebanyak 59 siswi yang diambil secara sampling jenuh dan tempat penelitian yang digunakan juga berbeda yaitu di kelas XII MAK Al- Mukmin Sukoharjo.

24 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan a. Pengertian Menurut Notoatmodjo (2003) Pengetahuan (knowledge) adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang-orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yakni: penglihatan, pendengaran, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atas kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior) (Wawan & Dewi, 2010; h. 16). b. Tingkatan Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2003) dalam Wawan & Dewi (2010;h.17) pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu : 1) Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima 8

25 9 2) Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secar benar. 3) Aplikasi (aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya (real). 4) Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan ada kaitannya satu sama lain. 5) Sintesis (syntesis) Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk meletkakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. 6) Evaluasi (evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2003) dalam Wawan & Dewi (2010;h.18) Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu:

26 10 1. Tingkat pendidikan Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka dia akan lebih mudah dalam menerima hal-hal baru sehingga akan lebih mudah pula untuk menyelesaikan hal-hal baru tersebut. 2. Informasi Seseorang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan memberikan pengetahuan yang jelas. Pengetahuan akan memotivasi seseorang untuk berperilaku sehat (Emilia, 2008;h.13) 3. Budaya Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang. Karena informasi-informasi baru akan disaring kira-kira sesuai dengan kebudayaan yang ada dan agama yang dianut. 4. Pengalaman Pengalaman disini berkaitan dengan umur dan pendidikan individu, maksudnya pendidikan yang tinggi pengalaman akan luas sedang umur semakin banyak (bertambah tua). 5. Sosial ekonomi Tingkatan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup disesuaikan dengan penghasilan yang ada, sehingga menuntut pengetahuan yang dimiliki harus dipergunakan semaksimal mungkin, begitupun dalam mencari bantuan kesarana kesehatan yang ada, mereka sesuaikan dengan pendapatan keluarga.

27 11 2. Remaja a. Pengertian Kata remaja berasal dari bahasa latin adolescentia yang berarti remaja yang mengalami kematangan fisik, emosi, mental dan sosial. Menurut Piaget (1980) masa remaja ialah masa berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana individu tidak lagi merasa di bawah tingkatan orang dewasa, akan tetapi sudah dalam tingkatan yang sama (Zan Pieter & Lumongga, 2010; h. 163). Menurut World Health Organitation (WHO) batasan remaja adalah usia tahun, sementara United Nations (UN) menyebutnya sebagai anak muda (youth) untuk usia tahun. Ini kemudian disatukan dalam batasan kaum muda (youg pople) yang mencakup usia tahun ( Proverawati & Kusuma, 2011; h. 82). Remaja sebagai masa transisi antara masa anak dan dewasa yang ditandai peningkatan massa tubuh dan aktifitas yang cenderung meningkat. Pada masa ini asupan gizi seimbang sangat menentukan kematangannya hingga menjadi dewasa. Secara khusus, perhatian ekstra perlu diberikan untuk remaja putri yang akan menjadi calon ibu untuk mencapai status gizi kesehatan yang optimal (Ditbinagizi, 2012).

28 12 b. Permasalah Anemia pada Remaja Putri Remaja putri merupakan salah satu kelompok yang rawan menderita anemia. Di Indonesia prevalensi anemia cukup tinggi. Oleh karena itu, sasaran program perbaikan gizi pada kelompok remaja putri dianggap strategis dalam upaya memutus simpul siklus masalah gizi. Pada umumnya, anemia lebih sering terjadi pada wanita dan remaja putri dibandingkan dengan pria. Yang sangat disayangkan adalah kebanyakan penderita tidak mengetahui dan menyadarinya. Bahkan ketika tahu pun masing menganggap anemia sebagai masalah sepele. (Ratna Aryani,2012; h. 25). Menurut Ratna Aryani (2012;h. 26) Remaja putri mudah terserang anemia karena: 1. Pada umumnya masyarakat Indonesia (termasuk remaja putri) lebih banyak mengkonsumsi makanan nabati yang kandungan besinya sedikit, dibandingkan dengan makanan hewani, sehingga kebutuhan tubuh akan zat besi terpenuhi. 2. Remaja putri biasanya ingin tampil langsing sehingga membatasi asupan makanan. 3. Setiap hari manusia kehilangan zat besi 0,6 mg yang di ekskresikan khususnya melalui tinja dan Remaja putri mengalami haid setiap bulan, dimana kehilangan zat besi ± 1,3 mg per hari. Dalam masa pencarian identitas ini, remaja cepat sekali terpengaruh oleh lingkungan. Kecemasan akan bentuk tubuh membuat remaja sengaja

29 13 tidak makan, tidak jarang berujung pada anorexia nervosa. Kesibukan menyebabkan mereka memilih makan diluar atau hanya menyantap kudapan. Lebih jauh kebiasaan ini dipengaruhi oleh keluarga, teman dan media iklan tentang makanan ditelevisi (Arisman, 2009; h. 78). Sedikit sekali yang diketahui tentang asupan pangan remaja. Meski asupan kalori dan protein sudah tercukupi, namun elemen lain seperti zat besi, kalium dan beberapa vitamin ternyata masih kurang. Kebiasaan makan yang diperoleh semasa remaja akan berdampak pada kesehatan dalam fase kehidupan selanjutnya, setelah dewasa dan berusia lanjut Kebiasaan makan remaja sangat berpengaruh terhadap status gizinya. (Arisman, 2009; h. 77). 3. Anemia a. Pengertian Anemia adalah suatu keadaaan di mana kadar hemoglobin dan eritrosit lebih rendah dari normal. Pada pria, hemoglobin normal adalah gr % dan eritrosit 4,5-5,5 jt/mm 3. sedangkan pada wanita, hemoglobin normal adalah gr % dengan eritrosit 3,5 jt/mm 3. Fungsi hemoglobin dalam darah adalah mengikat oksigen di paru-paru dan melepaskannya di seluruh jaringan tubuh yang membutuhkan, kemudian mengikat CO 2 dari jaringan tubuh dan melepaskannya di paru-paru. Disamping kekurangan zat besi, nilai hemoglobin yang rendeh dapat disebabkan oleh kekurangan protein atau vitamin B6 (Ratna Aryani, 2010; h. 26).

30 14 Kadar hemoglobin antara 9-11 g/100 ml anemia ringan, kadar hemoglobin antara 6-8 gr/100 ml anemia sedang, kadar hemoglobin kurang dari 6 gr/100 ml anemia berat ( Prita, 2010; h. 112). Anemia dalam masyarakat popoler dengan julukan penyakit kekurangan darah. Yaitu berkurangnya kadar hemoglobin sebagai penyebabnya. Yang mana hemoglobin mempunyai fungsi mengedarkan oksigen dari paru-paru keseluruh tubuh untuk digunakan dalam proses pembakaran, yang pada gilirannya akan menghasilkan energi. WHO menetapkan bahwa anak balita menderita anemia bila kadar hemoglobinnya lebih rendah dari 11 g/dl dan pada anak berumur 6-14 tahun lebih rendah dari 12 g/dl (Elizabeth, 2004; h. 27). Anemia gizi adalah kekurangan kadar hemoglobin dalam darah yang disebabkan karena kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk pembentukan hemoglobin tersebut. Di Indonesia anemia gizi masih merupakan salah satu masalah gizi yang utama di Indonesia, di samping tiga masalah gizi lainnya, yaitu kurang kalori protein, defisiensi vitamin A, dan gondok endemik (Arisman, 2009; h. 172). Menurut WHO, penentuan anemia pada seseorang tergantung pada usia, jenis kelamin (Tarwoto, 2007; h. 31), seperti yang terlihat dalam tabel.

31 15 Tabel 2.1 Kadar hemoglobin (Hb) ditinjau dari usia dan jenis kelamin (menurut perhitungan sahli) Usia/ jenis kelamin Laki-laki dewasa Wanita dewasa tidak hamil Wanita hamil Anak umur 6-14 tahun Anak umur 6 bulan-6 tahun Kadar Hb (gr/ dl) < 13 g/dl < 12 g/dl < 11 gr/dl < 12 gr/dl < 11 gr/dl (Sumber : Assessing the iron status of populations WHO, 2004 ). b. Tanda dan gejala Menurut Proverawati & Asfuah (2009; h. 78), tanda-tanda anemia pada remaja putri adalah : 1) Lesu, lemah, letih, lelah dan lunglai (5L) 2) Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang. 3) Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat. Anemia yang disebabkan oleh kekurangan zat besi dapat menyebabkan resiko pendarahan pada waktu melahirkan. Umumnya remaja putri dan wanita lebih mudah menderita anemia dibanding pria dan remaja putra. Wanita dan remaja putri membutuhkan zat besi 2 x lebih banyak daripada pria atau remaja putra karena mengalami haid dan banyak mengeluarkan darah waktu melahirkan dan zat besi diperlukan untuk memproduksi darah

32 16 (Hb). Tanda-tanda anemia sering dikenal 5 (lima) L, yaitu lemah, letih, lesu, lelah dan lunglai. Anemia sering disertai dengan pusing, mata berkunang-kunang, muka dan tangan pucat (Proverawati & Asufah, 2009; h ). c. Akibat Anemia Anemia gizi besi menyebabkan penurunan kemampuan fisik atau produktivitas kerja, penurunan kemampuan berfikir dan penurunan antibodi sehingga mudah terserang infeksi. Penanggulangannya dilakukan melalui pemberian tablet atau sirup besi kepada kelompok sasaran (Almatsier, 2009; h. 309). Dampak jangka panjang kedepannya akibat kekurangan zat besi ketika remaja putri sudah menikah dan hamil maka ia tak mampu memenuhi kebutuhan dirinya dan janin dalam kandungannya sehingga akan terjadi perdarahan saat melahirkan dan setelah melahirkan, pada bayi yaitu berat bayi lahir rendah (BBLR), bahkan premature (Arisman, 2009; h ). Anemia yang berlanjut semakin parah akan mempengaruhi struktur dan fungsi jaringan epitel, terutama lidah, kuku, dan mulut. Kuku menjadi rapuh, bergaris-garis vertikal dan menjadi cekung mirip sendok (spoon nail) kuku sendok. Atropi papil lidah, permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap karena papil lidah menghilang. Stomatitis angular, peradangan pada sudut mulut sehingga nampak seperti bercak berwarna pucat keputihan. Disfagia yaitu nyeri saat menelan karena kerusakan epitel hipofaring. Adanya peradangan pada mukosa mulut (stomatitis),

33 17 peradangan pada lidah (glostitis), dan (chelitis) peradangan pada bibir (Tarwoto dan Wasnidar, 2007; h. 46). Pada remaja yang menderita anemia dapat mengalami gangguan pertumbuhan yang optimal dan menjadi kurang cerdas. Remaja putri yang menderita anemia dapat mengalami gangguan pertumbuhan, penurunan daya konsentrasi belajar, kurang bersemangat dalam beraktivitas karena cepat merasa lelah. Defisiensi besi dapat mempengaruhi pemusatan perhatian, kecerdasan dan prestasi belajar di sekolah (Almatsier, 2009; h ). d. Pencegahan Anemia 1) Meningkatkan konsumsi makan bergizi berupa: a) Makan-makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan makanan hewani (daging, ikan, ayam, hati, telur) bahan makanan nabati (sayuran berwarna hijau tua, kacang-kacangan, tempe). b) Makan sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung vitamin C (daun katuk, daun singkong, bayam, jambu, tomat, jeruk) sangat bermanfaat untuk meningkatkan penyerapan zat besi dalam usus. 2) Menambah pemasukan zat besi kedalam tubuh dengan minum tablet tambah darah 3) Mengobati penyakit yang menyebabkan atau memperberat anemia seperti : cacingan, malaria, TBC (Ayu bulan dkk, 2013; h. 82).

34 18 4. Gizi Remaja a. Pengertian Status gizi adalah keadaan tubuh seseorang yang dipengaruhi oleh asupan makanan yang diukur dari berat badan dan tinggi badan dengan perhitungan IMT, sehingga konsumsi makanan berpengaruh pada status gizi seseorang. Status gizi baik atau gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan umum pada tingkat setinggi mungkin. Status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat gizi dalam jumlah berlebihan, sehingga menimbulkan efek toksis atau membahayakan. Baik pada status gizi kurang maupun status gizi lebih terjadi gangguan gizi. Gangguan gizi disebabkan oleh faktor primer atau faktor sekunder. Faktor primer adalah bila susunan makanan seseorang salah dalam kuantitas resiko dalam terjadinya berbagai penyakit ( Almatsier, 2009; h. 4-6 ). Beberapa penelitian pada remaja menunjukkan bahwa 40 persen menderita anemia. Prevalensi anemia pada santri remaja di Leuwiliang Kabupaten Bogor (Permaesih,1998) dan remaja SLTA di Jakarta Timur (Wirawan, 1995) sebesar 44.44%. Bahkan hasil penelitian Hayatinur (2001) menunjukkan bahwa prevaluasi anemia remaja SMU di Kuningan Jawa Barat lebih tinggi yaitu 61.0%. Selama ini masalah kesehatan remaja kurang mendapat perhatian serius, karena remaja secara umum tidak

35 19 mudah terserang penyakit daripada anak-anak dan orang tua. Keadaan status gizi remaja pada umumnya dipengaruhi oleh kebiasaan makan yang berakibat pada rendahnya tingkat konsumsi zat gizi. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan makanan atau membatasi sendiri makanannya, karena faktor ingin langsing. (Husni Tamrin, dkk, 2008; h ). Secara klasik kata gizi hanya dihubungkan dengan kesehatan tubuh, yaitu untuk menyediakan energi, membangun, dan memelihara jaringan tubuh, serta mengatur proses-proses kehidupan dalam tubuh. Tetapi, sekarang kata gizi mempunyai pengertian lebih luas; di samping untuk kesehatan, gizi dikaitkan dengan potensi ekonomi seseorang, karena gizi berkaitan dengan perkembangan otak, kemampuan belajar, dan produktifitas kerja. Oleh karena itu, Faktor gizi dianggap penting untuk memacu pembangunan, khususnya yang berkaitan dengan pengembangan sumber daya manusia berkualitas (Almatsier, 2009; h. 4-6). b. Karakteristik Pertumbuhan dan Pentingnya Gizi Remaja Menurut Atikah Proverawati dan Erna (2011; h ), Kebutuhan Gizi remaja relatif besar, karena mereka masih mengalami pertumbuhan. Selain itu, remaja umumnya melakukan aktivitas lebih tinggi dibanding usia lainnya, sehingga diperlukan zat gizi yang lebih banyak. 1) Energi Pada masa remaja terdapat perbedaan kebutuhan energi untuk lakilaki dan perempuan karena perbedaan komposisi tubuh dan kecepatan pertumbuhan.widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VI (WKNPG VI)

36 20 tahun 1998 menganjurkan angka kecukupan gizi (AKG) energi untuk remaja dan dewasa muda perempuan kkal, sedangkan untuk laki-laki antara kkal setiap hari. AKG energi ini dianjurkan sekitar 60% berasal dari sumber karbohidrat. Makanan sumber karbohidrat adalah : beras, terigu, dan hasil olahannya (roti, nasi), umbi-umbian (ubi jalar, singkong), jagung, gula dan lain-lain. 2) Protein Pada awal masa remaja, kebutuhan protein remaja perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki, memasuki masa pertumbuhan cepat lebih dulu. Pada akir masa remaja, kebutuhan protein laki-laki lebih tinggi dibanding perempuan karena perbedaan komposisi tubuh. Kecukupan protein bagi remaja 1,5-2,0 gr/kg BB/hari. AKG protein remaja dan dewasa muda adalah gr per hari untuk laki-laki. Makanan sumber protein hewani lebih tinggi bernilai biologis dibandingkan protein nabati, karena komposisi asam amino esensial yang lebih baik, dari segi kualitas maupun kuantitas. Berbagai sumber protein hewani seperti: daging merah (sapi, kerbau, kambing), daging putih (ayam, ikan, kelinci), susu dan hasil olahannya (keju, mentega, yakult), kedelai dan hasil olahannya (tempe, tahu), kacang-kacangan dan lain-lain. 3) Kalsium Kebutuhan kalsium pada masa remaja relatif tinggi karena akselerasi muskular, sketsal/ kerangka dan perkembangan endokrin

37 21 lebih besar dibandingkan masa anak dan dewasa. Lebih dari 20% pertumbuhan tinggi badan dan sekitar 50% masa tulang dewasa dicapai pada masa remaja. AKG kalsium untuk remaja dan dewasa muda adalah mg per hari untuk perempuan dan mg untuk laki-laki. Sumber kalsium yang paling baik adalah susu dan hasil olahannya. Sumber kalsium lainnya ikan, kacang-kacangan, sayuran hijau, dan lain-lain. 4) Besi Kebutuhan zat besi pada remaja juga meningkat karena terjadinya pertumbuhan cepat. Kebutuhan besi pada remaja laki-laki meningkat karena ekspansi volume darah dan peningkatan konsentrasi hemoglobin (Hb). Setelah dewasa, kebutuhan besi menurun. Pada perempuan, kebutuhan yang tinggi akan besi terutama disebabkan kehilangan zat besi selama menstruasi. Hal ini mengakibatkan perempuan lebih rawan terhadap anemia besi dibanding laki-laki. Perempuan dengan konsumsi besi yang kurang atau mereka dengan kehilangan besi yang meningkat, akan mengalami anemia gizi besi. Sebaliknya defisiensi besi mungkin merupakan faktor pembatas untuk pertumbuhan pada masa remaja, mengakibatkan tingginya kebutuhan mereka akan zat besi. hal lain yang perlu diingat, adalah biovailabilitas dari makanan umumnya sangat rendah yaitu <10%. Sumber besi dari hewani mempunyai biovailabilitas yang lebih tinggi dibandingkan sumber nabati.

38 22 Status besi dalam tubuh juga mempengaruhi efisiensi penyerapan besi. Pada remaja dengan defisiensi besi maka penyerapan besi akan lebih efisien dibandingkan yang tidak defisiensi besi. Yang dapat meningkatkan penyerapan bessi dari sumber nabati adalah vitamin C serta sumber protein hewani tertentu (daging dan ikan). Sedangkan zat yang dapat menghambat penyerapan besi adalah kafein, tanin, fitat, zinc. AKG besi untuk remaja dan dewasa muda perempuan mg setiap hari, sedangkan untuk laki-laki mg per hari. Makanan yang banyak mengandung zat besi adalah hati, daging merah (sapi, kambing, domba), daging putih (ayam, ikan), kacang-kacangan, sayuran hijau. 5) Seng Seng diperlukan untuk pertumbuhan serta kematnagn seksual remaja, terutama untuk remaja lak-laki. AKG seng adalah 15 mg per hari untuk remaja dan dewasa muda perempuan dan laki-laki. 6) Vitamin Kebutuhan vitamin juga meningkat selama masa remaja karena pertumbuhan dan perkembangan cepat yang terjadi. Karena kebutuhan energi meningkat, maka kebutuhan beberapa vitamin pun meningkat, antara lain yang berperan dalam metabolisme karbohidrat menjadi energi seperti vitamin B1, B2 dan Niacin. Untuk sintesa DNA dan RNA diperlukan vitamin B6, asam folat dan vitamin B12, sedangkan

39 23 untuk pertumbuhan tulang diperlukan vitamin D yang cukup. Vitamin A, C dan E diperlukan untuk pembentukan dan penggantian sel-sel. c. Prinsip Gizi bagi Remaja Pada masa remaja makanan kecil berkontribusi 30% atau lebih dari total asupan kalori setiap hari. Remaja harus didorong untuk bertanggung jawab atas pemilihan kudapan yang sehat. Makanan merupakan salah satu kebutuhan yang pokok bagi setiap orang. Makanan mengandung zat unsur gizi yang sangat diperlukan untuk tumbuh dan berkembang. Dengan mengkonsumsi makanan sehat yang cukup dan teratur remaja akan tumbuh sehat sehingga akan mencapai prestasi gemilang, kebugaran, dan sumber daya manusia yang berkualitas. Remaja putri yang terpelihara kadar gizinya akan terpelihara kesehatan reproduksinya. Jika kondisi sehat itu terus dipertahankan sampai memasuki waktu hamil maka akan mendapatkan anak yang sehat dan cerdas (Proverawati & Erna, 2011; h ). 5. Pola Makan a. Pengertian Menurut Lie Goan Hong (1985) dalam Soegeng Santoso & Anne Lies Ranti (2009;h.89) pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan tiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu. b. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola makan

40 24 Menurut Soegeng Santoso & Anne Lies (2009; h ) faktor-faktor yang mempengaruhi pola makan adalah : 1) Kesenangan Hal-hal yang disukai dan tidak disukai sangat berpengaruh terhadap kebiasaan makan seseorang. Perasaan suka dan tidak suka seseorang terhadap makanan tergantung asosiasinya terhadap makanan tersebut. 2) Budaya Budaya cukup menentukan jenis makanan yang sering dikonsumsi sebagai contoh budaya pantang makanan 3) Agama Agama juga mempengaruhi jenis makann yang dikonsumsi. Sebagai contoh agama islam mengharamkan daging babi. 4) Taraf sosial ekonomi Pilihan seseorang terhadap jenis dan kualitas makanan turut dipengaruhi oleh taraf ekonomi. Pendapatan yang rendah akan membatasi seseorang untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi. 5) Lingkungan alam Lingkungan alam juga mempengaruhi jenis makanan yang dikonsumsi seperti kondisi tanah dan iklim setempat. c. Pola Makan Seimbang Menurut ahli antropologi Margaret Mead, pola pangan, atau food pattern, adalah cara seseorang atau sekelompok orang memanfaatkan pangan yang tersedia sebagai reaksi terhadap tekanan ekonomi dan sosio-

41 25 budaya yang dialaminya. Pola pangan ada kaitannya dengan kebiasaan makan (food habit) (Almatsier, 2009; h.283). Menurut Direktorat Gizi Depkes telah mengeluarkan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS). Pedoman ini disusun untuk mencapai dan memelihara kesehatan dan kesejahteraan gizi (nutritional well-being) semua yang merupakan prasyarat untuk pembangunan sumber daya manusia. Dalam PUGS, susunan makanan yang dianjurkan adalah yang menjamin keseimbangan zat-zat gizi. Hal ini dapat dicapai dengan mengkonsumsi beraneka ragam makanan tiap hari. Tiap makanan dapat saling melengkapi dalam zat-zat gizi yang dikandungnya. PUGS merupakan penjabaran lebih lanjut dari pedoman 4 Sehat 5 Sempurna yang memuat pesan-pesan yang berkaitan dengan pencegahan baik masalah gizi kurang, maupun masalah gizi lebih (Almatsier,2009; h.294). Pengelompokan makanan didasarkan pada tiga fungsi utama zat-zat gizi, yaitu sumber zat energi/tenaga yang dapat berupa padi-padian, tepungtepungan, umbi-umbian, sagu, dan pisang yang dibeberapa bagian di Indonesia juga dimakan sebagai makanan pokok. Sebagai sumber zat pembangun berupa sayuran dan buah, serta sumber zat pengatur berupa ikan, ayam, telur, daging, susu, kacang-kacangan dan hasil olahannya, seperti tempe, tahu dan oncom. Untuk mencapai gizi seimbang hendaknya susunan makanan sehari terdiri dari campuran ketiga kelompok bahan makanan tersebut. Dari tiap kelompok dipilih salah satu atau lebih jenis bahan makanan sesuai dengan ketersediaan bahan makanan tersebut di

42 26 pasar, keadaan sosial ekonomi, nilai gizi, dan kebiasaan makanan (Almatsier, 2009; h. 295). d. Pola Makan Khas pada Remaja Remaja sebagai masa transisi antara masa anak dan dewasa yang ditandai peningkatan massa tubuh dan aktifitas yang cenderung meningkat. Pada masa ini asupan gizi seimbang sangat menentukan kematangannya hingga menjadi dewasa. Secara khusus, perhatian ekstra perlu diberikan untuk remaja putri yang akan menjadi calon ibu untuk mencapai status gizi kesehatan yang optimal. Pesan untuk Remaja: Makan makanan beraneka ragam; Hindari rokok, narkoba, dan minuman beralkohol; Lakukan aktivitas fisik secara teratur; Khusus remaja putri, minum tablet tambah darah 1 kali sehari menjelang dan selama menstruasi (Depkes, 2012). Pada umumnya remaja lebih suka makanan kecil seperti jajanan yang kurang bergizi seperti gorengan, coklat, permen, es. Sehingga makanan pokok yang beranekaregam tidak dikonsumsi. Remaja sering makan diluar rumah bersama teman-teman, sehingga waktu makan tidak teratur, akibatnya mengganggu sistem pencernaan (gangguan maag atau nyeri lambung). Selain itu, remaja sering tidak sarapan pagi karena tergesa-gesa beraktifitas sehingga mengalami lapar dan lemas, kemampuan menangkap pelajaran menurun, semangat belajar menurun, keluar keringat dingin, kesadaran menurun, sampai pingsan. Remaja putri sering menghindari beberapa jenis bahan makanan seperti telur dan susu. Susu dianggap

43 27 minuman anak-anak atau dihubungkan dengan kegemukan. Akibatnya akan kekurangan protein hewani, sehingga tidak dapat tumbuh atau mencapai tinggi secara optimal. Kadang standart langsing tidak jelas untuk remaja. Banyak remaja putri menganggap bahwa dirinya kelebihan berat badan atau mudah menjadi gemuk sehingga sering diet dengan cara yang kurang benar seperti membatasi atau mengurangi frekuensi makan dan jumlah makan, memuntahkan makanan yang sering dimakan, sehingga lama-lama tidak nafsu makan yang sngat membahayakan bagi remaja (Proverawati & Erna, 2011; h.88). Sedikit sekali yang diketahui tentang asupan pangan remaja. Meski asupan kalori dan protein sudah tercukupi, elemen lain seperti besi, kalsium dan beberapa vitamin ternyata masih kurang. Survei terhadap mahasiswi kedokteran di Prancis, misalnya, membuktikan bahwa 16% mahasiswi kehabisan cadangan besi, sementara 75% menderita kekurangan. Penelitian lain terhadap masyarakat miskin di Kairo menunjukan asupan besi sebagian remaja putri tidak mencukupi kebutuhan harian yang dianjurkan. Di negara yang sedang berkembang, sekitar 27% remaja putra dan 26% remaja putri menderita anemia; sementara di negara maju angka tersebut hanya berada pada bilangan 5% dan 7%. Secara garis besar, sebnyak 44% wanita di negara berkembang ( 10 negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia ) mengalami anemia kekurangan besi,

44 28 sementara ibu hamil sebagian besar lagi, yaitu 55%. ( Arisman, 2009; h. 77). Kandungan gizi yang tidak seimbang ini bila sudah terlanjur menjadi pola makan, maka akan berdampak negatif pada status gizi remaja. Aspek pemilihan makanan penting diperhatikan oleh remaja. Kebiasaan mengkonsumsi fast food secara berlebihan dapat menimbulkan masalah kegemukan. Kegemukan menjadi sesuatu yang harus diwaspadai karena kegemukan yang berkelanjutan akan menimbulkan berbagai macam penyakit degeneratif seperti jantung koroner, diabetes mellitus, dan hipertensi (Khomsan, 2005; h. 41). Menurut Daniel, hampir 50% remaja terutama remaja yang lebih tua, tidak sarapan. Penelitian lain membuktikan masih banyak remaja (89%) yang meyakini kalau sarapan memang penting. Namun, mereka yang sarapan secara teratur hanya 60%. Remaja putri malah melewatkan dua kali waktu makan, dan lebih memilih kudapan yang bukan saja hampa kalori, tetapi juga sedikit sekali mengandung zat gizi dan dapat mengganggu nafsu makan (Arisman, 2009; h ). Pola makan remaja akan menentukan jumlah zat-zat gizi yang diperoleh untuk pertumbuhan dan perkembanganya jumlah makanan yang cukup sesuai dengan kebutuhan akan menyediakan zat-zat gizi yang cukup untuk remaja, guna menjalankan kegiatan fisik yang akan dilakukanya, apabila asupan tersebut kurang maka akan berdampak pada pertumbuhan dan perkembanganya serta prestasinya. Anak sekolah memiliki banyak

45 29 kegiatan yang harus dilakukan dalam sehari. Mulai dari aktifitas di sekolah, yang dilanjutkan dengan berbagai kursus, mengerjakan PR dan mempersiapkan pelajaran untuk keesokan harinya. Dengan aktivitas tinggi seperti itu, stamina anak akan cepat loyo kalau tidak ditunjang dengan intake pangan dan gizi yang cukup serta berkualitas. Agar stamina anak usia sekolah tetap fit selama mengikuti kegiatan ekstra kurikuler, maka sarana utama dari segi gizi adalah sarapan pagi. Anak yang tidak sarapan pagi akan mengalami kekosongan lambung sehingga kadar gula akan menurun. Padahal gula darah merupakan sumber energi utama bagi otak. Dampak negatifnya adalah ketidakseimbangan sistem syaraf pusat yang diikuti dengan rasa pusing, badan gemetar atau rasa lelah. Dalam keadaaan demikian anak akan sulit untuk dapat menerima pelajaran dengan baik. Gairah belajar dan kecepatan reaksi juga akan menurun (Khomsan, 2005; h. 15). Kebiasaan makan yang diperoleh semasa remaja akan berdampak pada kesehatan dalam fase kehidupan selanjutnya, setelah dewasa dan berusia lanjut. Kekurangan besi dapat menimbulkan anemia dan keletihan, kondisi yang menyebabkan mereka tidak mampu merebut kesempatan bekerja. Remaja memerlukan lebih banyak besi dan wanita membutuhkan lebih banyak lagi untuk mengganti besi yang hilang bersama darah haid. (Arisman, 2009; h. 78 ).

46 30 B. Kerangka Teori Tingkat Pengetahuan Tentang Anemia Pola Makan Sehat Faktor yang mempengaruhi Pengetahuan : 1. Tingkat Pendidikan 2. Informasi 3. Budaya 4. Pengalaman 5. Sosial Ekonomi Faktor yang mempengaruhi pola makan: 1. Kesenangan 2. Budaya 3. Agama 4. Taraf sosial ekonomi 5. Lingkungan Alam Gambar 2.1 Kerangka Teori Sumber : Modifikasi Wawan & Dewi (2010) dan Soegeng S & Anne Lies ( 2004 ) Keterangan: Diteliti : Tidak diteliti :

47 31 C. Kerangka Konsep Penelitian Variabel Bebas Variabel Terikat Tingkat Pengetahuan Tentang Anemia Pola Makan Sehat Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian D. Hipotesis Ada Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Remaja Putri tentang Anemia dengan Pola Makan di kelas XII MAK Al-Mukmin Sukoharjo.

48 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian observasional analitik dengan rancangan cross sectional. Pada penelitian observasional analitik peneliti mencoba mencari hubungan antara variabel bebas (faktor resiko) dengan variabel tergantung (efek) yang analisisnya untuk menentukan ada tidaknya hubungan antar variabel, sehingga perlu disusun hipotesisnya (Taufiqurrahman, 2004;h. 68). Penelitian cross sectional merupakan rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan (sekali waktu) antara faktor resiko (variabel bebas) dengan faktor efek (variabel tergantung) (Hidayat, 2010; h. 56). B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat : Penelitian ini telah dilaksanakan di MAK Al Mukmin Sukoharjo 2. Waktu : Penelitian ini telah dilaksanakan pada April 2013 C. Populasi, Sampel, dan teknik Sampling 1. Populasi Menurut Sugiyono (2004) dalam Hidayat (2010; h.68) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai 32

49 33 kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah remaja putri berjumlah 59 siswi kelas XII MAK Al Mukmin Sukoharjo. 2. Sampel Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2010; h ). Sampel dalam penelitian ini adalah remaja putri kelas XII MAK Al Mukmin Sukoharjo berjumlah 59 responden, yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi berikut: a). Kriteria Inklusi : 1) Responden tidak sedang sakit 2) Siswi kelas XII MAK yang bersedia menjadi responden 3) Responden yang bersekolah di kelas XII MAK Al Mukmin Sukoharjo b). Kriteria Ekslusi : Responden yang tidak hadir saat penelitian berlangsung 3. Teknik Sampling Teknik sampling dari penelitian ini adalah Nonprobability Sampling dengan jenis penelitian sampling jenuh/ total sampling, dimana semua anggota populasi diambil sebagai sampel, karena jumlah populasinya relatif sedikit yaitu 59 responden (Hidayat, 2010; h ).

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG ANEMIA DENGAN POLA MAKAN (RELATIONSHIP OF KNOWLEDGE ABOUT ANEMIA ON YOUNG WOMEN WITH DIETARY)

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG ANEMIA DENGAN POLA MAKAN (RELATIONSHIP OF KNOWLEDGE ABOUT ANEMIA ON YOUNG WOMEN WITH DIETARY) HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG ANEMIA DENGAN POLA MAKAN (RELATIONSHIP OF KNOWLEDGE ABOUT ANEMIA ON YOUNG WOMEN WITH DIETARY) Umniyyati Husna, Rizka Fatmawati Prodi D3 Kebidanan STIKES

Lebih terperinci

Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Anemia

Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Anemia Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Anemia A. Topik : Sistem Hematologi B. Sub Topik : Anemia C. Tujuan Instruksional 1. Tujuan Umum : Setelah penyuluhan peserta diharapkan dapat mengtahui cara mengatasi terjadinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja merupakan tahap dimana seseorang mengalami sebuah masa transisi menuju dewasa. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai

Lebih terperinci

GIZI SEIMBANG BAGI ANAK REMAJA. CICA YULIA, S.Pd, M.Si

GIZI SEIMBANG BAGI ANAK REMAJA. CICA YULIA, S.Pd, M.Si GIZI SEIMBANG BAGI ANAK REMAJA CICA YULIA, S.Pd, M.Si Remaja merupakan kelompok manusia yang berada diantara usia kanak-kanak dan dewasa (Jones, 1997). Permulaan masa remaja dimulai saat anak secara seksual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia adalah suatu keadaan dimana komponen dalam darah, yakni hemoglobin (Hb) dalam darah atau jumlahnya kurang dari kadar normal. Di Indonesia prevalensi anemia pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pertumbuhan fisik yang tidak optimal dan penurunan perkembangan. berakibat tingginya angka kesakitan dan kematian.

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pertumbuhan fisik yang tidak optimal dan penurunan perkembangan. berakibat tingginya angka kesakitan dan kematian. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Gizi adalah satu faktor yang menentukan kualitas sumber daya manusia. Kebutuhan gizi yang tidak tercukupi, baik zat gizi makro dan zat gizi mikro dapat menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti puberteit, adolescence, dan youth. Remaja atau adolescence (Inggris),

BAB I PENDAHULUAN. seperti puberteit, adolescence, dan youth. Remaja atau adolescence (Inggris), 111 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja dalam ilmu psikologis diperkenalkan dengan istilah lain, seperti puberteit, adolescence, dan youth. Remaja atau adolescence (Inggris), berasal dari bahasa

Lebih terperinci

KEBIASAAN MINUM TABLET FE SAAT MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS XI DI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA TAHUN 2016

KEBIASAAN MINUM TABLET FE SAAT MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS XI DI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA TAHUN 2016 KEBIASAAN MINUM TABLET FE SAAT MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS XI DI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA TAHUN 2016 NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: Iffah Indri Kusmawati 201510104258 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan tahap di mana seseorang mengalami sebuah masa transisi menuju dewasa. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanakkanak berakhir, ditandai

Lebih terperinci

HUBUNGAN SIKAP TENTANG PENGATURAN MENU SEIMBANG DENGAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI SMU NEGERI 2 SUKOHARJO

HUBUNGAN SIKAP TENTANG PENGATURAN MENU SEIMBANG DENGAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI SMU NEGERI 2 SUKOHARJO 1 HUBUNGAN SIKAP TENTANG PENGATURAN MENU SEIMBANG DENGAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI SMU NEGERI 2 SUKOHARJO KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Pendidikan Diploma III

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan demikian salah satu masalah kesehatan masyarakat paling serius

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan demikian salah satu masalah kesehatan masyarakat paling serius BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anemia adalah penyebab kedua terkemuka didunia dari kecacatan dan dengan demikian salah satu masalah kesehatan masyarakat paling serius global ( WHO, 2014).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan di seluruh dunia terutama negara berkembang yang diperkirakan 30% penduduk dunia menderita anemia. Anemia banyak terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas yang memiliki fisik tanggung, mental yang kuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia khususnya anemia defisiensi besi, yang cukup menonjol pada anak-anak sekolah khususnya remaja (Bakta, 2006).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang banyak terjadi dan tersebar di seluruh dunia terutama di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. yang banyak terjadi dan tersebar di seluruh dunia terutama di negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anemia defisiensi besi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang banyak terjadi dan tersebar di seluruh dunia terutama di negara berkembang dan negara miskin,

Lebih terperinci

NAMA : UMUR : KELAS : No. Telpon : Alamat lengkap : Untuk pertanyaan di bawah ini, beri tanda X untuk jawaban yang kamu pilih

NAMA : UMUR : KELAS : No. Telpon : Alamat lengkap : Untuk pertanyaan di bawah ini, beri tanda X untuk jawaban yang kamu pilih Lampiran Kuesioner NAMA : UMUR : KELAS : No. Telpon : Alamat lengkap : Untuk pertanyaan di bawah ini, beri tanda X untuk jawaban yang kamu pilih PENGETAHUAN MENGENAI ANEMIA 1. Menurut kamu apakah itu anemia?

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Periode remaja adalah periode transisi dari anak - anak menuju dewasa, pada

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Periode remaja adalah periode transisi dari anak - anak menuju dewasa, pada BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Periode remaja adalah periode transisi dari anak - anak menuju dewasa, pada masa ini terjadi proses kehidupan menuju kematangan fisik dan perkembangan emosional antara

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia yang tidak hanya terjadi di negara berkembang tetapi juga di negara maju. Penderita anemia diperkirakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas, istilah. pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis.

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas, istilah. pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas, istilah pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18 tahun, sarapan berfungsi sumber energi dan zat gizi agar dapat berpikir, belajar dan melakukan aktivitas

Lebih terperinci

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja didefinisikan oleh WHO sebagai suatu periode pertumbuhan dan perkembangan manusia yang terjadi setelah masa anak-anak dan sebe lum masa dewasa dari usia 10-19

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan terganggu, menurunnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11) anemia. (14) Remaja putri berisiko anemia lebih besar daripada remaja putra, karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia adalah keadaan dimana jumlah eritrosit dalam darah kurang dari yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan dewasa yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan dewasa yaitu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anemia pada Remaja Putri Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan dewasa yaitu antara usia 12 sampai 21 tahun. Mengingat pengertian remaja menunjukkan ke masa

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI, DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI DAN SANGKRAH SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI, DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI DAN SANGKRAH SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI, DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI DAN SANGKRAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh VIKA YUNIATI J 300 101

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu komponen penting dalam mencapai tujuan pembangunan kesehatan.sumber daya manusia yang berkualitas sangat dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. cadangan besi kosong yang pada akhirnya mengakibatkan pembentukan

BAB 1 PENDAHULUAN. cadangan besi kosong yang pada akhirnya mengakibatkan pembentukan BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Salah satu masalah gizi wanita yang berkaitan dengan Angka Kematian Ibu (AKI) adalah anemia defisiensi besi. Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk. Riskesdas, prevalensi anemia di Indonesia pada tahun 2007 adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk. Riskesdas, prevalensi anemia di Indonesia pada tahun 2007 adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anemia merupakan masalah gizi yang sering terjadi di dunia dengan populasi lebih dari 30%. 1 Anemia lebih sering terjadi di negara berkembang, termasuk Indonesia.

Lebih terperinci

12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG

12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG 12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG Makanlah Aneka Ragam Makanan Kecuali bayi diperlukan tubuh baik kualitas maupun kuantintasnya Triguna makanan; - zat tenaga; beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia sekolah adalah investasi bangsa, karena mereka adalah generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia harus dilakukan sejak dini, secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan, menurunkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan satu dari empat masalah gizi yang ada di indonesia disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah gangguan akibat kurangnya

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG ANEMIA DENGAN POLA MAKAN UNTUK PENCEGAHAN ANEMIA DI SMA SWASTA BINA BERSAUDARA MEDAN TAHUN 2014 No. Responden : A. IDENTITAS RESPONDEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan suatu kondisi konsentrasi hemoglobin kurang dari

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan suatu kondisi konsentrasi hemoglobin kurang dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anemia merupakan suatu kondisi konsentrasi hemoglobin kurang dari normal, anemia merefleksikan eritrosit yang kurang dari normal di dalam sirkulasi dan anemia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata Paham BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham yang artinya mengerti benar tentang sesuatu hal. Pemahaman merupakan tipe belajar yang lebih tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan. perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan. perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan, menurunkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan fisiknya dan perkembangan kecerdasannya juga terhambat.

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan fisiknya dan perkembangan kecerdasannya juga terhambat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan keadaan masa eritrosit dan masa hemoglobin yang beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh (Handayani, 2008). Anemia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Prevalensi anemia di Indonesia cukup tinggi pada periode tahun 2012 mencapai 50-63% yang terjadi pada ibu hamil, survei yang dilakukan di Fakultas Kedokteran Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kekurangan zat-zat gizi esensial tertentu yang akhirnya akan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kekurangan zat-zat gizi esensial tertentu yang akhirnya akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kekurangan zat besi merupakan salah satu masalah gizi utama dan jika terjadi pada anak-anak akan menjadi persoalan serius bangsa. Kekurangan zat besi mempunyai pengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, menurunnya produktifitas kerja dan

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, menurunnya produktifitas kerja dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, menurunnya

Lebih terperinci

GIZI DAUR HIDUP. Rizqie Auliana, M.Kes

GIZI DAUR HIDUP. Rizqie Auliana, M.Kes GIZI DAUR HIDUP Rizqie Auliana, M.Kes rizqie_auliana@uny.ac.id Pengantar United Nations (Januari, 2000) memfokuskan usaha perbaikan gizi dalam kaitannya dengan upaya peningkatan SDM pada seluruh kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan makan dan zat gizi yang digunakan oleh tubuh. Ketidakseimbangan asupan makan tersebut meliputi kelebihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ramadani (dalam Yolanda, 2014) Gizi merupakan bagian dari sektor. baik merupakan pondasi bagi kesehatan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ramadani (dalam Yolanda, 2014) Gizi merupakan bagian dari sektor. baik merupakan pondasi bagi kesehatan masyarakat. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Salah satu faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. faktor yang harus diperhatikan untuk menciptakan sumber daya manusia yang

BAB 1 PENDAHULUAN. faktor yang harus diperhatikan untuk menciptakan sumber daya manusia yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu bangsa akan maju dan mandiri jika manusianya berkualitas. Banyak faktor yang harus diperhatikan untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Tujuan. penerus harus disiapkan sebaik-baiknya. Salah satu faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Tujuan. penerus harus disiapkan sebaik-baiknya. Salah satu faktor yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hakekat Pembangunan Kesehatan adalah pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. psikologik, dan perubahan sosial (Mansur, 2009). Pada remaja putri, pubertas

BAB 1 PENDAHULUAN. psikologik, dan perubahan sosial (Mansur, 2009). Pada remaja putri, pubertas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa perubahan atau peralihan dari masa kanakkanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologik, perubahan psikologik, dan perubahan sosial

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura

Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura 66 67 Lampiran 2. Kisi-kisi instrumen perilaku KISI-KISI INSTRUMEN Kisi-kisi instrumen pengetahuan asupan nutrisi primigravida

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung maupun dari pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2005, hal. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung maupun dari pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2005, hal. 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan what, misalnya apa air, apa alam, dan sebagainya, yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, masalah gizi perlu mendapatkan perhatian dari

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, masalah gizi perlu mendapatkan perhatian dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, masalah gizi perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah terutama bagi remaja putri usia sekolah. Hal ini dilakukan karena pada remaja putri usia sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anemia adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan jumlah kadar hemoglobin 1. Anemia merupakan masalah medik yang paling sering dijumpai di seluruh dunia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak SD (sekolah dasar) yaitu anak yang berada pada usia 6-12 tahun, memiliki fisik yang lebih kuat dibandingkan dengan balita, mempunyai sifat individual dalam banyak

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN HUBUNGAN ANTARA ASUPAN Fe DENGAN KADAR HEMOGLOBIN (Hb) PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DENGAN BERAT BADAN BAWAH GARIS KUNING MENURUT KMS DI KELURAHAN SEMANGGI KOTA SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Oleh : LAILA MUSFIROH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan baik, bayi tumbuh sehat sesuai yang diharapkan dan

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan baik, bayi tumbuh sehat sesuai yang diharapkan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang diharapkan setiap pasangan suami istri. Setiap pasangan menginginkan kehamilan berlangsung dengan baik, bayi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Visi baru pembangunan kesehatan direfleksikan dalam bentuk motto yang berbunyi Indonesia Sehat 2010. Tahun 2010 dipilih dengan pertimbangan bahwa satu dasawarsa merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Status Gizi a. Definisi Status Gizi Staus gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anemia adalah berkurangnya jumlah kadar Hb (sel darah merah) hingga dibawah nilai normal, kuantitas hemoglobin dan volume packed red blood cells ( hematokrit)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengetahuan Remaja Putri tentang Anemia. penglihatan dan pendengaran (Notoadmodjo, 2007).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengetahuan Remaja Putri tentang Anemia. penglihatan dan pendengaran (Notoadmodjo, 2007). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan Remaja Putri tentang Anemia Pengetahuan adalah hasil dari tahu, yang terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan juga didapatkan dari tradisi (Prasetyo, 2007).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan juga didapatkan dari tradisi (Prasetyo, 2007). 16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah segala sesuatu yang ada dikepala kita. Kita dapat mengetahui sesuatu berdasarkan pengalaman yang kita miliki.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Suharno, 1993). Berdasarkan hasil penelitian WHO tahun 2008, diketahui bahwa

BAB I PENDAHULUAN. (Suharno, 1993). Berdasarkan hasil penelitian WHO tahun 2008, diketahui bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia yang berakibat buruk bagi penderita terutama golongan rawan gizi yaitu anak balita, anak sekolah, remaja, ibu

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI KELAS XI DI SMK N 2 YOGYAKARTA

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI KELAS XI DI SMK N 2 YOGYAKARTA HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI KELAS XI DI SMK N 2 YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: Nur Khatim AH Tiaki 201510104338 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG DIPLOMA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan prevalensi tertinggi dialami negara berkembang termasuk Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. dengan prevalensi tertinggi dialami negara berkembang termasuk Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi mikro yang cukup serius dengan prevalensi tertinggi dialami negara berkembang termasuk Indonesia. Sebagian besar anemia di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan Afrika. Menurut World Health Organization (dalam Briawan, 2013), anemia

BAB I PENDAHULUAN. dan Afrika. Menurut World Health Organization (dalam Briawan, 2013), anemia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan suatu masalah gizi yang tersebar di seluruh dunia, baik di negara berkembang dan negara maju. Penderita anemia di seluruh dunia diperkirakan mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak sekolah merupakan generasi penerus dan modal pembangunan. Oleh karena itu, tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan. Salah satu upaya kesehatan tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anemia 1. Definisi Anemia Menurut WHO, anemia gizi besi didefinisikan suatu keadaan dimana kadar Hb dalam darah hemotokrit atau jumlah eritrosit lebih rendah dari normal sebagai

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA GIZI BESI PADA TENAGA KERJA WANITA DI PT HM SAMPOERNA Oleh : Supriyono *)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA GIZI BESI PADA TENAGA KERJA WANITA DI PT HM SAMPOERNA Oleh : Supriyono *) FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA GIZI BESI PADA TENAGA KERJA WANITA DI PT HM SAMPOERNA Oleh : Supriyono *) PENDAHULUAN Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. namun WHO menetapkan remaja (adolescent) berusia antara tahun.

BAB 1 PENDAHULUAN. namun WHO menetapkan remaja (adolescent) berusia antara tahun. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan salah satu kelompok usia yang memiliki tingkat kerentanan cukup tinggi disaat masa pertumbuhan dan pada masa ini terjadi proses kehidupan menuju kematangan

Lebih terperinci

USIA REMAJA. Merupakan jalan panjang yg menjembatani priode Kehidupan anak dan dewasa. Berawal tahun dan berakhir usia 18 tahun

USIA REMAJA. Merupakan jalan panjang yg menjembatani priode Kehidupan anak dan dewasa. Berawal tahun dan berakhir usia 18 tahun USIA REMAJA Merupakan jalan panjang yg menjembatani priode Kehidupan anak dan dewasa. Berawal 10 12 tahun dan berakhir usia 18 tahun Karateristik: Masa pertumbuhan yg cepat, Perkembangan seksual, perubahan

Lebih terperinci

BAB I. antara asupan (intake dengan kebutuhan tubuh akan makanan dan. pengaruh interaksi penyakit (infeksi). Hasil Riset Kesehatan Dasar pada

BAB I. antara asupan (intake dengan kebutuhan tubuh akan makanan dan. pengaruh interaksi penyakit (infeksi). Hasil Riset Kesehatan Dasar pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah gizi anak usia sekolah disebabkan adanya ketidakseimbangan antara asupan (intake dengan kebutuhan tubuh akan makanan dan pengaruh interaksi penyakit (infeksi).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anemia pada remaja putri merupakan salah satu dampak masalah kekurangan gizi remaja putri. Anemia gizi disebabkan oleh kekurangan zat gizi yang berperan dalam

Lebih terperinci

Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Vulva Hygiene dan Kejadian Keputihan Pada Wanita Perimenopause Di Desa Mojo Kecamatan Andong Boyolali

Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Vulva Hygiene dan Kejadian Keputihan Pada Wanita Perimenopause Di Desa Mojo Kecamatan Andong Boyolali Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Vulva Hygiene dan Kejadian Keputihan Pada Wanita Perimenopause Di Desa Mojo Kecamatan Andong Boyolali KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Lebih terperinci

MAKALAH GIZI ZAT BESI

MAKALAH GIZI ZAT BESI MAKALAH GIZI ZAT BESI Di Buat Oleh: Nama : Prima Hendri Cahyono Kelas/ NIM : PJKR A/ 08601241031 Dosen Pembimbing : Erwin Setyo K, M,Kes FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA PENDAHULUAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN, BESI DAN VITAMIN C DENGAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI KELAS XI SMU NEGERI I NGAWI

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN, BESI DAN VITAMIN C DENGAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI KELAS XI SMU NEGERI I NGAWI HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN, BESI DAN VITAMIN C DENGAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI KELAS XI SMU NEGERI I NGAWI Skripsi ini ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi Disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang relatif sangat bebas, termasuk untuk memilih jenis-jenis makanan

BAB I PENDAHULUAN. yang relatif sangat bebas, termasuk untuk memilih jenis-jenis makanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan suatu golongan dari suatu kelompok usia yang relatif sangat bebas, termasuk untuk memilih jenis-jenis makanan yang akan dikonsumsinya. Taraf kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang di nyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat. Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh : RATNA MALITASARI J PROGRAM STUDI S1 GIZI

SKRIPSI. Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat. Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh : RATNA MALITASARI J PROGRAM STUDI S1 GIZI HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI MENYUSU DINI DAN STATUS PEKERJAAN IBU DENGAN STATUS PEMBERIAN ASI DI KECAMATAN JATIPURO KABUPATEN KARANGANYAR SKRIPSI Disusun Guna Memenuhi Salah Satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari anak-anak menuju dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari anak-anak menuju dewasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia remaja merupakan usia peralihan dari anak-anak menuju dewasa yang berawal dari usia 9-10 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun. Remaja sebagai golongan individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan, menurunkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu indikator keberhasilan layanan kesehatan di suatu

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu indikator keberhasilan layanan kesehatan di suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator keberhasilan layanan kesehatan di suatu Negara. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berjalan lambat. Pada masa ini seorang perempuan mengalami perubahan, salah satu diantaranya adalah menstruasi (Saryono, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. berjalan lambat. Pada masa ini seorang perempuan mengalami perubahan, salah satu diantaranya adalah menstruasi (Saryono, 2009). BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pubertas meliputi suatu kompleks biologis, morfologis, dan perubahan psikologis yang meliputi proses transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Pada perempuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan seseorang mengalami masa kanak-kanak, remaja dan dewasa. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menjadi dewasa, pada masa ini seseorang

Lebih terperinci

19/02/2016. Siti Sulastri, SST

19/02/2016. Siti Sulastri, SST Siti Sulastri, SST Usia 0 12 bulan Fase atau tahap awal untuk menentukan kondisi serta perkembangan bayi untuk tahun yang akan datang/ tahun perkembangan bayi berikutnya Tumbuh dengan sangat cepat Mulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan gizinya serta aktif dalam olahraga (Almatsier, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan gizinya serta aktif dalam olahraga (Almatsier, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah mereka yang berusia 10-18 tahun. Usia ini merupakan periode rentan gizi karena berbagai sebab, yaitu remaja memerlukan zat gizi yang lebih tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak ke masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa. Selama masa ini banyak persoalan yang dihadapi para remaja yang berkaitan dengan masalah gizi

Lebih terperinci

kekurangan energi kronik (pada remaja puteri)

kekurangan energi kronik (pada remaja puteri) kekurangan energi kronik (pada remaja puteri) BAB I PENDAHALUAN A. LATAR BELAKANG Masalah gizi masih merupakan beban berat bagi bangsa, hakekatnya berpangkal dari keadaan ekonomi dan pengetahuan masyarakat,

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG ANEMIA DI PONDOK PESANTREN AL-MUNAWWIR KOMPLEK Q KRAPYAK YOGYAKARTA. Hera Ariyani 1, Ekawati 1

TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG ANEMIA DI PONDOK PESANTREN AL-MUNAWWIR KOMPLEK Q KRAPYAK YOGYAKARTA. Hera Ariyani 1, Ekawati 1 188 Media Ilmu Kesehatan Vol. 4, No. 3, Desember 2015 TINGKAT ANEMIA DI PONDOK PESANTREN AL-MUNAWWIR KOMPLEK Q KRAPYAK YOGYAKARTA 1 Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta Hera Ariyani 1, Ekawati 1 ABSTRACT

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH. Karya Tulis Ilmiah ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah D III Gizi. Disusun Oleh :

KARYA TULIS ILMIAH. Karya Tulis Ilmiah ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah D III Gizi. Disusun Oleh : KARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG MP-ASI DENGAN KETEPATAN WAKTU PEMBERIAN MP-ASI DAN STATUS GIZI BALITA USIA 6-24 BULAN DI POSYANDU PERMATA DESA BAKI PANDEYAN KABUPATEN SUKOHARJO Karya

Lebih terperinci

Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003). Masa nifas dimulai

Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003). Masa nifas dimulai Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003). Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat

Lebih terperinci

Pola Makan Sehat. Oleh: Rika Hardani, S.P.

Pola Makan Sehat. Oleh: Rika Hardani, S.P. Pola Makan Sehat Oleh: Rika Hardani, S.P. Makalah ini disampaikan pada Seminar Online Kharisma ke-2, Dengan Tema: ' Menjadi Ratu Dapur Profesional: Mengawal kesehatan keluarga melalui pemilihan dan pengolahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terutama diperlukan dalam hematopoiesis (pembentukan darah) yaitu dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terutama diperlukan dalam hematopoiesis (pembentukan darah) yaitu dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Zat Besi 2.1.1. Fungsi Zat Besi Zat besi (Fe) merupakan mikroelemen yang esensial bagi tubuh, zat ini terutama diperlukan dalam hematopoiesis (pembentukan darah) yaitu dalam

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG ANEMIA DAN KEBIASAAN MAKAN TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI DI ASRAMA SMA MTA SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG ANEMIA DAN KEBIASAAN MAKAN TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI DI ASRAMA SMA MTA SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG ANEMIA DAN KEBIASAAN MAKAN TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI DI ASRAMA SMA MTA SURAKARTA Yulinar Ikhmawati 1, Dwi Sarbini 1, Susy Dyah P 2 1 Prodi Gizi Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan masalah yang sering terjadi di Indonesia. Anemia

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan masalah yang sering terjadi di Indonesia. Anemia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan masalah yang sering terjadi di Indonesia. Anemia bisa terjadi pada segala usia. Indonesia prevalensi anemia masih tinggi, insiden anemia 40,5% pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan. Dalam periode kehamilan ini ibu membutuhkan asupan makanan sumber energi

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan. Dalam periode kehamilan ini ibu membutuhkan asupan makanan sumber energi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Periode Kehamilan merupakan masa dimulainya konsepsi (pembuahan) hingga permulaan persalinan. Ibu yang sedang hamil mengalami proses pertumbuhan yaitu pertumbuhan fetus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Periode Kehamilan merupakan masa dimulainya konsepsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Periode Kehamilan merupakan masa dimulainya konsepsi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Periode Kehamilan merupakan masa dimulainya konsepsi (pembuahan) hingga permulaan persalinan. Dalam periode kehamilan ini ibu membutuhkan asupan makanan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah dari nilai normal kelompok yang bersangkutan (WHO, 2001). Anemia merupakan kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak. perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak. perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja dalam masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik yang cepat. Pertumbuhan yang cepat pada tubuh remaja membawa

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ZAT BESI DAN PROTEIN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI DI SMP N 5 KOTA MANADO

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ZAT BESI DAN PROTEIN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI DI SMP N 5 KOTA MANADO HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ZAT BESI DAN PROTEIN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI DI SMP N 5 KOTA MANADO Sendy Seflin Assa 1) Nova H. Kapantow 1), Budi T. Ratag 1) 1) Fakultas Kesehatan Masyarakat UNSRAT Manado,

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH. Karya Tulis Ilmiah ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah Diploma III Gizi.

KARYA TULIS ILMIAH. Karya Tulis Ilmiah ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah Diploma III Gizi. KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI, DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI DAN SANGKRAH SURAKARTA Karya Tulis Ilmiah ini Disusun

Lebih terperinci