BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 MEDIA PEMBELAJARAN Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa (Miarso, 1984). 2.2 PERANGKAT LUNAK Perkembangan teknologi saat ini memungkinkan terciptanya suatu perangkat lunak berupa aplikasi pembelajaran bagi dunia pendidikan Pengertian Perangkat Lunak Perangkat lunak adalah (1) perintah (program komputer) yang bila dieksekusi memberikan fungsi dan unjuk kerja seperti yang diinginkan, (2) struktur data yang memungkinkan program memanipulasi informasi secara proporsional, dan (3) dokumen yang meng-gambarkan operasi dan kegunaan program (Roger S. Pressman 5:20) Karakteristik Perangkat Lunak Roger S. Pressman (5:6) menyatakan, bahwa karakteristik dari suatu perangkat lunak adalah: 1. Perangkat lunak dibangun dan dikembangkan, tidak dibuat dalam bentuk klasik. 2. Perangkat lunak tidak pernah usang. 5

2 6 3. Sebagian besar perangkat lunak dibuat secara costume-built, serta tidak dapat dirakit dari komponen yang sudah ada Aplikasi Perangkat Lunak Roger S. Pressman (5:9) menjelaskan, bahwa perangkat lunak dapat diaplikasikan ke berbagai situasi di mana serangkaian langkah prosedural (seperti algoritma) telah didefinisikan (pengecualian pengecualian yang dapat dicatat pada aturan ini adalah sistem pakar dan perangkat lunak jaringan syaraf kecerdasan buatan). Kandungan (content) informasi dan determinasi merupakan faktor penting dalam menentukan sifat aplikasi perangkat lunak. Oleh karena ruang lingkupnya yang luas, maka untuk menentukan kategori umum untuk aplikasi perangkat lunak sangatlah sulit. Area perangkat lunak berikut menunjukkan luasnya aplikasi : 1. Perangkat Lunak Sistem Merupakan sekumpulan program yang ditulis untuk melayani programprogram yang lain. 2. Perangkat Lunak Real-Time Program-program yang memonitor/menganalisis/mengontrol kejadian dunia nyata pada saat terjadinya disebut perangkat lunak real-time. 3. Perangkat Lunak Bisnis Aplikasi dalam area ini menyusun kembali struktur data yang ada dengan suatu cara tertentu untuk memperlancar operasi bisnis atau pengambilan keputusan. 4. Perangkat Lunak Teknik dan Ilmu Pengetahuan Perangkat lunak ini mempunyai jangkauan aplikasi mulai dari astronomi sampai vulkanologi, dari analisis otomotif sampai dinamika orbit pesawat ruang angkasa, dan dari biologi molekular sampai pabrik yang sudah diotomatisasi. 5. Embedded Software Embedded software ada dalam read-only memory dan dipakai untuk mengontrol hasil serta sistem untuk keperluan konsumen dan pasar industri. 6. Perangkat Lunak Komputer Personal

3 7 Pasar perangkat lunak komputer personal telah berkembang selama dekade terakhir. Pengolah data, spreadsheet, multimedia, hiburan, manajemen database, aplikasi keuangan bisnis dan personal, jaringan eksternal atau akses database hanya merupakan beberapa saja dari ratusan aplikasi yang ada. 7. Perangkat Lunak Kecerdasan Buatan Perangkat lunak kecerdasan buatan menggunakan algoritma non-numeris untuk memecahkan masalah komplek yang tidak sesuai untuk perhitungan atau analisis secara langsung. 2.3 UML (Unified Modeling Language) Alan Denis (2:50) menjelaskan, bahwa UML (Unified Modeling Language), adalah suatu standar dari teknik pembuatan diagram yang memberikan gambaran secara lengkap untuk memodelkan proyek pengembangan sistem dari analisis sampai implementasi. Saat ini, sebagian besar pendekatan sistem yang berorientasi objek, analisis dan desainnya menggunakan UML untuk menggambarkan sistem secara menyeluruh. Nama Diagram Tujuan Tahap Utama Structure Diagram Class Menggambarkan hubungan diantara kelas-kelas yang dimodelkan dalam sistem. Object Menggambarkan hubungan antara objek-objek yang dimodelkan dalam sistem. Contoh: kelas-kelas yang sebenarnya akan lebih baik dimodelkan. Analysis, Design Analysis, Design Package Elemen-elemen UML yang Analysis, Design, Implementation

4 8 bersama-sama membentuk grup untuk tingkat yang lebih tinggi. Deployment Menampilkan arsitektur fisik sistem. Dapat juga digunakan untuk Physical Design, Implementation menunjukkan komponen perangkat lunak yang terdapat dalam arsitektur fisik. Component Menggambarkan hubungan Physical Design, fisik diantara komponenkomponen Implementation perangkat lunak. Composite Structure Menggambarkan struktur di dalam kelas, yaitu, hubungan Analysis, Design antara bagian-bagian dari sebuah kelas. Behavioral Diagrams Activity Menggambarkan alur Analysis, Design kerja bisnis masing-masing kelas, aliran dari proses pada use case, atau desain rinci pada metode. Sequence Memodelkan perilaku obyek Analysis, Design dalam use case. Difokuskan berdasarkan waktu analisis, desain, pemesanan. Communication Memodelkan perilaku obyek dalam use case. Difokuskan pada komunikasi antar objek yang berkolaborasi Analysis, Design Interaction Overview Menggambarkan ringkasan Analysis, Design

5 9 aliran kontrol dari suatu proses. Timing Menggambarkan interaksi yang terjadi antara sebuah objek dan perubahan tempat yang dilalui sepanjang waktu. Behavioral State Mengkaji perilaku sebuah Machine kelas. Protocol State Machine Menggambarkan hubungan antara antarmuka yang berbeda diantara perangkat dari suatu kelas Use-Case Menampilkan kebutuhankebutuhan bisnis untuk sistem dan menggambarkan interaksi diantara sistem dan lingkungannya. Analysis, Design Analysis, Design Analysis, Design Analysis Tabel 2.1 Diagram UML Dalam skripsi ini, penulis menggunakan 3 diagram UML yaitu use case diagram, activity diagram, sequence diagram : Use Case Diagram Alan Dennis (2: ) menjelaskan, use case diagram adalah gambaran sederhana fungsi sistem dari dari sudut pandang user. Use case diagram adalah diagram fungsional untuk menggambarkan fungsi dasar dari sistem. Yaitu, apa saja yang dapat dilakukan user dan bagaimana sistem harus menanggapi aksi dari pengguna.

6 10 Gambar 2.1 : Contoh Use Case Diagram (sumber : Denis, 2005) Activity Diagram Alan Dennis (2:165) menjelaskan, activity diagram digunakan untuk pemodelan perilaku dalam sebuah proses bisnis. Dalam banyak hal, diagram aktivitas dapat dilihat sebagai diagram aliran data yang canggih yang digunakan dalam hubungannya dengan analisis terstruktur. Namun, tidak sama seperti diagram aliran data, activity diagram membahas pemodelan paralel, sekaligus proses pengambilan keputusan yang komplek. Singkatnya, activity diagram dapat digunakan untuk memodelkan semua jenis proses.

7 11 Gambar 2.2 : Contoh Activity Diagram (sumber : Denis, 2005) Sequence Diagram Alan Dennis (2:238) menjelaskan, sequence diagram adalah salah satu dari dua jenis diagram interaksi. Sequence diagram menggambarkan objek yang ikut di dalam use case dan menyampaikan pesan yang dilewati dari waktu ke waktu untuk sebuah use case. Sequence diagram adalah model dinamis yang menunjukkan urutan eksplisit dari pesan yang dilewati di antara objek-objek dalam interaksi. Gambar 2.3 : Contoh Sequence Diagram (sumber : Denis, 2005)

8 METODE PENGEMBANGAN APLIKASI MULTIMEDIA Menurut Luther (Sutopo 2003:32), pengembangan multimedia dilakukan melalui 6 tahapan,yaitu : konsep, desain, pengumpulan material, pembuatan (assembly), testing, dan distribusi. 1. Tahap 1 ( Konsep ) : Menentukan tujuan yang meliputi : Tujuan aplikasi (informasi, hiburan, pelatihan, dan lain-lain). Identifikasi pengguna (Users). Bentuk aplikasi (presentasi, interaktif, dan lain-lain). Spesifikasi umum (ukuran aplikasi, dasar perancangan, target yang ingin dicapai, dan lain-lain). 2. Tahap 2 ( Desain ): Desain (perancangan) adalah membuat spesifikasi secara rinci mengenai struktur aplikasi multimedia yang akan dibuat, gaya dan kebutuhan bahan (material) untuk aplikasi. Storyboard yaitu pemetaan elemen-elemen atau bahan (material) multimedia pada setiap layar aplikasi multimedia. Storyboard digunakan untuk: Memungkinkan tim dan klien (pengguna) memeriksa, menyetujui, dan meningkatkan rancangan. Menjadi panduan bagi programmer dan graphics designer. Mengetahui elemen (material) multimedia yang dipakai. Menjaga konsistensi di sepanjang aplikasi multimedia. Memungkinkan rancangan diimplentasikan pada platform yang berbeda,karena storyboard bersifat platform independent. Storyboard perlu mengandung: Nama aplikasi (program) atau modul dan nomor halaman atau nomor layar. Gambar sketsa layar atau halaman beserta rincian objek-objek yang ada pada layar, meliputi : Teks, Gambar, Animasi, Audio, Narasi, Video, Warna, penempatan, ukuran gambar, warna dan font dari teks.

9 13 Interaksi : pencabangan dan aksi-aksi lainnya (tombol). 3. Tahap 3 ( Pengumpulan Material ): 1. Melakukan pengumpulan bahan (material) seperti: clipart, image, animasi, audio, berikut pembuatan grafik, foto, audio, dan lain-lain yang diperlukan untuk tahap berikutnya. Bahan yang diperlukan dalam multimedia dapat diperoleh dari sumbersumber seperti : library, bahan yang sudah ada pada pihak lain, atau pembuatan khusus yang dilakukan oleh pihak luar. 2. Pengumpulan material dapat dilakukan paralel dengan tahap pembuatan (assemby). 4. Tahap 4 ( Pembuatan ): 1. Tahap pembuatan (assembly) merupakan tahap dimana seluruh objek multimedia dibuat atau diintegrasikan. 2. Pembuatan aplikasi berdasarkan flow chart, storyboard, struktur navigasi atau diagram objek yang berasal dari tahap desain. 3. Dapat menggunakan perangkat lunak authoring yang mempunyai fitur pembuatan flow chart dan desain, missal : Microsoft Frontpage, Macromedia, dan lain-lain. 5. Tahap 5 ( Testing ): 1. Tahap testing dilakukan setelah tahap pembuatan dan seluruh bahan (material) telah dimasukkan. 2. Biasanya pada tahap awal dilakukan testing secara modular untuk memastikan apakah hasilnya seperti yang diinginkan. 3. Aplikasi yang telah dihasilkan harus dapat berjalan dengan baik di lingkungan pengguna (klien), dimana pengguna dapat merasakan adanya kemudahan dan manfaat dari aplikasi tersebut serta dapat menjalankan sendiri terutama untuk aplikasi yang interaktif. 6. Tahap 6 ( Distribusi ): Bila aplikasi multimedia akan digunakan dengan mesin yang berbeda, penggandaan menggunakan floppy disk, CD-ROM, tape, atau distribusi dengan jaringan sangat diperlukan.

10 DASAR ROUTING Pengenalan Router dan Routing Menurut Materi Cisco CCNA exploration 2, router adalah suatu perangkat jaringan yang berfungsi untuk meneruskan paket data dari satu jaringan ke jaringan lain yang mungkin memiliki banyak jalur diantara keduanya, kegiatan tersebut berlangsung pada proses yang disebut routing. Fungsi lain dari router adalah untuk memisahkan atau men-segmentasikan satu jaringan ke jaringan lainnya. Router juga bertujuan untuk memeriksa paket data yang masuk dan memilih jalur terbaik yang akan digunakan ketika proses pertukaran data berlangsung. Biasanya router digunakan untuk menghubungkan jaringan yang luas (Wide Area Network) atau untuk melakukan segmentasi antar jaringan yang kecil (Local Area Network). Routing adalah proses dimana suatu router mem-forward paket ke jaringan yang dituju. Suatu router membuat keputusan berdasarkan IP address yang dituju oleh paket. Semua router menggunakan IP address tujuan untuk mengirim paket. Agar keputusan routing tersebut benar, router harus belajar bagaimana untuk mencapai tujuan. Ketika router menggunakan routing dinamis, informasi ini dipelajari dari router yang lain. Ketika menggunakan routing statis, seorang network administrator mengkonfigurasi informasi tentang jaringan yang ingin dituju secara manual. Gambar 2.4 : Routing (sumber : modul Cisco CCNA 2 )

11 15 Gambar 2.5 : Routing Dinamis dan Statis (sumber : modul Cisco CCNA 2 ) Routing Statis Cara kerja routing statis dapat dibagi menjadi 3 bagian: - Administrator jaringan yang mengkonfigurasi router - Router melakukan routing berdasarkan informasi dalam tabel routing - Routing statis digunakan untuk melewatkan paket data Seorang administrator harus menggunakan perintah ip route secara manual untuk mengkonfigurasi router dengan routing statis. Gambar 2.6 : Menentukan Outgoing Interface (sumber : modul Cisco CCNA 2 )

12 16 Gambar 2.7 : Menentukan Next-hop IP Address (sumber : modul Cisco CCNA 2 ) Pada gambar 2.6 dan 2.7 di atas, administrator jaringan dari router Hoboken harus mengkonfigurasi routing statis ke jaringan /24 dan /24. Karena itu administrator memasukkan 2 perintah ke router. Administrative distance adalah parameter tambahan yang menunjukkan reliabilitas dari rute. Semakin kecil nilai administrative distance semakin reliable rutenya. Oleh Karena itu rute dengan administrative distance yang lebih kecil harus diberikan pertama kali sebelum administrative distance yang lebih besar diberikan. Default administrative distance saat menggunakan routing statis adalah 1. Ketika interface luar dikonfigurasi sebagai gateway, routing statis akan ditunjukkan dalam tabel routing sebagai informasi yang directly connected. Untuk melihat informasi administrative distance digunakan perintah show ip route. Nilai dari administrative distance adalah antara 0 sampai dengan 255 yang diberikan setelah next-hop atau outgoing interface. Contoh: waycross(config)#ip route Jika interface dari router down, rute tidak akan dimasukkan ke table routing. Kadang-kadang routing statis digunakan untuk tujuan backup. Routing statis dapat dikonfigurasi dalam router yang hanya akan digunakan ketika routing dinamis mengalami kegagalan. Untuk menggunakan routing statis sebagai backup, harus dilakukan seting administrative distance ke nilai yang lebih besar daripada protokol routing dinamis yang digunakan Konfigurasi Routing Statis Langkah-langkah untuk melakukan konfigurasi routing statis adalah sebagai berikut: - Langkah 1 tentukan dahulu prefix jaringan, subnet mask dan address. Address bisa saja interface local atau next hop address yang menuju tujuan.

13 17 - Langkah 2 masuk ke mode global configuration. - Langkah 3 ketik perintah ip route dengan prefix dan mask yang diikuti dengan address seperti yang sudah ditentukan di langkah 1. Sedangkan untuk administrative distance bersifat tambahan, boleh digunakan boleh tidak -Langkah 4 ulangi langkah 3 untuk semua jaringan yang dituju yang telah ditentukan pada langkah 1. -Langkah 5 keluar dari mode global configuration. -Langkah 6 gunakan perintah copy running-config startup-config untuk menyimpan konfigurasi yang sedang aktif ke NVRAM. Dalam contoh : Router Hoboken harus dikonfigurasi sehingga dapat mencapai jaringan dan jaringan Kedua jaringan subnet masknya Paket yang tujuannya ke jaringan harus dirutekan ke Sterling dan paket yang ditujuan ke jaringan haus dirutekan ke Waycross. Dalam hal ini routing statis bisa digunakan. Kedua routing statis tersebut akan dikonfigurasi menggunakan interface local sebagai gateway ke jaringan yang dituju. Seperti yang ditunjukkan oleh gambar 2.8. Gambar 2.8 : Konfigurasi Sederhana dengan 3 Router (sumber : modul Cisco CCNA 2 ) Gambar 2.9 : Penggunaan Next-Hop (sumber : modul Cisco CCNA 2 )

14 18 Dua routing statis yang sama juga dapat dikonfigurasi dengan next-hop address sebagai gateway. Seperti yang ditunjukkan oleh gambar 2.9. Rute pertama ke jaringan dengan gateway ke Sedangkan rute kedua ke jaringan dengan gateway ke Administrative distance tidak digunakan, sehingga defaultnya bernilai Routing Default Default routing digunakan untuk merutekan paket dengan tujuan yang tidak sama dengan routing yang ada dalam table routing. Secara tipikal router dikonfigurasi dengan cara routing default untuk trafik internet. Routing default secara actual menggunakan format: ip route [next-hop-address outgoing interface ] Mask , secara logika jika kita AND-kan dengan IP address tujuan selalu menunjuk ke jaringan Jika paket tidak cocok dengan rute yang ada dalam table routing, maka paket akan dirutekan ke jaringan Di bawah ini adalah langkah-langkah untuk mengkonfigurasi routing default: - Langkah 1 masuk mode global configuration. - Langkah 2 ketik perintah ip route dengan sebagi prefix dan sebagai mask. Alamat tambahan untuk routing default dapat berupa address dari local interface yang terhubung langsung ke jaringan luar atau IP address dari next-hop router. - Langkah 3 keluar dari mode global config. - Langkah 4 gunakan perintah copy running-config startup-config untuk menyimpan konfigurasi yang sedang jalan ke NVRAM.

15 19 Gambar 2.10 : Jaringan yang Tidak Terhubung Langsung (1) (sumber : modul Cisco CCNA 2 ) Gambar 2.11 : Jaringan yang Tidak Terhubung Langsung (2) (sumber : modul Cisco CCNA 2 ) Routing statis yang dikonfigurasi dalam Hoboken mengakses ke jaringan pada Sterling dan pada Waycross. Sekarang seharusnya kemungkinan rute paket ke dua jaringan tersebut dari Hoboken. Bagaimanapun, Sterling dan Waycross tidak tahu bagaimana mengembalikan paket ke jaringan yang lain yang terhubung langsung. Routing statis dapat dikonfigurasi pada Sterling dan Waycross untuk mencapai jaringan tujuan. Sterling terhubung ke semua jaringan yang tidak terhubung langsung melalui interface serial 0. Waycross hanya satu koneksi ke semua jaringan yang tidak terhubung langsung melalui interface serial 1. Routing default pada Sterling dan Waycross akan digunakan untuk rute ke semua paket yang ditujukan untuk jaringan yang tidak terhubung langsung. Setelah routing statis dikonfigurasi, langkah selanjutnya adalah hal yang sangat penting untuk melakukan verifikasi apakah table routing dan proses routingnya bekerja dengan baik. Perintah untuk melihat konfigurasi yang sedang aktif dan untuk mem-verifikasi routing statis adalah show runningconfig dan show ip route. Adapaun langkah-langkah untuk melakukan verifikasi konfigurasi routing statis adalah: - Berikan perintah show running-config dalam privileged mode untuk melihat

16 20 konfigurasi yang sedang aktif - Verifikasi routing statis yang telah dimasukkan. Jika rute tidak benar, maka diperlukan kembali lagi ke mode global config untuk menghapus routing statis yang salah dan masukkan routing yang benar - Berikan perintah show ip route - Verifikasi lagi, apakah table routing yang dimasukkan sudah sesuai dengan tujuan dari hasil perintah tersebut Troubleshooting Konfigurasi Routing Statis Pada sub bab ini diberikan contoh konfigurasi routing statis dalam Hoboken untuk mengakses jaringan pada Sterling dan Waycross, seperti yang dilihat pada gambar di bawah ini. Pada konfigurasi di router Sterling jaringan tidak dapat mencapai jaringan di Waycross Gambar 2.12 : Langkah Troubleshooting dengan Perintah show ip (sumber : modul Cisco CCNA 2 ) Dari mode privileged EXEC pada router Sterling, ping ke node pada jaringan Pada gambar 2.15 di bawah ini menunjukkan perintah ping yang gagal, sekarang gunakan perintah traceroute dari Sterling ke alamat yang digunakan pada perintah ping. Gambar 2.13 : Troubleshooting Konfigurasi Routing Statis (1) (sumber : modul Cisco CCNA 2 )

17 21 Catatan dimana traceroute mengalami kegagalan. Traceroute menandakan bahwa paket ICMP dikembalikan oleh Hoboken tapi tidak dari Waycross. Hal ini berarti masalah terjadi pada Hoboken atau Waycross. Gambar 2.14 : Troubleshooting Konfigurasi Routing Statis (2) (sumber : modul Cisco CCNA 2 ) Lakukan telnet ke router Hoboken seperti pada gambar Coba kembali ping ke node pada jaringan yang terhubung ke router Waycross. Perintah ping ini seharusnya berhasil karena Hoboken terhubung langsung ke Waycross Routing Dinamis Routing protocol adalah berbeda dengan routed protocol. Routing protocol adalah komunikasi antara router-router. Routing protocol mengijinkan routerrouter untuk sharing informasi tentang jaringan dan koneksi antar router. Router menggunakan informasi ini untuk membangun dan memperbaiki table routingnya. Seperti pada gambar 2.15.

18 22 Gambar 2.15 : Routed vs Routing Protocol (sumber : modul Cisco CCNA 2 ) Contoh routing protocol: - Routing Information Protocol (RIP) - Interior Gateway Routing Protocol (IGRP) - Enhanced Interior Gateway Routing Protocol (EIGRP) - Open Shortest Path First (OSPF) Routed protocol digunakan untuk trafik user langsung. Routed protocol menyediakan informasi yang cukup dalam layer address jaringannya untuk melewatkan paket yang akan diteruskan dari satu host ke host yang lain berdasarkan alamatnya. Contoh routed protocol: - Internet Protocol (IP) - Internetwork Packet Exchange (IPX) Autonomous System (AS) AS adalah kumpulan dari jaringan-jaringan yang dalam satu administrasi yang mempunyai strategi routing bersama. AS mungkin dijalankan oleh satu atau lebih operator ketika AS digunakan pada routing ke dunia luar. American Registry of Internet Numbers (ARIN) adalah suatu service provider atau seorang administrator yang memberikan nomor identitas ke AS sebesar 16-bit.

19 23 Routing protokol seperti Cisco IGRP membutuhkan nomor AS (AS number) yang sifatnya unik. Gambar 2.16 : Autonomous System (sumber : modul Cisco CCNA 2 ) Tujuan Routing Protocol dan Autonomous System Tujuan utama dari routing protokol adalah untuk membangun dan memperbaiki table routing. Dimana tabel ini berisi jaringan-jaringan dan interface yang berhubungan dengan jaringan tersebut. Router menggunakan protokol routing ini untuk mengatur informasi yang diterima dari router-router lain dan interfacenya masing-masing, sebagaimana yang terjadi di konfigurasi routing secara manual. Gambar 2.17 : Prinsip Kerja Autonomous System (sumber : modul Cisco CCNA 2 ) Routing protokol mempelajari semua router yang ada, menempatkan rute yang terbaik ke table routing, dan juga menghapus rute ketika rute tersebut sudah tidak valid lagi. Router menggunakan informasi dalam table routing untuk melewatkan paket-paket routed prokol.

20 24 Algoritma routing adalah dasar dari routing dinamis. Kapanpun topologi jaringan berubah karena perkembangan jaringan, konfigurasi ulang atau terdapat masalah di jaringan, maka router akan mengetahui perubahan tersebut. Dasar pengetahuan ini dibutuhkan secara akurat untuk melihat topologi yang baru. Pada saat semua router dalam jaringan pengetahuannya sudah sama semua berarti dapat dikatakan internetwork dalam keadaan konvergen (converged). Keadaan konvergen yang cepat sangat diharapkan karena dapat menekan waktu pada saat router meneruskan untuk mengambil keputusan routing yang tidak benar Klasifikasi Routing Protokol Gambar 2.18 : Klasifikasi Routing Protocol (sumber : modul Cisco CCNA 2 ) Sebagian besar algoritma routing dapat diklasifikasikan menjadi satu dari dua kategori berikut: -Distance vector -Link-state Routing distance vector bertujuan untuk menentukan arah atau vector dan jarak ke link-link lain dalam suatu internetwork. Sedangkan link-state bertujuan untuk menciptakan kembali topologi yang benar pada suatu internetwork.

21 ROUTING PROTOCOL DENGAN ALGORITMA DIJKSTRA OSPF Open Shortest Path First (OSPF) adalah protokol yang memanfaatkan algoritma Dijkstra dalam pemilihan rute terbaiknya. OSPF sangat baik dalam penanganan jaringan dengan jumlah host yang sangat besar, karena pemeliharaan tabel perutean yang dibuat OSPF bersifat otomatis. OSPF memiliki karakteristik sebagai berikut: - Merupakan protokol routing link-state - Merupakan open standard protokol routing yang dijelaskan di RFC ( ) - Menggunakan algoritma SPF untuk menghitung cost terendah. - Update routing dilakukan secara floaded saat terjadi perubahan topologi jaringan. Konektivitas antar router : untuk memulai semua aktivitas OSPF dalam menjalankan pertukaran informasi routing, hal pertama yang dilakukan adalah membentuk sebuah mekanisme komunikasi antar router. Router lain yang berhubungan langsung atau yang berada di dalam satu jaringan dengan router OSPF disebut dengan router tetangga (neighbor router). Langkah pertama yang harus dilakukan sebuah router OSPF adalah membentuk hubungan dengan router tetangga. Router OSPF mempunyai sebuah mekanisme untuk dapat menemukan router tetangganya dan dapat membuka hubungan. Mekanisme tersebut disebut dengan istilah protokol Hello. Dalam membentuk hubungan dengan router tetangganya, router OSPF akan mengirimkan sebuah paket berukuran kecil secara periodik ke dalam jaringan atau ke sebuah perangkat yang terhubung langsung dengannya. Paket kecil tersebut dinamai dengan istilah paket Hello. Pada kondisi standar, paket Hello dikirimkan secara berkala setiap 10 detik sekali (dalam media penyiaran multiakses) dan 30 detik sekali dalam media point-to-point. Paket Hello berisikan informasi seputar pernak pernik yang ada pada router pengirim. Paket Hello pada umumnya dikirim dengan menggunakan alamat multicast

22 26 untuk menuju ke semua router yang menjalankan OSPF (IP multicast: ). Semua router yang menjalankan OSPF pasti akan mendengarkan protokol Hello ini dan juga akan mengirimkan paket Hello-nya secara berkala. Cara kerja dari protokol Hello dan pembentukan router tetangga terdiri dari beberapa jenis, tergantung dari jenis media yang router OSPF jalankan Media Yang Dapat Meneruskan Informasi OSPF Gambar 2.19 : Tipe Network OSPF ( Sumber : Modul OSPF University of Greenwich, School of Engineering) Ada beberapa jenis media yang dapat meneruskan informasi OSPF, dan masing-masing memiliki karakteristik sendiri, sehingga OSPF pun bekerja mengikuti karakteristik mereka. Media tersebut adalah: Broadcast Multiaccess Media jenis ini adalah media yang banyak terdapat dalam jaringan lokal atau LAN seperti misalnya Eternet, FDDI, dan cincin Token (Token ring). Dalam kondisi media seperti ini, OSPF akan mengirimkan lalu-lintas multicast dalam pencarian router-router tetangganya. Namun, ada yang unik dalam proses pada media ini, yaitu akan terpilihnya dua buah router yang berfungsi sebagai Designated Router (DR) dan Backup Designated Router (BDR).

23 Point-to-Point Teknologi point-to-point digunakan pada kondisi di mana hanya ada satu router lain yang terkoneksi langsung dengan sebuah perangkat router. Contoh dari teknologi ini misalnya pautan (link) serial. Dalam kondisi Point-to-Point ini, router OSPF tidak perlu membuat Designated Router dan Back-up-nya karena hanya ada satu router yang perlu dijadikan sebagai tetangga. Dalam proses pencarian neighbour ini, router OSPF juga akan melakukan pengiriman paket Hello dan pesan-pesan lainnya menggunakan alamat multicast bernama AllSPFRouters ( ) Point-to-Multipoint Media jenis ini adalah media yang memiliki satu antarmuka yang menghubungkannya dengan banyak tujuan. Jaringan-jaringan yang ada di bawahnya dianggap sebagai serangkaian jaringan point-to-point yang saling terkoneksi langsung ke perangkat utamanya. Pesan-pesan protokol routeran OSPF akan digandakan ke seluruh jaringan Point-to-Point tersebut. Pada jaringan jenis ini, lalu-lintas OSPF juga dikirimkan menggunakan alamat IP multicast. Tetapi yang membedakannya dengan media berjenis broadcast multi-access adalah tidak adanya pemilihan Designated Router (DR) dan Backup Designated Router (BDR), karena sifatnya yang tidak meneruskan siaran(broadcast) Non-broadcast Multiaccess (NBMA) Media berjenis nonbroadcast multiaccess ini secara fisik merupakan sebuah serial line biasa yang sering ditemui pada media jenis point-to-point. Namun faktanya, media ini dapat menyediakan koneksi ke banyak tujuan; tidak hanya ke satu titik saja. Contoh dari media ini adalah X.25 dan frame relay yang mampu menyediakan solusi bagi kantor-kantor yang terpencar lokasinya. Di dalam penggunaan media ini pun ada dua jenis penggunaan, yaitu pada jaringan partial mesh dan fully mesh. OSPF melihat media jenis ini sebagai media broadcast multiaccess. Namun pada kenyataannya, media ini tidak bisa

24 28 meneruskan siaran ke titik-titik yang ada di dalamnya. Maka, dalam penerapan OSPF pada media ini, dibutuhkan konfigurasi DR dan BDR yang dilakukan secara manual. Dalam media jenis ini, yang menjadi DR dan BDR adalah router yang memiliki hubungan langsung ke seluruh router tetangganya. Semua lalu-lintas yang dikirimkan dari router-router tetangga akan digandakan oleh DR dan BDR untuk masing-masing router dan dikirim dengan menggunakan alamat unicast atau layaknya proses OSPF pada media point-to-point Mekanisme Kerja OSPF Secara garis besar, proses yang dilakukan protokol routing OSPF mulai dari awal hingga dapat saling bertukar informasi ada lima langkah yaitu: membentuk Router yang Bersebelahan (Adjacency Router), memilih DR dan BDR jika diperlukan, mengumpulkan semua keadaan (state) jaringan. memilih rute terbaik untuk digunakan, menjaga kemutakhiran informasi routing Membentuk Router yang Bersebelahan (Adjacency Router) Gambar 2.20 : Hello Packet (sumber : modul Cisco CCNA 2 ) Arti harafiah adjacency router adalah router yang bersebelahan atau yang terdekat. Jadi proses pertama dari router OSPF ini adalah menghubungkan diri dan saling berkomunikasi dengan para router terdekat atau router tetangga. Untuk dapat membuka komunikasi, protokol Hello akan bekerja dengan mengirimkan paket Hello. Misalkan ada dua buah router, Router A dan B yang

25 29 saling berkomunikasi memakai protokol OSPF. Ketika OSPF kali pertama bekerja, maka kedua router tersebut akan saling mengirimkan Paket Hello dengan alamat multicast sebagai tujuannya. Di dalam Paket Hello terdapat sebuah field yang berisi identitas (ID) tetangga. Misalkan router B menerima paket Hello lebih dahulu dari router A. Maka router B akan mengirimkan kembali paket Hello-nya dengan disertai ID dari router A. Ketika router A menerima paket Hello yang berisikan ID dari dirinya sendiri, maka router A akan menganggap router B adalah adjacent router dan mengirimkan kembali paket Hello yang telah berisi ID router B ke router B. Dengan demikian router B juga akan segera menganggap router A sebagai adjacent router-nya. Sampai di sini adjacency router telah terbentuk dan siap melakukan pertukaran informasi routing. Contoh pembentukan adjacency router di atas hanya terjadi pada proses OSPF yang berlangsung pada media point-to-point. Namun, prosesnya akan lain lagi jika OSPF berlangsung pada media broadcast multiaccess seperti pada jaringan eternet. Karena media penyiaran akan meneruskan paket-paket Hello ke seluruh router yang ada dalam jaringan, maka adjacency router-nya tidak hanya satu. Proses pembentukan adjacency router akan terus berulang sampai semua router yang ada di dalam jaringan tersebut menjadi adjacent router. Jika semua router menjadi adjacent router, maka komunikasi OSPF akan meramaikan jaringan. Bandwidth jaringan menjadi tidak mangkus terpakai karena jatah untuk data yang sesungguhnya ingin lewat di dalamnya akan berkurang. Untuk itu pada media broadcast multiaccess akan terjadi lagi sebuah proses pemilihan router yang menjabat sebagai juru bicara bagi router-router lainnya. Router juru bicara ini sering disebut dengan istilah Designated Router (DR). Selain router juru bicara, disediakan juga cadangan untuk router juru bicara ini. Router ini disebut dengan istilah Backup Designated Router (BDR). Langkah berikutnya adalah proses pemilihan DR dan BDR, jika memang diperlukan.

26 Memilih DR dan BDR jika diperlukan Gambar 2.21 : DR dan BDR ( Sumber : Modul OSPF University of Greenwich, School of Engineering) Dalam jaringan broadcast multi-access, keberadaan DR dan BDR sangat diperlukan. DR dan BDR akan menjadi pusat komunikasi seputar informasi OSPF dalam jaringan tersebut. Semua paket pesan yang ada dalam proses OSPF akan disebarkan oleh DR dan BDR. Maka itu, pemilihan DR dan BDR menjadi proses yang sangat penting. Sesuai dengan namanya, BDR merupakan bayangan dari DR. Artinya BDR tidak akan digunakan sampai terjadi masalah pada router DR. Ketika router DR bermasalah, maka posisi juru bicara akan langsung diambil alih oleh router BDR, sehingga perpindahan posisi juru bicara akan berlangsung dengan halus. Proses pemilihan DR maupun BDR tidak lepas dari peran penting paket Hello. Di dalam paket Hello ada sebuah field yang berisi ID dan nilai prioritas sebuah router. Semua router yang ada dalam jaringan broadcast multi-access akan menerima semua paket Hello dari semua router yang ada dalam jaringan tersebut pada saat kali pertama OSPF berjalan. Router dengan nilai prioritas tertinggi akan menang dalam pemilihan dan langsung menjadi DR. Router dengan nilai prioritas di urutan kedua akan dipilih menjadi BDR. Status DR dan BDR ini tidak akan berubah sampai salah satunya tidak dapat berfungsi baik, meskipun ada router lain yang baru bergabung dalam jaringan dengan nilai prioritas yang lebih tinggi. Pada dasarnya, semua router OSPF akan memiliki nilai prioritas 1. Kisaran nilai priority ini adalah mulai dari 0 hingga 255. Nilai 0 akan menjamin router tersebut tidak akan menjadi DR atau BDR, sedangkan nilai 255 menjamin sebuah router pasti akan menjadi DR. ID Router biasanya akan menjadi penentu jika nilai prioritasnya sama. Jika dua buah router memiliki nilai prioritas yang sama, maka yang menjadi

27 31 DR adalah router dengan nilai ID router tertinggi dalam jaringan. Setelah DR dan BDR terpilih, langkah selanjutnya adalah mengumpulkan seluruh informasi jalur dalam jaringan Mengumpulkan semua keadaan (state) jaringan. Gambar 2.22 : Link State Packet (sumber : modul OSPF Cisco CCNA 2) Setelah terbentuk hubungan antar router OSPF, kini saatnya untuk bertukar informasi mengenai keadaan (state) dan jalur-jalur yang ada dalam jaringan. Pada jaringan yang menggunakan media broadcast multiaccess, DR-lah yang akan melayani setiap router yang ingin bertukar informasi OSPF dengannya. DR akan memulai lebih dulu proses pengiriman ini. Pada jaringan point-topoint ada sebuah fasa yang menentukan router yang lebih dulu melakukan pengiriman data link-state OSPF. Fasa ini akan memilih siapa yang akan menjadi tuan (master) dan siapa yang menjadi budak (slave) dalam proses pengiriman. Router yang menjadi master akan melakukan pengiriman lebih dahulu, sedangkan router slave akan mendengarkan lebih dulu. Fasa ini disebut dengan istilah exstart state. Router master dan slave dipilih berdasarkan ID router tertinggi dari salah satu router. Ketika sebuah router mengirimkan paket Hello, ID router masing-masing juga dikirimkan ke router tetangga. Setelah membandingkan dengan miliknya dan ternyata lebih rendah, maka router tersebut akan segera terpilih menjadi master dan melakukan pengiriman lebih dulu ke router slave. Setelah fasa exstart lewat, maka router akan memasuki fasa exchange. Pada fasa ini kedua buah router akan saling mengirimkan paket deskripsi basis data (database description packet). Isi paket

28 32 ini adalah ringkasan status untuk seluruh media yang ada dalam jaringan. Jika router penerimanya belum memiliki informasi yang ada dalam paket deskripsi basis data, maka router pengirim akan masuk dalam fasa loading state. Fasa loading state merupakan fasa di mana sebuah router mulai mengirimkan informasi keadaan (state) secara lengkap ke router tetangganya. Setelah loading state selesai, maka router-router yang tergabung dalam OSPF akan memiliki informasi keadaan yang lengkap dan penuh dalam basis data keadaannya. Fasa ini disebut dengan istilah full state. Sampai dengan fasa ini, proses awal OSPF sudah selesai. Namun basis data keadaan (state database) belum bisa digunakan untuk proses penerusan (forwarding) data. Maka dari itu, router akan memasuki langkah selanjutnya, yaitu memilih rute-rute terbaik menuju ke suatu lokasi yang ada dalam basis data keadaan tersebut Memilih rute terbaik untuk digunakan Setelah informasi seluruh jaringan berada dalam basis data, maka kini saatnya untuk memilih rute terbaik untuk dimasukkan ke dalam tabel routing. Jika sebuah rute telah masuk ke dalam tabel routing, maka rute tersebut akan terus digunakan. Untuk memilih rute-rute terbaik, parameter yang digunakan oleh OSPF adalah beban (cost). Metrik cost biasanya akan menggambarkan seberapa dekat dan cepat sebuah rute. Nilai cost didapat dari perhitungan dengan rumus: Cost= 108 / Bandwidth Router OSPF akan menghitung semua cost yang ada dan akan menjalankan algoritma Dijkstra (shortest path first) untuk memilih rute terbaiknya. Setelah selesai, maka rute tersebut langsung dimasukkan dalam tabel routing dan siap digunakan untuk penerusan (forwarding) paket data.

29 33 Gambar 2.23 : Media dan Cost ( Sumber : Modul OSPF University of Greenwich, School of Engineering) Gambar 2.24 : Penentuan Rute Berdasarkan gambar 2.24 di atas, maka didapat rute terbaik dari R1 ke semua router adalah sebagai berikut : Gambar 2.25 : Rute Terbaik Menjaga kemutakhiran informasi routing Ketika sebuah rute sudah masuk ke dalam tabel routing, router tersebut harus juga menjaga kondisi (state) basis datanya. Hal ini bertujuan kalau ada sebuah rute yang sudah tidak valid, maka router harus tahu dan tidak boleh lagi menggunakannya. Ketika ada perubahan linkstate dalam jaringan, router OSPF akan melakukan pembanjiran (flooding) terhadap perubahan ini. Tujuannya adalah agar seluruh router dalam jaringan mengetahui perubahan tersebut. Sampai di sini semua proses OSPF akan terus berulang. Mekanisme seperti ini membuat informasi rute-rute yang ada dalam jaringan terdistribusi dengan

30 34 baik, terpilih dengan baik, dan dapat digunakan dengan baik pula. Selain itu dengan konsep hierarki, administrator dapat membatasi ukuran basis data linkstate-nya, sehingga menjadi tidak terlalu besar. Dengan demikian, proses CPU juga bisa menjadi lebih ringan Konfigurasi OSPF Routing Process Gambar 2.26 : Konfigurasi OSPF ( Sumber : Modul OSPF University of Greenwich, School of Engineering) Gambar 2.27 : Deskripsi address, wildcard-mask, area-id ( Sumber : Modul OSPF University of Greenwich, School of Engineering) Untuk menggunakan OSPF routing, masuk ke global configuration command syntax: Router(config)#router ospf process-id Proses ID adalah nomor yang digunakan untuk mengidentifikasi proses routing OSPF pada router. Beberapa proses OSPF dapat dimulai pada router yang sama. Nomor tersebut dapat berupa nilai antara 1 dan Jaringan IP

31 35 disiarkan sebagai berikut dalam OSPF: Router(config-router)#network address wildcard-mask area area-id Setiap jaringan harus di identifikasi dengan area mana ia berasal. Alamat jaringan dapat seluruh jaringan, subnet, atau alamat antarmuka. Wildcard mask merupakan set alamat host yang mendukung segment. Hal ini berbeda dari subnet mask, yang digunakan ketika mengkonfigurasi alamat IP pada interface Konfigurasi Timer OSPF Gambar 2.28 : Konfigurasi Timer OSPF ( Sumber : Modul OSPF University of Greenwich, School of Engineering) OSPF router harus memiliki interval halo dan interval mati yang sama untuk bertukar informasi. Secara default, interval mati adalah empat kali nilai interval halo. Ini berarti bahwa router memiliki empat kesempatan untuk mengirim paket halo sebelum dinyatakan mati. Pada jaringan siaran OSPF, default hello interval 10 detik dan interval default mati adalah 40 detik. Pada jaringan nonbroadcast, default hello interval 30 detik dan interval default mati adalah 120 detik. Standar ini hasil dalam operasi OSPF yang efisien dan jarang perlu dimodifikasi. Untuk mengkonfigurasi interval halo dan interval mati pada sebuah antarmuka, lihat gambar Konfigurasi alamat loopback OSPF Gambar 2.29 : Konfigurasi OSPF Loopback Address ( Sumber : Modul OSPF University of Greenwich, School of Engineering)

32 36 Ketika proses OSPF dimulai, Cisco IOS menggunakan alamat IP lokal tertinggi aktif sebagai ID router OSPF tersebut. Jika tidak ada antarmuka aktif, proses OSPF tidak akan mulai. Jika antarmuka aktif down, proses OSPF tidak memiliki ID router dan berhenti berfungsi sampai antarmuka muncul lagi. Untuk memastikan stabilitas OSPF harus ada interface yang aktif untuk proses OSPF setiap saat. Sebuah antarmuka loopback, yang merupakan antarmuka logis, dapat dikonfigurasi untuk tujuan ini. Ketika antarmuka loopback dikonfigurasi, OSPF menggunakan alamat ini sebagai ID router, terlepas dari nilai. Pada router yang memiliki lebih dari satu antarmuka loopback, OSPF mengambil alamat loopback IP tertinggi sebagai ID router nya. Untuk membuat dan menetapkan alamat IP untuk antarmuka loopback menggunakan perintah berikut: Router(config)#interface loopback number Router(config-if)#ip address ip-address subnet-mask Hal ini dianggap praktik yang baik untuk menggunakan interface loopback untuk semua router yang menjalankan OSPF. Interface loopback harus dikonfigurasi dengan alamat menggunakan subnet-mask 32-bit, Sebuah subnet mask 32-bit disebut host mask karena subnet mask menentukan jaringan dari satu host. Ketika OSPF diminta untuk mengiklankan jaringan loopback, OSPF selalu mengiklankan loopback sebagai rute host dengan mask 32-bit, lihat gambar Konfigurasi prioritas router Dalam jaringan broadcast multi-access mungkin ada lebih dari dua router. OSPF memilih sebuah router yang ditunjuk (DR) menjadi titik fokus dari semua link-state update dan link-state advertisements. Karena peran DR kritis, router yang ditunjuk cadangan (BDR) dipilih untuk mengambil alih jika DR gagal. Jika jenis jaringan interface disiarkan, prioritas standar OSPF adalah 1.

33 37 Ketika OSPF prioritas sama, pemilihan OSPF untuk DR diputuskan pada ID router. ID router tertinggi dipilih. Hasil seleksi dapat ditentukan dengan memastikan bahwa paket-paket hello, berisi prioritas untuk itu interface router. Antarmuka melaporkan prioritas tertinggi, router akan memastikan bahwa itu menjadi DR. Gambar 2.30 : Hello Packet ( Sumber : Modul OSPF University of Greenwich, School of Engineering) Prioritas dapat diatur untuk setiap nilai dari 0 sampai 255. Nilai 0 mencegah router dari yang dipilih. Sebuah router OSPF dengan prioritas tertinggi akan dipilih sebagai DR. Sebuah router dengan prioritas tertinggi kedua akan menjadi BDR. Setelah proses seleksi, DR dan BDR mempertahankan peran mereka bahkan jika router ditambahkan ke jaringan dengan prioritas nilai OSPF yang tinggi. Memodifikasi prioritas OSPF dengan memasukkan konfigurasi antarmuka, lihat gambar Gambar 2.31: Prioritas Router ( Sumber : Modul OSPF University of Greenwich, School of Engineering) Modifikasi OSPF Cost Metric Cost dapat diubah untuk mempengaruhi hasil perhitungan cost OSPF. Situasi umum membutuhkan perubahan cost adalah dalam lingkungan routing

34 38 yang multi-vendor. Perubahan cost akan memastikan bahwa nilai cost satu vendor akan cocok dengan nilai cost lain vendor. Situasi lain adalah ketika Gigabit Ethernet sedang digunakan. Cost standar memberikan nilai cost terendah dari 1 ke link 100 Mbps. Dalam 100-Mbps dan Gigabit Ethernet, nilai standar cost bisa menyebabkan routing untuk mengambil jalan yang kurang diinginkan kecuali mereka disesuaikan. Jumlah cost dapat antara 1 dan Gambar 2.32 : Modifikasi OSPF Cost Metric ( Sumber : Modul OSPF University of Greenwich, School of Engineering) Konfigurasi OSPF Authentication Secara default, router percaya bahwa informasi routing berasal dari router yang harus mengirimkan informasi. Sebuah router juga percaya bahwa informasi tersebut tidak dirusak sepanjang rute. Untuk menjamin kepercayaan ini, router di bidang tertentu dapat dikonfigurasi untuk mengotentikasi satu sama lain. Gambar : Header Packet ( Sumber : Modul OSPF University of Greenwich, School of Engineering) Setiap antarmuka OSPF dapat menyajikan otentikasi kunci untuk digunakan oleh router saat mengirimkan informasi OSPF pada router lain. Kunci otentikasi, yang dikenal sebagai password, adalah rahasia bersama antara router. Kunci ini digunakan untuk menghasilkan data otentikasi dalam header paket OSPF, lihat gambar Sandi dapat berisi hingga delapan karakter. Gunakan sintaks perintah

35 39 berikut untuk mengkonfigurasi otentikasi OSPF: Router(config-if)#ip ospf authentication-key password Setelah password dikonfigurasi, otentikasi harus diaktifkan: Router(config-router)#area area-number authentication Dengan otentikasi sederhana, password dikirim sebagai teks biasa. Ini berarti bahwa hal itu dapat dengan mudah diterjemahkan jika packet sniffer menangkap sebuah paket OSPF. Disarankan agar informasi otentikasi dienkripsi. Untuk mengirim informasi otentikasi terenkripsi dan untuk memastikan keamanan yang lebih besar, kata kunci pesan-digest digunakan. Kata kunci MD5 menentukan jenis pesan-digest algoritma hashing digunakan, dan encryption type : mengacu pada jenis enkripsi, di mana 0 berarti tidak ada dan 7 berpemilik berarti. Gunakan konfigurasi antarmuka sintaks perintah program: Router(config-if)#ip ospf message-digest-key key-id md5 encryption-type key key-id adalah identifier dan mengambil nilai dalam kisaran 1 sampai 255. Key adalah sandi alfanumerik hingga enam belas karakter. Router Tetangga harus menggunakan identifier kunci yang sama dengan nilai kunci yang sama. Berikut ini dikonfigurasi router dalam mode konfigurasi, lihat gambar Gambar 2.34 : OSPF Authentication ( Sumber : Modul OSPF University of Greenwich, School of Engineering)

36 Memverifikasi konfigurasi OSPF Untuk memverifikasi konfigurasi OSPF sejumlah perintah tersedia. Berikut beberapa perintah yang dapat di gunakan, nama router dalam contoh adalah JAKARTA# : JAKARTA#show ip protocols digunakan untuk menampilkan parameter tentang timers, filters, metrics, network, dan informasi yang lain untuk seluruh router. Gambar 2.35 : show ip protocols JAKARTA#show ip route digunakan untuk menampilkan router-router yang dikenal oleh router dan bagaimana mempelajari satu sama lain. Ini adalah sebuah jalan untuk menentukan konektivitas diantara router local dan internetwork yang menopangnya. Gambar 2.36 : show ip route

37 41 JAKARTA#show ip ospf interface digunakan untuk memverifikasi interface yang telah dikonfigurasi dalam area tersebut. Jika tidak ada alamat loopback yang ditentukan, interface dengan alamat tertinggi diambil sebagai router ID. Juga memberikan timer interval dan menunjukan neighbor adjacencies. Gambar 2.37 : show ip ospf interface JAKARTA#show ip ospf digunakan untuk menampilkan berapa kali short path first (algoritma) bekerja. Termasuk menampilkan link-state update interval, dengan asumsi tidak ada perubahan topologi yang terjadi. Gambar 2.38 : show ip ospf

38 42 JAKARTA#show ip neigbor digunakan untuk menampilkan detail daftar neighbor, prioritas dan kondisi mereka. Gambar 2.39 : show ip neigbor JAKARTA#show ip ospf database digunakan untuk menampilkan isi dari topological database yang di kelola router. Command ini juga memperlihatkan router ID dan OSPF process ID. Gambar 2.40 : show ip ospf database 2.7 ADOBE FLASH PROFESSIONAL CS5 Adobe Flash Professional CS5 adalah software yang dapat di gunakan untuk membuat presentasi, aplikasi, dan konten lainnya yang dapat merespon interaksi pengguna. Pembuatan proyek flash meliputi animasi sederhana, konten video, user interface yang komplek, aplikasi, dan lain-lain. Secara umum, proyek-proyek individu yang dibuat dengan adobe flash Professional disebut aplikasi (atau SWF applications), meskipun mungkin hanya berisi animasi dasar. Kita dapat membuat aplikasi yang memiliki banyak media dengan memasukkan gambar, suara, video, dan efek khusus. Format SWF ini sangat cocok dimasukkan ke dalam web karena file SWF sangat kecil dan memerlukan waktu yang singkat untuk men-download. Proyek-proyek Flash sering menggunakan grafis vektor. Grafis vektor memerlukan memori dan ruang penyimpanan yang lebih sedikit daripada grafis

39 43 bitmap karena tersusun dari rumus-rumus matematika, dan bukan file yang besar. Flash memungkinkan kita untuk memilih elemen grafis dan mengkonversikannya ke simbol sehingga lebih mudah untuk digunakan kembali dan lebih efektif ketika file SWF dilihat secara online. Untuk membuat aplikasi menggunakan Flash Professional CS5, terlebih dahulu membuat desain gambar vector (vector graphic) dengan tool yang tersedia, serta mengimpor elemen media tambahan seperti audio, video, dan gambar ke dalam dokumen. Selanjutnya, untuk mengatur posisi elemen dan untuk menentukan waktu kapan gambar akan dimunculkan dapat menggunakan Timeline dan Stage. Selain itu, terdapat Adobe ActionScript (bahasa scripting) yang berfungsi untuk menentukan bagaimana objek dalam aplikasi bergerak. Untuk memulai Flash Professional (dengan memilih File> New), menggunakan dokumen utama, yang disebut file FLA. File FLA menggunakan ekstensi file.fla (FLA). Pada saat mengedit sebuah file FLA di area kerja Flash, dapat dilihat bahwa antarmuka pengguna (user interface) dibagi menjadi lima bagian utama yaitu: 1. Stage seperti kanvas yang mendefinisikan area kerja yang ditampilkan selama pembuatan proyek, untuk mengatur grafis, video, tombol, dan elemen lainnya. 2. Timeline digunakan untuk mengontrol waktu, menentukan kapan elemen bergerak atau animasi muncul pada Stage yang dimulai dari Frame 1 dengan bergerak dari kiri ke kanan sebagai hasil tampilan animasi 3. Tools berisi alat-alat yang digunakan untuk memilih objek pada Stage, membuat elemen teks, dan menggambar grafik vektor. 4. Property inspector menampilkan informasi tentang atribut dari setiap objek yang dipilih, pilihan ini dapat diedit untuk menyesuaikan pengaturan obyek. 5. Library panel berisi elemen media dan simbol-simbol yang disimpan untuk sebuah proyek.

40 44 Gambar 2.41 : Flash Professional CS5 (Sumber : ) ActionScript kode memungkinkan untuk menambahkan interaksi dengan user pada elemen dokumen flash. Misalnya, menambahkan kode tombol untuk menampilkan gambar baru ketika diklik. Selain itu, ActionScript dapat digunakan untuk menambahkan logika pada aplikasi yang dibuat. Logika memungkinkan aplikasi untuk berperilaku dengan cara yang berbeda tergantung pada tindakan pengguna atau kondisi lain. 2.8 METODE PENGUJIAN Black Box Testing : Pengujian ini bertujuan untuk menunjukkan fungsi perangkat lunak tentang cara beroperasinya, apakah pemasukan data keluaran telah berjalan sebagaimana yang diharapkan dan apakah informasi yang disimpan secara eksternal selalu dijaga kemutakhirannya.

Pada bab 6 akan dijelaskan tentang konsep Routing dan jenisnya serta jenis-jenis protokol routing untuk komunikasi antar router di jaringan.

Pada bab 6 akan dijelaskan tentang konsep Routing dan jenisnya serta jenis-jenis protokol routing untuk komunikasi antar router di jaringan. BAB 6 KONSEP ROUTING Pada bab 6 akan dijelaskan tentang konsep Routing dan jenisnya serta jenis-jenis protokol routing untuk komunikasi antar router di jaringan. 1.1. Pengertian Routing Routing adalah

Lebih terperinci

Modul 6 Routing dan protokol routing

Modul 6 Routing dan protokol routing Modul 6 Routing dan protokol routing Routing adalah suatu protokol yang digunakan untuk mendapatkan rute dari satu jaringan ke jaringan yang lain. Rute ini, disebut dengan route dan informasi route secara

Lebih terperinci

BAB IV LINK STATE 4.1 Pendahuluan 4.2 Algoritma Dijkstra

BAB IV LINK STATE 4.1 Pendahuluan 4.2 Algoritma Dijkstra BAB IV LINK STATE 4.1 Pendahuluan Protokol Link State pertama kali dikembangkan oleh Bolt Beranek dan Newman pada jaringan ARPANET. Mereka, Bolt dan Newman, menamukan bahwa protokol Link State memiliki

Lebih terperinci

Static Routing & Dynamic Routing

Static Routing & Dynamic Routing Modul 20: Overview Routing tak lain adalah untuk menentukan arah paket data dari satu jaringan ke jaringan lain. Penentuan arah ini disebut juga sebagai route, routing dapat diberikan secara dinamis (dynamic

Lebih terperinci

STATIC & DYNAMIC ROUTING. Rijal Fadilah, S.Si

STATIC & DYNAMIC ROUTING. Rijal Fadilah, S.Si STATIC & DYNAMIC ROUTING Rijal Fadilah, S.Si Dasar Teori Static route : suatu mekanisme routing yg tergantung dengan routing table dengan konfigurasi manual. Jaringan skala yg terdiri dari 2 atau 3 router,

Lebih terperinci

INTERNETWORKING. Dosen Pengampu : Syariful Ikhwan ST., MT. Submitted by Dadiek Pranindito ST, MT,. SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELEMATIKA TELKOM LOGO

INTERNETWORKING. Dosen Pengampu : Syariful Ikhwan ST., MT. Submitted by Dadiek Pranindito ST, MT,. SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELEMATIKA TELKOM LOGO INTERNETWORKING Dosen Pengampu : Syariful Ikhwan ST., MT. Submitted by Dadiek Pranindito ST, MT,. SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELEMATIKA TELKOM LOGO PURWOKERTO Review 1. Memori 2. Tabel routing 3. running

Lebih terperinci

TK 2134 PROTOKOL ROUTING

TK 2134 PROTOKOL ROUTING TK 2134 PROTOKOL ROUTING Materi Minggu ke-3 & 4: Konsep Routing Devie Ryana Suchendra M.T. Teknik Komputer Fakultas Ilmu Terapan Semester Genap 2015-2016 Konsep Routing Topik yang akan dibahas pada pertemuan

Lebih terperinci

Pendahuluan. 0Alamat IP berbasis kepada host dan network. 0Alamat IP berisi informasi tentang alamat network dan juga alamat host

Pendahuluan. 0Alamat IP berbasis kepada host dan network. 0Alamat IP berisi informasi tentang alamat network dan juga alamat host Pendahuluan 0Alamat IP berbasis kepada host dan network 0Host: apa saja yang dapat menerima dan mengirim paket. Misal router, workstation 0 Host terhubung oleh satu (atau beberapa) network 0Alamat IP berisi

Lebih terperinci

Dynamic Routing (OSPF) menggunakan Cisco Packet Tracer

Dynamic Routing (OSPF) menggunakan Cisco Packet Tracer Dynamic Routing (OSPF) menggunakan Cisco Packet Tracer Ferry Ardian nyotvee@gmail.com http://a Dasar Teori. Routing merupakan suatu metode penjaluran suatu data, jalur mana saja yang akan dilewati oleh

Lebih terperinci

DYNAMIC ROUTING. Semua router memiliki informasi lengkap mengenai topologi, link cost. Contohnya adalah algoritma link state.

DYNAMIC ROUTING. Semua router memiliki informasi lengkap mengenai topologi, link cost. Contohnya adalah algoritma link state. DYNAMIC ROUTING Apabila jaringan memiliki lebih dari satu kemungkinan rute untuk tujuan yang sama maka perlu digunakan dynamic routing. Sebuah dynamic routing dibangun berdasarkan informasi yang dikumpulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jaringan saat ini memiliki dampak signifikan pada kehidupan kita, mengubah cara kita hidup, bekerja, dan bermain. Jaringan komputer dalam konteks yang lebih besar.

Lebih terperinci

Open Shortest Path First (OSPF)

Open Shortest Path First (OSPF) Open Shortest Path First (OSPF) OSPF (Open Shortest Path First) ini merupakan protocol link -state. Teknologi link-state dikembangkan dalam ARPAnet untuk menghasilkan protokol yang terdistribusi yang jauh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Routing adalah suatu protokol yang digunakan untuk mendapatkan rute dari satu jaringan ke jaringan yang lain. Rute ini, disebut dengan route dan informasi route secara

Lebih terperinci

Protokol Routing. Muhammad Zen Samsono Hadi, ST. MSc.

Protokol Routing. Muhammad Zen Samsono Hadi, ST. MSc. Protokol Routing 1 Muhammad Zen Samsono Hadi, ST. MSc. Pendahuluan Fungsi utama dari layer network adalah pengalamatan dan routing Routing merupakan fungsi yang bertanggung jawab membawa data melewati

Lebih terperinci

Dynamic Routing (RIP) menggunakan Cisco Packet Tracer

Dynamic Routing (RIP) menggunakan Cisco Packet Tracer Dynamic Routing (RIP) menggunakan Cisco Packet Tracer Ferry Ardian nyotvee@gmail.com http://ardian19ferry.wordpress.com Dasar Teori. Routing merupakan suatu metode penjaluran suatu data, jalur mana saja

Lebih terperinci

Routing LOGO. Muh. Izzuddin Mahali, M.Cs.

Routing LOGO. Muh. Izzuddin Mahali, M.Cs. Routing Muh. Izzuddin Mahali, M.Cs. Email : izzudin@uny.uny.ac.id Pendahuluan Fungsi utama dari layer network adalah pengalamatan dan routing Pengalamatan telah kita bicarakan sebelumnya. Routing merupakan

Lebih terperinci

Statik Routing. School of Industrial and System Engineering System Information Program 2016

Statik Routing. School of Industrial and System Engineering System Information Program 2016 Statik Routing School of Industrial and System Engineering System Information Program 2016 Introduction Static Routing Dynamic Routing ROUTING Routing adalah proses pengiriman informasi/data pada network

Lebih terperinci

OSPF (Open Shortest Path First) ini merupakan protocol link-state. Teknologi. link-state dikembangkan dalam ARPAnet untuk menghasilkan protokol yang

OSPF (Open Shortest Path First) ini merupakan protocol link-state. Teknologi. link-state dikembangkan dalam ARPAnet untuk menghasilkan protokol yang OSPF (Open Shortest Path First) 1. Pengertian OSPF (Open Shortest Path First) OSPF (Open Shortest Path First) ini merupakan protocol link-state. Teknologi link-state dikembangkan dalam ARPAnet untuk menghasilkan

Lebih terperinci

file:///c /Documents%20and%20Settings/Administrator/My%20Documents/My%20Web%20Sites/mysite3/ebook/pc/konsep%20router.txt

file:///c /Documents%20and%20Settings/Administrator/My%20Documents/My%20Web%20Sites/mysite3/ebook/pc/konsep%20router.txt Ref: uus-bte KONSEP ROUTERKONSEP ROUTER Oleh: yerianto@yahoo.com Mengapa perlu router Sebelum kita pelajari lebih jauh mengenai bagaimana mengkonfigurasi router cisco, kita perlu memahami lebih baik lagi

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM IV MANAGEMENT INTERNETWORKING & ROUTER ROUTING ROUTING DINAMIS. Disusun oleh: Oktavia Indriani IK 3B

LAPORAN PRAKTIKUM IV MANAGEMENT INTERNETWORKING & ROUTER ROUTING ROUTING DINAMIS. Disusun oleh: Oktavia Indriani IK 3B LAPORAN PRAKTIKUM IV MANAGEMENT INTERNETWORKING & ROUTER ROUTING ROUTING DINAMIS Disusun oleh: Oktavia Indriani IK 3B 3.34.13.1.13 PROGAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK NEGERI

Lebih terperinci

Modul 9 Dasar Troubleshooting Router

Modul 9 Dasar Troubleshooting Router Modul 9 Dasar Troubleshooting Router Pendahuluan Testing jaringan dan troubleshooting adalah pekerjaan admin jaringan yang paling banyak memakan waktu. Karena itu harus dilakukan secara efisien, misalnya

Lebih terperinci

ROUTING. Melwin Syafrizal Daulay, S.Kom.,., M.Eng.

ROUTING. Melwin Syafrizal Daulay, S.Kom.,., M.Eng. ROUTING Melwin Syafrizal Daulay, S.Kom.,., M.Eng. Apa itu Routing? Proses pengambilan keputusan melalui gateway yang mana paket harus dilewatkan Routing dilakukan untuk setiap paket yang dikirimkan dari

Lebih terperinci

PROTOKOL ROUTING. Budhi Irawan, S.Si, M.T

PROTOKOL ROUTING. Budhi Irawan, S.Si, M.T PROTOKOL ROUTING Budhi Irawan, S.Si, M.T PENDAHULUAN Protokol Routing secara umum diartikan sebagai suatu aturan untuk mempertukarkan informasi routing yang akan membentuk sebuah tabel routing sehingga

Lebih terperinci

BAB 2. LANDASAN TEORI

BAB 2. LANDASAN TEORI BAB 2. LANDASAN TEORI 2.1 IPv6 IPv6 dikembangkan oleh IETF untuk dapat memenuhi kebutuhan IP yang diperlukan, selain itu IPv6 juga dikembangkan untuk mengatasi atau menyempurnakan kekurangankekurangan

Lebih terperinci

KONFIGURASI CISCO ROUTER

KONFIGURASI CISCO ROUTER KONFIGURASI CISCO ROUTER Router bertugas untuk menyampaikan paket data dari satu jaringan ke jaringan lainnya, jaringan pengirim hanya tahu bahwa tujuan jauh dari router. Dan routerlah yang mengatur mekanisme

Lebih terperinci

menyangkut semua router dan konfigurasi-konfigurasi yang menggunakan IP. Routing IP adalah proses memindahkan paket dari satu network ke network lain

menyangkut semua router dan konfigurasi-konfigurasi yang menggunakan IP. Routing IP adalah proses memindahkan paket dari satu network ke network lain Modul 6 Routed dan Routing Protocol Routing IP Routing IP adalah subjek yang penting untuk dimengerti, karena ia menyangkut semua router dan konfigurasi-konfigurasi yang menggunakan IP. Routing IP adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 1.1 Tinjauan Pustaka Penelitian dengan judul Analisis Perbandingan Routing Protokol OLSR (Optimized Link State Routing) dan Grp (Geographic Routing Protocol)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rochandi Wirawan (2011), bertujuan untuk melakukan perbandingan terhadap kemampuan dari dua buah protokol

Lebih terperinci

Distance Vector Routing Protocols

Distance Vector Routing Protocols Distance Vector Routing Protocols Artikel ini fokus pada Interior Gateway Protokol (IGPs). IGPs diklasifikasikan sebagai distance vector atau link-state routing protokol. artikel ini menjelaskan karakteristik,

Lebih terperinci

IGRP OPERASI IGRP. Tujuan dari IGRP yaitu:

IGRP OPERASI IGRP. Tujuan dari IGRP yaitu: IGRP Interior Gateway routing Protocol atau yang biasa dikenal dengan sebutan IGRP merupakan suatu protokol jaringan kepemilikan yang mengembangkan sistem Cisco yang dirancang pada sistem otonomi untuk

Lebih terperinci

MODUL SISTEM JARINGAN KOMPUTER MODUL 6 DYNAMIC ROUTING

MODUL SISTEM JARINGAN KOMPUTER MODUL 6 DYNAMIC ROUTING MODUL SISTEM JARINGAN KOMPUTER MODUL 6 DYNAMIC ROUTING YAYASAN SANDHYKARA PUTRA TELKOM SMK TELKOM SANDHY PUTRA MALANG 2007 MODUL 5 DYNAMIC ROUTING Mata Pelajaran Kelas Semester Alokasi Waktu : Sistem Jaringan

Lebih terperinci

Penganalan Routing dan Packet Forwarding

Penganalan Routing dan Packet Forwarding Penganalan Routing dan Packet Forwarding Pengenalan Routing dan Packet Forwarding Pada saat ini jaringan komputer memiliki peran yang signifikan pada kehidupan manusia, jaringan komputer mengubah cara

Lebih terperinci

ROUTING. Pengiriman Langsung & Tidak Langsung

ROUTING. Pengiriman Langsung & Tidak Langsung Modul 07 ROUTING Dalam suatu sistem packet switching, routing mengacu pada proses pemilihan jalur untuk pengiriman paket, dan router adalah perangkat yang melakukan tugas tersebut. Perutean dalam IP melibatkan

Lebih terperinci

MODUL 9 MPLS (MULTI PROTOCOL LABEL SWITCHING)

MODUL 9 MPLS (MULTI PROTOCOL LABEL SWITCHING) PRAKTIKUM NEXT GENERATION NETWORK POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA MODUL 9 MPLS (MULTI PROTOCOL LABEL SWITCHING) TUJUAN PEMBELAJARAN: 1. Mengenalkan pada mahasiswa tentang MPLS 2. Mengenalkan pada

Lebih terperinci

Tujuan Menjelaskan role (peran) protokol routing dinamis dan menempatkannya dalam konteks desain jaringan modern.

Tujuan Menjelaskan role (peran) protokol routing dinamis dan menempatkannya dalam konteks desain jaringan modern. Tujuan Menjelaskan role (peran) protokol routing dinamis dan menempatkannya dalam konteks desain jaringan modern. Introduction to Dynamic Routing Protocol Mengidentifikasikan beberapa cara untuk mengklasifikasikan

Lebih terperinci

BAB 4 PERANCANGAN DAN EVALUASI. 4.1 Perancangan Jaringan Komputer dengan Menggunakan Routing Protokol OSPF dan GLBP

BAB 4 PERANCANGAN DAN EVALUASI. 4.1 Perancangan Jaringan Komputer dengan Menggunakan Routing Protokol OSPF dan GLBP BAB 4 PERANCANGAN DAN EVALUASI 4.1 Perancangan Jaringan Komputer dengan Menggunakan Routing Protokol OSPF dan GLBP Berdasarkan usulan pemecahan masalah yang telah diajukan, maka akan diaplikasikan teknologi

Lebih terperinci

2 ) menggunakan simulator untuk mensimulasikan Routing & konfigurasi sebenarnya. 4 ) Mampu mengkonfigurasi Routing Dynamic RIP,EIGRP, OSPF

2 ) menggunakan simulator untuk mensimulasikan Routing & konfigurasi sebenarnya. 4 ) Mampu mengkonfigurasi Routing Dynamic RIP,EIGRP, OSPF Modul 4 Praktikkum Routing Tujuan Praktikkum : 1 ) Memahami konsep Routing dan Router 2 ) menggunakan simulator untuk mensimulasikan Routing & konfigurasi sebenarnya 3 ) Mampu mengkonfigurasi Routing Statis

Lebih terperinci

Modul 8 TCP/IP Suite Error dan Control Messages

Modul 8 TCP/IP Suite Error dan Control Messages Modul 8 TCP/IP Suite Error dan Control Messages Pendahuluan Tidak ada mekanisme untuk menjamin bahwa data yang dikirim melalui jaringan berhasil. Data mungkin gagal mencapai tujuan dengan berbagai macam

Lebih terperinci

Jaringan Komputer. Router dan Routing Protokol. Adhitya Nugraha.

Jaringan Komputer. Router dan Routing Protokol. Adhitya Nugraha. Jaringan Komputer Router dan Routing Protokol Adhitya Nugraha adhitya@dsn.dinus.ac.id Fasilkom 1/20/2015 Objectives Prinsip Kerja Router Routing Statis dan Routing Dinamis Algorithma Routing Link State

Lebih terperinci

INTERNETWORKING. Dosen Pengampu : Syariful Ikhwan ST., MT. Submitted by Dadiek Pranindito ST, MT,. SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELEMATIKA TELKOM LOGO

INTERNETWORKING. Dosen Pengampu : Syariful Ikhwan ST., MT. Submitted by Dadiek Pranindito ST, MT,. SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELEMATIKA TELKOM LOGO INTERNETWORKING Dosen Pengampu : Syariful Ikhwan ST., MT. Submitted by Dadiek Pranindito ST, MT,. SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELEMATIKA TELKOM LOGO PURWOKERTO Topik Pembahasan Chapter 1 Pendahuluan Dinamic

Lebih terperinci

Networking BAB 5 ROUTER. 5.1 Router

Networking BAB 5 ROUTER. 5.1 Router Networking BAB 5 ROUTER 5.1 Router Router merupakan perangkat jaringan yang berada di layer 3 dari OSI Layer. Fungsi dari router adalah untuk memisahkan atau men-segmentasi satu jaringan ke jaringan lainnya.

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG DAN SEJARAH

LATAR BELAKANG DAN SEJARAH LATAR BELAKANG DAN SEJARAH RIP (Routing Information Protocol) ini lahir dikarenakan RIP merupakan bagian utama dari Protokol Routing IGP (Interior Gateway Protocol) yang berfungsi menangani perutean dalam

Lebih terperinci

Analisis Routing EIGRP dalam Menentukan Router yang dilalui pada WAN

Analisis Routing EIGRP dalam Menentukan Router yang dilalui pada WAN Analisis Routing EIGRP dalam Menentukan Router yang dilalui pada WAN Aidil Halim Lubis halimlubis.aidil@gmail.com Erma Julita zidanefdzikri@yahoo.co.id Muhammad Zarlis m.zarlis@yahoo.com Abstrak Lalu lintas

Lebih terperinci

Modul 4 Routing RIP (Routing Information Protocol)

Modul 4 Routing RIP (Routing Information Protocol) Modul 4 Routing RIP (Routing Information Protocol) 1. Tujuan - Praktikan dapat memahami konsep routing RIP. - Praktikan mampu membuat konfigurasi dengan menggunakan Packet Tracer dengan protokol routing

Lebih terperinci

IP Routing. Olivia Kembuan, M.Eng PTIK -UNIMA

IP Routing. Olivia Kembuan, M.Eng PTIK -UNIMA IP Routing Olivia Kembuan, M.Eng PTIK -UNIMA Routing? Routing Routing adalah proses meneruskan suatu paket data dari suatu jaringan ke jaringan lain yang dituju. Router alat jaringan komputer yang melakukan

Lebih terperinci

MODUL 5 OPEN SHORTEST PATH FIRST (OSPF)

MODUL 5 OPEN SHORTEST PATH FIRST (OSPF) MODUL 5 OPEN SHORTEST PATH FIRST (OSPF) Modul 5 Open Shortest Path First (OSPF) 1. Tujuan - Praktikan mengetahui konsep dasar protokol routing OSPF Praktikan dapat membuat konfigurasi routing menggunakan

Lebih terperinci

KONFIGURASI ROUTER. CLI (Command Line)

KONFIGURASI ROUTER. CLI (Command Line) KONFIGURASI ROUTER Langkah inisialisasi yang digunakan untuk mengkonfigurasi router tidaklah terlalu sulit. Cisco IOS menyediakan banyak tool yang dapat digunakan untuk ditambahkan dalam file konfigurasi.

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN TESTBED

RANCANG BANGUN TESTBED RANCANG BANGUN CISCO LEARNING ROUTING NETWORK TESTBED Wingga Latu Hayu Hidayat NRP 2206100524 Dosen Pembimbing Dr. Ir. Achmad Affandi, DEA Ir. Djoko Suprajitno Rahardjo, MT Latar Belakang Pengguna Internet

Lebih terperinci

Prodi D3 Teknik Telekomunikasi 2014

Prodi D3 Teknik Telekomunikasi 2014 Dynamic Routing Prodi D3 Teknik Telekomunikasi 2014 TOPIK BAHASAN Dynamic routing protocols and network design Classifying routing protocols Metrics Administrative distance Routing tables Subnetting Static

Lebih terperinci

Dynamic Routing RIP EIGRP OSPF

Dynamic Routing RIP EIGRP OSPF Cisco Packet Tracer : Konfigurasi Dynamic Routing RIP EIGRP OSPF fm_iqbal faiqmuhammadiqbal@gmail.com Lisensi Dokumen: Seluruh dokumen di IlmuKomputer.Com dapat digunakan, dimodifikasi dan disebarkan secara

Lebih terperinci

MENGATUR PERANGKAT MENGGUNAKAN SOFTWARE

MENGATUR PERANGKAT MENGGUNAKAN SOFTWARE MENGATUR PERANGKAT MENGGUNAKAN SOFTWARE Tujuan Pemelajaran Setelah mempelajari kegiatan belajar ini peserta diklat mampu menjelaskan perangkat menggunakan software. pengaturan Uraian materi 1. CLI Command

Lebih terperinci

Kholid Fathoni, S.Kom., M.T.

Kholid Fathoni, S.Kom., M.T. Routing Kholid Fathoni, S.Kom., M.T. Pendahuluan Fungsi utama dari layer network adalah pengalamatan dan routing Pengalamatan telah kita bicarakan sebelumnya. Routing merupakan fungsi yang bertanggung

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian VRRP VRRP (Virtual Routing Redundancy Protocol) merupakan salah satu protokol open source redundancy yang artinya dapat digunakan di berbagai merek perangkat dan dirancang

Lebih terperinci

JARINGAN KOMPUTER S1SI AMIKOM YOGYAKARTA

JARINGAN KOMPUTER S1SI AMIKOM YOGYAKARTA Sudah Mengumpulkan Jurnal? http://goo.gl/hhsqum JARINGAN KOMPUTER S1SI AMIKOM YOGYAKARTA Group Jarkom SI Amikom https://www.facebook.com/groups/jarkom.amikom/ Pertemuan 8 Router Protocol Routing TCP/IP

Lebih terperinci

ANILISIS JARINGAN DENGAN ROUTING PROTOKOL BERBASIS SPF (SHORTEST PATH FIRST) DJIKSTRA ALGORITHM

ANILISIS JARINGAN DENGAN ROUTING PROTOKOL BERBASIS SPF (SHORTEST PATH FIRST) DJIKSTRA ALGORITHM ANILISIS JARINGAN DENGAN ROUTING PROTOKOL BERBASIS SPF (SHORTEST PATH FIRST) DJIKSTRA ALGORITHM Oris Krianto Sulaiman, Khairuddin Nasution Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknik UISU oris.ks@ft.uisu.ac.id;

Lebih terperinci

Routing adalah proses dimana suatu router mem-forward paket ke jaringan yang dituju. Suatu router membuat keputusan berdasarkan IP address yang

Routing adalah proses dimana suatu router mem-forward paket ke jaringan yang dituju. Suatu router membuat keputusan berdasarkan IP address yang RIJAL FADILAH S.Si Routing adalah proses dimana suatu router mem-forward paket ke jaringan yang dituju. Suatu router membuat keputusan berdasarkan IP address yang dituju oleh paket. Semua router menggunakan

Lebih terperinci

BAB 4 PERANCANGAN DAN EVALUASI. 4.1 Perancangan Jaringan Komputer dengan Menggunakan Routing Protokol

BAB 4 PERANCANGAN DAN EVALUASI. 4.1 Perancangan Jaringan Komputer dengan Menggunakan Routing Protokol BAB 4 PERANCANGAN DAN EVALUASI 4.1 Perancangan Jaringan Komputer dengan Menggunakan Routing Protokol OSPF Berdasarkan usulan pemecahan masalah yang telah diajukan, akan dibuat jaringan yang terintegrasi

Lebih terperinci

ROUTING. Budhi Irawan, S.Si, M.T

ROUTING. Budhi Irawan, S.Si, M.T ROUTING Budhi Irawan, S.Si, M.T PENDAHULUAN Routing adalah mekanisme yang dilaksanakan pada perangkat router dijaringan (yang bekerja pada lapis 3 network) untuk mencari dan menentukan jalur yang akan

Lebih terperinci

ROUTING STATIS DAN DINAMIS

ROUTING STATIS DAN DINAMIS 5 ROUTING STATIS DAN DINAMIS A. TUJUAN 1. Mahasiswa memahami konsep routing. 2. Mahasiswa mampu melakukan konfigurasi static routing. 3. Mahasiswa dapat mengetahui cara kerja routing statis B. Peralatan

Lebih terperinci

Modul 11 Access Control Lists (ACLs)

Modul 11 Access Control Lists (ACLs) Modul 11 Access Control Lists (ACLs) Pendahuluan ACL sederhananya digunakan untuk mengijinkan atau tidak paket dari host menuju ke tujuan tertentu. ACL terdiri atas aturan-aturan dan kondisi yang menentukan

Lebih terperinci

Mata kuliah Jaringan Komputer Jurusan Teknik Informatika - UNIKOM

Mata kuliah Jaringan Komputer Jurusan Teknik Informatika - UNIKOM Mata kuliah Jaringan Komputer Jurusan Teknik Informatika - UNIKOM ROUTING STATIK dan DINAMIK Definition ROUTING : Routing is process offorwarding packets from one network to another, this is sometimes

Lebih terperinci

PENGGUNAAN PROTOKOL ROUTING OPEN SHORTEST PATH FIRST (OSPF) DI JARINGAN TCP/IP

PENGGUNAAN PROTOKOL ROUTING OPEN SHORTEST PATH FIRST (OSPF) DI JARINGAN TCP/IP PENGGUNAAN PROTOKOL ROUTING OPEN SHORTEST PATH FIRST (OSPF) DI JARINGAN TCP/IP Agus Haryawan Jurusan Teknik Elektronika Politeknik Pratama Mulia Surakarta ABSTRAK TCP/IP is a set of protocols used to communicate

Lebih terperinci

Modul 3 Konfigurasi Router

Modul 3 Konfigurasi Router Modul 3 Konfigurasi Router Pendahuluan Langkah inisialisasi yang digunakan untuk mengkonfigurasi router tidaklah terlalu sulit. Cisco IOS menyediakan banyak tool yang dapat digunakan untuk ditambahkan

Lebih terperinci

Perancangan dan Analisis Redistribution Routing Protocol OSPF dan EIGRP

Perancangan dan Analisis Redistribution Routing Protocol OSPF dan EIGRP Jurnal ELKOMIKA Teknik Elektro Itenas No.2 Vol. 2 Institut Teknologi Nasional Bandung Juli - Desember 2014 Perancangan dan Analisis Redistribution Routing Protocol OSPF dan EIGRP DWI ARYANTA, BAYU AGUNG

Lebih terperinci

BAB 4 PERANCANGAN DAN EVALUASI Rancangan jaringan lokal pada PT. Yamatogomu Indonesia

BAB 4 PERANCANGAN DAN EVALUASI Rancangan jaringan lokal pada PT. Yamatogomu Indonesia BAB 4 PERANCANGAN DAN EVALUASI 4.1. Rancangan jaringan lokal pada PT. Yamatogomu Indonesia Gambar 4.1. Rancangan jaringan lokal PT. Yamatogomu Indonesia Berikut adalah alasan penggunaan topologi tersebut

Lebih terperinci

Modul Pelatihan Routing dengan Cisco NCC Teknik Informatika ITS

Modul Pelatihan Routing dengan Cisco NCC Teknik Informatika ITS Modul Pelatihan Routing dengan Cisco Router @Laboratorium NCC Teknik Informatika ITS Oleh: Baskoro Adi Pratomo 5109201005 Hudan Studiawan 5109201038 Dosen: Prof. Ir. Supeno Djanali, M.Sc, Ph.D Ir. Muchammad

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI SIMULASI JARINGAN KOMPUTER MULTI DEVICE DENGAN MENGGUNAKAN GNS3

IMPLEMENTASI SIMULASI JARINGAN KOMPUTER MULTI DEVICE DENGAN MENGGUNAKAN GNS3 Simulasi Jaringan Komputer Multi Device Menggunakan GNS3 IMPLEMENTASI SIMULASI JARINGAN KOMPUTER MULTI DEVICE DENGAN MENGGUNAKAN GNS3 I Gusti Lanang Putra Eka Prismana Jurusan Teknik Informatika, Fakultas

Lebih terperinci

PERCOBAAN ROUTING INFORMATION PROTOCOL (RIP)

PERCOBAAN ROUTING INFORMATION PROTOCOL (RIP) PERCOBAAN ROUTING INFORMATION PROTOCOL (RIP) 1. Tujuan Setelah melaksanakan praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu : 1. Mendesain sebuah topologi jaringan 2. Melakukan proses routing dengan protokol

Lebih terperinci

MODUL SISTEM JARINGAN KOMPUTER MODUL 5 STATIC ROUTING

MODUL SISTEM JARINGAN KOMPUTER MODUL 5 STATIC ROUTING MODUL SISTEM JARINGAN KOMPUTER MODUL 5 STATIC ROUTING YAYASAN SANDHYKARA PUTRA TELKOM SMK TELKOM SANDHY PUTRA MALANG 2007 MODUL 5 STATIC ROUTING Mata Pelajaran Kelas Semester Alokasi Waktu : Sistem Jaringan

Lebih terperinci

Modul 8 Cisco Router (Dynamic Routing)

Modul 8 Cisco Router (Dynamic Routing) Modul 8 Cisco Router (Dynamic Routing) I. Tujuan 1. Mahasiswa memahami konsep routing RIP dengan perangkat Cisco. 2. Mahasiswa mampu melakukan konfigurasi dengan menggunakan Cisco Router dengan protokol

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Topologi Jaringan Topologi adalah suatu cara menghubungkan komputer satu dengan komputer yang lainnya maupun perangkat sehingga membentuk sebuah jaringan dan dapat berkomunikasi

Lebih terperinci

Gambar 4.27 Perbandingan throughput rata-rata IIX ke Gateway 2

Gambar 4.27 Perbandingan throughput rata-rata IIX ke Gateway 2 68 Gambar 4.27 Perbandingan throughput rata-rata IIX ke Gateway 2 Dari gambar 4.27, terlihat bahwa nilai throughput IIX ke Gateway 2 pada skenario router reflector BGP berkisar antara 0-3 paket per detik,

Lebih terperinci

ROUTING PADA TCP/IP. Mata kuliah Jaringan Komputer Jurusan Teknik Informatika - UNIKOM

ROUTING PADA TCP/IP. Mata kuliah Jaringan Komputer Jurusan Teknik Informatika - UNIKOM ROUTING PADA TCP/IP Mata kuliah Jaringan Komputer Jurusan Teknik Informatika - UNIKOM Materi : Pengertian Routing Protocol Routing Protocol IGP pada Routing Dinamik Algoritma Dasar Untuk Protocol Interior

Lebih terperinci

Routing. Institut Tekonolgi Sepuluh Nopember Surabaya

Routing. Institut Tekonolgi Sepuluh Nopember Surabaya Routing Politeknik ik Elektronika Negeri Surabaya Institut Tekonolgi Sepuluh Nopember Surabaya 1 Pendahuluan Dengan menggunakan pengalamatan IP, memungkinkan kita membangun beberapa jaringan pada suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komputer merupakan salah satu produk teknologi yang dapat digunakan sebagai inovasi dalam pembelajaran. begitupun di sekolah, kampus dan tempat umum lainnya tidak ingin

Lebih terperinci

Tugas Jaringan Komputer

Tugas Jaringan Komputer Tugas Jaringan Komputer Soal 1. Jelaskan perbedaan antara model jaringan OSI dan TCP/IP 2. Jelaskan fungsi tiap layer pada model TCP/IP! 3. Apa yang dimaksud Protocol? 4. Jelaskan tentang konsep class

Lebih terperinci

Modul 5 Open Shortest Path First (OSPF)

Modul 5 Open Shortest Path First (OSPF) Modul 5 Open Shortest Path First (OSPF) 1. Tujuan - Praktikan mengetahui konsep dasar protokol routing OSPF - Praktikan dapat membuat konfigurasi routing menggunakan Packet Tracer dengan protokol routing

Lebih terperinci

Troubleshooting Router

Troubleshooting Router Modul 22: Overview Troubleshooting digunakan untuk memeriksa atau menguji konfigurasi router yang telah dimasukkan apakah benar atau tidak. Ada berbagai troubleshooting pada router ini. 2 Perintah show

Lebih terperinci

Jaringan Komputer. Konfigurasi Dynamic Routing RIP

Jaringan Komputer. Konfigurasi Dynamic Routing RIP Jaringan Komputer Konfigurasi Dynamic Routing RIP Kelompok 3 : Taufik (2110165011) Galang Bafia Rachman (2110165008) Dyah Ayu Latifahsari (2110165005) Politeknik Elektronika Negeri Surabaya 2016 I. Pendahuluan

Lebih terperinci

DASAR-DASAR ROUTING IP PADA JARINGAN

DASAR-DASAR ROUTING IP PADA JARINGAN DASAR-DASAR PADA JARINGAN OLEH : SYAIFUL AHDAN. S.KOM PENDAHULUAN Routing IP adalah Proses pemindahan paket dari satu netwok ke network lain dengan menggunakan router-router. Pada dasarnya sebuah routing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sinergi Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh, juga berlaku pada komputer ditempat kerja. Dengan network card, beberapa meter kabel dan sistem operasi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II. 1. Aplikasi Pengertian aplikasi adalah program siap pakai yang dapat digunakan untuk menjalankan perintah dari pengguna aplikasi tersebut dengan tujuan mendapatkan hasil yang

Lebih terperinci

Network Layer JARINGAN KOMPUTER. Ramadhan Rakhmat Sani, M.Kom

Network Layer JARINGAN KOMPUTER. Ramadhan Rakhmat Sani, M.Kom Network Layer JARINGAN KOMPUTER Ramadhan Rakhmat Sani, M.Kom Objectives Fungsi Network Layer Protokol Komunikasi Data Konsep Pengalamatan Logis (IP) Konsep Pemanfaatan IP Konsep routing Algoritma routing

Lebih terperinci

S1 SISTEM KOMPUTER UNIVERSITAS DIPONEGORO. Disampaikan Dalam Rangka Pengabdian Masyarakat PROGRAM STUDI

S1 SISTEM KOMPUTER UNIVERSITAS DIPONEGORO. Disampaikan Dalam Rangka Pengabdian Masyarakat PROGRAM STUDI PROGRAM STUDI S1 SISTEM KOMPUTER UNIVERSITAS DIPONEGORO Disampaikan Dalam Rangka Pengabdian Masyarakat Trainner: Adian Fatchur Rochim, ST, MT Email: adian@undip.ac.id 24 Oktober 2009 Digunakan untuk menghubungkan

Lebih terperinci

Membangun VLAN dengan Hub August 2010

Membangun VLAN dengan Hub  August 2010 Membangun VLAN dengan Hub August 2010 PC low-end dan Hub adalah dua device yang dianggap sebagai legacy equipment dalam pengertian device yang dianggap ketinggalan, yang dianggap tidak mampu untuk membuat

Lebih terperinci

Switching & Routing Rev 0.0. Nyoman Suryadipta Computer Science Faculty Narotama University

Switching & Routing Rev 0.0. Nyoman Suryadipta Computer Science Faculty Narotama University Switching & Routing Rev 0.0 Nyoman Suryadipta Computer Science Faculty Narotama University 1. Deskripsi 2. Jenis Perangkat 3. Proses Switching 4. Dasar Routing 5. Routing Statis & Dinamis Switching = Memindahkan

Lebih terperinci

SINGUDA ENSIKOM VOL. 7 NO. 3/ Juni 2014

SINGUDA ENSIKOM VOL. 7 NO. 3/ Juni 2014 ANALISIS KINERJA ROUTING DINAMIS DENGAN TEKNIK OSPF (OPEN SHORTEST PATH FIRST) PADA TOPOLOGI MESH DALAM JARINGAN LOCAL AREA NETWORK (LAN) MENGGUNAKAN CISCO PACKET TRACER Yovie Dwi Villasica, Naemah Mubarakah

Lebih terperinci

Modul Jaringan Komputer 2, Andrew Fiade, June 2006

Modul Jaringan Komputer 2, Andrew Fiade, June 2006 Praktikum Basic Konfigurasi Router CISCO Definisi Router Router adalah sebuah device yang berfungsi untuk meneruskan paket-paket dari sebuah network ke network yang lainnya (baik LAN ke LAN atau LAN ke

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Usulan Perancangan Untuk koneksi jaringan data center dari San Jose dan Freemont, penulis mengusulkan membuat suatu jaringan berbasis VPN-MPLS. Dengan perancangan jaringan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Jaringan Komputer Odom (2005, hal: 5) menyatakan bahwa jaringan komputer adalah kombinasi perangkat keras, perangkat lunak, dan pengkabelan (cabling), yang memungkinkan berbagai

Lebih terperinci

KONFIGURASI ROUTING PROTOCOL RIP (ROUTING INFORMATION PROTOCOL) PADA JARINGAN WIDE AREA NETWORK (WAN) MELALUI SIMULASI DENGAN PACKET TRACER 5.

KONFIGURASI ROUTING PROTOCOL RIP (ROUTING INFORMATION PROTOCOL) PADA JARINGAN WIDE AREA NETWORK (WAN) MELALUI SIMULASI DENGAN PACKET TRACER 5. KONFIGURASI ROUTING PROTOCOL RIP (ROUTING INFORMATION PROTOCOL) PADA JARINGAN WIDE AREA NETWORK (WAN) MELALUI SIMULASI DENGAN PACKET TRACER 5.0 O L E H ERISA MIRANDA SINAGA NIM : 050402050 DEPARTEMEN TEKNIK

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. B. Pengenalan Cisco Router

METODE PENELITIAN. B. Pengenalan Cisco Router PENDAHULUAN Di suatu instansi atau perusahaan pastinya banyak sekelompok orang yang menghendaki pengambilan data secara illegal ataupun perusakan jaringan pada perusahaan tertentu. Oleh karena itu dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Gambaran Umum Sistem Dalam pengerjaan tugas akhir ini, penulis menggunakan lima kondisi sistem, dari yang menggunakan routing table biasa, sampai yang menggunakan metode

Lebih terperinci

MODUL 10 Multi Protocol Label Switching (MPLS)

MODUL 10 Multi Protocol Label Switching (MPLS) MODUL 10 Multi Protocol Label Switching (MPLS) A. TUJUAN 1. Mengenalkan pada mahasiswa tentang konsep MPLS 2. Mahasiswa memahami cara kerja jaringan MPLS 3. Mahasiswa mampu menganalisa performansi antara

Lebih terperinci

Access Control List (ACL)

Access Control List (ACL) Modul 23: Overview ACL memungkinkan administrator untuk memberikan akses tertentu pada pemakai. Router juga memberikan kemampuan dasar filter traffic seperti blocking jalur internet dengan menggunakan.

Lebih terperinci

KONFIGURASI ROUTING OSPF PADA ROUTER CISCO Kamaldila Puja Yusnika

KONFIGURASI ROUTING OSPF PADA ROUTER CISCO Kamaldila Puja Yusnika KONFIGURASI ROUTING OSPF PADA ROUTER CISCO Kamaldila Puja Yusnika OSPF (Open Shortest Path First) OSPF adalah routing protocol jenis link state yang dengan cepat mendeteksi perubahan dan mejadikan routing

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA ENHANCED INTERIOR GATEWAY ROUTING PROTOCOL PADA TOPOLOGI MESH

ANALISIS KINERJA ENHANCED INTERIOR GATEWAY ROUTING PROTOCOL PADA TOPOLOGI MESH ANALISIS KINERJA ENHANCED INTERIOR GATEWAY ROUTING PROTOCOL PADA TOPOLOGI MESH Debora Br Sinaga (1), Naemah Mubarakah (2) Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

Seperti layaknya sebuah PC, ruter memiliki komponen yang sama dengan komputer seperti :

Seperti layaknya sebuah PC, ruter memiliki komponen yang sama dengan komputer seperti : 1 CCNA EXPLORATION 4.0 (protokol routing dan konsep ) MENGENAL ROUTER Saat ini jaringan merupakan kebutuhan yang sangat dekat dengan kehidupan kita. Banyak keperluan dapat kita temukan dengan adanya jaringan.

Lebih terperinci

MODUL 10 Multi Protocol Label Switching (MPLS)

MODUL 10 Multi Protocol Label Switching (MPLS) MODUL 10 Multi Protocol Label Switching (MPLS) A. TUJUAN 1. Mengenalkan pada mahasiswa tentang konsep MPLS 2. Mahasiswa memahami cara kerja jaringan MPLS 3. Mahasiswa mampu menganalisa performansi antara

Lebih terperinci

RIP dan Static Routing

RIP dan Static Routing MODUL PRAKTIKUM RIP dan Static Routing A. Uraian Materi A.1 Komponen-komponen dari Router 1. CPU (Central Processing Unit) Berfungsi untuk mengeksekusi instruksi pada Operating System. Fungsi yang lain

Lebih terperinci