1 P a g e. Penyebaran agama..., Styvegi Arvio D, FIB UI, 2013

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "1 P a g e. Penyebaran agama..., Styvegi Arvio D, FIB UI, 2013"

Transkripsi

1 1 P a g e

2 2 P a g e

3 PENYEBARAN AGAMA ISLAM DI PULAU JAWA OLEH SUNAN KALIJAGA MELALUI MEDIA WAYANG KULIT Styvegi Arvio Dandhel Sastra Arab, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Kampus UI, Depok, 16424, Indonesia Abstrak Penulis menulis jurnal ini bertujuan untuk mengetahui profil Sunan Kalijaga sebagai Walisongo di Pulau Jawa, bagaimana sejarah wayang kulit di Pulau Jawa dan bagaimana penyebaran agama Islam di Pulau Jawa oleh Sunan Kalijaga melaui media wayang kulit. Dalam menganalisis data, penulis menggunakan teknik deskriptif interpretatif. Berdasarkan hasil analisis data, terlihat bagaimana Sunan Kalijaga menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa dengan menggunakan media wayang kulit. Kesimpulan memperlihatkan bagaimana Sunan Kalijaga mampu memanfaatkan wayang sebagai media dakwah yang dapat menyebarkan agama Islam yang bercampur dengan kebudayaan masyarakat Jawa yang masih ada hingga saat ini. The Spread of Islam in Java by Sunan Kalijaga Through Wayang Abstract The authors wrote this journal aims to determine the profile of Sunan Kalijaga as Walisongo in Java, how the history of wayang in Java and how the spread of Islam in Java by of Sunan Kalijaga through wayang media. In analyzing of data, the writer used descriptive interpretive techniques. Based on the analysis of data, looked how of Sunan Kalijaga spread the religion of Islam in Java using a media wayang. The conclusion showed how Sunan Kalijaga was able to use wayang as a media propaganda to spread the religion of Islam that was mixed with the culture of the people of Java that still exsisted today. Keywords: Sunan Kalijaga, spread of Islam, wayang, Java. PENDAHULUAN Negara Indonesia dikenal sebagai negara yang penduduknya mayoritas beragama Islam. Islam pada masa modern seperti saat sekarang ini muncul melalui fase yang panjang dan beragam karena negara Indoensia memiliki kebudayaan yang beragam sehingga dalam penyebaran agama Islam dilakukan dengan berbagai cara. Salah satu cara yang dilakukan adalah memanfaatkan budaya lokal. Budaya lokal adalah adat-istiadat yang diterima oleh masyarakat lokal dimana masing-masing pulau di Indonesia memiliki kebudayaan yang berbeda dan memiliki keunikan tersendiri. Pulau Jawa memiliki kebudayaan yang beragam yang masih dapat dilihat hingga saat ini. Keberagaman kebudayaan di Pulau Jawa membuat para tokoh agama saat itu memanfaatkan budaya lokal sebagai sarana dalam penyebaran Islam. Para tokoh agama menyampaikan ajaran Islam di Pulau Jawa pada saat itu menggunakan budaya Jawa yang mudah diterima masyarakat sehingga dapat mempercepat dan mempermudah mereka dalam penyebaran agama Islam. Tokoh yang terkenal dengan metode dakwahnya menggunakan budaya Jawa pada saat itu adalah Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga mampu menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa tanpa menghadapi kendala yang berarti. Sunan Kalijaga mampu menarik perhatian masyarakat Jawa dengan menyampaikan agama Islam dengan menggunakan wayang kulit. Seni dan budaya merupakan aspek penting dalam bersosialisasi, sehingga pendekatan yang dapat dilakukan dalam penyampaian informasi pada suatu 3 P a g e

4 masyarakat akan efektif dengan memahami budaya mereka. 1 Perumusan Masalah Berdasarkan penjelasan latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam jurnal ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana Sunan Kalijaga menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa dengan menggunakan media wayang kulit? Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: Mengetahui bagaimana Sunan Kalijaga menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa menggunakan media wayang kulit. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana Sunan Kalijaga menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa melalui media wayang kulit. Untuk itu objek penelitian ini merupakan data-data yang dapat memjawab permasalahan penelitian ini. Metode Penelitian Dalam jurnal ini, penulis menggunakan penelitian kualitatif untuk menganalisis fenomena dalam penelitian. Dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif serta interpretasi melalui beberapa buku referensi yang merupakan sumber referensi sejarah. Sistematika Penyajian Jurnal ini terdiri dari empat bab, yakni bab pertama adalah pendahuluan. Pada bab ini penulis akan memaparkan latar belakang yang terdapat konteks 1 Reskino, Adat Istiadat dan Religi (2000) Cet I h.12 penelitian, perumusan masalah yang merupakan fokus kajian penelitian yang akan diungkap dalam penelitian ini. Selanjutnya terdapat tujuan penelitian yang menjadi sasaran penelitian yang harus dicapai sesuai dengan rumusan masalah. Lalu terdapat metodologi penelitian, dan sistematika penyajian. Bab II dalam penelitian ini membahas perspektif teoritis atau kerangka teori dan kajian pustaka, kerangka teori menyajikan tentang defini dari wayang kulit dan biografi singkat Sunan Kalijaga. Sementara kajian pustaka menyajikan tentang studistudi terdahulu dalam konteks fenomena dan masalah yang sama atau serupa yang menjadi sumber pengembangan penelitian ini. Pada bab ketiga, penulis akan membahas analisis dari rumusan masalah yaitu bagaimana Sunan Kalijaga menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa menggunakan media wayang kulit. Kemudian pada bab empat adalah bab kesimpulan. Pada bab ini penulis akan memaparkan kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya. BAB II KERANGKA TEORI Biografi Singkat Sunan Kalijaga Sunan Kalijaga adalah salah satu wali yang terkenal di kalangan masyarakat Jawa. Mengenai asal usul beliau, ada beberapa pendapat yang menyatakan bahwa beliau juga masih keturunan Arab. Tapi, banyak pula yang menyatakan ia orang Jawa asli. Van Den Berg menyatakan bahwa Sunan Kalijaga adalah keturunan Arab yang silsilahnya sampai kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam. Sementara itu menurut Babad Tuban menyatakan bahwa Aria Teja alias 'Abdul Rahman berhasil mengislamkan Adipati Tuban, Aria Dikara, dan mengawini putrinya. Versi China menyebut bahwa waktu kecil Raden Sahid juga bernama Syekh Melaya karena ia putra Tumenggung Melayukusuma di Jepara. Melayukusuma berasal dari Negeri Atas Angin di seberang, anak seorang ulama. Setelah tiba di Jawa, Melayukusuma diangkat menjadi Adipati Tuban oleh Prabu Brawijaya dengan nama Tumenggung Wilatikta (Widji Saksono 1995: 30). Di sini diduga 4 P a g e

5 bahwa Melayukusuma bukan anak Arya Teja II, melainkan menantunya. Jadi Retno Dumilah-lah yang putra Adipati Tuban keturunan Arya Adikara atau Ranggalawe. 2 Dari perkawinan ini ia memiliki putra bernama Aria Wilatikta. Menurut catatan Tome Pires, penguasa Tuban pada tahun 1500 M adalah cucu dari penguasa Islam pertama di Tuban. Sunan Kalijaga atau Raden Mas Said adalah putra Aria Wilatikta. Sejarawan lain seperti De Graaf membenarkan bahwa Aria Teja I ('Abdul Rahman) memiliki silsilah dengan Ibnu Abbas, paman Muhammad. 3 Beliau ulama yang sakti dan cerdas, nama kecilnya Raden Sahid, merupakan putra dari Tumenggung Wilwatikta, Adipati Tuban yang sudah menganut agama Islam, namanya berubah menjadi Raden Sahur atau yang lebih dikenal dengan nama Tumenggung Wilatikta, beliau menikah dengan Dewi Nawangrum, dan hasil pernikahannya lahirlah Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga diperkirakan lahir pada tahun 1430-an. Sunan Kalijaga menikah dengan Dewi Sarah, yang merupakan adik dari Sunan Gunung Jati, dan hasil dari perkawinan tersebut Sunan Kalijaga dan Dewi Sarah dikaruniai tiga orang anak, satu orang putra dan dua orang putri, yang diberi nama: 1. Raden Said (Sunan Muria); 2. Dewi Ruqiyah; 3. Dewi Shofiyah 4. Kisah masa muda Sunan Kalijaga sungguh sangat krusial. Dia adalah seorang buronan dan perampok. Terdapat dua versi mengenai cerita masa muda beliau. Versi pertama mengatakan bahwa Sunan Kalijaga merupakan pencuri dan perampok harta milik kerajaan dan orang-orang kaya yang pelit, hasil dari rampokannya itu ia bagikan kepada rakyat jelata yang miskin dan terlantar. Versi kedua Saadilla, Rian Biografi Sunan Kalijaga. h. 3 4 Agus Wahyudi, Makrifat Fatwa Cet Ke-VII h. 18 mengatakan bahwa Raden Sahid merupakan seorang perampok dan pembunuh yang jahat. Jalan hidupnya banyak terangkum dalam naskah-naskah kuno jawa. Menurut sejarah, Raden Sahid diusir oleh keluarganya dari kerajaan karena ketahuan merampok. Setelah itu, dia berkeliaran dan berkelana tanpa tujuan yang jelas hingga kemudian menetap di hutan Jatiwangi sebagai seorang yang berandal dan suka merampok. Dalam babad Demak disebutkan bahwa Raden Sahid bertemu dengan Sunan Bonang. Karena kagum melihat kesaktian Sunan Bonang, Raden Sahid berguru kepadanya dengan syarat beliau harus bertobat. Sunan Kalijaga memperdalam Islam Sunan Bonang dan ulama agama lainnya. Setelah Raden Sahid menjadi penyiar agama Islam, ia diangkat oleh Dewan Wali Sanga sebagai salah satu anggotanya yang menjadikan namanya akrab di telinga Islam Jawa. Dan dia menjadi satu-satunya Wali yang bisa diterima oleh berbagai pihak, baik oleh mutihan atau abangan, santri dan kaum awam. Menurut Babad Tanah Jawi, nama Sunan Kalijaga berawal ketika Raden Syahid bertapa ditepi sungai sesuai perintah sunan bonang. Raden Sahid bersemedi di tepi sungai sambil menjaga tongkatnya yang ditancapkan ke tepi sungai. Raden Sahid tidak boleh beranjak dari tempat tersebut sebelum sunan bonang datang, lalu ia tertidur untuk waktu yang lama. Karena lamanya ia tidur, tanpa disadari akar dan rerumputan telah menutupi dirinya. Tiga tahun kemudian, Sunan Bonang datang dan membangunkan Raden Sahid, dan ia mulai dikenal dengan sebutan Sunan Kalijaga. 5 Dalam dakwah, ia punya pola yang sama dengan mentor sekaligus sahabat dekatnya, Sunan Bonang. Paham keagamaannya cenderung "sufistik berbasis salaf" -bukan sufi panteistik (pemujaan semata). Ia juga memilih kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah. Ia sangat toleran pada budaya lokal. Ia berpendapat bahwa masyarakat akan menjauh jika diserang pendiriannya. Maka mereka harus didekati secara bertahap dan perlahan-lahan mulai mempengaruhi mereka dengan ajaran Islam. Ajaran Sunan Kalijaga terkesan sinkretis dalam mengenalkan Islam. Ia menggunakan seni ukir, 5 Riyadi, Slamet Babad Demak. 5 P a g e

6 wayang, gamelan, serta seni suara suluk sebagai sarana dakwah. Beberapa lagu suluk ciptaannya yang populer adalah Ilir-ilir dan Gundul-gundul Pacul. Dialah menggagas baju takwa, perayaan sekatenan, garebeg maulud, serta lakon carangan Layang Kalimasada dan Petruk Dadi Ratu ("Petruk Jadi Raja"). Lanskap pusat kota berupa kraton, alun-alun dengan dua beringin serta masjid diyakini pula dikonsep oleh Sunan Kalijaga. Sejarah wayang Kulit Pengertian wayang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah : Boneka tiruan dan sebagainya yang terbuat dari patahan atau kayu dan sebagainya yang dapat dimanfaatkan untuk memerankan tokoh dipertunjukkan drama tradisional biasanya dimainkan oleh seorang dalang 6. Sedangkan kata kulit menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia didefinisikan sebagai : segala sesuatu yg tampak di luar, belum isi yang sebenarnya. 7 Secara historis kata wayang diduga berasal dari kata wewayangan, yang artinya bayangan. Dugaan ini sesuai dengan kenyataan pada pergelaran wayang kulit yang menggunakan kelir, secarik kain, sebagai pembatas antara dalang yang mamainkan wayang, dan penonton di balik kelir itu. Untuk lebih menjawakan budaya wayang, sejak awal zaman Kerajaan Majapahit diperkenalkan cerita wayang yang tidak berinduk pada Kitab Ramayana dan Mahabrata. Tradisi menjawakan cerita wayang juga diteruskan oleh beberapa ulama Islam, diantaranya oleh Sunan Kalijaga. Pembagian wayang juga dilakukan oleh para Wali, pertama wayang golek di Jawa Barat, wayang wong di Jawa Tengah, dan wayang kulit di Jawa Timur. Dimana ketiga wayang tersebut saling berkaitan satu sama lainnya yaitu, Mana yang kulit (wayang kulit), mana yang isi (wayang wong) dan mana yang harus dicari (wayang golek). Wayang adalah salah satu puncak seni budaya bangsa Indonesia khususnya di Pulau Jawa yang paling menonjol di antara banyak karya budaya lainnya. Budaya wayang meliputi seni peran, seni 6 Depratemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia suara, seni musik, seni tutur, seni sastra, seni lukis, seni pahat, dan juga seni perlambang. Budaya wayang yang terus berkembang dari zaman ke zaman juga merupakan media penerangan, dakwah, pendidikan, hiburan, pemahaman filsafat, dan hiburan. Ada dua pendapat mengenai asal usul wayang kulit. Pertama, bahwa wayang kulit lahir dan berasal di Pulau Jawa, tepatnya di Jawa Timur. Alasan ini cukup kuat karena seni wayang kulit masih sangat erat dengan keadaan sosiokultural dan religi bangsa Indonesia khususnya orang Jawa. Panakawan, tokoh terpenting dalam pewayangan, yaitu Semar, Petruk, Gareng, dan Bagong hanya ada dalam pewayangan Indonesia. Selain itu, nama dan istilah teknis pewayangan, semuanya berasal dari bahasa Jawa (kuna). Pendapat kedua menduga wayang berasal dari India, yang dibawa bersama agama Hindu ke Indonesia. Mengenai saat kelahiran budaya wayang, Ir. Sri Mulyono dalam bukunya Simbolisme dan Mistikisme dalam Wayang (1979), memperkirakan wayang sudah ada sejak zaman neolithikum, yakni kira-kira tahun sebelum Masehi. Pendapatnya itu didasarkan atas tulisan Robert von Heine- Geldern Ph. D, Prehistoric Research in the Netherland Indie (1945) dan tulisan Prof. K.A.H. Hidding di Ensiklopedia Indonesia halaman 987. Sejarah wayang dalam bentuk yang asli timbul sebelum kebudayaan Hindu masuk di Indonesia dan mulai berkembang pada zaman Hindu Jawa. 8 Wayang mengalami perkembangannya melalui beberapa zaman. Di zaman prasejarah, sebelum orang-orang Hindu datang, alam pikiran nenek moyang kita yang masih sangat sederhana mempercayai bahwa roh orang yang sudah mati masih tinggal di daerah sekelilingnya. Roh itu dianggap sebagai pelindung dan dapat didatangkan. Dan kedatangannya diharapkan dapat memberikan berkah kepada yang masih hidup. Harapan- harapan itulah yang mendorong orang menghasilkan pembuatan bayangan arwah nenek moyang mereka yang telah mati, kemudian mereka mengadakan pertunjukan bayangan untuk melihat roh nenek moyang. Pada zaman ini, wayang berfungsi sebagai magis, mitos dan religius. Isi ceritanya tentang 8 Mertosedono, Amir Sejarah Wayang, Asal Usul, dan Cirinya. 6 P a g e

7 nenek moyang, kepahlawanan dan petualangannya. Diceritakan oleh orang sakti dengan menggunakan bahasa Jawa Kuno Murni. Zaman kedua pada zaman Mataram I (400M - 929M), dimana wayang tidak hanya berfungsi magis, mitos dan religius, tetapi sudah berkembang sebagai alat pendidikan dan komunikasi. Isi cerita diambil dari epos Ramayana dan Mahabarata versi Indonesia yang bercampur mitos kuno tradisional. Bahasa yang digunakan adalah Kawi. Zaman selanjutnya adalah Zaman Jawa Timur (929M M), pada zaman ini pertunjukkan wayang kulit sudah mencapai bentuk yang menarik. Bahasa yang digunakan adalah percampuran Bahasa Sangsekerta dan Jawa kuno. Setelah zaman Jawa Timur barulah wayang memasuki Zaman Islam (1478M 1945M), wayang pada masa ini telah berfungsi sebagai alat dakwah, penerangan, pendidikan, hiburan, sumber sastra dan budaya. Isi ceritanya diambil dari Babad, yaitu percampuran Ramayana dan Mahabarata versi Indonesia secara islami. Bentuk wayang juga telah mengalami perubahan. Pertunjukkan wayang dipimpin oleh kyai sebagai dalang. Masa terakhir dari wayang adalah Zaman Indonesia merdeka (1945M sekarang), dimana wayang berfungsi sebagai hiburan, unsur budaya dan kesenian, pendidikan, simbolis, dan filosofi. Wayang juga dimainkan oleh pemuka adat, mahasiswa, pegawai, dan lain sebagainya 9. Wayang kulit yang mengalami perkembangan melalui beberapa zaman ini mempunyai beberapa fungsi. Fungsi wayang kulit yang dirasakan; pertama fungsi religius, zaman dahulu wayang digunakan sebagai pemujaan namun saat sekarang wayang dimainkan dengan memasukkan nilai-nilai religius. Kedua, banyak nilai-nilai kebaikan yang dapat diambil dari cerita wayang yang dimainkan oleh dalang, termasuk Sunan Kalijaga yang menjadikan wayang sebagai media pendidikan. Ketiga, dalam pertunjukan wayang, masyarakat bisa diinformasikan tentang peristiwa apa yang penting untuk diketahui oleh para dalang. Misalnya dengan mementaskan lakon-lakon tertentu yang sesuai dengan keadaan masyarakat pada waktu itu. Lalu juga bisa dijadikan sarana kritik sosial. 9 Sri Mulyono, Wayang Asal-Usul, Filsafat dan Masa Depannya. h Masyarakat bisa mengkiritik kebijakan pemimpin mereka tanpa resiko kemarahan pemimpin melalui wayang. Dengan lakon-lakon tertentu pula atau fragmen wayang goro-goro dalang bisa bebas mengkritik kebijakan pemimpin. Dan fungsi keempat, wayang merupakan hiburan bagi masyarakat. Tidak ditujukan untuk maksud-maksud religi tertentu. Tapi hanya untuk menghibur masyarakat yang gemar akan seni pertunjukan ini. Seperti pada acara khitanan, resepsi pernikahan, acara besar desa, yang dipentaskan untuk menghibur khalayak ramai. Adapun Istilah dalam Pewayangan merujuk pada Bahasa Arab : 1. Istilah Dalang berasal dari bahasa Arab, Dalla yang artinya menunjukkan. Dalam hal ini, seorang Dalang adalah seseorang yang menunjukkan kebenaran kepada para penonton wayang. Mandalla alal Khari Kafa ilihi (Barangsiapa menunjukan jalan kebenaran atau kebajikan kepada orang lain, pahalanya sama dengan pelaku kebajikan itu sendiri Sahih Bukhari) 2. Karakter Semar diambil dari bahasa Arab, Simaar yang artinya Paku. Dalam hal ini, seorang Muslim memiliki pendirian dan iman yang kokoh bagai paku yang tertancap. 3. Karakter Petruk diambil dari bahasa Arab, Fat-ruuk yang artinya tingggalkan. Maksudnya, seorang Muslim meninggalkan segala penyembahan kepada selain Allah, Fatruuk-kuluu man siwallaahi. 4. Karakter Gareng diambil dari bahasa Arab, Qariin yang artinya teman. Maksudnya, seorang Muslim selalu berusaha mencari teman sebanyak-banyaknya untuk diajak ke arah kebaikan, Nalaa Qaarin. 5. Karakter Bagong diambil dari bahasa Arab, Baghaa yang artinya berontak. Maksudnya, seorang Muslim selalu berontak saat melihat kezaliman. Kajian Pustaka Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang dilakukan oleh Supriyanto (2009) dengan judul penelitian Dakwah Sinkretis Sunan Kalijaga. Dalam penelititannya, Supriyanto menyatakan salah satu walisongo yang mempunyai 7 P a g e

8 peranan besar dalam penyebaran Islam di Indonesia yaitu Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga mempunyai metode dakwah yang banyak dikaji yang dikenal dengan istilah sinkretisme atau pribumisasi. Metode ini dilakukan dengan cara menggabungkan antara Islam dengan budaya Jawa dalm proses penyebaran agma Islam di Pulau Jawa. Persamaan penelitian ini adalah membahas salah satu Walisongo yang berperan dalam penyebaran Islam yaitu Sunan Kalijaga. Supriyanto menulis bagaimana cara Sunan Kalijaga menyampaikan pesan-pesan moral Islam melalui berbagai aspek. Sunan Kalijaga mampu memanfatkan budaya lokal yang disukai oleh masyarakat Jawa sebagai media penyebaran agama Islam. Perbedaan penelitian terletak pada objek yang diteliti oleh Supriyanto yaitu metode dakwah yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga, sedangkan penelitian ini membahas mengenai digunakannnya wayang dalam berdakwah oleh Sunan Kalijaga, dan bagaimana Sunan Kalijaga dapat menggunakan wayang tersebut dalam penyebaran agama Islam. Penelitian yang dilakukan oleh Supriyanto, disimpulkan dengan; pertama, Islam adalah ajaran yang kerap kali berdialog dengan realitas. Karena itu, kebenaran Islam tidak terletak pada penolakannya terhadap realitas, dengan bahasa purifikasi, melainkan terletak pada dialektikanya dengan realitas. Kedua, Sunan Kalijaga adalah salah satu tokoh dari Walisongo yang kerap mendialogkan Islam dengan realitas. Dia tidak menghancurkan tradisi atau budaya. Sebaliknya, dia mengubah isi dan muatan yang ada di dalamnya dengan nilai-nilai Islam. Ketiga, tradisi wayang, yang sampai kini masih tetap bertahan di tengahtengah masyarakat Jawa khususnya, sebenarnya merupakan tradisi Hindu-Budha sebelum kehadiran Islam. Akan tetapi, dengan kelihaiannya, Sunan Kalijaga memberi isi baru bagi tradisi itu, yakni nilai-nilai Islam. 10 BAB III PEMBAHASAN 10 Supriyanto, Dakwah Sinkretis Sunan Kalijaga (Purmokerto: Ejurnal Komunika, Januari-Juni 2009) Vol.III No.1, h Penyebaran Agama Islam di Pulau Jawa oleh Sunan Kalijaga Melalui Media Wayang Kulit Sejarah masuknya Islam ke wilayah Nusantara sudah berlangsung demikian lama. Sebagian berpendapat bahwa Islam masuk pada abad ke-7 M, yang datang langsung dari Arab. Pendapat lain mengatakan bahwa Islam masuk pada abad ke-13 dan ada juga yang berpendapat bahwa Islam masuk ke Nusantara sekitar abad ke-9 M atau 11 M. Perbedaan pendapat tersebut dari pendekatan historis semuanya benar. Hal tersebut didasarkan bukti-bukti sejarah serta penelitian para sejarawan yang menggunakan pendekatan dan metodenya masing-masing. Berdasarkan beberapa buku dan keterangan sumber referensi sejarah, Islam mulai berkembang di Nusantara sekitar abad ke-13 M. Hal tersebut tidak lepas dari peran tokoh dan serta ulama yang hidup pada saat itu, dan di antara tokoh yang sangat berjasa dalam proses Islamisasi di Nusantara terutama di Pulau Jawa adalah Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga yang begitu dekat di kalangan masyarakat muslim kultural Jawa sangat dihormati. Hal ini karena ajaran-ajaran dan dakwahnya yang unik serta sosoknya yang menjadi teladan serta ramah terhadap masyarakat Jawa sehingga dengan mudah Islam menyebar ke seluruh wilayah Nusantara. 11 Sunan Kalijaga menempuh jalan memasukkan ajaran Islam kepada masyarakat di tanah Jawa antara lain sebagai berikut: a. Ajaran agama itu diperkenalkan kepada masyarakat dengan cara memasukkan sedikit demi sedikit agar masyarakat tidak kaget atau menolak. b. Mengawinkan ajaran-ajaran agama Islam dengan kepercayaan Hindu Budha. Di samping kedua cara tersebut masih banyak lagi cara yang digunakan Sunan Kalijaga untuk menyebarkan agama Islam. Seperti, cerita pewayangan yang disampaikan oleh Sunan Kalijaga melalui tokoh Yudistira terdapat pusaka yang ampuh yaitu jimat kalimasada. Kalimasada dalam dunia Islam yaitu kalimat syahadat yang menuntun 11 Salam, Solichin Sekitar Walisongo. Kudus : Menara Kudus. 8 P a g e

9 pada tingkat kesucian. Oleh karena itu Yudistira sering dilambangkan memiliki darah putih yang berarti suci dan sabar. Dalam perjalanannya Yudistira mempunyai empat saudara yaitu Werkudara, Janaka, Nakula dan Sadewa yang merupakan gambaran dari Salat, Zakat, Puasa dan Haji yang selanjutnya Pandhawa tersebut merupakan rukun Islam. Oleh karena kelihaian Sunan Kalijaga dalam mengolah tokoh-tokoh Pandawa yang tidak dapat dipisahkan tersebut menjadi simbol rukun Islam sehingga Islam mudah diterima dalam masyarakat Jawa. Agama Islam memang sudah menyebar di Indonesia khususnya di Pulau Sumatera, dimana terdapat kerajaan Islam yang besar yaitu Kerajaan Samudra Pasai. Tidak jauh berbeda dengan Pulau Jawa, telah terdapat kerajaan-kerajaan Islam. Peran Sunan Kalijaga adalah menyiarkan agama Islam dan menanamkan nilai-nilai ke-islaman kepada masyarakat yang pada saat itu telah terbiasa dengan ajaran agama dan budaya Hindu dan Budha. Sunan Kalijaga adalah seorang Dalang Wayang Purwa. Ia terkenal sebagai dalang wayang kulit yang sangat menarik. Bila Sunan Kalijaga mentas di suatu Desa, penonton berbondong-bondong memadati halaman. Pentas wayang Sunan Kalijaga adalah dalam rangka mendakwahkan Islam. Ia tidak pernah menarik bayaran materi. Sebagai bayarannya, ia mengajak kepada seluruh hadirin untuk bersyahadat mengucapkan sumpah pengakuaan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan mengakui bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Sunan Kalijaga mengajak kepada seluruh masyarakat untuk mengurangi perbuatan Syirik dan setia kepada ajaran islam. Lewat sarana itulah Sunan Kalijaga berhasil meratai Islam di seluruh bumi Jawa. Dalam media dakwah yang lain juga tampak sikap Sunan Kalijaga yang demikian itu, baik dalam penciptaan, seni pakaian, seni suara, seni ukir, seni gamelan, termasuk juga kesenian wayang kulit. Bahkan, terhadap kesenian wayang ini Sunan Kalijaga dipandang sebagai tokoh yang telah menghasilkan kreasi baru, yaitu dengan adanya wayang kulit dengan segala perangkat gamelannya. Wayang beber kuno ala Jawa yang mencitrakan gambar manusia secara detail dirubah Sunan Kalijaga menjadi wayang kulit yang samar dan tidak terlalu mirip dengan citra manusia, karena pengetahuannya bahwa menggambar dan mencitrakan sesuatu yang mirip manusia dalam ajaran Islam adalah haram hukumnya. Sunan Kalijaga mengarang lakon-lakon wayang dan menyelenggarakan pergelaran-pergelaran wayang dengan upah baginya sebagai dalang berupa jimat kalimasada atau ucapan kalimat Syahadat. Beliau mau memainkan lakon wayang yang biasanya untuk meramaikan suatu pesta peringatan-peringatan, asal yang memanggil itu mau bersyahadat sebagai kesaksian bahwa ia rela masuk Islam. Ia mengatakan bahwa setelah berislam dengan mengucapkan dua kalimat syahadat selanjutnya Sunan Kalijaga mulai mengajak melaksanakan ibadah-ibadah dan memberikan pengetahuan Islam melalui wayang. Menurutnya bila Islam sudah dipahami, dengan sendirinya kebiasaan lama yang buruk akan hilang. Masyarakat kita bangsa Indonesia, khususnya Jawa, masih gemar sekali hal wayang itu, mulai dari dahulu hingga sekarang baik di desa maupun di kota. Oleh karena itu, Sunan Kalijaga memperhatikan hal tersebut untuk keperluan memasukkan dakwah Islamiyah. Ketika mendalang itulah Sunan Kalijaga menyisipkan ajaran-ajaran islam. Lakon yang di mainkan tidak lagi bersumber dari kisah Ramayana dan Mahabarata. Sunan Kalijaga mengangkat kisah-kisah karangan, dengan wayang Sunan Kalijaga menyajikan kata-kata mutiara yang bukan saja untuk persembahyangan, meditasi, pendidikan, pngetahuan, hiburan, tetapi juga menyediakan pantasi untuk nyanyian, lukisan estetis dan menyajikan imajinasi puitis untuk petuapetua religius yang mampu mempesona dan menggetarkan jiwa manusia yang mendengarkannya. Wayang cermin bagi kehidupan manusia, perwatakan manusia yang berbeda-beda digambarkan dengan wayang. Wayang kulit itu sebagai media dakwah yang senantiasa dipergunakan oleh Sunan Kalijaga dalam kesempatan dakwahnya di berbagai daerah, dan ternyata wayang ini merupakan media yang efektif serta dapat mendekatkan dan menarik simpati rakyat terhadap agama. Kemampuan Sunan Kalijaga dalam mendalang (memainkan wayang) begitu memikat, sehingga terkenallah berbagai nama samaran baginya di berbagai daearah. Jika beliau mendalang di daerah Pajajaran dikenal dengan nama Ki Dalang Sidabrangti, bila beliau mendalang di Tegal dikenal dengan nama Ki Dalang Bengkok, dan bila beliau mendalang 9 P a g e

10 didaerah Purbalingga terkenal dengan nama Ki Dalang Kumendung. Pembuatan wayang dari kulit kerbau dimulai oleh Sunan Kalijaga pada zaman Raden Patah, yang bertahta di Demak. Sebelumnya, lukisan wayang menyerupai bentuk manusia sebagaimana yang terdapat pada relief candi panataran di daerah Blitar. Lukisan yang mirip manusia oleh sebagian ulama dinilai bertentangan dengan Syara. Para Wali, terutama Sunan Kalijaga, kemudian menyiasatinya dengan mengubah dari lukisan yang menghadap menjadi miring dan lebih mirip karikatur. Dengan mengubah bentuk dan lukisan, wayang berbeda dengan bentuk manusia sesungguhnya, akan tidak ada alasan lagi untuk menuduh bahwa wujud wayang melanggar hukum fiqih Islam. Sunan Kalijaga juga membuat tokoh Semar, Petruk, Gareng dan bagong sebagai tokoh panakawan yang lucu. Kadangkala, ia menggunakan tokoh Bancak dan Doyok. Salah satu lakon wayang yang diciptakan oleh Sunan Kalijaga adalah Jimat Kalimasada yang diambil dari perkataan Kalimat Syahadat, dengan lakon ini Sunan Kalijaga mengajak orang-orang Jawa di pedesaan maupun di ibukota Kaprajan untuk mengucapkan Kalimah Syahadah sebagai cara memeluk agama Islam. Selain itu ada juga lakon wayang Dewaruci yang berasal dari kalimat Dewa Ruh Suci atau Ruh Qudus 12. Beliau juga menambakan tembang Lagu Jawa pada pertunjukan wayang kulitnya, seperti Lir Ilir akab ditelinga masyarakat jawa sampai saat ini. Dengan kata lain, Sunan Kalijaga merupakan pencipta wayang kulit sebagai media hiburan, dakwah, pendidikan, dan filsafat hidup. Metode dakwah tersebut sangat efektif. Sebagian besar adipati di Jawa memeluk Islam melalui Sunan Kalijaga; di antaranya adalah adipati Pandanaran, Kartasura, Kebumen, Banyumas, serta Pajang. Sebelum masuknya agama Islam di Pulau Jawa, sebagian besar masyarakat di Pulau Jawa menganut agama Hindu dan Budha, oleh sebab itu masyarakat Jawa memiliki beragam tradisi dan kebiasaan tradisional yang telah mendarah daging 12 Widji Saksono, Mengislamkan Tanah Jawa h. 73 dimasyarakat. Untuk itu, dengan dakwah Sunan Kalijaga melalui wayang kulit, ia mengubah beberapa tradisi yang berlaku di masyarakat agar terciptanya perilaku masyarakat yang Islami, diantaranya adalah: 1. Bab Samadi Sebagai salah satu puji mengheningkan cipta, hal itu dimaksudkan untuk mencari Sasmita (berita batin), yaitu hal-hal yang sudah lewat dan yang akan datang. Ritual tersebut dirubah menjadi ajakan untuk Shalat Wajib. 2. Bab Sesaji dan Ketutug (membakar kemenyan) Hal itu dimaksudkan untuk menyajikan bukti pada lelembut (makhluk-makhluk halus seperti jin, peri, prayangan, setan, dhemit) agar membantu maksud keinginan seseorang. Kebiasaan ini diubah oleh Sunan Kalijaga menjadi tata cara dan manfaat dari pemberian (Shodaqoh) pada fakir miskin, para tetangga, dan saling membantu. 3. Bab Keramaian (tradisi upacara) Pemeluk agama lama jika mengadakan perhelatan pernikahan, hal itu disertai dengan penyembahan dewa. Sunan Kalijaga melarang hal tersebut dengan menganjurkan acara perhelatan dengan syukuran bersama kerabat dan tetangga, tanpa adanya ritual penyembahan. Dalam dunia pewayangan dalang merupakan unsur penting pada sebuah pementasan, terlepas dari apapun tema yang akan dipentaskan. Berkaitan dengan kegiatan dakwah Islamiah, seorang dalang pun dikategorikan sebagai juru dakwah. Hal ini memungkinkan karena dalam setiap pementasan sebuah pagelaran wayang seorang dalang sangat mungkin untuk menyampaikan pesan-pesan agamis dalam setiap lakonnya yang dipentaskan. Dahulu pada saat awal-awalnya perkembangan Islam di Nusantara, para penyebar Islam khususnya Walisongo yaitu Sunan Kalijaga, telah menggunakan media wayang untuk mendukung kegiatan dakwahnya, dan ternyata berhasil. Faktorfaktor yang memungkinkan keberhasilan seorang dalang menjadi juru dakwah diantaranya adalah: 10 P a g e

11 a. Karakter dalang yang faham betul isi cerita setiap lakon pewayangan, yang umumnya mengusung tema kehidupan sosial. Apapun temanya, baik tentang kerajaan, mahabarata, atau tema lainnya, hendaknya dalang dapat memasukkan unsur unsur Islami yaitu nilai dan moral tanpa harus merubah inti dan isi cerita secara keseluruhan atau sebagainya. b. Wayang merupakan kesenian tradisional yang masih banyak digemari, dan biasanya dalang sangat dikagumi oleh penontonnya. Situasi ini dapat digunakan oleh seorang dalang untuk menyampaikan pesan-pesan bernilai Islami pada setiap adegan. Seperti yang dilakukan Sunan Kalijaga, dengan citra yang baik yang dimiliki oleh Sunan Kalijaga, yang dikenal sebagai orang yang dermawan dan rendah hati, dapat mengambil simpati dari penonton pertujukkan wayang. c. Tema wayang dapat mengikuti zaman, sehingga dalang tidak akan ditinggalkan oleh penggemarnya, sehingga ia tetap terus dapat menyampaikan isi cerita perwayangan, dan dapat dingat oleh pendengarnya. Sunan Kalijaga menciptakan tokoh yang dapat menarik perhatian berbagai kalangan, dan dikenal sampai saat ini. BAB IV KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan yang telah dikemukakan diatas, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Beliau ulama yang sakti dan cerdas, nama kecilnya Raden Sahid, merupakan putra dari Tumenggung Wilwatikta. Sunan Kalijaga menikah dengan Dewi Sarah, yang merupakan adik dari Sunan Gunung Jati. Masa muda beliau sangat berat, namun ia berhasil diangkat sebagai Wali di tanah Jawa ini. 2. Wayang Kulit merupakan kebudayaan asli Indonesia yang mengalami perubahan melalui beberapa zaman sehingga menjadi bentuk seperti sekarang ini. Dan wayang kulit memiliki fungsi yang berbeda dari beberapa zaman tersebut sehingga Sunan Kalijaga memanfaatkan wayang kulit tersebut sebagai alat penyampaian agama Islam. 3. Sunan Kalijaga mampu menyampaikan ajaranajaran Islam yang terdapat pada wayang kulit sehingga ajaran Islam dapat diterima oleh masyarakat Jawa. Keberhasilan Sunan Kalijaga dalam menyebarkan agama Islam dapat dirasakan sampai saat ini oleh masyarakat Jawa dengan masih dimainkannya tokoh-tokoh wayang kulit ciptaan Sunan Kalijaga. Dan metode penyampaian ajaran islam seperti sunan kalijaga dijadikan sebagai contoh bagi generasi sekarang. DAFTAR ISI Banyuwangi, Asal-Usul Sunan Kalijaga Versi Jawa, Arab dan China. Data diunduh pada 23 September 2012 pukul Mertosedono, Amir Sejarah Wayang, Asal Usul, dan Cirinya. Semarang : Dahara Prize. Mulyono, Sri Wayang Asal-Usul Filsafat dan Masa Depannya. Jakarta : Gunung Agung. Mulyono, Sri. Simbolisme dan Mistisisme Dalam Wayang Jakarta : Gunung Agung Prwirayuda, R. Panji Babad Majapahit dan Para Wali, Jilid III. Jakarta : Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. Riyadi, Slamet Babad Demak. Jakarta : Depdikbud, Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia. Reskino Adat Istiadat dan Religi. Jakarta: UIN Saadilla, Rian Biografi Sunan Kalijaga. Jakarta: STIE Ahmad Dahlan. Salam, Solichin Sekitar Walisongo. Kudus : Menara Kudus. 11 P a g e

12 Soekrisno. Wayang Golek di Tanah Jawa Skripsi S-1 Jurusan Dakwah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarifhidayatullah Jakarta Sutrisno, Budiono H Sejarah Walisongo : Misi Pengislaman di Tanah Jawa. Yogyakarta : GRHA PUSTAKA. Supriyanto. Dakwah Sinkretis Sunan Kalijaga dalam Ejurnal Komunika Vol.3 No.1 (Januari-Juni 2009). h Wahyudi, Agus Makrifat Fatwa. Jakarta. Widji Saksono, Mengislamkan Tanah Jawa. Jakarta. 12 P a g e

13 13 P a g e

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia yang terdiri atas beberapa pulau dan kepulauan serta di pulau-pulau itu terdapat berbagai suku bangsa masing-masing mempunyai kehidupan sosial,

Lebih terperinci

Written by Administrator Monday, 03 December :37 - Last Updated Monday, 28 January :28

Written by Administrator Monday, 03 December :37 - Last Updated Monday, 28 January :28 Wayang dikenal oleh bangsa Indonesia sudah sejak 1500 th. sebelum Masehi, karena nenek moyang kita percaya bahwa setiap benda hidup mempunyai roh/jiwa, ada yang baik ada yang jahat. Agar tidak diganggu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wayang Golek adalah suatu seni pertunjukan boneka tiruan rupa manusia yang dimainkan oleh seorang dalang dengan menggabungkan beberapa unsur seni. Wayang Golek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (dalam Maryaeni 2005) mengatakan bahwa kebudayaan daerah

BAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (dalam Maryaeni 2005) mengatakan bahwa kebudayaan daerah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Danandjaja (dalam Maryaeni 2005) mengatakan bahwa kebudayaan daerah sebagai simbol kedaerahan yang juga merupakan kekayaan nasional memiliki arti penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta mudah dipahami oleh orang awam lantaran pendekatan-pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. serta mudah dipahami oleh orang awam lantaran pendekatan-pendekatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dakwah Islam di Pulau Jawa mengalami proses yang cukup unik dan berliku-liku. Hal ini disebabkan karena kekuatan tradisi budaya dan sastra Hindu

Lebih terperinci

BAB II IDENTIFIKASI DATA. A. Wayang Kulit

BAB II IDENTIFIKASI DATA. A. Wayang Kulit BAB II IDENTIFIKASI DATA A. Wayang Kulit 1. Pengertian Wayang Kulit Wayang dalam bahasa Jawa berarti bayangan dalam bahasa Melayu disebut bayang-bayang, dalam bahasa Aceh bayeng, dalam bahasa Bugis wayang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penerangan, dakwah, pendidikan, pemahaman filsafat, serta hiburan.

BAB I PENDAHULUAN. penerangan, dakwah, pendidikan, pemahaman filsafat, serta hiburan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wayang salah satu puncak seni budaya bangsa Indonesia yang paling menonjol di antara banyak karya budaya lainnya. Budaya wayang terus berkembang dari zaman ke zaman,

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA. - Buku Rupa Wayang Dalam Seni Rupa Kontemporer Indonesia. - Buku Indonesian Heritage Performing Arts.

BAB 2 DATA DAN ANALISA. - Buku Rupa Wayang Dalam Seni Rupa Kontemporer Indonesia. - Buku Indonesian Heritage Performing Arts. 3 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Data Dan Literatur Metode penelitian yang digunakan: Literatur : - Buku Rupa Wayang Dalam Seni Rupa Kontemporer Indonesia. - Buku Indonesian Heritage Performing Arts. - Buku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berbagai budaya masyarakat, adat istiadat dan kebiasaan yang dilakukan turun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berbagai budaya masyarakat, adat istiadat dan kebiasaan yang dilakukan turun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia eksotisme penuh dengan berbagai macam seni budaya, dari pulau Sabang sampai Merauke berbeda budaya yang dimiliki oleh setiap daerahnya. Berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cerdas, sehat, disiplin, dan betanggung jawab, berketrampilan serta. menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi misi dan visi

BAB I PENDAHULUAN. cerdas, sehat, disiplin, dan betanggung jawab, berketrampilan serta. menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi misi dan visi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perwujudan iklim pendidikan nasional yang demokratis dan bermutu dalam rangka membentuk generasi bangsa yang memiliki karakter dengan kualitas akhlak mulia, kreatif,

Lebih terperinci

BAB V MENGANALISA PEMIKIRAN REKONSTRUKSI TRADISI PEWAYANGAN. Setelah memperhatkan secara seksama atas data-data yang penulis dapatkan

BAB V MENGANALISA PEMIKIRAN REKONSTRUKSI TRADISI PEWAYANGAN. Setelah memperhatkan secara seksama atas data-data yang penulis dapatkan BAB V MENGANALISA PEMIKIRAN REKONSTRUKSI TRADISI PEWAYANGAN Setelah memperhatkan secara seksama atas data-data yang penulis dapatkan dilapangan, ada beberapa catatan mendasar atas fenomena kemunculan komunitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda-beda. Secara

BAB I PENDAHULUAN. mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda-beda. Secara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata seni adalah sebuah kata yang semua orang dipastikan mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda-beda. Secara Etimologi istilah seni berasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesenian produk asli bangsa Indonesia. Kesenian wayang, merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kesenian produk asli bangsa Indonesia. Kesenian wayang, merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang sangat kaya dengan aneka ragam kebudayaan dan tradisi. Potensi merupakan model sebagai sebuah bangsa yang besar. Kesenian wayang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan gugusan pulau dan kepulauan yang memiliki beragam warisan budaya dari masa lampau. Kekayaan-kekayaan yang merupakan wujud dari aktivitas-aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki bermacam-macam suku bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki bermacam-macam suku bangsa, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki bermacam-macam suku bangsa, tidak hanya suku yang berasal dari nusantara saja, tetapi juga suku yang berasal dari luar nusantara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Manusia adalah makhluk budaya, dan penuh simbol-simbol. Dapat dikatakan bahwa budaya manusia diwarnai simbolisme, yaitu suatu tata pemikiran atau paham yang menekankan

Lebih terperinci

INTERAKSI KEBUDAYAAN

INTERAKSI KEBUDAYAAN Pengertian Akulturasi Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari sekian banyaknya kesenian di Pulau Jawa adalah kesenian wayang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari sekian banyaknya kesenian di Pulau Jawa adalah kesenian wayang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu dari sekian banyaknya kesenian di Pulau Jawa adalah kesenian wayang kulit purwa. Kesenian wayang kulit purwa hampir terdapat di seluruh Pulau Jawa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budaya, baik berupa seni tradisional ataupun seni budaya yang timbul karena

BAB I PENDAHULUAN. budaya, baik berupa seni tradisional ataupun seni budaya yang timbul karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman seni dan budaya, baik berupa seni tradisional ataupun seni budaya yang timbul karena proses akulturasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Seni Wayang Jawa sudah ada jauh sebelum masuknya kebudayaan Hindu ke indonesia. Wayang merupakan kreasi budaya masyarakat /kesenian Jawa yang memuat berbagai aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten

BAB I PENDAHULUAN. Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten 1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Kesenian pada dasarnya muncul dari suatu ide (gagasan) dihasilkan oleh manusia yang mengarah kepada nilai-nilai estetis, sehingga dengan inilah manusia didorong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekompleksitasan Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

UNIVERSITAS DIPONEGORO

UNIVERSITAS DIPONEGORO MASYARAKAT DAN KESENIAN INDONESIA SEJARAH WAYANG KULIT SEBAGI KESENIAN INDONESIA Disusun Oleh: Ditujukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Masyarakat dan Kesenian Indonesia AHMAD ISLAHUDIN ALI 13030 1111

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter merupakan sebuah usaha untuk menanamkan nilai-nilai karakter dalam kehidupan. Dasar dari pengembangan pendidikan karakter

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. kesimpulan untuk mengingatkan kembali hal-hal yang penting dan sekaligus

BAB V PENUTUP. kesimpulan untuk mengingatkan kembali hal-hal yang penting dan sekaligus BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari uraian skripsi yang telah penulis bahas tersebut maka dapat diambil kesimpulan untuk mengingatkan kembali hal-hal yang penting dan sekaligus menjadi inti sari daripada

Lebih terperinci

Hasil Wawancara Dengan Ki Kasim Kesdo Lamono dan Paguyuban Cinde

Hasil Wawancara Dengan Ki Kasim Kesdo Lamono dan Paguyuban Cinde Hasil Wawancara Dengan Ki Kasim Kesdo Lamono dan Paguyuban Cinde Laras - Bagaimana perkembangan kesenian wayang kulit saat ini ditengahtengah perkembangan teknologi yang sangat maju, sebenarnya semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih tersebar diseluruh Nusantara. Menurut Kodirun (dalam Koentjaranigrat,

BAB I PENDAHULUAN. masih tersebar diseluruh Nusantara. Menurut Kodirun (dalam Koentjaranigrat, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wayang adalah suatu kebudayaan yang ada di Indonesia sejak ajaran Hindu masih tersebar diseluruh Nusantara. Menurut Kodirun (dalam Koentjaranigrat, 1990:329). Daerah

Lebih terperinci

Data kongkrit tentang lahir asal usul wayang sedikit jumlahnya. Perbedaan adanya disiplin ilmu untuk mendekati masalah dan konsep tentang maksud

Data kongkrit tentang lahir asal usul wayang sedikit jumlahnya. Perbedaan adanya disiplin ilmu untuk mendekati masalah dan konsep tentang maksud Data kongkrit tentang lahir asal usul wayang sedikit jumlahnya. Perbedaan adanya disiplin ilmu untuk mendekati masalah dan konsep tentang maksud lahir atau asal usul. Wayang apakah asli Indonesia, berasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada akhirnya dapat membangun karakter budaya

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada akhirnya dapat membangun karakter budaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian tradisional pada akhirnya dapat membangun karakter budaya tertentu. Sebuah pernyataan tentang kesenian Jawa, kesenian Bali, dan kesenian flores, semuanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat mempersatukan dan mempertahankan spiritualitas hingga nilai-nilai moral yang menjadi ciri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wayang merupakan representasi kehidupan manusia yang memuat nilai, norma, etika, estetika, serta aturan-aturan dalam berbuat dan bertingkah laku yang baik. Wayang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semua peristiwa itu aktivitas menyimak terjadi. Dalam mengikuti pendidikan. peristiwa ini keterampilan menyimak mutlak diperlukan.

BAB I PENDAHULUAN. semua peristiwa itu aktivitas menyimak terjadi. Dalam mengikuti pendidikan. peristiwa ini keterampilan menyimak mutlak diperlukan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, manusia dihadapkan dengan berbagai kesibukan menyimak. Dialog di keluarga, baik antara anak dan orang tua, antara orang tua, antar

Lebih terperinci

INTERAKSI LOKAL - HINDU BUDDHA - ISLAM

INTERAKSI LOKAL - HINDU BUDDHA - ISLAM INTERAKSI LOKAL - HINDU BUDDHA - ISLAM AKULTURASI : menerima unsur baru tapi tetap mempertahankan kebudayaan aslinya jadi budaya campuran ASIMILASI : pernggabungan kebudayaan lokal dan unsur baru tapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bercerita memang mengasyikkan untuk semua orang. Kegiatan bercerita dapat dijadikan sebagai wahana untuk membangun karakter seseorang terutama anak kecil. Bercerita

Lebih terperinci

Pewayangan Pada Desain Undangan. Yulia Ardiani Staff UPT. Teknologi Informasi Dan Komunikasi Institut Seni Indonesia Denpasar.

Pewayangan Pada Desain Undangan. Yulia Ardiani Staff UPT. Teknologi Informasi Dan Komunikasi Institut Seni Indonesia Denpasar. Pewayangan Pada Desain Undangan Yulia Ardiani Staff UPT. Teknologi Informasi Dan Komunikasi Institut Seni Indonesia Denpasar Abstrak Sesuatu yang diciptakan oleh manusia yang mengandung unsur keindahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia terdiri dari beranekaragam suku bangsa dan memiliki berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia terdiri dari beranekaragam suku bangsa dan memiliki berbagai macam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia terdiri dari beranekaragam suku bangsa dan memiliki berbagai macam kebudayaan. Kebudayaan merupakan hasil cipta, karya, rasa manusia untuk memenuhi

Lebih terperinci

ARSITEKTUR ISLAM PROSES MASUK DAN BERKEMBANGNYA AGAMA DAN KEBUDAYAAN ISLAM DI INDONESIA

ARSITEKTUR ISLAM PROSES MASUK DAN BERKEMBANGNYA AGAMA DAN KEBUDAYAAN ISLAM DI INDONESIA ARSITEKTUR ISLAM PROSES MASUK DAN BERKEMBANGNYA AGAMA DAN KEBUDAYAAN ISLAM DI INDONESIA Dra. Dwi Hartini Proses Masuk dan Berkembangnya Agama dan Kebudayaan Islam di Indonesia Ahmad Mansur, Suryanegara

Lebih terperinci

MODUL PEMBELAJARAN SENI BUDAYA

MODUL PEMBELAJARAN SENI BUDAYA MODUL PEMBELAJARAN SENI BUDAYA DISUSUN OLEH Komang Kembar Dana Disusun oleh : Komang Kembar Dana 1 MODUL PEMBELAJARAN SENI BUDAYA STANDAR KOMPETENSI Mengapresiasi karya seni teater KOMPETENSI DASAR Menunjukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Sesuai dengan berkembangnya zaman, kita perlu tahu tentang sejarahsejarah perkembangan agama dan kebudayaan di Indonesia. Dengan mempelajarinya kita tahu tentang sejarah-sejarahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu tonggak utama pembangun bangsa. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mengedepankan pendidikan bagi warga negaranya, karena dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari berbagai suku etnis dan bangsa yang memiliki ciri khas masing-masing. Dari berbagai suku dan etnis

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Punakawan merupakan tokoh dalam wayang yang merupakan bagian dari dunia

BAB V PENUTUP. Punakawan merupakan tokoh dalam wayang yang merupakan bagian dari dunia BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1) Tokoh Punakawan Dalam Wayang Punakawan merupakan tokoh dalam wayang yang merupakan bagian dari dunia wayang yang hanya ada di Indonesia. Punakawan adalah tokoh yang khas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara yang kaya dalam berbagai hal, termasuk dalam segi kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN. negara yang kaya dalam berbagai hal, termasuk dalam segi kebudayaan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang besar dan luas. Dengan kondisi geografis yang demikian, membuat Indonesia menjadi negara yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penemuan penelitian. Penelitian ini mengambil cerita rakyat Onggoloco sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penemuan penelitian. Penelitian ini mengambil cerita rakyat Onggoloco sebagai digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian sastra lisan sangat penting untuk dilakukan sebagai perlindungan dan pemeliharaan tradisi, pengembangan dan revitalisasi, melestarikan

Lebih terperinci

Cat Steven, Masuk Islam Saat di Puncak Ketenaran

Cat Steven, Masuk Islam Saat di Puncak Ketenaran Cat Steven, Masuk Islam Saat di Puncak Ketenaran Popularitas dan kekayaan tidak menjamin seseorang hidup bahagia. Cat Steven, bintang pop era tahun 70-an, yang kemudian dikenal dengan nama Yusuf Islam,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah islam si pulau Jawa telah berlangsung sangat lama. Selama perjalanan tersebut banyak hal-hal yang terjadi pada masa itu, diantaranya yaitu dialog antar kebudayaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Jawa pada umumnya masih melestarikan kepercayaan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Jawa pada umumnya masih melestarikan kepercayaan terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Jawa pada umumnya masih melestarikan kepercayaan terhadap ajaran-ajaran terdahulu dari nenek-moyang mereka. Ajaran-ajaran ini akan terus diamalkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah pembelajaran sangat ditentukan keberhasilannya oleh masingmasing guru di kelas. Guru yang profesional dapat ditandai dari sejauh mana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebuah kalimat yang berasal dari lafadz hallala-yuhallilu-tahlilan yang berarti

I. PENDAHULUAN. sebuah kalimat yang berasal dari lafadz hallala-yuhallilu-tahlilan yang berarti 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata Tahlil secara etimologi dalam tata bahasa Arab membahasnya sebagai sebuah kalimat yang berasal dari lafadz hallala-yuhallilu-tahlilan yang berarti mengucapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari orang Jawa. Keyakinan adanya tuhan, dewa-dewa, utusan, malaikat, setan,

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari orang Jawa. Keyakinan adanya tuhan, dewa-dewa, utusan, malaikat, setan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masuknya berbagai agama sebelum kedatangan Islam di pulau Jawa berpengaruh besar pada adat istiadat, tata cara hidup, maupun praktik keagamaan sehari-hari orang Jawa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Wayang orang atau wayang wong dalam bahasa Jawa-nya yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Wayang orang atau wayang wong dalam bahasa Jawa-nya yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wayang orang atau wayang wong dalam bahasa Jawa-nya yang mementaskan cerita tentang Ramayana dan Mahabarata yang dimainkan oleh aktor dengan memerankan tokoh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman kesenian tradidisional adalah salah satu potensi budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman kesenian tradidisional adalah salah satu potensi budaya yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberagaman kesenian tradidisional adalah salah satu potensi budaya yang perlu dibina dan dikembangkan agar tetap terjaga kelestariannya. Perkembangan kesenian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tadut merupakan salah satu nama kesenian etnik Besemah yang berupa sastra tutur/ sastra lisan yang isinya pengajaran agama Islam di daerah provinsi Sumatera Selatan.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil temuan di lapangan mengenai perkembangan seni

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil temuan di lapangan mengenai perkembangan seni 147 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil temuan di lapangan mengenai perkembangan seni tradisional wayang kulit purwa di Kabupaten Tegal, maka terdapat empat hal yang ingin penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rizky Nugaraha,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rizky Nugaraha,2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu suku bangsa terbesar di Indonesia adalah Suku Sunda. Dengan populasi yang tersebar di seluruh Indonesia dan peranannya di masyarakat serta ciri khasnya

Lebih terperinci

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo)

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo) JURNAL SKRIPSI MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo) SKRIPSI Oleh: DESI WIDYASTUTI K8409015 FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga disebut dengan istilah sekar, sebab tembang memang berasal dari kata

BAB I PENDAHULUAN. juga disebut dengan istilah sekar, sebab tembang memang berasal dari kata 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tembang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai ragam suara yang berirama. Dalam istilah bahasa Jawa tembang berarti lagu. Tembang juga disebut dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. unsur-unsur penting situasi di mana penutur mengujarnya. Makna. merupakan hubungan antara bahasa dengan bahasa luar yang

BAB I PENDAHULUAN. unsur-unsur penting situasi di mana penutur mengujarnya. Makna. merupakan hubungan antara bahasa dengan bahasa luar yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Bloomfield (dalam Abdul Wahab, 1995, h.40) makna adalah suatu bentuk kebahasaan yang harus dianalisis dalam batasbatas unsur-unsur penting situasi di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah karya seni tidak terlepas dari pembuatnya, yaitu lebih dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah karya seni tidak terlepas dari pembuatnya, yaitu lebih dikenal dengan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sebuah karya seni tidak terlepas dari pembuatnya, yaitu lebih dikenal dengan istilah seniman. Pada umumnya, seorang seniman dalam menuangkan idenya menjadi sebuah karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kearifan nenek moyang yang menciptakan folklor (cerita rakyat, puisi rakyat, dll.)

BAB I PENDAHULUAN. kearifan nenek moyang yang menciptakan folklor (cerita rakyat, puisi rakyat, dll.) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ada peribahasa yang menyebutkan di mana ada asap, di sana ada api, artinya tidak ada kejadian yang tak beralasan. Hal tersebut merupakan salah satu kearifan nenek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Musik dipergunakan untuk memuja dewa-dewi yang mereka percaya sebagai. acara-acara besar dan hiburan untuk kerajaan.

BAB I PENDAHULUAN. Musik dipergunakan untuk memuja dewa-dewi yang mereka percaya sebagai. acara-acara besar dan hiburan untuk kerajaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara tentang musik tidak akan pernah ada habisnya, karena musik begitu melekat, begitu dekat dengan kehidupan manusia. Musik telah ada sejak sebelum Masehi,

Lebih terperinci

Hafidz et al., Peranan Sunan Kalijaga dalam Islamisasi di Jawa Tahun

Hafidz et al., Peranan Sunan Kalijaga dalam Islamisasi di Jawa Tahun 1 PERANAN SUNAN KALIJAGA DALAM ISLAMISASI DI JAWA TAHUN 1470-1580 Miftakhurrahman Hafidz, Sutjitro, Kayan Swastika Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tauhid, mengubah semua jenis kehidupan yang timpang kearah kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. tauhid, mengubah semua jenis kehidupan yang timpang kearah kehidupan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dakwah adalah kewajiban bagi semua muslim, karena dakwah merupakan suatu kegiatan mengajak atau menyeru umat manusia agar berada di jalan Allah, baik melalui lisan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan bentuk masyarakat Heterogen, baik dari

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan bentuk masyarakat Heterogen, baik dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan bentuk masyarakat Heterogen, baik dari keanekaragaman suku bangsa, agama, kepercayaan, serta latar belakang sosial yang berbedabeda, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara kita adalah Negara yang memiliki beragam kebudayaan daerah dengan ciri khas masing-masing. Bangsa Indonesia telah memiliki semboyan Bhineka Tunggal

Lebih terperinci

Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam MODUL PERKULIAHAN Pendidikan Agama Islam Islam Di Indonesia Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Ekonomi dan Bisnis Manajemen 04 10230 Lestiyani Inayah, SAg Abstract Dalam bab ini kita

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISIS Perang Wanara dan Raksasa. satu ksatria yang sangat ditakuti oleh lawannya.

BAB 2 DATA DAN ANALISIS Perang Wanara dan Raksasa. satu ksatria yang sangat ditakuti oleh lawannya. BAB 2 DATA DAN ANALISIS 2.1. Legenda Hanoman 2.1.1 Perang Wanara dan Raksasa Setelah lakon Hanoman Obong. Hanoman kembali bersama Sri Rama dan Laskmana beserta ribuan pasukan wanara untuk menyerang Alengka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam suku, yang dapat di jumpai bermacam-macam adat istiadat, tradisi, dan kesenian yang ada dan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN Nilai-nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Saparan di Kaliwungu Kendal BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Analisis Pelaksanaan Tradisi Saparan di Kaliwungu Kabupaten Kendal Pelaksanaan tradisi Saparan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang merupakan daerah yang memiliki potensi budaya yang masih berkembang secara optimal. Keanekaragaman budaya mencerminkan kepercayaan dan kebudayaan masyarakat setempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikagumi oleh negara lain karena banyaknya kebudayaan di dalamnya. Perbedaan kebudayaan itu membuat peradaban di indonesia menjadi beragam. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Hubungan kekerabatan merupakan hubungan antara tiap entitas yang memiliki asal-usul silsilah yang sama, baik melalui keturunan biologis, sosial, maupun budaya. Dalam

Lebih terperinci

MATERI STUDI RELIGI JAWA

MATERI STUDI RELIGI JAWA MATERI STUDI RELIGI JAWA Bahasa dan sastra; karya sastra Jawa Kuna yang tergolong tua; karya sastra Jawa Kuna yang bertembang; karya sastra Jawa Kuna yang tegolong muda; karya sastra yang berbahasa Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Barat Daya. Aceh Barat Daya sebagai hasil pemekaran dari Kabupaten Aceh

BAB I PENDAHULUAN. Barat Daya. Aceh Barat Daya sebagai hasil pemekaran dari Kabupaten Aceh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aceh merupakan salah satu provinsi yang ada di Indonesia, yang terletak di ujung pulau Sumatera. Aceh dikenal dengan keunikan dan kekayaan yang dimilikinya, baik kekayaan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi Bersyukur kepada sang pencipta tentang apa yang telah di anugerahkan kepada seluruh umat manusia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam tradisi Jawa dikenal dengan nama Wali Sanga. Wali Sanga

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam tradisi Jawa dikenal dengan nama Wali Sanga. Wali Sanga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Para muballigh yang telah berhasil menyebarluaskan agama Islam di Indonesia dalam tradisi Jawa dikenal dengan nama Wali Sanga. Wali Sanga telah berhasil mengislamkan

Lebih terperinci

BAB IV DAKWAH ISLAM DI JEPARA KETIKA KEPEMIMPINAN KERAJAAN KALINYAMAT. peninggalannya berupa masjid di desa Mantingan kecamatan Tahunan kabupaten

BAB IV DAKWAH ISLAM DI JEPARA KETIKA KEPEMIMPINAN KERAJAAN KALINYAMAT. peninggalannya berupa masjid di desa Mantingan kecamatan Tahunan kabupaten BAB IV DAKWAH ISLAM DI JEPARA KETIKA KEPEMIMPINAN KERAJAAN KALINYAMAT Pada masa kepemimpinan Ratu Kalinyamat, kerajaan Kalinyamat mempunyai peran yang sangat penting dalam penyebaran dan pengembangan agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Kalimantan Selatan merupakan salah satu dari lima provinsi yang ada di Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Kata tembang nyanyian sama fungsi dan kegunaannya dengan kidung, kakawin dan gita. Kata kakawin berasal

BAB I PENDAHULUAN. 1 Kata tembang nyanyian sama fungsi dan kegunaannya dengan kidung, kakawin dan gita. Kata kakawin berasal BAB I PENDAHULUAN A. Pendahuluan a. Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupannya di dunia manusia mengalami banyak peristiwa baik itu yang menyenangkan maupun yang menyedihkan. Terkadang beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberagaman suku bangsa di Indonesia telah melahirkan ragamnya adat - istiadat dan kepercayaan pada setiap suku bangsa. Tentunya dengan adanya adatistiadat tersebut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan wayang sebagai salah satu aset berharga budaya Indonesia yang perlu dijaga kelestariannya. Wayang sudah diakui oleh Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan,

Lebih terperinci

2015 ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA

2015 ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Cirebon sejak lama telah mendapat julukan sebagai Kota Wali. Julukan Kota Wali disebabkan oleh kehidupan masyarakatnya yang religius dan sejarah berdirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. [Type text] BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tari adalah suatu pertunjukan yang melibatkan seluruh elemen masyarakat pendukungnya. Tari merupakan warisan budaya leluhur dari beberapa abad yang lampau. Tari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada masyarakat Pesisir adalah pertunjukan kesenian Sikambang di Kelurahan

BAB I PENDAHULUAN. pada masyarakat Pesisir adalah pertunjukan kesenian Sikambang di Kelurahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kabupaten Tapanuli Tengah dikenal dengan sebutan Negeri Wisata Sejuta Pesona. Julukan ini diberikan kepada Kabupaten Tapanuli Tengah dikarenakan dibeberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu animisme dan dinamisme. Setelah itu barulah masuk agama Hindu ke

BAB I PENDAHULUAN. yaitu animisme dan dinamisme. Setelah itu barulah masuk agama Hindu ke 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebelum datangnya Islam masyarakat Indonesia masih percaya akan kekuatan roh nenek moyang yang merupakan sebuah kepercayaan lokal yaitu animisme dan dinamisme.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Wayang merupakan kesenian bangsa Indonesia. Wayang dikenal sejak zaman

PENDAHULUAN. Wayang merupakan kesenian bangsa Indonesia. Wayang dikenal sejak zaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wayang merupakan kesenian bangsa Indonesia. Wayang dikenal sejak zaman prasejarah yaitu sekitar 1500 tahun sebelum Masehi. Masyarakat Indonesia memeluk kepercayaan animisme

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Keberadaan

I PENDAHULUAN. Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Keberadaan 1 I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Keberadaan kebudayaan adalah hasil dari karya manusia. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan,

Lebih terperinci

Wujud Akulturasi Budaya Islam Di Indonesia

Wujud Akulturasi Budaya Islam Di Indonesia Wujud Akulturasi Budaya Islam Di Indonesia Islam Budaya lokal Pengantar 611M Masa Kelahiran Islam Di Arab. 632-661 M Mulai muncul Kekhafilahan di Arab untuk menggantikan kepemimpinan Nabi Muhammad SAW.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kebudayaan. Perkembangan seni dan budaya didalamnya terdapat kesenian

I. PENDAHULUAN. kebudayaan. Perkembangan seni dan budaya didalamnya terdapat kesenian I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seni dan kebudayaan Indonesia memiliki kearifan lokal yang berkembang di setiap daerah di Indonesia bahkan mempunyai ciri khas dalam bentuk kebudayaan. Perkembangan seni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia terdiri dari banyak suku yang tersebar dari Sabang sampai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia terdiri dari banyak suku yang tersebar dari Sabang sampai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia terdiri dari banyak suku yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, dengan banyak suku dan budaya yang berbeda menjadikan Indonesia sebagai bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan termasuk salah satu dasar pengembangan karakter seseorang. Karakter merupakan sifat alami jiwa manusia yang telah melekat sejak lahir (Wibowo, 2013:

Lebih terperinci

Wayang dan Mahabharata. Written by Pitoyo Amrih Saturday, 23 August :57 - Last Updated Saturday, 23 August :16

Wayang dan Mahabharata. Written by Pitoyo Amrih Saturday, 23 August :57 - Last Updated Saturday, 23 August :16 Pengantar tulisan: Salah satu sahabat saya, Muhammad Ihwan, seorang yang berprofesi sebagai staf ahli di sebuah perusahaan kimia besar, telah merampungkan satu buku tebal tentang risalah kisah Mahabharata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia (Trisman, 2003:12). Karya sastra terdiri atas puisi, prosa, dan drama.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia (Trisman, 2003:12). Karya sastra terdiri atas puisi, prosa, dan drama. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil imajinasi yang memiliki unsur estetis dan dituangkan ke dalam bentuk tulisan dengan media bahasa. Karya sastra sendiri dapat diartikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agama-agama asli (agama suku) dengan pemisahan negeri, pulau, adat yang

I. PENDAHULUAN. agama-agama asli (agama suku) dengan pemisahan negeri, pulau, adat yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberagamaan orang Maluku, dapat dipahami melalui penelusuran sejarah yang memberi arti penting bagi kehidupan bersama di Maluku. Interaksiinteraksi keagamaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia dikenal dengan keberagaman tradisinya, dari

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia dikenal dengan keberagaman tradisinya, dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia dikenal dengan keberagaman tradisinya, dari Sabang sampai Merauke terdapat suku dan ragam tradisi, seperti tradisi yang ada pada suku

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesenian wayang golek merupakan salah satu kesenian khas masyarakat

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesenian wayang golek merupakan salah satu kesenian khas masyarakat 143 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Kesenian wayang golek merupakan salah satu kesenian khas masyarakat Sunda yang sangat digemari bukan saja di daerah Jawa Barat, melainkan juga di daerah lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tradisi merupakan aktivitas yang diturunkan secara terus-menerus dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tradisi merupakan aktivitas yang diturunkan secara terus-menerus dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tradisi merupakan aktivitas yang diturunkan secara terus-menerus dan mengandung nilai-nilai luhur. Aktivitas yang terdapat dalam tradisi secara turuntemurun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budaya tersebut terbagi dalam beberapa daerah di Indonesia dan salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Budaya tersebut terbagi dalam beberapa daerah di Indonesia dan salah satunya adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki budaya yang sangat banyak. Budaya tersebut terbagi dalam beberapa daerah di Indonesia dan salah satunya adalah Bandung.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepulauan Nusantara terdiri atas aneka warna kebudayaan dan bahasa. Keaneka ragaman kebudayaan dari berbagai suku bangsa yang ada di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah di negara ini memiliki adat istiadat dan tradisi masing-masing yang

BAB I PENDAHULUAN. daerah di negara ini memiliki adat istiadat dan tradisi masing-masing yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang secara geografis dikelilingi oleh lautan dan kaya akan sumber daya alam. Kondisi yang demikian membuat Indonesia tumbuh

Lebih terperinci