ANALISIS PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KEMUNGKINAN TERJADINYA FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN INDONESIA
|
|
- Lanny Salim
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ANALISIS PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KEMUNGKINAN TERJADINYA FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN INDONESIA Anisa Kartika dan Yan Rahadian Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk meneliti pengaruh variabel efektivitas dewan komisaris, efektivitas komite audit, dan proporsi kepemilikan institusional terhadap kemungkinan terjadinya financial distress. Pengujian dilakukan atas 82 perusahaan yang terdaftar di BEI yang terdiri dari 41 perusahaan yang mengalami financial distress dan 41 perusahaan yang tidak mengalami financial distress, untuk periode pengamatan tahun Hasil pengujian regresi logit menunjukan bahwa variabel efektivitas dewan komisaris dan variabel efektivitas komite audit berpengaruh negatif terhadap kemungkinan perusahaan mengalami financial distress. Sedangkan variabel proporsi kepemilikan institusional tidak berpengaruh secara signifikan dengan kemungkinan perusahaan mengalami financial distress. Hasil pengujian tambahan yang dilakukan atas komponen-komponen dalam skor efektivitas dewan komisaris dan komite audit menunjukkan bahwa dari seluruh komponen efektivitas dewan komisaris dan komite audit hanya komponen aktivitas dewan komisaris dan komite audit yang berpengaruh negatif terhadap kemungkinan terjadinya financial distress pada perusahaan. An Analysis Of Corporate Governance In Affecting The Probability Of Financial Distress On Indonesian Company Abstract This study was conducted to examine the effect of board effectiveness, audit committee effectiveness, and the proportion of institutional ownership on the possibility of financial distress. Tests conducted on 82 companies listed on the IDX consists of 41 companies that experienced financial distress and 41 companies that are not experiencing financial distress, for the year Logit regression testing results shows that the variable of board of commissioners effectiveness and audit committee effectiveness has negative effect on the probability of companies experiencing financial distress. Proportion of institutional ownership has no effect on the probability of companies experiencing financial distress. Additional regression testing conducted on the components of the boards of commissioners and committee audit effectiveness showed that out of all the components, only activities of boards of commissioners and audit committees that negatively affect the probability of financial distress at the company. Keyword: Audit Committee Effectivity; Boards of Commissioners Effectivity; Corporate Governance; Financial Distress 1. Pendahuluan Dalam beberapa dekade terakhir topik mengenai tata kelola perusahaan (Corporate Governance) telah menarik perhatian yang semakin besar dari berbagai kalangan. Hal ini tidak terlepas dari adanya keyakinan bahwa lemahnya praktik CG memicu banyaknya
2 skandal keuangan dan krisis ekonomi yang terjadi pada dekade terakhir (Hambrick et al, 2008). Menurut Claessens (2003), terdapat dua peristiwa besar yang meningkatkan ketertarikan publik akan isu CG, yaitu krisis ekonomi pada tahun dan skandal keuangan tahun Cadbury Report (UK) dan Treadway Report (US) secara mendasar menyebutkan bahwa keruntuhan perusahaan-perusahaan publik tersebut dikarenakan oleh kegagalan strategi maupun praktik curang dari manajemen puncak yang berlangsung tanpa terdeteksi dalam waktu yang cukup lama karena lemahnya pengawasan yang independen oleh corporate boards (Daniri, 2005). Perhatian akan CG kembali meningkat dengan adanya peristiwa krisis keuangan global tahun 2008 yang mengakibatkan sejumlah lembaga keuangan besar seperti Lehman Brothers, Bear Sterns, Citigruop, dan lainnya runtuh maupun harus diselamatkan oleh pemerintah (Erkens et al, 2012). Menurut laporan yang dikeluarkan oleh The OECD Steering Group pada tahun 2009, mereka menyimpulkan bahwa kelemahan dan kegagagalan CG menjadi salah satu penyebab utama lembaga-lembaga keuangan tersebut melakukan pengambilan risiko berlebihan yang kemudian menyebabkan krisis keuangan tahun 2008 (Strouhal et al, 2011). Becht, Bolton, dan Roell (2003) dalam penelitiannya menyatakan bahwa skandal keuangan dan krisis yang terjadi merupakan suatu perwujudan dari sejumlah alasan mengapa struktur tata kelola perusahaan menjadi semakin penting bagi pembangunan ekonomi dan kesejahteraan (Claessens, 2003). Porter (1991) dalam Wardhani (2007) menyatakan bahwa kesuksesan atau kegagalan suatu perusahaan kemungkinan disebabkan oleh strategi yang diterapkan oleh perusahaan. Kesuksesan suatu perusahaan banyak ditentukan oleh karakteristik strategis dan manajerial perusahaan tersebut. Strategi tersebut diantaranya dapat juga mencakup strategi penerapan GCG dalam perusahaan. Menurut Fich dan Slezak (2007), tata kelola perusahaan yang baik dapat mengurangi kemungkinan kegagalan perusahaan atau yang biasa kita kenal dengan istilah kebangkrutan. Pertama, CG dapat mempengaruhi keakuratan pengungkapan keuangan maupun akuntansi yang digunakan untuk mengukur kondisi perusahaan yang sebenarnya (Fich dan Slezak, 2007). Kedua, struktur CG perusahaan menentukan bagaimana kecerdasan sikap manajemen dalam menghadapi kondisi kesulitan keuangan yang tentunya akan mengurangi kemungkinan terjadinya kebangkrutan (Fich dan Slezak, 2007). Penerapan CG yang baik dapat mengurangi terjadinya agency problem dalam suatu perusahaan. Hal ini membuat perusahaan dapat dikelola secara lebih baik oleh manajemen sehingga mengurangi kemungkinan perusahaan mengalami kesulitan keuangan atau financial
3 distress. Salah satu organ penting dalam CG untuk mengatur agency problem adalah dewan komisaris. Dewan komisaris yang efektif menjadi hal yang penting untuk memastikan fungsi pengawasan telah diterapkan secara baik. Dewan komisaris dapat membentuk komite-komite tertentu untuk membantu mereka dalam melakukan fungsi pengawasan. Salah satu komite yang juga memiliki peranan penting dalam fungsi pengawasan adalah komite audit. Menurut Hermawan (2009), efektivitas dewan komisaris dipengaruhi oleh empat karakteristik dari dewan komisaris, yaitu independensi, aktivitas, jumlah anggota, dan kompetensi, sedangkan efektivitas komite audit dipengaruhi oleh tiga kategori yang mencerminkan karakteristik komite audit, yaitu aktivitas, jumlah anggota, dan kompetensi. Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelunya maka permasalahan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah apakah mekanisme CG suatu perusahaan berpengaruh terhadap tingkat kemungkinan perusahaan mengalami kondisi financial distress atau kesulitan keuangan? Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk menguji secara empiris pengaruh CG terhadap tingkat kemungkinan perusahaan mengalami kondisi financial distress atau kesulitan keuangan. Penelitian ini akan menguji pengaruh efektivitas dewan komisaris, efektivitas komite audit, dan kepemilikan institusional terhadap kemungkinan perusahaan mengalami kondisi kesulitan keuangan atau financial distress. 2. Tinjauan Teoritis dan Pengembangan Hipotesis Financial distress secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan ketika perusahaan tidak lagi mampu untuk memenuhi kewajibannya ketika jatuh tempo (Beaver, 1966). Wruck (1990) dalam Whitaker (1999) mendefinisikan financial distress sebagai suatu situasi dimana operating cash flow perusahaan tidak mencukupi untuk membayar atau menutup kewajiban jangka pendek perusahaan (seperti hutang dagang atau beban bunga) dan perusahaan didorong untuk melakukan tindakan perbaikan atas kondisi tersebut. Sedangkan Platt dan Platt (2002) mendefinisikan financial distress sebagai suatu tahap penurunan kondisi keuangan perusahaan yang terjadi sebelum perusahaan mengalami kebangkrutan. Menurut Branch (2002), dampak dari financial distress tidak terbatas kepada perusahaan tetapi juga dapat mempengaruhi stakeholder, pesaing, dan bahkan memiliki pengaruh pada pihak ketiga maupun perekonomian secara keseluruhan. Maka dari itu diperlukan suatu upaya khusus untuk menekan terjadinya kondisi financial distress pada
4 perusahaan. Salah satu mekanisme penting dalam menekan kondisi ini adalah dengan menerapkan tata kelola perusahaan yang baik. Hal ini memunculkan suatu konsep yang dikenal dengan nama tata kelola perusahaan (Corporate Governance). Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) mendefinisikan CG sebagai sistem yang dipergunakan untuk mengarahkan dan mengendalikan kegiatan bisnis perusahaan. CG menetapkan distribusi hak dan tanggung jawab diantara berbagai pihak dalam perusahaan, seperti komisaris, manajer, pemegang saham dan stakeholder lainnya. CG juga mengetengahkan ketentuan dan prosedur yang harus diperhatikan dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan urusan perusahaan (OECD, 2004). Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) mendefinisikan CG sebagai seperangkat peraturan yang menetapkan hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan (FCGI, 2001). Sistem ini tidak terlepas dari peranan organ perusahaan yang melakukan fungsinya dengan baik. Dewan komisaris dan komite audit yang efektif menjadi hal yang penting untuk memastikan fungsi pengawasan yang baik diperusahaan. Fungsi pengawasan dari pihak eksternal melalui kepemilikan institusional juga menjadi salah satu mekanisme pengawasan yang baik bagi perusahaan. Penelitian ini akan menguji pengaruh efektivitas dewan komisaris, efektivitas komite audit, dan kepemilikan institusional terhadap kemungkinan perusahaan mengalami financial distress. 2.1 Efektivitas Dewan Komisaris dan Financial Distress Dewan komisaris bertanggung jawab atas sukses tidaknya perusahaan dengan memberikan arahan maupun melakukan pengawasan di perusahaan (Wallace & Zinkin, 2005). Dewan komisaris yang menjalankan tugasnya dengan baik akan meningkatkan fungsi pengawasan di perusahaan sehingga manajemen akan bekerja dengan lebih baik dan secara tidak lagsung akan meningkatkan kinerja perusahaan. Oleh karena itu efektivitas dewan komisaris dalam melakukan perannya di perusahaan menjadi hal yang penting bagi perusahaan. Menurut Hermawan (2009), efektivitas dewan komisaris dipengaruhi oleh empat karakteristik dari dewan komisaris, yaitu independensi, aktivitas, jumlah anggota, dan kompetensi. Indpendensi seringkali menjadi sifat yang sangat penting bagi suatu dewan komisaris (Fama 1980; Fama dan Jensen 1983; Jensen 1993). Hal ini dikarenakan dewan komisaris
5 yang berasal dari dalam perusahaan dipandang tidak dapat diandalkan dalam memantau kinerja mereka sendiri. Sebaliknya, dewan direksi yang berasal dari luar perusahaan dianggap lebih independen oleh karena tidak memihak, serta menguntungkan perusahaan dengan memberikan perspektif alternatif dan meningkatkan keahlian dewan komisaris pada umumnya (Zahra & Pearce, 1989). Keberadaan dewan komisaris yang independen juga dapat mengurangi agency problem pada perusahaan (Chen et al., 2006). Dengan berkurangnya agency problem memungkinkan manajemen untuk bekerja dengan lebih baik yang akan berdampak pada kinerja perusahaan yang juga lebih baik. Oleh karena itu independensi dewan komisaris dianggap dapat mengurangi kemungkinan perusahaan mengalami kesulitan keuangan. Hal lain yang juga dianggap memiliki pengaruh pada efektivitas dewan komisaris adalah jumlah dewan komisaris. Jumlah dewan yang besar menguntungkan perusahaan dari sudut pandang resources dependence (Alexander, Fernell, Halporn, 1993; Goodstein, Gautarn, Boeker, 1994; Mintzberg, 1983). Maksud dari pandangan resources dependence adalah bahwa perusahaan akan tergantung dengan dewannya untuk dapat mengelola sumber dayanya secara lebih baik, dimana dewan komisaris dipandang menghubungkan perusahaan dengan sumber daya dari lingkungannya (Fox, 2007). Peran ini dipandang sangat penting pada saat perusahaan mengalami penurunan, ketika kebutuhan bagi perusahaan untuk memperoleh sumber daya dari lingkungan mereka sedang meningkat. Sedangkan kerugian dari jumlah dewan yang besar berkaitan dengan dua hal, yaitu: meningkatnya permasalahan dalam hal komunikasi dan koordinasi dengan semakin meningkatnya jumlah dewan dan turunnya kemampuan dewan untuk mengendalikan manajemen, sehingga menimbulkan permasalahan agensi yang muncul dari pemisahan antara manajemen dan kontrol (Jensen, 1993; Yermack, 1996). Tidak hanya independensi dan jumlah anggota, aktivitas, dan kompetensi anggota dewan komisaris juga mempengaruhi efektivitas dewan komisaris tersebut. Menurut Anderson et al. (2003) dan Xie et al. (2003), aktivitas dewan komisaris yang diukur melalui jumlah rapat berhubungan dengan kualitas laporan keuangan. Dengan keberadaan dewan komisaris yang efektif, maka perusahaan dapat menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas, yang dapat diandalkan. Berdasarkan teori dan tinjauan literatur yang telah dipaparkan, maka hipotesis yang terbentuk adalah: H1: Efektivitas dewan komisaris menurunkan probabilitas perusahaan mengalami kondisi kesulitan keuangan atau financial distress.
6 2.2 Efektivitas Komite Audit dan Financial Distress Keberadaan komite audit telah menjadi mekanisme umum untuk memastikan CG yang baik dalam perusahaan. Komite audit bertugas membantu dewan komisaris melakukan fungsi pengawasan terutama dalam hal penyusunan laporan keuangan. Komite audit juga membantu dewan komisaris dalam memenuhi tugas dan tanggung jawabnya untuk menanamkan dan mempertahankan suatu sistem pengendalian internal yang baik (Wallace dan Zinkin, 2005). Campbell (1990) dan Vicknair et. al. (1993) melaporkan bahwa kurang efektifnya komite audit merupakan faktor dibalik masalah keuangan yang besar di perusahaan (Mohiuddin dan Karbhari, 2010). Oleh karena itu fungsi komite audit yang efektif sangat penting untuk mengurangi risiko kegagalan perusahaan dan meningkatkan kepercayaan publik (Dezoort, 1998; Lee dan Stone, 1997). Efektivitas komite audit dapat diukur melalui tiga aspek, yaitu aktivitas, jumlah anggota, dan kompetensi (Hermawan, 2009). Aktivitas komite audit yang efektif memungkinkan dijalankannya fungsi pengawasan yang semakin efektif pula. Kefektifan fungsi pengawasan yang dilakukan oleh komite audit secara tidak langsung akan meningkatkan kinerja perusahaan sehingga mengurangi kemungkinan perusahaan mengalami kesultan keuangan. Collier dan Gregory (1999) dalam (Rahmat et al., 2008) mengungkapkan bahwa Komite Audit yang menyelenggarakan frekuensi rapat yang lebih sering memberikan mekanisme pengawasan dan pemantauan kegiatan keuangan yang lebih efektif, meliputi persiapan dan pelaporan informasi keuangan perusahaan. Ukuran komite audit juga memiliki pengaruh terhadap efektivitas komite audit. Pierce dan Zahra (1992) menjelaskan pengaruh positif antara ukuran komite audit dan kinerja keuangan perusahaan, efektivitas komite audit meningkat ketika ukuran komite meningkat, karena komite memiliki sumber daya yang lebih untuk menangani masalah-masalah yang dihadapi oleh perusahaan. Kompetensi komite audit juga menjadi hal yag penting dalam efektivitas komite audit. Dalam penelitiannya Rahmat et al. (2008) membuktikan bahwa Komite Audit dengan keahlian di bidang akuntansi dan keuangan yang baik dapat memiliki kinerja yang baik dibandingkan perusahaan yang memiliki Komite Audit dengan pengetahuan di bidang akuntansi dan keuangan yang lebih rendah. Mueller dan Barker III (1997) mengidentifikasikan komite audit sebagai bagian dari kepemimpinan strategis perusahaan yang berkontribusi terhadap keberhasilan upaya perubahan arah perusahaan. Oleh karena itu, efektivitas komite audit dikaitkan dengan kemakmuran perusahaan. Menurut Simpson dan Gleason (1999), kurangnya kompetensi di antara anggota komite audit dapat berkontribusi pada financial distress perusahaan.
7 Diharapkan komite Audit yang kompeten mampu membantu meningkatkan kinerja perusahaan dan dengan demikian mengurangi kemungkinan perusahaan mengalami financial distress. Berdasarkan teori dan tinjauan literatur yang telah dipaparkan, maka hipotesis yang terbentuk adalah: H2: Efektifvitas komite audit menurunkan probabilitas perusahaan mengalami kondisi kesulitan keuangan atau financial distress. 2.3 Kepemilikan Institusional dan Financial Distress Salah satu mekanisme pengawasan dari pihak eksternal yang memiliki peran besar adalah kepemilikan investor institusional. Investor institusional mencakup bank, dana pensiun, perusahaan asuransi, dan lembaga keuangan lainnya (Coffey dan Fryxell, 1997 dalam Rizal, 2007). Investor institusional biasanya memiliki jumlah saham yang cukup besar sehingga memiliki daya tawar yang lebih tinggi dibandingkan investor individu. Dengan adanya kepemilikan investor institusional, agency problem yang muncul dapat diminimalkan (Davis, 2002). Hal ini dimungkinkan karena sebagai pemegang saham dalam jumlah besar mereka memiliki pengaruh yang cukup besar bagi perusahaan, sehingga investor institusional memiliki kekuatan yang besar untuk turut campur dalam CG perusahaan (Davis, 2002). Oleh karena itu investor institusional, dalam hal ini seperti bank, dana pensiun, dan lembaga keuangan lainnya, bisa menjadi salah satu mekanisme fungsi pengawasan yang efektif pada perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Classens et al. (1996) mengenai struktur kepemilikan menyatakan bahwa nilai suatu perusahaan akan lebih tinggi apabila perusahaan tersebut dimiliki oleh lembaga keuangan yang disponsori oleh bank. Hal ini menjelaskan bahwa pihak bank sebagai pemilik perusahaan, akan menjalankan fungsi pengawasannya dengan lebih baik dan investor percaya bahwa bank tidak akan melakukan ekspropriasi atas aset perusahaan. Selain itu, apabila perusahaan tersebut dimiliki oleh perbankan maka apabila perusahaan tersebut menghadapi masalah keuangan maka perusahaan akan lebih mudah mendapatkan pinjaman dana dari bank tersebut. Davis (2002) menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan yang baik dapat menghindarkan perusahaan dari tekanan keuangan. Classens et al. (1999) menyatakan bahwa kepemilikan oleh bank akan menurunkan kemungkinan perusahaan mengalami kebangrutan. Namun, apabila struktur kepemilikan perusahaan dimiliki secara terpusat di sedikit pemegang saham mayoritas maka dewan tersebut justru akan cenderung melakukan tindakan-tindakan ekspropriasi yang
8 menguntungkannya secara pribadi. Berdasarkan teori dan tinjauan literatur yang telah dipaparkan, maka hipotesis yang terbentuk adalah: H3: Besarnya proporsi kepemilikan oleh institusi keuangan menurunkan probabilitas perusahaan mengalami kondisi kesulitan keuangan atau financial distress. 3. Metode Penelitian Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang terdaftar (listed) di Bursa Efek Indonesia untuk tahun 2011 kecuali perusahaan yang bergerak di sektor keuangan. Kriteria yang digunakan untuk menentukan perusahaan financial distress adalah perusahaan yang selama dua tahun berturut-turut, yaitu pada tahun 2011 dan 2010 mengalami laba operasi negatif. Kriteria ini sesuai dengan yang digunakan Hofer (1980), Whitterman (1999), Platt & Platt (2002), Martani & Hertanto (2009), dan Nurseptian (2012). Pengambilan sampel menggunakan metode sebagai berikut: 1. Pengambilan sampel berasal dari perusahaan publik yang terdaftar di BEI tahun 2011 kecuali perusahaan publik yang bergerak di sektor keuangan dikeluarkan dari sampel. 2. Pengambilan sampel dari perusahaan publik yang mengalami laba operasi negatif selama dua tahun berturut-turut. 3. Pengambilan sampel dari perusahaan pasangannya yang laba operasinya positif selama dua tahun berturut-turut, dengan kriteria sebagai berikut: Industri: perusahaan pasangan harus berada pada industri yang sama dengan perusahaan yang mengalami financial distress. Ukuran perusahaan: perusahaan pasangan yang dipilih memiliki ukuran perusahaan yang relatif sama dengan perusahaan yang mengalami financial distress. 4. Perusahaan yang tidak memiliki data laporan keuangan yang lengkap dikeluarkan dari sampel. Dari penggunaan kriteria di atas didapat 82 perusahaan sebagai sampel dengan komposisi sebanyak 41 perusahaan financial distress dan 41 perusahaan non-financial distress.
9 3.1 Variabel Dependen Variabel dependen ini merupakan variabel dikotomi atau dummy, yaitu bernilai 1 apabila perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan bernilai 0 apabila perusahaan tidak mengalami kesulitan keuangan. Penelitian ini menggunakan definisi financial distress yang digunakan oleh Hofer (1980), Whitterman (1999), Platt & Platt (2002), Martani & Hertanto (2009), dan Nurseptian (2012). Perusahaan dengan financial distress adalah perusahaan yang selama dua tahun berturut-turut, yaitu pada tahun 2011 dan 2010 mengalami laba operasi negatif. 3.2 Variabel Independen Skor Efektifitas Dewan Komisaris dan Komite Audit Variabel independen dalam penelitian ini adalah skor efektivitas dewan komisaris dan komite audit. Skor efektivitas dewan komisaris dan komite audit ini akan diukur menggunakan daftar pertanyaan (checklist) yang berasal dari penelitian Hermawan (2009). Daftar pertanyaan tersebut disusun berdasarkan karakteristik yang dianggap dapat meningkatkan efektivitas dewan komisaris dan komite audit, yaitu independensi, aktivitas, jumlah anggota (size), dan kompetensi. Seluruh pertanyaan memiliki 2-3 penilaian, yaitu hanya good dan poor, atau good, fair, dan poor. Setiap perusahaan akan diberikan penilaian berdasarkan pengungkapan didalam laporan tahunan. Pemeringkatan skor dari yang terbaik ke yang terburuk adalah sebagai berikut: Good : memenuhi semua kriteria, diberi nilai 3 Fair : hanya memenuhi sebagian kriteria, diberi nilai 2 Poor : tidak memenuhi kriteria, diberi nilai 1 Tidak semua sampel mengungkapkan seluruh data yang berkaitan dengan daftar pertanyaan (checklist) pada laporan tahun, maka dari itu pada penelitian ini setiap pertanyaan yang informasinya tidak dapat diperoleh akan diberi nilai 0 dan tidak diperhitungkan pada hasil skor akhir. Hasil skor akhir diperoleh dengan membagi jumlah skor efektivitas dari dewan komisaris dan komite audit yang diperoleh masing-masing sampel dengan skor maksimumnya. Berikut ini perhitungan skor akhir efektivitas dewan komisaris dan komite audit:!"#$%h!"#$!"#$!"#$%&'$h!"#$%h!"#$!"!"#$%$
10 Kepemilikan Institusional Variabel ini merupakan perbandingan jumlah lembar saham yang dimiliki oleh investor institutional dibagi dengan total jumlah lembar saham yang beredar (Wardhani, 2007). Investor institusional mencakup bank, dana pensiun, perusahaan asuransi, dan lembaga keuangan lainnya (Coffey dan Fryxell, 1997 dalam Rizal, 2007). 3.3 Variabel Kontrol Penelitian ini menggunakan dua variabel kontrol untuk mengontrol faktor-faktor lain yang mempengaruhi terjadinya kondisi financial distress. Variabel kontrol yang digunakan dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan dan leverage. Ukuran perusahaan menggunakan kriteria yang digunakan oleh Wardhani (2007) yaitu rata-rata total aset pada periode t dan t-1 yang ditransformasi dengan logaritma natura. Variabel leverage akan diukur menggunakan DER (debt to equity ratio) yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam berhutang. 3.4 Model Penelitian Penelitian ini menggunakan model Logit seperti yang disarankan oleh Wardhani (2006) dalam penelitian sebelumnya dikarenakan variabel dependen dalam penelitian ini merupakan variabel dikotomi yaitu apakah perusahaan mengalami financial distress atau tidak. Berikut ini model yang dikembangkan: " p % Ln$ ' = DISTRESSED i =! 0 +! 1 BOC i +! 2 AUCOM i +! 3 %INSTOWN i +! 4 SIZE i +! 5 DER i + e i # 1! p & Dimana :!! : Koefisien konstanta DISTRESSED : Nilai 1 (satu) untuk perusahaan financial distressed dan nilai 0 (nol) untuk perusahaan non-financial distressed. BOC : Total skor efektifitas dewan komisaris AUCOM : Total skor efektifitas komite audit %INSTOWN : Jumlah lembar saham yang dimiliki oleh investor
11 SIZE DER e institusional dibagi dengan total jumlah lembar saham yang beredar. Investor institusional mencakup bank, dana pensiun, perusahaan asuransi dan lembaga keuangan lainnya. : Ukuran perusahaan diukur dengan Logaritma Natura dari rata-rata Total Aset : Kemampuan berhutang perusahaan yang diukur menggunakan Debt to Equity Ratio : error, merupakan dampak atas variabel lain di luar model 4. Hasil Penelitian Tabel dibawah ini menyajikan hasil regresi logistik untuk pengujian hipotesis penelitian dengan menggunakan metode logit: Tabel 1 Hasil Regresi Metode Logit Variable Expected Sign Coefficient z-statistic Prob. C BOC * AUCOM ** INSTOWN SIZE DER * McFadden R-squared LR statistic Prob(LR statistic) *signifikan pada level 5% **signifikan pada level 1% Keterangan: DISTRESS = Kondisi perusahaan berupa variabel binary dimana nilai 1 untuk perusahaan yang mengalami financial distress dan 0 untuk perusahaan yang tidak mengalami financial distress. BOC = Efektivitas dewan komisaris, diukur dengan menggunakan skoring. AUCOM = Efektivitas komite audit, diukur dengan menggunakan skoring. INSTOWN = Kepemilikan institusional, diukur dengan persentase kepemilikan. SIZE = Ukuran perusahaan, diukur dengan LN rata-rata total aset. DER = Debt to Equity Ratio, diukur dengan rasio total hutang terhadap total ekuitas.
12 4.1 Pengaruh Skor Efektivitas Dewan Komisaris terhadap Financial Distress Pada tabel di atas, dapat dilihat signifikansi dari masing-masing variabel independen dan variabel kontrol terhadap variabel dependen. Pada variabel independen pertama, yaitu skor efektivitas dewan komisaris (BOC), signifikansi dari variabel tersebut adalah 0,0343 dimana nilai tersebut di bawah p-value 0,05. Nilai koefisien dari skor efektivitas dewan komisaris (BOC) adalah 12,3477 dengan arah negatif. Hal ini menunjukkan bahwa skor efektivitas dewan komisaris (BOC) menurunkan kemungkinan perusahaan mengalami financial distress (DISTRESS). Dengan keberadaan dewan komisaris yang efektif akan meningkatkan fungsi pengawasan di perusahaan sehingga kinerja manajemen akan terawasi dengan baik dan secara tidak langsung akan meningkatkan kinerja perusahaan. 4.2 Pengaruh Skor Efektivitas Komite Audit terhadap Financial Distress Begitu pula dengan skor komite audit (AUCOM), dimana nilai signifikansinya di bawah 0,05. Nilai signifikansi dari skor efektivitas komite audit (AUCOM) adalah 0,0006 dan nilai koefisien sebesar 16,2751 dengan tanda negatif. Hal ini menunjukkan bahwa skor komite audit (AUCOM) juga menurunkan kemungkinan perusahaan mengalami financial distress (DISTRESS). Hal ini juga menunjukkan bahwa hipotesis kedua pada penelitian ini diterima. Serupa dengan dewan komisaris, komite audit juga merupakan mekanisme CG yang penting terutama dalam hal peningkatan kualitas laporan keuangan. Apabila suatu perusahaan memiliki komite audit yang berkualitas dan dapat menjalankan tugasnya secara efektif, maka kemungkinan perusahaan tersebut untuk mengalami financial distress juga semakin berkurang. Peran komite audit adalah untuk mengawasi dan memberi masukan kepada dewan komisaris. Sehingga efektivitas komite audit dalam menjalankan tugasnya akan membantu dewan komisaris dalam meningkatkan fungsi pengawasan yang ada. 4.3 Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Financial Distress Penelitian ini menunjukkan variabel persentase kepemilikan oleh institusi keuangan (INSTOWN) memiliki tingkat signifikansi 0,1586 dan memiliki tanda positif. Artinya variabel persentase kepemilikan institusional (INSTOWN) tidak memberikan pengaruh terhadap kemungkinan perusahaan mengalami kondisi financial distress (tolak Hipotesis H 3 ). Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan Wardhani (2007). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berapapun persentase kepemilikan oleh institusi keuangan dalam suatu perusahaan, kemungkinan perusahaan tersebut mengalami financial distress adalah sama. Hal ini mengindikasikan bahwa adanya kepemilikan oleh
13 investor-investor institutional tidak mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja perusahaan, sehingga fungsi monitoring agent yang dilakukan pihak institusi belum optimal (Rizal, 2007). 4.4 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Financial Distress Untuk variabel kontrol ukuran perusahan (SIZE) yang diukur dengan nilai rata-rata total asset yang ditransformasi melalui proses logaritma memiliki tingkat siginifikansi 0,6887 dengan tanda negatif, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh antara ukuran perusahaan terhadap kemungkinan perusahaan mengalami financial distress. Berapa pun nilai total aset yang dimiliki perusahaan maka kemugkinan perusahaan tersebut akan mengalami financial distress adalah sama saja. 4.5 Pengaruh Leverage terhadap Financial Distress Untuk variabel kontrol yang lain, yaitu leverage yang diukur menggunakan DER, menunjukan tingkat signifikansi 0,0134 dengan arah positif. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara nilai DER yang dimiliki perusahaan terhadap kemungkinan perusahaan mengalami financial distress. Semakin besar nilai DER yang dimiliki perusahaan maka semakin besar pula kemungkinan perusahaan mengalami financial distress. Nilai DER yang terlalu tinggi mengindikasikan perusahaan akan menjadi lebih berisiko karena perusahaan harus membayar beban bunga serta pokok hutang dalam waktu tertentu di masa depan. 4.6 Pengujian Tambahan Skor Efektivitas Dewan Komisaris dan Komite Audit Penelitian ini juga ingin menganalisis lebih mendalam pengaruh dari masing-masing komponen efektivitas dewan komisaris dan komite audit terhadap kemungkinan perusahaan mengalami financial distress. Analisis tambahan ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari masing-masing komponen efektivitas dewan komisaris maupun komite audit yang diukur dengan checklist Hermawan (2009) terhadap kemungkinan perusahaan mengalami financial distress. Berdasarkan pengujian tambahan yang dilakukan terlihat bahwa dari 4 komponen efektivitas dewan komisaris hanya 1 komponen yaitu aktivitas dewan komisaris yang berpengaruh secara negatif terhadap kemungkinan terjadinya financial distress pada perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik dan efektif aktivitas yang dilakukan oleh dewan komisaris perusahaan maka semakin rendah kemungkinan perusahaan mengalami
14 financial distress. Ketiga komponen lainnya yaitu independensi, ukuran, serta keahlian dan kompetensi dewan komisaris tidak memiliki pengaruh terhadap kemungkinan perusahaan mengalami financial distress. Hasil pengujian dapat dilihat pada lampiran. Dari dua komponen pada checklist efektivitas komite audit yaitu aktivitas serta keahlian dan kompetensi komite audit hanya komponen aktivitas komite audit yang berpengaruh secara negatif terhadap kemungkinan terjadinya financial distress di perusahaan. Hal ini menunjukkan semakin baik aktivitas komite audit yang dilakukan di perusahaan maka semakin kecil kemungkinan perusahaan mengalami financial distress. Komponen lainnya yaitu keahlian dan kompetensi komite audit tidak memiliki pengaruh terhadap kemungkinan perusahaan mengalami financial distress. Hasil pengujian dapat dilihat pada lampiran. 5. Kesimpulan dan Saran 5.1 Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh efektivitas dewan komisaris, efektivitas komite audit, dan proporsi kepemilikan institusional dalam suatu perusahaan terhadap kemungkinan terjadinya kondisi kesulitan keuangan atau financial distress. Penelitian ini berhasil membuktikan bahwa corporate governance berpengaruh terhadap kemungkinan perusahaan mengalami financial distress. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa efektivitas dewan komisaris berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap kemungkinan perusahaan mengalami financial distress. Dapat diartikan bahwa semakin baik efektivitas dewan komisaris perusahaan maka semakin rendah kemungkinan perusahaan mengalamai kondisi financial distress. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa efektivitas komite audit berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap kemungkinan perusahaan mengalami financial distress. Dapat diartikan bahwa semakin baik efektivitas komite audit perusahaan maka semakin rendah kemungkinan perusahaan mengalamai kondisi financial distress. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi kepemilikan institusional baik oleh bank, dana pensiun, maupun lembaga keuangan lainnya tidak memiliki pengaruh terhadap kemungkinan perusahaan mengalami financial distress. Hasil pengujian tambahan yang dilakukan atas komponen-komponen dalam skor efektivitas dewan komisaris dan komite audit menunjukkan bahwa dari seluruh komponen efektivitas dewan komisaris dan efektivitas komite audit hanya komponen aktivitas dewan
15 komisaris dan komite audit yang berpengaruh negatif terhadap kemungkinan terjadinya financial distress pada perusahaan. 5.2 Keterbatasan dan Saran Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan sebagai berikut: 1. Sampel data pada penelitian ini bersifat cross sectional dimana penelitian dilakukan dalam satu tahun observasi saja yaitu tahun Sehingga untuk penelitian selanjutnya diharapakan dapat memperluas waktu observasi. 2. Penelitian ini hanya menggunakan satu jenis ukuran financial distress yaitu laba operasi negatif dalam dua tahun berturut-turut. Penelitian selanjutnya dapat menambahkan ukuran lain dari financial distress, seperti Altman Z-Score, untuk menguji sensitivitas klasifikasi kondisi financial distress. 3. Penelitian ini hanya menggunakan ukuran efektivitas dewan komisaris, efektivitas komite audit, dan proporsi kepemilikan institusional. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya dapat menambahkan lebih banyak aspek dari CG seperti proporsi kepemilikan keluarga. Selain itu penelitian selanjutnya dapat menggunakan penilaian yang berbeda seperti menggunakan indeks CG yang dikeluarkan oleh IICD (Indonesian Institute for Corporate Governance). 4. Proporsi kepemilikan institusional dalam penelitian ini masih memiliki kesulitan pada pengkasifikasiannya. Selain itu penelitian ini tidak melakukan kategorisasi lebih lanjut atas kepemilikan institusional. Penelitian selanjutnya disarankan mengklasifikasikan kepemilikan institusional menjadi kepemilikan institusional asing dan non-asing karena terdapat dugaan bahwa prilaku kedua kelompok tersebut berbeda. 5. Penelitian ini menggunakan hasil perhitungan total skor dewan komisaris dan komite audit untuk mengukur efektivitas dewan komisaris dan komite audit sesuai dengan penelitian yang dilakukan Hermawan (2009). Akan tetapi scoring tersebut cenderung subjektif dan selalu ada kesempatan untuk dilakukan penyesuaian lebih lanjut di masa yang akan datang sehingga penelitian selanjutnya dapat melakukan penilaian atau judgement efektivitas dewan komisaris dan komite audit dengan menggunakan kuisioner maupun melakukan wawancara langsung dengan pihak emiten.
16 Daftar Referensi Beaver, W. H., J. W. Kennelly, and W. M. Voss. (1966). Predictive Ability as a Criterion for the Evaluation of Accounting Data. The Accounting Review, October, pp Branch, B. (2002): The Costs of Bankruptcy. International Review of Financial Analysis. No. 11, Claessens, Stijn. (2003). Focus 1: Corporate Governance and Development. Global Corporate Governance Forum. March 13, Daniri, Mas Achmad. (2005). Good Corporate Governance: Konsep dan Penerapannya Dalam Konteks Indonesia. Jakarta: Ray Indonesia. Hal. 4. Erkens, David H., Mingyi Hung, and Pedro Matos. (2012). Corporate Governance in The Financial Crisis: Evidence from Financial Institutions Worldwide. Journal of Corporate Finance, 18, Fama, E.F. (1980). Agency problems and the theory of the firm. Journal of Political Economy. 88, Fama, E. and M., Jensen. (1983). Separation of ownership and control. Journal of Law and Economics. 26, Fich, Eliezer M., and Steve L. Slezak. (2007). Can corporate governance save distressed firms from bankruptcy? An empirical analysis. Journal Science and Business. 30: Forum Corporate Governance Indonesia. (2001). Tata kelola perusahaan (Corporate Governance): Peranan Dewan Komisaris dan Komite Audit dalam Pelaksanaan Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan). Jilid II. Diambil dari /news /files/fcgi_booklet_ii.pdf Fox, Mark A. (2007). Corporate Governance and Corporate Failure. Department of Economics and Marketing Discussion Paper No.41, Lincoln University. Hambrick, Donald C., Axel v. Werder, Edward J. Zajac. (2008). New Directions in Corporate Governance Research. Organization Science. May June 2008, Vol. 19 No. 3, pp Hermawan, Ancella A. (2009). Pengaruh efektifitas dewan komisaris dan komite audit, kepemilikan oleh keluarga, dan peran monitoring bank terhadap kandungan informasi laba. Disertasi Universitas Indonesia. Komite Nasional Kebijakan Governance. (2006). Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia.
17 Organization for Economic Cooperation and Development (2004). OECD Principles of Corporate Governance. Platt, H. D. and M. B. Platt. (2002). Predicting Corporate Financial Distress: reflecting on Choice-Based Sample Bias. Journal of Economics and Finance, Vol 26, no. 2, pp Rahmat, M.M., Takiah M.I., and N.M. Saleh. (2008). Audit Committee Characteristics in Financially Distressed and Non-distressed Companies. Managerial Auditing Journal. Vol. 24, No.7, pp Strouhal, Jiří, Carmen G. Bonaci, and Eugenia A. Matis. (2011). Corporate Governance Lesson Taught by the Financial Crisis: A Research Note. International Journal Of Mathematical Models And Methods In Applied Sciences, Issue 3, Vol. 5. Wardhani, Ratna. (2007). Mekanisme Corporate Governance Dalam Perusahaan Yang Mengalami Permasalahan Keuangan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2007, Vol.4, No.1, hal Whitaker, Richard B. (1999). Early Stage of Financial Distress. Journal of Economics and Finance. 23 (2): Rizal, M. Syamsul. (2007). Analisis Pengaruh Managerial Ownership, Institutional Ownership, Dividend Payout Ratio dan Return On Asset Terhadap Capital Structure: Studi Di Bursa Efek Jakarta Periode Tahun Tesis Program Magister Manajemen Universitas Diponegoro. Lampiran Uji Tambahan Komponen Independensi Dewan Komisaris Dependent Variable: DISTRESS Method: ML - Binary Logit (Quadratic hill climbing) Sample: 1 82 Included observations: 82 Convergence achieved after 6 iterations QML (Huber/White) standard errors & covariance Variable Coefficient Std. Error z-statistic Prob. C IND_BOC AUCOM INSTOWN SIZE DER
18 McFadden R-squared Mean dependent var S.D. dependent var S.E. of regression Akaike info criterion Sum squared resid Schwarz criterion Log likelihood Hannan-Quinn criter Restr. log likelihood LR statistic Avg. log likelihood Prob(LR statistic) Obs with Dep=0 41 Total obs 82 Obs with Dep=1 41 Uji Tambahan Komponen Aktivitas Dewan Komisaris Dependent Variable: DISTRESS Method: ML - Binary Logit (Quadratic hill climbing) Sample: 1 82 Included observations: 82 Convergence achieved after 6 iterations QML (Huber/White) standard errors & covariance Variable Coefficient Std. Error z-statistic Prob. C ACT_BOC AUCOM INSTOWN SIZE DER McFadden R-squared Mean dependent var S.D. dependent var S.E. of regression Akaike info criterion Sum squared resid Schwarz criterion Log likelihood Hannan-Quinn criter Restr. log likelihood LR statistic Avg. log likelihood Prob(LR statistic) Obs with Dep=0 41 Total obs 82 Obs with Dep=1 41 Uji Tambahan Komponen Ukuran Dewan Komisaris Dependent Variable: DISTRESS Method: ML - Binary Logit (Quadratic hill climbing) Sample: 1 82 Included observations: 82 Convergence achieved after 6 iterations QML (Huber/White) standard errors & covariance Variable Coefficient Std. Error z-statistic Prob. C SIZE_BOC AUCOM INSTOWN SIZE DER
19 McFadden R-squared Mean dependent var S.D. dependent var S.E. of regression Akaike info criterion Sum squared resid Schwarz criterion Log likelihood Hannan-Quinn criter Restr. log likelihood LR statistic Avg. log likelihood Prob(LR statistic) Obs with Dep=0 41 Total obs 82 Obs with Dep=1 41 Uji Tambahan Komponen Keahlian dan Kompetensi Dewan Komisaris Dependent Variable: DISTRESS Method: ML - Binary Logit (Quadratic hill climbing) Sample: 1 82 Included observations: 82 Convergence achieved after 6 iterations QML (Huber/White) standard errors & covariance Variable Coefficient Std. Error z-statistic Prob. C COMP_BOC AUCOM INSTOWN SIZE DER McFadden R-squared Mean dependent var S.D. dependent var S.E. of regression Akaike info criterion Sum squared resid Schwarz criterion Log likelihood Hannan-Quinn criter Restr. log likelihood LR statistic Avg. log likelihood Prob(LR statistic) Obs with Dep=0 41 Total obs 82 Obs with Dep=1 41 Uji Tambahan Komponen Aktivitas Komite Audit Dependent Variable: DISTRESS Method: ML - Binary Logit (Quadratic hill climbing) Sample: 1 82 Included observations: 82 Convergence achieved after 6 iterations QML (Huber/White) standard errors & covariance Variable Coefficient Std. Error z-statistic Prob. C BOC ACT_AUCOM INSTOWN
20 SIZE DER McFadden R-squared Mean dependent var S.D. dependent var S.E. of regression Akaike info criterion Sum squared resid Schwarz criterion Log likelihood Hannan-Quinn criter Restr. log likelihood LR statistic Avg. log likelihood Prob(LR statistic) Obs with Dep=0 41 Total obs 82 Obs with Dep=1 41 Uji Tambahan Komponen Keahlian dan Kompetensi Komite Audit Dependent Variable: DISTRESS Method: ML - Binary Logit (Quadratic hill climbing) Sample: 1 82 Included observations: 82 Convergence achieved after 5 iterations QML (Huber/White) standard errors & covariance Variable Coefficient Std. Error z-statistic Prob. C BOC COMP_AUCOM INSTOWN SIZE DER McFadden R-squared Mean dependent var S.D. dependent var S.E. of regression Akaike info criterion Sum squared resid Schwarz criterion Log likelihood Hannan-Quinn criter Restr. log likelihood LR statistic Avg. log likelihood Prob(LR statistic) Obs with Dep=0 41 Total obs 82 Obs with Dep=1 41
BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan dengan Gross Domestic Product (GDP) Indonesia yang terus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini Indonesia merupakan negara berkembang yang mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Dengan tingginya pertumbuhan ekonomi di Indonesia membuat para investor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu informasi dari pihak eskternal dan pihak internal dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu informasi dari pihak eskternal dan pihak internal dalam menilai kinerja perusahaan adalah laporan keuangan. Kinerja manajemen perusahaan tersebut
Lebih terperinciPengaruh Tata Kelola Perusahaan dan Ukuran Perusahaan terhadap Perusahaan yang Mengalami Kesulitan Keuangan (Financial Distress)
Pengaruh Tata Kelola Perusahaan dan Ukuran Perusahaan terhadap Perusahaan yang Mengalami Kesulitan Keuangan (Financial Distress) ILHAM PANDIKA Program Studi Akuntansi S1, Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI) atau idx.com dan website masing-masing perusahaan. Objek dalam penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (principal) dan manajemen (agent). Kondisi ini menimbulkan potensi terjadinya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Teori keagenan yang dikemukakan oleh Jensen dan Meckling (1976) mengindikasikan bahwa terdapat perbedaan kepentingan antara pemilik perusahaan (principal)
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Menurut Jensen dan Mekling (1976) dalam Hanifah (2013) menggambarkan hubungan keagenan (agency
Lebih terperinciGambar 4.1. Alur Pikir Model Variabel Penentu Mitra Utama pada Kantor Pelayanan Utama Tipe A Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Tanjung Priok Jakarta
74 BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Analisis Probabilitas Perusahaan Menjadi Mitra Utama. Dalam melakukan analisa terhadap variabel yang mempengaruhi penetapan Mitra Utama pada Kantor Pelayanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate governance terhadap manajemen laba di industri perbankan Indonesia. Konsep good corporate
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
23 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ini ingin melihat pengaruh elemen corporate governance yang dalam hal ini dilihat dari karakteristik dewan komisaris terhadap cost of debt.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan dengan meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang sahamnya. Namun terkadang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) dalam perusahaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Jensen dan Meckling menyatakan bahwa perusahaan yang memisahkan fungsi kepemilikan dan fungsi pengelolaan akan rentan terhadap konflik. Konflik ini merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1995 mengenai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi, perusahaan dapat memperoleh dana untuk memperluas usahanya, salah satunya dengan mendaftarkan perusahaan pada pasar modal. Menurut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada manajemen menjadi lebih besar sehingga menimbulkan konflik. pembentukan komite audit. Sesuai dengan peraturan BAPEPAM, Kep-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Good corporate governance (GCG) merupakan isu sentral di kalangan masyarakat bisnis terkini. Isu ini mulai muncul dengan adanya krisis ekonomi pada tahun 1997.
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. tinggi kepemilikan saham manajerial maka financial distress semakin rendah. Jensen
BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa: Pertama, kepemilikan saham manajerial berpengaruh negatif terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. dengan financial distress. Financial distress adalah kondisi dimana perusahaan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi ekonomi yang kurang baik menuntut perusahaan untuk lebih teliti dalam mengawasi dan mengontrol pemakaian keuangan. Apabila perusahaan tidak mampu mengelola
Lebih terperinciPENGARUH KEBIJAKAN DIVIDEN, STRUKTUR KEPEMILIKAN, DAN KEBIJAKAN HUTANG TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DALAM PERSPEKTIF TEORI AGENSI DAN TEORI SIGNALING
PENGARUH KEBIJAKAN DIVIDEN, STRUKTUR KEPEMILIKAN, DAN KEBIJAKAN HUTANG TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DALAM PERSPEKTIF TEORI AGENSI DAN TEORI SIGNALING AMANDA WONGSO E-mail: amanda_wongso@yahoo.com ABSTRAK
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci: kepemilikan institusional, komposisi dewan komisaris, kepemilikan manajerial, ukuran perusahaan, leverage, manajemen laba
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris tentang pengaruh corporate governance (kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris, kepemilikan manajerial), ukuran perusahaan dan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Objek pada penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2015 yang per 10 Agustus 2016 berjumlah 143 perusahaan.
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pengaruh corporate governance terhadap manajemen laba dan implikasinya
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis mengenai pengaruh corporate governance terhadap manajemen laba dan implikasinya terhadap kinerja
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kondisi ekonomi indonesia yang tidak stabil, menyebabkan perusahaan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi ekonomi indonesia yang tidak stabil, menyebabkan perusahaan kesulitan untuk tetap eksis dalam mempertahankan persaingan yang sangat ketat. Seiring dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Masalah keuangan perusahaan dapat terjadi dengan berbagai penyebab,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masalah keuangan perusahaan dapat terjadi dengan berbagai penyebab, misalnya saja perusahan mengalami rugi terus-menerus, penjualan yang tidak laku, bencana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saham, dengan pembagian dividen atau perolehan capital gain (Mahfoedz. dan Naim, 1996 dalam Purbandari, 2008).
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perusahaan mempunyai tujuan utama yaitu meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran pemilik atau pemegang saham, dengan pembagian dividen atau
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kesimpulan bahwa sistem corporate governance yang buruk dalam. menimpa negara-negara ASEAN. Praktik-praktik corporate governance
BAB 1 A. Latar Belakang PENDAHULUAN Menurut laporan world bank dalam Sutedi (2012), pada tahun 1999 penyebab terjadinya krisis ekonomi di asia timur dikarenakan oleh kegagalan dalam penerapan corporate
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan adalah suatu bentuk bisnis yang diciptakan oleh pemilik untuk melayani kebutuhan pelanggan. Pemenuhan kebutuhan dapat berupa barang atau jasa yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance, GCG) telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance, GCG) telah menjadi isu hangat yang semakin berkembang di Indonesia. Konsep ini menjadi sering dibicarakan
Lebih terperinciBAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh good corporate governance,
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh good corporate governance, kinerja keuangan serta ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan hasil analisis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. termasuk juga di Indonesia. Selama krisis finansial global tersebut, sektor
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam perkembangannya, bangsa Indonesia mengalami banyak masalah yang disebabkan oleh berbagai macam krisis yang terjadi di dalam maupun dari luar negeri. Salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Era perdagangan bebas telah dimulai. Berlakunya ACFTA (Asean
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Era perdagangan bebas telah dimulai. Berlakunya ACFTA (Asean China Free Trade Area) pada 1 Januari 2010 lalu kemudian berlaku AFTA (Asean Free Trade Area)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk memperoleh keuntungan dan untuk meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kajian yang dilakukan oleh Bank Dunia menunjukkan bahwa salah satu. implementasi good corporate governance (Ruru, 2002).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis moneter yang terjadi di Indonesia sejak tahun 1997 telah berkembang menjadi krisis multidimensi termasuk perekonomian sehingga menyebabkan banyak perbankan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Corporate governance sampai saat ini memiliki peranan yang sangat penting di dalam menyelaraskan kepentingan prinsipal dan agen. Menurut Forum for Corporate
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. PT Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id), IDX Statistics Book, Indonesian
BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik dokumentasi dari data-data yang dipublikasikan oleh perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menganalisis informasi yang terbatas, maka tujuan pelaporan akuntansi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akuntansi adalah proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan, dan pengkomunikasian informasi ekonomi yang bisa dipakai untuk penilaian (judgement) dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. corporate governance semakin meningkat karena banyak terjadi pelanggaran tata
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Isu pentingnya penerapan tata kelola perusahaan yang disebut dengan corporate governance semakin meningkat karena banyak terjadi pelanggaran tata kelola pada perusahaan-perusahaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan utama sebagian besar perusahaan, terutama perusahaan yang berorientasi bisnis, adalah mengoptimalkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang meningkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kajian mengenai Corporate Governance meningkat dengan pesat seiring
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kajian mengenai Corporate Governance meningkat dengan pesat seiring dengan terbukanya skandal keuangan berskala keuangan besar. Upaya pengembangan Good Corporate
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. menerbitkan Annual Report dan Sustainability Report yang terdaftar di Bursa
BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek / Subyek Penelitian Obyek penelitian adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2015. Sampel dalam penelitian adalah perusahaan yang menerbitkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Corporate Governance) yang kurang baik atau dikarenakan oleh kondisi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah keuangan perusahaan dapat terjadi dengan berbagai penyebab, misalnya saja perusahan mengalami rugi terus-menerus, penjualan yang tidak laku, bencana alam yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Peranan bank yang utama yaitu memobilisasi dana dari masyarakat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Bank mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian suatu negara. Peranan bank yang utama yaitu memobilisasi dana dari masyarakat yang digunakan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada umumnya, suatu perusahaan didirikan dengan tujuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya, suatu perusahaan didirikan dengan tujuan meningkatkan nilai perusahaan tersebut secara maksimal. Nilai perusahaan dicerminkan dari harga saham
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan lain. Persaingan usaha antar perusahaan-perusahaan yang. dan Minov, 2001) dalam (Sari, Halim dan Fathoni, 2013).
BAB I PENDAHULUAN A. latar Belakang Penelitian Persaingan di dunia usaha di Indonesia saat ini telah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Banyak perusahaan- perusahaan baru yang didirikan sehingga menyebabkan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah perusahaan industri asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode tahun 2010-2013.
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji akar akar unit yang bertujuan untuk menganalisis data time series
44 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisa Kelayakan Data 4.1.1 Uji Stasioner Uji akar akar unit yang bertujuan untuk menganalisis data time series stasioner (tidak ada akar akar unit) atau tidak
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. hipotesis. Pengujian hipotesis dilakukan pada variabel Profitabilitas,
39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang lebih menekankan pada pengujian teori-teori melalui variabel-variabel penelitian
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. a. Profitabilitas berpengaruh terhadap kondisi financial distress perusahaan
BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Berdasarkan pengujian analisis yang telah dilakukan dalam penelitian ini dan disertai dengan penjelasan serta pembahasan mengenai analisis dalam penelitian ini, maka dapat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Isu yang sedang marak diperbincangkan saat ini adalah Good Corporate
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Isu yang sedang marak diperbincangkan saat ini adalah Good Corporate Governance (GCG) atau lebih dikenal dengan tata kelola perusahaan.bermanfaat sebagai suatu perangkat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Good Corporate Governance. kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak pihak yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Good Corporate Governance 2.1.1.1 Pengertian Good Corporate Governance Istilah corporate governance pertama sekali diperkenalkan oleh Cadbury Comitee
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Deskriptif Rata-rata Standar Deviasi
BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab 4 akan membahas lebih dalam mengenai proses pengolahan data, dimulai dari penjelasan mengenai statistik deskriptif sampai dengan penjelasan mengenai hasil dari analisis
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Agensi Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau pemisahan pengelolaan perusahaan. Pemilik ( principle)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tujuan para investor yaitu memperoleh return yang maksimal dari dana yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan utama suatu perusahaan didirikan adalah memaksimalkan kekayaan pemegang saham dengan cara memaksimalkan harga saham perusahaan (Keown et al,
Lebih terperinciBAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan yang digunakan sesuai dengan tujuan hipotesis yang dilakukan dengan analisis regresi linier berganda, maka dapat ditarik kesimpulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tatakelola Perusahaan ( Corporate Governance) memilki peran yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tatakelola Perusahaan ( Corporate Governance) memilki peran yang sangat penting bagi perusahaan, terutama Corporate Governance ini akan membantu pihak yang berkepentingan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sebagai pedoman bagi peneliti. Selain itu juga untuk menghindari adanya
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu bertujuan sebagai bahan untuk membandingkan dan sebagai pedoman bagi peneliti. Selain itu juga untuk menghindari adanya kesamaan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegagalan penerapan Good Corporate Governance (Daniri, 2005). Menurut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep Corporate Govenance muncul sebagai reaksi terhadap berbagai kegagalan korporasi akibat dari buruknya tata kelola perusahaan. Krisis ekonomi di kawasan Asia dan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dalam penelitian ini, manajemen laba diukur dengan pendekatan akrual dan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1. Kesimpulan Dalam penelitian ini, manajemen laba diukur dengan pendekatan akrual dan diproksikan dengan absolute discretionary accruals menggunakan Modified Jones Model.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peran penting penerapan Corporate Governance dapat dilihat dari sisi salah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran penting penerapan Corporate Governance dapat dilihat dari sisi salah satu tujuan penting didalam mendirikan sebuah perusahaan yang selain untuk meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciPENGARUH CORPORATE GOVERNANCE DAN FIRM SIZE TERHADAP PERUSAHAAN YANG MENGALAMI KESULITAN KEUANGAN (FINANCIAL DISTRESS)
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 1-10 http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/accounting ISSN (Online): 2337-3806 PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE DAN FIRM SIZE TERHADAP
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Variabel dependen merupakan variabel dengan ketertarikan utama dari
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional Variabel 3.1.1 Variabel Dependen Variabel dependen merupakan variabel dengan ketertarikan utama dari peneliti, dimana faktor keberadaannya dipengaruhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan melalui implementasi keputusan keuangan yang terdiri dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manajer perusahaan mempunyai tujuan untuk meningkatkan nilai perusahaan melalui implementasi keputusan keuangan yang terdiri dari keputusan investasi, keputusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karena bagi para investor dividen merupakan return (tingkat pengembalian) atas
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu daya tarik berinvestasi bagi investor dalam pasar primer maupun pasar sekunder adalah dividen. Dividen merupakan salah satu faktor yang akan
Lebih terperinciISSN : e-proceeding of Management : Vol.4, No.3 Desember 2017 Page 2613
ISSN : 2355-9357 e-proceeding of Management : Vol.4, No.3 Desember 2017 Page 2613 PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN DAN LEVERAGE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh debt to equity ratio. sampel penelitian dengan rincian sebagai berikut :
44 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengumpulan Data Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh debt to equity ratio (DER), price to earning ratio (PER), dan earning pershare (EPS) terhadap return
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) merupakan hal yang sangat penting bagi kelangsungan setiap perusahaan. Dengan tata kelola yang baik perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Adanya krisis keuangan di Indonesia pada akhir tahun 2008 salah satunya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya krisis keuangan di Indonesia pada akhir tahun 2008 salah satunya ditandai dengan meningkatnya inflasi, dimana terjadi kenaikan harga barang dan jasa secara terus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. konsumsi makanan dan non makanan. Tingkat konsumsi makanan dan non. Gambar 1.1. Pengeluaran per Kapita di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Masyarakat memiliki kebutuhan pokok harian yang harus dipenuhi, yakni berupa konsumsi makanan dan non makanan. Tingkat konsumsi makanan dan non makanan masyarakat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan Jensen dan Meckling (1976) dalam Harmawan (2013) menyatakan Teori keagenan menyangkut hubungan kontraktual antara dua pihak yaitu prinsipal
Lebih terperinciBAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan yang digunakan sesuai dengan tujuan hipotesis yang dilakukan dengan analisis regresi linier berganda maka dapat ditarik kesimpulan
Lebih terperinci1 Universitas Indonesia
1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Pemisahan antara kepemilikan saham dan manajemen di perusahaanperusahaan besar sangat diperlukan. Sebagian besar perusahaan itu memiliki ratusan atau ribuan pemegang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari suatu perusahaan adalah mensejahterahkan kepentingan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan dari suatu perusahaan adalah mensejahterahkan kepentingan pemegang saham. Dengan prinsip ini beberapa perusahaan mengabaikan pihak-pihak lain yang berkepentingan
Lebih terperinciNIKI TIVITASARI B
ANALISIS PENGARUH STRUKTUR MODAL DEWAN KOMISARIS KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL KEBIJAKAN DIVIDEN DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN FARMASI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) Disusun
Lebih terperinciBAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan memperoleh bukti empiris atas pengaruh variabel independen yang terdiri dari corporate governance, independensi auditor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu instrumen hutang yang ditawarkan penerbit (issuer) atau yang
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Investasi digolongkan menjadi dua jenis yaitu investasi kepemilikan (saham) dan surat hutang (obligasi). Investor dalam membuat keputusan investasi membutuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep pendirian korporasi modern sebagai suatu entitas legal dapat dilihat dari adanya pemisahan antara kepemilikan dan pengelolaan. Menurut Lukviarman (2016, p.23)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama didirikannya perusahaan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Kesejahteraan dapat ditingkatkan melalui kinerja perusahaan (firm performance)
Lebih terperinciBAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1.Simpulan Penelitian ini menguji pengaruh antara ukuran komite audit, independensi anggota komite audit, frekuensi pertemuan dan pengetahuan keuangan terhadap variabel financial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi persepsi investor terhadap perusahaan. Adanya. menarik lebih banyak investor asing maupun investor dalam negeri.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di tengah persaingan global yang semakin ketat, perusahaan berlomba untuk meningkatkan daya saing di berbagai sektor untuk dapat menarik minat investor untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan suatu kondisi yang disebut financial distress. Dengan adanya model
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Financial Distress mengindikasikan bahwa kondisi keuangan perusahaan dalam keadaan tidak sehat dan merupakan penyebab utama kebangkrutan perusahaan. Dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penelitian tentang pengaruh dari struktur good corporate governance seperti
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini dibahas mengenai latar belakang dilakukannya penelitian tentang pengaruh dari struktur good corporate governance seperti independensi dewan komisaris, kepemilikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melaksanakan fungsi pertanggungjawaban dalam organisasi. Tujuan laporan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja keuangan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan alat utama para manajer
Lebih terperinciKata Kunci : Struktur Aktiva, Profitabilitas, Pertumbuhan Penjualan, dan Struktur Modal
PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, PROFITABILITAS, DAN PERTUMBUHAN PENJUALAN TERHADAP STRUKTUR MODAL (Studi pada Perusahaan Telekomunikasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2011-2015) THE INFLUENCE
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam melakukan pengembangan usaha dan perluasan jaringan suatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam melakukan pengembangan usaha dan perluasan jaringan suatu perusahaan dibutuhkan banyak dana. Melalui pembenahan struktur modal inilah yang pada akhirnya
Lebih terperinciLAMPIRAN. No. Perusahaan Kode Jimmy Budhi & Rekan COWL. Teramihardja) RSM AJJ Associates CTRA. & Mawar) Dbs & d. (Doli, Bambang, ELTY
LAMPIRAN Lampiran 1. Daftar Data Sampel Real Estate dan Property No. Perusahaan Kode 2008 2009 1. Bekasi Pemula Tbk Asri BAPA EPPS EPPS 2. Bukit Darmo Property Tbk BKDP Jimmy Budhi & Rekan HLB (Hadori
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh sumber dana dan bagaimana mengalokasikan dana tersebut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada perkembangan bisnis saat ini, perusahaan memiliki tujuan untuk meningkatkan kemakmuran para pemilik modal atau para pemegang saham dengan mempercayakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. aktivitas pasar modal. Pasar modal menurut Bursa Efek Indonesia merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi di negara berkembang seperti Indonesia dipengaruhi oleh aktivitas pasar modal. Pasar modal menurut Bursa Efek Indonesia merupakan pasar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tujuan utama sebuah perusahaan adalah untuk mendapatkan laba yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama sebuah perusahaan adalah untuk mendapatkan laba yang sebesar-besarnya dan meningkatkan kemakmuran bagi para pemegang saham. Suatu perusahaan dikatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kehidupan ekonomi masyarakat pada era saat ini tidak terlepas dari dunia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kehidupan ekonomi masyarakat pada era saat ini tidak terlepas dari dunia perbankan. Sejatinya perbankan merupakan mitra masyarakat untuk memenuhi segala kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melemahnya aktivitas bisnis secara umum di seluruh dunia. Sebagian. besar negara mengalami kemunduran dan kesulitan keuangan karena
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis finansial global pada tahun 2008 yang mengakibatkan melemahnya aktivitas bisnis secara umum di seluruh dunia. Sebagian besar negara mengalami kemunduran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan negara-negara lain, baik di dunia, dikawasan Asia,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelaksanaan corporate governance di Indonesia memang tertinggal dibandingkan dengan negara-negara lain, baik di dunia, dikawasan Asia, bahkan kawasan Asia
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. memilih sampel seluruh perusahaan di BEI periode adalah karena
26 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Populasi dan Sampel Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2009-2013. Alasan penulis
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. secara tidak langsung atau melalui media perantara, Sumber-sumber data dapat
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Sumber Data Dalam penelitian ini penulis menggunakan data sekunder karena data diperoleh secara tidak langsung atau melalui media perantara, Sumber-sumber data dapat diperoleh
Lebih terperinciPENGARUH CORPORATE GOVERNANCE DAN LEVERAGE TERHADAP PROFITABILITAS BANK YANG GO PUBLIC DI INDONESIA PERIODE ABSTRACT
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE DAN LEVERAGE TERHADAP PROFITABILITAS BANK YANG GO PUBLIC DI INDONESIA PERIODE 2009-2012 Hamidah Fakultas Ekonomi, Program Studi S1 Manajemen, Universitas Negeri Jakarta Email:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan baik perusahaan besar maupun perusahaan kecil.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini perekonomian dunia telah banyak membuat kesulitan yang sangat besar terhadap perekonomian di setiap negara terutama perusahaan besar yang memberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melimpahkan kepada pihak lain yaitu manajer sehingga menyebabkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manajemen keuangan bertujuan untuk memaksimumkan kesejahteraan pemilik (shareholder) melalui keputusan dan kebijakan yang tercermin dalam harga saham dipasar
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang mengalami kesulitan keuangan atau financial distress. Menurut Plat dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1998 memiliki dampak yang besar bagi kehidupan masyarakat di Indonesia. Pada tahun itu, terjadi inflasi secara besar-besaran.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan bagi Manajer maupun Stakeholder. Sehingga pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Laporan keuangan merupakan salah satu informasi yang didapatkan dari suatu perusahaan. Laporan keuangan dapat mempengaruhi pengambilan keputusan bagi Manajer
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di era globalisasi ini perkembangan perusahaan semakin lama semakin pesat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di era globalisasi ini perkembangan perusahaan semakin lama semakin pesat. Banyaknya perusahaan yang bersaing untuk dapat berkembang di masing-masing usaha yang mereka
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Inti dari hubungan keagenan adalah adanya pemisahan antara kepemilikan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Keagenan (Agency Theory) Jensen dan Meckling (1976) dalam Isnanta (2008), menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah sebuah kontrak antara manajer (agent) dengan investor
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI II.1 Corporate Governance II.1.1 Pengertian Corporate Governance Kata governance berasal dari bahasa Perancis gubernance yang berarti pengendalian. Selanjutnya kata tersebut dipergunakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan (Agency Theory) Penelitian ini menggunakan teori keagenan, dimana teori ini sering kali digunakan sebagai landasan dalam penelitian mengenai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tuntutan terhadap good corporate governance semakin meningkat. Banyak. dikarenakan lemahnya corporate governance (Wardhani, 2008).
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kondisi perekonomian di dunia terus mengalami berbagai perubahan dan hal ini memicu para pengusaha berusaha lebih keras dalam mengembangkan usahanya, apalagi
Lebih terperinci