BAB I PENDAHULUAN. pesat. Teknologi informasi mengubah gaya hidup masyarakat dalam segala

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. pesat. Teknologi informasi mengubah gaya hidup masyarakat dalam segala"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan dan perkembangan teknologi informasi dewasa ini sangatlah pesat. Teknologi informasi mengubah gaya hidup masyarakat dalam segala sendi kehidupan. Masyarakat seolah sangat tergantung pada fungsi teknologi informasi dalam segala aspek kehidupannya. Fungsi teknologi informasi ibarat pisau bermata dua. Ada manfaat positifnya, sekaligus ada pula dampak negatifnya. Namun, manfaat maupun dampak negatif yang kelak muncul tentu bergantung pada niat dan perilaku tiap orang yang menggunakan produk teknologi komunikasi modern itu. Menurut Havighurts tugas-tugas perkembangan pada anak bersumber pada tiga hal, yaitu: kematangan fisik, rangsangan atau tuntutan dari masyarakat dan norma pribadi mengenai aspirasi-aspirasinya. 1 Tugas-tugas perkembangan tersebut adalah sebagai berikut: tugas-tugas perkembangan anak usia 0-6 tahun, meliputi belajar memfungsikan visual motoriknya secara sederhana, belajar memakan makanan padat, belajar bahasa, kontrol badan, mengenali realita sosial atau fisiknya, belajar melibatkan diri secara emosional dengan orang tua, saudara dan lainnya, belajar membedakan benar atau salah serta membentuk nurani. Tugas-tugas perkembangan anak usia 6-12 tahun (usia sekolah) adalah menggunakan kemampuan fisiknya, belajar sosial, mengembangkan kemampuan-kemampuan dasar dalam membaca, menulis, hal Dikutip dalam Hurlock, Elizabeth, B., 2000, Psikologi Perkembangan, Erlangga, Jakarta, 1

2 dan menghitung, memperoleh kebebasan pribadi, bergaul, mengembangkan konsep-konsep yang dipadukan untuk hidup sehari-hari, mempersiapkan dirinya sebagai jenis kelamin tertentu, mengembangkan kata nurani dan moral, menentukan skala nilai dan mengembangkan sikap terhadap kelompok sosial atau lembaga. 2 Masa usia sekolah - school age (6-12 tahun) dianggap sebagai usia yang paling sesuai dalam menanamkan dan membentuk perilaku positif, karena pada masa itu anak belajar untuk membentuk kepribadian. Pada masa ini anak memasuki masa belajar di dalam dan di luar sekolah. Anak belajar di sekolah, tetapi membuat latihan pekerjaan rumah yang mendukung hasil belajar di sekolah. Banyak aspek perilaku dibentuk melalui penguatan verbal, keteladanan dan identifikasi. Pada masa ini anak banyak belajar sistematis mengenai: 3 1. Perkembangan kemampuan intelek di sekolah, perluasan pengetahuan tentang lingkungan fisik, sosial, dan kebudayaan. 2. Perkembanga n kepribadian ditujukan pada pembentukan ciri-ciri dan sifatsifat kepribadian tertentu, seperti percaya diri, tanggung jawab, menghargai otoritas,mengejar prestasi, menghargai prestasi diri. 3. Perkembangan hubungan sosial pergaulan Perkembangan seorang anak seperti yang telah banyak terurai di atas, tidak hanya terbatas pada perkembangan fisik saja tetapi juga pada perkembangan mental, sosial dan emosional. Salah satu tahap perkembangan anak yang paling penting adalah proses pembentukan perilakunya. Pada masa 2 Ibid. 3 Ibid, hal. 14 2

3 usia dini, anak belajar mengembangkan kontrol dirinya dan belajar prilaku yang dapat diterima sesuai dengan norma masyarakat. Selain itu anak juga belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain. Abraham Maslow menyatakan bahwa kepribadian anak sebenarnya terbentuk dan berkembang melalui proses komunikasi, oleh karena itu diperlukan komunikasi antar pribadi yang efektif yang akan mampu menciptakan suasana yang akrab, saling pengertian, keterbukaan, dan kedekatan antara orang tua dan anak. Komunikasi yang tepat dapat membentuk kepribadian positif yang akan tercermin melalui perillaku anak yang positif pula meliputi mandiri, disiplin, kreatif, terbuka, percaya diri, dan bertanggung jawab. 4 Para orang tua ingin sekali anaknya tumbuh menjadi pribadi yang sehat, bahagia dan matang secara sosial, tetapi mereka sering kali tidak yakin bagaimana membantu anak mereka untuk mencapai tujuan itu. Salah satu alasan dari frustasi yang dirasakan para orang tua adalah karena mereka menerima pesan-pesan yang saling bertentangan tentang bagaimana mereka mengatur anak. Banyak orang tua mempelajari tradisi pengasuhan anak dari orang tua mereka. Padahal, budaya dan nilai-nilai masyarakat yang berlaku saat ini sudah mengalami perubahan. Akibatnya, tidak sedikit pula orang tua yang merasa bingung tentang apa yang harus mereka lakukan dalam mengarahkan perilaku anak yang diterima secara normatif dan dalam mengawasinya. Sayangnya, ketika tradisi pengasuhan akan diturunkan dari satu generasi ke 4 Dikutip dalam Koswara, 1991, Teori-teori Kepribadian, Erasco, Bandung, hal. 25 3

4 generasi berikutnya, baik yang diinginkan maupun tidak diinginkan biasanya muncul. 5 Berbagai contoh fenomena di era modernisasi yang kerap kali terjadi berkaitan dengan pentingnya peran komunikasi orang tua adalah salah satunya berkenaan dengan perkembangan kecanggihan teknologi. Sesuatu yang tidak dapat dihindari bahwa teknologi berkembang dengan pesat sehingga penggunaannya banyak digunakan tidak semestinya. Disinilah komunikasi antar pribadi orang tua dengan anak dibutuhkan untuk menanamkan nilai-nilai moral dan perilaku positif serta mencegah anak berperilaku negatif seiring perkembangannya. Salah satu teknologi modern yang banyak digandrungi anak-anak, remaja, maupun orang dewasa adalah telepon pintar (Smartphone). Telepon pintar adalah telepon genggam yang memiliki sistem operasi untuk masyarakat luas, dimana pengguna dapat dengan bebas menambahkan aplikasi, menambah fungsi-fungsi atau mengubah sesuai keinginan pengguna. Dengan kata lain, telepon pintar merupakan komputer mini yang mempunyai kapabilitas sebuah telepon. 6 Menurut Gary B,Thomas J, & Misty E, Smartphone adalah telepon yang internet-enable yang biasanya menyediakan fungsi personal Digital Assistan (PDA) seperti fungsi kalender, buku agenda, buku alamat, kalkulator dan catatan. Smartphone mempunyai fungsi yang menyerupai komputer, sehingga ke depannya teknologi smartphone akan menyingkirkan teknologi 5 Perkembangan dan Pembentukan buadaya pada anak, diakses tanggal 05 Desember Shiraishi, Y., Ishikawa, D., Sano, S., Sakurai, K., Smartphone Trend and Evolution in Japan. Tokyo: Mobile Computing Promotion Consortium. 4

5 komputer desktop terutama dalam hal pengangksesan data dari internet. Setiap smartphone memiliki sistem operasi yang berbeda-beda, sama halnya dengan sistem operasi pada komputer desktop. Sistem operasi (operating system) adalah seperangkat program yang mengoordinasikan seluruh aktivitas peranti keras komputer. Dari pengertian sistem operasi diatas, maka sistem operasi pada smartphone merupakan program yang mengoordinasikan seluruh aktivitas piranti pada smartphone itu sendiri. 7 Asosiasi Telekomunikasi Selular Indonesia (ATSI) mencatat jumlah pengiriman telepon pintar meningkat dari hanya 6% (2009) menjadi 12% dari jumlah pengiriman semua model ponsel ke Indonesia pada Menurut Dian Siswarini, Sekretaris Jenderal ATSI, layanan data internet kini menjadi bagian dari aktivitas harian pelanggan ponsel di Indonesia. Ia mencatat sebagian besar pengguna telepon pintar dewasa ini menggunakan perangkat mereka untuk menelusuri internet, membaca berita online, bergaul di jejaring sosial, dan saling mengirim surat elektronik. 8 Smartphone menjadi salah satu jenis teknologi informasi yang fenomenal belakangan ini. Tukar informasi dan jalinan komunikasi ke segala penjuru makin mudah. Penggunanya pun hampir tak mengenal batas usia. Mulai dari orang tua, orang dewasa, remaja bahkan anak-anak. Yang dikawatirkan adalah apabila layanan smartphone dapat dengan mudah menggunakan internet dimanfaatkan oleh kalangan anak-anak dan remaja untuk melihat-lihat sesuatu yang seharusnya belum layak untuk mereka 7 Gary B, S., Thomas J, C., & Misty E, V, 2007, Discovering Computers, Fundamentals, 3thed. (Terjemahan). Salemba Infotek, Jakarta, hal 19 8 Siswarini, Dian, Operator Berupaya Tekan Churn Rate, diakses tanggal 05 Desember

6 konsumsi. Karena memang penggunaan Smartphone belum memiliki batasan yang jelas untuk pengkonsumsiannya pada aspek-aspek tertentu. Anak dan remaja dapat dengan mudahnya mengakses semua hal yang ada diinternet, baik itu mulai dari informasi yang positif maupun informasi yang belum selayaknya mereka dapatkan atau sebenarnya informasi tersebut harus didapatkan melalui pengawasan orang tua. Pemakaian smartphone yang begitu mudahnya untuk dimanfaatkan membuat para penikmat smartphone dalam menggunakan internet kadang melupakan bahwa sebenarnya mereka memiliki keterbatasan untuk pengkonsumsiannya. Terlupakannya keterbatasan ini yang membuat terciptanya dampak negatif pada anak atas pemanfaatan internet. Ditambah lagi Smartphone dilengkapi dengan game-game yang menarik sehingga ditakutkan rasa sosialisasi anak-anak akan berkurang, anak-anak lebih menyukai bermain dengan Smartphone yang mereka miliki, sehingga mereka lebih banyak menghabiskan waktu sendiri untuk bermain di smartphone mereka. Keterbatasan sosialisasi anak ini akan menyebabkan berkurangnya rasa sosial, pengingkaran terhadap norma-norma dan agama, bahkan sampai bersifat egoistis, dan individualis. 9 Fenomena penggunaan smartphone juga terjadi dikalangan siswa sekolah dasar, seperti yang terjadi di Sekolah Dasar Negeri Ungaran 01 Yogyakarta. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 14 bulan Mei tahun 2013, diketahui bahwa siswa sekolah ini lebih dari 50% siswa kelas dua hingga kelas enam menggunakan smartphone (merek 9 Shiraishi, Y., Ishikawa, D., Sano, S., Sakurai, K., Op.cit. 6

7 Blackberry, Samsung Galaxy, Sony, Iphone, Lenovo dan lain-lain). Penggunaan smartphone ini dapat membawa dampak sosial yang bersifat negatif, salah satu dampaknya adalah perubahan perilaku anak, diakibatkan karena kecanduan dengan smartphone ini. Pemilihan Sekolah Dasar Negeri Ungaran 01 Yogyakarta sebagai lokasi penelitian disebabkan dari jumlah siswa pengguna smartphone yang termasuk besar serta Sekolah Dasar Negeri ini merupakan salah satu sekolah unggulan di Kota Yogyakarta. Ditambah lagi Sekolah Dasar Negeri tersebut dikenal sebagai sekolah bagi kalangan menengah ke atas yang sebagian siswanya telah paham teknologi canggih dan telah diberikan smartphone secara mandiri oleh orang tua mereka. Selain itu peneliti juga membatasi murid Sekolah Dasar Negeri Ungaran 01 karena dianggap paling sesuai untuk mendukung efektivitas dan efisiensi waktu penelitian. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang tersebut di atas, maka dapat ditarik beberapa perumusan masalah sebagai berikut: 1. Mengapa orang tua memberikan smartphone terhadap anak Sekolah Dasar Negeri Ungaran 01 Yogyakarta? 2. Apakah smartphone dapat menjadi media relasi antara orang tua dan anak? C. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Motivasi orang tua dalam memberikan smartphone kepada anak. 2. Fungsi smartphone terhadap relasi antara orang tua dan anak. 7

8 D. Manfaat 1. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan peneliti tentang penggunaan smartphone pada kalangan anak sekolah dasar. 2. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi orang tua siswa Sekolah Dasar Ungaran 01 Yogyakarta mengenai penggunaan smartphone pada anak sekolah dasar, serta bentuk dari pengawasan orang tua dalam rangka penggunaan smartphone dikalangan anak sekolah dasar. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut bagi peneliti lain yang ingin meneliti hal yang sama serta penjelasan teoritisnya. E. Kerangka Teori 1. Teori Tindakan Sosial (Max Weber) Weber memusatkan perhatiannya pada tindakan yang jelas-jelas melibatkan campur tangan proses pemikiran (dan tindakan yang bermakna yang ditimbulkan oleh-nya) antara terjadinya stimulus dan respons. Secara agak berbeda, tindakan dikatakan terjadi ketika individu melekatkan makna subjektif pada tindakan mereka. Dalam teori tindakannya, tujuan weber tak lain adalah memfokuskan perhatian pada individu, pola dan regulitas tindakan, dan bukan pada kolektivitas. 10 Weber mengartikan sosiologi sebagai studi tentang tindakan sosial antar hubungan sosial yang titik tekannya yaitu pada verstehen (pemahaman subyektif) sebagai metode untuk memperoleh pemahaman 10 Ritzer, George Teori Sosiologi. Yogyakarta: Kreasi Wacana, hal

9 yang valid mengenai arti-arti subyektif tindakan sosial.bagi weber, istilah ini tidak hanya sekedar merupakan instropeksi. Instropeksi bisa memberikan seseorang pemahaman akan motifnya sendiri atau arti-arti subyektif, tetapi tidak cukup untuk memahami arti-arti subyektif dalam tindakan-tindakan orang lain. Sebaliknya, apa yang diminta adalah empatikemampuan menempatkan diri dalam kerangka berfikir orang lain yang perilakunya mau dijelaskan dan situasi serta tujuan-tujuannya mau dilihat menurut perspektif itu. 11 Menurut Weber individu melakukan suatu tindakan berdasarkan atas pengalaman, persepsi, pemahaman dan atas suatu objek stimulus atau situasi tertentu.tindakan individu ini merupakan sosial yang rasional yaitu mencapai tujuan dengan sarana-sarana yang paling tepat. Tindakan sosial berkaitan dengan interaksi sosial, sesuatu tidak akan dikatakan tindakan sosial jika individu tidak mempunyai tujuan dalam melakukan tindakan itu. Rasionalitas merupakan konsep dasar yang digunakan Weber dalam klasifikasinya mengenai tipe-tipe tindakan sosial.pembedaan pokok yang diberikan adalah antara tindakan rasional dan non rasional.singkatnya, tindakan rasional berhubungan dengan pertimbangan yang sadar dan pilihan bahwa tindakan itu dinyatakan. Didalam kedua kategori utama mengenai tindakan rasional dan nonrasional itu, ada dua bagian yang berbeda satu sama lain. Weber menggunakan konsep rasional dengan membaginya kedalam empat tipe tindakan yaitu: 12 hal, Ibid 12 Doyle Paul Johnson, 1994, Teori Sosiologi Klasik dan Modern, Jakarta: PT. Gramedia, 9

10 a. Rasionalitas instrumental, rasionalitas ini sangat menekankan tujuan tindakan dan alat yang dipergunakan dengan adanya pertimbangan dan pilihan yang sadar dalam melakukan tindakan sosial. Hal ini mungkin mencakup pengunpulan informasi, mencatat kemungkinankemungkinan serta hambatan yang terdapat dalam lingkungan, dan mencoba untuk meramalkan konsekuensi-konsekuensi yang mungkin dari beberapa alternatif tindakan itu. Akhirnya suatu pilihan dilbuat atas alat yang dipergunakan. Sesudah tindakan itu dilaksanakan, orang dapat menentukan secara obyektif sesuatu yang berhubungan dengan tujuan yang akan dicapai. b. Rasionalitas yang berorientasi nilai, sifat rasionalitas yang berorientasi nilai yang penting adalah bahwa alat-alat hanya merupakan obyek pertimbangan dan perhitungan yang sadar: tujuan-tujuannya sudah ada dalam hubungannya dengan nilai-nilai individu yang bersifat absolut atau merupakan nilai akhir baginya. Nilai- nilai akhir berdifat non rasional dalam hal dimana seseorang tidak dapat memperhitungkannya secara obyektif mengenai tujuan-tujuan mana yang harus dipilih. c. Tindakan tradisional merupakan tipe tindakan sosial yang bersifat non irasional. Jika seseorang individu memperlihatkan perilaku seperti itu karena kebiasaan, tanpa refleksi yang sadar atau perencanaan, perilaki seperti itu digolongkan sebagai tindakan tradisional. Weber melihat bahwa tipe tindakan ini sedang hilang lenyap karena meningkatnya rasionalitas instrumental. 10

11 d. Tindakan afeksi, tindakan ini ditandai oleh dominasi perasaan atau emosi tanpa refleksi intelektual atau perencanaan yang sadar. Tindakan itu benar-benar tidak rasional karena kurangnya pertimbangan logis, ideolohi atau kriteria rasionalitas lainnya. Tindakan Sosial menurut Weber terbagi menjadi dua. Pertama, reactive behavior, dalam reaksi perilaku spontan terdapat subjective meaning atau dengan kata lain maksud tindakan yang dilakukan terjadi hanya spontan dan tidak berkelanjutan. Tindakan semacam ini adalah tindakan yang tak bertujuan, atau tidak di sadari sebelumnya oleh seseorang. Tindakan ini hanya begitu saja (involuntary), semisal: batuk, bersin, mengejapkan mata, menguap, kita tidak memilih merasa takut, senang, juga sakit. Hal ini tentu saja tidak bisa di nalar dengan latar belakang orang melakukan suatu tindakan. Konsep tindakan yang dimaksudkan adalah perilaku otomatis seseorang yang tidak melibatkan proses pemikiran dalam melakukan tindakan. Akan tetapi Weber tidak memfokuskan perhatiannya pada reactive behavior. Selanjutnya, poin kedua yang menjadi fokus kajiannya adalah social action, muncul dari stimulus atau respon dari suatu perilaku manusia yang menjalankan fungsinya sebagai suatu anggota di masyarakat.secara tidak langsung, tindakan ini bersifat subyektif yang dilakukan oleh aktor di lingkungan masyarakat.mereka reaktif dan dikondisikan, bukan produk pengambilan keputusan kreatif yang sukarela (voluntary). Bagi Weber, tugas analisis sosiologi terdiri dari penafsiran tindakan menurut makna subyektifnya (1921/1968: 8). Menurut definisi Weber sebagai orientasi 11

12 sadar dan primer ke arah pertimbangan ekonomis, karena yang dipersoalkan bukanlah keharusan subjektif untuk melakukan pertimbangan ekonomis, namun keyakinan bahwa hal ini diperlukan. Contoh sederhana tindakan ekonomis sehari-hari bisa di ambil dari tindakan tukang pos mengantarkan surat ke beberapa rumah sesuai alamat yang tertera. Dari kedua metodologi tipe yang dikenalkan oleh Weber fokus kajian lapangannya diperdalam menjadi empat tipe tindakan dasar: Pertama, traditional action (tindakan tradisional), adalah tindakan yang di ulang secara teratur, menjadi kebiasaan, tidak menjadi persoalan kebenaran dan keberadaannya.tindakan semacam ini adalah tindakan warisan yang diturunkan dari generasi yang lalu. Sebuah contoh dari tindakan orang jawa Saya melakukan ini karena Nenek saya mengajarkan demikian. Hal ini bisa temukan pada kebiasaan orang jawa yang lebih mendahulukan atau mengutamakan, dan juga menghargai orang yang lebih tua. Kedua, affectual action (tindakan affectual), tindakan ini didasarkan pada sentiment atau emosi yang dimiliki oleh seseorang. Hal ini akan mempengaruhi tindakan atau respon orang dalam melakukan suatu tindakan. Contoh dalam kehidupan sehari-hari bisa digambarkan oleh orang yang sedang jatuh cinta akan merasa nyaman jika kekasihnya disampingnya. Tetapi hal ini akan berubah berbeda bilamana sedang terjadi gejolak diantara mereka atau bertengkar dengan pasangannya. Tentunya hal ini akan berubah menjadi suasana emosi. 12

13 Ketiga, instrumentally rational action, tindakan yang pada dasarnya dilakukan dengan adanya kepentingan maupun tujuan tertentu. Jalan pintas dianggap pantas. Mungkin sudah cukup mencerminkan kebiasaan orang Indonesia dalam bertindak. Mereka beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan adalah tindakanefisien untuk mencapai tempat tujuan, inilah cara terbaik untuk mencapainya, dan melalui jalur ini adalah jalan aman mencapai tujuan. Keempat, value rational action (tindakan rasionalitas nilai), tindakan semacam ini adalah tindakan yang terkait dengan komitmen.tindakan ini dilakukan dengan penuh kesadaran yang tidak terlepas dari religious, hukum, ataupun juga bentuk-bentuk lainnya. Dari keempat bentuk tindakan diatas, sebenarnya weber tahu akan tindakan terdiri dari percampuran atau kombinasi antara tindakan yang dilakukan oleh actor. Dari sinilah Weber telah mewariskan pemahamannya mengenai tindakan sosial. Ada penekanan khusus yang ia lakukan dalam menanggapi fenomena sosial yaitu lebih mengutamakan rational dari pada suatu tindakan yang dilakukan atas dasar tradisi atau perasaan belaka. 2. Teori Rasionalisasi (Max Weber) Sulit memperoleh definisi yang jekas tentang rasionalisasi dari karya Weber. Seperti sebelumnya, Weber mendefenisikan rasionalitas; dimana Weber membedakan jenis rasonalitas rasionalitas sarana-tujuan dan rasionalitas nilai. Namun, konsep-konsep tersebut merujuk pada tipe tindakan. Donald Levine berpendapat bahwa Weber tertarik pada 13

14 rasionalitas yang terobjektivasi, yaitu tindakan yang sejalan dengan proses sistematisasi eksternal. 13 Stephen Kalberg melakukan pembahasan yang cukup bermanfaat dengan mengidentifikasi empat tipe dasar rasionalitas ( objektif ) dalam karya Weber antara lain: 14 a. Rasionalitas Praktis merupakan tahap rasionalitas dimana orang yang mempraktikkan rasionalitas ini menerima realitas yang ada dan sekedar mengkalkulasikan cara termudah untuk mengatasi kesulitan yang mereka hadapi. Tipe rasionalitas semacam ini muncul seiring makin longgarnya ikatan-ikatan magis primitif, dan pasti ada pada setiap peradaban. b. Rasionalitas Teoretis merupakan tahap rasionalitas dimana upaya kognitif digunakan untuk menguasai realitas melalui konsep-konsep yang makin abstrak dan bukan melalui tindakan. Tipe rasionaltas ini pada awalnya digunakan oleh tukang sihir dan pendeta ritual yang selanjutnya digunakan oleh filsuf, hakim dan ilmuwan. Tipe rasionalitas ini mendorong seseorang untuk lebih memahami dunia yang didalamnya penuh dengan makna. c. Rasionalitas Substantif merupakan tipe rasionalitas yang secara langsung menyusun tindakan-tindakan ke dalam pola-pola melalui kluster-kluster nilai. Tipe rasionalitas ini menyatakan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu memerlukan sejumlah sarana melalui sistem nilai. Suatu sistem nilai (secara substantif) tidak lebih rasional daripada sistem lainnya. 13 Ibid. 14 Ritzer, George. 2008, Op.cit, hal

15 d. Rasionalitas Formal merupakan tipe rasionalitas yang melibatkan kalkulasi sarana-tujuan. Tipe rasionalitas ini merujuk kepada aturan, hukum atau regulasi yang bersifat universal. Pada dasarnya rasionalitas formal hanya muncul di dunia Barat seiring dengan munculnya industrialisasi. Aturan, hukum atau regulasi yang berlaku secara universal dan menjadi ciri rasionalitas formal di dunia Barat khususnya ditemukan pada lembaga-lembaga ekonomi, hukum, ilmu pengetahuan maupun dalam bentuk dominasi birokratis. Lebih dalam lagi Colemen membahas teori pilihan rasional dengan memusatkan perhatian pada aktor. 15 Dimana aktor dipandang sebagai manusia yang mempunyai tujuan atau mempunyai maksud. Artinya aktor mempunyai tujuan, dan tindakannya tertuju pada upaya untuk mencapai tujuan itu. Dalam teori pilihan rasional, Aktor pun dipandang mempunyai pilihan (nilai dan keperluan) sehingga tujuan aktor pun ditentukan oleh pilihan (nilai dan keperluan) tersebut. Teori pilihan rasional tidak menghiraukan apa yang menjadi pilihan atau apa yang menjadi sumber pilihan aktor. Yang penting adalah kenyataan bahwa tindakan dilakukan untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan pilihan aktor. 16 Dalam teori pilihan rasional ada dua pemaksa yang mempengaruhi tindakan aktor, pertama yaitu keterbatasan sumber, aktor mempunyai sumber maupun akses yang berbeda terhadap sumber daya lain. Bagi aktor yang mempunyai sumber daya yang besar akan lebih mudah dalam pencapaian tujuan dibandingkan aktor yang mempunyai sumber daya 15 Ritzer, George dan Goodman Douglas, 2004, Teori Sosiologi Modern, Jakarta : Prenada Media, hal Ibid. 15

16 sedikit. Terkait dengan keterbatasan sumber daya, dalam hal ini ada yang disebut dengan biaya kesempatan (opportunity cost) ketika aktor tidak mempunyai sumber daya yang cukup untuk mencapai tujuan yang menarik baginya, maka si aktor memilih untuk tidak mencapai tujuan tersebut. Tetapi dia akan mencari peluang lain dengan memilih tujuan kedua yang lebih bernilai sesuai dengan cost yang ia miliki, inilah yang disebut dengan memaksimalkan pencapaian keuntungan. Sumber pemaksa kedua yaitu lembaga sosial, sanksi yang terdapat dalam lembaga sosial baik itu negatif ataupun positif akan mendorong aktor untuk melakukan tindakan tertentu dan menghindarkan tindakan yang lain, hal ini bisa saja menjadi hambatan bagi aktor dalam pencapaian tujuannya. 17 Bagi Colemen itu sendiri ada dua unsur utama dalam teori pilihan rasional, yaitu aktor dan sumber daya. Interaksi antara aktor dan sumber daya secara rinci menuju ketingkat sistem sosial, ia menjelaskannya dengan perhatian satu orang terhadap sumber daya yang dikendalikan orang lain, menyebabkan keduanya terlibat dalam tindakan yang saling membutuhkan. Sebagai aktor yang mempunyai tujuan, masing-masing dari keduanya bertujuan untuk memaksimalkan perwujudan kepentingannya hal ini lah yang memberikan ciri saling tergantung atau ciri sistematik terhadap tindakan mereka. Bermula dari tindakan rasional individual inilah, membawa mereka pada perilaku kolektif, dimana Colemen mebahasnya sebagai hubungan mikro-makro atau dampak tindakan individual terhadap individu lain Ibid. 18 Ibid. 16

17 Dalam menganalisis hubungan mikro-makro Colemen mengenalkan konsep perilaku kolektif. Perilaku kolektif merupakan kumpulan dari setiap tindakan individu yang pada akhirnya menciptakan keseimbangan. Keseimbangan itu sendiri tercipta karena adanya saling kontrol atas tindakan-tindakan individu yang ada dalam suatu kolompok sosial. Colemen menyebut norma sebagai kontrol perilaku kolektif, menurutnya norma diprakarsai dan dipertahankan oleh beberapa orang yang melihat keuntungan yang dihasilkan dari pengamatan terhadap norma dan kerugian yang berasal dari pelanggaran norma itu. Sekali lagi, bahwa yang dipertegas dalam teori pilihan rasional itu adalah bahwa tindakan aktor individual itu dupayakan untuk memaksimalkan kepentingan mereka. Maka dalam upaya memaksimalkan utilitas mereka, sebagian dengan menggerakan hak untuk mengendalikan diri mereka sendiri dan memperoleh sebagian hak untuk mengendalikan aktor lain. Karena pemindahan pengendalian itu tidak terjadi secara sepihak, maka dalam kasus norma ini terdapat keseimbangan. 19 Beberapa masalah akan dihadapi dalam menganalisa tindakan sosial menurut titik pandangan ini. Para ahli filsafat sosial, pujangga, dan pengamat sosial lainnya berbeda secara mendalam dalam memberikan prioritas pada pikiran, intelek, dan logika (kegiatan otak) atau pada hati (seperti perasaan, sentimen, emosi) kalau menjelaskan perilaku manusia. Sejauh mana perilaku manusia itu bersifat rasional, tidak seorangpun berbuat sesuatu tanpa pikiran, tetapi pikiran mungkin hanya sekedar 19 Ritzer, George. 2008, Op.cit, hal

18 keinginan untuk menyatakan suatu perasaan, dan bukan suatu perhitungan yang sadar atau logis. Kebanyakan manusia heran mengapa kadang-kadang pikiran manusia tidak mampu membangkitkan motivasi atau mendorong manusia untuk bertindak. Kadang-kadang mungkin juga orang berpikir bahwa tindakan orang lain itu sama sekali tidak masuk akal, hanya menjadi berarti apabila orang itu menjelaskan alasan bagi tindakan itu mesipun kriteria yang digunakan untuk penilaian seperti itu mungkin agak longgar. Fenomena penggunaan smartphone dikalangan siswa SD, dapat disebabkan oleh pemberian atau penghargaan orang tua atas prestasi anak di sekolah yang bertujuan untuk memotivasi anak mereka. menurut Colemen, ia memusatkan perhatian bahwa aktor dipandang sebagai manusia yang mempunyai tujuan atau mempunyai maksud. Artinya aktor mempunyai tujuan, dan tindakannya tertuju pada upaya untuk mencapai tujuan itu. Dengan begitu orang tua siswa dipandang sebagai aktor yang membuat anak menggunakan smartphone, memiliki tujuan agar anaknya termotivasi dengan belajar menjadi giat. Sejauh mana perilaku manusia itu bersifat rasional, tidak seorangpun berbuat sesuatu tanpa pikiran, tetapi pikiran mungkin hanya sekedar keinginan untuk menyatakan suatu perasaan, dan bukan suatu perhitungan yang sadar atau logis. Dalam hal ini, orang tua memberikan smartphone mungkin saja bukan hanya suatu perhitungan melainkan pada perasaan kasih sayang kepada buah hati mereka. 18

19 F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah deskriptif kualitatif. Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/ melukiskan keadaan subyek/ obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain)pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak, atau sebagaimana adanya. 20 Selanjutnya, Kirk dan Miller mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya. 21 Penelitian ini mencoba untuk memberikan gambaran keadaan penggunaan smartphone dikalangan siswa sekolah dasar dilihat dari bagaimana smartphone dapat menjadi media relasi antara orang tua dan anak. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif yaitu suatu penelitian yang menghasilkan data yang bersifat deskriptif (penggambaran) yang berupa fakta-fakta tertulis maupun lisan. 2. Obyek Penelitian Definisi objek penelitian menurut Nawawi adalah sebagai berikut: objek penelitian merupakan seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain 20 Nawawi, Hadari, 2007, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, hal Moeleong, Lexy, 2006, Metodologi Penelitian Kualitatif: Remaja Rosdakarya, Bandung, hal 3 19

20 pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. 22 Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa objek penelitian adalah sasaran ilmiah dengan tujuan dan kegunaan tertentu untuk mendapatkan data tertentu. Kriteria dari informan yang dijadikan objek dalam penelitian ini adalah Siswa pengguna smartphone kelas IV dan V, Orang tua siswa yang bersangkutan, Siswa pengguna telepon genggam biasa di sekolah Dasar Negeri Ungaran 01 Yogyakarta. Alasan pemilihan obyek orang tua dalam penelitian tersebut dikarenakan orang tua merupakan orang yang paling dekat dengan anak, dengan demikian orang tua lah yang paling mengerti mengenai perkembangan anaknya sebelum dan sesudah menggunakan smartphone. 3. Lokasi Penelitian Adapun fokus penelitian mengenai penggunaan smartphone dikalangan anak usia sekolah dasar di Sekolah Dasar Negeri Ungaran 01, maka lokasi penelitian dilakukan di Sekolah Dasar tersebut yang terletak di jalan Serma Taruna Ramli No 3, Kotabaru, Gondokusuman, DI Yogyakarta. Namun terdapat kemungkinan pula penelitian dilakukan di beberapa rumah orang tua siswa pengguna smartphone yang menurut peneliti sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan. Tempat-tempat ini diharapkan mampu memberikan informasi yang dibutuhkan dan menjadi tempat yang sesuai sebagai sumber informasi. 22 Nawawi, Hadari, 2007, Op.cit, hal 70 20

21 4. Teknik Pengumpulan Data Data-data dari lapangan dikumpulkan secara terus menerus sampai tuntas melalui proses wawancara secara mendalam, pengamatan berpartisipasi, dan analisis dokumen selama penelitian berlangsung. Datadata tersebut disusun dalam suatu catatan lapangan sebagai langkah awal dalam analisis data. Ada dua tahap dalam pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti sebagai berikut: a. Survei tanggal 14 bulan Mei tahun 2013 yang bertujuan untuk menentukan sampel sekolah. Dari survei tersebut didapatkan jumlah siswa yang menggunakan smartphone dari kelas II sampai dengan kelas VI sekitar 50% dari jumlah siswa keseluruhan 652. Selain itu, penggunaan smartphone pada kalangan murid Sekolah Dasar Negeri tersebut diizinkan oleh pihak sekolah untuk digunakan dilingkungan Sekolah. b. Melakukan wawancara mendalam terhadap siswa kelas IV dan V yang menggunakan smartphone sebanyak enam orang, empat siswa yang menggunakan telepon genggam biasa serta lima ibu sebagai orang tua siswa pengguna smartphone. Informan yang diwawancarai tidak memiliki kriteria khusus hanya mereka yang menggunakan smartphone dan bersedia menjadi informan dalam penelitian ini. 21

22 a) Data primer Data primer yang digunakan adalah data dari hasil wawancara, yang diperoleh secara langsung dari informan/nara sumber. Informan dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu pemilihan sample berdasarkan pada karakteristik tertentu yang dianggap mempunyai sangkut paut dengan karakteristik populasi yang telah diketahui sebelumnya. 23 I. Observasi Observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematis atas fenomena-fenomena yang diteliti. Teknik observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang keadaan atau kegiatan yang dilakukan oleh subyek penelitian. Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan mengamati kondisi pergaulan siswa, pengawasan orang tua dalam penggunaan smartphone serta relasi anak kepada orang tua. II. Wawancara (field interviewing) Metode wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara mengadakan pengamatan, wawancara, dan membagikan kuesioner atau daftar pertanyaan kepada responden. Wawancara adalah sebuah praktek metode kualitatif untuk mengetahui bagaiman orang berfikir dan merasakan mengenai praktek komunikasi mereka. 24 Tetapi sebuah wawancara lebih dari sekedar sebuah proses linier yang sederhana dimana mempertanyakan pertanyaan dan mendapatkan 23 Ruslan, Ahmadi Memahami Metodologi Penelitian Kualitatif. Malang: UIN Press, hal Keyton, Joann, 2006, Communication and Organizational Culture: A Key to Understanding Work Experiences, Sage Publications, Inc., USA, hal

23 jawaban. Wawancara sebagai sebuah metode penelitian kualitatif yang merupakan sebuah bentuk semi langsung (semidirected form) dari percakapan atau pembicaraan dengan maksud mengetahui cara pandang responden. Wawancara dimulai dengan mempertanyakan pertanyaan yang umum untuk mendapatkan informasi yang sesungguhnya. Menurut Mason, wawancara dapat berubah-ubah dikarenakan kurang mengenal struktur dan kurang terlibat dalam lingkungan yang akan diwawancara. 25 Pewawancara harus memiliki ide yang luas mengenai topik apa yang akan diketahui tetapi, pada saat yang bersamaan harus memiliki terminologi dan topik persoalan untuk didiskusikan dengan responden, hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam menjawab pertanyaan penelitian. III. Studi Pustaka Studi pustaka merupakan suatu teknik untuk mendapatkan data teoritis guna memperoleh pendapat para ahli dan teorinya melalui sumber bacaan. 26 Dalam penelitian ini sumber pustaka yang digunakan berhubungan dengan topik penelitian yaitu mengenai penggunaan smartphone dikalangan siswa, berupa buku-buku, website, dan artikel lainnya. b) Data sekunder Data sekunder merupakan data yang bersumber pada literature, dokumen.data sekunder merupakan data yang besumber dari sumber lain dengan tujuan untuk melengkapi data primer seperti literatur, dokumen hal Ibid 26 Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: CV.Alfabeta, 23

24 serta sumber tertulis lainnya. Data tersebut digunakan untuk mendukung koherasi data yang diperoleh dangan mengutip dari sumber lain yang bertujuan untuk melengkapi data primer. 5. Teknik Analisis Data Analisis data dengan menggunakan domain. Setelah itu dilakukan telaah data, menata, dan menemukan apa yang digunakan dan apa yang diteliti. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan selama pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam waktu tertentu. 27 Proses analisis data dilakukan secara terus menerus dalam proses pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan pengambilan kesimpulan selama penelitian berlangsung. a. Reduksi data Data-data yang telah diperoleh dari lapangan akan bertambah seiring dengan berjalannya proses pengumpulan data, oleh karena itu data tersebut perlu direduksi, dirangkum, dipilah-pilah, diambil yang pentingpenting, dicari tema dan polanya. Melalui proses reduksi data ini laporan mentah yang diperoleh di lapangan disusun menjadi lebih sistematis, sehingga mudah dikendalikan, memberi gambaran yang jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya. b. Penyajian data Penyajian data merupakan sekumpulan informasi yang telah disusun dari hasil reduksi data. Data yang ada kemudian disatukan dalam 27 Ibid, hal

25 unit-unit informasi yang menjadi rumusan kategori-kategori dengan berpegan pada prinsip holistik dan dapat ditafsirkan tanpa informasi tambahan. Berdasarkan penyajian data ini memungkinkan peneliti untuk dapat menarik kesimpulan atau pengambilan tindakan lebih lanjut. c. Menarik kesimpulan Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Kesimpulan diambil dari penyajian data yang telah dilakukan sehingga sejak awal penelitian diupayakan untuk mencari makna data yang telah dikumpulkan. Untuk itu peneliti perlu mencari pola, tema, persamaan, perbandingan, hal-hal yang timbul, dan sebagainya. Kesimpulan penelitian tentang penggunaan smartphone ditinjau dari pengawasan orangtua terhadap dampak perubahan sosial anak dapat lebih mendalam dan mengakar seiring dengan bertambahnya informasi dari hasil wawancara, pengamatan, studi dokumenter selama penelitian berlangsung. 25

BAB II TINDAKAN SOSIAL - MAX WEBER. yang menonjol, dan setiap gagasan yang mengancamnya akan disingkirkan

BAB II TINDAKAN SOSIAL - MAX WEBER. yang menonjol, dan setiap gagasan yang mengancamnya akan disingkirkan BAB II TINDAKAN SOSIAL - MAX WEBER A. Paradigma Definisi Sosial Sejarah suatu ilmu pengetahuan adalah sejarah bangun dan jatuhnya paradigma-paradigma. Untuk suatu masa mungkin hanya satu paradigma yang

Lebih terperinci

BAB II TEORI TINDAKAN SOSIAL-MAX WEBER. Setiap manusia mempunyai naluri untuk berinteraksi dengan

BAB II TEORI TINDAKAN SOSIAL-MAX WEBER. Setiap manusia mempunyai naluri untuk berinteraksi dengan BAB II TEORI TINDAKAN SOSIAL-MAX WEBER Manusia merupakan anggota masyarakat yang akan senantiasa berusaha agar selalu bisa bergaul dengan sesama. Sehingga setiap individu akan bertindak dan berusaha untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK BAB II KAJIAN TEORITIK A. Tindakan Sosial Max Weber Dalam hal ini kaitanya antara teori tindakan sosial dengan persepsi masyarakat tentang calon bupati mantan koruptor adalah termasuk relevan. Yang mana

Lebih terperinci

BAB II TEORI TINDAKAN SOSIAL MAX WEBER. Pada bab dua ini akan membahas mengenai teori sosiologi yang relevan

BAB II TEORI TINDAKAN SOSIAL MAX WEBER. Pada bab dua ini akan membahas mengenai teori sosiologi yang relevan BAB II TEORI TINDAKAN SOSIAL MAX WEBER A.Kajian Teori Pada bab dua ini akan membahas mengenai teori sosiologi yang relevan dengan temapembahasan dalam penelitian ini dengan menggunakan teori tindakan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini semakin banyaknya keinginan pelanggan terhadap suatu produk berupa barang atau jasa, terutama pada era globalisasi ini dimana semakin berkembangnya teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya tarik sangat mengagumkan. Keadaan alam, flora, fauna, peninggalan

BAB I PENDAHULUAN. daya tarik sangat mengagumkan. Keadaan alam, flora, fauna, peninggalan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia tidak hanya dikaruniai tanah air yang memiliki keindahan alam yang melimpah, tetapi juga keindahan alam yang mempunyai daya tarik sangat mengagumkan.

Lebih terperinci

TEORI DAN METODOLOGI

TEORI DAN METODOLOGI TEORI DAN METODOLOGI MEMBANGUN PARADIGMA DALAM TEORI SOSIOLOGI 3 PARADIGMA FAKTA SOSIAL DEFINISI SOSIAL PERILAKU SOSIAL Sudut pandang sistem sosial sebagai keseluruhan Sudut pandang struktur sosial Tindakan

Lebih terperinci

BAB II TEORI PILIHAN RASIONAL DALAM PERSPEKTIF JAMES S. COLEMAN

BAB II TEORI PILIHAN RASIONAL DALAM PERSPEKTIF JAMES S. COLEMAN BAB II TEORI PILIHAN RASIONAL DALAM PERSPEKTIF JAMES S. COLEMAN A. Rasonalitas Manusia Modern Rasionalitas merupakan konsep dasar yang digunakan Weber dalam klasifikasinya sampai mengenai tipe tipe tindakan

Lebih terperinci

BAB II TEORI PILIHAN RASIONAL JAMES S. COLEMAN DAN TEORI. KEBUTUHAN PRESTASI DAVID McCLELLAND. dianggap relevan untuk mengkaji permasalahan tersebut.

BAB II TEORI PILIHAN RASIONAL JAMES S. COLEMAN DAN TEORI. KEBUTUHAN PRESTASI DAVID McCLELLAND. dianggap relevan untuk mengkaji permasalahan tersebut. BAB II TEORI PILIHAN RASIONAL JAMES S. COLEMAN DAN TEORI KEBUTUHAN PRESTASI DAVID McCLELLAND A. Konsep Rasional Untuk menjelaskan permasalahan yang diangkat oleh peneliti, yaitu strategi bertahan hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan sebuah proses yang dilakukan individu untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman baru yang diwujudkan dalam bentuk perubahan tingkah laku

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada dasarnya setiap manusia mempunya i sifat ingin tahu, untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Pada dasarnya setiap manusia mempunya i sifat ingin tahu, untuk 40 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pada dasarnya setiap manusia mempunya i sifat ingin tahu, untuk merealisasikan keinginan tersebut, berbagai macam cara mereka gunakan, diantaranya

Lebih terperinci

PERAN PERMAINAN TRADISIONAL DALAM PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI (Studi di PAUD Geger Sunten, Desa Suntenjaya) Iis Nurhayati. STKIP Siliwangi Bandung

PERAN PERMAINAN TRADISIONAL DALAM PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI (Studi di PAUD Geger Sunten, Desa Suntenjaya) Iis Nurhayati. STKIP Siliwangi Bandung PERAN PERMAINAN TRADISIONAL DALAM PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI (Studi di PAUD Geger Sunten, Desa Suntenjaya) Iis Nurhayati STKIP Siliwangi Bandung Abstrak Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian. Dan seorang peneliti harus memahami metodologi penelitian yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian. Dan seorang peneliti harus memahami metodologi penelitian yang 58 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Setiap karya ilmiah yang dibuat disesuaikan dengan metodologi penelitian. Dan seorang peneliti harus memahami metodologi penelitian yang merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut

BAB III METODE PENELITIAN. mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat kunci yang perlu diperhatikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan mengalami perubahan-perubahan bertahap dalam hidupnya. Sepanjang rentang kehidupannya tersebut,

Lebih terperinci

BAB II TINDAKAN SOSIAL MARX WEBER. ketuhanan). Ia dididik dengan tradisi idealisme Jerman dan perduli

BAB II TINDAKAN SOSIAL MARX WEBER. ketuhanan). Ia dididik dengan tradisi idealisme Jerman dan perduli BAB II TINDAKAN SOSIAL MARX WEBER Max Weber (1864-1920), ia dilahirkan di Jerman dan merupakan anak dari seorang penganut protestan Liberal berhaluan sayap kanan. Weber berpendidikan ekonomi, sejarah,

Lebih terperinci

BAB II TINDAKAN SOSIAL DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL. paradigma yang ada yakni Fakta Sosial (Emile Durkheim) dan Perilaku

BAB II TINDAKAN SOSIAL DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL. paradigma yang ada yakni Fakta Sosial (Emile Durkheim) dan Perilaku BAB II TINDAKAN SOSIAL DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL A. Tindakan Sosial Max Weber Teori tindakan sosial merupakan salah satu teori yang dikemukakan oleh Max Weber, dan terdapat pada paradigma Definisi Sosial

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab III ini penulis akan memberikan data dalam metodologi penelitian yang terdiri dari jenis dan pendekatan penelitian, penentuan lokasi, sumber data, teknik pengumpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keberadaan media baru sebagai perkembangan teknologi media, menandakan bahwa media sendiri berubah, seiring dengan perkembangan teknologi dan masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Smartphone adalah sebuah device yang memungkinkan untuk melakukan komunikasi yang juga di dalamnya terdapat fungsi PDA (Personal Digital Assistant) dan berkemampuan

Lebih terperinci

BAB II. Tindakan Sosial Max Weber dan Relevansinya dalam Memahami Perilaku. Peziarah di Makam Syekh Maulana Ishak

BAB II. Tindakan Sosial Max Weber dan Relevansinya dalam Memahami Perilaku. Peziarah di Makam Syekh Maulana Ishak 53 BAB II Tindakan Sosial Max Weber dan Relevansinya dalam Memahami Perilaku Peziarah di Makam Syekh Maulana Ishak Untuk menjelaskan fenomena yang di angkat oleh peneliti yaitu ZIARAH MAKAM Studi Kasus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di zaman globalisasi ini telah bermunculan berbagai macam teknologi yang canggih, salah satunya teknologi komunikasi. Teknologi komunikasi semakin hari semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat dilepaskan dari kegiatan berkomunikasi. Di segala tempat manusia selalu terlibat komunikasi, karena di segala tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori usia remaja yang tidak pernah lepas dari sorotan masyarakat baik dari sikap, tingkah laku,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. instan tanpa memperdulikan adanya norma yang sudah diatur Negara, maka

BAB I PENDAHULUAN. instan tanpa memperdulikan adanya norma yang sudah diatur Negara, maka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di zaman modern sekarang, perubahan budaya semakin cepat berkembang baik dalam gaya hidup maupun orientasi kebutuhan hidup khususnya pada masyarakat di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang merupakan seperangkat pengetahuan tentang langkah langkah

BAB III METODE PENELITIAN. yang merupakan seperangkat pengetahuan tentang langkah langkah BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Setiap karya ilmiah yang dibuat disesuaikan dengan metodologi penelitian. Dan seorang peneliti harus memahami metodologi penelitian yang merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini digunakan beberapa metode sebagai rangkaian kegiatan yang dilakukan guna mempermudah memahami objek pada penulisan skripsi, diantaranya adalah: A. Pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research). Penelitian lapangan (field research) adalah

Lebih terperinci

PERILAKU PEMANFAATAN MEDIA INTERNET SEBAGAI SUMBER BELAJAR PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI DI SMA (Studi Kasus Guru Sosiologi SMA di Surakarta)

PERILAKU PEMANFAATAN MEDIA INTERNET SEBAGAI SUMBER BELAJAR PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI DI SMA (Studi Kasus Guru Sosiologi SMA di Surakarta) PERILAKU PEMANFAATAN MEDIA INTERNET SEBAGAI SUMBER BELAJAR PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI DI SMA (Studi Kasus Guru Sosiologi SMA di Surakarta) Veronika Hevi Kurniawati K8408105 Pendidikan Sosiologi Antropologi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan salah satu kebutuhan manusia, sekaligus dasar

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan salah satu kebutuhan manusia, sekaligus dasar 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan salah satu kebutuhan manusia, sekaligus dasar eksistensi suatu masyarakat yang dapat menentukan struktur suatu masyarakat dalam suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan penelitian kualitatif pada hakikatnya ialah mengamati orang dalam hidupnya, berinteraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai perencanaan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai perencanaan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha atau kegiatan yang disengaja untuk membantu, membina, dan mengarahkan manusia mengembangkan segala kemampuannya yang dilaksanakan

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri)

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri) MODUL PERKULIAHAN Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri) Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 03 MK61112 Aulia Kirana,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang kita ketahui, teknologi adalah suatu kreasi yang telah menjadi bagian

BAB I PENDAHULUAN. yang kita ketahui, teknologi adalah suatu kreasi yang telah menjadi bagian BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Sejak terjadinya Revolusi Industri di Eropa khususnya di Inggris, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi semakin pesat. Teknologi yang diciptakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan kualitatif. Menurut Kirk dan Miller pengertian penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan kualitatif. Menurut Kirk dan Miller pengertian penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Setelah mengemukakan kerangka teori, maka peneliti melakukan pendekatan kualitatif. Menurut Kirk dan Miller pengertian penelitian kualitatif

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENDEKATAN RATIONAL EMOTIF THERAPY UNTUK MENGATASI KECEMASAN DALAM KOMUNIKASI PADA ANAK TK CEMARA DUA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015

EFEKTIVITAS PENDEKATAN RATIONAL EMOTIF THERAPY UNTUK MENGATASI KECEMASAN DALAM KOMUNIKASI PADA ANAK TK CEMARA DUA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 EFEKTIVITAS PENDEKATAN RATIONAL EMOTIF THERAPY UNTUK MENGATASI KECEMASAN DALAM KOMUNIKASI PADA ANAK TK CEMARA DUA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 KRISTANTI NIM. 11502098 Pembimbing : Drs. Fadjeri,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat desktiptif berupa kata-kata tertulis atau lisan, dokumen pribadi,

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat desktiptif berupa kata-kata tertulis atau lisan, dokumen pribadi, BAB III METODE PENELITIAN A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN Penelitian ini merupakan pendekatan penelitian yang bersifat kualitatif, maksudnya yaitu suatu pendekatan penelitian yang menghasilkan data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat. Pada perkembangan yang pesat ini telah membawa dampak yang

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat. Pada perkembangan yang pesat ini telah membawa dampak yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi saat ini perkembangan teknologi di Indonesia sudah sangat pesat. Pada perkembangan yang pesat ini telah membawa dampak yang luar biasa bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin cepatnya perubahan dan perkembangan teknologi dan informasi

BAB I PENDAHULUAN. Semakin cepatnya perubahan dan perkembangan teknologi dan informasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin cepatnya perubahan dan perkembangan teknologi dan informasi menyebabkan persaingan dalam dunia bisnis handphone Global System For Mobile Communication (GSM)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkeinginan untuk mengikuti pendidikan di Kota ini. Khusus untuk pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. berkeinginan untuk mengikuti pendidikan di Kota ini. Khusus untuk pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai salah satu kota yang dikenal sebagai kota kembang, Bandung menyediakan sarana pendidikan mulai dari tingkat dasar, menengah, atas dan perguruan tinggi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menjelaskan apa saja yang ada di lokasi penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. menjelaskan apa saja yang ada di lokasi penelitian. BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam penelitian skripsi ini peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif, yaitu peneliti dalam hal ini berusaha untuk menggambarkan dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan ilmu yang mempelajari tentang cara penelitian, ilmu tentang alat-alat dalam suatu penelitian. 1 Oleh karena itu metode penelitian membahas tentang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Seorang peneliti harus menggunakan metode penelitian yang sesuai.peranan metode penelitian merupakan salah satu unsur yang sangat penting,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian Pendekatan penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif. Disebut kualitatif karena penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. METODE DAN DESAIN PENELITIAN Pada dasarnya metode penelitian merupakan cara untuk menyimpulkan, menyusun dan menganalisis data tentang masalah yang menjadi objek peneliti.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Penelitian pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk menemukan kebenaran atau untuk lebih membenarkan kebenaran. Usaha untuk mengejar kebenaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 56 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Adapun pengertian dari metodologi adalah proses, prinsip dan prosedur yang digunakan untuk mendekati permasalahan dan mencari jawaban, dengan kata

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Simpulan

BAB V PENUTUP. A. Simpulan BAB V PENUTUP A. Simpulan Dari keseluruhan kajian mengenai pemikiran Kiai Ṣāliḥ tentang etika belajar pada bab-bab sebelumnya, diperoleh beberapa kesimpulan penting, terutama mengenai konstruksi pemikiran

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Pemberian telepon genggam oleh orang tua kepada anak di SDN. Ungaran 01 pada dasarnya sebagai alat komunikasi mereka untuk dapat

BAB V PENUTUP. Pemberian telepon genggam oleh orang tua kepada anak di SDN. Ungaran 01 pada dasarnya sebagai alat komunikasi mereka untuk dapat BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Pemberian telepon genggam oleh orang tua kepada anak di SDN Ungaran 01 pada dasarnya sebagai alat komunikasi mereka untuk dapat memberikan informasi kegiatan dan jadwal kepulangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial, yaitu makhluk yang saling membutuhkan dan saling berinteraksi. Dalam interaksi antar manusia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Setiap karya ilmiah yang dibuat disesuaikan dengan metodologi penelitian. Dan

BAB III METODE PENELITIAN. Setiap karya ilmiah yang dibuat disesuaikan dengan metodologi penelitian. Dan BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Setiap karya ilmiah yang dibuat disesuaikan dengan metodologi penelitian. Dan seorang peneliti harus memahami metodologi penelitian yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi berkembang dengan sangat pesat. Setiap golongan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi berkembang dengan sangat pesat. Setiap golongan masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi seperti sekarang ini, teknologi informasi dan komunikasi berkembang dengan sangat pesat. Setiap golongan masyarakat semakin dituntut untuk dapat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang

BAB III METODOLOGI. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang BAB III METODOLOGI 3.1. Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan suatu karakter / karakteristik atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah suatu cara dalam melakukan penelitian ilmiah yang digunakan untuk menentukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu penelitian dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Pada umumnya para remaja sekarang senang berbelanja tertutama

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Pada umumnya para remaja sekarang senang berbelanja tertutama BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada umumnya para remaja sekarang senang berbelanja tertutama pada mahasiswa, semakin berkembangnya social media maka banyak yang membuka usaha di social media contohnya

Lebih terperinci

PENGENALAN PANDANGAN ORGANISASI

PENGENALAN PANDANGAN ORGANISASI MODUL PERKULIAHAN PENGENALAN PANDANGAN ORGANISASI Pokok Bahasan 1. Alternatif Pandangan Organisasi 2. Perkembangan Teori Dalam Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Ilmu Komunikasi Public

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tidak bisa dipungkuri bahwa perkembangan teknologi memang sangat memengaruhi kehidupan umat manusia pada abad ini. Perkembangannya pun berjalan pesat dan sangat cepat.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. a. Pasar Niten yang beralamat di Jalan Raya Bantul Km 5 Kabupaten Bantul.

BAB III METODE PENELITIAN. a. Pasar Niten yang beralamat di Jalan Raya Bantul Km 5 Kabupaten Bantul. BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di dua lokasi yang berada di wilayah Kabupaten Bantul yaitu: a. Pasar Niten yang beralamat di Jalan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 JENIS PENELITIAN Pendekatan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif. Menurut Bogdan dan Taylor (1975:5) mendefinisikan metodologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Masalah Remaja dipandang sebagai periode perubahan, baik dalam hal fisik, minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kepustakaan (buku) atau jenis penelitian kualitatif, yaitu suatu penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. kepustakaan (buku) atau jenis penelitian kualitatif, yaitu suatu penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN 1. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian yang mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan bermacam - macam materi yang terdapat dalam kepustakaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 40 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah menggunakan penelitian kualitatif, di mana peneliti melakukan penelitian dengan terjun langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang secara signifikan berlangsung dengan cepat khususnya teknologi internet.

BAB I PENDAHULUAN. yang secara signifikan berlangsung dengan cepat khususnya teknologi internet. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi telah menyebabkan perubahan sosial yang secara signifikan berlangsung dengan cepat khususnya teknologi internet. Ditengah perkembangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek

BAB III METODE PENELITIAN. bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek BAB III METODE PENELITIAN A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN Pendekatan penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif. Disebut kualitatif karena penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, karena dalam penelitian kualitatif ini, peneliti ingin mempelajari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia kognitif anak-anak ialah kreatif, bebas dan penuh imajinasi. Imajinasi anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, yang isinya disebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, yang isinya disebutkan bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Negara kita (Indonesia) tentang pendidikan juga diatur dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, yang isinya disebutkan bahwa Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian lapangan ( field research) karena peneliti terlibat langsung dalam penelitian. Field research adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karang Taruna adalah organisasi sosial kemasyarakatan sebagai wadah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karang Taruna adalah organisasi sosial kemasyarakatan sebagai wadah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karang Taruna adalah organisasi sosial kemasyarakatan sebagai wadah dan sarana pengembangan setiap anggota masyarakat yang tumbuh dan berkembang atas dasar kesadaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih dari sekedar realisasi satu sasaran, atau bahkan beberapa sasaran. Sasaran itu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih dari sekedar realisasi satu sasaran, atau bahkan beberapa sasaran. Sasaran itu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keberhasilan Keberhasilan adalah hasil serangkaian keputusan kecil yang memuncak dalam sebuah tujuan besar dalam sebuah tujuan besar atau pencapaian. keberhasilan adalah lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tindakan yang berdasarkan norma dan nilai sosial yang berlaku dan diterapkan di

BAB I PENDAHULUAN. tindakan yang berdasarkan norma dan nilai sosial yang berlaku dan diterapkan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Interaksi sosial merupakan suatu fondasi dari hubungan yang berupa tindakan yang berdasarkan norma dan nilai sosial yang berlaku dan diterapkan di dalam masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem teknologi mengalami perubahan dan peningkatan yang sangat. pesat dari waktu ke waktu sehingga membawa konsekuensi bagi dunia

BAB I PENDAHULUAN. sistem teknologi mengalami perubahan dan peningkatan yang sangat. pesat dari waktu ke waktu sehingga membawa konsekuensi bagi dunia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan dan perubahan zaman kemajuan sistem teknologi mengalami perubahan dan peningkatan yang sangat pesat dari waktu ke waktu sehingga membawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Vera Ratna Pratiwi,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Vera Ratna Pratiwi,2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sebuah teknologi pada hakikatnya diciptakan untuk membuat hidup manusia menjadi semakin mudah dan nyaman. Kemajuan teknologi yang semakin pesat ini membuat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan

BAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang bertujuan. Setiap pernyataan padadasarnya adalah tindakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang bertujuan. Setiap pernyataan padadasarnya adalah tindakan 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Konstruktivis Komunikasi di pahami, di atur, dan dihidupkan oleh pernyataanpernyataan yang bertujuan. Setiap pernyataan padadasarnya adalah tindakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Globalisasi merupakan suatu sifat yang tidak bisa dihindari dan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Globalisasi merupakan suatu sifat yang tidak bisa dihindari dan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi merupakan suatu sifat yang tidak bisa dihindari dan di cegah. Kemajuan - kemajuan di bidang teknologi komunikasi menghasilkan media yang canggih

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Secara umum, penelitian atau riset dapat diartikan sebagai suatu metode studi yang dilakukan seseorang melalui penyelidikan yang hati-hati dan sempurna terhadap suatu masalah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Penelitian Paradigma yang digunakan oleh Peneliti adalah paradigma konstruktivistik. Menurut Harmon, paradigma adalah cara mendasar untuk mempersepsi, berpikir,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di dalam mencari fakta fakta melalui kegiatan penelitian yang dilakukannya. Jadi,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di dalam mencari fakta fakta melalui kegiatan penelitian yang dilakukannya. Jadi, BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Paradigma adalah pedoman yang menjadi dasar bagi para saintis dan peneliti di dalam mencari fakta fakta melalui kegiatan penelitian yang dilakukannya. Jadi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara memiliki beragam norma, 1 moral, 2 dan etika 3 yang menjadi pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang berbeda-beda

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktif dan pendekatan keterampilan proses, guru berperan sebagai fasilitator dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktif dan pendekatan keterampilan proses, guru berperan sebagai fasilitator dan 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kreativitas Belajar Belajar mengandung arti suatu kegiatan yang dilakukan guru dan siswa secara bersama-sama. Dalam konsep pembelajaran dengan pendekatan cara belajar siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi kemajuan suatu bangsa. Masa anak-anak disebut-sebut sebagai masa. yang panjang dalam rentang kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. bagi kemajuan suatu bangsa. Masa anak-anak disebut-sebut sebagai masa. yang panjang dalam rentang kehidupan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan karunia terbesar bagi keluarga, agama, bangsa, dan negara. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, anak adalah penerus citacita bagi kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Manusia merupakan individu yang berdiri sendiri, mempunyai unsur fisik dan psikis yang dikuasai penuh oleh dirinya sendiri. Masing-masing individu tentunya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1980an. Pemikirannya dinamai post-positivisme. Paham ini menentang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1980an. Pemikirannya dinamai post-positivisme. Paham ini menentang BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Paradigma yang digunakan oleh Peneliti adalah paradigma post positivisme. Munculnya gugatan terhadap positivisme di mulai tahun 1970-1980an. Pemikirannya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian

Lebih terperinci

Judul : Penerapan Model Unified Theory of Acceptance and Use of Technology 2 untuk Menjelaskan Minat dan Penggunaan Mobile Banking

Judul : Penerapan Model Unified Theory of Acceptance and Use of Technology 2 untuk Menjelaskan Minat dan Penggunaan Mobile Banking Judul : Penerapan Model Unified Theory of Acceptance and Use of Technology 2 untuk Menjelaskan Minat dan Penggunaan Mobile Banking di Kota Denpasar Nama : Ni Wayan Dewi Mas Yogi Pertiwi NIM : 1306305008

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang merupakan seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah (cara)

BAB III METODE PENELITIAN. yang merupakan seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah (cara) BAB III METODE PENELITIAN A. JenisPenelitian Setiap karya ilmiah yang dibuat disesuaikan dengan metodologi penelitian. Dan seorang peneliti harus memahami metodologi penelitian yang merupakan seperangkat

Lebih terperinci

Matakuliah : L0094-Ilmu Sosial Untuk Psikologi Tahun : Pertemuan 14

Matakuliah : L0094-Ilmu Sosial Untuk Psikologi Tahun : Pertemuan 14 Matakuliah : L0094-Ilmu Sosial Untuk Psikologi Tahun : 2008 Pertemuan 14 MASYARAKAT MATERI: Pengertian Masyarakat Hubungan Individu dengan Masyarakat Masyarakat Menurut Marx Masyarakat Menurut Max Weber

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam konteks penelitian ini, penelitian yang dilakukan termasuk jenis

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam konteks penelitian ini, penelitian yang dilakukan termasuk jenis BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam konteks penelitian ini, penelitian yang dilakukan termasuk jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Jenis penelitian deskriptif adalah

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIK. Dalam penelitian ini peneliti mengunakan paradigma definisi sosial sebagai

BAB II KERANGKA TEORITIK. Dalam penelitian ini peneliti mengunakan paradigma definisi sosial sebagai 37 BAB II KERANGKA TEORITIK A. Teori Tindakan sosial Max Weber Dalam penelitian ini peneliti mengunakan paradigma definisi sosial sebagai mana Paradigma definisi sosial tidak berangkat dari sudut pandang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (Field Research), yaitu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (Field Research), yaitu 66 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (Field Research), yaitu penelitian yang dilakukan dalam kehidupan yang sebenarnya, untuk menemukan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja dapat diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak menuju masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional (Hurlock,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif sedangkan jenisnya adalah deskriptif kualitatif. Karena kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada dasarnya berinteraksi antar sesama dengan cara menjalin

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada dasarnya berinteraksi antar sesama dengan cara menjalin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia pada dasarnya berinteraksi antar sesama dengan cara menjalin komunikasi yang baik. Komunikasi biasanya dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif atas dasar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif atas dasar BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif atas dasar paradigma naturalistik. Sugiyono (2007) menegaskan bahwa: Metode penelitian kualitatif

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Sejauh ini ada tiga macam konstruktivisme seperti yang diungkapkan oleh Suparno : pertama, konstruktivisme radikal; kedua, realisme hipotesis; ketiga, konstruktivisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Salah satu indikasi bahwa manusia sebagai mahluk sosial, adalah perilaku berkomunikasi antarmanusia. Manusia tidak dapat hidup sendiri, pasti membutuhkan orang lain.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang semakin pesat membuat banyak orang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang semakin pesat membuat banyak orang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi yang semakin pesat membuat banyak orang tertarik untuk memiliki sebuah alat yang mampu memenuhi kebutuhannya dalam membantu terjalinnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini, digunakan jenis penelitian lapangan (field research). Field research adalah jenis penelitian dengan melakukan penelitian

Lebih terperinci