PROFESIONALISME GURU SD MELALUI AUTHENTIC ASSESSMENT TERHADAP KURIKULUM EVA BETTY SIMANJUNTAK Dosen Jurusan PPSD Prodi PGSD FIP Unimed
|
|
- Hendri Rachman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PROFESIONALISME GURU SD MELALUI AUTHENTIC ASSESSMENT TERHADAP KURIKULUM 2013 EVA BETTY SIMANJUNTAK Dosen Jurusan PPSD Prodi PGSD FIP Unimed ABSTRAK Profesionalisme, adalah komitmem guru SD sebagai tenaga profesioanal untuk terus menerus mengembangkan kemampuaan profesionalnya dengan meningkatkan ke empat kompetensi guru. Secara konseptual penilaian autentik lebih bermakna secara signifikan dibandingkan dengan tes pilihan ganda berstandar sekali pun. Di samping itu, Ketika menerapkan penilaian autentik untuk mengetahui hasil dan prestasi belajar peserta didik, guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, aktivitas mengamati dan mencoba, dan nilai prestasi luar sekolah. Penilaian autentik cenderung fokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual, memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan kompetensi mereka dalam pengaturan yang lebih autentik. Di samping itu, Penilaian autentik sangat relevan dengan pendekatan tematik terpadu dalam pembejajaran, khususnya jenjang sekolah dasar atau untuk mata pelajaran yang sesuai. Penilaian autentik terdiri dari berbagai teknik penilaian.pertama, pengukuran langsung keterampilan peserta didik yang berhubungan dengan hasil jangka panjang pendidikan seperti kesuksesan di tempat kerja. Kedua, penilaian atas tugas-tugas yang memerlukan keterlibatan yang luas dan kinerja yang kompleks. Ketiga, analisis proses yang digunakan untuk menghasilkan respon peserta didik atas perolehan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang ada. Guru dan peserta didik memiliki tanggung jawab atas apa yang terjadi. Peserta didik pun tahu apa yang mereka ingin pelajari, memiliki parameter waktu yang fleksibel, dan bertanggungjawab untuk tetap pada tugas. Kata kunci :Profesionalisme, Authentic Assessment, Kurikulum PENDAHULUAN Pendidikan dasar, atau sekolah dasar merupakan satuan pendidikan yang paling penting kedudukannya. Orangorang dan peraturan pemerintah mengakui dan menetapkan bahwa tanpa menyelesaikan pendidikan pada sekolah dasar atau sederajat, secara formal seseorang tidak mungkin dapat mengikuti jenjang yang lebih tinggi atau sederajat SLTP (sekolah lanjutan tingkat atas). Hal ini didasarkan pada PP nomor 28 tahun1990, khususnya pasal 3 bunyinya paling tidak ada dua fungsi sekolah dasar, pertama, melalui anak didik dibekali kemampuaan dasar, kedua, sekolah dasar merupakan satuan pendidikan yang memberikan dasar dasar untuk mengikuti pendidikan pada jenjang berikutnya. Memperhatikan perananan sekolah dasar yang demikiaan besar, berarti harus dipersiapkan sebaik baiknya, baik secara lembaga (instusional), maupun funsional akademik. Secara fungsional akademik berarti seluruh perangkat sekkolah dasar seperti tenaga pendidik (guru), kurikulum dan perangkat pendidik lainnya. Guru SD memiliki jabatan profesi yang cukup bermakna strategis karena peyandangnya mengemban tugas bagi proses kemanusian, pemanusian, pencerdasan, pembudayaan dan membangun karakter bangsa. Makna strategis guru meniscayakan pengakuan guru sebagai jabatan profesi, dengan lahirnya undang- undang (UU) no 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, merupakan bentuk nyata pengakuan atas profesi dengan segala dimensinya. Di dalam UU No 14 tahun 2005 disebutkan bahwa guru 90
2 adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini,jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Namum, kenyataannya masyarakat Indonesia sedang mengalami krisis keterpurukan mutu kehidupan bangsa Indonesia. Menurut Tilaar (2009:299) Keterpurukan tersebut diindikasikan pula oleh merosotnya mutu sumber daya manusia Indonesia yang semakin rendah dan semakin merosot. Kemerosotan tersebut menunjukan pula rendahnya mutu pendidikan di Indonesia, termaksud mutu pendidikan dasar. Mutu SDM Indonesia. Human develomet index (HDI) menurut laporan World Development Report tahun 2001dan UNDP menunjukan bahwa mutu sumber daya manusia pada tahun 2000 berada pada peringkat 109 dan kini masik pada peringkat 111 dari 174 negara pada tahun Faktor lain yang menyebabkan rendahnya profesionalisme guru seperti yang dikemukakan Akadum dalam Wau (2013:21) ada lima peyebab rendahnya profesionalisme guru, (1) masih banyak guru yang tidak menekuni profesinya secara total, (2) rentan dan rendahnya kepatuhan guru terhadap norma dan etika profesi keguruan, (3) pengakuan terhadap ilmu pendidikan dan keguruan masik setengah hati dari penggambilan dari pihak-pihak yang terlibat. Hal ini terbukti dari masik belum mantapnya kelembagaan pencetak tenaga kependidikan, (4) masih belum smoothnya perbedaan tentang pendapat proporsi materi ajar yang diberikan kepada calon guru, (5) masih belum berfungsinya PGRI sebagai organisasi profesi yang berupaya secara maksimal meningkatkan profesionallisme anggotanya. Fakta dilapangan juga demikian hasil penggamatan, Penulis pada tahun 2013 diikut sertakan menjadi anggota monev implementasi kurikulum 2013 untuk kabupaten Deli Serdang dan 2014 merupakan narasumber nasional sekaligus asesor PLPG dari 2007 sampai sekarang. Masih ada kelemahan kelemahan pada kompetensi kompetensi profesional khususnya kompetensi pedagogik, salah satu tugas guru disini melaksanakan evaluasi, pada kurikulum 2013 penilaian dengan autentik assasmen Penilaian autentik (Authentic Assessment) adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Penilaian autentik terdiri dari kata: Assessment merupakan sinonim dari penilaian, pengukuran, pengujian, atau evaluasi dan autentik merupakan sinonim dari asli, nyata, valid, atau reliabel. Secara konseptual penilaian autentik lebih bermakna secara signifikan dibandingkan dengan tes pilihan ganda berstandar sekali pun. Di samping itu, ketika menerapkan penilaian autentik untuk mengetahui hasil dan prestasi belajar peserta didik, guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, aktivitas mengamati dan mencoba, dan nilai prestasi luar sekolah. Penilaian autentik dan tuntutan kurikulum 2013, Penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum Di samping itu, Penilaian tersebut mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka 91
3 mengobservasi, menalar, mencoba, membangun jejaring, dan lain-lain. Penilaian autentik cenderung fokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual, memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan kompetensi mereka dalam pengaturan yang lebih autentik. Di samping itu, Penilaian autentik sangat relevan dengan pendekatan tematik terpadu dalam pembejajaran, khususnya jenjang sekolah dasar atau untuk mata pelajaran yang sesuai. Penilaian autentik sering dikontradiksikan dengan penilaian yang menggunakan standar tes berbasis norma, pilihan ganda, benar-salah, menjodohkan, atau membuat jawaban singkat. Oleh karena itu, pola penilaian seperti ini tidak diartikan dalam proses pembelajaran, karena memang lazim digunakan dan memperoleh legitimasi secara akademik karena Penilaian autentik dapat dibuat oleh guru sendiri, guru secara tim, atau guru bekerja sama dengan peserta didik. Namun, Dalam penilaian autentik, seringkali pengelibatan siswa sangat penting. Asumsinya, peserta didik dapat melakukan aktivitas belajar lebih baik ketika mereka tahu bagaimana akan dinilai, sedangkan Peserta didik diminta untuk merefleksikan dan mengevaluasi kinerja mereka sendiri dalam rangka meningkatkan pemahaman yang lebih dalam tentang tujuan pembelajaran serta mendorong kemampuan belajar yang lebih tinggi. Berdasarkan pengamatan dilapangan menunjukkan bahwa sistem penilaian yang digunakan para Guru umumnya paper and penci test karena mereka menilai cukup praktis dalam arti tidak membutuhkan tenaga, biaya, dan waktu yang banyak. Sebaliknya jika menggunakan autentik asessment membutuhkan tenaga, biaya, dan waktu yang lebih banyak, sehingga Guru enggan menggunakannya. Pemikiran dan perilaku seperti inilah yang dapat menghambat tercapainya kualitas pembelajaran dan pendidikan. Di lihat dari pengamatan pembelajaran dan pendidikan tersebut di atas, guru harus lebih sabar dalam membimbing siswa, waktu pembelajaran kadang terasa tidak cukup untuk menggali kemampuan siswa, dan agak sulit untuk diterapkan kepada anak-anak yang pasif. Sehingga dari hal tersebut di atas, maka penilaian autentik (Authentic Assessment) lebih diarahkan agar implementasi kurikulum 2013 dapat diterima guru dan peserta didik. PEMBAHASAN Tinjauan Pustaka Profesionalisme guru SD Propesional mempunyai makna yang mengacu kepada sebutan orang yang menyandang suatu profes. Sedangkan profesi adalah suatu jabatan atau perkerjaan yang menuntut keahlian (expertise) dari para anggotanya. Artinya,pekerjaan itu tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang yang tidak terlatih atau tidak disiapkan secara khusus untuk melakukan pekerjaan tersebut (Samana 1991:19). Pengertiaan profesionalisme adalah komitmen yang tinggi dari para profesional terhadap profesinya. Komitmen tersebut diwujudkan dengan kebanggaan dirinya sebagai tenaga profesional yang berusaha terus menerus untuk mengembangkan kemampuan profesionalnya. Demikian juga menurut Logma(1987) profesionalisme adalah tingkat laku, keahliaan atau kualitas dari seseorang profesional, sedang menurut 92
4 Pamuji, (1985) profesionalisme memiliki arti lapangan kerja yang diduduki oleh orang orang yang memilki kemampuaan tertentu. Dari pendapat di atas disimpulkan Profesionalisme merupakan komitmen para anggota suatu profesi untuk meningkatkan kemampuannya secara terus menerus. Profesionalisme adalah sebutan yang mengacu kepada sikap mental dalam bentuk komitmen dari para anggota suatu profesi untuk senantiasa mewujudkan dan meningkatkan kualitas profesional. Demikian juga halnya dengan guru SD harus juga memiliki komitmen terhadap jabatan profesinya yang dimilikinya. Peningkatan Profesionalisme Guru Peningkatan profesionalisme guru adalah upaya untuk membantu guru yang belum memiliki kualifikasi propesional menjadi profesional. Peningkatan pelaksanaanya menurut Bafadal (2004:7) harus dilakukan secara sistematis, dalam arti direncanakan secara matang, dilaksanakan secara taat asas, dan dievaluasi secara objektif, sebab lahirnya seorang profesional tidak bisa hanya melalui bentuk penataran dalam waktu enam hari. Jika dimaknai hal tersebut bahwa peningkatan kemampuan profesional guru bukan sekedar diarahkan kepada pembinaan yang lebih bersifat aspek aspek adminisktratif kepegawaian namum harus ada komitmen dari guru sendiri meningkatkan keprofesional, melalui kompetensi yang dimiliki oleh guru. Melalui kebijakan nasional pemerintah Republik Indonesia telah merumuskan empat jenis kompetensi guru yang profesional.keempat kompetensi telah dicamtumkan dalam PP NO. 19 tahun 2005 tentang standar pendidikan nasional yaitu: kompetensi pedagogik, kepribadian, prefesional, dan sosial. Dengan adanya peraturan pemerintah tersebut diharapkan guru di Indonesia menjalankan tugas dan kewajibannya secara profesional. Kompetensi pedagogik adalah kemampuaan mengelola pembelajaran pserta didik yang meliputi pemahamam terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajaran dan pemgembangan peserta didik untuk mengatualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Kompetensi pedagogik dijabarkan atas sejumah kemampuan yang meliputi:(a) pemahaman wawasan atau landasan kependidikan, (b) pemahaman tentang peserta didik, (c) pengembangan kurikulum atau silabus, (d)perancangan pembelajaran, (e) pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, (f)evaluasi belajar, (g)pemgembangan peserta didik untuk mengatualisasikan berbagia potensi yang dimiliki. Dalam kompetensi pedagogik merupakan salah satu peran guru SD meningkatkan profesonalismenya melalui Autentin assesmen, Asessmen autentik adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Beberapa pengertian atau definisi : Dalam American Librabry Association asessmen autentik didefinisikan sebagai proses evaluasi untuk mengukur kinerja, prestasi, motivasi, dan sikap-sikap peserta didik pada aktifitas yang relevan dalam pembelajaran. Dalam Newton Public School, asessmen autentik diartikan sebagai penilaian atas produk dan kinerja yang berhubungan dengan pengalaman kehidupan nyata peserta didik. Wiggins 93
5 mendefinisikan asesmen autentik sebagai upaya pemberian tugas kepada peserta didik yang mencerminkan prioritas dan tantangan yang ditemukan dalam aktifitasaktifitas pembelajaran, seperti meneliti, menulis, merevisi dan membahas artikel, memberikan analisa oral terhadap peristiwa, berkolaborasi dengan antarsesama melalui debat, dan sebagainya. Asessmen autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan scientific dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum Karena, asesmen semacam ini mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi, menalar, mencoba, membangun jejaring, dan lain-lain. Asesmen autentik cenderung fokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual, memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan kompetensi mereka dalam pengaturan yang lebih autentik. Karenanya, asesmen autentik sangat relevan dengan pendekatan tematik terpadu dalam pembejajaran, khususnya jenjang sekolah dasar atau untuk mata pelajaran yang sesuai. Munif Chatib dalam buku Sekolahnya Manusia menjelaskan bahwa Assesmen autentic memiliki ciri sebagai berikut : 1. Memandang penilaian dan pembelajaran secara terpadu 2. Mencerminkan masalah dunia nyata 3. Menggunakan berbagai cara dan kriteria 4. Holistik (kompetensi utuh merefleksikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap) Keberadaan Authentic Assessment Terhadap Kurikulum 2013 Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum 2013 ini menggunakan pendekatan scientific (Scientific Approach) dimana pada proses pembelajaran terdapat proses mengamati (Observing), bertanya (Questioning), menalar. (Associating), mencoba (Experimenting), menyimpulkan, dan membentuk jejaring (Networking). Keaktifan siswa lebih dituntut untuk menemukan sendiri, guru hanya membantu mengarahkan siswa sehingga siswa dapat menemukan sendiri konsep dari yang akan diajarkan. Proses pembelajaran yang dikehendaki adalah proses pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student centered active learning) dengan sifat pembelajaran yang kontekstual. Melakukan penilaian merupakan salah satu tugas guru selain menyusun program pembelajaran dan mengimplementasikannya di dalam kelas. Guru juga harus dapat menetapkan apa yang dapat diperoleh atau dicapai dari proses pembelajaran yang telah diselenggarakan. Selanjutnya guru harus dapat menetapkan apakah program yang ia rencanakan dapat terlaksana sesuai harapan, dalam arti bahwa kompetensi yang dikembangkan pada diri siswa sesuai dengan harapan. Semua ini dapat diketahui dan terjawab, jika guru melakukan autentik assessmen dan evaluasi dengan baik. Hal ini sesuai pendapat Johnson bahwa assessmen dapat dilakukan tanpa evaluasi, tetapi evaluasi tidak dapat dilakukan tanpa assessmen. Assessmen sangat berperan 94
6 dalam menentukan arah pembelajaran dan kualitas pendidikan. Menurut Atkin, Black, & Coffey bahwa ada beberapa prioritas dalam pembaharuan pendidikan, seperti: a) inkuiri saintifik dalam isi dan pendekatan pembelajaran, b) assessmen untuk memperbaiki proses pembelajaran, c) peran teknologi dalam kurikulum, d) pemilihan dan identifikasi materi pembelajaran yang efektif sesuai dengan standar yang ditetapkan, dan e) mengembangkan program pendidikan yang koheren untuk semua jenjang pendidikan. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa untuk saat ini dibutuhkan assessmen yang dapat memperbaiki proses pembelajaran dan pendidikan. Zamroni mengemukakan bahwa evaluasi akan merupakan kebijakan yang dapat meningkatkan kualitas pendidikan, apabila: a) memberikan umpan balik yang efektif kepada siswa, b) mendorong aktivitas siswa dalam proses pembelajaran mereka sendiri, c) umpan balik bagi guru untuk melakukan penyesuaian dalam melaksanakan pembelajaran, d) memahami pengaruh evaluasi terhadap motivasi siswa dan kepercayaan diri mereka, dan e) alat bagi siswa untuk melakukan monitoring dan koreksi diri mereka sendiri. Dengan demikian apabila siswa dapat mengetahui kemajuan dan perkembangan dirinya, siswa dapat mengatur belajarnya dengan menentukan langkah-langkah kegiatan belajar berikutnya sehingga kondisi ini memungkinkan siswa untuk belajar secara terus menerus dan mendorong terlaksananya life long learning. Terlaksananya life long learning tentunya tidak terlepas dari peran guru dalam pembelajaran karena perilaku guru dalam mengajar dapat mempengaruhi perilaku siswa dalam belajar. Sedang perilaku guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar dipengaruhi oleh sistem dan teknik evaluasi, sebagaimana slogan Bagaimana evaluasi dilakukan begitulah guru mengajar. Selanjutnya menurut Zamroni perilaku guru dan siswa dalam proses belajar mengajar harus berubah, perubahan ini akan menjadi kenyataan apabila sistem evaluasi sekolah juga berubah. Tanpa perubahan dalam evaluasi tidak akan ada perubahan dalam proses belajar mengajar. Namun merubah perilaku guru pun tidak mudah, mengingat merubah paradigma seseorang bukan sesuatu yang mudah dilakukan. Penilaian otentik dapat menilai targettarget belajar berikut : 1) Penalaran: Target penalaran dan keterampilan memecahkan masalah dapat dinilai dengan penilaian kinerja melalui pemberian masalah yang kompleks yang harus dipecahkan siswa. Siswa harus terlibat dalam berfikir dan proses penalaran yang melibatkan beberapa langkah. 2) Keterampilan: Kekuatan penilaian kinerja adalah kemampuannya untuk menilai siswa dalam mempertunjukkan keterampilanketerampilan tertentu: Aktivitas yang ditampilkan siswa dapat dijadikan target asesmen seperti keterampilan berkomunikasi ataupun keterampilan manual siswa 3) Produk: Kekuatan lain dari penilaian kinerja adalah untuk menilai pencapaian daya cipta siswa yang berhubungan dengan produk. Kualitas produk menunjukkan hasil kinerja siswa berdasarkan standar tertentu. Produk dapat berupa paper, laporan penelitian, bentuk kerajinan 95
7 dan produk-produk dari suatu keterampilan. 4) Afektif : Aspek afektif seperti sikap, nilai, minat, motivasi, pilihan, dan konsep diri didasarkan pada tindakan siswa atau apa yang kita lihat pada produk yang diciptakan siswa, maka dari itu penilaian kinerja dapat digunakan pula untuk menilai aspekaspek afektif. Dalam menggunakan penilaian kinerja terdapat asumsi pokok yang harus diyakini guru, yaitu: 1) Partisipasi aktif siswa; 2) Tugas merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari keseluruhan proses pembelajaran; 3) Penilaian dilakukan untuk memperbaiki proses pembelajaran; 4) siswa turut berupaya dalam mencapai tujuan pembelajaran. Penilaian otentik yang dimaksud dalam kurikulum 2013 meliputi kombinasi berbagai jenis penilaian, yaitu: penilaian sikap dan kinerja/keterampilan siswa melalui pengamatan (menggunakan lembar pengamatan), penilaian sikap melalui penilaian diri dan penilaian antar teman,penilaian melalui tugas-tugas (task) yang diberikan pada proses dan setelah pembelajaran, tes tertulis dan lisan serta penilaian portofolio. Dengan demikian, berbagai jenis penilaian yang diuraikan di atas, dalam penilaian proses dan hasil belajar dilakukan secara komplementer (saling melengkapi) sesuai dengan kompetensi yang dinilai. Tujuan penggunaan berbagai jenis penilaian tersebut tak lain adalah agar mendapatkan gambaran yang faktual mengenai kompetensi siswa, sehingga dapat dijadikan sebagai sumber data yang akurat dan valid dalam pengambilan keputusan pendidikan. PENUTUP Kesimpulan Profesionalisme, adalah komitmem guru SD sebagai tenaga profesioanal untuk terus menerus mengembangkan kemampuaan profesionalnya dengan meningkatkan ke empat kompetensi guru. Penilaian autentik terdiri dari berbagai teknik penilaian.pertama, pengukuran langsung keterampilan peserta didik yang berhubungan dengan hasil jangka panjang pendidikan seperti kesuksesan di tempat kerja. Kedua, penilaian atas tugas-tugas yang memerlukan keterlibatan yang luas dan kinerja yang kompleks. Ketiga, analisis proses yang digunakan untuk menghasilkan respon peserta didik atas perolehan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang ada. Guru dan peserta didik memiliki tanggung jawab atas apa yang terjadi. Peserta didik pun tahu apa yang mereka ingin pelajari, memiliki parameter waktu yang fleksibel, dan bertanggungjawab untuk tetap pada tugas. Saran Guru membutuhkan asessmen autentik yang dapat melakukan penilailan secara holistik meliputi kognitif, afektif, dan psikomotor. Jenis asesmen autentik sangat bervariasi, oleh karena itu guru perlu menyesuaikan apa kriteria dan aspek yang akan diukur agar penilaian bermakna sehingga dapat menggambarkan kemampuan siswa. Sekolah dan pemerintah hendaknya memberikan fasilitas bagi guru untuk melakukan penilaian secara autentik baik berupa fisik material atau kebijakan. 96
8 RUJUKAN Bafadal, Ibrahim,2004,Peningkatan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar,Jakarta: Bumi Aksara Mulyansa, E,Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru,Rosda:Bandung Anonim,Peraturan Pemeritah Republik Indonesia No.14 tahun 2005,Tentang Guru dan Dosen, Jakarta Johnson, D.W Meaningful Assessment A Manageable and Cooperatve Process. USA: Allyn and Bacon, Jahja Umar, Pengembangan Sistem Penilaian Untuk meningkatkan Mutu Pendidikan Nasionan di Era Global. Makalah disajikan pada Seminar Nasional Rekayasa Sistem Penilaian dalam Rangka Meningkatkan Kualitas Pendidikan. Himpunan Evaluasi Pendidikan Indonesia (HEPI) tanggal 26 dan 27 Maret 2004 di Yogyakarta M.Nur, Strategi-strategi Belajar. Surabaya, UNESA Press, Nur Wikandari, 2000, Perkembangan Kurikulum Smp,Bandung,Alfabeta Samana, A, 1994.Profesionalisme keguruan,yogyakarta: Kanasius Zamroni Pengembangan Sistem Penilaian Pendidikan Menengah yang Menerapkan KBK dalam Kerangka Otonomi Daerah. Makalah disajikan pada Seminar Nasional Rekayasa Sistem Penilaian dalam Rangka Meningkatkan Kualitas Pendidikan. Himpunan Evaluasi Pendidikan Indonesia (HEPI) tanggal 26 dan 27 Maret 2004 di Yogyakarta Wau Yasaratodo,2013,Profesi pendidikan,medan: Unimed Press 97
KONSEP PENILAIAN AUTENTIK PADA PROSES DAN HASIL BELAJAR
KONSEP PENILAIAN AUTENTIK PADA PROSES DAN HASIL BELAJAR PPT 2.3 BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN A.
Lebih terperinciKONSEP PENILAIAN AUTENTIK PADA PROSES DAN HASIL BELAJAR
KONSEP PENILAIAN AUTENTIK PADA PROSES DAN HASIL BELAJAR Definisi 1. Penilaian autentik (Authentic Assessment) adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan salah satu ujung tombak kemajuan suatu bangsa. Bangsa akan menjadi maju jika pendidikan diperhatikan dengan serius oleh para pemegang
Lebih terperinciSERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2015 PUSAT PENGEMBANGAN PPL & PKL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN
SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2015 PUSAT PENGEMBANGAN PPL & PKL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Panduan Penyusunan KTSP jenjang Dikdasmen BSNP KURIKULUM 2013? (Berbasis Scientific Approach)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kehidupan manusia. Pendidikan yang diperoleh masyarakat akan terus berkembang dengan baik dan mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencapai cita-cita luhur bangsa. Cita-cita luhur bangsa Indonesia telah tercantum
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan sebuah negara yang senantiasa berusaha untuk mencapai cita-cita luhur bangsa. Cita-cita luhur bangsa Indonesia telah tercantum dengan jelas
Lebih terperinciBAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.
1 BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan segala usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana dan bertujuan mengubah tingkah laku manusia kearah yang lebih baik dan sesuai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia. Pendidikan adalah usaha sadar yang sengaja dirancang untuk menciptakan kualitas Sumber Daya Manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pada kondisi sekarang ini, Indonesia memasuki kehidupan era globalisasi yang banyak terjadi perubahan-perubahan. Guna menghadapi tantangan global diperlukannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Evaluasi telah berlaku sebagai bagian integral dari setiap proses
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Evaluasi telah berlaku sebagai bagian integral dari setiap proses pengembangan pendidikan pada saat ini. Kegiatan evaluasi pendidikan menempati posisi penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Berlakunya kurikulum 2013 dengan tujuan peningkatan pada pendidikan maupun kualitas pembelajaran yang diterapkan para pendidik di sekolah. Hal ini merupakan
Lebih terperinciKata kunci: authentic assessment, peer assessment, self assessment
Peer And Self Assessment Sebagai Penilaian Autentik dalam Kurikulum 2013 Ratih Rizqi Nirwana Jurusan Tadris Kimia Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang E-mail: tadris.kimia@gmail.com Abstrak Pelaksanaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kualitas pendidikan. Pendidikan merupakan usaha sadar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan kelangsungan hidup suatu negara salah satunya ditentukan oleh kualitas pendidikan. Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menumbuh kembangkan
Lebih terperinciKeberhasilan suatu proses pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa komponen. Dalam prosesnya, siswa dituntut untuk meningkatkan kompetensinya dengan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan suatu komponen penting dalam mentransformasi pengetahuan, keahlian, dan nilai-nilai akhlak dalam pembentukan jati diri bangsa. Pendidikan
Lebih terperinciguna mencapai tujuan dari pembelajaran yang diharapkan.
8 II. KAJIAN PUSTAKA A. Strategi Pembelajaran 1. Pengertian Strategi Pembelajaran Menurut Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan diamanatkan bahwa proses pembelajaran
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Implikasi kompetensi guru dapat dilihat antara lain meliputi : penguasaan bahan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kompetensi Guru Implikasi kompetensi guru dapat dilihat antara lain meliputi : penguasaan bahan pelajaran, pengelolaan program pembelajaran, kegiatan belajar mengajar, mengukur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tujuan Pembelajaran. Penilaian Pembelajaran. Proses Pembelajaran. Gambar 1.1 Komponen Pembelajaran
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran menurut Oemar Hamalik (Hernawan, 2007, hlm.3) adalah prosedur dan metode yang ditempuh oleh pengajar untuk memberikan kemudahan bagi peserta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Pendidikan nasional, sebagai salah satu sektor pembangunan nasional dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan manusia bahkan tidak
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat penting dalam kehidupan manusia bahkan tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan proses kehidupan manusia, dengan kata lain, kebutuhan manusia
Lebih terperinciPenilaian Berbasis Kinerja untuk Penjasorkes. Oleh : Tomoliyus
Penilaian Berbasis Kinerja untuk Penjasorkes Oleh : Tomoliyus FIK UNY Abstrak Diterapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) penjasorkes di sekolah hendaknya dipahami tidak hanya sekedar penyesuaian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Judul. Pengembangan Instrumen Asesmen Otentik pada Pembelajaran Subkonsep Fotosintesis di SMP
1 A. Judul BAB I PENDAHULUAN Pengembangan Instrumen Asesmen Otentik pada Pembelajaran Subkonsep Fotosintesis di B. Latar Belakang Kurikulum di Indonesia telah seringkali mengalami perubahan. Selama dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum yang berlaku di Indonesia mulai tahun ajaran 2013/2014 adalah kurikulum 2013. Kurikulum 2013 ini mempunyai dua dimensi. Dimensi pertama yaitu perencanaan atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Pendidikan adalah investasi masa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Pendidikan adalah investasi masa depan bangsa, baik buruknya peradaban
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. B. Perumusan Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak rintangan dalam masalah kualitas pendidikan, salah satunya dalam program pendidikan di Indonesia atau kurikulum.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh
7 BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran IPA di SD 1. Pembelajaran Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Di era globalisasi saat ini menuntut setiap manusia agar dapat bersaing untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik, berbagai masalah dan tantangan dalam segala aspek
Lebih terperinciImplementasi Penilaian Autentik Dalam Pembelajaran Matematika
SEMINAR MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2017 Implementasi Penilaian Autentik Dalam Pembelajaran Matematika Rayinda Aseti Prafianti 1, Rr. Kuntie Sulistyowaty 2 Universitas Pendidikan Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. besar dalam meningkatkan pengetahuan siswa. Selain sebagai pengajar, guru juga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru merupakan sosok yang sangat memegang peranan penting dalam proses pembelajaran siswa di sekolah, yang harus dapat membawa perubahan besar dalam meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Paradigma pendidikan di Indonesia sudah semakin berkembang dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Paradigma pendidikan di Indonesia sudah semakin berkembang dari pendekatan tradisional, dimana siswa hanyalah sebagai objek pendidikan, kurang aktif didalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada umumnya pembelajaran di sekolah dasar hanya menekankan pada penguasaan konsep (kognitif) yang di uji dengan tes tulis obyektif dan subyektif sebagai
Lebih terperinciSERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2013 PUSAT LAYANAN PPL & PKL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN
SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2013 PUSAT LAYANAN PPL & PKL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Panduan Penyusunan KTSP jenjang Dikdasmen BSNP Landasan & Acuan Penyusunan & Pengembangan KTSP UU
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut ukuran normatif.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sepanjang hayat (long life education). Hal ini sesuai dengan prinsip
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses memanusiakan manusia atau lazim disebut sebagai proses humanisasi. Proses humanisasi ini diperoleh melalui berbagai pengalaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN menuntut guru untuk mengorganisasikan pembelajaran secara efektif. Hal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah menengah berdasarkan kurikulum 2013 menuntut guru untuk mengorganisasikan pembelajaran secara efektif. Hal ini disebabkan oleh
Lebih terperinci2015 PENERAPAN PENILAIAN OTENTIK D ALAM RANGKA MENINGKATKAN PENCAPAIAN KOMPETENSI SISWA PAD A MATA PELAJARAN TEKNOLOGI MEKANIK D I SMK
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan kejuruan adalah pendidikan khusus yang dirancang untuk mempersiapkan siswa untuk memasuki dunia kerja yang sesuai dengan bidang keahliannya dan mengembangkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. diperoleh pengetahuan, keterampilan serta terwujudnya sikap dan tingkah laku
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan sesuatu yang penting dan mutlak harus dipenuhi dalam rangka upaya peningkatan taraf hidup masyarakat. Dari pendidikan inilah diperoleh pengetahuan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN sangat banyak sekali perubahan setiap pergantian Menteri Pendidikan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jika ditinjau dari segi sejarah kurikulum Indonesia yang dimulai tahun 1945 sangat banyak sekali perubahan setiap pergantian Menteri Pendidikan, sehingga mutu pendidikan
Lebih terperinciSERTIFIKASI GURU MERUPAKAN PERLINDUNGAN PROFESI. Sugeng Muslimin Dosen Pend. Ekonomi FKIP Unswagati ABSTRAK
SERTIFIKASI GURU MERUPAKAN PERLINDUNGAN PROFESI Sugeng Muslimin 1 1. Dosen Pend. Ekonomi FKIP Unswagati ABSTRAK Profesi guru adalah profesi yang terhormat, tidak semua orang dapat menjadi guru. Untuk menjadi
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA Oleh: Muslim Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Lebih terperinciPEMENUHAN PENILAIAN KINERJA GURU (PKG) BAGI GURU SDN DAN SDN KECAMATAN DELI TUA KABUPATEN DELI SERDANG
PEMENUHAN PENILAIAN KINERJA GURU (PKG) BAGI GURU SDN. 101801 DAN SDN. 108075 KECAMATAN DELI TUA KABUPATEN DELI SERDANG Halimatussakdiah, Khairul Anwar Dosen Jurusan PPSD Prodi PGSD FIP UNIMED Jln. Willem
Lebih terperinciANALISIS KESESUAIAN BUKU SISWA KELAS V TEMA PERISTIWA DALAM KEHIDUPAN DENGAN KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN TEMATIK DAN PENDEKATAN SAINTIFIK
ANALISIS KESESUAIAN BUKU SISWA KELAS V TEMA PERISTIWA DALAM KEHIDUPAN DENGAN KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN TEMATIK DAN PENDEKATAN SAINTIFIK (1) Nilamsari Damayanti Fajrin, (2) Sa dun Akbar, dan (3) Sutarno.
Lebih terperinciSasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar
Sasaran dan Pengembangan Sikap Kompetensi Dasar Mahasiswa mampu memahami Sasaran dan Pengembangan Sikap Indikator: Pengertian Sikap Guru Pengertian Kinerja Guru Sasaran Sikap Guru Pengembangan Sikap Kinerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, spesifikasi produk yang dikembangkan, dan keterbatasan produk yang dikembangkan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah kunci sukses tidaknya suatu bangsa dalam pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya melakukan pembangunan di segala
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan upaya yang dilakukan secara sadar dan bertanggung jawab untuk membantu perkembangan kepribadian serta kemampuan peserta didik melalui kegiatan bimbingan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran tematik merupakan kegiatan pembelajaran dengan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran tematik merupakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan tema sebagai dasar pembelajaran untuk mengikat materi pelajaran yang terdiri dari beberapa
Lebih terperinci(Contoh) DESAIN PEMBELAJARAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET C UPT SKB KABUPATEN BANDUNG
(Contoh) DESAIN PEMBELAJARAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET C UPT SKB KABUPATEN BANDUNG UPT SANGGAR KEGIATAN BELAJAR (SKB) KABUPATEN BANDUNG 2017 DESAIN PEMBELAJARAN Oleh: Yaya Sukarya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam pengembangan kurikulum matematika pada dasarnya digunakan. sebagai tolok ukur dalam upaya pengembangan aspek pengetahuan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Standar kompetensi dan kompetensi dasar matematika yang disusun dalam pengembangan kurikulum matematika pada dasarnya digunakan sebagai tolok ukur dalam upaya
Lebih terperinci2014 PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH D AN PENGARUHNYA TERHAD AP KINERJA MENGAJAR GURU D I SMK SMIP YPPT BAND UNG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sumber daya Manusia (SDM) yang berkualitas merupakan prasayarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Akan tetapi kualitas Sumber Daya manusia yang ada di Indonesia
Lebih terperincidepan yang akan dijalani yang diwarnai tantangan dan perubahan. Kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari Kurikulum Tingkat Satuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas manusia. Sebagai suatu kegiatan sadar dan bertujuan, maka pelaksanaannya berada dalam suatu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mutu Sumber Daya Manusia (SDM). Undang-Undang Nomor 20 Tahun. Berdasarkan hal itu pemerintah terus berupaya mewujudkan kualitas
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam meningkatkan mutu Sumber Daya Manusia (SDM). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Lebih terperinciKESIAPAN DOSEN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH DALAM PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG
KESIAPAN DOSEN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH DALAM PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG Oleh: Dina Sri Nindiati* *Program Studi Pendidikan Sejarah, FKIP Universitas PGRI Palembang
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PROFESIONAL GURU. Oleh : WISNU WARDHONO. Abstrak
PENGEMBANGAN PROFESIONAL GURU Oleh : WISNU WARDHONO Abstrak Guru memegang tugas ganda yaitu sebagai pengajar dan pendidik. Guru dituntut memiliki persiapan yang matang, perencanaan pembelajaran yang sistematis
Lebih terperinciKONSEP KURIKULUM 2013
Oleh : Pratiwi Pujiastuti pratiwi@uny.ac.id KONSEP KURIKULUM 2013 Kurikulum menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (19) adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi emas, yaitu generasi yang kreatif, inovatif, produktif,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia yang cerdas, kreatif, dan kritis menjadi faktor dominan yang sangat dibutuhkan dalam menghadapi era persaingan global. Sementara itu proses pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian . Josie Fitri Handayani, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan kegiatan yang bersifat universal, terdapat dimana saja dan kapan saja dalam kehidupan masyarakat manusia. Pendidikan harus selalu progresif,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIS
BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kajian Teori 1. Kurikulum Kurikulum di pandang sebagai suatu rencana menurut S. Nasution, (2014, h. 5) yang di susun untuk melancarkan proses belajar-mengajar di bawah bimbingan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Guru Sekolah Dasar merupakan ujung tombak keberhasilan dalam. membentuk generasi penerus bangsa yang berkualitas, nampaknya harus
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Guru Sekolah Dasar merupakan ujung tombak keberhasilan dalam membentuk generasi penerus bangsa yang berkualitas, nampaknya harus benar-benar memiliki kemampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup Negara, juga merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan teknik tes dan non-tes. Dalam teknik tes misalnya pemberian beberapa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penilaian pembelajaran perlu dilakukan secara menyeluruh dan berkesinambungan yang mencakup penilaian terhadap proses belajar dan penilaian terhadap hasil belajar.
Lebih terperinciTEKNIK PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Oleh: Dr. Marzuki UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
TEKNIK PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Oleh: Dr. Marzuki UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 1 Penegasan Istilah Istilah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang digunakan terutama untuk
Lebih terperinciKINERJA GURU DI SD KECAMATAN DELI TUA KABUPATEN DELI SERDANG. Halimatussakdiah dan Khairul Anwar Surel :
KINERJA GURU DI SD KECAMATAN DELI TUA KABUPATEN DELI SERDANG Halimatussakdiah dan Khairul Anwar Surel : halimatussakdiahnst11@gmail.com ABSTRAK Analisis awal pada 2016 (Januari s.d Maret) terhadap 36 orang
Lebih terperinciKETERAMPILAN-KETERAMPILAN MENGAJAR
KETERAMPILAN-KETERAMPILAN MENGAJAR RINI SOLIHAT Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI Pendahuluan Profesional : Pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat, dan sebagai warga bangsa. Arus globalisasi telah menyebar dan mempengaruhi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi telah mengubah cara hidup manusia sebagai individu, sebagai warga masyarakat, dan sebagai warga bangsa. Arus globalisasi telah menyebar dan mempengaruhi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian peranan menurut Soejono Soekanto (2002;234) adalah sebagai berikut:
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Peranan Pengertian peranan menurut Soejono Soekanto (2002;234) adalah sebagai berikut: Peranan merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memberi dukungan dan perubahan untuk perkembangan masyarakat, bangsa,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan utama dalam pengembangan sumber daya manusia dan masyarakat suatu bangsa. Untuk itu, pendidikan diharapkan mampu membentuk sumber daya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor utama dalam membentuk pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik buruknya pribadi manusia menurut ukuran normatif.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Pendidikan diyakini akan dapat mendorong memaksimalkan potensi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada
Lebih terperinciEDISI : 4 PENGEMBANGAN SILABUS. Modul : Pengembangan Silabus Soal-soal Pengembangan Silabus
EDISI : 4 PENGEMBANGAN SILABUS Modul : Pengembangan Silabus Soal-soal Pengembangan Silabus PENGEMBANGAN SILABU Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat mengembangkan diri berdasarkan potensi yang dimiliki. Penigkatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional di bidang pendidikan adalah upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas SDM Indonesia dalam mewujudkan masyarakat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah pola interaksi siswa dengan guru dan sumber belajar pada
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran adalah pola interaksi siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran yang berkualitas sangat bergantung dari motivasi siswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. generasi yang mampu bersaing di era globalisasi. Negara dengan kualitas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi kemajuan suatu negara, karena pendidikan dapat meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber
Lebih terperinciPENGEMBANGAN DAN PENGGUNAAN ASESMEN PORTOFOLIO PADA KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI UNTUK PEMBELAJARAN TEKNOLOGI
PENGEMBANGAN DAN PENGGUNAAN ASESMEN PORTOFOLIO PADA KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI UNTUK PEMBELAJARAN TEKNOLOGI JANULIS P PURBA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA LATAR BELAKANG MASALAH KELEMAHAN PEMBELAJARAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. utama dalam pembangunan pendidikan, khususnya yang diselenggarakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Guru merupakan komponen yang paling menentukan dalam sistem pendidikan secara keseluruhan, yang harus mendapat perhatian sentral, pertama dan utama. Figur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan harus dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan yang ada. Terkait
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi melaju dengan pesat. Untuk menghadapi perkembangan dan kemajuan teknologi tersebut, dunia pendidikan harus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menjadi salah satu sarana untuk membantu manusia menjadi insan yang lebih baik. Adapun tujuan pendidikan nasional menurut UUD Negara Republik Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pondasi utama dalam upaya memajukan bangsa. Suatu bangsa dapat dikatakan maju apabila pendidikan di negara tersebut dapat mengelola sumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan hal yang berpengaruh terhadap kemajuan suatu bangsa. Untuk mengimbangi kemajuan bangsa yang semakin pesat, pendidikan harus berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menengah kejuruan sebagai bagian dari sub sistem
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan menengah kejuruan sebagai bagian dari sub sistem pendidikan di Indonesia, sesuai dengan UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pada
Lebih terperinciPeningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD di Kelas V SDN 1 Balukang
Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD di Kelas V SDN 1 Balukang Bambang Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan
Lebih terperinciPROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN PASCA SARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
KONTRIBUSI PERSEPSI GURU TENTANG IMPLEMENTASI FUNGSI EMASLIM KEPALA SEKOLAH, IKLIM ORGANISASI, DAN KOMPETENSI GURU TERHADAP KOMPONEN KUALITAS SEKOLAH DI SMAN KABUPATEN TEMANGGUNG TESIS Diajukan Kepada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan siswa diharapkan memiliki kecakapan baik intelektual,
Lebih terperinciOleh: Drs.NANA DJUMHANA M.Pd PRODI PGSD FIP UPI
Oleh: Drs.NANA DJUMHANA M.Pd PRODI PGSD FIP UPI MENGAPA GURU PERLU MEMAHAMI METODOLOGI PEMBELAJARAN? S elain faktor penguasaan materi, salah satu faktor lain yang dapat mempengaruhi profesionalisme guru
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai tanggung jawab besar dalam menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan. Sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Bangsa yang maju dapat dilihat dari kualitas sumberdaya manusianya,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa yang maju dapat dilihat dari kualitas sumberdaya manusianya, oleh karena itu agar bangsa kita dapat maju maka perlu upaya peningkatan mutu pendidikan
Lebih terperinciSERTIFIKASI GURU, ANTARA PROFESIONALISME, TANTANGAN, DAN REALITA GURU*) Oleh : Badrun Kartowagiran**)
SERTIFIKASI GURU, ANTARA PROFESIONALISME, TANTANGAN, DAN REALITA GURU*) Oleh : Badrun Kartowagiran**) UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2008 ============================= *) Makalah disampaikan dalam Seminar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemerintah telah mempercepat pencanangan millenium development goals,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pemerintah telah mempercepat pencanangan millenium development goals, yang semula dicanangkan tahun 2020 dipercepat menjadi 2015. Millenium development
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan selalu berlangsung dalam suatu lingkungan, yaitu lingkungan pendidikan. Lingkungan ini mencakup lingkungan fisik, sosial, budaya, politis, keagamaan, intelektual,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh banyak kalangan. Hal ini bisa dilihat dari beberapa indikator. Pertama,
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan diuraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan penegasan istilah yang meliputi; kinerja guru, guru
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. pendekatan ilmiah atau scientific approach. Dalam implementasi kurikulum
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Ilmiah (Scientific Approach) Perancangan kurikulum 2013, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan ilmiah atau scientific approach. Dalam implementasi kurikulum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia yang berakal dan berhati nurani. Kualifikasi sumber daya manusia (SDM) yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan upaya untuk membentuk sumber daya manusia sehingga dapat meningkatkan kualitas kehidupannya. Selain itu, melalui pendidikan akan dibentuk manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan pada Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum memiliki peranan penting dalam pendidikan. Istilah kurikulum menunjukkan beberapa dimensi pengertian, setiap dimensi tersebut memiliki keterkaitan satu dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum memainkan peran yang sangat penting dalam Sistem Pendidikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum memainkan peran yang sangat penting dalam Sistem Pendidikan Indonesia. Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat telah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat telah membawa perubahan pada berbagai aspek kehidupan manusia. Berbagai permasalahan yang bersumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembelajaran saintifik dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran tematik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum 2013 pada tingkat dasar menggunakan pendekatan pembelajaran saintifik dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran tematik saintifik mengedepankan
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CTL PADA BAHAN AJAR GEOMETRI DAN PENGUKURAN DI SEKOLAH DASAR. Oleh TITA ROSTIAWATI 1 MAULANA 2 ABSTRAK
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CTL PADA BAHAN AJAR GEOMETRI DAN PENGUKURAN DI SEKOLAH DASAR Oleh TITA ROSTIAWATI 1 MAULANA 2 ABSTRAK Salah satu masalah yang dihadapi dalam pembelajaran matematika adalah
Lebih terperinci