RANCANG BANGUN MODEL PEMISAH BAHAN PLASTIK DAN BAHAN ORGANIK DENGAN METODE SILINDER PANAS OLEH: ANDRIE SUTARJA BAHAR F

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RANCANG BANGUN MODEL PEMISAH BAHAN PLASTIK DAN BAHAN ORGANIK DENGAN METODE SILINDER PANAS OLEH: ANDRIE SUTARJA BAHAR F"

Transkripsi

1 RANCANG BANGUN MODEL PEMISAH BAHAN PLASTIK DAN BAHAN ORGANIK DENGAN METODE SILINDER PANAS OLEH: ANDRIE SUTARJA BAHAR F DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 i

2 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR RANCANG BANGUN MODEL PEMISAH BAHAN PLASTIK DAN BAHAN ORGANIK DENGAN METODE SILINDER PANAS SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Teknologi Pertanian Pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor Oleh : ANDRIE SUTARJA BAHAR F DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 ii

3 Judul Skripsi : Rancang Bangun Model Pemisah Bahan Plastik dan Bahan Organik dengan Metode Silinder Panas Nama : Andrie Sutarja Bahar NIM : F Menyetujui, Pembimbing : (Ir. Agus Sutejo, M.Si) NIP Mengetahui : Ketua Departemen (Dr. Ir. Desrial, M.Eng) NIP Tanggal lulus : iii

4 Andrie Sutarja Bahar. F Design And Build Separator Models Of Plastics And Organics Materials With Heat Cylinder Methods. Advisory: Ir. Agus Sutejo. M.Si ABSTRACT Nowadays, garbage waste problems it s one of issue that concerns with every country in the world, included Indonesia. Volume of garbage waste to increase but minimum waste control is the most perceived problems due to the waste bin. One of garbage type needing to be taken seriously waste controls is plastics, beside of organic waste. Plastics waste need a waste controls because plastics included in non degradable waste. Need long time to make plastics become unraveled. One solution that can be applied in the handling this problems is recycling this waste. However, separating the plastic waste to the other waste are a new issues that arise during the recycling process, it required an equipment to separating plastic waste from organic waste. That equipment do not exist, requires an initial research to find method that can be applied in separating plastic and organic materials. Heat-cylinder methods it s one of method can be applied when separating plastic and organic materials. This research has aims to design and build a model of plastic and organic materials separator used heat cylinder method. It has a basis for development into a plastic garbage separator. In the design separator model of plastic and organic materials by heatcylinder method it s required other constituent components so that the separation process can be performed. The other components include hoppers, scrubbers, crank and the media end of the reservoir. Separation process will be beginning sheltered plastics and organic materials into the hopper. Furthermore these materials will flow into the heat-cylinder, which was spun by the crank rotation. Rotation of the cylinder heat helps in drainage material in the hopper. Heat in the cylinder has makes plastics stuck in a round of heat-cylinder and it has separated again when it comes to the scrubber and after that followed to the end storage media. As for the organic material will flow directly into end storage media when beginning process. iv

5 Resulted performance test conducted from separator model of plastics and organic material it known heating process is the main of factor affecting the separation process. This heating process is influenced by two interrelated factors it has temperature and the type of plastic material itself. Temperature factor is a major factor in the separation process. However, optimal separation temperature is determined by the type of plastic itself, this is determined by the nature of its melting point plastic. Base on resulted of this research, when development plastic and organic waste separator requires some adjustments from this separators model. First is the separation system with temperature rise from a low temperature to high temperatures well done. The use of temperature rise can separate plastic wrap with a low temperature point earlier, thereby melting the plastic factor can be reduced. Second adjustment is the adjustment of the hopper in used, it is associated with conduction system material into cylindrical heat.hopper system capable of draining material regularly and uniformly very important to do. Regular drainage system can reduce the influence of the location and position of the plastic collapse of the heating process. v

6 Andrie Sutarja Bahar. F Rancang Bangun Model Pemisah Bahan Plastik Dan Bahan Organik Dengan Metode Silinder Panas. Dibawah bimbingan: Ir. Agus Sutejo. M.Si Ringkasan Permasalahan lingkungan khususnya mengenai limbah sampah merupakan salah satu permasalahan yang menjadi perhatian setiap negara di dunia tidak terkecuali Indonesia saat ini. Volume sampah yang terus meningkat namun pengendalian sampah yang minimum merupakan permasalahan yang paling dirasakan akibat limbah sampah tersebut. Jenis sampah domestik yang sulit dipisahkan dan paling banyak menimbulkan masalah dalam pengelolaannya adalah sampah plastik disamping sampah organik yang jumlahnya juga cukup banyak. Sampah plastik yang bersifat non-degradable merupakan jenis sampah yang perlu ditangani secara serius. Salah satu solusi yang dapat diterapkan dalam penanganan limbah sampah plastik ini adalah dengan mendaur ulang. Namun dalam proses pendaur ulangan, pemisahan sampah plastik terhadap sampah organik merupakan permasalahan yang sering dihadapi. Hal ini menuntut diperlukanya alat pemisah sampah plastik dan sampah organik. Pengembangan yang belum dilakukan, membutuhkan suatu penelitian awal untuk mencari metode/model pemisahan yang dapat dilakukan pada proses pemisahan bahan plastik dan bahan organik. Metode pemisahan dengan menggunakan metode silinder panas merupakan salah satu metode yang dapat dikembangkan dalam pemisahan bahan plastik dan bahan organik. Penelitian kali ini bertujuan untuk merancang bangun model pemisah bahan plastik dan bahan organik dengan menggunakan metode silinder panas sebagai landasan dalam pengembangan menjadi suatu alat pemisah sampah plastik. Tujuan kedua adalah mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi proses pemisahan dengan menggunakan metode silinder panas tersebut. Setelah tujuan kedua tercapai dari penelitian kali ini juga diharapkan didapat desain rancangan pengembangan yang diperlukan untuk membentuk suatu alat pemisah sampah plastik dan sampah organik dari model yang telah dibangun. Dalam rancangan model pemisah bahan plastik dan bahan organik dengan metode silinder panas dibutuhkan komponen penyusun lain agar pemisahan dapat dilakukan antara lain hopper, scrubber, engkol dan media penampung akhir. Proses pemisahan dengan model alat ini diawali dengan proses penampungan bahan plastik dan bahan organik ke dalam media penampung. Selanjutnya bahanbahan tersebut akan mengalir menuju silinder panas, yang sedang berputar oleh putaran engkol. Putaran dari silinder panas membantu dalam pengaliran bahanbahan yang ada dalam hopper. Panas yang ada pada silinder diharapkan mampu membuat bahan plastik terekatkan dan mengikuti putaran dari silinder panas tersebut dengan suhu terkontrol tertentu. Sedangkan untuk bahan organik akan mengalir langsung menuju pada media penampungan akhir bahan organik tepat diawal pergerakan dari silinder panas. Bahan plastik akan terlepas kembali dengan adanya pemisah bahan plastik terhadap silinder panas (scrubber). Bahan plastik yang telah terpisahkan dari silinder panas akan jatuh kepada media penampung akhir bahan plastik. Pada proses pemisahan dengan silinder panas dari hasil uji performansi yang dilakukan diketahui proses pemanasan merupakan faktor utama yang vi

7 mempengaruhi proses pemisahan tersebut. Proses pemanasan ini dipengaruhi oleh tiga faktor yang saling terkait yakni suhu, kecepatan putar (waktu pemanasan) dan jenis bahan plastik itu sendiri. Faktor suhu merupakan faktor utama dalam proses pemisahan. Suhu optimal pemisahan sangat ditentukan oleh jenis plastik itu sendiri, hal ini ditentukan oleh sifat titik lelehnya plastik. Penggunaan suhu melebihi dari sifat titk lelehnya plastik dalam proses pemisahan mengakibatkan plastik tidak dapat terpisahkan. Pengembangan menjadi suatu alat pemisah sampah plastik dan sampah organik memerlukan beberapa penyesuaian agar didapat proses pemisahan yang baik dari model alat yang telah dibangun. Pertama adalah sistem pemisahan dengan suhu bertingkat dari suhu rendah hingga suhu tinggi baik dilakukan. Penggunaan suhu bertingkat dapat memisahkan plastik dengan titik suhu perekatan rendah lebih awal, dengan demikian faktor pelelehan terhadap plastik dapat dikurangi. Penyesuaian kedua adalah penyesuaian terhadap hopper yang digunakan, hal ini terkait dengan sistem pengaliran bahan menuju silinder panas. Sistem hopper yang mampu mengalirkan bahan secara teratur dan merata sangat penting dilakukan. Sistem pengaliran yang teratur dapat mengurangi pengaruh letak dan posisi jatuhnya plastik pada proses pemanasan. vii

8 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 23 Maret 1988 dengan nama lengkap Andrie Sutarja Bahar. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari Ayah Yul Harry Bahar dan Ibu Ani Sumarni. Penulis memiliki satu adik perempuan bernama Ira Bethaliany. Pendidikan penulis diawali pada TK Akademika, Perumahan Kranggan, Bekasi pada tahun Selepas dari TK penulis melanjutkan pendidikan di SDN 03 Pagi Pondok Ranggon, Jakarta Timur hingga tahun Setelah itu penulis melanjutkan pendidikan di SMPN 196 Cilangkap, Jakarta Timur hingga tahun Pada tahun 2005 penulis menyelesaikan pendidikan di SMAN 99 Jakarta Timur. Seusainya dari SMA penulis melanjutkan pendidikan pada Institut Pertanian Bogor. Tahun 2006 hasil dari saringan masuk mayorminor penulis masuk pada Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, bagian Ergonomika dan Elektronika. Pendidikan lain yang pernah diikuti penulis adalah kursus bahasa inggris di LBA LIA Bogor mengambil kelas Convestation dan selesai pada tahun Selama menjadi mahasiswa IPB, penulis aktif di beberapa kepanitiaan acara yang diadakan oleh HIMATETA IPB. Pada tahun 2008, penulis melaksanakan kegiatan Praktek Lapangan di perkebunan teh Ciater, Jawa Barat dengan judul Aspek Keteknikan Pada Proses Pascapanen Teh di PTPN VIII Kebun Ciater. Penulis melaksanakan penelitian dan menyelesaikan skripsi dengan judul Rancang Bangun Model Pemisah Bahan Plastik dan Bahan Organik dengan Model Silinder Panas pada tahun viii

9 KATA PENGANTAR Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-nya, penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian ini dengan judul Rancang Bangun Model Pemisah Bahan Plastik dan Bahan Organik dengan Metode Silinder Panas. Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi hingga akhirnya mendapat gelar Sarjana Teknik Pertanian pada Depatemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Tersusunnya laporan penelitian ini tidak terlepas dari beberapa bantuan berupa masukan, pengajaran, kritik, dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada : 1. Keluarga tercinta; Mamah, Papah dan Ira adik penulis yang telah mendukung, memotivasi dan mendoakan penulis dalam menyelesaikan kuliah di IPB. 2. Ir. Agus Sutejo M.Si selaku pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan bimbingannya sehingga terselesaikannya skripsi penulis. 3. Teman-teman seperjuangan TEP-IPB terutama Ubay dan Adit dan juga teman lainya yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis, yang juga telah memotivasi penulis dalam menyelesaikan proposal penelitian ini. 4. Teman-teman dalam Mc-Donald Night Community, yang selalu memberikan inspirasi dan juga pengalaman yang berarti sehingga penulis dapat bertahan dalam menyelesaikan kuliah di IPB. 5. Teman-teman tempat tinggal Podjok Biru yang telah menemani, memotifasi dan menginspirasi penulis dalam keseharian penulisan skripsi ini. 6. Teman-teman dunia maya penulis yang juga telah memberikan berjuta kata dan semangat kepada penulis untuk tersusunnya laporan skripsi ini. Penulis menyadari dalam penyusunan laporan skripsi ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan penulisan laporan skripsi ini. Bogor, Januari 2010 Penulis i

10 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR LAMPIRAN... vii I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Batasan Masalah... 2 II. TINJAUAN PUSTAKA Plastik PE/PETE (Polyethylene Terephthalate) HDPE (High Density Polyethylene) PVC (Polyvinyl Chloride) LDPE (Low Density Polyethylene) PP (Polypropilena) PS (Polystyrene) Lainnya ABS (Acrylonitrile Butadiene Styrene) PC (Polycarbonate) Nylon Heater Sistem Kontrol Suhu III. METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Bahan Alat Prosedur Penelitian Indentifikasi Masalah ii

11 Pra-Penelitian Perancangan dan Perakitan Uji Performansi IV. PENDEKATAN RANCANGAN dan ANALISIS TEKNIK Rancangan Fungsional Hopper Silinder Panas Engkol Pemisahan Plastik Terhadap Silinder Panas (Scrubber) Media Penampungan Akhir Rancangan Struktural Rangka Hopper Silinder Panas Engkol Pemisah Plastik dari Silinder Panas (Scrubber) Media Penampung Akhir Analisis Teknik V. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pembahasan VI. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA iii

12 DAFTAR TABEL Halaman 1. Titik Leleh Beberapa Jenis Plastik Jenis Plastik kemasan Thermoplastik Effisiensi Plastik Terpisahkan Plastik Meleleh Akibat Pengaruh Suhu Bahan Organik Terpisahkan iv

13 DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Pengaruh Plastik Termoset terhadap Suhu Pengaruh Plastik Thermoplast terhadap Suhu Plastik PE Plastik HDPE Plastik PVC Plastik LDPE Plastik PP Plastik PS Plastik ABS Plastik PC Plastik Nylon Skema Kontaktor Skema Rancang Bangun Diagram Tahap Rancang Bangun Alat Pra-penelitian Dengan Penggunaan Setrika Listrik Diagram Rancangan Fungsional Hopper Komponen Silinder Panas Priranti Pengkontrolan Suhu Engkol Scrubber Media Penampung Akhir Heater Pelat Metode Pengantaran Arus Listrik Pada Heater Skema Port Thermokontrol Keterangan Peletakan Akan Thermocouple Rangkaian Piranti Kontrol Suhu Grafik Perbandingan Efisiensi Plastik Terpisahkan Grafik Perbandingan Plastik Meleleh Akibat Pengaruh Suhu Fluktuasi Suhu Silinder Ketika Awal Proses v

14 32. Fluktuasi Suhu Rata-Rata Silinder Selang waktu 500 detik Fluktuasi Suhu Silinder Ketika Terjadinya Pembebanan Faktor Penentu Proses Pemanasan Plastik Berubah dan Meleleh Akibat Suhu Tinggi vi

15 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Jadwal Kegiatan Penelitian Gambar Keterangan Alat Pemisah Sampah Plastik dan Sampah Organik Gambar Dimensi Rangka Gambar Dimensi Hopper Gambar Dimensi Silinder Panas Gambar Dimensi Engkol Hasil Uji performansi Pemisahan Plastik, Variasi Bahan Hasil Uji performansi Pemisahan Plastik, Variasi Bahan Hasil Uji performansi Pemisahan Plastik, Variasi Bahan Tabel Fluktuasi Suhu yang Terjadi Pada Saat Awal Proses Tabel Fluktuasi Suhu Akibat Pembebanan,Variasi Bahan Kenaikan Suhu Saat Proses Pemisahan vii

16 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan lingkungan khususnya penanganan mengenai limbah sampah merupakan salah satu permasalahan yang menjadi perhatian negaranegara di dunia tidak terkecuali Indonesia saat ini. Masalah sampah merupakan masalah yang sangat kompleks yang timbul sebagai akibat dari kepraktisan dalam memproduksi barang dengan menggunakan berbagai macam teknologi yang mengakibatkan efek samping yakni sampah itu sendiri (Bahar Y, 1986). Sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk maksud biasa atau utama dalam pembikinan atau pemakaian barang rusak atau bercacat dalam pembikinan manufaktur atau materi berkelebihan atau ditolak atau buangan (Kamus Istilah Lingkungan, 1994). Sampah menjadi suatu perhatian dunia saat ini dikarenakan sampah terindikasi menjadi salah satu penyebab terjadinya pemanasan global (global warming) yang ada di dunia, disamping masalah volume sampah yang sulit terkontrol. Permasalahan mengenai sampah yang memberikan efek terhadap terjadinya pemanasan global terjadi pada proses penguraian sampah tersebut. Proses penguraian sampah dengan jumlah sampah yang besar seperti pada TPA (Tempat Pembuangan Akhir) terindikasi menghasilkan jumlah gas karbon dengan jumlah cukup besar yang menyelimuti atmosfer bumi. Hal inilah yang membuat negara-negara di dunia sangat serius dalam penanganan masalah sampah saat ini, terutama dalam pengendalian volume sampah yang ada dalam rangka mengurangi dampak pemanasan global yang dimaksudkan. Sampah plastik merupakan salah satu jenis sampah yang banyak menimbulkan masalah dan memerlukan pengelolaan yang serius. Sifatnya yang non-degradable (tidak mudah terurai) memerlukan pengelolaan yang berbeda dibandingkan jenis sampah lain yang bersifat degradable (sampah organik). Salah satu solusi yang dapat diterapkan dalam pengendalian sampah plastik adalah dengan proses daur ulang. Proses daur ulang akan merubah sampah plastik yang tidak termafaatkan menjadi sesuatu yang berguna dan bernilai. Namun dalam proses daur ulang, kesulitan yang dialami adalah sulitnya memisahkan antara sampah plastik terhadap jenis sampah lain terutama sampah organik dimana 1

17 sampah jenis ini jumlahnya juga cukup banyak. Dalam menyelesaikan semua isu yang berkenaan dengan manajemen sampah, dibutuhkan sebuah pendekatan secara holistik yang memandang keseluruhan sebagai sebuah sistem yang terintegrasi. (Vesilind et al, 2003). Sistem pengelolaan yang terintegrasi dilakukan melalui pendekatan ergonomi total, yaitu integrasi antara ergonomi mikro dan makro. Integrasi keduanya membawa kerangka kerja dalam mengoptimalkan kesesuaian antara manusia, teknologi dan organisasional Terkait teknologi pengolahan sampah sebagai bentuk aplikasi dari sistem pengelolaan sampah yang terintegrasi khususnya sampah plastik, perancangan model pemisah bahan plastik dan bahan organik merupakan salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk meningkatkan efektivitas pengolahan sampah. Peningkatan efektivitas ini diharapkan nantinya mampu menjawab permasalahan dalam pengolahan sampah dalam pengembangan menjadi sebuah alat pemisah sampah plastik dan sampah organik Tujuan Tujuan dilakukannya penelitian mengenai Rancang Bangun Model Pemisah Bahan Plastik dan Bahan Organik dengan Metode Silinder Panas ini adalah : 1. Merancang bangun model yang mampu memisahkan bahan plastik dan bahan organik dengan metode silinder panas. 2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi proses pemisahan dengan metode silinder panas. 3. Merencanakan pengembangan yang diperlukan untuk membentuk suatu alat pemisah sampah plastik dan sampah organik dari model yang telah dibangun Batasan Masalah Penelitian ini masih bersifat sebagai penelitian awal bagi rancang bangun alat pemisah sampah plastik dengan sampah organik pada tahap selanjutnya. Dalam penelitian yang dilakukan, target plastik terpisahkan merupakan plastik kemasan thermoplastik. Secara thermal plastik jenis ini akan meleleh pada suhu kurang dari C, namun demikian tujuan dari model pemisah ini plastik tidak sampai meleleh. Pada penelitian ini, proses pemisahan dengan panas tersebut 2

18 dilakukan hanya sebatas plastik tersebut dapat terekatkan terhadap silinder panas. Berdasarkan kondisi tersebut, plastik masih dapat termanfaakan kembali tanpa terjadi perubahan secara fisik dan signifikan. Tabel 1. Titik Leleh Beberapa Jenis Plastik Processing Temperature Rate Material 0 C 0 F ABS Acetal Acrylic Nylon Poly Carbonat LDPE HDPE PP PS PVC Sumber : Iman Mujiarto, 2005 Dalam pengembangan alat pemisah sampah plastik dan sampah organik, proses pemisahannya diasumsikan sampah telah melewati proses pencacahan dan pengeringan sederhana. Pencacahan dan pengeringan sampah diperlukan sebagai usaha penyeragaman bahan yang masuk dan kemudahan dalam proses pemisahan. Untuk itu dalam pengujian model pemisahan penelitian dilakukan dengan bahanbahan plastik dan bahan organik yang berukuran seragam dan bersifat kering. 3

19 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Plastik Plastik merupakan bahan yang terbentuk dari produk polimerisasi sintetik atau semi-sintetik yang mempunyai sifat-sifat unik dan luar biasa. Polimer sendiri adalah adalah rantai berulang dari atom yang panjang, terbentuk dari pengikat yang berupa molekul identik yang disebut monomer. Jika monomernya sejenis disebut homopolimer, dan jika monomernya berbeda akan menghasilkan kopolimer. Proses polimerisasi yang menghasilkan polimer berantai lurus mempunyai tingkat polimerisasi yang rendah dan kerangka dasar yang mengikat antar atom karbon dan ikatan antar rantai lebih besar daripada rantai hidrogen. Bahan yang dihasilkan dengan tingkat polimerisasi rendah bersifat kaku dan keras (Flinn and Trojan, 1975). Bila rantai tersebut dikelompokkan bersama-sama dalam suatu pola acak, menyerupai tumpukan jerami maka disebut amorp, jika teratur hampir sejajar disebut kristalin dengan sifat yang lebih keras dan tegar (Syarief et al. 1988). Bahan baku pembuatan plastik adalah minyak dan gas sebagai sumber alami. Dalam perkembangannya minyak dan gas ini mulai digantikan oleh bahanbahan sintetis sehingga dapat diperoleh sifat-sifat plastik yang diinginkan dengan cara kopolimerisasi, laminasi, dan ekstruksi (Syarief et al 1989). Polimer alam yang telah kita kenal antara lain: selulosa, protein, karet alam dan sejenisnya. Pada awal mula perkembangannya polimer alam hanya digunakan untuk membuat perkakas dan senjata, tetapi keadaan ini hanya bertahan hingga akhir abad 19 dan selanjutnya manusia mulai memodifikasi polimer menjadi plastik. Plastik yang pertama kali dibuat secara komersial adalah nitroselulosa. Material plastik ini telah berkembang pesat dan sekarang mempunyai peranan yang sangat penting dibidang elektronika, pertanian, tekstil, transportasi, furniture, konstruksi, kemasan kosmetik, mainan anak-anak dan produk-produk industri lainnya. Untuk membuat barang-barang plastik agar mempunyai sifat-sifat seperti yang dikehendaki, maka dalam proses pembuatannya selain bahan baku utama diperlukan juga bahan tambahan atau aditif. Penggunaan bahan tambahan ini beraneka ragam tergantung pada bahan baku yang digunakan dan mutu produk yang akan dihasilkan. Berdasarkan fungsinya maka bahan tambahan atau bahan 4

20 pembantu proses dapat dikelompokkan menjadi: bahan pelunak (plastiksizer), bahan penstabil (stabilizer), bahan pelumas (lubricant), bahan pengisi (filler), pewarna (colorant), antistatic agent, blowing agent, flame. Bahan aditif yang ditambahkan tersebut disebut komponen non-plastik yang berupa senyawa anorganik atau organik yang memiliki berat molekul rendah. Bahan aditif dapat berfungsi sebagai pewarna, antioksidan, penyerap sinar UV, anti lekat dan masih banyak lagi (Winarno, 1994). Gambar 1. Pengaruh Plastik Termoset terhadap Suhu Sumber : Iman Mujiarto, 2005 Gambar 2. Pengaruh Plastik Thermoplast terhadap Suhu Sumber : Iman Mujiarto, 2009 (wordpress.com) Syarief et al. (1989) membagi plastik menjadi dua berdasarkan sifatsifatnya terhadap perubahan suhu, yaitu: 1. Termoplastik: merupakan jenis plastik yang dapat meleleh pada suhu tertentu, melekat mengikuti perubahan suhu dan mempunyai sifat dapat balik (reversibel) kepada sifat aslinya. Proses pemanasan akan membuat plastik ini kembali mengeras bila didinginkan. Jenis plastik thermoplast antara lain: PE, PP, PS, ABS, SAN, nylon, PET, BPT, Polyacetal (POM), PC dan lain-lain. 5

21 2. Termoset: tidak dapat mengikuti perubahan suhu (irreversibel). Plastik thermoset adalah plastik yang apabila telah mengalami kondisi tertentu tidak dapat dicetak kembali karena bangun polimernya berbentuk jaringan tiga dimensi. Jenis plastik ini tidak dapat dilunakkan kembali, setelah proses pengerasan. Proses pemanasan yang tinggi akan membentuk arang dan terurai pada jenis plastik ini. Jenis-jenis plastik termoset antara lain: PU (Poly Urethene), UF (Urea Formaldehyde), MF (Melamine Formaldehyde), polyester, epoksi dan lain-lain. Seperti yang telah disebutkan pada batasan masalah, pada penelitian ini jenis plastik yang akan diuji untuk dilakukan proses pemisahan adalah plastik kemasan yang bersifat thermoplastik. Jenis plastik ini dikelompokan menjadi tujuh macam jenis berdasarkan pembagian yang dikeluarkan The Society of Plastic Industry tahun Jenis-jenis plastik kemasan ini juga diadopsi pula oleh lembaga-lembaga yang mengembangkan sistem kode, seperti ISO (International Organization for Standardization). Tabel 2. Jenis Plastik kemasan Thermoplastik Nama PETE atau PET (polyethylene terephthalate) HDPE (high density polyethylene) PVC (polyvinyl chloride) LDPE (low density polyethylene) PP (polypropylene) PS (polystyrene) Lainnya Logo Sumber : The Society of Plastik Industry, Jenis plastik lain yang juga digunakan dalam plastik kemasan adalah nylon poliester dan film vinil polietilen. Jenis plastik ini sering digunakan secara tunggal untuk membungkus makanan atau bentuk lapisan dengan bahan lain yang direkatkan bersama. Kombinasi bahan plastik dengan bahan lain dalam 6

22 pembungkus makanan disebut laminasi. Sifat-sifat yang dihasilkan oleh kemasan laminasi dari dua atau lebih film dapat memiliki sifat yang unik. Contohnya kemasan yang terdiri dari lapisan kertas/ Polietilen/ aluminium foil/ polipropilena baik sekali untuk kemasan makanan kering. Lapisan luar yang terdiri dari kertas berfungsi untuk cetakan permukaan yang ekonomis dan murah. Polietilen berfungsi sebagai perekat antara aluminium foil dengan kertas. Sedangkan polietilen bagian dalam mampu memberikan kekuatan dan kemampuan untuk direkat atau ditutupi dengan panas. Dengan konsep laminasi, masing-masing lapisan saling menutupi kekurangannya menghasilkan lembar kemasan yang bermutu tinggi (Winarno, 1994). Namun demikian jenis plastik pembungkus makanan laminasi ini tidak masuk kedalam jenis plastik yang diusahakan terpisahkan pada penelitian kali ini. Hal ini dikarenakan jenis plastik tersebut sulit dipisahkan dengan bahan yang terlaminasi PE/PETE (Polyethylene Terephthalate) PE merupakan film yang lunak, transparan dan fleksibel, mempunyai kekuatan benturan serta kekuatan sobek yang baik. Secara sifat fisiknya bahan PE dapat didaur ulang dengan mudah. Proses pemanasan pada suhu C terhadap plastik jenis ini akan menjadikan plastik jenis ini lunak dan mencair. Berdasarkan sifat permeabilitasnya yang rendah serta sifat-sifat mekaniknya yang baik, polietilen mampu memiliki ketebalan sampai 0.01 inchi (Nurminah, 2003). Proses pembuatan PE adalah dengan proses polimerisasi adisi dari gas etilen yang diperoleh dari hasil samping industri minyak dan batubara. Polietilen banyak digunakan sebagai pengemas makanan, hal ini di karenakan sifatnya yang thermoplastik, selain itu PE mudah dibuat kantung dengan derajat kerapatan yang baik (Sacharow dan Griffin, 1970). Plastik berbahan PE dalam penggunaanya sering digunakan untuk botol plastik seperti; botol air mineral, botol jus, dan hampir semua botol minuman lainnya. Plastik jenis polietilen ini memiliki ciri warnanya yang jernih/transparan/tembus pandang. 7

23 Gambar 3. Plastik PE Sumber : HDPE (High Density Polyethylene) HDPE merupakan polietilen dengan jumlah rantai cabang yang lebih sedikit dibandingkan dengan PE. Rantai cabang yang lebih sedikit ini membuat plastik HDPE memiliki sifat bahan yang lebih kuat, keras, buram dan lebih tahan terhadap suhu tinggi. Ikatan hidrogen antar molekul yang berada pada plastik ini juga berperan dalam menentukan titik leleh plastik (Harper, 1975). HDPE memiliki titik leleh yang cukup tinggi, oleh karena sifatnya ini HDPE sering digunakan pada kemasan untuk botol susu, tupperware, galon air minum, kursi lipat, kemasan deterjen, kemasan susu PVC (Polyvinyl Chloride) Gambar 4. Plastik HDPE Sumber : PVC merupakan polimer termoplastik ketiga dalam hal jumlah pemakaian di dunia. Di seluruh dunia, lebih dari 50% PVC yang diproduksi dipakai dalam konstruksi bangunan. PVC banyak digunakan pada konstruksi bangunan karena PVC relatif murah, tahan lama, dan mudah dirangkai. PVC bisa dibuat lebih 8

24 elastis dan fleksibel dengan menambahkan plastiksizer. PVC yang memiliki sifat fleksibel umum dipakai sebagai bahan pakaian, perpipaan, atap, dan insulasi kabel listrik. PVC diproduksi dengan cara polimerisasi monomer vinil klorida (CH2=chcl). Dari sifat fisiknya PVC merupakan jenis plastik yang paling sulit didaur ulang. PVC mempunyai sifat keras, kaku, jernih dan mengkilap, sangat sukar ditembus air dan permeabilitas gasnya rendah sehingga sesuai untuk mengemas makanan yang banyak mengandung air (Suyitno, 1990). Gambar 5. Plastik PVC Sumber : LDPE (Low Density Polyethylene) LDPE adalah plastik tipe cokelat sering dipakai untuk tempat makanan, plastik kemasan, dan botol-botol yang bersifat lunak. Plastik LDPE memiliki ciri kuat, agak tembus cahaya, fleksibel dan permukaan agak berlemak. LDPE mempunyai massa jenis antara 0,91-0,94 gml-1, separuhnya berupa kristalin (50-60%) dan memiliki titik leleh C. (Billmeyer, 1971). Secara fisik LDPE lebih fleksibel dan kerapatannya lebih kecil dibandingkan HDPE. Perkembangan selanjutnya, telah diproduksi LDPE yang memiliki bentuk linier dan dinamakan Low Linear Density Poliethylene (LLDPE) (designinsite.dk). 9

25 PP (Polypropilena) Gambar 6. Plastik LDPE Sumber : Plastik PP memiliki sifat sangat mirip dengan plastik PE, dan sifat-sifat penggunaannya juga serupa (Brody, 1972). Plastik PP memiliki sifat lebih kuat dan ringan dengan daya tembus uap yang rendah, ketahanan yang baik terhadap lemak, stabil terhadap suhu tinggi dan cukup mengkilap (Winarno dan Jenie, 1983). Monomer PP diperoleh dengan pemecahan secara thermal naphtha (distalasi minyak kasar) etilen, propylene dan homologues yang lebih tinggi dipisahkan dengan distilasi pada temperatur rendah. Dengan menggunakan katalis Natta-Ziegler polypropilen dapat diperoleh dari propilen (Birley et al, 1988). PP adalah bahan plastik yang dipakai pada kemasan makanan ringan/snack, sedotan, kantong obat, penutup, dan lain-lain PS (Polystyrene) Gambar 7. Plastik PP Sumber : PS adalah produk polimerisasi dari monomer-monomer stirena, dimana monomer stirena-nya didapat dari hasil proses dehidrogenisasi dari etil benzene 10

26 (dengan bantuan katalis). Etil benzene endiri merupakan hasil reaksi antara etilena dengan benzene (dengan bantuan katalis). PS mempunyai softening point rendah (90 0 C) sehingga PS tidak digunakan untuk pemakaian pada suhu tinggi, atau misalnya pada makanan yang panas. Suhu maksimum yang boleh dikenakan dalam pemakaian adalah 75 0 C. Disamping itu, PS mempunyai sifat konduktifitas panas yang rendah (Mujiarto, 2005) Lainnya ABS (Acrylonitrile Butadiene Styrene) Gambar 8. Plastik PS. Sumber : ABS merupakan kelompok plastik yang tergolong dalam engineering thermoplastik yang berisi tiga monomer pembentuk. Akrilonitril bersifat tahan terhadap bahan kimia dan stabil terhadap panas. Butadiene member perbaikan terhadap sifat ketahanan pukul dan sifat liat (toughness). Sedangkan stirena menjamin kekakuan (rigidity) dan mudah diproses (Mujiarto, 2005). Gambar 9. Plastik ABS Sumber :

27 PC (Polycarbonate) Plastik PC merupakan engineering plastik yang dibuat dari reaksi kondensasi bisphenol A dengan fosgen (phosgene) dalam media alkali (Nurminah M, 2002). Polikarbonat mempunyai sifat: jernih seperti air, impact strengthnya yang baik, ketahanan terhadap pengaruh cuaca, suhu penggunaan yang tinggi, mudah diproses dan flameabilitasnya rendah. Untuk menghasilkan produk produknya, dibuat melalui proses dengan teknik pengolahan thermoplastik pada umumnya, yaitu: cetak injeksi, ekstruksi, cetak tiup, dan structural foam moulding. Sheet polikarbonat dapat diproses dengan tehnik thermoforming menggunakan tekanan maupun vakum (Mujiarto, 2005). Nylon Gambar 10. Plastik PC Sumber : www. buybuildingsupplies.com, Nylon merupakan istilah yang digunakan terhadap poliamida yang mempunyai sifat dapat dibentuk serat, film dan plastik. Struktur nylon ditunjukkan oleh gugus amida yang berkaitan dengan unit hidrokarbon ulangan yang panjangnya berbeda-beda dalam suatu polimer. Nylon merupakan polimer semi kristalin dengan titik leleh F. Titik leleh erat kaitannya dengan jumlah atom karbon. Jumlah atom karbon makin besar, kosentrasi amida makin kecil, titik leleh pun menurun (Mujiarto, 2005). 12

28 2.2. Heater Gambar 11. Plastik Nylon Sumber : www. Crayonscraft.com, 2009 Heater merupakan alat penukar kalor yang mengemisikan panas untuk digunakan dalam proses pemanasan dimana dalam penelitian ini adalah pelat besi sebagai media yang dipanaskan. Berdasarkan sumber energi primernya, heater dapat digolongkan dalam tiga jenis, yakni heater listrik, gas, dan minyak tanah. Dalam penelitian ini heater yang digunakan merupakan jenis heater listrik. Heater listrik sendiri dapat dibedakan menjadi heater sistem langsung (direct) dan sistem tak langsung (indirect). Sistem langsung diartikan bahwa terjadi konversi energi dari listrik menjadi panas tanpa moda perantara, ini bisa dijumpai pada heater jenis konveksi (electric fan heater) dan radiasi (lamp heater). Sedangkan sistem tak langsung bisa dijumpai pada heat pump (kebalikan dari fungsi AC). Pada tipe ini, arus listrik dilewatkan pada material dengan hambatan tertentu (besar), sehingga menghasilkan panas yang sebanding dengan kuadrat arus dikalikan hambatan tersebut. Panas yang terbentuk pada material tersebut dipindahkan ke lingkungan (air disekitar) dengan cara konveksi. Dalam penelitian ini proses penghasilan panas digunakan heater pelat dan akan merambat secara konduksi pada permukaan silinder Sistem Kontrol Suhu Model kontrol suhu atau biasa disebut dengan thermokontrol merupakan sistem yang dirancang agar dapat mengendalikan suhu dari pemanas yang pengaturan suhu dan pewaktuannya dapat diset dan hasilnya terlihat pada tampilan LCD yang ada pada thermokontrol. Sebuah thermokontrol memiliki beberapa komponen penyusun seperti koverter ADC dan mikrokontroller sebagai 13

29 otak dari thermokontrol. Masukan data sistem kontrol suhu ini adalah dari panas yang di indra oleh sensor suhu (thermocouple) yang terhubung dengan sistem yang diukur. Thermocouple akan menghasilkan sinyal keluaran dalam bentuk analog, selanjutnya sinyal tersebut oleh konverter ADC dirubah menjadi sinyal digital sebagai masukan untuk mikrokontroler. Mikrokontroler sebagai otak dari suatu thermokontrol memproses sinyal tersebut, sehingga mempunyai keluaran untuk mengoperasikan driver yang akan menghidupkan dan mematikan pemanas/heater. Dalam kerja thermokontrol menghidupkan dan mematikan heater, thermokontrol tidak dapat terhubung secara langsung terhadap heater. Dibutuhkan suatu kontaktor untuk menyelaraskan tegangan antara heater dan thermokontrol. Kontaktor merupakan relay yang dirancang untuk saklar arus besar dari tegangan sumber yang besar pula. Kontaktor bekerja berdasarkan prinsip elektromagnetik yang terjadi pada kontaktor-kontaktornya. Kontaktor mempunyai multikontak sehingga saluran dari sumber fasa tunggal atau sumber fasa-3 dapat dihubungkan ke saklar ini. Kontaktor biasanya mempunyai beberapa saklar tambahan yang disebut auxiliary contact, untuk menghubungkan kontaktor dengan tegangan utama. Selain itu, kontaktor juga mempunyai sistem arcquenching untuk menekan arc yang terbentuk jika kontak membawa arus induktif terbuka. Gambar 12. Skema Kontaktor 14

30 Awal kerja dari kontaktor adalah adanya arus yang masuk melalui belitan eksitasi (terminal A1 dan A2). Jangkar akan bergerak dan kontak bekerja. Jika aliran arus pada jangkar terputus, maka sambungan akan terputus pula. Relay pengaman arus lebih merupakan pengamanan motor akibat adanya arus lebih/beban lebih. Komponen terpenting pada kontaktor magnit terdiri dari : 1. Kumparan magnit (coil) dengan simbol A1 A2 yang akan bekerja bila mendapat sumber tegangan listrik. 2. Kontak utama terdiri dari simbol angka : 1,2,3,4,5, dan Kontak bantu biasanya tediri dari simbol angka 11,12,13,14, ataupun angka 21,22,23,24 dan juga angka depan seterusnya tetapi angka belakang tetap dari 1 sampai 4. 15

31 III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan rancang bangun model pemisah bahan plastik dan bahan organik penelitian ini dimulai sejak bulan Juli hingga November 2009, keteterangan lebih lengkap mengenai watu pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada lampiran 1. Adapun tempat dilaksanakannya rancang bangun penelitian ini dilakukan pada Bengkel Daud Teknik Maju, Cibeureum, Bogor Bahan dan Alat Bahan Bahan-bahan yang digunakan pada rancang bangun model pemisah bahan plastik dan bahan organik kali ini antara lain : 1. Besi siku 4 cm x 4 cm x 4 mm. 7. Kontaktor. 2. Heater elemen. 8. Thermokontrol + thermocouples. 3. Kabel listrik. 9. Mur dan Baut 10, 12, Besi plat 2 mm. 10. Besi plat 5 mm. 5. Besi as 1 inchi. 11. Pilow Block 1 inchi. 6. Teflon Alat Alat-alat yang digunakan pada rancang bangun model pemisah bahan plastik dan bahan organik kali ini antara lain : 1. Las listrik. 5. Pemotong plat. 2. Roller palat. 6. Grinda listrik. 3. Obeng. 7. Pemotong besi siku. 4. Tang. 8. Mesin bubut Prosedur Penelitian Proses rancang bangun alat merupakan kegiatan dari usaha untuk merealisasikan suatu produk yang keberadaannya dibutuhkan oleh masyarakat dalam meringankan hidupnya. Kegiatan-kegiatan dalam proses perancangan dinamakan fase (Harsokoesoemo, 1994). fase-fase proses perancangan tersebut dapat digambarkan pada suatu diagram alir seperti berikut : 16

32 Kebutuhan Analisis Masalah Spesifikasi Produk dan Perencanaan Proyek Perencanaan Konsep produk Evaluasi Produk Rancangan Dokumen Untuk Pembuatan Produk Gambar 13. Skema Rancang Bangun Sumber : Harsokoesoemo,1994. Berdasarkan fase-fase yang telah dijelaskan oleh Harsokoesoemo, maka dapat dikembangkan menjadi diagram alir pada proses penelitian yang dilakukan kali ini, gambar 14. Mulai Indentifikasi masalah Pra Penelitian Analisis Rancangan Sesuai Perakitan Uji Performansi Sesuai Modifikasi Berhasil Gambar 14. Diagram Tahap Rancang Bangun Alat 17

33 Indentifikasi Masalah Proses pemisahan dengan metode silinder panas merupakan salah satu metode yang dapat digunakan dalam memisahkan bahan plastik dan bahan organik. Pengembangan yang belum dilakukan menuntut diperlukannya penelitian awal dengan membentuk suatu model pemisah bahan plastik dan bahan organik. Adanya model alat ini, diharapkan didapat hal-hal yang mempengaruhi proses pemisahan dengan metode silinder panas tersebut. Rancang bangun model pemisah ini, juga diharapkan didapat informasi mengenai mekanisme pengembangan terbaik dalam proses pemisahan dengan penggunaan silinder panas dari model yang telah dibangun Pra-Penelitian Pra-penelitian merupakan proses pencarian ide awal akan penangan masalah yakni pemisahan bahan plastik terhadap bahan organik. Metode silinder panas merupakan pengembangan yang didapat di dalam prses pra-penelitian ini. Plastik yang memiliki pengaruh terhadap adanya panas menginspirasi dilakukannya proses pemisahan dengan menggunakan elemen panas pada proses pra-penelitian. Gambar 15. Pra-penelitian Dengan Penggunaan Setrika Listrik Perancangan dan Perakitan Proses perancangan dan perakitan merupakan tahap pengembangan dan perealisasian dari ide yang didapat pada proses pra-penelitian. Pemanfaatan elemen panas dikembangkan dan dirancang menjadi silinder panas dan dicari halhal/komponen lain yang dibutuhkan agar didapat model yang mampu memisahkan bahan plastik dan bahan organik dengan baik. Pada tahap 18

34 perancangan, disesuaikan pula ketersedian bahan baku pada pengembangan ide tersebut. Penyesuaian ketersediaan bahan baku pada perancangan menjadi teramat penting, agar tidak mejadi suatu masalah baru ketika proses pabrikasi maupun tahap perbaikan (maintenance) nantinya. Metode yang digunakan dalam proses rancang bangun pada penelitian kali ini menggunakan metode pendekatan secara umum yakni metode pendekatan rancangan fungsional dan rancangan struktural. Lebih lanjut mengenai proses perancangan dari alat pemisah sampah plastik dan sampah organik kali ini dapat dilihat pada bab IV. Gambaran umum mengenai perancangan model pemisah bahan plastik dan bahan organik dapat dilihat pada lampiran Uji Performansi Uji performansi merupakan uji kinerja/hasil dari model pemisah bahan plastik dan bahan organik setelah proses pabrikasi selesai. Dari hasil uji performansi ini diketahui nilai efisiensi dari model pemisah tersebut. Besarnya effisiensi ditentukan berdasarkan kemampuan dari model dalam memisahkan bahan plastik dan bahan organik. Besarnya efisiensi menunjukan tingkat keberhasilan alat dalam menyelesaikan masalah dan juga tingkat keberhasilan dalam proses pabrikasi. Adapun prosedur yang dilakukan untuk uji performansi dari alat pemisah sampah plastik dan sampah organik kali ini adalah sebagai berikut: 1. Membuat sampah-sampahan sebagai asumsi akan sampah yang ada pada umumnya. Sampah-sampahan ini dibuat dalam tiga variasi. Variasi 1: a. Plastik : 30 grm b. Daun : 30 grm c. Kertas : 30 grm d. Kain : 30 grm Variasi 2: a. Plastik : 30 grm b. Kertas : 30 grm Variasi 3: c. Plastik : 30 grm 2. Melakukan pemotongan dalam bentuk kecil dari kumpulan variasi bahan plastik yang telah dibuat sebagai usaha penyeragaman jenis bahan tersebut. 19

35 Selain itu hal ini dilakukan sebagai assumsi bahan telah melewati pencacah sederhana. 3. Melakukan pengamatan mengenai pengaruh suhu dalam proses pemisahan dengan melihat bobot bahan plastik yang dapat terpisahkan dari masingmasing suhu terkontrol. Proses pengamatan dilakukan dengan lima buah pengesetan suhu terkontrol yakni; 70 0 C, 80 0 C, 90 0 C, C, C yang dilakukan pada pengesetan pada thermokontrol. Pada perlakuan uji performansi kali ini faktor kecepatan tidak dimasukan kedalam faktor yang terkontrol. Faktor kecepatan diusahakan konstan dengan memutarkan silinder panas tersebut ±30 rpm. 20

36 IV. PENDEKATAN RANCANGAN dan ANALISIS TEKNIK 4.1. Rancangan Fungsional Rancangan fungsional merupakan penjelasan mengenai fungsi-fungsi yang ada, yang dilakukan oleh sistem atau dalam model pemisah ini merupakan komponen penyusunnya. Dalam menentukan rancangan fungsional biasanya dinyatakan dalam daftar fungsi kerja. Fungsi kerja merupakan rangkaian tahapantahapan proses/komponen hingga terpisahkannya bahan plastik, gambar 16. Hopper Lempeng Panas Pendisribusian Tenaga Scrubber Media Penampung Akhir Gambar 16. Diagram Rancangan Fungsional Proses pemisahan dengan model alat ini diawali dengan proses penampungan bahan plastik dan bahan organik ke dalam media penampung. Selanjutnya bahan-bahan tersebut akan mengalir menuju silinder panas, yang sedang berputar oleh putaran engkol. Putaran dari silinder panas membantu dalam pengaliran bahan-bahan yang ada dalam hopper. Panas yang ada pada silinder diharapkan mampu membuat bahan plastik terekatkan dan mengikuti putaran dari silinder panas tersebut dengan suhu terkontrol tertentu. Sedangkan untuk bahan organik akan mengalir langsung menuju pada media penampungan akhir bahan organik tepat diawal pergerakan dari silinder panas. Bahan plastik akan terlepas kembali dengan adanya pemisah bahan plastik terhadap silinder panas (scrubber). Bahan plastik yang telah terpisahkan dari silinder panas akan jatuh kepada media penampung akhir bahan plastik. 21

37 Hopper Hopper merupakan bagian dari komponen model pemisah bahan plastik dan bahan organik, yang berfungsi sebagai kotak penampung bahan sebelum disalurkan menuju proses pemisahan oleh silinder panas. Pada tahap ini bahan plastik dan bahan organik masih tercampurkan. Hopper mempunyai peranan penting dalam proses berjalannya bahan. Desain hopper yang tidak sesuai membuat terjadi penumpukan bahan dan mengganggu proses pemisahan dikarenakan penumpukan tersebut membuat panas yang digunakan untuk pemisahan tidak mengenai bahan plastik tersebut. Gambar 17. Hopper Silinder Panas Silinder panas merupakan komponen utama dari model pemisah penelitian ini. Silinder panas, tersusun oleh tiga buah komponen yakni silinder, heater dan poros ass. Silinder berfungsi untuk menyerap aliran panas yang berasal dari heater. Pada perancangannya heater yang digunakan adalah heater pelat agar didapat perambatan panas yang merata terhadap silinder. Beban keseluruhan silinder dan heater akan ditopang oleh poros ass yang terhubung terhadap rangka. Untuk membantu perputaran silinder digunakan pillow block untuk kemudahan perputaran silinder panas tersebut. 22

38 Gambar 18. Komponen Silinder Panas Suhu permukaan silinder dikontrol dengan menggunakan thermokontrol yang dirangkaikan dengan kontaktor sebagai penyelaras (relay) tegangan arus besar. Pengkontrolan suhu terkontrol yang dilakukan oleh thermokontrol, dilakukan dengan menghidup-matikan kinerja heater atas pembacaan suhu yang dilakukan. Pembacaan suhu yang dilakukan oleh thermokontrol didapat dari pembacaan suhu thermocouple pada permukaan silinder. Dalam piranti pengkontrolan ini juga menggunakan lampu indikator dan saklar sebagai pemutus dan penyambung arus listrik pada sistem. Keseluruhan piranti tersebut diletakkan pada kotak kerja untuk menjaga keselamatan kerja. Gambar 19. Priranti Pengkontrolan Suhu. 23

39 Engkol Engkol merupakan komponen yang digunakan untuk untuk membantu memutarkan silinder panas. Engkol terhubung dengan poros ass pada silinder panas. Pemutaran engkol akan membuat poros ass berputar, begitu juga dengan silinder panas. Gambar 20. Engkol Pemisahan Plastik Terhadap Silinder Panas (Scrubber) Scrubber merupakan komponen yang berfungsi untuk memisahkan/ melepaskan kembali plastik yang terekatkan pada silinder panas. Scrubber dalam rancangan diletakkan pada bagian terdekat terhadap silinder panas dan berlawanan terhadap arah jatuhnya bahan. Scrubber dirancangkan memiliki pengaturan jarak antara scrubber dan permukaan silinder. Gambar 21. Scrubber 24

40 Media Penampungan Akhir Media penampungan akhir merupakan media penampung bahan plastik dan bahan organik setelah proses pemisahan. Terdapat dua buah media penampung akhir yang terpisahkan, salah satu untuk bahan organik dan lainnya untuk bahan jenis plastik. Media yang digunakan adalah wadah plastik (ember) sederhana dikarenakan kapasitasnya yang masih bentuk model. Gambar 22. Media Penampung Akhir 4.2. Rancangan Struktural Rancangan struktural merupakan salah satu bagian dari keseluruhan proses perancangan model penelitian ini. Proses perancangan struktural dapat dibedakan dalam dua tahap. Tahap prtama adalah desain umum, yaitu pemilihan tipe struktur dari berbagai alternatif yang memungkinkan seperti tata letak struktur, geometri atau bentuk, dan material yang digunakan secara tentatif. Tahap kedua adalah desain terinci, yaitu penentuan dimensi keseluruhan dan elemen struktur lainnya Rangka Rangka adalah komponen yang berfungsi untuk menopang beban keseluruhan model alat ini. Perakitan rangka ini dituntut dapat menopang beban keselurahan dari model pemisah ini dan juga beban kerja saat proses pemisahan. Dalam perakitannya rangka akan dibuat dengan menggunakan bahan besi siku 4 cm x 4 cm x 4 mm yang dirangkai seperti pada lampiran 3. 25

41 Hopper Hopper yang berfungsi untuk menampung bahan tahap awal, dalam rancangan strukturalnya akan dibuat dengan menggunakan bahan pelat besi dua mm, yang akan dibentuk seperti gambar yang disajikan pada lampiran 4. Sifat bahan plastik dan bahan organik yang ringan, membutuhkan kemiringan yang besar agar bahan-bahan tersebut dapat teralirkan dengan baik Silinder Panas Seperti yang telah disebutkan pada rancangan fungsional, silinder panas merupakan komponen terpenting dari model pemisahan penelitian kali ini. Silinder panas tersusun oleh tiga komponen penting yakni silinder, heater dan poros ass. Pada rancangan struktural silinder ini, permukaan silinder akan dibuat dengan menggunakan bahan pelat besi dengan ketebalan dua mm. Pelat besi tersebut akan dibentuk menjadi sebuah silinder dengan dimensi; diameter mm dan tinggi 365 mm. Ukuran dari silinder merupakan penyesuaian terhadapan ukuran dari heater yang digunakan agar didapat perambatan panas yang baik. Adapun heater yang digunakan adalah heater pelat 2000 watt dengan dimensi 1 m x 355 mm. Heater ini diletakan pada bagian dalam dari silinder dan diletakan menempel pada permukaan silinder. Tutup dari silinder dibuat dengan bahan yang berbeda dari permukaan silinder, bahan yang digunakan adalah besi pelat lima mm. Bahan tutup silinder dibuat dengan menggunakan bahan lebih tebal dikarenakan untuk mengurangi terjadinya pemuaian akibat proses penglasan pada penyambungan permukaan silinder dan tutup silinder. Gambar 23. Heater Pelat 26

42 Pada bagian silinder panas ini, beban dari sillinder dan beban kerja proses yang ada pada silinder akan ditopang dengan menggunakan poros ass satu inchi. Poros ass pada pergerakan silinder ini juga dibantu oleh pilow block satu inchi dengan diameter bantalan 50 mm. Ukuran dari bahan poros ass dan bantalan merupakan hasil perhitungan yang dapat dilihat pada bagian analisis teknik. Rancangan struktural dan dimensi keseluruhan dari komponen silinder panas dapat dilihat pada lampiran 5. Dalam perangkaian heater dan silinder, heater yang berada pada bagian dalam silinder membuat dibutuhkannya pengantar arus listrik khusus. Silinder dan heater yang berputar, membutuhkan pengantar arus listrik yang tidak menyebabkan kabel listrik terhadap heater tidak terlilit akibat putaran silinder tersebut. Pengantar arus listrik ini dimaksudkan untuk menghindari adanya aliran listrik pada permukaan dan badan dari silinder, gambar 24. Gambar 24. Metode Pengantaran Arus Listrik Pada Heater Prinsip dari pengaliran arus lisrik ini adalah adanya dua pasang cincin yang bergesekan dimana sepasang cincin berputar seiring putaran silinder dan yang cicin lain diam yang terhubung terhadap arus listrik masuk. Kedua cincin yang bergesekan menyebabkan pengaliran listrik tetap bisa dilakukan. Penggunaan teflon (bagian berwarna putih pada gambar 24), digunakan sebagai isolator terhadap arus positif dan negatif yang mengalir menuju heater. Selain itu dalam perangkaiannya juga menggunakan penghubung listrik dari keramik antar kabel heater dan kabel listrik penghubung lainnya. Penghubung dari keramik ini digunakan untuk menghindari adanya aliran panas yang mengalir terhadap kabel pengantar yang membuat lelehnya pelindung yang ada pada kabel pengantar. 27

43 Pada silinder panas ini, suhu permukaan silinder akan dikontrol dengan menggunakan thermokontrol tipe Omron e5cwt, dalam menghidup dan mematikan heater. Thermokontrol tipe ini terdiri dari sepuluh buah port yang memiliki fungsi yang berbeda. Skema mengenai thermokontrol ini dapat dilihat pada gambar Not Used Gambar 25. Skema Port Thermokontrol Masukan data suhu pada thermokontrol adalah pembacaan yang dilakukan oleh thermocouple terhadap permukaan silinder. Pada model alat ini peletakan thermocouple juga membutuhkan suatu metode peletakan khusus agar thermocouple dapat selalu membaca permukaan silinder tersebut. Pada peletakannya membutuhkan suatu kerja per pegas agar ujung permukaan thermocouple dapat selalu menempel pada permukaan silinder, gambar 26. Thermocouple Dudukan Pegas Pegas Dudukan scrubbing Gambar 26. Keterangan Peletakan Akan Thermocouple Pada silinder panas ini, perangkaian thermokontrol dan heater akan dihubungkan dengan kontaktor sebagai relay antara kedua komponen tersebut. Kontaktor yang digunakan adalah tipe Mitsubishi S-N20, 32 ampere. Perangkaian ketiga komponen ini dapat dilihat pada gambar 27 dibawah ini. 28

44 + - SAKLAR + - LAMPU A1 A KONTAKTOR TERMOKONTROL PORT PENGHUBUNG + - TERMOCOUPLE + - HOME - + HEATER Gambar 27. Rangkaian Piranti Kontrol Suhu Engkol Engkol diperlukan untuk memutarkan silinder panas ketika proses pemisahan. Fungsinya yang digunakan untuk untuk memutakan silinder panas, dalam perakitannya engkol akan dirangkaikan pada poros ass silinder panas. Bahan yang digunakan pada komponen engkol mengikuti bahan poros ass yakni besi ass satu inchi. Dimensi perancangan engkol dapat dilihat pada lampiran Pemisah Plastik dari Silinder Panas (Scrubber) Scrubber berfungsi untuk mengangkat bahan plastik yang terekatkan pada permukaan silinder setelah proses pemisahan. Dalam perancangannya bahan yang digunakan adalah besi siku yang ditambahkan dengan sebuah pelat besi yang telah dilapisi lembaran teflon. Jarak antar besi siku dan permukaan silinder dapat diatur agar proses pengangkatan bahan plastik pada silinder dapat dilakukan dengan baik dengan penyesuaian jarak tersebut. Penambahan lembaran teflon pada pelat besi dalam scrubber ini, agar proses pemisahan dapat dilakukan lebih baik. Sifatnya yang elastis, dapat berfungsi sebagai sapu terhadap permukaan silinder yang telah terekatkan oleh plastik. 29

45 Media Penampung Akhir Media penampung akhir adalah komponen yang berfungsi untuk menampung bahan plastik dan bahan organik setelah proses pemisahan. Pada model pemisah ini, media penampung terdiri dari dua buah wadah yang terpisahkan. Peletakan media penampung ini, diletakan pada bagian bawah dari silinder panas tersebut. Media penampung untuk bahan organik diletakkan pada bagian awal dari putaran silinder. Media penampung bahan plastik diletakkan pada setengah bagian sisi lain dari silinder Analisis Teknik Perhitungan/analisis teknik dalam proses rancang bangun merupakan perhitungan terhadap penggunaan bahan yang baik digunakan, dan juga komponen penting yang diperlukan pada proses rancang bangun itu sendiri. Dalam penelitian ini, analisis teknik diperlukan sebagai pengukuran kebutuhan tenaga yang diperlukan dalam proses dan juga ukuran bahan yang diperlukan pada kompen terpenting yakni batang poros ass. Poros ass pada silinder yang berfungsi menopang beban dari silinder dan beban proses memerlukan perhitungan dengan baik pada penentuan bahannya agar tidak menimbulkan masalah ketika proses pemisahannya. Hasil dari perhitungan analisis teknik digunakan sebagai pertimbangan perlu tidaknya penggunaan motor listrik dalam penggunaan alat dan juga ukuran poros yang sesuai. Perhitungan mengenai kebutuhan dan jenis bahan lain tidak dilakukan dikarenakan bahan disesuaikan dengan ketersedian bahan dan fungsional alat dalam proses pabrikasi. Diketahui : a. Rpm : 30 rpm (putaran konstan) b. Berat heater : 3.6 Kg c. Kemampuan hopper : 0.5 Kg (assumsi awal) d. Persamaan Konfersi : P (m) x x L (mm) x T (cm) e. Berat pelat silinder : 1 m x x 365 mm x 0.2 cm = 5.73 Kg f. Beban tutup siinder : π x m x 159 mm x x 0.5 cm : Kg. g. Beban total poros : = Kg 13 Kg Perhitungan : a. Kecepatan Silinder (v) : 2 x π x R x N : 2 x π x0.159 m x 1 rps : 0.499m/s 0.5m/s 30

46 b. Daya yang dibutuhkan (P) : F x v : (13 Kg x 9.8 N/Kg) N x 0.5m/s : 63.7 watt = Kw = Hp (Alasan mengapa hanya menggunakan tenaga manusia). c. Faktor koreksi (Fc) : 1.5 (Karena menggunakan daya yang dibutuhkan dan perkiraan adanya pembebanan akibat faktor gesekan yang ada pada alat). d. Daya rencana (Pd) : P x Fc : Kw x1.5 = Kw = Hp e. Momen putir rencana (T) : : : Kg.mm 3101 Kg.mm f. Assumsi bahan poros : S35C : σb = 52 (Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, hal 3). : F1 = 6 (Dipilih karena bahan S-C). : SF2 = 1.5 (Karena bahan tidak halus dan tidak ada faktor bertangga). g. Tegangan Geser (τa) : σb / (SF1 x SF2 ). : τa = 52 / (6 x 1.5) = 5.78 Kg/mm2. h. Assumsi (Kt) : 1.5 (faktor kejutan/ tumbukan). i. Assumsi (Cb) : 1 (Tidak adanya faktur lenturan). j. Diameter Poros (ds) : : = 6.01 mm : Diameter yang digunakan 25.4 mm = 1 inchi k. Assumsi Bantalan : 50 mm l. Assumsi Alur Pasak : 5 x 3 x 0.25 (fillet = C) m. Jari-jari fillet : ( )/2 = 1.96 mm Faktor Koreksi: a. Nilai (α) : 0.25 / 25.4 = : α = 3.15 (Grafik faktor konsentrasi tegangan α, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, hal 9). 31

47 b. Nilai (β) : 1.96 / 25.4 = : 50 / 25.4 = 1.9 : β = 3.15 (Grafik faktor konsentrasi tegangan β, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, hal 11). : α > β c. Tegangan Geser (τ) : 5.1 T / ds1/3 : 5.1 x 3101 / 25.41/3 : Kg / mm2 d. τa x (SF2/ α atau β)..(1) : 5.78 Kg / mm2 x ( 1.5/ 3.15) = Kg / mm2 e. τ x Cb x Kt (2) : x 1 x 1.5 = Kg / mm2 Analisis Bahan Mencukupi Karena (1) > (2) Kesimpulan : a. Bahan Poros : Besi Baja SC35. b. Diameter Poros : 25.4 mm = 1 inchi. c. Diameter Bantalan : 50 mm. d. Sumber Tenaga : Manusia. 32

48 5.1. Hasil V. HASIL DAN PEMBAHASAN Proses rancang bangun model pemisah bahan plastik dan bahan organik merupakan hasil dari kesinambungan proses. Identifikasi dan penanganan masalah dengan proses yang sistematis, dapat meningkatkan performansi dari pemisahan. Dari hasil uji performansi, diketahui terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi proses pemisahan dengan penggunaan silinder panas. Lebih lengkap mengenai hasil uji performansi yang dilakukan dapat dilihat pada Lampiran 7, 8 dan 9. Tabel 3. Effisiensi Plastik Terpisahkan Variasi 70 C 80 C 90 C 100 C 110 C I 13.33% 40.33% 49.33% 50.67% 42.67% II 3.33% 42.00% 53.33% 54.33% 44.67% III 6.67% 48.67% 54.67% 55.33% 47.67% 60% 50% 40% Efisensi 30% 20% 10% 0% Keterangan : Variasi Bahan 1 Variasi Bahan 2 Variasi Bahan 3 Suhu Gambar 28. Grafik Perbandingan Efisiensi Plastik Terpisahkan Berdasarkan gambar grafik hasil uji performansi diatas, diketahui suhu optimal pemisahan adalah C dengan effisiensi sebesar 50.67% (variasi bahan 1), % (variasi bahan 2) dan 55.33% (variasi bahan 3). Hal lain yang juga diketahui dari hasil uji performansi, adalah pengunaan suhu tertentu berpengaruh terhadap adanya bahan plastik yang meleleh. Semakin meningkatnya suhu yang 33

49 digunakan dalam proses pemisahan, semakin besar jumlah plastik yang meleleh. Lebih lanjut dari hasil penelitian tersebut dapat dilihat pada tabel 4 dan gambar 29. Tabel 4. Plastik Meleleh Akibat Pengaruh Suhu Variasi 70 C 80 C 90 C 100 C 110 C I 0.00% 5.00% 6.67% 10.67% 12.67% II 0.00% 4.67% 8.33% 11.67% 14.67% III 0.00% 5.67% 9.33% 13.33% 14.67% 16% 14% 12% Efisensi 10% 8% 6% 4% 2% 0% Keterangan : Variasi Bahan 1 Variasi Bahan 2 Variasi Bahan 3 Suhu Gambar 29. Grafik Perbandingan Plastik Meleleh Akibat Pengaruh Suhu Lelehnya plastik menimbulkan dampak lain dalam proses pemisahan bahan plastik dan bahan organik, yakni ikut terpisahkannya bahan organik dalam proses pemisahan. Peningkatan Prosentase plastik yang meleleh akibat pengaruh suhu (tabel 4 dan gambar 29) juga menyebabkan peningkatan terhadap prosentase bahan organik yang ikut terpisahkan hal ini nampak pada tabel 5 dan gambar 30. Tabel 5. Bahan Organik Terpisahkan. Variasi 70 C 80 C 90 C 100 C 110 C I 4.44% 8.67% 11.33% 22.33% 25.33% II 2.22% 12.67% 13.33% 24.33% 29.67% 34

50 Efisensi 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% Gambar 30. Grafik Perbandingan Bahan Organik Terpisahkan. Catatan : Hingga suhu maksimal (110 0 C) untuk plastik jenis keras seperti botol minuman(pe kerapatan tinggi) dan PVC belum dapat terpisahkan dengan silinder panas. Dalam proses pemisahan dengan metode silinder panas, tidak terlepas dari penggunaan energi listrik untuk menyalakan heater sebagai sumber panas. Kinerja heater yang dikontrol oleh thermokontrol membagi kebutuhan energi listrik tersebut menjadi dua sistem kebutuhan energi. Pertama adalah kebutuhan energi saat awal proses (pemanasan hingga suhu terkontrol tercapai) dan kedua kebutuhan energi saat pemisahan plastik tersebut berlangsung. Tingkat kebutuhan energi listrik dalam penelitian ini diperhatikan melalui korelasi fluktuasi suhu yang terjadi pada permukaan silinder terhadap waktu. Pada penelitian ini kebutuhan energi listrik diukur ketika suhu optimum pemisahan atau saat suhu C. Untuk menjelaskan kebutuhan energi listrik saat awal proses dijelaskan melalui fluktuasi suhu yang terjadi saat awal proses tersebut seperti yang disajikan pada lampiran 10 dan gambar Keterangan : Variasi Bahan 1 Variasi Bahan 2 Suhu 35

51 Suhu ( 0 C) Waktu (Sekon) y = x x ; R² = Keterangan : Suhu 70 0 C Suhu C Suhu 80 0 C Suhu C Suhu 90 0 C Polynomial C Gambar 31. Fluktuasi Suhu Silinder Ketika Awal Proses Untuk menyederhanakan dalam mengukur kebutuhan energi listrik saat awal proses, digunakan grafik peningkatan suhu rata-rata hingga 500 detik dari gambar grafik diatas seperti yang disajikan pada gambar Suhu ( 0 C) Keterangan : Waktu (sekon) y = 0.055x ; R² = Garis Peningkatan suhu saat t = 500 detik Garis Linier Peningkatan suhu saat t = 500 detik Gambar 32. Fluktuasi Suhu Rata-Rata Silinder Selang waktu 500 detik 36

52 Dari gambar grafik tersebut didapat garis linier peningkatan suhu dengan persamaan peningkatan suhu yakni persamaan linier y = x (taraf kepercayaan 99%). Maka besarnya kebutuhan energi listrik untuk mencapai suhu optimum (T = C) dijelaskan sebagai berikut : a. Suhu saat t = 0 : x (0) : C b. Suhu saat t = 500 : x (500) : C c. Jadi kecepatan peningkatan suhu yang terjadi sebesar : : = C/detik d. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai suhu optimum (T = C) sebesar : : = detik e. Jadi besarnya kebutuhan energi listrik saat awal proses (T = C) sebesar : : 2000 watt x = joule : killojoule : 1.01 kwh Kebutuhan energi listrik saat awal proses berbeda dengan ketika proses pemisahan berlangsung. Perbedaan ini dikarenakan saat proses pemisahan, heater tidak menyala secara terus menerus. Saat proses pemisahan, heater hanya menyala untuk menjaga kestabilan suhu yang dikontrol oleh thermokontrol. Sama dengan pengukuran kebutuhan energi saat awal proses, kebutuhan energi saat proses pemisahan dilakukan dengan melihat fluktuasi suhu yang terjadi seperti yang disajikan pada lampiran 11, gambar

53 Suhu ( 0 C) Waktu (Sekon) y = x x ; R² = Keterangan : Suhu 70 0 C Suhu C Suhu 80 0 C Suhu C Suhu 90 0 C Polynomial C Gambar 33. Fluktuasi Suhu Silinder Ketika Terjadinya Pembebanan Dengan melihat fluktuasi suhu dan persamaan yang didapat, maka diketahui besarnya kebutuhan energi listrik selama satu jam proses. Pada perhitungan kebutuhan energi listrik saat proses pemisahan ini, selain pengamatan terhadap fluktuasi suhu yang terjadi dilakukan juga pengamatan terhadap kinerja thermokontrol dalam menghidup-matikan heater. Dari hasil uji performansi yang dilakukan diketahui bahwa thermokontrol akan menyalakan kembali heater saat terjadi penurunan suhu sebesar 1 0 C, dan akan mematikannya saat suhu terkontrol telah tercapai. Dengan demikian kebuthan energi listrik selama satu jam saat proses pemisahan dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Waktu untuk menaikan 1 0 C : 5 detik (lampiran 12) b. Energi untuk menaikan 1 0 C : 5 detik x 2000 watt = joule c. Waktu satu fase (heater 1 kali menyala dan satu kali mati) : 203 detik d. Fase yang terjadi selama 1 jam : : = fase 18 fase e. Kebutuhan energi saat proses pemisahan selama 1 jam adalah : : 18 x joule = joulle = 180 killojoule : 0.05 kwh 38

54 5.2. Pembahasan Rancang bangun dan pengamatan mengenai hal-hal yang mempengaruhi proses pemisahan bahan plastik dan bahan organik dengan metode silinder panas merupakan tujuan utama dilakukannya penelitian ini. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan suatu rancangan pengembangan terbaik dalam membentuk suatu alat pemisah sampah plastik dan sampah organik. Berdasarkan hasil uji performansi yang dilakukan, diketahui bahwa proses pemanasan terhadap bahan plastik merupakan faktor utama yang mempengaruhi proses pemisahan dengan metode silinder panas tersebut. Proses pemanasan ini dipengaruhi oleh dua faktor yang saling terkait yakni suhu dan jenis bahan plastik itu sendiri. Pada proses pemisahan bahan plastik dan bahan organik secara prinsip kerja memiliki kesamaan dalam pembentukan plastik dengan metode molding. Prinsip proses ini adalah memberikan panas pada lembaran hingga melunak kemudian diberi tekanan hingga plastik berbentuk lawan dari mold (Amelia et al. 2008). Proses Pemanasan Suhu Pemisahan Bahan Plastik Gambar 34. Faktor Penentu Proses Pemanasan Suhu permukaan silinder merupakan faktor utama dari proses pemanasan dalam proses pemisahan dengan metode silinder panas. Adanya pengaruh suhu terhadap proses pemisahan, dapat terlihat dari adanya peningkatan bahan plastik yang terpisahkan pada masing-masing suhu terkontrol; 70 0 C, 80 0 C, 90 0 C, dan C. Berdasarkan hasil uji performansi terhadap masing-masing suhu terkontrol tersebut diketahui, effisiensi pemisahan tertinggi terjadi saat suhu C, yakni 50.67% (variasi bahan 1). Penggunaan suhu lebih dari C mengakibatkan plastik meleleh dan membuat plastik tersebut tidak dapat dipisahkan yang menurunakan effisiensi pemisahan menjadi 42.67% (variasi bahan 1). Plastik leleh tidak dapat terpisahkan dikarenakan plastik tersebut menyelimuti permukaan silinder dan berubah menjadi sesuatu yang tidak termanfaatkan (gambar 35). Plastik yang meleleh pada proses pemisahan ini disebabkan oleh pengunaan suhu yang melebihi sifat titik lelehnya plastik. 39

55 Kondisi ini karena temperatur pemanasan yang berlebih mengakibatkan plastik melebihi kondisi pelunakan (Amelia et al. 2008). Gambar 35. Plastik Berubah dan Meleleh Akibat Suhu Tinggi Dalam pengembangan menjadi sebuah alat pemisah sampah plastik dan sampah organik, penggunaan satu suhu saja (suhu optimal pemisahan,100 0 C) dalam proses pemisahan, bukan merupakan mekanisme terbaik dalam proses pemisahan dengan metode silinder panas tersebut. Hal ini dikarenakan, suhu optimal saat proses pemisahan tidak terlepas dari jenis plastik itu sendiri. Jenisjenis plastik yang beragam baik dari jenis polimer dan densitasnya memberikan perbedaan suhu optimal pemisahan dengan metode silinder panas tersebut. Temperatur dipengaruhi oleh jenis material plastik yang digunakan karena setiap jenis memiliki temperatur proses yang berbeda (Bordonaro et al. 1998). Perbedaan suhu optimal pemisahan diketahui dari adanya perbedaan plastik yang terpisahkan pada masing-masing suhu terkontrol yang dilakukan pada penelitian kali ini. Sebagai contoh untuk memisahkan plastik PE dengan densitas tinggi (botol minuman) membutuhkan suhu lebih tinggi dibandingkan dengan PE dengan densitas rendah (kantong plastik). Perbedaan suhu optimum untuk jenis dan densitas plastik yang berbeda, juga diketahui dari data mengenai jumlah plastik yang meleleh pada permukaan silinder (gambar 29). Dari data tersebut terlihat adanya peningkatan jumlah bahan plastik yang meleleh akibat peningkatan suhu. Titik leleh sangat dipengaruhi oleh jumlah atom karbon. Jumlah atom karbon makin besar, konsentrasi amida makin kecil, titik leleh pun menurun (Mujiarto, 2005). Penggunaan suhu yang melebihi sifat titik leleh plastik membuat plastik tersebut meleleh pada proses pemisahan. Adanya plastik leleh akan membuat plastik tersebut tidak dapat dipisahkan dan 40

56 membuat terganggunya proses selanjutnya. Terganggunya proses selanjutnya terjadi dikarenakan plastik leleh yang menyelimuti permukaan silinder membuat bahan organik ikut menempel dan terpisahkan di dalam proses. Hal ini nampak dari gambar 30, adanya peningkatan bahan organik yang ikut terpisahkan seiring peningkatan bahan plastik yang meleleh akibat peningkatan suhu. Dengan melihat adanya peningkatan bahan plastik yang meleleh dan bahan organik yang ikut terpisahkan seiring peningkatan suhu, maka dalam pengembangan menjadi alat pemisah sampah plastik dan sampah organik pemisahan dengan suhu bertingkat dari suhu rendah hingga suhu tinggi sangat baik dilakukan. Suhu bertingkat dapat mengurangi dampak plastik meleleh dalam proses pemisahan. Hal ini dikarenakan plastik dengan titik leleh rendah dapat terlebih dahulu dipisahkan dari jenis plastik dengan titik leleh tinggi. Tidak adanya plastik leleh tentunya akan mengurangi bahan organik yang ikut terpisahkan. Proses pemanasan dalam pemisahan bahan plastik dan bahan organik dengan metode silinder panas, tidak terlepas metode pengaliran bahan yang dilakukan. Hal ini dikarenakan faktor pengaliran bahan menentukan terhadap berlangsung atau tidaknya proses pemanasan pada bahan plastik tersebut. Berdasarkan hasil uji performansi, faktor pengaliran bahan menentukan proses pemanasan diketahui dari perbedaan effisiensi pemisahan pada masing-masing variasi bahan yang diujikan pada penelitian kali ini. Faktor pengaliran bahan pada model pemisah ini terkait dengan sistem hopper yang dirancang. Pada perancangan hopper yang dibuat, pengaliran bahan yang tidak dilakukan pengaturan mengakibatkan adanya plastik yang tidak dapat terpisahkan. Hal ini dikarenakan panas pada silinder tidak mengenai bahan plastik, dikarenakan terhalang oleh bahan organik. Bahan plastik dan bahan organik yang bersifat acak dan tidak teratur memerlukan pengaturan, agar proses pemanasan dalam pemisahan dapat dilakukan dengan baik. Hal ini diduga karena temperatur lembaran plastik tidak merata atau panas pada lembaran dan tekanan vakum yang diberikan kurang (Amelia et al. 2008). Sistem pengaliran sampah yang merata, teratur dan berkelanjutan saat mengenai silinder panas baik dilakukan dalam pengembangan alat pemisahan sampah plastik dan bahan organik. 41

57 Penggunaan heater sebagai sumber panas dalam model pemisahan bahan plastik kali ini tidak terlepas dari kebutuhan energi listrik. Kebutuhan energi listrik dibedakan berdasarkan dua mekanisme yakni kebutuhan energi listrik saat awal proses dan saat proses pemisahan. Kebutuhan energi listrik saat awal proses adalah kebutuhan energi listrik yang diperlukan untuk mencapai suhu terkontrol. Berdasarkan pengamatan saat kondisi optimum (suhu C) dibutuhkan energi sebesar 1.01 kwh. Kebutuhan energi listrik saat proses pemisahan dijelaskan melalui kebutuhan energi listrik yang dibutuhkan selama satu jam proses, dimana dari hasil perhitungan diketahui kebutuhan bahwa energi listrik yang dibutuhkan sebesar 0.05 kwh. 42

58 VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan. 1. Penelitian kali ini telah menghasilkan model pemisah bahan plastik dan bahan organik dengan metode silinder panas. Beberapa komponen yang diperlukan antara lain: hopper, scrubber, engkol dan media penampung akhir. 2. Proses pemanasan terhadap bahan plastik merupakan hal utama yang mempengaruhi proses pemisahan dengan menggunakan metode silinder panas. Proses pemanasan ini dipengaruhi oleh dua faktor yang saling terkait yakni suhu permukaan silinder yang ditentukan oleh jenis bahan plastik. 3. Pengembangan yang diperlukan dalam mendesain alat pemisah sampah plastik dan sampah organik meliputi : a. Sistem pemisahan dengan suhu bertingkat dari suhu rendah hingga suhu tinggi. Penggunaan suhu bertingkat dapat memisahkan plastik dengan titik suhu perekatan rendah lebih awal, dengan demikian adanya plastik leleh dalam proses pemisahan dapat dikurangi. b. Sistem hopper yang mampu mengalirkan bahan secara teratur dan merata. Sistem pengaliran yang teratur, dapat mengurangi pengaruh letak dan posisi jatuhnya plastik pada proses pemanasan Saran 1. Diperlukan perancangan yang lebih baik mengenai sistem hopper. Hopper dengan keluar teratur dan merata baik dilakukan. Sistem hopper tersebut dapat dilakukan dengan penggunaan belt koveyor atau sistem hembusan bahan menuju silinder panas. 2. Diperlukan penelitian pengembangan lebih lanjut untuk melihat pengaruh kecepatan putar silinder terhadap suhu optimal pemisahan bahan tersebut. Pengembangan ini diperlukan ketika diperlukanya peningkatan kapasitas alat pemisahan bahan plastik tersebut. 3. Diperlukan penelitian mengenai metode pemisahan untuk jenis bahan plastik yang bersifat termoset. 4. Untuk kapasitas dan peningkatan performansi yang lebih besar perlu diiringi dengan peningkatan daya heater dan pengembangan mengenai luasan proses pemanasan pada silinder. 43

59 DAFTAR PUSTAKA Bahar YH Teknologi Penanganan Dan Pemanaatan Sampah. Jakarta: Waca Utama Pramesti Kartiadi E Atasi Sampah dengan Sanitary Landfill. www. greenradio.fm/index.php?view=article&catid. [19 agustus 2009] Ismoyo IH, Rijaluzzaman Kamus istilah lingkungan. Jakarta: Bina Rena Pariwara. Minah F, Kurniawansyah F, Sumarno Pemrosesan Foam Plastik Mikrosellular Dari Plastik Amorf Polistirena Dengan Karbondioksida Superkritis. Di dalam: Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia SNTKI Bandung, Oktober Bandung: Teknik Kimia ITB, TPL1-9 Mujiarto I Sifat dan Karakteristik Material Plastik dan Bahan Aditif. Traksi Vol 3:65-75 Nurmianto E Ergonomi, Konsep Dasar dan Aplikasinya. Ed ke-2 Kedua. Surabaya: Guna Widya. Nurminah M Penelitian Sifat Berbagai Bahan Kemasan Plastik dan Kertas Serta Pengaruhnya Terhadap Bahan yang Dikemas [skripsi]. Medan: Jurusan Teknologi Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Pakpahan D Statika dan Dinamika. Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor Richard A, Flinn, and Paul KJ Engineering Material and Their Application. London : Houghton Mifflin Company. Sugondo A, Jonoadji N, Abraham N Studi Pengaruh Parameter Proses Terhadap Kualitas Pada Pembuatan Plastik Tray Dengan Proses Vacuum Forming. Di dalam: Seminar Nasional-VII, Rekayasa dan Aplikasi Teknik Mesin di Industri. Bandung, Oktober Bandung: ITENAS. hlm 6-9. Sularso dan Kiyokatsu S Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin. Jakarta.: Pradnya Paramita. Ullman, and David G McGraw-Hill, Inc. The Mechanical Design Process. New York: 44

60 Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Penelitian. 45

61 Lampiran 2. Gambar Keterangan Alat Pemisah Sampah Plastik dan Sampah Organik. 46

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan rancang bangun model pemisah bahan plastik dan bahan organik penelitian ini dimulai sejak bulan Juli hingga November 2009, keteterangan lebih lengkap

Lebih terperinci

Hopper. Lempeng Panas. Pendisribusian Tenaga. Scrubber. Media Penampung Akhir

Hopper. Lempeng Panas. Pendisribusian Tenaga. Scrubber. Media Penampung Akhir IV. PENDEKATAN RANCANGAN dan ANALISIS TEKNIK 4.1. Rancangan Fungsional Rancangan fungsional merupakan penjelasan mengenai fungsi-fungsi yang ada, yang dilakukan oleh sistem atau dalam model pemisah ini

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Plastik adalah suatu polimer yang mempunyai sifat-sifat unik dan luar biasa.

TINJAUAN PUSTAKA. Plastik adalah suatu polimer yang mempunyai sifat-sifat unik dan luar biasa. TINJAUAN PUSTAKA Plastik Plastik adalah suatu polimer yang mempunyai sifat-sifat unik dan luar biasa. Polimer adalah suatu bahan yang terdiri atas unit molekul yang disebut monomer. Jika monomernya sejenis

Lebih terperinci

Ilmu Bahan. Bahan Polimer

Ilmu Bahan. Bahan Polimer Ilmu Bahan Bahan Polimer Bahan Polimer Polimer disebut juga makromolekul merupakan molekul besar yang dibentuk dengan pengulangan molekul sederhana yang disebut monomer. Polimer berasal dari dua kata :

Lebih terperinci

TEKNIK PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN KEMASAN KERTAS DAN PLASTIK

TEKNIK PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN KEMASAN KERTAS DAN PLASTIK TEKNIK PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN KEMASAN KERTAS DAN PLASTIK Kertas Kasar Kertas Lunak Daya kedap terhadap air, gas, dan kelembaban rendah Dilapisi alufo Dilaminasi plastik Kemasan Primer Diresapi lilin,

Lebih terperinci

BOTOL PLASTIK. Gisca Agustia Citara Gusti Riri Arnold Constantine

BOTOL PLASTIK. Gisca Agustia Citara Gusti Riri Arnold Constantine BOTOL PLASTIK Gisca Agustia Citara Gusti Riri Arnold Constantine Botol Plastik wadah untuk benda cair, yg berleher sempit dan terbuat dari plastik. Jenis-jenis botol plastik 1. PETE atau PET (polyethylene

Lebih terperinci

Botol Plastik. Sustainable Design Monica Tjenardi Putri Anastasia Sonia Olivia Sylvia Bellani

Botol Plastik. Sustainable Design Monica Tjenardi Putri Anastasia Sonia Olivia Sylvia Bellani Botol Plastik Sustainable Design Monica Tjenardi Putri 10120210198 Anastasia Sonia 10120210208 Olivia Sylvia Bellani 10120210320 Definisi Definisi, Material, Proses Pembuatan, Sistem Segel Sebuah wadah

Lebih terperinci

yang terbuat dari lembaran atau potongan potongan kecil kayu yang direkat bersama-sama (Maloney,1996). Mengacu pada pengertian ini, komposit serbuk

yang terbuat dari lembaran atau potongan potongan kecil kayu yang direkat bersama-sama (Maloney,1996). Mengacu pada pengertian ini, komposit serbuk TINJAUAN PUSTAKA Pemanfaatan Limbah Kayu dan Plastik Sebagai Papan Plastik Komposit Komposit kayu merupakan istilah untuk menggambarkan setiap produk yang terbuat dari lembaran atau potongan potongan kecil

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Plastik Polyethylene Terephthalate (PET) Pada botol plastik yang transparan dan tembus pandang seperti botol air mineral, botol minuman sari buah, minyak goreng, kecap, sambal,

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil V. HASIL DAN PEMBAHASAN Proses rancang bangun model pemisah bahan plastik dan bahan organik merupakan hasil dari kesinambungan proses. Identifikasi dan penanganan masalah dengan proses yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Sistem pengolahan limbah botol diharapkan dapat dimanfaatkan kembali sebagai suatu bahan baru. Dengan suatu teknologi pembuatan, hasil pemanfaatan sampah secara

Lebih terperinci

KIMIA. Sesi. Polimer A. PENGELOMPOKAN POLIMER. a. Berdasarkan Asalnya

KIMIA. Sesi. Polimer A. PENGELOMPOKAN POLIMER. a. Berdasarkan Asalnya KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 19 Sesi NGAN Polimer Polimer adalah suatu senyawa raksasa yang tersusun dari molekul kecil yang dirangkai berulang yang disebut monomer. Polimer merupakan kelompok

Lebih terperinci

Jenis-jenis polimer. Berdasarkan jenis monomernya Polimer yang tersusun dari satu jenis monomer.

Jenis-jenis polimer. Berdasarkan jenis monomernya Polimer yang tersusun dari satu jenis monomer. Polimer Apakah Polimer? Polimer adalah suatu material yang tersusun dari suatu rantai molekul secara berulang. Polimer tersusun dari unit-unit yang disebut dengan monomer Contoh-contoh polimer yang sering

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Mesin CNC Model Mesin CNC 2 Axis dengan Hot Wire Cutting Tool adalah mesin pemotong styrofoam dan plastik yang bekerja secara otomatis. Mesin ini terdiri dari tiga bagian utama

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian adalah metode yang digunakan untuk mendekatkan permasalahan yang diteliti sehingga dapat menjelaskan dan membahas permasalahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. oleh aktivitas organisme pembusuk. Organisme pembusuk itu salah satunya

BAB II LANDASAN TEORI. oleh aktivitas organisme pembusuk. Organisme pembusuk itu salah satunya BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar Sampah adalah barang sisa suatu kegiatan/aktivitas manusia atau alam. Sampah dibagi menjadi 2 jenis, yaitu: 2.1.1 Sampah Organik Yaitu sampah yang mudah membusuk atau

Lebih terperinci

PEMILIHAN KEMASAN DAN PERALATAN MAKAN BERBAHAN PLASTIK YANG AMAN BAGI KESEHATAN

PEMILIHAN KEMASAN DAN PERALATAN MAKAN BERBAHAN PLASTIK YANG AMAN BAGI KESEHATAN Pendahuluan PEMILIHAN KEMASAN DAN PERALATAN MAKAN BERBAHAN PLASTIK YANG AMAN BAGI KESEHATAN Oleh: Siti Marwati, M. Si Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY siti_marwati@uny.ac.id Dalam kehidupan sehari-hari

Lebih terperinci

Senyawa Polimer. 22 Maret 2013 Linda Windia Sundarti

Senyawa Polimer. 22 Maret 2013 Linda Windia Sundarti Senyawa Polimer 22 Maret 2013 Polimer (poly = banyak; mer = bagian) suatu molekul raksasa (makromolekul) yang terbentuk dari susunan ulang molekul kecil yang terikat melalui ikatan kimia Suatu polimer

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. membantu aktivitas pertumbuhan mikroba dan aktivitas reaksi-reaksi kimiawi

II. TINJAUAN PUSTAKA. membantu aktivitas pertumbuhan mikroba dan aktivitas reaksi-reaksi kimiawi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aktifitas Air (Aw) Aktivitas air atau water activity (a w ) sering disebut juga air bebas, karena mampu membantu aktivitas pertumbuhan mikroba dan aktivitas reaksi-reaksi kimiawi

Lebih terperinci

Segitiga pada Plastik. 5 April 2013 Linda Windia Sundarti

Segitiga pada Plastik. 5 April 2013 Linda Windia Sundarti Segitiga pada Plastik 5 April 2013 Mutu Kemasan Industri Kemasan Daya saing Pasar Global Pilar Industri Pangan interaksi kontaminasi Kemasan produk Memahami kemasan solusi Kebijakan penggunaan kemasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. poly chloro dibenzzodioxins dan lain lainnya (Ermawati, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. poly chloro dibenzzodioxins dan lain lainnya (Ermawati, 2011). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama ini penanganan sampah kota di negara-negara berkembang seperti Indonesia hanya menimbun dan membakar langsung sampah di udara terbuka pada TPA (Tempat Pembuangan

Lebih terperinci

bahkan lebih bagus lagi jika kita dapat mendaur ulang plastik menjadi sesuatu yang lebih berguna (recycle). Bayangkan saja jika kita berbelanja

bahkan lebih bagus lagi jika kita dapat mendaur ulang plastik menjadi sesuatu yang lebih berguna (recycle). Bayangkan saja jika kita berbelanja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi, kebutuhan akan plastik terus meningkat. Data BPS tahun 1999 menunjukkan bahwa volume perdagangan plastik impor Indonesia, terutama

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian adalah metode yang digunakan untuk mendekatakan permasalahan yang diteliti sehingga menjelaskan dan membahas permasalahan secara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai tempat serta waktu dilakukannya pembuatan, alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan alat uji, diagram alir pembuatan alat uji serta langkah-langkah

Lebih terperinci

PENELITIAN AWAL PENGGUNAAN POLYETHYLENE STRAP SEBAGAI BAHAN PEMBUAT GABION

PENELITIAN AWAL PENGGUNAAN POLYETHYLENE STRAP SEBAGAI BAHAN PEMBUAT GABION PENELITIAN AWAL PENGGUNAAN POLYETHYLENE STRAP SEBAGAI BAHAN PEMBUAT GABION Aga 1, Leonard Alan Christandy 2, Handoko Sugiharto 3, Gogot Setyo Budi 4 ABSTRAK: Plastik merupakan bahan yang banyak digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paling sering ditemui diantaranya adalah sampah plastik, baik itu jenis

BAB I PENDAHULUAN. paling sering ditemui diantaranya adalah sampah plastik, baik itu jenis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah merupakan hasil aktivitas manusia yang tidak dapat dimanfaatkan. Namun pandangan tersebut sudah berubah seiring berkembangnya jaman. Saat ini sampah dipandang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Dalam dunia industri pirolisis plastik sudah banyak dan tersebar dimanamana. Untuk penelitiannya sendiri juga sudah banyak, akan tetapi dalam

Lebih terperinci

Analisis Sifat Kimia dan Fisika dari Maleat Anhidrida Tergrafting pada Polipropilena Terdegradasi

Analisis Sifat Kimia dan Fisika dari Maleat Anhidrida Tergrafting pada Polipropilena Terdegradasi Analisis Sifat Kimia dan Fisika dari Maleat Anhidrida Tergrafting Reni Silvia Nasution Program Studi Kimia, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Banda Aceh, Indonesia reni.nst03@yahoo.com Abstrak: Telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berubah; dan harganya yang sangat murah (InSWA). Keunggulan yang dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. berubah; dan harganya yang sangat murah (InSWA). Keunggulan yang dimiliki 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Plastik berasal dari gas alam dan minyak bumi yang dibuat melalui proses polimerisasi. Plastik mempunyai beberapa sifat istimewa yaitu mudah dibentuk sesuai dengan

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT DESTILASI MINYAK DARI LIMBAH SAMPAH PLASTIK. : Judhid Adi Mursito. : I Gusti Ketut Sukadana, ST. MT.

PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT DESTILASI MINYAK DARI LIMBAH SAMPAH PLASTIK. : Judhid Adi Mursito. : I Gusti Ketut Sukadana, ST. MT. PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT DESTILASI MINYAK DARI LIMBAH SAMPAH PLASTIK Oleh Dosen Pembimbing : Judhid Adi Mursito : I Gusti Ketut Sukadana, ST. MT. : I Gusti Ngurah Putu Tenaya, ST. MT ABSTRAK Destilasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri, konsumsi akan barang-barang berbahan plastik semakin meningkat. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. industri, konsumsi akan barang-barang berbahan plastik semakin meningkat. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring bertambahnya jumlah penduduk dunia dan kemajuan akan suatu industri, konsumsi akan barang-barang berbahan plastik semakin meningkat. Menurut data statistik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Perkembangan teknologi polimer pada saat ini telah memudahkan manusia untuk memenuhi kebutuhannya akan bahan yang dapat didaur ulang (recycle), salah satu produk polimer

Lebih terperinci

Disusun oleh : Adi Sudirman ( ) Ahmad Zainul Roziqin ( )

Disusun oleh : Adi Sudirman ( ) Ahmad Zainul Roziqin ( ) MODIFIKASI BUTT FUSION PLATE POLYETHYLENE DENGAN PENAMBAHAN SISTEM PNEUMATIK UNTUK MENGURANGI EFEK KERENGGANGAN PADA PENGEPRESAN Disusun oleh : Adi Sudirman ( 6307 030 050 ) Ahmad Zainul Roziqin ( 6307

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju, kebutuhan akan material juga cenderung bertambah dari tahun ke tahun sehingga dibutuhkan material-material baru

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pirolisator merupakan sarana pengolah limbah plastik menjadi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pirolisator merupakan sarana pengolah limbah plastik menjadi BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Perencanaan Alat Alat pirolisator merupakan sarana pengolah limbah plastik menjadi bahan bakar minyak sebagai pengganti minyak bumi. Pada dasarnya sebelum melakukan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan energi di Indonesia secara umum meningkat pesat sejalan dengan pertumbuhan penduduk, pertumbuhan perekonomian maupun perkembangan teknologi. Pemakaian energi

Lebih terperinci

Devy Lestari ( )

Devy Lestari ( ) Devy Lestari (0404517016) KOMPETENSI DASAR Menganalisis struktur, tata nama, sifat, penggolongan dan kegunaan polimer Mengintegrasikan kegunaan polimer dalam kehidupan sehari hari dengan struktur, tata

Lebih terperinci

PENCEMARAN TANAH LELY RIAWATI, ST., MT.

PENCEMARAN TANAH LELY RIAWATI, ST., MT. 1 PENCEMARAN TANAH LELY RIAWATI, ST., MT. 2 Regulasi terkait Pencemaran Tanah Undang-undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah PP No. 150 th. 2000 ( Kerusakan tanah untuk produksi

Lebih terperinci

Polimer terbentuk oleh satuan struktur secara berulang (terdiri dari susunan monomer) H H H H H

Polimer terbentuk oleh satuan struktur secara berulang (terdiri dari susunan monomer) H H H H H POLIMER BAHAN TEKNIK 1 PENGERTIAN Polimer terbentuk oleh satuan struktur secara berulang (terdiri dari susunan monomer) H H H H H C = C C C C H H H H H Etilen Monomer Polietilen Polimer Susunan molekul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ilmu rekayasa material menjadi suatu kajian yang sangat diminati akhir - akhir ini. Pemanfaatan material yang lebih dikembangkan saat ini adalah polimer. Polimer

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar Menyatakan polypropylene (PP) diperkenalkan sejak tahun 1950 dan saat ini menjadi plastik utama yang banyak digunakan dalam pembuatan produk plastik. Polypropylene

Lebih terperinci

PLASTIK SEBAGAI BAHAN KEMASAN INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN (oleh: Bambang S. Ariadi)

PLASTIK SEBAGAI BAHAN KEMASAN INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN (oleh: Bambang S. Ariadi) PLASTIK SEBAGAI BAHAN KEMASAN INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN (oleh: Bambang S. Ariadi) 1. PENDAHULUAN Pengembangan industri plastik mempunyai peranan yang besar dalam menunjang cabang industri lainnya, mulai

Lebih terperinci

Gambar 3.1. Plastik LDPE ukuran 5x5 cm

Gambar 3.1. Plastik LDPE ukuran 5x5 cm BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.1.1 Waktu Penelitian Penelitian pirolisis dilakukan pada bulan Juli 2017. 3.1.2 Tempat Penelitian Pengujian pirolisis, viskositas, densitas,

Lebih terperinci

PROSES PEMBUATAN CAPS SUNSILK 60 ml MENGGUNAKAN INJECTION MOLDING PADA PT. DYNAPLAST.TBK : DWI CAHYO PRABOWO NPM :

PROSES PEMBUATAN CAPS SUNSILK 60 ml MENGGUNAKAN INJECTION MOLDING PADA PT. DYNAPLAST.TBK : DWI CAHYO PRABOWO NPM : NAMA PROSES PEMBUATAN CAPS SUNSILK 60 ml MENGGUNAKAN INJECTION MOLDING PADA PT. DYNAPLAST.TBK : DWI CAHYO PRABOWO NPM : 22410181 JURUSAN : TEKNIK MESIN PENDAHULUAN Dewasa ini, pemakaian barang-barang yang

Lebih terperinci

Pembahasan Materi #13

Pembahasan Materi #13 1 TIN107 Material Teknik Pembahasan 2 Definisi Pengelompokkan Polimer Homopolimer dan Kopolimer Polimer Buatan Kegunaan Polimer 6623 - Taufiqur Rachman 1 Definisi 3 Polimer (Polymer) merupakan molekul

Lebih terperinci

TIN107 Material Teknik. h t t p : / / t a u f i q u r r a c h m a n. w e b l o g. e s a u n g g u l. a c. i d

TIN107 Material Teknik. h t t p : / / t a u f i q u r r a c h m a n. w e b l o g. e s a u n g g u l. a c. i d 1 TIN107 Material Teknik Definisi 2 Polimer (Polymer) merupakan molekul raksasa (makromolekul) yang terbentuk dari susunan ulang molekul kecil yang terikat melalui ikatan kimia. Poly = banyak Mer = bagian

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. masing masing penggerak tersebut digerakan oleh motor Stepper yang dikontrol

BAB II DASAR TEORI. masing masing penggerak tersebut digerakan oleh motor Stepper yang dikontrol BAB II DASAR TEORI 2.1 Mesin CNC Perancangan CNC 2 Axis Cutting Foam Dengan Penggerak Motor Stepper adalah mesin pemotong Styrofoam dan plastik yang bekerja secara otomatis. Mesin ini terdiri dari tiga

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

II. KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI I. LATAR BELAKANG Di dalam dunia pendidikan maupun industri, pembuatan alat untuk pengujian-pengujian yang dilakukan terhadap bahan dasar suatu alat/bahan sangat banyak dan bervariasi, mulai dari alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. plastik relatif murah, praktis dan fleksibel. Plastik memiliki daya kelebihan

BAB I PENDAHULUAN. plastik relatif murah, praktis dan fleksibel. Plastik memiliki daya kelebihan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Plastik merupakan jenis limbah padat yang susah terurai dan volumenya terus meningkat. Peningkatan jumlah sampah plastik karena plastik relatif murah, praktis dan

Lebih terperinci

PROTECTION TAPE ST MORITA INDUSTRIES

PROTECTION TAPE ST MORITA INDUSTRIES PROTECTION TAPE ST MORITA INDUSTRIES Suatu material dapat berubah atau rusak karena adanya pengaruh lingkungan. Suatu produk maupun material harus selalu dilindungi terhadap sinar matahari langsung, suhu

Lebih terperinci

PLASTIK SEBAGAI KEMASAN PANGAN

PLASTIK SEBAGAI KEMASAN PANGAN PLASTIK SEBAGAI KEMASAN PANGAN Dalam kehidupan sehari-hari, pangan merupakan salah satu. kebutuhan primer manusia. Seiring dengan perkembangan teknologi, produk pangan pun mengalami perkembangan, antara

Lebih terperinci

INTRODUCTION TO POLYMER. Oleh : LILIK MIFTAHUL KHOIROH, M.Si

INTRODUCTION TO POLYMER. Oleh : LILIK MIFTAHUL KHOIROH, M.Si INTRODUCTION TO POLYMER Oleh : LILIK MIFTAHUL KHOIROH, M.Si The term of polymer was first used by chemists from Sweden, Berzelius (1833) History of Polymer Polimer alam Polymer is combination from several

Lebih terperinci

Gambar 7. Jenis-jenis serat alam.

Gambar 7. Jenis-jenis serat alam. III. TINJAUAN PUSTAKA A. Serat Alam Penggunaan serat alam sebagai bio-komposit dengan beberapa jenis komponen perekatnya baik berupa termoplastik maupun termoset saat ini tengah mengalami perkembangan

Lebih terperinci

PENGENALAN TEKNIK PENGENDALI ALAT LISTRIK INDUSTRI

PENGENALAN TEKNIK PENGENDALI ALAT LISTRIK INDUSTRI PENGENALAN TEKNIK PENGENDALI ALAT LISTRIK INDUSTRI 1. Saklar magnet (Kontaktor) Kontaktor adalah sejenis saklar atau kontak yang bekerja dengan bantuan daya magnet listrik dan mampu melayani arus beban

Lebih terperinci

kimia MINYAK BUMI Tujuan Pembelajaran

kimia MINYAK BUMI Tujuan Pembelajaran K-13 kimia K e l a s XI MINYAK BUMI Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami definisi dan pembentukan minyak bumi. 2. Memahami fraksi-fraksi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM. menggunakan mesin stirling. Mesin stirling yang digunakan merupakan

BAB III PERANCANGAN SISTEM. menggunakan mesin stirling. Mesin stirling yang digunakan merupakan 25 BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah pembangkit listrik surya termal yang menggunakan mesin stirling. Mesin stirling yang digunakan merupakan mesin stirling jenis

Lebih terperinci

Pertanyaan yang sering ditanyakan. Bagaimana cara menyusui yang yang baik dan benar agar produksi ASI bisa lancar dan banyak?

Pertanyaan yang sering ditanyakan. Bagaimana cara menyusui yang yang baik dan benar agar produksi ASI bisa lancar dan banyak? Pertanyaan yang sering ditanyakan Bagaimana cara menyusui yang yang baik dan benar agar produksi ASI bisa lancar dan banyak? 1 2 Bagaimana ASI diproduksi? Ibaratnya pabrik: 1. Pabrik 2. Jalur distribusi

Lebih terperinci

LOGO KOMPOSIT SERAT INDUSTRI KREATIF HASIL PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN

LOGO KOMPOSIT SERAT INDUSTRI KREATIF HASIL PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN LOGO KOMPOSIT SERAT INDUSTRI KREATIF HASIL PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN PENDAHULUAN Komposit adalah suatu material yang terbentuk dari kombinasi dua atau lebih material, dimana akan terbentuk material yang

Lebih terperinci

Dari data di atas yang tergolong polimer jenis termoplastik adalah. A. 1 dan 5 B. 2 dan 5

Dari data di atas yang tergolong polimer jenis termoplastik adalah. A. 1 dan 5 B. 2 dan 5 Latihan contoh soal dan jawaban soal polimer Berilah tanda silang (X) pada huruf A, B, C, D atau E di depan jawaban yang benar! 1. Polimer berikut yang tidak termasuk polimer alam adalah. A. tetoron B.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Termoplastik Elastomer (TPE) adalah plastik yang dapat melunak apabila dipanaskan dan akan kembali kebentuk semula ketika dalam keadaan dingin juga dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Plastik adalah suatu polimer yang mempunyai sifat thermosensitive di mana apabila suatu plastik mengalami perubahan kondisi thermal maka akan berpengaruh terhadap sifat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 15 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Polimer adalah makromolekul (molekul raksasa) yang tersusun dari satuan-satuan kimia sederhana yang disebut monomer, Misalnya etilena, propilena, isobutilena dan

Lebih terperinci

Polimer. Pengertian Polimer

Polimer. Pengertian Polimer Polimer Pengertian Polimer Polimer adalah suatu senyawa makromolekul yang tersusun atas monomer-monomer. Molekul-molekul kecil disebut dengan monomer. Kata polimer berasal dari bahasa Yunani, yaitu poly

Lebih terperinci

KAJIAN DAMPAK PENGGUNAAN PLASTIK PVC TERHADAP LINGKUNGAN DAN ALTERNATIFNYA DI INDONESIA

KAJIAN DAMPAK PENGGUNAAN PLASTIK PVC TERHADAP LINGKUNGAN DAN ALTERNATIFNYA DI INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA KAJIAN DAMPAK PENGGUNAAN PLASTIK PVC TERHADAP LINGKUNGAN DAN ALTERNATIFNYA DI INDONESIA With a Summary in English Impact Assessment of PVC Plastic Usage To Environment and its Alternative

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. sampah organik yang berupa makanan sisa, sayuran, dan lain-lain

BAB II LANDASAN TEORI. sampah organik yang berupa makanan sisa, sayuran, dan lain-lain BAB II LANDASAN TEORI 2.1 TEORI DASAR Sampah dikategorikan menjadi dua golongan, yang pertama adalah sampah organik yang berupa makanan sisa, sayuran, dan lain-lain dapatdihancurkan oleh mikroorganisme

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Plastik 2.1.1 Pengertian Plastik Plastik adalah polimer rantai-panjang dari atom yang mengikat satu sama lain. Rantai ini membentuk banyak unit molekul berulang, atau "monomer".

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori Sampah dikategorikan menjadi dua golongan, yang pertama adalah sampah organik yang berupa makanan sisa, sayuran, dan lain-lain dapat dihancurkan oleh mikroorganisme

Lebih terperinci

PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN PRODUK INDUSTRI RUMAH TANGGA PANGAN (IRTP)

PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN PRODUK INDUSTRI RUMAH TANGGA PANGAN (IRTP) PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN PRODUK INDUSTRI RUMAH TANGGA PANGAN (IRTP) BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA Aspek Perlindungan dan

Lebih terperinci

KAJIAN PENGGUNAAN SERAT PLASTIK TERHADAP KUAT TARIK BELAH DAN KUAT TEKAN PADA CAMPURAN BETON TANPA AGREGAT KASAR

KAJIAN PENGGUNAAN SERAT PLASTIK TERHADAP KUAT TARIK BELAH DAN KUAT TEKAN PADA CAMPURAN BETON TANPA AGREGAT KASAR KAJIAN PENGGUNAAN SERAT PLASTIK TERHADAP KUAT TARIK BELAH DAN KUAT TEKAN PADA CAMPURAN BETON TANPA AGREGAT KASAR Agustiar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Aceh Email : ampenan70@gmail.com

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM REKAYASA BAHAN

MODUL PRAKTIKUM REKAYASA BAHAN MODUL PRAKTIKUM REKAYASA BAHAN Oleh : 1. Dyah Sawitri, ST.MT 2. Dr.-Ing. Doty Dewi Risanti, ST.MT 3. Lizda Johar Mawarani, ST.MT LABORATORIUM REKAYASA BAHAN JURUSAN TEKNIK FISIKA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Plastik

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Plastik II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Plastik Plastik merupakan bahan yang terbentuk dari produk polimerisasi sintetik atau semi-sintetik yang mempunyai sifat-sifat unik dan luar biasa. Polimer sendiri adalah rantai

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.2 MESIN EXTRUSI MOLDING CETAK PELLET PLASTIK

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.2 MESIN EXTRUSI MOLDING CETAK PELLET PLASTIK 30 BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1 PENDAHULUAN Hasil rancang bangun mesin akan ditampilkan dalam Bab IV ini. Pada penelitian ini Prodak yang di buat adalah Mesin Cetak Pellet Plastik Plastik, Hasil

Lebih terperinci

2015 PEMBUATAN D AN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK KOMPOSIT LIMBAH D AUN SUKUN D ENGAN MATRIK POLYETHYLENE

2015 PEMBUATAN D AN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK KOMPOSIT LIMBAH D AUN SUKUN D ENGAN MATRIK POLYETHYLENE BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitan Plastik memiliki kelebihan kepraktisan dan bobot ringan yang membuatnya banyak dipakai. Orang-orang di seluruh dunia umumnya menggunakan plastik untuk keperluan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan menjelaskan metode yang akan digunakan dalam Modifikasi, baik teknik dan tahap tahap yang dilakukan untuk memodifikasi. Pada bab ini juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah plastik menjadi masalah lingkungan berskala global. Plastik banyak dipakai dalam kehidupan sehari-hari, karena mempunyai keunggulan-keunggulan seperti kuat,

Lebih terperinci

BAB III METOLOGI PENELITIAN

BAB III METOLOGI PENELITIAN BAB III METOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Metode yang digunakan adalah untuk mendekatkan permasalahan yang diteliti sehingga menjelaskan dan membahas permasalahan secara tepat. Skripsi ini menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Bahan Pirolisis Bahan yang di gunakan dalam pirolisis ini adalah kantong plastik es bening yang masuk dalam kategori LDPE (Low Density Polyethylene). Polietilena (PE)

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN DESAIN

IV. PENDEKATAN DESAIN IV. PENDEKATAN DESAIN A. Kriteria Desain Alat pengupas kulit ari kacang tanah ini dirancang untuk memudahkan pengupasan kulit ari kacang tanah. Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa proses pengupasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Ketersediaan Minyak Bumi Di Indonesia. Cadangan (proven+posibble) Produksi per tahun Ketersediaan (tanpa eksplorasi)

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Ketersediaan Minyak Bumi Di Indonesia. Cadangan (proven+posibble) Produksi per tahun Ketersediaan (tanpa eksplorasi) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan bakar fosil merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan manusia,tidak terkecuali di Indonesia. Hampir seluruh aktivitas manusia berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi dan perkembangan teknologi serta kebutuhan yang terus

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi dan perkembangan teknologi serta kebutuhan yang terus 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Globalisasi dan perkembangan teknologi serta kebutuhan yang terus meningkat telah menimbulkan perubahan dalam dunia industri di Indonesia. Industri yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. otomotif, elektronik, pulp, dan kertas (Sudjindro, 2011). (sisa potongan, serutan, serbuk gergaji) (Willy dan Yahya, 2001).

TINJAUAN PUSTAKA. otomotif, elektronik, pulp, dan kertas (Sudjindro, 2011). (sisa potongan, serutan, serbuk gergaji) (Willy dan Yahya, 2001). TINJAUAN PUSTAKA Serat (Fiber) Serat alami merupakan bahan baku yang ramah lingkungan, karena mudah terdegradasi dan serat alami tanaman juga memiliki kemampuan menyerap CO 2 yang cukup besar. Serat alam

Lebih terperinci

MODIFIKASI DESAIN DAN UJI UNJUK KERJA MESIN PENGEMPA BRIKET MEKANIS TIPE KEMPA ULIR (SCREW PRESSING) SKRIPSI. Oleh : IRWAN DARMAWAN F

MODIFIKASI DESAIN DAN UJI UNJUK KERJA MESIN PENGEMPA BRIKET MEKANIS TIPE KEMPA ULIR (SCREW PRESSING) SKRIPSI. Oleh : IRWAN DARMAWAN F MODIFIKASI DESAIN DAN UJI UNJUK KERJA MESIN PENGEMPA BRIKET MEKANIS TIPE KEMPA ULIR (SCREW PRESSING) SKRIPSI Oleh : IRWAN DARMAWAN F14103124 2008 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci

k = A. e -E/RT Secara sistematis hubungan suhu dan laju reaksi dapat ditulis sebagai berikut: v 2 = 2n x v 1 dan t 2 = t 1/ 2 n

k = A. e -E/RT Secara sistematis hubungan suhu dan laju reaksi dapat ditulis sebagai berikut: v 2 = 2n x v 1 dan t 2 = t 1/ 2 n POKOK BAHASAN I. LAJU REAKSI 1.1 Pengertian Laju Reaksi Laju reaksi didefinisikan sebagai laju berkurangnya konsentrasi zat pereaksi (reaktan) atau laju bertambahnya hasil reaksi (produk) tiap satu satuan

Lebih terperinci

SKRIPSI UJI PERFORMANSI DAN ANALISA TEKNIK ALAT EVAPORATOR VAKUM. Oleh: ASEP SUPRIATNA F

SKRIPSI UJI PERFORMANSI DAN ANALISA TEKNIK ALAT EVAPORATOR VAKUM. Oleh: ASEP SUPRIATNA F SKRIPSI UJI PERFORMANSI DAN ANALISA TEKNIK ALAT EVAPORATOR VAKUM Oleh: ASEP SUPRIATNA F14101008 2008 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR UJI PERFORMANSI DAN

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN, INSTALASI PERALATAN DAN PENGUJIAN

BAB III PERANCANGAN, INSTALASI PERALATAN DAN PENGUJIAN BAB III PERANCANGAN, INSTALASI PERALATAN DAN PENGUJIAN 3.1 PERANCANGAN ALAT 3.1.1. DESIGN REAKTOR Karena tekanan yang bekerja tekanan vakum pada tabung yang cendrung menggencet, maka arah tegangan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Konversi Sampah Plastik Menjadi Bahan Bakar Minyak Salah satu penanganan efektif mengurangi timbulan sampah plastik adalah mengolahnya

Lebih terperinci

PROSES PERANCANGAN MANUFAKTUR PEMBUATAN MATA PISAU DINAMIS MESIN PENCACAH BOTOL PLASTIK. Oleh WENDI ROSYANTO

PROSES PERANCANGAN MANUFAKTUR PEMBUATAN MATA PISAU DINAMIS MESIN PENCACAH BOTOL PLASTIK. Oleh WENDI ROSYANTO PROSES PERANCANGAN MANUFAKTUR PEMBUATAN MATA PISAU DINAMIS MESIN PENCACAH BOTOL PLASTIK Oleh WENDI ROSYANTO 21409216 Latar Belakang Plastik merupakan senyawa polimer tinggi yang dicetak dalam lembaran-lembaran

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di 22 III. METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan 20 22 Maret 2013 di Laboratorium dan Perbengkelan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN UNSATURATED POLYESTER RESIN TERHADAP MUTU BETON K-350 EFFECT OF ADDITION UNSATURATED POLYESTER RESIN IN MIXED CONCRETE K-350

PENGARUH PENAMBAHAN UNSATURATED POLYESTER RESIN TERHADAP MUTU BETON K-350 EFFECT OF ADDITION UNSATURATED POLYESTER RESIN IN MIXED CONCRETE K-350 PENGARUH PENAMBAHAN UNSATURATED POLYESTER RESIN TERHADAP MUTU BETON K-350 EFFECT OF ADDITION UNSATURATED POLYESTER RESIN IN MIXED CONCRETE K-350 Aditya Sanjaya Putra aditya.2012ts001@civitas.ukrida.ac.id

Lebih terperinci

4.1. Menghitung Kapasitas Silinder

4.1. Menghitung Kapasitas Silinder BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Menghitung Kapasitas Silinder Pada perencangan alat uji kekentalan plastik ini sampel akan dilebur didalam silinder. Untuk itu dibutuhkan perhitungan untuk mencari

Lebih terperinci

BAB XI POLIMER. C dan C mempunyai ikatan ganda : ikatan tunggal = : ikatan ganda

BAB XI POLIMER. C dan C mempunyai ikatan ganda : ikatan tunggal = : ikatan ganda BAB XI POLIMER Terdapat berbagai jenis polimer. Polimer alam : kayu, karet, katun, wool, kulit, sutera, protein, enzim, selulosa, dll. Protein sintetik : plastik, karet, fiber, dll Polimer berasal dari

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM TRANSMISI MESIN PENCACAH BOTOL PLASTIK PP (polypropylene)

PERENCANAAN SISTEM TRANSMISI MESIN PENCACAH BOTOL PLASTIK PP (polypropylene) PERENCANAAN SISTEM TRANSMISI MESIN PENCACAH BOTOL PLASTIK PP (polypropylene) PROYEK AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Disusun oleh : M. YUSUF ASADULLAH NIM. I 8112023

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sampah dan produk-produk sampingan industri adalah salah satu unsur yang dapat membuat lingkungan tercemar dan karenanya harus dilakukan suatu usaha untuk

Lebih terperinci

SIFAT DAN KARAKTERISTIK MATERIAL PLASTIK DAN BAHAN ADITIF. Iman Mujiarto * ) Abstrak

SIFAT DAN KARAKTERISTIK MATERIAL PLASTIK DAN BAHAN ADITIF. Iman Mujiarto * ) Abstrak SIFAT DAN KARAKTERISTIK MATERIAL PLASTIK DAN BAHAN ADITIF Iman Mujiarto * ) Abstrak Plastik merupakan salah satu bahan yang paling umum kita lihat dan gunakan. Bahan plastik secara bertahap mulai menggantikan

Lebih terperinci

No Properties Value 1 Density kg/m 3 2 Viscosity 5.27 m. Poise 3 Flash Point 22 o C 4 Fire Point 29 o C 5 Calorific Value

No Properties Value 1 Density kg/m 3 2 Viscosity 5.27 m. Poise 3 Flash Point 22 o C 4 Fire Point 29 o C 5 Calorific Value BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Pirolisis sudah banyak diteliti oleh peneliti pendahulu. Variabel dan alat yang digunakan dalam penelitiannya juga sudah bervariasi. Akan tetapi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar Steam merupakan bagian penting dan tidak terpisahkan dari teknologi modern. Tanpa steam, maka industri makanan kita, tekstil, bahan kimia, bahan kedokteran,daya, pemanasan

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN RANCANGAN

IV. PENDEKATAN RANCANGAN IV. PENDEKATAN RANCANGAN A. Kriteria Perancangan Pada prinsipnya suatu proses perancangan terdiri dari beberapa tahap atau proses sehingga menghasilkan suatu desain atau prototipe produk yang sesuai dengan

Lebih terperinci

MATERIAL PLASTIK DAN PROSESNYA

MATERIAL PLASTIK DAN PROSESNYA Proses Produksi I MATERIAL PLASTIK DAN PROSESNYA by Asyari Daryus Universitas Darma Persada OBJECTIVES Mahasiswa dapat menerangkan sifat dan jenis bahan plastik Mahasiswa dapat menerangkan cara pengolahan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN DAN ANALISA DAYA PADA MESIN PENCACAH SAMPAH PLASTIK

RANCANG BANGUN DAN ANALISA DAYA PADA MESIN PENCACAH SAMPAH PLASTIK RANCANG BANGUN DAN ANALISA DAYA PADA MESIN PENCACAH SAMPAH PLASTIK IRFAN ANWAR NIM: 41312110098 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2017 LAPORAN TUGAS AKHIR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I-l. Bab I. Pendahuluan. I.1. Latar Belakang. Nama plastik mewakili ribuan bahan yang berbeda sifat fisis, rrrekanis dan

BAB I PENDAHULUAN. I-l. Bab I. Pendahuluan. I.1. Latar Belakang. Nama plastik mewakili ribuan bahan yang berbeda sifat fisis, rrrekanis dan I-l BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Nama plastik mewakili ribuan bahan yang berbeda sifat fisis, rrrekanis dan kimia. Secara garis besar, plastik dapat digolongkan menjadi dua, yakni plastik yang

Lebih terperinci