SENI BANGUNAN NEO-KLASIK: INDISCHE EMPIRE STYLE PADA BANGUNAN RAAD VAN JUSTITIE BINNEN HET KASTEEL BATAVIA DI JAKARTA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SENI BANGUNAN NEO-KLASIK: INDISCHE EMPIRE STYLE PADA BANGUNAN RAAD VAN JUSTITIE BINNEN HET KASTEEL BATAVIA DI JAKARTA"

Transkripsi

1

2

3

4

5 SENI BANGUNAN NEO-KLASIK: INDISCHE EMPIRE STYLE PADA BANGUNAN RAAD VAN JUSTITIE BINNEN HET KASTEEL BATAVIA DI JAKARTA Julian Efendi, Dr. Lilie Suratminto S.S., M.A. Program Studi Belanda, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia, Abstrak Gedung pengadilan adalah tempat untuk mengadili, mendamaikan dan mendengar kesaksian dari seseorang yang terlibat masalah kriminal dan permasalahan lainnya yang terkait dengan hukum. Pemerintah menempatkan gedunggedung pengadilan di banyak wilayah untuk menjaga agar semua berjalan dengan baik dan mengikuti aturan. Pemerintah dalam hal ini adalah pemerintah Hindia Belanda yang telah memegang kendali atas Hindia Belanda sejak kebangkrutan VOC pada tahun Gedung pengadilan di Hindia Belanda dibangun dengan gaya bangunan yang spesial karena tempat ini memiliki fungsi khusus. Gaya bangunan yang digunakan adalah Indische Empire. Tulisan ini membahas mengenai sejarah pembentukan gedung pengadilan Raad van Justitie di Batavia, gaya bangunannya serta fungsi Raad van Justitie pada masa pemerintahan Hindia Belanda hingga saat ini. Kata Kunci: Hindia Belanda, hukum, gaya bangunan, Indische Empire Style, gedung pengadilan Raad van Justitie Neoclassical Architecture: Indische Empire Style of The Courthouse Raad van Justitie Binnen Het Kasteel Batavia in Jakarta Abstract Courthouse is a place to judge, arbitrate and to hear someone s evidence who is involved crime and any other problems related to the law. Government places the courthouses in many regions to keep everything safe and follow the rule. The government refers to Dutch East Indies government which controlled East Indies since the bankruptcy of VOC in Because of the special purpose of them, the courthouses in Dutch East Indies are built with special style of architecture. The style of it s architecture is called Indische Empire style. This paper discusses the history of the establishment of the courthouse Raad van Justitie in Batavia, the style of the architecture of it and the function of Raad van Justitie from the past to the present. This paper also presents some pictures from various sources to assist the illustration of Empire style and Indisch Empire style and the meanings of the architecture. Keywords: Dutch East Indies, law, architecture, Indische Empire style, courthouse Raad van Justitie 1

6 Pendahuluan Arsitektur merupakan wujud dari pemikiran manusia yang dituangkan dalam bentuk bangunan. Bentuk bangunan yang dibuat terkadang disesuaikan pula dengan kondisi alam dan fenomena yang ada dalam dunia seni bangunan. Pengertian mengenai fenomena dalam dunia seni, dalam hal ini bangunan adalah perubahan gaya atau tren yang membuat bentuk bangunan menjadi beragam, misalkan bangunan yang ada pada abad ke-16 tentu saja berbeda dengan bangunan yang berdiri pada abad ke-17, dan seterusnya. Perbedaan terletak biasanya pada gaya bangunan karena pola, rancangan atau gaya bangunan merupakan sebuah pemikiran manusia yang akan terus berubah cepat atau lambat sesuai dengan sifat alamiah manusia yaitu tidak pernah puas dan ingin terus mencoba mengembangkan kreatifitas dalam hal ini seni bangunan. Penulis mengambil contoh sebuah seni bangunan yaitu Neo-Klasik. Istilah neo-klasik ini sangat populer di Eropa pada pertengahan abad ke-18 karena banyak orang pada saat itu kagum dengan arsitektur klasik yaitu arsitektur yang biasa ditemukan di Yunani. selain itu, neo-klasik dapat juga diidentifikasi dari penamaannya. Neo yang berarti baru, dan Klasik yang artinya klasik atau berkelas sehingga dapat dikatakan bahwa neo-klasik merupakan perwujudan kembali arsitektur klasik (Yunani) pada abad ke-18. Gaya bangunan neo-klasik juga dapat ditemukan di Indonesia. Hal tersebut terjadi karena bangsa-bangsa Eropa pernah mendiami daerah Indonesia. Namun gaya bangunan pada saat pendudukan Belanda lah yang banyak dijumpai di Indonesia karena orang-orang Belanda cinta akan seni termasuk seni bangunan salah satunya yaitu seni bangunan neo-klasik yang terdapat di beberapa kota di Indonesia seperti Bandung, Surabaya, Semarang dan Jakarta. Bangunan neo-klasik yang ada di Jakarta salah satunya adalah gedung Ordinaris Raad van Justitie binnen Het Casteel Batavia atau biasa disingkat Raad van Justitie. Bangunan ini terdapat di kawasan wisata Kota Tua, Jakarta. Bangunan ini sekarang dialihfungsikan menjadi Museum Keramik yang menyimpan banyak koleksi keramik di Indonesia. Bangunan ini menarik untuk diteliti karena bangunan ini berkali-kali berubah fungsinya. Gaya bangunan neo-klasik dengan sejumlah pilar-pilar kokoh pada fasade yang ada pada bangunan ini seolah menyimpan makna yang belum banyak diketahui oleh orang-orang awam sehingga membuat peneliti semakin tertarik untuk meneliti bangunan ini. Oleh karena itu, dalam tulisan ini penulis akan memaparkan mengapa bangunan Raad van Justitie ini dibangun menggunakan gaya bangunan Indische Empire?; serta mengapa pilar-pilar yang ada pada bangunan ini menggunakan 2

7 pilar yang berjenis Dorik?. Pertanyaan-pertanyaan tersebut mendorong penulis untuk melakukan penelitian pada bangunan tersebut. Tulisan ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana proses masuknya seni, dalam hal ini seni bangunan Indische Empire ke Hindia Belanda sehingga seni ini diaplikasikan pada bangunan tertentu seperti bangunan Raad van Justitie ini. Di samping itu, dalam tulisan ini penulis akan memaparkan makna yang terkandung di balik gaya bangunan Indische Empire pada Raad van Justitie serta makna yang terdapat pada pilar-pilar yang digunakan pada bagian fasade pada bangunan tersebut. Dalam tulisan ini, penulis menggunakan metode deskriptif analisis. Menurut Ratna (2004), metode penelitian deskriptif analisis adalah metode penelitian yang bertujuan untuk menguraikan dan kemudian memberikan pemahaman serta penjelasan sehingga dapat diketahui makna dari sesuatu yang ditelititi. Dalam metode penelitian ini, pembandingan suatu objek penelitian dengan objek lainnya yang serupa dapat dilakukan sehingga dapat ditarik kesimpulan setelahnya. Dengan kata lain, penulis akan membagi penelitian ini dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah mencari dan mengumpulkan data pustaka mengenai seni bangunan Empire dan Indische Empire. Tahap kedua yaitu mendatangi langsung gedung Raad van Justitie yang berada di Kawasan Wisata Kota Tua, Jakarta lalu mengamati detail-detail bangunan sesuai dengan informasi yang telah didapatkan mengenai pola bangunan Indische Empire. Kemudian tahap terakhir adalah menganalisis makna yang ada pada pilar-pilar yang terdapat pada bagian fasade bangunan tersebut. Selanjutnya peneliti akan membandingkan bangunan Raad van Justitie dengan bangunan yang memiliki gaya bangunan yang serupa di Eropa sehingga dapat ditarik kesimpulan. Di samping itu, penggunaan pilar berjenis Dorik pada bangunan Raad van Justitie ini akan diinterpretasikan setelah proses pembandingan. Empire Style Empire Style adalah sebuah seni yang lahir di Eropa, tepatnya di Prancis. Seni gaya Empire Style meliputi seni dalam bidang interior, meubel-meubel seperti meja dan kursi di Eropa sebagai bagian dari interior ruangan. Pemilihan gaya Empire pada produk-produk seni di Eropa bertujuan untuk memberikan kesan estetis sehingga membuat benda-benda yang menggunakan gaya Empire terlihat mewah. Benda-benda hasil karya seni bergaya Empire ini pada umumnya terdapat di lingkungan kerajaan, seperti kerajaan Prancis pada abad ke-18. Empire style tidak hanya terdapat pada interior dan meubel saja. Empire style juga dapat ditemukan pada bangunan. Tren seni ini berlangsung pada pertengahan abad ke-18 hingga 3

8 pertengahan abad ke-19. Penulis mengutip sebuah kalimat dari website berbahasa Belanda yang berbunyi In Frankrijk hebben de koningen steeds een grote invloed gehad op de modetrends, waaronder ook de architectuur en de interieurvormen. Kutipan tersebut diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia akan berbunyi para raja-raja di Prancis memiliki pengaruh yang besar dalam hal mode meliputi arsitektur dan bentuk interior. Dengan kata lain, terlihat bahwa penguasa memiliki pengaruh yang cukup kuat dalam bidang seni dan arsitektur. Kemudian, setelah Napoleon Bonaparte resmi menjadi penguasa di Prancis pada 18 Mei 1804, maka ia mulai melakukan banyak perubahan. Perubahan yang ia lakukan salah satunya adalah menunjuk seorang arsitek terkenal asal Prancis yang bernama Charles Percier ( ) dan Pierre François-Leonard Fontaine ( ) sebagai dua orang arsitek negara pada periode kekuasaan Napoleon Bonaparte. Gambar 1 La Madeleine di Paris (sumber: diakses pada tanggal 5 Juli 2014) Seni bangunan Empire ini juga sering disebut sebagai gaya bangunan neo-klasik karena dalam interpretasi di Prancis, neo-klasik diartikan sebagai gaya Empire. Penerapan gaya bangunan ini salah satunya dilakukan pada bangunan La Madeleine di Prancis, seperti yang terdapat pada gambar 1 di atas, yang didirikan atas perintah Napoleon Bonaparte pada tahun 1806 sebagai 4

9 memorial bagi keberhasilan Grande Armée 1 dalam menjalankan tugasnya. Kemudian bangunan mengalami perubahan fungsi. Menurut website yang menjelaskan banyak tempat bersejarah di Prancis, diketahui bahwa bangunan La Maedeleine dialihfungsikan dari fungsi awalnya sebagai peringatan atas keberhasilan Grande Armée menjadi sebuah gereja. La Madeleine diresmikan sebagai gereja pada tahun Bangunan di atas merujuk kepada kecenderungan masyarakat Eropa yang kembali menilai seni-seni Yunani kuno sebagai hal yang indah dan bernilai tinggi. Dengan kata lain, kecenderungan masyarakat Eropa pada saat itu membuat seni Yunani kuno mendapatkan sebutan sebagai Neoklasik yang memiliki makna kelahiran kembali kekayaan seni Yunani kuno. Tren seni Yunani kuno ini berlansung pada abad ke-18 hingga sampai pertengahan abad ke-19 di Eropa. Bangunanbangunan yang menggunakan gaya Empire memiliki simbol dan makna kekuasaan (Arum 2007: 37). Selain contoh bangunan di atas, bangunan yang menggunakan gaya Empire yang erat kaitannya dengan kekuasaan dan kemaharajaan di Eropa juga dapat dilihat pada bangunan Istana Versailles di Indische Empire Style Gaya bangunan Indische Empire adalah varian dari gaya Empire yang menjadi tren dunia seni di Eropa, khususnya di Prancis. Gaya bangunan Indische Empire ini merupakan tiruan dari gaya aristokratik orang-orang Eropa. Penerapan gaya Empire di Hindia Belanda berubah menjadi Indische Empire Style karena Indische Empire lebih menyesuaikan dengan keadaan alam di Hindia Belanda dengan ditemukannya pepohonan dan kebun atau tanaman yang luas di depan bangunan (Handinoto 1994: 5). Atau dengan kata lain, Indische Empire merupakan terjemahan Empire Style di Hindia Belanda (Arum 2007: 37). Penulis memberikan dua contoh gambar bangunan Neo-klasik dan Indische Empire yang ada di Belanda dan Hindia Belanda. 1 Grande Armée adalah tentara bentukan Napoleon Bonaparte pada tahun 1805 hingga

10 Gambar 2 Stadhuis van Groningen di Groningen, Belanda (Sumber : diakses pada tanggal 10 Juli 2014) Gambar 3 Raad van Justitie (sekarang: Museum Seni Rupa dan Keramik) di Jakarta (Sumber: Foto koleksi Julian Efendi. Gambar diambil pada tanggal 9 November 2013) 6

11 Kedua gambar di atas adalah Stadhuis van Groningen di Groningen, Belanda dan Raad van Justitie di Jakarta, Indonesia. Kedua bangunan ini dibangun dalam waktu yang berbeda. Stadhuis van Groningen dibangun pada tahun 1810, sedangkan Raad van Justitie di Batavia dibangun pada tahun Walaupun kedua bangunan ini dibangun dalam waktu yang berbeda, namun gaya bangunan yang digunakan pada kedua bangunan ini kurang lebih sama yaitu sama-sama menggunakan gaya bangunan neo-klasik. Dari kedua gambar di atas, terlihat perbedaan bahwa gaya Empire atau neo-klasik di Eropa tepatnya di Belanda lebih memiliki nilai seni yang tinggi daripada gaya bangunan neo-klasik Indische Empire di Hindia Belanda. Hal tersebut dapat terlihat dari penggunaan pilar pada bagian fasade kedua bangunan di atas. Pilar bangunan Stadhuis van Groningen menggunakan gaya Corinthian yang ditandai dengan hiasan yang memenuhi bagian atas pilar sebagai mahkota untuk mempercantik tampilan pilar tersebut. Angka Romawi yang bertuliskan MDCCCX pada bagian perisai fasadenya bernilai 1810 dan menandakan tahun dibangunnya Stadhuis van Groningen. Di samping itu, terdapat pula tangga yang digunakan sebagai penghubung untuk mencapai pintu utama di bagian depan bangunan tersebut sehingga bangunan ini dapat dikatakan lebih memiliki nilai seni yang tinggi, namun tetap memiliki makna penting yaitu kekuasaan karena berdasarkan website yang digunakan untuk mencari data tentang bangunan ini, gedung ini masih dipakai sebagai gedung pemerintahan kotamadya di Groningen, Belanda. Sementara itu bangunan Raad van Justitie hanya menggunakan pilar berjenis Dorik sebanyak delapan buah tanpa ada hiasan di bagian atas pilarnya sehingga bangunan ini terlihat sederhana namun sangat kokoh berkat adanya delapan pilar yang terdapat pada bagian fasadenya. Di samping itu, pada bagian depan bangunan Raad van Justitie terdapat juga taman dan pohonpohon di bagian halaman bangunan tersebut. Melalui berbagai sumber yang telah dibaca dan diamati, penulis menyimpulkan bahwa taman hijau yang terdapat pada bagian depan bagunan Raad van Justitie tersebut berfungsi untuk memperindah bangunan dan menciptakan kesan bangunan khas Eropa namun berada di dalam lingkungan yang tropis. Lingkungan tropis mengacu pada pohon-pohon kelapa dan pohon jenis lainnya yang tumbuh di Hindia Belanda. Masuknya gaya bangunan Indische Empire ini tidak terlepas dari keadaan yang sedang terjadi di Eropa pada awal abad ke-19. Pada saat itu, Lodewijk atau Louis menjadi raja Holland 2. Saat Lodewijk menjadi raja di Holland, ia menunjuk Herman Willem Daendels untuk menjadi 2 Lodewijk atau Louis Napoleon merupakan adik dari Napoleon Bonaparte yang sedang berkuasa pada tahun 1806 di Prancis. Napoleon Bonaparte menunjuk adiknya tersebut untuk menjadi raja di Holland, yang sekarang menjadi Kerajaan Belanda. 7

12 gubernur jenderal di Hindia Belanda. Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels menjabat pada tahun 1808 sampai tahun 1811 di Hindia Belanda. Selama masa jabatannya, Daendels melakukan banyak pembangunan di Hindia Belanda seperti memerintahkan pembangunan jalan Anyer- Panarukan atau biasa disebut dengan jalan Grote Postweg dan memperkenalkan gaya bangunan Indische Empire. Bangunan bergaya Indische Empire di Hindia Belanda dicirikan dengan bagian fasade yang menggunakan pilar-pilar bergaya Dorik atau Ionik yang menjulang tinggi sampai ke langit-langit bangunan yang berfungsi sebagai penopang, terdapat pohon-pohon seperti pohon palm atau halaman hijau yang luas menuju fasadenya dan bangunannya yang bewarna putih. Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa kedatangan Herman Willem Daendels ke Hindia Belanda menjadi awal perkembangan arsitektur bergaya Eropa di Indonesia karena ia memperkenalkan gaya bangunan Indische Empire. Gaya bangunan Indische Empire yang diaplikasikan pada bangunan saat ia masih berkuasa di Hindia Belanda adalah bangunan Het Groote Huis di Lapangan Banteng yang sekarang berubah fungsi dan namanya menjadi Gedung Departemen Keuangan. Berdasarkan website resmi pemerintah DKI Jakarta Het Groote Huis pada awalnya dibangun sebagai istana. Pembangunan gedung ini menggunakan material hasil reruntuhan Kasteel Batavia yang dirobohkan pada tahun Namun, pembangunan gedung ini belum selesai pada masa Daendels. Bangunan ini kemudian diselesaikan pada tahun 1828 oleh Ir. Tromp atas perintah Gubernur Jenderal Du Bus de Ghisignies. Beberapa tahun kemudian, model gaya bangunan Indische Empire diaplikasikan pada bangunan-bangunan seperti Raad van Justitie di Batavia dan Hotel Preanger di Bandung. 8

13 Gambar 4 Hotel Preanger di Bandung sebelum direnovasi (Sumber : diakses pada tanggal 22 Agustus 2014) Bangunan di atas adalah Hotel Preanger yang berdiri pada tahun 1870 hingga tahun Bangunan tersebut menggunakan gaya bangunan Indische Empire yang ditandai dengan adanya deretan pilar dan fasadenya yang berwarna putih. Bangunan ini kemudian direnovasi total dengan gaya bangunan yang berbeda yaitu art deco pada tahun 1925 dan masih berdiri kokoh hingga saat ini. Sejarah dan Gaya Bangunan Gedung Raad van Justitie Gedung Raad van Justitie Binnen Het Casteel Batavia terletak di kompleks wisata Kota Tua di Jakarta. Berdasarkan sumber yang didapat di harian online bangunan ini didirikan pada akhir abad ke-19 tepatnya pada tahun Bangunan ini, sebagaimana dikutip dari website dididirikan dengan menggunakan rancangan dari Willem Herman Frederik Hendrik van Raders, seorang yang lahir di Curaçao pada tahun 1827 dan juga merupakan lulusan Koninklijke Academie di Delft, Belanda pada tahun Ia mendirikan bangunan ini atas perintah BOW (Burgerlijke Openbare Werken), atau lebih dikenal dengan Departemen Pekerjaan Umum pada masa kolonial. Van Raders juga bekerja di perusahaan konstruksi bernama Drossacras & Co.. Berdasarkan keterangan yang didapatkan pada buku panduan tentang bangunan ini, konstruksi bangunan Raad van Justitie ini menghabiskan dana sekitar Gulden. Gambar 5 Raad van Justitie (sekarang: Museum Seni Rupa dan Keramik) di Jakarta (Sumber: koleksi pribadi. Gambar diambil pada tanggal 9 November 2013) 9

14 Bangunan ini mengalami berkali-kali alih fungsi (Lukito 2010: 8). Pada saat pertama kali didirikan pada tahun 1866, gedung ini berfungsi sebagai gedung untuk urusan pengadilan, kemudian pada tahun digunakan sebagai pusat markas besar tentara Jepang. Pada tahun digunakan sebagai kantor gubernur Jawa Barat, setahun kemudian pada tahun 1974 digunakan sebagai kantor pusat untuk urusan museum dan sejarah Jakarta, lalu pada tahun 1976 digunakan sebagai gedung pusat kesenian hingga pada tahun 1986, bangunan ini ditetapkan menjadi Museum Seni Rupa dan Keramik Jakarta yang menyimpan banyak koleksi benda seni rupa bersejarah dan keramik-keramik dari Asia dan Eropa. Gaya Bangunan Indische Empire pada Bangunan Raad van Justitie dan Makna Penempatan Bangunannya. Jika dilihat dari eksterior dan bentuknya, bangunan ini menggunakan gaya Indische Empire. Bangunan yang menggunakan gaya bangunan Indische Empire pada umumnya memiliki halaman atau taman yang luas di depan fasadenya. Hal tersebut dapat dilihat pada bagian depan bangunan Raad van Justitie ini. Kemudian, ciri utama lainnya dari gaya bangunan Indische Empire adalah penggunaan pilar. Pilar-pilar pada bangunan Raad van Justitie berjumlah 8 (delapan buah) dengan menggunakan gaya Doria dari Yunani. Pada tahun 1866 saat bangunan ini sedang dibangun, gaya bangunan Indische Empire dapat dikatakan sebagai model acuan untuk membangun fasilitas publik dalam hal ini sebagai kantor urusan pengadilan pada masa kolonial. Lebih lanjut, Kusno (2010) dalam bukunya yang berjudul The Appearances of Memory: Mnemonic Practices of Architecture and Urban Forms In Indonesia menyatakan bahwa Empire Style di Indonesia ditandai dengan adanya pilar-pilar bergaya Romawi atau Yunani. Di samping itu, gaya bangunan Indische Architectuur atau Empire Style adalah gaya bangunan yang diterapkan pada bangunan-bangunan pemerintah atau infrastruktur publik. Dari penjelasan di atas, Raad van Justitie masuk ke dalam kategori bangunan pemerintah dan dapat pula menjadi infrastruktur publik sehingga gaya bangunan yang digunakan pun secara otomatis menggunakan gaya Indische Empire. Gaya bangunan Indische Empire tetap dijadikan model utama walaupun gubernur jenderal Daendels sudah tidak bertugas lagi di Hindia Belanda. penulis berpendapat bahwa Indische Empire dapat dikatakan sebagai warisan dari Daendels pada saat memerintah di Hindia Belanda dan warisan tersebut bertahan hingga akhir abad ke-19 di Hindia-Belanda. 10

15 Gaya bangunan Indische Empire pada bangunan Raad van Justitie ini melambangkan kekuasaan, berdasarkan beberapa kesimpulan yang didapat oleh penulis ketika meneliti bangunan ini. Jika dilihat dari eksterior bangunan, terdapat delapan pilar pada fasade depan yang menopang perisai fasade. Hal ini seolah menggambarkan kekuasaan pemerintah kolonial (perisai fasade) ditopang oleh hukum-hukum (pilar-pilar) yang berada di bawahnya. Pilar-pilar yang berjumlah 8 (delapan) buah memiliki makna khusus yaitu seperti arah mata angin yang apabila dihitung secara keseluruhan berjumlah 8 (delapan) arah mata angin. Hal tersebut menandakan bahwa hukum mengatur segala lini kehidupan manusia. Selain itu, letaknya yang berdekatan dengan Stadhuis (sekarang Museum Fatahillah) dan De Nieuwe Hollandse Kerk (dahulu digunakan sebagai gereja, sekarang Museum Wayang) melambangkan kekuatan pemerintahan pada masa kolonial. Kombinasi antara gereja (agama), hukum, dan kantor pusat pemerintahan Batavia menjadikan bangunan-bangunan publik, termasuk bangunan Raad van Justitie ini memiliki peranan penting pada masa kolonial yang sangat mendukung kekuasaan pemerintah kolonial. Letak Raad van Justitie yang berdekatan dengan Stadhuis dapat memudahkan pemerintah atau aparat penegak hukum pada masa kolonial dalam mengadili orang-orang yang tersangkut masalah hukum. Hal tersebut, bila dilihat dari letak bangunannya yang berdekatan dengan Stadhuis, dapat diasumsikan bahwa pemerintah kolonial sengaja meletakkan Raad van Justitie berdekatan dengan Stadhuis dengan alasan penghematan. Penghematan waktu tempuh untuk urusan administrasi pemerintahan pada masa kolonial. Letak bangunan publik yang saling berdekatan dapat ditemui juga di Belanda, sebagai contoh posisi Royal Palace of Amsterdam yang dahulu berfungsi sebagai balai kota di Amsterdam pada abad ke-17. Kesamaan terletak pada lokasi bangunan tersebut dengan De Nieuwe Kerk (Gereja Baru) yang berada di sebelah barat laut. Namun, bangunan Paleis van Justitie atau lembaga peradilan negara di Belanda tidak terletak di dalam kompleks balai kota tersebut. Bangunan Paleis van Justitie terletak terpisah yaitu di Prinsengracht. Berbeda dengan apa yang dapat kita temukan di Batavia, balai kota (Stadhuis), Gereja Hollandia Baru (De Nieuwe Hollandse Kerk) dan lembaga peradilan kolonial Belanda (Raad van Justitie) terletak saling berdekatan. Tata letak bangunanbangunan ini antara di Amsterdam dan Batavia tidak terlalu berbeda. Kemungkinan letak yang berdekatan ini sengaja dibangun di daerah koloni (Hindia-Belanda) dengan tujuan agar urusanurusan yang berkenaan dengan pemerintah kolonial Belanda di Hindia Belanda dapat berjalan dengan mudah. 11

16 Di samping itu, ada hal yang menarik pada bangunan ini. Penggunaan pilar dari bangunan ini menggunakan pilar bergaya Doria yang seolah merujuk kepada kesenian klasik Yunani. Berdasarkan data yang berhasil didapatkan, peneliti menemukan beberapa kesamaan antara bangunan Raad van Justitie dengan arsitektur Yunani Kuno yaitu Phartenon di Acropolis. Kesamaan yang diteliti adalah pilar dari kedua bangunan tersebut. Gambar 6 Tampak Depan Phartenon di Acropolis, Yunani (Sumber Gambar : Diakses kembali pada tanggal 13 Agustus 2014, pukul 11:30 WIB) Gambar 7 Tampak Depan Gedung Raad van Justitie Beserta Deretan Pilar Bergaya Doria 12

17 (Sumber Gambar : Koleksi Pribadi. Gambar diambil pada tanggal 9 November 2013, pukul 13:10 WIB) Pilar dan keseluruhan bentuk fasade yang digunakan pada bagunan Raad van Justitie sama persis dengan pilar yang digunakan pada kuil Parthenon di Acropolis, Yunani. Kesamaan itu terlihat pada gaya pilar keduanya yaitu gaya Doria yang polos tanpa hiasan dan terkesan kaku. Kesamaan ini memberikan kesan bahwa pembangunan pada fasade Raad van Justitie ini ingin dibangun menyerupai Parthenon yang memiliki nilai kesucian. Parthenon dahulu dianggap sebagai tempat yang suci dan tempatnya para dewa. Kesucian tersebut disesuaikan dan diterapkan pada bangunan Raad van Justitie, dalam hal ini sesuai dengan fungsi bangunan ini pada awalnya yaitu sebagai tempat pengadilan hukum pada masa kolonial. Kesucian dalam hal ini adalah bebas dari tindakan melawan aturan (hukum) dan keadilan hukum menurut sudut pandang pemerintah kolonial pada saat itu. Pilar-pilar yang bergaya Doria ini menandakan hukum-hukum yang menopang keadilan dan kebenaran. Deretan 8 (delapan) pilar Doria yang berdiri kokoh dan kuat menopang perisai di bagian fasade Raad van Justitie tersebut mencerminkan sifat hukum yang kuat sehingga apabila hukum tersebut sudah kuat maka keadilan dapat ditegakkan. Simpulan Indische Empire merupakan interpretasi terhadap Empire Style yang sedang menjadi tren di Eropa. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa Indische Empire Style merupakan Empire Style yang disesuaikan dengan keadaan alam di Hindia-Belanda. Masuknya Indische Empire yang diperkenalkan oleh Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels pada saat ia memerintah tahun menjadi titik awal perkembangan seni bangunan di Hindia-Belanda pada saat itu. Pada tahun 1866 saat Daendels sudah tidak lagi memerintah di Hindia Belanda, Ordinaris Raad van Justitie Binnen het Kasteel Batavia tetap dibangun dengan menggunakan gaya Indische Empire Style. Indische Empire Style sepertinya telah menjadi warisan peninggalan Daendels dan tren seni bangunan ini bertahan hingga awal abad ke-19. Bagunan Raad van Justitie yang dibangun atas rancangan Van Raders dengan menggunakan gaya Indische Empire Style memiliki makna sebagai simbol kekuasaan dan penegakan hukum di Hindia Belanda. Hal tersebut dapat dilihat dari eksterior yaitu fasadenya. Pada bagian fasadenya terdapat deretan 8 buah pilar bergaya doria yang sederhana tanpa hiasan apapun. Deretan pilar yang sederhana dan bahkan terkesan kaku tersebut menjad simbol penopang keadilan 13

18 dan kekuasaan pemerintah kolonial. Di samping itu, kemiripan pada bagian bagian fasade Raad van Justitie dengan bangunan kuil Parthenon di Acropolis, Yunani memberikan kesan bahwa bangunan ini suci dan juga memiliki nilai seni yang tinggi. Daftar Referensi Arum, Alin Musfiroh. (2010). Gedung Bataviase Kunstkring: Tinjauan Bentuk Arsitektur. Skripsi. Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Program Studi Arkeologi Universitas Indonesia. Handinoto. (1994). INDISCHE EMPIRE STYLE Gaya Arsitektur Tempo Doeloe yang Sekarang Sudah Mulai Punah. Jurnal Dimensi Arsitektur. 20: Kusno, Abidin. (2010). The Appearances of Memory: Mnemonic Practices of Architecture and Urban Form in Indonesia. Durham: Duke University Press U.S.A. Knipschild, Henricus Hubertus. (2000, Oktober) Een Bataaf in Batavia. De Franse connectie van Herman Willem Daendels. Diakses dan Diperoleh pada 18 Agustus 2014 dari [ Lukito, Yulia Nurliani. (2010). Developing New Identity for Historical Site of The Old City of Batavia, Indonesia: Conservation and Management of Historic Buildings. Jurnal Pelatihan Internasional 2009/2010. Lund: Lund University Swedia. Molhuysen, P.C. dan P.J. Blok. (1924). Nieuw Nederlandsch biografisch woordenboek. Deel 6. Leiden: A.W. Sijthoff. Ratna, Nyoman Kuntha. (2008). Teori, Metode dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Scholieren. (2003, 5 Februari). Neo-Classicisme. Diakses dan Diperoleh pada 18 Agustus 2014 dari [ The Jakarta Post Oline. (2000, 12 Agustus). Once Dreaded Court, Now Museum. Diakses dan Diperoleh pada 18 Agustus 2014 dari [ 14

19 15

Elemen Tangga Pada 3 Bangunan Kolonial di Taman Fatahillah Kota Tua Jakarta

Elemen Tangga Pada 3 Bangunan Kolonial di Taman Fatahillah Kota Tua Jakarta SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Elemen Tangga Pada 3 Bangunan Kolonial di Taman Fatahillah Kota Tua Jakarta Hazimah Ulfah Az Zaky azzakyhazimah@gmail.com Arsitektur Kolonial, Sejarah Teori Kritik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Brosur resmi Istana Kepresidenan Bogor, 2012.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Brosur resmi Istana Kepresidenan Bogor, 2012. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Istana Kepresidenan Bogor terletak di Jalan Ir. H. Juanda No.1,Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat, sekitar 60 Kilometer dari kota Jakarta dengan luas sekitar

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. 88 Universitas Indonesia. Gereja Koinonia..., Rinno Widianto, FIB UI, 2009

BAB 5 KESIMPULAN. 88 Universitas Indonesia. Gereja Koinonia..., Rinno Widianto, FIB UI, 2009 BAB 5 KESIMPULAN Bangunan Gereja Koinonia merupakan bangunan tinggalan kolonial pada awal abad 20 jika dilihat dari tahun berdirinya. Perkembangan gaya seni arsitektur di Indonesia tidak lepas dari pengaruh

Lebih terperinci

HIERARKI SISTEM TANDA STUDI KASUS MUSEUM SENI RUPA DAN KERAMIK MARKING SYSTEM HIERARCHY CASE STUDY FINE ART AND CERAMIC MUSEUM

HIERARKI SISTEM TANDA STUDI KASUS MUSEUM SENI RUPA DAN KERAMIK MARKING SYSTEM HIERARCHY CASE STUDY FINE ART AND CERAMIC MUSEUM HIERARKI SISTEM TANDA STUDI KASUS MUSEUM SENI RUPA DAN KERAMIK Wulandari Program Studi Desain Komunikasi Visual, Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Indraprasta PGRI Jl. Nangka 58 Tanjung Barat, Jakarta

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh masyarakat khusunya generasi muda. Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi membuat bangunan-bangunan

Lebih terperinci

Jakarta dulu dan Kini Senin, 22 Juni :55

Jakarta dulu dan Kini Senin, 22 Juni :55 Jakarta bermula dari sebuah bandar kecil di muara Sungai Ciliwung sekitar 500 tahun silam. Selama berabad-abad kemudian kota bandar ini berkembang menjadi pusat perdagangan internasional yang ramai. Pengetahuan

Lebih terperinci

Ekspresi gaya arsitektur kolonial pada desain interior Gedung Lindeteves Surabaya

Ekspresi gaya arsitektur kolonial pada desain interior Gedung Lindeteves Surabaya Ekspresi gaya arsitektur kolonial pada desain interior Gedung Lindeteves Surabaya Juan Antonio Koeswandi Fakultas Teknik, Jurusan Arsitektur, Universitas Widya Kartika Jl. Sutorejo Prima Utara II/1, Surabaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. TABEL 1.1 JUMLAH WISATAWAN MANCANEGARA DAN NUSANTARA KE OBJEK WISATA KOTA BANDUNG Jumlah. Jumlah Tahun.

BAB I PENDAHULUAN. TABEL 1.1 JUMLAH WISATAWAN MANCANEGARA DAN NUSANTARA KE OBJEK WISATA KOTA BANDUNG Jumlah. Jumlah Tahun. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pemerintah sudah mencanangkan bahwa pariwisata harus menjadi andalan pembangunan Indonesia. Keputusan Presiden (Keppres) No. 38 Tahun 2005, mengamanatkan

Lebih terperinci

Benteng Fort Rotterdam

Benteng Fort Rotterdam Benteng Fort Rotterdam Benteng Fort Rotterdam merupakan salah satu benteng di Sulawesi Selatan yang boleh dianggap megah dan menawan. Seorang wartawan New York Times, Barbara Crossette pernah menggambarkan

Lebih terperinci

2.2 Tinjauan Gaya Neo Klasik Eropa dan Indonesia Sejarah Gaya Arsitektur Neo Klasik

2.2 Tinjauan Gaya Neo Klasik Eropa dan Indonesia Sejarah Gaya Arsitektur Neo Klasik 2.2 Tinjauan Gaya Neo Klasik Eropa dan Indonesia 2.2.1 Sejarah Gaya Arsitektur Neo Klasik Pada akhir zaman klasik, timbul kejenuhan terhadap bentuk, konsep dan norma arsitektur klasik, yang sudah merajai

Lebih terperinci

163 Universitas Indonesia

163 Universitas Indonesia BAB 5 PENUTUP Pada bab ini dijelaskan mengenai kesimpulan semua pembahasan yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya dan saran. Kesimpulan ini juga menjawab pertanyaan permasalahan yang dibuat pada

Lebih terperinci

mereka sebagai satu-satunya masa yang membawa perubahan mendasar bagi umat manusia. Pengaruh masa lampau diperkuat oleh kenyataan bahwa Renaissance

mereka sebagai satu-satunya masa yang membawa perubahan mendasar bagi umat manusia. Pengaruh masa lampau diperkuat oleh kenyataan bahwa Renaissance SEJARAH RENAISSANCE Masa Renaissance sering disebut juga masa pencerahan Atau masa kelahiran, karena menghidupkan kembali budaya-budaya klasik, hal ini disebabkan banyaknya pengaruh filsuf-filsuf dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penjajahan Belanda di Indonesia membawa pengaruh penting bagi aspek

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penjajahan Belanda di Indonesia membawa pengaruh penting bagi aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penjajahan Belanda di Indonesia membawa pengaruh penting bagi aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Seperti aspek ekonomi, religi, seni, filsafat, dan termasuk juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mega Destatriyana, 2015 Batavia baru di Weltevreden Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Mega Destatriyana, 2015 Batavia baru di Weltevreden Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota merupakan kawasan pemukiman yang secara fisik ditunjukkan oleh kumpulan rumah-rumah yang mendominasi tata ruangnya dan memiliki berbagai fasilitas untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tanpa terasa Bandung sudah memasuki usianya yang lebih dari 200 tahun. Sebuah perjalanan yang sangat panjang dari wilayah yang sebelumnya merupakan bagian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bandung adalah salah satu kota besar di Indonesia dan merupakan Ibukota Provinsi Jawa Barat yang banyak menyimpan berbagai sejarah serta memiliki kekayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 6

BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 6 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI... i DAFTAR GAMBAR... iv DAFTAR TABEL... vii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Tujuan dan Sasaran... 2 1.3. Manfaat...

Lebih terperinci

KARAKTER VISUAL FASADE BANGUNAN KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA KOTA MALANG

KARAKTER VISUAL FASADE BANGUNAN KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA KOTA MALANG KARAKTER VISUAL FASADE BANGUNAN KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA KOTA MALANG Efrina Amalia Ridwan, Antariksa, Noviani Suryasari Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jl. Mayjend

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa penjajahan Belanda, Indonesia mengalami pengaruh occidental (Barat) dalam berbagai segi kehidupan termasuk kebudayaan, hal ini antara lain dapat dilihat dalam

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS MENGENAI MUSEUM

BAB II URAIAN TEORITIS MENGENAI MUSEUM BAB II URAIAN TEORITIS MENGENAI MUSEUM 2.1 Pengertian dan Sejarah Museum Dalam era pembangunan teknologi yang cepat berkembang dewasa ini, peranan museum sangat diharapkan untuk mengumpulkan, merawat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri pada akhir dekade pertama abad ke-19, diresmikan tanggal 25 September 1810. Bangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perjalanan sejarah, pada titik-titik tertentu terdapat peninggalanpeninggalan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perjalanan sejarah, pada titik-titik tertentu terdapat peninggalanpeninggalan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perjalanan sejarah, pada titik-titik tertentu terdapat peninggalanpeninggalan yang masih dapat terlihat sampai sekarang yang kemudian menjadi warisan budaya.

Lebih terperinci

2. Title Bagian ini akan ditampilkan setelah bulatan menjadi besar kembali dan peta berubah menjadi judul film Djakarta Tempo Doeloe.

2. Title Bagian ini akan ditampilkan setelah bulatan menjadi besar kembali dan peta berubah menjadi judul film Djakarta Tempo Doeloe. 1 1.3.3 Treatment 1. Opening Film ini diawali dengan munculnya peta Negara Indonesia, kemudian muncul sebuah bulatan yang akan memfokuskan peta tersebut pada bagian peta Pulau Jawa. Selanjutnya, bulatan

Lebih terperinci

PERAN AKTIF KEMENKEU DALAM MELESTARIKAN CAGAR BUDAYA

PERAN AKTIF KEMENKEU DALAM MELESTARIKAN CAGAR BUDAYA KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PRA-LOKAKARYA PEMUGARAN GEDUNG CAGAR BUDAYA A.A. MARAMIS I KEMENTERIAN KEUANGAN Jakarta, Senin 30 Januari 2012 Pre-workshop on the Restoration of A. A. Maramis I

Lebih terperinci

GAYA ARSITEKTUR DI PERUMAHAN DINAS MILITER ANGKATAN DARAT, CIMAHI, JAWA BARAT

GAYA ARSITEKTUR DI PERUMAHAN DINAS MILITER ANGKATAN DARAT, CIMAHI, JAWA BARAT GAYA ARSITEKTUR DI PERUMAHAN DINAS MILITER ANGKATAN DARAT, CIMAHI, JAWA BARAT Milla Ardiani Architecture Department, Faculty of Engineering, Binus University Jl. K.H. Syahdan No. 9, Palmerah, Jakarta Barat

Lebih terperinci

Menilik Sisi Lain Ibukota di Kota Tua Fatahillah

Menilik Sisi Lain Ibukota di Kota Tua Fatahillah Menilik Sisi Lain Ibukota di Kota Tua Fatahillah Wajah Jakarta sering digambarkan dengan ratusan gedung tinggi yang menjulang di tengah kota, hutan modern yang riuh dengan gedung perkantoran dan pemukiman.

Lebih terperinci

ARSITEKTUR ABAD PERTENGAHAN (MEDIAFAL) ARSITEKTUR BIZANTIUM

ARSITEKTUR ABAD PERTENGAHAN (MEDIAFAL) ARSITEKTUR BIZANTIUM ARSITEKTUR ABAD PERTENGAHAN (MEDIAFAL) ARSITEKTUR BIZANTIUM Sejarah Singkat Byzantium Pada mulanya, daerah Eropa Timur yang disebut Byzantium adalah koloni bangsa Yunani sejak tahun 660 sebelum masehi,

Lebih terperinci

Perpaduan Unsur Arsitektur Islam dan Gaya Arsitektur Kolonial pada Masjid Cut Meutia Jakarta

Perpaduan Unsur Arsitektur Islam dan Gaya Arsitektur Kolonial pada Masjid Cut Meutia Jakarta SEMINAR HERITAGEIPLBI 2017 DISKURSUS Perpaduan Unsur Arsitektur Islam dan Gaya Arsitektur Kolonial pada Masjid Cut Meutia Jakarta Indah Mega Ashari indahmega19@gmail.com Program Studi A rsitektur, Sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sepatutnyalah potensi Sumberdaya Budaya (Culture Resources) tersebut. perlu kita lestarikan, kembangkan dan manfaatkan.

BAB I PENDAHULUAN. sepatutnyalah potensi Sumberdaya Budaya (Culture Resources) tersebut. perlu kita lestarikan, kembangkan dan manfaatkan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki paling banyak warisan budaya dibandingkan dengan negara-negara tetangga atau setidaknya di kawasan Asia Tenggara. Jawa Barat sendiri memiliki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Museum Sejarah Jakarta merupakan museum sejarah yang diresmikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Museum Sejarah Jakarta merupakan museum sejarah yang diresmikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Museum Sejarah Jakarta merupakan museum sejarah yang diresmikan pada tanggal 4 April 1974. Nama lain dari museum ini adalah Museum Fatahillah. Sesuai dengan nama resminya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang merupakan ibukota Jawa Tengah yang memiliki daya tarik

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang merupakan ibukota Jawa Tengah yang memiliki daya tarik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Semarang merupakan ibukota Jawa Tengah yang memiliki daya tarik tersendiri karena penduduknya yang beragam budaya dan agama. Untuk memasuki kota Semarang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dikutip dari pada Kamis, 10 April 2014 pukul WIB. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Dikutip dari  pada Kamis, 10 April 2014 pukul WIB. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bandung merupakan daerah yang terkenal dengan berbagai macam wisata, seperti wisata kuliner dan belanja, selain itu Bandung juga menawarkan keindahan alam dengan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Haryoto Kunto (2000) dalam Wajah Bandoeng Tempoe Doeloe, Bandung sempat dijadikan Ibu Kota Nusantara Pemerintahan Hindia Belanda pada zaman kolonial

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber data Data data dan informasi yang digunakan untuk mendukung proyek tugas akhir ini akan diambil dari berbagai sumber, diantaranya: 1. Literatur: artikel dari media elektronik

Lebih terperinci

BAB II DATA DAN ANALISA. Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh. 3. Pengamatan langsung / observasi

BAB II DATA DAN ANALISA. Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh. 3. Pengamatan langsung / observasi BAB II DATA DAN ANALISA 2. 1 Data dan Literatur Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh dari: 1. Media elektronik: Internet 2. Literatur: Koran, Buku 3. Pengamatan langsung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Gaya bangunan..., Cheviano Eduardo Alputila, FIB UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Gaya bangunan..., Cheviano Eduardo Alputila, FIB UI, 2009 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kolonisasi di Indonesia, khususnya yang dilakukan oleh orang Belanda, menghasilkan banyak sekali tinggalan berupa bangunan yang bergaya kolonial. Selain kantor dagang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wayang, dan Museum Seni Rupa dan Keramik menurut Gubernur Jakarta, Basuki

BAB I PENDAHULUAN. Wayang, dan Museum Seni Rupa dan Keramik menurut Gubernur Jakarta, Basuki BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Tua menjadi simbol permata Jakarta selain Monas dan Kepulauan Seribu, dan Kota Tua juga salah satu pusat sejarah Indonesia, sebab di wilayah tersebut terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejarah, seni dan ilmu; tempat menyimpan barang kuno. Kata museum sendiri berasala

BAB I PENDAHULUAN. sejarah, seni dan ilmu; tempat menyimpan barang kuno. Kata museum sendiri berasala BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Arti museum seperti yang di dikutip dari dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh Tim Penyusun Kamus (1990:601) adalah gedung yang digunakan sebagai tempat untuk pameran

Lebih terperinci

Grand Hotel Preanger dari Waktu ke Waktu,Sebuah Montase Sejarah

Grand Hotel Preanger dari Waktu ke Waktu,Sebuah Montase Sejarah SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Grand Hotel Preanger dari Waktu ke Waktu,Sebuah Montase Sejarah Eko Bagus Prasetyo (1), Bambang Setia Budi (2) prasbagus81@gmail.com (1) Mahasisw a Program Studi

Lebih terperinci

MASA PEMERINTAHAN HERMAN WILLIAN DAENDELS DI INDONESIA

MASA PEMERINTAHAN HERMAN WILLIAN DAENDELS DI INDONESIA MASA PEMERINTAHAN HERMAN WILLIAN DAENDELS DI INDONESIA Latar Belakang Kedatangan Herman William Daendels Herman William Daendels di utus ke Indonesia pada tahun 1808 dengan tujuan yakni mempertahankan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gedung bouwpleog..., Yuri Arief Waspodo, FIB UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Gedung bouwpleog..., Yuri Arief Waspodo, FIB UI, 2009 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Arkeologi adalah ilmu yang mempelajari sisa-sisa peninggalan budaya masa lalu untuk mengungkapkan kehidupan masyarakat pendukung kebudayaannya serta berusaha untuk

Lebih terperinci

DAFTAR lsi KATA PENGANTAR PENDAHULUAN DAFTARISI BAB 1 SEKILAS TENTANG ARSITEKTUR CINA PADA AKHIR ABAD KE-19 DI PASURUAN

DAFTAR lsi KATA PENGANTAR PENDAHULUAN DAFTARISI BAB 1 SEKILAS TENTANG ARSITEKTUR CINA PADA AKHIR ABAD KE-19 DI PASURUAN ~ GRAHAILMU DAFTAR lsi KATA PENGANTAR PENDAHULUAN DAFTARISI BAB 1 SEKILAS TENTANG ARSITEKTUR CINA PADA AKHIR ABAD KE-19 DI PASURUAN BAB2 Arsitektur Cina Akhir Abad Ke-19 di Pasuruan Denah, Bentuk, dan

Lebih terperinci

BAB III ELABORASI TEMA

BAB III ELABORASI TEMA 26 BAB III ELABORASI TEMA 3.1 Tema : Arsitektur Kontekstual Latar belakang penggunan tema Arsitektur Kontekstual adalah: Berada di lingkungan komplek kampus Telkom sehingga dalam perancangannya perlu menyesuaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Museum merupakan tempat yang sangat bernilai dalam perjalanan

BAB I PENDAHULUAN. Museum merupakan tempat yang sangat bernilai dalam perjalanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Museum merupakan tempat yang sangat bernilai dalam perjalanan hidup sebuah bangsa dan menyimpan berbagai karya luhur nenek moyang kita yang mencerminkan kekayaan

Lebih terperinci

sesudah adanya perjanjian Wina dan terutama dibukanya terusan Suez. Hal

sesudah adanya perjanjian Wina dan terutama dibukanya terusan Suez. Hal BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masuknya bangsa Eropa ke Indonesia pertama kali ditandai dengan kedatangan bangsa Portugis pada abad 16 M kemudian diteruskan dengan kedatangan bangsa Belanda yang

Lebih terperinci

MEDIA MATRASAIN ISSN Volume 14, No.1, Maret Oleh:

MEDIA MATRASAIN ISSN Volume 14, No.1, Maret Oleh: Oleh: Hery Purnomo (Mahasiswa Magister Arsitektur, Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi, hery_arsitektur@yahoo.co.id) Judi O. Waani (Staf Pengajar Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam

Lebih terperinci

BAB 4 KESIMPULAN. Universitas Indonesia. Bntuk dan..., Albertus Napitupulu, FIB UI, 2009

BAB 4 KESIMPULAN. Universitas Indonesia. Bntuk dan..., Albertus Napitupulu, FIB UI, 2009 BAB 4 KESIMPULAN Pembangunan sarana dan prasarana bagi kebutuhan pemerintahan dan orang-orang barat di Bandung sejalan dengan penetapan kota Bandung sebagai Gemeente pada tahun 1906. Gereja sebagai tempat

Lebih terperinci

KARAKTER SPASIAL BANGUNAN KOLONIAL RUMAH DINAS BAKORWIL KOTA MADIUN

KARAKTER SPASIAL BANGUNAN KOLONIAL RUMAH DINAS BAKORWIL KOTA MADIUN KARAKTER SPASIAL BANGUNAN KOLONIAL RUMAH DINAS BAKORWIL KOTA MADIUN Jurnal Ilmiah Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik Disusun oleh: PIPIET GAYATRI SUKARNO 0910651009 KEMENTERIAN

Lebih terperinci

Masjid Cipari Garut, Masjid Berasitektur Mirip Gereja

Masjid Cipari Garut, Masjid Berasitektur Mirip Gereja SEMINAR HERITAGE IPLBI 207 KASUS STUDI Masjid Cipari Garut, Masjid Berasitektur Mirip Gereja Franciska Tjandra tjandra.fransiska@gmail.com A rsitektur Islam, Jurusan A rsitektur, F akultas Sekolah A rsitektur

Lebih terperinci

PROSES PERKEMBANGAN KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT

PROSES PERKEMBANGAN KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT PROSES PERKEMBANGAN KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT DAFTAR ISI LATAR BELAKANG KEDATANGAN BANGSA BARAT KE INDONESIA What: (latar belakang) Indonesia negara dengan SDA yang melimpah Why: (Alasan) Orang-orang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tempat-tempat bersejarah, obyek-obyek dan manifestasi adalah ekspresi yang penting dari budaya, identitas serta agama kepercayaan untuk masyarakat sekitar. Setiap nilai

Lebih terperinci

Ekspresi Gaya Arsitektur Kolonial pada Desain Interior Gedung Lindeteves Surabaya

Ekspresi Gaya Arsitektur Kolonial pada Desain Interior Gedung Lindeteves Surabaya Juan Antonio Koeswandi/e-Jurnal Eco-Teknologi UWIKA (ejetu). ISSN: 2301-850X. Vol. I, Issue 2, Oktober 2013 pp. 43-48 Ekspresi Gaya Arsitektur Kolonial pada Desain Interior Gedung Lindeteves Surabaya Juan

Lebih terperinci

SEJARAH DESAIN. Evaluasi Materi Modul 1 s.d 7. Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn. Modul ke: Fakultas Desain dan Seni Kreatif. Program Studi Desain Produk

SEJARAH DESAIN. Evaluasi Materi Modul 1 s.d 7. Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn. Modul ke: Fakultas Desain dan Seni Kreatif. Program Studi Desain Produk SEJARAH DESAIN Modul ke: Evaluasi Materi Modul 1 s.d 7 Fakultas Desain dan Seni Kreatif Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn Program Studi Desain Produk www.mercubuana.ac.id Abstrak Berbagai Gaya Desain di dunia berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah merupakan hal penting dalam berbangsa karena sejarah adalah bagian dari kehidupan yang dapat dijadikan sebuah pelajaran untuk menjadi bangsa yang lebih baik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Belanda pada tahun 1619 yang dipimpin oleh Jan Pieterzoon Coen.

BAB I PENDAHULUAN. Belanda pada tahun 1619 yang dipimpin oleh Jan Pieterzoon Coen. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Judul Pada awalnya kota Jakarta adalah sebuah kota kecil yang berdiri di atas lahan bekas Pelabuhan Sunda Kalapa, dibangun oleh Pangeran Fatahillah pada tahun 1527

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perjalanan panjang sejarah terbentuknya kota Jakarta dimulai dari sebuah area kecil yang kini disebut daerah jembatan gantung kota intan. Dahulu lokasi tersebut adalah

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Rencana Tapak Seluruh Kompleks Istana Kepresidenan Bogor. Sumber: Bag. Teknik Istana Bogor, 2012

LAMPIRAN. Lampiran 1. Rencana Tapak Seluruh Kompleks Istana Kepresidenan Bogor. Sumber: Bag. Teknik Istana Bogor, 2012 LAMPIRAN Lampiran 1. Rencana Tapak Seluruh Kompleks Istana Kepresidenan Bogor. Sumber: Bag. Teknik Istana Bogor, 2012 Lampiran 2. Rencana Tapak Area Utama Istana Kepresidenan Bogor. 101 Lampiran 3. Denah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS...

BAB II LANDASAN TEORITIS... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR TABEL DAN BAGAN... v BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Identifikasi Masalah... 4 C. Pembatasan Masalah... 5 D. Perumusan Masalah...

Lebih terperinci

MANAKALA GEDUNG BPI ITB UNJUK KEKUATAN

MANAKALA GEDUNG BPI ITB UNJUK KEKUATAN AR 2111 APRESIASI ARSITEKTUR MANAKALA GEDUNG BPI ITB UNJUK KEKUATAN (SOLID DAN VOID DALAM ARSITEKTUR GEDUNG BPI ITB) DOSEN : DR. IR. BASKORO TEDJO, MSEB LAPORAN Oleh: Teresa Zefanya 15213035 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

KARAKTER VISUAL FASADE BANGUNAN KOLONIAL BELANDA RUMAH DINAS BAKORWIL KOTA MADIUN

KARAKTER VISUAL FASADE BANGUNAN KOLONIAL BELANDA RUMAH DINAS BAKORWIL KOTA MADIUN Karakter Visual Fasade Bangunan Kolonial Belanda Rumah Dinas Bakorwil Kota Madiun (Pipiet Gayatri Sukarno, Antariksa, Noviani Suryasari) KARAKTER VISUAL FASADE BANGUNAN KOLONIAL BELANDA RUMAH DINAS BAKORWIL

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI MUSEUM SEJARAH JAKARTA

BAB II DESKRIPSI MUSEUM SEJARAH JAKARTA BAB II DESKRIPSI MUSEUM SEJARAH JAKARTA 2.1 Museum Sejarah Jakarta Museum Sejarah Jakarta terletak di Jalan Taman Fatahillah No. 1, Jakarta Barat. Areal museum luasnya lebih dari 13.000 meter persegi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan ±

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan ± BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan ± 18.110 pulau yang dimilikinya dengan garis pantai sepanjang 108.000 km. Negara Indonesia memiliki potensi

Lebih terperinci

ARSITEKTUR KOLONIAL RUMAH SAKIT DARMO DAN FAKTOR PERUBAHAN FUNGSI RUANG. Mega Anjasmara. Jurusan Arkeologi Fakultas Sastra Unud ABSTRAK

ARSITEKTUR KOLONIAL RUMAH SAKIT DARMO DAN FAKTOR PERUBAHAN FUNGSI RUANG. Mega Anjasmara. Jurusan Arkeologi Fakultas Sastra Unud ABSTRAK ARSITEKTUR KOLONIAL RUMAH SAKIT DARMO DAN FAKTOR PERUBAHAN FUNGSI RUANG Mega Anjasmara Jurusan Arkeologi Fakultas Sastra Unud ABSTRAK This thesis discusses "Colonial Architecture Darmo Hospital and Factor

Lebih terperinci

ASPEK ARSITEKTUR KOLONIAL PADA DESAIN INTERIOR RESORT HOTEL DI AMBARAWA. Fitriana Nurhasanah Anung B Studyanto Ahmad Faizin

ASPEK ARSITEKTUR KOLONIAL PADA DESAIN INTERIOR RESORT HOTEL DI AMBARAWA. Fitriana Nurhasanah Anung B Studyanto Ahmad Faizin ASPEK ARSITEKTUR KOLONIAL PADA DESAIN INTERIOR RESORT HOTEL DI AMBARAWA Fitriana Nurhasanah Anung B Studyanto Ahmad Faizin Desain Interior, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Universitas Sebelas Maret. Jln.

Lebih terperinci

Memaknai Lukisan Kaca Patri Lawang Sewu, Semarang

Memaknai Lukisan Kaca Patri Lawang Sewu, Semarang SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 DISKURSUS Memaknai Lukisan Kaca Patri Lawang Sewu, Semarang Jovani Debora Emmanuella Jov anipurba@gmail.com Sejarah Teori Kritik A rsitektur, Prodi A rsitektur, Sekolah A rsitektur,

Lebih terperinci

Natural Friendly Neoclassical Style. Architecture

Natural Friendly Neoclassical Style. Architecture Architecture Natural Friendly Neoclassical Style Teks: Widya Prawira Foto: BambangPurwanto Desain rumah yang everlasting dengan mengoptimalkan potensi lingkungan, menjadikan rumah ini bersahabat dengan

Lebih terperinci

PERANCANGAN GEDUNG PERTUJUKAN SENI DI BENTENG VASTENBURG SURAKARTA

PERANCANGAN GEDUNG PERTUJUKAN SENI DI BENTENG VASTENBURG SURAKARTA DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul... 1 1.2 Latar Belakang... 2 1.2.1 Polemik Pembangunan Boutique Hotel dan Pusat Perbelanjaan... 4 1.2.2 Pentingnya Gedung Pertunjukan di Surakarta... 6

Lebih terperinci

PERJUANGAN MELAWAN PENJAJAHAN

PERJUANGAN MELAWAN PENJAJAHAN PERJUANGAN MELAWAN PENJAJAHAN Saya siswa kelas 5A Siap Belajar dengan Tenang dan Tertib dan Antusias Pada abad ke-16 berlayarlah bangsa-bangsa Eropa ke wilayah Timur. Diantaranya adalah Portugis, Spanyol,

Lebih terperinci

Elemen Fisik Masjid Baiturrahman Banda Aceh sebagai Pembentuk Karakter Visual Bangunan

Elemen Fisik Masjid Baiturrahman Banda Aceh sebagai Pembentuk Karakter Visual Bangunan SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 DISKURSUS Elemen Fisik Masjid Baiturrahman Banda Aceh sebagai Pembentuk Karakter Visual Bangunan Rihan Rizaldy Wibowo rihanrw @gmail.com Mahasisw a Jurusan A rsitektur, Sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Salatiga merupakan kota kecil yang berada di lereng gunung Merbabu.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Salatiga merupakan kota kecil yang berada di lereng gunung Merbabu. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Salatiga merupakan kota kecil yang berada di lereng gunung Merbabu. Letaknya yang di kelilingi oleh pegunungan selalu memberikan suasana yang sejuk. Secara astronomis

Lebih terperinci

KARAKTER SPASIAL DAN VISUAL PADA BANGUNAN GEDUNG JUANG 45 BEKASI JAWA BARAT

KARAKTER SPASIAL DAN VISUAL PADA BANGUNAN GEDUNG JUANG 45 BEKASI JAWA BARAT KARAKTER SPASIAL DAN VISUAL PADA BANGUNAN GEDUNG JUANG 45 BEKASI JAWA BARAT Dewa Gde Agung Wibawa 1, Antariksa 2, Abraham M. Ridjal 2 Mahasiswa Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 metro.koranpendidikan.com, diakses pada 1 Maret 2013, pukul WIB

BAB I PENDAHULUAN. 1 metro.koranpendidikan.com, diakses pada 1 Maret 2013, pukul WIB BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Hotel memiliki beberapa klasifikasi tergantung dari sudut pandang tertentu. Hotel wisata yang menjadi judul penulisan ini sebenarnya berasal dari istilah tourist

Lebih terperinci

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN SOBOKARTTI SEBAGAI JAVA HERITAGE CENTER

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN SOBOKARTTI SEBAGAI JAVA HERITAGE CENTER TUGAS AKHIR 111 PERIODE APRIL SEPTEMBER 2010 LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN SOBOKARTTI SEBAGAI JAVA HERITAGE CENTER OLEH : RAGIL RINAWATI NIM : L2B 006 067 DOSEN PEMBIMBING

Lebih terperinci

BAB IV: PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV: PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV: PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Survey (Observasi) Lapangan Dalam penelitian ini, secara garis besar penyajian data-data yang dikumpulkan melalui gambar-gambar dari hasil observasi lalu diuraikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Art deco adalah sebuah gerakan desain yang populer dari 1920 hingga 1939, yang mempengaruhi seni dekoratif seperti arsitektur, desain interior, dan desain industri,

Lebih terperinci

FENG SHUI PADA TATA RUANG RUMAH BERGAYA INDISCHE EMPIRE DI ROEMAH MARTHA TILAAR

FENG SHUI PADA TATA RUANG RUMAH BERGAYA INDISCHE EMPIRE DI ROEMAH MARTHA TILAAR FENG SHUI PADA TATA RUANG RUMAH BERGAYA INDISCHE EMPIRE DI ROEMAH MARTHA TILAAR FENG SHUI ON INDISCHE EMPIRE STYLE LAYOUT OF ROEMAH MARTHA TILAAR Oleh: Arnita Hardianti, NIM 13206241005, Pendidikan Seni

Lebih terperinci

Penerapan Jendela Kaca yang Besar pada Fasade Rumah Tinggal di Belanda, Pemikiran Fungsi, Iklim, Estetika dan Simbolis

Penerapan Jendela Kaca yang Besar pada Fasade Rumah Tinggal di Belanda, Pemikiran Fungsi, Iklim, Estetika dan Simbolis Prosiding Seminar Nasional- Kaca Dalam Arsitektur (Bangunan+Lingkungan), Semarang 14 Mei 2011, Magister Teknik Arsitektur Universitas Diponegoro bekerjasama dengan PT. Tossa Shakti Penerapan Jendela Kaca

Lebih terperinci

Warisan Rezim Prancis di Jawa: Kajian Strategi Militer dan Politik Birokrasi dalam Historiografi Indonesia

Warisan Rezim Prancis di Jawa: Kajian Strategi Militer dan Politik Birokrasi dalam Historiografi Indonesia Warisan Rezim Prancis 1808 1811 di Jawa: Kajian Strategi Militer dan Politik Birokrasi dalam Historiografi Indonesia Djoko Marihandono dmarihan@ui.edu Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Ketentuan dalam pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Ketentuan dalam pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketentuan dalam pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Objek Latar Belakang Tema

PENDAHULUAN Latar Belakang Objek Latar Belakang Tema I. PENDAHULUAN Latar Belakang Objek Kabupaten Malang memiliki dua Pabrik gula yang cukup besar yaitu PG Kebon Agung dan PG. Krebet. PG Kebon Agung berdiri pada 1905, PG Krebet Baru (populer dengan sebutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 ( balai pustaka Kamus Bahasa Indonesia 1988 ) 2 Ibid 3 Ibid

BAB I PENDAHULUAN. 1 ( balai pustaka Kamus Bahasa Indonesia 1988 ) 2 Ibid 3 Ibid BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN JUDUL Pengertian judul : MUSEUM MUSIK TRADISONAL JAWA TENGAH DI BENTENG VASTENBURG SURAKARTA adalah sebagai berikut : Museum : Gedung yang digunakan sebagai tempat untuk

Lebih terperinci

Masjid Raya Cipaganti, Heritage Kota Bandung yang Memadukan Gaya Arsitektur Jawa dan Eropa

Masjid Raya Cipaganti, Heritage Kota Bandung yang Memadukan Gaya Arsitektur Jawa dan Eropa SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Masjid Raya Cipaganti, Heritage Kota Bandung yang Memadukan Gaya Arsitektur Jawa dan Eropa Zulva Fachrina zfachrina@hotmail.com Laboratorium Ilmu dan Rekayasa Komputasi,

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2017

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2017 SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG ARSITEKTUR BANGUNAN BERCIRI KHAS DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Elemen-Elemen Arsitektural Post Kantoor di Tanah Deli

Elemen-Elemen Arsitektural Post Kantoor di Tanah Deli SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Elemen-Elemen Arsitektural Post Kantoor di Tanah Deli Lia Veronica Wirjono wirjono126@y ahoo.com Mahasisw a Prodi A rsitektur, Sekolah A rsitektur, Perencanaan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN LITERATUR

BAB II KAJIAN LITERATUR BAB II KAJIAN LITERATUR 2.1 Pengertian Pelestarian Filosofi pelestarian didasarkan pada kecenderungan manusia untuk melestarikan nilai-nilai budaya pada masa yang telah lewat namun memiliki arti penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang adalah ibukota Provinsi Jawa Barat, Indonesia. merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya menurut jumlah penduduknya. Terletak di pulau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. secara serius melibatkan industri lainnya yang terkait. Pengenalan potensi

BAB 1 PENDAHULUAN. secara serius melibatkan industri lainnya yang terkait. Pengenalan potensi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pariwisata merupakan sektor penting di dunia yang saat ini telah menjadi kebutuhan bagi masyarakat sehingga dalam penanganannya harus dilakukan secara serius melibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masjid Raya Al-Mashun merupakan masjid peninggalan Kesultanan Deli

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masjid Raya Al-Mashun merupakan masjid peninggalan Kesultanan Deli BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masjid Raya Al-Mashun merupakan masjid peninggalan Kesultanan Deli yang dibangun pada tahun 1906 M, pada masa pemerintahan sultan Maamun Al- Rasyid Perkasa Alamsjah.Masjid

Lebih terperinci

Wajah Militair Hospitaal dan 'Kota Militer' Cimahi

Wajah Militair Hospitaal dan 'Kota Militer' Cimahi SEMINAR HERITAGEIPLBI 2017 DISKURSUS Wajah Militair Hospitaal dan 'Kota Militer' Cimahi Aileen Kartiana Dewi aileen_kd@yahoo.com Mahasiswa Program Studi Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan

Lebih terperinci

EGYPTIAN ARCHITECTURE

EGYPTIAN ARCHITECTURE EGYPTIAN ARCHITECTURE - terdapat pada daerah iklim yang panas kering - material tanah liat atau bebatuan lokal dengan warna asli materialnya. - Monumen dengan gaya arsitektur ini cenderung terdiri dari

Lebih terperinci

Kajian Tentang Jawa Timur

Kajian Tentang Jawa Timur Kajian Tentang Jawa Timur Indonesia terkenal dengan julukan kepulauan seribunya, bermacam-macam budaya yang ada di Indonesia membuat kekayaan negeri ini semakin diakui dunia. Pusat kepemimpinan Negara

Lebih terperinci

BAB II DATA DAN ANALISA

BAB II DATA DAN ANALISA BAB II DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Informasi yang terkumpul dan digunakan sebagai acuan untuk dalam tugas akhir ini didapat dari berbagai sumber, antara lain: Literatur Wawancara Dokumen Dan catatan

Lebih terperinci

Dampak Revolusi Industri dan Revolusi Sosial di Eropa Terhadap Perkembangan Arsitektur di Abad XVIII XIX Pertemuan 6 Gb.

Dampak Revolusi Industri dan Revolusi Sosial di Eropa Terhadap Perkembangan Arsitektur di Abad XVIII XIX Pertemuan 6 Gb. Matakuliah : SEJARAH ARSITEKTUR II Tahun : 2009 Dampak Revolusi Industri dan Revolusi Sosial di Eropa Terhadap Perkembangan Arsitektur di Abad XVIII XIX Pertemuan 6 Gb.1 / 9 : Judul Pertemuan 6.Gb.2 /

Lebih terperinci

PENGARUH REVOLUSI INDUSTRI TERHADAP PERKEMBANGAN DESAIN MODERN. Didiek Prasetya M.Sn

PENGARUH REVOLUSI INDUSTRI TERHADAP PERKEMBANGAN DESAIN MODERN. Didiek Prasetya M.Sn PENGARUH REVOLUSI INDUSTRI TERHADAP PERKEMBANGAN DESAIN MODERN Didiek Prasetya M.Sn Sejarah Perkembangan Desain Setelah Revolusi Industri Arts and Crafts Movement (1850-1900) Revolusi Industri yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Agama memiliki hubungan yang erat dengan kebudayaan. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Agama memiliki hubungan yang erat dengan kebudayaan. Banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama memiliki hubungan yang erat dengan kebudayaan. Banyak bangunan-bangunan megah yang sengaja dibangun oleh tangan-tangan manusia sebagai wujud berdiamnya Allah di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi bentuk kesenian keramik sampai saat ini. 1. Menurut The Concise Colombia Encyclopedia (1995) kata keramik berasal

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi bentuk kesenian keramik sampai saat ini. 1. Menurut The Concise Colombia Encyclopedia (1995) kata keramik berasal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah sebuah negara yang dikenal dengan keanekaragaman tradisi dan kebudayaan, salah satu keragaman yang dimiliki oleh Indonesia adalah tradisi pembuatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. sudah tersebar diseluruh dunia termasuk di Indonesia. Tembikar atau keramik atau porselen

BAB II LANDASAN TEORI. sudah tersebar diseluruh dunia termasuk di Indonesia. Tembikar atau keramik atau porselen BAB II LANDASAN TEORI Cina adalah Negara komunis yang terdiri dari hampir seluruh kebudayaan, sejarah dan geografis. Negara Cina memiliki banyak kebudayaan, namun salah satu kebudayaan yang paling terkenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semuanya memberikan nuansa tersendiri dan mampu memunculkan nilai estetis

BAB I PENDAHULUAN. semuanya memberikan nuansa tersendiri dan mampu memunculkan nilai estetis 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari hari penulis sering menjumpai taman. Taman merupakan sebuah areal yang berisikan komponen material keras dan lunak yang saling mendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan dapat diartikan sebagai keseluruhan yang kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, kesusilaan, hukum, adat, dan setiap kemampuan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN HOTEL INNA DIBYA PURI SEBAGAI CITY HOTEL DI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN HOTEL INNA DIBYA PURI SEBAGAI CITY HOTEL DI SEMARANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kota Semarang direncanakan menjadi pusat perdagangan dan industri yang berskala regional, nasional dan internasional. Kawasan Johar merupakan salah satu pusat perniagaan

Lebih terperinci