Hermansyah. Pendahuluan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Hermansyah. Pendahuluan"

Transkripsi

1 MANUSKRIP ACEH: REVITALISASI KEARIFAN MASYARAKAT ACEH DI ERA GLOBAL Hermansyah Pendahuluan Tahun 2004 menjadi titik balik Aceh berbenah dan bangkit dari keterpurukan. Pasca bencana alam (gempa-tsunami) dan bencana kemanusiaan (kon ik) menuntun adanya proses rehabilitasi dan rekonstruksi yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah, Indonesia dan pihak asing (luar negeri) dalam berbagai bidang turut menumbuhkan perekonomian dan sosial masyarakat Aceh dengan pesat. Proses itu tidak hanya fokus di infrastruktur, akan tetapi juga di bidang sosial keagamaan dan cagar budaya, serta mempengaruhi pola pikir dan cara pandang generasi sekarang. Sebagai daerah kaya potensi alam dan mewariskan nilai sejarah dan budaya masa lampau, Aceh bergulir dalam beragam cuaca politik dan kebijakan, mulai dari periode kesultanan, kolonial, hingga kemerdekaan Indonesia. Pergolakan dan peperangan panjang juga menghiasi tiga periode tersebut di Aceh, baik pertikaian internal, perang saudara, maupun kon ik vertikal dan horizontal. Akibatnya, cagar budaya dan kearifan masyarakat terkubur oleh bencana kemanusia tersebut, terlebih kekayaan alam dan kearifan musnah saat bencana alam terbesar terjadi di abad ke-21. Dampak dari bencana alam dan kemanusiaan di Aceh hampir pada seluruh aspek, sik dan non- sik, infrastruktur keras ataupun lunak yang melumpuhkan sistem edukasi, pengetahuan/informasi masyarakat, sosial keagamaan, ekonomi, politik dan lainnya. Kedua bencana tersebut tidak hanya menghancurkan sik gedung, akan tetapi juga sistem di masyarakat (infrastruktur lunak), seperti hancurnya gedung Pusat Dokumentasi dan Informasi Aceh (PDIA) beserta data, manuskrip, dan dokumen-dokumen lainnya di dalam gedung, belum lagi di koleksi pribadi masyarakat yang sama sekali belum terdata. Putusnya informasi dan warisan sebelumnya merupakan bencana bagi generasi selanjutnya terhadap nilai sejarah dan kearifan masyarakat sebelumnya. Sebagai warisan leluhur, manuskrip merupakan salah satu peninggalan yang banyak di Aceh dan dapat diperoleh di beragam kolektor saat ini. Naskah Kuno atau Manuskrip adalah dokumen dalam bentuk apapun yang ditulis dengan tangan atau diketik yang belum dicetak atau dijadikan buku tercetak yang berumur 50 tahun lebih (UU Cagar Budaya No. 5 Tahun 1992, Bab I Pasal 2). Dengan aturan tersebut, WACANA ETNIK, Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora. ISSN Volume 5, Nomor 1, April Halaman Padang: Pusat Studi dan Informasi Kebudayaan Minangkabau (PSIKM) dan Sastra WACANA Daerah ETNIK FIB Universitas Vol. 5 No.1 Andalas - 25

2 Hermansyah tidak sulit bagi Aceh untuk menentukan naskah kuno sebagai dokumen berharga. Faktanya, disebabkan minimnya sosialisasi yang dilakukan membuat masyarakat kurang mengerti status tersebut, khususnya di pedalaman Aceh. Perihal tersebut membuat banyak naskah di Aceh terpendam dalam gudang, sudut meunasah (balai), pondok dayah (pesantren), dan beragam tempat yang kurang layak untuk penyimpanan naskah. Setidaknya ada dua tipe para kolektor masyarakat, pertama; masyarakat mengoleksi naskah sebagai warisan keluarga sebelumnya. Kelompok pertama ini masih kuat memegang tradisi leluhur, petuah dan wasiat sebelumnya, sehingga naskah mendapat tempat mulia dan tidak dapat disentuh sembarangan, mereka juga mempercayai dengan menjaga warisan tersebut akan dijauhkan dari malapetaka dan bahaya alam. Tipe kedua para kolektor naskah yang menjadikan manuskrip sebagai barang antik untuk bisnis (perdagangan). Tradisi ini sudah berjalan sejak lama pada periode kolonial, dimana orang asing membayar upah menulis atau membelinya langsung dari masyarakat. Sedangkan pada saat ini, sebagian besar manuskrip dibeli oleh orang Malaysia dengan harga tinggi untuk disimpan di negaranya. Jika disadari warisan budaya tersebut merupakan kearifan masyarakat tempo dulu yang menunjukkan kekayaan khazanah bangsa, maka patut diwariskan untuk masa depan. Manuskrip merupakan salah satu warisan paling banyak di Aceh. Hal serupa juga terjadi di wilayah-wilayah sentra pengembangan Islam di Nusantara, jika dibandingkan dengan bentuk-bentuk peninggalan budaya material non-tulisan di Indonesia, seperti candi, istana, masjid, dan lain-lain, jumlah peninggalan budaya dalam bentuk naskah jelas jauh lebih besar (Ikram 1997: 24). Dengan kekayaan informasi dan ilmu yang terpendam, naskah juga menyimpan makna dan dimensi yang sangat luas karena merupakan produk dari sebuah tradisi panjang yang melibatkan berbagai sikap budaya masyarakat dalam periode tertentu (Baried 1994: 2). Apabila dijumlahkan seluruh naskah aksara Jawi berbahasa Aceh, Arab dan Melayu di seluruh skriptorium (koleksi) naskah, baik yang berada di dalam maupun di luar negeri, maka tidak kurang dari ribuan teks naskah otoritaf (original) dan salinannya. Teks naskah otoritatif mungkin sangat sulit ditemukan pada karya kitab-kitab naskah kuno di Aceh, mayoritas yang ditemukan sekarang adalah salinannya, kecuali surat-surat berharga dan sarakata yang masih tersimpan baik dan rapi di museum dan para kolektor. Namun, terlepas dari itu semua, warisan yang sampai sekarang patut diapresiasi masa mendatang bukan untuk diabaikan dan dimusnahkan dengan regulasi-regulasi yang tidak mendukung terhadap pelestarian warisan akibat kepentingan politik ataupun era globalisasi, seperti peleburan Museum Aceh ke dalam subbidang Dinas Budaya dan Pariwisata (Disbudpar), atau alih fungsi gedung Pusat Dokumentasi dan Informasi Aceh menjadi Rumah Sakit Gigi dan Mulut merupakan langkah yang tidak mendukung dalam pelestarian warisan budaya dan menghilangkan nilai sejarah gedung itu sendiri beserta isi dan fungsinya WACANA ETNIK Vol. 5 No.5

3 Preservasi Naskah di Aceh Di era orde baru dan awal reformasi, perhatian terhadap pelestarian naskah belum memadai dikarenakan beberapa faktor, antaranya situasi politik Aceh dengan kon ik vertikal berkepanjangan, ternyata banyak mempengaruhi ke sektor lain, termasuk pendidikan, budaya dan penelitian keilmuan. Faktor lainnya yang mempengaruhi lemahnya regulasi pemerintah terhadap pelestarian warisan tulis adalah minimnya sumber daya manusia (SDM) di Aceh. Akibatnya, pengetahuan seputar ilmu lologi dan pernaskahan (manuskrip) tidak diketahui oleh banyak orang, termasuk pelajar dan para pewaris manuskrip itu sendiri. Sebenarnya, program kegiatan pemeliharaan (preservation) sudah dikenal sejak dahulu, dan pasca gempa-tsunami 2004 terus tumbuh berkembang dalam dunia pernaskahan Aceh, preservasi masa mendatang dapat meliputi; Inventarisasi naskah, Katalogisasi, Restorasi naskah, Digitalisasi naskah, Database (pangkalan data), dan Tipologi kajian (analisis) teks, naskah serta kajian kontekstual. Sebahagiannya sudah dilakukan secara berkelanjutan, walaupun belum ada prioritas kebijakan terhadap program-program tersebut, sehingga belum ada sinerginitas antara satu lembaga dengan lainnya. Secara periodik, perhatian terhadap preservasi naskah di masyarakat dapat dipilah menjadi dua bagian sesuai dengan situasi dan kondisi Aceh, yaitu pra dan pasca bencana alam dan bencana kemanusiaan. Hal itu untuk memudahkan melihat regulasi pemerintah dan perhatian masyarakat terhadap kearifan dan pengetahuan untuk merevitalisasi pengetahuan budaya dan kultur masa lalu dengan konteks sekarang dengan jumlah ribuan naskah di Aceh. Akumulasi angka tersebut tentu akan mencapai jumlahnya jika dirunut sebelum tragedi gempa dan tsunami Aceh-Nias pada 26 Desember 2004 atau sesudahnya. Hingga sebelum tragedi bencana dunia tersebut, Aceh memiliki beberapa lembaga yang mengoleksi naskah-naskah Jawi (Bahasa Aceh dan Melayu) dan Arab, seperti di Museum Negeri Aceh, Pusat Dokumentasi dan Informasi Aceh (PDIA), Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional, Yayasan Pendidikan dan Museum Ali Hasjmy (YPAH) berlokasi di Banda Aceh. Zawiyah Tanoh Abee di Seulimuem, Aceh Besar, dan Dayah Awee Geutah, Bireuen. Selain di Aceh, naskah-naskah kuno juga tersimpan di luar Aceh, koleksi terbanyak di Perpustakaan Nasional RI (PNRI) Jakarta. Menurut T.E Behrend (1998) dalam katalognya, jumlah naskah koleksi PNRI mencapai 9870 naskah berbagai bahasa pada tahun 1996, dan yang dimikro lmkan sekitar 4621 teks naskah, atau sekitar halaman, yang menghabiskan 859 rol micro lm. Dari jumlah tersebut, naskah berbahasa Aceh yang terdata di PNRI sekitar 73 naskah dalam subkoleksi Verschillende Talen (VT) dan puluhan dalam subkoleksi lain, dan 594 naskah Jawi dalam koleksi Melayu (ML). Jumlah tersebut tidak termasuk naskah yang diperoleh PNRI pasca gempa-tsunami 2004 dari masyarakat Aceh. Mengenai jumlah naskah Melayu, Ismail Husein (1974) pernah mengemukakan angka 5.000, Chambert-Loir (1980) menyebut 4.000, dan Russel Jones sampai pada angka (Mulyadi, 1994). Sedangkan di luar negeri, naskah Aceh dan Jawi tersimpan rapi di hampir WACANA ETNIK Vol. 5 No.1-27

4 Hermansyah seluruh Negara. Dan, Belanda, Malaysia dan Inggris menjadi tempat paling banyak dan lengkap yang menyimpan manuskrip Aceh-Melayu. Di Malaysia, terdapat di beberapa tempat, (Perpustakaan Negara Malaysia (PNM), Dewan Bahasa dan Pustaka), Belanda (Amsterdam, Arnhem, Leiden Library University, Universiteitsbibliotheek, Rotterdam, Utrecht, Den Haag), Belgia (Antwerpen), Inggris (British University, Manchester). Kemudian, menyusul negara Brunai Darussalam, Australia, Amerikat Serikat, Perancis, India, Afrika Selatan, Austria, Belgia, Ceko- Slovakia, Denmark, Hongaria, Irlandia, Italia, Jerman, Mesir, Norwegia, Polandia, Rusia, Singapura, Spanyol, Srilangka, Swiss, Turki, dan Thailand. (Chambert-Loir, 1999) Di Aceh, tahun 2004 menjadi bencana besar bagi dunia pernaskahan Aceh dan Melayu, karena beberapa gedung lembaga yang menyimpan naskah hancur akibat terjangan tsunami dan goyangan gempa. Di antaranya adalah gedung PDIA dan Balai Perpustakaan Daerah Aceh (BPDA), seluruh koleksi dua lembaga tersebut hilang dan hancur. Di PDIA misalnya, ada sekitar 82 naskah yang hanyut dibawa tsunami, dan tidak diperoleh satupun sik naskah, padahal beberapa judul naskah langka dan sangat sulit diperoleh variannya, seperti Kasyf an-nuqab an Nuzhat at- Thullab karya Abdurrauf al-fansuri, Salasilah Tok Abdul Jabar bin Tok Usman ditulis oleh Usman bin Dato Abdul Hamid, Kurrasat an-nur Tgk Haji Ahmad Nurdin Hana, dan Hikayat Asai Padee (Hikayat Asal Padi). Namun sebaliknya, kesadaran kembali ke pada warisan leluhur dan melestarikannya muncul pasca bencana tersebut. Di antaranya preservasi, inventarisasi, katalogisasi, dan digitalisasi. Inventarisasi tersebut biasanya menghasilkan daftar koleksi naskah atau katalog, beberapa usaha katalogisasi sudah ditempuh di Nusantara (Melayu-Indonesia) sejak pertengahan abad ke-20, di antara yang terpenting dapat disebut Hooyka dkk. 1950, Chambert-Loir 1980 (Katalog Naskah Melayu), van der Molen 1984 (Katalog Naskah Jawa), Ibrahim bin Ismail 1986 (Katalog Naskah Asia Tenggara), Tol 1993 (Katalog Naskah Islam). Nicholas Heer juga telah mencantumkan daftar katalog berbahasa Melayu A List Of Malay Manuscript Catalogues, sedikitnya terdapat 41 katalog Naskah Jawi yang dapat dimanfaatkan. Katalog saban hari semakin lengkap dan sistematis. Beberapa di antaranya sangat bagus dan terperinci yang dapat memberikan informasi kepada peneliti dan pelajar, seperti Siri Bibliogra Manuskrip (PNM, Kuala Lumpur), dan T.E Behrend Katalog Induk Naskah-naskah Nusantara (Jakarta). Lima katalog telah terbit dalam seri yang kedua ( 1990 & 1998, 1994, 1997, dan 1999). Pasca 2004, geliat inventarisasi naskah di Aceh semakin berkembang, termasuk di dalamnya penyusunan katalog buku dan online, sehingga jumlah naskah mencapai 4000 buah naskah. Tumbuhnya kesadaran tersebut juga dialami di kalangan masyarakat Aceh dalam melestarikan warisannya, sebagaimana disinggung di atas terhadap tipe para kolektor di masyarakat yang mulai beralih fungsi. Beberapa lembaga penyimpan manuskrip Aceh terdiri dari lembaga pemerintahan, swasta dan koleksi personal, yaitu; 1. Museum Negeri Aceh (MNA) yang didirikan pada tahun 1915, dan diresmikan 28 - WACANA ETNIK Vol. 5 No.5

5 sebagai MNA pada tanggal 1 September Identi kasi pertama kali dilakukan pada tahun Kegiatan tersebut menghasilkan identi kasi teks sebanyak 51 judul. Tahun 1983 sebanyak 150 naskah, kemudian katalog Identifkasi 1985, 1987, 1988, , 1992 (6 katalog Identi kasi) mendaftarkan 362 judul teks naskah. Memasuki awal abad ke-21 hingga gempa-tsunami (2004), koleksi MNA bertambah menjadi 1200 naskah. Dan, selanjutnya pasca bencana tersebut, MNA menambah koleksinya, termasuk naskah hibah dari BRR, sehingga berjumlah naskah. Naskah tersebut terus bertambah jumlahnya seiring dengan program preservasi dan pembelian di masyarakat hingga tahun Zawiyah Tanoh Abee terletak di Seulimum Aceh Besar, sebagai salah satu pusat scriptorium dan museum manuskrip sejak abad ke-17 M hingga saat ini. Perkembangan dan peranan zawiyah ini diketahui dari silsilah tarekat Syattariyah yang berbeda a liasi dengan Abdurrauf al-fansuri (w. 1693) di Banda Aceh. Peranannya tersebut tidak hanya menjadi pengoleksi naskah, tetapi juga terlibat dalam penulisan, penyalinan, pembukuan dan restorasi naskah secara turun-temurun, dan menggapai puncaknya sejak masa Syekh Abd Al-Rahim kakek dari Syekh Abd al-wahab (Tgk Tanoh Abee, w. 1894) hingga Tgk Abu M. Dahlan Al-Fairusy al-baghdady (Abu Taboh Abee, ). Koleksi naskah Tanoh Abee menurut Wan Ali (1993) sekitar naskah, terdiri dari 900 naskah berbahasa Melayu, dan selebihnya berbahasa Arab. Penyusunan katalog naskah Tanoh Abee sudah ditempuh beberapa kali, Wamad Abdullah & Tgk. Abu M. Dahlan al-fairusy (1980) telah menyusun Katalog Naskah Tanoh Abee sebanyak 400 naskah. Dalam kata pengantarnya, pustaka ini masih menyimpan lebih dari 900 buah manuskrip, edisi pertama berjumlah 400 naskah, dan selebihnya disebut dalam katalog yang diperikan oleh Zunaimar & M. Dahlan al-fairusy (1993). Terbaru, Katalog Naskah Dayah Tanoh Abee diluncurkan pada Juli 2010, dalam rangka rekonstruksi budaya Aceh pasca gempa dan tsunami tahun 2004, tergabung dalam tim yang disponsori oleh The Centre for Documentation & Area-Transcultural Studies (C-DATS) Tokyo University of Foreign Studies (TUFS), Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Manassa), Pusat Kajian Pendidikan dan Masyarakat (PKPM) Aceh, dan Dayah Tanoh Abee sendiri, penelitian lapangan dan pengumpulan data telah berjalan sejak tahun Adapun jumlah naskah yang berhasil diperikan dalam katalog terbitan C-DATS Tokyo, sebanyak 280 bundel naskah yang terdiri dari 367 teks. Jumlah naskah dalam katalog ini lebih sedikit dari susunan katalog sebelumnya, walaupun memiliki kelebihan dalam mendeskripsi naskah. Namun demikian, setiap katalog memiliki keunikan dan keunggulan masingmasing. 3. Museum Yayasan Pendidikan Ali Hasjmy (YPAH) didirikan oleh Prof. Dr. WACANA ETNIK Vol. 5 No.1-29

6 Hermansyah Ali Hasjmy pada tanggal 15 Januari 1991, seorang intelektual Aceh, yang juga budayawan, negarawan, dan cedekiawan terkemuka pada masanya. Mantan Gubernur Aceh ( ) telah menghasilkan sekitar 57 karya tulis dalam berbagai bidang (sejarah, sastra, agama, politik dan hukum). YPAH mengoleksi dokumen-dokumen penting dan barang berharga, di antara koleksi YPAH yang sangat berharga adalah naskah kuno (manuskrip). Pada tahun , pengurus YPAH pernah melakukan inventarisasi pada sebagian koleksinya, namun penerbitan katalog hanya terbatas pada lingkungan internal, dan belum dipublikasikan secara meluas. Seiring dengan perkembangan peranan YPAH dalam mengumpulkan naskah-naskah kuno dari masyarakat, sehingga sebagian naskah belum tercantum. Usaha katalog berikutnya dilakukan pada tahun atas kerjasama beberapa lembaga YPAH, PPIM, Manassa, TUFS, C-DATS dan PKPM. Dari hasil kegiatan tersebut diperoleh data YPAH menyimpan 232 bundel naskah dengan 314 teks (Oman & Munawir: 2007) 4. Pusat Dokumentasi dan Informasi Aceh (PDIA) berdiri pada tahun 1976 dan diresmikan dua tahun kemudian, lembaga ini hasil kerjasama Pemda Aceh dengan Universitas Syiah Kuala dan Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde (KITLV/ The Royal Netherlands Institute of Southeast Asian and Caribbean Studies) yang ikut memberi sumbangan copyan buku-buku koleksi Belanda periode Kolonial, selain itu terdapat beberapa koleksi buku dan manuskrip dari internal PDIA sendiri. Koleksi PDIA tahun 1988 tercatat ada 66 naskah agama dan 23 hikayat. Dan Ali menyertakan 70 naskah berbahasa Melayu, Aceh dan Arab (Ali: 1993). Hingga 2004, seluruh koleksi di PDIA musnah akibat gempa-tsunami, menurut Rusdi Su (red. Pimpinan PDIA) lebih dari ratusan manuskrip, arsip penting Belanda dan surat-surat bersejarah hilang. Namun dari list data yang diperoleh ada 82 naskah yang hancur. Pasca bencana, Badan Rekonstruksi dan Rehabilitasi (BRR) Aceh-Nias membangun kembali gedung PDIA di lahan yang sama. Kini, beberapa dokumen dan le- le penting diperoleh dari sumbangan Stiching Peutjut Fond, Belanda, File dokumen dari KITLV, restorasi dokumen akibat tsunami kerjasama dengan Jepang. 5. Koleksi Pribadi 1. Tarmizi A Hamid, Banda Aceh; mulai mengoleksi naskah sejak tahun Menurutnya, jumlah koleksinya sampai saat ini mencapai sekitar 482 teks naskah. Jumlah tersebut menunjukkan paling banyak koleksi pribadi dari beberapa kolektor lainnya. Namun, seluruh koleksinya belum dikatalogkan dan diinventarisir. Dan sejauh ini hanya pada tahap restorasi naskah sebanyak 102 naskah selama dua tahap (2010 dan 2011) yang dilakukan oleh PKPM bekerjasama dengan Pemda Aceh. 2. Harun Geuchik Leumik, Banda Aceh; sebagai pengoleksi benda kuno, 30 - WACANA ETNIK Vol. 5 No.5

7 ia juga mengoleksi manuskrip sebanyak 26 buah dan telah direstorasi, sebagian besar mushaf Al-Qur an. Akan tetapi, semua koleksinya belum diinventarisir dan belum disusun katalognya. 3. Samsul Anwar, Banda Aceh; Ia mengoleksi naskah sebanyak 180 naskah. Di antaranya hanya 63 naskah yang direstorasi, dan 20 di antaranya digitalisasikan. Seluruh kegiatan tersebut juga dilaksanakan oleh PKPM. 4. Syahrial bin Zainun Idris (Alm) Aceh Besar; Selain keluarga Tanoh Abee yang memiliki koleksi terbanyak di wilayah Aceh Besar. Keluarga Syahrial bin Zainun Idris juga mengoleksi banyak naskah, Zainun Idris (w. 2007) telah mengoleksi 51 naskah. Setelah ia wafat, ia mewariskan kepada anaknya Syahrial, selain koleksinya yang diperoleh dari masyarakat sebanyak 180 naskah. Sehingga jumlah seluruhnya sebanyak 231 naskah, ia menginventarisir secara pribadi dan belum dikatalog dan direstorasi. 5. Tgk Adnan Hasyim, Lambirah, Aceh Besar; Memiliki 20 naskah yang telah direstorasi dan digitalisasi oleh PKPM. 6. Hasballah Teupin Raya, Pidie; Ia banyak mengoleksi manuskrip, walaupun dalam catatan PKPM hanya 30 naskah yang telah diperbaiki kerusakannya. Menurut data daftar Lektur Litbang Jakarta yang dilakuakn oleh Fakhriati melebihi dari 100 naskah jumlahnya. Sampai saat ini belum terdata dengan akurat berapa jumlah naskah koleksinya. 7. Dayah Tgk Syik Awee Geutah, Bireuen; Koleksi di Dayah Awee Geutah dimulai sejak turun temurun dari keluarganya, dan dari masyarakat sekitar hingga berjumlah 52 naskah. Keseluruhannya telah direstorasi, namun belum ada katalog. 8. Koleksi masyarakat di Aceh Besar dan Pidie yang sudah diinventarisir oleh Fakhriati sebanyak 400 naskah pada tahun Preservasi naskah-naskah sudah dilakukan sebelum gempa-tsunami 2004, walaupun sebagian besar secara tradisional dengan media lokal dan sederhana, termasuk tradisi penyalinan ulang seperti di Zawiyah Tanoh Abee. Preservasi itu sendiri pada dasarnya adalah upaya mempertahankan sumberdaya kultural dan intelektual agar dapat digunakan sampai batas waktu yang selama mungkin. Secara loso s, sebenarnya semua sumberdaya yang mengandung nilai kultur dan intelektual dari masa lampau harus selalu tersimpan dengan baik, sehingga di masa kini dan mendatang kita selalu dapat melacak kembali apa saja yang sudah dikerjakan, dipikirkan, didiskusikan oleh peneliti khususnya, atau masyarakat pada umumnya. Pada abad ke-21 seiring berkembang teknologi dan keterbukaan akses dengan luar, preservasi naskah-naskah Aceh juga semakin beragam, mulai dari restorasi, digitalisasi hingga publikasi online. Preservasi tidak terbatas pada sik naskah, melainkan juga teks naskah. Pelestarian isi naskah dapat dilakukan jika sik naskah memadai dengan digitalisasi, katalogisasi, dan riset, disalin (ditulis ulang), dialih aksarakan, dan diterjemahkan. Dua lembaga asing, antaranya dari Tokyo University WACANA ETNIK Vol. 5 No.1-31

8 Hermansyah of Foreign Studies (TUFS) Jepang fokus terhadap restorasi dan katalogisasi naskah, dan dari Leipzig University Germany yang fokus pada digitalisasi (scanner) naskah di Museum Negeri Aceh. Manuskrip Aceh pada Era Modern Periode ini, manuskrip memiliki dimensi penting yang menjadi tradisi dan budaya untuk dilestarikan manuskrip di tengah-tengah masyarakat Aceh. Para pemilik manuskrip menyimpannya sebagai sesuatu yang berharga dan membawa berkah, meskipun sebagian mereka tidak memahami isinya, bahkan tidak dapat membaca tulisan di dalamnya. Mereka menganggap manuskrip sebagai sesuatu yang dapat memberi makna mistis dan menghubungkan nilai historis dalam kehidupan mereka. Dengan menyimpan manuskrip, baik warisan ataupun bukan, maka kehidupan dapat berkah dan terdindar dari malapetaka bencana, seperti gempa bumi, wareeh (penangkal hama). Merujuk kepada kandungan isi manuskrip dan pengetahuan lisan, maka hal tersebut dapat menjauhkan mereka dari bencana tersebut, setidaknya penanganan saat bencana. Sebelumnya, pemilik naskah dan masyarakat umumnya kurang memberi perhatian terhadap manuskrip, hal tersebut terlihat dari cara mereka memperlakukan lembaran-lembaran manuskrip yang berserakan akan dibakar, atau bundel manuskrip akan disimpan yang kurang layak dan tidak sesuai, seperti dalam karung, peti, loteng rumah atau meunasah (balai), atau memindahkantangankan kepada pihak lain dengan cara barter. Hal ini (barter) untuk menghindari istilah menjual manuskrip yang dianggap kurang tepat dan mendatangkan hal-hal kurang baik. Akan tetapi, pada saat ini ada pergeseran paradigm positif di Aceh, seseorang atau masyarakat yang menyimpan dan memiliki manuskrip dianggap sebuah kebanggaan dan memiliki strata lebih dari masyarakat awam. Hal tersebut dapat dilihat pada beberapa kolektor manuskrip yang mendapat apresiasi sosial di tengah-tengah masyarakat. Hal tersebut juga didorong oleh kepedulian mereka dalam merawat dan memelihara manuskrip itu sendiri daripada menjualnya ke luar negeri. Konsep bisnis (jual-beli) sik naskah kian berubah menjadi kerjasama program yang memberikan keuntungan kedua belah pihak. Perubahan tersebut lahir dari kedewasaan pengetahuan masyarakat terhadap warisan budaya leluhur setelah satu dawasarsa pasca bencana alam dan kemanusiaan telah memusnahkan banyak hal. Pemerintah dan masyarakat menyadari nilai budaya kering dari sisi loso s dan historis, sehingga memunculkan semangat untuk pelestarian warisan budaya, seperti hadirnya komunitas peduli terhadap warisan sejarah dan budaya Aceh, termasuk peninggalan artefak dan manuskrip. Sisi lain, peran pemerintah pasca rehab-rekon bencana Aceh dalam mengapresisasi manuskrip (benda cagar budaya) dengan beberapa program yang memberikan informasi dan manfaat masyarakat telah mengubah cara pikir masyarakat dan para kolektor dalam pemeliharaan manuskrip. Secara politisasi, regulasi pemerintah Aceh diharapkan mampu mendongkrak 32 - WACANA ETNIK Vol. 5 No.5

9 kesadaran masyarakat Aceh dalam melestarikan dan merawat manuskrip sebagai salah satu kearifan masyarakat belum terwujud. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa qanun dan aturan kelembagaan daerah Aceh yang belum sinergi dengan sejarah dan catatan-catatan dalam manuskrip, misalnya persoalan Wali Nanggroe (WN) sebagai lembaga tertinggi adat pemerintahan, atau perosalan lambang dan bendera Aceh yang menuai pro-kontra dan dianggap tidak mewakili sejarah Kesultanan Aceh sesuai dengan sumber-sumber primer. Awalnya, kedua klousul tersebut diharapkan mampu menunjukkan citra sejarah dan aroma kekhasan Aceh, identitas tersebut dapat ditemui dalam beberapa sumber primer (manuskrip) Aceh periode kesultanan dan dokumen Belanda yang tersimpan di Leiden. Persoalan lainnya yang terjadi di kelembagaan pemerintahan Aceh terkait konsep implementasi syariat Islam. Penerapan syariat Islam yang dianggap setengah hati untuk merespon otonomi khusus dan kon ik vertikal dengan terbitnya Qanun No 10 Tahun Penerapan tersebut bukan untuk pertama kalinya di Aceh, pada tahun 1968 juga pernah diterbitkan peraturan daerah Propinsi Daerah Istimewa Aceh No. 6/1968 tentang Ketentuan Pokok Pelaksanaan Unsur-unsur Syariat Islam sebagai respon terhadap gerakan Darul Islam (DI/TII) yang dipimpin oleh Tgk M. Daud Beureueh di Aceh antara tahun Konteks dan konsep penegakan syariat Islam juga pernah mencuat periode kolonial Belanda dalam naskah Tazkirat ar-raqidin an al-jihad li-ahl Aceh, dan periode Kesultanan Aceh dalam beberapa hikayat Aceh. Periode terakhir inilah khususnya periode Sultan Iskandar Mudayang diimpikan oleh banyak orang dan disebut-sebut dalam hikayat lisan, walaupun kemudian belum ada konsep yang jelas terhadap penerapan tersebut. Proses revitalisasi sebuah kawasan mencakup perbaikan aspek sik, aspek ekonomi dan aspek sosial. Revitalisasi sendiri bukan sesuatu yang hanya berorientasi pada penyelesaian keindahan sik saja, tapi juga harus dilengkapi dengan peningkatan ekonomi masyarakatnya serta pengenalan budaya yang ada. Hal tersebut tergambarkan dalam Naskah Bustān as-salā īn yang mengungkapkan topogra periode Kesultanan Aceh Darussalam, yang kini berada di wilayah di Banda Aceh, Mesjid Baitul Musyahadah, Taman Putro Phang, dan Mesjid Baiturrahman. Selain itu, Bustān as-salā īn mengungkapkan situs (titik) tempat-tempat bersejarah dan menjadi tur (tour) Sultan tempo dulu, termasuk Sultan Iskandar Tsani (w M) sebagaimana yang disebut dalam naskah karya Nuruddin ar-raniry dijadikan sebagai wisata sejarah dan wisata religi. Upaya melestarikan kultur budaya masyarakat Aceh yang selama ini sudah berlaku, dan beberapa tradisi lokal yang dilakukan secara bersama-sama (bergotong royong) di kampung dapat dihubungkan dengan tradisi leluhurnya, yang selama ini dianggap tidak tertulis (terekam) misalnya, tradisi peusijuek (menepung tawari), peudong rumoh (membangun rumah), peugot peuraho (membuat perahu), pula padee (menanam padi), menanam pohon, menebang kayu/hutan, dan sebagainya. Ternyata tradisi tersebut terekam dalam manuskrip Aceh, di mana sikap sosialita manusia dan alam selalu terjalin (berhubungan) dengan Yang Maha Kuasa. Sikap menghargai alam dan menghormati sesama di seluruh aspek mampu menumbuhkan WACANA ETNIK Vol. 5 No.1-33

10 Hermansyah kerukunan antar sesama, dan dapat memberikan keberkahan dari Sang Khalik. Bidang wisata sejarah dan wisata religi dianggap sebagai solusi untuk meningkatkan investor asing. Selama ini, wisata alam dan pemanfatan sumber alam selalu memunculkan sikap negatif dan kontradiktif dari masyarakat setempat, ataupun dari kelompok tradisionalis. Oleh karena itu, untuk muatan edukasi terhadap pariwisata tersebut adalah sumber-sumber cagar budaya dapat dijadikan sebagai sentral informasi dan edukasi kepada pengunjung, pengenalan sejarah, tokoh (biogra ), tempat, dan sosial budaya merupakan ciri khas yang tidak dimiliki di daerah lainnya. Sebagaimana disebutkan konsep revitalisasi adalah upaya untuk memvitalkan kembali suatu kawasan atau bagian kota yang dulunya pernah vital/ hidup, akan tetapi kemudian mengalami kemunduran/degradasi. Skala revitalisasi ada tingkatan makro dan mikro. Proses revitalisasi sebuah kawasan mencakup perbaikan aspek sik, aspek ekonomi dan aspek sosial. Pendekatan revitalisasi harus mampu mengenali dan memanfaatkan potensi lingkungan (sejarah, makna, keunikan lokasi dan citra tempat) (Danisworo, 2002). Aceh, pernah berada pada puncaknya sebagai sentral perdagangan dan keagamaan di wilayah Melayu- Nusantara beberapa dekade (15-18 M), dan kemudian mundur di pertengahan abad ke-19 M. Upaya sosialisasi pemerintah daerah bekerja sama dengan lembaga terhadap pemilik, pewaris dan kolektor pribadi naskah dengan mengikat kerjasama kepemilikan naskah, termasuk pemiliknya untuk mampu memelihara dan merawat naskah. Pada hakikatnya, keberadaan (status) mereka mereka tidak berbeda dengan staf di museum, badan arsip ataupun perpustakaan yang merawat dokumendokumen lama. Pemberian beasiswa di perguruan tinggi kepada anak-anaknya di bidang kajian manuskrip ( lologi) merupakan salah satu langkah untuk mewarisi ilmu pernaskahan dan kepedulian terhadap manuskrip, karena salah satu faktor stagnansi di Aceh adalah langkanya sumber daya manusia di bidang tersebut. Dengan demikian, secara tidak langsung pemerintah telah menyelamatkan teks dan sik naskah serta menghentikan jual-beli naskah ke luar negeri dengan alasan perekonomian. Penutup Revitalisasi manuskrip merupakan proses, cara, dan atau perbuatan untuk menghidupkan atau menggiatkan kembali berbagai program kegiatan yang dapat disinergikan dengan kontekstual, baik di dalam program instansi pemerintahan, lembaga pendidikan, dayah (pesantren) maupun masyarakat awam (grassroot). Di mana upaya itu untuk menumbuhkan nilai loso dan histori yang selama ini dianggap budaya dan tradisi kering maknanya. Oleh karena itu generasi modern menanggalkan kultur budaya dan tradisi leluhur yang pernah berkembang, dipengaruhi budaya luar terutama pasca rehab-rekon selama satu dasawarsa terakhir. Revitalisasi membangkitkan kembali vitalitas yang pernah membangkitkan semangat pengetahuan, kearifan dan keagamaan di Aceh, dengan merujuk kepada sumber-sumber primer yang telah dirancang oleh para 34 - WACANA ETNIK Vol. 5 No.5

11 leluhur tanpa menanggalkan konteks zaman modern. Kolaborasi tersebut dapat diraih dengan melibatkan para aktor intelektual, kolektor naskah, tokoh masyarakat dan terutama pemerintah. Manuskrip Aceh menjadi salah satu alternatif (solusi) dalam menjawab problemalitas Aceh saat ini di semua lini dengan mengedepankan sisi islami, humanis, dan kearifan pengetahuan masyarakat. Daftar Pustaka Achadiati Ikram, Filologia Nusantara, Jakarta: Pustaka Jaya Henri Chambert-Loir. Panduan Naskah-Naskah Indonesia Sedunia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, Henri Chambert-Loir & Oman Fathurahman, Khazanah Naskah; Panduan Koleksi Naskah-naskah Indonesia Sedunia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, Hermansyah, Memburu Naskah Kuno; Di Mana Manuskrip Aceh Tersimpan? Diakses 20 Juni 2014 Mohd. Shaghir Abdullah, Khazanah Karya Pusaka Asia Tenggara. Kuala Lumpur: Khazanah Fathaniyah, Mohammad Danisworo & Widjaja Martokusumo (2000), Revitalisasi Kawasan Kota Sebuah Catatan dalam Pengembangan dan Pemanfaatan Kawasan Kota. Diakses 22 Maret 2014 Oman Fathurahman & Munawir Holil, Katalog Naskah Ali Hasjmy Aceh; Catalogue of Aceh Manuscripts: Ali Hasjmy Collection. Jakarta: YPAH, PPIM UIN Jakarta, Manassa, C-DATS, TUFS, 2007 Oman Fathurahman, dkk, Katalog Naskah Dayah Tanoh Abee Aceh Besar, Jakarta: C-DATS, 2010 Siti Baroroh Baried, dkk., Pengantar Teori Filologi. Yogyakarta: Badan Penelitian dan Publikasi Fakultas (BPPF) Seksi Filologi Fak. Sastra Universitas Gadjah Mada T.E. Behrend, [ed.]. Katalog Induk Naskah-naskah Nusantara Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, Jil. 4. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia-Ecole française d Extrême-Orient, Wamad Abdullah & M. Dahlan al-fairusy, Katalog Manuskrip Perpustakaan Pesantren Tanoh Abee (Buku I), Banda Aceh: PDIA, Wan Ali Hj Wan Mamat, Pengesanan dan Pendokumentasian Manuskrip Melayu di Sumatera, Indonesia, Jurnal Filologi Melayu, 2, Zunaimar & M. Dahlan al-fairusy, Katalog Manuskrip Perpustakaan Pesantren Tanoh Abee (Buku II), Banda Aceh: PDIA, WACANA ETNIK Vol. 5 No.1-35

TINJAUAN BUKU. * Peneliti Islamic Manuscripts Unit (ILMU) PPIM UIN Syarif Hidayatullah

TINJAUAN BUKU. * Peneliti Islamic Manuscripts Unit (ILMU) PPIM UIN Syarif Hidayatullah TINJAUAN BUKU Fathurahman, Oman (Penyusun Utama), Aoyama, Toru (Penyunting Utama) (2010). Katalog Naskah Dayah Tanoh Abee, Aceh Besar. Komunitas Bambu, TUFS Tokyo, PPIM UIN Jakarta, Manassa, PKPM Aceh,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepulauan Nusantara yang terletak di kawasan Asia Tenggara sejak kurun waktu yang cukup lama memiliki peradaban dan kebudayaan tinggi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti kebudayaan Minang, Sumba, Timor, Alor dan lain-lain). Dalam Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. seperti kebudayaan Minang, Sumba, Timor, Alor dan lain-lain). Dalam Ilmu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia dibangun dari berbagai kebudayaan dan berbagai etnis, yang berbeda kualitas dan kuantitasnya. Setiap etnis (kebudayaan-kebudayaan lokal seperti kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Butir-butir mutiara kebudayaan Indonesia pada masa lampau sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Butir-butir mutiara kebudayaan Indonesia pada masa lampau sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Butir-butir mutiara kebudayaan Indonesia pada masa lampau sebagai warisan kebudayaan para leluhur antara lain terdapat di dalam berbagai cerita lisan, benda-benda,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra tulis terdiri dari dua bentuk, yaitu karya sastra tulis yang berbentuk

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra tulis terdiri dari dua bentuk, yaitu karya sastra tulis yang berbentuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra Indonesia terdiri dari karya sastra lisan dan karya sastra tulis. Karya sastra tulis terdiri dari dua bentuk, yaitu karya sastra tulis yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perpustakaan umum. Perpustakaan umum merupakan tempat atau lokasi yang

BAB I PENDAHULUAN. perpustakaan umum. Perpustakaan umum merupakan tempat atau lokasi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat merupakan perpustakaan umum. Perpustakaan umum merupakan tempat atau lokasi yang menghimpun koleksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Naskah kuno merupakan warisan budaya masa lampau yang penting dan patut

BAB I PENDAHULUAN. Naskah kuno merupakan warisan budaya masa lampau yang penting dan patut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Naskah kuno merupakan warisan budaya masa lampau yang penting dan patut dilestarikan. Kita juga perlu mempelajarinya karena di dalamnya terkandung nilainilai luhur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan gugusan pulau dan kepulauan yang memiliki beragam warisan budaya dari masa lampau. Kekayaan-kekayaan yang merupakan wujud dari aktivitas-aktivitas

Lebih terperinci

Daftar Pustaka (1992). Sastra Perang: Sebuah Pembicaraan mengenai Hikayat Perang Sabil. Jakarta: Balai Pustaka.

Daftar Pustaka (1992). Sastra Perang: Sebuah Pembicaraan mengenai Hikayat Perang Sabil. Jakarta: Balai Pustaka. Daftar Pustaka Naskah Syair Bintara Mahmud Setia Raja Blang Pidier Jajahan, NB 108. Perpustakaan Nasioanal Republik Indonesia. Buku Abdullah, Taufik. (1990). Sejarah Lokal di Indonesia. Yogyakarta: Gajah

Lebih terperinci

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 12 TAHUN 2004 TENTANG KEBUDAYAAN ACEH BISMILLAHIRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 12 TAHUN 2004 TENTANG KEBUDAYAAN ACEH BISMILLAHIRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA QANUN NOMOR 12 TAHUN 2004 TENTANG KEBUDAYAAN ACEH BISMILLAHIRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR, Menimbang : a. bahwa untuk memenuhi maksud dari pelaksanaan Undang-undang Nomor 44

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Sebuah manuskrip dalam aksara Latin yang berjudul Tjajar Sapi berisi tentang

BAB I PENDAHULUAN Sebuah manuskrip dalam aksara Latin yang berjudul Tjajar Sapi berisi tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkembangnya aksara Latin pada awal abad ke-20 secara perlahan-lahan menggeser penggunaan aksara Arab-Melayu di Nusantara. Campur tangan bangsa Eropa (Belanda) dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Koentjaraningrat mengatakan bahwa kata budaya berasal dari bahasa Sanksekerta budhayah yang berasal dari bentuk jamak kata budhi yang berarti budi dan akal. Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rahmat Allah SWT karena leluhur kita telah mewariskan khazanah kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. rahmat Allah SWT karena leluhur kita telah mewariskan khazanah kebudayaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, yang wajib kita mensyukuri rahmat Allah SWT karena leluhur kita telah mewariskan khazanah kebudayaan yang tidak ternilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri pada akhir dekade pertama abad ke-19, diresmikan tanggal 25 September 1810. Bangunan

Lebih terperinci

2014 SAJARAH CIJULANG

2014 SAJARAH CIJULANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Naskah kuno merupakan salah satu warisan budaya Indonesia dalam bidang keberaksaraan yang telah dilindungi oleh UU RI No. 11 tahun 2010. Ungkapan warisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara. Perkembangan suatu kota dari waktu ke waktu selalu memiliki daya tarik untuk dikunjungi.

Lebih terperinci

PROFIL DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA ACEH

PROFIL DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA ACEH PROFIL DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA ACEH Nama Instansi : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh Alamat : Jalan Tgk. Chik Kuta Karang No.03 Banda Aceh Kode Pos 23121 Telp : (+62 651) 26206, 23692, Fax

Lebih terperinci

BIPA Pendukung Internasionalisasi Bahasa Indonesia

BIPA Pendukung Internasionalisasi Bahasa Indonesia BIPA Pendukung Internasionalisasi Bahasa Indonesia Liliana Muliastuti, Ketua Umum Afiliasi Pengajar dan Pegiat BIPA Pengantar Optimisme terhadap peluang bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional cenderung

Lebih terperinci

NASKAH KH ANWAR RANJI WETAN MAJALENGKA. (Kajian Filologis) Proposal Skripsi

NASKAH KH ANWAR RANJI WETAN MAJALENGKA. (Kajian Filologis) Proposal Skripsi 1 NASKAH KH ANWAR RANJI WETAN MAJALENGKA (Kajian Filologis) Proposal Skripsi Oleh : Reza Sukma Nugraha 206500034 Jurusan Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap Sejarah Lanskap sejarah (historical landscape) menurut Harris dan Dines (1988), dapat dinyatakan sebagai suatu bentukan lanskap pada masa lalu yang terdiri dari bukti-bukti

Lebih terperinci

Alfian Rokhmansyah, M.Hum.

Alfian Rokhmansyah, M.Hum. Alfian Rokhmansyah, M.Hum. Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman Samarinda Teori Filologi iii TEORI FILOLOGI oleh Alfian Rokhmansyah, M.Hum. Hak cipta dilindungi undang-undang 2017 Penyunting Azizatur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Naskah kuno merupakan salah satu warisan nenek moyang yang masih tersimpan dengan baik di beberapa perpustakaan daerah, seperti Perpustakaan Pura Pakualaman dan Museum

Lebih terperinci

RUMAH LIMAS PALEMBANG WARISAN BUDAYA YANG HAMPIR PUNAH

RUMAH LIMAS PALEMBANG WARISAN BUDAYA YANG HAMPIR PUNAH RUMAH LIMAS PALEMBANG WARISAN BUDAYA YANG HAMPIR PUNAH Reny Kartika Sary Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Palembang Email : renykartikasary@yahoo.com Abstrak Rumah Limas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan kegiatan ekonomi yang cukup potensial bagi Indonesia. Akselerasi globalisasi yang terjadi sejak tahun 1980-an semakin membuka peluang bagi kita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang merupakan daerah yang memiliki potensi budaya yang masih berkembang secara optimal. Keanekaragaman budaya mencerminkan kepercayaan dan kebudayaan masyarakat setempat

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N BAB I PENDAHULUAN 1.1. Batasan Pengertian 1.1.1. Pengertian Museum Gamelan Jawa a. Museum Ada beberapa pengertian museum, namun menurut esensinya secara umum museum adalah gedung

Lebih terperinci

MANUSKRIP MELAYU: SUMBER KAJIAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM DI NUSANTARA 1 Misri A. Muchsin 2

MANUSKRIP MELAYU: SUMBER KAJIAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM DI NUSANTARA 1 Misri A. Muchsin 2 MANUSKRIP MELAYU: SUMBER KAJIAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM DI NUSANTARA 1 Misri A. Muchsin 2 Abstrak Dalam realitas historis, manuskrip Melayu menjadi salah rujukan penting untuk mengungkap sejarah masuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangunan besar, benda-benda budaya, dan karya-karya sastra. Karya sastra tulis

BAB I PENDAHULUAN. bangunan besar, benda-benda budaya, dan karya-karya sastra. Karya sastra tulis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia memiliki banyak warisan kebudayaan yang berupa bangunan besar, benda-benda budaya, dan karya-karya sastra. Karya sastra tulis berupa naskah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. rangkaian dari kebudayaan-kebudayaan masa lalu. Tidak ada salahnya bila ingin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. rangkaian dari kebudayaan-kebudayaan masa lalu. Tidak ada salahnya bila ingin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan suatu bangsa pada masa sekarang ini merupakan suatu rangkaian dari kebudayaan-kebudayaan masa lalu. Tidak ada salahnya bila ingin memahami lebih dalam mengenai

Lebih terperinci

PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA INDUK PELESTARIAN BUDAYA MELAYU KABUPATEN SIAK

PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA INDUK PELESTARIAN BUDAYA MELAYU KABUPATEN SIAK PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA INDUK PELESTARIAN BUDAYA MELAYU KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang : a. bahwa budaya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 101 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini akan disimpulkan hasil penellitian yang telah dilakukan dalam penulisan skripsi yang berjudul Tenun Songket Palembang 1980-2000 (Kajian Sosial Budaya Tentang

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh masyarakat khusunya generasi muda. Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi membuat bangunan-bangunan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG PERATURAN BUPATI KARAWANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG PERATURAN BUPATI KARAWANG BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG NO. 32 2011 SERI. E PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 32 TAHUN 2010 TENTANG KAMPUNG BUDAYA GERBANG KARAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. dituliskan dalam berbagai sumber atau laporan perjalanan bangsa-bangsa asing

BAB V KESIMPULAN. dituliskan dalam berbagai sumber atau laporan perjalanan bangsa-bangsa asing BAB V KESIMPULAN Barus merupakan bandar pelabuhan kuno di Indonesia yang penting bagi sejarah maritim Nusantara sekaligus sejarah perkembangan Islam di Pulau Sumatera. Pentingnya Barus sebagai bandar pelabuhan

Lebih terperinci

Arsip dan Naskah Banten yang tersimpan di Luar Negeri. Titik Pudjisatuti 1

Arsip dan Naskah Banten yang tersimpan di Luar Negeri. Titik Pudjisatuti 1 Arsip dan Naskah Banten yang tersimpan di Luar Negeri Titik Pudjisatuti 1 1. Pengantar Banten sebagai salah satu kesultanan Islam terbesar di Nusantara pada abad ke-16--17 telah menarik perhatian banyak

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. telah dikaji oleh banyak sejarawan. Hubungan historis ini dilatarbelakangi dengan

BAB V PENUTUP. telah dikaji oleh banyak sejarawan. Hubungan historis ini dilatarbelakangi dengan 201 BAB V PENUTUP A. Simpulan Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hubungan historis antara Turki Utsmani dan Hindia Belanda sejatinya telah terjalin lama sebagaimana yang telah dikaji oleh banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapat perhatian khusus dalam hal perlindungan terhadap bencana karena

BAB I PENDAHULUAN. mendapat perhatian khusus dalam hal perlindungan terhadap bencana karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bencana, baik bencana alam maupun yang disebabkan oleh manusia dapat terjadi kapan saja dan di mana saja. Perpustakaan, kantor arsip, museum, pusat dokumentasi,

Lebih terperinci

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR Oleh : SABRINA SABILA L2D 005 400 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Kehidupan berbangsa dan bernegara mempengaruhi pembentukan pola

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Kehidupan berbangsa dan bernegara mempengaruhi pembentukan pola 1 BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Kehidupan berbangsa dan bernegara mempengaruhi pembentukan pola perilaku masyarakat. Perilaku ini tercermin dari perilaku individu selaku anggota masyarakat. Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya-karya peninggalan masa lampau merupakan peninggalan yang menginformasikan buah pikiran, buah perasaan, dan informasi mengenai berbagai segi kehidupan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari /

BAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari / BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK Proyek yang diusulkan dalam penulisan Tugas Akhir ini berjudul Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta. Era globalisasi yang begitu cepat berkembang

Lebih terperinci

PEDOMAN PRAKTIKUM.

PEDOMAN PRAKTIKUM. PEDOMAN PRAKTIKUM 1 PENGEMBANGAN SILABUS DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN SEJARAH Oleh : SUPARDI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG PELESTARIAN CAGAR BUDAYA PROVINSI JAWA TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG PELESTARIAN CAGAR BUDAYA PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG PELESTARIAN CAGAR BUDAYA PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang Mengingat : a.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. sebuah penelitian diperlukan penggunaan metode yang tepat agar hasil penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. sebuah penelitian diperlukan penggunaan metode yang tepat agar hasil penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Secara umum, metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiono, 2010:3). Dalam sebuah penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terbentang sepanjang Selat Malaka dan Selat Karimata.

BAB I PENDAHULUAN. yang terbentang sepanjang Selat Malaka dan Selat Karimata. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki sekitar 500 kelompok etnis, tiap etnis memiliki warisan budaya yang berkembang selama berabad-abad, yang dipengaruhi oleh kebudayaan India,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki banyak warisan hasil budaya dalam bentuk naskah atau manuskrip (Marsono, 2010), yang bahkan sampai saat ini belum dapat dihitung jumlahnya. Manuskrip

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Yogyakarta merupakan kota dengan lintasan sejarah yang cukup panjang, dimulai pada tanggal 13 Februari 1755 dengan dilatari oleh Perjanjian Giyanti yang membagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari target yang ditetapkan. Kegiatan pertambangan mengalami penurunan seiring

BAB I PENDAHULUAN. dari target yang ditetapkan. Kegiatan pertambangan mengalami penurunan seiring BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kota Sawahlunto merupakan kota yang tumbuh karena pertambangan batu bara. Akan tetapi pada tahun 1997, produksi batu bara di PT. BA UPO kurang dari target

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

2016 TEKS NASKAH SAWER PANGANTEN: KRITIK, EDISI, DAN TINJAUAN FUNGSI

2016 TEKS NASKAH SAWER PANGANTEN: KRITIK, EDISI, DAN TINJAUAN FUNGSI 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Naskah merupakan hasil medium tulis yang digunakan pada sastra klasik. Isi naskah tersebut dapat meliputi semua aspek kehidupan budaya bangsa yang bersangkutan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN LITERATUR

BAB II KAJIAN LITERATUR BAB II KAJIAN LITERATUR 2.1 Pengertian Pelestarian Filosofi pelestarian didasarkan pada kecenderungan manusia untuk melestarikan nilai-nilai budaya pada masa yang telah lewat namun memiliki arti penting

Lebih terperinci

PENJELASAN A T A S RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK

PENJELASAN A T A S RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK PENJELASAN A T A S RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK I. UMUM Pembangunan manusia seutuhnya telah menjadi salah satu tujuan utama bangsa Indonesia untuk memperkuat

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pada Pembukaan Pekan Raya Jakarta ke-43, 10 Juni 2010 Kamis, 10 Juni 2010

Sambutan Presiden RI pada Pembukaan Pekan Raya Jakarta ke-43, 10 Juni 2010 Kamis, 10 Juni 2010 Sambutan Presiden RI pada Pembukaan Pekan Raya Jakarta ke-43, 10 Juni 2010 Kamis, 10 Juni 2010 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PEMBUKAAN PEKAN RAYA JAKARTA KE-43 DI ARENA PRJ-KEMAYORAN, JAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan dinilai sebagai identitas kepribadian dan penentu kemajuan suatu bangsa yang tidak bisa di ukur dan kehadirannya hanya dapat diketahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dalam bahasa Indonesia merupakan peristiwa yang benar-benar

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dalam bahasa Indonesia merupakan peristiwa yang benar-benar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah dalam bahasa Indonesia merupakan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau atau asal-usul (keturunan) silsilah, terutama bagi rajaraja yang memerintah.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN KEISTIMEWAAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN KEISTIMEWAAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH UNDANG-UNDANG NOMOR 44 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN KEISTIMEWAAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa sejarah panjang perjuangan rakyat Aceh

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa sebagai pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki keanekaragaman seni, budaya dan suku bangsa. Keberagaman ini menjadi aset yang sangat penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberadaban. Pengalihan kewenangan pemeliharaan dan pelestarian kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. keberadaban. Pengalihan kewenangan pemeliharaan dan pelestarian kebudayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencapaian kemajuan kebudayaan suatu bangsa tidak dapat dilepaskan dari peninggalan budaya dan sejarah bangsa sehingga mampu menjadi simbol identitas keberadaban. Pengalihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji sastra maka kita akan dapat menggali berbagai kebudayaan yang ada. Di Indonesia

Lebih terperinci

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KOTA BANDA ACEH

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KOTA BANDA ACEH SALINAN QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KOTA BANDA ACEH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA BANDA ACEH, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KEBUDAYAAN PROVINSI RIAU

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KEBUDAYAAN PROVINSI RIAU PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KEBUDAYAAN PROVINSI RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki berbagai macam budaya. Dari Sabang sampai Merauke dapat ditemukan keanekaragaman ciri khas budaya daerah masing-masing.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa sebagai pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bandung adalah salah satu kota besar di Indonesia dan merupakan Ibukota Provinsi Jawa Barat yang banyak menyimpan berbagai sejarah serta memiliki kekayaan

Lebih terperinci

PERANSERTA STAKEHOLDER DALAM REVITALISASI KAWASAN KERATON KASUNANAN SURAKARTA TUGAS AKHIR. Oleh: YANTHI LYDIA INDRAWATI L2D

PERANSERTA STAKEHOLDER DALAM REVITALISASI KAWASAN KERATON KASUNANAN SURAKARTA TUGAS AKHIR. Oleh: YANTHI LYDIA INDRAWATI L2D PERANSERTA STAKEHOLDER DALAM REVITALISASI KAWASAN KERATON KASUNANAN SURAKARTA TUGAS AKHIR Oleh: YANTHI LYDIA INDRAWATI L2D 003 381 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

- 2 - MEMUTUSKAN. 12. Kemitraan.../3 AZIZ/2016/PERATURAN/KEMITRAAN DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

- 2 - MEMUTUSKAN. 12. Kemitraan.../3 AZIZ/2016/PERATURAN/KEMITRAAN DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG POLA KEMITRAAN DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BAB II MUSEUM NEGERI PROVINSI JAMBI. perjalanan panjang sejarah Jambi yang telah meninggalkan banyak benda yang mempunyai nilai

BAB II MUSEUM NEGERI PROVINSI JAMBI. perjalanan panjang sejarah Jambi yang telah meninggalkan banyak benda yang mempunyai nilai BAB II MUSEUM NEGERI PROVINSI JAMBI 2.1 Latar Belakang Berdirinya Museum Pembangunan Museum Negeri Provinsi Jambi pada hakekatnya merupakan perwujudan nyata dari gagasan sebuah museum diwilayah Propinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah memiliki keanekaragaman budaya yang tak terhitung banyaknya. Kebudayaan lokal dari seluruh

Lebih terperinci

17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN

17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN 17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN A. KEBIJAKAN PROGRAM Kebijakan Program Urusan Wajib Kebudayaan dititikberatkan pada pengembangan seni dan budaya sebagai daya tarik wisata. Hal tersebut didasarkan dengan pertimbangan

Lebih terperinci

PROSES MENDAPATKAN NASKAH KUNO DI SUMATERA BARAT UNTUK DISIMPAN DI PERPUSTAKAAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

PROSES MENDAPATKAN NASKAH KUNO DI SUMATERA BARAT UNTUK DISIMPAN DI PERPUSTAKAAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT PROSES MENDAPATKAN NASKAH KUNO DI SUMATERA BARAT UNTUK DISIMPAN DI PERPUSTAKAAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT Melisa Novia Windi 1, Marlini 2 Program Studi Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan FBS

Lebih terperinci

SURAT KEPUTUSAN BERSAMA GUBERNUR KEPALA DAERAH ISTIMEWA ACEH REKTOR UNIVERSITAS SYIAH KUALA NOMOR : 062 / 423 / 78 NOMOR : 82 / 1978

SURAT KEPUTUSAN BERSAMA GUBERNUR KEPALA DAERAH ISTIMEWA ACEH REKTOR UNIVERSITAS SYIAH KUALA NOMOR : 062 / 423 / 78 NOMOR : 82 / 1978 SURAT KEPUTUSAN BERSAMA GUBERNUR KEPALA DAERAH ISTIMEWA ACEH REKTOR UNIVERSITAS SYIAH KUALA NOMOR : 062 / 423 / 78 NOMOR : 82 / 1978 Menimbang : Bahwa untuk menjamin terselenggaranya tugas dan pekerjaan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ada sejak lama, yaitu sekira abad ke-16. Awalnya Tanjidor tumbuh dan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ada sejak lama, yaitu sekira abad ke-16. Awalnya Tanjidor tumbuh dan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil temuan di lapangan mengenai Dinamika Kesenian Tanjidor di Kabupaten Bekasi Tahun 1970-1995, maka terdapat empat hal yang ingin penulis simpulkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada abad ini gerak perubahan zaman terasa semakin cepat sekaligus semakin padat. Perubahan demi perubahan terus-menerus terjadi seiring gejolak globalisasi yang kian

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 48 TAHUN 2007 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG PENANGANAN PERMASALAHAN HUKUM DALAM RANGKA PELAKSANAAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER

PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA

Lebih terperinci

2015, No c. bahwa dengan beralihnya status Bandar Udara Polonia ke Bandar Udara Internasional Kualanamu dan Bandar Udara Selaparang ke Bandar Ud

2015, No c. bahwa dengan beralihnya status Bandar Udara Polonia ke Bandar Udara Internasional Kualanamu dan Bandar Udara Selaparang ke Bandar Ud BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.387, 2015 KEMENKUMHAM. Visa Kunjungan. Saat Kedatangan. Keenam. Perubahan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG 1 PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINTANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KABUPATEN SINTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINTANG,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah adalah peristiwa yang terjadi di masa lampau. Persfektif sejarah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah adalah peristiwa yang terjadi di masa lampau. Persfektif sejarah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah adalah peristiwa yang terjadi di masa lampau. Persfektif sejarah selalu menampilkan dimensi ruang dan waktu, setiap peristiwa selalu mengandung tiga unsur pelaku,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap kota pastinya memiliki nilai sejarah tersendiri, dimana nilai sejarah ini yang menjadi kebanggaan dari kota tersebut. Peristiwa peristiwa yang telah terjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Museum Sejarah Jakarta merupakan museum sejarah yang diresmikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Museum Sejarah Jakarta merupakan museum sejarah yang diresmikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Museum Sejarah Jakarta merupakan museum sejarah yang diresmikan pada tanggal 4 April 1974. Nama lain dari museum ini adalah Museum Fatahillah. Sesuai dengan nama resminya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesusastraan Melayu klasik telah ada sebelum mesin cetak digunakan di

BAB I PENDAHULUAN. Kesusastraan Melayu klasik telah ada sebelum mesin cetak digunakan di 11 BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Kesusastraan Melayu klasik telah ada sebelum mesin cetak digunakan di Nusantara. Pada masa itu, proses reproduksi naskah dilakukan dengan cara disalin. Naskah-naskah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kawasan Kota Tua merupakan salah satu kawasan potensial di Kota Padang. Kawasan ini memiliki posisi yang strategis, nilai sejarah yang vital, budaya yang beragam, corak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kisaran terbagi menjadi dua kecamatan yaitu Kecamatan Kisaran Timur dan

BAB I PENDAHULUAN. Kisaran terbagi menjadi dua kecamatan yaitu Kecamatan Kisaran Timur dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Kisaran adalah ibu kota dari Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara yang bejarak 160 km dari Kota Medan ( ibu kota Provinsi Sumatera Utara). Kota Kisaran

Lebih terperinci

PERAN PEMERINTAH DALAM MENYELAMATKAN NASKAH KUNO MINANGKABAU PASCA GEMPA PADANG UNTUK PELESTARIAN BUDAYA MASYARAKAT MINANGKABAU

PERAN PEMERINTAH DALAM MENYELAMATKAN NASKAH KUNO MINANGKABAU PASCA GEMPA PADANG UNTUK PELESTARIAN BUDAYA MASYARAKAT MINANGKABAU PERAN PEMERINTAH DALAM MENYELAMATKAN NASKAH KUNO MINANGKABAU PASCA GEMPA PADANG UNTUK PELESTARIAN BUDAYA MASYARAKAT MINANGKABAU Viola Dwi Putri Syarif * viola-syarif@yahoo.co.id Abstract: The manuscripts

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata

BAB I Pendahuluan. Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata 1.1 Latar Belakang BAB I Pendahuluan Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata saat ini menjadi sebuah kebutuhan bagi berbagai elemen masyarakat. Pariwisata dalam UU NOMOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan masa lampau, karena naskah-naskah tersebut merupakan satu dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan masa lampau, karena naskah-naskah tersebut merupakan satu dari berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Khasanah budaya bangsa Indonesia yang berupa naskah klasik, merupakan peninggalan nenek moyang yang masih dapat dijumpai hingga sekarang. Naskah-naskah

Lebih terperinci

2015 KRITIK TEKS DAN TINJAUAN KANDUNGAN ISI NASKAH WAWACAN PANDITA SAWANG

2015 KRITIK TEKS DAN TINJAUAN KANDUNGAN ISI NASKAH WAWACAN PANDITA SAWANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi pernasakahan di Indonesia bisa dikatakan sangat kurang peminat, dalam hal ini penelitian yang dilakukan terhadap naskah. Sedikitnya penelitian terhadap

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-03.GR.01.06 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA NOMOR M.HH-01.GR.01.06 TAHUN 2010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aceh adalah sebuah provinsi yang merupakan kesatuan masyarakat hukum yang bersifat istimewa dan diberi kewenangan khusus untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan

Lebih terperinci

-1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 123 TAHUN 2016 TENTANG

-1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 123 TAHUN 2016 TENTANG -1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 123 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi ketika seseorang pengunjung melakukan perjalanan. Pariwisata secara

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi ketika seseorang pengunjung melakukan perjalanan. Pariwisata secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata adalah istilah yang diberikan apabila seseorang wisatawan melakukan perjalanan itu sendiri, atau dengan kata lain aktivitas dan kejadian yang terjadi

Lebih terperinci

Kumpulan Artikel Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat

Kumpulan Artikel Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat Program PPM KOMPETITIF Sumber Dana DIPA Universitas Andalas Besar Anggaran Rp 4.500.000 Tim Pelaksana Pramono dan Yerri Satria Putra Fakultas Sastra Lokasi Kab. Padang Pariaman, Sumatera Barat PELATIHAN

Lebih terperinci

SEJARAH, KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA

SEJARAH, KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA SEJARAH, KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA A. Sejarah Perkembangan Bahasa Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Sampai saat ini, bahasa Indonesia telah mengalami perubahan dan perkembangan,

Lebih terperinci

PENGELOLAAN KOMUNITAS ADAT

PENGELOLAAN KOMUNITAS ADAT PENGELOLAAN KOMUNITAS ADAT A. Pendahuluan Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk yang masyarakatnya terdiri dari beraneka ragam suku bangsa dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda. Keragaman

Lebih terperinci

MERUMUSKAN METODE PENGKAJIAN TRADISI LISAN

MERUMUSKAN METODE PENGKAJIAN TRADISI LISAN RESENSI BUKU MERUMUSKAN METODE PENGKAJIAN TRADISI LISAN Asep Rahmat Hidayat Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat, Jalan Sumbawa Nomor 11, Bandung 40113, Telepon: 085220508085, Posel: kang.abu2@gmail.com Naskah

Lebih terperinci

UPAYA PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA DI WILAYAH PROPINSI MALUKU. Drs. M. Nendisa 1

UPAYA PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA DI WILAYAH PROPINSI MALUKU. Drs. M. Nendisa 1 UPAYA PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA DI WILAYAH PROPINSI MALUKU Drs. M. Nendisa 1 1. P e n d a h u l u a n Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki warisan masa lampau dalam jumlah

Lebih terperinci

Hikayat Qamaruzzaman: Suntingan Teks dan Analisis Sastra Fantastik. Oleh: Farhana Aulia C

Hikayat Qamaruzzaman: Suntingan Teks dan Analisis Sastra Fantastik. Oleh: Farhana Aulia C Hikayat Qamaruzzaman: Suntingan Teks dan Analisis Sastra Fantastik Oleh: Farhana Aulia C0208022 Abstrak Penelitian naskah lama dalam dunia sastra selalu menarik untuk dikaji, terlebih dalam rangka upaya

Lebih terperinci

B A B 5 PROGRAM. BAB 5 Program Program SKPD

B A B 5 PROGRAM. BAB 5 Program Program SKPD B A B PROGRAM.1. Program SKPD Berdasarkan tugas dan fungsi yang melekat pada Satuan Kerja Pelaksana Daerah (SKPD) bidang Kebudayaan dan Pariwisata, maka telah disusun program prioritas unggulan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Dari pembahasan mengenai Peran Sultan Iskandar Muda Dalam. Mengembangkan Kerajaan Aceh Pada Tahun , maka dapat diambil

BAB V KESIMPULAN. Dari pembahasan mengenai Peran Sultan Iskandar Muda Dalam. Mengembangkan Kerajaan Aceh Pada Tahun , maka dapat diambil BAB V KESIMPULAN Dari pembahasan mengenai Peran Sultan Iskandar Muda Dalam Mengembangkan Kerajaan Aceh Pada Tahun 1607-1636, maka dapat diambil kesimpulan baik dari segi historis maupun dari segi paedagogis

Lebih terperinci