BAB 2 SENI DAN SPIRITUALITAS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 SENI DAN SPIRITUALITAS"

Transkripsi

1 BAB 2 SENI DAN SPIRITUALITAS 2.1. Pandangan Tentang Eksistensi Manusia Sebelum penulis membahas beberapa pandangan tentang eksistensi manusia, perlu dimengerti lebih dahulu apakah hakikat manusia itu. Untuk itu kita harus mengerti apakah hakikat itu. Hakikat secara sederhana berarti sesuatu yang mendasar, sesuatu yang esensial dan substansial, yang penting dan yang diutamakan. Hakikat merupakan syarat dari sebuah eksistensi. Hakikat dapat dimengerti sebagai SESUATU yang harus ada pada sesuatu yang jikalau SESUATU itu tidak ada maka sesuatu itu pun tidak terwujud. Dapat juga diterangkan dalam sebuah rumusan, SESUATU ditambah sesuatu sama dengan eksistensi, sedangkan sesuatu dikurangi SESUATU sama dengan noneksistensi, (S + s = E) atau (s S = NE). Sesuatu (huruf besar) merupakan syarat yang menentukan ada tidaknya sesuatu (garis bawah), sedangkan sesuatu (garis bawah) merupakan simbolsimbol bereksistensi yang eksistensinya ditentukan di dalam diri sesuatu (huruf besar). 4 Jadi tidak ada hakikat maka tidak akan ada eksistensi. Eksistensi dimengerti sebagai perwujudan manusia, bagaimana manusia mewujud atau meng-ada di dalam dan terhadap dunia. Sedangkan hakikat sifatnya lebih mendasar atau substansial, yaitu apa yang menjadikan manusia itu ada. Dengan mempertanyakan hakikat manusia, kita sebenarnya sedang menanyakan apakah manusia itu?, dan bagaimana manusia itu ada? Pertanyaan tersebut walaupun jawabannya telah dipikirkan dan diupayakan sejak ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu, tetap merupakan pertanyaan 4 Manusia, Filsafat, dan Sejarah, Dr. Juraid Abdul Latief, M.Hum., Bumi Aksara, Jakarta, 2006, hal. 14. x

2 yang penting untuk selalu ditanyakan. Mempertanyakan bukan karena seolah belum ada jawabannya, tetapi bertanya sebagai tindakan perenungan untuk lebih menyadari dan mendalami posisi dan peran manusia di bumi. Menurut Socrates ( sbl.m.) hal yang pertama harus diselesaikan adalah kenalilah dirimu, siapa saya? Mengenal dengan baik siapa saya dapat mengantar kepada pengenalan terhadap di luar saya yang lebih asasi. Socrates dapat dinilai sebagai filsuf pertama yang secara serius menjadikan manusia salah satu tema sentral dalam pemikirannya. Ia beranggapan bahwa hanya dengan mengetahui dan mengenal siapa manusia, kita menjadi sadar tentang kedirian kita. Mengenal diri penting artinya untuk membebaskan manusia dari keterasingan terutama keterasingan terhadap diri sendiri. Yang dimaksud dengan mengenal diri disini bukan hanya mengenal manusia secara fisik pada taraf anatomi, tetapi mengenal hakikatnya yang mendasar.. hanya dengan cara melepaskan pikiran dari manusia, jalan untuk sampai pada hakikat dapat diretas jelas. Ketika pikiran masih berada dalam manusia maka esensi tentang manusia baru berada dalam taraf anatomi fisis (organisme). Oleh sebab itu, yang paling mendasar dilakukan bagi manusia adalah Memasukkan manusia dalam pikiran, dan bukan sebaliknya memasukkan pikian dalam manusia. 5 Merujuk pada pernyataan Dr. Juraid tersebut, hanya dengan jalan manusia masuk dalam pikiran manusia dapat melakukan pengenalan atas kediriannya. Jika cara yang dilakukan masih pada taraf pikiran masuk dalam manusia maka pengenalan yang diperoleh hanya sampai pada taraf fisik. Sedangkan yang terutama adalah mengenal hakikat, hal yang paling hakiki dan mendasar yang membawa kepada pencerahan kemanusiaan. 5 Ibid., hal 15 xi

3 Dalam usaha untuk menjawab pertanyaan mengenai hakikat manusia, telah muncul banyak pemikiran dengan berbagai macam sudut pandang. Dan dari pemikiran demi pemikiran tersebut dapat ditemukan suatu kecenderungan yang membandingkan manusia dengan hewan. Usaha pendefinisian dengan cara membandingkan tersebut secara garis besar telah menghasilkan dua argumen. Yang pertama beranggapan bahwa tidak ada perbedaan antara manusia dan hewan, mereka berada dalam timbangan yang berimbang. Manusia dipandang seperti layaknya mesin yang terjadi dari sebab-sebab mekanis. Jiwa yang dimiliki manusia dipandang sebagai hasil pertumbuhan badan. Pandangan ini berkaitan dengan faham materialisme yang memandang tubuh sebagai wujud eksistensi manusia hanya dari sudut pandang materi. Anggapan yang kedua sangat berbeda dengan yang pertama. Manusia dikatakan sangat jauh berbeda dari hewan. Manusia tidak dapat disandingkan dengan hewan karena manusia memiliki jiwa. Jiwa manusia bukanlah hasil dari pertumbuhan badan, dan tidak ditentukan oleh badan. Jiwa manusia berasal dari Tuhan. Anggapan tersebut memandang hakikat manusia dari sudut pandang spiritualitas. Berikut penulis mengutip beberapa anggapan yang menyatakan dengan tegas perbedaan tersebut : Antara binatang dan manusia terdapat jurang yang tak terseberangi, setidaktidaknya sejauh menyangkut jiwa manusia, jiwa manusia adalah langsung berasal dari Tuhan. (Frans Dahler 1971) Manusia adalah tukang bertanya ; Kesadaran manusia adalah bersifat bertanya yang sebenar-benarnya (Prof. R. F. Beerling 1966) Perbedaan antara manusia dan hewan serta tumbuh-tumbuhan terletak dalam kenyataan bahwa manusia adalah makhluk yang menciptakan kebudayaan. (J. Verkuyl 1960) 6 6 Kutipan ini diambil dari uraian Dr. Juraid Abdul latief dalam bukunya Manusia, Filsafat, dan Sejarah, penerbit Bumi Aksara, Jakarta, 2006, hal xii

4 Anggapan-anggapan tersebut menyatakan dalam sudut pandang spiritualitas bahwa manusia adalah makhluk yang mulia sangat berbeda dengan hewan. Karena memiliki jiwa manusia memiliki kesanggupan untuk berbudaya dan mengembangkan kebudayaan, berbeda dengan binatang yang hanya hidup berdasarkan insting. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembahasan mengenai manusia bertumpu pada fenomena jasmani (tubuh) dan fenomena rohani (roh). Kedua hal ini terintegrasi dan melahirkan eksistensi. Setelah terintegrasi keduanya mulai saling mendominasi satu sama lain. Apabila tubuh fisik yang mendominasi maka cenderung nilai negatif lah yang dominan dari manusia, manusia akan cenderung untuk memanjakan keinginan tubuhnya dan menolak nilai-nilai spiritual. Tetapi sebaliknya jika roh mendominasi maka cenderung nilai positif lah yang dominan. Jika dibandingkan dengan penjelasan sebelumnya tentang pengertian hakikat, maka roh tersebut dapat dimengerti sebagai SESUATU (syarat yang menentukan adanya sesuatu), sedangkan tubuh fisik dapat dimengerti sebagai sesuatu (simbol bereksistensi yang eksistensinya ditentukan oleh SESUATU itu) Pandangan Kristen Tentang Eksistensi Manusia. Sebagai salah satu landasan dan kerangka berpikir penulis mengambil beberapa pandangan dalam agama Kristen tentang eksistensi manusia. Telah diketahui berdasarkan uraian diatas bahwa dalam pembahasan mengenai hakikat manusia kita dapat menemukan fenomena tubuh dan roh yang terintegrasi dan melahirkan eksistensi. Jadi, jika kita kembali pada pertanyaan semula apakah sebenarnya yang menjadi hakikat manusia itu? Apakah tubuh semata atau roh semata? Jawabannya adalah kedua-duanya, xiii

5 roh dan tubuh yang berintegrasi merefleksikan manusia. Tidak mungkin jika berkaitan dengan eksistensi kita hanya menekankan pada aspek roh saja atau tubuh saja sebagai hakikat manusia. Manusia menjadi manusia karena adanya integrasi tubuh dan roh. Agama Kristen pun memiliki pandangan yang sama, dapat dilihat dalam kutipan ayat berikut: Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubumu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, -dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? (I Korintus 6:19) 7 Dari kutipan tersebut kita dapat melihat fenomena tubuh dan roh yang bersatu. Agama Kristen memandang tubuh sebagai bait tempat berdiamnya Roh Allah. Tubuh dilihat dari sudut pandang spiritual sebagai tempat atau ruang yang kudus dan sakral. Keberadaan tubuh bukan hanya untuk dimanjakan atau dipuaskan keinginannya, tetapi tubuh didedikasikan dan dipersembahkan kepada Tuhan. Pernyataan...tubuhmu adalah bait Roh Kudus..., secara langsung menjelaskan bahwa pribadi manusia itu bersifat roh yang bersatu dalam tubuh. Sedangkan kalimat berikutnya yaitu,-dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? merupakan pernyataan yang menjelaskan eksistensi manusia. Dalam kalimat tersebut tidak lagi dikatakan...tubuhmu, tetapi langsung dikatakan kamu, yang berarti tidak hanya menunjuk kepada tubuh saja atau pada roh saja, tetapi manusia secara keseluruhan, tubuh dan roh sebagai pribadi. Tubuh sebagai bait Allah berkaitan dengan konsep chabod dalam kebudayaan Yahudi yang berarti kehormatan dan kemuliaan. Bait Allah adalah chabod Allah. Sebagaimana Allah dalam Perjanjian Lama diceritakan memanifestasikan diri-nya dengan berselubung cahaya lambang dari kemuliaan dan kehormatan. Bait Allah adalah 7 Alkitab Terjemahan Baru, Lembaga Alkitab Indonesia, Jakarta, cetakan ke-174, th xiv

6 juga Rumah Allah tempat berdiamnya tabernakel, suatu tempat dimana para imam berkumpul dan menghadap Tuhan. Rumah Allah merupakan tempat dimana Tuhan dapat memanifestasikan diri-nya. Pernyataan tubuh sebagai bait Allah juga menyatakan bahwa manusia merupakan bagian dari Allah, berasal dari Allah, dan memperoleh kehidupannya dari Allah. Dapat dikatakan bahwa manusia sebenarnya memiliki sifat-sifat Allah secara kodratnya. Seperti yang tersirat dalam kutipan berikut: Berfirmanlah Allah: Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi. Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-nya, menurut gambar Allah diciptakan-nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-nya mereka. (Kejadian 1: 26-27) 8 Kutipan ayat diatas menerangkan posisi manusia dalam hubungannya dengan Tuhan, dengan sesama manusia, dan dengan lingkungannya. Thomas Aquinas 9 dalam ajarannya memiliki konsep pikir yang sama. Ajarannya berkisar pada konsep partisipasi (Inggris: participation) atau hal mengambil bagian. Maksudnya adalah segala sesuatu yang diciptakan mengambil bagian dalam adanya Allah. Agama Kristen juga mengenal dualisme tubuh dan roh. Tubuh seringkali terkait pada perkara persanggamaan dan pengorbanan, kehidupan dan kematian, kejatuhan dalam dosa dan kebangkitan badan. Tubuh seringkali identik dengan keinginan-keinginan yang bersifat duniawi, dalam hal ini tubuh harus ditundukkan pada roh. Tetapi tubuh juga merupakan tempat kudus yang dipersembahkan kepada Tuhan. Jika manusia lebih mengarahkan dirinya pada hal-hal yang sifatnya materi atau keinginan-keinginan 8 ibid. 9 Thomas Aquinas ( ) adalah filsuf dan teolog yang berpengaruh pada perkembangan filsafat abad pertengahan. Ia adalah murid dari Albertus agung ( ) salah satu pempimpin besar Gereja pada masa patristik dan abad pertengahan. Beberapa pokok ajarannya adalah tentang penciptaan, pengenalan akan Allah, hilemorfisme (ajaran tentang materi dan bentuk), dan tentang manusia. xv

7 duniawi, maka tubuh dekat dengan nilai negatif. Tetapi jika diarahkan pada hal-hal yang sifatnya rohani, maka tubuh dekat dengan nilai-nilail positif. Jadi dapat disimpulkan bahwa eksistensi manusia lahir dari integrasi tubuh dan roh. Walaupun tubuh bersifat tidak kekal, tetapi tidak dapat dikesampingkan ia merupakan salah satu syarat dari sebuah eksistensi. Dalam integrasi tersebut keduaduanya harus diarahkan pada Tuhan untuk memuliakan Tuhan. Jadi dapat dikatakan manusia yang hadir di bumi (exist), kehadirannya atau eksistensinya itu adalah untuk Tuhan dan bukan dirinya sendiri. Dengan demikian maka manusia tidak akan terhilang dan kehilangan dirinya sendiri Interioritas dan Ekterioritas Tubuh Telah dibahas pada bagian sebelumnya bahwa tubuh merupakan bagian dari eksistensi manusia. Bahwa eksistensi manusia merupakan integrasi antara tubuh dan roh. Memang pribadi manusia yang sesungguhnya adalah bersifat roh karena roh bersifat kekal. Tetapi roh tersebut mewujud di dalam tubuh. Jadi tubuh dan roh tidak dapat dipisahkan berkaitan dengan eksistensi. Dalam beberapa pemikiran fenomena tubuh dan roh ini dipisahkan secara tegas. Beberapa menekankan pada fenomena tubuh sebagai realitas materil dan sedikit mengesampingkan roh. Sedangkan pemikiran lain lebih menekankan pada fenomena roh. Dalam hal ini penulis memandang bahwa pemisahan secara tegas yang bertujuan untuk mementingkan keberadaan yang satu dari yang lain itu tidak perlu. Karena keberadaan keduanya terintegrasi sebagai satu kesatuan. Membicarakan eksistensi manusia tidak lepas dari persoalan tubuh dan roh. xvi

8 Di bagian ini penulis akan mencoba untuk menjelaskan dua kecenderungan yang berkaitan dengan fenomena tubuh. Yaitu tubuh sebagai interioritas dan tubuh sebagai eksterioritas. Keduanya yang memang tampak bertentangan sebenarnya bergantung pada dari sudut mana tubuh tersebut dialami dan dipersepsi. Tubuh sebagai interioritas adalah bagaimana tubuh tersebut dialami secara subjektif oleh si pemilik tubuh. Ada berbagai pemikiran tentang hal ini. Salah satunya kekristenan sebagai tulang punggung kultur barat klasik memandang tubuh sebagai semacam rumah atau tempat yang sifatnya sementara bagi roh yang sifatnya kekal. Tubuh harus ditaklukkan pada roh, tubuh juga berkaitan dengan tindakan pengorbanan kepada Tuhan. Tubuh dipandang sebagai realitas sementara sedangkan realitas yang sejati adalah roh. Manusia dibuat dari debu dan tanah, lalu Tuhan menghembuskan nafas hidup, maka manusia pertama pun jadilah. Demikian Alkitab menjelaskan bagaimana manusia itu pertama kali terbentuk. Dari pernyataan ini dapat dimengerti bahwa tubuh fisik bukanlah realitas yang sejati. Tubuh manusia merupakan kumpulan dari zat-zat yang terdapat juga di alam. Apabila seseorang meninggal maka tubuhnya yang mati akan membusuk dan terurai zat-zat pembentuknya ketika dikuburkan di dalam tanah. Jadi roh yang dikatakan nafas hidup itulah yang membuat tubuh tersebut hidup. Karena itu roh dipandang sebagai realitas yang kekal dan paling sejati. Karena kejadian manusia itu merupakan inisiatif Tuhan, dan Tuhanlah yang memberikan bagian dari diri-nya yang membuat manusia itu hidup, maka tubuh bernilai sakral dan transenden. Tubuh bukan untuk diarahkan pada kepentingan duniawi semata, bukan juga hanya untuk dipuaskan keinginannya, atau untuk dinilai hanya dari fungsinya saja. Tetapi tubuh harus xvii

9 ditempatkan pada posisi dimana terdapat semangat cinta akan Tuhan sehingga tubuh dipersembahkan kepada Tuhan. Penjelasan ini tidak bermaksud memisahkan dua fenomena tersebut dan menekankan hanya pada salah satunya. Tubuh dan roh tetap sebagai satu kesatuan integrasi totalitas kedirian. Tubuh sebagai interioritas ini berkaitan erat dengan transendensi tubuh. Modernitas yang mengusung semangat rasionalisme dan individualisme telah membawa manusia pada budaya materialisme, yaitu penekanan pada realitas materil. Modernitas telah membawa manusia pada pengutamaan rasio dan mulai meninggalkan pengalaman yang bersifat transenden. Perkembangan modernitas tidak lepas dari apa yang terjadi pada awal abad 18 yaitu yang dikenal sebagai masa Aufklärung yang berarti masa pencerahan. Orang Inggris menyebutnya dengan Enlightenment. Pada masa ini manusia mencari cahaya baru dalam rasionya. Ini adalah masa dimana semangat untuk mengutamakan rasio menjalar pada manusia barat yang sebenarnya sudah dimulai pada masa Renaissance. Rene Descartes dan Immanuel Kant adalah tokoh yang pemikirannya berpengaruh besar pada awal masa ini. Kepercayaan akan rasio pada abad 18 ini menyebabkan munculnya kecenderungan untuk meluputkan diri dari kewibawaan Wahyu Ilahi dan Gereja. Pada masa ini salah satu gejala Aufklärung yang terjadi di Inggris yang patut disebut adalah deisme. Yang dimaksud dengan deisme adalah pendirian pemikirpemikir yang sungguhpun menerima adanya Allah, tetapi beranggapan bahwa Allah tidak menghiraukan penyelenggaraan dunia. Penyelenggaraan dunia dapat dijelaskan dengan prinsip mekanistis. Karena itu mereka yang termasuk dalam gejala ini mengingkari segala hal yang adikodrati, misalnya wahyu dan mukjizat. 10 Ini titik awal manusia mulai memandang alam sebagai objek yang harus dieksploitasi dan dikuasai sehingga alam 10 Ringkasan Sejarah Filsafat, Dr. K. Bartens, Yayasan Kanisius, Jakarta, 1976, hal xviii

10 mengalami desakralisasi. Demikian juga dengan tubuh, tubuh kehilangan makna sakralnya. Pengalaman akan tubuh bukan lagi dilihat dari segi spiritualitas tetapi dari sudut pandang yang duniawi. Tubuh menjadi objek untuk wahana kesenangan, untuk dinikmati, untuk bermain, dan bahkan untuk dibeli sebagai komoditas. Dalam hal ini tubuh lebih dilihat sebagai eksterioritas. Yaitu bagaimana tubuh tersebut dialami dari dunia luar. Modernitas telah mensubordinasikan interioritas tubuh pada eksterioritas. Tubuh tidak lagi ditaklukkan oleh roh tetapi roh dan jiwa ditaklukkan oleh tubuh. Hedonisme pun masuk sebagai ekses dari modernitas dimana manusia terobsesi pada kesenangankesenangan jasmani atau duniawi dan pada penampilan fisik. Disisi lain juga individualisme telah membuat manusia terjebak dalam alienasi atau keterasingan. Di tahap inilah ketika tubuh mengalami desakralisasi, maka manusia kehilangan pengalaman spiritual dan transenden-nya akan tubuh. Citra diri dalam masyarakat modern bertransformasi menjadi citraan tubuh. Manusia modern kehilangan kepekaan dan kesadarannya akan makna kehadiran (presence). Fenomena ini dapat dilihat dikota-kota besar seperti di pertokoan atau perkantoran, ketika manusia-manusia berkumpul, berpapasan, saling melihat tetapi dengan sikap yang terkesan dingin. Masing-masing pribadi menjadi terasing dan terjebak dalam kesendirian sehingga tercipta atmosfer yang dingin. Manusia-manusia ini menjadi tidak refleksif. Sebuah paradoks jika dibandingkan dengan apa yang diyakini oleh para pemikir modern, yaitu bahwa ciri utama modernitas yang matang adalah munculnya citra diri yang refleksif (refleksif self). xix

11 2.2. Spiritualitas Dalam Seni Seni Spiritual Perkembangan seni tidak dapat dipisahkan dari perkembangan kebudayaan. Seni dalam berbagai bentuk selalu berkaitan dengan persoalan kehidupan manusia. Sebagai bagian dari kebudayaan seni memiliki beberapa fungsi yaitu fungsi personal, sosial, dan fisik. Sebagaimana manusia pun merupakan makhluk individual dan juga makhluk sosial. Seni yang memiliki fungsi sosial merupakan seni yang ditujukan untuk kemajuan masyarakat, seniman dipandang sebagai seorang yang mengemban suatu amanat dari masyarakat sedangkan karya seni merupakan instrumennya yang memuat pesan-pesan dan nilai-nilai moral dan sosial. Sedangkan seni yang memiliki fungsi personal adalah seni yang ditujukan untuk ekpresi personal dari seniman. Dalam hal ini karya seni dianggap sebagai media yang dapat merekam dan menggambarkan ekspresi, perasaan, dan persepsi seniman yang sangat personal terhadap persoalan-persoalan yang terjadi di dunia luar. Disini karya seni dibayangkan menjadi semacam jendela bagi setiap orang untuk dapat melihat berbagai persoalan dari sudut pandang dan persepsi seniman yang sangat personal. Sehingga mereka yang melihatnya, dapat merasakan apa yang dirasakan oleh seniman. Salah satu bagian dari fungsi personal seni adalah fungsi spiritual. Sebelumnya kita perlu membedakan antara karya seni yang memiliki fungsi spiritual atau seni spiritual dengan seni religius. Seni religius pada umumnya merepresentasikan nilai-nilai kolektif religius dalam hubungan antara manusia dengan Tuhan. Seni religius berkaitan erat dengan ajaran agama. Karya-karya seni religius biasanya berisi ajaran-ajaran atau cerita dalam kitab suci, yang ditujukan untuk membangun iman dan mengarahkan xx

12 manusia pada perilaku yang sesuai dengan kebenaran dan norma dalam kitab suci. Lukisan-lukisan kaligrafi atau lukisan-lukisan fresco pada dinding gereja di Eropa merupakan salah satu contoh karya seni religius. Jika dilihat dari sudut spiritualitas, karya seni religius dapat memunculkan kualitas spiritual tertentu, terutama apabila sebagai instrumen, karya tersebut berhasil mencapai tujuannya di masyarakat. Tetapi berbeda dengan seni spiritual, dimana tema atau subject matter dalam karya tersebut tidak harus berisi ajaran-ajaran atau cerita-cerita dari kitab suci tetapi dapat memunculkan kualitas spiritual. Kategori seni spiritual merujuk pada praktek seni yang lebih mengutamakan pencarian terhadap spiritualitas manusia. Pencarian tersebut berkisar pada persoalan filosofis tentang hakikat manusia dalam hubungannya dengan sesamanya, dengan alam semesta, dan dengan Tuhan. Furthermore, spiritual art expresses the questions an artist may have about man s place in the universe, whereas religious are tends to deal with the answers which have been institutionally established. We might define spiritual concern, so far as the present discussion is concerned, as the personal search for values through art. 11 Seni spiritual dapat dikatakan merepresentasikan pertanyaan-pertanyaan seputar eksistensi manusia. Sedangkan seni religius secara langsung merepresentasikan jawabanjawaban atas pertanyaan tersebut berdasarkan norma-norma dalam kitab suci. Dilihat dari akar katanya spirit dapat berarti jiwa, sukma, atau roh dan spiritual berarti kejiwaan, rohani, batin, mental, atau moral. Dalam bahasa inggris kedua kata tersebut berarti: 11 Art as Image and Idea, Edmund Burke Feldman, Prentice Hall Inc., Englewood Cliffs, New Jersey, 1967, hal. 24. xxi

13 Spirit : the force or principle of life that animates the body of living things. Spiritual : relating to the spirit or soul and not to physical nature or matter; intangible. 12 Jadi dapat diartikan bahwa spiritualitas berkaitan dengan sesuatu yang tidak kasat mata, tidak dapat disentuh tetapi dapat dirasakan, semacam energi atau tenaga yang membuat makhluk hidup memiliki kehidupannya. Karya-karya seni spiritual adalah karya-karya yang memiliki atau dapat memunculkan kualitas tersebut. Walaupun tetap harus dibedakan dengan hal-hal yang bersifat mistis. Peng-kategori-an seni spiritual disini tidak dimaksudkan untuk mengartikan seni yang mistis yang dekat dengan dunia roh, itu adalah persoalan yang berbeda sama sekali. Kategori tersebut dimaksudkan untuk mendefiniskan kecenderungan dari praktek seni yang baik tema atau gagasan dan objek seni nya secara objektif dapat menghasilkan kesan-kesan yang sublim. Kata sublim, dalam bahasa inggris sublime berarti : of high moral, intellectual, or spiritual value; noble; exalted. 13 Kesan seperti itu dapat dilihat dalam karya Van Gogh yang cukup terkenal The Starry Night (lihat gambar 1), cara Van Gogh menggambar objek dalam lukisan tersebut dengan brush stroke yang tegas, memberikan kesan hidup, objek tersebut seolah bergerak. Seolah dia ingin membawa kita untuk memasuki suatu ruang hidup yang lain yang belum pernah kita masuki. Hal ini terlihat juga dalam objek-objek lain yang ia gambarkan baik itu benda bernyawa atau tidak, ia membuat seolah-olah objek tersebut terlihat hidup, bergerak dan memiliki nyawa bagi orang yang melihatnya. Kesan seperti ini merupakan kualitas yang membuat karya nya dapat dikategorikan sebagai karya dengan kecenderungan kearah spiritualitas. Demikian juga dengan karya-karya Edvard 12 The Collins Dictionary and Thesaurus, William T McLeod, HarperCollins Publishers, Great Britain, Ibid. xxii

14 Munch salah satunya yang cukup terkenal berjudul The Scream (lihat gambar 2). Karya-karyanya memperlihatkan suatu ketakutan, depresif, labil, dan gelisah, menggambarkan pengalaman-pengalaman yang ia alami semasa hidupnya. Ada alasan mendasar dan latar belakang yang kuat mengapa karya-karyanya seperti itu, karena ia berangkat dari pengalaman personalnya, ketakutan dan penderitaan yang ia alami pada saat ibu dan kakak perempuannya meninggal. Kesan-kesan seperti itu dapat merangsang publik untuk bersikap refleksif terhadap hidup. Terutama jika kita mengetahui latarbelakang kondisi sosial politik dimana Edvard Munch hidup. Yang dimaksud dengan sikap refleksif adalah karya tersebut dapat membawa orang untuk menyadari nilai-nilai mendasar yang berkaitan dengan hidup. Lukisannya secara tidak langsung memperlihatkan simbolisasi spiritual yang berdasarkan perenungannya akan hidup dan dapat membawa kepada semacam sublimasi. The Starry Nigh, Vincent Van Gogh (Sumber: xxiii

15 The Scream, Edvard Munch (Sumber: Penulis mengambil contoh kedua seniman tersebut sebagai contoh bahwa dalam seni spiritual, seniman tidak harus memunculkan ikon-ikon dan simbol yang berkaitan dengan agama tetapi tetap dapat memasuki wilayah spiritual, terutama bila karya tersebut berkaitan dengan pengalaman personal seniman. Sebenarnya dalam kacamata yang lebih umum dapat dikatakan sebagian besar karya seni dalam seni rupa modern dapat memiliki kualitas spiritual. Sebelum masa modern agama menyediakan jawaban bagi persoalanpersoalan spiritual manusia, dalam hal ini kekristenan sebagai tulang punggung kebudayaan barat. Tetapi setelah memasuki masa modern posisi agama mulai bergeser sedikit demi sedikit dan disaat yang sama seni mulai menggantikan posisi tersebut. Penulis tidak mengatakan bahwa seni menggantikan agama atau secara langsung seni sama dengan agama. Tetapi karena di masa modern pertanyaan akan persoalan spiritualitas itu pun tetap ada dalam diri manusia, maka manusia modern menemukannya xxiv

16 dalam seni. Istilah fine art yang berarti seni yang halus, yang tinggi, atau seni yang memiliki kualitas sublim, menjelaskan persoalan ini. Karya seni dalam konsep fine art merupakan sarana untuk terjadinya pertukaran nilai-nilai antara seniman dengan audiens. Bicara mengenai pertukaran nilai atau makna sebuah karya seni dapat memiliki beberapa lapisan makna. Dimulai dari lapisan makna yang paling pertama atau yang paling luar. Makna yang terbentuk di tahap ini berkaitan erat dengan intensi awal seniman dalam membuat karya tersebut. Jadi jika seorang seniman secara sadar membuat sebuah karya sebagai respon terhadap persoalan sosial politik maka dalam lapisan awal, kecenderungan makna yang dimunculkan memungkinkan karya tersebut menjadi karya seni yang instrumentalis. Tetapi kemudian dapat muncul makna berikutnya yang mungkin saja mengarah pada spiritualitas. Hal ini dapat disadari oleh seniman pada saat membuat karyanya ataupun tidak. Penulis dapat melihat hal tersebut dalam karya Hachivi Edgar Heap of Birds yang berjudul: Building Minnesota (lihat gambar 3). Karya tersebut terdiri dari instalasi plat aluminium sebanyak 40 buah yang berjajar di sepanjang pinggir sungai Missisippi. Masing-masing plat bertuliskan nama-nama warga suku Indian yang menjadi korban pembunuhan etnis oleh warga kulit putih Amerika pada tahun atas dasar kebencian ras dan keserakahan warga kulit putih untuk merebut potensi ekonomi suku Indian yang hidup saat itu. Dalam plat tersebut tertulis nama korban, tahun mereka dibunuh, dan bagaimana mereka dibunuh, termasuk siapa yang memerintahkan aksi pembunuhan itu. Dalam lapisan makna yang paling luar karya tersebut dapat dikatakan karya seni instrumentalis karena merupakan sebuah kritikan sosial terhadap pemerintah Amerika. Tetapi karya tersebut juga memiliki kemungkinan untuk memunculkan kualitas spiritual karena karya tersebut mengingatkan publik pada xxv

17 persoalan hak hidup dan kematian. Publik diharapkan dapat disadarkan oleh fakta yang tertera pada karya tersebut. Sehingga dapat muncul simpati yang mengarah pada empati dalam diri publik, hal ini dapat disebut sebagai katarsis berkaitan erat dengan kesan sublim yang telah disebutkan sebelumnya. Jadi hal ini bergantung pada intensi awal seniman. Beberapa seniman tidak secara langsung mengolah tema spiritual dalam karyanya tetapi kemudian karya tersebut memiliki kualitas spiritual. Sedangkan beberapa seniman secara langsung merespon persoalan-persoalan spiritualitas dalam karyanya. Berikutnya penulis akan membahas secara lebih spesifik bagaiamana karya seni mengetengahkan persoalan spiritualitas yang langsung berkaitan dengan manusia sebagai subject matter-nya. Building Minnesota, Hachivi Edgar Heap of Birds, (Sumber: xxvi

18 Spiritualitas Manusia Dalam Seni Pada penjelasan sebelumnya penulis telah memberikan gambaran tentang seni spiritual secara umum. Penulis telah menjelaskan secara singkat beberapa hal yang menjadi alasan bahwa suatu karya seni dapat dikatakan sebagai seni spiritual atau karya seni yang memiliki kualitas spiritual. Suatu karya dapat dikatakan memiliki kualitas spiritual jika apa yang coba diungkapkan oleh seniman dalam karya tersebut berkaitan dengan nilai-nilai yang esensial dalam hidup manusia. Juga telah dijelaskan bahwa suatu karya dapat memiliki beberapa lapisan makna, bergantung pada intensi awal seniman. Pada sub-bab ini penulis akan sedikit membahas karya seni yang dalam lapisan makna yang pertama langsung mengacu pada persoalan spiritualitas, dimana manusia menjadi subject matter-nya. Sebuah karya seni yang mengangkat persoalan spiritualitas manusia adalah karya yang secara langsung mempersoalkan pertanyaan-pertanyaan seputar eksistensi manusia. Pertanyaan seperti siapa kita?, bagaimana kita ada?, apa yang membuat kita ada?, merupakan pertanyaan yang secara intens ditanyakan dalam karya-karya seperti ini. Atau juga pertanyaan-pertanyaan seputar takdir manusia, kehidupan dan kematian, tentang nilai-nilai abstrak dalam hidup manusia. Pertanyaan seperti ini memang sudah sering sekali ditanyakan dalam seni. Seniman berusaha untuk mengaitkan persoalan seni dan kehidupan, saat itulah karya seni memiliki potensi spiritual. Dalam tulisan ini penulis memilih Antony Gormley sebagai contoh seniman yang karya-karya nya membahas persoalan spiritualitas. Dalam karya-karyanya Antony Gormley secara intens membahas persoalan eksistensi manusia. Penulis akan membahas apa yang menjadi gagasan dasar dalam karya-karya nya dan hal-hal apa saja yang xxvii

19 membuat karya-karya nya memiliki intensitas spiritual yang cukup kuat. Pembahasan ini bersifat referensial terhadap karya yang akan dibuat oleh penulis. Antony Gormley adalah salah satu seniman yang secara intens mengolah persoalan figur manusia dalam kaya-karya patungnya. Gormley lahir tahun 1950 di London, Inggris dan sampai saat ini bekerja dan berdomisili disana. Pada tahun ia mempelajari vipassana bersama S N Goenka di India. Vipassana adalah teknik ber-meditasi yang diajarkan oleh penganut agama Budha. Kata insight seringkali digunakan untuk menerjemahkan arti kata vipassana. Teknik meditasi ini mengajarkan seseorang akan kesadaran dan konsentrasi terhadap ruang dalam atau batin manusia. Melalui maditasi ini seseorang dilatih untuk dapat merasakan sebuah sensasi bagaimana kita dapat berada didalam tubuh, untuk dapat menyadari ruang dalam atau interioritas tubuh. Teknik ini dilakukan dengan melatih konsentrasi pikiran. Hal inilah yang tampaknya berpengaruh besar pada gagasannya dalam berkarya. Gormley memandang tubuh sebagai sebuah ruang atau space. Pemikirannya akan space dipengaruhi oleh pandangan Aristotle. Menurut Aristotle space terbuat dari place (untuk lebih jelas penulis akan menggunakan istilah dalam bahasa Inggris space dan place). Dan place dari sebuah tubuh adalah permukaan paling dalam dari container atau tempat dimana tubuh tersebut berada. Untuk lebih jelas dapat dijelaskan dengan analogi sebuah batu yang dimasukan kedalam air. Place dari batu itu bukanlah air yang telah massanya telah tergantikan oleh batu tersebut, tetapi permukaan dalam dari massa air yang langsung bersentuhan dengan batu tersebut. Jadi menyerupai kulit yang membungkus. Menurutnya place bukanlah suatu ruang kosong dari suatu objek dimana sesuatu dapat ditaruh didalamnya, seperti buah yang ditaruh dalam mangkuk. Karena xxviii

20 menurutnya buah tersebut pada saat ditaruh bukan tidak menggantikan apapun, tetapi menggantikan udara yang mengisi mangkuk tersebut. 14 Bagi Antony Gormley tubuh menjadi suatu kesatuan dengan alam atau ruang dimana tubuh tersebut berada. Karyanya menekankan pada kesadaran akan eksterioritas tubuh dan interioritasnya. Baginya tubuh dipandang sebagai vessels atau tempat semacam container yang menyediakan ruang dan sekaligus menempati ruang. Gormley mencetak tubuhnya sendiri untuk memperoleh sensasi ruang dalam tersebut dan mencoba mematerialkan sensasi tersebut. Dia mengajak publik untuk merasakan kehadiran dari sosok figur berkaitan dengan ruang tertentu. That for me is the real challenge of sculpture. How do you make something out there, material, separate from you, an object amongst other objects, somehow carry the feeling of being-for the viewer to somehow make a connection with it. In a way, where you ended in Art and Illusion is where I want to begin. That idea that in some way there are things that cannot be articulated, that are unavailable for discourse, which can be conveyed in a material way, but can never be given a precise word equivalent for. 15 Dalam karyanya ia mencoba untuk mengajak publik menyadari kehadiran (presence) yang immaterial dari sosok manusia melalui material. Karyanya memperlihatkan usaha untuk mempertanyakan kembali eksistensi manusia, mengajak publik untuk menyadari eksistensinya dan merefleksikan kediriannya. Bahwa eksistensi manusia terikat pada ruang dan waktu. Karya-karyanya figur-figur yang berdiri sendiri tanpa ekspresi mengingatkan kita pada persoalan keterasingan dan kesendirian manusia. Keterasingan merupakan permasalahan yang sering sekali dibicarakan ditengah 14 Dikutip dari tulisan Stephen C levinson Space and Place dalam Some Of The Fact-Antony Gormley, katalog pameran yang diterbitkan oleh Tate St. Ives Gallery th Dikutip dari wawancara E.H. Gombrich dengan Antony Gormley, Antony Gormley, Phaidon Press Limited, London, 2000, hal 12. xxix

21 masyarakat modern. Itu menjadi semacam efek samping dari modernitas, dari kehidupan masyarakat perkotaan yang cenderung individual. Figur manusia atau tubuh manusia telah menjadi tema yang sering dibicarakan dalam banyak karya patung dalam ruang lingkup seni modern. Dalam banyak karya seni tersebut tubuh diperlakukan sebagai objek yang mengalami deformasi, dekonstruksi, dan fragmentasi atau mutilasi. Tubuh diangkat sebagai metaphor dari persoalan gender, identitas, permasalahan ras, sebagai objek dari kesenangan atau kesaktian dan penderitaan. Tubuh menjadi objek bukan lagi sebagai subjek. Dalam karya-karya Antony Gormley tidak diangkat sebagai objek tetapi sebagai subjek, dimana dia menggunakan tubuhnya sendiri sebagai media yang dicetak. Karya-karya nya tidak mengarahkan kita pada persoalan gender atau identitas seperti banyak karya-karya patung dengan figur atau tubuh manusia sebagai subject matter-nya. Tetapi menekankan pada aspek kehadiran yang immaterial dan bagaimana sosok manusia tersebut dapat meng-ada. Seperti yang dinyatakan oleh John Hutchinson: Gormley, like Merleau-Ponty, is much drawn to the idea of correspondence between the visible and invisible; he has also said that his interest in the body was aroused because embodiment, or being-in-the-world, provided him with a way of escaping from the dualism of dialectics. In other words, to Gormley the body is the articulation of meaning; it is that in which sense is given and out of which sense emerges. 16 Apa yang ingin disampaikan lewat figur-figur nya adalah sebuah embodiment- perwujudan dari sense of being-kesadaran akan eksistensi tubuh. Tubuh dalam karya Gormley merupakan artikulasi dari makna. Ia ingin agar terjadi komunikasi antara apa yang ia rasakan dengan apa yang audiens rasakan, dimana sosok tubuh yang diam itu menjadi media komunikasi. Dia ingin agar audiens merasakan juga tubuhnya sendiri pada 16 Surveys with John Hutchinson, Antony Gormley, Phaidon Press Limited, London, 2000, hal.42. xxx

22 saat berada diantara figur-figur tersebut. Karya Antony Gormley diantaranya adalah Land, Sea and Air II dan Fathers & Sons, Monuments & Toys, Gods & Artists. Land, Sea and Air II, 1982, lead, fiberglass, Land (crouching) 45x103x53cm, Sea (standing) 191x50x32cm, Air (kneeling) 118x69x52cm. Fathers & Sons, Monuments & Toys, Gods & Artists, , lead, plaster, fiberglass, air, Large figure 245x57,6x48cm, Small figure 108x24x22cm. (Gambar 2.4 & 2.5, sumber: Antony Gormley, Phaidon Press Limited, London, 2000) xxxi

BAB 1 PENDAHULUAN. Kutipan ayat diatas yang diambil dari Alkitab terjemahan Lembaga Alkitab

BAB 1 PENDAHULUAN. Kutipan ayat diatas yang diambil dari Alkitab terjemahan Lembaga Alkitab BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Berkarya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Berkarya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkarya Tuhan, iman, agama, dan kepercayaan pada saat sekarang ini kembali menjadi satu hal yang penting dan menarik untuk diangkat dalam dunia seni rupa, dibandingkan

Lebih terperinci

BAB IV. PENUTUP. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI,

BAB IV. PENUTUP. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI, BAB IV. PENUTUP 4. 1. Kesimpulan Pada bab-bab terdahulu, kita ketahui bahwa dalam konteks pencerahan, di dalamnya berbicara tentang estetika dan logika, merupakan sesuatu yang saling berhubungan, estetika

Lebih terperinci

Rahasia Alkitab. "Dapatkah engkau menemukan Allah"

Rahasia Alkitab. Dapatkah engkau menemukan Allah Rahasia Alkitab "Dapatkah engkau menemukan Allah" Pengetahuan Tentang ALLAH adalah Rahasia Tidak ada pikiran fana yang dapat memahami sepenuhnya akan tabiat atau hasil karya Yang Maha Kekal. Dengan mencari

Lebih terperinci

Patung dalam Seni Rupa Kontemporer Indonesia

Patung dalam Seni Rupa Kontemporer Indonesia Patung dalam Seni Rupa Kontemporer Indonesia Anusapati SENI PATUNG DALAM WACANA SENI RUPA KONTEMPORER INDONESIA 1* Anusapati Patung dan aspek-aspek utamanya Di dalam ranah seni klasik/tradisi, pengertian

Lebih terperinci

Gagasan tentang Tuhan yang dibentuk oleh sekelompok manusia pada satu generasi bisa saja menjadi tidak bermakna bagi generasi lain.

Gagasan tentang Tuhan yang dibentuk oleh sekelompok manusia pada satu generasi bisa saja menjadi tidak bermakna bagi generasi lain. TUHAN? Gagasan manusia tentang Tuhan memiliki sejarah, karena gagasan itu selalu mempunyai arti yang sedikit berbeda bagi setiap kelompok manusia yang menggunakannya di berbagai periode waktu. Gagasan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP V. 1. KESIMPULAN

BAB V PENUTUP V. 1. KESIMPULAN 84 BAB V PENUTUP V. 1. KESIMPULAN Keyakinan agama dewasa ini telah dipinggirkan dari kehidupan manusia, bahkan harus menghadapi kenyataan digantikan oleh ilmu pengetahuan. Manusia modern merasa tidak perlu

Lebih terperinci

EKSISTENSIALISME (1) Eksistensialisme:

EKSISTENSIALISME (1) Eksistensialisme: EKSISTENSIALISME (1) Eksistensialisme: Filsafat eksistensialisme merupakan pemberontakan terhadap beberapa sifat dari filsafat tradisional dan masyarakat modern. Eksistensialisme suatu protes terhadap

Lebih terperinci

Allah dan Pelayan-Pelayan-Nya 1Tim.3:1-13 Ev. Calvin Renata

Allah dan Pelayan-Pelayan-Nya 1Tim.3:1-13 Ev. Calvin Renata Allah dan Pelayan-Pelayan-Nya 1Tim.3:1-13 Ev. Calvin Renata Tatkala Allah membuat satu perjanjian (covenant) dengan manusia, kita melihat ada semacam satu paradoks yang sering dilupakan sekaligus sering

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. pemikiran si peneliti karena menentukan penetapan variabel. Berdasarkan Kamus Besar

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. pemikiran si peneliti karena menentukan penetapan variabel. Berdasarkan Kamus Besar BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah unsur penelitian yang amat mendasar dan menentukan arah pemikiran si peneliti karena menentukan penetapan variabel. Berdasarkan

Lebih terperinci

Mengapa memberitakan Injil? Kis.14:15-18 Ev. Jimmy Pardede, M.A.

Mengapa memberitakan Injil? Kis.14:15-18 Ev. Jimmy Pardede, M.A. Mengapa memberitakan Injil? Kis.14:15-18 Ev. Jimmy Pardede, M.A. Hari ini kita akan melihat mengapa kita harus memberitakan Injil Tuhan? Mengapa harus repot-repot mengadakan kebaktian penginjilan atau

Lebih terperinci

Hidup dalam Kasih Karunia Allah 2Kor.6:1-10 Pdt. Tumpal Hutahaean

Hidup dalam Kasih Karunia Allah 2Kor.6:1-10 Pdt. Tumpal Hutahaean Hidup dalam Kasih Karunia Allah 2Kor.6:1-10 Pdt. Tumpal Hutahaean Dalam hidup ini mungkinkah kita sebagai anak-anak Tuhan memiliki kebanggaan-kebanggaan yang tidak bernilai kekal? Mungkinkah orang Kristen

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. kesenian yang khas. Konsep akan yang indah (beauty) itu sendiri seiring waktu

BAB VI KESIMPULAN. kesenian yang khas. Konsep akan yang indah (beauty) itu sendiri seiring waktu BAB VI KESIMPULAN A. Simpulan Keindahan dalam beragam pemaknaannya melahirkan ekspresi-ekspresi kesenian yang khas. Konsep akan yang indah (beauty) itu sendiri seiring waktu bertransformasi secara ideal

Lebih terperinci

HIDUP DALAM KEKUDUSAN 1 Petrus 1:14-19 Herman Yeremia

HIDUP DALAM KEKUDUSAN 1 Petrus 1:14-19 Herman Yeremia HIDUP DALAM KEKUDUSAN 1 Petrus 1:14-19 Herman Yeremia Tujuan: Jemaat memahami bahwa Allah menghendaki umat-nya hidup dalam kekudusan Jemaat bertekad untuk hidup dalam kekudusan Jemaat menerapkan kehidupan

Lebih terperinci

PROSES BERARSITEKTUR DALAM TELAAH ANTROPOLOGI: Revolusi Gaya Arsitektur dalam Evolusi Kebudayaan

PROSES BERARSITEKTUR DALAM TELAAH ANTROPOLOGI: Revolusi Gaya Arsitektur dalam Evolusi Kebudayaan PROSES BERARSITEKTUR DALAM TELAAH ANTROPOLOGI: Revolusi Gaya Arsitektur dalam Evolusi Kebudayaan Mashuri Staf Pengajar Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Arsitektur- Universitas Tadulako Abstrak Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hitam dan putih adalah konsep dualisme yang ada di masyarakat, dimana

BAB I PENDAHULUAN. Hitam dan putih adalah konsep dualisme yang ada di masyarakat, dimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hitam dan putih adalah konsep dualisme yang ada di masyarakat, dimana hitam sering identik dengan salah dan putih identik dengan benar. Pertentangan konsep

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. Pada dasarnya Keraton Yogyakarta dibangun berdasarkan. kosmologi Jawa, yang meletakkan keseimbangan dan keselarasan

BAB VI KESIMPULAN. Pada dasarnya Keraton Yogyakarta dibangun berdasarkan. kosmologi Jawa, yang meletakkan keseimbangan dan keselarasan 533 BAB VI KESIMPULAN A. Kesimpulan Pada dasarnya Keraton Yogyakarta dibangun berdasarkan kosmologi Jawa, yang meletakkan keseimbangan dan keselarasan sebagai landasan relasi manusia-tuhan-alam semesta.

Lebih terperinci

Seri Iman Kristen (4/10)

Seri Iman Kristen (4/10) Seri Iman Kristen (4/10) Nama Kursus : DASAR-DASAR IMAN KRISTEN Nama Pelajaran : Kejatuhan Manusia Kode Pelajaran : DIK-P04 Pelajaran 04 - KEJATUHAN MANUSIA DAFTAR ISI Ayat Alkitab Ayat Kunci 1. Larangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dihargai keberadaannya. Penenelitian tentang tattoo artist bernama Awang yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dihargai keberadaannya. Penenelitian tentang tattoo artist bernama Awang yang 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Tato merupakan salah satu karya seni rupa dua dimensi yang layak untuk dihargai keberadaannya. Penenelitian tentang tattoo artist bernama Awang yang merupakan

Lebih terperinci

PERANAN AGAMA DALAM KEHIDUPAN MODERN

PERANAN AGAMA DALAM KEHIDUPAN MODERN PERANAN AGAMA DALAM KEHIDUPAN MODERN Oleh Nurcholish Madjid Berbicara tentang agama memerlukan suatu sikap ekstra hatihati. Sebab, sekalipun agama merupakan persoalan sosial, tetapi penghayatannya amat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia sebagai persona pertama-tama karena ke-diri-annya (self). Artinya, self

BAB I PENDAHULUAN. manusia sebagai persona pertama-tama karena ke-diri-annya (self). Artinya, self BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia tidak hanya dipahami sebagai individu, melainkan sebagai persona. 1 Sifat individual berarti ia sebagai ada yang dapat dibedakan dengan ada yang lain dari satu

Lebih terperinci

Sumber dan Tujuan Pendidikan yang Benar. Pengetahuan orang kudus adalah pengertian, Kenalilah akan Dia.

Sumber dan Tujuan Pendidikan yang Benar. Pengetahuan orang kudus adalah pengertian, Kenalilah akan Dia. Sumber dan Tujuan Pendidikan yang Benar Pengetahuan orang kudus adalah pengertian, Kenalilah akan Dia. Pemikiran kita tentang pendidikan terlalu sempit dan dangkal. Karena hanya mengejar suatu arah pelajaran

Lebih terperinci

Filsafat Islam قولية كونية. Wahyu. Para Rasul. Alam. Akal Manusia. Problem Filsafat Islam tentang tuhan: Bentuk Aktifitas Manusia. Aktivitas Kehidupan

Filsafat Islam قولية كونية. Wahyu. Para Rasul. Alam. Akal Manusia. Problem Filsafat Islam tentang tuhan: Bentuk Aktifitas Manusia. Aktivitas Kehidupan Problem Filsafat Islam tentang tuhan: Bentuk Aktifitas Manusia هللا Wahyu كونية قولية Para Rasul Alam Akal Manusia Aktivitas Kehidupan 1 pg. Filsafat Islam Problem Tuhan berpisah dengan alam Tuhan bersatu

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini ada sebuah gaya hidup tertentu yang berkembang di dalam masyarakat modern dan sangat digandrungi oleh masyarakat dalam ruang lingkup pemuda-remaja. Gaya

Lebih terperinci

PASAL 21 LANGIT YANG BARU DAN BUMI YANG BARU

PASAL 21 LANGIT YANG BARU DAN BUMI YANG BARU PASAL 21 LANGIT YANG BARU DAN BUMI YANG BARU PENDAHULUAN Wahyu 21:1 Langit dan bumi yang sedang kita tempati inilah yang akan dibaharui oleh Tuhan. Tidak akan ada penciptaan bumi yang baru. Baru disini

Lebih terperinci

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #38 oleh Chris McCann

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #38 oleh Chris McCann Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #38 oleh Chris McCann Selamat malam dan selamat datang di pembahasan Alkitab EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu. Malam ini adalah pembahasan #38 tentang Wahyu, pasal

Lebih terperinci

FILSAFAT KETUHANAN (Sebuah Pengantar) Kompetensi Kuliah : Memahami Tuhan Yang Maha Esa dan Ketuhanan (Filsafat Ketuhanan)

FILSAFAT KETUHANAN (Sebuah Pengantar) Kompetensi Kuliah : Memahami Tuhan Yang Maha Esa dan Ketuhanan (Filsafat Ketuhanan) FILSAFAT KETUHANAN (Sebuah Pengantar) Kompetensi Kuliah : Memahami Tuhan Yang Maha Esa dan Ketuhanan (Filsafat Ketuhanan) INTRODUCTION Nama : Ismuyadi, S.E., M.Pd.I TTL : Kananga Sila Bima, 01 Februari

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Remaja adalah masa transisi dari anak-anak menuju tahap yang lebih dewasa. Secara formal, seseorang dikatakan sebagai remaja jika telah memasuki batasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendefiniskan pendidikan anak usia dini sebagai. boleh terpisah karena ketiganya saling berkaitan. Aspek kognitif berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. mendefiniskan pendidikan anak usia dini sebagai. boleh terpisah karena ketiganya saling berkaitan. Aspek kognitif berkaitan dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam rentang kehidupan manusia, memiliki peran yang strategis. Manusia melalui usaha sadarnya berupaya untuk mengembangkan segenap potensi yang

Lebih terperinci

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #19 oleh Chris McCann

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #19 oleh Chris McCann Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #19 oleh Chris McCann Selamat malam dan selamat datang di pembahasan Alkitab EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu. Malam ini adalah pembahasan #19 tentang Wahyu, pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini dikemukakan beberapa poin di antaranya latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini dikemukakan beberapa poin di antaranya latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini dikemukakan beberapa poin di antaranya latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan ruang lingkup penelitian. 1.1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu bahasa. Puisi juga merupakan cara penyampaian tidak langsung seseorang

BAB I PENDAHULUAN. suatu bahasa. Puisi juga merupakan cara penyampaian tidak langsung seseorang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Puisi merupakan ungkapan perasaan yang dihayati oleh penyairnya ke dalam suatu bahasa. Puisi juga merupakan cara penyampaian tidak langsung seseorang terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan jabaran dari kehidupan yang terjadi di muka bumi ini. Sastra merupakan salah satu seni yang

Lebih terperinci

Bab Sembilan-Belas (Chapter Nineteen) Realitas dalam Kristus (In-Christ Realities)

Bab Sembilan-Belas (Chapter Nineteen) Realitas dalam Kristus (In-Christ Realities) Bab Sembilan-Belas (Chapter Nineteen) Realitas dalam Kristus (In-Christ Realities) Di seluruh suratan-suratan dalam Perjanjian Baru, kita temukan frase-frase seperti dalam Kristus, bersama Kristus, melalui

Lebih terperinci

Seri Kitab Wahyu Pasal 11, Pembahasan No. 1, oleh Chris McCann. Selamat malam dan selamat datang di Pemahaman Alkitab EBible

Seri Kitab Wahyu Pasal 11, Pembahasan No. 1, oleh Chris McCann. Selamat malam dan selamat datang di Pemahaman Alkitab EBible Seri Kitab Wahyu Pasal 11, Pembahasan No. 1, oleh Chris McCann Selamat malam dan selamat datang di Pemahaman Alkitab EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu. Malam ini kita akan membicarakan Pembahasan No.

Lebih terperinci

Gereja Lokal Sebagai Sarana Bertumbuh 1 Korintus 12:12-20

Gereja Lokal Sebagai Sarana Bertumbuh 1 Korintus 12:12-20 Gereja Lokal Sebagai Sarana Bertumbuh 1 Korintus 12:12-20 Pernahkah Anda berpikir mengapa setelah kita percaya kita perlu hadir dalam komunitas yang bernama gereja? Apakah tidak cukup kita mengaku percaya

Lebih terperinci

EPISTEMOLOGI MODERN DALAM TRADISI BARAT DAN TIMUR

EPISTEMOLOGI MODERN DALAM TRADISI BARAT DAN TIMUR EPISTEMOLOGI MODERN DALAM TRADISI BARAT DAN TIMUR Dr. Sri Trisnaningsih, SE, M.Si Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi UPN Veteran Jawa Timur Pengantar Epistemologi merupakan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

Mengampuni dan Menerima Diri Sendiri 1

Mengampuni dan Menerima Diri Sendiri 1 Modul 9: Mengampuni dan Menerima Diri Sendiri Mengampuni dan Menerima Diri Sendiri 1 Diterjemahkan dari Out of Darkness into Light Wholeness Prayer Basic Modules 2014, 2007, 2005, 2004 Freedom for the

Lebih terperinci

Beberapa pasal terakhir dari kitab Wahyu menggambarkan peristiwa akhir dari Pertentangan Besar:

Beberapa pasal terakhir dari kitab Wahyu menggambarkan peristiwa akhir dari Pertentangan Besar: Lesson 13 for March 26, 2016 Beberapa pasal terakhir dari kitab Wahyu menggambarkan peristiwa akhir dari Pertentangan Besar: Setan dirantai (Wahyu 20:1-3) Masa Penghakiman Seribu Tahun (Wahyu 20:4-6) Penghakiman

Lebih terperinci

MISTERI TUHAN ANTARA ADA DAN TIADA

MISTERI TUHAN ANTARA ADA DAN TIADA ADAADNAN ABDULLA ADNAN ABDULLAH MISTERI TUHAN ANTARA ADA DAN TIADA Diterbitkan secara mandiri melalui Nulisbuku.com DAFTAR ISI Daftar Isi 3 Pendahuluan.. 5 1. Terminologi Tuhan. 10 2. Agama-agama di Dunia..

Lebih terperinci

BAB IV. Refleksi Teologis. sekolah adalah perbedaan peranan antara laki-laki dan perempuan. Dimana sudah sangat

BAB IV. Refleksi Teologis. sekolah adalah perbedaan peranan antara laki-laki dan perempuan. Dimana sudah sangat BAB IV Refleksi Teologis Salah satu perbedaan yang dihadapi baik didalam gereja, masyarakat, maupun didalam sekolah adalah perbedaan peranan antara laki-laki dan perempuan. Dimana sudah sangat tertanam

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN. Berkatalah Petrus kepada Yesus: Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!.

UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN. Berkatalah Petrus kepada Yesus: Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN Berkatalah Petrus kepada Yesus: Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!. 1 Ucapan Petrus dalam suatu dialog dengan Yesus ini mungkin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra tercipta sebagai reaksi dinamika sosial dan kultural yang terjadi dalam masyarakat. Terdapat struktur sosial yang melatarbelakangi seorang pengarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat itu dalam berbagai bentuk film-film ini akhirnya memiliki bekas nyata di benak

BAB I PENDAHULUAN. saat itu dalam berbagai bentuk film-film ini akhirnya memiliki bekas nyata di benak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Film adalah media audio visual yang memiliki peranan penting bagi perkembangan zaman di setiap negara. terlepas menjadi bahan propaganda atau tidak, terkadang sebuah

Lebih terperinci

Tujuh Meditasi tentang CINTA

Tujuh Meditasi tentang CINTA 2016 Tujuh Meditasi tentang CINTA JADI S. LIMA Tujuh Meditasi tentang Cinta by Jadi S. Lima Copyright C 2011, 2016 FiatLux!, Jakarta all rights reserved 2 for Ita, with love... 3 DAFTAR ISI Pengantar...

Lebih terperinci

SEJARAH DESAIN. Bentuk Dan Isi Modul 8. Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn. Modul ke: Fakultas Desain dan Seni Kreatif. Program Studi Desain Produk

SEJARAH DESAIN. Bentuk Dan Isi Modul 8. Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn. Modul ke: Fakultas Desain dan Seni Kreatif. Program Studi Desain Produk SEJARAH DESAIN Modul ke: Bentuk Dan Isi Modul 8 Fakultas Desain dan Seni Kreatif Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn Program Studi Desain Produk www.mercubuana.ac.id Bentuk Dan Isi Abstract Bentuk dan isi merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem pemikiran Yoga dapat dilihat sebagai suatu konstelasi pemikiran filsafat, bukan hanya seperangkat hukum religi karena ia bekerja juga mencapai ranah-ranah

Lebih terperinci

Hampir setiap hari kita biasa mendengar peristiwa ini dalam berita.

Hampir setiap hari kita biasa mendengar peristiwa ini dalam berita. Lesson 7 for May 19, 2018 Hal ini harus kamu lakukan, karena kamu mengetahui keadaan waktu sekarang, yaitu bahwa saatnya telah tiba bagi kamu untuk bangun dari tidur. Sebab sekarang keselamatan sudah lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan manusia sebagai satu-satunya makhluk yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan manusia sebagai satu-satunya makhluk yang memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah menciptakan manusia sebagai satu-satunya makhluk yang memiliki kesempurnaan lebih dibandingkan dengan makhluk lainnya. Dalam al-quran, Allah berfirman:

Lebih terperinci

Pendidikan Pancasila. Berisi tentang Pancasila sebagai Sistem Filsafat. Dosen : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom. Modul ke: Fakultas Fakultas Ekonomi Bisnis

Pendidikan Pancasila. Berisi tentang Pancasila sebagai Sistem Filsafat. Dosen : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom. Modul ke: Fakultas Fakultas Ekonomi Bisnis Modul ke: Pendidikan Pancasila Berisi tentang Pancasila sebagai Sistem Filsafat. Fakultas Fakultas Ekonomi Bisnis Dosen : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id Pancasila

Lebih terperinci

GEREJA KRISTEN NAZARENE PASAL-PASAL TENTANG IMAN

GEREJA KRISTEN NAZARENE PASAL-PASAL TENTANG IMAN GEREJA KRISTEN NAZARENE PASAL-PASAL TENTANG IMAN I Allah Tritunggal Kami percaya kepada satu Allah yang tidak terbatas, yang keberadaan-nya kekal, Pencipta dan Penopang alam semesta yang berdaulat; bahwa

Lebih terperinci

WATAK MANUSIA PERENEALIS DAN MANUSIA MODERN. dan manusia modern memiliki perbedaan dalam

WATAK MANUSIA PERENEALIS DAN MANUSIA MODERN. dan manusia modern memiliki perbedaan dalam WATAK MANUSIA PERENEALIS DAN MANUSIA MODERN Manusia perenealis dan manusia modern memiliki perbedaan dalam menjalani hidup. Dari masa perenealis hingga masa skolastik, manusia cenderung mencari segala

Lebih terperinci

OTORITAS ORANG PERCAYA

OTORITAS ORANG PERCAYA Level 2 Pelajaran 6 OTORITAS ORANG PERCAYA Oleh Andrew Wommack Di sesi hari ini saya ingin bahas mengenai otoritas yang Allah telah berikan kepada kita sebagai orang percaya. Dalam pembahasan ini, kita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penciptaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penciptaan 1.1 Latar Belakang Penciptaan BAB I PENDAHULUAN Manusia dengan memiliki akal menjadikannya mahluk yang sempurna, sehingga dapat berkehendak melebihi potensi yang dimiliki oleh mahluk lainnya, hal tersebut

Lebih terperinci

KALIGRAFI EKSPRESI ARTISTIK PERADABAN ISLAM

KALIGRAFI EKSPRESI ARTISTIK PERADABAN ISLAM PERADABAN ISLAM I: TELAAH ATAS PERKEMBANGAN PEMIKIRAN KALIGRAFI EKSPRESI ARTISTIK PERADABAN ISLAM Oleh Nurcholish Madjid Dalam kajian modern, agama Islam disebut sebagai agama yang sangat ikonoklastik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ciri khas merupakan tuntutan dalam derasnya persaingan industri media massa yang ditinjau berdasarkan tujuannya sebagai sarana untuk mempersuasi masyarakat. Sebagaimana

Lebih terperinci

The Pastor s Heart. A Tribute. Timothy Athanasios & Dhila Cherish

The Pastor s Heart. A Tribute. Timothy Athanasios & Dhila Cherish The Pastor s Heart A Tribute Timothy Athanasios & Dhila Cherish Chapter 1 Gembala yang Menjawab Tantangan Zaman Saya membayangkan sosok Rasul Petrus yang terlempar melalui sebuah mesin waktu dan terdampar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

DOA. Prinsip: Doa dimulai dengan hubungan kita dengan Tuhan.

DOA. Prinsip: Doa dimulai dengan hubungan kita dengan Tuhan. DOA Pengantar Apakah Anda pernah kagum akan sesuatu yang dikatakan oleh seorang anak kecil? Mungkin caranya menerangkan bagaimana cara kerja sebuah mainan. Atau mungkin ia menceriterakan tentang suatu

Lebih terperinci

Estetika Desain. Oleh: Wisnu Adisukma. Seni ternyata tidak selalu identik dengan keindahan. Argumen

Estetika Desain. Oleh: Wisnu Adisukma. Seni ternyata tidak selalu identik dengan keindahan. Argumen Estetika Desain Oleh: Wisnu Adisukma Seni ternyata tidak selalu identik dengan keindahan. Argumen inilah yang seringkali muncul ketika seseorang melihat sebuah karya seni. Mungkin karena tidak memahami

Lebih terperinci

Dalam pelajaran ini saudara akan mempelajari... Nama-namanya Peraturannya Tugasnya Masa depannya

Dalam pelajaran ini saudara akan mempelajari... Nama-namanya Peraturannya Tugasnya Masa depannya Gereja Ada gedung-gedung dan katedral indah, pos penginjilan dan bangunan sederhana yang memakai nama "Gereja". Bangunan-bangunan itu mempunyai menara, salib, dan lonceng yang mempunyai caranya sendiri

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN

Bab I Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK 1.1.1 Tinjauan Umum Gereja Dengan adanya perkembangan zaman dan pertumbuhan penduduk yang semakin cepat, mengakibatkan manusia berlomba-lomba dalam

Lebih terperinci

MUSIK DAN MISI. Oleh. Florentina Wijayani Kusumawati 21. Pendahuluan

MUSIK DAN MISI. Oleh. Florentina Wijayani Kusumawati 21. Pendahuluan MUSIK DAN MISI Oleh Florentina Wijayani Kusumawati 21 Pendahuluan Tidak dapat disangkal bahwa musik merupakan bagian integral dalam ibadah Kristen. Peranan dan pengaruh musik dalam ibadah tidak dapat disepelekan.

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan 1. Hakikat tubuh menurut Merleau-Ponty: Berangkat dari tradisi fenomenologi, Maurice Merleau-Ponty mengonstruksi pandangan tubuh-subjek yang secara serius menggugat berbagai

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: kesadaran merek, persepsi kualitas, keputusan pembelian. iii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata kunci: kesadaran merek, persepsi kualitas, keputusan pembelian. iii Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Samsung Galaxy Note II merupakan ponsel Android yang banyak digemari oleh mahasiswa, khusunya di, Fakultas Ekonomi, Jurusan Manajemen. Ponsel ini sangat digemari di kalangan ini, karena merek ponsel

Lebih terperinci

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #12 oleh Chris McCann

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #12 oleh Chris McCann Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #12 oleh Chris McCann Selamat malam dan selamat datang di pembahasan Alkitab EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu. Malam ini adalah pembahasan #12 tentang Wahyu, pasal

Lebih terperinci

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #24 oleh Chris McCann

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #24 oleh Chris McCann Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #24 oleh Chris McCann Selamat malam dan selamat datang di pembahasan Alkitab EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu. Malam ini adalah pembahasan #24 tentang Wahyu, pasal

Lebih terperinci

Santo Yohanes Rasul adalah orang yang sejak semula boleh mengalami kasih Yesus secara istimewa.

Santo Yohanes Rasul adalah orang yang sejak semula boleh mengalami kasih Yesus secara istimewa. 1. Allah, Sumber Segala Kasih Santo Yohanes Rasul adalah orang yang sejak semula boleh mengalami kasih Yesus secara istimewa. Pada perjamuan malam ia boleh duduk dekat Yesus dan bersandar dekat dengan

Lebih terperinci

Nama Mata Kuliah. Modul ke: Filsafat Manusia. Fakultas Fakultas Psikologi. Masyhar MA. Program Studi Program Studi.

Nama Mata Kuliah. Modul ke: Filsafat Manusia. Fakultas Fakultas Psikologi. Masyhar MA. Program Studi Program Studi. Nama Mata Kuliah Modul ke: Filsafat Manusia Fakultas Fakultas Psikologi Masyhar MA Program Studi Program Studi www.mercubuana.ac.id Kelahiran dan kematian manusia Template Modul PERMASALAHAN Titik tolak

Lebih terperinci

En-Publishing Refleksi-refleksi mengenai Rumah Sakit. Perenungan buat dokter, perawat, pasien, keluarga

En-Publishing Refleksi-refleksi mengenai Rumah Sakit. Perenungan buat dokter, perawat, pasien, keluarga En-Publishing Refleksi-refleksi mengenai Rumah Sakit Perenungan buat dokter, perawat, pasien, keluarga Jeffrey Lim Puisi dibuat oleh Sdr. Jeffrey Lim TOC Daftar Isi I..Pendahuluan : Rumah sakit itu tempat

Lebih terperinci

PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN. Pdt. Sundoyo GKJ Brayat Kinasih Yogyakarta

PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN. Pdt. Sundoyo GKJ Brayat Kinasih Yogyakarta PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN Pdt. Sundoyo GKJ Brayat Kinasih Yogyakarta sundoyo59@gmail.com AGAMA Bahasa Indonesia -------> Bahasa Sanskerta A + gam + a A = tidak, Gam = Pergi, berjalan. a-> bunyi sengau Tidak

Lebih terperinci

Seri Iman Kristen (1/10)

Seri Iman Kristen (1/10) Seri Iman Kristen (1/10) Nama Kursus : DASAR-DASAR IMAN KRISTEN Nama Pelajaran : Penciptaan Alam Semesta Kode Pelajaran : DIK-P01 Pelajaran 01 - PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DAFTAR ISI Teks Alkitab Ayat Kunci

Lebih terperinci

Siapakah Yesus Kristus? (2/6)

Siapakah Yesus Kristus? (2/6) Siapakah Yesus Kristus? (2/6) Nama Kursus : SIAPAKAH YESUS KRISTUS? Nama Pelajaran : Yesus adalah Firman Allah dan Anak Allah Kode Pelajaran : SYK-P02 Pelajaran 02 - YESUS ADALAH FIRMAN ALLAH DAN ANAK

Lebih terperinci

Tujuan pembangunan suatu negara adalah untuk pemenuhan kebutuhan masyarakatnya supaya mereka dapat hidup baik dan sejahtera. Untuk itu pembangunan

Tujuan pembangunan suatu negara adalah untuk pemenuhan kebutuhan masyarakatnya supaya mereka dapat hidup baik dan sejahtera. Untuk itu pembangunan PENDAHULUAN 1 Tujuan pembangunan suatu negara adalah untuk pemenuhan kebutuhan masyarakatnya supaya mereka dapat hidup baik dan sejahtera. Untuk itu pembangunan harus mencakup dua aspek yaitu aspek fisik

Lebih terperinci

ALLAH SEBAGAI PENCIPTA

ALLAH SEBAGAI PENCIPTA ALLAH SEBAGAI PENCIPTA Bacaan Alkitab: Kej. 1:1-31 Bapa yang Mahakuasa, khalik langit dan bumi AT : Allah adalah Pencipta langit dan bumi beserta segala isinya. AK : Allah sebagai sumber dan Penyebab Awal

Lebih terperinci

Revelation 11, Study No. 38 in Indonesian Language. Seri Kitab Wahyu pasal 11, Pembahasan No.38, oleh Chris McCann

Revelation 11, Study No. 38 in Indonesian Language. Seri Kitab Wahyu pasal 11, Pembahasan No.38, oleh Chris McCann Revelation 11, Study No. 38 in Indonesian Language Seri Kitab Wahyu pasal 11, Pembahasan No.38, oleh Chris McCann Selamat malam dan selamat datang di pemahaman Alkitab EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu.

Lebih terperinci

BAYI NATAL. Oleh Pdt. Dr. Stephen Tong. Yesaya 9:5-6

BAYI NATAL. Oleh Pdt. Dr. Stephen Tong. Yesaya 9:5-6 BAYI NATAL Oleh Pdt. Dr. Stephen Tong Yesaya 9:5-6 Sebab setiap sepatu tentara yang berderap-derap dan setiap jubah yang berlumuran darah akan menjadi umpan api. Sebab seorang anak telah lahir untuk kita,

Lebih terperinci

BAB 27 Berdiam Diri dalam Pertemuan- Pertemuan Jemaat

BAB 27 Berdiam Diri dalam Pertemuan- Pertemuan Jemaat Dikutip dari buku: UCAPAN PAULUS YANG SULIT Oleh : Manfred T. Brauch Penerbit : Seminari Alkitab Asia Tenggara - Malang - 1997 Halaman 161-168 BAB 27 Berdiam Diri dalam Pertemuan- Pertemuan Jemaat Sama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Kebebasan merupakan hal yang menarik bagi hampir semua orang. Di Indonesia, kebebasan merupakan bagian dari hak setiap individu, oleh karena itu setiap

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Papua terkenal dengan pulau yang memiliki banyak suku, baik suku asli Papua maupun suku-suku yang datang dan hidup di Papua. Beberapa suku-suku asli Papua

Lebih terperinci

KARENA AKU TELAH MEMPERTUNANGKAN KAMU (2 KORINTUS 11 : 2) - Warta Jemaat, 23 September

KARENA AKU TELAH MEMPERTUNANGKAN KAMU (2 KORINTUS 11 : 2) - Warta Jemaat, 23 September KARENA AKU TELAH MEMPERTUNANGKAN KAMU (2 KORINTUS 11 : 2) - Warta Jemaat, 23 September Karena aku telah mempertunangkan kamu (2 Korintus 11 : 2) Shalom Mungkin kita pernah mendengar suatu nyanyian yang

Lebih terperinci

"HUMANISME DAN GERAKAN ZAMAN BARU"

HUMANISME DAN GERAKAN ZAMAN BARU Dikutip dari buku: "HUMANISME DAN GERAKAN ZAMAN BARU" Oleh: Ir. Herlianto, M.Th. Penerbit: Yayasan Kalam Hidup GERAKAN PENGEMBANGAN PRIBADI Dewasa ini, setidaknya sejak tahun 1970-an, terjadi kebangunan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN KEBUDAYAAN

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN KEBUDAYAAN BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN KEBUDAYAAN 2.1 Uraina Tentang Seni Kata seni berasal dari kata "SANI" yang kurang lebih artinya "Jiwa Yang Luhur/ Ketulusan jiwa". Menurut kajian ilmu di eropa

Lebih terperinci

Moral Akhir Hidup Manusia

Moral Akhir Hidup Manusia Modul ke: 07Fakultas Psikologi Pendidikan Agama Katolik Moral Akhir Hidup Manusia Oleh : Drs. Sugeng Baskoro, M.M Program Studi Psikologi Bagian Isi TINJAUAN MORAL KRISTIANI AKHIR HIDUP MANUSIA (HUKUMAN

Lebih terperinci

Title: Preached by Dr. w eugene SCOTT, PhD., Stanford University Copyright 2007, Pastor Melissa Scott. - all rights reserved

Title: Preached by Dr. w eugene SCOTT, PhD., Stanford University Copyright 2007, Pastor Melissa Scott. - all rights reserved Title: Preached by Dr. w eugene SCOTT, PhD., Stanford University Copyright 2007, Pastor Melissa Scott. - all rights reserved KOMUNI (PERJAMUAN KUDUS) Disampaikan oleh Dr. w eugene SCOTT, PhD., Stanford

Lebih terperinci

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL A. Konsep Manusia Dalam Berbagai Sudut Pandang Pencarian makna dan hakekat manusia dilakukan melalui berbagai pendekatan. Para filosuf memahami manusia

Lebih terperinci

BAB III GAGASAN KARYA DAN PROSES BERKARYA

BAB III GAGASAN KARYA DAN PROSES BERKARYA BAB III GAGASAN KARYA DAN PROSES BERKARYA 3.1 Gagasan Karya Setelah melihat fenomena-fenomena pada bab sebelumnya, maka gagasan karya penulis ini muncul sebagai ungkapan mengkritisi fenomena-fenomena tersebut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. B. Rumusan masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. B. Rumusan masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Pengertiaan Agama Berbicara tentang agama berarti berbicara tentang Allah. Kadang kalah di pikiran kita timbul apa itu Agama? Agama adalah suatu pencariaan manusia

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Kementerian Hukum dan HAM. Kewarganegaraan. Bentuk Formulir. Pengurusan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Kementerian Hukum dan HAM. Kewarganegaraan. Bentuk Formulir. Pengurusan. No.555, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Kementerian Hukum dan HAM. Kewarganegaraan. Bentuk Formulir. Pengurusan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-120.AH.1O.01

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI,2009

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI,2009 BAB I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar belakang Berangkat dari sebuah pernyataan yang menyatakan bahwa Estetika sebagai logika, mengantarkan saya untuk mencoba mendalami dan menelusuri tentang keduanya, serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia hidup berbudaya dan berkomunikasi. Salah satu cara manusia untuk berkomunikasi yaitu melalui sastra. Sastra merupakan salah satu

Lebih terperinci

Mat. 16: Ev. Bakti Anugrah, M.A.

Mat. 16: Ev. Bakti Anugrah, M.A. Mat. 16: 13-20 Ev. Bakti Anugrah, M.A. Identitas Kristus yang sudah dinyatakan berulang-ulang dari pasal pertama sampai pasal kelima belas ternyata masih menimbulkan kebingungan dan perpecahan pendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengarang untuk memperkenalkan kebudayaan suatu daerah tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. pengarang untuk memperkenalkan kebudayaan suatu daerah tertentu. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya sastra merupakan suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Werren dan Wellek, 2014:3). Sastra bisa dikatakan sebagai karya seni yang bersifat

Lebih terperinci

BAB XII MENJAGA KEUTUHAN CIPTAAN. Dosen : Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. Modul ke: Fakultas MKCU. Program Studi Psikologi.

BAB XII MENJAGA KEUTUHAN CIPTAAN. Dosen : Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. Modul ke: Fakultas MKCU. Program Studi Psikologi. BAB XII Modul ke: 13 MENJAGA KEUTUHAN CIPTAAN Fakultas MKCU Dosen : Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. www.mercubuana.ac.id Program Studi Psikologi MENJAGA KEUTUHAN CIPTAAN Terima Kasih A. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENGERTIAN FILSAFAT INDONESIA PRA MODERN

BAB I PENGERTIAN FILSAFAT INDONESIA PRA MODERN BAB I PENGERTIAN FILSAFAT INDONESIA PRA MODERN A. Objek Bahasan 1. Objek materi Filsafat Indonesia ialah kebudayaan bangsa. Menurut penjelasan UUD 1945 pasal 32, kebudayaan bangsa ialah kebudayaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penciptaan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penciptaan BAB I PENDAHULUAN 1.1.1 Latar Belakang Penciptaan Manusia merupakan makhluk yang paling sempurna diciptakan oleh Allah Subhanallah Wa Ta ala. Kesempurnaan yang dimiliki oleh manusia dengan makhluk lainnya

Lebih terperinci

Cat Steven, Masuk Islam Saat di Puncak Ketenaran

Cat Steven, Masuk Islam Saat di Puncak Ketenaran Cat Steven, Masuk Islam Saat di Puncak Ketenaran Popularitas dan kekayaan tidak menjamin seseorang hidup bahagia. Cat Steven, bintang pop era tahun 70-an, yang kemudian dikenal dengan nama Yusuf Islam,

Lebih terperinci

Pdt. Gerry CJ Takaria

Pdt. Gerry CJ Takaria KEKEKALAN DAN KEMATIAN Kekekalan artinya keadaan atau kualitas yang tidak dapat mati. Para penerjemah Alkitab menggunakan kata kekekalan untuk menerjemahkan istilah Yunani athanasia, ketidakmatian, dan

Lebih terperinci

Buku yang Diberikan Allah kepada I(ita

Buku yang Diberikan Allah kepada I(ita Buku yang Diberikan Allah kepada I(ita Pernahkah saudara bertanya-tanya dalam hati bagaimana Allah memberikan Alkitab kepada kita? Apakah Alkitab itu mungkin disiapkan oleh malaikat dan kemudian ditinggalkan

Lebih terperinci

FALSAFAH PENDIDIKAN PANCASILA. Imam Gunawan

FALSAFAH PENDIDIKAN PANCASILA. Imam Gunawan FALSAFAH PENDIDIKAN PANCASILA Imam Gunawan Pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia berakar pada pandangan hidup bangsa yakni Pancasila. Pancasila sebagai pandangan hidup menata kehidupan bangsa, termasuk

Lebih terperinci