PERSEPSI ATAS BERLAKUNYA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERSEPSI ATAS BERLAKUNYA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013"

Transkripsi

1 PERSEPSI ATAS BERLAKUNYA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 Rochimatul Irmia Yazid Yud Padmono Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya ABSTRACT Every year micro, small, and medium enterprises in Indonesia undergo significant development. When it is seen from its structures, the Indonesian Economy is still supported by micro, small, and medium enterprises (UMKM). Micro, small, and medium enterprises (UMKM) not only have become the main priority in economy but it also has become the hope of ongoing development in Indonesia. The government is keep on trying the development of micro, small, and medium enterprises by issuing people business credit program and new tax regulation that is the Government Regulation no. 46 of 2013 which is in effect in July The purpose of this research is to find out what perception that arises on the enactment of Government Regulations no. 46 of 2013 particularly for tax authorities and tax payers. The object of the research is tax income at Pratama Tax Office Rungkut. Based on the result of research, it has been found that the state income in 2013 underwent improvement. The new regulation that has been issued by the government gives additional income each month. This regulation is considered to be very easy to understand by the tax authorities, yet the comprehension of taxpayers is considered to be low. The obligation that is incurred by taxpayers is considered to be too high than the previous one. This regulation provides convenience when it is considered from the calculation and preparation of annual tax return. Keywords: Perception, Micro, Small, and Medium Enterprises (UMKM), Government Regulation No. 46 of ABSTRAK Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia mengalami perkembangan yang signifikan disetiap tahunnya. Dilihat dari strukturnya, perekonomian Indonesia masih ditopang oleh UMKM. Tidak hanya menjadi salah satu prioritas utama di dalam perekonomian, tetapi juga sebagai harapan pembangunan yang sedang berjalan di Indonesia. Pemerintah terus mengupayakan pengembangan dengan program kredit usaha rakyat dan peraturan perpajakan yang baru dikeluarkan pemerintah. Peraturan pemerintah nomor 46 tahun 2013 diberlakukan secara efektif di bulan juli Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi atas berlakunya peraturan pemerintah nomor 46 tahun Objek penelitian yang digunakan adalah pendapatan perpajakan di kantor pajak pratama rungkut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peraturan ini memberikan penambahan pendapatan negara. Peraturan ini dinilai fiskus sangat mudah untuk dipahami, namun pemahaman wajib pajak dinilai masih kurang. Kewajiban yang ditanggung wajib pajak dinilai terlalu tinggi. Dari perhitungan dan pembuatan SPT tahunan cukup memberikan kemudahan. Kata-kata kunci : Persepsi, UMKM, PP No. 46 Tahun PENDAHULUAN Keberhasilan Direktorat Jenderal Pajak dalam memberikan kontribusi yang signifikan bagi penerimaan Negara. Dengan melalui salah satu alat ukur yang bernama tax ratio. Untuk dapat meningkatkan tax ratio secara bertahap, pemerintah juga terus memperhatikan kondisi ekonomi Indonesia dan kondisi ekonomi negara lain. Peningkatan tax ratio secara bertahap dilakukan pemerintah dengan terus menyempurnakan kebijakan dan administrasi perpajakan di Indonesia.Itu dilakukan untuk dapat meningkatkan basis perpajakan yang akan semakin luas dan potensi perpajakan agar

2 dapat dipungut secara optimal. Pemerintah telah memberikan langkah-langkah strategis untuk dapat meningkatkan penerimaan perpajakan. Salah satunya dengan cara memberikan perubahan terhadap undang-undang perpajakan yang cukup signifikan di setiap tahunnya. Penerimaan pajak di Indonesia terdiri dari penerimaan pajak domestik atau dalam negeri dan pajak perdagangan internasional. Pendapatan pajak dalam negeri terdiri atas pendapatan pajak penghasilan (PPh), pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan barang mewah (PPN dan PPnBM), cukai dan pajak lainnya. Sementara itu, pendapatan pajak perdagangan internasional dalam beberapa tahun belakangan dari pendapatan bea masuk dan bea keluar. Rasio pajak di Indonesia masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan negaranegara berkembang lainnya. Karena tax ratio sangat ditentukan oleh struktur perekonomian di negaranya. Jika dilihat dari strukturnya, perekonomian kita masih ditopang oleh Usaha Mikro Kecil dan Menengah. UMKM memiliki kontribusi yang sangat penting didalam perekonomian Indonesia. Hal ini dikarenakan sifat dari usaha UMKM sendiri lebih cepat beradaptasi dengan perubahan pasar. UMKM di setiap tahunnya mengalami perkembangan yang signifikan didalam segi unit usaha, penyerapan tenaga kerja, kontribusi terhadap produk domestik bruto, ekspor dan investasinya. Peran dan kontribusi UMKM dalam struktur perekonomian nasional tidak hanya menjadi salah satu prioritas nasional. Tetapi juga sebagai harapan bagi pembangunan yang sedang berjalan di Indonesia. Melihat begitu besarnya peran UMKM di dalam meningkatkan perekonomian di Indonesia. Pemerintah terus mengupayakan pengembangan UMKM. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah adalah dengan melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR). Selain dibidang pembiayaan, pemerintah juga memberikan cara yang mudah. UMKM juga dapat menjalankan kewajibannya dalam membayar pajak. Seperti munculnya Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 yang baru saja diberlakukan secara efektif di bulan juli Jika lebih dicermati di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun Yang menjadi target dalam ketentuan perpajakan baru ini adalah Usaha Mikro Kecil dan Menengah. Hal ini terlihat dari batasan peredaran usaha Rp. 4,8 milyar dalam Peraturan Pemerintah. Hal tersebut masih dalam lingkup pengertian UMKM menurut Undang- Undang No.20 tahun Dalam Undang-Undang tersebut dijelaskan tentang kriteria untuk mendefinisikan Usaha Mikro Kecil dan Menengah. Pemerintah telah mempertimbangkan atas perhitungan PPh dengan tarif 1% dari peredaran bruto di setiap bulannya. Tarif ini bersifat final terhadap UMKM sebagaimana yang telah dijelaskan di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun Peraturan ini merupakan perhitungan yang sederhana dalam pemungutan pajak penghasilan. Pengenaan PPh yang bersifat final bermakna bahwa setelah pelunasan PPh 1% yang dihitung dari peredaran bruto di setiap bulannya. Besarnya kewajiban perpajakan atas penghasilan tersebut telah dianggap final atau selesai di setiap bulan. Berdasarkan latar belakang masalah diatas, rumusan masalah yang digunakan adalah a) bagaimana persepsi wajib pajak dan fiskus atas berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 2013 ; b) apa saja cara fiskus untuk dapat mensosialisasikan Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun Penelitian ini bertujuan untuk melihat persepsi yang ditimbulkan atas berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun Menganalisis upaya yang dilakukan fiskus dalam mensosialisasikan peraturan tersebut. 2

3 TINJAUAN TEORETIS Pengertian Pajak Secara umum pajak dapat diartikan sebagai pungutan yang dilakukan oleh pemerintah. Beradasarkan peraturan perundang-undangan yang hasilnya akan digunakan pemerintah untuk membiayai pengeluaran negara. Beberapa ahli mempunyai pendapat yang berbeda, antara lain: Djajadiningrat, S.I dalam buku Siti Resmi (2013:1) Pajak adalah suatu kewajiban penyerahan sebagian dari kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan secara umum Rochmat Soemitro, dalam buku Waluyo (2013:3) Pajak adalah iuran kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontaprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Dari definisi pajak oleh Rochmat Soemitro dapat ditarik kesimpulan bahwa unsurunsur pajak adalah (a) iuran masyarakat kepada negara; (b) berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan); (c)tanpa jasa timbale (prestasi) dari negara yang dapat langsung ditunjuk; (d) untuk membiayai pengeluaran pemerintah yang bersifat umum. Fungsi Pajak Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara. Khusunya di dalam pelaksanaan pembangunan, karena pajak merupakan sumber pendapatan negara. Pajak digunakan untuk membiayai semua pengeluaran, termasuk pengeluaran pembangunan. Berdasarkan hal diatas maka pajak mempunyai beberapa fungsi, yaitu : Fungsi budgetair (anggaran). Pajak dipergunakan sebagai alat untuk memasukkan dana ke kas negara secara optimal. Berdasarkan undang-undang perpajakan yang berlaku. Fungsi budgetary adalah fungsi yang letaknya disektor publik dan pajak merupakan suatu alat atau sumber untuk memasukan uang sebanyak-banyaknya kedalam kas negara yang pada waktunya akan digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara. (Priantara,2012:4) Fungsi regulerend (mengatur). Pajak digunakan sebagai alat ukur untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang letaknya diluar bidang keuangan. Disebut sebagai fungsi tambahan karena hanya sebagai fungsi pelengkap dari fungsi utama pajak sebagai sumber pemasukan dan penerimaan dana bagi pemerintah. (Priantara,2012:4). Asas Pemungutan Pajak Untuk dapat menyusun suatu undang-undang perpajakan, diperlukan asas atau dasar. Asas yang akan dijadikan landasan oleh negara untuk mengenakan pajak. Terdapat beberapa asas yang dapat dipakai oleh negara sebagai asas dalam menentukan wewenangnya untuk pengenaan pajak penghasilan. Asas utama yang paling sering digunakan oleh negara sebagai landasan untuk pengenaan pajak adalah: Asas Tempat Tinggal. Menurut asas ini wajib pajak yang bertempat kediaman di Indonesia dikenakan pajak atas segala pendapatan yang diperoleh di Indonesia maupun luar negeri. Asas Kebangsaan. Asas kebangsaan secara negatif muncul dalam bentuk pajak bangsa asing di Indonesia, yang mewajibkan umumya setiap orang yang bukan kebangsaan Indonesia yang bertempat tinggal di Indonesia membayar pajak itu. 3

4 Asas Sumber. Dalam hal ini cara pemungutan pajak tergantung dari sumber dalam suatu negara memungut pajak. Jika di Indonesia terdapat suatu sumber pendapatan, maka fiskusnya dapat memungut pajak pendapatan dengan tidak mengingat dimana wajib pajak bertempat tinggal. Sistem Pemungutan Pajak Dalam pelaksanaan pemungutan pajak, terdapat empat sistem pemungutan pajak, yaitu (Priantara, 2012:7-8) Official Assesment System. Official Assesment System yaitu suatu sistem pemungutan pajak dimana wewenang untuk meghitung besarnya pajak terhutang oleh seseorang berada pada pemungut atau aparatur pajak, dalam hal ini wajib pajak bersifat pasif, menunggu ketetapan dari aparatur pajak. Dengan demikian berhasil atau tidaknya pemungutan pajak banyak tergantung pada aparatur pajak karena inisiatif kegiatan dan peran dominan berada pada aparatur pajak (Priantara, 2012:7) Self Assesment System. Self Assesment System yaitu sistem pemungutan pajak dimana wewenang untuk menghitung besarnya pajak terhutang berada pada wajib pajak, dalam sistem ini wajib pajak harus aktif menghitung, memperhitungkan, menyetor dan melaporkan sendiri pajaknya. Fiskus tidak turut campur dalam perhitungan besarnya pajak terhitung kecuali wajib pajak menyalahi aturan. Dengan demikian berhasil atau tidaknya pemungutan pajak banyak tergantung pada wajib pajak karena inisiatif kegiatan dan peran dominan berada pada wajib pajak, meskipun masih ada peran aparatur pajak dalam hal wajib pajak menyalahi aturan (Priantara, 2012:8) Full Self Assesment. Full Self Assesment yaitu suatu sistem perpajakan dimana wewenang untuk menghitung besarnya pajak terhutang oleh wajib pajak berada pada wajib pajak itu sendiri dalam menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri pajaknya. Fiskus tidak turut campur dalam penentuan besarnya pajak terhutang seperti halnya self assesment system berhasil atau tidaknya pemungutan pajak banyak tergantung pada wajib pajak karena inisiatif kegiatan dan peran dominan berada pada wajib pajak (Priantara, 2012:8) Semi Full Self Assesment. Semi Full Self Assesment yaitu sistem pemungutan pajak campuran antara self assesment dan official assessment (Priantara, 2012:8). Sistem pemungutan pajak yang dianut oleh Indonesia adalah self assessment. Yang mengharuskan wajib pajak untuk menghitung, menyetor dan melaporkan kewajiban pajaknya sendiri. Dalam hal ini wajib pajak dianggap paling tahu mengenai besarnya pajak terhutang karena wajib pajak tentu lebih memahami penghasilannya sendiri. Dengan self assessment, apa yang telah dihitung, disetor dan dilaporkan oleh wajib pajak dianggap benar oleh fiskus. Subjek Pajak Subjek pajak diartikan sebagai orang yang dituju oleh undang-undang untuk dikenakan pajak. Pajak penghasilan dikenakan terhadap subjek pajak berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak (Waluyo, 2010, hal.89). Pasal 1 UU PPh menyebutkan bahwa PPh dikenakan terhadap subjek pajak. Atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak atau bagian tahun pajak. Pasal 2 ayat (1) menyebutkan bahwa yang menjadi subyek pajak adalah: Orang pribadi. Orang pribadi sebagai subjek pajak dapat bertempat tinggal atau berada di Indonesia ataupun diluar Indonesia. Ini berarti pengenaan PPh didasarkan atas penerimaan atau perolehan penghasilan dari Indonesia oleh siapapun yang berada, bertempat tinggal, berlokasi dimanapun baik di Indonesia ataupun di luar Indonesia (Priantara, 2012:180). 4

5 Badan. Badan adalah sekumpulan orang atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun tidak melakukan usaha yang meliputi Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, Perseroan Lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah dengan nama dan bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi social politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap (Waluyo, 2010:89) Bentuk Usaha Tetap. Bentuk usaha tetap adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau badan berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia (Waluyo, 2010:89). Tarif Pajak Dalam penerapan pajak penghasilan, terdapat empat macam tarif pajak yaitu: Tarif Pajak Proposional / Sebanding. Tarif pajak proposional atau sebanding ialah tarif pemungutan pajak dengan menggunakan prosentase yang tetap (tidak berubah) berapapun jumlah yang digunakan sebagai dasar pengenaan pajak (Munawir, 1998:15). Tarif Pajak Progresif. Tarif pajak progresif atau meningkat adalah suatu tarif pemungutan pajak dengan prosentase pemungutan yang semakin besar dengan semakin dengan semakin besarnya jumlah yang dikenakan pajak (Munawir, 1998:16). Tarif Pajak Degresif. Tarif degresif atau menurun ialah tarif pemungutan pajak dengan menggunakan prosentase yang semakin kecil dengan semakin besarnya jumlah yang digunakan sebagai dasar pengenaan pajak (Munawir, 1998:15). Tarif Pajak Tetap. Tarif pajak tetap ialah tarif pemungutan pajak dengan jumlah yang sama untuk setiap jumlah, sehingga besarnya pajak yang terhutang tidak tergantung pada suatu jumlah yang dikenakan pajak (Munawir, 1998:16). Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 Tentang pajak penghasilan atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu memutuskan : Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini, yang dimaksud dengan : (1) Undang Undang Pajak Penghasilan adalah Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan. (2) Tahun Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) tahun kalender kecuali bila Wajib Pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender. Pasal 2 (1) Atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu, dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final. (2) Wajib pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Wjib pajak yang memenuhi kriteria sebagai berikut : a. Wajib pajak orang pribadi atau wajib pajak badan tidak termasuk bentuk usaha tetap; dan 5

6 b. menerima penghasilan dari usaha, tidak termasuk penghasilan dari jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas, dengan peredaran bruto tidak melebihi Rp ,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah) dalam 1 (satu) tahun pajak. (3) Tidak termasuk wajib pajak orang pribadi sebagimana dimaksud pada ayat (2) adalah wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha perdagangan dan/atau jasa yang dalam usahanya : a. menggunakan sarana atau prasarana yang dapat dibongkar pasang, baik yang menetap maupun tidak menetap; dan b. menggunakan sebagian atau seluruh tempat untuk kepentingan umum yang tidak diperuntunkan bagi tempat usaha atau berjualan. (4) Tidak termasuk wajib pajak badan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah : a. Wajib pajak badan yang belum beroperasi secara komersial; atau b. Wajib pajak badan yang dalam jangka waktu 1 (satu) tahun setelah beroperasi secara komersial memperoleh peredaran bruto melebihi Rp ,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah). Pasal 3 (1) Besarnya tarif Pajak Penghasilan yang bersifat final sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 adalah 1% (satu persen). (2) Pengenaan Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan pada peredaran bruto dari usaha dalam 1 (satu) tahun dari Tahun Pajak terakhir sebelum Tahun Pajak yang bersangkutan. (3) Dalam hal peredaran bruto kumulatif Wajib Pajak pada suatu bulan telah melebihi jumlah Rp ,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah) dalam suatu Tahun Pajak, Wajib Pajak tetap dikenai tarif Pajak Penghasilan yang telah ditentukan berdasarkan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan akhir Tahun Pajak yang bersangkutan. (4) Dalam hal peredaran bruto Wajib Pajak telah melebihi jumlah Rp ,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah) pada suatu Tahun Pajak, atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak pada Tahun Pajak berikutnya dikenai tarif Pajak Penghasilan berdasarkan ketentuan Undang-Undang Pajak Penghasilan. Pasal 4 (1) Dasar pengenaan pajak yang digunakan untuk menghitung Pajak Penghasilan yang bersifat final sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) adalah jumlah peredaran bruto setiap bulan. (2) Pajak Penghasilan terutang dihitung berdasarkan tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) dikalikan dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Pasal 5 Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) tidak berlaku atas penghasilan dari usaha yang dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan di bidang perpajakan. Pasal 6 Atas penghasilan selain dari usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dapat dikreditkan terhadap Pajak Penghasilan yang terutang berdasarkan ketentuan Undang-Undang Pajak Penhasilan dan peraturan pelaksanaannya. 6

7 Pasal 7 Pajak yang dibayar atau terutang diluar negeri atas penghasilan dari luar negeri atas penghasilan dari luar negeri yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dapat dikreditkan terhadap Pajak Penghasilan yang terutang berdasarkan ketentuan Undang- Undang Pajak Penghasilan dan peraturan pelaksanaannya. Pasal 8 Wajib Pajak yang dikenai Pajak Penghasilan bersifat final berdasarkan Peraturan Pemerintah ini dan menyelenggarakan pembukuan dapat melakukan kompensasi kerugian dengan penghasilan yang tidak dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final dengan ketentuan sebagai berikut : a. Kompensasi kerugian dilakukan muali Tahun Pajak berikutnya berturut-turut sampai dengan 5 (lima) Tahun Pajak; b. Tahun Pajak dikenakannya Pajak Penghasilan yang bersifat final berdasarkan Peraturan Pemerintah ini tetap diperhitungan sebagai bagian dari jangka waktu sebagaimana dimaksud pada huruf a; c. Kerugian pada suatu Tahun Pajak dikenakannya Pajak Penghasilan yang bersifat final berdasarkan Peraturan Pemerintah ini tidak dapat dikompensasikan pada Tahun Pajak berikutnya. Pasal 9 Ketentuan lebih lanjut mengenai perhitungan, penyetoran, dan pelaporan Pajak Penghasilan atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperolah wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu dan kriteria beroperasi secara komersial diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. Pasal 10 Hal khusus terkait peredaran bruto sebagai dasar untuk dapat dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah ini, diatur sebagai berikut : (1) Didasarkan pada jumlah peredaran bruto Tahun Pajak terakhir sebelum Tahun Pajak berlakunya Peraturan Pemerintah ini yang disetahunkan, dalam hal Tahun Pajak terakhir sebelum Tahun Pajak berlakunya Peraturan Pemerintah ini meliputi kurang dari jangka waktu 12 (dua belas) bulan; (2) Didasarkan pada jumlah peredaran bruto dari bulan saat Wajib Pajak terdaftar sampai dengan bulan sebelum berlakunya Perturan Pemerintah ini yang disetahunkan, dalam hal Wajib Pajak terdaftar pada Tahun Pajak yang sama dengan tahun Pajak saat berlakunya Peraturan Pemerintah ini dibulan sebelum Peraturan Pemerintah ini berlaku; (3) Didasarkan pada jumlah peredaran bruto pada bulan pertama diperolehnya penghasilan dari usaha yang disetahunkan, dalam hal Wajib Pajak yang baru terdaftar sebagai Wajib Pajak sejak berlakunya Peraturan Pemerintah ini. Pasal 11 Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal 01 Juli Adapun selain Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 diatas terdapat peraturan lain yang masih berkaitan dengan peraturan tersebut seperti Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : 107/PMK.011/2013, Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-32/PJ/2013 dan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor : SE-42/PJ/

8 8 METODE PENELITIAN Jenis Penelitian dan Gambaran dari Populasi (Objek) Penelitian Jenis Penelitian yang digunakan adalah diskriptif. Menurut Marzuki (1995:42) adalah metode yang bertujuan menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada riset dilakukan dan menerima sebab sebab dari suatu gejala tertentu. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan sesuatu. Misalnya kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang sedang berkembang, proses yang sedang berlangsung dan akibat atau dampak dari suatu kejadian. Tempat penelitian adalah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Rungkut. Penelitian akan dilakukan dengan membagikan kuisioner kepada 50 responden. Dengan kriteria memiliki omzet bruto maksimal sebesar Rp ,-. Teknik Pengumpulan Data Kualitas instrument penelitian berkenaan dengan validitas dan reabilitas instrument dan kualitas pengumpulan data berkenaan ketepatan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data (Sugiyono, 2008:193). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan purposive sampling. Purposive adalah cara pengambilan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai yang dikehendaki, yaitu: (a) survey, melakukan kunjungan ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Rungkut dengan tujuan untuk mengetahui gambaran umum, situasi dan kondisi yang terkait dengan permasalahan yang akan dibahas. (b) studi lapangan, dilakukan untuk memperoleh datadata yang dibutuhkan, teknik yang digunakan adalah dokumentasi, interview dan kuisioner. Satuan Kajian a. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 adalah peraturan terbaru. Yang dikeluarkan pemerintah dengan tujuan untuk memberikan kesederhanaan dalan pemungutan pajak. Mengurangi beban administrasi bagi wajib pajak maupun dirjen pajak dan pemerataan dari pengenaan pajak. b. Dengan banyak kekurangan dan kelebihan, sebab akibat apa yang akan ditimbulkan dengan adanya Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 c. Besaran pajak dengan menggunakan tarif 1% bernilai lebih kecil atau lebih besar dari PPh 25 yang dibayar dalam beberapa bulan yang lalu. d. Dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-42/PJ/2013 menjelaskan tentang Pemindah bukuan (PBK) atas salah setor. Apakah pemindah bukuan dapat dilakukan dengan mudah. e. Dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-32/PJ/2013 menjelaskan tentang Surat Keterangan Bebas (SKB) dari Pemotong atau Pemungut. Apakah mudah dalam mengurus SKB dan pengaplikasiannya. f. Dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 107/PMK.011/2013 menjelaskan bentuk SPT Pajak Penghasilan akan diatur dengan Peraturan Direktur Jendral Pajak. Jika ada perubahan dalam bentuk maka bagaimana bentuk SPT tahunan yang baru.

9 Teknik Analisis Data Dengan diperolehnya data-data yang akan berguna bagi penelitian yang dilakukan. Maka data tersebut akan dianalisis untuk dilakukan pembahasan sehingga selanjutnya dapat ditarik kesimpulan. Adapun dalam analisis data yang dilakukan adalah : a. Membandingkan seluruh data yang telah dikumpulkan untuk kemudian mengidentifikasikan adanya perbedaan. b. Melakukan konfirmasi atas data yang diperoleh dari satu pihak dengan pihak yang lain untuk dapat menyimpulkan tanggapan atau persepsi. c. Menarik kesimpulan atas pembahasan masalah. 9 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Realisasi Penerimaan Pajak Tabel 1 Realisasi Penerimaan Pajak PPh 25 dan 4 ayat (2) final Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Rungkut Bulan Januari Desember 2013 PPh Pasal 4 Ayat Bulan PPh 25 Total (2) Final Januari , ,00 Februari , ,00 Maret , ,00 April , ,00 Mei , ,00 Juni , ,00 Juli , ,00 Agustus , , ,00 September , , ,00 Oktober , , ,00 Nopember , , ,00 Desember , , ,00 Total , , ,00 Sumber : Data Olahan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Rungkut Pada tabel diatas dapat disimpulkan bahwa penerimaan perpajakan dari jenis Pajak Penghasilan Pasal 25 (PPh 25) dan Pajak Penghasilan Pasal 4 Ayat (2) Final cenderung naik disetiap bulan. Adanya Peraturan Perpajakan 46 ini juga mempengaruhi pertambahan pendapatan yang signifikan. Dapat dilihat dari naiknya penghasilan perpajakan dibulan September. Pendapatan dibulan Agustus sebesar Rp ,- mengalami kenaikan

10 Rp ,- dari bulan lalu menjadi sebesar Rp ,- dan kenaikan ini terjadi disetiap bulan. 10 Pendapatan Januari Juli : Total Pendapatan Bulan = Rp ,- 7 Bulan = Rp ,- Pendapatan Agustus - September : Total Pendapatan Bulan = Rp ,- 5 Bulan = Rp ,- Dari perhitungan diatas dapat dilihat bahwa rata-rata penerimaan perpajakan sebelum dan sesudah keluarnya Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 mengalami kenaikan yang signifikan. Selisih rata-rata dari dua perbandingan tersebut sebesar Rp ,-. Peraturan yang baru berjalan 6 bulan ini dapat meningkatkan penerimaan perpajakan di akhir tahun Jika peraturan ini dijalankan dalam hitungan satu tahun, maka pendapatan yang diperoleh di sektor perpajakan bisa meningkat. Peningkatan sekitar Rp ,- (lima milyar rupiah) di setiap tahunnya dalam jenis Pajak Penghasilan Pasal 25 (PPh 25) dan Pajak Penghasilan Pasal 4 Ayat (2) Final. Ini membuktikan bahwa cara yang diambil pemerintah dalam mengeluarkan peraturan ini dapat memberikan peningkatan pendapatan. Peraturan ini juga memberikan kemudahan dalam penyederhanaan aturan pajak, dan memberikan kesempatan masyarakat untuk dapat berkontribusi dalam penyelenggaraan negara. Analisa Wawancara Setelah memperoleh data dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Rungkut mengenai besaran pendapatan yang diperoleh selama tiga tahun terakhir. Peneliti melanjutkan penelitian dengan melakukan wawancara kepada Account Representative. Yang berhubungan secara langsung dengan wajib pajak yang masuk kriteria Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada Account Representative di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Rungkut dapat ditarik kesimpulan bahwa : a. Materi tentang pemahaman Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun Seluruh Account Representative mengatakan bahwa Peraturan yang keluar sudah dapat dipahami dengan baik. Namun untuk aturan pelaksanaannya seperti Peraturan Menteri Keuangan, Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak dan Peraturan Direktur Jenderal Pajak ada yang terlewatkan. Dengan alasan bahwa disosialisasi pertama belum dijelaksan secara terperinci. Dan tidak ada sosialisasi lanjutan untuk menjelaskan peraturan yang baru keluar. Sehingga para Account Representative lebih sering mempelajari sendiri dan saling

11 bertukar pikiran. Dapat diambil kesimpulan bahwa peraturan ini terlalu terburu-buru atau tidak dibarengi langsung dengan peraturan pelaksanaannya. b. Pemindahbukuan yang dilakukan oleh fiskus karena salah setor oleh wajib pajak UMKM. Seluruh Account Representative mengatakan bahwa pemindah bukuan secara bersama seperti ini, menambah volume pekerjaan atau kuantitas pekerjaan. Namun Account Representative dapat melaksanakan pemindah bukuan dengan tepat waktu dengan manajemen waktu yang baik. Karena Account Representative sudah mengerti bahwa dengan munculnya peraturan ini dipertengahan tahun akan mengakibatkan pemindahbukuan secara serentak untuk semua wajib pajak yang masuk di dalam kriteria UMKM. c. Pemindah bukuan oleh wajib pajak. Seluruh Account Representative mengatakan bahwa semua pemindah bukuan yang diajukan oleh wajib pajak akan diproses dengan cepat dan baik. Dengan syarat semua dipenuhi dan sesuai dengan prosedur. Karena semua sudah dijelaskan dalam SE-42/PJ/2013 huruf F nomer 6 tentang pemindah bukuan oleh wajib pajak. Kesetoran Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) dengan Kode Akun Pajak dan Kode Jenis Setoran 420. d. Pengajuan atau keluhan wajib pajak dalam pembuatan Surat Keterangan Bebas (SKB). Hal ini sudah dijelaskan dengan terbitnya PER No.32/PJ/2013 tentang tata cara pembebasan pemotongan dan/atau pemungutan pajak penghasilan bagi wajib pajak yang dikenai pajak penghasilan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun Salah satu Account Representative mengatakan bahwa pembuatan SKB cukup mudah. Namun beberapa Account Representative mengatakan bahwa banyak Wajib Pajak yang mengeluh tentang pembuatan SKB adalah cara pengaplikasiannya. Karena setiap bertransaksi dengan pemotong pajak, mereka harus mengajukan permohonan legalisasi fotokopi SKB dan melakukan legalisir sebagai syarat agar terbebas dari pemotongan pajak. Namun ada juga yang mengeluhkan tentang pengajuan SKB dengan salah satu syarat penyampaian SPT Tahunan. Sedangkan untuk wajib pajak badan punyusunan SPT tahunan terbilang tidak mudah, dan membutuhkan waktu yang cukup lama terutama untuk pengumpulan data. e. Double setor, dipungut dan melakukan pembayaran1%. Seluruh Account Representative mengatakan bahwa hampir semua wajib pajak melakukan double setor. Dengan alasan Surat Keterangan Bebas (SKB) belum keluar dan belum mengetahui pasti tengang peraturan. Account Representative menjelaskan tentang masalah ini dengan memberikan saran agar SKB cepat dibuat. Untuk besaran pajak yang sudah terlanjur dibayar untuk direstitusi, dipindah bukukan atau dijadikan kredit pajak / lebih bayar dalam SPT Tahunan untuk Pajak Penghasilan Pasal 21, Pasal 22, Pasal 22 impor dan / atau Pasal Analisa Kuisioner Penelitian ini menggunakan 50 (lima puluh) wajib pajak sebagai responden. Yang di wakili oleh staff atau bagian keuangan yang menangani masalah pajak perusahaan tersebut. 1. Penyuluhan / sosialisasi dilakukan KPP dengan baik ( Dapat dipahami) Dari 50 responden yang diteliti 40 responden (80%) memberikan penilaian persetujuan (setuju atau sangat setuju). 10 responden (20%) memberikan penilaian penolakan (netral dan tidak setuju). Dengan demikian sebagian besar responden menyetujui bahwa penyuluhan / sosialisasi yang dilakukan kantor pajak dapat dipahami atau dapat diterima dengan baik.

12 2. Persyaratan dalam pengurusan SKB ( Surat Keterangan Bebas) mudah Dari 50 responden yang diteliti terdapat 30 responden yang tidak bidang usahanya tidak berhubungan dengan SKB ( Surat Keterangan Bebas). Dengan sisa 20 responden (40%), sebanyak 15 responden (30%) memberikan penilaian penolakan (sangat tidak setuju atau tidak setuju). Dengan demikian sebagian besar responden menyatakan penolakan bahwa persyaratan dalam pengajuan SKB dapat dikatakan sulit. Namun ada 5 responden (10%) yang menyatakan persetujuan (sangat setuju atau setuju) yang mempunyai alasan bahwa mereka merasa mudah atas pengajuan SKB. Ada 2 responden (4%) yang menyatakan netral, ini bukan memberikan arti bahwa mereka dapat merasa mudah atas pembuatan SKB. Namun dikarenakan mereka tidak mengetahui tentang SKB dan apa syarat yang dapat diajukan saat pengurusan SKB. Pada PMK 107/PMK.11/2013 disebutkan bahwa permohonan SKB mengikuti Per- 1/PJ/2011, Kemudian terhitung tanggal 25 September 2013 keluar PER-32/PJ/2013 yang mengatur tentang permohonan SKB berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun Format dari pembuatan SKB yang diajukan juga mengikuti Per-1/PJ/2011 sebelum tanggal 25 september 2013 tetap berlaku sampai akhir tahun Syarat-syarat dalam pengajuan SKB yang pertama adalah telah menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan. Kita ketahui bahwa penyusunan SPT Tahunan terutama wajib pajak badan tidaklah mudah dan memerlukan banyak waktu, terutama dari segi pengumpulan data. Yang kedua adalah dengan menyerahkan surat pernyataan yang ditandatangani oleh wajib pajak yang menyatakan bahwa peredaran bruto usaha yang diterima termasuk dalam criteria PP 46. Yang ketiga adalah menyerahkan dokumen pendukung seperti surat perintah kerja. Permohonan pengajuan SKB diajukan untuk setiap jenis pemotongan atau pemungutan Pajak Penghasilan pasal 21, pasal 22, pasal 22 impor dan pasal 23. Peraturan ini jelas memberikan pekerjaan tambahan untuk wajib pajak agar tidak dipotong atau dipungut, supaya tidak terjadi double setor. 3. Mempermudah pembayaran dengan menggunakan ATM Dari 50 responden yang diteliti 29 responden (58%) memberikan penilaian biasa saja (netral). Dengan demikian sebagian besar responden mengatakan hal itu biasa saja atau sama dengan mereka membayar di kantor pos atau bank. Dengan alasan bukti yang mereka terima atas pembayaran juga lebih akurat. Namun ada 21 responden (42% ) mengatakan persetujuan ( setuju atau sangat setuju) dengan alasan bahwa saat melakukan pembayaran di akhir-akhir tanggal pembayaran mereka tidak perlu menunggu antrian seperti di kantor pos atau bank. Pembayaran melalui bank dapat dilakukan dengan cukup mudah karena wajib pajak tidak perlu lagi mengantri di loket teller untuk melakukan pembayaran ataupun membawa lembaran SSP ke bank atau kantor pos. Lebih cepat karena wajib pajak tidak perlu antri panjang seperti di bank atau kantor pos. Bank yang dapat melayani pembayaran ini merupakan bank besar yang memilki mesin ATM disetiap tempat, seperti Mandiri, BCA, BNI dan BRI. Jadi tidak ada kata sulit untuk mencari atm tersebut disaat melakukan pembayaran. 4. Tidak ada kewajiban pelaporan / cukup melakukan penyetoran Dari 50 responden yang diteliti 27 responden (54%) memberikan penilaian biasa saja (netral). Dengan demikian sebagian besar responden mengatakan hal tersebut biasa saja, karena sama halnya dengan PPh 25. Namun ada 23 responden (46%) yang mengatakan 12

13 persetujuan (setuju atau sangat setuju) dengan alasan mereka tidak perlu membuang waktu datang ke KPP untuk lapor, terutama disaat tanggal akhir pelaporan yang meraka harus antri panjang. Peraturan ini tidak jauh berbeda dari Per-22/PJ/2008 yang juga memberikan kemudahan kepada wajib pajak dengan tidak memiliki kewajiban untuk melakukan pelaporan yang digunakan pada PPh 25. Wajib pajak yang melakukan pembayaran telah mendapatkan validasi dengan NTPN. Maka wajib pajak telah dianggap melakukan pelaporan sesuai dengan tanggal validasi yang tercantum dalam SSP. 5. Perhitungan dengan tarif 1% lebih mudah Dari 50 responden yang diteliti 39 responden (78%) memberikan penilaian persetujuan (setuju atau sangat setuju). Dengan demikian sebagian besar responden menyetujui bahwa perhitungan dengan menggunakan tarif 1% lebih dikatan mudah dan merupakan penyederhanaan perhitungan pajak yang baik. Karena nilai yang dilaporkan hanya berdasarkan besaran omzet dikalikan dengan tarif final 1%. Tanpa menggunakan rumus panjang yang biasa digunakan di perhitungan PPh Format SPT Tahunan lebih mudah Dari 50 responden yang diteliti 42 responden (84%) memberikan penilaian persetujuan (setuju atau sangat setuju). Dengan demikian sebagian besar responden menyetujui bahwa format Spt tahunan untuk wajib pajak PP 46 lebih mudah. Karena mereka tidak perlu menggunakan perhitungan yang panjang. Cukup dengan memasukan semua omzet langsung dibuat final dengan semua biaya yang juga dianggap final. 7. Pengurusan PBK ( pemindah bukuan ) mudah Dari 50 responden yang diteliti 38 responden (76%) memberikan penilaian persetujuan (setuju atau sangat setuju). Dengan demikian sebagian besar responden menyetujui bahwa pemindah bukuan dapat dilakukan dengan mudah, asalkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku atau memenuhi syarat yang ditentukan oleh kantor pajak. Permohonan pemindahbukuan dikatakan sangat mudah untuk dilakukan. Wajib pajak cukup mengajukan permohonan pemindahbukuan secara tertulis sepanjang menginformasikan tentang kesalahan pembayaran pajak secara lengkap. Dari sebelumnya PPh 25 ( ) atau ( ) menjadi PPh pasal 4 ayat 2 sesuai dengan PP 46 ( ). Karena hal tersebut juga tercantum dalam UU KUP, hak wajib pajak dalam sistem perpajakan nasional sangat dilindungi sehingga terjadi keseimbangan pelaksanaan hak dan kewajiban. 8. Pengaplikasian SKB (Surat Keterangan Bebas) mudah Dari 50 responden yang diteliti terdapat 30 responden yang bidang usahanya tidak berhubungan dengan SKB (Surat Keterangan Bebas). Dengan sisa 20 responden (40%), sebanyak 4 responden (8%) memberikan penilaian persetujuan (setuju atau sangat setuju). Dengan demikian responden menyetujui bahwa persyaratan dalam penggunaan SKB dapat dikatakan mudah, namun ada 12 responden (24%) yang menyatakan penolakan (sangat tidak setuju atau tidak setuju) yang mempunyai alasan bahwa mereka merasa sulit untuk mengaplikasian penggunaan SKB. Dikarenakan harus adanya fotocopy dan legalisir yang menurut mereka membuat wajib pajak dan rekan kerja merasa binggung dan mengabiskan waktu dengan berkali-kali untuk datang ke KPP. Sama 13

14 dengan pernyataan nomer 2 ada sebanyak 4 responden (8%) yang menyatakan netral, ini bukan memberikan arti bahwa mereka dapat merasa biasa atas pengaplikasian SKB, namun dikarenakan 2 dari responden tidak mengetahui tentang SKB dan apa saja manfaat atau kegunaan dari SKB walaupun pekerjaan mereka berhubungan dengan jasa yang dalam kaitannya dengan pemotongan PPh 23. Pengaplikasian dari SKB ini dikatakan cukup rumit, karena saat akan melakukan transaksi wajib pajak harus mengajukan legalisasi fotokopi SKB agar tidak dilakukan pemotongan. Dengan melakukan fotokopi SKB yang diajukan dalam rangkap 3 yang masing-masing untuk KPP tempat wajib pajak, untuk pemotong atau pemungut dan untuk KPP dimana pemotong atau pemungut terdaftar. Syarat yang dilakukan adalah dengan menyerahkan bukti penyetoran untuk setiap transaksi yang akan dilakukan dengan pemotong. 9. Kewajiban perpajakan dengan PP 46 lebih kecil dari PPh Pasal 25 Dari 50 responden yang diteliti 36 responden (72%) memberikan penilaian penolakan (tidak setuju atau sangat tidak setuju). Dengan demikian sebagian besar responden mengatakan bahwa kewajiban perpajakan dengan PP 46 jauh lebih besar dari kewajiban perpajakan mereka saat masih membayar PPh 25. Dikarenakan perhitungan PP 46 langsung dari besarnya omzet tanpa melihat berapa besar keuntungan yang didapatkan oleh wajib pajak. 14 Tabel Perbandingan Laba Rugi Tabel 2 Laporan Laba Rugi Sebelum dan sesudah penerapan PP 46 Tahun 2013 Omset Koreksi Fiskal Laba kotor Biaya Laba bersih PPh Sebelum PP , , , ,00 Setelah PP , , , ,00 Laporan laba rugi sebelum penerapan PP 46 dimana semua penjualan dianggap bersih. Koreksi yang dilakukan di bagian administrasi dan umum yaitu biaya prive. Dengan memperoleh laba bersih sebelum pajak sebesar Rp ,89. Laporan laba rugi setelah menerapkan PP 46, terlihat bahwa semua penjualan bersih pada bulan juli sampai desember dimasukkan kedalam koreksi fiskal. Karena pendapatan yang telah diperoleh dalam aturan PP 46 dianggap 0 (nihil). Semua pendapatan telah dianggap final disetiap bulan. Nilai ini yang digunakan sebagai besaran kewajiban yang harus dilunasi disetiap tahun. Tabel Perbandingan Perhitungan Pajak Tabel 3 Laporan Perhitungan Pajak Sebelum dan sesudah penerapan PP 46 Tahun 2013 Laba Bersih PKP Pajak terhutang Pajak yang telah dibayar Kurang Bayar Total PPh 25 PP 46 Sebelum PP , , , , , ,00 Setelah PP , , , , , , ,00

15 Perhitungan Pajak sebelum penerapan PP 46, dengan total angsuran PPh 25 atau pembayaran pajak yang telah dibayar sebesar Rp ,00 dengan total pembayaran kurang bayar sebesar Rp ,00 maka besaran pajak yang telah dibayar ditahun ini sebesar Rp ,00. Nilai ini jauh lebih kecil dari pembayaran setelah menggunakan PP 46 tahun 2013 sebesar Rp ,00. Ini membuktikan bahwa besaran pajak yang ditanggung wajib pajak sebelum dan sesudah peraturan ini digunakan,j auh lebih besar saat menggunakan PP 46. Karena besaran kewajiban perpajakan diambil dari omzet tanpa melihat laba yang diperoleh perusahaan. Perhitungan Pajak setelah penerapan PP 46, dengan total pembayaran PPh Final selama bulan juli sampai desember sebesar Rp ,00. Ditambah dengan angsuran PPh 25 selama bulan januari sampai juni sebesar Rp ,00 total semuanya sebesar Rp ,00. Dengan total kurang bayar sebesar Rp ,00 maka besaran pajak yang telah dibayar tahun ini sebesar Rp ,00. Dari analisa diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa dilihat dari pendapatan negara disektor perpajakan, peraturan ini akan memberikan pendapatan tambahan terutama di sektor Usaha Mikro Kecil Menengah. Pemerintah juga memberikan kesempatan masyarakat untuk dapat berkontribusi langsung dalam penyelenggaraan negara dengan memberikan kemudahan dalam penyederhanaan aturan pajak. Meskipun tujuan yang diinginkan pemerintah adalah untuk memberikan kesederhanaan, tetapi penerapana PPh Final ini ternyata tidaklah sesederhana itu. Karena wajib pajak perlu dibantu untuk memahami peraturan ini. Pihak KPP perlu melakukan berbagai upaya untuk dapat mensosialisasikan peraturan ini agar wajib pajak dapat memahami ketentuan ini sehingga dapat menjalankan semua peraturan dengan baik. Peraturan ini terbit ditanggal 12 Juni 2013 dan mulai diberlakukan sejak tanggal 1 Juli Peraturan pelaksanaannya mulai diturunkan di tanggal 6 Agustus Dari jangka waktu penerbitan dan pelaksanaan PP 46 yang cukup pendek, menyebabkan sebagian wajib pajak belum memahami dengan baik dan benar pelaksanaan PP SIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan dan analisa mengenai Persepsi Atas Berlakunya Peraturan Pemeritah Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2013 pada kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Rungkut, didapatkan kesimpulan : a. Peningkatan pendapatan yang diperoleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Rungkut dinilai sangat bagus. Karena mengalami peningkatan yang signifikan disetiap periode. b. Upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh fiskus dalam meningkatkan pemahaman wajib pajak dengan melakukan sosialisasi secara berkelanjutan kepada wajib pajak. Bertatap muka kepada wajib pajak akan dapat membantu wajib pajak untuk dapat memahami peraturan yang berlaku. c. Kurangnya pemahaman wajib pajak mengenai Peraturan Pemeritah Republik Indonesia Nomor 46 Tahun Dapat dinilai bahwa pelaksanaan peraturan ini terlalu cepat dan terburu-buru. Kewajiban perpajakan dinilai terlalu besar untuk sebagian wajib pajak. d. Format SPT Tahunan yang baru dinilai sangat membantu wajib pajak dalam melakukan pembuatan SPT tahunan. Karena dinilai lebih mudah dan pelaporan SPT Tahunan dapat dilakukan dengan cepat dan tepat waktu.

16 Pendapatan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Rungkut setelah adanya Peraturan Pemeritah Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2013 mengalami peningkatan pendapatan. Meskipun diakui masih banyak faktor lain yang mempengaruhi besarnya pendapatan yang diperoleh. Jadi dapat disimpulkan bahwa dengan adanya peraturan ini cukup sedikit membantu untuk menaikan pendapatan yang ditargetkan oleh pemerintah. SARAN Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian sebagaimana dijelaskan diatas, maka direkomendasikan saran sebagai berikut : a. Bagi DPR dan Direktur Jenderal Pajak dalam menetapkan perpajakan sebaiknya diberikan jangka waktu yang panjang. Agar sebelum peraturan tersebut berlaku Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Rungkut dapat memberikan sosialisasi yang cukup kepada wajib pajak. Terutama tentang peraturan yang ada dan aturan pelaksanaannya. b. Sosialisasi yang dilakukan Kantor Pelayanan Pajak Pratama tidak hanya tentang peraturan yang baru terbit seperti Peraturan Pemerintah nomor 46 Tahun Tetapi juga dengan peraturan-peraturan baru yang juga menjelaskan tentang peraturan ini. Seperti PER-32/PJ/2013 yang menjelaskan tentang cara pembebasan dari pemotong/pemungut (SKB) dan SE-42/PJ/2013. Yang salah satu peraturannya menjelaskan tentang pemindahbukuan (PBK). c. Wajib pajak lebih aktif untuk mengetahui tentang peraturan yang keluar dan aturan pelaksanaan yang ada. Lebih banyak mempelajari peraturan apa saja yang berkaitan dengan Peraturan Pemerintah nomor 46 Tahun Agar wajib pajak dapat melaksanakan semua kewajiban perpajakannya dengan benar dan sesuai dengan peraturan yang berlaku. DAFTAR PUSTAKA Marzuki Metodologi Riset. Yogyakarta. Penerbit BPFE UA. Munawir, S Pokok-Pokok Perpajakan. Yogyakarta. Penerbit Liberty. Resmi, Siti Perpajakan Teori dan Kasus. Jakarta. Penerbit Salemba Empat. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor : PER 32/PJ/2013 Tentang Cara Pembebasan Pajak Penghasilan Bagi Wajib Pajak Yang Dikenai Pajak Penghasilan Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 Tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 107/PMK.011/2013 Tentang Penghitungan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2013 Tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu. Priantara, Diaz Perpajakan Indinesia. Jakarta. Penerbit Mitra Wacana Media. Sugiyono Metodologi Penelitian Bisnis. Bandung. Penerbit Alfabeta. Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak Nomor SE 42/PJ/2013 Tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 Tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu. Waluyo Perpajakan Indonesia. Edisi 11. Jakarta. Penerbit Salemba Empat. Waluyo Perpajakan Indonesia. Edisi 9. Jakarta. Penerbit Salemba Empat. 16

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. mempunyai pendapat yang berbeda, antara lain:

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. mempunyai pendapat yang berbeda, antara lain: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Pajak Secara umum pajak dapat diartikan sebagai pungutan yang dilakukan oleh pemerintah. Beradasarkan peraturan perundang-undangan yang hasilnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah juga terus memperhatikan kondisi ekonomi Indonesia dan kondisi

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah juga terus memperhatikan kondisi ekonomi Indonesia dan kondisi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan Direktorat Jenderal Pajak dalam memberikan kontribusi yang signifikan bagi penerimaan Negara.Yaitu dengan melalui salah satu alat ukur yang bernama

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menurut Rochmat Soemitro, seperti yang dikutip Waluyo (2008:3)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menurut Rochmat Soemitro, seperti yang dikutip Waluyo (2008:3) BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pengertian pajak memiliki dimensi atau pengertian yang berbeda-beda menurut Rochmat Soemitro, seperti yang dikutip Waluyo (2008:3) menyatakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Atribusi Kepatuhan wajib pajak terkait dengan sikap wajib pajak dalam membuat penilaian terhadap pajak itu sendiri. Persepsi seseorang untuk membuat penilaian

Lebih terperinci

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 42/PJ/2013 TENTANG

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 42/PJ/2013 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK 2 September 2013 A. Umum SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 42/PJ/2013 TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Pajak Pengertian Pajak menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 1 Ayat (1) adalah : Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Menurut Rochmat Soemitro, dalam buku Mardiasmo, (2011:1) Pajak adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sendiri, menurut Rochmat Soemitro dalam bukunya Mardiasmo (2011 : 1) :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sendiri, menurut Rochmat Soemitro dalam bukunya Mardiasmo (2011 : 1) : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pajak 2.1.1.1. Definisi Pajak Membahas mengenai perpajakan tidak terlepas dari pengertian pajak itu sendiri, menurut Rochmat Soemitro dalam bukunya Mardiasmo

Lebih terperinci

PERTEMUAN 13: PPh Pasal 25 (Umum /Perhitungan)

PERTEMUAN 13: PPh Pasal 25 (Umum /Perhitungan) PERTEMUAN 13: PPh Pasal 25 (Umum /Perhitungan) A. TUJUAN PEMBELAJARAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai PPh Pasal 25 (Umum /Perhitungan), Anda harus mampu: 1.1 Memahami Definisi PPh Pasal 25, Subjek

Lebih terperinci

Repositori STIE Ekuitas

Repositori STIE Ekuitas Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Final Assignment - Diploma 3 (D3) http://repository.ekuitas.ac.id Final Assignment of Accounting 2015-12-22 Tinjauan Atas Penerapan Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pajak merupakan komponen yang sangat penting dalam keberlangsungan

BAB II KERANGKA TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pajak merupakan komponen yang sangat penting dalam keberlangsungan BAB II KERANGKA TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak merupakan komponen yang sangat penting dalam keberlangsungan kehidupan suatu negara. Dalam Undang-undang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Menurut Andriani (1991) dalam Waluyo (2011), pajak adalah iuran kepada negara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Menurut Andriani (1991) dalam Waluyo (2011), pajak adalah iuran kepada negara 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1.Landasan Teori 2.1.1. Definisi Pajak Menurut Andriani (1991) dalam Waluyo (2011), pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN. Nomor : SE-42/PJ/2013 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN. Nomor : SE-42/PJ/2013 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK Yth. 1. Para Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak; 2. Para Kepala Kantor Pelayanan Pajak; 3. Para Kepala Kantor Pelayanan, Penyuluhan

Lebih terperinci

PENGERTIAN DAN DEFINISI CIRI CIRI YANG MELEKAT PADA DEFINISI PAJAK ISTILAH-ISTILAH PERPAJAKAN

PENGERTIAN DAN DEFINISI CIRI CIRI YANG MELEKAT PADA DEFINISI PAJAK ISTILAH-ISTILAH PERPAJAKAN MATERI PERPAJAKAN MATERI PERPAJAKAN... i PENGERTIAN DAN DEFINISI... 1 CIRI CIRI YANG MELEKAT PADA DEFINISI PAJAK... 1 ISTILAH-ISTILAH PERPAJAKAN... 1 SISTEM PEMUNGUTAN PAJAK... 4 i PENGERTIAN DAN DEFINISI

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH definisi pajak yaitu iuran rakyat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH definisi pajak yaitu iuran rakyat BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH definisi pajak yaitu iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan)

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN PP 46/2013 TERHADAP PERHITUNGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PPH PADA WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

PENGARUH PENERAPAN PP 46/2013 TERHADAP PERHITUNGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PPH PADA WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI ISSN: 1410-9875 Vol. 17, No. 1a, November 2015 http: //www.tsm.ac.id/jba PENGARUH PENERAPAN PP 46/2013 TERHADAP PERHITUNGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PPH PADA WAJIB PAJAK ORANG

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. bukunya Mardiasmo (2011 : 1) :

BAB II LANDASAN TEORI. bukunya Mardiasmo (2011 : 1) : BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Pajak a. Definisi Pajak Membahas mengenai perpajakan tidak terlepas dari pengertian pajak itu sendiri, menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH dalam bukunya Mardiasmo

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1) Menurut Rochmat Soemitro pajak adalah iuran rakyat kepada kas

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1) Menurut Rochmat Soemitro pajak adalah iuran rakyat kepada kas BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Adapun pengertian pajak menurut para ahli dalam Siti Resmi (2009:1) diantaranya: 1) Menurut Rochmat Soemitro pajak adalah iuran rakyat kepada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani II.1. Dasar-dasar Perpajakan Indonesia BAB II LANDASAN TEORI II.1.1. Definisi Pajak Apabila membahas pengertian pajak, banyak para ahli memberikan batasan tentang pajak, diantaranya pengertian pajak yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang- Undang,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang- Undang,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 ayat 1:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 ayat 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pajak Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 ayat 1: Pajak adalah kontribusi wajib kepada

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH DARI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH TERAKHIR DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH DARI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH TERAKHIR DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) BADAN PADA PKP RI KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2012

PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) BADAN PADA PKP RI KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2012 PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) BADAN PADA PKP RI KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2012 Febriyanti Dewi Nugraheni, dan Adilistiono Jurusan Akuntansi, Politeknik Negeri Semarang Jl. Prof.H.Sudarto, SH, Tembalang,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebelum kita mengetahui pengertian with holding system kita harus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebelum kita mengetahui pengertian with holding system kita harus BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. With Holding System a. Pengertian With Holding System Sebelum kita mengetahui pengertian with holding system kita harus mengetahui bahwa with holding system

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tentang pajak yang dikemukakan oleh para ahli di bidang perpajakan menurut Prof. Dr.

BAB II LANDASAN TEORI. tentang pajak yang dikemukakan oleh para ahli di bidang perpajakan menurut Prof. Dr. BAB II LANDASAN TEORI II.1 Dasar - dasar Perpajakan Indonesia II.1.1 Definisi dan Unsur Pajak Dibawah ini terdapat beberapa definisi-definisi dan unsur pajak yang terangkum tentang pajak yang dikemukakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber pendanaan bagi negara dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber pendanaan bagi negara dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan salah satu sumber pendanaan bagi negara dalam menjalankan peran pemerintahan. Pajak menjadi pemegang andil terbesar dalam pembangunan di seluruh

Lebih terperinci

Undang-Undang KUP dan Peraturan Pelaksanaannya

Undang-Undang KUP dan Peraturan Pelaksanaannya Untuk keterangan lebih lanjut, hubungi : Account Representative Undang-Undang KUP dan Peraturan Pelaksanaannya Undang-Undang KUP dan Peraturan Pelaksanaannya KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea 4.

BAB I PENDAHULUAN. yang tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea 4. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia saat ini sedang mengalami permasalahan di berbagai sektor, salah satunya adalah sektor ekonomi. Inflasi yang cenderung mengalami peningkatan, naiknya harga

Lebih terperinci

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK DIREKTORAT PENYULUHAN PELAYANAN DAN HUBUNGAN MASYARAKAT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Assalamualaikum

Lebih terperinci

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK DIREKTORAT PENYULUHAN PELAYANAN DAN HUBUNGAN MASYARAKAT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Assalamualaikum

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN LABA BERSIH SEBELUM DAN SESUDAH REFORMASI PAJAK PENGHASILAN BADAN TAHUN 2013 SITI SALAMA AMAR NURUL HASANAH

ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN LABA BERSIH SEBELUM DAN SESUDAH REFORMASI PAJAK PENGHASILAN BADAN TAHUN 2013 SITI SALAMA AMAR NURUL HASANAH ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN LABA BERSIH SEBELUM DAN SESUDAH REFORMASI PAJAK PENGHASILAN BADAN TAHUN 2013 SITI SALAMA AMAR NURUL HASANAH Universitas Madura ABSTRAK Pajak Penghasilan Badan adalah Pajak

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1973, 2014 KEMENKEU. Pajak. Penyetoran. Pembayaran. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242 /PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Beberapa ahli dalam perpajakan telah memberikan pengertian pajak, antara lain sebagai berikut:

BAB 2 LANDASAN TEORI. Beberapa ahli dalam perpajakan telah memberikan pengertian pajak, antara lain sebagai berikut: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pemahaman Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Beberapa ahli dalam perpajakan telah memberikan pengertian pajak, antara lain sebagai berikut: 1. Soemahamidjaja yang dikutip oleh Ilyas

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Definisi Pajak menurut undang-undang No.16 tahun 2009 tentang. perubahan keempat atas undang undang No. 6 tahun 1983 tentang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Definisi Pajak menurut undang-undang No.16 tahun 2009 tentang. perubahan keempat atas undang undang No. 6 tahun 1983 tentang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Definisi Pajak menurut undang-undang No.16 tahun 2009 tentang perubahan keempat atas undang undang No. 6 tahun 1983 tentang ketentuan umum

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN TENTANG PENERAPAN PENGHITUNGAN, PEYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 ATAS WAJIB PAJAK BADAN.

BAB III PEMBAHASAN TENTANG PENERAPAN PENGHITUNGAN, PEYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 ATAS WAJIB PAJAK BADAN. BAB III PEMBAHASAN TENTANG PENERAPAN PENGHITUNGAN, PEYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 ATAS WAJIB PAJAK BADAN. 3.1 Teori Tentang Pajak 3.1.1 Definisi Pajak Secara umum pajak dapat diartikan

Lebih terperinci

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESI PENELITIAN. pemerintah kepada masyarakat guna mewujudkan cita-cita bersama yaitu

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESI PENELITIAN. pemerintah kepada masyarakat guna mewujudkan cita-cita bersama yaitu 1 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESI PENELITIAN 1.1 Landasan Teori dan Konsep 1.1.1 Pengertian Pajak Menurut UU KUP No. 28 Tahun 2007 pada pasal 1 angka 1 bahwa secara garis besar, pajak dapat didefinisikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang sangat dominan.

BAB II LANDASAN TEORI. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang sangat dominan. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Perpajakan 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang sangat dominan. Kemandirian suatu negara dapat dilihat dari kemampuan warga negaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup rakyat, dan untuk memajukan bangsa. Pengeluaran-pengeluaran negara

BAB I PENDAHULUAN. hidup rakyat, dan untuk memajukan bangsa. Pengeluaran-pengeluaran negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam suatu negara dibutuhkan adanya sumber dana untuk membiayai pengeluaran negara dalam rangka pembangunan, memperbaiki kesejahteraan hidup rakyat, dan untuk

Lebih terperinci

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK DIREKTORAT PENYULUHAN PELAYANAN DAN HUBUNGAN MASYARAKAT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Assalamualaikum

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Pengenaan Pajak atas Penghasilan PT PIBS. PT PIBS adalah perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi.

BAB IV PEMBAHASAN. Pengenaan Pajak atas Penghasilan PT PIBS. PT PIBS adalah perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi. BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Pengenaan Pajak atas Penghasilan PT PIBS PT PIBS adalah perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi. Selain mendapat imbalan atas jasa pelaksanaan konstruksi yang diberikan, PT

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

Buku Panduan Perpajakan Bendahara Pemerintah. BAB VIII SURAT KETERANGAN BEBAS PEMOTONGAN dan/atau PEMUNGUTAN PPh

Buku Panduan Perpajakan Bendahara Pemerintah. BAB VIII SURAT KETERANGAN BEBAS PEMOTONGAN dan/atau PEMUNGUTAN PPh 165 BAB VIII SURAT KETERANGAN BEBAS PEMOTONGAN dan/atau PEMUNGUTAN PPh PENGERTIAN SKB adalah Surat Keterangan Bebas Pemotongan dan/atau Pemungutan PPh bagi WP yang memiliki Peredaran Bruto Tertentu, sama

Lebih terperinci

PERSANDINGAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BESERTA PERATURAN-PERATURAN PELAKSANAANNYA

PERSANDINGAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BESERTA PERATURAN-PERATURAN PELAKSANAANNYA PERSANDINGAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BESERTA PERATURAN-PERATURAN PELAKSANAANNYA KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM ) bebas yang menyeluruh (global). Negara Indonesia berusaha segiat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM ) bebas yang menyeluruh (global). Negara Indonesia berusaha segiat-giatnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM ) Kita telah memasuki masa milenium dan akan memasuki perdagangan bebas yang menyeluruh (global). Negara Indonesia berusaha segiat-giatnya

Lebih terperinci

MEY N.NAWAITU 1, ZULKIFLI BOOKIU 2, USMAN 3 Jurusan Akuntansi Universitas Negeri Gorontalo

MEY N.NAWAITU 1, ZULKIFLI BOOKIU 2, USMAN 3 Jurusan Akuntansi Universitas Negeri Gorontalo 1 2 PEMAHAMAN WAJIB PAJAK ATAS PELAKSANAAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN DARI USAHA YANG DITERIMA ATAU DIPEROLEH WAJIB PAJAK YANG MEMILIKI PEREDARAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang satu sama lain pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang satu sama lain pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Pajak a. Pengertian Pajak Banyak definisi atau batasan yang telah dikemukakan oleh pakar yang satu sama lain pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan infrastruktur, program pendidikan, kesehatan, dan lain-lain, disusun

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan infrastruktur, program pendidikan, kesehatan, dan lain-lain, disusun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia, merupakan salah satu negara yang sedang berkembang. Berbagai program untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat seperti; pembangunan infrastruktur,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

Undang-Undang KUP dan Peraturan Pelaksanaannya

Undang-Undang KUP dan Peraturan Pelaksanaannya Untuk keterangan lebih lanjut, hubungi : Account Representative Undang-Undang KUP dan Peraturan Pelaksanaannya Undang-Undang KUP dan Peraturan Pelaksanaannya KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN (UU KUP)

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN (UU KUP) SUSUNAN DALAM SATU NASKAH DARI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH TERAKHIR DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

MINGGU PERTAMA KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

MINGGU PERTAMA KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN MINGGU PERTAMA KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan diatur dalam Undang - Undang No.28 tahun 2007 yaitu perubahan ketiga atas Undang-Undang No.16 tahun 2000 A.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pembangunan nasional yang berlangsung terus menerus dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pembangunan nasional yang berlangsung terus menerus dan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pembangunan nasional yang berlangsung terus menerus dan berkesinambungan memiliki tujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat baik secara material

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. memaksimalkan kesejahteraan mereka. Penyatuan kepentingan seperti ini,

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. memaksimalkan kesejahteraan mereka. Penyatuan kepentingan seperti ini, BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Teori keagenan Manajer mempunyai kewajiban untuk memaksimalkan kesejahteraan para pemegang saham. Namun disisi lain, manajer

Lebih terperinci

ANALISIS PROSES PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 (Studi Kasus: PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia II. Cabang Tanjung Priok)

ANALISIS PROSES PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 (Studi Kasus: PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia II. Cabang Tanjung Priok) ANALISIS PROSES PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 (Studi Kasus: PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia II Cabang Tanjung Priok) RIZKI WULANDARI Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Konsep Pajak II.1.1 Pengertian, Unsur dan Fungsi Pajak Pada dewasa ini perusahaan membutuhkan laporan operasional dan laporan keuangan yang dapat dipercaya. Dalam hal ini, sumber

Lebih terperinci

ANALISIS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA CV INDAH UTAMA 171

ANALISIS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA CV INDAH UTAMA 171 ANALISIS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA CV INDAH UTAMA 171 Suryanto Kanadi (Suryanto_Kanadi@yahoo.com) Lili Syafitri (Lili.Syafitri@rocketmail.com) Jurusan Akuntansi STIE MDP Abstrak Tujuan dari penelitian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi pajak menurut undang-undang dan pakar pajak sebagai berikut :

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi pajak menurut undang-undang dan pakar pajak sebagai berikut : BAB II LANDASAN TEORI II.1. Perpajakan II.1.1. Definisi Pajak Definisi pajak menurut undang-undang dan pakar pajak sebagai berikut : Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penulisan. Pembangunan nasional merupakan kegiatan yang berlangsung terus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penulisan. Pembangunan nasional merupakan kegiatan yang berlangsung terus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penulisan Pembangunan nasional merupakan kegiatan yang berlangsung terus menerus dan berkesinambungan yang secara umum bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nasional. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung terusmenerus

BAB I PENDAHULUAN. Nasional. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung terusmenerus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam menciptakan stabilitas nasional maka dilakukanlah Pembangunan Nasional. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung terusmenerus dan berkesinambungan

Lebih terperinci

Pelaksanaan Penelitian Dan Pemeriksaan Spt Tahunan Pph Badan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cibeunying

Pelaksanaan Penelitian Dan Pemeriksaan Spt Tahunan Pph Badan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cibeunying Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Final Assignment - Diploma 3 (D3) http://repository.ekuitas.ac.id Final Assignment of Accounting 2017-01-07 Pelaksanaan Penelitian Dan Pemeriksaan Spt Tahunan

Lebih terperinci

Pengantar Perpajakan bagi Account Representative Dasar

Pengantar Perpajakan bagi Account Representative Dasar DIKLAT TEKNIS SUBSTANTIF SPESIALISASI ACCOUNT REPRESENTATIVE TINGKAT DASAR BAHAN AJAR Pengantar Perpajakan bagi Account Representative Dasar Oleh: T i m Widyaiswara Pusdiklat Pajak KEMENTERIAN KEUANGAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mardiasmo (2001:118), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mardiasmo (2001:118), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Menurut Mardiasmo (2001:118), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (dapat di paksakan) yang langsung dapat

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. hewan) yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP) pada

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. hewan) yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP) pada BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. Biotek Indonesia adalah perusahaan yang bergerak di bidang farmasi (obatobatan hewan) yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha

Lebih terperinci

2018, No Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang Nomor 5 Tahun 2008 tentang Perubahan

2018, No Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang Nomor 5 Tahun 2008 tentang Perubahan No.180, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. SPT. Perubahan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 /PMK.03/2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 243/PMK.03/2014

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional untuk mencapai masyarakat adil dan makmur.

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional untuk mencapai masyarakat adil dan makmur. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan sumber penerimaan Negara yang terbesar dan sangat penting bagi penyelenggaraan pemerintah dan pelaksanaan pembangunan nasional. Kewajiban perpajakan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9/PMK.03/2018 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9/PMK.03/2018 TENTANG PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9/PMK.03/2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 243/PMK.03/2014 TENTANG SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKAN DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Rochmat Soemitro (Mardiasmo 2011:1), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

BAB II KAJIAN PUSTAKAN DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Rochmat Soemitro (Mardiasmo 2011:1), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara BAB II KAJIAN PUSTAKAN DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Pajak Pajak merupakan salah satu wujud nyata serta partisipasi masyarakat dalam rangka ikut membiayai pembangunan nasional.

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Definisi atau pengertian pajak menurut Mardiasmo (2009:1) adalah : Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat

Lebih terperinci

BAB 4. Pembahasan Hasil Penelitian

BAB 4. Pembahasan Hasil Penelitian BAB 4 Pembahasan Hasil Penelitian 4.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai Sebagai pajak atas konsumsi dalam negeri maka PPN hanya dikenakan atas barang atau jasa yang dikomsumsi di dalam daerah

Lebih terperinci

PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK

PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK Pengertian Pengembalian kelebihan pembayaran pajak (restitusi) terjadi apabila jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar lebih besar daripada jumlah pajak

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9/PMK.03/2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9/PMK.03/2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9/PMK.03/2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 243/PMK.03/2014 TENTANG SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak PJ.091/PL/S/006/

Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak PJ.091/PL/S/006/ Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak PJ.091/PL/S/006/2014-00 Apa yang dimaksud Emas Perhiasan? Emas perhiasan adalah perhiasan dalam bentuk apapun yang bahannya sebagian atau seluruhnya dari

Lebih terperinci

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BAB I KETENTUAN UMUM.

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BAB I KETENTUAN UMUM. SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BAB I KETENTUAN UMUM Dalam Undang-undang ini, yang dimaksud dengan : Pasal 1 1. Wajib Pajak adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan negara. Karena pajak mempunyai kontribusi yang tinggi terhadap

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan negara. Karena pajak mempunyai kontribusi yang tinggi terhadap BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan salah satu pendapatan negara yang terbesar dan berperan penting dalam pembangunan negara. Karena pajak mempunyai kontribusi yang tinggi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Implementasi SKB CV. MMC Sehubungan dengan PP Nomor 46 Tahun 2013 CV. MMC merupakan perusahaan dalam bidang jasa konsultan bisnis yang berdiri pada tahun 2005. Perusahaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Secara umum pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pembangunan yang berguna bagi kepentingan bersama. atau definisi pajak yang berbeda-beda, namun demikian berbagai definisi

BAB II LANDASAN TEORI. pembangunan yang berguna bagi kepentingan bersama. atau definisi pajak yang berbeda-beda, namun demikian berbagai definisi BAB II LANDASAN TEORI A. Definisi Pajak Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau negara dalam pembiayaan pembangunan yaitu menggali sumber dana yang berasal dari dalam negeri berupa

Lebih terperinci

Mekanisme Pemotongan Pajak PPH 22 Pada Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Depok

Mekanisme Pemotongan Pajak PPH 22 Pada Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Depok Mekanisme Pemotongan Pajak PPH 22 Pada Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Depok Oleh Nama : Steven Wu NPM : 48213647 Kelas : 3DA01 Pembimbing : Dr. Untara, SE. MM. Latar Belakang Cara meningkatkan perekonomian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitan ini menggunakan beberapa sumber dari penelitian terdahulu sebagai dasar penelitiannya, penelitian-penelitian yang terdahulu adalah sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI / PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pengertian bank menurut Pasal 1 Undang-undang No.10 Tahun 1998

BAB II LANDASAN TEORI / PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pengertian bank menurut Pasal 1 Undang-undang No.10 Tahun 1998 BAB II LANDASAN TEORI / PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1. Aturan Perbankan II.1.1. Pengertian Bank Pengertian bank menurut Pasal 1 Undang-undang No.10 Tahun 1998 tentang perbankan adalah: Bank adalah bidang

Lebih terperinci

PENERAPAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 197/PMK

PENERAPAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 197/PMK PENERAPAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 197/PMK.03/2013 TERHADAP LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2013 ( STUDI KASUS PADA PT SERITI MAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pajak BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian pajak menurut UU No.16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yaitu: Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang

Lebih terperinci

BAB III PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN UMKM PP NO 46 TAHUN Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)

BAB III PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN UMKM PP NO 46 TAHUN Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) BAB III PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN UMKM PP NO 46 TAHUN 2013 A. Pengaturan PPh UMKM di Indonesia 1. Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) UMKM adalah unit usaha produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rumah tangga Negara telah lama dikenal sejak zaman sebelum masehi. Diawali

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rumah tangga Negara telah lama dikenal sejak zaman sebelum masehi. Diawali 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep, Kontruksi, dan Variabel Penelitian 2.1.1 Pajak 2.1.1.1 Definisi Pajak Pajak sebagai piranti pembelajaran yang digunakan secara terus menerus oleh rumah tangga Negara

Lebih terperinci

BAB II ` KAJIAN PUSTAKA. orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,

BAB II ` KAJIAN PUSTAKA. orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, BAB II ` KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak merupakan salah satu wujud nyata secara partisipasi dalam rangka ikut membiayai pembangunan nasional. Adapun definisi pajak menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa dalam pembiayaan pembangunan dan kesejahteraan masyarakatnya yaitu dengan menggali sumber dana yang diperoleh

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN Ditetapkan tanggal 17 Juli 2007 KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN Ditetapkan tanggal 17 Juli 2007 KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN LAMPIRAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 Ditetapkan tanggal 17 Juli 2007 KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. Bahwa dalam rangka untuk

Lebih terperinci

membiayai segala pengeluaran-pengeluarannya. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terus-menerus dan berkesinambungan yang

membiayai segala pengeluaran-pengeluarannya. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terus-menerus dan berkesinambungan yang Keberhasilan pembangunan Indonesia sangat dipengaruhi oleh adanya pengadaan dana dalam jumlah uang yang cukup besar dan berkesinambungan untuk membiayai segala pengeluaran-pengeluarannya. Pembangunan Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan potensi pajak yang ada dapat dipungut secara optimal. Langkah-langkah

BAB I PENDAHULUAN. dan potensi pajak yang ada dapat dipungut secara optimal. Langkah-langkah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintah selalu berupaya untuk meningkatkan tax ratio secara bertahap dengan memperhatikan kondisi ekonomi Indonesia dan ekonomi dunia. Peningkatan secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PAJAK 1. Pengertian Pajak Menurut S.I.Djajadiningrat (Resmi,2009:1) Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan,

Lebih terperinci

PENERAPAN E-FAKTUR DAN PERSEPSI PENGUSAHA KENA PAJAK (PKP) (STUDI PADA PENGUSAHA KENA PAJAK DI KABUPATEN BULELENG)

PENERAPAN E-FAKTUR DAN PERSEPSI PENGUSAHA KENA PAJAK (PKP) (STUDI PADA PENGUSAHA KENA PAJAK DI KABUPATEN BULELENG) PENERAPAN E-FAKTUR DAN PERSEPSI PENGUSAHA KENA PAJAK (PKP) I Nyoman Putra Yasa 1 (Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja) 1 Email : putrayasanyoman11@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk

Lebih terperinci

APAKAH TARIF PAJAK BAGI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PENGGUNA NORMA SUDAH ADIL? STUDI KASUS PEDAGANG ECERAN MINUMAN DI JAKARTA BARAT

APAKAH TARIF PAJAK BAGI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PENGGUNA NORMA SUDAH ADIL? STUDI KASUS PEDAGANG ECERAN MINUMAN DI JAKARTA BARAT APAKAH TARIF PAJAK BAGI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PENGGUNA NORMA SUDAH ADIL? STUDI KASUS PEDAGANG ECERAN MINUMAN DI JAKARTA BARAT LAPORAN SKRIPSI Oleh Anne Valerye Janias 1301042045 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

Lebih terperinci