ANALISIS SEMIOTIKA KEDUDUKAN PEREMPUAN DAYAK DALAM FILM PERAWAN SEBERANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS SEMIOTIKA KEDUDUKAN PEREMPUAN DAYAK DALAM FILM PERAWAN SEBERANG"

Transkripsi

1 ejournal Ilmu Komunikasi, 5 (2) 2017 : ISSN (Cetak) , ISSN (Online) X, ejournal.ilkom.fisip-unmul.ac.id Copyright 2017 ANALISIS SEMIOTIKA KEDUDUKAN PEREMPUAN DAYAK DALAM FILM PERAWAN SEBERANG Sumiati 1 Abstrak Artikel ini berisi tentang analisis semiotika kedudukan perempuan dayak dalam film Perawan Seberang. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, Fokus penelitian berdasarkan teori peran gender yaitu peran dalam ranah domestik dan peran dalam ranah publik. Sumber data yang digunakan ialah dengan mengambil scene-scene atau adegan dalam film dan juga melalui referensi buku-buku ilmiah dan literatur dengan mengunakan teknik pengumpulan data berupa observasi atau pengamatan dan pengumpulan data melalui internet. Analisis dalam penelitian ini mengunakan teknik analisis semiotika Roland Barthes yang terdiri dari tanda denotasi, konotasi dan mitos. Berdasarkan hasil analisa maka dapat diketahui bahwa di dalam film Perawan Seberang kedudukan perempun Dayak dilihat dari peran domestik yaitu sebagai anggota keluarga, sebagai pendidik, dan sebagai istri sangat dihargai, dihormati, dan diakui kemampuannya. Peran perempuan Dayak dibentuk berdasarkan konstruksi sosial yang ada di masyakat seperti teori Nurture. Perempuan dayak dalam menjalankan perannya hak dan kewajibannya dalam keluarga tidak dianggap sebagai objek yang tertinggal dan tertindas. Perempuan dayak dianggap turut berkonstribusi dalam kehidupan berkeluarga. Kedudukannya perempuan Dayak sebagai istri dan pembawa keturunan dihargai dan terhormat. Kedudukannya sebagai istri dan pembawa keturunan mengarah pada pendekatan teori nature yaitu peran perempuan yang digariskan oleh alam. Peran publik yang dijalankan sebagai pencari nafkah dan anggota organisasi dalam masyarakat mengandung kata kunci yang mengarah pada pendekatan teori equilibrium yang terdiri dari peran dan kesamaan hak. Dimana kedudukan perempuan dayak memiliki hak,wewenang dan peran yang setara dengan kaum laki-laki dalam bidang apapun. Mereka dipandang setara dan dipandang sebagai pribadi yang tak berbeda dengan kaum pria baik dalam bidang pekerjaan maupun hak untuk menentukan pendapatnya sendiri. Hal ini memberikan penjelasan banyak tentang kesetaraan gender di kalangan masyarakat Dayak. Kata kunci : Analisis semiotika, Film, Perempuan Dayak PENDAHULUAN Para ilmuwan sosial mengakui bahwa budaya dan komunikasi mempunyai hubungan timbal balik. Cara berkomunikasi pun sangat bergantung pada budaya kita, seperti bahasa, aturan dan norma dan masing-masing. Perbedaan-perbedaan 1 Mahasiswa Program S1 Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman. miacantik512@gmail.com

2 Kedudukan Perempuan Dayak Dalam Film Perawan Seberang (Sumiati) dalam ekspektasi budaya dapat menimbulkan resiko yang fatal, karena hal tersebut setidaknya dapat menyebabkan komunikasi tidak lancar, timbul perasaan tidak nyaman dan kesalahpahaman (Mulyana dan Rakhmat, 2010:VI-VII).Di pulau Kalimantan sediri masih banyak terdapat berbagai macam suku dan kebudayaan. Salah satunya ialah kebudayaan suku Dayak. Dayak merupakan penduduk asli pulau Kalimantan yang menempati hampir seluruh bagian pulau ini bahkan sampai ke Malaysia. Mereka memiliki budaya terestrial (daratan, bukan budaya maritim). Pemukiman mereka berada dekat pantai, muara-muara sungai, percabangan anak sungai (besar maupun kecil) serta daerah-daerah pedalaman (Riandana: 2004). Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Institute Dayakologi, ditemukan bahwa ada 151 subsuku dan bahasa Dayak di Kalbar. Sementara itu Tjilik Riwut, Gubernur pertama Provinsi Kalimantan Tengah menyebutkan Suku bangsa Dayak terbagi dalam enam rumpun besar, yaitu Kenyah-Kayan-Bahau, Ot Danum, Iban, Murut, Klemantan dan Punan. Keenam rumpun ini terbagi lagi kepada lebih kurang 405 sub suku. Meskipun terbagi kepada ratusan sub suku, kelompok suku Dayak memiliki kesamaan ciri-ciri budaya yang khas. Ciri-ciri tersebut menjadi faktor penentu salah suatu sub suku di Kalimantan dapat dimasukkan ke dalam kelompok Dayak (Anonim: 2015). Salah satu rumpun suku Dayak yang ada di Kalimantan Tengah ialah Dayak Ngaju yang merupakan suku asli di Kalimantan Tengah. Suku Ngaju secara administratif merupakan suku baru yang muncul dalam sensus tahun 2000 sebelumnya suku Ngaju tergabung ke dalam suku Dayak dalam sensus 1930 (Tirtosudarmo, 2007:174). Berbicara tentang suku Dayak, maka tak akan pernah lupa dengan sosok perempuan-perempuan yang ada di pulau kalimantan. Kecantikan perempuan Dayak yang mempesona yang banyak membuat pria dari luar Kalimantan sering dibuat jatuh cinta. Selain terkenal dengan kecantikannya, kedudukan perempuan dalam kebudayaan Dayak sangat dijunjung tinggi dan memiliki kedudukan yang terhormat dalam tatanan kehidupan sosial masyarakat Dayak. Sebutan bawi mandiri untuk perempuan Dayak sebenarnya memberikan penjelasan yang banyak tentang kesetaraan gender di kalangan masyarakat Dayak. Tidak ada perbedaan antara perempuan dan laki-laki, baik itu dalam tugas sehari-hari dalam rumah tangga, kehidupan sosial, kepemimpinan, mencari nafkah dan juga dalam melaksanakan tugas serta kewajiban lainnya. Walaupun tidak ada perbedaan gender (gender disparity), namun perempuan Dayak tetap menjunjung tinggi kehormatan laki-laki (suami, saudara/kerabat). Sebaliknya, kaum laki-laki Dayak sangat melindungi kehormatan perempuan Dayak, dibuktikan dengan ditetapkan banyak jenis singer atau denda adat yang mengacu pada hasil rapat damai tumbang anoi 1894, untuk melindungi perempuan Dayak dari kekerasan dan pelecehan. (Elbar dkk, 2013:1). Gambaran mengenai perempuan yang memperjuangkan haknya di ranah domestik dan publik tak lepas dari media yang turut menguatkan representasi tersebut. Media memiliki kemampuan yang besar untuk mempengaruhi khalayak. 13

3 ejournal Ilmu Komunikasi Volume 5, Nomor 2, 2017 : Apa yang digambarkan media dapat berpengaruh besar ke dalam pola pikir khalayak. Karena apa yang diberitakan atau disuguhkan media dapat dianggap penting oleh khalayak. Seperti juga dalam film Perawan Seberang ini penulis akan mengupas berbagai masalah yang erat kaitannya dengan perempuan, terutama kedudukan perempuan Dayak. Film karya Chiska Doppert ini menjadi menarik untuk diteliti dikarenakan peniliti melihat nyaris tidak adanya penelitian yang dilakukan peneliti lain atas tema kedudukan perempuan Dayak diperfilman Indonesia. Adapun konsep lainnya adalah konsep cerita serta sinematografi yang membuat ketertarikan peneliti karena film ini banyak mengandung hal-hal menarik yang kental dengan budaya Indonesia, terutama Dayak. Hal inilah yang membuat peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana kedudukan perempuan Dayak dalam film Perawan Seberang berdarkan kajian teori semiotik. Kerangka Dasar Teori Semiotika Roland Barthes Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang dipakai dalam upaya berusaha mencari jalan di kehidupan ini, di tengah-tengah manusia dan bersama dengan manusia. Semiotika, atau dalam istilah Barthes, semiologi pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things). Memaknai (to signify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkan dengan mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai berarti bahwa obyek-obyek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana obyek-obyek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem berstruktur dari tanda (Barthes, 2007:179). Teori Peran Gender Teori Nature Teori nature adalah teori yang mengandaikan bahwa peran laki-laki dan perempuan, merupakan peran yang telah digariskan oleh alam. Munculnya teori ini, bias dikatakan diilhami oleh sejumlah teori filsafat sejak era kuno. Menguatkan teori nature tentang laki-laki dan perempuan, aristoteles juga mendukung ide plato tentang dikhotomi jiwa-raga, dengan anggapan ketidaksetaraan di antara manusia sebagai sesuatu yang alami dan bahwa yang kuat harus mendominasi yang lemah. (Febriasih, DKK, 2008:XVVII) Teori Nurture Menurut teori nurture, perbedaan laki-laki dan perempuan pada hakikatnya adalah hasil konstruksi social budaya sehingga menghasilkan peran dan tugas yang berbeda. Perbedaan tersebut menyebabkan perempuan selalu tertinggal dan terabaikan peran dan konstribusinya dalam hidup berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. (Kumurur: 50) 14

4 Kedudukan Perempuan Dayak Dalam Film Perawan Seberang (Sumiati) Teori Equilibrium (Keseimbangan) Teori atau aliran Equilibrium dikemukakan oleh Edward Wilson dari Harvard University. Teori equilibrium merupakan paham kompromistis yang dikenal dengan keseimbangan (equilibrium) yang menekankan pada konsep kemitraan dan keharmonisan dalam hubungan antara perempuan dan laki-laki. Pandangan ini tidak mempertentangkan antara kaum perempuan dan laki-laki karena keduanya harus bekerjasama dalam kemitraan dan keharmonisan dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, dan berbangsa. Karena itu, penerapan kesetaraan dan keadilan gender harus memperhatikan masalah kontekstual (yang ada pada tempat dan waktu tertentu) dan situasional (sesuai situasi/keadaan), bukan berdasarkan perhitungan secara matematis (jumlah/quota) dan tidak bersifat universal (Sasongko, 2009). Konsep Gender Secara etimologis, kata gender berasal dari bahasa inggris, gender berarti jenis kelamin. Sementara dalam Webster s New World Dictionary, gender diartikan sebagai pebedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan dilihat dari segi nilai dan tingkah laku (Supiandi,2008:6). Konsep gender yakni suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksikan secara social maupun kultural. a. Ketidakadilan dan dekriminasi gender Ketidakadilan dan diskriminasi gender merupakan kondisi tidak adil akibat dari sistem dan struktur sosial dimana baik perempuan maupun laki-laki menjadi korban dari sisem tersebut. Ketidakadilan gender termanifestasikan dalam pelbagai bentuk ketidakadilan, yakni: marginalisasi atau proses pemiskinan ekonomi, subordinasi atau anggapan tidak penting dalam keputusan politik, pembentukan stereotype atau melalui pelabelan negatif, kekerasan (violence), beban kerja lebih panjang dan lebih banyak (burden) serta sosialisasi ideologi nilai peran gender. Maniferstasi ketidakadilan gender tidak dapat dipisahpisahkan, karena mereka saling berkaitan dan berhubungan, saling mempengaruhi secara dialektis b. Kesetaraan Gender Kesetaraan dan keadilan gender adalah suatu kondisi dimana porsi dan siklus sosial perempuan dan laki laki setara, seimbang dan harmonis. Kondisi ini dapat terwujud apabila terdapat perlakuan adil antara perempuan dan laki-laki. Kedudukan dan Peran Perempuan Dalam istilah gender, perempuan diartikan sebagai manusia yang lemah lembut, anggun, keibuan, emosional dan lain sebagainya. (Fakih, 2008:8). Peran (role) merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan (status). Artinya seseorang telah menjalankan hak-hak dan kewajiban-kewajibannya sesuai 15

5 ejournal Ilmu Komunikasi Volume 5, Nomor 2, 2017 : dengan kedudukannya, maka orang tersebut telah melaksanakan sesuatu peran. Keduanya tak dapat dipisahkan karena satu dengan yang lain saling tergantung, artinya tidak ada peran tanpa status dan tidak ada status tanpa peran. Sebagaimana kedudukan, maka setiap orang pun dapat mempunyai macam-macam peran yang berasal dari pola pergaulan hidupnya. Hal tersebut berarti pula bahwa peran tersebut menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatankesempatan apa yang diberikan masyarakat kepadanya. Peran sangat penting karena dapat mengatur perilaku seseorang, di samping itu peran menyebabkan seseorang dapat meramalkan perbuatan orang lain pada batas-batas tertentu, sehingga seseorang dapat menyesuaikan perilakunya sendiri dengan parilaku orang-orang sekelompoknya (Narwoko, 2004:138). Budaya Dayak Dayak memiliki budaya terestrial (daratan, bukan budaya maritim). Pemukiman mereka berada dekat pantai, muara-muara sungai, percabangan anak sungai (besar maupun kecil) serta daerah-daerah pedalaman (Aldi:2014). Dalam kutipan Maunati, cenderung memotret Dayak sebagai kelompok yang eksotik dan unik, yang bercirikan kebiasan berburu kepala, tinggal dirumah panjang, animisme dan gaya hidup nomadik. Gambaran tentang Dayak sebagai sebuah entitas lain yang terasing, tak tesentuh peradaban dan kebal dari perubahan, yang membedakan mereka dari orang-orang eropa yang disebut sebagai pelaku sejarah yang aktif. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Institut Dayakologi, ditemukan bahwa ada 151 subsuku dan bahasa Dayak di Kalbar (Maunati,2004:61) Kedudukan Perempuan Dayak Penjelasan yang banyak tentang kesetaraan gender di kalangan masyarakat Dayak. Tidak ada perbedaan antara perempuan dan laki-laki, baik itu dalam tugas sehari-hari dalam rumah tangga, kehidupan sosial, kepemimpinan, mencari nafkah dan juga dalam melaksanakan tugas serta kewajiban lainnya. Walaupun tidak ada perbedaan gender (gender disparity), namun perempuan Dayak tetap menjunjung tinggi kehormatan laki-laki (suami, saudara/kerabat). Sebaliknya, kaum laki-laki Dayak sangat melindungi kehormatan perempuan Dayak, dibuktikan dengan ditetapkan banyak jenis singer atau denda adat yang mengacu pada hasil rapat damai tumbang anoi 1894, untuk melindungi perempuan Dayak dari kekerasan dan pelecehan. Media Massa media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak (penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi seperti surat kabar, film, radio dan televisi. 16

6 Kedudukan Perempuan Dayak Dalam Film Perawan Seberang (Sumiati) Film a. Definisi Film merupakan sebuah media yang selalu mempengaruhi masyarakat dan membentuk masyarakat berdasarkan muatan pesan (message) dibaliknya, tanpa pernah berlaku sebaliknya. b. Fungsi Film Sebagai seni (art) sebuah film mempunyai fungsi narasi (narativ structure) karena ia menghadirkan suatu rangkaian peristiwa yang saling berkaitan secara kausal yang mengkonstruksi sebuah kisah. Yang lainnya adalah non narasi (non narrative) yang mengorganisasikan materinya untuk fungsi yang bersifat informasional, retoris atau murni estetika. Sebagai industri, film adalah sesuatu yang merupakan bagian dari produksi ekonomi suatu masyarakat dan ia mesti dipandang dalam hubungan dengan produk-produk lainnya. Sebagai komunikasi, film merupakan bagian penting dari sistem yang digunakan oleh para individu dan kelompok untuk mengirim dan menerima pesan (send and receive message). Saat ini pertimbangan ketiga fungsi itu amat menonjol dalam proses penciptaan sebuah karya sinematografi. Ketiga fungsi itu (artistik, industrial dan komunikaif) ini saling berhubungan dan tertanam dalam konteksa budaya, ekonomi, dan teknologi dalam arti yang seluas-luasnya (Ibrahim, 2007:171). c. Jenis Film 1. Film Dokumenter 2. Film Pendek 3. Film Panjang d. Genre Film 1. Genre Film Action Laga 2. Genre Film Komedi 3. Genre Film Horor 4. Genre Film Thriller 5. Genre Film Ilmiah 6. Genre Film Drama 7. Genre Film Romantis e. Tata Kamera Panca javandalasta (2011:25) menjelaskan tipe angel camera, antara lain: f. Angle Kamera Point of view Yaitu suatu gabungan antara obyektif dan subyektif. Kamera ditempatkan pada sisi pemain subyektif, sehingga memberi kesan penonton beradu pipi dengan pemain yang diluar layar. Contoh paling jelas adalah mengambil close up pemain 17

7 ejournal Ilmu Komunikasi Volume 5, Nomor 2, 2017 : menghadap ke pemain di luar layar dan sebelumnya didahului dengan Over Shoulder Shot. Dalam mengatur komposisi kameramen harus menempatkan obyek yang diharapkan akan menjadi POI (point of interest atau obyek utama yang menjadi pusat perhatian) dan seberapa besar ukurannya dalam frame (Baskin, 2009:59). Kesimpulannya, komposisi shot atau biasa disebut shot size adalah pengukuran sebuah gambar yang ditentukan berdasarkan objek, pengaturan vesar dan posisi objek dalam frame (bingkai) dan posisi kamera yang diinginkan. Shot merupakan sebuah aktivitas perekaman dimulai dari tombol rekam kamera hingga tombol stop. Rangkaian beberapa shot disebut Scene. Scene merupakan tempat/setting dimana film akan dimainkan (adegan). Pada prinsipnya ada 9 shot sizes (Naratama,2013:77) yang berlaku dalam dunia televisi. Metode Penelitian Jenis Penelitian Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Dimana peneliti melakukan pengamatan secara menyeluruh pada tanda-tanda yang digunakan dalam film Perawan Seberang yang memiliki makna kedudukan perempuan Dayak. Fokus Penelitian Berdasarkan teori peran Gender pada bab sebelumnya maka fokus penelitian ini adalah petanda dan penanda yang muncul pada: 1. Peran dalam ranah domestik Wanita sebagai anggota keluarga Wanita sebagai pendidik Wanita sebagai istri Wanita sebagai pembawa keturunan 2. Peran dalam ranah publik Wanita sebagai tenaga kerja/pencari nafkah Wanita sebagai anggota organisasi dalam masyarakat Jenis Sumber Data a. Data Primer Dalam penelitian ini data diperoleh langsung melalui cara observasi terhadap scene atau adegan pada film perawan seberang. video diunduh (download) dari internet. b. Data Sekunder Dalam penelitian ini penulis mempelajari dan menggunakan referensi bukubuku ilmiah, dokumen-dokumen skripsi terdahulu, dan sumber-sumber lainnya, seperti website resmi dan internet guna mendukung penelitian ini. 18

8 Kedudukan Perempuan Dayak Dalam Film Perawan Seberang (Sumiati) Teknik Pengumpulan Data a. Observasi Metode pengumpulan data ini dilakukan dengan cara mengamati langsung film perawan seberang. Analisis pada penelitian ini akan memfokuskan pengamatan pada obyek atau materi penelitian berupa adegan-adegan atau scenescene yang terdapat dalam film. Data-data yang terkumpul kemudian dianalisa dengan pendekatan semiotika dan ditarik kesimpulan. b. Internet Dengan internet peneliti dengan mudah melakukan referensi dengan melihat skripsi-skripsi yang sudah di posting yang mempunyai permasalahayang sama dan dapat mengetahui dengan mudah bagaimana cara penyelesaiannya. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis semiotika dengan pendekatan kualitatif. Sebagai pisau analisis peneliti menggunakan pendekatan semiotika Roland Barthes. Sesuai dengan semiotika Roland Barthes, bila hendak menemukan maknanya, maka yang dilakukan pertama-tama adalah data dikelompokkan sesuai dengan jenisnya masing-masing. Dari langkah pertama akan didapatkan gambaran atau pengertian yang bersifat umum dan mencakup apa yang dipermasalahkan. Kemudian pada langkah selanjutnya data dimaknakan secara denotative yang kemudian baru dimaknakan secara konotative. Hasil & Pembahasan Dalam Ranah Domestik a. Wanita sebagai Anggota keluarga Berkaitan dengan teori yang di gunakan penulis yaitu teori nurture, sesaui dengan pengertiannya bahwa nurture ialah, perbedaan laki-laki dan perempuan pada hakikatnya adalah hasil konstruksi social budaya sehingga menghasilkan peran dan tugas yang berbeda. Jika pada masyarakat umumya perempuan dikonstruksikan sebagai makhluk yang tertinggal dan terabaikan peran dan konstribusinya dalam berkeluarga. Maka perempuan Dayak dalam anggota keluarga sangat berkonstribusi dalam mengayomi anggota keluarganya. Perannya sangat di butuhkan., perempuan dalam anggota keluarga Dayak juga bukan sebagai pihak yang tertindas. Berdasarkan penanda dan petanda yang muncul maka Perempuan dayak dalam anggota keluarga di dalam film Perawan Seberang, perempuan Dayak dijadikan sebagai tumpuan harapan kasih bagi keluarganya 19

9 ejournal Ilmu Komunikasi Volume 5, Nomor 2, 2017 : b. Wanita Sebagai Pendidik.Pada penelitian mengenai kedudukan perempuan khususnya perempuan sebagai pendidik adalah mengarah pada kata kunci kesamaan hak dan peran dalam mendidik anak. Dalam teori equilibrium seperti yang disampaikan puspitawati(2009:26) bahwa hubungan perempuan dan laki-laki bukan hubungan yang saling bertentangan keduanya dilandasi kebutuhan bersama guna membangun kemitraan yang harmonis. Kekuatan dan kelemahan yang perlu di isi dan diengkapi pihak lain dalam kerjasama yang setara. Oleh karena itu di dalam tatanan adat dayak peremuan juga turut andil dan mempunyai hak mendidik anak tidak hanya urusan laki-laki saja. Kesetaraan gender tampak dalam adat dayak. Namun dalam situasi atau keadaan dan pada tempat dan waktu tertentu. c. Wanita Sebagai Istri Perempuan sebagai istri ialah mendampingi suaminya dan memotivasi setiap kegiatan yang dilakukan oleh suaminya. Peranan perempuan dayak sebagai seorang istri sangat dihargai dan dihormati hal ini terlihat dari keterlibatanya dalam acara ritual juga pendapatnya yang didengar oleh laki-laki. Hal ini dapat dilihat dalam adegan gambar Sesuai dengan teori equilibrium yang mejelaskan keseimbangan, kemitraan dan keharmonisan hubungan antara laki-laki dan perempuan kehidupan dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, dan berbangsa. Maka perempuan dayak sebagai istri mempunyai kemitraan dan keharmonisan di dalam menjalankan perannya dalam keluarga. d. Perempuan Sebagai Pembawa Keturunan Sesuai dengan teori nature yang mempunyai deskripsi bahwa peran laki-laki dan perempuan, merupakan peran yang telah digariskan oleh alam. Sudah menjadi kodratnya bahwa yang kuat harus mendominasi yang lemah. Dalam film ini perempuan sebagai makhluk pembawa keturunan sehingga digambarkan sebagai makhluk yang lemah perempuan dayak masih saja mendapat pelabelan negative dalam masyarakat. Dalam film ini bahkan perempuan dayak masih mendapatkan kekerasan (violence). Mitos yang muncul mengenai perempuan 20

10 Kedudukan Perempuan Dayak Dalam Film Perawan Seberang (Sumiati) dayak akan membawa keturunan-keturnan yang baik maka masyarakat dayak harus melindungi perempuan-perempuan Dayak. Peran dalam Ranah Publik a. Wanita Sebagai Tenaga Kerja/Pencari Nafkah masyarakat Dayak tidak membedakan antara perempuan dan laki-laki dalam mencari nafkah. Kedudukannya sama dengan laki-laki atau setara dalam menjalankan urusan domestik dan publik. Terdapat perlakuan adil antara perempuan dan lakilaki. Hal ini sesuai dengan teori equilibrium atau keseimbangan b. Wanita Sebagai Anggota Organisasi dalam Masyarakat Tidak ada perbedaan peran antara perempuan dan laki-laki dalam tatanan sosial masyarakat dayak begitu juga yang ditampilkan dalam film perawan seberang ini (gambar 4.41). Perempuan dapat berpartisipasi dalam organisasi kemasyarakatan Dayak melalui suami, keluarga atau saudara yang menjabat sebagai tua-tua adat dengan cara memberikan dukungan tenaga dan pemikiran. Hal ini Menitik beratkan pada pada pembagian peran, kesamaan perlakuan dan hak. Hal tersebut berkaitan dengan teori atau aliran Equilibrium yang dikemukakan oleh Edward Wilson dari Harvard University Teori atau aliran Equilibrium menekankan kesetaraan gender pada pola kemitraan dan keharmonisan hubungan antara perempuan dan laki-laki pada kontekstual dan situasional tertentu, tanpa mempertentangkan perbedaan antara perempuan dan laki-laki. Hal ini tentu saja dilandaskan pada scene-scene perempuan Dayak pada film yang telah penulis analisis dan pilah kedalam 2 peran, publik dan domestik. Peran publik dan domestik yang diperankan perempuan Dayak dalam film perawan seberang menjelaskan kedudukannya. Maksudnya ialah kedudukan seseorang dapat dilihat dari peran yang dijalankan. Begitu juga kedudukan perempuan Dayak dapat dilihat dari peran domestik dan peran publik yang ditampilkan dalam film Perawan Seberang. Penutup Kesimpulan Dari perumusan di atas dapat dilihat bahwa kedudukan perempuan Dayak tampak dari peran domestik dan peran publik yang di tampilkan dalam beberapa scene yang telah peniliti analisis, yaitu. 1. Kedudukan perempuan dayak dalam menjalankan peran domestik adalah sebagai anggota keluarga yang sangat dihargai yaitu sebagai tumpuan kasih sayang. Sebagai pendidik perempuan Dayak di akui kemampuan mendidik anakanya. Peran perempuan Dayak dibentuk berdasarkan konstruksi sosial 21

11 ejournal Ilmu Komunikasi Volume 5, Nomor 2, 2017 : yang ada di masyakat seperti pengertian Nurture. Perempuan dayak dalam menjalankan perannya hak dan kewajibannya dalam keluarga tidak dianggap sebagai objek yang tertinggal dan tertindas. Perempuan dayak dianggap turut berkonstribusi dalam kehidupan berkeluarga. Kedudukannya perempuan Dayak sebagai istri dan pembawa keturunan di dalam film Perawan Seberang dihargai dan dihormati hal ini terlihat dari keterlibatanya dalam memberikan motivasi dan dukungan dalam setiap kegiatan suaminya. Perempuan dayak juga sangat dilindungi oleh suku Dayak terbukti dari ditetapkan singer atau denda adat untuk melindungi perempuan dayak karena dianggap kaum lemah yang sering mendapat perlakuan kekerasan, penindasan bahkan pelecehan seksual di masyakarat. Kedudukannya sebagai istri dan pembawa keturunan mengarah pada pendekata teori nature yaitu peran perempuan yang digariskan oleh alam. Hal ini memberikan penjelasan yang banya tentang kesetaraan gender dalam kehidupan masyakarat dayak 2. Peran publik yang dijalankan perempuan dayak sebagai pencari nafkah dan anggota organisasi dalam masyarakat mengandung kata kunci yang mengarah pada pendekatan teori equilibrium yang terdiri dari peran dan kesamaan hak. Pemahaman peneliti tentu dilandaskan dari penelitian yang dilakukan terhadap kedudukan perempuan dalam film perawan seberang melalui potonganpotongan adegan mengandung dan menampilkan kedudukan perempuan Dayak. Dimana kedudukan perempuan dayak memiliki hak,wewenang dan peran yang setara dengan kaum laki-laki dalam bidang apapun. Mereka dipandang setara dan dipandang sebagai pribadi yang tak berbeda dengan kaum pria baik dalam bidang pekerjaan maupun hak untuk menentukan pendapatnya sendiri. Saran Berdasarkan analisa data dan kesimpulan yang diambil, maka ada beberapa saran yang diharapkan bermanfaat, yaitu : 1. Film perawan seberang merupakan film mengangkat kebudayan dan perempuan dayak yang merupakan salah satu suku yang unik di indonesia. Namun dalam film ini menampilkan kedudukan perempuan dayak dianggap lemah yang kerap kali mendapatkan kekerasan, penindasan dan pelecehan seksual dari laki-laki. harapan peniliti agar menampilkan tayangan yang mengubah cara berpikir perempuan bahwa perempuan diberikan kewajiban untuk menjaga dirinya dan juga mempunyai hak atas tubuhnya dan hak atas rasa aman dalam menjalankan perannya. 2. Analisis semiotik adalah sebuah analisis yang tepat untuk meneliti kedalaman sebuah film. Oleh karena itu, penelitian seperti ini sepatutnya lebih dikembangkan kepada mahasiswa agar dapat memaknai makna-makna yang terdapat dalamn sebuah film. Dengan adanya kesinambungan pada penelitian dengan analisis semiotika, diharapkan mampu memberi masukan terhadap pesan yang akan disampaikan dalam perfilman indonesia. 22

12 Kedudukan Perempuan Dayak Dalam Film Perawan Seberang (Sumiati) DAFTAR PUSTAKA Barthes, Roland Membedah mitos-mitos budaya massa. Jakarta: Jalasutra Efendy, Onong uchjana Ilmu Komunikasi teori dan praktek. Bandung: PT. Rosdakarya. Fakih, Mansour Analisis gender & transformasi sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Javandalasta, panca hari mahir bikin film. Jakarta. Java Pustaka Grup (PT. Transmedia Pustaka). Maunati, Yekti Identitas Dayak: komodifikasi & politik kebudayaan. Yogyakarta: LkiS. Sobur, Alex Semiotika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Puspitawati, Herien Konsep, teori dan analisis gender. Bogor: PT.IPB Press. Suratiah dkk Dilema Wanita Antara Industri Rumah Tangga & Aktifitas Domestik. Yogyakarta: Aditya Media Anonim. Film Perawan Seberang. (Diakses pada 10 juni 2015) Nurhadi Cultural studies: teori & praktik. Yogyakarta: Kreasi Wacana. Nurudin Pengantar ilmu komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Pesada. Kriyantono, Rachmat Teknis Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media 23

BAB I PENDAHULUAN. pekerja dan itu menjadi penanda waktu yang beremansipasi.

BAB I PENDAHULUAN. pekerja dan itu menjadi penanda waktu yang beremansipasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perempuan dalam televisi senantiasa hanya mempertentangkan antara wanita karir dan menjadi ibu-ibu rumah tangga. Dua posisi ini ada didalam lokasi yang berseberangan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini film dan kebudayaan telah menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Film pada dasarnya dapat mewakili kehidupan sosial dan budaya masyarakat tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Perempuan selalu menjadi sebuah topik yang menarik untuk dibicarakan terutama di dalam media massa. Pandangan masyarakat mengenai perempuan selama ini seringkali

Lebih terperinci

2. Teoretisasi Gender

2. Teoretisasi Gender 2. Teoretisasi Gender Sumber: Dra. Sri Sundari Sasongko, 2009, BKKBN: Jakarta Konsep Perubahan Perilaku dan Bentuk-bentuk Diskriminasi Gender: Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku manusia/individu?

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Film pada dasarnya digunakan sebagai media yang merefleksikan realitas, atau bahkan membentuk realitas. Dalam keberagaman nilai-nilai yang ada film mempunyai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Dalam tahap ini, peneliti mulai menerapkan proses representasi yaitu

BAB IV ANALISIS DATA. Dalam tahap ini, peneliti mulai menerapkan proses representasi yaitu BAB IV ANALISIS DATA A. TEMUAN PENELITIAN Dalam tahap ini, peneliti mulai menerapkan proses representasi yaitu dengan proses penyeleksian atas tanda-tanda yang ada dengan menggaris bawahi hal-hal tertentu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertipe deskriptif dengan menggunakan pendekatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertipe deskriptif dengan menggunakan pendekatan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Penelitian ini bertipe deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Metode kualitatif memungkinkan peneliti mendekati data sehingga mampu mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam peradaban manusia semenjak ribuan tahun lalu. Penelitian terhadap karya sastra penting

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini memiliki signifikasi berkaitan dengan kajian teks media atau berita, sehingga kecenderungannya lebih bersifat deskriptif. Penelitian deskriptif

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Film sebagai salah bentuk komunikasi massa yang digunakan. untuk menyampaikan pesan yang terkandung didalamnya.

BAB IV ANALISIS DATA. Film sebagai salah bentuk komunikasi massa yang digunakan. untuk menyampaikan pesan yang terkandung didalamnya. 93 BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Film sebagai salah bentuk komunikasi massa yang digunakan untuk menyampaikan pesan yang terkandung didalamnya. Juga digunakan sebagai sarana hiburan. Selain

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR GAMBAR... viii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah.

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR GAMBAR... viii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL...i HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... viii ABSTRAKSI... ix BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang Masalah. 1 1.2.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perempuan adalah tiang negara, artinya tegak runtuhnya suatu negara berada di tangan kaum perempuan. Penerus peradaban lahir dari rahim seorang perempuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai budaya terdapat di Indonesia sehingga menjadikannya sebagai negara yang berbudaya dengan menjunjung tinggi nilai-nilainya. Budaya tersebut memiliki fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan khalayak luas yang biasanya menggunakan teknologi media massa. setiap pagi jutaan masyarakat mengakses media massa.

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan khalayak luas yang biasanya menggunakan teknologi media massa. setiap pagi jutaan masyarakat mengakses media massa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi massa merupakan suatu bentuk komunikasi dengan melibatkan khalayak luas yang biasanya menggunakan teknologi media massa seperti surat kabar, majalah,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian pada film animasi Barbie The Princess And The Popstar ini

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian pada film animasi Barbie The Princess And The Popstar ini 73 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian pada film animasi Barbie The Princess And The Popstar ini bersifat desktiptif dalam ranah kualitatif. Deskriptif adalah sifat penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Komunikasi visual memiliki peran penting dalam berbagai bidang, salah satunya adalah film. Film memiliki makna dan pesan di dalamnya khususnya dari sudut pandang visual.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Perempuan bekerja dan mengurus rumah tangga menjadi pemandangan biasa dalam film Suffragette. Perempuan harus membagi waktunya untuk keluarga dan pekerjaan.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan pendekatan deskriptif interpretatif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan pendekatan deskriptif interpretatif. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang penulis tetapkan, yaitu untuk mengetahui bagaimana film 9 Summers 10 Autumns mendeskripsikan makna keluarga dan reproduksi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan paradigma kritis. Paradigma kritis menyajikan serangkaian metode dan perspektif yang memungkinkan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Kata Paradigma berasal dari Bahasa yunani, paradeigma, yang bearti pola, Thomas Kuhn (1962) menggunakan kata paradigma untuk menunjukan kerangka konseptual

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Semiotika sebagai Metode Penelitian Semiotika merupakan cabang ilmu yang membahas tentang bagaimana cara memahami simbol atau lambang, dikenal dengan semiologi. Semiologi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang mendasar dari suatu kelompok saintis (Ilmuan) yang menganut suatu pandangan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang mendasar dari suatu kelompok saintis (Ilmuan) yang menganut suatu pandangan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Pengertian paradigma menurut Dedy Mulyana adalah suatu kerangka berfikir yang mendasar dari suatu kelompok saintis (Ilmuan) yang menganut suatu pandangan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat ditarik pada penelitian ini adalah perempuan memiliki berbagai peran dalam kehidupan bermasyarakat. Peran-peran tersebut diantaranya adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang menggunakan latar alamiah. Penelitian kualitatif itu bertumpu secara mendasar pada

Lebih terperinci

BAB II. Kajian Pustaka. hukum adat. Harta orangtua yang tidak bergerak seperti rumah, tanah dan sejenisnya

BAB II. Kajian Pustaka. hukum adat. Harta orangtua yang tidak bergerak seperti rumah, tanah dan sejenisnya BAB II Kajian Pustaka 2.1. Perempuan Karo Dalam Perspektif Gender Dalam kehidupan masyarakat Batak pada umumnya dan masyarakat Karo pada khususnya bahwa pembagian harta warisan telah diatur secara turun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Dalam penelitian ini, peneliti meneliti mengenai pemaknaan pasangan suami-istri di Surabaya terkait peran gender dalam film Erin Brockovich. Gender sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dewasa ini penyimpangan sosial di Indonesia marak terjadi dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dewasa ini penyimpangan sosial di Indonesia marak terjadi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini penyimpangan sosial di Indonesia marak terjadi dengan munculnya berbagai konflik yang berujung kekerasan karena berbagai aspek seperti politik,

Lebih terperinci

dapat dilihat bahwa media massa memiliki pengaruh yang besar dalam

dapat dilihat bahwa media massa memiliki pengaruh yang besar dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang- Undang No 33 tahun 2009 dalam pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa film adalah karya seni budaya yang merupakan pranata sosial dan media komunikasi massa yang dibuat

Lebih terperinci

KONSEP DIRI DALAM IKLAN ROKOK A MILD (Analisis Semiotika Tentang Konsep Diri dalam Iklan Rokok A Mild Versi Cowok Blur Go Ahead 2011) Fachrial Daniel

KONSEP DIRI DALAM IKLAN ROKOK A MILD (Analisis Semiotika Tentang Konsep Diri dalam Iklan Rokok A Mild Versi Cowok Blur Go Ahead 2011) Fachrial Daniel KONSEP DIRI DALAM IKLAN ROKOK A MILD (Analisis Semiotika Tentang Konsep Diri dalam Iklan Rokok A Mild Versi Cowok Blur Go Ahead 2011) Fachrial Daniel Abstrak Penelitian ini menggunakan analisis semiotika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan Indonesia kearah modernisasi maka semakin banyak peluang bagi perempuan untuk berperan dalam pembangunan. Tetapi berhubung masyarakat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Paradigma didefinisikan bermacam-macam, tergantung pada sudut

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Paradigma didefinisikan bermacam-macam, tergantung pada sudut 38 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Paradigma didefinisikan bermacam-macam, tergantung pada sudut pandang yang digunakan. Sebagian orang menyebut paradigma sebagai citra fundamental

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 25 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe atau jenis penelitian ini adalah penelitian interpretif dengan pendekatan kualitatif. Paradigma merupakan sebuah konstruksi manusia yaitu gagasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bermacam-macam, seperti politik, keyakinan agama, rasisme dan ideologi

BAB I PENDAHULUAN. yang bermacam-macam, seperti politik, keyakinan agama, rasisme dan ideologi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kekerasan terhadap sesama manusia telah memiliki sumber atau alasan yang bermacam-macam, seperti politik, keyakinan agama, rasisme dan ideologi gender. Salah satu sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. medium yang lain seperti menyebarkan hiburan, menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama,

BAB I PENDAHULUAN. medium yang lain seperti menyebarkan hiburan, menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama, BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Film pertama kali ditemukan pada abad 19, tetapi memiliki fungsi yang sama dengan medium yang lain seperti menyebarkan hiburan, menyajikan cerita, peristiwa, musik,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. komunikasi yang terjadi antarmanusia. Menurut Moloeng paradigma merupakan pola

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. komunikasi yang terjadi antarmanusia. Menurut Moloeng paradigma merupakan pola BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Paradigma ialah bagaimana kita memandang dunia. Dalam penelitian komunikasi, paradigma digunakan untuk melihat gambaran umum bagaimana komunikasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Barthes. Sebagai sebuah penelitian deskriptif, penelitian ini hanya memaparkan situasi atau

BAB III METODE PENELITIAN. Barthes. Sebagai sebuah penelitian deskriptif, penelitian ini hanya memaparkan situasi atau BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian ini bersifat deskripsi kualitatif dengan menggunakan analisis semiotika Roland Barthes. Sebagai sebuah penelitian deskriptif, penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khalayak. Karena menurut McLuhan (dalam Rakhmat,2008:224), media

BAB I PENDAHULUAN. khalayak. Karena menurut McLuhan (dalam Rakhmat,2008:224), media BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini, media massa sudah menjadi kebutuhan penting bagi khalayak. Karena menurut McLuhan (dalam Rakhmat,2008:224), media massa adalah perpanjangan alat indra.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perselingkuhan sebagai..., Innieke Dwi Putri, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Perselingkuhan sebagai..., Innieke Dwi Putri, FIB UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra menggambarkan jiwa masyarakat. Karya sastra sebagai interpretasi kehidupan, melukiskan perilaku kehidupan manusia yang terjadi dalam masyarakat. Segala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan agraris, dimana terdiri dari banyak pulau dan sebagian besar mata pencaharian penduduknya bercocok tanam atau petani. Pertanian

Lebih terperinci

2016 REPRESENTASI SENSUALITAS PEREMPUAN DALAM IKLAN

2016 REPRESENTASI SENSUALITAS PEREMPUAN DALAM IKLAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Parfum Casablanca merupakan produk perawatan tubuh yang berupa body spray. Melalui kegiatan promosi pada iklan di televisi, Casablanca ingin menyampaikan pesan bahwa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mana perbedaan perempuan dan laki-laki yang bersifat kodrat sebagai ciptaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mana perbedaan perempuan dan laki-laki yang bersifat kodrat sebagai ciptaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Gender Istilah gender diketengahkan oleh para ilmuwan sosial untuk menjelaskan mana perbedaan perempuan dan laki-laki yang bersifat kodrat sebagai ciptaan Tuhan dan mana

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Dalam penelitian ini peneliti memakai paradigma dari salah satu penelitian kualitatif yaitu teori kritis (critical theory). Teori kritis memandang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan akan informasi dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan akan informasi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan akan informasi dan hiburan menjadi begitu penting bagi kita. Hampir setiap orang selalu menyediakan waktunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui media massa. Negara Indonesia di masa yang lampau sebelum. masa kemerdekaan media massa belum bisa dinikmati oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. melalui media massa. Negara Indonesia di masa yang lampau sebelum. masa kemerdekaan media massa belum bisa dinikmati oleh semua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Balakang Masalah Media massa sudah menjadi bagian hidup bagi semua orang. Tidak dikalangan masyarakat atas saja media massa bisa diakses, akan tetapi di berbagai kalangan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai cara untuk membangun image kepublik agar mendapatkan perhatian

BAB I PENDAHULUAN. berbagai cara untuk membangun image kepublik agar mendapatkan perhatian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap perhelatan akbar pemilihan kepala daerah hingga pemilihan presiden di Indonesia setiap calon pasangan yang maju menggunakan berbagai cara untuk membangun image

Lebih terperinci

REPRESENTASI PEREMPUAN DALAM FILM WANITA TETAP WANITA (Analisis Semiotika Representasi Perempuan dalam Film Wanita Tetap Wanita) NASKAH PUBLIKASI

REPRESENTASI PEREMPUAN DALAM FILM WANITA TETAP WANITA (Analisis Semiotika Representasi Perempuan dalam Film Wanita Tetap Wanita) NASKAH PUBLIKASI REPRESENTASI PEREMPUAN DALAM FILM WANITA TETAP WANITA (Analisis Semiotika Representasi Perempuan dalam Film Wanita Tetap Wanita) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagai persyaratan Guna mencapai gelar

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Bab keempat memuat kesimpulan dari uraian yang ada pada bab satu

BAB IV KESIMPULAN. Bab keempat memuat kesimpulan dari uraian yang ada pada bab satu BAB IV KESIMPULAN Bab keempat memuat kesimpulan dari uraian yang ada pada bab satu sampai dengan bab tiga. Dalam bab ini penulis akan menyimpulkan dari ketiga bab sebelumnya. Pada intinya masyarakat Jepang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Media seni-budaya merupakan tempat yang paling banyak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Media seni-budaya merupakan tempat yang paling banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media seni-budaya merupakan tempat yang paling banyak merepresentasikan perempuan sebagai pihak yang terpinggirkan, tereksploitasi, dan lain sebagainya. Perempuan sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian unsur patriotisme dalam film Sang Kiai akan dilaksanakan dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian unsur patriotisme dalam film Sang Kiai akan dilaksanakan dengan 38 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian unsur patriotisme dalam film Sang Kiai akan dilaksanakan dengan sifat penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Deskriptif adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan

BAB I PENDAHULUAN. manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perempuan oleh masyarakat kadang-kadang masih dianggap sebagai manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan tidak lebih penting

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dalam bukunya metode penelitian menyatakan bahwa penelitian. menerus untuk memecahkan suatu masalah. 1 Penelitian merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. dalam bukunya metode penelitian menyatakan bahwa penelitian. menerus untuk memecahkan suatu masalah. 1 Penelitian merupakan BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Metode penelitian adalah seperangkat alat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ini berfokus pada penggambaran peran perempuan dalam film 3 Nafas Likas. Revolusi perkembangan media sebagai salah satu sarana komunikasi atau penyampaian

Lebih terperinci

TRANSGENDER DALAM FILM. (Studi Semiologi Representasi Identitas Seksual Transgender. Dalam Film The Iron Ladies )

TRANSGENDER DALAM FILM. (Studi Semiologi Representasi Identitas Seksual Transgender. Dalam Film The Iron Ladies ) TRANSGENDER DALAM FILM (Studi Semiologi Representasi Identitas Seksual Transgender Dalam Film The Iron Ladies ) Naskah Publikasi Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana S-1 Ilmu

Lebih terperinci

IDENTITAS SEKSUALITAS REMAJA DALAM FILM

IDENTITAS SEKSUALITAS REMAJA DALAM FILM 82 KomuniTi, Vol. V, No. 2 September 2013 IDENTITAS SEKSUALITAS REMAJA DALAM FILM (ANALISIS SEMIOTIKA REPRESENTASI PENCARIAN IDENTITAS HOMOSEKSUAL OLEH REMAJA DALAM FILM THE LOVE OF SIAM) Sekar Dwi Marliana

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Paradigma menurut Nyoman Kutha Ratna (2011:21) adalah seperangkat keyakinan mendasar, pandangan dunia yang berfungsi untuk menuntun tindakantindakan manusia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan jenis penelitiannya adalah analisis wacana. Analisis wacana. ilmiah, yang objeknya representatif perempuan muslim dalam

BAB III METODE PENELITIAN. dan jenis penelitiannya adalah analisis wacana. Analisis wacana. ilmiah, yang objeknya representatif perempuan muslim dalam 30 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian 1. Pendekatan penelitian Pendekatan dalam penelitian ini termasuk pendekatan kualitatif dan jenis penelitiannya adalah analisis wacana. Analisis wacana

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Sifat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif yaitu Pendekatan ini diarahkan pada latar belakang dan individu tersebut secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ibunya, dan sekaligus menjadi inti cerita dalam film dari Arab Saudi berjudul

BAB I PENDAHULUAN. ibunya, dan sekaligus menjadi inti cerita dalam film dari Arab Saudi berjudul BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Aku ingin membeli sepeda jadi aku bisa balapan dengan Abdullah... Kalimat di atas merupakan kalimat yang diungkapkan oleh Wadjda kepada ibunya, dan sekaligus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Isu tentang gender telah menjadi bahasan analisis sosial, menjadi pokok

BAB I PENDAHULUAN. Isu tentang gender telah menjadi bahasan analisis sosial, menjadi pokok 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Isu tentang gender telah menjadi bahasan analisis sosial, menjadi pokok bahasan dalam perdebatan mengenai perubahan sosial dan juga menjadi topik utama dalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. lagi pendekatan yang mencoba berebut nafas yaitu pendekatan Post

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. lagi pendekatan yang mencoba berebut nafas yaitu pendekatan Post BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Sebagai salah satu pendekatan yang baru, maka pendekatan konstruktivis (intepretatif) ini sebenarnya masih kurang besar gaungnya di bandingkan dengan pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian deskriptif, dimana

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian deskriptif, dimana BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian deskriptif, dimana peneliti hanyalah memaparkan situasi atau peristiwa. Penelitian ini tidak mencari

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Film merupakan media komunikasi yang efektif untuk menyampaikan pesan sosial maupun moral kepada khalayak dengan tujuan memberikan informasi, hiburan, dan ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Laki-laki dan perempuan memang berbeda, tetapi bukan berarti perbedaan itu diperuntukkan untuk saling menindas, selain dari jenis kelamin, laki-laki dan perempuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan berdasarkan imajinasi dan berlandaskan pada bahasa yang digunakan untuk memperoleh efek makna tertentu guna mencapai efek estetik. Sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari Tugas Akhir ini adalah membuat game bergenre adventure

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari Tugas Akhir ini adalah membuat game bergenre adventure BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan dari Tugas Akhir ini adalah membuat game bergenre adventure game bertemakan Seni Budaya Dayak Punan sebagai upaya memperkenalkan Budaya Kalimantan. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ciri khas merupakan tuntutan dalam derasnya persaingan industri media massa yang ditinjau berdasarkan tujuannya sebagai sarana untuk mempersuasi masyarakat. Sebagaimana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. The Great queen Seondeok dan kemudian melihat relasi antara teks tersebut

BAB III METODE PENELITIAN. The Great queen Seondeok dan kemudian melihat relasi antara teks tersebut BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Tipe Penelitian ini adalah kualitatif eksploratif, yakni penelitian yang menggali makna-makna yang diartikulasikan dalam teks visual berupa film serial drama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Konteks Masalah Saat ini adalah era di mana orang membeli barang bukan karena nilai manfaatnya, melainkan karena gaya hidup yang disampaikan melalui media massa. Barang yang ditawarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi komunikasi. Keberadaan new media yang semakin mudah

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi komunikasi. Keberadaan new media yang semakin mudah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia perfilman Indonesia terus mengalami perkembangan. Dikatakan bahwa tahun 80-an adalah tahun emas dunia perfilman Indonesia. Produksi film lokal meningkat menjadi

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1. Sifat Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat interpretatif yaitu peneliti melakukan pengamatan langsung secara menyeluruh dari

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. mucul dalam tayangan acara Wisata Malam, yaitu kode Appearance

BAB V PENUTUP. mucul dalam tayangan acara Wisata Malam, yaitu kode Appearance BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Setelah melakukan penelitian dan menganalisis melalui tahapan kajian pustaka dan analisis data mengenai adanya unsur sensualitas lewat para bintang tamu perempuan dalam tayangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra memuat perilaku manusia melalui karakter tokoh-tokoh cerita. Hadirnya tokoh dalam suatu karya dapat menghidupkan cerita dalam karya sastra. Keberadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Itu lah sepenggal kata yang diucapkan oleh Mike Lucock yang

BAB I PENDAHULUAN. Itu lah sepenggal kata yang diucapkan oleh Mike Lucock yang I.1. Latar Balakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Perempuan Kudu di rumah nyuci baju, ngurus suami, ngurus anak, masak, dan patuh dengan suami dan bila tidak dilakukan semua berarti itu haram!!. Itu lah sepenggal

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1.Paradigma Penelitian Paradigma yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah paradigma teori kritis (critical theory). Aliran pemikiran paradigma ini lebih senang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Dalam hal ini peneliti ingin mengetahui bagaimana nilai Humanisme dan Budaya pada film Okuribito. Dalam penelitian ini menggunakan deskriptif dengan pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran kaum perempuan Indonesia dalam menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam menegakkan NKRI dipelopori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Iklan-iklan yang muncul pada media elektronik seperti melalui televisi semuanya memiliki persamaan yaitu ingin

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Iklan-iklan yang muncul pada media elektronik seperti melalui televisi semuanya memiliki persamaan yaitu ingin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Iklan-iklan yang muncul pada media elektronik seperti melalui televisi semuanya memiliki persamaan yaitu ingin mendekatkan khalayak sasaran dengan menarik perhatian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki

BAB I PENDAHULUAN. Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki pada posisi dan kekuasaan yang lebih dominan dibandingkan perempuan. Secara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Muchammad Nazir dalam bukunya Metode Penelitian menyatakan

BAB III METODE PENELITIAN. Muchammad Nazir dalam bukunya Metode Penelitian menyatakan 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Metode penelitian adalah seperangkat alat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya, maka seorang peneliti harus dapat memahami dan menggunakan cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain, seperti koran, televisi, radio, dan internet. produksi Amerika Serikat yang lebih dikenal dengan nama Hollywood.

BAB I PENDAHULUAN. lain, seperti koran, televisi, radio, dan internet. produksi Amerika Serikat yang lebih dikenal dengan nama Hollywood. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zaman sekarang, komunikasi sudah banyak cara penyaluran pesannya kepada masyarakat, salah satunya adalah film, disamping menggunakan media lain, seperti koran, televisi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Iklan pada hakikatnya adalah aktivitas menjual pesan (selling message) dengan

BAB I PENDAHULUAN. Iklan pada hakikatnya adalah aktivitas menjual pesan (selling message) dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Iklan pada hakikatnya adalah aktivitas menjual pesan (selling message) dengan menggunakan ketrampilan kreatif, seperti copywriting, layout, ilustrasi, tipografi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Media televisi merupakan media massa yang sering digunakan sebagai media

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Media televisi merupakan media massa yang sering digunakan sebagai media BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media televisi merupakan media massa yang sering digunakan sebagai media penyampaian informasi. Kekuatan media massa televisi paling mempunyai kekuatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi tidak akan pernah bisa lepas dari adanya visual dan verbal. Visual ditandai dengan gambar, verbal ditandai dengan lisan maupun tulisan. Antara visual dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN\ sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap objek yang diteliti. 1. Penelitian deskriptif yang ditujukan untuk: 2

BAB III METODOLOGI PENELITIAN\ sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap objek yang diteliti. 1. Penelitian deskriptif yang ditujukan untuk: 2 BAB III METODOLOGI PENELITIAN\ 1.1 Sifat Penelitian Penelitian ini menggunakan sifat penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif ini adalah jenis penelitian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Televisi merupakan salah satu media komunikasi massa yang sangat penting dan menjadi salah satu kebutuhan hidup masyarakat. Televisi memiliki kelebihan

Lebih terperinci

BAB II. Kajian Pustaka. Studi Kesetaraan dan Keadilan Gender Dalam Pembangunan 9

BAB II. Kajian Pustaka. Studi Kesetaraan dan Keadilan Gender Dalam Pembangunan 9 BAB II Kajian Pustaka Studi Kesetaraan dan Keadilan Gender Dalam Pembangunan 9 Kesetaraan dan Keadilan Gender (KKG) sudah menjadi isu yang sangat penting dan sudah menjadi komitmen bangsa-bangsa di dunia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Budaya Menurut Marvin Harris (dalam Spradley, 2007:5) konsep kebudayaan ditampakkan dalam berbagai pola tingkah laku yang dikaitkan dengan kelompokkelompok masyarakat tertentu,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. gagasan anti poligami (Lucia Juningsih, 2012: 2-3). keterbelakangan dan tuntutan budaya.

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. gagasan anti poligami (Lucia Juningsih, 2012: 2-3). keterbelakangan dan tuntutan budaya. BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Kajian Teori 1. Gagasan Emansipasi Kartini Tiga gagasan yang diperjuangkan Kartini yaitu emansipasi dalam bidang pendidikan, gagasan kesamaan hak atau

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah jenis penelitian deskriptif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah jenis penelitian deskriptif. 36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah jenis penelitian deskriptif. Dengan ini peneliti menempatkan diri sebagai pengamat dalam memaparkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra tercipta sebagai reaksi dinamika sosial dan kultural yang terjadi dalam masyarakat. Terdapat struktur sosial yang melatarbelakangi seorang pengarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesetaraan antara kaum pria dan wanita dalam bidang sosial, politik, dan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. kesetaraan antara kaum pria dan wanita dalam bidang sosial, politik, dan ekonomi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Feminisme merupakan suatu konsep yang menggambarkan tentang kesetaraan antara kaum pria dan wanita dalam bidang sosial, politik, dan ekonomi. Menurut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas

BAB 1 PENDAHULUAN. film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk mengkomunikasikan tentang suatu realita yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, film memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU Perfilman No.8 tahun 1992 film adalah karya cipta seni dan budaya

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU Perfilman No.8 tahun 1992 film adalah karya cipta seni dan budaya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut UU Perfilman No.8 tahun 1992 film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion,

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Media telah menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, bahkan kita tidak akan pernah terlepas dari media. Seiring dengan perkembangan peradaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk mengkomunikasikan tentang suatu realita yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, film memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya serta merta berhubungan dengan seks dan hura-hura saja, namun. sebuah kesenangan juga berhubungan dapat dengan materi.

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya serta merta berhubungan dengan seks dan hura-hura saja, namun. sebuah kesenangan juga berhubungan dapat dengan materi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Hedonisme sudah menjadi bagian dari gaya hidup di kalangan masyarakat Indonesia sekarang ini. Hedonisme merupakan sebuah gaya hidup di mana kesenangan menjadi sebuah

Lebih terperinci

Konsep Dasar Gender PERTEMUAN 4 Ira Marti Ayu Kesmas/ Fikes

Konsep Dasar Gender PERTEMUAN 4 Ira Marti Ayu Kesmas/ Fikes Konsep Dasar Gender PERTEMUAN 4 Ira Marti Ayu Kesmas/ Fikes KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN Mahasiswa mampu menguraikan dan menjelaskan mengenai Konsep Dasar Gender dalam kespro Konsep dasar gender Pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kasus kekerasan seksual, free sex,dan semacamnya. Dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kasus kekerasan seksual, free sex,dan semacamnya. Dengan semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Media saat ini baik elektronik maupun cetak banyak disorot oleh banyak kalangan sebagai salah satu penyebab utama hancurnya moral umat manusia termasuk golongan remaja.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. upaya dari anggota organisasi untuk meningkatkan suatu jabatan yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. upaya dari anggota organisasi untuk meningkatkan suatu jabatan yang ada. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Masyarakat hidup secara berkelompok dalam suatu kesatuan sistem sosial atau organisasi. Salah satu bidang dalam organisasi yaitu bidang politik (Wirawan,

Lebih terperinci